PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP …digilib.unila.ac.id/22316/5/SKRIPSI TANPA BAB...

61
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016) (Skripsi) Oleh Lela Komala Sari FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP …digilib.unila.ac.id/22316/5/SKRIPSI TANPA BAB...

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

DAN SELF CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)

(Skripsi)

OlehLela Komala Sari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

DAN SELF CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015-2016)

Oleh

LELA KOMALA SARI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modelpembelajaran discovery terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematisdan self confidence siswa. Desain yang digunakan adalah pretest-posttest controlgroup design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri21 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016 dan sampel penelitian adalah siswakelas VIII A dan VIII C yang ditentukan dengan teknik purposive randomsampling. Data kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh melalui tesuraian dan data self confidence diperoleh melalui skala self confidence.Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa penerapanpembelajaran discovery berpengaruh terhadap peningkatan kemampuankomunikasi matematis siswa, namun tidak berpengaruh terhadap peningkatan selfconfidence siswa.

Kata kunci: discovery, komunikasi matematis, self confidence

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

DAN SELF CONFIDENCE SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

Lela Komala Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya Kab. Lampung Tengah, pada tanggal 11 Juni

1993. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan dari Bapak Sugino

dan Alm. Ibu Sri Muntammah, memiliki seorang kakak bernama Fenty Eka

Cahyani.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Islam Terpadu Insan

Kamil pada tahun 1999, pendidikan dasar di SD Negeri 1 Bumi Kencana pada

tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Seputih Agung pada

tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di MAN Poncowati pada tahun 2011.

Melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP) pada

tahun 2012, penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program

Studi Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Pekon Banjarmasin, Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus.

Selain itu, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP

Negeri 1 Bulok, Kabupaten Tanggamus yang terintegrasi dengan program KKN

tersebut. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam organisasi yaitu

FPPI pada periode 2012-2013 dan HIMASAKTA pada periode 2012-2013.

MOTO

“Jadilah layaknya air

Siapapun, apapun, dan sampai kapanpun

Akan terus dibutuhkan”

“Dreams as if you’ll live forever

Live as if you’ll die today”

(Lela Komala Sari)

i

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama TuhanYang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, dan Tuhanmulah yang maha mulia

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13)

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat (QS : Al-Mujadilah 11)

Ya Allah,Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia,

dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberiwarna-warni di kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu, Engkau berikan

aku kesempatan untuk bisa sampai di penghujung awal perjuanganku.Segala Puji bagi Mu ya Allah,

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan

Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kaujadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, dan beriman dalammenjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awalbagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih,menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu.Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda, Ibunda, danNenekku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat,doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang taktergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap ujian hidup yang ada

ii

didepanku. Ayah.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusankuuntuk membalas semua pengorbananmu..

Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam, serayatanganku menadah ”ya Allah ya Rahman ya Rahim” Terimakasih telah kautempatkan aku diantara orang-orang beriman yang penuh kasih sayang yaitukeluarga besarku yang setiap waktu ikhlas menjagaku, mendidikku,membimbingku dengan baik, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurgafirdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawaapi nerakamu.

Untukmu Ayah (Sugino), Ibu (Alm. Sri Muntammah), & Nenek (Alm. Mrak Atun) Terimakasih atas

kasih sayang dan pengorbanan yang selama ini telah kalian berikan.

Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapanyang kalian impikan di diriku, meski belum semua itu kuraih insyallah atasdukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab. Untuk itukupersembahkan ungkapan terimakasihku:

Kepada mbakku Fenty Eka Cahyani. “mbakku yang cantik, Adekmuyang menyebalkan ini akhirnya bisa wisuda juga kan [(^,^)]”. Makasih yaasudah jadi pengganti ibu dalam hidupku. Walaupun kita harus memperjuangkansegalanya sendiri, tapi aku bangga memilikimu. Biarkanlah tiap tetes air mata inimenjadi saksi cinta dan kasih sayangku padamu “love you forever”. Janganpernah biarkan aku dalam kesendirian dihidup ini! Tetap sayangi aku!

Kepada ibu-ibuku tersayang Heri Susianti, Maimunnah, Pur Wati,Kismiyati, dan seluruh keluarga besar Wiryoatmo. Terimakasih telahmengasihiku sejak kecil hingga aku berada di titik ini. Tanpa kalian apa jadinyaaku, terimakasih telah membawaku dalam keluarga yang berada dibawahnaungan islam. Aku bersyukur telah ditakdirkan berada di antara kalian.

iii

Kepada para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuhkesabaran. Khususnya pada ibu Sri Hastuti Noer, bapak Haninda Bharataselaku pembimbing, dan bapak Caswita selaku pembahas serta dosen danguru-guruku. Tanpa didikan, bimbingan, dan motivasi yang kalian berikanapalah jadinya aku.

"Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan orang lain."Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat terbaik”..

“Tanpamu teman, aku tak pernah berarti. Tanpamu teman aku bukan siapa-siapa yang takkan jadi apa-apa”, Kepada sahabatku Depong (DeviAnggraini), Ece ( Suci Febrika), Ni Made Ariestaniati, Erma Widihastuti,Atika Putri, dan Titi Andara. Terimakasih sobat selama hampir empat tahunini kalian selalu disisiku dalam suka maupun duka. Khususnya untuk Depongdan Ece yang tak pernah henti memberikan pertolongan dikala kumembutuhkannya dan berbagi kehagatan keluarga kepadaku.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar,untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa

mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar,berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.

Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal bangkit lagi.Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapatkupersembahkan kepada kalian semua.

iv

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada

junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW, nabi yang selalu menjadi suri

teladan bagi kita semua.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Terhadap

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Confidence Siswa

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2015/2016)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tuaku bapak Sugino dan Ibu Maimunah, kakak tercinta Fenty

Eka Cahyani serta seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan,

memberikan motivasi, dukungan, dan semangat kepadaku.

2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing

Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,

v

memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran kepada penulis demi

terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua

Program Studi Pendidikan Matematika yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk membimbing, menyumbangkan banyak ilmu, memberikan

perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya

skripsi ini.

4. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku pembahas dan Ketua Jurusan PMIPA yang

telah memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis

sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.

5. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Ibu Hj. Yuliati, S. Pd., selaku Kepala SMP Negeri 21 Bandar Lampung yang

telah memberikan izin penelitian di SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

8. Ibu Erna Dwi Pangesti, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu

dan memberi bimbingan dalam penelitian.

9. Keluarga besar Wiryoatmo yang selalu mendukung dan mendoakanku,

khususnya ibu-ibuku Heri Susianti, Pur Wati, Kismiyati, kakak tersayang

Fenty Eka Cahyani, adikku Muhammad Nur Salim, dan Soleha.

10. Sahabat-sahabat tersayang yang telah memberikan warna dihidupku: Depong

(Devi Anggraini), Ece (Suci Febrika), Erma Widihastuti, Ni Made Ariestania,

vi

Atika Putri, dan Titi Andara, yang selama ini memberiku semangat dan selalu

menemani saat suka dan duka. Semoga persahabatan ini akan terus terjalin

dengan silaturahim yang baik.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan: Tri Budi Santoso, Kiki Ariska, dan Anjar

Istiqomah atas semangat dan ketulusan yang kalian berikan untukku begitu

banyak hal yang telah kulalui bersama kalian. Sampai di titik ini pun aku

berada karena semangat yang telah kita pupuk bersama, terimakasih karena

telah membantuku untuk terus semangat di saat keterpurukan itu datang.

12. Seluruh teman-teman seperjuanganku di Pendidikan Matematika 2012 atas

kebersamaan dan kebahagiaan yang terjadi selama ini serta semua bantuan

yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang

terindah.

13. Kakak-kakakku angkatan 2009, 2010, 2011 serta adik-adikku angkatan 2013,

2014, 2015 terima kasih atas kebersamaanya.

14. Sahabat-sahabat KKN di Pekon Banjarmasin, Kecamatan Bulok, Kabupaten

Tanggamus dan PPL SMPN 1 Bulok: Emak (Erlinda Erry Indriana), dedek

(Marlia Fitriani). Teman sekamarku yang selalu berbagi cerita dan canda tawa

di kamar sempit itu: Ulan (Mustika Wulandari), Nuke Adisti Rahmadani,

Annisa Noor Diena atas kebersamaan selama kurang lebih dua bulan yang

penuh cerita dan kenangan. Sedih, menangis, sakit, sehat, tertawa, masalah,

lelah, semangat, serta banyak hal baru telah ku lalui bersama kalian.

15. Keluarga besar dari bang Rozi di Pekon Banjarmasin Kecamatan Bulok,

Kabupaten Tanggamus yang telah menjadikan kami keluarga baru, menerima

vii

segala tingkah kami, menjaga, membimbing dan tak henti menasehati kami

selama kurang lebih dua bulan.

16. Ibu Yenny selaku guru pamong, ibu Yeti guru matematika yang selalu

memberikan panutan kepada kami dan pak Sutrisno selaku kepala SMPN 1

Bulok yang telah membimbing dan membantuku selama melaksanakan PPL di

SMPN 1 Bulok dan murid-muridku tercinta yang memberikan semangat serta

memotivasi untuk menjadi pendidik yang baik agar dapat membantu men-

cerdaskan anak bangsa.

17. Almamater tercinta yang telah banyak memberikan pengalaman hidup.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini ber-

manfaat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Bandarlampung, 2 Mei 2016Penulis,

Lela Komala Sari

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ......................................................................................... 8

1. Kemampuan Komunikasi Matematis............................................... 8

2. Self Confidence................................................................................. 11

3. Pembelajaran Konvensional............................................................. 12

4. Model Pembelajaran Discovery ....................................................... 13

B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 17

C. Anggapan Dasar ................................................................................... 20

D. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ........................................................................... 22

B. Desain Penelitian ................................................................................. 22

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 23

D. Data Penelitian .................................................................................... 24

ix

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 24

F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 25

1. Instrumen Tes .................................................................................. 25

2. Skala Self Confidence ...................................................................... 30

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis.................................... 31

1. Uji Normalitas ................................................................................. 32

2. Uji Homogenitas ............................................................................. 34

3. Uji Hipotesis .................................................................................... 35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 38

B. Pembahasan.......................................................................................... 48

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................. 57

B. Saran..................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Desain Penelitian........................................................................... 23

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis .......... 26

Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Reliabilitas....................................................... 27

Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda................................................ 29

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................ 30

Tabel 3.6 Aspek Penilaian Self Confidence................................................... 31

Tabel 3.7 Skor Setiap Pernyataan Skala Self Confidence Siswa................... 31

Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ..................................................................................... 33

Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Self Confidence .............. 33

Tabel 3.10 Rekapitulasi Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis ...................................................................................... 34

Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa....... 38

Tabel 4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ..... 39

Tabel 4.3 Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ............... 40

Tabel 4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ........ 42

Tabel 4.5 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Kemampuan Komunikasi

Matematis ..................................................................................... 43

Tabel 4.6 Data Skor Self Confidence Awal Siswa ....................................... 44

Tabel 4.7 Data Skor Self Confidence Akhir Siswa ....................................... 45

Tabel 4.8 Data Gain Self Confidence Siswa ................................................. 46

Tabel 4.9 Pencapaian Indikator Self Confidence Siswa ............................... 47

Tabel 4.10 Hasil Uji Wilcoxon Rank-Sum Self Confidence Siswa ................. 48

xi

DAFTAR LAMPIRAN

HalamanLAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Silabus Pembelajaran .......................................................................... 63

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen .................... 67

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ................ 97

A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ........................................................ 118

LAMPIRAN B PERANGKAT TES

B.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis.................... 153

B.2 Soal Pretest-Posttest........................................................................... 155

B.3 Kunci Jawaban Pretest-Posttest ........................................................ 156

B.4 Form Penilaian Tes ............................................................................ 161

B.5 Kisi-kisi Skala Self Confidence ......................................................... 162

B.6 Skala Self Confidence ........................................................................ 165

LAMPIRAN C ANALISIS DATA

C.1 Nilai Tes Kemampuan Nilai Matematis Kelas IX A ......................... 169

C.2 Analisis Reliabilitas Hasil Tes Kempuan Komunikasi Matematis

pada Kelas Uji Coba ......................................................................... 170

C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Hasil Tes Kemampuan

Komunikasi Matematis pada Kelas Uji Coba.................................... 171

C.4 Nilai Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematis ....................... 172

C.5 Nilai Tes Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis....................... 174

C.6 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa..................... 176

C.7 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Awal Siswa..... 178

C.8 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Akhir Siswa..... 181

xii

C.9 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas

VIII A................................................................................................. 184

C.10 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas

VIII C ................................................................................................. 187

C.11 Uji Homogenitas Variansi Data Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis........................................................................................... 190

C.12 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Skor Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa ................................................................................ 192

C.13 Data Skor Self Confidence Siswa sebelum Perlakuan ....................... 195

C.14 Data Skor Self Confidence Siswa setelah Perlakuan.......................... 197

C.15 Skor Gain Self Confidence Siswa ...................................................... 199

C.16 Pencapaian Indikator Self Confindence Siswa sebelum dan seteah

Perlakukan.......................................................................................... 201

C.17 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Self Confidence Siswa sebelum

dan setelah Perlakuan......................................................................... 205

C.18 Uji Normalitas Data Gain Self Confidence Kelas VIII A .................. 207

C.19 Uji Normalitas Data Gain Self Confidence Kelas VIII C .................. 210

C.20 Perhitungan Statistik Uji Kolmogorov-Smirnov Data Gain Self

Confidence ......................................................................................... 213

C.21 Uji Nonparatmetrik Data Self Confidence ......................................... 215

LAMPIRAN D LAIN-LAIN

D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan

D.2 Surat Izin Penelitian

D.3 Surat Keterangan Penelitian

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kunci pembangunan masa mendatang bagi suatu bangsa adalah pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan

dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi siswa sebagai generasi

penerus, yang diyakini akan menjadi faktor pendukung bagi tumbuh kembangnya

Bangsa dan Negara Indonesia sepanjang zaman. Oleh karena itu, pendidikan

berperan penting dalam menciptakan insan yang cerdas, kreatif, terampil,

bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Salah satu cara membentuk insan

yang cerdas yaitu melalui proses pembelajaran.

Menurut Suherman, dkk (2003: 9) pembelajaran adalah proses komunikasi

fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka

perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang

bersangkutan. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di

dalam dirinya telah terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

mengerti menjadi mengerti. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pendidik dan siswa dalam kegiatan

2

pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Terlebih dahulu seorang guru merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai agar siswa mengalami perubahan kompetensi setelah melakukan kegiatan

pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) yaitu agar siswa mempunyai kemampuan

untuk memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan

masalah, mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah serta memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan. Pada dasarnya tujuan pembelajaran

merupakan kemampuan yang diharapkan akan dimiliki siswa setelah memperoleh

pengalaman belajar.

Melalui pengalaman belajar siswa dapat mengembangkan kemampuannya. Salah

satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam matematika adalah kemampuan

komunikasi matematis. Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

menyampaikan pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan. Sedangkan

kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai kemampuan siswa

dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa atau interaksi

yang terjadi di lingkungan kelas. Dalam menyampaikan pesan atau ide, baik lisan

maupun tulisan dibutuhkan komunikasi yang baik agar ide-ide yang disampaikan

dapat dipahami oleh orang lain. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan

siswa yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan, begitu juga terhadap

kemampuan komunikasi siswa. Dengan komunikasi yang baik, diharapkan dapat

3

menstimulasi siswa untuk mengembangkan berbagai ide matematika atau membangun

pengetahuannya terhadap konsep materi yang dipelajari.

Kemampuan matematis siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini ter-

lihat dari hasil The Trend International Mathematics and Science Study (TIMSS)

pada tahun 2011, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42

negara. Skor ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 (Napitupulu, 2012).

Demikian pula pada hasil Programme for International Student Assesment (PISA)

tahun 2012, Indonesia hanya menduduki rangking 64 dari 65 peserta dan

memperoleh skor 375 (OECD, 2013).

Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMP Negeri 21 Bandarlampung juga

masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara kepada guru bidang studi

matematika, dalam mengerjakan latihan individu pada saat proses pembelajaran

yang diberikan guru, hanya sebagian kecil siswa yang mampu menyatakan ide-

idenya dalam bentuk tulisan, menggunakan istilah atau notasi matematika, serta

menyatakan situasi ke dalam model matematika dengan tepat. Berdasarkan hasil

mid semester dengan soal yang mengukur pemahaman konsep, siswa memperoleh

rata-rata nilai di bawah KKM. Hal ini memberikan informasi bahwa kemampuan

siswa saat mengerjakan soal untuk pemahaman konsep saja mendapatkan nilai

rendah. Hal tersebut menunjukkan kemampuan komunikasi matematis.

Selain kemampuan komunikasi matematis, dalam pembelajaran matematika ter-

dapat aspek psikologis yang harus diperhatikan. Salah satu aspek tersebut adalah

self confidence atau kepercayaan diri. Dengan adanya rasa percaya diri, siswa

akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matemtaika. Perlunya

4

self confidence dimiliki siswa dalam belajar matematika ternyata tidak disertai

oleh fakta yang ada. Masih banyak siswa yang memiliki self confidence yang

rendah. Hal ini ditunjukkan oleh hasil TIMSS tahun 2012 yang menyatakan

bahwa dalam skala internasional hanya 14% siswa yang memiliki self confidence

tinggi terkait kemampuan matematisnya. Hal serupa juga terjadi pada siswa di

Indonesia hanya 3% siswa yang memiliki self confidence tinggi.

Hasil pengamatan pembelajaran di SMP Negeri 21 Bandarlampung yaitu ketika

siswa diberikan pertanyaan oleh guru, siswa menjawab dengan tidak yakin atau

ragu-ragu. Ini menujukkan kemampuan dan kepercayaan diri siswa dalam

menjawab masih kurang baik. Adanya siswa yang tidak mengerjakan tugas

mencerminkan siswa tersebut tidak bertanggung jawab atau tidak bersedia dalam

menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. Berdasarkan

hasil pengamatan tersebut, terdapat indikator-indikator self confidence yang harus

ditingkatkan agar siswa memiliki kepercayaan diri yang baik dalam matematika.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek self confidence siswa di SMP

Negeri 21 Bandarlampung masih tergolong rendah.

Salah satu cara yang dapat meningkatkan self confidence siswa adalah melalui

pembelajaran aktif. Proses pembelajaran yang aktif dapat memotivasi siswa

sehingga siswa akan mengasah kepercayaan dirinya. Suherman, dkk (2003: 190)

menyatakan bahwa pada sebuah proses belajar mengajar matematika, siswa harus

berperan aktif dan tidak ditempatkan sebagai objek pembelajaran, namun lebih

sebagai subjek pembelajaran. Pertanyaan seharusnya direncanakan dan dibuat

oleh guru untuk mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelas ataupun

5

aktivitas kelas lainnya. Hal ini dapat membantu para siswa merasa keberadaan

mereka begitu penting dan berpeluang menjadikan siswa berperan aktif dalam

aktivitas di dalam kelas. Ketika siswa merasa keberadaannya begitu penting,

maka akan timbul keberanian serta kepercayaan diri siswa.

Ada kemungkinan penyebab rendahnya kemampuan komunikasi matematis dan

self confidence siswa adalah model pembelajaran yang diterapkan belum dapat

mengasah kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa. Salah

satu model pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan komunikasi

matematis dan self confidence siswa tersebut adalah model pembelajaran

discovery. Dalam pembelajaran ini ide atau gagasan disampaikan melalui proses

penemuan. Sejalan dengan Suherman, dkk (2003:190) yang menyatakan bahwa

kegiatan-kegiatan yang bernuansa penemuan berpeluang untuk meningkatkan

motivasi siswa untuk belajar matematika. Model penemuan terbimbing ini juga

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif sedangkan guru

hanya sebagai fasilitator.

Mayoritas pembelajaran matematika di Indonesia masih menggunakan

pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang dimulai dengan guru memberikan

materi, kemudian guru memberikan contoh dan penyelesaiannya, kemudian siswa

mencatatnya, selanjutnya siswa diberikan latihan. Seperti halnya yang

diungkapkan oleh Soedijarto (Dewi, 2013: 6) yang menyatakan bahwa kegiatan

pembelajaran di negara berkembang (termasuk Indonesia) pada saat ini tidak lebih

dari mencatat, menghapal, dan mengingat kembali dan tidak menerapkan

pendekatan modern dalam proses pembelajaran. Kegiatan dalam pembelajaran

6

konvensional masih berpusat pada guru, kegiatan seperti ini tidak mencerminkan

suasana belajar yang aktif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya

suatu inovasi model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar

bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan self confidence

siswa. Dengan demikian, model pembelajaran discovery memungkinkan digunakan

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self confidence

siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah

yaitu: ”Apakah Model Pembelajaran Discovery berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa kelas VIII SMP

Negeri 21 Bandarlampung?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

discovery terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan self

confidence siswa. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery terhadap peningkatan

kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa yang belajar

matematika menggunakan model pembelajaran discovery dengan siswa yang

belajar matematika menggunakan pembelajaran konvensional.

7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam

pendidikan matematika berkaitan dengan model pembelajaran discovery dan

pembelajaran konvensional serta hubungannya dengan peningkatan kemampuan

komunikasi matematis dan self confidence siswa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi saran untuk praktisi pendidikan dalam memilih

model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

dan self confidence siswa serta menjadi sarana mengembangkan ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan matematika.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Komunikasi Matematis

Melalui komunikasi yang baik dapat membantu siswa membangun pemahamannya

terhadap ide-ide matematika. Sumarmo (2000:7) menyatakan bahwa, kemampuan

komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan

dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk: a)

merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika;

b) membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis,

konkrit, grafik, dan aljabar; c) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa

atau simbol matematika; d) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang

matematika; e) membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi,

dan generalisasi; f) menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika

yang telah dipelajari; g) mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf

matematika dalam bahasa sendiri.

Greenes dan Schulman (Umar, 2012) juga menyatakan bahwa komunikasi dalam

matematika merupakan: (1) kekuatan inti bagi siswa untuk merumuskan konsep

matematika; wadah komunikasi bagi siswa untuk bertukar pikiran dengan guru

maupun siswa lain, memperoleh informasi, serta mengungkapkan ide untuk

9

meyakinkan orang lain atas pola pikir atau penemuannya; dan (3) modal dasar

keberhasilan siswa untuk memiliki kemampuan eksplorasi dan investigasi dalam

matematika. Sejalan dengan National Council of Teachers of Mathematics (2000:

60) yang menyatakan bahwa komunikasi matematika merupakan kemampuan

mengorganisasi dan mengonsolidasi pikiran matematika melalui komunikasi

secara lisan maupun tertulis, mengomunikasikan gagasan tentang matematika

secara logis dan jelas kepada orang lain, menganalisis dan mengevaluasi pikiran

matematika dan strategi yang digunakan orang lain, dan menggunakan bahasa

matematika untuk menyatakan ide-ide matematika secara tepat.

Siswa mampu mengekspresikan gagasan dan berargumen dengan tepat, singkat,

dan logis menunjukkan siswa memahami konsep materi tersebut. Oleh karena itu,

kemampuan komunikasi matematis merupakan hal yang sangat penting. Kemampuan

komunikasi juga sangat diperlukan ketika diskusi dalam kelompok, dimana siswa

diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar,

menanya, dan berkerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman

yang mendalam tentang materi dan akhirnya siswa dapat memahaminya dengan

bahasa sendiri.

Kemampuan komunikasi juga penting dimiliki dalam bersosialisasi dengan

masyarakat. Seseorang yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik akan

cenderung lebih mudah beradaptasi dengan siapa pun dimana dia berada dalam

suatu komunitas. Oleh karena itu, komunikasi matematis juga perlu diperhatikan

dalam pembelajaran matematika. Melalui komunikasi matematis, siswa dapat

mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan.

10

Seperti yang termuat dalam permendiknas nomor 23 tahun 2006 bahwa siswa

diharapkan dapat mengomunikasikan gagasan dalam bentuk simbol, tabel,

diagram atau media lain untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah

matematis.

Cai, Lane dan Jacobsin (Fachrurazi, 2011: 81) mengemukakan bahwa kemampuan

komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam: (1)

menulis matematis (written text), pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat

menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis, masuk

akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis; (2) menggambar secara

matematis (drawing), pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat melukiskan

gambar, diagram dan tabel secara lengkap dan benar; (3) ekspresi matematis

(mathematical expression), pada kemampuan ini siswa diharapkan untuk

memodelkan permasalahan matematika dengan benar atau mengekspresikan

konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau

simbol matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau

mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini kemampuan komunikasi matematis

yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi tertulis yang meliputi: (a)

menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan

gambar, (b) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan, (c)

menggunakan bahasa matematika secara tepat.

11

2. Self Confidence

Dalam bahasa Indonesia, self confidence berarti kepercayaan diri. Kepercayaan

diri siswa merupakan keyakinan dalam diri siswa akan kemampuannya dalam

menyelesaikan masalah. Sejalan dengan itu Marsa (2014:13) menyatakan bahwa

self confidence adalah kemampuan dan keyakinan diri sendiri untuk membentuk

pemahaman dan keyakinan siswa tentang kemampuannya dalam menyelesaikan

suatu permasalahan. Suhendri (Martyanti, 2013) menjelaskan bahwa self

confidence merupakan suatu sikap mental positif dari seorang individu yang

mengondisikan dirinya agar dapat mengevaluasi diri sendiri dan lingkungannya,

sehingga merasa nyaman untuk melakukan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan

yang direncanakan.

Self confidence dalam matematika sangatlah penting, sebab dengan self

confidence yang baik siswa mendapat dorongan untuk lebih aktif dan membantu

siswa mengambil keputusan dalam penyelesaian masalah. Pentingnya self

confidence siswa dalam pembelajaran matematika juga diungkapkan Gaguk

(2005: 48-49) dalam tiga aspek yang harus dimiliki siswa yaitu: (1) kepercayaan

terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya, (2)

kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan

menyusun rencana aksi sebagai usaha meraih sasaran, serta (3) kepercayaan

terhadap matematika itu sendiri.

Preston (2007:14) menyatakan bahwa aspek-aspek pembangun kepercayaan diri

adalah self awareness (kesadaran diri), intention (niat), thinking (berpikir positif

dan rasional), imagination (berpikir kreatif pada saat akan bertindak), act

12

(bertindak). Menurut Lauster (Nur Ghufron & Rini, 2011:35-36), aspek-aspek

kepercayaan diri adalah: (1) Keyakinan kemampuan diri yaitu sikap positif

seseorang tentang dirinya atas kemampuan yang dimilikinya. Sehingga dia

mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya; (2) Optimis yaitu

sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam

menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya; (3) Objektif yaitu

seseorang yang memandang permasalahan sesuai dengan kebenaran yang

semestinya, bukan menurut dirinya; (4) Bertanggung jawab yaitu kesediaan

seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya;

(5) Rasional dan realistis yaitu menganalisis suatu masalah, sesuatu hal, dan suatu

kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan

sesuai dengan kenyataan

Berdasarkan uraian di atas, maka indikator self confidence siswa yang akan diukur

dalam penelitian ini adalah indikator keyakinan kemampuan diri, optimis,

objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.

3. Pembelajaran Konvensional

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konvensional mempunyai arti berdasarkan

konvensi (kesepakatan) umum (seperti adat, kebiasaan, kelaziman) tradisional,

selanjutnya tradisional diartikan sebagai sikap dan cara berpikir serta bertindak yang

selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun

temurun. Yuwono (2001: 5) mengungkapkan bahwa dalam model pembelajaran

konvensional, pembelajaran matematika para siswa mengkuti alur: informasi

kemudian ceramah, pemberian contoh-contoh, dan yang terakhir latihan/tugas.

13

Aktivitas dalam pembelajaran konvensional banyak didominasi oleh belajar

menghafal, penerapan rumus dan penggunaan buku ajar yang harus diikuti halaman

perhalaman.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini pembelajaran konvensional yang

diterapkan adalah pembelajaran yang dilakukan dengan memberi materi melalui

ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Pada pembelajaran ini, guru

menjelaskan semua materi dan memberi contoh-contoh soal tentang pemakaian

suatu konsep kemudian memberikan latihan atau tugas.

4. Model Pembelajaran Discovery

Dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self confidence

siswa yang erat kaitannya dengan interaksi aktif, dibutuhkan suatu strategi yang

dapat dilakukan dengan menentukan model pembelajaran. Menurut Suherman,

dkk (2003: 178) salah satu model pembelajaran yang dapat menstimulasi siswa

belajar aktif adalah model pembelajaran discovery. Model pembelajaran discovery

adalah suatu model pembelajaran yang membimbing siswa untuk menemukan hal-

hal yang baru bagi siswa berupa konsep, rumus, pola, dan sejenisnya. Dalam

penemuan ini tidak berarti hal yang ditemukannya itu benar-benar baru sebab

sudah diketahui oleh orang lain. Sehingga dengan penerapan model ini dapat

merangsang siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Kurniasih dan Berlin (2014: 68-71) mengungkapkan bahwa terdapat dua langkah

operasional dalam model discovery learning, diantaranya yaitu langkah persiapan

dan langkah pelaksanaan. Langkah-langkah dalam tahap persiapan yaitu: (1)

14

menentukan tujuan pembelajaran, (2) melakukan identifikasi terhadap karakteristik

siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya), (3) memilih materi

dan mengembangkan perangkat pembelajaran, serta (4) melakukan penilaian

proses dan hasil belajar siswa.

Sedangkan dalam tahap pelaksanaan model discovery learning terdapat enam

langkah yaitu:

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pada tahap ini, siswa dihadapkan pada sesuatu permasalahan yang menimbulkan

kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberikan generalisasi, agar

timbul keinginan untuk menyelidiki permasalahan tersebut. Selain dengan

menghadapkan pada suatu masalah, guru juga dapat memulai pembelajaran

dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas lainnya

yang mengarahkan siswa pada persiapan pemecahan masalah.

2. Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan

pelajaran. Kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk

hipotesis (jawaban sementara).

3. Data Collection (pengumpulan data)

Pada tahap ini, siswa mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca

literatur, mengamati objek, atau melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya

untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Pada tahap ini secara tidak

langsung menghubungkan masalah dengan pengetahuan sebelumnya.

15

4. Data Processing (pengolahan data)

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, diklasifikasikan, atau dihitung

untuk memperoleh jawaban apakah sesuai dengan hipotesis atau tidak.

5. Verification (pembuktian)

Melalui tahap ini, siswa melakukan pemeriksaan secara cermat dan teliti untuk

membuktikan kebenaran hipotesis yang ditetapkan sebelumnya, serta dihubungkan

dengan hasil data processing.

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Pada tahap ini dilakukan penyimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan

berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan

hasil verifikasi.

Setiap model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan serta kelemahan, begitu

pula dengan model pembelajaran discovery. Kurniasih dan Berlin (2014: 66-68)

mengemukakan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan dalam melaksanakan

model pembelajaran discovery. Kelebihan-kelebihan model pembelajaran

discovery yaitu: (1) membantu memperbaiki dan meningkatkan keterampilan

kognitif, (2) menguatkan ingatan karena pengetahuan yang diperoleh melalui

penemuan secara mandiri, (3) menimbulkan rasa senang yang diakibatkan dari

keberhasilan dalam penemuan, (4) memungkinkan siswa dapat berkembang

dengan cepat menurut kemampuannya, (5) mengarahkan pada kegiatan belajar

yang berdasarkan pikiran dan motivasinya sendiri, (6) memperkuat konsep pada

diri siswa, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya,

(7) berpusat pada siswa, (8) konsep dasar dan ide-ide yang ditemukan siswa dapat

dipahami dengan baik, (9) mendorong siswa agar dapat merumuskan hipotesis

16

sendiri, (10) situasi proses belajar menjadi lebih merangsang siswa untuk belajar,

(11) memungkinan siswa memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar, serta (12)

mengembangkan minat, bakat dan kecakapan individu.

Sedangkan kelemahan-kelemahan pada model pembelajaran discovery yaitu: (1)

bagi siswa yang kurang pandai, dapat mengalami kesulitan berpikir dan

mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, sehingga dapat menimbulkan

frustasi, (2) tidak efisien jika jumlah siswa cukup banyak, karena membutuhkan

waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori, konsep, atau

pemecahan masalah lainnya, (3) jika siswa dan guru telah terbiasa dengan cara

belajar yang lama, maka harapan-harapan yang terkandung dalam model

pembelajaran ini dapat hilang, serta (4) pengajaran discovery lebih cocok untuk

mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,

keterampilan, dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

Menurut Cahyani (2014: 15) ada beberapa fungsi dari pembelajaran discovery,

yaitu: (1) Membangun komitmen (commitment bulding) di kalangan peserta didik

untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan dan loyalitas

terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran; (2)

Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam

rangka mencapai tujuan pengajaran; (3) Membangun sikap percaya diri (self

confidence) dan terbuka (openess) terhadap hasil temuannya.

Dengan memperhatikan fungsi dan kelebihan model pembelajaran discovery,

maka penggunaan model pembelajaran discovery dianggap sebagai model yang

efektif dan efisien dalam pembelajaran matematika yang bertujuan untuk

17

memecahkan suatu masalah yang relevan dengan perkembangan kognitif. Sesuai

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wijayanto (2014) di SMP

Muhammadiyah 2 Purwokerto, kemampuan komunikasi matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran discovery lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi

matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dalam penelitian

yang dilakukan Tukaryanto (2015) pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Sawit,

menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dapat meningkat

setelah diterapkannya pendekatan saintifik yang terintegrasi pada model

pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran matematika. Selain itu, hasil

penelitian Hapsari (2011) menyimpulkan bahwa model penemuan terbimbing dapat

diterapkan untuk meningkatkan self confidence siswa.

Berdasarkan uraian, pada penelitian ini langkah-langkah model pembelajaran

discovery yang digunakan yaitu, (1) guru memberikan stimulasi pada siswa, (2) siswa

dapat mengidentifikasi masalah, (3) siswa mengumpulkan data, (4) siswa mengolah

data, (5) melalui data yang telah diperoleh, siswa membuktikan kebenaran hasil yang

diperoleh, dan (6) siswa dapat menarik sebuah kesimpulan atau generalisasi.

B. Kerangka Pikir

Pada penelitian pengaruh model pembelajaran discovery untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa ini, terdiri dari satu

variabel bebas dan dua variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel bebas adalah model pembelajaran discovery sedangkan variabel

terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa dan self confidence

siswa. Model pembelajaran discovery merupakan salah satu cara untuk

18

mengembangkan cara belajar siswa aktif. Dengan menemukan dan menyelidiki

sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam

ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa, pengertian yang ditemukan sendiri

merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau

ditransfer dalam situasi lain.

Pembelajaran discovery menuntut siswa belajar berpikir analisis dan mencoba

memecahkan masalah yang dihadapi sendiri, ini akan membawa pengaruh positif

yang akan menjadikan kebiasaan dalam kehidupan nyata. Adapun tahapan model

pembelajaran ini dimulai dari menstimulasi siswa hingga siswa dapat menarik

kesimpulan sendiri dengan bahasa mereka sendiri.

Tahap pertama adalah stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), pada tahap

siswa dihadapkan dengan berbagai masalah yang menimbulkan kebingungan,

guru tidak memberikan generalisasi masalah tersebut sehingga siswa akan tertarik

menyelidiki masalah yang diberikan. Dalam menyelidiki masalah tersebut, siswa

akan berusaha memahaminya yang kemudian akan diungkapkan dalam bentuk

tulisan. Kemampuan siswa dalam memahami masalah dan menyatakan idenya

secara tertulis termasuk dalam indikator kemampuan komunikasi matematis.

Rasa ingin tahu siswa dalam menyelidiki masalah, akan mendorong siswa untuk

saling berinteraksi antar siswa untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing.

Dalam menyampaikan pendapatnya, seseorang memerlukan keberanian dan

kepercayaan diri dalam menyelidiki. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap ini

membantu siswa meningkatkan kemampuan komunikasi dan menumbuhkan self

confidence siswa.

19

Tahap kedua adalah problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), pada

tahap ini siswa mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang

relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan

dalam bentuk hipotesis. Dalam merumuskan hipotesis, siswa akan didorong oleh

kepercayaan dirinya, selain itu untuk memperkuat siswa dalam mengidentifikasi

masalah, maka akan terjadi interaksi antar siswa yang mempengaruhi keyakinan

siswa.

Tahap ketiga adalah data collection (pengumpulan data), pada tahap ini peserta

didik mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan. Proses

pengumpulan data tidak lepas dari interaksi antar siswa sehingga secara tidak

langsung siswa berusaha berkomunikasi dengan baik dan penuh percaya diri.

Tahap keempat adalah data processing (pengolahan data), pada tahap ini siswa

mengolah data dan informasi yang telah diperoleh baik melalui wawancara,

observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Pada tahap ini terjadi suatu interaksi

yang membutuhkan komunikasi dan kepercayaan diri yang baik.

Tahap kelima adalah verification (pembuktian), pada tahap ini peserta didik

melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dan dihubungkan dengan hasil pengolahan

data. Siswa berusaha menguatkan rasa percaya dirinya dengan membuktikan

hipotesis yang telah ditetapkan.

20

Tahap terakhir dari model pembelajaran discovery ini adalah generalization

(menarik kesimpulan), proses generalisasi adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian

atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi. Setelah menarik

kesimpulan, siswa merasa puas atas suatu pemahaman yang telah mereka temukan

sendiri dari tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan. Ketika siswa merasa

puas atas dirinya, secara tidak langsung kepercayaan diri siswa akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery

diduga berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan self

confidence siswa sedangkan pembelajaran konvensional cenderung menghasilkan

kemampuan komunikasi dan self confidence yang lebih rendah atau dengan kata

lain peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa

yang mengikuti pembelajaran discovery akan lebih tinggi daripada peningkatan

kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar bahwa semua siswa kelas VIII semester

genap SMP Negeri 21 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016 memperoleh

materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,

maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

21

1. Hipotesis Umum

Model pembelajaran discovery berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan

komuniksi matematis dan self confidence siswa.

2. Hipotesis Kerja

a. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran discovery lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

b. Peningkatan self confidence siswa yang mengikuti pembelajaran discovery

lebih tinggi daripada peningkatan self confidence siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 21 Bandarlampung pada semester genap

tahun pelajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung sebanyak 304 siswa yang terdistribusi dalam

sepuluh kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

purposive random sampling. Dalam penelitian ini sampel diambil dari kelas yang

diajar oleh guru yang sama yaitu kelas VIII A, VIII B, dan VIII C. Kemudian dari

tiga kelas tersebut dipilih secara random dua kelas yang akan digunakan sebagai

sampel. Terpilihlah kelas VIII A yang terdiri dari 33 orang sebagai kelas eksperimen

yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran discovery dan kelas VIII C yang

terdiri dari 30 orang sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang mendapatkan

pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) yang

terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebasnya adalah

model pembelajaran discovery sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan

komunikasi matematis dan self confidence siswa. Desain yang digunakan dalam

23

penelitian ini adalah pretest-posttest control group design sebagaimana yang

dikemukakan Fraenkel dan Wallen (1993: 248) sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

KelompokPerlakuan

Pretes Pembelajaran PostesE Y1 Discovery Y2

K Y1 Konvensional Y2

Keterangan:E : Kelas dengan pembelajaran discoveryK : Kelas dengan pembelajaran konvensionalY1 : Kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum diberikan perlakuanY2 : Kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diberikan perlakuan

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Perencanaan

a. Melakukan observasi untuk melihat karakteristik populasi yang ada.

b. Menentukan sampel penelitian.

c. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen tes ataupun non tes

yang akan digunakan dalam penelitian.

d. Membuat instrumen penelitian.

e. Melakukan validasi instrumen dan uji coba instrumen.

f. Melakukan perbaikan instrumen tes bila diperlukan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest kemampuan komumikasi matematis dan self confidence

di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

discovery pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada

24

kelas kontrol sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

telah disusun.

c. Memberikan posttest kemampuan komunikasi matematis dan self confidence

di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data kuantitatif.

b. Mengolah dan menganalisis data penelitian.

c. Mengambil kesimpulan.

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang terdiri dari 1) data skor

kemampuan awal yang diperoleh melalui pretest dan pengisian skala self

confidence sebelum perlakuan; 2) data skor kemampuan akhir yang diperoleh

melalui posttest dan pengisian skala self confidence setelah perlakuan; dan 3) data

skor peningkatan (gain).

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data berupa tes dan non tes. Tes yang

digunakan adalah tes kemampuan komunikasi matematis yang terdiri dari empat

butir soal. Non tes berupa skala self confidence yang terdiri dari 20 pernyataan.

Tes dan non tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran

(posttest) pada siswa yang mengikuti pembelajaran discovery dan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional.

25

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan dua jenis instrumen penelitian yaitu instrumen tes

dan skala self confidence. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan

komunikasi matematis siswa, dan skala self confidence digunakan untuk mengukur

self confidence siswa.

1. Instrumen Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan komunikasi

matematis yang terdiri dari pretest dan posttest. Bentuk tes yang digunakan

adalah tipe uraian yang terdiri dari empat butir soal. Materi yang diujikan adalah

pokok bahasan lingkaran. Tes yang diberikan pada setiap kelas baik soal untuk

pretest maupun posttest sama. Sebelum penyusunan tes kemampuan komunikasi

matematis, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal tes kemampuan komunikasi

matematis. Pedoman pemberian skor kemampuan komunikasi matematis disajikan

pada Tabel 3.2. Untuk mendapatkan data yang akurat, tes yang digunakan dalam

penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Instrumen tes yang baik

harus memenuhi kriteria valid, reliabel dengan kriteria tinggi atau sangat tinggi,

daya pembeda dengan interpretasi cukup, baik atau sangat baik, serta tingkat

kesukaran dengan interpretasi mudah, sedang, atau sukar.

a. Validitas

Validitas dalam penelitian ini didasarkan pada validitas isi. Validitas isi melihat

apakah isi tes mewakili keseluruhan materi atau bahan ajar, indikator kemampuan

komunikasi matematis yang akan diukur, dan sesuai dengan kemampuan bahasa

26

yang dimiliki siswa sehingga dapat mengukur kemampuan komunikasi matematis

siswa. Penilaian terhadap kesesuaian butir tes dengan kompetensi dasar dan

indikator pembelajaran dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VIII

SMP Negeri 21 Bandarlampung. Dengan pertimbangan bahwa guru mitra

tersebut mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka penilaian terhadap

kesesuaian isi instrumen tes dengan kisi-kisi instrumen tes yang diukur dan

kesesuaian bahasa yang digunakan dalam instrumen tes dengan bahasa siswa

dilakukan dengan menggunakan daftar check list (√) oleh guru mitra.

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

SkorMenggambar(Drawing)

Ekspresi Matematika(MathematicalExpression)

Menulis(Written Texts)

0Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahamikonsep sehingga informasi yang diberikan tidak memiliki arti.

1 Hanya sedikit darigambar, tabel, ataudiagram yang benar

Hanya sedikit daripendekatan matematikayang benar

Hanya sedikit daripenjelasan yangbenar

2 Membuatgambar,diagram, atautabel namunkurang lengkap danbenar

Membuat pendekatanmatematika denganbenar, namun salah dalammendapatkansolusi

Penjelasan secaramatematis masukakal namun hanyasebagian yanglengkap dan benar

3 Membuatgambar, diagram, atautabel secaralengkap dan benar

Membuat pendekatanmatematika dengan benar,kemudian melakukanperhitungan ataumendapatkan solusi secaralengkap dan benar

Penjelasan secaramatematis tidaktersusun secara logisatau terdapat sedikitkesalahan bahasa

4 - - Penjelasan secaramatematis masukakal dan jelas sertatersusun secarasistematis

SkorTotal

3 3 4

27

Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa instrumen telah memenuhi

validitas isi dan dapat dilihat pada Lampiran B.4 halaman 161. Setelah instrumen

tersebut dinyatakan valid maka selanjutnya instrumen diujicobakan kepada siswa

kelas di luar sampel yaitu kelas IX A. Data yang diperoleh dari hasil uji coba

kemudian diolah dengan menggunakan Software Microsoft Excel untuk

mengetahui reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen.

b. Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang ajeg atau tetap.

Menurut Arikunto (2011: 109) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) soal tipe

uraian menggunakan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut:

r11 = 1 − ∑Keterangan:

r 11 : Koefisien reliabilitas yang dicari: Banyaknya butir soal∑ : Jumlah varians skor tiap soal: Varians skor total

Koefisien reliabilitas suatu butir soal diinterpretasikan dalam Arikunto (2011:

195) disajikan pada Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Reliabilitas

Koefisien relibilitas (r11) Kriteria0,00 ≤ r11≤ 0,20 Sangat Rendah0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah0,40 < r11≤ 0,60 Sedang0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi0,80 < r11≤ 1,00 Sangat Tinggi

28

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tes

kemampuan komunikasi matematis siswa berada pada interval 0,60 < r11 ≤ 0,80.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tes yang

digunakan memiliki reliabilitas tinggi. Hasil perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran C.2 halaman 170.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang

mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah.

Untuk menghitung indeks daya pembeda butir soal, terlebih dahulu diurutkan dari

siswa yang memperoleh nilai terendah sampai siswa yang memperoleh nilai

tertinggi. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut

kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut

kelompok bawah). Sudijono (2008: 389-390) mengungkapkan untuk menghitung

indeks daya pembeda digunakan rumus :

DP = JA − JBIAKeterangan :

DP : Indeks daya pembeda butir soalJA : Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolahJB : Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolahIA : Jumlah skor maksimum butir soal yang diolah

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda dapat dilihat

pada Tabel 3.4.

29

Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Interpretasi−1,00 ≤ DP ≤ 0,10 Sangat Buruk0,10 ≤ DP ≤ 0,19 Buruk0,20 ≤ DP ≤ 0,29 Agak baik/cukup0,30 ≤ DP ≤ 0,49 BaikDP ≥ 0,50 Sangat Baik

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh indeks daya pembeda berada pada

interval 0,20 ≤ DP ≤ 0,49. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

instrumen tes yang digunakan memiliki daya pembeda baik dan agak baik.

Interpretasi baik untuk butir soal nomor 1, 2, dan 4, sedangkan interpretasi agak

baik untuk butir soal nomor 3. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran C.3 halaman 171.

d. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir

soal. Dalam Sudijono (2008: 372) untuk menghitung indeks tingkat kesukaran

pada masing-masing butir soal digunakan rumus:TK =Keterangan:

TK : Indeks tingkat kesukaran butir soalJT : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperolehIT : Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Kemudian untuk menginterpretasikan indeks tingkat kesukaran tiap butir soal

dalam Sudijono (2008: 372) dapat dilihat pada Tabel 3.5.

30

Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi0,00 ≤ ≤ 0,15 Sangat Sukar0,16 < ≤ 0,30 Sukar0,31 < ≤ 0,70 Sedang0,71 < ≤ 0,85 Mudah0,86 < ≤ 1,00 Sangat Mudah

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh bahwa indeks tingkat kesukaran berada

pada interval 0,31 < ≤ 0,85. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa instrumen tes yang digunakan memiliki tingkat kesukaran sedang dan

mudah. Interpretasi sedang untuk butir soal nomor 1, 3, dan 4, sedangkan

interpretasi mudah untuk butir soal nomor 2. Hasil perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 171.

2. Skala Self Confidence

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self confidence yang

diberikan kepada siswa yang mengikuti pembelajaran discovery dan pembelajaran

konvensional sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Untuk

mengukur kemampuan self confidence siswa pada penelitian ini menggunakan skala

Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),

tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Skala self confidence dibuat dalam

bentuk 20 pernyataan.

Skala self confidence dalam penelitian ini berdasarkan pada lima aspek pengukuran

self confidence dengan indikator masing-masing dapat dilihat pada Tabel 3.7. Data

self confidence siswa mengenai pembelajaran matematika adalah skor total yang

diperoleh siswa setelah mengisi skala self confidence. Skala ini digunakan untuk

31

mengukur pengetahuan siswa tentang kemampuan dirinya serta pandangannya

terhadap matematika, membandingkan kemampuan yang dimilikinya dengan orang

lain, mengidentifikasi kemampuan, kelebihan, dan kekurangan yang dimilikinya

dalam matematika. Perhitungan skor menggunakan Software Microsoft Excel. Skor

untuk setiap pernyataan self confidence dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.6. Aspek Penilaian Self Confidence

No Aspek Indikator

1Keyakinankemampuan diri

Kemampuan siswa untuk menyelesaiakan sesuatu dengansungguh-sungguh

2 OptimisSikap dan prilaku siswa yang selalu berpandangan baiktentang dirinya dan kemampuannya

3 ObjektifKemampuan siswa menyelesaikan permasalahan sesuaidengan fakta

4 Bertanggung jawabKemampuan siswa untuk berani menanggung segala sesuatuyang telah menjadi konsekuensinya

5Rasional danrealistis

Kemampuan siswa untuk menganalisis suatu masalahdengan logis dan sesuai dengan kenyataan

Diadaptasi dari Lauster (Nur Ghufron & Rini, 2011)

Tabel 3.7. Skor Setiap Pernyataan Skala Self Confidence Siswa

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari

hasil tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir dianalisis untuk mendapatkan

No.Pernyataan

SkorSS S TS STS

1 1 2 3 42 4 3 2 13 1 2 3 44 4 3 2 15 1 2 3 46 1 2 3 47 1 2 3 48 4 3 2 19 4 3 2 110 1 2 3 4

No.Pernyataan

SkorSS S TS STS

11 1 2 3 412 4 3 2 113 4 3 2 114 4 3 2 115 1 2 3 416 4 3 2 117 4 3 2 118 4 3 2 119 1 2 3 420 1 2 3 4

32

skor peningkatan (gain) pada kedua kelas. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan self confidence siswa

pada siswa yang mengikuti pembelajaran discovery dan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional. Menurut Hake (1998: 1) besarnya peningkatan

dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yaitu:

= − −Hasil perhitungan skor gain kemampuan komunikasi matematis siswa

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 halaman 176. Sebelum melakukan

pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas

dan uji homogenitas. Hal ini dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan

digunakan dalam pengujian hipotesis.

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data gain kemampuan komunikasi matematis siswa

dari sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau sebaliknya

dilakukan uji normalitas. Rumusan hipotesis statistik untuk uji ini adalah:

H0 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data gain berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah α = 0,05 dan statistik

yang digunakan untuk menghitung uji Chi-Kuadrat dalam Sudjana (2005: 273):

= ( − )

33

Keterangan:∶ harga uji chi-kuadrat∶ frekuensi harapan∶ frekuensi yang diharapkan∶ banyaknya pengamatan

Dalam penelitian ini, kriteria pengujian adalah terima H0 jika <dengan ( ∝)( ). Hasil uji normalitas data gain kemampuan komunikasi

matematis disajikan pada Tabel 3.10. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran C.9 dan C.10 halaman184. Sedangkan hasil uji normalitas data

gain self confidence disajikan pada Tabel 3.11. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran C.18 dan C.19 halaman 207.

Tabel 3.8. Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi

Matematis

Pembelajaran Keputusan Uji Keterangan

Discovery 6,59 9,49 diterimaSampel berasal daripopulasi yangberdistribusi normal

Konvensional 2,07 7,81 diterimaSampel berasal daripopulasi yangberdistribusi normal

Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Self Confidence

Pembelajaran Keputusan Uji Keterangan

Discovery 14,20 9,49 ditolakSampel berasal daripopulasi yang tidakberdistribusi normal

Konvensional 10,45 7,81 ditolakSampel berasal daripopulasi yang tidakberdistribusi normal

34

2. Uji Homogenitas

Karena data gain kemampuan komunikasi matematis berasal dari populasi yang

berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk

mengetahui apakah kedua kelompok data berasal dari populasi yang sama. Dalam

penelitian ini, uji homogenitas yang dilakukan adalah uji-F. Adapun rumusan

hipotesis statistik untuk uji ini adalah:

H0: σ = σ (kedua kelompok data memiliki varians yang sama)

H1: σ ≠ σ (kedua kelompok data memiliki varians yang tidak sama)

Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah α = 0,05 dan statistik

yang digunakan untuk menghitung uji-F (Sudjana, 2005: 249):

F = s12

s22

Keterangan :

s12 : varians terbesar

s22 : varians terkecil

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika Fhitung < F⅟₂ α (n1 - 1 , n2 – 1) dimana Fβ(m,n)

didapat dari daftar distribusi F dengan peluang β, dk pembilang = n1 – 1 dan dk

penyebut = n2 – 1, dalam hal lainnya H0 ditolak. Hasil uji homogenitas data gain

kemampuan komunikasi matematis disajikan pada Tabel 3.12. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.11 halaman 190.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Uji Homogenitas Varians Data Gain Kemampuan

Komunikasi Matematis

Pembelajaran VariansKeputusan

UjiKeterangan

Discovery 0,0232,30 1,82 ditolak

Kedua kelompok datamemiliki varians yangtidak samaKonvensional 0,010

35

Berdasarkan Tabel 3.12 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data gain

memiliki varians yang tidak sama.

3. Uji Hipotesis

a. Uji Hipotesis Data Kemampuan Komunikasi Matematis

Pada uji normalitas dan homogenitas, data gain berdistribusi normal dan kedua

kelompok data tidak homogen. Sehingga pengujian hipotesis yang digunakan

adalah uji-t’, dengan hipotesis statistik sebagai berikut:

H0: = , (tidak ada perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa yang mengikuti pembelajaran discovery dengan

rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

yang mengikuti pembelajaran konvensional).

H1: > , (rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

yang mengikuti pembelajaran discovery lebih tinggi daripada rata-

rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional).

Statistik yang digunakan untuk uji-t’ dalam Sudjana ( 2005: 243) adalah:

′ = ̅ − ̅12/ 1 + 2

2/ 2

Keterangan:̅1 ∶ Rata- rata skor gain kelas pembelajaran discovery̅2 ∶ Rata-rata skor gain kelas pembelajaran konvensionaln ∶ Banyaknya kelas pembelajaran discoveryn ∶ Banyaknya kelas pembelajaran konvensional̅ ∶ Varians pada kelas pembelajaran discovery̅ ∶ Varians pada kelas pembelajaran konvensional

36

Kriteria pengujian adalah tolak hipótesis Ho jika:

′ ≥ 1 1 + 2 2

1 + 2

Dimana:2

22

21

21

1 ;n

SW

n

SW

t1 = t(1− α), (n1 − 1); t2 = t(1− α), (n2 − 1)Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t ialah (1 – α) sedangkan derajat

kebebasannya masing-masing (n1 – 1) dan (n2 – 1), taraf signifikan = 0,05.b. Uji Hipotesis Data Self Confidence

Setelah dilakukan uji normalitas, kedua populasi data gain tidak berdistribusi

normal. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji nonparametrik.

Namun untuk menentukan uji statistik apa yang akan digunakan, terlebih dahulu

diselidiki apakah kedua populasi tersebut memiliki fungsi distribusi yang identik

atau tidak. Setelah dilakukan uji kesamaan fungsi distribusi, disimpulkan bahwa

fungsi distribusi kedua populasi tidak identik. Sehingga uji nonparametrik yang

digunakan adalah uji Wilcoxon Rank-Sum. Hasil perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran C.21 halaman 215.

Adapun rumusan hipotesis statistik uji ini adalah:

H0: 1 = 2, (tidak ada perbedaan median peningkatan self confidence siswa yang

mengikuti pembelajaran discovery dengan median peningkatan self

confidence siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

H1: > , (median peningkatan self confidence siswa yang mengikuti

pembelajaran discovery lebih tinggi daripada median peningkatan

self confidence siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

37

Statistik yang digunakan untuk uji Wilcoxon Rank-Sum menurut Ronald (2012:

665) sebagai berikut:

U untuk sampel pertama: = − ( )U untuk sampel kedua : = − ( )Dengan adalah jumlah rank , dan = ( )( )−Keterangan:n1 = banyaknya anggota sampel pada pembelajaran konvensionaln2 = banyaknya anggota sampel pada pembelajaran discovery

Nilai U yang digunakan adalah nilai U yang paling kecil. Karena n1 dan n2 lebih

besar dari 20 digunakan uji z dengan statistiknya sebagai berikut:

Z =

dengan = ., dan = 1. 2( 1+ 2+1)12

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika Zhitung> Ztabel dan terima H0 jika

sebaliknya.

58

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran discovery yang diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 21

Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016 berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa, namun tidak berpengaruh terhadap

peningkatan self confidence siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat penulis kemukakan yaitu

kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa, disarankan untuk menggunakan model pembelajaran discovery dalam

pembelajaran matematika.

58

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Cahyani, Fenty Eka. 2014. Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis SiswaKelas VIII B SMP Negeri 14 Bandung Melalui Penerapan Model DiscoveryLearning. PTK. Bandung. UPI.

Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang StandarKompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: BSNP.

Dewi, Sinta V. 2013. Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan PemecahanMasalah Terhadap Peningkatan Kemampuan Analisis Sintesis MatematisSiswa SMK. Bandung: UPI. [online]. Diakses di http://respository,upi.edu.Pada 02 mei 2016

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa SekolahDasar. Jurnal UPI Edisi Khusus. No.01. Hlm. 76-89. [online]. Diakses dihttp://jurnal.upi.edu. Pada 15 Oktober 2015

Fatimah, Fatia. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis dan PemecahanMasalah Melalui Problem Based Learning. Jurnal Penelitian dan EvaluasiPendidikan. Vol 16. No 01. Hal 40-50. [online]. Diakses dihttp://download.portalgaruda.org. Pada 13 maret 2016.

Fraenkel, Jack R dan Norman E Wallen. 1993. How to Design and EvaluateResearch in Education. Singapura: McGraw-Hill.

Gaguk, Margono. 2005. Pengembangan Instrumen Pengukur Rasa Percaya diriMahasiswa terhadap Matematika.. Jurnal Ilmu Pendidikan, 12.1, 45-61.

Hake, PR.1998. Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods: A Six-Thousand-Student Survey Of Mechanics Test Data For Introductory Physics

59

Courses. Indriana: Indiana University. [online]. Diakses di http://web.mit.edu.Pada 15 oktober 2015.

Hapsari, Mahrita Julia. 2011. Upaya Meningkatkan Self Confidence Siswa dalamPembelajaran Matematika Melalui Model Inkuiri Terbimbing. Makalahdipresentasikan dalam seminar Nasional Matematika dan PendidikanMatematika FMIPA. Yogyakara: UNY. [online]. Diakses dihttp://eprints.uny.ac.id. Pada 08 November 2015.

Jurdak, M. (2009). Toward Equity in Quality in Mathematics Education. NewYork: Springer Science+Business Media, LI.C.

KBBI. 2001. Konvensional. [online]. Diakses di http://kbbi.web.id/konvensional.pada tanggal 12 April 2016.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum2013. Yogyakarta: Kata Pena.

Marsa, Bernando Satria. 2014. Penerapan Model Pembelajaran BerbasisMasalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Self-Confidence Siswa. Skripsi. Bandar Lampung. Unila.

Martyanti, Adhetia. 2013. Membangun self confidence Siswa dalam PembelajaranMatematika dengan Pendekatan Problem Solving. Seminar NasionalMatematika dan Pendidikan Matematika FMIPA. Yogyakarta. [online].Diakses di http://eprints.uny.ac.id. Pada 08 November 2015.

Napitupulu, Ester L. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun.Harian Kompas. 14 Desember 2012. [online]. Diakses dihttp://edukasi.kompas.com. Pada tanggal 10 Juni 2015.

NCTM. 2000. Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics.Reston. VA: NCTM

Nur Ghufron & Rini R.S. (2011). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-RuzzMedia.

OECD. 2013. PISA 2012. Results in Focus What 15-year-olds Know and WhatThey Can Do with What They Know. Diakses di http://www.oecd.org. Padatanggal 18 oktober 2015.

Preston, D.L. (2007). 365 Steps to Self-Confidence. UK: How To Books Ltd.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja GrafindoPersada: Jakarta.

60

Suherman, E., Turmudi., Didi, S., Tatang, H., Suhendra., Sufyani, P., Nurjanah.,& Ade, R. 2003. Common Text Book : Strategi Pembelajaran MatematikaKontemporer. Bandung: JICA FMIPA UPI.

Sumarmo, U. 2000. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika UntukMeningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar.Laporan Penelitian. Bandung: FMIPA UPI.

TIMSS. 2012. TIMSS 2011 Internasional Results In Mathematics. Chestnut Hill:TIMSS & PRILS InternasionalStudy Centre.

Tukaryanto. 2015. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Motivasi BelajarSiswa Melalui Pendekatan Saintifik Terintegrsi Pada Model PembelajaranDiscovery Learning. Skripsi. Surakarta: UMS. [online]. Diakses dihttps://publikasiilmiah.ums.ac.id. Pada 15 November 2015.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem PendidikanNasional. 8 Juli 2013. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 4301. Jakarta.

Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalamPembelajaran Matematika. jurnal Ilmiah Program Studi Matematika. Vol.01. No. 01. [online]. Diakses di http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id. Pada 08November 2015.

Wijayanto, Fajar Ari. 2014. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematikaSiswa SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto Melalui Model PembelajaranDiscovery Learning. Jurnal Pendidikan Matematika. Diakses dihttp://eprints.uny.ac.id. Pada 08 November 2015.

Walpole, Ronald E. Raymon H Myers, Sharon L Myers dan Keying Ye. 2012.Probability & Statistics fot Engineeers And Scientists. United States ofAmerica: Pearson Education.

Yuwono, Ipung. 2001. RME (Realistik Mathematics Education) dan Hasil StudiAwal Implementasinya di SLTP. Makalah disampaiakan pada SeminarNasional RME di FMIPA Universitas Negari Surabaya.pdf.