PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

27
Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal 293 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA APARATUR TERHADAP EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BIDANG KEAGAMAAN STUDI PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA UTARA Mashudi Kantor Wilayah kementrian Agama Provinsi Sumatera Utara Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 261 Sumatera Utara Heri Kusmanto Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jl. Prof. A. Sofyan No. 1 Kampus USU [email protected] ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan pemerintahan bidang keagamaan di Sumatera Utara. Metode yang digunakan merupakan penelitian survey dengan pendekatan kuantatif dimana data diperoleh dari kuesioner dari sampel penelitian yang berjumlah 130 orang. Untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel atau lebih maka digunakan analisis korelasi Product Moment (Perason), dan Korelasi Ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan pemerintahan bidang keagamaan di Sumatera Utara . Hal ini dibuktikan dengan hasil uji signifkansi korelasi product moment diketahui bahwa ternyata r test > r tabel atau 0,681 > 0,176. Secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima. Kualitas Sumberdaya Manusia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan . Hal ini dibuktikan dengan hasil uji signifkansi korelasi product moment diketahui bahwa ternyata r test > r tabel atau 0,725 > 0,176. Secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima. Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan . Hal ini dibuktikan dengan hasil uji signifkansi korelasi majemuk diketahui bahwa ternyata F test > F tabel atau 76,348 > 3,30. Secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima. Pengaruh Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan yang disebabkan oleh variabel Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur dapat diketahui melalui koefisien determinasi, dimana hasil penelitian diperoleh sebesar 54,6%, Sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan pemerintahan bidang keagamaan di Sumatera Utara yang disebabkan oleh Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur sangat tinggi, sedangkan 45,4% dipengaruhi oleh faktor/variabel lainnya. Kata kunci : Kepemimpinan, kualitas SDM, efektivitas Pemerintahan bidang keagamaan. ABSTRACT This study aims to determine How much influence the Quality Leadership and Human Resources of the Effectiveness of Government Management Reform government religious field in North Sumatra. The method used is a survey with quantitative approach in which the data obtained from the questionnaire of the study sample totaled 130 people. To determine the relationship between two or more variables then used product moment correlation analysis (Perason), and Correlation Ganda. The results of this study indicate that the leadership has a significant influence on the effectiveness of the Governing government religious field in North Sumatra. This is evidenced by the test results signifkansi product moment correlation test is known that r> r

Transcript of PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Page 1: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

293 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA APARATUR TERHADAP EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BIDANG

KEAGAMAAN STUDI PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA UTARA

Mashudi

Kantor Wilayah kementrian Agama Provinsi Sumatera Utara Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 261 Sumatera Utara

Heri Kusmanto

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jl. Prof. A. Sofyan No. 1 Kampus USU

[email protected] ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan pemerintahan bidang keagamaan di Sumatera Utara. Metode yang digunakan merupakan penelitian survey dengan pendekatan kuantatif dimana data diperoleh dari kuesioner dari sampel penelitian yang berjumlah 130 orang. Untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel atau lebih maka digunakan analisis korelasi Product Moment (Perason), dan Korelasi Ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan pemerintahan bidang keagamaan di Sumatera Utara . Hal ini dibuktikan dengan hasil uji signifkansi korelasi product moment diketahui bahwa ternyata r test > r tabel atau 0,681 > 0,176. Secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima. Kualitas Sumberdaya Manusia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan . Hal ini dibuktikan dengan hasil uji signifkansi korelasi product moment diketahui bahwa ternyata r test > r tabel atau 0,725 > 0,176. Secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima. Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan . Hal ini dibuktikan dengan hasil uji signifkansi korelasi majemuk diketahui bahwa ternyata F test > F tabel atau 76,348 > 3,30. Secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima. Pengaruh Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan yang disebabkan oleh variabel Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur dapat diketahui melalui koefisien determinasi, dimana hasil penelitian diperoleh sebesar 54,6%, Sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan pemerintahan bidang keagamaan di Sumatera Utara yang disebabkan oleh Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur sangat tinggi, sedangkan 45,4% dipengaruhi oleh faktor/variabel lainnya. Kata kunci : Kepemimpinan, kualitas SDM, efektivitas Pemerintahan bidang keagamaan.

ABSTRACT This study aims to determine How much influence the Quality Leadership and Human Resources of the Effectiveness of Government Management Reform government religious field in North Sumatra. The method used is a survey with quantitative approach in which the data obtained from the questionnaire of the study sample totaled 130 people. To determine the relationship between two or more variables then used product moment correlation analysis (Perason), and Correlation Ganda. The results of this study indicate that the leadership has a significant influence on the effectiveness of the Governing government religious field in North Sumatra. This is evidenced by the test results signifkansi product moment correlation test is known that r> r

Page 2: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 294

table or 0.681> 0.176. Statistically had a significant relationship and a working hypothesis can be accepted. Quality of Human Resources has a significant influence on the effectiveness of the administration of government. This is evidenced by the test results signifkansi product moment correlation test is known that r> r table or 0.725> 0.176. Statistically had a significant relationship and a working hypothesis can be accepted. Leadership and Human Resources Quality Reform jointly have a significant impact on the effectiveness of the administration of government. This is evidenced by the results of the correlation signifkansi test compound is known that F test> F table or 76.348> 3.30. Statistically had a significant relationship and a working hypothesis can be accepted. Influence Effectiveness of the Governing caused by the variable quality of Human Resources Leadership and Apparatus can be known through the coefficient of determination, which results were obtained for 54.6%, so it can be said that the influence of the Governing Effectiveness of government religious field in North Sumatra caused by Leadership and Quality Human resource Apparatus is very high, while 45.4% is influenced by factors / other variables. Keywords: Leadership, quality of human resources, the effectiveness of the Government of the

religious field. PENDAHULUAN

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kab/Kota, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas membantu Menteri Agama dalam penyelenggaraan sebagian tugas pemerintahan di bidang keagamaan. Dalam melaksanakan tugas, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : Perumusan visi, misi dan kebijakan teknis dibidang pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di propinsi, Pembinaan, pelayanan dan bimbingan masyarakat Islam, pelayanan Haji dan Umrah, Pengembangan Zakat dan Wakaf, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid, serta urusan agama, pendidikan agama dan bimbingan masyarakat Kristen, Katolik, Hindu serta Budha sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan informasi, Pembinaan kerukunan umat beragama, Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan pengawasan program dan pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait dan lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas kementerian di provinsi.

Salah satu kebijakan strategis Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dalam rangka meningkatkan kinerja pegawainya adalah dengan manata organisasi keagamaan di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara sebagai respon terhadap adanya perubahan struktural di tingkat pusat. Berdasarkan KMA 373 Tahun 2002, Susunan organisasi Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara termasuk tipologi I-b yang teridiri dari: Bagian Tata Usaha , Bidang Urusan Agama Islam, Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf, Bidang Madrasah dan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum (Mapenda), Bidang Pendidikan Keagamaan, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid (Pekapontren dan Penamas), Bidang Kristen, Pembimbing Masyarakat Katolik, Pembimbing Masyarakat Hindu, Pembimbing Masyarakat Budha, Kelompok Jabatan Fungsional.

Dalam penjelasan Keputusan Menteri Agama tersebut disebutkan bahwa penyusunan organisasi dan tatakerja Kanwil Kementerian Agama Provinsi dibentuk dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern, sehingga organisasi Kanwil Kementerian Agama Provinsi yang dibentuk dapat berfungsi secara efisien dan efektif, serta mengarah upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah yang difokuskan untuk mengembangkan organisasi yang lebih profesional

Page 3: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

295 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

berdasarkan kebutuhan riil daerah (sesuai visi, misi dan strategi yang dikembangkan), datar (flat), transparan hierarki yang pendek dan terdesentralisasi kewenangannya. Lebih lanjut disebutkan bahwa organisasi Kanwil Kementerian Agama Provinsi diharapkan menjadi organisasi yang solid dan mampu berperan sebagai wadah bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan, sehingga di dalam penataannya memperhatikan ciri-ciri yang antara lain sebagai berikut : (1) Organisasi disusun berdasarkan visi, misi

dan strategi yang jelas : dengan visi, misi dan strategi yang jelas akan dapat disusun organisasi yang sesuai kebutuhan yang menyeimbangkan kemampuan sumberdaya organisasi dan kebutuhan masyarakat serta menjamin efektifitas dan efisiensi organisasi.

(2) Organisasi Flat atau Datar : dalam arti struktur organisasi tidak perlu terdiri dari banyak tingkatan atau hierarki dalam rangka proses pengambilan keputusan dan pemberian pelayanan cepat kepada masyarakat.

(3) Menerapkan strategi “Learning Organization” (organisasi pembelajaran) : organisasi yang cepat belajar akan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi dalam menjawab tantangan dan memanfaatkan kesempatan dari perubahan tersebut.

Jumlah aparatur yang ada di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara keseluruhannya berjumlah 179 dengan struktur organisasi dan esslon menunjukan bahwa Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh Kepala Kanwil sebagai pimpinan tertinggi, dibantu pimpinan tingkat menengah maupun tingkat bawah dengan sistem pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab sesuai dengan hierarkinya di dalam merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan.

Jumlah staf tersebut tersebar di 5 Bidang dan 5 Ka. Sub Bagian serta 25 Kasi, akan tetapi pembagian staf tidak merata antara bagian satu dengan bagian lain, bagian yang paling sedikit jumlah stafnya adalah Bidang Mapenda, Bidang Penamas sejumlah 30 orang, yang paling banyak pada Bidang Pekapontren dan Urusan Agama Islam dengan jumlah 79 orang, hal ini

dikarenakan sesuai tugas pokok dan fungsinya adalah fungsi pelayanan .

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kab/Kota, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara mempunyai Tugas yaitu membantu Menteri Agama dalam penyelenggaraan sebagian tugas pemerintahan di bidang keagamaan dan dalam melaksanakan tugas, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Perumusan visi, misi dan kebijakan teknis

dibidang pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di propinsi.

b. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan masyarakat Islam, pelayanan Haji dan Umrah, Pengembangan Zakat dan Wakaf, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid, serta urusan agama, pendidikan agama dan bimbingan masyarakat Kristen, Katolik, Hindu serta Budha sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan informasi.

d. Pembinaan kerukunan umat beragama. e. Pengkoordinasian perencanaan,

pengendalian dan pengawasan program. Memperhatikan hal tersebut di atas

maka dapat disimpulkan bahwa Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, sebagai unsur staf pemerintah Pemerintah, memiliki tugas membantu Menteri Agama dalam menyusun kebijakan pemerintah dan membina hubungan kerjasama dengan dinas, lembaga teknis dan unit pelaksana daerah lainnya serta menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi. Oleh karena itu sesungguhnya cakupan bidang kerja Kanwil Kementerian Agama Provinsi sangat luas dan sangat strategis, dengan titik berat pada pelaksanaan fungsi perumusan kebijakan pemerintah dan mengkoordinasikan terhadap semua Kantor Kementerian Agama

Page 4: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 296

Kabupaten/Kota di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Dengan fungsi dan cakupan bidang kerja yang sangat luas maka disusunlah Renstra Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara yang didalamnya terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi masa depan. Sedangkan visi Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara yang tercantum dalam Renstra Tahun 2010-2014 adalah: Terwujudnya masyarakat agamis yang berakhlak mulia rukun dan damai. Sedangkan misinya adalah meningkatkan bimbingan dan pelayanan pelayanan kehidupan beragama; meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan nilai nilai agama; memperkokoh kerukunan umat beragama; mengembangkan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; meningkatkan kualitas pendidikan agama pada sekolah umum, dan madrasah. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji; menciptakan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Setelah diketahui tentang visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, dalam operasionalnya apakah sudah berjalan dengan efektif ? . Menurut Robbins (1986: 53) menyatakan efektivitas sebagai “sejauh mana seseorang dapat mewujudkan tujuan-tujuannya’. Pendapat ini menekankan pada terwujudnya tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai dengan baik, maka pelaksanaan kegiatan yang dilakukan baik oleh individu maupun organisasi, dapat dikatakan efektif. Sebaliknya bagi individu atau organisasi yang gagal melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka mereka dapat dikatakan tidak efektif.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara pada setiap akhir tahun melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan, yaitu memberi nilai atas pelaksanaan kegiatan. Hal itu bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dihadapi dalam mencapai sasaran. Hasil penghitungan kinerja kegiatan

Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 untuk masing-masing kegiatan, menunjukkan bahwa sebahagian besar program dan kegiatan yang telah ditetapkan telah dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan pada evaluasi kinerja kegiatan, nilai capaian kegiatan terendah sebesar 87.49 % dan nilai capaian tertinggi sebesar 150 % sehingga rata-rata persentase nilai capaian kegiatan sebesar 99.91 % hal demikian dikatagorikan sangat berhasil. Pada evaluasi kinerja sasaran, nilai capaian sasaran terendah sebesar 25 % dan nilai capaian tertinggi sebesar 175 % sehingga rata-rata persentasi nilai capaian sasaran sebesar 101.96 % dan dapat dikatagorikan sangat berhasil. Dari hasil evaluasi kinerja kegiatan sebagaimana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan di bidang agama pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara berjalan dengan sangat efektif.

Ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi penyelenggaraan Pemerintahan bidang keagamaan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dapat berjalan dengan efektif yaitu : Adanya peran dan dukungan pimpinan

dalam memberikan semangat dan motivasi para pegawai di Kanwil Kementerian Agama Provinsi.

Optimalisasi Tugas Pokok dan Fungsi dengan peraturan perundang-undangan.

Adanya sumber dana, sarana dan prasarana yang cukup.

Adanya sumberdaya manusia yang cukup dan berkualitas serta profesional.

Adanya semangat meningkatkan koordinasi, akurasi data dan peningkatan hubungan kerja

Adanya otonomi daerah yang mendorong untuk berkreasi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.

Adanya peluang untuk mengadakan rapat-rapat dan forum-forum koordinasi.

Adanya peraturan perundang-undangan sebagai petunjuk pelaksanaan dan standar-standar yang telah ditetapkan.

Dari berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan bidang keagamaan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara sebagaimana tersebut di atas maka

Page 5: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

297 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

dapat diidentifikasikan menjadi beberapa hal, sebagai berikut :

Pertama, Kepemimpinan, dengan pengaruh kepemimpinan yang kreatif, inovatif, bermotivasi tinggi, mempunyai komitmen kuat akan dapat mengatasi masalah-masalah, karena seorang pemimpin dapat sebagai motor penggerak, sebagai pembimbing, sebagai pengarah, sebagai pendorong / motivasi dan sebagai pengambil keputusan.

Kedua, Sumberdaya manusia aparatur, sumberdaya aparatur merupakan faktor terpenting yang diperlukan untuk terciptanya pengelolaan administrasi pemerintahan daerah dan pemerintahan desa yang sesuai dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang akuntable dan tersedianya dukungan data yang valid/akurat yang dapat sebagai sumber informasi sebagai bahan perumusan kebijakan. Kanwil Kementerian Agama Provinsi akan dinilai berhasil apabila kebijakan dan tindakan sumberdaya aparatur dalam mengelola adminstrasi Pemerintahan dilakukan dengan tepat atau efektif dan transparan serta memberikan pelayanan yang prima. Kualitas sumberdaya manusia aparatur menjadi salah satu faktor yang menentukan efektif atau tidaknya penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Ketiga, Sarana dan prasarana, dengan sarana dan prasarana fisik yang berupa tanah, gedung, mesin, computer, kertas, dan peralatan lainnya akan dapat menjadi sumberdaya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi.

Keempat, Sumber dana finansial yang berupa uang dapat digunakan untuk pembiayaan produksi baik untuk ongkos tenaga kerja/gaji karyawan, maupun ongkos produksi, promosi, distribusi dan pemberian jasa.

Kelima, Peraturan perundang-undangan di sini adalah sebagai dasar ototritas kewenangan atau kewajiban seorang aparatur untuk melaksanaan tugas di samping hal itu sebagai petunjuk pelaksanaan/sebagai pedoman dalam penjabaran tugas.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan bidang keagamaan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara?.

2. Seberapa besar pengaruh Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan bidang keagamaan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara?.

Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan bidang keagamaan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara?.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Dasar Tentang Pemerintahan

Membahas pemerintah daerah tidak terlepas dari pokok bahasan pemerintahan yang juga merupakan kajian dari berbagai disiplin ilmu yang antara lain dilaksanakan oleh administrasi publik. Secara etimologis, pemerintahan berasal dari perkataan pemerintah, sedangkan pemerintah berasal dari perkataan perintah. Menurut kamus, kata-kata tersebut mempunyai arti perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu.

Makna kata pemerintah memiliki pengertian yang berbeda dengan makna kata pemerintahan. Pengertian ini didasarkan atas pendapat Suradinata (2004: 6) yang memberikan pandangan sebagai berikut :

“Pemerintah adalah lembaga atau badan-badan publik yang mem punyai fungsi melakukan upaya untuk mencapai tujuan negara. Sedangkan pemerintahan adalah semua kegiatan lembaga atau badan-badan publik tersebut dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan negara. Jadi pemerintahan merupakan aspek dinamikanya”.

Menurut Strong, seperti yang dikutip dalam Pamudji (2004: 3) menyatakan bahwa Pemerintahan adalah organisasi dimana dalamnya diletakkan hak untuk melaksanakan kekuasaan berdaulat atau tertinggi. Masih menurut Strong, seperti yang dikutip dalam Suradinata (2004 : 99) dapat didefinisikan sebagai berikut :

Page 6: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 298

“Pemerintah dalam arti yang lebih luas, bertanggungjawab memelihara kedamaian dan keamanan masyarakat di dalam maupun diluar wilayah negaranya. Dengan demikian, pertama, negara harus memiliki kekuatan militer atau kemampuan mengendalikan angkatan bersenjata, kedua, memiliki kekuatan legislatif atau sarana untuk membuat Undang-undang, ketiga, harus memiliki kekuatan finansial atau kemampuan mengumpul kan atau menarik uang (pajak) dari masyarakat untuk menutupi pembiayaan dalam mempertahankan negara dan memaksakan hukum untuk dan atas nama negara”.

Menurut Finner yang diikuti dalam Pamudji (2004 : 5) bahwa “government” paling sedikit mempunyai empat arti, yaitu : 1) Menunjukkan kegiatan atau proses

memerintah, yaitu melaksanakan kontrol atas pihak lain (the activity or process of governing);

2) Menunjukkan masalah-masalah (hal ikhwal) dalam mana kegiatan atau proses di atas dijumpai (state of affairs);

3) Menunjukkan orang-orang (maksudnya pejabat-pejabat) yang dibebani tugas-tugas untuk memerintah (people charged with the duty of governing);

4) Menunjukkan cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu diperintah (the manner, method or system by which a particular society is governed).

Pendapat di atas mencerminkan bahwa “pemerintah” berarti badan-badan publik yang berfungsi melakukan upaya-upaya pencapaian tujuan negara, sedangkan “pemerintahan” merupakan kegiatan yang dilakukan oleh badan-badan publik tersebut. Dalam sistem pemerintahan demokratis, Rasyid (2000: 6) berpendapat:

“bahwa Pemerintah yang baik adalah pemerintahan yang amanah, yaitu pemerintah yang semua keputusan-keputusan dan kebijaksanaannya diorientasikan kepada pemenuhan kebutuhan rakyat atau membahagia kan orang banyak. Sedang tugas pokok pemerintahan adalah dalam bidang pelayanan”.

Ditambahkan olehnya bahwa secara ringkas tugas pokok pemerintah ada tiga yaitu:

1) Pelayanan (service), yaitu memberikan pelayanan publik kepada masyarakat baik yang bersifat pelayanan kebutuhan materiil ataupun administratif.

2) Pemberdayaan (empowerment), yaitu menyiapkan dan menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi seluruh rakyat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya guna meningkatkan derajat kehidupan dengan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada secara mandiri.

3) Pembangunan (development), yaitu pemerintah bertugas untuk bersama rakyat menggagas, mempelopori serta melakukan pembangunan yang diorientasikan total guna memenuhi kebutuhan masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seperti yang telah diamanatkan oleh rakyatnya.

Manajemen Pemerintahan

Menurut Suradinata (2004: 14) manajemen pemerintahan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan negara dengan menggunakan berbagai sumber yang dikuasai negara. Secara garis besar manajemen pemerintahan itu selalu berkaitan dengan usaha menjalankan kekuasaan negara dalam pelayanan kepada masyarakat. Manajemen pemerintahan tidak saja menyangkut masalah kelembagaan akan tetapi secara lebih luas terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan dalam arti luas.

Menurut Stoner, Freeman dan Gilbert (1975: 13) manajemen sebagai suatu proses berarti suatu usaha yang sistematis untuk mencapai tujuan. Proses disini merupakan serangkaian tindakan yang secara berjenjang, berlanjut dan berkait dilakukan untuk menggapai suatu yang telah ditetapkan. Tindakan ini meliputi: (1) perencanaan (2) pengorganisasian (3) kepemimpinan dan (4) pengendalian: 1) Perencanaan secara tidak langsung

menyatakan bahwa manajer terlebih dulu harus memikirkan dengan matang mengenai tujuan dan tindakannya. Tindakan tersebut biasanya atas dasar suatu metode, rencana atau logika tertentu bukan atas dasar firasat.

Page 7: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

299 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

2) Pengorganisasian berarti bahwa manajer mengkoordinasikan sumberdaya manusia dan sumberdaya matrial yang dimiliki organisasi.

3) Kepemimpinan mendiskripsikan bagaimana manajer mengarah kan dan mempengeruhi bawahan, bagaimana agar orang lain melaksanakan tugas-tugas secara esensial.

4) Pengendalian berarti bahwa manajer berupaya menjamin agar organisasi bergerak pada tujuannya

Pada kesempatan lain Suradinata (2004: 20) mengatakan bahwa; “manajemen pemerintahan merupakan implementasi manajemen di lingkungan dan di dalam pemerintahan. Manajemen pemerintahan menunjukkan bagaimana melaksanakan fungsi manajemen agar tujuan pemerintahan dapat dicapai, membina dan memanfaatkan sumberdaya aparatur yang mampu mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam melaksanakan otonomi daerah. Manajemen pemerintahan diharap kan dapat menangani dan memecahkan masalah konflik multi dimensi”.

Menurut Suradinata (2004: 21) penerapan fungsi manajemen dalam pemerintahan adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan motivasi (POAC + M). Pendapat ini sejalan dengan pendapat Stoner, Freeman dan Gilbert JR tersebut di atas dimana fungsi leasing (memimpin) sudah mencakup pemberian motivasi. Sedangkan fungsi evaluasi sebenarnya sudah tercantum dalam fungsi controlling (mengendalikan).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen pemerintahan dalam penelitian ini adalah kemampuan para pelaksana dalam menyelenggarakan pemerintahan ditandai dari kemampuannya dalam perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian dan memberikan motivasi. Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan

Efektivitas memiliki makna yang beragam tergantung dari titik pandang mana yang akan digunakan. Menurut Gibson,

Ivancevich dan Donelly (2008: 1), efektivitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka makin lebih efektif dalam menilai mereka. Kemudian Gill (dalam Steers,2001 : 24) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut : “Efektivitas adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya, artinya sejauhmana tujuan yang telah diterapkan dapat dicapai. Efektivitas bagi sebagian besar organisasi merupakan urusan “maksi-maksi” memaksimumkan pencapaian tujuan”.

Berdasarkan kedua pendapat diatas maka sebelum melaksanakan suatu kegiatan dibuat lebih dahulu standar yang harus dicapai dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Langkah berikutnya adalah membuat keputusan yang tepat bagaimana melaksanakan kegiatan tersebut. Apabila keputusan tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga tercapai dan setidak-tidaknya mendekati standar yang telah ditetapkan, maka kegiatan tersebut dinilai efektif.

Berbeda dengan pendapat, Robbins (1986: 53) menyatakan efektivitas sebagai “sejauhmana seseorang dapat mewujudkan tujuan-tujuannya”. Pendapat ini menekankan pada terwujudnya tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai dengan baik, maka pelaksanaan kegiatan yang dilakukan baik oleh individu maupun organisasi, dapat dikatakan efektif. Sebaliknya bagi individu atau organisasi yang gagal melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka mereka dapat dikatakan tidak efektif. Dengan demikian efektivitas ini berada dalam sebuah garis yang kontinen dimana titik ekstrim yang paling tinggi adalah efektif dan titik yang paling rendah adalah tidak efektif.

Melengkapi pendapat di atas, Handoko (2000 : 7) menegaskan bahwa efektivitas dapat dibatasi sebagai “kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan”. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, menurutnya efektivitas dikatakan sebagai kemampuan untuk memilih tujuan dan alat selaras dengan tujuan yang akan dicapai. Jika alat yang

Page 8: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 300

dipilih sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka akan terjadi akselerasi pencapaian tujuan yang pada gilirannya terkait dengan efektivitas individu atau organisasi tersebut.

Jika disimak lebih jauh timbulnya perbedaan definisi di atas adalah akibat perbedaan pandangan yang digunakan dalam memandang efektivitas ini. Robbins (1986: 58-53) membedakan pandangan ini ke dalam empat pendekatan yakni (1) pendekatan pencapaian tujuan; (2) pendekatan sistem; (3) pendekatan konstituensi strategis, dan (4) pendekatan nilai-nilai bersaing. Pendekatan pencapaian tujuan adalah sebuah pendekatan yang menilai efektivitas dari rasio pencapaian dengan tujuan yang ditetapkan. Jika pencapaian ini mendekati apa yang telah ditetapkan, maka kegiatan tersebut dikatakan efektif. Pendekatan sistem memandang suatu kegiatan sebagai suatu sistem yang saling terkait. Jika salah satu sub sistemnya gagal dilaksanakan, maka kondisi tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sesuatu yang efektif. Pendekatan konstituensi strategis, menggunakan pendekatan kontinuitas suatu kegiatan. Kegiatan disebut efektif jika dapat ditindak-lanjuti dengan baik. Pendekatan yang terakhir, pendekatan nilai-nilai bersaing adalah pendekatan yang mengakui bahwa tidak ada kriteria yang paling baik.

Dengan demikian tujuan yang akan dicapai serta bagaimana proses pencapaian tujuan tersebut sangat tergantung pada situasi yang dihadapi. Jika dikaitkan dengan apa yang akan diteliti dalam penelitian ini, maka tidak ada satupun pendekatan yang di atas dapat diimplementasikan secara menyeluruh. Dengan kata lain, efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan bidang keagamaan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi yang akan dinilai dalam penelitian ini merupakan integrasi dari keseluruhan pendekatan di atas.

Berdasarkan pendapat para penulis terdahulu tersebut di atas, dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya, maka penulis mendefinisikan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan bidang keagamaan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi adalah prestasi yang dicapai yang tinggi rendahnya ditandai dari pencapaian tujuan, sistem yang

digunakan, kontinuitas suatu kegiatan, dan manfaat. Kepemimpinan

Konsep kepemimpinan telah banyak ditulis oleh para ahli sesuai dengan perspektif mereka masing-masing. Namun pada pembahasan tesis ini, penulis hanya membatasi pada konsep kepemimpinan yang berhubungan dengan perilaku kepemimpinan yang berkaitan erat dengan pelaksanaan manajemen pemerintahan.

Pamudji (2004:1-2) berpendapat bahwa: “Pemimpin dan kepemimpinan mempunyai sifat universal dan dapat merupakan gejala kelompok atau gejala sosial. Dikatakan bersifat universal oleh karena selalu ditemukan dan diperlukan dalam setiap kegiatan atau usaha bersama. Artinya setiap kegiatan atau usaha bersama selalu memerlukan pemimpin dan kepemimpinan, baik kegiatan atau usaha tersebut melibatkan dua, tiga orang maupun melibatkan sepuluh, seratus bahkan seribu orang; baik kegiatan atau usaha tersebut bercorak sederhana maupun bercorak kompleks dan luar biasa besarnya. Dikatakan merupakan gejala kelompok atau gejala sosial oleh karena pemimpin dan kepemimpinan itu hanya dapat dirasakan dan nampak apabila terdapat sekelompok orang-orang yang melakukan usaha bersama atau dengan perkataan lain terdapat suatu kehidupan sosial”

Begitu pula Siagian (2007 : 97) berpendapat bahwa: “Kepemimpinan dapat timbul dimana saja, asal terpenuhi unsur-unsur seperti: adanya orang yang dipengaruhi; adanya orang yang mem pengaruhi; orang yang mempengaruhi mengarahkan pada tercapainya sesuatu tujuan”

Dari kedua pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemimpin dan kepemimpinan mempunyai sifat universal dan gejala sosial. Artinya pamimpin dan kepemimpinan dapat ditemukan dan terjadi di mana saja dalam setiap kegiatan bersama asalkan memenuhi unsur-unsur, seperti adanya orang yang dipengaruhi, adanya orang yang mempengaruhi, dan adanya orang yang mempengaruhi mengarahkan pada tercapainya sesuatu tujuan.

Page 9: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

301 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

Pengertian Kepemimpinan Hemphill dalam Pamudji (2004 : 14-

15) menyebutkan bahwa : “kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai perilaku seorang individu sementara ia terlibat dalam pengarahan kegiatan-kegiatan kelompok “.

Dan staf peneliti dari tim Universitas Ohio, dalam Thoha (2004 : 273) merumuskan bahwa:“Kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu grup kearah pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini pemimpin mempunyai deskripsi perilaku atas dua dimensi, yakni: Struktur pembuatan inisiatif (initiating structure), dan perhatian (consideration). Struktur pembuatan inisiatif ini menunjukkan kepada perilaku pemimpin di dalam menentukan hubungan kerja antara dirinya dengan yang dipimpin, dan usahanya di dalam menciptakan pola organisasi, saluran komunikasi, dan prosedur kerja yang jelas. Adapun perilaku perhatian (consideration) meng gambarkan perilaku pemimpin yang menunjukkan kesetia kawanan, bersahabat, saling mempercayai, dan kehangatan didalam hubungan kerja antara pemimpin dan anggota stafnya”.

Selanjutnya Stogdill dalam Pamudji (2004 : 11) mengatakan bahwa “Kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian faham atau kesetiaan, kesepakatan”. Dari ketiga pendapat tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah perilaku seorang pemimpin pada setiap aktivitasnya di dalam serangkaian usaha-usaha membimbing, mengarah kan dan menciptakan kesesuaian faham pada anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan. Dan apabila anggota-anggota kelompok nyata-nyata dapat berubah, maka hal ini merupakan kepemimpinan yang sukses. Kemudian jika ada orang lain yang merasa terdorong untuk mengarahkan perilakunya, hal tersebut merupakan hasil dari kepemimpinan yang efektif.

Begitu pula Tannenbaum, Weschler dan Massarik dalam Pamudji (2004 :13-14) mendefinisikan kepemimpinan sebagai : “Pengaruh antar pribadi; yang dilaksanakan dalam suatu situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi, kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan” Rasyid (2000 :

36) mengatakan bahwa:“Jadi apa yang diperlukan oleh setiap pemerintahan kini dan di masa depan, antara lain, adalah suatu kepemimpinan yang mampu melihat secara tepat peluang-peluang dan tantangan yang tersedia di balik perubahan-perubahan global…. Tanpa visi masa depan yang jelas, suatu pemerintahan akan cenderung bersikap reaktif, bukan proaktif”.

Dengan melihat visi kepemimpinan tersebut di atas, kepemimpinan diharapkan dapat menciptakan kondisi yang diinginkan oleh pegawai dan masyarakat. Karena dengan adanya visi kepemimpinan yang transparasi, responsive, profesional dan pemberian pelayanan prima kepada masyarakat maka pemimpin dapat mengatasi masalah-masalah yang ada sekarang dan yang akan timbul di masa mendatang.

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu aktivitas perilaku pemimpin untuk mempengaruhi dan memotivasi melalui proses komunikasi (informasi) agar bawahan dapat diarahkan ketujuan organisasi yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Adapun aktivitas dari perilaku pemimpin harus dapat menunjukkan visi kepemimpinan, yaitu pemimpin yang transformasi mengenai kegiatan yang telah dan yang akan dibuat, pemimpin yang responsif terhadap tuntutan atau masalah yang berkembang di masyarakat, pemimpin profesioanl pada bidang tugasnya, dan pemimpin yang dapat memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Dengan demikian untuk menghadapi era globalisasii dan memasuki Indonesia baru pemimpin dapat melihat peluang-peluang didalam menghadapi tantangan dan permasalahan bahkan dapat memperoleh hasil yang survive. Indikator-indikator Variabel Kepemimpinan

Mendasarkan pada uraian tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat menggeneralisasikan variabel kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai indikator sebagai berikut: a. Pengaruh

Page 10: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 302

Menurut Nash dalam Pamudji (1993 : 13) menyebutkan bahwa: “Kepemimpinan mencakup kegiatan mempengaruhi perubahan dalam perbuatan orang-orang” dan Tead dalam Sugandha (2005 : 133) mendefinisikan kepemimpinan adalah: “Kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama mencapai tujuan yang diinginkan”.

Pendapat-pendapat di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan segala aktifitas dari seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi bawahannya, sehingga bawahan dengan sukarela dan antusias mau diarahkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa diantara pemimpin dan bawahan mempunyai interaksi yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya sesuai dengan waktu, tempat, dan situasi dimana mereka berada. Begitu pula sejarah telah mencatat bahwa pemimpin yang berhasil pada suatu saat, belum tentu berhasil pada saat yang lain.

Keberadaan bawahan atau pengikut itu sendiri mempunyai pengertian yang berbeda-beda pada tingkatan masyarakat. Menurut Abdurrachman dalam Pamudji (2004 : 68) menyebutkan bahwa keberadaan bawahan atau kepengikutan karena ada beberapa hal, seperti : 1. Adanya rasa patuh dan taat karena naluri

dan nafsu; 2. Adanya rasa patuh dan taat karena

tradisi dan adat; 3. Adanya rasa patuh dan taat karena

agama dan budi nurani; 4. Adanya rasa patuh dan taat karena akal

dan rasio; Sedangkan untuk masyarakat

Indonesia sebagian besar kepengikutannya masih melihat pada pemimpin sebagai suatu yang menjadi panutan yang dapat pemberi contoh di dalam setiap aktifitasnya. Artinya, sebagian besar masyarakat masih berorientasi secara vertikal (ke atas). Keadaan tersebut menunjukkan seorang pemimpin harus dapat memberikan teladan, mempunyai wibawa dan mempunyai kecakapan mengajar dan kecakapan teknis. Karena dengan perilaku pemimpin yang dapat memberikan teladan, mempunyai wibawa dan mempunyai kecakapan maka pemimpin dapat mempengaruhi perilaku

bawahan agar dapat digerakkan dan diarahkan ketujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Dari pernyataan di atas, maka seharusnya seorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya dengan cara memberikan teladan, berwibawa dan mempunyai kecakapan di dalam menyelesaikan permasalahan sehingga dapat meningkat kan semangat kerja pegawai. b. Memotivasi

Scott dalam Kerlinger dan Pedhazur (1985 :161) mendefinisikan motivasi adalah : “Rangkaian pemberian dorongan kepada seseorang untuk melakukan tindakan guna pencapaian tujuan yang diinginkan”. Sedangkan Sarwoto (2001:136) mengatakan bahwa : “Setiap orang yang bekerja digerakkan oleh sesuatu motif, motif mana pada dasarnya bersumber pertama-tama pada pelbagai macam kebutuhan pokok individu”.

Begitu pula Luthans dalam Thoha (2004 :223) mengemukakan bahwa : Dengan mengubah hierarkhi kebutuhan Maslow ke dalam tatanan model motivasi kerja pada dasarnya kebutuhan manusia dalam bekerja dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Kebutuhan fisik, misalnya gaji, upah,

tunjangan, honorarium, bantuan pakaian, sewa perumahan, uang transport, dan lain-lain.

2. Kebutuhan keamanan, misalnya jaminan masa pensiun, santunan kecelakaan, jaminan asuransi kesehatan dan sebagainya.

3. Kebutuhan sosial atau afiliasi, misalnya kelompok formal atau informal, menjadi ketua yayasan, ketua organisasi olah raga dan sebagainya.

4. Kebutuhan akan penghargaan, misalnya status, title, simbol-simbol, promosi, perjamuan dan sebagainya.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri. Dari pendapat-pendapat di atas, setiap

orang mempunyai motivasi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Pada dasarnya manusia pertama-tama termotivasi untuk pemenuhan kebutuhan fisik. Dan setelah kebutuhan fisik terpenuhi, maka kebutuhan manusia akan meningkat ke tahap kedua kebutuhan keamanan. Kemudian setelah terpenuhi kebutuhan keamanan maka akan terus meningkat

Page 11: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

303 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

kebutuhannya sampai pada tingkatan terakhir yaitu kebutuhan aktualisasi diri. c. Pemberian Informasi

Menurut Yukl terjemahan Udaya (2006 : 81) mengatakan bahwa “Tujuan utama dari menginformasikan adalah untuk memudahkan pekerjaan dari orang lain yang tergantung kepada manajer tersebut sebagai suatu sumber informasi yang relevan. Sebagai tambahan, para pegawai yang selalu diberi informasi mengenai perkembangan - perkembangan penting dalam organisasi kemungkinan akan mempunyai kepuasan kerja yang lebih tinggi”

Dengan demikian pemimpin merupakan pusat informasi yang sangat dibutuhkan untuk memudahkan bawahan melaksanakan tugas-tugasnya didalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Di samping itu informasi sangat dibutuhkan bawahan untuk dapat dimengerti dan dipahami tentang perkembangan atau bahkan sebaliknya kemacetan suatu organisasi,. Oleh karena itu, informasi harus disampaikan dengan jelas dan tepat oleh pemimpin kepada bawahannya supaya informasi (pesan) yang disampaikan tersebut dapat diterima dengan jelas, baik dan dapat dimengerti.

Untuk memudahkan penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan, maka pimpinan harus mempunyai banyak cara agar pesan atau informasi yang disampaikan dapat diterima dengan jelas dan dapat dimengerti. Adapun beberapa bentuk informasi yang biasa dilakukan oleh pimpinan birokrat, seperti menjawab sebuah permintaan informasi, menelpon seseorang untuk meneruskan kabar baru, mengadakan pertemuan untuk memberi penjelasan kepada para anggota kelompok mengenai perkembangan - perkembangan baru, menulis memo dan laporan, mengirim pesan-pesan elektronik, menempatkan pesan-pesan pada papan bulletin, mendistribusi kan laporan berkala (newsletter) dan menyampaikan dokumen-dokumen tertulis atau laporan-laporan kepada orang-orang lain.

Melihat begitu penting dan strategisnya peranan informasi didalam setiap organisasi, maka perilaku pemimpin didalam melakukan monitor, membagikan atau menyampaikan informasi, dan menjadi

juru bicara di luar organisasi harus dilakukan dengan secara intensif, efektif dan efisien supaya dapat membantu dan memudahkan kepada yang menerima informasi atau pesan dimaksud. d. Pengambilan Keputusan

Menurut Millet dalam Pamudji (2004 : 127) menyebutkan bahwa : “Salah satu kemampuan pemimpin itu ialah kemampuan mengambil keputusan-keputusan”.

Dan Minzberg dalam Thoha (2004 : 264-265) mengatakan bahwa : Manajer itu pada hakekatnya sebagian besar tugasnya dipergunakan secara penuh untuk memikirkan sistem pembuatan strategi organisasinya. Dengan memper gunakan kata-kata lain, manajer itu terlibat secara substansial di dalam setiap pembuatan keputusan organisasi.

Keterlibatannya ini disebabkan karena, secara otoritas dan formal manajer adalah satu-satunya yang diperbolehkan untuk memikirkan tindakan-tindakan yang penting atau yang baru dalam organisasinya.

Sebagai pusat informasi, manajer dapat memberikan jaminan atas keputusan yang terbaik, yang mencerminkan pengetahuan yang terbaru dan nilai-nilai organisasi. Dari peranan manajer atau pemimpin tersebut, maka pengambilan keputusan merupakan fungsi dari pemimpin yang tidak boleh tidak harus dilaksanakan. Dan dengan demikian, fungsi pengambilan keputusan dapat membedakan antara pemimpin dengan bawahan (pelaksana). Dimana fungsi tersebut menunjukkan bahwa pemimpin lebih berorientasi pada tugas-tugas yang mempergunakan pemikiran yang strategis untuk mengembang kan organisasi. Namun di dalam proses pengambilan keputusan, seorang pemimpin dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinannya.

Menurut Dharma dalam Thoha (2004 : 314–315) menyebutkan bahwa ada empat gaya dasar kepemimpinan dalam proses pembuatan keputusan, yaitu : 1) Perilaku pemimpin yang tinggi

pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai “Instruksi”, karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan mem beritahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana dan dimana

Page 12: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 304

melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan masalah semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.

2) Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan dirujuk sebagai “konsultasi”, karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal inii diikuti dengan meningkatkan banyak komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambil an keputusan tetap pada pemimpin.

3) Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk “partisipasi”, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan menggunakan gaya 3 ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada fihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan untuk melaksana kan tugas.

4) Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah peng arahan dirujuk sebagai “delegasi karena pemimpin mendiskusi kan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasi kan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan

pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri”

Dari pendapat tersebut diatas, menunjukkan keempat proses pengambilan keputusan tersebut dapat disusun bersama-sama dalam satu continum yang terdiri dari tidak ada pengaruh oleh bawahan sampai pada adanya pengaruh dari bawahan di dalam proses pengambilan keputusan. Namun pada umumnya untuk memperoleh hasil keputusan dapat dilakukan bersama-sama dengan bawahan agar dapat mengakomodasikan semua kepentingan di dalam keputusan yang akan dihasilkan. Sehingga gaya kepemimpinan partisipatif merupakan gaya kepemimpinan yang paling tepat di dalam proses pengambilan keputusan, karena dengan perilaku pemimpin yang memilih gaya kepemimpinan partisipasif di dalam proses pengambilan keputusan, maka bawahan selalu akan diikutsertakan di dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan pendapat likert dalam Thoha (2004:310) yang mengatakan bahwa : “Pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif (partisipative group) mempunyai kesempatan untuk lebih sukses sebagai pemimpin.

Berdasarkan pembahasan di atas penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan atau kualitas kepemimpinan yang mem pengaruhi semangat kerja pegawai dapat dilihat dari 4 (empat) dimensi yaitu : kekuatan pengaruh ke arah yang positif, kemampuan untuk mendorong dan membangkitkan motivasi bawahan atau pengikut, kemampuan dalam menyerap serta memberikan informasi kepada bawahan dan kemampuan dalam pengambilan keputusan yang tegas, konsisten dan konsekuen. Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur

Sumberdaya manusia oleh Tjiptoherijanto (2002 : 29) dikatakan : "....usaha meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kerja, produktivitas kerja dan dengan demikian juga meningkatkan pendapatan dan tingkat hidup....". Sementara itu dipertajam oleh Siagian (2007 : 12) tentang pengertian sumberdaya manusia

Page 13: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

305 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

adalah ”kemampuan yang dimiliki oleh seorang untuk berpikir rasional dan kemampuan itu dapat menampakan dirinya dalam bentuk positif, kemampuan berpikir rasional memungkinkan seseorang mampu mendahulukan kewajiban ketimbang haknya.

Memiliki kemampuan menggunakan fakta dasar ini terkait dengan upaya pencapaian tujuan pemerintahan daerah. Aparatur dapat melihat, memahami dan kemudian menggunakan fakta dasar yang ada didaerahnya. Fakta dasar yang ada terkait dengan kondisi yang ada sebelum pemberian otonomi daerah baik kondisi masyarakat yang ada, potensi sumber daya aparatur maupun sumber daya alam yang dimiliki daerahnya. Untuk mencapai tingkat kualitas yang tinggi sumber daya aparatur dituntut memiliki pengetahuan profesional yang relevan dengan bidang masing-masing, baik pengetahuan teknis operasional maupun manajerial.

Aparatur pemerintahan daerah yang menyelenggarakan pemerintahan daerah juga dituntut peka terhadap peristiwa yang terjadi. Pada era reformasi dan dalam situasi dan kondisi global saat ini, perubahan demi perubahan sangat cepat terjadinya. Perubahan yang terjadi akan segera direspon oleh aparatur yang cepat tanggap serta peka terhadap peristiwa.

Aparatur yang memiliki kemampuan sosial artinya adalah bagaimana mereka berkomunikasi, bernegosiasi, memecahkan konflik, dengan menggunakan kewenangan dan kekuasaan. Sedangkan aparatur yang memiliki daya tahan emosi dapat mengendalikan diri dengan pemahaman yang luas dalam situasi yang menekan dan menimbulkan ketegangan emosi.

Aparatur yang proaktif, kreatif dan cerdas adalah mereka yang melihat pekerjaan lebih mendalam, berdedikasi dan bertanggung jawab serta memiliki rasa (feeling) atas misi. Ia juga mampu mengatasi situasi dengan respon-respon baru yang unik, pandangan yang luas untuk mengenali dan menemukan pendekatan baru. Disamping itu ia mampu mengenali masalah dengan cepat, memikirkan beberapa hal dalam sekali waktu, berpindah dengan cepat dari satu masalah/situasi ke masalah/situasi yang lain, melihat dengan cepat keseluruhan

masalah, dan berpikir seperti orang lain pikirkan.

Ciri lain dari aparatur yang berkualitas adalah mereka yang memiliki kebiasaan belajar yang seimbang. Sebagai pembelajar mereka mengambil alih tanggung jawab untuk mencari kebenaran dari apa yang dipelajari, sanggup berpikir abstrak dan konkrit serta memiliki pemikiran yang praktis. Disamping itu aparatur harus dapat mengenali dirinya sendiri yaitu bagaimana pandangan, penilaian, peran, kekuatan dan kelemahan diri sendiri.

Dilain pihak Ndraha (2004: 12) berpendapat bahwa “sumber daya manusia yang berkualitas tinggi adalah sumber daya manusia yang mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif, tetapi juga nilai kompetitif – generatif – inovatif dengan menggunakan energi tertinggi seperti inteligensia, kreativitas dan imajinasi; tidak semata-mata menggunakan energi kasar seperti bahan mentah, lahan, air, tenaga otot dan sebagainya”.

Pendapat ini menunjukkan bahwa kualitas adalah suatu derajat ketercapaian nilai komparatif dan kompetitif seseorang yang tinggi rendahnya dapat ditandai dari tingkat ketrampilan dan manajerial seseorang dalam menggunakan bahan mentah, lahan, air, tenaga otot, inteligensia, kreativitas dan imajinasi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan analisis yang penulis lakukan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing pendapat tersebut di atas maka penulis mendefinisikan bahwa yang dimaksud kualitas aparatur dalam penelitian ini adalah derajat ketercapaian nilai, yang tinggi rendahnya dapat ditandai dari tingkat pengetahuan profesional, kemampuan analisis, keterampilan manajerial dan proaktif dan kreativitas aparatur. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan

Kepemimpinan dalam semua dimensi kehidupan pada suatu organisasi sangat mempengaruhi langkah kerja maupun pencapaian target akhir yang diharapkan, artinya kualitas, gaya kepemimpinan seseorang dalam organisasi ikut serta dalam

Page 14: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 306

proses pelaksanaan tanggungjawab yang diberikan kepada bawahan.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan tipe kepemimpinan dalam semua tingkatan mempengaruhi terjadinya efektivitas kerja, sehingga seorang pemimpin yang baik akan berdampak positif bagi peningkatan kinerja bawahan, sehingga kepemimpinan dalam penyelenggaraan pemerintahan harus benar-benar dikelola secara benar.

Target dan sasaran dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah merupakan tugas seluruh pelaksana birokrasi mulai dari unsur pimpinan sampai pada unsur bawahan, sehingga perintah seorang pemimpin sangat dibutuhkan. Pada saat seorang pemimpin dalam memberikan perintah, petunjuk maupun arahan ternyata tidak didengar dan dilaksanakan oleh bawahan, maka sebenarnya seorang pemimpin tersebut telah gagal mengelola sistem organisasi yang menjadi tanggungjawabnya, sehingga kepemimpinan ikut serta dalam menciptakan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. Pengaruh Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan

Keberhasilan pencapaian target sesuai rencana yang diharapkan adalah tidak terlepas dengan bagaimana kemampuan seorang bawahan/pegawai dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya secara disiplin. Artinya kualitas aparatur pelaksana dalam penyelenggaraan pemerintahan ikut serta mempengaruhi terjadinya efektivitas kerja. Kualitas sumberdaya manusia aparatur adalah suatu mutu/ kemampuan yang dimiliki aparatur yang diperoleh dari berbagai sumber/media pendidikan baik formal, informal maupun non formal yang keseluruhannya untuk membangun kesiapan aparatur dalam menjalankan tugasnya.

Seringkali pekerjaan tidak dapat diselesaikan dikarenakan ketidaksesuaian pekerjaan dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki, sehingga kemampuan seorang aparatur harus selalu dieksploitasi atau digali dan ditingkatkan secara terus menerus. Di dalam aktivitasnya seorang aparatur disamping mengemban tugas dan tanggungjawab administratif dalam

kapasitas sebagai abdi negara juga sebagai abdi masyarakat (pelayan masyarakat), artinya kedua pengabdian yang harus ditunjukkan dengan kinerja yang baik membutuhkan kualitas aparatur itu sendiri.

Oleh karena itu kualitas sumberdaya manusia aparatur sangat mempengaruhi terjadinya efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dalam era otonomi daerah ini yang dituntut oleh semua pihak termasuk masyarakat, agar kinerja aparatur lebih ditingkatkan.

Pengaruh Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan

Pelaksanaan otonomi daerah telah dilakukan oleh daerah-daerah diseluruh Indonesia dengan hadirnya kebijakan pemerintah yaitu Undang-undang RI Nomor: 32 Tahun 2004 yang kemudian di revisi menjadi Undang-undang RI Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana didalamnya memuat pelaksanaan sistem pemerintahan daerah beserta kewajiban dan kewenangan yang melekat.

Kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, di dalam Undang-undang tersebut daerah diberikan hak mengelola pemerintahan secara lebih komprehensip dan diberikannya kewenangan dalam hal pengelolaan keuangan daerah untuk memajukan daerah sesuai kemampuan keuangan daerah yang diperoleh dari Pendapatan asli Daerah (PAD). Disamping itu kewenangan dan kewajiban lain yang harus dilaksanakan adalah memberikan jaminan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang selama ini kurang menyentuh masyarakat secara langsung. Timbulnya tanggapan sebagian masyarakat tentang buruknya pelayanan adalah sebagai akumulasi buruknya sistem pelayanan yang diberikan maupun pelaksana/pemberi pelayanan yaitu aparatur.

Ketidakberesan dalam pengelolaan pemerintahan adalah salah satunya diakibatkan oleh kontrol/pengawasan pemimpin/atasan terhadap bawahan dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab, disamping itu ketidakmampuan pemimpin

Page 15: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

307 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

dalam mengelola bawahan ikut serta memperburuk pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga kepemimpinan seseorang dalam instansi pemerintah pada semua tingkatan sangat mempengaruhi timbulnya efektivitas kerja, disamping itu kemampuan aparatur dalam menjalankan tugasnya juga menjadi bagian terpenting dalam pelaksanaan sistem pemerintahan.

Aparatur adalah pemegang kendali pelaksanaan pemerintahan yang berhadapan langsung dengan tanggungjawabnya baik secara administratif maupun tugas pelayanan masyarakat, sehingga kemampuan aparatur sangat mempengaruhi efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan seorang atasan yang didukung oleh baiknya kualitas sumberdaya manusia aparatur akan mempengaruhi terjadinya efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, sehingga kedua hal ini akan memberikan dampak positif bagi penyelenggaraan otonomi dan mampu memberikan kontribusi bagi pencapaian target dan sasaran yang diharapkan oleh pemerintah daerah dalam rangkan pelaksanaan otonomi daerah yang bersih dan bertanggungjawab. Kerangka Berpikir

Organisasi menurut Parsons (dalam Etzioni,1985 : 3-4) adalah unit sosial (atau pengelompokkan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dan pada umumnya organisasi ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut : (1) adanya pembagian dalam pekerjaan, (2) adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi mengawasi pengendalian usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi mencapai tujuannya, (3) penggantian tenaga.

Berdasarkan ketiga ciri organisasi diatas, maka dapat diketahui bahwa pada dasarnya sebuah organisasi akan berjalan secara profesional dan modern apabila dikendalikan oleh seorang pemimpin yang baik, artinya kepemimpinan akan mempengaruhi tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan organisasi. Bahwa yang dimaksud pusat kekuasaan adalah pemimpin, sehingga Gross (dalam Thoha,

2002 :228) mengatakan bahwa setiap organisasi apapun bentuk dan namanya adalah suatu sistem yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan kekuasaannya untuk berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Setiap manajer, atau administrator, atau pemimpin adalah seseorang yang diharapkan melaksanakan beberapa jenis kekuasaan di dalam atau atas suatu organisasi.

Disisi lain bahwa apapun bentuk dan luas / sempit organisasi, maka di antara sekian banyak sarana utama yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya, sumberdaya manusia adalah yang paling sering digunakan.(Etzioni, 1985 :3). Dengan kata lain bahwa peran dan fungsi manusia dalam organisasi sangat mempengaruhi baik/buruk organisasi, maju/mundur organisasi, berhasil/tidak organisasi.

Dengan demikian kedua hal menyangkut kepemimpinan dan sumberdaya manusia akan menjadi faktor penentu berjalannya organisasi menuju organisasi yang modern dan profesional, dengan mengedepankan rasionalitas organisasi dan penciptaan hubungan manusia.

Organisasi dalam penelitian ini adalah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, dimana sistem pengelolaan menyangkut struktur organisasi, pembagian tugas dan wewenang serta tanggungjawab diatur dalam Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kab/Kota, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas membantu Menteri Agama dalam penyelenggaraan sebagian tugas pemerintahan di bidang keagamaan. Dalam melaksanakan tugas, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : Perumusan visi, misi dan kebijakan teknis dibidang pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di propinsi, Pembinaan, pelayanan dan bimbingan masyarakat Islam, pelayanan Haji dan Umrah, Pengembangan Zakat dan Wakaf, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Pondok Pesantren, Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid, serta

Page 16: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 308

urusan agama, pendidikan agama dan bimbingan masyarakat Kristen, Katolik, Hindu serta Budha sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan informasi, Pembinaan kerukunan umat beragama, Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan pengawasan program dan pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait dan lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas kementerian di provinsi.

Untuk menjamin berjalannya penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, maka dibutuhkan peran leadership (kepemimpinan) yang memiliki kapabilitas/kemampuan lebih bila dibandingkan bawahan baik menyangkut kemampuan mempengaruhi, memotivasi, berkomunikasi atau menyampai kan informasi maupun dalam proses pengambilan kebijakan maupun keputusan. Artinya dimensi kepemimpinan harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang terintegralistik dalam bentuk arahan/petunjuk pelaksanaan bagi bawahan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab. Sedangkan untuk menjalankan roda pemerintahan yang baik tentu keikutsertaan aparatur/bawahan mempengaruhi kinerja organisasi, sehingga efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan bidang keagamaan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utaraditentukan pula oleh kualitas sumberdaya manusia aparaturnya. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kemudian di deskriftifkan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode penyebaran angket, observasi dan dokumentasi, serta stdui pustaka. Analisis data menggunakan uji statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparatur di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara yang terdiri pejabat Struktural, pejabat fungsional dan staf sebanyak 179 orang. PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Hasil Pengujian Validitas Instrumen

Penelitian

Instrumen yang diuji adalah instrumen variabel Kepemimpinan, Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur dan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan . Instrumen telah dicobakan kepada 130 responden. Instrumen Kepemimpinan terdiri dari 9 item, instrumen Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur terdiri dari 9 item dan instrumen Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan terdiri dari 8 item, dimana jawaban terendah diberi skor 1 dan tertinggi diberi skor 5.

Pengujian validitas data dengan mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Lebih lanjut Masrun (1979) yang dikutip oleh Sugiyono (2001 : 106) mengatakan bahwa :”item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula”.

Syarat umum untuk dinyatakan valid adalah kalau hasil koefesien korelasi atau r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel). Hal ini berarti ada kesesuaian antara butir-butir atau indikator-indikator dalam definisi operasional dengan definisi konsep. Sedangkan apabila nilai koefesien korelasi (r hitung ) kurang dari r tabel (r hitung ,< r tabel) maka item pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid. Hal ini berarti tidak ada kesesuaian antara butir-butir atau indikator-indikator dalam definisi konsep dengan definisi operasional. (Sugiyono, 2001: 151).

r hitung dalam penelitian ini adalah hasil dari analisis berupa koefisien korelasi person yang hasil penelitian melalui SPSS dapat dilihat dalam lampiran. Berdasarkan jumlah responden yang ada dalam penelitian sebanyak 130 responden, maka syarat untuk dinyatakan valid adalah jika hasil korelasi atau r hitung minimal sama dengan r tabel = 0,176. Dengan demikian, jika koefisien kurang dari 0,176 maka dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan dari 130 data yang terkumpul responden yang telah diolah terlihat hasilnya sebagai berikut : 1. Pengujian Validitas Instrumen Variabel

Kepemimpinan Berdasarkan data terkumpul dari 130

responden untuk 9 item instrumen

Page 17: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

309 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

pertanyaan atau instrumen Kepemimpinan dengan meng gunakan program SPSS (hasil terlampir) diperoleh korelasi skor setiap butirnya dengan skor total sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengujian Validitas InstrumenVariabel Kepemimpinan

Nomor Butir Instrumen

Koefesien Korelasi

R tabel

Ket.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

0,443 0,218 0,496 0,382 0,611 0,573 0,433 0,419 0,484

0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,17

0,176 0,176

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Berdasarkan tabel 6 di atas nampak

bahwa dari 9 item pertanyaan ternyata seluruhnya terdapat koefisien korelasi (jumlah butir 9) atau instrumen kepemimpinan yang valid karena koefesien korelasinya (r hitung) lebih besar dari r tabel (lampiran) (r hitung > r tabel), dari tabel tersebut dapat dibaca bahwa korelasi antara skor butir 1 dengan skor total 0,443, antara butir 2 dengan skor total 0,218, antara butir 3 dengan skor total 0,496, antara butir 4 dengan skor total 0,382, antara butir 5 dengan skor total 0,611, antara butir 6 dengan skor total 0,573, antara butir skor 7 dengan skor total 0,433, antara butir 8 dengan skor total 0,419 dan antara skor 9 dengan skor total 0,484.

Instrumen kepemimpinan yang mempunyai validitas tertinggi adalah item pertanyaan nomor 5 dengan koefisien korelasi (r hitung) 0,611 pada taraf kepercayaan 99%. Sedangkan item pertanyaan nomor 2 memiliki nilai koefisien korelasi (r hitung) terendah yaitu 0,218 pada taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian ke 9 item pertanyaan dari variabel kepemimpinan tersebut mempunyai kesesuaian antara butir-butir atau indikator-indikator dalam definisi operasional dengan konsep. Dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator memiliki pengaruh terhadap kepemimpinan. 2. Pengujian Validitas Instrumen Variabel

Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur Berdasarkan data terkumpul dari 130

responden untuk 9 item instrumen

pertanyaan atau instrumen Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur dengan menggunakan program SPSS (hasil terlampir) diperoleh korelasi skor setiap butirnya dengan skor total sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Pengujian Validitas Instrumen

Variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur

Nomor Butir

Instrumen

Koefesien Korelasi

R tabel

Ket.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

0,547 0,329 0,395 0,318 0,405 0,472 0,376 0,467 0,447

0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Berdasarkan tabel 5.2 di atas nampak

bahwa dari 9 item pertanyaan ternyata seluruhnya terdapat koefisien korelasi (jumlah butir 9) atau instrumen Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur yang valid karena koefesien korelasinya (r hitung) lebih besar dari r tabel (lampiran) (r hitung > r tabel), sehingga dari tabel di atas dapat dibaca bahwa korelasi antara skor butir 1 dengan skor total = 0,547, antara butir 2 dengan skor total = 0,329, antara butir 3 dengan skor total = 0,395, antara butir 4 dengan skor total = 0,318, antara butir 5 dengan skor total = 0,405, antara butir 6 dengan skor total = 0,472, antara butir 7 dengan skor total = 0,376, antara butir 8 dengan skor total = 0,467, dan antara butir 9 dengan skor total = 0,447.

Instrumen kepemimpinan yang mempunyai validitas tertinggi adalah item pertanyaan nomor 1 dengan koefisien korelasi (r hitung) 0,547 pada taraf kepercayaan 99%. Sedangkan item pertanyaan nomor 4 memiliki nilai koefisien korelasi (r hitung) terendah yaitu 0,318 pada taraf kepercayaan 99%. Dengan demikian ke 9 item pertanyaan dari variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur tersebut mempunyai kesesuaian antara butir-butir atau indikator-indikator dalam definisi operasional dengan konsep. Dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator

Page 18: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 310

memiliki pengaruh terhadap Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur. 3. Pengujian Validitas Instrumen Variabel

Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan

Berdasarkan data terkumpul dari 130 responden untuk 8 item instrumen pertanyaan atau instrumen Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan dengan menggunakan progran SPSS (hasil terlampir) diperoleh korelasi skor setiap butirnya dengan skor total sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Pengujian Validitas Instrumen

Variabel Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan

Nomor Butir

Instrumen

Koefesien Korelasi

R tabel

Ket.

1 2 3 4 5 6 7 8

0,691 0,415 0,662 0,577 0,559 0,719 0,577 0,631

0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Berdasarkan tabel 5.3 di atas nampak

bahwa dari 8 item pertanyaan ternyata seluruhnya terdapat koefisien korelasi (jumlah butir 8) atau instrumen Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan yang valid karena koefisien korelasinya (r hitung) lebih besar dari r tabel (lampiran) (r hitung > r tabel), dari tabel di atas dapat dibaca bahwa korelasi antara skor butir 1 dengan skor total = 0,691, antara skor butir 2 dengan skor total = 0,415, antara skor butir 3 dengan skor total = 0,662, antara skor butir 4 dengan skor total = 0,577, antara skor butir 5 dengan skor total = 0,559, antara skor butir 6 dengan skor total = 0,719, antara skor butir 7 dengan skor total = 0,577, dan antara skor butir 8 dengan skor total = 0,631.

Instrumen kepemimpinan yang mempunyai validitas tertinggi adalah item pertanyaan nomor 6 dengan koefisien korelasi (r hitung) 0,719 pada taraf kepercayaan 99%. Sedangkan item pertanyaan nomor 2 memiliki nilai koefisien korelasi (r hitung) terendah yaitu 0,415 pada taraf kepercayaan 99%. Dengan demikian ke 8 item pertanyaan dari variabel Efektivitas

Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan tersebut mempunyai kesesuaian antara butir-butir atau indikator-indikator dalam definisi operasional dengan konsep. Dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator memiliki pengaruh terhadap Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan. 2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Penelitian Pengujian reliabilitas instrumen

dilakukan dengan teknik koefisien alpha cronbrach. Syarat untuk dinyatakan reliabel adalah jika koefisien alpha lebih dari r tabel. Berdasarkan data yang telah dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS (hasil terlampir), hasil reliabilitas instrumen penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Instrumen Koef.

Alpha

R

tabel Keterangan

1. Kepemimpinan 0,8211 0,176 Reliabel

2.

Kualitas

Sumberdaya

Manusia Aparatur

0,7893 0,176 Reliabel

3. Kinerja aparat 0,90130 0,176 Reliabel

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Dari tabel 4 di atas, dapat dilihat

bahwa koefisien alpha, instrumen Kepemimpinan lebih besar dari r tabel atau 0,8211 > 0,176, Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur lebih besar dari r tabel atau 0,7893 > 0,176 dan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan lebih besar dari r tabel atau 0,90130 > 0,176. Hal ini berarti ketiga instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Dengan demikian ketiga instrumen tersebut dapat digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama dan akan menghasilkan data yang sama dan dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data. 1. Uji Normalitas Data

Teknik korelasi product moment, koefisien korelasi majemuk, analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi ganda termasuk kategori statistik parametrik (Sugiyono, 2001: 54), artinya teknik tersebut baru dapat digunakan kalau data hasil penelitian membentuk distribusi normal. Oleh karena penelitian ini menggunakan teknik-teknik tersebut, maka perlu dilakukan

Page 19: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

311 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

pengujian apakah data hasil penelitian ini membentuk distribusi normal atau tidak.

Uji normalitas data dapat menggunakan ukuran simetris atau kecondongan suatu kurva yaitu dengan membandingkan nilai skewness dengan standar error skewness. Hasil perbandingan kedua nilai tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Variabel Kepemimpinan, Kualitas Sumberdaya

Aparatur dan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan

Variabel Skewness

Ket. Nilai

SE Skewness X1 X2 Y

0,384 0,273 0,481

Normal Normal Normal

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Berdasarkan tabel 5 di atas, maka

dapat diketahui bahwa variabel Kepemimpinan (X1), variabel Kualitas Sumberdaya Aparatur (X2) dan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) datanya menunjukan distribusi normal. Hal ini nampak pada nilai pembagian dari nilai skewness dengan standar error skewness untuk ketiga variabel penelitian masih berada antara –2 sampai 2 (Santoso, 2000:53). Dengan demikian tehnik-tehnik statistik yang ditetapkan sebelumnya dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. 2. Data Distribusi Frekuensi Variabel-

Variabel Penelitian Pembahasan penelitian bertujuan

menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Data hasil penelitian yang dilakukan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara dengan metode distribusi frekuensi dengan mengelompokan kedalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data maka didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Variabel Kepemimpinan

Hasil analisa data mengenai kepemimpinan diketahui nilai yang sering muncul (mode) adalah 30 sebanyak 8 kali atau 12,3%, sedangkan nilai tengahnya (median) 30, dan nilai rata-ratanya (mean) adalah 30,6077. Dari penelitian terhadap

responden dapat dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 6. Frekuensi per item pertanyaan Variabel Kepemimpinan

Item

Katagori

Total Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

1 2 3 4 5 1 0 4 29 48 49 130 2 0 49 64 11 6 130 3 2 49 48 27 4 130 4 1 16 62 35 16 130 5 1 15 48 39 27 130 6 0 18 57 27 28 130 7 0 5 47 35 43 130 8 0 32 67 21 10 130 9 1 15 130 25 24 130

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat

dijelaskan bahwa untuk pertanyaan 1 dari 130 responden diketahui sebagai berikut : yang menjawab sangat rendah tidak ada, yang menjawab rendah sebanyak 4 orang atau 3,1%, yang menjawab sedang sebanyak 29 orang atau 22,3%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 48 orang atau 36,9%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 49 orang atau 37,7%.

Kemudian yang menjawab pertanyaan 2 sangat rendah tidak ada, yang menjawab rendah sebanyak 49 orang atau 37,7%, yang menjawab sedang sebanyak 64 orang atau 49,2%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 11 orang atau 8,5%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 6 orang atau 4,5%. Dari 130 responden yang menjawab pertanyaan 3 adalah sebagai berikut : yang menjawab sangat rendah sebanyak 2 orang atau 1,5%, yang menjawab rendah sebanyak 49 orang atau 37,7%, yang menjawab sedang sebanyak 48 orang atau 36,9%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 27 orang atau 20,8%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 4 orang atau 3,1%.

Sementara itu berdasarkan tabel di atas untuk pertanyaan 4 yang dijawab oleh sebanyak 130 responden dapat dijelaskan berikut : yang menjawab sangat rendah sebanyak 1 orang atau 0,8%, yang menjawab rendah sebanyak 16 orang atau 12,3%, yang menjawab sedang sebanyak 62 orang atau 47,7%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 35 orang atau 26,9%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 16 orang atau 12,3%.

Page 20: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 312

Sementara itu dari pertanyaan 5 dapat dijelaskan distribusi frekuensi terhadap 130 responden sebagai berikut : yang menjawab sangat rendah 1 orang atau 0,8%, yang menjawab rendah sebanyak 15 orang atau 11,5%, yang menjawab sedang sebanyak 48 orang atau 36,9%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 39 orang atau 30%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 27 orang atau 20,8%.

Adapun dari pertanyaan 6 terhadap 130 responden dapat dijelaskan berikut : yang menjawab sangat rendah tidak ada, yang menjawab rendah sebanyak 18 orang atau 13,8%, yang menjawab sedang sebanyak 57 orang atau 43,8%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 27 orang atau 20,8%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 28 orang atau 21,5%.

Sementara itu yang menjawab pertanyaan 7 sangat rendah tidak ada, yang menjawab rendah sebanyak 5 orang atau 3,8%, yang menjawab sedang sebanyak 47 orang atau 36,2%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 35 orang atau 26,9%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 43 orang atau 33,1%.

Dari tabel 11 di atas untuk pertanyaan 8 dapat dijelaskan berikut : sangat rendah tidak ada, yang menjawab rendah sebanyak 32 orang atau 24,6%, yang menjawab sedang sebanyak 67 orang atau 51,5%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 21 orang atau 16,2%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 10 orang atau 7,7%.

Kemudian dari 130 responden untuk pertanyaan 9 distribusi jawabannya adalah sebagai berikut : sangat rendah terdapat jawaban 1 orang atau 0,8%, yang menjawab rendah sebanyak 15 orang atau 11,5%, yang menjawab sedang sebanyak 30 orang atau 30%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 25 orang atau 18,5%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 24 orang atau 18,5%.

Dengan demikian berdasarkan 9 pertanyaan dalam variabel Kepemimpinan maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata jawaban yang diberikan 130 respoden adalah jawabannya sedang, hal ini dapat diketahui dari rata-rata jawaban cenderung di atas 30%.

Kemudian untuk lebih jelas tentang penyebaran distribusi frekuensi 130

responden berdasarkan interval dari 5 kategori jawaban dimana untuk membuat interval kategori tersebut adalah dengan cara membandingkan skor tertinggi dikurangi skor terendah dan dibagi jenjang jawaban dimana skor tertinggi adalah 45 dan skor terendah 9, sehingga ini menjadi batasan dalam pembuatan interval, setelah melalui proses penghitungan maka hasilnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kepemimpinan

Interval Kategori F. % 9-16

17-23 24-30 31-37 38-45

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

0 1

71 52 6

0% 0,8% 54,6

% 39,9

% 4,6%

Total 130 100% Sumber : Data Primer Diolah, 2012

Pada tabel 7 di atas menunjukan bahwa dari 130 responden yang menjawab tentang kepemimpinan dalam kategori sangat rendah tidak ada. Kemudian jawaban dalam kategori rendah sebanyak 1 orang atau 0,8%, jawaban dalam kategori sedang sebanyak 71 orang atau 54,6%, sementara yang menjawab kepemimpinan dalam kategori tinggi sebanyak 52 orang atau 39,9% serta jawaban tentang kepemimpinan dalam kategori sangat tinggi sebanyak 6 orang atau 4,6%. Nilai rata-rata atau meannya 30,6077, hal ini menunjukan bahwa rata-rata jawaban tentang kepemimpinan sedang atau cukup. 2. Variabel Kualitas Sumberdaya Manusia

Aparatur Hasil analisa data mengenai

Sumberdaya Manusia Aparatur diketahui nilai yang sering muncul (mode) adalah 27 sebanyak 18 kali atau 13,8%, sedangkan nilai tengahnya (median) 30, dan nilai rata-ratanya (mean) adalah 30,3231.

Dari penelitian terhadap 130 responden dapat dijelaskan frekuensi 9 item pertanyaan variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur sebagai berikut:

Page 21: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

313 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

Tabel 8. Frekuensi per item pertanyaan Variabel Kualitas Sumberdaya Manusia

Aparatur

Item

Katagori

Total Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

1 2 3 4 5 1 0 8 41 42 39 130 2 2 40 52 22 14 130 3 1 33 43 35 18 130 4 4 22 57 29 18 130 5 1 33 48 31 17 130 6 1 26 44 38 21 130 7 0 13 130 33 34 130 8 1 28 61 17 23 130 9 3 20 63 22 22 130

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Berdasarkan tabel 5.8 di atas, dapat

dijelaskan bahwa untuk pertanyaan 1 dari 130 responden diketahui sebagai berikut : yang menjawab sangat rendah tidak ada, yang menjawab rendah sebanyak 8 orang atau 6,2%, yang menjawab sedang sebanyak 41 orang atau 31,5%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 42 orang atau 32,3%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 39 orang atau 30%.

Kemudian yang menjawab pertanyaan 2 sangat rendah sebanyak 2 orang atau 1,5%, yang menjawab rendah sebanyak 40 orang atau 30,8%, yang menjawab sedang sebanyak 52 orang atau 40%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 22 orang atau 16,9%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 14 orang atau 10,8%.

Dari 130 responden yang menjawab pertanyaan 3 adalah sebagai berikut : yang menjawab sangat rendah sebanyak 1 orang atau 0,8%, yang menjawab rendah sebanyak 33 orang atau 25,4%, yang menjawab sedang sebanyak 43 orang atau 33,1%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 35 orang atau 26,9%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 18 orang atau 13,8%.

Sementara itu berdasarkan tabel di atas untuk pertanyaan 4 yang dijawab oleh sebanyak 130 responden dapat dijelaskan berikut : yang menjawab sangat rendah sebanyak 4 orang atau 3,1%, yang menjawab rendah sebanyak 22 orang atau 16,9%, yang menjawab sedang sebanyak 57 orang atau 43,8%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 29 orang atau 22,3%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 18 orang atau 13,8%.

Sementara itu dari pertanyaan 5 dapat dijelaskan distribusi frekuensi terhadap 130 responden sebagai berikut : yang menjawab sangat rendah 1 orang atau 0,8%, yang menjawab rendah sebanyak 33 orang atau 25,4%, yang menjawab sedang sebanyak 48 orang atau 36,9%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 31 orang atau 23,8%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 17 orang atau 13,1%.

Adapun dari pertanyaan 6 terhadap 130 responden dapat dijelaskan berikut : yang menjawab sangat rendah sebanyak 1 orang atau 0,8%, yang menjawab rendah sebanyak 26 orang atau 20%, yang menjawab sedang sebanyak 44 orang atau 33,8%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 38 orang atau 29,2%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 21 orang atau 16,2%.

Sementara itu yang menjawab pertanyaan 7 sangat rendah tidak ada, yang menjawab rendah sebanyak 5.8 orang atau 10%, yang menjawab sedang sebanyak 130 orang atau 38,5%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 33 orang atau 25,4%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 34 orang atau 26,2%.

Dari tabel 5.8 di atas untuk pertanyaan 8 dapat dijelaskan berikut : sangat rendah dijawab oleh 1 orang atau 0,8%, yang menjawab rendah sebanyak 28 orang atau 21,5%, yang menjawab sedang sebanyak 61 orang atau 46,9%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 17 orang atau 13,1%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 23 orang atau 17,7%.

Kemudian dari 130 responden untuk pertanyaan 9 distribusi jawabannya adalah sebagai berikut : sangat rendah sebanyak 3 orang atau 2,3%, yang menjawab rendah sebanyak 20 orang atau 15,4%, yang menjawab sedang sebanyak 63 orang atau 48,5%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 22 orang atau 16,9%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 22 orang atau 16,9%.

Dengan demikian berdasarkan 9 pertanyaan dalam variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata jawaban yang diberikan 130 respoden adalah jawabannya sedang, hal ini dapat diketahui dari rata-rata jawaban cenderung di atas 30%.

Page 22: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 314

Kemudian untuk lebih jelas tentang penyebaran distribusi frekuensi 130 responden berdasarkan interval dari 5 kategori jawaban dimana untuk membuat interval kategori tersebut adalah dengan cara membandingkan skor tertinggi dikurangi skor terendah dan dibagi jenjang jawaban dimana skor tertinggi adalah 45 dan skor terendah 9, sehingga ini menjadi batasan dalam pembuatan interval, setelah melalui proses penghitungan maka hasilnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 9.Distribusi Frekuensi Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur

Interval Kategori F. % 9-16

17-23 24-30 31-37 38-45

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0 2

72 50 6

0% 1,6%

55,3% 38,5% 4,7%

Total 130 100% Sumber : Data Primer Diolah, 2012

Pada tabel 5.9 di atas menunjukan bahwa dari 130 responden yang menjawab tentang Sumberdaya Manusia Aparatur dalam kategori sangat rendah tidak ada jawaban. Kemudian jawaban dalam kategori rendah sebanyak 2 orang atau 1,6%, jawaban dalam kategori sedang sebanyak 72 orang atau 55,3%, sementara yang menjawab Sumberdaya Manusia Aparatur dalam kategori tinggi sebanyak 50 orang atau 38,5% serta jawaban tentang Sumberdaya Manusia Aparatur dalam kategori sangat tinggi sebanyak 6 orang atau 4,7%. Nilai rata-rata atau meannya 30,3231, hal ini menunjukan bahwa rata-rata jawaban tentang Sumberdaya Manusia Aparatur sedang atau cukup.

3. Variabel Efektivitas Penyelenggaraan

pemerintahan Hasil analisa data mengenai Efektivitas

Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan diketahui nilai yang sering muncul (mode) adalah 24 sebanyak 19 kali atau 14,6%, sedangkan nilai tengahnya (median) 26, dan nilai rata-ratanya (mean) adalah 26,6692.

Dari penelitian terhadap 130 responden dapat dijelaskan frekuensi 8 item pertanyaan variabel Efektivitas

Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan sebagai berikut :

Tabel 10. Frekuensi per item pertanyaan Variabel Efektivitas Penyelenggaraan

pemerintahan

Item

Katagori

Total Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

1 2 3 4 5 1 1 18 49 32 30 130 2 0 26 70 15 19 130 3 0 18 47 34 31 130 4 4 32 48 29 17 130 5 8 33 52 12 25 130 6 4 24 51 21 30 130 7 2 16 83 19 10 130 8 3 17 53 25 32 130

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Berdasarkan tabel 5.10 di atas, dapat

dijelaskan bahwa untuk pertanyaan 1 dari 130 responden diketahui sebagai berikut : yang menjawab sangat rendah sebanyak 1 orang atau 0,8%, yang menjawab rendah sebanyak 18 orang atau 13,8%, yang menjawab sedang sebanyak 49 orang atau 37,7%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 32 orang atau 24,6%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 30 orang atau 23,1%.

Kemudian yang menjawab pertanyaan 2 sangat rendah tidak ada jawaban, yang menjawab rendah sebanyak 26 orang atau 20%, yang menjawab sedang sebanyak 70 orang atau 53,8%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 15 orang atau 11,5%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 19 orang atau 14,6%.

Dari 130 responden yang menjawab pertanyaan 3 adalah sebagai berikut : yang menjawab sangat rendah tidak ada, yang menjawab rendah sebanyak 18 orang atau 13,8%, yang menjawab sedang sebanyak 47 orang atau 36,2%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 34 orang atau 26,2%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 31 orang atau 23,8%.

Sementara itu berdasarkan tabel di atas untuk pertanyaan 4 yang dijawab oleh sebanyak 130 responden dapat dijelaskan berikut : yang menjawab sangat rendah sebanyak 4 orang atau 3,1%, yang menjawab rendah sebanyak 32 orang atau 24,6%, yang menjawab sedang sebanyak 48 orang atau 36,9%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 29 orang atau 22,3%, dan

Page 23: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

315 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

yang menjawab sangat tinggi sebanyak 17 orang atau 13,1%.

Sementara itu dari pertanyaan 5 dapat dijelaskan distribusi frekuensi terhadap 130 responden sebagai berikut : yang menjawab sangat rendah sebanyak 8 orang atau 6,2%, yang menjawab rendah sebanyak 33 orang atau 25,4%, yang menjawab sedang sebanyak 52 orang atau 40%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 12 orang atau 9,2%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 25 orang atau 19,2%.

Adapun dari pertanyaan 6 terhadap 130 responden dapat dijelaskan berikut : yang menjawab sangat rendah sebanyak 4 orang atau 3,1%, yang menjawab rendah sebanyak 24 orang atau 18,5%, yang menjawab sedang sebanyak 51 orang atau 39,2%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 21 orang atau 16,2%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 30 orang atau 23,1%.

Sementara itu yang menjawab pertanyaan 7 sangat rendah sebanyak 2 orang atau 1,5%, yang menjawab rendah sebanyak 16 orang atau 12,3%, yang menjawab sedang sebanyak 83 orang atau 63,8%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 19 orang atau 14,6%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 10 orang atau 7,7%.

Dari tabel 15 di atas untuk pertanyaan 8 dapat dijelaskan berikut : yang menjawab sangat rendah sebanyak 3 orang atau 2,3%, yang menjawab rendah sebanyak 17 orang atau 13,1%, yang menjawab sedang sebanyak 53 orang atau 40,8%, kemudian yang menjawab tinggi adalah sebanyak 25 orang atau 19,2%, dan yang menjawab sangat tinggi sebanyak 32 orang atau 24,6%.

Dengan demikian berdasarkan 8 pertanyaan dalam variabel Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata jawaban yang diberikan 130 respoden adalah jawabannya sedang, hal ini dapat diketahui dari rata-rata jawaban cenderung di atas 30%. (lihat hasil SPSS for windows)

Kemudian untuk lebih jelas tentang penyebaran distribusi frekuensi 130 responden berdasarkan interval dari 5 kategori jawaban dimana untuk membuat interval kategori tersebut adalah dengan

cara membandingkan skor tertinggi dikurangi skor terendah dan dibagi jenjang jawaban dimana skor tertinggi adalah 40 dan skor terendah 8, sehingga ini menjadi batasan dalam pembuatan interval, setelah melalui proses penghitungan maka hasilnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan

Interval Kategori F % 8-14

15-20 21-26 27-33 34-40

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0 11 64 40 15

0% 8,5%

49,1% 30,8% 11,6%

Total 130 100% Sumber : Data Primer Diolah, 2012

Pada tabel 11 di atas menunjukan bahwa dari 130 responden yang menjawab Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan dalam kategori sangat rendah tidak ada. Kemudian jawaban dalam kategori rendah sebanyak 11 orang atau 8,5%, jawaban sedang sebanyak 64 orang atau 49,1%, sementara yang menjawab Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan dalam kategori tinggi sebanyak 40 orang atau 30,8% serta jawaban tentang Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan dalam kategori sangat tinggi sebanyak 15 orang atau 11,6%. Nilai rata-rata atau meannya 26,6692, hal ini menunjukan bahwa rata-rata jawaban tentang Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan sedang atau cukup. Analisis Data

Pada bagian analisis data akan membahas hasil data secara keseluruhan tentang data yang diperoleh dari hasil penelitian kedalam bentuk yang sederhana, mudah dibaca, dan mudah dipahami. Data yang digunakan adalah untuk menguji hipotesis penelitian. Dalam hal ini penelitian menggunakan teknik statistik, yaitu korelasi product moment, korelasi parsial, koefisien korelasi majemuk. Hasil analisis data adalah sebagai berikut : 1). Korelasi Product moment

Korelasi product moment digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel serta positif negatifnya pengaruh tersebut, yaitu hubungan antara variabel

Page 24: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 316

Kepemimpinan (X1) dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) dengan variabel Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y). Hasil perhitungan untuk korelasi product moment (terlampir) adalah sebagai berikut : Tabel 12. Hasil Perhitungan Korelasi Product

Moment Korelasi r test r tabel Ket.

r x1y r x2y

0,681 0,725

0,176 0,176

Signifikan Signifikan

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Dari tabel di atas dapat diketahui

bahwa: a) Korelasi Antara Variabel Kepemimpinan

(X1) dengan Variabel Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y).

Pada tabel diatas dapat dilihat hasil perhitungan koefisien korelasi antara variabel Kepemimpinan (X1) dengan variabel Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) sebesar 0,681 (lihat lampiran) adalah signifikan pada taraf uji 95%, sebab r test lebih besar dari r tabel (0,681 > 0,176). Sementara tingkat hubungan antara variabel Kepemimpinan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan pada tingkat hubungan yang kuat, hal ini dapat diketahui dari r test sebesar 0,681 berada pada interval koefisien antara 0,60 – 0,799 (lihat tabel 7.10, Sugiyono, 2001 : 149). Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa Hi diterima, Ho ditolak. Ini berarti korelasi antara variabel Kepemimpinan terhadap Efektivitas Penyelenggara an Pemerintahan adalah signifikan, yang artinya hubungan kedua variabel tersebut positif. b) Korelasi Antara Variabel Kualitas

Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) dengan Variabel Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y).

Pada tabel diatas dapat dilihat hasil perhitungan koefisien korelasi antara variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) dengan variabel Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) sebesar 0,725 (lihat lampiran) adalah signifikan pada taraf uji 95%, sebab r test lebih besar dari r tabel (0,725 > 0,176). Sementara tingkat hubungan antara variabel Kualitas

Sumberdaya Manusia terhadap Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan pada tingkat hubungan kuat, hal ini dapat diketahui dari r test sebesar 0,725 berada pada interval koefisien antara 0,60 – 0,799 (lihat tabel 7.10, Sugiyono, 2001 : 149). Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa Hi diterima, Ho ditolak. Ini berarti korelasi antara variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur terhadap Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan adalah signifikan, yang artinya hubungan kedua variabel tersebut positif. 2) Korelasi Parsial

Korelasi parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen dengan dependen dimana salah satu variabel independen dikendalikan (dibuat tetap).

Untuk mengetahui pengaruh variabel Kepemimpinan (X1) dengan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) yang dikendalikan oleh variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2), dan antara variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) dengan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) yang dikendalikan oleh variabel Kepemimpinan (X1) maka berdasarkan hasil perhitungan penelitian (terlampir) adalah sebagai berikut : Tabel 13. Hasil Perhitungan Korelasi Parsial

Korelasi r t test Rx1y.x2

Rx2y.x1 0,2064 0,3927

2,9309 7,2871

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Dari tabel 5.13 diatas dapat dijelaskan

bahwa pengaruh variabel Kepemimpinan (X1) dengan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) yang dikendalikan oleh variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) hasil uji t (t test) adalah sebesar 2,9309 dan kemudian dibandingkan t tabel adalah 1,980, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara variabel Kepemimpinan (X1) dengan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) yang dikendalikan oleh variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) pada taraf kepercayaan 95% dan taraf kesalahan 5%.

Sementara itu pengaruh variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) dengan Efektivitas Penyelenggaraan

Page 25: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

317 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

pemerintahan bidang keagamaan (Y) yang dikendalikan oleh variabel Kepemimpinan (X1) hasil uji t (t test) adalah sebesar 7,2871 dan kemudian dibanding kan t tabel adalah 1,980, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara variabel Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) dengan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) yang dikendalikan oleh variabel Kepemimpinan (X1) pada taraf kepercayaan 95% dan taraf kesalahan 5%. 3) Korelasi Majemuk

Korelasi majemuk digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan secara bersama-sama antara dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat, atau dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara variabel Kepemimpinan (X1) dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) dengan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y). Berdasar hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 14. Hasil Perhitungan Korelasi Majemuk

Korelasi Hasil F test F

tabel Ket.

RY.X1.X2 0,739 76,348 3,30 Signifikan

Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Dari hasil perhitungan diperoleh

korelasi majemuk ( R ) sebesar 0,739 (lihat lampiran). Jadi hubungan secara bersama-sama antara Kepemimpinan (X1) dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) dengan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) sebesar 0,739. Untuk mencari signifikasi hubungan secara bersama-sama antara variabel Kepemimpinan (X1) dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) dengan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) dicari F test dengan hasil 76,348 (hasil terlampir) dengan F tabel pada taraf uji 95% adalah 3,07. Jadi F test lebih besar dari F tabel (76,348 > 3,07). Dengan demikian Ho ditolak Hi diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan secara bersama-sama antara Kepemimpinan (X1) dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2) dengan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) adalah signifikan. Artinya semakin tinggi kepemimpinan

seseorang dengan didukung oleh kualitas sumberdaya manusia aparatur akan berpengaruh dan meningkatkan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara Sumatera Utara. 4) Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui keadaan variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi, atau dalam penelitian ini untuk mengetahui Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan (Y) yang disebabkan oleh variabel Kepemimpinan (X1) dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur (X2). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil R Square sebesar 0,546 atau 54,6% (hasil terlampir). Sehingga dapat dikatakan bahwa peranan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan yang disebabkan oleh Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur sebesar 54,6%, sedangkan 45,4% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara tentang Pengaruh Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur terhadap Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan dengan menggunakan metode kuantitatif yang menggunakan alat ukur berupa penggunaan rumus-rumus statistik, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan . Hal ini dibuktikan dengan hasil uji signifkansi korelasi product moment diketahui bahwa ternyata r test > r tabel atau 0,681 > 0,176. Secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima.

2. Kualitas Sumberdaya Manusia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan . Hal ini dibuktikan dengan hasil uji signifkansi korelasi product moment diketahui bahwa ternyata r test > r tabel atau 0,725 > 0,176. Secara statistik mempunyai hubungan yang

Page 26: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013 318

signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima.

3. Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan . Hal ini dibuktikan dengan hasil uji signifkansi korelasi majemuk diketahui bahwa ternyata F test > F tabel atau 76,348 > 3,30. Secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan dan hipotesis kerja dapat diterima.

4. Pengaruh Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan yang disebabkan oleh variabel Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur dapat diketahui melalui koefisien determinasi, dimana hasil penelitian diperoleh sebesar 54,6%, Sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh Efektivitas Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan yang disebabkan oleh Kepemimpinan dan Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur sangat tinggi, sedangkan 45,4% dipengaruhi oleh faktor/variabel lainnya.

SARAN Dari kesimpulan yang diambil

berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil implikasi sebagai berikut : 1. Bahwa kepemimpinan yang dijalankan di

Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara masih perlu ditingkatkan lagi terutama menyangkut gaya kepemimpinan untuk mampu mempengaruhi bawahan untuk taat menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, disamping itu perlu pula seorang pemimpin memahami psikologis bawahan agar bawahan bisa termotivasi untuk bekerja secara optimal dan sungguh-sungguh, disisi lain kepemimpinan yang ada juga harus dilaksanakan tegas dan bertanggungjawab, artinya seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan secara rasional. Adapun ketidakharmonisan hubungan yang terjadi antara pimpinan dan bawahan adalah karena faktor tersumbatnya komunikasi, sehingga perlu ditingkatkan kemampuan untuk berkomunikasi baik secara vertikal maupun horisontal, hal

ini juga mempunyai tujuan lain agar proses penyampaian informasi baik lisan maupun tertulis mampu diterjemahkan oleh bawahan/si penerima pesan.

2. Bahwa Kualitas Sumberdaya Manusia Aparatur sangat penting untuk ditingkatkan, kenyataan yang terjadi di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara masih terdapat aparatur yang memiliki latar belakang pendidikan rata-rata pendidikan adalah setingkat SLTA, walaupun tidak dipungkiri realitanya sudah banyak aparatur pemerintah yang memiliki pendidikan Sarjana bahkan Pascasarjana, tetapi hal tersebut tidak akan berarti apabila tidak mendorong pegawai lain untuk meningkatkan pendidikannya, sehingga pihak pemerintah daerah perlu membantu dan mendorong pegawai yang ingin melanjutkan pendidikannya, disamping itu pemerintah daerah perlu meningkatkan profesionalitas pegawai dengan memberikan kesempatan untuk melakukan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan tugas dan tanggungjawab pekerjaan, sehingga diharapkan dengan memiliki pendidikan formal, non formal, maupun informal akan memberikan keyakinan diri para pegawai untuk lebih inovatif dan kreatif dalam melaksanakan aktifitasnya.

3. Penyelenggaraan pemerintahan bidang keagamaan yang dilaksanakan di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara masih perlu di efektifkan lagi, hal ini bisa dilakukan melalui beberapa langkah diantaranya memperjelas target/ tujuan dari pelaksanaan pekerjaan, target tersebut dituangkan dalam bentuk perintah kerja kepada pegawai dengan diberikan petunjuk pelaksanaan, sehingga pegawai akan menjalankan tugasnya secara lebih jelas. Efektivitas juga akan terjadi apabila ada kerjasama diantara pegawai yang ada, sehingga diantara komponen saling melengkapi dan saling membantu, sementara disisi lain ketidakefektifan pelaksanaan kerja adalah disebabkan oleh tidak ada dukungan sarana dan prasarana kerja, sehingga pemerintah daerah perlu memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasarana yang disesuaikan

Page 27: PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA …

Jurnal Administrasi Publik ISSN: 2088-527x Public Administration Journal

319 JAP Vol. 1 No.2, Desember 2013

pula dengan kebutuhan penyelesaian pekerjaan rutin, sehingga diharapkan bisa diselesaikan tepat waktu, tepat sasaran dan berkualitas/bermutu.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004, Undang-Undang RI Nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Media Grafika Utama, Yogyakarta.

Anonim, 2008, Perda Kabupaten SamosirNomor 20 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tatakerja Kanwil Kementerian Agama Provinsi, Bagian Hukum, Setda Samosir.

Anonim, 2009, LAKIP Setda Kabupaten Samosirtahun 2009, Bagian Hukum Setda Samosir.

Anonim, 2008, Peraturan Bupati Samosir Nomor 6 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Kanwil Kementerian Agama Provinsi, Bagian Hukum, Setda Samosir.

Etzioni, Amitae, 1985, Organisasi-organisasi Modern, UI Press, Jakarta.

Gibson, Ivancevich, Donelly, 2008, Organisasi dan Manajemen “Perilaku, Struktur, Proses”, Erlangga, Jakarta.

Handoko.T.Hani, 2000, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Kadarman dan Udaya,.Yusuf, 2006, Pengantar Ilmu Manajemen Buku Panduan Mahasiswa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kerlinger F.N dan Pedhazur E.J, 1985,

Korelasi dan Analisa Regresi Ganda, Nur

Cahaya, Jogjakarta.

Mangunhardjana.AM, 2001, Pembinaan Arti dan Metodenya, Kanisius, Jakarta.

Ndraha, Taliziduhu, 2004, Pembangunan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

Pamuji.S.,2004, Ekologi Administrasi Negara, Bina Aksara, Jakarta.

Rasyid, Ryaas, 2000, Makna Pemerintahan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Santoso, 2000, Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Sarwoto, 2001, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta

Siagian.,Sondang P., 2007, Pengembangan Sumber Daya Insani, Gunung Agung, Jakarta.

Singarimbun., Masri dan Effendi.,Sofian, 2003, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.

Stephen.,Robbins P.,1986,Organizational Behavior : Concepts, Controversies and Application,3rd Ed.,Prentice-Hall,International Ed.

Steers, Richard M, 2001, Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta.

Stoner James AF,Freeman dan Gilbert JR1975, Manajemen, Jilid 1 dan 2, Edisi Kedua, Editor Gunawan Hutauruk, MBA., Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sugandha, Dann N, 2005, Koordinasi dalam Teori Praktek, Bina Cipta, Bandung.

Suradinata, Ermaya,2004, Filsafat dan Metodologi Ilmu Pemerintahan, Ramadan, Bandung.

Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.