PENGARUH KEGIATAN READING CLASS DALAM...
Transcript of PENGARUH KEGIATAN READING CLASS DALAM...
PENGARUH KEGIATAN READING CLASS DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI
SISWA DI PERPUSTAKAAN SDI AL IKHLAS CIPONDOH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi (S.IP)
oleh :
KHADIJAH ZAKIA
NIM. 1113025100048
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1439 H/ 2017 M
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : KHADIJAH ZAKIA
N I M : 1113025100048
Program Studi : Ilmu Perpustakaan
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi
baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 11 Desember 2017
KHADIJAH ZAKIA
i
ABSTRAK
Khadijah Zakia (1113025100048). Pengaruh Kegiatan Reading Class Dalam
Mengembangkan Kemampuan Literasi Informasi Siswa Di Perpustakaan SDI
Al-Ikhlas Cipondoh. Di bawah bimbingan Parhan Hidayat M. Hum. Program
Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2017.
Penelitian ini membahas tentang reading class sebagai program literasi informasi
siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana
pengaruh pelaksanaan reading class dalam meningkatkan literasi informasi siswa.
Jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian
kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi,
wawancara, dan studi pustaka. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa di dalam
kegiatan ini siswa diajarkan kemampuan literasi informasi dasar seperti
kemampuan membaca, menulis, membuat sebuah karya tulis, serta kemampuan
untuk berbagi informasi dengan sesamanya (tutor sebaya). Kegiatan ini rutin
dilakukan setiap hari sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan
reading class di lakukan oleh guru bahasa indonesia. Peran guru dalam kegiatan
reading class ini adalah sebagai pelaksana program reading class yang
membimbing serta mendampingi siswa selama di perpustakaan (selama kegiatan
berlangsung). Sebagai program literasi informasi sekolah, reading class sangat
banyak memberikan pengaruh positif pada siswa/i SDI Al-Ikhlas Cipondoh.
Kata Kunci: Reading Class, Literasi Informasi, Perpustakaan Sekolah
ii
ABSTRACT
Khadijah Zakia (1113025100048). Influence of Reading Class Activity In
Developing Literacy Ability of Student Information In SDI Library Al-Ikhlas
Cipondoh. Under the guidance of Parhan Hidayat M. Hum. Library Studies
Program Faculty of Adab and Humanities UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2017.
This study discusses the reading class as a student information literacy program.
The purpose of this study is to know about how the influence of reading class
implementation in improving student information literacy. The type of approach
in this study is descriptive with the type of qualitative research. Techniques used
in data collection are observation, interview, and literature study. The results of
the research show that in this activity the students are taught basic literacy skills
such as reading, writing, writing, and the ability to share information with others
(peer tutor). This activity is routinely done every day according to the schedule
that has been determined. Reading class activities conducted by the Indonesian
language teacher. The role of teachers in reading class activities is as an
implementer of the reading class that guides and accompanies students during the
library (during the activity). As a school information literacy program, the reading
class has a lot of positive influence on students of SDI Al-Ikhlas Cipondoh.
Keywords: Reading Class, Information Literacy, School Library
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil „Alamiin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT karena atas izin dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul ―Pengaruh Kegiatan Reading Class Dalam Mengembangkan
Kemampuan Literasi Informasi Siswa di Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh‖.
Solawat serta salam tak lupa dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kelemahan
dan kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik saran yang membangun
dari semua pihak.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk ibunda tersayang Dra. Julaeha, M.M,
ayahanda tercinta Juftazani, S.Pd, Nde Johariyah, uwa Drs. H. Apip Supiani, M.H,
uwa Hj.Nimmi Pujiati, M.Pd, dan Bibi Mardiah, S.Ag. terima kasih telah
memberikan dukungan baik moral maupun material, bimbingan, serta doa yang
tak pernah putus dipanjatkan untuk penulis yang selalu menjadi motivasi bagi
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya penulis menyadari dalam pengerjaan skripsi ini tentu tak lepas
dari campur tangan serta dukungan banyak pihak yang telah meluangkan
waktunya dalam membantu penulis. Maka penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.Ag selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iv
2. Bapak Prof. Dr. Syukron Kamil, M.A selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Pungki Purnomo, M.Lis selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi
penulis yang membantu mengarahkan, dan menuntun penulis untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Fadhilatul Hamdani, M.Hum selaku dosen pembimbing akademik
penulis, terima kasih atas waktu dan motivasinya.
7. Seluruh bapak dan ibu dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
mencurahkan begitu banyak ilmu kepada penulis sebagai bekal masa
depan penulis.
8. Mamang, om, tante dan bibi serta seluruh keluarga besar abah Asmuni
yang telah memberikan dukungan moril maupun material kepada
penulis.
9. Ibu kepala Sekolah SDI Al-Ikhlas Cipondoh yang telah mengizinkan
penulis untuk melaksanakan penelitian.
10. Ibu-ibu guru serta adik-adik siswa SDI Al-Ikhlas Cipondoh yang telah
memberikan informasi yang sangat membantu penulisan skripsi ini.
v
11. Teteh Zahra Mustafavi, S.Sos, Rani, Robiah, Teh Upus serta semua cucu
nde, terima kasih atas motivasi dan bantuan moral maupun material serta
doa tulusnya.
12. Selanjutnya kepada teman-teman penulis, Ummi Latifah, S.IP, Putri
Permatasari, S.IP, Hilda Safitri, S.IP, Anten Eka Gantani, S.IP, dan
seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan 2013 terutama IP B,
yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsinya.
13. Teruntuk Dewi Arsita, S.Pd Siti Aam Fitriah, Tsani Tsamrotul
Fuadah,S.Pd dan sahabat Rytaz, terima kasih untuk selalu solid dan
meluangkan waktu serta motivasi kepada penulis.
14. Kepada senior Jurusan Ilmu Perpustakaan terutama kak Maulidya
Istiqfani, S.IP, Kak Tiara Puspita Ayu, S.IP, terima kasih telah
memberikan pencerahan serta motivasi kepada penulis.
15. Tidak lupa juga kepada Kiki Saraswati, teh Evi Nurdiana yang telah
dengan baik hati membantu penulis.
16. Dan semua orang yang telah banyak mendukung dalam penyelesaian
skripsi ini, yang tidak dapat diucapkan satu persatu oleh penulis, terima
kasih untuk segalanya, semoga Allah membalas semua kebaikan dan doa
yang telah diberikan kepada penulis. Amiiinn.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iix
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. x
DAFTAR SKEMA ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ............................................. 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ....................................................... 8
D. Definisi Istilah ................................................................................. 9
E. Sistematika Penulisan ..................... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................. 11
A. Perpustakaan Sekolah .................................................................... 11
1. Definisi Perpustakaan Sekolah ............................................... 11
2. Tujuan Perpustakaan Sekolah ................................................ 13
3. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Sekolah ............................... 14
4. Koleksi Perpustakaan Sekolah ............................................... 15
5. Layanan Perpustakaan Sekolah .............................................. 17
B. Literasi Informasi .......................................................................... 19
1. Definisi Literasi Informasi ..................................................... 19
2. Model-model literasi informasi .............................................. 21
3. Standar Literasi Informasi Bagi Siswa Sekolah Dasar ........... 27
4. Literasi informasi di Sekolah Dasar ....................................... 28
5. Literasi Informasi dalam Permendiknas ................................. 31
C. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 32
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 36
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................... 36
B. Sumber Data .................................................................................. 36
C. Informan ........................................................................................ 38
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 39
E. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data .......................................... 41
F. Teknik Pengujian Keabsahan Data ................................................ 42
G. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 45
A. Profil Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh ............................... 45
1. Sejarah Singkat SDI Al-Ikhlas Cipondoh .............................. 45
2. Layanan Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh .................... 47
3. Koleksi Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh ..................... 48
4. Struktur organisasi .................................................................. 49
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 50
1. Pelaksanaan Kegiatan Reading Class ..................................... 50
2. Tujuan Kegiatan Reading Class ............................................. 54
3. Peranan Guru dan Perpustakaan ............................................ 56
4. Pengaruh Kegiatan Reading Class ......................................... 58
5. Kendala Kegiatan Reading Class ........................................... 59
C. Pembahasan Penelitian .................................................................. 63
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 68
A. Kesimpulan .................................................................................... 68
B. Saran .............................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Keterampilan The Big Six Model
2. Table 3.2 Informan
3. Table 3.3 Jadwal Penelitian
4. Table 4.4 Jadwal Kunjungan Reading Class
5. Table 4.5 Tabel kecocokan Empowering 8 dengan reading class
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Siswa kelas v sedang melaksanakan reading class
Gambar 4.2 siswa sedang mencari buku
Gambar 4.3 Koleksi Perpustakaan SDI Al-Ikhlas
Gambar 4.4Beberapa siswa terlihat mengobrol dan tidur
x
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Struktur Organisasi Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh
xi
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Tahapan Empowering 8
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Surat Dosen Pembimbing
Lampiran 2 Lembar Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Lembar Surat Jawaban Penelitian
Lampiran 4 Lembar Surat Ganti Judul
Lampiran 5 Jadwal Kegiatan Reading Class
Lampiran 6 Transkip Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai institusi pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia
Indonesia yang cerdas secara intelektual, emosional, maupun spiritual. Salah
satu sarana yang dapat menunjang pendidikan tersebut dalam proses belajar
mengajar di sekolah adalah perpustakaan. Keberadaan perpustakaan mutlak
diperlukan dalam rangka mendukung suksesnya sekolah yang bersangkutan.
Secara umum perpustakaan sekolah berkewajiban untuk menyediakan
berbagai sumber informasi yang dapat mendukung semua aktivitas belajar
mengajar di sekolah. Tuntutan globalisasi dalam dunia pendidikan tidak dapat
dihindari. Serta membanjirnya informasi dalam skala global saat ini,
perpustakaan sebagai salah satu lembaga informasi diharapkan tidak hanya
meyediakan buku bacaan saja, namun juga perlu menyediakan berbagai
sumber informasi dalam bentuk lainnya, seperti bahan audio-visual dan
multimedia, serta akses informasi dari internet.
Menurut Zulfikar Zen dalam pengantar buku Manajemen Perpustakaan,
perpustakaan di masa global ini tidak lagi hanya sebagai lembaga yang
mengumpulkan, mengelola, menyimpan dan melestarikan bahan pustaka, tapi
lebih mengutamakan pada penyebaran informasi (dissemination of
information). Perubahan paradigma tersebut tentunya diimbangi dengan
berbagai layanan lainnya dalam rangka memenuhi dan memuaskan kebutuhan
informasi pemustaka. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah program
2
literasi informasi.
Menurut American Library Association (ALA) Literasi Informasi adalah
seperangkat keterampilan yang dibutuhkan untuk mencari, menemukan,
menganalisis atau mengevaluasi, dan menggunakan informasi.1 Sebagaimana
diketahui bersama bahwa di awal abad ke-21 ini dinamakan dengan era
informasi karena adanya ledakan informasi dan banyaknya sumber-sumber
informasi di dalamnya. Literasi informasi memfasilitasi mereka dengan
keterampilan yang penting yang sangat dibutuhkan untuk menjadi pembelajar
mandiri.
Suatu lembaga pendidikan sebaiknya mempunyai komitmen untuk
memperkuat koleksi perpustakaannya dan memberikan literasi informasi
kepada para pengguna khususnya siswa/siswi di sekolah tersebut untuk dapat
menggunakannya secara optimal. Karena untuk mendapatkan informasi yang
cepat dan terkini sudah menjadi kebutuhan setiap manusia pembelajar. Upaya
pemberdayaan terhadap peranan perpustakaan di lingkungan sekolah perlu
terus ditingkatkan dengan berbagai fasilitas yang menunjang proses
pendidikan.
Adapun model literasi informasi yang digunakan di setiap perpustakaan
baik perguruan tinggi maupun sekolah sangatlah beragam dalam memberikan
keterampilan literasi informasi siswa. Adapun beberapa model literasi
informasi tersebut diantaranya seperti The Big Six Theory, Seven Pillars
Model, New South Wales (NSW), Empowering 8, Information Process, dan
1 Jesús Lau, ―Guidelines on Information Literacy for Lifelong Learning,‖ Retrieved
October, 2006, 60, http://www.jesuslau.com/docs/publicaciones/doc2/Iflaguidelines.pdf. h. 13
3
masih banyak lagi. Model literasi ini tidak sepenuhnya harus dilakukan semua
tahapannya. Kita sebagai tenaga pendidik dapat mengadopsi model literasi
yang cocok dengan keadaan siswa.
Kita pun dapat membuat sendiri model literasi tersebut dengan cara
mengadopsi beberapa teori dari model-model literasi yang sudah ada. Karena,
tujuan dasar dari literasi informasi itu sendiri adalah memberikan pendidikan
agar mereka dapat secara mandiri mencari informasi yang dibutuhkan. Seperti
Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh yang telah menerapkan beberapa
program atau kegiatan yang erat kaitannya dengan literasi informasi,
diantaranya yaitu kunjungan tema, bulan bahasa dan reading class.
Dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas salah satu program
literasi di SDI Al-Iklas yaitu tentang program reading class saja. Reading
class adalah kegiatan yang dimana para siswa diberikan jam pelajaran khusus
yang tercantum dalam jadwal pelajaran umum.. Adapun pelaksanaanya
dilakukan bergiliran setiap kelas selama 1 minggu sekali. Reading class ini
menurut pengamatan awal penulis sangatlah mirip dengan model literasi
empowering 8. Karena dari 8 tahapan yang terdapat dalam model empowering
8 hampir semua diterapkan juga dalam kegiatan reading class.
Namun, berdasarkan observasi awal penulis melihat adanya kejanggalan
dalam program reading class ini. Reading class merupakan program yang
erat kaitannya dengan perpustkaan seharusnya juga merupakan waktu untuk
para siswa mendapatkan pendidikan pemakai berupa orientasi perpustakaan
bagi siswa baru, bimbingan pemustaka, bimbingan bibliografi, dan tentunya
4
bimbingan literasi informasi dari pustakawan sekolah. Namun berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan penulis, perpustakaan SDI Al-Ikhlas
Cipondoh tidak memiliki seorang pustakawan yang dapat membimbing para
siswa dalam mendapatkan bimbingan pemakai, cara menelusur informasi
dengan efesien, serta pelatihan literasi informasi lainnya. Literasi informasi
yang selama ini diterapkan hanyala kegiatan reading class yang hanya
dipandu oleh wali kelasnya masing-masing.
Peran pustakawan di sebuah perpustakaan sangatlah penting sebagai
motor penggerak yang mengelola perpustakaan dan menciptakan iklim
edukatif terhadap layanan pengguna. Seorang pustakawan tidak hanya
diharapkan terjebak oleh pekerjaan-pekerjaan teknik administrative sebagai
penjaga buku atau petugas sirkulasi. Namun, pustakawan masa kini dituntut
untuk memiliki seperangkat keterampilan untuk menjadi seorang pendidik
yang akan mengantarkan para pengguna perpustakaan (civitas akademika
sekolah) untuk mengembangkan potensi terbaiknya.
Pustakawan secara tidak langsung juga mempunyai peran penting dan
strategis dalam upaya ikut mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu seorang
pustakawan harus membekali diri dengan kemampuan literasi informasi
diantaranya dengan cara memberdayakan diri dengan berbagai fasilitas yang
tersedia baik di perpustakaan maupun organisasi profesi kepustakawanan.
Setelah membekali diri dengan kemampuan literasi informasi maka
5
pustakawan juga harus bisa mengajak orang-orang disekitarnya untuk
memiliki kemapuan literasi ini.2
Berdasarkan hasil observasi awal, para siswa belumlah mendapatkan
pengetahuan literasi informasi yang selayaknya diberikan oleh pustakawan.
Dan juga perpustakaan SDI Al-Ikhlas tidak membuka layanan peminjaman
kepada para siswa dan up grade koleksi secara rutin karena terkendala tidak
adanya pustakawan yang memonitori kegiatan tersebut. Sehingga para siswa
hanya boleh membaca ketika jam aktif sekolah, oleh karena itu para siswa
menjadi malas ke perpustakaan selain di jam pelajaran reading class. Fungsi
perpustakaan pun menjadi tidak maksimal dan menjadi agak terbengkalai.
Para guru SDI Al-Iklas pun sebenarnya menyadari akan pentingnya
seorang pustakawan di lingkungan perpustakaan mereka. Dan para siswa pun
banyak yang mengeluh karena tidak bisa menggunakan perpustakaan dengan
bebas yang di karena tidak ada yang dapat membimbing dan memantau
mereka di perpustakaan. Masalah-masalah seperti ini yang sering muncul di
setiap perpustakaan sekolah. Mereka seringkali tidak memiliki SDM ahli di
bidang perpustakaan dan kebanyakan tidak peduli akan hal tersebut.
Al Qur’an memandang perpustakaan sebagai sarana yang sangat penting
untuk bisa mengubah suatu bangsa yang semula tidak tahu apaapa menjadi
bangsa yang berpengetahuan dan memiliki peradaban yang tinggi. Hal ini
terbukti dengan disebutkannya beberapa peran-peran perpustakaan di dalam
Al-Qur’an seperti konsep membaca, dan menulis, konsep ilmu pengetahuan
2 Muh. Azwar Muin, Information Literacy Skills : Strategi Penelusuran Informasi Online, ed. Muh.
Quraisy Mathar (Makassar: Alauddin University Press, 2013). h. 201
6
dan pendidikan, konsep ibadah serta konsep komunikasi dan informasi. Q.s
Al-Alaq ayat 1-5 merupakan salah satu dalil yang menunjukkan tentang
keutamaan membaca, menulis, dan ilmu pengetahuan.
Q.s Al-Alaq ayat 1-5:
―Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuiny”3
Tanpa kegiatan kegiatan membaca dan menulis, ayat dan ajaran Islam
tidak mungkin dapat disebarluaskan di muka bumi ini. Dalam ayat-ayat Q.s
Al-Alaq terkadung bukti bahwa Allah yang menciptakan manusia dalam
keadaan hidup dan berbicara dari sesutu yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan. Kemudian Allah mengajarkan kepada manusia ilmu yang pling
utama yaitu membaca dan menulis serta menganugrahkannya akal dan fikiran
untuk berfikir dan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal kehidupan.
Alasan peneliti mengambil tempat SDI Al-Ikhlas Cipondoh sebagai
tempat untuk melakukan penelitian adalah karena adanya kegiatan reading
class yang dilakukan sekolah tersebut. Karena dalam hal ini peneliti jarang
menemukan kegiatan literasi informasi yang diterapkan di sekolah secara
rutin yang cukup berperan penting dalam meningkatkan kemampuan literasi
3 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, issued 2009. Juz 30, Surat: 96. h. 597
7
informasi siswa. Selain itu SDI Al-Ikhlas Cipondoh merupakan sekolah
swasta yang memiliki cukup banyak prestasi yang pernah diraih.
Beragam prestasi tersebut tidaklah semata-mata diraih dengan sendirinya,
namun secara tidak langsung merupakan hasil dari kegiatan reading class
yang selama ini diterapkan kepada para siswa. Pada kegiatan tersebut siswa
dituntut untuk membaca sebuah buku kemudian mengkomunikasikannya
kepada teman-temannya. Secara tidak langsung karena mereka terbiasa
dengan kegiatan reading class tersebut merekapun terbiasa untuk membaca
dan dengan begitu pengetahuan mereka pun meluas.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui
lebih jauh mengenai program literasi informasi yang diterapkan di SDI Al-
Ikhlas Cipondoh kepada para siswanya. Oleh karena itu penulis mengangkat
tema “PENGARUH KEGIATAN READING CLASS DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI
SISWA DI PERPUSTAKAAN SDI AL IKHLAS CIPONDOH”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian mengenai “PENGARUH KEGIATAN READING
CLASS DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN LITERASI
INFORMASI SISWA DI PERPUSTAKAAN SDI AL IKHLAS
CIPONDOH” ini akan memfokuskan pada kegiatan reading class
sebagai salah satu program literasi informasi di Perpustakaan SDI Al-
Ikhlas Cipondoh dari kelas 4-6, yaitu usia 9-12 tahun.
8
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan reading class sebagai salah satu program
literasi informasi di Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh?
b. Bagaiman peranan guru dan perpustakaan dalam kegiatan reading
classs?
c. Bagaimana pengaruh reading class pada kemampuan literasi
informasi siswa SDI Al-Ikhlas Cipondoh?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
a. Mengetahui pelaksanaan reading class sebagai salah satu program
literasi informasi di perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh
b. Mengetahui peranan guru dan perpustakaan dalam kegiatan reading
class
c. Mengetahui pengaruh reading class pada kemampuan literasi
informasi siswa SDI Al-Ikhlas Cipondoh
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas manfaat yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah:
a. Memberikan kontribusi pemikiran yang bermanfaat bagi jurusan Ilmu
Perpustakaan terutama dalam hal Literasi Informasi
b. Menambah wawasan penulis dalampelaksanaan kepustakawanan
c. Memberikan masukan yang berguna bagi perpustakaan SDI Al-Ikhlas
Cipondoh sehingga dapat membantu pustakawan dalam
meningkatkan kualitas perpustakaan yang lebih baik di masa
mendatang
9
D. Definisi Istilah
Untuk memudahkan dan memahami istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka penulis membuat beberapa pengertian istilah yang
sering digunakan dalam setiap bab, diantaranya yaitu:
1. Reading Class
Reading class adalah kegiatan yang dimana para siswa diberikan jam
pelajaran khusus untuk berkunjung ke perpustakaan guna mencari sebuah
buku untuk dibaca yang kemudian dipersentasikan kembali di depan
kelas.
2. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah ialah perpustakaan yang berada di bawah lembaga
pendidikan (sekolah) yang di kelola oleh sekolah untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar, penelitian sederhana yang menyediakan bahan
bacaan guna menambah wawasan siswa akan ilmu pengetahuan sekaligus
menjadi tempat rekreasi yang sehat di sela-sela aktivitas belajar siswa.
3. Literasi Informasi
Literasi informasi adalah kemampuan mengetahui menemukan,
mengelola, serta menggunakan informasi sesuai kebutuhannya dan
dengan taat azas (mematuhi etika yang berlaku).
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini penulias membagi
pembahasan menjadi 5 bab dan masing-masing bab berisi beberapa bagian
seperti yang digambarkan di bawah ini:
10
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri atas dasar pemikiran yang menjadi latar belakang
penelitian ini harus dilakukan diikuti uraian pembatasan dan
perumusan masalah tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah
serta sistematika penelitian.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini membahas tentang landasan-landasan teori yang
dihunakan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitia
yang diambil dari literatur-literatur yang berkaitan dan penelitian
yang relevan dengan topik penelitian meliputi pengertian, buku
pedoman, dan lain sebagainya.
Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini membahas tetang jenis pendekatan penelitian, sumber
data, pemilihan informan, teknik pengolahan data, teknik analisis
data dan jadwal penelitian.
Bab IV HasilPenelitian dan Pembahasan
Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian yang mencakup
profil (visi misi, sejarah objek penelitian), hasil penelitian reading
class di perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh dan pembahasan
penelitian.
Bab V Penutup
Bab ini merupakan akhir dari penelitian, yang meliputi penarikan
kesimpulan dan beberapa rekomendasi berupa saran-saran.
11
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Pada bab 2 ini akan membahas mengenai teori yang berkaitan dengan literasi
informasi seperti definisi, model, standar dan juga Permendiknas yang
berhubungan dengan literasi informasi dan perpustakaan. Hal ini digunakan
sebagai acuan ketika melakukan penelitian kemudian menjadi perbandingan
antara kenyataan di lapangan dengan peraturan yang ada apakah sudah sesuai atau
belum.
A. Perpustakaan Sekolah
1. Definisi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan mengandung arti sebagai tempat atau gedung yang
disediakan untuk pengelolaan bahan pustaka, serta koleksi buku, majalah,
dan bahan pustaka lainnya yang dihimpun untuk dibaca, dipelajari, dan
dibicarakan. Dari kata dasar tersebut perpustakaan dapat diartikan
sebagai sebuah wadah atau tempat yang digunakan untuk menghimpun
dan menyimpan berbagai jenis bahan pustaka baik cetak maupun non
cetak, seperti buku, majalah, koran, film, video, dan lain-lain, untuk di
kelola dan digunakan oleh masyarakat pemakainya sebagai sumber
informasi. Sedangkan pengertian perpustakaan sekolah secara khusus
merupakan turunan dari definisi perpustakaan secara umum.
Menurut Sulistyo Basuki perpustakaan sekolah merupakan
perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah yang dikelola
sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan dengan tujuan sekolah
12
khususnya dan tujuan pendidikan umumnya. 4 UNESCO
mendefinisikan perpustakaan sekolah sebagai kumpulan koleksi dengan
ragam yang luas yang menyatu dari bahan-bahan koleksi tercetak dan
audio visual yang diseleksi dengan penuh hati-hati, diorganisasi dan
diindeks menurut subjek agar mudah diakses, ditemukan kembali dan
digunakan, juga menyediakan peralatan pokok yang dibutuhkan dalam
proses belajar mengajar, merangsang, dan membantu balajar individu
atau kelompok.5
Sebagai lembaga yang ikut andil dalam bidang pendidikan,
perpustakaan sekolah harus berperan aktif dalam mendukung tujuan
kurikulum dan tujuan instruksional yaitu, membantu guru dalam
mengajar peserta didiknya, mengadakan workshop serta berdiskusi
dengan orang tua untuk memberikan dorongan kepada pembelajaran
peserta didik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah
merupakan perpustakaan yang didirikan di lingkungan sekolah guna
menunjang proses belajar mengajar disekolah tersebut sesuai dengan
UUD No. 43 Thn 2007 tentang perpustakaan. Pada pasal 23 ayat 1
disebutkan setiap sekolah menyelenggarakan perpustakaan yang
4 Sulistyo Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994). h. 1 5 IFLA School Libraries Section Standing Committee, ―Pedoman Perpustakaan Sekolah
IFLA / UNESCO,‖ 2006, 1–34. h.34
13
memenuhi standar nasional dengan memperhatikan Standar Nasional
Pendidikan. 6
2. Tujuan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan komponen utama dari sebuah
sekolah. Oleh karena itu perpustakaan sekolah haruslah dapat
menyediakan sarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional, dan kewajiban peserta didik. Tujuan sekolah dasar
sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
adalah membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang7:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq
mulia, serta berkepribadian luhur.
b. Berilmu, cakap, kritis, kreatif dan inovatif.
c. Sehat, mandiri, dan percaya diri.
d. Toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.
Dari tujuan sekolah dasar tersebut diatas, tampak bahwa
penyelenggaraan sekolah dasar diarahkan pada upaya-upaya mendasar
untuk membangun sikap mental, pengetahuan dan ketrampilan para
siswa, sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut pada jenjang
pendidkan selanjutnya. Oleh karena itu, penyelenggaraan perpustakaan
sekolah dasar harus mampu mewujudkan tujuan penyelenggaraan
sekolah dasar melalui penyediaan dan pemanfaatan bahan pustaka yang
6 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, ―Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007 Tentang Perpustakaan,‖ 2007, 1–25,
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27150/node/918/uu-no-43-tahun-2007-
perpustakaan. h. 14
14
disediakan serta melalui kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan. Secara
rinci tujuan penyelenggaraan perpustakaan sekolah dasar adalah sebagai
berikut8:
a. Menunjang penyelenggaraan pembelajaran di sekolah dasar.
b. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah
dasar.
c. Menyediakan sarana untuk belajar membaca, menulis, dan
menghitung para siswa.
d. Membantu para siswa mendapatkan bahan pustaka yang dibutuhkan
baik untuk menunjang pembelajaran maupun untuk bahan bacaan.
e. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para siswa.
f. Membantu para guru mendapatkan bahan-bahan penunjang
pengajaran.
g. Mempercepat proses penguasaan teknik membaca.
h. Menumbuhkan dan menanamkan kebiasaan membaca serta
kebiasaan belajar mandiri para siswa.
i. Memperkaya pengalaman belajar siswa.
j. Memberikan pengetahuan penggunaan bahan pustaka (user
education)
k. Membantu perkembangan kecakapan berbahasa para siswa.
l. Meningkatkan disiplin dan rasa tanggun jawab para siswa.
m. Membantu siswa dalam menyelesaikan tugas sekolah.
n. Membantu guru dan siswa dalam mengikuti perkembangan peristiwa
dan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru.
3. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Sekolah
Untuk merealisasikan tujuan-tujuan perpustakaan sekolah dasar
seperti disebutkan diatas, perpustakaan sekolah tentu harus melaksanakan
fungsi-fungsi yang melekat padanya dengan sebaik-baiknya. Adapun
fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut9:
a. Penyusunan rencana kerja perpustakaan yang akan dilaksanakan
selama satu tahun
b. Penyusunan rencana pengadaan bahan pustaka yang akan digunakan
di perpustakaan.
8 Yaya Suhendar, Panduan Petugas Perpustakaan (Jakarta: Prenada Media Group, 2014).
h. 6 9 Suhendar. h. 184
15
c. Pelaksanaan pengadaan bahan pustaka baik cetak maupun noncetak
yang dapat secara langsung maupun tidak langsung menunjang
terhadap pembelajaran.
d. Pelaksanaan pengolahan bahan pustaka.
e. Pelaksanaan penyusunan dan penataan bahan pustaka.
f. Pelaksanaan kerja sama dengan guru dalam penyediaan bahan
pustaka yang akan digunakan dalam pembelajaran.
g. Pelaksanaan pembinaan minat baca siswa.
h. Penyusunan tata tertib perpustakaan.
i. Penyelenggaraan pelayanan perpustakaan.
j. Penyelenggaraan administrasi pelayanan perpustakaan.
k. Pelaksanaan promosi dan administrasi perpustakaan.
l. Pelaksanaan bimbingan pemakai perpustakaan (user education).
m. Pelaksaan pelaporan penyelenggaraan perpustakaan.
4. Koleksi Perpustakaan Sekolah
Koleksi perpustakaan merupakan faktor terpenting bagi sebuah
perpustakaan. Hal tersebut sesuai dengan konsep sebuah perpustakaan
sebagai pusat informasi, pendidikan, pembelajaran penelitiandan
pengembangan ilmu pengetahuan. Dan salah satu dari tugas pokok
perpustakaan sekolah adalah menyediakan bahan-bahan bacaan yang
sesuai dengan kurikulum sekolah dan ilmu pengetahuan tambahan yang
lain. Tujuan dari tugas pokok tersebut adalah untuk menunjang agar
proses pendidikan dapat berlangsung dengan lancar dan berhasil baik.10
Perpustakaan sekolah harus dapat menyajikan koleksi bahan pustaka
yang sesuai dengan kebutuhan anak, baik dalam bentuk tercetak
mapupun terekam seperti: buku teks, buku fiksi, koleksi terbitan berseri
dan surat kabar, koleksi referensi, dan koleksi non buku.
10
Sutarno NS, ―Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis‖ (Jakarta: Sagung
Seto, 2006), xx. h.40
16
a. Koleksi buku
Koleksi buku di perpustakaan sekolah biasanya meliputi buku teks
pelajaran sebagai buku pegangan guru dan murid dalam proses belajar
mengajar, buku teks ilmu pengetahuan sebagai buku teks pelengkap
yang melengkapi isi buku teks pelajaran guna menambah pengetahuan
siswa.
b. Koleksi fiksi
Koleksi fiksi merupakan bahan pustaka yang memuat tentang cerita
kehidupan maupun kegiatan imaginatif yang berfungsi sebagai bahan
hiburan. Koleksi fiksi sangat berperan pentig dalam mendorong minat
baca siswa.
c. Koleksi terbitan berseri dan surat kabar
Perpustakaan sekolah sedikitnya harus melanggan satu terbitan berseri
seperti majalah atau surat kabar. Majalah dan surat kabar banyak
mengandung informasi terkini yang dapat membantu membuka
wawasan siswa semakin luas tentang dunia. Namun perpustakaan
sekolah juga harus memilih majalah atau terbitan berseri lainnya yang
akan dilanggan yang disesuaikan dengan tingkatan sekolahnya.
d. Koleksi referensi
Koleksi referensi tersiri dari kamus, ensiklopedia, sumber geografis
sepertis atlas/ globe, almanac, buku tahunan, indeks dan abstrak, serta
bibliografi. Koleksi referensi ini berguna untuk memperoleh arti kata
17
atau istilah asing serta memperoleh pengetahuan dasar atas suatu
masalah yang sedang di bahas dalam pembelajaran.
e. Koleksi non-buku
Koleksi non-buku meliputi: kaset, piringan hitam, film, slide, foto,
gambar, lukisan, mikrofish, model dan lain sebagainya yang dapat
digunakan sebagai alat peraga serta penunjang dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar.
5. Layanan Perpustakaan Sekolah
Pelayanan perpustakaan merupakan kegiatan untuk membantu
memberikan kemudahan kapada para pengguna perpustakaan dalam
memanfaatkan bahan pustaka yang tersedia. Secara umum pelayanan di
setiap perpustakaan memiliki prinsip yang sama, yaitu disesuaikan
dengan kebutuhan pengguna, diusahakan berlangung cepat, tepat, mudah
dan sederhana, diciptakan kesan yang menarik dan menyenangkan atau
memuaskan pengguna layanan. Namun ada satu perbedaan yang
mendasar pada pelayanan perpustakaan sekolah dasar yaitu
penggunanya.
Pengguna perpustakaan sekolah dasar sebagian besar adalah para
siswa yang masih berusia anak-anak, sehingga pelayanan yang diberikan
kepada mereka harus disesuaikan dengan usia mereka. Dalam pelayanan
perpustakaan sekolah dasar ada beberapa bentuk pelayanan yang dapat
diselenggarakan diantaranya adalah:
18
a. Pelayanan bimbingan pemakai perpustakaan
Karena pengguna perpustakaan sekolah dasar sebagian besar
adalah siswa yang masih berusia anak-anak, yang secara formal baru
diperkenalkan kepada dunia pendidikan, tentunya mereka belum
mengenal apa itu perpustakaan. Oleh karena itu, petugas
perpustakaan harus dapat memandu secara benar bagaimana cara
penggunaan perpustakaan secara baik, mulai dari tata cara masuk ke
perpustakaan, sampai pada kegiatan meminjam dan mengembalikan
bahan pustaka. Kegiatan tersebut sering disebut user education atau
pendidikan pemakai.
b. Pelayanan pembinaan minat baca
Sekolah dasar adalah lembaga pendidikan yang pertama kali
memperkenalkan kegiatan membaca. Membaca di sekolah dasar
merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa.
Namun siswa sekolah dasar tidak hanya mampu membaca saja tetapi
juga memiliki kebiasaan membaca yang baik. Kebiasaan membaca
pada siswa sekolah dasar tidak akan tumbuh secara otomatis, oleh
karena itu kebiasaan membaca harus ditumbuhkan dan dibina sejak
usia dini. Usia anak sekolah dasar merupakan usia yang tepat untuk
membina kebiasaan membaca.11
11
Mudjito, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca, 4th ed. (Jakarta: Universitas Terbuka,
2001). h. 145
19
c. Pelayanan peminjaman dan pengembalian buku
Pelayanan peminjaman dan pengembalian buku dapat disebut
juga sebagai pelayanan sirkulasi. Yang berarti perputaran bahan
pustaka, bahan pustaka yang dipinjam ke luar, kemudian
dikembalikan, dan begitu seterusnya. Kegian sirkulasi pada suatu
perpustakaan merupakan kegiatan utama yang harus dilaksanakan
pada semua perpustakaan.12
B. Literasi Informasi
1. Definisi Literasi Informasi
Istilah Literasi Informasi pertama kali muncul pada tahun 1974 di
Amerika Serikat yang dikemukakan oleh Paul G Zurkowski bahwa orang
yang literat informasi adalah orang-orang yang terlatih dalam aplikasi
sumber daya dalam pekerjaannya. Literasi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki arti kemampuan membaca dan menulis, sedangkan
informasi berarti pemberitaan kabar atau berita tentang sesuatu. Dari
pengertian dua kata tersebut Literasi Informasi dapat diartikan sebagai
kemampuan membaca dan menulis tetang pemberitaan suatu kabar atau
berita.
Selain itu, UNESCO dalam Information for All Programme
menyatakan bahwa literasi informasi merupakan kemampuan seseorang
dalam13 :
12
Yaya Suhendar, Panduan Petugas Perpustakaan (Jakarta: Prenada Media Group,
2014). h. 199 13
UNESCO, ed., ―IFAP Report,‖ in Information for All Programme (Paris, Perancis:
United Nations Educational, 2014). h. 99
20
a. Menyadari kebutuhan informasi
b. Menemukan dan mengevaluasi kualitas informasi yang
didapatkan
c. Menyimpan dan menemukan kembali informasi
d. Membuat dan menggunakan informasi secara etis dan efektif
e. Mengomunikasikan pengetahuan
Definisi lainnya diungkapkan oleh ACRL (Association of College
and Research Libraries), menurut mereka lierasi informasi adalah
seperangkat kemampuan yang dibutuhkan untuk menemukan,
mendapatkan, menganalisis, dan menggunakan informasi. Sedangkan
menurut ALA (American Library Association) Literasi Informasi
merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui kapan informasi
dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi,
dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.
Namun, literasi informasi di perpustakaan sering dikaitkan dengan
istilah pendidikan pemakai. Karena konsep literasi informasi sendiri
bermula dari pendidikan pemakai di perpustakaan. Jika Pendidikan
pemakai adalah melatih pemakai untuk mempelajari bagaimana cara
menggunakan perpustakaan dan koleksinya, disertai dengan library
instruction yaitu pelatihan pemakaian sarana bibliografi yang terfokus
pada temu kembali informasi. Sedangkan literasi informasi berfokus pada
strategi dan proses pencarian informasi serta kompetensi penggunaan
informasi.14
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa literasi
informasi adalah kemampuan dalam mengakses, mengevaluasi, dan
14
Lau, ―Guidelines on Information Literacy for Lifelong Learning.‖ h. 60
21
menggunakan informasi secara efektif. Meski konsep tersebut berawal
dari pendidikan pemakai, namun terdapat perbedaan mendasar antara
konsep lierasi informasi dengan pendidikan pemakai yang terletak pada
cakupan informasinya.
2. Model-model literasi informasi
Dewasa ini berbagai lembaga pendidikan mulai dari jenjang
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi ada yang mamulai, sedang,
dan telah membangun program literasi informasi. Penguasaan informasi
dipandang sangat penting dalam proses pembelajaran sehingga menjadi
bagian dari program pendidikan. Untuk mengukur keterampilan literasi
seseorang khususnya siswa, ada beberapa model literasi informasi yang
dapat diterapkan di perpustakaan sekolah.
Keberadaan model memungkinkan untuk mengidentifikasi
berbagai komponen serta menunjukkan hubungan antar komponen.
Model juga dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan literasi
informasi. Model ada berbagai jenis, seperti The Big 6, Empowering 8,
Seven Pillars dan lain-lain.Berikut penjelasan singkat beberapa model
tersebut:
a. The Big 6 Model
Model ini pertama kali dirumuskan oleh dua orang pakar
bernama Robert E. Berkowitz dan Michael B. Einsberg pada tahun
1987. The Big Six model adalah sebuah teori informasi yang
mengajarkan berbagai keterampilan informasi dan pemecahan
22
masalah informasi melalui pendekatan terhadap perpustakaan.15
Teori ini cukup terkenal dan sudah banyak digunakan oleh hampir
seluruh dunia diantaranya adalah Amerika Serikat, Italia, Belanda,
Afrika Selatan, Taiwan, Selandia Baru dan termasuk Indonesia.16
The Big Six terdiri dari enam keterampilan dan dua belas langkah
(setiap keterampilan terdiri atas dua langkah) seperti pada tabel 1 di
bawah ini:
Table 2.1. Keterampilan The Big Six
Keterampilan Langkah
1. Perumusan
masalah
1. Merumuskan masalah
2. Mengidentifikasi informasi yang diperlukan
2. Strategi pencarian 3. Menentukan sumber
4. Memilih sumber terbaik
3. Alokasi dan akses 5. Mengalokasi sumber secara intelektual dan fisik
6. Menemukan informasi di dalam sumber tersebut
4.Pemanfaatan
informasi
7. Membaca, mendengar, meraba, dan sebagainya
8. Mengekstraksi informasi yang relevan
5. Sintesis 9. Mengorganisasikan informasi dari berbagai
sumber
10. Mempresentasikan informasi tersebut
6. Evaluasi 11. Mengevaluasi hasil (efektifitas)
12. Mengevaluasi proses (efesiensi)
b. Empowering 8
Empowering 8 adalah model literasi informasi yang dihasilkan
dari dua lokakarya (workshop) yang diselenggarakan oleh NILIS
bersama IFLA-ALP untuk menumbuhkan kesadaran keterampilan
informasi untuk belajar diantara peserta dari negara-negara Asia
Tenggara Selatan. Empowering 8 menggunakan pendekatan
pemecahan masalah berupa resource-based learning, yaitu suatu
15
Muin, Information Literacy Skills: Strategi Penelusuran Informasi Online. h. 12
23
kemampuan untuk belajar berdasarkan pada sumber datanya. 17
Dalam Empowering 8 terdapat 8 tahapan keterampilan informasi
sebagai berikut:
Skema 2.1. Skema Tahapan Empowering 8.
Di dalam delapan tahapan diatas terdapat beberapa sub-
tahapan yang dapat dijalankan dari semua point secara berputar.
Tahapan-tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut18:
1) Indentifikasi
Menentukan topik atau subjek
Menentukan dan memahami siapa target pendengar
Memilih bentuk yang cocok untuk produk akhir
Identifikasi kata kunci
Merencanakan strategi pencarian
Mengidentifikasi perbedaan jenis sumber informasi
dimana informasi dapat ditemukan
17
Pradeepa Wijetunge, ―The Information Literacy Model in Srilangka to Underpin
Changing Education Paradigma of Sri Langka,‖ Sri Lanka Journal of Librarianship & Information
Management 1 (2005). h.35 18
Wijetunge. h. 37
24
2) Eksplorasi
Menentukan hasil temuan secara tepat guna pada topik
yang dipilih
Menentukan informasi yang cocok dengan topik yang
dipilih
Melakukan wawancara, karyawisata, atau penelitian luar
lainnya
3) Seleksi
Memilih informasi yang relevan
Menentukan informasi mana yang terlalu mudah, terlalu
sulit atau biasa saja
Mencatat informasi yang relevan dengan cara mencatat
atau membuat pengaturan visual seperti chart, grafik dan
outline dan sebagainya
Menentukan tahapan proses
Mengumpulkan kutipan yang cocok
4) Organisasi
Menyortir informasi
Membedakan antara fakta, opini, dan fiksi
Memeriksa bias diantara sumber
Menyusun informasi dalam susunan yang logis
Menggunakan visual organizer untuk membandingkan
informasi
5) Penciptaan
Menyiapkan informasi dalam bahasa yang dibuat sendiri
Merevisi atau mengedit (sendiri ataupun dengan teman)
Menyelesaikan format bibliografi
6) Presentasi
Melakukan latihan untuk mempresentasikan hasil karya
penelitian
Membagikan informasi kepada pendengar
Menyajikan informasi dalam bentuk yang tepat sesuai
dengan pendengar
Mengatur penggunaan peralatan dengan benar
7) Penilaian
Menerima masukan dari pendengar
Menilai sendiri penilaian dari guru
Refleksikan seberapa baik mereka lakukan
Menentukan apakah ada ketrampilan baru untuk dipelajari
Mempertimbangkan apa yang bisa dilakukan lebih baik
lain kali
8) Aplikasi
Meninjau umpan balik dan penilaian yang diberikan
Menggunakan umpan balik dan penilaian untuk kegiatan
belajar berikutnya/ tugas.
25
Berusaha untuk menggunakan pengetahuan yang
diperoleh dalam berbagai situasi baru
Menentukan dalam mata pelajaran lain apakah
keterampilan ini bisa dilakukan.
Menambahkan produk ke produksi portofolio
c. NSW (News South Wales) Information Process
Seperti yang tertulis pada "Information Skills in the School"
NSW Departemen of School Education Library Service model
literasi informasi ini terbagi ke dalam enam tahapan19, yaitu:
1) Menentukan topik
Tahapan ini untuk menjawab pertanyaan dasar seperti apakah
tujuan penelitian ini, informasi apakah yang dibutuhkan dan kata
kunci apa yang harus digunakan. Untuk memudahkannya dapat
digunakan strategi seperti brainstorming topik terhadap informasi
yang sudah diketahui dan yang harus diketahui, membuat
mindmapping untuk memperjelas apa saja yang harus dikerjakan,
mencari istilah sulit di dalam kamus bila diperlukan,
sertamemberi penekanan pada kata kunci yang terdapat pada
topik.
2) Mengakses informasi
Pada tahap ke-2 ini yang harus dilakukan adalah menentukan
sumber informasi yang dapat memberikan informasi yang tepat,
membuat daftar kata kunci yang akan digunakan dalam pencarian,
apabila tidak dapat memberikan informasi apapun mengenai topik
19
Merran Dawson and Niki Kallenberger, ―Information Skills in the School :,‖ New South
Wales Department of Education And Training, 2007. h. 5 diakses dari
http://www.curriculumsupport.education.nsw.gov.au/schoollibraries/index.htm
26
yang sedang dikerjakan dapat menggunakan ensiklopedia. Dalam
ensiklopedia terdapat istilah berkaitan yang dapat memperluas
pengetahuan.
3) Memilih informasi
Akan begitu banyak informasi yang tersedia yang tentunya
tidak semua informasi yang didapat bisa diambil. Oleh karena itu
perlu menentukan mana informasi yang bisa dipakai dan mana
yang harus disingkirkan. Serta yang paling penting memilih
informasi yang terpercaya.Setelah itu jangan lupa untuk menulis
bibliografinya.
4) Mengolah informasi
Langkah selanjutnya adalah mengorganisir informasi yang
terpilih sebelumnya.Penting untuk mengetahui bagaimana
menggabungkan informasi dari berbagai sumber untuk menjadi
satu bagian yang dapat menjawab pertanyaan penelitian. Untuk
memastikan apakah proses yang dilakukan benar, kita dapat
melihat kembali pertanyaan yang muncul di tahap awal.
5) Menyajikan informasi
Setelah menjalani proses pengolahan tibalah saatnya proses
penyajian. Gunakan format penyajian yang sesauai dengan
kemampuan pribadi, dan gaya dalam penyampaian informasi juga
perlu disesuaikan dengan audiensi. Agar presentasi berjalan
lancar kita dapat menuliskan catatan kecil
27
6) Mengevaluasi
Dan tibalah saatnya tahap mengevaluasi apa yang telah kita
lakukan. Apakah tujuan dan pertanyaan yang muncul pertama kali
sudah terjawab atau belum dapat dilihat dalam evaluasi. Evaluasi
merupakan tahap dimana kita dapat memperbaiki kesalahan yang
telah dilakukan saat mengerjakan tugas ini dan dapat
,mengusahakan yang lebih baik untuk kedepannya.
Tujuan dari model literasi ini adalah untuk membuat
seseorang menjadi pengguna informasi yang sukses.Tujuan ini
dicapai dengan membantu siswa mengembangkan kemampuan
dalam mengakses informasi dan juga dengan mengembangkan
kebiasaan positif dalam menggunakan informasi. Kemampuan ini
diajarkan di sekolah dan diperkuat dengan dukungan dari
keluarga dan lingkungan masyarakat.
3. Standar Literasi Informasi Bagi Siswa Sekolah Dasar
a. Standar AASL (American Association of School Librarian)
Standar yang disusun oleh AASL untuk pelajar terdiri dari 3
Kategori, 9 Standar, dan 29 Indikator yang menggambarkan sebuah
konsep umum mengenai siswa yang memiliki keterampilan literasi
informasi.20 Namun, disini penulis akan membahas mengenai standar
literasi informasinya saja seperti di bawah ini:
a) Standar 1,
20
Lesley S. J. Farmer, ―How AASL Learning Standards Inform ACRL’s Information
Literacy Framework,‖ IFLA WLIC 2014 dari - Lyon - Libraries, Citizens, Societies: Confluence
for Knowledge, 16-22 August, 2014, 6, http://library.ifla.org/831/.
28
Siswa mampu mengakses informasi secara efektif dan efesien.
Indikatornya siswa mengetahui kebutuhan informasi,
mengetahui keakuratan dan kesatuan suatu informasi sebagai
dasar pembuatan keputusan, membuat pertanyaan berdasarkan
kebutuhan informasi, mengidentifikasi beragamnya sumber
informasi, dan mengembangkan suatu strategi pencarian untuk
mendapatkan informasi.
b) Standar 2,
Siswa mampu mengevaluasi informasi secara kritis dan
kompeten. Indikatornya siswa mampu menentukan keakuratan
dan relevansi suatu informasi, dapat membedakan antara fakta,
pandangan serta pendapat, mengetahui informasi yang tidak
akurat dan menyesatkan, memilih informasi yang sesuai dengan
permasalahan.
c) Standar 3,
Siswa mampu menggunakan informasi secara akurat dan
kreatif. Indikatornya siswa dapat menciptakan suatu
pengetahuan baru, menggunakan informasi untuk memecahkan
masalah, menyajikan informasi/ ide dalam format yang sesuai.21
4. Literasi informasi di Sekolah Dasar
Zaman ini adalah zaman di mana meledaknya berbagai macam
informasi mengakibatkan seseorang kebingungan untuk mendapatkan
21
Farmer. h. 6
29
informasi yang benar-benar dibutuhkan. 22 Begitupun disekolah, siswa
dituntut untuk selalu melek informasi atau yang disebut juga Literasi
Informasi. Semua siswa perlu mendapatkan keterampilan literasi
informasi untuk memudahkan proses belajarnya. Kemampuan ini tidak
hanya berguna di lingkungan atau tingkat Sekolah Dasar saja melainkan
di tingkat pendidikan yang lebih tinggi bahkan sampai di lingkungan
pekerjaan sekalipun masih sangat dibutuhkan dan akan bermanfaat. Oleh
karena itu kemampuan literasi informasi disebut juga sebagai
keterampilan seumur hidup.23
Pemahaman dan implemetasi literasi informasi berawal dari kegiatan
membaca di perpustakaan. Pada awalnya, anak-anak diajarkan untuk bisa
membaca. Mulailah mereka diperkenalkan dengan deretan abjad A
hingga Z. Pelajaran ini diberikan kepada para siswa Sekolah Dasar.
Bahkan saat ini, guru-guru di Taman Kanak-kanak sebagian besar juga
sudah mengajari para siswa kecilnya untuk membaca. Mereka belajar
mengenal huruf, diikuti dengan mengkombinasikan huruf hingga
akhirnya mereka bisa membaca suku kata menjadi kata serta mengetahui
artinya. Kata demi kata terangkai hingga membentuk sebuah makna
kalimat, kemudian makna paragraph hingga akhirnya makna pokok-
pokok pikiran dalam sebuah cerita.
22
Ilham Mashuri, ―Implementasi Literasi Informasi Di Sekolah,‖ Pustakaloka 4, no. No.
1 (2012). h. 62 23
Sri Rohyanti Zulaikha, Siti Partini Suardiman, and Sodiq A. Kuntoro, ―Pengebangan
Model Perpustakaan Madrasah Dalam Penerapan Literasi Informasi Untuk Mempersiapkan
Belajar Sepanjang Hayat,‖ Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi vol. 3, No. 2.
h. 215
30
Ketika anak-anak ini sudah pandai membaca, maka mereka didorong
untuk bisa terus mengembangkan kebiasaan membaca mereka. Pada
proses inilah, mereka memperlancar keterampilan membaca mereka.
Secara tidak langsung mereka juga menyerap makna bacaan yang mereka
baca. Mulailah, koleksi buku-buku dimanfaatkan dan di sinilah
perpustakaan sekolah berperan. Lama kelamaan, kegiatan membaca
semakin melatih para siswa untuk belajar menangkap ide dan gagasan
dari apa yang mereka baca.
Pada proses ini juga, kecintaan para siswa pada kegiatan membaca
dapat ditumbuhkan. Proses ini menjadi penting, karena kecintaan
membaca pada usia dini, akan menolong mereka untuk mempelajari
literasi informasi, literasi media dan lainnya karena seperti kata pepatah
yakni ―buku adalah jedela dunia‖. Literasi ini menjadi kunci untuk
kesuksesan mereka di tahapan pembelajaran selanjutnya.24
Perpustakaan sekolah menyediakan sumber-sumber bacaan bagi para
siswa. Mereka dapat memilih bacaan yang mereka suka. Di sisi lain,
perpustakaan juga sedapat mungkin memenuhi kebutuhan membaca para
siswa sesuai dengan tingkat usia mereka. Inilah konsep awal mula
keberadaan perpustakaan. Citra perpustakaan sebagai tempat menyimpan
buku-buku sangat melekat dalam benak masyarakat hingga saat ini.
Sejalan dengan perkembangannya, koleksi perpustakaan berkembang
bukan saja dari segi jumlah buku namun juga keberagaman jenis bacaan.
24
Mashuri, ―Implementasi Literasi Informasi Di Sekolah.‖ h. 63
31
5. Literasi Informasi dalam Permendiknas
Dalam Permendiknas No.25 Tahun 2008 terdapat Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/ Madrasah, karena perpustakaan sekolah harus
memberikan bimbingan literasi informasi kepada pemustakanya. Standar
kompetensi yang harus dimiliki seorang tenaga perpustakaan sekolah
yaitu25 :
a) Mengidentifikasi kemampuan dasar literasi informasi pemustaka.
b) Menyusun panduan dan materi bimbingan literasi informasi sesuai
dengan kebutuhan pemustaka
c) Membimbing pemustaka hingga mencapai literasi informasi
d) Mengevaluasi bimbingan literasi informasi
e) Memotivasi dan mengembangkan minat baca komunitas sekolah/
madrasah.
Dari poin-poin diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
keberadaan perpustakaan sekolah memiliki peran yang sangat penting
dalam menunjang kemampuan literasi informasi siswa. Perpustakaan
sekolah merupakan sumber belajar yang sangat mendukung tercapainya
tujuan pendidikan sekolah tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menyatukan persepsi antara guru dan tenaga perpustakaan dimana
perpustakaan merupakan sumber informasi yang dapat memperkaya
pengetahuan seluruh komponen sekolah dan guru sebagai tenag a
pengajar yang membimbing siswa untuk mewujudkan tujuan pendidikan
dengan maksimal.
25
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, ―Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008‖ (2008).
32
6. Reading Class
Reading class adalah kegiatan belajar mengajar yang merupakan
salah satu kegiatan yang dilakukan di perpustakaan untuk siswa kelas 1-6
SD Al-Ikhlas Cipondoh. Reading class merupakan salah satu program
sekolah dalam mengembangkan literasi informasi siswa yang diadakan
secara rutin oleh SDI Al-Ikhlas Cipondoh di setiap kurikulumnya.
Reading class diselenggarakan sebagai upaya melatih kemampuan
membaca serta menanamkan cinta akan buku sebagai jendela dunia pada
siswa. Reading class juga dapat diterapkan di semua jenjang pendidikan
sekolah sesuai dengan kompetensi belajar siswa.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini diambil dari dua judu
skripsi dan artikel ilmiah.
1. Skripsi
Skripsi pertama berjudul “Class Library Sebagai Program Literasi
Informasi di Perpustakaan SDI Al-Azhar 20 Cibubur”. Disusun oleh
Husain Haikal Pratama mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2011. Penelitian ini
membahas tentang class library sebagai program literasi informasi
siswa.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan
class library dalam meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa.
Jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis
penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
33
adalah observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam kegiatan ini siswa diajarkan bagaimana cara
menelususr informasi dengan baik dan benar serta relevan sesuai dengan
kebutuhannya.
Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari dan sudah diberi jadwalnya.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa kegiatan class library dapat
memotivasi siswa untuk tidak hanya datang dan berdiam diri saja di
perpustakaan, tapi untuk mencari segala macam sumber informasi yang
ada dan menggunakannya dengan tepat guna. Class libnrary merupakan
sebuah program yang bias mengembangkan kemampuan literasi
informasi siswa SDI Al-Azhar 20 Cibubur yaitu, dalam kegiatan ini
siswa dituntut untuk selalu melek informasi.
Skripsi kedua berjudul: "Penerapan Literasi Informasi di Sekolah
Alam Indonesia Rawa Kopi". Disusun oleh Nuruls Sofa mahasiswi
Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia pada tahun 2010. Skripsi ini
membahas penerapan literasi informasi melalui penulisan project
penelitian yang dilakukan siswa kelas 6 Sekolah Alam Indonesia Rawa
Kopi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi
kasus.
Penelitian ini membahas tentang proses penelitian yang dikaitkan
dengan berbagai aspek literasi informasi, seperti pemanfaatan
perpustakannya, hubungannya dengan Permendiknas, standar literasi
informasi, dll. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa langkah-
34
langkah dalam penulisan project penelitian hampir sama dengan model
literasi yang ada, hanya ada sedikit perbedaan. Penelitian ini juga
menyarankan agar perpustakaan sekolah dilibatkan dalam penulisan
project penelitian ini agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.
2. Artikel
Penelitian terdahulu yang terakhir peneliti dapatkan dalam artikel.
Artikel tersebut berjudul :"Kontruk Kompetensi Literasi Untuk Siswa
Sekolah Dasar". Penelitian ini ditulis oleh Tadkiroatun Musfiroh dan
Beniati Listyorini FBS Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2016.
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan komponen literasi versi
PIRLS, (2) mengidentifikasi kontruk kompetensi literasi membaca kelas
IV SD, dan (3) membuat draf konstruk kompetensi literasi kelas IV SD
versi Indonesia. Pengumpulan data dengan observasi pustaka,
wawancara, dan focus group discussion. Analisis data dengan metode
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian sebagai berikut: Pertama, komponen literasi versi
PRILS meliputi: konsep literasi membaca, framework asesment, tolak
ukur, komponen literary text, dan penentuan sistem penilaian. Kedua,
kompetensi literasi membaca dikonstrukkan sebagai kemampuan
membaca dan memahami teks berjenis sastra dan informatif, berdasarkan
empat tingkatan kognitif, dari berbagai tipe teks, dan mengikuti konteks
lokal disekitar anak dan konteks nasional. Ketiga, kontruk kompetensi
35
literasi versi Indonesia berisi: 2-5 kata sulit, panjang teks 200 kata,
komposisi tingkatan kognisi rendah hingga lanjut: 30-30-30-10, tema
teks sesuai kondisi dan kultur Indonesia, ilustrasi teks yang jelas, dan
tabel / grafik diberikan dalam gradasi. Hasil ini penting sebagai informasi
literasi untuk dasar pengembangan kebijakan pendidikan Indonesia.26
26
Tadkirotun Musfiroh and Beniati Listyorini, ―Kontruk Kompetensi Literasi Untuk
Siswa Sekolah Dasar,‖ LITERA 15, no. 1 (2016): 1–11.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif merupkan suatu jenis penelitian yang dilakukan yang bertujuan
mengambarkan situasi objek penelitian seperti apa adanya. 27 Penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi sekarang ini terjadi tanpa melebih-
lebihkan. Sehingga peneliti bisa membahas masalah secara lebih mendalam
apa saja yang ingin diungkapkan
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.
B. Sumber Data
Data kualitatif adalah data yang umumnya berupa kalimat atau
pernyataan, uraian, deskripsi yang mengandung suatu makna dan nilai
(values) tertentu yang diperoleh melalui instrument penggalian data khas
27
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian (Jakarta: Sekolah Tinggi
Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004). p. 28
37
kualitatif seperti wawancara, observasi, focuse group discussion, analisis
dokumentasi, dan lain sebagainya. Data kualitatif juga dapat berupa
penerjemahan atau pengartian dari data kuantitatif yang memiliki makna
karena di dalamnya sudah dibandingkan dengan suatu hal yang sama atau
dibandingkan dengan norma tertentu. 28 Dan adapun pembagian sumber
datanya ada 2 yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data tanpa perantara. Data yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung kepada narasumber yang dianggap berpotensi
dalam memberikan informasi yang relevan.29 Sumber data primer yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari narasumber
tempat penelitian dengan melakukan wawancara kepada siswa kelas 4, 5,
dan 6, guru kelas 5 dan 6 yang merupakan guru mata pelajaran bahasa
serta penggagas kegiatan reading class yang merupakan kepala sekolah
SDI Al-Ikhlas periode pertama yang baru saja pensiun.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Library Research yang berkaitan dengan
penelitian. Library Research adalah penelitian yang datanya diambil atau
28
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups: Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2005). p. 10 29
Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian. p. 86
38
diperoleh dari sumber kepustakaan (buku, laporan-laporan/ dokumen peneliti
terdahulu, artikel, jurnal, dan lain sebagainya).30
C. Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. 31 Penentuan informan pada
penelitian ini ditentukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan dan kriteria tertentu. 32 Di
gunakannya teknik ini agar terpercaya dan relevan. Oleh karena itu peneliti
akan menentukan beberapa kriteria sampel yang diambil, yaitu sebagai
berikut :
1. Merupakan siswa kelas atas yakni kelas 4, 5, 6 yang sudah memiliki
pemahaman yang cukup dalam menjawab pertanyaan.
2. Guru yang terlibat dalam kegiatan reading class.
3. Guru yang memahami lebih dalam tentang sejarah dan asal-usul program
reading class.
4. Bersedia diwawancarai dalam penelitian ini sebagai informan.
Berdasarkan kriteria tersebut peneliti mendapatkan 6 orang yang
memenuhi syarat sebagai informan. Terdiri dari 3 orang siswa yang terdiri
dari 1 sampel dari setiap kelas, kemudian 2 orang guru bidang studi dan
30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, 4th ed (Jakarta:
Rhineka Cipta, 1998). h. 65 31
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001).
h. 90 32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2013). h. 126
39
1orang penggagas program reading class. Informan yang sesuai dengan
penelitian ini adalah:
Tabel 3.2. Informan
No. Nama Informan Jabatan
1. Yolanda (YL) Siswi kelas 6 SDI Al-Ikhlas Cipondoh
2. Syamil (SY) Siswa kelas 5 SDI Al-Ikhlas Cipondoh
3. Shabiya (SH) Siswi kelas 4 SDI Al-Ikhlas Cipondoh
4. Sulistiyani (SL) Guru wali kelas 6 SDI Al-Ikhlas Cipondoh
sekaligus Kepala Perpustakaan (PJ Perpus)
5. Lili (LI) Guru wali kelas 4 sekaligus guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
6. Dharma (DR) Pencetus kegiatan Reading Class (kepala
sekolah periode 1)
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan
tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, dikenal beberapa metode
pengumpulan data yang umum digunakan diantaranya adalah:
1. Studi pustaka
Studi pustaka yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah
dengan mempelajari dokumen-dokumen, buku-buku, artikel-artikel atau
catatan- catatan hasil penelitian sebelumnya yang menunjang
penelitian yang sedang dilakukan. Dengan maksud untuk mendapatkan
gambaran teoritis sesuai dengan masalah yang dibahas dalam penelitian
ini. Melalui studi pustaka penulis dapat mengetahui berbagai definisi
istilah serta teori-teori dari permasalahan yang dihadapinya. Permasalah
tersebut kemudian dibandingkan dari sumber literatur yang ada dengan
keadaan di lapangan yang sedang ditelitinya.
40
2. Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi partisipan
yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung dengan melibatkan
diri dalam kegiatan-kegiatan literasi informasi yang dilakukan oleh
pustakawan dan guru.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak yaitu interviewer yang mengajukan pertanyaan
dan interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Dari definisi tersebut wawancara dapat diartikan sebagai percakapan
yang dilakukan oleh dua orang (2 pihak) atau lebih dimana salah satu
pihak bertujuan untuk menggali informasi kepada pihak lainnya untuk
tujuan tertentu. Penelitian ini menggunakan wawancara terstuktur.
Menurut Sulistyo Basuki wawancara terstruktur adalah wawancara
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya. Peneliti menggunakan teknik wawancara terstuktur agar
fokus pada pokok permasalahan penelitian.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku pedoman, majalah,
41
dokumen, peraturan-peraturan dan lain sebagainya yang ada di tempat
penelitian. Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data melalui
dokumen-dokumen yang terdapat di perpustakaan serta sekolah seperti
buku tahunan, buku raport siswa, buku kunjungan perpustakaan, dan
foto-foto perpustakaan serta foto-foto kegiatan reading class yang
peneliti ambil sendiri dengan izin pihak guru dan pengelola
perpustakaan. Dokumen-dokumen tersebut di kumpulkan dengan tujuan
sebagai arsip yang sewaktu-waktu diperlukan dalam penyusunan skripsi
ini.
E. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian kuatitatif dilakukan setelah data yang
didapat dari lapangan terkumpul. Data yang didapat merupakan data mentah
yang berupa hasil wawancara ataupun dokumentasi. Pada proses pengolahan
data, yang harus disiapkan adalah semua catatan di lapangan maupun hasil
rekaman wawancara, kemudian ditranskipkan ke bentuk tulisan. Setelah
semua data disiapkan, baik data berupa hasil wawancara maupun foto
kemudian diseleksi sesuai dengan objek penelitian, data yang tidak sesuai
kemudian tidak digunakan.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data yaitu sebagai berikut :
42
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh penulis melalui wawancara dan kajian pustaka
dicatat dengan rinci, dikelompokkan dan memfokuskan pada hal penting,
dengan demikian data yang didapat bisa memberikan gambaran jelas dan
kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasikan.33
2. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif .34
3) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ verification)
Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.35
F. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan bagian yang tak
terpisahkan. Uji keabsahan data ini dilakukan untuk mempertanggung
jawabkan bahwa penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian
33
Mathew B. Milles and Michael A. Hubberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru, Terjemahan (Jakarta: UI Press, 19992). h. 16 34
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2012). hb.95 35
Sugiyono. h. 99
43
ilmiah. Uji keabsahan data yang biasanya dilakukan alam penelitian kualitatif
meliputi uji credibility, transferability, dependability, dan comfirmability.36
Dalam memenuhi keabsahan data, penulis melakukan triangulasi data
dengan sumber. Secara hafiah triangulasi berarti segitiga, akantetapi tidak
berarti dalam teknik ini data atau informasi cukup dicari dari tiga sumber saja.
Pada prinsipnya dalam teknik triangulasi informasi harus dikumpulkan dari
sumber-sumber yang berbeda agar tidak ada bias di salah satu kelompok.
Dalam hal ini triangulasi dapat berarti adanya informan atau sumber data
yang berbeda mengenai sesuatu.37
Triangulasi dilakukan untuk memperkuat data dan untuk membuat peneliti
yakin akan keabsahan data yang di dapatkan. Triangulasi dengan sumber
yang dulakukan pada penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara
dengan isi dokumen yang bersangkutan.
G. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di SDI Al-Ikhlas Cipondoh yang beralamat di Jl.
Simphoni B 26. Komp. Garuda Taman Cipondoh Permai, Cipondoh,
Tangerang, Banten. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran
2017-2018 selama 3 bulan yaitu pada bulan Juli, Agustus dan September
2017 dengan alokasi sebagai berikut:
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. h. 270 37
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, 1st ed. (Jakarta: Rajawali Pers, 2016). h. 168
44
Table 3.3. Jadwal Penelitian
Tahun 2017 2018
Jenis kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan
1. 1
.
Pengajuan proposal skripsi
& penerimaan surat dosen
pembimbing
2. 1
.
Penyerahan proposal skripsi
dan surat dosen
pembimbing
3. 2
.
Pelaksanaan bimbingan
skripsi
4. 3
.
Melakukan observasi dan
wawancara kepada
informan
5. 4
.
Pengumpulan, pengolahan,
dan analisis data
6. 5
.
Penyerahan laporan skripsi
7. 6
.
Siding skripsi
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh
1. Sejarah Singkat SDI Al-Ikhlas Cipondoh
SDI Al-Ikhlas Cipondoh adalah sekolah Islam swasta di Cipondoh
Kota Tangerang, Banten. Sekolah ini terbilang baru berdiri yaitu di tahun
2003 dan mulai beroprasi di tahun 2014. 38 SDI Al-Ikhlas Cipondoh
mempunyai tujuan menjadi sekolah pelopor, lulusan berkualitas,
generasi pembaru masa depan yang Rahmatan Lilaalamin. Dan visi:
Berakhlak mulia, cerdas, berkarakter unggul, Peduli lingkungan, serta
Misi39:
a. Menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
b. Menanamkan dan mnenumbuhkan rasa hormat dan kasih sayang
kepada Orang tuan Guru dan sesama.
c. Merekrut dan membina SDM yang profesional.
d. Menumbuh kembangkan bakat potensi siswa dengan pembelajaran
yang berintegrasikan pendidikan lingkungan hidup berbasis
pendidikan Agama Islam, aktif menantang dan menyenangkan
dalam lingkungan yang kondusif.
e. Menanam kejujuran dan tanggung jawab serta kedisiplinan
nasionalisme, patriotisme selalu diterapkan.
f. Menanmkan dan menumbuhkan rasa cinta dan peduli terhadap
alam dan lingkungannya.
Walaupun SDI Al-Ikhlas Cipondoh merupakan sekolah yang masih
terbilang baru, namun SDI Al-Ikhlas sudah lumayan banyak meraih
penghargaan dan prestasi. Salah satu penghargaan yang sudah berhasil
38
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, ―Data Pokok Pendidikan Dasar
Dan Menengah,‖ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, n.d.,
http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sekolah/8B7AEBFE0BC35770C7C8. 39
―Sekolah Islam Al Ikhlas Cipondoh,‖ Yayasan Al-Ikhlas Muslim Indonesia (YIMI),
n.d., http://www.alikhlascipondoh.sch.id/Sdi.php#vimi.
46
diraih SDI Al-Ikhlas adalah penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata
tingkat Kota Tangerang, Tingkat Provinsi Banten, Nasional hingga
menjadi Sekolah Adiwiyata Mandiri.40
Dari awal berdirinya sekolah ini sudah menanamkan pendidikan
berbasis literasi dengan cara membuat mini library di dalam kelas.
Karena pada awal berdirinya sekolah ini berawal dari angakatan pertama
yang hanya ada 1 kelas saja dengan jumlah murid 9 anak dan jumlah
tenaga pengajarnya 4 orang yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 2 orang
guru dan 1 orang tata usaha.
Dari angkatan pertama setiap bulannya siswa/i SDI Al-Iklas
Cipondoh dianjurkan membawa buku apa saja dari rumah mereka untuk
di simpan di mini library kelas mereka. Tujuan diadakannnya mini
library tersebut untuk membuat suasana di sekolah itu nyaman dan
sebagai salah satu media hiburan anak-anak ketika mereka mempunyai
jam istirahat. Mini library juga sebagai media pembiasaan mereka
terhadap buku dan untuk menumbuhkan minat baca pada anak. 41
Setelah angkatan ke-5 SDI Al-Iklas masuk maka sedikit-sedikit
sekolah ini membuat perpustakaan sekolah yang sumber koleksinya
didapat dari berbagai bantuan seperti buku BOS, bantuan Kemenag serta
sumbangan dari orang tua siswa. Di awal berdirinya perpustakaan
sekolah SDI Al-Iklas dikelola oleh para guru yang kemudian diberikan
tanggung jawab kepada staf OB yang diberikan pelatihan
40 ―Sekolah Islam Al Ikhlas Cipondoh,‖ Yayasan Al-Ikhlas Muslim Indonesia (YIMI),
n.d., http://www.alikhlascipondoh.sch.id/Sdi.php#prest. 41
Hasil Wawancara dengan Founder Reading Class pada 11 Agustus 2017
47
kepustakawanan selama 1 tahun di PNRI. Namun hanya selama 5 tahun
perpustakaan SDI Al-Ikhlas di kelola oleh staf tersebut dan selama 4
tahun belakangan ini perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh sudah tidak
ada lagi yang mengelola.42
2. Layanan Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh
Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh melayani pemustaka setiap
hari sekolah dari senin-Jum’at 07:30-15:00. Pada awal bedirinya
pepustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh melakukan pelayanan terbuka
(open acces5) namun selama 5 tahun belakangan ini perpustakaan SDI
Al-Ikhlas Cipondoh memberlakukan system pelayanan tertutup (close
acces) dikarenakan tidak adanya pustakawan atau pengelola khusus yang
menjaga perpustakaan. Siswa hanya boleh membaca koleksi di tempat
(perpustakaan) dan tidak diperkenankan untuk meminjam ataupun
membawa koleksi keluar dari perpustakaan kecuali guru yang
membawakannya untuk pembelajaran di kelas.
Sedangkan untuk mini library yang ada di kelas masing-masing
siswa boleh membaca ketika jam istirahat atau ketika ada instruksi dari
guru. Mini library memang diadakan untuk membuat siswa nyaman di
kelas ketika jam istirahat dan ketika cuaca tidak mendukung untuk
bermain di luar kelas.
42
Hasil Wawancara dengan Founder Reading Class pada 11 Agustus 2017
48
3. Koleksi Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh
Koleksi perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh terdiri dari buku
paket, buku umum, buku pengetahuan sains, buku pengetahuan berbasis
lingkungan hidup, buku cerita, majalah, serta koleksi referensi seperti
kamus dan ensiklopedia. Koleksi buku perpustakaan SDI Al-Ikhlas
Cipondoh telah di klassifikasikan dengan menggunakan klasssifikasi
persepuluh DDC (Dewey Decimal Classifikation). Untuk membedakan
setiap kelas, buku-buku tersebut di tempelkan warna di setiap punggung
bukunya berikut rinciannya43:
No. Subjek Warna
1. Karya umum Orens
2. Filsafat Hitam
3. Agama Hijau Tua
4. Ilmu social Merah Muda
5. Bahasa Ungu
6. Ilmu murni Kuning
7. Ilmu terapan Merah
8. Kesenian/ olahraga Kesusastraan
9. Geografi/ sejarah Cokelat
10. Fiksi Hijau Muda
Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh mengggunakan catalog
kartu sebagai sarana temu kembalinya. Sistem katalogisasinya
menggunakan tajuk pegarang, tajuk subjek dan tajuk judul.
Pengolahan koleksi perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh masih
menggunakan sistem manual yaitu dengan cara pencatatan inventarisasi
yang terdiri dari pemeriksaan fisik dan isi buku ke dalam buku induk,
43
Hasil Observasi selama Bulan Juni-Agustus
49
pengecapan serta penacatatan sirkulasi dengan menggunakan buku
sirkulasi.44
4. Struktur organisasi
Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh dikepalai oleh Ibu Sulistiyani,
Amd. Pnj yang merupakan guru kelas 6 yang di tambah tugasnya sebagai
penanggung jawab perpus untuk mengontrol dan memonitori
perpustakaan serta kinerja pustakawan.45 Pustakawan perpustakaan SDI
Al-Ikhlas merupakan tenaga baru yang di rekrut pada bulan September
untuk mengelola dan menghidupkan kembali perpustakaan SDI Al-
Ikhlas.
Bagan 1
Struktur Organisasi Perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh
44
Hasil Wawancara dengan kepala perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh pada 21
Agustus 2017 45
Ibid
Kepala Sekolah
Hasanah, S. Pd
Bid. Kurikulum
Lili Karmila, S. Pd
Pj. Pusat Sumber Belajar
Pajriah, S. Pd
Kepala Perpustakaan
Sulistiyani, Amd. Pnj
Pengelola perpustakaan
Ikhwan
50
B. Hasil Penelitian
“PENGARUH KEGIATAN READING CLASS DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI
SISWA DI PERPUSTAKAAN SDI AL IKHLAS CIPONDOH”
1. Pelaksanaan Kegiatan Reading Class
Perpustakaan merupakan sumber segala informasi dan ilmu
pengetahuan. Begitu pula pepustakaan sekolah, adalah sarana belajar
utama dalam sebuah lembaga pendidikan terutama sekolah dasar. Dari
perpustakaan sekolah siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam
menemukan dan mendapatkan informasi atau kemampuan literasi
informasi. Oleh karena itu pustakawan sekolah dituntut tidak hanya
menguasai teknik pengelolaan koleksi tapi untuk terampil dalam hal
menggunakan informasi dengan efektif dan efisien. Berikut hasil
penelitian yang penulis dapatkan dari wawancara dan observasi di
perpustakaan SDI Al-Ikhlas Cipondoh.
SDI Al-Ikhlas Cipondoh memiliki beberapa program literasi
informasi salah satunya adalah kegiatan reading class. Kegiatan
reading class ini telah dilakukan dari pertamakali sekolah berdiri atas
inisiatif kepala sekolah periode pertama SDI Al-Ikhlas Cipondoh karena
beliau sangat mencintai buku. Oleh karena itu kegiatan reading class ini
sudah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah SDI Al-Ikhlas
Cipondoh dan diberlakukan untuk kelas 1-6.
51
Gambar 4.1 Siswa kelas V sedang melaksanakan reading class
Dalam pelaksanaannya reading class biasa disebut sebagai
kegiatan kunjungan perpustakaan, sedangkan dalam jadwal yang
terdapat di perpustakaan kegiatan ini disebut ―Iqro’ Library‖. Metode
pembelajaran yang diterapkan di antara setiap kelas disesuaikan dengan
tingkatan kelas dan kemampuan yang dimiliki siswa. Dikarenakan kelas
1-3 adalah kelas awal yang kebanyakan dari siswanya dalah anak-anak
yang baru belajar calistung (baca, tulis dan menghitung) maka
metodenya menggunakan metode mendongeng, sedangkan untuk kelas
4-6 mereka lebih dilatih kemampuan pemahaman mengenai bacaan dan
kemampuan mengolah kata dalam membuat tulisan.
Adapun jadwal kegiatan reading class rutin diadakan bergiliran
seminggu sekali untuk setiap kelas dalam jadwal kelas bahas Indonesia
yang berlangsung 1 jam pelajaran yakni selama 70 menit. Hal tersebut
sesuai dengan jawaban dari SL sebagai berikut:
“kegiatan Reading class Utamanya diadakan dalam jadwal pelajaran
bahasa Indonesia selama 1 jam pelajaran, yaitu 70 menit”
52
Hal serupa juga disampaikan oleh SY salah seorang siswa kelas 5, SY
mengatakan bahwa:
“reading class itu biasanya disebut kunjungan perpus, kita disuruh
baca buku selama 30 menit abis itu disuruh merangkum apa yang udah
kita baca di selembar kertas untuk dibacakan di depan kelas atau
hanya dikumpulkan aja ke bunda”
Berikut adalah tabel pembagian jadwal dari setiap kelas:
Tabel 4.4. Jadwal Kunjungan Iqro Library
No. Hari Kunjungan Waktu Kunjungan Kelas
1. Senin 07.00-08.10
08.10-09.20
11.15-12.25
13.00-14.10
III A
IV A
III B
IV B
2. Selasa 10.05-11.15
11.15-12.25
13.00-14.10
I A
I B
I C
3. Rabu 07.00-08.10
13.00-14.10
V A
V B
4. Kamis 08.10-09.20
10.05 – 11.05
13.00 – 14.10
VI A
II B
III A
5. Jum’at 13.00 – 14.10 VI B
Tabel diatas menunjukkan jadwal kegiatan reading class yang rutin
dilakukan seminggu sekali oleh guru wali kelas khususnya di dalam
jam pelajaran bahasa Indonesia. Jadwal tersebut dibuat oleh para guru
kelas dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang disesuaikan
dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia dan telah disetujui oleh
kepala sekolah. Kegiatan reading class ini sengaja rutin dilakukan
untuk menciptakan iklim literasi dan membiasakan siswa dengan
membaca serta agar terciptanya lingkungan belajar diluar kelas.
Meskipun dalam pelaksanaannya terkadang dilakukan di dalam kelas
karena kesulitan untuk mengakses perpustakaan.
53
Dalam pengamatan penulis selama observasi, kegiatan reading
class ini dimulai dari dalam kelas dengan guru yang memberikan
pengantar mengenai tema yang akan mereka bahas hari itu. Kemudian
anak-anak di arahkan ke ruang perpustakaan untuk mencari buku yang
sesuai dengan tema yang diberikan guru untuk dibaca. Ketika sampai di
perpustakaan anak-anak dibebaskan mencari buku yang mereka sukai
namun tetap sesuai tema pelajaran mereka.
Gambar 4.2 siswa sedang mencari buku
Dalam proses pencarian mereka langsung berlari ke rak dan
mengacak koleksi yang tersedia karena mereka tidak dikenalkan dengan
catalog sebagai alat bantu pencarian, meskipun catalog kartu pernah
dibuat oleh pustakawan sebelumnya namun tidak pernah digunakan.
Setelah siswa/i mendapatkan buku yang mereka butuhkan kemudian
mereka diberikan waktu membaca selama 30 menit kemudian di sisa
waktu pelajaran mereka di tugaskan untuk menceritakan kembali apa
54
yang telah mereka baca, hal ini seperti yang di ungkapkan oleh SY
siswa kelas 4 bahwa:
“kita disuruh baca selama 30 menit abis itu disuruh merangkum apa
yang kit abaca di kertas yang dikasih bunda (guru)”
Namun berbeda dengan kelas 3 yang biasanya dalam sekali jadwal
kunjungan hanya ditugaskan untuk membaca sebuah buku dan untuk
tugas merangkumnya dilakukan pada jadwal pelajaran bahas Indonesia
di hari berikutnya. Hal ini penulis dapatkan dari penuturan guru kelas 3
yang sekaligus adalah guru bahasa Indonesia untuk kelas bawah yaitu
ibu LI:
“dalam jadwal pelajaran bahasa Indonesia yang terdiri dari 3 kali
seminggu, di jadwal pertama siswa membaca selama 1 jam pelajaran
(70 menit) kemudian di hari ke dua siswa ditugaskan untuk menulis apa
saja yang sudah dia dapatkan dari isi bacaannya, karna kan untuk
mencari bukunya aja mereka udah mengabiskan banyak waktu”
2. Tujuan Kegiatan Reading Class
Tujuan utama penggagas kegiatan reading class ini sebenarnya
hanya untuk membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan
sehingga para siswa bisa betah di dalam kelas. Informasi ini penulis
dapatkan dari ibu DR (kepala sekolah SDI Al-Ikhlas periode pertama
sekaligus sebagai founder kegiatan reading class) yang
mengungkapkan bahwa:
“Kegiatan ini sebetulnya untuk membuat anak-anak nyaman dan betah
di sekolah, di kelas. Selain perpustakaan sekolah ada juga mini library,
sama halnya dengan permainan lain yang disediakan sekolah sebagai
bahan bermain anak-anak ketika jam istirahat ketika cuaca kurang
bagus (hujan atau terlalu panas untuk bermain di luar kelas) serta
ketika menunggu jemputan di saat pulang sekolah”
55
Selain itu beberapa tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah:
a. Agar siswa terbiasa dengan buku. Dengan adanya mini library dan
pelaksanaan kegiatan reading class yang rutin dilakukan, dapat
membuat anak-anak akrab dengan buku, mengenal buku dan lama
kelamaan dapat pula menumbuhkan kecintaan akan buku dan
tentunya untuk dibaca. Hal ini juga diungkapkan oleh ibu DR:
“Untuk menumbuhkan kecintaan pada buku, untuk mengenalkan
anak pada buku dan menumbuhkan hobi mambaca pada anak.”
b. Agar siswa dapat memperlancar membaca dan menulis dengan cara
yang menyenangkan. Di dalam kegiatan reading class siswa kelas
1 yang masih belajar membaca diterapkan metode mendongeng.
Biasanya anak di usia ini akan senang jika mendengarkan dongeng,
kemudian lama-kelamaan dia akan semakin haus dengan cerita-
cerita tersebut dan rasa penasaran akan mendorong mereka untuk
lebih mencari cerita-cerita lainnya. Jika mereka sudah menyukai
cerita-cerita dongeng seperti itu maka keinginan untuk bisa
membaca sendiri pun akan tumbuh dan kemudian jika terus di latih
mereka akan bisa dengan cepat lancar membaca.
Hal ini diutarakan oleh ibu SL:
“Tujuannya ya untuk membantu anak kelas bawah memperlancar
kemampuan membaca mereka, kemudian juga memancing minat
baca anak, dan tentunya untuk .memanfaatkan buku-buku yang ada
di perpustakaan”
c. Agar siswa dapat mengetahui berbagai macam ilmu pengetahuan
dan informasi dari sumber yang disukai dan Agar siswa
berwawasan luas. Dalam kegiatan reading class siswa dibebaskan
56
untuk memilih jenis buku yang mereka sukai. Hal ini agar siswa
tidak merasa dipaksa ataupun terpaksa membaca.
Hal ini di utarakan oleh ibu DR:
“Anak-anak bisa mendapatkan banyak pengetahuan dari buku dan
dapat melancarkan membaca pada siswa kelas 1 yang sedang
belaja membaca. Meluaskan wawasan anak sehingga di kemudian
hari, di masa depan anak tidak kepentok dengan 1 pengetahuan,
sehingga menjadikan anak yang inovatif.”
d. Agar siswa bisa mengasah kemampuan menulis (membuat karya
tulis). Selain membaca dalam kegiatan reading class juga terdapat
kegiatan menulis. Setelah siswa membaca selama waktu yang
ditentukan, siswa ditugaskan untuk merangkum bacaan atau
meceritakan kembali ke dalam bentuk tulisan. Hal ini dapat
mengasah kemampuan menulis pada siswa. Apalagi jika siswa
tersebut memang sudah mempunyai bakat menulis.
Hal ini diungkapkan oleh ibu LI:
“tujuan kegiatan ini yaa untuk memancing minat baca anak.,
melatih kemampuan menulis siswa (membuat karya tulis), dan juga
dapat mengasah kemampuan pemahaman terhadap isi bacaan”
3. Peranan Guru dan Perpustakaan dalam Kegiatan Reading Class
SDI Al-Ikhlas sejak awal berdiri sudah sangat membiasakan
siswanya untuk mengembangkan dan memperkuat kebiasaan dan
kegemaran membaca. SDI Al-Ikhlas tidak hanya menyediakan
perpustakaan sekolah namun juga memberdayakan perpustakaan, baik
perpustakaan sekolah maupun perpustakaan kelas yang disebut sebagai
mini library. Dengan adanya kedua perpustakaan di SDI Al-Ikhlas ini,
57
berarti sekolah ini sangat peduli terhadap perkembangan kemampuan
literasi informasi siswanya.
Kegiatan reading class merupakan salah satu program Literasi
Informasi sekolah. Oleh karena itu reading class dalam pelaksanaannya
di pandu dan diawasi oleh guru wali kelas masing-masing. Seperti yang
dituturkan oleh SL (walikelas 6) ketika wawancara :
―peranan guru dalam kegiatan ini ya sebagai pemandu dan pengawas
siswa ketika berada di pepustakaan. Namanya juga anak-anak ya kan
suka ada aja yang gak bisa diem, suka usil ganggu temennya yang lagi
baca gitu, atau yang iri sama bacaan temennya lebih bagus dari pada
bacaan yang dia dapet akhirnya dia balik ke rak buku, pengen cari
bacaan yang sama bagus kaya punya temennya. Ada juga yang cerewet
nanya terus jadi harus dibimbing dalam mencai bacaan dan juga anak
yang overaktif itu sangat butuh pengawasan ekstra agar kegiatan
bejalan kondusif.”
Hal tersebut senada dengan yang diutarakan oleh LI (walikelas 4):
“iya jadi peran guru itu sebagai pelaksana (fasilitator), guru yang
mengarahkan siswa untuk mencari buku dengan tema-tema tertentu
sesuai dengan pembahasan pembelajaran, kemudian guru juga
bertugas untuk mengawasi siswa ketika di perpustakaan agar anak-
anak bersikap tertib di pepustakaan.”
Begitu pula DR sebagai founder kegiatan Reading Class ini
menuturkan:
“guru itu yang mengatur jadwal kunjungan, kan jadwal harus
dirundingkan dulu sebelum di bagi waktunya. Kemudian guru juga
yang memandu jalannya kegiatan di perpustakaan dan sebagai
pengawas jalannya kegiatan agar tertib dan aman”
Para siswa pun menuturkan hal yang sama:
YL: ―peranan guru di kegiatan ini mengawasi dan membimbing kita
(siswa/i), kan biasanya ada yang suka bercanda dan lari-lari gitu
berisik kak”
SY: ―mengawasi dan membimbing muridnya kalo ada yang gak baca
buku ya di tegor sama bunda di suuh baca dan gak boleh berisik”
58
SH: “mantau anak-anak yang lagi di perpus aja, soalnya kadang ada
yang suka ribut bercanda”
Berdasarkan penuturan para narasumber diatas, dapat disimpulkan
peran dan tugas guru dalam pelaksanaan reading class adalah sebagai
berikut:
a. Mengatur jadwal kunjungan perpustakaan disesuaikan dengan
jadwal pelajaran bahasa Indonesia.
b. Membimbing siswa dalam memilih tema bacaan dan dalam
pemilihan bahan bacaan.
c. Memandu dan mengawasi siswa di perpustakaan agar bersikap
tertib dan tidak gaduh di perpustakaan.
Sedangkan peran perpustakaan dalam pelaksanaan kegiatan
reading class ini adalah hanya sebagai media/ fasilitas yang
dimanfaatkan siswa untuk memenuhi kebutuhan informasi. Hal ini juga
seperti yang dituturkan oleh bebeapa narasumber:
SL : “perpustakaan sangat berperan penting dalam kegiatan ini, yaitu
sebagai sumber informasi, sumber belajar siswa”
LI: “ya kalau perpustakaan itu fasilitas sekolah yang dimanfaatkan
untuk sarana belajar anak”
DR: “perpustakaan sebagai media belajar para siswa”
4. Pengaruh Kegiatan Reading Class
Dari hasil wawancara dengan 3 orang guru SDI Al-Ikhlas, adapun
pengaruh yang ditimbulkan dari kegiatan reading class kepada
kemampuan literasi informasi siswa SDI Al-Ikhlas Cipondoh adalah
sebagai berikut:
59
a. Siswa kelas rendah (1-3) menjadi lancar membaca dan menulis
b. Siswa menjadi terbiasa dengan adanya buku dan lama-kelamaan
dapat merangsang minat baca pada siswa
c. Siswa menjadi terbuka wawasannya tentang berbagai ilmu
pengetahuan yang tidak ada dalam buku pelajaran pokoknya.
Ketiga poin di atas sesuai dengan pernyataan dari SL:
“siswa menjadi lancar membaca dan terbiasa dengan buku dan
membaca sehingga membaca menjadi hobi mereka, serta
menambah wawasan pengetahuan baru bagi mereka”
d. Beberapa siswa menjadi berprestasi dalam lomba menulis
Hal ini dituturkan oleh DR:
“saya sih kurang mengamati, tapi yang saya ingat selama saya
mengajar ada 1 anak yang sudah berhasil memenangkan lomba
menulis tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Gramedia saat
itu”
e. Siswa menjadi hobi membaca dan mencintai buku
f. Siswa menjadi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai
berbagai hal yang di dapatnya dari buku.
g. Beberapa siswa ada yang sudah bisa menjadi tutor sebaya.
Dan tiga poin terakhir ini sesuai dengan penuturan dari LI:
“beberapa siswa jadi hobi membaca dan kemampuan menulisnya
semakin terasah, yang mempunyai bakat menulis satu persatu
semakin terlihat dan sedikit banyak ada yang sudah bisa menjadi
tutor sebaya dalam belajar. Bagi anak-anak usia SD ini kan
dengan adanya tutor sebaya menjadi lebih mudah untuk memahami
pelajaran mereka”
5. Kendala Kegiatan Reading Class
Sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan YL, DH, SL dan
SH, kendala yang dialami pada saat melakukan kegiatan reading class
adalah46:
46
Hasil wawancara pada tanggal 11 September 2017
60
a. Ketersediaan koleksi yang tidak ada peningkatan. Sejak pengelola
perpustakaan yang pertama keluar dari SDI Al-Ikhlas, perpustakaan
seperti terbengkalai. Koleksinya tidak pernah lagi bertambah karna
alasan pendanaan.
YL mengatakan:
―buku di perpusnya kurang bervariasi, jarang ada buku baru. dari
kelas satu, buku yang ada cuman itu-itu aja, jadi bosen.”
Gambar 4.3 Koleksi Perpustakaan SDI Al-Ikhlas
Mengenai variasi koleksi perpustakaan yang jarang di up grade ini
juga dinyatakan oleh, DH:
―mungkin hanya masalah anggaran untuk pengadaan buku di
perpustakaan sekolah yang hanya mengandalkan sumbangan dan
bantuan dana dari pemerintah.”
Kemudian YL mengungkapkan harapannya untuk mengatasi
kendala ini di pernyataan selanjutnya:
―lebih banyak di tambah variasi buku yang menarik biar yang gak
suka baca jadi semangat baca bukunya, kaya di perpustakaan
sekolah temen aku yang dia enak banget bisa pinjem buku apa aja
di perpustakaan sekolahnya yang lengkap. terus buku yang ada di
perpustakaan kita juga banyak yg berdebu karna gak ada yang
jaganya.‖
61
b. Gangguan dari teman yang berisik mengganggu konsentrasi
membaca dalam perpustakaan. Siswa sekolah dasar pada dasarnya
memang masih senang bermain oleh karena itu, sudah bukan hal
aneh jika mereka selalu bersikap gaduh dan membuat ulah. Hal ini
membuat siswa yang ingin berkonsentrasi membaca merasa
tergangu. Hal ini dituturkan oleh SH :
“paling gangguan dari temen yang suka berisik aja pada
bercanda”
Gambar 4.4 beberapa siswa terlihat mengobrol dan tidur
Yang kemudian jika ada siswa yang tidak membaca atau membuat
suasana perpustakaan gaduh maka akan ditegur oleh guru yang
sedang mendampingi mereka di perpustakaan. Seperti yang
diungkapkan oleh SH pada pertanyaan berikutnya:
― di tegur aja sih sama gurunya, terus di suruh baca kalo masih
gak mau juga ya dis suruh keluar”
62
c. Tidak adanya pustakawan pengelola perpustakaan
Sekolah ini awalnya memiliki seorang pustakawan yang diangkat
dari seorang pegawai OB yang kebetulan pendidikannya paling
tinggi dan memiliki kemampuan dan minat belajar yang tinggi
kemudian disekolahkan keahlian kepustakawanan selama beberapa
bulan untuk di berikan tugas sebagai pustakawan. Namun
pustakawan ini tidak bertahan lama hanya selama 2 tahun dan
kemudian setelah itu perpustakaan tidak lagi ada yang mengelola
sehingga terbengkalai dan tidak lagi memberikan layanan prima
kepada warga sekolah. Hal ini diungkapkan oleh SL dalam
wawancara:
―karena tidak ada pustakawannya jadi anak-anak tidak bisa
maksimal dalam penggunaan buku di perpustakaan dan sudah
tidak boleh lagi dipinjam keluar perpus”
d. Tugas dan fungsi perpustakaan tidak berjalan
Fakta ini penulis dapatkan dari hasil pengamatan langsung di
lapangan. Hal ini sudah penulis jabarkan sebelumnya pada
pembahasan ―Pelaksanaan reading class‖ bahwa dalam proses
pencarian buku siswa langsung berlari ke rak koleksi dan
mengacak koleksi dalam rak. Hal tersebut karena siswa tidak di
kenalkan dengan catalog atau system temu kembali informasi.
Kemudian siswa juga tidak dapat meminjam dan mengakses
perpustakaan secara bebas karena kendala tidak adanya pustakawan
63
yang dapat memantau kegiatan sirkulasi perpustakaan. DR pun
mengatakan :
―awalnya kita punya pengelola perpustakaan yang diambil dari
seorang OB yang kemudian disekolahkan selama beberapa bulan
untuk mempelajari tentang kepustakawanan, tapi itu tidak lama”
Begitupun dengan LI:
―kendalanya di kunjungan perpus akhir-akhir ini itu karna tidak
ada penjaga perpustakaan jadi jika pas jadwalnya kunjungan
repot, karna perpus letaknya di lt. 3dan selalu di kunci, jadi harus
muter dulu ke bawah cari kunci, kadang di puter dari si A, ke si B,
tidak bisa leluasa untuk masuk perpus jadi guru kadang males dan
akhirnya menggunakan perpus mini saja yang ada di kelas”
C. Pembahasan Penelitian
Kegiatan reading class jika di cocokkan dengan model-model literasi
informasi yang ada, komponen kegiatannya akan mirip dengan model
empowering 8, dan sudah hampir memenuhi standar literasi informasi
American Association of School Librarian adalah sebagai berikut:
1. Empowering 8
Empowering 8 merupakan model yang dapat digunakan untuk
memecahkan berbagai permasalahan tentang informasi dengan
menggunakan delapan tahapan yang di dalamnya terdapat sub-tahapan.
Kedelapan tahapan dalam Empowering 8dapat dijalankan dari semua
poin secara berputar tanpa berurutan. Begitupun dalam kegiatan reading
class, ada beberapa tahapan yang sama seperti tahapan-tahapan dalam
model Empowering 8 namun tidak semua sub-tahapan yang terdapat
dalam Empowering 8 sudah dijalankan pula dalam kegiatan reading
class.
64
Tahapan-tahapan dalam Empowering 8 yang sama seperti dalam
program reading class SDI Al-Ikhlas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Indentifikasi
Dalam kegiatan reading class tahap identifikasi di pandu oleh guru
yaitu, menentukan tema bacaan yang akan di baca selama kegiatan.
Tema bacaan ini menyesuaikan dengan tema pelajaran yang sedang
berlangsung.
b. Eksplorasi
Setelah guru menentukan tema bacaan mereka, kemudian siswa di
arahkan untuk ke perpustakaan mencari buku yang sesuai dengan
tema yang diberikan.
c. Seleksi
Tahapan ini belum diterapkan dalam kegiatan reading class
d. Organisasi
Pada tahap ini siswa ditugaskan untuk membaca buku yang telah
mereka pilih dan kemudian memahami apa yang telah mereka baca
untuk kemudian di tuangkan ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri.
e. Penciptaan
Pada tahap ini siswa ditugaskan untuk membuat tulisan atau
menceritakan kembali apa yang telah mereka dapatkan dari buku
yang mereka baca dengan kata-kata dan bahasa sendiri.
f. Presentasi
Di beberapa kelas tahapan presentasi kadang kala dilakukan.
Presentasi ini adalah menceritakan kembali apa yang telah mereka
baca di depan teman-teman yang lainnya.
g. Penilaian
Penilaian dilakukan oleh guru dari hasil tulisan siswa maupun hasil
presentasi siswa sebagai bahan evaluasi siswa untuk belajar lebih
baik lagi.
h. Aplikasi
Setelah mengikuti kegiatan reading class siswa menerapkan
penilaian yang diberikan guru dan menggunakan informasi yang
telah di peroleh dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.
Misalnya menjadi tutor sebaya ketika belajar di kelas atau belajar
kelompok. Guru membolehkan siswa yang mempunyai pemahaman
lebih mengenai suatu pelajaran untuk membantu temannya yang
lainnya untuk memahami pelajaran mereka. Karena tutor sebaya
biasanya lebih mudah difahami oleh siswa/i sekolah dasar karena
menggunakan bahasa mereka sendiri.
65
Berikut adalah table kecocokan kegiatan reading class dengan model
Empowering 8:
Tabel 4.5. Tabel Kecocokan Empowering dengan reading class
Tahapan kegiatan Pelaksana
Empowering 8 Reading Class
Mengidentifikasi topik Menentukan tema bacaan dalam
kegiatan reading class
Guru
Mengeksplorasi sumber dan
informasi yang sesuai dengan
kebutuhan
Mencari bahan bacaan yang
sesuai tema yang telah di berikan
guru di perpustakaan
Siswa
Menyeleksi dan merekam informasi
yang relevan
Tidak ada Tidak ada
Mengorganisir, mengevaluasi dan
menyusun informasi
Memahami isi bacaan dan
menuangkannya ke dalam tulisan
Siswa
Menciptakan informasi dengan
menggunakan kata-kata sendiri
Menceritakan kembali hasil
bacaan ke dalam tulisan dengan
kata-kata sendiri
Siswa
Mempresentasikan, menyebarkan
atau mgomunikasikan informasi
yang dihasilkan
Mempresentasikan hasil tulisan di
depan kelas
Siswa
Menilai luaran (output) berdasarkan
pada masukan (input) dari orang
lain
Memberikan peniliaian terhadap
hasil tulisan dan presentasi
Guru
Menerapkan masukan, penilaian,
dan pengalaman yang diperoleh
untuk kegiatan yang akan datang
dan menggunakan pengetahuan
baru yang diperoleh untuk berbagai
situasi
Menerapkan penilaian guru dan
menggunakan informasi yang
telah di peroleh dalam
pembelajaran dan kehidupan
sehari-hari
Siswa
2. Standar Association of School Librarian
Standar yang disusun oleh AASL untuk pelajar terdiri dari 3
Kategori, 9 Standar, dan 29 Indikator yang menggambarkan sebuah
konsep umum mengenai siswa yang memiliki keterampilan literasi
informasi. Semua kategori, standar, dan indikator menggambarkan isi
dan proses yang berkaitan dengan kemampuan literasi informasi pada
siswa yang mana siswa dituntut untuk melek informasi. Namun, disini
penulis akan membahas mengenai standar literasi informasinya saja yang
menurut penulis kategori itu tepat untuk objek penelitian ini.
66
Standar-standar literasi informasi yang telah diterapkan dalam kegiatan
reading class:
a. Standar 1,
Siswa mampu mengakses informasi secara efektif dan efesien.
Indikatornya siswa mengetahui kebutuhan informasi, mengetahui
keakuratan dan kesatuan suatu informasi sebagai dasar pembuatan
keputusan, membuat pertanyaan berdasarkan kebutuhan informasi,
mengidentifikasi beragamnya sumber informasi, dan
mengembangkan suatu strategi pencarian untuk mendapatkan
informasi.
Siswa SDI Al-Ikhlas mampu mengetahui dan mengenal
informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini dikarenakan
dalam reading class siswa diajarkan bagaimana cara mendapatkan
informasi yang relevan dari buku dengan cepat dan praktis tanpa
harus membaca seluruh isi buku. Siswa diajarkan dengan bagian-
bagian yang terdapat dalam buku serta manfaat dari bagian-bagian
tersebut. Misalnya daftar pustaka, berguna untuk melihat gambaran
isi buku secara rinci selain dari synopsis yang terdapat di belakang
buku.
b. Standar 2,
Siswa mampu mengevaluasi informasi secara kritis dan
kompeten. Indikatornya siswa mampu menentukan keakuratan dan
relevansi suatu informasi, dapat membedakan antara fakta,
67
pandangan serta pendapat, mengetahui informasi yang tidak akurat
dan menyesatkan, memilih informasi yang sesuai dengan
permasalahan.
Siswa SDI Al-Ikhlas belum diajarkan semua indikator yang
terdapat di dalam standar ini. Siswa SDI Al-Ikhlas hanya baru
diajarkan bagaimana membedakan antara fakta, pandangan, serta
pendapat dan bagaimana cara memilih informasi yang sesuai dengan
permasalahan atau tema yang ditentukan oleh guru.
c. Standar 3,
Siswa mampu menggunakan informasi secara akurat dan kreatif.
Indikatornya siswa dapat menciptakan suatu pengetahuan baru,
menggunakan informasi untuk memecahkan masalah, menyajikan
informasi/ ide dalam format yang sesuai.
Dalam standar tiga ini SDI Al-Ikhlas sudah mampu menguasai
hampir semua indikatornya walaupun hanya yang bersifat dasar.
Seperti siswa telah mampu menyajikan sebuah informasi baru dari
informasi yang telah di bacanya, menggunakan informasi yang di
dapat untuk memecahkan masalah atau soal-soal pelajaran yang di
berikan oleh guru, serta menyajikan sebuah ide tulisan dengan kata-
kata sendiri sesuai dengan format yang ditentukan. Dan siswa SDI
Al-Ikhlas mampu untuk mengomunikasikan informasi yang
dipahaminya kepada teman-teman yang belum faham atau menjadi
tutor belajar untuk sebayanya.
68
BAB V
KESIMPULAN
Pada bab ini, penulis akan mengemukakan kesimpulan yang didapatkan dari
hasil penelitian tersebut dan kemudian memberikan saran-saran yang dapat
dijadikan masukan bagi beberapa pihak.
A. Kesimpulan
Kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini
dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu, pelaksanaan reading class
sebagai program literasi informasi siswa, peran guru dan perpustakaan dalam
pelaksanaan reading class, dan pengaruh pelaksanaan reading class terhadap
literasi informasi siswa.
1. Reading Class Sebagai Program Literasi Informasi Siswa
Kegiatan reading class dilaksanakan dengan melibatkan semua
siswa SDI Al-Ikhlas dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Namun
demikian, setiap kelas memiliki metode belajar yang berbeda dalam
melaksanakan kegiatan reading class. Diantara beberapa perbedaannya
adalah jika kelas 1 dan 2 digunakan metode mendongeng, karena siswa
kelas 1 dan 2 masih dalam tahap belajar membaca. Prosesnya adalah
guru menceritakan sebuah cerita dan anak-anak mendengarkan dan
menyimak cerita tersebut kemudian di akhir cerita anak-anak di beri
pertanyaan untuk di jawab secara spontan serta menceritakan kembali
secara singkat apa yang mereka dengar.
69
Di kelas 3 dan 4 rata-rata siswa sudah bisa membaca, maka dari itu
dalam kegiatan reading class siswa di tugaskan untuk membaca sendiri
buku dengan tema tertentu untuk kemudian di ceritakan kembali di depan
teman-temannya atau di buat rangkuman tertulis apa yang telah mereka
baca. Sedangkan untuk di kelas 5 dan 6 siswa juga hamper sama dengan
metode yang di lakukan oleh kelas 3 dan 4 namun, siswa kelas 5 dan 6 di
tuntut untuk lebih mendalami pemahaman mereka akan isi bacaan
mereka dan di akhir kelas mereka di tugaskan membuat sebuah karangan
atau tulisan berdasarkan buku yang telah mereka baca. Kegiatan reading
class ini biasanya dilaksanakan di perpustakaan sekolah atau di dalam
kelas masing-masing dengan memanfaatkan mini library. Jadwal
kegiatan reading class di buat atas perundingan semua guru yang
disesuaikan dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia setiap kelas dan di
setujui oleh kepala sekolah.
2. Peran Guru Dan Perpustakaan Dalam Pelaksanaan Reading Class
Kegiatan reading class merupakan salah satu program Literasi
Informasi sekolah. Oleh karena itu reading class dalam pelaksanaannya
di pandu dan diawasi oleh guru wali kelas masing-masing yang juga
mengajar pelajaran bahasa Indonesia. Peran dan tugas guru dalam
pelaksanaan reading class adalah sebagai berikut:
a. Mengatur jadwal kunjungan perpustakaan sesuai dengan jadwal
pelajaran bahasa Indonesia.
70
b. Membimbing siswa dalam memilih tema bacaan dan dalam
pemilihan bahan bacaan.
c. Memandu dan mengawasi siswa di perpustakaan agar bersikap tertib
dan tidak gaduh di perpustakaan.
Sedangkan peran perpustakaan dalam pelaksanaan kegiatan reading
class ini adalah hanya sebagai media yang digunakan siswa untuk
memenuhi kebutuhan informasi.
3. Pengaruh Reading Class Terhadap Literasi Informasi Siswa
Pengaruh kegiatan reading class dalam meningkatkan kemampuan
literasi informasi siswa setelah mereka rutin melakukan kegiatan reading
class diantaranya adalah siswa menjadi terbiasa dengan buku dan
sebagian besar anak menjadi gemar membaca dan senang berkunjung ke
perpustakaan. Siswa menjadi melek informasi, berbagai informasi yang
tidak siswa dapatkan di dalam uku paket pelajaran biasa mereka dapatkan
di perpustakaan. Beberapa siswa yang mempunyai bakat menulis menjadi
semakin terasah kemampuan menulisnya bahkan, sampai ada yang
memenangkan lomba menulis di beberapa kompetisi menulis tingkat
SD.
Kemudian siswa menjadi terbiasa untuk saling berbagai
pengetahuan, saling menjadi tutor sebaya ketika di dalam kelas. Sebagai
program literasi informasi sekolah, reading class sangat banyak
memberikan pengaruh positif pada siswa/i SDI Al-Ikhlas Cipondoh.
71
B. Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat disampaikan oleh penulis,
diantaranya adalah:
1. Perpustakaan SDI Al-Ikhlas sebaiknya melengkapi koleksi dan fasilitas
perpustakaan agar lebih menunjang proses reading class.
2. Sebaiknya SDI Al-Ikhlas memiliki seorang pustakawan (tenaga
professional) agar pemberdayaan perpustakaan dapat berjalan secara
efektif.
3. Sebaiknya pengelola perpustakaan mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan
yang di laksanakan oleh Perpustakaan Nasional ataupun lembaga lainnya,
supaya pengelola dapat senantiasa meningkatkan kompetensi terkait ilmu
perpustakaan,
4. Sebaiknya siswa juga di ajarkan mengenai orientasi perpustakaan yang
di dalamnya terdapat pendidikan pemakai mengenai berbagai fasilitas
yang ada di perpustakaan. Agar siswa lebih mengenal perpustakaan
sebaiknya, dan siswa juga perlu di kenalkan dengan informasi yang
terkini melalui media surat kabar atau pun informasi yang terdapat di
media online serta cara menggunakan informasi tersebut dengan tepat
agar kemampuan literasi informasi siswa bisa berkembang dengan lebih
baik.
72
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. 1st ed. Jakarta: Rajawali
Pers, 2016.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. 4th ed.
Jakarta: Rhineka Cipta, 1998.
Dawson, Merran, and Niki Kallenberger. ―Information Skills in the School :‖ New
South Wales Department of Education And Training, 2007, 1–30.
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:FEk_uemZiXEJ:www.curricu
lumsupport.education.nsw.gov.au/schoollibraries/teachingideas/isp/docs/info
skills.pdf+&hl=en&gl=my&pid=bl&srcid=ADGEESjlMVQhwo9BmmGzx4
kHAvbnZki0L6ekErbMAYjVf7qCXr45tW3LcsKkEeEHC3e0KY5HzgQO.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. ―Undang-Undang Nomor 43
Tahun 2007 Tentang Perpustakaan,‖ 2007, 1–25.
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27150/node/918/uu-no-43-
tahun-2007-perpustakaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. ―Data Pokok Pendidikan
Dasar Dan Menengah.‖ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, n.d.
http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sekolah/8B7AEBFE0BC35770C7C8
.
Farmer, Lesley S. J. ―How AASL Learning Standards Inform ACRL’s
Information Literacy Framework.‖ IFLA WLIC 2014 - Lyon - Libraries,
Citizens, Societies: Confluence for Knowledge, 16-22 August, 2014, 6.
http://library.ifla.org/831/.
Herdiansyah, Haris. Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups: Sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers, 2005.
IFLA School Libraries Section Standing Committee. ―Pedoman Perpustakaan
Sekolah IFLA / UNESCO,‖ 2006, 1–34.
Irawan, Prasetya. Logika Dan Prosedur Penelitian. Jakarta: Sekolah Tinggi
Administrasi Lembaga Administrasi Negara, 2004.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 (2008).
73
Lau, Jesús. ―Guidelines on Information Literacy for Lifelong Learning.‖ Retrieved
October, 2006, 60.
http://www.jesuslau.com/docs/publicaciones/doc2/Iflaguidelines.pdf.
Mashuri, Ilham. ―Implementasi Literasi Informasi Di Sekolah.‖ Pustakaloka 4,
no. No. 1 (2012).
Milles, Mathew B., and Michael A. Hubberman. Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan. Jakarta: UI Press,
19992.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001.
Mudjito. Materi Pokok Pembinaan Minat Baca. 4th ed. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2001.
Muin, Muh. Azwar. Information Literacy Skills : Strategi Penelusuran Informasi
Online. Edited by Muh. Quraisy Mathar. Makassar: Alauddin University
Press, 2013.
Musfiroh, Tadkirotun, and Beniati Listyorini. ―Kontruk Kompetensi Literasi
Untuk Siswa Sekolah Dasar.‖ LITERA 15, no. 1 (2016): 1–11.
―Sekolah Islam Al Ikhlas Cipondoh.‖ Yayasan Al-Ikhlas Muslim Indonesia
(YIMI), n.d. http://www.alikhlascipondoh.sch.id/Sdi.php#vimi.
―Sekolah Islam Al Ikhlas Cipondoh.‖ Yayasan Al-Ikhlas Muslim Indonesia
(YIMI), n.d. http://www.alikhlascipondoh.sch.id/Sdi.php#prest.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.
———. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta,
2013.
Suhendar, Yaya. Panduan Petugas Perpustakaan. Jakarta: Prenada Media Group,
2014.
———. Panduan Petugas Perpustakaan. Jakarta: Prenada Media Group, 2014.
Sulistyo Basuki. Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994.
Sutarno NS. ―Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis,‖ xx. Jakarta:
Sagung Seto, 2006.
74
UNESCO, ed. ―IFAP Report.‖ In Information for All Programme. Paris, Perancis:
United Nations Educational, 2014.
Wijetunge, Pradeepa. ―The Information Literacy Model in Srilangka to Underpin
Changing Education Paradigma of Sri Langka.‖ Sri Lanka Journal of
Librarianship & Information Management 1 (2005).
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsiran Al-Qur’an. Al-Qur’an dan
Terjemahnya, issued 2009.
Zulaikha, Sri Rohyanti, Siti Partini Suardiman, and Sodiq A. Kuntoro.
―Pengebangan Model Perpustakaan Madrasah Dalam Penerapan Literasi
Informasi Untuk Mempersiapkan Belajar Sepanjang Hayat.‖ Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi 3, no. No. 2 (n.d.).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA GURU
Narasumber : Sulistiyani (SL), guru kelas 6.
Waktu Wawancara : 21 Agustus 2017
Tempat wawancara : Ruang Serba Guna SDI Al-Ikhlas Cipondoh
1. Bisakah anda menceritakan sedikit saja tentang reading class ?
“Biasanya seminggu sekali dalam 3 hari jadwal pelajaran bahasa
Indonesia, terkadang pelajaran lain pun suka mengadakan reading class
terutama pelajaran bahasa (inggris/arab)”
2. Sejak kapan sekolah ini menjalankan program reading class ?
“Sejak awal sekolah berdiri.”
3. Apa tujuan diadakannya program reading class ?
“Tujuannya ya untuk membantu anak kelas bawah memperlancar
kemampuan membaca mereka, kemudian juga memancing minat baca
anak, dan tentunya untuk .memanfaatkan buku-buku yang ada di
perpustakaan”
4. Siapa yang memegang kendali program reading class ini?
“Program tsb dari sekolah yang dimasukkan ke dalam kurikulum mata
pelajaran terutama pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa inggris/
arab.”
5. Siapa saja yang terlibat dalam program reading class ?
“Guru kelas/ guru mata pelajaran dan siswa.”
6. Dalam pelaksanaannya, kapan dan berapa jam pelajaran yang diterapkan
dalam program reading class ini?
“Utamanya di dalam pelajaran bahasa Indonesia selama 1 jam pelajaran,
70 menit”
7. Dimana biasanya kegiatan reading class dilaksanakan?
―Di perpustakaan dan kadangkala di dalam kelas masing-masing karena
di kelas pun mereka punya mini library juga.”
8. Hal apa saja yang dipersiapkan sebelum program reading class
dilaksanakan?
“Dari gurunya menyiapkan buku-buku yang sesuai tema pelajaran,jika
dilaksanakan di perpus di bereskan buku-buku yang ada di perpusnya
atau guru yang membawa buku-buku tsb ke kelas jika kegiatannya
dilaksanakan di kelas. Dan media audio visual seperti dongeng digital
yang menggunakan infocus untuk anak-anak kelas bawah (1-3)”
9. Metode apa yang digunakan dalam program reading class ?
―Saya kurang tau”.
10. Bagaimana peran guru dalam kegiatan reading class ?
―Pemandu dan pengawas siswa ketika di perpustakaan.”
11. Seberapa berperan perpustakaan dalam program reading class ?
“Sangat berperan penting sebagai sumber informasi siswa (sumber
belajar siswa)”
12. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program
reading class ?
―karena tidak ada pustakawannya jadi anak-anak tidak bisa maksimal
dalam penggunaan buku di perpustakaan dan sudah tidak boleh lagi
dipinjam keluar perpus”
13. Mengapa sekolah selalu memasukkan program reading class disetiap
kurikulum pembelajaran?
―Untuk menumbuhkan minat baca anak dan membantu anak melancarkan
kemampuan membaca dan menulis.”
14. Output apa yang diharapkan guru dari siswa stelah mengikuti kegiatan
reading class?
―Lebih suka baca, dan jadi lebih ingin tahu hal-hal yang baru jadi di ruma
mereka bisa menerapkan hobi baca mereka.”
15. Adakah perbedaan kegiatan dalam program reading class di setiap
tingkatan kelas?
“Ada, kalo di kelas bawah biasanya pakai metode mendongeng dan lebih
memberatkan kepada kelancaran menulis dan membaca siswa. Kalau
kelas atas lebih ke pemahaman isi bacaan yang mereka baca.”
16. Sejauh ini apa saja dampak yang terlihat pada siswa setelah mengikuti
reading class ?
“Beberapa siswa yang benar-benar selalu membaca jadi menumbuhkan
hobi baca dan menambah pengetahuan baru mereka.”
HASIL WAWANCARA GURU
Narasumber : Lili (LI), guru kelas 4.
Waktu Wawancara : 21 Agustus 2017
Tempat wawancara : Ruang Kelas IV SDI Al-Ikhlas Cipondoh
1. Bisakah anda menceritakan sedikit saja tentang reading class ?
“kita menyebutnya kunjungan perpus, itu dilakukan di jam bahasa
indonesia untuk melatih kemampuan membaca dan menulis siswa”
2. Sejak kapan sekolah ini menjalankan program reading class ?
“dari Sejak saya masuk ke sekolah ini.”
3. Apa tujuan diadakannya program reading class ?
“tujuan kegiatan ini yaa untuk memancing minat baca anak., melatih
kemampuan menulis siswa (membuat karya tulis), dan juga dapat
mengasah kemampuan pemahaman terhadap isi bacaan”
4. Siapa yang memegang kendali program reading class ini?
“kunjungan perpus merupakan salah satu program sekolah yang
dimasukkan ke dalam kurikulum mata pelajaran bahasa indonesia.”
5. Siapa saja yang terlibat dalam program reading class ?
“Guru kelas/ guru mata pelajaran dan siswa.”
6. Dalam pelaksanaannya, kapan dan berapa jam pelajaran yang diterapkan
dalam program reading class ini?
“dalam jadwal pelajaran bahasa Indonesia yang terdiri dari 3 kali
seminggu, di jadwal pertama siswa membaca selama 1 jam pelajaran (70
menit) dan kemudian di hari ke dua siswa ditugaskan untuk menulis apa
saja yang sudah dia dapatkan dari isi bacaannya, karna kan untuk
mencari bukunya aja mereka udah mengabiskan banyak waktu”
7. Dimana biasanya kegiatan reading class dilaksanakan?
―Di perpustakaan dan kadangkala di dalam kelas (jika perpustakaan
sedang tidak ada penjaganya) masing-masing karena di kelas pun mereka
punya mini library juga.”
8. Hal apa saja yang dipersiapkan sebelum program reading class
dilaksanakan?
“Dari gurunya menyiapkan buku-buku yang sesuai tema pelajaran,jika
dilaksanakan di perpus di bereskan buku-buku yang ada di perpusnya
atau guru yang membawa buku-buku tsb ke kelas jika kegiatannya
dilaksanakan di kelas. Dan media audio visual seperti dongeng digital
yang menggunakan infocus untuk anak-anak kelas bawah (1-3)”
9. Metode apa yang digunakan dalam program reading class ?
“dalam kunjungan perpus mereka diajarkan untuk memahami isi bacaan
dan mengasah kemampuan menulis siswa”.
10. Bagaimana peran guru dalam kegiatan reading class ?
―Pemandu dan pengawas siswa ketika di perpustakaan.”
11. Bagaimana peran perpustakaan dalam kegiatan reading class ?
―hanya sebagai fasilitator saja”
12. Seberapa berperan perpustakaan dalam program reading class ?
“Sangat berperan penting sebagai sumber informasi siswa (sumber
belajar siswa)”
13. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program
reading class ?
―karena tidak ada pustakawannya menjadikan ku jungan perpus jadi tidak
optimal karena kesulitan untuk mengakses perpustakaan yang sering di
kunci”
14. Mengapa sekolah selalu memasukkan program reading class disetiap
kurikulum pembelajaran?
―Untuk menumbuhkan minat baca anak dan membantu anak melancarkan
kemampuan membaca dan menulis.”
15. Output apa yang diharapkan guru dari siswa stelah mengikuti kegiatan
reading class?
―minimal mereka paham dengan apa yang mereka baca dan mereka bisa
menceritakan kembali apa yang sudah di baca dengan bahasa mereka
sendiri (karna berbicara itu ternyata lebih sulit, entah karna keterbatasan
kosa kata). Dan membiasakan mereka dengan tutor sebaya karna
biasanya tutor sebaya lebih mudah dipahami dari pada penjelasan dari
guru.”
16. Adakah perbedaan kegiatan dalam program reading class di setiap
tingkatan kelas?
“iya karna kelas 1 kan baru belajar baca jadi pakai metode mendongeng,
seiring dengan bertambah tinggi tingkatan kelas, mereka dilatih untuk
berbicara dan menulis .”
17. Sejauh ini apa saja dampak yang terlihat pada siswa setelah mengikuti
reading class ?
“ada beberapa anak yang sudah terlihat bakat menulisnya yang semakin
terasah dari program kunjungan perpus ini ”
HASIL WAWANCARA PENGAGAS KEGIATAN READING CLASS
Narasumber : Ibu Dharma (DR) (Kepala Sekolah SDI Al-Ikhlas Periode
Pertama)
Waktu Wawancara : 21 September 2017
Tempat wawancara : Warung Tenda Sop Buntut Pasar LamaTangerang
1. Bisakah anda menceritakan sedikit saja tentang reading class ?
“Sebetulnya bukan reading class ya, tapi lebih kepada class library.
Kegiatan ini sebetulnya untuk membuat anak-anak nyaman dan betah di
sekolah, di kelas. Selain perpustakaan sekolah ada juga mini library,
sama halnya dengan permainan lain yang disediakan sekolah sebagai
bahan bermain anak-anak ketika jam istirahat ketika cuaca kurang bagus
(hujan atau terlalu panas untuk bermain di luar kelas) serta ketika
menunggu jemputan di saat pulang sekolah”
2. Sejak kapan sekolah ini menjalankan program reading class ?
“Sejak sekolah berdiri.”
3. Apa tujuan diadakannya program reading class ?
“Untuk menumbuhkan kecintaan pada buku, untuk mengenalkan anak
pada buku dan menumbuhkan hobi mambaca pada anak.”
4. Siapa yang memegang kendali program reading class ini?
“Sekolah yang sudah di selipkan ke dalam silabus.”
5. Metode apa yang digunakan dalam program reading class ?
“Saya memberlakukan classs library ini hanya dari kebiasaan saya di
rumah yang suka membaca kemudian saya terapkan juga di sekolah
kepada anak-anak. Untuk menumbuhkan kecintaan pada buku dan hobi
membaca.”
6. Manfaat apa yang didapat siswa dari program reading class tersebut?
“Anak-anak bisa mendapatkan banyak pengetahuan dari buku dan dapat
melancarkan membaca pada siswa kelas 1 yang sedang belaja membaca.
Meluaskan wawasan anak sehingga di kemudian hari, di masa depan anak
tidak kepentok dengan 1 pengetahuan, sehingga menjadikan anak yang
inovatif.”
7. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program
reading class ?
“Hampir tidak ada, mungkin hanya masalah anggaran untuk pengadaan
buku di perpustakaan sekolah yang hanya mengandalkan sumbangan dan
bantuan pemerintah.”
Kalau masalah pustakawan?
―awalnya kita punya pengelola perpustakaan yang diambil dari seorang
OB yang kemudian disekolahkan selama beberapa bulan untuk
mempelajari tentang kepustakawanan, tapi itu tidak lama”
8. Mengapa sekolah selalu memasukkan program reading class disetiap
kurikulum pembelajaran?
“Untuk membuat anak-anak nyaman belajar, betah di sekolah,
membiasakan anak dengan buku sehingga lambat laun bisa menumbuhkan
kecintaan mereka pada membaca buku dan menumbuhkan rasa
keingintahuan yang tinggi”
9. Output apa yang diharapkan guru dari siswa stelah mengikuti kegiatan
reading class?
“Bisa menumbuhkan rasa keingintahuan yang tinggi dari anak dan
kecintaan pada buku.”
10. Adakah perbedaan kegiatan dalam program reading class di setiap
tingkatan kelas?
“Jika di kelas kecil (kelas 1-3) metodenya dengan mendongeng atau
bercerita oleh gurunya kemudian anak-anaknya mendengarkan
(menyimak), jika di kelas besar (kelas 4-6) anak-anak di berikan tugas
untuk kaimerangkum apa yang dia baca karna mereka sudah bisa
merangkai kata.”
11. Sejauh ini apa saja dampak yang terlihat pada siswa setelah mengikuti
reading class ?
“Sayangnya saya kurang mengamati tapi yang saya ingat selama saya
mengajar ada 1 anak yang sudah berhasil memenangkan lomba menulis
tingkat nasional dari gramedia sebagai penyelenggaranya”
HASIL WAWANCARA SISWA
Narasumber :
Siswa kelas 6 Yolanda (YL)
Siswa kelas 5 Syamil (SY)
Siswa kelas 4 Shabiya (SH)
Waktu Wawancara : 11 September 2017
Tempat wawancara : Ruang Serba Guna SDI Al-Ikhlas Cipondoh
1. Menurut kamu apakah reading class merupakan kegiatan yang
menyenangkan?
YL: menyenangkan banget, karna kan aku emang suka banget, kadang di
luar jadwal itu aku suka ke perpus aja pagi-pagi.
SY : iyaa suka bisa baca buku dengan tema baru.
SH : seneng sih.
2. Bisakah kamu ceritakan sedikit tentang kegiatan reading class?
YL : jadi kalo lagi jam kunjungan perpus kita disuruh nyari dan baca dulu
bukunya di perpus terus balik lagi ke kelas untuk meringkas buku yg udah
kita baca.
SY : reading class itu biasanya disebut kunjungan perpus, kita disuruh
baca buku selama 30 menit abis itu disuruh merangkum apa yang kit
abaca di kertas yang di kasih bunda (guru).
SH : kalo ada yang berkaitan dengan pelajaran dan disuruh nyari buku di
perpus terus kita baca.
3. Adakah tema-tema khusus yang ditentukan oleh guru dalam memilih
bacaan?
YL : kadang dikasih tema kadang juga ngga (bebas milih buku dg tema
apa aja)
SY : iya ada
SH : iyaa ada yang sesuai dengan tema yang lagi dipelajarin tapi bebas
kita yang pilih bukunya.
4. Apa saja yang kamu lakukan dalam kegiatan reading class ?
YL : ya baca buku terus di rangkum atau di certain lagi di depan kelas.
SY : baca 30 menit, terus habis itu merangkum di sebuah kertas atau
langsung diceritakan kembali apa yang sudah kit abaca..
SH : baca di tempat terus menceritakan kembali apa yng kita baca
5. Jenis buku apa saja yang biasa kalian baca ?
YL : kalo di perpus sih banyakan buku pelajaran atau ensiklopedia, buku
ceritanya cuman sedikit.
SY : kamus, buku pelajaran, sama buku cerita kadang-kadang
SH : ensiklopedia, buku pengetahuan IPA, terus buku cerita kadang-
kadang.
6. Siapa saja yang terlibat di kegiatan reading class ini?
YL : murid kelas sama guru mata pelajarannya
SY : guru matapelajaran sama semua murid di kelas
SH : guru
7. Dimana biasanya tempat dilaksanakannya kegiatan reading class ?
YL : kadang di perpus, kadang juga di kelas (bukunya di bawa ke kelas)
SY : di perpustakaan
SH : karna kita kurikulum tematik jadi lebih sering di kelas dan buku
8. Sejak kapan kalian mengikuti kegiatan reading class?
YL : dari kelas 1
SY : dari kelas 1 tapi gak sering
SH : baru pertama kali di kelas 4 ini doang.
9. Bagaimana cara kamu mencari bahan bacaan dengan tema tertentu untuk
kegiatan reading class ?
YL : langsung ke rak terus diliat-liat isinya, kalo kira-kira aku suka dan
sesuai tema yang dikasih bunda (guru) ya itu buku yg aku baca.
SY : langsung ke raknya cari misalnya tema tumbuh-tumbuhan terus diliat
isinya ada tema tumbuh-tumbuhannya apa ngga gitu.
SH : cari-cari yang sesuai tema terus pilih langsung ke rak yang kita suka.
10. Apa saja peranan guru dalam kegiatan reading class ?
YL : mengawasi dan membimbing anak-anak muridnya kan biasanya ada
yg suka bercanda dan lari-lari gitu berisik.
SY : mengawasi dan me muridnya kalo ada yg gak baca buku ya di tegor
di suruh baca jangan berisik
SH : mantau anak-anak yang lagi di perpus aja soalnya kadang ada yang
suka rebut bercanda.
11. Bagaimana jika ada teman kamu yang tidak mau mengikuti kegiatan
reading class?
YL : di tegur aja sih sama gurunya terus di suruh baca kalo masih gak
mau disuruh keluar (berisik/ bercanda).
SY : kalo ada yg gak baca buku ya di tegor di suruh baca jangan berisik
SH : ditegur
12. Hal apa yang kamu sukai dari kegiatan reading class?
YL : bisa baca buku-buku yang kita suka walaupun kadang suka di kasih
tema tertentu.
SY : bisa pilih buku bacaan sendiri.
SH : bisa
13. Hal apa yang kamu tidak suka (kendala) dari kegiatan reading class?
YL : bukunya kurang bervariasi, jarang ada buku baru dari kelas satu
bukunya itu-itu aja jadi rada bosen.
SY : gak ada, seru aja sih
SH : paling ada yang suka berisik aja pada bercanda.
14. Manfaat apa saja yang kamu rasakan setelah mengikuti kegiatan reading
class ?
YL : jadi lancar baca, terus bias nambah pengetahuan baru juga, jadi
lebih tau banyak hal dari pada temen yang males baca.
SY : bisa dapet pengetahuan baru sama bisa lancarin baca.
SH : bisa lebih tau pengetahuan baru gitu.
15. Apa yang kamu harapkan dari kegiatan reading class untuk kedepannya?
YL : lebih banyak di tambah variasi buku yang menarik biar yang gak
suka baca jadi semangat baca bukunya, kaya di perpustakaan sekolah
temen aku yang dia enak banget bisa pinjem buku apa aja di perpustakaan
sekolahnya yang lengkap. terus bukunya juga banyak yg berdebu karna
gak ada yang jaganya.
SY : ya paling gak usah di kasih tema sama bunda (guru) biar kita bisa
cari sendiri buku yang kita suka gitu.
SH : harusnya kita bebas ke perpus gak cuman pas pelajaran aja terus
ada yang jagain perpus biar kita gampang mau ke perpus,
BIODATA PENULIS
KHADIJAH ZAKIA. Lahir di Tangerang, 9 Maret 1995.
Putri ke-2 dari 4 bersaudara dari Ayahanda Juftazani dan
ibunda Julaeha. Menamatkan pendidikan sekolah dasar di
Tangerang Selatan, SDN Pondok Ranji III. Menamatkan se-
solah menengah pertama dan menengah atas di Tasikmalaya, MTs. Fadris dan
MA. Fath-Hiyyah Pendidikan S1 di Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora Jakarta dan lulus dengan menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Kegiatan Reading Class Dalam Mengembangkan
Kemampuan Literasi Informasi Siswa Di Perpustakaan SDI Al Ikhlas
Cipondoh” tahun 2017. Selama menempuh pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta mengikuti organisasi Senat Mahasiswa Fakultas Adab dan
Humaniora sebagai sekretaris pada periode 2016 dan organisasi ekstra yaitu
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Adab dan Humaniora sebagai
divisi kesekretariatan pada tahun 2016. Melakukan PKL (Praktek Kerja
Lapangan) di Knowledge Management & Library IPC Corporate University tahun
2015 serta melaksanakan Pengabdian Masyarakat di Desa Ancol Pasir pada tahun
2016.