PENGARUH KONSENTRASI MARINADE BLEND …digilib.unila.ac.id/55175/3/SKRIPSI TANPA BAB...

46
PENGARUH KONSENTRASI MARINADE BLEND KUNYIT PUTIH (Curcuma zidoaria) TERHADAP pH, DAYA IKAT AIR, DAN SUSUT MASAK DAGING BROILER (Skripsi) Oleh RESTU ERMA JUNITA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of PENGARUH KONSENTRASI MARINADE BLEND …digilib.unila.ac.id/55175/3/SKRIPSI TANPA BAB...

PENGARUH KONSENTRASI MARINADE BLEND KUNYITPUTIH (Curcuma zidoaria) TERHADAP pH, DAYA IKAT AIR,

DAN SUSUT MASAK DAGING BROILER

(Skripsi)

Oleh

RESTU ERMA JUNITA

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI MARINADE BLEND KUNYIT PUTIH(Curcuma zidoaria) TERHADAP pH, DAYA IKAT AIR, DAN SUSUT

MASAK DAGING BROILER

Oleh

Restu Erma Junita

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi marinade blendkunyit putih terhadap pH, daya ikat air, dan susut masak daging broiler telahdilaksanakan pada 25 Agustus 2018 di Laboratorium Produksi dan ReproduksiTernak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Materipenelitian menggunakan 20 potong daging dada broiler. Penelitian inimenggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5ulangan yaitu tanpa perendaman blend kunyit putih (P0), perendaman denganblend kunyit putih 4% (P1), perendaman dengan blend kunyit putih 8% (P2), danperendaman dengan blend kunyit putih 12% (P3). Peubah yang diamati adalahnilai pH, daya ikat air (DIA), dan susut masak. Data yang peroleh kemudiandianalisis ragam dengan taraf nyata 5%, hasil yang berpengaruh nyata diuji lanjutmenggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil analisis ragam menunjukkanbahwa perendaman daging broiler dengan marinade blend kunyit putih tidakmemberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap pH, DIA, dan susut masakpada daging broiler.

Kata kunci: marinade blend kunyit putih, nilai pH, daya ikat air, susut masak,dan daging broiler

ABSTRACT

THE EFFECT OF BLEND MARINADE CONCENTRATION OF WHITETURMERIC (Curcuma zidoaria) ON pH, WATER HOLDING CAPACITY

(WHC), AND COOKING LOSS OF BROILER MEAT

By

Restu Erma Junita

This research intended to determine the effect of blendmarinade concentration ofwhite turmeric (Curcuma zidoaria)on pH, water holding capacity, and cookingloss of broiler meatwas conducted on August, 25th2018 at Production andReproduction of Livestock Laboratory, Department ofAnimal Husbandry, Facultyof Agriculture University of Lampung. The materialsof this research is used 20pieces chest of broiler meat. This research is used Completely RandomizedDesign (CRD) with 4 treatments and 5 replications thatare without marination ofwhite turmeric blend (P0), marination with white turmeric blend 4% (P1),marination with white turmeric blend 8% (P2), and marination with whiteturmeric blend 12% (P3). The observedvariables is value of pH, water holdingcapacity (WHC), and cooking loss. Thedata obtained were analyzed by usingvariance level 5%, the results of which havesignificant effect on continued testusing Least Significance Different (BNT). Theresults of the variance analysisshow that marination of broiler meat with white turmeric blend marinade did notsignificant effect (P>0,05) to pH, WHC, and cooking loss of broiler meat.

Key words: white turmeric blend marinade, pH value, water holding capacity,cooking loss, and broiler meat.

PENGARUH KONSENTRASI MARINADE BLEND KUNYIT

PUTIH (Curcuma zidoaria) TERHADAP pH, DAYA IKAT AIR,

DAN SUSUT MASAK DAGING BROILER

Oleh

Restu Erma Junita

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PETERNAKAN

Pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumbersari, Lampung Selatan pada 17 Juni 1996, putri

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tugiono dan Ibu Siti Rosidah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Dharma Wanita

pada 2002; sekolah dasar di SDN 1 Bumi Dipasena Abadi pada 2008; sekolah

menengah pertama di SMPN 1 Natar pada 2011; sekolah menengah atas di

SMAN 1 Natar pada 2014. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai

Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

melalui jalur tulis SBMPTN.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kebon Damar,

Kecamatan Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur pada Januari--Februari

2018 dan melaksanakan Praktik Umum di PT. Superindo Utama Jaya Metro, pada

Juli--Agustus 2017. Selama masa studi di Program Studi Peternakan, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung, penulis pernah menjadi asisten dosen mata

kuliah Pengetahuan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dan aktif di Himpunan

Mahasiswa Peternakan Universitas Lampung sebagai anggota bidang Pendidikan

dan Pelatihan.

MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkautelah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakan urusan yang lain dengan

sungguh-sungguh”(Q.S. Al-Insyirah: 6-7)

“Rencana Allah selalu lebih indah dari keinginan kita”(Bj. Habibie)

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali nampak mustahil; kita baru

yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”

(Evelyn Underhill)

“Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata “Ibu”, danpanggilan yang paling indah adalah “ibuku”. Ini adalah kata yang penuh

harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati”(Kahlil Gibran)

“Orang bijak adalah dia yang hari ini mengerjakan apa yang orang bodohakan kerjakan tiga hari kemudian”

(Abdullah Ibnu Mubarak)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat, hidayah-Nya, dan sholawat serta salam selalu dijunjungkan kepada

Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dan pemberi syafa’at di hari

akhir.

Kupersembahkan sebuah karya dengan penuh perjuangan dan cinta sebagai

salah satu bukti rasa sayang dan baktiku kepada kedua orang tuaku yang

selalu menyayangi, mendoakan, dan membimbingku. Semoga ini dapat

mengobati rasa lelah dalam membesarkan dan mendidikku sampai di titik

ini.

Terima kasih kuucapkan dengan setulus hati kepada kakak, adik, dan

seluruh keluarga yang selalu mengiringi langkahku dengan doa dan

memberi semangat dalam menuntut ilmu.

Terima kasih untuk para sahabat yang sangat kusayangi yang selalu setia

menyemangati dan memotivasiku dalam memperjuangkan cita-cita.

Semoga kita tetap menjaga tali silaturahmi selamanya.

Terima kasih kuucapkan sebesar-besarnya kepada segenap guru dan dosen

untuk segala ilmu berharga yang diajarkan sebagai wawasan dan

pengalaman.

Serta almamater yang selalu kubanggakan, yang turut mendewasakan sikap

dan pikiranku.

Almamater Hijau

UNILA

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Konsentrasi Marinade Blend Kunyit Putih terhadap pH, Daya

Ikat Air, dan Susut Masak Daging Broiler”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si.—selaku Dekan Fakultas

Pertanian—yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian dan

mengesahkan skripsi ini;

2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt.,M.P.—selaku Ketua Jurusan Peternakan—yang

telah memberikan arahan, nasihat, dan dukungan dalam menyelesaikan

penyelesaian skripsi ini;

3. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P.—selaku Pembimbing Utama—atas ide

penelitian, arahan, bimbingan, dan nasihat yang telah diberikan;

4. Ibu Dian Septinova, S.Pt., M.T.A.—selaku Pembimbing Anggota— atas

arahan, saran serta motivasi yang selalu diberikan;

5. Ibu Dr. Ir. Rr Riyanti, M.P. selaku Pembahas—atas bantuan, petunjuk, dan

saran yang diberikan;

6. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S.—selaku Pembimbing Akademik— atas

arahan, saran serta motivasi yang selalu diberikan;

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan;

8. Ibuku tercinta, Ayahku terhebat, Adik tersayang Restu Izzul Ramdhani,

dan keluarga besarku yang telah mencurahkan kasih sayang, cinta, tenaga,

doa, perhatian, dan motivasi dengan tulus ikhlas;

9. Sahabat Solehaku, Melly, Nanda, Anggi atas doa, keceriaan, bantuan,

perhatian, dan semangat serta motivasi yang telah diberikan;

10. Teman-temanku Andi, Uda, Aziz, Denis, Atul, Mei, Ria, Nana, Putri,

Safira, Rafika, Weldi, Seto, Cloudia, Anjar, Diyon, Suci, Rosita, Dini,

Ujo, Al, Desi,Zulfa, Tommy, dan seluruh teman-teman Jurusan Peternakan

angkatan 2014 yang tiada henti memberikan nasihat-nasihat dan bertukar

pikiran yang luar biasa;

11. Seluruh kakak-kakak (angkatan 2012 dan 2013), serta adik-adik (angkatan

2015, 2016, 2017, dan 2018) jurusan peternakan atas persahabatan dan

motivasinya dalam mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini;

Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan

dan rahmat dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapatbermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Bandar Lampung, 02 September 2018

Restu Erma Junita

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iii

DAFTAR TABEL .................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang dan Masalah........................................................ 1

B. Tujuan Penelitian ......................................................................... 2

C. Kegunaan Penelitian .................................................................... 3

D. Kerangka Penelitian ..................................................................... 3

E. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7

A. Kunyit Putih (Curcuma zedoaria) .............................................. 7

B. Daging Broiler ............................................................................ 10

C. Marinasi ...................................................................................... 11

D. Derajat Keasaman (pH)............................................................... 12

E. Daya Ikat Air............................................................................... 14

F. Susut Masak ................................................................................ 17

III.METODE PENELITIAN ................................................................ 20A. Waktu dan Tempat Penelitian..................................................... 20B. Alat dan Bahan Penelitian........................................................... 20C. Rancangan Penelitian.................................................................. 21D. Analisis Data............................................................................... 22E. Pelaksanaan Penelitian................................................................ 22

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 26

A. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai pH Daging .......................... 26

B. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Daya Ikat Air Daging......... 29

C. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Susut Masak Daging .......... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 35

A. Simpulan ..................................................................................... 35

B. Saran ........................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 36

LAMPIRAN

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rimpang kunyit putih.................................................................... 8

2. Tata letak percobaan ..................................................................... 22

3. Persiapan marinade blend kunyit putih ........................................ 44

4. Proses perendaman daging broiler................................................ 44

5. Penyimpanan daging broiler ......................................................... 45

6. Sampel susut masak setelah perebusan ......................................... 45

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian .................................. 20

2. Rata-rata nilai pH .......................................................................... 26

3. Rata-rata nilai DIA........................................................................ 29

4. Pengukuran berat awal dan setelah penirisan daging dada ........... 30

5. Rata-rata nilai susut masak............................................................ 31

6. Analisis ragam nilai pH................................................................. 42

7. Analisis ragam nilai DIA .............................................................. 42

8. Analisis ragam nilai susut masak .................................................. 42

9. Analisis ragam berat awal dan setelah penirisan daging dada ...... 43

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Daging broiler dapat dijadikan sebagai salah satu sumber protein hewani yang

bermutu tinggi karena memiliki kandungan gizi lengkap seperti air, energi,

vitamin, dan mineral. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging

broiler karena memiliki rasa dan aroma yang enak, tekstur yang lunak, dan harga

yang relatif murah, sehingga disukai hampir semua orang. Daging broiler dapat

mudah rusak dan mengalami penurunan kualitas baik fisik maupun kimianya,

sehingga menjadi tidak layak konsumsi.

Salah satu cara mempertahankan kualitas daging adalah dengan metode marinasi.

Marinasi daging adalah proses perendaman daging di dalam bahan marinade,

sebelum diolah lebih lanjut. Marinade merupakan cairan berbumbu yang

berfungsi sebagai bahan perendam daging, biasanya digunakan untuk

memperpanjang masa simpan daging dan mempertahankan kualitas daging

(Nurohim dkk., 2013). Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan

marinasi sekaligus antibakteri adalah kunyit putih (Curcuma zidoaria).

Umumnya tanaman kunyit putih (Curcuma zidoaria) digunakan dalam industri

parfum, industri pangan, dan sebagai obat. Tanaman kunyit putih dapat mudah

ditemukan di pasar-pasar tradisional dengan harga yang terjangkau. Kandungan

2

kimia rimpang kunyit putih terdiri dari minyak atsiri, polisakarida dan

kurkuminoid (Chiung dkk., 2010). Kandungan kurkuminoid pada kunyit putih

berupa kurkumin (77%), demetoksikurkumin (18%), bisdemetoksikurkumin (5%)

(Basnet and Basnet, 2011). Kurkumin memiliki kemampuan sebagai antioksidan,

antiinflamasi, antiangiogenesis, dan antikarsinogensis (Aggarwal dkk., 2003).

Kandungan kimia yang terdapat pada kunyit putih diharapkan mampu

mempertahankan kualitas daging.

Beberapa hal yang menjadi ukuran kualitas daging diantaranya warna, daya ikat

air oleh protein atau water-holding capacity (WHC), kesan jus daging (juiciness),

tekstur, keempukan, rasa atau flavor, dan nilai pH daging. Nilai pH akhir daging

akan menentukan karakteristik kualitas daging lainnya, seperti daya ikat air,

pertumbuhan mikroorganisme, keempukan daging, dan susut masak. Berdasarkan

hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi

marinadeblend kunyit putih terhadap pH, daya ikat air, dan susut masak daging

broiler.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) mengetahui pengaruh konsentrasi marinade blend kunyit putih terhadap pH,

daya ikat air, dan susut masak daging broiler;

(2) mengetahui konsentrasi terbaik pada marinadeblend kunyit putih terhadap

pH, daya ikat air, dan susut masak daging broiler.

3

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada

masyarakat tentang kegunaan kunyit putih untuk mempertahankan kualitas daging

broiler yang biasanya hanya digunakan untuk obat dan campuran masakan.

D. Kerangka Pemikiran

Daging broiler memiliki rasa dan aroma yang enak, tekstur yang lunak, dan harga

yang relatif murah, sehingga disukai hampir semua orang. Namun, daging broiler

dapat mudah rusak dan mengalami penurunan kualitas baik fisik maupun

kimianya, sehingga menjadi tidak layak konsumsi. Bahan-bahan alami yang biasa

digunakan untuk mempertahankan kualitas daging antara lain jahe, lengkuas,

bawang putih, kunyit, dan bahan lainnya.

Kandungan kimia rimpang kunyit putih terdiri dari minyak atsiri, polisakarida

dan kurkuminoid (Chiung dkk., 2010). Kandungan kurkuminoid pada kunyit

putih berupa kurkumin (77%), demetoksikurkumin (18%), bisdemetoksikurkumin

(5%) (Basnet and Basnet, 2011). Senyawa kurkumin sebagai antimikroba bekerja

secara efektif dapat menghambat degradasi makromolekul protein daging melalui

proses pemecahan ikatan peptida menjadi molekul-molekul protein yang lebih

sederhana (asam amino).Proses pemecahan protein tersebut akan meningkatkan

metabolisme mikroba daging yang menyebabkan daging membusuk, sehingga

penghambat degradasi protein oleh kurkumin memperlambat metabolisme oleh

mikroba daging dan proses pembusukan daging akan terhambat (Sari, 2009).

4

Konsentrasi larutan marinasi berpengaruh terhadap kualitas fisik daging (pH, daya

ikat air, dan susut masak). Berdasarkan hasil penelitian Wala dkk. (2016), terjadi

penurunan nilai pH daging ayam pada perlakuan level kunyit putih 4%, 8%, dan

12% pada daging broiler yang disimpan dalam suhu dingin (4oC) dengan lama

penyimpanan 3,6,dan 9 hari. Nilai pH tertinggi diperoleh perlakuan tanpa kunyit

putih pada penyimpanan 9 hari dengan nilai 7,12 dan nilai terendah diperoleh

perlakuan level kunyit putih 12% pada penyimpanan 6 hari dengan nilai 5,81. Selama

ini belum terdapat penelitian pengaruh kunyit putih terhadap daging broiler segar.

Penjualan broiler di pasar rakyat sering dilakukan di tempat terbuka, sehingga

dibutuhkan suatu perlakuan agar daging broiler yang dipasarkan tersebut dapat lebih

tahan lama. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mencoba mengkaji pengaruh

konsentrasi kunyit putih untuk mempertahankan kualitas daging broiler. Konsentrasi

kunyit putih yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu 0%, 4%, 8%, dan 12%.

Berdasarkan hasil uji laboratorium, kunyit putih bersifat asam dengan pH 5,94.

Menurut Aprilia dkk. (2015), kunyit putih mengandung asam askorbat yang akan

menurunkan pH daging dengan cara meresap ke dalam daging melalui proses

osmosis. Penurunan nilai pH disebabkan oleh terjadinya pelepasan ion H+ oleh

senyawa asam yang terkandung di dalam kunyit putih. Rimpang kunyit putih

secara alami mengandung zat-zat antibakteri seperti kurkumin dan minyak atsiri

yang merupakan senyawa turunan fenol (Rusli, 2009). Senyawa fenol yang

terkandung di dalam kunyit putih juga berperan penting dalam mendonorkan ion

H+ sehingga makin banyak ion H+ yang dihasilkan maka nilai pH akan semakin

rendah.

5

Mekanisme antibakteri senyawa fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu

dengan mendenaturasi protein sel mikroba. Ikatan hidrogen yang terbentuk antara

fenol dan protein mengakibatkan struktur protein menjadi rusak. Ikatan hidrogen

tersebut akan memengaruhi permeabilitas dinding sel mikroba dan membran

sitoplasma sebab keduanya tersusun atas protein. Permeabilitas dinding sel

mikroba dan membran sitoplasma yang terganggu dapat menyebabkan

ketidakseimbangan makromolekul dan ion dalam selsehingga sel mikroba menjadi

lisis (Carolia dan Noventi, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurohim dkk. (2013), marinasi daging

dengan metode blend lebih cepat bereaksi ke dalam daging karena senyawa yang

terdapat dalam bahan marinade akan langsung masuk ke dalam daging tanpa

terhalang oleh padatan-padatan bahan marinade. Sehingga pada penelitian ini

akan dilakukan marinasi dengan metode blend yang diharapkan senyawa fenol

dan kurkumin yang terdapat pada kunyit putih (Curcuma zedoaria) lebih cepat

bereaksi ke dalam daging broiler tanpa terhalang oleh padatan-padatan kunyit

putih.

Kenaikan pH daging akan meningkatkan jus daging (kesan jus dan daya ikatair)

dan menurunkan susut masak otot (Soeparno, 1992). Menurut Soeparno (2005),

tingkat keasaman (pH) daging akan memengaruhi daya ikat air (DIA). Air yang

semula terikat, dengan meningkatnya pH, akan berakibat pada lepasnya air yang

terikat tersebut kemudian menjadi air bebas. Ketersediaan air bebas yang tinggi

akan menyebabkan tingginya populasi bakteri di dalam daging. Nilai daya ikat air

berhubungan erat dengan susut masak daging.

6

Susut masak adalah banyaknya berat yang hilang selama pemasakan (cooking

loss). Semakin kecil persen susut masak berarti semakin sedikit air yang hilang

dan nutrien yang larut dalam air. Begitu juga sebaliknya semakin besar persen

susut masak maka semakin banyak air yang hilang dan nutrien yang larut dalam

air (Prayitno dkk., 2010). Semakin tinggi temperatur dan waktu pemasakan, maka

semakin besar kadar cairan daging yang hilang sampai tingkat konstan (Soeparno,

2005). Menurut penelitian Pratama (2017), daging broiler yang disimpan selama 8

jam berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai daya ikat air dan penurunan

susut masak daging broiler, sehingga penelitian yang akan dilakukan akan

menggunakan waktu pemasakan selama 30 menit pada suhu 80ºC dengan lama

penyimpanan 8 jam.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

(1) ada pengaruh konsentrasi marinade blend kunyit putih terhadap pH, daya ikat

air, dan susut masak daging broiler;

(2) ada konsentrasi terbaik pada marinade blend kunyit putih terhadap pH, daya

ikat air, dan susut masak daging broiler.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)

Kunyit putih (Curcuma zedoaria) adalah jenis tanaman di Indonesia yang

ekstraknya memiliki kandungan senyawa yang dapat menghambat karsinogenesis.

Senyawa tersebut antara lain minyak atsiri, polisakarida, dan kurkuminoid

(Chiung dkk., 2010). Aktivitas antimikroba oleh kunyit putih dikarenakan adanya

senyawa-senyawa bioaktif seperti fenol, flavonoid dan tannin yang terkandung di

dalam kunyit putih (Pujimulyani dkk., 2010).

Beberapa flavonoid merupakan bentuk aglikon dari glikosida. Sebagai contoh,

flavonoid kuersetin merupakan aglikon dari glikosida rutin serta flavonoid

naringenin merupakan aglikon dari glikosida naringin (Dewick, 2002). Banyak

khasiat yang dimiliki oleh kuersetin, antara lain memiliki aktivitas biologi yaitu

kemampuan kuersetin sebagai anti tumor dan mempunyai efek anti proliferasi

yang luas pada sel kanker manusia, mampu menghambat glikolisis, sintesis

makromolekul (Bonavida, 2008). Rimpang kunyit putih mengandung 1% sampai

2,5% minyak atsiri yang terdiri dari monoterpen yang berkhasiat sebagai

antineoplastik (antikanker) dan telah terbukti dapat menonaktifkan pertumbuhan

sel kanker payudara dan seskuiterpen sebagai komponen utamanya (Dalimartha &

Novalina 2003).

8

Masing-masing senyawa bioaktif memberikan peran dalam menghambat aktivitas

mikroba. Senyawa fenol yang terkandung di dalam kunyit putih yaitu kurkumin.

Mekanisme kurkumin sebagai senyawa fenolik dalam menghambat pertumbuhan

mikroba yaitu meracuni protoplasma, merusak dan menembus membran sel

bakteri sehingga proses metabolisme sel akan terganggu (Conn dan Stumpf,

1976). Reaksi dengan membran sel terjadi karena komponen bioaktif dapat

mengganggu dan memengaruhi membran sitoplasma yang mengakibatkan

kebocoran intraseluler sehingga menyebabkan lisis sel dan denaturasi protein

(Rahmawati dkk., 2015). Flavonoid berperan dengan cara mengganggu aktivitas

transpeptidase peptidoglikan yang menyebabkan sel mengalami lisis karena

terganggunya pembentukan dinding sel (Suliantri dkk., 2008). Kemampuan tannin

sebagai antimikroba yaitu dengan cara menginaktifkan kemampuan menempel

bakteri dan mengkoagulasi protein sehingga aktivitas enzim protease terhambat

(Cowan, 1999).

Menurut Dalimartha (2008), klasifikasi tanaman kunyit putih (Curcuma

zedoaria) :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma zedoaria

9

Gambar 1. Rimpang kunyit putih (Ayunda, 2014)

Kandungan kimia rimpang kunyit putih terdiri dari minyak atsiri, polisakarida

dan kurkuminoid yang telah diidentifikasi dan diisolasi meliputi: kurkumin [1,7-

bis(4-hidroksi-3-metoksifenil)-1,6-heptadin-3,5-dione], demetoksikurkumin dan

bisdemetoksikurkumin (Chiung dkk., 2010). Minyak atsiri memiliki senyawa aktif

polifenol berupa pigmen kuning yang berasal dari rimpang kunyit putih yang

mengandung monoterpen dan sesquiterpen. Monoterpen terdiri dari monoterpen

1,8-cineole, terpinole, o-Cymene, ∝-Pinene, -Pheilandrene, dan myrcene.

Berdasarkan penggolongannya, sesquiterpen terdiri dari: golongan curzerenone,

germacrone, zedoarondiol, isozedoarondiol, curcumenol, isocurcumenol,

bisacumol, curcumadione, curcumenone, curdione, furanodiene, furanodienone,

dan zederone. Kandungan lainnya yaitu etil-p-metoksisinamat, 3,7-dimetilindan-

5-asam karboksilat (Pomkeua, 2010).

Kandungan kurkuminoid pada kunyit putih berupa kurkumin (77%),

demetoksikurkumin (18%), bisdemetoksikurkumin (5%) (Basnet dan Basnet,

2011). Kurkumin juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan, antiinflamasi,

antiangiogenesis, dan antikarsinogensis (Aggarwal dkk., 2003). Senyawa

kurkumin sebagai anti mikroba bekerja secara efektif dapat menghambat

10

degradasi makromolekul protein daging melalui proses pemecahan ikatan peptida

menjadi molekul-molekul protein yang lebih sederhana (asam amino). Proses

pemecahan protein tersebut akan meningkatkan metabolisme mikroba daging

yang menyebabkan daging membusuk, sehingga penghambat degradasi protein

oleh kurkumin memperlambat metabolisme oleh mikroba daging dan proses

pembusukan daging akan terhambat (Sari, 2009).

Pertumbuhan bakteri pada daging dapat dihambat dengan penambahan agen

antibakteri seperti fenol. Rimpang kunyit putih secara alami mengandung zat-zat

antibakteri seperti kurkumin dan minyak atsiri yang merupakan senyawa turunan

fenol. Senyawa fenol dapat masuk ke sitoplasma sel mikroba dan merusak sistem

kerja sel mikroba serta berakibat lisisnya sel mikroba, sehingga dapat

menghambat pertumbuhan mikroba (Rusli, 2009).

B. Daging Broiler

Daging broiler merupakan bahan makanan asal ternak yang bergizi tinggi,

memiliki rasa juga aroma yang enak, tekstur lunak, dan mempunyai harga yang

relatif murah sehingga disukai oleh banyak orang. Meskipun daging broiler

memiliki nilai gizi yang tinggi, namun daging ayam memiliki beberapa

kelemahan, terutama sifatnya yang mudah rusak (Jaelani dkk., 2014).

Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010), ciri-ciri daging broiler yang baik

antara lain :

a. warna putih-kekuningan cerah (tidak gelap, tidak pucat, tidak kebiruan, tidak

terlalu merah);

11

b. warna kulit ayam putih-kekuningan, cerah, mengkilat dan bersih. Bila

disentuh, daging terasa lembab dan tidak lengket (tidak kering);

c. bau spesifik daging (tidak ada bau menyengat, tidak berbau amis, tidak

berbau busuk);

d. konsistensi otot dada dan paha kenyal, elastis (tidak lembek). Bagian dalam

karkas dan serabut otot berwarna putih agak pucat. Pembuluh darah di leher

dan sayap kosong (tidak ada sisa-sisa darah).

C. Marinasi

Marinasi adalah proses perendaman daging di dalam bahan marinade, sebelum

diolah lebih lanjut. Marinade adalah cairan berbumbu yang berfungsi sebagai

bahan perendam daging, biasanya digunakan untuk meningkatkan rendemen

(yield) daging dan memperpanjang masa simpan daging (Nurohim dkk., 2013).

Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai marinade bermacam-macam, yaitu

gula, garam dapur (NaCl), garam sorbat, garam fosfat dan garam benzoat,

pemberian dengan bahan marinade ini bermanfaat untuk meningkatkan keamanan

pangan dan daya simpan daging (Nurwantoro dkk., 2012).

Prinsip marinasi daging adalah perendaman dalam bahan marinade (larutan atau

saus) yang mengandung ingredient tertentu sehingga secara perlahan-lahan terjadi

transpor pasif dari bahan marinade ke dalam daging secara osmosis. Marinasi

daging bermanfaat untuk memperbaiki citarasa dan keempukan daging setelah

pengolahan daging disebabkan oleh meningkatnya daya ikat air daging (Carrol

dkk., 2007).

12

Beberapa metode marinasi terdiri dari jus, crush, dan blend. Jus merupakan

metode marinasi dengan penghancuran menggunakan juicer yang diambil hanya

ekstrak (cairan) dari bahan tersebut, sedangkan crush yaitu hasil dari

penghancuran bahan yang terdiri dari cairan dan padatannya. Sedangkan blend

merupakan hasil penghancuran bahan yang terdiri dari cairan, padatan dan ada

penambahan air (Nurohim dkk., 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Nurohim dkk. (2013), bahwa untuk marinasi daging

disarankan menggunakan metode blend karena dapat meningkatkan DIA dan

meminimalkan kerusakan fisik, karena banyak air terikat yang mampu

dipertahankan keluar dari protein daging. Selain itu, dengan menggunakan metode

blend senyawa yang terdapat dalam bahan akan langsung masuk ke dalam daging

tanpa terhalang oleh padatan-padatan bahan tersebut.

D. Derajat Keasaman (pH)

Faktor yang memengaruhi pH daging postmortem dapat dibagi menjadi dua yaitu

faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik antara lain suhu lingkungan,

penanganan ternak sebelum pemotongan dan suhu penyimpanan, sedangkan

faktor intrinsik antara lain kandungan glikogen daging (Lawrie, 2003). Asam

laktat daging sangat memengaruhi nilai pH daging, dimana daging dengan asam

laktat yang tinggi akan mempunyai pH daging yang rendah (Dewi, 2006).

Nilai pH digunakan untuk menunjukkan tingkat keasaman dan kebasaan suatu

substansi. Jaringan otot hewan pada saat hidup mempunyai nilai pH sekitar 5,1--

7,2 dan menurun setelah pemotongan karena mengalami glikolisis dan dihasilkan

13

asam laktat yang akan memengaruhi pH (Lawrie, 2003). Hasil penelitian

Puspitasari dkk. (2013), pH daging sapi setelah dilumuri pasta kunyit berkisar 6,4

--6,7. Nilai pH daging yang tinggi (6,2-7,2) mengakibatkan struktur daging

tertutup (Buckle et al., 1987), sehingga mengurangi cairan yang meresap

ke daging. Hal ini menyebabkan pH tetap stabil karena tidak ada perubahan

keseimbangan ion hidrogen. Peningkatan konsentrasi pelumuran pasta kunyit

seiring dengan penambahan waktu penyimpanan belum dapat mempertahankan

pH daging, karena senyawa antibakteri dalam kunyit belum efektif menghambat

bakteri dan aktivitas bakteri tetap berlangsung.

Penurunan pH akan memengaruhi sifat fisik daging. Laju penurunan pH otot yang

cepat akan mengakibatkan rendahnya kapasitas mengikat air, karena

meningkatnya kontraksi aktomiosin yang terbentuk, dengan demikian akan

memeras cairan keluar dari dalam daging. Suhu tinggi juga dapat mempercepat

penurunan pH otot pascamortem dan menurunkan kapasitas mengikat air karena

meningkatnya denaturasi protein otot dan meningkatnya perpindahan air ke ruang

ekstraseluler (Lawrie, 2003).

Nilai pH normal daging broiler berkisar antara 5,96--6,07 (Van Laack dkk.,

2000). Hasil penelitian Suryaningsih dkk. (2012), rata-rata pH daging itik antara

6.4--6.5 yang menunjukkan bahwa penggunaan konsentrasi ekstrak kunyit 0%,

2,5%, 5%, dan 7,5% tidak berpengaruh nyata terhadap pH daging itik yang

direndam selama 30 menit. Hal ini karena sampel yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan daging itik yang dalam pemeliharaan ternaknya sama

serta pH postmortem daging tinggi. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh

14

rendahnya cadangan glikogen dalam otot sebelum pemotongan, sehingga

mengakibatkan rendahnya jumlah asam laktat yang terbentuk dan penurunan pH

menjadi kecil. Semakin lama daging ayam disimpan, maka nilai pH pun akan

semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arizona dkk. (2011), bahwa

nilai pH daging yang semakin tinggi disebabkan oleh mikroba yang

mendeaminasi asam-asam amino dalam daging sehingga menghasilkan senyawa-

senyawa bersifat basa seperti amoniak atau NH4.

Menurut Aprilia dkk. (2015), kunyit putih mengandung senyawa asam yaitu asam

askorbat sehingga menyebabkan kunyit putih bersifat asam. Penurunan nilai pH

disebabkan karena tejadinya pelepasan ion H+ oleh senyawa asam yang terkandung di

dalam kunyit putih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Doorman dan Deans (2000)

bahwa ion H+ yang dilepaskan akan menyebabkan nilai pH semakin rendah.

Lebih lanjut dikatakan bahwa senyawa fenol yang juga terkandung di dalam

kunyit putih berperan penting dalam mendonorkan ion H+ sehingga makin banyak

ion H+ yang dihasilkan maka nilai pH akan semakin rendah.

E. Daya Ikat Air (DIA)

Daya Ikat Air (DIA) oleh protein daging atau Water Holding Capacity (WHC)

atau Water Bonding Capacity (WBC) adalah kemampuan daging untuk mengikat

airnya atau air yang ditambahkan selama ada pengaruh kekuatan dari luar,

misalnya pemotongan daging, pemanasan, penggilingan, dan tekanan (Purbowati

dkk., 2006). Jika daging mempunyai DIA yang rendah, daging akan kehilangan

banyak cairan, sehingga terjadi kehilangan berat.

15

Daya Ikat Air (DIA) akan mengalami perubahan besar dengan pemanasan pada

temperatur 60oC karena pada temperatur tersebut protein sarkoplasmik hampir

mengalami denaturasi sempurna. Faktor-faktor yang memengaruhi DIA antara

lain pH, pelayuan, pemasakan atau pemanasan, macam otot, pakan, temperatur,

kelembaban, penyimpanan dan jenis kelamin, kesehatan, perlakuan sebelum

pemotongan dan lemak intramuskular (Soeparno, 2005).

Dalam otot (hewan yang masih hidup) kira-kira 10 % air terikat pada protein otot,

tetapi sebagian besar air dalam otot terikat pada bagian antar miofilamen

tebal (miosin) dan miofilamen tipis (aktin) pada protein. Kontraksi pada mio

filamen ini disebabkan oleh perbedaan interaksi antara aktin dan myosin. Selama

proses rigormortis daging akan mengalami penyusutan dan air akan dikeluarkan.

Faktor yang memengaruhi pembentukan miofilamen dan tingkat keasaman yang

terjadi selama postmortem juga akan memengaruhi jumlah air yang keluar dari

daging (Hartono, 1997).

Pearson dan Young (1989) menyatakan bahwa daya ikat air akan meningkat jika

nilai pH daging meningkat. Hal ini disebabkan oleh rendahnya nilai pH daging

mengakibatkan struktur daging terbuka sehingga menurunkan daya ikat air, dan

tingginya nilai pH daging mengakibatkan struktur daging tertutup sehingga daya

ikat air tinggi (Buckle dkk., 1985). Soeparno (2005) menyatakan bahwa pada pH

yang lebih tinggi atau lebih rendah dari titik isoelektrik protein-protein daging,

DIA meningkat, karena pada pH yang lebih rendah dari titik isoelektrik protein-

protein daging, terdapat muatan positif yang mengakibatkan penolakan

miofilamen dan memberi lebih banyak ruang untuk molekul-molekul air.

16

Penurunan daya ikat air disebabkan oleh semakin banyaknya asam laktat yang

terakumulasi akibatnya banyak protein miofibriler yang rusak, sehingga diikuti

dengan kehilangan kemampuan protein untuk mengikat air (Lawrie, 1985).

Banyak faktor yang memengaruhi daya ikat air daging, diantaranya pH, bangsa,

pembentukan aktomiosin (rigormortis), temperatur dan kelembaban, pelayuan

karkas, tipe daging dan lokasi otot, fungsi otot, umur, pakan, dan lemak

intramuskuler (Pederson, 1971). Menurut Soeparno (2005), daya ikat air daging

sekitar 20--60%.

Hasil penelitian Prabowo dkk. (2016), rata – rata daya ikat air berkisar 60,25--

78,84% yang menunjukkan bahwa pemberian tepung bunga kecombrang pada

daging broiler berpengaruh nyata terhadap daya ikat air (P<0,05). Hal ini

dikarenakan tepung bunga kecombrang memiliki kemampuan untuk mengikat air

dengan cara melonggarkan ikatan serat daging sehingga air bebas dan air setengah

terikat akan memasuki ruang kosong tersebut yang akhirnya daya ikat air

meningkat (Abustam dkk., 2009). Senyawa-senyawa fenol yang terdapat pada

tepung bunga kecombrang ini mampu mengikat gugus-gugus lain seperti aldehid,

keton, asam dan ester yang dapat memengaruhi daya ikat air pada sampel (Maga,

1987), sehingga daging broiler yang diberi perlakuan tepung bunga kecombrang

cenderung memiliki nilai kadar airnya semakin meningkat.

Hasil penelitian Nurohim dkk. (2013), daging itik yang dimarinasi dengan blend

bawang putih 8% berpengaruh terhadap daya ikat air daging itik dengan nilai paling

tinggi yaitu sebesar 33,77%. Adanya perbedaan kemampuan dari setiap jenis otot

dalam mengikat air dikarenakan adanya perbedaan solubilitas protein yang terdapat

dalam setiap jenis otot. Hal ini mendukung pendapat Lawrie (1985), bahwa

17

kemampuan daging dalam mengikat air dipengaruhi oleh protein yang ada dalam urat

daging, faktor diferensiasi intrinsik secara anatomis yaitu urat-urat daging yang dapat

dibagi menjadi urat daging merah dan putih atau yang kerjanya secara stabil. Protein

sarkoplasma merupakan protein larut air karena umumnya dapat diekstrak oleh air

dan larutan garam encer.

F. Susut Masak

Susut masak adalah banyaknya berat yang hilang selama pemasakan (cooking

loss). Semakin tinggi temperatur dan waktu pemasakan, maka semakin besar

kadar cairan daging yang hilang sampai tingkat konstant (Soeparno, 2005). Susut

masak merupakan salah satu penentu kualitas daging yang penting, karena

berhubungan dengan banyak sedikitnya air yang hilang serta nutrien yang larut

dalam air akibat pengaruh pemasakan. Susut masak dapat dipengaruhi oleh pH,

panjang sarkomer serabut otot, panjang potongan serabut otot, status kontraksi

miofibril, ukuran dan berat sampel daging serta penampang lintang daging

(Prayitno dkk., 2010).

Semakin kecil persen susut masak berarti semakin sedikit air yang hilang dan

nutrien yang larut dalam air. Begitu juga sebaliknya semakin besar persen susut

masak maka semakin banyak air yang hilang dan nutrien yang larut dalam air

(Prayitno dkk., 2010). Besarnya susut masak dapat dipergunakan untuk

mengestimasikan jumlah jus dalam daging masak. Daging dengan susut masak

yang lebih rendah mempunyai kualitas yang relatif lebih baik daripada daging

dengan susut masak yang lebih besar, karena kehilangan nutrisi selama

pemasakan akan lebih sedikit. Pada umumnya susut masak daging sapi bervariasi

18

antara 1,5--54,5% dengan kisaran 15--40% (Soeparno, 2005). Susut masak daging

broiler pada umur 6 dan 7 minggu yaitu sekitar 24,89% dan 34,57% (Soeparno,

1992).

Pada temperatur pemasakan 80°C, daging yang mengalami pemendekan dingin

pada pH normal 5,4--5,8, menghasilkan susut masak yang lebih besar daripada

susut masak daging regang dengan panjang serabut yang sama. Pemasakan pada

temperatur 90°C juga dapat menghasilkan susut masak otot pendek dingin yang

lebih besar dibandingkan dengan otot regang. Susut masak dapat meningkat

dengan panjang serabut otot yang lebih pendek. Pemasakan yang relatif lama akan

menurunkan pengaruh panjang serabut otot terhadap susut masak (Bouton dkk.,

1971).

Hasil penelitian Prabowo dkk (2016), rata-rata susut masak berkisar 18,46 --33,56

yang menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi tepung bunga kecombrang

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai susut masak daging yang dimasak pada

suhu 80oC selama 30 menit. Penurunan susut masak disebabkan oleh kandungan

fenol yang terdapat dalam tepung bunga kecombrang, dimana senyawa fenol yang

terdapat dalam tepung bunga kecombrang mampu mengikat gugus aldehid, keton

asam, dan ester yang dapat memengaruhi kemampuan mengikat air pada daging,

dalam hal ini fenol terdisosiasi sehingga menghasilkan H+ dan anion.

Menurut Naufalin (2005), tepung bunga kecombrang mengandung senyawa

fenolik yang dapat memberikan peluang pada protein dengan cara dapat

mencegah oksidasi dan melindungi komponen-komponen daging yang banyak

mengandung protein dan dapat mengikat air sehingga menurunkan susut masak

19

pada daging broiler. Rimpang kunyit putih secara alami mengandung zat-zat

antibakteri seperti kurkumin dan minyak atsiri yang merupakan senyawa turunan

fenol.

Hasil penelitian Dewi (2016), marinasi daging broiler dengan jus lengkuas 20%

selama 9 jam memberikan pengaruh sangat nyata terhadap susut masak daging

broiler yaitu 34,31%. Peningkatan susut masak pada lama penyimpanan yang

lebih tinggi mengindikasikan bahwa jus lengkuas 20% tidak mampu menghambat

proses hidrolisis lemak pada daging sehingga pengeluaran air selama proses

pemasakan lebih banyak. Hasil penelitian ini didukung oleh Zulkarnain (2008)

bahwa nilai susut masak pada saat pemasakan dapat dihambat dengan adanya

lemak pada daging.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 25 Agustus 2018 di Laboratorium Produksi dan

Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat seperti yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian

Peralatan Jumlah Fungsi(1) (2) (3)Pisau 10 buah memotong daging broilerTalenan 2 buah memotong daging broilerTimbangan analitik 1 buah menimbang bobot daging

broilerLabel 1 lembar penanda perlakuan dan

ulanganPanci 2 buah merebus airBlender 1 buah menghaluskan daging broiler

dan kunyit putihpH meter 1 buah mengukur nilai pH daging

broilerWadah plastik 20 buah tempat merendam dagingNampan 4 buah tempat menyimpan dagingKompor 1 buah memasak air yang digunakan

dalam proses scaldingBesi pemberat 1 buah pemberat dalam analisis daya

ikat air

21

(1) (2) (3)Kaca plat ukuran 25x25 cm 2 buah meletakkan sampel analisis

daya ikat airKertas saring ukuran 5x5 cm 40 buah pelapis sampel analisis

daya ikat airPlastik bening ½ kg 20 buah meletakan sampel saat

dimasakPlastik wrap 1 gulung menutup daging selama

penyimpananPenjepit 1 buah mengangkat sampel dagingTissue 2 gulung meletakan sampel saat susut

masakAlat tulis - menulis data penelitian

2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu rimpang kunyit putih 360 g,

10 ekor broiler betina berasal dari Peternakan Bapak Kus, Kemiling dengan bobot

badan 1,1--1,2 kg, aquadest, dan air.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan menggunakan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Tata letak

percobaan dapat dilihat pada Gambar 2. Adapun perlakuan yang digunakan yaitu:

P0 : Daging broiler tanpa tambahan blend kunyit putih;

P1 : Daging broiler + blend kunyit putih dengan konsentrasi 4%;

P2 : Daging broiler + blend kunyit putih dengan konsentrasi 8%;

P3 : Daging broiler + blend kunyit putih dengan konsentrasi 12%;

22

P2U5 P0U1 P0U3 P2U2

P2U1 P3U3 P1U5 P3U2

P1U4 P3U5 P1U1 P0U4

P0U5 P1U2 P3U4 P2U4

P3U1 P1U3 P2U3 P0U2

Gambar 2. Tata letak percobaan

D. Analisis Data

Data statistik yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA)

pada taraf nyata 5%, dan apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan

dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk mendapatkan konsentrasi terbaik.

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan blend kunyit putih

Tahapan persiapan pembuatan blend atau campuran antara air dan kunyit putih

yang dimodifikasi dari penelitian Nurohim (2013) yaitu:

a. memilih rimpang kunyit putih yang tidak terlalu tua karena akan

mengandung serat kasar yang terlalu tinggi;

b. menyiapkan 360 g kunyit putih;

c. mengupas kulitnya dan mencuci dengan bersih;

d. memotong kecil-kecil kunyit putih;

e. menghaluskan kunyit putih hingga menjadi blend dengan penambahan air

sesuai konsentrasi larutan blend kunyit putih (w/v) yaitu:

1. 4% blend kunyit putih (4 g kunyit putih dihaluskan dan ditambah air

sampai volume blend mencapai 100 ml);

23

2. 8% blend kunyit putih (8 g kunyit putih dihaluskan dan ditambah air

sampai volume blend mencapai 100 ml);

3. 12% blend kunyit putih (12 g kunyit putih dihaluskan dan ditambah air

sampai volume blend mencapai 100 ml);

f. memasukkan ke dalam wadah plastik yang sudah disediakan.

2. Persiapan sampel daging

a. menyembelih broiler dengan metode kosher, yaitu memotong arteri karotis,

vena jugularis, dan esophagus. Pengeluaran darah harus dilakukan

sebanyak mungkin;

b. mencelupkan ayam ke dalam air hangat (50°C) selama 30 detik.

c. mencabuti bulu dan mengeluarkan organ dalam ayam;

d. menyiapkan daging broiler bagian dada sebanyak 20 potong, masing-

masing dengan berat ±70 g.

3. Perendaman sampel daging

a. merendam 20 potong sampel masing-masing dengan berat ±70 g selama

30 menit dengan blend kunyit putih dengan konsentrasi yang berbeda pada

suhu ruang (Swacita, 2002);

b. meniriskan dengan menggunakan penjepit kemudian letakkan ke dalam

wadah yang sudah diberi saringan;

c. menyimpan selama 8 jam (setelah marinasi) pada wadah plastik kemudian

tutup rapat dengan plasik wrap pada suhu ruang;

d. mengamati pH, daya ikat air, dan susut masak dari daging broiler.

24

4. Pengamatan

Parameter pengukuran sifat fisik daging broiler yang diamati yaitu nilai pH

daging, daya ikat air (DIA), dan susut masak daging broiler:

- Uji pH daging

1. sebelum melakukan pengukuran, pH meter dikalibrasi;

2. membilas elektroda dengan aquadest dan dikeringkan;

3. sampel daging yang telah diblender ditimbang seberat 10 g dan

dicampur dengan 40 ml akuades, kemudian dihomogenkan;

4. mencelupkan elektroda ke dalam sampel dan nilai pH dapat dibaca pada

skala yang ditunjukkan oleh angka penunjuk (duplo).

(AOAC, 1984).

- Uji Daya Ikat Air (DIA)

Pengukuran daya ikat air dilakukan sebagai berikut:

1. menimbang sampel 0,28 --0,32 g dengan memperhatikan arah serat;

2. menaruh sampel pada kertas saring berukuran 5x5 cm diantara dua kaca

datar (25x25 cm);

3. menaruh pemberat seberat 10 kg di atas kaca dan biarkan selama 5

menit;

4. menimbang kembali sampel daging;

5. menghitung daya ikat air dengan rumus:

% DIA = 100% — [(W0 —W1) / W0) x 100%]

Keterangan:

W0: berat awal

25

W1: berat akhir.

(Kisseh dkk., 2009)

- Uji Susut Masak

1. menyiapkan sampel daging yang akan diuji dengan berat ± 20 g;

2. merebus sampel daging pada suhu 1000C selama 20 menit;

3. mengeluarkan daging dari plastik;

4. mendinginkan pada suhu ruang;

5. meletakkan daging pada kertas tissue untuk menyerap air pada

permukaan daging;

6. menimbang berat daging setelah dimasak;

7. menghitung susut masak dengan rumus :

Susut masak (%) = berat sebelum dimasak - berat setelah dimasak x 100 %

berat sebelum dimasak

(Kouba, 2003)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan

marinade blend kunyit putih 0%, 4%, 8%, dan 12% tidak berpengaruh nyata

(P>0,05) terhadap pH, daya ikat air, dan susut masak daging broiler.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan simpulan, maka disarankan untuk dilakukannya

penelitian lebih lanjut mengenai marinasi daging broiler dengan metode lainnya

selain blend dengan kunyit putih sehingga menghasilkan nilai pH, daya ikat air,

dan susut masak yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abustam, E., J. Likadja dan F. Sikapang. 2009. Penggunaan Asap Cair SebagaiBahan Pengikat pada Pembuatan Bakso Daging Sapi Bali. SeminarNasional Kebengkitan Peternakan. Universitas Dipanegoro. Semarang.

Aggarwal, B.B., A. Kumar and A. C. Bharti. 2003. Anticancer potential ofcurcumin: preclinical and clinical studies. Anticancer Research. 23:363-398.

Association of Official Analytical Chemists (AOAC). 1984. Official Method ofAnalysis. 12th edition. Association of Official Analytical ChemistWashington DC.

Aprilia, M. I., I. Thohari dan D. Rosyidi. Pengaruh penambahan sari kunyit putihterhadap kualitas telur asin. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 24:1-11

Aryogi. 2000. Korelasi antara glikogen, asam laktat, pH daging, dan susut masaksetelah pengangkutan. Jurnal Agrisains. 4:59-70.

Atmojo, Y.D., Obin, R., Roostita, B. 2016. Pengaruh Penggunaan BerbagaiKonsentrasi Ekstrak Lengkuas Merah (Alpinia purpurata k. schum)Terhadap Daya Awet Daging Ayam Broiler. Skripsi. UniversitasPadjadjaran. Sumedang

Ayunda, R.F. 2014. Pola Waktu Pemberian Ekstrak Rimpang Kunyit Putih(Curcuma zedoaria) terhadap Hispatologi Paru Mencit (Mus musculus)yang diinduksi Benzo[a]Piren. Fakultas Kedokteran Hewan. UniversitasAirlangga. Surabaya.

Barus, J.G., Purnama, E.S., Dian, S. 2017. Pengaruh Lama Perendaman denganMenggunakan Larutan Daun Salam (Szygium Polyanthum) sebagaiPengawet Terhadap Total Plate Count dan Salmonella Daging Broiler.Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. 3:42-47.

Basnet, P. and N.S. Basnet. 2011. Curcumin: an anti-inflammatory molecule froma curry spice on the path to cancer treatment. Molecules. 16:4567-4598

Bouton, P.E., P.V.Harris, W. R. Shorthose. 1971. Effect of ultimate ph upon thewater holding capacity and tenderness of mutton. J. food sci. 36:435-439.

37

.1986. The colour and colour stability of beef longissimus dorsiand semimembranosus muscles after effective electrical stimulation. J.Meat Sci. 16:245-265.

Badan Standardisasi Nasional. 2010. Ayam Broiler. (SNI 01-4258-2010). DewanStandardisasi Nasional. Jakarta.

Buckle, K. A., R. A. Edwards., G. H. Fleet and F. M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan.Penerjemah Purnomo, H. dan Adiono. Cetakan Ke-1. UniversitasIndonesia Press. Jakarta.

Carolia, N dan W. Noventi. 2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betleL.) sebagai Alternatif Terapi Acne vulgari. S. Majority. 5:140.

Carrol, C.D., C.Z. Alvarado., M.M Brashers., L.D. Thompson and J. Boyce. 2007.Marination of Turkey breast fillets to control the growth of listeriamonocytogenes and improve meat quality in deli loaves. Poult. Sci.86:150-155.

Chiung, H.P., T.C. Wen., W.J. Chi., L.M. Jeng., C.C. Chien., C.P. Chiung., YC.L. Eric dan C.C. Chanrng. 2010. Pivotal role of curcuminoids on theantimutagenic activity of curcuma zedoaria extracts. Drug and ChemicalToxicol. 33:64-76.

Conn, E. E., P. K. Stumpf. 1976. Outlines of Biochemistry. 4th Ed. New York.

Cowan, M.M. 1999. Plant products as antimicrobial agents. Microbiology reviews12:564-582.

Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta.

Dewi, S.H.C. 2006. Pengaruh Pemberian Gula, Insulin dan Lama Istirahatsebelum Pemotongan pada Domba setelah Pengangkutan terhadapKualitas Kimia Daging. Prosiding Seminar Nasional. UNDIP Semarang.

Dewi, R. 2016. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Broileryang dimarinasi Jus Lengkuas (Alpinia galanga L.). Skripsi. UniversitasHalu Oleo. Kendari.

Forrest, J. C., E. D. Aberle, H. B. Hedrick, M.D. Judge and R. A. Markell. 1975.Principle of Meat Sience. W. H.Freman and Co. San Fransisco.

Hartono, E. 1997. Beternak Ayam Pedaging Super. Penerbit TB Agency.

Hugo, W.B. dan A.D. Russel. 1981. Prahmaceutical Microbiology. BalckwellScientific Pub. Oxford.

Kisseh, C., A.L. Soarest., A. Rossa and M. Shimokomaki. 2009. functionalproperties of pse (pale, soft, exudative) broiler meat in the production of

38

mortadella. Brazilian archives of Biology and Technology an InternationalJournal. 52:213-217.

Kouba, M. 2003. Quality of organic animal products. Lives Prod. Sci. 80:33-40.

Kuntoro, B., I. Mirdhayati, T. Adelina. 2007. Penggunaan ekstrak daun katuk(Sauropus androgunus 1. Men) sebagai bahan pengawet alami daging sapisegar. Jurnal Petemakan 4:6-12.

Lawrie, R.A. 1985. Meat Science. Fourth edition, Pergamon press. Oxford.

. 2003. Ilmu Daging. Edisi ke-5. Terjemahan: A. Parakkasi. PenerbitUniversitas Indonesia. Jakarta.

Maga. 1987. Smoke and Food Processing. CRC Press. Inc.Boca Rotan Florida.

Maulana, A. 2015. Difusi dan Osmosis Pengertian dan Perbedaannya.http://www.informasibelajar.com/2015/08/difusi-dan-osmosis-pengertian-dan-perbedaan.html. Diakses pada 30 Agustus 2018.

Naufalin, R. 2005. Kajian Sifat Antimikroba Bunga Kecombrang (Nicolaiaspeciosa Horan) terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan.Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nurohim., Nurwantoro, dan D. Sunarti. 2013. Pengaruh metode marinasi bawangputih pada daging itik terhadap pH, daya ikat air, dan total coliform.Animal Agriculture Jurnal. 2:77-85.

Nurwantoro., V. P. Bintoro., A.M. Legowo., A. Purnomoadi., L.D. Ambara., A.Prakoso, dan S. Mulyani. 2012. Nilai pH, kadar air, dan total EscherichiaColi daging sapi yang dimarinasi dalam jus bawang putih. Jurnal AplikasiTeknologi Pangan. 1:20-22.

Pangestu, B. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi dan osmosis(Terlengkap). http://www.biosend.id/2015/08/faktor-yang-memengaruhi-difusi-dan.html. Diakses pada 30 Oktober 2018.

Pearson, A.M. dan R.B. Young. 1989. Meat and Biochemistry. Academy PressInc. California.

Pederson, C.F . 1971 . Microbiology of Food Fermentation . The avi publishingcompanyinc.West Part. Connecticut.

Pomkeua, S. 2010. Chemical Constituents from The Rhizomes Curcuma zedoaria(Christm) Rosc. And the Stem of Citrus medica Linn. [M.Sc. Thesis].Prince of Songkla University.

Purbowati, E., C. I. Sutrisno., E. Baliarti., S. P. S. Budhi dan W. Lestariana. 2006.karakteristik fisik otot longissimus dorsi dan biceps femoris domba lokal

39

jantan yang dipelihara di pedesaan pada bobot potong yang berbeda. J.Protein. 13:147-153.

Prabowo, L.G., R. Riyanti, dan V. Wanniatie. 2016. Efektivitas tepung bungakecombrang (Nicolaia speciosa Horan) sebagai pengawet terhadap sifatfisik daging broiler. JIPT. 4:42-46.

Pratama, R. 2017. Efektivitas Bawang Putih dengan Metode Marinasi terhadapKualitas Fisik Daging Broiler. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Prayitno, A.H., E. Suryanto dan Zuprizal. 2010. Kualitas fisik dan sensoris dagingayam broiler yang diberi pakan dengan penambahan ampas VirginCoconut Oil (VCO). Buletin Peternakan. 34:55-63.

Pujimulyani, D., S. Raharjo, Y. Marsonce o, U. Santoso. 2010. Aktivitasantioksidan dan kadar Senyawa Fenolik pada Kunir Putih (Curcumamanga Val.) Segar dan Setelah Blanching. Agritech. 30:2

Rahmawati, N., E. Sudjarwo, E. Widodo. 2015. Uji aktivitas antibakteri ekstrakherbal terhadap bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu Peternakan. 24:24-31.

Rusli, R. 2009. Penetapan Kadar Boraks pada Mie Basah yang Beredar di PasarCiputat dengan Metode Spektrofotometer UVVIS Menggunakan PereaksiKurkumin. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UniversitasNegeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Saputra, S.H. 2016. Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi dari Ekstrak Kunyit Putih(Curcuma zedoaria(Berg.)Roscoe). Jurnal Riset Teknologi Industri.10:146.

Sari. 2009. Kunyit Sebagai Alternatif Bahan Pengawet Alami. Skripsi. UniversitasUdayana. Bali.

Soeparno. 1992. Daging dada (Otot Pectoralis Superficialis) sebagai standarpenilaian kualitas daging. Laporan Penelitian No: UGM/ 5887/M/09/01.

. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi Ke-4. Gadjah MadaUniversity Press.Yogyakarta.

Suliantri, B. S. L. Jenie., M. T. Suhartono dan A. Apriyanto. 2008. Aktivitasantibakteri ekstrak sirih hijau (Piper betle L.) terhadap bakteri patogen.Jurnal Teknologi Industri Pangan. 19:1-7.

Sundari, D., Almasyhuri., dan A. Lamid. 2015. Pengaruh proses pemasakanterhadap komposisi zat gizi bahan pangan sumber protein. Jurnal MediaLitbangkes. Kemenkes. Jakarta Pusat. 25:23-24.

Suradi, K. 2006. Perubahan sifat fisik daging ayam broiler post mortem selamapenyimpanan temperatur ruang (change of physical characteristics of

40

broiler chicken meat post mortem during room temperature storage).Jurnal Ilmu Ternak 6:23-27.

Suryaningsih, L., S.P. Wendry dan W. Eka. 2012. Pengaruh perendaman dagingitik pada berbagai konsentrasi ekstrak kunyit (curcuma domestika)terhadap warna, rasa, bau, dan pH. J. Ilmu Ternak. 12:24.

Swacita. I. B. N. 2002. Pengempukan Daging Sapi dengan Protease Jahe.J.Veteriner. 3:25-28.

Tambunan, R. D. 2009. Keempukkan daging dan faktor-faktor yangmempengaruhinya. Balai Pengkajian, Teknologi Pertanian Lampung.Lampung.

Toba, R.D.S. 2016. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas DagingBroiler yang dimarinasi Jus Lengkuas (Alpinia Galanga L.). Skripsi.Universitas Halu Oleo. Kendari.

Van Laack, R.L.J.M., C.H. Liu., M.O. Smith and H.D. Loveday. 2000.Characteristics of pale, soft, exudative broiler breast meat. Poultry Sci.79:1057-1061.

Wala, John.,T. Ransaleleh., I. Wahyuni dan M. Rotinsulu. 2016. Kadar air, pH,dan total mikroba daging ayam yang ditambahkan kunyit putih. J. Zootek.36:405-416.

Zulfahmi, M., Y.B. Pramono dan A. Hintono. 2014. Pengaruh marinasi ekstrakkulit nenas pada daging itik tegal betina afkir terhadap aktivitasantioksidan dan kualitas kimia. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 3:46.

Zulkarnain, D. 2008. Pengaruh suplementasi tepung kunyit (Curcuma domesticaValet) sebagai bahan antioksidan dalam ransum terhadap performa dankualitas karkas ayam broiler. Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.