PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

143
PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTANALANGGAR KECAMATAN LOSARI CIREBON JAWA BARAT Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh GILANG GUMILAR PERMADY 1111104000039 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

Transcript of PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Page 1: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT

TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS ASTANALANGGAR

KECAMATAN LOSARI CIREBON JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh

GILANG GUMILAR PERMADY

1111104000039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

ii

Page 3: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

iii

Page 4: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

iv

Page 5: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

v

Page 6: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gilang Gumilar Permady

Tempat, tanggal lahir : Brebes, 24 Oktober 1993

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat : Blok Pahing RT 09/02 Desa Pasuruan Kec. Pabedilan

Kab. Cirebon Jawa Barat

Handphone : 0821-2662-2523

Email : [email protected] / [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. TK Pertiwi Losari Cirebon [ 1997-1999 ]

2. SD Negeri Randusari 03 Kec. Losari Brebes [ 1999-2005 ]

3. MTs Negeri Model Babakan Lebaksiu Tegal [ 2005-2008 ]

4. SMA Negeri 02 Brebes [ 2008-2011 ]

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta [ 2011- Sekarang

Page 7: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, 24 Juni 2015

Gilang Gumilar Permady, 1111104000039

Pengaruh Merendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Kualitas Tidur

Lansia di Wilayah Kerja PUSKESMAS Astanalanggar Kecamatan Losari

Cirebon Jawa Barat

xviii + 91 halaman + 11 tabel + 4 bagan + 8 lampiran

ABSTRAK

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia. Gangguan

tidur dapat mengakibatkan masalah serius bahkan menurunkan kualitas hidup. Hal

ini sering terjadi pada lansia yang berdampak pada menurunnya kualitas tidur.

Terapi merendam kaki dengan air hangat dapat memperbaiki mikrosirkulasi

pembuluh darah dan vasodilatasi sehingga menimbulkan efek relaksasi yang

dilanjutkan dengan peningkatan sekresi melatonin sehingga meningkatkan kualitas

tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh merendam kaki

dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia di wilayah kerja PUSKESMAS

Astanalanggar.

Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan one group

pre test-post test. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling

dengan jumlah 20 responden yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Intervensi diberikan selama 5 hari berturut-turut. Pengukuran skor kualitas tidur

menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Perbedaan skor kualitas

tidur dianalisis dengan uji t berpasangan dan skor setiap komponen dianalisis

menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara merendam kaki dengan

air hangat terhadap kualitas tidur responden sebelum dan sesudah intervensi

(p=0,000; α=5%). Dari hasil tersebut dapat dikatakan terjadi peningkatan kualitas

tidur setelah rendam kaki dengan air hangat. Penelitian ini diharapkan dapat

menjadi pilihan alternative bagi perawat untuk mengaplikasikan rendam kaki

dengan air hangat dalam meningkatkan kualitas tidur lansia.

Kata kunci: kualitas tidur, lanjut usia, merendam kaki dengan air hangat

Daftar bacaan: 56 (2005-2014)

Page 8: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

SCHOOL OF NURSING

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduate Thesis, 24th June 2015

Gilang Gumilar Permady, 1111104000039

The Effect of Soaking Feet in Warm Water to The Quality of Sleep of Elderly

In The Region PUSKESMAS Astanalanggar Losari Cirebon West Java

xviii + 91 pages + 11 tables + 4 chart + 8 attachments

ABSTRACT

Sleep is a basic need that must be met by humans. Sleep disorders can lead to

serious problems and even reduce quality of life. This often occurs in the elderly

that decrease the quality of sleep. Soaking the feet in warm water can improve the

microcirculation of the blood vessels and vasodilation causing a relaxing effect,

followed by increased secretion of melatonin thus improving the quality of sleep.

This study aimed to identify the effect of soaking feet in warm water to the quality

of sleep of elderly in the region PUSKESMAS Astanalanggar.

This study uses a quasi-experimental design approach to one group pretest-posttest.

The sampling technique used purposive sampling with 20 respondents who had

been in accordance with the inclusion and exclusion criteria. Intervention is given

for 5 consecutive days. Measurement of sleep quality scores using the Pittsburgh

Sleep Quality Index questionnaire. Differences in sleep quality scores were

analyzed by paired t test and the scores of each component is analyzed using the

Wilcoxon test.

The results showed the influence of soaking feet in warm water for sleep quality

before and after the intervention (p = 0.000; α = 5%). From these results it mean an

increase in the quality of sleep after a soak feet in warm water. This study is

expected to be an alternative option for nurses to apply soak feet in warm water to

improve the quality of sleep of elderly.

Keywords: quality of sleep, elderly, soaking feet with warm water

Bibliography: 56 (2005-2014)

Page 9: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

ix

KATA PENGANTAR

Assalaamu ‘alaykum Wr. Wb.

Alkhamdulillaahi robbil ‘aalamiin segala puji bagi ALLAH SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Pengaruh Merendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap

Kualitas Tidur Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Astanalanggar

Kecamatan Losari Cirebon Jawa Barat” yang disusun dan diajukan sebagai

salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan. Tidak lupa

sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad

SAW, yang telah membawa syariat islam bagi kaum di seluruh dunia sehingga kita

dapat hidup dalam zaman terang benderang ini. Bagi penulis, menteladani aspek

kehidupan Nabi Muhammad merupakan tanda bukti cinta kita kepadanya. Dalam

hal ini, salah satu aspek yang pernah Nabi Muhammad singgung adalah mengenai

tidur. Inilah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian tentang

pengaruh merendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur.

Dalam menyusun skripsi ini, tentunya penulis jalani dengan penuh

perjuangan. Kesulitan dan hambatan terus dilalui agar skripsi ini selesai tepat pada

waktunya. Semua itu bukan hanya karena semangat pribadi semata, namun ada

motivasi dan dorongan moril yang luar biasa dari pihak lain, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengungkapkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

Page 10: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

x

1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Guru Besar Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Ibu Maulina Handayani, S. Kp., M. SC selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan sekaligus pembimbing kedua yang telah membimbing,

memotivasi, mengkoreksi serta memberi banyak saran dan masukan

dalam skripsi ini.

5. Ibu Nia Damiati, S.Kp, MSN selaku pembimbing pertama sekaligus

Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ns. Mardiyanti, S. Kep., M. Kep., MDS selaku pembimbing yang

menggantikan ibu Nia dikarenakan sedang menjalani tugas belajar.

Bimbingan, arahan dan kepedulian penuh yang membuat penulis dapat

menyelesaikan skirpsi ini.

7. Segenap Bapak dan Ibu dosen atau Staf Pengajar Program Studi Ilmu

Keperawatan yang telah memberikan tempaan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama duduk di bangku perkuliahan serta staf akademik Bapak

Syafi’i dan Ibu Syamsiyah yang telah banyak membantu.

Page 11: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

xi

8. dr. Aria Arrochimmi selaku Kepala Puskesmas Astanalanggar

Kecamatan Losari Cirebon.

9. Orang tua serta keluarga besar yang telah memberikan semangat serta

dukungan moril dan materiil untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Teman – teman angkatan 2011 yang telah memberikan semangat serta

tempat bertukar pikiran bagi penulis selama penyelesaian tugas kahir ini,

khususnya Dina Setya R. K. yang selalu memberi semangat dan rela

meluangkan waktunya untuk berbagi canda tawa dalam meluluhkan

segala penatnya proses penulisan ini.

Akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar penulisan ini menyajikan yang terbaik dan mendekati kata

sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH semata. Harapan penulis

adalah semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam

meningkatkan derajat kesehatan manusia.

Wassalaamu ‘alaykum Wr. Wb.

Jakarta, 24 Juni 2015

Gilang Gumilar Permady

Page 12: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................................ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................iii

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iv

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI...................................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................vi

ABSTRAK............................................................................................................vii

ABSTRACT.........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR...........................................................................................ix

DAFTAR ISI.........................................................................................................xii

DAFTAR TABEL.................................................................................................xv

DAFTAR BAGAN...............................................................................................xvi

DAFTAR ISTILAH...........................................................................................xvii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................8

C. Tujuan Penelitian.........................................................................9

D. Manfaat Penelitian.....................................................................10

E. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia.................................................................................12

1. Definisi Lanjut Usia................................................................12

2. Teori Menua...........................................................................14

3. Aspek Fisiologik dan Patologik..............................................17

B. Tidur...........................................................................................23

1. Pengertian Tidur.....................................................................23

2. Fisiologi Tidur........................................................................24

3. Tahap-tahap Tidur Normal.....................................................26

4. Siklus Tidur............................................................................26

5. Fungsi Tidur...........................................................................29

6. Kualitas Tidur.........................................................................29

7. Perubahan Tidur pada Lanjut Usia..........................................33

8. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia..........................................34

9. Penatalaksanaan Gangguan Tidur..........................................36

C. Hydrotherapy.............................................................................38

1. Pengertian...............................................................................38

Page 13: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

xiii

2. Jenis-jenis Hydrotherapy........................................................38

3. Merendam Kaki Dengan Air Hangat......................................39

4. Respon Tubuh Saat Merendam Kaki dengan Air Hangat........40

D. Penelitian Terkait.......................................................................42

E. Kerangka Teori..........................................................................45

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep.......................................................................46

B. Hipotesis....................................................................................47

C. Definisi Operasional..................................................................48

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian........................................................................50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................51

C. Populasi dan Sampel..................................................................51

D. Instrumen Penelitian..................................................................54

E. Uji Validitas dan Reliabilitas......................................................58

F. Langkah-langkah Pengumpulan Data........................................60

G. Etika Penelitian..........................................................................63

H. Pengolahan Data........................................................................65

I. Analisis Data..............................................................................67

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...........................................71

B. Analisis Univariat......................................................................72

1. Karakteristik Responden........................................................72

2. Komponen Kualitas Tidur......................................................73

3. Skor Total Kualitas Tidur.......................................................74

C. Analisis Bivariat.........................................................................75

1. Perbedaan Rerata Skor PSQI pada pre test dan post test.........75

BAB VI PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden............................................................79

1. Usia........................................................................................79

2. Jenis Kelamin.........................................................................79

B. Skor Total Kualitas Tidur...........................................................80

C. Skor Setiap Komponen Kualitas Tidur.......................................83

D. Keterbatasan Penelitian..............................................................88

Page 14: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

xiv

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................89

B. Saran..........................................................................................90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel

3. 1 Definisi Operasional.....................................................................48

4. 1 Komponen dan Nomor Pertanyaan Kuesioner PSQI...................54

4. 2 Hasil Uji Normalitas Data............................................................68

5. 1 Distribusi Data Usia Responden..................................................72

5. 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden...........................73

5. 3 Rata-rata Skor Komponen Kualitas Tidur Responden.................74

5. 4 Rata-rata Skor Total PSQI...........................................................75

5. 5 Pengaruh Merendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Perbedaan

Rerata Skor Kualitas Tidur Pada Pengukuran pre test post test.....76

5. 6 Pengaruh Merendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Perbedaan

Setiap Skor Komponen Kualitas Tidur Responden.......................77

Page 16: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

xvi

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Judul Bagan

2. 1 Siklus Tidur Orang Dewasa Normal............................................29

2. 2 Kerangka Teori.............................................................................45

3. 1 Kerangka Konsep Penelitian........................................................46

4. 1 Desain Penelitian..........................................................................50

Page 17: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

xvii

DAFTAR ISTILAH

BMR : Basal Metabolic Rate

BPS : Badan Pusat Statistik

BSR : Bulbar Synchronizing Regional

DNA : Deoxyribose Nucleic Acid

ESS : Epworth Sleepiness Scale

FIQ : Fibromyalgia Impact Questionnaire

GDS : Geriatric Depression Scale

GH : Growth Hormone

NREM : Non Rapid Eye Movement

OHS : Obesity Hypoventilation Syndrome

OSA : Obstructive Sleep Apnea

PLMD : Periodic Limb Movement Disorder

PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index

PTT : Pengobatan Tradisional Tiongkok

RAS : Reticular Activating System

RDB : REM Behavior Disorder

REM : Rapid Eye Movement

RLS : Rest Legs Syndrome

RNA : Ribose Nucleic Acid

SCN : Suprachiasmatic Nucleus

SDB : Sleep Disordered Breathing

SQS : Sleep Quality Scale

SSS : Stanford Sleepiness Scale

UARS : Upper Airway Resistance Syndrome

UIN : Universitas Islam Negeri

WHO : World Health Organization

Page 18: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Pengumpulan Data

Lampiran 3 Prosedur Merendam Kaki dengan Air Hangat

Lampiran 4 Hasil Penilaian GDS dan Indeks Katz

Lampiran 5 Hasil Penelitian

Lampiran 6 Daftar Urut Nomor Responden

Lampiran 7 Permohonan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 8 Permohonan Izin Penelitian

Page 19: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu akan mengalami proses perkembangan secara alami,

mulai dari lahir hingga menjadi dewasa akhir atau lansia. Usia lanjut adalah

fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya

beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana diketahui, manusia

berkembang dari usia balita, remaja, dewasa dan lansia yang merupakan tahap

akhir kehidupan. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan

tugas dan fungsinya, selanjutnya memasuki usia lanjut, kemudian mati. Bagi

manusia yang normal, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap

fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkungannya (Darmojo, 2009).

Usia lanjut dapat dimulai dari batasan umur setelah dewasa akhir.

Kisaran dimulainya usia lanjut adalah sekitar 60 sampai dengan 65 tahun.

Dalam bukunya Hardywinoto (2005) mengatakan yang dimaksud dengan

kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke

atas. Sedangkan WHO menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia

kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle

age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60

dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun, dan usia sangat tua (very

old) (Mubarok dkk, 2006).

Page 20: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

2

Perkembangan lansia di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya

cenderung meningkat, dengan semakin meningginya usia harapan hidup.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lansia di Indonesia

pada tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18 persen dari jumlah

keseluruhan penduduk Indonesia), selanjutnya pada tahun 2010 meningkat

menjadi 23.992.553 jiwa (9,77 persen dari jumlah keseluruhan penduduk

Indonesia). Pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lansia mencapai

28.822.879 jiwa (11,34 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia)

(Badan Pusat Statisik Indonesia, 2012). Jumlah tersebut menempatkan

Indonesia pada urutan ketiga dari negara-negara Asia dengan jumlah lansia

terbesar setelah Cina dan India (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Seiring dengan banyaknya jumlah lansia di Indonesia, maka perlu

perhatian khusus untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Pertambahan

umur menyebabkan terjadinya perubahan dalam tahapan tidur. Pada

kenyataannya, meskipun mereka mempunyai waktu yang cukup untuk tidur,

tetapi terjadi penurunan kualitas tidur. Pada usia lanjut terjadi penurunan tidur

tahap 3, tahap 4, tahap REM dan REM laten tetapi mengalami peningkatan

tidur tahap 1 dan 2. Perubahan ini menimbulkan beberapa efek yaitu:

kesulitan untuk mengawali tidur, menurunnya total sleep time, sleep

efficiency, transient arousal dan bangun terlalu dini (Bliwise & Endeshaw

2006). Lansia mengalami episode tidur REM yang cenderung memendek,

terdapat penurunan yang progesif pada tahap tidur NREM 3 dan 4. Beberapa

lansia hampir tidak memiliki tahap 4, atau tidur yang dalam. Seorang lansia

Page 21: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

3

yang terbangun lebih sering di malam hari, dan membutuhkan banyak waktu

untuk jatuh tertidur (Potter & Perry, 2011).

Tidur menjadi kebutuhan setiap manusia dan merupakan suatu siklus

yang rutin setiap harinya (Galimi, 2010). Setelah beraktivitas manusia

membutuhkan waktu untuk mengembalikan fungsi normal tubuh, salah

satunya dengan tidur. Sebagian orang mengeluhkan tidak bisa tidur dimalam

hari. Kasus ini paling sering terjadi pada usia lanjut. Hal ini dibuktikan dalam

penelitian Anwar (2010) pada seorang lansia berusia 66 tahun dengan indikasi

adanya gangguan tidur, hasilnya menunjukkan bahwa gangguan tidur yang

dialami subyek sudah sangat mengganggu, bahkan obat tidur yang

diminumnya dosisnya semakin tinggi. Penelitian lain oleh Hidayati dan

Khasanah (2012) juga menemukan bahwa dari 97 orang lansia, 68 responden

(70,1%) mempunyai kualitas tidur buruk.

Adapun gangguan masalah tidur yang sering dialami lansia berupa

susah tidur pulas, sering terbangun di malam hari dan sulit memulai tidur

kembali, berkurangnya waktu tidur malam, semakin panjangnya waktu yang

dibutuhkan untuk jatuh tidur (sleep latency), perasaan tidur yang kurang,

terbangun cepat dan tidur sekejap pada siang hari (naps) sering terjadi

berulang dan tidak disadari. Jumlah total waktu tidur normal pada kebutuhan

tidur sewajarnya yaitu 6 jam/hari (Potter & Perry, 2011).

Perubahan pola tidur pada lansia didasari oleh berubahnya ritme

sirkadian. Hal ini dikarenakan oleh aspek fisiologis dimana terjadi penurunan

sistem endokrin. Salah satu contoh penurunan sistem endokrin adalah

terganggunya sekresi norepinephrine dan serotonin. Keduanya berperan

Page 22: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

4

dalam hal terjaga dan rasa kantuk. Hal inilah yang mengakibatkan gangguan

tidur.

Fungsi dari sistem organ makhluk hidup diatur oleh ritme sirkadian

selama 24 jam. Ritme sirkadian mengatur siklus tidur, suhu tubuh, aktivitas

saraf otonom, aktivitas kardiovaskuler dan sekresi hormon. Pusat pengaturan

ritme sirkadian adalah suprachiasmatic nucleus (SCN) di hipotalamus. Faktor

yang mempengaruhi kerja dari SCN adalah cahaya, aktivitas sosial dan fisik

(Bliwise & Endeshaw, 2006). Pada saat cahaya masuk ke retina maka neuron

fotoreseptor SCN akan teraktivasi. SCN akan merangsang pineal gland untuk

mensekresikan melatonin yang dapat menimbulkan rasa kantuk (Galimi,

2010). Penurunan fungsi dari SCN berkaitan dengan pertambahan umur. Pada

usia lanjut yang mengalami penurunan fungsi SCN akan menyebabkan

terjadinya gangguan pada ritme sirkadian (Bliwise & Endeshaw, 2006).

Kualitas tidur yang kurang berhubungan dengan adanya insomnia,

Rest Legs Syndrome (RLS) dan Obstructive Sleep Apnea (OSA). Colten &

Altevogt (2006) menyampaikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

tidur seperti faktor fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Adanya

perubahan pada aspek-aspek tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya

waktu tidur. Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada

respon imun, metabolisme tubuh dan fungsi kardiovaskular.

Penanganan gangguan tidur dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

secara farmakologi dan secara non farmakologi. Secara farmakologi yaitu

dengan memberikan obat sedative hipnotik seperti golongan benzodiazepine

(ativan, valium, dan diazepam) (Widya, 2010). Namun, pada lansia terjadi

Page 23: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

5

perubahan farmakodinamik, farmakokinetik serta metabolisme obat dalam

tubuh lansia yang menyebabkan penatalaksanaan dengan farmakologis sangat

memberi risiko pada lansia. Dengan demikian penatalaksanaan secara non

farmakologi adalah pilihan alternative yang lebih aman, yakni dengan cara

terapi stimulus control, melakukan olah raga ringan, berjalan kaki pada pagi

hari, berlari-lari kecil, senam atau sekedar peragangan otot, terapi relaksasi

(Putra, 2011).

Salah satu terapi relaksasi adalah dengan menggunakan air.

Hydrotherapy adalah penggunaan air untuk menyembuhkan dan meringankan

berbagai keluhan. Untuk tujuan ini, air bisa digunakan dalam banyak cara dan

kemampuannya sudah diakui sejak dahulu, terutama di kerajaan Yunani,

kekaisaran Romawi dan Kebudayaan Turki juga oleh masyarakat Eropa dan

Tiongkok kuno. Masyarakat umum juga menyadari bahwa manfaat air hangat

adalah untuk membuat tubuh lebih rileks, menyingkirkan rasa pegal-pegal

dan kaku di otot, dan mengantar agar tidur bisa lebih nyenyak (Sustrani,

Alam, Hadibroto, 2006). Dalam pemaparan Dinkes (2014) air hangat

membuat kita merasa santai, meringankan sakit dan tegang pada otot dan

memperlancar peredaraan darah. Maka dari itu, berendam air hangat bisa

membantu menghilangkan stres dan membuat kita tidur lebih mudah. Suhu

air hangat yang dipakai berkisar 40oC.

Praktek merendam kaki dengan air hangat adalah satu metode

perawatan kesehatan yang populer di kalangan masyarakat Tiongkok.

Pengobatan Tradisional Tiongkok (PTT) merekomendasikan rendam kaki

dengan air hangat setiap hari untuk meningkatkan sirkulasi darah dan

Page 24: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

6

mengurangi kemungkinan demam. Terapi rendam kaki dengan air hangat

mencapai serangkaian perawatan kesehatan yang efisien melalui tindakan

pemanasan, tindakan mekanis dan tindakan kimia air serta efek penyembuhan

dari uap obat dan medis pengasapan. Dipaparkan juga oleh Flona (2010)

bahwa berendam dengan air hangat yang bersuhu 38°C selama minimal 10

menit dengan menggunakan aromatherapy mampu meredakan ketegangan

otot dan menstimulus produksi kelenjar otak yang membuat tubuh terasa lebih

tenang dan rileks. Raisanen (2010) juga mengungkapkan ada enam

keuntungan dari air hangat yaitu mengurangi stres, mendetoksifikasi,

membuat tidur nyenyak, merelaksasikan otot dan meredakan sakit dan nyeri

di otot dan sendi, meningkatkan kerja jantung, melawan penyakit dan

meredakan kesesakan.

Pengobatan Tradisional Tiongkok menyebut kaki adalah jantung

kedua tubuh manusia, barometer yang mencerminkan kondisi kesehatan

badan. Ada banyak titik akupunktur di telapak kaki. Enam meridian (hati,

empedu, kandung kemih, ginjal, limpa dan perut) ada di kaki (Arnot, 2009).

Hal ini didukung dengan penelitian yang telah di lakukan Khotimah (2012)

bahwa terapi rendam air hangat pada kaki memperbaiki mikrosirkulasi

pembuluh darah dan vasodilatasi sehingga meningkatkan kuantitas tidur.

Rendam air hangat pada kaki efektif digunakan untuk meningkatkan kuantitas

tidur pada lansia yang mengalami gangguan tidur.

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh

manusia. Kurang tidur berkepanjangan dan sering terjadi dapat mengganggu

kesehatan fisik maupun psikis. Kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda,

Page 25: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

7

usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam per hari (Hidayat, 2008).

Adanya gangguan tidur dapat mengakibatkan masalah kesehatan seperti

gangguan pada metabolisme hormon, kardiovaskular dan penurunan respon

imun. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi, yakni berkisar

lebih dari 60%. Gangguan tidur pada lansia memiliki dampak serius yakni

mengantuk berlebihan disiang hari, gangguan atensi dan memori, mood,

depresi, resiko tinggi terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya

dan penurunan kualitas tidur. Untuk itu gangguan tidur pada lansia harus

mendapat perhatian dan penanganan yang serius . Usia lanjut sangat rentan

dalam menghadapi status kesehatannya dan kemungkinan komplikasi begitu

besar. Manajemen pengelolaan terapi pada lansia harus sangat terkontrol.

Kurangnya tidur dapat menimbulkan masalah yang berarti bagi lansia.

Dari data di atas, tergambar bahwa seseorang dengan usia lanjut

mengalami gangguan tidur yang sangat berarti. Mereka tidak memiliki

pengetahuan lebih terkait gangguan tidur dan cara mengatasinya. Oleh karena

itu, pengkajian terhadap kualitas tidur dan pengaruh dari merendam kaki

dengan air hangat sangat penting dilakukan sehingga nantinya klien dapat

melakukan bagian dari asuhan keperawatan secara mandiri. Selain itu,

perawat juga dapat mempertimbangkan cara ini sebagai metode alternatif

untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Peran perawat dalam

menangani masalah gangguan tidur merupakan hal yang sangat penting

karena banyak sekali dampak negatif yang diakibatkan oleh gangguan tidur.

Pengkajian tentang kualitas tidur dapat dilakukan dengan salah satu

instrumen yakni, the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk

Page 26: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

8

mengidentifikasi tentang kualitas tidur secara subjektif, durasi tidur,

gangguan yang terjadi selama tidur, kebiasaan waktu mulai tidur, kebiasaan

penggunaan obat untuk membantu tidur (Buysse et al, 1989).

Hasil studi pendahuluan dengan analisis data dan wawancara

terhadap 15 lansia di Puskesmas Astanalanggar Kecamatan Losari Cirebon

bahwa lansia mengatakan mengeluh susah tidur di malam hari, pergi tidur

antara jam 8 sampai jam 9, tetapi ada juga yang tidur jam 11. Lansia

mengatakan sering terbangun pada malam hari rata–rata 4-6 kali untuk ke

kamar mandi dan setelah itu sulit untuk jatuh tertidur lagi. Kondisi lain yang

di alami lansia sehingga terbangun pada malam hari dikarenakan merasakan

susah bernapas, terbangun karena mimpi dan keadaan lingkungan yang

berisik. Keluhan lain yang dialami lansia adalah merasa kurang segar setelah

bangun di pagi hari, mengantuk disiang hari namun ada 7 lansia yang

mengeluh tidak bisa tidur disiang hari waluapun sudah mengantuk dan ada

keinginan untuk tidur. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “merendam kaki dengan air hangat

terhadap kualitas tidur pada lansia”.

B. Rumusan Masalah

Prevalensi lansia diperkirakan akan terus meningkat terutama di

negara-negara yang sedang berkembang termasuk diantaranya Indonesia.

Peningkatan angka lansia sangat erat kaitannya dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta perbaikan sosial ekonomi berdampak pada

Page 27: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

9

peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup, sehingga

jumlah populasi lansia juga meningkat.

Berbagai studi mengenai kualitas tidur pada lanjut usia dan metode

penanganan gangguan tidur pada lanjut usia baik yang farmakologis dan non

farmakologis sudah dilakukan sebelumnya, namun penanganan secara

farmakologis memiliki efek samping yang sangat beresiko terhadap

kesehatan lansia. Metode relaksasi merupakan terapi yang efektif agar dapat

meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Salah satu contoh metode relaksasi

yakni dengan merendam kaki menggunakan air hangat.

Beberapa penelitian terkait dengan masalah tidur dan lansia telah

dilakukan namun peneliti belum menemukan penelitian yang membahas

intervensi alternative khususnya penggunaan air hangat dalam meningkatkan

kualitas tidur pada lansia, sehingga menurut peneliti hal tersebut perlu untuk

dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan dalam

penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pada kualitas tidur lansia dengan

terapi merendam kaki dengan air hangat di Wilayah Kerja Puskesmas

Astanalanggar Kecamatan Losari Cirebon?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui adakah pengaruh setelah perlakuan merendam kaki

dengan air hangat pada kualitas tidur lansia setelah di wilayah kerja

Puskesmas Astanalanggar Kecamatan Losari Cirebon.

Page 28: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

10

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia dan jenis kelamin)

terhadap kualitas tidur.

b. Mengidentifikasi komponen kualitas tidur (kualitas tidur subjektif,

latensi tidur, lamanya tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan

obat tidur, dan disfungsi di siang hari) pada responden.

c. Mengidentifikasi skor kualitas tidur responden sebelum intervensi

merendam kaki dengan air hangat.

d. Mengidentifikasi skor kualitas tidur responden setelah intervensi

merendam kaki dengan air hangat.

e. Mengidentifikasi perbedaan rerata skor responden sebelum dan sesudah

intervensi merendam kaki dengan air hangat.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Pelayanan Keperawatan

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan lansia dan dapat menjadi landasan dalam melakukan

intervensi guna meningkatkan kualitas tidur pasien.

b. Menjadi aspek penting bagi perawat dalam memberikan edukasi pada

lansia dengan menekankan pemenuhan kebutuhan tidur.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan ilmu bagi profesi

keperawatan dalam hal pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia dengan

intervensi non-farmakologis.

Page 29: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

11

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi acuan proses belajar dalam menerapkan ilmu

yang telah diperoleh selama perkuliahan melalui proses pengumpulan data

dan informasi-informasi ilmiah untuk kemudian dikaji, diteliti, dianalisis,

dan disusun dalam sebuah karya tulis yang ilmiah, informatif, bermanfaat,

serta menambah kekayaan intelektual.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh

merendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur pada lansia di

wilayah kerja Puskesmas Astanalanggar Kecamatan Losari Cirebon. Jenis

penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan desain studi pra

eksperimen dengan pendekatan One-Group pre test post test. Intervensi

merendam kaki sebelum tidur dilakukan selama 5 hari berturut-turut. Data

yang digunakan adalah data primer dengan metode pengambilan data melalui

pengisian kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Subjek yang

diteliti adalah lansia di wilayah kerja Puskesmas Astanalanggar Kecamatan

Losari Cirebon. Waktu penelitian berkisar dari April sampai Mei 2015.

Page 30: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut usia

Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari

60 tahun. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran kemampuan-

kemampuan kognitif seperti mudah lupa, kemunduran orientasi terhadap

waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru.

Kemunduran lain yang dialami adalah kemunduran fisik antara lain kulit

mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong,

pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi

lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di

perut dan pinggul (Maryam, dkk, 2008).

Hardywinoto (2005) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke

atas. Sedangkan WHO menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia

kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan

(middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia

antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun, dan usia

sangat tua (very old) (Mubarok, dkk, 2006).

Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang

dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan

tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar

Page 31: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

13

ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna

dan bahagia (Maryam, dkk, 2008).

Usia lanjut dapat diklasifikasikan menjadi lima (Maryam, dkk,

2008) yaitu:

a. Pralansia (Presinilis) adalah seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

d. Lansia Potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/ jasa.

e. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Berdasarkan beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan

bahwa seseorang di katakan lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 tahun atau lebih dan dikatakan potensial apabila masih produktif

yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak potensial apabila

tidak produktif yang bergantung kepada orang lain dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

Penduduk lanjut usia terus mengalami peningkatan yang

signifikan, pada tahun 2007 jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96

juta jiwa dan meningkat menjadi 20, 54 juta jiwa pada tahun 2009. Jumlah

ini termasuk terbesar ke empat setelah Amerika, India, dan Tiongkok

(BPS, 2012).

Page 32: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

14

Seperti diketahui, Indonesia sekarang berada dalam transisi

demografi, persentasi lansia diproyeksikan menjadi 11, 34% pada tahun

2020 yang akan datang. Struktur masyarakat Indonesia berubah dari

masyarakat/populasi “muda” (1971) menjadi populasi yang lebih “tua”

pada tahun 2020. Pergeseran ini menuntut perubahan dalam strategi

pelayanan kesehatan, dengan kata lain perlu perhatian lebih dan

prioritas untuk penyakit-penyakit pada usia dewasa dan lansia

(Darmojo, 2009).

2. Teori Menua

Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari,

berjalan terus menerus, dan berkesinambungan. Pada dasarnya ada dua

faktor yang menyebabkan proses penuaan terjadi, yaitu faktor internal

(radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi,

apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen) dan faktor eksternal

(gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi

lingkungan, stres, dan kemiskinan) (Stanley & Beare, 2007). Menua

(aging) juga merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada

seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan

perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan

kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu (Fatmah, 2010).

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu

teori biologi, teori psikologi, dan teori spiritual.

Page 33: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

15

a. Teori biologi

1) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan

organik menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi (Maryam,

dkk, 2008).

2) Teori genetik dan mutasi

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk

spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA

dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi (Maryam,

dkk, 2008). Teori mutasi somatik, menurut teori ini menua

disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun sepanjang

kehidupan akibat lingkungan yang buruk. Setelah berlangsung

dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan dalam proses

transkripsi (DNA menjadi RNA), maupun dalam proses translasi

(RNA ke protein/enzim). Kesalahan tersebut akan menyebabkan

terbentuknya enzim yang salah, sehingga mengakibat penurunan

fungsional sel (Darmojo, 2009).

3) Teori immunologi

Dengan bertambahnya usia, kemampuan sistem imun untuk

menghancurkan bakteri, virus, dan jamur melemah. Destruksi

bagian jaringan yang luas dapat terjadi sebelum respon dimulai.

Disfungsi sistem imun ini diperkirakan menjadi faktor dalam

Page 34: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

16

perkembangan penyakit kronis, seperti kanker, diabetes, dan

penyakit kardiovaskuler, serta infeksi (Perry & Potter, 2011).

4) Teori stress

Proses menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai

(Maryam, dkk, 2008).

5) Teori rantai silang

Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,

protein, karbohidrat, dan asam nukleat. Reaksi kimia ini

menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.

Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan

hilangnya fungsi (Nugroho, 2008).

b. Teori psikologi

Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula

dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.

Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat

menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri

yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi

dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status

sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi

persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut.

Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.

Page 35: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

17

Dengan adanya penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi

penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon

stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi yang berbeda dari

stimulus yang ada (Maryam, dkk, 2008).

c. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada

pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi

individu tentang arti kehidupan. Kepercayaan adalah sebagai suatu

bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir.

Sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan antara orang dan

lingkungan yang terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai

dan pengetahuan (Maryam, dkk, 2008).

3. Aspek Fisiologik dan Patologik

Dengan makin lanjutnya usia seseorang, maka kemungkinan

terjadinya penurunan anatomik (dan fungsional) atas organ-organnya

makin besar (Darmojo, 2009). Proses ini menyebabkan perubahan-

perubahan pada lansia diantaranya adalah:

a. Perubahan sistem panca-indra

Terdapat berbagai perubahan morfologik baik pada mata,

telinga, hidung, syaraf perasa di lidah dan kulit. Perubahan yang bersifat

degeneratif ini yang bersifat anatomik fungsional, memberi manifestasi

pada morfologi berbagai organ panca indra tersebut baik pada fungsi

melihat, mendengar, keseimbangan ataupun perasa dan perabaan. Pada

Page 36: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

18

keadaan yang ekstrim bahkan bisa bersifat patologik, misalnya

terjadinya ektropion/entropion, ulkus kornea, glaukoma dan katarak

pada mata, sampai pada keadaan konfusio akibat penglihatan yang

terganggu. Pada telinga dapat terjadi tuli konduktif, sindrom Meniere

(Keseimbangan) (Darmojo, 2009).

b. Perubahan sistem gastro-intestinal

Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal disease,

penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk (karies gigi) dan gizi

yang buruk, serta berkurangnya kekuatan otot rahang sehingga sering

kali menyebabkan lansia kelelahan pada saat mengunyah makanan.

Indra pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,

atropi indra pengecap (± 80%), hilangnya sensitifitas syaraf pengecap

di lidah terutama rasa manis, asin, asam dan, pahit sehingga

menyebabkan penurunan nafsu makan yang dapat mengakibatkan

kondisi defisiensi nutrisi pada lansia.

Esofagus mengalami kemunduran dalam melakukan gerakan

peristaltik, sehingga dapat menyebabkan lansia merasa disfagia, nyeri

dada, muntah. Asam lambung menurun sehingga sensitifitas rasa lapar

menurun dan waktu mengosongkan lambung menurun. Perubahan pada

usus halus termasuk atropi dari permukaan mukosa, menipisnya lapisan

villi, dan berkurangnya jumlah dari folikel limfatik. Pada pankreas

terjadi penurunan jumlah sekresi pankreatik serta pengeluaran enzim

yang berkurang. Penurunan aktivitas enzim berhungan dengan

Page 37: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

19

pencernaan lemak. Kemampuan peristaltik usus melemah sehingga

biasanya timbul konstipasi pada lansia (Darmojo, 2009).

c. Perubahan sistem kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa

darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun, serta

meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan

darah meningkat (Darmojo, 2009).

d. Perubahan sistem respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas. Semua

ini berakibat menurunnya rasio ventilasi-perfusi dibagian paru yang tak

bebas dan pelebaran gradient alveolar arteri untuk oksigen. Oklusi

sebagian atau total saluran napas atas dapat terjadi, hal ini dapat

menyebabkan Obstructive Sleep Apnea (OSA). Disamping itu, terjadi

penurunan refleks batuk dan refleks fisiologik lain yang menyebabkan

peningkatan kemungkinan terjadinya infeksi akut pada saluran napas

bawah (Darmojo, 2009).

e. Perubahan sistem endokrin

Produksi semua hormon menurun begitu pula menurunnya

aktivitas tyroid, menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR) juga

menurunnya pertukaran zat dan produksi aldosteron, estrogen dan

testosteron. Kematian sel merupakan hal yang mendominasi pada

perubahan sistem endokrin secara fisiologis, karena kematian sel inilah

perubahan sistem endokrin pada lansia ditemukan bahwa hampir semua

Page 38: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

20

produksi hormon berkurang. Salah satu contoh penurunan sistem

endokrin adalah terganggunya sekresi norepinephrine dan serotonin.

Keduanya berperan dalam hal terjaga dan rasa kantuk. Hal inilah yang

mengakibatkan gangguan tidur. (Darmojo, 2009).

f. Perubahan sistem muskulokeletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh sehingga

menyebabkan pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas,

begitupun dengan persendian yang menjadi kaku dan membesar.

Tendon mengerut dan mengalami sklerosis, juga adanya atrofi serabut

otot sehingga menyebabkan pergerakan yang lambat, otot-otot dapat

mudah menjadi kram dan tremor, sehingga sering dijumpai sebagai

gejala Restless Legs Syndrome (RLS), tetapi pada otot polos tidak

begitu terpengaruh. Dengan bertambahnya usia, proses berpasangan

(“coupling”) penulangan yaitu perusakan dan pembentukan tulang

melambat, terutama pembentukannya. Hal ini selain akibat

menurunnya aktivitas tubuh, juga akibat menurunnya hormon estrogen

(wanita), vitamin D (terutama mereka yang kurang terkena sinar

matahari) dan beberapa hormon lain, misalnya parathormon dan

kalsitonin (Darmojo, 2009).

g. Perubahan sistem perkemihan

Terjadi perubahan yang signifikan pada sistem perkemihan.

Banyak yang mengalami kemunduran contohnya laju filtrasi, ekskresi

dan reabsorbsi oleh ginjal, hilangnya protein terus menerus dari ginjal,

penurunan kapasitas kandung kemih, nokturia, peningkatan

Page 39: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

21

inkontinensia urgensi, dan stres pada wanita terjadi akibat penurunan

tonus otot perineal. Pada pria sering terjadi retensi urin dan sulit

berkemih akibat pembesaran prostat (Potter & Perry, 2011).

h. Perubahan sistem imun

Sistem imun merupakan mekanisme yang digunakan untuk

mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap

bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungan

hidup. Sebanyak 30% kematian pada lansia disebabkan oleh penyakit

infeksi. Bagian tubuh yang bertanggung jawab dalam hal penanganan

penyakit infeksi dalam tubuh adalah sistem barier tubuh. Contoh sistem

barier pada tubuh adalah batuk, bersin, permukaan mukosa, kulit, sel

silia, air mata dan, pH lambung. Pada lansia mekanisme pertahanan ini

mengalami penurunan kemampuan, hal ini menyebabkan penurunan

kemampuan tubuh dalam menghilangkan bakteri dan virus yang masuk

ke dalam tubuh. Penurunan sensitivitas imun pada lansia berhubungan

dengan penurunan kelenjar-kelenjar imun, seperti kelenjar timus,

kelenjar limfe, dan limpa (Fatmah, 2010).

i. Perubahan sistem saraf

Berat otak pada lansia umumnya menurun 10-20%. Selain

penurunan berat otak, terjadi juga penebalan meningen, kedalaman giri

dan sulci berkurang pada otak lansia (Darmojo, 2009). Pada lansia,

resiko sindrom Parkinson dan demensia tipe Alzheimer disebabkan

oleh adanya degenerasi pigmen substansia nigra, kekusutan

neurofibriler, dan juga pembentukan badan-badan hinaro. Perubahan

Page 40: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

22

patologik pada jaringan saraf sering diikuti berbagai penyakit metabolik

seperti diabetes mellitus, hipertiroid, hipotiroid, yang juga

menyebabkan gangguan pada susunan saraf tepi (Fatmah, 2010).

Perubahan lain yang terjadi pada lansia yakni perubahan

kognitif dan perubahan psikososial (Potter & Perry, 2011).

a. Perubahan Kognitif

Kemampuan kognitif terdiri dari intelektual atau

kecerdasan, ingatan atau konsentrasi, dan bahasa. Pada lansia

mengalami penurunan atau kerusakan umum fungsi intelektual yang

biasa disebut dengan demensia. Lansia juga mengalami penurunan

kemampuan dalam mengingat jangka pendek dan menyimpan

informasi baru ke memori jangka panjang juga menurun. Perubahan

kemampuan bahasa juga ikut mengalami penurunan, misalnya dapat

dijumpai adanya Sindrom Wernicke (Potter & Perry, 2011).

b. Perubahan psikososial

Perubahan psikososial terus terjadi seiring dengan

terjadinya penuaan. Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi

beberapa perubahan biasa terjadi pada mayoritas lansia seperti;

pensiun, isolasi sosial, seksualitas, dan kematian. Akibat perubahan

ini, lansia dapat mengalami depresi yang beratnya tergantung pada

stressor yang di dapat. Pada umumnya depresi dapat mengakibatkan

gangguan tidur, berat tidaknya gangguan tidur tergantung dari

depresi yang dialaminya (Potter & Perry, 2011).

Page 41: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

23

B. Tidur

1. Pengertian Tidur

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, dimana terjadi

perubahan status kesadaran dalam jangka waktu tertentu. Ketika seseorang

mendapatkan tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih.

Tidur juga merupakan metode untuk perbaikan dan pemulihan sistem

tubuh. Kualitas dan kuantitas tidur yang tepat dapat memberikan

kontribusi terhadap kesehatan yang optimal (Potter & Perry, 2011).

Pemaparan serupa juga disebutkan oleh Black (2008) yang

mengatakan bahwa tidur merupakan keadaan normal yang ditandai dengan

adanya perubahan kesadaran selama tubuh dalam periode istirahat.

Penurunan kemampuan untuk merespon terhadap rangsangan yang ada di

sekitarnya juga terjadi pada periode ini, namun individu dapat

dibangunkan dari tidurnya kembali dengan rangsangan dari luar. Tidur

merupakan suatu siklus yang ditandai adanya penurunan kesadaran dan

aktivitas fisik dan proses metabolisme disertai adanya mimpi selama

periode terntentu dan berulang.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tidur

merupakan keadaan normal dan alamiah. Pada kondisi tidur, terjadi

penurunan kesadaran dan aktivitas fisik. Penurunan kemampuan merespon

rangsangan dari sekitar juga terjadi. Keadaan ini terjadi pada periode

tertentu dan berulang-ulang.

Page 42: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

24

2. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya

hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan

dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Pusat pengaturan

tersebut terdapat pada medula oblongata (Hidayat, 2008). Pengaturan

siklus tidur merupakan suatu proses yang bertujuan untuk

mempertahankan keseimbangan. Mekanisme homeostasis dalam siklus

tidur berhubungan dengan aktivitas sel-sel neuron dalam batang otak serta

peran dari neurotransmitter yang diproduksi hipotalamus (Juddith, 2010).

Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam

mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam

Reticular Activating System (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti

norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual,

pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari

korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir (Hidayat,

2008). Beberapa neurohormon dan neurotransmitter juga dihubungkan

dengan tidur dan terbangun. Produksi yang dihasilkan oleh dua mekanisme

serebral dalam batang otak ini menghasilkan serotonin. Serotonin

merupakan neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap transfer

impuls-impuls syaraf ke otak dan juga berperan spesifik dalam

menginduksi rasa kantuk.

Saat tidur terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus

yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing

Regional (BSR). Sedangkan pada saat bangun bergantung dari

Page 43: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

25

keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik.

Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau

perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008). Waktu tidur

dikontrol oleh Suprachiasmatic Nucleus (SCN) yang mengatur irama

sirkadian. Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin. Melatonin

merupakan hormon katekolamin yang diproduksi secara alami dan dapat

membantu irama sirkadian pada siklus tidur bangun (Potter & Perry,

2011).

Keadaan terjaga dikendalikan oleh neurotransmitter

norepinephrine, sedangkan keadaan tidur dikendalikan oleh serotonin

yang diubah menjadi melatonin (Wold, 2008). Katekolamin yang

dilepaskan dari neuron-neuron Reticular Activating System akan

menghasilkan hormon norepinephrine yang umumnya hormon ini akan

merangsang otak untuk melakukan peningkatan aktivitas. Seseorang

dalam keadaan stress atau cemas, kadar hormon ini akan meningkat dalam

darah yang akan merangsang sistem saraf simpatetik sehingga seseorang

akan terus terjaga. Menurut Potter dan Perry (2011) seseorang tetap terjaga

atau tertidur tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari

pusat yang lebih tinggi seperti pikiran, reseptor sensori perifer seperti

stimulus bunyi atau cahaya, dan sistem limbik seperti emosi. Orang yang

mencoba tertidur maka aktivasi RAS menurun dan BSR mengambil alih

kemudian seseorang bisa tertidur. Penurunan aktivitas RAS akan

menurunkan aktivitas korteks serebral ditambah dengan peningkatan kadar

melatonin yang membuat mengantuk dan pada akhirnya tertidur.

Page 44: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

26

Seseorang akan terbangun dari tidurnya jika ada rangsangan dari

lingkungan yang menstimulasi RAS untuk aktif.

3. Tahap-tahap Tidur Normal

Tidur yang normal dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu periode

terjaga atau bangun, tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur

Rapid Eye Movement (REM). Tidur NREM dan REM merupakan

komponen utama dan penting dalam mempertahankan fungsi tubuh sehari-

hari. Selama NREM seorang yang tidur mengalami kemajuan melalui

empat tahapan selama 90 menit dari siklus tidurnya. Kualitas tidur semakin

meningkat dari tahap 1 sampai tahap 4. Tahap 1 dan 2 merupakan tidur

yang dangkal dan seseorang mudah terbangun, sedangkan tahap 3 dan 4

adalah tidur dalam dan sulit terbangun. Fase akhir dari tidur yakni REM

yang kira-kira lamanya 90 menit (Potter & Perry, 2011).

Pada saat periode NREM, hormon disekresi untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Sedangkan tidur REM

merupakan periode yang aktif dan disertai mimpi. Periode REM yang

cukup dapat berdampak pada proses mengolah informasi, menyimpan

memori jangka panjang dan kemampuan konsentrasi (Caple & Grose,

2011).

4. Siklus Tidur

Siklus tidur normal dimulai dengan tahap pra tidur, yakni

perubahan dari keadaan sadar sampai mengantuk, lamanya sekitar 10-30

Page 45: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

27

menit. Selanjutnya, memasuki tahap tidur untuk menyelesaikan 4-6 tahap

dalam siklus tidur (Potter & Perry, 2011). Adapun siklus tidur sebagai

berikut:

a. Periode terjaga

Periode ini ditandai dengan mata terbuka dan beresponnya individu

terhadap lingkungan sekitarnya. Seseorang juga dapat merasakan

rileks pada periode ini, dan pada akhirnya merasa mengantuk.

b. Periode tidur NREM (75%)

Periode tidur NREM dimulai dari tidur dangkal sampai tidur dalam.

Tidur NREM berhubungan dengan fungsi aktivitas otot, penurunan

pernapasan, penurunan aktivitas otak. Selama periode tidur

metabolisme meningkat disertai dengan aliran darah terutama pada

daerah otak (Wilson, 2008).

Tidur NREM terdiri dari 4 tahap yang menunjukkan tingkat

kedalaman tidur setiap masing-masing tahapnya dengan

karakteristik yang berbeda-beda. Tahap-tahap periode tidur NREM

adalah sebagai berikut:

1) Tahap 1 (5% NREM)

Ditandai dengan mata mulai menutup, perasaan lebih rileks,

pikiran hilang timbul dan merasa seperti melayang, pada tahap ini

seseorang mudah dibangunkan. Tahap ini disebut juga tidur

ringan yang ditandai dengan penurunan aktivitas fisik, tanda-

tanda vital dan metabolisme (Potter & Perry, 2011; Wilson,

2008).

Page 46: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

28

2) Tahap 2 (45% NREM)

Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara, adanya peningkatan

relaksasi dan gerakan mata mulai berkurang serta masih mudah

untuk dibangunkan. Tahap ini terjadi selama 10-20 menit (Potter

& Perry, 2011; Wilson, 2008).

3) Tahap 3 (12% NREM)

Tahap ini disebut sebagai awal tidur yang dalam dan berlangsung

sekitar 15-30 menit. Kondisi otot pada tahap ini dalam keadaan

santai penuh, tanda vital menurun tetapi tetap teratur. Biasanya

pada tahap ini orang akan sulit dibangunkan dan jarang bergerak

(Potter & Perry, 2011).

4) Tahap 4 (13% NREM)

Tahap ini merupakan tahap tidur yang terdalam, sangat sulit

dibangunkan disertai penurunan tanda-tanda vital, berlangsung

sekitar 15-30 menit. Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat

terjadi pada tahap ini (Potter & Perry, 2011).

c. Periode tidur Rapid Eye Movement (REM)

Tidur REM umumnya terjadi sekitar 90 menit setelah tertidur

bersama siklus tidur NREM yang ditandai dengan gerakan mata

yang cepat, kelopak mata tertutup, pernapasan lebih cepat, tidak

teratur dan dangkal, denyut jantung dan tekanan darah meningkat.

Tahap ini juga ditandai dengan penurunan tonus otot dan

peningkatan sekresi lambung. Tidur REM merupakan 20-25% dari

siklus tidur (Potter & Perry, 2011).

Page 47: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

29

Bagan 2. 1 Siklus tidur orang dewasa normal

Sumber: Potter & Perry, 2011

5. Fungsi Tidur

Tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan energi untuk periode

terjaga berikutnya. Periode tidur juga bagian dari proses mempertahanan

fungsi fisiologis normal. Penggunaan energi sehari-hari perlu diganti

dengan periode istirahat pada waktu malam hari (Potter & Perry, 2011).

Dalam siklus tidur dikenal tahap REM, tahap ini sangat penting

untuk jaringan otak dan memelihara fungsi kognitif. Tidur REM

menyebabkan perubahan aliran darah ke otak, peningkatan aktivitas

korteks, peningkatan konsumsi oksigen dan pengeluaran ephineprine.

Selain itu, tidur juga berfungsi untuk mempertahankan fungsi mental,

memori, aktivitas sistem imun dan regulasi hormon (Potter & Perry, 2011).

6. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk

mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM

dan NREM yang tepat. Tidur yang berkualitas merupakan suatu keadaan

Page 48: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

30

tidur yang dijalani seorang individu dan menghasilkan kesegaran dan

kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitas dari

tidur seperti durasi tidur, latensi tidur dan aspek subjektif dari tidur seperti

kepuasan tidur dan gangguan tidur. (Khasanah, 2012).

Pengkajian tentang kualitas tidur dapat dilakukan dengan

beberapa kuesioner. Ada tiga contoh instrument untuk pengkajian

kebutuhan istirahat tidur antara lain Stanford Sleepiness Scale (SSS), The

Epworth Sleepiness Scale (ESS), The Pittburgh Sleep Quality Index

(PSQI). Dimana SSS dan ESS digunakan untuk mengukur perasaan

mengantuk atau kelelahan pada waktu tertentu, tetapi ESS lebih mengukur

kecenderungan tertidur dan jatuh tidur pada waktu tertentu. Selain itu ada

juga Sleep Quality Scale (SQS) dimana kuesioner tersebut mempunyai

enam komponen, yaitu; gejala di siang hari, kebugaran setelah tidur,

masalah saat memulai tidur, mempertahankan tidur, kesulitan bangun dari

tidur, dan kepuasan terhadap tidur. Sedangkan Pittsburgh Sleep Quality

Index (PSQI) yang terdiri dari tujuh komponen meliputi latensi tidur,

durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, kebiasaan penggunaan obat

tidur, gangguan saat siang hari dan kualitas tidur subjektif (Buysse, 1989;

Smyth, 2012).

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur

adalah:

a. Usia

Penuaan menyebabkan perubahan yang dapat mempengaruhi pola

tidur. Pada usia lanjut proporsi waktu yang dihabiskan dalam tidur

Page 49: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

31

tahap 3 dan tahap 4 menurun, sementara yang dihabiskan di tidur

ringan tahap 1 meningkat dan tidur menjadi kurang efisien.

Bertambahnya usia juga berhubungan dengan penurunan kualitas

tidur malam, misalnya sekitar 30% individu mengalami insomnia.

Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan irama sirkadian yang

mengatur siklus tidur dan menyebabkan gangguan siklus tidur dan

terjaga (Juddith, Julie, & Elizabeth, 2010; Potter & Perry, 2011).

b. Penyakit fisik

Tidur dapat terganggu dengan adanya penyakit fisik yang diderita,

diantaranya adalah asma, jantung koroner, hipertensi, diabetes

mellitus, hipotiroid dan hipertiroid. Setiap penyakit yang

menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana

hati seperti kecemasan atau depresi dapat mempengaruhi masalah

tidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang

tidak biasa, seperti memperoleh posisi tertentu agar mencegah

komplikasi atau dalam rangka imobilisasi (Potter & Perry, 2011).

c. Obat-obatan dan zat tertentu

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping terhadap

penurunan tidur REM. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV

tidur NREM, betablocker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi

buruk, sedangkan narkotik (misalnya: meperidin hidroklorida dan

morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan

seringnya terjaga di malam hari (Potter & Perry, 2011).

Page 50: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

32

d. Gaya hidup

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur, semakin tinggi tingkat

kelelahan maka akan tidur semakin nyenyak yang menyebabkan

periode tidur REM lebih pendek. Gaya hidup seseorang yang

mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman yang mengandung

kafein, alkohol, dan penggunaan obat-obatan juga dapat

menyebabkan masalah tidur. Selain itu faktor lain yang juga

mempengaruhi pola tidur adalah akibat bekerja berat, aktivitas sosial

yang larut serta perubahan pola makan waktu malam hari (Potter &

Perry, 2011).

e. Stres emosional

Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.

Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah

melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan

berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta

seringnya terjaga saat tidur. Stres emosional membuat seseorang

menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur.

Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk

tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur.

Stres yang berlanjut dapat menyababkan kebiasaan tidur yang buruk.

Pensiun, gangguan fisik, kematian orang yang dicintai, dan

kehilngan keamanan ekonomi merupakan contoh situasi yang

membuat seseorang untuk cemas dan depresi (Hardy, 2008; Potter

& Perry, 2011).

Page 51: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

33

f. Lingkungan

Lingkungan tempat seseorang tidur dapat berpengaruh pada

kemampuan untuk mulai tertidur dan mempertahankan waktu

tidurnya. Ventilasi yang baik memberikan kenyamanan untuk tidur

tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur juga

mempengaruhi kualitas tidur. Selain itu, cahaya, suhu dan suara

dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Klien ada yang

menyukai tidur dengan lampu yang dimatikan, remang-remang atau

tetap menyala. Suhu yang panas atau dingin menyebabkan klien

mengalami kegelisahan (Potter & Perry, 2011).

g. Asupan makanan dan kalori

Gangguan pola tidur dapat berhubungan dengan pola makan. Makan

dalam porsi besar, berat dan berbumbu pada makan malam juga

menyebabkan makanan sulit dicerna sehingga dapat mengganggu

tidur. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung kafein, nikotin,

alkohol dan xanthine dapat merangsang sistem saraf pusat sehingga

berdampak pada perubahan pola tidur (Potter & Perry, 2011).

7. Perubahan Tidur pada Lanjut Usia

Jumlah tidur total pada umumnya tidak berubah sesuai

pertambahan usia, akan tetapi kualitas tidur pada lansia kebanyakan

berubah (Potter & Perry, 2011). Periode REM cenderung memendek

dimana terdapat progresif pada tahap tidur NREM 3 dan NREM 4, bahkan

beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap tidur 4 atau disebut tidur

Page 52: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

34

dalam. Selama proses penuaan, pola tidur mengalami perubahan yang

khas, yang berbeda dengan orang pada umumnya/dewasa normal. Hal

tersebut mencakup latensi tidur, gangguan tidur pada dini hari, dan

peningkatan jumlah tidur siang serta waktu untuk tidur lebih dalam

menurun.

Pada penelitian di laboratorium tidur, lansia memiliki waktu tidur

dalam (delta sleep) yang pendek, justru lebih panjang pada periode tidur

stadium satu dan dua. Dari hasil test dengan alat Polysomnographic

ditemukan lansia mempunyai penurunan yang signifikan dalam Rapid Eye

Movement (REM) dan Slow Wave Sleep. Pada lansia juga terjadi

perubahan irama sirkadian tidur normal, yang mengakibatkan kurang

sensitif terhadap pencahayaan terang dan gelap (Darmojo, 2009).

Normalnya irama sirkadian menjalankan peranan dalam

pengeluaran hormon dan perubahan temperatur badan selama siklus 24

jam. Pada usia lanjut ekskresi kortisol dan GH serta perubahan temperatur

tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol. Hormon melatonin yang

diekskresikan pada malam hari dan berhubungan dengan tidur, menurun

seiring bertambahnya usia (Darmojo, 2009).

8. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia

Sampai saat ini berbagai penelitian menunjukkan, penyebab

gangguan tidur pada lanjut usia dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Darmojo (2009) menyatakan bahwa ada 3 gangguan tidur yang

digolongkan sebagai gangguan tidur primer, yakni terdiri atas;

Page 53: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

35

a. Gangguan tidur karena gangguan pernapasan (Sleep Disordered

Breathing). Gangguan tidur ini ditandai dengan mengorok saat tidur

dan mengatuk hebat pada siang hari. Gangguan tidur ini dibagi

menjadi 3, yaitu; Upper Airway Resistance Syndrome (UARS),

Obstructive Sleep Apnea (OSA), Obesity Hypoventilation Syndrome

(OHS). Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Obstructive

Sleep Apnea (OSA) yang terjadi karena oklusi sebagian atau total

saluran napas atas. Hal ini disertai dengan penurunan tonus otot

pernapasan dan jaringan pada cavum oral selama tidur.

b. Sindrom kaki kurang tenang atau Restless Legs Syndrome (RLS) dan

gangguan gerakan tungkai secara periodik atau Periodic Limb

Movement Disorder (PLMD). Restless Legs Syndrome (RLS)

ditandai dengan rasa tidak enak pada kaki yang berlebihan selama

malam saat penderita istirahat. Penderita juga merasa seperti

dirayapi semut atau hewan kecil sehingga menyebabkan penderita

menggerakkan kakinya, atau berjalan guna menghilangkan rasa

tidak enak tersebut. Sedangkan gangguan tungkai yang periodik atau

juga disebut Periodic Limb Movement Disorder (PLMD), mungkin

menyertai sindrom kaki kurang tenang atau berdiri sendiri. Biasanya

ditandai gerakan yang tiba-tiba dan berulang contohnya gerakan

menendang, lamanya sekitar 20-40 detik. Dengan adanya kondisi

seperti ini, penderita biasanya mengeluhkan rasa lelah yang

berlebihan saat bangun tidur dan tidur tidak nyenyak.

Page 54: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

36

c. Gangguan perilaku Rapid Eye Movement (REM). Gangguan ini

sangat jarang terjadi, tetapi sering muncul pada usia lanjut. Proses

yang mendasari gangguan ini adalah disinhibisi transmisi aktivitas

motorik saat bermimpi. Pasien sering jatuh atau melompat dari

tempat tidur.

9. Penatalaksanaan Gangguan Tidur

Ada dua cara dalam hal penatalaksanaan gangguan tidur, yaitu

secara farmakologis dan non-farmakologis.

a. Farmakologis

Dalam penatalaksanaan farmakologis, hanya ada beberapa

yang efektif untuk menangani gangguan tidur pada lanjut usia.

1) Restless Legs Syndrome (RLS) dan Periodic Limb Movement

Disorder (PLMD) dapat diberikan obat anti parkinson carbidopa-

levodopa (formula 25-100 mg) dengan dosis awal 1 kali setengah

tablet saat mau tidur. Pergolide dapat juga digunakan dengan

dosis awal sangat rendah (0,05 mg) 2 jam sebelum tidur. Obat lain

yang dapat digunakan untuk kedua gangguan tidur ini adalah

benzodiazepine 1 kali saat mau tidur, atau codeine atau

oxycodone (Darmojo, 2009).

2) REM Behavior Disorder (RBD) dapat diberikan obat golongan

benzodiazepine kerja lama seperti klonasepam saat mau tidur

sekali sehari (Darmojo, 2009).

Page 55: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

37

b. Non-Farmakologis

Penanganan secara non-farmakologi sangat beragam

macamnya, tergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami. Pada

kasus Obstructive Sleep Apne (OSA) dapat dilakukan posisi tidur

miring, dan aktivitas/olahraga untuk penurunan berat badan. Lain

halnya dengan kasus Restless Legs Syndrome (RLS) dan Periodic

Limb Movement Disorder (PLMD), merendam kaki dan tungkai atas

dengan air hangat serta olah raga ringan (jalan kaki) yang dikerjakan

teratur dapat menghilangkan gejala kedua gangguan tidur ini

(Darmojo, 2009).

Terapi non-farmakologis yang lainnya adalah terapi

komplementer. Terapi komplementer ini bersifat terapi pengobatan

alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi,

relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupresur,

aromaterapi, refleksiologi dan hidroterapi (Sudoyo, 2006). Salah

satu terapi komplementer yang dapat direkomendasikan untuk

mengatasi gangguan tidur adalah dengan Hydrotherapy. Teknik

yang digunakan adalah memanfaatkan air untuk menyembuhkan dan

meredakan berbagai macam penyakit ringan dan air juga bisa

digunakan dalam sejumlah cara yang berbeda (Sulaiman, 2009).

Manfaat hydrotherapy khususnya penggunaan air hangat adalah

membantu merangsang sirkulasi darah, serta menyegarkan tubuh.

Hal ini berakibat pada efek peningkatan relaksasi (Handoyo, 2014).

Page 56: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

38

C. Hydrotherapy

1. Pengertian

Hydrotherapy adalah penggunaan air untuk menyembuhkan dan

meringankan berbagai keluhan. Untuk itu, air dapat digunakan dalam

berbagai cara dan kemampuannya sudah diakui sejak dahulu (Sustrani,

dkk, 2006). Hydrotherapi juga merupakan metode terapi dengan

pendekatan “lowtech” yang mengandalkan pada respon-respon tubuh

terhadap air.

The National Center on Physical Activity and Disability (2009)

menyatakan bahwa hydrotherapy adalah aplikasi eksternal yang

menggunakan air, baik untuk efek tekanan atau sebagai sarana

menerapkan energi fisik untuk jaringan. Hydrotherapy diindikasikan untuk

gangguan sensori, Range of Motion atau ROM yang terbatas, kelelahan,

nyeri, masalah respirasi, masalah sirkulasi, depresi, penyakit jantung, dan

obesity. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan tidur.

Hydrotherapy juga merupakan sejumlah latihan fisik dengan berendam di

dalam air hangat. Bentuk terapi fisik ini dapat membantu seseorang untuk

mengurangi berbagai keluhan, salah satunya dengan merendam kaki.

Kehangatan air membantu mengendurkan otot dan mengurangi nyeri, hal

inilah yang menimbulkan rasa rileks pada tubuh (Arnot, 2009).

2. Jenis-Jenis Hydrotherapy

Hydrotherapy memiliki berbagai macam jenis, Ningrum (2012)

membaginya sebagai berikut:

Page 57: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

39

a. Rendaman air

Jenis terapi ini adalah dengan melakukan perendaman bagian tubuh

tertentu di dalam bak atau kolam yang berisi air bersuhu tertentu

selama minimal 10 menit.

b. Pusaran Air (Whirlpool)

Terapi ini menggunakan berbagai alat jet atau juga nozzle yang dapat

menambah tekanan pada pompa. Alat ini dirancang khusus dengan

tekanan dan suhu yang dapat diatur sesuai kebutuhan.

c. Pancuran Air

Terapi ini menggunakan pancuran air dengan tekanan dan suhu

tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan.

d. Terapi air panas dan dingin (Contrast Bath)

Terapi ini menggunakan dua jenis air yang temperaturnya berbeda,

yakni panas dan dingin dan dilakukan secara bergantian.

Diantara jenis-jenis Hydrotherapi di atas, perendaman

menggunakan air hangat sangat efektif sebagai upaya untuk peningkatan

kualitas tidur (Ebben dan Spielman, 2006). Teknik yang digunakan dapat

berupa perendaman kaki dalam sebuah bak yang berisi air hangat.

3. Merendam Kaki dengan Air Hangat

Merendam kaki dengan air hangat merupakan pemberian aplikasi

panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun kronis.

Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan

ketegangan otot walaupun dapat juga dipergunakan untuk mengatasi

Page 58: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

40

masalah hormonal dan kelancaran peredaran darah. Pengobatan

Tradisional Tiongkok menyebut kaki adalah jantung kedua tubuh manusia,

barometer yang mencerminkan kondisi kesehatan badan. Ada banyak titik

akupunktur di telapak kaki. Enam meridian (hati, empedu, kandung kemih,

ginjal, limpa dan perut) ada di kaki (Arnot, 2009). Panas pada fisioterapi

dipergunakan untuk meningkatkan aliran darah kulit dengan jalan

melebarkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan suplai oksigen dan

nutrisi pada jaringan. Panas juga meningkatkan elastisitas otot sehingga

mengurangi kekakuan otot (Intan A, 2010).

Beberapa negara maju menerapkan terapi stimulus control

dengan menggunakan air hangat sudah banyak dilakukan. Menurut

Vinencenz Priesnisz dan Pastor Sebastian Kneipp (2005), merendam kaki

dengan air hangat yang bertemperatur 37°C-39°C bermanfaat dalam

menurunkan kontraksi otot sehingga menimbulkan perasaan rileks yang

bisa mengobati gejala kurang tidur dan infeksi.

4. Respon Tubuh Saat Merendam Kaki dengan Air Hangat

Kerja air hangat pada dasarnya adalah meningkatkan aktivitas

molekuler (sel) dengan metode pengaliran energi melalaui konveksi

(pengaliran lewat medium cair) (Intan A, 2010). Metode perendaman kaki

dengan air hangat memberikan efek fisiologis terhadap beberapa bagian

tubuh organ manusia. Berikut ini adalah beberapa organ yang mengalami

perubahan fisiologis, yaitu:

Page 59: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

41

a. Jantung

Tekanan hidrostatik air terhadap tubuh mendorong aliran darah dari

kaki menuju ke rongga dada dan darah akan berakumulasi di

pembuluh darah besar jantung. Air hangat akan mendorong

pembesaran pembuluh darah kulit dan meningkatkan denyut

jantung. Efek ini berlangsung cepat setelah terapi air hangat

diberikan (Ningrum, 2012).

b. Jaringan otot

Air hangat dapat mengendorkan otot sekaligus memiliki efek

analgesik. Tubuh yang lelah akan menjadi segar dan mengurangi

rasa letih yang berlebihan. Hal ini dapat mengurangi gejala

kesemutan atau Restless Legs Syndrom (RLS) pada lansia (Darmojo,

2009; Ningrum, 2012).

c. Organ Pernapasan

Aliran darah yang lancar akan membawa nutrisi dan oksigen yang

cukup untuk dibawa ke rongga dada serta paru-paru. Peningkatan

kapasitas paru juga dapat terjadi, hal ini dapat mengurangi gejala

Sleep Disordered Breathing (SDB) (Darmojo, 2009; Ningrum,

2012).

d. Sistem Endokrin

Berendam menggunakan air hangat dapat melepaskan dan

meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan tubuh. Sirkulasi hormon

kortisol misalnya, air hangat dapat meningkatkan sekresi hormon

tersebut dan menimbulkan rasa “kegembiraan” bagi seseorang. Pada

Page 60: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

42

terapi merendam kaki dengan air hangat dapat menyebabkan efek

sopartifik (efek ingin tidur), hal ini kemungkinan dapat disebabkan

oleh peningkatan sekresi hormone melatonin sebagai dampak dari

rendam air hangat pada kaki sehingga seseorang yang merendam

kakinya dengan air hangat dapat meningkat kualitas tidurnya

(Amirta, 2007; Ningrum 2012).

e. Persyarafan

Efek merendam kaki dengan air hangat dapat menghilangkan stress

(Ningrum, 2012). Tidak hanya itu, jika merendam kaki dilakukan

lebih dari 5 menit akan menimbulkan relaksasi (Ebben & Spielman,

2006).

Adapun manfaat dari terapi air hangat adalah sebagai berikut :

1) Produksi perasaan rileks.

2) Merangsang ujung saraf untuk membuat perasaan segar

kembali.

3) Meningkatkan sirkulasi darah.

4) Peningkatan metabolisme jaringan.

5) Penurunan kekakuan tonus otot.

6) Peningkatan migrasi leukosit.

7) Analgesik dan efek sedatif.

D. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2012) dengan judul “Pengaruh

Rendam Air Hangat Pada Kaki Dalam Meningkatkan Kuantitas Tidur

Lansia.” dengan jumlah responden 20 lansia yang berusia lebih dari 60

tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan

Page 61: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

43

pendekatan one group pre test post test desain. Pemilihan sampel dengan

teknik total sampling yang terdiri dari 20 responden lansia >60 tahun.

Intervensi rendam kaki dilakukan dan diobservasi sebanyak 2 kali.

Kuantitas tidur responden sebelum dan sesudah intervensi diukur dengan

lembar observasi. Analisis data menggunakan uji paired t test dengan

tingkat kemaknaan α=0,05 lalu kemudian diuji efektitivitasnya dengan uji

Anova. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kuantitas tidur

(durasi tidur total) lansia setelah merendam kaki dengan air hangat.

Perbedaan rata-rata kuantitas tidur lansia antara sebelum dan sesudah

intervensi menunjukkan hasil analisis uji paired t test (p<0,05) dan hasil

analisis uji anova menunjukkan nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan adanya

perbedaan yang bermakna antara rata-rata kuantitas tidur lansia sebelum

dan sesudah intervensi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh merendam kaki dengan air hangat terhadap kuantitas tidur lansia

di Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Moura Silva, Pereira Tucano, et, all (2012)

mengenai efek dari hydrotherapy yang berjudul “Effect of hydrotherapy

on quality of life, functional capacity and sleep quality in patients with

fibromyalgia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek hydrotherapy

pada fungsi dan kualitas tidur pasien dengan fibromyalgia. Metode yang

digunakan adalah dengan menilai 60 pasien wanita dengan fibromyalgia

yang berusia antara 30 sampai 65 tahun. Dari 60 pasien yang dinilai, 20

pasien dikeluarkan dan 10 meninggalkan penelitian karena mereka tidak

bisa memenuhi jadwal waktu. Program hidrotherapi dilakukan di kolam

Page 62: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

44

renang hangat dalam ruangan tertutup (indoor). Pelatihan tersebut

dilakukan dalam dua kali seminggu selama dua bulan, dan masing-masing

sesi berlangsung 60 menit. Setelah diberikan intervensi, pasien mengisi

tiga kuesioner yang terdiri dari: Fibromyalgia Impact Questionnaire

(FIQ), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Epworth Sleepiness Scale

(ESS). Setelah program hydrotherapy, pasien mengalami peningkatan

aspek-aspek yang dinilai dengan menggunakan Fibromyalgia Impact

Questionnaire (FIQ) yakni; fungsi fisik, ketidakhadiran kerja, kemampuan

untuk melakukan pekerjaan, intensitas nyeri, kelelahan, kelahan dipagi

hari, kekakuan (P <0,0001), kecemasan (P = 0 ,0013), dan depresi (P

<0,0001). Kualitas tidur (P <0,0001) dan kantuk di siang hari (P = 0,0003)

juga meningkat. Kesimpulannya hydrotherapy meningkatkan kualitas

tidur, fungsi fisik, status profesional, gangguan psikologis dan gejala fisik

pada pasien dengan fibromyalgia.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ebben & Spielman (2006) dengan judul

”The Effect of Distal Limb Warming on Sleep Latency” pada 11

responden. Dalam penelitian ini responden diberikan intervensi berupa

perendaman kaki dan tangan dengan suhu 42oC selama lima menit

sebelum responden jatuh tertidur. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada

perbedaan dalam latensi tidur (p>0,05) antara kondisi kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mengalami penurunan latensi

tidur setelah program hidrotherapi (p<0,05), diikuti dengan kelompok

kontrol setelah beberapa uji latensi tidur dilakukan.

Page 63: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

45

E. Kerangka Teori

Bagan 2. 2 Kerangka teori: modifikasi dari teori Darmojo (2009), Handoyo

(2014), Hidayat (2008), Juddith, dkk (2010), Maryam (2008), Potter & Perry

(2011), Stanley & Beare (2007), Sudoyo (2006).

Lanjut Usia Perubahan aspek fisiologik

Perubahan pada sistem saraf

dan sistem endokrin

Sekresi norepinephrine dan

serotonin terganggu

Perubahan pada

Suprachiasmatic Nucleus

Penurunan

sekresi melatonin

Terganggunya

irama sirkadian

Gangguan tidur

Terapi

Diet dan

terapi nutrisi

Kualitas tidur

buruk

Usia

Penyakit fisik

Obat-obatan dan zat tertentu

Gaya hidup

Stres emosional

Lingkungan

Asupan makanan dan kalori Non-

Farmakologis

Farmakologis

Relaksasi Progresif

Meditasi Akupuntur

& Akupresur

Hydrotherapy

(Merendam Kaki dengan

Air Hangat)

Rileksasi Meningkat

Page 64: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

46

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting (Sugiyono, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian

ini akan menjelaskan hubungan antar variabel yang akan diteliti yaitu

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel bebas

(independen) yang ingin diketahui yakni pengaruh merendam kaki dengan air

hangat terhadap kualitas tidur lansia, sedangkan variabel terikat (dependen)

yang akan diteliti yaitu skor kualitas tidur lansia. Adapun skema kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian

Pra intervensi Intervensi Post intervensi

Keterangan :

= Variabel terikat

= Variabel bebas

Kualitas Tidur Merendam kaki

dengan air hangat

Kualitas Tidur

Page 65: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

47

Berdasarkan bagan 3. 1 di atas, variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas (independen) adalah merendam kaki dengan air hangat.

b. Variabel terikat (dependen) adalah kualitas tidur pada lansia.

B. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep penelitian tersebut di atas, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho= Tidak Ada pengaruh merendam kaki dengan air hangat terhadap

kualitas tidur lansia di wilayah kerja PUSKESMAS Astanalanggar

Kecamatan Losari Cirebon Jawa Barat.

Ha= Ada pengaruh merendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur

lansia di wilayah kerja PUSKESMAS Astanalanggar Kecamatan Losari

Cirebon Jawa Barat.

Page 66: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

48

C. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Merendam kaki dengan

air hangat

Terapi nonfarmakologis

dengan memberikan

rangsang hangat pada

kaki dengan suhu 38o-

42oC yang dapat

menimbulkan rasa rileks

dan tenang dalam waktu

10 menit sebelum tidur

malam selama 5 hari

berturut-turut.

Menggunakan

lembar

observasi yang

dibuat oleh

peneliti dan di

isi oleh

responden atau

keluarga

dengan

sejujur-

jujurnya.

Lembar

observasi yang

terdiri dari:

komponen

prosedur

tindakan,

tanggal

perlakuan, jam

perlakuan,

keterangan

tindakan, dan

paraf responden.

Perlakuan

dikatakan berhasil

jika:

1. Responden

melakukan dengan

baik dan benar

sesuai prosedur

yang diberikan

peneliti.

2. Responden

melakukan

perlakuan selama 5

hari berturut.

Nominal

2. Kualitas tidur Pernyataan subjektif

tentang kepuasan tidur

yang ditandai dengan

merasakan tidak ada

masalah dengan tidurnya

dan durasinya cukup.

Kuesioner

yang terdiri

dari 7

komponen

pertanyaan

mengenai;

kualitas tidur

secara

subjektif,

waktu

Pittburgh Sleep

Quality Index

(PSQI) yang di

buat oleh D. J

Buysse,

Reynolds,

Monk, Berman

dan Kupfer

(1989), yang

telah

Hasil pengukuran

dinyatakan dengan

skor 0-21 yang

merupakan skor

total dari

penjumlahan tujuh

komponen,

semakin tinggi skor

total maka semakin

buruk kualitas

Interval

Page 67: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

49

mulainya tidur,

lamanya tidur,

efisiensi tidur,

gangguan

tidur,

kebiasaan

penggunaan

obat-obatan

dan aktivitas

yang dapat

mengganggu

tidur serta

aktivitas

sehari-hari

terkait dengan

tidur. Skor

setiap

komponen

adalah 0-3

diterjemahkan

kedalam bahasa

Indonesia

tidurnya.

Kesimpulannya

dengan batasan

skor <5 berarti

kualitas tidurnya

baik, ≥5 kualitas

tidurnya buruk.

Page 68: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

50

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain

penelitian quasi eksperimen. Rancangan penelitian ini adalah one group pre

test and post test design merupakan rancangan penelitian yang

mengungkapkan hubungan sebab akibat yang menggunakan satu kelompok

subjek dengan cara melakukan pengukuran sebelum dan setelah perlakuan.

Perbedaan kedua hasil pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan

(Nursalam, 2008). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

merendam kaki dengan air hangat terhadap kualitas tidur lansia di wilayah

kerja PUSKESMAS Astanalanggar Kecamatan Losari Cirebon.

Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok sampel tanpa

menggunakan kelompok kontrol. Kelompok sampel diberi tes awal (pre test)

lalu diberikan perlakuan selama lima hari secara berturut-turut dan kemudian

diberikan tes akhir (post test). Pre test dan post test dilakukan dengan

menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index yang telah diterjemahkan

kedalam bahasa Indonesia.

Bagan 4. 1 Desain Penelitian

( K )

Keterangan

K : Subjek (Lansia)

O : Observasi kualitas tidur sebelum intervensi (Pre test)

I : Intervnesi (Merendam kaki dengan air hangat)

OI : Observasi kualitas tidur setelah intervensi (Post test)

O OI I

Page 69: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

51

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja PUSKESMAS

Astanalanggar, tepatnya di rumah setiap responden. Alasan memilih

wilayah kerja PUSKESMAS Astanalanggar Kecamatan Losari Kabupaten

Cirebon sebagai lokasi penelitian adalah karena belum pernah dilakukan

penelitian mengenai pengaruh merendam kaki dengan air hangat terhadap

kualitas tidur pada lansia. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan,

dari 15 orang lansia didapatkan tujuh orang mengeluh tidurnya kurang

nyenyak dan kurang bugar dipagi hari, lalu sisanya mengatakan sering

terbangun 4-6 kali pada waktu tidur malam, dan sulit tertidur kembali.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan berkisar pada bulan April sampai

Mei tahun 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua lansia yang berumur ≥ 60 tahun dan mengalami gangguan tidur di

Page 70: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

52

kawasan wilayah kerja PUSKESMAS Astanalanggar dengan jumlah 67

orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang diteliti (Hidayat, 2009). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik

penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat

mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,

2008). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berumur ≥ 60 tahun

yang tinggal di kawasan wilayah kerja PUSKESMAS Astanalanggar

Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon. Agar sampel yang digunakan

match, peneliti menentukan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi adalah batasan ciri atau karakter umum pada

subyek penelitian, dikurangi karakter yang masuk dalam kriteria eksklusi

(Saryono, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Lanjut usia yang berusia ≥60 tahun dan tinggal di kawasan wilayah

kerja PUSKESMAS Astanalanggar Kecamatan Losari Kabupaten

Cirebon.

2. Dapat melihat dan mendengar dengan baik.

3. Lansia yang sehat secara mental (Geriatric Depression Scale ≤8).

Page 71: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

53

4. Tidak memiliki ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-

hari (hasil kuesioner Index Katz ≥2) dan bersedia untuk

berpartisipasi dalam penelitian.

Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria

inklusi yang dikeluarkan dari penelitian karena dapat mempengaruhi hasil

penelitian sehingga terjadi bias (Saryono, 2011). Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lansia yang mengalami fraktur, luka bakar, kemerahan pada kulit

kaki, atau luka terbuka pada daerah kaki.

2. Lansia yang mengikuti perawatan alternatif semacam pijat atau

lainnya seperti akupuntur.

3. Lansia dengan riwayat Obstructive Sleep Apnea.

4. Lansia dengan riwayat Nokturia.

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20.

Seperti pemaparan Burns & Susan (2005) bahwa jumlah sample pada

penelitian quasi eksperimen sebanyak 10-20 orang.

Pada penelitian ini, peniliti menambahkan 10% dari total sampel

untuk menghindari adanya drop out. Maka didapatkan sampel sebanyak

22 responden. Semua responden yang masuk ke dalam kriteria inklusi

diberi kode berupa angka, kemudian peneliti melakukan pengundian

terhadap calon responden yang akan diteliti. Selanjutnya, peneliti

melanjutkan dengan informed consent dan pengambilan data dengan

kuisioner.

Page 72: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

54

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasil

lebih baik sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2011). Instrumen dalam

penelitin ini yaitu lembar kuisioner atau angket yang terdiri dari data personal

dan PSQI. Kuesioner PSQI digunakan untuk mengukur kualitas tidur yang

terdiri dari 7 komponen yang menggambarkan tentang kualitas tidur secara

subjektif, waktu mulainya tidur, lamanya tidur, efisiensi tidur, gangguan

tidur, kebiasaan penggunaan obat-obatan dan aktivitas yang dapat

mengganggu tidur serta aktivitas sehari-hari terkait dengan tidur. Nomor

pertanyaan masing-masing komponen dapat dilihat dalam tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Komponen dan Nomor Pertanyaan Kuesioner PSQI

Nomor Komponen Nomor Pertanyaan

1. Subjektifitas 9

2. Latensi tidur 2, 5a

3. Lamanya tidur 4

4. Efisiensi tidur 1, 3, 4

5. Gangguan tidur 5b-5j

6. Penggunaan obat untuk

membantu tidur

6

7. Disfungsi disiang hari 7, 8

Page 73: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

55

Data personal responden berisi; nama, umur, jenis kelamin, alamat.

Sedangkan Kuesioner PSQI terdiri dari 4 pertanyaan terbuka dan 14

pertanyaan yang menggunakan skala Likert. Kuesioner ini hanya bisa

membedakan kualitas tidur yang buruk atau baik, bila skor total <5 dikatakan

kualitas tidurnya baik, sedangkan jika skor total ≥5 dikatakan kualitas tidur

buruk (Buysse, 1989). Namun pada penelitian ini, peneliti hanya

mengidentifikasi penurunan skor PSQI dan tidak mengkategorikan kualitas

tidur, dikarenakan hasil dari post test tidak mencapai penurunan skor sampai

skor < 5.

Kuesioner PSQI dibuat oleh D. J Buysse, Reynolds, Monk, Berman

dan Kupfer (1989) yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia

untuk mempermudah responden dalam mengisi kuesioner. Peneliti sudah

meminta izin kepada D. J Buysse untuk menggunakan PSQI dan telah

diizinkan. Namun akhirnya peneliti menggunakan kuesioner PSQI dari dr.

Sari Theresia Bukit yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan

memiliki hasil validitas yang tinggi. Kuesioner ini pernah beliau gunakan

dalam penelitiannya ketika menjalani pendidikan spesialis saraf di FK USU.

Peneliti sudah meminta izin kepada dr. Sari Theresia Bukit untuk

menggunakan kuesioner tersebut dan tidak mengubah sedikitpun dari isi

kuesionernya. Peneliti memilih PSQI sebagai instrumen penelitian karena

PSQI memiliki reliabilitas internal 0,83 dan untuk pengukuran berulang

secara global reliabilitas internalnya 0,85. Kemampuan sensitifitas

mendiagnosa 89,6% dan kemampuan spesifitas 86,5% (kappa= 0,75,

p<0,001).

Page 74: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

56

1. Kuesioner lain yang berhubungan dengan kualitas tidur.

Penelitian ini membutuhkan beberapa kuesioner untuk

memperkuat dan memudahkan pemilahan responden dalam proses

penentuan sample, yaitu berupa: Geriatric Depression Scale (menilai

tingkat depresi), dan Index Katz (menilai kemandirian dalam beraktivitas

sehari-hari). Depresi berhubungan dengan terganggunya tidur sehingga

seseorang dapat terbangun lebih awal dan sulit untuk memulai tidur

kembali (Potter & Perry, 2011). Peneliti tidak mengikutsertakan

responden yang memiliki resiko depresi sampai depresi berat (GDS≥8)

karena dapat membiaskan hasil dari pengaruh merendam kaki dengan air

hangat sebelum tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia. Pada penelitian ini

juga akan diberikan suatu perlakuan, sehingga untuk lebih mempermudah

proses penelitian (merendam kaki dengan air hangat) maka dipilih

responden yang tidak memiliki ketergantungan aktivitas dalam sehari-

harinya. Berikut ini penjelasan dari setiap kuesioner di atas:

1. Geriatric Depression Scale (GDS)

Kuesioner ini dibuat oleh Yesavage (1983) untuk

mengetahui tingkat depresi pada lanjut usia. Keusioner ini terdiri

dari 15 pertanyaan yang menggunakan skala Guttman, setiap

pertanyaan memiliki kesesuaian dengan jawaban yang tersedia oleh

peneliti (jawaban dicetak tebal). Jika terdapat 8 jawaban atau lebih

sesuai dengan jawaban yang dicetak tebal, makan lanjut usia

teridentifikasi depresi. Kuesioner ini memiliki koefisien reliabilitas

Page 75: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

57

internal (Alpha Cronbach)= 0, 84 dan tingkat sensitivitas 92% dan

spesifitas 89% (Greenberg, 2012).

2. Indeks Katz

Kuesioner ini biasa digunakan untuk mengkaji kemandirian

individu dalam kegiatan sehari-hari. Indeks Katz mengukur 6 fungsi,

yaiut: mandi, berpakaian, ke kamar mandi, berpindah, makan,

kontinen (BAK atau BAB). Dalam pengkajian ini terdapat 6

pertanyaan, setiap pertanyaan memiliki nilai 0 (jika ketergantungan)

dan 1 (jika mandiri). Analisa hasil dapat ditentukan dengan kriteria

nilai sebagai berikut:

A: Jika kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),

berpindah kekamar kecil, mandi dan berpakaian.

B: Jika kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi

tersebut.

C: Jika kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu

fungsi tambahan.

D: Jika kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian,

dan satu fungsi tambahan.

E: Jika kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,

ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

F: Jika kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,

ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

G: Jika ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.

Page 76: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

58

Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di

klasifikasikan sebagai C, D, E atau F. Sehingga, jika skor ≤ 2 maka

dikategorikan ketergantungan, sedangkan skor 3-6 dikategorikan

mandiri (Wallace & Shelkey, 2012).

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuisioner dikatakan valid

jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Dalam hal ini, beberapa item

pertanyaan dapat digunakan untuk mengungkapkan variabel yang diukur

tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-

masing skor item pertanyaan dari setiap variabel dengan total skor variabel

tersebut (Hidayat, 2009).

Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil

perhitungan r. Apabila r > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid,

sedangkan apabila r < r tabel, maka pertanyaan tidak valid. Uji validitas

ini juga bisa dilakukan dengan pengujian validitas konstruksi dengan

analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan skor item instrumen dalam

suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Bila

korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0.3 ke atas maka faktor

tersebut merupakan konstruksi yang kuat (Sugiyono, 2010).

Page 77: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

59

Pada penelitian sebelumnya (dr. Sari Theresia Bukit, 2011)

komponen total koefisien korelasi ditemukan 0, 76 untuk kebiasaan

efisiensi tidur dan kualitas tidur subjektif. Sedangkan koefisien korelasi

gangguan tidur ditemukan 0, 35. Sehingga rata-rata koefisien korelasinya

yaitu 0, 58. Untuk koefisien korelasi semua pertanyaan rata-rata bernilai

0, 67 dengan koefisien terendah 0, 367, dengan demikian berarti semua

pertanyaan dinyatakan valid karena nilai korelasinya diatas 0, 31.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas

menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach.

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach

> 0,60 (Hidayat, 2009).

Penelitian sebelumnya (dr. Sari Theresia Bukit, 2011) menguji

reliabilitas instrumen ini dengan menghitung nilai Alpha Cronbach dan

ditemukan hasil α= 0,83 untuk 7 komponen. maka instrumen ini dianggap

reliabel, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan.

Page 78: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

60

F. Langkah-langkah Pengumpulan Data

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan

pembuatan surat permohonan izin penelitian ke Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala

PUSKESMAS Astanalanggar Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon.

3. Setelah surat permohonan izin penelitian disetujui oleh Kepala

PUSKESMAS Astanalanggar, peneliti menentukan jumlah sample

dengan teknik purposive sampling yaitu seleksi sesuai kriteria inklusi

dan eksklusi. Hasil penghitungan didapatkan responden sebanyak 22

lansia.

4. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon

responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka

dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.

5. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden

selanjutnya diberikan penjelasan mengenai prosedur terapi/perlakuan

dan cara pengisian kuisioner serta responden dianjurkan bertanya

apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas.

6. Proses pengumpulan data berlangsung selama 7 hari, dimana hari

pertama adalah penjelasan prosedur dan pengisian kuesioner pertama

(pre test) Pittsburgh Sleep Quality Index, hari kedua sampai dengan hari

keenam adalah perlakuan merendam kaki dengan air hangat secara

berturut-turut selama lima kali (hari), selanjutnya hari ketujuh adalah

Page 79: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

61

pengumpulan data dimana responden mengisi kuesioner yang sama

untuk mengetahui hasil setelah perlakuan (post test).

7. Pada hari pertama penelitian, responden diberikan penjelasan mengenai

prosedur tindakan. Dalam hal ini, peneliti dibantu oleh rekan tenaga

perawat puskesmas yang telah melakukan diskusi dan penyamaan

persepsi prosedur dengan peneliti untuk menilai prosedur yang

dilakukan responden dengan lembar observasi yang telah disiapkan

peneliti.

8. Hari kedua sampai keenam, peneliti meminta asisten untuk mengamati

sekaligus mengisi lembar observasi prosedur tindakan, dan

menganalisanya. Jika ditemukan adanya ketidakjujuran dan

ketidaksesuaian prosedur tindakan, maka akan dilakukan drop out.

9. Hari ketujuh peneliti dan asisten mendatangi responden dan meminta

untuk mengisi lembar kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (post

test).

10. Waktu pengisian kuisioner selama kurang lebih 15 menit untuk masing-

masing respoden, sedangkan proses pengambilan data dilakukan dalam

dua tahap, yakni sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan 5 hari.

11. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di dalam

kuisioner, setelah selesai lembar kuisoner dikembalikan kepada

peneliti.

12. Kuisioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.

Page 80: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

62

1. Panduan Pelaksanaan Penelitian

Responden diberikan kuesioner (pre test) dan mengisi semua

pertanyaan yang ada. Selanjutnya responden melakukan intervensi

merendam kaki dengan air hangat dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

Mempersiapkan alat dan bahan

1. Thermometer

2. Basin/Baskom

3. 2 buah handuk

4. Wadah air atau termos yang berisi air panas

Prosedur tindakan

1) Bawa peralatan mendekati tempat tidur.

2) Campurkan air dingin dan air panas, lalu ukur suhunya dengan

thermometer (suhu 39oC - 42oC), isi baskom setengah penuh.

3) Letakkan basin di dekat tempat tidur, atau di bawah tempat tidur.

4) Duduk di tempat tidur dengan kaki menggantung ke bawah, dan

pastikan tempat tidur aman.

5) Jika kaki nampak kotor, maka cuci kaki terlebih dahulu.

6) Celupkan dan rendam kaki sampai betis dan biarkan selama 10

menit.

7) Tutup baskom dengan handuk untuk menjaga suhu.

8) Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun

tambahkan air panas sampai suhu sesuai kembali.

Page 81: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

63

9) Setelah selesai (10 menit), angkat kaki dan keringkan dengan

handuk.

10) Rapikan peralatan.

G. Etika Penelitian

1. Prinsip Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin pelaksanaan

penelitian dari pembimbing skripsi, Kaprodi Ilmu Keperawatan dan Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Kepala PUSKESMAS

Astanalanggar dan Kepala Desa yang terkait. Penelitian ini menggunakan

manusia sebagai subjek sehingga tidak boleh bertentangan dengan etik

(Setiadi, 2007). Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden

perlu mendapat perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama

penelitian dengan memperhatikan aspek-aspek self determination,

privacy, anonymity, confidentially, dan protection from discomfort

(Nursalam, 2008). Peneliti juga membuat Informed Consent sebelum

penelitian dilakukan. Sebagai pertimbangan etika penelitian, maka peneliti

memperhatikan aspek-aspek berikut ini:

a. Self Determination

Dalam penelitian ini peniliti memberikan kebebasan kepada responden

untuk menentukan apakah bersedia menjadi responden atau tidak dalam

penelitian ini setelah diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian.

Page 82: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

64

b. Privacy

Peneliti menjelaskan pada responden bahwa semua informasi yang

diperoleh dari responden selama penelitian ini hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian.

c. Anonymity

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa menjamin kerahasiaan

responden dengan tidak menuliskan atau mencantumkan identitas

responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner.

d. Confidentially

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa semua informasi yang

diperoleh dari responden tidak akan disajikan secara keseluruhan.

e. Protection from discomfort and harm

Peneliti memperhatikan kemungkinan timbulnya ketidaknyamanan

yang dirasakan responden selama pengisian kuesioner dan ketika

dilakukan terapi merendam kaki dengan air hangat. Untuk

meminimalkan ketidaknyamanan maka peneliti mendampingi dan

memonitor keadaan umum responden selama perlakuan dan pengisian

kuesioner. Sedangkan untuk mengurangi kejadian yang tidak

diinginkan (bahaya), suhu air yang digunakan sudah dipastikan sesuai

dengan yang ada didalam prosedur. Peneliti menyiapkan thermometer

untuk mengukur suhu air supaya sesuai dengan prosedur penelitian.

Page 83: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

65

2. Lembar Persetujuan

Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang

maksud dan tujuan penelitian sebelum penelitian dilakukan seperti adanya

satu kuesioner (PSQI) yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur.

Selanjutnya responden diberikan lembar persetujuan yang berisi

pernyataan bersedianya mengikuti penelitian ini kemudian diisi dan

ditandatangani responden.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data perlu dilakukan untuk memberikan kemudahan

dalam analisis data dan menginterpretasikan hasil penelitian. Untuk itu data

diolah terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Data

yang diperoleh diolah dengan komputer menggunakan software program

statistik. Hidayat (2009) menyatakan bahwa proses pengolahan data tersebut

melalui langkah-langkah berikut:

1. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kegiatan yang dilakukan

dalam editing adalah pengecekan dari sisi kelengkapan, relevansi, dan

konsistensi jawaban. Kelengkapan data diperiksa dengan cara memastikan

bahwa jumlah kuesiner yang terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel

minimal yang ditentukan dan memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam

kuisioner sudah terjawab dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban

Page 84: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

66

diperiksa dengan cara melihat apakah ada data yang bertentangan dengan

data lain.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Mengubah data dari yang

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan

penginterpretasian hasil penelitian.

3. Entry Data

Entry Data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer. Entry Data

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program software

statistik.

4. Cleaning

Setelah data dimasukkan dalam program komputer, selanjutnya

peneliti melakukan cleaning yaitu memeriksa kembali data yang sudah di-

entry untuk mengetahui kemungkinan adanya data yang masih salah atau

tidak lengkap sebelum dilakukan analisis.

5. Teknik analisis

Dalam melakukan teknik analisis, khusunya terhadap data

penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan

dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian

yang bersifat analitik, sehingga analisis yang digunakan statistika

inferensial (menarik kesimpulan) yaitu statistika yang digunakan untuk

Page 85: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

67

menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau

lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.

6. Tabulating

Tabulating adalah membuat distribusi frekuensi sederhana atau

tabel kontingensi yang telah diberi skor dan dimasukkan ke dalam tabel.

I. Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka komponen variabel

penelitian dapat dilakukan analisis. Berdasarkan Saryono (2011), analisis

data dilakukan dalam 2 tahap yaitu analisis univariat dan bivariat. Sebelum

melakukan analisis data univariat maupun bivariat, peneliti terlebih dahulu

menguji kenormalan distribusi data setiap variabelnya. Hal ini sangat penting

dilakukan karena, normal atau tidaknya distribusi data dapat mempengaruhi

pemilihan jenis uji yang dipakai dan penyajian dalam uji hipotesis. Pada

penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah metode analisis karena

lebih akurat dan objektif serta mudah dipahami dibandingkan dengan metode

plot dan histogram. Metode analisis yang dipilih adalah uji Shapiro-Wilk

karena jumlah responden < 50, yaitu 20 responden. Distribusi data dinyatakan

normal jika nilai kemaknaan (p) > 0, 05 (Saryono, 2011). Berikut ini adalah

hasil uji normalitas data menggunakan analisis uji Shapiro-Wilk:

Page 86: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

68

Tabel 4. 2 Hasil Uji Normalitas Data

Variabel

Hasil Uji

Shapiro-Wilk

(nilai p)

Keterangan Hasil

Skor kualitas tidur

sebelum intervensi (pre

test)

0, 290

Distribusi data normal

Skor kualitas tidur

setelah intervensi (Post

test)

0, 064 Distribusi data normal

Skor setiap komponen

sebelum intervensi (pre

test)

Komponen 1

Komponen 2

Komponen 3

Komponen 4

Komponen 5

Komponen 6

Komponen 7

0, 000

0, 000

0, 000

0, 002

0, 000

0, 000

0, 000

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Skor setiap komponen

setelah intervensi (post

test)

Komponen 1

Komponen 2

Komponen 3

Komponen 4

Komponen 5

Komponen 6

Komponen 7

0, 000

0, 000

0, 000

0, 000

0, 000

0, 000

0, 000

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Distribusi data tidak normal

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel skor kualitas tidur

sebelum dan sesudah intervensi memiliki distribusi data yang normal,

sehingga memenuhi syarat untuk menggunakan uji parametrik ( uji t

berpasangan). Variabel dari setiap komponen PSQI sebelum dan setelah

intervensi memiliki distribusi data tidak normal, oleh karena itu tidak dapat

Page 87: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

69

dilakukan uji parametrik, sehingga menggunakan uji non parametrik ( uji

Wilcoxon).

1. Analisis Univariat

Analisis data univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi. Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui karakteristik lansia (usia, jenis kelamin), dan

mengetahui kualitas tidur sebelum dan sesudah terapi merendam kaki

dengan air hangat.

Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil

pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

ukuran tendensi sentral atau grafik. Jika data mempunyai distribusi

normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan dan

standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran. Jika distribusi tidak

normal maka sebaiknya menggunakan median sebagai ukuran pemusatan

dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel bebas

dan variabel terikat. Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui pengaruh merendam kaki dengan air hangat terhadap

peningkatan kualitas tidur pada lansia dengan melihat pre test dan post

test. Analisis ini menggunakan 2 uji statistik, yaitu uji t berpasangan dan

Page 88: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

70

Uji Wilcoxon. Uji t berpasangan berfungsi untuk mengetahui adakah

pengaruh merendam kaki dengan air hangat terhadap rerata skor total

kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi dengan tingkat kemaknaan

95% (α= 0,05). Sedangkan, uji Wilcoxon digunakan untuk mengetahui

apakah terjadi pengaruh pada setiap komponen kualitas tidur sebelum dan

sesudah perlakuan dengan melihat perbedaan reratanya dan dikatakan

berpengaruh jika nilai p lebih dari 0,05.

Page 89: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

71

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan selama 7 hari di wilayah kerja

PUSKESMAS Astanalanggar, dengan rincian hari pertama adalah pre test,

hari kedua sampai ke enam intervensi dan hari ke tujuh adalah post test ( 14-

21 April 2015). Lokasi penelitian di wilayah kerja PUSKESMAS

Astanalanggar yang terdiri dari empat desa, yaitu Astanalanggar, Pasuruan,

Barisan, dan Dukuhwidara. PUSKESMAS Astanalanggar merupakan

fasilitas kesehatan bagi masyarakat sekitar yang mempunyai program rutin,

khususnya bagi lansia. Program Posbindu sering dilakukan setiap dua minggu

sekali, yang dilaksanakan secara bergantian disetiap tempat. Adapula progran

senam lansia setiap hari jumat dalam rangka membugarkan dan membiasakan

hidup sehat bagi lansia. Setiap program PUSKESMAS terlihat sangat

terorganisir, karena terdapatnya kader yang kompeten dan terlatih disetiap

daerah. Jumlah kader yang cukup, sangat membantu tenaga keseshatan

PUSKESMAS untuk menjalankan programnya. Dalam hal ini, peneliti ingin

melengkapi suatu intervensi yang belum pernah dilakukan, karena selama ini

masyarakatnya masih sering dan cenderung memilih terapi farmakologis.

Maka dari itu, dilakukanlah penelitian dengan judul “Pengaruh Merendam

Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Wilayah Kerja

PUSKESMAS Astanalanggar”.

Page 90: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

72

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian berdasarkan data

yang telah terkumpul. Pada penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok (20

responden), dengan memiliki dua hasil skor kualitas tidur yakni, sebelum dan

sesudah intervensi. Kedua hasil tersebut kemudian dibandingkan reratanya.

B. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini ditujukan terhadap variabel

karakteristik responden (usia dan jenis kelamin), skor total kualitas tidur dari

pre test dan post test, dan skor setiap komponen kualitas tidur dari pre test dan

post test. Variabel numerik disajikan dalam bentuk tabel statistik, sedangkan

variabel kategorik disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase.

1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik responden meliputi usia dan

jenis kelamin. Berikut hasil penelitian untuk karakteristik responden:

a. Usia

Penelitian ini menggunakan responden yang berusia ≥ 60 tahun

sebanyak 20 orang. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan distribusi

data usia responden dimana rata-rata usianya adalah 66,30 dengan

simpangan deviasi 4,131. Usia termuda adalah 61 tahun dan tertua

adalah 79 tahun.

Tabel 5. 1 Distribusi Data Usia Responden

Variabel Mean Median SD Minimun Maximum

Usia 66, 30 65, 63 4, 131 61 79

Page 91: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

73

b. Jenis Kelamin

Karakteristik yang kedua yaitu jenis kelamin. Berikut ini adalah

tabel yang menyajikan karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin dan didapatkan jenis kelamin terbanyak dari 20 orang adalah

perempuan dengan jumlah 11 orang (55,0%).

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 9 45,0%

Perempuan 11 55,0%

Total 20 100%

2. Komponen Kualitas Tidur

Tujuan kedua dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui

sekaligus mengidentifikasi setiap komponen kualitas tidur lansia sebelum

dan sesudah dilakukan intervensi. Adapun komponen tersebut adalah

kualitas tidur subjektif, latensi tidur, lamanya tidur, efisiensi tidur,

gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi di siang hari. Setiap

komponen mempunyai rentang skor dari 0 sampai 3, dimana 0 adalah

paling baik sedangkan 3 adalah sangat buruk. Dari data yang diperoleh,

setiap komponen mengalami penurunan rata-rata setelah intervensi (post

test). Berikut tabel yang menjelaskan rata-rata data yang dimiliki dari

setiap komponen.

Page 92: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

74

Tabel 5. 3 Rata-rata Skor Komponen Kualitas Tidur Responden

Komponen Kualitas Tidur N Mean SD Min-Max

K1: Kualitas Tidur Subjektif

Pre test

Post test

20

20

2,35

1,35

0,489

0,489

2-3

1-2

K2: Latensi Tidur

Pre test

Post test

20

20

2,35

1,40

0,489

0,503

2-3

1-2

K3: Lamanya Tidur

Pre test

Post test

20

20

2,40

1,40

0,589

0,598

1-3

0-2

K4: Effisiensi Tidur

Pre test

Post test

20

20

1,25

0,50

0,716

0,513

0-3

0-1

K5: Gangguan Tidur

Pre test

Post test

20

20

2,40

1,50

0,503

0,513

2-3

1-2

K6: Pemakaian Obat Tidur

Pre test

Post test

20

20

2,40

1,85

0,503

0,366

2-3

1-2

K7: Disfungsi Siang Hari

Pre test

Post test

20

20

2,05

1,50

0,605

0,513

1-3

1-2

3. Skor Total Kualitas Tidur

Berikut ini adalah tabel yang menyajikan rata-rata skor total PSQI

sebanyak 20 responden sebelum dan sesudah intervensi. Skor total

komponen PSQI mempunyai rentang dari 0-21, dimana semakin kecil skor

Page 93: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

75

total maka semakin baik kualitas tidurnya, sedangkan semakin besar skor

total maka semakin buruk kualitas tidurnya.

Tabel 5. 4 Rata-rata Skor Total PSQI

Skor Kualitas Tidur N Mean SD Min-Max

Pre test: 20 15,20 2,238 12-20

Post test: 20 9,50 1,906 7-13

C. Analisis Bivariat

Berdasarkan tujuan penelitian kelima, pada penelitian ini analisis

bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh merendam kaki dengan

air hangat terhadap skor kualitas tidur lansia. Beberapa uji dilakukan untuk

mengetahui signifikansi dari perbedaan skor rata-rata sebelum dan sesudah

intervensi

1. Perbedaan Rerata Skor PSQI pada pre test dan post test

Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan skor kualitas tidur

antara sebelum dan sesudah intervensi. Berikut ini adalah perbedaan rerata

skor kualitas tidur dari 20 responden pada pengukuran pre test dan post

test dan sekaligus mengidentifikasi kemaknaan perbedaannya. Analisis

yang digunakan adalah uji t berpasangan dengan tingkat kemaknaan 95%

(α=0,05).

Page 94: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

76

Tabel 5. 5 Pengaruh Merendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap

Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Pada Pengukuran pre-post test

N Mean SD

Perbedaan

Mean SD

IK 95%

(Lower-Upper) p

Pre

Post

20

20

15,20

9,50

2,238

1,906 5,700 1,261 5,110 - 6,290 0,000

Tabel 5. 5 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansinya 0,000

(p< 0,05), yang berarti terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang

bermakna pada responden sebelum dan sesudah melakukan rendam kaki

selama lima hari berturut-turut. Rerata skor kualitas tidur pada pengamatan

pre test didapatkan 15,20 (SD 2,238), sedangkan pada pengamatan post

test memiliki nilai rerata 9,50 (SD 1,906) dan perbedaan skor rerata antara

pre test dan post test adalah 5,700.

Skor total kualitas tidur didapat dari penjumlahan skor semua

komponen. Setiap komponen dianalisis untuk mengidentifikasi perbedaan

dan kemaknaannya sebelum dan sesudah intervensi rendam kaki dengan

air hangat. Jenis uiji yang digunakan adalah uji Wilcoxon karena distribusi

data dari setiap komponen tidak normal. Berikut ini adalah tabel yang

menyajikan hasil uji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

Page 95: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

77

Tabel 5. 6 Pengaruh Merendam Kaki dengan Air Hangat Terhadap

Perbedaan Setiap Skor Komponen Kualitas Tidur Responden

Komponen Kualitas Tidur N Z Sig. (2-tailed)

Kualitas Tidur Subjektif

Pretest

Posttest

20

20

-4,264 0,000

Latensi Tidur

Pretest

Posttest

20

20

-4,146 0,000

Lamanya Tidur

Pretest

Posttest

20

20

-4,472 0,000

Effisiensi Tidur

Pretest

Posttest

20

20

-3,638 0,000

Gangguan Tidur

Pretest

Posttest

20

20

-4,243 0,000

Pemakaian Obat Tidur

Pretest

Posttest

20

20

-3,317 0,001

Disfungsi Siang Hari

Pretest

Posttest

20

20

-3,317 0,001

Tabel di atas menunjukkan bahwa semua komponen memiliki

perbedaan yang bermakna (p< 0,05) antara sebelum dan sesudah

melakukan rendam kaki dengan air hangat. Komponen kualitas tidur

subjektif, latensi tidur, lamanya tidur, effisiensi tidur dan gangguan tidur

Page 96: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

78

memiliki nilai p= 0,000 sedangkan komponen penggunaan obat dan

disfungsi siang hari memiliki nilai p= 0,001. Dari uraian di atas,

menjelaskan bahwa setiap komponen mengalami penurunan yang

bermakna dan merendam kaki dengan air hangat sangat berpengaruh pada

semua komponen yang dibuktikan dengan nilai p< 0,05.

Page 97: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

79

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil penelitian berdasarkan teori-teori dan

penelitian terkait. Bab ini juga akan membahas pencapaian tujuan serta keterbatasan

penelitian yang bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

A. Karakteristik Responden

1. Usia

Rata-rata usia responden dalam penelitian ini adalah 66,30 tahun

(SD= 4,131) dengan rentang usia antara 61 sampai 79 tahun. Seseorang

dikatakan tergolong usia lanjut, jika berusia ≥60 tahun (Hardywinoto,

2005). Berdasarkan hasil pengukuran kualitas tidur sebelum intervensi,

semua responden memiliki gangguan tidur berupa sulit untuk jatuh

tertidur, sering terbangun di tengah malam, mudah terbangun atau kurang

pulas. Gangguan tidur tersebut muncul karena proses penuaan yang

mengakibatkan perubahan pola tidur pada lansia (Juddith, 2010). Hal ini

sesuai dengan pernyataan Potter & Perry (2011) yang menyebutkan bahwa

faktor yang mempengaruhi kualitas tidur salah satunya adalah usia.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden pada penelitian ini terdiri dari

perempuan sejumlah 11 orang dan laki-laki sebanyak 9 orang. Hasil

pengukuran kualitas tidur sebelum merendam kaki dengan air hangat

menunnjukkan rata-rata skor kualitas tidur pada responden laki-laki

Page 98: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

80

sebesar 15,33 sedangkan perempuan 15,09. Hasil tersebut kemudian diuji

perbedaannya menggunakan analisis uji independent t test yang

menghasilkan nilai p=0,817 dan hasil t hitung sebesar -0,235 (t tabel=

2,101). Analisis uji tersebut menunjukkan bahwa p>0,05 dan nilai -t

hitung > -t tabel, ini berarti tidak ada perbedaan bermakna antara rata-rata

skor sebelum intervensi pada perempuan dan laki-laki. Pengukuran skor

kualitas tidur setelah intervensi didapatkan rata-rata pada perempuan

sebesar 9,54 dan laki-laki sebesar 9,44. Beberapa penelitian terkait belum

ada yang menyatakan bahwa kualitas tidur dipengaruhi oleh jenis kelamin,

hal ini sesuai dengan pernyataan Darmojo (2009) bahwa jenis kelamin

bukan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur.

B. Skor Total Kualitas Tidur

Hasil pengukuran antara pre test dan post test menunjukkan

perbedaan rata-rata skor PSQI, dimana rata-rata hasil pre test adalah 15,20

dengan skor paling rendah 12 dan paling tinggi 20. Sedangkan hasil post test

memiliki rata-rata 9,50 dengan skor terendah 7 dan skor tertinggi adalah 13.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengukuran kualitas tidur mengalami

penurunan rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi. Semakin kecil

skor kualitas tidur mengindikasikan bahwa kualitas tidur semakin meningkat

atau membaik, sehingga bisa disimpulkan bahwa intervensi merendam kaki

dengan air hangat dapat meningkatkan kualitas tidur.

Page 99: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

81

Meningkatnya kualitas tidur akibat melakukan rendam kaki dengan

air hangat, merupakan suatu respon relaksasi yang menekan saraf simpatis.

Kondisi tersebut dikarenakan aktivitas saraf parasimpatis lebih berperan dan

aktif (rest and digest) (Potter & Perry, 2011; Intan A, 2010). Relaksasi juga

mempengaruhi respon tubuh seperti membesarnya pembuluh darah kulit,

menurunkan ketegangan otot rangka, menurunkan kadar asam laktat,

menurunkan kadar epineprin dan meningkatnya sekresi hormon melatonin

(Amirta, 2007; Darmojo, 2009; Ningrum, 2012). Berdasarkan mekanisme

tersebut, lansia mengalami peningkatan kualitas tidur.

Mekanisme fisiologis yang terjadi amatlah kompleks, namun ada

beberapa sistem yang erat kaitannya dengan kondisi relaksasi, yaitu jaringan

otot, sistem endokrin dan persyarafan. Air hangat dapat menimbulkan rasa

nyaman pada otot karena terjadi penurunan tegangan otot akibat melebarnya

pembuluh darah dan meregangnya sel-sel otot (Darmojo, 2009). Pada sistem

endokrin, merendam kaki dengan air hangat dapat menstimulasi peningkatan

sekresi hormon dalam tubuh. Adapun hormon yang disekresi pada saat

merendam kaki dengan air hangat yaitu serotonin yang kemudian diubah

menjadi melatonin (hormon yang menyebabkan rileks dan mengantuk)

(Amirta, 2007). Sedangkan pada sistem persyarafan, air hangat dapat

merangsang ujung-ujung syaraf yang kemudian menjadikan peningkatan

metabolisme jaringan. Syaraf yang terangsang dapat menimbulkan efek

analgesik dan sedatif dikarenakan aktivasi sistem syaraf parasimpatis

(kondisi rileks) dan ditekannya syaraf simpatis (Ebben & Spielman, 2006;

Amirta, 2007).

Page 100: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

82

Mekanisme homeostasis dalam siklus tidur berhubungan dengan

aktivitas sel-sel neuron dalam batang otak serta peran dari neurotransmitter

yang diprosuksi hipotalamus (Juddith, 2010). Dalam keadaan terjaga, neuron

dalam Reticular Activating System (RAS) akan melepaskan katekolamin

yaitu norepineprin (Hidayat, 2008). Beberapa neurohormon dan

neurotransmitter juga dihubungkan dengan tidur dan terbangun. Kelenjar

pineal menerima impuls saraf yang berasal dari retina mata. Setelah impuls

saraf sampai, kelenjar pineal mengkoordinasi serangkaian reaksi kimia yang

menghasilkan produksi hormon serotonin dan melatonin. Serotonin

merupakan neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap transfer

impuls-impuls saraf ke otak dan juga berperan spesifik dalam menginduksi

rasa kantuk. Serotonin dalam tubuh diubah menjadi melatonin, yang

merupakan hormon katekolamin sehingga dapat menimbulkan rasa kantuk

(Wold, 2008; Potter & Perry, 2011).

Merendam kaki dengan air hangat dapat menciptakan suasana rilkes

yang akan meningkatkan produksi serotonin dan kemudian diubah menjadi

melatonin sehingga timbul rasa kantuk dan mempertahankan tidur nyenyak.

Waktu perlakuan rendam kaki dengan air hangat yaitu pada saat malam hari

dengan alasan, ketika hari mulai gelap gland pineal mulai mengubah

serotonin menjadi melatonin. Kelenjar pineal tidak menyimpan melatonin

yang dihasilkan, melainkan memompa hormon ini secara langsung ke dalam

aliran darah. Melatonin akan mulai diproduksi ketika malam tiba, yang

kemudian mengkoordinasi fungsi-fungsi tubuh menjadi sistem yang selaras.

Page 101: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

83

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata skor

kualitas tidur yang bermakna (p=0,000) antara hasil pre-test dan post-test.

Perbedaan ini berarti bahwa intervensi merendam kaki dengan air hangat

berpengaruh terhadap kualitas tidur. Pengaruh ini dibuktikan dengan nilai

korelasi yaitu 0,827 yang artinya perbedaan rata-rata antara nilai pre tes dan

post test mempunyai korelasi yang kuat. Hal ini juga dilengkapi dengan nilai

perbedaan rata-rata skor kualitas tidur antara pre test dan post test sebesar

5,700. Dengan demikian, merendam kaki dengan air hangat dapat

menurunkan skor PSQI dengan kata lain memperbaiki kualitas tidur pada

lansia. Penelitian terkait juga menunjukkan pengaruh merendam kaki dengan

air hangat terhadap kualitas tidur, seperti Moura silva, Pereira Tucano, dkk

(2012) yang menemukan bahwa kualitas tidur meningkat setelah dilakukan

hydrotherapy (indoor warm pool) pada lansia dengan fibromyalgia dengan

ditandai adanya penurunan skor antara sebelum dan sesudah intervensi

(p=0,0001).

C. Skor Setiap Komponen Kualitas Tidur

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua komponen kualitas tidur

(kualitas tidur subjektif, latensi tidur, lamanya tidur, effisiensi tidur,

gangguan tidur, pemakaian obat tidur, dan disfungsi disiang hari) memiliki

perbedaan skor yang bermakna (p<0,05) antara sebelum dan sesudah

merendam kaki dengan air hangat yang dilakukan menjelang tidur selama 5

hari berturut-turut (10 menit setiap perlakuan). Hasil ini membuktikan bahwa

Page 102: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

84

merendam kaki dengan air hangat mempengaruhi semua komponen (kualitas

tidur subjektif, latensi tidur, lamanya tidur, effisiensi tidur, gangguan tidur,

pemakaian obat tidur dan disfungsi disiang hari). Merendam kaki dengan air

hangat mempunyai dampak bagi kualitas tidur, yang disebabkan adanya

perasaan rileks dan meningkatnya sekresi hormon serotonin (Intan A, 2010).

Kondisi rileks yang ditimbulkan dari melakukan rendam kaki

dengan air hangat menjelang tidur dapat menurunkan aktivasi Reticular

Activating System (RAS) yang menekan aktivitas korteks serebral ditambah

dengan peningkatan kadar melatonin (Ebben & Spielman, 2006). Secara

fisiologi dibagian telapak kaki terdapat banyak syaraf terutama di kulit yaitu

flexus venosus, dari mekanisme syaraf ini stimulasi diteruskan ke kornu

posterior kemudian dilanjutkan ke medula spinalis. Stimulus ini lanjut masuk

ke batang otak tepatnya di bagian bawah pons dan medula, disinilah terjadi

efek soparifik (ingin tidur) (Guyton & Hall, 2010). Mekanisme ini

ditunjukkan dengan penurunan skor pada komponen latensi tidur, lamanya

tidur dan effisiensi tidur. Pengukuran dari 20 responden, skor komponen

latensi tidur menurun dari 2,35 (pre test) menjadi 1,40 (post test) yang artinya

terjadi penurunan lantensi tidur dari kisaran waktu >60 menit menjadi <30

menit. Latensi tidur adalah waktu yang dibutuhkan untuk tertidur atau waktu

untuk memulai tidur sampai tidur yang sesungguhnya.

Skor komponen lamanya tidur menurun dari 2,40 (pres test) menjadi

1,40 (post test) yang artinya terjadi peningkatan jumlah jam atau durasi tidur.

Lansia yang melakukan rendam kaki dengan air hangat sebelum tidur

mengalami peningkatan jumlah jam tidur menjadi skitar 6-7 jam yang

Page 103: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

85

awalnya hanya 5-6 jam saja. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan

Khotimah (2012) dalam penelitiannya, menyebutkan bahwa terapi rendam air

hangat pada kaki memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan

vasodilatasi sehingga meningkatkan kuantitas tidur, dengan nilai signifikansi

(p< 0,05). Secara fisiologis Bulbar Synchronizing Regional (BSR)

mengambil alih dan melepaskan serotonin sehingga responden akan merasa

mengantuk dan mudah untuk jatuh tertidur. Keadaan ini membuat Reticular

Activating System (RAS) sulit aktif sehingga kondisi tidur dapat

dipertahankan (Potter & Perry, 2011).

Pengukuran skor komponen effisiensi tidur terjadi penurunan dari

1,25 (pre test) menjadi 0,50 (post test) yang artinya terjadi peningkatan

persentasi efisiensi tidur responden. Effisiensi tidur dapat dinilai dari total

jumlah jam tidur dibagi dengan total waktu di tempat tidur, lalu dikalikan

100%. Effisiensi tidur dikatakan baik, jika memiliki persentase yang tinggi,

dalam hal ini skor komponen effisiensi tidurnya kecil. Effisiensi tidur

meningkat karena adanya pertambahan durasi tidur yang disertai dengan

berkurangnya waktu latensi tidur. Lansia juga mengalami penurunan

frekuensi terbangun dimalam hari serta mudah untuk tertidur kembali.

Kondisi tidur yang nyenyak membuat persepsi responden terhadap kualitas

tidurnya meningkat. Peningkatan kualitas tidur subjektif ditunjukkan dengan

penurunan skor komponen kualitas tidur subjektif dari 2,35 (pre test) menjadi

1,35 (post test).

Beberapa komponen diatas, dipengaruhi oleh aktivitas serebral

akibat kondisi relaksasi. Membaiknya latensi tidur, lamanya tidur dan durasi

Page 104: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

86

tidur, mengakibatkan responden merasakan tidur yang nyenyak setelah

diberikan terapi rendam kaki dengan air hangat. Tidur nyenyak ditandai

dengan sulit aktifnya Reticular Activating System (RAS) sehingga responden

tidak lagi terlalu sensitif terhadap lingkungannya. Merendam kaki dengan air

hangat berperan dalam meningkatkan kadar melatonin dan menghambat RAS

untuk aktif (Guyton & Hall, 2010) . Selain terhambatnya RAS untuk aktif,

kinerja saraf simpatis ditekan dan terjadi penurunan kadar epineprin yang

membuat lansia tidur lebih nyenyak dan menurunkan frekuensi terbangun

ditengah malam. Mekanisme ini dibuktikan dengan menurunnya skor

komponen gangguan tidur dari 2,40 (pres test) menjadi 1,50 (post test).

Gangguan tidur adalah ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau

bangun lebih awal dari yang diinginkan (Darmojo, 2009). Penurunan

frekuensi gangguan tidur ini dapat disebabkan oleh respon relaksasi atau

posisi tidur pada saat menjelang tidur. Merendam kaki dengan air hangat

dapat mengendorkan otot sekaligus memiliki efek analgesik dan mengurangi

gejala Restless Legs Syndrom (RLS). Aliran darah yang lancar juga akan

mempengaruhi sistem transportasi nutrisi dan oksigen yang cukup untuk

dibawa ke rongga dada serta paru-paru. Peningkatan kapasitas paru juga dapat

terjadi sehingga dapat mengurangi gejala Sleep Disordered Breathing (SDB)

(Darmojo, 2009).

Setelah kebutuhan pada malam hari terpenuhi, responden lebih

merasa segar dipagi hari dan lebih bersemangat saat beraktivitas, dibuktikan

dengan adanya penurunan skor komponen disfungsi siang hari dari 2,05 (pre

test) menjadi 1,50 (post test) yang artinya masalah disfungsi pada siang hari

Page 105: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

87

menjadi berkurang. Hasil analisis menunjukkan nilai yang bermakna

(p<0,05) yang berarti merendam kaki dengan air hangat dapat memperbaiki

kualitas tidur sehingga aktivitas responden disiang hari lebih baik. Responden

memiliki aktivitas yang beragam, dari mulai sekedar mengurus rumah tangga

sampai bertani. Saat lansia beraktivitas, rangsangan (cahaya,suara,sentuham)

yang diterima dari lingkungan akan diteruskan ke Reticular Activating System

(RAS) yang kemudian aktif dan kondinya terjaga. Kondisi ini akan berubah,

jika lansia tidak memiliki kegiatan atau aktivitas, karena tidak ada rangsangan

yang mengaktivasi RAS maka terjadi penurunan impuls saraf yang dikirmkan

ke korteks serebral sehingga menjadi kurang aktif (mengantuk). Setelah

melakukan rendam kaki dengan air hangat, frekuensi mengantuk atau tertidur

saat beraktivitas disiang hari terjadi penurunan.

Aktivitas yang berat disiang hari, membuat semua responden sering

mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasi keluhannya, seperti obat pegal-

pegal, obat nyeri, dan gejala ringan seperti sakit kepala dan flu. Mereka

menkonsumsi obat untuk penyakit yang dideritanya dan memanfaatkan obat

tersebut untuk mengambil efek analgesik dan sedatifnya. Hal inilah yang

harus diluruskan, bahwa efek sedatif bisa didapat dari merendam kaki dengan

air hangat menjelang tidur. Pada komponen penggunaan obat tidur atau jenis

lainnya, sebanyak 20 responden menunjukkan hasil pengukuran sebelum

intervensi rendam kaki adalah 2,40 dan sesudah intervensi menjadi 1,85.

Adanya penurunan pada hasil pengukuran sebelum dan sesudah intervensi,

namun peneliti belum menemukan secara rinci dan secara fisiologis mengenai

teori pengaruh rendam kaki dengan air hangat terhadap komponen

Page 106: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

88

penggunaan obat. Penurunan skor pada komponen penggunaan obat terjadi

akibat perubahan persepsi yang disebabkan adanya perubahan pola tidur

responden.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan

penelitian, yaitu:

1. Pengambilan data kualitas tidur dilakukan dengan pengisian kuesioner

saja, tidak dilakukan observasi langsung yang mendalam. Jawaban

responden mengenai waktu (jam tidur, durasi tidur, durasi terbangun) bisa

saja kurang akurat.

2. Keterbatasan alat dari peneliti, sehingga alat yang digunakan kurang

seragam. Ketidak seragaman alat inilah yang mengakibatkan setiap

responden tidak sama kedalaman rendam kakinya. Sebagian responden

merendam kakinya sampai betis, dan sisanya hanya sampai diatas mata

kaki.

3. Keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Apabila peneliti mempunyai

waktu,biaya dan, tenaga yang cukup, penelitian ini akan menggunakan

sampel yang lebih banyak dan menggunakan dua kelompok (kontrol dan

intervensi), sehingga hasil yang didapat lebih baik dan tingkat

kebenarannya semakin tinggi.

Page 107: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

89

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,

membuahkan kesimpulan pada penelitian ini yaitu, merendam kaki dengan

air hangat memiliki pengaruh terhadap kualitas tidur lansia dimana terjadinya

peningkatan kualitas tidur pada lansia yang melakukan rendam kaki dengan

air hangat selama lima hari berturut-turut (10 menit setiap perlakuan). Berikut

ini adalah rincian kesimpulan pada penelitian ini:

1. Responden yang digunakan sebanyak 20 orang lansia dengan karakteristik

usia paling muda adalah 61 dan yang tertua adalah 79. Jenis kelamin

responden terbanyak adalah perempuan 11 orang dan laki-laki sebanyak 9

orang.

2. Gambaran skor setiap komponen kualitas tidur, yaitu komponen kualitas

tidur subjektif, latensi tidur, lamanya tidur, effisiensi tidur, gangguan tidur,

pemakaian obat, dan disfungsi disiang hari mengalami penurunan skor

antara sebelum dan sesudah merendam kaki dengan air hangat yang berarti

adanya pengaruh dari rendam kaki dengan air hangat terhadap seluruh

komponen kualitas tidur.

3. Rata-rata skor total kualitas tidur responden sebelum intervensi sebesar

15,20 dan pada pengukuran setelah intervensi sebesar 9,50.

Page 108: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

90

4. Terdapat perbedaan rata-rata skor kualitas tidur antara sebelum dan

sesudah intervensi sebesar 5,7. Hasil analisis uji t didapatkan nilai

signifikansi p<0,05 (p=0,000).

5. Terjadi penurunan rata-rata pada setiap komponen kualitas tidur,

diantaranya komponen kualitas tidur subjektif (pre test=2,35; post

test=1,35), latensi tidur (pre test=2,35; post test=1,40), lamanya tidur (pre

test=2,40; post test=1,40), effisiensi tidur (pre test=1,25; post test=0,50),

gangguan tidur (pre test=2,40; post test=1,50), pemakaian obat tidur (pre

test=2,40; post test=1,85), dan disfungsi siang hari (pre test=2,05; post

test=1,50). Dengan demikian dapat dikatakan terjadi peningkatan atau

perbaikan pada setiap komponen setelah intervensi rendam kaki dengan

air hangat.

6. Pada analisis uji Wilcoxon setiap komponen, didapat perbedaan rata-rata

skor yang bermakna antara sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai

p<0,05. Hasil ini berarti bahwa merendam kaki dengan air hangat

mempengaruhi semua komponen kualitas tidur.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka saran yang

dapat diajukan oleh peneliti adalah:

Page 109: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

91

1. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan dapat menggunakan hasil penelitian ini

sebagai tambahan pengetahuan dan bahan referensi dalam upaya

meningkatkan dan memperkaya kajian keperawatan gerontik tentang

praktik terapi komplementer yang menerapkan intervensi merendam kaki

dengan air hangat dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur lansia.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan tidak saja berfokus pada tindakan

farmakologis, tetapi harus berinovasi dengan pelengkap terapi non

farmakologis. Merendam kaki dengan air hangat merupakan terapi non

farmakologis yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan perawat baik

di rumah sakit maupun komunitas untuk diaplikasikan. Berdasarkan hasil

penelitian, merendam kaki adalah salah satu cara metode relaksasi yang

terbukti berpengaruh dalam meningkatkan kualitas tidur lansia.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan

penelitian lanjutan, seperti:

a. Melakukan penelitian dengan perlakuan yang lebih lama (>5 hari) dan

jumlah responden yang lebih banyak. Penelitian lanjutan dengan

mencari efektifitas menggunakan dua kelompok (kontrol dan

intervensi).

b. Melakukan penelitian lanjutan pada lansia dengan terapi merendam

kaki dengan air hangat untuk kriteria gangguan tidur tertentu.

Page 110: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

DAFTAR PUSTAKA

Amirta, Yolanda. Sehat Murah dengan Air. Jakarta: Keluarga Dokter, 2007

Anwar, Zainul. Penanganan Gangguan Tidur Pada Lansia. Malang: UMM Journal

Studies, 2010

Arnot, dkk. Pustaka kesehatan Populer Pengobatan Praktis: Perawatan Alternatif

dan Tradisional, volume 7. Jakarta: PT Bhuana Ilmu, 2009

Badan Pusat Statistik (BPS), diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada

tanggal 28 Oktober 2014 pada jam 20.20 WIB.

Black M. Joyce., Hawk H. Jane. Medical Surgical Nursing. Clinical Management

fot Positive Outcome. Volume 1. Eight Edition. Saunders Elsevier. St.

Louis. Missouri, 2008

Burns, Nancy and Grove K Susan. The Practice of Nursing Research Conduct,

Critique and Utilization. USA: Elsevier, 2005

Buysse, D. J., et al. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI): A new Instrument

for Psychiatric Practice and Research. Pittsburgh: Elsevier Scientific

Publishers Ireland Ltd, 1989

Caple & Grose. Sleep and hospitalization. Evidence-Based Care Sheet. Sleep and

Hospitalization. Cinahl Information System, 2011

Colten R. Harvey., Altevoght M. Bruce. Sleep disorder and sleep deprivation: An

Unmet Public Health Problem. Washington, DC: The National Academic

Press, 2006

Darmojo, B. dan Martono, H. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi 4.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009

Devsaran. Rendam kaki dengan air panas mempercepatkan peredaran darah.

http://id.asiatcm.com/content/rendam-kaki-dengan-air-panas-

mempercepatkan-peredaran-darah. diakses pada tanggal 5 Januari, 2015

Dinas Kesehatan. Manfaat dan Kerugian Air Hangat. Jakarta: Dinas Kesehatan,

2014 diakses dari http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/623-

dibalik-manfaat-ada-rugi-mandi-air-hangat pada tanggal 19 Januari 2014

Ebben, Matthew R. And Spielman, Arthur J. The Effect of Distal Limb Warming on

Sleep Latency. USA: Lawrence Erlbaum Associaties, 2006

Endeshaw Y, Bliwise DL. Sleep Disorder in the Elderly. In Agronin ME, Maletta

GJ. PRINCIPLE AND PRACTICE OF GERIATRIC PSYCHIATRY. 1st ed.

Philadelphia: LIPPINCOTT WILLIAMS & WILKINS, 2006

Page 111: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Fatimah, Sari., Majid, Yudi., dan Susanti, Raini D. Pengaruh Akupresur Terhadap

Kualitas Tidur Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha

Ciparay. Bandung: Naskah Publikasi, 2014

Fatimah. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan

Gerontik. Jakarta : TIM, 2010

Fatmah. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga, 2010

Flona. Terapi aromatic mendongkrak gairah bercinta. Jakarta: Gramedia, 2010

Galimi R. Insomnia in the elderly: an update and future challenges. G

GERONTOL, 2010

Greenberg, Sherry A. How to try this: The Geriatric Depression Scale (GDS). USA:

New York University, 2012

Guyton and Hall. Textbook of Medical Physiology, 12th ed. Jakarta: EGC, 2010

Handoyo, K. Khasiat dan Keajaiban Air Putih. Jakarta: Dunia Sehat, 2014

Hardy, S. A double bind: Disturbed sleep and depression. Practice Nursing.

Volume 19, 2008

Hardywinoto dan Setiabudhi, T. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai

Aspek: Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2005

Hegner, Barbara R., Acello, Barbara., and Caldwell, Esther. Nursing Assistant: A

Nursing Process Approach BASICS. USA: Delmar Learning, 2010

Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika, 2009

Hidayat, A. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika, 2008

Intan, Novita. Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga. Yogyakarta: UNY

Journal Studies, 2010

Judith, T. R., Julie, T. S., and Elizabeth, V. W. Managing sleep disorder in the

elderly. Nurse Practitioner, 2010

Kementrian Kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI, 2013

Khasanah, Khusnul dan Wahyu Hidayati. Kualitas Tidur Lansia di Balai

Rehabilitasi Sosial “MANDIRI” Semarang. Diponegoro Journal of

Nursing Studies, 2012

Khotimah. Pengaruh Rendam Air Hangat Pada Kaki Dalam Meningkatkan

Kuantitas Tidur Lansia. Jombang: UPTDU Journal Nursing Studies, 2012

Kneipp, Sebastian., and Priesnisz V. Hydrotherapy. Mosby, 2005

Page 112: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati., Jubaedi, A., & Batubara, I. Mengenal

usia lanjut dan perawatanya. Jakarta: Salemba Medika, 2008

Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV Sagung

Seto, 2006

Ningrum, Destiana A. Perbandingan Metode Hydrotherapy Massage dan Massage

Manual Terhadap Pemulihan Kelelahan Pasca Olahraga Anaerobic

Lactacid. Bandung; Repository.UPI.Edu, 2012

Nugroho, W. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC, 2008

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawtan. Jakarta:

Salemba Medika, 2008

Potter, Patricia A and Anne Griffin Perry. Basic Nursing. 7th ed. Canada: Mosby,

2011

Putra, R. Tips Sehat dengan Pola Tidur Tepat dan Cerdas. Yogyakarta: Buku Biru,

2011

Raisanen, Hannele Kauppinen. “The Impact of Extrinsic and Package Design

Attributes on Preferences for Non-Prescription Drugs”. Management

Research Review, Vol. 33, 2010

Saryono. Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT Percetakan Dan

Penerbitan Unsoed, 2011

Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007

Silva, Oliveira Moura., et, all. Effect of hydrotherapy on quality of life, in patients

with fibromyalgia. USA: Elsevier, 2012

Smyth, Carole. How to try this: Evaluating Sleep Quality in Older Adults. American

Journal of Nursing, 2012

Stanley, M., & Beare, P. G. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC, 2007

Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005

Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI, 2006

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2006

Sulaiman, S. Terapi Penyembuhan Dengan Air. Surakarta: Ziyad, 2009

Sustrani, L., Alam, S., dan Hadibroto, I. DIABETES: Informasi Lengkap Untuk

Penderita & Keluarga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006

The National Center on Physical Activity and Disability Exercise. Aquatic Therapy.

Chicago: Department of Disability and Human Development, 2009

Page 113: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Wallace, Meredith and Mary Shelkey. How to try this: Katz Index of Independence

in Activities of Daily Living (ADL). USA: New York University, 2012

Widya, G. Mengatasi Insomnia Cara Mudah Mendapatkan Kembali Tidur Nyenyak

Anda. Yogyakarta: Katahati, 2010

Wilson, S. A good night’s sleep, part one: normal sleep. Nursing & Residential

Care, 2008

Wold, Gloria H. Basic Geriatric Nursing. Amerika : Mosby, 2008

Page 114: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP

KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

ASTANALANGGAR KECAMATAN LOSARI CIREBON JAWA BARAT

Assalaamu’alaykum Wr. Wb.

Saya Gilang Gumilar Permady mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melaksanakan penelitian terkait tugas skripsi

yang berjudul “Pengaruh Merendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Kualitas

Tidur Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Astanalanggar Kecamatan Losari

Cirebon Jawa Barat” guna menyelesaikan tugas akhir pendidikan.

Tujuan Penelitian:

Untuk mengetahui adakah pengaruh pada kualitas tidur lansia setelah

diberikan perlakuan merendam kaki dengan air hangat di wilayah kerja Puskesmas

Astanalanggar Kecamatan Losari Cirebon.

Alasan untuk menjadi responden:

Lansia memiliki kualitas tidur yang buruk dibandingkan dengan orang

dewasa muda, remaja maupun anak-anak.

Prosedur:

1. Mengidentifikasi subjek yang berpotensi masuk dalam penelitian.

Pada tahap ini , kakek/ nenek akan diberikan beberapa pertanyaan

yang harus dijawab dengan jujur sesuai dengan pengalaman dan yang

dirasakan, sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang sesuai

dengan apa yang akan diteliti.

2. Pengisian tahap pertama akan diolah hasilnya yang kemudian

diseleksi sesuai dengan syarat-syarat penelitian.

3. Jika lolos pada tahap pertama, maka kakek/ nenek membuat

persetujuan kedua untuk bersedia sebagai subjek penelitian.

Nomor

Responden

Page 115: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

4. Setelah kakek/ nenek bersedia menjadi responden, selanjutnya akan

dilakukan merendam kaki dengan air hangat sebelum tidur selama

lima hari berturut-turut. Lalu, kakek/ nenek akan mengisi pertanyaan

lagi untuk yang terakhir kalinya.

Resiko

Dalam penelitian ini mungkin kakek/ nenek akan merasakan bosan,

malas, dan ketidaknyamanan untuk melakukan rendam kaki sebelum tidur selama

lima hari berturut turut.

Manfaat langsung bagi responden

Dapat merasakan sensasi rileks saat hendak tidur malam, yang akan

membuat kakek/ nenek merasa lebih nyaman.

Kompensasi

Kakek/ nenek dapat mengajukan pengunduran diri kapan saja tanpa ada

konsekuensi apapun.

Menjaga kerahasiaan data

Menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi (identitas

responden) maupun hasil-hasil lainnya. Semua informasi yang sudah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Page 116: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Lembar Persetujuan

Saya mengerti sepenuhnya resiko dan manfaat dari keikutsertaan saya

pada penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai

responden penelitian dan keikutsertaan saya ini merupakan atas dasar

suka rela tanpa ada unsur paksaan.

Nama :

Usia :

Tanggal :

Jam :

Gilang Gumilar Permady

Page 117: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Lampiran 2

LEMBAR PENGUMPULAN DATA PENELITIAN

1. Data Personal Responden

Nama (Inisial) :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

2. Riwayat Kesehatan

Riwayat penyakit sebelumnya:

Keluhan saat ini:

Apakah saat ini kakek/ nenek mengkonsumsi obat? Ya ( ) Tidak ( )

Jika Ya, sudah berapa lama mengkonsumsi obat tersebut?

1 bulan ( ) >6 bulan ( ) >1 tahun ( )

Sebutkan nama dan dosisnya!

Page 118: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX (PSQI)

Petunjuk: Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berhubungan dengan kebiasaan

tidur kakek/nenek selama satu bulan terakhir. Jawaban anda harus sesuai dengan

kebiasaan tidur siang dan malam selama sebulan terakhir. Jawablah seluruh

pertanyaan di bawah ini.

Selama sebulan terakhir,

1. Jam berapa kakek/nenek biasanya tidur?

2. Berapa lama (berapa menit) kakek/nenek menanti sebelum anda tertidur?

3. Jam berapa biasanya kakek/nenek bangun di pagi hari?

4. Berapa jam sesungguhnya kakek/nenek tidur pada malam hari? (Ini berbeda

dengan jumlah jam yang anda habiskan di tempat tidur)

5. Selama sebulan terakhir,

seberapa sering tidur

kakek/nenek terganggu

karena…

Tidak pernah

selama

sebulan

terakhir

Kurang dari

sekali dalam

seminggu

1 atau 2 kali

dalam

seminggu

3 kali atau

lebih dalam

seminggu

a. Tidak bisa tertidur dalam

tempo 30 menit

b. Terbangun di tengah

malam atau dini hari

c. Harus bangun untuk ke

kamar mandi

d. Susah bernapas

e. Batuk atau mendengkur

kuat

f. Merasa terlalu dingin

g. Merasa terlalu panas

h. Mendapat mimpi buruk

i. Merasa nyeri

Page 119: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

j. Alasan lain, kalau ada

tolong jelaskan:

6. Pada sebulan terakhir,

seberapa sering kakek/nenek

meminum obat tidur (resep

atau obat bebas)?

7. Pada sebulan terakhir,

seberapa sering kakek/nenek

tertidur ketika sedang

mengemudi, makan, atau

terlibat dalam kegiatan sosial?

Tidak ada

masalah sama

sekali

Sedikit sekali

masalah

Ada

masalah

Masalah

besar

8. Pada sebulan terakhir,

seberapa banyak masalah

yang kakek/nenek hadapi

untuk tetap antusias

menyelesaikan sesuatu

Sangat baik Cukup baik Kurang baik Sangat buruk

9. Bagaimanakah kakek/nenek

menentukan kualitas tidur

anda secara keseluruhan pada

sebulan terakhir?

Page 120: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Yesavage Geriatric Depression Scale

Berilah tanda centang (√) pada kolom kesesuaian jika jawaban pasien sesuai

dengan jawaban yang dicetak tebal.

No. Item Kesesuaian

1. Apakah anda merasa nyaman dalam

kehidupan ini? (Tidak)

2. Apakah anda mengalami perubahan dalam

melakukan aktivitas dan hobi? (Ya)

3. Apakah anda merasa hidup ini hampa? (Ya)

4. Apakah anda sering merasa bosan? (Ya)

5. Apakah anda optimis terhadap masa depan? (Tidak)

6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan

terjadi? (Ya)

7. Apakah anda merasa bahagia sepanjang

waktu? (Tidak)

8. Apakah anda sering merasa sendirian? (Ya)

9. Apakah anda lebih senang berada di rumah

daripada di luar rumah dan mengerjakan

sesuatu yang baru?

(Ya)

10. Apakah anda mempunyai masalah dengan

daya ingat? (Ya)

11. Apakah anda merasa senang dengan

kehidupan saat ini? (Tidak)

12. Apakah anda merasa tidak berharga? (Ya)

13. Apakah anda saat ini bersemangat? (Tidak)

14. Apakah anda merasa situasi anda tidak ada

harapan? (Ya)

15. Apakah anda merasa orang lain lebih baik

dari anda? (Ya)

Cara menilai:

Jika terdapat delapan jawaban atau lebih sesuai dengan jawaban yang dicetak

tebal, maka lanjut usia terindikasi depresi.

Page 121: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL

( Indeks Kemandirian Katz )

No. Aktivitas Mandiri

(1)

Tergantung

(0)

1. Mandi

Mandiri :

Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti

punggung atau ekstremitas yang tidak mampu )

atau mandi sendiri sepenuhnya.

Tergantung :

Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,

bantuan masuk dan keluar dari kamar mandi,

serta tidak bisa mandi sendiri.

2. Berpakaian

Mandiri :

Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,

melepaskan pakaian, mengancing/mengikat

pakaian.

Tergantung :

Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya

sebagian.

3. Ke Toilet

Mandiri :

Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian

membersihkan genetalia sendiri.

Tergantung :

Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil

dan menggunakan pispot.

4. Berpindah

Mandiri :

Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk,

bangkit dari kursi sendiri.

Tergantung :

Page 122: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur

atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih

perpindahan.

5. Kontinen

Mandiri :

BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri.

Tergantung :

Inkontinensia parsial atau total; penggunaan

kateter, pispot, enema dan pembalut ( pampers ).

6. Makan

Mandiri :

Mengambil makanan dari piring dan

menyuapinya sendiri.

Tergantung :

Bantuan dalam hal mengambil makanan dari

piring dan menyuapinya, tidak makan sama

sekali, dan makan parenteral ( NGT ).

Keterangan :

Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien

Page 123: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Lampiran 3

Panduan Prosedur Tindakan

(Merendam Kaki dengan Air Hangat)

Nama :

Tanggal perlakuan :

No. Tindakan Melakukan

Ya Tidak

1. Persiapkan alat dan bahan

1. Thermometer

2. Basin/Baskom

3. 2 buah handuk

4. Wadah air atau termos yang berisi air panas

2. Bawa peralatan mendekati tempat tidur.

3. Mencampurkan air dingin dan air panas, lalu ukur

suhunya dengan thermometer (suhu 39oC - 42oC),

isi baskom setengah penuh.

4. Letakkan basin atau baskom di dekat tempat tidur,

atau di bawah tempat tidur.

5. Duduk di tempat tidur dengan kaki menggantung ke

bawah, dan pastikan tempat tidur aman.

6. Jika kaki nampak kotor, maka cuci kaki terlebih

dahulu.

7. Celupkan dan rendam kaki sampai betis lalu

biarkan selama 10 menit.

8. Tutup baskom dengan handuk untuk menjaga

suhu.

9. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika

suhu turun tambahkan air panas sampai suhu

sesuai kembali.

10. Setelah selesai (10 menit), angkat kaki dan

keringkan dengan handuk.

11. Rapikan peralatan.

Paraf

Catatan:

Dimohon kepada anggota keluarga untuk membantu dalam pengisian lembar

observasi ini dan diisi dengan sejujur-jujurnya.

Page 124: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Lampiran 4

HASIL PENILAIAN GDS DAN INDEKS KATZ

Nomor urut Nilai GDS Nilai Indeks Katz

1 6 5

2 5 6

3 5 6

4 3 6

5 5 5

6 6 4

7 3 5

8 4 6

9 4 5

10 5 6

11 3 6

12 4 5

13 5 6

14 5 4

15 6 5

16 4 5

17 5 6

18 4 5

19 6 5

20 3 6

Page 125: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Lampiran 5

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Responden

Usia dan Jenis Kelamin

Statistics

Usia Jenis kelamin

N Valid 20 20

Missing 0 0

Mean 66,30 ,45

Std. Error of Mean ,924 ,114

Median 65,63a ,45a

Mode 65 0

Std. Deviation 4,131 ,510

Variance 17,063 ,261

Skewness 1,659 ,218

Std. Error of Skewness ,512 ,512

Kurtosis 3,927 -2,183

Std. Error of Kurtosis ,992 ,992

Range 18 1

Minimum 61 0

Maximum 79 1

Sum 1326 9

Percentiles

25 64,17b .b,c

50 65,63 ,45

75 67,50 ,95

a. Calculated from grouped data.

b. Percentiles are calculated from grouped data.

c. The lower bound of the first interval or the upper

bound of the last interval is not known. Some

percentiles are undefined.

Frekuensi Tabel

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Perempuan 11 55,0 55,0 55,0

Laki-laki 9 45,0 45,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Page 126: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

61 1 5,0 5,0 5,0

62 3 15,0 15,0 20,0

64 1 5,0 5,0 25,0

65 5 25,0 25,0 50,0

66 3 15,0 15,0 65,0

67 2 10,0 10,0 75,0

68 2 10,0 10,0 85,0

70 1 5,0 5,0 90,0

73 1 5,0 5,0 95,0

79 1 5,0 5,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Skor Total Kualitas Tidur

Statistics

Skor Total Pre test Skor total post test

N Valid 20 20

Missing 0 0

Mean 15,20 9,50

Std. Error of Mean ,501 ,426

Median 15,20a 9,40a

Mode 13b 10

Std. Deviation 2,238 1,906

Variance 5,011 3,632

Skewness ,317 ,406

Std. Error of Skewness ,512 ,512

Kurtosis -,672 -,553

Std. Error of Kurtosis ,992 ,992

Range 8 6

Minimum 12 7

Maximum 20 13

Sum 304 190

Percentiles

25 13,29c 8,00c

50 15,20 9,40

75 16,86 11,00

a. Calculated from grouped data.

b. Multiple modes exist. The smallest value is shown

c. Percentiles are calculated from grouped data.

Page 127: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Frequency Table

Skor Total pre test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

12 2 10,0 10,0 10,0

13 4 20,0 20,0 30,0

14 3 15,0 15,0 45,0

15 1 5,0 5,0 50,0

16 4 20,0 20,0 70,0

17 3 15,0 15,0 85,0

18 2 10,0 10,0 95,0

20 1 5,0 5,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Skor total post test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

7 4 20,0 20,0 20,0

8 2 10,0 10,0 30,0

9 4 20,0 20,0 50,0

10 6 30,0 30,0 80,0

12 2 10,0 10,0 90,0

13 2 10,0 10,0 100,0

Total 20 100,0 100,0

Page 128: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Distribusi Frequensi Setiap Komponen Kualitas Tidur (pre test)

Kualitas tidur

subjektif (pre)

Latensi tidur

(pre)

Lamanya tidur

(pre)

Effisiensi tidur

(pre)

Gangguan tidur

(pre)

Pemakaian obat

tidur (pre)

Disfungsi siang

hari (pre)

N Valid 20 20 20 20 20 20 20

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 2,35 2,35 2,40 1,25 2,40 2,40 2,05

Std. Error of Mean ,109 ,109 ,134 ,160 ,112 ,112 ,135

Median 2,35a 2,35a 2,42a 1,24a 2,40a 2,40a 2,06a

Mode 2 2 2 1 2 2 2

Std. Deviation ,489 ,489 ,598 ,716 ,503 ,503 ,605

Variance ,239 ,239 ,358 ,513 ,253 ,253 ,366

Skewness ,681 ,681 -,393 ,537 ,442 ,442 -,012

Std. Error of Skewness ,512 ,512 ,512 ,512 ,512 ,512 ,512

Kurtosis -1,719 -1,719 -,570 ,820 -2,018 -2,018 ,189

Std. Error of Kurtosis ,992 ,992 ,992 ,992 ,992 ,992 ,992

Range 1 1 2 3 1 1 2

Minimum 2 2 1 0 2 2 1

Maximum 3 3 3 3 3 3 3

Sum 47 47 48 25 48 48 41

Percentiles

25 .b,c .b,c 1,82c ,57c .b,c .b,c 1,44c

50 2,35 2,35 2,42 1,24 2,40 2,40 2,06

75 2,85 2,85 2,95 1,82 2,90 2,90 2,65

a. Calculated from grouped data.

b. The lower bound of the first interval or the upper bound of the last interval is not known. Some percentiles are undefined.

c. Percentiles are calculated from grouped data.

Page 129: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Distribusi Frequensi Setiap Komponen Kualitas Tidur (post test)

Kualitas tidur

subjektif (post)

Latensi tidur

(post)

Lamanya tidur

(post)

Effisiensi tidur

(post)

Gangguan tidur

(post)

Pemakaian obat

tidur (post)

Disfungsi siang

hari (post)

N Valid 20 20 20 20 20 20 20

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1,35 1,40 1,40 ,50 1,50 1,85 1,50

Std. Error of Mean ,109 ,112 ,134 ,115 ,115 ,082 ,115

Median 1,35a 1,40a 1,42a ,50a 1,50a 1,85a 1,50a

Mode 1 1 1 0d 1d 2 1d

Std. Deviation ,489 ,503 ,598 ,513 ,513 ,366 ,513

Variance ,239 ,253 ,358 ,263 ,263 ,134 ,263

Skewness ,681 ,442 -,393 ,000 ,000 -2,123 ,000

Std. Error of Skewness ,512 ,512 ,512 ,512 ,512 ,512 ,512

Kurtosis -1,719 -2,018 -,570 -2,235 -2,235 2,776 -2,235

Std. Error of Kurtosis ,992 ,992 ,992 ,992 ,992 ,992 ,992

Range 1 1 2 1 1 1 1

Minimum 1 1 0 0 1 1 1

Maximum 2 2 2 1 2 2 2

Sum 27 28 28 10 30 37 30

Percentiles

25 .b,c .b,c ,82c ,00c 1,00c 1,35c 1,00c

50 1,35 1,40 1,42 ,50 1,50 1,85 1,50

75 1,85 1,90 1,95 1,00 2,00 . 2,00

a. Calculated from grouped data.

b. The lower bound of the first interval or the upper bound of the last interval is not known. Some percentiles are undefined.

c. Percentiles are calculated from grouped data.

d. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Page 130: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

UJI NORMALITAS DISTRIBUSI DATA SKOR PSQI

Normalitas skor total pre test

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Skor Total Pre test ,154 20 ,200* ,944 20 ,290

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Skor Total Pre test 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Skor Total Pre test

Mean 15,20 ,501

95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound 14,15

Upper Bound 16,25

5% Trimmed Mean 15,11

Median 15,50

Variance 5,011

Std. Deviation 2,238

Minimum 12

Maximum 20

Range 8

Interquartile Range 4

Skewness ,317 ,512

Kurtosis -,672 ,992

Page 131: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Normalitas skor total post test

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Skor total post test ,197 20 ,042 ,910 20 ,064

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Skor total post test 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Skor total post test

Mean 9,50 ,426

95% Confidence Interval

for Mean

Lower Bound 8,61

Upper Bound 10,39

5% Trimmed Mean 9,44

Median 9,50

Variance 3,632

Std. Deviation 1,906

Minimum 7

Maximum 13

Range 6

Interquartile Range 2

Skewness ,406 ,512

Kurtosis -,553 ,992

Page 132: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Normalitas setiap komponen (pre test)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kualitas tidur subjektif (pre) ,413 20 ,000 ,608 20 ,000

Latensi tidur (pre) ,413 20 ,000 ,608 20 ,000

Lamanya tidur (pre) ,298 20 ,000 ,744 20 ,000

Effisiensi tidur (pre) ,336 20 ,000 ,821 20 ,002

Gangguan tidur (pre) ,387 20 ,000 ,626 20 ,000

Pemakaian obat tidur (pre) ,387 20 ,000 ,626 20 ,000

Disfungsi siang hari (pre) ,333 20 ,000 ,768 20 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kualitas tidur subjektif (pre) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Latensi tidur (pre) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Lamanya tidur (pre) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Effisiensi tidur (pre) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Gangguan tidur (pre) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Pemakaian obat tidur (pre) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Disfungsi siang hari (pre) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Page 133: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Normalitas Setiap Komponen (post test)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kualitas tidur subjektif (post) ,413 20 ,000 ,608 20 ,000

Latensi tidur (post) ,387 20 ,000 ,626 20 ,000

Lamanya tidur (post) ,298 20 ,000 ,744 20 ,000

Effisiensi tidur (post) ,335 20 ,000 ,641 20 ,000

Gangguan tidur (post) ,335 20 ,000 ,641 20 ,000

Pemakaian obat tidur (post) ,509 20 ,000 ,433 20 ,000

Disfungsi siang hari (post) ,335 20 ,000 ,641 20 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kualitas tidur subjektif (post) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Latensi tidur (post) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Lamanya tidur (post) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Effisiensi tidur (post) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Gangguan tidur (post) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Pemakaian obat tidur (post) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Disfungsi siang hari (post) 20 100,0% 0 0,0% 20 100,0%

Page 134: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

UJI BIVARIAT

Uji t berpasangan Skor PSQI

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Skor Total Pre test 15,20 20 2,238 ,501

Skor total post test 9,50 20 1,906 ,426

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Skor Total Pre test &

Skor total post test 20 ,827 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Skor Total Pre test -

Skor total post test 5,700 1,261 ,282 5,110 6,290 20,219 19 ,000

Page 135: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Uji Wilcoxon Setiap Komponen PSQI

Ranks (Komponen 1)

N Mean Rank Sum of Ranks

Kualitas tidur subjektif

(post) - Kualitas tidur

subjektif (pre)

Negative Ranks 19a 10,00 190,00

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 1c

Total 20

a. Kualitas tidur subjektif (post) < Kualitas tidur subjektif (pre)

b. Kualitas tidur subjektif (post) > Kualitas tidur subjektif (pre)

c. Kualitas tidur subjektif (post) = Kualitas tidur subjektif (pre)

Test Statisticsa

Kualitas tidur subjektif (post)

- Kualitas tidur subjektif (pre)

Z -4,264b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Ranks (Komponen 2)

N Mean Rank Sum of Ranks

Latensi tidur (post) -

Latensi tidur (pre)

Negative Ranks 18a 9,50 171,00

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 2c

Total 20

a. Latensi tidur (post) < Latensi tidur (pre)

b. Latensi tidur (post) > Latensi tidur (pre)

c. Latensi tidur (post) = Latensi tidur (pre)

Test Statisticsa

Latensi tidur (post) -

Latensi tidur (pre)

Z -4,146b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Page 136: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Ranks (Komponen 3)

N Mean Rank Sum of Ranks

Lamanya tidur (post) -

Lamanya tidur (pre)

Negative Ranks 20a 10,50 210,00

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 0c

Total 20

a. Lamanya tidur (post) < Lamanya tidur (pre)

b. Lamanya tidur (post) > Lamanya tidur (pre)

c. Lamanya tidur (post) = Lamanya tidur (pre)

Test Statisticsa

Lamanya tidur (post) -

Lamanya tidur (pre)

Z -4,472b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Ranks (Komponen 4)

N Mean Rank Sum of Ranks

Effisiensi tidur (post) -

Effisiensi tidur (pre)

Negative Ranks 14a 7,50 105,00

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 6c

Total 20

a. Effisiensi tidur (post) < Effisiensi tidur (pre)

b. Effisiensi tidur (post) > Effisiensi tidur (pre)

c. Effisiensi tidur (post) = Effisiensi tidur (pre)

Test Statisticsa

Effisiensi tidur (post) -

Effisiensi tidur (pre)

Z -3,638b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Page 137: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Ranks (Komponen 5)

N Mean Rank Sum of Ranks

Gangguan tidur (post) -

Gangguan tidur (pre)

Negative Ranks 18a 9,50 171,00

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 2c

Total 20

a. Gangguan tidur (post) < Gangguan tidur (pre)

b. Gangguan tidur (post) > Gangguan tidur (pre)

c. Gangguan tidur (post) = Gangguan tidur (pre)

Test Statisticsa

Gangguan tidur (post) -

Gangguan tidur (pre)

Z -4,243b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Ranks (Komponen 6)

N Mean Rank Sum of Ranks

Pemakaian obat tidur

(post) - Pemakaian obat

tidur (pre)

Negative Ranks 11a 6,00 66,00

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 9c

Total 20

a. Pemakaian obat tidur (post) < Pemakaian obat tidur (pre)

b. Pemakaian obat tidur (post) > Pemakaian obat tidur (pre)

c. Pemakaian obat tidur (post) = Pemakaian obat tidur (pre)

Test Statisticsa

Pemakaian obat tidur (post) -

Pemakaian obat tidur (pre)

Z -3,317b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,001

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Page 138: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Ranks (Komponen 7)

N Mean Rank Sum of Ranks

Disfungsi siang hari

(post) - Disfungsi siang

hari (pre)

Negative Ranks 11a 6,00 66,00

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 9c

Total 20

a. Disfungsi siang hari (post) < Disfungsi siang hari (pre)

b. Disfungsi siang hari (post) > Disfungsi siang hari (pre)

c. Disfungsi siang hari (post) = Disfungsi siang hari (pre)

Test Statisticsa

Disfungsi siang hari (post) -

Disfungsi siang hari (pre)

Z -3,317b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,001

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Uji Independent T test Skor PSQI antara Perempuan dan Laki-laki (pre test)

Group Statistics

Jenis kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor Total Pre test Perempuan 11 15,09 2,212 ,667

Laki-laki 9 15,33 2,398 ,799

Independent Samples Test

Skor Total Pre test

Equal

variances

assumed

Equal

variances not

assumed

Levene's Test for Equality of

Variances

F ,016

Sig. ,900

t-test for Equality of Means

T -,235 -,233

Df 18 16,584

Sig. (2-tailed) ,817 ,819

Mean Difference -,242 -,242

Std. Error Difference 1,032 1,041

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower -2,411 -2,443

Upper 1,926 1,958

Page 139: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …

Lampiran 6

Daftar Urut Nomor Responden

No. Nama (Inisial) Usia Alamat

1 Bpk. So 66 Ds. Astanalanggar

2 Bpk. T 65 Ds. Astanalanggar

3 Ibu R 62 Ds. Astanalanggar

4 Bpk. Su 66 Ds. Astanalanggar

5 Ibu M 68 Ds. Astanalanggar

6 Bpk. A 65 Ds. Barisan

7 Bpk. K 61 Ds. Barisan

8 Ibu RH 62 Ds. Pasuruan

9 Ibu K 64 Ds. Astanalanggar

10 Ibu S 73 Ds. Pasuruan

11 Ibu D 79 Ds. Pasuruan

12 Ibu E 66 Ds. Pasuruan

13 Ibu A 65 Ds. Astanalanggar

14 Bpk. J 67 Ds. Barisan

15 Ibu T 68 Ds. Pasuruan

16 Bpk. D 65 Ds. Barisan

17 Ibu L 62 Ds. Barisan

18 Ibu W 70 Ds. Astanalanggar

19 Bpk. Y 65 Ds. Barisan

20 Bpk. B 67 Ds. Pasuruan

Page 140: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …
Page 141: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …
Page 142: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …
Page 143: PENGARUH MERENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT …