PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR...
Transcript of PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR...
-
PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Pada Perusahaan Property/Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ayu Sekar Rini
NIM: 109082000034
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ayu Sekar Rini
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Januari 1992
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Pondok Hijau Raya, Ciputat
6. Telepon : 0897-8220-537
7. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1996-2002: SD Islam Ruhama Cirendeu
2002-2005: SMP Negeri 02 Ciputat
2005-2008: MAN 4 Model Jakarta
2009-2013: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Humas Organisasi English Club Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta
Periode 2007-2008.
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Guru Privat SD tahun 2010-2011.
2. Ibu Rumah Tangga 2011 sekarang.
mailto:[email protected]
-
vii
THE EFFECT OF INTELLECTUAL CAPITAL AND OWNERSHIP STRUCTURE
TOWARD FIRM VALUE
Of Real Estate and Property Company Listed On Indonesia Stock Exchange
period 2010-2014
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyse the relationship between the
intellectual capital performance using pulic models (Value Added Intellectual
Coefficient-VAIC ) as a method of quantifying, managerial ownership,
institutional ownership, and firm value (Tobin's Q). Is there a relationship
between the intellectual capital performance and the ownership structure of both
managerial ownership, and institutional to the firm market value.
Data from this study were obtained from financial statements and annual
reports of property/real estate companies drawn from the Indonesia Stock
Exchange. The population of this study is property/real estate companies listed on
the Indonesia Stock Exchange during the years 2010-2014 for 55 companies.
Determination of the sample using purposive sampling method. The type of data
used are secondary data in the form of annual reports by the media property/real
estate companies. The method of analysis used in this study is multiple regression
with SPSS 22 computer program.
The result of this research showed that simultaneously the intellectual capital,
managerial ownership and institusional ownership have significant relation
toward firm value with significancy 0,015. Partially, The results of this research
show that the performance of intellectual capital (VAICTM) does not have
significant effect on firm value (Tobin's Q) with significance of 0,665. The results
of this study also indicate that managerial ownership of the property/real estate
companies in Indonesia have no significant effect on firm value (Tobin's Q) with
significance of 0,197. However, the ownership that comes from institusional
ownership has a significant influence on firm value (Tobin's Q) with significance
of 0,004.
Keywords: Intellectual Capital, VAICTM, Managerial Ownership, Institutional
Ownership, firm value and Tobin's Q.
-
viii
PENGARUH MODAL INTELEKTUAL DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pada Perusahaan Property/Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2010-2014
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara empiris hubungan antara
kinerja Modal Intelektual menggunakan model Pulic (Value Added Intellectual
Coefficient-VAIC) sebagai metode kuantifikasi, struktur kepemilikan
manajerial, dan kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan (Tobins Q).
Apakah terjadi hubungan antara kinerja Modal Intelektual dan struktur
kepemilikan baik kepemilikan manajerial ataupun institusional dengan nilai pasar
perusahaan.
Data dari penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan
perusahaan property/real estate yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Populasi
penelitian ini adalah perusahaan property/real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2010-2014 sebanyak 55 perusahaan. Penentuan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder dengan media berupa laporan tahunan perusahaan keuangan. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda atau multiple
regression dengan program komputer SPSS 22.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada perusahaan property/real
estate di Indonesia secara simultan modal intelektual, struktur kepemilikan
manajerial dan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan dengan nilai signifikan sebesar 0,015, sedangkan secara parsial modal
intelektual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan
(Tobins Q) dengan nilai signifikan sebesar 0,655, begitupun dengan hasil
penelitian dari struktur kepemilikan manajerial yang menunjukkan bahwa tidak
terdapatnya pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobins Q)
dengan nilai signifikan sebesar 0,197. Namun, struktur kepemilikan yang berasal
dari kepemilikan saham institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan (Tobins Q) dengan nilai signifikan sebesar 0,004.
Kata kunci: Modal Intelektual, VAIC TM, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Nilai Perusahaan , dan Tobins Q.
-
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
Puji syukur Alhamdulillah, penulis persembahkan kehadirat Allah SWT
yang senantiasa memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Modal Intelektual Dan
Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan. Pada perusahaan
property/real estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. dengan baik dan
lancar.
Dengan selesainya skripsi ini, bagi penulis merupakan sebuah titik kulminasi
perjuangan yang selama ini ditempuh dalam rangka memperoleh gelar sarjana.
Oleh karena itu, penulis berharap dapat terus melanjutkan perjuangan dalam hal
mengembangkan diri dan menggapai cita-cita pada jenjang berikutnya. Dengan
skripsi ini pula, penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu akuntansi pada umumnya, dan mahasiswa Akuntansi khususnya.
Penulis meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan ketetapan
Allah SWT., namun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang di sekitar
penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada penulis. Untuk
itulah pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Suami ku Ganis Miftahuddin dan Keluarga kecil ku tercinta, semangat
hidupku untuk kalian terutama anak-anak, Sumayya Alsyafira dan
Nasrullah Qoidul Islam Al-fatih juga janin kecil yang sedang tumbuh
hidup di rahim umi. Syukur umi panjatkan kepada Allah memiliki kalian di
kehidupan ini menghapus suka dan duka serta menyemangati umi.
Terimakasih atas semangatnya suami dan anak-anakku.
2. Mama dan Papa, orang tuaku tersayang. Syukur saya panjatkan kepada
Allah karena terlahir sebagai anak dari Mama dan Papa. Mama dan Papa
juga untuk Umi mertua dan Ayah Mertua saya, beribu-ribu ucapan terima
kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran, perhatian, doa dan
motivasi yang telah mama, papa, umi, dan ayah berikan kepada saya, yang
tak akan pernah bisa saya balas. Hanya Allah yang bisa membalasnya,
semoga mama, papa, umi, dan ayah selalu ada dalam rahmat Allah, aamiin.
-
x
3. Ibu Dr. Rini, Ak., CA., selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi
ini yang senantiasa dengan tulus, ikhlas, sabar dan kasih sayangnya
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Ibu Zuwesty Eka Putri, M. Ak, selaku dosen pembimbing II dalam
penulisan skripsi ini yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga
dan pikirannya dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta
kritik dan saran yang membangun selama proses penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.si. selaku dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku ketua jurusan akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang tidak dapat disebutkan
satu per satu atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
8. Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
pelayanannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Keluarga besarku, kakak dan adikku, Ka Rio, Ka Ary, dan kakak iparku
Ka Yel juga adik iparku Wahyu, Rahman, Hera, Khalifah dan Milla.
Terima kasih atas semua perhatian, motivasi dan doanya sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk Ka Ary, makasih atas
semua nasihatnya Ka, insyaallah Ayu akan selalu berusaha untuk lebih
baik.
10. Sahabatku Rivan Yarid Anbiya, Okky Oktaviyani Rahayu, Nur Ika Hersy
Solihati, Lisa Sulistyarini, Arsi Ayu Rengganis dan teman-teman ku
semua. Terima kasih atas perhatian, suka cita dan kasih sayang yang kalian
beri. Terutama Biya yang banyak meluangkan waktu untuk mengajari saya
banyak hal. Semoga persahabatan kita tak akan pernah putus sampai akhir
hayat.
11. Teman-teman dan sahabat kelas Akuntansi A, terima kasih atas semua
kebersamaannya, kebahagiaan, kesedihan, kekompakkan, persaudaraan
yang telah kalian bagi untuk penulis sepanjang kita menuntut ilmu di
kampus, semoga perjuangan kita memberikan hasil yang kita impikan dan
terima kasih selalu memotivasi penulis untuk selalu semangat.
-
xi
12. Teman-teman angkatan 2009 akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan
satu per satu, terima kasih atas semua persahabatan dan motivasinya.
13. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga semua bantuan yang telah
kalian berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik
yang membangun untuk penulisan skripsi ini dari semua pihak.
Jakarta, April 2016
(Ayu Sekar Rini)
-
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Perumusan Masalah.. 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..... 12
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil
1. Stakeholder Theory.. 15
2. Legitimacy Theory....... 17
3. Resource Based Theory... 19
4. Agency Theory................. 22
5. Signalling Theory............. 25
-
xiii
6. Intangible Assets.............. 27
7. Modal Intelektual............. 30
8. Pengukuran dan Perhitungan Modal Intelektual 33
a. Value added Capital Coefficient... 33
b. Value added Human Capital .... 34
c. Structural Capital Value added.. 35
d. Value added Intellectual Coefficient.. 36
9. Struktur Kepemilikan 36
a. Struktur Kepemilikan Manajerial ..... 38
b. Struktur Kepemilikan Institusional ... 39
10. Nilai Perusahaan.. 42
B. Penelitian Sebelumnya........... 45
C. Kerangka Berpikir..... 53
BAB. III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 58
B. Metode Penentuan Sampel... 58
C. Metode Pengumpulan Data.. 59
D. Metode Analisis Data .. 60
1. Analisis Statistik Deskriptif .. 60
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas .. 60
b. Uji Autokolerasi . 61
c. Uji Heteroskedastisitas ... 61
d. Uji Normalitas Data ... 62
3. Uji Hipotesis .. 62
-
xiv
a. Uji Adj R2.. 63
b. Uji F ... 64
c. Uji t .... 64
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
1.1. Modal Intelektual (VAIC TM) . 64
a. Value Added... 65
b. Value added Capital Coefficient .. 66
c. Value added Human Capital .... 66
d. Structural Capital Value added 67
e. Value added Intellectual Coefficient .... 68
1.2. Struktur Kepemilikan. ... 68
a. Struktur Kepemilikan Manajerial ..... 68
b. Struktur Kepemilikan Institusional ... 69
2. Variabel Dependen
a. Nilai Perusahaan 69
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran ObjekPenelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian .... 71
2. Deskripsi Sampel Penelitian ...... 71
B. Hasil Uji Analisis Data penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...... 73
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas .... 75
b. Uji Autokorelasi ... 76
-
xv
c. Uji Heterokedastisitas ... 77
d. Uji Normalitas .. 78
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Adj R2 .... 79
b. Uji F . 80
c. Uji t .. 81
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........ 88
B. Implikasi .... 89
C. Saran .......... 90
DAFTAR PUSTAKA ..... 91
-
xvi
DAFTAR TABEL Tabel. 2.1. : Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 45
Tabel 4.1. : Proses Seleksi Populasi Perusahaan Property/Real Estate.... 72
Tabel 4.2. : Daftar Nama Perusahaan ....... 72
Tabel 4.3. : Hasil Uji Statistik Deskriptif . 74
Tabel 4.4. : Hasil Uji Multikolinieritas ................ 75
Tabel 4.5. : Hasil Uji Autokorelasi .......... 76
Tabel 4.6. : Hasil Uji Heterokedastisitas . 77
Tabel 4.7. : Hasil Uji Normalitas . 78
Tabel 4.8. : Hasil Uji Adj R2 .... 79
Tabel 4.9. : Hasil Uji F . 80
Tabel 4.10. : Hasil Uji t ... 82
-
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. : Kerangka Pemikiran
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Sample Penelitian
Lampiran 2 : Output Hasil Pengolahan Data
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan globalisasi dalam bisnis masa kini telah banyak memiliki
perubahan, tidak hanya mempergunakan produk dari jenis usaha tersebut
melainkan juga menggunakan suatu inovasi dari hal-hal yang tidak berwujud.
Inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa
perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya.
Perusahaan-perusahaan yang sebelumnya menggunakan labor based
industries yaitu industri berdasarkan tenaga kerja sekarang banyak mulai
mengedepankan knowledge based industries yaitu industri berdasarkan ilmu
pengetahuan untuk memajukan perusahaan dan meningkatkan penilaian pasar
perusahaan dan menciptakan kemakmuran perusahaan akan bergantung pada
transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri didasari penerapan
ekonomi dan manajemen berbasis ilmu pengetahuan.
Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal
yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan
aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang
berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara
menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang
nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert, 1998 dalam
-
2
Sawarjuono dan Kadir, 2003). Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva
tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan
pasar terhadap terhadap mereka. Rupert (1998) dalam Sawarjuono dan Kadir
(2003) mengungkapkan bahwa ini tercermin dari banyaknya perusahaan yang
memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan
namun penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi,
indikator pencapaian tujuan perusahaan, visi dan misi biasanya dapat dilihat
dari nilai pasar perusahaan (market value). Banyak pengupayaan dari
perusahaan untuk mencapai penilaian pasar yang baik, berdasarkan hal diatas
dapat disimpulkan bahwa nilai pasar perusahan (market value) terjadi karena
masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat
meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin, 2000 dalam Sawarjuono dan
Kadir, 2003). Salah satu komponen dari modal intelektual yang banyak telah
diterapkan untuk mengembangkan nilai pasar perusahaan adalah penggunaan
sumber daya manusia atau karyawan yang berkualitas, memiliki pengetahuan
teknologi yang handal dan dapat mengkomunikasian hubungan baik antar
pelanggan. Contoh hal ini dapat kita lihat pada aplikasi komputer yang
diproduksi oleh Microsoft, dimana produk yang dihasilkan dibuat
berdasarkan kemampuan modal intelektual dari karyawannya.
Modal intelektual (intellectual capital) merupakan topik yang baru
berkembang beberapa tahun belakangan ini. Di Indonesia, fenomena
intellectual capital (IC) mulai berkembang terutama setelah munculnya
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 revisi 2000 terbaru
-
3
sekarang PSAK No. 19 revisi 2015 tentang aktiva tidak berwujud. Menurut
PSAK No. 19, tentang aktiva tidak berwujud antara lain ilmu pengetahuan
dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak
kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang. Aktiva
tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau
untuk tujuan administratif (Ikatan Akuntan Indonesia, 2015).
Modal intelektual dengan segala pengetahuan dan teknologi yang dikuasai
suatu perusahaan akan membuat perusahaan tersebut mampu
mengantisipasi dan menghadapi segala bentuk ketidakpastian yang dapat
mengancam eksistensinya. Kondisi tersebut dapat bermanfaat untuk
meningkatkan nilai perusahaan melalui penciptaan laba, strategi, inovasi
teknologi, loyalitas pelanggan, pengurangan biaya, dan peningkatan
produktivitas (Randa dan Solon, 2012).
Abidin (2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyatakan bahwa
perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila
menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi
kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Penciptaan nilai
bagi perusahaan adalah ketika perusahaan mampu menghasilkan sesuatu yang
lebih dari sumber daya yang diinvestasikan. Dengan kata lain, apabila
perusahaan mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
-
4
sehingga sumber daya tersebut dapat menciptakan value added bagi
perusahaan, maka hal ini disebut sebagai value creation (Ulum, 2008).
Ulum (2008) menyatakan bahwa penciptaan nilai yang tidak berwujud
(intangible value creation) harus mendapatkan perhatian yang cukup karena
hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap penilaian perusahaan.
Lebih lanjut, Ulum (2008) menyatakan bahwa dalam value creation, format
yang terukur/berwujud (tangible form) seperti pendapatan tergantung pada
format yang tidak berwujud (intangible form). Dengan kata lain modal
intelektual merupakan sumber penciptaan nilai tidak berwujud yang
berhubungan dengan kemampuan karyawan, sumber daya organisasi, dan
sistem operasi serta hubungan dengan para stakeholder yang penting untuk
menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dalam industri. Selain
itu modal intelekual juga sering menjadi faktor penentu utama perolehan laba
suatu perusahaan yang dianggap sebagai kekuatan untuk mencapai
kesuksesan bisnis.
Sebuah ukuran yang tepat untuk IC masih terus dikembangkan. Pulic
(2000) dalam Ulum (2008) menyarankan sebuah pengukuran tidak langsung
terhadap IC yaitu dengan mengukur efisiensi dari nilai tambah yang
dihasilkan oleh kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual
Coefficient - VAIC). VAIC adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengukur efisiensi nilai tambah yang diperoleh dari kemampuan
intelektual perusahaan. Komponen utama VAIC yang dimiliki perusahaan
-
5
yaitu physical capital, human capital, dan structural capital (Pulic, 1998
dan 2000 dalam Ulum, 2008).
Konsep mengenai modal intelektual telah menjadi fokus perhatian bagi
akuntan. Hal ini mendorong para akuntan untuk melakukan penelitian
mengenai cara mengidentifikasi, cara pengukuran yang tepat, dan juga cara
pengungkapannya dalam laporan keuangan. Dengan diperhatikannya modal
intelektual dan juga pengelolaannya yang baik, diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan dimasa yang akan datang (Lailatul Qomaria,
2016).
Pada umumnya perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu
memaksimalkan kesejahteraan dari shareholder perusahaan yang tercermin
dari nilai perusahaannya. Maksimalisasi nilai perusahaan memiliki arti lebih
luas daripada maksimalisasi laba. Berdasarkan beberapa alasan maksimalisasi
nilai bararti memaksimalkan nilai waktu dari uang, hal itu juga berarti
maksimalisasi nilai dari beberapa resiko yang dipertimbangkan pada aliran
pendapatan perusahaan dan aliran dana yang diharapkan akan diterima
dimasa depan (Haruman, 2008 dalam Abukosim, Mukhtarudin, dan Ika,
2014). Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya, apabila harga
saham tinggi maka nilai perusahaan juga tinggi.
Pendirian sebuah perusahaan pasti telah didasari dengan tujuan
perusahaan yang jelas. Martono dan Harjito (2003) menyatakan bahwa tujuan
perusahaan dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama yaitu mencapai
keuntungan semaksimal mungkin atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan
-
6
yang kedua yaitu ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik
saham (stockholders). Tujuan ketiga yaitu meningkatkan nilai perusahaan
yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan diatas tidaklah berbeda
secara substansial, hanya penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing
perusahaan saja yang berbeda.
Struktur kepemilikan juga berperan penting dalam penilaian dan kinerja
perusahaan. Struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan manajerial,
institusional, dan publik dipercaya dapat mempengaruhi jalannya suatu
perusahaan, yang pada akhirnya akan juga maksimalisasi nilai perusahaan
dan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional, merupakan struktur kepemilikan
yang memiliki peran sebagai pengendali dalam pengambilan kebijakan
perusahaan. Sedangkan kepemilikan publik umumnya tidak memiliki
wewenang dalam mempengaruhi pengambilan kebijakan perusahaan.
Struktur kepemilikan manajerial merupakan proporsi saham yang dimiliki
oleh jajaran manajerial yang meliputi direksi, komisaris, dan manajer,
sedangkan kepemilikan institusional merupakan proporsi saham yang dimiliki
institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi, dan perusahan lain sejenis
serta blockholder (kepemilikan atas nama individu diatas 5%).
Kasus krisis ekonomi global yang terjadi tahun 2008 sangat berdampak
pada pasar modal di Indonesia, hal ini tercermin dari koreksi harga saham
yang turun hingga 40-60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25
November 2008). Hal ini disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor
-
7
asing yang membutuhkan likuiditas yang diperparah dengan adanya aksi
ikut-ikutan dari investor domestik yang secara ramai-ramai melepas
sahamnya. Tentunya hal ini secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan di
mata investor. Harga saham yang meningkat indentik dengan meningkatnya
kemakmuran pemegang saham. Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008)
dalam Asmawati & Lailatul (2013), firm value (nilai perusahaan) merupakan
konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar untuk
menilai perusahaan secara keseluruhan sekaligus sebagai cerminan dari
penambahan jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan. Salah
satu bagian yang berperan dalam meningkatkan nilai perusahaan adalah
manajemen. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimalkan
kesejahteraan para pemegang saham. Namun di sisi lain manajer juga
mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Hal
ini lah yang sering kali menimbulkan masalah, yang sering disebut sebagai
masalah keagenan. Munculnya konflik keagenan akan mempersulit pemilik
perusahaan dalam memonitor manajer dalam proses mengelola perusahaan.
Pengaruh konflik keagenan ini akan menyebabkan penurunan nilai
perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance
utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan.
Penelitian tentang hubungan kinerja modal intelektual dan struktur
kepemilikan terhadap nilai pasar perusahaan sejauh ini masih jarang
dilakukan. Penelitian ini menganalisis apakah ada hubungan pengaruh
-
8
antara kinerja modal intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan. Perusahaan di bidang industri Property/Real Estate ini dipilih
oleh peneliti karena merupakan salah satu jenis knowledge based
industries. Industri-industri yang termasuk dalam knowledge based industries
memiliki kelebihan daripada sektor lain karena industri tersebut
memanfaatkan inovasi-inovasi baik produk maupun jasa yang
diciptakannya untuk bersaing dalam memberikan nilai tersendiri atas
produk dan jasa yang dihasilkan bagi konsumen (Widiyaningrum, 2004
dalam Putri, 2011). Dimana inovasi-inovasi tersebut menjadi suatu aspek
yang sangat penting bagi perusahaan.
Beberapa penelitian modal intelektual telah dilakukan penelitian di luar
Indonesia yaitu diantaranya Belkaoui (2003), Chen dkk. (2005) tentang modal
intelektual pada nilai perusahaan.
Irina Berzkalne & Elvira Zelgalve (2013) menunjukkan bahwa:
The study finds that an increase in intellectual capital should increase
the value of the company. Yet empirical results by other authors are
inconsistent, and this study obtained mixed results as well. There is a
statistically significant relationship between intellectual capital and company
value for enterprises in Latvia and Lithuania, whereas such correlation was
not observed for companies in Estonia
Dalam hasil jurnal tersebut dijelaskan bahwa modal intelektual memiliki
pengaruh pada nilai perusahaan.di Indonesia menunjukan hasil yang belum
sepenuhnya bersifat konsisten.
Adapun hasil penelitian Bambang, Mukhtarudin, Arista, dan Rahmah
(2015) menunjukan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai
perusahaan dan merupakan variabel yang berpengaruh signifikan dalam
-
9
penilaian perusahaan, I Gede Cahyadi Putra (2012), Randa dan Ariyanto
(2012), Diva dan Mitha (2014) juga menunjukan keberhasilan adanya
pengaruh modal intelektual pada nilai perusahaan sedangkan hasil yang
berbeda ditunjukkan oleh penelitian Kuryanto dan Muchamad (2008),
Yuniasih dkk. (2010), Solikhah (2010) serta Sunarsih dan Mendra (2012)
yang tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh pada
nilai pasar perusahaan yang dimana tidak dapat memberikan nilai tambah
pada perusahaan.
Untuk variabel yang diteliti lainnya yaitu struktur kepemilikan saham
manajerial dan institusional. Bukti empiris mengenai pengaruh Struktur
Kepemilikan saham pada Nilai Perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda-
beda. Dalam penelitian Komang Fridagustina Adnantara (2013) menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial dan institutional tidak berpengaruh signifikan
pada Nilai Perusahaan dan penelitian Abukosim, Mukhtarudin, dan Ika
(2014) menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan pada nilai perusahaan dan Kepemilikan Institusional memiliki
pengaruh signifikan pada nilai perusahaan sedangkan penelitian Asmawati
dan Lailatul (2013) menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial yang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena
kepemilikan manajerial dianggap mampu mengurangi masalah keagenan
yang timbul akibat perbedaan kepentingan antara manajerial dengan
pemegang saham atau pemilik perusahaan, yang tentu akan berdampak
terhadap nilai perusahaan.
-
10
Atas dasar argumentasi teoritis di atas, peneliti yakin bahwa hasil uji
empiris yang berbeda (inkonsistensi) berkaitan dengan pengaruh modal
intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dapat
dijelaskan lebih lanjut juga kasus krisis yang terjadi pada tahun 2008 yang
menjadi pengaruh dari struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Jadi
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menguji bahwa pengaruh
modal intelektual terhadap nilai perusahaan secara keseluruhan juga pengaruh
kepemilikan saham perusahaan oleh pemilik. Penelitian ini menggunakan
Tobins Q sebagai ukuran nilai perusahaan. Rasio ini dinilai bisa memberikan
informasi paling baik, karena dalam Tobins Q memasukkan semua unsur
hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak
hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan.
Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya
terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham
namun juga kepada kreditur karena sumber pembiayaan operasional
perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang
diberikan oleh kreditur (Randa dan Ariyanto, 2012).
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui pengaruh modal
intelektual dan struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan. Penulis
mengambil judul Pengaruh Modal Intelektual dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Property dan Real Estate
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.
-
11
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, rumusan
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah kinerja modal intelektual (VAIC) berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan?
2. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan?
3. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan?
4. Apakah kinerja modal intelektual, struktur kepemilikan manajerial dan
struktur kepemilikan institusional berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap nilai perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan-rumusan masalah, penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja modal
intelektual (VAIC) terhadap nilai perusahaan.
b. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh struktur
kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.
c. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh struktur
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.
-
12
d. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja modal
intelektual, struktur kepemilikan manajerial dan struktur
kepemilikan institusional secara simultan terhadap nilai
perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat bagi:
a. Peneliti/Akademisi
Bagi peneliti berguna untuk Memperkaya literatur akuntansi
mengenai pengaruh modal intelektual dan struktur kepemilikan
terhadap nilai perusahan. Memberikan wawasan dan pengetahuan
mengenai pengembangan teori akuntansi mengenai struktur
kepemilikan perusahaan, intangible asset dan intellectual capital,
serta nilai perusahaan. Sebagai acuan untuk penelitian
berikutnya dalam bidang intellectual capital, karena masih
sangat terbuka untuk penelitian lebih lanjut mengenai topik
intellectual capital.
b. Bagi Investor dan kreditor
Bagi Investor dan kreditor penelitian ini diharapkan sebagai
referensi untuk menilai kinerja intellectual capital perusahaan di
bidang property di Indonesia pada khususnya, sehingga (calon)
investor dapat menggunakannya sebagai indikator sebuah
-
13
perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang lebih baik
dibandingkan perusahaan pesaing dan membantu dalam
pengambilan keputusan investasi. Memberikan informasi mengenai
pengaruh kinerja modal intelektual dan struktur kepemilikan
terhadap nilai perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi (bagi
investor) dan keputusan pemberian kredit (bagi kreditor), serta
dapat digunakan sebagai sarana untuk memonitor penilaian dan
kinerja perusahaan
c. Bagi Perusahaan
Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada manajer sebagai dasar pengambilan keputusan
dalam menetapkan strategi perusahaan ke depan untuk dapat
bersaing dengan perusahaan lain maupun sejenis dalam
hubungannya dengan peningkatan value creation perusahaan
melalui pengelolaan intellectual capital dan menambah wawasan
mengenai kinerja intellectual capital yang akan berkontribusi
dalam value creation activity perusahaan.
-
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang berkenaan dengan variabel yang diambil
1. Stakeholder Theory
Menurut Ghazali dan Chariri (2007), teori stakeholder merupakan
teori yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat
kepada seluruh stakeholder-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen,
supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain).
Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan bagi
manajemen perusahaan dalam mengungkap atau tidak suatu informasi di
dalam laporan perusahaan tersebut.
Teori ini menjelaskan hubungan stakeholder yang mencakup semua
bentuk hubungan antara perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya.
Menurut teori ini, manajemen sebuah perusahaan diharapkan melakukan
aktivitas yang dianggap penting oleh para stakeholder mereka dan
kemudian melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut. Teori ini
menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan
informasi tentang bagaimana aktivitas perusahaan mempengaruhi
mereka. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan
utama bagi manajemen perusahaan dalam mengungkapkan dan atau tidak
mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan perusahaan.
-
15
Kelompok stakeholder tersebut meliputi pemegang saham, pelanggan,
pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.
Teori ini juga menjelaskan bahwa perusahaan akan memilih secara
sukarela untuk mengungkapkan informasi tentang kinerja intelektual,
lingkungan, dan sosial mereka, melebihi dan diatas permintaan wajibnya
untuk mengetahui harapan sesungguhnya atau diakui oleh stakeholder.
Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen
perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari
aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan dan meminimalkan kerugian
yang mungkin muncul bagi stakeholder mereka. Seluruh aktivitas
perusahaan bertujuan untuk menciptakan nilai (value creation)
perusahaan, serta pemanfaatan sumber daya intelektual yang
memungkinkan perusahaan menciptakan nilai tambah. Value added
merupakan sebuah ukuran yang lebih akurat dalam mengukur nilai
sebuah perusahaan dibandingkan dengan return yang dianggap hanya
sebagai ukuran bagi shareholder (Ulum, 2008). Sehingga dengan
demikian keduanya dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam
kaitannya dengan pengukuran nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan
utama teori ini maka diperlukan pengungkapan informasi yang lengkap
di dalam laporan keuangan perusahaan.
Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal maka
value creation yang dihasilkan akan semakin baik. Penciptaan nilai
(value creation) yang dimaksud adalah pemanfaatan seluruh potensi yang
-
16
dimiliki perusahaan, baik karyawan (human Capital), aset fisik (physical
capital), maupun structural capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh
potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan yang
kemudian dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan untuk
kepentingan stakeholder (Ulum, 2009).
2. Legitimacy Theory
Teori legitimasi berhubungan erat dengan teori stakeholder. Teori
legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari
cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang
berlaku di masyarakat. Menurut Dowling dan Pfeffer dalam Ghozali dan
Chariri (2007), legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi,
batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial,
dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis
perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Ghozali dan
Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari teori legitimasi
adalah kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat dimana
perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Shocker dan
Sethi dalam Ghozali dan Chariri (2007) memberikan penjelasan tentang
konsep kontrak sosial, yaitu:
Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di
masyarakat melalui kontrak sosial, baik eksplisit maupun implisit,
dimana kelangsungan hidup pertumbuhannya didasarkan pada hasil akhir
yang secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat luas dan distribusi
manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada kelompok sesuai dengan
power yang dimiliki.
-
17
Berdasarkan teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan
menunjukan telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai
sosial. Hal ini sering kali dapat dicapai melalui pengungkapan
(disclosure) dalam laporan perusahaan. Organisasi dapat menggunakan
disclosure untuk mendemonstrasikan perhatian manajemen akan nilai
sosial, atau untuk mengarahkan kembali perhatian komunitas akan
keberadaan pengaruh negatif aktivitas organisasi (Ulum, 2009).
Teori legitimacy sangat erat hubungannya dengan pelaporan
intellectual capital dan juga erat hubungannya dengan penggunaan
metode content analysis sebagai ukuran dari pelaporan tersebut.
Perusahaan sepertinya lebih cenderung untuk melaporkan intellectual
capital mereka jika mereka memiliki kebutuhan khusus untuk
melakukannya. Hal ini mungkin terjadi ketika perusahaan menemukan
bahwa perusahaan tersebut tidak mampu melegitimasi statusnya
berdasarkan tangible assets yang umumnya dikenal sebagai simbol
kesuksesan perusahaan (Ulum, 2009). Perusahaan yang legitimasinya
masih dipertanyakan bisa menggunakan informasi dengan melaporkan
modal intelektual untuk memperbaiki legitimasinya atau statusnya dimata
publik (Citra & Rosyana, 2015).
Berdasarkan kajian tentang teori stakeholder dan teori legitimacy,
dapat disimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki penekanan yang
berbeda tentang pihak-pihak yang dapat mempengaruhi luas
pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan perusahaan. Teori
-
18
stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang
dianggap powerfull. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi
pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan atau
tidak mengungkapkan suatu informasi dalam laporan keuangan.
Sedangkan teori legitimacy menempatkan persepsi dan pengakuan publik
sebagai dorongan utama dalam melakukan pengungkapan suatu
informasi di dalam laporan keuangan (Ulum, 2009).
Dalam konteks hubungan Intellectual capital dengan nilai perusahaan,
teori stakeholder lebih tepat digunakan sebagai basis utama untuk
menjelaskan hubungan intellectual capital dengan nilai perusahaan.
Dalam pandangan teori stakeholder, perusahaan memiliki stakeholders,
bukan sekedar shareholder. Menurut Riahi-belkaoui (2003) dalam Ulum
(2009), kelompok-kelompok stake tersebut, meliputi pemegang saham,
karyawan, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.
3. Resource Based Theory
Resources Based Theory (RBT) adalah suatu teori yang membahas
mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana
perusahaan tersebut dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya
yang dimilikinya dengan baik (Bontis, 2000). Sebuah perusahaan
dipersepsikan sebagai kumpulan aset maupun kemampuan berwujud dan
tak berwujud (Firer dan Williams, 2003). Teori ini menjelaskan bahwa
penilaian perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan
-
19
dalam penggunaan yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun
tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability.
Resource based theory adalah teori yang membahas sumber daya
perusahaan dan bagaimana perusahaan dapat mengelola dan
memanfaatkan sumber daya (Randa dan Ariyanto, 2012). Dengan sumber
daya yang ada perusahaan dapat menciptakan nilai untuk bersaing
dengan kompetitor lain (Citra dan Rosiyana, 2015).
Resource based theory berpandangan bahwa perusahaan akan
mendapatkan keunggulan kompetitif dan kinerja optimal dengan
mengakuisisi, menggabungkan, dan menggunakan aset-aset vital untuk
memperoleh keunggulan kompetitif dan kinerja optimal (Lev, 1987).
Penyatuan aset berwujud dan tidak berwujud merupakan strategi
potensial untuk meningkatkan nilai perusahaan (Belkaoui, 2003 dalam
Yuniasih dkk, 2010).
RBT dapat menjelaskan bahwa perusahaan dengan kemampuan
mengelola intellectual capital dengan maksimal dalam hal ini seluruh
sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital),
aset fisik (physical capital) maupun structural capital dapat menciptakan
nilai bagi perusahaan tersebut. Asumsi dari teori ini adalah bagaimana
perusahaan mendapatkan nilai tambah (value added) dengan mengelola
sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Penciptaan nilai tambah bagi perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
-
20
Menurut Solikhah (2010), teori sumber daya adalah pendekatan yang
menyatakan bahwa perusahaan akan lebih unggul dalam persaingan dan
mendapatkan penilaian perusahaan yang baik dengan cara sendiri,
kontrol, dan memanfaatkan aset strategis yang penting dalam bentuk
sumber daya unggul. Wijayanti (2013) menyatakan bahwa sumber daya
dapat dikatakan lebih unggul atau memiliki keunggulan kompetitif jika
memenuhi kriteria berikut
(1) Sumber ini memungkinkan perusahaan menangkap berbagai peluang
bisnis dan mengatasi tantangan,
(2) Sumber daya ini memiliki unik dan sulit untuk meniru dan diperoleh
di pasar dan hanya beberapa pemain yang dimiliki oleh bisnis sendiri,
dan
(3) Sumber daya tersebut dapat digunakan oleh perusahaan untuk
memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Dalam hubungannya dengan penelitian ini, teori sumber daya
menjelaskan bahwa perusahaan akan mendapatkan keuntungan
kompetitif dengan memanfaatkan sumber daya yang memenuhi kriteria
tertentu yang telah disebutkan. Sumber daya intelektual terdiri dari modal
manusia, modal fisik dan modal struktural dalam tiga klasifikasi
termasuk sumber daya unggul. Modal intelektual berkaitan dengan
pengetahuan, teknologi dan struktur formal perusahaan yang dapat
memberikan nilai lebih bagi perusahaan keunggulan kompetitif
(Sarwajuwono dan Augustine, 2003 dalam Bambang, Mukhtaruddin,
-
21
Arista dan Rahmah, 2015). Selanjutnya, Belkaoui (2003) menyatakan
bahwa investor akan memberikan nilai tinggi untuk perusahaan yang
memiliki kemampuan modal intelektual lebih besar.
4. Agency Theory (Teori Keagenan)
Agency theory secara khusus membahas mengenai adanya hubungan
keagenan, dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan
pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang melakukan pekerjaan. Jensen
dan Meckling (1976) mengemukakan bahwa teori keagenan
mendefinisikan suatu hubungan kontrak yang melibatkan satu atau lebih
orang (prinsipal) dengan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa
pelayanan atas nama prinsipal serta mendelegasikan otoritas pengambilan
keputusan kepada agen. Perusahaan mempunyai banyak kontrak,
misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan
kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Untuk itulah
dalam teori agensi dikenal adanya kontrak kerja, yang mengatur proporsi
utilitas masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
kemanfaatan secara keseluruhan.
Menurut Randa dan Ariyanto (2012) teori keagenan menggambarkan
potensi konflik bahwa kehadiran kontrol pemegang saham mayoritas atas
kebijakan perusahaan, akan dapat mengendalikan seluruh tindakan
manajemen dalam menjalankan perusahaan, termasuk dengan
memanfaatkan pengaruh modal intelektual perusahaan. Konflik antara
manajemen dan pemegang saham (masalah keagenan) dapat
-
22
diminimalkan dengan mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan
kepentingan tersebut sehingga menghasilkan biaya agensi.
Berdasarkan asumsi sifat dasar yang dijelaskan oleh Eisenhardt (1989)
manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan
sifat oportunistik yang mengutamakan kepentingan pribadinya dan tidak
jarang tindakan manajer bukannya memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham, melainkan meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri. Adanya perbedaan kepentingan ini menimbulkan terjadinya
konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer. (Selly, Fitriany,
dan Eliza, 2015). Sehingga timbullah istilah asymetric information
dimana ada perbedaain informasi yang didapat antara agent dan
principal.
Menurut Scott (2000) terdapat dua macam asimetri informasi: a.
Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam
lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat
mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh para pemegang saham
tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. b.
Moral Hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun
pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar
pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya
secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Asimetri
-
23
informasi dapat dijadikan sebagai sarana ataupun peluang praktik
pengelolaan laba, dikarenakan informasi yang dimiliki insider dan
outsider tidak seimbang, karena pada ada umumnya pihak insider
memanfaatkan informasi untuk mencapai tujuan mereka.
Untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya asymetric information,
maka perlu adanya pengawasan khusus dari pihak principal kepada pihak
agent atas kinerja operasional perusahaan sehari hari. Pengawasan atas
kinerja agent akan mengeluarkan biaya yang disebut agency cost. Biaya
agensi tersebut muncul akibat adanya konflik keagenan yang disebabkan
adanya perbedaan fungsi pengelolaan (manajer) dengan fungsi
kepemilikan dan kontrol perusahaan (prinsipal) yang menghasilkan
moral hazard (Jensen dan Meckling, 1976). Moral hazard merupakan
perilaku yang mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan nilai-
nilai moralitas (misalnya merugikan atau menyakiti orang lain).
Berdasarkan konteks teori keagenan moral hazard terjadi ketika ada
asimteri informasi antara prinsipal sebagai pemilik perusahaan dengan
agen sebagai pengeola perusahaan. Suhardjanto dan Wardhani (2010)
menyatakan, Agency Theory menempatkan pengungkapan sebagai
mekanisme yang dapat mengurangi biaya yang dihasilkan dari konflik
antara manajer dengan pemegang saham (compensation contracts).
Agency theory memberikan rerangka untuk menghubungkan perilaku
pengungkapan sukarela terhadap tata kelola perusahaan, dimana
mekanisme pengendalian dibuat untuk mengurangi permasalahan agensi
-
24
yang muncul dari pemisahan kepemilikan dan manajemen (Welker,
1995). Pernyataan ini dapat diperluas menjadi pengungkapan modal
intelektual, dimana manajemen dapat menentukan tingkat pengungkapan
sehingga mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor yang
berkaitan dengan dampak modal intelektual terhadap nilai perusahaan.
Tingkat pengungkapan modal intelektual yang tinggi diharapkan dapat
menjadi alat pengawasan yang lebih intensif bagi perusahaan untuk
mengurangi asimetri informasi dan perilaku-perilaku yang oportunis.
5. Signalling Theory (Teori Sinyal)
Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik
dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian
pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik
dan buruk (Hartono, 2005). Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat
ditangkap pasar dan dipresepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh
perusahaan yang memliki kualitas yang buruk (Mengginson dalam
Hartono, 2005).
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku
bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan
atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan
masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan
bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan
-
25
tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat
analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu
menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal
baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman
informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi
perubahan dalam volume perdagangan saham (Randa dan Ariyanto,
2012).
Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan
adalah intellectual capital. Bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas
yang rendah cenderung lebih banyak mengungkapan intellectual capital
dalam laporan keuangannya. Hal ini dikarenakan perusahan
memanfaatkan biaya yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya
modal intelektual perusahaan. Biaya terhadap pengembangan sumber
daya modal intelektual tersebut diakui sebagai beban dalam laporan laba
rugi perusahaan sehingga mengakibatkan rendahnya kinerja perusahaan
dalam menghasilkan pendapatan di masa sekarang, tetapi diharapkan
akan memberikan sinyal informasi untuk prospek yang bagus bagi
perusahaan di masa yang akan datang (Citra dan Rosiyana, 2015).
6. Intangible Assets (Aset Tidak Berwujud)
Aktiva atau Asset tak berwujud adalah harta yang tidak memiliki
bentuk tetapi sah dimiliki perusahaan dan dapat menghasilkan
-
26
keuntungan bagi perusahaan. Aktiva atau Asset Tidak Berwujud
(intangible assets) adalah jenis aset yang tidak memiliki wujud fisik.
Jenis utama aset tidak berwujud adalah hak cipta, paten, merek dagang,
rahasia dagang, dan Goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari
satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode
pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun.
Aset tak berwujud didefinisikan dalam paragraf 8 PSAK 19 (Revisi
2015) sebagai aset non-moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Ada
tiga karakteristik mendasar untuk bisa menentukan apakah pengeluaran
sumber daya maupun penciptaan liabilitas yang dilakukan oleh entitas
dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber
daya tak berwujud dapat dikategorikan sebagai aset tak berwujud. Ketiga
karakteristik mendasar tersebut adalah:
Keteridentifikasian (identifiability)
Pengendalian (control)
Manfaat ekonomis masa depan (future economic benefits)
Contoh sumber daya tidak berwujud adalah ilmu pengetahuan dan
teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak
kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang
(termasuk merek produk dan judul publisitas).
Pengeluaran yang tidak dapat dikapitalisasi, diantaranya:
a. Goodwill yang tidak berasal dari penggabungan usaha tidak boleh
dikapitalisasi, karena bukan aktiva yang dapat diidentifikasi dan
-
27
sukar untuk diukur.
b. Kesetiaan pelanggan dan pengetahuan karyawan tidak dapat
dikapitalisasi karena bukan merupakan aktiva yang dapat
dikendalikan perusahaan.
c. Biaya pelatihan tidak dapat dikapitalisasi, karena manfaat pelatihan
tidak dapat dikendalikan perusahaan (karyawan dapat dikeluarkan
setelah mendapatkan pelatihan). Pengeluaran ini tidak dapat
dikapitalisasi antara lain: merek, biaya periklanan, biaya perintisan,
biaya relokasi, restukturisasi.
Pengakuan dan pengukuran aktiva tidak berwujud:
a. Aset tak berwujud harus diakui jika, dan hanya jika:
1) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis
masa depan dari aset tersebut; dan 2) Biaya perolehan aset tersebut
dapat diukur secara andal [par.21].
b. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan,
entitas harus menggunakan asumsi masuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik manajemen
atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aset
tersebut [par.22]
c. Aset tak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan
[par.24].
Selama ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aset tidak
berwujud dan modal intelektual. Intangibles telah dirujuk sebagai hak
cipta, hak eksplorasi dan eksploitasi, paten, perijinan (permit & licences),
-
28
merek dagang, waralaba, dan Goodwill (ASB, 1997; IASB, 2004), dan
modal intelektual adalah bagian dari Goodwill (Ulum, 2008). Dewasa ini,
sejumlah skema klasifikasi kontemporer telah berusaha mengidentifikasi
perbedaan tersebut dengan secara spesifik memisahkan modal intelektual
ke dalam katagori eksternal (customer related) capital, internal
(structural) capital, dan human capital (Brennan dan Connell, 2000;
Edvinsson dan Malone, 1997). Sebagian peneliti (Bukh, 2005) menyebut
bahwa modal intelektual dan aset tidak berwujud adalah sama dan
seringkali saling menggantikan. Sementara peneliti lainnya (Edvinsson
dan Malone, 1997; Boekestein, 2006) menyatakan bahwa modal
intelektual adalah bagian dari aset tidak berwujud (Intangible Assets).
Di Indonesia penelitian tentang modal intelektual merujuk pada
penelitian Edvinsson dan Malone (1997) dan Boekestein (2006) yang
setuju bahwa modal intelektual merupakan bagian dari aset tidak
berwujud (Intangible Assets). Paragraf 08 PSAK 19 revisi 2015
mendefinisikan aset tidak berwujud sebagai aset non-moneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk
digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa,
disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Definisi
tersebut merupakan adopsi dari pengertian yang disajikan oleh IAS 38
tentang Intangible Assets yang relatif sama dengan definisi yang diajukan
dalam FRS 10 tentang Goodwill and Intangible Assets. Keduanya, baik
IAS 38 maupun FRS 10, menyatakan bahwa aset tidak berwujud harus
-
29
(1) dapat diidentifikasi, (2) bukan aset keuangan (nonfinancial/non-
monetary assets), dan (3) tidak memiliki substansi fisik. Sementara APB
17 tentang Intangible Assets tidak menyajikan definisi yang jelas tentang
aset tidak berwujud.
7. Intellectual Capital (Modal Intelektual)
Sampai saat ini definisi modal intelektual sering dimaknai berbeda-
beda sebagai sebuah konsep, modal intelektual merujuk kepada modal-
modal yang tidak berwujud (Intangible Assets) yang mana terkait dengan
pengetahuan manusia atau teknologi yang digunakan.
Klein dan Prusak dalam Randa dan Ariyanto (2012) memberikan
definisi awal tentang modal intelektual. Menurut mereka modal
intelektual adalah material yang disusun, ditangkap, dan digunakan untuk
menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi. Roos et.al. (1997) dalam Ulum
(2008) menyatakan bahwa:
IC includes all the processes and the assets which are not normally
shown on the balancesheet and all the intangible assests (trademarks,
patent and brands) which modern accounting methods consider
Modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang
diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (Williams, 2001
dalam Yuniasih dkk, 2010). Modal intelektual dapat dipandang sebagai
pengetahuan, dalam pembentukan, kekayaan intelektual dan pengalaman
yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997 dalam
Ulum, 2008). Modal intelektual mencakup semua pengetahuan
karyawan, organisasi, dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai
-
30
tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Stewart
(1997) dalam Ulum (2008) mendefinisikan modal intelektual sebagai:
the sum of everything everybody in your company knows that gives
you a competitive edge in the market place. It is intellectual material
knowledge, information, intellectual property, experiencethat can be put
to use to create wealth.
Sedangkan Bontis dkk. (2000) menyatakan bahwa pada umumnya
para peneliti membagi modal intelektual menjadi tiga komponen, yaitu :
human capital (HU), Structural Capital (SC), dan customer capital (CC).
Selanjutnya menurut Bontis dkk. (2000), secara sederhana HC
mencerminkan individual knowledge stock suatu organisasi yang
dipresentasikan oleh karyawannya. HC ini termasuk kompetensi,
komitmen dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Lebih lanjut
disebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of
knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam SC adalah database,
organizational chart, process manual, strategies, routines dan segala hal
yang membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai materialnya.
Sedangkan CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing
channels dan customer relationship.
Dengan demikian, elemen dari modal intelektual dapat dibedakan
dalam tiga kategori yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan
karyawan (human capital); pengetahuan yang berhubungan dengan mitra
perusahaan (customer capital) dan pengetahuan yang berhubungan hanya
dengan perusahaan (structural capital). Ketiga kategori tersebut
membentuk suatu modal intelektual bagi perusahaan. Sehingga modal
-
31
intelektual dapat didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam
bentuk karyawan, pelanggan, hubungan perusahaan dengan pihak luar,
dan teknologi yang digunakan perusahaan dalam proses penciptaan nilai
bagi perusahaan.
8. Pengukuran dan perhitungan Modal Intelektual
Perhitungan modal intelektual dengan Metode value added
intellectual coefficient (VAIC TM). Modal intelektual yang diukur
dengan Value added yang terbentuk dari penjumlahan Value added
Capital Coefficient (VACA), Value added Human Capital (VAHU),
Structural Capital Value added (STVA) dikembangkan oleh Pulic
(2000) dalam Ulum (2009) yang didesain untuk menyajikan informasi
tentang Value creation efficiency dari aset berwujud (tangible assets)
dan aset tidak berwujud (Intangible Assets) yang dimiliki perusahaan.
(VAIC TM) merupakan instrumen untuk mengukur kinerja modal
intelektual perusahaan pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin
untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan
keuangan perusahaan (neraca, laba rugi). Formulasi perhitungan Value
added Intellectual Coefficient (VAIC) menggunakan tiga elemen:
a. Value added Capital Coefficient (VACA)
VACA adalah perbandingan antara Value added (VA) dengan
capital employed (CE) atau modal fisik yang bekerja. Rasio ini
menunjukkan adanya kontribusi yang dibuat oleh setiap unit capital
employed terhadap Value added organisasi.
-
32
VACA menjadi indikator kemampuan intelektual perusahaan
untuk memanfaatkan modal fisik yang lebih baik, Sedangkan VA
berasal dari perbandingan antara output dengan input :
VACA = VA/CE
Dimana:
- Output (OUT) : Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan
operasional lain
- Input (IN) : Total beban operasional lainnya Beban karyawan
- Capital Employed (CE) : Total aktiva Kewajiban.
b. Value added Human Capital (VAHU)
VAHU adalah rasio dari VA (Value added) terhadap HC (Human
Capital), yang menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap
rupiah yang diinvestasikan pada HC (human capital) untuk Value
added organisasi, atau hubungan antara VA (Value added) dan HC
(Human Capital) mengindikasikan kemampuan HC membuat nilai
pada sebuah perusahaan. Jadi hubungan antara VA (Value added)
dan HC (Human Capital) mengindikasikan kemampuan HC
(Human Capital) membentuk Value added dalam perusahaan
dengan formula sebagai berikut (Ulum, 2009):
VAHU = VA/HC
Dimana:
- VA (Value added) : Output Input
-
33
- Output (OUT) : Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan
operasional lain
- Input (IN) : Total beban operasional lainnya Beban karyawan
- Human Capital (HC) : Beban Karyawan
Ketika VAHU dibandingkan lebih dari sebuah kelompok
perusahaan, VAHU menjadi sebuah indikator kualitas sumber daya
manusia perusahaan. VAHU juga sebagai kemampuan perusahaan
menghasilkan Value added setiap rupiah dikeluarkan pada human
capital.
c. Structural Capital Value added (STVA)
STVA adalah rasio Structural Capital terhadap Value added yang
mengukur jumlah SC (Structural Capital) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu rupiah dari VA (Value added). STVA menjadi
indikator keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
STVA = SC/VA
Dimana:
- SC (Structural Capital): VA HC
- VA (Value added) : Output Input
- Output (OUT): Pendapatan bunga bersih + Jumlah pendapatan
operasional lain
- Input (IN) : Total beban operasional lainnya Beban karyawan
HC ( Human Capital) : Beban Karyawan
-
34
d. Value added Intellectual Coefficient (VAIC)
VAIC merupakan indikator kemampuan intelektual organisasi
atau rasio tersebut merupakan kalkulasi kemampuan intelektual
sebuah perusahaan. Formulasi perhitungan VAIC adalah sebagai
berikut:
VAIC = VACA + VAHU + STVA
9. Struktur Kepemilikan
Persentase kepemilikan ditentukan oleh besarnya persentase jumlah
saham terhadap keseluruhan saham perusahaan. Seseorang yang
memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai pemilik
perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya beberapa lembar. Struktur
kepemilikan (ownership structure) adalah perbandingan jumlah saham
yang dimiliki oleh orang dalam (insiders) dengan jumlah saham
yang dimiliki oleh investor (Tamba, 2011). Struktur kepemilikan
perusahaan terdiri dari struktur kepemilikan manajerial, struktur
kepemilikan institusional, struktur kepemilikan asing, keluarga dan
sebagainya.
Husnan (2001) dalam Randa dan Ariyanto (2012) menyatakan bahwa
ada dua jenis ownership dalam perusahaan Indonesia yaitu perusahaan
dengan kepemilikan sangat menyebar dan perusahaan dengan
kepemilikan terkonsentrasi. Konsentrasi kepemilikan saham merupakan
saham perusahaan dalam jumlah yang besar dimiliki oleh sebagian kecil
individu atau institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,
-
35
perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain), sehingga individu
atau kelompok tersebut memiliki jumlah saham yang dominan
dibandingkan pemegang saham yang lainnya.
Pada umumnya pemegang saham mayoritas (konsentrasi kepemilikan)
menyerahkan pengelolaan investasinya pada divisi khusus dengan
menunjuk profesional yang memiliki keahlian dibidang analis dan
keuangan, sehingga pemilik mayoritas dapat memantau perkembangan
investasinya dengan baik. Jadi jika persentase kepemilikan cukup besar
(mayoritas), maka mereka memiliki insentif untuk melakukan
pengawasan secara efektif terhadap manajemen (agen), dan memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi maupun mengubah tindakan serta
keputusan manajemen.
Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki motivasi
yang berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta
manajemen dan dewan direksinya. Struktur kepemilikan merupakan
suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan
pemegang saham. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat
mempengaruhi penilaian suatu perusahaan Jensen dan Meckling (1976)
dan menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan dan kepemilikan
institusional adalah dua mekanisme yang dapat mengendalikan masalah
keagenan yang ada di suatu perusahaan.
-
36
Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan perusahaan
memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Tujuan perusahaan sangat
ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur
corporate governance dalam proses insentif yang membentuk motivasi
manajer. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi untuk
mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah
selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan mengalokasikan sumber
daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Semua tahapan tersebut tidak terlepas dari peran pemilik dapat dikatakan
bahwa peran pemilik sangat penting dalam menentukan keberlangsungan
perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan dibedakan menjadi dua
yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
a. Struktur Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai persentase suara
yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer
dan direksi suatu perusahaan. Dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh emiten kepemilikan saham dilaporkan dalam
bentuk prosentase. Proksi yang digunakan untuk menghitung
kepemilikan manajerial menggunakan MOWN, yaitu jumlah saham
yang dimiliki oleh manajemen dibagi jumlah saham yang beredar
(Haruman, 2008). Presentase kepemilikan ditentukan oleh besarnya
prosentase jumlah saham terhadap keseluruhn saham perusahaan.
Seseorang yang memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan
-
37
sebagai pemilik perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya
beberapa lembar saja. Boediono (2005), mengemukakan
kepemilikan manajerial diukur dengan jumlah kepemilikan saham
oleh pihak manajemen perusahaan terhadap total jumlah saham yang
beredar.
Menurut Untung dan Hartini (2006) dalam Asmawati & Lailatul
(2013), Kepemilikan manajerial (Managerial Ownership)
merupakan proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang
secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur
dan komisaris). Kebijakan kepemilikan manajerial dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan
saham sehingga dengan keterlibatan kedudukan manajer sejajar
dengan pemilik perusahaan (pemegang saham). Kepemilikan
manajerial dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau prosentase
saham yang dimiliki oleh dewan direksi dan manajemen. Prosentase
tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh
manajerial. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada
perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk
kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah
dirinya sendiri.
-
38
b. Struktur Kepemilikan Institusional
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam
meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan
pemegang saham. Selain kepemilikan manajemen yang dapat
mengawasi secara efektif aktivitas perusahaan, keberadaan
kepemilikan institusional juga dianggap mampu menjadi mekanisme
pengawasan terhadap setiap keputusan yang diambil oleh pihak
manajemen. Hal ini dikarenakan para investor institusional terlibat
dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya
terhadap tindakan memanipulasi laba perusahaan.
Kepemilikan institusional adalah saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi seperti perusahaan asuransi, dana pensiun,
pemerintah, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusional lain.
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor
manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional
akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal (Tarjo,
2008 dalam Wida dan Suartana, 2014). Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan adalah kepemilikan institusional.
Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap
kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau
-
39
sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan
oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi
yang dilakukan.
Kepemilikan suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan
institusional maupun kepemilikan individual. Atau campuran
keduanya dengan proporsi tertentu. Investor institusional memiliki
beberapa kelebihan dibanding dengan investor individual,
diantaranya yaitu:
1. Investor institusional memiliki sumber daya yang lebih daripada
investor individual untuk mendapatkan informasi.
2. Investor institusional memiliki profesionalisme dalam
menganalisa informasi, sehingga dapat menguji tingkat
keandalan informasi.
3. Investor institusional, secara umum, memiliki relasi bisnis yang
lebih kuat dengan manajemen.
4. Investor institusional memiliki motivasi yang kuat untuk
melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di
dalam perusahaan.
5. Investor institusional lebih aktif dalam melakukan jual beli
saham sehingga dapat meningkatkan jumlah informasi secara
cepat yang tercermin di tingkat harga.
Kepemilikan institusional dapat meningkatkan nilai perusahaan,
dengan memanfaatkan informasi, serta dapat mengatasi konflik
-
40
keagenan karena dengan meningkatnya kepemilikan institusional
maka segala aktivitas perusahaan akan diawasi oleh pihak institusi
atau lembaga. Investor institusional dianggap sebagai pihak yang
efektif dalam melakukan pengawasan setiap tindakan yang dilakukan
oleh manajer. Investor institusional diharapkan mengambil bagian
dalam setiap aktivitas internal perusahaan sehingga mampu
mengawasi setiap tindakan oportunistik manajer (Rachman, 2012
dalam Wida dan Suartana, 2014). Pemegang saham memiliki
pengaruh yang kuat pada setiap perilaku manajer, dimana jumlah
pemegang saham yang besar mampu mengurangi dan mencegah
tindakan oppurtunistik manajer. Tingginya jumlah kepemilikan
institusional akan meningkatkan sistem kontrol perusahaan yang
ditujukan guna meminimalisasi tingkat kecurangan akibat tindakan
oportunistik pihak manajer yang nantinya dapat mengurangi nilai
perusahaan. Peningkatan jumlah kepemilikan institusional ini juga
ditujukan agar setiap aktivitas yang dilakukan diarahkan pada
pencapaian nilai perusahaan yang tinggi (Haruman, 2008).
Kepemilikan institusional merupakan saham yang dimiliki oleh
pihak institusi perusahaan, kepemilikan institusional dalam
perusahaan, yang berfungsi sebagai alat untuk memonitor atau
melakukan pengawasan perusahaan yang digunakan untuk mencegah
manajemen melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan
pihak perusahaan (Asmawati dan Lailatul, 2013).
-
41
10. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham
secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin
tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham.
Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan
pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan
sebagai manajer ataupun komisaris. Tujuan utama perusahaan adalah
untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran
pemilik atau para pemegang saham (Wahidawati, 2002 dalam Rina dan
Titik, 2014). Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek
salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar
saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan
ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006 dalam Randa dan
Ariyanto, 2012).
Rika dan Ishlahuddin (2008) dalam Rina dan Titik (2014)
mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar. Alasannya karena
nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi
pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan
meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan
pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor
karena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai
perusahaan juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan
maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan
-
42
perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya,
seperti manajer maupun komisaris.
Randa dan Ariyanto (2012) menjelaskan rasio-rasio keuangan
digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio
tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian
investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya
dimasa depan (Sukamulja, 2004). Ada beberapa rasio untuk mengukur
nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobins Q. Rasio ini dinilai bisa
memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobins Q memasukkan
semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham
biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan
namun seluruh asset perusahaan (Sukamulja, 2004).
Tobins Q memasukkan semua unsur utang dan modal saham
perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas
perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan
memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya
terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham
namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional
perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman
yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004 dalam Rina dan Titik,
2014).
Jadi semakin besar nilai Tobins Q menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena
-
43
semakin besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai
buku aset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk
mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan
tersebut (Sukamulja, 2004). Tobins Q ditemukan oleh seorang
pemenang hadiah nobel dari Amerika Serikat yaitu James Tobin.
-
44
B. Penelitian Terdahulu Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
Tabel 2.1.
Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya
Pengaruh Modal Intelektual ), Struktur Kepemilikan Manajerial ) dan Institusional ( ) terhadap Nilai
Perusahaan (Y)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
1. Ni Wayan Yuniasih,
Dewa Gede Wirama,
I Dewa Nyoman Badera
Eksplorasi Kinerja Pasar
Perusahaan : Kajian
Berdasarkan Modal
Intelektual
2010
Sampel: purposive sampling 205 perusahaan pada periode
2004-2008
Metode analisis : regresi berganda
Variabel lainnya: kinerja pasar sebagai variabel Y dan
struktur kepemilikan sebagai
variabel control
Modal intelektual tidak berpengaruh pada kinerja
penilaian pasar perusahaan
baik menggunakan data
pengamatan tahun atau secara
rata-rata.
Struktur kepemilikan berpengaruh pada kinerja
perusahaan juga pada
peningkatan nilai perusahaan
Bersambung pada halaman berikut.
-
45
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
2.
3.
Ni Made Sunarsih dan Ni
Putu Yuria Mendra
Pengaruh Modal
Intelektual Terhadap Nilai
Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan Sebagai
Variabel Intervening pada
Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
SNA XV. Banjarmasin.
2012
Fransiskus Randa &
Ariyanto Solon
Pengaruh Modal
Intelektual Terhadap Nilai
Perusahaan (2012)
Sampel: purposive sampling seluruh perusahaan yang
terdaftar di BEI periode
2005-2010. 1049 sampel
Metode analisis : regresi berganda
Variabel lainnya: Kinerja Keuangan sebagai variabel
intervening
Sampel : Purposive sampling method 64
perusahaan periode 2009-
2011
Metode regresi berganda
Modal intelektual berpengaruh positif pada
kinerja keuangan.
modal intelektual tidak berpengaruh langsung pada
nilai perusahaan.
Kinerja keuangan sebagai variabel intervening mampu
memediasi hubungan antara
modal intelektual dan nilai
perusahaan.
Modal intelektual (VAIC) memiliki pengaruh pada Nilai
perusahaan
Bersambung pada halaman berikut.
-
46
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
4.
5.
I Gede Cahyadi Putra
Pengaruh Modal
Intelektual Pada Nilai
Perusahaan Perbankan
Yang GO Publik Di Bursa
Efek Indonesia
2012
Asmawati, dan Lailatul
Amanah
Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Keputusan
Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan: Profitabilitas
Sebagai Variabel
Moderating
(2013)
Sampel : Purposive sampling method 75
perusahaan periode 2008-
2010
Metode analisis : regresi linear berganda
Sampel : Purposive sampling method 40
perusahaan periode 2007-
2011
Metode Analisis Regresi Berganda
Variabel Lainnya : Keputusan Keuangan dan
menggunakan variabel
moderating yaitu
Profitabilitas
modal intelektual berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
Hanya struktur kepemilikan manajerial saja yang memiliki
pengaruh pada nilai
perusahaan dan Keputusan
keuangan memiliki pengaruh
pada nilai perusahaan
Profitabilitas tidak berpengaruh pada nilai
perusahaan sehingga tidak
mampu memoderasi struktur
kepemilikan dan keputusan
keuangan pada nilai
perusahaan
Bersambung pada halaman berikut.
-
47
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
6.
7.
Irina Berzkalne & Elvira
Zelgalve
Intellectual Capital And
Company Value
2013
Abukosim, Mukhtaruddin,
Ika Sasti Ferina dan
Claudya Nurcahaya
Ownership Structure And
Firm Values: Empirical
Study On Indonesia
Manufacturing Listed
Companies
(2014)
Sampel : Purposive sampling method 64 sample
Baltic periode 2005-2011
Metode analisis : regresi linear berganda
Sampel : Purposive sampling method 214
perusahaan periode 2009-
2011
Metode analisis : regresi linear berganda
Variabel lainnya : kepemilikan asing dan
kepemilikan
keluarga
Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara
modal intelektual dan nilai
perusahaan bagi perusahaan di
Latvia dan Lithuania .
Kepemilikan manajerial dan kepemilikan keluarga tidak
berpengaruh signifikan pada
nilai perusahaan
Kepemilikan Institusional dan kepemilikan asing
memiliki pengaruh signifikan
pada nilai perusahaan
Bersambung pada halaman berikut.
-
48
Tabel 2.1. (Lanjutan)
No. Peneliti, judul, dan tahun Metode Penelitian Hasil Variabel
X1 X2a X2b Y
8.
9.
Rina Susanti , Titik
Mildawati
Pengaruh Kepemilikan
Manajemen, Kepemilikan
Institusional dan
Corporate Social
Responsibility Terhadap
Nilai Perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vol. 3 No. 1
(2014)
Fazdillah Adri
Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Struktur
Modal, Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan
(Property dan Real Estate)
JOM FEKON Vol. 1 no. 2
Oktober 2014
Sampel : Purposive sampling, perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2012 Metode Analisis : Regresi
berganda
Variabel lainnya : Corporate
Social Responsibility sebagai
variabel independen
Sampel: purposive sampling property & real estate pada
tahun 2010-2012 sebanyak 49
perusahaan
Metode analisis : regresi berganda
Variabel lainnya: Struktur Modal, Kinerja Keuangan
sebagai variabel independen
Kepemi