PENGARUH INVESTASI DAN KOMSUMSI TERHADAP …
Transcript of PENGARUH INVESTASI DAN KOMSUMSI TERHADAP …
i
PENGARUH INVESTASI DAN KOMSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Oleh SANTRIANI
NIM 105711105816
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
ii
PENGARUH INVETASI DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis
Oleh SANTRIANI
NIM 105711105816
ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini kupersembahkan untuk:
Ayahanda dan Ibunda yang tercinta
sebagai tanda hormat dan bukti ananda.
Buat kakakku dan iparku tersayang,
keluarga-keluargaku, dosen-dosenku yang
telah menjadi orang tua keduaku serta sahabat-sahabatku,
semoga mereka semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
MOTTO HIDUP
“Aku tidak sebaik yang engkau ucapkan,
tapi aku juga tidak seburuk apa yang terlintas di hatimu”.
(Ali Bin Abi Thalib)
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
Rahmat dan Hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai, manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Investasi dan
Konsumsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada kedua orang tua penulis yang tercinta dan tersayang
Ayahanda H. MUSTARI dan Ibunda SOHO yang telah senantiasa memberi
harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan do’a yang tulus tanpa pamrih.
Kakak saudara SAHARUDDIN, S.P dan kakak Ipar Hasmi, SE tercinta yang
senantiasa mendoakan, mendukung dan memberikan semangat hingga penulis
bisa menyelesaikan akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan do’a restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula dengan
viii
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan
dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., M.M. Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Akhmad, SE., M.Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis
sehingga skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Samsul Rizal, SE. M.M, selaku Pembimbing II yang telah
berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian
skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak
menuangkan Ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama
yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi
penulis.
ix
9. Bapak Muh. Rum Muin, SE. Kepala Kantor Badan Pusat Statistik Kota
Makassar, terima kasih banyak telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian atau pengumpulan data dalam rangka
penyusunan skripsi penulis.
10. Teman-teman terspesial Yuyun, Nunu, Erni, Nisa, Diana, Reguna dan
Nurfadillah sahabat seperjuangan selama empat tahun yang
senantiasa selalu saling memberi dukungan, motivasi dan bekerja
sama dalam menyelesaikan studi kami.
11. Dan terima kasih teruntuk teman-teman dan semua kerabat-kerabat
yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan
semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis
dapat merampungkan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat, wassalamu’alaikum wr.wb.
Makassar, Oktober 2020
SANTRIANI
x
ABSTRAK
SANTRIANI, 2020. Pengaruh Investasi dan Konsumsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar, Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bimbing oleh Pembimbing I bapak Akhmad dan Pembimbing II bapak Samsul Rizal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh investasi dan tingkat konsusmi terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan data diolah dengan kebutuhan model yang digunakan. Teknik pengolahan data menggunakan regresi linear berganda melalui program SPSS 22. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel tingkat konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil regresi, nilai R-Squared (R2) sebesar 0,726. Ini berarti bahwa variabel independen mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar sebesar 85,2% sedangkan 0,15% sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. Disarankan kepada pihak pemerintah agar meningkatkan porsi pengeluaran pembangunan dan diharapkan pengeluaran tersebut hendaknya ditujukan pada peningkatan pembangunan dan prasarana publik agar menjadi penunjang dalam lancarnya kegiatan perekonomian khususnya di Kota Makassar. Kata kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Tingkat Konsumsi
xi
ABSTRACT
SANTRIANI, 2020. The Influence of Investment and Economic Growth in the City of Makassar, the Economic Development Thesis Program of the Muhammadiyah Business University of Makassar. Supervised by Supervisor I Dr. Akhmad, SE., M.Si and II Supervisor Samsul Rizal, SE., M.M.
This study aims to determine whether there is an effect of investment and the level of consumption on economic growth. This research uses quantitative research and the data is processed with the needs of the model used. The data processing technique uses multiple linear regression through the SPSS 22 program. The data used are secondary data originating from historical records or reports arranged in published and unpublished archives.The results showed that the investment had a significant and positive effect on economic growth. Meanwhile the variable the level of consumption have a significant and positive effect on economic growth. From the regression results, the R-Squared (R2) value is 0.726. This means that the independent variable is able to explain the variation of economic growth in Makassar City by 85,2%, while the remaining 0,15% is explained by other variables outside the model.It is recommended to the government to increase the portion of development spending and it is hoped that this expenditure should be aimed at increasing development and public infrastructure so that it becomes a support for the smooth running of economic activities, especially in Makassar City. Keywords: Economic Growth, Investment, and Consumption Level.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ………………………………………………………………… i
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. vi
ABSTRAK ……………………………………………………………….….. ix
ABSTRACT …………………………………………………………………. x
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xiiv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………. 6
C. Tujuan Penelitian ………………………………………… 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………... 8
A. Pertumbuhan Ekonomi ………………………………….. 8
B. Investasi …………………………………………………... 19
C. Konsumsi ……….…………………………………………. 21
D. Hubungan Antar Variabel ……………………………….. 23
E. Tinjauan Empiris …………………………………………. 27
F. Kerangka Konsep ………………………………………… 29
xiii
G. Hipotesis …………………………………………………… 30
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 31
A. Jenis Penelitian …………………………………………… 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………… 31
C. Jenis dan Sumber Data ………………………………….. 31
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengkuran …..…. 32
E. Teknik Pengumpulan Data …………………….………. 33
F. Teknik Analisis ………………………………….………. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………… 37
A. Gambaran Umum Kota Makassar …………………….. 37
B. Hasil Analisis Data ……………………………………… 55
C. Pembahasan …………………………………………….. 60
BAB V PENUTUP ……………………………………………………. 60
A. Kesimpulan ……………………………………………… 60
B. Saran …………………………………………………….. 60
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 61
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1 PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto),
Investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) dan Konsumsi Rumah Tangga di
Kota Makassar Tahun 2014-2018 atas dasar
harga konstan 2010 ....................................................... 4
Tabel 2 Luas Wilayah dan Presentase menurut Kecamatan
di Kota Makassar …………………………………………… 38
Tabel 3 Jumlah Kota Makassar menurut Kecamatan
tahun 2019 …………………………………………………. 40
Tabel 4 Perkembangan PDRB (Produk Dosmetik Regional
Bruto) Kota Makassar tahun 2010-2019 atas dasar
harga konstan 2010 ………………………………………. 42
Tabel 5 Perkembangan Investasi/Pembentukan Modal Tetap
Bruto ………………………………………………………… 44
Tabel 6 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Kota Makassar
tahun 2010-2019 atas dasar harga konstan 2010 …….. 46
Tabel 7 Hasil Uji Autokolerasi ……………………………………… 49
Tabel 8 Hasil Uji Multikolinieritas ………………………………….. 50
Tabel 9 Hasil Analisis Regresi Berganda ………………………… 52
Tabel 10 Hasil Perthitungan Koefisien Determinasi (R2) ............… 53
Tabel 11 Hasil Perhitungan Uji F .......................…………….......... 54
Tabel 12 Hasil Perhitungan Uji t ...........................………………… 55
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian ………………. 30
Gambar 2 Grafik Uji Normalitas ………………………… 48
Gambar 3 Grafik Uji Heteroskedastisitas ……………... 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara pasti mempunyai tujuan dalam pembangunan ekonomi
termasuk Indonesia. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk
meningkatkan taraf hidup riil per kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi
di samping untuk menaikkan pendapatan nasional riil juga untuk
meningkatkan produktivitas (Irawan dan Suparmoko, 2002).
Pembangunan secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
lebih meningkatkan produktivitas sumber daya potensial yang dimiliki oleh
suatu negara berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun
sumber daya finansial. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya
dapat dikatakan sebagai usaha dasar untuk mengubah masa lampau yang
buruk menjadi zaman baru yang lebih baik demi untuk mewariskan masa
depan kepada generasi yang akan datang.
Pembangunan ekonomi mutlak diperlukan oleh suatu negara dalam
rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, dengan
cara mengembangkan semua bidang kegiatan yang ada di suatu negara.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan
pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang
merata.
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang sangat penting
dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada
suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas
2
perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada
suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai
perkembangan kegiatan dalam perekonomian sehingga barang dan jasa
yang diproduksi dalam masyarakat bertambah atau terjadi peningkatan
Produk Dosmetik Bruto/Gross Dosmetic Product (GDP) (Sadono Sukirno,
2012).
Pertumbuhan ekonomi menurut Simon Kuznet adalah kemampuan suatu
negara untuk menyediakan semakin banyaknya jenis barang-barang
ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan
kemajuan ekonomi, penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukan.
Begitupun Provinsi Sulawesi Selatan sendiri sebagai provinsi yang
memiliki berbagai potensi pengembangan baik dari segi infrastruktur, potensi
pasar, tenaga kerja, dan sumber daya alam telah mengalami pertumbuhan
pada berbagai sektor ekonomi.
Sebagai salah satu daerah yang sedang berkembang, Kota Makassar
tidak lepas dari berbagai hambatan dan tantangan dalam pembangunan.
Masalah kemiskinan, pengangguran, rendahnya modal, rendahnya kualitas
sumber daya manusia. Beberapa contoh masalah yang di hadapi dalam
pembangunan yang ada di Kota Makassar harus segera diatasi. Salah satu
cara untuk mengatasi berbagai masalah tersebut adalah dengan
mengupayakan peningkatan investasi baik investasi dalam negeri maupun
investasi asing.
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau penanaman modal
atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
3
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono Sukirno,
2013). Dengan adanya investasi maka kapasitas dalam produksi akan
meningkat yang kemudian akan mempengaruhi output yang dihasilkan.
Meningkatnya output akan menyebabkan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi yang dicapai.
Selain itu Kota Makassar dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
cukup baik dilihat dari perkembangan nilai PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto)nya, Oleh Karena itu pemerintah harus terus berupaya menciptakan
investasi yang kondusif di Kota Makassar sehingga investor tertarik untuk
menanamkan modalnya.
Konsumsi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh semua umat
manusia, yang dapat dipengaruhi oleh faktor pendapatan, lingkungan dan
kebutuhan. Keynes berpendapat faktor utama yang menentukan konsumsi
adalah pendapatan. Pada tingkat pendapatan yang sangat rendah, konsumsi
akan melebihi pendapatan dan konsumsi yang melebihi pendapatan tersebut
akan dibiayai dari tabungannya pada masa lalu. Selain itu konsumsi adalah
pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa guna mendapatkan
kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya.
Namun, bila dilihat lebih jauh peningkatan pendapatan tersebut tentu
mengubah pola konsumsi anggota masyarakat luas karena tingkat
pendapatan yang bervariasi antar rumah tangga sesuai dengan tingkat
kebutuhan dan kemampuan mengelolanya. Dengan perkataan lain bahwa
peningkatan pendapatan suatu komunitas selalu diikuti bertambahnya
4
tingkat konsumsi semakin tinggi pendapatan masyarakat secara keseluruhan
maka makin tinggi pula tingkat konsumsi.
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Makassar yang
dilihat dari perkembangan PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) Kota
Makassar menurut pengeluaran tahun 2014-2018 diperoleh dari Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi, Investasi atau pembentukan modal tetap bruto dan
Konsumsi Rumah Tangga di Kota Makassar Tahun 2014-2018 atas dasar
harga konstan 2010, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 : PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto), Investasi/Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Konsumsi Rumah Tangga di Kota Makassar
Tahun 2014-2018 atas dasar harga konstan 2010
Tahun PDRB Harga
Konstan (Milliar
Rupiah)
Investasi /
Pembentukan
Modal Tetap
Bruto (PMTB)
(Milliar Rupiah)
Konsumsi
Rumah Tangga
(Milliar Rupiah)
2014 82.592,82 41.062,14 44.554,15
2015 88.828,15 44.549,47 46.624,27
2016 95.957,64 48.365,82 49.258,28
2017 103.826,16 52.778,92 52.493,94
2018 112.568,41 56.493,27 55.561,02
Sumber: BPS Kota Makassar (PDRB Kota Makassar Menurut Pengeluaran 2014-2018).
Nilai PDRB (Produk Dosmetik Reginal Bruto) atas dasar harga konstan
2010 di Kota Makassar meningkat, yakni sebesar 82.592,82 milyar Rupiah
(2014); 88.828,15 milyar Rupiah (2015); 95.957,64 milyar Rupiah (2016);
5
103.826,16 milyar Rupiah (2017); dan 112.568,41 milyar Rupiah (2018).
Pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar terus meningkat, yakni dari 7,39%
pada tahun 2014 menjadi 8,42% pada tahun 2018.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau Investasi pada PDRB
(Produk Dosmetik Regional Bruto) tahun dasar harga konstan 2010 cukup
meningkat, yaitu pada tahun 2014 sebesar 41.062,14 milyar Rupiah; tahun
2015 sebesar 44.549,47 milyar Rupiah; tahun 2016 sebesar 48.365,82
milyar Rupiah; tahun 2017 sebesar 52.778,92 milyar Rupiah; dan tahun 2018
sebesar 56.493,27 milyar Rupiah.
Selama periode 2014-2018 pengeluaran konsumsi rumah tangga
terhadap total PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) cukup meningkat,
yaitu 44.554,15 milyar Rupiah (2014); 46.624,27 milyar Rupiah (2015);
49.258,28 milyar Rupiah (2016); 52.493,28 milyar Rupiah (2017); dan
55.561,02 milyar Rupiah (2018).
Pada tahun 2014-218 pengeluaran konsumsi rumah tangga di Kota
Makassar mengalami peningkatan, baik dari sisi nominal maupun secara riil.
Kenaikan jumlah penduduk menjadi salah satu pendorong terjadinya
kenaikan nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung
melemah, perekonomian di Kota Makassar periode tahun 2014-2018 dapat
tetap tumbuh di atas 7%, yakni sebesar 7.39%; 7,55%; 8,20%; dan 8,42%.
Peningkatan volume ekonomi tersebut tercermin baik dari sisi produksi
maupun sisi permintaan akhir. Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi
tertinggi terjadi pada kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor yang selalu tumbuh di atas 7% setiap tahunnya. Dari sisi
6
permintaan terakhir, pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar didominasi
pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih
dari separuh total PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto).
Berdasarkan Teori Harrord Domar ini beranggapan bahwa modal harus
dipakai secara efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi
oleh peranan pembentukan modal tersebut. Pertumbuhan suatu sektor
tergantung pada stok barang dan jasa, tingkat keahlian dan perubahan
teknologi serta skala ekonomi yang pada gilirannya akan menentukan
keunggulan komperatif suatu sektor.
Pertumbuhan perekonomian daerah, masih harus diteliti dampak
pertumbuhan investasi dalam pengaruhnya terhadap perkembangan kondisi
perekonomian di Kota Makassar, sehingga proses pembangunan daerah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai dan dirasakan
oleh seluruh masyarakat khususnya di Kota Makassar. Dari paparan di atas
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Investasi dan Konsumsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota
Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
masalah pokok pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh Investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Makassar?
2. Bagaimana pengaruh tingkat konsumsi rumah tangga terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar?
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat konsumsi rumah tangga
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi kepentingan akademis, diharapkan dapat memberikan sumbangan
yang berharga terhadap perkembangan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan.
2. Sebagai bahan rekomendasi bagi pembuat kebijakan ekonomi khususnya
dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan penanggulangan
masalah investasi terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Sebagai sumbangan pemikiran dan untuk menambahkan, melengkapi,
dan sekaligus sebagai pendamping hasil-hasil penelitian sebelumnya,
serta referensi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian-
penelitian selanjutnya yang topiknya berkaitan dengan penelitian ini.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat
(Sukirno,2011:331). Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari
perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya.
Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan
meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan
faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan
menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin
berkembang.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Dosmetik Bruto
dan Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan
tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau
apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad,2004).
Menurut Simon Kuznet (1917) dalam Jhingan (2012), pertumbuhan
ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara
untuk menyediakan semakin banyaknya jenis barang-barang ekonomi
kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
ekonomi, penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan. Definisi
di atas memiliki tiga komponen pengertian: Pertama, pertumbuhan ekonomi
suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan
barang. Kedua, teknologi maju merupakan faktor utama dalam pertumbuhan
9
ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan dalam penyediaan aneka
macam barang kepada penduduk. Ketiga, penggunaan teknologi secara luas
dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan
ideologis sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan manusia
dapat dimanfaatkan secara tepat.
Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah di ukur
dengan pertumbuhan Produk Dosmetik Regional Bruto (PDRB) menurut
harga Konstan. Laju pertumbuhan Produk Dosmetik Regional Bruto (PDRB)
akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka
panjang. Penekanan pada proses, karena mengandung unsur dinamis,
perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator
pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu,
misalnya tahunan. Aspek tersebut releven untuk dianalisa sehingga
kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk
mendorong aktivitas perekonomian dosmetik dapat dinilai efektifitasnya.
Dalam konteks ini, PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) pengeluaran
itu menggambarkan hasil “akhir” dari proses produksi yang berlangsung
dalam batas-batas teritori suatu wilayah. Berbagai jenis barang dan jasa
akhir tersebut akan digunakan untuk memenuhi permintaan akhir oleh
pelaku ekonomi domestik maupun pelaku ekonomi dari luar wilayah bahkan
dari luar negeri. Beberapa agregat penting dapat diturunkan dari PDRB
(Produk Dosmetik Regional Bruto) pengeluaran ini seperti variabel
pengeluaran konsumsi akhir, pembentukan modal tetap bruto atau investasi
fisik, serta ekspor dan impor.
10
Penghitungan PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) melalui
pendekatan pengeluaran (expenditure) tidak terlepas dari penghitungan
PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) melalui pendekatan lapangan
usaha (production). Meskipun demikian, PDRB (Produk Dosmetik Regional
Bruto) pengeluaran diestimasi secara independen dengan menggunakan
data dasar yang relatif berbeda. PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto)
produksi menggambarkan aktivitas produksi, serta pendapatan yang diterima
pemilik faktor produksi yang terlibat (balas jasa faktor produksi). Sedangkan
PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) pengeluaran menggambarkan
aktivitas pengeluaran yang dilakukan para pelaku ekonomi untuk
mendapatkan barang dan jasa yang diproduksi tersebut. Melalui PDRB
(Produk Dosmetik Regional Bruto) pengeluaran juga dapat dilihat
keterkaitannya dengan penyediaan barang dan jasa yang berasal dari
domestik maupun dari impor. Melalui hubungan ini terlihat titik
keseimbangan makro antara sisi penyediaan (supply side) dan sisi
permintaan (demand side) barang dan jasa.
Secara konsep penghitungan PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto)
dari sisi yang berbeda di atas dimaksudkan untuk: 1) memastikan
konsistensi dan kelengkapan di dalam membuat estimasi; 2) memberi
manfaat lebih di dalam melakukan analisis; dan 3) mengontrol kelayakan
hasil estimasi. Secara teoritis, kedua pendekatan tersebut akan
menghasilkan nilai yang sama besar atau setara (equivalent). Namun karena
pendekatan estimasi dan metode pengukuran yang digunakan berbeda,
maka akan muncul selisih statistik atau penurunan statistik (statistical
descrepancy).
11
Dengan demikian PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) pengeluaran
menjelaskan besarnya nilai barang dan jasa yang ada dalam negeri (output)
yang dihasilkan dalam wilayah domestik, yang digunakan sebagai konsumsi
“akhir” oleh masyarakat. Secara spesifik, yang dimaksud dengan konsumsi
akhir adalah penggunaan barang dan jasa yang tidak dimasukkan untuk
diproses lebih lanjut (dikonsumsi habis). Penggunaan produk akhir tersebut
diwujudkan dalam bentuk “permintaan akhir”. Permintaan akhir yang
dimaksud terdiri dari komponen-komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir
Rumahtangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit
Yang Melayani Rumahtangga (PK-LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Akhir
Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Perubahan
Inventori (PI), serta komponen Ekspor barang dan jasa.
Dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan akhir
masyarakat tersebut, tidak terlepas dari ketergantungan pada produk yang
berasal dari luar wilayah atau luar negeri (impor). Berbagai barang dan jasa
yang menjadi konsumsi akhir masyarakat di dalamnya akan terkandung
produk impor. Sehingga dalam mengukur besarnya nilai tambah domestik
PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto), komponen impor barang dan jasa
harus dikeluarkan atau dikurangkan dari penghitungan konsumsi atau
permintaan akhir. Tingginya permintaan tidak selalu diimbangi oleh
penyediaan domestik, sehingga kondisi ini menjadi peluang bagi masuknya
produk impor. Data empiris menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu,
perdagangan produk impor terus berkembang baik secara kuantitas, nilai,
maupun ragamnya.
12
Secara konsep, PDRB (Produk Dosmetik regional Bruto) Produksi (Y)
sama besar dengan PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) Pengeluaran
(E), namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Selain berbeda dalam
struktur atau komposisi, pendekatan pengukuran antar keduanya juga
berbeda. Dalam penyajian data PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto),
perbedaan ini diletakkan pada sisi PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto)
pengeluaran. Unsur yang menyebabkan perbedaan tersebut antara lain
adalah konsep dan basis pengukuran, metode dan cakupan pengukuran,
serta data dasar yang digunakan untuk estimasi. Melalui penjelasan ini para
pengguna data PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) tidak
mempermasalahkan adanya perbedaan penurunan statistik (statistical
descrepancy) tersebut.
Penyusunan data PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) pengeluaran
juga dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana “pendapatan” (Y) yang
tercipta melalui proses produksi menjadi sumber pendapatan masyarakat,
yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir.
Dari sudut pandang lain, PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto)
pengeluaran juga menjelaskan penggunaan dari sebagian besar produk
domestik bruto untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir, atau dengan
istilah yang berbeda disebut sebagai “output akhir (final output)”.
Mengkaitkan antara pendapatan dan pengeluaran untuk pembelian barang
dan jasa dari produk domestik maupun impor (termasuk untuk diekspor)
merupakan bentuk analisis yang sederhana dari data PDRB (Produk
Dosmetik Regional Bruto).
13
Melalui pendekatan ini dapat diketahui perilaku masyarakat dalam
menggunakan pendapatan, apakah hanya untuk tujuan konsumsi (akhir)
atau juga untuk tujuan investasi (fisik). Selain itu juga dapat diketahui
besarnya ketergantungan ekonomi wilayah (domestik) terhadap luar negeri
dalam bentuk perdagangan internasional atau transaksi eksternal (external
transaction). Selisih antara ekspor dan impor juga disebut sebagai “ekspor
neto”.
Sebagaimana PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) Produksi, dari
PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) Pengeluaran juga dapat diturunkan
berbagai data agregat tentang perekonomian wilayah seperti nilai nominal,
struktur atau distribusi pengeluaran konsumsi akhir, pertumbuhan “riil”, serta
indeks harga implisit. Data yang dimaksud tersedia baik untuk masing-
masing komponen PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) Pengeluaran
maupun untuk total perekonomian.
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut Adam Smith (dalam Todaro, 2010:22), pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni pertumbuhan output
total dan pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan ekonomi sangat
dipengaruhi oleh produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan faktor-
faktor produksinya. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai
sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik. Menurut
teori pertumbuhan Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada
faktor-faktor produksi. Unsur pokok dari produksi suatu negara ada tiga:
a. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar
dari kegiatan produksi suatu masyarakat, dimana jumlah sumber
14
daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi
pertumbuhan suatu perekonomian.
b. Sumber daya insani atau jumlah penduduk merupakan peran pasif
dalam proses pertumbuhan output, dimana jumlah penduduk akan
menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.
c. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan
tingkat pertumbuhan output.
2. Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model pembangunan tahapan pertumbuhan yang dikemukakan oleh
Rostow (1960) dalam Todaro (2004) menjelaskan bahwa pada
perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi, dapat
dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh semua
negara. Menurut teori ini, negara-negara maju telah melalui tahapan
tinggal landas menuju pertumbuhan ekonomi kesinambungan yang
berlangsung dengan sendirinya tanpa diatur secara khusus. Rostow
(1960) dalam Todaro (2004) juga menjelaskan negara-negara yang
sedang berkembang atau yang masih terbelakang, pada umumnya
masih berada dalam tahapan masyarakat tradisional atau tahapan
kedua, hanya tinggal merumuskan serangkaian aturan pembangunan
untuk tinggal landas, mereka akan segera bergerak menuju ke proses
pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkesinambungan.
Rostow dan Musgrave dalam Guritno Mangkoesoe (santoso, 2005)
menghubungkan model tahap-tahap pembangunan dengan pengeluaran
pemerintah, kemudian dibedakan antara tahap awal, tahap menengah,
dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, jumlah
15
investasi yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan sangat
dominan dan dalam jumlah yang besar. Hal ini disebabkan pada tahap
ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti pendidikan,
kesehatan, transportasi, dan sebagainya (Mangkoesoebroto, 2001).
Pada tahap kedua, peran pengeluaran pemerintah dalam pembangunan
sudah mulai tergeser dengan adanya investasi yang dilakukan oleh
sektor swasta, namun dengan demikian pada tahap ini pemerintah tetap
memiliki peran yang cukup besar dalam pembangunan. hal ini
disebabkan jika peran swasta dibiarkan mendominasi pembangunan
akan terdapat munculnya kekuatan monopoli dan kegagalan pasar,
sehingga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan
jasa publik dalam jumlah yang lebih besar.
Tahap kedua perkembangan ekonomi ini menyebabkan terjadinya
hubungan antar sektor yang semakin rumit. Misalnya, pertumbuhan
ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri akan
menimbulkan semakin tingginya tingkat polusi lingkungan dan juga
berpeluang untuk terhadap timbulnya masalah eksploitasi buruh,
sehingga dalam hal ini diperlukan campur tangan pemerintah untuk
meminimalisasi dampak buruk dari pembangunan ekonomi yang
semakin maju. Pada tingkat yang lebih lanjut, Rostow dalam Todaro
mengatakan bahwa dalam pembangunan ekonomi aktivitas pemerintah
berlatih dari penyediaan sarana dan prasarana menjadi pengeluaran-
pengeluaran yang bersifat sosial, seperti halnya program kesejahteraan
hari tua, program pelayanan masyarakat dan sebagainya.
16
3. Teori Pertumbuhan Baru
Teori pertumbuhan endogen ini dipelopori Paul M Romer (1994)
dalam Todaro (2004), teori ini memberikan kerangka teoritis untuk
menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen. Pertumbuhan
ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi. Teori ini
menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem
produksi, bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi
merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari
keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam
pengetahuan. Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari
pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja
tapi menyangkut modal manusia. Akumulasi modal merupakan sumber
utama pertumbuhan ekonomi. Definisi modal atau kapital diperluas
dengan memasukkan model ilmu pengetahuan dan modal sumber daya
manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar
model endogen tapi teknologi merupakan bagian dari proses
pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan endogen, peran
investasi dalam modal fisik dan modal manusia turut menentukan
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tabungan dan investasi dapat
mendorong petumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional
Menurut (Arsyad, 1999:107), pertumbuhan ekonomi daerah
merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam
mengelola sumber daya yang ada, untuk menciptakan lapangan kerja
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah
17
tersebut. Pada saat ini tidak ada satupun teori yang mampu
menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif,
namun beberapa teori secara parsial dapat membantu untuk memahami
arti penting pembangunan ekonomi daerah dan teori-teori yang
membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan
ekonomi daerah (Arsyad, 1999:109).
5. Harrord Domar
Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif,
karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh pembentukan
modal tersebut. Teori juga membahas tentang pendapatan nasional.
Pertumbuhan suatu sektor tergantung pada stok barang modal
bertenaga kerja, tingkat keahlian tenaga kerja dan perubahan teknologi
serta skala ekonomi yang pada gilirannya akan menentukan keunggulan
komperatif suatu sektor.
Salah satu cara untuk melihat kemajuan perekonomian dan
perkembangan sektor adalah mencermati nilai pertumbuhan Produk
Dosmetik Regional Bruto (PDRB). PDRB (Produk Dosmetik Regional
Bruto) adalah merupakan nilai dari seluruh barang jasa yang diproduksi
dalam satu tahun dalam suatu wilayah tertentu tanpa membedakan
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi itu. Dalam
hitungan Produk Dosmetik Regional Bruto (PDRB), seluruh lapisan
usaha dibagi menjadi 9 sektor, yaitu: sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik,
gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan
18
dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Pembangunan semua sektor
ditempuh berdasarkan rencana pembangunan jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang yang tujuan fungsionalnya menyajikan
prioritas pembangunan, mengedintifikasi sasaran pada masing-masing
sektor.
Pengalokasian dana sesuai dengan penekanan sektor tertentu,
penentu biaya, serta menentukan tolak ukur keberhasilan dan
pelaksanaan.
B. Investasi
Segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
menciptakan dan menambah nilai kegunaan hidup adalah investasi. Jadi
investasi bukan hanya dalam bentuk fisik melainkan juga non fisik terutama
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Menurut Sukirno
(2000:443), kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus
menerus meningkatkan kegiatan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini
bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni: (1).
Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agrerat,
sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agrerat,
pendapatan nasional serta kesempatan kerja. (2). Pertambahan barang
modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi. (3).
Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
Berdasarkan jenisnya investasi dibedakan mejadi dua jenis, yaitu :
pertama investasi pemerintah, adalah investasi yang dilakukan oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pada umumnya investasi
19
yang dilakukan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan; kedua investasi swasta, adalah investasi yang dilakukan oleh
sektor swasta nasional yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
ataupun investasi yang dilakukan oleh swasta asing atau disebut
Penanaman Modal Asing (PMA).
Invstasi yang dilakukan swasta bertujuan untuk mencari keuntungan dan
memperoleh pendapatan serta di dorong oleh adanya pertambahan
pendapatan (Mankiw, 2003). Jika pendapatan bertambah konsumsi pun
bertambah dan bertambah pula efective demand. Investasi timbul
diakibatkan oleh bertambahnya permintaan yang sumbernya terletak pada
penambahan pendapatan disebut induced investment.
Teori Harrord-Domar memperhatikan kedua fungsi dari pembentukan
modal tersebut dalam kegiatan ekonomi. Dalam teori Harrord-Domar
pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah
permintaan efektif seluruh masyarakat. Teori tersebut menunjukkan suatu
kenyataan yang diabaikan dalam analisis Keynes, yaitu apabila pada suatu
masa tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa
berikutnya perekonomian tersebut mempunyai kesanggupan untuk
menghasilkan barang-barang.
Adam Smith menyatakan bahwa investasi dilakukan karena para pemilik
modal mengharapkan untung dan harapan masa depan keuntungan
tergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata
(Hakim, 2002). Adam Smith yakin keuntungan cenderung menurun dengan
adanya kemajuan ekonomi. Pada waktu laju pada pemupukan modal
20
meningkat, persaingan yang meningkat antar pemilik modal akan menaikkan
upah dan sebaliknya menurunkan keuntungan.
Dalam islam, investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat
dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi lebih
produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Oleh karena itu,
investasi dalam islam sangat penting bagi kepentingan dunia maupun
akhirat.
C. Konsumsi
Konsumsi merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang sekaligus juga indikator kesejahteraan penduduk Indonesia.
Sebagai indikator kesejahteraan, tingkat konsumsi akan menentukan
kualitas pembangunan manusia Indonesia yang terekam dalam Indeks
Pembangunan. Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua
penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tindakan konsumsi dilakukan setiap hari oleh
siapapun, tujuannya adalah untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya
dan mencapai tingkat kemakmuran dalam arti terpenuhi berbagai macam
kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan sekunder. Selanjutnya
tingkat konsumsi memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang
atau masyarakat. Pengertian kemakmuran adalah semakin tinggi tingkat
konsumsi seseorang maka semakin makmur, sebaliknya semakin rendah
tingkat konsumsi seseorang berarti semakin miskin (Partadireja, 1990).
Konsumsi secara umum diartikan sebagai penggunaan barang-barang
dan jasa secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi
21
sebagai pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-
barang dan jasa-jasa untuk konsumsi akhir atau dibutuhkan oleh seseorang
atau masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang
melakukan pekerjaan tersebut (Sukirno, 2006).
1. Teori Konsumsi dengan Pendapatan Relatif
Teori ini dikemukakan oleh James Duessenberry, yang menggunakan
dua asumsi yaitu:
a) Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah
interpenden. Artinya, pengeluaran konsumsi rumah tangga dipenuhi
oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang disekitarnya atau
tetangga.
b) Sedangkan pengeluaran konsumsi adalah irrevesible. Artinya, pola
pengeluaran seseorang pada saat penghasilan mengalami
penurunan.
Duessenberry menyatakan bahwa teori konsumsi atas dasar
penghasilan absolute sebagaimana yang dikemukakan oleh Keynes yang
tidak mempertimbangkan aspek psikologi seseorang dalam berkonsumsi.
Duessenberry menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga
sangat dipengaruhi oleh posisi atau kedudukan di masyarakat sekitarnya.
2. Teori Konsumsi dengan Pendapatan Permanen
Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan
oleh M. Friedman (1957). Teori ini mengemukakan bahwa pendapatan
masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen
dan pendapatan sementara. Pendapatan permanen merupakan
pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat
22
diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan upah dan gaji.
Sedangkan pendapatan sementara merupakan pendapatan yang tidak
dapat diperkirakan sebelumnya, nilainya dapat positif jika nasibnya baik
dan dapat negatif jika bernasib buruk.
Adapun dalam masalah konsumsi menurut Islam, yaitu mengatur
bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang
membawa manusia berguna bagi kemaslahatan hidupnya. Seluruh aturan
Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Perilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan
As-Sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai keberkahan dan
kesejahteraan hidupnya.
D. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Investasi bagian dari pendapatan nasional akan mempengaruhi besar
kecilnya pendapatan nasional, dimana investasi yang dilakukan dengan
cara membuka sektor-sektor usaha baru yang mengakibatkan
meningkatnya output dan kesempatan kerja. Dengan demikian, istilah
investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan
penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-
barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Sukirno, 2001).
Investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-
barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk
mengganti dan kesempatan kerja (Suparmoko, 1993).
23
Investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen atau swasta untuk
membeli barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau
untuk perluasan pabrik.
Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus
meningkatkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan pendapatan nasional
dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber
dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi
merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agrerat, sehingga
kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agrerat, pendapatan
nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai
akibat investasi menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti
oleh perkembangan teknologi.
Suryana (2000) menyatakan bahwa kekurangan modal dalam negara
berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut:
1. Kecilnya jumlah mutlak kapasitas material, dimana perusahaan tidak
menghasilkan bahan baku atau bahan mentah sendiri melainkan
mendapatkan dari pihak lain. Walaupun ada beberapa perusahaan
yang juga menghasilkan bahan baku sendiri. Dengan tenaga ahli,
material tersebut akan menjadi produk dengan nilai yang lebih tinggi,
lebih bermanfaat dan lebih layak dijual.
2. Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk, yaitu banyaknya
pengangguran akibat keterbatasan lapangan kerja dan keterampilan
yang sangat rendah, karena untuk mendapatkan pekerjaan harus
mempunyai pendidikan dan keterampilan yang bagus.
24
3. Rendahnya investasi netto, yakni ketika stok modal yang ada
terdepresiasi lebih cepat daripada investasi untuk menggantikan
setiap aset modal, itu akan menjadi negatif. Sehingga kapasitas
produktif menurun, dimana bisa menjadi masalah bagi pertumbuhan
di masa depan. Tetapi jika investasi negatif terjadi untuk jangka
waktu yang lama, itu membuat perusahaan atau ekonomi tidak
kompetitif.
Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang mempunyai
sumber daya alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia
yang masih potensial. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas
maka perlu mempercepat investasi baru dalam barang-barang modal fisik
dan pengembangan sumber daya manusia melalui investasi di bidang
pendidikan dan pelatihan.
Hal ini sejalan dengan teori perangkap kemiskinan yang terdapat
bahwa: (1) ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup,
(2) kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal, (3) taraf
pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relatif. Tiga faktor tersebut
utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di negara
berkembang.
Dengan semakin besarnya investasi pemerintah pada barang publik
maka diharapkan dapat mendorong sektor pertumbuhan, sektor swasta
dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumber daya yang ada di suatu
daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya
PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto).
25
2. Hubungan Tingkat Konsumsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dalam aktivitas perekonomian suatu negara, konsumsi mempunyai
peran penting di dalamnya serta mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap stabilitas perekonomian. Semakin tinggi tingkat konsumsi,
semakin tinggi tingkat perubahan kegiatan ekonomi dan perubahan dalam
pendapatan nasional suatu negara. Konsumsi keluarga merupakan salah
satu kegiatan keluarga untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang dan
jasa. Dari komoditi yang di konsumsi itulah yang menjadi kepuasan
tersendiri. Oleh karena itu, konsumsi sering kali dijadikan salah satu
indikator kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan masyarakat adalah
tujuan dan cita-cita suatu negara.
Keputusan konsumsi rumah tangga dipengaruhi keseluruhan perilaku
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keputusan konsumsi rumah
tangga untuk jangka panjang adalah penting karena peranannya dalam
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk konsumsi rumah tangga jangka
pendek peranannya penting dalam menentukan permintaan agrerat.
Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga dalam
perekonomian tergantung pada pendapatan yang diterima oleh mereka.
Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula konsumsinya.
Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi yang
dilakukan oleh rumah tangga, namun pertambahan konsumsi yang terjadi,
lebih rendah daripada pertambahan yang berlaku. Maka makin lama,
kelebihan konsumsi rumah tangga yang wujud bila dibandingkan dengan
pendapatan yang diterimanya akan menjadi bertambah. Kelebihan
konsumsi ini merupakan tabungan masyarakat.
26
Namun pada tingkat pendapatan yang sangat rendah, bisa saja
seluruh pendapatan untuk digunakan sehingga tabungan adalah nol.
Bahkan terpaksa konsumsi dibiayai dari kekayaan atau pendapatan masa
lalu. Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan yang
bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi
selain pendapatan, di antaranya yaitu tingkat bunga, kekayaan, dan
barang tahan lama. Tingkat bunga ini penting pengaruhnya terhadap
tabungan yang pada akhirnya akan mempengaruhi konsumsi. Konsumen
mempunyai preferensi terhadap suatu barang sekarang dibandingkan
dengan barang itu diperoleh pada masa yang akan datang. Agar
konsumsi bersedia menangguhkan pengeluaran konsumsinya, diperlukan
jasa yang disebut bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka semakin
besar pula uang yang ditabung, berarti semakin kecil uang yang
dibelanjakan untuk konsumsi. Sebaliknya semakin rendah tingkat bunga,
maka jumlah uang yang ditabung juga semakin rendah, berarti semakin
besar uang yang digunakan untuk konsumsi.
E. Tinjauan Empiris
Studi mengenai pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya telah banyak dillakukan oleh peneliti. Secara ringkas
disajikan ringkasan penelitian-penelitan sejenis yang menjadi referensi dan
inspirasi dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Imam Nugroho Heru Santoso (2005) dalam penelitian untuk menganalisis
pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang dan Kabupaten Blora Provinsi
Jawa Tengah, menganalisis apakah PDRB (Produk Dosmetik Regional
Bruto) dipengaruhi oleh investasi swasta, jumlah angkatan kerja, indeks
27
harapan hidup, dan variabel dummy. Penelitian tersebut memberikan
hasil yang menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap total
output Produk Dosmetik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah angkatan
kerja dan indeks harapan hidup, sedangkan investasi dan variabel
dummy secara individu tidak mampu menjelaskan pengaruhnya.
2. Novia Hadji Ali, Deasy Engka, Steva Tumangkeng (2009) meneliti tentang
pengaruh pengeluaran konsumsi dan investasi pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Manado, hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa secara simultan variabel pengeluaran konsumsi tidak terpengaruh
signifikan sedangkan investasi berpengaruh secara signifikan.
3. Yuliarni (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Konsumsi
Rumah Tangga, Investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap PDRB
(Produk Dosmetik Regional Bruto) Provinsi Bali. Variabel tergantung yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali
(1994-2005), sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah konsumsi
rumah tangga, investasi dan pengeluaran pemerintah daerah. Analisis
yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan metode OLS
(Ordinary Least Square) adalah metode yang digunakan untuk
mengestimasi suatu garis regresi dengan cara mencari nilai kuadrat
kesalahan antara nilai prediksi dengan nilain kenyataannya. Hasil
penelitiannya adalah variabel bebas yang berupa konsumsi rumah
tangga, investasi dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali.
4. Deddy Rustiono (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah
28
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Nilai realisasi
PMA (Penanaman Modal Asing), PMDN (Penanaman Modal Dalam
Negeri), dan jumlah angkatan kerja dan pengeluaran pemerintah daerah
di Provinsi Jawa Tengah selama periode pengamatan 1985-1996
dijadikan variabel-variabel bebas yang secara parsial atau bersama-sama
diduga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah.
5. Muhammad Rafiq (2016) meneliti tentang pengaruh pengeluaran
konsumsi rumah tangga, investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2001-2010. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga berpengaruh positif dan
signifikan, PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) berpengaruh positif
dan signifikan, PMA (Penanaman Modal Asing) berpengaruh positif dan
signifikan, pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan dan
secara bersama-sama konsumsi rumah tangga, PMDN (Penanaman
Modal Dalam Negeri), PMA (Penanaman Modal Asing), dan pengeluaran
pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia tahun 2001-2010.
F. Kerangka Konsep
Investasi bagi pembangunan ekonomi merupakan hal yang sangat
penting guna menggerakkan pertumbuhan ekonomi, karena jika hanya
mengandalkan investasi pemerintah dalam bentuk pengeluaran saja untuk
melaksanakan pembangunan tanpa investasi maka pembangunan akan sulit
dilaksanakan. Ketika investasi meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga
akan meningkat.
29
Pola konsumsi sering digunakan sebagai salah satu indikator untuk
mengukur tingkat kesejahteraan. Konsumsi seseorang sangat dipengaruhi
oleh pendapatan yang diterimanya.
Begitupun dengan tingkat konsumsi merupakan salah satu variabel makro
ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika tingkat
konsumsi masyarakat meningkat maka produksi barang dan jasa meningkat
karena pertumbuhan ekonomi dihitung dari jumlah barang dan jasa yang
diproduksi.
Gambar 1: Kerangka Konsep Penelitian
G. Hipotesis
Untuk dapat mengarahkan hasil penelitian, disampaikan suatu hipotesis
penelitian. Hipotesis ini akan di uji kebenarannya dan hasil ujian ini akan
dapat dipakai sebagai masukan dalam menentukan kebijakan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang
dikemukakan dan masih lemah kebenarannya.
Hipotesis juga di pandang sebagai konklusi sifatnya sementara. Sesuai
dengan masalah di atas dapat di ambil hipotesis sebagai berikut :
Investasi / PMTB (Pembentukan
Modal Tetap Bruto)
(X1)
Tingkat Konsumsi
(X2)
Pertumbuhan Ekonomi
(Y)
30
a. Diduga bahwa investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
b. Diduga bahwa tingkat konsumsi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dari sumber data
yang digunakana adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang
ditertibkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya.
Definisi lain dari data sekunder data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang diambil adalah Kota Makassar. Lembaga
pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain, Badan Pusat Statistik
Provinsi Sulawesi Selatan, Badan Pusat Statistik di Kota Makassar, Dinas
Penanaman Modal Daerah serta informasi-informasi tertulis baik yang
berasal dari instansi maupun terkait di internet, yang berhubungan dengan
topik penelitian ini untuk memperoleh data sekunder. Penelitian ini dilakukan
selama kurang lebih 2 (dua) bulan.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah data-data yang dinyatakan dalam bentuk angka
dimana data tersebut merupakan variabel-variabel yang dianggap
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.
32
2. Sumber Data
Adalah data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar dari sumber
data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data
yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan
pengolahnya. Definisi lain dari data sekunder data yang telah
dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data.
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Untuk mempersamakan pengertian istilah-istilah dan memudahkan dalam
pengumpulan dan analisis data, maka variabel-variabel yang didefinisikan
dan diukur dan dapat dijadikan sebagai acuan selama penelitian adalah :
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berrati perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi oleh
masyarakat dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 1994).
Laju pertumbuhan ekonomi wilayah diukur dengan Produk Dosmetik
Regional Bruto (PRDB) Kota Makassar, dengan tujuan untuk menangkap
perubahan relatif dibandingkan tahun sebelumnya. Produk Desmotik
Regional Bruto (PRDB) atas dasar harga konstan tahun 2010, dihitung
menggunakan skala ratio yang dinyatakan dalam Milyar Rupiah.
2. Investasi
Investasi adalah nilai real yang diperoleh dari data kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha yang bersumber dari penanaman modal
dalam negeri dan penanaman modal asing Kota Makassar yang
dinyatakan dalam satuan Milyar Rupiah.
33
3. Pola Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga didefinisikan sebagai pertumbuhan konsumsi
barang-barang kebutuhan pokok rumah tangga per tahun di Kota
Makassar.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu usaha dasar untuk
mengumpulkan data dengan prosedur standar. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi atau studi
pustaka, sehingga tidak diperlukan teknik sampling serta koesioner.
Data yang dipakai atau yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang berupa data time series (deret waktu), yaitu pada tahun 2010
sampai dengan tahun 2019.
F. Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan teknik statistika untuk keperluan estimasi.
Dalam teknik ini statistika alat analisis yang biasa dipakai dalam penelitian ini
adalah analisis regresi. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi atas
ketergantungan pada variabel yang lain yang disebut dengan variabel bebas,
dengan tujuan untuk mengestiminasi dengan meramalkan nilai populasi
berdasarkan nilai tertentu dari variabel yang diketahui. Model analisis yang
digunakan dalam penelitian ini model analisis inferensial, yaitu analisis
regresi berganda untuk mengetahui pengaruh tingkat investasi dan konsumsi
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar yang dinyatakan dalam
bentuk fungsi sebagai berikut:
Y : a + b1 x1 + b2 x2 + e
34
Dimana :
Y : Pertumbuhan Ekonomi
a : Konstan
b1 x1 : Investasi
b2 x2 : Konsumsi
Teknik pengolahan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi
pada analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least
Square (OLS). Uji asumsi klasik terbagi menjadi empat yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel serikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk
mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis
grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram ataupun dengan
melihat secara normal probability plot. Normalitas data dapat dilihat
dari penyebaran data/titik pada sumbu diagonal pada grafik normal p-
plot atau dengan melihat histogram dari residualnya.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi atau variabel independen. Model yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antara yang tinggi diantara variabel
bebas. Toleransi mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih
35
tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleransi
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/toleransi) dan
menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cotuff yang umum
dipakai adalah toleransi 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi
ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis
grafik.
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Salah satu
metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah
dengan melakukan pengujian nilai Durbin Watson (DW test).
2. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Menjelaskan seberapa besar peranan variabel independen terhadap
variabel dependen, semakin besar peranan variabel dalam menjelaskan
variabel dependen. Nilai berkisar antara 0-1.
3. Uji F
Uji-f pada dasarnya menunjukkan apabila semua variabel independen
atau bebas dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel independen. Adapun aturan yang
36
digunakan adalah Fhitung<Ftabel maka H0 diterima, jika Fhitung<Ftabel maka Ha
diterima dan H0 ditolak dengan tingkat kepercayaan 95% jika signifikan <
0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak.
4. Uji T
Uji-t untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial atau
individu terhadap variabel serikat dengan asumsi variabel yang lain
konstan. Pengujian ini dilakukan dengan melihat derajat signifikan
masing-masing variabel bebas.
H0 = kedua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel serikat
Hi = kedua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
Dasar pengambilan keputusan menurut Santoso (2004):
Jika probabilitas (signifikan) > 0,05 () maka H0 diterima
Jika probabilitas (signifikan) < 0,05 () maka H0 di tolak dan menerima Hi.
Dengan tingkat signifikansi sebesar 5% ( = 0,05). Uji-f digunakan
untuk menguji signifikan pengaruh tingkat investasi dan tingkat konsumsi
terhadap pertumbuhan ekonomi.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Makassar
1. Kondisi Geografis
Kota Makassar adalah Ibu Kota Sulawesi Selatan yang terletak di
bagian Selatan Pulau Sulawesi, dahulu di sebut Ujung Pandang.
Berdasarkan geografis Kota Makassar terletak antara 119o24’17’38’’
Bujur Timur dan 5o8’6’19’’ Lintang Selatan yang berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Maros
Sebelah Timur : Kabupaten Maros
Sebelah Selatan : Kabupaten Maros
Sebelah Barat : Selat Makassar
Luas laut dihitung dari 12 mil dari daratan sebesar 29,9 Km2, dengan
ketinggian topografi dengan kemiringan 0 sampai 9. Terdapat 12 pulau-
pulau kecl, 11 diantaranya telah diberi nama 1 pulau yang diberi nama
Kota Makassar memiliki garis pantai kurang lebih 100 km yang dilewati
oleh dua sungai yaitu Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang.
Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0 sampai
2; (datar) dan kemiringan lahan 3 sampai 15; (bergelombang) dengan
hamparan daratan rendah yang berbeda pada ketinggian antara 0 sampai
25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi ini menyebabkan Kota
Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujan, terutama
pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang.
38
Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi
14 kecamatan. Pada tahun 2015 jumlah Kelurahan di Kota Makassar
tercatat memiliki 143 Kelurahan, 996 RW dan 4968 RT.
Tabel 2 : Luas Wilayah dan Persentase menurut Kecamatan Di
Kota Makassar
No
Kecamatan
Luas (km2)
Persentase
%
1 Mariso 1.82 1,04
2 Mamajang 2,25 1,28
3 Tamalate 18,18 10,34
4 Rappocini 9,23 5,25
5 Makassar 2,25 1,43
6 Ujung Pandang 2,63 1,50
7 Wajo 1,99 1,13
8 Bontoala 2,10 1,19
9 Ujung Tanah 5,94 3,38
10 Tallo 8,75 4,98
11 Panakukkang 13,03 7,41
12 Menggala 24,14 13,73
13 Biringkanaya 48,22 27,43
14 Tamalanrea 31,84 18,11
Jumlah 175,77 100,00
Sumber : BPS Kota Makassar
Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian
Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di
Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala, Panakukkang dan
Rappocini.
Secara geografis, letak Kota Makassar berada di tengah diantara
pulau-pulau besar lain dari wilayah kepulauan nusantara sehingga
39
menjadikan Kota Makassar dengan sebutan “anging mammiri”, ini
menjadikan pusat pergerakan spesial dan Wilayah Barat ke bagian Timur
maupun Utara ke Selatan Indonesia. Dengan posisi ini menyebabkan
Kota Makassar memiliki daya tarik kuat bagi para imigran dari daerah
Sulawesi Selatan itu sendiri maupun daerah lain, seperti Provinsi yang
ada di kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari tempat tinggal dan
lapangan pekerjaan.
Sebagai kota yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah
dataran rendah, yang membentang dari tepi pantai sebelah Barat dan
melebar hingga kearah Timur sejauh kurang lebih 20 km dan memanjang
dari arah Selatan ke Utara merupakan koridor utama Kota Makassar yang
termasuk dalam jalur-jalur pengembangan, pertokoan, perkantoran,
pendidikan dan pusat kegiatan industri di Makassar.
Sejalan dengan perkembangannya saat ini dinamika pengembangan
wilayah dengan konsentrasi pembangunan seakan terus berlomba di atas
lahan Kota yang sudah semakin sempit dan terbatas. Sebagai imbasnya
tidak sedikit lahan yang terpakai saat ini menjadi lain dalam
peruntukannya, hanya karena lahan yang dibutuhkan selain sudah
terbatas, juga karena secara rata-rata kosentrasi kegiatan pembangunan
cenderung hanya pada satu ruang tertentu saja.
2. Perkembangan Penduduk Kota Makassar
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu
wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebaliknya.
Pembangunan ekonomi tidak akan berlangsung secara
berkesinambungan apabila tidak didukung oleh penduduk yang memiliki
40
kemampuan dan semangat kerja yang tinggi, sehingga mampu
menggerakkan aktivitas dalam pemanfaatan berbagai sumber daya yang
tersedia. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi aset bagi suatu
wilayah dalam memacu pembangunan di bidang ekonomi secara lebih
cepat, tetapi bisa juga mendatangkan masalah yang serius apabila tidak
disertai dengan peningkatan kualitas yang memadai sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja. Berikut data pertumbuhan penduduk di Kota
Makassar.
Tabel 3 : Jumlah Penduduk Kota Makassar Menurut Kecamatan
Tahun 2019
kecamatan
2019
Jumlah Pendudukv(Jiwa)
Laki-Laki Perempuan
Mariso 30.609 29.890
Mamajang 30.129 31.323
Tamalate 102.128 103.413
Makassar 82.162 87.959
Rappocini 42.553 42.962
Ujung Pandang 13.716 15.338
Wajo 15.470 15.983
Bontoala 27.886 29.311
Ujung Tanah 18.037 17.497
Tallo 70.303 70.027
Panakukkang 73.971 75.693
Manggala 75.094 74.393
Birinkanaya 1.101.138 110.318
Tamalanrea 56.533 59.310
Sumber : BPS Kota Makassar
41
3. Keadaan Perekonomian
a. Struktur Ekonomi Kota Makassar
Struktur perekonomian pada suatu wilayah digambarkan oleh
besarnya peranan dari besarnya masing-masing sektor ekonomi dalam
menciptakan total pendapatan. Salah satu ciri suatu wilayah dikatakan
perekonomiannya cukup mapan yaitu apabila struktur ekonominya
dinominasi oleh sektor tersier, salah satunya yaitu industri pengolahan.
Struktur ekonomi pada sektor pengolahan yaitu paling besar
konstribusinya terhadap pembentukan pendapatan Kota Makassar
yaitu sektor perdagangan hotel dan restoran yakni sebesar 29,43%.
Sementara urutan kedua adalah sektor industri pengolahan yaitu
sebesar 18,90%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri
memberikan konstribusi terhadap pembentukan pendapatan. Besarnya
peranan sektor memberikan suatu indikator dimana kondisi ekonomi
Kota Makassar dikatakan relatif mapan.
b. Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu
tahun tertentu apabila dibandingkan tahun sebelumnya.
Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan
suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan
ekonomi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan faktor-faktor
produksi yang merangsang bagi berkembangnya ekonomi daerah
dalam skala yang lebih besar.
42
Dalam pembahasan ini akan diperhatikan berapa besar
pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar dari tahun 2010-2019,
dimana data yang digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi
adalah data PDRB (Produk Dosmetik Regional Bruto) atas dasar harga
konstan tahun dasar 2010. Perkembangan PDRB (Produk Dosmetik
Regional Bruto) untuk Kota Makassar selama tahun 2010-2019 terus
mengalami perubahan dari tahun ke tahun seiring dengan
berkembangnya kegiatan perekonomian setelah mengalami kelesuan
akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Perkembangan PDRB
(Produk Dosmetik Regional Bruto) Kota Makassar dari tahun 2010-
2019 secara umum dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4 : Perkembangan PDRB (Produk Dosmetik Regional
Bruto) Kota Makassar Tahun 2010-2019 atas dasar harga
konstan 2010.
Tahun
PDRB Atas Dasar Harga
Konstan
(Milyar Rupiah)
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
2010 58.556.467.43 9,83
2011 64.622.103.62 9,65
2012 70.851.035.02 9,88
2013 76.907.410.80 8,91
2014 82.592.818.43 7,39
2015 88.828.146.57 7,55
2016 959.576.38.04 8,03
2017 103.826.155.90 8,20
43
2018 112.568.414.88 8,42
2019 122.465.829.07 8,79
Sumber : BPS Kota Makassar
Dari tabel 4 di atas diperoleh gambaran umum pertumbuhan
ekonomi yang di capai di Kota Makassar selama periode tahun 2010-
2019, sangat baik karena selama kurun waktu 10 tahun rata-rata
pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar sebesar 8,09 pertahun. Ini
memberikan indikasi besarnya pengaruh perekonomian Kota
Makassar terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.
Namun secara umum, peningkatan Produk Dosmetik Regional
Bruto (PDRB) Kota Makassar ini diperoleh oleh sektor-sektor yang
dominan yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel
dan restoran serta angkutan dan komunikasi yang memberikan
konstribusi sangat besar pada pertumbuhan ekonomi.
a. Perkembangan Investasi dan Tingkat Konsumsi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar Tahun 2010-2019
1. Perkembangan Investasi di Kota Makassar
Semakin banyak investasi disuatu daerah maka semakin
mengurangi tingginya pengangguran yang ada di daerah tersebut.
Dampak investasi ini dapat dirasakan oleh kalangan masyarakat, baik
itu masyarakat yang mencari kerja atau masyarakat dalam tahap
mencari kerja. Untuk itu investasi sangatlah dibutuhkan dalam
peningkatan perekonomian suatu daerah dan negara.
Dalam keberadaannya pula investasi yang ada di Indonesia baik di
daerah atau di kota banyak masyarakat atau pemerintah yang
mengharapkan penanaman modal yang sebesar-besarnya. Karena
44
penanaman modal yang besar dapat memicu pertumbuhan dan dapat
menekan akan tingginya tingkat pengangguran. Berikut data
perkembangan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto di Kota
Makassar:
Tabel 5 : Perkembangan Investasi / Pembentukan Modal Tetap
Bruto di Kota Makassar tahun 2010-2019
Tahun
Investasi / Pembentukan Modal Tetap Bruto
(Milyar Rupiah)
2010 25.548.583.99
2011 28.325.297.75
2012 33.542.668.35
2013 37.330.311.28
2014 41.062.138.67
2015 44.549.474.17
2016 48.365.821.17
2017 52.778.916.73
2018 56.439.273.76
2019 60.302.463.41
Sumber : BPS Kota Makassar
Tabel 5 di atas, dapat dijelaskan bahwa perkembangan investasi di
Kota Makassar dari tahun ke tahun berfluktuatif (kadang meningkat
dan kadang mengalami penurunan) hal ini disebabkan karena
ketidakstabilan tingkat suku bunga perbankan di Kota Makassar, serta
masih rendahnya ekspektasi para investor tentang proyek-proyek yang
45
perlu mendapat pembiayaan serta dapat memberi keuntungan bagi
para investor di masa yang akan datang.
2. Perkembangan Pola Konsumsi Masyarakat Kota Makassar
Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat di ukur melalui
besarnya pengeluaran rumah tangga. Peningkatan pengeluaran rumah
tangga merupakan indikasi adanya peningkatan pendapatan yang
dapat diartikan pula adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga.
Asumsi dasar tentang pola konsumsi rumah tangga atau individu
adalah bahwa setiap rumah tangga atau individu tersebut akan
memaksimumkan kepuasannya, kesejahteraannya, kemakmurannya
atau kegunaannya.
Pola konsumsi masyarakat kota Makassar tergolong konsumtif.
Dimana konsumsi rumah tangga yang tinggi namun dapat di
seimbangkan dengan pendapatan yang tinggi merupaka suatu kondisi
yang wajar, namun apabila konsumsi yang tinggi dengan pendapatan
yang rendah oleh karena masalah perekonomian yang dapat
mengurangi tingkat kesejahteraan di suatu negara.
Pola konsumsi itu sendiri adalah jumlah persentase dari distribusi
pendapatan terhadap masing-masing pengeluaran pangan, sandang,
jasa-jasa serta rekreasi dan hiburan. BPS (Badan Pusat Statistik)
menyatakan kategori adalah pengeluaran makanan, perumahan,
pakaian, barang, jasa, dan pengeluaran non konsumsi seperti untuk
usaha dan lain-lain pembayaran. Secara terperinci pengeluaran
konsumsi adalah semua pengeluaran untuk makanan, minuman,
pakaian, pesta dan upacara, barang-barang lama dan lain-lain. Yang
46
dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga baik itu di dalam rumah
maupun luar rumah, baik keperluan pribadi maupun keperluan rumah
tangga.
Pokok sebagai kebutuhan esensial sedapat mungkin harus dipenuhi
oleh suatu rumah tangga supaya mereka dapat hidup wajar.
Kebutuhan esensial ini antara lain : makanan, pakaian, perumahan,
kesehatan, pendidikan, partisipasi, transportasi, perawatan pribadi,
rekreasi dan lain-lain.
Tabel 6 : pengeluaran konsumsi rumah tangga Kota Makassar
tahun 2010-2019 atas dasar harga konstan 2010 (Juta Rupiah)
Tahun Konsumsi Rumah Tangga
2010 34.664.718.49
2011 37.511.926.93
2012 40.166.402.49
2013 42.447.634.74
2014 44.554.415.34
2015 46.624.269.38
2016 49.258.282.98
2017 52.493.943.49
2018 55.561.020.80
2019 58.881.867.63
Sumber : BPS Kota Makassar
Berdasarkan tabel 6 diatas terlihat bahwa peningkatan pengeluaran
konsumsi rumah tangga setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal
ini menunjukkan bahwa konsumsi cenderung meningkat sejalan
47
dengan peningkatan daya beli masyarakat pada periode tersebut serta
adanya penambahan jumlah penduduk yang tiap tahunnya dan
peningkatan konsumsi rumah tangga ini juga disebabkan oleh
meningkatnya konsumsi pada hari-hari besar keagamaan atau tradisi
yang dilakukan masyarakat tiap tahun. Selain jumlah penduduk yang
tiap tahunnya meningkat dan konsumsi hari-hari yang besar yang
menjadi faktor pendorong meningkatnya konsumsi, pendapatan sangat
berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi.
b. Pengaruh Investasi dan Tingkat Konsumsi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Kota Makassar tahun 2010-2019
Setelah memberikan gambaran umum mengenai perkembangan
masing-masing variabel yang dimaksud dalam penulisan ini, maka pada
bagian ini kita akan melihat hasil perhitungan empirik yang telah
didapatkan dengan menggunakan perhitungan regresi dengan bantuan
SPSS 22. Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana tingkat signifikansi pengaruh antara variabel bebas yaitu
Investasi (I) dan Tingkat Konsumsi Rumah Tangga (C) terhadap variabel
terikat yaitu Pertumbuhan Ekonomi (PE) dan mana lebih dominan
pengaruhnya.
B. Hasil Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Evaluasi ini dimaksudkan untuk apakah penggunaan model regresi
linear berganda dalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik.
Model linear berganda akan lebih tepat digunakan dan menghasilkan
48
perhitungan yang lebih akurat apabila asumsi-asumsi berikut dapat
terpenuhi yaitu :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat atau variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk
mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis
grafik, baik dengan melihat grafik secara histogram ataupun melihat
secara Normal ProbabilityPlot. Normalitas dapat dilihat dari
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik normal P-Plot
atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Uji normalitas dengan grafik P-Plot akan membentuk suatu garis
lurus diagonal, kemudian plotting data akan dibadingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi normal garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Gambar 2 : grafik Uji Normalitas
Sumber : Output SPSS 22
49
Dari gambar di atas terlihat dalam grafik Normal P-P plot of
regression Standardized Residual, terlihat bahwa titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal (membentuk garis lurus), maka dapat dikatakan bahwa data
berdistribusi normal dan model regresi layak dipakai untuk
memprediksi Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan variabel bebasnya.
b. Uji Autokolerasi
Salah satu metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi dengan melakukan pengujian nilai Durbin Watson. Jika
nilai Durbin Waston lebih besar dari batas Durbin Watson dan kurang
dari jumlah variabel independen, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada autokorelasi. Adapun hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel
7 berikut:
Tabel 7 : Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .852a .726 .648 .53887 2.182
Sumber : Output SPSS 22
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai Durbin Waston menunjukkan nilai
sebesar 2,182 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien bebas dari
gangguan autokorelasi.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas perlu dilakukan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, jika
terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas.
50
Untuk mengetahui multikolinieritas antar variabel bebas tersebut, dapat
dilihat melalui VIF (Variance Inflation Factor) dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila nilai VIF (Variance
Inflation Factor) tidak lebih dari 5 berarti mengindikasi bahwa dalam
model tidak terdapat multikolinieritas. besaran VIF (Variance Inflation
Factor) dan Tolerance, pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinieritas adalah :
a. Mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) disekitar angka 1
b. Mempunyai angka tolerance mendekati 1
Adapun hasil pengujian teringkas dalam tabel berikut :
Tabel 8 : Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Investasi .006 164.393
Tingkat Komsumsi .006 164.393
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 8 di atas, maka dapat diketahui nilai VIF untuk
masing-masing variabel penelitian sebagai berikut :
Nilai VIF untuk variabel investasi sebesar 164.393 < 0,10 dan
nilai toleransi sebesar 0,006 > 0,10 sehingga variabel investasi
dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.
Nilai VIF variabel tingkat konsumsi rumah tangga sebesar
164.393 < 0,10 dan nilai toleransi sebesar 0,006 > 0,10
sehingga variabel tingkat konsumsi rumah tangga tidak terjadi
multikolonieritas.
51
d. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan variabel dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variabel dari residual
dari satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika variabel berbeda, disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
Heteroskedastisitas. Hasil pengujian ditunjukkan dalam gambar
berikut :
Gambar 3 : Grafik Heteroskedastisitas
Sumber : Output SPSS 22
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas antar variabel
independen dapat dilihat dari grafik p-plot antara nilai prediksi variabel
52
terikat dengan residualnya. Ada tidaknya gejalah heteroskedastisitas
dapat diketahui dengan dua hal antara lain :
a. Pancaran data yang berupa titik-titik membentuk pola tertentu dan
beraturan, maka terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika pancaran data berupa titik-titik dan membentuk pola tertentu
dan
menyebar diatas dan bawah sumbu Y, maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui bahwa data (titik-titk)
menyebar secara merata di atas dan di bawah garis nol, tidak
berkumpul di satu tempat serta tidak membentuk pola tertentu
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji regresi ini tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas.
2. Pengujian Regresi Linear Berganda
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat, serta menguji hipotesis penelitian yang
telah ditetapkan sebelumnya, berikut rekapitulasi hasil uji regresi
berganda:
Tabel 9 : Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.705 5.207 1.096
Investasi .007 .002 8.553 3.374
Tingkat
Komsumsi .009 .003 7.996 3.154
Sumber : Output SPSS 22
53
Berdasarkan tabel 9 di atas, terlihat bahwa nilai konstanta
sebesar 10.912 dan koefisien regresi (b1) sebesar 0.007 dan (b2)
sebesar 0.009. nilai konstan dan koefisien regresi (, b1, b2) ini
dimasukkan kedalam regresi linier berganda berikut :
Y = α + b1 x1 + b2 x2 + e
Sehingga persamaannya regresinya menjadi seperti berikut :
Pertumbuhan Ekonomi = 5.705 + 0.007 x1 + 0.009 x2 + e
Dari persamaan regresi berganda di atas dapat dilihat bahwa nilai
konstanta sebesar 5.705 berarti jika Investasi (X1) dan Tingkat
Konsumsi Rumah Tangga (X2) nilainya 0 atau konstan maka
Pertumbuhan Ekonomi (Y) nilainya sebesar 5.705 apabila koefisien
regresi Investasi (X1) meningkat sebesar 1% dengan asumsi variabel
independen lainnya tetap, maka Pertumbuhan Ekonomi (Y) meningkat
sebesar 0.007 begitu juga seterusnya dengan variabel independent
lainnya.
3. Pengujian Hipotesis
Selanjutnya dari persamaan regresi berganda dilakukan uji statistik
dengan prosedur pengujiannya sebagai berikut :
a. Uji Koefisien Derteminasi (R2)
Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa besar
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependennya. Nilai koefisien determinan yang mendekati satu
variabel independenya menjelaskan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Hasil perhitungan
54
koefisien determinasi penelitian ini dapat terlihat pada tabel 10
berikut:
Tabel 10: Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .852a .726 .648 .53887
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan output SPSS 22 tampak bahwa hasil dari perhitungan
diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,726 dengan kata
lain hal ini menunjukkan bahwa besar persentase variasi Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi yang bisa dijelaskan oleh variasi dari kedua
variabel bebas yaitu Investasi dan Tingkat Konsumsi Rumah Tangga
sebesar 85,2% sedangkan sisanya sebesar 0,15% dijelaskan oleh
variabel-variabel lainnya yang diluar penelitian.
b. Uji f
Uji F statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Hasil
perhitungan Uji f ini dapat dilihat pada tabel 11 berikut:
Tabel 11 : Hasil Perhitungan Uji f
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.395 2 2.698 9.290 .011b
Residual 2.033 7 .290
Total 7.428 9 Sumber : Output SPSS 22
55
Dari hasil regresi yang ditunjukkan pada tabel 11, pengaruh
variabel Investasi (X1), Tingkat Konsumsi Rumah Tangga (X2)
terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y), maka diperoleh nilai signifikan
0.011 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel
berpengaruh signifikan terhadap variabel serikat.
c. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen (Investasi dan Tingkat Konsumsi Rumah
Tangga) terhadap variabel dependen (Pertumbuhan Ekonomi),
sementara itu kedua variabel independen tersebut terhadap
Pertumbuhan Ekonomi ditunjukkan pada tabel 12 berikut:
Tabel 12: Hasil Perhitungan Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.705 5.207 1.096 .310
Investasi .007 .002 8.553 3.374 .012
Tingkat
Komsumsi .009 .003 7.996 3.154 .016
Sumber : Output SPSS 22
Pengaruh masing-masing variabel Investasi dan Tingkat Konsumsi
Rumah Tangga terhadap Pertumbuhan Ekonomi dapat di lihat dari
tingkat signifikan. Variabel Investasi memiliki signifikan 0.012 < 0,05
yang artinya variabel Investasi berpengaruh secara signifikan dan
berhubungan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi, dan variabel
Tingkat Konsumsi Rumah Tangga memiliki tingkat signifikan sebesar
0.016 < 0,05 yang artinya variabel Tingkat Konsumsi Rumah Tangga
56
berpengaruh secara signifikan dan berhubungan positif terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
C. Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis masing-masing variabel dependen dapat di
analisis sebagai berikut :
1. Uji Hipotesis Pengaruh Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dari tabel 12 menunjukkan bahwa nilai signifikan variabel Investasi
sebesar 0.012 bila dibandingkan dengan taraf signifikan (0,05),
menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari taraf signifikan (0.012 <
0,05) sehingga H0 ditolak H1 diterima, dengan demikian Investasi
berpengaruh secara signifikan dan berhubungan positif terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Berdasarkan hasil regresi Investasi berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi yang berarti sesuai dengan hipotesis awal
bahwa variabel Investasi berpengaruh signifikan dan berhubungan
positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Evrizal Hasan (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dan berhubungan positif dari investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat.
Menurut Jhingan (2003) melalui investasi maka kegiatan ekonomi
akan dapat berkembang dan kesejahteraan masyarakat dapat semakin
meningkat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Harrold-Domard (2008) yang menyatakan bahwa dalam ekonomi dua
57
sektor, investasi harus mengalami kenaikan agar perekonomian
mengalami pertumbuhan yang berkepanjangan dan pertambahan
investasi tersebut diperlukan untuk meningkatkan pengeluaran agregat.
Sukirno (2005) mengemukakan bahwa kegiatan investasi
memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkat kegiatan
ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat. peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting
dari kegiatan investasi, yakni : 1. Investasi merupakan salah satu
komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan
meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. 2.
Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah
kapasitas produksi. 3. Investasi selalu di ikuti oleh perkembangan
teknologi.
Dalam konteks pembangunan terutama di negara-negara yang
sedang berkembang. Investasi merupakan sasaran utama yang
kontribusinya sangat di andalkan dalam mengejar target pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat terutama dalam mengembangkan tingkat
pertumbuhan pendapatan asli daerah.
2. Uji Hipotesis Pengaruh Tingkat Konsumsi Rumah Tangga terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Dari tabel 12 menunjukkan bahwa nilai signifikan Tingkat Konsumsi
Rumah Tangga sebesar 0.016 bila dibandingkan dengan taraf signifikan
(0.016 < 0,05) sehingga H0 ditolak H1 diterima, dengan demikian Tingkat
Konsumsi Rumah Tangga berpengaruh secara signifikan dan
berhubungan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar.
58
Berdasarkan hasil regresi, tingkat konsumsi rumah tangga
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang berarti
sesuai dengan hipotesis awal bahwa variabel Tingkat Konsumsi Rumah
Tangga berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar.
Menurut Guritno Mangkoesoebroto, Pengeluaran konsumsi rumah
tangga merupakan nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk
membeli berbagai jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu.
Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga akan digunakan untuk
membeli makanan, pakaian, biaya jasa pengangkutan, membayar
pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan.
Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhannya.
Keputusan konsumsi rumah tangga dipengaruhi keseluruhan prilaku
baik jangka panjang maupun jangka pendek. Keputusan konsumsi
rumah tangga untuk jangka panjang adalah penting karena peranannya
dalam pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk analisa jangka pendek
peranannya penting dalam menentukan permintaan agregat.
Semakin besar pendapatan rumah tangga yang dimiliki seseorang
maka semakin besar pula tingkat pengeluaran konsumsi, dan jika tingkat
pengeluaran konsumsi naik maka akan berpengaruh positif pula
terhadap pertumbuhan ekonomi. Alasan mengapa dikatakan bahwa
konsumsi rumah tangga positif dengan pertumbuhan ekonomi adalah
adanya korelasi positif antara tingkat pendapatan seseorang akan
cenderung meningkatkan pola konsumsi mereka yang nantinya akan
59
meningkatkan permintaan di sektor konsumsi yang merupakan bagian
dari permintaan agregat yang mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi.
James Dussenberry (1998) teorinya menggunakan dua asumsi yaitu:
a.) selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah
interdependen. Artinya, pengeluaran konsumsi rumah tangga
dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang disekitarnya
(tetangga), sedangkan b.) Pengeluaran konsumsi adalah irrevesible.
Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan mengalami
penurunan. Duesenberry menyatakan bahwa teori konsumsi atas dasar
penghasilan absolute sebagaimana yang dikemukaakan oleh Keynes
yang tidak mempertimbangkan aspek psikologi seseorang dalam
berkonsumsi. Dussenberry menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi
rumah tangga sangat dipengaruhi oleh posisi atau kedudukan di
masyarakat sekitarnya.
Keputusan konsumsi rumah tangga dipengaruhi keseluruhan perilaku
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keputusan konsumsi
rumah tangga untuk jangka panjang adalah penting karena peranannya
dalam pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk analisa jangka pendek
peranannya penting dalam menentukan permintaan agregat.
Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga dalam
perekonomian tergantung pada pendapatan yang diterima oleh mereka.
Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula konsumsinya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Deprianto (2012), melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
60
Konsumsi dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota
Padang yang menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga
berpengaruh secara positif dan sgnifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Padang.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan bahwa variabel Investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
2. Dan Variabel Tingkat Konsumsi Rumah Tangga berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu :
1. Pemerintah daerah diharapkan dapat lebih meningkatkan investasi di
Kota Makassar melalui kebijakan menjaga stabilitas ekonomi,
memperbaiki sarana dan prasarana infrastruktur yang menunjang serta
mempermudah peraturan dalam berinvestasi sehingga dapat lebih
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.
2. Pemerintah daerah diharapkan dapat menarik investasi asing dengan
cara menciptakan iklim investasi yang kondusif, penyederhanaan proses
perijinan, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga
semakin meningkat dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota
Makassar.
61
3. Lebih meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang, serta lebih
meningkatkan peraturan yang konsisten dalam berinvestasi, sehingga
kepastian dan keamanan untuk berinvestasi lebih terjamin.
4. Diharapkan pemerintah berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat
melalui dinas-dinas terkait di masing-masing daerah maupun melalui
iklan di media massa seperti televisi dan papan reklame tentang
pentingnya menggunakan pendapatan yang diperoleh supaya
dipergunakan untuk melakukan konsumsi makanan dengan bijaksana
sesuai dengan kebutuhan tubuh menurut usia (melakukan konsumsi
makanan berdasarkan pola makan yang benar). Serta melakukan
pembelajaran sejak dini kepada siswa sekolah dasar atau tingkat
menengah tentang perlunya melakukan konsumsi makanan yang bergizi
seimbang.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ace, Partadireja. 1990. Pengantar Ekonomika. Yogyakarta: BPFE. Google.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Daerah.
BPFE Yogyakarta. Google.
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembanguna. Penerbit STIE YKPN Yogyakarta. Google
Ashari. Penerapan Metode Times Series Dalam Simulasi Forecasting Perkembangan Akademik Mahasiswa. STMIK AKBA. Jurnal.
Badan Pusat Statistik Kota Makassar. Produk Dosmetik Regional Bruto Kota Makassar Menurut Pengeluaran 2014-2018. Penerbit: Badan Pusat
Statistik Kota Makassar.
Badan Pusat Statistik Kota Makassar. Produk Dosmetik Regional Bruto Kota Makassar 2015-2019. Peneribit: Badan Pusat Statistik Kota Makassar.
Deprianto. 2012. Pengaruh Konsumsi dan Investasi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Padang. Jurnal.
Deprianto. 2012. Pengaruh Konsumsi dan Investasi Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Padang. Jurnal
Dumairy.1996. Perekonomian Indonesia, Cetakan Kelima. Erlangga. GoogleFebriananda, Fajar. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Dalam Negeri Indonesia Periode Tahun 1988 – 2009, Jurnal
Evrisal Hasan. 2014. Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.
Jurnal
Hakim, Abdul. 2002. Ekonomi Pembangunan. Ekonisia UII. Google.
https://makassarkota.bps.go.id/publication/2019/09/10/32e9779288a26f06309d5382/produk-dosmetik-regional-bruto-kota-makassar-menurut-pengeluaran-2014-2018.html
Indriantoro. 1999. Metodologi Untuk Aplikasi dan Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Google.
Irawan dan Suparmoko. 2002. Ekonomika Pembangunan, Edisi 6. Jakarta: BPFE
UGM, Google
Iriawan, N. Dan S. P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta. Penerbit: Andi. Google.
63
Jhingan L.M. 2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi Keenam
Belas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Google
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik, Edisi Ketiga. Yogyakarta: FE
UGM. Google
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Google.
Michale, James. 2001. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta. Ghalia. Google.
Novia Hadji Ali, D. E. 2009. Pengaruh Pengeluaran Konsumsi dan Investasi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Manado. Skripsi.
Puspita, Fitri. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi PMDN di Sumatera Utara, Universitas Sumatera Utara. Skripsi
Rafiq, Muhammad. 2016. Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2001-2010. Skripsi.
Rostow dan Musgrave. 1996. Pembangunan Ekonomi, Ekonomi Perencanaan Pembangunan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Google
Rustiono, Deddy. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi.
Santoso, I.N. 2005. Menganlisis Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang dan Kabupaten Bluto Provinsi Jawa Tengah. Skripsi.
Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. Google.
Sukirno, Sadono. 2001. Pembangunan Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:
BPFE UI.
Sukirno, sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan (Proses,Masalah,dan Dasar Kebijakan), Edisi Kedua. Kencana, Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada, Google
Sukirno, Sadono. 2012. Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Jakarta: Rajawali Pers,Google
Sukirno, Sadono. 2013. Makro Ekonomi, Edisi Ketiga, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Google
64
Sukrno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Google.
Suroto. 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, Edisi
Kedua. Gadja Mada University Pres. Yogyakarta. Google.
Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan. Penerbit
Salemba Empat Edisi Pertama.
Todaro, Michael P. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Google
Todaro, Michael P. 2010. Pembangunan Ekonomi , Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Google
Todaro, Michael. 2002. Ekonomi dan Pandangan Modern; Terjemahan. Jakarta, Bina Aksara. Google.
Wahab Abdul. 2012. Pengantar Ekonomi Makro. Samata: Alauddin University
Pers.
Yuliarmi. 2008. Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah di Provinsi Bali, Skripsi.
LAMPIRAN
HASIL UJI SPSS 22
UJI NORMALITAS
UJI AUTOKOLERASI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .852a .726 .648 .53887 2.182
UJI MULTIKOLINIERITAS
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Investasi .006 164.393
Tingkat Komsumsi .006 164.393
GRAFIK HETEROSKEDASTISITAS
ANALISIS REGRESI BERGANDA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.705 5.207 1.096 .310
Investasi .007 .002 8.553 3.374 .012
Tingkat
Komsumsi .009 .003 7.996 3.154 .016
PERHITUNGAN KOEFISIEN DETERMINASI (R square)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .852a .726 .648 .53887
PERHITUNGAN UJI F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.395 2 2.698 9.290 .011b
Residual 2.033 7 .290
Total 7.428 9
PERHITUNGAN UJI T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.705 5.207 1.096 .310
Investasi .007 .002 8.553 3.374 .012
Tingkat
Komsumsi .009 .003 7.996 3.154 .016