Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe One to One Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata...
-
Upload
kikywulandharie -
Category
Documents
-
view
16 -
download
7
Transcript of Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe One to One Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata...
A. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ONE TO
ONE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 12 BANDA ACEH TAHUN
AJARAN 2014/2015.
B. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial atau social studies merupakan
pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
masyarakat. Di Indonesia, pelajaran Ilmu Pengetauan Sosial
disesuaikan dengan berbagai prespektif sosial yang berkembang di
masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan
dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah
atau siswa atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara
lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau.
Dengan demikian siswa yang mempelajari IPS dapat menghayati
masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau
umat manusia.
Banyak siswa menganggap bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang tidak
terlalu penting, karena pelajaran hafalan dan tidak terlalu menarik, membosankan hingga
tidak menantang untuk berfikir hingga adanya kecenderungan bahwa apa yang
ditampilkan pada peserta didik hanyalah sederetan konsep-konsep abstrak dan
membosankan. Sama halnya yang terjadi di SMP Negeri 12 Banda Aceh dimana
pembelajaran IPS masih dilakukan dengan metode ceramah, sehingga membuat siswa
1
kurang bersemangat, kurang aktif bahkan acuh tak acuh dalam belajar, sehingga hasil
belajar mereka jauh dari apa yang diharapkan dan tidak mencapai target ketuntasan
belajar siswa sebagaimana yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak
terlepas dari peran dan tanggung jawab guru dalam menerapkan model yang sesuai
dengan cara penyampaian materi yang tepat.
Terkait dengan kondisi tersebut banyak ahli di bidang pendidikan berpendapat
bahwa seseorang akan lebih memahami sesuatu apabila proses belajarnya dalam
suasana belajar yang nyaman, menyenangkan, aktif, kreatif, dan tidak membosankan.
Secara historis berbagai upaya dan inovasi telah dilakukan di indonesia, baik oleh
pemerintah, kalangan pendidik dan akademisi, maupun masyarakat luas dalam
memperbaharui metode pembelajaran yang menyenangkan guna menjadikan IPS
sebagai suatu pelajaran yang lebih mudah dimengerti,tidak membosankan dan menarik
untuk dipelajari.
Dalam proses belajar mengajar guru IPS hendaknya meyakinkan siswa bahwa IPS
bukanlah sesuatu yang harus di abaikan, akan tetapi merupakan sesuatu yang
menyenangkan dan menarik untuk dipelajari. Guru dalam mengajar harus menggunakan
metode dan penyampaian yang tepat, sehingga dapat mengubah sikap siswa yang
sebelumnya menganggap IPS itu bosan menjadi lebih menyenangkan. Selanjutnya
keberhasilan siswa di dalam belajar IPS sangat tergantung dari model atau cara guru
mengajar. Namun kunci keberhasilan tidak terlepas dari bagaimana cara guru
melaksanakan model pembelajarannya, cara guru menciptakan suasana di kelas juga
2
sangat berpengaruh pada reaksi yang ditampilkan siswa dalam kegiatan pembelajaran
dan juga pemilihan strategi yang tepat akan mempermudah proses terbentuknya
pengetahuan pada siswa, terutama pada bahan kajian yang dianggap sulit dipelajari
siswa.
Apabila guru berhasil menciptakan suasana yang membuat siswa termotivasi dan
aktif dalam belajar, kemungkinan meningkatnya hasil belajar siswa sesuai dengan yang
diharapkan, seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (2004:4) “Bahwa yang penting
dalam interaksi belajar mengajar adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi
kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang aman dan tertib serta memberikan
motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya,
melalui kegiatan belajar”.
Untuk mencapai tujuan belajar, perlu dilibatkan beberapa komponen, diantaranya
guru, siswa, materi pengajaran, dan evaluasi belajar mengajar. Faktor yang penting
dalam hal ini adalah guru dan materi pelajaran yang akan diajarkan. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Hamalik (1993:3), “Pemilihan dan penggunaaan
metode ditentukan oleh tujuan pelajaran yang hendak dicapai dan materi yang hendak
diajarkan”.
Penerapan model pembelajaran aktif diharapkan dapat menciptakan suasana
belajar yang lebih nyaman, menyenangkan, dapat membangkitkan minat, motivasi dan
hasil belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran
merupakan suatu prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar yang di dalamnya harus disertai dengan strategi
3
yang mengarah kepada keberhasilan penerapan model tersebut dan untuk mencapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Penentuan model yang akan
diterapkan, guru harus memilih model yang dapat membuat siswa lebih aktif, kreatif dan
inovatif. Salah satu model pembelajaran aktif yang berkembang saat ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe One to One.
Model pembelajaran kooperatif tipe One to One merupakan pembelajaran yang
lebih menekankan pada kegiatan individu, yang dapat meningkatkan kreatifitas, motivasi
dan kemampuan. Dimana siswa bertanggung jawab secara individu demi mendapatkan
nilai yang memuaskan. Dalam pembelajaran tipe ini siswa dapat aktif dengan
pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan bertanggung jawab atas pembelajarannya.
Melalui pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab
atas pembelajarannya. Tujuan inilah yang menjadi suatu ciri model Tipe One to One
yang akan diterapkan pada pengajaran IPS, perencanaan kegiatan belajar, evaluasinya
sampai kepada usaha memperbaikinya, itulah kegiatan pendidikan yang diterapkan pada
dunia pendidikan dewasa ini.
Berdasarkan uraian di atas, untuk mencapai keberhasilan siswa terutama dalam
mata pelajaran IPS sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut penulis ingin melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe One to One Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di SMP Negeri 12 Banda Aceh
Tahun Ajaran 2014/2015.”
4
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif Tipe One to One dapat
meningkatkan prestasi belajar IPS kelas VIII di SMP Negeri 12 Banda Aceh
tahun ajaran 2014-2015?
2. Apa Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif Tipe One to One pada pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 12
Banda Aceh?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe One to One dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di
SMP Negeri 12 Banda Aceh tahun ajaran 2014-2015.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe One to One dalam mata pelajaran IPS di SMP
kelas VIII Negeri 12 Banda Aceh.
5
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi Siswa, meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, berani bertanya,
mampu menerapkan prinsip kerjasama dalam kelompok, dapat menjawab dan
menyampaikan pendapat serta dapat menyenangi teman-teman kelasnya karena
lebih saling mengenal dalam pembelajaran ini serta meningkatnya kemampuan
belajar siswa.
2) Bagi Guru, sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan yang bervariasi
yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran .
3) Bagi Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe One to One dalam
proses belajar mengajar serta mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam
melakukan penelitian ini.
F. Anggapan Dasar
6
Anggapan dasar atau postulat merupakan rumusan dasar teoritis yang dijadikan
landasan bagi suatu penelitian ilmiah. Menurut winarno dalam arikunto ( 2003:58 ) “
anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh
penyidik”. Sesuai dengan pendapat tersebut, maka yang menjadi anggapan dasar dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif Tipe One to One dapat diterapkan
pada mata pelajaran IPS .
G. Hipotesis
Berdasarkan anggapan dasar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan suatu hipotesis. Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap
penelitian yang sedang diteliti kebenarannya yang membutuhkan penyelidikan dan
penelitian (Arikunto:65). Berdasarkan pengertian hipotesis tersebut, maka hipotesis
penelitian ini adalah :
1) Penerapan model pebelajaran kooperatif tipe One to One berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 12
Banda Aceh karena model pembelajaran kooperatif tipe One to One ini
merupakan salah satu model pembelajaran yang membuat siswa mandiri dan
bertanggung jawab atas nilainya sendiri.
2) Kendala yang dihadapi ketika penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
One to One ini adalah siswa kurang bisa dan tidak serius dalam menyiapkan
7
alat bantu belajar yang berfungsi untuk membantu siswa tersebut menjelaskan
materi yang telah ia kuasai kepada pasangan kelompoknya.
H. Ruang Lingkup Penelitian dan Definisi Istilah
a. Ruang Lingkup
Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu dibuat ruang lingkup penelitian.
Penelitian ini dilakukan dilakukan di SMP Negeri 12 Banda Aceh.
b. Definisi Istilah
a) Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas.
b) Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. Memahami
pengertian prestasi belajarsecara garis besar harus bertitik tolak kepada
pengertian belajar itu sendiri, untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka
anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan. Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
8
kolaboratif dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen (Slavin
dalam Solihatin dan Muhibbinsyah, 2010:11).
c) One to One adalah suatu model pembelajaran yang sangat menekankan
sisi membaca dan menulis untuk aspek yang ingin dicapai dalam setiap
Kompetensi Dasar. One to One juga merupakan model pembelajaran
yang melatih siswa untuk berpikir, mandiri, saling kerja sama,
pengucapan/artikulasi yang jelas, melatih pula kecerdasan emosional dan
menyenangkan. (Paul Ginnis :2008)
I. Kajian Pustaka
1. Belajar
Belajar adalah nafas bagi kehidupan para pelajar atau mahasiswa.
(Djamarah,2002:5) mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku
atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebaginya. Oleh karena itu, belajar merupakan hal yang
wajib dilakukan oleh para peserta didik.
Ada beberapa teori yang menyatakan bahwa proses belajar pada prinsipnya
bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip,
sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi peserta didik. Teori
semacam ini boleh jadi diterima, dengan suatu alasan bahwa dari struktur kognitif itu
dapat mempengaruhi perkembangan afeksi atau penampilan seseorang.
9
Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai suatu bukti keberhasilan yang dicapai
oleh siswa dalam memperoleh perubahan, cara bersikap, bertingkah laku yang baru,
bertindak cepat dan tepat secara optimal setela proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa pada dasarnya berbeda-beda antara satu dengan lain, ada
yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai prestasi belajar yang optimal
dan ada pula yang memerlukan waktu yang singkat. Oleh karena itu, prestasi belajar
siswa selalu berubah-ubah tergantuyng kematangan pribadi siswa, baik menyangkut
psikomotorik, mental intelektual maupun emosional dan sosialnya.
2. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah salah satu
pembelajaran kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam
pembelajaran kooperatif akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi
dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan
peserta didik,dan peserta didik dengan guru.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran
yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto 2008: 35).
Sedangkan menurut Slavin (1997) pembelajaran kooperatif, merupakan metode
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan
heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode
10
pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam
belajar.
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling
tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan
berbagi penghargaan tersebut bila mereka berhasil sebagai kelompok kecil.
Menurut Linda L dalam Tim Urge (1997 : 1):
“Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka, “tenggelam atau
berenang bersama”.
2) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam
kelompoknya. Disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang
sama.
4) Para siswa harus membagi tugas dan membagi tanggung jawab sama
besar diantara para anggota kelompok.
5) Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerjasama selama belajar.
11
7) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu
materi yang ditanggani dalam kelompok kooperatif”.
Dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tentu memiliki ciri-ciri
tersendiri yang menyebabkan berbeda dengan model-model pembelajaran lainnya.
Menurut Ibrahim, dkk (2000 : 6), “Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model
kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
3) Bilaman mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda-beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbangan individu”.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok
yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran
kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif.
Dalam proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada peserta didik. Peserta
didik dapat saling membelajarkan sesama peserta didik lainnya. Pembelajaran oleh rekan
sebaya lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru.
12
Maesuri (2002:1) mengemukakan bahwa “pada dasarnya pembelajaran kooperatif
adalah suatu proses pembelajaran sederhana tetapi berbeda dengan pembelajaran
tradisional dan operasi kelasa tradisional”. Dalam suatu kelas kooperatif, guru
mengorganisasikan kurikulum sekitar tugas atau proyek siswa dalam kelompok kecil,
peserta didik dalam satu kelas merupakan bagian dari suatu kelompok besar, prestasi
yang diharapkan dari belajar kelompok terfokus pada tujuan yang dilaksankan oleh
peserta didik.
Pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran
telah ditetapkan.
Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan.
Menurut Lie ( 2004 ):
1. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut
dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling
ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan
tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan
peran, saling ketergantungan hadiah.
2. Interaksi tatap muka
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka
sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan
13
guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih
luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.
3. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya
disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok
mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang
dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada
temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena
itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya.
Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian
kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota
secara individual.
4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus
diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan
memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.
Tujuan pembelajaran kooperatif yaitu:
14
1. Meningkatkan hasil belajar akademik, meskipun pembelajaran kooperatif
meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit.
2. Penerimaan terhadap keragaman. Pembelajaran kooperatif memberi peluang
kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling
bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama.
3. Pengembangan ketrampilan sosial. Mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru ( Asmara. 2009 :
11 ) dan Menurut Hetika ( 2008: 23 ), prestasi belajar adalah pencapaian atau
kecakapan yang dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan.
Dari peberapa pengertian diatas prestasi dapat diartiakan sebagi hasil
yang diperoleh berupa penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan oleh
seorang siswa yang dikembangkanmelaui tes yang diberikan oleh guru.
15
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Menurut
Muhibbinsyah (2003:145) secara global faktor-faktor yang mepengaruhi belajar
siswa dapat dibedakanmenjadi tiga macam yaitu:
1) faktor internal/faktor fisiologis
kondisi jasmani dan tomus(tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Yang termasuk dalam faktor ini
adalah: tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, bakat siswa, minat siswa, sikap
siswa dan motivasi siswa.
2) Faktor eksternal
faktor eksternal tidak dapat dikuasai atau sulit dikendalikan karena variabel-
variabelnya berada diluar sianak, atau ditentukan oleh variabel lainnya,
anmun sangat mepengaruhi terhadap keberhasilan seorang individu, yaitu
faktor sosial yang berdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.
3) Faktor pendekatan belajar
Menurut Muhibbinsyah (2003:50) menyatakan bahwa “ faktor-faktor
pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pembelajaran mata pelajaran”, pendekatan belajar dapat dipahami sebagai
16
segala cara dan strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan
dan efesiensi proses pembelajran materi tertentu.
5. Pembelajaran kooperatif Tipe One to One
Pembelajaran kooperatif tipe One to One yang dikembangkan oleh Paul Ginnis
(2008) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai
menggunakan pembelajaran kooperatif.
One to One adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Siswa ditempatkan dalam dua kelompok belajar, dan diberi materi belajar yang sama
akan tetapi dengan subtopik yang berbeda. Siswa diberi deadline untuk menguasai
materi dan mampu menghasilkan alat bantu belajar baik berupa kumpulan kata kunci
ataupun berupa gambar yang berhubungan dengan materi yang sedang di pelajari, alat
bantu tersebut berfungsi untuk memudahkan mereka dalam menjelaskan kembali materi
yang telah mereka pelajari. Siswa yang mampu menguasai materi dan menghasilkan alat
bantu lebih cepat dari deadline yang telah ditentukan akan diberi nilai tambahan oleh
guru. Kemudian siswa dari kedua kelompok dipasangkan membentuk sebuah pasangan
belajar, dan saling menjelaskan materi yang telah mereka kuasai baik menggunakan alat
bantu yang telah mereka persiapkan ataupun tidak. Guru memantau siswa-siswa yang
sedang menjelaskan materi kepada pasangan kelompoknya, memberi nilai tambahan
kepada siswa yang menjelaskan materi dengan lancar dan akurat dan membantu siswa
17
yang kurang lancar dan kurang akurat dalam menjelaskan materi kepada pasangan
kelompoknya.
Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh Rukiah “penerapan
model pembelajaran koopertatif tipe Make a Macth dalam
pembelajaran IPS siswa kelas VII-B di SMP Negeri 2 Bandar Dua
kabupaten pidie jaya” menunjukan bahwa peningkatan prestasi
belajar siswa sebanyak 86,36 % menggunakan model pembelajaran
kooperatif tersebut, senada dengan Rukiah, penelitian tentang
“Pengaruh Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam
pembelajaran IPS siswa klas VIII-1 di SMP Negeri 1 Bandar Dua
kabupaten Pidie Jaya”, juga pernah dlakukan oleh Suryati dengan
angka peningkatan prestasi belajar siswa sebanyak 83,12 %.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran kooperatif sangat berpengaruh.
J. Metode Penelitian
1) Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini hendak menguji pengaruh penggunaan model kooperatif Tipe One
to One terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 12 Banda Aceh. Dalam hal ini penulis
menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
eksperimen.
18
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific
inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang
beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum
dan prediksi (Watson, dalam Danim 2002:56). Fokus penelitian kuantitatif
diidentifikasikan sebagai proses kerja yang berlangsung secara ringkas, terbatas dan
memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur dan dinyatakan dalam
angka-angka. Selain pendekatan penelitian kuantitatif yang digunakan untuk menguji
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe One to One, peneliti juga
menggunakan metode eksperimen.
Menurut Arikunto (2006:3), Metode penelitian eksperimen ditandai dengan
adanya perlakuan yang disengaja diadakan dan dirancang untuk mengubah kondisi atau
untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari ”sesuatu” yang dikenakan pada subjek yang
diteliti. Caranya adalah membandingkan satu atau lebih kelompok pembanding yang
menerima perlakuan. Kelompok satu diberi perlakuan dengan menerapkan model One to
One dan kelompok dua tanpa perlakuan dengan tidak menerapkan model One to One.
Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelas eksperimen dan kelompok tanpa
perlakuan disebut kelas kontrol.
2) Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:61). Populasi dalam
19
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Banda Aceh yang
berjumlah 3 kelas dengan jumlah siswa 53 orang.
Menurut sugiyono (2007:62) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Saifudin Azwar (1997:79) sampel adalah sebagian dari
populasi, sedangkan menurut Sukardi (2008:54) Sampel adalah sebagian dari jumlah
populasi yang dipilih untuk sumber data. Berdasarkan kedua pendapat dapat
disimpulkan bahwa pengertian sampel adalah sebagian anggota populasi yang akan
diteliti dalam penelitian.
Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII2 yang
berjumlah 18 orang siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII3 yang
berjumlah 16 orang siswa sebagai kelas kontrol.
3) Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa instrumen. Instrumen penelitian
adalah alat ukur untuk mengumpulkan data yang kemudian diolah dan dianalisis untuk
disimpulkan. Berkaitan dengan cara-cara yang ditempuh dalam rangka mendapatkan
data dan infomasi yang diperlukan, maka peneliti mengunakan beberapa metode
pengumpulan data:
a.Tes
Tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu
atau kelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu
dengan yang lain. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui kemampuan
20
siswa dalam menguasai pelajaran yang telah dipelajari sebelum dan sesudah
diberlakukan perlakuan (treatment), yaitu dalam bentuk post-test.
b. Dokumen
Dokumentasi yaitu alat pengumpul data yang digunakan untukmencari data
mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku dan sebagainya, serta
keterangan jumlah siswa dala kelas eksperimen tersebut. Terdapat beberapa
alasanmengapa digunakan sumber ini, Pertama, rekamandan dokumen merupakan
sumber informasi yang stabil, baikkeakuratannya dalam merefleksikan situasi yang
terjadi dimasa lampaumaupun sekarang dan dapat dianalisis kembali tanpa
mengalamiperubahan. kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumberinformasi yang
kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalamkonteksnya. Ketiga, sumber ini
sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai obyek penelitian
yang meliputi Pengaruh Model Pembelajaran Tipe One to One dalam Mata Pelajaran
IPS Kelas VIII SMP Negeri 12 Banda Aceh.
c. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan dan mengumpulkan
informasi tambahan sehubungan dengan model pembelajaran sejarah pada umumnya,
kesulitan apa saja yang ditemui dalam proses pembelajaran dan upaya yang dilakukan
21
guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar. Penulis akan melakukan wawancara
kepada guru dan siswa.
4) Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam suatu penelitian eksperimen merupakan tahap penting
di mana data yang dikumpulkan diolah dan disajikan sedemikian rupa untuk membantu
peneliti untuk menjawab permasalahan yang ditelitinya (Sukamto, 1995: 67). Teknik
analisis data dimaksudkan untuk mencari jawaban atas pertanyaan peneliti tentang
permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Analisis data merupakan proses
mencari dan menyusun secara sistimatis data yang diperoleh dari hasi angket, unjuk
kerja, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari hasil tes
dan observasi. Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan yaitu mengetahui ada
atau tidaknya peningkatan hasil belajar dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe One to One menurut Arikunto (2006:275) dapat menggunakan rumus
korelasi Produk Moment sebagai berikut:
r=N ∑ XY −(∑ X ) (∑Y )
√ {N ∑ X2−(∑ X ¿ ² }{N ∑Y
2−(∑Y ¿ ² } ¿
Keterangan:
r xy : angka indek skor korelasi “r” produk moment
N : banyaknya pasangan X dan Y (banyaknya subjek)
22
∑ XY : penjumlahan hasil perkalian skor X dan skor Y
∑ X : jumlah seluruh skor X
∑Y : jumlah seluruh skor Y
Setelah harga koefisien di peroleh, untuk menguji apakah koefisien korelasi
signifikan atau tidak yaitu dengan menggunakan uji-t pada drajat signifikan 5% (α : 0,05
), dengan rumus yang di temukan oleh Sudjana (2005:380), yaitu:
t = r√n−2
√1−r2
dimana:
r : koefesien regresi
n : jumlah responden
t : uji hipotesis
Adapun langkah-langkah untuk menghitung hipotesis diterima atau ditolak maka
harga t hitung dibandingkan dengan harga t tabel pada taraf signifikan α=0,05 (5 % ) ,
derajat kebebasan dk = (n-2), dengan kriteria sebagai berikut :
- Terima H a , jika t h itung>ttabel
- Terima H 0 tolak H a, jika t h itung<ttabel
23
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka cipta.
Djamarah, S, B. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Rieneka Cipta.
Ginnis, Paul. 2008. Trik dan Taktik Mengajar Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas. Jakarta: PT Indeks.
Ibrahim, Muslim dkk.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Lie. A. 2002. Cooperatif Learning: Mempraktikkan Cooperatif learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Sarana Indonesia.
Maesuri, S. 2002. Pembelajaran dan Pencapaian Belajar Siswa. Bandung: Pustaka Ilmu.
24
Oemar, Hamalik. 1993. Mengajar, Azas, Metode dan Tekhnik. Bandung:IKIP
Rukiah.2013.Penerapan model pembelajaran koopertatif tipe make a macth dalam pembelajaran IPS siswa kelas VII-B SMP N 2 Bandar Dua kab pidie jaya . Banda Aceh. Unsyiah (skripsi)
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Tindakan Kelas Pendekatan Kuantitatif, Kulitatif, dan R&D.Bandung : Alfabeta.
Sukardi.2004.Metodologi Penelitian: Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sardiman, A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Persada.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung. PT. Tarsito.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryati . 2013. Pengaruh Model Pembeljaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dalam pembelajaran IPS siswa kelas VIII-1 SMP N 1 Bandar Dua kabupaten Pidie Jaya. Banda Aceh. Unsyiah (skripsi)
Tim Urge.1997.Petunjuk Palaksaan Pembelajaran Kooperatif. Program Pasca Sarjana: IKIP Surabaya
25