PENGARUH KONDISI KERJA DAN...

135
i PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Disusun oleh : Ajeng Fitri Adani 1110070000042 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015M

Transcript of PENGARUH KONDISI KERJA DAN...

Page 1: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

i

PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGAN

SOSIAL TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Disusun oleh :

Ajeng Fitri Adani

1110070000042

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015M

Page 2: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan
Page 3: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan
Page 4: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan
Page 5: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

v

MOTTO & PERSEMBAHAN

“Allah would never place you in a situation

that you can’t handle”

PERSEMBAHAN :

Kupersembahkan skripsi ini untuk Mama dan Papa,

serta adik dan orang-orang yang kucintai…

Page 6: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Januari 2015

C) Ajeng Fitri Adani

D) Pengaruh Kondisi Kerja dan Dukungan Sosial Terhadap Subjective Well-Being

E) xv + 88 halaman + lampiran

F) Subjective well-being merupakan penilaian individu terhadap kehidupannya yang

meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup dan penilaian afektif mengenai

mood dan emosi (Diener & Lucas, 1999). Dalam meningkatkan subjective well-being

di lingkungan kerja diperlukan sebuah kondisi kerja yang mendukung dan dukungan

sosial dari lingkungan sekitarnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh kondisi kerja dan dukungan sosial terhadap subjective well-being pada

buruh. Peneliti berasumsi bahwa variabel kondisi kerja, yaitu kondisi kerja fisik,

kondisi kerja psikologis dan kondisi kerja temporer, dan variabel dukungan sosial,

yaitu dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan,

dukungan emosi dan dukungan jaringan sosial mempengaruhi subjective well-being

pada buruh.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi berganda.

Sampel berjumlah 150 buruh PT. Pratama Abadi Industri yang diambil dengan teknik

accidental sampling. Dalam penelitian ini, peneliti memodifikasi instrumen alat ukur,

yaitu Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan Positive Affect Negative Schedule

(PANAS), sedangkan alat ukur kondisi kerja disusun sendiri oleh peneliti

berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Schultz dan Schultz (1990) dan dukungan

sosial berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Sarafino (1998).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kondisi kerja fisik, kondisi kerja

psikologis, kondisi kerja temporer, dukungan instrumental, dukungan informasional,

dukungan penghargaan, dukungan emosi dan dukungan jaringan sosial terhadap

subjective wel-being pada buruh. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa

dukungan informasional dan dukungan penghargaan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap subjective well-being. Sementara itu, kondisi kerja fisik, kondisi

kerja psikologis, kondisi kerja temporer, dukungan instrumental dan dukungan emosi

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap subjective well-being. Hasil penelitian

juga menunjukkan proporsi varians dari subjective well-being yang dijelaskan oleh

seluruh variabel independen adalah 12,2%, sedangkan 87,8% sisanya dipengaruhi

oleh variabel lain di luar penelitian ini.

G) Bahan bacaan : 30; buku: 7 + jurnal: 18 + artikel: 5

Page 7: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) January 2015

C) Ajeng Fitri Adani

D) The Effect of Working Conditions and Social Support on Subjective Well-Being

E) xv + 88 page + appendix

F) Subjective well-being is an individual assessment of life that includes cognitive

assessment of life satisfaction and affective ratings of mood and emotion (Diener &

Lucas, 1999). In improving subjective well-being in the workplace required a

supportive working conditions and social support from the surrounding environment.

This study was conducted to determine the effect of working conditions and social

support on subjective well-being in labor. The author assumes that the variable

working conditions, is working conditions of physical, working conditions of

psychological and working conditions of temporary, and social support variables, is

the instrumental support, informational support, esteem support, emotional support

and social network support affect subjective well-being in labor.

This study uses a quantitative approach with multiple regression analysis. Total

sample is 150 labours of PT. Pratama Abadi Industri taken by accidental sampling

technique. In this study, the authors modify the instrument gauges, namely

Satisfaction With Life Scale (SWLS) Positive and Negative Affect Schedule

(PANAS), while the measuring instrument working conditions compiled by the

authors based on the theory developed by Schultz and Schultz (1990) and social

support based on the theory developed by Sarafino (1998).

The results showed that there is effect of working conditions of physical, working

conditions of psychological and working conditions of temporary, and social support

variables, is the instrumental support, informational support, esteem support,

emotional support and social network support on subjective well-being in labor.

Minor hypothesis test results indicate that the informational support and esteem

support has a significant effect on the subjective well-being. Meanwhile, working

conditions of physical, working conditions of psychological, working conditions of

temporary, instrumental support and emotional support have no significant effect on

the subjective well-being. The results also show the proportion of the variance of

subjective well-being described by all the independent variables was 12,2%, while

87,8% is influenced by other variables outside of this research.

G) Reference : 30; book: 7 + journal: 18 + article: 5

Page 8: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah swt atas

segala rahmat, hidayah dan kasih sayang yang diberikan-Nya sehingga peneliti dapat

dapat menyelesaikan penelitian ini lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat serta

salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita semua, Rasulullah

Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti melibatkan banyak pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung telah memberikan kontribusi nyata bagi peneliti.

Banyak sekali pelajaran dan hikmah yang peneliti dapatkan baik selama penyusunan

skripsi maupun selama kuliah di Fakultas Psikologi. Oleh karena itu, dengan segala

ketulusan hati, peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh jajarannya yang telah memfasilitasi

pendidikan mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan berakhlak dan

berkualitas.

2. Ibu Liany Luzvinda, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi dan seminar

proposal yang dengan kesabaran telah memberikan bimbingan, nasehat, motivasi,

dukungan dan bantuan yang sangat besar kepada peneliti, sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Page 9: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

ix

3. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan dukungan dan doa serta selalu berusaha meluangkan waktu

untuk mahasiswa.

4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah memberikan limpahan ilmu dan pelajaran tidak ternilai dan banyak

membantu peneliti

5. Papa (Bapak Subandi), mama (Ibu Indiah Pratiwi), adik tersayang (Ayu Dwi

Adani), keluarga besar peneliti, untuk segala curahan kasih sayang, kesabaran,

dukungan, inspirasi, motivasi, ridho, dan doa yang tiada henti kepada peneliti.

Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan merahmati kita semua. Amin

6. Pihak PT Pratama Abadi Industri yang telah bersedia mengizinkan dan

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian sehingga

peneliti dapat melaksanakan penelitian ini dengan hasil yang maksimal. Terima

kasih kepada Bapak Mauludfi Eko Priyono (Manager HRD), Ibu Suzan Zuhra dan

para staff HRD PT Pratama Abadi Industri yang telah membantu memudahkan

penyebaran kuisioner ini sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam hal

kolektif data.

7. Teman-teman SD, SMP dan SMA Al-Azhar BSD yang selalu memberikan

dukungan dan motivasi kepada peneliti. Terima kasih buat Lia, Iil, Uul, Cindoot,

Ivan, Kharis, Intan, Era, Qisthy, Kiki, Deri, Pewe dan Koko, dukungan kalian

sangat berarti!

Page 10: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

x

8. Untuk keluarga B’2010, kelas tersayang dan terbaik. Lailatul, Gina, Anita, Estu,

Putri, Niken, Winda, Retno, Ainun, Sunny, Nisa, Dhila, Yuni, Sabe, Aini, Shintia,

Nisyub, Syifa, Isnia, Tyyas, Adila, Saul, Viny, Qory, Isti, Chintya, Azkya, Katty,

Iki, Hilmi, Danar, Lian, Didik, Aris, Adit, Bobby, Gian dan Deri. Terima kasih

atas canda tawa, kasih sayang, kenangan maupun support kalian kepada peneliti.

Sukses buat kita semua!

9. Kakak senior, teman seperjuangan angkatan 2010, adik junior. Terima kasih atas

waktu, kenangan, canda, tawa, kasih sayang, ilmu, motivasi kalian semua dari

awal hingga akhir. Terima kasih buat kak Surya, kak Arip, kak Cat dan kak Suzan

atas dukungan, bantuan dan motivasi untuk peneliti.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut

berkontribusi dalam penelitian ini.

Peneliti sangat bersyukur dan hanya bisa berdo’a kepada semua pihak yang

telah membantu, semoga mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat ganda dari

Allah SWT. Amin

Jakarta, 20 Januari 2015

Peneliti

Page 11: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….. ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………… iii

PERNYATAAN ………………………………………………………….. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………. v

ABSTRAK ……………………………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xiv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

1.1.Latar Belakang ……………………………………………….. 1

1.2.Pembatasan Istilah ……………………………………………. 8

1.3.Rumusan Masalah ……………………………………………. 9

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………... 10

1.4.1 Tujuan Penelitian ……………………………………... 10

1.4.2 Manfaat Penelitian ……………………………………. 10

1.4.2.1 Manfaat Teoritis …………………………….... 10

1.4.2.2 Manfaat Praktis …………………………….. ... 11

1.5 Sistematika Penulisan ……………………………………… ... 11

BAB 2 LANDASAN TEORI ……………………………………………... 13

2.1 Subjective Well-Being ………………………………………… 13

2.1.1 Definisi subjective well-being ………………………….. 13

2.1.2 Dimensi subjective well-being …………………………. 14

2.1.2.1 Dimensi kognitif subjective well-being ………. 14

2.1.2.2 Dimensi afektif subjective well-being ………... 15

2.1.3 Pengukuran subjective well-being ……………………… 18

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi subjective

well-being ……………………………………………… 23

2.2 Kondisi Kerja …………………………………………………. 25

Page 12: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

xii

2.2.1 Definisi kondisi kerja …………………………………... 25

2.2.2 Dimensi kondisi kerja ………………………………….. 26

2.2.3 Pengukuran kondisi kerja ………………………………. 30

2.3 Dukungan Sosial ………………………………………………. 31

2.3.1 Definisi dukungan sosial ……………………………….. 31

2.3.2 Dimensi dukungan sosial ………………………………. 32

2.3.3 Sumber dukungan sosial ……………………………….. 34

2.3.4 Pengukuran dukungan sosial …………………………… 35

2.4 Kerangka Berpikir …………………………………………….. 35

2.5 Hipotesis ………………………………………………………. 42

2.5.1 Hipotesis Mayor ………………………………………... 41

2.5.2 Hipotesis Minor ………………………………………… 42

BAB 3 METODE PENELITIAN …………………………………………. 44

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan …………………… 44

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …………………. 44

3.2.1 Variabel penelitian ……………………………………… ... 45

3.2.2 Definisi operasional …………………………………….. ... 46

3.3 Instrumen Pengambilan Data ………………………………….. ... 48

3.4 Uji Validitas Alat Ukur ………………………………………… 52

3.4.1 Uji validitas skala subjective well-being ……………….. .. 53

3.4.2 Uji validitas skala kondisi kerja fisik …………………… 55

3.4.3 Uji validitas skala kondisi kerja psikologis …………….. … 56

3.4.4 Uji validitas skala kondisi kerja temporer ………………. 58

3.4.5 Uji validitas skala dukungan instrumental ……………… 59

3.4.6 Uji validitas skala dukungan informasional ……………. … 60

3.4.7 Uji validitas skala dukungan penghargaan …………….. … 61

3.4.8 Uji validitas skala dukungan emosi …………………….. … 62

3.4.9 Uji validitas skala dukungan jaringan sosial …………… … 63

3.5 Teknik Analisis Data ………………………………………….. … 64

3.6 Prosedur Penelitian ……………………………………………… 66

BAB 4 HASIL PENELITIAN ……………………………………………… 67

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ……………………………. 67

4.2 Hasil Analisis Deskriptif ………………………………………… 69

4.2.1 Statistik deskriptif variabel independen kontinum ………. 69

4.2.2 Pengelompokkan subjek berdasarkan skor variabel

penelitian ………………………………………………… 71

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian …………………………………... 73

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ………………………… 81

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 81

Page 13: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

xiii

5.2 Diskusi …………………………………………………………... 81

5.3 Saran …………………………………………………………….. 86

5.3.1 Saran metodologis ………………………………………… 87

5.3.2 Saran praktis ………………………………………………. 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Alat Ukur Subjective Well-Being ……………………...... 49

Tabel 3.2 Blue Print Alat Ukur Kondisi Kerja ………………………………... 50

Tabel 3.3 Blue Print Alat Ukur Dukungan Sosial ……………………………. 51

Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Skala Subjective Well-Being ………………… 54

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Skala Kondisi Kerja Fisik ……………………. 56

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Skala Kondisi Kerja Psikologis.......................... 57

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Skala Kondisi Kerja Temporer .......................... 59

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Skala Dukungan Instrumental ............................ 60

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Skala Dukungan Informasional .......................... 61

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Skala Dukungan Penghargaan ........................... 62

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Skala Dukungan Emosi ...................................... 63

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Skala Dukungan Jaringan Sosial ........................ 64

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden ............................................................. 67

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif .............................................................................. 70

Tabel 4.3 Pengelompokkan Subjek Berdasarkan Skor ....................................... 71

Tabel 4.4 Tabel R Square .................................................................................... 74

Tabel 4.5 Tabel Anova ........................................................................................ 74

Tabel 4.6 Koefisien Regresi ................................................................................ 75

Tabel 4.7 Sumbangan Masing-Masing Independent Variable ............................ 78

Page 15: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ................................................................ 41

Page 16: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak dulu hingga sekarang ketika kita membahas mengenai manusia tidak akan ada

habisnya. Setiap manusia memiliki pemikiran yang unik dan beragam pada masing-

masing dirinya. Pemikiran yang unik dan beragam itu akan membuat manusia berusaha

melakukan pengembangan diri untuk menjadi lebih baik dan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pengembangan diri merupakan nilai output yang kebanyakan

ditunjukkan oleh setiap orang dengan cara bekerja. Manusia bekerja yang pada

akhirnya akan mendapatkan suatu kepuasan dalam dirinya karena telah mencapai apa

yang diinginkannya. Tercapainya keinginan tersebut maka seseorang akan mencapai

kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya.

Kepuasan dalam hidup yang dirasakan manusia tersebut merupakan salah satu

bagian dari subjective well-being. Diener, Lucas, dan Oishi (2005) menjelaskan bahwa

subjective well-being mengacu pada bagaimana orang mengevaluasi hidup mereka,

baik itu evaluasi kognitif dan afektif dalam hidupnya. Di dalamnya meliputi variabel-

variabel seperti kepuasan dalam hidup dan kepuasan pernikahan, tidak adanya depresi

dan kecemasan, serta adanya suasana hati (mood) dan emosi yang positif. Menurut

Diener dan Lucas (1999) adalah evaluasi seseorang tentang hidup mereka, termasuk

penilaian kognitif terhadap kepuasan hidupnya serta evaluasi afektif dari mood dan

emosi-emosi.

Page 17: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

2

Sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa pentingnya manusia memiliki

subjective well-being pada dirinya. Penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang

bahagia cenderung memiliki manfaat sosial yang lebih besar, hasil kerja yang lebih

baik, sistem kekebalan tubuh yang lebih baik, menjadi lebih kooperatif, pro sosial yang

tinggi dan hidupnya akan lebih lama dibandingkan orang yang tidak bahagia

(Lyubomirsky, 2005). Ketika individu itu memiliki atau merasakan subjective well-

being yang baik dan cukup pada dirinya, hal itu akan mempengaruhi segala sesuatunya,

baik itu dalam pekerjaan, kesehatan, hubungan sosial maupun hal lainnya. Subjective

well-being begitu pentingnya bagi setiap individu.

Dalam kenyataannya, tidak semua orang bisa merasakan kesejahteraan

psikologis di dalam hidupnya. Terlihat dari beberapa kasus yang terjadi pada

karyawan-karyawan di Indonesia, seperti halnya yang dijelaskan oleh Wakil Ketua

Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Sidharta mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang kompleks. Menurut beliau,

tanggung jawab untuk memberikan kesadaran akan keselamatan kerja berada di

pundak pemerintah dan pengusaha yang sampai saat ini cenderung masih rendah.

Penerapan K3 yang masih begitu rendah di Indonesia, bahkan adanya karyawan yang

menuntut fasilitas K3 pada akhirnya dipecat karena dianggap terlalu vokal. Peran

pemerintah daerah pun diperlukan namun masih kurang dalam mengawasi pengusaha-

pengusaha yang lalai dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerjanya

(BBC, 2013).

Page 18: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

3

Kasus lain terjadi di daerah Banten, dimana berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi (Disnakertrans) sejak Januari-Agustus 2013 jumlah kecelakaan kerja

tercatat mencapai 1.402 kali dengan jumlah korban meninggal tercatat 16 orang.

Kecelakaan kerja yang paling banyak terjadi berada di wilayah Serang bagian Timur.

Penyebab kecelakaan kerja ini terjadi diakibatkan karena dua hal, yaitu kondisi kerja

yang tidak baik atau karena kesalahan manusia (human error). Ketua FDC Federasi

Serikat Pekerja Kimia Energi dan Pertambangan, Konfederasi Serikat Pekerja

Indonesia (FSPKEP-KSPI), Sujadmiko menilai banyak perusahaan di wilayah

Kabupaten Serang yang melakukan pengabaian keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Selain standar keselamatan, juga tanggung jawab perusahaan terhadap kecelakaan

kerja minim (JPNN, 2013).

Uraian tersebut menjelaskan bahwa kasus subjective well-being dalam dunia

kerja sering dijadikan suatu permasalahan oleh para karyawan. Salah satu faktor yang

memengaruhi subjective well-being adalah kondisi kerja. Sejumlah penelitian telah

meneliti efek dari kondisi kerja yang menyiksa (Kahn&Byosiere, 1992;

Sonnentag&Frese, 2003). Misalnya, sumber daya di tempat kerja seperti kontrol

pekerjaan pada umumnya yang berhubungan positif dengan kesejahteraan, kesehatan

dan sikap yang berhubungan dengan pekerjaan (Semmer, 1998;

Terry&Jimmieson,1999). Tuntutan pekerjaan seperti kompleksitas pekerjaan memiliki

berbagai efek yang sama pada kesejahteraan dan sikap yang berhubungan dengan

pekerjaan juga. Hubungan yang positif dari kompleksitas dan variasi pekerjaan dengan

kesejahteraan telah dilaporkan dalam literatur mengenai stres di tempat kerja

Page 19: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

4

(Kahn&Byosiere,1992; Sonnetag&Frese,2003; Warr,1999). Dalam suatu penelitian

terbaru yang dilakukan oleh Professor Rudolf dari Korea University di Seoul yang

menilai dampak-dampak penurunan jam kerja terhadap kesejahteraan subjektif

individual dan keluarga. Riset ini didasarkan pada survei longitudinal dari rumah

tangga di perkotaan Korea, Korean Labour dan Income Panel Study, yang dilakukan

pada 1998 sampai 2008 (Tempo,2013). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa adanya kekeliruan dalam teori tradisional yang mengatakan

bahwa jam kerja yang lebih panjang memiliki dampak negatif terhadap kesejahteraan

pribadi si pekerja itu sendiri.

Namun, dalam penelitian lain di Jerman dengan sampel 250 call agent dan 14

call centres ditemukan hasilnya bahwa call agent memiliki kondisi kerja yang

burukdalam hal variabilitas dan kompleksitas pekerjaan maupun kontrol pekerjaan

yang lebih rendah serta keluhan psikosomatik yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan pegawai bank atau pegawai administrasi (Isic, 1999). Hal ini diakibatkan

karena rendahnya kontrol pekerjaan yang disebabkan oleh kurangnya sumber daya

dengan berbagai tuntutan pekerjaan yang begitu beragam, sehingga menyebabkan

rendahnya well-being pada call agent tersebut (Kahn & Byosiere, 1992; Sonnentag &

Frese, 2003). Tuntutan pekerjaan yang berlebihan dengan menghabiskan waktu jam

kerja yang melebihi batas normal mengakibatkan individu tersebut memiliki kontrol

pekerjaan yang rendah dan berpengaruh buruk terhadap kesejahteraan individu itu

sendiri.

Page 20: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

5

Dalam kasus lain mengenai kondisi kerja, pemerintah Bangladesh dan ILO atau

Organisasi Buruh Internasional meluncurkan sebuah program untuk memperbaiki

standar kerja bagi hampir empat juta karyawan pabrik garmen di negara tersebut. Hal

ini terlaksana enam bulan setelah terjadi bencana terburuk dalam industri garmen

tersebut yang menewaskan lebih dari 1.100 orang dan menimbulkan sorotan pada

kondisi kerja yang berbahaya di sektor yang sedang berkembang tersebut. Program

tersebut juga berfokus pada keselamatan kerja buruh yang lebih baik. Hal ini

menyangkut pemeriksaan ribuan pabrik mengenai keamanan bangunan dan keamanan

terhadap kebakaran. Pabrik-pabrik yang tidak aman atau membahayakan akan

diperbaiki dengan cara ILO perlu melakukan inspeksi yang bisa diandalkan (Anjana,

2013).

Kasus lain yang terjadi di PT. Panarub Dwikarya mengenai demo buruh dan

kondisi kerja yang mereka rasakan. Para buruh merasakan kondisi kerja dan syarat

kerja yang tidak baik di lingkungan kerja PT PDK tersebut. Para buruh pun melakukan

aksi mogok kerja yang disebabkan karena kondisi kerja di PT. Panarub Dwikarya yang

buruk, diantaranya: kerja paksa, yaitu man power dikurangi tetapi target tetap yang

mengakibatkan buruh susah melakukan aktivitas lain dan cuti yang sulit diambil

(Ismett, 2013).

Selain kondisi kerja, faktor yang mempengaruhi subjective well-being adalah

dukungan sosial. Dukungan sosial sebagai penerimaan dari orang lain atau keluarga

terhadap individu, yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa seseorang merasa

disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong, sehingga menimbulkan perasaan

Page 21: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

6

bahwa kita memiliki arti bagi orang lain atau menjadi bagian dari jaringannya(Sarafino,

1998). Dukungan sosial dapat dianggap sebagai arus komunikasi antara orang-orang

yang melibatkan perhatian emosional, kepedulian, informasi dan bantuan instrumental

(Williams& House, 1985). Henderson (1984) telah mencatat sebuah penelitian tentang

efek dukungan sosial yang telah didominasi oleh dua hipotesis. Yang pertama

menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki efek langsung terhadap kesejahteraan.

Hipotesis kedua adalah hipotesis penyangga, dimana dukungan sosial berinteraksi

dengan stress, sehingga dukungan sosial penyangga stress terhadap kesejahteraan.

Dukungan sosial yang didapatkan oleh seorang karyawan tidak hanya dari rekan

kerjanya, namun dukungan sosial yang ditunjukkan oleh atasannya pun akan

mempengaruhi cara kerja dan kesejahteraannya. Dimana terdapat sebuah penelitian

mengenai dukungan sosial atasan mempengaruhi kesejahteraan karyawannya. Menurut

hasil penelitian terbaru Gillet, Fouquereau, Forest, Brunault dan Colombat (2011)

menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki atasan dengan gaya otonomi

berhubungan positif terhadap kebutuhan dasar karyawan dan dukungan organisasi

berhubungan positif pula dengan kebutuhan dasar karyawan yang kebutuhan dasar

tersebut berhubungan dengan kesejahteraan karyawan.

Dalam sebuah penelitian di dalam jurnal “Working conditions, well-being, job-

related attitudes among call centre agents” yang meneliti pekerja tradisional dengan

pekerja call centre bahwa sebagian besar stress yang muncul dari mereka merupakan

permasalahan tugas pekerjaan maupun hubungan sosial, baik dengan atasan maupun

rekan kerja. Stres sosial disini muncul disebabkan adanya konflik dengan atasan atau

Page 22: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

7

rekan kerja, adanya permusuhan di tempat kerja, iklim kelompok yang negatif, dan

perilaku yang tidak adil, sehingga timbulah stres sosial dalam diri individu yang

berdampak kuat pada kesejahteraannya maupun kesehatan individu tersebut (Dormann

& Zapf, 2002; Semmer, McGrath & Beehr).

Dalam sebuah jurnal yang berjudul “Subjective well-being in organizations”

melakukan sebuah penelitian untuk mengukur subjective well-being karyawan yang

dihubungkan dengan kebahagiaanmereka di tempat kerja. Hasilnya adalah 90%

individu setuju mengenai pernyataan bahwa “seorang pekerja yang bahagia merupakan

pekerja yang produktif” (Fisher, 2003). Salah satu penjelasannya adalah pekerja yang

bahagia itu jauh lebih aktif, pendekatan berorientasi, energik, tertarik pada pekerjaan-

pekerjaan yang mereka lakukan, bersimpati terhadap rekan-rekan kerjanya dan gigih

menghadapi kesulitan dalam pekerjaannya. Selain itu, karyawan yang bahagia dapat

bertindak dalam cara yang menyenangkan sehingga rekan-rekan mereka cenderung

lebih memberikan dukungan instrumental, emosional ataupun sosial pada mereka.

Dalam sebuah penelitian lain yang menjelaskan mengenai hubungan antara

dukungan sosial, kesepian dan subjective well-being hasilnya adalah bahwa dukungan

sosial berpengaruh terhadap subjective well-being seseorang. Ketika seseorang kurang

mendapatkan dukungan sosial dari sekitarnya, hal tersebut akan menimbulkan rasa

kesepian pada dirinya sehingga memiliki efek yang langsung maupun tidak langsung

terhadap subjective well-being dari individu itu sendiri (Genco¨z and O¨ zlale, 2004).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan melihat pentingnya subjective

well-being di kalangan pekerja, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

Page 23: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

8

dengan sampel yang berbeda yaitu, buruh dan dengan judul: “Pengaruh Kondisi

Kerja dan Dukungan Sosial terhadap Subjective Well-Being”.

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis membatasi ruang lingkup

masalah penelitian ini pada pengaruh Kondisi Kerja dan Dukungan Sosialterhadap

Subjective Well-Being. Adapun definisivariabel-variabel yang diteliti adalah:

1. Subjective well-being yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian

individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai

kepuasan hidup dan penilaian afektif mengenai mood dan emosi (Diener & Lucas,

1999).

2. Kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja

yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dimensi kondisi kerja dari Schultz dan

Schultz (1990) yang terdiri dari 3 dimensi, yaitu : 1) kondisi kerja fisik, (2) kondisi

kerja psikologis, dan (3) kondisi kerja temporer.

3. Dukungan sosial adalah penerimaan dari orang lain atau keluarga terhadap

individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa seseorang merasa

disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong, sehingga menimbulkan perasaan

bahwa kita memiliki arti bagi orang lain atau menjadi bagian dari jaringannya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dimensi dukungan sosial dari Sarafino

(1998) yang terdiri dari 5 dimensi, yaitu : 1) dukungan instrumental, (2) dukungan

Page 24: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

9

informasional, (3) dukungan penghargaan, (4) dukungan emosi, dan (5) dukungan

jaringan sosial.

4. Subjek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para buruh yang bekerja di PT

Pratama Abadi Industri wilayah Tangerang Selatan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh kondisi kerja dan dukungan sosial terhadap subjective

well-being?

2. Apakah terdapat pengaruh kondisi kerja fisik terhadap subjective well-being?

3. Apakah terdapat pengaruh kondisi kerja psikologis terhadap subjective well-being?

4. Apakah terdapat pengaruh kondisi kerja temporer terhadap subjective well-being?

5. Apakah terdapat pengaruh dukungan instrumentalterhadap subjective well-being?

6. Apakah terdapat pengaruh dukungan informasional terhadap subjective well-being?

7. Apakah terdapat pengaruh dukungan penghargaan terhadap subjective well-being?

8. Apakah terdapatpengaruh dukungan emosi terhadap subjective well-being?

9. Apakah terdapat pengaruh dukungan jaringan sosial terhadap subjective well-being?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Page 25: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

10

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menjawab semua rumusan masalah yang tertera

di atas, yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kondisi kerjadan dukungan sosial terhadap

subjective well-being.

2. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kondisi kerja fisik, kondisi kerja psikologis,

dan kondisi kerja temporerterhadap subjective well-being.

3. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dukungan instrumental, dukungan

informasional, dukungan penghargaan, dukungan emosi dan dukungan jaringan

sosial terhadap subjective well-being.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1.4.2.1. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan bahan perbandingan bagi

pengembangan teori-teori psikologi khususnya Psikologi Perusahaan Industri dan

Organisasi, mengenai pengaruh dimensi-dimensi kondisi kerja dan dukungan sosial

terhadap subjective well being pada buruh.

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pemicu dari adanya penelitian-

penelitian selanjutnya tentang subjective well being.

1.4.2.2. Manfaat Praktis

Page 26: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

11

1. Sebagai masukan terhadap suatu organisasi yaitu perusahaan maupun pabrik untuk

memperhatikan kesejahteraan buruh agar dapat mempertahankan atau

meningkatkan produktivitas suatu organisasi.

2. Sebagai masukan untuk buruh agar dapat menjaga hubungan sosial antar buruh

sehingga menciptakan hubungan yang harmonis dan dapat meningkatkan

kesejahteraan.

3. Secara umum dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para peneliti untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB 1 Pendahuluan: Berisi latar belakang masalah, pembatasanmasalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat praktis dan teoritis penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB 2 Landasan Teori: Membahas mengenai definisi, dimensi, faktor-faktor yang

mempengaruhi dan pengukuran subjective well-being. Selain itu, membahas

definisi, dimensi dan pengukuran kondisi kerja dan dukungan sosial serta

kaitan kondisi kerja dan dukungan sosial dengan subjective well-being. Bab

ini juga memuat kerangka berpikir dan bagan kerangka berpikir.

BAB 3Metode Penelitian: Memaparkan mengenai populasi, sampel dan teknik

pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, teknik

pengumpulan data dan instrumen penelitian.

Page 27: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

12

BAB 4 Hasil Penelitian: Membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan

meliputi gambaran subjek penelitian, analisis deskriptif dan hipotesis

penelitian.

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran: Menjelaskan lebih lanjut tentang hasil

penelitian yang terdiri dari kesimpulan, diskusi dan saran.

Page 28: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

13

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Subjective Well-Being

2.1.1 Definisi Subjective well-being

Subjective well-being dapat diartikan sebagai penilaian individu terhadap

kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup dan

penilaian afektif mengenai mood dan emosi seperti perasaan emosional positif da

negatif (Eddington & Shuman, 2008).

Subjective well-being didefinisikan oleh Diener, Lucas dan Oishi (2005)

sebagai evaluasi kognitif dan afektif individu terhadap hidupnya. Subjective well-

being merupakan konsep yang mencakup tingginya kepuasan hidup, rendahnya

tingkat afek negatif dan tingginya tingkat afek positif. Definisi lain subjective well-

being dari Russell (2008) adalah persepsi individu terhadap kehidupannya ataupun

pandangan subjektif individu terhadap pengalaman hidupnya. Subjective well-being

dapat diartikan sebagai penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi

penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup dan penilaian afektif mengenai mood

dan emosi (Diener & Lucas, 1999).

Penilaian subjective well-being dalam penelitian ini sebagaimana menurut Diener dan

Lucas (1999) adalah penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi

Page 29: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

14

penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup dan penilaian afektif mengenai mood

dan emosi.

2.1.2. Dimensi Subjective well-being

Dimensi subjective well-beingdapat dibagi menjadi dua yaitu penilaian kognitif dan

penilaian afektif. Penilaian kognitif adalah penilaian individu mengenai kepuasan

hidup, sedangkan penilaian afektif adalah penilaian individu terhadap mood dan

emosi yang sering dirasakan dalam hidup (Diener, et al., 1999). Berikut ini adalah

pembahasan mengenai kedua dimensi tersebut.

2.1.2.1. Dimensi kognitif subjective well-being

Dimensi kognitif dari subjective well-beingadalah evaluasi terhadap kepuasan

hidup. Evaluasi tersebut dapat dikategorikan menjadi evaluasi umum (global) dan

evaluasi khusus (domain tertentu). (Diener et.al., 1999). Berikut adalah penjelasan

lebih lanjut mengenai kedua penilaian tersebut.

1. Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global, yaitu evaluasi individu

terhadap kehidupannya secara menyeluruh. Penilaian umum ini merupakan

penilaian individu yang bersifat reflektif terhadap kepuasan hidupnya (Diener,

2005). Kepuasanhidup secara global dimaksudkan untuk merepresentasikan

penilaian individu secara umum. Kepuasan hidup secara global didasarkan pada

proses penilaian dimana individu mengukur kualitas hidupnya dengan

didasarkan pada satu set kriteria yang unik yang mereka tentukan sendiri.

Page 30: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

15

Secara lebih spesifik, kepuasan hidup secara global melibatkan persepsi

individu terhadap perbandingan keadaan hidupnya dengan standar unik yang

mereka miliki.

2. Evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu, yaitu penilaian yang dibuat

individu dalam mengevaluasi domain atau aspek tertentu dalam kehidupannya,

seperti kesehatan fisik dan mental, pekerjaan, rekreasi, hubungan sosial,

kehidupan dengan pasangan hidup dan kehidupan dengan keluarga (Diener,

2005).

Kedua dimensi tersebut tidak sepenuhnya terpisah. Evaluasi global dan evaluasi

terhadap domain tertentu memilik keterkaitan satu sama lain. Dalam melakukan

penilaian mengenai kepuasan hidup secara umum, individu kemungkinan besar akan

menggunakan informasi mengenai kepuasan pada salah satu aspek hidup yang

dianggap paling penting. Evaluasi terhadapkepuasan hidup secara global merupakan

refleksi dari persepsi individu terhadap hal-hal yang ada di dalam hidupnya, ditambah

dengan bagaimana kultur mempengaruhi pandangan hidup positif individu.

2.1.2.2. Dimensi afektif subjective well-being

Menurut Dieneret.al (1999) dimensi afektif subjective well-being merefleksikan

peristiwa yang terjadi di dalam hidup individu. Dengan meneliti tipe-tipe dari reaksi

afektif yang ada, seorang peneliti dapat memahami cara individu mengevaluasi

kondisi dan peristiwa di dalam hidupnya. Secara umum dimensi afektif subjective

well-beingdapat dikategorikan menjadi evaluasi terhadap keberadaan afek-afek positif

Page 31: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

16

dan evaluasi terhadap keberadaan afek-afek negatif. Averill (dalam Carr, 2004)

menjelaskan bahwa afek positif adalah kombinasi hal yang sifatnya menyenangkan

(pleasantness) dan emosi yang termasuk didalamnya antara lain aktif, siap sedia dan

senang. Afek negatif adalah kombinasi hal yang sifatnya membangkitkan (arousal)

dan hal yang sifatnya tidak menyenangkan (unpleasantness) dan didalamnya terdapat

emosi seperti cemas, sedih dan ketakutan.

1. Evaluasi terhadap keberadaan afek positif

Carr (2004) menjelaskan afek positif sebagai dimensi dimana terdapat perasaan yang

nyaman dengan intensitas yang beragam. Afek-afek positif merepresentasikan emosi

yang bersifat menyenangkan, seperti cinta atau kasih sayang. Afek-afek positif

dianggap sebagai bagian dari subjective well-beingkarena afek-afek tersebut

merefleksikan reaksi individu terhadap sejumlah peristiwa dalam hidup yang

menunjukkan bahwa hidup berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan (Diener,

2005).

Larsen dan Diener (dalam Carr, 2004) mengatakan bahwa afek positif adalah

kombinasi dari hal yang sifatnya membangkitkan (arousal) dan hal yang bersifat

menyenangkan (pleasantness). Afek-afek positif yang tinggi terjadi ketika individu

merasakan energi yang tinggi, konsentrasi penuh, dan keterlibatan yang

menyenangkan. Sementara itu, afek-afek positif yang rendah terjadi ketika individu

mengalami kesedihan dan kelelahan (Watsonetal., 1988). Afek positif dapat membuat

individu lebih menikmati pekerjaan, hubungan dengan orang lain, bahagia dalam

pekerjaan dan percintaan meningkatkan afek positif. Afek positif mendorong individu

Page 32: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

17

untuk mendekatkannya pada situasi yang menyenangkan dan bermanfaat seperti

makanan, tempat berlindung, dan mencari pasangan. Afek positif dapat ditingkatkan

dengan melakukan kegiatan fisik sehari-hari, tidur yang cukup, bersosialiasasi dengan

teman dekat dan bekerja keras untuk mencapai tujuan yang memiliki nilai

(Watsonet.al., 1988).

2. Evaluasi terhadap keberadaan afek negatif

Afek negatif merepresentasikan mood dan emosi yang tidak menyenangkan dan

merefleksikan respon negatif yang dialami individu sebagai reaksinya terhadap

kehidupan, kesehatan, keadaan dan peristiwa yang mereka alami (Diener, 2005).

Afek-afek negatif merupakan kombinasi dari hal-hal yang bersifat

membangkitkan (arousal) dan hal-hal yang bersifat tidak menyenangkan

(unpleasantness). Afek-afek negatif yang tinggi akan muncul ketika individu

merasakan kemarahan, kebencian, jijik, rasa bersalah, ketakutan dan kegelisahan.

Sementara itu, afek-afek negatif yang rendah akan muncul ketika individu merasakan

ketenangan dan kedamaian (Watsonet.al, 1988).

Afek-afek negatif memang dibutuhkan dan seharusnya terjadi agar hidup

dapat berfungsi secara optimal. Salah satu fungsi dari afek negatif adalah

mengarahkan kepada perilaku menghindar yang berguna untuk menjauhkan individu

dari situasi yang berbahaya. Namun afek-afek negatif yang terlalu sering terjadi atau

terjadi secara berkepanjangan merupakan indikasi bahwa individu memiliki penilaian

yang buruk terhadap kehidupannya. Pengalaman merasakan afek-afek negatif secara

berkepanjangan akan menghambat individu untuk bertingkah laku secara efektif

Page 33: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

18

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, individu merasa bahwa hidupnya

tidak menyenangkan (Diener, 2005).

Individu dideskripsikan mempunyai subjective well-beingyang tinggi apabila ia

menilai kepuasan hidupnya tinggi dan merasakan afek positif lebih sering

dibandingkan afek negatif (Diener & Lucas, dalam Ryan & Deci, 2001).

2.1.3 Pengukuran subjective well-being

Sebagian besar alat ukur yang digunakan untuk mengukur subjective well-being

mengasumsikan bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup dapat disusun dalam sebuah

kontinum mulai dari “sangat bahagia” sampai dengan “sangat tidak bahagia”. Salah

satu skala yang memiliki nilai reliabilitas yang tinggi dan paling sering digunakan

adalah Satisfaction with Life Scale (Dieneret al., 1985) untuk mengukur nilai

individu mengenai kepuasan hidupnya dan Positive Affect Negative Schedule (Clarket

al., 1988) untuk mengukur tingkat afek positif dan afek negatif individu pada satu

waktu.

SWLS di buat oleh Diener et al. (1985) pada tahun 1985. Alat ukur ini didesain

dengan ide bahwa alat ukur harus menanyakan subjek tentang penilaian keseluruhan

kehidupannya agar bisa mengukur konsep kepuasan hidup. Skala ini dikembangkan

pada tahun 1985 dan diuji pada 175 responden dari Universitas Illnois dan

reliabilitasnya adalah 0,87. Kemudian digunakan kembali pada tahun 1991 oleh Pavot

et al. (1991) dengan responden 39 orang tua, nilai koefisien alfa yang didapatkan

adalah 0,83. SWLS terdiri dari 5 item dengan meminta individu mengindentifikasi

Page 34: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

19

jawabannya berdasarkan 7 poin skala Likert, mulai dari “sangat tidak setuju” sampai

“sangat setuju”. Skor terkecil yang didapatkan adalah 5 dan yang tertinggi adaah 35

untuk orang yang sangat puas terhadap kehidupannya.

Pada pengukuran tingkat kepuasan hidup, peneliti akan menggunakan skala

SWLS yang dimodifikasi pilihan respon jawabannya. Skala model Likert dipilih

sebagai pilihan respon jawaban karena dalam skala ini subjek tidak hanya terbatas

memilih jawaban sesuai tidak sesuai, melainkan juga dapat memberikan kepastian

derajat kesesuaian dari pilihan jawaban pada item. Derajat kesesuaian antar pilihan

jawaban tersebut disusun berdasarkan interval yang diasumsikan sama sehingga

subjek dapat menentukan pilihannya dengan menyesuaikan karakteristik yang ada

pada dirinya. Skala item yang akan digunakan dalam alat ukur ini adalah item dengan

4 respon pilihan skala SWLS, untuk item favorable mulai dari 1 “sangat tidak

setuju”; 2 “tidak setuju”; 3 “setuju”; 4 “sangat setuju”; item unfavorable mulai dari 1

“sangat setuju”; 2 “setuju”; 3 “tidak setuju”; 4 “sangat tidak setuju”.

Selanjutnya, item dari PANAS scale (Positive Affect Negative Schedule) untuk

mengukur afek. Dikembangkan dengan sampel mahasiswa dan divalidasi oleh

populasi dewasa, terdiri dari 2 skala mood, satu mengukur afek postif dan satu lagi

mengukur afek negatif. Setiap item diukur dalam 5 peringkat, dari mulai 1 “sangat

sedikit atau tidak pernah” sampai 5 “sangat”. Watson et al. (1988) melaporkan

koefisien alfa setelah dilakukan tes re-testadalah 0,68 untuk afek positif dan 0,71

untuk afek negatif.

Page 35: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

20

Pada penelitian ini juga menggunakan skala baku PANAS scale yang telah

diadaptasi. Peneliti menggunakan 4 pilihan respon jawaban dengan skala model

Likert. Skala model Likert dipilih karena dalam skala ini subyek tidak hanya terbatas

memilih jawaban sesuai tidak sesuai, melainkan juga dapat memberikan kepastian

derajat kesesuaian dari pilihan jawaban pada item. Derajat kesesuaian antar pilihan

jawaban tersebut disusun berdasarkan interval yang diasumsikan sama sehingga

subjek dapat menentukan pilihannya dengan menyesuaikan karakteristik yang ada

pada dirinya. Skala item yang akan digunakan dalam alat ukur ini adalah item dengan

4 respon pilihan, mulai dari 1 “tidak pernah atau sangat jarang”; 2 “kadang-kadang”;

3 “sering”; 4 “selalu”; item unfavorable mulai dari 1 “selalu”; 2 “sering ; 3 “kadang-

kadang”; 4 “tidak pernah atau sangat jarang”.

Secara keseluruhan alat ukur Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan PANAS

scale (Positive Affect Negative Schedule) akan disatukan dan diadaptasi oleh peneliti

dengan menggunakan istilah alat ukur subjective well-being.

2.1.4 Faktof-faktor yang mempengaruhi subjective well-being

Berbagai hasil penelitian dan literature telah menghasilkan sejumlah variabel yang

dianggap sebagai prediktor subjective well-beingyang signifikan. Prediktor-prediktor

yang dimaksud adalah harga diri (self esteem), kepribadian, optimism, dukungan

sosial, pengaruh masyarakat dan budaya, proses kognitif, serta faktor demografis

seperti jenis kelamin, usia, status pernikahan dan pendapatan. Berikut ini adalah

pembahasan secara lebih spesifik untuk masing-masing prediktor diatas.

Page 36: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

21

1. Harga diri (self esteem)

Menurut Eddington dan Shuman (2008) harga diri berhubungan kuat secara

positif di budaya barat. Harga diri (self esteem) yang tinggi akan membuat

individu memilikibeberapa kelebihan, termasuk pemahaman mengenai arti dan

nilai hidup (Ryan & Deci, 2001). Hubungan yang kuat antara harga diri (self

esteem) dan subjective well-being tidak ditemukan secara konsisten di beberapa

Negara, terutama di Negara-negara penganut sistem kolektif seperti di Cina. Di

Negara-negara tersebut, otonomi dan tuntutan pribadi dianggap tidak lebih

penting daripada keluarga dan sosial sehingga harga diri (self esteem) menjadi

prediktor subjective well-being yang kurang penting (Eddington & Shuman,

2008).

2. Kepribadian

Dua trait kepribadian yang ditemukan paling berhubungan dengan subjective

well-beingadalah extraversion dan neuroticism (Diener & Lucas, 1999).

Extraversion mempengaruhi afek positif sedangkan neuroticism paling

berhubungan dengan subjective well-beingkarena trait tersebut mencerminkan

temperamen seseorang.

Sejumlah hasil penelitian menemukan bahwa tipe kepribadian ekstroversi

merupakan salah satu prediktor subjective well-beingyang paling signifikan

(DeNeve & Cooper, 1998; Diener & Lucas, 1999; Schimmack etal., 2002).

Menurut Watson & Clark (dalam Diener & Lucas, 1999), trait lain dalam model

kepribadian “the big five trait factors” yaitu agreeableness,conscientiousness,

Page 37: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

22

dan openness to experience menunjukkan hubungan yang lebih lemah dengan

subjective well-being. Seidlitz (dalam Diener & Lucas, 1999) mengatakan bahwa

hubungan tersebut lebih lemah karena trait tersebut terbentuk dari reward oleh

lingkungan, dan bukannya oleh reaktivitas faktor biologis terhadap lingkungan.

3. Optimisme

Individu yang memiliki optimisme terhadap masa depan cenderung merasa lebih

bahagia dan lebih puas dengan kehidupan (Diener et.al., 1999). Schaier dan

Carver (dalam Eddington & Shuman, 2008) menyatakan optimisme sebagai

kecenderungan untuk berharap hasil yang menyenangkan pada kehidupan

seseorang. Secara spesifik, mereka yang mempercayai bahwa dirinya akan

mendapat hasil yang positif, lebih mungkin untuk meraih tujuannya.

Fakta menunjukkan bahwa optimism cenderung mendorong individu untuk

menggunakan mekanisme coping yang fokus pada masalah, mencari dukungan.

Individu yang berpikir positif menggunakan bentuk coping yang lebih efektif

(dalam Eddington & Shuman, 2008).

4. Dukungan Sosial

Menurut Diener dan Selligman (2002) dukungan sosial merupakan prediktor

subjective well-being. Orang-orang yang memperoleh dukungan sosial yang

memuaskan melaporkan bahwa mereka lebih sering merasa bahagia dan lebih

sedikit merasakan kesedihan. Hal ini karena pemikiran bahwa individu memiliki

tempat bersandar ketika mereka membutuhkan akan membuat individu merasa

nyaman dan hal ini akan berkontribusi pada afek positif yang dirasakan individu.

Page 38: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

23

Tingginya afek positif yang dirasakan individu menunjukkan tingginya

subjective well-being yang dimiliki individu tersebut. Dimana hadirnya orang-

orang yang memberikan dukungan sosial akan meningkatkan kemampuan

individu dalam menghadapi stress sehingga mampu menghasilkan tingkat

subjective well-beingyang lebih tinggi.

5. Pengaruh masyarakat dan budaya

Perbedaan subjective well-beingdapat terjadi karena perbedaan kekayaan Negara.

Negara yang kaya dinilai dapat membentuk subjective well-being yang tinggi

pada penduduknya karena Negara yang kaya cenderung menghargai hak asasi

manusia, memberikan angka harapan hidup yang lebih panjang dan demokratis.

Di dalam sebuah budaya yang menganggap ekspresi hal-hal positif sebagai

sesuatu yang tidak baik, individu cenderung melaporkan tingkat afek positif yang

lebih rendah daripada individu yang tumbuh di dalam budaya yang menganggap

ekspresi hal-hal positif sebagai sesuatu yang wajar. Afek positif lebih

dipengaruhi oleh lingkungan karena lebih bersifat sosial.

6. Faktor demografis

Dieneret al. (2005) mengatakan bahwa efek faktor demografis (misalnya jenis

kelamin, umur, status pernikahan, pendapatan) terhadap subjective well-being

biasanya kecil. Berikut adalah penjelasan mengenai faktor demografis yang

mempengaruhi subjective well-being.

1. Jenis kelamin dan umur

Page 39: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

24

Diener, Lucas dan Oishi (2005) menyatakan bahwa jenis kelamin dan umur

berhubungan dengan subjective well-being, namun efek tersebut kecil.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Diener dan Suh (dalam Diener

et al, 2005) yang menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat subjective

well-beingyang relatif sama dengan laki-laki.

2. Status pernikahan

Pengaruh status pernikahan terhadap subjective well-beingdipengaruhi kuat oleh

kebudayaan setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kultur

individualis, pasangan yang tidak menikah tetapi tinggal bersama (cohabiting)

diketahui merasa lebih bahagia daripada pasangan menikah atau seseorang yang

tidak memiliki pasangan. Sebaliknya dalam kultur kolektivitas, pasangan yang

menikah diketahui merasa lebih bahagia daripada pasangan yang belum menikah

tetapi tinggal bersama atau seseorang yang tidak memiliki pasangan (Diener et

al., 2005).

Banyak peneliti yang percaya pernikahan berhubungan dengan subjective

well-beingkarena pernikahan sebagai kekuatan melawan kesulitan hidup.

Pernikahan memberikan dukungan emosional dan finansial yang menghasilkan

kondisi positif subjective well-being (Eddington & Sluman, 2008).

3. Pendapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan memiliki hubungan yang

konsisten dengan subjective well-beingdalam analisis pada skala negara. Hal ini

disebabkan negara yang lebih makmur memiliki demokrasi yang lebih baik dan

Page 40: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

25

lebih menghargai persamaan. Dalam analisis pada skala individu, perbedaan

pendapatan dalam selang waktutertentu hanya memberikan pengaruh yang kecil

terhadap subjective well-being (Dieneretal., 2005). Alasan pendapatan tidak

terlalu kuat pengaruhnya terhadap subjective well-being karena kebanyakan

orang yang memiliki pendapatan lebih tinggi harus menghabiskan waktu lebih

banyak untuk bekerja dan memiliki sedikit waktu untuk bersenang-senang dan

berhubungan sosial.

2.2. Kondisi Kerja

2.2.1. Definisi Kerja

Kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja

yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja

(Anwar, 2005). Pengertian kondisi kerja tersebut dirumuskan berdasarkan pendapat

Schultz dan Schultz (1990) yang mengemukakan: “Condition of work include

condition of work, temporal factors, and individual psychological factors”.

Disamping itu, pengertian kondisi kerja itupun didasarkan atas pendapat Cormick and

Ilgen (1985) yang mengemukakan: Working condition covers two general categories.

The first is the physical environment particularly illumination, thermal condition, and

noise. The second is various aspects of time, such as work schedules (hours of work)

and rest pauses”.

Pengertian kondisi kerja dalam penelitian ini, sebagaimana menurut Schultz

dan Schultz(dalam Anwar, 2005) adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan

Page 41: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

26

peraturan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian

produktivitas kerja.

2.2.2. Dimensi Kondisi Kerja

Dimensi dari kondisi kerja adalah sebagai berikut :

1. Kondisi Fisik Kerja

Kondisi fisik kerja mencakup penerangan (cahaya), suara, warna, musik,

temperatur dan kelembapan.

1. Penerangan (cahaya)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Knave (1984), Sutton dan

Rafaeli (1988) disimpulkan bahwa karyawan dapat membaca di dalam ruangan

dengan cahaya lampu 25 watt. Cahaya lampu yang tidak memadai berpengaruh

negatif terhadap keterampilan kerja.

Penerangan dan cahaya lampu harus pula disesuaikan dengan luas ukuran

kerja serta kondisi mata karyawan khususnya karyawan yang matanya plus dan

minus yang akut.

2. Kondisi Suara

Kondisi suara ini adalah suara di dalam kantor maupun di luar kantor. Suara yang

dirasakan gaduh oleh karyawan akan berpengaruh terhadap konsentrasi

kerja.Berdasarkan hasil penelitian Glass dan Singer (1972) disimpulkan bahwa

suara gaduh berpengaruh terhadap efisiensi produksi kerja. Dari hasil

penelitianBurns (1979) dan Kryter (1970), dapat disimpulkan bahwa karyawan

Page 42: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

27

yang tidak terlindungi pada suara 95-110 Db dapat menyebabkan pembuluh

darahnya mengerut, perubahan rate hati, dan pupil mata membesar. Sebaliknya,

dari hasil penelitian Donnerstein dan Wilson (1976), dapat disimpulkan bahwa

suara gaduh sangat berpengaruh pada emosi karyawan dan sebagai sumber stres.

3. Warna

Warna ruang kantor yang serasi dapat meningkatkan produksi, meningkatkan

moral kerja, menurunkan kecelakaan, dan menurunkan terjadinya kesalahan

kerja. Hal ini didasarkan atas pendapat Schultz dan Schultz (1990) yang

mengemukakan: “Color, it has been alleged, can increase production, lower

accidents and error, and raise morale” (warna dapat menjadikan kondisi kerja

yang menyenangkan dan menunjang kesehatan kerja). Sebagai contoh, warna

dinding putih dapat merefleksikan ruang kerja yang lebih terang dan cocok untuk

ruangan yang sempit, sehingga ruangan tersebut dirasakan seolah-olah menjadi

lebih luas.

Sundstrom (1986) mengemukakan warna sejuk adalah biru dan hijau,

warna pastel adalah biru muda dan kuning muda, warnahangat adalah kuning dan

merah, sedangkan warna netral adalah abu-abu, kecoklatan dan coklat.Penentuan

warna dalam ruang kerja sangat mempengaruhi perilaku kerja. Oleh karena itu,

pemilihan warna perlu disesuaikan dengan luas ukuran ruangan dan kondisi fisik

ruang.

Page 43: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

28

4. Musik

Penggunaan musik pada jam kerja ternyata berpengaruh positif terhadap

semangat kerja dan peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musik pun dapat

menurunkan tingkat absensi dan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Hal ini

sebagaimana yang dikemukakan oleh Schultz dan Schultz (1990) “As with color,

extravagant claims have been made about the effects of music on production and

morale. Employees are allegedly happier, work harder, have fewer absences,

and are less tired at the end of the workday as a result of listening to music while

they work”. Efektif tidaknya musik digunakan dalam jam kerja, bergantung pada

jenis musik yang dimainkan. Oleh karena itu, penggunaan musik kerja perlu

disesuaikan dengan kesukaan karyawan dan kondisi ruang kerja.

5. Temperatur dan Kelembapan

Temperatur dan kelembapan dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi fisik,

dan emosi. Temperatur antara 73°F sampai 77°F cocok untuk ruangan kerja

dengan kelembapan antara 25% hingga 50%. Temperatur yang terlalu panas atau

terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi karyawan.

6. Kondisi Psikologis Kerja

Kondisi psikologis kerja yang dimaksud adalah perasaan bosan dan keletihan.

Hal ini dapat disebabkan pekerjaan yang monoton atau aktivitas yang tidak

disukai.

Page 44: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

29

1. Bosan Kerja

Kebosanan kerja dapat disebabkan perasaan rasa tidak enak, kurang bahagia,

kurang istirahat dan perasaan lelah. Berdasarkan hasil penelitian Smith (1981)

dapat disimpulkan bahwa “Kebosanan kerja dapat mengakibatkan penurunan

produksi”. Untuk mengurangi perasaan bosan kerja, antara lain dapat

dilakukan melalui penempatan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian dan

kemampuan karyawan, pemberian motivasi dan rotasi kerja.

2. Keletihan Kerja

Keletihan kerja terdiri atas dua macam yaitu keletihan psikis dan keletihan

fisiologis. Penyebab keletihan psikis adalah kebosanan kerja, sedangkan

keletihan fisiologis dapat menyebabkan meningkatnya kesalahan dalam

bekerja, meningkatkan absensi, turn over, dan kecelakaan kerja.

3. Kondisi Temporer Kerja

Kondisi temporer kerja yang dimaksud adalah peraturan lama jam kerja, waktu

istirahat kerja, dan perubahan pergantian (shift) kerja.

1. Waktu Jumlah Jam Kerja

Dalam kebijakan kepegawaian di Indonesia, standar jumlah jam kerja

minimal 35 jam dalam seminggu. Karyawan dikategorikan pekerja penuh

apabila mereka bekerja minimal 35 jam dalam seminggu. Sebaliknya,

karyawan yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu,dikategorikan

karyawan setengah pengangguran yang terlihat (visible underemployed).

Page 45: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

30

Di Amerika Serikat karyawan bekerja selama 5 hari dalam seminggu

dengan jam kerja minimal 40 jam, bahkan ada perusahaan yang menentukan

standar jumlah jam kerja antara 48-60 jam dalam seminggu.

2. Waktu Istirahat Kerja

Waktu istirahat kerja perlu diberikan kepada karyawan agar karyawan dapat

memulihkan kembali rasa lelahnya. Dengan adanya waktu istirahat yang

cukup, karyawan dapat bekerja lebih semangat dan bahkan dapat

meningkatkan produksi serta meningkatkan efisiensi.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Janaroet al. (1988) yang

mengemukakan “Potential benefits of formal rest periods are increased

morale and production as well as reduced fatique and boredom. This is

another example of how a decrease in working time can result in an increase

in effiency.”

2.2.3. Pengukuran Kondisi Kerja

Kondisi kerja di ukur melalui 3 aspek sesuai denganteori Schultz dan Schultz, yaitu :

kondisi kerja fisik, kondisi kerja psikis dan kondisi kerja temporer. Teori ini

menggunakan skala model Likert. Skala model Likert dipilih karena dalam skala ini

subyek tidak hanya terbatas memilih jawaban sesuai tidak sesuai, melainkan juga

dapat memberikan kepastian derajat kesesuaian dari pilihan jawaban item. Derajat

kesesusian antar pilihan jawaban tersebut disusun berdasarkan interval yang

diasumsikan sama sehingga subyek dapat menentukan pilihannya dengan

Page 46: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

31

menyesuaikan karakteristik yang ada pada dirinya. Skala item yang digunakan dalam

alat ukur ini adalah item dengan 4 respon pilihan, mulai dari 1 “sangat tidak setuju” ;

2 “tidak setuju’ ; 3 “setuju” ; 4 “sangat setu ju”; item unfavorable mulai dari 1

“sangat setuju” ; 2 “setuju” ; 3 “tidak setuju” ; 4 “sangat tidak setuju”.

2.3. Dukungan Sosial

2.3.1. Definisi Dukungan Sosial

Beberapa penelitian dukungan sosial telah banyak dikemukakan oleh beberapa para

ahli. Sarafino (1998), mendefinisikan dukungan sosial sebagai penerimaan dari orang

lain atau keluarga terhadap individu, yang menimbulkan persepsi dalam dirinya

bahwa seseorang merasa disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong, sehingga

menimbulkan perasaan bahwa kita memiliki arti bagi orang lain atau menjadi bagian

dari jaringannya. Dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian,

penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok pada individu.

Seseorang yang mempunyai tingkat dukungan sosialnya tinggi memungkinkan lebih

sedikit mengalami stres dan lebih mudah untuk coping stress.

Taylor (2006) dukungan sosial didefinisikan sebagai bentuk pemberian

informasi serta merasa dirinya dicintai dan diperhatikan terhormat, dan dihargai, serta

merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik dari orang

tua, kekasih, atau kerabat, teman, jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan

masyarakat.

Page 47: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

32

Pengertian dukungan sosial dalam penelitian ini, sebagaimana menurut Sarafino

(1998) adalah penerimaan dari orang lain atau keluarga terhadap individu, yang

menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa seseorang merasa disayangi,

diperhatikan, dihargai, dan ditolong, sehingga menimbulkan perasaan bahwa kita

memiliki arti bagi orang lain atau menjadi bagian dari jaringannya.

2.3.2. Dimensi Dukungan Sosial

House (dalam Smet, 1994) membedakan dukungan sosial ke dalam empat dimensi,

yaitu :

1. Dukungan emosional : mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian

terhadap orang yang bersangkutan

2. Dukungan penghargaan : terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif

untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan

individu, dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain.

3. Dukungan instrumental : mencakup bantuan langsung, seperti seseorang

memberi pinjaman uang kepada orang lain atau menolong menyelesaikan

pekerjaan.

4. Dukungan informatif : mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-

saran atau umpan balik.

Page 48: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

33

Sarafino (1998) membagi dukungan sosial menjadi lima dimensi, yaitu :

1. Dukungan nyata atau instrumental

Dukungan nyata atau instrumental mengacu pada penyediaan barang dan jasa

yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah secara praktis.

Sebagai contoh: pinjaman atau sumbangan dari orang lain atau bantuan dalam

mengerjakan tugas-tugas tertentu.

2. Dukungan informasi

Dukungan informasi meliputi dukungan yang diberikan dengan cara memberikan

informasi baik kepada individu yang menghadapi masalah dengan kepercayaan

diri. Meliputi pemberian nasehat, saran, bimbingan yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah.

3. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi seseorang dalam pandangan

yang positif untuk individu, dorongan atau kesesuaian dengan ide-ide atau

perasaan individu untuk maju, dan perbandingan positif orang tersebut dengan

orang lain seperti orang yang kurang mampu atau lebih buruk. Dukungan jenis

ini membantu individu untuk membangun perasaan menghargai diri sendiri,

berkompeten, dan bernilai.

4. Dukungan emosional

Dukungan emosional di dalamnya terkandung ekspresi empati, kepeduliaan, dan

perhatian terhadap seseorang. Semua ekspresi tersebut memberikan seseorang

merasa nyaman, perasaan dimiliki, dan rasa dicintai.

Page 49: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

34

5. Dukungan jaringan

Dukungan jaringan membuat individu yang menghadapi masalah merasa sebagai

anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial

dengannya. Dengan demikian, individu akan merasa memiliki teman senasib.

Dari beberapa dimensi dukungan sosial peneliti menggunakan dimensi-

dimensi yang dikemukakan oleh Sarafino (1998)yang terdiri dari lima dimensi, yaitu

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan jaringan, dukungan

instrumental dan dukungan informasi.

2.3.3. Sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan

sekitarnya. Perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini efektif paling

penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman

tersebut, seseorang akan tahu pada siapa dirinya akan mendapatkan dukungan sosial

yang sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial

yang sesuai memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak. Sarafino (1998)

mengatakan bahwa dukungan sosial dapat diperoleh dari beberapa sumber yang

berbeda, yaitu : suami atau istri, keluarga, rekan kerja, dokter ataupun komunitas

organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa dukungan

sosial yang diterima dapat diperoleh dari rekan sejawat, teman sebaya, anggota

keluarga, rekan kerja dan organisasi kemasyarakatan yang diikuti. Dalam penelitian

Page 50: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

35

ini peneliti membatasi sumber dukungan sosial yang diterima buruh pabrik, yaitu

dukungan sosial dari keluarga dan rekan kerja.

2.3.4. Pengukuran Dukungan Sosial

Dukungan sosial di ukur melalui 5 aspek sesuai dengan teori Sarafino (1998), yaitu :

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan

informasional dan dukungan jaringan sosial. Kedua teori ini menggunakan skala

model Likert. Skala model Likert dipilih karena dalam skala ini subyek tidak hanya

terbatas memilih jawaban sesuai tidak sesuai, melainkan juga dapat memberikan

kepastian derajat kesesuaian dari pilihan jawaban item. Derajat kesesuaian antar

pilihan jawaban tersebut disusun berdasarkan interval yang diasumsikan sama

sehingga subyek dapat menentukan pilihannya dengan menyesuaikan karakteristik

yang ada pada dirinya. Skala item yang digunakan dalam alat ukur ini adalah item

dengan 4 respon pilihan, mulai dari 1 “sangat tidak setuju”; 2 “ tidak setuju”; 3

“setuju”; 4 “sangat setuju”; item unfavorable mulai dari 1 “sangat setuju”; 2 “setuju”;

3 “tidak setuju”; 4 “sangat tidak setuju”.

2.4. Kerangka Berpikir

Kepuasan dalam hidup yang dirasakan manusia tersebut merupakan salah satu bagian

dari subjective well-being. Subjective well-being dapat diartikan sebagai penilaian

individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

hidup dan penilaian afektif mengenai mood dan emosi (Diener & Lucas,

Page 51: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

36

1999).Contoh kasus dari subjective well-beingterjadi pada karyawan-karyawan

Indonesia, bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang

kompleks. Dimana tanggung jawab untuk memberikan kesadaran akan keselamatan

kerja berada di pundak pemerintah dan pengusaha, yang sampai saat ini cenderung

masih rendah. Penerapan K3 yang masih begitu rendah di Indonesia, bahkan adanya

karyawan yang menuntut fasilitas K3 pada akhirnya dipecat karena dianggap terlalu

vocal. Peran pemerintah daerah pun diperlukan, namun masih kurang dalam

mengawasi pengusaha-pengusaha yang lalai dalam meningkatkan keselamatan dan

kesehatan pekerjanya.Telah digambarkan dalam kasus tersebut, bahwa seorang buruh

pun memerlukan hal-hal atau keperluan-keperluan yang mendukung untuk memenuhi

kepuasan hidup mereka. Ketika hak-hak di lingkungan pekerjaannya tidak terpenuhi,

maka para buruh merasa kurangnya kepuasan hidup yang mereka rasakan.

Subjective well-being terdiri dari dua dimensi yaitu penilaian kognitif dan

penilaian afektif. Penilaian kognitif adalah evaluasi terhadap kepuasan hidup,

sedangkan penilaian afektif adalah merefleksikan peristiwa yang terjadi di dalam

hidup individu. Penilaian kognitif sendiri memiliki dua evaluasi, yaitu evaluasi secara

global dan evaluasi terhadap domain tertentu. Evalusi hidup seraca global yaitu

evaluasi individu terhadap kehidupannya secara menyeluruh, sedangkan evaluasi

terhadap domain tertentu yaitu penilaian yang dibuat individu dalam mengevaluasi

domain atau aspek tertentu dalam kehidupannya, seperti kesehatan fisik dan mental,

pekerjaan, rekreasi, hubungan sosial, kehidupan dengan pasangan hidup dan

kehidupan dengan keluarga.

Page 52: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

37

Sering terjadinya subjective well-being dalam dunia kerja dijadikan suatu

permasalahan oleh karyawan. Salah satu faktor yang mempengaruhi subjective well-

being adalah kondisi kerja. Kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis

kerja dan peraturan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian

produktivitas kerja. Kondisi kerja sendiri terdiri dari tiga dimensi, yaitu aspek fisik,

temporer dan psikologis yang ketiganya sangat mempengaruhi subjective well-being

dari buruh. Aspek fisik dalam kondisi kerja disini antara lain : penerangan (cahaya),

suara, warna, musik dan temperatur. Ketika aspek fisik ini tidak memenuhi kebutuhan

dan keinginan dari buruh, maka kinerja karyawan dalam bekerja akan berpengaruh

dan akhirnya kepuasan hidup yang ia rasakan dalam bekerja pun akan berkurang.

Contoh, ketika penerangan dalam tempat kerja buruh kurang atau memiliki

penerangan cahaya yang terlalu berlebihan tidak sesuai dengan kebutuhan, maka hal

itu akan menyebabkan kurangnya minat kerja terhadap buruh. Selain itu, ketika

terlalu banyak suara bising yang mengganggu dalam waktu kerja, maka kinerja buruh

pun tidak akan terlalu baik. Ketika atasan tidak memperhatikan aspek fisik dari

kondisi kerja buruh itu sendiri, kurangnya perhatian atasan tersebut mengenai kondisi

kerja secara fisik tersebut membuat kinerja karyawan menjadi kurangsehingga

berpengaruh terhadap bagaimana hasil kerja dan imbalan yang akan diterima dari

buruh terhadap atasan yang tidak sesuai.

Selain aspek fisik, terdapat aspek psikologis dan aspek temporer yang

mempengaruhi subjective well-being. Aspek psikologis sendiri terdiri dari kebosanan

dan keletihan kerja, sedangkan aspek temporer terdiri dari jumlah jam kerja dan

Page 53: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

38

istirahat kerja dari buruh. Ketika pihak perusahaan menetapkan jumlah jam kerja

yang tidak seimbang dengan jumlah jam istirahat yang diterima oleh buruh, hal itu

akan mempengaruhi kondisi buruh itu sendiri terhadap keletihan dan kebosanan kerja.

Ketika buruh merasakan jam kerja yang terlalu berlebihan, maka tingkat kebosanan

yang akan dialami oleh buruh akan semakin tinggi bahkan akan memunculkan tingkat

kebosanan itu lebih cepat. Ketika jam istirahat kerja yang diterima oleh buruh tidak

sesuai dengan lamanya waktu jam kerja, hal itu akan menurunkan kinerja dari buruh

tersebut karena mengalami keletihan dalam bekerja. Begitu pentingnya kondisi kerja

untuk diperhatikan oleh atasan karena hal tersebut akan mempengaruhi kinerja dan

hasil dari pekerjaan buruh tersebut, dimana hasil kerja buruh tersebut akan sangat

berpengaruh terhadap pendapatan yang akan ia terima. Ketika pendapatan yang

kurang diterima oleh buruh, maka akan menimbulkan subjective well-being yang

rendah yang dirasakan oleh buruh.

Selain kondisi kerja, dukungan sosial sangatlah berpengaruh terhadap

subjective well-being buruh. Terdapat lima aspek dukungan sosial, yaitu : dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan nyata atau instrumental, dukungan

informasi dan dukunga jaringan. Dukungan emosional sangatlah berpengaruh

terhadap subjective well-being buruh. Dukungan emosional itu sendiri terungkapkan

dari rasa empati yang diberikan atasan terhadap bawahannya ketika ada salah satu

anggota keluarganya yang sakit, meninggal atau bawahannya itu sendiri mengalami

kecelakaan. Empati yang diberikan atasan tersebut terhadap bawahannya sangatlah

penting dan berpengaruh terhadap kinerja buruh itu sendiri. Selain itu, empati dari

Page 54: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

39

rekan kerja pun sangat berpengaruh terhadap subjectve well-being buruh. Empati dari

rekan kerja bisa dalam bentuk sikap membantu ketika rekan kerja yang lainnya

sedang mengalami kesulitan finansial atau sedang kesulitan dalam pekerjaannya.

Sikap membantu dan kepedulian dari rekan kerja itulah yang membuat karyawan

tersebut merasakan bahwa dirinya mendapat perhatian dan dukungan dari rekan

kerjanya mengenai kesulitan yang sedang dihadapinya.

Selain dukungan emosional, terdapat dukungan penghargaan. Dukungan

penghargaan ini seperti penghargaan yang diberikan atasan terhadap bawahannya

dalam hasil kerjanya. Salah satu buruh mengalami peningkatan dalam bekerjanya

atau melebihi target yang harus dicapainya, atasan tersebut memberikan suatu

tambahan finansial terhadap buruh tersebut. Ketika atasan tersebut memberikan

tambahan finansial, buruh tersebut merasa bahwa usaha yang ia lakukan terhadap

pekerjaannya tidak sia-sia dan merasa dihargai oleh atasannya tersebut, sehingga

dalam bekerja pun ia akan jauh lebih giat dan meningkatkan subjective well-being

pada dirinya.

Selanjutnya adalah dukungan nyata atau instrumental. Dukungan nyata atau

instrumental disini dimaksudkan tersedianya barang atau jasa ketika buruh

mengalami kesulitan dalam pekerjaannya maupun di luar dari hal itu selama masih

dalam tahap wajar. Dukungan nyata atau instrumental ini tidak terlalu beda jauh

dengan dukungan emosional, hanya perbedaannya dukungan emosional lebih

terhadap perasaan dari orang-orang tersebut sedangkan dukungan instrumental atau

nyata lebih kepada bentuknya seperti apa. Pemberian bantuan dari pihak perusahaan

Page 55: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

40

ketika salah satu buruhnya mengalami suatu musibah, seperti sakit, keluarga

meninggal atau hal lainnya. Pihak perusahaan memberikan bantuan dalam bentuk

uang koperasi, atau pinjaman uang. Hal itu membuat karyawannya merasa adanya

kepedulian melalui bentuk nyata dari bantuan tersebut, dari situlah subjective well-

beingseseorang dapat meningkat.

Selanjutnya adalah dukungan informasi, maksud dukungan informasi disini

adalah adanya saran, nasehat atau bimbingan baik dari rekan kerja maupun atasan

terhadap invidivu tersebut. Ketika individu tersebut sedang mengalami kesulitan atau

masalah dalam pekerjaannya, atasan memberikan saran, nasehat ataupun kritikan

bagaimana individu tersebut bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik.

Pemberian nasehat, saran atau kritikan membuat individu merasakan apa yang

ialakukan dalam pekerjannya diperhatikan, tidak sia-sia, sehingga individu merasa

puas dengan pekerjaan yang telah ia lakukan karena individu mendapat feedback dari

yang telah ia kerjakan. Dukungan jaringan merupakan aspek terakhir dari dukungan

sosial. Dukungan jaringan ini dalah ketika individu merasakan bahwa ada rekan kerja

lainnya yang merasakan hal yang sama, atau memiliki ketertarikan yang sama dengan

dirinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka penelitian dapat dirumuskan dalam

bentuk skema sebagai berikut :

Page 56: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

41

Gambar2.1 Skema Kerangka Berpikir

2.5. Hipotesis

2.5.1 Hipotesis Mayor

H1: Terdapat pengaruh secara signifikan kondisi kerja dan dukungan sosial terhadap

subjective well-being.

KONDISI KERJA

Kondisi Kerja Fisik

Kondisi Kerja Psikologis

Kondisi Kerja Temporer

DUKUNGAN SOSIAL

Dukungan Instrumental

Dukungan Penghargaan

Dukungan Informasional

Dukungan Emosi

Dukungan Jaringan Sosial

Subjective Well-

Being

Page 57: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

42

2.5.2 Hipotesis Minor

Hipotesis minor yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H2 = Terdapat pengaruh yang signifikan kondisi fisik kerja terhadap subjective well-

being.

H3 = Terdapat pengaruh yang signifikan kondisi psikologis kerja terhadap subjective

well-being.

H4 = Terdapat pengaruh yang signifikan kondisi temporer kerja terhadap subjective

well-being.

H5 = Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan instrumental terhadap subjective

well-being.

H6 = Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan informasional terhadap subjective

well-being.

H7 = Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan penghargaan terhadap subjective

well-being.

H8 = Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan emosi terhadap subjective well-

being.

H9 = Terdapat pengaruh yang signifikan dukungan jaringan sosial terhadap subjective

well-being.

Page 58: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

44

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah buruh yang bekerja di PT Pratama Abadi Industri.

Buruh yang menjadi populasi pada penelitian ini memiliki karakteristik sebagai

berikut :

1. Buruh berusia 20-50 tahun

2. Pendidikan terakhir minimal Sekolah Menengah Atas (SMA)

3. Bekerja minimal 1 tahun

Tidak seluruh populasi penelitian yang ada di PT Pratama Abadi Industri

dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

sampel berjumlah 150 buruh. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah non probability sampling. Dengan demikian, setiap sampel dalam populasi

tidak memiliki peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Hal ini

dikarenakan jumlah sampel yang tidak diketahui.

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

satu variabel terikat dan dua variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini

Page 59: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

45

adalah subjective well-being sedangkan variabel bebas pada penelitian ini adalah

kondisi kerja dan dukungan sosial.

3.2.1 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel bebas (IV) dan variabel terikat

(DV). Berikut akan diuraikan variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini

Variabel terikat (dependent variable) :

1. Subjective well-being, yang mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. Afek Positif

2. Afek Negatif

3. Kognitif

Variabel bebas (independent variable) :

1. Kondisi kerja, yang mencakup bentuk-bentuk kondisi kerja sebagai berikut:

1. (X1) Variabel kondisi kerja fisik

2. (X2) Variabel kondisi kerja psikologis

3. (X3) Variabel kondisi kerja temporer

2. Dukungan sosial, yang mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. (X4) Variabel dukungan instrumental

2. (X5) Variabel dukungan informasional

3. (X6) Variabel dukungan penghargaan

4. (X7) Variabel dukungan emosi

5. (X8) Variabel dukungan jaringan sosial

Page 60: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

46

3.2.2 Definisi Operasional

Setelah menentukan mana yang menjadi variabel terikat dan variabel bebas, maka

selanjutnya peneliti menentukan definisi operasional dari variabel-variabel tadi yang

kemudian akan digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan definisi operasional

variabel adalah sebagai berikut :

1. Subjective well being

Subjective well being adalah penilaian individu terhadap kehidupannya yang

meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup dan penilaian afektif

mengenai mood dan emosi (Diener & Lucas, 1999). Pengukuran skor subjective

well-being dalam penelitian ini menggunakan teori Diener & Lucas (1999) yang

mencakup dua dimensi diantaranya penilaian kognitif yaitu mengenai kepuasan

hidup dan penilaian afektif yaitu mengenai mood dan emosi. Adapun skala yang

digunakan adalah skala model Likert.

2. Kondisi Kerja

Kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja

yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan pencapaian produktivitas kerja

(Schultz & Schultz, 1990; dalam Anwar, 2005). Pengukuran skor kondisi kerja

dalam penelitian ini menggunakan teori Schultz dan Schultz (dalam Anwar, 2005)

yang mencakup tiga dimensi diantaranya kondisi kerja fisik, kondisi kerja

psikologis dan kondisi kerja temporer. Indikator untuk kondisi kerja fisik adalah:

(1) penerangan (cahaya), (2) kondisi suara (kebisingan), (3) warna, (4) musik, dan

(5) temperatur dan kelembapan. Indikator untuk kondisi kerja psikoligis adalah

Page 61: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

47

(1) kebosanan dan (2) keletihan kerja, sedangkan indikator untuk kondisi kerja

temporer adalah: (1) waktu jumlah jam kerja dan (2) waktu jam kerja dan

istirahat. Adapun skala yang digunakan adalah skala model Likert.

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah penerimaan dari orang lain atau keluarga terhadap

individu, yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa seseorang merasa

disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong, sehingga menimbulkan perasaan

bahwa kita memiliki arti bagi orang lain atau menjadi bagian dari jaringannya

(Sarafino, 1998). Pengukuran skor dukungan sosial dalam penelitian ini

menggunakan teori Sarafino (1998) yang mencakup lima dimensi diantaranya

dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan

emosi dan dukungan jaringan sosial. Indikator untuk dukungan instrumental

adalah: (1) adanya bantuan berupa materi dan (2) adanya bantuan berupa jasa dari

pihak keluarga maupun orang lain. Indikator untuk dukungan informasional

adalah: (1) mendapatkan bantuan berupa saran atau umpan balik ketika individu

sedang menghadapi masalah, dan (2) mendapatkan bantuan dalam memecahkan

masalah yang ada. Dukungan penghargaan indikatornya adalah: (1) adanya

penghargaan positif yang diberikan kepada individu, (2) pihak keluarga atau

orang lain menyetujui keputusan yang telah diambil oleh individu, (3) adanya

seseorang yang memberikan semangat, dan (4) adanya perbandingan dengan

individu lain sehingga subjek merasa lebih positif. Dukungan emosi indikatornya

adalah: (1) adanya pihak keluarga atau orang lain yang mendampingi individu, (2)

Page 62: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

48

individu merasakan suasana yang hangat, (3) individu merasa diperhatikan, dan

(4) individu mempunyai keyakinan bahwa dirinya dicintai dan dipedulikan.

Dukungan jaringan sosial indikatornya adalah: (1) individu merasa memiliki

teman yang memiliki kesamaan minat dan bersedia menghabiskan waktu

bersamanya. Adapun skala yang digunakan adalah skala model Likert.

3.3. Instrumen Pengambilan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

dalam bentuk skala likert yang memiliki rentangan 1-4. Pengumpulan data dalam

penelitian ini terdiri dari tiga alat ukur. Adapun ketiga alat ukur tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Skala subjective well being

Alat ukur subjective well being merupakan sebuah skala yang digunakan untuk

mengukur persepsi individu terhadap pengalaman hidupnya, yang terdiri dari evaluasi

kognitif dan afektif. Peneliti menggunakan Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang

dikembangkan oleh Diener dkk (1985) untuk mengukur evaluasi kognitif yaitu nilai

kepuasan hidup individu secara global.

Responden diminta untuk mengindikasikan kesetujuannya terhadap setiap

pernyataan yang ada. Satisfaction with Life Scale (SWLS) memiliki rentangan skala

dari “sangat tidak setuju” (skala 1) sampai dengan “sangat setuju” (skala 7). Dalam

mengadaptasinya, peneliti menerjemahkan Satisfaction with Life Scale (SWLS)

sendiri kedalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Peneliti mengubah rentangan

Page 63: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

49

skala 7 menjadi skala 4 yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju” dan

“sangat setuju” agar tidak ada kecenderungan jawaban pada skala di tengah-tengah

atau ragu-ragu.

Peneliti juga menggunakan Positive Negative Affect Schedule (PANAS) yang

dikembangkan oleh Watson dkk (1988) untuk mengukur evaluasi afektif individu.

Positive Negative Affect Schedule (PANAS) merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur tingkat terjadinya afek positif dan afek negatif dalam satu waktu dengan

menggunakan skala likert. Alat ukur ini terdiri dari 10 afek positif dan 10 afek

negatif.

Alat ukur Positive Negative Affect Schedule (PANAS) menanyakan seberapa

besar responden merasakan afek tertentu dengan instruksi jangka panjang yaitu

“secara umum” yang lebih menggambarkan trait seseorang. Responden diberikan

pilihan skala 4 yaitu “tidak pernah”, “jarang”, “sering”, dan “sangat sering”.

Secara keseluruhan alat ukur Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan PANAS

scale (Positive Affect Negative Schedule) akan disatukan dan diadaptasi oleh peneliti

dengan menggunakan istilah alat ukur subjective well-being.

Tabel 3.1

Blue Print Alat Ukur Subjective Well-Being

Dimensi Fav Unfav Jumlah

Afek Positif 1, 3, 5, 9, 10, 12, 14,

16, 17, 19

- 10

Afek Negatif - 2, 4, 6, 7, 8, 11, 13,

15, 18,20

10

Kognitif 21, 22, 23, 24, 25 - 5

Jumlah 25

Page 64: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

50

2. Skala kondisi kerja

Pada skala persepsi kondisi kerja, peneliti membuat pernyataan-pernyataan sesuai

dengan teori dari Schultz dan Schultz (dalam Anwar, 2005). Pernyataan-pernyataan

ini berkaitan dengan aspek-aspek kondisi kerja fisik, psikis dan temporer. Dengan

menggunakan indikator persepsi kondisi kerja fisik: penerangan (cahaya), kondisi

suara (kebisingan), warna, musik, temperatur, dan kelembapan sedangkan indikator

dari aspek dari kondisi kerja psikologis adalah kebosanan dan keletihan kerja.

Sedangkan, indikator dari aspek kondisi kerja temporer adalah waktu jumlah jam

kerja dan istirahat.

Tabel 3.2

Blue Print Alat Ukur Kondisi Kerja

Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

Fisik Penerangan

Kondisi suara

(kebisingan)

Warna

Musik

Temperatur dan

kelembaban

3,7,22

5,9

1,11,20

18

16,32

13,15,29

2,6

4,12,14

8

10,21

6

4

6

2

4

Psikologis Kebosanan

Keletihan Kerja

24,28

26,30

23,27

17,25

4

4

Temporer Waktu jumlah jam kerja

Istirahat

34,38

31,36

29,33

35,37

4

4

Jumlah 38

Page 65: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

51

3. Skala dukungan sosial

Skala dukungan sosial dalam penelitian ini disusun peneliti dengan membuat

pernyataan-pernyataan berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Sarafino (1998)

yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

dukungan informasi dan dukungan jaringan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3

Blue Print Alat Ukur Dukungan Sosial

Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah

Dukungan

Instrumental

- Adanya bantuan berupa

materi

- Adanya bantuan berupa jasa

1, 2, 30

13, 14,

25

20 4

3

Dukungan

Informasional

- Membantu memberikan saran

atau umpan balik ketika ada

masalah

- Membantu memecahkan

masalah yang ada

21

3, 26

-

-

1

2

Dukungan

Penghargaan

- Adanya penghargaan positif

terhadap individu

- Menyetujui akan keputusan

yang diambil

- Ada seseorang yang memberi

semangat

- Adanya perbandingan dengan

individu lain sehingga subjek

merasa lebih positif

4, 22

31

32

-

8, 39

5

6

7

4

2

2

1

Dukungan

Emosi

- Ada yang selalu

mendampingi

- Adanya suasana hangat

- Adanya rasa diperhatikan

- Adanya keyakinan

dipedulikan dan dicintai

33, 38

23, 24

9

10

16, 34

17, 18,

27, 28

35, 36

19

4

7

4

Dukungan

Jaringan

Sosial

- Adanya teman yang memiliki

kesamaan minat dan bersedia

menghabiskan waktu

bersama

11, 12 29, 37 4

Jumlah 39

Page 66: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

52

3.4. Uji Validitas Alat Ukur

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, akan

menggunakan Confimatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software Lisrel

8.70. Adapun langkah-langkah dalam menguji validitas dari setiap alat ukur ini

menurut Jahja Umar (2013) adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai chi-square yang

dihasilkan. Jika nilai chi-square tidak signifikan (P>0,05) berarti semua item

hanya mengukur satu faktor saja. Namun jika nilai chi-square signifikan

(P<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang

diuji sesuai dengan langkah kedua berikut ini.

2. Jika nilai chi-square signifikan (P<0,05), maka dilakukan modifikasi model

pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan

pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin

diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu

konstruk/multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran

dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit, maka

model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.

3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan

melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai

koefisien positif.

Page 67: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

53

4. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk

mendapatkan faktor skornya. Selanjutnya, melakukan pengolahan data

menggunakan SPSS 17.0 dengan ketentuan tidak mengikutsertakan skor

mentah dari item yang didrop.

Terdapat kriteria item yang baik pada CFA, yaitu:

1. Menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak diukur,

dengan menggunakan t-test. Melihat signifikan tidaknya item tersebut

mengukur faktornya dengan melihat nilai t bagi koefisien muatan faktor item.

Perbandingannya adalah jika t > 1,96 maka item tersebut tidak akan didrop dan

sebaliknya.

2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah diskoring

dengan favorable (pada skala model likert 1 – 4), maka nilai koefisien muatan

faktor item bernilai negatif, maka item tersebut akan didrop dan sebaliknya.

3. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka

item tersebut akan didrop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa

yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain (multidimensi).

3.4.1. Uji Validitas Skala Subjective Well-Being

Peneliti menguji apakah 25 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item

tersebut benar-benar hanya mengukur subjective well-being. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square

= 1564.43, df = 275, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.177. Namun, setelah

Page 68: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

54

dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran di beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan P-value

> 0,05 (signifikan). Artinya model satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item

hanya mengukur satu faktor saja yaitu subjective well-being.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam

mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu

di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

muatan faktor, jika nilai t > 1.96 , maka item tersebut signifikan dan begitu juga

sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item subjective well-being dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Muatan Faktor Item Skala Subjective Well-Being

Instrumen

Penelitian

Goodness of fit No. Item

Factor

Loading Std. Error T-Value Sig

Chi-Square Df P-Value

1. 0.59 0.07 8.31 V

2. -0.12 0.07 -1.75 X

3. 0.82 0.07 11.64 V

4. -0.47 0.07 -6.43 X

5. 0.51 0.07 7.30 V

6. -0.43 0.08 -5.58 X

7. -0.33 0.07 -4.45 X

8. -0.51 0.08 -6.21 X

9. 0.67 0.07 9.66 V

Subjective

well-being

201.16 171 0.05714 10. 0.25 0.08 3.02 V 11. -0.15 0.08 -1.84 X

12. 0.12 0.08 1.49 X

13. -0.23 0.07 -3.09 X

14. 0.35 0.08 4.38 V

15. -0.16 0.07 -2.25 X

16. 0.65 0.07 9.56 V

17. 0.84 0.06 13.20 V

18. -0.12 0.08 -1.49 X

19. 0.31 0.08 4.13 V

20. -0.26 0.07 -3.49 X

21. 0.40 0.07 3.61 V

22. 0.67 0.07 9.91 V

23. 0.55 0.07 7.48 V

24. 0.69 0.07 9.71 V

25. 0.30 0.08 4.01 V

Keterangan : V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan (t < 1.96)

Page 69: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

55

Berdasarkan tabel 3.4 terlihat bahwa dari 25 item yang mengukur subjective

well-being, 14 item signifikan dengan t > 1.96 dan bertanda positif. Sedangkan, 11

item lainnya tidak signifikan dengan t < 1.96 dan bertanda negatif. Artinya

berdasarkan hasil pengujian ini terdapat 11 item yang di drop.

3.4.2. Uji Validitas Skala Kondisi Kerja Fisik

Peneliti menguji apakah 22 item dari skala kondisi kerja fisik bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur kondisi kerja fisik saja. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

Square=1078.50, df=209, P-value=0.00000, RMSEA=0.167. Namun, setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square=166.99, df=139, P-value=0.05294, RMSEA=0.037 (dengan P-value > 0,05

atau tidak signifikan) Artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu di drop

atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran kondisi kerja fisik disajikan pada

tabel 3.5 berikut:

Page 70: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

56

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Skala Kondisi Kerja Fisik

Instrumen

Penelitian

Goodness of fit No. Item Factor

Loading

Std.

Error T-Value Sig

Chi-Square Df P-Value

1. 0.14 0.09 1.64 X

2. 0.33 0.08 3.96 V

3. 0.17 0.08 2.08 V

4. 0.23 0.09 2.76 V

5. -0.23 0.09 -2.63 X

6. 0.43 0.08 5.30 V

7. 0.20 0.08 2.36 V

8. 0.26 0.09 2.91 V

9. -0.19 0.08 -2.23 X

Kondisi

Kerja Fisik 166.99 139 0.05294 10. 0.59 0.08 7.35 V

11. 0.15 0.08 1.83 X

12. 0.75 0.07 10.50 V

13. 0.55 0.08 6.77 V

14. 0.68 0.08 8.99 V

15. -0.08 0.09 -0.89 X

16. -0.58 0.08 -7.37 X

17. 0.81 0.08 3.79 V

18. -0.73 0.07 -9.88 X

19. -0.18 0.08 -2.11 X

20. -0.45 0.08 -5.00 X

21. -0.41 0.08 -5.00 X

22. 0.16 0.09 1.70 X

Keterangan : V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan (t < 1.96)

Berdasarkan tabel 3.5 terlihat bahwa dari 22 item yang mengukur kondisi kerja

fisik, 11 item signifikan dengan t > 1.96 dan bertanda positif. Sedangkan, 11 item

lainnya tidak signifikan dengan t < 1.96 dan bertanda negatif. Artinya berdasarkan

hasil pengujian ini terdapat 11 item yang di drop.

3.4.3 Uji Validitas Kondisi Kerja Psikologis

Peneliti menguji apakah 8 item dari skala kondisi kerja psikologis bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur kondisi kerja psikologis saja. Dari

Page 71: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

57

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,

dengan Chi-Square=79.13, df=20, P-value=0.00000, RMSEA=0.141. Namun, setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square=24.31, df=16, P-value=0.08290, RMSEA=0.059 (dengan P-value > 0,05 atau

tidak signifikan) Artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu di drop

atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran kondisi kerja fisik disajikan pada

tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Muatan Item Faktor Skala Kondisi Kerja Psikologis

Instrumen

Penelitian

Goodness of fit No. Item Factor

Loading

Std. Error T-Value Sig Chi-Square Df P-Value

1. 0.05 0.09 0.60 X

2. 0.45 0.09 5.24 V

3. 0.69 0.08 8.24 V

4. 0.83 0.08 10.92 V

Kondisi Kerja

Psikologis

Psikolo

24.31 16 0.08290 5. -0.75 0.08 -9.34 X Psikologis

6. -0.40 0.08 -4.77 X

7. 0.40 0.09 4.57 V

8. 0.39 0.08 4.68 V

Keterangan : V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan (t < 1.96)

Berdasarkan tabel 3.6 terlihat bahwa dari 8 item yang mengukur kondisi kerja

psikologis, 5 item signifikan dengan t > 1.96 dan bertanda positif. Sedangkan, 3 item

Page 72: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

58

lainnya tidak signifikan dengan t < 1.96 dan bertanda negatif. Artinya berdasarkan

hasil pengujian ini terdapat 3 item yang di drop.

3.4.4. Uji Validitas Kondisi Kerja Temporer

Peneliti menguji apakah 8 item dari skala kondisi kerja temporer bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur kondisi kerja temporer saja. Dari hasil

awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,

dengan Chi-Square=90.54, df=20, P-value=0.00000, RMSEA=0.154. Namun, setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square=27.34, df=17, P-value=0.05322, RMSEA=0.064 (dengan P-value > 0,05 atau

tidak signifikan) Artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu di drop

atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan

faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien

muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.

Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran kondisi kerja fisik disajikan pada

tabel 3.7 berikut:

Page 73: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

59

Tabel 3.7

Muatan Item Faktor Skala Kondisi Kerja Temporer

Instrumen

Penelitian

Goodness of fit No. Item Factor

Loading

Std. Error T-Value Sig Chi-Square Df P-Value

1. 0.48 0.09 5.37 V

2. 0.45 0.09 5.26 V

3. 0.56 0.09 6.28 V

4. 0.57 0.08 6.82 V

Kondisi Kerja

Tempore

24.31 16 0.08290 5. 0.33 0.09 3.74 V Temporer

6. 0.48 0.09 5.63 V

7. 0.69 0.08 8.64 V

8. 0.65 0.09 7.50 V

Keterangan : V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan (t < 1.96)

Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan semua

koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di drop.

3.4.5. Uji Validitas Skala Dukungan Instrumental

Peneliti menguji apakah 7 item dari skala dukungan instrumental bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur dukungan instrumental saja. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,

dengan Chi-Square=78.87, df=14, P-value=0.00000, RMSEA=0.176. Namun, setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square=12.80, df=11, P-value=0.30657 RMSEA=0.033 (dengan P-value > 0,05 atau

tidak signifikan) Artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.

Page 74: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

60

Dari tabel 3.8 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan semua

koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di drop.

Tabel 3.8

Muatan Item Faktor Skala Dukungan Instrumental

Instrumen

Penelitian

Goodness of fit No. Item

Factor

Loading Std. Error T-Value Sig Chi-Square Df P-Value

1. 0.39 0.09 4.14 V

2. 0.54 0.10 5.55 V

3. 0.65 0.09 7.01 V

Dukungan

Instrumental 12.80 11 0.30657 4. 0.64 0.09 7.39 V

5. 0.22 0.09 2.36 V

6. 0.63 0.09 7.25 V

7. 0.29 0.09 3.12 V

Keterangan : V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan (t < 1.96)

3.4.6. Uji Validitas Dukungan Informasional

Peneliti menguji apakah 3 item dari skala dukungan instrumental bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur dukungan instrumental saja. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit,

dengan Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000. Artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.

Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan semua

koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di drop.

Page 75: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

61

Tabel 3.9

Muatan Item Faktor Skala Dukungan Informasional

Instrumen

Penelitian

Goodness of fit No. Item

Factor

Loading Std. Error T-Value Sig Chi-Square Df P-Value

1. 0.31 0.09 3.53 V

Dukungan

Informasional 0.000 0 1.00000 2. 0.80 0.12 6.63 V

3. 0.84 0.12 6.78 V

Keterangan : V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan (t < 1.96)

3.4.7. Uji Validitas Dukungan Penghargaan

Peneliti menguji apakah 9 item dari skala dukungan penghargaan bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur dukungan penghargaan saja. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,

dengan Chi-Square=190.41, df=27, P-value=0.00000, RMSEA=0.202. Namun,

setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi-Square=29.81, df=19, P-value=0.05433 RMSEA=0.062 (dengan P-value

> 0,05 atau tidak signifikan) Artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima.

Berdasarkan tabel 3.10 terlihat bahwa dari 9 item yang mengukur dukungan

penghargaan, 7 item signifikan dengan t > 1.96 dan bertanda positif. Sedangkan, 1

item lainnya tidak signifikan dengan t < 1.96 dan bertanda negatif. Artinya

berdasarkan hasil pengujian ini terdapat 1 item yang di drop.

Page 76: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

62

Tabel 3.10

Muatan Item Faktor Skala Dukungan Penghargaan

Instrumen

Penelitian

Goodness of fit No. Item Factor

Loading Std. Error T-Value Sig

Chi-Square Df P-Value

1. 0.47 0.09 5.30 V

2. 0.22 0.09 2.38 V

3. 0.56 0.08 6.59 V

Dukungan

Penghargaan 29.81 19 0.05433 4. 0.80 0.08 10.03 V

5. 0.59 0.09 6.89 V

6. 0.29 0.09 3.28 V

7. 0.55 0.09 6.43 V

8. -0.51 0.09 -5.95 X

9. 0.44 0.09 5.12 V

Keterangan : V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan (t < 1.96)

3.4.8. Uji Validitas Dukungan Emosi

Peneliti menguji apakah 15 item dari skala dukungan emosi bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur dukungan emosi saja. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

Square=637.30, df=90, P-value=0.00000, RMSEA=0.202. Namun, setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square=76.61, df=59, P-value=0.06135 RMSEA=0.045 (dengan P-value > 0,05 atau

tidak signifikan) Artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.

Dari tabel 3.11 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan semua

koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai

dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di drop.

Page 77: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

63

Tabel 3.11

Muatan Item Faktor Skala Dukungan Emosi

Instrumen Penelitian

Goodness of fit No. Item Factor

Loading Std. Error T-Value Sig

Chi-Square

Df P-Value

1. 0.32 0.09 3.54 V

2. 0.38 0.09 4.23 V

3. 0.58 0.08 6.83 V

4. 0.52 0.09 5.63 V

5. 0.59 0.08 7.44 V

6. 0.64 0.08 7.98 V

Dukungan Emosi 76.61 59 0.06135 7. 0.43 0.09 4.95 V

8. 0.18 0.09 2.03 V

9. 0.29 0.08 3.42 V

10. 0.39 0.09 4.58 V

11. 0.44 0.09 4.78 V

12. 0.77 0.08 9.84 V

13. 0.75 0.08 9.27 V

14. 0.41 0.08 4.96 V

15 0.38 0.09 4.15 V

Keterangan : V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan (t < 1.96)

3.4.9. Uji Validitas Dukungan Jaringan Sosial

Peneliti menguji apakah 4 item dari skala dukungan jaringan sosial bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur dukungan jaringan sosial saja. Dari

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit,

dengan Chi-Square=0.72, df=1, P-value=0.39688, RMSEA=0.000. Artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.

Dari tabel 3.12 dapat dilihat bahwa seluruh item tidak signifikan (t <1,96) tetapi

semua koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item

tidak sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut akan di drop.

Page 78: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

64

Tabel 3.12

Muatan Item Faktor Skala Dukungan Jaringan Sosial

Instrumen Penelitian

Goodness of fit No. Item Factor

Loading Std. Error T-Value Sig

Chi-Square Df P-Value

1. 0.19 0.22 0.87 X

Dukungan Jaringan Sosial

0.72 1 0.39668 2. 1.46 1.59 0.92 X

3. 0.19 0.22 0.86 X

4. 1.45 1.58 0.92 X

Keterangan : V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan (t < 1.96)

3.5. Teknik Analisis Data

Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan analisis regresi

berganda. Dalam hal ini yang dijadikan DV (variabel yang dianalisis varianya) adalah

sikap terhadap perubahan organisasi, sedangkan yang dijadikan IV (prediktor) adalah

kondisi kerja fisik, kondisi kerja psikologis, kondisi kerja temporer, dukungan

instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan emosi dan

dukungan jaringan sosial.

Setelah melakukan analisis faktor dengan metode CFA (Confirmatory Factor

Analysis), maka akan didapatkan data variabelyang berupa true-score yang

selanjutnya dijadikan input untuk dianalisis dengan regresi berganda.

Karena dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis

statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil. Hipotesis

nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada penelitian ini

digunakan analisis regresi berganda dimana terdapat lebih dari satu variabel bebas

Page 79: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

65

untuk memprediksi variabel terikat. Pada penelitian ini terdapat delapan independent

variable (variabel bebas) dan satu dependent variable (variabel terikat).

Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1 + b2x2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e

jika dituliskan variabelnya maka :

Y’ = Nilai prediksi Y (Sikap terhadap perubahan organisasi)

a = intercept (konstan)

b = koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = Kondisi kerja fisik

X2 = Kondisi kerja psikologis

X3 = Kondisi kerja temporer

X4 = Dukungan instrumental

X5 = Dukungan informasional

X6 = Dukungan penghargaan

X7 = Dukungan emosi

X8 = Dukungan jaringan sosial

e = residu

Tahap yang kedua adalah menghitung proporsi varian yang dapat dijelaskan

oleh delapan independent variable (R2). R2 (squared multiple correlation coefficient)

bernilai antara 0 hingga 1. Ketika R2 dikalikan dengan 100, maka peneliti

mendapatkan persentase varian dari subjective well-being yang dapat dijelaskan oleh

delapan independent variable. Rumus dari R2 adalah sebagai berikut :

Page 80: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

66

R2 = SS reg

∑ y2

Langkah selanjutnya yaitu, melakukan uji signifikansi. Dalam penelitian ini,

paling tidak ada tiga uji signifikansi. Yang pertama adalah uji signifikansi dari R2.

Setelah itu, R2 akan diuji signifikansinya dengan uji F. Selanjutnya, uji signfikansi

dari koefisien regresi atas masing-masing independent variable. Koefisien regresi

diuji dengan uji t. Dan langkah terakhir yaitu uji dari kenaikan proporsi varian yang

dapat dijelaskan atau R2 change.

3.6. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1. Menentukan dan menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian,

yaitu skala yang mengukur subjective well-being, kondisi kerja , dan dukungan

sosial yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Simmon Grebner, dkk (2003).

2. Mendiskusikan item-item dengan dosen pembimbing untuk mengecek ketepatan

hasil adaptasi item-item dari setiap alat ukur yang digunakan dalam penelitian

ini.

3. Penyebaran skala ukur ini akan diberikan kepada responden yaitu buruh di PT.

Pratama Abadi Industri.

4. Melakukan skoring terhadap skala atau alat ukur yang telah terkumpul kemudian

datanya akan dianalisis.

Page 81: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

67

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dalam bab empat ini dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.

Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu, gambaran subjek penelitian,

analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Berikut ini akan diuraikan gambaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia,

dan lama bekerja. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel sebanyak

150 buruh yang bekerja di PT. Pratama Abadi Industri.

Tabel 4.1

Gambaran Umum Responden

Responden

Berdasarkan Jumlah

Persentase

(%)

Jenis Kelamin Laki-laki 45 30%

Perempuan 105 70%

Jumlah 150 100%

Usia 21-40 139 92,6%

41-60 11 7,33%

Jumlah 150 100%

Lama Bekerja 1-10 128 85,3%

11-20 19 12,6%

21-30 3 2,1%

Jumlah 150 100%

Berdasarkan data yang terdapat dalam Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa responden

laki-laki berjumlah 45 orang (30%) dan responden perempuan berjumlah

Page 82: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

68

Berdasarkan data yang terdapat dalam Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa responden

laki-laki berjumlah 45 orang (30%) dan responden perempuan berjumlah 105

orang (70%). Dengan demikian, responden yang terdapat dalam penelitian ini

sebagian besar berjenis kelamin perempuan.

Dalam mengelompokkan responden berdasarkan usia, peneliti membaginya

berdasarkan periode perkembangan. Responden yang terdapat dalam penelitian ini

berada pada periode perkembangan dewasa awal dan dewasa madya. Menurut

Hurlock, masa dewasa awal rentang usianya adalah 21-40 tahun dan dewasa awal

rentang usianya adalah 40-60 tahun (Sobur, 2003). Berdasarkan data yang

terdapat dalam tabel 4.1, dapat dilihat bahwa responden yang berada pada masa

perkembangan dewasa awal (21-40 tahun) berjumlah 139 orang (92,67%)

sedangkan responden yang berada pada masa perkembangan dewasa madya (41-

60 tahun) berjumlah 11 orang (7,33 %). Hal ini menandakan bahwa mayoritas

responden dalam penelitian ini adalah responden yang berada pada periode

perkembangan dewasa awal yang berada pada rentang usia 21-40 tahun.

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa

responden yang lama bekerja 1-10 tahun berjumlah 128 orang (85,3 %),

responden yang lama bekerja 11-20 tahun berjumlah 19 orang (12,6%) sedangkan

yang lama bekerja 21-30 tahun berjumlah 3 orang (2,1 %). Dengan demikian,

mayoritas responden dalam penelitian ini adalah responden yang lama bekerjanya

1-10 tahun.

Page 83: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

69

4.2. Hasil Analisis Deskriptif

Pada penelitian ini terdapat delapan variabel kontinum diantaranya subjective

well-being, kondisi kerja fisik, kondisi kerja psikologis, kondisi kerja temporer,

dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan dan

dukungan emosi. Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang hasil analisis

regresi, peneliti akan memaparkan hasil analisis deskriptif untuk variabel

kontinum. Peneliti juga membuat kategorisasi skor untuk masing-masing variabel

independen kontinum.

4.2.1 Statistik Deskripstif Variabel Independen Kontinum

Perlu diingat bahwa pada penelitian ini skor yang digunakan dalam analisis

statistik adalah skor faktor yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari

kesalahan pengukuran. Jadi, perhitungan skor faktor pada tiap variabel tidak

menjumlahkan item-item seperti pada umumnya, tetapi dihitung dengan maximum

likelihood, skor ini disebut true score. Item-item yang dianalisis oleh maximum

likelihood adalah item yang bermuatan positif dan signifikan. Adapun true score

yang dihasilkan oleh maximum likelihood satuannya berbentuk Z score. Untuk

menghilangkan bilangan negatif dari Z score, semua skor ditransformasikan ke

skala T yang semuanya positif dengan menetapkan nilai mean = 50 dan standar

deviasi = 10. Pada tabel 4.5 digambarkan hasil deskriptif statistik dari seluruh

variabel kontinum yang berisi nilai mean, standar deviasi (SD), nilai maksimum

dan minimum dari masing-masing variabel.

Page 84: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

70

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Subjective well-

being

150 31,23 71,15 50 9.34980

Kondisi Kerja

Fisik

150 25.30 75.00 50 8.57023

Kondisi Kerja

Psikologis

150 31.95 74.14 50 8.78923

Kondisi Kerja

Temporer

150 20.49 78.16 50 8.36457

Dukungan

Instrumental

150 17.47 75.75 50 8.21086

Dukungan

Informasional

150 29.37 62.88 50 8.37670

Dukungan

Penghargaan

150 25.93 76.72 50 8.11263

Dukungan Emosi 150 24.71 76.75 50 8.76638

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui deskripsi statistik pada seluruh variabel

independen maupun variabel dependen dengan masing-masing nilai mean 50 dan

SD 10, namun karena terdapat distribusi yang tidak simetri maka tidak semua SD

memiliki nilai yang sama persis. Nilai minimum untuk variabel subjective well-

being yaitu 31,23 dan nilai maksimumnya yaitu 71,15. Untuk variabel kondisi

kerja fisik memiliki nilai minimum 25,30 dan nilai maksimum 75,00. Selanjutnya

variabel kondisi kerja psikologis memiliki nilai minimum 31,95 dan nilai

maksimum 74,14. Kemudian variabel kondisi kerja temporer memiliki nilai

minimum 20,49 dan nilai maksimum 78,16. Variabel dukungan instrumental

memiliki nilai minimum 17,47 dan variabel maksimum 75,75. Untuk variabel

Page 85: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

71

dukungan informasional memiliki nilai minimum 29,37 dan nilai maksimum

62,88. Selanjutnya variabel dukungan penghargaan memiliki nilai minimum 25,93

dan nilai maksimum 76,72. Berikutnya yang terakhir variabel dukungan emosi

memiliki nilai minimum 24,71 dan nilai maksimum 76,75.

4.2.2 Pengelompokan Subjek Berdasarkan Skor Variabel Penelitian

Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-

kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan

atribut yang diukur. Kontinum berjenjang ini contohnya adalah dari rendah ke

tinggi yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian.

Sebelum mengkategorisasi skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat

rendah dan tinggi, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan

menggunakan nilai mean. Skor yang berada di bawah nilai mean termasuk pada

kategori rendah sedangkan skor yang berada di atas nilai mean termasuk pada

kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3

Pengelompokkan Subjek Berdasarkan Skor

Kategorisasi & Presentase Skor

No Variabel Rendah % Tinggi %

1 Subjective well-being 65 43,33% 85 56,67%

2 Kondisi Kerja Fisik 82 54,67% 68 45,33%

3 Kondisi Kerja Psikologis 95 63,33% 55 36,67%

4 Kondisi Kerja Temporer 76 50,67% 74 49,33%

5 Dukungan Instrumental 59 39,33% 91 60,67%

6 Dukungan Informasional 86 57,33% 64 42,67%

7 Dukungan Penghargaan 97 64,67% 53 35,33%

8 Dukungan Emosi 82 54,67% 68 45,33%

Page 86: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

72

Berdasarkan tabel 4.3, subjek yang berada di kategori rendah pada variabel

subjective well-being berjumlah 65 subjek (43,33 %). Pada kategori tinggi yaitu

sebanyak 85 subjek (56,67 %). Dengan demikian, dari kategorisasi ini variabel

subjective well-being lebih banyak berada pada kategori tinggi.

Selanjutnya yaitu kategori skor dari variabel kondisi kerja fisik, hasilnya

adalah sebanyak 82 orang (54,67 %) berada pada kategori rendah dan 68 subjek

(45,33%) berada pada kategori tinggi. Artinya subjek pada variabel kondisi kerja

fisik lebih banyak berada pada kategori rendah.

Kemudian skor untuk variabel kondisi kerja psikologis memiliki sebaran

sebanyak 95 subjek (63,33%) pada kategori rendah dan 55 subjek (36,67%) pada

kategori tinggi. Hal ini menunjukkan kategori rendah lebih banyak daripada

kategori tinggi pada variabel kondisi kerja psikologis.

Variabel kondisi kerja temporer yang berada pada kategori rendah

sebanyak 76 subjek (50,67%) sedangkan untuk kategori tinggi sebanyak 74 subjek

(49,33 %). Ini berarti pada variabel kondisi kerja temporer sebarannya lebih

banyak pada kategori rendah daripada kategori tinggi.

Variabel dukungan instrumental pada kategori rendah berjumlah 59 subjek

(39,33 %) sedangkan pada kategori tinggi berjumlah 91 subjek (60,67%). Artinya

pada variabel dukungan instrumental ini skor subjek lebih banyak pada kategori

tinggi.

Variabel dukungan informasional memiliki sebaran sebanyak 86 subjek

(57,33 %) pada kategori rendah dan 64 subjek (42,67 %) pada kategori tinggi. Hal

Page 87: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

73

ini menunjukkan subjek pada variabel dukungan informasional lebih banyak

berada pada kategori rendah.

Selanjutnya variabel dukungan penghargaan memiliki sebaran sebanyak 97

subjek (64,67%) pada kategori rendah dan 53 subjek (35,33%) pada kategori

tinggi. Artinya, skor subjek lebih banyak pada kategori rendah.

Kategori skor untuk variabel dukungan emosi memiliki sebaran sebanyak

82 subjek (54,67 %) pada kategori rendah dan 68 subjek (45,33%) pada kategori

tinggi. Hal ini menunjukkan kategori rendah lebih banyak daripada kategori tinggi

pada variabel dukungan emosi.

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi

berganda dengan menggunakan software SPSS 16. Seperti yang sudah disebutkan

pada Bab 3, dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R

square untuk mengetahui varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah

secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian

terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.

Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk melihat berapa

persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV Selanjutnya untuk tabel R square

dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Page 88: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

74

Tabel 4.4

Tabel R square

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .348a .121 .078 8.97809

a. Predictors: (Constant), DS_Emosi, KK_Psikologis, KK_Fisik,

DS_Informasional, KK_Temporer, DS_Instrumental,

DS_Penghargaan

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa peroleh R square sebesar 0.121.

artinya proporsi varians dari subjective well-being yang dijelaskan oleh kondisi

kerja fisik, kondisi kerja psikologis, kondisi kerja temporer, dukungan

instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan dan dukungan

emosi adalah sebesar 12,1 % sedangkan 87,9% sisanya dipengaruhi oleh variabel

lain diluar penelitian ini.

Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent

variable terhadap subjective well-being. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada

tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5

Tabel Anova

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1579.344 7 225.621 2.799 .009a

Residual 11446.062 142 80.606

Total 13025.406 149

a. Predictors: (Constant), DS_Emosi, KK_Psikologis, KK_Fisik, DS_Informasional,

KK_Temporer, DS_Instrumental, DS_Penghargaan

b. Dependent Variable: SWB1

Page 89: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

75

Jika melihat kolom keenam dari kiri diketahui bahwa (p < 0,05), maka

hipotesis nihil yang menyatakan ada pengaruh dari seluruh independent variable

terhadap subjective well-being ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari

kondisi kerja fisik, kondisi kerja psikologis, kondisi kerja temporer, dukungan

instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan dan dukungan

emosi.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent variable.

Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa

IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap subjective well-being.

Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 35.774 10.289 3.477 .001

KK_Fisik .072 .098 .066 .739 .461

KK_Psikis -.034 .095 -.032 -.361 .719

KK_Temporer .000 .110 .000 -.003 .998

DS_Instrumental .076 .113 .067 .676 .500

DS_Informasional -.217 .104 -.195 -2.093 .038

DS_Penghargaan .357 .120 .310 2.973 .003

DS_Emosi .031 .123 .029 .249 .804

a. Dependent Variable: SWB1

Page 90: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

76

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6, dapat disampaikan persamaan

regresi sebagai berikut : (* signifikan)

Subjective well-being = 35.774 + 0.072 kondisi kerja fisik - 0,034 kondisi kerja

psikologis + 0.000 kondisi kerja temporer + 0.076 dukungan instrumental +

0,217 dukungan informasional* + 0.357 dukungan penghargaan* + 0.031

dukungan emosi

Dari tabel 4.6, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang

dihasilkan, kita cukup melihat sig pada kolom paling kanan (kolom keenam), jika

p < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan, signifikan pengaruhnya terhadap

subjective well-being dan sebaliknya. Dari hasil di atas hanya koefisien dukungan

informasional dan dukungan penghargaan yang signifikan, sedangkan sisanya

tidak. Hal ini berarti dari 8 hipotesis minor hanya terdapat satu yang signifikan.

Penjelasan dari nilai masing-masing koefisien regresi IV adalah sebagai berikut :

a. Variabel Kondisi Kerja Fisik : nilai koefisien regresi kondisi kerja fisik

sebesar 0,072 dan angka signifikan sebesar 0,461( p > 0,05) yang berarti

variabel kondisi kerja fisik secara positif tidak mempengaruhi secara

signifikan terhadap subjective well-being.

b. Variabel Kondisi Kerja Psikologis : nilai koefisien regresi kondisi kerja

psikologis sebesar -0,034 dan angka signifikan sebesar 0,719 ( p > 0,05) yang

berarti variabel kondisi kerja psikologis secara negatif tidak mempengaruhi

secara signifikan terhadap subjective well-being.

c. Variabel Kondisi Kerja Temporer : nilai koefisien regresi kondisi kerja

temporer sebesar 0,000 dan angka signifikan sebesar 0,998 (p > 0,05 ) yang

Page 91: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

77

berarti variabel kondisi kerja temporer secara positif tidak mempengaruhi

secara signifikan terhadap subjective well-being.

d. Variabel Dukungan Instrumental : nilai koefisien regresi dukungan

instrumental sebesar 0,076 dan angka signifikan sebesar 0,500 (p > 0,05)

yang berarti variabel dukungan instrumental secara positif tidak

mempengaruhi secara signifikan terhadap subjective well-being.

e. Variabel Dukungan Informasional : nilai koefisien regresi variabel dukungan

informasional adalah sebesar -0,217 dan angka signifikan sebesar 0,038 ( p <

0,05) yang berarti variabel dukungan informasional secara negatif

mempengaruhi secara signifikan terhadap subjective well-being. Artinya,

semakin tinggi dukungan informasional maka semakin rendah subjective

well-being.

f. Variabel Dukungan Penghargaan : nilai koefisien regresi variabel dukungan

penghargaan adalah sebesar 0,357 dan angka signifikan sebesar 0,003 ( p <

0,05) yang berarti variabel dukungan penghargaan secara positif

mempengaruhi secara signifikan terhadap subjective well-being. Artinya,

semakin tinggi dukungan penghargaan maka semakin tinggi subjective well-

being.

g. Variabel Dukungan Emosi : nilai koefisien regresi variabel dukungan emosi

sebesar 0,031 dan angka signifikan sebesar 0,804 ( p > 0,05 ) yang berarti

variabel dukungan emosi secara positif tidak mempengaruhi secara signifikan

terhadap subjective well-being.

Page 92: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

78

Pada pembahasan sebelumnya telah diketahui hanya terdapat dua IV yang

dampaknya signifikan terhadap subjective well-being. Namun, peneliti juga ingin

melihat varian dari masing-masing IV yang memiliki kontribusi paling tinggi

terhadap subjective well-being. Oleh karena itu, peneliti melakukan analisis

regresi secara hirarkial. Awalnya peneliti memasukkan satu IV kemudian

memasukkan satu IV lagi dan begitu seterusnya sehingga seluruh masing-masing

IV dimasukkan. Berdasarkan hasil hitungan menggunakan program SPSS 17.0 ,

berikut ini adalah tabel proporsi varian subjective well-being yang terkait dengan

IV, yaitu :

Tabel 4.7

Sumbangan Masing-Masing Independent Variable

Pada tabel 4.7 diatas, kolom pertama ada IV yang dianalisis satu per satu,

kolom kedua merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu

per satu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV

yang dimasukan satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung dari IV yang

bersangkutan, kolom df adalah derajat kebebasan dari IV yang bersangkutan yang

terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai IV

pada tabel F dengan df yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang

akan dibandingkan dengan nilai kolom F hitung. Apabila nilai F hitung lebih

Model R Square Change Statistics

R Square

Change

Sig. F

Change

Sig

1 0,031 0,031 0,461 Tidak signifikan

2 0,033 0,002 0,719 Tidak signifikan

3 0,036 0,003 0,998 Tidak signifikan 4 0,039 0,004 0,500 Tidak signifikan

5 0,047 0,007 0,038 Signifikan 6 0,121 0,074 0,003 Signifikan

7 0,121 0,000 0,804 Tidak signifikan

Page 93: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

79

besar daripada nilai F tabel, maka di kolom selanjutnya akan ditulis signifikan,

begitu pun sebaliknya.

Dari tabel di atas dapat diperoleh informasi sebagai berikut :

1. Variabel kondisi kerja fisik memberikan sumbangan sebesar 3,1 % terhadap

varians subjective well-being. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara

statistik karena nilai sig F Change = 0,461 ( p > 0,05)

2. Variabel kondisi kerja psikologis memberikan sumbangan sebesar 0,2 %

terhadap varians subjective well-being. Sumbangan tersebut tidak signifikan

secara statistik karena nilai sig F Change = 0,719 ( p > 0,05)

3. Variabel kondisi kerja temporer memberikan sumbangan sebesar 0,3 %

terhadap varians subjective well-being. Sumbangan tersebut tidak signifikan

secara statistik karena nilai sig F Change = 0,998 ( p > 0,05)

4. Variabel dukungan instrumental memberikan sumbangan sebesar 0,4 %

terhadap varians subjective well-being. Sumbangan tersebut tidak signifikan

secara statistik karena nilai sig F Change = 0,500 ( p > 0,05)

5. Variabel dukungan informasional memberikan sumbangan sebesar 0,7 %

terhadap varians subjective well-being. Sumbangan tersebut signifikan

secara statistik karena nilai sig F Change = 0,03 ( p < 0,05 )

6. Variabel dukungan penghargaan memberikan sumbangan sebesar 7,4 %

terhadap varians subjective well-being. Sumbangan tersebut signifikan

secara statistik karena nilai sig F Change = 0,003 ( p < 0,05)

Page 94: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

80

7. Variabel dukungan emosi memberikan sumbangan sebesar 0 % terhadap

varians subjective well-being. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara

statistik karena nilai sig F Change = 0,804( p > 0,05 )

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh variabel

independen, yaitu kondisi kerja fisik, kondisi kerja psikologis, kondisi kerja

temporer, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan

penghargaan dan dukungan emosi jika dilihat dari besarnya pertambahan R

Square yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel independen

(sumbangan proporsi varian yang diberikan). Dari ketujuh variabel independen

tersebut yang memberikan sumbangan paling besar terhadap variabel dependen

dilihat dari besarnya pertambahan R Square yaitu variabel dukungan penghargaan

yang memberikan sumbangan sebesar 7,4 % terhadap subjective well-being.

Page 95: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

81

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab lima peneliti memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang dilakukan. Bab ini

terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasakan hasil uji hipotesis mayor didapatkan kesimpulan bahwa adanya pengaruh yang

signifikan antara kondisi kerja fisik, kondisi kerja psikologis, kondisi kerja temporer, dukungan

instrumental, dukungan informasional, dukungan emosi dan dukungan penghargaan terhadap

subjective well-being. Hal ini menyatakan bahwa semakin tinggi kondisi kerja dan dukungan

sosial yang dirasakan oleh buruh, maka semakin tinggi pula subjective well-being yang

dirasakan. Variabel kondisi kerja dan dukungan sosial memberikan sumbangan sebesar 12,1%

terhadap subjective well-being. Pada dimensi dukungan sosial hanya dukungan informasional

dan dukungan penghargaan yang memberikan pengaruh signifikan, sedangkan dukungan

instrumental dan dukungan emosi tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Pada dimensi

kondisi kerja, yaitu kondisi kerja fisik, kondisi kerja psikologis dan kondisi kerja temporer tidak

memberikan pengaruh yang signifikan.

5.2 Diskusi

Subjective well-being merupakan penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi

penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup, dan penilaian afektif mengenai mood dan emosi

(Diener&Lucas, 1999). Pada saat individu memiliki atau merasakan subjective well-being yang

Page 96: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

82

baik dan cukup pada dirinya, hal itu akan mempengaruhi segala sesuatunya, baik itu dalam

pekerjaan, kesehatan ataupun hubungan sosial.

Dukungan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap subjective well-being. Hasil

ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Diener dan Selligman (2002) yang mengatakan

bahwa dukungan sosial merupakan prediktor subjective well-being. Orang-orang yang

memperoleh dukungan sosial yang memuaskan melaporkan bahwa individu tersebut lebih sering

merasa bahagia dan lebih sedikit merasakan sedih. Hal ini karena pemikiran bahwa individu

memiliki tempat bersandar ketika mereka membutuhkan sehingga membuat individu merasa

nyaman dan hal ini akan berkontribusi pada afek positif yang dirasakan oleh individu. Dijelaskan

juga oleh Daniels dan Guppy (1993) dalam penelitiannya yang menggunakan sampel sebanyak

1500 akuntan yang dipilih secara acak, hasilnya menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan

dari dukungan sosial terhadap subjective well-being.

Dalam penelitian ini, dukungan informasional memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap subjective well-being. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mendieta,

Martin dan Jacinto (2012) yang menunjukkan bahwa dukungan informasional memiliki pengaruh

terhadap subjective well-being. Dalam penelitian ini, pada saat para buruh mendapatkan mesin

atau metode baru yang harus mereka gunakan di pekerjaan berikutnya, pihak atasan memberikan

arahan, bimbingan dan waktu percobaan agar mereka dapat memahami dengan baik. Arahan

tersebut berisikan penjelasan bagaimana alur dan proses dari mesin atau metode baru tersebut,

bagaimana cara kerjanya sampai kesalahan apa yang mungkin terjadi. Arahan dan metode

tersebut dapat membantu buruh memahami pekerjaannya dan meminimalisir kemungkinan

kesalahan yang dilakukan. Hal ini memungkinkan buruh merasa lebih yakin dan percaya diri

dalam melakukan pekerjaannya, sehingga meningkatkan subjective well-being pada diri mereka.

Page 97: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

83

Selain dukungan informasional, dukungan penghargaan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap subjective well-being. Dukungan penghargaan ini merupakan jenis dukungan yang

membantu individu untuk membangun perasaan menghargai diri sendiri, berkompeten dan

bernilai. Dalam penelitian ini, di lokasi penelitian terdapat sistem yang disebut dengan score

card. Sistem ini berlangsung dengan cara, ketika buruh berhasil mencapai target yang diberikan

oleh pihak atasan, buruh akan mendapatkan score card hijau dan diberikan insentif atau uang

tambahan. Insentif tersebut memberikan sebuah motivasi yang baik bagi buruh sehingga

meningkatkan subjective well-being pada dirinya.

Namun, dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya,

bahwa tidak semua dimensi dari dukungan sosial berpengaruh secara signifikan terhadap

subjective well-being. Untuk dukungan instrumental dan dukungan emosi memiliki pengaruh

yang positif terhadap subjective well-being namun tidak signifikan. Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mendieta, Martin dan Jacinto (2012) yang menunjukkan bahwa

dukungan emosi memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap subjective well-being seseorang

dibandingkan dengan dukungan instrumental dan informasional. Dalam penelitian ini, dukungan

emosi kurang dirasakan oleh para buruh, karena dalam kesehariannya mereka bekerja secara

individualis. Keterbiasan para buruh bekerja secara individualis membuat mereka sulit bekerja

secara kelompok dan membuat komunikasi yang terjalin diantara para buruh tidak terlalu baik.

Hal itu disebabkan para buruh terlalu fokus terhadap hasil dan target mereka yang ingin dicapai

dalam pekerjaannya. Tingginya tingkat individualisme yang dimiliki para buruh menyebabkan

dukungan emosi seperti kepeduliaan, empati yang ditunjukkan oleh rekan kerjanya tidak menjadi

hal yang berpengaruh. Hal ini menyebabkan pengaruh dukungan emosi menjadi tidak signifikan.

Page 98: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

84

Sejalan dengan itu, dukungan instrumental juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap subjective well-being. Dukungan instrumental pada penelitian mengacu kepada

penyediaan barang dan jasa yang dapat dirasakan untuk memecahkan masalah, seperti pinjaman

atau sumbangan dari orang lain atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu. Di pabrik

tempat penelitian, dukungan instrumental mungkin kurang dirasakan karena kurangnya kelekatan

emosi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Kurangnya kelekatan emosi

tersebut membuat seseorang tidak mudah untuk bisa meminta bantuan kepada rekannya, baik itu

berupa barang maupun jasa. Selain itu, kurangnya komunikasi diantara para buruh membuat

seseorang menjadi sulit atau tidak terbuka untuk menceritakan masalah apa yang sedang ia

rasakan. Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, tingginya tingkat individualitas membuat para

buruh merasa tidak memerlukan dukungan instrumental sehingga membuat dukungan tersebut

tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

Dimensi yang selanjutnya adalah kondisi kerja, dimana secara keseluruhan hasil penelitian

menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kondisi kerja terhadap subjective

well-being, tetapi tiga dimensi dari kondisi kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap subjective well-being, yaitu kondisi kerja fisik, kondisi kerja psikologis dan kondisi

kerja temporer. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Grebner, Faso, Gut, Kalin

dan Elfering (2003) yang menemukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari dimensi

kondisi kerja terhadap subjective well-being. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Silvana

(2008) di Inggris dengan menggunakan The British Household Panel Survey dengan sampel

pekerja baik laki-laki maupun perempuan ditemukan hasil yang sama yaitu adanya pengaruh

yang signifikan dari dimensi kondisi kerja terhadap subjective well-being. Hal ini mungkin

disebabkan karena kondisi kerja fisik yang tidak terlalu dirasakan oleh para buruh. Setiap harinya

Page 99: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

85

para buruh bekerja dengan kondisi kerja yang sama, baik kondisi ruangan, suara, jam kerja,

waktu istirahat, dengan kesamaan kondisi tersebut membuat para buruh dapat beradaptasi dan

terbiasa.

Selanjutnya, adalah kondisi kerja psikologis, dimana kondisi kerja psikologis memiliki

pengaruh yang negatif terhadap subjective well-being dan tidak signifikan. Kondisi kerja

psikologis mengacu kepada keletihan dan kebosanan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi keletihan dan kebosanan kerja yang dirasakan para buruh, maka semakin rendah subjective

well-being yang dirasakan. Dalam penelitian ini, para buruh dapat menangani keletihan dan

kebosanan kerjanya dengan baik. Pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya sama, sesuai

dengan tugas dari divisi yang mereka tempati, sehingga kesamaan kerja tersebut menimbulkan

kebosanan dan keletihan pada buruh. Memfokuskan diri mereka kepada pekerjaan merupakan

salah satu cara para buruh untuk menghilangkan atau mengabaikan kebosanan dan keletihan

kerja tersebut, fokus untuk tetap bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang diberikan

dengan hasil yang maskimal.

Dimensi terakhir dari kondisi kerja adalah kondisi kerja temporer, dimana memiliki

pengaruh yang positif terhadap subjective well-being namun tidak signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi kondisi kerja temporer yang dirasakan para buruh, maka

semakin tinggi pula subjective well-being yang dirasakan. Dalam penelitian ini, kondisi kerja

temporer menjadi sesuatu hal yang sudah biasa dan dapat diatasi. Seperti waktu jumlah jam

kerja, para buruh mengetahui berapa jumlah jam kerja mereka dan bagaimana memaksimalkan

diri untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan jam kerja yang diberikan. Selain itu, pada

saat jam istirahat kerja, para buruh memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan beristirahat

secara maksimal untuk mengembalikan tenaga mereka dalam bekerja dan meningkatkan

Page 100: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

86

motivasi mereka. Keseharian mereka dengan jam kerja dan waktu istirahat tersebut menjadi hal

yang biasa dan harus mereka jalani untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang maksimal.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran untuk pertimbangan

sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya, baik berupa saran teoritis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Metodologis

1. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti lain yang tertarik meneliti variabel dependen yang

sama disarankan menggunakan faktor-faktor menarik lainnya yang dapat dijadikan variabel

independen untuk melihat pengaruhnya terhadap subjective well-being. Mengingat bahwa

keseluruhan IV dalam penelitian ini hanya memberikan sumbangan sebesar 12,1 % terhadap

subjective well-being sedangkan masih terdapat persentase yang cukup besar dari variabel

lain yaitu 87,9 % yang diduga mempengaruhi subjective well-being. Salah satu variabel yang

bisa digunakan adalah variabel kepemimpinan. Variabel ini berpengaruh dan diperlukan

dalam dunia kerja terurtama di tempat penelitian.. Ketika hubungan baik antara atasan

dengan para buruh terjalin, atasan memimpin dan mengkoordinir para buruh dengan baik,

hal itu akan mempengaruhi cara kerja mereka dan memberikan motivasi yang baik sehingga

mempengaruhi subjective well-being pada buruh.

2. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti disarankan untuk menggunakan sampel dengan jumlah

yang lebih banyak agar lebih menggambarkan populasi di lokasi penelitian.

5.3.2 Saran Praktis

Page 101: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

87

1. Dalam penelitian ini, subjective well-being dipengaruhi oleh dukungan informasional.

Disarankan bagi pihak pabrik memperhatikan hal tersebut dengan cara memberikan

informasi mengenai tempat kerja sesuai dengan keperluan buruh, memberikan pengarahan

mengenai cara kerja dan metode bekerja yang baik serta memberikan instruksi yang baik

kepada buruh saat bekerja. Hal tersebut dapat meningkatkan subjective well-being pada

buruh.

2. Dalam penelitian ini, subjective well-being dipengaruhi juga oleh dukungan penghargaan.

Disarankan pihak pabrik memperhatikan hal tersebut dengan cara memberikan sebuah

penghargaan kepada buruh baik berupa pujian maupun dalam bentuk perbuatan, seperti

atasan memberikan pujian secara langsung kepada buruh mengenai hasil kerjanya yang baik

dan memuaskan. Selain itu, pihak pabrik bisa memberikan penghargaan dengan cara

memajang foto karyawan terbaik atau berprestasi untuk meningkatkan motivasi mereka

dalam bekerja. Hal tersebut dapat meningkatkan subjective well-being pada buruh.

Page 102: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

DAFTAR PUSTAKA

Anjana, P (2013). ILO, Bangladesh luncurkan program perbaikan standar kerja

buruh garmen. Diunduh tanggal 19 Desember 2013 dari

http://www.voaindonesia.com/content/ilo-bangladesh-luncurkan-perbaikan-

kerja-buruh-garmen/1775002.html.

Bakker, Arnold B., & Wido G.M Oerlemans. (2010). Subjective well-being in

organizations. The Netherlands: Erasmus University Rotterdam.

BBC. (2013). Peningkatan keselamatan kerja di Indonesia harus serius. Diunduh

tanggal 5 Juli 2014 dari

http://news.detik.com/read/2013/10/10/141000/2383593/934/peningkatan-

keselamatan-kerja-di-indonesia-harus-serius?881101934.

Carr, A, (2004). Positive psychology: The science of happiness and human strength.

New York: Brunner-Routledge.

Daniels, Kevin., & Andrew Guppy. (1993). Occupational stress, social support, job

control and psychological well-being. England : Cranfield Institute of

Technology.

DeNeve, K.M., & H. Cooper.(1998). The happy personality: A meta-analysis of 137

personality traits and subjective well being. Psychological Bulletin, 124(2),

197-229.

Diener, E. (2005). Guidelines for national indicators of subjective well being and ill

being. Applied research in quality of Life, 1 (2), 1-7. Diakses dari:

http://www.wam.umd.edu/~cgraham/Courses/Docs/PUAF698R-Diener

Guidlines%2for%20National%20Indicators.pdf.

Diener E. (2009). The science of well being. New York: Springer Science Business

Media.

Diener, Ed, Eunkook M.Suh., Richard E.Lucas., & Heidi L.Smith. (1999). Subjective

well-being: Three decades of progress. Psychological Bulletin, 125(2), 276-

302.

Diener E., & Lucas, R.E. (1999). Personality and subjective well being. In D.

Kahnema, E. Diener & N. Schwarz., Well being: The foundations of hedonic

psychology. New York: Russell Sage Foundation.

Page 103: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Diener, E., R.E. Lucas, & Oishi S. (2005). Subjective well being: the science of

happiness and life satisfaction. Dalam C.R. Snyder & S.J. Lopez (edtr).

Handbook of positive psychology (hal 63-73). New York: Oxfrod University

Press.

Diener, E., Robert A. Emmons., Randy J. Larsen & S, Griffins. (1985). The

satisfaction with life scale. Journals of Personality Assessment, 49(1), 71-75.

Diener, E., & Seligman, M. E. P. (2002). Very happy people. Journal of

Psychological Science, 13, 80-83.

Eddington, N., & Shuman, R.(2008). Subjective well being (happiness). California:

Continuing Psychology Education Inc.

Eid, Michael., & Randy J. Larsen. (2008). The science of subjective well-being. New

York: The Guilford Press.

Grebner, Simon., Norbert K. Semmer., Luca Lo Faso., Stephan Gut., Wolfgang Kalin

& Achim Elfering. (2003). Working conditions, well-being, and job related

attitudes among call centre agents. European Journal of Work and

Organizational Psychology, 12(4), 341-365.

Ismett, I (2012). Pekerjakan kembali 1.300 buruh PT Panarub Dwikarya. Diunduh

tanggal 20 September 2013 dari https://www.change.org/p/buruh-pt-panarub-

dwikarya-pekerjakan-kembali-1-300-buruh-pt-panarub-dwikarya-2.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2005). Perilaku dan budaya organisasi.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Mendieta, Isabel Hombrados., Miguel Angel Garcia-Martin., & Luis Gomez-Jacinto.

(2012). The relationship between social support, loneliness, and subjective

well-being in a Spanish sample from a multidimensional perspective. Spain:

Uvinersidad de Malaga.

Nazir, Moh. (2011). Metode penelitian: Ghalia Indonesia.

Pavot W, & E. Diener. (1993). Review of the satisfaction with life scale.

Psychological Assessment. New York: Springer Science Business Media.

Robone, Silvana., Andrew M. Jones & Nigel Rice. (2008). Contractual conditions,

working conditions, health and well-being in the British household panel

survey.Retrieved from http://www.york.ac.uk/res/herc/research/hedg/wp.htm

Page 104: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Ryan, R. M. & Deci E.L. (2001). On happiness and human potentials: A review of

research on hedonic and eudaimonic well-being. Annual Review of

Psychology, 52, 141-166.

Russell, J.E.A. (2008). Promoting subjective well being at work. Journal of Career

Assessment, 16, 117-131. Doi: 10.1177/1069072707308142.

Sarafino, E.P. (1998). Health psychology: Biopsychosocial interaction third edition.

New York: John Wiley & Sons Inc.

Satriani, I Arba’iyah. (2013). Jam kerja berkurang, tuntutan kerja bertambah.

Diunduh tanggal 5 Juli 2014 dari

http://www.tempo.co/read/news/2013/08/23/215506695/Jam-Kerja-

Berkurang-Tuntutan-Kerja-Bertambah.

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grafindo.

Sobur, A. (2003). Psikologi umum: Dalam lintas sejarah. Bandung: CV Pustaka

Setia.

Taylor, S.E. (2006). The handbook of health psychology. New York: Oxford

University.

Umar. J. (2011). Analisis faktor konfirmatori. Bahan Ajar, Tidak Dipublikasikan.

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Watson, D., L.A. Clark & A. Tellegen. (1988). Development and validation of brief

measures of positive and negative affect: The PANAS scale. Journal of

Personality and Social Psychology, 54(6), 1061-1070.

Page 105: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

LAMPIRAN

Page 106: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

LAMPIRAN 1

SURAT BUKTI PENELITIAN

Page 107: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan hormat,

Saya Ajeng Fitri Adani, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sedang melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian tugas akhir. Oleh karena itu, saya

mengharapkan kesediaan Anda untuk mejadi responden dalam penelitian ini dengan cara mengisi

beberapa pernyataan dalam kuisioner ini.

Dalam hal ini tidak ada penilaian baik dan buruk, juga tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun

data yang Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya. Atas perhatian dan bantuan Anda, saya ucapkan

terima kasih.

Jakarta, Agustus 2014

Ajeng Fitri Adani

Identitas Responden

Nama/inisial : ................................................................

Jenis kelamin : L / P* (*coret yang tidak sesuai)

Usia : ...............................................................

Lama bekerja : ...............................................................

Jakarta, Agustus 2014

(....................................)

Page 108: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Petunjuk Pengisian

Berikut tedapat butir-butir pernyataan, bacalah dan pahami setiap

pernyataan yang ada. Anda diminta untuk memberikan tanda check list

() pada kolom di sebelah kanan pernyataan yang paling sesuai dengan

diri Anda. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun

pilihan jawabannya adalah :

Tidak pernah

Jarang

Sering

Sangat sering

Contoh :

No Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang Sering Sangat

Sering

Saya mudah sakit

Page 109: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Skala Subjective Well-Being

No Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang Sering Sangat

Sering

1 Saya tertarik dengan hal-hal baru

2 Saya stress dengan pekerjaan

3 Saya merasa gembira dengan

kehidupan saya

4 Saya merasa kecewa dengan

kehidupan ini

5 Saya kuat dalam menghadapi

masalah

6 Saya mudah merasa bersalag

dengan orang lain

7 Kehidupan ini terasa menakutkan

bagi saya

8 Saya bermusuhan dengan banyak

orang

9 Saya bersemangat menjalani

hidup

10 Saya bangga dengan diri saya

sendiri

11 Saya marah jika terlalu banyak

pekerjaan

12 Saya waspada ketika berada di

tempat yang asing

13 Saya malu dengan kondisi saya

Page 110: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

No Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang Sering Sangat

Sering

14 Saya terinspirasi dengan

kehidupan orang-orang sukses

15 Saya gelisah ketika menghadapi

masalah

16 Saya bersungguh-sungguh

dengan apa yang saya kerjakan

17 Saya berusaha untuk memberi

perhatian penuh terhadap

pekerjaan

18 Saya gugup ketika berhadapan

dengan banyak orang

19 Saya aktif diberbagai kegiatan

20 Saya ketakutan dalam menjalani

kehidupan

21 Kehidupan ini sama dengan apa

yang saya harapkan

22 Kondisi kehidupan saya sangat

baik

23 Saya puas dengan kehidupan saya

24 Sejauh ini, saya sudah

mendapatkan hal-hal penting

yang saya inginkan dalam hidup

25 Jikadapat mengulang waktu,

hampir tidak ada yang ingin saya

ubah dari hidup saya

Page 111: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Petunjuk Pengisian

Berikut tedapat butir-butir pernyataan, bacalah dan pahami setiap

pernyataan yang ada. Anda diminta untuk memberikan tanda check list

() pada kolom di sebelah kanan pernyataan yang paling sesuai dengan

diri Anda. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun

pilihan jawabannya adalah :

SS : Sangat sesuai jika pernyataan sangat sesuai dengan diri Anda

S : Sesuai jika pernyataan sesuai dengan diri Anda

TS : Tidak sesuai jika pernyataan tidak sesuai dengan diri Anda

STS : Sangat tidak sesuai jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan

diri Anda

Contoh :

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya suka bekerja

Page 112: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Skala Kondisi Kerja

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Warna ruangan di tempat kerja saya membuat

saya semangat untuk bekerja

2. Suara mesin pabrik mengganggu konsentrasi saya

3. Penerangan yang ada di tempat kerja saya

membuat hasil kerja saya maksimal

4. Saya sulit bekerja dengan warna dinding yang

terlalu terang

5. Kebisingan yang ada di pabrik ini tidak

mengganggu saya dalam bekerja

6. Saya merasa risih dengan kebisingan di pabrik ini

7. Penerangan yang ada di tempat kerja membuat

hasil kerja saya lebih baik

8. Tidak ada musik yang di putar di pabrik ini selama

karyawan bekerja

9. Suara mesin pabrik terdengar merdu di telinga

saya

10. Saya merasa gerah ketika berada di tempat kerja

saya

11. Warna tempat kerja saya membuat saya terang

12. Warna-warna di tempat kerja saya membuat saya

lelah

13. Pencahayaan yang ada di tempat kerja saya kurang

terang

14. Warna dinding di pabrik saya membuat saya

pusing

Page 113: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

No. Pernyataan SS S TS STS

15. Musik yang di putar di pabrik saya adalah music

kesukaan saya

16. Selama bekerja disini penglihatan saya terganggu

sebab letak dan arah lampunya ridak tepat

17. Ruangan tempat saya bekerja sangat sejuk

18. Tugas kerja yang di berikan oleh pihak pabrik

sama sekali tidak memberatkan saya

19. Musik-musik yang di putar di pabrik ini membuat

saya semangat dalam bekerja

20. Arah sinar lampu di pabrik saya letaknya kurang

baik

21. Warna dinding pabrik membuat saya semangat

dalam bekerja

22. Fentilasi tempat saya bekerja sangat kurang,

sehinga membuat udara panas

23. Saya merasa tempat kerja saya sudah memiliki

penerangan yang baik

24. Saya berkeinginan untuk pindah dari pabrik ini

25. Saya merasa betah kerja di pabrik ini

26. Suasana kerja di pabrik saya menyenangkan

sehingga membuat rasa letih saya hilang

27. Saya merasa letih karena harus duduk terus-

menerus ketika sedang bekerja

28. Saya merasa bosan dengan suasana kerja di pabrik

saya

29. Saya merasa tempat kerja saya sekarang sudah

tepat

Page 114: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

No. Pernyataan SS S TS STS

30. Saya merasa kurang dapat beristirahat karena

jadwal kerja yang padat

31. Saya merasa beban kerja yang di berikan oleh

pihak pabrik sangat memberatkan

32. Jam kerja pabrik ini membuat saya dapat memiliki

waktu yang cukup untuk istirahat

33. Temperatur di tempat kerja saya membuat saya

nyaman dalam bekerja

34. Saya merasa kelelahan karena pengaturan jam

yang tidak teratur

35. Saya merasa pengaturan jam kerja di pabrik ini

sesuai dengan ketentuan yang berlaku

36. Jam istirahat yang diberikan oleh pabrik tidak

cukup

37. Istirahat yang diberikan pihak pabrik cukup untuk

memulihkan stamina saya

38. Saya merasa kurang beristirahat semenjak kerja di

pabrik ini

Page 115: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Petunjuk Pengisian

Berikut tedapat butir-butir pernyataan, bacalah dan pahami setiap

pernyataan yang ada. Anda diminta untuk memberikan tanda check list

() pada kolom di sebelah kanan pernyataan yang paling sesuai dengan

diri Anda. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun

pilihan jawabannya adalah :

STS : Sangat tidak setuju jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan

diri Anda

TS : Tidak setuju jika pernyataan tidak sesuai dengan diri Anda

S : Setuju jika pernyataan sesuai dengan diri Anda

SS : Sangat setuju jika pernyataan sangat sesuai dengan diri Anda

Contoh :

No Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Setuju Sangat

Setuju

Saya merasa

bahagia

Page 116: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Skala Dukungan Sosial

No Pernyataan Sangat Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Setuju Sangat

Setuju

1 Rekan kerja bersedia meminjamkan

uang ketika saya membutuhkannya

2 Teman saya bersedia meminjamkan

barang-barang yang saya butuhkan

3 Ada yang membantu saya ketika

mengalami kesulitan

4 Teman saya menghargai saya

5 Tidak ada yang menyetujui ide saya

6 Tidak ada teman yang membuat saya

bersemangat menjalani hidup

7 Keluarga membandingkan saya

dengan orang yang lebih baik dari

saya

8 Atasan memberikan tanggapan yang

kurang baik atas hasil kerja saya

9 Keluarga perhatian kepada saya

10 Keluarga mencintai saya

11 Keluarga saya mau diajak berlibur

bersama

12 Saya mendapatkan banyak bantuan

dengan mengikuti perserikatan buruh

13 Ketika saya sakit, teman saya mau

membantu pekerjaan saya

Page 117: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

No Pernyataan Sangat Tidak

Sesuai

Tidak

Sesuai

Sesuai Sangat

Sesuai

14 Keluarga melayani kebutuhan saya

dengan baik

15 Gaji yang diterima belum dapat

memenuhi kebutuhan saya sendiri

16 Atasan mengabaikan saya

17 Saya merasa asing di lingkungan

pekerjaan

18 Keluarga bersikap dingin kepada saya

19 Saya merasa tidak dibutuhkan

20 Saya kurang nyaman dengan fasilitas

yang ada di tempat kerja

21 Keluarga memberikan nasehat yang

saya butuhkan

22 Atasan memberikan pujian ketika

saya menyelesaikan pekerjaan dengan

baik

23 Rekan kerja membuat saya nyaman

berada di tempat kerja

24 Saya merasa diterima di lingkungan

pekerjaan

25 Keluarga bersedia mengantarkan saya

ke dokter ketika saya sakit

26 Mendiskusikan masalah dengan

keluarga dapat memberikan saya

jalan keluar

Page 118: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

No Pernyataan Sangat Tidak

Sesuai

Tidak

Sesuai

Sesuai Sangat

Sesuai

27 Atasan bersikap kurang ramah

sehingga saya ingin cepat pulang ke

rumah

28 Lingkungan pekerjaan saya

membosankan

29 Mengikuti kegiatan yang

diselenggarakan oleh perusahaan

hanya membuang waktu

30 Keluarga mencukupi kebutuhan

sehari-hari saya

31 Ide saya diterima oleh teman-teman

32 Keluarga mengabaikan saya

33 Saya memiliki teman yang dapat

menjadi pendengar curahan hati saya

34 Keluarga saya mengabaikan saya

35 Teman saya tidak perhatikan kepada

saya

36 Tidak ada rekan kerja yang

menjenguk ketika saya sakit

37 Saya menghabiskan waktu sendiri

38 Saya memiliki teman-teman yang

selalu ada untuk saya

39 Keluarga tidak menghargai saya

Page 119: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

LAMPIRAN 3

SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA

SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA SUBJECTIVE WELL-BEING

UJI VALIDITAS CFA SUBJECTIVE WELL-BEING

DA NI=25 NO=150 MA=PM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10

ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19

ITEM20

ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25

KM SY FI=swb.COR

MO NX=25 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

swb

fr td 20 7 td 1 5 td 1 4 td 7 6 td 3 4 td 4 8 td 20 13 td 4 7 td 25 14 td 22 4 td 18 15 td 6

10 td 11 2 td 19 24 td 16 8 td 12 1 td 17 20 td 21 23 td 17 11 td 20 23 td 24 16 td 14

16 td 25 16 td 16 1 td 16 7 td 17 12 td 10 9 td 22 21 td 13 2 td 19 1 td 21 20 td 23 22

td 20 22 td 16 3 td 17 8 td 16 20

fr td 13 19 td 9 8 td 8 23 td 9 4 td 13 8 td 13 1 td 19 18 td 19 15 td 16 18 td 14 9 td 11

4 td 19 9 td 22 10 td 13 7 td 18 8 td 19 5 td 13 6 td 13 12

fr td 24 7 td 22 11 td 20 15 td 22 15 td 14 1 td 14 12 td 24 20 td 25 13 td 10 1 td 11 10

td 16 10 td 23 10 td 14 10 td 8 3 td 21 10 td 9 7 td 20 9

fr td 15 5 td 12 10 td 17 10 td 21 2 td 21 9 td 21 7 td 21 19 td 21 6 td 21 15 td 12 6 td

16 12 td 19 12 td 25 7 td 17 3 td 13 4 td 5 4 td 19 14 td 22 19

Page 120: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

fr td 18 6 td 21 1 td 14 4 td 17 14 td 16 11 td 16 6 td 25 10 td 12 9 td 20 2 td 24 8 td

24 11 td 23 19 td 17 6 td 9 6 td 20 4

PD

OU TV SS MI ad=off

SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA KONDISI KERJA FISIK

UJI ANALISA FAKTOR KONDISI KERJA FISIK

DA NI=38 NO=150 MA=KM

LA

IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15

IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 IT29 IT30

IT31 IT32 IT33 IT34 IT35 IT36 IT37 IT38

KM SY FI=kK.cor

se

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 18 20 21 22 29 32/

MO NX=22 NK=1 TD=SY LX=FR

LK

FISIK

FR TD 6 2 TD 17 3 TD 19 1 TD 9 5 TD 17 2 TD 21 11 TD 12 9 TD 22 7

FR TD 1 3 TD 5 7 TD 7 9 TD 14 16 TD 16 8 TD 19 20 TD 21 22 TD 15 14

FR TD 18 8 TD 20 4 TD 18 10 TD 19 3 TD 18 2 TD 17 11 TD 11 4 TD 20 9 TD 22

2

FR TD 21 8 TD 15 10 TD 17 15 TD 15 2 TD 19 11 TD 11 1 TD 19 17 TD 22 14 TD

16 6

FR TD 18 5 TD 21 7 TD 7 3 TD 16 3 TD 17 10 TD 17 7 TD 21 10 TD 17 1 TD 19

18 TD 19 7

Page 121: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

FR TD 16 1 TD 19 9 TD 21 13 TD 22 13 TD 22 18 TD 10 2 TD 18 7 TD 18 13 TD 5

4 TD 15 5 TD 11 3

FR TD 11 6 TD 22 16 TD 15 9 TD 19 15 TD 12 4 TD 13 12 TD 13 11 TD 13 4 TD 6

5 TD 22 5 TD 8 5

FR TD 14 9 TD 10 9 TD 20 14 TD 10 8

PD

OU TV MI SS

SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA KONDISI KERJA PSIKOLOGIS

UJI ANALISA FAKTOR KONDISI KERJA PSIKOLOGIS

DA NI=38 NO=150 MA=KM

LA

IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15

IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 IT29 IT30

IT31 IT32 IT33 IT34 IT35 IT36 IT37 IT38

KM SY FI=kK.cor

se

17 23 24 25 26 27 28 30/

MO NX=8 NK=1 TD=SY LX=FR

LK

PSIKOLOGIS

FR TD 7 3 TD 3 2 TD 5 3 TD 2 1

PD

Page 122: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

OU TV MI SS

SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA KONDISI KERJA TEMPORER

UJI ANALISA FAKTOR KONDISI KERJA TEMPORER

DA NI=38 NO=150 MA=KM

LA

IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15

IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 IT29 IT30

IT31 IT32 IT33 IT34 IT35 IT36 IT37 IT38

KM SY FI=kK.cor

se

29 31 33 34 35 36 37 38/

MO NX=8 NK=1 TD=SY LX=FR

LK

TEMPORER

FR TD 8 3 TD 7 5 TD 3 1

PD

OU TV MI SS

SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA DUKUNGAN INSTRUMENTAL

UJI ANALISA FAKTOR DUKUNGAN INSTRUMENTAL

DA NI=39 NO=150 MA=KM

LA

IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15

Page 123: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 IT29 IT30

IT31 IT32 IT33 IT34 IT35 IT36 IT37 IT38 IT39

KM SY FI=DS.cor

se

1 2 13 14 20 25 30/

MO NX=7 NK=1 TD=SY LX=FR

LK

INSTRUMENTAL

FR TD 2 1 TD 3 2 TD 5 1

PD

OU TV MI SS

SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA DUKUNGAN INFORMASIONAL

UJI ANALISA FAKTOR DUKUNGAN INFORMASIONAL

DA NI=39 NO=150 MA=KM

LA

IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15

IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 IT29 IT30

IT31 IT32 IT33 IT34 IT35 IT36 IT37 IT38 IT39

KM SY FI=DS.cor

se

3 21 26/

MO NX=3 NK=1 TD=SY LX=FR

LK

INFORMASIONAL

PD

OU TV MI SS

Page 124: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA DUKUNGAN PENGHARGAAN

UJI ANALISA FAKTOR DUKUNGAN PENGHARGAAN

DA NI=39 NO=150 MA=KM

LA

IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15

IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 IT29 IT30

IT31 IT32 IT33 IT34 IT35 IT36 IT37 IT38 IT39

KM SY FI=DS.cor

se

4 5 6 7 8 22 31 32 39/

MO NX=9 NK=1 TD=SY LX=FR

FR TD 9 8 TD 7 6 TD 5 1 TD 9 7 TD 6 3 TD 7 5 TD 3 2 TD 7 1

LK

PENGHARGAAN

PD

OU TV MI SS

Page 125: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA DUKUNGAN EMOSI

UJI ANALISA FAKTOR DUKUNGAN EMOSI

DA NI=39 NO=150 MA=KM

LA

IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15

IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 IT29 IT30

IT31 IT32 IT33 IT34 IT35 IT36 IT37 IT38 IT39

KM SY FI=DS.cor

se

9 10 16 17 18 19 23 24 27 28 33 34 35 36 38/

MO NX=15 NK=1 TD=SY LX=FR

LK

EMOSI

FR TD 8 7 TD 2 1 TD 11 6 TD 5 4 TD 8 2 TD 8 1 TD 13 7 TD 15 6 TD 5 1 TD 12 1

TD 12 7 TD 14 10

FR TD 15 8 TD 15 7 TD 15 4 TD 15 14 TD 11 8 TD 4 3 TD 7 2 TD 7 3 TD 4 2 TD

13 11 TD 13 4 TD 11 4

FR TD 8 3 TD 12 2 TD 10 8 TD 10 2 TD 10 9 TD 7 4 TD 7 1

PD

OU TV AD=OFF MI SS

Page 126: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA DUKUNGAN JARINGAN SOSIAL

UJI ANALISA FAKTOR DUKUNGAN JARIANGAN SOSIAL

DA NI=39 NO=150 MA=KM

LA

IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15

IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 IT29 IT30

IT31 IT32 IT33 IT34 IT35 IT36 IT37 IT38 IT39

KM SY FI=DS.cor

se

11 12 29 37/

MO NX=4 NK=1 TD=SY LX=FR

LK

JARINGAN SOSIAL

FR TD 4 2

PD

OU TV MI SS

Page 127: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

LAMPIRAN 4

PATH DIAGRAM

Model Fit Subjective Well-Being

Page 128: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Model Fit Kondisi Kerja Fisik

Page 129: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Modil Fit Kondisi Kerja Psikologis

Model Fit Kondisi Kerja Temporer

Page 130: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Model Fit Dukungan Instrumental

Model Fit Dukungan Informasional

Page 131: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Model Fit Dukungan Penghargaan

Model Fit Dukungan Emosi

Page 132: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Model Fit Dukungan Jaringan Sosial

Page 133: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

LAMPIRAN 5

OUTPUT SPSS 17 ANALISIS REGRESI BERGANDA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1579.344 7 225.621 2.799 .009a

Residual 11446.062 142 80.606

Total 13025.406 149

a. Predictors: (Constant), DS_Emosi, KK_Psikologis, KK_Fisik, DS_Informasional,

KK_Temporer, DS_Instrumental, DS_Penghargaan

b. Dependent Variable: SWB1

Model Summary

Mo

del

R R

Squar

e

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Chang

e

df1 df2 Sig. F

Change

1 .348a .121 .078 8.97809 .121 2.799 7 142 .009

a. Predictors: (Constant), DS_Emosi, KK_Psikologis, KK_Fisik, DS_Informasional, KK_Temporer,

DS_Instrumental, DS_Penghargaan

Page 134: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 35.774 10.289 3.477 .001

KK_Fisik .072 .098 .066 .739 .461

KK_Psikologis -.034 .095 -.032 -.361 .719

KK_Temporer .000 .110 .000 -.003 .998

DS_Instrumental .076 .113 .067 .676 .500

DS_Informasional -.217 .104 -.195 -2.093 .038

DS_Penghargaan .357 .120 .310 2.973 .003

DS_Emosi .031 .123 .029 .249 .804

a. Dependent Variable: SWB1

Model Summary

Mode

l R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .177a .031 .025 9.23383 .031 4.766 1 148 .031

2 .181b .033 .020 9.25688 .002 .264 1 147 .608

3 .189c .036 .016 9.27560 .003 .407 1 146 .524

4 .198d .039 .013 9.28967 .004 .558 1 145 .456

5 .216e .047 .013 9.28677 .007 1.091 1 144 .298

6 .348f .121 .084 8.94859 .074 12.090 1 143 .001

7 .348g .121 .078 8.97809 .000 .062 1 142 .804

a. Predictors: (Constant), KK_Fisik

b. Predictors: (Constant), KK_Fisik, KK_Psikis

c. Predictors: (Constant), KK_Fisik, KK_Psikis, KK_Temporer

d. Predictors: (Constant), KK_Fisik, KK_Psikis, KK_Temporer,

DS_Instrumental

e. Predictors: (Constant), KK_Fisik, KK_Psikis, KK_Temporer, DS_Instrumental,

DS_Informasional

Page 135: PENGARUH KONDISI KERJA DAN DUKUNGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38586...penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan

f. Predictors: (Constant), KK_Fisik, KK_Psikis, KK_Temporer, DS_Instrumental, DS_Informasional,

DS_Penghargaan

g. Predictors: (Constant), KK_Fisik, KK_Psikis, KK_Temporer, DS_Instrumental, DS_Informasional,

DS_Penghargaan, DS_Emosi