PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP …digilib.unila.ac.id/22316/5/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP …digilib.unila.ac.id/22316/5/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
DAN SELF CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
(Skripsi)
OlehLela Komala Sari
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
DAN SELF CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015-2016)
Oleh
LELA KOMALA SARI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modelpembelajaran discovery terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematisdan self confidence siswa. Desain yang digunakan adalah pretest-posttest controlgroup design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri21 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016 dan sampel penelitian adalah siswakelas VIII A dan VIII C yang ditentukan dengan teknik purposive randomsampling. Data kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh melalui tesuraian dan data self confidence diperoleh melalui skala self confidence.Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa penerapanpembelajaran discovery berpengaruh terhadap peningkatan kemampuankomunikasi matematis siswa, namun tidak berpengaruh terhadap peningkatan selfconfidence siswa.
Kata kunci: discovery, komunikasi matematis, self confidence
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
DAN SELF CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)
Oleh
Lela Komala Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya Kab. Lampung Tengah, pada tanggal 11 Juni
1993. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan dari Bapak Sugino
dan Alm. Ibu Sri Muntammah, memiliki seorang kakak bernama Fenty Eka
Cahyani.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Islam Terpadu Insan
Kamil pada tahun 1999, pendidikan dasar di SD Negeri 1 Bumi Kencana pada
tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Seputih Agung pada
tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di MAN Poncowati pada tahun 2011.
Melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP) pada
tahun 2012, penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program
Studi Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Pekon Banjarmasin, Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus.
Selain itu, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP
Negeri 1 Bulok, Kabupaten Tanggamus yang terintegrasi dengan program KKN
tersebut. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam organisasi yaitu
FPPI pada periode 2012-2013 dan HIMASAKTA pada periode 2012-2013.
MOTO
“Jadilah layaknya air
Siapapun, apapun, dan sampai kapanpun
Akan terus dibutuhkan”
“Dreams as if you’ll live forever
Live as if you’ll die today”
(Lela Komala Sari)
i
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama TuhanYang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, dan Tuhanmulah yang maha mulia
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13)
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat (QS : Al-Mujadilah 11)
Ya Allah,Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia,
dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberiwarna-warni di kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu, Engkau berikan
aku kesempatan untuk bisa sampai di penghujung awal perjuanganku.Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan
Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kaujadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, dan beriman dalammenjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awalbagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih,menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu.Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda, Ibunda, danNenekku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat,doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang taktergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap ujian hidup yang ada
ii
didepanku. Ayah.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusankuuntuk membalas semua pengorbananmu..
Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam, serayatanganku menadah ”ya Allah ya Rahman ya Rahim” Terimakasih telah kautempatkan aku diantara orang-orang beriman yang penuh kasih sayang yaitukeluarga besarku yang setiap waktu ikhlas menjagaku, mendidikku,membimbingku dengan baik, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurgafirdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawaapi nerakamu.
Untukmu Ayah (Sugino), Ibu (Alm. Sri Muntammah), & Nenek (Alm. Mrak Atun) Terimakasih atas
kasih sayang dan pengorbanan yang selama ini telah kalian berikan.
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapanyang kalian impikan di diriku, meski belum semua itu kuraih insyallah atasdukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab. Untuk itukupersembahkan ungkapan terimakasihku:
Kepada mbakku Fenty Eka Cahyani. “mbakku yang cantik, Adekmuyang menyebalkan ini akhirnya bisa wisuda juga kan [(^,^)]”. Makasih yaasudah jadi pengganti ibu dalam hidupku. Walaupun kita harus memperjuangkansegalanya sendiri, tapi aku bangga memilikimu. Biarkanlah tiap tetes air mata inimenjadi saksi cinta dan kasih sayangku padamu “love you forever”. Janganpernah biarkan aku dalam kesendirian dihidup ini! Tetap sayangi aku!
Kepada ibu-ibuku tersayang Heri Susianti, Maimunnah, Pur Wati,Kismiyati, dan seluruh keluarga besar Wiryoatmo. Terimakasih telahmengasihiku sejak kecil hingga aku berada di titik ini. Tanpa kalian apa jadinyaaku, terimakasih telah membawaku dalam keluarga yang berada dibawahnaungan islam. Aku bersyukur telah ditakdirkan berada di antara kalian.
iii
Kepada para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuhkesabaran. Khususnya pada ibu Sri Hastuti Noer, bapak Haninda Bharataselaku pembimbing, dan bapak Caswita selaku pembahas serta dosen danguru-guruku. Tanpa didikan, bimbingan, dan motivasi yang kalian berikanapalah jadinya aku.
"Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan orang lain."Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat terbaik”..
“Tanpamu teman, aku tak pernah berarti. Tanpamu teman aku bukan siapa-siapa yang takkan jadi apa-apa”, Kepada sahabatku Depong (DeviAnggraini), Ece ( Suci Febrika), Ni Made Ariestaniati, Erma Widihastuti,Atika Putri, dan Titi Andara. Terimakasih sobat selama hampir empat tahunini kalian selalu disisiku dalam suka maupun duka. Khususnya untuk Depongdan Ece yang tak pernah henti memberikan pertolongan dikala kumembutuhkannya dan berbagi kehagatan keluarga kepadaku.
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar,untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa
mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar,berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal bangkit lagi.Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapatkupersembahkan kepada kalian semua.
iv
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW, nabi yang selalu menjadi suri
teladan bagi kita semua.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Terhadap
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Confidence Siswa
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2015/2016)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku bapak Sugino dan Ibu Maimunah, kakak tercinta Fenty
Eka Cahyani serta seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan,
memberikan motivasi, dukungan, dan semangat kepadaku.
2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing
Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
v
memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran kepada penulis demi
terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua
Program Studi Pendidikan Matematika yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk membimbing, menyumbangkan banyak ilmu, memberikan
perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya
skripsi ini.
4. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku pembahas dan Ketua Jurusan PMIPA yang
telah memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis
sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.
5. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Ibu Hj. Yuliati, S. Pd., selaku Kepala SMP Negeri 21 Bandar Lampung yang
telah memberikan izin penelitian di SMP Negeri 21 Bandar Lampung.
8. Ibu Erna Dwi Pangesti, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu
dan memberi bimbingan dalam penelitian.
9. Keluarga besar Wiryoatmo yang selalu mendukung dan mendoakanku,
khususnya ibu-ibuku Heri Susianti, Pur Wati, Kismiyati, kakak tersayang
Fenty Eka Cahyani, adikku Muhammad Nur Salim, dan Soleha.
10. Sahabat-sahabat tersayang yang telah memberikan warna dihidupku: Depong
(Devi Anggraini), Ece (Suci Febrika), Erma Widihastuti, Ni Made Ariestania,
vi
Atika Putri, dan Titi Andara, yang selama ini memberiku semangat dan selalu
menemani saat suka dan duka. Semoga persahabatan ini akan terus terjalin
dengan silaturahim yang baik.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan: Tri Budi Santoso, Kiki Ariska, dan Anjar
Istiqomah atas semangat dan ketulusan yang kalian berikan untukku begitu
banyak hal yang telah kulalui bersama kalian. Sampai di titik ini pun aku
berada karena semangat yang telah kita pupuk bersama, terimakasih karena
telah membantuku untuk terus semangat di saat keterpurukan itu datang.
12. Seluruh teman-teman seperjuanganku di Pendidikan Matematika 2012 atas
kebersamaan dan kebahagiaan yang terjadi selama ini serta semua bantuan
yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang
terindah.
13. Kakak-kakakku angkatan 2009, 2010, 2011 serta adik-adikku angkatan 2013,
2014, 2015 terima kasih atas kebersamaanya.
14. Sahabat-sahabat KKN di Pekon Banjarmasin, Kecamatan Bulok, Kabupaten
Tanggamus dan PPL SMPN 1 Bulok: Emak (Erlinda Erry Indriana), dedek
(Marlia Fitriani). Teman sekamarku yang selalu berbagi cerita dan canda tawa
di kamar sempit itu: Ulan (Mustika Wulandari), Nuke Adisti Rahmadani,
Annisa Noor Diena atas kebersamaan selama kurang lebih dua bulan yang
penuh cerita dan kenangan. Sedih, menangis, sakit, sehat, tertawa, masalah,
lelah, semangat, serta banyak hal baru telah ku lalui bersama kalian.
15. Keluarga besar dari bang Rozi di Pekon Banjarmasin Kecamatan Bulok,
Kabupaten Tanggamus yang telah menjadikan kami keluarga baru, menerima
vii
segala tingkah kami, menjaga, membimbing dan tak henti menasehati kami
selama kurang lebih dua bulan.
16. Ibu Yenny selaku guru pamong, ibu Yeti guru matematika yang selalu
memberikan panutan kepada kami dan pak Sutrisno selaku kepala SMPN 1
Bulok yang telah membimbing dan membantuku selama melaksanakan PPL di
SMPN 1 Bulok dan murid-muridku tercinta yang memberikan semangat serta
memotivasi untuk menjadi pendidik yang baik agar dapat membantu men-
cerdaskan anak bangsa.
17. Almamater tercinta yang telah banyak memberikan pengalaman hidup.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini ber-
manfaat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Bandarlampung, 2 Mei 2016Penulis,
Lela Komala Sari
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ......................................................................................... 8
1. Kemampuan Komunikasi Matematis............................................... 8
2. Self Confidence................................................................................. 11
3. Pembelajaran Konvensional............................................................. 12
4. Model Pembelajaran Discovery ....................................................... 13
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 17
C. Anggapan Dasar ................................................................................... 20
D. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 20
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ........................................................................... 22
B. Desain Penelitian ................................................................................. 22
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 23
D. Data Penelitian .................................................................................... 24
ix
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 24
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 25
1. Instrumen Tes .................................................................................. 25
2. Skala Self Confidence ...................................................................... 30
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis.................................... 31
1. Uji Normalitas ................................................................................. 32
2. Uji Homogenitas ............................................................................. 34
3. Uji Hipotesis .................................................................................... 35
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 38
B. Pembahasan.......................................................................................... 48
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................. 57
B. Saran..................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Desain Penelitian........................................................................... 23
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis .......... 26
Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Reliabilitas....................................................... 27
Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda................................................ 29
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................ 30
Tabel 3.6 Aspek Penilaian Self Confidence................................................... 31
Tabel 3.7 Skor Setiap Pernyataan Skala Self Confidence Siswa................... 31
Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis ..................................................................................... 33
Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Self Confidence .............. 33
Tabel 3.10 Rekapitulasi Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis ...................................................................................... 34
Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa....... 38
Tabel 4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ..... 39
Tabel 4.3 Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ............... 40
Tabel 4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ........ 42
Tabel 4.5 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Kemampuan Komunikasi
Matematis ..................................................................................... 43
Tabel 4.6 Data Skor Self Confidence Awal Siswa ....................................... 44
Tabel 4.7 Data Skor Self Confidence Akhir Siswa ....................................... 45
Tabel 4.8 Data Gain Self Confidence Siswa ................................................. 46
Tabel 4.9 Pencapaian Indikator Self Confidence Siswa ............................... 47
Tabel 4.10 Hasil Uji Wilcoxon Rank-Sum Self Confidence Siswa ................. 48
xi
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Silabus Pembelajaran .......................................................................... 63
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen .................... 67
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ................ 97
A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ........................................................ 118
LAMPIRAN B PERANGKAT TES
B.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis.................... 153
B.2 Soal Pretest-Posttest........................................................................... 155
B.3 Kunci Jawaban Pretest-Posttest ........................................................ 156
B.4 Form Penilaian Tes ............................................................................ 161
B.5 Kisi-kisi Skala Self Confidence ......................................................... 162
B.6 Skala Self Confidence ........................................................................ 165
LAMPIRAN C ANALISIS DATA
C.1 Nilai Tes Kemampuan Nilai Matematis Kelas IX A ......................... 169
C.2 Analisis Reliabilitas Hasil Tes Kempuan Komunikasi Matematis
pada Kelas Uji Coba ......................................................................... 170
C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Hasil Tes Kemampuan
Komunikasi Matematis pada Kelas Uji Coba.................................... 171
C.4 Nilai Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematis ....................... 172
C.5 Nilai Tes Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis....................... 174
C.6 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa..................... 176
C.7 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Awal Siswa..... 178
C.8 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Akhir Siswa..... 181
xii
C.9 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas
VIII A................................................................................................. 184
C.10 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas
VIII C ................................................................................................. 187
C.11 Uji Homogenitas Variansi Data Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis........................................................................................... 190
C.12 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Skor Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ................................................................................ 192
C.13 Data Skor Self Confidence Siswa sebelum Perlakuan ....................... 195
C.14 Data Skor Self Confidence Siswa setelah Perlakuan.......................... 197
C.15 Skor Gain Self Confidence Siswa ...................................................... 199
C.16 Pencapaian Indikator Self Confindence Siswa sebelum dan seteah
Perlakukan.......................................................................................... 201
C.17 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Self Confidence Siswa sebelum
dan setelah Perlakuan......................................................................... 205
C.18 Uji Normalitas Data Gain Self Confidence Kelas VIII A .................. 207
C.19 Uji Normalitas Data Gain Self Confidence Kelas VIII C .................. 210
C.20 Perhitungan Statistik Uji Kolmogorov-Smirnov Data Gain Self
Confidence ......................................................................................... 213
C.21 Uji Nonparatmetrik Data Self Confidence ......................................... 215
LAMPIRAN D LAIN-LAIN
D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan
D.2 Surat Izin Penelitian
D.3 Surat Keterangan Penelitian
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kunci pembangunan masa mendatang bagi suatu bangsa adalah pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan
dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi siswa sebagai generasi
penerus, yang diyakini akan menjadi faktor pendukung bagi tumbuh kembangnya
Bangsa dan Negara Indonesia sepanjang zaman. Oleh karena itu, pendidikan
berperan penting dalam menciptakan insan yang cerdas, kreatif, terampil,
bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Salah satu cara membentuk insan
yang cerdas yaitu melalui proses pembelajaran.
Menurut Suherman, dkk (2003: 9) pembelajaran adalah proses komunikasi
fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka
perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang
bersangkutan. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di
dalam dirinya telah terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pendidik dan siswa dalam kegiatan
2
pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Terlebih dahulu seorang guru merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai agar siswa mengalami perubahan kompetensi setelah melakukan kegiatan
pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) yaitu agar siswa mempunyai kemampuan
untuk memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan
masalah, mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah serta memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan. Pada dasarnya tujuan pembelajaran
merupakan kemampuan yang diharapkan akan dimiliki siswa setelah memperoleh
pengalaman belajar.
Melalui pengalaman belajar siswa dapat mengembangkan kemampuannya. Salah
satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam matematika adalah kemampuan
komunikasi matematis. Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
menyampaikan pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan. Sedangkan
kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai kemampuan siswa
dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa atau interaksi
yang terjadi di lingkungan kelas. Dalam menyampaikan pesan atau ide, baik lisan
maupun tulisan dibutuhkan komunikasi yang baik agar ide-ide yang disampaikan
dapat dipahami oleh orang lain. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan
siswa yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan, begitu juga terhadap
kemampuan komunikasi siswa. Dengan komunikasi yang baik, diharapkan dapat
3
menstimulasi siswa untuk mengembangkan berbagai ide matematika atau membangun
pengetahuannya terhadap konsep materi yang dipelajari.
Kemampuan matematis siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini ter-
lihat dari hasil The Trend International Mathematics and Science Study (TIMSS)
pada tahun 2011, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42
negara. Skor ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 (Napitupulu, 2012).
Demikian pula pada hasil Programme for International Student Assesment (PISA)
tahun 2012, Indonesia hanya menduduki rangking 64 dari 65 peserta dan
memperoleh skor 375 (OECD, 2013).
Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMP Negeri 21 Bandarlampung juga
masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara kepada guru bidang studi
matematika, dalam mengerjakan latihan individu pada saat proses pembelajaran
yang diberikan guru, hanya sebagian kecil siswa yang mampu menyatakan ide-
idenya dalam bentuk tulisan, menggunakan istilah atau notasi matematika, serta
menyatakan situasi ke dalam model matematika dengan tepat. Berdasarkan hasil
mid semester dengan soal yang mengukur pemahaman konsep, siswa memperoleh
rata-rata nilai di bawah KKM. Hal ini memberikan informasi bahwa kemampuan
siswa saat mengerjakan soal untuk pemahaman konsep saja mendapatkan nilai
rendah. Hal tersebut menunjukkan kemampuan komunikasi matematis.
Selain kemampuan komunikasi matematis, dalam pembelajaran matematika ter-
dapat aspek psikologis yang harus diperhatikan. Salah satu aspek tersebut adalah
self confidence atau kepercayaan diri. Dengan adanya rasa percaya diri, siswa
akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matemtaika. Perlunya
4
self confidence dimiliki siswa dalam belajar matematika ternyata tidak disertai
oleh fakta yang ada. Masih banyak siswa yang memiliki self confidence yang
rendah. Hal ini ditunjukkan oleh hasil TIMSS tahun 2012 yang menyatakan
bahwa dalam skala internasional hanya 14% siswa yang memiliki self confidence
tinggi terkait kemampuan matematisnya. Hal serupa juga terjadi pada siswa di
Indonesia hanya 3% siswa yang memiliki self confidence tinggi.
Hasil pengamatan pembelajaran di SMP Negeri 21 Bandarlampung yaitu ketika
siswa diberikan pertanyaan oleh guru, siswa menjawab dengan tidak yakin atau
ragu-ragu. Ini menujukkan kemampuan dan kepercayaan diri siswa dalam
menjawab masih kurang baik. Adanya siswa yang tidak mengerjakan tugas
mencerminkan siswa tersebut tidak bertanggung jawab atau tidak bersedia dalam
menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. Berdasarkan
hasil pengamatan tersebut, terdapat indikator-indikator self confidence yang harus
ditingkatkan agar siswa memiliki kepercayaan diri yang baik dalam matematika.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek self confidence siswa di SMP
Negeri 21 Bandarlampung masih tergolong rendah.
Salah satu cara yang dapat meningkatkan self confidence siswa adalah melalui
pembelajaran aktif. Proses pembelajaran yang aktif dapat memotivasi siswa
sehingga siswa akan mengasah kepercayaan dirinya. Suherman, dkk (2003: 190)
menyatakan bahwa pada sebuah proses belajar mengajar matematika, siswa harus
berperan aktif dan tidak ditempatkan sebagai objek pembelajaran, namun lebih
sebagai subjek pembelajaran. Pertanyaan seharusnya direncanakan dan dibuat
oleh guru untuk mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelas ataupun
5
aktivitas kelas lainnya. Hal ini dapat membantu para siswa merasa keberadaan
mereka begitu penting dan berpeluang menjadikan siswa berperan aktif dalam
aktivitas di dalam kelas. Ketika siswa merasa keberadaannya begitu penting,
maka akan timbul keberanian serta kepercayaan diri siswa.
Ada kemungkinan penyebab rendahnya kemampuan komunikasi matematis dan
self confidence siswa adalah model pembelajaran yang diterapkan belum dapat
mengasah kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa. Salah
satu model pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan komunikasi
matematis dan self confidence siswa tersebut adalah model pembelajaran
discovery. Dalam pembelajaran ini ide atau gagasan disampaikan melalui proses
penemuan. Sejalan dengan Suherman, dkk (2003:190) yang menyatakan bahwa
kegiatan-kegiatan yang bernuansa penemuan berpeluang untuk meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar matematika. Model penemuan terbimbing ini juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator.
Mayoritas pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan
pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang dimulai dengan guru memberikan
materi, kemudian guru memberikan contoh dan penyelesaiannya, kemudian siswa
mencatatnya, selanjutnya siswa diberikan latihan. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Soedijarto (Dewi, 2013: 6) yang menyatakan bahwa kegiatan
pembelajaran di negara berkembang (termasuk Indonesia) pada saat ini tidak lebih
dari mencatat, menghapal, dan mengingat kembali dan tidak menerapkan
pendekatan modern dalam proses pembelajaran. Kegiatan dalam pembelajaran
6
konvensional masih berpusat pada guru, kegiatan seperti ini tidak mencerminkan
suasana belajar yang aktif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya
suatu inovasi model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar
bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan self confidence
siswa. Dengan demikian, model pembelajaran discovery memungkinkan digunakan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self confidence
siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah
yaitu: ”Apakah Model Pembelajaran Discovery berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa kelas VIII SMP
Negeri 21 Bandarlampung?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
discovery terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan self
confidence siswa. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery terhadap peningkatan
kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa yang belajar
matematika menggunakan model pembelajaran discovery dengan siswa yang
belajar matematika menggunakan pembelajaran konvensional.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
pendidikan matematika berkaitan dengan model pembelajaran discovery dan
pembelajaran konvensional serta hubungannya dengan peningkatan kemampuan
komunikasi matematis dan self confidence siswa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi saran untuk praktisi pendidikan dalam memilih
model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
dan self confidence siswa serta menjadi sarana mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan matematika.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Komunikasi Matematis
Melalui komunikasi yang baik dapat membantu siswa membangun pemahamannya
terhadap ide-ide matematika. Sumarmo (2000:7) menyatakan bahwa, kemampuan
komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan
dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk: a)
merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;
b) membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis,
konkrit, grafik, dan aljabar; c) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa
atau simbol matematika; d) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang
matematika; e) membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi,
dan generalisasi; f) menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika
yang telah dipelajari; g) mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf
matematika dalam bahasa sendiri.
Greenes dan Schulman (Umar, 2012) juga menyatakan bahwa komunikasi dalam
matematika merupakan: (1) kekuatan inti bagi siswa untuk merumuskan konsep
matematika; wadah komunikasi bagi siswa untuk bertukar pikiran dengan guru
maupun siswa lain, memperoleh informasi, serta mengungkapkan ide untuk
9
meyakinkan orang lain atas pola pikir atau penemuannya; dan (3) modal dasar
keberhasilan siswa untuk memiliki kemampuan eksplorasi dan investigasi dalam
matematika. Sejalan dengan National Council of Teachers of Mathematics (2000:
60) yang menyatakan bahwa komunikasi matematika merupakan kemampuan
mengorganisasi dan mengonsolidasi pikiran matematika melalui komunikasi
secara lisan maupun tertulis, mengomunikasikan gagasan tentang matematika
secara logis dan jelas kepada orang lain, menganalisis dan mengevaluasi pikiran
matematika dan strategi yang digunakan orang lain, dan menggunakan bahasa
matematika untuk menyatakan ide-ide matematika secara tepat.
Siswa mampu mengekspresikan gagasan dan berargumen dengan tepat, singkat,
dan logis menunjukkan siswa memahami konsep materi tersebut. Oleh karena itu,
kemampuan komunikasi matematis merupakan hal yang sangat penting. Kemampuan
komunikasi juga sangat diperlukan ketika diskusi dalam kelompok, dimana siswa
diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar,
menanya, dan berkerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman
yang mendalam tentang materi dan akhirnya siswa dapat memahaminya dengan
bahasa sendiri.
Kemampuan komunikasi juga penting dimiliki dalam bersosialisasi dengan
masyarakat. Seseorang yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik akan
cenderung lebih mudah beradaptasi dengan siapa pun dimana dia berada dalam
suatu komunitas. Oleh karena itu, komunikasi matematis juga perlu diperhatikan
dalam pembelajaran matematika. Melalui komunikasi matematis, siswa dapat
mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan.
10
Seperti yang termuat dalam permendiknas nomor 23 tahun 2006 bahwa siswa
diharapkan dapat mengomunikasikan gagasan dalam bentuk simbol, tabel,
diagram atau media lain untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah
matematis.
Cai, Lane dan Jacobsin (Fachrurazi, 2011: 81) mengemukakan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam: (1)
menulis matematis (written text), pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat
menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis, masuk
akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis; (2) menggambar secara
matematis (drawing), pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat melukiskan
gambar, diagram dan tabel secara lengkap dan benar; (3) ekspresi matematis
(mathematical expression), pada kemampuan ini siswa diharapkan untuk
memodelkan permasalahan matematika dengan benar atau mengekspresikan
konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau
simbol matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau
mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.
Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini kemampuan komunikasi matematis
yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi tertulis yang meliputi: (a)
menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan
gambar, (b) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan, (c)
menggunakan bahasa matematika secara tepat.
11
2. Self Confidence
Dalam bahasa Indonesia, self confidence berarti kepercayaan diri. Kepercayaan
diri siswa merupakan keyakinan dalam diri siswa akan kemampuannya dalam
menyelesaikan masalah. Sejalan dengan itu Marsa (2014:13) menyatakan bahwa
self confidence adalah kemampuan dan keyakinan diri sendiri untuk membentuk
pemahaman dan keyakinan siswa tentang kemampuannya dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Suhendri (Martyanti, 2013) menjelaskan bahwa self
confidence merupakan suatu sikap mental positif dari seorang individu yang
mengondisikan dirinya agar dapat mengevaluasi diri sendiri dan lingkungannya,
sehingga merasa nyaman untuk melakukan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan
yang direncanakan.
Self confidence dalam matematika sangatlah penting, sebab dengan self
confidence yang baik siswa mendapat dorongan untuk lebih aktif dan membantu
siswa mengambil keputusan dalam penyelesaian masalah. Pentingnya self
confidence siswa dalam pembelajaran matematika juga diungkapkan Gaguk
(2005: 48-49) dalam tiga aspek yang harus dimiliki siswa yaitu: (1) kepercayaan
terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya, (2)
kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan
menyusun rencana aksi sebagai usaha meraih sasaran, serta (3) kepercayaan
terhadap matematika itu sendiri.
Preston (2007:14) menyatakan bahwa aspek-aspek pembangun kepercayaan diri
adalah self awareness (kesadaran diri), intention (niat), thinking (berpikir positif
dan rasional), imagination (berpikir kreatif pada saat akan bertindak), act
12
(bertindak). Menurut Lauster (Nur Ghufron & Rini, 2011:35-36), aspek-aspek
kepercayaan diri adalah: (1) Keyakinan kemampuan diri yaitu sikap positif
seseorang tentang dirinya atas kemampuan yang dimilikinya. Sehingga dia
mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya; (2) Optimis yaitu
sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam
menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya; (3) Objektif yaitu
seseorang yang memandang permasalahan sesuai dengan kebenaran yang
semestinya, bukan menurut dirinya; (4) Bertanggung jawab yaitu kesediaan
seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya;
(5) Rasional dan realistis yaitu menganalisis suatu masalah, sesuatu hal, dan suatu
kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan
sesuai dengan kenyataan
Berdasarkan uraian di atas, maka indikator self confidence siswa yang akan diukur
dalam penelitian ini adalah indikator keyakinan kemampuan diri, optimis,
objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.
3. Pembelajaran Konvensional
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konvensional mempunyai arti berdasarkan
konvensi (kesepakatan) umum (seperti adat, kebiasaan, kelaziman) tradisional,
selanjutnya tradisional diartikan sebagai sikap dan cara berpikir serta bertindak yang
selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun
temurun. Yuwono (2001: 5) mengungkapkan bahwa dalam model pembelajaran
konvensional, pembelajaran matematika para siswa mengkuti alur: informasi
kemudian ceramah, pemberian contoh-contoh, dan yang terakhir latihan/tugas.
13
Aktivitas dalam pembelajaran konvensional banyak didominasi oleh belajar
menghafal, penerapan rumus dan penggunaan buku ajar yang harus diikuti halaman
perhalaman.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini pembelajaran konvensional yang
diterapkan adalah pembelajaran yang dilakukan dengan memberi materi melalui
ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Pada pembelajaran ini, guru
menjelaskan semua materi dan memberi contoh-contoh soal tentang pemakaian
suatu konsep kemudian memberikan latihan atau tugas.
4. Model Pembelajaran Discovery
Dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self confidence
siswa yang erat kaitannya dengan interaksi aktif, dibutuhkan suatu strategi yang
dapat dilakukan dengan menentukan model pembelajaran. Menurut Suherman,
dkk (2003: 178) salah satu model pembelajaran yang dapat menstimulasi siswa
belajar aktif adalah model pembelajaran discovery. Model pembelajaran discovery
adalah suatu model pembelajaran yang membimbing siswa untuk menemukan hal-
hal yang baru bagi siswa berupa konsep, rumus, pola, dan sejenisnya. Dalam
penemuan ini tidak berarti hal yang ditemukannya itu benar-benar baru sebab
sudah diketahui oleh orang lain. Sehingga dengan penerapan model ini dapat
merangsang siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Kurniasih dan Berlin (2014: 68-71) mengungkapkan bahwa terdapat dua langkah
operasional dalam model discovery learning, diantaranya yaitu langkah persiapan
dan langkah pelaksanaan. Langkah-langkah dalam tahap persiapan yaitu: (1)
14
menentukan tujuan pembelajaran, (2) melakukan identifikasi terhadap karakteristik
siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya), (3) memilih materi
dan mengembangkan perangkat pembelajaran, serta (4) melakukan penilaian
proses dan hasil belajar siswa.
Sedangkan dalam tahap pelaksanaan model discovery learning terdapat enam
langkah yaitu:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pada tahap ini, siswa dihadapkan pada sesuatu permasalahan yang menimbulkan
kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberikan generalisasi, agar
timbul keinginan untuk menyelidiki permasalahan tersebut. Selain dengan
menghadapkan pada suatu masalah, guru juga dapat memulai pembelajaran
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas lainnya
yang mengarahkan siswa pada persiapan pemecahan masalah.
2. Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran. Kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara).
3. Data Collection (pengumpulan data)
Pada tahap ini, siswa mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca
literatur, mengamati objek, atau melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya
untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Pada tahap ini secara tidak
langsung menghubungkan masalah dengan pengetahuan sebelumnya.
15
4. Data Processing (pengolahan data)
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, diklasifikasikan, atau dihitung
untuk memperoleh jawaban apakah sesuai dengan hipotesis atau tidak.
5. Verification (pembuktian)
Melalui tahap ini, siswa melakukan pemeriksaan secara cermat dan teliti untuk
membuktikan kebenaran hipotesis yang ditetapkan sebelumnya, serta dihubungkan
dengan hasil data processing.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Pada tahap ini dilakukan penyimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan
hasil verifikasi.
Setiap model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan serta kelemahan, begitu
pula dengan model pembelajaran discovery. Kurniasih dan Berlin (2014: 66-68)
mengemukakan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan dalam melaksanakan
model pembelajaran discovery. Kelebihan-kelebihan model pembelajaran
discovery yaitu: (1) membantu memperbaiki dan meningkatkan keterampilan
kognitif, (2) menguatkan ingatan karena pengetahuan yang diperoleh melalui
penemuan secara mandiri, (3) menimbulkan rasa senang yang diakibatkan dari
keberhasilan dalam penemuan, (4) memungkinkan siswa dapat berkembang
dengan cepat menurut kemampuannya, (5) mengarahkan pada kegiatan belajar
yang berdasarkan pikiran dan motivasinya sendiri, (6) memperkuat konsep pada
diri siswa, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya,
(7) berpusat pada siswa, (8) konsep dasar dan ide-ide yang ditemukan siswa dapat
dipahami dengan baik, (9) mendorong siswa agar dapat merumuskan hipotesis
16
sendiri, (10) situasi proses belajar menjadi lebih merangsang siswa untuk belajar,
(11) memungkinan siswa memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar, serta (12)
mengembangkan minat, bakat dan kecakapan individu.
Sedangkan kelemahan-kelemahan pada model pembelajaran discovery yaitu: (1)
bagi siswa yang kurang pandai, dapat mengalami kesulitan berpikir dan
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, sehingga dapat menimbulkan
frustasi, (2) tidak efisien jika jumlah siswa cukup banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori, konsep, atau
pemecahan masalah lainnya, (3) jika siswa dan guru telah terbiasa dengan cara
belajar yang lama, maka harapan-harapan yang terkandung dalam model
pembelajaran ini dapat hilang, serta (4) pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan, dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Menurut Cahyani (2014: 15) ada beberapa fungsi dari pembelajaran discovery,
yaitu: (1) Membangun komitmen (commitment bulding) di kalangan peserta didik
untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan dan loyalitas
terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran; (2)
Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran; (3) Membangun sikap percaya diri (self
confidence) dan terbuka (openess) terhadap hasil temuannya.
Dengan memperhatikan fungsi dan kelebihan model pembelajaran discovery,
maka penggunaan model pembelajaran discovery dianggap sebagai model yang
efektif dan efisien dalam pembelajaran matematika yang bertujuan untuk
17
memecahkan suatu masalah yang relevan dengan perkembangan kognitif. Sesuai
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wijayanto (2014) di SMP
Muhammadiyah 2 Purwokerto, kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran discovery lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dalam penelitian
yang dilakukan Tukaryanto (2015) pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Sawit,
menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dapat meningkat
setelah diterapkannya pendekatan saintifik yang terintegrasi pada model
pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran matematika. Selain itu, hasil
penelitian Hapsari (2011) menyimpulkan bahwa model penemuan terbimbing dapat
diterapkan untuk meningkatkan self confidence siswa.
Berdasarkan uraian, pada penelitian ini langkah-langkah model pembelajaran
discovery yang digunakan yaitu, (1) guru memberikan stimulasi pada siswa, (2) siswa
dapat mengidentifikasi masalah, (3) siswa mengumpulkan data, (4) siswa mengolah
data, (5) melalui data yang telah diperoleh, siswa membuktikan kebenaran hasil yang
diperoleh, dan (6) siswa dapat menarik sebuah kesimpulan atau generalisasi.
B. Kerangka Pikir
Pada penelitian pengaruh model pembelajaran discovery untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa ini, terdiri dari satu
variabel bebas dan dua variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel bebas adalah model pembelajaran discovery sedangkan variabel
terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa dan self confidence
siswa. Model pembelajaran discovery merupakan salah satu cara untuk
18
mengembangkan cara belajar siswa aktif. Dengan menemukan dan menyelidiki
sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam
ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa, pengertian yang ditemukan sendiri
merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau
ditransfer dalam situasi lain.
Pembelajaran discovery menuntut siswa belajar berpikir analisis dan mencoba
memecahkan masalah yang dihadapi sendiri, ini akan membawa pengaruh positif
yang akan menjadikan kebiasaan dalam kehidupan nyata. Adapun tahapan model
pembelajaran ini dimulai dari menstimulasi siswa hingga siswa dapat menarik
kesimpulan sendiri dengan bahasa mereka sendiri.
Tahap pertama adalah stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), pada tahap
siswa dihadapkan dengan berbagai masalah yang menimbulkan kebingungan,
guru tidak memberikan generalisasi masalah tersebut sehingga siswa akan tertarik
menyelidiki masalah yang diberikan. Dalam menyelidiki masalah tersebut, siswa
akan berusaha memahaminya yang kemudian akan diungkapkan dalam bentuk
tulisan. Kemampuan siswa dalam memahami masalah dan menyatakan idenya
secara tertulis termasuk dalam indikator kemampuan komunikasi matematis.
Rasa ingin tahu siswa dalam menyelidiki masalah, akan mendorong siswa untuk
saling berinteraksi antar siswa untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing.
Dalam menyampaikan pendapatnya, seseorang memerlukan keberanian dan
kepercayaan diri dalam menyelidiki. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap ini
membantu siswa meningkatkan kemampuan komunikasi dan menumbuhkan self
confidence siswa.
19
Tahap kedua adalah problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), pada
tahap ini siswa mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis. Dalam merumuskan hipotesis, siswa akan didorong oleh
kepercayaan dirinya, selain itu untuk memperkuat siswa dalam mengidentifikasi
masalah, maka akan terjadi interaksi antar siswa yang mempengaruhi keyakinan
siswa.
Tahap ketiga adalah data collection (pengumpulan data), pada tahap ini peserta
didik mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan. Proses
pengumpulan data tidak lepas dari interaksi antar siswa sehingga secara tidak
langsung siswa berusaha berkomunikasi dengan baik dan penuh percaya diri.
Tahap keempat adalah data processing (pengolahan data), pada tahap ini siswa
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Pada tahap ini terjadi suatu interaksi
yang membutuhkan komunikasi dan kepercayaan diri yang baik.
Tahap kelima adalah verification (pembuktian), pada tahap ini peserta didik
melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dan dihubungkan dengan hasil pengolahan
data. Siswa berusaha menguatkan rasa percaya dirinya dengan membuktikan
hipotesis yang telah ditetapkan.
20
Tahap terakhir dari model pembelajaran discovery ini adalah generalization
(menarik kesimpulan), proses generalisasi adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi. Setelah menarik
kesimpulan, siswa merasa puas atas suatu pemahaman yang telah mereka temukan
sendiri dari tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan. Ketika siswa merasa
puas atas dirinya, secara tidak langsung kepercayaan diri siswa akan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery
diduga berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self
confidence siswa sedangkan pembelajaran konvensional cenderung menghasilkan
kemampuan komunikasi dan self confidence yang lebih rendah atau dengan kata
lain peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa
yang mengikuti pembelajaran discovery akan lebih tinggi daripada peningkatan
kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar bahwa semua siswa kelas VIII semester
genap SMP Negeri 21 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016 memperoleh
materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
21
1. Hipotesis Umum
Model pembelajaran discovery berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
komuniksi matematis dan self confidence siswa.
2. Hipotesis Kerja
a. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran discovery lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Peningkatan self confidence siswa yang mengikuti pembelajaran discovery
lebih tinggi daripada peningkatan self confidence siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 21 Bandarlampung pada semester genap
tahun pelajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung sebanyak 304 siswa yang terdistribusi dalam
sepuluh kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive random sampling. Dalam penelitian ini sampel diambil dari kelas yang
diajar oleh guru yang sama yaitu kelas VIII A, VIII B, dan VIII C. Kemudian dari
tiga kelas tersebut dipilih secara random dua kelas yang akan digunakan sebagai
sampel. Terpilihlah kelas VIII A yang terdiri dari 33 orang sebagai kelas eksperimen
yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran discovery dan kelas VIII C yang
terdiri dari 30 orang sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang mendapatkan
pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) yang
terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebasnya adalah
model pembelajaran discovery sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan
komunikasi matematis dan self confidence siswa. Desain yang digunakan dalam
23
penelitian ini adalah pretest-posttest control group design sebagaimana yang
dikemukakan Fraenkel dan Wallen (1993: 248) sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
KelompokPerlakuan
Pretes Pembelajaran PostesE Y1 Discovery Y2
K Y1 Konvensional Y2
Keterangan:E : Kelas dengan pembelajaran discoveryK : Kelas dengan pembelajaran konvensionalY1 : Kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum diberikan perlakuanY2 : Kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diberikan perlakuan
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Perencanaan
a. Melakukan observasi untuk melihat karakteristik populasi yang ada.
b. Menentukan sampel penelitian.
c. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen tes ataupun non tes
yang akan digunakan dalam penelitian.
d. Membuat instrumen penelitian.
e. Melakukan validasi instrumen dan uji coba instrumen.
f. Melakukan perbaikan instrumen tes bila diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest kemampuan komumikasi matematis dan self confidence
di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
discovery pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada
24
kelas kontrol sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
telah disusun.
c. Memberikan posttest kemampuan komunikasi matematis dan self confidence
di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengumpulkan data kuantitatif.
b. Mengolah dan menganalisis data penelitian.
c. Mengambil kesimpulan.
D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang terdiri dari 1) data skor
kemampuan awal yang diperoleh melalui pretest dan pengisian skala self
confidence sebelum perlakuan; 2) data skor kemampuan akhir yang diperoleh
melalui posttest dan pengisian skala self confidence setelah perlakuan; dan 3) data
skor peningkatan (gain).
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data berupa tes dan non tes. Tes yang
digunakan adalah tes kemampuan komunikasi matematis yang terdiri dari empat
butir soal. Non tes berupa skala self confidence yang terdiri dari 20 pernyataan.
Tes dan non tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran
(posttest) pada siswa yang mengikuti pembelajaran discovery dan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
25
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan dua jenis instrumen penelitian yaitu instrumen tes
dan skala self confidence. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan
komunikasi matematis siswa, dan skala self confidence digunakan untuk mengukur
self confidence siswa.
1. Instrumen Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan komunikasi
matematis yang terdiri dari pretest dan posttest. Bentuk tes yang digunakan
adalah tipe uraian yang terdiri dari empat butir soal. Materi yang diujikan adalah
pokok bahasan lingkaran. Tes yang diberikan pada setiap kelas baik soal untuk
pretest maupun posttest sama. Sebelum penyusunan tes kemampuan komunikasi
matematis, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal tes kemampuan komunikasi
matematis. Pedoman pemberian skor kemampuan komunikasi matematis disajikan
pada Tabel 3.2. Untuk mendapatkan data yang akurat, tes yang digunakan dalam
penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Instrumen tes yang baik
harus memenuhi kriteria valid, reliabel dengan kriteria tinggi atau sangat tinggi,
daya pembeda dengan interpretasi cukup, baik atau sangat baik, serta tingkat
kesukaran dengan interpretasi mudah, sedang, atau sukar.
a. Validitas
Validitas dalam penelitian ini didasarkan pada validitas isi. Validitas isi melihat
apakah isi tes mewakili keseluruhan materi atau bahan ajar, indikator kemampuan
komunikasi matematis yang akan diukur, dan sesuai dengan kemampuan bahasa
26
yang dimiliki siswa sehingga dapat mengukur kemampuan komunikasi matematis
siswa. Penilaian terhadap kesesuaian butir tes dengan kompetensi dasar dan
indikator pembelajaran dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VIII
SMP Negeri 21 Bandarlampung. Dengan pertimbangan bahwa guru mitra
tersebut mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka penilaian terhadap
kesesuaian isi instrumen tes dengan kisi-kisi instrumen tes yang diukur dan
kesesuaian bahasa yang digunakan dalam instrumen tes dengan bahasa siswa
dilakukan dengan menggunakan daftar check list (√) oleh guru mitra.
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
SkorMenggambar(Drawing)
Ekspresi Matematika(MathematicalExpression)
Menulis(Written Texts)
0Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahamikonsep sehingga informasi yang diberikan tidak memiliki arti.
1 Hanya sedikit darigambar, tabel, ataudiagram yang benar
Hanya sedikit daripendekatan matematikayang benar
Hanya sedikit daripenjelasan yangbenar
2 Membuatgambar,diagram, atautabel namunkurang lengkap danbenar
Membuat pendekatanmatematika denganbenar, namun salah dalammendapatkansolusi
Penjelasan secaramatematis masukakal namun hanyasebagian yanglengkap dan benar
3 Membuatgambar, diagram, atautabel secaralengkap dan benar
Membuat pendekatanmatematika dengan benar,kemudian melakukanperhitungan ataumendapatkan solusi secaralengkap dan benar
Penjelasan secaramatematis tidaktersusun secara logisatau terdapat sedikitkesalahan bahasa
4 - - Penjelasan secaramatematis masukakal dan jelas sertatersusun secarasistematis
SkorTotal
3 3 4
27
Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa instrumen telah memenuhi
validitas isi dan dapat dilihat pada Lampiran B.4 halaman 161. Setelah instrumen
tersebut dinyatakan valid maka selanjutnya instrumen diujicobakan kepada siswa
kelas di luar sampel yaitu kelas IX A. Data yang diperoleh dari hasil uji coba
kemudian diolah dengan menggunakan Software Microsoft Excel untuk
mengetahui reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen.
b. Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang ajeg atau tetap.
Menurut Arikunto (2011: 109) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) soal tipe
uraian menggunakan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut:
r11 = 1 − ∑Keterangan:
r 11 : Koefisien reliabilitas yang dicari: Banyaknya butir soal∑ : Jumlah varians skor tiap soal: Varians skor total
Koefisien reliabilitas suatu butir soal diinterpretasikan dalam Arikunto (2011:
195) disajikan pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Reliabilitas
Koefisien relibilitas (r11) Kriteria0,00 ≤ r11≤ 0,20 Sangat Rendah0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah0,40 < r11≤ 0,60 Sedang0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi0,80 < r11≤ 1,00 Sangat Tinggi
28
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tes
kemampuan komunikasi matematis siswa berada pada interval 0,60 < r11 ≤ 0,80.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tes yang
digunakan memiliki reliabilitas tinggi. Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.2 halaman 170.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
Untuk menghitung indeks daya pembeda butir soal, terlebih dahulu diurutkan dari
siswa yang memperoleh nilai terendah sampai siswa yang memperoleh nilai
tertinggi. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut
kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut
kelompok bawah). Sudijono (2008: 389-390) mengungkapkan untuk menghitung
indeks daya pembeda digunakan rumus :
DP = JA − JBIAKeterangan :
DP : Indeks daya pembeda butir soalJA : Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolahJB : Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolahIA : Jumlah skor maksimum butir soal yang diolah
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda dapat dilihat
pada Tabel 3.4.
29
Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Interpretasi−1,00 ≤ DP ≤ 0,10 Sangat Buruk0,10 ≤ DP ≤ 0,19 Buruk0,20 ≤ DP ≤ 0,29 Agak baik/cukup0,30 ≤ DP ≤ 0,49 BaikDP ≥ 0,50 Sangat Baik
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh indeks daya pembeda berada pada
interval 0,20 ≤ DP ≤ 0,49. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
instrumen tes yang digunakan memiliki daya pembeda baik dan agak baik.
Interpretasi baik untuk butir soal nomor 1, 2, dan 4, sedangkan interpretasi agak
baik untuk butir soal nomor 3. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.3 halaman 171.
d. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Dalam Sudijono (2008: 372) untuk menghitung indeks tingkat kesukaran
pada masing-masing butir soal digunakan rumus:TK =Keterangan:
TK : Indeks tingkat kesukaran butir soalJT : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperolehIT : Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.
Kemudian untuk menginterpretasikan indeks tingkat kesukaran tiap butir soal
dalam Sudijono (2008: 372) dapat dilihat pada Tabel 3.5.
30
Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi0,00 ≤ ≤ 0,15 Sangat Sukar0,16 < ≤ 0,30 Sukar0,31 < ≤ 0,70 Sedang0,71 < ≤ 0,85 Mudah0,86 < ≤ 1,00 Sangat Mudah
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh bahwa indeks tingkat kesukaran berada
pada interval 0,31 < ≤ 0,85. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa instrumen tes yang digunakan memiliki tingkat kesukaran sedang dan
mudah. Interpretasi sedang untuk butir soal nomor 1, 3, dan 4, sedangkan
interpretasi mudah untuk butir soal nomor 2. Hasil perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 171.
2. Skala Self Confidence
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self confidence yang
diberikan kepada siswa yang mengikuti pembelajaran discovery dan pembelajaran
konvensional sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Untuk
mengukur kemampuan self confidence siswa pada penelitian ini menggunakan skala
Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Skala self confidence dibuat dalam
bentuk 20 pernyataan.
Skala self confidence dalam penelitian ini berdasarkan pada lima aspek pengukuran
self confidence dengan indikator masing-masing dapat dilihat pada Tabel 3.7. Data
self confidence siswa mengenai pembelajaran matematika adalah skor total yang
diperoleh siswa setelah mengisi skala self confidence. Skala ini digunakan untuk
31
mengukur pengetahuan siswa tentang kemampuan dirinya serta pandangannya
terhadap matematika, membandingkan kemampuan yang dimilikinya dengan orang
lain, mengidentifikasi kemampuan, kelebihan, dan kekurangan yang dimilikinya
dalam matematika. Perhitungan skor menggunakan Software Microsoft Excel. Skor
untuk setiap pernyataan self confidence dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.6. Aspek Penilaian Self Confidence
No Aspek Indikator
1Keyakinankemampuan diri
Kemampuan siswa untuk menyelesaiakan sesuatu dengansungguh-sungguh
2 OptimisSikap dan prilaku siswa yang selalu berpandangan baiktentang dirinya dan kemampuannya
3 ObjektifKemampuan siswa menyelesaikan permasalahan sesuaidengan fakta
4 Bertanggung jawabKemampuan siswa untuk berani menanggung segala sesuatuyang telah menjadi konsekuensinya
5Rasional danrealistis
Kemampuan siswa untuk menganalisis suatu masalahdengan logis dan sesuai dengan kenyataan
Diadaptasi dari Lauster (Nur Ghufron & Rini, 2011)
Tabel 3.7. Skor Setiap Pernyataan Skala Self Confidence Siswa
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari
hasil tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir dianalisis untuk mendapatkan
No.Pernyataan
SkorSS S TS STS
1 1 2 3 42 4 3 2 13 1 2 3 44 4 3 2 15 1 2 3 46 1 2 3 47 1 2 3 48 4 3 2 19 4 3 2 110 1 2 3 4
No.Pernyataan
SkorSS S TS STS
11 1 2 3 412 4 3 2 113 4 3 2 114 4 3 2 115 1 2 3 416 4 3 2 117 4 3 2 118 4 3 2 119 1 2 3 420 1 2 3 4
32
skor peningkatan (gain) pada kedua kelas. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa
pada siswa yang mengikuti pembelajaran discovery dan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Menurut Hake (1998: 1) besarnya peningkatan
dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yaitu:
= − −Hasil perhitungan skor gain kemampuan komunikasi matematis siswa
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 halaman 176. Sebelum melakukan
pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas. Hal ini dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan
digunakan dalam pengujian hipotesis.
1. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data gain kemampuan komunikasi matematis siswa
dari sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau sebaliknya
dilakukan uji normalitas. Rumusan hipotesis statistik untuk uji ini adalah:
H0 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data gain berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah α = 0,05 dan statistik
yang digunakan untuk menghitung uji Chi-Kuadrat dalam Sudjana (2005: 273):
= ( − )
33
Keterangan:∶ harga uji chi-kuadrat∶ frekuensi harapan∶ frekuensi yang diharapkan∶ banyaknya pengamatan
Dalam penelitian ini, kriteria pengujian adalah terima H0 jika <dengan ( ∝)( ). Hasil uji normalitas data gain kemampuan komunikasi
matematis disajikan pada Tabel 3.10. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.9 dan C.10 halaman184. Sedangkan hasil uji normalitas data
gain self confidence disajikan pada Tabel 3.11. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.18 dan C.19 halaman 207.
Tabel 3.8. Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis
Pembelajaran Keputusan Uji Keterangan
Discovery 6,59 9,49 diterimaSampel berasal daripopulasi yangberdistribusi normal
Konvensional 2,07 7,81 diterimaSampel berasal daripopulasi yangberdistribusi normal
Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Self Confidence
Pembelajaran Keputusan Uji Keterangan
Discovery 14,20 9,49 ditolakSampel berasal daripopulasi yang tidakberdistribusi normal
Konvensional 10,45 7,81 ditolakSampel berasal daripopulasi yang tidakberdistribusi normal
34
2. Uji Homogenitas
Karena data gain kemampuan komunikasi matematis berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk
mengetahui apakah kedua kelompok data berasal dari populasi yang sama. Dalam
penelitian ini, uji homogenitas yang dilakukan adalah uji-F. Adapun rumusan
hipotesis statistik untuk uji ini adalah:
H0: σ = σ (kedua kelompok data memiliki varians yang sama)
H1: σ ≠ σ (kedua kelompok data memiliki varians yang tidak sama)
Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah α = 0,05 dan statistik
yang digunakan untuk menghitung uji-F (Sudjana, 2005: 249):
F = s12
s22
Keterangan :
s12 : varians terbesar
s22 : varians terkecil
Kriteria pengujian adalah terima H0 jika Fhitung < F⅟₂ α (n1 - 1 , n2 – 1) dimana Fβ(m,n)
didapat dari daftar distribusi F dengan peluang β, dk pembilang = n1 – 1 dan dk
penyebut = n2 – 1, dalam hal lainnya H0 ditolak. Hasil uji homogenitas data gain
kemampuan komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.12. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.11 halaman 190.
Tabel 3.10 Rekapitulasi Uji Homogenitas Varians Data Gain Kemampuan
Komunikasi Matematis
Pembelajaran VariansKeputusan
UjiKeterangan
Discovery 0,0232,30 1,82 ditolak
Kedua kelompok datamemiliki varians yangtidak samaKonvensional 0,010
35
Berdasarkan Tabel 3.12 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data gain
memiliki varians yang tidak sama.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis Data Kemampuan Komunikasi Matematis
Pada uji normalitas dan homogenitas, data gain berdistribusi normal dan kedua
kelompok data tidak homogen. Sehingga pengujian hipotesis yang digunakan
adalah uji-t’, dengan hipotesis statistik sebagai berikut:
H0: = , (tidak ada perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran discovery dengan
rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional).
H1: > , (rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran discovery lebih tinggi daripada rata-
rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional).
Statistik yang digunakan untuk uji-t’ dalam Sudjana ( 2005: 243) adalah:
′ = ̅ − ̅12/ 1 + 2
2/ 2
Keterangan:̅1 ∶ Rata- rata skor gain kelas pembelajaran discovery̅2 ∶ Rata-rata skor gain kelas pembelajaran konvensionaln ∶ Banyaknya kelas pembelajaran discoveryn ∶ Banyaknya kelas pembelajaran konvensional̅ ∶ Varians pada kelas pembelajaran discovery̅ ∶ Varians pada kelas pembelajaran konvensional
36
Kriteria pengujian adalah tolak hipótesis Ho jika:
′ ≥ 1 1 + 2 2
1 + 2
Dimana:2
22
21
21
1 ;n
SW
n
SW
t1 = t(1− α), (n1 − 1); t2 = t(1− α), (n2 − 1)Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t ialah (1 – α) sedangkan derajat
kebebasannya masing-masing (n1 – 1) dan (n2 – 1), taraf signifikan = 0,05.b. Uji Hipotesis Data Self Confidence
Setelah dilakukan uji normalitas, kedua populasi data gain tidak berdistribusi
normal. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji nonparametrik.
Namun untuk menentukan uji statistik apa yang akan digunakan, terlebih dahulu
diselidiki apakah kedua populasi tersebut memiliki fungsi distribusi yang identik
atau tidak. Setelah dilakukan uji kesamaan fungsi distribusi, disimpulkan bahwa
fungsi distribusi kedua populasi tidak identik. Sehingga uji nonparametrik yang
digunakan adalah uji Wilcoxon Rank-Sum. Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran C.21 halaman 215.
Adapun rumusan hipotesis statistik uji ini adalah:
H0: 1 = 2, (tidak ada perbedaan median peningkatan self confidence siswa yang
mengikuti pembelajaran discovery dengan median peningkatan self
confidence siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).
H1: > , (median peningkatan self confidence siswa yang mengikuti
pembelajaran discovery lebih tinggi daripada median peningkatan
self confidence siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).
37
Statistik yang digunakan untuk uji Wilcoxon Rank-Sum menurut Ronald (2012:
665) sebagai berikut:
U untuk sampel pertama: = − ( )U untuk sampel kedua : = − ( )Dengan adalah jumlah rank , dan = ( )( )−Keterangan:n1 = banyaknya anggota sampel pada pembelajaran konvensionaln2 = banyaknya anggota sampel pada pembelajaran discovery
Nilai U yang digunakan adalah nilai U yang paling kecil. Karena n1 dan n2 lebih
besar dari 20 digunakan uji z dengan statistiknya sebagai berikut:
Z =
dengan = ., dan = 1. 2( 1+ 2+1)12
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika Zhitung> Ztabel dan terima H0 jika
sebaliknya.
58
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran discovery yang diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 21
Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016 berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa, namun tidak berpengaruh terhadap
peningkatan self confidence siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat penulis kemukakan yaitu
kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa, disarankan untuk menggunakan model pembelajaran discovery dalam
pembelajaran matematika.
58
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.
. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.
Cahyani, Fenty Eka. 2014. Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis SiswaKelas VIII B SMP Negeri 14 Bandung Melalui Penerapan Model DiscoveryLearning. PTK. Bandung. UPI.
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang StandarKompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: BSNP.
Dewi, Sinta V. 2013. Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan PemecahanMasalah Terhadap Peningkatan Kemampuan Analisis Sintesis MatematisSiswa SMK. Bandung: UPI. [online]. Diakses di http://respository,upi.edu.Pada 02 mei 2016
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa SekolahDasar. Jurnal UPI Edisi Khusus. No.01. Hlm. 76-89. [online]. Diakses dihttp://jurnal.upi.edu. Pada 15 Oktober 2015
Fatimah, Fatia. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis dan PemecahanMasalah Melalui Problem Based Learning. Jurnal Penelitian dan EvaluasiPendidikan. Vol 16. No 01. Hal 40-50. [online]. Diakses dihttp://download.portalgaruda.org. Pada 13 maret 2016.
Fraenkel, Jack R dan Norman E Wallen. 1993. How to Design and EvaluateResearch in Education. Singapura: McGraw-Hill.
Gaguk, Margono. 2005. Pengembangan Instrumen Pengukur Rasa Percaya diriMahasiswa terhadap Matematika.. Jurnal Ilmu Pendidikan, 12.1, 45-61.
Hake, PR.1998. Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods: A Six-Thousand-Student Survey Of Mechanics Test Data For Introductory Physics
59
Courses. Indriana: Indiana University. [online]. Diakses di http://web.mit.edu.Pada 15 oktober 2015.
Hapsari, Mahrita Julia. 2011. Upaya Meningkatkan Self Confidence Siswa dalamPembelajaran Matematika Melalui Model Inkuiri Terbimbing. Makalahdipresentasikan dalam seminar Nasional Matematika dan PendidikanMatematika FMIPA. Yogyakara: UNY. [online]. Diakses dihttp://eprints.uny.ac.id. Pada 08 November 2015.
Jurdak, M. (2009). Toward Equity in Quality in Mathematics Education. NewYork: Springer Science+Business Media, LI.C.
KBBI. 2001. Konvensional. [online]. Diakses di http://kbbi.web.id/konvensional.pada tanggal 12 April 2016.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum2013. Yogyakarta: Kata Pena.
Marsa, Bernando Satria. 2014. Penerapan Model Pembelajaran BerbasisMasalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Self-Confidence Siswa. Skripsi. Bandar Lampung. Unila.
Martyanti, Adhetia. 2013. Membangun self confidence Siswa dalam PembelajaranMatematika dengan Pendekatan Problem Solving. Seminar NasionalMatematika dan Pendidikan Matematika FMIPA. Yogyakarta. [online].Diakses di http://eprints.uny.ac.id. Pada 08 November 2015.
Napitupulu, Ester L. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun.Harian Kompas. 14 Desember 2012. [online]. Diakses dihttp://edukasi.kompas.com. Pada tanggal 10 Juni 2015.
NCTM. 2000. Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics.Reston. VA: NCTM
Nur Ghufron & Rini R.S. (2011). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-RuzzMedia.
OECD. 2013. PISA 2012. Results in Focus What 15-year-olds Know and WhatThey Can Do with What They Know. Diakses di http://www.oecd.org. Padatanggal 18 oktober 2015.
Preston, D.L. (2007). 365 Steps to Self-Confidence. UK: How To Books Ltd.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja GrafindoPersada: Jakarta.
60
Suherman, E., Turmudi., Didi, S., Tatang, H., Suhendra., Sufyani, P., Nurjanah.,& Ade, R. 2003. Common Text Book : Strategi Pembelajaran MatematikaKontemporer. Bandung: JICA FMIPA UPI.
Sumarmo, U. 2000. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika UntukMeningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar.Laporan Penelitian. Bandung: FMIPA UPI.
TIMSS. 2012. TIMSS 2011 Internasional Results In Mathematics. Chestnut Hill:TIMSS & PRILS InternasionalStudy Centre.
Tukaryanto. 2015. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Motivasi BelajarSiswa Melalui Pendekatan Saintifik Terintegrsi Pada Model PembelajaranDiscovery Learning. Skripsi. Surakarta: UMS. [online]. Diakses dihttps://publikasiilmiah.ums.ac.id. Pada 15 November 2015.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem PendidikanNasional. 8 Juli 2013. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 4301. Jakarta.
Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalamPembelajaran Matematika. jurnal Ilmiah Program Studi Matematika. Vol.01. No. 01. [online]. Diakses di http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id. Pada 08November 2015.
Wijayanto, Fajar Ari. 2014. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematikaSiswa SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto Melalui Model PembelajaranDiscovery Learning. Jurnal Pendidikan Matematika. Diakses dihttp://eprints.uny.ac.id. Pada 08 November 2015.
Walpole, Ronald E. Raymon H Myers, Sharon L Myers dan Keying Ye. 2012.Probability & Statistics fot Engineeers And Scientists. United States ofAmerica: Pearson Education.
Yuwono, Ipung. 2001. RME (Realistik Mathematics Education) dan Hasil StudiAwal Implementasinya di SLTP. Makalah disampaiakan pada SeminarNasional RME di FMIPA Universitas Negari Surabaya.pdf.