PENGARUH KONSERVATISME LAPORAN KEUANGAN...

29
PENGARUH KONSERVATISME LAPORAN KEUANGAN TERHADAP EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT ABSTRAK Oleh: CITRALISA MENTARI NPM : 0811031025 Tlpn : 085658944419 Email : [email protected] Pembimbing I : Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si. Pembimbing II : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konservatisme laporan keuangan terhadap earnings response coefficient dengan menggunakan earnings response coefficient sebagai variabel dependen dan konservatisme laporan keuangan sebagai variabel independen, serta leverage dan profitabilitas sebagai variabel kontrol. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling dan diperoleh 9 perusahaan sebagai sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konservatisme dan profitablitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap earnings response coefficient, sedangkan leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap earnings response coefficient. Kata kunci: konservatisme laporan keuangan, leverage, profitabilitas, dan earnings response coefficient.

Transcript of PENGARUH KONSERVATISME LAPORAN KEUANGAN...

PENGARUH KONSERVATISME LAPORAN KEUANGAN TERHADAP

EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT

ABSTRAK

Oleh:

CITRALISA MENTARI

NPM : 0811031025

Tlpn : 085658944419

Email : [email protected]

Pembimbing I : Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si.

Pembimbing II : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konservatisme laporan keuangan

terhadap earnings response coefficient dengan menggunakan earnings response

coefficient sebagai variabel dependen dan konservatisme laporan keuangan

sebagai variabel independen, serta leverage dan profitabilitas sebagai variabel

kontrol.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan

metoda purposive sampling dan diperoleh 9 perusahaan sebagai sampel. Analisis

data dilakukan dengan menggunakan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis

yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konservatisme dan profitablitas

mempunyai pengaruh signifikan terhadap earnings response coefficient,

sedangkan leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap earnings

response coefficient.

Kata kunci: konservatisme laporan keuangan, leverage, profitabilitas, dan

earnings response coefficient.

THE EFFECT OF CONSERVATISM IN FINANCIAL STATEMENTS ON

EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT

ABSTRACT

By:

CITRALISA MENTARI

NPM : 0811031025

Tlpn : 085658944419

Email : [email protected]

Pembimbing I : Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si.

Pembimbing II : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt.

This research aims to analyze the effect of conservatism in financial

statements on earnings response coefficient by using earnings response coefficient

as a dependent variable and conservatism in financial statements as an

independent variable, with leverage and profitability as control variables.

Population of this research are the manufacturing firms listed in Indonesian Stock

Exchange (IDX) of 2007-2011 periods. Samples are selected by using purposive

sampling method that results 9 firms to be examined. Classic assumption tests and

hypothesis testing by using multiple linear regression method are used for data

analysis.

The result of this research shows that conservatism and profitability have

significant effect on earnings response coefficient, while leverage does not.

Keywords: conservatism in financial statements, leverage, profitability, and

earnings response coefficient.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konservatisme merupakan prinsip penting yang telah lama mempengaruhi laporan

keuangan. Konvensi seperti konservatisme menjadi pertimbangan dalam

akuntansi dan laporan keuangan karena aktivitas perusahaan dilingkupi oleh

ketidakpastian. FASB Statement of Concept No. 2 mendefinisi konservatisme

sebagai reaksi hati-hati (prudent reaction) menghadapi ketidakpastian. Hal ini

dilakukan untuk memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang melekat pada

situasi bisnis telah cukup dipertimbangkan.

Prinsip konservatif mensyaratkan perlunya mengantisipasi kerugian daripada

keuntungan. Apabila perusahaan memilih satu diantara dua teknik akuntansi yang

ada, maka harus dipilih alternatif yang kurang menguntungkan bagi ekuitas

pemegang saham. Dengan demikian, biaya, rugi atau hutang dapat diakui dan

dicatat lebih awal meskipun masih dalam tahap kemungkinan akan terjadi.

Sebaliknya, aset, pendapatan atau keuntungan hanya dicatat apabila benar-benar

telah terealisasi (Ghozali dan Chariri, 2007). Watts (2003) mendefinisi

konservatisme akuntansi sebagai preferensi terhadap metoda-metoda akuntansi

yang menghasilkan nilai paling rendah untuk aset dan pendapatan serta

menghasilkan nilai paling tinggi untuk kewajiban dan biaya.

Konservatisme merupakan konsep akuntansi yang kontroversial. Terdapat banyak

kritikan yang muncul, namun ada pula yang mendukung penerapan prinsip

konservatisme. Di satu sisi, konservatisme akuntansi dianggap sebagai kendala

yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Monahan (1999)

menyatakan bahwa semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang

dilaporkan akan semakin bias. Di sisi lain, Wolk (2004) berpendapat bahwa

konsevatisme akuntansi bermanfaat. Penerapan konservatisme dapat

meminimalisir persediaan dan bermanfaat dalam tujuan penilaian pajak.

Konservatisme akuntansi bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik

manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan

sebagai media kontrak (Watts, 2003).

Penerapan konservatisme menimbulkan reaksi bagi para pelaku pasar modal.

Reaksi pasar dipengaruhi oleh informasi yang terkandung dalam laporan

keuangan. Laporan keuangan yang konservatif menghasilkan angka-angka

pendapatan atau laba yang lebih rendah dibandingkan laporan keuangan optimis.

Hubungan antara reaksi pasar terhadap laba yang dihasilkan dari penerapan

konservatisme tercermin dalam earnings response coefficient. Earnings response

coefficient menunjukkan seberapa besar respon pasar yang terkandung dalam

harga saham atas perubahan yang terjadi pada laba (Nayar dan Rozeff, 1992).

Oleh karena itu, tujuan variabel konservatisme dihubungkan dengan earnings

response coefficient adalah untuk melihat seberapa besar reaksi pelaku pasar

terhadap laporan keuangan yang konservatif.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menghasilkan simpulan yang berbeda

atas reaksi pasar terhadap konservatisme laporan keuangan. Penelitian mengenai

hubungan antara konservatime dan reaksi pasar dilakukan oleh Dewi (2004) dan

Suaryana (2005) yang menghubungkan konservatisme dengan earnings response

coefficient. Hasil kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa earnings

response coefficient laporan yang cenderung persisten optimis lebih tinggi

dibandingkan earnings response coefficient laporan yang cenderung persisten

konservatif. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Assegaf (2008) dalam

Setyaningtyas (2009) bahwa konservatisme tidak berpengaruh signifikan terhadap

earnings response coefficient.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh konservatisme laporan keuangan terhadap earnings

response coefficient. Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Konservatisme

Laporan Keuangan terhadap Earnings Response Coefficient.”

1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang

dirumuskan pada penelitian ini adalah: Apakah konservatisme laporan keuangan

berpengaruh terhadap earnings response coefficient?

1.2.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi earnings response coefficient dalam

penelitian ini, yaitu konservatisme sebagai variabel independen dan leverage

dan profitabilitas sebagai variabel kontrol. Faktor-faktor yang selain

disebutkan di atas tidak menjadi sorotan penelitian ini.

2. Perioda pengamatan yang digunakan untuk menghitung cumulative abnormal

return adalah ± 3 hari pada tanggal peristiwa pengumuman laporan keuangan.

Digunakan perioda jendela 3 hari sebelum dan sesudah pengumuman laporan

keuangan untuk melihat pengaruh dari pengumuman laporan keuangan,

karena dalam kurun waktu tersebut diperkirakan pasar mampu menyerap

suatu pengumuman atau informasi yang diterbitkan. Menurut Jogiyanto

(2003), lamanya jendela tergantung jenis peristiwa. Jika peristiwanya

merupakan peristiwa yang nilai ekonomisnya dapat ditentukan dengan mudah

oleh investor (misalnya pengumuman laba), perioda jendela dapat pendek,

disebabkan oleh investor yang dapat bereaksi dengan cepat. Selain itu,

penggunaan narrow window bertujuan untuk mencegah informasi lain yang

masuk ke pasar selain informasi tentang laba.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh konservatisme laporan

keuangan terhadap earnings response coefficient pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda tahun 2007 – 2011.

1.3.2 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini

adalah sebagai bukti empiris serta memberikan kontribusi tambahan terhadap

penelitian-penelitian yang telah ada. Bagi para praktisi, hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi investor sebagai

pertimbangan pentingnya melakukan analisis keinformatifan laba perusahaan

sebelum melakukan investasi. Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan terhadap isu tentang pengaruh konservatisme laporan

keuangan terhadap earnings response coefficient. Hasil penelitian diharapkan

dapat dipergunakan sebagai masukan atau bahan pembanding bagi peneliti lain

yang melakukan penelitian sejenis maupun penelitian yang lebih luas.

2. LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Signalling Theory

Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan memiliki dorongan untuk

melaporkan secara sukarela kepada pasar modal meskipun tidak ada suatu

keharusan dalam pelaporan (Wolk et al., 2004). Teori sinyal mengindikasikan

bahwa pelaporan keuangan oleh emiten merupakan suatu sinyal yang dapat

mempengaruhi nilai saham mereka. Dengan adanya sinyal dari perusahaan

menyebabkan investor melakukan antisipasi untuk menentukan antisipasi yang

tepat. Dengan demikian, apabila manajemen menyampaikan informasi ke pasar,

umumnya pasar akan merespon sebagai suatu sinyal terhadap adanya suatu

peristiwa tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Misalnya,

perusahaan memberikan sinyal melalui informasi yang terkandung dalam laporan

keuangan dan tercermin dalam angka-angka laporan bahwa mereka menerapkan

kebijakan akuntansi konservatisme.

Menurut Fala (2007), understatement laba dan aset bersih yang relatif permanen

yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari

manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi

konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Investor diharapkan dapat

menerima sinyal ini dan menilai perusahaan dengan lebih tinggi.

2.2 Earnings Response Coefficient

Penelitian Ball dan Brown (1968) yang menguji tentang laba dan harga saham

menunjukkan bukti empiris bahwa keduanya mempunyai hubungan positif secara

statistis signifikan. Hal ini berarti naik turunnya laba akan mempengaruhi naik

turunnya harga saham secara searah. Palupi (2006) menyatakan, laba merupakan

salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak perhatian dan

banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang sangat erat antara

laba dengan tingkat return saham perusahaan. Besaran yang menunjukkan

kekuatan hubungan antara laba dan return saham ini yang disebut dengan

Earnings Response Coefficient (ERC).

Koefisien respon laba (earnings response coefficient) merupakan suatu koefisien

yang menunjukkan seberapa besar respon pasar yang terkandung dalam harga

saham ( return saham atau pun unexpected return) atas perubahan yang terjadi

pada laba (laba kejutan) (Nayar dan Rozeff, 1992). Naimah dan Utama (2006)

mendefinisi earnings response coefficient adalah reaksi atas laba yang

diumumkan perusahaan. Earnings response coefficient disebut juga koefisien

sensitifitas laba akuntansi yaitu ukuran perubahan harga saham terhadap

perubahan laba akuntansi. Mayangsari (2004) mendefinisi koefisien respon laba

sebagai suatu dampak dari tiap dollar laba kejutan pada return saham dan biasanya

diukur dengan slope koefisien hasil regresi return abnormal dan laba kejutan. Itu

berarti bahwa koefisien respon laba adalah suatu reaksi yang datang dari

pengumuman laba perusahaan.

2.3 Konservatisme

Konservatisme adalah reaksi yang hati-hati (prudent reaction) menghadapi

ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan

bahwa ketidakpastian dan risiko dalam lingkungan bisnis atau perusahaan sudah

cukup dipertimbangkan. Selain merupakan konvensi penting dalam laporan

keuangan, konservatisme mengimplikasi kehati-hatian dalam mengakui dan

mengukur pendapatan dan aset. Konservatisme juga merupakan prinsip dominan

dalam akuntansi. Konservatisme bukan merupakan suatu standar atau aturan

utama yang harus diikuti, melainkan didefinisi sebagai suatu usaha dalam memilih

metoda akuntansi yang dapat diterima secara umum sesuai dengan ketentuan

sebagai berikut: (1) pengakuan pendapatan yang lebih lambat, (2) pengakuan

biaya yang lebih cepat, (3) penaksiran aset yang lebih rendah, (4) penaksiran

kewajiban yang lebih tinggi (Wolk et al, 2004).

Watts (2003) mendefinisi konservatisme akuntansi sebagai preferensi terhadap

metoda-metoda akuntansi yang menghasilkan nilai paling rendah untuk aset dan

pendapatan serta menghasilkan nilai paling tinggi untuk kewajiban dan biaya.

Dengan kata lain, prinsip ini menghasilkan nilai buku ekuitas yang paling rendah.

Berdasarkan definisi tersebut, maka praktik konservatisme dalam pelaporan

keuangan tidak terburu-buru dalam mengakui pendapatan yang mungkin terjadi,

tetapi mempercepat pengakuan biaya yang mungkin terjadi. Sementara itu, dalam

penilaian aset dan kewajiban, aset dinilai pada nilai yang paling rendah dan

kewajiban dinilai pada nilai yang paling tinggi.

Basu (2007) mendefinisi konservatisme sebagai praktik mengurangi laba dan

mengecilkan aset bersih dalam merespon bad news, tetapi tidak meninggikan laba

dalam merespon good news. Konservatisme merupakan antisipasi terhadap

kerugian daripada keuntungan. Menurut Watts (2003), mengantisipasi keuntungan

berarti mencatat laba sebelum ada klaim secara hukum dihubungkan dengan aliran

kas dimasa yang akan datang dan sebaliknya tidak mengantisipasi keuntungan

berarti belum mencatat laba sebelum ada klaim secara hukum dihubungkan

dengan aliran kas dimasa yang akan datang. Sehingga, apabila perusahaan

memilih satu diantara dua teknik akuntansi yang ada, maka harus dipilih alternatif

yang kurang menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham. Dengan demikian,

biaya, rugi atau hutang dapat diakui dan dicatat lebih awal meskipun masih dalam

tahap kemungkinan akan terjadi. Sebaliknya, aset, pendapatan atau keuntungan

hanya dicatat apabila benar-benar telah terealisasi.

Selain itu, tingkat penerapan konservatisme dapat digunakan dalam pemilihan

metoda akuntansi. Beberapa metoda berikut menunjukkan bahwa standar

akuntansi yang berlaku mengijinkan untuk memilih berbagai metoda yang dapat

diterapkan dalam kondisi/transaksi yang sama, sehingga memungkinkan

perusahaan menggunakan metoda yang dirasa paling tepat. Kebebasan memilih

standar akuntansi dapat menghasilkan angka-angka yang berbeda dalam laporan

keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung

konservatif. Contohnya seperti dalam penilaian metoda persediaan, metoda yang

digunakan adalah metoda yang menghasilkan laba paling rendah. Selain itu,

laporan keuangan akan menjadi lebih konservatif jika biaya riset dan

pengembangan diakui sebagai beban daripada sebagai aset. Biaya riset dan

pengembangan yang diakui sebagai beban mengakibatkan laba yang dihasilkan

menjadi lebih rendah. Sedangkan dalam metoda penyusutan, akuntan memilih

untuk mempercepat penyusutan aset tetap (Belkaoui, 2001).

Karakteristik dari konservatisme adalah nilai buku dari aset bersih yang

dilaporkan di laporan keuangan lebih rendah dibandingkan nilai pasarnya dalam

jangka panjang. Berbagai metoda pengukuran konservatisme yang digunakan

antara lain, ratio of market value to book value (mengindikasi neraca konservatif)

dan ratio of income from continuing operations to total assets (Wolk et al, 2004).

Watts (2003) membagi konservatisme menjadi tiga pengukuran, yaitu

Earning/Stock Return Relation Measure, Earning/Accrual Measures, Net Asset

Measure.

2.4 Model Penelitian

3.

2.5 Pengembangan Hipotesis

Konservatisme dan Earnings Response Coefficient

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menghasilkan simpulan

yang berbeda atas reaksi pasar terhadap konservatisme laporan keuangan.

Penelitian mengenai hubungan antara konservatime dan reaksi pasar dilakukan

oleh Dewi (2004) yang menghubungkan konservatisme dengan koefisien respon

laba. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ERC laporan yang cenderung

persisten optimis lebih tinggi dibandingkan ERC laporan yang cenderung

persisten konservatif. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Suaryana (2005) yang

juga membuktikan bahwa ERC perusahaan yang menerapkan akuntansi

konservatif lebih rendah daripada perusahaan tidak menerapkan akuntansi

konservatif.

Konservatisme

Variabel Kontrol:

- Leverage

- Profitabilitas

Earnings Response

Coefficient

Adanya kontroversi mengenai penerapan konservatisme menghasilkan simpulan

yang berbeda atas reaksi pasar terhadap konservatisme laporan keuangan.

Konservatisme dapat dianggap sebagai good news maupun sebagai bad news. Hal

ini terbukti pada penelitian sebelumnya.

Konservatisme identik dengan bad news, dan menurut Giner (2001) dalam Dewi

(2004) bad news memiliki dampak yang lebih besar atas harga sekuritas

dibandingkan good news. Penman (2002) mendukung penelitian Giner, dengan

menarik simpulan bahwa laba yang disusun dengan prinsip akuntansi yang

cenderung konservatif dianggap sebagai bad news, sehingga direaksi dengan cepat

oleh pasar. Hal ini juga didukung oleh penelitian Suaryana (2005) yang

membuktikan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara konservatisme dan

earnings response coefficient. Gigler dan Hemmer (2001) dalam Dewi (2004)

menyatakan pasar bereaksi lebih cepat terhadap informasi-informasi dari

perusahaan yang menerapkan metoda akuntansi yang kurang konservatif (lebih

optimis).

Namun, pendapat Penman (2002) yang menyatakan bahwa konservatisme

merupakan bad news masih menjadi pertentangan, karena sebagian peneliti

lainnya beranggapan metoda konservatif justru lebih baik dibandingkan metoda

optimis sehingga dapat dianggap sebagai good news. Wolk (2004) berpendapat

bahwa konservatisme akuntansi bermanfaat, terutama pada saat terjadinya bad

news seperti inflasi dan krisis global yang berdampak kurang baik terhadap laba.

Berdasarkan perspektif teori agensi, manajemen mempunyai dorongan yang kuat

untuk menahan bad news yang akan berdampak kurang baik terhadap laba.

Penggunaan metoda akuntansi yang konservatif akan dapat menghasilkan laporan

keuangan yang pesimis. Hal ini terbukti pada hasil penelitian Assegaf (2007)

dalam Setyaningtiyas (2009) yang membuktikan hubungan positif antara

konservatisme dan earnings response coefficient. Respon yang positif saat laporan

keuangan cenderung konservatif disebabkan oleh perilaku investor yang high risk

averse pada saat inflasi. Sehingga, semakin tinggi penerapan konservatisme pada

perusahaan maka reaksi pasar yang dicerminkan dalam earnings response

coefficient akan semakin baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis alternatif penelitian ini adalah :

Ha: Konservatisme laporan keuangan berpengaruh positif terhadap earnings

response coefficient

3. METODA PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah sumber data

yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder

dapat berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang tersusun dalam arsip, baik

yang dipublikasi maupun tidak dipublikasi. Adapun data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh dalam laporan keuangan perusahaan go public tahun

2007- 2011, serta data harga saham selama perioda pengamatan.

Sumber data yang digunakan diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada (http://www.idx.co.id), IDX Fact Book dan Indonesia Capital Market

Directory (ICMD).

3.2 Metode Pemilihan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metoda penyampelan

bersasaran (purposive sampling method) yaitu sampel yang dipilih berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena

itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi

kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011

dan tidak sedang berada pada proses delisting pada perioda tersebut.

2. Perusahaan mempublikasi laporan tahunan di BEI secara lengkap dan

terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan berturut-turut dari tahun

2007-2011.

3. Perusahaan yang sahamnya masih aktif diperdagangkan selama tahun

2007-2011.

4. Perusahaan yang memiliki nilai buku ekuitas dan saldo laba positif

selama perioda penelitian (2007-2011).

5. Perusahaan menerapkan konservatisme secara persisten selama perioda

penelitian 2007-2011, yaitu dengan nilai market to book ratio lebih

dari satu.

6. Perusahaan tidak mengalami peristiwa yang nilai ekonomisnya sulit

ditentukan dan dapat mempengaruhi reaksi pasar, seperti merger,

akuisisi, dan pengambilalihan/takeover.

Tabel 1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah Akumulasi

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2007-2011

141

2 Perusahaan manufaktur yang melakukan delisting

tahun 2007-2011 dari BEI

(38) 103

3 Memiliki nilai buku ekuitas dan saldo laba negatif

selama perioda pengamatan (2007-2011)

(68) 35

4 Tidak ada data Penelitian (16) 19

5 Tidak menerapkan konservatisme secara persisten

(market to book ratio < 1)

(10) 9

Jumlah data total selama perioda Penelitian 45

Tabel 2 Daftar Perusahaan Sampel

No

Kode

Perusahaan Nama Perusahaan

1 ASII PT Astra International Tbk

2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk

3 DVLA PT Darya‐Varia Laboratoria Tbk

4 EKAD PT Ekadharma International Tbk

5 INTP PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk

6 MERK PT Merck Tbk

7 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk

8 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk

9 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Tbk

3.3 Variable Penelitian

3.3.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen pada penelitian ini adalah Earnings Response Coefficient

(ERC). ERC merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi antara proksi respon

pasar yang terkandung dalam harga saham dan laba akuntansi (Belkaoui, 2001).

Proksi harga saham yang digunakan adalah Cumulative Abnormal Return (CAR)

yang dihitung pada ± 3 hari disekitar tanggal pengumuman (t-3, t, t+3), sedangkan

proksi laba akuntansi yang digunakan adalah Unexpected Earnings (UE). Hal ini

mengacu pada penelitian Suaryana (2005).

Cummulative abnormal return (CAR) akan diproksikan sebagai berikut:

it

t

i ARCAR3

3

)3,3(

(Jogiyanto, 2003)

Keterangan:

CAR )3,3(i = adalah abnormal return kumulatif perusahaan i selama perioda

amatan 3 hari dari tanggal publikasi laporan keuangan

ARit = adalah abnormal return perusahan i pada hari t

Tahap-tahap untuk menghitung CAR

1. ititit RmRAR

ARit = abnormal return perusahaan i pada hari t

Rit = return sesungguhnya perusahaan i pada hari t

Rmit = return pasar pada hari t

2. 1it

1itit

itP

PPR

Rit = return sesungguhnya perusahaan i pada hari t

Pit = harga penutupan saham perusahaan i pada perioda t

Pit-1 = harga penutupan saham perusahaan i pada perioda t-1

3.

1

1

it

itit

itIHSG

IHSGIHSGRm

Rmit = return pasar pada hari t

IHSGit = indeks harga saham gabungan pada hari t

IHSGit-1 = indeks harga saham gabungan pada hari t-1

Dalam penelitian ini abnormal return dihitung menggunakan model pasar-

sesuaian (market-adjusted model). Model pasar-sesuaian (market-adjusted model)

menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengetimasi return sekuritas

adalah return pasar pada saat peristiwa (Jogiyanto, 2003). Selain itu, Jogiyanto

(2003) juga menyatakan bahwa market adjusted model merupakan penduga yang

terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada

saat itu. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan perioda

estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang

diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

Unexpected earnings (UE) dihitung dengan proksi seperti yang dilakukan oleh

Suaryana (2005). Unexpected earnings diukur dengan rumus sebagai berikut:

1it

1tit

E

)EE(

itUE

Keterangan:

UEit = unexpected earnings perusahaan i pada perioda t

Eit = laba perusahaan i pada perioda t

Eit-1 = laba perusahaan i pada perioda t-1

3.3.2 Variabel Independen (X)

Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan konservatisme yang diukur

dengan menggunakan rasio market to book. Pengukuran market to book ratio

dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Suaryana (2005) yang mengacu pada

Watts (2003), yaitu sebagai berikut:

(BVE)

(MVE)

equitycommonofvaluebook

equitycommonofvaluemarketratiobooktoMarket

Keterangan:

MVE = harga penutupan saham akhir tahun x jumlah saham beredar

BVE = total net asset – total kewajiban

3.3.3 Variabel Pengontrol

Variabel pengontrol juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu Leverage dan

Profitabilitas.

1. Leverage

Leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER),

yaitu menunjukkan proporsi antara kewajiban dan ekuitas yang merupakan

sumber pendanaan suatu perusahaan. Pengukuran leverage pada penelitian ini

mengacu pada penelitian Setiati dan Kusuma (2004), yaitu diproksikan dengan

debt to equity ratio yaitu rasio total hutang dibagi total ekuitas perusahaan.

ekuitas

kewajiban totalDER

2. Profitabilitas

Profitabilitas diproksikan dengan Return on Equity (ROE). Return on Equity

(ROE), yaitu indikator kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola modal

yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Dalam penelitian ini, profitabilitas

yang diproksikan dengan ROE mengacu pada penelitian Naimah dan Sidharta

(2006) dan dirumuskan sebagai berikut:

equitytotal

taxafterincomenetROE

3.4 Alat Analisis

3.4.1 Uji Regresi Linear Berganda

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh

dari variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel dependen dinotasi

dengan Y dan untuk variabel independen dinotasi dengan X. Maka, model regresi

linear berganda untuk penelitian ini sebagai berikut:

ititititit eROEDERKONERC 3210

Keterangan:

itERC = Earnings Response Coefficient perusahaan i pada tahun t

itKON = Konservatisme perusahaan i pada tahun t

itDER = Leverage perusahaan i pada tahun t

itROE = Profitabilitas perusahaan i pada tahun t

e = error

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan penelitian terhadap model analisis regresi harus dipenuhi

asumsi-asumsi yang mendasari model regresi. Penelitian dengan menggunakan

model regresi membutuhkan beberapa pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi

klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan

benar-benar bebas dari gejala multikolinearitas, gejala heteroskedastisitas, dan

gejala autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki distribusi data

yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model dengan distribusi

data yang normal atau mendekati normal.Distribusi normal akan membentuk satu

garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal.

Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari

garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2006).

Selain dengan menggunakan grafik, pada penelitian ini pengujian normalitas juga

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini adalah metoda

yang umum digunakan untuk menguji normalitas data. Jika nilai Kolmogorov-

Smirnov tidak signifikan (tingkat signifikansi di atas 0,05), maka semua data

terdistribusi secara normal.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan keadaan yang mana terdapat korelasi antara tiga atau

lebih variabel independen. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari

nilai Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai TOL

berkebalikan dengan VIF. Tolerance adalah besarnya variasi dari satu variabel

independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya, sedangkan

VIF menjelaskan derajat suatu variabel independen dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Jika nilai TOL lebih besar dari 0,1, maka tidak terdapat

multikolinearitas di antara variabel independen. Sedangkan untuk nilai VIF

sebagai rule of thumb nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa ada

kolinearitas yang tinggi di antara variabel independen (Ghozali, 2006).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang

baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Hal ini dapat

dideteksi dengan melihat scatterplot antara nilai taksiran Y dengan nilai residual

dimana plot residual versus nilai prediksinya menyebar. Jika pada grafik yang

mempunyai sumbu residual yang distandarkan dari sumbu X dan Y yang telah

diprediksi membentuk suatu pola tertentu yang jelas (bergelombang, melebar,

kemudian menyempit), serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006).

d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada perioda t dengan kesalahan perioda t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi,maka dinamakan ada masalah autokorelasi.

Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksiran masih tetap bias dan

masih tetap konsisten hanya saja masih tidak efisien (Ghozali, 2006).

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Metoda

pendeteksian adanya autokorelasi adalah dengan tes Durbin-Watson.

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi (+) Tolak 0< d <dl

Tidak ada autokorelasi (+) No decision dl ≤ d≤ du

Tidak ada autokorelasi (-) Tolak 4-dl < d < 4

Tidak ada autokorelasi (-) No decision 4-du ≤ d ≤ 4-du

Tidak ada autokorelasi (+),(-) Tidak Tolak du < d < 4-du

3.4.3 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006).

3.4.4 Uji Kelayakan Model (Uji Signifikansi F)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi dapat menjelaskan

pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F (pengujian signifikansi secara

simultan).

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah:

Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1)

H0 : ρ = 0, diduga variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

H1 : ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Menetapkan kriteria pengujian yaitu:

Tolak H0 jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5%

Terima H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5%

3.4.5 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui

pengaruh dan signifikansi dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen.Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial

dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat

kesalahan analisis (α) 5%.Untuk menolak atau menerima hipotesis digunakan:

Jika Sig < 5% maka : Ha diterima

Jika Sig > 5% maka : Ha ditolak

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Gambar 1. Hasil Uji Normalitas (Grafik)

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas K-S

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 45

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,19649448

Most Extreme

Differences

Absolute ,095

Positive ,095

Negative -,063

Kolmogorov-Smirnov Z ,636

Asymp. Sig. (2-tailed) ,813

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dengan melihat tampilan grafik normal probability plot pada gambar 4.1 dapat

disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal yang

mendekati normal. Dari gambar di atas terlihat titik-titik menyebar mendekati

garis diagonal serta penyebarannya di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat

disimpulkan berdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam

penelitian ini karena telah memenuhi asumsi normalitas.

Hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-

Smirnov berdasarkan data analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa

besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,636. Dengan Asymp. Sig. (2-

tailed), yaitu sebesar 0,813. Hal ini berarti H0 diterima dan data residual

terdistribusi normal. Hasil ini konsisten dengan uji normalitas menggunakan

normal probability plot.

b. Uji Multikolinearitas

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Independen Tolerance VIF Simpulan

KON 0,775 1,290

Tidak ada

multikolinearitas

DER 0,805 1,243

Tidak ada

multikolinearitas

ROE 0,775 1,290

Tidak ada

multikolinearitas

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak

mempunyai masalah multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Tabel 5. Interpretasi Hasil Durbin - Watson

Jika Hipotesis Keputusan

0 < d < 1,383 Tidak ada autokorelasi positif Tolak

1,383 ≤ d ≤ 1,666 Tidak ada autokorelasi positif No Decision

2,617 ≤ d ≤ 4 Tidak ada autokorelasi negative Tolak

2,334 ≤ d ≤ 2,617 Tidak ada autokorelasi negative No Decision

1,666 ≤ d ≤ 2,334 Tidak ada autokorelasi positif atau

negative

Tidak Ditolak

Berdasarkan klasifikasi nilai interpretasi DW di atas, maka dapat dilihat hasil uji

autokorelasi dengan nilai Durbin-Watson sebesar 1,686. Nilai d lebih dari 1,666

dan kurang dari 2,334. Hal ini berarti hasil pengujian tidak terjadi autokorelasi.

d. Uji Heterokedastisitas

Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatter Plot)

Berdasarkan grafik scatter plot, dapat dilihat bahwa titik-titik berpencar, tidak

membentuk pola tertentu, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol

pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi

heterokedastisitas.

4.2 Goodness of Fit Test

Tabel 6. Hasil Uji Goodness Of Fit

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 ,442a ,196 ,137 ,20356 1,686

a. Predictors: (Constant), ROE, DER, KON

b. Dependent Variabel: ERC

Nilai adjusted R2 yang diperoleh dari pengujian regresi yang telah dilakukan

sebesar 0,137 yang menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini

mampu menjelaskan variabel dependen Earnings Response Coefficient (ERC)

sebesar 13,7% sedangkan sisanya sebesar 86,3% dijelaskan atau dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini. Standar Error of

Estimates (SEE ) sebesar 0,20356. Makin kecil nilai SEE akan membuat model

regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

4.3 Signifikansi Model Regresi

Tabel 7. Signifikansi Model Regresi

ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression ,413 3 ,138 3,324 ,029a

Residual 1,699 41 ,041

Total 2,112 44

a. Predictors: (Constant), ROE, DER, KON

b. Dependent Variable: ERC

Dari hasil analisis regresi ini, didapat F-hitung sebesar 3,324 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,029. Karena probabilitas 0,029 lebih kecil daripada 0,05,

maka model regresi ini dapat digunakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa secara statistik pada α 5% variabel konservatisme, leverage, dan

profitabilitas mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC).

4.4 Regresi Linear Berganda

Model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

ititititit eROEDERKONERC 3210

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant

)

,200 ,092

2,174 ,036

KON ,056 ,022 ,400 2,512 ,016

DER -,086 ,067 -,200 -1,282 ,207

ROE -1,025 ,370 -,441 -2,774 ,008

a. Dependent Variable: ERC

Pengolahan data tersebut menghasilkan suatu model regresi berganda adalah

sebagai berikut:

iteROEDERKONY 025,1086,0056,0200,0

Y = Earnings Response Coefficient (ERC)

itKON = Konservatisme

DERit = Leverage

ROEit = Profitabilitas

e = error

Keterangan dari persamaan tersebut sebagai berikut:

Konstanta sebesar 0,200 dapat diinterpretasikan bahwa variable-variabel

konservatisme, leverage, dan profitabilitas dianggap konstan, maka

earnings response coefficient sebesar 0,200.

Koefisien regresi konservatisme sebesar 0,056 menyatakan bahwa setiap

penambahan 1% konservatisme (KON) akan menaikkan earnings

response coefficient sebesar 0,056.

Koefisien regresi leverage (DER) sebesar -0,086 menyatakan bahwa setiap

penambahan 1% leverage (DER) akan menurunkan earnings response

coefficient sebesar 0,086.

Koefisien regresi return on equity (ROE) sebesar -1,025 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1% ROE akan menurunkan earnings response

coefficient sebesar 1,025.

4.5 Pengujian Hipotesis

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis

Arah Nilai

Signifikansi

Simpulan

Ha1: Konservatisme laporan

keuangan berpengaruh positif

terhadap earnings response

coefficient

Positif 0,016 Tidak menolak H0

Variabel Kontrol:

Leverage Negatif 0,207 Leverage tidak berpengaruh

terhadap earnings response

coefficient

Profitabilitas Negatif 0,008 Profitabilitas berpengaruh

negatif terhadap earnings

response coefficient

Dari hasil perhitungan berdasarkan tabel 4.9 secara statistik bahwa variabel

konservatisme memiliki koefisien 0,056 dengan tingkat signifikansi 0,016

(p<0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konservatisme berpengaruh

signifikan terhadap earnings response coefficient. Hal ini berarti hipotesis yang

menyatakan bahwa konservatisme berpengaruh positif terhadap earnings response

coefficient diterima.

Variabel Kontrol:

1. Leverage (DER)

Hasil koefisien regresi yang terdapat pada tabel 4.9 untuk variabel kontrol

leverage (DER) menunjukan arah negatif 0,086 dengan tingkat signifikansi 0,207

(p>0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa leverage yang diproksikan

dengan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings

response coefficient.

2. Profitabilitas (ROE)

Hasil koefisien regresi yang terdapat pada tabel 4.9 untuk variabel kontrol

profitabilitas (ROE) menunjukan arah negatif 1,025 dengan tingkat signifikansi

0,008 (p<0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa profitabilitas yang

diproksikan dengan return on equity berpengaruh signifikan terhadap earnings

response coefficient.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh konservatisme laporan keuangan terhadap Earnings

Response Coefficient (ERC)

Pengujian terhadap hipotesis bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari

konservatisme laporan keuangan terhadap earnings response coefficient (ERC)

yang diperoleh dari regresi antara cumulative abnormal return (CAR) dan

unexpected earnings (UE) pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI. Dapat dilihat pada tabel 4.9, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,016,

yaitu nilainya lebih kecil dari tingkat signifikansinya 0.05, maka secara statistik

H0 tertolak, yang artinya variabel konservatisme laporan keuangan berpengaruh

signifikan terhadap ERC. Selain itu dapat diketahui bahwa konservatisme

mempunyai koefisien regresi positif terhadap ERC, yaitu sebesar nilai

Unstandardized Coefficients Beta = 0,056. Sehingga, setiap peningkatan 1%

praktik konservatisme pada perusahaan akan menaikkan earnings response

coefficient sebesar 0,056.

Adanya hubungan positif antara konservatisme dan Earnings Response

Coefficient (ERC) disebabkan oleh perilaku investor yang lebih memilih berhati-

hati dalam menghindari risiko, terutama pada saat inflasi dan krisis global. Hal ini

sesuai dengan pendapat Wolk (2004) bahwa konservatisme akuntansi bermanfaat,

terutama pada saat terjadinya bad news seperti inflasi dan krisis global yang

berdampak kurang baik terhadap laba. Berdasarkan perspektif teori agensi,

manajemen mempunyai dorongan yang kuat untuk menahan bad news yang akan

berdampak kurang baik terhadap laba. Penggunaan metoda akuntansi yang

konservatif akan dapat menghasilkan laporan keuangan yang pesimis. Sehingga,

penerapan konservatisme pada saat perusahaan mengalami inflasi di respon positif

oleh pasar karena dianggap sebagai good news.

Pengujian terhadap variabel kontrol leverage yang diproksi dengan debt to equity

ratio (DER) terhadap earnings response coefficient (ERC) pada perusahaan-

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI memperoleh nilai signifikansi

sebesar 0,207. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari tingkat signifikansinya

0,05, maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa variabel leverage tidak

berpengaruh terhadap earnings response coefficient (ERC) . Hasil analisis tersebut

tidak sejalan dengan hasil penelitian Setiati dan Indra (2004). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa besar atau kecil leverage tidak mempengaruhi reaksi pasar

yang tercermin dalam earnings response cofficient. Secara teoretis perusahaan

yang high levered memiliki earnings response coefficient yang lebih rendah

dibanding dengan perusahaan low levered, sehingga leverage mempengaruhi

earnings response coefficient. Tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori

tersebut, hal ini mungkin disebabkan karena perilaku investor bukan terbentuk

dari aspek fundamental saja, tetapi juga dari aspek sentimen pasar (Masassya,

2010).

Hasil pengujian hipotesis variabel kontrol profitabilitas menunjukkan pengaruh

negatif terhadap earnings response coefficient. Dapat dilihat pada tabel 4.9, secara

statistik diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.008, yaitu nilainya lebih kecil dari

tingkat signifikansinya 0.05, yang berarti variabel profitabilitas berpengaruh

signifikan terhadap earnings response coefficient. Selain itu dapat diketahui

bahwa profitabilitas mempunyai koefisien regresi negatif terhadap koefisien

respon laba, yaitu sebesar nilai Unstandardized Coefficients Beta = -1,025. Hasil

tersebut menunjukan adanya hubungan terbalik antara profitabilitas dan earnings

response coefficient, yaitu setiap peningkatan 1% profitabilitas (ROE) maka

reaksi pasar terhadap laba akan mengalami penurunan sebesar 1,025. Hal tersebut

mungkin disebabkan karena perilaku investor berpengalaman (sophisticated) yang

cenderung berhati-hati dalam menghadapi risiko.

Adanya risiko yang muncul dari dampak makro ekonomi mempengaruhi harga

instrumen investasi di Indonesia. Menurut data Bank Indonesia, inflasi terus

meningkat tajam dari akhir tahun 2007 hingga awal tahun 2009, kemudian

berfluktuasi di tahun 2010 dan 2011. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan

ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan

investasi. Suku bunga yang meningkat akibat inflasi terlalu tinggi mempengaruhi

keputusan investasi, yaitu investor lebih memilih deposito ataupun memegang

cash dibandingkan berinvestasi. Sehingga, meskipun secara fundamental ROE

perusahaan cukup baik, namun adanya faktor lain seperti berita ekonomi, justru

mempengaruhi respon investor untuk menjual saham yang mengakibatkan

abnormal return yang tercermin dalam earnings response coefficient semakin

kecil.

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konservatisme terhadap

earnings response coefficient. Dalam penelitian ini terdapat variabel independen

dan variabel kontrol yang diuji pengaruhnya dengan earnings response

coefficient.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel independen yang diuji yaitu

konservatisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap earnings response

coefficient. Hasil pengujian atas pengaruh variabel kontrol leverage dan

profitabilitas terhadap earnings response coefficient menunujukkan bahwa

leverage tidak berpengaruh terhadap earnings response ceofficient, sedangkan

variabel profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap earnings response

coefficient.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut:

1. Sampel penelitian yang digunakan hanya perusahaan-perusahaan manufaktur

yang menerbitkan laporan tahunannya secara berturut-turut selama lima tahun

yaitu tahun 2007-2011. Sehingga sampel yang didapat jumlahnya terlalu

sedikit dan kurang menggambarkan perusahaan secara keseluruhan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi earnings response coefficient dalam

penelitian ini hanya tiga variabel, yaitu konservatisme, leverage, dan

profitabilitas, sedangkan masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi

earnings response coefficient.

3. Variabel independen konservatisme, leverage, dan profitabilitas belum dapat

menjelaskan variabel dependen earnings response coefficient secara

keseluruhan yaitu hanya sebesar 13,7% saja. Sehingga, masih banyak

variabel-variabel diluar model yang mungkin dapat mempengaruhi earnings

response coefficient.

5.3 Saran

Mendasar pada keterbatasan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran

yaitu:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel penelitian dari berbagai

jenis perusahaan atau industri. Karena dengan tidak terfokus pada satu jenis

perusahaan atau industri, diharapkan dapat memperoleh earnings response

coefficient yang mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan memperpanjang periode amatan

penelitiannya sehingga diharapkan dapat memperoleh estimasi earnings

response coefficient (ERC) dan konservatisme yang lebih baik.

3. Peneliti selanjutnya dapat menambah atau mengganti variabel determinan

earnings response coefficient (ERC) serta menambah atau mengganti proksi

dari variabel-variabel yang digunakan dengan proksi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Basu, Sudipta. 1997. The Conservatism Principle and the Asymmetric Timeliness

of Earnings. Journal of Accounting and Economics.

Ball, R. dan P. Brown. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income

Numbers. Journal of Accounting Research 6 (Autumn).

Belkaoui, A.R. 2001. Teori Akuntansi I. Jakarta: Salemba Empat.

Dewi, A. A. A. Ratna. 2004. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan

Terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.

Vol. 7 No. 2, Mei: 207-223.

Fala, Dwiyana A.S. 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian

Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance.

Makalah Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi

Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi Edisi 3. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Jogiyanto H.M. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman. Edisi 2007. Yogyakarta. BPFE.

Jogiyanto H.M. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.

Masassya, Elvin G. Simak Jurus Memilih Saham. Kompas, 11 Oktober 2010.

Mayangsari, Sekar. 2004. Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor

Terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia. Vol. 7, No. 2.

Mayangsari, Sekar dan Wilopo. 2001. Konservatisme Akuntansi, Value

Relevance dan Discretionary Accrual: Implikasi Empiris Model Feltham-

Ohlson. Simposium Nasional Akuntansi IV.

Monahan, Steve. 1999. Conservatism, Growth And The Role Of Accounting

Numbers In The Equity Valuation Process. http://www.ssrn.com.

Mulyani, dkk. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response

Coefficient Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. JAAI

Volume 11 No.1 Juni 2007.

Nayar, Nandkumar dan Michael S. Rozeff. 1992. Earnings Response Coefficient

Models: Synthesis and Extensions. http://www.ssrn.com.

Naimah, Zahroh dan Siddharta Utama. 2006. Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Pertumbuhan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon

Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi Pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX.

Padang

Palupi, Margaretta Jati. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Koefisien Respon Laba: Bukti Empiris Pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal

Ekubank Volume 3 Edisi November.

Pennman, Stephen H. dan Xiao-Jun Zhang. 2002. Accounting Conservatism, The

Quality Of Earnings, and Stock Returns. Working Paper SSRN.

Sari, Cynthia dan Desi Adhariani. 2008. Konservatisme Perusahaan di Indonesia

dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Simposium Nasional Akuntansi

XII.

Setiati, Fita dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Koefisien Respon Laba Pada Perusahaan Bertumbuh dan Tidak Bertumbuh.

Simposium Nasional Akuntansi VII.

Setyaningtyas, Tara. 2009. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan dan

Siklus Hidup Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba, (Studi Pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2006).

(Skripsi). Universitas Sebelas Maret Surakarta

Subramanyam, K.R. dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

Suaryana, Agung. 2005. Pengaruh Konservatisme Laba Terhadap Koefisien

Respon Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis.

Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan. Yogyakarta: CV. ANDI.

Suprianto, Edi dan Kiryanto. 2006. Pengaruh Moderasi Size Terhadap Hubungan

Laba Konservatisme dengan Neraca Konservatisme. Simposium Nasional

Akuntansi IX, Padang.

Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. Ontario: Prentice Hall.

Watts, RL. 2003. Conservatism In Accounting part I: Explanations and

Implications. http://www.ssrn.com.

Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2004. Accounting

Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College

Publishing.