PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis...

45
PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG (PRODUK REKAYASA GENETIK) DAN NON-PRG TERHADAP FISIOLOGIS TIKUS PERCOBAAN TESSA WINANDITA ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis...

Page 1: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI

PRG (PRODUK REKAYASA GENETIK) DAN NON-PRG

TERHADAP FISIOLOGIS TIKUS PERCOBAAN

TESSA WINANDITA

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,
Page 3: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Konsumsi Tepung

Tempe Dari Kedelai PRG (Produk Rekayasa Genetik) Dan Non-PRG Terhadap

Fisiologis Tikus Percobaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Tessa Winandita

NIM F24100090

Page 4: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

ABSTRAK

TESSA WINANDITA. Pengaruh Konsumsi Tepung Tempe Dari Kedelai PRG

(Produk Rekayasa Genetik) Dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan.

Dibimbing oleh JOKO HERMANIANTO dan MADE ASTAWAN.

Tempe merupakan produk yang berasal dari proses fermentasi pada

kedelai, yang mempunyai umur simpan relatif rendah. Upaya dalam

memperpanjang umur simpan tempe dilakukan dengan cara membuatnya menjadi

tepung tempe. Perbedaan yang terdapat pada bahan baku pembuatan tepung tempe

yaitu kedelai impor PRG dan non-PRG menimbulkan perbedaan dampak yang

akan mempengaruhi kesehatan pada tubuh manusia. Dengan demikian penelitian

ini diadakan untuk mengevaluasi pengaruh konsumsi tepung tempe dari kedelai

impor PRG dan non-PRG terhadap kadar malonaldehida, aktivitas antioksidan

intrasel superoksida dismutase pada hati dan ginjal tikus percobaan, serta profil

hematologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberi

ransum 10% protein dari tepung tempe non-PRG memiliki kadar MDA di hati

maupun di ginjal lebih rendah dibandingkan kelompok 10% protein dari tepung

tempe PRG dan 20% protein, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok

20% protein dari tepung tempe non-PRG dan 10% protein dari kasein. Sedangkan

nilai aktivitas SOD hati dan ginjal tidak berbeda nyata (p>0,05) diantara

kelompok tikus percobaan. Pada hasil hematologi menunjukkan bahwa nilai yang

didapat masih dalam batas normal. Akan tetapi pada pengukuran jumlah trombosit

di setiap perlakuan tikus percobaan memiliki nilai yang melebihi batas normal.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu aktivitas tikus, metabolisme

tikus, dan jumlah konsumsi ransum oleh tikus percobaan. Hasil pemeriksaan

MDA, SOD, dan hematologi menunjukkan bahwa mengkonsumsi tepung tempe

PRG dan non- PRG aman untuk dikonsumsi.

Kata Kunci : tepung tempe PRG, tepung tempe non-PRG, tikus percobaan,

MDA, SOD, Hematologi

Page 5: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

ABSTRACT

TESSA WINANDITA. The impact of Consumtion of Tempe Flour Made From

GMO and Non-GMO to Physiological of Experimental Rats. Supervised by

JOKO HERMANIANTO and MADE ASTAWAN. AAAAAAAAAAAAAA

Tempe is a derived product from soybean fermentation, which relatively had a

short shelf life. An effort to extend the shelf life of tempe has been done by

making tempe flour. Difference of raw materials which were GMO and non-GMO

was pressured to cause different impact on human health. Thus, this study was

conducted to evaluate the effect of tempe flour that were made from GMO and

non-GMO soybean upon malonaldehida levels, intracellular antioxidant

superoxide dismutase activity in the liver and kidneys of experimental rats, as well

as hematological profile. The results showed that rats fed with 10% protein drived

from non-GMO soybean flour had lower levels of MDA in the liver and kidney

compared to GMO tempe flour group consisting rations of 10% and 20% protein

but, not significantly different from the group protein of 20% non-GMO soybean

flour and 10% protein of casein. While the value of liver and kidney SOD activity

were not significantly different (p>0,05) between the groups of rats. In

hematology, the results showed that the values obtained were within normal

limits. However, the amount of rat’s thrombocyte measured in each treatment had

a value that exceeds normal limits. It was caused by several factors, which were

the activity of rat, rat’s metabolism, and amount of feed intake by rats. Results of

MDA, SOD, and hematology examination showed that consuming non-GMO and

GMO tempe flour were safe for consumption.

Keywords : experimental rats, GMO tempe flour, Hematology, MDA, non-GMO

tempe flour, SOD

Page 6: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI

PRG (PRODUK REKAYASA GENETIK) DAN NON-PRG

TERHADAP FISIOLOGIS TIKUS PERCOBAAN

TESSA WINANDITA

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 7: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,
Page 8: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,
Page 9: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah

Pengaruh Konsumsi Tepung Tempe Dari Kedelai PRG (Produk Rekayasa

Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang

Winarni, SE), Papa tercinta (Bapak Ir. Winarso), adik Erza Winanto, dan keluarga

besar tersayang yang dengan luar biasa memberikan bantuan, semangat, serta

bimbingan moril.

Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Joko

Hermanianto dan Bapak Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS selaku pembimbing

dalam penelitian ini.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pemberi

dana penelitian yaitu Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kantor Pusat

Jakarta melalui Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Nasional (KKP3N) dengan surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan

No:64/PL.22/I/1/3/2014 K tanggal 10 Maret 2014 atas nama Made Astawan.

Tak luput penulis ucapkan terima kasih kepada staf UPT ITP juga staf

laboran ITP, pilot plan, dan techno park (Mba Irin, Mba Nurul, Bu Antin, Pak

Yahya, Pak Adi, Pak Rojak, Mba May, Mba Ina) atas setiap bantuan dan

kemudahannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Muhammad ihsan

ali talib, Reksa, Fury, Via, Khalid, Armando, Blasius, Aminta, Gideon, Diky,

Rizky, Boti, Bachtiar, Ayu, Jefri, Nizza serta teman ITP 47 dan teman-teman di

IPB yang selalu setia mendengarkan keluh kesah penulis, membantu, dan

memberikan semangat kepada penulis. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini

bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

Tessa Winandita

Page 10: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ii

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

Latar Belakang..................................................................................................... 1

Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2

Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2

METODE ................................................................................................................ 2

Bahan ................................................................................................................... 2

Alat ...................................................................................................................... 3

Prosedur Analisis Data ........................................................................................ 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 16

SIMPULAN ....................................................................................................... 16

SARAN.............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 31

Page 11: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

DAFTAR TABEL

1 Komposisi Ransum Tikus 4

2 Hasil Analisis Proksimat Sampel Basis Kering 6

3 Komposisi Bahan yang Digunakan untuk Pembuatan Ransum 7

4 Hasil Analisis Proksimat Ransum Tikus Percobaan Berdasarkan

Perlakuan 7

5 Jumlah Konsumsi Pakan dan Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus

Percobaan Selama Masa Perlakuan 8

6 Kadar MDA dan Aktivitas SOD Hati dan Ginjal Tikus Percobaan 12

7 Analisis Hematologi Pada Tikus Percobaan 14

DAFTAR GAMBAR

1 Pertambahan Berat Badan Tikus Percobaan 9

Page 12: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Analisis Sidik Ragam Konsumsi Ransum Menggunakan SPSS

versi 22.0 20 2 Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Badan Tikus Selama 90 Hari Masa

Perlakuan Menggunakan SPSS versi 22.0 21 3 Hasil Analisis Sidik Ragam Feed convertion effeciency Menggunakan

SPSS versi 22.0 22 4 Hasil Analisis sidik Ragam Kadar Malonaldehid (MDA) Hati Tikus

Menggunakan SPSS versi 22.0 23 5 Hasil Analisis Kadar Malonaldehid (MDA) Ginjal Tikus Menggunakan

SPSS versi 22.0 24 6 Hasil Analisis Sidik Ragam Aktivitas Superdioksida Dismutase (SOD)

Hati Tikus Menggunakan SPSS versi 22.0 25 7 Hasil Analisis Sidik Ragam Aktivitas Superdioksida Dismutase (SOD)

Ginjal Tikus Menggunakan SPSS versi 22.0 25 8 Hasil Analisis Sidik Ragam Kadar Hemoglobin Tikus Percobaan

Menggunakan SPSS versi 22.0 26 9 Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Leukosit Tikus Percobaan

Menggunakan SPSS versi 22.0 27 10 Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Trombosit Tikus Percobaan

Menggunakan SPSS versi 22.0 27

11 Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Eritrosit Tikus Percobaan

Menggunakan SPSS versi 22.0 28

12 Hasil Analisis Sidik Ragam Kadar Hematokrit Tikus Percobaan

Menggunakan SPSS versi 22.0 29

13 Kurva Standar TEP 30

14 Kurva Standar SOD 30

Page 13: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,
Page 14: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,
Page 15: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan jenis kacang-kacangan yang memiliki kadar protein

tinggi dan mudah dimanfaatkan. Menurut Cahyadi (2007) kedelai memiliki kadar

protein sebesar 34,9 g dalam 100 gram biji kering. Protein yang terkandung pada

kedelai memiliki fungsi sebagai sumber energi, protein dapat berfungsi sebagai

zat pembangun dan pengatur di dalam tubuh. Sebagai zat pembangun, protein

mempunyai fungsi utama untuk membentuk jaringan baru. Selain itu, protein

berfungsi sebagai zat pembangun tubuh (Muchtadi 2010).

Menurut Badan Pusat Statistik (2013), produksi kedelai di Indonesia

semakin menurun dari tahun ke tahun. Produksi kedelai nasional pada tahun 2010

sebesar 907,03 ribu ton, mengalami penurunan menjadi 843,15 ribu ton biji kering

pada tahun 2012. Kebutuhan kedelai nasional selama lima tahun (tahun 2010-

2014) sebesar 2,3 juta ton biji kering (Kementerian Pertanian 2013). Rendahnya

produksi kedelai di Indonesia mengakibatkan para produsen olahan kedelai

menggantungkan usahanya dari bahan impor.

Poduk kedelai varietas impor dibedakan menjadi Produk Rekayasa Genetik

(PRG) atau GMO (Genetically Modified Organism) dan non-Produk Rekayasa

Genetik atau yang disebut non-GMO. Kedelai PRG merupakan varietas yang

sudah dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan kedelai yang memiliki

berbagai keunggulan, seperti memiliki karakteristik lebih tahan terhadap penyakit

dan hama, lebih tahan terhadap herbisida, dan memiliki ukuran biji lebih besar.

Kedelai dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan, salah satunya

adalah tempe. Menurut Muchtadi (2010) proses fermentasi dalam pembuatan

tempe dapat mempertahankan sebagian besar zat-zat gizi yang terkandung dalam

kedelai, meningkatkan daya cerna proteinnya, serta meningkatkan kadar beberapa

macam vitamin B. Masalah utama pada tempe yaitu umur simpan yang relatif

rendah, diakibatkan kadar air yang cukup tinggi (55-65%), serta adanya kapang

yang terus tumbuh dan berkembang biak, menyebabkan degradasi protein lebih

lanjut membentuk amoniak (Mursyid 2014). Amoniak yang terbentuk

menyebabkan munculnya aroma busuk (Astawan 2008).

Proses pengolahan kedelai menjadi tempe, memperbaiki senyawa

antioksidan. Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu

atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat

diredam (Kuncahyo 2007). Salah satu upaya pencegahan terbentuknya ROS yaitu

dengan melibatkan enzim superoksida dismutase (SOD), sedangkan salah satu

substansi biologis penanda (biomarker ) stres oksidatif adalah malonaldehida

(MDA).

Page 16: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

2

Umur tempe yang singkat mendorong upaya memperpanjang umur simpan

tempe menjadi tepung tempe. Tepung tempe merupakan tepung yang diolah dari

tempe segar yang diproses melalui beberapa tahap yaitu pengirisan, pengukusan,

pengeringan, dan penggilingan. Pada proses pembuatan tepung tempe, terdapat

peluang adanya perubahan komponen aktif.

Perbedaan bahan baku tepung tempe, yaitu kedelai PRG dan non-PRG perlu

dikaji dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Penilitian ini dilakukan untuk

mengetahui perbedaan dampak konsumsi tepung tempe kedelai PRG dan non-

PRG terhadap hematologi, kadar MDA, dan aktivitas SOD tikus percobaan .

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh konsumsi tepung tempe

dari kedelai PRG (produk rekayasa genetik) dan non-PRG terhadap kadar

malonaldehida, aktivitas antioksidan intrasel superoksida dismutase pada hati dan

ginjal tikus percobaan, serta profil hematologi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya database studi toksisitas dan

diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah kepada masyarakat bahwa

mengonsumsi tempe PRG dan non-PRG secara rutin dalam waktu yang lama

tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan.

METODE

Bahan

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung tempe dari

kedelai (Glycine max) impor PRG dan non-PRG, pati jagung, kasein, minyak

jagung, carboximethylcelulose (CMC), campuran mineral, dan campuran vitamin.

Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kadar malonaldehida (MDA) adalah

PBS (phospate buffer saline) pH 7.4 yang mengandung KCL 0.15 M, HCL 0.25 N

yang mengandung 15% TCA (tricarboxylic acid), 0.38% TBA (thiobarbituric

acid), dan 0.5% BHT (butylated hydroxytoluene), aquades, standar TEP

(tetraetoksi propana). Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis enzim

superoksida dismutase (SOD) adalah epinefrin, Na2CO3, NaHCO3, NaEDTA

0.001 M, HCl 0.01 M, aquades, dan standar SOD. Bahan-bahan yang digunakan

untuk analisis proksimat antara lain K2SO4, HgO, H2SO4 pekat, NaOH-Na2S2O3,

H3BO3, indikator biru metilen, HCl, pelarut n-heksana, asam borat jenuh,

indikator merah metil dan biru metil, kapas bebas lemak, dan etanol. Bahan untuk

Page 17: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

3

analisis hematologi yaitu tabung yang berisi larutan EDTA, batu es, larutan lyse

dan diluent.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus, alat bedah

tikus, vortex, sentrifusa, tabung sentrifusa, spektrofotometer, mikropipet,

penangas air, alumunium foil, tabung eppendorf, gelas ukur, bulb, hot plate, pipet

Mohr, sudip, alat penggerus, neraca analitik, toples, kertas saring, gelas piala,

Hematology Analyzer.

Jenis Analisis

Penelitian ini terdiri dari tahap pembuatan tempe, pembuatan tepung

tempe, pembuatan ransum, dan analisis produk. Analisis produk meliputi analisis

proksimat, analisis secara in vivo pada tikus percobaan yang diberi pakan tepung

tempe kedelai PRG dan non-PRG, dan analisis hematologi.

Tahap Pembuatan Tempe

Proses pembuatan tempe dilakukan dengan menerapkan Good Hygienic

Practices (GLP) di Rumah Tempe Indonesia (RTI) yang telah mendapatkan

sertifikasi HACCP, dengan cara: pembersihan atau penyortiran kedelai,

perendaman menggunakan air selama 1 jam, perebusan selama 30 menit,

perendaman kembali selama 12 jam dan pengupasan kulit ari. Kedelai yang telah

dikupas kulit arinya dibersihkan dan dipisahkan dari tunas yang telah tumbuh, dan

disiram dengan air panas. Setelah itu, kedelai didinginkan, diberi ragi secara

merata kemudian dikemas dan diinkubasi selama 40 jam.

Tahap Pembuatan Tepung Tempe

Pembuatan tepung tempe dilakukan dengan cara: tempe diiris dengan

menggunakan slicer, dengan diameter 30 cm dan tebal irisan 1 mm, kemudian

diblansir dengan uap panas selama 2 menit pada tekanan 1 bar dan suhu 100°C.

Tempe yang telah diblansir, dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60 °C dan

digiling menggunakan disc mill, yang dilengkapi saringan 60 mesh.

Page 18: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

4

Tahap Pembuatan Ransum

Pembuatan ransum tikus percobaan dibedakan berdasarkan sumber

proteinnya, yaitu ransum tepung tempe PRG, ransum tepung tempe non-PRG, dan

ransum kasein sebagai standar. Ransum yang diberikan disesuaikan dengan

kebutuhan harian tikus dan disusun berdasarkan AOAC (2005).

Tabel 1. Komposisi Ransum Tikus

Komponen Sumber Jumlah Perhitungan

Protein

Protein

standar/

protein uji

10% 𝑥 =

1,60 × 100

% N Sampel

Lemak

Minyak

jagung

8% 8 − (

x × % kadar lemak

100)

Mineral

Campuran

Mineral

5% 5 − (

x × % kadar abu

100)

Vitamin

Campuran

vitamin

1%

1 %

Serat

CMC

1% 1 − (

x × % kadar serat kasar

100)

Air

Air minum

5% 5 − (

x × % kadar air

100)

Karbohidrat

Pati jagung

%

sisanya

100 − (lainnya)

Sumber : AOAC (2005)

Keterangan : x= Jumlah Ransum

Uji Kualitas Tepung Tempe

Analisis Proksimat

Analisis proksimat dilakukan pada kasein dan tepung tempe. Hasil

analisis menjadi acuan dalam formulasi ransum tikus percobaan.

Uji Pengaruh Tepung Tempe PRG dan non-PRG Secara In Vivo

Analisis pengaruh tepung tempe PRG dan non-PRG secara in vivo

menggunakan tikus putih jantan Sprague Dawley lepas sapih yang diadaptasikan

terlebih dahulu selama tiga hari dengan pemberian ransum kasein (standar) dan air

minum secara ad libitum. Setelah masa adaptasi, tikus diseleksi berdasarkan

keseragaman bobot tubuh dan dikelompokkan menjadi lima, yaitu kelompok tikus

yang diberi pakan 10% protein dari kasein, 10% protein dari tepung tempe PRG,

20% protein dari tepung tempe PRG, 10% protein dari tepung tempe non-PRG

dan 20% protein dari tepung tempe non-PRG. Setiap kelompok tikus memiliki

perbedaan bobot kurang dari 10 gram dan antar tikus dalam setiap kelompok

memiliki perbedaan maksimal 5 gram. Perlakuan dilakukan selama 90 hari.

Page 19: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

5

Selama masa percobaan dilakukan pengamatan terhadap konsumsi ransum setiap

hari dan berat badan tikus setiap enam hari sekali.

Analisis Kadar Malonaldehida (AOAC 2005)

Analisis tingkat stress oksidatif mengukur malonaldehida (MDA) sebagai

hasil oksidasi asam lemak tidak jenuh dalam hati/ginjal dengan

membandingkannya dengan kurva standar TEP (tetraetoksi propana). Sebanyak

1,00 g sampel hati atau ginjal dihancurkan dan dihomogenisasi dengan

ditambahkan 4 mL larutan PBS (phospate buffer saline) yang mengandung 0,15

M. Homogenat kemudian disentrifus 3000 rpm dengan jari-jari sentrifus sebesar

17,90 cm selama 20 menit sehingga diperoleh supernatan jernih. Untuk tahap

analisis, 1 mL supernatan hati atau larutan kerja standar TEP dicampur dengan 4

mL larutan HCl 0.25 N dingin yang mengandung TCA, TBA, dan BHT. Larutan

kemudian divortex dan dipanaskan 80°C menggunakan penangas air selama 1

jam. Setelah dingin, larutan disentrifus 3000 rpm. Kemudian diukur absorbansi

supernatan jernih pada panjang gelombang 532 nm dan dibandingkan dengan

kurva standar TEP untuk menghitung kadar MDA sampel.

Analisis Aktivitas SOD (Misra dan Fredovich 1972)

Sampel hati atau ginjal dihancurkan dan diekstraksi dengan buffer fosfat

pH 7, dengan perbandingan 1:10. Hasil ekstraksi disentrifus dengan kecepatan

3000 rpm dengan jari-jari sentrifus sebesar 17,90 cm selama 10 menit dalam

keadaan dingin.

Pengukuran serapan dilakukan dengan cara memasukkan 2800 µl buffer

natrium karbonat pH 10.2, 100 µl sampel yaitu supernatan yang mengandung

SOD dan 100 µl larutan epinefrin ke dalam tabung reaksi. Kemudian serapan

dibaca pada panjang gelombang 480 nm pada menit ke 1, 2, 3,dan 4.

Perhitungan aktivitas SOD dinyatakan dengan satuan unit/mg protein

dengan cara mengukur % hambatan:

%ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 = ∆𝐴𝑏𝑠

𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙− ∆𝐴𝑏𝑠

𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

∆ 𝐴𝑏𝑠

𝑚𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

× 100%

Kemudian nilai % hambatan ini dikonversikan dalam kurva standar SOD

di mana % hambatan (sumbu Y) dan aktivitas SOD dalam unit/mg protein (sumbu

X) telah diketahui.

Page 20: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

6

Analisis Hematologi

Prosedur analisis Hematologi yaitu sampel darah tikus sebanyak 0,5 mL

dimasukkan ke dalam tabung darah yang telah berisi EDTA yang berguna untuk

menganalisis hematologi. Analisis dilakukan dengan menggunakan alat otomatik

‘Hematology Analyzer’ dengan parameter eritrosit, hematokrit, hemoglobin,

trombosit, dan leukosit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat

Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi pada

sampel. Analisis ketiga sampel disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis proksimat sampel basis kering

Sampel

Kadar (%bk)

Air

(%bb) Abu Protein Lemak Serat

Kasein 9,9 0,6 89,4 0,3 0,5

Tepung tempe PRG 3,9 1,9 47,9 27,1 8,8

Tepung tempe non-PRG 4,7 1,8 50,7 26,5 9,5

Hasil analisis proksimat dari ketiga sampel menjadi acuan dalam formulasi

ransum. Analisis proksimat pada tepung tempe PRG dan non-PRG memiliki nilai

yang tidak berbeda diantara keduanya, hal tersebut menyatakan bahwa tempe

yang berasal dari kedelai PRG sama baiknya dengan tempe yang berasal dari

kedelai non-PRG.

Pembuatan Ransum

Setelah diperoleh hasil analisis proksimat sampel, dapat ditentukan

formulasi bahan untuk ransum yang diberikan kepada tikus percobaan. Formulasi

bahan yang digunakan untuk ransum masing-masing kelompok tikus dapat dilihat

pada Tabel 3.

Page 21: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

7

Tabel 3. Komposisi bahan yang digunakan untuk pembuatan ransum (basis1000g)

Kelompok

Perlakuan

(Sumber dan

Kadar protein)

Komponen Penyusun (g)

Sampel Minyak

jagung

Mineral

mix

Vitamin

mix

CMC Air Pati

jagung

Kasein 10 %

(standar)

112 80 49 10 9 39 701

Tepung tempe

PRG 10 %

209 23 46 10 - 42 670

Tepung tempe

PRG 20 %

418 - 42 10 - 34 496

Tepung Tempe

non-PRG 10 %

197 28 46 10 - 41 678

Tepung Tempe

non-PRG 20 %

394 - 43 10 - 32 522

Pemberian ransum kepada setiap kelompok perlakuan disesuaikan dengan

formulasi pada Tabel 1. Pada kelompok tikus dengan perlakuan pemberian pakan

tepung tempe PRG dan tepung tempe non-PRG tidak ditambahkan CMC karena

bahan baku tepung tempe mengandung jumlah serat yang cukup untuk kebutuhan

harian tikus percobaan.Untuk mengetahui kesesuaian kandungan zat gizi yang

diberikan dengan formulasi, dengan analisis proksimat pada kelima jenis ransum

yang diberikan (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil analisis proksimat ransum tikus percobaan berdasarkan perlakuan.

Perlakuan

(Sumber dan Kadar

Protein)

Kadar (%bb)

Air Abu Protein Lemak Karbohidrat

Kasein 10% 13,7 4,2 10,6 8,8 62,8

Tepung tempe PRG 10% 14,8 4,0 10,1 5,2 65,9

Tepung tempe PRG 20% 11,9 4,0 19,7 9,3 55,1

Tepung tempe non-PRG

10% 13,5 3,9 9,8 3,7 69,1

Tepung tempe non-PRG

20% 11,7 3,8 19,4 7,7 57,4

Hasil analisis proksimat ransum basis basah pada Tabel 4 menunjukkan

kadar protein untuk setiap kelompok tikus sebesar 10% dan 20%. Hal ini sudah

sesuai dengan yang diinginkan yaitu memberikan asupan protein yang sama untuk

setiap kelompok tikus percobaan.

Page 22: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

8

Pertambahan Berat Badan Tikus dan Konsumsi Ransum

Selama masa perlakuan tikus diberi ransum dan minum setiap hari secara

ad libitum dan dilakukan penimbangan berat badan tikus setiap enam hari sekali.

Rata-rata konsumsi ransum dan kenaikan berat badan tikus selama 90 hari

percobaan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah konsumsi ransum dan kenaikan berat badan tikus percobaan

selama masa perlakuan.

Kelompok Perlakuan

(Sumber dan Kadar

Protein)

Jumlah

Konsumsi

Ransum (g)

Kenaikan

Berat Badan (g)

Feed

convertion

effeciency (%)

Kasein 10 % (standar) 1973±118,2c 251±43,9

ab 12,7±1,5

a

Tepung tempe PRG 10 % 1620±81,2a 229±38,0

a 141±2,0

a

Tepung tempe PRG 20 % 1829±92,9bc

380±33,8b 20,8±0,9

b

Tepung Tempe non-PRG

10 %

1779±58,8ab

274±30,5ab

15,4±1,4a

Tepung Tempe non-PRG

20 %

1835±117,8bc

369±65,6b 20,1±3,0

b

Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda sangat

nyata (p<0,01) dengan uji jarak Duncan.

Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa jenis ransum

berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap jumlah konsumsi ransum. Hasil uji

beda lanjut Duncan (Lampiran 1) menunjukkan bahwa jumlah konsumsi ransum

kelompok 10% protein dari tepung tempe PRG lebih rendah dibandingkan

kelompok 10% protein dari kasein, kelompok 20% protein dari tepung tempe

PRG, 20% protein dari tepung tempe non-PRG.

Hasil analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perbedaan jenis

ransum berpengaruh nyata (p<0,01) terhadap kenaikan berat badan tikus

percobaan. Hasil uji beda lanjut Duncan (Lampiran 2) menunjukkan bahwa rata-

rata kenaikkan berat badan kelompok tikus percobaan yang diberi ransum 10%

dan 20 % protein dari tepung tempe PRG, serta 10% dan 20% protein dari tepung

tempe non-PRG tidak berbeda nyata dengan tikus yang diberi pakan kasein

(kontrol). Hal tersebut disebabkan protein pada tempe memiliki kualitas yang baik

dan hampir setara dengan protein pada kasein. Menurut Suwarno (2013) yang

mengevaluasi keamanan tempe transgenik melaporkan bahwa tempe sebagai

sumber protein nabati memiliki kualitas protein yang sama baiknya dengan

protein hewani (kasein).

Data Feed convertion effeciency (FCE) pada Tabel 5 menunjukkan bahwa

nilai FCE kelompok tikus yang diberi ransum 20% protein dari tepung tempe

PRG lebih tinggi dibandingkan kelompok tikus yang diberi ransum 10% protein

dari kasein. Hasil analisis ragam (ANOVA) dapat dilihat pada Lampiran 3.

Semakin tinggi nilai FCE maka semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan

Page 23: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

9

ransum, demikian sebaliknya. Sehingga, tikus yang mengonsumsi 20% protein

dari tempe PRG dapat meningkatkan berat badan lebih efisien dibandingkan

dengan kelompok tikus yang mengonsumsi 10% protein dari kasein dalam jumlah

yang sama.

Perubahan berat badan tikus selama 90 hari masa perlakuan ditunjukkan

pada Gambar 1. Kenaikan berat badan kelompok 10% protein dari tepung tempe

PRG lebih rendah dibandingkan dengan kelompok 10% protein dari kasein, 20%

protein dari tepung tempe PRG 20%, 10% protein dari tepung tempe non-PRG,

dan 20% protein dari tepung tempe non-PRG. Semakin besar jumlah konsumsi

ransum pada masa perlakuan seharusnya memberikan kenaikan berat badan yang

semakin besar pula. Namun hasil yang diperoleh berbeda, Hal ini dikarenakan

perbedaan pertumbuhan berat badan tikus sangat dipengaruhi oleh kualitas protein

yang terkandung pada ransum yang diberikan bukan dari jumlah konsumsi pakan

tikus. Menurut Schaafsman (2000), kualitas protein merupakan gambaran

bagaimana protein yang terkandung dalam bahan pangan tersebut akan

mempengaruhi pertumbuhan, baik dilihat dari komposisi asam amino esensial,

kemampuan tubuh untuk mencerna, serta bioavailabilitas asam amino yang

terkandung.

Gambar 1.Pertambahan berat badan tikus

Analisis Kadar MDA dan Aktivitas Enzim SOD

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron yang

tidak berpasangan, sehingga mempunyai aktivitas tinggi untuk menarik elektron

dari senyawa-senyawa lain yang rentan terhadap proses oksidasi, seperti asam

lemak tak jenuh (Emawati 2006). Pembentukan radikal bebas dalam tubuh dapat

berasal dari dalam (endogen) atau dari luar (eksogen). Secara endogen, radikal

bebas terbentuk sebagai respon normal dari rantai peristiwa biokimia dalam tubuh

(Muchtadi 2010, 2013). Menurut Lee at al. (2004) radikal bebas atau ROS di

Page 24: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

10

dalam tubuh dapat menyebabkan oksidasi lipid, oksidasi protein, DNA strand

break, modifikasi basa DNA, dan modulasi ekspresi genetik.

Astuti et al (2009) menyebutkan Malonaldehida (MDA) merupakan hasil

proses oksidasi lemak tidak jenuh jamak oleh senyawa radikal bebas di dalam

tubuh, sehingga MDA dapat digunakan sebagai indikator keberadaan radikal

bebas dan indikator kerusakan oksidatif membran sel di dalam tubuh. Prinsip dari

pengukuran MDA adalah adanya reaksi antara satu molekul MDA dengan dua

molekul TBA membentuk kompleks MDA-TBA yang berwarna pink (merah

muda) dan dapat dibaca pada panjang gelombang 532 nm (Brankaet al. 2012).

Semakin tinggi kadar MDA pada tubuh berarti semakin banyak infeksi yang

terjadi.

Menurut Lu (2006) organ hati dan ginjal merupakan organ yang penting

untuk mengetahui dampak toksisitas. Organ hati yang digunakan pada analisis

MDA dan SOD merupakan organ yang memiliki fungsi utama berupa tempat

penyimpan, metabolisme dan biosintesis zat gizi. Hodgson (2004) menyatakan

bahwa hati merupakan salah satu organ target bagi senyawa kimia sehingga dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan pada hati tersebut. Umumnya senyawa

xenobiotik masuk kedalam tubuh melalui jalur gastrointestinal, kemudian

diabsorbsi dan ditransfer melalui pembuluh portal hepatic menuju hati. Dengan

demikian hati merupakan organ pertama yang dilalui senyawa kimia sebelum

diserap oleh sistem pencernaan tubuh, sehingga hati dapat digunakan sebagai

parameter pembentukan radikal bebas. Sedangkan ginjal merupakan organ yang

berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme. Fungsi utama ginjal adalah

mengeluarkan kotoran dari sistem saluran kemih, menyaring kotoran dari darah,

dan menyerap nutrisi penting ke aliran darah (Odden et al. 2014).

Tabel 6 menunjukkan hasil pengukuran kadar MDA hati dan ginjal tikus

percobaan dari lima jenis perlakuan yang berbeda-beda, yaitu 10% protein dari

tepung tempe PRG, 20% protein dari tepung tempe PRG, 10% protein dari tepung

tempe non-PRG, 20% protein dari tepung tempe non-PRG, dan 10% protein dari

kasein sebagai kontrol. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis ransum

yang diberikan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap pembentukkan kadar

MDA di hati (Lampiran 4) dan di ginjal (Lampiran 5) tikus percobaan. Hasil uji

beda lanjut Duncan (Lampiran 4) menunjukkan bahwa kadar MDA hati tikus

percobaan pada kelompok tikus yang diberi pakan tepung tempe PRG dan non-

PRG tidak berbeda nyata dengan kelompok tikus yang diberi pakan kasein. Hal

tersebut dikarenakan isoflavon pada tempe mengalami pelepasan molekul gula

dari isoflavon glukosida menjadi isoflavon aglikon yang mudah diserap oleh

tubuh. Menurut Astawan (2008) kadar isoflavon total yang terdapat pada kedelai

mentah sebesar 140 mg 100-1

gram bahan, sedangkan pada tempe sebesar 50 mg

100-1

gram bahan.

Namun, hasil uji beda lanjut Duncan (Lampiran 4) menunjukkan kadar

MDA hati kelompok 10% protein dari tepung tempe PRG lebih tinggi

Page 25: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

11

dibandingkan dengan kelompok 10% protein dari tepung tempe non-PRG. Hal

tersebut sama dengan hasil uji beda lanjut Duncan kadar MDA ginjal (Lampiran

5). Hal ini dikarenakan adanya isoflavon yang hilang (terbuang) atau rusak akibat

proses pemanasan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Musyrid (2014)

yang melaporkan bahwa kadar isoflavon pada tepung tempe PRG sebesar 29,67

mg/gram bahan sedangkan kadar isoflavon tepung tempe non-PRG sebesar 28.92

mg/gram bahan. Hal tersebut tidak berkaitan dengan kadar MDA, dikarenakan

proses pembuatan tempe dengan dua kali perebusan diduga dapat menyebabkan

penurunan senyawa isoflavon.

Tabel 6. Kadar MDA dan Aktivitas SOD Hati dan Ginjal Tikus Percobaan.

Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda sangat

nyata (p<0,01) dengan uji jarak Duncan.

Devasagayam et al (2004) menjelaskan bahwa aktivitas antioksidan dalam

menetralkan radikal bebas dalam tubuh dapat berupa pencegahan terbentuknya

ROS, pencegahan ini melibatkan enzim superoksida dismutase (SOD). Enzim

superoksida dimutase (SOD) memiliki peran penting dalam sistem pertahanan

tubuh, terutama terhadap aktivitas senyawa oksigen reaktif yang dapat

menimbulkan stress oksidatif. SOD dalam tubuh mempunyai aktivitas

mengkatalisis radikal superoksida (O2) menjadi hidrogen peroksida dan oksigen,

SOD menghambat terjadinya autooksidasi epinefrin menjadi adenokrom pada pH

basah (Misra dan Fridovich 1972).

Aktivitas SOD (U/g jaringan) tertinggi ditemukan di dalam hati. Selain

ditemukan pada organ hati, SOD juga dapat ditemukanpada kelenjar adrenalin,

Sampel

(Sumber

dan Kadar

Protein)

MDA Hati

(µmol/g

sampel)

MDA Ginjal

(µmol/g

sampel)

Aktivitas SOD

Hati (unit/mg

protein)

Aktivitas SOD

Ginjal

(unit/mg

protein)

Kasein

10% 19,6±4,8ab

13,3±1,2ab

344,1±74,7 439,7±0

Tepung

Tempe

PRG 10% 27,3±6,3b

19,3±1,1c 391,9±54,8 451,6±20,7

Tepung

Tempe

PRG 20% 29,1±4,8b

16,0±3,8bc

320,2±74,7 415,8±20,7

Tepung

Tempe

non-PRG

10% 11,8±1,3a

8,9±2,1a 344,1±41,4 439,7±0

Tepung

Tempe

non-PRG

20% 19,6±2,4ab

13,9±0,8abc

391,9±41,4 427,7±20,7

Page 26: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

12

ginjal, darah, limfa, pankreas, otak, paru-paru, lambung, usus, ovarium, dan timus

(Halliwell dan Gutteridge 1997).

Tabel 6 menunjukkan hasil pengukuran aktivitas SOD hati dan ginjal dari

dua jenis tepung tempe dengan kadar protein yang berbeda dan kasein sebagai

kontrol. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis ransum yang diberikan

tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap aktivitas SOD di hati (Lampiran 6)

dan ginjal (Lampiran 7) tikus percobaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kandungan isoflavon pada tempe PRG dan non-PRG mampu membantu aktivitas

SOD dalam menghambat terbentuknya radikal bebas, walaupun kadar

isoflavonnya menurun akibat proses pengolahan kedelai menjadi tempe. Hal ini

didukung oleh Astuti et al (2000) yang mengatakan bahwa tempe memiliki

banyak manfaat bagi tubuh manusia, salah satunya meningkatkan enzim

antioksidan SOD.

Analisis Hematologi

Analisis hematologi merupakan cara untuk memeriksa darah yang dapat

menghitung jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, jumlah

trombosit, dan kadar hematokrit. Menurut Zhu et al (2004) hematologi merupakan

indikator yang cukup sensitif untuk menggambarkan kesehatan tikus secara

umum.

Hemoglobin atau Hb merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein

kompleks terkonjugasi yang mengandung besi. Protein Hb adalah globin,

sedangkan warna merah pada hemoglobin disebabkan oleh warna heme. Heme

adalah suatu senyawa yang mengandung satu atom besi (Bastiansyah 2008).

Handayani dan Andi (2008) menjelaskan bahwa hemoglobin tidak hanya

dipengaruhi oleh suatu rangsangan tetapi juga dipengaruhi oeh hematokrit dan

eritrosit per unit volume. Redahnya oksigen dalam darah menyebabkan

peningkatan produksi hemoglobin dan eritrosit.

Hasil analisis kadar hemoglobin pada tikus percobaan disajikan pada Tabel

7. Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa perbedaan jenis

ransum berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar hemaglobin. Hasil uji

beda lanjut Duncan (Lampiran 8) menunjukkan bahwa kelompok tikus yang

diberi ransum tepung tempe PRG dan non-PRG tidak berbeda nyata dengan

kelompok kasein. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok tikus dengan ransum

tepung tempe PRG dan non-PRG mampu memberikan asupan zat besi yang baik.

Hal tersebut didukung oleh Susianto (2011) yang mengatakan bahwa kadar besi

yang terdapat pada tepung tempe sebesar 9 mg per 100 gram.

Sehingga kadar hemoglobin pada setiap kelompok tikus perlakuan memiliki

nilai yang normal. Menurut Arrington (1972), nilai normal hemoglobin pada tikus

percobaan sebesar 12-17,5 g/dL.

Page 27: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

13

Peran leukosit di dalam tubuh adalah mempertahankan seluler dan humoral

organisme terhadap zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan

melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos

antara sel-sel endotel dan menembus ke dalam jaringan penyambung (Effendi

2003). Leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan

limfa. Granulosit dan monosit dibentuk dalam sumsum tulang kemudian di

simpan dan dikeluarkan ke dalam sistem sirkulasi bila diperlukan. Limfosit dan

sel plasma diproduksi dalam berbagai organ limfogen termasuk kelenjar limfa,

limpatik, timus, tonsil, dan berbagai kantong jaringan limfoid di dalam tubuh

(Guyton dan Hall 2010).

Tabel 7 menunjukkan hasil analisis jumlah leukosit pada tikus percobaan

dari dua jenis tepung tempe dengan kadar protein yang berbeda serta kasein

sebagai kontrol. Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa

jenis ransum yang diberikan tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap jumlah

leukosit. Akan tetapi, kadar leukosit pada setiap kelompok tikus perlakuan

memiliki nilai yang normal. Menurut Arrington (1972), nilai normal leukosit pada

tikus percobaan sebesar 5-25x103/ mm

3.

Tabel 7. Analisis Hematologi Pada Tikus Percobaan

Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan ** berbeda sangat

nyata (p<0,01) dan * berbeda nyata (p<0,05) dengan uji jarak Duncan.

Sampel

(Sumber

dan

Kadar

Protein)

**Hemoglobin

(g/dL)

Leukosit

(x103/mm

3)

*Trombosit

(x103/mm

3)

**Eritrosit

(x106/mm

3)

**Hematokrit

(%)

Kasein

10%

14,1±0,7ab

7,9±2,2 639±47b 8,1±0,46

bc 37±1,4

b

Tepung

tempe

PRG 10%

12,9±0,3a 6,9±1,4 580,2±26

a 7,1±0,46

a 33,5±0,5

a

Tepung

tempe

PRG 20%

14,6±1,0b 6,3±0,7 613,8±32

ab 8,3±0,38

c 37,5±2,5

b

Tepung

tempe

non-PRG

10%

13,2±0,5a

5,9±0,6

613±24ab

7,5±0,19ab

35,3±1,0ab

Tepung

tempe

non-PRG

20%

13,8±0,2ab

7,3±1,8

642,8±26b

7,7±0,35abc

36,1±0,9ab

Page 28: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

14

Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah. Trombosit dalam

keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Namun, dalam

beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah

tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang berada di lapisan subendotel

pembuluh. Fungsi lain dari trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas

setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit akan menjadi lengket

dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit yang secara efektif

menambal daerah yang luka (Handayani dan Andi 2008). Jumlah trombosit

normal pada manusia adalah 250,000-400,000 sel/mm3 (Scott dan Elizabeth2009).

Jumlah trombosit yang sangat rendah dapat menyebabkan pemanjangan waktu

pembekuan.

Hasil analisis jumlah trombosit pada tikus percobaan disajikan pada Tabel 7.

Hasil analisis ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa perbedaan jenis ransum

berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap jumlah trombosit. Hasil uji beda lanjut

Duncan (Lampiran 10) menunjukkan bahwa kelompok tikus yang mengonsumsi

ransum 10% protein dari tepung tempe PRG memiliki jumlah trombosit lebih

rendah dibandingkan kelompok 10% protein dari kasein dan kelompok 20%

protein dari tepung tempe non-PRG, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan

kelompok 20% protein dari tepung tempe PRG dan 10% protein dari tepung

tempe non-PRG. Hal ini disebabkan rendahnya jumlah konsumsi tikus yang diberi

ransum 10% protein dari tepung tempe PRG. Hal tersebut mengurangi asupan

protein yang berfungsi sebagai zat pembangun tubuh, salah satunya dalam

memetabolisme sel trombosit.

Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), jumlah trombosit tikus normal

sebesar 150-460x103/mm

3.

Jumlah trombosit pada setiap kelompok tikus perlakuan memiliki nilai di

atas batas normal. Hal tersebut disebakan oleh beberapa faktor, salah satunya

adalah aktivitas tikus dan metabolisme tubuh tikus. Akan tetapi hasil jumlah

trombosit yang melampaui batas normal akibat dari mengonsumsi tepung tempe

PRG dan non-PRG, dapat digunakan sebagai pangan alternatif untuk

meningkatkan nilai trombosit yang turun pada penderita demam berdarah.

Eritrosit merupakan sel darah merah yang berperan membawa hemoglobin

di dalam sirkulasi. Eritrosit dibentuk di dalam sumsum tulang dan limfa.Limfa

hanya berperan sedikit dalam membentuk eritrosit (Bastiansyah 2008). Fungsi

utama eritrosit adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut

oksigen dari paru-paru ke jaringan. Eritrosit juga banyak mengandung karbonik

anhidrase, yang berfungsi untuk mengkatalisis reaksi antara karbondioksida (CO2)

dan air, sehingga akan meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik beberapa ribu

kali lipat (Guyton dan Hall 2010).

Beberapa bahan penting yang dibutuhkan dalam pembentukan eritrosit

antara lain protein (asam amino), vitamin (vitamin B2, B6, B12, folat, tiamin,

vitamin C, dan E), dan mineral (Fe, Cu, Mn, dan Co). Bila tubuh mengalami

Page 29: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

15

defisiensi salah satu bahan-bahan penting tersebut, maka proses

pembentukaneritrosit akan terganggu dan dapat menyebabkan terjadinya anemia

(Sacher dan McPerson 2004).

Hasil analisis nilai eritrosit pada tikus percobaan disajikan pada Tabel 7.

Hasil analisis ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa perbedaan jenis ransum

berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap nilai eritrosit. Hasil uji beda lanjut

Duncan (Lampiran 11) menunjukkan bahwa tikus yang diberi ransum 10% protein

dari tepung tempe PRG memiliki eritrosit sangat nyata lebih rendah dibandingkan

dengan tikus yang diberi ransum berupa 10% protein dari kasein dan 20% protein

dari tepung tempe PRG, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok 10%

dan 20% protein dari tepung tempe non-PRG. Hal ini dikarenakan kelompok tikus

yang diberi ransum tepung tempe PRG 10% mengonsumsi ransum dalam jumlah

yang sedikit sehingga dapat mengurangi asupan protein. Protein sangat

dibutuhkan dalam pembuatan hormon eritropoeitin, yaitu molekul glikoprotein

yang diperlukan dalam sintesis eritrosit (Ganong 2003).

Nilai eritrosit pada tikus yang diberi perlakuan masih berada dalam kisaran

normal, menurut Schermer (1967) jumlah eritrosit pada tikus yaitu 7x106-

9,7x106/mm

3.

Hematokrit dapat digunakan untuk mendiagnosis kondisi normal, anemia, dan

polisitemia. Kondisi polisitemia atau kekurangan cairan ditandai dengan

hematokrit yang tinggi dengan jumlah eritrosit dan hemoglobin yang tinggi.

Kondisi anemia ditandai dengan hematokrit yang rendah dengan jumlah eritrosit

dan hemoglobin yang rendah. Hematokrit yang tinggi dengan jumlah eritrosit dan

hemoglobin yang rendah, menunjukkan anemia disertai ukuran atau volume

eritrosit yang membesar dan konsentrasi hemoglobin yang rendah (Guyton dan

Hall 2010). Nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh faktor psikologi atau

patologi. Nilai hematokrit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia atau

pendarahan. Sedangkan, nilai hematokrit yang tinggi dapat disebabkan oleh

terjadinya dehidrasi pada spesimen (Estridge et al 2000).

Hasil analisis pada tikus percobaan yang diberikan dua jenis tepung tempe

yang memiliki perbedaan kadar proteinnya dan kasein sebagai kontrol. Hasil

analisis ragam (Lampiran 12) menunjukkan bahwa perbedaan jenis ransum

berepngaruh nyata (p<0,01) terhadap kadar hematokrit. Hasil uji beda lanjut

Duncan (Lampiran 11) menunjukkan bahwa kelompok 10% protein dari tepung

tempe PRG memiliki hematokrit sangat nyata lebih rendah dibandingkan

kelompok 20% protein dari tepung tempe PRG dan 10% protein dari kasein, akan

tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok 10% dan 20% protein dari tepung

tempe non-PRG . Tikus yang diberi ransum 20% protein dari tepung tempe PRG

tidak berbeda nyata dengan tikus yang diberi ransum 10% protein dari kasein,

10% protein dari tepung tempe non-PRG, dan 20% protein dari tepung tempe

non- PRG.

Page 30: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

16

Rendahnya konsumsi protein pada tikus yang diberi ransum 10% protein dari

tepung tempe PRG menyebabkan kadar hematokrit yang rendah. Konsumsi

protein yang rendah dapat menyebabkan terganggunya sintesis hormon

eritropoietin. Hormon tersebut membantu mengatur kecepatan pembentukan sel

darah merah di dalam sumsum tulang, serta dapat merangsang proses pembelahan

sel menjadi lebih cepat (Guyton 1993).

Kelima kelompok jenis ransum memiliki nilai hematokrit yang berada pada

kisaran normal, yaitu 33-50% (Booth et al. 2010) dan menurut Arrington (1972)

nilai normal hematokrit sebesar 39-52%.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Perbedaan kadar protein ransum dan jumlah konsumsi ransum yang

diberikan ke tikus percobaan menyebabkan perbedaan berat badan. Kelompok

10% protein dari tepung tempe PRG memiliki berat badan lebih rendah

dibandingkan kelompok 20% protein dari tepung tempe PRG dan 20% protein

dari tepung tempe non-PRG, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan 10% protein

dari kasein. Kelompok tikus yang diberi ransum 10% protein dari tepung tempe

non-PRG memiliki kadar MDA di hati maupun di ginjal lebih rendah

dibandingkan kelompok 10% dan 20% protein dari tepung tempe PRG, akan

tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok 20% protein dari tepung tempe non-

PRG dan 10% protein dari kasein. Sedangkan nilai aktivitas SOD hati dan ginjal

tidak berbeda nyata diantara kelompok tikus percobaan. Hasil kadar MDA dan

aktivitas SOD menunjukkan bahwa tidak ada kelompok tikus yang mengalami

strees oksidatif. Sama hal nya dengan pengukuran hematologi yang membuktikan

bahwa kelompok tikus yang diberi ransum 10% dan 20% protein dari tepung

tempe PRG, kelompok 10% dan 20% protein dari tepung tempe non-PRG, dan

kelompok 10% protein dari kasein dalam jangka panjang tidak menyebabkan

kelainan. Hal tersebut didukung oleh nilai yang didapat masih didalam batas

normal. Akan tetapi, pada pengukuran jumlah trombosit kelompok tikus tepung

tempe PRG, non-PRG, dan kasein memiliki nilai yang melebihi batas normal. Hal

tersebut tidak membuktikan bahwa tikus yang mengonsumsi tepung tempe PRG

maupun non-PRG menyebabkan kelainan pada trombosit, hal ini dikarenakan

terdapat beberapa faktor yang menyebabkan nilai trombosit diatas kisaran normal

yaitu aktivitas tikus, metabolisme tikus, dan jumlah konsumsi ransum. Hasil

pemeriksaan MDA, SOD, dan hematologi menunjukkan bahwa mengonsumsi

tepung tempe PRG dan non- PRG dalam jangka waktu yang lama tidak

menyebabkan kelainan atau menimbulkan stress oksidatif (radikal bebas),

sehingga tepung tempe PRG dan non-PRG aman untuk dikonsumsi.

Page 31: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

17

SARAN

Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis nilai gizi

tepung tempe PRG dan tepung tempe non-PRG.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemistry. 2005. Official Method of

Analysis. Association of Official Analytical Chemistry, Maryland,USA.

Arrington L R. 1972. Animal Laboratory : In Introduction Laboratory Animal

Science- The Breeding, Care and Management of Experimental Animals.

Michigan (USA) : Interstate Printers & Publishers.

Astawan M. 2008. Sehat dengan Tempe. Jakarta(ID): PT.Dian Rakyat.

Astuti M, Meliala A, Dalais F S,Wahlqvist M L. 2000. Tempe, a Nutritious and

Healthy Food from Indonesia. Asia Pacific Journal of Clincic and

Nutrition Vol 9(4):322-325.

Astuti S, Muchtadi D, Astawan M, Purwantara B, Wresdiyati T. 2009. Pengaruh

Pemberian Tepung Kedelai Kaya Isoflavon Terhadap Kadar

Malonaldehid (MDA), Aktivitas Superdioksida Dismutase (SOD) Testis

dan Profil Cu,Zn-SOD Tubuli Seminiferi Testis Tikus Jantan. J.tekno

dan Industri Pangan Vol XX(2):130-131.

Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik : Produksi Padi, Jagung, Dan

Kedelai, No. 45/07/Th.XVI. 1Juli 2013.

Bastiansyah E. 2008. Panduan Lengkap : Membaca Hasil Tes Kesehatan.

Jakarta(ID): Penebar Plus.

Booth C J, Brooks M B, Rockwell S. 2010. Spontaneous Coagulopathy in Inbred

WAG/RijYcb Rats. J Comp MedVol 60(1) : 25–30.

Branka I, Natasa Z, Milos M, Jasmina M, Jelena M, Andras S, Zorica S. 2012.

Lipid Peroxidative Damage on Cisplatin Exposure and Alterations in

Antioxidant Defense System in Rat Kidneys : a Posibble Protective

Effect of Selenium. Journal of Molecular ScienceVol 13(2):1790-1803.

Cahyadi W. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Jakarta(ID) : Bumi Aksara.

Devasagayam T, Tilak J C, Boloor K, Ketaki S, Ghaskadbi S, Lele R D. 2004.

Review Article : Free Radicals and Antioxidants in Human Health :

Current Status and Future Prospects. Japi Vol 52 : 794-795

Effendi Z. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh

[Internet].[diunduh 20 Agustus 2014].Tersedia pada :

http://library.usu.ac.id/download/fk/histologizukesti2.pdf.

Emawati M. 2006. Pengaruh Paparan Udara Halotan dengan Dosis Subanestesi

Terhadap Gangguan Hati Mencit.Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi

Vol 11(2):71-75.

Page 32: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

18

Estridge B H, Reynolds A P, Walters N J. 2000. Basic Medical Laboratory

Techniques 4 th Edition. United States of America: Thomson Learning.

Ganong W F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-22. Widjajakusumah

MD, penerjemah. Jakarta (ID): EGC

Guyton A C. 1993. Sel Darah, Imunitas dan Pembekuan Darah. Di dalam: Buku

Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-7 bagian I. Ken Ariata Tengadi, dkk

penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Terjemahan

dari: Textbook of Medical Physiology

Guyton A C dan Hall. 2010. Textbook of Medical Physiology.12th Ed. W. B.

Philadelphia : Saunders Company

Halliwell B dan Gutterdige. 1997. Free Radicals in Biology and Medicine. Oxford

University Press.

Handayani W dan Andi S H. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta (ID) : Salemba Medika.

Hodgson E. 2004. A Text Book : Modern Toxicology,3rd Edition. John Wiley &

Sons,Inc.

Kementerian Pertanian. 2013. Pendoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai

Tahun 2013. Direktorat Jendral Tanaman Pangan Kementrian Pertanian.

Kuncahyo I. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa

bilimbi L.) terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (Dpph). Seminar

Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) ISSN : 1978 – 9777. Yogyakarta.

Lee J, Koo N, Min D B. 2004. Reactive Oxygen Species, Aging, Antioxidative

Nutraceuticals. Comprehensive Reviews In Food Science And Food

Safety Vol 3 : 21-33.

Lu F C. 2006. Toksikologi Ginjal. Dalam Toksikologi Dasar. Jakarta (ID):

Universitas Indonesia Press. Pp 224-235.

Misra H P dan Fridovich I. 1972. The Role of Superoxide Anion in the

Autoxidation of Epinephrine and a Simple Assay for Superoxide

Dismutase. The Journal of Biological ChemistryVol 247(10): 3170-3175.

Muchtadi D. 2010. Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Bandung (ID) : Alfabeta.

Muchtadi D.2013. Pangan Dan Kesehatan Jantung. Bandung (ID) : Alfabeta.

Mursyid. 2014. Kandungan Zat Gizi dan Nilai Gizi ProteinTepung Tempe Kedelai

Lokal dan Imporserta Aktivitas Antioksidannya.[Tesis]. Bogor (ID) :

Institut Pertanian Bogor.

Odden M C, Amadu A R, Ellen S, Lowell L, Carmen A. 2014. Uric Acid Levels,

Kidney Finction, and Cardiovascular Mortality in US Adults : National

Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1988-1994 and

1999-2002. American Journal of Kidney Diseases Vol 64(4) : 550-557.

Sacher R A dan McPherson R A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Schaasfma G. 2000. The Protein Digestibility–Corrected Amino Acid Score.

Journal of NutritionVol 130(7) :1865-1867.

Page 33: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

19

Schermer S. 1967. The Blood Morphology of Laboratory Animals. 3rd Ed.

Davis,Philadelphia, Pennsylvania.

Scott A S dan Elizabeth F. 2009. Body Structure and Function. Eleventh Edition.

Delmar: United States of America.

Smith J B dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Tikus Laboratorium

(Rattus norvegicus): 37-57. Depok (ID) : Universitas Indonesia.

Susianto. 2011. Peran Formula Tempe Sebagai Sumber Vitamin B12 dan

Implementasinya untuk Diet Vegetarian. [Disertasi]. Depok (ID) :

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Suwarno M, Astawan M, Wresdiyati T, Widowati S, Bintari S H, Mursyid. 2013.

Evaluasi keamanan tempe dari kedelai transgenik melalui uji subkronis

pada tikus. Jurnal Veteriner Vol.15 No.3 : 353-362.

Zhu Y, Li D, Wang F, Yin J, Jin H. 2004. Nutritional assessment and fate of DNA

of soybean meal from roundup ready or conventional soybeans using

rats.Archives of Animal Nutrition Vol. 58 No.4 : 295-310.

Page 34: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

20

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Sidik Ragam Konsumsi Ransum Menggunakan SPSS

versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Ransum_Tikus

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 322187.144a 4 80546.786 8.654 .000

Intercept 81655187.578 1 81655187.578 8773.542 .000

Perlakuan 322187.144 4 80546.786 8.654 .000

Error 186139.608 20 9306.980

Total 82163514.330 25

Corrected Total 508326.752 24

a. R Squared = .634 (Adjusted R Squared = .561)

Ransum_Tikus

Duncan

Perlakuan N Subset

1 2 3

PRG 10% 5 1620.18

NON PRG 10% 5 1779.39 1779.39

PRG 20% 5 1828.79 1828.79

NON PRG 20% 5 1835.11 1835.11

KASEIN 5 1972.85

Sig. .017 .399 .036

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 9306.980.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

b. Alpha = ,01.

Page 35: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

21

Lampiran 2. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Badan Tikus Selama 90 Hari Masa

Perlakuan Menggunakan SPSS Versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: berat_badan

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 177266.000a 4 44316.500 4.976 .001

Intercept 5538781.250 1 5538781.250 621.855 .000

perlakuan 177266.000 4 44316.500 4.976 .001

Error 668014.750 75 8906.863

Total 6384062.000 80

Corrected Total 845280.750 79

a. R Squared = .210 (Adjusted R Squared = .168)

berat_badan

Duncan

perlakuan N Subset

1 2

tepung PRG 10% 16 229

tepung non PRG 10% 16 274 274

kasein 10% 16 251 251

tepung non PRG 20% 16 369

tepung PRG 20% 16 380

Sig. .342 .019

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 8906.863.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16.000.

b. Alpha = ,01.

Page 36: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

22

Lampiran 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Feed Convertion Effeciency

Menggunakan SPSS Versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: FCE

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 287.094a 4 71.773 19.494 .000

Intercept 6109.789 1 6109.789 1659.429 .000

Perlakuan 287.094 4 71.773 19.494 .000

Error 73.637 20 3.682

Total 6470.520 25

Corrected Total 360.731 24

a. R Squared = .796 (Adjusted R Squared = .755)

FCE

Duncan

Perlakuan N Subset

1 2

KASEIN 5 12.655

PRG 10% 5 14.053

NON PRG10% 5 15.422

NON PRG 20% 5 20.102

PRG 20% 5 20.763

Sig. .174 .581

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 3.682.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

b. Alpha = ,01.

Page 37: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

23

Lampiran 4. Hasil Analisis Hasil Analisi Sidik Ragam Kadar Malonaldehid

(MDA) Hati Tikus Menggunakan SPSS Versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: MDA_Hati

Source Type III Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 574.824a 4 143.706 7.716 .004

Intercept 6910.077 1 6910.077 371.040 .000

PERLAKUAN 574.824 4 143.706 7.716 .004

Error 186.235 10 18.624

Total 7671.137 15

Corrected Total 761.060 14

a. R Squared = .755 (Adjusted R Squared = .657)

MDA_Hati

Duncan

PERLAKUAN N Subset

1 2

NON PRG 10% 3 11.84233

NON PRG 20% 3 19.55133 19.55133

KASEIN 10% 3 19.56100 19.56100

PRG 10% 3 27.30900

PRG 20% 3 29.05267

Sig. .063 .030

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 18.624.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

b. Alpha = ,01.

Page 38: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

24

Lampiran 5. Hasil Analasisi Sidik Ragam Kadar Malonaldehid (MDA) Ginjal

Tikus Menggunakan SPSS Versi. 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: MDA_Ginjal

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 174.221a 4 43.555 10.005 .002

Intercept 3071.956 1 3071.956 705.621 .000

PERLAKUAN 174.221 4 43.555 10.005 .002

Error 43.536 10 4.354

Total 3289.713 15

Corrected Total 217.757 14

a. R Squared = .800 (Adjusted R Squared = .720)

MDA_Ginjal

Duncan

PERLAKUAN N Subset

1 2 3

NON PRG 10% 3 8.93333

KASEIN 10% 3 13.34100 13.34100

NON PRG 20% 3 13.94833 13.94833 13.94833

PRG 20% 3 15.99567 15.99567

PRG 10% 3 19.33533

Sig. .018 .167 .013

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 4.354.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

b. Alpha = ,01.

Page 39: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

25

Lampiran 6. Hasil Analisis Sidik Ragam Aktivitas Superdioksida Dismutase

(SOD) Hati Tikus Menggunakan SPSS Versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: SOD_Hati

Source Type III Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 12332.837a 4 3083.209 .878 .511

Intercept 1927056.815 1 1927056.815 548.795 .000

PERLAKUAN 12332.837 4 3083.209 .878 .511

Error 35114.326 10 3511.433

Total 1974503.978 15

Corrected Total 47447.163 14

a. R Squared = ,260 (Adjusted R Squared = -,036)

Lampiran 7. Hasil Analisis Sidik Ragam Aktivitas Superdioksida Dismutase Ginjal

Tikus Menggunakan SPSS Versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: SOD_Ginjal

Source Type III Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2226.759a 4 556.690 2.167 .147

Intercept 2836956.903 1 2836956.903 11041.595 .000

PERLAKUAN 2226.759 4 556.690 2.167 .147

Error 2569.336 10 256.934

Total 2841752.998 15

Corrected Total 4796.095 14

a. R Squared = ,464 (Adjusted R Squared = ,250)

Page 40: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

26

Lampiran 8. Hasil Analisis Sidik Ragam Kadar Hemoglobin Pada Tikus

Percobaan Menggunakan SPSS Versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Hemoglobin

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 8.946a 4 2.236 5.891 .003

Intercept 4736.192 1 4736.192 12476.798 .000

Perlakuan 8.946 4 2.236 5.891 .003

Error 7.592 20 .380

Total 4752.730 25

Corrected Total 16.538 24

a. R Squared = ,541 (Adjusted R Squared = ,449)

Hemoglobin

Duncan

Perlakuan N Subset

1 2

PRG 10% 5 12.980

NON PRG 10% 5 13.240

NON PRG 20% 5 13.840 13.840

KASEIN 10% 5 14.120 14.120

PRG 20% 5 14.640

Sig. .013 .065

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .380.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

b. Alpha = ,01.

Page 41: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

27

Lampiran 9. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Leukosit Tikus Percobaan

Menggunakan SPSS Versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Leukosit

Source Type III Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 12.622a 4 3.155 1.450 .254

Intercept 1184.736 1 1184.736 544.556 .000

Perlakuan 12.622 4 3.155 1.450 .254

Error 43.512 20 2.176

Total 1240.870 25

Corrected Total 56.134 24

a. R Squared = ,225 (Adjusted R Squared = ,070)

Lampiran 10. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Trombosit Tikus Percobaan

Menggunakan SPSS Versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Trombosit

Source Type III Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 12636.160a 4 3159.040 3.082 .040

Intercept 9540685.440 1 9540685.440 9306.896 .000

Perlakuan 12636.160 4 3159.040 3.082 .040

Error 20502.400 20 1025.120

Total 9573824.000 25

Corrected Total 33138.560 24

a. R Squared = .381 (Adjusted R Squared = .258)

Trombosit

Duncan

Perlakuan N Subset

1 2

PRG 10% 5 580.20

NON PRG 10% 5 613.00 613.00

PRG 20% 5 613.80 613.80

KASEIN 10% 5 639.00

NON PRG 20% 5 642.80

Sig. .131 .192

Page 42: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

28

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 1025.120.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

b. Alpha = ,05.

Lampiran 11. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Eritrosit Tikus Percobaan

Menggunakan SPSS Versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Eritrosit

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 4.620a 4 1.155 7.946 .001

Intercept 1520.532 1 1520.532 10461.753 .000

Perlakuan 4.620 4 1.155 7.946 .001

Error 2.907 20 .145

Total 1528.058 25

Corrected Total 7.526 24

a. R Squared = .614 (Adjusted R Squared = .537)

Eritrosit

Duncan

Perlakuan N Subset

1 2 3

PRG 10% 5 7.1540

NON PRG10% 5 7.5920 7.5920

NON PRG 20% 5 7.7320 7.7320 7.7320

KASEIN 10% 5 8.1180 8.1180

PRG 20% 5 8.3980

Sig. .033 .051 .016

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .145.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

b. Alpha = ,01.

Page 43: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

29

Lampiran 12. Hasil Analisis Sidik Ragam Kadar Hematokrit Tikus Percobaan

Menggunakan SPSS Versi 22.0

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Hematokrit

Source Type III Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 48.474a 4 12.118 5.869 .003

Intercept 32227.430 1 32227.430 15608.015 .000

Perlakuan 48.474 4 12.118 5.869 .003

Error 41.296 20 2.065

Total 32317.200 25

Corrected Total 89.770 24

a. R Squared = .540 (Adjusted R Squared = .448)

Hematokrit

Duncan

Perlakuan N Subset

1 2

PRG10% 5 33.560

NON PRG 10% 5 35.320 35.320

NON PRG 20% 5 36.120 36.120

KASEIN 10% 5 37.000

PRG 20% 5 37.520

Sig. .014 .036

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 2.065.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

b. Alpha = ,01.

Page 44: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

30

Lampiran 13. Kurva Standar TEP

Konsentrasi (µmol/ml)

Absorbansi Rata-Rata

0 0.075 0.404 0.143 0.808 0.315 1.616 0.584 2.424 0.878

Lampiran 14. Kurva SOD

y = 0.3403x + 0.0415 R² = 0.9941

0

0.5

1

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (µmol/ml)

Kurva Standar TEP

y = 0.1867x + 4.8889 R² = 0.9847

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

0 100 200 300 400 500 600

% H

amb

atan

Konsentrasi SOD (U/mg protein)

Kurva Standar SOD

Konsentrasi Standar (U/mg protein)

∆ Abs. Rata2 %Hambatan

0 0,015 0,00 50 0,013 13,33

100 0,011 26,67 250 0,007 53,33 300 0,005 66,67 500 0,001 93,33

Blanko 0,015

Page 45: PENGARUH KONSUMSI TEPUNG TEMPE DARI KEDELAI PRG … · Genetik) dan Non-PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan. Terima kasih penulis sampaikan kepada mama tercinta (Ibu Endang Winarni,

31

RIWAYAT HIDUP

Tessa Winandita dilahirkan di kota Jakarta

pada 24 November 1992 dari ayah Winarso dan ibu

Endang Winarni. Penulis merupakan putri pertama

dari dua bersaudara. Pada tahun 2010, penulis lulus

dari SMA Nasional 1. Penulis sangat aktif dalam

organisasi OSIS SMA dan OSIS SMP. Penulis juga

ikut aktif dalam kepanitaan selama SMP hingga masa

perkuliahan. Penulis terdaftar sebagai mahasiswi

Ilmu dan Teknologi Pangan melalui jalur BUD

perusahaan pada tahun 2010. Selama kuliah, penulis aktif sebagai badan

pengawas HIMITEPA pada tahun 2012, selain itu penulis juga aktif dalam

beberapa acara kepanitiaan seperti acara ACCESS dan BAUR 2012

“ ENLIGHTENING YOUR FUTURE “ sebagai seksi acara, HACCP dan Plasma

2012 sebagai seksi sponsor, FATETA International Scholarship 2012 sebagai

seksi humas, dan Panitia Makrab ITP 47 sebagai seksi danus. Penulis merupakan

penerima beasiswa perusahaan PT. Kemilau Bintang Timur (2010-2015).

Penulis menyelesaikan tugas akhir dengan melakukan penelitian pada

tahun2014 yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknologi Pertanian di IPB dan membuat skripsi yang berjudul “Pengaruh

Konsumsi Tepung Tempe dari Kedelai PRG (Produk Rekayasa Genetik) dan Non-

PRG Terhadap Fisiologis Tikus Percobaan”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir.

Joko Hermanianto dan Prof. Dr. Ir. Made Astawan, M.S.