PENGARUH MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK ...repository.utu.ac.id/542/1/BAB I_V.pdf · Media tanam...
Transcript of PENGARUH MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK ...repository.utu.ac.id/542/1/BAB I_V.pdf · Media tanam...
PENGARUH MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPKTERHADAPPERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.)
SKRIPSI
ERNAWATI08C10407018
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
PENGARUH MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPKTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.)
SKRIPSI
ERNAWATI08C10407018
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaFakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Media Tanam dan Dosis Pupuk NPKterhadap Pertumbuhan dan Hasil TanamanTerung (Solanum melongena L.)
Nama Mahasiswa : ErnawatiN I M : 08C10407018Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui :Komisi Pembimbing,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Irvan Subandar SP.MP.NIDN. 0129067903
Muhammad Jalil, SP, MPNIDN. 0115068302
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,
Diswandi Nurba, S.TP, M.SiNIDN. 0128048202
Jasmi, SP, M.Sc.NIDN. 0127088002
Tanggal Lulus :26 Agustus 2013
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terung (Solanum melongena L.) merupakan tanaman asli daerah tropis
yang cukup dikenal di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran pribumi, buah terung
hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang
relatif murah. Akhir-akhir ini bisnis terung masih memberikan peluang pasar yang
cukup baik terutama untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri (Rukmana,
1994).
Tanaman terung berasal dari Benua Asia, terdapatnya di India dan Birma.
Di daerah tersebut pada mulanya tanaman tumbuh secara liar, kemudian secara
berangsur-angsur tanaman terung mulai dibudidayakan karena buahnya dapat
digunakan untuk bahan makanan sayuran, namun tidak ada kejelasan yang pasti
kapan tanaman terung mulai dibudidayakan oleh manusia. Selain di India dan
Birma, di Afrika diketahui banyak terdapat sumber genetik (Plasma nutfah)
tanaman terung, salah satunya adalah Solanum macrocarpon L (Cahyono, 2003).
Meskipun terung termasuk sayuran yang digemari masyarakat, nampaknya
budidaya tanaman terung ini tidak se-intensif budidaya tanaman sayuran favorit
lain seperti cabai, tomat, bawang, dan lainnya. Tentu saja hal ini tidak terlepas
dari masih kurang pentingnya peran komoditas terung di masyarakat. Padahal
potensi pasar dalam negeri mempunyai peluang yang cerah (Rukmana, 1994).
Rendahnya produktifitas tanaman terung tentu saja erat kaitannya dengan
teknik budidaya yang harus dioptimalkan disamping penggunaan benih terung
yang selama ini dipakai petani. Meskipun data sensus pertanian 1998
mengungkapkan adanya kecenderungan peningkatan baik dari produksi maupun
2
luas areal sayuran terung di Indonesia yaitu sekitar 14.31 persen, namun
dibandingkan luas areal sayuran potensial yang ada konstribusinya sangat kecil.
Bahkan ada kecenderungan areal penanamannya semakin lama semakin
berkurang. Padahal dengan adanya peningkatan permintaan tersebut menunjukkan
peluang pasar terung masih terbuka (Anonymous, 2007).
Salah satu upaya untuk mendapatkan hasil tanaman terung yang optimum
yaitu dengan melakukan teknik budidaya tanaman terung yang baik dan
penggunaan pupuk yang efisien. Tanaman terung membutuhkan media tanam
yang tepat dan sesuai agar pertumbuhannya baik. Media yang ideal adalah
campuran antara tanah tertentu yang mempunyai tekstur cukup berpasir dan
kandungan unsur hara yang cukup. Soepardi (1983) menyatakan bahwa media
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai
tempat tumbuh, media perakaran, dan sumber unsur hara.
Karakteristik penting yang harus dimiliki media tanam sebagai tempat
tumbuh adalah mempunyai kemampuan memegang air yang baik, mempunyai
aerasi dan drainase yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman,
dan mengandung unsur hara penting yang tersedia untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Media tanam adalah salah satu faktor yang dapat
menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman (Acquaah, 2002)
Media tanam memegang peranan penting sebagai tempat tumbuhnya
tanaman, juga merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting.
Menurut Lakitan (2007) tanah dengan struktur remah sangat baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, karena didalamnya telah
mengandung bahan organik yang merupakan sumber ketersediaan unsur hara.
3
Untuk mendapatkan media yang baik untuk pertumbuhan tanaman, dapat
dilakukan dengan pencampuran pupuk kandang. Wirnaso (2003) menyatakan
bahwa pemakaian pupuk kandang sapi bagi tanaman bertujuan untuk
memperbaiki tingkat kesuburan tanah, juga mempunyai arti penting dalam
mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong
kehidupan jasad renik.
Ketersediaan hara di dalam tanah sifatnya terbatas maka penggunaan
pupuk merupakan suatu kebutuhan bagi tanaman dalam hal mencukupi kebutuhan
nutrisi dan menjaga keseimbangan hara yang tersedia selama siklus pertumbuhan
tanaman. Pemberian pupuk NPK merupakan salah satu usaha dalam memenuhi
kebutuhan hara bagi tanaman dan pemberian pupuk NPK yang efisien untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman terung yang optimal.
(Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Pupuk adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan
untuk menggantikan unsur yang habis terserap oleh tanaman dari tanah. Pupuk
secara umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak
tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun secara lebih
terinci manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan
dengan perbaikan sifat fisika dan kimia tanah (Lingga, 1998)
Menurut Marsono dan Sigit (2002) manfaat utama dari pupuk yang
berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat
menjadi gembur. Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir juga dapat
diperbaiki dengan penambahan pupuk, terutama pupuk organik. Manfaat lain
pemberian pupuk adalah mengurangi erosi pada permukaan tanah. Dalam hal ini
4
pupuk berfungsi sebagai penutup tanah dan memperkuat struktur tanah di bagian
permukaan.
Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah menurut Marsono dan
Sigit (2002) adalah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman.
Murbandono (1994) menyatakan bahwa unsur hara yang diperlukan tanaman
dapat dibagi tiga golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Ketiga
golongan tersebut yaitu unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak, seperti nitrogen, fosfor, dan potasium atau kalium. Unsur hara
sedang (sekunder) yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti
sulfur/belerang, kalsium, dan magnesium. Dan unsur hara mikro yaitu unsur hara
yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn),
khlor (Cl), boron (B), mangan (Mn), dan molibdenum (Mo).
Menurut Marsono dan Sigit (2002) selain menyediakan unsur hara,
pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang,
seperti N, P, dan K yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga dapat
memperbaiki keasaman tanah.
Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri dari
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang
mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan
pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
tanaman, seperti gabungan antara N, P dan K (Sabiham et al., 1989).
Pupuk NPK (Nitrogen-Phosphate-Kalium) merupakan pupuk majemuk
cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar
adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat
5
populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang
pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, 2002).
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui media tanam dan dosis pupuk NPK yang tepat agar
diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman terung yang optimum.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan
dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung, serta nyata
tidaknya interaksi antara kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
1. Media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung.
2. Dosis pupuk NPK berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
terung.
3. Terdapat interaksi antara media tanam dan dosis pupuk NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman terung.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Terung
2.1.1. Sistematika
Menurut Samadi (2001) sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman terung
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies :Solanum melongena L
2.1.2. Morfologi
Terung termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu. Batangtanaman
rendah (pendek), berkayu dan bercabang. Tinggi tanamanbervariasi antara 50-150
cm, tergantung dari jenis ataupun varietasnya(Samadi, 2001).
Permukaan kulit batang, cabang ataupun daun tertutup oleh bulu-
buluhalus. Daunnya berbentuk bulat panjang dengan pangkal danujungnya sempit,
namun bagian tengahnya lebar. Letak daun berselangseling, dan bertangkai
pendek(Rukmana, 1994).
Bunganya berbentuk mirip bintang, berwarna biru atau lembayungcerah
sampai warna yang lebih gelap. Bunga terung tidak mekar secaraserempak dan
7
penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silangataupun menyerbuk
sendiri(Samadi, 2001).
Buah Terung sangat beragam, baik dalam bentuk dan ukuranmaupun
warna kulitnya. Dari segi bentuk buah, ada yang bulat, bulatpanjang,dan setengah
bulat. Ukuran buahnya antara kecil, sedang,sampai besar. Sedangkan warna kulit
buah umumnya ungu, hijau keputih - putihan,putih, putih keungu-unguan, dan
hitam atau ungu-tua(Rukmana, 1994).
Buah yang menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentukpipih
dan berwarna cokelat muda. Biji ini merupakan alat reproduksi atauperbanyakan
tanaman secara generatif(Samadi, 2001).
2.2. Syarat Tumbuh
2.2.1. Iklim
Tanaman terung umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat luas,
namun kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem drainase dan tingkat
keasaman yang baik, merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan terung.
Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harusberkisar antara 5.5 - 6.7, Pada tanah
dengan pH yang lebih rendah akan menghambat pertumbuhan tanaman yang
mengakibatkan rendahnya tingkat produksi tanaman(Samadi, 2001).
Tanaman terung adalah tanaman yang sangat sensitif yang memerlukan
kondisi tanam yang hangat dan kering dalam waktu yang lama untuk keberhasilan
produksi. Temperatur lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman dan pencapaian masa berbunga pada terung. Lingkungan tumbuh yang
memiliki rata-rata temperatur yang tinggi dapat mempercepat pembungaan dan
umur panen menjadi lebih pendek (Samadi, 2001).
8
Tanaman terung dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran
tinggi, dengan ketinggian tempat yang berkisar antara 1-1200 m di atas
permukaan laut. Terung yang dibudidayakan di dataran rendah dan bertopografi
datar mempunyai umur panen yang lebih pendek dibandingkan terung yang
dibudidayakan di dataran tinggi (Samadi, 2001).
2.2.2. Tanah
Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman terung
adalah jenis tanah regosol, latosol, dan andosol. Ketiga jenis tanah tersebut
merupakan tanah lempung berpasir atau lempung ringan dan memiliki drainase
baik (Arsyad, 2010).
Sifat fisika tanah yang baik untuk penanaman terung adalah tanah gembur,
kaya bahan organik, tanah mudah mengikat air, dan keadaan tanah (solum tanah)
dalam.Sifat kimia tanah atau derajat keasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman terung dan produksi yang optimal adalah berkisar antara
6,8-7,3. Menurut Barmin (2009). Tanaman terung dapat tumbuh dengan baik dan
produksinya tinggi bila ditanam di tanah yang kaya bahan organik dan bermacam-
macam unsur hara yang sangat berguna untuk tanaman, serta tanah banyak
terdapat jasad renik tanah ataupun organisme tanah pengurai bahan organik tanah.
2.3. Media Tanam
Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman
optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai.
Media tanam terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengan-
9
dung tanah alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengan-
dung tanah (Harjadi, 1989).
Bahan-bahan campuran media tanam harus memiliki peranan yang khusus
di dalam campuran tersebut. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media
untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau
fisiknya, tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaannya, dapat digunakan
untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai
drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis
tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung per-tumbuhan tanaman
(Acquaah, 2002).
2.4. Pupuk Kandang
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan ketersediaan hara
dalam keadaan cukup dan seimbang dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk
menambahkan unsur hara pada tanah agar diperoleh pertumbuhan dan produksi
yang lebih baik serta untuk mengganti unsur hara yang ada dalam tanah yang
terangkut bersama hasil dan limbah tanaman (Murni dan Faodji, 1990).
Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh reaksi–reaksi kimia tanah
terutama oleh pH tanah. Efesiensi dari pemupukan tergantung dari beberapa faktor
diantaranya, jenis tanah (sebagai media tempat tumbuh yang paling dominan
pengaruhnya) dan jenis pupuk dalam zona perakaran (Waard, 1975).
Sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang merupakan sumber bahan
organik yang cukup dikenal. Bahan organik yang berupa pupuk kandang apabila
terdekomposisi dengan baik akan memperbaiki kondisi tanah, mengurangi erosi,
serta meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah. Pupuk kandang yang
10
dibenamkan ke dalam tanah dapat memperbaiki lingkungan sifat fisik tanah dan
meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan bahkan dilaporkan
dapat memperbaiki produktivitas tanah selama dua musim tanam (Erfandi et
al.,2001).
Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak jenis
pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kandang berbeda satu sama
lain. Hal ini sangat berkaitan dengan berbagai faktor seperti takaran pupuk, jenis
pupuk, tingkat kematangan pupuk, cara pemberian pupuk di samping kesuburan
tanahnya. Jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi mengandung N, P,
K dan unsur hara penting lainnya yang tinggi dibanding dengan pupuk kandang
lain untuk pertumbuhan tanaman (Waard, 1975).
Peranan pupuk kandang terhadap tanah adalahmemperbaiki kemampuan
tanah menyimpan air, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki nilai tukar
kation, mempengaruhi kemantapan agregat tanah, menyediakan unsur – unsur
hara yang dibutuhkan tanaman, menghasilkan banyak CO2 dan asam – asam
organik yang membantu mineralisasi, dan menaikkan suhu tanah (Mc Calla,1975).
Tingkat kesuburan tanah sangat ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Dari ketiga parameter kesuburan tanah tersebut, sifat fisik tanah
sangat menentukan kesuburan kimia dan biologi tanah. Oleh karena itu, upaya
perbaikan sifat – sifat fisik tanah sekaligus mengupayakan perbaikan sifat – sifat
kimia tanah dengan pemberian bahan organik (Olk et al.,2000).
11
2.5. Peranan Unsur Hara N, P dan KBagi Tanaman
2.5.1. Nitrogen (N)
Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman
terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai
komponen pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono dan Sigit,
2002). Parker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses
pertumbuhan, sintesis asam amino dan protein serta merupakan pembentuk
struktur klorofil. Nitrogen sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan
mempengaruhi warna hijau daun. Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup
nitrogen, warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan
nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning,
tangkai tinggi kurus, dan warna hijau daun menjadi pucat.
Pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan melalui pemupukan.
Pupuk nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk
pupuk makro. Sesuai dengan namanya pupuk-pupuk dalam kelompok ini
didominasi oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat
sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Salah satu jenis pupuk nitrogen
yang sering digunakan adalah urea. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan
NH4 (amonia) dengan CO2 . Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan
merupakan hasil ikutan tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara
45-46% (Marsono dan Sigit, 2002).
2.5.2. Phosfor (P)
Phospor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur ini
terlibat langsung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur phospor adalah hara kedua
setelah nitrogen dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk. Keperluan
12
phosfor kadang-kadang lebih kritik daripada nitrogen pada tanah-tanah tertentu.
Nitrogen dapat ditambah oleh mikroba dari udara, tetapi unsur phospor hanya
berasal dari batuan. Tanpa kecukupan phospor berbagai proses di dalam tanaman
akan terhambat sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak
berlangsung secara optimal (Anonymous, 1991).
Phospor berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan
akar, sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,
mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah
(Marsono dan Sigit, 2002). Phospor berperan dalam menstimulasi pertumbuhan
akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam proses fotosintesis dan
respirasi. Kekurangan unsur phospor akan menyebabkan warna keunguan pada
daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah (Parker, 2004).
Menurut Tan (1996) phosfor merupakan hara tanaman esensial dan
diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik : H2PO4 dan HPO42- . Phosfor
diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor tanaman,
untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman. Phosfor juga
merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phospate) dan ATP
(Adenosine Tri Phospate) , yang bersama-sama memerankan bagian penting
dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman.
Phosfor juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).
2.5.3. Kalium (K)
Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat,
memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap
penyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2002). Kalium tidak disintesis
13
menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di
dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang
esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang
terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan
dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam
mengatur tekanan turgor sel. Berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini, peran
yang penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 2004).
Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan kualitas
produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti pada kedelai
(Leiwakabessy dan Sutandi, 1998).
Kebutuhan tanaman akan unsur K dapat diperoleh dari pemupukan. Salah
satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl (Marsono dan Sigit, 2002).
Upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas efektifitas karena selain
mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur kalium juga mudah terikat
dalam tanah. Efektivitas pemupukan kalium dapat dicapai antara lain dengan
memperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat. Pemberian pupuk kalium
secara bertahap diperlukan untuk mencegah penyerapan berlebihan oleh tanaman
"luxury Consumption". Pada tanah yang mengandung kalium cukup tersedia
pemberian pupuk kalium dapat dikurangi. Dibandingkan tanaman pangan,
tanaman perkebunan dan industri lebih banyak menggunakan pupuk kalium
anorganik (Runhayat, 1995).
14
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh Kabupaten Aceh Barat mulai dari tanggal 10
Februari sampai dengan 21 April 2013.
3.2. Bahan Dan Alat
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Benih
Benih terung yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Mustang
F1 sebanyak 1 sachet yang diperoleh dari depot pertanian.
b. Tanah
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lapisan atas
(top soil) yang di peroleh dari desa Buloh Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya
c. Pupuk Kandang
Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran sapi
yang telah terdekomposisi dengan sempurna yang diperoleh dari Gampong
Mereubo Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat.
d. Pupuk NPK
Pupuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK
Yaramila dengan kandungan 16-16-16 yang diperoleh dari depot pertanian.
e. Babybag
Babybag yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran 8 x 10 sebagai
tempat persemaian.
15
f. Polybag yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 35 x 40 cm untuk
media tanam.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa cangkul, garu,
parang, hand spayer, meteran, jangka sorong, gembor, ember, timbangan analitik,
pamplet nama, tali, petridis dan alat tulis.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 3, dengan 3 ulangan. Faktor
yang diteliti meliputi media tanam dan dosis pupuk NPK.
Faktor Media Tanam (M) terdiri atas 3 taraf, yaitu :
M1 = Tanah : Pupuk Kandang (4 : 1)
M 2 = Tanah : Pupuk Kandang (3 : 1)
M 3 = Tanah : Pupuk Kandang (2 : 1)
Faktor Dosis Pupuk NPK (D) terdiri atas 3 taraf, yaitu :
D1 = 100 kg ha-1 (4.20 g tanaman-1)
D2 = 150 kg ha-1 (6.30 g tanaman-1)
D3 = 200 kg ha-1 (8.40 g tanaman-1)
Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, maka
terdapat 27 satuan percobaan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 1.
16
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Media Tanam dan Dosis PupukNPK.
NoKombinasiPerlakuan
Media Tanam(Tanah : Pupuk Kandang)
Dosis Pupuk NPK(Kg ha-1)
123
M1 D1
M1 D2
M1 D3
4 : 14 : 14 : 1
100150200
456
M2 D1
M2 D2
M2 D3
3 : 13 : 13 : 1
100150200
789
M3 D1
M3 D2
M3 D3
2 : 12 : 12 : 1
100150200
Model Matematis yang digunakan adalah:
Yijk = + i + Mj + Dk + (MD)jk + ijk
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor media tanam taraf ke-j, faktor dosis
pupuk NPK taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
i = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2 dan 3)
Mj = Pengaruh faktor media tanam ke-j ( j = 1, 2 dan 3)
Dk = Pengaruh faktor dosis pupuk NPK ke-k ( k = 1, 2, dan 3)
(MD)jk = Interaksi media tanam dan dosis pupuk NPK pada taraf media tanam
ke-j, dan taraf dosis pupuk NPK ke-k
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor media tanam taraf ke-j,
faktor dosis pupuk NPK taraf ke-k.
Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan
dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dengan
persamaan sebagai berikut:
17
BNJ0,05 = q0.05 (p;dbg)
Dimana :
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 %
q0,05 ( p;dbg ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; (jumlah perlakuan p dan derajat
bebas galat)
KT g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
1. Perlakuan Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah Varietas Mustang F1
sebanyak 5 gram dalam 1 sachet, kemudian benih direndam dalam air hangat kuku
selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk memecahkan dormansi benih dan
mencegah penyakit tular benih seperti layu bakteri, kemudian benih siap
dikecambahkan dengan cara benih diletakkan di dalam petridis yang dialasi
dengan kertas merang basah setebal 5 lapis dan dikecambahkan selama 24 jam.
2. Penanaman Benih
Sebelum penanaman benih, terlebih dahulu siram media semai di dalam
babybag hingga media cukup basah. Benih yang sudah disiapkan kemudian
ditanam satu persatu di tengah babybag, setelah itu tutup dengan tanah yang
gembur hingga menutupi benih. Media semai terdiri dari tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 2:1 (dua bagian tanah satu bagian pupuk kandang).
18
3. Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan adalah tanah dan pupuk kandang (kotoran sapi)
yang terlebih dahulu dibersihkan dari bahan- bahan yang tidak dikehendaki,
kemudia kedua media ini siap dicampurkan dengan perbandingan sesuai dengan
percobaan yaitu tanah : pupuk kandang dengan perbandingan (volume : volume)
masing – masing (4 : 1), (3 : 1) dan (2: 1). Kemudian media dimasukkan kedalam
polybag yang telah disediakan yaitu 81 polybag.
4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara memindahkan bibit yang di babybag ke
dalam polibag, 1 tanaman per 1 polibag dan penanaman dilakukan pada saat
tanaman berumur 15 hari setelah semai. Bibit yang ditanam adalah bibit yang
sehat dan normal.
5. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada saat pagi dan sore hari
disesuaikan dengan keadaan cuaca setempat.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman terung terserang penyakit
atau mati. Penyulaman ini dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam.
c. Pemupukan
Pupuk NPK diberikan 2 kali sesuai dengan kombinasi perlakuan pada
umur 7 dan 21 HST. Pemupukan diberikan sekeliling batang tanaman sejauh 4 cm
dengan kedalaman 2 cm dengan dosis pupuk D1 = 100 kg ha-1, D2 = 150 kg ha-1
dan D3 = 200 kg ha-1.
19
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama ulat daun dan ulat penggerek batang dilakukan dengan
menggunakan insektisida Symbuse dengan konsentrasi 3 cc/liter air dilakukan
pada umur 45 HST dengan cara penyemprotan pada tanaman terung.
6. Panen
Panen dilakukan pada umur 54, 62 dan 70 hari setelah tanam. Terung
yang dipanen berukuran besar, buah masih muda, kulit buah mengkilat dan
memiliki warna yang cemerlang. Panen dilakukan dengan cara manual yaitu buah
dipetik dengan memotong tangkai buahnya dengan menggunakan pisau yang
tajam.
3.5. Pengamatan
Ada beberapa parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi
dengan mengunakan meteran dan di amati pada umur 15, 30 dan 45 HST.
2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Diameter pangkal batang di ukur pada umur 15, 30 dan 45 HST, diukur pada
leher batang (pangkal batang) dengan menggunakan jangka sorong.
3. Jumlah Buah Per Tanaman (buah)
Jumlah buah yang dihitung adalah buah hasil tanaman terung yang telah di
panen per tanaman pada umur 54, 62 dan 70 HST.
20
4. Diameter Buah (mm)
Diameter buah diukur pada saat panen umur 54, 62 dan 70 HST dengan
mengunakan jangka sorong.
5. Berat Buah Per Tanaman (g)
Berat buah pertanaman diamati pada saat panen umur 54, 62 dan 70 HST
dengan cara menimbang buah per tanaman dengan menggunakan timbangan
analitik.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Media Tanam
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
umur 30 HST, diameter pangkal batang umur 15 HST, jumlah buah per tanaman
dan berat buah per tanaman namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman umur 15 dan 45 HST, diameter pangkal batang umur 30 dan 45 HST dan
diameter buah.
1. Tinggi Tanaman
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 45 HST. Rata-rata
tinggi tanaman terung pada berbagai media tanam umur 15, 30 dan 45 HST
setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Terung pada Berbagai Media Tanam umur15, 30 dan 45 HST
Media Tanam Tinggi Tanaman(cm)Simbol Tanah : Pupuk Kandang 15 HST 30 HST 45 HST
M1 4 : 1 6.26 21.65 a 51.57M2 3 : 1 6.57 22.24 ab 54.24M3 2 : 1 6.79 23.86 b 55.24
BNJ 0,05 - 1.95 -Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ0,05)
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman terung tertinggi umur 15 dan 45
HST dijumpai pada media tanam 2 : 1 (M3)meskipun secara stasistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuaan lainnya. Sedangkan
22
pada umur 30 HST tanaman tertinggi dijumpai pada media tanam 2 : 1 (M3) yang
berbeda nyata dengan media tanam 4 : 1 (M1) namun berbeda tidak nyata dengan
media tanam 3 : 1 (M2).
Hubungan antara tinggi tanaman terung pada berbagai media tanam umur
15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tinggi Tanaman Terung pada Berbagai Media Tanamumur 15, 30 dan 45HST.
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tanaman terung tertinggi umur 15, 30
dan 45 HST dijumpai pada media tanam 2 : 1 (Tanah : Pupuk Kandang). Hal ini
diduga karena pada media tersebut yang digunakan sudah sesuai dengan
pertumbuhan tanaman.Menurut William et al. (1993) yang mengatakan media
tumbuh yang baik harus dapat menyediakan air, udara dan unsur hara dalam
jumlah dan keseimbangan yang menguntungkan bagi tanaman, supaya dapat
membentuk akar yang sempurna dan pertumbuhan tanaman menjadi baik.
Kastasapoetra (1988) menambahkan bahwa media pupuk kandang dapat
memperbaiki keadaan fisik tanah menjadi lebih baik unsur hara didalam tanah
lebih baik pula, dengan demikian penambahan pupuk kandang akan
6.26 6.57 6.79
21.65 22.24 23.86
51.5754.24 55.24
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
4 : 1 3 : 1 2 : 1
Tin
ggi T
anam
an(c
m)
Media Tanam (Tanah : Pupuk Kandang)
15 HST
30 HST
45 HST
23
menambahkan bahan organik kedalam tanah sehingga dapat memperbaiki struktur
tanah, porositas tanah dan meningkatkan kapasitas tanah dan ketersedian air yang
baik sehingga sangat berguna untuk pertumbuhan tanaman.
2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa media tanam berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur 15
HST dan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang umur 30 dan
45 HST. Rata – rata diameter pangkal batang terung pada berbagai media tanam
umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata – rata Diameter Pangkal Batang Terung pada Berbagai MediaTanam umur 15, 30 dan 45 HST.
Media Tanam Diameter Pangkal Batang(mm)Simbol Tanah : Pupuk Kandang 15 HST 30 HST 45 HST
M1 4 : 1 3.68 a 9.85 15.54M2 3 : 1 4.10 ab 10.48 16.17M3 2 : 1 4.35b 10.95 16.60
BNJ 0,05 0,63 - -Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05)
Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur30
dan 45 HST dijumpai pada media tanam 2 : 1 (M3)meskipun secara stasistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuaan lainnya. Sedangkan
pada umur 15 HST diameter pangkal batang dijumpai pada media tanam 2 : 1
(M3) yang berbeda nyata dengan media tanam 4 : 1 (M1) namun berbeda tidak
nyata dengan media tanam 3 : 1 (M2).
Hubungan antara diameter pangkal batang pada berbagai media tanam
umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 2.
24
Gambar 2. Diameter Pangkal Batang Terung pada Berbagai Media Tanam umur 15, 30dan 45 HST.
Gambar 2menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur 15
HST dijumpai perbandingan 2 : 1 (Tanah : Pupuk Kandang).Hal ini diduga karena
pada media tanam tersebut unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia
dalam keadaan seimbang, sehingga dapat memicu pertumbuhan menjadi lebih
baik dan didukung oleh faktor lingkungan yang baik. Menurut Ingels (1985)
media tanam yang tepat merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya
tanaman. Media tanam yang baik adalah media yang bisa menyediakan unsur hara
yang dibutuhkan bagi tanaman salah satunya dengan menggunakan
pupukkandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibawa (1998) yang menjelaskan
bahwa pertumbuhan tanaman yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan berada dalam bentuk tersedia,
seimbang dan didukung oleh faktor lingkungannya.
3. Jumlah BuahPer Tanaman (buah)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa media
tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Rata – rata jumlah
3.68 4.10 4.35
9.85 10.48 10.95
15.54 16.17 16.60
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
4 : 1 3 : 1 2 : 1
Dia
met
er P
angk
al B
atan
g(m
m)
Media Tanam (Tanah : Pupuk Kandang)
15 HST
30 HST
45 HST
25
buah terung pada berbagai media tanam setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata – rata Jumlah Buah Terung per Tanaman pada BerbagaiMediaTanam
Media TanamJumlah Buah Per Tanaman(buah)
Simbol Tanah : Pupuk KandangM1 4 : 1 1.67 aM2 3 : 1 1.83 abM3 2 : 1 2.15 b
BNJ0,05 0,42Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05).
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah buah terung terbanyak dijumpai pada
media tanam 2 : 1 (M3)yang berbeda nyata dengan media tanam 4 : 1 (M1) namun
berbeda tidak nyata dengan media tanam 3 : 1 (M2).
Hubungan antara jumlah buahper tanamanpada berbagai media tanam
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Jumlah Buahper tanaman pada Berbagai Media Tanam.
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah buahterung terbanyak dijumpai
pada media tanam 2 : 1 (Tanah : Pupuk Kandang). Hal ini diduga karena pada
media tersebut yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan
1.671.83
2.15
0
0.5
1
1.5
2
2.5
4 : 1 3 : 1 2 : 1
Jum
lah
Bua
h pe
r T
anam
an (b
uah)
Media Tanam (Tanah : Pupuk Kandang)
26
media tanam yang tepat akan memberikan kondisi lingkungan yang optimum bagi
pertumbuhan tanaman. Media tanam yang baik memiliki kemampuan
menyediakan air dan hara yang optimum. Menurut Winarso (2003) menyatakan
bahwa media yang baik dapat menyerap air dan zat – zat lain yang dibutuhkan
tanaman terung.
4. Diameter Buah (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa media
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter buah. Rata – rata diameter buah
terung pada berbagai media tanam dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata – rata Diameter Buah Terung pada Berbagai Media Tanam
Media TanamDiameter Buah (mm)
Simbol Tanah : Pupuk KandangM1 4 : 1 43.79M2 3 : 1 46.76M3 2 : 1 49.20
Tabel 5 menunjukkan bahwa diameter buah terbesar dijumpai pada media
tanam2: 1 (M3) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak
nyata dengan perlakuan lainnya.Hal ini didugan bahwa unsur harayang terdapat
dalam media tanam tidaktercukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Menurut Apriscia et al. (2012) yang menyatakan bahwa media tanam
yang kurang baik dapat dengan mudah mengendapkanair yang lebih sehigga
membuat sistem perakaran terhambat untuk melakukan proses metobolisme.
Penggunaan media tumbuh yang baik dan sesuai bagi tanaman akan
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi, demikian juga sebaliknya, apabila
media tumbuh tidak sesuai bagi tanaman maka pertumbuhan tanaman akan
terhambat dan produksi semakin berkurang.
27
5. Berat Buah Per Tanaman (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa media
tanam berpengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman. Rata – rata berat buah
per tanaman pada berbagai media tanam setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata – rata Berat Buah per Tanaman pada Berbagai Media Tanam
Media Tanam Berat Buah per Tanaman(g)Simbol Tanah : Pupuk Kandang
M1 4 : 1 170.33 aM2 3 : 1 201.08 abM3 2 : 1 222.43 b
BNJ0,05 43,21Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05).
Tabel 6 menunjukkan bahwa buah terung terberat dijumpai pada media
tanam 2 : 1 (M3) yang berbeda nyata denganmedia tanam4 : 1 (M1) namunberbeda
tidak nyata dengan media tanam3 : 1 (M2).
Hubungan antaraberat buahper tanaman pada berbagai media tanam dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Berat Buah Per Tanaman pada Berbagia Media Tanam.
170.33
201.08
222.43
150
160
170
180
190
200
210
220
230
4 : 1 3 : 1 2 : 1
Ber
at B
uah
(g)
Media Tanan (Tanah : Pupuk Kandang)
28
Gambar 4 menunjukkan bahwa berat buah mengalami peningkatan pada
media tanam 2 : 1 (M3). Hal ini diduga bahwa penggunaan media tanam sesuai
dengan kebutuhan tanaman bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga
tanaman akan menghasilkan produksi yang lebih baik. Menurut Suwahyono
(2011) menyatakan bahwa penggunaan media tanam yang tepat akan memberi
kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Media tanam yang
baik memiliki kemampuan menyediakan air dan udara yang optimum.
Menurut Gunardi (1979) media tanam secara umum mempunyai dua
fungsi yaitu sebagai tempat tumbuh dan pensuplai bahan makanan bagi kehidupan
dan pertumbuhan tanaman. Media tanam yang tepat merupakan salah satu syarat
untuk budidaya dalam wadah. Selain itu, media tanam memungkinkan drainase
dan pH yang lebih baik bagi tanaman (Ingels, 1985).
4.2. Pengaruh Dosis Pupuk NPK
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa dosispupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter
pangkal batang umur 45 HST dan berat buah per tanaman namun berpengaruh
tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, diameter pangkal
batang umur 15 dan 30 HST, jumlah buah per tanaman dan diameter buah.
1. Tinggi tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
dosis pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30
dan 45 HST. Rata – rata tinggi tanaman terung pada berbagai dosis pupuk NPK
umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 7.
29
Tabel 7. Rata – rata Tinggi Tanaman Terung pada Berbagai Dosis pupuk NPKumur 15, 30 dan 45 HST.
Dosis pupuk NPK Tinggi Tanaman (cm)Simbol Kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
D1 100 6.59 22.23 51.61D2 150 6.71 22.97 54.48D3 200 6.31 22.54 54.96
Tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 15 dan 30 HST
dijumpai pada dosis pupuk NPK 150 kg ha-1 (D2) dan pada umur 45 HST
dijumpai pada dosis pupuk NPK 250 kg ha-1 (D3) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK tidak sesuai dengan
pertumbuhan pada tinggi tanaman. Lingga (1998) menyatakan bahwa tanaman
yang kekurangan unsur hara Nitrogen akan berwarna hijau, daun bawah
menguning, mengering sampai berwarna coklat muda dan terlihat batang pendek
dan melemah.
Selain itu apabila tanaman kekurangan unsur hara tanaman akan
mengalami terhambatnya pertumbuhan. Lingga (1998) juga menambahkan jika
tanaman kekurangan unsur hara maka tanaman akan berwana hijau tua, daun
bawah kadang – kadang berwarna kuning sampai berwarna coklat dan hitam dan
batang pendek kecil – kecil.
2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang
umur 45 HST namun berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang
umur 15 dan 30 HST. Rata-rata diameter pangkal batang tanaman terung pada
30
berbagai dosis pupuk NPK umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Diameter Pangkal Batang Tanaman Terung pada BerbagaiDosis pupukNPK umur 15, 30 dan 45 HST
Dosis Pupuk NPK Diameter Pangkal Batang (mm)Simbol Kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
D1 100 4.10 10.23 15.16 aD2 150 4.11 10.70 16.86bD3 200 3.93 10.35 16.30ab
BNJ 0,05 - - 1.65Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05)
Tabel 8 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur 45
HST dijumpai pada dosis pupuk NPK 150 kg ha-1 (D2) yang berbeda nyata dengan
10 kg ha-1 (D1) namun bebeda tidak nyata dengan 250 kg ha-1 (D3). Sedangkan
umur 15dan 30 HST dijumpai pada dosis pupuk NPK 150 kg ha-1 (D2) meskipun
secara statistik berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hubungan antara
diameter pangkal batang tanaman terung pada berbagai dosis pupuk pupuk NPK
umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar5. Diameter Pangkal Batang pada Berbagai Dosis Pupuk NPKumur 15, 30 dan 45HST.
4.10 4.11 3.93
10.23 10.70 10.35
15.1616.86 16.30
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
100 150 200
Dia
met
er P
angk
al B
atan
g(m
m)
Dosis Pupuk NPK (kg ha-1)
15 HST
30 HST
45 HST
31
Hasil penelitian menunjukkan diameter pangkal batang terbesar umur 15,
30 dan 45 HST dijumpai pada dosis pupuk pupuk NPK 150 kg ha-1 (D2).
Meningkatnya diameter pangkal bantang pada dosis pupuk pupuk NPK 150 kg
ha-1 disebabkan dengan pemberian pupuk NPK pada tanaman tersebut sesuai
dengan kebutuhan tanaman sehingga pertumbuhan akan tumbuh dengan baik.Hal
ini sesuai dengan pendapat Lingga (1998) yang menyatakan bahwa peranan utama
Nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan,
khususnya batang, cabang dan daun.Unsur N merupakan unsur hara utama bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sangat diperlukan untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan kadar protein dalam tubuh
tanaman serta dapat meningkatkan pertumbuhan bagian – bagian vegetatif
tanaman seperti daun, batang dan akar.
3. Jumlah Buah Per Tanaman (buah)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis
NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Rata – rata
jumlah buahper tanaman terung pada berbagai dosis pupuk NPKdapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Rata – rata Jumlah Buah per TanamanTerung pada Berbagai Dosispupuk NPK
Dosis Pupuk NPK Jumlah BuahPer Tanaman(buah)Simbol Kg ha-1
D1 100 1.66D2 150 1.98D3 200 2.01
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah buah terung terbesar dijumpai pada
dosis pupuk NPK200 kg ha-1 (D3) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.Hal ini diduga bahwa dosis
pupuk NPK yang diberikan belum mencukupi kebutuhan tanaman terung. Hal ini
32
sesuai dengan pendapat Sukanto (1991) yang menyatakan tanaman kekurangan
unsur hara akan terganggu metabolismenya sehingga menghambat pertumbuhan
dan perkembangan tanaman terung itu sendiri. Hakim et al. (1986) juga
berpendapat bahwa kebutuhan unsur hara yang diperlukan bagi tanaman belum
cukup tersedia serta tidak tercukupi untuk menjalankan metabolisme tanaman
sehingga pertumbuhan tanaman tidak normal.
4.Diameter Buah (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis
pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap diameter buah. Rata – rata diameter
buah terung pada berbagai dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata – rata Diameter Buah Terung pada Berbagai Dosis Pupuk NPK
Dosis Pupuk NPKDiameter Buah (mm)
Simbol Kg ha-1
D1 100 43.27D2 150 47.83D3 200 48.65
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah buah terung terbesar dijumpai pada
dosis pupuk NPK 200 kg ha-1(D3) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Diameter buah terung
berpengaruh tidak nyata disebabkan karena pupuk NPK yang diberikan tidak
merespon pembentukan besar buah terung. Hal ini disebabkan kekurangan pupuk
atau kelebihan pupuk dapat menganggu pertumbuhan tanaman terung. Hal ini
sesuai dengan pendapat Jakop dan Uex Kull (1972) yang mengatakan bahwa
kekurangan unsurN mempengaruhi pembentukan bunga, dimana akan
menyebabkan pembentukan bunga yang prematur.Leiwakabessy (1997)
menambahkan bahwa pertumbuhan dan produksi suatu tanaman sangat
dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Unsur hara yang berlebihan dapat
menyebabkan keracunan bagi tanaman dan pertumbuhan akar terhambat sehingga
pertumbuhan dan hasil tanaman tumbuh tidak normal (Harjadi, 1988).
33
4. Berat Buah Per Tanaman (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman. Rata – rata berat
buah terung pada berbagai dosis pupuk NPK setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata – rata Berat Buah Per Tanaman Terung pada Berbagai DosisPupuk Pupuk NPK
Dosis Pupuk NPKBerat Buah Per Tanaman (g)
Simbol kg ha-1
D1 100 170.32 aD2 150 202.68 abD3 200 220.84 b
BNJ0,05 43,21Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05).
Tabel 11 menunjukkan bahwa berat buah terung terberat dijumpai pada
dosis pupuk NPK 200 kg ha-1 (D3) yang berdeda nyata dengan dosis pupuk NPK
100 kg ha-1 (D1) namun berbeda tidak nyata dengan dosis pupuk NPK 150 kg ha-1
(D2).
Hubungan antara berat buah per tanaman pada berbagai dosis pupuk NPK
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Berat Buah per Tanaman pada Berbagai Dosis Pupuk NPK.
170.32
202.68
220.84
150
160
170
180
190
200
210
220
230
100 150 200
Ber
at B
uah
per
Tan
aman
(g)
Dosis Pupuk NPK (kg ha-1)
34
Gambar 5 menunjukkan bahwa berat buah terung tertinggi dalam tiga kali
panen dijumpai pada dosis pupuk NPK200 kg ha-1 (D3). Disebabkan pupuk yang
telah diberikan sesuai dengan kebutuhan yang optimum bagi tanaman terung,
sehingga menghasilkan jumlah buah terung yang maksimal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Dwijoseputro (1986) menyatakan bahwa semua tanaman akan tumbuh
baik dan berproduksi tinggi apabila semua unsur hara yang diberikan cukup
tersedia dalam jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman
terung itu sendiri.
Lingga dan Marsono (2005) menambahkan bahwa peranan utama dari N
merangsang pertumbuhan batang, cabang, daun dan bunga tanaman serta
tersedianya unsur hara yang cukup bagi tanaman akan memberikan pengaruh
posistif terhadap berat buah, dimana tanaman yang cukup mendapat unsur hara
akan mendorong pembentukan bunga, lebih banyak buah yang dihasilkan lebih
sempurna (Leiwakabessy, 1997).
Menurut Yasuo (2000) tanaman yang memperoleh unsur hara dalam
jumlah optimal akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
penyimpanan unsur hara adalah bagian tanaman yang mempunyai kekuatan
tertinggi dalam mengakumulasi hasil fotosintat. Oleh Karena itu unsur hara N
yang diserap secara fase vegetatif dan 70% dialokasikan langsung menuju bagian
buah sehingga perkembangan produksi maksimal.
4.3. Pengaruh Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwaterdapat interaksi yang tidak nyata antara media tanam dan
35
dosis pupuk NPK terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman terung
yang diamati. Hal ini bermakna bahwa perbedaan pertumbuhan dan hasil terung
akibat berbedanya media tidak tergantung pada dosis pupuk NPK ataupun
sebaliknya.
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST,
diameter pangkal batang umur 15 HST, jumlah buah dan berat buah per
tanaman namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan
45 HST, diameter pangkal batang umur 30 dan 45 HST dan diameter buah.
Pertumbuhan dan hasil tanaman terung terbaik dijumpai pada media tanam 2 :
1 (tanah : pupuk kandang).
2. Dosispupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur 45
HST dan berat buah per tanaman namun berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, diameter pangkal batang umur 15 dan
30 HST, jumlah buah per tanaman dan diameter buah.Pertumbuhan tanaman
terung terbaik dijumpai pada dosis pupuk NPK 150 kg ha-1. Sedangkan hasil
tanaman terung terbaik dijumpai pada dosis NPK 200 kg ha-1.
3. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara media tanam dan dosispupuk NPK
terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman terung yang diamati.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penggunaan media tanam
dan dosis NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman lainnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1991. Efektivitas Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan HasilCabai Merah (Capsicum annum L.). Program Studi Hortikultura, FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Acquaah, G. 2002. Horticulture: Principles and Practices. 2nd Ed. PearsonEducation. New Jersey.
Anonymous. 2007. Teknik Budidaya Terong.http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-terong.html
Barmin, 2009. Budidaya Sayur Buah. Ricardo, Jakarta.
Arsyad. S. 2010. Ilmu Iklim dan Pengairan. CV. Yasaguna, Jakarta.
Apriscia, C. Y, Nur Trias. W, Faris. F.P, Abiyasa. R. 2012. Media Tanam.Makalah Media Tanam, Malang.
Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya terung. Yayasan Pustaka Nusantara,Yogjakarta.
De Boodt, M and D. Verdonck 1972. The Properties of Substrates In Horticulture.Acta Horticutulral. 26:37-44.
Dwijoseputro D. 1986. Pengantar Fioslogi Pertumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Effandi D, Juarsah I, Kurnia U. 2001. Perbaikan Sifat Fisik Tanah Ultisol Jambimelalui Pengolahan Bahan Organik dan Guludan. Seminar NasionalPendayagunaan. Sumberdaya Tanah, Iklim, dan Pupuk . Cipayung Bogor.Pusat Penelitian dan Pengembangan Agroklimat. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, Deptan.
Gunadi, T. 1979. Anggrek Dari Bibit Hingga Berbunga. Perhimpunan AnggrekIndonesia Cabang Bandung. Bandung.327 hal.
Harjadi, S. S. 1989. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Soul, M. A. Diha, Go BanHong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,Bandar Lampung. 488 hlm.
Ingels, J. E. 1985. Ornamental Horticultura: Principles and Practices StateUniversity of New York Agricultura and Technucal College. DelmarPublisher Inc. 524p.
38
Jacop A. dan Uex Kull HV. 1972. Pemakaian Pupuk. Banda Aceh. DinasPerkebunan Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh.
Kastasapoetra. 1988. Ilmu Tanah. (terjemahan soegiman) Bharata Karya Aksara,Jakarta.
Lakitan, B. 2004. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Cetakan IPT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. DepartemenIlmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan. DepartemenIlmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-jagung.htmldiakses pada tanggal 14/010/2012
Leiwakabessy. 1997. Ilmu Kasuburan Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lingga P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lakitan B. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan.; PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Lingga dan Marsono. 2003. Pertunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,Jakarta.
Marsono dan Sigit P. 2002. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya,Jakarta.
Mc Calla T M. 1975. Use of animal waste as a soil amendment. In OrganikMaterial as Fertlizaer. SIDA and FAO.
Murbandono, H. S. L. 1994. Membuat Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murni AM dan Faodji R. 1990. Pengaruh Kombinasi Pupuk Kalium Kloridadengan Dua Sumber Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan TanamanLada. Bul Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Olk. R.A. Frak. K.D. Grabouski. P.H. 2000. Soil Testing Philosophies.Consequenes. Of Varying Recommendations. Crap and Soil Myarme.
Parker, 2004. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Ruhnayat, 1995. Pengguna Pupuk dalam Budidaya Tanaman. Agromeia Pustaka,Jakarta.
Rukmana R. 1994. Bertanam Terung. Kanisius, Yogyakarta.
39
Sabiham S, Supardi G. dan Djokodudardjo S. 1989. Pupuk dan Pemupukan.Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Samadi. B. 2001. Budi Daya Terung Hibrida. Kanisius,Yogyakarta
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suwahyono, Untung. 2011. Pertunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik SecaraEfektif dan Efesien. Depok. Penebar Swadaya Inforamsi Dunia Pertanian.
Tan, 1996. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings pub. Co., Inc. California.
Waard de PWF. 1975. The Effect of alkaline compounds on the growth of peppercuttings (Piper ningrum L).
Wibawa , A. 1998. Intensifikasi Pertanaman Kopi dan Kakao MelaluiPemupukan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.14 (3): 245-262.
Winarso S. 2003. Keseburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. GavaMedia, Yogjakarta.
William.CN.1993. Trek and Fiand (crop) of The Water Regionns of the Tropics.Longman.
Yasuo, F. 2000. Nitrogen absorption and distribution of muskmelons (Curcumismelon L.) at different growth stges using hydroponics. Jurnal of SoilScience and Plant Nutrition. 71 (1):72-81.