PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LOGAN AVENUE PROBLEM …repository.radenintan.ac.id/10974/1/PERPUS...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LOGAN AVENUE PROBLEM …repository.radenintan.ac.id/10974/1/PERPUS...
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LOGAN AVENUE PROBLEM
SOLVING (LAPS) HEURISTIK TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU
DARI TIPE KEPRIBADIAN
MYER-BRIGGS
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh
PINDO LAKSONO
NPM : 1511050292
Jurusan: Pendidikan Matematika
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1442 H/2020 M
ii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LOGAN AVENUE PROBLEM
SOLVING (LAPS) HEURISTIK TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU
DARI TIPE KEPRIBADIAN
MYER-BRIGGS
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh :
PINDO LAKSONO
NPM : 1511050292
Jurusan : Pendidikan Matematika
Pembimbing I : Mujib, M.Pd
Pembimbing II : Suherman, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1442 H / 2020 M
iii
ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan pada permasalahan rendahnya kemampuan
berpikir kritis matematis peserta didik. Mereka mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal matematika. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan
penelitian dengan menggunakan model pembelajaran melalui Logan Avenue
Problem Solving (LAPS) Heuristik. Penelitian ini menganalisis masalah
kemampuan berpikir kritis matematis antara peserta didik yang mendapat
pembelajaran menggunakan Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik
dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari tipe kepribadian Myer-Briggs.
Penelitian ini merupakan penelitian quasy experimental design, populasi
penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Merbau Mataram.
Sampel yang digunakan sebanyak 2 kelas yang dipilih dengan teknik cluster
random sampling, yaitu kelas VIII A sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran
tanpa Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik dan kelas VIII B sebagai
kelas eksperimen dengan pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS)
Heuristik.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan angket.
Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama, dengan
taraf signifikansi 5%. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji
normalitas dan homogenitas. Pengolahan data ini menggunakan bantuan SPSS 18
dan Ms. Excel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) Terdapat pengaruh antara
peserta didik yang memperoleh model pembelajaran Logan Avenue Problem
Solping (LAPS) Heuristik dengan peserta didik yang memperoleh model
pembelajaran kooperatif CLT (contectual teaching and learning) terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis (2) Tidak terdapat pengaruh tipe
kepribadian guardian, artisan, rational, dan idealist terhadap kemampuan berpikir
kritis matematis.; (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tipe
kepribadian terhadap kemampuan berpikir kritis matematis.
Kata kunci: Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik, Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis, Tipe kepribadian Myer-Briggs.
iv
MOTTO
رسلنا من قبلك إلا رجالا نوح إلهم فس وما أ كر إن كنتم ل تعلمون هل ٱلذ
لوا أ
Artinya : “ dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (Q.S. An-Nahl ayat 43)
v
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah hirobil’alamin, Segala Puji hanya milik Allah SWT karena
hanya dengan izinNya skripsi ini dapat selesai, penulis persembahkan karya kecil
ini untuk orang-orang yang penulis sayangi:
1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Karseno dan Ibunda Nurlela tercinta yang
tak pernah lelah mengingatkan, memotivasi, mendukung dan mendidikku
dengan penuh cinta, kasih sayang, nasihat dan do’a yang tiada henti untuk
kesuksesanku. Terimakasih untuk semua pengorbanannya.
2. Kakak dan Adikku tersayang Eka Setiawati dan Rahmat Tri Gunawan
terimakasih atas canda tawa, kasih sayang dan dukungan yang selama ini
kalian berikan, semoga kita semua bisa membuat orang tua kita tersenyum
bahagia.
3. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung yang tercinta.
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Pindo Laksono yang lahir di Karang Raja pada tanggal 10
Oktober 1997. Anak kedua dari tiga bersaudara, dari ayahanda Karseno, S.Pd. dan
ibunda Nurlela.
Penulis mengawali pendidikan di SDN 2 Karang Raja tahun 2003 dan
diselesaikan pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Merbau
Mataram dan diselesaikan pada tahun 2012. Selanjutnya, untuk jenjang Sekolah
Menengah Atas dilanjutkan di SMA N 1 Tanjung Bintang pada tahun 2015. Pada
tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung program strata 1 (satu) jurusan pendidikan
matematika.
Penulis mengikuti kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa Kertosari
Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Juli sampai Agustus 2018. Setelah
mengikuti KKN, penulis mengikuti kegiatan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan)
di SMA BUDAYA Bandar Lampung pada bulan Oktober sampai Desember 2018.
Bandar Lampung, Januari 2020
Penulis,
Pindo Laksono
NPM. 1511050292
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan keridhoan-Nya yang telah memberikan nikmat sehat
dan kecerdasan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LOGAN AVENUE
PROBLEM SOLVING (LAPS) HEURISTIK TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN
MYER-BRIGGS”, ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu meskipun
dalam bentuk yang sederhana.
Keberhasilan ini tentu saja tidak dapat terwujud tanpa bimbingan,
dukungan, do’a dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya dengan seluruh
kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc selaku ketua jurusan Pendidikan
Matematika.
2. Bapak Mujib, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Suherman, M.Pd
selaku Pembimbing II yang telah memperkenankan waktu dan ilmunya
untuk mengarahkan dan memotivasi penulis.
3. Dosen pendidikan matematika di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, yang telah membantu dan memberikan ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis.
viii
4. Bapak Bambang Budi Utomo, S.Pd. selaku kepala sekolah SMP Negeri 3
Merbau Mataram, Bapak Bambang Budi Utomo, S.Pd selaku guru
matematika kelas VIII serta guru-guru dan staf TU SMP Negeri 3 Merbau
Mataram yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Adik-adikku kelas VIII A dan VIII B SMP Negeri 3 Merbau Mataram.
6. Sahabat-sahabat terbaikku didunia dan disurga khususnya kelas E yang
membantu memberi semangat dan motivasi saat penulisan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam rangka penyusunan
skripsi ini.
Semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis mendapatkan ridho dan sekaligus sebagai catatan amal ibadah dari Allah
SWT. Aamiin yaa Robbal Alamin. Penulis menyadari penelitian ini masih banyak
kekurangan dalam penulisan ini, hal ini disebabkan masih terbatasnya ilmu,
pemahaman, dan teori penelitian yang penulis miliki. Oleh karena itu, kepada para
pembacanya kiranya dapat memberikan masukan dan saran-saran yang sifatnya
membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung, Januari 2020
Penulis
Pindo Laksono
NPM. 1511050292
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
MOTTO ......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 7
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
G. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 9
H. Definisi Operasional ....................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11
1. Model Pembelajaran Kooperatif .............................................. 11
2. Model Pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS)
Heuristik ................................................................................. 12
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Logan Avenue
Problem Solving (LAPS) Heuristik ........................................ 13
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Logan
Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik ............................ 15
x
5. Model Pembelajaran Mekanistik ............................................. 16
6. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis .................................. 18
7. Tipe Kepribadian Myer-Briggs ................................................ 19
B. Kerangka Berpikir ........................................................................ 26
C. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ......................................................................... 30
B. Variabel Penelitian ....................................................................... 30
C. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel ....................................... 31
1. Populasi .................................................................................. 31
2. Sampel ................................................................................... 31
3. Teknik Sampling .................................................................... 31
D. Desain Penelitian .......................................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 33
F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 34
G. Uji Instrumen ................................................................................ 36
H. Teknik Analisis Data .................................................................... 40
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................... 49
B. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis .......... 49
1. Analisis Validitas Tes .............................................................. 50
a. Uji Validitas ....................................................................... 50
b. Uji Tingkat Kesukaran....................................................... 51
c. Uji Daya Pembeda ............................................................. 51
d. Uji Reliabilitas ................................................................... 52
C. Uji Test (Posttest) Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ........... 53
1. Uji Prasyarat untuk Pengujian Hipotesis .................................. 53
a. Uji Normalitas .................................................................... 53
b. Uji Homogenitas ................................................................. 55
2. Uji Hipotesis ............................................................................. 56
a. Uji Anava Dua Jalan ........................................................... 57
b. Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan ..................................... 60
D. Pembahasan .................................................................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
xi
A. Kesimpulan ............................................................................ 71
B. Saran ...................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ........................................ 3
2.1 Langkah-langkah Pembelajaran oleh Guru dan Peserta Didik menggunakan
Model Pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik ............ 14
2.2 Indikator Pengelompokkan Tipe Kepribadian ................................................. 23
2.3 Karakteristik Indikator Tipe Prefensi Dimensi Myer-Briggs ........................... 24
3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................................... 32
3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ........................ 35
3.3 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Soal .................................................... 38
3.4 Interprestasi Klasifikasi Daya Pembeda.......................................................... 39
3.5 Tabel Anava Klasifikasi Dua Jalan ................................................................. 44
4.1 Jumlah Peserta Didik Tes Tipe Kepribadian MBTI ......................................... 49
4.2 Validasi Hasil Uji Coba Instrumen ................................................................. 50
4.3 Tingkat Kesukaran Butir Soal ......................................................................... 51
4.4 Daya Pembeda Tes .......................................................................................... 51
4.5 Rangkuman Perhitungan Uji Coba.................................................................. 52
4.6 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Berdasarkan Kelas ................................................................................................. 54
4.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Berdasarkan Tipe Kepribadian .............................................................................. 54
4.8 Hasil Uji Homogenitas Variansi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Berdasarkan Kelas ................................................................................................. 55
xiii
4.9 Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Berdasarkan Tipe Kepribadian Myer- Briggs ...................................................... 56
4.10 Deskriptif Statistik Uji Anava Dua Jalan ...................................................... 57
4.11 Hasil Analisis Variansi Dua Jalan
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Perangkat Pembelajaran
1.1 RPP Kelas Kontrol .................................................................................. 73
1.2 RPP Kelas Eksperimen ............................................................................ 89
2. Instrumen Penelitian
2.1 Lampiran 1 Daftar Nama Responden kelas Uji Coba ............................ 122
2.2 Lampiran 2 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ...... 123
2.3 Lampiran 3 Soal Kemampuan Berpikir Kritis Matematis...................... 125
2.4 Lampiran 4 Alternatif Jawaban Soal Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis ............................................................................................... 126
2.5 Lampiran 5 Angket Tipe Kepribadian .................................................... 133
2.6 Lampiran 6 Nilai Angket Tipe Kepribadian Kelas Kontrol ................... 137
2.7 Lampiran 7 Nilai Angket Tipe Kepribadian Kelas Eksperimen ............ 139
3. Analisis Data
3.1 Lampiran 8 Perhitungan Uji Validitas .................................................... 141
3.2 Lampiran 9 Perhitungan Uji Reliabilitas ................................................ 143
3.3 Lampiran 10 Perhitungan Uji Daya Pembeda ........................................ 145
3.4 Lampiran 11 Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran ................................. 149
3.5 Lampiran 12 Perhitungan Uji Normalitas .............................................. 151
3.6 Lampiran 13 Perhitungan Uji Homogenitas ........................................... 152
3.7 Lampiran 14 Deskriptife Statistik ......................................................... 153
3.8 Lampiran 15 Uji Anava Dua Jalan ......................................................... 154
4. Surat Menyurat
4.1 Lembar Pengesahan Seminar Proposal
4.2 Lembar Angket Tipe Kepribadian MBTI
4.3 Lembar Validasi Soal
4.4 Lembar Validasi RPP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mengembangkan potensi peserta didik dalam rangka mewujudkan suasana
belajar yang lebih aktif dalam pembelaajaran diperlukan upaya oleh seluruh
elemen. Suasana belajar yang konddusif dalam rangka memiliki suasana
pengendalian diri dengan akhlak mulia, dan agar memiliki kecerdasan dan
kepribadian yang baik maka diperlukan upaya, sebagaimana amanat Undang-
Undang nomor 20 tahun 2003.1 Sejalan dengan itu, bahwa pendidikan diperlukan
sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, yang didasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945, dengan nilai-nilai agama sebagai pedoman dan
tanggap terhadap perkembangan zaman.
Pendidikan nasional berpengaruh terhadap peserta didik sebagai anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Sehingga pendidik perlu berperan aktif dalam menyelenggarakan pendidikan
nasional. Oleh sebab itu, dibutuhkan pendidik yang berkualitas sebagai dosen,
konselor, guru, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
dalam rangka mencerdaskan peserta didik.2
1 Suhandi Eni, Undang-Undang SISDIKNAS(Sistem Pendidikan Nasional), (Jakarta: Sinar
Grafik, 2013), h.3 2 Presiden Republik Indonesia, “Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional,” 2003.
2
Kecerdasan yang ditujukan untuk memproses kemampuan peserta didik
mampu ditingkatkan melalui keterampilan berpikir3, diantaranya kemampuan
berpikir dengan kritis, kemampuan berpikir analisis, dan kemampuan
mengorganisir. Berpikir kritis merupakan yaitu suatu cara berpikir tidak hanya
sekedar menghapal suatu konsep melainkan kemampuan untuk berpikir kedalam
tingkat yang lebih tinggi dengan memanipulasi bahan atau materi yang telah
dipelajari. Perintah berpikir kritis terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Imran 190-
191 sebagai berikut:
ين يذكرون ٱللذ جنوبهم و ٱلذ ر يت قيما وقعودا ولع رض ون ف خلق فكذت وٱل مو بذنا ما ر ٱلسذ
خلقت هذا بطل سبحنك فقنا عذاب ٱنلذار
Artinya: “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Berdasarkan ayat yang tertera di atas, Allah SWT berwasiat kepada kita agar
menggunakan pikiran dan akal kita untuk berpikir. Allah SWT yang menciptakan
manusia lebih baik dan lebih sempurna dibandingkan dengan jenis mahkluk yang
lainnya, bahwa kesempurnaan terlihat dengan manusia harus berpikir secara kritis
3 Karyanti Karyanti dan Komarudin Komarudin, “Pengaruh model pembelajaran kumon
terhadap pemahaman matematis ditinjau dari gaya kognitif peserta didik pada mata pelajaran
matematika kelas viii smp negeri satu atap 4 pesawaran,” dalam Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika, vol. 1, 2017, 89–94; Umi Nur Hasanah dkk., “MURDER
Learning and Self Efficacy Models: Impact on Mathematical Reflective Thingking Ability,”
Journal for the Education of Gifted Young Scientists 7, no. 4 (2019): 1123–35; Nia Agustiana,
Nanang Supriadi, dan Komarudin Komarudin, “Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis
dengan Penerapan Pendekatan Bridging Analogy Ditinjau dari Self-Efficacy,” Inovasi
Pembangunan: Jurnal Kelitbangan 7, no. 1 (2019): 61–61; Komarudin Komarudin, Novi
Rosmawati, dan Suherman Suherman, “The Effect of Algebra Finger-Based Brain Gym Method to
Improve Student Learning Outcomes,” Eduma: Mathematics Education Learning and Teaching 8,
no. 2 (2020): 80–88.
3
memikirkan ciptaan Allah SWT yaitu alam semesta. Dengan melihat ciptaan
Allah SWT, ilmu pengetahuan bisa maka rasa syukur kita kepada kepada Allah
SWT akan meningkat. Sehingga dengan berpikir kritis mampu dikatakan
memberikan manfaat bagi manusia. Dengan demikian berpikir kritis sangat
berpengaruh bagi peserta didik4. Oleh sebab itu sebagai umat islam yang memiliki
akal mampu menggunakannya dengan sebaik-baiknya seperti berpikir kritis.
Kegiatan pembelajaran diperlukan suatu upaya untuk dapat memahami apa
yang telah dipelajari5, hal ini diperlukan sekolah dalam rangka membina peseta
didik untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan mengutamakan
kemampuan berpiir kritis. Berdasarkan hasil prasurvei dengan diberikan soal essai
di SMPN 3 Merbau Mataram, pada tanggal 22 Mei 2018 belom sebagian peserta
didik memiliki hasil kemampuan berpikir kritis matematis masih rendah, hal ini
dapat dilihat dari dari tabel dibawah ini:
4 Agung Akbar Maden Gumanti, Nanang Supriadi, dan Suherman Suherman, “Pengaruh
Pembelajaran dengan Musik Klasik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta
Didik,” dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, vol. 1, 2018,
393–99; Suherman Suherman dkk., “Improving Trigonometry Concept Through STEM (Science,
Technology, Engineering, and Mathematics) Learning,” dalam International Conference On
Multidisciplinary Academic (ICMA), 2018; Taza Nur Utami, Agus Jatmiko, dan Suherman
Suherman, “Pengembangan Modul Matematika dengan Pendekatan Science, Technology,
Engineering, And Mathematics (STEM) pada Materi Segiempat,” Desimal: Jurnal Matematika 1,
no. 2 (2018): 165–72; Holidun Holidun dkk., “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kelompok Matematika Ilmu Alam dan Ilmu-Ilmu Sosial,” Desimal: Jurnal Matematika 1, no. 1
(2018): 29–37. 5 Irda Yusnita, Ruhban Maskur, dan Suherman Suherman, “Modifikasi model
pembelajaran Gerlach dan Ely melalui integrasi nilai-nilai keislaman sebagai upaya meningkatkan
kemampuan representasi matematis,” Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika 7, no. 1 (2016):
29–38; Siti Rahma, Farida Farida, dan Suherman Suherman, “Analisis Berpikir Kritis Siswa
Dengan Pembelajaran Socrates Kontekstual di SMP Negeri 1 Padangratu Lampung Tengah,”
dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, vol. 1, 2017, 121–
28; Khusnul Hamidah dan Suherman Suherman, “Proses Berpikir Matematis Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika di tinjau dari Tipe Kepribadian Keirsey,” Al-Jabar: Jurnal
Pendidikan Matematika 7, no. 2 (2016): 231–48; Anis Fataturrohmah dan Ruhban Masykur,
“Pengaruh Model Cinta Berbantu Media Tangram Terhadap Pemahaman Konsep Matematis
Siswa,” dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, vol. 1, 2017,
21–27.
4
Tabel 1.1
Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Matematis per Indikator
No Indikator Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Persentase (%) Kategori
1 Interpretasi 22 Sangat Rendah
2 Analisis 9.5 Sangat Rendah
3 Evaluasi 13.16 Sangat Rendah
4 Inferensi 25.33 Sangat Rendah
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa masih sangat rendah
kemampuan dalam berpikir kritis matematis peserta didik di segala indikator
yakni interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi. Selain itu, dapat diketahui data
hasil wawancara dengan salah satu guru matematika yaitu Leni Marlina, S.Pd,
bahwa masalah yang terjadi saat proses pembelajaran di sekolah ini diantaranya
seperti kurangnya peserta didik dalam memahami masalah yang ditujukan,
kemudian kurangnya peserta didik dalm mengidentifikasi hubungan antara
pertanyaan-pertanyaan dan konsep yang diberikan dalam soal, selanjutnya peserta
didik belum dapat menggunakan strategi dalam menyelesaikan masalah soal,
kemudian peserta didik belom bisa membuat kesimpulan dari suatu permasalahan
dengan tepat dan sesuai dengan apa yang menjadi permasalahan.
Kepribadian adalah salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari, tipe kepribadian layaknya mesin, yang mendorong dan mempengaruhi
perilaku dan juga sikap kita sehari-hari. Pentingnya diketahui tipe kepribadian
pada peserta didik bagi seorang pendidik sangat berguna dan bermanfaat, bisa
menjadi acuan , dapat menjadi patokan untuk menerapkan strategi yang akan
diberikan dalam menampaikan sebuah permasalahan, dengan mengetahui tipe
kepribadian dari peserta didik pula pendidik dapat mendidik peserta didik dengan
profesional dan baik, dengan demikian tipe kepribadian sangat penting untuk kita
5
ketahui untuk memberikan pelajaran dan pengajaran agar perserta didik dapat
belajar dan memahami materi apa diberikan dengan baik.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik diduga
dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap
keemampuan berpikir kritis peserta didik adalah metode pembelajaran.
Berdasarkan observasi bahwa terlihat peserta didik hanya fokus dalam
mendengarkan materi dan hanya sedikit peran peserta didik dalam aktivitas
belajar, sementara guru terlihat aktif. Selain cara pembelajaran yang digunakan
oleh guru, faktor lain yang diduga mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
matematis adalah tipe kepribadian dari peserta didik. Adanya perbedaan tipe
kepribadian dari peserta didik dapat mempengaruhi dalam memproses konsep dan
informasi yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah belajar terutama
dalam kemampuan berpikir kritisnya, selain itu memengaruhi informasi yang
didapatkan secara langsung oleh guru saat dikelas.
Usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah
menciptakan suasana belajar yang aktif. Selain itu, untuk menumbuhkan rasa
percaya diri peserta didik sehinngga dapat mengontruksi pengetahuannya sendiri
dan mencari alternatif pemecahan masalah yaitu melalui kemampuan berpikir
kritisnya, yaitu dengan cara menggunakan model pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan peserta
didik untuk dapat mengontruksi pengetahuannya sendiri dalam menyelesaikan
suatu masalah adalah model tipe LAPS Heuristik. Model LAPS Heuristik
merupakan model peembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student
6
centerd), dimana peserta didik mendapat kesempatan untuk mengontruksi
pengetahuannya sendiri, yang berasal dari bagaimana mengetahui masalahnya,
alternatif pemecehannya, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana
sebaiknya mengejakanya.6
Penelitian terkait model LAPS Heuristik telah banyak dilakukan oleh peneliti
lain. Model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik
memberikan hasil yang maksimal, bahwa dengan model pembelajaran Logan
Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik peserta didik dapat
mengkombinasikan konsep yang digunakan untuk menciptakan pembelajaran
yang mampu meningkatkan karakter kedisiplinan, mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah.7
Selain itu, bahwa adanya perbedaan dalam peningkatan suatu kemampuan
pemecahan masalah pada peserta didik yang diberikan pembelajaran Logan
Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik dengan peserta didik yag tidak
memperoleh pembelajaran LAPS.8 Dipihak lain, bahwa karakter kedisiplinan dan
6 Oktaviana Nirmala Purba dan Syahriani Sirait, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah dengan Model LAPS-Heuristic di SMA Shafiyyatul Amaliyah,” Jurnal Mathematic
Paedagogic 2, no. 1 (2017): 31–39; Komarudin, Rosmawati, dan Suherman, “The Effect of
Algebra Finger-Based Brain Gym Method to Improve Student Learning Outcomes”; Teguh
Yunianto, Hasan Sastra Negara, dan Suherman Suherman, “Flip Builder: Pengembangannya Pada
Media Pembelajaran Matematika,” TERAMPIL: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar 6,
no. 2 (2019): 115–27.
7 Sri Wahyuni, “Pengembangan Karakter Kedisiplinan Dan Kemampuan Pemecahan
Masalah Melalui Model Laps-Heuristik Materi Lingkaran Kelas-VIII” (PhD Thesis,
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, 2015); Syamsul Huda dkk., “Understanding of
Mathematical Concepts in the Linear Equation with Two Variables: Impact of E-Learning and
Blended Learning Using Google Classroom,” Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika 10, no. 2
(2019): 261–70; Suherman Suherman, Ayu Sekarsari Suharno, dan Istihana Istihana, “ALQURAN
TEACHING MODEL: THE EFFECT OF PROBLEM SOLVING ABILITY AND GENDER ON
MATHEMATICS,” HUMANISMA: Journal of Gender Studies 3, no. 1 (2019): 13–26. 8 Ira Silviana Rahman, Nerru Pranuta Murnaka, dan Wiwik Wiyanti, “Pengaruh Model
Pembelajaran Laps (Logan Avenue Problem Solving)-Heuristik Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah,” WACANA AKADEMIKA: Majalah Ilmiah Kependidikan 2, no. 1 (2018):
7
kemampuan pemecahan masalah peserta didik meningkat, serta kemampuan
pemecahan masalah peserta didik mencapai KKM melalui model pembelajaran
Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik.9 Senada dengan itu, bahwa
penggunaan model pembelajaran LAPS Heuristik mampu memberikan dampak
yang positif terhadap peningkatan belajar peserta didik.10
Merujuk hasil penelitian di atas, perlu diterapkannya kembali model
pembelajaran yang telah dilakukan dengan tepat agar kemampuan berpikir kritis
matematis peserta didik dapat ditingkatkan, dan kemampuan berpikir kritis
matematis peserta didik harus difasilitasi. Berdasarkan hal tersebut, terdapat
perbedaan penelitian terdahulu dengan penenlitian ini, bahwa penelitian terdahulu
hanya menekankan pada model pembelajaran dan kognitif saja, namun pada
penelitian ini menekankan pada model pembelajaran, kognitif, dan faktor luar
yang mempengaruhi yaitu tipe kepribadian.
B. Identifikasi Masalah
48–60; Eva Damayanti, Septuri Septuri, dan Suherman Suherman, “Pengetahuan Deklaratif Siswa
Tunanetra Dalam Pembelajaran Matematika,” Inovasi Pembangunan: Jurnal Kelitbangan 7, no. 2
(2019): 173–173; Bambang Sri Anggoro, Heri Efendi, dan Suherman Suherman, “The Impact Of
Ethnomathematics-Based Probing-Prompting Learning Method On Class IX SMP Negeri 2 Way
Tenong Students’mathematical Communication Skills Year 2016/2017,” Asian Journal of Current
Research, 2019, 1–8. 9 Wahyuni, “Pengembangan Karakter Kedisiplinan Dan Kemampuan Pemecahan
Masalah Melalui Model Laps-Heuristik Materi Lingkaran Kelas-VIII”; Farida Farida, Suherman
Suherman, dan Sofwan Zulfikar, “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Himpunan
Melalui Pembelajaran Matematika dengan Media Articulate Studio’13,” JSHP: Jurnal Sosial
Humaniora dan Pendidikan 3, no. 1 (2019): 20–28; Fahkur Setiaji, Suherman Suherman, dan Eko
Kuswanto, “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis: Dampak Model Pembelajaran
Discovery Learning Terintegrasi Learning Start With A Question,” Desimal: Jurnal Matematika 2,
no. 1 (2019): 33–42. 10 Muh Fatchurrohim dan Peduk Rintayanti Rukayah, “Peningkatan Pemahaman Konsep
Sifat-Sifat Cahaya Melalui Model Pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (laps)–
Heuristik,” Didaktika Dwija Indria 4, no. 6 (2016); S. Andriani dkk., “The Application of
Differential Equation of Verhulst Population Model on Estimation of Bandar Lampung
Population,” dalam Journal of Physics: Conference Series, vol. 1155 (IOP Publishing, 2019),
012017; Suherman Suherman, “Ethnomathematics: Eksploration of Traditional Crafts Tapis
Lampung as Ilustration of Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM),” Eduma:
Mathematics Education Learning and Teaching 7, no. 2 (2018): 21–30.
8
Bedasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam memahami masalah yang
ditujukan.
2. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengidentifkasi hubungan antara
konsep dan pertanyaan yang ada dalam soal. Hal ini daapat dilihat dari hasil
pengerjaan soal dengan tingkat presentase yang rendah.
3. Rendahnya kemampuan peserta didik untuk menggunakan strategi dalam
meyelesaikan masalah soal.
4. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyimpulkan suatu masalah
dengan tepat sesuai dengan apa yang menjadi permasalahan.
C. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah ini pada pengaruh model pembelajaran Logan
Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Ditinjau dari Tipe Kepribadian Myer-Briggs.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Adakah pengaruh model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS)
Heuristik dengan pembelajaran mekanistik terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis?.
2. Apakah terdapat pengaruh tipe Kepribadian Myer-Briggs terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis peserta didik?
9
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran Logan Avenue Problem
Solving (LAPS) Heuristik dengan tipe Kepribadian Myer-Briggs terhadap
kemampuan berpikir matematis?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS)
Heuristik dengan pembelajaran mekanistik terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis?
2. Tipe Kepribadian Myer-Briggs manakah yang dapat berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis?
3. Interaksi antara model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS)
Heuristik dengan tipe Kepribadian Myer-Briggs terhadap kemampuan berpikir
matematis.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik sehingga
pembelajaran dan pemecahan masalah matematika menjadi lebih mudah dan
menyenangkan.
2. Bagi Guru
Memberikan gambaran kepada guru mengenai kemampuan berpikir kritis
matematis dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
3. Bagi Sekolah
10
Mengasah kemampuan berpikir kritis matematis yang dimiliki siswa sehingga
prestasi sekolah mampu meningkat.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Objek Penelitian
Model LAPS Heuristik dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau
dari Tipe Kepribadian Myer-Briggs.
2. Subjek Penelitian
Peserta didik kelas IX Semester Genap SMP N 3 Merbau Mataram
3. Tempat Penelitian
SMP N 3 Merbau Mataram
4. Waktu penelitian
Semester genap tahun pelajaran 2018/2019
H. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik adalah
model pembelajaran yang memberikan dampak dalam bersikap kreatif
sehingga memunculkan keingintahuan dan motivasi peserta didik.
2. Berpikir kritis matematis adalah sebuah keterampilan atau proses berpikir
peserta didik, bukan hobi di bidang akademik dalam memecahkan masalah
matematika.
3. Tipe kepribadian Myer Briggs suatu cara dari individu untuk mendapatkan data
dalam mengambil keputusan, tipe ini dibagi menjadi empat skala preferensi
didasarkan pada kemana individu cenderung untuk menerima informasi dari
11
luar (sensing-intuition), cara individu membuat keputusan (thinking-feeling),
dan bagaimana individu dalam mengamati dan menilai (judging-perceiving).
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif yaitu suatu model dalam pembelajaran yang
didalamnya terdapat kelompok-kelompok kecil dengan kelompok kecil tersebut
didasarkan pada kemampuan yang heterogen atau berbeda, dengan tujuan untuk
menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan dalam pembelajaran di kelas.
Senada dengan hal tersebut, Suprijono mengatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan rencana yang lebih luas mencakup semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru.11 Secara keseluruhan pembelajaran kooperatif dipandang lebih
diarahkan oleh guru, guru menyediakan bahan-bahan untuk mengarahkan pada
konsep dalam memecahkan suatu masalah.
Dipihak lain, Damon dan Phelps mendefinisikan model pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang menghendaki adanya kegiatan
kelompok, kegiatan kelompok biasanya dibagi kedalam individu-individu yang
terdiri atas 5-6 orang, yang dalam kegiatannya yaitu memecahkan suatu masalah.
Pengelompokan individu tersebut dikelompokkan secara heterogen dan dari peran
individu memiliki tugas yang berdeda.12 Berdasarkan pendapat di atas, dapat
11 Mustofa Arifin, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari
Bambu (Bamboo Dancing) Pada Standar Kompetensi Menggunakan Hasil Pengukuran Listrik
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TITL SMK Negeri 2 Surabaya,” 2012. 12 Kiki Riska Ayu Kurniawati, Budiyono Budiyono, dan Dewi Retno Sari Saputro,
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Numbered Heads Together Ditinjau
Dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar,” Jurnal
Pendidikan Matematika Sriwijaya 11, no. 1 (2017): 15–28.
13
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang
dilakukan berkelompok yang terdiri 5-6 individu dalam menyelesaikan sesuatu
permasalah kelompok atau individu itu sendiri.
2. Model Pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik
Model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS) merupakan
model pembelajaran yang mengarahkan pada peserta didik dalam memahami dan
merencanakan suatu masalah untuk diselesaikan dengan bantuan oleh guru berupa
serentetan pertanyaan. Secara umum bahwa LAPS Heuristik memaknai suatu
masalah dengan memakai kata tanya seperti apa masalahnya, bagaimana data
yang diketahui, untuk apa kegunaan dari data itu, dan bagaimana dalam
memecahkannya. Sedangkan heuristic yaitu suatu petunjuk yang secara garis
besar berisi tentang suatu pertanyaan untuk mengarahkan peserta didik dalam
memecahkan suatu permasalahan. Heuristic ini bermanfaat untuk peserta didik
dalam menemukan suatu pemecahan masalah atau jalan keluar dari apa yang telah
dihadapinya.13
Dipihak lain, Polya mengatakan bahwa model pembelajaran Logan Avenue
Problem Solving (LAPS) Heuristik merupakan kegiatan pembelajaran cenderung
berpusat pada peserta didik (student centerd), dimana peserta didik diberikan
kesempatan untuk mengkontruksi peengetahuannya sendiri, yaitu bermula dari
mengetahui tentang apa masalahnya, adakah alternatifnya, apakah bermanfaat,
apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengejakanya. Senada dengan
13 Rinda Eka Puspitasari, “Penerapan pembelajaran LAPS-Heuristik untuk meningkatkan
penalaran siswa kelas V pada materi pecahan,” PTK A2 2018 PGSD FKIP Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo, t.t.
14
pendapat tersebut, Nurdin menjelaskan bahwa Heuristik adalah penuntun berupa
pertanyaan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Berdasarkan pendapat di atas, ppeneliti dapat menyimpulkan bahwa model
pembelajaran LAPS Heuristik adalah suatu model dalam pembelajaran dimana
peserta didik dapat mencari suatu alternatif solusi dalam memecahkan suatu
masalah dimana peserta didik dapat mencarinya dengan menggunakan asumsi
tanya.
3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Logan Avenue Problem Solving
(LAPS) Heuristik
a. Menurut Polya mengemukakan langkah-langkah model Logan Avenue
Problem Solving (LAPS) Heuristik sebagai berikut:
1) “Understanding the problem
2) Devising a plan
3) Carryting out the plan
4) Looking back”
b. Menurut Haryadin mengemukakan langkah-langkah model Logan Avenue
Problem Solving (LAPS) Heuristik sebagai berikut:
1) “UNDERSTAND; what is problem asking?
2) PLAN; act it out, make a diagram, draw a picture, make a chart, use
manipulatives, make a list, use logical thinking, look for a pattern, work
backwards, guess and check.
3) SOLVE; work a problem.
4) CHECK BACK; does it make sense?”
15
c. Adapun langkah-langkah model Logan Avenue Problem Solving (LAPS)
Heuristik menurut Demiyanti adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Pembelajaran oleh Guru dan Peserta Didik
Menggunakan Model Pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS)
Heuristik
Guru Peserta didik
Menyusun pertanyaan (lisan atau
tertulis) yang berisi materi pendukung.
Peserta didik menjawab dengan
mengumpulkan kembali informasi
tentang pengetahuan-pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.
Kelompok pertanyaan berikutnya
menuntun kearah pembentukan konsep
baru.
Kelompok pertanyaan berikutnya
menuntun kearah pembentukan
konsep baru.
Peserta didik menjawab pertanyaan
dengan cara mengkonstruksi sendiri
pengetahuan baru tersebut dari
jawaban-jawaban yang telah diberikan.
Peserta didik menjawab pertanyaan
dengan cara mengkonstruksi sendiri
pengetahuan baru tersebut dari
jawaban-jawaban yang telah
diberikan.
Guru memberikan kesempatan sebagi-
an peserta didik untuk mempresentasi-
kan hasil yang telah diperoleh.
Guru memberikan kesempatan se-
bagian peserta didik untuk mem-
presen-tasikan hasil yang telah
diperoleh.
Peserta didik mempresentasikan hasil
yang diperoleh dan peserta didik lain
menyimak.
Peserta didik mempresentasikan hasil
yang diperoleh dan peserta didik lain
menyimak.
Berdasarkan pendapat di atas, maka langkah-langkah pembelajaran yang akan
diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Guru dapat menyajikan suatu materi pelajaran.
2) Guru akan membagi peserta didik dalam suatu kelompok kecil secara acak
yang terdiri atas 4-5 orang.
3) Guru akan membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK), dengan peserta didik
harus memecahkannya kedalam kelompok yang telah dibentuk dengan jalan
16
membaca buku-buku, meneliti, bertanya atau berdiskusi. Pertama guru
mengajak peserta didik untuk memahami masalah, dilanjutkan dengan
merencanakan penyelesaian, untuk selanjutnya melaksanakan rencana
penyelesaian, dan memeriksa kembali penyelesaian yang diperoleh.
4) Guru menyuruh tiap peserta didik menetapkan jawaban sementara dari soal-
soal LKK tersebut dari data yang mereka peroleh.
5) Guru menyuruh peserta didik menguji kembali jawaban sementara mereka
dengan teman kelompoknya untuk memperoleh jawaban yang paling benar.
6) Guru menyuruh peserta didik menarik kesimpulan, yaitu peserta didik harus
sampai pada kesimpulan tentang jawaban terakhir dari soal-soal LKK dan
menuliskannya pada lembar jawaban yang telah disediakan.
7) Guru membantu peserta didik melakukan refleksi dan evaluasi terhadap hasil
diskusi dan proses-proses yang peserta didik gunakan dengan menunjuk secara
acak beberapa peserta didik mewakili kelompoknya untuk mengerjakan di
papan tulis dan kemudian dibahas bersama.
8) Menyimpulkan materi yang telah dibahas”.14
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Logan Avenue Problem
Solving (LAPS) Heuristik
a. Kelebihan pada model Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik yaitu:
1) Dapat menimbulkan keingintahuan dan motivasi untuk bersifat kritis.
2) Disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan, diisyaratkan adanya
kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pertanyaan yang benar.
14 Zhieyan Amelia, “Implementasi Model pembelajaran LAPS (Logan Avenue Problem
Solving)- Heuristik untuk Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sekolah
menengah pertama (SMP)” (PhD Thesis, FKIP UNPAS, 2016).
17
3) Menimbulkan jawaban yang asli, baru khas, dan beraneka ragam serta
menambah pengetahuan baru.
4) Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya.
5) Mengajak peserta didik memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu
membuat analisis dan sintesis dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap
hasil pemecahnya.
6) Merupakan kegiatan yang penting bagi pesrta didik yang melibatkan dirinya
bukan hanya satu bidang studi tapi (bila diperlukan) banyak bidang studi”.
b. Kekurangan pada Model Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik
yaitu:
1) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, mereka
akan merasa enggan untuk mencoba.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran membutuhkan cukup waktu untuk
dipersiapkan.
3) Tanpa memahami mengapa berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari”.15
5. Medel Pembelajaran Mekanistik
Model pembelajaran mekanistik lebih dikenal dengan model pembelajaran
konvensionel yaitu pembelajaran yang bersifat reguler artinya pemilihan strategi,
metode kurang bervariasi. Proses belajar mengajar cenderung dimulai dengan
15 Nova Auliyatul Faizah, “Efektifitas Model Pembelajaran Logan Avenue Problem
Solving (LAPS-HEURISTIK) terhadap peningkatan prestasi peserta didik pada mata pelajaran fiqih
kelas VII Di Mts DARUS SALAM Jetak Wedung Demak Tahun Pelajaran 2016/2017 (STUDI
EKSPERIMEN)” (PhD Thesis, STAIN KUDUS, 2017).
18
orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang di pelajari
siswa, pemberian contoh dilanjutkan dengan tes.
Nur mengatakan bahwa pendidikan matematika di indonesia pada umumnya
masih berada pada pendidikan matematika konvensional yang banyak ditandai
oleh ‘strukturalistik’ dan ‘mekanistik’ disamping itu, kurikulumnya terlalu sarat
dan kelasnya didominasi pelajaran yang berpusat pada guru.16 Menurut Hadi
mengatakan bahwa pendekatan mekanistik bersifat algoritmik dan cenderung
menjadikan proses pembelajaran menggunakan metode ceramah dan latihan
menggunakan rumus-rumus dan hukum-hukum matematika.17 Dipihak lain,
Treffer mengatakan metode matematika mekanistik merupakan metode yang
didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari yang
sederhana ke yang kompleks).18 Dalam metode matematika mekanistik proses
pembelajaran cenderung dipisahkan dan tidak terjadi kegiatan siswa berupa proses
bermatematika secara horizontal dan vertical. Dipihak lain Suryanto mengatakan
metode matematika mekanistik yaitu metode matematika yang berfokus pada
prosedur penyelesaian soal. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
metode pembelajaran mekanistik merupakan metode pengalaman sendiri untuk
menyelesaikan soal.
16 Sri Ambar Tugiyati, “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V
Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik.” (PhD
Thesis, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-UKSW, 2012). 17 Elli Kusumawati dan Tries Morina Turisia, “Kemampuan Siswa dalam Pemecahan
Masalah Matematika Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dan
Mekanistik,” EDU-MAT 2, no. 1 (2014). 18 Eka Sri Juarmi, “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan
Metode Problem Based Learning (PBL) yang Memanfaatkan Media CD Interaktif dengan Metode
Mekanistik.” (PhD Thesis, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-UKSW, 2012).
19
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bawa model pembelajaran
mekanistik atau konvensional merupakan model pembelajaran yang masih
berpusat pada guru dan masih sangat monoton dan membuat peserta didik kurang
aktif.
6. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan kemampuan yang dimiliki
oleh sesorang dalam memahami masalah, menganalisis, mengaplikasikannya,
menyintesis, dan mengevaluasi terhadap masalah yang didapat. Hal ini senada
dengan pendapat Richard W. Paul bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan
serangkaian berpikir yang dimiliki oleh orang perorang dalam menganalisis dan
memahami suatu masalah. Dipihak lain, Soeprapto mengatakan bahwa berpikir
kritis yaitu suatu kemampuan yang utama bagi segala aspek, dengan fungsi untuk
dapat menganalisa suatu masalah atau pekerjaan.19 Senada dengan pendapat di
atas, berpikir kritis adalah kemampuan dalam menganalisis secara empiris
terhadap suatu masalah yang ditempuh dengan jalan menganalisis terhadap
permasalahan, sampai dengan mengevaluasinya20.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan aktif dan terfokus pada
pengambilan keputusan.
19 Hawa Liberna, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui
Penggunaan Metode Improve Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel,” Formatif:
Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 2, no. 3 (2015). 20 Liberna.
20
7. Tipe Kepribadian Myer-Briggs
a. Tipe Kepribadian MBTI
MBTI (Myers Briggs Type Indicator) adalah alat dipergunakan untuk
memahami kepribadian manusia, yang bersumber dari teori psikologi analitik.
MBTI adalah hasil rancangan Katherine Briggs dan putrinya Isabel Briggs Myers
dan merupakan aplikasi dari teori psikologi Carl Gustav Jung Myers
menyimpulkan terdapat 4 dimensi yang saling membedakan satu dengan yang
lainnya.21
1) Extraversion (E) versus Intriversion (I)
Orang introvert merupakan orang reflektif dalam berpikir dan konsentrator,
dapat menemukan ide, konsep, dan abstraksi. Introvert memahami dunia dirinya
sendiri dan cenderung tertutup pada orang lain. Sedangkan orang ektrovert
menemukan energi pada orang dan benda-benda. Berinteraksi dengan orang lain,
dan berorientasi pada tindakan. Bagi ektrovert tidak ada kesan tanpa ekspresi.
Peserta didik ektrovert belajar secara kelompok.
2) Sensing (S) versus Intuition (N)
Orang sensing adalah tipe pengindera yang berorientasi secara detail,
menginginkan fakta, dan mempercayainya. Tipe sensing menyukai pelajaran
terorganisir, linier, dan terstruktur. Peserta didik intuitif dapat membantu peserta
didik sensing untuk penemu teori dan dapat mengidentifikasi, menyusun
percobaan melalui fakta. Peserta didik intuitif harus memiliki sebuah gambaran
besar atau sebuah kerangka kerja.
21Sugiyanto, Perbedaan Individu, Skripsi Psikologi (Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta), h. 19
21
3) Thinking (T) versus Feeling (F)
Sebagian dari kita memutuskan sesuatu secara impersonal pada logika, prinsip,
dan analisis atau pada nilai kemanusiaan. Peserta didik thinking menghargai
kebebasan. Peserta didik feeling menghargai harmoni. Mereka memusatkan pada
nilai-nilai dan kebutuhan kemanusiaan pada saat membuat keputusan atau
penailaian. Mereka cenderung ahli dalam persuasi dan fasilitas yang berbeda antar
kelompok. Sedang thinking menyukai tujuan atau topic yang jelas, dan menyukai
bekerja dalam kelompok.
4) Judging (J) dan Perceptive (P)
Orang judging condong tegas, penuh rencana, dan mengatur diri. Berfokus
pada penyelesaaian tugas, esensi, dan cepat bertindak. Peserta didik dengan
perceiving adalah tipe mengamati dan menyelesaikan tugas dimenit terakhir.
Mereka bersifat fleksibel, acak dalam berpikir, langsung, dan menggali info
dimenit akhir namun cepat tanggap.
Berdasarkan 4 indeks preferensi yang dirancang Katherine dan putrinya Isabel
di atas, maka dirumuskan ada 16 tipologi umum kepribadian manusia, yaitu:22
Gambar 2.1
Pembagian 16 kepribadian
22 Amir Tengku Ramly, “Genealogical Critique of The MBTI (Myers Briggs Type
Indicator)”, Analisis Kritis Jurnal Ilmiah IPB : 2011.
22
David kairsey ahli psikologi dari california state university pada tahun 1984,
menggolongkan kepribadian di atas menjadi 4 tipe yaitu, guardian, artisan,
rational dan idealist23.
1) Tipe Guardian
Tipe guardian ini menyukai kelas dengan model tradisional beserta prosedur
yang teratur. Peserta didik dengan tipe ini menyukai pengajar yang dengan
gamblang menjelaskan materi dan memberikan perintah secara tepat dan nyata.
Sebelum mengerjakan tugas tipe guardian adanya instruksi detail, segala tugas
segera di kerjakan tapat waktu. Tipe guardian mempunyai ingatan yang kuat,
menyukai pengulangan, latihan materi dan penjelasan terstruktur. Meskipun tidak
selalu berpartisipasi dalam kelas diskusi, tetapi menyukai saat tanya jawab. Tidak
menyukai gambar-gambar tapi cenderung pada kata-kata.
2) Tipe Artisan
Tipe ini suka terhadap perubahan, aktif, dan jadi perhatian semua peserta.
Menyukai kelas demonstrasi, diskusi, presentasi, karena dengan begitu tipe ini
dapat memperlihatkan kemampuannya. Artisan akan bekerja dengan kelas apabila
dirangsang dengan suatu konteks. Segala sesuatu dikerjakan secara cepat bahkan
tergesa-gesa. Artisan mudah bosan, apabila pengajar tidak punya teknik yang
berubah-ubah.
23Aries Yuwono, “Profil Siswa SMA Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari
Tipe Kepribadian” (Universitas Sebelas Maret, 2010), h. 6.
23
3) Tipe Rational
Tipe rational menyukai penjelasan yang didasarkan pada logika. Mereka
mampu menangkap abstraksi dan materi yang memerlukan intelektualitas yang
tinggi. Setelah materi, biasanya tipe rational mencari tambahan materi dan
menyukai tugas tambahan yang bersifat individu. Cara belajar yang paling disukai
adalah eksperimen, penemuan melalui eksplorasi, dan pemecahan masalah yang
komples. Tipe rational sering mengabaikan materi yang dirasa tidak perlu,
pendidik harus meyakinkan kepentingan materi tersebut.
4) Tipe Idealist
Tipe idealist menyukai materi tentang ide dan nilai-nilai. Lebih suka pada
penyelesaaian soal secara individu daripada kelompok. Dapat memandang
persoalan dari berbagai perspektif. Menyukai membaca dan menulis. Idealist
kurang cocok dengan bentuk tes objektif dan sangat kreatif. Lebih suka
b. Indikator Tipe Kepribadian Dimensi Myer-Briggs
Berdasarkan empat skala preferensi atau dimensi utama yang dijelaskan
sebelumnya, indikator tipe kepribadian dimensi Myer-Briggs yaitu:24
1) Extrovert (E) vs Introvert (I)
2) Sensing (S) vs Intuitive (N)
3) Thinking (T) vs Feeling (F)
4) Judging (J) vs Perceiving (P)
Melalui empat indikator tersebut, akan membentuk enam belas tipe kepribadian
yang merupakan kombinasi dari empat dimensi utama, sehingga terbentuklah
24 Winarni dan Rahmawati, Op.Cit. h. 4 - 5.
24
indikator pengelompokkan tipe kepribadian. Adapun indikator pengelompokkan
kepribadian siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah:25
Tabel 2.2
Indikator Pengelompokkan Tipe Kepribadian
Indikator Pengelompokkan Tipe Kepribadian
ESTJ, ISTJ, ESFJ, ISFJ Guardian
ESTP, ISTP, ESFP, ISFP Artisan
ENTJ, INTJ, ENTP, INTP Rational
ENFJ, INFJ, ENFP, INFP Idealist
Keterangan:
E = Extrovert (terbuka) I = Introvert (tertutup)
S = Sensing (panca indera) N = Intuitive (intuisi)
T = Thinking (berpikir) F = Feeling (perasaan)
J = Judging (menilai) P = Perceiving (mengamati)
Pada Tabel 2.2 dapat dijelaskan bahwa keenam belas jenis tipe kepribadian
tersebut dikelompokkan oleh David Kersey ke dalam empat tipe kepribadian,
diantaranya:
1) Guardian dengan empat tipe kepribadian, yaitu ESTJ, ISTJ, ESFJ, ISFJ.
2) Artisan dengan empat tipe kepribadian, yaitu ESTP, ISTP, ESFP, ISFP.
3) Rational dengan empat tipe kepribadian, yaitu ENTJ, INTJ, ENFJ, INFJ.
4) Idealist dengan empat tipe kepribadian, yaitu ENTP, INTP, ENFP, INFP.
Berdasarkan indikator pengelompokkan tipe kepribadian tersebut, masing-
masing tipe preferensi yang terbentuk memiliki karakteristik tertentu. Tabel 2.3
25 Yani, “Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP N 4 Purbalingga
(Ditinjau dari Tipe Kepribadian David Keirsey),” (Skripsi Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, 2017), h. 20.
25
merupakan gambaran tentang perbedaan masing-masing preferensi tersebut
beserta penjelasannya.26
Tabel 2.3
Karakteristik Indikator Tipe Preferensi Dimensi Myer-Briggs
Dasar Fungsi
Preferensi
Indikator
Tipe
Preferensi
Sub Indikator Tiap Tipe
Arah Pemusatan
Perhatian
Ekstrovert (E) Pendorong/energi utamanya adalah
lingkungan, dunia luar berupa orang lain
maupun benda
Mengungkapkan keadaan emosi
Membutuhkan hubungan antar pribadi
Introvert (I) Pendorong/energi utamanya berasal dari
dalam dirinya, dunia dalam pikiran dan
refleksi
Menyimpan keadaan emosi
Membutuhkan kesendirian
Cara
memperoleh
informasi
Sensing (S)
Mengumpulkan sesuatu melalui panca
indera
Melihat sesuatu yang rinci dan spesifik
Lebih suka menangani hal-hal praktis
Menjalani hidup untuk keadaan saat ini,
menikmati apa yang ada di sekitarnya
Menyukai sesuatu yang nyata dan dapat
diukur
Menyukai adanya prosedur
Orang S terkesan materialistis bagi N
Intuition (N) Mengumpulkan informasi dengan
menggunakan dugaan dan firasat
Melihat sesuatu pada pola, hubungan
Lebih suka membayangkan kemungkinan
yang imaginatif
Menjalani hidup untuk mengantisipasi
masa depan
Menyukai berbagai kemungkinan untuk
berdaya cipta
Menyukai variasi perubahan
Orang terkesan plinplan dan pemimpi bagi
26 Farida Agus Setiawati, Agus Triyanto, dan Nanang Erma Gunawan, “Implementasi MBTI
untuk pengembangan karir mahasiswa: studi perbedaan tipe kepribadian pada mahasiswa
bimbingan konseling,” Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan 8, no. 2 (2015), h. 43 - 44.
26
Dasar Fungsi
Preferensi
Indikator
Tipe
Preferensi
Sub Indikator Tiap Tipe
orang S
Cara membuat
keputusan
Thinking (T) Mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan logis dan objektif
Memutuskan dengan kepala
Menjalankan sesuatu berdasarkan logika
Mementingkan kebenaran dan keadilan
Melihat sesuatu sebagai pengamat/ di luar
situasi
Kuat dalam perencanaan dan analisa
Terkesan dingin dan merendahkan bagi
orang F
Feeling (F)
Mengambil keputusan berdasarkan
pertimbangan nilai pribadi yang subjektif
Memutuskan dengan hati
Menjalankan sesuatu berdasarkan
keyakinan pribadi
Mementingkan hubungan dan
keharmonisan
Melihat sesuatu sebagai partisipan, terlibat
langsung dalam situasi
Kuat dalam memahami orang lain
Terkesan berpikir tidak jelas dan
emosional sebagai orang T
Orientasi
terhadap dunia
luar
Judging (J)
Gaya hidup yang pasti, terencana, dan
teratur
Menikmati kondisi yang sudah ditentukan
Menyukai batasan yang jelas dan kategori-
kategori
Merasa nyaman dalam situasi pasti/ada
batasan
Menangani deadline dengan merencanakan
sebelumnya
Orang J terkesan menuntut, kaku,
gelisah/tegang bagi orang P
Perceiving (P)
Gaya hidup yang luwes, spontan, dan
mudah menyesuaikan
Menikmati rasa ingin tahu, mendapatkan
kejutan
Menyukai kebebasan dalam menjalani
hidup
Merasa nyaman dalam situasi terbuka
Menghadapi deadline pada detik-detik
27
Dasar Fungsi
Preferensi
Indikator
Tipe
Preferensi
Sub Indikator Tiap Tipe
terakhir, tergesa-gesa
Orang P terkesan tidak terorganisir
Tidak bertanggung jawab bagi orang J
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan tinjauan pustaka diatas, serta hasil penelitian yang
relevan disebutkan bahwa dalam proses pembelajaran matematika tidak lepas dari
proses berhitung. Penalaran berhitung dab berpikir secara logis yang disebut
sebagai kemampuan berpikir kritis matematis. Tidak dapat dipungkiri bahwa
rendanya hasil belajar siswa juga disebabkan kemampuan berpikir kritis
matematis. Proses pembelajaran matematika disekolah biasanya peserta didik
hanya mendengar dan mendapat materi yang dijelaskan, oleh sebab itu
kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik tidak berkembang secara
maksimal, maka dari itu diperlukan model pembelajaran yang menuntut siswa
aktif dan berintraksi dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran
Logan Avenue Problem Solving (LAPS) Heuristik secara tidak langsung
menyediakan metode mengajar yang bervariasi bagi guru, sehingga tidak
membosankan bagi peserta didik, mendapat respon yang positif dan termotivasi
untuk terlibat aktif melakukan aktivitas belajar dalam proses pembelajaran dikelas
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis /
terhitung pada materi peluang.
\
28
Adapun kerangka berpikir pada penelitian ini adalah:
1. Model Pembelajaran logan avenue problem solving (LAPS) Heuristik sebagai
variabel bebas (𝑥1)
2. Kemampuan berpikir kritis matematis sebagai variabel terikat (𝑦)
3. Tipe kepribadian Myer-Briggs sebagai variabel bebas (𝑥2)
Berdasarkan hal tersebut, dapat digambaran pola kerangka berpikir dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
C. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara mengenai hasi dari penelitian yang akan
dilaksanakan. Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis Penelitian
a. Rumusan Hipotesis 1
H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis
peserta didik yang diajar menggunakan metode LAPS Heuristic dan
metode mekanistik.
Model Pembelajaran Logan
Avenue Problem Solving
(LAPS) Heuristik
Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis
Tipe Kepribadian
Myer-Briggs
29
H1 : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis peserta
didik yang diajar menggunakan metode LAPS Heuristic dan metode
mekanistik.
b. Rumusan Hipotesis 2
H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis
peserta didik berdasarkan tipe kepribadian Mayer Briggs.
H1 : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis peserta
didik berdasarkan tipe kepribadian Mayer Briggs.
c. Rumusan Hipotesis 3
H0 : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tipe
kepribadian.
H1 : Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tipe kepribadian.
2. Hipotesis Statistik
a. H0A ∶ α1 = α2 (tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Logan Avenue
Problem Solving (LAPS) Heuristik terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis).
H1A ∶ α1 ≠ α2 (terdapat pengaruh model pembelajaran Logan Avenue
Problem Solving (LAPS) Heuristik terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis peserta didik).
α1 = Model Pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS)
Heuristik
α2 = Kemampuan berpikir kritis matematis
30
b. 𝐻0𝐵: 𝛽1 = 𝛽2 = 𝛽3 = 𝛽4 (tidak ada perbedaan antara siswa yang memiliki tipe
kepribadian dimensi Myer-Briggs (guardian, artisan, rational, idealist) terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
𝐻1𝐵: ∃𝛽𝑖 ≠ 𝛽𝑗 dimana 𝑖 ≠ 𝑗 dan 𝑖 = 𝑗 = 1,2,3,4
(ada perbedaan antara siswa yang memiliki tipe kepribadian dimensi Myer-
Briggs (guardian, artisan, rational, idealist) terhadap kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa.
Keterangan:
𝛽1: Tipe kepribadian guardian
𝛽2: Tipe kepribadian artisan
𝛽3: Tipe kepribadian rational
𝛽4: Tipe kepribadian idealist
c. H1AB ∶ (αβ)𝑖𝑗 = 0; untuk semua 𝑖 = 1, 2 dan 𝑗 = 1, 2,3 (tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS)
Heuristik dan keterampilan sosial siswa terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis).
H1AB ∶ (αβ)𝑖𝑗 ≠ 0 paling sedikit ada satu (αβ)𝑖𝑗 = 0 (terdapat interaksi
antara model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS)
Heuristik dan keterampilan sosial siswa terhadap kemampuan berpikir
kritis matematis).
74
DAFTAR PUSTA
Agustiana, Nia, Nanang Supriadi, dan Komarudin Komarudin. “Meningkatkan
Kemampuan Penalaran Matematis dengan Penerapan Pendekatan Bridging
Analogy Ditinjau dari Self-Efficacy.” Inovasi Pembangunan: Jurnal
Kelitbangan 7, no. 1 (2019): 61–61.
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. 2013 ed. Jakarta: Rajawali Pers,
t.t.
Andriani, S., H. Suyitno, I. Junaidi, Suherman Suherman, Mujib Mujib, dan
Mardiyah Mardiyah. “The Application of Differential Equation of
Verhulst Population Model on Estimation of Bandar Lampung
Population.” Dalam Journal of Physics: Conference Series, 1155:012017.
IOP Publishing, 2019.
Anggoro, Bambang Sri, Heri Efendi, dan Suherman Suherman. “The Impact Of
Ethnomathematics-Based Probing-Prompting Learning Method On Class
IX SMP Negeri 2 Way Tenong Students’mathematical Communication
Skills Year 2016/2017.” Asian Journal of Current Research, 2019, 1–8.
Arifin, Mustofa. “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Tari Bambu (Bamboo Dancing) Pada Standar Kompetensi Menggunakan
Hasil Pengukuran Listrik Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TITL
SMK Negeri 2 Surabaya,” 2012.
Damayanti, Eva, Septuri Septuri, dan Suherman Suherman. “Pengetahuan
Deklaratif Siswa Tunanetra Dalam Pembelajaran Matematika.” Inovasi
Pembangunan: Jurnal Kelitbangan 7, no. 2 (2019): 173–173.
Faizah, Nova Auliyatul. “EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LOGAN
AVENUE PROBLEM SHOLVING (LAPS-HEURISTIK) TERHADAP
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
MATA PELAJARAN FIQIH KELAS VII DI MTS DARUS SALAM
JETAK WEDUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2016/2017 (STUDI
EKSPERIMEN).” PhD Thesis, STAIN KUDUS, 2017.
Farida, Farida, Suherman Suherman, dan Sofwan Zulfikar. “Peningkatan
Kemampuan Pemahaman Konsep Himpunan Melalui Pembelajaran
Matematika dengan Media Articulate Studio’13.” JSHP: Jurnal Sosial
Humaniora dan Pendidikan 3, no. 1 (2019): 20–28.
Fataturrohmah, Anis, dan Ruhban Masykur. “Pengaruh Model Cinta Berbantu
Media Tangram Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa.” Dalam
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika,
1:21–27, 2017.
75
Fatchurrohim, Muh, dan Peduk Rintayanti Rukayah. “Peningkatan Pemahaman
Konsep Sifat-Sifat Cahaya Melalui Model Pembelajaran Logan Avenue
Problem Solving (laps)–Heuristik.” Didaktika Dwija Indria 4, no. 6
(2016).
Gumanti, Agung Akbar Maden, Nanang Supriadi, dan Suherman Suherman.
“Pengaruh Pembelajaran dengan Musik Klasik Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik.” Dalam Prosiding Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 1:393–99, 2018.
Hamidah, Khusnul, dan Suherman Suherman. “Proses Berpikir Matematis Siswa
dalam Menyelesaikan Masalah Matematika di tinjau dari Tipe Kepribadian
Keirsey.” Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika 7, no. 2 (2016): 231–
48.
———. “Proses Berpikir Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika di tinjau dari Tipe Kepribadian Keirsey.” Al-Jabar: Jurnal
Pendidikan Matematika 7, no. 2 (2016): 231–248.
Hasanah, Umi Nur, Andi Thahir, Komarudin Komarudin, dan Rahmahwaty
Rahmahwaty. “MURDER Learning and Self Efficacy Models: Impact on
Mathematical Reflective Thingking Ability.” Journal for the Education of
Gifted Young Scientists 7, no. 4 (2019): 1123–35.
Holidun, Holidun, Rubhan Masykur, Suherman Suherman, dan Fredi Ganda
Putra. “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelompok
Matematika Ilmu Alam dan Ilmu-Ilmu Sosial.” Desimal: Jurnal
Matematika 1, no. 1 (2018): 29–37.
Huda, Syamsul, Achi Rinaldi, Suherman Suherman, Iip Sugiharta, Dian Widi
Astuti, Okis Fatimah, dan Andika Eko Prasetiyo. “Understanding of
Mathematical Concepts in the Linear Equation with Two Variables:
Impact of E-Learning and Blended Learning Using Google Classroom.”
Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika 10, no. 2 (2019): 261–70.
Indonesia, Presiden Republik. “Undang-undang Republik Indonesia nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,” 2003.
Juarmi, Eka Sri. “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V
Menggunakan Metode Problem Based Learning (PBL) yang
Memanfaatkan Media CD Interaktif dengan Metode Mekanistik.” PhD
Thesis, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-UKSW,
2012.
Karyanti, Karyanti, dan Komarudin Komarudin. “Pengaruh model pembelajaran
kumon terhadap pemahaman matematis ditinjau dari gaya kognitif peserta
didik pada mata pelajaran matematika kelas viii smp negeri satu atap 4
pesawaran.” Dalam Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, 1:89–94, 2017.
76
Komarudin, Komarudin, Novi Rosmawati, dan Suherman Suherman. “The Effect
of Algebra Finger-Based Brain Gym Method to Improve Student Learning
Outcomes.” Eduma: Mathematics Education Learning and Teaching 8, no.
2 (2020): 80–88.
Kurniawati, Kiki Riska Ayu, Budiyono Budiyono, dan Dewi Retno Sari Saputro.
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Numbered
Heads Together Ditinjau Dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Pada Pokok
Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar.” Jurnal Pendidikan Matematika
Sriwijaya 11, no. 1 (2017): 15–28.
Kusumawati, Elli, dan Tries Morina Turisia. “Kemampuan Siswa dalam
Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) dan Mekanistik.” EDU-MAT 2, no. 1 (2014).
Liberna, Hawa. “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Melalui Penggunaan Metode Improve Pada Materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel.” Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 2, no. 3
(2015).
Purba, Oktaviana Nirmala, dan Syahriani Sirait. “Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah dengan Model LAPS-Heuristic di SMA Shafiyyatul
Amaliyah.” Jurnal Mathematic Paedagogic 2, no. 1 (2017): 31–39.
Puspitasari, Rinda Eka. “Penerapan Pembelajaran Laps-Heuristik Untuk
Meningkatkan Penalaran Siswa Kelas V Pada Materi Pecahan.” PTK A2
2018 PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, t.t.
Rahma, Siti, Farida Farida, dan Suherman Suherman. “Analisis Berpikir Kritis
Siswa Dengan Pembelajaran Socrates Kontekstual di SMP Negeri 1
Padangratu Lampung Tengah.” Dalam Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika, 1:121–28, 2017.
Rahman, Ira Silviana, Nerru Pranuta Murnaka, dan Wiwik Wiyanti. “Pengaruh
Model Pembelajaran Laps (Logan Avenue Problem Solving)-Heuristik
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah.” WACANA AKADEMIKA:
Majalah Ilmiah Kependidikan 2, no. 1 (2018): 48–60.
Setiaji, Fahkur, Suherman Suherman, dan Eko Kuswanto. “Analisis Kemampuan
Komunikasi Matematis: Dampak Model Pembelajaran Discovery Learning
Terintegrasi Learning Start With A Question.” Desimal: Jurnal
Matematika 2, no. 1 (2019): 33–42.
Setiawati, Farida Agus, Agus Triyanto, dan Nanang Erma Gunawan.
“Implementasi MBTI untuk pengembangan karir mahasiswa: studi
perbedaan tipe kepribadian pada mahasiswa bimbingan konseling.” Jurnal
Penelitian Ilmu Pendidikan 8, no. 2 (2015).
https://doi.org/10.21831/jpipfip.v8i2.8272.
77
Suherman, Suherman. “Ethnomathematics: Eksploration of Traditional Crafts
Tapis Lampung as Ilustration of Science, Technology, Engineering, and
Mathematics (STEM).” Eduma: Mathematics Education Learning and
Teaching 7, no. 2 (2018): 21–30.
Suherman, Suherman, Komarudin Komarudin, Abdul Rosyid, Sinta Aryanita,
Doni Asriyanto, Thofan Aradika Putra, dan Tri Anggoro. “Improving
Trigonometry Concept Through STEM (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics) Learning.” Dalam International
Conference On Multidisciplinary Academic (ICMA), 2018.
Suherman, Suherman, Ayu Sekarsari Suharno, dan Istihana Istihana. “ALQURAN
TEACHING MODEL: THE EFFECT OF PROBLEM SOLVING
ABILITY AND GENDER ON MATHEMATICS.” HUMANISMA:
Journal of Gender Studies 3, no. 1 (2019): 13–26.
Tugiyati, Sri Ambar. “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V
Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran
Mekanistik.” PhD Thesis, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FKIP-UKSW, 2012.
Utami, Taza Nur, Agus Jatmiko, dan Suherman Suherman. “Pengembangan
Modul Matematika dengan Pendekatan Science, Technology, Engineering,
And Mathematics (STEM) pada Materi Segiempat.” Desimal: Jurnal
Matematika 1, no. 2 (2018): 165–72.
Wahyuni, Sri. “Pengembangan Karakter Kedisiplinan Dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Melalui Model Laps-Heuristik Materi Lingkaran
Kelas-VIII.” PhD Thesis, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, 2015.
Winarni, Restu, dan Diana Rahmawati. “PENGARUH KARAKTERISTIK TIPE
KEPRIBADIAN DAN IPK TERHADAP KECEMASAN
BERKOMPUTER MAHASISWA AKUNTANSI DALAM
MENGGUNAKAN SOFTWARE AKUNTANSI DENGAN LOCUS OF
CONTROL SEBAGAI VARIABEL MODERASI.” Nominal, Barometer
Riset Akuntansi Dan Manajemen 4, no. 1 (1 April 2015).
https://doi.org/10.21831/nominal.v4i1.6884.
YANI. “DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
SISWA SMP N 4 PURBALINGGA (Ditinjau dari Tipe Kepribadian
David Keirsey).” Bachelor, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO, 2017. http://repository.ump.ac.id/1188/.
Yunianto, Teguh, Hasan Sastra Negara, dan Suherman Suherman. “Flip Builder:
Pengembangannya Pada Media Pembelajaran Matematika.” TERAMPIL:
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar 6, no. 2 (2019): 115–27.
Yusnita, Irda, Ruhban Maskur, dan Suherman Suherman. “Modifikasi model
pembelajaran Gerlach dan Ely melalui integrasi nilai-nilai keislaman
78
sebagai upaya meningkatkan kemampuan representasi matematis.” Al-
Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika 7, no. 1 (2016): 29–38.
Zainal Arifin. Evaluasi Pendidikan. 2016 ed. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
t.t.