PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP …repository.radenintan.ac.id/3987/1/SKRIPSI.pdfdalam Ilmu...

115
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Pendidikan Matematika Oleh KHUSNUL AYU WANDARI NPM : 1311050085 Jurusan : Pendidikan Matematika FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H / 2017 M PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI PENGETAHUAN AWAL MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP …repository.radenintan.ac.id/3987/1/SKRIPSI.pdfdalam Ilmu...

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Pendidikan Matematika

Oleh

KHUSNUL AYU WANDARI

NPM : 1311050085

Jurusan : Pendidikan Matematika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1439 H / 2017 M

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI)

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU

DARI PENGETAHUAN AWAL MATEMATIS SISWA

KELAS VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI)

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU

DARI PENGETAHUAN AWAL MATEMATIS SISWA

KELAS VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Matematika

Oleh

KHUSNUL AYU WANDARI

NPM. 1311050085

Jurusan : Pendidikan Matematika

Pembimbing I : Mujib, M.Pd

Pembimbing II : Suherman, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1439 H / 2018 M

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP

INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH DITINJAU DARI PENGETAHUAN AWAL MATEMATIS

SISWA KELAS VII SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2017/2018

Oleh

Khusnul Ayu Wandari

Berdasarkan hasil belajar matematika siswa kelas VII di SMP PGRI 6 Bandar

Lampung, menunjukkan bahwa masih banyaknya siswa yang belum mencapai nilai

KKM. Penyebabnya adalah siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran di

kelas, kurangnya tuntutan siswa untuk lebih menggali ilmu pengetahuan tentang

materi yang sedang disajikan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui adanya pengaruh dan perbedaan strategi pembelajaran Group

Investigation terhadap kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari pengetahuan

awal matematis (PAM) siswa kelas VII di SMP PGRI 6 Bandar Lampung.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis Quasy Experimental

Design. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP PGRI 6 Bandar

Lampung dengan jumlah populasi 246 siswa. Sampel dalam penelitian ini yaitu

kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C sebagai kelas kontrol.

Teknik analisis data menggunakan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan uji

Lilliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. Dilanjutkan dengan uji hipotesis

yaitu menggunakan uji ANAVA dua arah dengan sel tak sama dan uji lanjut yang

menggunakan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe’.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian didapat

bahwa: (1) siswa dengan perlakuan strategi pembelajaran Group Investigation

mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematika yang lebih baik daripada

siswa dengan perlakuan pembelajaran konvensional; (2) Kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa dengan PAM tinggi lebih baik daripada siswa dengan

PAM sedang dan rendah. Sedangkan siswa dengan PAM sedang mempunyai

kemampuan pemecahan masalah matematika yang lebih baik daripada siswa dengan

PAM rendah; (3) Dan tidak terdapat interaksi antara strategi pembelajaran Group

Investigation dengan kategori pengetahuan awal matematis siswa.

Kata Kuci: Group Investigation, Kemampuan Pemecahan Masalah,

Pengetahuan Awal Matematis.

MOTTO

Artinya: “karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S Al-Insyirah: 5-6)1

1 Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005).

PERSEMBAHAN

Terucap syukur kehadirat Allah SWT, ku persembahkan karya skripsi ini sebagai

tanda bukti dan cinta kasih sayang serta baktiku yang tulus kepada:

1. Kedua orang tuaku yang tercinta, Ayahanda Kusyoto dan Ibundaku Nurhayati

yang telah memberikan cinta, kasih sayang, pengorbanan, nasehat, semangat,

dan do’a yang tiada henti untuk kesuksesanku. Tiada kasih sayang yang tulus

dan seabadi kasih sayangmu pada diriku selalu.

2. Kedua adik-adikku Amaliya Khasanah dan Dandi Saputra terimakasih atas

kasih sayang, persaudaraan dan dukungan yang selama ini kalian berikan,

semoga kita kelak menjadi anak-anak yang membanggakan dan sukses

bersama untuk membahagiakan kedua orang tua kita dan tetap menjadi pribadi

yang rendah hati.

RIWAYAT HIDUP

Khusnul Ayu Wandari dilahirkan di Sukabumi Kecamatan Buay Bahuga

Kabupaten Way Kanan pada tanggal 31 Mei 1994, anak pertama dari pasangan bapak

Kusyoto dan ibu Nurhayati.

Pendidikan dimulai dari SD Negeri 2 Sukabumi Buay Bahuga dan selesai

pada tahun 2006. SMPN I Buay Bahuga selesai tahun 2009. SMAN 2 Buay Bahuga

selesai tahun 2013, selama masa SMA, penulis pernah aktif di Organisasi Paskibra.

Dengan dukungan dari kedua orang tua dan tekad yang kuat dan selalu mengharap

ridho Allah SWT, penulis memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan

tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung di Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika dengan penuh harapan dapat

bertambahnya ilmu pada diri penulis.Pada bulan Agustus 2015 peneliti mengikuti

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kota Gajah, Kecamatan Kota Gajah, Kabupaten

Lampung Tengah. Pada bulan Oktober 2016 peneliti melaksanakan Praktik

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PGRI 6 Bandar Lampung.

KATA PENGHANTAR

Tiada kata yang pantas diucapkan melainkan puji syukur hanya bagi Allah,

kami memuji-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan

keburukan amal perbuatan kami. Solawat bermutiarakan salam senantiasa

tercurahkan Qudwah dan Uswah kita, sang Murobbi sejati kita yakni Nabiullah

Muhammad SAW.

Atas berkat rahmat dan petunjuk Allah SWT, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu penulis merasa perlu menyampaikan ucapan terimakasih

dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, Dr. Nanang Supriadi, M.Sc.

Terimakasih atas petunjuk dan arahan yang telah diberikan selama masa

studi di UIN Raden Intan Lampung.

3. Bapak Mujib, M.Pd selaku pembimbing I dan bapak Suherman, M.Pd

selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik

serta memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu

di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

5. Kepala Sekolah, Guru, dan Staf TU SMP PGRI 6 Bandar Lampung yang

telah memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

6. Teman-teman Matematika kelas B dan pendidikan Matematika angkatan

2013 serta pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

7. Keluarga besar PPL di SMP PGRI 6 Bandar Lampung, Sahabat KKN Desa

Kota Gajah, Sahabat Ujian Komprehensif, terimakasih atas kebersamaan

dan ilmu serta pengalaman yang dapat diambil dari kalian ketika kita

bersama.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan didalam skripsi ini karena masih

terbatasnya ilmu yang penulis kuasai. Oleh karenanya kepada pembaca kiranya dapat

memberikan saran dan masukan yang bersifat membangun. Akhirnya dengan iringan

terimakasih penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Juni 2018

KHUSNUL AYU WANDARI

NPM: 1311050085

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ iii

PENGESAHAN ..................................................................................................... iv

MOTTO ................................................................................................................. v

PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vii

KATA PENGHANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 10

C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 11

D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 12

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 12

F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 13

G. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 14

H. Definisi Oprasional ..................................................................................... 15

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 16

A. Landasan Teori ............................................................................................ 16

1. Pengertian Pembelajaran ....................................................................... 16

2. Model Pembelajaran Group Investigation (GI) .................................... 17

3. Kemampuan Pemecahan Masalah......................................................... 23

4. Pengetahuan Awal Matematis ............................................................... 29

5. Pembelajaran Konvensional .................................................................. 31

B. Kerangka Berfikir........................................................................................ 33 C. Hipotesis ...................................................................................................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 39

A. Metode Penelitian........................................................................................ 39

B. Variabel Penelitian ...................................................................................... 41

C. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel..................................................... 43

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 45

E. Instrumen Penelitian.................................................................................... 47

F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 55

1. Uji Prasyarat .......................................................................................... 56

2. Uji Hipotesis.......................................................................................... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 68

A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 68

1. Hasil Uji Coba Instrumen Tes ............................................................... 68

2. Deskripsi Statistik ................................................................................. 71

3. Hasil Uji Prasyarat ................................................................................ 73

4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 75

B. Pembahasan ................................................................................................. 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 86

A. KESIMPULAN ........................................................................................... 86

B. SARAN ....................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Hasil Nilai Ulangan Harian Matematika Materi Bilangan Bulat

Siswa Kelas VII ............................................................................. 6

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 40

Tabel 3.2 Distribusi Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung .......... 44

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahahan Masalah ..... 48

Tabel 3.4 Interpretasi Korelasi Validitas ........................................................... 52

Tabel 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran .......................................................... 52

Tabel 3.6 Indeks Daya Beda ......................................................................... 54

Tabel 3.7 Notasi dan Tataletak Anava ........................................................... 61

Tabel 3.8 Rangkaian Analisis Variansi Dua Arah ......................................... 65

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas, Tingkat Kesukaran, Daya Beda, dan

Reliabilitas ..................................................................................... 70

Tabel 4.2 Deskripsi Data Amatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 71

Tabel 4.3 Sebaran Siswa ditinjau dari Strategi Pembelajaran dan

Kreativitas Belajar Matematika ..................................................... 72

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis ........................................................ 74

Tabel 4.5 Hasil uji Homogenitas ........................................................... 75

Tabel 4.6 Rangkuman ANAVA Dua Arah dengan Sel Tak Sama ................. 76

Tabel 4.7 Rataan Marginal ............................................................................. 77

Tabel 4.8 Hasil Uji komparasi Ganda Antar kolom ................................ 78

Tabel F Analisis Variansi

Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors

Tabel R Product Moment

Tabel Chi Quadrat p[

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ...................................................................... 35

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Nama Siswa Uji Coba Instrumen

Lampiran 2. Nama Siswa Sampel Penelitian

Lampiran 3. Kisi-kisi Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Lampiran 4. Soal Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Lampiran 5. Kunci jawaban Soal Uji Coba

Lampiran 6. Hasil Uji Coba Instrumen Tes

Lampiran 7. Perhitungan Manual Analisis Validitas Item Tes

Lampiran 8. Tabel Analisis Validitas Item Tes

Lampiran 9. Perhitungan Manual Analisis Tingkat kesukaran

Lampiran 10. Tabel Analisis Tingkat Kesukaran

Lampiran 11. Perhitungan Manual Analisis Daya Beda

Lampiran 12. Tabel Analisis Daya Beda

Lampiran 13. Perhitungan Manual Analisis Reliabilitas Item tes

Lampiran 14. Tabel Analisis Reliabilitas Item tes

Lampiran 15. Silabus

Lampiran 16. RPP Kelas Eksperimen

Lampiran 17. RPP Kelas Kontrol

Lampiran 18. Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Kelas Kontrol

Lampiran 19. Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Kelas Eksperimen

Lampiran 20. Daftar Skor Pengetahuan Awal Matematis Siswa Kelas Eksperimen

Lampiran 21. Daftar Skor Pengetahuan Awal Matematis Siswa Kelas Kontrol

Lampiran 22. Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Berdasarkan Kategori Pengetahuan Awal Matematis

Lampiran 23. Deskripsi Data Pengetahuan Awal Matematis Lampiran 24. Deskripsi Data Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Lampiran 25. Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen

Lampiran 26. Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol

Lampiran 27. Perhitungan Uji Normalitas Pengetahuan Awal Matematis Tinggi

Lampiran 28. Perhitungan Uji Normalitas Pengetahuan Awal Matematis Sedang

Lampiran 29. Perhitungan Uji Normalitas Pengetahuan Awal Matematis Rendah

Lampiran 30. Perhitungan Uji Homogenitas

Lampiran 31. Perhitungan Uji Hipotesis

Lampiran 32. Uji Komparasi Ganda

Lampiran 33. Tabel F Analisis Variansi

Lampiran 34. Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors

Lampiran 35. Tabel R Product Moment

Lampiran 36. Tabel Chi Quadrat

Lampiran 37. Dokumentasi

Lampiran 38. Surat Keterangan Mengadakan Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

potensi sumber daya manusia siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi

kegiatan belajar mereka. Berkenaan dengan hal itu, Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 mendifinisikan pendidik sebagai

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara ”.2 Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.3

2 Syaiful Sagala,Konsep dan Makna pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2011),Catatan ke-

9,h.3. 3Ibid, h.1

Selain itu pendidikan juga mempunyai kedudukan dengan menjamin untuk

memperbaiki dan mengangkat derajat manusia yang lebih tinggi, hal ini sesuai

dengan Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Mujadilah:11. 4

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "berlapang-

lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "berdirilah kamu", maka

berdirilah, niscaya allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat. Dan allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.S Al-

Mujadilah:11)

Ayat di atas menjelaskan bahwaAllah SWT, akan mengangkat derajat orang-

orang yang beriman kepadaNya dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan, untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut seseorang harus melalui proses pendidikan baik

itu pendidikan informal, formal, maupun non formal. Sekolah sebagai salah satu lembaga

pendidikan formal yang mempunyai peran yang sangat besar untuk memperoleh

pendidikan. Indonesia merupakan sebuah negara yang mewajibkan setiap warga

negaranya untuk mengikuti pendidikan diantaranya berdasarkan Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dan Surat Al-Mujadillah

tersebut. Oleh karena itu, pendidikan secara terus menerus dibangun dan

dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang

diharapkan.

4 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV penerbit J-Art,

2004), h.543.

Selain itu pendidikan merupakan wadah yang dapat dipandang sebagai

pembentuk sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Salah satufaktor yang

mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan adalah pembelajaran

yang berlangsung. Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar

menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang

harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, salah satunya

adalah pada pembelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan diberbagai

jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, hal ini

disebabkan karena pentingnya matematika untuk diterapkan dikehidupan sehari-hari.

Hal ini dapat diketahui melalui setiap kegiatan manusia yang sering sekali terkait

dengan matematika. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat

tergantung kepada perkembangan pendidikan dalam pengajaran di sekolah-sekolah

terutama pendidikan matematika. Pembelajaran matematika disekolah merupakan

sarana berpikir yang jelas, kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Hal ini menyebabkan

matematika dipelajari di sekolah oleh semua siswa dari sekolah dasar hingga

perguruan tinggi.

Adapun tujuan mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan

dasar dan menengah agar siswa mampu: (1)Memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikankonsep atau algoritma

secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan

penalaran pada pola dansifat, melakukan manipulasi matematikadalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)

Mengkomunikasikan gagasan dengansimbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah; dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diridalam pemecahan masalah.5

Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika di atas salah satu yang

terpenting adalah kemampuan pemecahan masalah karena kemampuan pemecahan

masalah merupakan tujuan umum pembelajaran matematika. Pentingnya pemecahan

masalah yang dikemukakan Branca bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah

jantungnya matematika. Hal ini sejalan dengan NCTM yang menyatakan bahwa

pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika,

sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari pembelajaran matematika.6

Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan siswa berperan aktif

dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi/data untuk diolah

menjadi konsep, prinsip, teori atau kesimpulan. Kenyataannya, pemecahan masalah di

tingkat SMP masih rendah. Hal ini karena, kebanyakan siswa lebih mengutamakan

hasil dibandingkan proses untuk memperoleh hasil tersebut.

5Leo Adhar Effendi, “Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing

Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP”,

Jurnal Penelitian Pendidikan,Vol.13 No.32 (Oktober 2012), h.2. 6Ibid, h.2.

Berdasarkan hasil prasurvey yang penulis lakukan di SMP PGRI 6 Bandar

Lampung, khususnya dengan Guru mata pelajaran matematika kelas VII Ibu Linda

Wati, S.Pd. pada hari Senin 18 November 2016 pukul 10.00 WIB. Diketahui bahwa

faktor-faktor yang menyebabkan kurang terlatihnya kemampuan siswa dalam

pemecahan masalah yaitu siswa kurang menganalisis soal yang dihadapi, mereka

tidak mengetahui apa yang diketahui, tidak membaca soal secara seksama, dan terlalu

cepat memulai perhitungan. Metode pembelajaran yang digunakan pun masih

mengunakan metode ceramah, dan siswa hanya berfokus kepada pendidik sehingga

proses pembelajaran terlihat pasif. Selain itu pengetahuan awal yang dimiliki oleh

siswa masih rendah, dikarenakan siswa dalam proses pembelajaran hanya menunggu

sajian dari pendidik sehingga siswa menjadi pasif.7

Hal ini nampak pada rendahnya hasil belajar matematika siswa yang dapat

dilihat dari hasil nilai ulangan harian dengan materi bilangan bulat semester 1 kelas

VII di SMP PGRI 6 Bandar Lampung yang dinyatakan pada Tabel 1.1 berikut.

7 Linda Wati, Guru Matematika kelas VII, Wawancara,18 November 2016

Tabel 1.1 Hasil Nilai Ulangan Harian Matematika Materi Bilangan Bulat siswa

Kelas VII SMP PGR 6 Bandar Lampung

NO

Kelas

Nilai Siswa 𝒙

Jumlah 𝒙 < 70 𝒙 ≥70

1 VII A 22 17 39

2 VII B 18 18 36

3 VII C 28 11 39

4 VII D 27 12 39

5 VII E 21 17 38

6 VII F 22 17 39

7 VII G 21 16 37

Jumlah 159 108 267

Sumber: Daftar Nilai Ulangan Harian Tahun Pelajaran 2015/2016 Bidang

Setudi Matematika Materi Bilangan bulat Kelas VII SMP PGRI 6 Bandar

Lampung

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa dari 267 siswa kelas VII

yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berjumlah 108 atau

sekitar 40,4% dari jumlah siswa sedangkan siswa yang memperoleh nilai dibawah

KKM berjumlah 159 orang atau sekitar 59,6%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

matematika siswa masih rendah. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata

pelajaran matematika SMP PGRI 6 Bandar Lampung ini adalah 70. Menurut Guru

Matematika Ibu Linda mengatakan bahwa proses belajar mengajar tersebut dikatakan

berhasil jika 70% dari kelas tersebut mendapat nilai di atas KKM yang telah

ditetapkan. Hal tersebut besar kemungkinan dikarenakan masih banyaknya siswa

yang kurang aktif dalam pembelajaran matematika di kelas maupun dalam

mengerjakan soal matematika dan ketika siswa tidak bisa mengerjakan soal

matematika, disebabkan karena kurangnya pengetahuan awal matematis yang dimiliki

oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Siswa di SMP PGRI 6 Bandar Lampung

kurang gigih dalam mencari solusi penyelesaian soal matematika dan pengetahuan

awal matematis siswa dalam belajar matematika masih rendah. Hal tersebut

mengakibatkan siswa memandang bahwa matematika sulit untuk dipahami dan minat

siswa dalam belajar matematika menjadi berkurang.

Kondisi siswa seperti di atas jika dibiarkan saja akan mengakibatkan siswa

semakin kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi matematika lebih lanjut.

Kemampuan pemecahan masalah menjadi tujuan utama di antara tujuan belajar

matematika. Orang yang terampil memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan

kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu

kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global.8 Selain itu, di harapkan

kemampuan pemecahan masalah siswa dapat ditingkatkan dalam kegiatan

pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian suatu

masalah, siswa dapat memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta

keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah

matematis.9

Masalah memuat suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk segera

menyelesaikannya, akan tetapi tidak mengetahui cara penyelesaiannya secara

langsung yaitu kondisi dimana seseorang dihadapkan pada sesuatu yang baru dan

8 Sri Wardhani,dkk.,Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SMP.

(Yogyakarta:PPPPTK Matematika,2010).h.7 9Novita Yuanari,”Penerapan Strategi TTW (Think-Talk-Write) Sebagai Upaya Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 5 Wates

Kulon Progo”.(Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika UNY, Yogyakarta,2011).h.3

belum memahami cara penyelesaiannya. Pemecahan masalah matematika adalah

siswa dihadapkan pada masalah matematika yang cara penyelesaiannya belum

diketahui, dan pemecahan masalah matematika tersebut tidak dapat dilakukan

algoritma tertentu. Untuk memecahkan masalah matematika tersebut siswa harus

menggunakan pengetahuannya, sehingga dengan proses ini siswa akan

mengembangkan pemahaman matematika baru melalui pengalaman berpikirnya.

Memperhatikan pentingnya siswa mempunyai kemampuan pemecahan

masalah yang memadai dalam pembelajaran matematika maka diperlukan usaha dari

pendidik dalam meningkatkan keduanya. Usaha yang dapat dilakukan oleh pendidik

antara lain adalah memberikan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran

matematika, yang bertujuan untuk mendorong siswa agar dapat mengomunikasikan

gagasannya.

Proses pembelajaran yang kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh kemampuan dan ketetapan pendidik dalam memilih dan

menggunakan metode mengajar. Hal inipun ditegaskan dalam firman Allah SWT.

dalam (Q.S.An-Nahl:125). 10

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah danpelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.

10

Departemen Agama,Al-Quran dan Terjemah,(Bandung:Diponegoro),h.224

Berdasarkan ayat tersebut maka dapat disimpulan bahwa pendidik dalam

menyampaikan pembelajaran harus menggunakan cara atau metode yang baik agar

siswa dapat menerima pelajaran yang disampaikan dengan baik. Dalam proses

pembelajaran, seorang pendidik perlu mengusahakan agar pelajaran yang diajarkan

kepada siswa kelihatan menarik dan tidak terlihat membosankan dengan tetap

mendapatkan hasil yang maksimal. Seorang pendidik dituntut untuk pandai dalam

mengkombinasikan metode mengajar yang tepat untuk menyampaikan suatu pokok

bahasan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik.

Kegiatan belajar yang sifatnya pasif, siswa akan mengikuti pelajaran tanpa

rasa ingin tahu, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat terhadap hasilnya.

Berbeda dengan kegiatan belajar yang bersifat aktif, siswa akan mengupayakan

sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi

untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.

Model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah siswa, salah satu model pembelajaran yang dimaksud adalah model

pembelajaran Group Investigation (investigasi kelompok). Model ini menekankan

pada partisifasi dan aktifitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran

yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran

atau siswa dapat mencari melalui internet. Model ini melibatkan siswa sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya

melalui investigasi. Model ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang

baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (Group

Process Skills). Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari

tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Para guru yang menggunakan model Group Investigation umumnya

membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa

dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan

atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu tofik tertentu. Para

siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap

berbagai topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu

laporan di depan kelas secara keseluruhan.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian

eksperimen dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Pengetahuan Awal

Matematis Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan berdasarkan pengamatan di

SMP PGRI 6 Bandar Lampung khususnya guru matematika kelas VII, ada

beberapa masalah yang dapat penulis identifikasikan yaitu sebagai berikut :

1. Guru masih menggunakan metode konvensional seperti metode ceramah

dimana pembelajaran terpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif dan

banyak menunggu sajian guru.

2. Belum diterapkan pembelajaran group investigation terhadap kemampuan

dalam pemecahan masalah.

3. Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika.

4. Hasil belajar matematika siswa masih tergolong rendah.

5. Kemampuan pemecahan masalah siswa pada umumnya masih rendah.

6. Pembelajaran matematika di kelas perlu adanya inovasi pembelajaran.

7. Pengetahuan awal matematis siswa dalam belajar masih kurang.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan agar penelitian yang akan dilakukan lebih

terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian, sehingga

ruang lingkup yang diuji menjadi lebih spesifik dan menghasilkan penelitian

yang lebih efektif. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan

atas masalah-masalah antara lain:

1. Penerapan Model Pembelajaran yang diteliti adalah model pembelajaran

group investigation

2. Penelitian ini terpusat pada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.

3. Pengetahuan awal matematis siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan

masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah siswa yang memperoleh model pembelajaran group investigation

memiliki kemampuan pemecahan masalah lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat pengaruh kemampuan pemecahan masalah antara siswa

dengan pengetahuan awal matamatis kelompok tinggi, kelompok sedang,

dan kelompok rendah pada siswa yang memperoleh model pembelajaran

group investigation dan pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran group investigation

dan pengetahuan awal matematis siswa terhadap kemampuan pemecahan

masalah?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah siswa yang memperoleh model pembelajaran

group investigation memiliki kemampuan pemecahan masalah lebih baik

dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh peningkatan kemampuan

pemecahan masalah antara siswa dengan pengetahuan awal matematis

kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah pada siswa yang

memperoleh model pembelajaran grop investigation dan pembelajaran

konvensional.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran

group investigation dan kemampuan awal pengetahuan matematis siswa

terhadap kemampuan pemecahan masalah.

F. Manfaat Penelitian

Berdasakan hasil penelitian yang akan dilakukan, diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Siswa, dengan memperoleh pembelajaran yang menggunakan model group

investigation diharapkan siswa lebih tertarik pada pembelajaran matematis

dan mampu menyelesaikan masalah dalam soal yang telah diberikan.

b. Guru, dapat menggunakan model pembelajaran group investigation sebagai

salah satu model yang digunakan dalam mengajar sehingga menimbulkan

variasi baru dalam proses belajar mengajar.

c. Sekolah, Penelitian ini diharapakan mampu memberikan informasi

kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika. Sekolah juga

dapat menggunakan model pembelajaran group investigation sebagai salah

satu alternative dalam pembelajaran matematika.

d. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

peneliti ketika menjadi seorang pendidik dengan menerapkan model

pembelajaran group investigation ketika pembelajaran matematika di kelas.

e. Bagi UIN Raden Intan Lampung

Penelitian ini dapat dijadikan sumber ilmiah bagi penelitian selanjutnya yang

sejenis dan dapat dijadikan koleksi di perpustakaan.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Objek penelitian

Pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap kemampuan

pemecahan masalah ditinjau dari pengetahuan awal matematis siswa kelas

VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018

2. Subjek penelitian

Siswa kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018

3. Jenis penelitian

Bersifat kuantitatif atau eksperimen

4. Lokasi penelitian

SMP PGRI 6 Bandar Lampung

5. Waktu pelaksanaan penelitian

Pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018

H. Definisi Operasional

Agar penelitian lebih terarah dan tidak terjadi kesalah pahaman terhadap istilah

yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini diuraikan beberapa definisi yang

digunakan, antara lain:

1. Model pembelajaran Group Investigation merupakan pembelajaran kooperatif

yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri

kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok, dan kemudian

mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas. Metode ini paling

komplek dan paling sulit diterapkan dibandingkan metode kooperatif yang

lain.

2. Metode konvensional / ceramah diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran

melalui penuturan secara lisan atau cara penyampaiannya biasanya guru

menerangkan didepan kelas dan siswa mendengarkan lalu mencatat materi.

3. Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu tugas yang apabila kita

membacanya, melihatnya atau mendengarnya pada waktu tertentu dan kita

tidak mampu untuk segera menyelesaikannya dan untuk menyelesaikannya

harus memiliki prosedur tertentu.

4. Pengetahuan awal matematis merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan

kemampuan yang dibawa oleh siswa ke dalam proses pembelajaran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan pola pembelajaran yang diterapkan atau

dipilih guru dalam menyampaikan materi bahan ajar, sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai sesuai dengan yang dikehendaki guru. Menurut rusman model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran

kelas atau yang lain.11

Hal ini senada dengan pendapat Joice dan Weil

mendeskripsikan model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi intruksional, dan

memadu proses pengajaran diruang kelas atau disetting yang berbeda.12

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam

kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam

memilihnya, yaitu :

1) Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.

2) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran.

3) Pertimbangan dari sudut peserta didik atau peserta didik.

11

Rusman, Model-Model Pembelajaran, mengembangkan profesionalisme Guru (Jakarta:

Raja Grafindo 2013), h. 144 12

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajara, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,2014), h.73

4) Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.13

Penggunaan metode yang tepat akan membuat proses pembelajaran

menyenangkan dan dapat meningkatkan kualitas peserta didik. Sehingga seorang

guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang aktif dan efektif.

Berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau langkah-langkah

guru dalam proses pembelajaran, merancang bahan-bahan ajar untuk tercapainya

tujuan yang diinginkan oleh guru.

2. Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Model Group investigation (GI) yang pertama kali dikembangkan oleh

Sharan merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kelompok yang

mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi.14

Menurut

Rusman dalam bukunya bahwa model pembelajaran Group investigation merupakan

model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik

secara perorangan maupun kelompok.15

Model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation dapat melatih siswa

untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif

dapat terlatih mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan

memberikan peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan

13

Rusman, Loc. Cit 14

Miftahul Huda, Op. Cit, h. 292 15

Rusman, Op. Cit, h. 222

mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat

memperbaiki kesalahannya.16

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Group investigation adalah model

pembelajaran yang menekankan untuk siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran

melalui belajar kelompok. Pada model pembelajaran ini guru hanya sebagai fasilitator

saja sedangkan siswa dilibatkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran (Student

Center). Group investigation mengajarkan siswa untuk menghadapi permasalahan-

permasalahan yang perlu dilakukan kajian/ investigasi dan guru merancang bahan

ajar yang mampu mendorong/ merangsang siswa untuk melakukan pengkajian lebih

lanjut terhadaap permasalahan yang ada, yakni pengumpulan data, mengkaji,

mengklasifikasikan data dan sejenisnya

Model pembelajaran Group investigation (GI) sangat ideal digunakan dalam

pembelajaran Matematika. Dengan materi matematika yang abstrak dan

mengharuskan siswa untuk mengerti langkah demi langkah penyelesaian dalam

pemecahan suatu masalah sehingga siswa harus benar-benar mengerti dan memahami

materi matematika. Model ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa

untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran.

a. Manfaat Model Group investigation

Dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran GI, ada beberapa manfaat yang didapatkan antara lain:

16

S. Pt. Bagus Rustina, Siti Zulaikha, I KM. Ngr. Wiyasa,”Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group investigation Berbantu Media Konkret Terhadap Hasil Belajar IPA,” (Jurnal

mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Program PGSD, Vol.2, No.1, 2014),h. 3

1) Mendidik keterampilan dalam penelitian ilmiah;

2) Membimbing keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain;

3) Membentuk perilaku sosial yang bermanfaat bagi kehidupan;dan

4) Mengajarkan semua bidang studi dan kelas-kelas yang tinggi atau

rendah.17

b. Kelebihan dan kekurangan Model Group investigation

1) Kelebihan Model Group investigation :

a) Mengembangkan tanggung jawab dan kreatifitas siswa

b) Menghilangkan sifat egois

c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkolaborasi dengan

teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan

suatu masalah

d) Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.18

2) Kelemahan Model Group investigation:

a) Merupakan model paling kompleks dan paling sulit dilakukan dalam

proses belajar mengajar.

b) Dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang relatif lama.

c) Sulit diterapkan apabila siswa tidak memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik.19

c. Tahapan-Tahapan Model Pembelajaran Group investigation

Sharan membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi

kelompok meliputi 6 (enam) fase, yaitu :

1) Memilih topik

siswa memilih sub topik khusus didalam suatu daerah masalah

umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa

17

Juanda, model pengajarangroup investigasiondalam pengajaranstruktur (Jurnal Ilmu

Sastra Vol. 6 No.1, Mei 2011), h.90 18

Bagus Rustina, Siti Zulaikha, wiyasa, pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Group investigation berbantuan media konkret terhadap hasil belajar (Jurnal Mimbar PGSD,

Universitas Pendidikan Ganesha, Vol.2, No. 1, 2014), h. 4 19

Ibid

dikelompokan menjadi 2-6 anggota tiap kelompok menjadi kelompok-

kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya

heterogen secara akademik maupun empiris.

2) Perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan

tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada

tahap pertama.

3) Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan

didalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan

ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan

peserta didik kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik

didalam dan diluar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan

kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

4) Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada

tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas

dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk

dipersentasikan kepada seluruh siswa dikelas.

5) Persentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya

dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa

yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan

memperoleh perspektif luas pada topik itu. Persentasi dikoordinasikan

oleh guru.

6) Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari

topik yang sama, Siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok

terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan

dapat berupa penilaian individual atau kelompok.20

Slavin mengungkapkan 6 (enam) tahapan dalam pelaksanaan model

pembelajaran Group Investigation, yaitu:21

1) Mengidentifikasi topik

Siswa mengidentifikasi permasalahan/ isu dengan meneliti beberapa

sumber yang disajikan oleh guru. Selanjutnya siswa memilih berbagai

macam subtopik untuk dipelajari berdasarkan pada ketertarikan mereka.

Kemudian siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari

topik yang telah mereka pilih (komposisi kelompok didasarkan pada

ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen). Guru membantu dalam

pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

20

Miftahul Huda, Op. Cit. h. 292 21

Meningkatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation, Prestasi Belajar, dan

Ketrampilan Proses Sains,h. 11-12 dalam

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_060097_chapter2.pdf,diakses pada tagal 12

September 2017

2) Merencanakan investigasi

Siswa lebih difokuskan pada subtopik yang telah mereka pilih,

kemudian setiap kelompok merumuskan permasalahan yang akan

diselidiki, memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan

sumber-sumber mana yang akan dibutuhkan untuk melakukan

penyelidikan tersebut.

3) Melaksanakan investigasi

Setiap kelompok melaksanakan rencana yang telah disusun pada

tahap dua. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data,

mengevaluasi informasi, dan membuat kesimpulan. Setiap anggota

kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya

kemudian siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan

mensintesis semua gagasan.

4) Menyiapkan laporan akhir

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek

mereka untuk merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Wakil-wakil

kelompok melakukan pembagian tugas untuk kegiatan presentasi dan

guru berperan sebagai penasehat, membantu kelompok yang kesulitan

dan memastikan bahwa setiap rencana kelompok memungkinkan tiap

anggotanya untuk terlibat.

5) Mempresentasikan laporan akhir

Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam

bentuk dan bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan

pendengarnya secara aktif. Para pendengar tersebut mengevaluasi

kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan.

6) Evaluasi pencapaian

Siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,

mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, dan mengenai keefektifan

pengalaman-pengalaman mereka dalam kegiatan investigasi. Siswa dan

guru berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

Berdasarkan beberapa tahapan-tahapan yang telah dipaparkan,

tahapan-tahapan model pembelajaran group investigation pada penelitian

kali ini menggunakan tahapan-tahapan menurut Sharan, yang

menyebutkan tahapan-tahapan group investigation terdiri dari 6 fase

yaitu: (1) memilih topik (2) perencanaan kooperatif (3) implementasi (4)

analisis dan sintesis (5) persentasi hasil final (6) evaluasi.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan

kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi

yang baru. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan

menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar

terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan

seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah

mendapatkan kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai

dengan situasi yang sedang dihadapi maka ia tidak saja dapat memecahkan suatu

masalah, melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang

dimaksud adalah perangkat prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang

dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir.22

Pemecahan masalah merupakan bentuk pembelajaran yang dapat

menciptakan ide baru dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu

untuk membuat formulasi pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan suatu

tingkat aktivitas intelektual yang tinggi, serta siswa didorong dan diberi kesempatan

seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berfikir sistematis dalam menghadapi suatu

masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.23

NCTM mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan proses

menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya pada situasi baru dan

berbeda. Selain itu NCTM juga mengungkapkan tujuan pengajaran pemecahan

masalah secara umum adalah untuk (1)membangun pengetahuan matematika baru,

(2)memecahkan masalah yang muncul dalam matematika dan didalam konteks-

22

Made Wena,Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta:Bumi Aksara, 2010),

h.52 23

Nurdadilah, Edi Syahputra, Dian Armanto, “PerbedaanKemampuan PenalaranMatematika

DanPemecahanMasalahPadaPembelajaran Berbasis Masalah DanPembelajaran Konvensional “,( Jurnal

Pendidikan Matematika Paradikma, Universitas Negeri Medan, Vol 6 No. 2)hal.2

konteks lainnya, (3)menerapkan dan menyesuaikan bermacam strategi yang sesuai

untuk memecahkan permasalahan dan (4)memantau dan merefleksikan proses dari

pemecahan masalah matematika.24

Langkah pertama dalam memecahkan masalah adalah harus mengetahui

masalah tersebut. Selanjutnya siswa diharapkan mengenali masalah dengan

mengklasifikasi soal dan menggunakan pengalaman yang lalu untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut dengan membuat kemungkinan penyelesaiannya. Langkah

terakhir yaitu mengevaluasi penyelesaian dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-

bukti yang ada.

Menurut Branca (Krulik dan Reys), yang dikutip oleh Husna dkk, mengemukakan

bahwa pemecahan masalah memiliki tiga interpretasi yaitu:25

a. Pemecahan masalah sebagai suatu tujuan utama;

b. Pemecahan masalah sebagai sebuah proses, dan

c. Pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar.

Ketiga hal itu mempunyai implikasi dalam pembelajaran matematika.

Pertama, jika pemecahan masalah merupakan suatu tujuan maka ia terlepas dari

masalah atau prosedur yang spesifik, juga terlepas dari materi matematika, yang

terpenting adalah bagaimana cara memecahkan masalah sampai berhasil. Dalam hal

24

Husna, M. Ikhsan, Siti Fatimah, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Peserta didik Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share (TPS)”, (Jurnal Peluang,,Unsyiah Banda Aceh , Vol.1, No.2, 2013), h. 86 25

Husna,dkk, “Peningkatan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah

Menengah Pertama melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share(TPS)”(On-

Line),(23 oktober 2015), h.84

ini pemecahan masalah sebagai alasan utama untuk belajar matematika. Kedua, jika

pemecahan masalah pandang sebagai suatu proses maka penekanannya bukan

semata-mata pada hasil, melainkan bagaimana metode, prosedur, strategi dan

langkah-langkah tersebut dikembangkan melalui penalaran dan komunikasi untuk

memecahkan masalah. Ketiga, pemecahan masalah sebagai ketrampilan dasar atau

kecakapan hidup (lifeskill), karena setiap manusia harus mampu memecahkan

masalahnya sendiri. Jadi pemecahan masalah merupakan ketrampilan dasar yang

harus dimiliki setiap siswa.

Kemampuan memecahkan masalah adalah bagian yang tidak dapat

dipisahkan oleh siswa terutama proses perkembangan siswa. Menururt

Siswono pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk

merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau

metode jawaban belum tampak jelas. Menurut Veynisaicha pemecahan masalah

adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai suatu

tujuan yang hendak dicapai. Memecahkan masalah itu bisa merupakan

menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan

matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau

menciptakan atau menguji konjektur.26

Sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam memecahkan

suatu masalah, perlu ada beberapa indikator-indikator dari kemampuan pemecahan

26

Asizah Kurnia Wardani, Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Pebedaan Jenis

Kelamin, (Jurnal Pendidikan, Vol.2 No.1, 2016), h.101.

masalah untuk mengukurnya. Adapun indikator menurut Sumarmo, kemampuan

pemecahan masalah dapat dirinci dengan indikator sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah;

2) Membuat model matematika dari situasi atau masalah sehari-hari dan

menyelesaikannya;

3) Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah

matematika dan atau di luar matematika;

4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal,

serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban; dan

5) Menerapkan matematika secara bermakna27

Menurut Polya, sebagaimana dikutip oleh Saad dan Ghani (2008), solusi

soal pemecahan masalah memuat 4 langkah penyelesaian, yaitu:28

a. Pemahaman terhadap masalah (see)

Langkah ini sangat menentukan kesuksesan memperoleh solusi masalah.

Langkah ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilihan

fakta-fakta, menentukan hubungan diantara fakta-fakta dan membuat

pertanyaan masalah.

27

Dian Veni Rahayu dan Ekastya Aldila Afriansyah, Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Melalui Model Pembelajaran Pelangi Matematika, ( Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5 No. 1, 2016), h.31

28N. I. Fajariyah- ,YL. Sukestiyarno, Masrukan, I. Junaedi, Keefektifan Implementasi Model

Pembelajaran Problem Posing dan Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Pemecahan

Masalah Peserta Didik Di SMP N 1 Tengaran, (Journal of Mathematics Education Vol.1, No.2, 2012),

h. 23

b. Perencanaan penyelesaian masalah (plan)

Langkah ini perlu dilakukan dengan percaya diri ketika masalah sudah dapat

dipahami. Rencana solusi dibangun dengan mempertimbangkan struktur

masalah dan pertanyaan yang harus dijawab.

c. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah (do)

Untuk mencari solusi yang tepat, rencana yang sudah dibuat dalam langkah

2 harus dilaksanakan dengan hati-hati. Jika muncul ketidakkonsistenan

ketika melaksanakan rencana, proses harus ditelaah ulang untuk mencari

sumber kesulitan masalah

d. Memeriksa kembali penyelesaian (check)

Selama langkah ini berlangsung, solusi masalah harus dipertimbangkan.

Perhitungan harus dicek lagi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa soal pemecahan

masalah matematika adalah soal matematika yang menantang pikiran dan tidak

otomatis diketahui cara penyelesaiannya. Hal tersebut dikarenakan dalam

penyelesaiannya melibatkan pemilihan prosedur-prosedur matematika untuk

memecahkan masalah tersebut. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika adalah suatu kemampuan siswa dalam :

a. Memahami masalah, yaitu mengetahui maksud dari soal/masalah tersebut

dan dapat menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan dari masalah.

b. Memilih strategi penyelesaian masalah yang akan digunakan dalam

memecahkan masalah tersebut, misalnya apakah siswa dapat membuat

sketsa/gambar/model, rumusatau algoritma yang digunakan untuk

memecahkan masalah.

c. Menyelesaikan masalah dengan benar, lengkap, sistematis, teliti.

d. Kemampuan menafsirkan solusinya, yaitu menjawab apa yang ditanyakan

dan menarik kesimpulan.

4. Pengetahuan Awal Matematis siswa

Pengetahuan awal merupakan modal bagi siswa dalam aktivitas

pembelajaran, karena aktivitas pembelajaran adalah wahana terjadinya proses

negosiasi makna antara guru dan siswa berkenaan dengan materi pembelajaran.29

Pengetahuan awal di definisikan sebagai kombinasi antara pengetahuan dan

keterampilan. Jadi, dapat dinyatakan pengetahuan awal adalah pengetahuan yang

dibangun oleh siswa sebelum proses pembelajaran.30

Pengetahuan awal (student prior knowledge) peserta didik pada umumnya

bersifat resisten, oleh karena itu pengetahuan awal siswa harus benar-benar

diperhatika oleh guru sebelumm pelajaran dimuai. Pengetahuan awal siswa

merupakan gagasan-gagasan yang terbentuk dari pembelajaran informal dalam proses

memahami pengalaman sehari-hari. Sebagian besar dari gagasan-gagasan ini lebih

bersifat sebagai pengetahuan sehari-hari dari pada pengetahuan ilmiah. Menurut

Santyasa, pengetahuan aktual memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

29

Lilyanti M.payung, dkk, Pengaruh Pengetahuan Awal, Kecerdasan Emosional dan

Motifisa Belajar Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas VII SMP NEGRI 3 PARIGI, (e-Jurnal Mitra

Sains, Volume 4 Nomer 3, September 2017 h. 59) 30

Ibid.

1) Telah ada sebelum pembelajaran.

2) Terstrukturisasi atau tersimpan dalam skemata.

3) Sebagai pengetahuan deklaratif dan prosedural.

4) Sebagai eksplisit dan sebagai implisit.

5) Mengandung pengetahuan isi dan pengetahuan metakognitif.

6) Bersifat dinamis dan tersimpan sebagai pengetahuan awal.31

Menurut Satyasa, secara umum pengetahun awal berpengaruh langsung dan

tak langsung terhadap proses pembelajaran. Secara langsung, pengetahuan awal dapat

mempermudah proses pembelajaran. Secara tidak langsung, pengetahuan awal dapat

mengoptimalkan kejelasan materi-materi pembelajaran dan meningkatkan efisiensi

penggunaan waktu pembelajaran. Selain itu, pengetahuan awal mempengaruhi

perasaan siswa dalam menilai informasi yang dipresentasikan dalam sumber-sumber

belajar dalam kelas. Model pembelajaran tidak dapat mencapai hasil yang optimal

bila kurang memperhatikan pengetahuan awal siswa, karena belajar merupakan suatu

proses aktif dalam membentuk pengertian.

Pengetahuan awaal matematis siswa (PAM) dalam penelitian ini adalah

pengetahuan awal matematis yang telah dimiliki siswa sebelum penelitian

dilaksanakan. Terdapat 3 kategori PAM yaitu PAM tinggi, PAM sedang, dan PAM

rendah. Pada penelitian yang dilakukan, PAM siswa ditentukan oleh nilai matematika

siswa pada ulangan harian semester genap di kelas VII.

31I Wayan Santyasa, “ Model Pembelajaran Inovatif dan Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi”. (Makalah yang disampaikan Pada Penatara guru-guru SMP, SMA, dan SMK sekabupaten Jember, Juni-Juli 2005).

5. Pembelajaran Konvensional

Menurut Djamarah, pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran

tradisional atau disebut juga metode ceramah karena sejak dulu metode ini telah

digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara pedidik dengan anak didik dalam

proses belajar dan pembelajaran.32

Pembelajaran konvensional merupakan proses

belajar mengajar di kelas yang tidak menggunakan metode atau model pembelajaran

secara khusus. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering

digunakan oleh guru-guru disekolah. Pembelajaran konvensional cenderung pada

belajar hafalan menekankan informasi konsep, latihan soal dalam teks, serta penilaian

masih bersifat tradisional dengan paper dan pencil test yang hanya menuntut pada

satu jawaban yang benar. Pembelajaran konvensional yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru di dalam kelas,

yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Pembelajaran yang terjadi hanya guru

yang aktif memberikan informasi, sedangkan siswa hanya pasif. Siswa hanya

cenderung mendengarkan, melihat, dan mencatat informasi-informasi yang diberikan

oleh guru. Pembelajaran yang seperti ini akan membuat siswa jenuh dan kurang

memahami mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini dikarenakan siswa

tidak mengalami pelajaran secara langsung dan tidak ikut perperan aktif dalam

pembelajaran.

Sejak dulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa ialah

secara lisan atau ceramah, cara ini kadang-kadang membosankan. Biasanya guru

32

Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 97.

menggunakan metode ceramah atau konvensional bila memiliki tujuan agar siswa

mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu.33

Ada beberapa alasan metode ceramah sering digunakan. Alasan ini sekaligus

keunggulan metode ini, yaitu :

a. Ceramah merupakan metode murah dan mudah untuk dilakukan.

b. Ceramah dalam meyajikan materi perlajaran yang luas.

c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.

d. Melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas.

e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih

sederhana.34

Disamping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki kelemahan,

diantaranya:

a. Materi yang dapat dikuasi siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas

pada apa yang dikuasai guru.

b. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah seding

dianggap sebagai metode yang membosankan.

c. Melalui ceramah, sangat sulit untuk megetahui apakah seluruh siswa sudah

mengerti apa yang dijelaskan atau belum.35

Seiring dengan berkembangnya strategi pembelajaran dari yang berpusat

pada pendidik (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student centered)

maka berkembang pula cara pandang terhadap bagaimana peserta didik memperoleh

pengetahuan. Pendidik perlu mendesain model pembelajaran siswa yang

33

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 137. 34

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 148. 35

Ibid, h. 149.

memungkinkan siswa dapat berpartisispasi, aktif, kreatif terhadap materi yang

diajarkan.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting.36

Berdasarkan tinjauan pustaka dan permasalahan yang telah dikemukakan di

atas, selanjutnya dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk memperoleh jawaban

sementara atas permasalahan yang akan diteliti. Penelitian yang akan dilakukan ini,

terdiri dari variabel bebas 𝑥1 yaitu model pembelajaran investigasi kelompok,

variabel bebas 𝑥2 yaitu pengetahuan awal matematis siswa dan variabel terikat Y

yaitu kemampuan pemecahan masalah siswa.

Pada dasarnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun dalam penelitian yang akan dilakukan ini

hanya dipengaruhi oleh strategi pembelajaran dan pengetahuan awal matematis siswa.

Adapun strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran investigasi kelompok pada kelas eksperimen dan metode

ceramah pada kelas kontrol.

Lebih jelasnya pengaruh model pembelajaran investigasi kelompok terhadap

kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari pengetahuan awal matematis siswa

dapat dilihat pada diagram kerangka berpikir berikut.

36

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D ( Bandung : Alfabeta,

Cetakan ke–12, 2011), h. 91.

Diagram Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan diagram kerangka berpikir di atas, bahwa dalam penelitian ini

akan membandingkan dua kelas dengan dua perlakuan. Dalam proses pembelajaran

untuk kelas pertama atau kelas eksperimen itu menggunakan perlakuan dengan model

pembelajaran Group Investigation, dan pada kelas kedua atau kelas kontrol itu

menggunakan perlakuan dengan metode konvensional. Kemudian, siswa di dalam

masing-masing kelas dibagi menurut kategori pengetahuan awalnya (tinggi, sedang,

Proses Pembelajaran

Model pembelajaran

Group Investigation

(Kelas Eksperimen)

Pengetahuan Awal:

1. Tinggi

2. Sedang

3. Rendah

Metode

Konvensional

(Kelas Kontrol)

Pemecahan Masalah

Terdapat Pengaruh dalam penggunaan model pembelajaran

Group Investigation terhadap kemampuan pemecahan masalah

ditinjau dari pengetahuan awal matematis siswa

dan rendah) menggunakan data nilai ulangan harian siswa kls 7 yang diperoleh dari

sekolah.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran investigasi

kelompok ini menekankan pada proses belajar bagi siswa dimana siswa dapat

mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentang materi yang dipelajari dan

mendiskusikan materi dengan teman sebayanya. model pembelajaran investigasi

kelompok ini menuntut siswa aktif bersama kelompoknya dan membagi pengetahuan

yang diperoleh kepada yang lain. Sedangkan pembelajaran dengan mengunakan

metode ceramah yaitu guru menjelaskan materi pelajaran, memberikan contoh soal,

kemudian memberikan soal-soal latihan dan pekerjaan rumah kepada siswa.

Kegiatan pembelajaran dengan mengunakan metode ceramah ini

menimbulkan kebosanan pada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Selain itu,

guru tidak mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok heterogen

sehingga interaksi dan komunikasi antar siswa dalam proses pembelajaran tidak

terlaksana dengan baik. Sedangkan dalam model pembelajaran investigasi kelompok

siswa dapat melakukan sesuatu dengan informasi yang diperoleh, siswa akan

memperoleh umpan balik seberapa baik pemahamannya. Alur proses belajar tidak

harus berasal dari guru menuju siswa, namun siswa juga dapat saling mengajar

sesama siswa lainnya. Pengajaran sesama siswa memberi kesempatan kepada siswa

untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus menjadi narasumber bagi siswa

lainnya.

Setelah materi pembelajaran dibahas dalam masing-masing kelas siswa

diberikan evaluasi berupa tes untuk melihat sejauh mana pengaruh model

pembelajaran investigasi kelompok terhadap kemampuan pemecahkan masalah

ditinjau berdasarkan pengetahuan awal matematis siswa.

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam pertanyaan. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,

belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data. Maka hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang perlu diuji

kebenaranya melauli analisis. Maka berdasarkan uraian diatas, penulis mengajukan

hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis Penelitian

a. Siswa yang memperoleh model pembelajaran investigasi kelompok (group

investigation model) memiliki kemampuan pemecahan masalah lebih baik

daripada siswa yang memperoleh model pembelajaran konvensional.

b. Terdapat pengaruh kemampuan pemecahan masalah antara siswa dengan

pengetahuan awal matematis kelompok tinggi, kelompok sedang, dan

kelompok rendah pada siswa yang memperoleh model pembelajaran

investigasi kelompok (group investigation model) dan model pembelajaran

konvensional.

c. Terdapat interaksi antara model pembelajaran groupn investigation dan

kemampuan pengetahuan awal matematis siswa terhadap kemampuan

pemecahan masalah.

2. Hipotesis Statistik

Hipotesis Statistik sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi

(parameter) yang akan diuji kebenaranya berdasarkan data yang diperoleh dari

sampel penulisan (statistik).

a. 𝐻0𝐴 :𝜇1 ≤ 𝜇2 (siswa yang memperoleh model pembelajaran investigasi

kelompok (group investigation model) memiliki kemampuan pemecahan

masalah tidak lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional).

𝐻1𝐴 : 𝜇1 > 𝜇2 (siswa yang memperoleh model pembelajaran investigasi

kelompok (group investigation model) memiliki kemampuan pemecahan

masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional).

b. 𝐻0𝐵 ∶ 𝛽𝑗 =0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak terdapat pengaruh kemampuan

pemecahan masalah antara siswa dengan pengetahuan awal matematis

kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah pada siswa yang

memperoleh model pembelajaran investigasi kelompok (group investigation

model) dan pembelajaran konvensional).

𝐻𝐼𝐵 ∶ paling sedikit ada satu βj ≠ 0 (terdapat pengaruh kemampuan

pemecahan masalah antara siswa dengan pengetahuan awal matematis

kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah pada siswa yang

memperoleh model pembelajaran investigasi kelompok (group investigation

model) dan pembelajaran konvensional).

c. 𝐻0𝐴𝐵 ∶ (𝛼𝛽)𝑖𝑗= 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak terdapat interaksi

antara model pembelajaran group investigation dan kemampuan awal

pengetahuan matematis siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah).

𝐻1𝐴𝐵: paling sedikit ada satu (𝛼𝛽)𝑖𝑗 ≠ 0 (terdapat interaksi antara model

pembelajaran group investigation dan kemampuan pengetahuan awal

matematis siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu.37

Penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi eksperimental

design) yaitu jenis eksperimen yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat

berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimen.38

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah desain faktorial 2x3. Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah responden

dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu kelompok yang

mendapat perlakuan pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran group investigation, atau dapat disebut sebagai kelompok eksperimen.

Kelompok yang kedua adalah siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran

matematika dengan menggunakan pembelajaran konvensional, atau dapat disebut

sebagai kelompok kontrol. Untuk variabel bebas yang lain yaitu pengetahuan awal

37

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2011), h.3 38

Ibid, h.114

matematis siswa, variabel ini dijadikan sebagai suatu variabel yang ikut

mempengaruhi variabel terikat.

Tabel 3.1

Rancangan Faktorial 2x3

Pengetahuan Awal Matematis (Bj)

Model

Pembelajaran (𝑨𝒊)

Tinggi

(B1)

Sedang

(B2)

Rendah

(B3)

Group Investigation(A1) (A1B1) (A1B2) (A1B3)

Konvensional(A2) (A2B1) (A2B2) (A2B3)

Keterangan:

A1B1= Kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapatkan model

pembelajaran group investigation memiliki pengetahuan awal matematis

tinggi.

A1B2= Kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapatkan model

pembelajaran group investigation dan memiliki pengetahuan awal matematis

sedang.

A1B3= Kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapatkan model

pembelajaran group investigation dan memiliki pengetahuan awal matematis

rendah.

A2B1= Kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapatkan pembelajaran

konvensional dan memiliki pengetahuan awal matematis tinggi.

A2B2= Kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapatkan model

pembelajaran konvensional dan memiliki pengetahuan awal matematis

sedang.

A2B3= Kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapatkan model

pembelajaran konvensional dan memiliki pengetahuan awal matematis

rendah.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.39

Penelitian ini mencakup dua

buah variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas (Independen Variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).40

Variabel

bebas dapat memberikan treatmen atau perlakuan kepada siswa. Variabel

bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran group investigation dan

pengetahuan awal matematis siswa.

a. Model Pembelajaran

1) Model pembelajaran group investigation adalah model pembelajaran

investigasi kelompok yang lebih menekankan pada partisifasi dan

aktifitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang

akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku

pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Model ini

39

Ibid, h. 60 40

Ibid, h. 61

melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik

maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

2) Indikator yang digunakan adalah model pembelajaran group

investigation pada kelompok eksperimen, dan model pembelajaran

konvensional pada kelompok kontrol.

3) Skala yang digunakan menggunakan skala nominal

4) Simbol yang digunakan adalah 𝐴𝑖 , i = 1, 2

𝐴1 = model pembelajaran group investigation

𝐴2 = model pembelajaran konvensional

b. Pengetahuan Awal Matematis Siswa

1) pengetahuan awal (studentprior knowledge) matematis adalah

pengetahuan matematis yang telah dimiliki siswa sebelum penelitian

dilaksanakan.

2) Indikator yang digunakan adalah menggunakan nilai ulangan harian

siswa kls VII, sebelum masuk materi yang akan diteliti. Data diperoleh

dari sekolah.

3) Skala pengukuran menggunakan skala interval kedalam bentuk skala

ordinal.

4) Simbol yang digunakan adalah 𝐵𝑗 ,yang dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu: tinggi (𝐵1), sedang (𝐵2), dan rendah (𝐵3).

2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Variabel terikat merupakan suatu variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.41

Variabel terikat pada

penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

1) kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat dari kemampuan

menyelesaikan soal/masalah setelah dilakukan proses belajar mengajar

yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

2) Indikator yang digunakan adalah skor tes kemampuan pemecahan

masalah matematika berbentuk essay di akhir pembelajaran

3) Skala pengukuran menggunakan skala interval

4) Simbol yang digunakan adalah Y

C. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.42

Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.43

Populasi dalam penelitian

yang akan dilakukan adalah seluruh siswa kelas VII SMP PGRI 6 Bandar

41

Ibid 42

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010),Cet ke-14, h. 173 43

Sugiyono, Op. Cit, h. 117.

Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 246 siswa, dengan

distribusi kelas sebagai berikut:

Tabel 3.2

Distribusi Siswa Kelas VII SMP PGRI 6

Bandar Lampung

No. Kelas Jumlah Siswa

1 VII A 30

2 VII B 36

3 VII C 29

4 VII D 39

5 VIIE 38

6 VIIF 39

7 VIIG 35

Jumlah 246

Sumber : Data siswa kelas VII SMP PGRI 6 Bandar Lampung

Tahun 2017

2. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.44

Dalam

penelitian yang dilakukan teknik sampling yang digunakan adalah teknik

acak kelas yang akan dipilih untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Langkah-langkah pengundian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Peneliti menyiapkan kertas undian sebanyak populasi kelas VII yang ada

disekolah, yaitu sebanyak delapan buah kertas undian. Kertas tersebut

bertulis kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, dan VII G.

2. Peneliti melakukan pengundian sebanyak dua kali menggunakan kertas

undian yang sudah dibuat dari suatu populasi kelas VII tersebut.

44

Sugiyono, Op. Cit, h. 118.

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.45

Berdasarkan teknik pengambilan sempel diatas maka

akan diperoleh 2 kelas yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan

menggunakan model pembelajaran Group Investigation serta satu kelas

sebagai kelas kontrol yang akan menggunakan pembelajaran konvensional.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data dengan tepat.46

Teknik pengumpulan data yang dimaksud disini

adalah suatu cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data yang

diperlukan. Penggunaan teknik pengumpulan data yang tepat memungkinkan

diperolehnya data yang objektif. Teknik pengumpulan data pada penelitian yang

dilakukan adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihn serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.47

Tes

digunakan pada penelitian ini untuk mengukur kemampuan pemecahan

masalah matematika siwa terhadap materi yang akan dan setelah dipelajari.

45

Ibid, h. 118. 46

Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 193 47

Ibid, h. 193

Tes yang akan diberikan kepada siswa berbentuk soal uraian (essay). Tes ini

berupa tes tertulis. Penilaian tes berpedoman pada hasil tertulis siswa

terhadap indikator-indikator kemampuan pemecahan masalah siswa. Tes

kemampuan pemecahan masalah yang digunakan, sama dengan tes

kemampuan pemecahan masalah yang disusun berdasarkan rumusan tujuan

pembelajaran yang dituangkan dalam kisi-kisi tes. Tes ini dilakukan guna

memperoleh data kemampuan pemecahan masalah. Setiap siswa diberikan

soal tes berbentuk uraian yang diberikan diakhir bab.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda dan sebagainya.48

Dokumentasi yang digunakan pada

penelitian ini berupa foto sekolah, dan data siswa. Peneliti juga

mengumpulkan data mngenai nilai ulangan harian siswa kelas 7, guna

memperoleh data hasil pengetahuan awal matematis sebelum masuk materi

yang akan diteliti.

3. Tes Pengetahuan Awal Matematis

Data penelitian ini dilihat dari hasil nilai matematika siswa kls VII

pada ulangan harian semester ganjil, sebelum masuk materi yang akan

diteliti, data diperoleh dari sekolah. Sehingga peneliti langsung mendapatkan

hasil tes pengetahuan awal matematis ini dalam kategori tinggi, sedang dan

48

Suharsimi Arikunto, Op. Cit, h. 274

rendah. Skala pengukuran menggunakan skala interval yang diubah ke

dalam skala ordinal yang terdiri dari tiga kategori sebagai berikut:

a. Tinggi jika skor ≥ 𝑥 + SD

b. Sedang jika 𝑥 – SD ≤ skor <𝑥 + SD

c. Rendah jika skor <𝑥 – SD.49

Dengan 𝑥 adalah rata-rata dan SD adalah standar deviasi atau

simpangan baku.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut

variabel penelitian.50

Sebelum instrumen digunakan untuk mendapatkan data, maka

instrumen akan di uji terlebih dahulu validitas, indeks kesukaran, daya pembeda, dan

reabilitasnya.

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen penelitian

jenis tes. Bahan tes diambil dari materi pelajaran SMP kelas VII semester ganjil

dengan mengacu pada kurikulum yang ditetapkan di SMP PGRI 6 Bandar Lampung.

Pokok bahasan yang diambil dalam penelitian ini adalalah persamaan linear satu

vaiabel. Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa

49

Sri Asnawati, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Games-Tournament

dengan Classroom Questioning Strategis untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematis Siswa SMP,(Skripsi UPI, Bandung,2013),h.25 50

Sugiyono.Op.Cit., h. 102.

terdiri dari 10 butir soal. Penyusunan soal tes diawali dengan kisi-kisi soal yang

dilanjutkan dengan menyusun soal beserta alternatif kunci jawaban masing-masing

butir soal. Setelah instrumen tes telah dibuat, selanjutnya peneliti memberikan

penelitian secara obyektif. Kriteria pemberian nilai tes kemampuan pemecahan

masalah berdasarkan langkah-langkah Polya maka digunakan pedoman penskoran

pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Schoen Ochmke (dalam Sundawan,

2002:132), dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Untuk Tes Kemampuan Pemecahan Masalah51

S

k

o

r

Memahami

masalah

Membuat

Rencana

Pemecahan

Masalah

Melakuk

an

Perhitun

gan

Memeri

ksa

Kembali

Hasil

0 Salah

menginterpr

etasikan/sala

h sama

sekali

Tidak

membuat

rencana,

membuat

rencana

yang tidak

relevan

Tidak

membuat

perhitung

an

Tidak

ada

pemeriks

aan atau

tidak ada

keterang

an lain

1 Salah

menginterpr

etasikan

sebagai

soal/mengab

aikan soal

Membuat

rencana

yang tidak

dapat

diselesaikan

Melakuk

an

prosedur

yang

benar dan

mungkin

menghasi

lkan

jawaban

benar

tetapi

Ada

Pemeriks

aan

tetapi

tidak

tuntas

51

Mohammad Dadan Sundawan, Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa, (Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No. 2), h. 132.

S

k

o

r

Memahami

masalah

Membuat

Rencana

Pemecahan

Masalah

Melakuk

an

Perhitun

gan

Memeri

ksa

Kembali

Hasil

salah

perhitung

an

2 Memahami

masalah

soal

selengkapny

a

Membuat

rencana

yang benar

tetapi salah

dalam hasil,

tidak ada

hasil

Melakuk

an proses

yang

benar dan

mendapat

kan hasil

yang

benar

Pemeriks

aan

dilaksana

kan

untuk

melihat

kebenara

n proes

3 - Membuat

rencana

yang benar

tetapi belum

lengkap

- -

4 - Membuat

rencana

sesuai

dengan

prosedur

dan

mengarahka

n pada

solusi yang

benar

- -

Skor Maks.

2

Sekor

Maks. 4

Sekor

Maks. 2

Skor

Maks. 2

Pada penelitian ini digunakan setandar mutlak (standart Absolute) untuk

menentukan nilai yang diperoleh peserta didik, maka menggunakan rumus sebagai

berikut:52

Nilai = Skor Mentah

Skor Maksimum Ideal× 100.

Dimana:

Skor mentah : Skor yang diperoleh siwa

100 : Bilangan tetap.

Instrumen tes yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan

reliabel artinya data benar serta kesimpulan sesuai dengan fakta yang ada.53

Sebelum

tes kemampuan pemecahan masalah matematis diberikan kepada sampel penelitian,

terlebih dahulu dilakukan uji coba, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas Isi

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan instrumen.54

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk dan validitas

isi Untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan pendapat para ahli. Dalam hal

ini setelah instrumen dikontruksi tentang aspek-aspek yang diukur dengan

berlandaskan pada teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli

52

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, Ed-1, 2011),

h. 318. 53

Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h. 211 54

Novalia dan Muhammad Syazali, Olah Data Penelitian Pendidikan, (Bandar Lampung, Anugrah Utama Raharja, 2013), h.182.

sebagai validator.55

Untuk menghitung validitas pada penelitian ini, penulis

menggunakan rumus Product Moment dari Karl Person yaitu sebagai berikut:

rxy =

Nilai rxy adalah nilai koefisien korelasi dari setiap butir/item soal sebelum

dikorelasi. Kemudian dicari Corected item-total correlation coefficient dengan rumus

sebagai berikut:

𝑟𝑥(𝑦−1) =𝑟𝑥𝑦𝑆𝑦 − 𝑆𝑥

𝑆𝑦2 + 𝑆𝑥

2 − 2𝑟𝑥𝑦 𝑆𝑦 (𝑆𝑥)

keterangan:

𝑥𝑖 = nilai jawaban responden pada butir/item soal ke-i

𝑦𝑖 = nilai total responden ke-i

rxy = Koefesien validitas x dan y

𝑆𝑦 = standar deviasi total

𝑆𝑥 = standar deviasi butir/item soal ke-i

𝑟𝑥(𝑦−1) = corrected item-total correlation coefficient.

Nilai 𝑟𝑥(𝑦−1)akan dibandingkan dengan koefisien korelasi tabel 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑟 𝛼,𝑛−2 .

Jika 𝑟𝑥(𝑦−1) ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka instrumen valid.56

55 Sugiyono, Op.Cit. h.177. 56 Novalia dan Muhammad Syazali, Op.Cit. h.38-39

n

i

n

i

ii

n

i

i

n

i

i

n

i

i

n

i

n

i

iii

YYnXXn

YXYXn

1

2

1

2

2

11

2

11 1

Setelah didapat harga koefisien validitas maka harga tersebut

diinterprestasikan terhadap kriteria dengan menggunakan tolak ukur mencari angka

korelasi ”r” product moment (rxy). Dengan derajat kebebasan sebesar (n-2) pada

taraf signifikasi α = 0,05. Dengan ketentuan bahwa rxy sama atau lebih besar dari

pada rtabel maka hipotesis diterima atau soal dapat dinyatakan valid. Sebaliknya

jika rxy lebih kecil dari pada rtabel maka soal tes dinyatakan tidak valid.57

Tabel 3.4

Interprestasi Korelasi rxy

Nilai Keterangan

0,80 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 Validitas sedang

0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah

rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

b. Uji Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran soal adalah mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya

sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.

Tingkat kesukaran soal tes dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = 𝑥𝑛𝑖=1

𝑆𝑚𝑁

Keterangan:

P : proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran

57

Anas Sudijono, Op.Cit. h.179

𝑥𝑛𝑖=1 : jumlah total skor siswa

Sm : skor maksimum

N : jumlah peserta tes58

Tabel 3.5

Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai P Kategori

P < 0,3 Sukar

0,3 ≤ P ≤

0,7 Sedang

P > 0,7 Mudah

Lebih lanjut Anas Sudijono menyatakan butir soal dikategorikan baik jika derajat

kesukaran butir cukup (sedang).59

c. Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda adalah uji yang digunakan untuk mengkaji soal-soal tes dari

segi kesanggupan tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam

kategori lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya.

Rumus menentukan daya pembeda yaitu :

𝐷 =𝐵𝐴𝐽𝐴

−𝐵𝐵𝐽𝐵

= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵

Keterangan:

D = angka indeks deskriminasi item.

PA = proporsi tes kelompok atas:

BA = banyaknya tes kelompok atas.

58 Novalia dan Muhammad Syazali, Op.Cit. h. 48 59 Anas Sudijono, Op.Cit. h.370

JA = jumlah tes yang termasuk dalam kelompok atas

PB = proporsi tes kelompok bawah.

BB = banyaknya tes kelompok bawah.

JB = jumlah tes yang termasuk kedalam kelompok bawah

Jumlah kelompok atas diambil 50% dan jumlah kelompok bawah diambil 50%

dari sempel uji coba.60

Selanjutnya hasil akhir dari perhitungan DB didefinisikan

dengan indeks daya pembeda sebagai berikut:

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Beda Kriteria

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir soal dengan kriteria

lebih dari 0,20.

d. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten,

cermat, dan kuat. Tujuan dari uji reabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi

dariinstrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya,

apabiladalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang

homogen diperoleh hasil yang sama.61

60

Anas Sudijono, Op.Cit. h.387.

61 Novalia dan Muhammad Syazali, Op.Cit. h.39.

Formula yang dipergunakan untuk menguji reabilitas instrumen dalam

penelitianini adalah koefisien Cronbach’s Alpha, yaitu:

𝑟11 = 𝑘

𝑘 − 1 1 −

𝑠𝑖2

𝑠𝑡2

Dimana :

r11 = reabilitas instrumen/koefisien alfa

K = banyaknya item/butir soal

1 = bilangan konstanta

𝑠𝑖2 = jumlah seluruh variansi masing-masing soal

𝑠𝑡2 = varians total

Nilai koefisien alpha (r) akan dibandingkan dengan koefisien korelasi 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

𝑟(𝛼 ,𝑛−2). Jika 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka instrumen reliabel.62

Dalam pemberian interprestasi

terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya digunakan kriteria sebagai berikut:

1) Apabila 𝑟11 sama dengan atau lebih besar dari pada 0,7 berarti tes hasil belajar

yang sedang diuji reliabilitas yang tinggi (reliable).

2) Apabila 𝑟11 lebih kecil dari pada 0,7 berarti tes hasil belajar yang sedang

diujireliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-

reliable).63

Berdasarkan pendapat tersebut, tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki

koefisien reliabilitas lebih dari atau sama dengan 0,70.

62 Ibid, h.39. 63 Anas Sudijono, Op.Cit. h. 209

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dapat didefinisikan sebagai proses penelaahan pengurutan dan

pengelompokan data dengan tujuan untuk menyusun hipotesis kerja dan

mengangkatnya menjadi kesimpulan atau teori sebagai temuan penelitian. Teknik

analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis variansi.

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil

dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Ada beberapa uji normalitas data

antara lain uji Liliefors, uji Chi-kuadrat, uji Kolmogorov smirnov dan lain

sebagainya.

Uji Liliefors merupakan salah satu uji yang sering digunakan untuk

menguji kenormalan data.64

Pada penelitian ini untuk menguji kenormalitasan data

menggunakan uji Liliefors. Rumus uji Liliefors sebagai berikut:

Lhitung = Max |f(z) – S(z) |, Lhitung = L(α,n)

Dimana:

f(Z) = Probabilitas kumulatif normal

S(Z) = Probabilitas kumulatif empiris

64

Novalia dan Muhammad. Syazali, Op.Cit, h. 53

Dengan hipotesis:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berditribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal

Kesimpulan: Jika Lhitung ≤ Ltabel , maka H0 duterima.

Langkah-langkah uji Liliefors:

1) Mengurutkan data

2) Menentukan frekuensi masing-masing data

3) Menentukan frekuensi kumulatif

4) Menentukan nilai Z dimana Zi = 𝑋𝑖−𝑋

𝑠 , dengan 𝑋 =

𝑋𝑖

𝑛 , S=

(𝑋−𝑋 )2

𝑛−1

5) Menentukan nilai f (z), dengan menggunakan tabel z

6) Menentukan S (z) = 𝑓𝑘𝑢𝑚

𝑛

7) Menentukan nila L = |f (Z) – S(Z)|

8) Menentukan nilai Lhitung = max |f(Z) – S(Z) |

9) Menentukan nilai Ltabel = L(α,n), terdapat di lampiran

10) Membandingkan Lhitung dan Ltabel, serta membuat kesimpulan. Jika

Lhitung ≤ Ltabel, maka H0 diterima.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian

mempunyai variansi yang sama tau tidak. Uji homogenitas variansi ini digunakan

metode Bartlett, dengan prosedur sebagai berikut:65

1) Hipotesis

𝐻0 = 𝜎12 = 𝜎2

2 = ... = 𝜎𝑘𝑟 (populasi yang homogen)

𝐻1 = tidak semua variansi sama (populasi yang tidak homogen)

2) Tingkat signifikan, 𝛼 = 0,5

3) Statistik uji

𝑥2~2,303

𝑐(𝑓𝑙𝑜𝑔𝑅𝐾𝐺 − 𝑓𝑗 log 𝑠𝑗

2)

Dengan :

𝑥2~𝑥2(𝑘 − 𝑖)

K = banyaknya populasi = banyaknya sampel

N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)

𝑛𝑗 = banyaknya nilai (ukuran) sampai ke-j = ukuran sampel ke-j

𝑓𝑗 = 𝑛𝑗 − 1 = derajat kebebasan untuk 𝑠𝑗2; j = 1,2,....,k

F = N – k = 𝑓𝑗𝑘𝑗−𝑖 = derajar kebebasan untuk RKG

RKG = 𝑠𝑠𝑗

𝑓𝑗

𝑠𝑠𝑗 = 𝑥𝑗2 −

(𝑥𝑗 )2

𝑛𝑗 = (𝑛𝑗 − 1)𝑠𝑗

2 C = 1 + 1

3(𝑘−1)(

1

𝑓𝑗 -

1

𝑓)

4) Daerah kritis

65

Ibid, h.175

DK = 𝑥2| 𝑥2 > 𝑥2𝛼,𝑘−1 jumlah beberapa 𝛼 dan (k – 1) nilai 𝑥2𝛼,k-1 data dilihat

pada tabel chi kuadrat dengan derajat kebebasan (k – 1)

5) Keputusan uji

𝐻0 = ditolak jika harga statistik𝑥2, yakni 𝑥2hitung>𝑥2𝛼,k-1, berarti variansi dari

populasi tidak homogen.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan prosedur yang berisi kesimpulan aturan yang menuju

kepada suatu keputusan apakah akan menerima atau menolak hipotesis, maka untuk

mengetahui keputusan pada uji hipotesis yang akan diganakan adalah:

a. Uji Anava Dua Arah

Data yang telah diperoleh berdistribusi normal (parametrik), maka dapat

menggunakan uji Anava dua arah. Uji anava dua arah adalah untuk melakukan uji

beda rataan pada beberapa populasi secara serentak. Analisis data menggunakan

teknik anava dua arah dengan sel tak sama. Model datanya dapat dinyatakan sebagai

berikut:

𝑋𝑖𝑗𝑘 = µ + 𝛼𝑖 +𝛽𝑗 + (𝛼𝛽)𝑖𝑗+𝜀𝑖𝑗𝑘

dengan:

Xijk = Data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

µ = rerata dari seluruh data amatan (rerata besar, grand mean)

αi= 𝜇𝑖 − 𝜇 = efek baris ke-i pada variabel terikat, dengan i = 1, 2

Dengan:

1 = pembelajaran dengan model pembelajaran group investigation

2 = pembelajaran dengan model konvensional

βj= 𝜇𝑗 − 𝜇 ∶ efek kolom ke-j pada variabel terikat, dengan j = 1, 2, 3

Dengan:

1 = pengetahuan awal matematis tinggi

2 = pengetahuan awal matematis sedang

3 = pengetahuan awal matematis rendah.66

(αβ)ij = 𝜇ij – (𝜇 + 𝛼i + 𝛽j): interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat 𝜀ijk

= eviasi data Xijk terhadap rerata populasi (𝜇ij) yang berdistribusi normal dengan rerata

0.

Selanjutnya, prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua arah

yaitu:

1) Hipotesis

Dilakukan analisis dua variansi untuk melihat apakah terdapat interaksi pada

model pembelajaran dan kemampuan pemecahan masalah siswa.

a) H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada pengaruh antara baris terhadap

variabel terikat)

66

Ibid., h. 228.

H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada pengaruh antara baris terhadap

variabel terikat)

b) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1,2,3 (tidak ada perbedaan pengaruh antara kolom

terhadap variaabel terikat)

H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan pengaruh antara

kolom terhadap variabel terikat)

c) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk semua setiap i = 1,2 danj = 1,2,3 (tiak ada interaksi baris

dan antara kolom terhadap variabel terikat)

H1AB : paling sedikit ada satu pasang (αβ)ij (ada interaksi baris dan antara kolom

terhadap variabel terikat)

d) Taraf signifikansi 𝛼 = 0,05

2) Komputasi

a) Notasi dan Tata Letak

Bentuk tabel analisis variansi berupa bentuk baris dan kolom.

Adapun bentuk tabelnya sebagai berikut:

Tabel 3.7

Notasi dan Letak Data

Bj

Ai

Pengetahuan Awal Matematis

Tinggi

(B1)

Sedan

g (B2)

Renda

h (B3)

Model

Pembelaja

ran

Group

Investiga

tion

(A1)

x11k

n11

k

x12k

n12

k

x13

n13

k

Bj

Ai

Pengetahuan Awal Matematis

Tinggi

(B1)

Sedan

g (B2)

Renda

h (B3)

x211k

x 11

k

C11

SS11

x212k

x 12

k

C12

SS12

x212k

x 13

k

C13

SS13

Konvens

ional

(A2)

x21k

n21

k

x221k

x 21

k

C21

SS21

x22k

n22

k

x222k

x 22

k

C22

SS22

x21k

n23

k

x223k

x 23

k

C23

SS23

keterangan:

Ai = model pembelajaran ; i = 1, 2

A1 = pembelajaran dengan model pembelajaran group investigation

A2 = pembelajaran dengan model konvensional

Bj = tingkat pengetahuan awal matematis ; j = 1, 2, 3

B1 = pengetahuan awal matematis tinggi

B2 = pengetahuan awal matematis sedang

B3 = pengetahuan awal matematis rendah

(AB)ij = hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan

model i dengan pengetahuan awal matematis j (i = 1, 2 dan j = 1, 2,

3)

Pada analisis variansi dua arah dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi

sebagai berikut:

nij = banyaknya data amatanpada sel ij (sel pada baris ke – i dan kolom)

𝑛 h = rataan harmonik frekuensi seluruh sel = pq

1

niji,j

N = banyaknya seluruh data amatan = ni,j ij

SSij = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ke-ij

SSij = Xijk2

k – Xijkk

2

nijkAB ij = rataan pada sel ij =

Xijkk

nijk

Ai = AB j ij = jumlah rataan pada baris ke-i

Bj = AB i ij = jumlah rataan pada kolom ke-j

G = AB i,j ij = jumlah rataan semua sel.67

b) Komputasi jumlah kuadrat

Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3),

(4), dan (5) berikut:

(1)= G

2

pq ; (2) = SSiji,j ; (3) =

Ai2

qi ; (4) = Bj

2

pj ; (5) = ABij2

i,j

selanjutnya didefinisikan beberapa jumlah kuadrat sebagai berikut:

JKA = 𝑛𝑕 { (3) – (1) }

JKB = 𝑛𝑕 { (4) – (1) }

67

Ibid., h. 228-229.

JKAB = 𝑛𝑕 { (1) + (5) – (3) − (4) }

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG

dengan:

JKA = Jumlah Kuadrat Baris

JKB = Jumlah Kuadrat Kolom

JKAB = Jumlah Kuadrat Interaksi Antar Baris dan Kolom

JKG = Jumlah Kuadrat Galat

JKT = Jumlah Kuadrat Total.68

c) Kderajat Kebebasan ( dk )

Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah sebagai

berikut:

dkA = p – 1 dkG = N – pq

dkB = q – 1 dkT = N – 1.69

dkAB = (p -1 ) (q – 1)

d) Rataan Kuadrat ( RK )

Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing–masing diperoleh

rataan kuadrat berikut:

RKA = JKA

dkA RKAB =

JKAB

dkAB

RKB = JKB

dkB RKG =

JKG

dkG.70

68

Ibid., h. 229. 69

Ibid.

3) Statistik Uji

Statistik uji analisis ANOVA dua arah dengan sel tak sama:

a) Untuk H0A adalah Fa = RKA

RKG yang merupakan nilai dari variabel random yang

berditribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) dan N – pq.

b) Untuk H0B adalah Fb = RKB

RKG yang merupakan nilai dari variabel random yang

berditribusi F dengan derajat kebebasan (q – 1) dan N – pq.

c) Untuk H0AB adalah Fab = RKAB

RKG yang merupakan nilai dari variabel random yang

berditribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) (q – 1) dan N – pq.71

4) Taraf signifikan

(𝛼) = 0,05

5) Daerah kritis

Untuk masing-masing nilai F, daerah kritiknya adalah sebagai berikut:

a) Daerah Kritik untuk Fa adalah DK = {Fa│Fa >Fα ; p – 1, N – pq}.

b) Daerah Kritik untuk Fb adalah DK = {Fb │Fb >Fα ; q – 1, N – pq}.

c) Daerah Kritik untuk Fab adalah DK = {Fab │Fab >Fα ; (p – 1 )(q – 1), N – pq}.72

6) Rangkuman Analisis Variansi Dua Arah

Tabel 3.8

Rangkuman Analisis Variansi Dua Arah73

70

Ibid., h. 230. 71

Ibid. 72

Ibid. 73

Ibid., h. 213.

Sumber JK Dk RK Fobs Fα

Baris (A) JKA p – 1 RKA Fa F*

Kolom (B) JKB q – 1 RKB Fb F*

Interaksi

(AB) JKAB (p – 1 )(q – 1) RKAB Fab F*

Galat JKG N – pq RKG - -

Total JKT N – 1 - - -

Keterangan: F* adalah nilai F yang diperoleh dari tabel.

Keterangan:

DK : derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat

JKA : jumlah kuadrat baris

JKB : jumlah kuadrat kolom

JKAB : jumlah kuadrat interaksi

JKG : jumlah kaudrat galat

JKT : jumlah kuadrat total

RKA : rata-rata kuadrat baris = JKA

dKA

RKB : rata-rata kuadrat kolom = JKB

dKB

RKAB : rata-rata kuadrat interaksi = JKAB

dKAB

RKG : rata-rata kuadrat galat = JKG

dKG

7) Keputusan Uji

a) H0A ditolak jika Fa > Ftabel

b) H0B ditolak jika Fb > Ftabel

c) H0B ditolak jika Fab > Ftabel

Keterangan:

n = jumlah data keseluruhan

ri = jumlah kolok = m ke-j (setelah ranking)

ni = banyak data tiap kolom

b. Uji Pasca Anava Dua arah dengan Metode Scheffe

Metode Scheffe digunakan sebagai tindakan lanjut dari analaisis variansi dua arah.

Untuk mengetahui perbedaan setiap pasang baris, kolom, dan sel maka diadakan uji

koprasi ganda dengan menggunakan Metode Scheffe. Langkah-langkah komprasi

ganda dengan Metode Scheffe:

1) Mengidentifikasi semua pasangan dengan komparasi rerata.

2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

3) Menentukan tingkat signifikasi.

4) Mencari harga statistic uji F dengan rumus sebagai berikut :

Komparasi rataan antar kolom

Metode Scheffe untuk komparasi antar kolom adalah:

𝐹𝑖−𝑗 = 𝑥 𝑖−𝑥 𝑗

𝑅𝐾𝐺 1𝑛 𝑖

+1𝑛 𝑗

Keterangan :

𝐹𝑖−𝑗 = nilai 𝐹𝑜𝑏𝑠 pada perbandingan kolom ke-i dan baris ke-j

𝑥 𝑖 = pada perbandingan kolom ke-i

𝑥 𝑗 = pada perbandingan kolom ke-j

RKG = rataan perhitungan galat yang diperoleh dari perhitungan analisis

variansi

ni = ukuran sampel kolom ke-i

𝑛𝑗 = ukuran sampel kolom ke-j

5) Daerah kritik untuk uji ini ialah:

DK= {F| F > (p-1)𝐹𝛼;𝑝−1;𝑁−𝑝𝑞 }

6) Menentukan keputusan untuk masing-masing komperasi ganda.

7) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.74

74 Ibid., h.215.

1

36 69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Coba Instrumen Tes

Sebelum instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

diuji-cobakan, dilakukan validitas ahli terlebih dahulu guna mengetahui apakah

instrumen tes sudah sesuai dengan indicator kemampuan pemecahan masalah

matematika dan kompetensi dasar dari materi yang digunakan dalam penelitian.

Adapun validitas ahli dilakukan oleh beberapa validator yang pertama adalah Bapak

Mujib,M.Pd. Hasil Validasi 10 butir soal dengan beliau ada beberapa soal yang

bahasanya perlu diperbaiki.Validator kedua adalah Bapak Suherman, M.Pd. Hasil

validasi 10 butir soal dengan beliau adalah instrument tes sudah sesuai dan layak di

uji cobakan. Hasil instrument yang telah divalidasikan kepada 2 dosen pendidikan

matematika selanjutnya divalidasikan kepada guru matematika di SMP PGRI 6

Bandar Lampung yaitu Ibu Lindawati, S.Pd. Hasil validasi dengan beliau adalah

instrument tes sudah sesuai dan layak untuk diuji cobakan kepada peserta didik di

SMP PGRI 6 Bandar Lampung.

Setelah instrumen tes dinyatakan valid oleh beberapa validator di atas,

kemudian dilakukan uji coba tes kemampuan pemecahan masalah matematika yang

terdiri dari 10 butir soal kepada siswa diluar populasi sampel penelitian. Uji coba tes

dilakukan pada 30 siswa kelas VIII/C SMP PGRI 6 Bandar Lampung pada tanggal

01 Nopember 2017. Data hasil uji coba tersebut secara umum siswa kelas VIII/C

dapat mengerjakannya dengan baik karena materi soal yang diuji-cobakan sudah

pernah diperoleh saat siswa dikelas VII, untuk selengkapnya hasil uji coba tersebut

dapat dilihat pada Lampiran 6.

Setelah uji coba dilakukan, kemudian dilakukan analisis data yang telah

diperoleh guna mengetahui apakah setiap butir soal memenuhi kriteria-kriteria untuk

dapat digunakan dalam penelitian ini. Adapun uji-uji yang digunakan untuk

menganalisis data tersebut adalah uji validitas, uji tingkat kesukaran, uji daya beda,

dan uji reliabilitas.

Upaya untuk mendapatkan data yang akurat maka tes yang digunakan

dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria yang baik. Uji coba tes dimaksudkan

untuk mengetahui apakah item soal dapat mengukur apa yang hendak diukur,

untuk menguji hasil uji coba pada penelitian ini digunakan uji validitas, uji tingkat

kesukaran, uji daya beda, dan uji reliabilitas.

Adapun hasil analisis uji validitas (Lampiran 7 dan Lampiran 8), uji tingkat

kesukaran (Lampiran 9 dan Lampiran 10), uji daya beda (Lampiran 11 dan

Lampiran 12), dan uji reliabilitas (Lampiran 13 dan Lampiran 14) pada uji coba

instrumen tes sebagai berikut:

Tabel 4.1

Kesimpulan Hasill Uji Validitas, Uji Tingkat Kesukaran, Uji Daya Beda, dan Uji

Reliabilita Instrumen Soal

No Item

Validitas

Tingkat

Kesukaran

Daya Pembe

da

Reliabilitas

Keterangan

1

Valid

Sedang

Cukup

Tinggi

Digunakan

2

Valid

Sedang

Cukup

Digunakan

3

Tidak valid

Sedang

Jelek

Dibuang

4

Valid

Sedang

Cukup

Digunakan

5

Valid

Sedang

Cukup

Digunakan

6

Tidak valid

Sukar

Dibuang

Jelek

7

Valid

Sedang

Cukup

Digunakan

8

Valid

Sedang

Cukup

Digunakan

9

Valid

Sedang

Jelek

Dibuang

10

Valid

Sedang

Cukup

Digunakan

Berdasarkan tabel di atas, dari 10 item soal yang diujikan terdapat 8 item

soal yang valid. Dari 8 item soal tersebut penulis memutuskan 5 item soal saja yang

akan digunakan dalam penelitian yaitu item soal nomor 1, 4, 5, 7, dan 10. Karena

dari ke-5 soal tersebut telah mencangkup semua indikator kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa

2. Hasil Pengetahuan Awal Matematis

Untuk memperoleh data tes pengetahuan awal matematis siswa data

penelitian ini dilihat dari hasil nilai matematika siswa kelas VII pada ulangan harian

semester ganjil, sebelum masuk materi yang akan diteliti, data diperoleh dari sekolah.

Sehingga peneliti langsung mendapatkan hasil tes pengetahuan awal matematis ini

dalam kategori tinggi, sedang dan rendah pada kelas VII A dan VII C SMP PGRI 6

Bandar Lampung. Data hasil pengetahuan awal matematis dapat dilihat pada

(Lampiran 20 dan Lampiran 21).

3. Deskripsi Statistik

a. Data Amatan Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Pengambilan data dilakukan setelah proses pembelajaran pada materi

persamaan linear satu variabel. Perangkat pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran

15, 16, dan 17. Setelah data kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa pada materi persamaan linear satu variabel terkumpul baik dari kelas

eksperimen maupun dari kelas kontrol, diperoleh nilai tertinggi (XMaks), nilai

terendah (XMin) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan dicari ukuran

tendensi sentral meliputi rataan (𝑋 ), median (Me), modus (Mo) serta ukuran

variansi kelompok meliputi jangkauan (R) dan simpangan baku (S) yang dapat

dirangkum pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2

Deskripsi Data Amatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas

𝐗𝐦𝐚𝐤𝐬

𝐗𝐦𝐢𝐧

Ukuran Tendensi

Sentral

Ukuran Variansi

Kelompok

𝐗 Me

Mo

R S

Eksperimen

100

60

81.233

72

82

40

11.162

Kontrol

94

58

74.621

70

74

36

8.792

Sumber: pengolahan data (Perhitungan pada Lampiran 24)

Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas dapat memberikan gambaran

bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berbeda

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Data Amatan Skor Pengetahuan Awal Matematis

Data tentang pengetahuan awal matematis siswa diperoleh dari hasil

nilai matematika siswa kls VII pada ulangan harian semester ganjil yang diperoleh

langsung dari sekolah. Berdasarkan data yang telah terkumpul, jumlah siswa yang

termasuk ke dalam 3 kategori pengetahuan awal matematis untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.3

Sebaran Siswa ditinjau dari Strategi Pembelajaran dan Pengetahuan

Awal Matematis

Stragi

Pembelaj

aran

𝒙

SD

Kriteria PAM

Tinggi

Sedang

Rendah

Group

Investigat

76.4

7.8

6

20

4

ion 27 38

Konvensio

nal

72.524

6.955

4

22

3

Sumber: Pengolahan data (perhitungan pada Lampiran 23)

Berdasarkan hasil perhitungan, untuk kelas eksperimen diperoleh nilai

rata- ratanya adalah 76.427 dan simpangan bakunya 7.838. Jadi untuk skor ≥

84.265 dikategorikan tinggi yaitu terdapat 6 siswa, 68.589 ≤ skor < 84.265

dikategorikan sedang, yaitu terdapat 20 siswa, dan skor < 76.427 dikategorikan

rendah yaitu terdapat 4 siswa. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh nilai

rata-ratanya adalah 72.524 dan simpangan baku 6.955. Jadi untuk skor ≥

79.479 dikategorikan tinggi yaitu terdapat 4 siswa, 65.569 ≤ skor < 79.479

dikategorikan sedang dengan terdapat 22 siswa, dan < 65.569 dikategorikan rendah

yaitu terdapat 3 siswa.

4. Hasil Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat yang

pertama dalam menentukan uji hipotesis yang akan dilakukan. Uji normalitas data

dengan menggunakan metode Lilliefors terhadap hasil tes kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa dilakukan pada masing-masing kelompok data yaitu

kelompok eksperimen (kelompok kolom A1) Lampiran 25, kelompok kontrol

(kelompok kolom A2) Lampiran 26, kelompok pengetahuan awal matematis tinggi

(kelompok baris B1) Lampiran 27, kelompok pengetahuan awal matematis sedang

(kelompok baris B2) Lampiran 28, dan kelompok pengetahuan awal matematis

rendah (kelompok baris B3) Lampiran 29.

Perhitungan uji normalitas data kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa pada masing-masing kelas selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 25, 26, 27, 28, dan 29.

Rangkuman hasil uji normalitas kelompok data tersebut disajikan pada tabel

berikut:

Tabel 4.4

Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika

No

Kelas Lmaks L0,05;n

Keputusan uji

.

1 Eksperimen (A1) 0.074 0.162 H0 diterima

2 Kontrol (A2) 0.114 0.165 H0 diterima

3 PAM Tinggi (B1) 0.151 0.280 H0 diterima

4 PAM Sedang (B2) 0.080 0.137 H0 diterima

5 PAM Rendah (B3) 0.222 0.335 H0 diterima

Sumber: Pengolahan data (perhitungan pada Lampiran 25, 26, 27, 28, dan 29)

Berdasarkan hasil uji normalitas data kemampuan pemecahan masalah

matematika yang terangkum dalam tabel di atas, tampak bahwa pada taraf

signifikan 5% nilai Lmaks untuk setiap kelas kurang dari L0,05;n, sehingga hipotesis nol

untuk setiap kelas diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada setiap

kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Hasil Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varians

populasi data adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat yang

kedua dalam menentukan uji hipotesis yang akan digunakan. Uji homogenitas

dilakukan pada data variabel terikat yaitu kemampuan pemecahan masalah

matematika pada materi persamaan linear satu variabel. Uji homogenitas varians

data penelitian ini menggunakan uji Bartlett. Hasil pengujian uji homogenitas

dengan taraf signifikan (α) = 5% telah tercantum pada rangkuman tabel berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Homogenitas

N

o

Kelompok 𝝌𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍𝟐 𝝌𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈

𝟐 Kesimp

ulan

1 Eksperimen

(A1) dan

Kontrol (A2)

3

.

4

8

1

0.

03

H0

diterim

a

2 PAM Tinggi (B1),

PAM Sedang (B2),

dan

PAM Rendah (B3)

5

.

9

9

1

4.

26

H0

diterim

a

Sumber: Pengolahan data (perhitungan pada Lampiran 30)

Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa harga masing-masing kelompok

tidak melebihi harga kritiknya, 𝜒𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 dengan kesimpulan H0 diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sempel berasal dari populasi yang

homogen

5. Hasil Uji Hipotesis

Setelah diketahui data berasal dari populasi berdistribusi normal dan

dari populasi yang sama (homogen), maka dapat dilanjutkan uji hipotesis dengan

menggunakan uji parametric yaitu uji analisi variansi (ANAVA). Uji hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan uji analisis variansi (ANAVA) dua arah sel tak sama.

a. Analisis Variansi (ANAVA) Dua Arah Sel Tak Sama

Setelah data terkumpul dapat dilakukan penganalisaan data yang

digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil perhitungan ANAVA dua arah sel tak

sama dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Rangkuman Analisis Variansi Dua Arah Sel Tak Sama

Sumb

er

JK D

k

RK Fhit

ung

Fta

bel

Perla

kuan

(A)

308,6

52

1 308,6

52

4,70

8

4,0

23

PAM

(B)

4377,

401

2 2188,

700

33,3

82

3,1

72

Intera 15,23 2 7,619 0,11 3,1

ksi

(AB)

7 6 72

Galat 3474,

921

5

3

65,56

5

- -

Total 8176,

211

5

8

- - -

Sumber: Pengolahan data (perhitungan data Lampiran 31)

Berdasarkan perhitungan pengujian analisis data (perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31) dapat disimpulkan bahwa:

1) Fa = 4.708 dan taraf signifikan 5% diperoleh F(0,05;1;53) = 4.023,

sehingga Fa > F(0,05;1;53) yang menunjukkan bahwa H0A ditolak, berarti

terdapat perbedaan antara strategi pembelajaran Group Investigation

dan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan

masalah.

2) Fb = 33.382 dan taraf signifikansi 5% diperoleh F(0,05;2;53) = 3.172,

sehingga Fb > F(0,05;2;53) yang menunjukkan bahwa H0B ditolak, berarti

terdapat perbedaan pada masing-masing kategori pengetahuan awal

matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah.

3) Fab = 0.116 dan taraf signifikan 5% diperoleh F(0,05;2;53) = 3.172,

sehingga Fa < F(0,05;2;53) yang menunjukkan bahwa H0AB diterima berarti

tidak terdapat interaksi antara perlakuan pembelajaran dengan kategori

pengetahuan awal matematis siswa terhadap kemampuan pemecahan

masalah.

b. Uji Komparasi Ganda (Scheffe’)

Berdasarkan hasil perhitungan uji ANAVA diperoleh bahwa H0A ditolak,

tetapi karena perlakuan pembelajaran hanya memiliki dua kategori maka untuk

komparasi antar baris tidak perlu dilakukan uji komparasi ganda. Kalaupun

dilakukan uji komparasi ganda, dapat dipastikan bahwa H0A ditolak. Komparasi

ganda tersebut menjadi tidak berguna, karena ANAVA telah menunjukkan bahwa

H0A ditolak. Dari rerata marginalnya diperoleh bahwa rerata marginal untuk

perlakuan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran Group

Investigation adalah 81.033 dan rerata marginal untuk perlakuan

pembelajaran konvensional adalah 74.904. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.7

Rataan marginal

Perlakuan Pembelajaran

Pengkategorian PAM (Bj)

Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3)

Rataan Marginal

(A1)

Group Investigation (A1)

95 79.6 68.5 81.033

Konvensional (A2) 90.5 73.545 60.667 74.904 Rerata Marginal 92.75 76.573 64.583 -

Sumber: Pengolahan data (perhitungan pada Lampiran 31)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran

dengan menggunakan strategi pembelajaran Group Investigation lebih baik

daripada perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Sedangkan

untuk H0B ditolak dan memiliki tiga kategori maka untuk komparasi antar

kolom perlu dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe’

dan hasil perhitungan uji komparasi ganda antar kolom dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel 4.8

Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom

No Interaksi Fhitung Ftabel Kesimpulan

1 μ1 vs μ2 32.239 3.172 H0 ditolak

2 μ1 vs μ3 49.825 3.172 H0 ditolak

3 μ2 vs μ3 13.155 3.172 H0 ditolak

Sumber: Pengolahan data (perhitungan data Lampiran 32)

Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi ganda antar kolom di atas

didapat bahwa rerata yang diperoleh dari kategori pengetahuan awal

matematis tinggi berbeda secara signifikan dengan rerata yang diperoleh dari

pengetahuan awal matematis sedang yaitu sebesar 32.239. Rerata yang diperoleh

dari kategori pengetahuan awal matematis tinggi berbeda secara signifikan dengan

rerata yang diperoleh dari kategori pengetahuan awal matematis rendah yaitu

49.825, dan rerata yang diperoleh dari kategori pengetahuan awal matematis

sedang berbeda secara signifikan dengan rerata yang diperoleh dari kategori

pengetahuan awal matematis rendah yaitu sebesar 13.155. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang

memiliki pengetahuan awal matematis tinggi lebih baik daripada siswa yang

memiliki pengetahuan awal matematis sedang maupun rendah. Sedangkan siswa

yang memiliki pengetahuan

awal matematis sedang menghasilkan kemampuan pemecahan masalah

matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki pengetahuan awal

matematis rendah. Selanjutnya H0AB diterima berarti tidak terdapat interaksi antara

strategi pembelajaran dan pengetahuan awal matematis terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika. Karena tidak ada interaksi, maka tidak perlu

dilakukan uji komparasi antar sel pada baris maupun kolom yang sama.

B. Pembahasan

Penelitian ini mempunyai dua variabel yang menjadi objek penelitian,

yaitu variabel bebas berupa strategi pembelajaran Group Investigation dan

pengetahuan awal matematis, dan variabel terikat berupa kemampuan pemecahan

masalah matematika. Berdasarkan teori menyatakan bahwa model pembelajaran

Group Investigation (GI) adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang

melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif,

perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan

penemuan mereka kepada kelas. Peserta didik yang memperoleh model pembelajaran

Group Investigation (GI) dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap

pengetahuannya tentang matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing

sehingga memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada siswa.

Kebiasaan menjalankan penelitian secara berpasangan dan mengumpulkan

informasi dari berbagai sumber berbeda dalam rangkaian pembelajaran dengan model

group investigation mendorong siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam ketarampilan proses kelompok. Dengan demikian

siswa dapat memperoleh berbagai solusi atau model dalam pemecahan masalah yang

dihadapi. Diharapkan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation akan membantu siswa untuk lebih memahami materi

persamaan linear satu variabel yang akan memudahkan siswa untuk mencapai

kemampuan pemecahan masalah matematika.

Penelitian ini mengambil dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas

VII A yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan

strategi pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan kelas VII C yang

berjumlah 29 siswa sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

konvensional. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi persamaan

linear satu variabel. Untuk mengumpulkan data-data pengujian hipotesis, penulis

mengajarkan materi persamaan linear satu variabel pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol masing-masing sebanyak 6 kali pertemuan yaitu 5 kali pertemuan

dilaksanakan untuk proses belajar mengajar dan 1 kali pertemuan dilaksanakan

untuk evaluasi atau tes akhir siswa sebagai pengambilan data penelitian dengan

bentuk tes kemampuan pemecahan masalah matematika.

Setelah data tes akhir diperoleh, maka selanjutnya dilakukan uji

normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan

menggunakan uji Bartlett untuk melihat kenormalan dan kehomogenan kelas

tersebut. Berdasarkan hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan hasil pengujian homogenitas

menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama

(homogen).

Setelah diketahui data berasal dari populasi berdistribusi normal dan

dari populasi yang memiliki variansi yang sama (homogen), maka dapat dilanjutkan

uji hipotesis dengan menggunakan uji parametrik yaitu uji analisis variansi

(ANAVA). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji ANAVA dua

arah sel tak sama diperoleh bahwa:

1. Hasil Analisis Hipotesis Pertama (H0A)

Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi dua arah sel tak sama

diperoleh bahwa H0A ditolak, ini berarti terdapat perbedaan antara strategi

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan pembelajaran konvensional

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Setelah itu, dilihat dari

rerata marginalnya diperoleh bahwa rerata marginal untuk perlakuan pembelajaran

dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatis tipe Group Investigation

lebih besar daripada rerata marginal untuk perlakuan pembelajaran konvensional.

Dengan demikian tampak jelas menunjukkan bahwa strategi pembelajaran

kooperatif Group Investigation menghasilkan kemampuan pemecahan masalah

matematika yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil tersebut, penulis meyakini bahwa strategi

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menghasilkan kemampuan

pemecahan lebih baik daripada pembelajaran konvensional, karena strategi

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation membuat siswa lebih

memahami dan menguasai materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan

sederhana dengan anggota kelompoknya.

Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meylisa Indarti, Hadi

Soekamto, Djoko Soelistijo yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Group Investigation Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA”

juga memberikan hasil kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen

lebih tinggi daripada kelas kontrol karena tidak menggunakan model Group

Investigation dalam pembelajaran.

2. Hasil Analisis Hipotesis Kedua (H0B)

Berdasarkan Hasil perhitungan analisis variansi dua arah sel tak sama

diperoleh hasil bahwa H0B ditolak, ini berarti terdapat perbedaan pada masing-

masing kategori pengetahuan awal matematis terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika. Kemudian, dilakukan uji komparasi ganda antar kolom,

diperoleh bahwa siswa pada kategori pengetahuan awal matematis tinggi

mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematika lebih baik daripada

siswa pada kategori pengetahuan awal matematis sedang dan pengetahuan awal

matematis rendah. Begitupun untuk siswa pada kategori pengetahuan awal

matematis sedang mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematika

lebih baik daripada

172

siswa pada kategori pengetahuan awal matematis rendah. Dengan demikian, hasil

ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang

memiliki pengetahuan awal matematis tinggi lebih baik daripada siswa yang

memiliki pengetahuan awal matematis sedang ataupun rendah. Sedangkan siswa

yang memiliki pengetahuan awal matematis sedang menghasilkan kemampuan

pemecahan masalah matematika lebih baik daripada siswa yang memiliki

pengetahuan awal matematis rendah.

Hasil ini sesuai dengan hipotesis kedua yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh R

Teguh Priyanto yang berjudul “Pengaruh Kreativitas dan Kebiasaan Belajar

Terhadap Prestasi Belajar Otomotif Siswa Tingkat XII SMK Giripuro Sumpiuh Tahun

Pelajaran 2014/2015” menunjukkan bahwa kreativitas belajar siswa berpengaruh

positif terhadap prestasi belajar siswa. Siswa dengan kategori KBM tinggi lebih aktif

dalam belajar pada dua kelompok sampel.

3. Hasil Analisis Hipotesis Ketiga(H0AB)

Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh hasil bahwa H0AB

diterima, ini berarti tidak terdapat interaksi antara perlakuan pembelajaran

dengan kategori pengetahuan awal matematis siswa terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika. Hal ini disebabkan karena perbedaan pengaruh

173

antara perlakuan pembelajaran dan pengetahuan awal matematis siswa terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika, maka karakteristik perbedaan

pengetahuan awal matematis siswa terhadap matematika akan sama pada setiap

perlakuan pembelajaran. Artinya kalau secara umum pengetahuan awal matematis

siswa tinggi lebih baik daripada pengetahuan awal matematis siswa sedang dan

rendah, sedangkan ditinjau dari perlakuan pembelajaran dengan strategi

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation juga akan berlaku kesimpulan

pengetahuan awal matematis siswa tinggi lebih baik daripada pengetahuan awal

matematis siswa sedang dan rendah. Demikian pula, jika ditinjau dari perlakuan

pembelajaran konvensional, maka pengetahuan awal matematis siswa tinggi lebih

baik daripada pengetahuan awal matematis siswa sedang dan rendah.

Selanjutnya pengetahuan awal matematis siswa akan lebih baik daripada

pengetahuan awal matematis siswa sedang dan rendah ditinjau dari perlakuan

pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatf tipe Group Investigation

maupun pembelajaran konvensional. Dan pengetahuan awal matematis siswa

sedang akan lebih baik daripada pengetahuan awal matematis siswa rendah

ditinjau dari perlakuan pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation maupun pembelajaran konvensional.

Secara teori terdapat hal yang dapat mempengaruhi kemampuan

pemecahan masalah matematika, yaitu bagaimana guru memberikan faktor

174

pembelajaran (model pembelajaran) dan tingkat pengetahuan awal matematis siswa.

Siswa yang memiliki pengetahuan awal matematis tinggi dan sedang lebih cocok

dengan model pembelajaran group investigation namun tidak cocok untuk siswa

yang memiliki pengetahuan awal matematis rendah. Hal tersebut dikarenakan dalam

model pembelajaran group investigation membutuhkan siswa aktif untuk menemukan

hal-hal yang baru dalam proses pembelajaran dengan proses belajar mengajar

demikian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung

siswanya lebih terkesan pasif karena siswa kurang bersemangat dalam mengikuti

proses pembelajaran. Bukan hanya itu siswa juga merasa bingung karena kurang

adanya informasi yang mendukung untuk dapat memecahkan suatu permasalahan

dalam pembelajaran. Berdasarkan teori tersebut, siswa yang memiliki pengetahuan

awal matematis tinggi dan sedang akan lebih mudah beradaptasi dengan model

pembelajaran group investigation dari pada dengan model pembelajaran langsung,

sedangkan siswa yang pengetahuan awal matematisnya tergolong rendah akan

cenderung sulit untuk beradaptasi dengan model pembelajaran yang digunakan.

Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa

tidak ada interaksi antara faktor pembelajaran dan faktor pengetahuan awal matematis

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. Ketidaksesuaian hasil

penelitian diduga karena ada beberapa siswa yang kurang serius dalam mengikuti

pembelajaran sehingga informasi materi pembelajaran yang disampaikan kurang

175

maksimal. Hal tersebut membuat siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal

tes, sehingga berpengaruh terhadap hasil yang tidak sesuai dengan teori, yang

seharusnya ada interaksi antara faktor pembelajaran dan faktor pengetahuan awal

matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

176

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Siswa yang memperoleh model pembelajaran Group Investigation

kemampuan pemecahan masalah matematika lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Terdapat pengaruh pemecahan masalah matematika antara siswa yang

memiliki pengetahuan awal matematis tinggi, sedang, dan rendah pada siswa

yang memperoleh model Group Investigation (GI) dan pembelajaran

konvensional.

3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran group investigation dan

pengetahuan awal matematis siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian, ada hal yang perlu peneliti

sarankan yaitu sebagai berikut:

177

1. Bagi Guru

a. Model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat digunakan sebagai

alternatif dalam mengajar matematika dalam pemecahan masalah

matematika sehingga pengetahuan awal matematis siswa menjadi lebih

baik.

b. Guru harus lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran yang dapat

menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran

matematika sehingga kecenderungan siswa untuk berpikir, bersikap, dan

bertindak positif secara kreatif terhadap pembelajaran matematika menjadi

lebih baik.

2. Bagi Siswa

a. Siswa sebaiknya tidak perlu ragu dan merasa takut untuk mencoba

menuangkan ide-ide kreatif yang dimilikinya dalam menyelesaikan

berbagai permasalahan ataupun soal-soal matematika.

b. Siswa harus lebih aktif menumbuhkan sikap positif seperti minat, rasa

ingin tahu, dan rasa percaya diri dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah

a. Sekolah harus dapat memberikan informasi kepada guru tentang

pentingnya mengembangkan kemampuan matematis, salah satunya

kemampuan pemecahan masalah siswa yang secara ilmiah dimiliki oleh

siswa.

178

b. Sekolah harus membantu guru untuk memberikan informasi kepada siswa

tentang pentingnya keaktifan dalam pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menerapkan model GI pada pokok

bahasan yang lain, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika dan pengetahuan awal matematis khususnya bagi siswa yang

kemampuan pemecahan masalah dan pengetahuan awal matematisnya

rendah, serta mengembangkan aspek yang lain seperti penalaran, kemampuan

koneksi matematis, dan kemampuan matematis yang lainnya.

179

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudjiono. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Bagus Rustina, SitiZulaikha, Wiyasa, (2014) Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group investigation Berbantuan Media Konkret Terhadap

Hasil Belajar. Jurnal Mimbar PGSD, Universitas Pendidikan Ganesha,2(1).

Budiyono.(2009).Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS PRESS.

Departemen Agama RI, (2007). Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bogor: PT Sigma.

Departemen Agama,Al-Quran dan Terjemah, Bandung: Diponegoro.

Dian Veni Rahayu dan Ekastya Aldila Afriansyah (2016). Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Melalui Model

Pembelajaran Pelangi Matematika, JurnalPendidikanMatematika, 5(1).

Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Herlambang, (2013). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Kelas VII-A SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari

Teori Van Hiele.Tesis Program Studi Pascasarjana Pendidikan Matematika

FKIP Universitas Bengkulu.

Husna dkk. (2015). Peningkatan Pemecahan Masalahdan Komunikasi Matematis

Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif

Tipe Think-Pair-Share(TPS). (On-Line).

I Wayan Santyasa, (Juni-Juli 2005). Model Pembelajaran Inovatif dan Implementasi

Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Makalah yang disampaikan Pada Penatara

guru-guru SMP, SMA, dan SMK sekabupaten Jember.

Juanda, (2011). Model Pengajaran Group Investigasion Dalam Pengajaran Struktur

Jurnal Ilmu Sastra, 6(1).

Leo Adhar Effendi. (2012). Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan

Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan. 13(32).

180

Lilyanti M.payung, dkk. (2017). Pengaruh Pengetahuan Awal, Kecerdasan Emosional

dan Motifasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas VII SMP

NEGRI 3 PARIGI. e-Jurnal Mitra Sains. 4 (3).

Meningkatkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation, Prestasi Belajar,

dan Ketrampilan Proses Sains, h. 11-12 dalam

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_060097_chapter2. pdf,

diakses pada tangal 12 September 2017.

Miftahul Huda. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajara. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Mohammad Dadan Sundawan. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Konstruktivisme terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Siswa. Jurna Pendidikan Matematika. 1(2).

N. I. Fajariyah- ,YL. Sukestiyarno, Masrukan, I. Junaedi. (2012). Keefektifan

Implementasi Model Pembelajaran Problem Posing dan Creative Problem

Solving Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Di SMP N

1 Tengaran.Journal of Mathematics Education.1(2).

Novalia dan Muhammad Syazali.(2012). Olah Data PenelitianPendidikan, Bandar

Lampung,Anugrah Utama Raharja.

-------, (2014).Olah Data Penelitian Pendidikan. Bandar Lampung: AURA.

Novita Yuanari. (2011). Penerapan Strategi TTW (Think-Talk-Write) Sebagai Upaya

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis

Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 5 Wates Kulon Progo. Skripsi Program

Studi Pendidikan Matematika UNY, Yogyakarta.

Nurdadilah, Edi Syahputra, Dian Armanto. (2011). Perbedaan Kemampuan Penalaran

Matematika Dan Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran Berbasis Masalah

Dan Pembelajaran Konvensional. Jurnal Pendidikan Matematika Paradikma,

Universitas Negeri Medan.6(2).

Prof. Dr. Oemar Hamalik. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara).

Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta,

Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran, mengembangkan profesionalisme

Guru. Jakarta: Raja Grafindo.

181

Russefendi. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya

dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung;

Tarsito.

S. Pt. BagusRustina, SitiZulaikha, I KM. Ngr.Wiyasa. (2014). Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbantu Media Konkret

Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal mimbar PGSD Universitas Pendidikan

Ganesha Program PGSD, 2(1).

Sri Asnawati. (2013). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Games-

Tournament dengan Classroom Questioning Strategis untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi

UPI, Bandung.

Sri Wardhani, dkk. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika di SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Syaiful Sagala. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Veronika Tri Handayani. (2015). Pengaruh Pengetahuan Awal, Kedisiplinan Belajar,

dan Iklim Komunikasi Kelas Terhadap Hasil Belajar Produksi Akuntansi

Siswa Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK Negri Bangkalan. Jurnal Ekonomi

Pendidikan dan Kewirausahaan, 3(1).

Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

182