Pengaruh Iradiasi Terhadap Infektivitas Metaserkaria Fasciola ...

5
Risalah Pertemuan Ilmiah Penelilian tfanPengembangan Teknalogi IsalopdanRadias~ ,?(XX) PENGARUH IRADIASI TERHADAP INFEKTIVITAS METASERKARIA Fasciola gigantica PADA KAMBING ABSTRAK PENGARUH IRADIASI TERHADAP INFEKTIVITAS METASERKARIA Fayciola gigantica PADA KAMBING. Suatu percobaan dilakukanuntuk mengetahui dan mempelajari pengaruh iradiasi terhadap infektivitas metaserkaria F. gigantica dengan melihat perubahan yang terjadi pada statusdan kondisi kambing yang dicobakan. Empatkelompok bewaIl percobaan diinokulasi dengan metaserkaria F. gigantica yang diiradiasi dengan dosis 0, 45, 55, dan 65 Gy. Setiapekorkambing perlakuan diinokulasi dengan dosis 350 metaserkaria F. gigantica hidup. Sedang satu kelompok lagi sebagai kontrol negatif (tanpainokulasi metaserkaria). Infektivitas metaserkaria imdiasi diamati dengan melihat perkembangan dan pertambahan bobot badan, jum1ah sel darah merah (RBC), kadar hemoglobin (Hb), persentase Packed Cell Volume(PCY), dan sel eosinofil, serta pemeriksaan patologi anato~is. Hasil percobaan menunjukkan bahwa 45 Gy merupakan dosis optimal untuk melemahkan infektivitas metaserkaria F gigantica yang bisa diterapkan pada kambing untuk menimbulkan tanggap kebal yangbaik. ABSTRACT THE IRRADIATION EFFECT AGAINST TO THE INFECTIVITY OF METACERCARIA OF Fasciola gigantica ON GOAT. An experiment was caJTied out to study the effect of irradiation against to the infectivity of metacercaria of F. gigantica by using observation the exchange of goat bodies condition. Four groups ot' experiment atlimalswere inoculated by irradiated metacercaria of F. gigantica at a doses of 0, 45, 55 and 65 Gy, and the otherone is the negative control. Eachexperiment animals recieved350live's metacercaria. 111e infectivity of irradiatedmetacercaria in goathas been followed itl the development of body weight, blood value described as the nUlnber of red blood cells (RBC), level of hemoglobine (Hb), percentages of PackedCell Volume (PCV), eosinofilandthe lastis pathology anatomic inspection.The results obtained showed that 45 Gy is the optimal dose of irnIdiation for decreasing infectivity of metacercaria of F. gigantica which havethe ability to stimulate the goodiillInune response in the goat. PENDAHULUAN dati lambung (abomasum) menembus mucosa usus duabelas jari (duodenum), ke saluran empedu dan akllimya sampai ke parenkhim hati. Ketiga, yang umum terjadi adalah setelah menembus usus menuju peri/onium, lalu menembus kapsula hati yang akhimya sampaike hati. Penanggulangan dan pencegahan penyakit fascioliasis umumnya dilakukan dengan cara pemberian obat secara teratur dan tejadwal, serta kebersihan lingkungan terutarna ditujukan untuk mencegah berkembangnya hewan perantara yakni siput (Lymnea sp.). Penelitian yang acta kaitannya dengan masalah penyakit parasiter telah dilakukan dengan menggunakan teknik iradiasi untuk melemahkan agen penyakit tanpa mengllilangkan daya antigeniknya daD telah berhasil dapat memberikan daya kebal pactadomba dan sapi yang dicobakan (3). Percobaan serupa telah dilakukan pacta domba dan sapi khususnya untuk pengendalian schistomiasis dengan tingkat keberhasilan sekitar 70%. Dari basil tersebut kemudian diterapkan pactaruminansia untuk mengetahui tanggap kebal yang terjadi setelah diinfeksi dengan Fasciola sp. (4). Demikian juga HAROUN daD HILLYER (5) telah melakukan percobaan dengan teknik iradiasi untuk melemahkan infektivitas metaserkaria Fasciola gigan/ica yang dicobakan pacta domba dan sapi. Fasciola gigantica adalalI parasit yang cukup potensial penyebab fascioliasis atau distomatosis. Di Indonesia fascioliasis merupakaJI salalI satu penyakit temak yang telalI lanm dikenal dan tersebar secara luas. Keadaan almu Indonesia dengan curalI hujan dan kelembaban yang tinggi, dan ditunjang pula oleh sifatnya yang hemaprodit yakni berkelamin jantan dan betina akan mempercepat perkembangbiakan cacing hati tersebut. Fascioliasis dapat menyerang rurninansia, baik ruminansia kecil maupun besar, ballkan hampir semua hewan IUaIualia. Walauplm muulnnya tidak menyebabkan kematian, tetapi karena sifatnya yang kronis nmka kerugian ekonomi yang terjadi bias.'UIya berupa penurunan produksi dan pemlmbuhan yang lambat (I). Kerugian yang diderita oleh petemak adalah nmmnya nilai suatu temak, sedangkaII palli'l konsmnen kerugiannya mendapatkan daging dengan kualitas di bawah kelayakan untuk dikonsmnsi. Fasciola gigantica bentuknya pipih seperti daun dan 1mbitat utamanya di lmti rnaka dikenal dengan nalna cacing Imti. Menunlt SA TRIYO (2) ada tiga cara larva infektif cacing hati setelah lnasuk ke dalam tubulI sampai ke organ hati hewan yang terilueksi. Pertmna ialalI ikut bersama aliraII daralI, kemudian menembus kapiler daralI terns ke vena porta dan aklumya sampai ke hati. Kedua, 157

Transcript of Pengaruh Iradiasi Terhadap Infektivitas Metaserkaria Fasciola ...

Risalah Pertemuan Ilmiah Penelilian tfan Pengembangan Teknalogi Isalop dan Radias~ ,?(XX)

PENGARUH IRADIASI TERHADAP INFEKTIVITAS METASERKARIAFasciola gigantica PADA KAMBING

ABSTRAK

PENGARUH IRADIASI TERHADAP INFEKTIVITAS METASERKARIA Fayciola giganticaPADA KAMBING. Suatu percobaan dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh iradiasi terhadapinfektivitas metaserkaria F. gigantica dengan melihat perubahan yang terjadi pada status dan kondisi kambingyang dicobakan. Empat kelompok bewaIl percobaan diinokulasi dengan metaserkaria F. gigantica yang diiradiasidengan dosis 0, 45, 55, dan 65 Gy. Setiap ekor kambing perlakuan diinokulasi dengan dosis 350 metaserkaria F.gigantica hidup. Sedang satu kelompok lagi sebagai kontrol negatif (tanpa inokulasi metaserkaria). Infektivitasmetaserkaria imdiasi diamati dengan melihat perkembangan dan pertambahan bobot badan, jum1ah sel darahmerah (RBC), kadar hemoglobin (Hb), persentase Packed Cell Volume (PCY), dan sel eosinofil, sertapemeriksaan patologi anato~is. Hasil percobaan menunjukkan bahwa 45 Gy merupakan dosis optimal untukmelemahkan infektivitas metaserkaria F gigantica yang bisa diterapkan pada kambing untuk menimbulkantanggap kebal yang baik.

ABSTRACT

THE IRRADIATION EFFECT AGAINST TO THE INFECTIVITY OF METACERCARIA OFFasciola gigantica ON GOAT. An experiment was caJTied out to study the effect of irradiation against to theinfectivity of metacercaria of F. gigantica by using observation the exchange of goat bodies condition. Fourgroups ot' experiment atlimals were inoculated by irradiated metacercaria of F. gigantica at a doses of 0, 45, 55and 65 Gy, and the other one is the negative control. Each experiment animals recieved 350 live's metacercaria.111e infectivity of irradiated metacercaria in goat has been followed itl the development of body weight, bloodvalue described as the nUlnber of red blood cells (RBC), level of hemoglobine (Hb), percentages of Packed CellVolume (PCV), eosinofil and the last is pathology anatomic inspection. The results obtained showed that 45 Gyis the optimal dose of irnIdiation for decreasing infectivity of metacercaria of F. gigantica which have the abilityto stimulate the good iillInune response in the goat.

PENDAHULUAN dati lambung (abomasum) menembus mucosa ususduabelas jari (duodenum), ke saluran empedu danakllimya sampai ke parenkhim hati. Ketiga, yang umumterjadi adalah setelah menembus usus menujuperi/onium, lalu menembus kapsula hati yang akhimyasampai ke hati.

Penanggulangan dan pencegahan penyakitfascioliasis umumnya dilakukan dengan cara pemberianobat secara teratur dan tejadwal, serta kebersihanlingkungan terutarna ditujukan untuk mencegahberkembangnya hewan perantara yakni siput (Lymneasp.). Penelitian yang acta kaitannya dengan masalahpenyakit parasiter telah dilakukan dengan menggunakanteknik iradiasi untuk melemahkan agen penyakit tanpamengllilangkan daya antigeniknya daD telah berhasildapat memberikan daya kebal pacta domba dan sapi yangdicobakan (3). Percobaan serupa telah dilakukan pactadomba dan sapi khususnya untuk pengendalianschistomiasis dengan tingkat keberhasilan sekitar 70%.Dari basil tersebut kemudian diterapkan pacta ruminansiauntuk mengetahui tanggap kebal yang terjadi setelahdiinfeksi dengan Fasciola sp. (4). Demikian jugaHAROUN daD HILLYER (5) telah melakukan percobaandengan teknik iradiasi untuk melemahkan infektivitasmetaserkaria Fasciola gigan/ica yang dicobakan pactadomba dan sapi.

Fasciola gigantica adalalI parasit yang cukuppotensial penyebab fascioliasis atau distomatosis. DiIndonesia fascioliasis merupakaJI salalI satu penyakittemak yang telalI lanm dikenal dan tersebar secara luas.Keadaan almu Indonesia dengan curalI hujan dankelembaban yang tinggi, dan ditunjang pula oleh sifatnyayang hemaprodit yakni berkelamin jantan dan betinaakan mempercepat perkembangbiakan cacing hatitersebut. Fascioliasis dapat menyerang rurninansia, baikruminansia kecil maupun besar, ballkan hampir semuahewan IUaIualia. Walauplm muulnnya tidakmenyebabkan kematian, tetapi karena sifatnya yangkronis nmka kerugian ekonomi yang terjadi bias.'UIyaberupa penurunan produksi dan pemlmbuhan yanglambat (I). Kerugian yang diderita oleh petemak adalahnmmnya nilai suatu temak, sedangkaII palli'l konsmnenkerugiannya mendapatkan daging dengan kualitas dibawah kelayakan untuk dikonsmnsi.

Fasciola gigantica bentuknya pipih seperti daundan 1mbitat utamanya di lmti rnaka dikenal dengan nalnacacing Imti. Menunlt SA TRIYO (2) ada tiga cara larvainfektif cacing hati setelah lnasuk ke dalam tubulI sampaike organ hati hewan yang terilueksi. Pertmna ialalI ikutbersama aliraII daralI, kemudian menembus kapiler daralIterns ke vena porta dan aklumya sampai ke hati. Kedua,

157

Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Te/rnologi lsotop dan Radias~ Z{XXJ

Terkait dengatt Ital tersbut, percobaan inidilakukan untuk mengetahui dan mempelajari pengartutiradiasi terlmdap infektivitas metaserkaria F giganticadengan melilmt perkembangan dan kelainan yang terjadipads kambing sebagai Itewan percobaan.

BAHAN DAN METODE

Percobaan ini menggunakan kaInbing kacangsebanyak duapuluh ekor yang berumur delap~ bulandengan bobot badan awal kurang lebih 10 kg, daD dibagimenjadi lima kelompok sesuai dengan perlakuan yangdiberikan (empat kelompok iradiasi dan satu kelompokkontrol negatif). Metaserkaria F. gigantica yangdiperoleh daTi lapang setelal1 diseleksi daD dikelompokansesuai kebutuhan kemudian diiradiasi dengan dosis 0, 45,55 dan 65 Gy. M'1sing lnasing tingkat dosis iradiasidiinokulasikan pacta empat ekor kambing kacang yaknikelompok I (Vo) unttlk dosis 0 Gy, kelompok II (VI)untuk dosis 45 Gy, kelompok III (V2) untuk dosis 55 Gy,Kelompok IV (V3) untuk dosis 65 Gy, daD kelompok V(Vn) untuk kontrol negatif atau tanpa inokulasimetaserkaria. Dosis inokulasinya adalah 350metaserkaria/ekor kambing. Parameter yang dialnatiadalal1, perkembangaIl dan pertaInbafu'1D bobot badan, seldarall me Tall (RBC), kadar hemoglobin (Hb), persentasePacked Cells f/olume (PCV), daD eosinofil. Pemeriksaanpatologi anatomi dimaksudkan untuk melihat kerusakanhati dan penemuan cacing dewasa yang dilakukan padaakl1ir pengamatan setelall hewan percobaan diseksi.

BASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan produksi temak mnmooya yangharus diperhatikan ad-1lah perkembangan daDpertambal1aD bobot badan. Pemberian ~1kan daDpemeliharaan keselk1tan yang baik diharapkan produksiakan cepat meningkat. Adanya perlaklJan inokulasiparasit pacta hewan percobaan, maka perkembangan daDpertambah.,l11 bobot badan selalna percobaan berlangsungdisajikan pacta Gambar I. Kelompok I (Vo) yaknikelompok yang diinokulasi dengan metaserkaria infektif(0 Gy), menunjukkan pertambal1aD bobot badan yangpaling renda11 atau kecil dibanding dengan kelompokyang lain. Keadaan ilU menunjukkan ballwa keberadaanmetaserkaria/parasit dalam tubuh dapat menghambatperkembangan dan pertamballan bobot badan.Keberadaan paras it di dalam tubuh menyebabkanruSc1knya jaringan atau organ tubuh selungga timbulperdara11an yang selanjutnya dapat menycbabkan anenuayang akan mengganggu proses pertUlubullan badanhewan yang ditumpanginya. Seperti telall diketalluibahwa, salah satu fungsi dara11 adalall untuk mengangkutzat makclI1an untuk didistribusikan keseluruh tubull.Berkurangnya jumlah darah yang beredar dalam tubullmenyebabkan bekurang pula zat makanan yangdidistribusikan keseluruh tubull. Hal ini merupakc1l1 salallsatu penyebab terjadinya perkembangan danpertmnbuhan badan Imubat (6). Kelompok V(Vn) yaknikelompok tanpa inokulasi parasit, rataan bobot badannyarelatif paling tinggi dibanding dengan kelompok lainnya.

Hal ini terjadi karena dalarn tubulmya negatif parasitsehingga tidak ad:'1 yang mengharnbat prosespertwnbuhannya. Sedang kelompok II, III daD IV rataanbobot badannya terletak di antara kelompok I dan V.Kelompok tersebut mendapatkan inokulsi metaserkariayang diiradiasi, sehingga infektivitas parasit nampaknyaSUdall mengalarni penurunan. Walaupun demikiankelompok II keadaannya lebih baik daripada yang lain.Dalarn pengujian lebih lanjut menunjukkan bahwa,semua perlakuan yang diberikan hasilnya berbeda sangatnyata (P < 0,01).

Keberadaan parasit F gigantica dalam tubuh yangberlokasi dalarn organ bati seperti yang dinyatakan olehSATRYO (3) menyebabkan kerusakan jaringan bati dantimbulnya perdarahan sehingga terjadi anemia. Sedangyang dimaksud dengan anemia menurut SUKOTJO (7)adalah penurunan di bawah jumlah normal dari sel darahmerah (RBC), kadar hemoglobin (Hb) daD hernatokrit(pCV). Pada Garnbar 2 menunjukkan jumlah sel darahmerah (RBC) selama percobaan berlangsung. Terlibatbahwa kelompok I (Vo) rataan jumlah sel darah merahterendah bila dibanding dengan kelompok yang lainnya.Kelompok ini mendapatkan inokulasi metaserkaria yanginfektif, sehingga timbul keadaan yang demikian. Untukkelompok yang lain narnpaknya rataan jumlah sel darahmerahnya relatif harnpir sarna. Tetapi dalarn uji lebihlanjut menunjukkan bahwa pengelompokan memberikanlmsil sangat nyata pada P < 0,0 I sedang untuk waktupengambilan tidak berbeda nyata pada P > 0,05.

Gambar 3 menunjukkan kadar Hb selarnapercobaan berlangsung. Terlibat jelas bahwa kelompok I(V 0) kadar Hb paling rendall dibanding dengankelompok yang lain, bahkan rataannya di bawah kisarannonnalnya yakni antara 9 daD 14 mg % (7). Sedangkeempat kelompok yang lain tersebut rataan kadar Hbnya terlihat bampir sarna daD berada dalarn kisarannonnalnya, terutarna pada pertengahan sarnpai denganakhir percobaan. Sarna balnya pada sel darah merahmaka garnbaran kadar Hb pada pengujian lebih lanjuttemyata perlakuan menunjukkan basil yang berbedasangat nyata pada P < 0,01. Pada Gambar 4,menunjukkan persentase PCV yang diperoleh dari basilpengarnatan. Kelompok I (Vo) rataan persentase PCVsangat rendall. Untuk kelompok V (Vn) rataan persentasePCV nya tertinggi daripada lainnya. Sedang ketigakelompok yang lain persentase PCV nya harnpir sarnaberada di antara kelompok I dan V. Dari kenyataan basilyang diperoleh selarna percobaan berlangsung dan sesuaidengan pemyataan SUKOTJO (7) narnpak terbukti adaketerkaitan antara jwnlall sel darall merall, kadar Hb, daDpersentase PCV. Seperti yang pemah dinyatakan jugaoleh RUKAMANA (8) bahwa, penurunan jumlah seldarah merall (RBC) daD kadar Hb paralel denganpenurunan persentase PCV. Demikian balnya ARTAMAill. (9) menyatakan ballwa hewan yang terinfeksidengan parasit darah menunjukkan penurunan garnbarandaralmya yakni sel darah merah (RBC), kadar Hb, daDpersentase PCV. Dalam pengarnatan persentase PCVtersebut juga menujukkan bahwa semua perlakuanberbeda sangat nyata pada P < 0,01.

Gambar 5, menunjukkan basil pengamatanpersentase sel eosinofil. Kelompok I (Vo) rataanpersentase sel eosinofil selarna percobaan berlangsung

158

Risa/ah Peltemuan //mlah Pene/itian dan Pengembangan r ekn%gi /sotop dan Radiasi. 2tXXJ

menunjukkan peningkatan serta lebih tinggi daripadakeempat kelompok yang lain. Hal ini acta kaitannyadengan keberadaan parasit yang infektif di dalam tubuh.Menurut JAIN (10) menyatakan bal1wa, peningkatanpersentase eosi nofi I umumnya disebabkan oleh infeksiparasit cacing. Seperti yang dinyatakan oleh SCHALMill. (11) bahwa persentase nonnal eosinofil dalam tubuhberkisar antara 0,2 daD 5,0 %. Sedang menumtGANONG (12) menyatakan bahwa persentase nonnaleosinofil dalam tubuh adalah antara 1,0 dan 6,0 %.Walaupun peningkatan jwnlal\ eosinofil masih dalambarns kisaran normal kecuali pacta rninggu 26 -30, tetapiacta usaba tubul1 untuk rnernusnallkan parasit/cacing yangmasuk dengan jalan rneningkatkan jUlnlah sel eosinofiltersebut. Seperti telal1 diketal1ui bal\wa, dalron tubuheosinofil bekerja sarna dengan lilnfokinase dari set T danIgE serta IgG yang dibentuk sel B untuk rnemusnahkanparasit yang masuk. Selanjutnya juga terbukti bal\wasernua perlakuan berbeda sangat nyata pacta P < 0,01.

Dalron pemeriksaro\ patolgi anatornis, diternukanjaringan 11ati yang mengalalni pembal1an dan kemsakanadalal1 kelompok I (Vo). Kelornpok I padajaringan hatiditemtlkan perkapuran yang hebat. Wama hati belangpucat, konsistensi rneningkat atau rnenjadi lebih kerasserta ditemukan adanya cacing dewasa. Kelornpok II(VI) llanya sedikit terjadi pembahan pacta jaringan hati.Pcrkapuran llati sedikit sekali ballkan tidak jelas terlihat.Tidak ditemukan cacing dewasa pacta kelornpok ini.Konsistensi masih bagus, d.:1n wanta pennukaan Ik1ti ratarnengkilat. Kelompok III dan IV (V2 dan V3) keadaaanorgan hati relatif bagus, tidak diterntlkan cacing dewasa,konsistensi normal, daD wama mengkilat rata. Keadaanhati bagus seperti yang terlihat pacta kelornpok kontrolnegatif (Vn). Hal ini menunjukkan bal\wa untuk dosis 55Gy atau lebih rnenghilangkan infektivitas ataurnematikan metaserkaria F gigantica. Sesuai denganyang dinyatakan oleh MOVESESIJAN dkk. (13) bahwairadiasi dapat menginaktitkan atau ballkan mernatika11cacing hati. Untuk dosis 45 Gy nampaknya bersifatmelemal1kan infektivitas parasit tanpa menglulangkansifat imunogeniknya.

18

16a~CIG."IG

.Q

"0.Q0aI

~14

12

10

0 10 20 30

Pengamatan (minggu)

---V1 -*- V2

40

-0- Vo -A- Vn

---V3

Gambar Rataan pertambahan bobot badan kambingselama percobaan dengan dosis iradiasi, Vo =0 Gy, VI = 45 Gy, V2 = 55 Gy, V3 = 65 Gy,Vn = kontrol negatif.

Gambar 2. Rataan jumlah sel darah merah (RBC)kambing sclama percobaan dengan dosisiradiasi. Vo = 0 Gy, VI = 45 Gy, V2 = 55 Gy,V3 = 65 Gy, Vn = kontrol negatif.

KESIMPULAN

Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkanbahwa iradiasi menumnkan infektivitas metaserkaria F

gigantica tanpa mengllilangkan daya imUll0geniknya.Dosis 45 Gy mempakan dosis optilnal untukmetaserkaria F. gigantica yang dapat diterapkan pactahewan kambing untuk menstimulasi tanggap kebal yangbaik dalam melawan ilueksi tantangan yang datang.Parasit iradiasi dengan dosis optimal aman untukdiinokulasikan pad.:1 hewan tanpa efek samping yang

memgikan.

:j:C)

.§.

.c:I:

UCAPAN TERIMA KASIH

Pacta kesempatan ini penulis menyampaikanterilna kasih kepadc'l kerabat kerja, Yusneti, Dinardi,SaIltoso Prayitno, Toto Suroto dan Wijianto yang telahmembantu percobaan ini terselenggara dengan baik.

Gambar 3. Rataan kadar hemoglobin (lib) kambingselama percobaan dengan dosis iradiasi, Vo = 0Gy, Vi = 45 Gy, V2 = 55 Gy, V3 = 65 Gy, Vn =kontrol negatif.

159

Risalah Peltem/lan Ilmiah Penelillan dan Pengembangan leknalogi Isalop dan RadiaS/; 2(}()()

3. SMITH, N.C., "Concepts and strategie$ for anti-parasite immunoprophylaxis and therapy", Int.Journal for Parasit. ~ (1992) 1047.

4. TAYLOR, M.G., "Schistosomes of domestic animals: .S'chistosoma bovis and other anilnal wornls",Immune Responses in Parasitic Infection:Immunology, Immunopathology andImmunoprophylaxis III. Trematodes andCestodes., Ed. by Soulsby E.J.L. CRC Press.(1987)49.

5. HAROUN, M., and G. V. HILLYER.,Resistence to Fascioliasis a review",Parasitol, f.Q (1986) 83.

Vet

6. SUHARDONO., B. J., TUASIKAL., danSUHARY ANTO., "Respon marmot terhadapinfeksi buatan dengan F. gigantica", aplikasiIsotop daD Radiasi daalam Bidang Pertanian,Petemakan daD Biologi, (Risalah PertemuanIltniah, Jakarta 1992) PAIR BATAN, Jakarta(1993)813.

Gambar 4. Rataan persentase PCV kambing selamapercobaan dengan dosis iradiasi, Vo = 0, Gy,VI = 45 Gy, V2 = 55 Gy, V3 = 65 Gy, Vn =kontrol negatif.

7. SUKOTJO, W., Penuntun pemeriksaan laboratoriwnklinik, FKH IPB Bogor (1982)

8. RUKMANA, M.P., Metode mikrohematokrit sebagaiteknologi barn diagnosa surra dan relevansikaitannya dengan sosial ekonomi petemakan,DEPDIKBUD, Jakarta (1983)

9. ARTAMA, W.T., B. HARlONO., S.MANGKUWIDJOJO., "Pernbahanhematologik kelinci yang diinfeksi dengan Tevansi", Seminar Parasitologi Nasional II(Risalah Pertemuan IImiah, Jakarta, 1981)Jakarta (1981) 834.

0 10 20 30

Pengamatan (minggu)V1 -.-V2 ,. V3

40 10. JAIN, N.C., Vet. Hematology, 4th, Ed. Lea andFebiger, Philadelpia, (1986) 731.

-0- Va -A- Vn11. SCHALM, O.W., N. C., JAIN., and E. J.,

CAROLL., Vet. Hematology, 3rd, Ed. Lea andFebiger, Philadelpia (11975) 228.

Gambar 5. Persentase sel eosinofil kambing selamapercobaan dengan dosis iradiasi, Vo = 0 Gy, VI= 45 Gy, V2 = 55 Gy, V3 = 65 Gy, Vn = kontrol

negatif. 12. GANONG, W.P., Diterjernallkan A. DHARMA,Review of Medical Physiology, Ed. lOth, ECG.Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta (1983).

DAFTARPUSTAKA13. MOVSES1)AM, M., and K. CUPERLOVlC.,

"Pathophysiology and ilmnunology of infectionswith non-irradiated and irradiated metacercariaof F. hepatica", (Proc. of a Res. Coor. Meet.Vienna, 1969) Joint FAO/IAEA, Vienna (1970)23.

SUHARDONO., "Penggunaan tikus muuk penelitianFasciola ,..p di laboratoriurn", (Proc. Sern.Parasit Nasional V, Ciawi, Bogor 1988),Perkurnpulan Pernberantasan Penyakit ParasitIndonesia, Jakarta (1989) 359.

2. SATRYO, U., Cacing hati bikin makan hati, Infovet,Ed. 039. Jakarta (1996) 35.

160

Risalah Pertemuan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan Teknologi Isolop dan Radias~ 2{){)()

DISKUSI

HA VID RASYID 3. Kadar Hb dan PCV hampir sarna, untuk rnengetahuianernia/tidaknya hewan, apakah PCV bolehdiabaikan?1. Di abstrak karni baca ada 4 kelompok ~ berapa

banyak kambing tiap kelompok ? (statistik)2. Pada perlakuan iradiasi dimuJai dengan dosis 45 Gy

dan pada kesimpuJan dikatakan bahwa dosis 45 Gymenunjukan optimal. Apakall ada percobaansebelumnya dengan dosis dibawall 45 Gy ? Danmengapa langsung dengan dosis 45 Gy ke atas ?Misalnya 0, 45, 55, 65 kGy.

MUCHSON ARIFIN

MUCHSON ARIFIN

1. F. gigantica dikoleksi dari lapangan dengan caramengumpulkan siput perantara. Dari siput tersebutdiproses lebih lanjut untuk mendapatkan cacing yangdi maksud.

2. Dilihat dari efek dapat menstimulasi tanggap kebalhewan yang bersangkutan.

3. Bisa saja salah satunya dihilangkan karena semuanyaacta kaitannya dengan RBC (sel darnh merah ).1. Tiap kelompok terdiri dari 4 ekor

2. 45 Gy merupakan dosis yang baik untuk diterapkanpada kambing untuk menstimulasi tanggap kebal, daDjuga merupakan dosis terendall dati semua dosisperlakuan yang diberikan. Disamping itu disiniiradiasi sifatnya untuk melem.1hkan infektivitasparasit, sehingga dosis terendah yang bisa digunakandaD mempunyai efektivitas yang lebih dari pada dosislainnya yang lebih besar. Artinya selagi dosis yangkecil menunjukkan efektivitasnya, makc1 tidak perlulagi dosis diatasnya yang lebih besar.

T A UFIK HUD

1. Dari tarnpilan transparnnsi Saudara, eosinofil terlihatperbedaan yang jelas, bagaimana dengan yanglainnya, misalnya basofil, trombosit, dll ?

2. Seandainya kita memakan hati yang tercemarmetaserkaria F gigantica, apakah pengaruhnya sarnadengan yang terjadi pacta hati kambing, mengingatantibodi kambing dengan manusia berbeda ?

BINT ARA H. SASANGKA MUCHSON ARIFIN

1. Bagaimana mengoleksi F. gigantica?2. Patokan apa yang dipakai untuk mengetallui optimal

tidaknya dosis iradiasi untuk melelnallkt1nFgigantica ?

1. Untuk diferensial sel darah putih hanya eosinofil yangdiamati. Karena sel ini yang nyata pengaruhnya atausebagai reaksi akibat hadirnya parasit.Sedang jenisyang lain rnisal basofil tidak terpengaruh oleh adanya

parasit.2. F. gigantica bisa menular pada manusia, bisa

mempunyai efek yang sarna.

161