Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

25
PENGARUH KONVEGERHENSI IFRS TERHADAP PERPAJAKAN Oleh : Adipradana R. (10312206) FAKULTAS EKONOMI-AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Transcript of Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

Page 1: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

PENGARUH KONVEGERHENSI IFRS TERHADAP

PERPAJAKAN

Oleh :

Adipradana R. (10312206)

FAKULTAS EKONOMI-AKUNTANSI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2011/2012

Page 2: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

I. Sejarah dan Pengertian IFRS

Di era zaman yang semakin hari semakin modern, masyarakat di berbagai belahan

dunia begitu mudahnya untuk berinteraksi, termasuk dalam interaksi dagang dan

berinvestasi. Karena kemajuan teknologi tersebut mendorong kemudahan manusia di seluruh

dunia untuk berkomunikasi tanpa ada batas wilayah Negara atau biasa kita sebut globalisasi.

Dampak globalisasi yang semakin kuat dan berimbas kepada pasar pasar investasi

membuat pihak yang terlibat berupaya untuk mempermudah dan menyeragamkan bahasa

dalam berinvestasi (bahsa pelaporan keuangan dan standar keuangan). Standar pelaporan

keuangan dan standar akuntansi haruslah standar yang dapat diterima dan dipahami oleh

masyarakat global. Sehingga diperlukan standar yang sama di seluruh dunia.

1970’an Inggris, Kanada, US membentuk Accounting International

Study Group (AISG)

1973 Organisasi professional akuntansi dr Belanda, Kanada,

Australia, Meksiko, Jepang, Prancis dan Selandia Baru

membentuk International Accounting Standard Committee

(IASC) dan menghasilkan International Accounting Standard

(IAS)

2000 IASC restrukturisasi kelembagaan dan dibentuk IASC

Foundation (IASCF) yg membawahi International Accounting

Standard Board (IASB) dan International Financial Reporting

Intepretation Committee (IIFRIC). IASB mengeluarkan

International Financial Reporting Standards (IFRS).

International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar pelaporan

keuangan internasional yang menjadi  rujukan atau sumber konvergensi bagi standar-standar

akuntansi di Negara-negara di dunia yang diterbitkan oleh International Accounting Standard

Board (IASB) pada 1 April 2001. Standar Akuntansi Internasional (International Accounting

Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi

Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal

(IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).

Page 3: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi :

1.         Definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan.

Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah

transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal,

pendapatan dan biaya.

2.      Pengukuran dan penilaian.

Pedoman ini digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan

keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian

laporan keuangan (pada tanggal neraca).

3.      Pengakuan

Merupakan kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan

sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan.

4.      Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan

Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan jenis informasi dan

bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan.

Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi)

atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan

Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Berdasar IFRS

Elemen Laporan Keuangan

1.         Neraca

2.         Laporan Laba Komperhensif

3.         Laporan Perubahan Ekuitas

4.         Laporan Arus Kas

5.         Catatan Atas Laporan Keuangan

6.         Laporan Posisi Keuangan pada Perioda Komparatif

Page 4: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

Pemakai Laporan Keuangan.

Pemakai Kepentingan

Internal

(Manajemen)

Melihat besar kecilnya laba dan mengevaluasi kinerja

keuangan perusahaan. Dan Informasi dalam laporan

keuangan dapat digunakan untuk menentukan plan dan

strategi perusahaan.

Eksternal

(Investor)

Menilai prospek tidaknya perusahaan tersebut (Mengukur

resiko-resiko investasinya)

Pemberi

Pinjaman

(Biasanya Bank)

Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

melunasi pinjamannya.

Pemerintah dan

Badan Regulator

Lain

Untuk menganalisa CAR perusahaan, sebagai

pertimbangan kebijakan pajak, menghitung statistic

pendapatan nasional.

Supplier Untuk menentukan kebijakan kredit terhadap perusahaan.

Pelanggan Mengetahui kelangsungan hidup perusahaan.

Karyawan Mengetahui kelangsungan hidup perusahaan serta

mengetahui perusahaan untuk memberikan balas jasa.

Masayarakat

(termasuk

akademisi)

Sebagai bahan pembelajaran dan ilmu pengetahuan.

Selain itu dapat menjadi bahan dalam membuat tugas

akhir, artikel, makalah, dan presentasi-presentasi.

Basis Pengukuran

1.     Biaya Perolehan

2.      Biaya Kini

3.      Nilai Realisasi dan Penyelesaian

4.      Nilai Sekarang.

IFRS di Berbagai Negara

IFRS dianggap sebagai “prinsip-prinsip berdasarkan” peraturan luas terdiri dari:

1.   Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) – standar yang dikeluarkan

setelah tahun 2001.

Page 5: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

2.   Standar Akuntansi Internasional (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum 2001.

3.   Interpretasi berasal dari interpretasi Pelaporan Keuangan Internasional Komite

(IFRIC) – yang diterbitkan setelah tahun 2001.

4.   Berdiri Interpretasi Committee (SIC) – yang diterbitkan sebelum 2001.

5.   Kerangka Penyajian dan Penyusunan Laporan Keuangan.

IFRS digunakan di banyak bagian dunia, termasuk Uni Eropa, Hong Kong, Australia,

Malaysia, Pakistan, negara-negara GCC, Rusia, Afrika Selatan, Singapura, dan Turki. Sejak

27 Agustus 2008, lebih dari 113 negara di seluruh dunia, termasuk seluruh Eropa, saat ini

membutuhkan atau mengizinkan pelaporan berdasarkan IFRS. Sekitar 85 negara-negara

membutuhkan IFRS pelaporan untuk semua, perusahaan domestik yang terdaftar. Sedangkan

di Indonesia sendiri baru akan diadopsi mulai tahun 2012 mendatang.

Standar Akuntansi yang menjadi dua kekuatan besar dunia :

1.    Amerika = FASB dan US GAAP

2.    Internasional = Eropa = dibentuk IASC yang kemudian berubah IFRS

 IFRS di Amerika, terdapat standar yang terbagi dalam tiga era :

1.    Standar ditentukan / disusun oleh manajemen, Standar ditentukan / disusun oleh

manajemen karena yang membutuhkan adalah pihak manajemen.

2.    Standar ditentukan / disusun oleh profesi, Standar ditentukan / disusun oleh profesi

karena profesi yang bertugas untuk menyusun dan mengaudit laporan keuangan.

3.    Financial Accounting Standard World (FASW), FASW lahir setelah orang menilai

pihak kreditur terlalu dominant dalam menyusun standar akuntansi keuangan.

IFRS di Indonesia

1.    Di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar Akuntansi yang

dipakai. Indonesia memakai standar (Sound Business Practices) gaya Belanda.

2.    Sampai Thn. 1955 = Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi / peraturan

tentang standar keuangan.

3.    Thn. 1974 = Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI

yang disebut dengan prinsip Akuntansi.

4.    Thn. 1984 = Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar Akuntansi.

Page 6: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

5.    Akhir Thn. 1984 = Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar yang bersumber

dari IASC.

6.    Sejak Thn. 1994 = IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS.

7.    Thn. 2008 = diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat diselesaikan.

8.    Thn. 2012 = Ikut IFRS sepenuhnya?

Upaya untuk memperkuat Arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka

panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan, membuat International

Accounting Standard Boards (IASB) melakukan percepatan harmonisasi standar

Akuntansi internasional khususnya International Financial Reporting Standard (IFRS)

yang dibuat oleh IASB dan Financial Accounting Standard Boards (badan pembuat

standar Akuntansi di Amerika Serikat).

IFRS di Uni Eropa :

1. 1982 = IFAC mengendors IASC sebagai Global Accounting Standard.

2. 1989 = Federasi Akuntansi Eropa mengendors IASC.

3. 1994 = IASC Advisory Council Approved selaku oversight and finance.

4. 1995 = IASC & IOSCO menandatangani perjanjian agar negara – negara Uni Eropa

harus mengikuti IASs.

5. 1996 = US SEC endors IASC to initiate the dev of global accounting standards.

6. 1997 = IASC Forms SIC Standing Interpretation Committee, Forms SWP (Strategy

Working Party).

7. 1998 = IFAC / IASC memperluas kenggotaan menjadi 140 bodies di 101 negara.

8. 1999 = G7 Finance Ministers and IMF Support IASs Strengthen International

Financial Structure.

9. 2000 = IASB new chairman Sir David Tweedie appointed.

10. 2001 = IASB dilahirkan sebagai pengganti IASC. Isinya untuk melakukan

convergensi ke global Accounting standards dengan kualitas :

Single Set and High Quality.

Transparant dan komparabel Laporan Keuangan.

Berguna bagi pemain Pasar Modal dunia.

Page 7: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

II. Proses Penarapan Konvegerhensi IFRS

International Financial Reporting Standard) merupakan pedoman penyusunan

laporaan keuangan yang diterima secara global. Sejarah terbentuknya pun cukup panjang

dari terbentuknya IASC/ IAFC, IASB, hingga menjadi IFRS seperti sekarang ini. Jika

sebuah negara menggunakan IFRS, berarti negara tersebut telah mengadopsi sistem

pelaporan keuangan yang berlaku secara global sehingga memungkinkan pasar dunia

mengerti tentang laporan keuangan perusahaan di negara tersebut berasal.

Indonesia pun akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012 nanti, seperti yang

dilansir IAI pada peringatan HUT nya yang ke – 51. Dengan mengadopsi penuh IFRS,

laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi

signifikan dengan laporan keuangan berdasarkanIFRS. Adopsi penuh IFRS diharapkan

memberikan manfaat :

1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK

yang dikenal secara internasional

2. Meningkatkan arus investasi global

3. menurunkan biaya modal melalui pasar modal global

dan menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan

Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang

strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus,

tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara – negara

maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi

ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.

PSAK akan dikonvergensikan secara penuh dengan IFRSmelalui tiga tahapan,

yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir dan tahap implementasi. 

Tahap adopsi dilakukan pada periode 2008-2011 meliputi aktivitas adopsi

seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur, evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.

Pada 2009 proses adopsi IFRS/ IAS mencakup :

1. IFRS 2 Share-based payment

2. IFRS 3 Business combination

3. IFRS 4 Insurance contracts

Page 8: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

4. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations

5. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources

6. IFRS 7 Financial instruments: disclosures

7. IFRS 8 Segment reporting

8. IAS 1 Presentation of financial statements

9. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates

10. IAS 12 Income taxes

11. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates

12. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans

13. IAS 27 Consolidated and separate financial statements

14. IAS 28 Investments in associates

15. IAS 31 Interests in joint ventures

16. IAS 36 Impairment of assets

17. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets

18. IAS 38 Intangible assets

Pada 2010 adopsi IFRS/ IAS mencakup :

1. IFRS 7 Statement of Cash Flows

2. IFRS20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government

Assistance

3. IFRS24 Related Party Disclosures

4. IFRS29 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies

5. IFRS33 Earnings per Share

6. IFRS34 Interim Financial Reporting

7. IFRS41 Agriculture

Sedangkan arah pengembangan konvergensi IFRSmeliputi :

1. PSAK yang sama dengan IFRS akan direvisi, atau akan diterbitkan PSAK yang

baru

2. PSAK yang tidak diatur dalam IFRS, maka akan dikembangkan

PSAK industri khusus akan dihapuskan

3. PSAK turunan dari UU tetap dipertahankan

Page 9: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

Pada 2011 tahap persiapan akhir dilakukan dengan menyelesaikan seluruh

infrastruktur yang diperlukan. Pada 2012 dilakukan penerapan pertama kali PSAK yang

sudah mengadopsi IFRS. Namun, proses konvergensi ini tidak semudah membalikkan

telapak tangan. Dampak yang ditimbulkan dari konvergensi ini akan sangat

mempengaruhi semua kalangan, baik itu bidang bisnis maupun pendidikan.

Page 10: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

III. Pengaruh IFRS terhadap Perpajakan

Konvergensi IFRS rupanya membuat panik berbagai pihak. Salah satunya adalah

pihak-pihak yang berkepentingan dengan regulasi perpajakan, terutama adalah para

mahasiswa. Dalam tulisan kali ini, saya akan memaparkan beberapa poin (tidak semua,

namun yang cukup penting) terkait dampak konvergensi IFRS terhadap regulasi

perpajakan (kata kunci: dampak konvergensi IFRS pajak).

SAK Pasca Dicanangkan Konvergensi IFRS

Setelah dicanangkannya konvergensi IFRS, Indonesia saat ini memiliki 3 SAK

yaitu, SAK Umum (berbasis IFRS), SAK ETAP (berjiwa IFRS for SME), dan SAK

Syariah (bernafaskan prinsip-prinsip syariah di Indonesia). Dampak terdapatnya 3 SAK

bagi peraturan perpajakan adalah, dalam peraturan perpajakan, dinyatakan bahwa

pembukuan (untuk tujuan pajak) menggunakan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali

Peraturan Perpajakan menyatakan lain. Hal ini berarti, untuk tujuan pajak, digunakan

perlakuan akuntansi sesuai dengan peraturan pajak, kecuali jika tidak diatur dalam

peraturan perpajakan, maka pengaturan akuntansinya menggunakan SAK (KUP 28/2007).

Dalam kondisi terdapatnya 3 SAK, yang mana 2 SAK mengatur entitas (SAK

Umum dan SAK ETAP) dan 1 SAK mengatur transaksi (SAK Syariah), maka hal ini

perlu dicermati oleh regulator perpajakan. Para petugas pajak harus memiliki pemahaman

atas SAK ETAP dan SAK Umum.

Jika wajib pajak merupakan entitas berakuntabilitas publik, maka wajib pajak

tersebut akan menggunakan SAK Umum. Oleh karena itu, pemeriksa pajak harus

memahami SAK Umum untuk pelakuan akuntansi atas hal-hal yang tidak diatur dalam

peraturan pajak. Namun, jika wajib pajak merupakan entitas tanpa akuntabilitas publik,

maka wajib pajak tersebut akan menggunakan SAK ETAP (kecuali jika regulator

menyatakan lain). Oleh karena itu, pemeriksa pajak harus memahami SAK ETAP untuk

perlakuan akuntansi atas hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan pajak.

Oleh karena adanya kemungkinan terjadi perbedaan pengaturan antara SAK

ETAP – SAK Umum – Peraturan Perpajakan, maka regulator pajak perlu mengatasi

perbedaan penafsiran yang sangat mungkin terjadi di lapangan. Sehingga, pemeriksa

pajak yang satu dan yang lain tidak akan memiliki penafsiran yang berbeda cukup

Page 11: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

signifikan atas suatu hal/item (item bisa digunakan dalam standar untuk menggantikan

pos, unsur, atau hal-hal lain terkait transaksi/laporan keuangan) tertentu.

1. Aset Tak berwujud

Contoh item yang tidak diatur dalam peraturan pajak dan oleh karena itu

menggunakan SAK sebagai dasar adalah aset takberwujud. Dalam peraturan

perpajakan, aset takberwujud mengacu ke SAK (dalam hal batasan dan

pengakuan) sesuai dengan Pasal 28 UU KUP. Padahal, pengaturan aset

takberwujud untuk SAK ETAP dan SAK Umum berbeda. Untuk SAK Umum,

aset takberwujud dapat dihasilkan secara internal (dari proses

pengembangan/development) maupun eksternal (membeli lisensi, hak cipta, dll).

Untuk SAK ETAP, aset takberwujud hanya yang dihasilkan secara eksternal saja.

Perlakuan untuk amortisasi aset takberwujud berdasar UU KUP adalah 20 tahun

atau mengikuti klasifikasi UU No.11 mengenai aset, sedangkan berdasar SAK

Umum dapat berumur terbatas atau takterbatas, dan berdasarkan SAK ETAP

umurnya terbatas.

2. Mata Uang Pembukan dan Mata Uang Pelaporan

Terdapat perbedaan pengaturan dalam hal penggunaan mata uang

pelaporan. Berdasarkan peraturan pajak dan SAK ETAP, mata uang pelaporan dan

pembukuan dalam rupiah. Sedangkan dalam SAK Umum menggunakan mata

uang fungsional sebagai mata uang pembukuan dan mata uang pelaporan rupiah.

3. Fair Value Accounting

Seringkali yang ditakutkan dari dampak konvergensi IFRS terhadap

peraturan perpajakan adalah mengenai diterapkannya Fair Value

Accounting (FVA). Namun, patut dicermati bahwa penerapan FVA atau

penggunaan model revaluasi merupakan sebuah pilihan. Entitas boleh memilih

akan menggunakan model biaya (historical cost model) atau model revaluasi

(menggunakan FVA). Penggunaan FVA yang wajib hanya di kategori

instrumenfair value through profit or loss (FVTPL). Selain itu, jika tidak

ada marketnya, maka menggunakan valuation technique.

Permasalahan FVA di Indonesia tidak sebesar kelihatannya. Selain itu,

secara rasional bisnis akan cenderung bertahan di historical cost.

Page 12: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

4. Revaluasi

Berdasarkan SAK Umum, revaluasi merupakan pilihan dan tidak perlu

seizin regulator. Berdasarkan peraturan perpajakan, PMK No.79/PMK.03/2008,

revaluasi tidak dapat dilakukan setiap saat. Sedangkan berdasarkan SAK ETAP

revaluasi harus seizin regulator.

5. Goodwill

Berdasarkan peraturan perpajakan, goodwill diamortisasi. Berdasarkan

SAK Umum, goodwill tidak diamortisasi namun diuji penurunan nilainya. Untuk

kombinasi bisnis, SAK Umum sudah tidak mengizinkan pooling of interest

method – sesuai perlakuan dalam IFRS (kecuali untuk perlakuan transaksi entitas

sepengendali).

6. Masa Transisi

Dalam masa transisi dari penggunaan SAK lama ke SAK baru yang

berbasis IFRS, banyak entitas yang tiba-tiba memiliki aset dalam jumlah besar,

atau melakukan revaluasi sehingga nilai asetnya naik. Dalam kondisi sekarang ini,

yang mana peraturan pajak dan petugas pajak masih ‘saklek‘, rule based, dan

‘jadul‘, entitas cukup dirugikan. Hal ini dikarenakan peningkatan aset atau laba

tersebut terjadi bukan secara nyata, namun hanya karena pengaruh perubahan

kebijakan akuntansi baru (berbasis IFRS) yang cukup ekstrim. Padahal, dasar

pengenaan pajak adalah atas peningkatan penghasilan. Oleh karena itu, regulator

perpajakan perlu menyikapi secara cepat untuk hal-hal terkait dengan transisi

regulasi ini, sehingga entitas-entitas dapat melakukan transisi ke SAK Umum

yang berbasis IFRS dengan tenang. Pada kenyataannya, cukup banyak entitas

yang mengeluh untuk menerapkan SAK Umum atau untuk mengadopsi IFRS

(sebagai contoh akan diadopsinya IAS 41: Agriculture), bukan karena rumitnya

standar tersebut, namun lebih karena permasalahan pajak dalam masa transisi ini.

Satu hal yang perlu diingat, konvergensi IFRS merupakan kesepakatan

pemerintah dalam forum G-20. Konvergensi ini bukan merupakan pekerjaan

DSAK-IAI saja. Regulator-regulator seperti Bank Indonesia, Bapepam, dan

asosiasi-asosiasi industri telah menyelaraskan regulasi mereka dengan SAK

Umum, sebagai bukti dukungan mereka terhadap komitmen pemerintah.

Page 13: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

Sayangnya, regulator perpajakan merupakan regulator yang dinilai paling lambat

dalam menyikapi konvergensi IFRS ini.

7. Perbedaan Akuntansi dan Pajak, Selamanya

Di belahan dunia manapun, hingga saat ini, pengaturan akuntansi selalu

berbeda dengan peraturan perpajakan. Hampir tidak ada peraturan akuntansi yang

sama dengan peraturan perpajakan. Hal ini dikarenakan tujuan dari akuntansi dan

tujuan perpajakan berbeda. Selain itu, prinsip-prinsip dari standar akuntansi dan

peraturan perpajakan juga berbeda. Pengaturan dalam standar akuntansi

berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan digunakan untuk pelaporan keuangan

bertujuan umum (general purpose financial statement), sedangkan pengaturan

dalam peraturan perpajakan berdasarkan aturan (rule based) dan bertujuan khusus

(untuk penarikan pajak – kepentingan si penarik pajak/pemerintah). Oleh karena

itu, konvergensi IFRS tidak harus membuat peraturan perpajakan juga ikut

konvergen (apalagi peraturan perpajakan induknya adalah undang-undang, yang

mana jika ingin mengubah undang-undang proses birokrasinya sangat lama dan

berbelit di DPR).

Namun, walaupun perbedaan antara SAK dan Peraturan Perpajakan tidak

akan pernah bisa dihilangkan, sebaiknya regulator perpajakan tetap melakukan

tindakan untuk meminimalkan bentang perbedaan antara SAK yang ada saat ini

(SAK Umum & ETAP) dengan Peraturan Perpajakan. Hal ini dikarenakan SAK

sudah berkembang sangat pesat, sedangkan Peraturan Perpajakan sangat tertinggal

jauh dalam hal penggunaan dasar akuntansinya.

Perbedaan antara SAK Umum dengan SAK ETAP, dan SAK (Umum dan

ETAP) dengan Peraturan Perpajakan, harus mulai disikapi oleh para petugas

pajak, atau calon-calon petugas pajak yang saat ini sedang kuliah. Pemahaman

atas SAK Umum dan SAK ETAP merupakan hal yang cukup penting. Secara

umum, entitas yang menggunakan SAK ETAP jumlahnya lebih banyak daripada

entitas yang menggunakan SAK Umum. Namun dari segi pemasukan pajak,

entitas yang menggunakan SAK Umum lebih besar jumlahnya daripada SAK

ETAP.

Page 14: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

Pengaruh konvergensi IFRS terhadap Perpajakan

Pengaruh konvergensi IFRS tidak hanya berpengaruh terhadap dunia bisnis saja,tetapi

juga dalam dunia Perpajakan. Perbedaan IFRS dengan perpajakan salah satunya mencakup

aset tetap (PSAK No.16). Berdasarkan PSAK No.16(Revisi 2007) perusahaan diperbolehkan

memilih metode biaya atau metode revaluasi, sedangkan Peraturan Perpajakan, yaitu

Peraturan Menteri Keuangan No.79/PMK.03/2008, metode penyustan aset tetap

menggunakan biaya perolehan sesuai Pasal 10 ayat (1) UU PPh, Menteri Keuangan. Masalah

kewajiban perpajakan yang timbul atas revaluasi aset tetap adalah sebagai berikut:

1. Nilai hasil revaluasi akan lebih tinggi dari nilai perolehan awal.

Hal ini disebabkan penilaian aset tetap dilakukan berdasarkan nilai

pasar/nilai wajar tersebut yang ditetapkan oleh jasa penilai/appraisal independen yang

disahkan oleh Menkeu. Sehingga atas hasil revaluasi ini akan muncul selisih revaluasi

aset tetap dari perolehan yang lama.

2. Apakah atas hasil revaluasi dikenakan PPh bersifat final sebesar 10%?

Jawabannya ya, hal tersebut sesuai dengan ketentuan dimaksud pada pasal 5 PMK

79/PMK.03/2008 tentang penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan

perpajakan. Adapun tatacaranya dapat dilihat pada Per-12/PJ/2009. Obyek yang

dikenakan tarif 10% tersebut adalah selisih dari nilai hasil revaluasi aset tetap.

Contoh lainnya yang menjadi perhatian bagi pihak otoritas pajak, konvergensi IFRS yang

berimplikasi dengan perpajakan adalah sebagai berikut:

1. Pada PSAK No. 1, pos? Pos dalam laporan laba rugi komprehensif, yaitu: beban

keuangan, keuntungan atau kerugian darioperasi yang dihentikan,

diakui secara keseluruhan sedangkan pada perpajakan dilakukan koreksi fiskal atas perb

edaan antara akuntansi dan Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2. Pada No. PSAK 7, pengungkapan pihak pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah 

pihak istimewa yang terkait denganpihak dalam transaksi yang wajar, pengakuan beban 

selama periode berjalan, klasifikasi pengungkapan atas pihak?pihak yang mempunyai

hubungan istimewa. Pada nama entitas induk, jika berbeda dengan entitas anak dan

pihak yang mengendalikan. Jika entitas induk maupun pihak pengendali utama

menghasilkan laporan keuangan yang tersedia untuk keperluan umum, nama entitas

induk berikutnya yang paling pertama melakukannya juga harus diungkapkan.

Page 15: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

Dari sisi perpajakan semua pihak istimewa harus diungkapkan dengan pengisian

lampiran 3A atau 3B pada SPT PPh badan dan membuat TP Documentation sesuai Per?

43/PJ/2010.

3. Pada PSAK No. 10, pengaruh perubahan nilai tukar valuta asing, pada laporan keuangan

mata uang yang digunakan adalah:mata uang fungsional digunakan sebagai

mata uang pengukuran dan penyajian bisa berlainan dengan mata uang fungsional.Sedan

gkan pada perpajakan harus menggunakan rupiah atau US Dollar.

4. Pada PSAK No. 13, properti yang digunakan pada operating lease Diklasifikasikan

dan dicatat sebagai properti investasi,hanya jika sesuai dengan definisi dari properti

investasi dan lessee menggunakan fair value model. Sedangkan pada perpajakan Tidak

membedakan properti investasi dari aktiva tetap, Pengalihan tanah dan/bangunan dikena

kan pajak penghasilan final.

Page 16: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

IV. Kesimpulan dan Saran

PSAK yang sekarang berlaku, maupun nantinya diterapkan IFRS, ataupun

SAK ETAP, undang-undang Perpajakan kita ataupun Ditjen Pajak juga berencana

menyesuaikan perkembangan yang terjadi begitu cepat dari standar akuntansi yang

diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia. Titik temunya adalah

rekonsiliasi fiskal untuk menghitung laba kena pajak sebagaimana yang telah berlaku

selama ini. Sebagai contoh penurunan nilai tercatat aset maupun pemulihan yang

diperkenankan oleh standar-standar akuntansi yang berlaku tahun 2011, tentunya akan

berpengaruh besar terhadap perhitungan laba rugi komersial entitas dan perhitungan

laba rugi komersial entitas dan perhitungan PPh-nya. Semakin banyak pos yang akan

direkonsiliasi menyesuaikan peraturan undang-undang pajak penghasilan

untuk menghitung laba kena pajak menurut fiskal. Kita dituntut belajar terus menerus

menyesuaikan perkembangan standar akuntansi dan peraturan perpajakan, yang

masing-masing berjalan dengan arahnya sendiri-sendiri. Sebagai kesimpulan bahwa

tidak ada dampak IFRS konvegerhensi terhadap pelaporan pajak, karena laporan

keuangan fiskal mengacu pada aturan pajak (Undang-Undang, Peraturan Menteri

Keuangan, Peraturan Direktorat Jenderal, dll.) yang berbeda dengan

PSAK/IFRS/GAAP dan sebagainya.

Page 17: Pengaruh Konvegerhensi Ifrs Terhadap Perpajakan

Daftar Pustaka

1. http://acctbuzz.blogspot.com/2009/08/proses-konvergensi-ifrs-2012-di.html

2. http://gemaisgery.blogspot.com/2012/03/pengertian-ifrs-dan-penerapannya.html

3. http://stefanusariyanto.wordpress.com/2011/08/18/sejarah-international-financial-

reporting-standards-ifrs/

4. http://lisapurnamylullaby.blogspot.com/2012/03/sejarah-dan-pengertian-ifrs.html

5. http://rogonyowosukmo.wordpress.com/2011/03/24/dampak-konvergensi-ifrs-

terhadap-perpajakan/

6. http://akuntanonline.com/?p=3546