pengaruh kondisi fisik terhadap k3

36
Tugas Epidemiologi KLKK Pengaruh Kondisi Fisik Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja Oleh: Ria Nurpradiwi G 601 09 025

description

epidemiologi Kesehatan dan keselamatan kerja

Transcript of pengaruh kondisi fisik terhadap k3

Page 1: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

Tugas Epidemiologi KLKK

Pengaruh Kondisi Fisik

Terhadap Kesehatan dan

Keselamatan Kerja

Oleh:

Ria Nurpradiwi

G 601 09 025

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

Page 2: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai

“Pengaruh Kondisi Fisik Terhadap Kesehatan dan Kecelakaan Kerja” ini dengan

tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan penulisan Makalah mengenai “Pengaruh Kondisi

Fisik Terhadap Kesehatan dan Kecelakaan Kerja” ini baik keluarga, teman-teman

maupun dosen penanggung jawab mata kuliah Epidemiologi KLKK.

Akhir kata penulis berharap, makalah ini dapat memberikan manfaat berupa

tambahan pengetahuan bagi para pembacanya. Dan saran serta kritik yang

membangun sangat diharapakan guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini

kedepannya.

Palu, Januari 2013

Penyusun,

Page 3: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 1

B. Tujuan……………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Penyakit Menular............................................. ...............................................

3

B. Perulangan Gerak............................................................................................

4

C. Suhu Ekstrim.................................................................................................

6

D. Zat-zat Berbahaya............................................................................................

11

E. Serangan Fisik.................................................................................................

13

Page 4: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

F. Kebisingan......................................................................................................

14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………....

18

B. Saran……………………………………………………………..................

18

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan

dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan

aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin

Page 5: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang

bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah,

sehingga tidak mudah capek.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan

pekerja di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka

kecelakaan dan penyakit akibat kerja menunjukan kecenderungan

peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena

kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang

kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga

tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam

penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah

mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya

kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja,

keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah

diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang

diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan

dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis.

Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan

kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita

saksikan. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan

kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya

kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan

kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan

keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan

keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor mental, emosional dan psikologi.,

tetapi juga faktor kondisi fisik dari tenaga kerja.

B. Tujuan

Page 6: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan

memberi gambaran mengenai pengaruh kondisi fisik terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja.

BAB II

PEMBAHASAN

Kondisi fisik cenderung mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja

secara langsung, baik dalam jangka waktu singkat maupun jangka waktu yang

lama. Adapun beberapa kondisi fisik yang berpengaruh terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Penyakit menular

Page 7: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

2. Perulangan Gerak

3. Suhu Ekstrim

4. Zat-zat Berbahaya

5. Serangan Fisik

6. Kebisingan

A. Penyakit Menular

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab

yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya

terdiri dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara

proses penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat

berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat

Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan

keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor

manusia juga (WHO).

Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan

Kerja (PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO

(1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab

multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan

dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat,

mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.

Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang

biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli,

bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang

terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah

dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya

akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk

jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit

Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi

pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko

terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek

Page 8: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang

infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen,

debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi

B. Perulangan Gerak

Fibrasi (Getaran Mekanik)Terdapat pada beberapa peralatan yang

waktu digunakan menimbulkan getaran, dimana getaran tersebut berakibat

timbulnya resonansi pada alat-alat tubuh sehingga pengaruhnya bersifat

mekanis. Biasanya disalurkan melalui lantai, tempat duduk atau melalui alat

tangan yang digunakan. Misalnya pada saat mengendarai mobil, traktor dan

forklif.

Getaran adalah suatu factor fisik yang bekerja pada manusia dengan

penjalaran (Transmission) dari pada tenaga mekanik yang berasal dari sumber

goyangan (osilattor). Getaran kerja adalah getaran mekanis yang ada ditempat

kerja dan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Getaran dihasilkan oleh :

Mesin-mesin diesel, mesin produksi, Kendaraan-kendaraan, Tractor, truk,

bus, tank, Alat-alat kerja tangan ( hand tool ) dengan menggunakan mesin :

jack hammer ( pembuka jalan ), pneumatic hammer ( pabrik besi ), jack lec

drill ( pengebor batu gunung, karang dll )

a. Jenis-jenis getaran kerja

1. Getaran Umum  ( Whole body vibration )

Getaran ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh, dihantarkan

melalui bagian tubuh tenaga kerja yang menopang seluruh tubuh.

Misalnya : kaki saat berdiri, pantat pada saat duduk, punggung  saat

bersandar, lengan saat bersandar. Getaran ini mempunyai frekwensi 5

– 20 Hz.

2. Getaran Setempat   ( Hand arm vibration )

Getaran yang merambat melalui tangan atau lengan dari

operator atal yang bergetar. Getaran ini mempunyai frekwensi 20 –

500 Hz.

b. Pengaruh Getaran Terhadap Tenaga Kerja

1. Getaran Umum ( wbv )

Page 9: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

Sesuai dengan tingkatnya dapat dibagi menjadi 3 macam :

1) Mengganggu kenyamanan kerja

2) Mempercepat timbulnya kelelahan kerja

3) Menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja

Gangguan kesehatan yang ditimbulkan Wbv  yaitu :

1) Gangguan aliran darah

2) Gangguan syaraf pusat menyebabkan kelemahan degeneratif

syaraf.

3) Gangguan metabolisme/ pencernaan / pertukaran oxygen dalam

paru-paru

4) Gangguan pada otot atau persendian

Gejala yang timbul yaitu pusing, ngantuk, sakit perut, mual,

pegal-pegal, kaki kesemutan. Mesin-mesin yang menghasilkan Wbv

biasanya berkisar antara 1 – 20 Hz Efek terhadap gangguan kesehatan

berlangsung jangka panjang.

1) Pada stadium I

Terjadi gangguan perut : kembung, mual, kolik usus

     gangguan penglihatan : mata berkunang – kunang

            gangguan syaraf           : insomnia, gangguan keseimbangan

2) Pada stadium II

Terjadi gangguan         :  pada otot / sendi

C. Suhu Ekstrim

a Panas

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak

faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk

Page 10: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan

regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme

umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di

hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu

tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan

balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah

melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang

disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu

tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari

titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian

mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan

produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu

kembali pada titik tetap. Para pekerja harus dilatih untuk memperhatikan

respon tubuhnya. Bilamana terjadi gejala serangan hawa panas, mereka

harus segera menginformasikan kepada atasannya dan mengambil

tindakan–tindakan memadai secepatnya.

Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan

panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh

manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh

menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam

keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan

produk tambahan proses metabolisme yang utama.

Panas merupakan sumber penting dalam proses produksi maka

tidak menutup kemungkinan pekerja dapat terpapar langsung. Jika

pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama maka pekerja yang

terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu menurunnya

daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan

kesehatan sehingga berpengaruh terhadap produktivtas dan efisiensi

kerja. dan juga harus memperhatikan Nilai Ambang Batas (NAB) yang

mempengaruhi ketahanan tubuh.

Page 11: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

b Cuaca Kerja

Dalam Industri atau perusahaan keadaan yang menunjukkan suatu

suhu dan kelembaban lingkungan biasa disebut dengan iklim kerja. Iklim

kerja adalah faktor-faktor  termis dalam lingkungan kerja yang dapat

mempengaruhi kesehatan  manusia. Manusia mempertahankan suhu

tubuhnya antara 36 – 37º C dengan berbagai cara pertukaran panas baik

melalui konduksi, konveksi, dan radiasi, Walaupun banyak faktor yang

dapat menaikan suhu tubuh tapi mekanisme dalam tubuh,membuat suhu

tetap stabil.

Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,

kecepatan gerak dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor itu

dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh adalah

suhu panas atau dingin yang berlebihan.Suhu lingkungan dipengaruhi

oleh adanya angin, kelembaban, tekanan udara ruangan, dan suhu udara

luar ruangan. Apabila tubuh tidak dapat beradaptasi dengan suhu ekstrim,

maka akan timbul gangguan kesehatan.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh

adalah suhu panas atau dingin yang berlebihan.Suhu lingkungan

dipengaruhi oleh adanya angin, kelembaban, tekanan udara ruangan, dan

suhu udara luar ruangan. Apabila tubuh tidak dapat beradaptasi dengan

suhu ekstrim, maka akan timbul gangguan kesehatan. Berikut adalah

beberapa istilah penting yang berhubungan dengan iklim kerja :

Temperatur suhu kering, t (ºC). Temperatur yang dibaca oleh sensor

suhu kering dan terbuka, namun hasil pembacaan tidak terlalu tepat

karena adanya pengaruh radiasi panas kecuali sensornya mendapat

ventilasi baik.

Temperatur suhu basah, t (ºC) Temperatur yang dibaca oleh sensor

yang telah dibalut  dengan kain / kapas basah untuk menghilangakan

Page 12: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

pegaruh radiasi yang harus diperhatikan adalah aliran udara yang

melewati sensor minimal 5 m/s.

Kelembaban relative, Q (%). Merupakan perbandingan antara

tekanan parsial uap air yang da didalam udara dan tekanan jenuh uap

air  pada temperatur yang sama

c Suhu udara

Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba/rasakan tidak hanya

didapat dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan.

Makin tinggi panas lingkungan semakin besar pula pengaruhnya terhadap

suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak

pula pans tubuh akan hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas

antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan

panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama

pertukaran ini serasi dan seimbang, tidak akan menimbulkan gangguan,

baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja. Tekanan panas yang

berlebihan akan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan

diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan dapat

menyebabkan beban fisiologis misalnya kerja jantung menjadi

bertambah. Nilai ambang batas untuk cuaca (iklim) kerja adalah 21º-30ºC

suhu basah. Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 22º - 27ºC.

Yang dimaksud dengan tempertur efektif adalah suatu beban panas yang

dapat diterima oleh rtubuh dalam ruangan. Temperatur efektif akan

memberikan efek yang nyaman bagi orang yang berada diluar ruangan

Cuaca kerja yang diusahakan dapat mendorong produktifitas antara

lain dengan air conditioning di tempat kerja. Kesalahan-kesalahan sering

dibuat dengan membuat suhu terlalu rendah yang berakibat

keluhankeluhan dan kadang diikuti meningkatnya penyakit pernafasan.

Sebaiknya diperhatikan hal-halsebagaqi berikut:

a. Suhu distel pada 25º-26ºC.

Page 13: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

b. Penggunaan AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran tentang

keadaan pengaturan suhu di rumah.

c. Bila perbedaan suhu di dalam dan luar lebih 5ºC, perlu adanya suatu

kamar adaptasi.

Contoh: suhu panas dari kompor, preheating furnace, porcelain

furnace, pengecoran

logam, dan lain-lain.

d Kelembaban Udara

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara,

biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau

dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara

temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari

udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat

menerima atau melepaskan panas dari tubunya. Suatu keadaan dengan

temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan

menimbulkan pengurangan panas dari tubuhsecara besar-besaran karena

sistem peguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut 15

jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi

kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai

keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu disekitarnya.

e Lingkungan kerja dengan tekanan panas

Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar furnaces,

peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau bekerja di luar ruangan di

bawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Selama aktivitas

pada lingkungan panas tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan

reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan

dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh

dengan kehilangan panas dari dalam tubuh. produksi panas di dalam

Page 14: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, gangguan system

pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dan lain-lain. Selanjutnya

faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh

dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi,

panas radiasi dan panas penguapan.

Di samping itu pekerja di lingkungan panas juga dapat

beraklimatisasi untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat

strain). Pada proses aklimatisasi menyebabkan denyut jantung lebih

rendah dan laju pengeluaran keringat meningkat. Khusus untuk pekerja

yang baru di lingkungan panas diperlukan waktu aklimatisasi selama 1-2

minggu. Jadi, Aklimatisasi terhadap lingkungan panas sangat diperlukan

pada seseorang yang belum terbiasa dengan kondisi tersebut.

f Pengaruh Fisiologis akibat Tekanan Panas

Apabila pemaparan terhadap tekanan panas terus berlanjut, maka

resiko terjadi gangguan kesehatan juga akan meningkat. Menurut

Grantham (1992) dan Bernard (1996) reaksi fisiologis akibat pemaparan

panas yang berlebihan dapat dimulai dan gangguan fisiologis yang sangat

sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat serius.

Pemaparan terhadap tekanan panas juga menyebabkan penurunan berat

badan. Menurut hasil penelitian Priatna (1990) bahwa pekerja yang

bekerja selama 8 jam/hari berturut-turut selama 6 minggu, pada ruangan

dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) antara 32,02-33,01°C

menyebabkan kehilangan berat badan sebesar 4,23%.

Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu

lingkungan panas yang berlebihan dapat di jelaskan sebagai berikut

1. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya

kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.

Page 15: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang

berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak

cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan

tubuh G 1,5% gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal

dan mulut mulai kering.

3. Heat Rash. Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal

kulit akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja

perlu beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan

bedak penghilang keringat.

4. Heat Cramps. Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki)

akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam

natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena

minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.

5. Heat Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran

darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa

kepermukaan Wit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan

suhu tinggi.

6. Heat Exhaustion. Keadaan Mil terjadi apabila tubuh kehilangan

terlalu banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut

kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya

banyak dialami oleh pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap

suhu udara panas.

D. Zat-zat Berbahaya

Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat

dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu :

1. Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-

bahan kimia, diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan

peledak, pestisida, cat , deterjen, dan lain-lain.  Industri kimia dapat

diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan penggunaan proses-

proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-

Page 16: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi

suatu zat.

2. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan

kimia sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit,

kertas, pelapisan listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.

3. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan

pengembangan serta pendidikan.  Kegiatan laboratorium banyak

dipunyai oleh industri, lembaga penelitian dan pengembangan,

perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.

Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai

tiap harinya sehingga para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia

itu. Bahaya itu terkadang meningkat dalam kondisi tertentu mengingat sifat

bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan sebagainya. 

Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia

mengandung risiko bahaya, baik dalam proses, penyimpanan, transportasi,

distribusi, dan penggunaannya. Akan tetapi, betapapun besarnya bahaya

bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang benar akan dapat mengurangi

atau menghilangkan risiko bahaya yang diakibatkannya.

Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan

bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan

solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan

dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat

ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan

kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada

umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja

oleh karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane,

tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat

menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif

(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible

pada daerah yang terpapar.

Page 17: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

Efek dari bahan kimia beracun terhadap tubuh dapat terjadi dalam

jangka pendek (akut) ataupun jangka panjang (kronis). Efek yang akut

tampak seketika setelah anda keracunan bahan kimia. Efeknya ada yang

ringan, seperti gatal-gatal di hidung atau genggorokan atau berat seperti

kerusakan mata atau pingsan karena menghirup asap beracun. Gangguan

kesehatan dari efek yang kronis timbul bertahun-tahun kemudian. Efek ini

biasanya ditimbulkan oleh kontak dengan bahan berbahaya dalam waktu yang

lama. Efeknya biasanya permanen. Beberapa jenis bahan kimia menyebabkan

efek yang akut dan kronis sekaligus. Contohnya, menghirup udara pelarut

akan menyebabkan kantuk seketika. Jika seseorang menghirup uap pelarut

tersebut dalam waktu yang lama (beberapa tahun) dapat mengakibatkan

rusaknya hati.

E. Serangan Fisik

Pekerjaan apapun akan menimblkan reaksi psikologis bagi yang

melakukan pekerjaan itu. Reaksi ini dapat bersifat positif, misalnya senang,

bergairah dan merasa sejahtera, atau reaksi yang bersifat negatif, misalnya

bosan, acuh, tidak serius, dan sebagainya. Aspek lain dari psikologis kerja

sering menjadi masalah kesehatan kerja adalah stres. Stres terjadi hampir

pada semua pekerja baik tingkat pemimpin maupun pelaksana.

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya

belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa

30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia

gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini

tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas

yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja

yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non

kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam

melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut

masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat

teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan

Page 18: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan

tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan

kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama

tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat

gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang

berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan.

Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

F. Kebisingan

Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan

dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan

dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi

yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan,

meskipun orang-orang lain mungkin tidak terganggu oleh suara tersebut.

Sedangkan bunyi sendiri adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh

telinga atau kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat

melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat,

gas.

Kebanyakan suara merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara

murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi

yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitude atau kenyaringan bunyi dengan

pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi,

yaitu getaran udara atau medium lain, sampai kegendang telinga manusia.

Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari

20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam

kurva responya. Suara diatas 20 kHz disebut ultrasonic dan dibawah 20 Hz

disebut infrasonik.

Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di

kota-kota besar. Suara yang tidak diinginkan akan memberikan efek yang

kurang baik terhadap kesehatan. Faktor-faktor suara juga ikut mempengaruhi

dampak suatu kebisingan terhadap kesehatan. Bising adalah bunyi yang tidak

dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan.

Page 19: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

Dari WHO tahun 1988 sebagaimana yang disampaikan oleh Ditjen PPM &

PLP, Depkes RI (1995), menyatakan bahwa 8 – 12% penduduk dunia telah

menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk dan diperkirakan angka

tersebut terus akan meningkat, dan pada tahun 2001 diperkirakan 120 juta

penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran .

Lalu lintas jalan merupakan sumber utama kebisingan yang

mengganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Salah satu sumber bising

lalulintas jalan antara lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua,

tiga maupun roda empat, dengan sumber penyebab bising antara lain dari

bunyi klakson saat kendaraan ingin mendahului atau minta jalan dan saat

lampu lalulintas tidak berfungsi. Gesekan mekanis antara ban dengan badan

jalan pada saat pengereman mendadak dan kecepatan tinggi; suara knalpot

akibat penekanan pedal gas secara berlebihan atau knalpot imitasi; tabrakan

antara sesama kendaraan; pengecekan perapian di bengkel pemeliharaan; dan

frekuensi mobilitas kendaraan, baik dalam jumlah maupun kecepatan.

Pengaruh buruk kebisingan, didefinisikan sebagai suatu perubahan

morfologi dan fisiologi suatu organisma yang mengakibatkan penurunan

kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stress tambahan atau

peningkatan kerentanan suatu organisma terhadap pengaruh efek faktor

lingkungan yang merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara

maupun gangguan jangka panjang terhadap seseorang secara baik secara

fisik, psikologis atau sosial. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa

gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan

komunikasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan

mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku permukiman, ketidak nyamanan,

dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari.

Jenis-jenis kebisingan yang dapat ditemukan di tempat kerja adalah:

a Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-

mesin yang beroperasi terus menerus misalnya suara generator.

Page 20: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

b Kebisingan intermitten, yaitu jenis kebisingan yang ditimbulkan oleh

mesin-mesin yang tidak beroperasi secara terus menerus melainkan

terputus-putus, misalnya mesin gerenda.

c Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin atau

peralatan yang oleh karena penggunaannya terjadi hentakan-hentakan,

misalnya mesin pres dan mesin tumbuk.

Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan

masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan

dan tindakan demonstrasi. Sedangkan kebisingan dilingkungan kerja/ industri

dapat berdampak lain keluhan gangguan fisiologis, gangguan psikologis,

gangguan komunikasim gangguan keseimbangan, serta gangguan terhadap

pendengaran (ketulian). Lebih jelasnya lagi adalah :

a Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut

nadi, gangguan metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama

pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

b Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan dalam jangka

waktu lama akan menimbulkan penyakit psikosomatik seperti gastritis,

penyakit jantung koroner dan lain-lain.

c Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ni menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan

mungkin terjadi kesalahan terutama bagi pekerja baru yang belum

berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan

mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja tenaga

kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan

tentunnya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas

kerja.

d Gangguan keseimbangan

Page 21: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti

kepala pusing, mual, dan lain-lain.

e Gangguan terhadap pendengaran (ketulian)

Diantara sekian banyak ganguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan

terhadap pendengaran adalah ganguan yang paling serius karena dapat

menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat

bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus-

menerus ditempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang

secara menetap atau tuli.

1. Tuli sementara (Temporary treshold Shift = TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi,

maka akan menyebabkan penurunan daya pendengaran yang bersifat

sementara. Jika melakukan istirahat dengan waktu yang cukup maka

daya pendengarannya akan pulih kembali ke ambang dengar semula

dengan sempurna.

2. Tuli menetap ( Permanenet Treshold Shift = PTS)

Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS

dipebgaruhi oleh faktor-faktor berikut :

1) Tingginya level suara

2) Lama paparan

3) Spektrum suara

4) Temporal patern (bila kebisingan kontinyu maka kemungkinan

terjadi PTS akan lebih besar)

5) Kepekaan individu

6) Pengaruh obat-obatan

Beberapa obat dapat memperberat pengaruh ketulian apabila

diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine,

aspirin, streptomycin, kansmycin, dan beberapa obat lainnya.

7) Keadaan kesehatan

Page 22: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 23: pengaruh kondisi fisik terhadap k3

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku

pada faktor mental, emosional dan psikologi., tetapi juga faktor kondisi

fisik dari tenaga kerja.

2. Kondisi fisik cenderung mempengaruhi kesehatan dan keselamatan

pekerja secara langsung, baik dalam jangka waktu singkat maupun

jangka waktu yang lama. Adapun beberapa kondisi fisik yang

berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai

berikut: 1)Penyakit menular, 2)Perulangan Gerak, 3)Suhu Ekstrim,

4)Zat-zat Berbahaya, 5)Serangan Fisik, 6)Kebisingan.

B. Saran

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai dalam

mata kuliah Epidemiologi kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja dalam

hal ini yaitu pengaruh kondisi fisik terhadap kesehatan dan keselamatan kerja

sehingga mahasiswa dapat memberikan informasi dan health education

sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan bekerja sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

http://hadipurnama.wordpress.com/2010/01/22/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-

lingkungan-hidup/