Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IV

33
PENGARUH KASIH SAYANG ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS IV-V-VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH Written By melly dewi on Kamis, 13 September 2012 | 19.20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti yang dijelaskan oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan, bahwa “pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan”.[1] Akan tetapi dalam hal mendidik anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru/pendidik saja, keluarga juga mempunyai peran yang tidak kalah penting dalam mendidikk anak, karena orang tua merupakan figur bagi anak dan juga pengalaman pertama yang diperoleh oleh seorang anak adalah melalui keluarga (orang tuanya). Hal tersebut selaras dengan pendapat seorang ahli pendidikan yakni, Ki Hajar Dewantara sebagaimana yang terdapat dalam bukunya karangan Abu Ahmadi, yang menyebutkan bahwa pusat pendidikan ada tiga macam yang dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan dan beliau meletakkan keluarga sebagai lembaga pendidikan utama sebelum menginjak pada lembaga pendidikan selanjutnya yaitu lembaga pendidikan sekolah, setelah masyarakat.[2] Keterlibatan orang tua dalam memberikan bimbingan dan arahan bagi anak akan sangat menentukan keberhasilan anak pada tahap selanjutnya, seperti yang dijelaskan oleh para pakar psikologi seperti John Lock mengatakan bahwa anak itu dibentuk

description

pengaruh kasih sayank orang tua terhadap tingkat kecerdasan emosional pada siswa kelas IV SD

Transcript of Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IV

PENGARUH KASIH SAYANG ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS IV-V-VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Written By melly dewi on Kamis, 13 September 2012 | 19.20

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Seperti yang dijelaskan oleh Ngalim Purwanto dalam bukunyaIlmu Pendidikan,bahwa pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.[1]Akan tetapi dalam hal mendidik anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru/pendidik saja, keluarga juga mempunyai peran yang tidak kalah penting dalam mendidikk anak, karena orang tua merupakan figur bagi anak dan juga pengalaman pertama yang diperoleh oleh seorang anak adalah melalui keluarga (orang tuanya). Hal tersebut selaras dengan pendapat seorang ahli pendidikan yakni, Ki Hajar Dewantara sebagaimana yang terdapat dalam bukunya karangan Abu Ahmadi, yang menyebutkan bahwa pusat pendidikan ada tiga macam yang dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan dan beliau meletakkan keluarga sebagai lembaga pendidikan utama sebelum menginjak pada lembaga pendidikan selanjutnya yaitu lembaga pendidikan sekolah, setelah masyarakat.[2]

Keterlibatan orang tua dalam memberikan bimbingan dan arahan bagi anak akan sangat menentukan keberhasilan anak pada tahap selanjutnya, seperti yang dijelaskan oleh para pakar psikologi seperti John Lock mengatakan bahwa anak itu dibentuk sekehendak pendidikannya atau dengan kata lain segala kecakapan dan pengetahuan anak itu timbul dari pengalaman yang masuk melalui alat inderanya.[3]

Apa yang dijelaskan oleh John Lock di atas, sesuai dengan Hadis Nabi yang berbunyi:

( )

Artinya: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah sehingga lisannya dapat mengungkapkan kehedndak dirinya, maka orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nashrani atau Majusi(HR. Al-Aswad Ibnu Syurai)[4]

Dari beberapa pendapat di atas sangat jelas bahwa orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan anak, maka kemampuan orang tua dalam hal memberikan kasih sayang akan menyebabkan anak merasa nyaman berada dalam keluarga tersebut, sehingga anak mempunyai figur dari keluarganya untuk dijadikan acuan dalam kehidupannya, serta akan termotivasi dalam belajarnya, karena anak tersebut sudah mendapatkan figur dalam keluarganya, maka ketika anak itu bergaul dalam lingkungan masyarakat akan selalu menunjukkan tingkah laku yang baik yang menyebabkan anak tersebut akan banyak disenangi oleh orang-orang di sekitarnya maka ia akan merasa gampang dalam menjalin relasi dengan siapapun.

Namun kenyataanya pada masa sekarang ini dampak dari pesatnya kemajuan di segala bidang, banyak para orang tua yang tadinya dapat mencurahkan tenaga dan fikirannya dalam mengurus rumah tangga dan pendidikan anak sudah sangat berkurang, mereka sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah, sehingga tugas untuk mendidik anak sebagian besar diserahkan pada pihak sekolah.[5]

Kalau kita perhatikan di media-media baik cetak maupun elektronik banyak tayangan-tayangan yang tidak sepantasnya dipublikasikan kehadapan umum, karena jika anak melihat tayangan-tayangan yang tidak sepantasnya tampa didampingi orang tuanya, nantinya itu akan terpengaruh dan banyak dampak negatifknya, terutama pada tingkah laku anak, akibat tingkah laku orang tua yang kurang memperhatikan anak akan menyebabkan tingkah laku anak kurang terkendali seperti sikap anak yang terlalu agresif, sikap anak ayang baik terhadap teman sebayanya lebih-lebih sikap yang kurang baik terhadap gurunya. Kalau di lingkungan sekolah anak sudah terbiasa bersikap demikian, maka anak tersebut kurang biasa beremosionalisasi dalam lingkungan masyarakat, sehingga kedepannya anak tersebut sulit untuk menemukan relasi dalam hidupnya.

Nah disinilah orang tua berperan sebagai mediator kebudayaan bagi anak, agar anak punya prinsip yang kokoh sehingga nantinya tidak sampai terjerumus pada hal-hal yang negatif, akan tetapi menjdi anak yang peka terhadap lingkungannya serta menjadi anak kebanggaan keluarga dan bangsa.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan. Karena yang menjadi salah satu pertimbangan peneliti dalam memilih lokasi peneltian tersebut, di antaranya:Pertama,ingin mengidentifikasi mengenai Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh.Kedua,karena kedekatan lokasi penelitian dengan peneliti.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti dapat mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1.Adakah pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan?.

2.Seberapa besar pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan.

b.Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan.

D.Keguanaan Penelitian

Hasil peneletian ini akan memungkinkan memberikan makna pada beberapa kalangan, antara lain:

1.Bagi sekolah tinggi Agama Islam (STAI) Al-Khairat Pamekasan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memungkinkan memberikan kontribusi pemikiran tentang pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa dan akan menjadi salah satu sumber kajian bagi kalangan dosen dan mahasiswa baik sebagai bahan kajian dalam perkuliahan pendidikan agama islam maupun untuk kepentingan penelitian yang mungkin mengenai pokok kajiannya ada kesamaan.

2.Bagi lembaga kususnya para guru

Dengan mengetahui pentingnya kedekatan orang tua terhadap anak, hal tersebut akan menjadi jalinan kerja sama yang baik antara orang tua dan guru untuk membantu keberhasilan anak.

3.Bagi orang tua

Sebagai sumbangan pemikiran yang bersifat ilmiah sehingga orang tua diharapkan lebih mengerti terhadap kebutuhan anak akan kasih sayangnya.

4.Bagi peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dalam cakrawala berfikir yang manyangkut tentang masalah pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa, yang nantinya dapat menjadi bekal bagi peneliti yang akan terjun pada suatu lembaga pendidikan atau bekal dalam kehidupan keluarga.

E.Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian adalah anggapan dasar yang diyakini kebenarannya atau dapat diterima oleh peneliti dan tidak memerlukan penlitian kembali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharsimi Arikunto yang mendefinisikan asumsi dengan sebuah titik pemikiran yang keberadaanya diterima atas penyelidikan.[6]

Dalam suatu penelitian asumsi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dirumuskan secara jelas sebelum melangkah pada pengumpulan data hal ini dimaksudkan:

1.Agar ada dasar yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti.

2.Untuk mempertegas variabel yang menjadi perhatiannya.

3.Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.[7].

Adapun asumsi yang penulis ajukan dalam penelitian adalah:

1. Kasih sayang orang tua merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak, apalagi pada masa anak-anak, karena pada masa itu merupakan masa pembentukan yang akan menentukan keberhasilan pada tahap selanjutnya.

2. Kecerdasan emosional meruapakan hal yang harus dimiliki oleh setiap anak agar anak tersebut bisa berintraksi dengan baik, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

F.Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan gabungan dari Hipo artinya di bawah dan Tesis artinya Kebenaran, jadi keseluruhan hipotesis berarti di bawah kebenaran.Kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar) dan baru diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-bukti.[8]

Sedangkan hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah Hipotesis Kerja (Ha), jadi: Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan.

G.Ruang Lingkup Penelitian

1.Ruang lingkup materi yaitu:

a.Tinjauan tentang kasih sayang orang tua.

b.Tinjauan tentang kecerdasan emosional siswa.

c.Pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa.

2.Ruang Lingkup Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan.

H.Definisi Istilah

Definisi istilah ini sangat dibutuhkan dalam rangka mengemukakan pendapat terhadap makna/arti dari beberapa istilah yang ada dalam judul penelitian tersebut, sehingga nantinya tidak akan terjadi kesalah pahaman terhadap judul penelitian ini.

Adapun beberapa istilah yang perlu didefinisikan antara lain:

1. Kasih sayang orang tua adalah suatu keadaan psikologi yang akan memberikan dampak positif terhadap orang yang merasakannya. Adapun bentuk-bentuk kasih sayang orang tua adalah bimbingan, motivasi, perhatian, arahan,, serta hukuman.

2. Kecerdasan emosional adalah bagaimana seseorang dapat bergaul dengan baik dalam lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat serta mempunyai kepekaan dan rasa toleran yang sangat tinggi terhadap sesama.

Dari defnisi istilah di atas, maka yang dimaksud dengan pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional anak adalah suatu internalisasi perasaan kasih sayang ke dalam diri anak, yang kemudian dapat memberikan dampak postif bagi perkembangan kecerdasan emosional anak yang dapat diaktualisasikan dalam bentuk interaksi dengan baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

I.KAJIAN PUSTAKA

1.Pengertian Kasih Sayang Orang Tua

Di dalam kamus umum bahasa IndonesiaKasihdiartikan sebuah perasaan sayang, cinta atau suka. SedangkanSayangdiartikan kasihan.[9]

Kasih sayang orang tua merupakan kebutuhan paling pokok dan paling penting bagi anak, dengan adanya kasih sayang tersebut maka anak akan merasa akrab dan bersahabat dengan orang tuanya. Sehingga anak tersebut akan terbuka dan jujur dalam mengungkapkan berbagai persoalan yang mereka hadapi kepada orang tuanya. Akan tetapi yang perlu diperhatikan orang tua bahwa dalam mewujudkan bentuk kasih sayang pada anak-anaknya jangan sampai berlebih-lebihan, karena perhatian dan kasih sayang orang tua melebihi batas akan menyebabkan menjadi manja dan timbulnya kepuasan dalam diri anak terhadap keadaan yang ia miliki yang akhirnya memicu keputus asaan serta kegagalan di masa depannya.

Kasih sayang akan membentuk ruh dan psikologis anak sebagaimana halnya makanan membentuk tubuh dan fisik. Kekurangan dalam memberikan makanan akan menimbulkan efek-efek yang negatif terhadap tubuh, begitu juga kurangnya kasih sayang atau kelebihan dalam memberikan kasih sayang kepada anak akan membentuk kondisi psikologis yang tidak seimbang.[10]

Di dalam al-Quran dijelaskan pada surat al-Tahrim sebagai berikut:

$pkr'tt%!$#(#qZtB#u(#q%/3|Rr&/3=dr&ur#Y$tR!( :6 )

Artinya Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.[11]

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kita harus berusaha untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasidengan penuh hikmah dengan landasan kasih sayang yang sesuai dengan koridor syariah terhadap keluarga demi terwujudnya keluarga yang sakinah dan selamat dunia akhirat.

Dan pada dasarnya hubungan pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya hubungan kudrati antara orang tua dan anak. Pendidikan keluarga didasarkan pada perasaan cinta, kasih sayang yang murni. Rasa cinta dan kasih sayang inilah yang menjadi sumber kekuatan yang tak kunjung padam dari orang tua untuk memberi bimbingan dan pertolongan yang dibutuhkan oleh anak.

a.Hubungan Orang Tua dengan Anak

Secara fitrah, sesungguhnya Allah telah meletakkan pada hati setiap orang tua rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak-anak mereka, perasaan inilah yang mendorong mereka untuk mengasuh, membimbing dan mendidikanak-anaknya agar kelak menjadi generasi yang shaleh, yang bisa berbakti kepada kedua orang tua, agama, nusa dan bangsa. Tanpa perasaan seperti ini tidak mungkin mereka dapat bersabar atau bersedia bersusah payah, menderita, memikul beban nafkah yang amat berat dengan bekerja, dan bahkan tak kenal istirahat.

Bila seorang anak dilahirkan ke dunia dan menemukan kedua orang tuanya dalam suasana amat harmonis dan rukun, maka anak tersebut akan tumbuh dan berkembang dalam suasana ketentraman dan ketenangan, apabila seorang anak menyaksikan bahwa disiplin rumah tangga dan hubungan kekeluargaan berjalan di atas landasan hukum Islam. Hal itu akan memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan kepribadiannya.

Bila di dalam rumah, si anak menemukan ikatan yang penuh dengan rasa kasih sayang dimana seorang ibu melakukantugas dan fungsinya dengan baik, maka hal itu akan memberikan pengaruh yang positif pula terhadap ketentraman jiwa sianak serta moral dan perilakunya begitu pula sebaliknya.[12]

b.Bentuk-Bentuk Kasih Sayang Orang Tua

Adapun bentuk-bentuk kasih sayangorang tua menurut Reza Farhadian, dalam bukunya yang berjudulMenjadi orang tua pendidikantara lain disebutkan ;

1)Memberikan perhatian dan pengawasan .

Orang tua sebagai guru di lingkungan keluarga hendaknya selalu memberikan motivasi dalam bentuk perhatian dan pengawasan baik dalam tingkah laku anak di rumah maupun di lingkungan sekolah dan masyarakat.

2)Pemrberian bimbingan

Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar bisa mengembangkan potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri , mengerti persoalan-persoalan, sehingga mereka dapat bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain.[13]

Jadi yang dimaksud pemberian bimbingan di sini adalah bimbingan orang tua pada anaknya untuk mencapai keberhasilan belajar sehingga akan memperoleh hasil yang baik dari kegiatan belajar yang dilakukan.

3)Memberikan motivasi

Motivasi adalah dorongan yang terang kepada pemenuhan psikis atau rohaniyah.[14]Jadi motivasi dari orang tua sangat diperlukan oleh seorang anak yang saatnyaberfungsi sebagai pendorong bagi anak untuk melakukanhal yang positif.

4)Memberikan nasihat dan teguran

Memberikan nasihatdan teguran merupakan salah satu bentuk kasih sayang orang tua yang dapat menentukan keberhasilan dalam hidupnya, karena dengan adanya nasihat orang tua, anak bisa membedakan hal yang pantas dilakukan dan yang tidak. Oleh karena itu sebagai orang tua hendaknya memberikan teguran dikala anak melakukan pelanggaran. Teguran itu hendaknya diberikan kepada anak yang baru satu atau dua kali melakukan pelanggaran, yang hal itu dapat berupa kata-kata tetapi dapat juga berupa isyarat seperti pandangan muka yang tajam, menunjukkan jari dan sebagainya.

Berikut ini, merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nasihat:

a)Jangan memberikan nasihat disaat suasana hati anak sedang malas, bingung ataupun gelisah, karena hanya membuat mereka dipojokkan, akibatnya nasihat menjadi tak berguna dan menimbulkan rasa benci anak kepada orang tuanya.

b)Pilih suasana hati gembira. Orang tua hendaknya menyiapkan terlebih dahulu nasihat yang ingin diberikan sampai suasana hati anak jadi terang dan gembira kembali.

c)Memberikan nasihat lewat cerita. Melalui kreativitas cerita, anak disadarkan akan kesalahannya, tanpa merasa disalahkan.

d)Tidak terlalu sering memberi nasihat. Karena pemberian nasihat yang terlalu sering akan mengakibatkan anak menjadi bosan dan kesal mendengarkan, jika waktunya tidak tepat lebih baik nasihatnya diterangkan terlebih dahulu.

e)Sebatas kemampuan anak. Jangan memberikan nasihat tentang suatu yang masih berada di luar jangkauan anak. Jadi di dalam memberikan nasihat harus disampaikan dengan taraf kemampuan anak

f)Kembali pada al-Quran dan Hadits. Sesungguhnya di dalam al-Quran dan Hadits terdapat begitu banyak isi teladan yang harus disampaikan kepada anak. Bahkan di setiap persoalan kehidupan ini dapat diberikan landasan ayat dan hadits sebagai pedoman untuk menyelesaikannya. Orang tua hendaknya meluangkan waktu khusus untuk mengetengahkan pembahasan ayat dan hadits untuk anak. Kebiasaan ini akan menimbulkan kecintaan anak padaal-Quran dan Hadits dan memupuk kebutuhan mereka .[15]

5.Memberikan hukuman

Hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, dan dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi sadar dan berjanji di dalam hatinya, untuk tidak mengulangi kesalahan lagi.[16]

Sanksi hukuman akan sangat mendukung kemajuan dalam meningkatkan prestasi belajarnya, bila di rumah orang tua lebih banyak memberikan nasihat akan masih kurang memperhatikan nasihat-nasihat tersebut, maka jalan satu-satunya yang harus ditempuh orang tua adalah memberikan hukuman atau sanksi.

Pemberian hukuman pada anak akan menjadi alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif dan bijaksana dalam artian harus tetap ada rasa kasih sayang serta unsur mendidiknya, agar tidak menimbulkan pengaruh psikologis dan fisik negatif pada anak, dengan demikian anak tidak menjadi takut, justru lebih giat dalam segala hal.

c.Tanggung Jawab Keluarga terhadap Anak

Kehidupan seorang anak dalam keluarga secara alamiah memberikan adanya tanggung jawab dari pihak orang tua, tanggung jawab ini didasarkan atas motivasi cinta kasih yang pada hakikatnya juga dijiwai oleh tanggung jawab moral, secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa) baik secara fisik, emosional, ekonomi, maupun moral. Sedikitnya orang tua telah meletakkan dasar-dasar untuk mandiri.

Adapun tanggung jawab orang tua terhadap anaknya antara lain meliputi:

1.Dorongan atau motivasi. Cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.

2.Dorongan atau motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya, tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai religius sepritual yang dijiawai ketuhanan yang maha esa dan agama masing-masaing, disamping didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga.

3.Tanggung jawab emosional sebagai bagian dari keluarga yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan Negara bahkan kemanusiaan, tanggung jawab emosional ini merupakan perwujudan kesadaran dan kesatuan keyakinan.[17]

d.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kasih Sayang Orang Tua

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya kasih sayang orang tua menurut Resa Farhadian dalam bukunyamenjadi orang tua pendidik,adalah sebagai berikut:

1)Keadaan psikologis orang tua.

2)Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya kasih sayang.

3)Banyaknya kegiatanorang tua di luar rumah.

4)Pendidikan orang tua.

5)Ketidak harmonisan orang tua.

6)Keadaan ekonomi.

Menurut Farrington (1978: 87-90) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa: Sikap orang tua yang kasar dan keras, perilaku orang tua yang menyimpang, dinginnya hubungan antara orang tua dan anak, antara ayah dan ibu, orang tua yang bercerai, dan ekonomi lemah, menjadi pendorong utama anak untuk berperilaku agresif, perilaku pada umur 8 tahun sampai 10 tahun mempengaruhi perilaku agresif mereka pada umur 17 tahun dan 18 tahun.[18]

2. Pengertian Kecerdasan Emosional

Sebelum menginjak pada definisi atau pengertian kecerdasan emosional terlebih dahulu peneliti akan menjelaskan tentang kecerdasan.

Kecerdasan dalam bahasa Inggris disebutIntelegencysedangkan dalam bahasa Arab disebutal-Dzakimenurut bahasapemahaman atau kecakapan dan kesempurnaan sesuatu.[19]

Sedangkan para tokoh barat seperti David Weschler memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk bertindak, berfikir rasional, dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. Gardner mendefinisikan tentang kecerdasan sebagai berikut:

a)Kecerdasan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.

b)Kecerdasan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.

c)Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat di dalam kehidupannya.[20]

Definisi tersebut dilandasi oleh pandangan Gardner yang didasarkan atas teori multikultural, menurut Gardner ada tujuh macam kecerdasan:

a)Intellegensi linguistic-verbal

Merupakan kecakapan berfikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.

b)Kecerdasan matematis-logis

Kecakapan untuk menghitung, mengkuantitatif, merumuskan proposisi dan hipotesis, serta memecahkan perhitungan matematis yang kompleks.

c)Kecedasan ruang-visual

Merupakan kecakapan berfikir dalam ruang tiga demensi.

d)Kecerdasan kenestetik

Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan, kecekatan fisik seperti dalam olah raga, atletik, menari, kerajinan tangan dan lain-lain.

e)Kecerdasan musik

Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap melodi, ritme, tangga nada, menghargai bentuk-bentuk ekspresi musik.

f)Kecerdasan hubungan sosial

Kecakapan memahami atau merespon serta berinteraksi dengan orang lain dengan tepat, watak tempramen, motivatsi dan kecendrungan terhadap orang lain.

g)Kecerdasan kerohanian.

Kecakapan memahami kehidupan emosional, membedakan emosi orang, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.

Dari apa yang sudah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah suatu potensi yang dimilki oleh seseorang sebagai bekal dalam kehidupan.

Emosionalisasi itu: Sebagai proses belajar yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadian emosional, sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.[21]

Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa: kecerdasan emosional adalah kematangan dalam hubungan emosional terhadap norma-norma kelompok dan moral serta tradisi, agar ia bisa meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi serta bekerja sama dengan baik.

a. Komponen-Komponen yang Mendorong Tumbuhnya Rasa Emosional Anak

1)Adanya keteladanan

Kecerdasan merupakan metode terbaik dalam pendidikan, apalagi dalam periode awal masa anak-anak. Keteladanan yang baik pada periode ini berasal dari ayah dan ibu, kemudian dari anggota lainnya. Kemampuan anak dalam meniru sesuatu lebih cepat dari apa yang kita bayangkan. Seorang anak yang sejak bayi sudah hidup dalam sebuah keluarga yangpenuh wibawa, maka nantinya anak tersebut akan meniru apa yang telah ia lihat dalam lingkungan keluarga tersebut. Seorang anak yang melihat kedua orang tuanya bermusyawarah, berperilaku yang baik, anak tersebut nantinya akan tumbuh dan berkembang di atas fondasi pemusyawaratan dalam kehidupan bermasyarakat.

2)Keluarga ideal

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keharmonisan keluarga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan perasaan anak, serta pembentukan segi kejiwaanya secara umum. Dalam kenyataanya, pertumbuhan jiwa anak dapat mempengaruhi perkembangan emosionalnya, serta aspek-aspek yang lain, karena itu apabila dalam sebuah keluarga sering terjadi percekcokan hal itu sangat mengganggu pada keadaan psikologis anak, anak tersebut akan menjadi anak yang minder, menutup diri dan jarang bergaul dengan orang lain, semangat bermasyarakat pun sangat tipis, akan tetapi sebaliknya, apabila dalam sebuah keluarga tersebut harmonis, anak selalu mendapatkan kasih sayang maka nantinya anak tersebut menjadi anak pemberani, akan gampang bergaul dengan orang lain dan tentunya anak tersebut mempunyai semangat bermasyarakat yang tinggi.

3)Bermain Bersama

Bermain merupakan kebutuhan pokok bagi anak, permainan dapat membantu merealisasikan beberapa aspek dalam kepribadian anak, di antaranya perkembangan fisik, psikologis, bermasyarakat (emosional) dan kecerdasan.[22]

b. Langkah-Langkah Pembinaan Emosional Anak

1)Melatih keberanian anak untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya tentang persoalan-persoalan yang dihadapinya di masa-masa yang akan datang

2)Melatih kepekaan anak terhadap berbagai persoalan dan problematika yang dihadapi oleh masyarakatnya, sehingga mereka dapat berinteraksi secara positif dengan berbagai persoalan dan problematika tersebut.

3)Menjelaskan pendapat-pendapatnya yang salah dan membiarkannya menerangkan kesalahan tersebut sesuai dengan caranya sendiri, sehingga ia dapat mengambil keputusan yang pantas dan tidak keluar dari kerangka berfikir logis.

4)Mengemukakan pendapat orang-orang dewasa dan menjelaskan keberanian yang ada di dalamnya, berfikir secara sendirinya tentang bagaimana melakukan keputusan yang benar.

5)Melatih anak untuk berdiskusi secara bebas dan berdialog dengan terang tentang berbagai persoalan agama Islam dan problematika keduniaan sehingga anak tersebut merasa rendah diri ketika harus mencari solusinya, akan tetapi sebaiknya ia akan memiliki keberanian dalam menyelesaikan persoalanyang ada dan mampu menjelaskan tentang hal-hal yang benar dan salah dalam persoalan yang dihadapi tersebut.

6)Mepersiapkan kepribadian anak yang siap secara mantap, rasional dan spiritual untuk menghadapi persoalan-persoalan di masa depannya.[23]

3. Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua terhadap Kecerdasan Emosional Anak.

a.Membentuk anak yang berakhlaq mulia

Seorang anak menjalankan kehidupannya di dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu, keluarga sangat bertanggung jawab dalam mengajarkan anak tentang berbagi macam perilaku islam. Keluarga juga bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai pendidikan dan emosional yang baik. Pentingnya peran keluarga juga dapat dilihat dari sebuah kenyataan bahwa pengalaman pertama dalam kehidupan anak merupakan fondasi dalam pembentukan kepribadiannya. Maka di dalam keluarga inilah terbentuknya karakteristik- karakteristik dan unsur-unsur keperibadian anak yang akan digunakan secara terus menerus sepanjang hidupnya.

Dari sini sangat diharapkan adanya kerja sama, baik dari pihak keluarga maupun sekolah dalam rangka pembetukan kepribadian anak. Nah, apabila pihak keluarga memiliki banyak kesibukan di tengah-tengah masyarakat, maka penting untuk diingatkan agar mereka tidak meninggalkan pendidikan anak. Disamping itu pihak keluarga juga memiliki kewajiban untuk membina anak supaya dapat hidup berperan aktif dalam menata kehidupan ini, hal tersebut dapat dilaksanakan dengan cara memperkenalkan anak kepada berbagai warisan masyarakat yang sejalan dengan ajaran-ajaran islam. Di mana peninggalan-peninggalan tersebut sangat berkaitan dengan perilaku-perilaku positif, nilai-nilai yang benar, tradisi-tradisi islam, prisnsip-prinsip islam dan akhlaq-akhlaq yang mulia.

b.Dampak sikap toleran terhadap sesama manusia

Dampak selanjutnya dari adanya kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional anak adalah: terbentuknya sikap toleran terhadap sesama manusia, kebesaran dan kekuatan pribadi, kemantapan dan kesucian dari rasa iri dan dengki serta perasaan yang buruk akan terkendali. Maka ketika ia berhubungan dengan orang lain akan didasari oleh sifat menghormati, tenggang rasa, kasih sayang dan sifat sering memaafkan.

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional anak, merupakan suatu yang sangat signifikan bagi pertumbuhan dan perkembangan psikolgis anak yang kemudian dapat mempengaruhi berbagai perilaku anak dalam kehidupannya. Akan tetapi konsekuensi dari tidak adanya kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya secara proporsional, maka akan muncul berbagai sikap-sikap berikut ini:

1)Munculnya kekecewaan psikologis yang biasanya akan berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.

2)Minder dan mudah putus asa

3)Cenderung bersikap tertutup

4)Bersifat egois

5)Kurang memiliki perasaan tenggang rasa

6)Kurang memperdulikan norma berprilaku.[24]

J.Motode Penelitian

1.Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional. Dikatakan demikian karena ingin mengetahui hubungan antara dua variabel. Ada dua variabel yang nampak dalam penelitian ini, yaitu Kasih Sayang Orang Tua. Sebagai variabel bebas, dan Kecerdasan Emosional Siswa sebagai variabel tergantung. Kedua variabel tersebut dirinci menjadi sub-sub variabel.

Identifikasi dan klasifikasi varibel tersebut meliputi:

a)Kasih sayang orang tua, sebagai variabel bebas, terdiri dari sub variabel: arahan, bimbingan, perhatian, teguran dan hukuman

b)Kecedasan emosional siswa, sebagai variabel tergantung, ditandai dengan: toleran, responsif, menghargai, dan menerima.

Urgensi variabel X (kasih sayang orang tua) terhadap valriabel Y (kecerdasan emosional) tersebut dapat ditinjau pada gambar berikut:

XY

Keterangan:

X : Ksaih sayang orang tua

Y : Kecerdasan emosional

2.Populasi dan Sampel

a.Populasi

Yang dimaksud dengan populasi adalah jumlah keseluruhan responden yang akan diteliti. Kedudukan objek sangat penting dalam penelitian, karena tidak ada penelitian tanpa objek. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Sutrisno Hadi tidak ada risearch (penelitian) pun tanpa objek. Sebab itu wajar sekali jika penentuan objek atau pokok persoalan menjadi langkah yang pertama.[25]

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV, V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 142

b.Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[26]Penentuan sampel ini dipakai mengingat jumlah populasinya besar yakni 36 orang. Hal tersebut merujuk pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan Untuk sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.[27]

Merujuk pada pendapat di atas, maka dalam penemuan sampel ini penulis mengambil 25% dari populasi yang ada yaitu dari jumlah 142 menjadi 36. maka sampel dalam penelitian ini adalah 36 siswa. Mengenai teknik penemuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, adalah melalui teknikProportional stratified random sampling.Penggunaan teknik sampling tersebut karena yang diteliti adalah siswa yang terdiri dari kelas-kelas yaitu kelas IV, V dan VI

c.Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian, adalah sebagai berikut:

1)Metode observasi

2)Metode interview

3)Metode dokumentasi

4)Metode angket

3.Metode Observasi

Yang dimaksud obervasi adalah sebagai pengamatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.[28]

Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data secara pasti melalui pengamatan peneliti sendiri, sehingga memungkinkan untuk memperoleh data yang benar-benar objektif. Semua metode mempunyai kekurangan dan kelebihan sama halnya dengan metode observasi. Adapun kekuarangan dan kelebihan metode observasi adalah sebagai berikut;

a.Kelemahan Metode Observasi

1)Kadangkala pengamatan terbawa situasi yang diamati sehingga melupakan fungsinya yang utama

2)Timbulnya gejala yang diobservasi sering menyulitkan pengamat. Terutama kalau gejala itu sulit dipastikan kapan munculnya.

3)Bahwa pelaksanaan observasi menjadi sering terganggu akibat dari munculnya peristiwa lain yang tak terduga.

4)Pelaksanaan observasi amat terbatas, oleh berlangsungnya gejala tersebut, dan ini sangat menyulitkan karena ada beberapa gejala yang berlangsung amat cepat atau sekejap mata tetapi ada gejala lain yang berlangusng amat lama.

5)Kadangkala tanpa disadari pengamat mencampur adukkan antara data observasi dengan data pribadi.[29]

Adapun cara mengatasi kelemahan metode observasi adalah sebagai berikut:

1)Mengadakan pendekatan mengenai maksud observasi kepada yang diobservasi

2)Mencegah adanya saling curiga antara yang mengobservasi dan diobservasi.

3)Mencatat secara teliti gejala-gejala yang akan diselidiki sehingga dalam observasi memperoleh sifat-sifat yang khusus.

4)Dapat dibantu dengan metode interview, mengenai hal-hal yang belum dapat dalam observasi

5)Menentukan objek, tujuan, metode yang dapat mengubah observasi.[30]

b.Kelebihan metode observasi :

1)Dapat langsung berhadapan dengan objek dan peristiwa yang sedang terjadi

2)Memungkinkan pencatatan yang serampak dengan terjadinya suatu gejala.

3)Tidak tergantung kepadaself preport.

4)Dapat memungkinkan memperoleh data yang belum diperoleh dalam metode penyelidikan yang lain.

5)Dapat memperoleh data yang kongkrit dalam penyelidikan.[31]

4.Metode Interview

Menurut M. Bungin, bahwa metode interview adalah sebuah proses memperoleh data keterangan untuk tujuan penelitian. Dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang-orang yang diwawancarai.[32]

Ditinjau dari pelaksanaanya wawancara dapat dibedakan atas:

1)Interview bebas (inguided interview) dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan, dalam hal ini pewawancara tidak membawa pedoman atau ancer-ancer apa yang akan ditanyakan, sehingga arah pertanyaan kadang-kadang kurang terkendali namun dalam metode ini suasana interview lebih santai karena responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa dia sedang diinterview.

2)Interview terpimpin (guided interview)yaitu interview yang diadakan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci sama halnya interview terstruktur.

3)Interview bebas terpimpin yaitu interview yang merupakan kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin, dalam pelaksanaanya pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.[33]

Dengan motode interview penulis menggunakan metode interview secara bebas terpimpin alasannya karena penulis ingin mendapatkan data secara objektif. Dalam hal ini juga penulis lakukan secara pribadi.

a.Kebaikan Metode Interview

Adapun kebaikan metode interview adalah:

1)Tidak dibatasi oleh tingkatan umur dan tingkatan pendidikan subjek yang diselidiki.

2)Dalam research emosional metode ini hampir tidak pernah ditinggalkan sebagai metode pelengkap.

3)Dengan unsur fleksibilitas atau keluasan yang dikandungnya metode ini cocok sekali untuk digunakan sebagai kritum (alat falifikasi) terhadap data yang diperoleh dengan jalan observasi, guisenir dan lain-lain.

4)Dapat diselenggarakan sambil mengadakan observasi

b.Kelemahana Metode Interview

Adapun kelemahan motode interviewadalah:

1)Terlalu banyak memakan waktu, tenaga dan biaya

2)Jalan dan isi interview sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan yang mengganggu.

3)Tidak dapat dipergunakan untuk pengecekan yang efisien.

4)Memerlukan keahlian, karena semua orang dapat melaksanakan interview yang baik.

5)Kebanyakan penyelidikan mempunyai prasangka terlebih dahulu sehingga data yang diperoleh kurang objektif.[34]

Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan metode interview:

1)Penyelidikan harus menimbulkan kerja sama dan suasana yang bebas dan menyenangkan.

2)Semua pihak atau responden didekati sedemikian rupa agar pelaksanaan interview memperoleh hasil seperti yang diharapkan.

3)Dalam interview harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

4)Mempersiapkan terlebih dahulu daftar jawaban sehingga nanti tinggal memberi kode

5)Waspada dengan adanya kemungkinan dalam interview bisa memperbesar masalah.[35]

5.Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis, dalam metode dokumentasi ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.[36]

6.Metode Angket (koesioner)

Menurut Suharsimi Arikunto, metode angket atau koesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal ia ketahui.[37]

Metode ini dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung sudut pandangnya:

a.Dipandang dari cara menjawab, antara lain:

1)Koesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

2)Koesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih

bDipandang dari jawaban yang diberikan, sebagai berikut:

1)Koesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya

2)Koesioner tidak langsung, jika responden menjawab tentang orang lain.

c.Dipandang dari bentuknya, antara lain:

1)Koesioner pilihan ganda, yaitu sama dengan koesioner tertutup.

2)Koesioner isian, yang dimaksud adalah koesioner terbuka

3)Chek list,sebuah daftar dimana responden tinggal menghubungkan tanda chek () pada kolom yang sesuai.

4)Rating scale(skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, misalnya: mulai dari sangat setuju samapi yang sangat tidak setuju.[38]

Metode angket ini adalah metode pokok yang digunakan dalam rangka untuk memperoleh data pokok dan responden, yang mana siswa sebagai responden utama dalam penelitian ini. Semua data yang akan diperoleh dari metode selain angket adalah berstatus sebagai data penunjang, sedangkan data pokoknya adalah data yang diperoleh melalui data angket. Sudah barang tentu pada metode angket ini terdapat segi objektif disamping segi-segi objektif khasnya.

a)Kelebihan Metode Angket

1)Tidak memerlukan hadirnya peneliti

2)Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

3)Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden

4)Dapat dibuat terstandart sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama

b)Kelemahan Motode Angket

1)Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehinggan ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab padahal sukar dilindungi diberikan kembali kepadanya.

2)Sering sukar dicari validitasnya.

3)Walaupun dibuat anonym, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

4)Seringkali tidak kembali terutama jika dikirim lewat pos, menurut peneltian angket yang diberikan lewat pos angka pengembaliannya sangat rendah hanya sekitar 20%

5)Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama, sehingga terlambat.

Adapun cara mengatasinya yaitu:

1)Supaya jawaban yang diperoleh tetap, terlebih dahulu harus ditetapkan pokok masalahnya.

2)Pertanyaan-pertanyaan harus disusun sebaik-baiknya, jelas, tegas dan terbatas serta mudah dimengerti.

3)Sebarkan angket seluas-luasnya sehingga memperoleh jawaban yang sebanyak-banyaknya.

4)Berilah kesempatan untuk memberi jawaban sejelas-jelasnya yang mengharapkan menjawab secara singkat hingga jelas.[39]

7.Pengumpulan Data

a.Pengumpulan data melalui observasi

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam metode observasi ini, adalah:

1)Peneliti mendatangi tempat atau lokasi yang dijadikan obyek penelitian.

2)Peneliti mengamati berbagai aktivitas siswa yang berhubungan dengan kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa

3)Peneliti mencatat hasil pengamatan

b.Pengumpulan data melalui interview

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1)Peneliti membuat pedoman wawancara secara terstruktur

2)Peneliti mendatangi responden dan memberikan pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneltiti

3)Peneliti mencatat jawaban responden.

c.Pengumpulan data melalui dokumentasi

Dalam hal ini, langkah-langkah yang dilakukan peneleti adalah:

1)Peneliti mendatangi kepala madrasahuntuk mendapatkan data yang berhubungan dengan arsip-arsip tentang guru dan siswa serta fasilitas yang ada

2)Peneliti memegang chek list untuk mencatat variabel yang telah ditentukan sehingga jika terdapat variabel yang dicari peneliti tinggal membubuhkan tanda chek pada tempat yang sesuai.

d.Pengumpulan data melalui angket

Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1)Peneliti mengumpulkan responden untuk memberikan penjelasan tentang tata cara pengisian angket

2)Peneliti memberikan angket kepada responden

3)Peneliti mengambil kembali angket dari responden sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

8.Analisis Data

Analisis adalah metode yang bertujuan untuk membuktikan benar tidaknya suatu hipotisa yang peneliti ajukan dalam skripsi ini. Dari hasil yang diperoleh dalam penyelidikan dan dengan analisa data menggunakan cara-cara tertentu akan memberikan interpretasi dan kemudian melaporkan hasil atau pengumpulan data yang diperlukan.

Metode analisa data yang dipergunakan adalah metode korelasi product moment, melukiskan hubungan antar dua gejala interval seperti: tinggi badan dan berat badan, gejala interval adalah menggunakan skala pengukuran jarak yang sama.[40]Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

r xy =

Keterangan:

= Jumlah hasil perkalian silang (Produck ofthe moment) antara:

frekuensi sel (f) dengan x1dan y1

Cx1= Nilai koreksi pada variabel x yang dapat dicari/diperoleh dengan

rumus C x1=

Cy1= Nilai koreksi pada variabel x.y dapat dicari/diperoleh dengan

rumus C y1=

MIx1= Defiasi standart skor x adalah arti tiap skor sebagai satu unit

(dimana i=1)

MIy1= Defiasi standart skor y dalam arti tiap skor sebagai satu unit

(dimana i=1)

N= Number of case.[41]

[1]Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teori dan Praktis(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994) hlm., 10

[2]Abu Ahmadi dan Nur Ubudillah,Ilmu Pendidikan(Jakarta: Renika Cipta, 2001) hlm., 117

[3]Purwanto,Ilmu Pendidikan,hlm, 61

[4]Sayyid Ahmad Al-Hasyimi,Syarah Mukhtaral Hadits(Bandung: Sinar Baru, 1993) Hlm., 669-670

[5]Ibid, hlm.,61

[6]Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998) hlm., 61

[7]Suharsimi Arikunto,Manajemen Penelitian(Jakarta: Rineka Cipta, 2000) hlm., 57

[8]Ibid.

[9]W.J.S. Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 1995? Hlm., 878

[10]Reza Farhadian,Menjadi Orang Tua Pendidik(al-Huda, 2005) hlm., 64

[11]Departemen Agama,al-Quran dan Terjemahannya(Jakarta: Sari Agung, 2000) hlm., 1143-1144

[12]Khairiyah Husain Thaha, iKonsep Ibu Teladan Kajian Pendidikan Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1992) hlm, 93-95

[13]Dewa Ketut Sukardi,Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah(Suranaya: Usaha Nasional, 1983) hlm, 65

[14]Nana Syaodih Sukmadinata,Landasan Psikologi Proses Pendidikan(Bandung: Remaja Rosdakarnya, 2004) hlm, 61

[15]Aziz Mushaffa,Mendidik Buah Hati dengan Cinta(Surabaya: Pustaka Setia, 2004) hlm., 189-196

[16]Amin Dien Indra Kusuma,Pengantar Ilmu Pendidikan(Surabaya: Usaha Nasional, 1973) hlm., 147

[17]Ahmad Patoni,Dinamika Pendidikan Anak(Jakarta: Bina Ilmu, 2004) hlm., 114

[18]M. Soehib,Pola Asuh Orang Tua dalam MembentukAnak Mengembangkan Disiplin Diri(Jakarta: Rineka Cipta, 1998) hlm., 5

[19]Abdul Mudjib,Nuansa-nuansa Psikologi Islam(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000) hlm., 317

[20]Sukmadinata,Landasan Psikologi,hlm, 96

[21]Samsu Yusuf,Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002) hlm., 123

[22]Khatib Ahmad Santht,Menumbuhkan Sikap Emosional, Moral dan Spritual Anak dalam Keluarga Muslim(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998) hlm., 33-38

[23]Syaikh Fuhaim Mushthofa,Mnhaj Pendidikan Anak Muslim(Kampung Melayui Kecil, Mustaqim, 2003) hlm., 53-54

[24]Yusuf,Psikologi Perkembangan,hlm., 126

[25]Sutrisno Hadi,Metodologi Risearch Jilid(Yogyakarta: Andi Ofset, 1990) hlm., 9

[26]Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prkatis( Jakarta: Bhineka Aksara, 1998) hlm., 117

[27]Ibid, hlm., 120

[28]Hadi,Metodologi Research,hlm., 7

[29]Burhan Bunngin,Metodogi Penelitian Kuantitatif(Jakarta: Prenade Media, 2005) hlm., 143-144

[30]Arikunto,Prosedur Penelitian,hlm., 146-147

[31]Bungin,Metodologi Penelitian,hlm., 145

[32]Ibid, hlm., 126

[33]Arikunto,Prosedur Penelitian,hlm., 145-146

[34]Bungin,Metodologi Penelitian,hlm., 146

[35]Bungin,Metodologi Penelitian,hlm., 130-132

[36]Arikunto,Prosedur Penelitian,hlm., 149

[37]Ibid, hlm., 140

[38]Ibid, hlm., 141

[39]Ibid, hlm., 142-143

[40]Sutrino Hadi,Metodologi Riseach Jilid III(Yogyakarta: Andi Ofset, 1989) hlm., 272

[41]Anas Sudijijono,Pengantar Statistik Pendidikan(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997) hlm., 212