PENGARUH LINGKUNGAN PENGENDALIAN, PENILAIAN...

25
PENGARUH LINGKUNGAN PENGENDALIAN, PENILAIAN RISIKO, KEGIATAN PENGENDALIAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI DAN PEMANTAUAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA INSPEKTORAT DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INSPEKTORAT DAERAH KOTA TANJUNGPINANG, INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN BINTAN Ulvi Anindya Putri 110462201037 Dosen Pembimbing: Myrna Sofia, SE, M.Si Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang, Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan. Responden dalam penelitian ini adalah auditor. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 53 responden dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 responden. Metode pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner dan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, uji reabilitas, uji asumsi klasik, analisa regresi berganda, analisa korelasi pearson, uji F, uji t serta koefisien determinasi. Dari hasil penelitian diperoleh kegiatan pengendalian dan pemantauan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah. Sedangkan lingkungan pengendalian, penilaian risiko dan informasi dan komunikasi tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah.

Transcript of PENGARUH LINGKUNGAN PENGENDALIAN, PENILAIAN...

PENGARUH LINGKUNGAN PENGENDALIAN, PENILAIAN RISIKO,

KEGIATAN PENGENDALIAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI DAN

PEMANTAUAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH DAERAH PADA INSPEKTORAT DAERAH PROVINSI

KEPULAUAN RIAU, INSPEKTORAT DAERAH KOTA

TANJUNGPINANG, INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN BINTAN

Ulvi Anindya Putri

110462201037

Dosen Pembimbing:

Myrna Sofia, SE, M.Si

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan

pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi

dan pemantauan terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah

Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota

Tanjungpinang, Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan. Responden dalam

penelitian ini adalah auditor. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 53 responden

dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 responden. Metode

pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner dan teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik sampling jenuh. Pengujian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah uji validitas, uji reabilitas, uji asumsi klasik, analisa regresi berganda,

analisa korelasi pearson, uji F, uji t serta koefisien determinasi. Dari hasil penelitian

diperoleh kegiatan pengendalian dan pemantauan berpengaruh signifikan terhadap

kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah. Sedangkan lingkungan

pengendalian, penilaian risiko dan informasi dan komunikasi tidak berpengaruh

terhadap kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah.

Kata kunci: Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian,

Informasi Dan Komunikasi, Pemantauan, Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah.

A. LATAR BELAKANG

Rendahnya kualitas laporan keuangan dapat disebabkan oleh pemahaman

mengenai pengelolaan keuangan daerah pada pemerintah daerah berdasarkan

karakteristik laporan keuangan agar bisa menghasilkan laporan keuangan yang

akurat dan handal sehinga bisa menciptakan tata pemerintahan yang baik (good

governance) menuju tercapainya pemerintahan yang bersih (clean goverment).

Laporan keuangan disajikan secara wajar berdasrkan Standar Akuntansi Keuangan

(SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pedoman

penyusunan laporan keuangan menggunakan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

Menurut Bastian (2014:18), audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan

mencakup penentuan apakah informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan, entitas yang diaudit telah mematuhi persyaratan

kepatuhan terhadap peraturan keuangan tertentu, sistem pengendalian internal

instansi tersebut baik terhadap laporan keuangan maupun terhadap pengamanan

kekayaannya telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai

tujuan pengendalian.

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2014:319), Pengendalian intern

adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan

personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang

pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu : keandalan pelaporan keuangan, efektivitas

dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sebagaimana

tercantum dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah setidak-

tidaknya terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan

Catatan atas Laporan Keuangan (Yuliani dkk, 2010).

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 adalah :

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai

posisi keuangan dan seluruh transaksi oleh pemerintah daerah selama satu periode

pelaporan.

Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) adalah

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang

perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.

Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang

diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang

dikehendaki:

1). Relevan

2). Andal

3). Dapat Dibandingkan

4). Dapat dipahami

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010

menyebutkan bahwa tujuan penyusunan laporan keuangan pemerintah seharusnya

menyajikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan dan

menunujukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan

kepadanya, dengan :

1). Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan

untuk membiayai seluruh pengeluaran.

2). Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya

ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan

perundang-undangan.

3). Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang

digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah

dicapai.

4). Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai

seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

5). Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas

pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak

dan pinjaman.

6). Menyediakan informasi mengenai posisi perubahan keuangan entitas

pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat

kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Sistem Pengendalian Internal

Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 “Sistem Pengendalian

Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan

secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan

keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang

efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”.

Unsur-unsur SPIP terdiri sebagai berikut :

1). Lingkungan pengendalian

2). Penilaian risiko

3). Kegiatan pengendalian

4). Informasi dan komunikasi

5). Pemantauan

Menurut Bastian (2014:260-261), dalam memperoleh pemahaman atas

struktur pengendalian internal, auditor menggunakan tiga macam prosedur audit,

yaitu :

1). Mewawancarai personel dinas/instansi yang berkaitan dengan unsur struktur

pengendalian.

2). Melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan.

3). Melakukan pengamatan atas kegiatan organisasi.

SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya

efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara,

keandalan pelaporan keuangan, pengamatan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan.

1. Lingkungan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara

lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif

untuk penerapan Sistem Pengendalian Internal dalam lingkungan kerjanya.

2. Penilaian Risiko

Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan Instansi Pemeritah dapat

menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan,

dengan berpedoman pada peratutan perundang-undangan.

3. Kegiatan Pengendalian

Pimpinan Instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan

pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dari sifat dan tugas dan

fungsi yang bersangkutan.

4. Informasi dan Komunikasi

Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan

mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat.

Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif.

5. Pemantauan

Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem

Pengendalian Internal.

C. METODOLOGI PENELITIAN

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner dan studi pustaka. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang

berupa pernyataan yang harus diisi oleh responden. Penelitian ini dilakukan melalui

studi kepustakaan atau studi literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji

serta menelaah literatur berupa buku-buku (text book), peraturan perundang-

undangan, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki

hubungan dengan masalah yang diteliti. Metode analisisnya menggunakan bantuan

aplikasi SPSS 21.

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014:115).

b. Sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh

populasi dan dipilih secara hati-hati dari populasi tersebut. Ketika peneliti

melakukan penarikan sampel, peneliti tentunya merasa tertarik dalam

mengestimasi satu atau lebih nilai-nilai populasi atau menguji satu atau lebih

hipotesis statistik (Ikhsan, 2010:118). Teknik pengambilan sampelnya

menggunakan Sampling Jenuh.

2. Uji Validitas dan Uji Reabilitas

a. Menurut Suharsimi (2006:168) dalam Sunyoto (2011:69), validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahigan

sesuatu instrument.

b. Menurut Suharsimi (2006) dalam Sunyoto (2011:70), reabilitas menunjukkan

pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah

baik.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Menurut (Priyatno, 2010:71), uji normalitas digunakan untuk mengetahui

apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan

untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis

menggunakan metode parametik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi,

yaitu data berasal dari distribusi yang normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut (Ghozali, 2013:105), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya

Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai

VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama

dengan nilai VIF > 0,10.

c. Uji Heteroskedatisitas

Menurut (Priyatno, 2010:83-84), heteroskedastisitas adalah keadaan di mana

terjadi ketidaksamaan varian dan residual untuk semua pengamatan pada model

regresi. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi.

4. Analisa regresi linier berganda

Menurut Priyatno (2010:61), Analisis ini untuk memprediksikan nilai dari

variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau

penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen

berhubungan positif atau negatif. Persamaan regresi linier berganda sebagai

berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

5. Pengujian Hipotesis

a. Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen :

Lingkungan Pengendalian (X1), Penilaian Risiko (X2), Kegiatan Pengendalian (X3),

Informasi dan Komunikasi (X4), Pemantauan (X5) secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen : Kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (Y). Tingkat signifikan menggunakan 0,05 (α = 5%).

b. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel

independen : Lingkungan Pengendalian (X1), Penilaian Risiko (X2), Kegiatan

Pengendalian (X3), Informasi dan Komunikasi (X4), Pemantauan (X5) secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen : Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (Y). Tingkat signifikan menggunakan 0,05 (α = 5%).

c. Uji Koefisien Determinasi

Menurut (Priyatno, 2010:66), Koefisien ini menunjukkan seberapa besar

persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu

menjelaskan variai variabel dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikit

pun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen yang

digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikit pun variasi variabel dependen.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengujian Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid dan tidak validnya suatu

kuesioner. Keusioner dikatakan valid jika kuesioner mampu mengungkapkan suatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk menentukan valid tidaknya

kuesioner apabila Corrected Item Total Correlation > r tabel (n-2). Pengujian

validitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Hasil Pengujian Validitas Variabel X1

Pertanyaan Corrected Item-

Total Correlation r tabel Keterangan

Item 1 0,592 0,2845 Valid

Item 2 0,312 0,2845 Valid

Item 3 0,755 0,2845 Valid

Item 4 0,674 0,2845 Valid

Item 5 0,613 0,2845 Valid

Item 6 0,532 0,2845 Valid

Item 7 0,710 0,2845 Valid

Hasil Pengujian Validitas Variabel X2

Pertanyaan Corrected Item-

Total Correlation r tabel Keterangan

Item 1 0,462 0,2845 Valid

Item 2 0,553 0,2845 Valid

Item 3 0,656 0,2845 Valid

Item 4 0,337 0,2845 Valid

Item 5 0,411 0,2845 Valid

Hasil Pengujian Validitas Variabel X3

Pertanyaan Corrected Item-

Total Correlation r tabel Keterangan

Item 1 0,512 0,2845 Valid

Item 2 0,559 0,2845 Valid

Item 3 0,465 0,2845 Valid

Item 4 0,511 0,2845 Valid

Item 5 0,809 0,2845 Valid

Item 6 0,707 0,2845 Valid

Item 7 0,738 0,2845 Valid

Item 8 0,718 0,2845 Valid

Hasil Pengujian Validitas Variabel X4

Pertanyaan Corrected Item-

Total Correlation r tabel Keterangan

Item 1 0,800 0,2845 Valid

Item 2 0,672 0,2845 Valid

Item 3 0,590 0,2845 Valid

Hasil Pengujian Validitas Variabel X5

Pertanyaan Corrected Item-

Total Correlation r tabel Keterangan

Item 1 0,446 0,2845 Valid

Item 2 0,416 0,2845 Valid

Item 3 0,523 0,2845 Valid

Hasil Pengujian Validitas Variabel Y

Pertanyaan Corrected Item-

Total Correlation r tabel Keterangan

Item 1 0,710 0,2845 Valid

Item 2 0,499 0,2845 Valid

Item 3 0,758 0,2845 Valid

Item 4 0,792 0,2845 Valid

Item 5 0,723 0,2845 Valid

Item 6 0,725 0,2845 Valid

Item 7 0,687 0,2845 Valid

Item 8 0,779 0,2845 Valid

Item 9 0,643 0,2845 Valid

Item 10 0,781 0,2845 Valid

Item 11 0,674 0,2845 Valid

Item 12 0,781 0,2845 Valid

Item 13 0,465 0,2845 Valid

Pengujian Reabilitas

Suatu alat pengukur dikatakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu

gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi,

alat yang reliabel secara konsisten memberikan hasil ukuran yang sama. Metode uji

reliabilitas dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode Cronbach’s alpha.

Menurut Priyatno (2010:30), pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas sebagai

berikut:

Cronbach’s alpha < 0,6 = Reliabilitas buruk

Cronbach’s alpha 0,6 - 0,79 = Reliabilitas diterima

Cronbach’s alpha 0,8 = Reliabilitas baik

Hasil Uji Reliabilitas No. Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan

1 Lingkungan Pengendalian 0,841 Reliabilitas Baik

2 Penilaian Risiko 0,721 Reliabilitas Diterima

3 Kegiatan Pengendalian 0,865 Reliabilitas Baik

4 Informasi dan Komunikasi 0,823 Reliabilitas Baik

5 Pemantauan 0,650 Reliabilitas Diterima

6 Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah 0,921 Reliabilitas Baik

UJI ASUMSI KLASIK

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas harus dilakukan sebelum data yang digunakan dalam

penelitian diuji lebih lanjut. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji Lilliefors

dengan melihat nilai pada One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Data dinyatakan

berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 (Priyatno, 2010:71).

Hasil pengujian Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 X3 X4 X5 Y Unstand

ardized

Residual

N 48 48 48 48 48 48 48

Normal

Parametersa,

b

Mean 29,9167 22,2708 33,2708 12,6250 13,7500 60,4375 ,000000

0

Std.

Deviation

2,84218 2,27605 3,55946 1,39337 1,43660 4,92456 3,75694

874

Most

Extreme

Differences

Absolute ,146 ,260 ,223 ,319 ,329 ,203 ,125

Positive ,146 ,257 ,223 ,319 ,201 ,177 ,068

Negative -,091 -,260 -,092 -,181 -,329 -,203 -,125

Kolmogorov-Smirnov

Z

1,010 1,800 1,544 2,210 2,277 1,405 ,867

Asymp. Sig. (2-tailed) ,259 ,003 ,017 ,000 ,000 ,039 ,440

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation

Factor (VIF).

Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

X1 ,470 2,127

X2 ,962 1,039

X3 ,370 2,703

X4 ,481 2,079

X5 ,878 1,139

Cara untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolineritas dengan melihat

nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Jika nilai Tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang

umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance

< 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013:105).

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Prasyarat yang harus

terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya masalah heteroskedastisitas.

Jika signifikansi < 0,05 artinya tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Pada

penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode

Spearman’s Rho.

Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Metode Spearman’s Rho

Selain dengan metode Spearman’s Rho uji heteroskedatisitas dapat juga

dilihat dengan melihat penyebaran titik-titik pada gambar Scattterplot untuk

melihat grafik Scattterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu

ZPRED dengan residualnya SRESID. Hasilnya diperoleh seperti gambar dibawah

ini:

Correlations

X1 X2 X3 X4 X5 Unstandardize

d Residual

S

P

E

A

R

M

A

N

'

S

R

H

O

X1

Correlation Coefficient 1,000 -,166 ,675** ,597** ,282 ,071

Sig. (2-tailed) . ,260 ,000 ,000 ,052 ,630

N 48 48 48 48 48 48

X2

Correlation Coefficient -,166 1,000 -,118 -,139 -,022 ,010

Sig. (2-tailed) ,260 . ,425 ,344 ,879 ,944

N 48 48 48 48 48 48

X3

Correlation Coefficient ,675** -,118 1,000 ,690** ,279 ,146

Sig. (2-tailed) ,000 ,425 . ,000 ,055 ,322

N 48 48 48 48 48 48

X4

Correlation Coefficient ,597** -,139 ,690** 1,000 ,348* ,154

Sig. (2-tailed) ,000 ,344 ,000 . ,015 ,297

N 48 48 48 48 48 48

X5

Correlation Coefficient ,282 -,022 ,279 ,348* 1,000 ,071

Sig. (2-tailed) ,052 ,879 ,055 ,015 . ,631

N 48 48 48 48 48 48

Unstanda

rdized

Residual

Correlation Coefficient ,071 ,010 ,146 ,154 ,071 1,000

Sig. (2-tailed) ,630 ,944 ,322 ,297 ,631 .

N 48 48 48 48 48 48

d. Analisa Korelasi Pearson

Hasil Pengujian Analisa Korelasi Pearson

Correlations

X1 X2 X3 X4 X5 Y

X1

Pearson Correlation 1 -,190 ,711** ,583** ,250 -,063

Sig. (2-tailed) ,195 ,000 ,000 ,086 ,672

N 48 48 48 48 48 48

X2

Pearson Correlation -,190 1 -,125 -,122 -,024 -,037

Sig. (2-tailed) ,195 ,398 ,410 ,869 ,801

N 48 48 48 48 48 48

X3

Pearson Correlation ,711** -,125 1 ,699** ,301* -,230

Sig. (2-tailed) ,000 ,398 ,000 ,038 ,115

N 48 48 48 48 48 48

X4

Pearson Correlation ,583** -,122 ,699** 1 ,335* ,059

Sig. (2-tailed) ,000 ,410 ,000 ,020 ,693

N 48 48 48 48 48 48

X5

Pearson Correlation ,250 -,024 ,301* ,335* 1 ,464**

Sig. (2-tailed) ,086 ,869 ,038 ,020 ,001

N 48 48 48 48 48 48

Y

Pearson Correlation -,063 -,037 -,230 ,059 ,464** 1

Sig. (2-tailed) ,672 ,801 ,115 ,693 ,001

N 48 48 48 48 48 48

Dari output diatas dapat diketahui nilai korelasi pearson antara variabel

lingkungan pengendalian dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

sebesar -0,063. Nilai korelasi pearson antara variabel penilaian risiko dengan

kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar -0,037. Nilai korelasi pearson

antara variabel kegiatan pengendalian dengan kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah sebesar -0,230. Nilai korelasi pearson antara informasi dan

komunikasi dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar 0,059.

Nilai korelasi pearson antara variabel pemantauan dengan kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah sebesar 0,464.

e. Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil Koefisien Regresi Berganda

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 50,367 10,174 4,950 ,000

X1 ,182 ,297 ,105 ,613 ,543

X2 -,117 ,260 -,054 -,449 ,655

X3 -,923 ,268 -,667 -3,449 ,001

X4 ,970 ,600 ,274 1,617 ,113

X5 1,868 ,431 ,545 4,338 ,000

Y= 50,367 + 0,182X1 - 0,117X2 - 0,923X3 + 0,970X4 + 1,868X5 + e

f. Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Hasil Pengujian Hipotesis Uji F

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 476,423 5 95,285 6,033 ,000b

Residual 663,389 42 15,795

Total 1139,813 47

Berdasarkan output ANOVAb pada F hitung sebesar 5,893 dan Karena F

hitung > F tabel (6,033 > 2,44), maka H0 ditolak artinya lingkungan pengendalian,

penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan

berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota

Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.

g. Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Hasil Pengujian Hipotesis Uji t

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 50,367 10,174 4,950 ,000

X1 ,182 ,297 ,105 ,613 ,543

X2 -,117 ,260 -,054 -,449 ,655

X3 -,923 ,268 -,667 -3,449 ,001

X4 ,970 ,600 ,274 1,617 ,113

X5 1,868 ,431 ,545 4,338 ,000

a). Berdasarkan output coefficienta pada variabel X1 (lingkungan pengendalian)

diperoleh angka t hitung sebesar 0,613 dan -t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808.

b). Berdasarkan output coefficienta pada variabel X2 (penilaian risiko) diperoleh angka

t hitung sebesar -0,449 dan -t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808.

c). Berdasarkan output coefficienta pada variabel X3 (kegiatan pengendalian) diperoleh

angka t hitung sebesar -3,449 dan -t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808.

d). Berdasarkan output coefficeienta pada variabel X4 (informasi dan komunikasi)

diperoleh angka t hitung sebesar 1,617 dan - t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808.

e). Berdasarkan output coefficeienta pada variabel X5 (pemantauan) diperoleh angka t

hitung sebesar 4,338 dan t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808.

h. Uji Koefisien Determinasi

Hasil Pengujian Koefisien Detreminasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,647a ,418 ,349 3,97429

Berdasarkan output pada Model Summary diperoleh angka Adjusted R Square

sebesar 0,349 atau 34,9% , hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan

pengaruh variabel independen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko,

kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan berpengaruh

secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada

Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota

Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan sebesar 34,9%.

Sedangkan sisanya sebesar 65,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini seperti kompetensi sumber daya

manusia, pemanfaatan teknologi, pemahaman akuntansi, peran audit internal dan

faktor-faktor lainnya.

PEMBAHASAN

1). Pengaruh Lingkungan Pengendalian Terhadap Kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah Pada Inspektorat Daerah Provinsi

Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan

Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan

Hasil analisa data yang dilakukan dengan program SPSS Versi 21 diperoleh

hasil korelasi pearson variabel lingkungan pengendalian dengan kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah sebesar -0,063. Hubungan antara lingkungan

pengendalian dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah adalah sangat

rendah. Hasil koefisien regresi berganda variabel lingkungan pengendalian sebesar

0,182 artinya jika lingkungan pengendalian mengalami kenaikan satu satuan maka

akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar 0,182

dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.

Sedangkan hasil pengujian hipotesis uji t variabel X1 (lingkungan

pengendalian) diperoleh nilai t hitung sebesar 0,613 dan - t tabel (n-k-1 = 48 -5-1)

sebesar 2,01808. Karena nilai -t hitung < -t tabel (0,613 < 2,01808 ), artinya secara

parsial lingkungan pengendalian tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau,

Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.

Diperkuat dengan tingkat probabilitas signifikan besar dari 0,05 yaitu 0,543.

2). Pengaruh Penilaian Risiko Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah Pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau,

Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah

Kabupaten Bintan

Nilai korelasi pearson antara variabel penilaian risiko dengan kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah sebesar -0,037. Nilai korelasi berada pada range 0,00

- 0,199, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara penilaian risiko dengan

kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sangat rendah. Hasil koefisien regresi

berganda variabel penilaian risiko sebesar -0,117 artinya jika penilaian risiko

mengalami kenaikan satu satuan maka akan menurunkan kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah sebesar 0,117 dengan asumsi variabel independen lainnya

bernilai tetap.

Dari hasil pengujian regresi berganda diperoleh nilai output coefficienta pada

variabel X2 (penilaian risiko) diperoleh angka t hitung sebesar -0,449 dan - t tabel

(n-k-1 = 48-5-1) sebesar 2,01808. Karena nilai t hitung < t tabel (0,449 < 2,01808),

maka H0 diterima artinya secara parsial penilaian risiko tidak berpengaruh terhadap

kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi

Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah

Kabupaten Bintan. Diperkuat dengan tingkat probabilitas signifikan besar dari 0,05

yaitu 0,655.

3). Pengaruh Kegiatan Pengendalian Terhadap Kualitas Keuangan

Laporan Pemerintah Daerah Pada Inspektorat Daerah Provinsi

Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan

Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan

Nilai korelasi pearson antara variabel kegiatan pengendalian dengan kualitas

laporan keuangan pemerintah daerah sebesar -0,230. Nilai korelasi berada pada

range 0,20 – 0,399, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kegiatan

pengendalian dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah adalah rendah.

Nilai korelasi negatif artinya terjadi hubungan negatif, Hasil koefisien regresi

berganda variabel kegiatan pengendalian sebesar -0,923 artinya jika kegiatan

pengendalian mengalami kenaikan satu satuan maka akan menurunkan kualitas

laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan sebesar 0,923 dengan asumsi

variabel independen lainnya bernilai tetap.

Berdasarkan output coefficienta pada variabel X3 (kegiatan pengendalian)

diperoleh angka t hitung sebesar -3,449 dan -t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar

2,01808. Karena nilai t hitung > t tabel (-3,449 > 2,01808), maka Ha diterima artinya

secara parsial kegiatan pengendalian berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau,

Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.

Dengan tingkat probabilitas signifikan kecil dari 0,05 yaitu 0,001.

4). Pengaruh Informasi dan Komunikasi Terhadap Kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah Pada Inspektorat Daerah Provinsi

Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan

Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan

Nilai analisis korelasi pearson antara sebesar 0,059. Nilai korelasi berada

pada range 0,00 - 0,199, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel

informasi dan komunikasi dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

rendah. Hubungan antara variabel informasi dan komunikasi dengan kualitas

laporan keuangan pemerintah daerah adalah positif, artinya semakin baik informasi

dan komunikasi yang terjalin maka akan meningkatkan kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah yang dihasilkan.

Hasil koefisien regresi berganda variabel X4 (informasi dan komunikasi)

sebesar 0,970 artinya jika informasi dan komunikasi ditingkatkan antara auditor

maka akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar

0,970 dengan asumsi variabel lain tetap.

Berdasarkan output coefficeienta pada variabel X4 (informasi dan komunikasi)

diperoleh angka t hitung sebesar 1,617 dan -t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar

2,01808. Karena nilai t hitung < t tabel (1,617 < 2,01808), maka H0 diterima artinya

secara parsial informasi dan komunikasi tidak berpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan

Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten

Bintan. Dengan tingkat probabilitas signifikan besar dari 0,05 yaitu 0,113.

5). Pengaruh Pemantauan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah Pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau,

Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah

Kabupaten Bintan

Nilai korelasi pearson antara variabel pemantauan dengan kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah sebesar 0,464. Nilai korelasi berada pada range 0,40

– 0,599, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pemantauan dengan

kualitas laporan keuangan pemerintah daerah adalah sedang. Nilai korelasi positif

artinya terjadi hubungan positif, yaitu jika pemantauan ditingkatkan maka akan

meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan.

Koefisien regresi berganda variabel X5 (pemantauan) sebesar 1,868 artinya

jika pemantauan dalam proses auditor ditingkatkan maka akan meningkatkan

kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar 1,868 dengan asumsi variabel

lain tetap. Berdasarkan output coefficeienta pada variabel X5 (pemantauan)

diperoleh angka t hitung sebesar 4,338 dan t tabel (n-k-1 = 48-5-1) sebesar

2,01808. Karena nilai t hitung > t tabel (4,338 > 2,01808), maka Ha diterima artinya

secara parsial pemantauan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat

Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan. Dengan

tingkat probabilitas signifikan kecil dari 0,05 yaitu 0,000.

6). Pengaruh Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan

Pengendalian, Informasi dan Komunikasi dan Pemantauan Terhadap

Kualitas Laporan Keuanagan Pemerintah Daerah Pada Inspektorat

Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota

Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan

Berdasarkan output ANOVAb pada F hitung sebesar 6,033 dan Karena F

hitung > F tabel (6,033 > 2,44), maka H0 ditolak artinya lingkungan pengendalian,

penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan

berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota

Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.

Berdasarkan output pada Model Summary diperoleh angka Adjusted R square

(R2) sebesar 0,349 atau 34,9% , hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan

pengaruh variabel independen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko,

kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan berpengaruh

secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada

Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota

Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan sebesar 34,9%.

Sedangkan sisanya sebesar 65,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini seperti kompetensi sumber daya

manusia, pemanfaatan teknoligi, pemahaman akuntansi, peran internal audit dan

faktor-faktor lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil analisa data dengan menggunakan SPSS Versi 21 pada bab

sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1). Variabel X1 (Lingkungan Pengendalian) tidak berpengaruh terhadap

kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah

Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan

Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.

2). Variabel X2 (Penilaian Risiko) tidak berpengaruh terhadap kualitas

laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi

Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat

Daerah Kabupaten Bintan.

3). Variabel X3 (Kegiatan Pengendalian) berpengaruh signifikan terhadap

kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah

Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan

Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.

4). Variabel X4 (Informasi Dan Komunikasi) tidak berpengaruh terhadap

kualitas laporan keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah

Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan

Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan.

5). Variabel X5 (Pemantauan) berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan

Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah

Kabupaten Bintan.

6). Variabel X1 (Lingkungan Pengendalian), Variabel X2 (Penilaian Risiko),

Variabel X3 (Kegiatan Pengendalian), Variabel X4 (Informasi Dan

Komunikasi) dan Variabel X5 (Pemantauan) berpengaruh secara simultan

terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Inspektorat

Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang

dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan. Dengan persentase sumbangan

pengaruh variabel independen terhadap kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Riau,

Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah

Kabupaten Bintan sebesar 34,9%.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat maka penulis dapat

memberikan saran sebagai berikut:

1). Berdasakan hasil penelitian dari kelima variabel independen, kegiatan

pengendalian dan pemantauan berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah. Dengan begitu Inspektorat Daerah Provinsi

Kepulauan Riau, Inspektorat Daerah Kota Tanjungpinang dan Inspektorat

Daerah Kabupaten Bintan agar lebih menitikberatkan pada lingkungan

pengendalian, penilaian risiko serta informasi dan komunikasi agar

laporan keuangan yang dihasilkan dapat lebih berkualitas tinggi.

Pemerintah dapat melakukan pengkajian ulang mengenai laporan

keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

2). Untuk dapat meningkatkan laporan keuangan pemerintah pada Inspekorat

Daerah Provinsi Kepualauan Riau, Inspektorat Daerah Kota

Tanjungpinang dan Inspektorat Daerah Kabupaten Bintan agar dapat

menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman dan tentram,

meningkatkan informasi dan komunikasi secara up to date, meningkatkan

kegiatan sistem pengendalian internal dengan mempertimbangkan

pelimpahan tugas secara sistematis ke sejumlah orang agar dapat

meminimalkan tingkat kecurangan.

3). Penelitian ini hanya terbatas pada sistem pengendalian internal saja, untuk

peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain seperti sistem

pengawasan, kualitas sumber daya manusia, pemahaman akuntansi dan

pemanfaatan teknologi. Serta dapat menggunakan metode seperti

wawancara langsung dan observasi lapangan dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Armando, Gerry. 2013. Pengaruh Sistem pengendalian intern pemerintah dan

pengawasan keuangan daerah terhadap nilai informasi laporan keuangan

pemerintah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota

Bukitinggi). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Depitasari. Ekawati, Rika, Kharlina . W. Christina, Yunita. 2014. Pengaruh

Pengendalian Internal terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan pada

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Jurusan Akuntansi

STIE Multi Data Palembang.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Herawati, Tuti. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Kualitas

Laporan Keuangan (Survei pada Organisasi Perangkat Daerah Pemda

Cianjur). STIE STEMBI. Vol. XI, No.1.ISSN : 1693-4482.

Ikhsan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.

Jakarta: Salemba Empat.

Juwita, Rukmi. 2013. Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah dan

Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal

Akuntansi Politeknik Pos Indonesia, Vol 12, No. 2. ISSN 1411-514X.

Nurillah, As Syifa dan Muid, Dul. 2014. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya

Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD),

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. (Studi Empiris pada SKPD

Kota Depok). Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas

Diponegoro. Vol.3, No.2.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Mengenai Sistem Pengendalian

Intern.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Mengenai Standar Akuntansi

Pemerintah.

Permendagri No. 13 Tahun 2006. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistika Data dengan SPSS. Yogyakarta:

MediaKom.

Sugiyono. 2014. METODE PENELITIAN BISNIS (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukmana, Wawan dan Anggarsari, Lia.2009. Pengaruh Pengawasan Intern dan

Pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah (Survei pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota

Tasikmalaya). Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi

,Vol. 4, No.1.

Sunyoto, Danang. 2011. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi. Cetakan 1.

Yogyakarta: CAPS.

Tony, Triyulianto. 2008. Sisitem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) bersama

kita bisa menyongsong masa depan BPKP yang Lebih Cerah. Bulletin

Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan. Vol.1, No.2, 24 Oktober 2008.

Windiastuti, Ruri. 2013. Pengaruh Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi Dan

Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada DPPKAD Bandung). Skripsi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Yuliani, Safrida. Nadirsyah. Bakar, Usman. 2010. Pengaruh Pemahaman

Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan

Peran Internal Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah. (Studi pada Pemerintah Kota Banda Aceh). Jurnal Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Vol. 3, No. 2.