Pengaruh Kebijakan Pbb Tentang Nuklir Korut Terhadap Stabilitas Kawasan Asia Timur
Transcript of Pengaruh Kebijakan Pbb Tentang Nuklir Korut Terhadap Stabilitas Kawasan Asia Timur
PENGARUH DK PBB DALAM PENGENDALIAN
PERSENJATAAN NUKLIR DI KOREA UTARA
A. Latar Belakang
Krisis nuklir di Semenanjung Korea yang terjadi di akhir tahun 2002 ini
cukup menjadi masalah besar di dunia internasional. Krisis ini menjadi semakin
rumit ketika antara kedua belah pihak (Amerika Serikat dan Korea Utara) saling
menunjukkan arogansinya dan menciptakan perang pernyataan. Dari konflik yang
terjadi antara Amerika Serikat dan Korea Utara di akhir tahun 2002, ada imbas
dari krisis ini yaitu adanya keterlibatan negara-negara lain di beberapa pertemuan
yang membicarakan tentang krisis ini, negara-negara itu adalah Korea Selatan,
Cina, Jepang, Rusia. Dalam setiap pertemuan yang bersifat multilateral ataupun
bilateral negara-negara yang cukup memiliki bargaining power kuat di kawasan
Asia selalu aktif mengikuti perkembangan krisis ini. Konflik nuklir Korea Utara
ini adalah dampak dari sisa permasalahan perang Korea (25 Juni 1950-27
Juli1953) yang sampai sekarang belum terselesaikan.1
Merupakan hal penting bagi seluruh pihak untuk kembali menegaskan
komitmennya terhadap Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT). Semenanjung Korea
masih merupakan salah satu area militer paling tegang di dunia. Meskipun masih
menghadapi masalah ekonomi yang serius, Korea Utara sedang mengembangkan
dan melakukan uji coba rudal balistiknya serta adanya dugaan kuat bahwa Korea
Utara juga mengembangkan persenjataan nuklirnya. Atas usahanya sendiri Korea
Utara telah mengoperasikan beberapa organisasi di bawah Second Economic
1 Kompas, 24 Desember 2003,”Membaca Dengan Seksama Perkembangan di Semenanjung Korea”, hal 3
Committee yang utamanya berurusan dengan industri pertahanan di Korea Utara,
dan diasumsikan telah melewati gerbang technical plateu di bidang
pengembangan rudal.
Keberhasilan Korea Utara dalam melakukan percobaan nuklir tersebut
menjadikan Korea Utara sebagai salah satu Negara nuklir di dunia setelah AS,
Inggris, Perancis, RRC, India, Pakistan dan Rusia. Ada beberapa faktor yang
dapat digunakan untuk menjelaskan ketertarikan sebuah Negara terhadap
persenjataan nuklir. Namun, dalam konteks Korea Utara akan digunakan dua
faktor untuk menjelaskan ketertarikan tersebut yaitu, kapabilitas kekuatan militer
konvensional Korea Utara yang rendah dan kepentingan politis. Para pemimpin
dunia menolak keras tindakan Korea Utara tersebut, karena apa yang
dilakukannya dianggap telah mengancam ketentraman dan stabilitas keamanan.
Oleh karena itu, pada tanggal 11 Oktober 1996 Dewan Kemanan PBB
memberikan sanksi kepada Korea Utara berdasarkan Bab Tujuh dari Piagam PBB
yang mengatur mengenai “ancaman terhadap ketentraman” dan “tindakan untuk
melakukan agresi”.2
Kekhawatiran terhadap Korea Utara semakin kuat ketika Korea Utara
mengumumkan untuk menarik diri dari NPT (Non-proliferation Nuclear Treaty)
pada Maret 1993. Karena hal ini dapat menjadi faktor baru bagi peningkatan
ketegangan di semenanjung ini. Kemudian dalam pembicaraan tingkat tinggi
antara Amerika Serikat dan Korea Utara, Korea Utara mengumumkan pada bulan
2 Drs. Dian Wirengjurit,MA,”Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir, Pengertian, Sejarah, dan Perkembangannya,” PT. Alumni, Bandung 2002, hal 359
2
Juni 1993 bahwa Korea Utara akan mengagalkan penarikan dirinya dari NPT dan
akhirnya tetap terikat dalam perjanjian ini untuk beberapa waktu.3
Namun, Korea Utara masih belum sepenuhnya menarik keputusannya
untuk mundur dari NPT. Kecurigaan terhadap pengembangan senjata nuklir Korea
Utara dan rencana Korea Utara untuk memperpanjang jangkauan rudalnya
(surface to surface), serta ekspor rudal-rudalnya ke kawasan Timur Tengah
merupakan penyebab kekhawatiran dikalangan komunitas internasional
khususnya stabilitas di wilayah Asia Timur. Karena kawasan Asia Timur
merupakan kawasan yang terdiri dari banyak negara yang secara tradisional
memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai kepentingan dan keamanan
nasional, serta tidak adanya pengaturan keamanan kolektif (collective security)4
yang terbentuk di kawasan ini. Kawasan ini juga kurang memiliki integrasi
regional, dan struktur konfrontasi Timur – Barat tidak sama seperti di Eropa.
Bahkan setelah berakhirnya Perang Dingin, isu-isu seperti nuklir Korea Utara
masih tetap tidak terselesaikan, walaupun terdapat pergerakan ke arah
penyelesaian ketegangan di kawasan ini.
Sementara itu, dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan perubahan
lingkungan strategis keamanan mereka, semakin menambah pengeluaran
pertahanan dan pembelian senjata-senjata baru. Fenomena pembangunan senjata
3 Suara Pembaruan, 30 Juli 2003,”Stabilitasi Semenanjung Korea”, hal 104 Konsep collective security dalam perspektif militer terkait erat dengan konsep common security, yaitu suatu komitmen untuk hidup bersama, memperhitungkan kekhawatiran keamanan yang sah para anggota lainnya, dan bekerja secara kooperatif dalam berbagai cara untuk memaksimalkan tingkat ketergantungan di antara negara-negara anggotanya. Lihat dalam Gareth Evans, Cooperation for Peace: The Global for the 1990s and Beyond (St. Leonards: Allen & Unwin, 1993), hal. 15-16.
3
(arms build up)5 di Asia Timur ini sangat terkait dengan reaksi negara-negara
Asia terhadap situasi di atas, dan juga reaksi mereka terhadap kekhawatiran
bahwa penarikan militer dari kawasan ini akan menimbulkan ketegangan dan
konfrontasi antara negara-negara di kawasan.
Dengan alasan untuk mengantisipasi tantangan-tantangan seperti
disebutkan di atas, kebanyakan negara di kawasan ini telah memulai suatu
perlombaan senjata (arms race)6 yang seringkali diartikan dengan penjelasan
sebagai “pensejajaran” (catching up) atau “modernisasi berlanjut” (ongoing
modernization) untuk kekuatan militer mereka.7
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis mempunyai batasan dan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
penulis membatasi ruang lingkupnya hanya pada pengaruh kebijakan DK PBB
dalam pengendalian Nuklir di Korea Utara terhadap stabilitas kawasan Asia
Timur.
5 Stanley B. Weeks and Charles A. Meconis, The Armed Builds up (NSW Australia: Allen & Unwin, 1999), hal. 30. 6 Menurut Barry Buzan, arms race diartikan sebagai “…self-stimulating military rivalry between states, in which their efforts to defend themselves militarily cause them to enhance the threats they pose to each other.” Karakteristik dari pengertian arms race adalah adanya dinamika kompetisi dan interaksi di antara dua atau lebih aktor, dan juga adanya akuisisi persenjataan secara cepat. Lihat dalam Barry Buzan, An Introduction to Strategic Studies: Military Technology and International Relations (London: Macmillan for the International Institute for Strategic Studies, 1987), hal. 69.7 Reinhard Drifte, Japan’s Foreign Policy in the 1990s: From Economic Superpower to What Power? (London: Macmillan, 1996), hal. 53.
4
2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh DK PBB dalam pengendalian persenjataan Nuklir di
Korea Utara?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah penelitian yang telah
dirumuskan, yaitu pengaruh DK PBB dalam pengendalian persenjataan Nuklir di
Korea Utara.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
a. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
penulis dalam membuat penelitian lain.
b. Manfaat Akademis
Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian yang sejenis yaitu tentang persenjataan nuklir di Korea Utara.
E. Landasan Teori
Untuk menggambarkan permasalahan dalam penelitian ini penulis
menggunakan landasan teori sebagai berikut :
5
- Teori Pengaruh
Pengaruh adalah “proses internasional yang dimulai bila negara A
berusaha melalui berbagai tindakan atau isyarat untuk mengubah atau mendukung
perilaku(tindakan, kebijakan) negara lain”.
- Teori pengaruh menurut Mochtar Masoed menjelaskan “bahwa teori dalam
hubungan internasional dibentuk melalui pengembangan preposisi-preposisi
tentang perilaku rasional berdasarkan suatu motif dominan seperti kekuasaan”.8
- Teori pengaruh menurut James Lee Ray menjelaskan “bahwa power sebagai
influence (pengaruh), mempunyai kemampuan mempengaruhi prilaku dan
menekankan sulitnya menentukan pihak mana yang lebih kuat”.
- Teori pengaruh menurut Hans Morgenthau menjelaskan “bahwa pengaruh yaitu
kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain.9
Teori pengaruh dalam pembuatan kebijakan adalah teori dari sistem politik
di mana birokrasi merupakan alat utama bagi kegiatan politik. Karena hal yang
paling berpengaruh dalam kehidupan politik adalah kenyataan bahwa cabang
eksekutif selalu menempati posisi utama dalam proses pembuatan kebijakan. Dan
ada beberapa faktor lain pada proses pembuatan kebijakan yang memiliki
keterkaitan antara faktor kelompok, negara, dan dewan keamanan dengan struktur
organisasi yang ada.
Teori pengaruh dalam pembuatan kebijakan merupaka suatu sistem yang
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, maka adanya keterkaitan cara pandang
8 Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodolgi, LP3ES, Jakarta, 1990, hal 249 Ibid, hal 144-145
6
aktor-aktor yang terlibat dan faktor motivasi turut mempengaruhi dalam
pembuatan kebijakan.
- variabel yang mempengaruhi pelaksanaan pengaruh, yaitu:
1. Persenjataan nuklir
Adalah unsur penting dalam prestise umum negara di luar negeri dan
mungkin merupakan pencegah efektif terhadap serangan strategis atas
kepentingan negara atau kepentingan intinya.
2. Hubungan ketergantungan
Sejauh mana terdapat hubungan diantara dua negara dalam suatu
hubungan pengaruh. Inilah alasan utama mengapa negara “lemah” dalam banyak
hal dapat memeperoleh banyak konsesi dari negara “kuat”.
Dalam permasalahan ini, pada tanggal 11 Oktober 1996 Dewan
Keamanan PBB menerapkan sanksi terhadap Korea Utara karena klaimnya yang
menyatakan bahwa negara itu telah melakukan uji coba nuklirnya. Resolusi 1718
menerapkan sanksi senjata dan keuangan namun tidak didukung oleh ancaman
militer. Resolusi tersebut pada intinya berisi:
1. Menuntut Korea Utara menghancurkan semua senjata nuklirnya, senjata
pemusnah massal dan rudal-rudal balistik.
2. Mengharuskan semua negara anggota PBB mencegah penjualan atau
pemindahan bahan-bahan terkait dengan program-program senjata
Pyongyang yang tidak konvensional, selain juga peralatan militer seperti
tank-tank, rudal dan helikopter.
7
3. Menuntut agar semua negara membekukan rekening orang-orang atau
berbagai perusahaan yang memiliki kaitan dengan program nuklir dan
balistik Korea Utara.
4. Membolehkan berbagai negara memeriksa kargo yang masuk dan keluar
dari Korea Utara untuk mencari senjata-senjata yang tidak konvensional.
5. Resolusi ini tidak mencantumkan ancaman penggunaan militer.
6. Seruan bagi Pyongyang agar kembali, “tanpa syarat”, ke meja
perundingan dalam pertemuan enam negara yang membahas program
nuklirnya.10
Pengaruh pembuatan kebijakan oleh DK PBB tentang nuklir Korea Utara
akan berdampak besar bagi stabilitas kawasan di Asia Timur, adapun tujuannya
adalah untuk terciptanya kawasan damai. Dengan adanya pengaruh kebijakan DK
PBB maka kawasan ini sedang melakukan modernisasi kemampuan pertahanan
nasional mereka dengan meningkatkan pembelian untuk pertahanan dan
menggunakan senjata-senjata dengan kwalitas tinggi. Namun terdapat juga faktor
perlombaan senjata yang lain, seperti perlunya menertibkan ZEE (Zona Ekonomi
Ekslusif) dan jalur komunikasi laut (SLOC-Sea Lanes of Communications) dan
juga untuk mempertahankan klaim teritorial mereka. Dalam beberapa kasus,
faktor lain adalah masalah prestise yang dikaitkan dengan kepemilikan sistem
persenjataan yang maju dan modern. Akuisisi persenjataan ini juga dipicu oleh
peningkatan kemakmuran di hampir semua negara di kawasan Asia dan
kemampuan untuk membeli persenjataan yang mahal dan canggih. Situasi di Asia
Timur yang sangat kompleks ini adalah situasi yang oleh Barry Buzan disebut
10 Pan Mohamad Faiz, “,Resolusi 1718 Dewan Keamanan PBB” (October 14, 2006). Hal. 65
8
sebagai security complex.11 Karena kawasan Asia Timur dihadapkan pada struktur
keamanan baru yang ditandai dengan perubahan perimbangan kekuatan dan
persepsi ancaman yang baru. Kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia
Timur merupakan faktor penting dalam menentukan situasi keamanan di kawasan,
karena negara lain merupakan alat atau faktor pendorong keamanan kawasan.
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif,
yaitu penulis memberikan suatu gambaran sacara jelas dan konkrit mengenai
pengaruh DK PBB dalam pengendalian persenjataan Nuklir di Korea Utara.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data-data
sekunder yang diperoleh langsung dari berbagai perpustakaan, yaitu Perpustakaan
Unmul, Perpustakan Daerah Kalimantan Timur, dan juga data-data dari situs
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis lebih banyak melakukan penelitian
kepustakaan (library research), dengan mencari dan mengumpulkan data sekunder
berupa buku-buku ilmiah, literature, referensi-referensi dari penulis yang
membahas topik yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang sedang
dibahas.
4. Teknik Analisa Data
11 Pembahasan secara komprehensif mengenai konsep security complex lihat dalam Barry Buzan, People, States and Fear: An Agenda for International Security Studies in the Post Cold War Era (New York: Harvester Wheatsheaf, 1991), hal. 186-229.
9
Untuk menganalisa data, digunakan teknik analisa kualitatif dengan
menghubungkan data yang satu dengan data yang memiliki hubungan saling
keterkaitan yang dapat mendukung permasalahan yang sedang diteliti.
5. Definisi Operasional
a. Pengaruh Dewan Keamanan PBB dalam pengendalian persenjataan
Nuklir Korea Utara yaitu berupa resolusi untuk menghentikan segala ancaman
dari dampak nuklir Korea Utara.
b. Dampak dari resolusi Dewan Keamanan PBB dalam pengendalian
persenjataan Nuklir Korea Utara terhadap Stabilitas kawasan Asia Timur adalah
kawasan ini dapat melakukan modernisasi pertahanan dengan mengunakan senjata
dengan kwalitas tinggi, menertibkan ZEE, dan jalur komunikasi laut yang
bertujuan untuk mempertahankan stabilitas dan menjaga kawasannya dari dampak
Nuklir Korut.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan komposisi sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Berisi Latar Belakang, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Landasan Teori, Metode Penelitian,
Sistematika Penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
10
Berisi tinjauan yang membahas tentang masalah yang sejenis dengan
penelitian yang di uraikan.
Bab III : Gambaran Umum
Berisi uraian tentang Nuklir di Korea Utara, dampak dari persenjataan
Nuklir bagi stabilitas kawasan Asia Timur, dan upaya
pengendaliannya.
Bab IV : Analisa dan Pembahasan
Berisi tentang pengaruh DK PBB dalam pengendalian persenjataan
Nuklir di Korea Utara, yaitu berupa resolusi yang dikeluarkan oleh DK
PBB terhadap Korea Utara untuk menghentikan program Nuklirnya.
Utara terhadap stabilitas kawasan Asia Timur.
Bab V : Penutup
Berisi Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
11
Buku:
Buzzan, Barry. “An Introduction to Strategic Studies: Military Technology and International Relation” (London: Macmillan, 1996). Hal 53.
Buzzan, Barry. “People, States and Fear: An Agenda for Internasional Security Studies in the Post Cold War Era” (New York: Harvester Wheatsheaf, 1991). Hal 186-229.
Drifte, Reinhard. “Japan’s Foreign Policy in the 1990s: From Economic Superpower to What Power ?” (London: Macmillan, 1996). Hal 53.
Evans, Gareth. “Cooperation for Peace: The Global for the 1990s and Beyond” (St. Leonards: Allen & Unwin, 1993). Hal 15-16.
Faiz, Pan, Mohamad. “Resolusi 1718 Dewan Keamanan PBB” (14 Oktober 2006). Hal 65.
Ibid. hal 144-145.
Kompas, 24 Desember 2003. “Membaca Dengan Seksama Perkembangan di Semenanjung Korea”. hal 3.
Mas’oed, Mochtar. “Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi”. LP3ES. Jakarta. 1990. hal 24
Suara Pembaharuan. 30 Juli 2003. “Stabilitas Semenanjung Korea”. hal 10.
Weeks, Stanley, B and Meconis, Charles, A. “The Armed Builds Up” (NSW Australia: Allen & Unwin, 1999. Hal 30.
Wirengjurit, Drs, Dian, MA. “Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir, Pengertian, Sejarah, dan Perkembangan”. PT. Alumni, Bandung 2002. hal 359.
12