PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH...

121
PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi Kasus Pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Di SusunOleh: DESSY SAYYIDAH AROFAH NIM: 208070000012 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

Transcript of PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH...

Page 1: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP

KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN

(Studi Kasus Pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Di SusunOleh:

DESSY SAYYIDAH AROFAH

NIM: 208070000012

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP

KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN

(Studi Kasus Pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia)

Di Susun Oleh:

DESSY SAYYIDAH AROFAH

NIM: 208070000012

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 3: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

i

PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP

KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN

(Studi Kasus Pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk

Meraih Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

DESSY SAYYIDAH AROFAH

NIM. 208070000012

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psi Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi

NIP. 1973032820092009 NIP. 198105092009012012

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 4: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

ii

LEMBARAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosi Dan Optimisme

Terhadap Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun (Studi Kasus Pada

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan

Hak Asasi Manusia)” telah diujikan dalam sidang munaqosyah fakultas

Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah jakarta pada tanggal

04Agustus 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 04 Agustus 2015

SIDANG MUNAQOSAH

Dekan/Ketua Wakil Dekan/Sekretaris

Prof. Dr.Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Saleh, M.Si

NIP. 19680614 199704 1 001 NIP.19720823 199903 1 002

Anggota :

Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi Layyinah, S. Psi., M.Si

NIP. 19650220 199903 1 003 NIP. 19770101 201101 2004

Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psi Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi

NIP. 1973032820092009 NIP. 198105092009012012

Page 5: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.

Jakarta, 04 Agustus 2015

Dessy Sayyidah Arofah

NIM. 208070000012

Page 6: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

iv

MOTTO

Seseorang yang optimis Hanya punya satu kekhawatiran, Yaitu dia tidak cukup menyiapkan diri Bagi tantangan yang lebih besar Di masa depan Sedangkan seseorang yang pesimis Memiliki lebih banyak alasan Untuk berkecil hati, Bahkan mengenal hal-hal Yang berpotensi sangat baik Anda mungkin tidak tahu Apakah Anda optimis atau tidak, Tetapi jika wajah Anda ceria Dan tubuh Anda bersegera, Anda seorang optimis

- Mario Teguh-

Page 7: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

v

“Jangan Mengharapkan Orang Lain Punya

Andil Besar Untuk Mampu Memotivasi Kita,

Karena Kekuatan Terbesar Dalam Penanaman

Motivasi Adalah Bagaimana Kita Mampu

Untuk Mengelola Sumber Daya Individu Yang

Kita Miliki Dengan Baik”

(Dessy Sayyidah Arofah)

Page 8: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

vi

Persembahan :

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua

saya...

Ayah dan Mamah tercinta yang bersabar menunggu

kesuksesan anaknya...

Dan segenap kawan-kawan dan teman-teman seangkatan

yang banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi

ini, terima kasih banyak buat kalian semua...

Page 9: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

vii

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Februari 2015

C) Dessy Sayyidah Arofah

D) Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Optimisme terhadap Kecemasan menghadapi

masa pensiun(Studi Kasus Pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia)

E) xivhalaman lampiran

F) Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosi,

optimisme serta faktor demografis terhadap kecemasan dalam menghadapi

masa pensiun. Penulis ingin melihat seberapa besar keterkaitan antara varian

kecerdasan emosi dan optimisme terhadap kecemasan dalam menghadapi

masa pensiun.

G) Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari

jawaban responden pegawai yang disebarkan pada Kantor Hak Kekayaan

Intelektual. Sampel berjumlah 142 orang yang umur 50-58 tahun.

H) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

dari kecerdasan emosi, optimisme dan demografi terhadap kecemasan

menghadapi pensiun. Artinya, proporsi varian dari dependent variable

(kecemasan menghadapi pensiun) yang dapat dijelaskan oleh independent

variable (kecerdasan emosi, optimism dan demografi) dalam penelitian ini

sebesar 57,9 % sedangkan sisanya yaitu 42,1% dipengaruhi oleh variable lain

diluar penelitian ini.

I) Bahan bacaan: 42; buku; 22 + Jurnal: 12 + Artikel :5 + Skripsi :3

Page 10: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

viii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) February 2015

C) Dessy Sayyidah Arofah

D) The effect of emotional intellegence and optimism to anxiety retirement ( A

case study of intellectual property rights directorate general of the ministry of

law and human rights)

E) xiv pageattachments

F) This study has a view to determine the effect of emotional intelligence,

optimism as well as demographic factors to the anxiety in the face of

retirement. Writers like to see how much linkages between the variant of

emotional intelligence and optimism to the anxiety in the face of retirement.

G) This study uses multiple linear regression analysis. Data used in this research

using primary data collected from respondents employess distributed in

offices of intellectual property rights. The sample totaled 142 persons aged

50-58 years.

H) The results showed that there is a significant influence of emotional

intelligence, optimism and demographic against anxiety face of retirement

means the proportion of variants of the dependent variable (anxiety face of

retirement) which can be explained by independent variable (emotional

intelligence, optimism and demographic) in this study of 57,9% while the rest

is 42,1% influenced by other variable outside this study.

Reading material : 42; books; 22 + Journal: 12 + Article :5 + Skripsi :3

Page 11: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

AlhamdulillahiRobbill’Aalamiin, segala puji dan syukur kepada sumber dari

suara-suara hati yang bersifat mulia, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala

kebenaran, sang maha cahaya, penabur cahaya ilham, pilar nalar kebenaran dan

kebaikan yang terindah, sang kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan

cinta-Nya, Allah SWT. Berkat limpahan taufik dan hidayah-Nya maka penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam teruntuk Nabi

akhir zaman baginda Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ajaran islam

yang telah terbukti kebenarannya.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat

guna mencapai gelar Sarjana Psikologi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag. M.Si Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Dr. Abdul Rahman Saleh, M.Si,

Wakil Dekan I, serta seluruh jajaran dekanat lainnya.

2. Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan,

Page 12: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

x

memberikan informasi dan motivasi kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Zulfa Indira Wahyuni,M.Psi Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, memberikan

informasi dan motivasi kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.

4. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. Dosen Penguji I dan Layyinah, S.Psi.,M.Si

Dosen Penguji II yang telah berkenan menguji penelitian penulis dalam sidang

Munaqasyah

5. IkhwanLutfi,M.Psi Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing, mengarahkan,memberikan informasi dan

motivasi kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan

menyelesaikan skripsi.

7. Seluruh Responden Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Indonesia yang telah

bersedia membantu, meluangkan waktunya,serta memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan kegiatan penelitian

8. Kedua orang tua penulis Papa Musta’in Sunan dan Mama Ch Suhartini yang

selalu mencurahkan segala bentuk dukungan dan doa yang tak ternilai,serta

menjadi pengingat dan penguat dikala lelah, sedih dan jenuh. Semoga Allah

senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayangNya kepada keluarga kami.

Page 13: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

xi

Serta kepada kakakku FariedAmrullah, Rikhie dewi rachmawati dan nenekku

terima kasih untuk semangat, perhatian dan dukungan yang kalian berikan,

karena kalianlah penulis menjadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-Teman Psikologi 2008 kelas A, terima kasih untuk semangat dan

kebersamaannya selama perkuliahan.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih

untuk segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

Semoga kalian semua selalu diberkahi Allah dan jazakumullah

khairan.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta

masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 04 Agustus 2015

(Dessy Sayyidah Arofah)

Page 14: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ......................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii

MOTTO ......................................................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah ....................................... 12

1.2.1 Perumusan masalah ......................................................... 12 1.2.2 Pembatasan masalah ....................................................... 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 13 1.4 Sistematika Penulisan ............................................................... 13

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 16

2.1 Kecemasan Menghadapi Pensiun ............................................. 16 2.1.1 Pengertian Kecemasan Menghadapi Pensiun ................. 16 2.1.2 Dimensi-Dimensi Kecemasan ......................................... 18 2.1.3 Hal mempengaruhi Kecemasan Pensiun ......................... 18 2.1.4 Gambaran Psikologis Kecemasan Masa Pensiun............ 20 2.1.5 Pengukuran Kecemasan Pensiun .................................... 22

2.2 Kecerdasan Emosi .................................................................... 23 2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi ......................................... 23 2.2.2 Dimensi-Dimensi Kecerdasan Emosi ............................. 24 2.2.3 Pengukuran Kecerdasan Emosi ....................................... 26

2.3 Optimisme ................................................................................ 27 2.3.1 Pengertian Optimisme ..................................................... 27 2.3.2 Dimensi-Dimensi Optimisme ......................................... 29 2.3.3 Pengukuran Optimisme ................................................... 30

2.4 Faktor Demografis .................................................................... 31 2.5 Kerangka Berpikir .................................................................... 33 2.6 Hipotesis Penelitian .................................................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 40 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................ 40

3.1.1 Populasi .......................................................................... 40

3.1.2 Sampel ............................................................................ 40

Page 15: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

xiii

3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 40

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................... 41

3.2.1 Variabel Penelitian .......................................................... 41

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ......................................... 41

3.3 Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 42

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 42

3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data ........................................ 42

3.4 Uji Validitas Konstruk .............................................................. 46

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kecemasan Menghadapi

Pensiun ............................................................................ 48

3.4.2 Uji Validitas Skala Kecerdasan Emosi ........................... 49

3.4.3 Uji Validitas Skala Optimisme ....................................... 57

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................ 60

3.6 Prosedur Penelitian ................................................................... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 64

4.1 Gambaran subjek penelitian ..................................................... 64

4.2 Analisis Deskriptif .................................................................... 65

4.3 Kategorisasi Variabel Penelitian .............................................. 66

4.4 Uji Hipotesis ............................................................................ 69

4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian............................... 69

4.4.2 Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda ............................ 71

4.4.3 Pengujian Proporsi Dimensi Varian Variabel

Independen ...................................................................... 73

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................................... 76

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 76

5.2 Diskusi ...................................................................................... 76

5.3 Saran ......................................................................................... 79

5.3.1. Saran Teoritis ................................................................. 79

5.3.2. Saran Praktis ................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Bobot Nilai Tiap Item ............................................................. 43

Tabel 3.2 Blue Print Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun ................. 43

Tabel 3.3 Blue Print Skala Kecerdasan Emosi ........................................ 44

Tabel 3.4 Blue Print Skala Optimisme..................................................... 45

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Kecemasan Menghadapi Pensiun ............ 49

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Kesadaran Diri ........................................ 51

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Pengelolaan Emosi .................................. 52

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Motivasi Diri ........................................... 54

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Empati ..................................................... 55

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Hubungan Interpersonal ......................... 57

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Optimisme ............................................... 59

Tabel 4.1 Sampel Subjek Penelitian ......................................................... 64

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian..................................... 66

Tabel 4.3 Norma Skor Kategorisasi ......................................................... 67

Tabel 4.4 Kategorisasi Kecemasan,Kesadaran Diri,Pengelolaan Emosi,

Motivasi Diri,Empati,Hubungan Interpersonal,Optimism

Dan Demografis ....................................................................... 67

Tabel 4.5 Hasil Uji R square .................................................................... 69

Tabel 4.6 Hasil Uji Anova ........................................................................ 70

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda ..................................... 71

Tabel 4.8 Hasil Uji Proporsi Dimensi Varian .......................................... 74

Page 17: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 38

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Kecemasan

Menghadapi Pensiun ................................................................... 48

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Kesadaran

Diri .............................................................................................. 50

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Pengelolaan

Emosi .......................................................................................... 52

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Motivasi

Diri .............................................................................................. 53

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Empati .................. 55

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Hubungan

Interpersonal ............................................................................... 56

Gambar 3.7 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Optimisme............ 58

Page 18: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : SuratKeteranganPenelitian

Lampiran B : Item

Syntax dan Output CFA

Output Regresi

Page 19: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari seseorang perlu melakukan usaha untuk

mempertahankan hidup, dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis yaitu

makan dan minum. Dalam teori Maslow memenuhi kebutuhan fisiologis

merupakan pemenuhan kebutuhan paling dasar yang dilakukan oleh seorang

individu. Setiap individu harus melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan

fisiologis ini. Jika suatu kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka pemenuhan

kebutuhan lain akan meningkat pada hieraki yang lebih tinggi (Imama,2011).

Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan bekerja.

Dengan bekerja seseorang mendapatkan imbalan yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu bekerja juga berguna untuk memenuhi

kebutuhan akan harga diri. Ada dua macam kebutuhan akan harga diri, yang

pertama yaitu kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri,

dan kemandirian. Kedua, kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan dari orang lain,

status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan diapresiasi orang

lain (Sarwono, 2002).

Bekerja dalam suatu kantor atau instansi memiliki periode dan waktu

tertentu. Masa pekerjaan formal akan berakhir ketika seseorang memasuki usia 55

sampai dengan 58 tahun, hal ini disebabkan oleh keadaan fisik atau kondisi fisik

Page 20: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

2

seseorang. Kondisi fisik manusia untuk bekerja memiliki batasan, semakin tua

seseorang, semakin menurun kondisi fisiknya, maka beriringan dengan hal itu

produktivitas kerja dimiliki pun akan semakin menurun. Pada saat itulah

seseorang akan diminta berhenti dari pekerjaannya atau pensiun dan beristirahat

untuk menikmati hasil yang diperolehnya selama bekerja (Eliana, 2003).

Pensiun merupakan akhir dari seseorang melakukan pekerjaannya. Pensiun

seharusnya membuat orang senang, karena mereka bisa menikmati hari tuanya.

Tetapi sebaliknya Beverly (dalam Hurlock, 1994) berpendapat bahwa pensiun

nampak lebih baik bagi sekelompok orang yang lebih muda daripada mereka yang

sedang memasuki masa pensiun. Ada dua jenis pensiun yang kita ketahui yang

pertama yaitu (Voluntary Retirement) pensiun secara sukarela adalah individu

memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya untuk melakukan hal-hal yang

lebih berarti buat diri mereka daripada pekerjaanya. Kedua, pensiun berdasarkan

Compulsory Retirement (peraturan atau kewajiban) adalah pensiun dilakukan

berdasarkan peraturan yang mengikat karyawan dimana terdapat batasan usia

tertentu yang menandakan berakhirnya masa kerja individu secara formal.

Saat memasuki masa pensiun seseorang akan mengalami berbagai

masalah, diantaranya mengenai aktifitas (pekerjaan), uang dan kesehatan. Pada

usia dewasa (55-58) seseorang memasuki masa berprestasi dimana selama usia

ini, orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya, mereka berhenti dan tidak

mengerjakan sesuatu apapun lagi. Apalagi orang berusia dewasa mempunyai

kemauan yang kuat untuk berhasil, mereka akan mencapai puncaknya pada usia

ini dan memungut hasil dari masa-masa persiapan dan kerja keras yang dilakukan

sebelumnya (Handayani,2011).

Page 21: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

3

Pada saat seseorang memasuki masa pensiun maka pendapatan akan

berkurang seperti pada pegawai PNS guru. Mereka akan kehilangan tunjangan

seperti, tunjangan anak dan saat ini yang sedang hangatnya adalah sertifikasi guru

dimana pendapatannya adalah satu kali gaji pokok guru sedangkan apabila mereka

sudah pensiun yang diterima hanyalah gaji tidak ada tambahan lainnya. mereka

yang sudah mempersiapkan diri sebelumnya dengan berwiraswasta sehingga uang

tidak menjadi masalah bagi para pensiun.

Dalam aspek kesehatan, pensiun diidentikkan dengan tanda seseorang

memasuki masa tua dimana fisik pun akan makin melemah, makin banyak

penyakit, cepat lupa, penampilan tidak menarik dan makin banyak hambatan lain

yang membuat hidup makin terbatas. Jika mereka menganggap bahwa kondisi

fisik atau penyakitnya sebagai hambatan besar dan bersikap pesimistik terhadap

hidup, sehingga ia akan mengalami masa pensiun dengan penuh kesukaran,

padahal berdasarkan menurut hasil penelitian masa pensiun tidak menyebabkan

orang menjadi cepat tua dan sakit-sakitan, karena justru berpotensi meningkatkan

kesehatan, karena mereka semakin bisa mengatur waktu untuk berolahraga tubuh

dan lebih banyak istirahat dan berkumpul dengan keluarganya (Rini, 2001).

Hal tersebut bisa dilakukan apabila mereka sebelumnya merencanakan

persiapan yang dibuat jauh sebelum pensiun (termasuk pola atau gaya hidup yang

dilakukan) akan memberi kepuasan dan rasa percaya diri pada individu yang

bersangkutan. Ada pula, diantara kita, seseorang yang pensiun tidak memiliki

aktivitas dan rutinitas kegiatan yang harus dilakukan sehari-hari sehingga mereka

cenderung bosan, jenuh dan kesepian. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa

sebagian besar pensiunan yaitu sekitar 46,6% mengalami stres kategori tinggi.

Page 22: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

4

Kondisi seperti ini muncul ketika seseorang tidak mampu menerima kondisi

pensiun dengan baik, sehingga muncullah gangguan psikologis dan

ketidaksehatan mental seperti cemas, setres dan bahkan mungkin depresi (Risbi

2012)

Seseorang yang memasuki masa pensiun seringkali merasa malu karena

menganggap dirinya sebagai ”pengangguran”, sehingga menimbulkan perasaan-

perasaan minder, rasa tidak berguna, tidak dikehendaki, dilupakan, tersisihkan,

tanpa tempat berpijak dan seperti ”tanpa rumah”. Hal ini berbeda dengan ketika

orang tersebut masih bekerja, dirinya merasa terhormat dan merasa berguna.

Selain itu pada waktu masih bekerja seseorang mendapatkan berrmacam-macam

fasilitas materiil, sedangkan setelah pensiun fasilitas kerja tidak ada lagi. Oleh

karena itulah seseorang yang memasuki masa pensiun mengalami kondisi

”kekosongan”, merasa tanpa arti dan tanpa guna sehingga menjelang masa

pensiun orang tersebut mengalami kecemasan akan bayangan-bayangan yang

dikhayalkannya sendiri. Padahal sebenarnya, yang menjadi kriteria pokok itu

bukan kondisi dan situasi pensiun serta menganggur, akan tetapi bagaimana

caranya seseorang menghayati dan merasakan keadaannya yang baru itu.

Kondisi mental dan tipe kepribadian seseorang sangat menentukan

mekanisme reaktif seseorang menanggapi masa pensiunnya (Oktaviana dan

Kumolohadi, 2008). Kecemasan merupakan gangguan psikologis yang memiliki

ciri-ciri seperti ketegangan motorik (gelisah, tidak relaks), hiperaktivitas (pusing,

jantung berdebar-debar) dan pikiran serta harapan yang mencemaskan (Santrock,

2002).

Page 23: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

5

Sue (2014) mendefinisikan: “anxiety a fundamental human emotion that

produce bodility reactions that prepare us for “fight or flight”; anxiety is

anticipatory ; the dreaded event or situation has not yet occurred”.

Dari definisi ini dapat diartikan bahwa kecemasan adalah emosi dasar manusia

yang menghasilkan reaksi tubuh untuk mempersiapkan seseorang untuk “bertahan

atau lari”. Kecemasan juga dapat diartikan sebagai ketakutan atau rasa takut yang

timbul pada situasi yang belum terjadi. Orang cenderung merasa cemas ketika

akan memasuki masa pensiun. Hal ini dikarenakan orang tersebut mempunyai

sudut pandang negatif tentang pensiun. Sebagai contoh ZA merupakan salah satu

pegawai fungsional dari kementerian agama kota Padang. Ketika akan memasuki

masa pensiun dalam jangka panjang yang tidak lama lagi yaitu pada juli 2011

mengaku merasakan cemas semenjak dua tahun yang lalu dan membuatnya

merasa terganggu. ZA mengaku bahwa ia merasa takut kehilangan fasilitas yang

telah dimiliki selama ini. Menurut keluarganya terkadang ia suka melamun

sendiri, mengeluh, merasa sering cepat lelah, dan terkadang sering marah-marah

tanpa alasan yang jelas. Padahal biasanya ia jarang marah dan mengeluh (menurut

Imama hasil wawancara via telepon dengan keluarga ZA, pada 11 mei 2011). Hal

ini disebabkan oleh anggapan bahwa masa pensiun adalah masa yang sangat tidak

menyenangkan, suram, tidak dihormati lagi dan kehilangan semua fasilitas jabatan

yang selama ini dinikmati.

Berdasarkan contoh kasus ini menunjukkan bahwa adanya kecemasan

ketika akan menghadapi pensiun pada salah satu pegawai kementrian agama di

atas. Orang pada usia dewasa ini memiliki tingkat kecemasan yang lebih besar.

Hal ini dapat dijelaskan melalui fakta bahwa terjadi perubahan dalam pola hidup,

Page 24: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

6

perubahan peran dan perubahan konsep diri yang disertai dengan adanya

ketegangan yang menganggu dan merangsang emosi (Hurlock, 1994).

Dalam sebuah jurnal penelitian mengenai perbedaan tingkat kecemasan

menghadapi masa pensiun pegawai negeri sipil yang tidak mempunyai pekerjaan

sampingan dan mempunyai pekerjaan sampingan di Badan kepegawaian daerah

Kota Ponorogo oleh Ratnasari (2009) mengungkapkan bahwa seseorang yang

akan menghadapi masa pensiun mengalami hilangnya status, berkurangnya

interaksi sosial dengan teman kerja, serta datangnya masa tua, ada tidaknya

pekerjaan sampingan dan penghasilan berkurang sedikit banyak akan

menimbulkan goncangan mental. Goncangan ini akan terasa terutama bagi mereka

yang mempunyai tanggungan keluarga seperti anak-anak yang masih kecil dan

membutuhkan banyak biaya maka ketika akan pensiun merasakan beban hidup

yang semakin berat. Dengan hal ini dapat disimpulkan bahwa kenyataan yang

dihadapi oleh semua pensiunan pada dasarnya sama, pertama akan menghadapi

masalah salah satunya berkurangnya penghasilan dan ketidakstabilan kerja. Hal

tersebut dapat di atasi dengan memiliki pekerjaan sampingan selain pekerjaan

pokok sehingga penghasilan tidak berkurang dan dapat mengadakan penyesuaian

yang lebih baik terhadap pensiun. Banyaknya waktu luang setelah pensiun pada

pegawai yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan sering membuat bingung

karena merasa tidak ada hal lain yang dapat dilakukannya untuk mengganti

aktivitas kerja.

Idealnya masa pensiun tidak perlu ditanggapi dengan kecemasan, artinya

seseorang akan lebih merasa banyak sisi positif yang bisa diambil ketika masa

pensiun tiba. Menurut Santrock (2002) hal-hal yang dapat mempengaruhi

Page 25: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

7

seseorang dalam menerima masa pensiun sebenarnya adalah masalah emosi para

pekerja terhadap pensiun itu sendiri. Jika ia mampu mengendalikan dorongan hati

atau emosi dengan baik, maka ia akan menemukakan banyak sisi positif yang bisa

diambil. Disinilah dibutuhkan adanya kecerdasan secara emosional pada diri

individu.

Kecerdasan emosi mencakup pengendalian diri, semangat, ketekunan,

serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi

frustrasi, mampu untuk mengendalikan dorongan hati atau emosi, mengatur

suasana hati, tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa

(Goleman,1999).

Kecerdasan emosi sangat berperan penting bagi rasionalitas, dalam liku-

liku perasaan dengan pikiran, kemampuan emosional membimbing keputusan kita

dari saat ke saat, bekerja bahu membahu dengan pikiran rasional,

mendayagunakan atau tidak mendayagunakan pikiran itu sendiri, demikian juga

otak nalar memainkan peran eksekutif dalam emosi kita kecuali pada saat-saat

emosi lepas kendali dan otak emosional berjalan tak terkendalikan (Goleman,

1999).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana dan Kumolohadi

(2008) mengenai kecerdasan emosi, menggambarkan bahwa semakin tinggi

kecerdasan emosi maka semakin rendah kecemasan yang menghadapi masa

pensiun. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik, akan mampu

mengolah emosi yang ada dalam dirinya sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang

lebih positif. Ketrampilan dalam mengatur emosi akan membuat seseorang

menjadi terampil dalam melepaskan diri dari perasaan negatif yang ada, sehingga

kecemasan yang muncul pada saat akan menghadapi pensiun dapat diminimalkan.

Page 26: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

8

Sehingga kecerdasan emosi yang dimiliki akan membantu seseorang keluar dari

tekanan atau situasi yang tidak menyenangkan.

Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang cakap secara emosi yang

mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik dan yang

mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki

keuntungan dalam setiap bidang kehidupan. Stenberg dan Salovey telah menganut

pandangan kecerdasan yang lebih luas, berusaha menemukan kembali dalam

kerangka apa yang dibutuhkan manusia untuk meraih sukses dalam kehidupanya

(Goleman, 1999).

Salah satu contoh yang sudah pernah dilakukan riset oleh mahasiswa yang

berasal dari India bernama Sunil (2009). Sunil telah melakukan riset kepada 120

mahasiswa manajemen, dengan variabel Kecerdasan Emosi, Stres Inventarisasi

dan uji Kecemasan Umum. Hasil Korelasi antara semua 3 variabel yang dihitung

dengan metode Product Moment Pearson. Hal itu bertujuan untuk mengetahui

tingkat hubungan antara ukuran Kecemasan, Stres dan Kecerdasan Emosi.

Korelasi antara Kecemasan dan stres adalah 0,710, yang signifikan pada tingkat

probabilitas 0,001. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami stres

tinggi mengalami lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan kecemasan.

Hal itu dapat katakan bahwa stres dapat menjadi penyebab akar yang

mengembangkan Kecemasan dalam diri seseorang. Korelasi antara ukuran

Kecemasan dan Kecerdasan Emosi juga signifikan. Inter - korelasi antara

keduanya adalah - 0,667, yang signifikan pada tingkat probabilitas 0,001. Berikut

korelasi antara keduanya adalah negatif tetapi signifikan yang menunjukkan

bahwa orang-orang dengan EI rendah (Emotional Intelligence) mengalami

kecemasan yang tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan negatif

Page 27: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

9

antara keduanya. Korelasi antara stres dan Kecerdasan Emosi (EI) adalah negatif

tetapi signifikan. inter-korelasi antara keduanya adalah - 0,547 yang juga

signifikan pada tingkat probabilitas 0,001. Ini menunjukkan bahwa orang-orang

yang sangat cerdas secara emosional mengalami probabilitas kurang untuk

mendapatkan stres.

Contoh lainnya seperti yang dilakukan oleh peneliti dari Amerika yang

bernama Abraham (2004). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran

kecerdasan emosi dalam mengelola stres dan kecemasan di tempat kerja. Setelah

menganalisis hasil, dapat dikatakan bahwa hipotesis dari penelitian ini yaitu,

kecerdasan emosi akan berkorelasi negatif dengan stres dan kecemasan,dan

kecerdasan emosi akan memprediksi melalui tingkat Stres dan Kecemasan,

sebagian serupa. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat rendah

dan tinggi dari Kecerdasan Emosi membangun hubungan sampai batas tertentu

dengan stres dan kecemasan. Korelasi negatif Kecerdasan Emosi dengan stres dan

kecemasan menyoroti bahwa kecerdasan emosi akan terbukti membantu alat

dalam menangani stres dan kecemasan di tempat kerja.

Sering kali beberapa orang pada masa persiapan pensiun mereka

melupakan bahwa sesungguhnya ada faktor lain yang mempengaruhi hal tersebut,

Salah satunya adalah Optimisme. Optimisme, seperti harapan dimana segala

sesuatu dalam kehidupan akan beres, kendati ditimpa kemunduran dan frustrasi.

Individu yang tidak bisa menerima kondisi itu akan merasa kecewa dan pesimis

sehingga akan timbul konflik batin, ketakutan dan rasa rendah diri. Sebaliknya

individu yang siap menerima kondisi ini akan timbul optimisme yang tinggi dan

percaya diri. Individu yang optimis memandang masa pensiun bukanlah akhir dari

Page 28: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

10

segalanya, individu akan tetap berpikiran positif sehingga perasaan negatif tidak

akan muncul akibatnya individu akan dapat menjalani masa pensiun dengan

tenang dan bahagia. Dari titik pandang kecerdasan emosional, optimisme

merupakan sikap penyangga orang agar jangan sampai terjatuh kedalam kemasa

bodohan, keputusasaan atau depresi bila dihadang kesulitan. (Goleman,1999).

Menurut Segereston (dalam Ghufron dan Risnawati, 2011) optimisme

adalah cara berpikir yang positif dan realistik dalam memandang suatu masalah.

Berpikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Bagi

para individu dibutuhkan optimisme yang tinggi untuk menjalani masa pensiun.

Rasa optimisme yang tinggi akan membuat individu merasa yakin memiliki

kekuatan untuk menghilangkan pemikiran negatif, berusaha gembira meskipun

tidak dalam kondisi gembira. Optimisme sebenarnya menjaga kesehatan individu

lebih baik daripada pesimis. Individu yang optimis lebih cenderung mencari

informasi mengenai potensi resiko kesehatan dan mengubah perilaku mereka

untuk menghindari risiko tersebut. Optimisme mengacu perasaan pada masa

depan yang positif, serta memiliki kecenderungan untuk menemukan makna

positif dalam pengalaman, dan keyakinan pada kemampuan individu memberikan

dampak positif pada lingkungan dan situasi di sekitar individu. Individu yang

pesimis dalam hidupnya individu akan mudah putus asa, tidak memiliki

kepercayaan diri dan mudah terkena depresi. Akhirnya akan banyak

memunculkan berbagai penyakit fisik maupun psikis (Fandi, 2013).

Robinson dkk (dalam Ghufron dan Risnawati 2011) menyatakan bahwa

individu yang memiliki sikap optimis jarang menderita depresi dan lebih mudah

mencapai kesuksesan dalam hidup, memiliki kepercayaan, dapat berubah kearah

Page 29: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

11

yang lebih baik, adanya pemikiran dan kepercayaan mencapai sesuatu yang lebih

dan selalu berjuang dengan kesadaran penuh. Optimisme memiliki banyak

manfaat bagi kesehatan mental, termasuk melindungi terhadap depresi dan

kecemasan juga meningkatkan kemungkinan pemecahan masalah yang efektif.

Optimisme bermanfaat membuat suasana hati yang lebih positif, yang membantu

untuk menangkal depresi dan kecemasan. Optimisme juga mendorong ketekunan

yang lebih besar dalam menghadapi hambatan, yang pada gilirannya

kemungkinan akan menghasilkan kesuksesan yang lebih besar. Individu dikatakan

optimis jika ia memiliki ciri-ciri kehidupannya didominasi oleh pikirannya yang

positif, berani mengambil resiko, setiap mengambil keputusan penuh dengan

keyakinan dan kepercayaan diri yang mantap. Apabila individu yang memasuki

masa pensiun tidak memiliki optimisme maka akan muncul rasa putus asa,

terkucilkan ketegangan, tekanan batin, rasa kecewa dan ketakutan yang

menggangu fungsi-fungsi organik dan psikis, sehingga mengakibatkan macam

macam penyakit salah satu nya Post Power Syndrome (Fandy, 2013).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2009) yang berjudul

Post Power Syndrome pada Purnawirawan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Ditinjau dari Konsep Diri, diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar -0,685

yang artinya ada hubungan hubungan negatif antara konsep diri dan post power

syndrom. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan terlihat, optimis,

penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu sehingga

akan terhindar dari post power syndrome. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya jika

individu memiliki konsep diri negatif maka akan meningkatkan resiko terkena

post power syndrome.

Page 30: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

12

Dari penjelasan dan contoh yang telah dipaparkan sebelumnya maka

peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan kecemasan yang dialami pada usia

dewasa madya saat menghadapi masa pensiun dan bagaimana hubungan

kecemasan tersebut dengan kecerdasan emosi yang dimiliki, dan sikap optimisme

serta bagaimana cara mengurangi kecemasan dalam menghadapi masa pensiun.

Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian

dengan judul: “Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Optimisme Terhadap

Kecemasan dalam Menghadapi Masa Pensiun”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Untuk membatasi agar permasalahan penelitian tidak meluas, maka masalah

dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh kecerdasan emosi dan optimisme

terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun. Adapun batasan konsep variabel

yang menjadi objek penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Kecemasan menghadapi masa pensiun yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah suatu keadaan atau perasaan tidak menyenangkan seperti khawatir,

bingung, takut, dan gelisah karena tidak pasti akan masa depannya dan

belum siap menerima kenyataannya akan memasuki masa pensiun dengan

segala akibatnya baik secara sosial, psikologis maupun fisiologis.

2. Kecerdasan emosi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengenali, mengelola

dan mengekspresikan dengan tepat emosi yang dimiliki serta kemampuan

untuk memotivasi diri sendiri juga membina hubungan dengan orang lain.

Page 31: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

13

3. Optimisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa kegagalan

hanyalah suatu kemunduran yang bersifat sementara dan penyebabnya pun

terbatas, mereka juga percaya bahwa hal tersebut muncul bukan

diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya, melainkan diakibatkan oleh

faktor luar.

4. Sampel dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri yang memasuki masa

pensiun yaitu: berusia 50 sampai 58 tahun dan berdomisili di Tangerang

1.2.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh signifikan kecerdasan emosi dan optimisme terhadap

kecemasan menghadapi masa pensiun?

2. Seberapa besar proporsi varian kecemasan menghadapi masa pensiun yang

dapat dipengaruhi oleh IV secara bersama?

Rumusan detail :

Apakah ada pengaruh signifikan dari masing-masing dimensi kecerdasan

emosi dan optimisme terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, adapun tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk melihat pengaruh kecerdasan emosi dan optimisme terhadap

kecemasan dalam menghadapi masa pensiun.

2. Untuk melihat seberapa besar keterkaitan antara varian kecerdasan emosi,

dan optimisme terhadap kecemasan dalam menghadapi masa pensiun.

Page 32: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

14

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan manfaat,

antara lain:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan

psikologi, khususnya pada bidang psikologi industri dan organisasi serta

bidang psikologi sosial dan psikologi perkembangan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa hasil

kajian mengenai kecerdasan emosi, Optimisme terhadap kecemasan pada

pegawai negeri yang mengalami masa pensiun. Serta dapat memberikan

masukan bagi para pensiunan untuk dapat mempersiapkan diri menghadapi

masa pensiunnya, karena semakin cepat mempersiapkan maka hasilnya

akan semakin baik.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penyusunan

dan penulisan skripsi fakultas Psikologi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif

Hidayatullah Jakarta (2004). Penulisan penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab

yang terdiri atas:

BABI : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

Page 33: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

15

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori-teori dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah

yang hendak diteliti. Bab ini terdiri dari 6 sub-bab. Sub-bab

pertama membahas tentang kecemasan (di dalamnya terdapat:

pengertian, dinamika, ciri-ciri, faktor-faktor mempengaruhi

kecemasan). Sub-bab kedua membahas tentang kecerdasan emosi

(di dalamnya terdapat: pengertian, aspek-aspek dinamika, faktor-

faktor yang mempengaruhi, dan pengukuran). Sub-bab ketiga

membahas tentang optimisme (di dalamnya terdapat pengertian,

aspek-aspek, dan pengukuran). Sub-bab keempat, membahas

mengenai pensiun. Sub bab kelima membahas kerangka berfikir

dan sub bab keenam membahas hipotesa penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi Jenis penelitian, yang meliputi: Pendekatan dan metode

penelitian, definisi variabel dan operasional variabel. Populasi dan

sampel, yang meliputi: populasi penelitian, sampel penelitian dan

teknik pengambilan sampel. Pengumpulan data, yang meliputi:

instrument penelitian, alat penelitian yang digunakan. Prosedur

penelitian, yang meliputi: tahap perencanaan.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang penguraian hasil uji coba instrumen, pelaksanaan

penelitian, deskripsi data penelitian dan uji hipotesis.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan, diskusi dan saran

Page 34: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

16

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 35: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

17

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini terdiri dari tiga sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai

kecemasan menghadapi masa pensiun, sub bab kedua kecerdasan emosional, dan

sub bab ketiga optimisme. Terakhir diuraikan mengenai kerangka berpikir serta

hipotesis penelitian.

2.1 Kecemasan Menghadapi Pensiun

2.1.1 Pengertian Kecemasan Menghadapi Pensiun

Ada beberapa ahli yang menjelaskan tentang kecemasan. Menurut Atkinson

(1983) kecemasan diartikan sebagai emosi yang tidak menyenangkan yang

ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut

yang kadang-kadang kita alami dengan tingkat yang berbeda. Sedangkan Kaplan,

Sadock dan Grebb (dalam Fausiah, 2008) kecemasan adalah respons terhadap

situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi

menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah

dilakukan serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Berdasarkan dari

beberapa pendapat tentang kecemasan yang telah dikemukakan, maka peneliti

menggunakan definisi yang dipaparkan oleh Atkinson (1983) menyimpulkan

bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai

dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang

kadang-kadang kita alami dengan tingkat yang berbeda.

Pensiun menurut Undang-Undang nomor 11 tahun 1969 Pemerintah RI

merupakan jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap pegawai negeri sipil

Page 36: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

18

(PNS) yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara. Selain itu,

terdapat beberapa ahli yang menjelaskan beberapa pengertian pensiun. Pensiun

merupakan waktu di saat seseorang berhenti bekerja pada sebuah perusahaan atau

instansi karena alasan tertentu. Pada umumnya, pensiun diberlakukan pada

seseorang yang berusia 50–58 tahun karena pada umur tersebut kebanyakan orang

sudah mulai mengalami penurunan kesehatan sehingga produktivitas berkurang.

maka peneliti menyimpulkan bahwa masa pensiun merupakan seseorang yang

sudah tidak bekerja lagi dan mereka memasuki masa transisi kepola hidup

barunya. Biasanya mereka yang memasuki masa pensiun mengalami penurunan

kesehatan sehingga produktivitas berkurang.

Sedangkan pengertian kecemasan menghadapi pensiun menurut Bucklew

(dalam Mu’arifah, 2005), mengatakan bahwa umumnya kecemasan dibagi

menjadi dua tingkat yaitu psikologis dan fisiologis. jadi kecemasan pada orang

yang menghadapi pensiun merupakan keprihatinan atau kekhawatiran pada

sesuatu yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi sebagai akibat datangnya masa

pensiun. Sutrisno (2013) kecemasan menghadapi pensiun merupakan suatu

keadaan atau perasaan tidak menyenangkan yang timbul pada individu karena

khawatir, bingung, tidak pasti akan masa depannya, dan belum siap menerima

kenyataan akan memasuki masa pensiun dengan segala akibatnya baik secara

sosial, psikologis, maupun fisiologis. Sarafino (2002) berpendapat biasanya orang

yang mengalami kecemasan saat menghadapi masa pensiun ketika mereka

berpikir bahwa pekerjaan mereka terancam atau ketika mereka tidak mempunyai

pekerjaan.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan

menghadapi pensiun merupakan suatu keadaan atau perasaan tidak menyenangkan

seperti khawatir, bingung, takut, dan gelisah karena tidak pasti akan masa

Page 37: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

19

depannya dan belum siap meneri ma kenyataanya akan memasuki masa pensiun

dengan segala akibatnya baik secara sosial, psikologis, maupun fisiologis.

2.1.2 Dimensi - Dimensi Kecemasan

Kecemasan menurut Haber dan Runyon (1984) dapat dimanifestasikan kedalam

empat dimensi yaitu:

a. Dimensi kognitif yaitu perasaan yang tidak menyenangkan yang muncul dalam

pikiran seseorang sehingga mereka mengalami rasa risau dan khawatir.

Kekhawatiran dapat dimulai dari tingkat khawatir yang ringan sampai panik.

Saat individu mengalami kondisi atau masalah yang mungkin terjadi maka

mereka tidak dapat berkonsentrasi, mengambil keputusan, dan mereka juga

akan mengalami kesulitan tidur.

b. Dimensi motorik yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul dalam

bentuk tingkah laku seperti mengigit bibir, meremas jari, menggeliat,

menjentikkan kuku, gugup dan tics

c. Dimensi somatik yaitu perasaan yang tidak menyenangkan yang muncul dalam

reaksi fisik biologis seperti kesulitan nafas, berdebar, tangan dan kaki dingin,

pusing seperti hendak pingsan, banyak keringat, tekanan darah naik, otot

tegang terutama kepala, leher, bahu dan dada serta sulit mencerna makanan

d. Dimensi afektif (perasaan) yaitu perasaan tidak menyenangkan yang muncul

dalam bentuk emosi, perasaan tegang karena luapan emosi yang berlebihan

seperti dihadapkan pada suatu terror.

2.1.3 Hal - Hal yang mempengaruhi Kecemasan Pensiun

Menurut Brill dan Hayes (dalam Lesmana, 2014) hal-hal yang mempengaruhi

kecemasan pensiun antara lain:

Page 38: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

20

a. Menurunnya pendapatan atau penghasilan, termasuk didalamnya adalah gaji,

tunjangan fasilitas dan masih adanya anak-anak yang belum mandiri yang

masih membutuhkan biaya atau masih adanya tanggungan keluarga

b. Hilangnya status, baik status jabatan seperti pangkat dan golongan maupun

status sosialnya, serta hilangnya wewenang penghormatan orang lain atas

kemampuan pandangan masyarakat atas kesuksessannya.

c. Berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja. Kerja memberikan

kesempatan untuk bertemu orang-orang baru dan mengembangkan

persahabatan, namun dengan tibanya masa pensiun hal ini kurang bisa

dilakukan karena kondisi fisik dan ekonomi yang tidak memungkinkan

sehingga tidak berhubung seperti dulu.

d. Datangnya masa tua, yaitu menurunnya kekuatan fisik dan perubahan pada

sel-sel tubuh karena proses menua yang mempengaruhi turunnya kekuatan dan

tenaga.

Braithwaithe, dkk (dalam Yuliarti dan Mulyana, 2014) mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi masa pensiun,

yaitu :

a. Kesehatan

b. Pandangan terhadap pensiun

c. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam

kehidupannya

d. Penerimaan diri menghadapi masa pensiun

Menurut Palmore (dalam Erna, 2013) faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan pensiun, yaitu :

Page 39: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

21

a. Tidak mempunyai sejumlah aktivitas yang berarti seperti organisasi

keagamaan, politik atau organisasi sosial

b. Kurang menjaga kesehatan seperti berolahraga dan pola makan yang buruk

c. Tidak mempunyai perencanaan keuangan sejak usia 50 tahun

d. Mempunyai sikap pesimis

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun adalah menurunnya

pendapatan atau penghasilan, hilangnya status atau jabatan, berkurangnya

interaksi sosial dengan teman kerja, datangnya masa tua, kemampuan untuk

menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam kehidupannya, penerimaan diri

menghadapi masa pensiun, tidak mempunyai perencanaan keuangan sejak usia 50

tahun, mempunyai sikap pesimis

2.1.4 Gambaran Psikologis kecemasan dalam menghadapi Pensiun

Banyak orang mengalami problem saat memasuki masa pensiun, mulai dari

menurunnya kesehatan, hingga munculnya depresi akibat mental yang tidak stabil.

Pada dasarnya, orang yang mengalami problem saat pensiun adalah mereka yang

memiliki kondisi mental yang tidak stabil, konsep diri yang negatif dan rasa

kurang percaya diri terutama berkaitan dengan kompetensi diri dan penghasilan.

Sementara itu masalah harga diri sering menjadi akar depresi semasa pensiun.

Karena orang-orang dengan harga diri yang rendah semasa produktifnya,

cenderung akan menjadi overachiever, semata-mata untuk membuktikan bahwa

dirinya mampu. Mereka akan habis-habisan dalam bekerja, sehingga mengabaikan

sosialisasi dengan sesamanya. Akibatnya, pada saat pensiun, mereka merasa

kehilangan harga diri dan kesepian, karena tidak lagi memiliki teman-teman.

Page 40: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

22

Pada orang dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep diri positif, rasa

percaya diri yang kuat, serta didukuxng oleh keuangan yang cukup, akan lebih

dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pensiun tersebut (Rini, 2001)

Menurut Papalia (2009) menyebutkan bahwa Pensiun merupakan salah

satu diantara persoalan hidup yang paling krusial yang harus dipecahkan

seseorang yang menghadapi masa pensiun. pensiun. Keputusan pensiun akan

mempengaruhi situasi pendapatan, kesehatan, kondisi emosi, cara menghabiskan

waktu luang dan cara mereka berhubungan dengan teman dan keluarga. Kondisi-

kondisi seperti itulah yang menyebabkan timbulnya kecemasan dalam diri

individu yang akan menghadapi masa pensiun.

Atkinson (1983) mengemukakan bahwa ancaman fisik, ancaman terhadap

harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan. Kecemasan sering muncul pada saat

individu akan menghadapi masa pensiun, hal ini disebabkan dalam menghadapi

masa pensiun, dalam diri individu terjadi goncangan perasaan yang begitu hebat

karena individu harus meninggalkan pekerjaannya, teman-temannya dan segala

aktivitas lain yang mereka peroleh selama masih bekerja.

Di samping adanya kecemasan, individu yang akan menghadapi masa

pensiun juga memiliki perasaan khawatir, merasa tidak berguna, putus asa dan

rendah diri. Perasaan-perasaan inilah yang dapat mempengaruhi kondisi fisik

maupun psikologis mereka.

Jika keluarga tidak siap menerima situasi pensiun dikhawatirkan

permasalahan pensiun dapat memicu titik kritis perkawinan, hal ini disebabkan

keluarga tidak siap menerima kondisi tersebut, sehingga dikhawatirkan dapat

menciptakan konflik keluarga. Jika tidak mampu mengendalikan maka kondisi

Page 41: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

23

akan semakin parah dan menimbulkan adanya perceraian. Hal-hal yang dapat

terjadi akibat adanya masa pensiun adalah berkurangnya penghasilan keluarga,

rentan konflik, pendidikan anak menjadi terbengkalai, perpecahan keluarga

(Widjajanto, 2009).

2.1.5 Pengukuran Kecemasan Dalam Menghadapi Pensiun

Pada penelitian-penelitian sebelumnya terdapat beberapa alat ukur kecemasan

yang relevan dan telah dikembangkan oleh beberapa para ahli yaitu, pengukuran

kecemasan yang digunakan oleh peneliti sebelumnya menurut Hawari (2001),

Instrumen ini berbentuk Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dengan

reliabilitas 7.92 (p > 0,05). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang

masing-masing dirinci lagi gejala yang spesifik, 14 komponen kecemasan terdiri

dari :1) perasaan cemas, 2) ketegangan, 3) ketakutan, 4) gangguan tidur, 5)

gangguan kecerdasan, 6) perasaan depresi, 7) gejala somatic, 8) gejala sensori, 9)

gejala kardiovaskuler, 10) gejala pernafasan (respiratori), 11) gejala pencernaaan,

12) gejala urogenital, 13) gejala autonom, 14) tingkah laku \angka (score) antara

0-5, artinya : a) nilai 0 =tidak ada gejala yang muncul, b) nilai 1 = gejala ringan,

c) nilai 2 = gejala sedang, d) nilai 3 = gejala berat, e) nilai 4 = gejala berat sekali /

panic.

Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kecemasan pada individu yang menghadapi pensiun yang

dikemukakan oleh Brill dan Hayes (dalam Lesmana,2014) sebagai berikut: a.

Menurunnya pendapatan atau penghasilan, b. Hilangnya status, baik status

jabatan, c. Berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja, d. Datangnya masa

tua, yaitu terutama menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, e. kemampuan

Page 42: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

24

untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam kehidupannya, f. mempunyai

sikap pesimis.

Dalam penyusunan skala kecemasan menghadapi pensiun ini menggunakan

skala model Likert dengan pilihan ganda yang berisi empat alternative jawaban

dimana harus dipilih salah satu. Jawaban dari angket tersebut disusundalam empat

skala kontinum dari 1-4 untuk butir favourable dan unfavorable, dengan perincian

sangat setuju (SS) nilai=1, setuju (S) nilai=2, tidaksetuju (TS) nilai=3, dan sangat

tidak setuju (STS) nilai=4.

2.2 Kecerdasan Emosi

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi

Istilah kecerdasan emosi memperkenalkan pertama kali oleh Mayor dan Salovey

pada tahun 1990 di University of New Hampshire. Dari tahun 1990 hingga saat

ini, teori ini masih terus-menerus berkembang (Goleman 2005). Akar kata emosi

adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”,

ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan

bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Oxford

English Dictionary (dalam Goleman, 1999) mendefinisikan emosi sebagai “setiap

kegiatan atau pergulakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang

hebat atau meluap-luap”

Salovey (1990) memberikan definisi kecerdasaan emosi sebagai berikut:

“emotional intelligence refers to a set or skills hypothesize to contribute, to

accurate appraisaland expression of emotion in oneself and in others, the effective

regulation of emotion in self and others, and the use of feelings to motivate, plan,

and achieve in one’s life”.

Dari definisi, Salovey mengatakan bahwa kecerdasaan emosi merupakan

serangkaian ketrampilan untuk menilai emosi secara tepat pada diri sendiri dan

Page 43: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

25

orang lain, adanya peraturan efektiv dalam emosi pada diri dan lainnya serta

memakai perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan mencapai sesuatu dalam

kehidupan seseorang.

Thorndike (dalam Goleman, 1999) dalam artikelnya “Harper’s Magazine”

menyatakan bahwa salah satu aspek kecerdasan emosi yaitu kecerdasan sosial

yang merupakan kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana

dalam hubungan antarmanusia.

Kecerdasan emosi atau yang lebih dikenal dengan istilah emotional

intelligence menurut Goleman (2005) didefinisikan sebagai kemampuan untuk

mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi

diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan

dalam hubungan dengan orang lain. Dengan demikian seseorang yang memiliki

kecerdasan emosi tinggi mampu mengenali perasaanya sendiri dan perasaan orang

lain sehingga mampu memotivasi dirinya sendiri serta mampu mengelola

emosinya secara baik dalam hubungan dengan pihak lain.

Menurut Goleman (1999) Kecerdasan emosi terbentuk karena adanya saling

melengkapi antara system limbic dengan neokortek, amigdala dengan lobus-lobus

prefrontal, antara pikiran dan perasaan. Apabila rangsangan ini berinteraksi

dengan baik, kecerdasan emosi akan meningkat demikian juga kemampuan

intelektual.

Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang kecerdasan emosi yang telah

dikemukakan, maka peneliti menggunakan definisi yang dipaparkan oleh

Goleman (1999) menyimpulkan bahwa bahwa kecerdasan emosi adalah suatu

kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengenali, mengelola dan

Page 44: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

26

mengekspresikan dengan tepat emosi yang dimiliki, termasuk juga kemampuan

untuk memotivasi diri sendiri serta membina hubungan dengan orang lain.

2.2.2 Dimensi - Dimensi Kecerdasaan Emosi

Menurut Goleman (1999) terdapat lima dimensi kecerdasan emosi, yaitu:

1. Kesadaran Diri (Self - Awareness)

Kemampuan mengenali emosi diri (self awareness) adalah Kemampuan untuk

memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan

psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan

kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.

Namun seseorang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaanya

adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan

lebih tinggi akan perasaan mereka sesungguhnya atas pengambilan keputusan-

keputusan masalah pribadi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil.

2. Pengelolaan Emosi (Self - Regulation)

Mengelola emosi (self regulation) adalah Kemampuan untuk menghibur diri

sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan dan akibat-akibat yang timbul

karena gagalnya ketrampilan emosional dasar. Seseorang yang buruk

kemampuannya dalam ketrampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan

perasaan murung sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan

jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan

3. Motivasi Diri (Motivation OneSelf)

Memotivasi diri adalah kemampuan untuk memberikan perhatian, untuk

memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dapat berkreasi serta

mengendalikan diri emosional untuk menahan terhadap kepuasan dan

Page 45: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

27

mengendalikan dorongan hati yang merupakan landasan keberhasilan dalam

berbagai bidang.

4. Empati

Empati yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan keprihatinan orang

lain. Ciri yang keempat ini terdiri dari kompetensi kemampuan untuk

mengenali emosi orang lain (Understanding Other) yaitu kemampuan untuk

mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lain akan merasa

senang dan dimengerti perasaannya, menciptakan kesempatan-kesempatan

melalui pergaulan dalam berbagai macam orang. Mempunyai kesadaran akan

kebutuhan dan kepentingan orang lain. Membina hubungan (Interpersonal

Relationship).

5. Hubungan Interpersonal (Interpersonal Relationship)

Membina hubungan (Interpersonal Relationship) adalah ketrampilan

mengelola emosi orang lain yang ditinjau dari ketrampilan dan

ketidakterampilan sosial yang menunjang pada popularitas, kepemimpianan

dan keberhasilan antrapribadi. Kita bisa mengerti apa yang bisa memotivasi

orang lain, bagaimana mereka bekerja, bagaimana kita bisa bekerja sama

dengan orang lain.

Komponen-komponen yang dikemukakan oleh Goleman (1999) ini adalah

komponen kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini, seperti

kesadaran diri, pengelolaan emosi, motivasi diri, dan hubungan interpersonal.

2.2.3 Pengukuran Kecerdasan Emosi

Pada penelitian-penelitian sebelumnya terdapat beberapa alat ukur kecerdasan

emosi yang relevan dan telah dikembangkan oleh beberapa para ahli yaitu,

pengukuran kecerdasan emosi yang digunakan oleh peneliti sebelumnya

Page 46: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

28

berdasarkan atas konsep Bar-on’s EQ-I. Instrument ini berbentuk self-report yang

didesain untuk kualitas personal “emotional well being”. EQ-I telah digunakan

untuk menilai ribuan individu di dalam situasi kerja dengan reliabilitas sebesar

6,21 (p < 0,05). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat ukur

yang berdasarkan atas teori Goleman (1999). Skala ini disusun berdasarkan

indikator tertentu yang terdapat pada dimensi-dimensi kecerdasan emosi, yaitu. 1)

kesadaran diri, 2) pengelolaan emosi, 3) motivasi diri, 4) empati, 5) hubungan

interpersonal. Menggunakan skala Model Likert dengan rentangan 1 - 4 untuk

setiap item.

2.3 Optimisme

2.3.1 Pengertian Optimisme

Dalam menghadapi permasalahan atau peristiwa yang tidak mengenakkan peran

pola pikir ini sangat penting. Seseorang yang menggunakan pola pikir positif

dalam menghadapi peristiwa yang tidak mengenakkan akan bersikap optimis

sedangkan apabila menggunakan pola berpikir negatif akan menimbulkan sikap

yang pesimis. Menurut Segerestron (dalam Ghufron dan Risnawita, 2011) optimis

adalah cara berpikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah.

Optimism dapat membantu meningkatkan kesehatan secara psikologis, memiliki

perasaan baik, melakukan penyelesaian masalah dengan cara yang logis sehingga

hal ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Selain itu Carver dan Scheier (dalam

Limono,2013) mendefinisikan optimisme sebagai harapan dalam mencapai target

yang diinginkan, dan merupakan kecenderung individu untuk stabil dalam

harapan baik dari pada yang buruk.

Seligman (1995) menyatakan optimisme adalah suatu pandangan secara

menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif dan mudah memberikan

Page 47: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

29

makna bagi diri. Optimisme yang tinggi yang berasal dari dalam diri individu dan

dukungan yang berupa penghargaan dari orang-orang tertentu membuat individu

merasa dihargai dan berarti. Kebiasaan berpikir optimis itu bisa dipelajari oleh

siapa saja, sebab tidak ada seorang pun yang ingin menjadi pesimis.

Berkaitan dengan pengertian optimisme, Belsky (dalam Ghufron dan

Risnawita, 2011) berpendapat bahwa optimisme adalah menemukan inspirasi

baru. Kekuatan yang dapat diterapkan dalam semua aspek kehidupan sehingga

mencapai keberhasilan. Optimisme membuat individu memiliki energi tinggi,

bekerja keras untuk melakukan hal yang penting. Pemikiran optimisme memberi

dukungan pada individu menuju hidup yang lebih berhasil dalam setiap aktivitas.

Dikarenakan orang yang optimis akan menggunakan semua potensi yang dimiliki.

Menurut Myer (dalam Ghufron dan Risnawita, 2011) optimisme diartikan

sebagai arah dan tujuan hidup yang positif, menyambut datangnya pagi dengan

sukacita, membangkitkan kembali rasa percaya diri kearah yang lebih realistic,

dan menghilangkan rasa takut yang selalu menyertai individu. Pemikiran

optimisme menentukkan individu dalam menjalani kehidupan, memecahkan

masalah dan penerimaan terhadap perubahan baik dalam menghadapi kesuksesaan

maupun kesulitan dalam hidup.

Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang optimisme yang telah

dikemukakan, maka peneliti menggunakan definisi yang dipaparkan Menurut

Seligman (1995) menyatakan optimisme adalah suatu pandangan secara

menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif dan mudah memberikan

makna bagi diri. Optimisme yang tinggi yang berasal dari dalam diri individu dan

dukungan yang berupa penghargaan dari orang-orang tertentu membuat individu

merasa dihargai dan berarti.

Page 48: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

30

2.3.2 Ciri - Ciri Optimisme

Ada beberapa ciri dari optimisme yang diungkapkan oleh para ahli. Martin E.P.

Seligman (1995) mengatakan bahwa orang yang optimis percaya bahwa

kegagalan hanyalah suatu kemunduran yang bersifat sementara dan penyebabnya

pun terbatas, mereka juga percaya bahwa hal tersebut muncul bukan diakibatkan

oleh faktor dari dalam dirinya, melainkan diakibatkan oleh faktor luar.

Menurut Mc.Ginnis (dalam Novia, 2014) mengatakan bahwa ada 12 ciri-ciri

orang yang optimis, yaitu:

a. Mempunyai harapan masa depan

b. Mempunyai keyakinan untuk maju

c. Tidak mudah menyerah

d. Mempunyai semangat untuk berkembang

e. Mampu berpikir rasional

f. Mampu mengelola masalah

g. Mempunyai tujuan hidup

h. Mampu menerima keadaan pensiun

i. Mempunyai penghargaan diri

j. Percaya dengan kemampuan sendiri

k. Menyukai dengan diri sendiri

l. Mampu mengendalikan perasaan

Dari kesimpulan dua belas ciri optimisme di atas, adalah dengan bersikap optimis

seseorang dapat lebih menghargai dan meyakini kemampuan yang dimilikinya.

Tidak hanya itu, seorang optimis lebih bahagia karena mereka dapat menerima

dirinya secara menyeluruh. Setiap individu memiliki kekurangan dan kelebihan.

Sikap individu terhadap dirinya itulah yang dapat membantu menciptakan

individu yang optimis. Sikap optimis mungkin muncul jika individu itu memiliki

Page 49: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

31

keyakinan yang kuat atas dirinya. Keyakinan-keyakinan itu dapat muncul melalui

pengalaman atau dipelajari

2.3.3 Dimensi - Dimensi Optimisme

Menurut Seligman (1995) optimis dibagi menjadi tiga dimensi antara lain:

1. Permanence

Gaya penjelasan peristiwa yang menggambarkan bagaimana individu

melihat peristiwa berdasarkan waktu yaitu temporer dan permanen. Orang yang

pesimis akan menjelaskan kejadian yang menekan dengan mengatakan secara

permanen atau menetap.

2. Pervasiveness

Gaya penjelasan peristiwa yang berkaitan dengan dimensi ruang

lingkup, dibedakan menjadi spesifik dan universal. Orang-orang yang pesimis

akan mengungkapkan pola fikir dalam peristiwa yang tidak menyenangkan

dengan cara universal sedangkan orang yang optimis dengan spesifik.

3. Personalization

Gaya penjelasan peristiwa yang berkaitan dengan sumber penyebab

internal dan eksternal. Orang yang optimis memandang penyebab masalah-

masalah yang menekan dari sisi lingkungan (eksternal) sedangkan orang yang

pesimis akan melihat kegagalan dari sisi dirinya (internal). Hal sebaliknya

berlaku dalam memandang peristiwa yang menyenangkan. Orang optimis

menghargai kemampuan dirinya atas keberhasilan yang diraih sedangkan orang

pesimis menganggap keberhasilan sebagai akibat dari situasi diluar dirinya.

Komponen-komponen optimisme yang dikemukakan oleh Seligman adalah

komponen yang digunakan dalam penelitian ini. Komponen tersebut meliputi

permanence, pervasivenes, personalization.

Page 50: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

32

2.3.4 Pengukuran Optimisme

Pada penelitian-penelitian sebelumnya terdapat beberapa alat ukur optimisme

yang relevan dan telah dikembangkan oleh beberapa para ahli yaitu, pengukuran

optimisme yang digunakan oleh peneliti sebelumnya berdasarkan atas konsep

Scheier, Carver, & Bridges (1994). LOT-R (Life Orientation Test-Revised)

merupakan pengembangan dari skala sebelumnya, yaitu Life Orientation Test.

LOT-R memiliki konsistensi respon yang baik (α=0,7 – 0,8). Skala ini disusun

berdasarkan indikator pada 12 ciri-ciri orang yang optimis dalam menghadapi

pensiun yang dikemukakan oleh Mc.Ginnis (dalam Novia, 2014) sebagai berikut :

a) mempunyai harapan masa depan, b) mempunyai keyakinan untuk maju, c) tidak

mudah menyerah, d) mempunyai semangat untuk berkembang, e) mampu berpikir

rasional, f) mampu mengelola masalah, g) mempunyai tujuan hidup, h) mampu

menerima keadaan pensiun, i) mempunyai penghargaan diri, j) percaya pada

kemmapuan sendiri, k) menyukai dengan diri sendiri, L) mampu mengendalikan

perasaan. Menggunakan skala model Likert dengan pilihan ganda yang berisi

empat alternative jawaban dimana harus dipilih salah satu. Jawaban dari angket

tersebut disusun dalam empat skala kontinum dengan rentangan 1 - 4 untuk setiap

item.

2.4 Faktor Demografis

Karakteristik kependudukan yang dimiliki oleh pegawai, dengan indikator umur

yang dikonversikan kedalam tingkat harapan hidup, siklus hidup rumah tangga,

tanggungan keluarga, pendapatan, sifat pekerjaan, dan lama bekerja, serta

pendidikan terakhir merupakan karakteristik yang perlu dilihat untuk menilai

tingkat pengendalian diri yang dimiliki pegawai dalam pengelolaan keuangan

untuk menghadapi ketidakpastian di masa pensiun mereka nantinya.Selain

beberapa variabel yang telah dibahas, ada variabel lain yaitu variabel pangkat atau

Page 51: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

33

golongan dan penghasilan yang akan ikut diteliti dalam penelitian ini. Pekerjaan

memberi arti yang sangat penting bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya dan

keluarganya. Jabatan dalam bekerja dapat menjadi ajang untuk mendapatkan itu

semua yang diinginkan oleh setiap pegawai. Dan para pegawai itu akan

mengeluarkan segala daya dan usaha demi mengejar dan mendapatkan jabatan itu.

Setiap instansi atau kantor pasti mempunyai peraturan masing-masing

untuk mengatur tentang pegawai yang pantas dan cocok untuk menduduki sebuah

jabatan dalam instansi tersebut. Disetiap instansi ada peraturan yang disesuaikan

dengan kebutuhan instansi masing-masing. Golongan kepangkatan yang paling

rendah adalah golongan 2d sampai dengan 3d, jabatan struktural yang

didudukinya adalah esselon 5b, begitu seterusnya sampai pada golongan

kepangkatan yang paling tinggi. Pegawai negeri sipil yang memangku jabatan

akan mendapatkan tunjangan jabatan di luar gaji pokok seperti rumah, mobil dan

lain-lain. Seorang pegawai atau Individu yang memasuki masa pensiun akan

beranggapan bahwa mereka kehilangan jabatan dan semua fasilitas yang selama

ini diperolehnya akan mempengaruhi harga diri dan status sosial yang dimilikinya

sehingga ia tidak rela untuk melepaskan jabatannya itu. Semakin individu tidak

rela untuk melepaskan jabatannya maka rasa cemas itu juga akan semakin besar

untuk mengahadapi masa pensiun itu.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa jabatan dan golongan kepangkatan

itu secara langsung sangat mempengaruhi kecemasan sesorang dalam menghadapi

masa pensiun. Di mana golongan kepangkatan mempengaruhi jabatan yang boleh

dipangku oleh seorang pegawai negeri sipil dan jabatan itu dianggap sebagai

perantara untuk memperkuat dan mempertahankan harga diri dan status sosial.

Kehilangan jabatan berarti bukan hanya kehilangan uang dan fasilitas tapi juga

kehilangan harga diri dan status sosial dalam masyarakat. Kecemasan pun muncul

Page 52: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

34

karena individu bukan hanya takut kehilangan hal-hal tersebut tapi juga karena

individu tidak tahu apa yang akan terjadi pada kehidupannya kelak karena

iabelum pernah mengalaminya dan merasa tidak dapat mengendalikan keadaan

masa yang akan datang itu.

Pada penelitian Lusardi dan Mitchell (2009) menemukan bahwa jenis

kelamin antara laki-laki dan perempuan merupakan salah satu faktor dalam

membuat keputusan keuangan. Dan laki-laki lebih baik dalam pengambilan

keputusan keuangan, karena memiliki pengetahuan keuangan yang lebih tinggi.

Selanjutnya penelitian Khrisna, Sari Rofaidi dan Ida (2010) menyatakan hal yang

berbeda, berdasarkan hasil penelitian yang mereka lakukan mahasiswa laki-laki

memiliki kemungkinan tingkat pengetahuan keuangan yang lebih rendah

dibandingkan perempuan terutama yang berkaitan dengan pengetahuan investasi,

kredit dan asuransi.

Berdasarkan faktor usia pegawai atau pekerja yang mendekati usia pensiun

mereka cenderung lebih memiliki kesadaran dalam investasi untuk kepentingan

masa pensiun. Namun faktor lain seperti, lama bekerja, dan pendapatan tidak

menunjukan kecenderungan kesadaran yang dimiliki untuk melakukan investasi

demi kepentingan masa pensiun. Faktor demografi ini kemudian dikaitkan dengan

life cycle atau siklus hidup dari pegawai untuk melihat perbedaan mendasar dalam

pengambilan keputusan keuangan untuk masa pensiun nantinya (Matrutty &

Gracia 2013).

2.5 Kerangka Berpikir

Setiap individu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika suatu

kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka pemenuhan kebutuhan lain akan

meningkat pada hieraki yang lebih tinggi. Salah satu usaha untuk memenuhi

kebutuhan hidup adalah dengan bekerja. Dengan bekerja seseorang mendapatkan

Page 53: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

35

imbalan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bekerja

dalam suatu kantor atau instansi memiliki periode dan waktu tertentu. Masa

pekerjaan formal akan berakhir ketika seseorang memasuki usia 55 sampai

dengan 58 tahun. Kondisi fisik manusia untuk bekerja memiliki batasan, semakin

tua seseorang, semakin menurun kondisi fisiknya, maka beriringan dengan hal itu

produktivitas kerja dimiliki pun akan semakin menurun. Pada saat itulah

seseorang akan diminta berhenti dari pekerjaannya atau pensiun dan beristirahat

untuk menikmati hasil yang diperolehnya selama bekerja.

Seseorang yang memasuki masa pensiun seringkali merasa malu karena

menganggap dirinya sebagai ”pengangguran”, sehingga menimbulkan perasaan-

perasaan minder, rasa tidak berguna, tidak dikehendaki, dilupakan, tersisihkan,

tanpa tempat berpijak dan seperti ”tanpa rumah”. Hal ini berbeda dengan ketika

orang tersebut masih bekerja, dirinya merasa terhormat dan merasa berguna.

Selain itu pada waktu masih bekerja seseorang mendapatkan berrmacam-macam

fasilitas materiil, sedangkan setelah pensiun fasilitas kerja tidak ada lagi. Oleh

karena itulah seseorang yang memasuki masa pensiun mengalami kondisi

”kekosongan”,merasa tanpa arti dan tanpa guna sehingga menjelang masa pensiun

orang tersebut mengalami kecemasan akan bayangan-bayangan yang

dikhayalkannya sendiri (Oktaviana dan Kumolohadi, 2008).

Menurut Sutrisno (2013) kecemasan menghadapi pensiun adalah suatu

keadaan atau perasaan tidak menyenangkan yang timbul pada individu karena

khawatir, bingung, tidak pasti akan masa depannya, dan belum siap menerima

kenyataan akan memasuki masa pensiun dengan segala akibatnya baik secara

sosial, psikologis, maupun fisiologis. Sedangkan menurut Brill dan Hayes (dalam

Lesmana, 2014) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pensiun antara lain:

Page 54: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

36

a) Menurunnya pendapatan atau penghasilan, b) Hilangnya status, baik status

jabatan, c) Berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja, d) Datangnya masa

tua, e) Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam

kehidupannya, f) Penerimaan diri menghadapi masa pensiun, g) Mempunyai sikap

pesimis

Menurut Santrock (2002) hal-hal yang dapat mempengaruhi seseorang

dalam menerima masa pensiun sebenarnya adalah masalah emosi para pekerja

terhadap pensiun itu sendiri. Jika ia mampu mengendalikan dorongan hati atau

emosi dengan baik, maka ia akan menemukakan banyak sisi positif yang bisa

diambil. Disinilah dibutuhkan adanya kecerdasan secara emosi pada diri individu.

Orang-orang yang mendapat skor tinggi dalam kecerdasan emosi akan lebih

mampu untuk mengerti dan mengelola reaksi emosi mereka dan dapat membantu

mereka untuk beradaptasi dengan tuntutan hidup yang ada. Thorndike (dalam

goleman, 1999) dalam artikelnya “Harper’s Magazine” menyatakan bahwa salah

satu aspek kecerdasan emosi yaitu kecerdasan sosial yang merupakan kemampuan

untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana dalam hubungan

antarmanusia.

Menurut Goleman (1999) terdapat lima dimensi kecerdasan emosi, yaitu:

Kesadaran Diri (Self - Awareness), Pengelolaan Emosi (Self - Regulation),

Motivasi Diri (Motivation OneSelf), Empati, Hubungan Interpersonal

(Interpersonal Relationship).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana dan Kumolohadi

(2008) mengenai kecerdasan emosi, menggambarkan bahwa semakin tinggi

kecerdasan emosi yang dimiliki oleh seseorang maka kecemasan yang dihadapi

semakin menurun. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik, akan

Page 55: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

37

mampu mengolah emosi yang ada dalam dirinya sehingga menjadi sesuatu

kekuatan yang lebih positif. Ketrampilan dalam mengatur emosi akan membuat

seseorang menjadi terampil dalam melepaskan diri dari perasaan negatif yang ada,

sehingga kecemasan yang muncul pada saat akan mengahadapi pensiun dapat

diminimalkan. Sehingga kecerdasan emosi yang dimiliki akan membantu

seseorang keluar dari tekanan atau situasi yang tidak menyenangkan.

Sering kali beberapa orang pada masa persiapan pensiun mereka

melupakan bahwa sesungguhnya ada faktor lain yang mempengaruhi hal tersebut,

Salah satunya adalah Optimisme. Optimisme, seperti harapan dimana segala

sesuatu dalam kehidupan akan beres, kendati ditimpa kemunduruan dan frustrasi.

Individu yang tidak bisa menerima kondisi itu akan merasa kecewa dan pesimis

sehingga akan timbul konflik batin, ketakutan dan rasa rendah diri. Sebaliknya

individu yang siap menerima kondisi ini akan timbul optimisme yang tinggi dan

percaya diri. Individu yang optimis memandang masa pensiun bukanlah akhir dari

segalanya, individu akan tetap berpikiran positif sehingga perasaan negatif tidak

akan muncul akibatnya individu akan dapat menjalani masa pensiun dengan

tenang dan bahagia. Dari titik pandang kecerdasan emosional, optimisme

merupakan sikap penyangga orang agar jangan sampai terjatuh kedalam

kemasabodohan, keputusasaan atau depresi bila dihadang kesulitan.

(Goleman,1999).

Menurut Segereston (dalam Ghufron dan Risnawati, 2011) optimisme

adalah cara berpikir yang positif dan realistik dalam memandang suatu masalah.

Berpikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk.

Page 56: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

38

Dimensi Optimisme dalam Seligman (1995) dibagi menjadi tiga dimensi antara

lain; permanence, pervasiveness dan personalization.

Robinson dkk (dalam Ghufron dan Risnawati, 2011) menyatakan bahwa

individu yang memiliki sikap optimis jarang menderita depresi. Optimisme

memiliki banyak manfaat bagi kesehatan mental, termasuk melindungi terhadap

depresi dan kecemasan juga meningkatkan kemungkinan pemecahan masalah

yang efektif. Optimisme bermanfaat membuat suasana hati yang lebih positif,

yang membantu untuk menangkal depresi dan kecemasan. Optimisme juga

mendorong ketekunan yang lebih besar dalam menghadapi hambatan, yang pada

gilirannya kemungkinan akan menghasilkan kesuksesan yang lebih besar.

Selain beberapa variabel yang telah dibahas, ada variabel lain yaitu

variabel pangkat atau golongan dan penghasilan yang akan ikut diteliti dalam

penelitian ini. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lusardi dan Mitchell (2009),

bahwa jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi kecemasan yang dihadapi seseorang dalam membuat

keputusan keuangan. Dan laki-laki lebih baik dalam pengambilan keputusan

keuangan, karena memiliki pengetahuan keuangan yang lebih tinggi. Hal ini

berbeda dengan penelitian Khrisna, Sari Rofaidi dan Ida (2010) menyatakan hasil

penelitian yang mereka lakukan mahasiswa laki-laki memiliki kemungkinan

tingkat pengetahuan keuangan yang lebih rendah dibandingkan perempuan

terutama yang berkaitan dengan pengetahuan investasi, kredit dan asuransi.

Sedangkan untuk penghasilan, berdasarkan penelitian oleh Ratnasari

(2009) mengungkapkan bahwa seseorang yang akan menghadapi masa pensiun

mengalami perubahan dari kesibukan yang teratur, penghasilan yang mencukupi

menjadi keadaan menganggur, penghasilan berkurang sedikit banyak akan

Page 57: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

39

menimbulkan goncangan mental. Goncangan ini akan terasa terutama bagi mereka

yang mempunyai tanggungan keluarga seperti anak-anak yang masih kecil dan

membutuhkan banyak biaya, maka ketika akan pensiun merasakan beban hidup

yang semakin berat.

Dari beberapa uraian yang telah dikemukakan, peneliti ingin meneliti apakah

dalam populasi normal yaitu pada pegawai Dirtjen Hak Kekayaan Indonesia,

kecerdasan emosi, optimisme serta adanya faktor demografis seperti usia,

golongan dan penghasilan, memiliki pengaruh dengan kecemasan menghadapi

pensiun. Uraian di atas dapat disimpulkan / digambarkan seperti skema berikut

ini:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir

Demografi :

1. Usia

2. Golongan

3. Penghasilan

Optimisme

KECEMASAN

MENGHADAPI MASA

PENSIUN

Kecerdasan Emosi :

1. Kesadaran Diri

2. Pengelolaan Emosi

3. Motivasi Diri

4. Empati

5. Hubungan

Interpersonal

Page 58: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

40

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

peneliti membuat hipotesis penelitian, sebagai berikut:

Adapun hipotesis mayor yang terdapat dalam penelitian ini dari variabel

kecemasan terdapat, diantaranya:

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi, optimisme dan

demografi terhadap kecemasan dalam menghadapi masa pensiun.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi, optimisme dan demografi

terhadap kecemasan dalam menghadapi masa pensiun.

Adapun hipotesis minor yang terdapat dalam penelitian ini dari variabel

kecemasan terdapat, diantaranya:

H1 : Ada pengaruh yang signifikan kesadaran diri terhadap kecemasan masa

pensiun.

H2 : Ada pengaruh yang signifikan pengelolaan emosi terhadap kecemasan masa

pensiun.

H3 : Ada pengaruh yang signifikan motivasi diri terhadap kecemasan masa

pensiun.

H4 : Ada pengaruh yang signifikan empati terhadap kecemasan masa pensiun.

H5 : Ada pengaruh yang signifikan hubungan interpersonal terhadap kecemasan

masa pensiun.

H6 : Ada pengaruh yang signifikan optimisme terhadap kecemasan masa

pensiun.

H7 : Ada pengaruh yang signifikan usia terhadap kecemasan masa pensiun.

H8 : Ada pengaruh yang signifikan golongan terhadap kecemasan masa pensiun.

Page 59: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

41

H9 : Ada pengaruh yang signifikan penghasilan terhadap kecemasan masa

pensiun

Page 60: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

42

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian, diantaranya subjek

penelitian (populasi dan sampel, teknik samplimg), variabel penelitian

(identifikasi variabel dan definisi oprasional), pengumpulan data (teknik dan

instrumen penelitian data), uji validitas konstruk, teknik analisis data dan prosedur

penelitian.

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini pegawai Direktorat Jendral Hak Kekayaan

Intelektual dari keseluruhan divisi (direktorat hak cipta, desain industri, desain

tata letak sirkuit terpadu dan rahasia dagang, direktorat paten, direktorat merek)

sebanyak 258 orang.

3.1.2 Sampel

Pada penelitian ini sampel berjumlah 142 dengan usia 50 sampai 58 tahun pada

pegawai Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual yang menghadapi pensiun.

3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode non probability sampling, yaitu teknik sampling yang tidak memberikan

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan purposive

sampling yang merupakan cara pengambilan sampel dengan pertimbangan tetentu.

Page 61: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

43

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Penelitian

Variabel Penelitian merupakan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh kecerdasan emosi, optimisme dan demografi terhadap kecemasan

menghadapi masa pensiun. Adapun variabel - variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas : Kecerdasan Emosi, Optimisme dan Demografi (Usia,

Golongan dan Penghasilan)

Variabel terikat : Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan penelitian, adapun definisi operasional dalam penelitian ini,

diantaranya:

1. Kecemasan menghadapi masa pensiun merupakan suatu kekhawatiran pada

sesuatu yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi sebagai akibat datangnya

masa pensiun dengan segala akibatnya baik secara sosial, psikologis, maupun

fisiologis. Yang diukur menggunakan alat ukur kecemasan dari Haber dan

Runyon (1984).

2. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan kita

sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan

kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungan dengan orang lain. Yang diukur menggunakan alat ukur kecerdasan

emosi dari Goleman (2005).

3. Optimisme merupakan bahwa kegagalan hanyalah suatu kemunduran yang

bersifat sementara dan penyebabnya pun terbatas, mereka juga percaya bahwa

hal tersebut muncul bukan diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya,

Page 62: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

44

melainkan diakibatkan oleh faktor luar. Yang diukur menggunakan alat ukur

optimism dari Mc.Ginnis (dalam Novia, 2014)

4. Untuk variabel demografis berupa usia, golongan dan penghasilan didapat dari

pengisian data responden pada saat mengisi skala

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan angket yaitu sejumlah

pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

dalam arti pelaporan tentang dirinya. Terdiri dari isian biodata subjek penelitian

skala kecemasan menghadapi pensiun, skala kecerdasan emosi dan skala

optimisme.

3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah skala kecerdasan emosi, skala optimisme dan skala

kecemasan menghadapi pensiun yang berbentuk skala model Likert. Dalam

mengembangkan skala tersebut, peneliti menggunakan teori Goleman (1999)

untuk mengukur kecerdasan emosi, teori MC.Ginnis (dalam Novia, 2014) untuk

mengukur optimisme dan teori Haber dan Runyon (1984) untuk mengukur

kecemasan menghadapi pensiun.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan pernyataan

tertutup. Dimana pernyataan tertutup merupakan pernyataan yang pilihan

jawabanya tersedia, dengan cara memberikan tanda check list (√).

Pada penelitian ini, skala kecerdasan emosi, optimisme dan kecemasan

Page 63: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

45

menghadapi pensiun menggunakan 4 pilihan jawaban yakni sebagai berikut :

1. Sangat Setuju (SS)

2. Setuju (S)

3. Tidak Setuju (TS)

4. Sangat Tidak Setuju (STS)

Adapun perolehan skor dari tem-item berdasarkan dari jawaban yang

dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable dan unfavorable.Untuk

jawaban favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri (SS→S→TS→STS)

dengan nilai (1→2→3→4). Sedangkan untuk unfavorable cara skornya bergerak

sebaliknya dari kiri ke kanan (STS→TS→S→SS) dengan nilai (4→3→2→1).

Jika digambarkan dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.1

Bobot Nilai Tiap Item

Kode Favorable Unfavorable

STS (sangat setuju) 1 4

TS (tidak setuju) 2 3

S (setuju) 3 2

SS (sangat setuju) 4 1

1. Kecemasan Menghadapi Pensiun

Skala kecemasan menghadapi pensiun ini, terdiri dari pernyataan-pernyataan

yang berkaitan dengan empat dimensi kecemasan menghadapi pensiun yaitu

kognitif, motorik, somatik dan afektif, yang terdiri dari pernyataan-pernyataan

favorable dan unfavorable. Berikut ini disajikan kisi-kisi skala kecemasan

menghadapi pensiun:

Page 64: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

46

Tabel 3.2

Blue Print Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun

No Dimensi Indikator Item

Jumlah Favo Unfavo

1. Kognitif Individu sulit berkonsentrasi

dalam mengambil keputusan

berbagai masalah yang

mungkin terjadi

1,11 6,14 4

Individu yang menimbulkan

kekhawatiran lebih lanjut

4 8 2

2 Motorik Perasaan individu yang tidak

menyenangkan yang muncul

dalam bentuk tingkah laku

2,12 10 3

3 Somatik Gangguan pada anggota

tubuh baik fisik ataupun

biologis

9,15 5 3

4 Afektif Individu yang mengalami

keadaan gelisah dan khawatir

tentang suatu bahaya yang

akan terjadi

7 3,13 3

Jumlah 8 7 15

Skala kecemasan menghadapi pensiun ini menyediakan empat respon

jawaban dimana masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan

yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan responden. Pilihan jawaban

tersebut adalah sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju

(STS). Setiap pernyataan jawaban dari pernyataan favorable diberi skor 4 = sangat

setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Sementara untuk

pernyataan unfavorable skor jawaban dari pernyataan diberikan skor sebaliknya.

2. Kecerdasan Emosi

Skala kecerdasan emosi, terdiri dari pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan

lima dimensi kecerdasan emosi yaitu kesadaran diri, pengelolaan emosi, motivasi

diri, empati dan hubungan interpersonal. Berikut ini disajikan kisi-kisi skala

kecerdasan emosi.

Tabel 3.3

Blue Print Skala Kecerdasan Emosi

Page 65: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

47

No Dimensi Indikator Item Jumlah

Favo Unfavo

1 Kesadaran

Diri

Mengenali emosi diri 1,15 18 3

Mengetahui keterbatasan

diri 6 3 2

Keyakinan akan

kemampuan diri sendiri 11,27 21 3

2 Pengelolaan

Emosi

Menahan emosi terhadap

dorongan negative 2 16

2

Bertanggung jawab atas

kinerja pribadi 24 8,28 3

3 Motivasi Diri

Mempunyai dorongan

untuk berprestasi 4,17 26 3

Memiliki semangat untuk

melakukan suatu aktivitas 22 12 2

Percaya diri 14 19 2

4 Empati

Kemampuan untuk

mengerti perasaan dan

kebutuhan orang lain

25 5,29 3

Mempunyai kesadaran

akan kepentingan orang

lain

7 13 2

5 Hubungan

Interpersonal

Kemampuan memahami

orang lain 20,30 10 3

Memelihara hubungan

kita dengan orang lain 9 23 2

Jumlah 16 14 30

Skala kecerdasan emosi ini menyediakan empat respon jawaban dimana

masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan

dengan keadaan yang dirasakan responden. Pilihan jawaban tersebut adalah sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Setiap

pernyataan jawaban dari pernyataan favorable diberi skor 4 = sangat setuju, 3 =

setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Sementara untuk pernyataan

unfavorable skor jawaban dari pernyataan diberikan skor sebaliknya.

3. Optimisme

Skala optimisme ini, terdiri dari pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan

dimensi optimisme. Berikut ini disajikan kisi-kisi skala optimisme.

Page 66: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

48

Tabel 3.4

Blue print skala Optimisme

No Dimensi Indikator Item

Jumlah Favo Unfavo

Optimisme

Mempunyai harapan masa depan

1 16 2

Mempunyai keyakinan untuk maju

13 4 2

Tidak mudah menyerah

7 24 2

Mempunyai semangat untuk berkembang

15 9 2

Mampu berpikir rasional

19 2 2

Mampu mengelola masalah

5 21 2

Mempunyai tujuan hidup

17 11 2

Mampu menerima keadaan pensiun

23 14 2

Mempunyai penghargaan diri

3 20 2

Percaya dengan kemampuan sendiri

12 22 2

Menyukai dengan diri sendiri

10 6 2

Mampu mengendalikan perasaan

8 18 2

Jumlah 12 12 24

Skala optimisme ini menyediakan empat respon jawaban dimana masing-

masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan

keadaan yang dirasakan responden. Pilihan jawaban tersebut adalah sangat setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Setiap pernyataan

jawaban dari pernyataan favorable diberi skor 4 = sangat setuju, 3 = setuju, 2 =

tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Sementara untuk pernyataan unfavorable

skor jawaban dari pernyataan diberikan skor sebaliknya.

Page 67: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

49

3.4 Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas konstruk tiap item dalam penelitian ini, digunakan

Pearson Product Moment dengan software SPSS 20.0 dan Confirmatory Factor

Analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.70. Adapun langkah yang dilakukan

sebgai berikut Umar (2010):

1. Dilakukan uji CFA dengan model undimensional (satu faktor) dan dlihat nilai

Chi-Square yang dihaslkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (sig>0.05)

berarti semua item telah mengukur sesuai dengan yang diteorikan, yaitu hanya

mengukur satu faktor saja. Jika ini terjadi maka analisis dilanjutkan ke

langkah ketiga, yaitu melihat muatan faktor pada masing-masing item. Namun

jika nila Chi-Square signifikan (sig < 0.05), maka diperlukan modifikasi

terhadap model pengukuran yang diuji langkah kedua ini.

2. Jika nilai Chi-Square signifikan, maka dilakukan modifikasi model

pengukuran dengan cara mangestimasi antar kesalah pengukuran pada

beberapa item yang mungkin bersifat multidimensional. Ini berarti bahwa

selain suatu item mengukur konstruk yang seharusnya diukur (sesuai teori),

juga dapat dilihat apakah item tersebut mengukur hal yang lain (mengukur

lebih dari satu hal). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan

untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model fit, maka model

terakhir inilah yang digunakan pada langkah selanjutnya.

3. Setelah diperoleh model pengukuran yang fit (undimensional) maka dilihat

apakah ada item yang muatan faktornya negative. Jika ada, item tersebut harus

di buang atau tidak diikutsertakan dalam analisis perhitungan faktor skor.

4. Dengan menggunakan SPSS dan model undimensional (satu faktor) kemudian

dihitung (destimasi) nilai skor faktor (true score) bagi setiap orang untuk

Page 68: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

50

variabel yang bersangkutan. Dalam hal ini yang dianalisis faktor hanya item

yang baik saja (tidak dibuang).

Umar (2010) menyebutkan bahwa criteria item yang baik pada CFA

adalah:

1. Melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur faktornya dengan melihat

nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah t >1.96

maka item tersebut signifikan dan sebaliknya. Apabila item tersebut signifikan

maka item tidak akan dibuang, dan sebaliknya.

2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah discoring

dengan favorable (pada skala Likert1-4), maka nilai koefisien muatan faktor

pada item harus bermuatan positif, dan sebaliknya. Apabila item tersebut

favorable, namun koefisien muatan faktor item bernilai negatif maka item

tersebut akan dibuang.

3. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka

item tersebut akan dibuang. Karena, yang demikian selain mengukur apa yang

hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kecemasan Menghadapi Pensiun

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 15 item yang ada bersifat unidimnesional,

artinya benar hanya mengukur. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 172.33, df = 90, P-

Value = 0.00000, RMSEA = 0.081. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model sebanyak 4 kali modifikasi, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka diperoleh model

fit seperti gambar 3.1 di bawah ini:

Page 69: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

51

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Kecemasan Menghadapi

Pensiun

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model maka menghasilkan nilai Chi-

Square = 95.63, df = 86, P-Value = 0.22391, RMSEA = 0.028. Nilai Chi-Square

menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima, maka seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu kecemasan menghadapi pensiun. Selanjutnya, penulis melihat apakah

item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya

Page 70: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

52

dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel berikut :

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Kecemasan Menghadapi Pensiun

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan 1 0.82 0.12 6.73 V 2 0.75 0.12 6.07 V 3 0.66 0.13 5.22 V 4 0.78 0.12 6.33 V 5 0.69 0.12 5.56 V 6 0.69 0.13 5.49 V 7 0.57 0.13 4.46 V 8 0.47 0.13 3.60 V 9 0.59 0.13 4.61 V 10 0.51 0.13 3.99 V 11 0.45 0.13 3.46 V 12 0.53 0.13 4.12 V 13 0.49 0.13 3.83 V 14 0.73 0.12 5.90 V 15 0.63 0.13 4.96 V

Keterangan: V = Signifikan (t > 1.96); X = Tidak Signifikan

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa t-value pada muatan faktor item dinyatakan

signifikan karena memiliki nilai t >1,96. Dengan demikian dinyatakan seluruh

muatan item kecemasan menghadapi pensiun dinyatakan valid.

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosi

1. Dimensi Kesadaran Diri

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimnesional,

artinya benar hanya mengukur kesadaran diri. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square =

134.71, df = 20, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.202. Oleh sebab itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 7 kali modifikasi, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya. Maka diperoleh model fit seperti gambar 3.2 di bawah ini:

Page 71: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

53

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Kesadaran Diri

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model maka menghasilkan nilai

nilai Chi-Square = 19.63, df = 13, P-Value = 0.10473, RMSEA = 0.060. Nilai

Chi-Square menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, maka seluruh item mengukur

satu faktor saja yaitu kesadaran diri. Selanjutnya, penulis melihat apakah item

tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis

nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Kesadaran Diri

Page 72: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

54

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

1 0.62 0.08 7.92 V 3 0.57 0.08 7.10 V 6 0.58 0.08 7.23 V 11 0.43 0.08 5.14 V 15 -0.15 0.09 -1.71 X 18 0.71 0.08 9.50 V 21 0.74 0.07 10.00 V 27 0.95 0.07 14.38 V

Keterangan: V = Signifikan (t > 1.96); X = Tidak Signifikan

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa t-value bagi koefisien muatan faktor

item nomor 15 tidak signifikan karena memiliki nilai t < 1.96, sedangkan muatan

faktor item lainnya signifikan karena t > 1,96. Dengan demikian item nomor 15

tidak dipergunakan.

2. Dimensi Pengelolaan Emosi

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimnesional,

artinya benar hanya mengukur pengelolaan emosi. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square =

161.80, df = 5, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.472. Oleh sebab itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 1 kali modifikasi, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya. Maka diperoleh model fit seperti gambar 3.3 di bawah ini:

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Pengelolaan Emosi

Page 73: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

55

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model maka menghasilkan nilai

Chi-Square = 5.82, df = 4, P-Value = 0.21295, RMSEA = 0.057. Nilai Chi-Square

menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima, maka seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu pengelolaan emosi. Selanjutnya, penulis melihat apakah item tersebut

signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t dari setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Pengelolaan Emosi

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan 2 0.95 0.07 13.84 V 8 0.26 0.09 3.01 V 16 0.90 0.07 12.85 V 24 0.52 0.08 6.41 V 28 0.46 0.08 5.65 V

Keterangan: V = Signifikan (t > 1.96); X = Tidak Signifikan

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa t-value pada muatan faktor item

dinyatakan signifikan karena memiliki nilai t > 1,96. Dengan demikian dinyatakan

seluruh muatan item pengelolaan emosi dinyatakan valid.

3. Dimensi Motivasi Diri

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimnesional,

artinya benar hanya mengukur motivasi diri. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 89.71,

df = 14, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.196. Oleh sebab itu, penulis melakukan

modifikasi terhadap model sebanyak 4 kali modifikasi, dimana kesalahan

pengukuran pada seperti gambar 3.4 di bawah ini:

Page 74: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

56

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Motivasi Diri

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model maka menghasilkan nilai

Chi-Square = 11.56, df = 10, P-Value = 0.31531, RMSEA = 0.033. Nilai Chi-

Squaremenghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, maka seluruh item mengukur

satu faktor saja yaitu motivasi diri. Selanjutnya, penulis melihat apakah item

tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis

nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Motivasi Diri No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan 4 0.67 0.08 5.56 V 12 0.68 0.08 8.75 V 17 0.78 0.07 10.52 V 19 0.86 0.07 12.28 V 22 0.40 0.09 4.68 V 26 0.44 0.08 5.21 V

Keterangan: V = Signifikan (t > 1.96); X = Tidak Signifikan

Page 75: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

57

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa t-value pada muatan faktor item

dinyatakan signifikan karena memiliki nilai t > 1,96. Dengan demikian dinyatakan

seluruh muatan item motivasi diri dinyatakan valid.

4. Dimensi Empati

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimnesional,

artinya benar hanya mengukur empati. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 23.27, df = 5, P-

Value = 0.00030, RMSEA = 0.161. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model sebanyak 1 kali modifikasi, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka diperoleh model

fit seperti gambar 3.5 di bawah ini:

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Empati

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model maka menghasilkan nilai

Chi-Square = 8.15, df = 4, P-Value = 0.08636, RMSEA = 0.086. Nilai Chi-

Squaremenghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, maka seluruh item mengukur

Page 76: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

58

satu faktor saja yaitu empati. Selanjutnya, penulis melihat apakah item tersebut

signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil

tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai t dari setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Empati No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan 5 0.91 0.07 13.87 V 7 0.68 0.07 9.24 V 13 1.03 0.06 17.38 V 25 0.06 0.08 0.78 X 29 0.65 0.07 8.78 V

Keterangan: V = Signifikan (t > 1.96); X = Tidak Signifikan

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa t-value bagi koefisien muatan faktor

item nomor 25 tidak signifikan karena memiliki nilai t < 1.96, sedangkan muatan

faktor item lainnya signifikan karena t >1,96. Dengan demikian item nomor 25

tidak dipergunakan.

5. Dimensi Hubungan Interpersonal

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimnesional,

artinya benar hanya mengukur hubungan interpersonal. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square =

97.10, df = 5, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.361. Oleh sebab itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model sebanyak 3 kali modifikasi, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya. Maka diperoleh model fit seperti gambar 3.6 di bawah ini:

Page 77: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

59

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Hubungan Interpersonal

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model maka menghasilkan nilai

Chi-Square = 0.50, df = 2, P-Value = 0.77687, RMSEA = 0.000. Nilai Chi-

Squaremenghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, maka seluruh item mengukur

satu faktor saja yaitu hubungan interpersonal. Selanjutnya, penulis melihat apakah

item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

tabel berikut:

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item Hubungan Interpersonal No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan 9 0.55 0.08 7.03 V 10 0.68 0.08 9.06 V 20 1.03 0.06 16.02 V 23 0.74 0.07 9.91 V 30 0.19 0.08 2.36 V

Keterangan: V = Signifikan (t > 1.96); X = Tidak Signifikan

Page 78: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

60

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa t-value pada muatan faktor item

dinyatakan signifikan karena memiliki nilai t > 1,96. Dengan demikian dinyatakan

seluruh muatan item hubungan interpersonal diri dinyatakan valid.

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Optimisme

Dalam hal ini peneliti menguji apakah 24 item yang ada bersifat unidimnesional,

artinya benar hanya mengukur optimisme. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 1330.63, df =

252, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.174. Oleh sebab itu, penulis melakukan

modifikasi terhadap model sebanyak 89 kali modifikasi, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya.

Gambar 3.7 Analisis Faktor Konfirmatorik dari Dimensi Optimisme

Page 79: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

61

Setelah dilakukan modifikasi terhadap model maka menghasilkan nilai

nilai Chi-Square = 189.60, df = 163, P-Value = 0.07544, RMSEA = 0.034. Nilai

Chi-Square menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, maka seluruh item mengukur

satu faktor saja yaitu optimisme. Selanjutnya, penulis melihat apakah item

tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan

apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis

nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan

melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item Optimisme

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan 1 0. 62 0.08 7.54 V 2 0.60 0.08 7.14 V 3 0.58 0.08 6.90 V 4 0.56 0.08 6.61 V 5 0.51 0.09 5.95 V 6 0.56 0.08 6.56 V 7 0.61 0.08 7.38 V 8 0.48 0.09 5.56 V 9 0.53 0.09 6.17 V 10 0.63 0.08 7.58 V 11 0.57 0.08 6.71 V 12 0.65 0.08 7.86 V 13 0.54 0.09 6.32 V 14 0.73 0.08 9.18 V 15 0.68 0.08 8.44 V 16 0.46 0.09 5.22 V 17 0.59 0.08 6.99 V 18 0.58 0.08 6.89 V 19 0.57 0.08 6.70 V 20 0.71 0.08 8.86 V 21 0.41 0.09 4.64 V 22 0.71 0.08 8.81 V 23 0.44 0.09 5.07 V 24 0.74 0.08 9.39 V

Keterangan: V = Signifikan (t > 1.96); X = Tidak Signifikan

Page 80: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

62

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa t-value pada muatan faktor item

dinyatakan signifikan karena memiliki nilai t >1,96. Dengan demikian dinyatakan

seluruh muatan item tuntutan waktu organisasi dinyatakan valid.

Langkah terakhir yaitu item-item kualitas pelayanan dan loyalitas

pelanggan yang tidak didrop dihitung skor faktornya. Skor faktor dihitung untuk

menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi, penghitungan skor

faktor pada tiap variabel tidak menjumlahkan item-item seperti pada umumnya,

tetapi dihitung dengan menggunakan principal component, skor ini disebut true

score. Item-item yang dianalisis oleh principal components adalah item yang

bermuatan positif dan signifikan. Adapun true score yang dihasilkan oleh

principal components satuannya berbentuk Zscore. Untuk mempermudah

melihatnya, penulis menggunakan rumus di bawah ini:

Setelah dipaparkan skor faktor yang telah diubah menjadi Tscore, nilai baku

inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu dicatat

bahwa hal yang sama juga berlaku untuk semua variabel pada penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, Untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan pada bab

sebelumnya, penulis menggunakan teknik analisis regresi berganda. Adapun

persamaan umum analisa regresi berganda ini adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 +

Keterangan:

Y = Dependent variable (DV) yang dalam hal ini Kecemasan Menghadapi

Pensiun

a = Intercept / konstan

b = Koefisien regresi

X1 = Kesadaran Diri

Tscore = (10 x skor faktor) + 50

Page 81: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

63

X2 = Pengelolaan Emosi

X3 = Motivasi Diri

X4 = Empati

X5 = Hubungan Interpersonal

X6 = Optimisme

X7 = Usia

X8 = Golongan

X9 = Penghasilan

e = Standard Error

Dalam penelitian ini, penghitungan statistik dilakukan dengan

menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 20.00. Yang pertama

dilakukan adalah menjelaskan gambaran umum dari responden. Yang kedua,

melakukan kategorisasi skor pada masing-masing variabel dalam penelitian.

Dimana, penentuan kategorisasi skor untuk melihat seberapa besar pada masing-

masing variabel penelitian.

Kemudian melakukan pengujian hipotesis penelitian dengan melihat

koefisien regresi pada keseluruhan variabel penelitian terhadap kecemasan

menghadapi pensiun. Jika hasil koefisien regresi pada masing-masing variabel

penelitian lebih besar dari nilai signifikan (p > 0,05), maka tidak signifikan. Akan

tetapi, jika hasil perhitungannya lebih kecil nilai signifikan (P < 0,05), maka

signifikan. Setelah diperoleh hasil dari pengujian hipotesis, peneliti ingin melihat

seberapa besar kontribusi pada masing-masing variabel penelitian terhadap

kecemasan menghadapi pensiun.

Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien

korelasi berganda antara kecemasan menghadapi pensiun dengan kecerdasan

emosi dan optimisme. Besarnya kecemasan menghadapi pensiun yang disebabkan

Page 82: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

64

oleh faktor-faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien

determinasi berganda atau R2. R

2merupakan proporsi varians dari kecemasan

menghadapi pensiun yang dijelaskan oleh kecerdasan emosi dan optimisme.

Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumusan sebagai berikut (Kerlinger,

2000):

Uji R

2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari

independent variable satu persatu signifikan atau tidak penambahannya. Untuk

membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka dapat diuji

dengan menggunakan uji F, untuk membuktikan hal tersebut dengan

menggunakan rumus F (Kerlinger, 2000:949), yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

R2 = Proporsi varians

k = Jumlah independent variable

N = Jumlah sampel

Pembagian disini adalah R2itu sendiri dengan df nya (yaitu k), ialah

jumlah independent variable yang ada di dalam persamaan, sedangkan

penyebutannya (1 – R2) dibagi dengan N – k – 1 dimana N adalah jumlah sampel.

Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel

independen yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependent variable.

Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan variabel-

variabel independent signifikan terhadap dependent variable, maka penulis

Page 83: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

65

melakukan uji t (Kerlinger, 2000). Uji t akan dilakukan sesuai dengan variabel

yang dianalisis. Uji t yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar deviasi sampling

dari koefisien b. Selama uji t, penulis akan menulis R2, signifikan tidaknya

dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Seluruh

perhitungan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0.

3.6 Prosedur penelitian

Penelitian ini berjalan dengan melalui empat tahapan prosedur penelitian, yaitu

tahap persiapan, pengambilan data, serta pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang akan diteliti,

melakukan kajian teori untuk mendapatkan gambaran, dan penjelasan yang

tepat mengenai variabel penelitian. Kemudian menentukan, menyusun, dan

menyiapkan alat ukur yang akan digunakan, yaitu skala kecerdasan emosi,

optimism, demografi dan kecemasan menghadapi pensiun.

2. Tahap Pengambilan data

Peneliti melakukan pengambilan data penelitian dengan memberikan

instrument yang telah dipersiapkan kepada subjek penelitian. Pengumpulan

data dilakukan pada Bapak/Ibu di Instansi Direktorat Jenderal HKI yang

berperan ganda.

3. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dari hasil

instrument penelitian yang telah diisi oleh responden. Melakukan penilaian dari

hasil jawaban responden pada skala kecerdasan emosi, optimism, demografi

Page 84: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

66

dan kecemasan menghadapi pensiun. Melakukan analisa data dengan

menggunakan program SPSS versi 20.0 for windows untuk menguji hipotesis

dan regresi antar variabel penelitian.

Page 85: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab hasil penelitian ini akan dibahas mengenai gambaran subjek penelitian,

deskripsi statistik, kategorisasi variabel penelitian dan pengujian hipotesis

penelitian.

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai Direktorat Jendral Hak Kekayaan

Intelektual di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Gambaran umum subjek penelitian ini diuraikan secara rinci di bawah ini yaitu

berdasarkan usia, golongan dan penghasilan. Untuk sampel pada subjek penelitian

dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Tabel Sampel Subjek Penelitian Usia Banyaknya Persentase 50 – 54 Tahun 129 91% > 55 Tahun 13 9%

Jumlah 142 100%

Golongan Banyaknya Persentase 3A – 3D 26 20% 4A – 4D 56 39% 5A – 5D 57 41%

Jumlah 142 100%

Penghasilan Banyaknya Persentase 3 – 8 Juta 26 18% 9 – 14 Juta 61 43% > 15 juta 55 39% Jumlah 142 100%

Sumber: Data Diolah

Dari hasil data responden yang diterima, data responden menurut usia, disini

terlihat bahwa responden dengan usia 50 – 54 tahun sebanyak 129 responden dari

142 responden atau sebesar 92% dan responden yang memilikiusia di atas 55

Page 86: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

68

tahun sebanyak 13 responden dari 142 responden atau sebesar 9% Sedangkan

berdasarkan golongan terlihat responden yang memiliki golongan 3A – 3D

sebanyak 26 responden dari 142 responden atau sebesar 20%, responden yang

memiliki golongan 4A – 4D sebanyak 56 responden dari 142 responnden atau

sebesar 39%, responden yang memiliki golongan 5A – 5D sebanyak 57 responden

dari 142 responnden atau sebesar 41%, Sedangkan berdasarkan penghasilan

terlihat responden yang memiliki penghasilan 3 – 8 Juta sebanyak 26 responden

dari 142 responnden atau sebesar 18%, responden yang memiliki penghasilan 9 –

14 Juta sebanyak 61 responden dari 142 responnden atau sebesar 43%, responden

yang memiliki penghasilan > 15 Juta sebanyak 55 responden dari 142 responnden

atau sebesar 39%.

4.2 Analisis Deskriptif

Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni

(t-score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini

dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil

penelitian variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw score pada

setiap variabel harus diletakkan pada skala yang sama. Hal ini dilakukan dengan

mentransformasikan raw score menjadi Z-score, agar nilai Z score menjadi positif

perlu dilakukan perhitungan t-score = 50 + 10*Z.

Untuk menjelaskan gambaran umum deskripsi statistik dari variabel-

variabel yang diteliti, indeks yang dijadikan acuan dalam perhitungan ini adalah

skor mean, standar deviasi, minimum dan maksimum dari setiap variabel

penelitian. Skor tersebut disajikan dalam tabel berikut ini:

Page 87: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

69

Tabel 4.2

Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kecemasan

Kesadaran Diri

Pengelolaan Emosi

Motivasi Diri

Empati

Hubungan Interpersonal

Optimisme

Demografis

Valid N (Listwise)

142

142

142

142

142

142

142

142

142

28

31

32

29

30

31

27

33

67

70

63

66

60

65

66

61

50,00

50,00

50,00

50,00

50,00

50,00

50,00

50,00

9,470

8,829

9,657

9,174

9,022

9,195

9,619

8,945

Sumber: Data Diolah

Dari table di atas dapat dilihat bahwa skor kecemasan terendah adalah 28

dan skor tertinggi adalah 67 dengan standar deviasi 9,470. skor kesadaran diri

terendah adalah 31 dan skor tertinggi adalah 70 dengan standar deviasi 8,829.

Skor pengelolaan emosi terendah adalah 32 dan skor tertinggi adalah 63 dengan

standar deviasi 9,657. Skor motivasi diri terendah adalah 29 dan skor tertinggi

adalah 66 dengan standar deviasi 9,174. Skor empati terendah adalah 30 dan skor

tertinggi adalah 60 dengan standar deviasi 9,022. Skor hubungan interprsonal

terendah adalah 31 dan skor tertinggi adalah 65 dengan standar deviasi 9,195.

Skor optimisme terendah adalah 27 dan skor tertinggi adalah 66 dengan standar

deviasi 9,619. Skor demografis terendah adalah 33 dan skor tertinggi adalah 61

dengan standar deviasi 8,945. Data skor kecemasan, kesadaran diri, pengelolaan

emosi, motivasi diri, empati, hubungan interpersonal, optimism dan demografis

diperoleh melalui kuesioner yang didistribusikan oleh peneliti kepada responden.

Page 88: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

70

4.3 Kategorisasi Variabel Penelitian

Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-

kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan

atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi

yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum

mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah dan

tinggi, penulis terlebih dahulu menetapkan norma seperti tertera pada tabel 4.3

berikut:

Tabel 4.3

Norma Skor Kategorisasi

Norma Kategorosasi

X < Mean Rendah

X > Mean Tinggi

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan norma kategorisasi tersebut, diperoleh persentase kategori

untuk variabel kecemasan menghadapi pensiun, kecerdasan emosi (kesadaran

diri, pengelolaan emosi, motivasi diri, empati, hubungan interpersonal),

optimisme dan demografi. Seperti pada tabel 4.4 di bawah ini

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Kecemasan, Kesadaran diri, Pengelolaan emosi, Motivasi diri,

Empati, Hubungan Interpersonal, Optimisme, dan Demografis.

No Variabel Rendah Tinggi Total N % N % N %

1 Kecemasan 60 42,3 82 57,7 142 100 2 Kesadaran diri 81 57,0 61 43,0 142 100 3 Pengelolaan emosi 93 65,5 49 34,5 142 100 4 Motivasi diri 67 47,2 75 52,8 142 100 5 Empati 49 34,5 93 65,5 142 100 6 Hubungan interpersonal 73 51,4 69 48,9 142 100 7 Optimisme 59 41,5 83 58,5 142 100 8 Demografis 76 53,5 66 46,5 142 100

Penjelasan berdasarkan tabel kategorisasi pada tabel 4.4 adalah sebagai berikut :

Page 89: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

71

a. Sebanyak 60 orang (42,3%) responden memiliki kecemasan menghadapi

pensiun yang rendah, sementara 82 orang lainnya (57,7%) memiliki

kecemasan menghadapi pensiun yang tinggi. Dengan kata lain, responden

mayoritas memiliki kecemasan menghadapi pensiun yang tinggi yaitu 57,7%.

b. Berdasarkan data hasil kategorisasi kesadaran diri bahwa responden yang

memiliki skor rendah pada variabel kesadaran diri sebanyak 81 orang atau

57,0% dan responden yang memiliki skor tinggi sebanyak 61 orang atau

43,0%. Dengan kata lain, responden mayoritas memiliki kesadaran diri yang

rendah yaitu 57,0%.

c. Berdasarkan data hasil kategorisasi pengelolaan emosi bahwa responden yang

memiliki skor rendah pada variabel pengelolaan emosi sebanyak 93 orang

atau 65,5% dan responden yang memiliki skor tinggi sebanyak 49 orang atau

34,5%. Responden yang memiliki pengelolaan emosi yang tinggi yaitu

34,5%.

d. Berdasarkan data hasil kategorisasi motivasi diri bahwa responden yang

memiliki skor rendah pada variabel motivasi diri ada 67 orang atau 47,2%

dan responden yang memiliki skor tinggi sebanyak 75 orang atau 52,8 %.

Responden yang memiliki motivasi diri pada kategori tinggi lebih banyak

dibandingkan pada kategori rendah.

e. Berdasarkan data hasil kategorisasi empati bahwa responden yang memiliki

skor rendah pada variabel empati sebanyak 49 orang atau 34,5 % dan

responden yang memiliki skor tinggi sebanyak 93 orang atau 65,5%.

Responden yang memiliki empati pada kategori tinggi lebih banyak

dibandingkan pada kategori rendah.

Page 90: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

72

f. Berdasarkan data hasil kategorisasi hubungan interpersonal bahwa responden

yang memiliki skor rendah pada variabel hubungan interpersonal sebanyak

73 orang atau 51,4% dan responden yang memiliki skor tinggi sebanyak 69

orang atau 48,9%.

g. Berdasarkan data hasil kategorisasi optimsime bahwa responden yang

memiliki skor rendah 59 orang atau 41,5% dan responden yang memiliki skor

tinggi sebanyak 83 orang atau 58,5 %. Responden yang memiliki optimism

yang mempengaruhi kecemasan lebih banyak jumlahnya.

h. Berdasarkan data hasil kategorisasi demografi bahwa responden yang

memiliki skor rendah 76 orang atau 53,5% dan responden yang memiliki skor

tinggi 66 orang atau 46,5%.

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi

berganda dengan menggunakan software SPSS 20. Dalam regresi ada tiga hal

yang dilihat yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%)

varians Variabel Dependent yang dijelaskan oleh Independent Variabel, kedua

apakah secara keseluruhan Independent Variabel berpengaruh secara signifikan

terhadap Variabel Dependent, kemudian terakhir melihat signfikan atau tidaknya

koefisien regresi dari masing-masing Independent Variabel.

Langkah pertama penulis melihat besaran R square untuk mengetahui

berapa persen (%) varians Variabel Dependent yang dijelaskan oleh Independent

Variabel. Besaran R square dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 91: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

73

Tabel 4.5

HasilUji R Square

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .761a .579 .550 6.34501

a. Predictors: (Constant), PENGHASILAN, USIA, MD, PE, EM, KD,

GOLONGAN, HI, OP

b. Dependent Variable: KC Sumber: Data Diolah

Dari hasil analisis tabel di atas dapat terlihat bahwa perolehan R square sebesar

0,579 atau 57,9% artinya proporsi varian dari kecemasan yang dijelaskan oleh

penghasilan, usia, motivasi diri, pengelolaan emosi, empati, kecerdasan diri,

golongan, hubungan interpersonal dan optimisme adalah sebesar 57,9%,

sedangkan (100 – 57,9 = 42,1%) sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar

penelitian ini.

Langkah kedua yaitu menganalisis dampak dari penghasilan, usia,

motivasi diri, pengelolaan emosi, empati, kecerdasan diri, golongan, hubungan

interpersonal dan optimisme terhadap kecemasan menghadapi pensiun. Adapun

hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji Anova

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 7313.117 9 812.569 20.183 .000b

Residual 5314.215 132 40.259

Total 12627.331 141

a. Dependent Variable: KC

b. Predictors: (Constant), PENGHASILAN, USIA, MD, PE, EM, KD,

GOLONGAN, HI, OP Sumber: Data Diolah

Page 92: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

74

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansinya

adalah 0,000 (sig < 0,05), hal ini berarti bahwa hipotesis nihil yang menyatakan

tidak terdapat pengaruh yang signifikan seluruh penghasilan, usia, motivasi diri,

pengelolaan emosi, empati, kecerdasan diri, golongan, hubungan interpersonal

dan optimisme terhadap kecemasan ditolak. Maka dapat disimpulkan ada

pengaruh yang signifikan dimensi-dimensi kesadaran diri, pengelolaan emosi,

motivasi diri, empati, hubungan interpersonal, optimism, usia, golongan dan

penghasilan.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi masing-masing IV.

Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel berikut:

4.4.2 Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara

variabel independen terhadap variabel dependen, adapun hasil uji regresi linier

berganda adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 14.833 4.692 3.161 .002 KD -.436 .089 -.404 -4.923 .000 PE -.130 .079 -.130 -1.639 .104 MD -.066 .088 -.064 -.753 .453 EM .221 .084 .210 2.631 .010 HI .280 .089 .272 3.142 .002 OP .691 .106 .697 6.522 .000 USIA .012 1.872 .000 .006 .995 GOLONGAN 5.528 .990 .441 5.585 .000 PENGHASILAN

-2.274 1.016 -.175 -2.238 .027

a. Dependent Variable: KC Sumber: Data Diolah

Page 93: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

75

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan persamaan regresi sebagai berikut:

Kecemasan = 14,833 - 0,436 *KD - 0,130 *PE - 0,066 *MD + 0,221 *EM +

0,280 *HI + 0,691 *OP + 0,012 *USIA + 5,528 *GOL - 2,274 *PH. Untuk

melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan pada tabel di

atas cukup dengan melihat nilai signifikan pada kolom yang paling kanan (kolom

sig.), jika sig < 0,05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan

pengaruhnya terhadap kecemasan dan sebaliknya.

Berdasarkan hasil di atas, koefisien regresi yang signifikanya berpengaruh

negatif yaitu kesadaran diri, empati, hubungan interpersonal, optimisme, golongan

dan penghasilan, sedangkan yang lainnya tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa

dari sembilan hipotesis minor hanya terdapat enam hipotesis minor yang

signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-

masing variabel independent adalah sebagai berikut:

1. Dimensi Kesadaran Diri

Diperoleh koefiensi regresi sebesar -0,436 dengan signifikansi sebesar 0,000

(Sig < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa variabel kesadaran diri berpengaruh

signifikan dan negatif terhadap kecemasan menghadapi pensiun. Artinya

semakin tinggi kesadaran diri maka semakin rendah kecemasan menghadapi

pensiun.

2. Dimensi Pengelolaan Emosi

Diperoleh koefiensi regresi sebesar -0,130 dengan signifikansi sebesar 0,104

(Sig > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa pengelolaan emosi tidak

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kecemasan menghadapi pensiun.

3. Dimensi Motivasi Diri

Page 94: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

76

Diperoleh koefiensi regresi sebesar -0,066 dengan signifikansi sebesar 0,453

(Sig > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa motivasi diri tidak berpengaruh

signifikan dan negatif terhadap kecemasan menghadapi pensiun.

4. Dimensi Empati

Diperoleh koefiensi regresi sebesar 0,221 dengan signifikansi 0,010 (Sig <

0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa variabel empati berpengaruh signifikan

dan positif terhadap kecemasan menghadapi pensiun.

5. Variabel Hubungan Interpersonal

Diperoleh koefiensi regresi sebesar 0,280 dengan signifikansi 0,002 (Sig <

0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa variabel hubungan interpersonal

berpengaruh signifikan dan positif terhadap kecemasan menghadapi pensiun.

6. Dimensi Optimisme

Diperoleh koefiensi regresi sebesar 0,691 dengan signifikansi 0,000 (Sig <

0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa variabel optimisme berpengaruh

signifikan dan positif terhadap kecemasan menghadapi pensiun.

7. Dimensi Usia

Diperoleh koefiensi regresi sebesar 0,012 dengan signifikansi 0,995 (Sig >

0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa variabel usia tidak berpengaruh signifikan

dan positif terhadap kecemasan menghadapi pensiun.

8. Dimensi Golongan

Diperoleh koefiensi regresi sebesar 5,528 dengan signifikansi 0,000 (Sig <

0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa variabel golongan berpengaruh signifikan

dan positif terhadap kecemasan menghadapi pensiun.

9. Dimensi Penghasilan

Page 95: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

77

Diperoleh koefiensi regresi sebesar -2,274 dengan signifikansi 0,027 (Sig <

0,05). Hasil ini menunjukkan variabel penghasilan berpengaruh signifikan dan

negatif terhadap kecemasan menghadapi pensiun.

4.4.3 Pengujian Proporsi Dimensi Varian Variabel Independent

Selanjutnya adalah mengetahui besarnya proporsi varians dimensi dari masing-

masing Independent Variable terhadap kecemasan menghadapi pensiun.

Besarnyaproporsi varian masing-masing independent variable terhadap

kecemasan menghadapi pensiun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Hasil Uji Proporsi Dimensi Varian Model Summary

j

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics R

Square Change

F Change

df1 df2 Sig. F Change

1 .267a .071 .064 9.15317 .071 10.719 1 140 .001

2 .381b .145 .133 8.81400 .074 11.982 1 139 .001

3 .481c .232 .215 8.38393 .087 15.626 1 138 .000

4 .583d .340 .321 7.79741 .108 22.542 1 137 .000

5 .592e .350 .326 7.76847 .010 2.022 1 136 .157

6 .682f .466 .442 7.06876 .116 29.257 1 135 .000

7 .683g .466 .439 7.09045 .001 .175 1 134 .676

8 .750h .563 .537 6.43989 .097 29.441 1 133 .000

9 .761i .579 .550 6.34501 .016 5.007 1 132 .027

a. Predictors: (Constant), KD b. Predictors: (Constant), KD, PE c. Predictors: (Constant), KD, PE, MD d. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM e. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM, HI f. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM, HI, OP g. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM, HI, OP, USIA h. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM, HI, OP, USIA, GOLONGAN i. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM, HI, OP, USIA, GOLONGAN, PENGHASILAN j. Dependent Variable: KC

Sumber: Data Diolah

Pada table di atas, kolom pertama adalah variabel bebas yang dianalisis secara

satu persatu, kolom kedua merupakan penambahan varians variabel terikat dari

tiap variabel bebas yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom ketiga merupakan

Page 96: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

78

nilai murni varians variabel terikat dari setiap variabel bebas yang dimasukkan

secara satu persatu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi variabel bebas yang

bersangkutan kolom df adalah derajat bebas bagi vaiabel bebas yang bersangkutan

pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F table adalah kolom

mengenai nilai variabel bebas pada table F dengan df yang telah ditentukan

sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan kolom nilai

Fhitung. Apabila nilai F hitung lebih besar dari F table, maka kolom selanjutnya

yaitu kolom signifikansi yang akan dituliskan signifikan atau tidak signifikan.

Dari tabel 4.8 di atas dapat dijelaskan informasi sebagai berikut :

1. Kesadaran diri signifikan karena memberi sumbangan sebesar 7,1% terhadap

varians kecemasan menghadapi pensiun, dengan F = 10,719 dan df = 1,140.

2. Pengelolaan emosi signifikan karena memberi sumbangan sebesar 7,4%

terhadap varians kecemasan menghadapi pensiun, dengan F = 11,982 dan df =

1,139.

3. Motivasi diri signifikan karena memberi sumbangan sebesar 8,7% terhadap

varians kecemasan menghadapi pensiun, dengan F = 15,626 dan df = 1,138.

4. Empati signifikan karena memberi sumbangan sebesar 10,8% terhadap varians

kecemasan menghadapi pensiun, dengan F = 22,542 dan df = 1,137.

5. Hubungan interpersonal tidak signifikan karena hanya memberi sumbangan

sebesar 1% terhadap varians kecemasan menghadapi pensiun, dengan F =

2,022 dan df = 1,136.

6. Optimisme signifikan karena memberi sumbangan sebesar 11,6% terhadap

varians kecemasan menghadapi pensiun, dengan F = 29,257 dan df = 1,135.

7. Usia tidak signifikan karena hanya memberi sumbangan sebesar 0,1% terhadap

varians kecemasan menghadapi pensiun, dengan F = 0,175 dan df = 1,134.

Page 97: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

79

8. Golongan signifikan karena memberi sumbangan sebesar 9,7% terhadap

varians kecemasan menghadapi pensiun, dengan F = 29,441 dan df = 1,133.

9. Penghasilan signifikan karena memberi sumbangan sebesar 1,6% terhadap

varians kecemasan menghadapi pensiun, dengan F = 5,007 dan df = 1,132.

Berdasarkan perhitungan besarnya proporsi varians dimensi dari masing-masing

independent variable terhadap kecemasan menghadapi pensiun disimpulkan

bahwa ada tujuh independent variable, yaitu kecerdasan emosi, pengelolaan

emosi, motivasi diri, empati, optimisme, golongan dan penghasilan yang memiliki

sumbangan yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pensiun

Page 98: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

80

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini peneliti menjabarkan kesimpulan dan diskusi yang membahas hasil

penelitian serta saran praktis dan teoritis penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil

dari penelitian ini adalah “Ada pengaruh yang signifikan dari kecerdasan

emosi(kesadaran diri, pengelolaan emosi, motivasi diri, empati, hubungan

interpersonal), optimisme dan demografi (usia, golongan, penghasilan) terhadap

kecemasan menghadapi pensiun. Hal ini ditunjukan dari hasil uji F yang menguji

keseluruhan independent variabel (IV) terhadap dependent variabel (DV) dengan

perolehan R square sebesar 0,579.

Hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikan masing-masing

koefisien regresi terhadap dependent variable, diperoleh enam variabel yang

signifikan pengaruhnya terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun, yaitu

kesadaran diri, empati, hubungan interpersonal, optimisme dan demografi

(golongan dan penghasilan).

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, menunjukkan

bahwa ada pengaruh yang signifikan dari dimensi – dimensi kecerdasan emosi,

optimisme dan demografi terhadap kecemasan menghadapi pensiun. Hal ini dapat

dilihat dari hasil hitung regresi terdiri dari empat variabel yang memiliki pengaruh

signifikan dan positif terhadap kecemasan yaitu dimensi empati, hubungan

Page 99: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

81

interpersonal, optimisme dan golongan. Serta dua variabel yang berpengaruh dan

bernilai negatif terhadap kecemasan menghadapi pensiun yaitu kesadaran diri dan

penghasilan. Hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya empati, hubungan

interpersonal, optimisme dan golongan maka akan semakin tinggi kecemasan

yang dialami, serta semakin tingginya kesadaran diri dan penghasilan maka akan

semakin rendah kecemasan yang dialami.

Variabel kecerdasan emosi yang berpengaruh terhadap kecemasan

menghadapi pensiun adalah kesadaran diri, empati, motivasi diri dan hubungan

interpersonal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana

dan Kumolohadi (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi

yang dimiliki oleh seseorang maka kecemasan yang dihadapi semakin menurun.

Seseorang yang memiliki kecerdasan yang baik, akan mampu mengelola emosi

yang ada dalam dirinya sehingga menjadi kekuatan yang lebih positif.

Keterampilan dalam mengatur emosi akan membuat seseorang menjadi terampil

dalam melepaskan diri dari perasaan negative yang ada, sehingga kecemasan yang

muncul pada saat menghadapi pensiun dapat diminimalkan. Sehingga kecerdasan

emosi yang dimiliki akan membatu seseorang keluar dari tekanan atau situasi

yang tidak menyenangkan.

Variabel optimisme berpengaruh terhadap kecemasan menghadapi

pensiun. Hasil sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Ghufron dan Risnawati

(2011) menyatakan bahwa individu yang memiliki sikap optimis jarang menderita

depresi. Optimisme memiliki banyak manfaat bagi kesehatan mental, termasuk

melindungi terhadap depresi dan kecemasan juga meningkatkan kemungkinan

pemecahan masalah yang efektif. Optimisme bermanfaat membuat suasana hati

yang lebih positif, yang membantu untuk menangkal depresi dan kecemasan.

Page 100: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

82

Optimisme juga mendorong ketekunan yang lebih besar dalam menghadapi

hambatan, yang pada gilirannya kemungkinan akan menghasilkan kesuksesan

yang lebih besar. Individu dikatakan optimis jika ia memiliki ciri-ciri

kehidupannya didominasi oleh pikirannya yang positif, berani mengambil resiko,

setiap mengambil keputusan penuh dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang

mantap. Apabila individu yang memasuki masa pensiun tidak memiliki optimisme

maka akan muncul rasa putus asa, terkucilkan ketegangan, tekanan batin, rasa

kecewa dan ketakutan yang menggangu fungsi-fungsi organik dan psikis,

sehingga mengakibatkan macam macam penyakit.

Variabel demografi yang berpengaruh terhadap kecemasan menghadapi

pensiun adalah golongan dan penghasilan, sedangkan usia tidak berpengaruh

terhadap kecemasan menghadapi pensiun, hasil sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ratnasari (2009) mengungkapkan bahwa seseorang yang akan

menghadapi masa pensiun mengalami perubahan dari kesibukan yang teratur,

penghasilan yang mencukupi menjadi keadaan menganggur, penghasilan

berkurang sedikit banyak akan menimbulkan goncangan mental. Goncangan ini

Pakan terasa terutama bagi mereka yang mempunyai tanggungan keluarga seperti

anak-anak yang masih kecil dan membutuhkan banyak biaya, maka ketika akan

pensiun merasakan beban hidup yang semakin berat, selanjutnya pada penelitian

yang dilakukan Raynata (dalam Matrutty & Gracia, 2013) menyatakan bahwa

tidak hanya usia namun ada faktor lain seperti, lama bekerja, dan pendapatan tidak

menunjukan kecenderungan kesadaran yang dimiliki untuk melakukan investasi

demi kepentingan masa pensiun. Faktor demografi ini kemudian dikaitkan dengan

life cycle atau siklus hidup dari pegawai untuk melihat perbedaan mendasar dalam

pengambilan keputusan keuangan untuk masa pensiun nantinya.

Page 101: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

83

5.3 Saran

Setelah melalui seluruh proses penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian,

penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Dengan

demikian, penulis membagi saran menjadi dua, yaitu saran teoritis dan praktis.

Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan

meneliti dependent variable yang sama.

5.3.1 Saran Teoritis

1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel karyawan dari

Perusahaan Swasta.

2. Pada penelitian ini penulis meneliti variabel kecerdasan emosi, optimisme dan

demografi, untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan faktor-faktor

atau variabel selain dalam penelitian ini yang diduga mPemiliki pengaruh

terhadap kecemasan menghadapi pensiun, seperti: stress kerja, komitmen

jabatan, tuntutan keluarga dan lain sebagainya.

5.3.2 Saran Praktis

1. Kecerdasan emosi yang tinggi akan mempengaruhi kecemasan menghadapi

pensiun yang rendah, maka sebaiknya instansi harus meningkatkan tingkat

kecerdasan bagi pegawai dengan memberikan pengetahuan dalam menghadapi

pensiun, Optimisme yang tinggi akan menurunkan kecemasan, hal ini

membuktikan bahwa pegawai mengalami pesimis terhadap pensiun, maka

sebaiknya instansi harus memberikan solusi dengan memberikan rasa percaya

diri bagi pegawai dalam menghadapi pensiun.

2. Kepada pihak Direktorat Jendral Hak Kekayaan Indonesia diharapkan agar

peduli dan peka terhadap pegawai yang akan menghadapi pensiun. Seperti

memberikan dukungan atau semangat kepada pegawai yang akan menghadapi

Page 102: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

84

pensiun dan tidak hanya peduli dengan kondisi pegawai dilingkungan kerja

akan tetapi juga peka terhadap kehidupan pegawai agar pegawai dapat merasa

aman dan nyaman ketika menghadapi pensiun serta memberikan pendidikan

konseling atau pelatihan untuk mempersiapkan pegawai dalam menghadapi

pensiun

Page 103: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

85

DAFTAR PUSTAKA Abraham. R. (2004). Emotional competence as antecedent to performance: a

contingency framework. genetic, social and general psychology monographs,, 130 (2), 117 – 143.

Atkinson, R.L, Atkinson, R.C, dan Hilgad, E.R, Pengantar psikologi. Jilid 2.

1983. Jakarta: Erlangga Chaplin, J.P, Kamus lengkap psikologi. 2005. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa indonesia pusat bahasa,

edisi 4. 2008. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Eliana, R. (2003). Konsep diri pensiunan [Online]. Tersedia:

www.library.usu.ac.id [1 April 2008] Universitas Sumatra Utara Erna, N. D. (2013). Kecerdasan emosi dan kecemasan menghadapi pensiun pada

PNS. eJournal Psikologi, 1 (3), 324-331. Fandy Y. A (2013). Pengaruh optimisme menghadapi masa pensiun post power

syndrome pada anggota badan pembina pensiunan pegawai (bp3) pelindo semarang. Journal Developmental and Clinical Psychology, 2 (2), 23-28.

Fauziah, F dan Julianti W, Psikologi abnormal klinis dewasa. 2005. Jakarta: UI –

Press. Ghufron, M. N dan Risnawati. R, Teori-teori psikologi. 2011. Jogyakarta: Ar-

Ruzz Media Goleman, D. Emotional intellegence. 1999. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Goleman, D. Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. 2005. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama. Handayani, Y (2011). Post power syndrome pada pegawai menghadapi pensiun.

[Online]. Tersedia: www.library.gunadarma.ac.id Universitas Gundarma Hawari, D, Manajemen stress, cemas, dan depresi. 2001. Jakarta : FK-UI Hurlock, E. B. (1994). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. Edisi 5. Terjemahan: Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga Huber dan Runyon. (1985). Psikologi of adjustment. Homewood: The dorsey

Press. Imama, H. (2011). Hubungan antara kecerdasan emosi dan dukungan sosial

dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Kerlinger, F. N. (1964). Asas-asas penelitian behavioral. Edisi 3. Terjemahan

Drs. Landung R. Simatupang. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Page 104: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

86

Krishna, A., Sari, M., Rofaida, R.. (2010). Analisis tingkat literasi keuangan di kalangan mahasiswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (survey pada mahasiswa universitas pendidikan indonesia). Proceddings of the 4

th

International Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November, 552-560.

Limono, S. (2010) Terapi kognitif dan relaksasi untuk meningkatkan optimisme

pada pensiunan. Calyptra: Jurnal ilmiah psikologi, 2(1), 18-25. Universitas Surabaya.

Lesmana, D (2014). Kecerdasan spiritual dengan kecemaasan menghadapi

pensiun. Jurnal IImiah Psikologi Terapan, 2(1), 168-132. Universitas Muhammadiyah Malang

Lusardi, A. dan Olivia S. M. January (2009). Financial literacy and retiremnt

preparedness: evidence and implication for financial education. Business Economics, hlm 34-35

Miranda., M & Gracia (2013). Pengaruh kesadaran pensiun dan faktor demografi

terhadap precautionary motive dengan perilaku pengendalian diri (self control) dalam pengelolaan keuangan sebagai variabel intervening. (Unpublished Undergradute Skripsi). Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.(http://repository.uksw.edu/handle/123456789/4130

Mu’arifah, A (2005). Hubungan kecemasan dan agresivitas. Humanitas:

Indonesian Psychological Journal. 2 (2) ; 102 – 111. Novia, M.P (2014). Optimisme pada lansia ditinjau dari status pekerjaan. Jurnal

IImiah Mahasiswa Universitas Surabaya,. 3(02) ; 1-10 Oktaviana, R. K (2008). Hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan

menghadapi pensiun pada pegawai bri. Artikel. Universitas Islam Indonesia. Papalia D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. (2009). Human development (Perkembangan Manusia edisi 10 buku 2). Jakarta: Salemba Humanika Purwanti, P. (2009). Post power syndrome pada purnawirawan kepolisian negara

republik indonesia ditinjau dari konsep diri. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang

Ratnasari, W.T. (2009). Perbedaan tingkat kecemasan menghadapi pensiun antara

pegawai negeri sipil yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan dan mempunyai pekerjaan sampingan di badan kepegawaian daerah kota ponorogo. (Unpublished Undergradute Skripsi). UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang

Rini, J. F. (2001). Artikel lanjut usia. Jakarta: Team e-psikologi.com. Risbi, N. A (2012). Hubungan kecerdasan emosi dengan kesiapan menghadapi

pensiun pada pegawa negeri sipil universitas andalas padang. (tidak diterbitkan)

Salovey, P. dan Mayer, J. D. (1990). Emotional intelligence. Baywood Publishing.

Page 105: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

87

Santrock, J. W, Life span development. perkembangan masa hidup. Edisi ke lima. 2002. Jakarta : Erlangga.

Sarwono, S, Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh psikologi. 2002. Jakarta :

Bulan Bintang Sarafino, E.P., (2002). Health psychology biospsychological interaction. 2

nd ed.

New John Wiley and Sons Inc. Scheier, M.F & Carver, C.S (1985). Optimism, coping and health : assessment

and implications of generalized outcome expectancies. Health psychology, 4 ; 219-247

Seligman, Martin, E.P. (1995). Learned optimism. Boston-NewYork: Houghton

Mifflin Company Sue, D., & Sue, S. (2014). Essential of understanding abnormal behavior (2nd

Ed.) USA : Houghton Mifflin Company. Sugiyono. Statistika untuk penelitian. 2012. Bandung : ALFABETA Sunil, K. (2009). Role of emotional intellegency in managing stress and anxiety at

workplace. prosscesding of asbbs annual conference : las vegas. February 2009, 16 (1) ; 1-12

Sutrisno, E. (2013). Kematangan emosi, percaya diri dan kecemasan pegawai

menghadapi pensiun. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia,. Januari 2013, 2 (1);1-11. Surabaya

Undang-Undang Republik Indonesia 11 Tahun 1969. [DIKNAS] Wijayanto, J. (2009). Phk dan pensiun dini, siapa takut. Edisi Ke Satu. Jakarta :

Penebar Plus Yuliarti, V. dan Mulyana, P.O (2014). Hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja pada pegawai pt.pos indonesia kantor pusat surabaya. Character: Jurnal psikologi pendidikan. 3(02) ; 238-243. UNESA

Page 106: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

Lampiran A: Surat Keterangan Penelitian

Page 107: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

Lampiran B:

Item

Assalamualaikum Wr.Wb

Saya adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, pada saat ini tengah menempuh semester akhir yang sedang melakukan

penelitian untuk skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan

sarjana. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi

responden dalam penelitian ini. Kerja sama yang saya harapkan adalah kesediaan

Bapak/Ibu untuk mengisi beberapa pertanyaan. Dalam kuesioner ini tidak ada

jawaban yang dianggap salah atau benar sejauh sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya. Identitas Bapak/Ibu sebagai responden akan DIJAMIN

DIRAHASIAKANNYA.

Atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu mengisi skala ini saya ucapkan

banyak terima kasih.

Wassalamualikum Wr.Wb

IDENTITAS :

Nama (Inisial) :

Usia : L/P

Jabatan :

Golongan :

Jumlah Penghasilan :

PETUNJUK PENGISIAN :

Dihalaman berikut ini akan ada beberapa pernyataan yang harus anda jawab,

untuk itu saya mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi pernyataan ini. Sebelum

menjawab pernyataan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Bacalah masing-masing pernyataan dengan teliti dan jawablah sejujur-jujurnya.

2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda dengan

memberi tanda ceklist (√) pada :

SS : Jika jawaban tersebut Sangat setuju

S : Jika jawaban tersebut Setuju

TS : Jika jawaban tersebut Tidak setuju

STS : Jika jawaban tersebut Sangat tidak setuju

Contoh :

Page 108: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya merasa gelisah ketika menghadapi

masa pensiun

3. Bila anda merasa jawaban yang telah anda silang tidak sesuai dengan diri anda,

dapat memberikan tanda sama dengan (=) dan menggantinya dengan jawaban baru

yang sesuai dengan memberi tanda ceklist (√)

4. Perhatikan pada waktu pengisian jawaban, jangan sampai ada pernyataan yang

terlewatkan

Semua jawaban anda dapat diterima dan tidak ada jawaban yang salah serta jawaban

anda dirahasiakan.

Skala I : Kecemasan Menghadapi Pensiun

No Pernyataan SS S TS STS

1 Bila membayangkan besok pensiun, saya merasa

resah

2 Saya sering marah, setelah mengetahui masa

pensiun yang akan segera datang

3 Mendekati masa pensiun perut saya tetap terasa

normal tanpa gangguan

4 Saya takut bila tunjangan yang diberikan setelah

pensiun tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga

5 Adanya pensiun tidak akan menghalangi saya untuk

menjalani aktivitas sehari-hari

6 Saya tetap dapat berkonsentrasi bekerja meskipun

pensiun sudah di depan mata

7 Ketika dipanggil oleh pimpinan, ujung jari tangan

dan kaki saya terasa gemetar

8 Meski memikirkan jumlah uang pensiun yang saya

terima, nafsu makan saya tetap normal

9 Jantung saya berdebar lebih cepat saat mendengar

teman kerja saya terlebih dulu pensiun

10 Pensiun merupakan hal yang normal di lingkungan

kerja saya sehingga tidak perlu di cemaskan

11 Setiap kali teringat pensiun yang semakin dekat,

kepala saya menjadi pusing

Page 109: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

12 Badan saya mendadak lemas ketika membayangkan

bahwa saya tidak mampu memenuhi kebutuhan

keluarga setelah pensiun

13 Saya meraasa tidak sedih meski saat pensiun nanti

akan berpisah dengan rekan kerja

14 Setelah mendengar cerita dari orang-orang tentang

pensiun, tidur saya tetap nyenyak

15 Masa pensiun yang tidak lama lagi membuat saya

canggung dengan teman kantor yang lebih muda

Skala II : Kecerdasan Emosi

No Pernyataan SS S TS STS

1 Pensiun yang semakin dekat membuat saya bingung

2 Saya dapat mengendalikan amarah, saat berhadapan

dengan orang lain yang berbeda pendapat

3 Pekerjaan saya memungkinkan saya mendapat

pelatihan untuk meningkatkan karier

4 Ketekunan dalam bekerja merupakan hal yang

menjadi prioritas saya.

5 Teman yang tekun dalam bekerja, tidak

mempengaruhi saya untuk bekerja lebih giat

6 Saya yakin dengan kemampuan yang saya miliki

7 Rekan kerja di kantor senang bekerja sama dengan

saya

8 Saya akan menghindari tugas yang menurut saya

sulit untuk dikerjakan

9 Saya merupakan orang yang selalu menjaga

hubungan baik dengan teman.

10 Secara relatif dibandingkan dengan rekan seprofesi

yang setingkat, saya lebih dikenal dekat oleh atasan

11 Saya dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan

oleh atasan saya

12 Saya belum yakin dengan kinerja yang saya

jalankan

13 Saya dapat melakukan lebih banyak pekerjaan

Page 110: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

dalam waktu tertentu dibandingkan lainnya

14 Saya berusaha semaksimal mungkin untuk

bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan

15 Saya mudah tersinggung dengan perkataan orang

lain

16 Saya tidak mempertimbangkan perasaan orang lain

dalam mengambil suatu tindakan

17 Jika mendapat hambatan dalam bekerja, saya akan

coba mencari penyelesaiannya

18 Kegagalan yang saya alami dalam menyelesaikan

masalah membuat saya putus asa

19 Saya sulit mencari solusi dalam mengatasi masalah

yang dihadapinya

20 Seberapa baik kepemimpinan dalam diri saya,

sekaligus memobilisasi dan memotivasi karyawan

lain untuk bekerja lebih baik

21 Saya tidak mampu berpikir positif, ketika suasana

hati sedang tidak baik

22 Saya berusaha memotivasi agar tidak malas dalam

bekerja

23 Saya merupakan orang yang selalu mengecewakan

teman

24 Kritikan yang diberikan oleh pimpinan, dapat saya

terima dengan senang hati

25 Saya merasa telah mengerjakan sesuatu yang

bermanfaat dan merasa rekan-rekan sekerja lebih

bersahabat

26 Gaji dan upah yang dibayarkan / diterima oleh

instansi kepada saya tidak sebanding dengan

prestasi kerja saya

27 Saya mendapatkan kesempatan dalam

mengembangkan keahlian dan kemampuan yang

anda miliki sebelum memasuki pensiun

28 Kepala instansi selalu melakukan pengawasan

terus-menerus (terus diawasi, seolah-olah tidak

percaya dengan saya)

Page 111: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

29 Saya selalu menyendiri dan menjauhi teman saya

karena masa pensiun datang

30 Seberapa baik kemampuan saya dalam bekerjasama

dengan karyawan lainnya.

Skala III : Optimisme

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya percaya bahwa keadaan saya akan lebih baik

setelah saya pensiun

2 Saya ingin bunuh diri karena tuntutan kebutuhan

keluarga terlalu tinggi

3 Saya merasa pantas mendapatkan pensiun sebagai

masa istirahat setelah selama ini mengabdi pada

institusi saya bekerja

4 Saya merasa sudah tua dan tidak mampu bersaing

lagi dengan orang yang lebih muda

5 Saya dapat menggunakan waktu saya ketika

pensiun untuk melakukan berbagai kegiatan yang

bermanfaat

6 Setelah pensiun saya hanya ingin duduk berdiam

diri saja tidak ingin melakukan aktivitas apapun

7 Meskipun telah pensiun saya akan terus

menghasilkan karya yang bermanfaat bagi orang

lain

8 Saya bisa menahan amarah ketika ada hal yang

tidak sesuai pendapat saya.

9 Karena sudah memasuki usia senja tidak masalah

bagi saya jika saya termasuk orang yang tidak

paham kemajuan teknologi

10 Saya akan melewati masa pensiun dan usia senja

dengan bahagia

11 Saya tidak tahu apa yang bisa saya lakukan sebagai

seorang pensiunan

12 Meski telah memasuki usia senja saya masih

sanggup untuk melakukan segala aktivitas sehari

Page 112: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

hari tanpa bantuan orang lain

13 Pensiun merupakan saat yang tepat untuk

mengembangkan hobi yang saya miliki

14 Saya malu mengakui status saya sebagai seorang

pensiunan

15 Saya ingin lebih sukses dari pada ketika saya masih

bekerja

16 Saya merasa setelah pensiun saya selalu ditimpa

banyak kesusahan dan masalah

17 Walaupun telah memasuki usia senja saya masih

memiliki impian yang ingin saya wujudkan

18 Emosi saya mudah sekali berubah karena pengaruh

dari luar diri saya

19 Saya selalu mencari informasi kebenaran mengenai

suatu masalah dari berbagai sumber yang bisa di

percaya

20 Saya merasa tidak memiliki manfaat lagi di

masyarakat

21 Saya memiliki cita cita yang ingin saya wujudkan

walaupun saya telah memasuki usia senja

22 Saya merasa tidak mampu bersaing lagi dengan

orang lain karena usia saya semakin bertambah tua

23 Pensiun merupakan masa yang pasti saya lalui dan

saya menerima keadaan tersebut dengan lapang

dada

24 Pensiun menghilangkan semua impian saya

Page 113: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

Syntak dan Output CFA

Syntak Kecemasan Masa Pensiun DA NI=15 NO=142 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 KM SY FI=KC.cor MO NX=15 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY, FI LK KC FR LX 1 - LX 15 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 PD OU TV MI SS

Output Kecemasan Menghadapi Pensiun

Page 114: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosi :

Syntak Kesadaran Diri DA NI=8 NO=142 MA=KM LA ITEM1 ITEM3 ITEM6 ITEM11 ITEM15 ITEM18 ITEM21 ITEM27 KM SY FI=KD.cor MO NX=8 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY, FI LK KD FR LX 1 - LX 8 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 PD OU TV MI SS

Output kesadaran diri

Page 115: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

Syntak Pengelolaan Emosi DA NI=5 NO=142 MA=KM LA ITEM2 ITEM8 ITEM16 ITEM24 ITEM28 KM SY FI=PE.cor MO NX=5 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY, FI LK PE FR LX 1 - LX 5 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 PD OU TV MI SS

Output pengelolaan emosi

Page 116: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

Syntak Motivasi Diri DA NI=7 NO=142 MA=KM LA ITEM4 ITEM12 ITEM14 ITEM17 ITEM19 ITEM22 ITEM26 KM SY FI=MD.cor MO NX=7 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY, FI LK MD FR LX 1 - LX 7 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 PD OU TV MI SS

Output motivasi diri

Page 117: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

Syntak Empati DA NI=5 NO=142 MA=KM LA ITEM5 ITEM7 ITEM13 ITEM25 ITEM29 KM SY FI=EM.cor MO NX=5 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY, FI LK EM FR LX 1 - LX 5 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 PD OU TV MI SS

Output empati

Page 118: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

Syntak Hubungan Interpersonal DA NI=5 NO=142 MA=KM LA ITEM9 ITEM10 ITEM20 ITEM23 ITEM30 KM SY FI=HI.cor MO NX=5 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY, FI LK HI FR LX 1 - LX 5 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 PD OU TV MI SS

Output hubungan interpersonal

Syntak Optimisme DA NI=24 NO=142 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24

Page 119: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

KM SY FI=OP.cor MO NX=24 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY, FI LK OP FR LX 1 - LX 30 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16 TD 17 17 TD 18 18 TD 19 19 TD 20 20 TD 21 21 TD 22 22 TD 23 23 TD 24 24 PD OU TV MI SS

Output optimisme

Page 120: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

Output Regresi

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Kecemasan 50.0000 9.470 142 Kesadaran Diri 50.0000 8.829 142 Pengelolaan Emosi 50.0000 9.659 142 Motivasi Diri 50.0000 9.174 142 Empati 50.0000 9.022 142 Hubungan Intepersonal

50.0000 9.195 142

Optimisme 50.0000 9.619 142 Demografis 50.0000 8.945 142

Kategorisasi Variabel Penelitian : Kecemasan, Kesadaran diri, Pengelolaan emosi,

Motivasi diri, Empati, Hubungan Interpersonal, Optimisme, dan Demografis.

No Variabel Rendah Tinggi Total N % N % N %

1 Kecemasan 60 42,3 82 57,7 142 100 2 Kesadaran diri 81 57,0 61 43,0 142 100 3 Pengelolaan emosi 93 65,5 49 34,5 142 100 4 Motivasi diri 67 47,2 75 52,8 142 100 5 Empati 49 34,5 93 65,5 142 100 6 Hubungan interpersonal 73 51,4 69 48,9 142 100 7 Optimisme 59 41,5 83 58,5 142 100 8 Demografis 76 53,5 66 46,5 142 100

Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .761a .579 .550 6.34501

a. Predictors: (Constant), PENGHASILAN, USIA, MD, PE, EM, KD, GOLONGAN, HI, OP b. Dependent Variable: KC

ANOVA

a

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 7313.117 9 812.569 20.183 .000b

Residual 5314.215 132 40.259 Total 12627.331 141

a. Dependent Variable: KC b. Predictors: (Constant), PENGHASILAN, USIA, MD, PE, EM, KD, GOLONGAN, HI, OP

Page 121: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41476...PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN OPTIMISME TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN (Studi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 14.833 4.692 3.161 .002 KD -.436 .089 -.404 -4.923 .000 .473 2.116

PE -.130 .079 -.130 -1.639 .104 .505 1.979

MD -.066 .088 -.064 -.753 .453 .447 2.237

EM .221 .084 .210 2.631 .010 .502 1.993

HI .280 .089 .272 3.142 .002 .424 2.358

OP .691 .106 .697 6.522 .000 .279 3.583

USIA .012 1.872 .000 .006 .995 .973 1.028

GOLONGAN 5.528 .990 .441 5.585 .000 .511 1.958

PENGHASILAN -2.274 1.016 -.175 -2.238 .027 .519 1.926

a. Dependent Variable: KC

Uji Proporsi Dimensi Varian Variabel Independent

Model Summary

j

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Change

df1 df2 Sig. F Change

1 .267a .071 .064 9.15317 .071 10.719 1 140 .001

2 .381b .145 .133 8.81400 .074 11.982 1 139 .001

3 .481c .232 .215 8.38393 .087 15.626 1 138 .000

4 .583d .340 .321 7.79741 .108 22.542 1 137 .000

5 .592e .350 .326 7.76847 .010 2.022 1 136 .157

6 .682f .466 .442 7.06876 .116 29.257 1 135 .000

7 .683g .466 .439 7.09045 .001 .175 1 134 .676

8 .750h .563 .537 6.43989 .097 29.441 1 133 .000

9 .761i .579 .550 6.34501 .016 5.007 1 132 .027

a. Predictors: (Constant), KD b. Predictors: (Constant), KD, PE c. Predictors: (Constant), KD, PE, MD d. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM e. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM, HI f. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM, HI, OP g. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM, HI, OP, USIA h. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM, HI, OP, USIA, GOLONGAN i. Predictors: (Constant), KD, PE, MD, EM, HI, OP, USIA, GOLONGAN, PENGHASILAN j. Dependent Variable: KC