Pengaruh Kesejahteraan Guru Terhadap Prestasi Kerja
-
Upload
harry-d-fauzi -
Category
Documents
-
view
13.658 -
download
0
Transcript of Pengaruh Kesejahteraan Guru Terhadap Prestasi Kerja
Harry D. Fauzi [email protected]
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara hakiki sejahtera tidak dapat diukur, sejahtera berarti terpenuhi
semua kebutuhan lahir maupun batin, sandang, pangan dan papan. Dahulunya
orang sudah dapat makan pagi dan malam dan rumah serta pakaian seadanya
sudah boleh dikatakan sejahtera. Lain hal dengan sekarang, ukuran sejahtera
sudah berubah polanya. Tidak hanya cukup sandang, pangan dan papan, akan
tetapi lebih dari itu.
Semua orang perlu kesejahteraan, demikian pula guru yang keseharian
bergumul dan bertungkuslumus terikat dengan waktu dan tempat. Sebutan
mulia yang sudah tersandang dipundak masing-masing sebagai pahlawan tanpa
tanda jasa. Mereka bekerja keras tanpa membedakan antara si kaya dan
simiskin, lelaki atau perempuan, anak pejabat atau tidak, yang jelas semua anak
dididik dan dibinanya agar menjadi anak yang cerdas, berkualitas dan
bertanggungjawab. Dengan tanggungjawab moral yang dipercayakan negara
kepada mereka sesuai dengan amanah Pembukaan Undang–undang Dasar 1945
bahwa guru bertanggungjawab untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tanpa mereka tentulah kita-kita yang ada didunia ini, tidak ada apa-
apanya, mereka telah memberikan sesuatu pusaka yang tidak lekang oleh
Harry D. Fauzi [email protected]
2
panas dan tidak lapuk oleh hujan, apa itu tidak lain adalah ilmu pengetahuan.
Pejabat, pegawai negeri maupun swasta, para pengusaha yang ada sekarang ini
tanpa keberadaan mereka dan tanpa tangan-tangan halus mereka dan
keramahtamahan serta keikhlasan mereka mendidik, mengajar dan melatih
tentu tidak akan seperti sekarang. Karena jasa dan pengabdian merekalah kita
berada dalam kondisi sekarang ini.
Apa yang sudah mereka berikan kepada kita, dari sesuatu yang serba
buta dan tidak tahu sama sekali, kemudian mereka didik, mereka ajar, mereka
latih, sehingga menjadi anak cerdas dan pintar. Dari mula tidak tahu hurup dan
angka, sampai bisa dan mampu membaca dan berhitung, dari mulai tidak
pandai mengelap lelehan ingus di pipi sampai mampu menjadi anak yang
mandiri, dari yang tidak mampu mencebok (membersihkan) berak di celana
kebetulan di sekolah, sampai kepada anak mandiri, semua itu tidak terlepas
dari peran guru di sekolah. Sungguh besar jasa-jasamu guru, tidal terbalas
rasanya apa sudah engkau berikan kepada kami, engkaulah orang tua kedua
kami, yang tanpa perjuangan dan cita-citamu tentulah kami tidak berdaya.
Kini guru menuntut kesejahteraan, sesuatu yang wajar dan adil, karena
apa? Kesejahteraan guru menjadi jantungnya pelayanan pendidikan, karena
dengan sistem insentif yang wajar dan berkeadilan dapat diharapkan suatu
komitmen guru untuk memberikan pelayan optimal dan terbaik bagi
masyarakat. Apa lagi guru-guru kita yang mengajar nun jauh di sana, di
pedesaan dengan lokasi terpencil. Karena sebahagian besar guru-guru
Harry D. Fauzi [email protected]
3
medngabdian diri di pedesaan, itulah sebabnya sebagian guru tidak lama
bertahan untuk bekerja di pedesaan karena tidak mendapatkan insentif yang
memadai, sehingga dengan rasa terpaksa mereka meninggalkan tugas
pengabdian yang disandangnya, walaupun dihati sanubarinya merupakan
pekerjaan salah, namun apa boleh buat, itu terpaksa dilakukan.
Tuntutan hidup pada kondisi kini menyebabkan para guru harus bekerja
keras untuk melakukan sesuatu yang bersifat halal, sesuatu yang harus
dilakukan untuk dapat mengatas kebutuhan hidup anak dan keluarganya.
Sehingga tidak aneh rasanya ada guru yang berprofesi ganda, pada pagi
menjelang siang hari berkumpul ditengah-tengah anak didiknya, bersenda
gurau dan bercengkerama bersama rekan guru. Tetapi bila waktu tugas wajib
berakhir, maka terlihat sang guru bercengkerama bersama para tukang ojek,
kuli bangunan, pedagang pasar, dan profesinya lainnya. Hal ini membuktikan
bahwa guru masih memerlukan biaya tambahan untuk dapat memenuhi
kebutuhan keluargnya.
Demikian pula kita melihat guru, sejak pagi hari sudah berangkat ke
sekolah, kemudian pada sore harinya bahkan menjelang larut malam baru
pulang ke rumah. Kemanakah mereka, jika ditelusuri dan diamati secara
seksama, banyak di antaranya sesudah melaksanakan jam wajib di sekolah di
mana mereka di tempatkan, maka sang guru bergegas menuju sekolah lain
dengan tugas yang sama, yakni menambah income keluarga, demikian
seterusnya sesuah menjelang magrib, sang guru bergegas pula berangkat ke
Harry D. Fauzi [email protected]
4
suatu tempat Bimbingan Belajar, juga tugas yang sama dan niat yang sama
untuk menambah pendapatan keluarga. Pada pagi hari berangkat dengan wajah
berseri pakai bersih dengan senyum tersungging meninggalkan anak dan
keluarga, serta menyandang sebuah tas tentengan yang berisi bahan ajar plus
nasi rantangan, bagi isterinya yang rajin memperhatikan kondisi kesehatan
suaminya. Nah pada waktu pulang dari bertugas terlihat dengan wajah kuyu
dan kondisi keletihan serta kondisi pakaian serba tidak menentu. Begitulah
kondisi guru kita, dan memang tidak semua sama, ada yang berada pada
kondisi ekonomi di atas rata-rata, persentasenya sangat minim, akan tetapi
kebanyakan di bawah rata-rata, ibarat gaji, pada tengah bulan atau sepertiga
bulan gaji yang diterima sudah ludes alias terkuras untuk keperluan sehari-hari,
dan bagaimana untuk tengah bulan atau sepertiga bulannya lagi, tentu tidak
lain harus bekerja keras dengan kegiatan lainnya, dengan nawaitu yang penting
halal.
Oleh sebab itu, sekali lagi kita prihatin dengan kesejahteraan guru, dan
wajar untuk ditingkatkan. Kiranya terketuk para pengambil keputusan untuk
memperhatikan kesejahteraan guru ini, berikanlah insentif yang layak, perlu
tunjangan khusus, sehingga mereka benar-benar meberikan perhatian penuh
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah masing-masing. Mereka
akan bekerja dengan baik, belajar dan mengajar dengan baik, dedikasi dan
loyalitas tinggi apabila gaji yang mereka terima wajar dan berkeadilan.
Harry D. Fauzi [email protected]
5
Semangat Otonomi Daerah memungkinkan untuk meningkatkan
kesejahteraan para guru, dan memang dirasakan upaya-upaya yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah bersama Dewan dan PGRI sudah direalisasikan
walaupun itu belum memadai. Namun, cita-cita dan perjuangan senantiasa
harus selalu digesa, dan ini perlu perjuangan, dan guru sudah melakukan
perjuangan itu dari hari ke hari, bagaimana memperjuangkan anak yang tidak
tabu dan lugu menjadi tahu dan berilmu.
Memang diakui, bahwa keterbatasan dana Pemerintah sehingga
keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan guru belum maksimal dilakukan.
Namun, setitik iktikad Pemerintah Daerah untuk berangsur-angsur
meningkatkan kesejahteraan guru perlu dihargai, dan perhatian Dewan dengan
mengusulkan kepada Pemerintah Daerah untuk meningkatkan anggaran
pendidikan untuk setiap tahun perlu disambut baik dan diperjuangkan setiap
tahun oleh kita semua. Guru menginginkan kesejahteraan yang mereka tuntut
tidaklah berlebihan, akan tetapi yang wajar, sehingga mereka mampu
memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarganya, menyekolahkan anak-
anaknya, dan apabila telah pensiun hidup tenang dan lebih mendekatkan diri
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bagi yang beragama Islam mungkin suatu
ketika sempat melakukan rukun Islam ke Lima (berhaji).
Peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran merupakan suatu
keharusan dan mutlak bagi seorang guru, guru yang baik adalah guru yang
mengerti dan memahami akan tugas dan kewajibannya. Diakui, bahwa guru
Harry D. Fauzi [email protected]
6
dulu tidak memikirkan kesejahteraan, bagi mereka yang penting cukup untuk
hidup perbulan sudah cukup, akan tetapi guru kini penuh dengan berbagai
macam tuntutan, dan tentunya disesuaikan dengan kondisi zamannya.
Perlu diingat tuntutan kesejahteraan harus diimbangi dengan upaya
peningkat kulitas belajar dan mengajar, berdosa rasanya kalau kita hanya
mampu meminta, akan tetapi kurang untuk berbuat yang lebih baik. Karena itu,
perbaikan dan kesejahteraan hidup perlu disertai dengan perbaikan mutu
pendidikan, dan sekaligus mutu profesionalisme guru.
Atas dasar uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ”Pengaruh Tingkat Kesejahteraan terhadap Kinerja Guru” di
SMP Negeri 2 Cugenang, Kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2004 – 2005.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan, maka perlu
dilakukan pembatasan dalam masalah yang telah dirumuskan. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Suyatna (2000:7) bahwa biasanya masalah
yang ditemukan dalam penelitian itu sangat luas dengan rangkaian yang
multikompleks. Agar penelitian tidak melantur, sebaiknya masalah itu dibatasi
dari segi keluasan maupun segi kedalamannya.
Adapun batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut.
a. Kesejahteraan guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok guru diukur dengan
Harry D. Fauzi [email protected]
7
penerimaan penghasilan guru baik dari sekolah maupun di luar
sekolah.
b. Kinerja guru yang dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi
bidang tugas perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pengelolaan
pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan analisis hasil pembel-
ajaran, serta tugas-tugas pembinaan siswa.
2. Rumusan Masalah
Semua jenis penelitian apa pun akan dimulai dengan cara merumuskan
masalahnya. Mengidentifikasikan masalah itu merupakan bagian yang paling
sulit dalam proses penelitian. Yang harus dirumuskan bukan sekedar ruang
lingkupnya saja, melainkan juga penjabaran masalahnya itu ke dalam bentuk
khusus yang spesifik (Suyatna, 2000:7).
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini disusun dalam bentuk
pertanyaan di bawah ini.
a. Bagaimanakah keadaan dan tingkat kesejahteraan guru-guru SMP
yang memiliki kegiatan sampingan di luar jam tugasnya?
b. Bagaimanakah kemampuan profesional guru-guru SMP yang
memiliki kegiatan sampingan di luar jam mengajarnya?
c. Adakah hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan
pengembangan kemampuan profesional pada guru-guru SMP yang
memiliki kegiatan sampingan di luar jam mengajarnya?
Harry D. Fauzi [email protected]
8
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, penelitian ini
memiliki tujuan-tujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.
1. Keadaan dan tingkat kesejahteraan guru-guru SMP yang memiliki
kegiatan sampingan di luar jam tugasnya?
2. Kemampuan profesional guru-guru SMP yang memiliki kegiatan
sampingan di luar jam mengajarnya?
3. Hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan pengembangan
kemampuan profesional pada guru-guru SMP yang memiliki
kegiatan sampingan di luar jam mengajarnya?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru
dan kepala sekolah dalam pengelolaan pembelajaran serta pengembangan
sekolah, khususnya dalam memberdayakan sumber daya manusia dengan
pemberian imbalan/insentif yang sesuai. Hasil penelitian ini pun diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi upaya berikut.
1. Meningkatkan pembinaan tenaga guru dengan meningkatkan penge-
tahuan serta pengembangan profesi guru.
2. Meningkatkan kinerja guru dengan meningkatkan kualitas pem-
binaan.
3. Sebagai masukan bagi kepentingan manajemen pendidikan khusus-
nya instansi yang mengelola pendidikan di tingkat kabupaten mau-
Harry D. Fauzi [email protected]
9
pun di tingkat kecamatan khususnya dalam meningkatkan kinerja
guru.
Di samping itu, mudah-mudahan hasil penelitian ini bisa memberikan
sumbangsih bagi khasanah pengembangan ilmu pendidikan, khususnya ilmu
administrasi pendidikan, yang selama ini banyak dilahirkan di negara barat,
tidak selamanya memiliki nilai relevansi yang tinggi untuk memecahkan
persoalan-persoalan administrasi pendidikan di Indonesia, hal ini diduga
karena administrasi pendidikan di samping sebagai ilmu pengetahuan juga
sebagai arts (kiat) di mana pengembangannya perlu memperhatikan aspek-
aspek yang terkait dengan perilaku manusia, khususnya manusia Indonesia.
Oleh sebab itu, pengembangan suatu ilmu akan lebih memiliki makna apabila
kita secara otonom mampu mengembangkannya secara mandiri.
E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
1. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar adalah segala kebenaran, teori, atau
pendapat yang dijadikan landasan dalam suatu penelitian. Segala kebenaran,
teori dan pendapat yang dijadikan pegangan itu tidak dipersoalkan lagi benar
salahnya. Pada prinsipnya segala sesuatu itu dapat diterima oleh semua pihak
tanpa harus diuji lagi kebenarannya (Suyatna, 2000:7).
Sejalan dengan pendapat Suyatna di atas. Surakhmad (1980:15)
mengemukakan bahwa asumsi, anggapan dasar, atau postulat adalah ”sebuah
Harry D. Fauzi [email protected]
10
titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti.” Adapun
yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut ini.
a. Kondisi dan tingkat kesejahteraan guru yang saat ini dianggap
sangat menyedihkan pada dasarnya menjadi penyebab kualitas
pendidikan di Indonesia tidak pernah berkembang dengan
selayaknya. Hal ini disebabkan guru-guru tidak memiliki
kesempatan yang cukup untuk mengembangkan dirinya, serta
tidak memiliki kesempatan untuk selalu mencari penambahan ilmu
pengetahuan guna menunjang kemampuan dan potensi dirinya.
b. Kinerja guru yang meliputi demikian banyak aspek dan tuntutan di
dalamnya sangat erat dipengaruhi oleh kondisi guru tersebut secara
ekonomis maupun secara sosial. Guru tidak akan pernah mencapai
tingkat kemampuan profesional yang selayaknya apabila tidak
ditunjang dengan kondisi ekonomi yang baik, tingkat
kesejahteraan yang baik, serta kehidupan sosial yang baik pula.
c. Pemenuhan aktualisasi diri pada diri seorang guru sebagai manusia
maupun sebagai sosok profesional mutlak diperlukan. Aktualisasi
diri ini hanya akan dapat dilaksanakan apabila guru tersebut
mampu mengembangkan komunikasi dirinya dengan berbagai
lingkungan di sekitarnya. Demikian pula halnya, proses
Harry D. Fauzi [email protected]
11
pengembangan komunikasi dengan lingkungan ini pun sangat erat
dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi guru tersebut sehingga
jika aspek ini tidak terpenuhi maka guru tersebut tidak akan pernah
dapat mengembangkan dirinya secara optimal.
d. Potensi kepribadian merupakan prasyarat mutlak yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan profesinya.
Potensi tersebut adalah; potensi kepribadian interpersonal dan
intrapersonal.
e. Kompetensi merupakan seperangkat kemampuan yang harus
dimiliki guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah
(kurikulum), tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kompetensi dimaksud meliputi
kompetensi keterampilan pengelolaan proses pembelajaran dan
penguasaan pengetahuan.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang diteliti dan
perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang bersangkutan. Surakhmad
(1980:39) mengemukakan bahwa hipotesis adalah perumusan jawaban
sementara terhadap suatu permasalahan yang dimaksudkan sebagai tuntunan
sementara dalam penelitian untuk mencari jawaban yang sebenarnya.
Berdasarkan kedua teori yang dikemukakan di atas, hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Harry D. Fauzi [email protected]
12
Ho : tidak terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan
kinerja guru pada guru-guru SMP Negeri 2 Cugenang,
Kabupaten Cianjur, tahun pelajaran 2004 – 2005.
H1 : terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan dengan
pengembangan kinerja guru pada guru-guru SMP Negeri 2
Cugenang, Kabupaten Cianjur, tahun pelajaran 2004 – 2005.
Harry D. Fauzi [email protected]
13
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kompetensi Guru
Kinerja guru pada dasarnya adalah kompetensi guru. Kompetensi itu
sendiri didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas, 2003a).
Selanjutnya Menurut Spencer dalam Yulaelawati (Puskur, 2003)
kompetensi adalah karakteristik mendasar yang merupakan hubungan
kausalitas antara referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang
terbaik dalam pekerjaan pada situasi tertentu.
Karakteristik mendasar pada pendapat di atas mengadung arti bahwa
kompetensi tersebut tertanam mendalam dan bertahan lama dalam penampilan
seseorang dan dapat digunakan untuk memprediksi tingkah laku seseorang
ketika berhadapan dalam berbagai situasi dan tugas. Hubungan kausal memiliki
makna bahwa suatu kompetensi dapat menyebabkan atau memprediksi
perubahan tingkah laku dan kinerja seseorang. Sedangkan referensi kriteria
menentukan dan memprediksi apakah seseorang dapat bekerja dengan baik
atau tidak dalam ukuran yang spesifik atau standar.
Spencer juga membahas lima tipe kompetensi sebagai berikut.
Harry D. Fauzi [email protected]
14
a. Motif yang merupakan sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berpikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
b. Kompetensi bawaan berupa karakterisasi fisik yang secara konsisten merespon berbagai situasi atau informasi.
c. Konsep diri dalam bentuk tingkah laku, nilai atau imaji seseorang.
d. Kompetensi pengetahuan berupa penguasaan seseorang atas ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri serta lingkungan sekitarnya.
e. Kompetensi keterampilan yakni kemampuan untuk melakukan tugas secara fisik atau mental.
(Yulaelawati, 2003)
Jika diamati, pengertian kompetensi dalam Kurikulum 2004 yang
sejalan dengan pendapat Spencer di atas terletak pada perwujudan pengetahu-
an, keterampilan, dan nlai dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Perwujudan
ini hanya dapat diketahui apabila tersedia seperangkat hasil belajar yang
terukur dan terstandarkan sebagai acuan pembelajaran yang bermakna dan
bertujuan untuk mencapai kompetensi standar tertentu. Dengan demikian,
kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya
yang dapat diukur dan diamati.
Garry Martin (2001) mengemukakan bahwa terdapat empat landasan
inti nilai-nilai profesi guru yang harus dikuasai dan dikembangkan oleh guru
sebagai kompetensi standar. Kompetensi standar dalam Kerangka Kerja guru
ini dilandasi oleh nilai-nilai di bawah ini.
1) Pembelajaran
Guru suka belajar dan memotivasi orang lain untuk belajar juga.
Harry D. Fauzi [email protected]
15
Guru mendukung sistem organisasi sekolah dan kelas yang
mendorong pengembangan belajar mandiri dan belajar seumur hidup.
2) Perhatian
Guru memperlakukan orang lain dengan perhatian yang baik dan
mengusahakan strategi belajar mengajar yang dijiwai oleh konsep
keterbukaan, kesederajadan, dan kebersamaan.
3) Keunggulan
Guru memiliki standar keunggulan yang tinggi dan berjuang untuk
mencapainya melalui tindakan mawas diri dan pertumbuhan
profesionalitas yang terus berlanjut.
4) Kesetaraan
Guru menghargai manfaat dari keberagaman komunitas sekolah dan
mendorong terciptanya tempat kerja yang bebas diskriminasi,
pemaksaan, dan ekploitasi.
Di samping itu, Garry Martin (2001) juga mengemukakan adanya
Landasan Inti Pengetahuan Profesonal Guru sebagaimana dikemukakan berikut
ini.
a. Guru memahami struktur dan fungsi Kerangka Kurikulum dan
implikasinya dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran.
b. Guru sepenuhnya memahami tujuan, sifat, dan kegunaan berbagai
strategi evaluasi dan bagaimana informasi yang diperoleh melalui
proses evaluasi dapat digunakan untuk meninjau dan memodifikasi
pembelajaran.
Harry D. Fauzi [email protected]
16
c. Guru memahami bahwa pembelajaran siswa dipengaruhi oleh
perkembangan pribadinya, pengalaman, kemampuan, minat, bahasa,
keluarga, budaya dan lingkungan pergaulan/masyarakat.
d. Guru benar-benar menguasai konsep-konsep kunci, struktur, dan proses
inkuiri yang utama sehubungan dengan bidang studinya.
e. Guru terbiasa dan benar-benar mengenal kerangka peraturan yang
mendasari sistem sekolah dan pekerjaan guru.
f. Guru sadar terhadap kebijakan pemerintah (baik pusat maupun daerah),
dan sekolah yang mendasari program pendidikan dan layanan
pendidikan.
B. Kinerja Guru
Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi
sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka
guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain
berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya.
Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru di dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya
mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi
kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan
mungkin ada system yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan
berpengaruh terhadap permasalahan tadi.
Harry D. Fauzi [email protected]
17
Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan kita, bagaimana
kinerja guru akan berdampak kepada pendidikan bermutu. Kita melihat sisi
lemah dari system pendidikan nasional kita, dengan gonta ganti kurikulum
pendidikan, maka secara langsung atau tidak akan berdampak kepada guru itu
sendiri. Sehingga perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi
guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan
tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan
minimal, dan tidak demikian halnya guru professional.
Selain itu, kinerja guru juga sangat ditentukan oleh output atau keluaran
dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), sebagai institusi
penghasil tenaga guru, LPTK juga memiliki tanggungjawab dalam
menciptakan guru berkualitas, dan tentunya suatu ketika berdampak kepada
pembentukan SDM berkualitas pula. Oleh sebab itu LPTK juga memiliki andil
besar di dalam mempersiapkan guru seperti yang disebutkan diatas,
berkualitas, berwawasan serta mampu membentuk SDM mandiri, cerdas,
bertanggungjawab dan berkepribadian.
Harapan ke depan, terbentuk sinergi baru dalam lingkungan
persekolahan, dan perlu menjadi perhatian adalah terjalinnnya kinerja yang
efektif dan efisien disetiap struktur yang ada dipersekolahan. Kinerja terbentuk
bilamana masing-masing struktur memiliki tanggungjawab dan memahami
akan tugas dan kewajiban masing-masing.
Harry D. Fauzi [email protected]
18
Era reformasi dan desentralisasi pendidikan menyebabkan orang bebas
melakukan kritik, titik lemah pendidikan akan menjadi bahan dan sasaran
empuk bagi para kritikus, adakalanya kritik yang diberikan dapat menjadi
sitawar sidingin di dalam memperbaiki kinerja guru. Akan tetapi tidak tertutup
kemungkinan pula akan dapat membuat merah telinga guru sebagai akibat dari
kritik yang diberikan, hal ini dapat memberikan dampak terhadap kinerja guru
yang bersangkutan.
Apapun kritik yang diberikan, apakah bernilai positif atau negative
kiranya akan menjadi masukan yang sangat berarti bagi kenerja guru. Guru
yang baik tidak akan pernah putus asa, dan menjadi kritikan sebagai pemicu
baginya di dalam melakukan perbaikan dan pembenahan diri di masa yang
akan datang. Kritik terhadap kinerja guru perlu dilakukan, tanpa itu bagaimana
guru mengetahui kinerja yang sudah dilakukannya selama ini, dengan demikian
akan menjadi bahan renungan bagi guru untuk perbaikan lebih lanjut.
Indikator suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya
manusianya, dan indicator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat
pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka
semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab
itu indicator tersebut sangat ditentukan oleh kinerja guru.
Bila kita amati di lapangan, bahwa guru sudah menunjukan kinerja
maksimal di dalam menjalan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar
dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih ada sebagian guru yang belum
Harry D. Fauzi [email protected]
19
menunjukkan kinerja baik, tentunya secara akan berpengaruh terhadap kinerja
guru secara makro.
Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan
amanah, profesi yang diembannya, rasa tanggungjawab moral dipundaknya.
Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam
menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di
luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggungjawabnya
mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah mempertimbangkan akan metodologi
yang akan digunakan, termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta
alat penilaian apa yang digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi.
Kinerja guru dari hari kehari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun
terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus dan terus belajar, tanpa
itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal akan
akselerasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada kondisi kini kita
dihadapkan pada era global, semua serba cepat, serba dinamis, dan serba
kompetitif.
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan
komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun
anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan nawaitu yang
bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada
dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut
Harry D. Fauzi [email protected]
20
sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik. Kinerja yang
dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya
kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini.
C. Peran, Tugas, dan Tanggung Jawab Guru
Dalam arti yang luas, pendidikan dapat mencakup seluruh proses hidup
dan segala interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal,
nonformal, maupun informal. Proses tersebut muncul dalam rangka mewujud-
kan individu tersebut sesuai dengan tahapan perkembangannya secara optimal
sehingga dicapai taraf kedewasaan tertentu. Pada konteks ini, seorang guru
yang ideal menurut Makmun (1996) memiliki tugas dan peran sebagai berikut.
1) Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan dan inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan.
2) Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik.
3) Transformator (penerjemah) sistem-sistem nilai melalui penjelmaan pribadinya dan perilakunya melalui proses interaksinya dengan peserta didik.
4) Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dipertanggungjawabkan baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik serta Tuhan yang Menciptakannya).
(Makmun, 1996:18)
Dalam arti yang terbatas, pendidikan merupakan salah satu proses
interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal dengan peng-
ajaran (instructional). Gagne dan Berliner dalam Makmun (1996:18)
Harry D. Fauzi [email protected]
21
menjelaskan bahwa dalam konteks ini guru memiliki peran, tugas, dan
tanggung jawab sebagai berikut.
1) Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (preteaching problems).
2) Pelaksana (organizer) yang harus menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana. Ia bertindak sebagai nara sumber (resource person), konsultan kepemimpinan (leader) yang bijaksana dalam arti demokratis dan humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).
3) Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan, dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement) atas tingkat keberhasilan belajar mengajar (PBM) tersebut berdasarkan kriteria yang ditetapkan baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
4) Pembimbing yang menekankan bahwa segala proses yang berlangsung itu memiliki tujuan (pusposive), yang berarti aspek intrinsik (niat, tekad, azam) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu yang penting untuk melahirkan perilaku tertentu meskipun tanpa adanya perangsang (stimulus) yang datang dari lingkungannya (naturalistic). Di sisi lain, pola-pola perilaku dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcement) dengan mengkondisikan stimulus (conditio-ning) dalam lingkungannya (environmentalistic).
(Makmun, 1996:18-19)
Berdasar kepada rumusan teori di atas, dapat dilihat bahwa tugas,
peranan, serta tanggung jawab guru demikian luas mencakup aspek
pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap perilaku siswa secara
menyeluruh. Apalagi jika dikaitan dengan tujuan pendidikan nasional
sebagaimana tersurat pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang mengisyaratkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
Harry D. Fauzi [email protected]
22
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Peranan, tugas, serta tanggung jawab ini
mustahil dapat dipikul tanpa adanya upaya peningkatan kemampuan guru itu
sendiri dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan zaman.
Pada uraian berikut ini akan dibahas mengenai profesionalitas guru
dalam dua konteks yang sesungguhnya merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisah-pisahkan, yakni konteks pendidikan secara umum serta konteks
globalisasi. Pada konteks pertama, akan dilihat bagaimana sesungguhnya
jabatan guru secara formal sebagai pendidik dengan berbagai tugas dan
peranan yang dipikulnya, sedangkan pada konteks yang kedua akan dilihat
bagaimana peran, tugas, serta tanggung jawab guru dalam menghadapi
perkembangan zaman serta berusaha meluluh ke dalamnya sebagai sebuah
dinamika pengembangan profesi serta bahan pembinaan dan pendidikan moral
siswa secara kontekstual.
1. Profesionalitas Guru dalam Konteks Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses dan usaha sadar yang
mengorganisasikan komponen-komponen yang ada di dalamnya sehingga hasil
dari kegiatan tersebut dapat mengubah masukan (input/raw input) yang berupa
peserta didik menjadi keluaran (output) yang berupa peserta didik yang
Harry D. Fauzi [email protected]
23
terdidik. Artinya, pada sebelum proses pendidikan berlangsung si peserta didik
itu belum mengetahui apa-apa menjadi tahu, dari tidak memiliki keterampilan
menjadi terampil, dan yang dulu tidak memiliki sikap yang terarah kepada
tujuan pendidikan menjadi memiliki sikap terarah kepada tujuan pendidikan
(Seno, 1984:14).
Kadar keterdidikan berdasarkan pendapat di atas sangat ditentukan oleh
kualitas dan intensitas proses pendidikan (kegiatan pembelajaran dan kegiatan
kependidikan lainnya) yang berlangsung dalam suatu sistem pendidikan di
sekolah. Keberhasilan untuk mencapai tingkat keterdidikan siswa tersebut
sangat bergantung kepada kemampuan guru, kemantapan profesi guru,
kemampuan guru dalam mengorganisasikan proses pendidikan secara
menyeluruh. Seno (1984:15) mengemukakan bahwa kemampuan-kemampuan
sebagai-mana yang diharapkan tersebut bukanlah suatu proses yang
berlangsung begitu saja, melainkan sebentuk upaya sadar berupa peningkatan
kapasitas diri di luar proses belajar mengajar. Secara skematik, Seno
memberikan gambaran tentang tugas profesional guru sebagai berikut.
Harry D. Fauzi [email protected]
24
Gambar 2.1
Tugas Profesional Guru
Berdasarkan matriks di atas dapat dilihat ada empat komponen yang
dapat mempengaruhi siap profesional guru, yakni status dan kedudukan,
kewajiban guru, hak guru, serta tugas dan fungsi guru.
a. Status dan Kedudukan Guru
Dilihat dari kedudukannya, seorang guru merupakan makhluk Tuhan,
makhluk sosial, dan makhluk individu. Sebagai makhluk Tuhan, seorang guru
harus beriman dan beramal. Kualitas keimanan dan amaliah guru ini harus
dilandasi oleh ilmu yang diimplemen-tasikan dalam tindakan sehari-hari. Iman
seorang guru adalah keimanan ilmiah, demikian pula amal guru adalah amal
ilmiah (Seno, 1984:15). Dengan demikian, iman seorang guru seharusnya
adalah ilmiah amaliah, amal guru adalah amaliah ilmiah, dan ilmu guru adalah
amaliah ilmiah.
Kewajiban
Tugas dan Fungsi
Profesi Guru yang Mantap
Status dan Kedudukan
Hak
Harry D. Fauzi [email protected]
25
Sebagai makhluk sosial, harus disadari bahwa guru memiliki status pula
sebagai: (1) warga negara; (2) pegawai negeri/swasta; (3) karyawan Dinas
Pendidikan; (4) anggota masyarakat luas; dan (5) guru.
Kelima status ini harus benar-benar disadari agar guru mampu
mempertahankan dan meningkatkan keberadaannya di tengah kehidupan
masyarakatnya.
Sebagai makhluk individu, guru harus mampu memperlihatkan dan
meningkat-kan kualitas dirinya dan keakuannya. Untuk itu, guru selayaknya
selalu memikirkan dan berupaya untuk meningkatkan ilmunya, meningkatkan
derajat dan pangkatnya, serta meningkatkan harta yang dimilikinya.
Jika penjelasan di atas dapat disusun dalam bentuk matriks, maka
bentuknya adalah sebagai berikut.
Gambar 2.2 Status dan Kedudukan Guru
GURU
Makhluk Tuhan: Iman amaliah ilmiah Amal amaliah ilmiah Ilmu amaliah ilmiah
Makhluk Sosial:Warga Negara Pegawai Negeri/Swasta Karyawan Dinas Pendidikan Anggota masyarakat luas Guru
Makhluk Individu: Ilmu Derajat/Pangkat Harta
Harry D. Fauzi [email protected]
26
b. Kewajiban Guru
Makmun (1996:108) mengemukakan definisi tentang guru yang di
dalamnya berkaitan sangat erat dengan kewajiban seorang guru seperti berikut
ini.
”Guru adalah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (dalam hal mengajar dan mendidik) sehingga memungkinkan bagi terjadinya proses pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber daya (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching learning strategies) yang tepat (appropriate)” (Makmun, 1996:108).
Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang guru menurut
Kurikulum 2004 adalah melakukan transformasi dan inter-nalisasi keilmuan
dan kepribadian sehingga timbul perubahan yang mengarah kepada
terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas,
2003a:6). Perubahan-perubahan tersebut dilakukan melalui pemberitahuan
berbuat dan merencana sikap (Seno, 1984:16).
Secara spesifik, proses transformasi dan internalisasi keilmuan tersebut
merupakan kegiatan sadar dalam membentuk perilaku manusia lain dan dirinya
sendiri dengan dua strategi utama, yakni memberi tahu dan memberi
kesempatan merencanakan sesuatu kepada siswa. Kedua strategi ini memiliki
tujuan, yakni para siswa atau peserta didik menjadi tahu apa yang seharusnya
diketahuinya, mengerti akan apa yang telah diketahuinya, dan menyadari akan
Harry D. Fauzi [email protected]
27
pentingnya sesuatu tersebut bagi dirinya serta lingkungan sekitarnya. Tujuan
tersebut pada akhirnya akan mengarah pada perubahan dan pembentukan
peserta didik secara konstruktif dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang tercermin dalam
tindakan dan perilaku berpikirnya sehari-hari.
Proses transformasi dan internalisasi tersebut dapat dilukiskan dalam
bentuk matriks sebagai berikut ini.
Gambar 2.3
Kewajiban Guru
c. Hak Guru
Di samping kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan guru sebagai
manusia, guru memiliki hak-hak tertentu yang secara formal tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 8/1974. Hak-hak ini harus diketahui, dipahami,
dan disadari untuk digunakan bagi peningkatan kesejahteraan, kedudukan, serta
kepuasan batinnya.
Memberi tahu Memberi kesempatan merencana
Tahu Mengerti Sadar
Perubahan dan Pembentukan:
Pengetahuan Keterampilan Sikap
Harry D. Fauzi [email protected]
28
Dengan terpenuhinya hak-hak guru, dimungkinkan kinerja guru akan
lebih terpenuhi secara maksimal dan peningkatan serta pengembangan profesi
guru pun akan dapat berjalan sesuai dengan konteksnya. Hak-hak guru yang
dimaksudkan meliputi hak-hak profesional serta hak penghasilan dan
kesejahteraan sebagai berikut.
1) Hak profesional: a) memiliki kebebasan akademis baik di dalam maupun di
luar kelas yang berkaitan dengan ilmu yang dikuasainya, metode dan teknik pendidikan;
b) kebebasan untuk memberikan penilaian, penghargaan, dan sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan;
c) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;
d) memperoleh dan memanfaatkan fasilitas pembelajaran; e) kebebasan untuk berserikat dalam bidang profesi guru; dan
meningkatkan kemampuan profesional guru. 2) Hak penghasilan dan kesejahteraan:
a) memperoleh penghasilan yang layak; b) mendapat cuti; c) mendapat perawatan kesehatan; d) mendapat jaminan pensiun dan tunjangan hari tua; e) mendapat tunjangan jaminan sosial; f) memperoleh tunjangan kemahalan biaya hidup; dan g) memperoleh asuransi kesehatan, asuransi jiwa dan asuransi
kecelakaan bagi guru. (Rancangan Kebijakan RUU tentang Guru)
Atas dasar kutipan serta uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
terpenuhinya hak-hak guru akan dapat meningkatkan kinerja guru sesuai
dengan tuntutan profesinya. Hak-hak guru tersebut pada dasarnya meliputi (1)
perlakuan yang adil, (2) memperoleh penghargaan tepat pada waktunya, serta
(3) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan profesinya.
Harry D. Fauzi [email protected]
29
d. Tugas dan Fungsi Guru
Tugas utama guru adalah mendidik, dalam arti mengajar untuk mem-
berikan pengetahuan dan meningkatkan kecerdasan, melatih siswa dalam arti
membekali keterampilan, serta mendidik dalam arti memasyarakatkan sikap
takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berudi pekerti luhur, mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
Tugas tersebut dijabarkan menjadi fungsi-fungsi yang berbentuk
kegiatan berikut ini.
1) Fungsi pokok, melaksanakan tatap muka dengan siswa dengan segala
implikasinya sehingga guru berwibawa mengantarkan siswa mencapai
tujuan pembelajaran dan pendidikan sebagai-mana ditetapkan dalam
tujuan pendidikan nasional.
2) Fungsi profesi, dalam arti usaha-usaha mengaitkan profesinya sebagai
guru dalam bentuk meningkatkan kemampuan baik secara formal
maupun nonformal serta melakukan pengembangan profesi (seperti
menulis buku, melakukan penelitian ilmiah, menemukan metode
pembelajaran, mengikuti penataran atau pelatihan guru, dan
sejenisnya).
3) Selain tugas-tugas pokok dan tugas profesi, kepada guru juga dibeban-
kan tugas-tugas tambahan yang bersifat pembinaan dan pengembangan
kemampuan administratif untuk membantu pengelolaan sekolah.
Tugas-tugas tambahan ini meliputi tugas tambahan menjadi wakil
Harry D. Fauzi [email protected]
30
kepala sekolah, pembantu kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan,
sarana dan prasarana, serta hubungan masyarakat, tugas menjadi wali
kelas, tugas tambahan melatih dan membina kegiatan ekstrakurikuler.
4) Fungsi pembimbing dan pembina dalam hal membina aktivitas siswa,
bimbingan dan konseling, serta pengembangan moralitas dan etika
siswa.
5) Fungsi kemanusiaan dan kemasyarakatan, yakni segala aktivitas guru di
tengah-tengah masyarakat dalam rangka mengamalkan ilmunya guna
meningkatkan nilai-nilai keimanan secara kontekstual.
Atas dasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan tugas
guru meliputi fungsi pokok, fungsi profesi, fungsi tambahan, fungsi
pembimbing, serta fungsi kemanusiaan dan kemasyarakatan yang seluruhnya
harus bersatu dalam diri guru sebagai suatu bentuk kompetensi.
2. Peran Guru dalam Konteks Globalisasi
Guru merupakan orang terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan,
khususnya pendidikan di sekolah. Guru adalah orang yang secara langsung
bertanggung jawab untuk mewujudkan kurikulum yang direncanakan menjadi
kegiatan nyata di sekolah. Meskipun sulit untuk ditentukan, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa kualitas manusia baik sebagai kekuatan maupun tujuan
pembangunan banyak ditentukan dan bergantung kepada kualitas proses
pendidikan pada umumnya dan kegiatan belajar mengajar di sekolah pada
khususnya.
Harry D. Fauzi [email protected]
31
Sejak Indonesia merdeka tahun 1945 hingga awal abad kedua puluh
satu ini, berpuluh juta bahkan ratusan juta anak bangsa dipercayakan kepada
guru untuk dididik menjadi manusia Indonesia seutuhnya disertai harapan
bahwa kelak mereka menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh untuk
mewarisi pembangunan bangsa ini. Tugas dan tanggung jawab guru bukan saja
membantu siswa untuk mampu mengembangkan daya nalar dan menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga mengembangkan pribadi-
pribadi yang religius, berbudi pekerti luhur, mandiri dan memiliki tanggung
jawab sosial. Keberhasilan pengembangan karakteristik manusia Indonesia
seutuhnya pada diri siswa memang tidak semata-mata berada di tangan guru.
Namun, peran dan fungsi guru dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan
Nasional sebagai suatu kesatuan yang utuh juga tidak dapat diabaikan (Furqon,
1998:34).
Seiring dengan melajunya perkembangan teknologi (khususnya
teknologi informasi dan komunikasi) dewasa ini, pendidikan kini dihadapkan
kepada era keterbukaan dan globalisasi. Masyarakat, termasuk para siswa di
mana pun berada, akan dapat dengan mudah mengakses berbagai perkembang-
an kehidupan sosial, budaya, dan politik melalu berbagai media komunikasi.
Siaran-siaran televisi yang sudah dianggap sebagai bagian dari kebutuhan
masyarakat dewasa ini telah menyuguhkan berbagai informasi dan hiburan
yang hampir tiada batas. Demikian pula halnya dengan jaringan internet dan e-
mail (yang pada saat ini dapat dengan mudah diakses oleh para siswa, terutama
siswa-siswa yang berada di kota-kota besar) telah memberikan peluang
Harry D. Fauzi [email protected]
32
demikian besar untuk membentuk dan mengembangkan budaya baru melalui
akses-akses global dari berbagai belahan dunia. Sudah barang tentu hal ini akan
berdampak kepada perkembangan sikap, pribadi, serta moralitas mereka jika
tidak disertai dengan upaya-upaya penetrasi serta tindakan-tindakan preventif
yang sistematis dan intens.
Berbagai pihak menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa indikator
keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber
daya manusianya, dan indikator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat
pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka
semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya.
Keberadaan indikator-indikator tersebut sangat ditentukan oleh peran serta
kinerja guru.
Ukuran kinerja guru ini dapat ditentukan melalui tanggung jawabnya
menjalankan amanah, profesi yang diembannya, serta rasa tanggung jawab
moral yang ada di pundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan
loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas
kependidikannya di luar kelas. Di samping itu, penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dimiliki oleh guru pada saat ini menjadi ukuran penting di
samping kemampuan utamanya dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas.
Dengan demikian, pada konteks sekarang ini, peran dan fungsi guru kian
berkembang sebagaimana dikemukakan oleh Isjoni (Dekan FKIP Universitas
Riau) sebagai berikut ini.
Harry D. Fauzi [email protected]
33
a. Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran, LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang dilakukan, dan sudah terprogram secara baik;
b. Communicator, artinya guru harus mampu menjadi komunikator yang baik dalam mensosialisasikan program-programnya kepada rekan sekerjanya, masyarakat orang tua siswa, para siswa, serta lembaga-lembaga terkait dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
c. Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan pembaharuan dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, sistem dan alat evaluasi, serta nurturant effect lainnya. Secara individu maupun bersama-sama mampu untuk mengubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan mengubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal;
d. Motivator, artinya guru memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya;
e. Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehinga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif;
f. Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. Guru harus haus akan menimba pengetahuan dan keterampilan, serta peka terhadap perkembangan IPTEK, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan komputer, internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
(Isjoni. http://www.pendidikan.us/guru _masa_depan.html)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru yang ideal
adalah guru yang mampu bertindak sebagai fasilitator; komunikator,
pelindung; pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin, loyal,
Harry D. Fauzi [email protected]
34
bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan
sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk
mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa
dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan
sosial untuk belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap
berciri khas "the habits for highly effective people" dan "quantum teaching"
serta pendekatan humanis terhadap siswa. Guru menguasai komputer, bahasa,
dan psikologi mengajar untuk diterapkan di kelas secara proporsional.
Diberlakukan skema rewards dan penegakan disiplin yang humanis terhadap
guru dan karyawan.
Guru juga harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan ke-
mampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai
kemajuan zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa
memiliki sikap kemandirian, perilaku adaptif, koperatif, kompetitif dalam
menghadapi tantangan, tuntutan kehidupan sehari-hari. Secara efektif
menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerja
sama. Selain itu guru masa depan juga dapat menumbuhkembangkan sikap,
disiplin, bertanggung jawab, memiliki etika moral, dan memiliki sikap
kepedulian yang tinggi, dan memupuk kemampuan belajar mandiri anak didik,
memberikan penghargaan ataupun apresiasi terhadap siswa agar mereka
bangga akan sekolahnya dan terdidik juga untuk mau menghargai orang lain
baik pendapat maupun prestasinya. Kerendahan hati juga perlu dipupuk agar
tidak terlalu overmotivated sehingga menjadi congkak. Diberikan pelatihan
Harry D. Fauzi [email protected]
35
berpikir kritis dan strategi belajar dengan manajemen waktu yang sesuai serta
pelatihan cara mengendalikan emosi agar IQ, EQ dan kedewasaan sosial siswa
berimbang.
Selain itu, guru juga harus memiliki keterampilan dasar pembel-ajaran,
kualifikasi keilmuannya juga optimal, Penampilan di dalam kelas maupun luar
kelas tidak diragukan. Di sisi lain, guru harus pula memiliki kebanggaan
dengan profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik
profesinya.
Kinerja guru dari hari ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun
terus ditingkatkan. Guru harus punya komitmen untuk terus dan terus belajar.
Tanpa itu, maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap
tertinggal oleh akselerasi zaman yang semakin melaju dan hampir tidak
menentu. Apalagi pada kondisi kini manusia dihadapkan kepada era global,
semua serba cepat, serba dinamis, dan serba kompetitif.
D. Tingkat Kesejahteraan Guru
Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil
pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh
sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui
kegiatan belajar-mengajar. Namun demikian, posisi strategis guru untuk
meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan
profesional mengajar dan tingkat kesejahteraannya.
Ukuran kesejahteraan memang relatif dan sulit diukur hanya dengan
kecukupan materi belaka. Oleh sebab itu, Isjoni (2000) mengemukakan bahwa
Harry D. Fauzi [email protected]
36
tingkat kesejahteraan seorang guru dapat dilihat melalui indikator-indikator
sebagai berikut.
1) Penghasilan setiap bulan mampu mencukupi kebutuhan pokok
keluarga sehari-hari secara tetap dan berkualitas.
2) Kebutuhan pendidikan keluarga dapat terpenuhi secara baik dan
optimal.
3) Memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan berke-
lanjutan serta mengembangkan diri secara profesional.
4) Memiliki kemampuan untuk mengembangkan komunikasi ke
berbagai arah sesuai dengan kapasitasnya, baik dengan memanfaat-
kan teknologi maupun secara konvensional.
Penghasilan yang dimaksudkan bukan hanya penghasilan yang diperoleh
dari gaji guru (baik sebagai pegawai negeri ataupun sebagai guru
honorer/yayasan), melainkan juga penghasilan lain yang diperoleh dari sumber
lain. Pada konteks ini tidak tertutup kemungkinan seorang guru memiliki
pekerjaan tambahan lain di luar tugasnya sebagai guru di sebuah sekolah.
Bahkan, pada sejumlah kasus penghasilan seorang guru sebagai tukang ojek
lebih besar daripada gaji golongan III/C. Penghasilan tambahan serupa ini
sudah barang tentu akan menumbuhkan tingkat kesejahteraan keluarga
sehingga keluarga guru tersebut akan mampu meningkatkan taraf hidupnya,
memberikan pendidikan kepada anak-anaknya secara lebih baik, serta memiliki
kesempatan untuk mengembangkan dirinya sendiri bagi kepentingan karirnya.
Harry D. Fauzi [email protected]
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Tujuan pokok penelitian ini adalah ingin mengungkapkan hubungan
antara tingkat kesejahteraan guru dengan konsistensi kemampuan
profesionalnya. Untuk mencapai tujuan tersebut di samping melihat karakter
permasalahan yang diteliti, maka penulis menggunakan metode deskripsi-
analisis yaitu suatu metode penelitian mengenai status kelompok, manusia,
suatu obyek, satu set kondisi sistem pemikiran pada saat sekarang atau yang
sedang terjadi, tujuannya yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran, sistimatis
dan faktual.
Metode deskritif adalah suatu metode suatu metode penelitian atas
kelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran, ataupun peristiwa
sekarang. Penelitian deskritif memberikan deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan
fenomena yang diteliti (Arikunto, 1988:23).
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
Harry D. Fauzi [email protected]
38
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu
dengan variabel yang lainnya (Sugiono, 2003:11).
Lebih lanjut, Amir Suyatna (2000:14) mengemukakan bahwa penelitian
deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata serta tidak
saling berhubungan, tidak menguji hipotesis, tidak membuat ramalan, atau
tidak mendapatkan makna implikasi. Penelitian deskriptif ini bertujuan
a. mencari informasi faktual yang mendetail yang memerlukan gejala
yang ada;
b. mengidentifikasikan masalah-masalah atau untuk mendapatkan
justifikasi (penguatan) keadaan dan praktek-praktek yang sedang
berlangsung; dan
c. membuat komparasi dan evaluasi.
Untuk memperoleh data, penulis mempergunakan teknik survey, studi
dokumentasi dan angket dengan dukungan wawancara, walaupun yang menjadi
instrumen utama dan menjadi data yang diolah adalah angket.
Pada tahap analisis penulis mengunakan pendekatan kuantitatif dengan
berbagai perhitungan seperti tendensi sentral (mean, median, modus) dan
berbagai perhitungan yang lebih menjelaskan pokok persoalan.
Masalah kesejahteraan dan kemampuan profesionall guru adalah suatu
fenomena sosial yang perlu dipahami, oleh sebab itu dalam analisis ini juga
didukung oleh analisis kualitatif, agar lebih jelas, bermakna, dan mendalam,
sebagaimana dikemukakan oleh Mochamad Natsir yang menjelaskan bahwa:
Harry D. Fauzi [email protected]
39
“Pendekatan kombinasi kuantitatif dan kualitatif dalam analisis dapat
memperkaya data dan lebih memahami fenomena-fenomena sosial yang diteliti
sehingga dengan informasi kualitatif tersebut, gambaran tentang fenomena
sosial yang disajikan dalam tabel lebih semakin jelas, bermakna dan semakin
hidup”.
Metode dan teknik analisis data tersebut nampaknya cocok dengan
tujuan penelitian dan masalah yang akan dikaji karena membahas masalah
kondisi tertentu yang dalam hal ini adalah tingkat kesejahteraan guru dalam
hubungannya dengan kemampuan profesional guru, yang pada tataran empiris
diperlukan penangkapan fenomena-fenomena yang bersifat kontekstual.
Fenomena-fenomena tersebut merupakan informasi tambahan dan akan
memperkuat data yang diperoleh oleh instrumen pokok berbentuk angket.
2. Teknik Penelitian
Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai
berikut.
a. Wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi
tentang ukuran sejahtera yang dialami guru-guru serta masalah yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas mereka sehari-hari di sekolah..
b. Angket yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara
menyediakan sejumlah pertanyaan dengan opsi pilihan jawaban yang
telah disediakan. Pemilihan teknik angket tertutup ini untuk
Harry D. Fauzi [email protected]
40
menghindari pembiasan informasi sehingga pembahasan hasil
penelitian tidak meluas.
c. Studi Literatur yang dilakukan untuk menggali pemahaman teoritis
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi guru serta tugas-
tugas profesional guru.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Yang menjadi tempat/lokasi penelitian dalam penulisan ini adalah SMP
Negeri 2 Cugenang, Kabupaten Cianjur. Alasan penelitian di tempat ini, di
samping alasan geografis yang akan memudahkan transportasi dan komunikasi,
juga merupakan tempat dinas penulis. Di samping itu, pemilihan tempat
penelitian ini secara empiris menarik karena aktivitas yang terkait dengan topik
dan variabel permasalahan perlu dikaji melalui upaya penelitian.
Sedangkan waktu pelaksanaan disesuaikan dengan tahapan-tahapan
kegiatan penelitian dan kesepakatan dengan pihak-pihak yang lain yang dapat
disebutkan sebagai berikut.
Tabel 3.1: Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Waktu Kegiatan Jenis Kegiatan
1 Juli 2004 Penyusunan Perencanaan Penelitian
2 Agustus 2004 Penyusunan Instrumen Penelitian
3 Agustus 2004 Pelaksanaan Penelitian
4 September 2004 Analisis Data Hasil Penelitian
5 Oktober – November 2004
Penyusunan Laporan Penelitian
Harry D. Fauzi [email protected]
41
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah guru-guru mata pelajaran dan guru
bimbingan konseling SMP Negeri 2 Cugenang, Kabupaten Cianjur yang
seluruhnya berjumlah 28 orang. Mengingat jumlah populasi di bawah 50 orang,
maka seluruh populasi ini dijadikan sampel penelitian (sampel populasi)
D. Instrumen Penelitian
1. Bentuk Instrumen
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa tujuan pokok penelitian ini
adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan antara tingkat
kesejahteraan dan pengembangan kemampuan profesional guru. Oleh karena
itu, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun dalam bentuk
angket yang menggunakan skala Likert.
Untuk memperoleh data tentang tingkat kesejahteraan guru, responden
dihadapkan kepada sejumlah pertanyaan positif atau negatif pada kuesioner.
Setiap pertanyaan merupakan penjabaran dan satu indikator variabel yang
mendapatkan skor penelitian. Setiap pertanyaan diikuti oleh lima alternatif
jawaban, yaitu Sangat Realistis (SR), Realistis (R), Cukup Realistis (CR),
Kurang Realistis (KR) dan Tidak Realistis (TR). Dan skor yang diperoleh
adalah sebagai berikut
a. Untuk jawaban Sangat Realistis (SR) diberi skor 5
b. Untuk jawaban Realistis (R) diberi skor 4
c. Untuk jawaban Cukup Realistis (CR) diberi skor 3
Harry D. Fauzi [email protected]
42
d. Untuk jawaban Kurang Realistis (KR) diberi skor 2
e. Untuk jawaban Tidak Realistis (TR) diberi skor 1
Sedangkan untuk memperoleh data tentang pengembangan kemampuan
profesional guru, responden dihadapkan juga kepada sejumlah pertanyaan
positif atau negatif, setiap pertanyaan merupakan penjabaran dan satu indikator
variabel yang mendapatkan skor penelitian. Setiap pertanyaan diikuti oleh lima
alternatif jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang (KK), Jarang
(JR) dan Tidak Pernah (TP). Adapun skor yang diperoleh responden adalah
sebagai berikut.
a. Untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5
b. Untuk jawaban Sering (S) diberi skor 4
c. Untuk jawaban Kadang-kadang(KK) diberi skor 3
d. Untuk jawaban Jarang (J) diberi skor 2
e. Untuk jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1
2. Prosedur Pengembangan Instrumen
Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengembangan instrumen
penelitian secara garis besarnya adalah sebagai berikut.
a. Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga
masing-masing variabel memiliki batasan yang jelas mengenai aspek
dan sub aspek yang akan diukur serta indikatornya masing-masing.
b. Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan dalam
penulisan butir-butir pertanyaan.
Harry D. Fauzi [email protected]
43
c. Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabaran konsep
instrumen penelitian yang telah ditetapkan.
3. Pengembangan Instrumen Penelitian
Secara global, instrumen penelitian disusun dalam bentuk angket
tertutup dengan kisi-kisi instrumen sebagai berikut.
Variabel Aspek yang Diamati Indikator
a. Penghasilan setiap bulan cukup
1) Menekuni pekerjaan sampingan selama tidak mengganggu tugas pokok.
2) Memperoleh penghasilan lebih besar daripada gaji sebagai pegawai negeri sipil.
3) Mengharapkan penghasilan yang lebih besar dan tetap setiap bulan.
4) Seluruh anggota keluarga terpenuhi kebutuhan pokoknya.
5) Pendidikan anak-anak dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.
6) Memiliki rumah sendiri dalam bentuk dan ukuran relatif ideal.
7) Memiliki sarana/fasilitas hiburan sendiri yang relatif memadai.
8) Memiliki fasilitas komunikasi (telepon, hp) yang relatif memadai.
9) Memiliki fasilitas transportasi yang relatif memadai.
10) Memiliki sarana jaringan komu-nikasi dengan memanfaatkan tek-nologi informasi dan komunikasi (e-mail, website, atau yang lainnya).
Tingkat Kesejahteraan Guru
b. Pendidikan ber-kelanjutan dan selalu mengem-bangkan diri
11) Pendidikan minimal Anda adalah S1.
12) Berkeinginan melanjutkan pen-didikan ke jenjang yang lebih tinggi (S2 dan atau S3)
13) Selalu mengikuti perkembangan
Harry D. Fauzi [email protected]
44
Variabel Aspek yang Diamati Indikator
ilmu pengetahuan melalui ber-bagai cara.
14) Rajin mengikuti seminar dan sejenisnya dengan biaya sendiri.
15) Memiliki perpustakaan sendiri di rumah.
16) Selalu melengkapi perpustakaan rumah dengan buku-buku bermu-tu setiap bulan.
17) Selalu tergoda untuk melakukan penelitian.
18) Menulis dan membuat karangan ilmiah dan diterbitkan melalui penerbit atau media massa.
c. Mengembangkan komunikasi ke berbagai arah
19) Memiliki relasi seprofesi lebih dari 50 orang yang selalu berhubungan secara aktif.
20) Memiliki relasi di luar profesi guru dalam jumalh banyak dan selalu berhubungan aktif.
d. Kemampuan me-ngelola kegiatan pembelajaran
1) Membuat program tahunan dan program semester.
2) Membuat silabus pembelajaran. 3) Menyusun dan menyiapkan
bahan ajar bagi siswa. 4) Melaksanakan pembelajaran di
kelas. 5) Mengelola pembelajaran dengan
memberikan motivasi dan fasilitas (menjadi fasilitator) kepada siswa.
6) Menyusun dan mengembangkan alat penilaian bagi proses dan hasil belajar siswa.
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
8) Menganalisis hasil belajar siswa. 9) Membuat dan melaksanakan
program perbaikan. 10) Membuat dan melaksanakan
program pengayaan bagi siswa.
Kinerja Guru
e. Kemampuan pe-nguasaan penge-
11) Menguasai dan memahami wawasan kependidikan dengan
Harry D. Fauzi [email protected]
45
Variabel Aspek yang Diamati Indikator
tahuan baik. 12) Menguasai dan memahami serta
mengaplikasikan ilmu pengetahu-an yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang menjadi tugasnya.
13) Melakukan diskusi dengan teman sejawat di sekolah maupun di luar sekolah untuk mengembangkan wawasan keilmuan.
14) Aktif dalam kegiatan MGMP atau yang sejenis.
15) Mendokumentasikan setiap hal yang bersifat keilmuan dalam file khusus.
f. Penerapan di-siplin melaksana-kan tugas
16) Datang ke sekolah tepat waktu. 17) Masuk ke kelas tepat waktu. 18) Melaksanakan proses pembel-
ajaran sesuai dengan program yang ditetapkan.
19) Melaksanakan penilaian secara periodik dan sistematis.
20) Melaporkan setiap hasil pembel-ajaran siswa secara berkala.
g. Kemampuan mengembangkan kreativitas
21) Mempersiapkan kebutuhan mengajar sendiri tanpa bantuan orang lain.
22) Menciptakan atau membuat media pembelajaran sesuai kebutuhan.
23) Menyusun buku atau diktat pembelajaran bagi siswa.
24) Melakukan penelitian sesuai bidang tugasnya.
25) Menyusun karya tulis ilmiah baik hasil penelitian maupun pemikiran sendiri.
Harry D. Fauzi [email protected]
46
E. Pengumpulan Data dan Analisis Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Penulis menyampaikan angket pertama yang berkenaan dengan
data guru yang memiliki tugas sampingan di luar jam tugas
pokoknya.
b. Sampel yang ditetapkan kemudian diserahi angket penelitian
untuk diisi dan dikembalikan.
2. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini diarahkan pada pengujian hipotesis
yang diawali dengan deskripsi data penelitian dari kedua variabel dalam bentuk
distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan regresinya.
Pengujian data penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa data yang
akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka penulis menggunakan uji
normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan berdistribusi normal
atau tidak, melalui uji Liliefors dengan menentukan nilai Lo seperti rumus di
bawah ini.
Lo = | F(z) – S(z) |
Harry D. Fauzi [email protected]
47
Hasil perhitungan tersebut lalu dibandingkan dengan nilai L1 dari tabel
Liliefors jika Lo < L1, maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data yang dianalisis
berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam pengujian ini
mengguna-kan uji Bearlet, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
χ2 = (ln lo { B – (∑ db log S12)}
Untuk taraf nyata α = 0.05 kemudian dibandingkan dengan nilai
pada tabel χ2. Jika χ2hitung < χ2
tabel, maka sampel berasal dari populasi
homogen.
c. Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi
Untuk memperoleh estimasi dan signifikan data yang diperoleh
dilakukan dengan analisis statistik univariate. Analisis univariat ini dimaksud-
kan untuk mendapatkan deskripsi tentang masing-masing variabel, sedangkan
analisis bivariate untuk mengungkapkan signifikan kualitas hubungan dan
korelasi dua variabel.
Berdasarkan harga statistik yang diperoleh, dapat disimpulkan erat
tidaknya tingkat hubungan antara kedua variabel termasuk besar kecilnya
kontribusi antara variabel tersebut.
Untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel, maka penulis
menggunakan uji keberartian koefesieni Korelasi (Uji-t) sebagai berikut:
Harry D. Fauzi [email protected]
48
t = 212
rnr−
−
Harga t selanjutnya dibandingkan antara ttabel dengan taraf signifikansi
0.05 dan (n-2). Apabila thitung > ttabel, maka koefesiensi korelasi signifikan
(berarti). Untuk mengetahui koefesien determinasi variansi, variabel terikat
yang dijelaskan oleh variabel bebas melalui regresi linier adalah dengan
mengkuadratkan nilai t.
Untuk menentukan koefesien korelasi parsial digunakan rumus :
ry12 =
{ }{ }{ }2
122
2
122
11 rr
rrr
y
y
−−
− x y1
Regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh nilai variabel
dependen bila variabel independen diubah. Sugiyono mengemukakan bahwa
regresi digunakan untuk menganalisis antara satu variabel dengan variabel
yang lain secara konseptual mempunyai hubungan kausal atau fungsional.
Uji signifikan regresi dilakukan dengan menggunakan persamaan
berikut.
Fh = 2)JK(S)/(nJK(reg)
−
Harry D. Fauzi [email protected]
49
Harga Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, apabila Fhitung > Ftabel maka
koefesien regresi signifikan dan pengujian linieritas regresi harus dilakukakn
dengan menggunakan persamaan:
Fh = k)JK(G)/(n2)-JK(TC)/(k
−
Kemudian hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dan apabila Fhitung <
Ftabel, maka koefesian regresi linier. Selanjutnya uji signifikansi regresi ganda
dilakukan dengan menggunakan persamaan:
Fh = 3)JK(S)/(nJK(reg)/2
−
Setelah Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dan apabila Fhitung > Ftabel,
maka koefesien regresi ganda signifikan.
Harry D. Fauzi [email protected]
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang meliputi deskripsi data
ketiga variabel penelitian, pengujian persyaratan statistik, pengujian hipotesis
serta pembahasannya, dan keterbatasan penelitian. Prosedur pengolahan data
tersebut dapat diuraikan sebagaimana disajikan berikut ini.
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Data Kualitatif
a. Data tentang Kondisi Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan
Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada responden, diperoleh
data kualitatif tentang kondisi kesejahteraan guru yang memiliki
pekerjaan sampingan di luar tugas pokoknya sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan
Aspek yang Diamati Indikator
Pemilih yang
Menyatakan Ya
1) Menekuni pekerjaan sampingan selama tidak mengganggu tugas pokok.
21
2) Memperoleh penghasilan lebih besar daripada gaji sebagai pegawai negeri sipil.
11
3) Mengharapkan penghasilan yang lebih besar dan tetap setiap bulan.
28
a. Penghasilan setiap bulan cukup
4) Seluruh anggota keluarga terpenuhi kebutuhan pokoknya.
19
Harry D. Fauzi [email protected]
51
Aspek yang Diamati Indikator
Pemilih yang
Menyatakan Ya
5) Pendidikan anak-anak dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.
16
6) Memiliki rumah sendiri dalam bentuk dan ukuran relatif ideal.
20
7) Memiliki sarana/fasilitas hiburan sendiri yang relatif memadai.
27
8) Memiliki fasilitas komunikasi (telepon, hp) yang relatif memadai.
21
9) Memiliki fasilitas transportasi yang relatif memadai.
14
10) Pendidikan minimal Anda adalah S1. 26 11) Berkeinginan melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi (S2 dan atau S3) 26
12) Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan melalui berbagai cara.
24
13) Rajin mengikuti seminar dan sejenisnya dengan biaya sendiri.
12
14) Memiliki perpustakaan sendiri di rumah. 4
15) Selalu melengkapi perpustakaan rumah dengan buku-buku bermutu setiap bulan.
3
16) Selalu tergoda untuk melakukan penelitian. 10
b. Pendidikan ber-kelanjutan dan selalu mengem-bangkan diri
17) Menulis dan membuat karangan ilmiah dan diterbitkan melalui penerbit atau media massa.
2
18) Memiliki relasi seprofesi lebih dari 50 orang yang selalu berhubungan secara aktif.
14 c. Mengembangkan komunikasi ke berbagai arah
19) Memiliki relasi di luar profesi guru dalam jumlah banyak dan selalu berhubungan aktif.
17
JUMLAH 315 Rata-rata 16,58 Persentase 59,21 %
Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa jumlah
guru yang memiliki pekerjaan sampingan di luar tugas pokoknya memiliki
Harry D. Fauzi [email protected]
52
tingkat kesejahteraan yang relatif baik dibandingkan dengan guru pada
umumnya. Fakta ini didukung oleh angka rata-rata yang mencapai 16,58 orang
dari 28 sampel yang dipilih, atau sebesar 59,21 %. Guru-guru ini memiliki
fasilitas yang lebih lengkap dalam mendukung aktivitasnya baik di dalam
maupun di luar sekolah. Kebutuhan-kebutuhan pokok keluarga dapat terpenuhi,
berlatar pendidikan minimal S1 dan berkeinginan untuk melanjutkan ke
jenjang S2, serta selalu mengikuti perkembangan pengetahuan melalui
berbagai cara.
Di sisi lain, guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan di luar tugas
pokoknya memiliki hubungan relasi dengan lingkung-an di luar profesinya. Hal
ini akan semakin memperluas cakrawala pengetahuannya serta pengembangan
usahanya yang akan berdampak pada peningkatan penghasilannya.
b. Data tentang Aktivitas Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan di
Sekolah
Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada responden, diperoleh
data kualitatif tentang aktivitas guru yang memiliki pekerjaan sampingan
di luar tugas pokoknya di sekolah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Data Aktivitas Guru yang Memiliki Pekerjaan Sampingan di Sekolah
Aspek yang Diamati Indikator
Jumlah yang Menyatakan
Ya
1) Membuat program tahunan dan program semester.
28 a) Kemampuan mengelola kegiatan 2) Membuat silabus pembelajaran. 28
Harry D. Fauzi [email protected]
53
Aspek yang Diamati Indikator
Jumlah yang Menyatakan
Ya
3) Menyusun dan menyiapkan bahan ajar bagi siswa.
28
4) Melaksanakan pembelajaran di kelas. 28
5) Mengelola pembelajaran dengan memberikan motivasi dan fasilitas (menjadi fasilitator) kepada siswa.
28
6) Menyusun dan mengembangkan alat penilaian bagi proses dan hasil belajar siswa.
26
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
26
8) Menganalisis hasil belajar siswa. 24 9) Membuat dan melaksanakan program
perbaikan. 22
pembelajaran
10) Membuat dan melaksanakan program pengayaan bagi siswa.
12
11) Menguasai dan memahami wawasan kependidikan dengan baik.
20
12) Menguasai dan memahami serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang menjadi tugasnya.
28
13) Melakukan diskusi dengan teman sejawat di sekolah maupun di luar sekolah untuk mengembangkan wawasan keilmuan.
24
14) Aktif dalam kegiatan MGMP atau yang sejenis.
13
b) Kemampuan penguasaan pengetahuan
15) Mendokumentasikan setiap hal yang bersifat keilmuan dalam file khusus.
11
16) Datang ke sekolah tepat waktu. 28 17) Masuk ke kelas tepat waktu. 23 18) Melaksanakan proses pembelajaran
sesuai dengan program yang ditetapkan. 23
c) Penerapan disiplin melaksana-kan tugas
19) Melaksanakan penilaian secara periodik dan sistematis.
28
Harry D. Fauzi [email protected]
54
Aspek yang Diamati Indikator
Jumlah yang Menyatakan
Ya
20) Melaporkan setiap hasil pembelajaran siswa secara berkala.
27
21) Mempersiapkan kebutuhan mengajar sendiri tanpa bantuan orang lain.
27
22) Menciptakan atau membuat media pembelajaran sesuai kebutuhan.
16
23) Menyusun buku atau diktat pembel-ajaran bagi siswa.
6
24) Melakukan penelitian sesuai bidang tugasnya.
11
d) Kemampuan mengembangkan kreativitas
25) Menyusun karya tulis ilmiah baik hasil penelitian maupun pemikiran sendiri.
7
JUMLAH 542 RATA-RATA 21,68 PERSENTASE 77,43 %
Data di atas menunjukkan bahwa guru yang memiliki pekerjaan lain di
luar tugas pokoknya tetap memiliki aktivitas yang tinggi di sekolahnya. Hal ini
ditunjukkan dengan jumlah rata-rata responden yang menyatakan YA sebanyak
21,68 orang dari 28 responden, atau sebesar 77,43 %. Angka persentase ini
sangat tinggi apabila dikaitkan dengan aktivitas mereka yang lebih tinggi
dibandingkan dengan guru-guru lain.
Guru-guru yang memiliki aktivitas sampingan ini tetap mampu
mengelola pembelakaran lebih baik, mengembangkan wawasan keilmuan lebih
baik, melaksanakan tugas dengan disiplin yang juga lebih baik, serta memiliki
peluang pengembangan kreativitas yang lebih baik pula.
Harry D. Fauzi [email protected]
55
2. Data Kuantitatif
Seluruh data hasil penelitian yang berhasil dikumpulkan diperiksa dan
ditelaah secara cermat untuk diolah dengan tabulasi. Mengingat data yang
diperoleh relatif banyak, maka data tersebut diolah terlebih dahulu dengan
membuat interval yang menggunakan ketentuan Struges, yakni
1) menentukan rentang yang diperoleh dari selisih antara data terbesar dan
data terkecil;
2) menentukan banyaknya kelas yang diperoleh dengan menghitung 1 –
3,33 log n;
3) menentukan panjang kelas (p) dengan cara membagi rentang dengan
panjang kelas.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi data, dihitung ukuran tendensi
sentral yang meliputi rata-rata hitung, standar deviasi, modus, median, dan
tendensi penyebaran. Keseluruhan data tersebut dapat disajikan sebagai berikut
ini.
a. Data tentang Kinerja Guru
Data penelitian tentang kinerja guru yang berhasil dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen penelitian memiliki rentang skor teoritis antara 25
sampai dengan 125. Rentang skor teoritis ini diperoleh dari jumlah item yang
terdapat dalam instrumen penelitian sebanyak 25 item yang disusun
berdasarkan skala Likert, yakni:
1) untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5;
2) untuk jawaban Sering (S) diberi skor diberi skor 4;
Harry D. Fauzi [email protected]
56
3) untuk jawaban Kadang-kadang (K) diberi skor 3;
4) untuk jawaban Jarang (J) diberi skor diberi skor 2; dan
5) untuk jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1.
Berdasarkan data penelitian, skor empiris yang diperoleh adalah 72 –
113 dengan rentang 93. Skor rata-rata kinerja guru yang diperoleh adalah
92,96 dengan standar deviasi sebesar 10,72 dan modus sebesar 93 serta median
93. Banyak kelas yang diambil adalah 7 dan panjang kelasnya adalah 6.
Data tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kinerja Guru (Y)
No Interval Kelas Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
Frekuensi Kumulatif
1 72 - 78 2
2 79 - 85 4
3 86 - 92 7
4 93 - 99 8
5 100 - 106 4
6 107 - 113 3
JUMLAH 28 100 100
Harry D. Fauzi [email protected]
57
Agar lebih jelas, penyajian data di atas ditampilkan dalam bentuk
histogram sebagai berikut.
Gambar 4.1: Histogram sebaran data variabel Kinerja Guru
Berdasarkan skor teoritis yang dikemukakan di atas, bahwa skor
terendah adalah 72 dan skor teringgi adalah 113, maka diperoleh nilai tengah
teoritis yaitu 62,5 dan nilai tengah empiris adalah 93. Dengan demikian, data
tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru memiliki kategori baik karena di
atas rata-rata nilai tengah 62,5.
b. Data tentang Tingkat Kesejahteraan Guru
Data penelitian tentang tingkat kesejahteraan guru yang berhasil
dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian memiliki rentang skor
teoritis antara 19 sampai dengan 95. Rentang skor teoritis ini diperoleh dari
jumlah item yang terdapat dalam instrumen penelitian sebanyak 19 item yang
disusun berdasarkan skala Likert, yakni:
0123456789
74,5 81,5 88,5 95,5 102,5 109,5
Harry D. Fauzi [email protected]
58
1) Untuk jawaban Sangat Realistis (SR) diberi skor 5
2) Untuk jawaban Realistis (R) diberi skor 4
3) Untuk jawaban Cukup Realistis (CR) diberi skor 3
4) Untuk jawaban Kurang Realistis (KR) diberi skor 2
5) Untuk jawaban Tidak Realistis (TR) diberi skor 1
Berdasarkan data penelitian, skor empiris yang diperoleh adalah 43 –
77 dengan rentang 34. Skor rata-rata tingkat kesejahteraan guru yang diperoleh
adalah 60,68 dengan standar deviasi sebesar 8,27 dan modus sebesar 63 serta
median 61,5. Banyak kelas yang diambil adalah 7 dan panjang kelasnya adalah
5.
Data tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Kesejahteraan Guru (X)
No Interval Kelas Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
Frekuensi Kumulatif
1 43 - 49 3
2 50 - 56 6
3 57 - 63 9
4 64 - 70 6
5 71 - 77 4
JUMLAH 28 100 100
Agar lebih jelas, penyajian data di atas ditampilkan dalam bentuk
histogram sebagai berikut.
Harry D. Fauzi [email protected]
59
Gambar 4.2: Histogram dan kurva normal sebaran data variabel
tingkat kesejahteraan guru
Berdasarkan skor teoritis yang dikemukakan di atas, bahwa skor
terendah adalah 43 dan skor tertinggi adalah 77, maka diperoleh nilai tengah
teoritis yaitu 42.5 dan nilai tengah empiris adalah 61,5. Dengan demikian, data
tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru memiliki kategori baik karena di
atas rata-rata nilai tengah 42,5.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Statistik
Persyaratan analisis statistik dilakukan sebelum melakukan pengujian
hipotesis. Persyaratan yang dimaksud meliputi (1) data berasal dari sampel
dengan pasangan X dan Y yang diambil secara acak, (2) setiap kelompok data
memiliki harga prediktor X dan respon Y harus bersifat independen dan
berdistribusi normal, (3) untuk setiap kelompok harga X memiliki varians yang
homogen dan galat taksiran (Y – Y) bersidtribusi normal, dan garis persamaan
regresi berbentuk linier dan memiliki signifikansi regresi.
0
2
4
6
8
10
45,5 52,5 59,5 66,5 73,5
Harry D. Fauzi [email protected]
60
1. Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui normalitas data, digunakan uji normalitas data
dengan menggunakan uji Lilifors dan uji linearitas dengan teknik uji linearitas
sederhana. Sementara itu, uji taksiran galat Y atas X dimaksudkan untuk
mengetahui apakah galat taksiran regresi Y atas X berdistribusi normal ataukah
tidak. Kriteria pengujian ini adalah apabila F(Z1) – S(Z1) terbesar
diseimbangkan dengan LO < Ltabel pada taraf signifikansi 0,05. Jika persyaratan
tersebut terpenuhi maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Untuk menguji galat taksiran Y atas X digunakan rumus Lilifors. Dari
hasil perhitungan diperoleh nilai LO = 0,07216 dengan n = 28, pada taraf
signifikansi 5 % diperoleh Lhitung = 0,0223. Karena L1 < LO (0,0223 < 0,07216)
maka dapat disimpulkan bahwa populasi dinyatakan berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varian dimaksudkan untuk mengetahui homogenitas
varian antara kelompok-kelompok atas persamaan X. Uji homogenitas varians
ini dilaksanakan dengan uji Bartlet yang menggunakan uji Chi Kuadrat.
Kriteria yang digunakan adalah Ho diterima jika χ2hitung < χ2
tabel pada taraf
signifikansi 0,05.
Proses pengujian yang ditempuh adalah dengan cara mengelompokkan
data Y berdasarkan kesamaan data X1, kemudian menghitung χ2hitung.
Harry D. Fauzi [email protected]
61
Berdasarkan hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas varian
Kinerja Guru (Y) atas Tingkat Kesejahteraan Guru (X) diperoleh hasil χ2hitung =
8,643 yang berarti lebih kecil daripada χ2tabel = 48,6 untuk ∂ 0,05 dengan dk
20, sehingga Ho diterima. Atas dasar perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa
varian Y atas X adalah homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa diduga terdapat hubungan
positif antara kinerja guru (Y) dan tingkat kesejahteraan guru (X). Hubungan
ini ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = a + bX di mana harga b = r SxSy
dan a = Y – bX. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Ŷ = 23,8947 +
0,386X1 dari harga JK di atas disusun dalam daftar analisis varian (ANAVA)
sebagai berikut ini.
Tabel 4.5
Analisis Varians untuk Regresi Linier Y dan X
Ŷ = 0,492 + 0,0187X
Sumber Varians dk JK RJK Fhitung
Ftabel α = 0,05
Ftabel α = 0,01
Total Koefisien (a)
28 1
3104,964 1062,667
- -
- -
- -
Regresi (b/a) Sisa
1
27
197,403
2907,561
197,403
14,7291
26,3807**
3,67
7,19
Tuna Cocok 13 1011,820 14,7291
Galat 14 1275,842 14,7291 0,9698
1,67
2,06
Harry D. Fauzi [email protected]
62
Keterangan: ** : Regresi sangat signifikan (Fhitung = 26,3807 > Ftabel = 3,67) dk : derajat kebebasan JK : jumlah kuadrat RJK : Rata-rata jumlah kuadrat Fhitung : Nilai F yang diperoleh dari hasil perhitungan Ftabel : Nilai F berdasatkan tabel
Berdasarkan hasil uji signifikansi dan linearitas di atas menunjukkan
bahwa harga Fh regresi diperoleh sebesar 26,3807 sedangkan harga Ftabel dengan
dk pembilang 1 dan dk penyebut 26 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 3,67.
Atas dasar hal tersebut ternyata harga Fhitung regresi lebih besar daripada harga
Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y atas X sangat
berarti pada taraf signifikansi 0,05.
Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,9698
sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 13 dan dk penyebut 14 adalah 1,67
sehingga Fhitung lebih kecil daripada Ftabel. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa Y terhadap X adalah linier.
Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor
tingkat kesejahteraan guru akan menyebabkan kenaikan kinerja guru sebesar
0,0187 pada konstanta 0,492.
Kekuatan hubungan antara tingkat kesejahteraan guru (X) dan kinerja
guru (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry1 = 0,994. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari penjabaran pada tabel berikut ini.
Harry D. Fauzi [email protected]
63
Tabel 4.6
Uji signifikansi Koefisien Korelasi antara Tingkat Kesejahteraan
Guru (X) dan Kinerja guru (Y)
ttabel Korelasi antara
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi thitung
α = 0,05 α = 0,01
X dan Y 0,994 0,41 4,853** 1,23 1,97
** Koefisien korelasi sangat signifikan (thitung : 4,853 > ttabel : 1,97)
Harga thitung yang diperoleh adalah 4,853 sedangkan dari tabel distribusi
student ”t” dengan dk 27 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh harga ttabel
sebesar 1,23. Oleh karena thitung jauh lebih besar daripada ttabel, maka dapat
disimpulkan bahwa variansi variabel Y dapat dijelaskan oleh X sebesar 41 %.
Berdasarkan uji signifikansi koefisien tersebut, dapat disimpulkan
bahwa koefisien antara tingkat kesejahteraan guru (X) dengan kinerja guru (Y)
sebesar 0,99 adalah sangat signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan
positif antara tingkat kesejahteraan guru (X) dan kinerja guru (Y), atau dengan
kata lain, makin tinggi tingkat kesejahteraan guru akan semakin tinggi pula
kemampuan kinerja guru.
Harry D. Fauzi [email protected]
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian terhadap guru-guru ini bertujuan untuk mengetahui variabel-
variabel determinan yang berpengaruh terhadap kemampuan kinerja guru,
khususnya yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan guru. Berdasarkan data
yang berhasil dikumpulkan dari responden sebanyak 28 orang, kemudian
diolah dengan menggunakan teknik regresi dan korelasi diperoleh kesimpulan
sebagai berikut ini.
Pertama, dari jumlah responden 28 orang, ternyata 59,21 % guru yang
memiliki pekerjaan sampingan di luar tugasnya mengajar memiliki tingkat
kesejahteraan yang lebih baik. Mereka memiliki rumah sendiri, memiliki
fasilitas-fasilitas hiburan yang baik dan memadai, memiliki fasilitas
komunikasi yang memadai seperti memiliki hand-phone, dan beberapa di
antaranya memiliki sambungan telepon sendiri di rumah. Guru-guru yang
memiliki pekerjaan sampingan ini pun memiliki sarana transportasi sendiri
(sepeda motor) yang dapat memudahkan mereka dalam menjalankan aktivitas
sehari-harinya. Dengan kata lain, guru-guru yang memiliki pekerjaan
sampingan ini memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan
dengan guru-guru lainnya.
Harry D. Fauzi [email protected]
65
Kedua, guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan di luar tugas
pokoknya ini ternyata memiliki aktivitas yang tinggi pula di sekolah. Angka
77,43 % dari jumlah responden 28 orang menunjukkan jumlah yang signifikan.
Mereka tetap melaksanakan tugas yang seharusnya dibuat dan dilaksanakan
oleh guru, mereka tetap menjalankan kegiatan pokoknya dengan disiplin yang
baik. Lebih dari itu, guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan ini ternyata
memiliki latar belakang pendidikan minimal Strata 1, dan tetap
mengembangkan wawasan pengetahuannya melalui berbagai cara.
Ketiga, terdapat hubungan yang positif antara tingkat kesejahtera-an
guru dan kemampuan kinerja guru. Pengertian yang terkandung dalam
kesimpulan ini adalah semakin tinggi tingkat kesejahteraan guru maka makin
tinggi pula intensitas kemampuan kinerja guru.
Koefisien korelasi kedua variabel (ry1) sebesar 0,994 dan koefisien
determinasi (rxy1) sebesar 0,41 mengandung makna bahwa secara terpisah
proporsi varian tingkat kesejahteraan guru terhadap kemampuan profesional
guru sebesar 41 %. Persamaan regresi yang menunjukkan hubungan kedua
variabel, yakni Ŷ = 0,492 + 0,0187X. Berdasarkan hasil pengujian. Model
regresi tersebut signifikan dan linier.
Dengan demikian, dari setiap perubahan skor tingkat kesejahteraan
guru akan diikuti oleh peningkatan kemampuan profesional guru 0,41 unit pada
arah yang sama dengan konstanta (intercept) sebesar 14,7291.
Harry D. Fauzi [email protected]
66
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang dikaitkan dengan tujuan
penelitian serta tuntutan perkembangan kompetensi standar bagi tenaga
kependidikan, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut.
Pertama, tingkat kesejahteraan guru sebagai manusia memang menjadi
sorotan utama dalam berbagai kesempatan dan forum. Tingkat kesejahteraan
ini diukur dengan terpenuhinya segala kebutuhan pokok dalam keluarga
sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh perhatian dan
tanggung jawab. Guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan di luar jam
mengajarnya di sekolah hendaknya dapat mempertahankan eksistensi dirinya
sebagai sosok guru yang dinamis, inovatif, dan kreatif selama pemerintah
belum mampu memenuhi standar penggajian guru yang diharapkan.
Kedua, pihak sekolah dengan bantuan komite sekolah hendaknya
mampu memikirkan upaya pemandirian ekonomi sekolah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan guru-guru. Pemandirian ekonomi sekolah ini
selayaknya tidak selalu bergantung kepada orang tua siswa, tetapi mampu
mengembangkan jenis usaha yang berkaitan erat dengan pendidikan ke jalur-
jalur lain di luar lingkungan sekolah. Unit produksi yang berkaitan erat dengan
hajat masyarakat banyak agaknya dapat dijadikan pilihan yang menarik bagi
pengembangan ekonomi sekolah. Wilayah kecamatan Takokak merupakan
wilayah yang strategis karena berada di antara dua kabupaten yang memiliki
potensi perkembangan yang baik, yakni kabupaten Cianjur dan kabupaten
Sukabumi. Oleh karena itu, jenis unit produksi yang dapat dikembangkan
Harry D. Fauzi [email protected]
67
adalah koperasi primer yang dapat membuka kesempatan usaha secara luas
bagi guru serta masyarakat yang berada di seputar sekolah.
Ketiga, Dinas Pendidikan tingkat kabupaten maupun propinsi
sebaiknya memberikan kebijakan khusus bagi pengembangan kompetensi guru
serta proses kemandirian sekolah. Sekolah jangan selalu disudutkan oleh
tuntutan masyarakat yang tidak realistis, seperti pembebasan iuran sekolah,
penghentian penjualan buku (melalui koperasi sekolah), dan sebagainya, yang
pada akhirnya akan semakin melemahkan daya juang guru-guru dalam
mendidik anak-anak akibat semakin tidak sebandingnya daya beli guru-guru
dengan kondisi harga-harga kebutuhan pokok yang kian meroket.
Keempat, penelitian ini masih sangat terbatas dan dalam ruang yang
terlalu luas. Oleh karena itu, diharapkan ada pihak-pihak lain yang dapat
menemukan variabel-variabel determinan yang dapat mengungkap-kan
hubungan tingkat kesejahteraan guru dengan pengembangan kemampuan
kinerja guru secara lebih spesifik lagi.
Harry D. Fauzi [email protected]
68
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dharma. 2002. Kerangka Kerja Kompetensi Bagi Guru www.eddept.
wa.edu.au/centoff/cpr/publications.htm
Anglin. G.J. 1995. Instructional Technology. Past Present and Future.
Englewood: Libraries Unlimited. Inc.
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
Dirjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2003. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Untuk Tenaga
Kependidikan Jakarta: Subdit Standarisasi
Didi Teguh Chandra. 2004. Selayang Pandang Pendidikan Teknologi Dasar
(Basic Technology Education) pada Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) di Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia
Gary Martin, alih bahasa Vitriyani Pryadarsina, Budyanto Lestyana, Yuliana
Kristiyani dan Theresia Kristianty. 2001. Kerangka Kerja
Kompetensi Guru, www.eddept.wa.edu.au/centoff/cpr/publicati-
ons.htm
Houston. W.R. et al. 1988. Touch the Future Teach! St. Paul: West Publishing
Company.
Isjoni, 1999. Kinerja Guru. FKIP Universitas Riau
Pannen. P.dkk. 1999 Cakrawala Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto. 2000. Difusi Inovasi. Jakarta: STIA LAN Press.
Harry D. Fauzi [email protected]
69
Rusmin. 2000. Kompetensi Guru Menyongsong Kurikulum Berbasis
Kompetensi. http://www.indomedia.com/bpost/042003/22/opini/
opini1.htm
Sukadinata, Prof. Dr. Nana Syaodih, (1997) Pengembangan Kurikulum,
Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Suryadi,A. 1998. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Pendidikan.
Jurnal Pendidikan MIMBAR PENDIDIKAN. No. 4 Th. XVII.
IKIP Bandung.
Tangyong, Agus F. 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan.
Jakarta: MPPK di Indonesia
Tilaar, HAR. 2000. Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani
Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya