PENGARUH KONTROL DIRI CELEBRITY WORSHIP DAN...
Click here to load reader
Transcript of PENGARUH KONTROL DIRI CELEBRITY WORSHIP DAN...
i
PENGARUH KONTROL DIRI, CELEBRITY WORSHIP DAN
KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP PERILAKU
PEMBELIAN KOMPULSIF PENGGEMAR JKT48
DI JABODETABEK
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
SISKA ANASTASIA
1110070000157
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
PENGARUH KONTROL DIRI ,CELEBRITY WORSHIP, DAN
KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP PERILAKU
PEMBELIAN KOMPULSIF PENGG EMAR JKT48
DI JABODETABEK.
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Siska Anastasia
NIM: 1110070000157
Pembimbing
Dr. Gazi, M.Si
NIP. 19711214 200701 1 014
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 April 2017
Siska Anastasia
NIM 1110070000157
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Bersikaplah Seperti Bagaimana Kita Mau Orang Lain
Bersikap Ke Diri Kita
Karya ini saya persembahkan dengan penuh ketulusan
kepada Papa, Mama, Adik, serta Sahabat saya yang sangat
berarti dalam hidup saya
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Januari 2017
C) Siska Anastasia
D) xiv + 88 Halaman + Lampiran
E) Pengaruh Celebrity Worship, Kepribadian Big Five dan Kontrol Diri
terhadap Perilaku Pembelian Kompulsif Penggemar JKT48 di Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
F) Penelitian ini bertujuan untuk megetahui apakah terdapat pengaruh
celebrity worship, Kepribadian big five, dan kontrol diri terhadap perilaku
pembelian kompulsif penggemar JKT48. Penelitian kuantitatif dengan
analisis regressi berganda ini menggunakan sampel penelitian sebanyak
211 penggermar JKT48 yang berusia 15-30 tahun yang berdomosili di
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability
sampling.
Alat ukur perilaku pembelian kompulsif yang digunakan dalam penelitian
ini berbentuk kuisioner skal likert yang merupakan hasil adaptasi dari
skala VDF (Valence, d’astous dan Frontier), alat ukur celebrity worship
menggunakan kuisioner skala likert yang merupakan hasil adaptasi dari
Celebrity Attitude Scale kemudian untuk kepribadia big fiive
menggunakan skala MINI-IPIP yang merupakan adaptasi dari alat ukur
IPIP-NEO, sedangkan untuk kontrol diri menggunakan adaptasi skala self
control yang dikembangkan oleh Averill.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan
celebrity worship, kepribadian big five, dan kontrol diri terhadap perilaku
pembelian kompusif penggemar JKT48 di Jbodetabek dengan nilai R
square sebesar 37,3%. Selain itu berdasarkan besarnya koefisien regressi
dari masing-masing IV terhadap perilaku pembelian kompulsif,
entertai4ment-social celebrity worship dan borderline pathological secara
positif dan signifikan pengaruhi perilaku pembelian kompulsif penggemar
JKT48 di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jadi semakin
tinggi kebutuhan hiburan seseorang semakin tinggi pula perilaku
pembelian kompulsifnya.
G) Daftar Bacaan: 4 buku + 50 jurnal + 4 Artikel
vi
ABCTRACT
A) Faculty of Psychology
B) April 2017
C) Siska Anastasia
D) The Influence of Self Control, Celebrity Worship and Big Five Personality
toward JKT48 Fans in Jabodetabek
E) Xv + 109 + Attachment
F) This study aims to know the influence of celebrity worship, big five
Personality, and self control against compulsive purchase behavior of fans
JKT48.The quantitative research with multiple regression
analysis using sample research as much as 211 of those aged 15-30 years
of JKT48 fans based in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi.
The sampling techniques used in this research is the nonprobality
sampling.
Compulsive purchase behavior measurement tool used in this study
questionnare likert scale shape is the result of the adaptation of the scale
VDF. Gauge celebrity worship using likert used an adaptation of the
Celebrity Attitude Scale an then to big five personality using MINI-IPIP.
As for the scale of self control using adaptation self control whom
developed by Averill.
The result showed that there were significat influent between self control,
celebrity worship and big five personality toward compulsive purchase
behavior to JKT48 fans by 37.3%. based on the regression koeficient
entertaiment social celebrity worship and borderline pathological have a
significant influence. In the other word, the higher the entertaiment needs
of the higher one’s compulsive purchase behavior also.
For the next research the author of hope from the implications of the
results of this research can be developed in the
next research study with other variables such as income level, conformity,
and social support
References: 4 Books + 50 Journals + 4 Articles
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang selalu memberikan karunia dan rezeki yang tak terhingga serta kasih
sayang yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari do’a, dukungan, dan bantuan
dari berbagai pihak, baik materi maupun nonmateril. Dengan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si, Dekan Fakultas Psikologi beserta
jajarannya atas do’a dan dukungannya kepada semua mahasiswa psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Gazi Saloom, M,Si atas bimbingan dan
motivasi yang diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT. Selalu
memberikan kesehatan dan kebahagiaan.
3. Dosen Pembimbing akademik, Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi atas
bantuannya. Semoga Allah SWT. Selalu memberikan kesehatan dan
kebahagiaan.
4. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.
5. Orang Tua tercinta papa Syafeih dan mama Marhumahatas kasih sayang,
cinta, dukungan serta motivasi yang diberikan kepada penulis semoga
viii
selalu diberikan kesehatan, kemudahan dan kebahagiaan di dunia maupun
di akhirat nanti.
6. Keluarga Besar Aliza Ma’ruf. Po linda, po Yana, aa Susi,om Kusmanto, po
Lina, bang Oman atas segala dukungan moralnya
7. Temen-temen komunitas Japan Freak UIN , Psycho-J yang selalu
memberikan energi positif juga dari komunitas Penggemar JKT48
regional Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi atas kesediaan
menjadi responden. Tanpa kalian skripsi ini tidak akan ada.
8. Sahabat terbaik Ani Muflihah, Dian Ardianti, Meida Dwi Satmanda,
Shofia Lintina, Woro Wardhani dan Zulaikha Hana yang selalu memberi
warna kepada penulis, memberikan dukungan juga motivasi kepada
penulis, juga kepada Sahabat tercinta Asya Indah Putri, Triani Kuswarini
yang selalu memberikan energi positif kepada penulis.
9. Keluarga besar HMI Komisariat Psikologi dan Pengurus DEMA UIN
Jakarta Periode 2013-2014 yang mengajarkan penulis arti dari berjuang
dan berproses.
10. Teman-teman kelas D angkatan 2010 Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 April 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................... ................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................... .................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT .. ................................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... . viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTA1R GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 8
1.2.1 Pembatasan Masalah ..................................................... 8
1.2.2 Perumusan Masalah ...................................................... 10
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10
1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian ........................................................ 11
BAB 2. LANDASAN TEORI …………………………………………...... 13
2.1. Pembelian Kompulsif...... ......................................................... 13
2.1.1 Definisi Pembelian Kompulsif ..................................... 13
2.1.2 Dimensi-dimensi Pembelian Kompulsif ....................... 14
2.1.3 Faktor yang MempengaruhiPembelian Kompulsif ....... 15
2.1.4 Pengukuran Perilaku Pembelian Kompulsif ................. 17
2.2. Kontrol Diri.. ............................................................................ 18
2.2.1 Definisi Kontrol Diri .................................................... 18
2.2.2 Aspek-aspek Kontrol Diri ............................................. 19
2.2.3 Pengukuran Variabel Kontrol Diri ................................ 20
2.3 Celebrity Worship ................... ................................................. 21
2.3.1 Definisi Celebrity Worship ........................................... 21
2.3.2 Jenis-jenis Celebrity Worship ....................................... 22
2.3.3 Pengukuran Celebrity Worship ..................................... 23
2.4. Kepribadian Big Five................... ............................................. 25
2.4.1 Definisi Kepribadian ............... ..................................... 25
2.4.2 Kepribadian Big Five .................................................... 25
2.4.3 Pengukuran Kepribadian Big Five ................................ 28
2.5 KerangkaBerpikir................... .................................................. 29
2.6 HipotesisPenelitian................... ................................................ 35
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................ 38
3.1 Populasi, SampeldanTeknikPengambilanSampel ..................... 38
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi OperasionalVariabel................... 39
x
3.3 InstrumenPengumpulan data .................................................... 42
3.4 Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ................................. 46
3.4.1 Uji ValiditasAlat Ukur Pembelian Kompulsif ................ 48
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kontrol Diri .............................. 49
3.4.2.1 Behavior Control ............................................ 49
3.4.2.2 Cognitive Control ........................................... 50
3.4.2.3 Decision Control ............................................. 51
3.4.3 Uji ValiditasKonstruk Celebrity Worship ....................... 52
3.4.3.1 Entertaiment-social Celebrity Worship........... 52
3.4.3.2 Intense-personal Celebrity Worship ............... 54
3.4.3.3 Bordeline-pathological Celebrity Worship ...... 55
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Kepribadian Big Five .................. 56
3.4.4.1 Ekstraversion ................................................... 56
3.4.4.2 Neurotism ......................................................... 57
3.4.4.3 Openess to Experience ..................................... 58
3.4.4.4 Contiousness .................................................... 59
3.4.4.5 Agreeableaness ................................................ 60
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................... 61
3.6 Prosedur Penelitian .................................................................. 64
BAB 4. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 66
4.1 Gambaran Subjek Penelitian ..................................................... 66
4.2 Deskripsi Statistik Hasil Penelitian ........................................... 67
4.2.1. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .......................... 69
4.3 Uji Hipotesa Penelitian ............................................................. 71
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ............................... 71
4.3.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-masing Independent
Variabel ......................................................................... 77
BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN .................................. 82
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 82
5.2. Diskusi ...................................................................................... 82
5.3. Saran ......................................................................................... 87
5.3.1. Saran Teoritis ................................................................ 88
5.3.2. Saran Praktis ................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 90
LAMPIRAN ................................................................................................... 94
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penilaian Skala Likert ...................................................................... 43
Tabel 3.2 Blue Print Pembelian Kompulsif ...................................................... 43
Tabel 3.3 Blue Print Skala Kontrol Diri ........................................................... 44
Tabel 3.4 Blue Print Skala Celebrity Worship .................................................. 44
Tabel 3.5 Blue Print Skala Kepribadian Big Five ............................................ 45
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Pembelian Kompulsif ...................................... 49
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Behavior Control ............................................. 50
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Cognitive Control ............................................ 51
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Decision Control ............................................. 52
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Entertaiment-social Celebrity Worship ......... 53
Tabel 3.11Muatan Faktor Item Intense-personal C elebrity Worship .............. 54
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Borderline-pathological Celebrity Worship .. 56
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Ekstraversion ................................................. 57
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Neurotism ...................................................... 58
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Openess to Experience .................................. 59
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Contiousness .................................................. 60
Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Agreeableaness .............................................. 61
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian (N=211) ................................. 66
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ............................................. 68
Tabel 4.3 Norma Skor Variabel ........................................................................ 69
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor ............................................................................ 70
Tabel 4.5 Tabel R Square ................................................................................. 72
Tabel 4.6 Tabel Anova ...................................................................................... 73
Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi ................................................................... 74
Tabel 4.8 Proporsi Varian Untuk Masing-masing Independent Variable ......... 78
Tabel 4.9 Excluded Variable............................................................................. 80
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka berpikir ......................................................................... 35
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Path Diagram ............................................................................... 94
Lampiran B Syntax Lisrel ................................................................................ 100
LampiranD Surat PernyataandanAngket Penelitian......................................... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perilaku pembelian kompulsif akhir-akhir ini merebak di kalangan masyarakat.
Kemajuan teknologi diimbangi dengan gaya hidup hedonis menjadikan seseorang
lebih mementingkan gaya hidup daripada memenuhi kebutuhan yang sebenarnya.
Demi kepuasan diri seseorang rela menghabiskan uang untuk hal yang kurang
bermanfaat seperti membeli gadget terbaru. Hal ini dilakukan agar mendapat
pengakuan dari lingkungan atau teman sebayanya. (Chen-Yu dan Scock dalam
Artledia, 2009) Tidak terkecuali penggemar fanatik selebriti atau idola. Dimana
seseorang yang menghabiskan uangnya demi memuaskan hasratnya untuk
bertemu dengan idolanya, membeli segala pernak-pernik, menonton konsernya
walaupun harus ke luar negeri (Dawn, 2002) .
Menurut Seregina, Koivisto, dan Mattila (dalam Pertiwi, 2013) kecintaan
peggemar terhadap idolanya melahirkan sebuah keyakinan dan pemahaman
berupa hubungan, kesetiaan, pengabdian terhadap idolanya dimana hal tersebut
dalam fenomena budaya sekarang disebut fanatisme . Kecenderungan fanatisme
penggemar terhadap idolanya menjadikan seseorang memiliki kecenderungan
konsumtif yang tinggi terutama kepada idolanya. Fanatisme cenderung bersikeras
terhadap ide-ide mereka dan kelompoknya benar dan mengabaikan semua fakta
atau argumen yang mungkin bertentangan dengan pikiran (Chung, Beverland,
Farrelly dalam Pertiwi 2013). Akibat kecintaan penggemar terhadap idolanya
tersebut mengakibatkan seseorang menjadi rela melakukan apapun termasuk
2
menghabiskan uangnya untuk membeli pernak-pernik dan selalu datang ke konser
idolanya (Pertiwi, 2013)
Perilaku konsumtif yang tinggi perlahan-lahan akan menjadikan seseorang
kompulsif. Pembelian kompulsif dapat menimbulkan ketergantungan sebagai
respon dari perasaan atau kejadian negatif (O'Guinn dan Faber, 1989). Hirschman
E. C. (1992) menjelaskan konsumsi yang kompulsif sering dikaitkan dengan
konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang akibat konflik emosional seperti
perceraian dalam keluarga atau kondisi lingkungan teman sebaya yang
mengutamakan konformitas.
Beberapa penelitian sebelumnya mengatakan seseorang yang memiliki
perilaku Pembelian kompulsif percaya bahwa perilaku ini dapat meningkatkan
nilai diri (Valence, d'Astous, dan Fortier, 1988). Dengan membeli barang yang
mereka inginkan, bukan yang mereka butuhkan. Selain itu pengaruh konformitas
untuk disukai dan diakui oleh orang lain juga mempengaruhi seseorang untuk
mengagumi sekelompok idola dan cenderung menghabiskan uang untuk idolanya
(Myers dalam Sella, 2013).
Dalam artikel yang ditulis oleh Thomas dan Faber (1992), kebanyakan
perempuan memiliki perilaku pembelian kompulsif yang tinggi daripada laki-laki.
O'Guinn dan Faber (1989) menemukan bahwa 90 persen pembeli yang kompulsif
adalah perempuan. Hasil penelitian Koran (2006) mengenai perilaku pembelian
kompulsif mengatakan bahwa seseorang yang sudah ketergantungan perilaku ini
rela berhutang demi mendapatkan kepuasan dalam membeli suatu barang yang
tidak dibutuhkan.
3
Di Indonesia juga ada beberapa selebriti atau idola yang memiliki
penggemar yang sangat loyal. Selalu datang saat idolanya konser dan membeli
pernak-pernik tentang idolanya. Hal tersebut penulis temukan pada kelompok fans
JKT48. Mereka dikenal sangat loyal yang sebagian besar adalah remaja laki-laki
(Wibowo, 2013) dan menghabiskan uangnya untuk idola mereka. Bahkan ada
seorang fans bernama Adi yang menghabiskan uang sebesar dua puluh juta rupiah
demi mendukung idola favoritnya (Kirara, 2015) angka tersebut merupakan angka
yang sangat besar untuk seseorang yang mendukung idolanya.
Perilaku pembelian kompulsif untuk mendukung idolanya di indonesia
merupakan sesuatu yang cukup unik, karena Indonesia merupakan negara
berkembang dimana penduduknya masih berpenghasilan dibawah rata-rata
(Wahyuni, 2015). Namun sanggup untuk menghabiskan uangnya untuk membeli
barang-barang yang sebenarnya kurang dibutuhkan daripada untuk memenuhi
kebutuhan dasar.
Banyak faktor seseorang menghabiskan uangnya demi idola pujaannya
diantaranya adalah pencarian jati diri, kabur dari realita ataupun mengikuti teman
sebaya atau konformitas (J Maltby., 2004). Selain itu seorang idola yang sering
muncul di layar televisi, majalah atau media lain memiliki gambaran sosok
pasangan ideal baik dalam penampilan maupun kepribadiannya (Aoyagi dalam
Dita, 2012). Penelitian George P dan Gilbert A, (1978) menemukan ada hubungan
yang positif antara penonton televisi dan materialisme di kalangan remaja.
Menurut Richard (1986), penggunaaan idola sebagai bintang iklan juga dapat
mempengaruhi seseorang untuk berperilaku kompulsif dalam membeli dan
4
menunjukkan bahwa pengaruh idola sebagai bintang ilkan televisi memperkuat
pemikiran materialistik di kalangan anggota sosial.
Dampak pembelian kompulsif sangat besar dan lebih banyak dampak
negatif daripada dampak positifnya sebagaimana ditemukan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Thomas C dan Faber (1989) dan Hirschman E. , (1992).
Menurut Hyokjin Kwak (2006) Seseorang dapat dikatakan memiliki perilaku
pembelian kompulsif jika memiliki dua kriteria yaitu: perilakunya terjadi
berulang-ulang dan menimbulkan masalah bagi individu tersebut. Pada penelitian
sebelumnya yang dilakukann Thomas C dan Faber (1989) variabel yang
mempengaruhi pembelian kompulsif adalah kepribadian Big-Five dan self control,
kemudian Robert A (2012) menyebutkan bahwa Celebrity Worship juga
mempengaruhi perilaku kecenderungan pembelian kompulsif yang berhubungan
dengan fenomena yang ingin diteliti penulis.
Pada fenomena yang akan diteliti oleh penulis adalah kecenderungan
pembelian penggemar JKT48 dalam membeli pernak-pernik dan menghadiri acara
yang berkaitan dengan idolanya. Banyaknya penggemar yang membeli pernak-
pernik idolanya menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian ini karena
sebagian besar penggemar JKT48 berasal dari kalangan remaja laki-laki dan usia
dewasa awal (Andika, 2014).
Seseorang yang cenderung memiliki perilaku pembelian kompulsif
ditandai dengan individu yang mengalami ketidakstabilan emosi, kecemasan,
moodiness, dan kesedihan hal tersebut ditemukan pada penelitian Asad dan
Saifullah (2012) dimana pembelian kompulsif secara positif berkaitan dengan
5
semua sifat kepribadian Big-Five terutama Neurotism dan Extraversion. Pada
artikel penelitian yang ditulis Narges dan Fahrazad (2013) menemukan ada
hubungan antara kepribadian big five dengan pembelian kompulsif.
Selain penelitian Narges dan Fahrazad (2013), Balbanis (dalam Farooq-e-a,
2014) juga mengunakan teori kepribdian big five untuk memprediksi perilaku
pembelian kompulsif pada pembeli tiket lotre. Studi yang dilakukan Balbanis
(dalam Farooq-e-a, 2014) menemukan hubungan yang negatif antara pembelian
kompulsif dengan Agreeableaness. Sebaliknya, penelitian Farooq-e-a (2014)
menemukan bahwa kepribadian Big Five memiliki hubungan yang positif.
Pengaruh yang paling tinggi yaitu ada pada Constiousness dan Neurotism,
kemudian diikuti Agreeableaness dan Extraversion. Pembeli yang cenderung
kompulsif biasanya memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang tinggi (Koran,
2006).
Selain kepribadian big-Five perilaku pembelian kompulsif juga
dipengaruhi oleh kontrol diri, seperti penelitian yang dilakukan oleh Rini (2013)
menemukan bahwa ada pengaruh positif antara variabel kontrol diri dengan
perlaku pembelian kompulsif. Kontrol diri (self control) menurut Averill (1983)
meliputi tiga aspek yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognisi
(cognition control) dan kontrol keputusan (desicion control). Setiap individu
memiliki kontrol yang berbeda-beda ada yang memiliki kontrol diri yang lemah
ada yang kuat. Seseorang yang memiliki control diri lemah cenderung Sulit
menahan diri untuk membeli barang. Sebaliknya jika seseorang memiki kontrol
6
diri yang kuat, maka keinginan untuk membeli barang mudah dikendalikan
(Hirschman E. C., 1992).
Donald W (2007) menemukan bahwa kontrol diri pembeli yang kompulsif
sangat lemah, itulah kenapa mereka tidak bisa menahan diri dari keinginan untuk
membeli. Penelitian Bas dan Herabadi, (2001) menunjukkan bahwa pembelian
kompulsif adalah hasil dari seseorang yang membeli karena hasrat dan dorongan.
Stephen J dan Lowestein (1991) menulis, bahwa hasil dari keputusan dalam
membeli adalah konflik antara keinginan dan kontrol diri yang mendalam. Pada
penelitian yang dilakukan oleh O'Guinn dan Faber (1989) menunjukkan bahwa
seseorang yang memiliki perilaku pembeli yang kompulsif biasanya tidak bisa
mengontrol diri dan terkesan kurang peduli tarhadap apa yang sudah dibeli. Roy F
(2002) mengemukakan bahwa kontrol diri merupakan representatif dari
kemampuan seseorang untuk bertahan dari rasa dorongan untuk membeli selain
itu emosi negatif juga mempengaruhi kontrol diri dalam membeli barang supaya
mereka merasa lebih baik
Selain kepribadian Big Five dan self control, celebrity worship juga
berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif, seperti penelitian yang
dilakukan Robert A, (2012) menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara celebrity worship terhadap perilaku pembelian kompulsif.
Menurut J Maltby (2004) Celebrity worship dibagi menjadi 3 aspek yaitu
entertaiment-social value dimana selebriti ini hanya sebagai hiburan semata atau
mencari informasi tentang idola tersebut di media yang berlandaskan konformitas
terhadap teman sebaya atau ‘kabur’ dari realita (fantasy-escape from reality).
7
Kedua adalah intense-personal feeling yang merefleksikan perasaan intensif dan
kompulsif terhadap selebriti yang hampir sama dengan tendensi obsesif yang
menyebabkan remaja ingin mengetahui hal apapun tentang idolanya baik
informasi secara umum maupun informasi pribadi. Yang terakhir adalah
borderline-pathological yaitu tingkatan paling ekstrim dalam hubungan parasosial
atau cinta satu arah dengan selebriti (Ashe dan McCutcheon dalam Andika, 2014).
Perilaku ini dimanifestasikan dengan kesediaan melakukan apapun untuk idolanya
bahkan jika hal tersebut melawan hukum. Penggemar seperti ini memiliki
pemikiran yang tidak terkontrol dan menjadi irasional.
Artikel yang ditulis oleh Dawn (2002) menemukan seorang penggemar
Robby Williams yang salalu menonton konsernya bahkan rela hingga ke luar
negeri demi menonton konser idolanya. Tidak hanya itu penggemar tersebut
selalu membeli pernak-pernik Robbie Wiliams jika ia melihat toko yang
menjualnya. Ia juga membeli semua CD album Robby Williams dan selalu
memutarnya. Selain penggemar Robby Williams. Dawn (2002) juga menemukan
seorang fans Kyle yang sudah menghabiskan lebih dari 40,000 pounsterling untuk
membeli pernak-pernik Kyle dan selalu menghabiskan 300 pounsterling setiap
membeli marchendise Kyle.
Tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan oleh penggemar untuk
mendukung idola favoritnya (Andika, 2014). Hal ini membuat penulis tertarik
untuk meneliti fenomena pembelian kompulsif. Penelitian ini belum banyak
dilakukan secara kuantitatif sehingga semakin memperkuat keinginan penulis
untuk mengangkat tema ini. Selain itu Penggemar JKT48 yang mayoritas kaum
8
pria yang rela menghabiskan uang untuk idola mereka (Andika, 2014). Hal ini
tentu saja bagi banyak orang merupakan fenomena yang baru dimana kebanyakan
seseorang yang mengalami prilaku pembelian kompulsif adalah wanita (Koran ,
2004)
Berdasarkan uraian fenomena pembelian kompulsif di atas, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kontrol diri, celebrity
worship dan kepribadian big five terhadap pembelian kompulsif. Penelitian ini
sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian ini mengambil
tiga variabel independent yang berbeda dengan peneliti terdahulu dengan
mengambil sampel yang berbeda yaitu penggemar JKT48 di Jabodetabek.
1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Masalah yang diteliti dibatasi hanya mengenai pengaruh kontrol diri, celebrity
worship, dan kepribadian big five terhadap pembelian kompulsif. Batasan
mengenai konsep variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
1. Pembelian kompulsif (compulsive buying) adalah pembelian yang kronis dan
berulang-ulang, terjadi sebagai respon dari perasaan atau kejadian yang negatif.
Dalam melakukan proses pembelian, motivasi pembeli kompulsif adalah
sebagai sarana untuk meningkatkan harga dirinya daripada untuk mengambil
manfaat dan nilai ekonomis dari pembelian tersebut (O'Guinn dan Faber,
1989). Pada dimensi ini akan mengukur berdasarkan tiga aspek yaitu
kecenderungan untuk membeli, aspek reaktif dan perasaan menyesal setelah
9
membeli. Selain itu penulis juga melihat kecenderungan untuk membeli atau
menghabiskan uang penggemar JKT48 untuk idolanya.
2. Kontrol diri adalah suatu kapasitas untuk memberikan alternatif kondisi dan
respon tertentu. Averill (1973) menyatakan terdapat tiga aspek kontrol diri
yaitu kontrol prilaku (behavioral control), kontrol kognisi (cognitive control)
dan kontrol keputusan (decision control)
3. Celebrity worship. Celebrity worship yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah suatu kondisi dimana individu menjadi terobsesi kepada kelompok idola
JKT48 serta menjadi tertarik dengan kehidupan pribadi p JKT48. Terdapat tiga
jenis tingkatan celebrity worship yaitu entertaiment-social celebrity worship,
intense-personal celebrity worship, dan borderline-patholoical celebrity
worship (Lynn, 2002)
4. Kepribadian Big Five adalah salah satu kepribadian yang dapat baik
memprediksi dan menjelaskan prilaku. Pendekatan yang digunakan dalam
psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam
lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan
analisis faktor. Lima trait kepribadian tersebut adalah
extraversion,agreebleness,conscientiousness, neurotism, dan openness to
experience yaitu seseorang yang cenderung suka mencari hal-hal yang baru
(Costa dan McCrae, dalam Jess dan J, 2009).
5. Variabel demografis dalam penelitian ini yaitu Jenis kelamin.
10
6. Responden di penelitian ini yaitu pria dan wanita berusia 15-30 tahun yang
menyukai kelompok idola JKT48 dan sering membeli pernak-pernik JKT48
yang berada di Jabodetabek.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Apakah ada pengaruh kontrol diri (behavioral control, cognitive control
decision control), celebrity worship (entertaiment-social celebrity worship,
intense-personal celebrity worship, borderline-pathological celebrity worship)
dan kepribadian big five (openness to experience, contiousness,extraversion,
agreeableaness, neurotism) terhadap perilaku pembelian kompulsif
penggemar JKT48 di Jabodetabek?
2. Berapakah signifikansi kontrol diri (behavioral control, cognitive control
decision control), celebrity worship (entertaiment-social celebrity worship,
intense-personal celebrity worship, borderline-pathological celebrity worship)
dan kepribadian big five (openness to experience, contiousness,extraversion,
agreeableaness, neurotism) terhadap perilaku pembelian kompulsif
penggemar JKT48 di Jabodetabek?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh kontrol diri (behavior control, cognitive control decision
control), celebrity worship (entertaiment-social celebrity worship, intense-
11
personal celebrity worship, borderline-pathological celebrity worship) dan
kepribadian big five (openness to experience, contiousness,extraversion,
agreeableaness, neurotism)terhadap perilaku pembelian kompulsif penggemar
JKT48 di Jabodetabek.
2. Mengetahui signifikansi pengaruh kontrol diri (behavioral control, cognitive
control decision control), celebrity worship (entertaiment-social celebrity
worship, intense-personal celebrity worship, borderline-pathological celebrity
worship) dan kepribadian big five (openness to experience,
contiousness,extraversion, agreeableaness, neurotism)terhadap perilaku
pembelian kompulsif penggemar JKT48 di Jabodetabek.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terbagi 2, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan studi
psikologi, terutama di bidang psikologi industri dan organisasi, ekonomi,
khususnya kajian tentang pembelian kompulsif sebagai bagian dari prilaku
konsumen. Selain itu juga, hasil penelitian ini kedepannya dapat dijadikan
sebagai bahan penelitian lanjutan bagi akademisi lainnya yang juga tertarik
untuk meneliti perilaku pembelian kompulsif sebagai variabel terikat.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai
pentingnya pengaruh kontrol diri, celebrity worship,dan kepribadian big five
12
terhadap perilaku pembelian kompulsif kepada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
mahasiswa mengenai kontrol diri terhadap prilaku kompulsif dalam menyukai
seorang selebriti atau idola.Penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik lagi bagi perusahaan dalam memahami prilaku konsumen.
Perusahaan dapat memanfaatkan prilaku pembelian kompulsif konsumen agar
produk yang dipasarkan dapat terjual dengan pesat. Perusahaan dapat
melakukan strategi pemasaran dan branding personality kepada suatu produk
yang dapat menimbulkan prilaku pembelian kompulsif pada konsumen.
13
Bab II
KAJIAN TEORI
2.1 Pembelian Kompulsif
2.1.1 Definisi Pembelian Kompulsif
Thomas C dan Faber (1989) mendefinisikan pembelian kompulsif sebagai suatu
kondisi kronis, yaitu seseorang yang melakukan pembelian berulang sebagai
akibat dari adanya peristiwa yang tidak menyenangkan maupun perasaan negatif.
Valence, d'Astous, dan Fortier, (1988) mengatakan pendekatan yang berkaitan
dengan pembellian kompulsif ada tiga penguatan yaitu: aktivasi emosi, kontrol
kognitif yang tinggi, dan reaktivitas tinggi. Alain, Maltalis, dan Roberge, (1990)
model compulsive buying sebagai tingkat yang tinggi dari “dorongan umum untuk
membeli”.
Edward (1993) mendefinisikan perilaku pembelian kompulsif sebagai
bentuk abnormal belanja dan pengeluaran dimana konsumen yang menderita
dorongan yang sangat kuat, tak terkendali, dan kronis untuk belanja dan
menghabiskan uang, belanja kompulsif secara karakteristik mengurangi perasaan
negatif dan kecemasan.
Krueger (1998, dalam Magee 1994) menkarakteristikkan perilaku
pembelian kompulsif sebagai (1) Pembelian produk yang ditunjukkan bukan
karena nilai guna produk; (2) konsumen yang membeli produk secara terus
menerus tidak mempertimbangkan dampak negatif pembelian;(3) pembelian
produk yang tidak bertujuan memenuhi kebutuhan utama dalam frekuensi tinggi
14
yang mempengaruhi harmonisasi dalam keluarga dan lingkungan sosial; (4)
peilaku ini merupakan prilaku pembelian yang tidak bisa dikontrol oleh individu;
(5) ada dorongan yang kuat untuk mempengaruhi konsumen segera membeli
produk tanpa mempertimbangkan resiko seperti resiko keuangan; (6) pembelian
dilakukan secara tiba-tiba tanpa mencari informasi; (7) pembelian dilakukan
untuk menghilangkan kekhawatiran atau ketakutan dalam diri; (8) perilaku
ditunjukkan untuk sebagai akibat dari kurangnya perhatian keluarga.
Penulis menggunakan teori O'Guinn dan Faber (1989) yang dianggap
penulis cukup menggambaran kondisi responden yang diteliti penulis yaitu
responden yang melakukan pembelian pernak-pernik JKT48 secara berulang-
ulang.
2.1.2 Dimensi-dimensi Pembelian Kompulsif
Valence, d'Astous, dan Fortier (1988) mengembangkan konsep dari Ronald J,
O'Guinn, dan Krych (1987) kemudian mengidentifikasi empat dimensi
konseptual terkait dengan pembelian kompulsif, diantaranya
1. Kecenderungan untuk belanja (tendency to spend)
Tendency to spend, dimana pembeli kompulsif menunjukkan kecenderungan
lebih tinggi untuk membeli, berbeda dengan pembeli non-kompulsif.
2. Aspek reaktif (reactive aspect)
Reactive aspect, ditandai dengan respon individu untuk keinginan kuat dalam
membeli. Dengan demikian, seorang individu menunjukkan prilaku
pembelian kompulsif. Individu mungkin merasa bahwa motivasi dan
dorongan tersebut tidak dapat dikontrol untuk membeli. Sebaliknya pembeli
15
non-kompulsif tidak melihat motivasi dan dorongan tersebut untuk membeli
karena pembelian yang terkontrol.
3. Perasaan menyesal setelah membeli (post-purchase guilty)
Dimensi ini terkait dengan pembelian kompulsif yaitu post-purchase guilty.
Para peneliti telah melaporkan bahwa orang yang terlibat dalam perilaku
mereka setelah berbelanja.
4. Keluarga (family)
Dimensi family yaitu lingkungan keluarga dimana salah satu dari anggota
keluarga yang dibesarkan dapat menunjukkan kecenderungan untuk terlibat
dalam prilaku konsumsi negatif.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pembelian Kompulsif
Penelitian Roberts (1998) menjelaskan bahwa dalam kondisi buruk individu
dapat melakukan aktivitas pembelian untuk mancapai kepuasan yang diinginkan.
Kondisi buruk ini terjadi karena 3 faktor yaitu:
1. Psychological. Ada tiga hal yang mempengaruhi prilaku pembelian kompulsif
individu pada aspek psychological yaitu harga diri, status sosial dan fantasi.
Menurut Thomas dan Faber (1992) individu yang memiliki harga diri yang
rendah rentan untuk melakukan perilaku pembelian kompulsif. Kemudian
Wayne S dan Edwards (1996) mengatakan bahwa individu yang tidak bisa
mengendalikan diri untuk membeli cenderung memiliki perasaan takut dan
bersalah. Yang kedua yaitu status sosial. Individu yang memiliki prilaku
pembelian kompulsif percaya bahwa dengan membeli mereka bisa
meningkatkan harga diri dan status sosial dengan apa yang dibelinya (Gilles,
16
1988). Krueger (dalam Shakeri dan Hossain, 2016) berpendapat bahwa
pembeli yang kompulsif sangat memperhatikan penampilannya. Kemudian
yang ketiga yaitu fantasi. Pembeli yang kompulsif dapat membuat penampilan
yang difantasikannya untuk menekan perasaan negatif dan harga diri yang
rendah. Mereka memfantasikan dirinya dengan berpenampilan seperti orang
yang sukses agar diterima di lingkungan sosialnya (O'Guinn dan Faber, 1989)
2. Sosiologis seperti tayangan televisi, teman sebaya, frekuensi berbelanja.
Dimana George P dan Gilbert A, (1978) melaporkan adanya hubungan yang
positif antara penonton televisi dan materialistik. Richard (1986) juga
menambahkan bahwa iklan televisi akan meningkatkan intensitas dalam
membeli. Selain itu, O'Guinn dan Faber (1989) juga mengatakan bahwa
penonton televisi percaya bahwa dunia yang sebenarnya tergambar dalam
televisi sehingga membuat mereka semakin intens dalam membeli seperti apa
yang mereka lihat di televisi. Kemudian teman sebaya memiliki tekana yang
sangat besar terhadap priaku pembelian kompulsif di kalangan remaja.
Valence, d'Astous, dan Fortier, (1988) menemukan bahwa teman sebaya
memiliki peran yang signifikan dalam pengalaman konsumsi remaja.
3. Keluarga (family). Menurut Valence, d'Astous, dan Fortier, (1988)
menemukan bahwa skor pembelian kompulsif dari beberapa responden
meningkat ketika beberapa anggota keluarga melakukan prilaku menyimpang
(mabuk, gelisah, dan depresi). Selain itu Alain, Maltalis, dan Roberge, (1990)
menemukan adanya hubungan yang positif ketika responden mempersepsikan
prilaku kompulsif orangtuanya dengan prilaku kompulsif dirinya.
17
Thomas dan Faber (1992) menyimpulkan akar permasalahan munculnya
prilaku pembelian kompulsif dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang merupakan
kombinasi kombinasi dari sisi psikologis dan sosiopsikologikal. Pembelian
kompulsif cenderung dimotivasi dari stimuli yang berasal dari diri seseorang
seperti kegelisahan, dan belanja atau menghambur-hambukan uang merupakan
pelarian yang dianggap mampu membuat seseorang keluar dari masalahnya.
Namun disini penulis tidak memakai faktor keluarga, hanya meneliti dari aspek
Psychlogical dan sosiologis.
2.1.4 Pengukuran Prilaku Pembelian Kompulsif
Terdapat berbagai macam skala pengukuran untuk mengukur perilaku pembelian
kompulsif diantaranya
1. Compulsive Buying scale
Skala yang dikembangkan oleh Elizabeth (1993) yang terdiri atas 13 item yang
merupakan representatif dari lima dimensi yang diukur yaitu: tendency to
spend, drive to spend, feeling about shopping, dysfunctional spending dan post-
purchase guilt.
2. Compulsive Buying Scale
Skala yang dikembangkan oleh Thomas dan Faber (1992) yang
unidimensional yang terdiri atas 7 item yang merepresentasikan tiga dimensi
dari pembelian kompulsif yaitu spesific behavior, motivation dan feeling
associated with buying
.
18
3. Compulsive Buying Measurement Scale
Skala yang dikembangkan oleh Valence, d’Astous dan frontier (1988) alat ukur
ini terdiri dari 16 item yang merepresentasikan empat dimensi dari pembelian
kompulsif, yaitu tendency to spend, aspest reactive, post-purchase guilt dan
family environtment.
Untuk penelitian ini penulis menggunakan skala yang dikembangkan oleh
Valence, d'Astous, dan Fortier, (1988) yang lebih berorientasi mengukur tingkat
dorongan yang tak terkontrol untuk membeli atau belanja. Sedangkan Thomas
dan Faber (1992) merancang skala untuk mengukur indikasi dalam aspek
keuangan. Begitupula dengan skala yang dikembangkan oleh Edwards (1993)
yang lebih mengukur kepada dyfunctional spending. Namun dalam hal in peneliti
tidak memasukan aspek family pada skala yang dibuat oleh Valence, d’Astous
dan frontier (1988). Hal tersebut dikarenakan selain peneliti yanga ingin melihat
aspek Psychological dan sosiologis, ada beberapa item dalam aspek family yang
kurang cocok untuk responden peneliti seperti beberapa pertanyan yang diajukan
untuk responden yang sudah berusia dewasa awal sedangkan beberapa responden
penulis masih berusia remaja akhir
2.2 Kontrol Diri (Self Control)
2.2.1 Definisi Kontrol Diri
Menurut Roy F, (2002), kontrol diri adalah kemampuan untuk menghadapi
respon di lingkungan sekitar yang melibatkan kognitif, mengatur impulse, dan
mengubah penampilan. Averill (1983) mendefinisikan bahwa pengendalian
tingkah laku adalah melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum
19
memutuskan suatu tindakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori
Averill (1983) untuk menggambarkan kontrol diri seseorang dimana hal tersebut
sesuai dengan tujuan penelitian.
2.2.2. Aspek-aspek Kontrol Diri
Berdasarkan konsep Averill, (1983), terdapat 3 aspek yang tercangkup dalam
kemampuan mengontrol diri, yaitu:
1. Mengontrol prilaku (Behavior Control)
Merupakan kesiapan atau tersedianya suatu respond yang secara langsung
mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
Kemampuan mengontrol diri ini diperinci menjadi dua bagian yaitu mengatur
pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi
stimulus (stimulus modifability).
Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk
menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya atau diluar
dirinya. Jika individu tidak mampu untuk mengatur dari dalam dirinya maka ia
akan membuat faktor eksternal untuk mengatur dirinya. Sedangkan
kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui
kapan dan bagaimana suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada
beberapa cara yang dapat dugunakan diantaranya mencegah atau menjauhi
stimulus, menempatkan tenggang waktu antara rangkaia stimulus yang sedang
berlangsung, mengehentikan stimulus sebelum waktunya berakhir dan
membatasi intensitasnya.
20
2. Mengontrol Kognisi (Cognitive Control)
Merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak
diinginkan dengan cara mengintepretasi, menilai, atau menggabungkan suatu
kejadian dalam kerangka berfikir kognitif sebagai adaptasi psikologis atau
untuk mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu
memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal).
Dengan informasi yang dimiliki individu mengenai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan
berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian yaitu individu berusaha menilai
dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara menilai sisi positif
secara subjektif.
3. Mengontrol Keputusan (Decision Control)
Adalah kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan
berdasarkan pada suatu yang diyakini atau disetujui. Kontrol diri dalam
menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan,
kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai
kemungkinan tindakan.
Dari ketiga aspek diatas mengarah kepada kemampuan individu dalam
mengontrol dirinya melalui pertimbangan dan dapat manilai baik atau buruk
sebelum melakukan suatu tindakan. Dalam mengontrol diri dapat ditentukan
aspek mana yang lebih mendominasi.
2.2.3. Pengukuran Variabel Kontrol Diri
Terdapat beberapa alat ukur untuk mengukur dimensi kontrol diri diantaranya:
21
1. Skala Self-control Behavior Inventory Fagen (June P dan Baumeister, 2004)
pada dasarnya adalah sebuah skala checklist untuk peringkat pengamatan
prilaku
2. Skala Self-control yang dikembangkan oleh Averill (1983). Skala ini disusun
berdasarkan indikator tertentu yang terdapat pada aspek self-control yang
dikembangkannya sendiri yaitu aspek behavioral control, cognitive control,
dan decisional control dengan menggunakan skala likert dengan rentang 1-4.
Penulis menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Averill untuk
melakukan penelitian ini.
2.3 Celebrity Worship
2.3.1 Definisi Celebrity Worship
Istilah selebriti digunakan dengan istilah idola dan bintang. Demikian pula istilah
celebrity worship, mengidolakan dan keterikatan terhadap selebriti digunakan
untuk menggambarkan sindrom yang pada dasarnya sama. Diantara peneliti
akademis, istilah Celebrity Worship (CW) adalah istilah yang pertama kali
diciptakan oleh Dr. Lynn McCutcheon (2002).
Menurut Lynn, Lange, dan Houran, (2002), celebrity worship merupakan
suatu fenomena dimana orang-orang dengan identitas yang dianggap utuh menjadi
terobsesi dengan satu atau lebih selebriti. Sedangkan McCutcheon (dalam Maltby,
Day, McCutcheon, Gillett, Houran, dan Ashe, 2004) mengusulkan model
'absorption-addiction' untuk menjelaskan kasus seperti celebrity worship.
Absorption adalah suatu kondisi dimana individu merasa memiliki hubungan
nyata dengan selebriti. Sedangkan addiction adalah suatu kondisi dimana individu
22
memperkuat kebutuhannya agar merasa lebih terhubung dengan selebriti. Menurut
model ini, celebrity worship memfasilitasi keintiman dengan selebriti dalam
upaya untuk membentuk identitas dan rasa kepuasan. Dinamika kekuatan motivasi
mendorong keintiman tersebut, kemudian memuat komponen adiktif yang
mengarah pada perilaku yang lebih ekstrem (seperti delusi) untuk
mempertahankan kepuasan individu dengan hubungan satu arah terhadap selebriti.
Dari beberapa definisi di atas, peneliti mengacu pada definisi yang
dikemukakan oleh Lynn, Lange, dan Houran (2002), yang mendefinisikan
celebrity worship adalah suatu kondisi dimana individu menjadi terobsesi kepada
seorang atau beberapa selebriti serta menjadi tertarik dengan kehidupan pribadi
selebriti.
2.3.2 Jenis-jenis Celebrity Worship
North, Sheridan, Maltby, dan Gillett (2007) mengemukakan bahwa celebrity
worship terbagi menjadi tiga jenis tingkatan, yaitu entertainment-social, intense-
personal, dan borderline-pathological. Berikut ini penjelasan masing-masing :
1. Entertainment-social celebrity worship
Entertainment-social celebrity worship mengacu pada suatu kondisi dimana
individu tertarik pada kehidupan selebriti. Hal tersebut diwujudkan dengan,
sebagai contoh, tertarik membicarakan mengenai selebriti dengan teman-teman
dan mempelajari mengenai selebriti melalui majalah atau koran untuk
bersenang-senang.
23
2. Intense-personal celebrity worship
Intense-personal celebrity worship mengacu pada suatu kondisi dimana
individu merasa bahwa dirinya memiliki suatu hubungan personal yang kuat
dengan selebriti. Hal tersebut diwujudkan dengan, sebagai contoh, merasa
bahwa selebriti merupakan jodoh yang sempurna, dimana individu tersebut
sering memikirkan hal itu. Bentuk celebrity worship ini dapat dikatakan kurang
positif dibandingkan bentuk entertainment-social.
3. Borderline-pathological celebrity worship
Borderline-pathological celebrity worship mengacu pada suatu kondisi dimana
individu memiliki berbagai keyakinan aneh terhadap selebriti, seperti
keyakinan akan kemahakuasaan selebriti yang penuh dengan kebaikan,
keyakinan bahwa selebriti akan datang membantunya saat kesusahan, dan
merasa bahwa selebriti akan senang bertemu dirinya dalam setting yang intim
seperti sebagai mantan pacar atau keluarga.
Dalam penelitian ini, ketiga dimensi di atas ditetapkan menjadi variabel
independen yang akan digunakan.
2.3.3 Pengukuran Celebrity Worship
Menurut Lynn, Lange, dan Houran, (2002), pengukuran celebrity worship terdiri
dari empat jenis alat ukur, yaitu diantaranya :
1. Celebrity Attitude Scale (CAS)
Celebrity Attitude Scale (CAS; Lynn, Lange, dan Houran, 2002) terdiri dari 34
item yang mengukur sejauhmana responden tertarik dan berhubungan dengan
kehidupan selebriti favoritnya. McCutcheon mengemukakan bahwa CAS berisi
24
3 subskala yaitu entertainment social, intense personal, dan borderline
pathological.
2. Parasocial Interaction Scale (PSI)
Alan M, Perse, dan Powell, (1985) mengembangkan 20 item Parasocial
Interaction Scale (PSI) untuk mengukur sejauh mana penonton televisi
mengembangkan hubungan parasosial dengan penyiar berita. Analisis faktor
menghasilkan faktor tunggal yang menyumbang hampir setengah dari total
varian.
3. Celebrity Appeal Questionnaire (CAQ)
Dalam perspektif multifaktor, Celebrity Appeal Questionnaire (CAQ) Gayle S,
(1991) bertujuan untuk mengoperasionalkan konstruk-konstruk yang berkaitan
dengan daya tarik parasosial. 26 item pada CAQ dijabarkan dalam empat faktor,
yaitu daya tarik jenis kelamin, mencontoh tokoh/peran, artis/pemain
(entertainer), dan hal-hal yang bersifat mistis.
4. Sport Fan Motivation Scale (SFMS)
Daniel L, (1995) mengembangkan 23 item Sport Fan Motivation Scale (SFMS).
Analisis faktor menghasilkan 8 penyebab seseorang menjadi fandom olahraga,
yaitu self-esteem, pelarian, hiburan, keluarga, hubungan kelompok, estetis,
eustress atau kesenangan, dan ekonomi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Celebrity Attitude Scale (CAS)
karena alat ukur ini memiliki validitas dan reliabilitas yang sangat baik menurut
beberapa penelitian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Lynn, Lange, dan
Houran, (2002).
25
2.4. Kepribadian Big Five
2.4.1. Definisi Kepribadian
Menurut Eysenck (dalam Sumadi, 2001) kepribadian adalah jumlah total dari
perilaku pola-potensi organisme sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan
lingkungan. Menurut Allport, Lewin dan Murray (dalam Howard S, 2008)
kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisik individu yang
menentukan penyesuaian unik dirinya terhadap lingkungan.
2.4.2 Kepribadian Big Five
Menurut Howard S, (2008) kepribadian big five adalah suatu pendekatan yang
digunakan dalm psikologi untuk melihat kepribadian melalui domain kepribadian
yang cenderung dominan. Berikut adalah domain dalam pendekatan kepribadian
big five Costa dan McCrae (dalam Jess F. 2009) adalah sebagai berikut:
1. Extraversion
Sering disebut dengan surgency, Individu ini sering melakukan interaksi sosial,
memiliki jaringan yang luas dan dapat diterima oleh siapa saja karena
cenderung periang, mudah bergaul dan disenangi banyak orang. Ekstraversion
dicirikan dengan kecenderungan positif. Individu yang memiliki
kecenderungan tinggi pada Ekstraversion cenderung penuh kasih sayang, ceria,
senang berbicara, senang berkumpul dan menyenangkan.
Exstraversion juga memiliki motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin
hubungan dengan sesama serta dominan dalam lingkungannya. Sebaliknya
seseorang rendah dalam domain ekstraversion biasanya individu itu cenderung
berdiam diri, pasif, tenang, penyendiri, dan kurang memiliki kemampuan untuk
26
mengungkapkan perasaan. Individu yang memiliki sifat extraversion yang
tinggi memilih untuk melakukan perilaku pembelian kompulsif agar diakui dan
mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitarnya (Farooq-e-a, 2014).
2. Agreeableness
Agreeableanness membedakan antara individu yang berhati lembut dengan
yang tidak mengenal belas kasih. Individu yang memiliki skor tinggi pada
domain ini biasanya cenderung untuk mudah percaya pada orang lain,
dermawan, penerima, suka mangalah dan baik hati. Faktor ini juga disebut
dengan social adaptibility yaitu bercirikan seseorang yang ramah, memiliki
kepribadian yang selalu mengalah dan cenderung menghindari konflik. Jika
seseorang memiliki agreeableaness yang rendah biasanya ia cenderung lebih
agresif, pelit, suka mengkritik orang lain dan sulit diajak kerja sama.
Menurut penelitian Jose (2013) seseorang yang memiliki sifat agreeableaness
yang tinggi memiliki kecenderungan pembelian kompulsif yang tinggi karena
sifatnya yang percaya, terus terang, alturisme dan rendah hati yang terus
diperhatikan. Begitupula dalam penelitian Farooq-e-a (2014) dimana seseorang
yang memiliki agreeableaness yang tinggi juga memiliki potensi pembelian
kompulsif yang tinggi. Hal tersebut diakibatkan karena individu tersebut lebih
memilih mempertahankan hubungannya dengan orang lain dan sulit untuk
menahan diri untuk membeli.
3. Counscientiousness
Digambarkan sebagai individu yang teratur, fokus pada tujuan, mampu
mengendalikan diri dan memiliki disiplin yang tinggi. Faktor ini juga disebut
27
dependability, impulse control, dan will to achieve. Secara umum individu
yang dominan pada faktor ini cenderung pekerja keras, tekun, tepat waktu,
cermat, dan tekun. Sabaliknya jika ia memiliki dominan rendah pada faktor ini
biasanya ia cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan tidak memiliki tujuan
serta mudah menyerah.
Dalam penelitian Jose (2013) menemukan bahwa seseorang yang memiliki
sifat Counscientiousness yang tinggi memiliki potensi pembelian kompulsif
yang rendah karena ia memiliki disiplin diri, penghargaan diri, pengabdian dan
jiwa kompetensi yang tinggi. Namun Farooq-e-a (2014) menemukan bahwa
perilaku pembelian kompulsif memiliki hubungan positif dengan
Countiousness dimana hasil statistik nya sangat signifikan (p < .05)
4. Neurotism (N)
Individu yang memiliki dominan tinggi pada faktor ini biasanya cenderung
emosional, memiliki kecemasan yang tinggi, mudah stress, temperamental,
mengasihani diri sendiri dan emosional. Sebaliknya seseorang yang memiliki
dominan yang rendah pada faktor ini biasanya seseorang cenderung gembira
dan puas terhadap hidup selain itu ia juga cenderung tenang, temperamental
stabil, dan tidak emosional.
Individu yang memiliki sifat Neurotism yang tinggi memiliki potensi perilaku
pembelian kompulsif yang tinggi akibat tingginya kecemasan, depresi dan
sifatnya yang sulit untuk mengontrol diri. Sehingga mereka melakukan
pembelian yang kompulsif untuk meredakan emosi negatif mereka (Jose,
2013). Penelitian Farooq-e-a, (2014) juga menemukan hal yang sama yaitu
28
individu yang memiliki neurotism yang tinggi memiliki tingkat pembelian
kompulsif yang tinggi.
5. Opennes to Experience
Faktor ini membedakan individu yang memiliki variasi dengan individu yang
menutup diri. Seseorang yang memiliki dominan yang tinggi pada faktor ini
cenderung suka mencari perbedaan dan hal-hal yang baru. Sedangkan orang
yang rendah pada faktor ini biasanya cenderung lebih nyaman dengan
lingkungan yang sudah dikenal dan monoton.
Orang yang cenderung opennes biasanya mudah beradaptasi dengan
lingkungan dan situasi yang baru, memiliki toleransi yang tinggi, cepat
menyerap informasi yang baru, fokus dan waspada terhadap berbagai perasaan.
Sebaliknya sseorang yang memikili openess rendah biasanya ia cenderung
berfikiran sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. Pada
penelitian. Farooq-e-a (2014) menemukan bahwa opennes to experience
memiliki hubungan yang positif dengan perilaku pembelian kompulsif.
Menurut Asad dan Saifullah, (2012) seseorang yang memiliki sifat opennes to
experience yang tinggi cenderung memiliki karakter yang imajinatif dan kreatif
yang tinggi, juga memiliki banyak kepentingan sehingga berpotensi untuk
memiliki perilaku pembelian kompulsif.
2.4.3 Pengukuran Kepribadian Big Five
Ada beberapa alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur kepribadian big
five diantaranya :
29
1. BFI (Big Five Inventory)
Dikembangkan oleh Jhon O. (1999). Alat ukur ini terdiri dari 44 item, terdiri
dari 5 faktor yaitu extraversion, neurotism, agreeableness, conscientiousness,
dan openess. BFI menunjukkan validitas konvergen yang tinggi dengan skala
self report lain dengan tingkatan sejajar pada Big Five.
2. IPIP – NEO (International Personality Item Pool – Neurotis Extraversion
Openess).
Dikembangkan oleh Lewis (2005). Skala ini berjumlah 50 item dimana setiap
faktornya terdiri dari 10 item yaitu Extraversion, Neurotism, Agreeableness,
Conscientiousness, dan Openess to New Experience.
3. MINI-IPIP (MINI-International Personality Item Pool)
Merupakan adaptasi dari IPIP-NEO dimana dari sejumlah item yang semula 50
Item diperkecil menjadi 20 item.
Dari beberapa alat ukur ini peneliti akan menggunakan MINI-IPIP, bentuk singkat
20 item dari 50 item International Personality, mengukur factor Inventory (Lewis,
2005) karena alat ukur ini merupakan adaptasi dari IPIP-NEO yang memiliki
validitas dan reliabilitas diatas 0,6. Peneliti memilih skala ini dengan
mempertimbangkan efisiensi waktu dengan 20 item yang sudah teruji validitasnya
oleh M Brent (2006).
2.5 Kerangka Berfikir
Membeli merupakan hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Namun kegiatan
tersebut lama-kelamaan menjadi adiktif dan menjadi sebuah kebiasaan yang tidak
bisa ditahan sehingga mengakibatkan pembelian yang kompulsif. Fenomena
30
tersebut mulai berkembang saat ini dengan meningkatnya gaya hidup dan semakin
canggihnya pengaruh informasi dan komunikasi masa di lingkungan sekitar
sehingga sulit mengendalikan keinginan untuk membeli untuk menghilangkan
perasaan negatif, meningkatkan status sosial ataupun untuk menujukkan identitas
diri.
Faktor kontrol diri mempengaruhi perilaku pembelian kompulsif yang berasal
dari dalam diri seseorang. Pada dasarnya manusia memiliki kontrol diri dalam
berperilaku juga dalam membeli. Kontrol diri berfungsi untuk mengendalikan
seseorang dalam berperilaku, mengarahkan dan memilih mana yang baik dan
yang buruk dalam dirinya. Jika seseorang memiliki kontrol diri yang baik maka ia
akan terhindar dari perilaku pembelian kompulsif namun, jika ia memiliki kontrol
diri yang rendah maka ia akan mudah mengalami perilaku pembelian kompulsif.
Jika seseorang memiliki kontrol prilaku (behavioral control) yang baik, maka
kecenderungan menjadi pembeli yang kompulsif sangat rendah karena mampu
mengendalikan prilakunya dan menahan diri dari berbagai godaan untuk
berbelanja.
Individu yang sudah mampu mengontrol perilakunya ini biasanya mampu
mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi
stimulus (stimulus modifability). Kemampuan seseorang dalam mengatur
pelaksanaan memungkinkan ia menentukan keadaan dan situasi baik stimulus
yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar sehingga mampu terhindar dari
stimulus yang mengundang seseorang untuk memiliki perilaku kompulsif. Jika ia
tidak sanggup mengendalikan diri dari faktor internal maka ia bisa menggunakan
31
faktor eksternal untuk membantunya mengendalikan diri. Jika ia bisa mengatur
perilaku ini maka ia bisa terhindar dari perilaku pembelian kompulsif sebaliknya,
jika ia tidak sanggup maka besar potensi individu tersebut memiliki perilaku
pembelian yang kompulsif.
Kemampuan mengotrol kognisi (cognitive control) adalah kemampuan
individu untuk menyaring informasi yang didapatnya ditambah dengan
pengalaman yang pernah dialaminya. Perkembangan Teknologi informasi yang
semakin maju mengakibatkan penyebaran informasi semakin cepat dan maju.
Sejalan dengan hal tersebut semakin tinggi pula tuntutan dan gaya hidup
seseorang. jika seseorang mampu mengontrol dan mengelola informasi yang
didapatnya maka kecil kemungkinan seseorang yang mengarah kepada perilaku
pembelian yang kompulsif sebaliknya jika ia menyerap semua informasi yang ada
maka besar kemungkinan seseorang memiliki perilaku pembelian yang kompulsif
karena tuntutan jaman dan gaya hidup yang semakin hedonis. kemudian
mengontrol keputusan (decisional control) merupakan kemampuan seseorang
untuk mengendalikan hasil dari pemikirannya.
Memutuskan sesuatu dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti faktor internal
maupun faktor eksternal seperti keluarga dan teman sebaya. Kontrol diri memiliki
peran yang cukup besar dalam menentukan seseorang apakah ia memiliki perilaku
pembelian yang kompulsif atau tidak karena segala perilakunya pada dasarnya
berasal dari dalam dirinya tinggal bagaimana orang tersebut mampu
mengontrolnya. Jika seseorang memiliki kontrol diri yang baik maka ia tidak akan
mudah terpengaruh baik dari dalam dirinya maupun dari luar seperti sosiologikal.
32
Memiliki kontrol diri yang baik memungkinkannya untuk bebas menentukan
pilihan, kesempatan, kebebasan yang ada pada individu tersebut dan memutuskan
yang terbaik untuk dirinya.
Pengaruh celebrity worship merupakan hal yang baru yang berkembang akhir-
akhir ini. Mereka rela mengumpulkan uang demi membeli tiket konser idola
mereka walaupun dengan harga yang tidak murah. Tidak hanya tiket konser, tiket
teater, acara jabat tangan ataupun untuk membeli CD album dan pernak-pernik
Official rela mereka beli untuk mendukung idola favoritnya.
J Maltby (2004), celebrity worship merupakan suatu fenomena dimana orang-
orang dengan identitas yang dianggap utuh menjadi terobsesi dengan satu atau
lebih selebriti dan untuk mengarah ke perilaku pembelian kompulsif menjadi lebih
besar. Jika seseorang mengagumi selebriti atau idola sebatas untuk hiburan maka
ia tidak akan mengarah ke perilaku pembelian kompulsif karena hanya sekedar
hiburan untuk pelarian sesaat dan masih dapat dikendalikan karena memiliki
tujuan hanya untuk menghibur. Kemudian jika seseorang sudah menganggap
bahwa dirinya memiliki hubungan personal dengan idolanya maka besar
kemungkinan kepada perilaku konsumtif akan tinggi dikarenakan obsesi orang
tersebut untuk membahagiakan idolanya.
Berbeda dengan seseorang yang menyukai idolanya hanya untuk hiburan atau
bersenang-senang orang yang mengalami tahap ini akan berusaha untuk
mendukung idolanya dan menganggap dirinya spesial dimata idolanya. Sehingga
ia akan berbuat lebih dari yang lain untuk idolanya dan kecenderungan untuk
memiliki perilaku pembelian kompulsif sangat tinggi. Terakhir, seseorang yang
33
sudah memiliki keyakinan yang aneh terahadap idolanya yaitu ketika seseorang
beranggapan bahwa idolanya itu memiliki banyak kebaikan, akan datang ketika ia
kesusahan dan merasa bahwa idolanya akan senang jika bertemu dengan dirinya.
Ia akan memperlakukan idolanya sebagai pacar atau keluarga dan rela
menghabiskan uang berapapun demi membahagiakan idolanya walaupun harus
melalui jalan kriminal sekalipun.
Jika seseorang yang sudah mengalami tahap ini, maka ia akan kehilangan
kontrol dirinya dan akan berbuat sesukanya sesuai dengan keinginan idolanya atau
apapun yang dianggap baik oleh idolanya. Bahkan rela membeli barang-barang
yang mewah yang mungkin ia sendiri tidak memilikinya atau tidak dimiliki orang
banyak.Kepribadian seseorang sangat berpengaruh kepada bagaimana perilaku
pembelian kompulsif mereka. Kepribadian merupakan salah satu faktor internal
yang mempengaruhi prilaku seseorang khususnya dalam perilaku membeli.
Individu yang memiliki nilai extraversion lebih tinggi punya potensi untuk
berperilaku pembelian kompulsif, hal ini dikarenakan jaringan yang luas dan
lingkup pertemananya yang luas sejalan dengan gaya hidup yang dimilikinya
sehingga individu tersebut terkesan tidak ingin ketinggalan jaman dimana
penelitian Asad dan Saifullah (2012) menemukan bahwa ekstraversion memberi
pengaruh yang sangat besar dalam perilaku pembelian kompulsif. Selain itu,
seseorang yang memiliki nilai ektraversion rendah tidak menutup kemungkinan
untuk memiliki perilaku pembelian kompulsif. Hal ini dikarenakan kurangnya
rasa percaya diri yang dimiliki individu tersebut cenderung terpengaruh oleh iklan
dalam rangka meningkatkan rasa percaya dirinya. Penyebaran informasi yang luas
34
dan komunikasi yang semakin mudah membuat seseorang yang memiliki
ektraversion yang rendah banyak mencari cara untuk meningkatkan rasa percaya
dirinya yang salah satunya adalah berbelanja.
Faktor agreeableaness seseorang berpengaruh terhadap perilaku
pembelian kompulsif seseorang. Agreeableness yang tinggi mengakibatkan
seseorang mudah terpengaruh terhadap iklan-iklan yang menyebar di lingkungan
ataupun lingkungan teman sebaya. Selain itu sulitnya menolak ajakan seseorang
untuk membeli semakin memperbesar seseorang yang memiliki nilai yang tinggi
di faktor agreeableness menjadi seseorang yang memiliki perilaku pembelian
kompulsif.
Kemudian faktor counsciousness yang rendah membuat seseorang menjadi
malas dan lalai dalam pekerjaannya sehingga orang tersebut mudah menyerah dan
melampiaskannya kepada kegiatan berbelanja untuk mencari kesenangan
sementara dan menjadi tidak terkontrol.
Terakhir Openess to experience yang memiliki potensi seseorang memiliki
perilaku pembelian kompulsif. Seseorang dengan faktor Openess to experience
yang tinggi mengakibatkan seseorang menyukai hal-hal yang baru. Dalam hal
berbelanja seseorang yang memiliki nilai tinggi pada faktor ini cenderung akan
mudah terpengaruh oleh sesuatu yang baru dan unik yang belum pernah ia rasakan,
padahal untuk kegunaan barang tersebut belum tentu ia butuhkan dan ia membeli
hanya untuk memuaskan rasa penasaran mereka akan sesuatu yang baru, selain itu
hal yang baru tersebut menjadikannya sebuah tantangan yang menarik dan hal
35
tersebut terus berulang sehingga menjadi suatu perilaku yang tidak bisa
tertahankan.
Berdasarkan landasan teori dan konsep dasar penelitian diatas, maka
disusun sebuah kerangka pemikiran yang merupakan kombinasi dari teori dan
hasil penelitian yang berkaitan dengan perilaku pembelian kompulsif sebagaimana
disajikan pada bagan dibawah ini
2.6 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini
akan diuji menggunakan analisis statistik dengan hipotesis sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Kontrol Diri
Cognitive Control
Decision Control
Celebrity Worship
Entertaiment-Social
Intense-Personal
Borderline-Pathological
Kepribadian Big Five
Agreeableaness
Neurotism
Openess to Experience
Contiousness
PembelianKompulsif
Behavior Control
Extraversion
36
H1:Terdapat pengaruh variabel kontrol diri (behavioral control, cognitive control,
dan decision control), celebrity worship (entertaiment-social celebrity woship,
intense-personal celebrity worship, dan borderline-pathological celebrity
worship) , dan kepribadian big five (openness to experience, contiousness,
extraversion, agreeableaness, dan neurotism) terhadap perilaku pembelian
kompulsif penggemar JKT48 di Jabodetabek.
H2:Terdapat pengaruh yang signifikan behavioral control pada variabel kontrol
diri terhadap perilaku pembelian kompulsif.
H3:Terdapat pengaruh yang signifikan cognitive control pada variabel kontrol diri
terhadap perilaku pembelian kompulsif penggemar JKT48 di Jabodetabek.
H4:Terdapat pengaruh yang signifikan decision control pada variabel kontrol diri
terhadap perilaku pembelian kompulsif penggemar JKT48 di Jabodetabek.
H5:Terdapat pengaruh yang signifikan entertaiment-social celebrity worship pada
variabel celebrity worship terhadap perilaku pembelian kompulsif penggemar
JKT48 di Jabodetabek.
H6:Terdapat pengaruh yang signifikan intense-personal celebrity worship pada
variabel celebrity worship terhadap perilaku pembelian kompulsif penggemar
JKT48 di Jabodetabek.
H7:Terdapat pengaruh yang signifikan borderline-pathological celebrity worship
pada variabel celebrity worship terhadap perilaku pembelian kompulsif
penggemar JKT48 di Jabodetabek.
37
H8:Terdapat pengaruh yang signifikan agreeableaness pada variabel kepribadian
big five terhadap perilaku pembelian kumpulsif penggemar JKT48 di
Jabodetabek.
H9: Terdapat pengaruh yang signifikan contiousness pada variabel kepribadian big
five terhadap perilaku pembelian kumpulsif penggemar JKT48 di Jabodetabek.
H10: Terdapat pengaruh yang signifikan openness to experience pada variabel
kepribadian big five terhadap perilaku pembelian kumpulsif penggemar
JKT48 di Jabodetabek.
H11: Terdapat pengaruh yang signifikan contiousness pada variabel kepribadian
big five terhadap perilaku pembelian kumpulsif penggemar JKT48 di
Jabodetabek.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah fans JKT48 yang
berdomisili di Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi).Alasannya karena banyaknya remaja yang menggemari JKT48 diwilayah
ini dan kemampuan peneliti untuk menjangkau responden.Namun tidak seluruh
populasi dijadikan sampel penelitian.subjek penelitian pada penelitian ini
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Responden berusia 15-30 tahun
2. Responden merupakan penggemar JKT48
3. Responden tinggal di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
4. Sering membeli pernak-penik atau mendatangi acara JKT48
5. Responden bersedia menjadi subjek penelitian.
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobality
sampling.Artinya pengambilan sampel dimana responden tersebut memiliki
kriteria diatas untuk dijadikan sampel penelitian.Waktu yang digunakan hingga
sampel terkumpul kurang lebih dua (2) bulan. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini sebanyak 211 orang. Data sampel yang diambil secara online dan
offline. Untuk penelitian offline penulis mendatangi acara-acara JKT48 dan
menyebarkan kuisioner kepada penggemar JKT48 yang hadir di acara tersebut
dan bersedia mengisi kuisioner sebanyak 181 responden. Untuk penyebaran
39
secara online penulis membuat googledoc dan menyebarkannya lewat jejaring
sosial forum komunitas penggemar JKT48 sebanyak 30 responden.
3.2 Variabel penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel terikat dan 3 variabel bebas. Berikut
akan diuraikan variabel terikat dan variabel bebas dalam penelitian ini: Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah suatu kondisi kronis, dimana seorang individu
melakukan aktivitas pembelian berulang akibat dari adanya peristiwa yang tidak
menyenangkan ataupun perasaan yang negatif (Ronald J, O'Guinn, dan Krych,
1987). Valence, d'Astous, dan Fortier, (1988) mengembangkan konsep dari
Ronald J, O'Guinn, dan Krych, (1987) kemudian mengidentifikasi tiga dimensi
konseptual mengenai pembelian kompulsif yaitu
1.Kecenderungan untuk membeli (tendency to spend). Ketika pembeli kompulsif
harus menunjukan kecenderungan yang lebih tinggi untuk membeli, berbeda
dengan pembeli yang non-kompulsive.
1. Aspek reaktif (reactive aspect). Aspek ini ditangani dengan respon individu
untuk keinginan kuat dengan membeli.Dengan demikian, seorang individu
dapat menungukkan perilaku pembelian kompulsif.Individu mungkin merasa
termotivasi atau dorongan tersebut tak dapat tertahankan untuk membeli,
namun pembelian tersebut diluar kendali mereka.
2. Perasaan bersalah setelah membeli (post-purchase guilt). Hal ini terkait dengan
pembelian kompulsif yaitu post-purchase guilt.Para peneliti telah melaporkan
bukti bahwa orang yang terlibat dalam prilaku pembelian kompulsif sering
merasa menyesal atas prilaku mereka setelah berbelanja.
40
Disini penulis tidak memasukan aspek family (keluarga) dikarenakan penulis
hanya ingin melihat aspek kecenderungan untuk membeli, reaktif dan perasaan
menyesal. Selain itu ada beberapa item pada aspek family yang dianggap penulis
kurang cocok untuk responden penulis. Salah satu contohnya adalah ada beberapa
item dari aspek family yang seharusnya dtujukkan kepada responden usia dewasa
awal, sedangkan responden ada yang masih berusia remaja.
Variabel bebas yang pertama dalam penelitian ini adalah kontrol diri yang
mengacu pada aspek psikologis dan kemampuan untuk mengontrol diri yang
diperoleh melalui behavioral control (kontrol perilaku), cognitive control (kontrol
pemikiraan) dan decision control (kontrol keputusan); tiga dimensi yang akan
mengukur kemampuan kontrol diri menurut Averill (1973) yaitu
1. Behavioral control (kontrol perilaku) adalah kesiapan suatu respon yang dapat
langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak
menyenangkan.
2. Kontrol kognisi (kognitive control) adalah Kemampuan individu dalam
mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara interpretasi, manilai,
atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai
adaptasi psikologis untuk mengurangi tekanan.
3. Kontrol keputusan (decision control) Kemampuan seseorang untuk memilih
hasil atau tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini.
Variabel bebas yang kedua dalam penelitian ini adalah celebrity worship suatu
kondisi dimana individu menjadi terobsesi kepada seseorang atau beberapa
selebriti serta menjadi tertarik dengan kehidupan pribadi selebriti (J Maltby.,
41
2004). Celebrity worship diukur dengan menggunakan Celebrity Attitude Scale
oleh McCutcheon, Lange dan Houran (2002). Terdapat tiga dimensi celebrity
worship yaitu :
1. Entertainment-social celebrity worship mengacu pada suatu kondisi dimana
individu tertarik pada kehidupan selebriti.
2. Intense-personal celebrity worship mengacu pada suatu kondisi dimana
individu merasa bahwa dirinya memiliki suatu hubungan personal yang kuat
dengan selebriti.
3. Borderline-pathological celebrity worship mengacu pada suatu kondisi dimana
individu memiliki berbagai keyakinan aneh terhadap selebriti.
Variabel bebas yang ketiga dalam penelitian ini adalah kepribadia big five yaitu
pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia
melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah
terbentuk dengan menggunakan analisis faktor. Costa dan McCrae (1987, dalam
Jess F. dan Jess., 2009) kepribadian big-five dikelompokkan dalam lima dimensi.
Dimensi tersebut adalah:
1. Ekstraversion (penuh dengan kasih sayang, periang, banyak bicara,
bersosialisasi tinggi dan menyukai kesenangan)
2. Agreeableness (memiliki kepercayaan penuh, dermawan, suka mengalah dan
baik hati)
3. Counsciousness (pekerja keras, bertanggung jawab, dapat diandalkan,
gigih,tepat waktu, dan tekun)
4. Neurotism (mudah cemas, temperamental, rentan terhadap stress)
42
5. Openness to Experience ( bersedia untuk melakukan penyesuaian terhadap
suatu situasi dan ide yang baru
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga bagian. Bagian
pertama terdiri dari biodata demografis responden. Bagian kedua berisi tentang
skala mengenai pembelian kompulsif. Bagian ketiga instrument merupakan alat
ukur dari kontrol diri, celebrity worship dan kepribadian big five.
Item-item pada skala Likert disusun berdasarkan keharusan bahwa semua
item di dalamnya mengukur aspek yang sama. Dalam skala ini subyek diharuskan
memilih jawaban yang paling menggambarkan dirinya sendiri.Skala ini mengukur
derajat kesesuaian dan ketidaksesuaian yang menggambarkan kadar persepsi
positif dan negatif subyek terhadap obyek. Dalam skala model Likert ini, skor
akhir subyek merupakan skor total dari jawaban pada setiap pernyataan.
Ada 4 alternatif jawaban pilihan untuk subyek, yaitu Sangat Sesuai (SS),
Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya pemusatan atau menghindari jumlah respon yang
bersifat netral.Model instrumen terdiri dari pernyataan positif (favourable) dan
pernyataan negatif (unfavourable). Penskoran tertinggi diberikan pada pilihan
Sangat Sesuai (SS) atau Selalu (S) dan terendah pada pernyataan Tidak Sesuai
(TS) atau TidakPernah (TP) dalam pernyataan favourable. Sedangkan dalam
pernyataan unfavourable penskoran dibalik seperti pada tabel 3.1
43
Tabel 3.1Penilaian Skala Likert
Skala PernyataanFavorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1Sesuai (S) 3 2TIdak Sesuai (TS) 2 3Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat alat ukur,
yaitu: VDF untuk variabel perilaku pembelian kompulsif, skala Averill, untuk
variabel kontrol diri, CAS untuk variabel celebrity worship dan MINI-IPIP untuk
variabel kepribadian big five,
1. Instrumen Pembelian Kompulsif.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan mengadaptasi skalan VDF
(Valence, d’astous dan Frontier). Alat ukur ini dikembangkan olehValence,
d’Astous dan Frontier (1988) yang diadaptasi oleh peneliti yang berjumlah 12
item.. Untuk menyesuaikan dengan budaya orang Indonesia maka peneliti
mengadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia, menyesuaikan dengan subyek
penelitian
Tabel 3.2Blue Print Pembelian Kompulsif
No. Aspek Indikator No. Item Jumlah
1 Tendency to Spend Menunjukkan kecenderungan yang lebihtinggi untuk membeli
1, 2,3,6,10
5
2. Reactive Aspect Motivasi dan dorongan yang tak terkontrol 11, 7,8,4, 9
5
3. Post-purchaseGuilt
Perasaan menyesal setelah membeli 12, 5 2
Jumlah 12
44
2. Kontrol Diri
Instrumen untuk mengukur skala kontrol diri berdasarkan tiga dimensi yang
dikemukakan oleh Averill (1973) yaitu kontrol prilaku (behavioral Control),
kontrol kognitif (Cognitive Control) dan kontrol keputusan (decision Control)
dengan jumlah 23 item.
Tabel 3.3Blue Print Skala Kontrol Diri
No Dimensi Indikator No. Item Jumlah1 Behavior
ControlMampu mengatur Pelaksanaan 1,2,3,4 4
Mampu memodifikasi stimulus 5,6,7 32 Cognitive
ControlMampu memperoleh Informasi 8,9,10 3
Mampu melakukan penilaian 11,12,13,14 43 Desicion
controlMampu mengantisipasi Peristiwa 15,16,17,18
,195
Mampu menafsirkan peristiwa 20,21,22,23 4Jumlah 23
3. Celebrity Worship
Untuk mengukur celebrity worship, peneliti menggunakan skala yang diadaptasi
dari Celebrity Attitude Scale (atau CAS; McCutcheon, Lange, dan Houran, 2002).
Alat ukur celebrity worship dalam penelitian ini terdiri dari 34 item pernyataan
45
Tabel 3.4Blue Print skala Celebrity Worship
Dimensi IndikatorJumlah
Itemjumlah
Entertainment-socialcelebrity worship
Merasa senang saat membahas berita tentangidola bersama teman
13
11Tertarik mempelajari kisah hidup idola 5, 14, 17,
34Menikmati saat menonton sesuatu tentang idola 2, 16, 28Merasa senang berbicara dengan orang lainyang juga mengagumi idola yang sama
19,15
Ikut merasakan saat idola mengalami kejadianyang buruk
32
Intense-personalcelebrity worship
Merasa memiliki hubungan spesial denganidola
4, 25
9
Terobsesi dengan segala sesuatu yang berkaitandengan idola
9, 11
Merasakan hal yang sama saat idola mengalamisesuatu
6,10,33
Menganggap idola merupakan manusiasempurna
3, 26
Borderline-pathological celebrityworship
Melakukan sesuatu yang tidak masuk akal demiidola
20, 23
14
Membayangkan sesuatu yang intim bersamaidola
7, 8, 22,29, 30
Melakukan sesuatu yang diminta atau didukungoleh idola walaupun bersifat ilegal atau tidakaman
27
Hanya berfokus pada idola 12, 18Memiliki keyakinan bahwa idola akan merasasenang atau memberikan perhatian setiapbertemu
1, 21, 24,31
Jumlah 34
4.Kepribadian Big-Five
Instrumen untuk mengukur kepribadian Big-five peneliti menggunakan MINI-
IPIP (MINI International Personality Item Pool) adaptasi dari alat ukur IPIP-
NEO (International Personality Item Pool – Neurotism Extraversion Openness)
yang dibuat oleh Lewis Goldberg (1999) dengn jumlah 20 item dengan masing-
masing dimensi berjumlah empat item.
46
Tabel 3.5Blue Print Skala Kepribadian Big-Five
No Dimensi indikator Item(Fav)
Item(unfav)
Jumlah
1 Extraversion Cheerfulness 1 1Friendlines 6 1Excimentseeking 11 1Activity Level 16 1
2 Agreeableness Sympathy 2, 12 7 3Alturism 12 17 2
3 Conscientiousness Orderliness 3, 13 2Cautiousness 18 1Self Diciplin 8 1
4 Neurotism Immoderation 4 1Anxiety 9 1Anger 19 1Depression 14 1
5. Openness toExperience
Imagination5 10 2
Intellect 15 1Jumlah 20
3.4 Pengujian Validitas Instrumen Penelitian
Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan pengujian terhadap validitas
konstruk ketiga instrumen yang dipakai, yaitu pembelian kompulsif, kontrol diri ,
celebrity worship, dan kepribadian big five. Untuk menguji validitas konstruk alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan Confirmatory
Factor Analysis (CFA). Adapun logika dari CFA adalah :
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
47
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks
dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ -
matriks S atau dapat juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
chisquare. Jika hasil chisquare tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-value. Jika
hasil t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian dikeluarkan
dan sebaliknya.
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif, maka item tersebut harus dikeluarkan. Sebab hal ini tidak sesuai
dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan
software LISREL 8.70 (Linear Structural Relationship).
48
3.4.1 Uji Validitas Alat Ukur Pembelian Kompulsif
Penulis menguji apakah ke-dua belas item bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur pembellian komupuulsif. Dari hasil CFA yang dilakkan dengan
model satu faktor diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square = 331.86, df = 54,
P-Value = 0.00, RMSEA = 0.157. Agar alat ukur pembelian kompulsif menjadi fit,
penulis melakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukura pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya engan membebaskan
THETA DELTA sebanyak empat belas kali. Setelah itu diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 40.77, df = 30, P-value = 0.09077 dan nilai RMSEA =
0.041. P-Value telah menghasilkan nilai >0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa
model dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item mengukur dimensi
pembelian kompulsif.
Kemudian penulis juga ingin melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.6
49
Tabel 3. 6Muatan Faktor Item Pembelian Kompulsif
No.Item Koefisien StandardError
Nilai T Signifikan
1 0.81 0.06 13.61 V2 0.55 0.07 8.22 V3 0.67 0.06 10.49 V4 0.45 0.07 6.60 V5 0.44 0.07 6.41 V6 0.69 0.06 10.97 V7 0.77 0.06 12.80 V8 0.21 0.07 2.95 V9 0.77 0.06 12.74 V10 0.64 0.06 9.94 V11 0.23 0.07 3.16 V12 -0.07 0.07 -0.90 X
Keterangan:tanda V = Signifikan (t>1.96)
Berdasarkan tabel diatas nilai t bagi koefisien muatan faktor item
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dan 11 adalah signifikan karena t > 1.96. dengan demikian
secara keseluruhan item nomor 12 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun
bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis
dalam perhitungan factor score.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kontrol Diri
3.4.1. Behavior Control
Penulis menguji apakah empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya megukur Behavioral Control. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan nilai Chi-Square =69.26, df =
14, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.137. Setelah dilakukan modifikasi
terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square =
2.66, df =7, P-Value = 0.914444, RMSEA = 0.000. artinya model dengan satu
50
faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu Behavior Control.
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai T di
setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.7
Tabel 3. 7Muatan Faktor Behavior Control
No item Koefisien Standard error Nilai t Signifikan1 0.94 0.10 9.81 V2 0.66 0.09 7.70 V3 0.17 0.08 2.11 V4 0.44 0.08 5.47 V5 -0.13 0.08 -1.65 X6 -0.02 0.08 -0.21 X7 0.24 0.08 3.05 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas nilai t bagi koefisien muatan faktor item 1,2,3,4, dan 7
adalah signifikan karena t > 1.96. dengan demikian secara keseluruhan item
nomor 5 dan 7 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif.
Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam
perhitungan factor score.
3.4.2.2. Cognitive Control
Penulis menguji apakah empat item yang bersifat unidimensional, artinya
benar hanya megukur Cogitif Control. Dari hasil analisis awal CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan nilai Chi-Square =
13.93, df = 12, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.261. Setelah dilakukan
modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
51
berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-
Square = 72.73, df = 0, P-Value = 1.00000, RMSEA = 0.000. artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item hanya
mengukur satu faktor saja yaitu Cognitif Control.
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai t di setiap
koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3. 8
Tabel 3. 8Muatan Faktor Item Cognitive Control
No item koefisienStandard
errorNilai t Signifikan
1 0.48 0.07 6.90 V2 -0.04 0.07 -0.58 X3 0.68 0.07 10.36 V4 0.90 0.06 13.03 V5 0.74 0.06 11.58 V6 0.25 0.07 3.50 V7 0.41 0.06 5.78 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas nilai t bagi koefisien muatan faktor item 1,3,4,5,6 dan 7
adalah signifikan karena t > 1.96. dengan demikian secara keseluruhan item
nomor 2 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif. Artinya
bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor
score.
3.4.2.3. Decision Control
Penulis menguji apakah empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya megukur Decisional Control. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan
52
dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan nilai Chi-Square = 359.30, df =
54, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.164. Setelah dilakukan modifikasi
terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square =
40.77, df = 30, P-Value = 0.09077, RMSEA = 0.041. artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu Decisional Control.
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai t di
setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.9
Tabel 3.9Uji validitas Decisional Control
No. item KoefisienStandard
Error Nilai t Sigfikan
1 0.83 0.06 14.35 V2 0.64 0.06 10.03 V3 0.62 0.06 9.64 V4 0.53 0.07 7.93 V5 0.31 0.07 4.43 V6 0.65 0.06 10.10 V7 0.80 0.06 13.41 V8 0.27 0.07 3.75 V9 0.78 0.06 12.97 V10 0.65 0.06 10.23 V11 0.24 0.07 3.39 V12 -0.04 0.07 -0.50 X
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas nilai t bagi koefisien muatan faktor item
1,3,4,5,6,7,8,9,10, dan 11 adalah signifikan karena t > 1.96. dengan demikian
secara keseluruhan item nomor 12 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun
53
bernilai negatif. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis
dalam perhitungan factor score.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Celebrity Worship
3.4.3.1. Entertainment-social Celebrity Worship
Penulis menguji apakah empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya megukur Entertainment-social celebrity worship. Dari hasil analisis awal
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan nilai Chi-
Square = 232.68, df = 44, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.143. Setelah
dilakukan modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit
dengan nilai Chi-Square = 32.66, df = 22, P-Value = 0.06688, RMSEA = 0.048.
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Entertainment-social celebrity
worship.
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai T di
setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.10
54
Tabel 3.10Muatan Faktor Item Entertainment-social Celebrity Worship
No. item KoefisienStandard
Erorr Nilai t Signifikan
1 0.75 0.06 12.29 V2 0.69 0.06 10.82 V3 0.60 0.07 9.14 V4 0.60 0.07 9.07 V5 -0.11 0.07 -1.55 X6 0.53 0.07 7.78 V7 0.79 0.06 13.20 V8 0.53 0.07 7.75 V9 0.73 0.06 11.79 V10 0.59 0.07 9.00 V11 0.40 0.07 5.64 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas nilai t bagi koefisien muatan faktor item 1,3,4,6,7,8,9,10,
dan 11 adalah signifikan karena t > 1.96. dengan demikian secara keseluruhan
item nomor 5 di drop karena memiliki nilai t < 1.96 ataupun bernilai negatif.
Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam
perhitungan factor score.
3.4.3.2. Intense-personal Celebrity Worship
Penulis menguji apakah empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya megukur Intense-personal Celebrity Worship. Dari hasil analisis awal CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan nilai Chi-
Square = 169.77, df = 27, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.159. Setelah
dilakukan modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit
dengan nilai Chi-Square = 21.65, df = 16, P-Value = 0.15485, RMSEA = 0.041.
artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh
item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Intense-personal Celebrity Worship.
55
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai T di
setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.11
Tabel 3.11Muatan Faktor Item Intense-personal Celebrity Worship
No. item KoefisienStandard
Error Nilai t Signifikan
1 0.62 0.07 9.42 V2 0.37 0.07 5.23 V3 0.57 0.07 8.35 V4 0.60 0.07 8.96 V5 0.75 0.06 12.11 V6 0.69 0.06 10.74 V7 0.74 0.06 11.83 V8 0.66 0.07 10.21 V9 0.41 0.07 5.74 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t = >1.96)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kesembilan item memiliki nilai t > 1.96
sehingga untuk konstruk Intense-personal Celebrity Worship tidak ada item yang
didrop
3.4.3.3 Borderline-pathological Celebrity Worship
Penulis menguji apakah empat belas item yang bersifat unidimensional, artinya
benar hanya megukur Borderline-pathological Celebrity Worship. Dari hasil
analisis awal CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit
dengan nilai Chi-Square = 483.85, df = 77, P-Value = 0.00000, dan RMSEA =
0.159. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh
model fit dengan nilai Chi-Square = 21.65, df = 16, P-Value = 0.15485, RMSEA
= 0.041. artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa
56
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Borderline-pathological
Celebrity Worship.
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai T di
setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12.
Tabel 3.12Muatan Faktor Item Borderline-pathological Celebrity Worship
No item KoefisienStandard
Error Nilai t Signifikan
1 0.82 0.06 14.04 V2 0.74 0.06 12.03 V3 0.59 0.07 8.94 V4 0.71 0.06 11.50 V5 0.66 0.06 10.28 V6 0.41 0.07 5.92 V7 0.20 0.07 2.74 V8 0.59 0.07 8.92 V9 0.60 0.07 9.15 V10 0.37 0.07 5.24 V11 0.49 0.07 7.16 V12 0.73 0.06 11.79 V13 0.64 0.06 9.96 V14 0.36 0.07 5.15 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t = >1.96)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kesembilan item memiliki nilai t > 1.96
sehingga untuk konstruk Borderline-pathological Celebrity Worship tidak ada
item yang didrop
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Kepribadian Big Five
3.4.4.1 Ekstraversion
Penulis menguji apakah empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya megukur extraversion. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan dengan
57
model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 11.93, df = 2, P-Value =
0.00256, dan RMSEA = 0.154. setelah dilakukan modifikasi terhadap model
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan
yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square 1.41, df = 1, P-
Value = 0.23492, RMSEA = 0.044. artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
saja yaitu ekstraversion.
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai T di
setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.13
Tabel 3.13Muatan Faktor Item Ekstraversion
No. Item KoefisienStandard
Error Nilai T Signifikan
1 0.85 0.13 6.71 V2 0.43 0.09 4.74 V3 0.42 0.09 4.70 V4 0.44 0.09 4.99 V
Pada tabel 3.13 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t>1.96) dan semua
koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien bermuatan faktor dari item
sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item ekstraversion tidak akan
didrop.
3.4.4.2. Neurotism
Penulis menguji apakah empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya megukur neurotism. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor ternyata fit dengan Chi-Square = 5.00, df = 2, P-Value =
58
0.08220, dan RMSEA = 0.084.artinya peneliti tidak perlu memodifikasi model
yang ada dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu neurotism.
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai T di
setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.14
Tabel 3. 14Muatan Faktor item Neurotism
No. item Koefisien Standard error Nilai T Signifikan1 0.30 0.08 3.63 V2 0.42 0.10 4.36 V3 1.30 0.23 5.77 V4 0.19 0.07 2.88 V
Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keempat item memiliki nilai t > 1.96
sehingga untuk konstruk neurotism tidak ada item yang didrop
3.4.4.3. Opennes to Experience
Penulis menguji apakah empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya megukur openness to experience. Dari hasil analisis awal CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 29.89,
df = 2, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.258. Setelah dilakukan modifikasi
terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square 3.62,
df = 1, P-Value = 0.05712, RMSEA = 0.122, artinya model dengan satu faktor
59
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
saja yaitu openness to experience.
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai T di
setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.15
Tabel 3. 15Muatan Faktor item Openness to Experience
No. Item Koefisien Standarderror
Nilai t Signifikan
1 0.43 0.09 4.96 V2 0.42 0.08 4.91 V3 1.04 0.14 7.25 V4 0.43 0.09 5.02 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t = >1.96)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keempat item memiliki nilai t > 1.96
sehingga untuk konstruk openness to experience tidak ada item yang didrop
3.4.4.4. Contiousness
Penulis menguji apakah empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya megukur contiousness. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan nilai Chi-Square = 29.48, df =
2, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 0.256. Setelah dilakukan modifikasi
terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square =
1.51, df = 1, P-Value = 0.21880, RMSEA = 0.049. artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu Contiousness.
60
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai t di
setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.16
Tabel 3.16Muatan Faktor Item Contiousness
No. Item Koefisien Standarderror
Nilai t Signifikan
1 0.19 0.09 2.06 V2 0.28 0.09 2.99 V3 0.53 0.14 3.89 V4 0.73 0.18 4.15 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t = >1.96)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keempat item memiliki nilai t > 1.96
sehingga untuk konstruk Contiousness tidak ada item yang didrop
3.4.4.5. Agreeableaness
Penulis menguji apakah empat item yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya megukur Agreeableaness. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan nilai Chi-Square = 4698.94, df
= 2, P-Value = 0.00000, dan RMSEA = 3.344. Setelah dilakukan modifikasi
terhadap model kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square =
797.98, df = 0, P-Value = 1.00000, RMSEA = 0.000. artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu Agreeableaness.
Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
61
perlu dikeluarkan atau tidak, pengujiannya diakukan dengan melihat nilai t di
setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.17
Tabel 3. 17Muatan Faktor item Agreeableaness
No. Item Koefisien Standarderror
Nilai t signifikan
1 0.90 0.10 8.98 V2 0.96 0.29 3.36 V3 0.32 0.07 4.33 V4 0.79 0.09 8.41 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t = >1.96)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keempat item memiliki nilai t > 1.96
sehingga untuk konstruk Agreeablense tidak ada item yang didrop
3.5 Teknik Analisa Data
Untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode analisis regresi
berganda (multiple reggression analysis) yaitu suatu metode untuk menguji
signifikan tidaknya pengaruh dari sekumpulan variabel bebas (IV) yaitu
kepribadian big five, self control dan celebrity worship terhadap variabel terikat
(DV) yaitu pembelian kompulsif.
Analisis regresi berganda digunakan agar dapat menjawab hipotesis nihil
yang ada pada bab II. Dalam penelitian ini dependent variable sebanyak satu
variabel dan independent variable sebanyak 11 variabel dan variabel demografik
sebanyak satu variabel. Sehingga susunan persamaan garis regresi penelitian ini
adalah:
Y1 : a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10
+ b11X11 + e
62
Keterangan :
Y1 : Dependent Variabel (DV) Pembelian Kompulsif
a : Intercept/konstan
b : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
X1 : Aspek kontrol diri behavioral control
X2 : Aspek kontrol diri cognitive control
X3 : Aspek kontrol diri decision control
X4 : Aspek celebrity worship entertaiment- social
X5 : Aspek celebrity worship borderline pathological
X6 : Aspek celebrity worship intense personal
X7 : Aspek kepribadian big five agreeableaness
X8 : Aspek kepribadian big five neurotism
X9 : Aspek kepribadian big five extraversion
X10 : Aspek kepribadian big five openess to experience
X11 : Aspek kepribadian big fivecontiousness
E : Residu
Untuk dapat melihat apakah model regresi yang dihasilakn merupakan model
yang paling sesuai dengan memiliki error terkecil pada penlitian ini, maka
dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis yaitu:
1. Uji R² (koefisien determinasi berganda)
Dari pengujian multiple regression akan diperoleh hasil berupa nilai R, dalam
penelitian ini adalah pengujian multiple regression, kontrol diri, celebrity
worship, dan kepribadian bif Five perilaku pembelian kompulsif. Tingginya
63
perilaku pembelian kompulsif ditunjukan oleh koefisien determinasi berganda
R², nilai ini menunjukan variasi perubahan independent variabel (X) yaitu
kontrol diri, celebrity worship, dan kepribadian big five. Dengan kata lain
dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independent
variabel (X) terhadap dependent variabel (Y) atau merupakan proporsi varian
yang dijelaskan oleh kontrol diri, celebrity worship, dan kepribadian big five .
Untuk mendapatkan nilai R² digunakan rumus berikut:
2. Uji F
Setelah R² diperoleh, maka untuk membuktikan signifikan regresi Y
(dependent variabel) terhadap X (independent variabel) dilakukan uji F
dengan rumus:
Keterangan:
k = Jumlah IV
N = Jumlah sampel
Dari uji F ini akan diperoleh apakah benar independent variabel memiliki
pengaruh terhadap dependent variabel.
3. Uji t
Setelah melakukan Uji F, selanjutnya penelitian ini melakukan Uji t yang
berfungsi untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan independent
variabel (X) signifikan terhadap dependent variabel (Y). oleh karena itu,
sebelum melakukan Uji t, perlu diketahui terlebih dahulu nilai standard error
64
estimate yang diperoleh melalui akan mean square dibagi SS. Setelah
diperoleh nilai Sb itu sendiri.
Keterangan:
b = Koefisien regresi
Sb = Standard Error dari b
Hasil dari Uji t ini diperoleh dari hasil regresi dalam penelitian ini.
3.6 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti kemudian menentukan
variabel yang akan diteliti yaitu pembelian kompulsif, kontrol diri, celebrity
worship dan kepribadian big five. Setelah itu mengadakan studi pustaka untuk
melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis.
2. Mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat
ukur Compulsif Buying Scale untuk pembelian kompulsif, berdasar teori
Valence. D’Astous dan Fortier., (1989) yang dimodifikasi sesuai budaya
masyarakat Indonesia, alat ukur Self Control berdasarkan konsep Averill,
(1973), kepribadian Big Five menggunakan skala MINI IPIP yang dibuat oleh
Lewis (2005), dan Celebrity Worship menggunakan skala Celebrity Attitude
Scale yang dikembangkan oleh Lynn, Lange, dan Houran, (2002) ;Semua skala
yang digunakan pada penelitian ini berbentuk skala Likert.
3. Menentukan sampel penelitian yaitu penggemar JKT48 berusia 15 – 30 tahun
yang berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
65
4. Penulis mendatangi acara-acara yang dihadiri penggemar JKT48 dan
membagikan angket yang dilakukan secara langsung kepada responden yang
bersangkutan yang dilaksanakan pada bulan Juli 2016 – September 2016
5. Untuk responden yang mengisi kuisioner secara online dibagikan ke forum
regional JKT48 di Jabodetabek
(https://www.facebook.com/groups/jkt48nofansu/),
(https://www.facebook.com/groups/JKT48FansDepok/?ref=br_rs),
(https://www.facebook.com/notes/jkt48-no-fansu/regional-fans-dki-
jakarta/194216007383461), (https://www.facebook.com/groups/bks48.bekasi/),
dengan form:
https://docs.google.com/forms/d/1GopjJBvuJFNhotJ43j0db5f0ltj5tPEufIhEiJM
hRmo/viewform pada bulan september 2016.
6. Selanjutnya, setelah mendapatkan data yang diinginkan peneliti kemudian
melakukan pengolahan data dan pengujian terhadap data yang sudah
didapatkan.
7. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah didapatkan.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4. 1. Gambaran Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, melibatkan 211 laki-laki dan perempuan usia remaja dan
dewasa awal sebagai responden. Gambaran subjek penelitian ini akan diuraikan
secara rinci di bawah ini berdasarkan usia, jenis kelamin, dan domisili penggemar
JKT48. Berikut gambarannya:
Tabel 4. 1.Gambaran Subjek Penelitian
Gambaran RespondenN=211n(%)
Usia 15 – 20 tahun 142 (67.30%)21 – 30 tahun 69 (32.70%)
Jenis Kelamin Laki-Laki 158 (75%)Perempuan 53 (25%)
Domisili Jakarta 46 (21.80)Bogor 41 (19.43%)Depok 29 (13.74%)Tangerang 71 (33.66%)Bekasi 24 (11.37%)
Dalam pengelompokkan responden berdasarkan usia, peneliti membagi
menjadi usia remaja dan usia dewasa awal . Adapun tujuan dari pengelompokkan
ini yaitu tingkat perilaku pembelian kompulsif pada usia remaja dan dewasa awal
berbeda dimana remaja lebih sering bertindak secara spontan dibandingkan usia
dewasa awal. Dibawah ini tabel yang menggambarkan responden berdasarkan
usia:
Jika ditinjau berdasarkan usia, dapat diketahui dari 211 responden yang
menjadi subjek penelitian, kelompok usia 15 - 20 tahun memiliki presentase yang
paling tinggi yaitu 67.30%, artinya responden didominasi oleh kelompok usia
67
tersebut. Pada usia dewasa awal yaitu responden yang berusia 21-30 tahun yang
memiliki prosentase 32.70%. Dari 211 responden yang menjadi subjek penelitian
berdasarkan jenis kelamin, dapat diketahui bahwa dari 211 orang responden
(100%), presentase kelompok responden laki-laki (75%) lebih besar dari
kelompok responden perempuan (25%). Artinya, responden laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan responden perempuan.
Dari 211 responden yang menjadi subjek penelitian berdasarkan domisili,
dapat diketahui bahwa dari 211 orang responden (100%), presentase kelompok
responden tinggal di Jakarta (21.80%), kemudian responden yang tiinggal di
Bogor sebanyak 19.43%, responden yang tinggal di Depok 13.74%, responden
yang tinggal di Tangerang sebanyak 33.66% lebih tinggi dari wilayah lainnya,
terakhir responden yang tinggal di Bekasi sebanyak 11.37%.
Dalam menentukan responden, peneliti mencari penggemar JKT48 yang
sering membeli pernak-pernik JKT48 dan datang di acara-acara JKT48 dimana
responden sering menghabiskan uangnya pada acara tersebut.
4. 2. Deskripsi Statistik Hasil Penelitian
Pada tabel 4.2 dijelaskan hasil analisis deskriptif variabel-variabel penelitian yang
terdiri dari nilai mean, standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum, dan
varians.
68
Tabel 4. 2.Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Variabel N Minimum Maximum MeanStd.
DeviationAgreeabeanessContiousnessExtraversionNeurotismOpenness to ExperienceInterpersonalBorderlineEntertaimentCognitive ControlDecision ControlBehavioral ControlPembelianKompulsif
211211211211211211211211211211211211
26.1718.8426.0125.5326.4526.4525.2829.5522.5222.5221.1725.02
66.0763.6868.8972.8967.1273.1372.7777.4571.8671.9164.2277.89
50.0049.9750.0050.0050,0050,0050,0050.0050.0050.0050.0050.00
9.9958.3817.5269.9958.0779.1049.3409.1938.8638.8639.9959.835
Berdasarkan tabel 4. 2. Diketahui deskripsi statistik pada variabel
penelitian, variabel dependen dan variabel independen. Kolom minimum dan
maximum menjelaskan nilai minimum dan maksimum pada setiap variabel
penelitian. Pada dimensi agreeableaness memiliki nilai minimum=26.17 dan nilai
maksimum=66.07. Pada dimensi contiousness memiliki nilai minimum=18.84 dan
nilai maksimum=63.68. Pada dimensi extraversion memiliki nilai
minimum=26.01 dan nilai maksimum=68.89. Pada dimensi neurotism memiliki
nilai minimum=25.53 dan nilai maksimum=72.89. Pada dimensi openess to
experience memiliki nilai minimum 26.45 dan nilai maksimum=67.12. Pada
dimensi interpersonal memiliki nilai minimal=26.45 dan nilai maksimum=73.13.
Pada dimensi borderline memiliki nilai minimum=25.28 dan nilai
maksimum=72.77. Pada dimensi cognitive control memiliki nilai minimum=
22.52 dan nilai maksimum=71.86. Pada dimensi decision control memiliki nilai
22.52 dan nilai maksimum=71.91. Pada dimensi behavior control memiliki nilai
69
minimum=21.17 dan nilai maksimum 64.22. kemudian pada dimensi pembelian
kompulsif memiliki nilai minimum=25.72 dan nilai maksimum=77.89.
4. 2. 1. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Peneliti bermaksud membuat kategorisasi dari kedua IV serta komitmen
organisasi berdasarkan tingkatannya.Untuk itu terlebih dahulu peneliti perlu
mengetahui skor terendah dan skor tertinggi untuk masing-masing variabel.
Dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari skala T, maka ditetapkan
norma sebagai berikut:
Tabel 4.3.Norma Skor Variabel
Norma IntepretasiX < 49 Rendah
X <45<60 SedangX > 60 Tinggi
Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentase
kategori untuk pembelian kompulsif, Agreeableaness, Contiousness, Extraversion,
Neurotism,Openess to Experience, Celebrity Worship Entertaiment, Celebrity
Worship Borderline, Celebrity Worship Interpersonl, Decision Control, Cognitive
Controldan Behavioral Control. Berikut tabel-tabel kategorisasi skor untuk
masing-masing variabel:
70
Tabel 4.4.Kategorisasi Skor
Variabel Rendah Sedang Tinggi Rendah(%)
Sedang(%)
Tinggi(%)
Perilaku PembelianKompulsif
49 141 21 23.22 66.82 9.95
Cognitive Control 54 122 35 25.59 57.81 16.60Decision Control 64 92 55 30.33 43.60 26.07Behavior Control 37 128 46 17.55 60.65 21.80Intense-personalCelebrity Worship
42 122 57 19.90 77.72 27.02
Borderline-pathologicalCelebrity Worship
42 112 57 19.90 53.08 27.02
Entertaiment-sosialCelebwity Worship
41 120 50 19.43 56.87 23.70
Agreeableaness 20 155 36 9.47 73.46 17.07Contiousness 60 95 56 28.44 45.02 26.36Extraversion 32 136 43 15.17 64.45 20.38Neurotism 46 78 87 21.80 36.97 41.23Openess to Experience 28 153 30 13.27 72.51 14.22
1. Berdasarkan data hasil kategorisasi , dapat diketahui bahwa dari 211 orang
responden (100%), presentase kategorisasi skor pembelian kompulsif tinggi
(9.95%) lebih besar daripada kategorisasi skor pembelian kompulsif rendah
(23,22%) sedangkan untuk kategori sedang sebanyak 66.82%. Artinya,
presentase kategorisasi skor pembelian kompulsif sedang memiliki jumlah
yang lebih banyak dibandingkan dengan presentase kategorisasi skor
pembelian kompulsif rendah dan tinggi.
2. Berdasarkan data hasil kategorisasi skor dimensi self control yaitu cognitive
control, decision control, dan behavior control, dapat diketahui bahwa dari 211
orang responden (100%), secara keseluruhan responden memiliki kontrol diri
cenderung sedang seperti cognitive control (57.81%), decision control (43%)
dan behavior control (60.65%)
71
3. Berdasarkan data hasil kategorisasi skor dimensi Celebrity Worship
yaituinterpersonal, borderline, dan entertaiment, dapat diketahui bahwa dari
211 orang responden (100%), presentase kategorisasi skor responden secara
keseluruhan cenderung sedang. Pada dimensi intens-personal (57.82 %),
borderline-pathological (53.08%) dan entertaiment-social (56.87%).
4. Berdasarkan data hasil kategorisasi skor dimensi kepribadian Big Five yaitu
Agreeableaness, Contiousness, Extraversion, Neurotism, dan Openess to
Experience dapat diketahui bahwa dari 211 orang responden (100%),
presentase kategorisasi skor cenderung sedang agreeableaness (73.46%),
contiousness (45.02%), extraversion (64.45%), Openess to experience
(72.51%), namun pada dimensi neurotism dari keseluruhan responden
frekuensi cenderung tinggi dibandingkan dengan dimensi yang lain (41.23%)
4. 3. Uji Hipotesis Penelitian
4. 3. 1. Analisis Regresi Variabel Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing
Independent Variable (IV) terhadap Dependent Variable (DV).Langkah pertama
peneliti menganalisis pengaruh agreeableaness,contiousness,extraversion,
neurotism,openess to experience, celebrity worship interpersonal,celebrity
worship borderline, celebrity worshipentertaiment, cognitive control, decision
controldan behavioral controlterhadap prilaku pembelian kompulsif penggemar
JKT48 di wilayah Jabodetabek.
Peneliti melakukan uji hipotesis dengan teknik analisis regresi linear
dengan menggunakan software SPSS 20.0 Dalam regresi terdapat tiga hal yang
72
perlu diperhatikan, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians dependent variable yaitu perilaku pembelian kompulsif yang
dijelaskan oleh independent variable yatu kontrol diri (behavior control, cognitive
control dan decision control), celebrity worship (entertaiment-social, inetnse-
personal,dan borderline-pathological) dan kepribadian big five (agreebleaness,
extraversion, openess to experience, contiousness, dan neurotism). Kedua apakah
secara keseluruhan indepensent variable berpengaruh secara signifikan terhadap
dependent variable, kemudian yang terakhir adalah melihat signifikansi koefisien
regresi dari masing-masing IV.
Langkah pertama penulis melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent
variable. Selanjutnya untuk tabel R square dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut:
Tabel 4.8.Tabel R Square
Model R R Square Adjusted RSquare
Std. Error of theEstimate
1 .611a. .373 .341 7.54329
a. Predictors: (Constant). Cognitive Control, Behavioral control, Celebrity Worship Interpersinal, Celebrity
Worship Borderline, Celebrity Worship Entertaiment, Agreeableaness,Contiousness, Neurotism,
Extraversion, Openess to Experience
Dari tabel 4.7.dapat diketahui bahwa perolehan R square adalah sebesar
0.373 atau 37.3%. Artinya adalah besarnya proposi varians dari prilaku pembelian
kompulsif yang dijelaskan oleh variabel Cognitive Control,Behavioral control,
Celebrity Worship Interpersinal, Celebrity Worship Borderline, Celebrity
Worship Entertaiment Agreeableaness,Contiousness, Neurotism, Extraversion,
73
Openess to Experience adalah 37.3%, sedangkan sisanya 62.7% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian.
Langkah kedua, peneliti menganalisis pengaruh dari seluruh independent
variable terhadap perilaku pembelian kompulsif.Adapun hasil uji F dapat dilihat
pada tabel 4.9. sebagai berikut:
Tabel 4.9.Tabel Anova
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1Regression 6762.944 10 676.294 11.885 ,000b
Residual 11380.239 200 56.901Total 18143.83 210
a. Dependent Variable: Pembelian Kompulsifb. Predictors: (Constant), Cognitive Control, decision Control, Behavioral control,
Celebrity Worship Interpersinal, Celebrity Worship Borderline, Celebrity WorshipEntertaiment Agreeableaness,Contiousness, Neurotism, Extraversion, Openess toExperience,
Berdasarkan kolom signifikansi (kolom ke enam dari kiri) dapat diketahui
bahwa sig < 0.05, maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan dari variabel Cognitive Control, Behavioral control, Celebrity Worship
Interpersinal, Celebrity Worship Borderline, Celebrity Worship Entertaiment,
Agreeableaness,Contiousness, Neurotism, Extraversion, Openess to Experience
terhadap perilaku pembelian kompulsif penggemar JKT48 ditolak. Artinya, ada
pengaruh yang signifikan dari variabel Agreeableaness,Contiousness, Neurotism,
Extraversion, Openess to Experience, Celebrity Worship Interpersinal, Celebrity
Worship Borderline, Celebrity Worship Entertaiment, Cognitive Control,
Decision Control, Behavioral Control terhadap perilaku pembelian kompulsif
penggemar JKT48 di Jabodetabek
74
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap Independent
Variable (IV). Apabila independet variable memiliki Sig.<0.05 maka independet
variable tersebut secara signifikan mempengaruhi perilaku pembelian kompulsif.
Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.10.berikut:
Tabel 4.10.Tabel Koefisien RegresiCoefficientsa
Model Unstandardized Coefficients StandardizedCoefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 17.096 6.573 2.601 .010
Behavioral control .064 .058 .069 1.102 .272
Cognitive control .087 .064 .083 1.349 .179
Entertaiment social .337 .076 .334 4.444 .000
Borderline pathological .180 .094 .181 1.917 .057
Intense personal .124 .103 .122 1.202 .231
Agreebleaness -.005 .065 -.006 -.080 .936
Contiousness -.162 .110 -.146 -1.473 .142
Extraversion -.031 .088 -.025 -.358 .721
Neurotism .125 .092 .135 1.361 .175
Openess -.061 .068 -.053 -.897 .371
a. Dependent Variable: Pembelian Kompulsif
b. Predictors: (Constant), Cognitive Control,Behavioral control, Celebrity WorshipInterpersinal, Celebrity Worship Borderline, Celebrity Worship EntertaimentAgreeableaness,Contiousness, Neurotism, Extraversion, Openess to Experience,
Berdasarkan koefisien regesi pada tabel 4.9. dapat disampaikan persamaan regresi
sebagai berikut:
Perilaku pembelian kompulsif11 = 17.096 + 0.064 behavioral control + 0.087
cognitive control + 0.337 entertaiment social + 0.180 borderline pathological +
0.124 intense personal – 0.005 agreeableaness – 0.162 contiousness – 0.031
extraversion + 0.125 neurotism – 0.061 openness
75
Dari tabel 4.9, untuk melihat signifikansi koefisien regresi yang dihasilkan,
dilihat melalui nilai pada kolom Sig. (kolom paling kanan). Jika Sig. < 0.05, maka
koefisien regresi yang dihasilkan pengaruhnya terhadap perilaku pembelian
kompulsif dan sebaliknya.Jika dilihat dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa
hanya variabel entertaiment social yang memiliki nilai regresi yang signifikan.
Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing IV adalah
sebagai berikut:
1. Variabel behavioral control : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.064
dengan signifikansi 0.272 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
behavioral control tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
perilaku pembelian kompulsif.
2. Variabel cognitive control: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.087
dengan signifikansi 0.179 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
cognitive control tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
perilaku pembelian kompulsif.
3. Variabel entertaiment social: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.337
dengan signifikansi 0.000 (sig < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
entertaiment social memberikan pengaruh secara signifikan terhadap perilaku
pembelian kompulsif. Arah posotif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
entertaiment social seseorang semakin tinggi tingkat perilaku pembelian
kompulsifnya
4. Variabel borderline pathological: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.180
dengan signifikansi 0.057 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
76
borderline pathological tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
perilaku pembelian kompulsif.
5. Variabel intense personal diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.124
dengan signifikansi 0.231 (sig> 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
intense personal tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
perilaku pembelian kompulsif.
6. Variabel agreeableaness diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.005
dengan signifikansi 0.936 (sig > 0.05).Hal ini menunjukkan bahwa variabel
agreeableaness tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
perilaku pembelian kompulsif.
7. Variabel contiousness diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.162 dengan
signifikansi 0.192 (sig > 0.05).Hal ini menunjukkan bahwa variabel
contiousness tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap perilaku
pembelian kompulsif.
8. Variabel extraversion diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.031 dengan
signifikansi 0.721 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
extraversion tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap perilaku
pembelian kompulsif.
9. Variabel decision control : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.868
dengan signifikansi 0.179 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
extraversion tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap perilaku
pembelian kompulsif.
77
10.Variabel neurotism diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.125 dengan
signifikansi 0.175 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel neurotism
tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap perilaku pembelian
kompulsif.
10.Variabel openness to experience diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0.061 dengan niai signifikansi 0.371 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
variable openness to experiece tidak memberikan pengaruh secara signifikan
terhadap perilaku pembelian kompulsif.
Kemudian langkah selanjutnya penulis menguji penambahan proporsi
varians tiap-tiap independent variable tersebut dimasukkan ke dalam analisis
regresi.Tujuannya adalah untuk melihat penambahan proporsi varians dari tiap
independent variable, juga untuk melihat signifikansi masing-masing independent
variable.
4. 3. 2. Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Independent Variabel
Peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari masing-
masing independent variable terhadap perilaku pembelian kompulsif. Pada tabel
4.10. kolom pertama adalah independent variable yang dianalisis secara satu per-
satu. Kolom kedua merupakan penambahan varians dependent variable dari tiap
independent variable yang dimasukkan secara satu per-satu.Kolom ketiga
merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap independent variable
yang dimasukkan secara satu per-satu.Kolom keempat merupakan nilai F hitung
bagi independent variable yang bersangkutan. Kolom df ialah derajat bebas bagi
independent variable yang bersangkutan yang terdiri dari numerator dan
78
denumerator yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan
dibandingkan dengan nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F
tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi akan dituliskan signifikan,
begitu pula sebaliknya.
Peneliti selanjutnya juga melihat besarnya proporsi varian dependent
variable yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing
independent variable, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi
varians dependent variable yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari
masing-masing independent variable, hal ini dilakukan dengan menghitung
pertambahan proporsi varian setiap kali independent variable dimasukkan dalam
persamaan. Bertambahnya R² (R² change) dapat dilihat pada tabel 4.11. sebagai
berikut:
Tabel 4.11.Proporsi Varians Untuk Masing-masing Independent VariableModel Summary
Model R Square Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .066 .066 14.877 1 209 .000
2 .096 .030 6.865 1 208 .009
3 .318 .222 67.473 1 207 .000
4 .358 .039 12.638 1 206 .000
5 .361 .003 1.054 1 205 .306
6 .362 .001 .346 1 204 .557
7 .364 .002 .534 1 203 .466
8 .364 .001 .196 1 202 .659
9 .370 .006 1.832 1 201 .177
10. .373 .003 .724 1 209 .396
Predictors: (Constant), SCB, SCC, CWE, CWB, CWI, BFA, BFC, BFE, BFN, BFO
79
Dari tabel 4.10. dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel behavioral control memberikan sumbangan sebesar 6.6% dalam
varians perilaku pembelian kompulsif. Sumbangan tersebut signifikan (Sig. >
0.05) dengan F 14.877 df 1 = 1 dan df 2 = 209.
2. Variabel cognitive control memberikan sumbangan sebesar 8.8% dalam
varians perilaku pembelian kompulsif. Sumbangan tersebut signifikan (Sig. >
0.05) dengan F 6.865, df 1 = 1 dan df 2 = 208.
3. Variabel entertaiment social memberikan sumbangan sebesar 22.2% dalam
varians perilaku pebelian kompulsif. Sumbangan tersebut signifikan (Sig. >
0.05) dengan F 67.473 df 1 = 1 dan df 2 = 207.
4. Variabel borderline pathological memberikan sumbangan sebesar 3.9%
dalam varian perilaku pembelian kompulsif. Sumbangan tersebut signifikan
(Sig. < 0.05) dengan F 12.638, df 1 = 1 dan df 2 = 206.
5. Variabel intense personal memberikan sumbangan sebesar 0.3% dalam
varians perilaku pembelian kompulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan
(Sig. > 0.05) dengan F 1.054, df 1 = 1 dan df 2 = 205.
6. Variabel agreeableaness memberikan sumbangan sebesar 0.1% dalam
varians perilaku pembelian kompulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan
(Sig. < 0.05) dengan F 0.346, df 1 = 1 dan df 2 = 204.
7. Variabel contiousness memberikan sumbangan sebesar 0.2% dalam varians
perilaku pmbelian kompulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan (Sig. >
0.05) dengan F 0.534, df 1 = 1 dan df 2 = 203.
80
8. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 0.1% dalam varians
perilaku pmbelian kompulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan (Sig. >
0.05) dengan F 0.196, df 1 = 1 dan df 2 = 202.
9. Variabel neurotism memberikan sumbangan sebesar 0.6% dalam varians
perilaku pmbelian kompulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan (Sig. >
0.05) dengan F 1.832, df 1 = 1 dan df 2 = 201.
10. Variabel openess to experience memberikan sumbangan sebesar 0.3% dalam
varians perilaku pmbelian kompulsif. Sumbangan tersebut tidak signifikan
(Sig. > 0.05) dengan F 0.724, df 1 = 1 dan df 2 = 200.
Pada hasil penelitian penulis terdapat exclude variable yaitu decision control yang
mengakibatkan variabel tersebut tidak dimasukan ke dalam persamaan analisis
regresi.
Tabel 4.12Excluded Variablesa
Model Beta In t Sig. Partial
Correlation
Collinearity
Statistics
Tolerance
1
SCB .093b
1.557 .121 .109 .877
SCC .102b
1.743 .083 .122 .911
SCD .102b
1.743 .083 .122 .911
2SCC .083
c1.349 .179 .095 .834
SCD .083c
1.349 .179 .095 .834
3 SCD .d
. . . .000
a. Dependent Variable: COMBUY
d. Predictors in the Model: (Constant), CWE, BFE, BFC, BFO, CWB, BFA, BFN, CWI, SCB,
SCC
Adanya excluded varible pada decision control menyebabkan variable ini
tidak dimasukan pada analisis persamaan regresi. Sehingga variabel decision
81
control tidak memiliki hubungan dengan prilaku pembelian kompulsif yang
diteliti oleh penulis. Jika dimensi decision control dimasukkan ke dalam
persamaan analisis regrasi, maka akan merusak hasil koefisien IV terhadap DV.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hanya terdapat satu IV, yaitu
entertaiment social celebrity worship yang memiliki sumbangan signifikan (Sig.
<0.05) terhadap perilaku pembelian kompulsif jika dilihat dari kolom sig. yang
terletak pada tabel sebelah kanan. IV entertaiment-social dapat dilihat variabel
yang paling besar memberikan sumbangan terhadap DV, hal tersebut dapat
diketahui dengan melihat R² change semakin besar maka semakin banyak
sumbangan yang diberikan terhadap DV. Selain itu pada penelitian yang
dilakukan penulis dengan adanya excluded variable yaitu decision control
menyebabkan IV peneliti menjadi behavior control, cognitive
control,entertaiment social celebrity worship,intense personal celebrity
worship,borderline pathological celebrity worship, agreeableaness, contiousness,
neurotism,dan openness to experience.
82
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah ada pengaruh signifikan kontrol diri (behavior control,
cognitive control,decision control) celebrity worship (entertaiment-social
celebruty worship, intense-personalcelebrity worship, borderline-pathological
celebrity worship) dan kepribadian big five (Agreeableaness, Contiousness,
Neurotism, Extraversion, Openess to Experience) terhadap perilaku pembelian
kompulsif fans JKT48 di Jabodetabek. Dengan demikian hipotesis H1 diterima.
Kemudian berdasarkan proporsi varians, perilaku pembelian kompulsif
dipengaruhi oleh independent variable sebesar 37% artinya bahwa 63% lainnya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Selanjutnya diperoleh hanya satu koefisien regresi yang signifikan yaitu
entertaiment-social celebrity worship dengan nilai 0.334 yang artinya semakin
tinggi ketertarikan fans JKT48 terhadap kehidupan idolanya semakin tinggi pula
tingkat perilaku entertaiment-social celebrity worship penggemar tersebut.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri, celebrity worship dan
kepribadian big five memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
pembelian kompulsif penggemar JKT48 di Jabodetabek. Namun dengan catatan
melihat dari nilai maksimum pembelian kompulsif, penggemar JKT48 yang hanya
83
77.95 dapat dikatakan pembelian kompulsifnya dianggap rata-rata. Begitupula
dilihat dari frekuensi responden yang memiliki nilai pembelian kompulsif tinggi
hanya 21 dan sisanya memiliki nilai rendah dan sedang.
Hal tersebut dapat dikarenakan jumlah sampel yang kurang representatif
dengan tujuan peneitian penulis. Kemudian penulis ingin melihat kecenderungan
pembelian kompulsif dengan penggemar JKT48 sebagai representatif sebuah
komunitas penggemar idola. Untuk penelitian berikutnya bisa ditambahkan
dengan komunitas penggemar idola lainnya untuk mendapatkan hasil yang lebih
representatif.
Pada variabel celebrity worship dimensi entertaiment-social celebrity
worship memiliki pengaruh yang cukup signifikan dengan sumbangan koefisien
sebesar 0.337 hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reeves
(2012) dimana semakin tinggi tingkat kebutuhan seseorang untuk dihibur oleh
idolanya maka semakin tinggi pula tingkat perilaku pembelian kompulsif fans
JKT48. Hal tersebut dapat disebebkan oleh kondisi responden yang menginginkan
suatu hiburan untuk menghilangkan stress di lingkungannya atau ingin keluar dari
rutinitas sehari-hari yang dianggap membosankan. Kebutuhan akan hiburan
menjadikan seseorang menjadi lebih kompulsif dalam membeli barang sebagai
salah satu pelampiasan stress (O’Guinn, dan Faber 1989).
Tidak hanya faktor stress yang mengakibatkan seseorang yang memiliki
idola mempunyai kecenderungan perilaku pembelian kompulsif, tetapi faktor
pengaruh teman sebaya juga mempengaruhi perilaku pembelian kompulsif. Pada
dimensi entertaiment-social celebrity worship terdapat beberapa item yang
84
menggambarkan situasi dimana responden dengan teman sebaya bercerita tentang
idolanya. Hal tersebut juga bisa digunakan untuk mengukur hubungan sosial
responden dengan teman sebayanya.
Sedangkan pada dimensi intense-personal celebrity worship hanya
memiliki nilai koefisien 0.124 dan tidak memiliki nilai yang signifikan terhadap
perilaku pembelian kompulsif. Peneliti mengasumsikan variabel ini tidak
signifikan karena hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
penelitian ini memiliki hubungan sosial yang cukup baik dengan lingkungannya
sedangkan dalam penelitian Reeves (2012) respondennya mayoritas adalah orang-
orang yang antisosial.
Mereka memiliki pemujaan yang berlebihan terhadap idolanya dan
menganggap idolanya adalah segalanya sehingga semua dimensi celebrity
worship pada penelitian Ravees (2012) memiliki pengaruh yang signifikan. Pada
penelitian penulis respnden kebanyakan tidak memiliki obsesi yang terlalu besar
terhadap idolanya. Masih bisa bersosialisasi dengan baik dengan teman sebayanya,
tidak tertutup dan mudah berbaur dengan sesama penggemar JKT48 yang lainnya
sehingga pada dimensi intense personal dan borderline pathological tidak
memiliki nilai yang signifikan bagi responden penulis.
Kemudian variabel kepribadian Big Five, hasil penelitian berbeda dengan
hasil penelitian di jurnal yang penulis temukan. Peneliti menemukan bahwa tidak
ada pengaruh yang signifikan antara kepribadian Big Five dengan perilaku
pembelian kompulsif. Bahkan pada dimensi extraversion, agreeableaness,
contiousness, dan openess to experience dari kepribadian Big five memiliki
85
koefisien negatif terhadap perilaku pembelian kompulsif. Berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan Delafrooz (2013), O’Guinn (1989) dan Koran (2006)
yang mengatakan bahwa ada pengaruh kepribadian big five dengan perilaku
pembelian kompulsif yang mengatakan bahwa ada pengaruh antara kepribadian
big five dengan perilaku pembelian kompulsif.
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan dengan yang menemukan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara neurotism dan agreeableaness dengan
perilaku pembelian kompulsif. begitu pula penelitian yang dilakukan Mowen
(2000) dimana neurotism dan agreeableaness mempengaruhi perilaku pembelian
kompulsif
Balbanas (2001) yang mengatakan bahwa ada pengaruh antara
agreebleaness dengan perilaku pembelian kompulsif walau Balbanas mengambil
sampel orang-orang yang suka membeli tiket lotre yang sebagian besar adalah
laki-laki namun pada penelitian yang dilakukan penulis tidak ditemukan adanya
pengaruh signifikan antara kepribadian big five dengan perilaku pembelian
kompulsif walaupun sebagian besar sampel penulis juga laki-laki.
Perbedaan hasil penelitian terdahulu dengan hasil penelitiaan penulis bisa
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya sampel yang diambil dimana
kebanyakan penelitian terdahulu sebagian besar sampelnya wanita ataupun
kondisi sosial budaya yang sangat berbeda antara penelitian sebelumnya dengan
sampel yang diambil penulis. Kemudian kondisi responden yang berbaur dengan
penggemar lainnya menunjukkan sangat sedikit penggemar JKT48 yang memiliki
sifat tertutup. Selain itu faktor keluarga dalam dimensi pembelian kompulsif yang
86
tidak dimasukan penulis bisa menjadi bahan pertimbangan penulis selanjutnya
yang akan meneliti prngaruh kepribadian dengan perilaku pembelian kompulsif.
Kemudian hasil penelitian ini tentang pengaruh kontrol diri terhadap
perilaku pembelian kompulsif berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya. Hasil
penelitian Sari (2013) yang mengatakan bahwa ada pengaruh antara kontrol diri
dengan perilaku pembelian kompulsif dan penelitian Hirschman (1992) yang
mengatakan bahwa kontrol diri yang lemah mengakibatkan keinginan keinginan
untuk membeli menjadi kuat. Perbedaan hasil penelitian ini menurut pandangan
penulis karena perbedaan sampel penelitian atau kondisi responden. Responden
yang diambil penulis sebagian besar remaja laki-laki dimana jumlah responden
yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan rendah hampir sama banyak. Namun
untuk dimensi decision control pada hasil penelitian ini tidak memiliki hubungan
dengan perilaku pembelian kompulsif. bisa terlihat dari hasil statistik bahwa
dimensi decision control masuk pada eksternal di hasil output spss. Bisa
disimpulkan bahwa pada penelitian ini yang memiliki hubungan dengan perilaku
pembelian kompulsif hanya dimensi behavioral control dan cognitive control.
Pada dimensi kontrol diri salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan hasil
dengan penelitian sebelumnya adalah kondisi responden yang ditemukan peneliti.
Dimana kebanyakan responden mampu mengontrol dirinya dalam membeli
barang yang diinginkan dan masih bisa menyisihkan uangnya untuk keperluannya
yang lain.
Penulis menyadari dalam penelitian ini terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan. Adapun kelebihan penelitian ini diantaranya yaitu penelitian ini
87
belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian kuantitatif pembelian kompulsif
yang melibatkan sekelompok penggemar idola di Indonesia dimana sebagian
besar respondennya adalah pria. Penelitian prilaku pembelian kompulsif
sebelumnya melibatkan sebagian besar responden wanita, sehingga penelitian ini
jarang dilakukan. Kemudian jangkauan responden penelitian yang meliputi
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dimana responden tersebut
merupakan representatif penggemar JKT48 di kota-kota besar. Selain itu
penelitian kuantitatif yang melibatkan banyak aspek untuk melihat prilaku
pembelian kompulsif juga belum banyak dilakukan. Namun dibalik beberapa
kelebihan tersebut terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian diantaranya
sulitnya mendapatkan literatur pendukung untuk penelitian ini, beberapa
responden sulit untuk memberikan datanya, ataupun kondisi responden saat
mengisi kuisioner penelitian. Selain itu pembagian responden yang masih belum
spesifik menjadikan penelitian ini hanya memberikan hasil responden secara
umum.
5.3 Saran
Penulis meyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penelitian ini sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi
kekurangan dan keterbatasan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
peneliti membagi saran menjadi dua yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran
tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan
meneliti variabel dependen yang sama.
88
5.3.1 Saran Teoritis
Mempertimbangkan hasil penelitian ini yang menemukan bahwa pengaruh
kepribadian big five, celebrity worship, dan kontrol diri hanya sebesar 37% maka
bagi peneliti lain yang tertarik meneliti variabel dependen yang sama agar
melibatkan variabel independen lain yang mempengaruhi perilaku pembelian
kompulsif selain kontrol diri, celebrity worship dan kepribadian big five, yaitu
seperti orientasi budaya, konformitas, dan self esteem. Dengan
mempertimbangkan variabel-variabel tersebut, diharapkan penelitian selanjutnya
akan lebih menyempurnakan hasil penelitian sebelumnya. Kemudian peneliti
dapat mengambil sampel yang berbeda dengan penelitian ini untuk melihat
apakah variabel ini juga berlaku dengan penggemar idola yang lain. Selain itu
diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk membagi responden dengan melihat
tingkat pendapatan dan usianya untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik.
5.3.2 Saran Praktis
1. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa entertaiment
celebrity worship berkontribusi terhadap prilaku pembelian kompulsif dengan
arah positif, maka hasil tersebut dapat digunakan sebagai masukan bagi
perusahaan untuk menggunakan seorang atau sekelompuk figur entertain untuk
menjadikannya sebagai icon sebuah produk untuk meningkatkan penjualan.
2. bagi para orang tua yang memiliki anak di usia remaja yang memiliki idola
untuk memberikan pengertian mengenai pengelolaan keuangannya dan
mengajarkannya mengenai skala prioritas baik dalam hal keuangan maupun hal
lainnya. Adapun beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh orang tua yaitu
89
dengan mengajarkan anak menabung atau memberikan contoh kepada anak
untuk bijak dalam menggunakan uang sakunya
3. Kurangnya hiburan alternatif dan panutan menjadikan seseorang mencari
publik figur untuk sekedar mencari hiburan atau pelampiasan stres. Disini
orang tua dan keluarga bisa memberikan alternatif hiburan kepada anak seperti
rekreasi bersama keluarga untuk menghilangkan stress.
4. Meski kontrol diri tidak memiliki pengaruh yang signifikan, namun tetap
disarankan bagi remaja untuk meningkatkan kontrol diri saat akan melakukan
pembelian yang berubungan dengan idolanya seperti merencanakan atau
memikirkan masa depan dahulu sebelum akan menghabiskan uang untuk
idolanya.
90
DAFTAR PUSTAKA
Alain, D., Maltalis, J., & Roberge, C. (1990). Compulsive buying tendencies ofadolanceent costumers. Advances in Consumer Research , 306-312.
Alan M, R., Perse, E. M., & Powell, R. A. (1985). Loneliness, parasocialinteraction, and local television news viewing. Human ComunicationResearch , 155-180.
Andika, P. (2014). Studi fandom JKT48 sebagai pop culture. CommonlineDepartemen Komunikasi Universitas Airlangga .
Artledia, S. (2009). Hubungan antara konformitas terhadap kelompok temansebaya dengan pembelian impulsif pada remaja. Semarang: FakultasPsikologi Universitas Diponegoro.
Asad, J. S., & Saifullah, F. Z. (2012). The effect of personality ob impulse andcompulsif behavior. African Journal and Business Management , 2187-2194.
Averill, J. R. (1983). Personal control over aversive stimuli and its relationship tostress. Psycho. Bull , 286-303.
Bas, V., & Herabadi, A. (2001). Individual diferences in impulse buyingtendency: Feeling and No Thinking. European Journal of Personality , 71-83.
Daniel L, W. (1995). Preliminary validation of the sport fan motivation scale.Journal of Sport & Social , 377-396.
Dawn, D. (2002). Real people: obsession - mad for brad? than you may havecelebrity worship syndrome. London: MGN Ltd.
Dita, D. (2012). Pemujaan terhadap idola pop sebagai dasar intimate relationshippada dewasa awal: sebuah studi kasus. Jurnal Psikologi Kepribadian danSosia .
Donald W, B. (2007). A review of compulsive buying disorder. WorldPsychyatry , 14-18.
Elizabeth, A. E. (1993). Development of a new scale for measuring compulsivebuying behavior. Financial Counceling and Planing .
Erna, F. (2008). Merek & psikologi konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Farooq-e-a, Z. C. (2014). Exploring the personality traits as cause of compulsivebuying behavior. Journal of Business Strategies , 19-29.
91
Gayle S, S. (1991). The celebrity appeal questionare. Psychological Reports , 859-866.
George P, M., & Gilbert A, C. (1978). Consumer socialization: a theoritical andempirical analysis. American Marketing Assiciation , 599-609.
Ghulat M Hakat, K., Sarwat, K. J., & Hina, I. (2009). Exploring predictors ofcompulsive buying behavior amnong young college/university students.Pakistan Journal of Psychology , 85-96.
Gilles, V. A. (1988). Compulsive buying: concept and measurement. Journal ofConsumer Policy , 419-440.
Helga, D. (2005). Compulsive buying - a growing concern? an examination ofgender, age anf endorsment of materialistic values as predictors. BritishJournal of Psychology , 467-491.
Hirschman, E. C. (1992). The consciousness of addiction: toward a general theoryof compulsive buying. The Journal of Concumer Research , 155-179.
Hirschman, E. (1992). The consciousness of addiction: toward a general theory ofcompulsive buying. Journal of Consumer Research , 155-179.
Howard S, F. &. (2008). Kepribadian. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hyokjin Kwak., G. M. (2006). Kwak, Hyokjin;Zinkhan, Gorge M; Cra.Diagnostic screener for compulsive buying: applications to the usa andsouth korea. Kwak, Hyokjin;Zinkhan, Gorge M; Crask, Melvin R (2003).Diagnostic Screener forThe Journal of Consumer Affair , 161.
Hyonkjin, K., Zinkhan, G. M., & Crask, M. R. (2003). Diagnostic screener forcompulsive buying: application to the USA and South Korea. The JournalOf Consumer Affair , 161-192.
J Maltby., L. D. (2004). Maltby, J., Day, L., McCutcheon, L.E., Gillett, R.,Houran, J.,. Personality and coping: a context for examining celebrityworship and mental health. Maltby, J., Day, L., McCutcheon, L.E., Gillett,R., Houran, J., & Ashe, D.D. (2004). Personality and CopiBritish Journal ofPsychology , Maltby, J., Day, L., McCutcheon, L.E., Gillett, R., Houran, J.,& Ashe, D.D. (2004). Personality and Coping: 411-428.
James, A. R., & Pirog, S. F. (2004). Personal goals and their role consumerbehavior: the case of compulsive buying. Journal of Marketing Theory andPractice , 61-73.
Jess, F. &. (2009). Theories of personality: classic theories and modern research.Pearson Education.
92
Jess, F., & J, G. F. (2009). Theories of personality. New York: McGraw-HillCompanies, inc.
Jhon, M., Mcutheon, L. E., & Lowinger, R. J. (2011). Biref report: celebrityworshipper and the five factor model of personality: a facet analysis.Personality and Individual Diferences , 343-348.
Jhon, O. &. (1999). The big-five trait taxonomy: history, measurement, andtheoritical perspectives. Handbook of Personality: Theory and Research ,102-138.
Jose, M. O.-L. (2013). Compulsive buying and the five factor model ofpersonality. Personality and Individual Differences , 585-590.
June P, T., & Baumeister, R. F. (2004). High self-control predicts good adjusment,less pathology, better grades, and interpersonal success. Journal ofPersonality , 273-303.
Kirara. (2015). https://www.akibanation.com/fans-jkt48-borong-cd-senilai-20-juta/. Retrieved 05 01, 2016
Kitty, H. (n.d.). Understanding fans: a review of the psychological literature.Wright Institute Graduate School of Psychology .
Koran, L. M. (2006). Estimated prevalence of compulsive buying behavior inUnited Stated. The American Journal of Psychyatry , 1806-1829.
Lewis, G. (2005). The international personality item pool and the future of public-domain personality measures. Journal of Research in Personality , 84-96.
Lynn, M., Lange, R., & Houran, J. (2002). Conceptual and measurement ofcelebrity worship. British Journal of Psychology , 67-89.
M Brent, D. F. (2006). The mini-ipip scales: tiny-yet-effective measures of the bigfive factors of personality. Psychological Assesment , 192-203.
Narges, D., & Fahrazad, M. T. (2013). The effect of personality on compulsifbuying and impulsif buting behavior. International Journal of ScienceInnovation and Discoveries , 413-422.
O'Guinn, T., & Faber, R. J. (1989). Compulsive buying: a phenomenomenologicalexploration. The Jurnal of Consumer Research Vol. 19 , 147-157.
Pertiwi, S. A. (2013). Konformitas dan fanatisme pada remaja korean wave(penelitian pada komunitas super junior fans club ELF "Ever LastingFriend") di Samarinda. eJournal.Psikologi.fifip-unmul.org , 157-166.
93
Richard, W. P. (1986). The Distorted mirror: reflection on the unintendedconsequences of advertising. Journal of Marketing , 18-36.
Rini, K. S. (2013). Pengaruh kontrol diri, motivasi, dan materialisme terhadapprilaku pembelian ompulsif (survei pada mahasiswa universitasmuhamadiyah Purworejo). Journal Of Management .
Robert A, R. G. (2012). Celebrity worship, materialsm, compulsive buying andempty self. Psychology and Marketing , 674-679.
Robert A, Reeves; Gary A.B & Chris T. (2012). Celebrity worship, materialism,compulsif buying and empty self , 674-679.
Roberts, J. A. (1998). Compulsive buying among cellege students:an investigationof its antendents, consequances and implication for publict policy. TheJournal of Consumer Affair , 295.
Ronald J, F., O'Guinn, T., & Krych, R. (1987). Compulsive consumption.Advances in Consumer Research , 132-135.
Roy F, B. (2002). ylding to Temtation: Self control failure, impulse purchasingand consumer behavior. Journal of Consumer Research , 670-676.
Sari, R. K. (2013). Pengaruh kontrol diri, motivasi dan matriliasme terhdapprilaku pembelian kompulsif (survei pada mahasiswa UniversitasMuhamadiyah Purworejo). Sari, R.K (2013) Pengaruh Kontrol Diri,Motivasi dan Matriliasme Terhdap PriJournal of Management.
Sella, A. P. (2013). Konformitas dan fanatisme pada remaja korean wave(penelitian pada komunitas super junior fan club elf "ever lasting friend") diSamarinda. EJournal.Psikologi.Fisip-Unmul , 157-166.
Shakeri, S., & Hossain, S. M. (2016). Investigated The impact of the price onconsumer buying desicion behavior of compulsive buying. InternationalJournal of Advanced Research , 356-363.
Stephen J, H., & Lowestein, G. F. (1991). Time inconsistent preference andconsumer self control. Journal of Consumer Research , 492-507.
Sumadi, S. (2001). Psikologi kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Thomas C, O., & Faber, R. J. (1989). Compulsive buying: a phenomenologicalexpliration. The Journal of Consumer Research , 147-157.
Thomas, O., & Faber, R. J. (1992). A clinical screener for compulsive buying .Journal of Consumer Research , 459-469.
94
Valence, G., d'Astous, A., & Fortier, L. (1988). compulsive buying: concept andmeasurement. Journal of Consumer Policy , 419-433.
Wahyuni, N. D. (2015, Febuary 23). Bisnis. Liputan 6.com. Retrieved agustus 25,2016, from Liputan6: http://bisnis.liputan6.com/read/2179630/pendapatan-orang-indonesia-di-bawah-standar-dunia
Wayne S, D., & Edwards, E. A. (1996). Typologies of compulsive buyingbehavior: a constrained cluterwise regression approach. Society forConsumer Psychology , 231-262.
Wibowo, A. J. (2013, Febuari). JKT48 No Fansu. Retrieved Agustus 2016, fromhttps://www.facebook.com/groups/jkt48nofansu/.