PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang...

61
PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN BEBERAPA LEVEL PROTEIN TERHADAP JUMLAH ERITROSIT, KADAR HEMOGLOBIN DAN NILAI HEMATOKRIT ITIK KAMANG BETINA FASE STARTER SKRIPSI Oleh FAHLI REVSIANTO 1110611036 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016

Transcript of PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang...

Page 1: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN BEBERAPA LEVEL

PROTEIN TERHADAP JUMLAH ERITROSIT, KADAR HEMOGLOBIN

DAN NILAI HEMATOKRIT ITIK KAMANG BETINA FASE STARTER

SKRIPSI

Oleh

FAHLI REVSIANTO

1110611036

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2016

Page 2: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN BEBERAPA LEVEL

PROTEIN TERHADAP JUMLAH ERITROSIT, KADAR HEMOGLOBIN

DAN NILAI HEMATOKRIT ITIK KAMANG BETINA FASE STARTER

SKRIPSI

Oleh

FAHLI REVSIANTO

1110611036

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Peternakan

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2016

Page 3: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak
Page 4: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak
Page 5: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN BEBERAPA LEVEL

PROTEIN TERHADAP JUMLAH ERITROSIT, KADAR HEMOGLOBIN

DAN NILAI HEMATOKRIT ITIK KAMANG BETINA FASE STARTER

Fahli Revsianto, dibawah bimbingan

Prof.Dr.Ir.Hj. Husmaini, MP dan Dr.Ir. Sabrina, MP

Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan

Universitas Andalas Padang, 2016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara luas

kandang dengan pemberian beberapa level protein terhadap gambaran darah itik

Kamang betina fase starter. Penelitian ini menggunakan 135 ekor itik betina umur

1 minggu dan kandang box berukuran (75 cm x 60 cm x 50 cm ) sebanyak 27 unit

yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 kelompok bobot

badan sebagai ulangan. Faktor A adalah luas kandang yaitu: 0,03 m2/ekor; 0,04

m2/ekor; 0,05 m2/ekor dan faktor B adalah pemberian protein 16%, 18%, 20%.

Peubah yang diamati adalah jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai

hematokrit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang

nyata (P>0,05) antara luas kandang dan level protein terhadap gambaran darah itik

Kamang betina fase starter, sementara luas kandang dan level protein masing-

masing berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap gambaran darah itik Kamang betin a

fase starter. Luas kandang dan level protein terbaik untuk itik Kamang betina fase

starter adalah 0,05 m2/ekor dan18%.

Kata Kunci : Eritrosit, Gambaran Darah, Hematokrit, Hemoglobin, Itik Kamang,

Level Protein, Luas Kandang

Page 6: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pengaruh Luas Kandang Dan Pemberian Beberapa Level Protein

Terhadap Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit Itik

Kamang Betina Fase Starter”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi sarjana di

Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Ucapan terima kasih penulis sampaikan

kepada kedua orang tua yang telah mendukung secara moril dan materil, tanpa

adanya dukungan dari kalian tidak akan ada seorang “Fahli”.

Terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hj. Husmaini, MP selaku Pembimbing I dan

Dr.Ir. Sabrina, MP selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan

dan saran yang sangat berguna dalam penulisan skripsi ini. Tak lupa kepada dosen

Penguji dari seminar proposal, seminar hasil dan ujian sarjana yaitu Ir. Arif Rachmat,

MS. Ir. H. Rijal Zein, MS. Lendrawati S.Pt, M.Sc. Dr. Ir. Tertia Delia Nova, MS.

Rusdimansyah S.Pt, M.Si. Dino Eka Putra S.Pt, M.Sc

Ucapan terima kasih juga penulis dampaikan kepada Dekan, Ketua Jurusan

Peternakan, Ketua Bagian Program Studi Produksi Ternak, Kepala Unit Pelaksanaan

Teknis (UPT) serta seluruh dosen, Karyawan/ti Fakultas Peternakan Univeritas

Andalas dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Page 7: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

ii

Apabila terdapat kekurangan dalam hal penulisan ataupun isi skripsi, kritik

dan saran sangat diharapkan agar maksud dan tujuan penulis tercapai. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan kita semua. Amin.

Padang, 14 April 2016

Fahli Revsianto

Page 8: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

1.5 Hipotesis ..................................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Itik Kamang ............................................................................................... 5

2.2 Pemeliharaan Itik ...................................................................................... 5

2.3 Luas Kandang ............................................................................................ 6

2.4 Ransum itik ............................................................................................... 8

2.5 Protein ....................................................................................................... 9

2.6 Gambaran Darah ........................................................................................ 10

2.7 Eritrosit ...................................................................................................... 11

Page 9: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

iv

2.8 Hemoglobin ........................................................................................... 12

2.9 Hematokrit ............................................................................................ 13

III. MATERI DAN METODA PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian ........................................................................................ 14

3.2 Metode Penelitian....................................................................................... 15

3.3 Parameter Penelitian ................................................................................... 18

3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 21

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Eritrosit ......................................... 23

4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Hemoglobin .................................... 26

4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai Hematokrit ....................................... 28

V. KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 30

5.2 Saran ........................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 31

LAMPIRAN………………………………………………………. ............... 35

RIWAYAT HIDUP........................................................................................ 49

Page 10: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

v

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

Tabel 1. Kebutuhan gizi itik fase starter umur 0 – 8 minggu .................................... 8

Tabel 2. Standar konsumsi Ransum Itik Berdasarkan Tingkat Umur ....................... 9

Tabel 3. Kandungan Zat-Zat Bahan Makanan dan Energi Metabolisme

Bahan Penyusun Ransum Penelitian .......................................................... 15

Tabel 4. Komposisi Bahan Penyusun dan Kandungan Zat Nutrisi serta

Energi Metabolisme .................................................................................... 15

Tabel 5. Bagan Pengamatan untuk Setiap Perlakuan ................................................ 17

Tabel 6. Analisis Keragaman ..................................................................................... 17

Tabel 7. Rataan Jumlah Eritrosit yang Diberi Perlakuan Luas Kandang dan

Level Protein Berbeda (juta/mm3) .............................................................. 23

Tabel 8. Rataan Kadar Hemoglobin yang Diberi Perlakuan Luas Kandang

dan Level Protein Berbeda (gram/100 ml) .................................................... 26

Tabel 9. Rataan Nilai Hematokrit yang Diberi Perlakuan Luas Kandang

dan Level Protein Berbeda (%) .................................................................... 28

Page 11: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

Lampiran 1. Konsumsi Pakan Itik (gram/ekor/7 minggu). ..................................... 35

Lampiran 2. Pertambahan Bobot Badan Itik (gram/ekor/7 minggu). ..................... 37

Lampiran 3. Rataan Jumlah Eritrosit Darah Itik Kamang Betina Fase Starter. ...... 38

Lampiran 4. Rataan Kadar Hemoglobin Darah Itik Kamang Betina Fase Starter. . 42

Lampiran 5. Rataan Nilai Hematokrit Darah Itik Kamang Betina Fase Starter. ..... 46

Page 12: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk dan kualitas hidup masyarakat berbanding

lurus dengan peningkatan kebutuhan akan protein hewani. Pemenuhan kebutuhan

akan protein hewani dapat diperoleh dari berbagai jenis hewan ternak seperti itik.

Menurut data Roadmap Pembibitan Lokal 2012, Direktorat Jendral Pembibitan

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, kebutuhan daging itik terus meningkat

dari tahun 2010-2014. Kebutuhan daging itik di Indonesia tahun 2014 sekitar 17,0

ribu ton. Sedangkan ketersediaan daging itik di Indonesia tahun 2014 hanya 12,2

ribu ton. Sehingga Indonesia masih kekurangan daging itik di Indonesia sekitar

4,8 ribu ton.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan dan

memanfaatkan potensi sumber daya ternak lokal yang terdapat di Indonesia salah

satunya adalah jenis itik yang terdapat didaerah Kamang Magek Bukittinggi

Provinsi Sumatra Barat. Itik Kamang memiliki ciri khusus ada garis melengkung

putih diatas mata putih. Warna bulu cenderung coklat tua, dengan warna paruh

kehitaman (Mito dan Johan, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Arsih (2013) itik

Kamang betina memiliki warna bulu kepala lebih didominasi berwarna coklat tua

putih (73,33%), warna bulu leher didominasi warna coklat muda (66,67%), warna

bulu dada didominasi warna coklat muda (48,89%), warna bulu sayap

didomninasi warna coklat muda coklat tua (70%). Warna bulu punggung

didominasi warna coklat tipis coklat muda (71,11%). Warna bulu paha didominasi

warna coklat tipis (40%) dan warna bulu ekor didominasi warna coklat muda

(41,11%).

Page 13: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

2

Pada pemeliharaan ternak itik, umumnya peternak belum memperhatikan

luas kandang padahal tingkat satuan luas kandang berhubungan dengan

pertumbuhan itik karena adanya persaingan dalam mengambil pakan yang pada

akhirnya dapat menentukan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan konversi

pakan dan kualitas darah itik. Setiap varietas itik mempunyai tingkat satuan luas

kandang yang berbeda dalam pemeliharaannya. Kandang yang terlalu sempit

dapat mengakibatkan peningkatkan akumulasi zat karbondioksida serta penurunan

kadar oksigen di dalam kandang yang dapat menyebabkan pertumbuhan yang

lambat serta itik rentan terhadap penyakit hingga dapat mengakibatkan kematian

pada anak itik (Pinky, 2012).

Satuan luas kandang juga memberikan pengaruh terhadap gambaran darah

itik karena akan mempengaruhi proses fisiologis dalam tubuh itik. Hasil

penelitian Effendi (2009) menjelaskan bahwa darah itik Bayang menunjukkan

jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin darah itik Bayang fase

starter pada luas kandang 0,48 m2/ekor masing- masing 2,46 juta/mm2, 31,28%

dan 16,56 g/100 ml darah nyata lebih tinggi dari jumlah eritrosit, nilai hematokrit

dan kadar hemoglobin pada luas kandang 0,08 m2/ekor masing – masing 2,33

juta/mm2, 27,4% dan 15,81 g/100 ml darah (Effendi, 2009).

Luas kandang sangat erat kaitannya dengan kebutuhan protein dalam

ransum itik, karena luas kandang adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

konsumsi protein dalam ransum. Jika luas kandang kecil maka ransum yang

dikonsumsi akan sedikit sehingga protein yang terkonsumsi sedikit begitu juga

sebaliknya.

Page 14: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

3

Nutrien yang berperan besar dalam pertumbuhan organ dan produksi

adalah protein (Sudaryani dan Santoso, 1994). Pemberian protein adalah cara

yang terbaik dilakukan agar produktifitasnya meningkat. Pemberian protein dalam

ransum untuk itik lokal belum diketahui secara pasti, hanya berdasarkan pada

kebiasaan dan keinginan peternak saja. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya

pemberian pakan dengan kandungan protein yang meningkat dengan level protein

13%, 15%, 17%, 19% dan 21% akan meningkatkan kadar total protein plasma

(Utari et al, 2013).

Status nutrisi memberikan pengaruh terhadap gambaran darah. Hal ini

sesuai dengan penjelasan Swenson (1997) bahwa jumlah eritrosit dipengaruhi oleh

status nutrisi, volume darah, spesies dan ketinggian tempat. Menurut Whittow

(2000) nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh status nutrisi, umur, dan jenis

kelamin. Berbeda dengan eritrosit dan hematokrit, kadar hemoglobin dalam darah

tidak dipengaruhi oleh status nutrisi (Arifin, 1989).

Dari uraian tersebut penulis tertarik dengan penelitian tentang” Pengaruh

Luas Kandang dan Pemberian Beberapa Level Protein terhadap Jumlah

Eritrosit, Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit Itik Kamang Betina fase

Starter.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh luas kandang dan pemberian beberapa level

protein terhadap gambaran darah itik Kamang betina fase starter?

Page 15: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

4

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi luas kandang

tertentu dan pemberian beberapa level protein terhadap gambaran darah itk

Kamang betina fase starter.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian digunakan sebagai informasi tentang

luas kandang dan level protein ransum itik periode strater yang tepat berkaitan

dengan gambaran darah itik Kamang betina fase starter.

1.5 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah luas kandang dan pemberian beberapa

level protein berpengaruh terhadap gambaran darah itik Kamang betina fase

starter.

Page 16: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Itik Kamang

Menurut Mito dan Johan (2011) itik Kamang berasal dari Kamang Magek

Bukittinggi. Itik Kamang memiliki ciri khusus ada garis melengkung putih diatas

mata putih. Warna bulu cenderung coklat tua, dengan warna paruh kehitaman.

Berdasarkan hasil penelitian Arsih (2013) itik Kamang betina memiliki warna

bulu kepala lebih didominasi berwarna coklat tua putih (73,33%), warna bulu

leher didominasi warna coklat muda (66,67%), warna bulu dada didominasi warna

coklat muda (48,89%), warna bulu sayap didominasi warna coklat muda, coklat

tua (70%). Warna bulu punggung didominasi warna coklat tipis coklat muda

(71,11%). Warna bulu paha didominasi warna coklat tipis (40%) dan warna bulu

ekor didominasi warna coklat muda (41,11%).

2.2 Pemeliharaan Itik

Rasyaf (2004) menyatakan sistem pemeliharaan itik terdiri dari sistem

ektensif, semi intensif dan intensif. Sistem ekstensif merupakan pemeliharaan

yang tidak ada campur tangan manusia sebagai pemiliknya karena dilepas begitu

saja dan itik akan datang dengan sendirinya pada sore harinya, sementara semi

intensif ada sebahagian campur tangan pemeliharaan. Sistem intensif adalah

campur tangan manusia sangat berperan dalam kehidupan ternak, cara ini

memerlukan modal tambahan tetapi jauh lebih memuaskan dari pemeliharaan lain.

Menurut Cahyono (2005) pemeliharaan intensif mempunyai beberapa

keuntungan antara lain, produksi meningkat secara optimal karena pengadaan

energi tidak terbuang untuk mencari makan, pertumbuhan lebih baik karena

makannya terkontrol, menjamin kesehatan itik karena setiap hari diawasi dan

Page 17: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

6

mempermudah pemeliharaan terutama dalam kegiatan pemberian pakan, minum

dan pengawasan terhadap itik yang sakit. Berdasarkan penelitian Rahim et.al

(2009) bahwa tidak terdapat perbedaan hematologi (jumlah eritrosit, nilai

hematokrit dan kadar hemoglobin) pada itik Bayang yang dipelihara secara

intensif maupun ekstensif dengan luas kandang yang sama, karena pada

pemeliharaannya itik tidak berada pada kondisi stres.

2.3 Luas Kandang

Permasalahan dari pemeliharaan itik secara intensif yang perlu

diperhatikan adalah masalah tatalaksana (Margawati, 1985). Diantaranya

penempatan itik dalam satuan luas kandang. Semakin kecil tingkat satuan luas

kandang akan mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan tingkat satuan luas

kandang yang terlalu besar mengakibatkan tidak efisien dalam pemakaian

kandang. Soesantoso (2002) menyatakan bahwa kepadatan kandang yang tinggi

atau rendah akan memberikan respon yang kurang baik pada pertumbuhan atau

segi ekonomisnya.

Menurut Atmoko (1988) kandang yang terlalu padat akan mengganggu

performa ternak, sebaliknya jika kepadatan kandang rendah secara ekonomis akan

merugikan. Jumlah yang terlalu banyak tiap petak kandang akan menyebabkan

mudah timbulnya gangguan diantara ternak itu sendiri (Srigandono, 1996). Luas

lantai kandang hendaknya disesuaikan dengan jumlah dan umur itik yang akan

dipelihara (Suharno,2006).

Djanah (1985) menyatakan bahwa carry capacity kandang tiap 1 m2 luas

lantai dapat menampung 12 ekor itik. Samosir (1993) menyatakan bahwa luas

lantai kandang yang dibutuhkan itik sangat bervariasi tergantung dari umur itik,

Page 18: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

7

luas kandang itik umur 2-3 minggu 0,07 m2/ekor, umur 3-4 minggu 0,09 m2/ekor,

umur 4-5 minggu 0,11 m2/ekor dan umur 6-8 minggu 0,15 m2/ekor. Ukuran luas

lantai kandang 100-150 m2 dapat menampung 650 ekor itik yang berumur 1-2

bulan.

Rasyaf (1995) menyatakan jika memadatkan jumlah ternak unggas

persatuan luas melebihi dari yang dianjurkan akan menyebabkan konsumsi

makanan menjadi menurun, pertumbuhan terlambat, feed efisiensi berkurang,

meningkatkan persentase kematian, kanibalisme dan menambah kebutuhan udara

segar untuk mengusir udara kotor dari kandang. Tingkat konsumsi makanan akan

dipengaruhi oleh luas kandang. Semakin kecil tingkat stuan luas kandang maka

pertambahan bobot badan cenderung berkurang, sebailknya pada tingkat luasan

kandang yang besar pertambahan berat badan semakin meningkat (Tami, 1988).

Menurut Murtidjo (dalam Ali, 2009) kepadatan kandang yang melebihi kebutuhan

optimal dapat menurunkan konsumsi ransum yang menyebabkan terlambatnya

pertumbuhan ternak dan berkurangnya berat badan ternak.

Berdasarkan penelitian Ali (2009) itik pada luas kandang 0,5 m2 untuk 7

ekor tidak dapat memanfaatkan ransum dengan baik. Hal ini disebabkan karena

suhu di dalam kandang menjadi tinggi karena terlalu padat, sehingga tubuh itik

menjadi panas dan akan menyebabkan itik banyak minum air untuk menurunkan

suhu tubuhnya. Itik yang dipelihara dengan luas kandang yang tidak sesuai akan

menyebabkan cekaman dan stress, perebutan dalam mengkonsumsi ransum,

pertambahan bobot badan lebih rendah, dan meningkatnya konsumsi air minum.

Menurut penemuan Harlova dalam Rahim et. al (2009) menyatakan bahwa

Page 19: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

8

cekaman panas dapat menurunkan jumlah eritrosit, leukosit, konsentrasi

hemoglobin dan nilai hematokrit darah ayam broiler berumur satu minggu.

2.4 Ransum Itik

Menurut Wahju (1997) bahan makanan untuk ransum itik tidak berbeda

dengan ransum ayam . Bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum

pada itik belum ada aturan bakunya, yang terpenting ransum yang diberikan

kandungan nutriennya dalam ransum sesuai dengan kebutuhan itik. Rasyaf (1995)

menyatakan bahwa ransum dasar dianggap telah memenuhi standar kebutuhan

ternak apabila cukup energi, protein, serta imbangan asam- amino yang tepat.

Ransum adalah bahan pakan yang telah diramu dan biasanya terdiri dari berbagai

jenis bahan dengan komposisi tertentu. Ransum itik umumnya terbuat dari bahan

nabati dan hewani (Sudaro dan Siriwa, 2000).

Menurut NRC (1994) bahwa itik periode starter dan grower mempunyai

kebutuhan 20% dan 16% dengan energi metabolis 2800% kkal/kg, sedangkan

kalsium dan fosfor adalah 0,85% dan 0,40%. Tinggi rendahnya kualitas ransum

tergantung pada tinggi rendahnya kadar protein dari ransum tersebut.

Tabel 1. Kebutuhan gizi itik fase starter umur 0 – 8 minggu No Gizi Fase Starter umur ( 0-8 mingu)

1

2

3

4

5

6

Protein Kasar (%)

Energi Metabolisme (Kkal/kg)

Kalsium (%)

Fosfor (%)

Lemak (%)

Serat Kasar (%)

16-22

2800

0,6-1

0,6

7

5

Sumber: NRC (1994)

Standar kebutuhan gizi itik umur 0-8 minggu dalam penyusunan ransum

Wakhid (2010) membutuhkan kandungan protein sebesar 18%, energi

Page 20: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

9

metabolisme (ME) 2.900 Kkal/kg, Kalsium (Ca) 0,65-1%, Fosfor (P) 0,63%

dalam ransum.

Tabel 2. Standar konsumsi Ransum Itik Berdasarkan Tingkat Umur

No Umur itik (minggu) Kebutuhan ransum (gram)

1

2

3

4

0-1

1-4

4-6

6-30

20

40

120

160

Sumber: Wakhid,(2010)

2.5 Protein

Winarno (1984) menyatakan bahwa protein adalah suatu zat yang sangat

penting dalam tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembakar.

Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan baru dan

mempertahankan jaringan yang telah ada, perotein akan digunakan sebagai bahan

bakar apabila energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein

yang terutama dibutuhkan oleh itik untuk pembentukan telur adalah protein

hewani. Menurut Anggorodi (1985) protein adalah unsur pokok alat-alat tubuh

dan jaringan lunak tubuh ternak unggas. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kebutuhan protein pada ternak unggas antara lain umur, laju pertumbuhan,

reproduksi, iklim, tingkat energi, penyakit dan bangsa ternak.

Srigandono (1986) membagi secara garis besar kebutuhan protein untuk

itik menjadi 2 bagian yaitu untuk itik muda yang sedang tumbuh dan untuk

dewasa yang berproduksi. Oleh sebab itu, protein harus ada dalam ransum baik

untuk kelangsungan hidup maupun untuk produksi. Djanah (1985) menyatakan

bahwa kadar protein dalam pakan itik fase starter 22,1% dengan energi

termetabolisme 3000 kkal dan pada fase grower kadar protein 17,9% dengan

energi termetabolisme sebesar 2800 kkal (Supardjata dalam Samosir, 1993).

Page 21: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

10

Srigandono (1996) juga menjelaskan bahwa itik periode starter membutuhkan

pakan dengan kadar protein antara 20-22% dan energi termetabolisme 3000

kkal/kg, sementara pada periode finisher, kadar protein tersebut turun menjadi

antara 16–17% dan energi metabolisme berkisar antara 2800 kkal/kg.

Seperti halnya karbohidrat dan lipida, protein mengandung unsur-unsur

karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi protein juga mengandung nitrogen. Hampir

lima puluh persen dari berat kering suatu sel hewan adalah protein. Penyusun

struktur sel-sel, antibodi-antibodi dan banyak hormon adalah protein. Melekul

protein adalah sebuah polimer dari asam-asam amino yang digabungkan dengan

ikatan peptide-peptide. Asam-asam amino adalah unit dasar dari struktur protein

Ditambahkan juga oleh Bharoto (2001) bahwa protein berguna untuk

menggantikan sel-sel tubuh yang telah rusak, untuk pertumbuhan dan juga

merupakan unsur pembentukan telur. Itik yang dipelihara biasanya untuk dua

tujuan, yaitu untuk diambil dagingnya dan untuk diambil telurnya (Sudaro &

Siriwa, 2000). Adapun akibat kelebihan protein adalah mengakibatkan penurunan

pertumbuhan yang ringan, penurunan penimbunan lemak tubuh.

Tanda-tanda defisiensi protein atau asam amino esensial yaitu defisiensi

ringan mengakibatkan pertumbuhan menurun sesuai dengan derajat defisiensinya.

Defisiensi protein yang hebat atau defisiensi sebuah asam amino tunggal

menyebabkan segera berhentinya pertumbuhan dan kehilangan pertumbuhan rata-

rata sebesar 6-7% dari berat badan per hari.

2.6 Gambaran Darah

Darah terdiri dari sel-sel yang terendam dalam cairan yang disebut plasma

(Frandson, 1996). Darah memiliki banyak fungsi dalam tubuh makhluk hidup.

Page 22: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

11

Menurut Arifin et al. (1984) menjabarkan bahwa fungsi darah yaitu sebagai media

transport, membawa zat-zat makan dari tempat penyerapan kejaringan-jaringan

yang membutuhkan. Membawa sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ketempat

pembuangan. Membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan membawa sisa gas

hasil pembakaran (CO2) dari jaringan keparu-paru. Membawa sekresi glandula

endokrin dari tempat asalnya ketempat targetya.

Berdasarkan laporan Guyton dan Hall (2001) bahwa terdapat persamaan

dan perbedaan antara darah unggas dan darah mamalia. Perbedaannya terdapat

pada eritrosit unggas berinti dan dalam pembekuan darah sel disatukan oleh

keping-keping trombosit tetapi inti trombosit yang tertutup tampak seperti eritosit.

Jika tubuh mengalami perubahan fisiologis maka gambaran darah juga akan

mengalami perubahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran darah yaitu

faktor internal seperti pertambahan umur, status gizi, kesehatan, stres dan suhu

tubuh serta faktor eksternal seperti infeksi kuman dan perubahan suhu lingkungan.

2.7 Eritrosit

Swenson (1997) menyebutkan bahwa eritrosit mengandung hemoglobin

dan berfungsi sebagai transpor oksigen. Eritrosit berbentuk bikonkaf dengan

lingkaran tepi tipis dan tebal ditengah, eritrosit kehilangan intinya sebelum masuk

sirkulasi. Pembentukan sel darah merah (erithropoiesis) terjadi di sumsum tulang

panjang. Pada fetus eritrosit dibentuk juga di dalam hati dan limpa. Erithropoiesis

merupakan suatu proses yang kontinu dan sebanding dengan tingkat pengrusakan

sel darah merah.

Menurut Arifin (1989) sel darah merah dari unggas berbentuk lonjong dan

mempunyai inti, tidak seperti sel darah merah mamalia pada umumnya. Sel darah

Page 23: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

12

merah unggas berukuran agak besar dibandingkan dengan hewan ternak yang

lainnya. Jumlah eritrosit menurut Sturkie (1976) dipengaruhi oleh umur, jenis

kelamin dan hormon. Swenson (1997) juga menyebutkan jika jumlah eritrosit juga

dipengaruhi oleh status nutrisi, volume darah, spesies dan ketinggian. Selain

mempengaruhi jumlah eritrosit juga mempengaruhi kadar hemoglobin, nilai

hematokrit, dan konsentrasi kandungan darah lainnya. Jumlah eritrosit itik lokal

India 2,92x106 per mm3, itik Peking 2,71x106 per mm3 dan ternak itik betina

2,0x106 per mm3 (Sturkie, 1976). Berdasarkan hasil penelitian Effendi (2009)

terdapat perbedaan jumlah eritrosit pada darah itik Bayang yang dipelihara dengan

luas kandang 0,48 m2/ ekor dibandingkan dengan luas kandang 0,08 m2/ekor yaitu

2,46 juta/mm3 dan 2,33 juta/mm3.

2.8 Hemoglobin

Menurut Srigandono (1996) hemoglobin merupakan senyawa organik

yang mengandung ferrum (zat besi) dan yang memberi warna merah pada eritrosit

dalam darah. Kadar hemoglobin itik adalah 15,5 gram/100 ml, kadar hemoglobin

dalam darah dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, kondisi hewan, cuaca, tekanan

udara dn penyakit (Whittow, 2000). Hormon kelamin juga mempengaruhi kadar

hemoglobin, ini disebabkan karena androgen dapat meninggikan level hemoglobin

pada ayam yang dikebiri mendekati ayam jantan yang normal.

Ganong (2002) menyebutkan jika hemoglobin merupakan pigmen merah

yang membawa oksigen dalam darah, yaitu suatu protein yang mempunyai berat

molekul 64,450. Jumlah hemoglobin dalam beberapa literatur sangat bervariasi,

variasi ini timbul karena perbedaan metode pengamatannya. Tiap eritrosit

mengandung 400 juta hemoglobin (Schalm et al., 1975). Level hemoglobin pada

Page 24: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

13

itik Peking jantan dewasa adalah 14,2 gram/100 ml dan 12,7 gram/100 ml pada

betina (metode Sahli), pada itik lokal India dewasa pada jantan 13,3gram/100 ml

dan 12,7 gram/100 ml pada yang betina (metode Wong atau iron). Berdasarkan

hasil penelitian Effendi (2009) terdapat perbedaan kadar hemoglobin pada darah

itik Bayang yang dipelihara dengan luas kandang 0,48 m2/ ekor dibandingkan

dengan luas kandang 0,08 m2/ekor yaitu 16,56 gr/100ml darah dan 15,81 gr/100ml

darah.

2.9 Hematokrit

Nilai hematokrit adalah suatu istilah yang artinya persentase (berdasarkan

volume) dari darah yag terdiri dari sel-sel darah merah (Frandson, 1996). Rataan

hematokrit normal pada unggas adalah 30-33% berdasarkan laporan Swenson

(1997). Sel darah sebagian besar terdiri dari eritrosit dan sedikit leukosit.

Hubungan volume sel dengan plasma dapat diketahui dengan menggunakan

hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV). Swenson (1997) menyatakan bahwa

nilai hematokrit berhubungan dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada

hewan normal. Nilai hematokrit untuk itik lokal India dewasa jantan 40,7%,

betina tidak bertelur 38,1%, sedang itik peking dewasa jantan 46,7% dan betina

44,2%. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah dan ukuran sel

darah merah juga ikut mempengaruhi nilai hematokrit (Sturkie, 1976).

Berdasarkan hasil penelitian Effendi (2009) terdapat perbedaan nilai hematokrit

pada darah itik Bayang yang dipelihara dengan luas kandang 0,48 m2/ ekor

dibandingkan dengan luas kandang 0,08 m2/ekor yaitu 31,28% dan 27,49%.

Page 25: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

14

III. MATERI DAN METODA PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

3.1.1 Ternak Percobaan

Ternak itik yang digunakan adalah itik Kamang betina umur 1 minggu

sebnayak 135 ekor.

3.1.2 Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang boks

berlantai kawat, luas kandang untuk A1 (0,03 m2/ekor = 38 cm x 60 cm), A2 (0,04

m2 ekor = 48 cm x 60 cm) dan A3 (0,05 m2/ekor = 54,5 cm x 60 cm), dengan total

keseluruhan 27 boks dan setiap boks ditempati 5 ekor itik. Alat yang dibutuhkan

adalah timbangan digital (CHQ) kapasitas 2 kg . Setiap kandang dilengkapi

dengan tempat pakan dan tempat minum yang diletakkan langsung di dalam boks,

sumber panas yang digunakan adalah lampu pijar 65 watt / boks.

3.1.3 Ransum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini ,terdiri dari jagung, dedak

halus, bungkil kedele, tepung ikan dan top mix. Kandungan zat – zat makanan dan

energi metabolis bahan penyusun ransum pada Tabel 3 dan komposisi bahan

pakan penyusun dengan zat nutrisi serta energi metabolisme pada Tabel 4.

Page 26: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

15

Tabel 3. Kandungan Zat-zat Bahan Makanan dan Energi Metabolisme Bahan

Penyusun Ransum Penelitian

Bahan Makanan PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) P (%) ME

(kkal/kg)

Jagung* 8,28 2,9 2,66 0,37 0,19 3300

Dedak* 12,9 4,09 16,15 0,69 0,26 1640

Tepung Ikan** 38,00a 1,52 2,8 5,5 2,88 3080

Bungkil kedelai 45 2,49 7,5 0,63 0,32 2240

Top Mix** - - - 5,38 1,14 -

Minyak Kelapa*** - 100 - - - 8600

Sumber : * Nuraini et,al (2013)

** Batubara (2012)

*** Scott et,al (1982)

Tabel 4. Komposisi Bahan Penyusun dan Kandungan Zat Nutrisi serta Energi

Metabolisme

Bahan Makanan P 1 P 2 P 3

Jagung 54 52 48

Dedak 19 15 15

Tepung Ikan 14 14 15

Bungkil Kedele 9 15 19

Top Mix 2 2 1

Minyak Kelapa 2 2 1

Total 100 100 100

Protein (%) 16,29 18,31 20,16

Lemak (%) 5,14 5,07 5,09

Serat Kasar (%) 7,44 7,19 7,55

Ca (%) 1,27 1,28 1,28

P (%) 0,61 0,61 0,63

ME (kkal/kg) 2898,4 2901,2 2889,6

Disusun berdasarkan tabel 3

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rancangan Acak

Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3x3 dengan 3 kelompok sebagai ulangan.

Perlakuan faktor A adalah luas kandang dan faktor B adalah protein.

Faktor A :

A1: Luas kandang 0,03 m2/ekor

A2: Luas kandang 0,04 m2/ekor

Page 27: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

16

A3: Luas kandang 0,05 m2/ekor

Faktor B :

B1 = Pemberian protein 16 %

B2 = Pemberian protein 18 %

B3 = Pemberian protein 20%

Model matematika rancangan percobaan yang digunakan mengacu pada

Steel dan Torrie (1996) sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj +ρk + (αβ)ij + ∑ijk

dimana :

Yij = Respon yang didapat dari pengaruh perlakuan antara ke-i dan antara f ke-j

serta ulangan ke-k

µ = Nilai tengah umum

i = Luas kandang

j = Pemberian protein (16%,18% dan 20%)

αi = Pengaruh perlakuan pengamatan ke i (luas kandang)

βj = Pengaruh perlakuan kedua taraf ke j (pemberian protein )

ρk = Pengaruh akibat kelompok

(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara taraf ke-i faktor A dengan taraf ke-j faktor B

∑ij = Pengaruh sisa dari unit percobaan

K = Ulangan 1, 2, 3

Page 28: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

17

Tabel 5. Bagan Pengamatan untuk Setiap Perlakuan

Jika perlakuan menunjukkan hasil berpengaruh nyata (F hitung > F tabel

0.05), dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test

(DMRT) berdasarkan Steel and Torrie (1996)

Tabel 6. Analisis Keragaman

SK Db JK KT Fhit Ftabel

0.05 0.01

Kelompok k-1 JKK KTK KTK/KTS

Faktor A a-1 JKA KTA KTA/KTS

Faktor B b-1 JKB KTB KTB/KTS

Faktor AB (a-1) (b-1) JKAB KTAB KTAB/KTS

Sisa (9-1) (k-1) JKS KTS

Total tk-1 JKT

Jika :

F hitung > F tabel 5 % berarti berbeda nyata (P < 0.05)

F hitung > F tabel 1 % berarti berbeda sangat nyata (P < 0.01)

F hitung < F tabel 5 % berarti berbeda tidak nyata (P > 0.05)

Keterangan :

FK = Faktor Koreksi = (ΣX)2/r2

Luas

Kandang

Level

Protein Ulangan – Ulangan Jumlah Rata - Rata

1 2 3

B1 A1B1 1 A1B1 2 A1B1 3 ∑Y1A1 Ῡ1A1

K1 B2 A1B2 1 A1B2 2 A1B2 3 ∑Y2A1 Ῡ2A1

B3 A1B3 1 A1B3 2 A1B3 3 ∑Y3A1 Ῡ3A1

B1 A2B1 1 A2B1 2 A2B1 3 ∑Y1A2 Y3A2

K2 B2 A2B2 1 A2B2 2 A2B1 3 ∑Y2A2 Ῡ2A2

B3 A2B3 1 A2B3 2 A2B3 3 ∑Y3A2 Ῡ3A2

B1 A3B1 1 A3B1 2 A3B1 3 ∑Y1A3 Ῡ1A3

K3 B2 A3B2 1 A3B2 2 A3B2 3 ∑Y2A3 Ῡ2A3

B3 A3B3 1 A3B3 2 A3B 3 ∑Y3KA3 Ῡ3A3

Jumlah ∑Y1 ∑Y2 ∑Y3 ∑YK ∑ Ῡ

Rata – rata Ῡ 1 Ῡ 2 Ῡ 3 Ῡ ∑ Ῡ

Page 29: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

18

JKT = Jumlah Kuadrat Tengah = ΣXij2 – FK

JKP = Jumlah Kuadrat Perlakuan = ΣXk2/r – FK

JKA = Jumlah Kuadrat A = (ΣXi.2/r)– FK

JKB = Jumlah Kuadrat B = (ΣX.j2/r) – FK

JKAB = Jumlah Kuadrat AB = JKP – JKA – JKB

JKS = Jumlah Kuadrat Sisa = JKT – JKP

3.3 Parameter Penelitian

3.3.1 Variabel yang diukur

Variabel yang diukur pada penelitian ini meliputi eritrosit, hemoglobin dan

hematokrit darah itik yang diambil setelah berumur 8 minggu. Darah itik diambil

pada bagian vena axilaris dengan menggunakan spuit 3 cc. Setelah diambil,

masukkan darah kedalam tabung EDTA (Ethylene Diamine Tetracetic Acid),

kemudian masukkan kedalam kotak yang telah berisi es. Darah selanjutnya di bawa

kelaboratorium Fisiologi Ternak untuk menghitung jumlah eritrosit, kadar

hemoglobin dan nilai hematokrit.

1. Jumlah Eritrosit

Alat dan Bahan :

- Seperangkat alat haemocytometer

- Pipet penghisap

- Mikroskop

- Kamar hitung

- Darah

- Larutan Hayem

Cara Kerja :

Page 30: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

19

1. Hisaplah darah pada tabung EDTA sampai kepada garis tanda 0,5 tepat. Hapus

kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.

2. Larutan Hayem dihisap perlahan-lahan sampai garis tanda 101, jangan sampai

terjadi gelembung hawa. Angkatlah pipet dan tutup ujung pipet dengan jari

lalu lepaskan karet penghisap.

3. Kocoklah pipet itu selama 15-30 detik dengan membuat angka delapan.

Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus-menerus, jangan sampai

ada cairan terbuang dari dalam pipet itu waktu mengocok.

4. Buanglah cairan yang ada didalam batang kapiler pipet sebanyak 3 atau 4 tetes

karena tidak bercampur dengan darah, dan segeralah sentuhkan ujung pipet itu

dengan sudut 30 derajat pada permukaan kamar hitung yang sudah diletakkan

di bawah mikroskop dengan menyentuhkan pada pinggir kaca penutup.

Biarkan kamar hitung itu terisi cairan perlahan-lahan dengan daya

kapilaritasnya sendiri.

5. Hitunglah semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16

bidang kecil, umpamanya pada keempat sudut bidang besar ditambah yang

ditengah-tengah. Cara menghitung sel yaitu dari kiri ke kanan kemudian dari

kanan ke kiri dan seterusnya.

6. Pengenceran dalam pipet eritrosit adalah 200 kali. Tinggi kamar hitung 1/10

mm, sedangkan jumlah luasnya 1/5 mm2. Faktor untuk mendapatkan jumlah

eritrosit dalam µl darah menjadi 5 x 10 x 200 = 10.000. Jumlah eritrosit yang

dihitung dari 5 kotak ditotalkan dan dikalikan 10.000, maka didapatkan jumlah

eritrosit per mm3.

Page 31: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

20

2. Nilai Hematokrit

Alat dan Bahan :

- Pipa Kapiler

- Centrifuge

- Haemofuge

- Darah

- Cristal seal cat no 01503

- Haemotokrit Reader

Cara Kerja :

1. Isilah tabung mikrokapiler hematokrit dengan darah.

2. Tutuplah salah satu ujungnya dengan cristal seal cat.

3. Masukkanlah tabung kapiler kedalam sentrifuge yang mencapai kecepatan

12.000 rpm (haemofuse).

4. Sentrifuge selama 3-5 menit.

5. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan Hawksley mikrohematokrit

reader

3. Kadar Hemoglobin

Alat dan Bahan :

a. Seperangkat alat haemometer yang terdiri dari:

- Pipet Hb Sahli

- Hemoglobinometer

- Batang Pengaduk

- Tabung Pengencer Hemometer

b. Larutan HCl 0,1 N

Page 32: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

21

Cara kerja :

1. Masukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1 N kedalam tabung pengencer hemometer.

2. Isaplah darah pada tabung EDTA dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda

20 µl.

3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet menggunakan

kertas tisu.

4. Masukkan darah dari pipet kedalam tabung yang berisi HCl 0,1 N pelan-pelan.

Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.

5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu hisap HCl 0,1 N kedalam pipet 2 atau 3 kali

untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet dan masukkan

kembali ke dalam tabung.

6. Tambahkan HCl 0,1 N setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang

pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standard harus

dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl dicampur.

7. Setelah warna pada tabung terlihat sama dengan warna kotak standar. Bacalah

kadar hemoglobin dengan melihat skala yang ditunjukkan pada tabung tersebut

dengan satuan gram/100 ml darah

3.4 Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Kandang

a. Satu minggu sebelum DOD masuk, kandang harus dibersihkan dengan

pengapuran dan pemberian desinfektan (Rhodalon). Lakukan persiapan

kandang dan alat-alat penelitian seperti tempat pakan, tempat minum,

lampu pijar 65 Watt sebanyak 27 buah, plastik penampung kotoran,

timbangan, dan alas kandang sudah dipasang sebelum DOD masuk

Page 33: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

22

kandang. Setiap kandang diberi nomor urut dan itik diletakan per unit

kandang

b. Itik ditimbang sebelum ditempatkan pada unit kandang.

2. Penempatan itik dalam Kandang

Kandang diberi nomor 1-27 secara acak dan perlakuan ditempatkan secara

acak berdasarkan kelompok. Itik ditimbang dan dikelompokkan menjadi 3

kelompok. Setiap kelompok ditempatkan unit kombinasi perlakuan secara acak.

Setiap unit-unit kandang ditempati oleh 5 ekor anak itik. Luas kandang untuk A1

(0,03 m2/ekor = 38 cm x 60 cm), A2 (0,04 m2 ekor = 48 cm x 60 cm ) dan A3

(0,05 m2/ekor = 54,5 cm x 60 cm).

3. Penyediaan ransum penelitian

4. Minum diberikan secara adlibitum.

5. Itik dipelihara sampai umur 8 minggu dan diambil sampel darah kemudian di

analisa dilaboratorium.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Fakultas Peternakan Universitas

Andalas Padang. Waktu penelitian adalah 8 Juni sampai 9 Agustus 2015

Page 34: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Eritrosit

Rataan jumlah eritrosit darah itik Kamang betina fase starter masing-

masing perlakuan yang diperoleh pada akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Jumlah Eritrosit yang diberi Perlakuan Luas Kandang dan Level

Protein Berbeda (juta/mm3)

Level Protein Ransum

Rataan B1 B2 B3

A1 (0,03 m2/ekor) 1,77 2,06 2,22 2,02A

A2 (0,04 m2/ekor) 1,74 2,56 2,25 2,18A

A3 (0,05 m2/ekor) 2,22 2,65 2,92 2,60B

Rataan 1,91A 2,42B 2,46B 2,26

Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda

sangat nyata (P<0,01)

Hasil analisis ragam terhadap rataan jumlah eritrosit menunjukkan

interaksi antara luas kandang dan level protein tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

terhadap jumlah eritrosit darah itik Kamang betina fase starter, sementara luas

kandang dan level protein masing-masing berpengaruh sangat nyata (P<0,01).

Berdasarkan uji lanjut Duncan’s diketahui bahwa A3 (0,05m2/ekor)

dengan jumlah eritrosit 2,60 juta/mm3 sangat nyata lebih tinggi (P<0,01)

dibandingkan dengan A2 (0,04 m2/ekor) dan A1 (0,03 m2/ekor), namun antar A2

(0,04 m2/ekor) dengan jumlah eritrosit 2,18 juta/mm3 tidak nyata lebih tinggi

(P>0,05) dibandingkan dengan A1 (0,03 m2/ekor) dengan jumlah eritrosit 2,02

juta/mm. Perbedaan jumlah eritrosit darah itik Kamang betina fase starter

disebabkan oleh pengaruh stres yang terjadi karena perbedaan luasan kandang,

dimana semakin sempit luasan kandang menyebabkan stress semakin tinggi,

selain itu juga akan menyebabkan itik berdesak-desakan di dalam kandang. Itik

Page 35: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

24

pada luas kandang A1 memiliki cekaman panas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan luas kandang lainnya karena lebih sempitnya luasan kandang perekor itik.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Effendi (2009) yang mendapatkan jumlah

eritrosit itik Bayang periode starter dengan dua luas kandang berbeda akan

mendapatkan jumlah eritrosit yang lebih banyak pada luas kandang yang lebih

besar 0,48 m2/ekor dengan jumlah eritrosit 2,46 juta/mm3. Harlova et al (2002)

juga mendapatkan stres yang disebabkan cekaman panas karena kenaikan suhu

kandang pada unggas ternyata menurunkan jumlah eritrosit, leukosit, nilai

hematokrit dan kadar hemoglobin.

Rataan jumlah eritrosit itik penelitian ini berdasarkan luasan kandang

adalah berkisar antara 2,02 – 2,60 juta/m3 darah. Sturkie (1976) menyatakan

bahwa jumlah eritrosit pada itik adalah 2,8 juta/mm3 darah. Ismoyowati (2006)

juga melaporkan bahwa rataan status hematologis itik betina lokal (itik Tegal)

produksi tinggi umur 22 minggu yaitu 2,30 ± 0,27 juta/mm3. Perbedaan hasil yang

didapatkan disebabkan faktor luas kandang, itik yang digunakan, ransum yang

diberikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sturkie (1976) bahwa perbedaan

jumlah eritrosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, jenis

kelamin, bangsa, penyakit, temperatur, lingkungan, kedaan geografis, kebuntingan

dan kegiatan fisik. Didukung Swenson (1997) yang menyebutkan status nutrisi,

volume darah, spesies dan ketinggian tempat juga mempengaruhi jumlah eritrosit

darah.

Berdasarkan uji lanjut Duncan’s diketahui bahwa B3 dengan jumlah

eritrosit 2,46 juta/mm. Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan jumlah eritrosit

ransum B3 yaitu 2,46 juta/mm3 dan B2 yaitu 2,42 juta/mm3 sangat nyata lebih

Page 36: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

25

tinggi (P<0,01) dengan B1 dengan jumlah eritrosit 1,91 juta/ mm3. Hal ini

menunjukkan ransum dengan protein yang cukup akan meningkatkan jumlah

eritrosit darah merah pada itik Kamang betina fase starter. Ransum B2 dan B3

tidak berbeda sangat nyata (P>0,05) dalam mempengaruhi jumlah eritrosit

sehingga pemberian level protein 20% tidak efisien jika dilihat dengan

signifikansi (P<0,01) karena tidak berbeda sangat nyata dengan B2.

Lebih rendahnya jumlah eritrosit pada itik yang diberi ransum dengan

level protein 16% disebabkan tidak terpenuhinya kecukupan protein ransum itik.

Pemberian beberapa level protein terhadap ternak menyebabkan terjadinya

perbedaan jumlah eritrosit dikarenakan terjadi perbedaan metabolisme yang

terjadi karena berbedanya jumlah protein yang dimakan itik. Sesuai dengan

pendapat Widodo (2006) yang menyatakan bahwa protein ransum yang memasuki

usus halus akan dipecah menjadi asam-asam amino, kemudian seluruhnya akan

diabsorpsi oleh dinding usus halus sampai masuk ke peredaran darah melalui

vena porta ke hati.

Pemberian ransum untuk itik Kamang betina fase starter lebih baik dengan

level protein 18% karena dengan level 20% akan terjadi kelebihan asupan nutrien.

Standar kebutuhan protein itik umur 0-8 minggu menurut NRC (1994) adalah

20%. Menurut Wakhid (2010) kebutuhan protein itik umur 0-8 minggu adalah

18%. Rendahnya konsumsi ransum berpotensi sekali terjadinya kekurangan

asupan gizi sehingga pembentukan sel darah merah mengalami penurunan

(Kusnadi, 2008). Suryana dalam Utari (2013) juga menyatakan ransum untuk itik

fase starter adalah dengan protein 19% dan energi metabolis 2900 kkal.

Konsumsi protein akan mempengaruhi proses eritropoesis dalam membentuk

Page 37: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

26

eritrosit. Proses eritropoesis membutuhkan bahan bahan dasar protein, glukosa

dan berbagai mineral aktivator salah satunya Fe yang berperan dalam

pembentukan senyawa heme pada hemoglobin (Praseno, 2005)

4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Hemoglobin

Rataan kadar hemoglobin darah itik Kamang betina fase starter masing-

masing perlakuan yang diperoleh pada akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 8,

Tabel 8. Rataan Kadar Hemoglobin yang diberi Perlakuan Luas Kandang dan

Level Protein Berbeda (gram/100ml)

Luas Kandang

Level Protein Ransum

Rataan B1 B2 B3

A1 (0,03 m2/ekor) 12,30 14,13 15,20 13,92A

A2 (0,04 m2/ekor) 12,60 16,57 15,40 14,81A

A3 (0,05 m2/ekor) 14,20 16,87 17,93 16,33B

Rataan 13,03A 15,86B 16,18B 15,02

Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda

sangat nyata(P <0.01)

Hasil analisis ragam terhadap rataan kadar hemoglobin menunjukkan

interaksi antara luas kandang dan level protein tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

terhadap kadar hemoglobin darah itik Kamang betina fase starter, sementara luas

kandang dan level protein masing-masing berpengaruh sangat nyata (P<0,01).

Hasil uji lanjut Duncan’s menunjukkan bahwa rataan kadar hemoglobin

A3 (0,05 m2/ekor) dengan kadar Hb 16,33 gram/100 ml sangat nyata lebih tinggi

(P<0,01) dibandingkan dengan A2 (0,04 m2/ekor) dengan kadar Hb 14,81

gram/100 ml dan A1 (0,03 m2/ekor) dengan kadar Hb 13,92gram/100 ml. Hal ini

menunjukkan itik yang dipelihara pada luas kandang yang sempit dan berdesak-

desakan ternyata menyebabkan kadar hemoglobin darah lebih rendah. Hasil ini

sesuai dengan Effendi (2009) yang mendapatkan kadar hemoglobin darah itik

Page 38: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

27

Bayang yang dipelihara dengan luas kandang yang lebih besar akan lebih tinggi

dibanding yang dipelihara dengan luas kandang yang lebih sempit yaitu 16,56

g/100 ml.

Lebih rendahnya kadar hemoglobin itik yang dipelihara pada kandang

sempit pada penelitian disebabkan pengaruh lingkungan kandang terutama

cekaman panas sehingga suhu dalam kandang meningkat yang menyebabkan

konsumsi ransum lebih rendah serta itik kesulitan dalam melakukan respirasi dan

akhirnya stres. Selain itu jumlah eritrosit mempengaruhi kadar hemoglobin dalam

darah itik. Hal ini didukung pendapat Guyton (1990) yang menyatakan

hemoglobin merupakan 90% dari bobot kering eritrosit atau sel darah merah.

Tabel 8 menunjukkan bahwa rataan kadar hemoglobin pada perlakuan B3

yakni 16,18 gram/100 ml dan B2 yakni 15,86 gram/100 ml sangat nyata lebih

tinggi (P<0,01) dibandingkan B1 dengan kadar hemoglobin 13,03 gram/100 ml.

Hal ini menunjukkan itik yang diberi perbedaan level protein tertentu

mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah. Menurut Anggorodi (1979)

protein adalah unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak aneka ternak unggas.

Pemberian level protein 18% dan 20% menunjukkan hasil yang tidak signifikan

perbedaannya, sehingga penggunaan ransum dengan protein 20% menyebabkan

inefisiensi dalam pemeliharaan ternak itik Kamang betina fase starter.

Rataan kadar hemoglobin yang diperoleh penelitian ini adalah 15,02

gram/100ml, hasil ini tidak jauh berbeda dengan Whittow (2000) yang

menyatakan kadar hemoglobin itik adalah 15,5 gram/100 ml. Perbedaan kadar

Page 39: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

28

hemoglobin dalam darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur,

jenis kelamin, kondisi hewan, cuaca, tekanan udara dan penyakit.

4.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai Hematokrit

Rataan nilai hematokrit darah itik Kamang betina fase starter masing-

masing perlakuan yang diperoleh pada akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan nilai Hematokrit yang diberi perlakuan luas kandang dan level

protein berbeda(%)

Luas Kandang Level Protein Ransum Rataan

B1 B2 B3

A1 (0,03 m2/ekor) 29,00 32,67 36,67 32,78A

A2 (0,04 m2/ekor) 30,33 39,00 36,67 35,33A

A3 (0,05 m2/ekor) 36,67 40,67 42,00 39,78B

Rataan 32,00A 37,44B 38,44B 35,96

Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda

sangat nyata(P <0.01)

Hasil analisis ragam terhadap rataan nilai hematokrit menunjukkan

interaksi antara luas kandang dan level protein tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

terhadap kadar hemoglobin darah itik Kamang betina fase starter, sementara luas

kandang dan level protein masing-masing berpengaruh sangat nyata (P<0,01).

Tabel 9 menunjukkan bahwa rataan nilai hematokrit pada A3 (0,05

m2/ekor) yakni 39,78% sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan A2

(0,04 m2/ekor) dan A1 dengan (0,03 m2/ekor) dengan nilai hematokrit berturut-

turut yakni 35,33% dan 32,78%. Hal ini menunjukkan itik yang dipelihara pada

luas kandang yang sempit dan berdesak-desakan ternyata mempunyai nilai

hematokrit darah lebih rendah. Hasil ini sama dengan Effendi (2009) yang

mendapatkan nilai hematokrit dengan kandang yang lebih luas akan lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai hematokrit dengan kandang yang lebih sempit. Lebih

rendahnya nilai hematokrit disebabkan itik menderita stres akibat tingkat luas

Page 40: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

29

kandang yang sempit. Nilai hematokrit yang lebih rendah dipengaruhi oleh

jumlah eritrosit, semakin sedikit jumlah eritrosit maka akan semakin rendah nilai

hematokrit, semakin banyak jumlah eritrosit maka akan semakin tinggi nilai

hematokrit.

Tabel 9 menunjukkan bahwa rataan nilai hematokrit pada perlakuan B3

yakni 38,44% dan B2 yakni 37,44% sangat nyata lebih tinggi (P<0,01)

dibandingkan B1 dengan nilai hematokrit 32,00%. Hal ini menunjukan itik yang

protein ransumnya semakin tinggi akan meningkatkan nilai hematokrit. Namun

antar pemberian level protein 18% dan 20% tidak menunjukkan hasil yang

signifikan (P<0,01) sehingga pemberian level protein 20% dalam ransum itik

Kamang betina fase starter merupakan tidak efisien karena terjadinya kelebihan

kandungan nutrisi.

Lebih rendahnya nilai hematokrit selain diakibatkan stres pada itik juga

terjadinya penurunan konsumsi ransum terutama yang mengandung protein lebih

sedikit. Turunnya asupan protein dalam tubuh mengakibatkan terjadi penurunan

sintesis darah merah dalam darah yang berakibat turunnya jumlah eritrosit.

Turunnya jumlah eritrosit mengakibatkan turunnya nilai hematokrit dalam darah.

Terjadinya perubahan sel darah merah nampaknya memiliki pola dengan

kandungan hematokrit, hal ini dapat dipahami karena persentasi hematokrit

merupakan kandungan sel darah merah dibandingkan volume total darah

(Kusnadi, 2008).

Page 41: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

30

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Tidak terdapat interaksi antara luas kandang dan level protein terhadap

gambaran darah itik Kamang betina fase starter. Peningkatan luas kandang dan

level protein juga meningkatkan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai

hematokrit itik Kamang betina fase starter. Luas kandang terbaik yaitu 0,05

m2/ekor dengan jumlah eritrosit 2,60 juta/mm3, kadar hemoglobin 16,33 gram/100

ml dan nilai hematokrit 39,78%. Level protein terbaik adalah 18% dengan jumlah

eritrosit 2,42 juta/mm3, kadar hemoglobin 15,86 gram/100 ml dan nilai

hematokrit 37,44%.

5.2. Saran

Disarankan kepada peternak untuk memperhatikan faktor luas kandang

dan level protein dalam pemeliharaan itik. Dalam pemeliharaan itik Kamang

betina fase starter disarankan dengan luas kandang 0,05 m2/ekor dengan

pemberian level protein ransum 18%.

Page 42: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

31

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak. UI Press,

Jakarta

Ali, A dan F. Nanda. 2009. Performans itik pedaging (lokal x peking) fase starter

pada tingkat kepadatan kandang yang berbedadi desa laboi jaya kabupaten

kampar. Jurnal Peternakan Vol 6 No 1 Februari 2009 (29 – 35) ISSN 1829

– 8729, Pekanbaru

Arifin, A. L. Naim dan F. Rahim. 1984. Fisiologi Ternak. Diktat fakultas

Peternakan, Universitas Andalas, Padang

Arifin, A. 1989. Fisiologi Ternak Unggas. Diktat Fakultas Peternakan Universitas

Andalas, Padang

Arsih, C.C. 2013. Keragaman sifat kualitatif itik lokal di usaha pembibitan “ER”

di Koto Baru Payobasung. Skripsi. Universitas Andalas, Padang

Atmoko, A.I.D. 1988. Broiler jantan dan betina alternatif pemeliharaan terpisah .

Poultry Indonesia. 114:15

Batubara, L. 2012. Pengaruh penggunaan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dalam

ransum terhadap total kolesterol, HDL, LDL plasma darah ayam broiler.

Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang

Bharoto, K.D. 2001. Cara Beternak Itik. Edisi ke-2. Aneka Ilmu, Semarang.

Cahyono, B. 2005. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya, Jakarta

Direktorat Jendral Pembibitan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012.

Roadmap Pembibitan Lokal, Jakarta

Djanah, D. 1985. Beternak Ayam dan Itik. CV. Yasaguna, Jakarta

Effendi, R. 2009. Pengaruh luas kandang dan cara pemberian pakan terhadap

beberapa gambaran darah itik Bayang. Skripsi. Universitas Andalas,

Padang

Frandson, R.B. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Cetakan ke-2, diterjemahkan

oleh Srigandono dan Koen Prasono. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

Ganong, W.F. 2002. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Terjemahan D.

Widjajakusumah. E.G.C, Jakarta

Page 43: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

32

Gandasoebrata, R. 2011. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat , Jakarta

Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih bahasa:

Setiawan, I. dan Santoso, A., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Harlova,H. J. Blaha, M. Koubkova, J. Drasralova and A. Fucikova. 2002.

Influence of heat stress on the metabolic response in broiler chickens.

Scientia Agriculture Bohemica 33:145-149

Ismoyowati, T. Yuwanta, J.H.P Sidadolog, dan S. Keman. 2006. Performans

reproduksi itik Tegal berdasarkan status hematologis. Fakultas Peternakan

UNSOED dan fakultas peternakan UGM. Animal Production Vol. 8, No. 2

: 88-93

Kusnadi, E. 2008. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan

komponen darah ayam broiler. Fakultas Peternakan Universitas Andalas,

Padang

Margawati, E. T. 1985. Pengaruh tingkat kepadatan itik dalam sangkar terhadap

berat badan pada periode pertumbuhan awal. In Prosiding Seminar

Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Bogor, 19-20

Maret 1985. Puslitbang Peternakan, Bogor

Mito dan Johan, ST. 2011. Usaha Penetasan Telur Itik. PT Agromedia Pustaka,

Jakarta

NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry, 9th Revised Edition. National

Academy Press, Washington. DC

Pearce. E.C. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Diterjemahkan oleh

Sri Yuliani. PT Gramedia, Jakarta

Pinky. 2012. Pengaruh kepadatan kandang terhadap performan itik hibrida dan

itik Mojosari periode starter. Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang

Praseno, K. 2005. Respon eritrosit terhadap perlakuan mikromineral Cu, Fe dan

Zn pada ayam (Gallus gallus domesticus). J. Indo. Trop. Anim Agric 30

(3) :179-185

Rahim, F. L. Naim, Yetmaneli dan E. Kusnadi. 2009. Potensi plasma nutfah itik

Bayang ditinjau dari karakteristik fisiologis dan produktivitas pada

pemeliharaan ekstensif dan intensif. Jurnal. Universitas Andalas, Padang

Rasyaf, M.. 1995. Beternak Ayam Pedaging. PT Penebar Swadaya, Jakarta

Page 44: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

33

_________. 2004. Beternak Itik Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta

Samosir, D.J. 1993. Ilmu Ternak Itik. Cet II PT. Gramedia, Jakarta.

Soesantoso, I.R.H. 2002. Respon fisiologi, tingkah laku dan pertumbuhan ayam

pedaging dengan kepadatan yang berbeda. Jurnal Peternakan dan

Lingkungan, 8:35

Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta

_________. 1996. Beternak Itik pedaging. PT. Trubus Agriwidiya Unggara,

Jakarta

Steel, R. G. D., and J. H. Torrie. 1996. Principles and Procedures of Statistics; a

Biometrical Approach. McGraw-Hill Book Company, New York.

Sturkie, P.D. 1976. Blood Physical Characteristic, Formed, Element, Hemoglobin

and Coagulation. In : Avian Physiology. 3th Ed. Comstock Publishing

Associates, New York.

Sudaro, Y. dan A. Siriwa, 2000. Ransum Ayam dan Itik. Penebar Swadaya,

Jakarta

Sudaryani, T. dan H. Santoso. 1994. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya,

Jakarta

Suharno. 2006. Beternak Itik Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta

Swenson. 1997. Duke’s Physiology of Domestic Animals. 9th Ed. Crnel

University Press, London.

Tami, D. 1988. Makanan Ternak Unggas. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

Utari, A.G. N, Iriyanti dan S. Mugiyono. 2013. Kadar total plasma dan glukosa

darah pada itik Manila yang diberi pakan dengan protein dan energi

metabolis yang berbeda. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas .Cetakan ke -4. Gadjah Mada Universitas

Press,Yogyakarta

Wakhid, A. 2010. Beternak dan Berbisnis Itik. PT. Agromedia, Jakarta

Page 45: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

34

Widodo. 2006. Pengantar Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas

Muhammadiyah Malang, Malang

Whittow, G.C. 2000. Sturkie’s Avian Physiology 5th Edition. Academic Press,

San Diego

Page 46: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

35

Lampiran 1. Analisa Statistik Konsumsi Pakan Itik (gram/ekor/7 minggu)

Level Protein Kelompok Luas Kandang Jumlah

A1 A2 A3

1 4724,60 4792,00 4863,60 14380,20

B1 2 4747,60 4821,60 4872,00 14441,20

3 4787,20 4836,40 4845,20 14468,80

Jumlah 14259,40 14450,00 14580,80 43290,20

Rataan 4753,13 4816,67 4860,27

1 4716,80 4782,20 4797,60 14296,60

B2 2 4786,60 4766,60 4816,80 14370,00

3 4768,60 4791,20 4856,20 14416,00

Jumlah 14272,00 14340,00 14470,60 43082,60

Rataan 4757,33 4780,00 4823,53

1 4727,00 4778.60 4876.20 14381,80

B3 2 4749,20 4789,80 4903,80 14442,80

3 4761,80 4790,80 4925,80 14478,40

Jumlah 14238,00 14359,20 14705,80 43303,00

Rataan 4746,00 4786,40 4901,93

Total 42769,40 43149,20 43757,20 129675,80

Rataan 14256,47 14383,07 14585,73 14256,47

Page 47: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

36

Rataan Konsumsi Ransum Itik /Ekor/Hari Selama Penelitian

Perlakuan Kelompok Minggu Jumlah Rataan

II III IV V VI VII VIII

1 40,80 66,86 93,71 114,29 120,71 115,71 122,86 674,94 96,42

A1B1 2 41,03 69,43 93,51 116,54 118,29 114,51 124,91 678,22 96,89

3 41,54 65,71 94,31 120,00 122,49 124,43 115,40 683,88 97,70

1 41,03 68,00 93,14 114,34 113,71 118,54 125,06 673,82 96,26

A1B2 2 38,03 67,14 93,29 120,06 119,00 123,66 122,46 683,64 97,66

3 41,06 68,71 96,60 114,40 115,89 120,69 123,89 681,24 97,32

1 41,06 70,57 89,40 115,40 114,77 119,66 124,43 559,89 79,98

A1B3 2 41,00 69,71 85,71 116,26 122,66 119,31 123,80 592,89 84,70

3 41,26 60,14 91,43 114,94 124,11 125,29 123,14 680,31 97,19

1 41,11 69,57 96.57 117,31 119,31 116,00 124,69 684,51 97,79

A2B1 2 41,23 68,00 96,94 118,20 119,60 120,00 124,83 688,8 98,4

3 41,09 67,14 94,29 115,09 129,40 122,20 125,71 690,92 98,70

1 38,23 66,57 94,00 115,00 125,71 119,31 124,34 683,16 97,59

A2B2 2 42,49 66,29 91,09 117,66 115,11 123,46 124,86 680,96 97,28

3 41,14 66,60 97,60 119,66 118,69 120,49 120,29 684,47 97,78

1 41,03 66,57 92,86 123,17 120,00 115,29 123,74 682,66 97,52

A2B3 2 41,09 66,89 97,91 117,49 122,14 114,63 124,11 684,26 97,75

3 41,17 67,00 96,37 119,97 122,29 116,63 120,97 684,4 97,77

1 41,83 69,43 94,66 120,03 120,49 124,57 123,80 694,81 99,26

A3B1 2 42,20 61,40 97,14 121,23 125,49 123,74 124,80 696,00 99,43

3 41,34 67,29 94,60 119,66 123,00 122,34 123,94 692,17 98,88

1 41,11 68,86 96,11 118,26 115,20 121,57 124,26 685,37 97,17

A3B2 2 41,14 68,29 95,14 118,43 118,89 123,20 123,03 688,12 98,30

3 41,09 68,57 94,91 122,86 121,57 123,69 121,06 693,75 99,11

1 43,09 70,00 94,34 123,49 118,54 123,17 123,97 696,6 99.51

A3B3 2 44,37 67,43 97,14 120,94 124,11 121,69 124,86 697,54 99,65

3 43,17 70,86 95,06 120,34 125,09 124,89 124,29 703,7 100,53

Page 48: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

37

Lampiran 2. Pertambahan Bobot Badan Itik (gram/ekor/7 minggu)

Level Protein Kelompok Luas Kandang Jumlah

A1 A2 A3

1 736.8 807.20 943.80 2487.8

B1 2 870.4 742.80 960.40 2573.6

3 700.4 789.60 961.20 2451.2

Jumlah 2307.6 2339.6 2865.4 7512.6

Rataan 769.2 779.87 955.13

1 807.6 834.40 1062.40 2704.4

B2 2 765.4 1150.00 1114.40 3029.8

3 896 1026.20 1087.40 3009.6

Jumlah 2469 3010.6 3264.2 8743.8

Rataan 823 1003.53 1088.07

1 872.2 897.40 1135.20 2904.8

B3 2 851.40 1029.40 1100.60 2981.4

3 902.00 980.80 1150.00 3032.8

Jumlah 2625.6 2907.6 3385.8 8919

Rataan 875.2 969.2 1128.6

Total 7402.2 8257.8 9515.4 25175.4

Rataan 822.4667 917.53 1057.27

Page 49: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

38

Lampiran 3. Rataan Jumlah Eritrosit Darah Itik Kamang Betina Fase Starter

Perlakuan Ulangan A1 A2 A3 Jumlah Rataan

B1 1 1,85 1,93 2,3 6,08 2,03

2 1,76 1,88 1,97 5,61 1,87

3 1,71 1,41 2,38 5,5 1,83

Junlah 5,32 5,22 6,65 17,19

Rataan 1,77 1,74 2,22 1,91

B2 1 2,07 2,6 2,62 7,29 2,43

2 2,09 2,48 2,58 7,15 2,38

3 2,01 2,59 2,74 7,34 2,45

Jumlah 6,17 7,67 7,94 21,78

Rataan 2,06 2,56 2,65 2,42

B3 1 2,46 2,35 2,93 7,74 2,58

2 2,16 2,23 3,04 7,43 2,48

3 2,03 2,17 2,8 7 2,33

Jumlah 6,65 6,75 8,77 22,17

Rataan 2,22 2,25 2,92 2,46

Total 18,14 19,64 23,36 61,14

Rataan 2,02 2,18 2,60 2,26

FK = (61,14)2

27

= 3738,1

27

= 138,45 JKT =((1,85)2+(1,932)+(2,3)2+(1,76)2+..........+(2,8)2) – 138,45

= 3,42+3,72+5,29+3,10+......+7,84–138,45

= 4,13

JKA = (18,14)2+(19,64) 2+(23,36) 2 – 138,45

9

= 329,06+385,73+545,69 – 138,45

9

= 1,61

JKB = (17,19)+ (21,78)+(22,17) – 138,45

9

= 295,50+474,37+3738,10–138,45

9

=1,70

Page 50: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

39

JKAB = (5,32)2+(5,22)2+.......+ 8,772 –138,45

3

= 28,30+27,25+.........+76,91–138,45 –1,61 –1,70

3

= 0,38

JKK = (6,08+7,29+7,74)2+(5,61+7,15+7,43)2+(5,5+7,34+7)2 –138,45

9

= 445,63+407,64+393,63–138,45

9

= 0,10

JKS = JKT-JKA-JKB-JKAB-JKK

= 0,34

KTK = JKK

2

= 0,048

KTA = JKA

2

= 0,803

KTB = JKB

2

= 0,852

KTAB = JKAB

4

= 0,095

KTS = JKS

16

= 0,021

Page 51: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

40

Tabel Anova

SK DB JK KT F

hitung

F tabel Keterangan

0,05 0,01

Kelompok 2 0,10 0,048 2,233 3,63 6,23 Ns

Faktor A 2 1,61 0,803 37,475 3,63 6,23 **

Faktor B 2 1,70 0,852 39,796 3,63 6,23 **

Faktor AB 4 0,38 0,095 4,435 3,01 4,77 Ns

Sisa 16 0,34 0,021

Total 26 4,13

Keterangan : ** = Berpengaruh Sangat Nyata (P<0,01)

Ns = Non Signifikan (P>0,05)

Uji Lanjut

SE = √𝐾𝑇𝑆

𝑛

= 0,05

2 3

SSR 0.05 2,998 3,144

SSR 0.01 4,131 4,308

LSR 0.05 0,15 0,15

LSR 0.01 0,20 0,21

Urutan nilai tengah faktor A (Luas Kandang) dari tertinggi sampai yang terendah

A3 A2 A1

2,60 2,18 2,02

Uji Lanjut DMRT

Perlakuan Jarak Selisih LSR 1% Keterangan

A3-A2 2 0,41 0,20 **

A3-A1 3 0,58 0,21 **

A2-A1 2 0,17 0,20 Ns

Keterangan : Ns = Non Signifikan (P>0,05)

** = Berbeda Sangat Nyata (P<0,01)

Superskrip :

A1A A2A A3B

Urutan nilai tengah faktor B ( Level Protein) dari tertinggi sampai yang terendah

B3 B2 B1

2,46 2,42 1,91

Page 52: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

41

Perlakuan Jarak Selisih LSR 1% Keterangan

B3-B2 2 0,04 0,20 Ns

B3-B1 3 0,55 0,21 **

B2-B1 2 0,51 0,20 **

Superskrip :

B1A B2B B3B

Page 53: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

42

Lampiran 4. Rataan Kadar Hemoglobin Darah Itik Kamang Betina Fase Starter

Perlakuan Ulangan A1 A2 A3 Jumlah Rataan

B1 1 11,9 12,4 14 38,3 12,767

2 12,6 12,6 14,2 39,4 13,133

3 12,4 12,8 14,4 39,6 13,200

Jumlah 36,9 37,8 42,6 117,3 39,100

Rataan 12,3 12,60 14,2 13,033

B2 1 16 16,4 17,4 49,8 16,600

2 12,4 16,4 16,8 45,6 15,200

3 14 16,9 16,4 47,3 15,767

Jumlah 42,4 49,7 50,6 142,7 47,567

Rataan 14,13 16,57 16,87 15,856

B3 1 14,6 15,9 17,8 48,3 16,100

2 15,5 15,1 18 48,6 16,200

3 15,5 15,2 18 48,7 16,233

Jumlah 45,6 46,2 53,8 145,6 48,533

Rataan 15,20 15,40 17,93 16,178

Total 124,9 133,7 147 405,6

Rataan 13,88 14,86 16,33 135,200 135,200

FK = (405,6)2

27

= 6093,01

JKT = (11,9)2+((12,4)2+(14) 2+(12,6) 2+..........+(18) 2– 6093,01

= 141,61+153,76+196+158,76+..........+324 – 6093,01

= 96,09

JKA = (124,9)2+(133,7)2+(1472)– 6093,01

9

= 15600,01+17875,69 +21609– 6093,01

9

= 27,51

JKB = (117,3)2+(142,7)2+(145,6)2– 6093,01

9

= 13759,29+20363,29 +21199,36– 6093,01

9

= 53,87

Page 54: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

43

JKAB = (36,9)2+(37,8)2+(42,6)2+(42,4)2+........+(53,8)2– 6093,01

3

= 1361,61+1428,84+1814,76+1797,76+........+2894,44– 6093,01

3

= 6,16

JKK =(38,3+49,8+48,3)2+(39,4+45,6+48,6)2+(39,6+47,3+48,7)2– 6093,01

9

= 18604,96+17848,96+18387,36–6093,01

9

= 0,46

JKS = JKT–JKA–JKB–JKAB–JKK

= 8,08

KTK = JKK

2

= 0,231

KTA = JKA

2

= 13,754

KTB = JKB

2

= 26,934

KTAB = JKAB

4

= 0,385

KTS = JKS

16

= 0,505

Page 55: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

44

Tabel Anova

SK DB JK KT F

hitung

F tabel Keterangan

0,05 0,01

Kelompok 2 0,462 0,231 0,457 3,63 6,23 Ns

Faktor A 2 27,509 13,754 27,222 3,63 6,23 **

Faktor B 2 53,869 26,934 53,306 3,63 6,23 **

Faktor

AB

4 6,162 0,385 0,762 3,01 4,77 Ns

Sisa 16 8,084 0,505

Total 26

Keterangan : ** : Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

Ns : Non Signifikan (P>0,05)

Uji Lanjut

SE = √𝐾𝑇𝑆

𝑛

= 0,24

2 3

SSR 0.05 2,998 3,144

SSR 0.01 4,131 4,308

LSR 0.05 0,71 0,74

LSR 0.01 0,98 1,02

Urutan nilai tengah faktor A (Luas Kandang) dari tertinggi sampai yang terendah

A3 A2 A1

16,33 14,86 13,88

Uji Lanjut DMRT

Perlakuan Jarak Selisih LSR 1% Keterangan

A3-A2 2 1,48 0,98 **

A3-A1 3 2,46 1,02 **

A2-A1 2 0,98 0,98 Ns

Keteranga : Ns = Non Signifikan (P>0,05)

** = Berbeda Sangat Nyata (P<0,01)

Superskrip :

A1A A2A A3B

Page 56: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

45

Urutan nilai tengah faktor B (Level Protein) dari tertinggi sampai yang terendah

A3 A2 A1

16,18 15,86 13,03

Uji Lanjut DMRT

Perlakuan Jarak Selisih LSR 1% Keterangan

A3-A2 2 0,32 0,98 **

A3-A1 3 3,14 1,02 **

A2-A1 2 2,82 0,98 Ns

Keteranga : Ns = Non Signifikan (P>0,05)

** = Berbeda Sangat Nyata (P<0,01)

Superskrip :

B1A B2B B3B

Page 57: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

46

Lampiran 5. Rataan Kadar Hematokrit Darah Itik Kamang Betina Fase Starter

Perlakuan Ulangan A1 A2 A3 Jumlah Rataan

B1 1 30 31 34 95 31,667

2 29 29 37 95 31,667

3 28 31 39 98 32,667

Jumlah 87 91 110 288 96,000

Rataan 29 30,33 36,666 96 32,000

B2 1 32 40 41 113 37,667

2 31 40 39 110 36,667

3 35 37 42 114 38,000

Jumlah 98 117 122 337 112,333

Rataan 32,67 39,00 40,67 112,3333 37,444

B3 1 35 40 44 119 39,667

2 34 34 40 108 36,000

3 41 36 42 119 39,667

Jumlah 110 110 126 346 115,333

Rataan 36,67 36,67 42,00 38,444

Total 295 318 358 971

Rataan 32,78 35,33 39,78 323,6667 35,963

FK = (971)2

27

= 34920,04

JKT = (30)2+((31)2+(34) 2+(29) 2+..........+(42) 2– 34920,04

= 900+961+1156+841+..........+1764 –34920,04

= 572,96

JKA = (295)2+(318)2+(3582)– 34920,04

9

= 87025 +101124 +128164– 34920,04

9

= 225,85

JKB = (288)2+(337)2+(346)2– 34920,04

9

= 82944 +113569 +119716– 34920,04

9

= 216,52

Page 58: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

47

JKAB = (87)2+(91)2+(110)2+(98)2+........+(126)2– 34920,04

3

= 7569+8281+12100+9604+........+15876– 34920,04

3

= 38,59

JKK =(95+113+119)2+(95+110+108)2+(98+114+119s)2– 34920,04

9

= 106929+97969+109561–34920,04

9

= 19,85

JKS = JKT–JKA–JKB–JKAB–JKK

= 72,15

KTK = JKK

2

= 9,93

KTA = JKA

2

= 112,93

KTB = JKB

2

= 108,26

KTAB = JKAB

4

= 9,65

KTS = JKS

16

= 4,51

Page 59: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

48

Tabel Anova

SK DB JK KT

F

hitung

F tabel

Keterangn 0.05 0.01

Kelompo

k 2 19.85 9.93 2.20 3.63 6.23 Ns

Faktor A 2 225.85 112.93 25.04 3.63 6.23 **

Faktor B 2 216.52 108.26 24.01 3.63 6.23 **

Faktor

AB 4 38.59 9.65 2.14 3.01 4.77 Ns

Sisa 16 72.15 4.51

Total 26

Uji Lanjut

SE = √𝐾𝑇𝑆

𝑛

= 0,71

2 3

SSR 0.05 2,998 3,144

SSR 0.01 4,131 4,308

LSR 0.05 2,12 2,23

LSR 0.01 2,92 3,05

Urutan nilai tengah faktor A (Luas Kandang) dari tertinggi sampai yang terendah

A3 A2 A1

39,78 35,83 32,78

Uji Lanjut DMRT

Perlakuan Jarak Selisih LSR 1% Keterangan

A3-A2 2 4,44 2,92 **

A3-A1 3 7,00 3,05 **

A2-A1 2 2,56 2,92 Ns

Keteranga : Ns = Non Signifikan (P>0,05)

** = Berbeda Sangat Nyata (P<0,01)

Superskrip :

A1A A2A A3B

Page 60: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

49

Urutan nilai tengah faktor B (Level Protein) dari tertinggi sampai yang terendah

B3 B2 B1

38,44 37,44 32,00

Uji Lanjut DMRT

Perlakuan Jarak Selisih LSR 1% Keterangan

A3-A2 2 1,00 2,92 **

A3-A1 3 6,44 3,05 **

A2-A1 2 5,44 2,92 Ns

Keteranga : Ns = Non Signifikan (P>0,05)

** = Berbeda Sangat Nyata (P<0,01)

Superskrip :

B1A B2B B3B

Page 61: PENGARUH LUAS KANDANG DAN PEMBERIAN ...scholar.unand.ac.id/10031/5/PENGARUH LUAS KANDANG DAN...yang di sekat sesuai dengan luas kandang perlakuan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 09 Desember 1993 di

Padang Kunik, Kuantan Singingi. Penulis adalah anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Raja Sahan

dan Ibu Evi Rianis. Pendidikan dasar diselesaikan pada

tahun 2005 di SDN 09 Padang Kunik, Pendidikan lanjutan

menengah pertama diselesaikan pada tahun 2008 di SMPN 2 Pangean, Kuantan

Singingi dan pendidikan lanjutan menegah atas diselesaikan pada tahun 2011 di

SMAN Pintar Kab Kuantan Singingi.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Peternakan, Fakultas

Peternakan, Universitas Andalas pada tahun 2011. Selama masa pendidikannya

penulis mengikuti berbagai kegiatan kampus diantaranya BAKTI, BBMK di UKF

Neotelemetri Universitas Andalas. Penulis melaksanakan KKN pada Juni-Juli

2014 di Nagari Ampalu, Kabupaten Lima Puluh Kota. Farm Experience

gelombang III pada bulan November-Desember 2014.

14 April 2016

Fahli Revsianto