Pengaruh Kualitas Corporate Governance terhadap …

29
1 Pendahuluan Kebangkrutan perusahaan besar di Amerika Serikat seperti Enron, Merck, dan World Com telah menarik perhatian dari berbagai pihak. Kebangkrutan yang diakibatkan dengan adanya tindakan skandal manajemen laba tersebut memberikan pelajaran bagi industri-industri di seluruh dunia, termasuk pada industri perbankan. Hal tersebut mendorong dikeluarkannya peraturan-peraturan baru, salah satunya mengenai tata kelola perusahaan (corporate governance) Menurut Adrian dan Restuti (2011), corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Sedangkan menurut Darmawati et al. (2005), corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Dalam penyelenggaraan perusahaan perbankan di Indonesia, suatu bank harus memenuhi standar yang diperlukan, misalnya seperti tingkat CAR (Capital Adequeacy Ratio) dan GWM (Giro Wajib Minimum). Bank Indonesia menggunakan laporan keuangan tersebut sebagai dasar penentuan status suatu bank apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat atau tidak. Oleh karena itu, manajer mempunyai insentif untuk melakukan manajemen laba supaya perusahaan mereka dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh Bank Indonesia (Adrian dan Restuti, 2011). Jika manajemen melakukan manajemen laba maka mengakibatkan adanya distorsi akuntansi dan hilangnya transparasi

Transcript of Pengaruh Kualitas Corporate Governance terhadap …

1

Pendahuluan

Kebangkrutan perusahaan besar di Amerika Serikat seperti Enron, Merck,

dan World Com telah menarik perhatian dari berbagai pihak. Kebangkrutan yang

diakibatkan dengan adanya tindakan skandal manajemen laba tersebut

memberikan pelajaran bagi industri-industri di seluruh dunia, termasuk pada

industri perbankan. Hal tersebut mendorong dikeluarkannya peraturan-peraturan

baru, salah satunya mengenai tata kelola perusahaan (corporate governance)

Menurut Adrian dan Restuti (2011), corporate governance merupakan

salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi

serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para

pemegang saham dan stakeholders lainnya. Sedangkan menurut Darmawati et al.

(2005), corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi

penentuan sasaran dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk menentukan

teknik monitoring kinerja.

Dalam penyelenggaraan perusahaan perbankan di Indonesia, suatu bank

harus memenuhi standar yang diperlukan, misalnya seperti tingkat CAR (Capital

Adequeacy Ratio) dan GWM (Giro Wajib Minimum). Bank Indonesia

menggunakan laporan keuangan tersebut sebagai dasar penentuan status suatu

bank apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat atau tidak. Oleh karena

itu, manajer mempunyai insentif untuk melakukan manajemen laba supaya

perusahaan mereka dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh Bank

Indonesia (Adrian dan Restuti, 2011). Jika manajemen melakukan manajemen

laba maka mengakibatkan adanya distorsi akuntansi dan hilangnya transparasi

2

dalam melakukan transaksi yang akan berdampak langsung pada hilangnya

kepercayaan masyarakat sebagai pemakai transaksi keuangan kepada pihak bank.

Menurut Adrian dan Restuti (2011), industri perbankan merupakan

industri kepercayaan, jika investor kurang percaya terhadap laporan keuangannya

yang bias karena tindakan manajemen laba maka mereka akan melakukan

penarikan uang secara besar-besaran (rush), akibatnya industri perbankan akan

collapse dan berdampak serius bagi struktur ekonomi suatu negara. Oleh karena

itu, diperlukan suatu mekanisme untuk meminimalkan manajemen laba yang

dilakukan oleh perusahaan perbankan. Salah satu mekanisme yang dapat

digunakan adalah praktik corporate governance.

Penelitian Nasution dan Setiawan (2007) mengindikasikan praktik

corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba apabila dilihat dari

penerapan mekanisme corporate governance seperti komposisi dewan komisaris,

ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan ukuran perusahaan.

Penelitian lain yang mengindikasikan praktik corporate governance berpengaruh

terhadap manajemen laba adalah penelitian Wilopo (2004) yang menyatakan

bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap praktek

manajemen laba di perusahaan, penelitian Midiastuty dan Machfoedz (2003) yang

menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap

manajemen laba perusahaan secara signifikan, dan penelitian Veronica dan

Bachtiar (2004), serta Wilopo (2004), yang kesemuanya menyatakan bahwa

keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di

perusahaan. Namun, penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang

3

dilakukan oleh Adrian dan Restuti (2011) yang mengindikasikan bahwa

komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan keberadaan komite

audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Oleh karena adanya

ketidakkonsistenan dari beberapa penelitian tersebut, maka penulis ingin

melakukan penelitian terkait pengaruh corporate governance dengan

menggunakan sudut pandang yang berbeda terhadap manajemen laba.

Penelitian Nasution dan Setiawan (2007), Adrian dan Restuti (2011)

menyarankan agar untuk penelitian selanjutnya, perlu menggunakan indeks

corporate governance karena dapat menangkap informasi yang lebih

komprehensif mengenai corporate governance. Maka dari itu, untuk penelitian ini

penulis mencoba menggunakan indeks corporate governance.

Indeks corporate governance merupakan skor hasil penilaian penerapan

Good Corporate Governance (GCG) dari suatu riset yang dilakukan oleh The

Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Dapat dikatakan bahwa

indeks corporate governance menggambarkan baik atau buruknya kualitas

penerapan corporate governance di perusahaan. Indeks corporate governance

merupakan suatu ukuran dari kualitas corporate governance. Sehingga, tujuan

dari penelitian ini, dengan menggunakan indeks corporate governance adalah

untuk menguji apakah kualitas corporate governance berpengaruh terhadap

praktik manajemen laba.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi dalam

melakukan evaluasi terkait corporate governance dan manajemen laba di

perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah

4

pengetahuan dan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya terkait corporate

governance.

Tinjauan Literatur

Corporate Governence

Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang

menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,

karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan

tanggung jawabnya (FCGI, 2003). Menurut Nasution dan Setiawan (2007),

corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja

perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin

akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada

kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya

pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan

keuangan.

Definisi lain mengenai corporate governance yang salah satunya

dikemukakan oleh Darmawati et al. (2005) bahwa corporate governance juga

memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari

suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring

kinerja.

5

Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Meckling dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007)

terkait dengan teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika

satu orang (principal) atau lebih memperkerjakan orang lain (agent) untuk

memberikan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang dalam pengambilan

keputusan kepada agent tersebut. Pihak agent (manajer) sebagai pengelola

perusahaan mempunyai banyak informasi internal mengenai perusahaan

dibandingkan pihak principal (pemilik). Sedangkan pihak pemilik sulit untuk

mengawasi perusahaannya karena sedikitnya informasi yang dimiliki. Inti Agency

Theory menurut Scott dalam Arifin (2005) adalah pendesainan kontrak yang tepat

untuk menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik

kepentingan. Dari masalah theory tersebut, corporate governance diharapkan

dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan kepercayaan kepada para investor

agar tidak terjadi kecurangan yang merugikan pemegang saham, manajer,

kreditor, dan stakeholder.

Corporate Governance Index

Corporate Governance Index (CGI) adalah pemeringkatan penerapan

Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia

oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) melalui riset yang

dirancang untuk mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep

corporate governance melalui perbaikan yang berkesinambungan dengan

melaksanakan evaluasi dan melakukan patok banding. Pemeringkatan Corporate

6

Governance Index (CGI) tersebut mencakup 11 (sebelas) aspek penerapan Good

Corporate Governance (GCG) yang dinilai, diantaranya adalah aspek komitmen,

transparasi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, keadilan, kompetensi,

kepemimpinan, strategi, etika, dan manajemen pengetahuan. Kesebelas aspek

tersebut kemudian diwujudkan dalam satu kesatuan skor penilaian yang disebut

Corporate Governance Index (CGI).

Manajemen Laba

Manajemen laba menurut Sulistiyanto (2008) dalam Adrian dan Restuti

(2011) adalah campur tangan dalam proses penyusunan laporan keuangan

eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak

setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi

yang tidak memihak dari sebuah proses). Manajemen laba muncul ketika manajer

sebagai agen menggunakan wewenang untuk mengambil keputusan tertentu

terkait dengan pelaporan keuangan dan mengubah transaksi laporan keuangan

supaya terlihat kinerjanya baik dan untuk menguntungkan diri dari manajer itu

sendiri.

Antara pemilik dan manajer memiliki kepentingan yang berbeda, pemilik

menginginkan nilai perusahaan terus meningkat sehingga investasinya juga

meningkat, sedangkan pihak manajer berkepentingan untuk mengoptimalkan

keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh

kompensasi sesuai dengan kontrak.

7

Menurut Sulistiyanto (2008) dalam Adrian dan Restuti (2011) manajemen

laba dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan

keuangan. Komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan bukti kas

secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak

harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan perusahaan. Upaya awal

untuk memahami manajemen laba adalah dengan memahami dasar akuntansi yang

selama ini digunakan dan diakui secara luas, yaitu akuntansi berbasis akrual. Untuk

mengidentifikasi manajemen laba adalah dengan mengeluarkan komponen kas dari

model akuntansi untuk menghitung dan menentukan besarnya komponen akrual yang

diperoleh perusahaan selama satu periode tertentu. Kemudian memisahkan komponen

akrual tersebut menjadi dua komponen utama, yaitu:

a. Discretionary accrual merupakan komponen akrual hasil rekayasa

manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam

estimasi dan pemakaian standar akuntansi.

b. Nondiscretionary accrual merupakan komponen akrual yang diperoleh

secara alamiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti standar

akuntansi yang berterima secara umum.

Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya tentang pengaruh corporate governance terhadap

manajemen laba hasilnya berbeda-beda, diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007) mengenai

pengaruh corporate governace terhadap manajemen laba di industri perbankan di

Indonesia. Penelitian tersebut melihat corporate governance melalui komposisi

8

dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan ukuran

perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut adalah dewan komisaris, ukuran dewan

komisaris, dan keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

Sedangkan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.

Adrian dan Restuti (2011) melakukan penelitian yang sama dengan

Nasution dan Setiawan (2007). Hasil penelitian yang dilakukan Adrian dan

Restuti (2011) mengindikasikan bahwa komposisi dewan komisaris, ukuran

dewan komisaris, dan keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba. Sedangkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap

manajemen laba.

Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis

Kualitas Corporate Governance dan Manajemen Laba

Corporate governance merupakan suatu mekanisme yang diajukan demi

peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi dan monitoring kinerja

manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan

mendasar pada peraturan-peraturan yang berlaku. Mekanisme tersebut berfokus

pada penerapan aturan-aturan yang harus ditaati sehingga suatu perusahaan

perbankan memiliki tata kelola perusahaan yang baik.

Manajemen laba merupakan suatu upaya manipulasi laporan keuangan

yang dilakukan oleh pihak manajer supaya kinerja perusahaan terlihat baik.

Berdasarkan teori agensi, kepentingan pihak manajer tidak sama terhadap

kepentingan pemilik. Pihak manajer berusaha untuk mengoptimalkan keuntungan

9

pemilik supaya pihak manajer menerima kompensasi yang optimal. Sedangkan

laporan keuangan dibuat dan dilaporkan oleh pihak manajer sebagai tanggung

jawabnya kepada pemilik. Kurangnya pengawasan dalam pencatatan dan

pelaporan keuangan akan berdampak pada transparasi pencatatan dan pelaporan

keuangan tersebut. Dengan demikian pihak manajer dapat secara leluasa

melakukan manajemen laba.

Kualitas corporate governance yang dimaksud adalah skor / indeks hasil

penilaian oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) terkait

penerapan mekanisme corporate governance berdasarkan aspek-aspek dan

kriteria tertentu. Kualitas corporate governance yang baik menggambarkan

penerapan corporate governance yang baik pula. Dengan melihat kualitas

corporate governance yang dicerminkan dari tinggi atau rendahnya skor / indeks

corporate governance, maka lebih mudah mengkategorikan baik atau kurang

baiknya penerapan corporate governance dibandingkan hanya dengan melihat

mekanisme corporate governance saja.

Penerapan corporate governance yang baik akan mendorong terwujudnya

transparasi dalam pencatatan dan pelaporan keuangan serta pengawasan secara

efektif dan efisien. Adanya transparasi dalam pencatatan dan pelaporan laporan

keuangan memungkinkan pemilik dapat melakukan pengawasan terhadap kinerja

dari manajernya sehingga dapat menekan praktik manajemen laba. Dengan

demikian semakin baik penerapan corporate governance diharapkan dapat

mengurangi praktik manajemen laba di perusahaan perbankan. Atau, semakin

10

tinggi atau baik kualitas corporate governance diharapkan semakin rendah praktik

manajemen laba yang terjadi.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penerapan corporate

governance dapat mempengaruhi manajemen laba dengan menggunakan sudut

pandang dari komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan

komite audit, dan ukuran perusahaan sebagai variabel corporate governance.

Hasil penelitian yang dilakukan Nasution dan Setiawan (2007) menunjukkan

bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif akan terjadinya

manajemen laba.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Xie et al. (2003), Yu (2006), Zhou dan

Chen (2004), dan Chtourou et al. (2001) dalam Nasution dan Setiawan (2007)

menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba di perusahaan. Hasil penelitian Veronica dan Bachtiar (2004)

menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dirumuskan oleh penulis

adalah:

H1: Kualitas corporate governance berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Metode Penelitian

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang

terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang memiliki Corporate Governance Index

11

(CGI) selama periode 2005-2012. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang

representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan, yaitu:

1. Perusahaan perbankan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia

yang memiliki Corporate Governance Index (CGI) selama periode

2005-2012.

2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode

31 Desember 2005-2012, yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

3. Memiliki data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia

pada publikasi periode 31 Desember 2005-2012) baik data mengenai

corporate governance perusahaan dan data yang diperlukan untuk

mendeteksi manajemen laba.

Sesuai dengan kriteria di atas, maka didapat sebanyak 12 Bank yang

memiliki laporan keuangan dan indeks corporate governance pada tahun 2005-

2012, sehingga jumlah sampel yang didapat diobservasi sebanyak 37 sampel,

setelah dikurangi dengan sampel yang tidak mempunyai indeks corporate

governance dan data lengkap pada tahun-tahun tertentu dalam rentang tahun

2005-2012.

12

Tabel 1 Kriteria Pemilihan Sampel

Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dan memiliki

indeks corporate governance

Tahun: 2005

4

2006

4

2007

3

2008

3

2009

4

2010

5

2011

9

2012

8

Jumlah sampel 40

Jumlah sampel yang tidak memiliki data lengkap (3)

Jumlah akhir sampel yang digunakan 37

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen (Kualitas Corporate Governance)

Kualitas Corporate Governance diukur menggunakan Corporate

Governance Index (CGI). Corporate Governance Index (CGI) adalah hasil

penilaian dalam bentuk nominal angka terhadap praktik tata kelola

perusahaan. Index tersebut dapat dilihat dari ranking yang dikeluarkan

Corporate Governance Perception Index (CGPI).

2. Variabel Dependen (Manajemen Laba)

Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer

untuk mencapai tujuan khusus atau sebagai intervensi dengan maksud tertentu

terhadap proses pelaporan keuangan dengan sengaja untuk memperoleh

keuntungan pribadi. Manajemen laba dalam industri perbankan diproksikan

oleh akrual kelolaan yang dideteksi dengan model akrual khusus Beaver dan

Engel dalam Nasution dan Setiawan (2007). Model tersebut dituliskan berikut:

NDAit = β0 + β1 COit + β2 LOANit + β3 NPAit + β4 ∆NPAit + 1 + ε it (1)

13

COit : loan charge offs (pinjaman yang dihapus bukukan)

LOANit : loans outstanding (pinjaman yang beredar)

NPAit : non performing assets (aktiva produktif yang bermasalah),

terdiri dari aktiva produktif yang berdasarkan tingkat

kolektibilitasnya, digolongkan menjadi (a) dalam perhatian

khusus, (b) kurang lancar, (c) diragukan, dan (d) macet.

∆NPAit + : selisih non performing assets t+1 dengan non performing

assets t

NDAit : akrual non kelolaan

Sesuai dengan definisinya bahwa:

TAit = NDAit + DAit (2)

DAit adalah akrual kelolaan, TAit adalah total akrual, dan NDAit adalah akrual

non kelolaan, maka

TAit = β0 + β1 COit + β2 LOANit + β3 NPAit + β4 ∆NPAit + 1 + z it (3)

z it = DAit + ε it (4)

Untuk menentukan akrual total dengan menggunakan model Beaver dan Engel

dalam Nasution dan Setiawan (2007) ini maka digunakan total saldo

penyisihan penghapusan aktiva produktif (PAPP). Dalam penentuan koefisien

manajemen laba tersebut semua variabel dideflasi terlebih dahulu dengan nilai

buku ekuitas dan cadangan kerugian pinjaman.

14

Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penilitian ini dilakukan setelah dilakukannya

perhitungan atas data-data terkait manajemen laba perusahaan perbankan.

Penelitian ini menggunakan metode regresi sederhana. Model persamaan berikut

adalah sebagai berikut:

DAit = α - β1 CGI + ε it (5)

Keterangan:

DAit : discretionary accruals

CGI : index corporate governance

ε : koefisien error

Analisis dan Pembahasan

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik data

didalam suatu penelitian. Dibawah ini merupakan statistik deskriptif variabel yang

digunakan:

Tabel 2 Statistik Deskriptif

Variabel Jumlah

Data

Nilai Data

Terendah

Nilai Data

Tertinggi

Rata-Rata

Data

Discretionary accrual 37 -2,05 2,38 0,0000

Indeks Corporate Governance 37 77,50 91,91 85,77

15

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal

ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-

Smirnov.

Tabel 3 Uji Normalitas

Variabel Kolmogorov-

Smirnov Sig. (p value) Keterangan

Hasil regresi

(unstandardized residual) 0,525 0,945 Berdistribusi normal

Berdasarkan Tabel 3 diatas, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah

0,525 dan signifikan pada 0,945, hal ini berarti model regresi yang digunakan

mempunyai standar error yang normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa model

regresi dapat diuji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Uji Autokorelasi

Autokorelasi menunjukkan bahwa ada korelasi antara error dengan error

periode sebelumnya dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi. Uji

autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson.

Tabel 4 Uji Autokorelasi

Jumlah

Sampel

Jumlah

Variabel Bebas

Tabel Durbin-Watson Hasil Uji

Durbin-Watson Batas Bawah

(dL)

Batas Atas

(dU)

37 1 1,4190 1,5297 1,611

16

Diketahui jumlah observasi sebesar 37 dengan jumlah variabel bebas

sebesar 1, maka nilai batas bawah (dL) yang diketahui dari tabel Durbin Watson d

Statistic dengan tingkat kepercayaan 5% adalah 1,4190, dan nilai batas atas (dU)

adalah 1,5297. Hasil Uji Durbin Watson untuk uji autokorelasi didapat DW

adalah sebesar 1,611, Durbin Watson sebesar 1,611 berada pada 1,5297 < 1,611 <

2,4703 (dU < dW < 4-dU), maka dapat disimpulkan bahwa pada persamaan

regresi tidak ada autokorelasi.

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians dari setiap error bersifat

heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan bahwa

varians dari error harus bersifat homogen. Pengujian dilakukan dengan uji glejser.

Tabel 5 Uji Heteroskedastisitas

Variabel t Sig. Keterangan

Indeks corporate

governance -0,255 0,800 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Berdasarkan Tabel 5 diatas, diketahui bahwa nilai probabilitas dari

variabel independen adalah 0,800, lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima, yang

berarti dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak ada

heteroskedastisitas.

17

Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Untuk menguji hipotesis dilakukan uji t untuk melihat signifikan dari

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan

mengasumsikan variabel lain adalah konstan.

Tabel 6 Uji t

Variabel Koefisien t Sig.

Indeks corporate governance 0,039 1,135 0,264

Hipotesis 1 menyatakan bahwa kualitas corporate governance

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari pengujian regresi sederhana

didapat bahwa Indeks Corporate Governance mempunyai koefisien sebesar 0,039

terhadap manajemen laba. Probabilitas sebesar 0,264 lebih besar dari 0,05, maka

H1 tidak didukung, yang berarti bahwa kualitas corporate governance tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba.

Corporate governance merupakan mekanisme penerapan aturan-aturan

yang harus ditaati sehingga suatu perusahaan memiliki tata kelola perusahaan

yang baik. Salah satu fokus dari penerapan aturan-aturan tersebut adalah supervisi

dan monitoring terhadap kinerja manajemen. Seharusnya, dengan kualitas

supervisi dan monitoring kinerja manajemen yang baik, dapat mendorong

terwujudnya transparasi dalam pencatatan dan pelaporan keuangan yang

dilakukan oleh pihak manajer.

Tidak berpengaruhnya kualitas corporate governance terhadap manajemen

laba dapat dijelaskan dengan melihat data indeks corporate governance secara

18

acak (79,39; 89,86; dan 91,88). Dari data penelitian yang digunakan, indeks

corporate governance tersebut memiliki manajemen laba hasil regresi sebesar

0,06, 1,50, dan 1,13, dimana semakin mendekati 0 (nol), manajemen laba semakin

kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari urutan terendah sampai tertinggi

indeks corporate governance yang dipilih acak, menunjukkan nilai manajemen

laba yang tidak tentu dan tidak menunjukkan nilai manajemen laba yang semakin

rendah.

Ada kemungkinan juga bahwa penerapan corporate governance diajukan

hanya sekedar memenuhi ketentuan formal. Salah satunya adalah keberadaan

komite audit, yang merupakan salah satu indikator dalam penerapan mekanisme

corporate governance, prinsip yang dicerminkan dalam kualitas corporate

governance. Menurut Veronica dan Utama (2005) pengangkatan komisaris

independen dan komite audit oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk

pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good

Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Dengan demikian, supervisi

dan monitoring kinerja manajemen yang dilakukan komite audit dalam penerapan

corporate governance masih tidak efektif, sehingga masih kurang mampu

menelusuri dan menemukan indikasi yang mengarah ke praktik manajemen laba.

Dapat ditegaskan bahwa baik atau buruknya corporate governance

bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap

manajemen perusahaan. Akan tetapi, efektivitas mekanisme pengendalian

tergantung pada nilai, norma, dan kepercayaan yang diterima dalam suatu

19

organisasi (Jennings 2004a; 2004b; 2005a; Oliver, 2004) dalam Ujiyantho dan

Pramuka (2007).

Di dalam penelitian ini, kualitas corporate governance diukur dengan

indeks corporate governance. Indeks corporate governance menangkap informasi

yang lebih komprehensif mengenai corporate governance. Indeks corporate

governance mencakup 11 (sebelas) aspek penerapan Good Corporate Governance

(GCG) yang dinilai, diantaranya adalah aspek komitmen, transparasi,

akuntabilitas, responsibilitas, independensi, keadilan, kompetensi, kepemimpinan,

strategi, etika, dan manajemen pengetahuan. Meskipun penelitian ini

menggunakan indeks corporate governance, yang pengukurannya lebih luas,

tetapi ternyata juga tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dibandingkan

dengan menggunakan mekanisme corporate governance yang dilihat dari sudut

pandang komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan

komite audit, dan ukuran perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Adrian dan Restuti (2011)

yang menunjukkan tidak berpengaruhnya corporate governance terhadap

manajemen laba apabila dilihat dari sudut pandang komposisi dewan komisaris,

ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan ukuran perusahaan.

Dengan demikian, corporate governance tidak dapat dijadikan suatu acuan untuk

melihat apakah suatu perusahan terbebas dari praktik manajemen laba atau tidak.

Penelitian ini tidak mendukung penelitian Nasution dan Setiawan (2007),

Midiastuty dan Machfoedz (2003), Wilopo (2004), dan Veronica dan Utama

(2005) yang menunjukkan corporate governance berpengaruh terhadap

20

manajemen laba apabila dilihat dari sudut pandang komposisi dewan komisaris,

ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan ukuran perusahaan.

Penutup

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah kualitas corporate

governance berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Berdasarkan

pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kualitas corporate

governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba di industri perbankan

Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Semakin baik atau buruk

kualitas corporate governance tidak menjamin perusahaaan terjauhkan dari

praktik manajemen laba.

Implikasi penelitian bagi perusahaan adalah agar tetap mengedepankan

dan lebih meningkatkan efektivitas pengawasan dan pengendalian manajemen

perusahaan sehingga dapat mencegah praktik manajemen laba. Implikasinya bagi

investor adalah agar lebih berhati-hati dalam menilai sisi keuangan dan non-

keuangan perusahaan yang digunakan untuk menanamkan dananya.

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah memperluas ukuran obyek

penelitian, sehingga tidak hanya terfokus pada perusahaan perbankan di

Indonesia.

21

Daftar Pustaka

Adrian, M Abrar dan M.I. Mitha Dwi Restuti. 2011. Pengaruh Corporate

Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia.

Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Kewirausahaan Volume I No. 1 November:

16-30.

Arifin. 2005. Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate

Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori

Keagenan). Artikel yang disampaikan pada Sidang Senat Guru Besar

Universitas Diponegoro Dalam Rangka Pengusulan Jabatan Guru Besar,

Semarang 21 Desember 2005.

Darmawati, Deni, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. 2005. Hubungan Corporate

Governance dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia

Volume 8 No. 1 Januari: 65-81.

Fitriana, Erna Wati. 2009. Pengaruh Kualitas Corporate Governance dan Struktur

Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan Publik. Skripsi. Sekolah S-1

UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Forum For Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2003. Seri tata kelola

perusahaan (Corporate Governance) Jilid III.

Midiastuty, Pratana P., dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan

Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Artikel

yang dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya

16-17 Oktober 2003.

Nasution, Marihout dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance

Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Artikel yang

dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi X Makassar 26-28

Juli 2007.

Ujiyantho, Arif dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Artikel yang

dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi X Makassar 26-28

Juli 2007.

Veronica, Sylvia, dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan,

Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap

Pengelolaan Laba (Earnings Management). Di dalam: Reaktualisasi

Pendidikan dan Penelitian Akuntansi dalam Meningkatkan Peran Profesi

Akuntansi di Era Global. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VIII,

15-16 September 2005. Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo. Halaman

475-490.

Wilopo. 2004. The Analysis of Relationship of Independent Board of Directors,

Audit Committee, Corporate Performance, and Discretionary Accruals.

Ventura Volume 7 No. 1 April: 73-83.

22

Daftar Riwayat Hidup

A. Data Pribadi

Nama : Andaru Dwika Yanuar

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir : Salatiga, 2 Januari 1992

Kewarganegaraan : Indonesia

E-mail : [email protected]

B. Latar Belakang Pendidikan

1. Formal

Tahun 2010 – 2014 : Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

(UKSW) Salatiga

Tahun 2007 – 2010 : SMA Negeri 3 Salatiga

Tahun 2004 – 2007 : SMP Negeri 1 Salatiga

Tahun 1998 – 2004 : SD Negeri Salatiga 02

Tahun 1996 – 1998 : Taman Kanak-kanak Trisula Perwari Salatiga

2. Non Formal

Oktober – Desember 2013 : TOEFL Preparation di Language Training

Center (LTC) UKSW

20 – 23 Maret 2013 : Leadership Development Beswan Djarum

2012/2013

13 Maret 2013 : Table Manner Course di Patra Jasa

Convention Hotel

20 – 24 Februari 2013 : Latihan Menengah Kepemimpinan

Mahasiswa UKSW

11 – 12 Januari 2013 : Character Building Beswan Djarum

2012/2013

19 – 20 November 2011 : Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa

UKSW

Tahun 2004 – 2007 : Kursus Komputer di Mitra Wijaya Salatiga

23

C. Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan

4 – 13 November 2013 : Panitia Nation Building Beswan Djarum 2013

(LO)

31 Mei – 2 Juni 2013 : Panitia Community Empowerment Beswan

Djarum 2013 (Sie. Acara)

Tahun 2012 – 2013 : Ketua Bidang III Senat Mahasiswa Fakultas

(SMF) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW

30 Maret 2012 : Panitia Economic Friendly Night 2012 (Ketua

Panitia)

Tahun 2011 – 2012 : Sekretaris Ascarya Journalistic Club Fakultas

Ekonomika dan Bisnis UKSW

Andaru Dwika Yanuar

Lampiran 1

Daftar Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan

Memiliki Indeks Corporate Governance

No. Nama

Bank

Kode

Bank

1 PT. Bank Mandiri Tbk. BMRI

2 PT. Bank BNI Tbk. BBNI

3 PT. Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA

4 PT. Bank ICB Bumiputera Tbk. BABP

5 PT. Bank BPD Jabar & Banten Tbk. BJBR

6 PT. Bank Tabungan Negara Tbk. BBTN

7 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. BBRI

8 PT. Bank Mutiara Tbk. BCIC

9 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP

10 PT. Bank OCBC NISP Tbk. NISP

11 PT. Bank Permata Tbk. BNLI

12 PT. Bank Central Asia Tbk. BBCA

Lampiran 2

Data Penelitian

BANK TAHUN CGI CO LOAN NPA SELISIH

NPA TA DA

BBNI 2005 79.39 873,162 58,331,161 13,075,384 -177,149 4,327,612 0.06

B NGA 2005 89.27 310,694 28,671,419 3,510,642 1,279,664 638,441 0.35

BMRI 2005 83.66 1,503,081 94,869,474 29,176,424 -5,997,872 11,823,614 0.22

BNLI 2005 77.5 97,554 31,423,021 2,662,582 -1,562,680 939,633 0.10

BBNI 2006 79.46 1,351,093 62,613,795 12,898,235 -2,164,876 3,846,152 -1.23

BNGA 2006 87.9 185,601 44,020,694 4,790,306 169,194 1,106,473 -0.03

BMRI 2006 88.66 4,492,871 103,282,247 23,178,552 -7,103,423 14,388,695 0.72

BNLI 2006 78.85 328,510 34,410,981 1,099,902 1,510,844 1,018,870 1.03

BNGA 2007 88.3 324,310 58,977,934 4,959,500 -392,818 1,383,316 -0.39

BMRI 2007 89.86 5,336,005 125,488,384 16,075,129 -1,095,196 13,041,696 1.50

NISP 2007 79.83 48,426 18,857,535 734,119 -101,189 256,387 0.60

BBNI 2008 81.63 4,245,924 106,342,351 10,733,359 -893,883 5,652,046 -2.05

BNGA 2008 88.37 557,651 72,790,651 4,566,682 -696,330 1,614,918 -0.66

BMRI 2008 90.65 5,609,911 162,637,788 14,979,933 -499,211 11,860,312 0.00

BBNI 2009 84.58 3,330,629 113,922,685 9,839,476 -3,561,617 6,920,455 -1.07

BNGA 2009 91.42 326,650 80,114,845 3,870,352 2,910,002 2,718,177 1.29

BMRI 2009 91.67 2,279,542 184,690,704 14,480,722 -1,032,874 12,435,525 2.38

BBNI 2010 85.35 4,449,090 129,399,567 6,277,859 1,991,852 6,957,392 -0.06

BJBR 2010 78.19 195,529 21,491,791 294,042 88,286 574,526 0.82

BBTN 2010 85.7 100,019 47,977,801 7,554,410 1,614,428 880,686 -0.36

BNGA 2010 91.45 852,923 100,350,214 6,780,354 1,574,576 3,271,710 0.05

BMRI 2010 91.81 3,164,224 232,545,259 13,447,848 -2,610,151 11,481,725 -0.17

BBNI 2011 85.75 3,024,858 156,504,508 8,269,711 -601,391 7,028,915 -0.55

BJBR 2011 77.8 396,353 26,490,566 382,328 540,450 507,900 0.62

BBRI 2011 84.16 4,394,952 269,454,726 22,628,425 -790,402 15,951,531 0.45

BBTN 2011 85.9 44,084 58,533,169 9,168,838 2,286,500 944,098 -0.61

BNGA 2011 89.88 743,564 119,577,189 8,354,930 844,241 3,383,653 -0.65

BMRI 2011 91.91 2,478,304 298,988,258 10,837,697 1,594,821 12,105,048 1.07

BCIC 2011 78.85 759,736 9,140,800 1,364,415 -351,900 256,294 0.09

NISP 2011 85.86 147,255 40,541,352 632,930 138,344 734,426 0.55

BBCA 2012 85.28 439,406 252,760,457 3,510,823 1,371,861 4,017,408 -1.54

Lampiran 2 (lanjutan)

Data Penelitian (lanjutan)

BANK TAHUN CGI CO LOAN NPA SELISIH

NPA TA DA

BBNI 2012 86.07 3,169,006 193,834,670 7,668,320 -672,537 6,907,635 -1.40

BBRI 2012 85.56 4,447,510 336,081,042 21,838,023 3,449,914 14,677,220 -0.67

BBTN 2012 85.42 170,764 74,621,792 11,455,338 2,203,930 980,714 -1.44

BNGA 2012 89.74 519,768 137,104,439 9,199,171 1,234,311 3,671,720 -0.67

BMRI 2012 91.88 2,633,454 370,570,356 12,432,518 3,172,648 14,011,350 1.13

NISP 2012 85.95 29,153 51,874,088 771,274 -122,347 1,022,627 0.54

Lampiran 3

Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DA 37 -2.05 2.38 .0000 .94281

CGI 37 77.50 91.91 85.7705 4.56218

Valid N (listwise) 37

Lampiran 4

Hasil Uji Asumsi Klasik:

a. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 37

Normal Parametersa Mean .0000

Std. Deviation .92592

Most Extreme Differences Absolute .086

Positive .057

Negative -.086

Kolmogorov-Smirnov Z .525

Asymp. Sig. (2-tailed) .945

a. Test distribution is Normal.

b. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .188a .036 .008 .93905 1.611

a. Predictors: (Constant), CGI

b. Dependent Variable: DA

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.173 1.581 .742 .463

CGI -.005 .018 -.043 -.255 .800

a. Dependent Variable: ABS_RES

Lampiran 5

Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.340 2.946 -1.134 .265

CGI .039 .034 .188 1.135 .264

a. Dependent Variable: DA