PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERSEPSI KODE …lib.unnes.ac.id/8128/1/8529.pdf · variables. The...
Transcript of PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERSEPSI KODE …lib.unnes.ac.id/8128/1/8529.pdf · variables. The...
i
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERSEPSI KODE ETIK, TEKANAN WAKTU DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR
AKUNTAN PUBLIK DI KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Indiarti Shoviana Dewi
NIM 7250407106
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I
Dra. Margunani, MP NIP. 195703161986012001
Pembimbing II
Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si NIP. 197912082006042002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Fachrurrozie, M.Si NIP. 196206231989011001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I
Dra. Margunani, MP NIP. 195703161986012001
Pembimbing II
Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si NIP. 197912082006042002
Penguji Skripsi
Nanik Sri Utaminingsih, SE, M.Si, Akt NIP. 197112052006042001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S. Martono, M.Si NIP. 1966030819899011001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat temuan atau orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah
jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi dengan
ketentuan yang berlaku.
Semarang, Agustus 2011
Penulis
Indiarti Shoviana Dewi
NIM. 7250407106
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Ø “Sesungguhnya dimana ada kesulitan disitu ada kelapangan dan
sesungguhnya disamping kesulitan ada kemudahan, karena itu bila engkau
telah selesai dari sesuatu urusan pekerjaan, maka kerjakanlah yang lain
dengan tekun”
(Q.S. Al Insyirah: 5-7)
Ø Keberhasilan profesional tidak hanya menuntut bakat. Keberhasilan itu
antara lain menuntut dorongan, inisiatif, komitmen, dan terutama antusiasme.
(David H. Maister)
PERSEMBAHAN:
v Allah SWT
v Kedua Orangtuaku tercinta
v Kakak-kakakku, Sri Wahyuni, Fivin Eka
Shoviana, Shofwan Shidiq.
v Almamaterku Universitas Negeri Semarang
v Kekasihku, Mas Apriaman Pulung K
v Sahabat-sahabatku, Fitriyani W, Ihda Khoirun
Nisak, Bunga Nur J, Hendryan Purnomo
v Teman-teman AKT A 2007
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kecerdasan Emosional, Persepsi kode etik, Tekanan waktu, dan Motivasi Terhadap
Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang”. Besar harapan
penulis skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan
kalangan akademis khususnya. Skripsi ini selesai dengan baik tidak terlepas dari
peranan berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan. Untuk itu
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan
penelitian.
4. Dra. Margunani, M.P, Dosen Pembimbing I yang dengan arahan dan kebijakan,
serta kesabaran telah membantu memberikan bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Rediana Setiyani, S.Pd,M,Si, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing serta
memberikan motivasi dan arahan dengan penuh kesabaran sehingga dapat
menyusun skripsi ini dengan baik.
vii
6. Nanik Sri Utaminingsih, SE, M.Si, Akt. dosen wali sekaligus penguji skripsi yang
selalu memberikan saran dan motivasi kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi yang telah memberikan ilmu dan telah
mendidik dengan sepenuh hati.
8. Bapak dan Ibu Akuntan Publik di Semarang yang telah bersedia menjadi
responden dan meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner yang disebarkan
penulis.
9. Semua pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas segala bentuk bantuan dan motivasi yang diberikan, semoga
Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik. Besar harapan penulis, bahwa
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Semarang, Agustus 2011
Penulis
viii
SARI Dewi, Indiarti Shoviana.2011. “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan Waktu, dan Motivasi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang”. Skripsi. Jurusan Akuntasi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dra. Margunani, MP. Pembimbing II. Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si.
Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan Waktu, Motivasi, dan Kinerja.
Maraknya kasus perbankan yang melibatkan auditor menimbulkan tanda tanya akan kinerja yang dimiliki oleh seorang auditor. Auditor dalam melaksanakan profesinya dituntut untuk memiliki kinerja yang maksimal. Kinerja auditor adalah suatu hasil kerja yang dihasilkan auditor dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja auditor dapat dipegaruhi oleh faktor psikologis, individu, dan organisasi seperti kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris apakah kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Kota Semarang. Sedangkan dalam pengambilan sampel menggunakan metode convenience sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 responden yang didapat dari 11 Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang. Gambaran kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, motivasi dan kinerja dapat diketahui dengan menggunakan analisis deskriptif variabel. Adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi terhadap kinerja auditor baik secara simultan maupun secara parsial.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor baik secara parsial maupun bersama-sama. Saran pada penelitian ini, berdasarkan kategori kinerja auditor, tingkat kinerja auditor di kota Semarang masih sedang. Oleh karena itu diharapkan agar auditor diberikan pelatihan agar dapat meningkatkan kinerjanya.
ix
ABSTRACT
Dewi, Indiarti Shoviana. 2011. The Influence of Emotional Intelligence, Perception of the Code, Time Pressure, and Motivation to Performance Auditor in Public Accountant Firm in Kota Semarang". Thesis. Accounting majors. Faculty of Economics. State University of Semarang. Supervisor I. Dra. Margunani, MP. Supervisor II. Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si. Key Words : Emotional intelligence, Perception of the code, Time pressure, Motivation, and Performance.
The rise of banking cases involving auditor performance raises a question mark will be owned by an auditor. Auditors in carrying out their profession are required to have a maximal performance. The performance auditor is an auditor's work produced results in executing the tasks assigned to him based on skill, experience and sincerity as well as time. Performance auditors may be influenced by psychological factors, individuals, and organization such as emotional intelligence, perceptions of ethical codes, time pressure and motivation. The purpose of this study was to obtain empirical evidence of whether emotional intelligence, perception of ethical codes, time pressure and motivation affect the performance of auditors.
The population in this study is the auditor who worked on public accounting firm in the Semarang of city. While the sampling using convenience sampling methods. The sample in this study amounted to 54 respondents obtained from 11 public accounting firm in the city of Semarang.
Picture of emotional intelligence, perception of ethical codes, time pressure, motivation and performance can be determined by using descriptive analysis of variables. The hypothesis testing is done using multiple regression analysis.
The results of hypothesis testing indicate that there is significant influence between emotional intelligence, perceptions of ethical codes, time pressure and motivation on the performance of auditors either simultaneously or partially. The results of this study can be concluded that emotional intelligence, perceptions of ethical codes, time pressure and motivation affect the performance of auditors either partially or jointly. Suggestions on this research, based on the category of auditor performance, the performance level of the auditor in the city of Semarang is still moderate. It is therefore expected that the auditors are given training in order to improve its performance.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN............................................................................... iii
PERNYATAAN ...................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
SARI ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB IPENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................11
2.1 Kinerja Auditor .........................................................................................11
2.2Teori Atribusi ...........................................................................................16
xi
2.3 Kecerdasan Emosional ............................................................................17
2.4.Persepsi Kode Etik ................................................................................20
2.4.1 Persepsi .........................................................................................20
2.4.2 Kode Etik .................................................................................24
2.5 Tekanan Waktu .........................................................................................34
2.6 Motivasi .............................................................................................................. 37
2.7 Kerangka Berpikir ......................................................................................40
2.8 Hipotesis ...............................................................................................47
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................................48
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................................48
3.1.1 Populasi Penelitian ...................................................................48
3.1.2 Sampel Penelitian ....................................................................48
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ...............................................49
3.2.1 Variabel Terikat (Y) ..............................................................................49
3.2.1.1 Kinerja Auditor ..........................................................49
3.2.2 Variabel Bebas (X) .................................................................50
3.2.2.1 Kecerdasan Emosional ...............................................50
3.2.2.2 Persepsi Kode Etik .....................................................50
3.2.2.3 Tekanan Waktu ..........................................................51
3.3.2.4 Motivasi ....................................................................51
3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................52
xii
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................................53
3.4.1 Uji Validitas .....................................................................................54
3.4.2 Uji Reliabilitas .................................................................................55
3.5 Metode Analisis Data .................................................................................56
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ..............................................................56
3.5.1.1 Analisis Deskriptif Responden ..............................................56
3.5.1.2 Analisis Deskriptif Variabel ..................................................56
3.6 Uji Prasyarat ................................................................................................60
3.6.1 Uji Normalitas Data .............................................................................60
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ...............................................................................60
3.6.2.1 Uji Heterokedastisitas............................................................62
3.6.2 Uji Multikolinieritas .................................................................62
3.7 Analisis Regresi Berganda ............................................................................63
3.8 Uji Hipotesis ................................................................................................63
3.8.1 Uji F ....................................................................................................63
3.8.2 Uji R2 .................................................................................................64
3.8.3 Uji t .....................................................................................................64
3.8.4 Uji r2 ...................................................................................................65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................66
4.1 Hasil Penelitian .........................................................................................66
xiii
4.2 Analisis Data ...............................................................................................67
4.2.1 Analisis Deskriptif Responden .............................................................67
4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel ................................................................69
4.2.2.1 Deskriptif Variabel Kecerdasan Emosional ..................................69
4.2.2.2 Deskriptif Variabel Persepsi Kode Etik .........................................70
4.2.2.3 Deskriptif Variabel Tekanan Waktu ..............................................72
4.2.2.4 Deskriptif Variabel Motivasi ........................................................73
4.2.2.5 Deskriptif Variabel Kinerja Auditor ..............................................74
4.2.3 Uji Prasyarat.............................................................................................76
4.2.3.1 Uji Normalitas ..............................................................................76
4.2.3.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................77
4.2.3.2.1 Uji Heterokedastisitas ................................................................78
4.2.3.2.1 Uji Multikolinieritas ..................................................................80
4.2.4 Analisis Regresi Berganda...............................................................................81
4.2.5 Pengujian Hipotesis ........................................................................................82
4.2.5.1 Uji F ......................................................................................................82
4.2.5.2 Uji R2 ...................................................................................................83
4.2.5.3 Uji t .......................................................................................................84
4.2.5.3 Uji r2 .....................................................................................................86
xiv
4.3 Pembahasan ......................................................................................................88
4.3.1 Pengaruh kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu
dan motivasi terhadap kinerja auditor ......................................................89
4.3.2 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor .....................91
4.3.3 Pengaruh persepsi kode etik terhadap kinerja auditor ...........................91
4.3.4 Pengaruh tekanan waktu terhadap kinerja auditor ................................92
4.3.5 Pengaruh motivasi terhadap kinerja auditor .........................................93
BAB V PENUTUP ..................................................................................................94
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................94
5.2 Saran ........................................................................................................95
5.2.1 Saran Praktis .................................................................................95
5.2 2 Keterbatasan Penelitian .................................................................95
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................96
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 103
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Uji Reabilitas ....................................................................... 55
Tabel 3.2 Kategori Kecerdasan Emosional ................................................... 57
Tabel 3.3 Kategori Persepsi Kode Etik ......................................................... 58
Tabel 3.4 Kategori Tekanan Waktu .............................................................. 58
Tabel 3.5 Kategori Motivasi ......................................................................... 59
Tabel 3.6 Kategori Kinerja Auditor .............................................................. 60
Tabel 4.1 Tingkat Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ......................... 67
Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden ....................................................... 68
Tabel 4.3 Deskriptif Kecerdasan Emosional ................................................. 69
Tabel 4.4 Kualifikasi Kecerdasan Emosional ............................................... 70
Tabel 4.5 Deskriptif Persepsi Kode Etik ....................................................... 71
Tabel 4.6 Kualifikasi Persepsi Kode Etik ..................................................... 71
Tabel 4.7 Deskriptif Tekanan Waktu ............................................................ 72
Tabel 4.8 Kualifikasi Tekanan Waktu .......................................................... 73
Tabel 4.9 Deskriptif Motivasi ....................................................................... 73
Tabel 4.10 Kualifikasi Motivasi ................................................................... 74
Tabel 4.11 Deskriptif Kinerja Auditor .......................................................... 75
Tabel 4.12 Kualifikasi Kinerja Auditor ........................................................ 75
Tabel 4.13 Hasil Output Uji Normalitas ....................................................... 77
Tabel 4.14 Hasil Output Uji Glejser ............................................................. 79
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinieritas .......................................................... 80
xvi
Tabel 4.16 Hasil Uji F .................................................................................. 82
Tabel 4.17 Hasil Uji R2 ................................................................................ 83
Tabel 4.18 Hasil Uji t ................................................................................... 84
Tabel 4.19 Hasil Uji r2 ................................................................................. 87
Tabel 4.20 Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis ....................................... 87
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keranga Berfikir ........................................................................ 46
Gambar 4.1 P-Plot Uji Normalitas ................................................................ 70
Gambar 4.2 Scatterplot ................................................................................ 78
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sampel .......................................................................... 104
Lampiran 2. Kisi-kisi instrument penelitian sebelum uji validitas ................ 106
Lampiran 3. Kisi-kisi setelah uji validitas dan reliabilitas .............................. 110
Lampiran 4. Kuesioner penelitian sebelum uji validitas dan reliabilitas ......... 114
Lampiran 5. Kuesioner penelitian setelah uji validitas dan reliabilitas .......... 125
Lampiran 6. Hasil tabulasi validitas dan reliabilitas ...................................... 135
Lampiran7. Hasil tabulasi variabel ............................................................... 141
Lampiran 8. Hasil analisis deskriptif ............................................................ 155
Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 157
Lampiran 10. Hasil uji normalitas ................................................................ 178
Lampiran 11. Hasil uji asumsi klasik ............................................................ 180
Lampiran 12. Hasil uji Regresi berganda ...................................................... 183
Lampiran 13. Surat ijin penelitian ................................................................ 186
Lampiran 13. Surat keterangan telah melakukan penelitian .......................... 187
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi auditor merupakan salah satu profesi yang memiliki peran penting
dalam dunia bisnis. Informasi keuangan yang disajikan pihak manajemen perusahaan
kepada masyarakat, mengandung kemungkinan adanya pengaruh kepentingan pribadi
pihak manajemen dalam penyampaian hasil usaha dan posisi keuangan yang
menguntungkan bagi pihak manajemen, kecurangan, keteledoran serta ketidakjujuran
yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan. Oleh karena itu masyarakat
memerlukan jasa profesional untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan pihak manajemen, disinilah peran auditor diperlukan.
Meningkatnya kebutuhan akan kinerja auditor yang berkualitas pada tingkat
individu maupun perusahaan, mengakibatkan profesi auditor di Indonesia mengalami
perkembangan yang pesat. Meningkatnya kebutuhan jasa audit ini didukung oleh
peraturan yang diterbitkan oleh BAPEPAM No Kep-36/PM/2003 yang menyebutkan
bahwa perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan
yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Adanya peraturan
tersebut, mengakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan di Indonesia yang
membutuhkan jasa auditor yang berkualitas.
Semakin meluasnya kebutuhan jasa yang diberikan auditor sebagai pihak
yang independen, auditor dituntut untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat
2
menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan.
Menurut Mulyadi (2002) akuntan publik (auditor) bertanggung jawab untuk
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat
pengguna laporan keuangan mendapatkan informasi keuangan yang handal sebagai
dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.
Auditor sebagai pihak yang bertanggung jawab atas opini pada laporan
keuangan yang dihasilkan sudah seharusnya merupakan seseorang yang memiliki
kinerja yang profesional dan berperilaku etis sehingga hasil pekerjaannya dapat
dipercaya. Pengguna laporan keuangan akan meragukan kualitas informasi laporan
keuangan yang telah diaudit apabila mereka tidak mempercayai kredibilitas auditor
dalam menyajikan laporan keuangan.
Kinerja auditor dapat dikatakan baik jika dalam pelaksanaan jasa auditnya
sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dalam hal ini adalah
standar auditing. Peningkatan kinerja yang dimiliki oleh seorang auditor dalam
menghadapi persaingan harus terus dilakukan, dengan kinerja yang baik maka hasil
kerja yang dihasilkan akan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik pula.
Adanya kasus yang melibatkan auditor dibelakangnya mengakibatkan
munculnya keraguan oleh masyarakat atas kinerja yang dimiliki oleh auditor.
Menurut siaran pers hasil pemeriksaan kasus laporan keuangan dan perdagangan
saham PT Bank Lippo Tbk tanggal 17 Maret 2003, menunjukkan adanya kinerja
auditor yang kurang maksimal, hal itu ditunjukkan dengan adanya kelalaian yang
dilakukan oleh auditor Drs. Rochjat Kosasih berupa keterlambatan selama tiga puluh
3
lima hari dalam menyampaikan peristiwa penting dan material nilai Agunan Yang
Diambil Alih PT. Bank Lippo Tbk kepada BAPEPAM. Adanya kelalaian tersebut,
merupakan salah satu cerminan rendahnya kinerja auditor karena auditor yang
bersangkutan tidak menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu.
Menurut Gibson (1997) terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
dan perilaku seseorang, yaitu faktor individu yang berasal dari dalam diri seseorang,
faktor organisasi, dan faktor psikologis. Begitu juga dengan perilaku dan kinerja
seorang auditor dapat juga dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Suasana hati dan
suasana tempat kerja yang berubah-ubah, menuntut auditor agar tetap dapat
mengontrol diri serta menjaga suasana hati agar saat melaksanakan tugasnya, auditor
tetap terfokus dengan pekerjaan yang harus diselesaikan. Suasana hati akibat adanya
problem yang ada dalam kehidupan pribadi atau konflik dengan rekan kerja yang lain
terkadang dapat juga terbawa hingga mempengaruhi kinerja auditor tersebut yang
nantinya dapat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa seseorang yang tidak dapat mengontrol diri dengan baik
biasanya memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Menurut Robbins (2002),
orang-orang yang dapat mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan
baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka.
Kecerdasan emosional yang dimiliki auditor akan membantu auditor dalam
berkomunikasi dengan klien dan mengerti apa yang diinginkan klien selama tidak
melanggar kode etik yang berlaku di Indonesia. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa kecerdasan emosional memainkan sebuah peran penting dalam kinerja auditor.
4
Penelitian yang dilakukan Alwani (2007) kinerja auditor dapat dipengaruhi oleh
kecerdasan emosional. Penelitian tersebut mendukung apa yang dikemukakan oleh
McClelland et al (1973) dalam Goleman (1999) yang menunjukkan bahwa faktor
dominan yang menetukan keberhasilan karir bukanlah kecerdasan otak, melainkan
seperangkat kecerdasan lainnya yang kemudian dipopulerkan oleh Goleman (1999)
sebagai kecerdasan emosional. Hal tersebut memperkuat hasil penelitian yang
dilakukan Sojka (2003) dan Hananto (2004) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan
emosional secara signifikan berpengaruh tehadap kinerja auditor. Penelitian tersebut
juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Boyatzis dan Chermiss dalam
Prihandini (2005) bahwa hasil yang didapat dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
auditor yang memiliki skor kecerdasan emosional yang tinggi akan menghasilkan
kinerja yang baik pula, hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan
kuantitas yang diberikan karyawan tersebut terhadap perusahaan.
Menurut Martin dalam Trihandini (2005) kinerja seseorang tidak hanya dilihat
dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai diri dan
mengelola diri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain.
Tidak hanya kecerdasan emosional yang dapat mempengaruhi kinerja seorang
auditor. Sebagai salah satu profesi yang harus tetap menjunjung tinggi profesionalitas
kerja dan kepercayaan terhadap masyarakat, seorang auditor juga terikat dalam suatu
aturan yang disebut dengan kode etik profesi. Kode etik profesi auditor diharapkan
dapat meningkatkan kinerja auditor dalam profesinya. Etika profesi merupakan suatu
prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang, sehingga
5
apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan terpuji dan
meningkatkan martabat dan kehormatan sesorang (Munawir,1995). Hal inilah yang
menarik untuk diperhatikan bahwa profesi akuntan publik ibarat pedang bermata dua.
Disatu sisi auditor harus memperhatikan kredibilitas dan etika profesi, namun disisi
lain auditor juga harus menghadapi tekanan dari klien dalam berbagai pengambilan
keputusan. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan oleh
seorang auditor.
Adanya persepsi kode etik profesi yang dimiliki auditor akan membuat kinerja
yang dihasilkan auditor menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan dengan adanya
pemahaman atau persepsi terhadap kode etik, auditor akan dapat menghindari hal-hal
yang dapat menurunkan kinerja seperti adanya dilemma etika.
Finn et. al. dan Bazerman et.al. dalam Sasongko (2011) menyatakan bahwa
auditor seringkali dihadapkan pada situasi adanya dilema yang menyebabkan dan
memungkinkan auditor tidak dapat independen. Auditor diminta untuk tetap
independen dari klien, tetapi pada saat yang sama kebutuhan mereka tergantung
kepada klien karena fee yang diterimanya, sehingga auditor seringkali berada dalam
situasi yang dilematis. Keadaan yang seperti ini akan berdampak langsung terhadap
kualitas kinerja yang dihasilkan oleh auditor.
Auditor secara sosial juga bertanggung jawab kepada masyarakat dan
profesinya daripada mengutamakan kepentingan pribadi atau kepentingan ekonomis
semata. Situasi seperti ini seringkali dihadapi oleh auditor. Auditor seringkali
6
dihadapkan pada situasi dilema etika dalam pengambilan keputusannya, hal ini tentu
saja akan berakibat pada kualitas kinerja yang dihasilkan. (Tsui,1996).
Kinerja auditor yang profesional dapat ditunjukan melalui adanya
pemahaman, pengetahuan serta pengintepretasian kode etik akuntan publik pada saat
auditor melaksanakan proses audit. Pemahaman kode etik profesi bagi auditor sangat
penting dilakukan guna peningkatan kinerja yang dimiliki oleh seorang auditor.
Karena dengan adanya pemahaman, kemauan, dan pengetahuan yang lebih untuk
menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dapat mengurangi berbagai
pelanggaran etika yang akan mempengaruhi kinerja auditor, (Ludigdo, 2001).
Penelitian yang dilakukan Kusrini (2008) menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara persepsi kode etik terhadap kinerja auditor, hal ini
senada dengan penelitian yanng dilakukan oleh Aryanto (2005) yang membuktikan
bahwa pemahaman kode etik berpengaruh terhadap kinerja auditor. Pemahaman
terhadap kode etik profesi akuntan publik (auditor) akan mengarahkan pada sikap,
tingkah laku, dan perbuatan auditor dalam tugas dan kewajibannya untuk berupaya
menjaga mutu kinerja auditor, serta citra dan martabat profesi auditor.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja auditor, adalah adanya tekanan
waktu. Kondisi tekanan waktu adalah suatu kondisi dimana auditor mendapat tekanan
dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Tekanan waktu yang tidak realistis akan memberikan dampak
tekanan bagi auditor yang secara lansung akan mempengaruhi kinerja auditor.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2008) tekanan waktu
7
berpengaruh terhadap berbagai perilaku auditor yang dapat menyebabkan turunnya
kinerja auditor yang akan berdampak pada turunnya kualitas audit. De Zoort dan Lord
(1997) menyebutkan ketika menghadapi tekanan anggaran waktu, auditor akan
memberikan respon dengan dua cara yaitu dengan menggunakan waktu sebaik-
baiknya dan yang kedua dengan adanya tekanan waktu akan berpotensi menyebabkan
perilaku yang menurunkan kinerja auditor.
Seorang auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik dalam
melaksanakan kinerjanya akan mengalami tekanan waktu atas biaya yang dikeluarkan
oleh klien. Kenyataanya seberapa besar biaya audit membuat pembatasan terhadap
Kantor Akuntan Publik agar dapat melaksanakan penugasan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, Kantor Akuntan Publik akan memerintahkan
auditor agar bekerja pada tekanan waktu tersebut. Auditor yang mengalami tekanan
waktu tentunya akan berakibat pada kinerja yang dihasilkan. Semakin besar tekanan
waktu yang dialami auditor maka kinerja auditor yang dihasilkan menjadi buruk.
Penelitian yang dilakukan Almaretta (2010) menunjukkan bahwa tekanan
waktu dapat berpengaruh terhadap kinerja auditor. tekanan waktu yang diberikan
dapat dijadikan sebagai motivasi dalam melaksanakan proses audit. Hal itu juga dapat
dijadikan auditor sebagai faktor untuk meyakinkan kepada klien bahwa dengan
adanya tekanan waktu yang tinggi, auditor tetap dapat menghasilkan kinerja yang
profesional.
8
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja auditor menurut penelitian
Dwilita (2008) adalah motivasi. Menurut Dwilita (2008) motivasi berpengaruh
terhadap kinerja auditor, ketika motivasi kerja auditor meningkat maka kinerja
mereka pun juga meningkat. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan
Bahagia (2004) bahwa motivasi dapat berdampak terhadap kepuasan kerja seorang
auditor. Menurut Robbins (2002) jika seseorang tidak memiliki motivasi dalam
bekerja, maka penilaian kinerja yang dihasilkan akan kurang memuaskan. Motivasi
akan membuat seseorang meraih kepuasan dalam bekerja. Setiawan dan Ghozali
(2006) menyatakan, tidak ada tugas yang dapat dilaksanakan dengan baik tanpa
didukung oleh kemampuan untuk melaksanakannya. Kemampuan merupakan bakat
individu untuk melakukan tugas yang berhubungan dengan tujuan. Namun,
kemampuan tidaklah menjamin untuk tercapainya kinerja terbaik, seseorang harus
memiliki motivasi untuk mencapai kinerja yang terbaik.
Penelitian kembali mengenai pengaruh kecerdasan emosional, tekanan waktu,
persepsi kode etik dan motivasi terhadap kinerja auditor sangat menarik untuk
dilakukan. Berdasarkan uraian diatas dan beberapa pendapat dari hasil penelitian
terdahulu serta beberapa faktor yang belum pernah dilakukan penelitian dan
keinginan untuk mencari faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja
auditor. Maka pada kesempatan ini penulis ingin melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan waktu dan
Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota
Semarang”.
9
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional, persepsi kode
etik, tekanan waktu, dan motivasi terhadap kinerja auditor ?
2. Apakah terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap
kinerja auditor ?
3. Apakah terdapat pengaruh antara persepsi kode etik terhadap kinerja
auditor ?
4. Apakah terdapat pengaruh antara tekanan waktu terhadap kinerja
auditor?
5. Apakah terdapat pengaruh antara motivasi terhadap kinerja auditor ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh kecerdasan
emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi terhadap kinerja
auditor.
2. Untuk memperoleh bukti secara empiris tentang pengaruh kecerdasan
emosional terhadap kinerja auditor.
3. Untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh persepsi kode
etik terhadap kinerja auditor.
10
4. Untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh tekanan waktu
terhadap kinerja auditor.
5. Untuk memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh motivasi
terhadap kinerja auditor.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual bagi
peneliti maupun penggunannya dalam rangka pengembangan penelitian
selanjutnya serta menambah pengetahuan mengenai faktor yang
mempengaruhi kinerja auditor.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi auditor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kebijakan
untuk auditor mengenai pengaruh kecerdasan emosional, etika profesi,
tekanan waktu, dan motivasi secara parsial terhadap kinerja auditor.
b. Bagi peneliti lain
Dapat digunakan sebagai referensi atau acuan dalam melakukan
penelitian selanjutnya yang sejenis.
c. Sebagai media belajar dalam memecahkan masalah secara ilmiah.
11
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja Auditor
Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang
diberikan kepadanya (Mangkunegaran dalam Kusrini, 2008)
Tingkat dan kualitas kinerja auditor ditentukan oleh beberapa faktor baik
perseorangan maupun lingkungan. Menurut Gibson (1997) terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi kinerja dan perilaku, yaitu faktor individu yang berasal dari dalam diri
seseorang, faktor organisasi, dan faktor psikologis. Faktor individu dapat berupa
motivasi, kemampuan pengetahuan dan ketrampilan, pengalaman, dan sikap. Faktor
organisasi dapat berupa struktur organisasi, pemimpin, rekan sejawat, beban
pekerjaan, rancangan kerja, kondisi kerja.
Kinerja merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil,
tidak terbatas pada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural,
tetapi juga pada keseluruhan jajaran personil dalam suatu organsasi (Ilyas, 2002).
Penilaian kinerja adalah suatu proses menilai hasil karya personil dalam suatu
organisasi melalui instrumen kinerja dan pada hakikatnya merupakan suatu evaluasi
terhadap penampilan kinerja personil dengan membandingkan dengan standar baku
penampilan.
12
Tiffin dan Mc Cormick dalam Widiarti (2007) menyatakan bahwa ada dua hal
yang mempengaruhi kinerja yaitu :
a. Variabel individual, meliputi sikap, karakteristik, kepribadian, sifat-sifat
fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan
dan faktor individual lainnya.
b. Variabel situasional, meliputi (1) faktor fisik yang meliputi metode kerja,
kondisi dan desain perlengkapan kerja, pentaan ruang, dan lingkungan fisik
(penyinaran, temperature, fentilasi) dan (2) faktor sosial dan organisasi,
meliputi peraturan organisasi, sifat organisasi, jenis pelatihan dan
pengawasan sistem upahndan lingkungan sosial.
Menurut Hasibuan (2001) kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan, serta waktu. Kinerja
merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang
pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan
tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi tiga faktor diatas, maka semakin
tinggi pula kinerja seorang auditor.
Menurut Minner dalam Alwani (2009) dimensi kerja adalah ukuran dan
penilaian dari perilaku yang aktual di tempat kerja,dimensi kerja mencakup :
a. Quality of output
Kinerja individu dinyatakan baik apabila kualiatas output yang dihasilkan
lebih baik atau paling tidak sama dengan target yang ditentukan.
13
b. Quantity of output
Kinerja seseorang juga diukur dari jumlah output yang dihasilkan. Seorang
individu dinyatakan mempunyai kinerja yang baik apabila jumlah atau kuantitas
output yang dicapai dapat melebihi atau paling tidak sama dengan target yang telah di
tentukan tanpa mengabaikan kualitas output tersebut.
c. Time work
Dimensi waktu juga menjadi pertimbangan didalam mengukur kinerja
seseorang. Dengan tidak mengabaikan kualitas dan kuantitas output yang harus
dicapai, seorang individu dinilai mempunyai kinerja yag baik apabila individu
tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu atau bahkan melakukan
penghematan waktu.
d. Corporation with other work
Kinerja juga dinilai dari kemampuan seorang individu untuk tetap bersifat
kooperatif dengan pekerja lain yang juga harus menyelesaikan tugasnya masing-
masing.
Menurut Wirawan (2009), kinerja mempunyai hubungan kausal dengan
kompetensi. Kinerja merupakan fungsi dari kompetensi, sikap, dan tindakan.
Kompetensi melukiskan ketrampilan, perilaku, sikap, dan pengalaman untuk
melakukan suatu pekerjaan atau peran tertentu secara efektif. Pengetahuan
melukiskan apa yang terdapat dalam kepala sesorang, mengetahui kesadaran atau
pemahaman mengenai sesuatu, misalnya mengenai pekerjaan. Keterampilan
melukiskan kemampuan yang dapat diukur yang telah dikembangkan melalui praktik,
14
melukiskan perasaan senang atau tidak, senang trhadap objek (orang, benda, atau
pekerjaan).
Menurut Jackson (2002) tedapat beberapa standar kinerja, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Istimewa
Seseorang sangat berhasil pada criteria pekerjaan, sehingga catatan khusus
harus dibuat.
b. Sangat baik
Kinerja pada tingkat ini adalah kinerja yang lebih baik dari rata-rata didalam
unit, dengan menggunakan standard yang umum dari hasil unit itu.
c. Memuaskan
Kinerja pada tingkat ini adalah pada batas waktu atau sedikit diatas standar
minimal. Tingkat kinerja ini adalah yang diharapkan dari seseorang yang sudah
sangat berpengalaman dan sangat kompeten.
d. Rata-rata
Kinerja ini dibawah standard minimal dari dimensi pekerjaan.
e. Tidak memuaskan
Kinerja pada tingkat ini adalah dibawah standard yang diterima, dan ada
perntanyaan serius apakah orang ini mampu meningkatkan diri untuk memenuhi
standar minimal.
15
Indikator yang diguakan dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja auditor
adalah kualitias kerja, kuantitas kerja, pengetahuan tentang pekerjaan, pendapat atau
pernyataan yang disimpulkan, dan perencanaan kerja (Ahmad, 2009).
1. Kualitas kerja
Seperangkat hasil atau nilai yang menitik beratkan pada mutu kerja
apakah sesuai dengan standar kerja atau tidak.
2. Kuantitas kerja
Menitik beratkan kepada hasil seberapa banyak yang dihasilkan
seseorang pada kerja pada satuan waktu atau periode tertentu.
3. Pengetahuam tentang pekerjaan
Kemampuan seseorang dapat dilihat dengan seberapa besar dia
memahami apa yang sedang dikerjakan termasuk tanggung jawab apa yang harus
dilaksanakan.
4. Pendapat atau pernyataan yang disimpulkan.
Kemampuan seorang karyawan untuk mengambil kesimpulan terhadap
ide atau hasil kerja yang diberikan kemudian diterapkan sesuai prosedur kerja.
5. Perencanaan kerja
Merupakan suatu rangkaian kerja untuk melakukan persiapan guna
menunjang pelaksanaan kerja sampai dengan pada pencapaian hasil kerja.
Fungsi dari perencanaan adalah sebagai konsep awal dalam menjalankan alur
kerja yang akan dilaksanakan.
16
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan usaha
yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan dalam menghadapi tugas yang telah
diterima.
2.2 Teori Atribusi
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang.
Apakah perilaku itu disebabkan oleh faktor internal atau faktor eksternal. Misalnya
karakter, sifat, sikap, ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal misalnya tekanan
situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu
(Luthans,2005). Teori atribudi mempelajari proses bagaimana seseorang
menintepretasikan suatu peristiwa, mempelajari bagaimana sseorang
mengintepretasikan alasan atau sebab perilakunya.
Menurut Luthans (2005), teori atribusi mengacu pada bagaimana orang
menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri. Atribusi adalah proses
kognitif dimana orang menarik kesimpulan mengenai faktor yang mempengaruhi atau
masuk akal terhadap perilaku orang lain. Terdapat dua jenis umum atribusi yang ada
pada orang, yaitu atribusi disposisional, yang menganggap perilaku seseorang berasal
dari faktor internal seperti ciri kepribadian, motivasi atau kemampuan, dan atribusi
situasional yang menghubungkan perilaku seseorang dengan faktor eksternal seperti
peralatan atau pengaruh sosial dari orang lain. Fritz Heider juga menyatakan bahwa
kekuatan internal (atribut personal seperti kemampuan, usaha dan kelelahan) dan
kekuatan internal (atribut lingkungan seperti aturan etika dan cuaca) itu bersama-
17
sama menentukan perilaku manusia. Orang akan berbeda perilakunya apabila mereka
lebih merasakan atribut internalnya daripada atribut eksternalnya.
Menurut Kelly dalam Gibson (1994) penentuan atribusi penyebab apakah
seseorang dipengaruhi oleh faktor internal atau eksternal dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu :
1. Konsensus, adalah perilaku yang ditunjukkan jika semua orang
menghadapi situasi yang serupa merespon dengan cara yang sama,
2. Kekhususan, adalah perilaku yang ditunjukkan individu berlainan dalam
situasi yang berlainan.
3. Konsistensi, adalah perilaku yang sama dalam tindakan seseorang dari
waktu ke waktu.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa teori atribusi dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang (auditor). Faktor internal yang dapat
mempengaruhi kinerja auditor diantaranya adalah kecerdasan emosional, persepsi
kode etik, dan motivasi, sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja
auditor adalah tekanan waktu.
2.3 Kecerdasan Emosional
Emosional yang ada pada diri seseorang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang, terkadang apabila tingkat emosional seseorang sedang tidak stabil, akan
mempersulit seseorang untuk berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu. Emosional
18
seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar atau karena ada banyak berbagai
tuntutan yang harus dihadapi.
Menurut John, Robert dan Matteson (2002) kerja emosional dapat
memodifikasi dan mengelola organisasi menjadi efektif. Namun, walau kerja
emosional dapat efektif secara organisasi, mungkin terdapat efek bagi karyawan
secara individual. Beberapa penelitian menemukan bahwa mengelola emosi
merupakan hal yang sangat memancing stress dan mungkin menghasilkan kejenuhan.
Asumsinya adalah bahwa mengelola emosi memerlukan usaha, waktu, dan energi.
Kinerja seseorang tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna,
tetapi juga kemampuan menguasai diri dan mengelola diri sendiri serta kemampuan
dalam membina hubungan dengan orang lain (Martin, 2000) dalam Trihandini
(2005). Chermiss dalam Prihandini (2005) mengungkapkan bahwa walaupun
seseorang memiliki kinerja yang baik, tetapi apabila dia memiliki ifat yang tertutup
dan tidak dapat berinteraksi dengan orang lain dengan baik, maka kinerjanya tidak
akan berkembang.
Ada dua cara bagi seseorang untuk mengelola emosional, pertama melalui apa
yang disebut surface acting, dimana seseorang mengatur ekspresi emosionalnya,
yang kedua melalui deep acting dimana seseorang memodifikasi perasaan untuk
mengekspresikan suatu emosi yang diinginkan. (John, Robert, dan Matteson, 2002).
Menurut Goleman (2001), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan
mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kemampuan ini
19
saling melengkapi dan berbeda dengan kemampuan akademik murni, yaitu
kemampuan kognitif murni yang diukur dengan Intelectual Quetient (IQ).
Goleman (2001) membagi kecerdasan emosional kedalam 5 komponen yaitu
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial. Kelima
komponen tersebut dijadikan penulis sebagai indikator yang digunakan untuk
mengukur variabel kecerdasan emosional dalam penelitian ini.
a. Kesadaran diri
Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu
kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri
dan kepercayaan diri yang kuat.
b. Pengaturan diri
Pengaturan diri adalah menguasai emosi diri sedemikian sehingga berdampak
positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari
tekanan emosi.
c. Motivasi
Motivasi adalah menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan
dan menuntun seseoang menuju sasaran. Motivasi membantu seseorang mengambil
inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan
frustasi.
d. Empati
20
Empati adalah merasakan yang dirasakan orang lain,mampu memahami
prespektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan
diri sendiri dengan berbagai macam orang.
e. Keterampilan sosial
Keterampilan sosial berarti menangani emosi dengn baik ketika berhubungan
dengan orang lain dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi
dengan lancar, menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk mempengaruhi dan
memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perelisihan dan untuk bekerja sama
dan bekerja dalam tim.
Menurut konsep diatas, kecerdasan emosional pada dasarnya merupakan
pengendalian penggunaan emosional pada diri sendiri. Bagaimana seseorang dapat
mengelola emosi yang ada agar menjadi lebih bermanfaat, sehingga sesuatu yang
dikerjakan akan tetap terkendali.
2.4 Persepsi Kode Etik
2.4.1 Persepsi
Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan mengintepretasikan
kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka
(Robbins, 2002). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) persepsi adalah
pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang didapat
atau diterima. Sedangkan persepsi sendiri berasal dari bahasa latin perception yang
artinya penerimaan, pengertian atau pengetahuan.
21
Agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi, yaitu adanya obyek yang dipersepsikan, alat indera atau
reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus, dan adanya perhatian yang merupakan
langkah pertama dalam mengadakan persepsi psikologis (Walgito, Bimo, 1997).
Gibson (1997) menyebutkan bahwa kinerja seorang pegawai (auditor),
dipengaruhi oleh variabel individual dan variabel lingkungan. Secara garis besar,
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang (auditor) adalah:
1. Faktor berasal dari individu itu sendiri, yaitu ketrampilan dan kemampuan,
faktor psikologis yang meliputi motivasi, nilai-nilai, persepsi, sikap dan
kepribadian.
2. Faktor diluar individu atau lingkungan atau faktor situasional yang meliputi
struktur organisasi, kepemimpinan, system imbalan, karakteristik dan
desain pekerjaan.
22
Individual
- K em am puan ketram pilan
- Latar belakang keluarga
- K epribadian - Persepsi - Sikap - C iri-ciri - K apasitas belajar - U m ur - R as - Jenis kelam in -
L ingkungan kerja :
- D esain pekerjaan - Struktur
organisasi - K ebijakan dan
aturan - K epem im pinan - Penghargaan dan
sanksi - Sum ber daya
Lingkungan non kerja
- Ekonom i - K eliarga - K esenangan dan
hobi -
Perilaku
- Pem ecahan m asalah
- Proses berfikir
- K om unikasi
- O bservasi
- Pergerakan -
H asil
- Prestasi jangka panjang dan jangka pendek
- Pengem bangan pribadi
- H ubungan dengan pihak orang lain
Berikut adalah gambaran rerangka perilaku individu :
Sumber : Gibson, Ivancevich, and Donnely (1997) Organisasi Perilaku Struktur,
Proses, edisi ke-8. Erlangga. Jakarta.
Gambar diatas memberikan gambaran atau suatu model yang sederhana tetapi
cukup komprehensif dalam memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
dan tindakan seorang pegawai (auditor) dan hubungannya dengan kinerja yang
dihasilkan. Menurut Gibson (1997) ada dua variabel yang mempengaruhi perilaku
23
dan kinerja individu., yaitu variabel individual yang mencakup kemampuan dan
ketrampilan, latar belakang keluarga. Faktor psikologis (kepribadian, persepsi, sikap
dan nilai-nilai), faktor demografis (pendidikan, umur, suku/ras, jenis kelamin) serta
variabel lingkungan seperti desain pekerjaan, struktur organisasi, kebijakan dan
peraturan perusahaan, gaya kepemimpinan, system penghargaan dan sanksi, sumber
daya atau pendukung lainnya.
Salah satu aspek dari psikologis individu yang perlu diperhatikan dalam
hubungannya dengan kinerja adalah persepsi. Persepsi adalah proses dari seseorang
dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsuran
sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis (Gibson,1997). Setiap orang
akan memberikan arti sendiri terhadap rangsangan yang diterimanya. Persepsi setiap
individu akan berbeda walaupun melihat hal yang sama.
Sementara itu McShane dan Von Glinov dalam Widiarti (2007) membuat
sebuah konseptual tetntang kinerja seseorang yang dikenal denan model MARS yang
merupakan Motivation, Ability, Role perception, dan Situasional factors. Keempat
faktor tersebut secara konsisten dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti nilai,
kepribadian, persepsi, emosional dan sikap, dan tekanan yang dipersepsikan.
Keempat faktor yang melatarbelakangi kinerja seseorang harus hadir secara
bersama-sama untuk suatu tujuan. Kemampuan seseorang tidak akan berarti apa-apa
tanpa adanya persepsi yang jelas akan peranannya dalam situasional yang kondusif.
24
Persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur
dan mengintepretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman
yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran
yang berarti atas apa yang dipersepsikannya.
Jadi dalam konteks penelitian ini persepsi dapat diartikan sebagai penerimaan
atau pandangan auditor melalui proses yang didapat dari pengalaman dan
pembelajaran sehingga auditor mampu untuk memutuskan mengenai suatu hal yang
dapat mempengaruhi kinerja yang dihasilkan.
2.4.2 Kode Etik Akuntan
Kode Etik Akuntan adalah norma yang mengatur hubungan antara akuntan
dengan kliennya, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan
masyarakat.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus
memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral yang
mengatur tentang perilaku professional (Agus, 2004) dalam Herawaty dan Susanto
(2010). Pada kode etik profesi akuntan diatur mengenai berbagai masalah, baik
masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis
pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor. Etika profesional dikeluarkan oleh
organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik
profesinya bagi masyarakat. Menurut Wikipedia kode etik profesi akuntan publik
adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota akuntan publik Indonesia dan
staf profesional yang bekerja pada suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).
25
Maryani dan Ludigdo (2001) menjelaskan bahwa kode etik adalah
seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik
yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok
atau segolongan masyarakat atau profesi. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada
karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan
keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Pada kode etik profesi akuntan diatur
mengenai berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri
auditor, maupun standar teknis pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor.
Kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga,
menjunjung dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggung
jawab, berintegritas, bertindak secara objektif dan menjaga independensinya terhadap
kepentingan berbagai pihak dan hati-hati dalam menjalankan profesi.
Seorang auditor harus menaati kode etik profesi akuntan publik untuk
menjamin bahwa kinerja yang dimiliki dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan
kode etik akuntan publik yang berlaku di Indonesia. Adanya persepsi terhadap kode
etik akuntan publik, akan mendorong auditor untuk memiliki kinerja yang baik.
Finn et.al., (1988) menyatakan bahwa akuntan seringkali dihadapkan pada
situasi adanya dilemma etika yang menyebabkan dan memungkinkan auditor tidak
dapat bersikap independen. Untuk menjaga kualitas kinerjanya, auditor diminta untuk
tetap bersikap independen terhadap klien. Namun dalam kondisi yang sama,
kebutuhan mereka tergantung kepada klien karena bonus yang diterimanya, sehingga
seringkali auditor berada dalam situasi yang dilema. Hal ini tentu akan
26
mempengaruhi kinerja auditor. Secara sosial auditor juga bertanggungjawab kepada
masyarakat dan profesinya daripada mengutamakan kepentingan pribadi atau
kepentingan ekonomis semata. Situasi seperti ini sangat sering dihadapi oleh auditor.
Seorang auditor yang memiliki persepsi kode etik yang baik dalam
melaksanakan proses audit maka akan memiliki kinerja yang lebih baik. Menurut
Cohen et.al (1998) dalam Alfianto (2002) akuntan adalah profesi yang memberi
informasi bagi pembuatan keputusan masyarakat dan sebagai seorang profesional,
akuntan memiliki kewajiban untuk menyajikan informasi keuangan yang handal.
Untuk melaksanakan kewajibanya tersebut secara profesional, perilaku akuntan harus
konsisten dengan kode etik. Persepsi yang tinggi terhadap kode etik akan menjadikan
auditor untuk bertindak sesuai dengan kode etik dan kualitas kinerja yang dihasilkan
pun akan maksimal.
Indikator yang digunakan untuk mengukur etika profesi dalam penelitian ini
adalah prinsip etika dan aturan etika (Kusrini, 2008). Berdasarkan standar profesi
akuntan publik 1 Januari 2009 Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Kesatu : Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai professional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
27
b. Prinsip Kedua : Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
c. Prinsip Ketiga : Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
d. Prinsip Keempat : Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e. Prinsip Kelima : Kompetensi dan kehati-hatian profsional
Setiap anggota harus menjalankan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,
kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legalisasi dan
teknik yang paling mutakhir.
f. Prinsip Keenam : Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
28
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban
professional atau hukum untuk mengungkapkannya.
g. Prinsip Ketujuh : Perilaku professional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Prinsip Kedelapan : Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesua dengan standar
profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit akan meningkat jika profesi
akuntan publik dapat menerapkan seluruh standar mutu yang tinggi terhadap
pelaksanaan pekerjaan audit yang dilaksanakan anggota profesi tersebut. Prinsip etika
profesi akuntan yang telah disebutkan diatas, merupakan ketetapan yang harus
dipatuhi oleh seorang akuntan publik. Sedangkan Aturan Etika terdiri dari :
1. Aturan Etika Nomor 100 tentang Independensi, Integritas, dan Objektivitas
101. Independensi
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur
dalam standar profesional akuntan publik yang diterapkan IAI. Siap independen
tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan
(in appearance).
29
102. Integritas dan objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas
dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak
boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang
diketahuinya atau mengalihakan pertimbangannya pada pihak lain.
2. Aturan nomor 200 tentang standar umum dan prinsip akuntansi
201. Standar Umum
Anggota KAP arus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang
terkait yang dikeluarkan oleh badan pengantar standar yang ditetapkan IAI.
1. Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh memberikan jasa profesional
yang secara layak diharapkan data diselesaikan dengan kompetensi profesional.
2. Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib melakukan
pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.
3. Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi
secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
4. Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang
memadai untuk menjadikan dasar yang layak bagi sipulan atau rekomendasi
sehubungan denga pelaksanaan jasa profesionalnya.
202. Kepatuhan terhadap standar
Anggota KAP yang melaksanakan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi
konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi
standar yang dikeluarkan oelh badan pengatur standar yang ditetpakan oleh IAI.
30
203. Prinsip-prinsip akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan :
1. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laopran keuangan atau
data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum atau.
2. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku, apabila laporan atau data tersebut memuat
penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan keunagna atau data
secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan
penagtur standar yang ditetapkan oleh IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan
atau data mungkin memuat penyimpangan tersebut diatas. Dalam kondisi
tersebut, anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan
menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara
mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya, serta alasan mengapa
kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berterima umum akan menghasikan
laporan yang menyesatkan.
3. Aturan etika nomor 300 tentang tanggung jawab kepada klien.
301. informasi klien yang rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia,
tanpa persetujuan klien. Ketentuan ini dimaksudkan untuk :
31
(1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan
aturan etia kepatuhan terhadap standard an prinsip-prinsip akuntansi.
(2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundabg-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi
penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap
ketentuan peraturan yang berlaku.
(3) Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai
dengan kewenangan IAI.
(4) Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian
komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk oleh IAI-
KAP dalam rangka penegakan disiplin anggota.
Anggota yang terlibat dalam penyelidikan dan review diatas, tidak boleh
memanfaatkannya untuk kepentingan diri priadi mereka atau mengungkapkan
informasi klien yang harus dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan
tugasnya. Larangan ini tidak boleh membatasi anggota dalam pemberian informasi
sehubungan dengan proses penyidikan atau penegakan disiplin sebagaimana telah
seperti telah diungkapakan dalam butir (4) diatas atau review praktik profesional
(review mutu) seperti telah disebutkan dalam butir (3) diatas.
302. Fee profesional
1. Besarnya fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko
penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan
32
untuk melaksanakanjasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimbangan profesional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara
menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
1. Fee Kontijen
Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil
tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
Fee dianggap tidak kontijen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur
atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyidikan hokum
atau temuan badan pengatur, anggota KAP tidak diperkenankan untuk
menetapkan fee kontijen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi
independensi.
4. Aturan Etika nomor 400 tentang tanggung jawab kepada rekan seprofesi.
401. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi.
Anggota wajib memelihara citra profesi dengan tidak melakukan
perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
402. Komunikasi antara akuntan publik
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengn akuntan publik terdahulu
bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan
publik terdahulu. Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis
permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
33
403. Perikatan Atestasi
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi
yang jenis atestasi dan periode sama dengan periatan yang dilakukan akuntan
yang lebih dulu ditunjuk oleh klien, kecuali apabila perikatan tersebut
dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan
yang dibuat oleh badan yang berwenang.
5. Aturan etika nomor 500 tentang tanggung jawab dan praktik lain.
501. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan.
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau mengucapkan
perkataan yang mencemarkan profesi.
502. Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya.
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan
mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan
kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
503. Komisi dan Fee Reveral.
(1) Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk
lainnya yang diberikan atau diterima dari klien atau pihak lain untuk memperoleh
perikatan dari klien atau pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk
memberikan atau menerima komisi apabila pemberian/ penerimaan tersebut
dapat mengurangi independensi.
(2) Fee Reveral (Rujukan)
34
Fee reveral (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan atau diterima
kepada atau dari sesame penyedia jasa profesional akuntan publik. Free reveral
hanya diberikan bagi sesama profesi.
(3) Bentuk Organisasi dan KAP
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi
yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau tidak
menyesatkan dan merendahkan citra profesi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi kode etik adalah
pemahaman, pengintepretasian, dan penerapan seorang auditor pada kode etik profesi
aukuntan publik (auditor).
2.5 Tekanan waktu
Alokasi waktu yang sangat terbatas, akan menyebabkan auditor bekerja secara
tergesa- gesa dan dapat menurukan kinerja auditor. Hal ini akan mempengaruhi
tingkat kinerja auditor, contohnya auditor kurang teliti dalam pendekteksian salah saji
dalam laporan keuangan, mereview dokumen tidak secara maksimal, bekerja tidak
sesuai prinsip akuntansi yang ditetapkan, kurang fokus dalam menerima penjelasan
dari klien, ataupun tidak melakukan prosedur yang seharusnya dilakukan.
Suatu audit laporan keuangan yang dilakukan GAAS memiliki jumlah
keterbatasan yang melekat. Salah satunya adalah bahwa auditr bekerja dalam suatu
keterbatasan ekonomi yang wajar. Berikut ini adalah dua batasan ekonomi penting
yang dimaksud (Boynton, et. al, 2002):
35
1. Biaya yang memadai, pembatasan biaya audit dapat menimbulkan terbatasnya
pengujian atau penarikan sampel dari catatan akuntansi atau data pendukung yang
dilakukan secara selektif.
2. Jumlah waktu yang memadai, biasanya laporan auditor akan terbit b3-5
minggu setelah tangggal neraca. Hambatan waktu ini dapat mempengaruhi jumlah
bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan transaksi setelah tanggal neraca yang
berdampak pada laporan keuangan.
Oleh karena itu auditor dituntut untuk melakukan efisiensi biaya dan waktu
dalam melaksanakan proses audit. Akhir-akhir ini tuntutan tersebut semakin besar
dan menimbulkan time pressure atau tekanan waktu. Tekanan waktu yang diberikan
oleh KAP kepada auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya auit. Semakin cepat
waktu pengerjaan audit, maka biaya pelaksanaan audit akan semakin kecil.
Keberadaan tekanan waktu ini memaksa auditor untuk menyelesaikan tugasnya
secepat mungkin sesuai dengan waktu yang diberikan. Adanya tekanan waktu yang
diberikan kepada auditor, secara langsung akan berpengaruh terhadap kinerja yang
dihasilkan.
Tekanan waktu merupakan suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut
untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran yang sangat ketat dan kaku
(Raghunatan,1991). Kondisi tekanan waktu (time pressure) adalah suatu kondisi
dimana auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat
menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
36
Kelly et al. dalam Suryanita dkk (2006) membedakan antara time budget
pressure dan time deadline dengan meneliti dampak keduanya terhadap perilaku
auditor.
1. Time budget pressure adalah keadaan yang menunjukan auditor dituntut
untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang sangat ketat dan
kaku, hal ini dilakukan oleh adanya jumlah waktu yang telah dialokasikan
dalam melengkapi audit tertentu.
2. Time deadline pressure adalah usaha pengurangan waktu dalam pekerjaan
audit, hal ini timbul oleh adanya kebutuhan untuk melengkapi tugas audit
berdasarkan pedoman waktu tertentu.
Adanya tekanan waktu menyebabkan seseorang dituntut untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan dengan segera, dan apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan
menimbulkan konflik karena waktu yang telah ditentukan untuk suatu pekerjaan audit
terlewati sehingga kinerja yang dihasilkan pun kurang maksimal.
Pada praktiknya, adanya tekanan waktu digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini menimbulkan
tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Penetapan waktu yang tidak realistis pada tugas audit khusus akan
berdampak kurang efektifnya pelaksanaan audit atau auditor pelaksana cenderung
mempercepat pelaksanaan tes. Sebaliknya bila waktu yang diberikan terlalu lama hal
ini akan berdampak negatif pada biaya dan efektifitas pelaksanaan audit. Dibawah
tekanan waktu yang sangat terbatas, auditor dituntut untuk tetap memiliki kinerja
37
yang profesional dalam melaksanakan proses pengauditan. Kinerja auditor akan
berdampak pada laporan hasil auditan. Semakin baik kinerja auditor, maka hasil
auditan akan semakin objektif, begitu juga sebaliknya (Ventura, 2001).
Menurut Almaretta (2010) pengukuran kinerja melalui tekanan waktu dapat di
ukur melalui ketepatan waktu, pemenuhan target dengan waktu yang ditentukan,
kelonggaran waktu audit, dan beban yang ditanggung dengan keterbatasan waktu.
Kelima hal tersebut dijadikan penulis sebagai indikator dalam penelitian ini.
2.6 Motivasi
Untuk meningkatkan kinerja seseorang, diperlukan motivasi yang kuat agar
tujuan dalam bekerja dapat tercapai. Motivasi merupakan dorongan bagi seseorang
dalam bekerja. Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan, keinginan,
sebab, atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Menurut Manullang (1982),
motivasi adalah pemberian kegairahan bekerja kepada karyawan. Dengan pemberian
motivasi dimaksudkan pemberian daya perangsang kepada karyawan yang
bersangkutan, agar karyawan tersebut bekerja dengan segala upaya.
Menurut Robbins (2002) motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu
dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu.
Orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang
tidak. Menurut Handoko (1999) motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna tujuan.
38
Biasanya orang bertindak karena suatu alasan untuk mencapai tujuan. Menurut
Ahmadi dalam Dwilita (2009) motivasi lahir dari adanya suatu tuntutan atau
dorongan terhadap pemenuhan kebutuhan individu dan tuntutat atau dorongan yang
berasal dari lingkungan kemudian diimplementasikan dalam bentuk perilaku. Hasil
dari perilaku yang positif inilah yang nantinya bias disebut prestasi. Kebutuhan dapat
dipandang sebagai kekurangan yang menuntut adanya pemenuhan untuk segera
mendapat keseimbangan. Situasi kekurangan ini berfungsi sebagai suatu kekuatan
atau dorongan alasan yang menyebabkan seseorang bertindak untuk memenuhi
kebutuhan.
Ada beberapa alasan seseorang mau melakukan atau termotivasi dalam
bertindak sesuai keinginan atau standar yang ada. Berdasarkan peneletian yang
terdahulu diketahui bahwa alasan seseorang termotivasi untuk melakukan suatu
kegiatan adalah karakter, kebutuhan, dan tujuan individu sehingga hal-hal tersebut
merupakan dasar dalam menyusun pola motivasi.
Perkembangan penelitian mengenai motivasi telah banyak teori-teori yang
mengungkapkan tentang motivasi seseorang. Salah satunya adalah teori kebutuhan
Maslow. Inti dari teori ini bahwa kebutuhan dapat disusun dalam bentuk hirarki,
dimulai dari kebutuhan fisologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan
sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Kelima hal tersebut
dijadikan penulis sebagai indikator untuk pengukuran variabel motivasi.
1. Kebuthan fisiologis
39
Merupakan kebutuhan yang sifatnya untuk mempertahankan diri seperti
pemenuhan kebutuhan pokok, paling kuat dan paling jelas disbanding
kebutuhan yang lainnya. Kebutuhan dasar tersebut meliputi kebutuhan
pangan, ssndang, papan, tidur dan oksigen.
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
Merupakan kebutuhan keteraturan, stabilitas, menghindari hal-hal yang
sifatnya asing dan yang tidak diharapkan, serta hal-hal yang menyangkut
hidup dan mati. Misalnya keselamatan saat berada di tempat kerja, apakah
auditor merasa nyaman berada di lingkungan tempat kerja.
3. Kebutuhan sosial
Merupakan kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki dan
dimiliki. Hal ini dapat diwujudkan saat seseorang berada disekitar rekan
kerjanya, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa kasih saying, perhatian,
di tengah kelompoknya.
4. Kebutuhan penghargaan
Setiap orang memiliki dua kategori penghargaan, yaitu :
a. Harga diri, meliputi kebutuhan akan percaya diri, kompetensi,
penguasaan kecukupan, prestasi, ketidakketergantungan dan kebebasan.
b. Penghargaan dari orang lain, meliputi prestise, pengakuan, penerimaan,
kedudukan, nama baik serta penghargaan atas prestasi yang dimiliki.
40
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Merupakan suatu hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuanya
sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
Sebagai individu ebutuhan masing-masing auditor berbeda-beda. Jika
seorang auditor memiliki motivasi dalam bekerja, dia akan lebih baik dan
kecil kemungkinan dia akan melakukan tindakan yang dapat menurunkan
kinerja, karena kebutuhan yang menjadi latar belakang perilaku yang
dilakukannya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
dorongan seseorang dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai suatu kebutuhan
tertentu. Seorang auditor yang memiliki motivasi terhadap pekerjaannya akan bekerja
dengan sungguh-sungguh hingga menghasilkan kinerja yang baik.
2.7 Kerangka Berpikir
Proses hidup dan kehidupan pembentukan perilaku seseorang dipengaruhi
oleh faktor pada diri sendiri dan faktor lingkungan. Ada yang berperilaku baik dan
ada yang buruk. Begitu juga dalam melakukan pekerjaan, ada yang malas dan ada
yang rajin, ada yang produktif dan ada yang tidak produktif bahkan ada yang senang
dengan tantangan pekerjaan dan ada yang berusaha menjauhi tantangan pekerjaan
serta ada yang berambisi untuk kepentingan pribadi yang kuat dan ada juga yang
41
lemah. Data empiris menunjukan bahwa seseorang dalam bekerja dipengaruhi oleh
faktor individu dan lingkungan.
Profesi auditor merupakan salah satu jenis pekerjaan yang dituntut untuk
bersikap professional dan terhindar dari segala bentuk penyimpangan selama proses
audit berlangsung agar hasil auditan berkualitas. Kualitas audit yang dihasilkan
dipengaruhi oleh kinerja yang dimilki oleh auditor. Kinerja auditor dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik dari individu auditor itu sendiri maupun dari lingkungan
tempatnya bekerja. Adanya tekanan dan suasana lingkungan yang tidak kondusif,
akan mengakibatkan kinerja auditor yang rendah, atau bahkan terjadi penyimpangan
sehingga akan berdampak pada kualitas hasil auditan yang buruk. Kinerja sendiri
merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakannya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan
kepadanya. Seorang auditor harus mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja
yang dimilikinya. Hal ini sangat penting karena dengan semakin tinggi kinerjanya
maka hasil audit yang dihasilkan akan semakin berkualitas. Tingkat kinerja yang
rendah dapat mengakibatkan potensi kesalahan dan kurangnya kredibiltas.
Campbell et.al., (1998) menyatakan bahwa kinerja (performance) sebagai
sesuatu yang tampak, dimana individu relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja yang
baik merupakan salah satu sasaran organisasi dalam mencapai produktivitas kerja
yang tinggi. Tercapainya kinerja yang baik tidak lepas dari kualitas sumber daya
manusia yang baik pula. Hal ini dipertegas oleh Hellriegel (2001) bahwa kinerja yang
baik dicapai saat tujuan yang diinginkan telah tercapai, moderator (kemampuan,
42
komitmen, dan motivasi) telah tersedia, dan mediator (petunjuk, usaha, ketekunan,
dan strategi) telah dijalankan.
Suatu model yang melahirkan pemikiran teoritis mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan kinerja auditor adalah penelitian yang dilakukan oleh Alwani
(2007) mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan kinerja auditor. Dari hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap
kinerja auditor. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayogya (2004)
yang mengungkapkan bahwa prestasi kinerja auditor yang optimal dapat dicapai jika
seorang auditor tersebut memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Kecerdasan
emosional menjadi penting karena kecerdasan emosional turut menentukan seberapa
baik seseorang menggunakan ketrampilan-ketrampilan yang dimiliki. Apabila
seseorang mampu menggunakan ketrampilan yang dimiliki secara maksimal, maka
kinerja yang dihasilkan akan meningkat. Pada berbagai situasi, saat proses
pengauditan berlangsung seorang auditor harus tetap terfokus terhadap apa yang
sedang dikerjakannya. Walaupun auditor tersebut sedang menghadapi konflik dengan
orang lain sekalipun.
Menurut Sy (2004) karyawan (auiditor) yang secara emosional cerdas akan
dapat memahami bagaimana emosi terjadi, dapat mengatur emosinya, mengurangi
emosi tidak produktif yang menjadi penghalang dalam bekerjasama, serta mengambil
langkah-langkah produktif untuk mencapai keberhasilan dalam bekerja. Senada
dengan hal tersebut Howes dan Herald (1999) berpendapat bahwa pada intinya
43
kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar
menggunakan emosi.
Karakteristik lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja auditor adalah adanya
persepsi kode etik yang dimiliki oleh auditor. Menurut penelitian yang dilakukan
Kusrini (2008) persepsi kode etik profesi dapat mempengaruhi kinerja auditor.
Pemahaman kode etik akan mengarahkan pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan
auditor dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Sebagai seorang auditor yang
professional, auditor harus mematuhi kode etik profesi yang telah digelutinya.
Auditor harus bersikap independen, dan taat terhadap kode etik agar kredibilitasnya
tetap terjaga. Masyarakat akan menghargai profesi yang menerapkan standar mutu
yang tinggi dalam pekerjaannya.
Studi yang dilakukan Purba (2009) menunjukan bahwa kode etik
berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini mempertegas
penelitian Tamin (2004) dengan berkembangnya pemahaman terhadap budaya etika
yang tinggi, maka akan terbentuk sikap, perilaku yeng etis, bermoral, profesional,
disiplin, hemat, hidup sederhanan, jujur, produktif, menghargai waktu, menjadi
panutan dan teladan, serta mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Adanya
perspsi kode etik yang baik bagi auditor akan meningkatkan kinerja yang dimiliki
oleh auditor. aik.
Kode etik profesi merupakan suatu prinsip moral dan pelaksanaan aturan-
aturan yang member pedoman dalam berhubungan dengn klien, masyarakat, anggota
sesame profesi serta pihak yang berkepentingan lainnya. Kode etik berupa aturan
44
umum mengenai tingkah laku yang baik atau aturan-aturan khusus yang tidak boleh
dilakukan. Adanya persepsi kode etik profesi bagi auditor diharapkan dapat
membantu para akuntan public (auditor) untuk mencapai mutu kinerja saat proses
pemeriksaan pada tingkat yang diharapkan.
Hal lain yang dapat mempengaruhi kinerja auditor adalah tekanan waktu yang
dimiliki oleh auditor. Kebanyakan seseorang akan merasa tertekan saat mengerjakan
tugas dengan waktu yang terbatas. Terkadang kualitas kinerja seorang auditor akan
menurun dikarenakan tekanan waktu yang tidak realistis. Pada saat proses
pengauditan, terkadang akan muncul permasalahan. Masalah ini timbul ketika adanya
tekanan waktu yang tinggi (time pressure) yang disediakan untuk melaksanakan
penugasan audit. Keterbatasan ini akan memberikan tekanan bagi auditor dalam
melaksanakan penugasan audit. Tekanan waktu merupakan salah satu faktor eksternal
yang dapat menimbulkan stress kerja yang secara otomatis akan mempengaruhi
kinerja auditor.
Penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2008) menyebutkan bahwa tekanan
waktu audit memiliki pengaruh terhadap berbagai perilaku auditor yang dapat
menyebabkan turunya kinerja auditor yang akan berdampak pada turunnya kualitas
audit. Tekanan yang diberikan oleh manajemen dalam menentukan anggaran waktu
diperkirakan merupakan faktor yang signifikan yang dapat mempengaruhi perilaku
auditor. De Zoort dan Lord (1997) menyebutkan ketika menghadapi tekanan
anggaran waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan waktu sebaik-baiknya dan yang kedua dengan adanya tekanan waktu
45
akan berpotensi menyebabkan perilaku yang menurunkan kinerja auditor dan
berakibat turunnya kualitas audit. Hasil penelitian Alderman dan Deitrick (1982)
menyebutkan bahwa kendala anggaran waktu merupakan faktor utama yang
mendorong auditor melakukan perilaku yang menyimpang.
Pada setiap individu, motivasi merupakan salah satu faktor yang penting
unutk mencapai kinerja yang maksimal. Motivasi dapat memberikan kenyamanan
dalam pribadi dan semangat kerja yang lebih baik. Bagi seorang auditor, dengan
memiliki motivasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja yang dimilikinya.
Adanya harapan akan jabatan atau gaji yang lebih tinggi akan merangsang auditor
untuk bekerja lebih agar hasil kerja dapat maksimal. Motivasi pada seorang auditor
akan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan standar yang berlaku dan sesuai dengan yang diharapkan. Kenyamanan dan
kesenangan auditor dalam bekerja akan memacu auditor untuk bekerja lebih baik
guna menghasilkan kinerja yang optimal.
Motivasi yang dimiliki dapat digunakan sebagai alasan mengapa seseorang
ingin melakukan suatu pekerjaan. Auditor yang memiliki motivasi tinggi akan dapat
melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik dibanding auditor yang tidak memiliki
motivasi. Setiap orang mempunyai sesuatu yang dapat memicu baik itu berupa
kebutuhan material, emosional, spiritual maupun nilai-nilai keyakinan tertentu.
Studi yang dilakukan Prasanti (2008) menyimpulkan bahwa motivasi dapat
memperbaiki kinerja lebih tinggi pada auditor yang kurang berpengalaman. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Dwilita (2009) bahwa motivasi mepengaruhi
46
kinerja auditor, ketika motivasi para auditor meningkat maka kinerja mereka juga
akan meningkat. Pengaruh motivasi ini hanya berasal dari motivasi akan penghargaan
sedangkan motivasi akan kebutuhan yang lainnya tidak menjadi prioritas bagi para
auditor, sehingga ketika peningkatan motivasi tersebut tidak berkaitan dengan
kebutuhan akan penghargaan maka tidak akan mengakibatkan peningkatan terhadap
kinerja para auditor. Menurut Lee (2000) orang akan menyukai pekerjaannya jika
mereka termotivasi untuk pekerjaan itu dan secara psikologi bahwa pekerjaan yang
dilakukan adalah berarti, ada rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan yang dilakukan
dan pengetahuan mereka tentang hasil kerja, sehingga hasil pekerjaan akan
meningkatkan motivasi, kepuasan kerja dan kinerja.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka rerangka
pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Kinerja Auditor (Y)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Kinerja Auditor (Y)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Kinerja Auditor (Y)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kecerdasan Emosional
(X1)
Kinerja Auditor (Y)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kinerja Auditor (Y)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
Kinerja Auditor (Y)
Motivasi (X4)
Tekanan waktu (X3)
Persepsi Kode Etik (X2)
(X2)
47
2.8 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, dan tinjauan teoritis,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. H1: Terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional, persepsi kode etik,
tekanan waktu, dan motivasi tehadap kinerja auditor.
2. H2:Terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap kinerja
auditor.
3. H3:Tterdapat pengaruh antara persepsi kode etik terhadap kinerja auditor.
4. H4: Terdapat pengaruh antara tekanan waktu terhadap kinerja auditor
5. H5: Terdapat pengaruh antara motivasi terhadap kinerja auditor.
48
48
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian (Arikunto,1996). Populasi
dalam penelitian ini adalah para auditor yang terdaftar dan bekerja di KAP yang
terdapat di kota Semarang pada tahun 2011. Alasan penentuan KAP di Kota
Semarang dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kota Semarang merupakan ibu
kota provinsi Jawa Tengah sehingga perputaran perekonomian yang terjadi juga
sangat tinggi. Kota Semarang memiliki 18 kantor akuntan publik dengan populasi
sebanyak 285 auditor. Tabel nama dan alamat Kantor Akuntan Publik di kota
Semarang dapat dilihat pada lampiran 1.
3.1.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi, sampel terdiri atas sejumah anggota
yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling, yaitu pengumpulan
informasi dari anggota populasi yang dengan senang hati bersedia memberikannya
(Sekaran, 2006). Alasan menggunakan metode ini adalah karena keterbatasan jumlah
auditor yang tidak dapat ditemui untuk dijadikan responden yang dikarenakan
kesibukan.
49
Auditor yang bersedia untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak
54 responden yang berasal dari 11 kantor akuntan publik di Kota Semarang. Tabel
daftar KAP dan jumlah auditor yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada lampiran 2.
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada
nilai. Nilai bias berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau
pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. (Sekaran,2006).
Variabel dalam peneitian ini adalah:
3.2.1 Variabel Terikat (Y)
Variable terikat atau variabel Y adalah sejumlah faktor atau unsur yang
dipengaruhi oleh variabel bebas.
3.2.1.1 Kinerja Auditor
Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan,2001). Kinerja (job
performance) diukur dengan menggunakan indikator penilaian kualitas kerja,
kuantitas kerja, pengetahuan tentang pekerjaan, pendapat atau parnyataan yang
disimpulkan, dan perencanaan kerja. Persepsi responden terhadap indikator tersebut
50
diukur dengan lima point skala likert dari “sangat tidak setuju” sampai “sangat
setuju”.
3.2.2 Variabel bebas (X)
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik itu
secara positif atau negatif, serta sifatnya dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel bebas ialah kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan
waktu, dan motivasi.
3.2.2.1 Kecerdasan Emosional (X1)
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenal perasaan diri
sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan
baik dalam diri kita dan hubungan kita. (Goleman, 2001). Kecerdasan emosional
diukur dengan indikator kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
ketrampilan sosial. Persepsi responden terhadap variabel tersebut diukur dengan lima
poin skala likert dari “sangat tidak setuju” hingga “sangat setuju”.
3.2.2.2 Persepsi Kode Etik (X2)
Persepsi menurut kamus besar bahasa Indonesia (1991) merupakan tanggapan
secara langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa
hal melalui panca inderanya. Sedangkan kode etik akuntan adalah norma perilaku
yang mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan dengan
51
sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat (Sihwahjoeni dan Gudono,2000).
Persepsi kode etik auditor diukur dengan menggunakan indikator prinsip etika dan
aturan etika yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Kusrini (2008).
Persepsi responden terhadap variabel tersebut diukur dengan lima poin skala likert
dari “sangat tidak setuju” hingga “sangat setuju”.
3.2.2.3 Tekanan Waktu (X3)
Kondisi tekanan waktu adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan
tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan (Maulina et.al.2010). Indikator dalam variabel ini
diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Almaretta (2010) yaitu ketepatan waktu,
pemenuhan target dengan waktu yang ditentukan, kelonggaran waktu audit, dan
beban yang ditanggung dengan keterbatasan waktu. Persepsi responden terhadap
variabel tersebut diukur dengan lima poin skala likert dari “sangat tidak setuju”
hingga “sangat setuju”.
3.2.2.4 Motivasi (X4)
Motivasi merupakan dorongan-dorongan individu untuk bertindak yang
menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada
tujuan (Hellriegel, 2001). Indikator dalam variabel ini menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
52
Persepsi responden terhadap variabel tersebut diukur dengan lima poin skala likert
dari “sangat tidak setuju” hingga “sangat setuju”.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan (Nazir,2005). Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan metode distribusi langsung (direct distribution method) yaitu mendatangi para
responden secara langsung untuk menyerahkan maupun mengumpulkan kembali
kuesioner. Kuesioner berisi data demografi responden dan pertanyaan-pertanyaan
data yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu,
motivasi dan kinerja auditor yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini.
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1. Data Diri Responden
Data diri responden berisi beberapa pertanyaan tentang identitas
responden. Pernyataan tersebut meliputi nama, jenis kelamin, jabatan,
pendidikan terakhir, lama pengalaman kerja responden.
2. Pernyataan mengenai kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan
waktu, motivasi dan kinerja auditor.
Bagian ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai kecerdasan
emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, motivasi dan kinerja auditor.
53
Jenis pernyataan bersifat tertutup, responden hanya memberi tanda chek list
(√) pada jawaban yang tersedia.
Penggunaan kuesioner dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari
responden. Adapun cara pengumpulan data adalah dengan membuat daftar
pertanyaan tertulis yang bersifat tertutup yang artinya jawaban alternatif telah tersedia
dan mencerminkan skala tertentu (skala interval). Skala interval dalam penelitian ini
menggunakan skala likert.
Skala yang diberikan pada alternativ pilihan jawaban pada angket adalah
sebagai berikut :
1. Jawaban“sangat tidak setuju” mendapat skor 1
2. Jawaban “tidak setuju” mendapat skor 2.
3. Jawaban “netral” mendapat skor 3.
4. Jawaban “setuju” mendapat skor 4.
5. Jawaban “sangat setuju” mendapat skor 5.
Sedangkan karakteristik pengumpulan data dengan menggunakan angket
adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data yang relevan dengan indikator penelitian yang diperoleh
melalui daftar pertanyaan yang dibagi pada responden.
54
2. Jawaban yang sudah diperoleh kemudian dilihat skornya kemudian dimasukkan
dalam daftar data tabulasi. Data yang tertabulasi inilah yang kemudian dihitung
dengan uji statistik yang sesuai.
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan program SPSS16. Menurut Sugiyono (2000) kesimpulan penelitian berupa
jawaban atas pemecahan masalah penelitian, dibuat berdasarkan hasil proses
pengujian data yang meliputi pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Oleh karena
itu kesimpulan tergantung pada kualitas data yang dianalisis dan instrument yang
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Ada dua konsep untuk mengukur
kualitas data, yaitu :
3.4.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner
dalam mengkur suatu konstruk, dan apakah dimensi-dimensi yang diukur secara
sungguh-sungguh mampu menjadi item-item dalam pengukuran (Ghozali,2005).
Suatu instrument yang valid atau sahih berarti memiliki validitas yang tinggi,
sebaliknya instrument yang kurang valid atau berarti memiliki validitas rendah
(Arikunto,2000).
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16. Untuk
mengetahui validitas dapat dilihat di lampiran 7 pada tampilan pearson correlation
55
pada kolom total konstruk masing-masing indikator. Pada variabel X1 menunjukan
bahwa dari 21 pernyataan, terdapat 6 pernyataan yang dinyatakan tidak valid. Pada
uji validitas variabel X2 dapat diketahui bahwa dari 14 pernyataan keseluruhannya
dinyatakan valid. Pada uji validitas variabel X3 terdapat 5 pernyataan yang diujikan,
dan keseluruhannya dinyatakan valid. Pada uji validitas variabel X4 dapat diketahui
dari 10 pernyataan, seluruh pernyataan dinyatakan valid. Pada uji validitas variabel Y
sebanyak 18 pernyataan yang diujikan dan keseluruhannya dinyatakan valid.
3.4.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam
mengukur suatu konstruk yang sama (Sekaran, 2000) dan jika dilakukan pengukuran
dari waktu ke waktu oleh orang lain. Uji coba terhadap pertanyaan tersebut dengan
bantuan program SPSS 16. Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner
adalah dengan menggunakan Cronbach Alpha.
Kriteria pengujian uji reliabilitas adalah jika alpha > 0,60 konstruk (variabel)
maka memiliki reliabilitas.(Ghozali, 2005). Hasil pengujian reliabilitas masing-
masing variabel dengan menggunakan SPSS sebagai berikut:
Tabel 3.1. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s alpha Status
56
Kecerdasan emosional (x1) Persepsi kode etik (x2) Tekanan waktu (x3) Motivasi (x4) Kinerja auditor (y)
0.950 0.956 0.919 0.953 0.962
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : Data primer diolah, 2011
Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel dengan cronbach’s alpha
sebagaimana terlihat pada tabel 3.2 diatas menunjukkan bahwa nilai cronbach’s
alpha based on standarlized items variabel >0.60 sehingga dapat dikatakan bahwa
semua instrument penelitian ini adalah reliabel dengan kategori baik.
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data adalah cara-cara yang mengolah data yang telah terkumpul
kemudian dapat memberikan intepretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk
menjawab masalah yang dirumuskan.
3.5.1 Uji Diskriptif
Analisis diskriptif digunakan untuk mengolah data demografi
responden. Uji deskriptif untuk menganalisis data diperlukan suatu cata atau
metode analisis dari penelitian agar dapat diintepretasikan sehingga laporan
57
yang diberikan mudah dipahami. Metode analisis data diskriptif adalah suatu
metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh
suatu kesimpulan. Penelitian ini menggunakan analisis data sebagai berikut :
3.5.1.1 Analisis Diskriptif Responden
Analisis diskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
keadaan demografi responden. Gambaran tersebut meliputi jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, jabatan dan lama bekerja.
3.5.1.2 Analisis Diskriptif Variabel
Analisis diskriptif variabel digunakan untuk mendiskripsikan masing-masing
indikator dalam setiap variabel agar lebih mudah memahaminya. Variabel
pada penelitian ini yang terdiri dari kecerdasan emosional (X1), persepsi kode
etik (X2), tekanan waktu (X3), motivasi (X4) serta kinerja auditor (Y) untuk
mengetahui distribusi masing-masing variabel dimana pengumpulannya
dengan menggunakan angket, setiap indikator dari data yang dikumpulkan
terlebih dahulu diklasifikasikan dan kemudian diberi skor.
Cara menentukan kategori diskriptif variabel kecerdasan emosional , dibuat
tabel kategori yang disusun dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Menetapkan jumlah maksimal = 5 x 15 = 75
b. Menetapkan jumlah minimal = 1 x 15 = 15
c. Menetapkan rentang = 75-15 = 60
58
d. Menetapkan interval =60/5 = 12
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Kategori Kecerdasan Emosional
No. Interval Kriteria 1 64-75 Sangat tinggi 2 52-63 Tinggi 3 40-51 Sedang 4 28-39 Rendah 5 16-27 Sangat rendah
Sumber : data yang diolah, 2011
Untuk menentukan kategori diskriptif variabel persepsi kode etik ,dibuat dengan
kategori yang disusun dengan cara sebagai berikut :
a. Menetapkan jumlah maksimal = 5 x 14 = 70
b. Menetapkan jumlah minimal = 1 x 14 = 14
c. Menetapkan rentang = 70-14 = 56
d. Menetapkan interval =56/5 = 11.2 dibulatkan 11
Tabel 3.3. Kategori Persepsi Kode Etik
No. Interval Kriteria 1 60-70 Sangat tinggi 2 49-59 Tinggi 3 38-48 Sedang 4 27-37 Rendah 5 16-26 Sangat rendah
Sumber : data yang diolah, 2011
59
Untuk menentukan kategori variabel tekanan waktu menggunakan cara sebagai
berikut :
a. Menetapkan jumlah maksimal = 5 x 5 = 25
b. Menetapkan jumlah minimal = 1 x 5 = 5
c. Menetapkan rentang = 25-5 = 20
d. Menetapkan interval = 20/5 = 4
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel3.4. Kategori Tekanan Waktu
No. Interval Kriteria 1 22-25 Sangat tinggi 2 18-21 Tinggi 3 14-17 Sedang 4 10-13 Rendah 5 6-9 Sangat rendah
Sumber : data yang diolah, 2011
Untuk menetapkan kategori variabel motivasi menggunakan cara sebagai
berikut:
e. Menetapkan jumlah maksimal = 5 x 10 = 50
f. Menetapkan jumlah minimal = 1 x 10 = 10
g. Menetapkan rentang = 50-10 = 40
60
h. Menetapkan interval =40/5 = 8
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5. Kategori Motivasi
No. Interval Kriteria 1 43-50 Sangat tinggi 2 35-42 Tinggi 3 27-34 Sedang 4 19-26 Rendah 5 11-18 Sangat rendah
Sumber : data yang diolah, 2011
Untuk menetapkan kategori variabel kinerja auditor menggunakan cara sebagai
berikut:
a. Menetapkan jumlah maksimal = 5 x 18 = 90
b. Menetapkan jumlah minimal = 1 x 18 = 18
c. Menetapkan rentang = 90-18 = 72
d. Menetapkan interval = 72/5 =14,4 dibulatkan
14
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6. Kategori Kinerja Auditor
No. Interval Kriteria 1 77-90 Sangat tinggi 2 63-76 Tinggi 3 49-62 Sedang
61
4 35-48 Rendah 5 21-34 Sangat rendah
Sumber : data yang diolah, 2011
3.6 Uji Prasyarat
Data yang akan dianalisis dengan menggunakan regresi berganda, terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat yang bertujuan untuk mengetahui kualitas data
penelitian. Uji prasyarat yang dilakukan yaitu dengan uji normalitas dan uji asumsi
klasik.
3.6.1 Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki data normal atau mendekati normal. Untuk
mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan tiga
cara, yaitu melalui analisis histogram, normal probability plot dan uji kolmogorof-
smirnov dengan bantuan SPSS.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan model regresi berganda
terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mengetahui
apakah model regresi berganda yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini
memenuhi asumsi klasik atau tidak. Asumsi klasik terdiri dari uji
heterokedastisitas dan uji multikolinieritas.
62
3.6.2.1 Uji Heteroskesdastsitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdastisitas. Pengujian
heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap pola scatter plot
yang dihasilkan melalui program SPSS. Salah satu cara untuk mendeteksi
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot antara lain prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Apabila pola scatter plot
membentuk pola tertentu ( bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
model regresi memiliki gejala heterokedastisita. Munculnya gejala
heterokedastisitas menunjukkan bahwa penaksir dalam model regresi tidak
mengandung heterokedastisitas. Karena grafik plot memiliki kelemahan yang
cukup signifikan, maka diperlukan tambahan uji statistic untuk menjamin
keakuratan. Uji statistic yang digunakan adalah uji glejser untuk meregres nilai
absolute terhadap variabel independen. Jika pobabilitas signifikan diatas tingkat
kepercayaan 5%, maka regresi tidak mengandung heterokedastisitas ( Ghozali,
2006).
3.6.2.2 Uji Multikolinieritas
63
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
bebas. Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang
sempurna atau mendekati sempurna. Koefisien hasil korelasinya tinggi atau bahkan
satu diantara beberapa atau semua variabel bebas yang menjelaskan model regresi
(Ghozali, 2005). Syarat model regresi berganda dapat digunakan apabila tidak ada
hubungan yang sempurna antara variabel bebasnya. Deteksi adanya multikolinieritas
dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antara variable bebas atau dapat pula dilihat
dari nilai tolerance dan variance inflantion factor (VIF). Kedua ukuran tersebut
menunjukan setiap variabel independen (bebas) menjadi variabel dependen (terikat)
dan diregres terhadap variable bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variable bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable bebas lainnya.
Dengan kriteria pengambilan keputusan suatu model regresi bebas multikolinieritas
adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai nilai VIF dibawah 10
b. Mempunyai nilai tolerance diatas 0,10
Jika variabel bebas dapat memenuhi kriteria tersebut maka variabel bebas tersebut
tidak mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variable bebas lainnya.
64
3.7 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus regresi berganda dengan
persamaan sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan :
Y : Kinerja auditor
X1 : Kecerdasan emosional
X2 : Persepsi kode etik
X3 : Tekanan waktu
X4 : Motivasi
β0 : Konstanta
β1, β2, β3 β4 : Koefisien Regresi
e : error
3.8 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara
simultan (Uji F), uji koefisien determinasi (R2), dan pengujian secara parsial
(uji t dan uji r2).
3.8.1 Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau variabel bebas yang dimasukkan berpengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau variabel terikat (Ghozali, 2006). Cara
65
melakukan uji F adalah membandingkan hasil besarnya peluang melakukan
kesalahan (tingkat signifikansi) yang muncul, dengan tingkat peluang
munculnya kejadian (probabilitas) yang ditentukan sebesar 5% atau 0,05 pada
output, untuk mengambil keputusan menolak atau menerima hipotesis nol
(Ho):
a. Apabila signifikansi > 0,05 maka keputusannya adalah menerima
Ho dan menolak Ha.
b. Apabila signifikansi < 0.05 maka keputusannya adalah menolak
Ho dan menerima Ha.
3.8.2 Uji Koefisien Determinasi (R2 )
Koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan seberapa
besar persentase variasi variabel bebas (independen) pada model regresi linier
berganda dalam menjelaskan variasi variabel terikat (dependen). Dengan kata
lain pengujian menggunakan R2 , dapat menunjukkan bahwa variabel-variabel
independen yang digunakan dalam model regresi linier berganda adalah
variabel-variabel independen yang mampu mewakili keseluruhan dari
variabel-variabel independen lainnya dalam mempengaruhi variabel
dependen, kemudian besarnya pengaruh ditunjukkan dalam bentuk persentase.
3.8.3 Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
66
dependen (Ghozali, 2006). Cara melakukan uji t adalah membandingkan hasil
besarnya peluang melakukan kesalahan (tingkat signifikansi) yang muncul, dengan
tingkat peluang munculnya kejadian (probabilitas) yang ditentukan sebesar 5% atau
0,05 pada output, untuk mengambil keputusan menolak atau menerima hipotesis nol
(Ho) :
a. Apabila signifikansi > 0.05 maka keputusannya adalah menerima Ho
dan menolak Ha
b. Apabila signifikansi < 0.05 maka keputusannya adalah menolak Ho
dan menerima Ha
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel X (kecerdasan
emosional, persepsi kode etik auditor, tekanan waktu, dan motivasi) secara parsial
terhadap variabel Y (kinerja auditor). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5
persen.
3.8.4 Uji Koefisien determinasi parsial (r2)
Uji koefien determinasi parsial (r2) digunakan untuk mengetahui hubungan
masing-masing antara dua atau lebih variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial.
67
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dalam pengumpulan data,
dimana penyebarannya dilakukan secara personal survey atau peneliti mendatangi
secara langsung tiap-tiap Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Kota Semarang.
Pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan bantuan
program SPSS. Penyebaran kuesioner ditujukan kepada auditor yang bekerja pada
KAP di kota Semarang. Keseluruhan kuesioner yang dikirim kepada responden
adalah sebanyak 54 kuesioner berdasarkan jumlah auditor yang dapat berpartisipasi di
11 KAP di Kota Semarang. Sebaran jumlah sampel dapat dilihat pada lampiran 1.
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 10 Mei 2011 hingga 30 Mei 2011.
Kuesoner yang kembali sebanyak 54 buah, sehingga tingkat pengembalian kuesioner
adalah sebesar 100%, sedangkan kuesioner yang tidak kembali adalah 0 buah atau
0%. Kuesioner yang dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 54
atau 100%, sedangkan total kuesioner yang tidak lengkap adalah 0 atau 0%. tabel 4.1
menunjukkan tingkat pengiriman dan pengembalian dalam penelitian.
68
Tabel 4.1 Tingkat Pengiriman Dan Pengembalian
Keterangan Jumlah Persentase Total kuesioner yang dibagikan 54 100%
Total kuesioner yang tidak kembali 0 0%
Total kuesioner yang kembali 54 100% Total kuesioner yang tidak lengkap 0 0%
Total kuesioner yang dapat digunakan 54 100% Sumber : Data Primer diolah, 2011
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Deskriptif Responden
Deskriptif responden digunakan untuk mengetahui persentase karakteristik
demografi responden. Deskriptif responden terdiri dari jenis kelamin, lama bekerja,
jabatan, pendidikan terakhir. Data deskriptif mengenai demografi responden dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
69
Tabel 4.2. Gambaran Umum Profil Responden
Karakteristik Jumlah Persentase Jenis Kelamin :
1. Laki-laki 2. Perempuan
18 36
33.33% 66.67%
Jumlah 54 100 % Lama bekerja pada Kantor Akuntan Publik :
1. Kurang dari 3 Tahun 2. 3 tahun sampai 5 tahun 3. Lebih dari 5 tahun
25 14 15
46.3% 26% 27.7%
Jumlah 54 100 %
Jabatan dalam Kantor Akuntan Publik 1. Auditor Yunior 2. Auditor senior
20 34
37% 63%
Jumlah
54 100 %
Pendidikan terakhir : 1. D3 2. S1 3. S2
15 30 9
27.8% 55.5% 16.7%
Jumlah 54 100 % Sumber : Data Primer yang Diolah, 2011
Deskripsi lebih lanjut mengenai karakteristik partisipan auditor seperti terlihat
pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang terlibat terdiri dari 18 orang laki-
laki (33.33%) dan 36 orang perempuan (66.67%). Untuk lama bekerja di Kantor
Akuntan Publik selama kurang dari 3 tahun berjumlah 25 orang (46.3%), 3 tahun
sampai 5 tahun sebanyakn14 orang (26%), lebih dari 5 tahun sebanyak 15 orang
(27.7%). Untuk jabatan dalam kantor akuntan publik, sebanyak 34 orang atau 63%
70
sampel yang dimiliki adalah auditor senior, sedangkan 20 orang lainnya atau 37%
adalah auditor junior. Untuk jenjang pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar
tingkat pendidikan terakhir para auditor yang bekerja pada KAP di kota Semarang
adalah D3 akuntansi yang berjumlah 15 orang atau (27.8%), kemudian tingkat
pendidikan S1 yang berjumlah 30 orang atau ( 55.5%), dan yang terakhir yaitu
tingkat pendidikan S2 berjumlah 9 orang atau (16.7%).
4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan variable-variabel
penelitian, yaitu kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, motivasi
serta kinerja auditor dengan menggunakan program SPSS yang menunjukkan nilai
minimum, nilai maksimum, titik tengah, rata-rata, dan standar deviasi.
4.2.2.1 Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenal perasaan diri
sendiri dan orang lain untuk memotivas diri sendiri dan mengelola emosional dengan
baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kecerdasan emosional diukur dengan lima
indikator yang terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
ketrampilan sosial.
Tabel 4.3 Deskriptif Kecerdasan Emosional
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation VAR00001 54 35.00 68.00 54.3704 8.79171 Valid N (listwise) 54
71
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel
kecerdasan emosional (X1) sebesar 54.37 dengan standar deviasi 8.79, sehingga
apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut termasuk dalam kategori
tinggi. Jadi dapat disimpulkan secara umum kecerdasan emosional yang digunakan
auditor dalam melaksanakan proses audit adalah tinggi. Berikut ini ditampilkan
rangkuman hasil analisis deskriptif untuk variabel kecerdasan emosional.
Tabel 4.4 Kualifikasi Variabel Kecerdasan Emosional
No. Interval Frekuensi Prosentase Kriteria 1 64-75 12 22.22% Sangat tinggi 2 52-63 20 37.03% Tinggi 3 40-51 18 33.4% Sedang 4 28-39 3 5.51% Rendah 5 16-27 1 1.84% Sangat rendah Jumlah 54 100%
Sumber : Data Primer diolah 2011
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ada 20 responden atau 37.03% auditor
yang menggunakan kecerdasan emosional dengan baik, akan tetapi hanya ada 1 atau
1.84% auditor yang menggunakan kecerdasan emosional dengan sangat rendah.
4.2.2.2 Persepsi kode etik
Persepsi kode etik merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan antara
akuntan publik dengan kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya, dan
antara profesi dengan masyarakat. Persepsi kode etik auditor diukur dengan
72
menggunakan indikator prinsip etika dan aturan etika yang diadopsi dari penelitian
yang dilakukan oleh Kusrini (2008).
Tabel 4.5 Deskriptif Persepsi kode etik
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation VAR00002 54 35.00 63.00 48.5926 7.12826 Valid N (listwise) 54
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel persepsi
kode etik (X2) sebesar 48,59 dengan standar deviasi 7.128, sehingga apabila
dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut termasuk dalam kategori tinggi.
Jadi dat disimpulkan bahwa secara umum, persepsi kode auditor dalam melaksanakan
proses audit adalah tinggi. Berikut ini adalah rangkuman deskriptif untuk variabel
persepsi kode etik.
Tabel 4.6 Kualifikasi Variabel Persepsi kode etik
No. Interval Frekuensi prosentase Kriteria 1 60-70 3 5.56% Sangat tinggi 2 49-59 23 42.59% Tinggi 3 38-48 25 46.29% Sedang 4 27-37 3 5.56% Rendah 5 16-26 0 0.00% Sangat rendah Jumlah 54 100%
Sumber : Data Primer diolah 2011
73
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa ada 3 atau 5.56% auditor yang memiliki
persepsi kode etik yang rendah, akan tetapi ada 3 atau 5.56% auditor yang memiliki
persepsi kode etik yang sedang.
4.2.2.3 Tekanan waktu
Kondisi tekanan waktu (time pressure) adalah suatu kondisi dimana auditor
mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan . Indikator dalam variabel ini diadopsi dari
penelitian yang dilakukan oleh Almaretta (2010) yaitu ketepatan waktu, pemenuhan
target dengan waktu yang ditentukan, kelonggaran waktu, dan beban yang ditanggung
dengan keterbatasan waktu.
Tabel 4.7 Deskriptif Tekanan waktu
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation VAR00004 54 11.00 24.00 18.1667 3.42989 Valid N (listwise) 54
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel tekanan
waktu (X3) sebesar 18.166 dengan standar deviasi 3.42, sehingga jika
dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut dalam kategori tinggi. Berikut
kualifikasi jawaban variabel tekanan waktu.
74
Tabel 4.8 Kualifikasi Variabel Tekanan Waktu
No. Interval Frekuensi Persentase Kriteria 1 22-25 11 20.4% Sangat tinggi 2 18-21 16 29.62% Tinggi 3 14-17 17 31.48% Sedang 4 10-13 10 18.5% Rendah 5 6-9 0 0% Sangat rendah Jumlah 54 100%
Sumber : Data Primer diolah 2011
Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 10 atau 18.5% auditor yang
memeliki tekanan waktu yang rendah dalam melaksanakan proses audit, namun
secara umum tekanan waktu yang dialami auditr dalam melaksanakan proses audit
termasuk dalam kualifikasi tinggi.
4.2.2.4 Motivasi
Motivasi merupakan dorongan-dorongan individu untuk bertindak yang
menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada
tujuan (Hellriegel, 2001). Indikator dalam variabel ini menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan
dan kenyamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan
aktualisasi diri.
Tabel 4.9 Deskriptif Motivasi
Descriptive Statistic
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation VAR00003 54 18.00 47.00 35.5370 6.58389 Valid N (listwise) 54
Sumber : Data Primer diolah, 2011
75
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel tekanan
waktu (X3) sebesar 35.53 dengan standar deviasi 6.58, sehingga jika di konsultasikan
dengan tabel kategori, hasil tersebut dalam kategori tinggi.
Tabel 4.10 Kualifikasi Variabel Motivasi
No. Interval Frekuensi Persentase Kriteria 1 43-50 9 16.67% Sangat tinggi 2 35-42 22 40.74% Tinggi 3 27-34 17 31.48% Sedang 4 19-26 6 11.11% Rendah 5 11-18 0 0% Sangat rendah Jumlah 54 100%
Sumber : Data Primer diolah 2011
Dari tabel 4.10 diatas sebanyak 6 atau 11.11% auditor yang memiliki motivasi yang
rendah, namun secara keseluruhan sebanyak 22 atau 40.74% auditor memiliki
motivasi yang tinggi dalam melaksanakan proses audit.
4.2.2.5 Kinerja Auditor
Kinerja merupakan kesuksesan seorang karyawan dalam melakukan suatu
pekerjaan selama periode tertentu didasarkan pada ketentuan yang telah ditetapkan.
Pada profesi auditor kinerja berkaitan dengan kualitas audit. Kinerja (job
performance) diukur dengan menggunakan indikator penilaian kuantitas pekerjaan,
penilaian kualitas hubungan dengan biaya dan pengetahuan tentang pekerjaan.
76
Tabel 4.11 Deskriptif Kinerja Auditor
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation VAR00005 54 38.00 78.00 61.3333 7.51602 Valid N (listwise) 54
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel kinerja
auditor (Y) sebesar 61.33 dengan standar deviasi 7.51, sehingga apabila
dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut dalam kategori sedang. Berikut
kualifikasi jawaban variabel kinerja auditor.
Tabel 4.12 Kualifikasi Variabel Kinerja Auditor
No. Interval Frekuensi Persentase Kriteria 1 77-90 3 5.56% Sangat tinggi 2 63-76 18 33.34% Tinggi 3 49-62 31 57,40% Sedang 4 35-48 2 3.70% Rendah 5 21-34 0 0% Sangat rendah Jumlah 54 100%
Sumber : Data Primer diolah 2011
Berdasarkan tabel 4.12 diatas sebanyak 2 responden (74%) memiliki kinerja
yang rendah dalam melakukan suatu proses audit. Sedangkan sebanyak 31 responden
(57.40%) memiliki kinerja dengan tingkat sedang.
77
4.2.3 Uji Prasyarat
Sebelum data dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan regresi linier
berganda, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu dengan uji normalitas dan
uji asumsi klasik.
4.2.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regrei, variabel
terikat dan variabel bebas berditribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah yang memiliki data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah
data berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan dua cara yaitu melalui P-P
Plot dan uji Kolmogorov-smornov dengan bantuan SPSS.
Gambar 4.1 : P-P Polt uji Normalitas
Sumber : Data yang diolah, 2011
78
Dengan melihat tampilan P-P Plot pada gambar 4.1, dapat disimpulkan bahwa
sumbu menyebar sekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa P-P Plot
memberikan pola distribusi yang normal. P-P Plot tersebut menunjukkan bahwa
model regresi tersebut layak dipakai karena asumsi normalitas. Untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat, pengujian ini didukung oleh uji kolmogrov-smirnov.
Tabel 4.13 . Hasil Output Uji KS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 54 Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 4.38941930 Most Extreme Differences Absolute .103
Positive .076 Negative -.103
Kolmogorov-Smirnov Z .757 Asymp. Sig. (2-tailed) .616 a. Test distribution is Normal. Sumber : Data primer diolah, 2011
Dari tabel 4.13 diatas, dapat dilihat bahwa nilai kolmogorov smirnov sebesar
0,757 dan memiliki tingkat signifikansi pada 0.616. Karena tingkat signifikansi diatas
0,05, maka data residual terdistribusi secara normal dan layak digunakan.
4.2.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah data yang akan
diregresikan telah memenuhi syarat asumsi klasik, yaitu dilakukan melalui uji
heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.
79
4.2.3.2.1 Hasil Uji Heterokesdastisitas
Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006). Untuk
mengetahui varians masing-masing variabel bebas Kecerdasan emosional (X1),
persepsi kode etik (X2), tekanan waktu (X3), dan motivasi (X4) terhadap kinerja
auditor (Y), maka digunakan uji heterokedastisitas. Dalam penelitian ini pengujian
heterokedastsitas mengggunakan scatterplot dan uji Glejser. Berikut gambar4.2 hasil
scatterplot dan tabel 4.14uji glejser :
Gambar 4.2 hasil scatterplot uji heterokedastisitas
Sumber : Data Primer yang diolah, 2011
80
Dapat dilihat sebaran data nampak berada di atas dan dibawah garis Y,
sehingga dapat dikatakan bahwa data yang digunakan tidak terjadi heterokedastisitas.
Tabel. 4.14 Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.314 3.444 1.253 .216
X1 -.041 .051 -.125 -.817 .418
X2 -.055 .068 -.135 -.812 .421
X3 .144 .138 .169 1.041 .303
X4 .035 .070 .080 .507 .614
a. Dependent Variable: Abs_res Sumber : Data primer diolah, 2011
Hasil tampilan output SPSS pada tabel 4.14 dengan jelas menunjukkan bahwa
tidak ada satupun variebel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen dengan nilai masing-masing variabel kecerdasan emosional (X1)
0.418, persepsi kode etik (X2) sebesar 0.421, tekanan waktu (X3) sebesar 0.303, dan
motivasi (X4) sebesar 0.614. Hal ini menunjukkan probabilitas signifikansi diatas
tingkat kepercayaan 5%, jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
adanya heterokedastisitas.
81
4.3.2.2 Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Ada tidaknya korelasi
antar variabel independen dapat dideteksi dengan mlihat nilai VIF. Apabila nilai VIF
<10 maka dinyatakan sempurna antar variable bebas dan sebaliknya (Ghozali,
2006:91). Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) X1 .826 1.210
X2 .702 1.424
X3 .734 1.363
X4 .778 1.285 a. Dependent Variable: Y Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa
angka tolerance dari variable bebas kecerdasan emosional, persepsi kode etik,
tekanan waktu dan motivasi mempunyai nilai lebih dari 10% (nilai tolerance berkisar
antara 0,702 sampai 0,826) dan nilai VIF tidak lebih dari 10. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas antar variabel
bebas.
82
4.2.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda dengan variabel bebas kecerdasan emosional (X1), persepsi kode etik (X2),
tekanan waktu (X3) dan motivasi (X4) terhadap variabel terikat kinerja auditor (Y).
Dari analisis uji regresi dapat dilihat mode regresi penelitian ini yaitu :
Y =10.501+ 0.320 X1 + 0.224 X2 + 0.584 X3 + 0.337 X4 + e
Hasil persamaan linier diatas diperoleh dari hasil tabel koefisien regresi pada
tabel 4.18. Persamaan regresi linier dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta sebesar 10.501 menyatakan bahwa jika variabel independen
konstan, maka nilai kinerja auditor (KA) sebesar 10.501.
b. Koefisien regresi (b1) = + 0.320, menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan variabel kecerdasan emosional akan menaikan kinerja auditor sebesar
0.320 dengan asumsi semua variabel tetap.
c. Koefisien regresi (b2) = + 0.224, menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan variabel persepsi kode etik akan menaikan kinerja auditor sebesar
0.224 dengan asumsi semua variabel tetap.
d. Koefisien regresi (b3) = + 0.582, menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan variabel tekanan waktu akan menaikan kinerja auditor sebesar 0.582
dengan asumsi semua variabel tetap.
83
e. Koefisien regresi (b4) = + 0.337, menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan variabel kecerdasan emosional akan menaikan kinerja auditor sebesar
0.337 dengan asumsi semua variabel tetap.
4.2.5 Pengujian Hipotesis
4.2.5.1 Hasil Uji F
Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan
variabel independen atau bebas yang dimasukkan kedalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel terikat.
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut :
Tabel 4.16. Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1972.849 4 493.212 23.667 .000a
Residual 1021.151 49 20.840 Total 2994.000 54
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b. Dependent Variable: Y
Sumber : data primer diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa secara bersama-sama
variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 23.667 dengan probabilitas
0.000. Oleh karena nilai probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa variabel kecerdasan emosional, persepsi kode etik,
84
tekanan waktu dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja
auditor.
4.2.5.2 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2 )
Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah
antara nol sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai Adjusted R2. Apabila
angka koefisien determinasi semakin kuat berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen. Sedangkan nilai koefisien determinasi (adjusted R2 ) yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen adalah terbatas (Ghozali, 2006). Hasil uji koefisien determinasi dapat
dilihar pada tabel 4.17 sebagai berikut :
Tabel 4.17. Hasil uji koefisien determiansi (R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .812a .659 .631 4.56506 a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 Sumber : data primer diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R square adalah
sebesar 0.631. hal ini menunjukkan 63.1% variabel kinerja auditor dapat dijelaskan
oleh variabel kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan
motivasi. Sedangkan sisanya sebsar 36.9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam model regresi.
85
4.5.3 Hasil Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi dependen (Ghozali, 2006). Hasil uji t
dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut :
Tabel 4.18 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.501 5.335 1.969 .055
X1 .320 .078 .374 4.078 .000
X2 .224 .105 .213 2.137 .038
X3 .582 .213 .266 2.727 .009
X4 .337 .108 .295 3.118 .003 a. Dependent Variable: Y Sumber : Data primer diolah, 2011
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.18 diatas, maka pengambilan keputusannya
adalah sebagai berikut :
a. Hipotesis 2 terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja
auditor.
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa kinerja auditor memiliki t
hitung sebesar 4.078 dengan tingkat sigifikansi sebesar 0,000. Apabila dilihat dari
signifikansinya yang kurang dari 0,05, maka variabel kecerdasan emosional
berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Sedangkan berdasarkan persamaan
regresi terlihat bahwa koefisien variabel kecerdasan emosional adalah positif.
Dengan demikian H2 diterima.
86
b. Hipotesis 3 terdapat pengaruh antara persepsi kode etik terhadap kinerja
auditor.
Berdasarkan tabel 4.18 diatas diketahui variabel persepsi kode etik memiliki t
hitung sebesar 2.137 dengan tingkat signifikansi 0,038. Apabila dilihat dari nilai
signifikansinya yang kurang dari 0,05, maka variabel persepsi kode etik berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja auditor. Sedangkan berdasarkan persamaan regresi
terlihat bahwa koefisien variabel persepsi kode etik adalah positif, hal ini berarti
dengan memahami kode etik profesi akan meningkatkan kinerja auditor. Dengan
demikian H3 diterima.
c. Hipotesis 4, tekanan waktu berpengaruh terhadap kinerja auditor
Berdasarkan tabel 4.18 diatas diketahui variabel tekanan waktu memiliki t
hitung sebesar 2.727 dengan tingkat signifikansinya 0,009. Apabila dilihat dari nilai
signifikansinya yang kurang dari 0,05 maka varabel tekanan waktu berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja auditor. Sedangkan berdasarkan persamaan regresi
terlihat bahwa koefisien variabel tekanan waktu adalah positif. Hal ini berarti
semakin tinggi tekanan waktu yang diberikan maka berakibat pada peningkatan
kinerja auditor. Dengan demikian dapat disimpulkan H4 diterima.
d. Hipotesis 5, terdapat pengaruh antara motivasi terhadap kinerja auditor.
Berdasarkan tabel 4.18 diatas diketahui variabel motivasi memiliki t hitung
sebesar 3.118 dengan tingkat signifikansinya 0,003. Apabila dilihat dari nilai
87
signifikansinya yang kurang dari 0,05 maka varabel motivasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja auditor. Sedangkan berdasarkan persamaan regresi terlihat
bahwa koefisien variabel motivasi adalah positif. Hal ini berarti semakin motivasi
yang dimiliki maka berakibat pada peningkatan kinerja auditor. Dengan demikian
dapat disimpulkan H5 diterima. Berdasarkan penjelasan, hasil pengujian terhadap
hipotesis penelitian ini dirangkum pada tabel 4.20. Tabel tersebut dapat menjelaskan
bahwa keseluruhan hipotesis diterima.
4.2.5.3 Uji Determinasi Parsial (Uji r2)
Uji r2 digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel antara
dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen secara masing-
masing. Hasil uji determinasi parsial dapat ditunjukkan pada tabel 4.19 dibawah ini :
Tabel 4. 19 Hasil Uji Determinasi r2
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Correlations
B Std. Error Beta Zero-order Partial Part
1 (Constant) 10.501 5.335 1.969 .055
X1 .320 .078 .374 4.078 .000 .585 .503 .340
X2 .224 .105 .213 2.137 .038 .580 .292 .178
X3 .582 .213 .266 2.727 .009 .575 .363 .228
X4 .337 .108 .295 3.118 .003 .556 .407 .260 a. Dependent Variable: Y Sumber : Data primer diolah, 2011
88
Berdasarkan tabel 4.19 diatas diperoleh nilai r2 sebesar (0.5032) = 0,253 atau
25.3% untuk variabel kecerdasan emosional. Artinya variabel kecerdasan emosional
menyumbang 25,3% terhadap variabel kinerja auditor. Pada variabel persepsi kode
etik memiliki nilai r2 sebesar (0,292)2= 0.085 atau 8.5% untuk variabel persepsi kode
etik. Artinya variabel persepsi kode etik menyumbang 8.5% terhadap variabel kinerja
auditor. Pada variabel tekanan waktu memiliki nilai r2 sebesar (0.363)2 = 0.131,
artinya variabel tekanan waktu menyumbang 13.1% terhadap variabel kinerja auditor.
Pada variabel motivasi memiliki nilai r sebesar (0.407)2 = 0.165, artinya variabel
motivasi menyumbang 0.165 atau 16.5% terhadap variabel kinerja auditor.
Dari keempat variabel bebas yang digunakan dalam penelitan ini, variabel
kecerdasan emosional merupakan variabel yang paling dominan dalam memberikan
pengaruhnya terhadap kinerja auditor yaitu dengan nilai 25.3% .
89
Tabel 4.20 Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis Keseluruhan
Hipotesis Pernyataan Hasil H1
Kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Diterima
H2 Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja auditor
Diterima
H3 Persepsi kode etik berpengaruh terhadap kinerja auditor
Diterima
H4 Tekanan waktu berpengaruh terhadap kinerja auditor
Diterima
H5 Motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Diterima
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja auditor dapat dipengaruhi
oleh kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan motivasi. Berikut
adalah penjelasan dari masing-masing variabel:
4.3.1 Terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional, persepsi kode etik,
tekanan waktu, dan motivasi terhadap kinerja auditor
Hipotesis 1 menyatakan bahwa tedapat pengaruh antara Kecerdasan
Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan Waktu, dan Motivasi terhadap kinerja
auditor. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Gibson (1997)
bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis yang dalam
penelitian ini diwakili oleh variabel kecerdasan emosional dan persepsi kode etik,
90
faktor organisasi yang diwakili oleh variabel tekanan waktu, serta faktor individu
yang diwakili oleh variabel motivasi. Ketiga faktor ini tidak dapat berdiri sendiri
namun merupakan kesatuan yang saling terkait satu dengan yang lain, sehingga dapat
diketahui bahwa kinerja auditor tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika kecerdasan emosional, persepsi kode etik,
tekanan waktu, dan motivasi meningkat maka kinerja yang dihasilkan auditor juga
akan meningkat.
4.3.2 Terdapat pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Auditor
Hipotesi 2 yang menyatakan terdapat pengaruh antara Kecerdasan Emosional
terhadap kinerja auditor. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin
tinggi tingkat kecerdasan emosional seorang auditor, akan semakin tinggi pula kinerja
auditor yang dihasilkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Goleman (2003) yang menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai kesadaran
diri, pengaturan diri, pengendalian diri, motivasi, dan empati yang tinggi akan
memiliki dorongan untuk berprestasi, berkomitmen,memiliki inisiatif, rasa
optimisme, mudah dalam menerima ide, memiliki perasaan keyakinan dalam diri
untuk berbuat tegas dan membuat keputusan yang baik walaupun dalam keadaan
tertekan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan memiliki
motivasi yang akan memiliki dorongan untuk berprestasi, komitmen terhadap
kelompok serta memiliki inisiatif dan rasa optimisme yang tinggi.
Salovely dan Mayer dalam Alwani (2007) mendefinisikan kecerdasan
emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan diri sendiri dan orang
91
lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memadukan pikiran dan tindakan. Dari
definisi diatas nampak bahwa kecerdasan emosional merupakan sebagai alat
pengendali untuk bertindak baik bagi diri sendiri dan oraang lain. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dapat mempengaruhi tindakan atau kinerja
pada diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Goleman (2003) kecerdasan emosional berorientasi pada kecerdasan
untuk mengelola emosional manusia yang didalamnya terdapat unsur kemampuan
akan kepercayaan pada diri sendiri, ketabahan, ketekunan, dan menjalin hubungan
sosial. Auditor yang memiliki kecerdasan rata-rata masih dapat untuk bisa
meningkatkan kemampuannya dalam meraih prestasi bila auditor tersebut memiliki
keyakinan pada diri sendiri, tekun, tidak tergantung pada orang lain , dan melakukan
hubungan sosial dalam bekerja maka akan merubah posisi kerja yang semula
memiliki prestasi rata-rata menjadi prestasi kerja yang lebih baik. Kecerdasan
emosional juga menuntut para pemiliknya untuk belajar mengakui, menghargai
perasaan dalam diri dan orang lain, serta menanggapinya dengan tepat. Kecerdasan
emosional dan bentuk-bentuk kecerdasan lain saling melengkapi dan saling
menyempurnakan (Cooper dan Sawaf,2002).
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Ahmad (2009) yang meneliti
tentang pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja
auditor, yang menyebutkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif
terhadap kinerja auditor. Hal ini disebabkan karena seorang auditor yang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi maka auditor tersebut akan mampu menyelesaikan
92
tingkat kerumitan yang ada dengan baik dan mampu menghasilkan kinerja yang
berkualitas. Senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ristanto (2009)
bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja auditor. Menurut
Marpaung (2002) yang merupakan seorang pengamat sumber daya manusia,
mengemukakan bahwa ketika auditor memasuki jenjang karir dan kecerdasan
emosional menjadi fokus utamanya, maka akan menjadi suatu hal yang menakutkan
bagi auditor jika kecerdasan emosionalnya tidak terlalu tinggi.
4.3.3 Terdapat pengaruh antara Persepsi Kode Etik terhadap Kinerja Auditor
Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara persepsi kode
etik terhadap kinerja auditor. Menurut penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa persepsi kode etik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
auditor. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat
pemahaman terhadap kode etik yang dimiliki akan semakin tinggi pula kinerja yang
dihasilkan auditor. Hal ini menunjukkan bahwa SPAP sebagai suatu pedoman atau
peraturan sangat penting kedudukannya bagi para akuntan publik dalam
melaksanakan tugas profesionalnya.
Penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Agoes (2004)
bahwa dengan mentaati kode etik IAPI, aturan etika Kompartemen Akuntan Publik,
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan standar pengendalian mutu auditing
merupakan acuan yang baik untuk meningkatkan kinerja auditor.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusrini
(2008) yang meneliti tentang pengaruh persepsi kode etik profesi dan kecerdasan
93
emosional terhadap kinerja auditor. Hasilya persepsi kode etik profesi berpengaruh
secara positif terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Ariyanto (2011) bahwa pemahaman kode etik profesi
berpngaruh terhadap kinerja auditor. Pemahaman auditor terhadap kode etik akuntan
publik yang berlaku di Indonesia akan mengarahkan pada sikap, tingkah laku, dan
perbuatan auditor dalam menjalankan tugas dan kewajibannya berupaya untuk
menjaga mutu kinerja auditor.
4.3.4 Terdapat pengaruh antara Tekanan waktu terhadap Kinerja Auditor
Hipotesis 4 menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara tekanan waktu
terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tekanan waktu secara
parsial berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Marganingsih dan Martani (2007) bahwa tekanan
waktu berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Robbins (2002) bahwa seseorang individu dinilai
mempunyai kinerja yang baik apabila individu tersebut dapat menyelesaikan
pekerjaan secara tepat waktu atau bahkan melakukan penghematan waktu dalam
bekerja. Adanya tekanan waktu yang diberikan oleh klien akan dijadikan pemicu bagi
auditor untuk segera menyelesaikan proses audit. Hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan Fitriany (2010) yang menyimpulkan bahwa
tekanan waktu tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
94
4.3.5 Terdapat pengaruh antara Motivasi terhadap Kinerja Auditor
Hipotesis 5 menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara motivasi terhadap
kinerja auditor. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa motivasi berpengaruh
terhadap kinerja auditor dengan nilai pengaruh positif. Hal ini berarti semakin tinggi
motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin tinggi pula kinerja
yang akan dihasilkan.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwilita (2009), faktor motivasi
ternyata mempengaruhi kinerja auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di
Kota Medan, ketika motivasi para auditor meningkat maka kinerja mereka juga akan
meningkat. Motivasi merupakan dorongan dalam pencapaian kerja yang diharapkan.
Dengan adanya motivasi kerja yang dimiliki, seorang auditor akan merasa terpacu
utuk dapat meningkatkan prestasi dan kualitas kinerja yang dihasilkan.
Penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh MC Clelland (1973)
bahwa motivasi dapat menjadi penggerak dan memberikan semangat dalam bekerja
pada seseorang, mengembangkan diri atas potensi yang dimilikinya, serta adanya
semangat untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam berkarir. Dengan
demikian, motivasi dapat dijadikan sebagai dorongan bagi seorang auditor untuk
menghasilkan kinerja yang maksimal dalam melakukan proses audit.
95
95
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan
motivasi secara simultan dan parsial terhadap kinerja auditor, dengan demikina
hipotesis 1 diterima.
2. Terdapat pengaruh signifikan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja
auditor, dengan demikian hipotesis 2 diterima. Jadi seorang auditor yang
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi ataupun rendah dapat berpengaruh
terhadap kinerja auditor.
3. Terdapat pengaruh signifkan antara persepsi kode etik terhadap kinerja auditor,
dengan demikian hipotesis 3 diterima. Jadi seorang auditor yang memahami,
mengintepretasikan serta menerapkan ketaatan terhadap kode etik yang tinggi
ataupun rendah dapat berpengaruh terhadap kinerja auditor.
4. Terdapat pengaruh signifikan antara tekanan waktu terhadap kinerja auditor,
dengan demikian hipotesis 4 diterima. Jadi seorang auditor yang memiliki
96
tekanan waktu yang tinggi ataupun rendah dalam bekerja dapat berpengaruh
terhadap kinerja auditor
5. Terdapat pengaruh signifikan antara motivasi terhadap kinerja auditor, dengan
demikian hipotesis 5 diterima. Jadi seorang auditor yang memiliki motivasi yang
tinggi ataupun rendah dapat berpengaruh terhadap kinerja auditor.
5.2 Saran
5.2.1 Saran praktis
1. Dalam penelitian ini kategori kinerja auditor di kota Semarang masih rendah.
Oleh karena itu perlu adanya pelatihan yang harus diberikan kepada auditor.
2. Auditor diharapkan untuk meningkatkan kecerdasan emosional, pemahaman
dan menerapkan kode etik, serta motivasi guna mendukung peningkatan kinerja
auditor.
3. Adanya tekanan waktu yang dialami auditor dapat dijadikan sebagai motivasi
guna peningkatan karirnya dan bukan dijadikan sebagai beban dalam bekerja,
sehingga kinerja yang dihasilkan pun akan maksimal.
5.2.2 Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini memiliki
keterbatasan, yaitu variabel persepsi kode etik dalam penelitian ini tidak
memiliki pengaruh secara langsung terhadap variabel kinerja auditor. Oleh
karena itu, jika persepsi kode etik digunakan dalam penelitian selanjutnya untuk
mempengaruhi kinerja auditor, diharuskan menggunakan variabel sensitivitas
etika sebagai variabel moderating.
97
97
DAFTAR PUSTAKA
A, Maslow. 1954. Motivation and Personaliy
Ahituv, Niv. Dan Igbaria, Magid. 1998. The Effect of Time Pressure and
Completeness of information on Decision Making. Journal Management
Insformation System 15.(2): p. 153-172.
Ahmad, Kamila. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual
Terhadap Kinerja Auditor pada KAP di Kota Semarang. Skripsi Jurusan
Akuntansi UNNES (tidak dipublikasikan).
Akers. M.D & Eaton. T.V. 2003. “Underreporting of Chargable Time : The Impact of
Gender and Characteristics OF underreporters.” Journal of Managerial Issues
1.
Alwani, Ahmad. 2008. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor
pada KAP Di Kota Semarang. Skripsi Jurusan Akuntansi UNNES (tidak
dipublikasikan).
Alderman, C Wayne dan James W. Deitrick. (1982). Auditor’s perceptions of Time
Budget Pressures and Premature Sign Offs : A Replication and Extension.
Auditing : A Journal of Practice and Theory
Alim, Hapsari, Purwanti. 2005. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap
Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi.Malang.
Simposiun Nasional Akuntansi X.
98
Almaretta, Intan Ilsa.2010. Pengaruh Tekanan Waktu dan Struktur Program Audit
terhadap Kinerja Auditor pada KAP di Kota Semarang.Skripsi. Jurusan
Akuntansi. Universitas Negeri Semarang. (tidak dipublikasikan).
Ariyanto Dodik dan Jati Ardani M.2011. pengaruh Independensi, dan sensitivitas
Etika Profesi terhadap produktivitas Kerja Auditor Eksternal. Jurnal
Akuntansi.Universitas Udayana.
Aryanto, Bambang. 2005, Pengaruh Komitmen Organisasional dan komitmen
Profesional terhadap kepuasan Kerja Akuntan Publik. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Astriana, Novika .2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Job
Performance Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang. Skripsi
Jurusan Akuntansi UNDIP (Tidak dipublikasikan).
Andin Prasita et al. 2006. Pengaruh kompleksitas audit dan Tekanan Anggaran
Waktu Terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi Pemahaman Terhadap
Sistem Informasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Fakultas Eknomi UKSW.
September 2007.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Edisi
Revisi, Cetakan Ketigabelas, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Bahagia, Rahmad. (2004). Pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap kepuasan
kerja pegawai PDAM Tirtanadi Kantor Pusat Medan. Tesis Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Basuki dan Krisna, Y. Mahardani. 2006. “Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu
99
terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dan Kualitas Audit pada Kantor
Akuntan Publik di Surabaya.” Jurnal Manajemen Akuntansi & Sistem
Informasi MAKSI UNDIP (Agustus): vol. 6, No. (2), 177-256.
Braun, R.L. 2000. ”The Effect of Time Pressure on Auditor Attention to Qualitative
Aspect of Misstatement Indicative of Potential Fraudulent Financial
Reporting” Accounting, Organization and Society 25 (3): 243-259
Boyatzis, R.E. Ron. S. 2001. Unleashing the Power of Solf Directed Learnung, Case
western Reserve University, Clevon, Ohio, USA.
Boynton William W, Johnson Raymont N, and Fell Walter G. 2002. Modern
Auditing Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Campbell, C. 1998.Psychological climate: Relevance for Sales Manajer and Impact
on Concequent Job Satisfication. Journal of marketing theory and practice,
Winter 1998,27-37.
Carruso, D.R. 1999. Applying The Ability Model of Emotional Intelligence to The
World of Work. http: //cjwolfe.com/ article. 20 Juli 2011.
Coper, Robert K dan Ayman Sawaf.2002. Kecerdasan Emosional dalam
Kepemimpinan Organisasi; Jakarta, Gramedia Pustaka.
Dwilita, Handriyani, 2008. Analisis Pengaruh Motivasi, Stres, dan Rekan Kerja
Terhadap Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Di Kota Medan. Tesis
Pascasarjana USU.
100
De Zoort, F.T. 1997. Time Pressure Research In Auditing :Implication For Practice.
The auditor’s report. Vol. 22. No.1.pp,11-14.
Falah, Shaikul. 2006. Pengaruh Budaya Etis Organisasi Dan Orientasi Etika
Terhadap Sensitivitas Etika. Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Finn, D.W., L.B Chonko, and J.D. Hunt. 1988. Ethical Problem in Public
Accounting: The View from The Top”. Journal of Business Ethic, 7, pp. 605-
615
Furtwengler, Dale. 2000. Penilaian Kinerja. Penerbit Andi, Yogyakarta
Forgaty, R.T. 2001. Role Stress, the Tipe A Behaviour Pattern, and External Auditor
Jib Satisfaction and Performance. Behaviour Research In Accounting. Vol.
13. 143
Gibson, Ivancevich, and Donnely.1997. Organisasi Perilaku Struktur, Proses, edisi
ke-8. Erlangga. Jakarta.. 1997. Organitation. Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional Inteligence. (terjemahan Alex Tri
Kantjono W). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Gordon, E. 2004. EQ dan Kesuksesan Kerja, Focus-online, http:// www.e-
psikologi.com. 20 Juli 2011.
101
Hananto S T, dan Surya R. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emotional Quotient Auditor
terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik. Prespektif, Vol. 9, No. 1,
Juni 2004; hal 33-40.
Hasibuan, M.S.P. 2001. Organisasi dan Motivasi, cetakan ke dua. Jakarta : Bumi
Aksara.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba
Empat, Jakarta.
Ilyas, Y., 2002. Kinerja: Teori, penilaian dan penelitian. Jakarta: Pusat Kajian
Ekonomi dan Kesehata FKM UI.
J.H. Jackson & R.L Mathis, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Salemba Empat.
Jogiyanto, 2004.Metodologi Penelitian Bisnis.BPFE, Yogyakarta.
John M, Robert K, Matteson M,2002. Perilaku dan Manajemen Organisasi (Alih
bahasa Gina Gania). Edisi Tujuh. Jakarta. Erlangga.
Kalbers and T. Forgaty. 1995. Profesionalism and its Consequences : A Study
Internal Auditors. A journal Practice and Theory (sSpring): 64-85
Kelley, T. And Margheim, L. 1990. The Impact Of Time Budget Pressure.
Personality And Leadership Variable On Dysfunctional Behaviour. Auditing:
A Journal Of Practice And Theory. Vol 9. No.2.Pp.21-41.
102
Kusrini,Sri. 2008. Pengaruh Persepsi Kode Etik dan Kecerdasan Emosional
Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang.
Skripsi Jurusan Akuntansi UNNES. (tidak dipublikasikan).
Liyanarachchi, Gregory A. dan Shaun M. McNamara. 2007. Time Budget Pressure In
New Zealand Audits. Bussines Review, Vol 9, No.2:p. 61-68.
Luthans, Fred. 2005. Organizational Behaviour, Sevent Edition. McGraq-Hi
International, Singapore.
Mangkuprawira, Syafri dan Aida Vitalaya Hubeis. 2007. Manajemen Mutu SDM.
Ghalia Indonesia.
Marganingsih, Arywaty. 2009. Analisis Variabel Anteseden Perilaku Auitor Internal
Dan Konsekuensinya Terhadap Kinerja. Jakarta: Simposium Nasional
Akuntansi XII.
Maryani, T. dan U. Ludigdo. 2001. Survey Atas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Sikap Dan Perilaku Etis Akuntansi. TEMA. Volume II nomor 1. Maret. P. 49-
62.
Maulina, Anggraini, dan Anwar, 2010. Pengaruh Tekanan Waktu dan Tindakan
Supervisi Terhadap Penghentian Premature Atas Prosedur Audit. Simposium
Nasional Akuntansi XIII.
Mayangari, S. 2003. Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat
Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6 No.
1. Januari, P. 1-22.
103
Minner, Haywood,Jhon, 1992. Organizational Behavior Performance and
Productivity, New York: Random House Bussiness Division.
Mulyadi. 2002 : Auditing. Cetakan pertama Maret 2002. Jakarta : Salemba Empat
Mcclelland,D.C.1973. Testing for Rather than Intelligence. American
Psychologist,28,1-14.
Pramonowati,Irma Dyah. 2006. Perbedaan Kierja Auditor dilihat dari Segi Gender.
Prasita, Adi. 2006. Pengaruh Kompleksitas Audit Dan Tekanan Anggaran Waktu
Terhadap Kualitas Audit Dengan Pemoderasi Pemahaman Terhadap Sistem
Informasi. Salatiga. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol XIII, No.1 : p.54-78.
Ristanto, Lilik Henry. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Perilaku Etis
Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah Daerah. Tesis Maksi UNDIP
Robbins, Stephen P. 2002. Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Sayogya, Nataline. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Kerja
Auditor. Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak dipublikasikan).
Setiawan, Ivan Aris dan Imam Ghozali. 2006. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Sekaran,Uma, 2001, Research for Business. Jakarta: Salemba Empat.
Sihwahjoeni dan M.Gudono, 2000. Persepsi Akuntan Terhadap Kode Etik Akuntan.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, No. 2.
104
Simanjuntak, Peter. 2008. Pengaruh Time Budget Pressure dan Resiko Kesalahan
terhadap Penurunan Kualitas Audit. Tesis Maksi UNDIP.
Sojka. Jane Z and Dawn R Deeter. 2002. Enhancing The Emotional Intellegence Of
Salespeople. Journal of Bussiness : Spring 17.1
Sososutikno, Christina, 2003. Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku
Disfungsional serta Pengaruhnya Terhadap Kualitas Audit. Simposium
Nasional Akuntansi VI (Oktober): 1116-1124.
Tim Penyusun kamus Pusat Pembina dan Pengembangan Bahasa, 1999. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Ed.2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai
Pustaka.
Trihandini, Fabiola Meinayati. 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Sipiritual terhadap Kinerja Karyawan
pada Hotel Horison Semarang. Tesis. UNDIP.
Walgito, Bimo, 1997. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset.
Widiarti.2007. Analisis Hubungan Antara Persepsi Pegawai Terhadap System
Kompensasi, Karakteristik Pekerjaan, dan Iklim Organisasi Dengan Persepsi
Pegawai Trhadap Kinerja. Studi Kasus Pada Divisi Tresuri Bank BNI. Tesis.
FISIP UI.
Wirawan,2009.Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat
105
Zulkifli, Albar. 2009. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendidikan Berkelanjutan,
Komitmen Organisasi, Sistem Reward, Pengalaman Dan Motivasi Auditor
Terhadap Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Tesis Maksi
Universitas Sumatera Utara.
http://google.com
http://ssrn.com
108
Lampiran 1. Daftar Sampel
No. Nama KAP Alamat Jumlah Responden
1. KAP Bayudi Watu & Rekan Jl. Dr. Wahidin No. 85 10 2. KAP Darsono & Budi Cahyo Santoso Jl. Mugas Dalam No. 65 3 3. KAP Drs. Hananta Budianto & Rekan (Pusat) Jl. Sisingamangaraja No. 20-22 3 4. KAP I. Soetikno Jl. Durian Raya No. 20 Kav. 3 4 5. KAP Ruchedi, Mardjito, dan Rushadi Jl. Beruang Raya No. 48 3 6. KAP Soekamto Jl. Durian Selatan No. 16 5 7. KAP Dra. Suhartati & Rekan (Cab) Jl. Citarum Tengah No. 22 5 8. KAP Yulianti, SE,BAP. Jl. MT. Haryono, No. 548 4 9. KAP Ngurah Arya & Rekan Jl. Pamularsih Raya No.16 6 10. KAP Supriyanto, Auditor, Tax, and
Management Consultan Jl. Puri Anjasmoro EE-3/12A Puri Arta Plaza Semarang
6
11. KAP Drs. Tahrir Hidayat Jl. Pusponjolo Tengah 1-2 A 5 Jumlah Responden 54
110
Lampiran 2. Kisi – Kisi instrumen sebelum dilakukan uji validitas dan reliabilitas
1. KECERDASAN EMOSIONAL
NO MATERI DEFINISI OPERASIONAL
INDIKATOR BUTIR SOAL NOMOR
1. KECERDASAN EMOSIONAL
Menjelaskan tentang penggunaan kecerdasan emosional auditor yang digunakan saat melakukan proses audit.
a. Kesadaran diri b. Pengendalian diri c. Motivasi d. Empati e. Ketrampilan
sosial
1,4,5 2,6,8,9 7,11,12,13 3,10,14,15,16,17 18,19,20,21
2. PERSEPSI KODE ETIK
NO PERSEPSI KODE ETIK INDIKATOR SUB INDIKATOR BUTIR SOAL
NOMOR 1. PRINSIP
ETIKA Prinsip tanggung jawab profesi
1
Prinsip Kepentingan Publik 2 Prinsip Integritas 3 Prinsip Obyektif 4 Prinsip kompetensi dan kehati-hatian 5 Prinsip Kerahasiaan 6 Prinsip perilaku profesi 7 Prinsip Standar teknis 8 Aturan Etika Independensi, Integritas, objektivitas 9 Standar umum, Prinsip Akuntansi 10 Tanggung Jawab Kepada klien 11 Tanggung jawab Kepada rekan 12 Tanggung jawab kepada praktik lain 13,14
3. TEKANAN WAKTU
NO DEFINISI INDIKATOR BUTIR SOAL NOMOR
Menjelaskan tentang anggaran waktu audit dan ketepatan waktu pelaksanaan audit
a. Ketepatan waktu 1
b. Pemenuhan target dengan waktu yang ditentukan
2,3
c. Kelonggaran waktu audit 4 d. Beban yang ditanggung 5
111
dengan keterbatasam waktu
4. MOTIVASI
NO INDIKATOR PENGERTIAN BUTIR SOAL NOMOR
1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan
1,2
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan diri di tempat kerja.
3
3. Kebutuhan sosial Kebutuhan akan perhatian, cinta kasih, saying sesame rekan kerja
4
4. Kebutuhan penghargaan Kebutuhan untuk dihargai oleh orang lain
5,6,7
5. Kebutuhan aktualisasi diri Keinginan untuk menunjukan kemampuan yang dimiliki diri sendiri kepada orang lain
8,9,10
5. KINERJA AUDITOR
NO INDIKATOR PENGERTIAN BUTIR SOAL NOMOR
1. Kualitas kerja Seperangkat hasil atau nilai yang menitik beratkan pada mutu kerja apakah sesuai dengan standar kerja atau tidak.
1,2,3,4,5
2. Kuantitas kerja Menitik beratkan kepada hasil seberapa banyak yang dihasilkan seseorang pada kerja pada satuan waktu atau periode tertentu.
6,7
3. Pengetahuan tentang pekerjaan Kemampuan seseorang dapat dilihat dengan seberapa besar dia memahami apa yang sedang dikerjakan termasuk tanggung jawab apa yang harus dilaksanakan.
8,9,10,11
4. Pendapat atau pernyataan yang disimpulkan
Kemampuan seorang auditor untuk mengambil kesimpulan terhadap ide atau hasil kerja
12,13,14
112
yang diberikan kemudian diterapkan sesuai prosedur audit.
5. Perencanaan kerja Merupakan suatu rangkaian kerja untuk melakukan persiapan guna menunjang pelaksanaan kerja sampai dengan pada pencapaian hasil kerja.
15,16,17,18
114
1. KECERDASAN EMOSIONAL
NO MATERI DEFINISI OPERASIONAL
INDIKATOR BUTIR SOAL NOMOR
1. KECERDASAN EMOSIONAL
Menjelaskan tentang penggunaan kecerdasan emosional auditor yang digunakan saat melakukan proses audit.
f. Kesadaran diri g. Pengendalian diri h. Motivasi i. Empati j. Ketrampilan
sosial
1,2,3 4,5 6,7,8 9,10,11 12,13,14,15
2. PERSEPSI KODE ETIK
NO PERSEPSI KODE ETIK INDIKATOR SUB INDIKATOR BUTIR SOAL
NOMOR 1. PRINSIP
ETIKA Prinsip tanggung jawab profesi
1
Prinsip Kepentingan Publik 2 Prinsip Integritas 3 Prinsip Obyektif 4 Prinsip kompetensi dan kehati-hatian 5 Prinsip Kerahasiaan 6 Prinsip perilaku profesi 7 Prinsip Standar teknis 8 Aturan Etika Independensi, Integritas, objektivitas 9 Standar umum, Prinsip Akuntansi 10 Tanggung Jawab Kepada klien 11 Tanggung jawab Kepada rekan 12 Tanggung jawab kepada praktik lain 13,14
3. TEKANAN WAKTU
NO DEFINISI INDIKATOR BUTIR SOAL NOMOR
Menjelaskan tentang anggaran waktu audit dan ketepatan waktu pelaksanaan audit
e. Ketepatan waktu 1
f. Pemenuhan target dengan waktu yang ditentukan
2,3
g. Kelonggaran waktu audit 4 h. Beban yang ditanggung
dengan keterbatasam waktu
5
115
4. MOTIVASI
NO INDIKATOR PENGERTIAN BUTIR SOAL NOMOR
1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan
1,2
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan diri di tempat kerja.
3
3. Kebutuhan sosial Kebutuhan akan perhatian, cinta kasih, saying sesame rekan kerja
4
4. Kebutuhan penghargaan Kebutuhan untuk dihargai oleh orang lain
5,6,7
5. Kebutuhan aktualisasi diri Keinginan untuk menunjukan kemampuan yang dimiliki diri sendiri kepada orang lain
8,9,10
5. KINERJA AUDITOR
NO INDIKATOR PENGERTIAN BUTIR SOAL NOMOR
1. Kualitas kerja Seperangkat hasil atau nilai yang menitik beratkan pada mutu kerja apakah sesuai dengan standar kerja atau tidak.
1,2,3,4,5
2. Kuantitas kerja Menitik beratkan kepada hasil seberapa banyak yang dihasilkan seseorang pada kerja pada satuan waktu atau periode tertentu.
6,7
3. Pengetahuan tentang pekerjaan Kemampuan seseorang dapat dilihat dengan seberapa besar dia memahami apa yang sedang dikerjakan termasuk tanggung jawab apa yang harus dilaksanakan.
8,9,10,11
4. Pendapat atau pernyataan yang disimpulkan
Kemampuan seorang auditor untuk mengambil kesimpulan terhadap ide atau hasil kerja yang diberikan kemudian diterapkan sesuai prosedur audit.
12,13,14
5. Perencanaan kerja Merupakan suatu rangkaian kerja untuk melakukan persiapan guna menunjang pelaksanaan kerja sampai dengan pada pencapaian hasil kerja.
15,16,17,18
117
KUESIONER PENELITIAN
JUDUL
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan Waktu, dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di
Kota Semarang
Kepada Yth : Bapak / Ibu Responden Di Tempat
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
118
Semarang, Mei 2011
Lap : Satu (1) Set Kuesioner
Hal : Permohonan Menjadi Responden
Kepada :
Bapak / Ibu Responden Yang Terhormat
Di Tempat
Dengan Hormat,
Dalam rangka penelitian ilmiah untuk memenuhi tugas akhir pada Program Sarjana (S1) Universitas Negeri Semarang, maka saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Indiarti Shoviana Dewi
Nim : 7250407106
Alamat : Jl. Tumpang X/14 Semarang
Membutuhkan beberapa informasi untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan. Informasi yang saya peroleh dari respon yang Bapak/ Ibu berikan akan sangat membantu saya untuk mendapatkan bukti empiris mengenai penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan waktu Dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Semarang.
Informasi ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk penelitian ilmiah. Keberhasilan penelitian ini sangat bergantung pada partisipasi dan perhatian Bapak/Ibu responden dalam mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh.
Atas perhatian, kerjasama, dukungan dan kesediaan Bapak/Ibu saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Indiarti Shoviana Dewi
7250407106
119
I. Identitas Responden
Isilah dengan singkat dan jelas sesuai dengan data diri Bapak/ Ibu dengan Jawaban yang paling sesuai.
Tanggal Pengisian :
Nama KAP :
Nama Responden (boleh tidak diisi) :
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Usia :…….Tahun
Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3 Lainnya …….
Lama bekerja pada Kantor Akuntan Publik…….tahun…….bulan
Jenjang Profesi : Auditor Junior Supervisor
Auditor Senior Manager
II. Petunjuk pengisian
Jawaban Bapak/Ibu atas pertanyaan yang diajukan sangat berharga bagi saya dan akan memberikan kontribusi penting untuk penelitian ini. Mohon Bapak/Ibu memberikan pendapat atas pertanyaan-pertanyaan berikut, sesuai dengan tingkat persetujuan dengan memberikan tanda CHECK (√) pada tingkat pilihan yang mewakili tingkat persetujuan Bapak/Ibu.
Keterangan :
1. Sangat Tidak Setuju (STS)
2. Tidak Setuju (TS)
3. Netral (N)
4. Setuju (S)
5. Sangan Setuju (SS)
120
Berikan tanda CHECK (√) sesuai dengan persetujuan yang mewakili Anda pada nilai frekuensi dibawah ini.
KECERDASAN EMOSIONAL (Ahmad, 2009)
No KECERDASAN EMOSIONAL FREKUENSI
A KESADARAN DIRI 1 2 3 4 5 STS SS N S SS
1. Saya merasa mampu menggunakan segenap pengetahuan saya dalam melaksanakan proses pengauditan sesuai dengan SPAP.
2. Saya sulit menerima gagasan atau ide dari klien saya mengenai proses audit.
3. Saya merasa tidak canggung ketika melakukan audit pada lingkungan yang belum saya kenal.
4. Saya mempunyai kemampuan untuk mendapatkan bukti audit yang diperlukan
5. Saya sering merasa khawatir tidak dapat menyelesaikan pengauditan tepat waktu.
B. PENGENDALIAN DIRI 6. Selama melakukan audit saya tetap bersikap tenang dalam
menghadapi klien yang kurang kooperatif.
7. Saya sering menggunakan inisiatif saya sendiri untuk menggunakan strategi agar tercapai sasaran audit yang diinginkan.
8. Untuk menyelesaikan audit tepat waktu, saya dapat menunda pemuasan sesaat saya seperti menonton tv, jalan-jalan, dll.
9. Saya akan menarik diri dari penugasan orang yang memandang saya tidak independen terhadap suatu penugasan.
10. Saya akan melaksanakan proses pemeriksaan sesuai dengan kehendak klien meskipun tidak sesuai dengan kenyataan.
C. MOTIVASI 11. Saya berharap mendapatkan kesempatan untuk
memperoleh promosi dari perusahaan
12. Saya diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang berguna untuk meningkatkan profesional saya.
121
13. Saya akan berkemauan untuk mencoba lagi melakukan hal
yang sama meskipun dulu pernah mengalami kegagalan.
D. EMPATI 14. Saya memahami tugas-tugas dan kesibukan klien.
15. Saya akan melakukan audit sebaik mungkin meskipun klien saya sulit ditemui.
16. Saya akan terlebih dahulu mengkomunikasikan kepada klien untuk mengetahui sudut pandang yang klien berikan apabila terjadi penyelewengan atas tindakan klien.
17. Saya mampu menciptakan suasana nyaman bagi klien dalam melaksanakan proses audit.
E. KETERAMPILAN SOSIAL 18. Saya mampu mengkomunikasikan laporan hasil audit saya
kepada klien.
19. Saya sering bertukar pengalaman dengan sesama auditor. 20. Saya mampu bekerja sama dengan staf dari entitas yang
saya audit.
21. Saya merasa mudah mengembangkan topik pembicaraan mengenai audit dengan klien saya.
PERSEPSI KODE ETIK (Kusrini, 2008)
NO PERSEPSI KODE ETIK FREKUENSI 1 2 3 4 5
A. PRISIP ETIKA STS TS N S SS 1. Akuntan harus mempertahankan nama baik profesi dengan
menjunjung tinggi etika profesi serta hukum Negara tempat ia melaksanakan pekerjaan.
2. Akuntan berkewajiban bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan atas profesionalisme.
3. Seorang akuntan harus bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa.
4. Setiap akuntan harus menjaga objektifitasnya dan bebas dari
122
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Akuntan tidak boleh menerima/ menawarkn hadiah yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh tertentu terhadap pertimbangan profesionalnya.
6. Sebagai akuntan, saya dibenarkan untuk memberikan pernyataan pendapat akuntan atas laporan keuangan.
7. Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang meniskreditkan profesi.
8. Akuntan harus melakukan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar integritas dan objektivtas
B.
ATURAN ETIKA
9. Akuntan harus mempertahankan independensi, integritas, dan objektivitas dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
10. Seorang akuntan harus memberikan jasa profesional dan menyelesaikannya dengan kompetensi yang profesional.
11. Umumnya waktu 6 sampai 9 bulan merupakan jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanaan secara seksama pekerjaan audit yang idealnya waktu perikatan audit sudah diterima oleh auditor 6 sampai dengan 9 bulan sebelum berakhir tahun buku klien.
12. Seorang auditor dapat tidak mengeluarkan pendapat karena tidak memperoleh bukti yang lengkap dan relevan karena adanya pressure dan pembatasan yang ketat oleh klien.
13. Semua anggota IAI tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
14. Seorang auditor boleh mengumumkan pembukaan kantor akuntan public dengan memasang iklan di surat kabar.
123
TEKANAN WAKTU (Almaretta,2010)
No TEKANAN WAKTU FREKUENSI A. KETEPATAN WAKTU 1 2 3 4 5
STS TS N S SS 1. Dalam penegrjaan tugas, anda selalu menyelesaikan sebelum
waktu yang telah ditetapkan.
B. PEMENUHAN TARGET DENGAN WAKTU YANG DITENTUKAN
2. Dengan waktu yang telah ditentukan, tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
3. Selama ini anda mampu memenuhi target waktu yang ditentukan.
C. KELONGGARAN WAKTU AUDIT 4. Dengan waktu yang ada, anda mempunyai waktu untuk
bersantai sejenak.
D. BEBAN YANG DITANGGUNG DENGAN KETERBATASAN WAKTU
5. Anda merasa beban pekerjaan anda berat ditambah dengan adanya pembatasan waktu yang ada.
MOTIVASI (Dwilita, 2009 dengan modifikasi)
No MOTIVASI Frekuensi A. MOTIVASI AKAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS
(kebutuhan pangan,sandang, papan) 1 2 3 4 5
STS TS N S SS 1. Gaji yang diberikan kepada saya, sesuai dengan
tanggung jawab yang saya emban.
2. Sebagai seorang auditor penghasilan saya mampu mencukupi kebutuhan pangan, sandang, papan.
B. KEBUTUHAN AKAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN
3. Tempat saya bekerja merupakan lingkungan yang aman.
C. KEBUTUHAN SOSIAL 4. Rekan-rekan yang ada disini memberikan motivasi saya
dalam bekerja.
D. KEBUTUHAN PENGHARGAAN 5. Pendapat yang anda kemukakan,didengarkan oleh orang
124
lain dengan baik.
6. Pimpinan menghargai pekerjaan saya.
7. Saya merasa tidak ada tekanan bekerja dari teman-teman yang ada disini.
E. KEBUTUHAN AKAN AKTUALISASI DIRI 8. Kompetensi saya dalam bekerja sangat tinggi.
9. Menurut saya, kemampuan saya sebagai auditor sudah cukup.
10. Saya bekerja sebagai auditor karena saya yakin saya memiliki kemampuan sebagai seorang auditor.
KINERJA AUDITOR (Ahmad,2009)
No KINERJA AUDITOR
FREKUENSI
A. KUALITAS KERJA 1 2 3 4 5 STS TS N S SS
1. Saya sering melakukan pembuktian untuk setiap asersi manajemen dalam melakukan pemeriksaan.
2. Dalam setiap menyelesaikan pekerjaan, saya selalu berusaha untuk sesuai dengan ketentuan dan standar yang ada.
3.
Saya mampu membuat audit yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya karena hasil audit bermanfaat bagi orang lain.
4. Terkadang saya merasa kurang yakin dengan apa yang telah saya kerjakan.
5. Saya berani bertanggungjawab terhadap hasil audit yang telah saya lakukan.
B. KUANTITAS KERJA 6. Saya mampu mencapai target kerja yang dibebankan
kepada saya.
125
7. Saya dapat menyelesaikan tugas audit sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
C. PENGETAHUAN TENTANG PEKERJAAN 8. Saya sering mengembangkan tujuan umum dan tujuan
khusus spesifik yang akan digunakan sebagai dasar pengumpulan bukti.
9. Prosedur audit yang saya buat memberikan prosedur yang jelas dan rinci mengenai tindakan, metode, dan teknik yang akan digunakan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten.
10. Saya memahami resiko yang akan saya terima ketika melakukan kesalahan kerja.
11. Saya selalu mengikuti perkembangan informasi yang ada untuk menunjang profesi saya sebagai auditor.
D. PENDAPAT ATAU PERNYATAAN YANG DISIMPULKAN
12. Saya sering member pendapat dalam laporan auditor independen untuk menggambarkan kondisi atau fakta keuangan.
13. Saya sering mempertimbangkan faktor ekonomis dan waktu untuk memperoleh bukti audit yang cukup sebagai dasar merumuskan pendapat.
14. Saya sering menggabungkan informasi atau bukti audit yang didapat selama pemeriksaan untuk memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai laporan keuangan.
E. PERENCANAAN KERJA 15. Saya sering menyusun pogram audit terlebih dulu
sebelum melakukan pemeriksaan.
16. Saya sering menyeleksi bukti audit atau informasi yang diperoleh sebelum melakukan pemeriksaan.
17. Program audit yang saya susun merinci mengenai prosedur audit yang digunakan, ukuran sampel yang dipilih, pelaksana audit serta waktunya.
18. Saya sering melakukan pengamatan inspeksi permintaan keterangan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten sebelum menyatakan pendapat dalam laporan keuangan auditan.
127
KUESIONER PENELITIAN
JUDUL
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan Waktu, dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di
Kota Semarang
Kepada Yth : Bapak / Ibu Responden Di Tempat
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
128
Semarang, Mei 2011
Lap : Satu (1) Set Kuesioner
Hal : Permohonan Menjadi Responden
Kepada :
Bapak / Ibu Responden Yang Terhormat
Di Tempat
Dengan Hormat,
Dalam rangka penelitian ilmiah untuk memenuhi tugas akhir pada Program Sarjana (S1) Universitas Negeri Semarang, maka saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Indiarti Shoviana Dewi
Nim : 7250407106
Alamat : Jl. Tumpang X/14 Semarang
Membutuhkan beberapa informasi untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan. Informasi yang saya peroleh dari respon yang Bapak/ Ibu berikan akan sangat membantu saya untuk mendapatkan bukti empiris mengenai penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Kode Etik, Tekanan waktu Dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Semarang.
Informasi ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk penelitian ilmiah. Keberhasilan penelitian ini sangat bergantung pada partisipasi dan perhatian Bapak/Ibu responden dalam mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh.
Atas perhatian, kerjasama, dukungan dan kesediaan Bapak/Ibu saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Indiarti Shoviana Dewi
7250407106
129
III. Identitas Responden
Isilah dengan singkat dan jelas sesuai dengan data diri Bapak/ Ibu dengan Jawaban yang paling sesuai.
Tanggal Pengisian :
Nama KAP :
Nama Responden (boleh tidak diisi) :
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Usia :…….Tahun
Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3 Lainnya …….
Lama bekerja pada Kantor Akuntan Publik…….tahun…….bulan
Jenjang Profesi : Auditor Junior Supervisor
Auditor Senior Manager
IV. Petunjuk pengisian
Jawaban Bapak/Ibu atas pertanyaan yang diajukan sangat berharga bagi saya dan akan memberikan kontribusi penting untuk penelitian ini. Mohon Bapak/Ibu memberikan pendapat atas pertanyaan-pertanyaan berikut, sesuai dengan tingkat persetujuan dengan memberikan tanda CHECK (√) pada tingkat pilihan yang mewakili tingkat persetujuan Bapak/Ibu.
Keterangan :
6. Sangat Tidak Setuju (STS)
7. Tidak Setuju (TS)
8. Netral (N)
9. Setuju (S)
10. Sangan Setuju (SS)
130
Berikan tanda CHECK (√) sesuai dengan persetujuan yang mewakili Anda pada nilai frekuensi dibawah ini.
KECERDASAN EMOSIONAL (Ahmad, 2009)
No KECERDASAN EMOSIONAL FREKUENSI
A. KESADARAN DIRI 1 2 3 4 5 STS SS N S SS
1. Saya merasa mampu menggunakan segenap pengetahuan saya dalam melaksanakan proses pengauditan sesuai dengan SPAP.
2. Saya mempunyai kemampuan untuk mendapatkan bukti audit yang diperlukan
3 Saya sering merasa khawatir tidak dapat menyelesaikan pengauditan tepat waktu.
B. PENGENDALIAN DIRI 4. Selama melakukan audit saya tetap bersikap tenang dalam
menghadapi klien yang kurang kooperatif.
5. Untuk menyelesaikan audit tepat waktu, saya dapat menunda pemuasan sesaat saya seperti menonton tv, jalan-jalan, dll.
C. MOTIVASI 6. Saya berharap mendapatkan kesempatan untuk memperoleh
promosi dari perusahaan
7. Saya diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang berguna untuk meningkatkan profesional saya.
8. Saya akan berkemauan untuk mencoba lagi melakukan hal yang sama meskipun dulu pernah mengalami kegagalan.
D. EMPATI 9 Saya memahami tugas-tugas dan kesibukan klien.
10. Saya akan melakukan audit sebaik mungkin meskipun klien saya sulit ditemui.
11. Saya mampu menciptakan suasana nyaman bagi klien dalam melaksanakan proses audit.
131
E. KETERAMPILAN SOSIAL 12. Saya mampu mengkomunikasikan laporan hasil audit saya
kepada klien.
13. Saya sering bertukar pengalaman dengan sesame auditor. 14. Saya mampu bekerja sama dengan staf dari entitas yang saya
audit.
15. Saya merasa mudah mengembangkan topik pembicaraan mengenai audit dengan klien saya.
PERSEPSI KODE ETIK (Kusrini, 2008)
NO PERSEPSI KODE ETIK FREKUENSI 1 2 3 4 5
A. PRISIP ETIKA STS TS N S SS 1. Akuntan harus mempertahankan nama baik profesi dengan
menjunjung tinggi etika profesi serta hukum Negara tempat ia melaksanakan pekerjaan.
2. Akuntan berkewajiban bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan atas profesionalisme.
3. Seorang akuntan harus bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa.
4. Setiap akuntan harus menjaga objektifitasnya dan bebas dari kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Akuntan tidak boleh menerima/ menawarkn hadiah yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh tertentu terhadap pertimbangan profesionalnya.
6. Sebagai akuntan, saya dibenarkan untuk memberikan pernyataan pendapat akuntan atas laporan keuangan.
7. Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang meniskreditkan profesi.
8. Akuntan harus melakukan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar integritas dan objektivtas
132
B. ATURAN ETIKA
9. Akuntan harus mempertahankan independensi, integritas, dan objektivitas dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
10. Seorang akuntan harus memberikan jasa profesional dan menyelesaikannya dengan kompetensi yang profesional.
11. Umumnya waktu 6 sampai 9 bulan merupakan jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanaan secara seksama pekerjaan audit yang idealnya waktu perikatan audit sudah diterima oleh auditor 6 sampai dengan 9 bulan sebelum berakhir tahun buku klien.
12. Seorang auditor dapat tidak mengeluarkan pendapat karena tidak memperoleh bukti yang lengkap dan relevan karena adanya pressure dan pembatasan yang ketat oleh klien.
13. Semua anggota IAI tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
14. Seorang auditor boleh mengumumkan pembukaan kantor akuntan public dengan memasang iklan di surat kabar.
TEKANAN WAKTU (Almaretta,2010)
No TEKANAN WAKTU FREKUENSI A. KETEPATAN WAKTU 1 2 3 4 5
STS TS N S SS 1. Dalam penegrjaan tugas, anda selalu menyelesaikan sebelum
waktu yang telah ditetapkan.
B. PEMENUHAN TARGET DENGAN WAKTU YANG DITENTUKAN
2. Dengan waktu yang telah ditentukan, tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
3. Selama ini anda mampu memenuhi target waktu yang ditentukan.
C. KELONGGARAN WAKTU AUDIT 4. Dengan waktu yang ada, anda mempunyai waktu untuk
bersantai sejenak.
D. BEBAN YANG DITANGGUNG DENGAN KETERBATASAN WAKTU
5. Anda merasa beban pekerjaan anda berat ditambah dengan adanya pembatasan waktu yang ada.
133
MOTIVASI (Dwilita, 2009 dengan modifikasi)
No MOTIVASI Frekuensi A. MOTIVASI AKAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS
(kebutuhan pangan,sandang, papan) 1 2 3 4 5
STS TS N S SS 1. Gaji yang diberikan kepada saya, sesuai dengan
tanggung jawab yang saya emban.
2. Sebagai seorang auditor penghasilan saya mampu mencukupi kebutuhan pangan, sandang, papan.
B. KEBUTUHAN AKAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN
3. Tempat saya bekerja merupakan lingkungan yang aman.
C. KEBUTUHAN SOSIAL 4. Rekan-rekan yang ada disini memberikan motivasi saya
dalam bekerja.
D. KEBUTUHAN PENGHARGAAN 5. Pendapat yang anda kemukakan,didengarkan oleh orang
lain dengan baik.
6. Pimpinan menghargai pekerjaan saya.
7. Saya merasa tidak ada tekanan bekerja dari teman-teman yang ada disini.
E. KEBUTUHAN AKAN AKTUALISASI DIRI 8. Kompetensi saya dalam bekerja sangat tinggi.
9. Menurut saya, kemampuan saya sebagai auditor sudah cukup.
10. Saya bekerja sebagai auditor karena saya yakin saya memiliki kemampuan sebagai seorang auditor.
KINERJA AUDITOR (Ahmad,2009)
No KINERJA AUDITOR
FREKUENSI
A. KUALITAS KERJA 1 2 3 4 5 STS TS N S SS
134
1. Saya sering melakukan pembuktian untuk setiap asersi manajemen dalam melakukan pemeriksaan.
2. Dalam setiap menyelesaikan pekerjaan, saya selalu berusaha untuk sesuai dengan ketentuan dan standar yang ada.
3.
Saya mampu membuat audit yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya karena hasil audit bermanfaat bagi orang lain.
4. Terkadang saya merasa kurang yakin dengan apa yang telah saya kerjakan.
5. Saya berani bertanggungjawab terhadap hasil audit yang telah saya lakukan.
B. KUANTITAS KERJA 6. Saya mampu mencapai target kerja yang dibebankan
kepada saya.
7. Saya dapat menyelesaikan tugas audit sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
C. PENGETAHUAN TENTANG PEKERJAAN 8. Saya sering mengembangkan tujuan umum dan tujuan
khusus spesifik yang akan digunakan sebagai dasar pengumpulan bukti.
9. Prosedur audit yang saya buat memberikan prosedur yang jelas dan rinci mengenai tindakan, metode, dan teknik yang akan digunakan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten.
10. Saya memahami resiko yang akan saya terima ketika melakukan kesalahan kerja.
11. Saya selalu mengikuti perkembangan informasi yang ada untuk menunjang profesi saya sebagai auditor.
D. PENDAPAT ATAU PERNYATAAN YANG DISIMPULKAN
12. Saya sering member pendapat dalam laporan auditor independen untuk menggambarkan kondisi atau fakta keuangan.
135
13. Saya sering mempertimbangkan faktor ekonomis dan waktu untuk memperoleh bukti audit yang cukup sebagai dasar merumuskan pendapat.
14. Saya sering menggabungkan informasi atau bukti audit yang didapat selama pemeriksaan untuk memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai laporan keuangan.
E. PERENCANAAN KERJA 15. Saya sering menyusun pogram audit terlebih dulu
sebelum melakukan pemeriksaan.
16. Saya sering menyeleksi bukti audit atau informasi yang diperoleh sebelum melakukan pemeriksaan.
17. Program audit yang saya susun merinci mengenai prosedur audit yang digunakan, ukuran sampel yang dipilih, pelaksana audit serta waktunya.
18. Saya sering melakukan pengamatan inspeksi permintaan keterangan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten sebelum menyatakan pendapat dalam laporan keuangan auditan.
137
Tabulasi data Instrumen Penelitian
Res x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 x1.5 x1.6 x1.7 x1.8 x1.9 x1.10 x1.11 x1.12 x1.13 x1.14 x1.15 x1.16 x1.17 x1.18 x1.19 x1.20 x1.21 1 5 2 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3
2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 2 3 2 3 2 3
3 1 1 3 1 2 2 2 2 4 3 1 2 3 2 2 4 2 2 1 1 3
4 3 2 4 5 5 3 2 5 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 3 4
5 2 2 3 1 2 2 2 2 1 4 1 1 3 1 2 4 2 2 1 1 2
6 4 4 4 5 5 3 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 3 4 4
7 4 3 3 4 4 3 5 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 2 3 3 3
8 3 5 3 4 5 3 5 4 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 5 4
9 2 3 3 2 2 2 5 4 2 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 3 2
10 3 2 2 2 2 3 5 4 5 3 2 2 3 4 4 2 2 2 4 2 2
138
Tabulasi data Instrumen Penelitian
res X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 X2.12 X2.13 X2.14 1 5 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3
2 1 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 4
3 2 3 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 2
4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3
5 2 2 2 3 3 1 2 1 1 3 1 2 1 2
6 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5
7 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4
8 4 2 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2
9 4 3 3 3 2 2 2 2 1 3 3 3 5 4
10 2 2 2 2 1 3 3 2 2 3 4 4 1 2
139
Tabulasi data Instrumen Penelitian
Res X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 1 4 3 5 4 3
2 3 3 3 3 3
3 1 3 2 1 3
4 3 5 5 3 5
5 1 2 1 1 2
6 5 4 5 4 5
7 4 3 4 3 4
8 3 3 3 2 3
9 3 3 3 5 3
10 1 2 2 1 2
140
Tabulasi data Instrumen Penelitian
Res x4.1 x4.2 x4.3 x4.4 x4.5 x4.6 x4.7 x4.8 x4.9 x4.10 1 2 3 3 4 4 3 1 4 4 4 2 3 2 3 3 3 4 3 2 1 3 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 2 2 1 2 1 2 3 1 1 3 6 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 7 4 4 5 4 3 4 5 4 4 4 8 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 9 3 2 3 3 5 4 2 2 1 3
10 2 3 4 4 1 2 1 2 2 3
141
Tabulasi data Instrumen Penelitian
Res Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8 Y.9 Y.10 Y.11 Y.12 Y.13 Y.14 Y.15 Y.16 Y.17 Y.18 1 3 4 4 4 2 3 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4
2 3 3 4 2 2 2 3 3 4 2 2 2 4 2 1 3 3 3
3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 4 3 4 2 1 2 3 2 2
4 5 3 5 3 3 4 3 4 5 3 5 4 5 4 4 4 4 3
5 2 3 2 1 2 3 1 2 1 1 2 3 1 1 1 3 1 2
6 4 4 5 3 3 4 3 5 3 5 5 5 4 5 5 4 5 4
7 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
8 4 3 5 3 5 4 4 3 5 4 5 5 3 3 5 4 3 5
9 3 3 4 2 2 2 3 3 2 2 3 4 2 2 1 3 3 3
10 1 2 2 1 1 3 1 3 2 2 1 3 1 2 2 3 4 4
143
res X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1.15 jumlah
1 5 3 1 2 4 3 1 4 5 4 5 4 5 5 5 56
2 3 4 3 5 5 3 2 4 4 4 3 2 3 1 3 49
3 5 1 2 4 2 5 4 2 3 4 2 4 3 5 1 47
4 2 3 2 4 2 2 3 2 5 5 4 5 3 5 1 48
5 2 4 2 3 1 3 4 2 5 2 3 2 3 4 3 43
6 3 3 5 3 5 3 3 5 4 3 4 4 3 5 1 54
7 4 4 3 5 5 2 2 2 4 5 3 3 3 5 1 51
8 4 2 4 2 2 2 2 4 3 3 4 5 3 4 1 45
9 4 5 5 3 3 2 3 5 2 5 5 4 3 5 3 57
10 3 5 5 5 5 5 5 3 5 5 4 4 5 4 4 67
11 5 3 5 2 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 4 65
12 3 2 2 5 1 3 2 2 4 4 4 3 4 4 5 48
13 5 2 4 5 3 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 65
14 5 2 5 2 4 4 2 3 4 3 5 5 5 4 4 57
15 4 5 3 5 5 3 5 5 5 4 5 5 4 4 4 66
16 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 3 5 4 5 4 67
17 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 2 4 5 3 65
18 2 3 3 5 4 2 5 5 2 5 2 3 3 2 3 49
19 2 3 2 5 3 3 3 5 2 1 3 4 4 4 4 48
144
20 5 5 2 5 4 5 4 4 2 5 5 4 5 5 3 63
21 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 2 5 67
22 5 5 4 3 5 3 3 3 4 3 5 3 4 5 3 58
23 1 3 2 2 4 2 2 4 4 5 1 3 4 4 4 45
24 2 2 2 3 2 2 1 2 5 1 3 2 4 5 5 41
25 5 5 4 5 3 2 4 5 2 3 3 4 5 5 5 60
26 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 68
27 3 4 2 2 4 3 4 2 2 3 5 2 4 3 4 47
28 2 3 2 2 5 2 2 3 3 2 4 2 4 4 5 45
29 2 4 5 4 3 5 5 4 5 4 5 3 5 4 5 63
30 4 3 4 2 5 4 3 5 5 5 4 2 4 4 4 58
31 2 2 2 3 2 2 1 3 4 3 3 3 2 2 1 35
32 4 5 5 5 4 3 5 5 3 4 4 2 5 5 5 64
33 4 2 4 4 5 4 4 5 5 5 2 3 5 5 4 61
34 4 2 5 1 5 4 2 4 5 4 4 4 5 5 5 59
35 4 3 5 4 5 4 5 5 2 5 3 3 4 4 4 60
36 2 4 3 2 2 2 1 2 1 3 4 2 5 3 4 40
37 4 4 3 2 5 3 5 4 4 5 5 3 4 3 5 59
38 2 2 2 2 5 5 2 2 3 2 2 4 5 5 5 48
39 4 4 4 3 3 5 5 5 4 4 5 2 5 5 5 63
145
40 3 2 2 1 3 3 2 3 3 2 4 3 5 2 2 40
41 5 4 5 2 5 2 4 5 3 4 4 5 5 4 3 60
42 2 3 2 3 5 1 3 5 2 5 2 4 5 5 5 52
43 2 2 2 2 3 2 2 5 2 4 3 2 4 5 4 44
44 3 3 2 2 4 3 1 2 3 5 5 3 4 3 4 47
45 4 4 4 5 1 4 3 4 3 5 2 2 4 5 3 53
46 4 5 4 2 5 3 4 3 5 5 4 2 4 2 5 57
47 4 3 5 5 3 4 1 2 2 5 5 2 4 3 4 52
48 4 4 4 5 3 2 4 4 4 4 2 3 5 3 4 55
49 2 4 5 4 2 3 5 2 5 4 4 4 5 5 4 58
50 4 2 2 3 4 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 42
51 3 5 3 1 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 64
52 4 2 4 1 2 2 2 5 2 5 1 4 5 5 5 49
53 2 4 2 2 1 2 3 5 4 3 4 3 3 2 5 45
54 5 5 3 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 2 5 67
146
res x2.1 x2.2 x2.3 x2.4 x2.5 x2.6 x2.7 x2.8 x2.9 x2.10 x2.11 x2.12 x2.13 x2.14 jumlah
1 4 5 5 3 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 63 2 2 2 3 5 2 1 5 3 2 2 4 4 2 3 40 3 2 2 3 5 5 2 4 1 5 3 4 4 4 2 46 4 5 2 2 5 5 4 5 4 4 4 3 2 5 1 51 5 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 2 5 3 3 41 6 5 4 3 2 2 4 3 1 4 2 4 3 2 2 41 7 1 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 1 35 8 3 5 3 4 3 5 4 3 4 4 4 2 3 4 51 9 4 5 3 5 3 1 1 3 2 4 3 4 5 2 45 10 4 5 5 4 3 4 5 3 4 4 4 5 3 3 56 11 3 4 3 3 3 4 1 1 1 5 5 2 4 3 42 12
1 4 3 2 2 1 5 1 2 3 2 2 3 4 35 13
4 5 4 5 4 1 1 2 2 4 4 5 4 5 50 14
1 3 2 4 5 4 1 5 5 2 5 5 5 5 52 15
1 1 5 4 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 57 16
5 4 5 4 5 5 5 2 2 4 5 4 5 4 59 17
5 5 3 4 4 4 4 3 5 2 3 5 4 5 56 18
1 5 2 2 5 1 1 5 1 3 1 5 5 3 40
147
19 1 1 3 4 4 4 4 4 5 4 4 1 1 1 41
20 4 4 3 4 4 1 1 4 4 2 3 5 4 4 47
21 2 5 3 4 4 5 5 4 5 5 2 5 4 5 58
22 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 1 5 56
23 2 3 4 2 2 1 1 4 3 5 5 5 4 4 45
24 2 3 1 2 3 2 4 4 4 4 4 5 3 5 46
25 4 5 3 1 4 4 5 4 5 5 5 5 2 5 57
26 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 2 5 5 3 59
27 4 4 4 4 4 1 1 4 4 3 4 5 2 4 48
28 4 3 3 2 1 4 4 3 4 2 3 2 5 4 44
29 5 5 3 1 1 1 1 5 5 4 5 3 2 5 46
30 5 3 3 4 1 4 4 4 5 3 4 5 3 2 50
31 4 2 2 2 2 1 1 2 5 2 2 3 4 3 35
32 5 4 5 5 4 4 5 4 2 5 4 5 3 2 57
33 5 5 2 1 2 5 1 4 4 5 3 4 4 2 47
34 4 2 3 4 4 1 3 4 2 5 3 2 4 2 43
35 3 2 4 2 4 5 5 1 5 2 5 3 5 4 50
36 2 3 3 2 3 3 1 5 2 4 5 5 3 4 45
37 2 5 1 4 1 4 4 1 4 2 2 4 3 3 40
148
38 2 5 5 2 5 5 5 5 5 3 2 5 5 3 57
39 5 2 5 5 4 4 5 1 5 2 2 5 2 2 49
40 5 5 2 5 5 2 5 5 5 3 5 4 5 4 60
41 5 3 3 5 4 5 1 5 4 4 2 1 3 2 47
42 2 2 2 1 5 4 2 5 1 3 3 3 3 3 39
43 5 2 4 1 2 2 5 4 4 2 3 2 5 2 43
44 2 3 2 3 4 4 5 5 1 5 2 5 3 3 47
45 2 4 2 2 4 3 5 5 1 3 4 5 5 2 47
46 5 4 5 3 3 5 4 4 1 2 4 1 1 3 45
47 2 2 4 4 3 5 4 5 1 4 2 5 3 3 47
48 5 4 4 4 4 4 5 4 1 2 1 4 1 1 44
49 4 3 5 5 3 3 5 1 4 3 2 5 3 3 49
50 4 3 3 5 4 5 4 3 1 4 3 4 4 3 50
51 5 5 5 4 5 4 5 1 5 5 4 3 3 4 58
52 5 4 3 4 4 5 4 1 4 2 3 4 4 5 52
53 3 5 3 5 3 5 5 5 5 4 5 3 5 5 61
54 5 3 5 2 4 4 2 5 5 3 5 3 5 4 55
149
res x3.1 x3.2 x3.3 x3.4 x3.5 jumlah 1 4 5 2 2 4 17 2 5 4 3 4 3 19 3 5 5 5 5 4 24 4 5 2 2 4 2 15 5 4 4 5 3 5 21 6 5 3 2 5 4 19 7 5 4 2 5 3 19 8 5 4 5 5 4 23 9 5 4 3 5 4 21
10 5 3 5 4 5 22 11 5 5 4 5 4 23 12 4 2 2 3 2 13 13 4 4 4 5 4 21 14 4 3 4 4 4 19 15 4 5 5 5 4 23 16 4 5 4 5 5 23 17 4 4 4 5 3 20 18 4 2 3 3 3 15 19 4 3 5 1 4 17 20 5 4 5 5 2 21 21 4 5 4 5 4 22 22 5 4 5 3 4 21 23 4 4 3 5 4 20 24 2 4 2 2 4 14 25 5 3 5 5 3 21 26 4 3 3 5 3 18 27 2 5 2 4 2 15
150
28 2 3 4 2 3 14 29 3 3 4 2 2 14 30 4 3 4 2 4 17 31 2 2 3 4 4 15 32 5 5 5 4 4 23 33 3 2 3 2 4 14 34 2 3 4 3 4 16 35 2 4 3 5 1 15 36 2 4 3 3 2 14 37 2 3 2 2 4 13 38 5 5 3 5 5 23 39 2 2 2 3 4 13 40 2 5 5 5 5 22 41 2 2 3 2 2 11 42 2 5 2 3 3 15 43 3 4 3 3 4 17 44 4 5 3 2 3 17 45 3 3 5 5 1 17 46 4 3 3 5 5 20 47 1 5 5 3 1 15 48 4 5 5 5 3 22 49 5 5 3 3 2 18 50 3 2 5 3 4 17 51 4 5 4 4 4 21 52 2 3 5 2 2 14 53 4 4 4 4 3 19 54 3 5 5 3 3 19
151
res x4.1 x4.2 x4.3 x4.4 x4.5 x4.6 x4.7 x4.8 x4.9 x4.10 Jumlah 1 2 2 4 5 4 4 4 4 4 3 36 2 2 4 2 2 3 4 4 2 4 2 29 3 4 2 4 5 5 5 3 2 4 2 36 4 3 4 4 5 4 4 2 2 3 1 32 5 5 4 2 2 5 2 5 5 3 3 36 6 2 3 5 2 2 2 3 5 5 3 32 7 4 2 4 2 5 1 5 2 5 2 32 8 5 5 5 4 5 5 4 3 4 3 43 9 4 3 4 5 2 5 4 3 4 3 37
10 3 2 5 4 5 3 5 2 4 2 35 11 5 4 2 4 4 4 5 2 5 4 39 12 3 2 3 4 3 2 5 4 2 3 31 13 3 5 5 5 4 5 4 5 5 5 46 14 5 5 5 5 4 3 5 5 5 2 44 15 4 5 4 5 4 4 5 5 5 2 43 16 3 4 3 5 3 4 4 5 5 3 39 17 5 5 5 2 4 3 5 5 5 3 42 18 2 3 2 3 4 3 5 5 5 2 34 19 5 4 5 4 5 4 4 2 5 2 40 20 4 4 2 4 5 5 3 5 4 1 37 21 5 4 5 5 5 3 4 5 4 4 44 22 1 5 1 3 5 1 4 5 5 2 32 23 2 2 2 4 1 2 1 2 1 1 18 24 2 2 2 2 5 2 2 3 5 5 30 25 5 4 5 3 5 5 4 3 2 2 38 26 5 5 2 5 5 3 3 5 5 5 43 27 4 2 3 4 2 1 5 4 2 4 31 28 2 2 5 3 3 5 5 2 3 2 32 29 2 2 5 4 4 2 5 3 4 1 32
152
30 3 3 2 2 2 2 2 4 3 3 26 31 5 5 4 5 5 5 5 2 4 2 42 32 5 4 3 5 5 5 5 4 3 2 41 33 2 5 3 4 4 2 4 4 2 3 33 34 3 4 4 2 5 5 3 4 5 1 36 35 2 2 3 3 5 4 3 4 5 2 33 36 2 4 4 5 4 5 4 3 4 5 40 37 1 3 1 2 3 4 3 5 3 2 27 38 5 5 5 5 3 5 5 3 5 3 44 39 2 2 1 2 2 4 2 3 3 2 23 40 5 5 5 5 2 3 5 3 5 3 41 41 5 3 3 3 2 4 5 3 5 2 35 42 5 5 5 5 5 3 5 4 5 5 47 43 3 3 2 2 2 2 5 1 5 1 26 44 3 3 1 5 1 5 1 5 5 5 34 45 1 1 3 1 2 5 1 1 5 1 21 46 2 1 1 1 4 1 5 5 5 5 30 47 2 3 3 1 4 3 3 3 2 2 26 48 3 5 5 5 5 3 5 3 5 2 41 49 5 3 3 3 3 5 3 3 5 5 38 50 3 3 2 5 3 2 2 4 3 4 31 51 4 2 5 4 3 4 4 5 5 5 41 52 4 4 4 3 2 4 5 2 3 4 35 53 5 4 5 4 4 3 5 5 5 5 45 54 5 4 3 5 4 5 4 3 5 2 40
153
RES Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 JUMLAH
1 3 4 5 1 2 3 4 5 3 4 4 5 4 2 4 3 5 2 63
2 4 3 4 3 2 3 4 2 3 4 3 4 4 4 2 2 4 4 59
3 4 2 5 2 4 4 4 2 5 1 3 5 4 2 2 3 5 2 59
4 4 5 2 3 2 2 5 4 1 2 3 5 5 2 3 1 5 2 56
5 1 1 5 5 5 4 1 2 5 4 2 3 3 2 4 4 3 2 56
6 4 1 2 1 2 3 4 2 3 5 4 4 2 3 3 4 4 5 56
7 4 3 4 3 2 5 3 2 3 3 3 1 4 3 2 4 3 3 55
8 5 2 5 3 5 4 4 3 5 4 4 2 4 3 3 5 5 3 69
9 5 4 3 2 2 5 3 1 5 4 2 2 4 2 4 2 5 5 60
10 3 5 4 4 4 5 3 2 4 5 4 5 4 4 2 3 5 5 71
11 2 5 4 2 4 5 2 4 3 4 4 5 2 4 3 4 5 5 67
12 4 3 5 4 2 3 2 4 2 3 3 2 3 4 3 2 5 3 57
13 5 2 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 2 5 5 3 77
14 5 2 4 5 5 3 5 5 3 5 3 3 3 5 2 5 5 3 71
15 5 2 3 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 75
16 4 2 5 2 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 2 3 71
17 4 2 3 2 4 3 4 4 3 5 5 4 4 3 3 5 5 5 68
18 4 3 3 2 4 3 2 5 3 5 4 4 4 2 3 1 4 3 59
154
19 4 2 3 1 4 3 2 4 4 2 5 4 4 2 5 4 5 3 61
20 4 1 4 2 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 4 3 5 3 65
21 4 5 5 4 5 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 5 5 75
22 4 5 1 2 1 5 1 5 4 4 4 5 4 4 4 3 5 4 65
23 5 1 5 4 4 5 5 1 1 3 5 5 4 1 3 1 2 1 56
24 4 1 4 1 4 1 1 2 4 5 2 1 1 4 1 5 5 5 51
25 3 5 4 3 2 5 3 2 4 3 3 4 2 3 4 5 3 4 62
26 2 5 5 5 5 3 3 4 5 5 4 3 1 3 2 4 4 3 66
27 3 5 4 2 4 2 4 2 4 4 5 3 1 3 3 1 5 2 57
28 2 5 2 2 2 1 5 2 5 4 5 2 1 2 4 2 4 4 54
29 2 5 1 1 5 2 2 4 3 5 4 3 3 3 3 3 4 4 57
30 4 4 2 4 3 2 4 4 5 5 5 2 2 2 3 2 4 4 61
31 3 5 2 4 3 3 2 1 3 5 4 2 3 2 3 4 5 4 58
32 4 4 3 3 5 2 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 64
33 4 5 4 2 3 2 5 2 4 4 4 2 3 2 2 4 4 4 60
34 2 5 3 1 5 2 5 1 4 2 5 2 4 2 3 4 4 4 58
35 4 4 5 2 4 1 3 3 5 2 5 4 2 3 3 4 4 2 60
36 4 4 4 3 4 2 3 3 4 3 4 4 1 3 3 2 4 1 56
37 4 5 3 2 4 2 3 2 4 2 3 5 2 4 3 3 4 4 59
155
38 2 3 5 2 5 1 3 2 5 5 3 3 3 4 4 5 5 4 64
39 2 2 3 3 3 1 3 2 5 5 3 4 2 5 3 4 4 3 57
40 1 5 5 5 5 3 5 3 5 3 4 3 2 4 4 4 4 4 69
41 2 5 2 2 3 2 3 2 5 5 4 2 2 4 4 4 3 4 58
42 5 4 3 5 5 1 1 1 1 1 4 2 4 1 4 5 5 1 53
43 1 1 3 1 1 1 3 1 5 3 3 3 1 1 1 4 2 3 38
44 2 4 5 1 1 2 5 1 5 1 4 2 2 2 1 3 2 4 47
45 2 1 3 5 4 1 5 2 5 5 4 4 2 3 4 3 4 4 61
46 5 3 5 3 5 4 5 2 5 4 3 2 3 4 4 4 4 3 68
47 1 4 4 3 3 5 4 1 5 3 4 2 1 2 5 2 4 1 54
48 3 3 5 3 4 5 5 2 5 3 3 2 2 3 4 2 4 3 61
49 2 3 5 4 5 4 4 1 5 4 4 2 2 2 4 3 5 4 63
50 3 4 4 3 2 2 4 3 2 2 5 3 4 3 3 2 3 3 55
51 4 4 4 4 4 4 4 5 1 2 1 5 5 5 5 5 2 4 68
52 3 4 3 2 4 3 2 4 3 4 3 5 2 4 3 2 3 2 56
53 2 5 4 4 4 5 3 2 4 5 3 2 4 5 3 4 5 4 68
54 4 2 3 5 4 5 3 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 78
157
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation VAR00001 54 33.00 35.00 68.00 54.3704 8.79171 Valid N (listwise) 54
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation VAR00002 54 28.00 35.00 63.00 48.5926 7.12826 Valid N (listwise) 54
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation VAR00003 54 13.00 11.00 24.00 18.1667 3.42989 Valid N (listwise) 54
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation VAR00004 54 29.00 18.00 47.00 35.5370 6.58389 Valid N (listwise) 54
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation VAR00005 54 40.00 38.00 78.00 61.3333 7.51602 Valid N (listwise) 54
159
VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL X1
Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1.15 X1.16 X1.17 X1.18 X1.19 X1.20 X1.21 TOTAL X1
X1.1 Pearson Correlation 1 .328 .170 .758* .504 .797** .339 .636* .281 .428 .826** .708* .730* .615 .854** .091 .548 .544 .636* .658* .354 .767**
Sig. (2-tailed) .355 .640 .011 .138 .006 .338 .048 .432 .218 .003 .022 .016 .058 .002 .803 .101 .104 .048 .039 .316 .010
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.2 Pearson Correlation .328 1 .233 .522 .651* .353 .721* .518 -.111 -.112 .487 .367 .539 .393 .336 .375 .524 .535 .250 .805** .464 .620
Sig. (2-tailed) .355 .516 .122 .041 .317 .019 .125 .761 .758 .153 .296 .108 .261 .342 .285 .120 .111 .486 .005 .177 .056
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.3 Pearson Correlation .170 .233 1 .629 .688* .122 -.235 .425 -.157 .493 .588 .563 .557 .266 -.050 .499 .764* .692* .055 .327 .719* .513
Sig. (2-tailed) .640 .516 .051 .028 .738 .514 .221 .665 .148 .074 .090 .094 .458 .892 .142 .010 .027 .879 .356 .019 .129
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.4 Pearson Correlation .758* .522 .629 1 .910** .800** .272 .847** .208 .400 .949** .844** .899** .740* .629 .255 .937** .773** .709* .786** .804** .948**
Sig. (2-tailed) .011 .122 .051 .000 .005 .446 .002 .565 .252 .000 .002 .000 .014 .052 .478 .000 .009 .022 .007 .005 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
160
X1.5 Pearson Correlation .504 .651* .688* .910** 1 .671* .228 .698* .103 .382 .808** .773** .867** .604 .358 .478 .973** .764* .541 .732* .916** .879**
Sig. (2-tailed) .138 .041 .028 .000 .034 .526 .025 .777 .277 .005 .009 .001 .064 .310 .162 .000 .010 .106 .016 .000 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.6 Pearson Correlation .797** .353 .122 .800** .671* 1 .341 .673* .386 .307 .724* .631 .655* .717* .758* -.022 .674* .488 .890** .594 .563 .789**
Sig. (2-tailed) .006 .317 .738 .005 .034 .335 .033 .270 .389 .018 .050 .040 .020 .011 .953 .033 .153 .001 .070 .090 .007
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.7 Pearson Correlation .339 .721* -.235 .272 .228 .341 1 .525 .360 -.476 .359 .215 .223 .620 .656* -.007 .166 .166 .377 .559 .000 .472
Sig. (2-tailed) .338 .019 .514 .446 .526 .335 .119 .307 .164 .309 .551 .536 .056 .040 .984 .647 .646 .283 .093 1.000 .168
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.8 Pearson Correlation .636* .518 .425 .847** .698* .673* .525 1 .329 .140 .855** .709* .697* .830** .745* -.010 .734* .667* .802** .749* .514 .866**
Sig. (2-tailed) .048 .125 .221 .002 .025 .033 .119 .353 .700 .002 .022 .025 .003 .013 .978 .016 .035 .005 .013 .129 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.9 Pearson Correlation .281 -.111 -.157 .208 .103 .386 .360 .329 1 -.036 .359 .505 .231 .693* .596 .130 .185 .057 .406 .012 .099 .399
Sig. (2-tailed) .432 .761 .665 .565 .777 .270 .307 .353 .921 .308 .137 .521 .026 .069 .720 .609 .875 .245 .973 .785 .254
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
161
X1.10
Pearson Correlation .428 -.112 .493 .400 .382 .307 -.476 .140 -.036 1 .424 .540 .469 .013 .083 .482 .455 .582 .140 .075 .403 .350
Sig. (2-tailed) .218 .758 .148 .252 .277 .389 .164 .700 .921 .222 .107 .172 .971 .819 .159 .186 .078 .700 .837 .248 .322
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.11
Pearson Correlation .826** .487 .588 .949** .808** .724* .359 .855** .359 .424 1 .925** .905** .800** .745* .345 .866** .787** .630 .760* .681* .965**
Sig. (2-tailed) .003 .153 .074 .000 .005 .018 .309 .002 .308 .222 .000 .000 .005 .013 .329 .001 .007 .051 .011 .030 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.12
Pearson Correlation .708* .367 .563 .844** .773** .631 .215 .709* .505 .540 .925** 1 .917** .707* .622 .554 .823** .789** .498 .644* .728* .910**
Sig. (2-tailed) .022 .296 .090 .002 .009 .050 .551 .022 .137 .107 .000 .000 .022 .055 .096 .003 .007 .143 .045 .017 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.13
Pearson Correlation .730* .539 .557 .899** .867** .655* .223 .697* .231 .469 .905** .917** 1 .590 .535 .498 .857** .745* .498 .801** .775** .904**
Sig. (2-tailed) .016 .108 .094 .000 .001 .040 .536 .025 .521 .172 .000 .000 .073 .111 .143 .002 .013 .143 .005 .009 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.14
Pearson Correlation .615 .393 .266 .740* .604 .717* .620 .830** .693* .013 .800** .707* .590 1 .833** .092 .679* .439 .746* .512 .435 .832**
Sig. (2-tailed) .058 .261 .458 .014 .064 .020 .056 .003 .026 .971 .005 .022 .073 .003 .800 .031 .204 .013 .130 .209 .003
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
162
X1.15
Pearson Correlation .854** .336 -.050 .629 .358 .758* .656* .745* .596 .083 .745* .622 .535 .833** 1 -.080 .413 .398 .745* .578 .173 .738*
Sig. (2-tailed) .002 .342 .892 .052 .310 .011 .040 .013 .069 .819 .013 .055 .111 .003 .827 .236 .254 .013 .080 .634 .015
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.16
Pearson Correlation .091 .375 .499 .255 .478 -.022 -.007 -.010 .130 .482 .345 .554 .498 .092 -.080 1 .461 .519 -.307 .207 .514 .381
Sig. (2-tailed) .803 .285 .142 .478 .162 .953 .984 .978 .720 .159 .329 .096 .143 .800 .827 .180 .124 .388 .566 .129 .277
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.17
Pearson Correlation .548 .524 .764* .937** .973** .674* .166 .734* .185 .455 .866** .823** .857** .679* .413 .461 1 .767** .563 .645* .886** .894**
Sig. (2-tailed) .101 .120 .010 .000 .000 .033 .647 .016 .609 .186 .001 .003 .002 .031 .236 .180 .010 .090 .044 .001 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.18
Pearson Correlation .544 .535 .692* .773** .764* .488 .166 .667* .057 .582 .787** .789** .745* .439 .398 .519 .767** 1 .371 .716* .770** .797**
Sig. (2-tailed) .104 .111 .027 .009 .010 .153 .646 .035 .875 .078 .007 .007 .013 .204 .254 .124 .010 .291 .020 .009 .006
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.19
Pearson Correlation .636* .250 .055 .709* .541 .890** .377 .802** .406 .140 .630 .498 .498 .746* .745* -.307 .563 .371 1 .510 .385 .689*
Sig. (2-tailed) .048 .486 .879 .022 .106 .001 .283 .005 .245 .700 .051 .143 .143 .013 .013 .388 .090 .291 .132 .271 .028
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
163
X1.20
Pearson Correlation .658* .805** .327 .786** .732* .594 .559 .749* .012 .075 .760* .644* .801** .512 .578 .207 .645* .716* .510 1 .620 .811**
Sig. (2-tailed) .039 .005 .356 .007 .016 .070 .093 .013 .973 .837 .011 .045 .005 .130 .080 .566 .044 .020 .132 .056 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X1.21
Pearson Correlation .354 .464 .719* .804** .916** .563 .000 .514 .099 .403 .681* .728* .775** .435 .173 .514 .886** .770** .385 .620 1 .748*
Sig. (2-tailed) .316 .177 .019 .005 .000 .090 1.000 .129 .785 .248 .030 .017 .009 .209 .634 .129 .001 .009 .271 .056 .013
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
VAR00022
Pearson Correlation .767** .620 .513 .948** .879** .789** .472 .866** .399 .350 .965** .910** .904** .832** .738* .381 .894** .797** .689* .811** .748* 1
Sig. (2-tailed) .010 .056 .129 .000 .001 .007 .168 .001 .254 .322 .000 .000 .000 .003 .015 .277 .000 .006 .028 .004 .013
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
164
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.950 .956 21
165
VALIDITAS DAN RELIABILITAS X2
Correlations
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X2.11 X2.12 X2.13 X2.14
TOTAL X2
X2.1 Pearson Correlation 1 .669* .543 .576 .501 .534 .669* .818** .781** .818** .507 .536 .838** .406 .816**
Sig. (2-tailed) .034 .105 .082 .140 .112 .034 .004 .008 .004 .135 .110 .002 .245 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.2 Pearson Correlation .669* 1 .704* .645* .612 .545 .800** .754* .776** .600 .674* .401 .623 .670* .836**
Sig. (2-tailed) .034 .023 .044 .060 .103 .005 .012 .008 .067 .033 .251 .055 .034 .003
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.3 Pearson Correlation .543 .704* 1 .568 .701* .616 .792** .783** .602 .616 .764* .494 .664* .767** .844**
Sig. (2-tailed) .105 .023 .087 .024 .058 .006 .007 .065 .058 .010 .147 .036 .010 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.4 Pearson Correlation .576 .645* .568 1 .659* .704* .516 .681* .546 .516 .435 .518 .625 .742* .754*
Sig. (2-tailed) .082 .044 .087 .038 .023 .126 .030 .102 .126 .209 .125 .053 .014 .012
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
166
X2.5 Pearson Correlation .501 .612 .701* .659* 1 .408 .612 .662* .605 .612 .309 .191 .409 .606 .682*
Sig. (2-tailed) .140 .060 .024 .038 .242 .060 .037 .064 .060 .384 .597 .240 .063 .030
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.6 Pearson Correlation .534 .545 .616 .704* .408 1 .727* .850** .712* .636* .834** .923** .547 .636* .838**
Sig. (2-tailed) .112 .103 .058 .023 .242 .017 .002 .021 .048 .003 .000 .102 .048 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.7 Pearson Correlation .669* .800** .792** .516 .612 .727* 1 .905** .917** .800** .842** .668* .484 .479 .892**
Sig. (2-tailed) .034 .005 .006 .126 .060 .017 .000 .000 .005 .002 .035 .156 .161 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.8 Pearson Correlation .818** .754* .783** .681* .662* .850** .905** 1 .925** .905** .800** .745* .720* .592 .975**
Sig. (2-tailed) .004 .012 .007 .030 .037 .002 .000 .000 .000 .005 .013 .019 .071 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.9 Pearson Correlation .781** .776** .602 .546 .605 .712* .917** .925** 1 .917** .707* .622 .522 .358 .873**
Sig. (2-tailed) .008 .008 .065 .102 .064 .021 .000 .000 .000 .022 .055 .122 .310 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
167
X2.10 Pearson Correlation .818** .600 .616 .516 .612 .636* .800** .905** .917** 1 .590 .535 .623 .287 .827**
Sig. (2-tailed) .004 .067 .058 .126 .060 .048 .005 .000 .000 .073 .111 .055 .421 .003
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.11 Pearson Correlation .507 .674* .764* .435 .309 .834** .842** .800** .707* .590 1 .833** .542 .621 .829**
Sig. (2-tailed) .135 .033 .010 .209 .384 .003 .002 .005 .022 .073 .003 .106 .055 .003
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.12 Pearson Correlation .536 .401 .494 .518 .191 .923** .668* .745* .622 .535 .833** 1 .481 .486 .733*
Sig. (2-tailed) .110 .251 .147 .125 .597 .000 .035 .013 .055 .111 .003 .160 .154 .016
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.13 Pearson Correlation .838** .623 .664* .625 .409 .547 .484 .720* .522 .623 .542 .481 1 .669* .781**
Sig. (2-tailed) .002 .055 .036 .053 .240 .102 .156 .019 .122 .055 .106 .160 .034 .008
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X2.14 Pearson Correlation .406 .670* .767** .742* .606 .636* .479 .592 .358 .287 .621 .486 .669* 1 .729*
Sig. (2-tailed) .245 .034 .010 .014 .063 .048 .161 .071 .310 .421 .055 .154 .034 .017
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
168
VAR00015
Pearson Correlation .816** .836** .844** .754* .682* .838** .892** .975** .873** .827** .829** .733* .781** .729* 1
Sig. (2-tailed) .004 .003 .002 .012 .030 .002 .001 .000 .001 .003 .003 .016 .008 .017
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.956 .961 14
169
VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL X3
Correlations
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 TOTAL X3
X3.1 Pearson Correlation 1 .563 .874** .807** .720* .924**
Sig. (2-tailed) .090 .001 .005 .019 .000
N 10 10 10 10 10 10
X3.2 Pearson Correlation .563 1 .778** .474 .922** .810**
Sig. (2-tailed) .090 .008 .166 .000 .005
N 10 10 10 10 10 10
X3.3 Pearson Correlation .874** .778** 1 .713* .821** .954**
Sig. (2-tailed) .001 .008 .021 .004 .000
N 10 10 10 10 10 10
X3.4 Pearson Correlation .807** .474 .713* 1 .510 .828**
Sig. (2-tailed) .005 .166 .021 .132 .003
N 10 10 10 10 10 10
170
X3.5 Pearson Correlation .720* .922** .821** .510 1 .873**
Sig. (2-tailed) .019 .000 .004 .132 .001
N 10 10 10 10 10 10
VAR00006 Pearson Correlation .924** .810** .954** .828** .873** 1
Sig. (2-tailed) .000 .005 .000 .003 .001
N 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.919 .927 5
171
VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL X4
Correlations
X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X4.7 X4.8 X4.9 X4.10 TOTAL X4
X4.1 Pearson Correlation 1 .792** .764* .494 .695* .731* .485 .783** .602 .616 .821**
Sig. (2-tailed) .006 .010 .147 .026 .016 .156 .007 .065 .058 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X4.2 Pearson Correlation .792** 1 .842** .668* .600 .602 .803** .905** .917** .800** .930**
Sig. (2-tailed) .006 .002 .035 .067 .066 .005 .000 .000 .005 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X4.3 Pearson Correlation .764* .842** 1 .833** .751* .639* .734* .800** .707* .590 .898**
Sig. (2-tailed) .010 .002 .003 .012 .047 .016 .005 .022 .073 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X4.4 Pearson Correlation .494 .668* .833** 1 .756* .515 .828** .745* .622 .535 .809**
Sig. (2-tailed) .147 .035 .003 .011 .128 .003 .013 .055 .111 .005
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
172
X4.5 Pearson Correlation .695* .600 .751* .756* 1 .537 .531 .801** .581 .686* .811**
Sig. (2-tailed) .026 .067 .012 .011 .110 .114 .005 .078 .029 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X4.6 Pearson Correlation .731* .602 .639* .515 .537 1 .525 .708* .569 .602 .741*
Sig. (2-tailed) .016 .066 .047 .128 .110 .119 .022 .086 .066 .014
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X4.7 Pearson Correlation .485 .803** .734* .828** .531 .525 1 .830** .841** .688* .840**
Sig. (2-tailed) .156 .005 .016 .003 .114 .119 .003 .002 .028 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X4.8 Pearson Correlation .783** .905** .800** .745* .801** .708* .830** 1 .925** .905** .979**
Sig. (2-tailed) .007 .000 .005 .013 .005 .022 .003 .000 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
X4.9 Pearson Correlation .602 .917** .707* .622 .581 .569 .841** .925** 1 .917** .895**
Sig. (2-tailed) .065 .000 .022 .055 .078 .086 .002 .000 .000 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
173
X4.10 Pearson Correlation .616 .800** .590 .535 .686* .602 .688* .905** .917** 1 .850**
Sig. (2-tailed) .058 .005 .073 .111 .029 .066 .028 .000 .000 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
VAR00011
Pearson Correlation .821** .930** .898** .809** .811** .741* .840** .979** .895** .850** 1
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .005 .004 .014 .002 .000 .000 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.953 .960 10
174
VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL Y
Correlations
Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y1.7 Y1.8 Y1.9 Y1.10 Y1.11 Y1.12 Y1.13 Y1.14 Y1.15 Y1.16 Y1.17 Y1.18 TOTAL Y
Y1.1 Pearson Correlation 1 .616 .912** .730
* .743* .569 .743* .616 .783** .498 .868** .525 .853** .743* .675* .792** .497 .346 .880**
Sig. (2-tailed) .058 .000 .016 .014 .086 .014 .058 .007 .143 .001 .119 .002 .014 .032 .006 .144 .328 .001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.2 Pearson Correlation .616 1 .638* .767
** .436 .469 .693* .571 .409 .456 .388 .361 .639* .775** .552 .714* .445 .405 .702*
Sig. (2-tailed) .058 .047 .010 .208 .171 .026 .084 .240 .185 .268 .306 .047 .008 .098 .020 .197 .245 .024
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.3 Pearson Correlation .912** .638* 1 .699
* .666* .598 .892** .758* .800** .504 .758* .522 .816** .787** .678* .758* .560 .570 .904**
Sig. (2-tailed) .000 .047 .025 .036 .068 .001 .011 .005 .138 .011 .122 .004 .007 .031 .011 .092 .086 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.4 Pearson Correlation .730* .767** .699* 1 .613 .362 .789** .390 .736* .760* .558 .560 .800** .809** .773** .878** .534 .532 .854**
Sig. (2-tailed) .016 .010 .025 .059 .304 .007 .265 .015 .011 .094 .092 .005 .005 .009 .001 .112 .113 .002
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
175
Y1.5 Pearson Correlation .743* .436 .666* .613 1 .533 .597 .269 .663* .544 .821** .639* .469 .487 .717* .718* .318 .549 .754*
Sig. (2-tailed) .014 .208 .036 .059 .113 .069 .452 .037 .104 .004 .047 .172 .153 .020 .019 .371 .100 .012
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.6 Pearson Correlation .569 .469 .598 .362 .533 1 .438 .742* .495 .269 .545 .462 .395 .703* .732* .742* .473 .625 .696*
Sig. (2-tailed) .086 .171 .068 .304 .113 .206 .014 .145 .452 .103 .179 .259 .023 .016 .014 .167 .054 .025
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.7 Pearson Correlation .743* .693* .892** .789
** .597 .438 1 .539 .799** .471 .500 .433 .736* .690* .603 .718* .393 .647* .810**
Sig. (2-tailed) .014 .026 .001 .007 .069 .206 .108 .006 .170 .141 .212 .015 .027 .065 .019 .261 .043 .005
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.8 Pearson Correlation .616 .571 .758* .390 .269 .742* .539 1 .452 .328 .500 .344 .596 .829** .570 .600 .758* .546 .721*
Sig. (2-tailed) .058 .084 .011 .265 .452 .014 .108 .189 .355 .141 .330 .069 .003 .085 .067 .011 .103 .019
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.9 Pearson Correlation .783** .409 .800** .736
* .663* .495 .799** .452 1 .482 .571 .294 .843** .648* .678* .754* .470 .592 .811**
Sig. (2-tailed) .007 .240 .005 .015 .037 .145 .006 .189 .159 .085 .410 .002 .043 .031 .012 .171 .071 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
176
Y1.10 Pearson Correlation .498 .456 .504 .760
* .544 .269 .471 .328 .482 1 .632* .771** .550 .692* .836** .737* .531 .501 .741*
Sig. (2-tailed) .143 .185 .138 .011 .104 .452 .170 .355 .159 .050 .009 .100 .027 .003 .015 .114 .141 .014
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.11 Pearson Correlation .868** .388 .758* .558 .821** .545 .500 .500 .571 .632* 1 .770** .586 .614 .733* .714* .445 .327 .800**
Sig. (2-tailed) .001 .268 .011 .094 .004 .103 .141 .141 .085 .050 .009 .075 .059 .016 .020 .197 .356 .005
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.12 Pearson Correlation .525 .361 .522 .560 .639* .462 .433 .344 .294 .771** .770** 1 .256 .571 .785** .688* .348 .476 .679*
Sig. (2-tailed) .119 .306 .122 .092 .047 .179 .212 .330 .410 .009 .009 .474 .085 .007 .028 .325 .165 .031
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.13 Pearson Correlation .853** .639* .816** .800
** .469 .395 .736* .596 .843** .550 .586 .256 1 .787** .614 .745* .565 .325 .818**
Sig. (2-tailed) .002 .047 .004 .005 .172 .259 .015 .069 .002 .100 .075 .474 .007 .059 .013 .089 .359 .004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.14 Pearson Correlation .743* .775** .787** .809
** .487 .703* .690* .829** .648* .692* .614 .571 .787** 1 .850** .905** .800** .642* .924**
Sig. (2-tailed) .014 .008 .007 .005 .153 .023 .027 .003 .043 .027 .059 .085 .007 .002 .000 .005 .046 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
177
Y1.15 Pearson Correlation .675* .552 .678* .773
** .717* .732* .603 .570 .678* .836** .733* .785** .614 .850** 1 .951** .603 .719* .909**
Sig. (2-tailed) .032 .098 .031 .009 .020 .016 .065 .085 .031 .003 .016 .007 .059 .002 .000 .065 .019 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.16 Pearson Correlation .792** .714* .758* .878
** .718* .742* .718* .600 .754* .737* .714* .688* .745* .905** .951** 1 .590 .655* .947**
Sig. (2-tailed) .006 .020 .011 .001 .019 .014 .019 .067 .012 .015 .020 .028 .013 .000 .000 .073 .040 .000
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.17 Pearson Correlation .497 .445 .560 .534 .318 .473 .393 .758* .470 .531 .445 .348 .565 .800** .603 .590 1 .625 .697*
Sig. (2-tailed) .144 .197 .092 .112 .371 .167 .261 .011 .171 .114 .197 .325 .089 .005 .065 .073 .053 .025
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Y1.18 Pearson Correlation .346 .405 .570 .532 .549 .625 .647* .546 .592 .501 .327 .476 .325 .642* .719* .655* .625 1 .693*
Sig. (2-tailed) .328 .245 .086 .113 .100 .054 .043 .103 .071 .141 .356 .165 .359 .046 .019 .040 .053 .026
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
VAR00019
Pearson Correlation .880** .702* .904** .854
** .754* .696* .810** .721* .811** .741* .800** .679* .818** .924** .909** .947** .697* .693* 1
Sig. (2-tailed) .001 .024 .000 .002 .012 .025 .005 .019 .004 .014 .005 .031 .004 .000 .000 .000 .025 .026
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
178
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.962 .966 18
180
180
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 54 Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 4.38941930 Most Extreme Differences Absolute .103
Positive .076 Negative -.103
Kolmogorov-Smirnov Z .757 Asymp. Sig. (2-tailed) .616 a. Test distribution is Normal.
182
Uji Heterokedastisitas
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.314 3.444 1.253 .216
X1 -.041 .051 -.125 -.817 .418
X2 -.055 .068 -.135 -.812 .421
X3 .144 .138 .169 1.041 .303
X4 .035 .070 .080 .507 .614 a. Dependent Variable: Abs_res
183
183
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 10.501 5.335 1.969 .055 X1 .320 .078 .374 4.078 .000 .826 1.210
X2 .224 .105 .213 2.137 .038 .702 1.424
X3 .582 .213 .266 2.727 .009 .734 1.363
X4 .337 .108 .295 3.118 .003 .778 1.285 a. Dependent Variable: Y
185
Analisis Regresi Berganda
Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1972.849 4 493.212 23.667 .000a
Residual 1021.151 49 20.840 Total 2994.000 53
a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b. Dependent Variable: Y
Uji R2
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .812a .659 .631 4.56506 a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
Uji t Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.501 5.335 1.969 .055
X1 .320 .078 .374 4.078 .000
X2 .224 .105 .213 2.137 .038
X3 .582 .213 .266 2.727 .009
X4 .337 .108 .295 3.118 .003 a. Dependent Variable: Y
186
Uji r 2
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Correlations
B Std. Error Beta Zero-order Partial Part
1 (Constant) 10.501 5.335 1.969 .055
X1 .320 .078 .374 4.078 .000 .585 .503 .340
X2 .224 .105 .213 2.137 .038 .580 .292 .178
X3 .582 .213 .266 2.727 .009 .575 .363 .228
X4 .337 .108 .295 3.118 .003 .556 .407 .260 a. Dependent Variable: Y