PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL ...transformasional meliputi pengembangan hubungan yang lebih...

218
i PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang Oleh Yolla Aditya Ananto 7350406593 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Transcript of PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL ...transformasional meliputi pengembangan hubungan yang lebih...

  • i

    PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

    DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA

    KARYAWAN PADA DINAS TENAGA KERJA,

    TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN

    PROVINSI JAWA TENGAH

    SKRIPSI

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

    Pada Universitas Negeri Semarang

    Oleh

    Yolla Aditya Ananto

    7350406593

    JURUSAN MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2013

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan ke Sidang Panitia Ujian

    Skripsi pada :

    Hari :

    Tanggal :

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dra. Palupiningdyah, M.Si Endang Sutrasmawati, SH, SE, MM

    NIP.195208041980032001 NIP. 196704182000122001

    Mengetahui,

    An.Ketua Jurusan Manajemen

    Sekretaris Jurusan Manajemen

    Dra. Palupiningdyah, M.Si

    NIP.195208041980032001

  • iii

    PENGESAHAN KELULUSAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

    Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :

    Hari :

    Tanggal :

    Dosen Penguji

    Endah Prapti Lestari, SE, MM

    NIP. 196903082000122001

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dra. Palupiningdyah, M.Si Endang Sutrasmawati, SH, SE, MM

    NIP.195208041980032001 NIP. 196704182000122001

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Ekonomi

    Dr. S. Martono, M.Si.

    NIP. 196603081989011001

  • iv

    PERNYATAAN

    Saya menyatakan yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya

    sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

    Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

    berdasarkan kode etik ilmiah.Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah

    hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku.

    Semarang, Maret 2013

    Yolla Aditya Ananto

    NIM. 7350406593

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto :

    Hari ini Anda adalah orang yang sama dengan Anda di lima tahun mendatang,

    kecuali dua hal : orang-orang di sekeliling Anda dan buku-buku yang Anda baca.

    Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa

    dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. (Thomas Alva Edison)

    Persembahan :

    Atas rahmat dan ridho Allah S.W.T,

    Sripsi ini kupersembahkan:

    1. Kepada ibu dan bapak tercinta, terima kasih untuk do’a,

    dukungan dan perhatianya selama ini dalam menempuh studi.

    2. Almamaterku.

  • vi

    PRAKATA

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan

    karunia-Nya, serta kemudahan dan kelapangan sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional

    Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Dinas Tenaga Kerja,

    Transmigrasi Dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah”.

    Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

    1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.

    2. Dr. S. Martono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

    yang telah memberikan ijin observasi dan penelitian.

    3. Dra. Palupiningdyah, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

    bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    4. Endang Sutrasmawati, SH, SE, MM, Dosen Pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini.

    5. Dosen-dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

    Semarang yang telah dengan semangatnya menularkan ilmunya kepada penulis

    sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    6. Bapak Gunawan Saptogiri, Kepala Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi, dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin untuk

    melakukan penelitian skripsi ini.

  • vii

    7. Seluruh staf dan karyawan Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi, dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah yang telah membantu dalam pengumpulan

    data penelitian skripsi ini.

    8. Kedua orangtua dan Angga Distyaningrum yang senantiasa memberikan

    dukungan dan doa sehingga segala hambatan dapat dilalui dengan lancar dan

    memotivasi penulis.

    9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

    Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum

    sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

    Semarang, Maret 2013

    Penulis

  • viii

    SARI

    Yolla Aditya Ananto. 2013. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan

    Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi

    dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah. Jurusan Menejemen Fakultas Ekonomi

    Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Palupiningdyah, M.Si.

    Pembimbing II : Endang Sutrasmawati, SH, SE, MM.

    Kata Kunci : Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Kerja dan Kinerja

    Karyawan

    Tujuanpenelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris seberapa besar

    pengaruh antara kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja secara simultan

    dan parsial terhadap kinerja karyawan pada Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.

    Populasi dalam penelitian ini adalahkaryawan Dinas Tenaga kerja,

    Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah sebanyak 248 karyawan.

    Sampel diperoleh sebanyak 153 orang, dengan teknik Proportional Random

    Sampling. Variabel dalam penelitian ini yaitu kepemimpinan transformasional dan

    motivasi kerja sebagai variabel bebas dan kinerja karyawan sebagai variabel terikat.

    Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi dan

    kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif presentase, metode

    analisis regresi linier berganda, uji simultan, uji parsial.

    Hasil analisis regresi data menunjukkan persamaan sebagai berikut

    Y=0,301+0,728 X1 + 0,513 X2 Secara parsial variabel kepemimpinan

    transformasional memberikan kontribusi sebesar 27,98% dan variabel motivasi

    sebesar 37,45% terhadap kinerja. Secara simultan (kepemimpinan dan motivasi)

    berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 61,5%. Sedangkan sisanya

    sebesar 38,5% dipengaruhi oleh faktor lain.

    Disimpulkan bahwa semakin positif kepemimpinan transformasional dan

    motivasi kerja maka semakin tinggi pula kinerja karyawan. Saran yang berkaitan

    dengan hasil penelitian yaitu hendaknya pimpinan dapat tetap menjaga hubungan

    yang baik terhadap karyawan di dalam bekerja, sehingga karyawan merasa nyaman

    di dalam bekerja, perlu menjaga atau meningkatkan motivasi karyawan di dalam

    bekerja dan merencanakan program-program pelatihan dan pengembangan yang

    dibutuhkan guna meningkatkan kinerja karyawan di dalam bekerja.

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

    PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii

    PERNYATAAN .............................................................................................. iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

    PRAKATA ....................................................................................................... vi

    SARI ................................................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 8

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 9

    1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 9

    BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 11

    2.1 Kinerja ................................................................................................... 11

    2.1.1 Pengertian kinerja ...................................................................... 11

    2.1.2 Penilaian kinerja ........................................................................ 12

    2.1.3 Tujuan penilaian kinerja ............................................................ 14

  • x

    2.1.4 Metode penilaian kinerja ........................................................... 16

    2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ................................ 18

    2.1.6 Indikator kinerja ......................................................................... 21

    2.2 Kepemimpinan Tranformasional ........................................................... 22

    2.2.1 Pengertian kepemimpinan transformasional .............................. 22

    2.2.2 Sifat-sifat kepemimpinan ........................................................... 24

    2.2.3 Fungsi-fungsi kepemimpinan .................................................... 26

    2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

    transformasional ......................................................................... 27

    2.2.5 Indikator kepemimpinan transformasional ................................ 28

    2.3 Motivasi ................................................................................................. 29

    2.3.1 Pengertian motivasi kerja ........................................................... 29

    2.3.2 Tujuan pemberian motivasi ....................................................... 31

    2.3.3 Aspek motivasi .......................................................................... 31

    2.3.4 Pola motivasi .............................................................................. 32

    2.3.5 Jenis-jenis motivai ..................................................................... 32

    2.3.6 Metode motivasi ........................................................................ 33

    2.3.7 Teori motivasi ............................................................................ 34

    2.3.8 Indikator motivasi ...................................................................... 39

    2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................................ 40

    2.5 Kerangka berfikir……………………………………………………….. 42

    2.6 Hipotesis ................................................................................................ 48

  • xi

    BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 49

    3.1 Populasi ................................................................................................. 49

    3.2 Sampel ................................................................................................... 49

    3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 51

    3.3.1. Variabel terikat .......................................................................... 51

    3.3.2. Variabel bebas ............................................................................ 53

    3.4 Sumber Data .......................................................................................... 55

    3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 56

    3.5.1. Metode observasi ....................................................................... 56

    3.5.2. Metode dokumentasi .................................................................. 56

    3.5.3. Metode kuesioner ....................................................................... 57

    3.6 Validitas dan Reliabilitas ....................................................................... 57

    3.6.1. Validitas ..................................................................................... 57

    3.6.2. Reliabilitas ................................................................................. 62

    3.7 Metode Analisis Data ............................................................................ 63

    3.7.1. Analisis pendahuluan ................................................................. 63

    3.7.2. Metode analisis deskriptif presentase ........................................ 70

    3.7.3. Metode analisis regresi linear berganda ..................................... 71

    3.7.4. Uji hipotesis ............................................................................... 72

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 74

    4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................... 74

    4.1.1. Gambaran umum ........................................................................ 74

  • xii

    4.1.2. Hasil analisis data ...................................................................... 77

    4.2. Pembahasan ........................................................................................... 98

    BAB V PENUTUP ......................................................................................... 112

    5.1. Simpulan ................................................................................................ 112

    5.2. Saran ...................................................................................................... 113

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 115

    LAMPIRAN .................................................................................................... 117

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Data Tunjangan di luar Gaji pokok ……………………………... 5

    Tabel 1.2 Data absensi karyawan ................................................................. 6

    Tabel 2.1 Penelitian terdahulu yang relevan……………………………… 40

    Tabel 3.1 Rekapitulasi jumlah karyawan berdasarkan pada satuan kerja ….49

    Tabel 3.2 Sampel penelitian ......................................................................... 51

    Tabel 3.3 Hasil uji validitas instrumen variabel kepemimpinan

    trasnformasional ........................................................................... 59

    Tabel 3.4 Hasil uji validitas instrumen variabel motivasi kerja ................... 60

    Tabel 3.5 Hasil uji validitas instrumen variabel kinerja karyawan .............. 61

    Tabel 3.6 Hasil uji reliabilitas instrumen ..................................................... 62

    Tabel 3.7 Hasil output SPSS 16 uji normalitas kolmogorov-smirnov ........... 64

    Tabel 3.8 Hasil output SPSS 16 uji linieritas kepemimpinan

    transformasional terhadap kinerja ................................................ 66

    Tabel 3.9 Hasil output SPSS 16 uji linieritas motivasi kerja terhadap

    kinerja karyawan .......................................................................... 66

    Tabel 3.10 Hasil output SPSS 16 uji multikolinieritas ................................... 67

    Tabel 3.11 Hasil output SPSS 16 uji heterokedastisitas ................................. 69

    Tabel 3.12 Hasil output SPSS 16 uji autokorelasi ......................................... 70

    Tabel 3.13 Kriteria interval ............................................................................ 71

    Tabel 4.1 Karakteristik responden menurut jenis kelamin ........................... 76

    Tabel 4.2 Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan .................. 76

  • xiv

    Tabel 4.3 Kriteria variabel kepemimpinan transformasional ....................... 77

    Tabel 4.4 Kriteria indikator kharismatik ...................................................... 78

    Tabel 4.5 Kriteria indikator motivasi inspiratif ............................................ 79

    Tabel 4.6 Kriteria indikator stimulasi intelektual ......................................... 80

    Tabel 4.7 Kriteria indikator konsiderasi individu ........................................ 81

    Tabel 4.8 Kriteria variabel motivasi kerja .................................................... 81

    Tabel 4.9 Kriteria indikator kebutuhan fisik ................................................ 83

    Tabel 4.10 Kriteria indikator keamanan dan keselamatan ............................. 83

    Tabel 4.11 Kriteria indikator sosial ................................................................ 84

    Tabel 4.12 Kriteria indikator penghargaan diri dan pengakuan ..................... 85

    Tabel 4.13 Kriteria indikator aktualisasi diri .................................................. 85

    Tabel 4.14 Kriteria variabel kinerja karyawan ............................................... 86

    Tabel 4.15 Kriteria indikator kualitas kerja .................................................... 87

    Tabel 4.16 Kriteria indikator kuantitas kerja .................................................. 88

    Tabel 4.17 Kriteria indikator pengetahuan mengenai pekerjaan .................... 88

    Tabel 4.18 Kriteria indikator kerjasama ......................................................... 89

    Tabel 4.19 Kriteria indikator ketepatan waktu ............................................... 90

    Tabel 4.20 Kriteria indikator efektivitas ........................................................ 91

    Tabel 4.21 Kriteria indikator kemandirian ..................................................... 91

    Tabel 4.22 Kriteria indikator komitmen kerja ................................................ 92

    Tabel 4.23 Hasil output SPSS 16 analisis regresi linier berganda ................. 93

    Tabel 4.24 Hasil output SPSS 16 analisis uji f ............................................... 95

    Tabel 4.25 Hasil output SPSS 16 analisis uji koefisien determinasi … 97

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1 : Kerangka berfikir ........................................................................ 47

    Gambar 2 : Hasil output program SPSS 16 uji normalitas ............................ 65

    Gambar 3 : Hasil output program SPSS 16 uji heterokedastisitas ................. 68

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Angket penelitian ....................................................................... 110

    Lampiran 2 Tabulasi data penelitian ............................................................. 116

    Lampiran 3 Data uji validitas dan reliabilitas ............................................... 123

    Lampiran 4 Hasil output SPSS uji validitas dan reliabilitas ......................... 125

    Lampiran 5 Statistik deskriptif variabel ........................................................ 133

    Lampiran 6 Statistik deskriptif variabel kepemimpinan transformasional ... 139

    Lampiran 7 Statistik deskriptif variabel motivasi kerja ................................ 147

    Lampiran 8 Statistik deskriptif variabel kinerja karyawan ........................... 156

    Lampiran 9 Statistik deskriptif variabel berdasarkan karakteristik

    responden ................................................................................... 169

    Lampiran 10 Hasil output SPSS ...................................................................... 180

    Lampiran 11 Surat ijin penelitian .................................................................... 188

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kinerja karyawan tidak akan terlepas dari peran kepemimpinan yang

    ada dalam organisasi tersebut. Hal ini dikarenakan kepemimpinan dapat

    mengarahkah tujuan organisasi, memotivasi prilaku kearah pencapaian tujuan

    tersebut, dan mampu mendefinisikan budaya organisasi (Griffin 2002:92).

    Kepemimpinan merupakan faktor penting dari perusahaan sebab dalam

    kenyataannya pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja

    karyawan, keamanan, kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat prestasi

    suatu organisasi (Hani Handoko, 2001:293).

    Tantangan dalam mengembangkan strategi organisasi yang jelas

    terutama terletak pada organisasi di satu sisi dan tergantung pada

    kepemimpinan (Porter, 1996). Sedangkan Green Berg dan Baron (2000 : 444)

    menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu unsur kunci dalam

    keefektifan organisasi.

    Jung dan Avolio (dalam Sunarsih, 2001:206) kepemimpinan

    transformasional meliputi pengembangan hubungan yang lebih dekat antara

    pemimpin dengan pengikutnya, bukan hanya sekedar sebuah perjanjian tetapi

    lebih didasarkan kepada kepercayaan dan komitmen Jadi dengan adanya

    perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif,

    menuntut kesiapan pemimpin agar perusahaan tetap bertahan. Model

  • 2

    kepemimpinan mutakhir seperti kepemimpinan transformasi organisasi, akan

    memainkan peranan yang penting bagi setiap organisasi.

    Bass (dalam Sunarsih, 2001:210) mendefinisikan bahwa

    kepemimpinan transformasional sebagai pemimpin yang mempunyai kekuatan

    untuk mempengaruhi bawahan dengan cara-cara tertentu. Karyawan merasa

    percaya, kagum, loyal dan hormat terhadap atasannya sehingga bawahan

    termotivasi untuk berbuat lebih banyak dari pada apa yang biasa dilakukan dan

    diharapkannya. Kepemimpinan transformasional pada prinsipnya memotivasi

    Karyawan untuk berbuat lebih baik dari apa yang biasa dilakukan, dengan kata

    lain dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri bawahan yang akan

    berpengaruh terhadap peningkatan kerja.

    Motivasi atau dorongan untuk bekerja sangat penting dalam penentuan

    tinggi rendahnya kerja perusahaan. Sukses tidaknya suatu perusahaan, sangat

    tergantung dari aktivitas dan kreativitas karyawan (Indriyo, 2001:76). Motivasi

    juga akan mendorong seseorang untuk bekerja lebih baik agar meraih kinerja

    yang diharapkan, sehingga mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya. Oleh

    karena itu, motivasi sangat penting dimiliki oleh pimpinan dan karyawan

    dalam meningkatkan semangat kerja dan kinerja para karyawan (Wursanto,

    2001:132).

    Motivasi merupakan faktor yang sangat menentukan kinerja (Griffin

    2002:38). Karena motivasi merupakan suatu proses yang mengarahkan

    seberapa banyak usaha yang di curahkan untuk melaksanakan pekerjaan

    (Buhler 2004:191). Jadi pada dasarnya apabila perusahaan ingin meraih kinerja

  • 3

    yang optimal sesuai dengan target yang telah di tentukan maka perusahaan

    haruslah memberiakan motivasi pada karyawan, Agar karyawan mau dan rela

    mencurahkan tenaga dan pikiran yang dimiliki demi pekerjaan. Persoalan

    dalam memotivasi karyawan tidak mudah karena dalam diri karyawan terdapat

    keinginan, kebutuhan dan harapan yang berbeda antara satu karyawan dengan

    karyawan lain. Jadi apabila manajemen dapat memahami persoalan motivasi

    dan mengatasinya maka perusahaan akan mendapatkan kinerja karyawan yang

    optimal sesuai dengan standar yang di tentukan.

    Menurut Milkovich dan Boudreau (dalam Wahyuningsih, 2003)

    kinerja (performance) adalah sebagai suatu tingkatan dimana karyawan

    memenuhi atau mencapai persyaratan kerja yang ditentukan. Kinerja

    merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari suatu pekerjaan atau kegiatan

    tertentu selama satu periode waktu tertentu.

    Dalam kinerja dikenal dengan adanya penilaian kinerja yang

    digunakan untuk pengukuran kinerja. Penilaian kinerja merupakan suatu proses

    organisasi dalam menilai kinerja karyawan. Andrew E. Sikula (dalam

    Mangkunegara, 2008: 69), mengemukakan penilaian kinerja merupakan

    evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat

    dikembangkan. Jadi pada dasarnya apabila perusahaan ingin meraih kinerja

    yang optimal sesuai dengan target yang telah di tentukan maka perusahaan

    haruslah memberiakan motivasi pada karyawan, agar karyawan mau dan rela

    mencurahkan tenaga dan pikiran yang dimiliki demi pekerjaan. Persoalan

    dalam memotivasi karyawan tidak mudah karena dalam diri karyawan terdapat

  • 4

    keinginan, kebutuhan dan harapan yang berbeda antara satu karyawan dengan

    karyawan lain. Jadi apabila manajemen dapat memahami persoalan motivasi

    dan mengatasinya maka perusahaan akan mendapatkan kinerja karyawan yang

    optimal sesuai dengan standar yang di tentukan.

    Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan merupakan

    suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh pemerintah

    untuk terwujudnya iklim ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang kondusif

    dan berkualitas menuju masyarakat sejahtera, selalu berupaya meningkatkan

    jumlah penempatan tenaga kerja dan menurunkan jumlah pengangguran,

    terciptanya sumber daya aparatur ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang

    professional. Peningkatan kinerja dapat tercapai dengan baik manakala

    karyawan pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi

    Jawa Tengah memiliki kinerja yang baik. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi

    dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah selalu senantiasa membina

    hubungan baik dan harmonis dengan karyawannya dengan pengarahan

    motivasi dengan menciptakan gaya kepemimpinan yang baik sehingga para

    karyawan merasa terpacu untuk bekerja lebih keras agar kinerja yang dicapai

    juga tinggi. Seperti halnya Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah memberikan penghargaan yang layak

    kepada karyawan yang berprestasi, meningkatkan kompetensi karyawan

    melalui pengembangan dan peningkatan keahlian serta kemampuan individual

    karyawan, memberikan jaminan perlindungan hukum kepada karyawan dalam

    kaitannya dalam tugas-tugas pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan

  • 5

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah, memberikan jaminan kesehatan bagi

    karyawan dan keluarga, memberikan imbalan jasa yang layak dan jaminan

    pensiun, memberikan kepastian sistem mutasi karyawan demi terciptanya

    kenyamanan dan keharmonisan kerja serta menghormati hak dan kewajiban

    karyawan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan norma perusahaan

    serta kesepakatan dalam Perjanjian Kerja Bersama.

    Adapun data pemberian tunjangan di luar gaji yang diberikan

    karyawan berdasarkan tingkat kependidikan :

    Tabel 1.1 Tunjangan di luar gaji pokok berdasarkan Tingkat

    Pendidikan

    No Tingkat Pendidikan Besarnya Tunjangan di luar gaji

    pokok

    1 SD Rp 150.000

    2 SMP Rp 250.000

    3 SMA Rp 350.000

    4 D1 Rp 450.000

    5 D2 Rp 600.000

    6 D3 Rp 750.000

    7 S1 Rp 950.000

    8 S2 Rp 1.100.000

    Sumber :Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi

    Jawa Tengah

    Dalam kenyataanya, walaupun telah diberikan motivasi berupa

    tunjangan di luar gaji, kinerja karyawan pada Dinas Tenaga Kerja,

    Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah dinilai kurang baik

    karena tingkat kedisplinan karyawan yang rendah. Hal ini dapat dilihat dengan

  • 6

    data absensi karyawan, tentunya ini dapat berdampak pada penurunan aspek

    lainya.

    Berikut adalah data absensi karyawan Dinas Tenaga kerja,

    Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah dari bulan April tahun

    2011 sampai dengan April tahun 2012, adalah sebagai berikut :

    Tabel 1.2 Data presensi karyawan Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah Bulan April 2011- April 2012

    Bulan Jumlah

    karyawan Absensi

    Presentase

    absensi

    April 2011 248 Karyawan 34 Karyawan 14%

    Mei 2011 248 Karyawan 24 Karyawan 10%

    Juni 2011 248 Karyawan 38 Karyawan 15%

    Juli 2011 248 Karyawan 15 Karyawan 6%

    Agustus 2011 248 Karyawan 42 Karyawan 17%

    September 2011 248 Karyawan 23 Karyawan 9%

    Oktober 2011 248 Karyawan 19 Karyawan 8%

    November 2011 248 Karyawan 31 Karyawan 13%

    Desember 2011 248 Karyawan 38 Karyawan 15%

    Januari 2012 248 Karyawan 52 Karyawan 21%

    Februari 2012 248 Karyawan 46 Karyawan 19%

    Maret 2012 248 Karyawan 23 Karyawan 9%

    April 2012 248 Karyawan 20 Karyawan 8%

    RATA-RATA 31 Karyawan 13%

    Sumber : Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

    ProvinsiJawa Tengah

  • 7

    Data absensi diatas menunjukan kurangnya kedisiplinan karyawan,

    bahwa jumlah absensi karyawan padaDinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah masih dirasa terlalu banyak, hal ini

    berbeda dengan periode tahun 2009-2010 dimana rata-rata absensi kurang dari

    5 persen (Sumber : Data Bid. Sekretariat Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi,

    dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah). Belum lagi terdapat beberapa

    karyawan yang tidak masuk kerja tanpa keterangan dan ada juga yang cuti

    kerja. Terdapat kenaikan dan penurunan presentase absensi, dibulan tertentu

    presentase absensi diatas 10 persen yang menunjukkan bahwa tingkat absensi

    yang cukup tinggi dan belum lagi masih ditambah dengan karyawan yang

    terlambat bekerja. Hal ini tidak sesuai dengan yang di targetkan Dinas Tenaga

    kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah yaitu persentase

    maksimal absensi karyawan setiap bulanya adalah 5 persen. Dari data tersebut

    diatas dapat dilihat bahwa rata-rata absensi karyawan adalah sebanyak 31

    karyawan atau 13 persen setiap bulannya.

    Hal ini dapat berdampak menurunya kualitas kepelatihan yang di

    berikan karyawan Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

    Provinsi Jawa Tengah kepada calon Tenaga Kerja. Pada tahun 2011-2012 ini

    kepelatihan yang diberikan karyawan kepada calon Tenaga Kerja tidak sesuai

    dengan yang ditargetkan. Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

    Provinsi Jawa Tengah menargetkan dapat menempatkan >35.000 Tenaga

    Kerja, tapi kenyataanya hanya 30.849 Tenaga Kerja (Sumber : Data Bid.

  • 8

    Pelatihan Kerja dan Produktivitas Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah).

    Ketidak hadiran atau keterlambatan karyawan di dalam bekerja dapat

    menyebabkan kinerja karyawan menurun. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa jika

    karyawan tidak hadir atau terlambat dalam bekerja maka tugas yang

    dibebankan kepadanya akan terbengkalai atau tidak selesai sesuai dengan yang

    diharapkan. Dan hal ini akan menimbulkan ketidakefektifan dan

    ketidakefisienan seseorang dalam bekerja, lebih jauh lagi terjadi penurunan

    kinerja. Untuk jangka panjang hal ini akan berdampak terhadap kinerja

    organisasi. Cuti kerja merupakan hak setiap karyawan yang diberikan oleh

    organisasi, tetapi jika cuti kerja yang dilakukan terlalu lama juga akan

    berdampak terhadap kinerja karyawan tersebut.

    Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka Penulis mencoba

    mengangkatnya kedalam penulisan skripsi dengan judul “ Pengaruh

    Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja

    Karyawan pada Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

    Provinsi Jawa Tengah “.

  • 9

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut:

    1) Adakah pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja

    karyawan pada Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

    Provinsi Jawa Tengah ?

    2) Adakah pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada Dinas

    Tenaga kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah ?

    3) Adakah pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja

    terhadap kinerja karyawan pada Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    1) Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap

    kinerja karyawan pada Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.

    2) Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan

    pada Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa

    Tengah.

  • 10

    3) Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi

    kerja secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan pada Dinas Tenaga

    kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1) Manfaat Teoritis

    a. Sebagai sarana untuk melatih berfikir secara ilmiah dengan berdasar pada

    disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah khususnya lingkup

    manajemen sumber daya manusia.

    b. Untuk menambah informasi sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam

    penelitian.

    2) Manfaat Praktis

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang

    berarti, terutama bagi Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

    Provinsi Jawa Tengah, khususnya dalam mengelola sumber daya manusia

    yang telah dimiliki dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada

    Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.

    Serta mengetahui sejauh mana kepemimpinan transformasional dan motivasi

    kerja berdampak pada kinerja karyawan yang diharapkan hasilnya menjadi

    pertimbangan dalam menyusun strategi untuk meningkatkan kinerja karyawan

    di masa yang akan datang.

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Kinerja

    2.1.1 Pengertian kinerja

    Job Performance (kinerja) adalah hasil yang dicapai oleh seseorang

    menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan (As’ad,

    1980:47). Menurut Vroom (dalam As’ad, 1980:47) kinerja adalah tingkat

    sejauh mana keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya.

    Biasanya orang yang kinerjanya tinggi disebut sebagai orang yang produktif,

    tetapi sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan

    sebagai tidak produktif atau berperformance rendah.

    Definisi lain prestasi kerja atau kinerja menurut Hasibuan

    (2001:160) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

    melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan, usaha dan kesempatan.

    Stolovitch dan Keeps (dalam Rivai, 2005:14) berpendapat bahwa kinerja

    merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan

    pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.

    Sedangkan Rivai (2005:14) mengemukakan bahwa kinerja adalah

    hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode

    tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai

  • 12

    kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang

    telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

    Beberapa pengertian kinerja diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja

    adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas-

    tugas yang telah dibebankan kepadanya menurut ukuran yang berlaku untuk

    pekerjaan yang bersangkutan.

    2.1.2 Penilaian kinerja

    Penilaian kinerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi

    mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan (Handoko, 2008:135).

    Sedangkan menurut Simamora (2006:338) penilaian kinerja adalah proses

    yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu

    karyawan.

    Untuk dapat menilai kinerja karyawan secara objektif dan akurat

    adalah dengan mengukur tingkat kinerja karyawan. Pengukuran kinerja dapat

    juga berfungsi sebagai upaya mengumpulkan informasi yang dapat digunakan

    untuk mengarahkan upaya karyawan melalui serangkaian prioritas tertentu,

    seperti komunikasi (Dharma, 2001:149).

  • 13

    Robbins (2002:260) menjelaskan bahwa ada tiga perangkat kriteria

    yang paling populer untuk menilai kinerja, yaitu :

    a. Hasil kerja perorangan

    Jika mengutamakan hasil akhir, lebih dari sekedar alat, maka pihak

    manajemen harus mengevaluasi hasil kerja dari seorang pekerja. Dengan

    menggunakan hasil kerja, seorang manajer perencana dapat menentukan

    kriteria untuk kuantitas yang diproduksi, sisa yang dihasilkan, dan biaya

    per unit produksi. Demikian juga, seorang penjual dapat dinilai dari

    seluruh volume penjualan di daerah pemasarannya, kenaikan jumlah

    dolar dalam penjualan dan jumlah rekening pelanggan baru.

    b. Perilaku

    Dalam kebanyakan kasus, tidak mudah untuk mengidentifikasi hasil

    tertentu sebagai hasil lansung dari kegiatan seorang pekerja. Hal ini

    terutama sekali terlihat pada staf personalia dan perorangan yang

    memiliki tugas kerja intrinsik sebagai bagian kelompok. Pada kasus

    selanjutnya, kinerja kelompok dapat dievaluasi dengan segera, akan

    tetapi kontribusi dari setiap anggota kelompok sulit atau tidak mungkin

    diidentifikasi dengan jelas. Dalam hal ini, bukanlah keanehan bagi

    manajemen untuk mengevaluasi perilaku para pekerja.

  • 14

    c. Sifat

    Bagian paling lemah dari kriteria, sesuatu yang masih digunakan secara

    luas oleh organisasi, yaitu sifat perorangan (traits). Kita mengatakan

    faktor sifat ini lebih lemah dari hasil tugas atau perilaku karena faktor

    sifat ini akhirnya dihilangkan dari kinerja aktual dari pekerjaan itu

    sendiri. Sifat-sifat seperti “sikap yang baik”, memperlihatkan “rasa

    percaya diri”, ”dapat diandalkan”, atau “mampu bekerja sama”,

    “kelihatan sibuk”, atau “memiliki banyak pengalaman”, dapat ataupun

    tidak dapat dihubungkan dengan hasil tugas yang positif, tetapi hanya

    seseorang yang naif yang akan mengesampingkan realita bahwa faktor

    sifat tersebut jarang digunakan di dalam organisasi sebagai kriteria

    penilaian tingkat kinerja seorang pekerja.

    Dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu proses

    dimana organisasi mengevaluasi atau menilai pelaksanaan kerja atau prestasi

    kerja karyawan dengan mengukur tingkat kinerja karyawan tersebut. Kriteria

    yang digunakan adalah salah satunya adalah hasil kerja perorangan, perilaku

    dan sifat.

    2.1.3 Tujuan Penilaian Kinerja

    Robbins (2002:258) menjelaskan bahwa tujuan penilaian kinerja

    adalah :

  • 15

    1. Manajemen menggunakan penilaian untuk mengambil keputusan

    personalia secara umum.

    2. Penilaian memberikan penjelasan tentang pelatihan dan pengembangan

    yang dibutuhkan.

    3. Penilaian kinerja dapat dijadikan sebagai kriteria untuk program seleksi

    dan pengembangan yang disahkan.

    4. Penilaian kinerja juga untuk memenuhi tujuan umpan balik yang ada

    terhadap para pekerja tentang bagaimana organisasi memandang kinerja

    mereka.

    5. Penilaian kinerja digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan atau

    menetukan penghargaan.

    Tujuan dilakukannya penilaian kinerja secara umum adalah untuk

    memberikan feedback kepada karyawan dalam upaya memperbaiki tampilan

    kerjanya dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi, dan secara khusus

    dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap

    karyawan seperti untuk promosi, kenikan gaji, pendidikan, latihan, dan lain

    sebagainya (Hariandja, 2002:195).

    Sedangkan menurut Simamora (2006:343) tujuan utama sistem

    penilaian kinerja adalah untuk menghasilkan informasi yang akurat dan sahih

    tentang perilaku dan kinerja anggota oraganisasi. Sedangkan tujuan khusunya

    adalah evaluasi dan pengembangan.

  • 16

    Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua

    alasan pokok, yaitu :

    1. Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan

    pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan dibidang SDM

    dimasa yang akan datang.

    2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu

    karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan,

    mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk perkembangan

    karier dan memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang

    bersangkutan. Rivai (2005:311)

    Dapat disimpulkan bahwa tujuan dilakukannya penilaian kinerja

    adalah untuk menghasilkan informasi tentang perilaku dan kinerja karyawan

    dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas organisasi, untuk

    memberikan feedback dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan

    berbagai kebijaksanaan terhadap karyawan.

    2.1.4 Metode penilaian kinerja

    Menurut Hariandja (2002:204) secara praktis banyak metode

    penilaian yang dilakukan, yang sudah barang tentu berbeda-beda antara satu

    perusahaan dengan perusahaan lain. Keseluruhan metode tersebut secara garis

    besar dikelompokan dalam dua kategori, yaitu :

  • 17

    1. Penilaian yang berorientasi pada masa lalu

    Metode penilaian yang berorientasi pada masa lalu diartikan sebagai

    penilaian perilaku kerja yang dilakukan pada masa lalu sebelum penilaian

    dilakukan. Melalui penilaian tersebut dapat dilakukan usaha untuk

    mengubah perilaku kerja atau pengembangan pegawai. Beberapa metode

    penilaian ini terdiri dari :

    1) Ratting scale

    Penilaian yang didasarkan pada suatu skala pada standar-standar

    penilaian seperti inisiatif, tanggung jawab, hasil kerja secara umum

    dan lain-lain. Penilaian dilakukan oleh seorang penilai yang biasanya

    atasan langsung, yang dilakukan secara subyektif.

    2) Checklist

    Penilaian yang didasarkan pada suatu standar penilaian yang sudah

    dideskripsikan terlebih dahulu, kemudian penilai memeriksa apakah

    pegawai sudah memenuhi atau melakukannya.

    3) Critical incident technique

    Penilaian yang didasarkan pada perilaku khusus yang dilakukan

    ditempat kerja baik perilaku yang baik atau tidak baik. Penilaian

    dilakukan melalui observasi langsung ke tempat kerja, kemudian

    mencatat perilaku-perilaku kritis yang baik atau tidak baik, dan

    mencatat tanggal dan waktu terjadinya perilaku tersebut.

  • 18

    4) Skala penilaian barjangkar perilaku

    Penilaian yang dilakukan dengan menspesifikasi penilaian dalam

    dimensi-dimensi tertentu, kemudian masing-masing dimensi

    diidentifikasi berdasarkan perilaku tertentu, baik perilaku yang baik

    atau tidak.

    5) Observasi dan tes unjuk kerja

    Penilaian yang dilakukan melalui tes di lapangan.

    6) Metode perbandingan kelompok

    Metode ini dilakukan dengan membandingkan seorang pegawai

    dengan rekan sekerjanya yang dilkakukan oleh atasan.

    2. Penilaian yang berorientasi pada masa depan

    1) Penilaian diri sendiri

    Penilaian pegawai untuk diri sendiri dengan harapan pegawai

    tersebut dapat mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang

    perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.

    2) Management by objekctive (MBO)

    Sebuah program manajemen yang melibatkan pegawai dalam

    pengambilan untuk menentukan sasaran-sasaran yang dicapainya,

    disini kinerja seseorang dinilai melalui tujuan-tujuan yang

    ditetapkannya serta pencapaian tujuan tersebut.

  • 19

    3) Penilaian secara psikologis

    Proses penilaian yang dilakukan oleh para ahli psikologi untuk

    mengetahui potensi seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan

    pekerjaan.

    4) Assessment centre

    Penilaian yang dilakukan melalui serangkaian teknik penilaian dan

    dilakukan oleh sejumlah penilai untuk mengetahui potensi seseorang

    dalam melakukan tanggung jawab yang lebih besar.

    2.1.5 Faktor -faktor yang mempengaruhi kinerja

    Bernardin (dalam Robbins, 1998:260) mengemukakan bahwa kinerja

    dikatakan baik bila karyawan memenuhi hal-hal sebagai berikut :

    1. Kualitas kerja

    Tingkat dimana hasil aktivitas yang dikehendaki mendekati sempurna

    dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas,

    maupun memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas.

    Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan

    yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan

    kemampuan karyawan.

  • 20

    2. Kuantitas

    Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti

    jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. Kuantitas yang

    diukur dari persepsi karyawan terhadap jumlah aktifitas yang ditugaskan

    beserta hasilnya.

    3. Ketepatan waktu

    Tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan,

    dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan

    waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari

    persepsi pegawai terhadap suatu aktifitas yang diselesaikan dari awal

    waktu sampai menjadi output.

    4. Efektivitas

    Tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi,

    bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikan hasil dari setiap

    unit dalam penggunaan sumber daya. Efektifitas kerja diukur dari

    persepsi karyawan dalam menilai pemanfaatan waktu dalam menjalankan

    tugas, efektifitas menyelesaikan tugas yang dibebankan organisasi.

    5. Kemandirian

    Tingkat dimana karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa

    meminta bantuan atau bimbingan dari orang lain. Kemandirian diukur

  • 21

    dari persepsi karyawan dalam melakukan fungsi kerjanya masing-

    masing, sesuai dengan tanggung jawabnya.

    6. Komitmen kerja

    Tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi

    dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor. Diukur dari persepsi

    pegawai dalam membina hubungan dengan instansi serta tanggung jawab

    dan loyalitas pegawai.

    Sedangkan menurut James A. F. Stoner dan R.E. Freeman (dalam

    Dharma, 2001:554) faktor yang berpengaruh terhadap kinerja adalah :

    1. Kuantitas kerja (quantity of work), yaitu jumlah kerja yang dilakukan

    dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

    2. Kualitas kerja (quality of work), yaitu kualitas kerja yang dicapai

    berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

    3. Kreativitas (creativeness), yaitu keaslian gagasan-gagasan yang

    dimunculkan dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan

    persoalan-persoalan yang muncul.

    4. Pengetahuan mengenai pekerjaan (knowledge of job), yaitu luasnya

    pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.

    5. Kerjasama (cooperation), yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan

    orang lain sesama amggota organisasi.

    6. Inisiatif (initiative), yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas

    baru.

  • 22

    7. Ketergantungan (dependability), yaitu kesadaran dan dapat dipercaya

    dalam hal kehadiran dalam melaksanakan pekerjaan.

    8. Kualitas pribadi (personal quality), yaitu menyangkut kepribadian,

    kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi.

    2.1.6 Indikator Kinerja

    Indikator kinerja karyawan yang dipakai di dalam penelitian ini adalah dari

    pendapat yang dikemukakan oleh Bernardin (dalam Robbins, 1998:260) dan James

    A. F. Stoner dan R.E. Freeman (dalam Dharma, 2001:554). Indikator tersebut

    adalah sebagai berikut :

    1. Kualitas kerja

    2. Kuantitas kerja

    3. Pengetahuan mengenai pekerjaan

    4. Kerjasama

    5. Ketepatan waktu

    6. Efektivitas

    7. Kemandirian

    8. Komitmen kerja

  • 23

    Alasan digunakannya indikator ini adalah agar dapat disesuaikan dengan

    objek yang diteliti dalam hal ini karyawan di Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.

    2.2 Kepemimpinan Transformasional

    2.2.1 Pengertian kepemimpinan transformasional

    Henry Pratt Faiechild (dalam Kartono, 1994:33) mendefinisikan

    pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai

    tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau

    mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan

    posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang

    membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan

    akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya. Kartono

    (1994:33) mendefinisikan pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki

    kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang,

    sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama

    melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa

    tujuan.

    Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

    kepemimpinannya untuk mengarahkan bawahan dalam mengerjakan sebagian

    pekerjaannya untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan kepemimpinan

    adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau

    bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

  • 24

    Jika seorang pemimpin kurang kreatif dan tidak dinamis maka perusahaan

    yang dipimpinnya pun akan melempem. Umumnya hal ini juga menentukan

    bagaimana perusahaan itu memimpin pekerja dan pekerjaannya. Kegiatan dan

    dinamika yang terjadi dalam perusahaan sebagian besar ditentukan oleh cara

    pemimpin memimpin perusahaan. Efektivitas para bawahan sebagian besar

    ditentukan oleh efektivitas kepemimpinan seorang pemimpin (Hasibuan,

    2001:42).

    Prof. Kimball Young (dalam Kartono, 1994:50) mendefinisikan

    kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemauan pribadi yang

    sanggup mendorong atau mengajak orang lain unuk berbuat sesuatu,

    berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki

    keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus. Menurut Hasibuan (2001:197)

    kepemimpinan adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi perilaku

    bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk

    mencapai tujuan organisasi.

    Menurut Bass (dalam Mutamimah, 2001:3) mendefinisikan

    kepemimpinan transformasional terjadi jika pemimpin memperluas dan

    membangkitkan minat karyawannya, membangkitkan kesadaran dan

    penerimaan tujuan dan misi kelompok. Sedangkan menurut O’Leary

    (2001:21) kepemimpinan transformasional berusaha membawa tiap-tiap

    individu dan tim bekerja melampaui status–quo. Pemimpin transformasional

    adalah seorang yang memiliki kekuatan untuk mendatangkan perubahan di

    dalam diri para anggota tim dan di dalam organisasi secara keseluruhan.

  • 25

    Menurutnya kepemimpinan transformasional dapat digunakan bila diperlukan

    untuk meningkatkan kinerja.

    Robbins (2008:90) mendefinisikan kepemimpinan transformasional

    adalah pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk

    mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi

    dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para

    pengikutnya. Mereka menaruh perhatian terhadap kebutuhan pengembangan

    diri para pengikutnya; mengubah kesadaran para pengikut atas isu-isu yang

    ada dengan cara membantu orang lain memandang masalah lama dengan cara

    yang baru; serta mampu menyenangkan hati dan menginspirasi para

    pengikutnya untuk bekerja keras guna mencapai tujuan-tujuan bersama.

    Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional adalah

    suatu gaya kepemimpinan yang lebih memotivasi atau menginspirasi

    karyawan untuk dapat merubah dirinya sehingga dapat bekerja keras guna

    mencapai tujuan-tujuan bersama.

    2.2.2 Sifat-sifat kepemimpinan

    Ordway Tead (dalamKartono, 1994:38) mengemukakan kemampuan

    dan sifat pemimpin sebagai berikut:

    1. Energi jasmani dan mental, yaitu pemimpin mempunyai daya tahan,

    keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa. Demikian juga didukung

    dengan semangat juang, motivasi kerja, disiplin, dan kesabaran.

  • 26

    2. Kesadaran akan tujuan dan arah, yaitu pemimpin memiliki keyakinan

    yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang

    dikerjakan pemimpin tahu persis kemana arah yang akan ditujunya dan

    memberi manfaat bagi dirinya dan kelompok.

    3. Antusiasme, yaitu pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan

    dicapai membangkitkan, optimisme, dan semangat besar pada pribadi

    pemimpin maupun anggota kelompok.

    4. Keramahan dan kecintaan, yaitu kasih sayang dan dedikasi pemimpin

    bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-

    perbuatan yang menyenangkan bagi semua

    pihak. Sedangkan keramahan juga memberikan pengaruh pemimpin

    dalam mencapai tujuan.

    5. Integritas, yaitu dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin

    memberikan ketauladanan, agar dia patuhi dan diikuti oleh anggota

    kelompoknya.

    6. Penguasaan teknis, yaitu pemimpin harus memiliki satu atau beberapa

    kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan

    kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.

    7. Ketegasan dalam mengambil keputusan, yaitu mengambil keputusan

    secara tepat, tegas, dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan

    pengalamannya.

  • 27

    8. Kecerdasan, yaitu kemampuan pemimpin untu melihat dan mematuhi

    dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal

    yang krusial, dan cepat menemukan cara-cara

    penyelesaiannya dalam waktu yang singkat.

    9. Keterampilan mengajar, yaitu pemimpin harus mampu menuntun,

    mendidik, mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan anak buahnya

    atau anggotanya untuk berbuat sesuatu.

    10. Kepercayaan, yaitu bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik,

    dipengaruhi secara positif dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang

    benar.

    2.2.3 Fungsi-fungsi kepemimpinan

    Menurut Hasibuan (2001:199) fungsi-fungsi kepemimpinan adalah :

    1. Pengambilan keputusan dan merealisasikan keputusan itu.

    2. Pendelegasian wewenang dan pembagian kerja kepada para bawahan.

    3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna semua unsur manajemen (6M).

    4. Memotivasi bawahan, supaya bekerja efektif dan bersemangat.

    5. Mengembangkan imajinasi, kreatifitas dan loyalitas bawahan.

    6. Pemrakarsa, penggiatan dan pengendalian rencana.

    7. Mengkoordinasi dan mengintegrasi kegiatan-kegiatan bawahan.

  • 28

    8. Penilaian prestasi dan pemberian teguran atau penghargaan kepada

    bawahan.

    9. Pengembangan bawahan melalui pendidikan atau pelatihan.

    10. Melaksanakan pengawasan melekat (waskat) dan tindakan-tindakan

    perbaikan jika perlu.

    11. Memelihara aktivitas-aktivitas perusahaan sesuai dengan izinnya.

    12. Mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada pemilik,

    karyawan dan pemerintah.

    13. Membina dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

    14. Pemberian kompensasi, ketenangan dan keselamatan bagi karyawan.

    15. Dan lain sebagainya.

    2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan transformasional

    Bass (dalam Mutamimah, 2001:3) menjelaskan bahwa seorang

    pemimpin dapat mentransformasikan bawahannya melalui empat komponen

    yang terdiri dari :

    1. Charismatic Leadership (Kharismatik/pengaruh terhadap individu)

    Pemimpin tersebut mempunyai power dan pengaruh. karyawan

    dibangkitkan, sehingga mempunyai tingkat kepercayaan dan keyakinan.

  • 29

    Pemimpin membangkitkan dan menyenangkan karyawannya dengan

    meyakinkan bahwa mereka mampu menyelesaikan sesuatu yang lebih

    besar dengan usaha ekstra.

    2. Inspirational Motivation (Motivasi inspiratif)

    Pemimpin transformasional selalu memotivasi dan merangsang

    bawahannya dengan menyiapkan pekerjaan yang berarti dan menantang,

    antusiasme dan optimisme ditunjukan. Pemimpin selalu

    mengkomunikasikan visi, misi dan harapan-harapan dengan tujuan agar

    bawahan mempunyai komitmen yang tinggi untuk mencapai tujuan.

    3. Intellectual Stimulation (Stimulasi intelektual)

    Pemimpin selalu menstimuli bawahannya secara intelektual, sehingga

    mereka menjadi inovatif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah

    dengan cara-cara yang baru. Selain itu, pemimpin mengajarkan dengan

    melihat kesulitan sebagai masalah yang harus diselesaikan dan

    memberikan penyelesaian masalah secara rasional.

    4. Individualized Consideration (Konsiderasi individual)

    Pemimpin memberikan perhatian kepada karyawan secara individual,

    seperti : kebutuhan karyawan untuk berprestasi, memberikan gaji,

    memberi nasehat kepada karyawan sehingga karyawan dapat tumbuh dan

    berkembang.

  • 30

    Pendapat Bass (dalam Mutamimah, 2001:3) tersebut didukung oleh

    pendapat Yulk (1998:297) dan O’Leary (2001:22) yang menyatakan bahwa

    Charismatic Leadership, Inspirational Motivation, Intellectual Stimulation

    dan Individualized Consideration mempunyai pengaruh terhadap

    kepemimpimpinan transformasional.

    2.2.5 Indikator kepemimpinan transformasional

    Indikator kepemimpinan transformasional yang dipakai di dalam

    penelitian ini adalah dari pendapat yang dikemukakan oleh Bass (dalam

    Mutamimah, 2001:3) yang didukung oleh pendapat Yulk (1998:297) dan

    O’Leary (2001:22). Indikator tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Charismatic Leadership (Kharismatik/pengaruh terhadap individu)

    2. Inspirational Motivation (Motivasi inspiratif)

    3. Intellectual Stimulation (Stimulasi intelektual)

    4. Individualized Consideration (Konsiderasi individual)

  • 31

    2.3 Motivasi Kerja

    2.3.1 Pengertian motivasi kerja

    Gibson (1995:94) mendefinisikan motivasi adalah konsep yang

    menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan yang

    memulai dan mengarahkan perilaku. Handoko (2001:252) mengartikan

    motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

    keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna

    mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan

    pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan

    kepuasan dirinya.

    Menurut Gray, et-al (dalam Winardi, 2005:2) menyatakan bahwa

    motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal atau

    eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap

    antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan

    tertentu.

    Winardi (2005:1) menjelaskan istilah motivasi (motivation) berasal

    dari perkataan bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to

    move). Diserap dalam bahasa Inggris menjadi motivation berarti pemberian

    motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan

    yang menimbulkan dorongan. Selanjutnya Winardi (2005:33)

    mengemukakan, motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya.

  • 32

    Steiner (dalam Hasibuan, 2001:218) mengemukakan motif adalah

    suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak dan secara

    langsung atau mengarah kepada sasaran akhir. Hal ini ditegaskan oleh

    Anoraga (2006:35) bahwa motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif.

    Dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. motivasi kerja yaitu

    sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat dan

    lemahnya motivasi seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecil prestasi

    kerja atau kinerjanya.

    Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2006:114) motivasi adalah

    keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak.

    Orang biasanya bertindak karena satu alasan: untuk mencapai tujuan. Jadi

    motivasi adalah sebuah dorongan yang diatur oleh tujuan dan jarang muncul

    dalam kekosongan. kata-kata kebutuhan, keinginan, hasrat dan dorongan,

    semuanya serupa dengan motif, yang merupakan asal dari kata motivasi.

    Memahami motivasi sangatlah penting karena kinerja, reaksi terhadap

    kompensasi, dan persoalan SDM yang lain dipengaruhi dan mempengaruhi

    motivasi.

    Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang

    mendorong keinginan individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna

    mencapai tujuan tertentu.

  • 33

    2.3.2 Tujuan pemberian motivasi

    Menurut Hasibuan (2001:221) tujuan dilakukan pemberian motivasi

    adalah

    1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan

    2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan

    3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan

    4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan

    5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan

    6. Mengefektifkan pengadaan karyawan

    7. Menciptakan suansana dan hubungan kerja yang baik

    8. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan

    9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan

    10. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya

    11. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku

    2.3.3 Aspek motivasi

    Menurut Hasibuan (2001:220) aspek motivasi dibedakan antara

    aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis.

  • 34

    1. Aspek aktif atau dinamis yaitu motivasi akan tampak sebagai suatu usaha

    positif dalam menggerakan dan mengarahkan sumber daya manusia agar

    secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.

    2. Aspek pasif atau statis yaitu motivasi akan tampak sebagai kebutuhan

    dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan

    menggerakan potensi sumber daya manusia ke arah tujuan yang

    diinginkan.

    2.3.4 Pola motivasi

    Menurut Dr. David McClelland (dalam Hasibuan, 2001:220)

    mengemukakan pola motivasi sebagai berikut :

    1. Achivement motivation, adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau

    mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan dan pertumbuhan.

    2. Affiliation motivation, adalah dorongan untuk melakukan hubungan-

    hubungan dengan orang lain.

    3. Competence motivation, adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan

    melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi.

    4. Power motivation, adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu

    keadaan dan adanya kecenderungan mengambil risiko dalam

    menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi.

  • 35

    2.3.5 Jenis-jenis motivasi

    Menurut Hasibuan (2001:222) jenis-jenis motivasi yaitu :

    1. Motivasi positif (insentif positif) manajer memotivasi bawahan dengan

    memberikan hadiah seperti memberikan pujian, penghargaan, bonus,

    piagam dan lain sebagainya kepada mereka yang berprestasi baik.

    Dengan memotivasi positif ini semangat kerjabawahan akan meningkat,

    karena manusia umumnya senang menerima yang baik-baik saja.

    2. Motivasi negatif (insentif negatif) manajer memotivasi bawahannya

    dengan memberikan hukuman seperti peringatan, teguran, himbauan dan

    sebagainya kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasinya

    rendah). Dengan motivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam

    jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka taku dihukum;

    tetapi dalam jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.

    2.3.6 Metode motivasi

    Menurut Hasibuan (2001:222) metode motivasi yaitu :

    1. Metode langsung (direct motivation), adalah motivasi (material dan

    nonmaterial) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu

    karyawan terlebih lagi karyawan yang berprestasi baik untuk memenuhi

    kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti memberikan

    pujian, penghargaan, bonus, piagam dan lain sebagainya.

  • 36

    2. Motivasi tidak langsung (indirect motivation), adalah motivasi yang

    diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta

    menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah

    dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya: kursi yang empuk,

    mesin-mesin yang baik, ruangan kerja terang dan nyaman, suasana dan

    lingkungan pekerjaan yang baik, penempatan karyawan yang tepat dan

    lain-lainnya. Motivasi tidak langsung ini besar pengaruhnya untuk

    merangsang semangat bekerja karyawan, sehingga produktivitas kerja

    meningkat.

    2.3.3 Teori motivasi

    Menurut Hasibuan (2001:223) teori motivasi dikelompokan atas:

    1. Teori Kepuasan (Content Theory)

    Mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan

    individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara

    tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri

    orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan

    perilakunya. Tinggi rendahnya tingkat kebutuhan dan kepuasan yang

    ingin dicapai seseorang mencerminkan semangat bekerja orang tersebut.

    Contoh : Teori motivasi klasik, Maslow, Herzberg, Mc Clelland, ERG,

    Human Relation dan Cloude S. George.

    2. Teori Proses (Process Theory)

  • 37

    Menyatakan bahwa motivasi sebagai proses sebab akibat bagaimana

    seseorang bekerja dan hasil apa yang akan diperolehnya. Contoh : Teori

    harapan dan keadilan.

    3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

    Menyatakan hubungan sebab akibat dari perilaku dengan pemberian

    kompensasi, misal promosi dan bonus. Contoh : Pengukuhan positif dan

    negatif.

    Beberapa teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli antara lain

    adalah sebagai berikut :

    1. Teori motivasi klasik

    Menyatakan bahwa motivasi para pekerja hanya untuk dapat

    memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja. Kebutuhan biologis ini

    akan terpenuhi, jika gaji atau upah yang diberikan cukup besar, sehingga

    semangat kerja merekapun akan meningkat (Hasibuan, 2001:224).

    2. Maslow Need Hierarchy Theory (Teori Hirarki Kebutuhan Maslow)

    Maslow’s Need Hierarchy Theory atau A Theory of Human

    Motivation, dikemukakan oleh A. H. Maslow tahun 1943. Teori ini

    merupakan kelanjutan dari Human Science Theory Elton Mayo (1880-1949)

    yang menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasasn seseorang itu jamak yaitu

    kebutuhan biologis dan psokologis berupa material dan nonmaterial

    (Hasibuan, 2001:224).

  • 38

    Hirarki kebutuhan dari Maslow :

    1) Physiological needs (Kebutuhan fisik)

    Kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

    seseorang, seperti makan, minum, udara, perumahan dan lain-lainnya.

    Keinginan memenuhi kebutuhan fisik ini merangsan seseorang

    berperilaku dan bekerja giat.

    2) Safety and security needs (Kebutuhan keamanan dan keselamatan)

    Kebutuhan akan keamanan dari ancaman, yakni merasa aman dari

    ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan.

    3) Affiliation or acceptance needs (Kebutuhan sosial)

    Kebutuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam

    pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya.

    4) Esteem or status needs (Kebutuhan penghargaan diri dan pengakuan)

    Kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan serta penghargaan pretise

    dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.

    5) Self actualization (Kebutuhan aktualisasi diri)

    Kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan,

    kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai pretasi

    kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang

    lain

  • 39

    3. Teori dua faktor dari Herzberg

    Herzberg (dalam Hasibuan,2001:228) menyatakan bahwa orang

    dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang

    merupakan kebutuhan, yaitu :

    1. Maintenance Factors

    2. Motivation Factors

    Konsep higiene disebut dua faktor, yaitu :

    a. Isi pekerjaan (content = satisfiers)

    1) Prestasi

    2) Pengakuan

    3) Pekerjaan itu sendiri

    4) Tanggung jawab

    5) Pengembangan potensi individu

    b. Faktor higienis (demotivasi = dissatisfiers)

    1) Gaji atau upah

    2) Kondisi kerja

    3) Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan

    4) Hubungan antar pribadi

  • 40

    5) Kualitas supervisi

    4. McClelland’s Achievement Motivation Theory (Teori Motivasi

    Prestasi)

    Teori motivasi pretasi dikemukakan oleh David McClelland, teori ini

    berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial.

    Bagaimana energi ini dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan

    dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia

    (Hasibuan, 2001:230).

    Energi ini akan dimanfaatkan oleh karyawan karena didorong oleh :

    1) Kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat.

    2) Harapan keberhasilannya.

    3) Nilai insentif yang terletak pada tujuan.

    McClelland mengelompokan tiga kebutuhan manusia yang dapat memotivasi

    gairah bekerja, yaitu :

    1) Kebutuhan akan prestasi (Need for achievement)

    Merupakan daya pengerak yang memotivasi semangat kerja seseorang.

    Mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan

    mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimiliinya demi

    mencapai prestasi kerja yang optimal.

    2) Kebutuhan akan afiliasi (Need for affiliation)

  • 41

    Kebutuhan ini menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat

    kerja seseorang. Karena itu kebutuhan afiliasi ini yang merangsang

    gairah kerja seorang karyawan, sebab setiap orang menginginkan :

    a. Kebutuhan akan perasaan dihormati oleh orang lain dilingkungan ia

    hidup dan bekerja.

    b. Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa

    dirinya penting.

    c. Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal.

    d. Kebutuhan akan perasaan ikut serta.

    3) Kebutuhan akan kekuasaan (Need for power)

    Merangasang dan memotivasi gairah kerja seseorang serta mengerahkan

    semua kemampua demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang

    terbaik dalam organisasi.

    5. Teori ERG

    Teori ERG dikemukakan oleh Clayton Aldefer seorang ahli dari

    Yale University. Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori kebutuhan

    yang dikemukakan oleh A. H. Maslow. Teori ERG ini oleh para ahli dianggap

    lebih mendekati keadaan sebenarnya berdasarkan fakta - fakta empiris

    (Hasibuan, 2001:232).

  • 42

    Aldefer mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan yang utama,

    yaitu :

    1) Kebutuhan akan keberadaan (Exsistence needs)

    Berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk di dalamnya

    Physiological needs dan safety needs dari Maslow.

    2) Kebutuhan akan afiliasi (Relatedness needs)

    Menekankan akan pentingnya hubungan antar individu (interpersonal

    relationships) dan bermasyarakat (social relationships).

    3) Kebutuhan akan kemajuan (Growth needs)

    Keinginan instrinsik dalam diri seseorang untuk maju atau meningkatkan

    kemampuan pribadinya.

    Perbedaan Teori ERG dengan Teori hirarki kebutuhan Maslow, yaitu :

    1) Teori ERG menyatakan bahwa lebih dari satu kebutuhan dapat bekerja

    pada saat yang bersamaan, artinya tidak selalu harus bertingkat-tingkat

    atau berjenjang seperti yang dikemukakan oleh Maslow.

    2) Teori ERG menyatakan, jika untuk mencapai pemuasan kebutuhan yang

    lebih tinggi sulit dicapai maka keinginan untuk memuaskan kebutuhan

    yang lebih rendah menjadi meningkat.

  • 43

    2.3.4 Indikator Motivasi

    Indikator motivasi yang dipakai di dalam penelitian ini adalah

    berdasarkan teori hirarki kebutuhan maslow dikemukakan oleh A. H. Maslow

    tahun 1943 (Hasibuan, 2001:224). Indikator tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Physiological needs (Kebutuhan fisik)

    2. Safety and security needs (Kebutuhan keamanan dan keselamatan)

    3. Affiliation or acceptance needs (Kebutuhan sosial)

    4. Esteem or status needs (Kebutuhan penghargaan diri dan pengakuan)

    5. Self actualization (Kebutuhan aktualisasi diri)

    2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan

    Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu yang Relevan

    No Peneliti Judul Tahun Hasil Penelitian

    1. Arya

    Pangkuriang

    Pengaruh Gaya

    Kepemimpinan

    Transformasional,

    Motivasi Kerja dan

    Kompensasi terhadap

    Kinerja karyawan unit

    Sewing PT. Vision

    Land Semarang

    2010 Didalam penelitian ini

    Kepemimpinan

    Transformasional,

    Motivasi Kerja dan

    Kompensasi mempunyai

    pengaruh positif terhadap

    kinerja karyawan pada

    unit Sewing PT. Vision

    Land Semarang

    yakni sebesar 62,8%.

  • 44

    2. Fitriani

    Mardiningsih

    Pengaruh

    Kepemimpinan dan

    Motivasi Kerja

    Tehadap Kinerja

    Karyawan Pada

    kospin Jasa Cabang

    Brebes

    2010 Didalam penelitian

    iniadapengaruh

    positifkepemimpinan dan

    motivasi kerja terhadap

    kinerjakaryawan Pada

    kospin Jasa Cabang

    Brebes sebesar 52,4% dan

    sisanya 47,6%

    dipengaruhi oleh faktor

    lain.

    3. Ita Ernawati Pengaruh

    Kepemimpinan

    Transformasional,

    Motivasi Kerja, dan

    Lingkungan Kerja

    Terhadap Kinerja

    Karyawan Bagian

    Produksi Pada CV.

    Graha Indah Furniture

    Jepara

    2011 Didalam penelitian ini

    kepemimpinan

    transformasional,

    motivasi dan lingkungan

    kerja mempunyai

    pengaruh yang positif dan

    signifikan terhadap

    kinerja karyawan pada

    CV. Graha Indah

    Furniture Jepara yakni

    sebesar 56,1% dan

    sisanya 43,9%

    dipengaruhi oleh faktor

    lain.

    4. Dr Musriha Influences of Work

    Behavior, Work

    Environment and

    Motivation in Clove

    Cigarette factories in

    Kudus,

    Indonesia

    2011 (1)Lingkungan kerja

    secara signifikan

    berpengaruh terhadap

    kinerja karyawan di

    Pabrik rokok Kabupaten

    Kudus, Jawa Tengah.

    Tengah.

    (2) Motivasi

    Kerja secara signifikan

    mempengaruhi kinerja

    pekerjaan pelinting rokok

    di Kabupaten Kudus,

    Jawa Tengah

    5 Hammed, T.

    Ayo dan

    Shadare,

    Oluseyi.A

    Influence of Work

    Motivation,

    Leadership

    Effectiveness and

    Time Management on

    Employees’

    Performance in Some

    Selected Industries in

    Ibadan, Oyo State,

    2009 Dalam penelitian ini ada

    pengaruh positif antara

    motivasi kerja terhadap

    kinerja karyawan di

    beberapa industri yang

    terpilih di Ibadan, Oyo

    State, Nigeria dengan

    koefisien parsial sebesar

    28,9%.

  • 45

    Nigeria

    6 Bambang

    Murdian

    Pengaruh

    Kepemimpinan

    Transformasional dan

    motivasi terhadap

    kinerja karyawan

    pada Badan

    Penanaman Modal

    Daerah (BPMD)

    Provinsi Jawa Tengah

    2005 Didalam penelitian ini

    disebutkan bahwa

    Kepemimpinan

    Transformasional dan

    motivasi mempunyai

    pengaruh positif terhadap

    kinerja karyawan pada

    Badan Penanaman Modal

    Daerah (BPMD) Provinsi

    Jawa Tengah yakni

    sebesar 64% dan sisanya

    36% di pengaruhi oleh

    faktor lain

    7 Ajayi, Isaac

    A. Awosusi,

    Omojolao O.

    Arogundade,

    Bukola B dan

    Ekundayo,

    Haastrup T.

    Work Environment as

    Correlate of Academic

    Staff Job

    Performance in South

    West Nigerian

    Universities

    2011 Penelitian ini disebutkan

    bahwa ada pengaruh

    secara signifikan

    lingkungan kerja dengan

    kinerja staf akademik di

    Perguruan Tinggi Nigeria

    8 Mawol,

    Mohammed

    Abubakar

    dan

    Babandako,

    Abdullahi

    Yusuf

    An Evaluation Of

    Staff Motivation,

    Dissatisfaction and

    Job

    Performance in An

    Academic Setting

    2011 Didalam penelitian ini

    disebutkan bahwa

    motivasi berpengaruh

    terhadap kinerja

    pekerjaan dan kepuasan

    kerja di lingkungan

    akademik

    2.5 Kerangka Berfikir

    Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

    kepemimpinannya untuk mengarahkan bawahan dalam mengerjakan sebagian

    pekerjaannya untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan kepemimpinan

    adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau

    bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi

    (Hasibuan, 2001:42). Kepemimpinan transformasional berusaha membawa

  • 46

    tiap-tiap individu dan tim bekerja melampaui status–quo. Pemimpin

    transformasional adalah seorang yang memiliki kekuatan untuk mendatangkan

    perubahan di dalam diri para anggota tim dan di dalam organisasi secara

    keseluruhan. Menurutnya kepemimpinan transformasional dapat digunakan

    bila diperlukan untuk meningkatkan kinerja (O’Leary, 2001:21).

    Menurut Bass (dalam Mutamimah, 2001:3) yang didukung oleh

    pendapat Yulk (1998:297) dan O’Leary (2001:22) terdapat beberapa dimensi

    kepemimpinan transformasional yaitu Charismatic Leadership (Berkharisma)

    yaitu pemimpin tersebut mempunyai power dan pengaruh. Karyawan

    dibangkitkan, sehingga mempunyai tingkat kepercayaan dan keyakinan.

    Pemimpin membangkitkan dan menyenangkan karyawannya dengan

    meyakinkan bahwa mereka mampu menyelesaikan sesuatu yang lebih besar

    dengan usaha ekstra; Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasional) yaitu

    pemimpin transformasional selalu memotivasi dan merangsang bawahannya

    dengan menyiapkan pekerjaan yang berarti dan menantang, antusiasme dan

    optimisme ditunjukan. Pemimpin selalu mengkomunikasikan visi, misi dan

    harapan-harapan dengan tujuan agar bawahan mempunyai komitmen yang

    tinggi untuk mencapai tujuan; Intellectual Stimulation (Stimulasi Intelektual)

    yaitu pemimpin selalu menstimuli bawahannya secara intelektual, sehingga

    mereka menjadi inovatif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah dengan

    cara-cara yang baru. Selain itu, pemimpin mengajarkan dengan melihat

    kesulitan sebagai masalah yang harus diselesaikan dan memberikan

    penyelesaian masalah secara rasional; Individualized Consideration

  • 47

    (Konsiderasi Individual) yaitu pemimpin memberikan perhatian kepada

    karyawan secara individual, seperti : kebutuhan karyawan untuk berprestasi,

    memberikan gaji, memberi nasehat kepada karyawan sehingga karyawan dapat

    tumbuh dan berkembang. Dengan semuanya ini dampak yang timbul adalah

    kinerja karyawan diharapkan akan meningkat, dan dengan meningkatnya

    kinerja karyawan maka diharapkan kinerja organisasi juga akan meningkat.

    Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan

    orang tersebut bertindak. Orang biasanya bertindak karena satu alasan: untuk

    mencapai tujuan. Jadi motivasi adalah sebuah dorongan yang diatur oleh tujuan

    dan jarang muncul dalam kekosongan. kata-kata kebutuhan, keinginan, hasrat

    dan dorongan, semuanya serupa dengan motif, yang merupakan asal dari kata

    motivasi. Memahami motivasi sangatlah penting karena kinerja, reaksi

    terhadap kompensasi, dan persoalan SDM yang lain dipengaruhi dan

    mempengaruhi motivasi menurut (Mathis dan Jackson, 2006:114). Motivasi

    adalah pemberian atau penimbulan motif. Dapat pula diartikan hal atau

    keadaan menjadi motif. motivasi kerja yaitu sesuatu yang menimbulkan

    semangat atau dorongan kerja. Kuat dan lemahnya motivasi seorang tenaga

    kerja ikut menentukan besar kecil prestasi kerja atau kinerjanya (Anoraga,

    2006:35). Menurut Teori hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh

    maslowbahwa yang mendorong orang mau bekerja adalah kebutuhan fisik,

    kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan sosial, kebutuhan

    penghargaan diri dan pengakuan dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan

    fisik yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan

  • 48

    hidup seseorang, seperti makan, minum, udara, perumahan dan lain-lainnya.

    Keinginan memenuhi kebutuhan fisik ini merangsan seseorang berperilaku dan

    bekerja giat. Kebutuhan keamanan dan keselamatan yaitu kebutuhan akan

    keamanan dari ancaman, yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan

    keselamatan dalam melakukan pekerjaan. Kebutuhan sosial yaitu teman,

    dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan

    lingkungannya. Kebutuhan penghargaan diri dan pengakuan yaitu kebutuhan

    akan penghargaan diri, pengakuan serta penghargaan pretise dari karyawan dan

    masyarakat lingkungannya. Kebutuhan akan aktualisasi diri yaitu dengan

    menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk

    mencapai pretasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit

    dicapai orang lain.

    Kinerja adalah tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang dalam

    menyelesaikan pekerjaannya. Biasanya orang yang kinerjanya tinggi disebut

    sebagai orang yang produktif, tetapi sebaliknya orang yang levelnya tidak

    mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif atau berperformance

    rendah (Vroom dalam As’ad, 1980:47). Menurut Bernardin (dalam Robbins,

    1998:260) dan James A. F. Stoner dan R.E. Freeman (dalam Dharma,

    2001:554) faktor yang mempengaruhi kinerja adalah Kualitas kerja, tingkat

    dimana hasil aktivitas yang dikehendaki mendekati sempurna dalam arti

    menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas, maupun

    memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas; Kuantitas kerja

    yaitu jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit,

  • 49

    jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan; Kuantitas yang diukur dari persepsi

    karyawan terhadap jumlah aktifitas yang ditugaskan beserta hasilnya;

    Pengetahuan mengenai pekerjaan yaitu luasnya pengetahuan mengenai

    pekerjaan dan keterampilannya; Kerjasama yaitu kesediaan untuk bekerjasama

    dengan orang lain sesama amggota organisasi; Ketepatan waktu yaitu tingkat

    suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari

    sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang

    tersedia untuk aktivitas lain; Efektivitas yaitu pemanfaatan waktu dalam

    menjalankan tugas, efektifitas menyelesaikan tugas yang dibebankan

    organisasi; Kemandirian yaitu tingkat dimana karyawan dapat melakukan

    fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan atau bimbingan dari orang lain, diukur

    dari persepsi karyawan dalam melakukan fungsi kerjanya masing-masing,

    sesuai dengan tanggung jawabnya; Komitmen kerja yaitu tingkat dimana

    karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab

    karyawan terhadap kantor; kedisiplinan yaitu tingkat dimana karyawan disiplin

    di dalam bekerja.

    Dengan melihat uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa faktor

    kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja berpengaruh terhadap

    kinerja karyawan. Jadi pola pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut :

  • 50

    Gambar 1

    Kerangka Berfikir

    Kinerja ( Y )

    1. Kualitas kerja

    2. Kuantitas kerja

    3. Pengetahuan mengenai

    pekerjaan

    4. Kerjasama

    5. Ketepatan waktu

    6. Efektivitas

    7. Kemandirian

    8. Komitmen kerja

    Motivasi kerja ( )

    1. Kebutuhan fisik

    2. Kebutuhan keamanan dan

    keselamatan

    3. Kebutuhan sosial

    4. Kebutuhan penghargaan diri

    dan pengakuan

    5. Kebutuhan aktualisasi diri

    Kepemimpinan Transformasional

    ( )

    1. Charismatic Leadership /

    Kharismatik

    2. Inspirational Motivation /

    Motivasi inspiratif

    3. Intellectual Stimulation /

    Stimulasi intelektual

    4. Individualized Consideration /

    Konsiderasi individual

  • 51

    2.6 Hipotesis

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    penelitian (Suharsimi, 2006:71).

    Hipotesis :

    : Ada pengaruh kepemimpianan transformasional terhadap kinerja

    karyawan padaDinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

    Provinsi Jawa Tengah.

    : Ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan padaDinas

    Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa

    Tengah.

    : Ada pengaruh kepemimpianan transformasional dan motivasi kerja

    terhadap kinerja karyawan padaDinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan

    Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.

  • 52

    BAB III

    METODE