PENGARUH INTERNET BANKING, NPF, DPK DAN BOPO TERHADAP...
Transcript of PENGARUH INTERNET BANKING, NPF, DPK DAN BOPO TERHADAP...
PENGARUH INTERNET BANKING, NPF, DPK
DAN BOPO TERHADAP LABA (Studi pada PT Bank Syariah Mandiri)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
Nabela Hapsari
NIM : 109046100191
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ABSTRAK
Nabela Hapsari. NIM 109046100191. PENGARUH INTERNET BANKING,
NPF, DPK, DAN BOPO TERHADAP LABA (Studi pada PT Bank Syariah Mandiri).
Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengadaan internet
banking terhadap kinerja keuangannya dilihat dari nilai laba dan meliputi rasio NPF,
DPK, dan BOPO dengan menganalisa laporan keuangan tahunan sebelum dan
sesudah pengadaan internet banking pada Bank BSM.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah yang telah
menggunakan internet banking. Hingga 2015 ada 11 bank umum syariah yang terdiri
dari 5 bank yang sudah memiliki internet banking dengan tingkat transactional,
sedangkan 6 lainnya hanya menyediakan info melalui website atau tingkat
informational website. Metode yang digunakan yaitu analisis regresi dummy dengan
bantuan program SPSS untuk mengetahui gambaran yang menyeluruh mengenai
hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dari variabel
internet banking, variabel NPF dan variabel DPK terhadap laba bank, sedangkan
variabel BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap laba bank, pengaruh variabel
independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Indeks
Determinasi menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memiliki pengaruh
terhadap nilai variabel dependen sebesar 78% sedangkan sisanya sebesar 22% (100-
78) dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata Kunci : Internet Banking, Laba, BOPO, NPF, DPK
Pembimbing : M Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si.
Daftar Pustaka : Tahun 1985 s.d. Tahun 2015
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan hanya kepada pemilik seluruh
jiwa ini. Petunjuk dan cintaNya yang selalu dilimpahkan kepada penulis dalam
menjalani setiap langkah sehingga terselesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
“PENGARUH INTERNET BANKING, NPF, DPK, DAN BOPO TERHADAP
LABA (Studi pada PT Bank Syariah Mandiri)” dapat terselesaikan dengan baik
sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Strata-1 program Perbankan Syariah
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang turut
membantu terutama dukungan imateril yang tidak akan dapat penulis dapatkan
ditempat lain. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada
seluruh pihak khususnya kepada:
1. Bapak Dr JM Muslimin, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H selaku Ketua Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.
3. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing.
Terimakasih atas segala waktu, masukan, kesabaran, kebaikan hati dan
bimbingan yang senantiasa diberikan dalam proses bimbingan.
4. Ibu Ria Safitri, S.H, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
Terimakasih untuk nasehat yang diberikan selama penulis dalam masa studi.
vii
5. Bapak dan ibu dosen pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
masa studi.
6. Orangtua terbaik sepanjang zaman, Ibunda Rukiah -mama surgaku- dan
Ayahanda M Yazid -papa paling gantengku-, terimakasih atas semua kasih
sayang, cinta, rindu, bimbingan, kesabaran, dan doa terbaik mama papa.
Maafkan Ananda atas semua air mata, kecewa dan kesedihan tersebab Ananda
7. Abang dan Ayundaku tersayang, bang Dayat, yuk Liza. Terimakasih atas doa,
nasihat dan semangatnya selalu. Terimakasih sudah memberikan bang Azka
dan dek Naya.
8. Ibu Isnawati Rais, Bapak Hendra Kholid, Ibu Euis Amalia, Bapak Bukhori
Muslim, Bapak Ali Sakti, dan Ayunda Rika yang telah menjadi teladan dan
menginspirasi penulis untuk menjadi manusia yang lebih berilmu dan lebih
bermanfaat bagi orang lain.
9. Ronacible, Finally I know who and how I really am…
10. My dearest sister, para Pembelajar Sejati; Hielmiyani ‘miauw’ the lovely one,
Ma’rifah ‘fahri’ the so missed one, dan Rahayu ‘Ayuuuu’ the ever lasting one.
11. Personil KOMDA FSH 2007-2012 dengan ukhuwah hebatnya, Syiar On 7
dengan segala keasyikannya, Laskar LiSEnSi dengan semangat Ekonom
Rabbaninya, kalian luar biasa! Semoga selamanya...
12. Semua Agen Markas Kabayan, Fitri cantik, Nyai beautiful fighter, ka Ratna
bu guru, Vesi lampung girl yang nyasar ke Aceh, Rahmy Hafidzhah, Quartet
viii
tangerang, Mae Si Goldar B, Dede Reporter, Caca Hantu Cimory, Wiwin
anak rajin.
13. IGers Jabodetabek, Tak Kenal Henti.
14. Makhluk ketje di Izzatunnisa, krucil-krucil di Faskho yang selalu mendoakan
kakaknya ini, serta Lingkaran Huurin’in yang selalu ada untukku kembali.
15. Teman-teman Perbankan Syariah 2009 Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kelas PSF 2009.
16. Dan seluruh pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Jakarta, Mei 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
E. Sistematika Penulisan 9
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Laba 10
1. Pengertian Laba 10
2. Pengertian Laba Bersih 11
3. Pertumbuhan Laba 11
B. Analisis Kinerja Keuangan 12
C. Laporan Keuangan Syariah 15
x
1. Definisi Laporan Keuangan Syariah 15
2. Komponen Laporan Keuangan Syariah 15
3. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan 16
4. Pengguna Informasi Laporan Keuangan 17
D. Internet Banking 18
E. Dana Pihak Ketiga (DPK) 23
F. Non Performing Finance (NPF) 25
G. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 27
H. Revies Studi Terdahulu 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 35
B. Objek Penelitian 35
C. Jenis dan Sumber Data 35
D. Teknik Pengumpulan Data 36
E. Populasi dan Sampel 37
F. Teknik Pengolahan Data 38
G. Hipotesis Penelitian 38
H. Metode Analisa Data 38
1. Model Regresi 38
2. Definisi Operasional Variabel 39
3. Uji Asumsi Klasik 42
4. Uji Statistik 46
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 48
1. Sejarah PT Bank Syariah Mandiri 48
2. Visi dan Misi 49
3. Profil Internet Banking PT Bank Syariah Mandiri 50
B. Uji Asumsi Klasik 51
1. Uji Normalitas 52
2. Uji Autokorelasi 52
3. Uji Multikolinearitas 53
4. Uji Heteroskedasitas 55
C. Analisis Regresi Berganda 56
D. Uji Hipotesis 59
1. Uji t 60
2. Uji f 61
E. Pembahasan Hasil Penelitian 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 65
B. Saran 66
DAFTAR PUSTAKA 67
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Internet Banking Perbankan Syariah di Indonesia 6
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu 27
Tabel 4.1 Model Summary 52
Tabel 4.2 Coefficients 54
Tabel 4.3 Variabel Entered/Removed 56
Tabel 4.4 Model Summary 56
Tabel 4.5 Coeffiecients 57
Tabel 4.6 Uji Regresi Berganda Coefficients 60
Tabel 4.7 Anova 62
Tabel 4.8 Hubungan Variabel Independen terhadap Laba Bank 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teknologi berkembang setiap saat, merubah perilaku dan gaya hidup
masyarakat dunia. Perkembangan teknologi dalam telekomunikasi salah
satunya adalah telepon yang semulanya statis telah berubah menjadi mobile.
Kemudian, fasilitas internet sudah tertanam diperangkat mobile phone yang
harganya bisa dijangkau masyarakat menengah ke bawah. Ada pula
smartphone, dikenal sebagai produk telekomunikasi dengan teknologi canggih
yang mempunyai banyak fungsi, tidak sekedar alat komunikasi.
Menurut angka satistik yang dikeluarkan oleh Internet World Stats1,
pada akhir tahun 2012 Indonesia berada pada posisi ke 11, 20 besar teratas
untuk penggunaan internet sedunia, berada diatas Mesir, Korea, dan Turki.
Banyak faktor yang membuat Indonesia bisa meraih posisi tersebut. Provider
jaringan seluler Indonesia yang berlomba-lomba menyediakan produk paket
data internet untuk pelanggan dengan harga semurah-murahnya dan ditambah
dengan semakin banyaknya ruang publik yang menyediakan wifi gratis. Data
berikut adalah perkembangan jumlah masyarakat Indonesia yang mengakses
Internet yang diambil dari website Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia.
1 http://www.internetworldstats.com/top20.htm (diakses pada tanggal 3 Februari 2015 pukul 16.35)
2
Gambar 1.1
Statistik pengguna internet di Indonesia
Sumber : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)2
Dari data diatas, diakhir tahun 2013 pengguna internet diprediksi bisa
mencapai angka 82 juta jiwa, atau sepertiga penduduk Indonesia. Angka yang
tidak mustahil melihat perkembangan teknologi di Indonesia saat ini. Maka
dapat dipastikan, gaya hidup masyarakat Indonesia pun mengalamai
perubahan. Banyak hal yang tidak diperlukan lagi wujud fisiknya, semuanya
dilakukan dalam bentuk digital. Misalnya saja koran, kertas promosi, foto, dan
gambar, tidak perlu dicetak menggunakan kertas cukup dengan e-book,
komunikasi surat menyurat sudah ada email, bahkan uangpun sudah ada e-
money. Semuanya terasa lebih efisien dan efektif, menghemat waktu karena
2 www.apjii.or.id, (diakses pada Agustus 2014 pukul 20.00)
3
prinsip teknologi komunikasi adalah real time, saat dikirim saat itu pula
diterima.3
Maka, sektor ekonomi menjadi salah satu sektor yang sangat
terpengaruh oleh perkembangan teknologi ini. Masyarakat sudah mulai
mengenal e-commerce, perdagangan online dimana penjual tidak perlu
menyewa toko dan menghadirkan barangnya langsung. Cukup dengan sebuah
website, informasi barang yang dijadikan objek transaksi dapat diketahui
secara lengkap, rinci, tidak terbatas waktu, tidak terbatas tempat.
Dunia online yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia
menjadi sebuah pasar yang harus diperhatikan oleh para pelaku bisnis. Bisnis
perbankanpun semakin inovatif dalam mengembangkan produk jasa
perbankannya. Pada awalnya, perbankan menggunakan teknologi berbasis
sistem jaringan ini hanya untuk menghubungkan database dari kantor pusat ke
kantor cabangnya. Sekarang sudah berkembang menjadi banyak produk,
meliputi ATM (Automatic Teller Machine), Telephone Banking, PC Banking,
Internet Banking, TV Banking, dan Mobile.4 Perkembangan teknologi ini,
menjadi salah satu landasan dari kebijakan yang diambil pihak bank untuk
menarik perhatian konsumen agar menjadi nasabah.
Industri perbankan menggunakan internet sebagai saluran pasar yang
baru untuk menawarkan berbagai layanan jasa dengan aktivitas tanpa batas
3 Rhenald Kasali. Cracking Zone, cet 4 (Jakarta: PT Gramedia, 2011),
4 PBI nomor 9/15/PBI/2007 hal 3
4
melalui online banking. Ketersediaan delivery channel yang dapat diakses
selama 24 jam dan 7 hari seminggu sepanjang tahun akan menjadi suatu
keharusan bagi bank yang ingin tetap eksis dalam memperebutkan pasar ritel.
Fenomena internet menciptakan alternatif baru proses bisnis perbankan
dengan jangkauan layanan yang lebih luas.
Industri perbankan merupakan wilayah bisnis yang akan selalu
dibutuhkan dimasa depan dan membuat semakin banyak pesaing yang
bermain di industri ini. Pada saat ini tercatat ada sekitar 119 bank yang
berkembang di Indonesia per februari 2015.5 Maka ada banyak pesaing yang
akan mempengaruhi proses pengembangan bank. Menimbulkan masalah yang
tak dapat dihindari akibat persaingan yang ketat.
Berikut beberapa masalah yang sering ditemukan di industri perbankan
di dalam menghadapi perkembangan;6
1. bank harus mengejar pertumbuhan dan perluasan,
2. bank dituntut untuk memberikan pelayanan yang cepat dan
akurat,
3. perubahan teknologi,
4. perubahan struktur dana, dan
5. persaingan
5 http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/indonesia/Pages/spi_0215.aspx (diakses pada tanggal 20
april 2015, pukul 14.25) 6 Murti Sumarni, Marketing Perbankan (Yogyakarta: Liberti, 1997). h. 38-40
5
Pengaruh faktor eksternal seperti perubahan teknologi dan persaingan
membuat pihak manajemen bank harus bisa membuat langkah strategis agar
dapat bertahan dan memberi keuntungan yang maksimum bagi bank. Secara
khusus, perkembangan industri perbankan Indonesia memiliki market baru
seiring dengan berkembangnya market keuangan syariah di dunia. Industri
perbankan syariah berkembang di Indonesia dan menambah pemain baru dalam
persaingan industri perbankan.
Bank syariah memiliki market sharenya hanya 5%7 yang jumlahnya
jauh lebih kecil dari perbankan konvensional. Maka perbankan syariah di
Indonesia harus ikut mengatasi masalah perkembangannya dengan ikut
mengikuti perubahan teknologi dengan mengembangkan inovasi teknologi
seperti internet banking sebagai nilai tambah bagi calon nasabah agar dapat
bersaing dengan perbakan konvensional.
7 http://ekbis.sindonews.com/read/964020/34/ojk-market-share-bank-syariah-5-1423810057 (diakses
pada 31 Maret pukul 16.20)
6
Berikut dapat dilihat kondisi internet banking perbankan syariah di
Indonesia:
Tabel 1.1 Daftar Internet Banking Perbankan Syariah di Indonesia
No Nama Bank Transactional Internet Banking
Memiliki Tidak Memiliki
1 PT Bank Syariah Mandiri √
2 PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia √
3 PT Bank Syariah BNI √
4 PT Bank Syariah BRI √
5 PT. Bank Syariah Mega Indonesia √
6 PT Bank Jabar dan Banten √
7 PT Bank Panin Syariah √
8 PT Bank Syariah Bukopin √
9 PT Bank Victoria Syariah √
10 PT BCA Syariah √
11 PT Maybank Indonesia Syariah √
Sumber : hasil olahan data penulis dengan melakukan survey ke website masing-
masing bank
BSM adalah bank syariah yang pertama menyediakan layanan internet
banking yaitu pada akhir tahun 2007. Layanan jasa internet banking yang
disediakan memiliki banyak keunggulan dibanding internet banking bank
syariah yang lain. Dengan alasan keunggulan inilah BSM menjadi objek yang
akan dibahas dalam penelitian ini.
Keunggulan yang diberikan oleh jasa teknologi internet ini
meningkatkan pertumbuhan jumlah pengadaan internet banking di perbankan
7
nasional. Namun demikian, perlu dipelajari adakah pengaruh pengadaan
internet banking dengan profitabilitas bank.
Berdasarkan hal ini, penulis melakukan penelitian mengenai analisis
pengaruh pengadaan internet banking terhadap kinerja keuangannya dengan
menganalisa laporan keuangan tahunan sebelum dan sesudah pengadaan
internet banking karena laporan keuangan merupakan suatu dasar untuk
mengukur kinerja sebuah perusahaan.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah pada laporan keuangan
yang disajikan Bank BSM, dapat dilihat bahwa nilai rasio profitabilitas
setelah dan sebelum menggunakan internet banking mengalami pertumbuhan
yang terlihat dilihat dari nilai ROA, menyatakan ada perubahan. Hal ini
menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian laba pada bank. Peneliti
merasa perlu dilakukan penelitian apakah pengadaan internet banking akan
berdampak pada nilai NPF, DPK dan BOPO juga dan apakah menjadi faktor
yang mempengaruhi peningkatan laba bank.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penulis memberikan batasan terhadap penelitian yaitu sampel bank
yang dipilih. Penelitian ini akan dilakukan di Bank BSM karena Bank BSM
adalah bank syariah pertama yang telah menerapkan produk jasa internet
8
banking, yaitu sejak akhir 20078. Penulis akan menggunakan data laporan
keuangan kuartal I di tahun 2005 hingga kuartal III di tahun 2014 dengan
menganalisis nilai rasio keuangan Bank BSM yang tersedia baik di website
BSM maupun yang tersedia di website Bank Indonesia.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini, diuraikan sebagai
berikut:
1. apakah terdapat pengaruh internet banking terhadap
pendapatan laba Bank BSM?
2. apakah terdapat pengaruh non performing finance (NPF)
terhadap pendapatan laba Bank BSM?
3. apakah terdapat pengaruh dana pihak ketiga (DPK) terhadap
pendapatan laba Bank BSM?
4. apakah terdapat pengaruh biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO) terhadap pendapatan laba Bank BSM?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini mengambil rumusan masalah berdasarkan beberapa
tujuan dan manfaat yang ingin dicapai. Adapun tujuan itu untuk mengetahui
pengaruh internet banking terhadap pendapatan laba Bank BSM.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini, penulis tujukan untuk beberapa
pihak;
8 Laporan Tahunan Manajemen Bank BSM 2007
9
1. bagi penulis, semoga bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan menulis ilmiah penulis,
2. bagi bagi praktisi perbankan, penulis berharap semoga bisa
menjadi acuan dalam mengembangkan fasilitas perbankan,
3. bagi akademisi, penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat
untuk referensi penelitian selanjutnya,
4. dan terakhir bagi masyarakat luas, penulis berharap penelitian
ini bisa bermanfaat untuk mengenal profil bank syariah yang
ada di Indonesia.
E. Sistematika Penulisan
Penulis akan membagi skripsi ini menjadi lima bab pembahasan.
Kelima bab itu meliputi :
BAB I Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Kepustakaan. Bab ini akan menguraikan kontruksi model
teoritis yang digunakan dalam penelitian, gambaran perbandingan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya baik di dalam maupun di
luar negeri dengan penelitian ini, dan kerangka pemikiran
BAB III Metode Penelitian. Bab ini akan mendeskripsikan metodologi
penelitian yang meliputi jenis penelitian, objek penelitian, sumber
10
data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik analisis
data, dan hipotesis.
BAB IV Analisa dan Pembahasan. Bab ini akan membahas secara detail hasil
perhitungan dan analisa untuk melihat pengaruh variabel DPK, NPF,
BOPO, dan internet banking terhadap laba bank.
BAB V Kesimpulan dan Saran.
11
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Laba
1. Pengertian Laba
Laba merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur
keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Adanya pertumbuhan laba
dalam suatu perusahaan dapat menunjukkan bahwa pihak-pihak
manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang
dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Laba adalah hasil bersih
dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Maksimalisasi
laba merupakan maksimalisasi penghasilan perusahaan setelah pajak.
Maksimalisasi laba sering dianggap sebagai tujuan perusahaan.1
Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi pada
keuntungan atau laba. Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban
sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut
selama periode tertentu.2
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba adalah
seberapa besar sebuah perolehan pendapatan perusahaan dari kegiatan
penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang didalam usaha
1 Moeljadi, Manajemen Keuangan, (Malang: Bayu Media, 2006). h, 52
2 SR Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar, (Jakarta: Salemba Empat, 2004). h.245
12
itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan selama
periode tertentu.
2. Pengertian Laba Bersih
Laba bersih atau net underwriting result adalah keuntungan atau
kerugian pada portofolio perusahaan sebelum pendapatan investasi
perusahaan diperhitungkan. Laba merupakan salah satu informasi
potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat
penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi
laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang
bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi
kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, menakir
risiko investasi atau meminjamkan dana.
3. Pertumbuhan Laba
Laba merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur
keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Adanya pertumbuhan laba
dalam suatu perusahaan dapat menunjukkan bahwa pihak-pihak
manajemen telah berhasil dalam mengelola sumber-sumber daya yang
dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Suatu perusahaan pada
tahun tertentu bisa saja mengalami pertumbuhan laba yang cukup pesat
dibandingkan dengan rata-rata perusahaan. Akan tetapi untuk tahun
berikutnya perusahaan tersebut bisa saja mengalami penurunan laba.
13
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba
periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi
dengan laba pada periode sebelumnya.3
B. Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja berasal dari kata performance. Selain kinerja, performance
juga diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun hakikatnya,
kinerja bermakna lebih dalam, bukan hanya hasil kerja, tapi juga termasuk
bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Kinerja merupakan hasil pekerjaan
yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.4
Kinerja adalah keadaan yang harus diinformasikan dan diketahui
kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan pada suatu perusahaan atau
bank untuk mengetahui keberhasilan perusahaan atau dihubungkan dengan
visi yang dimilikinya serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu
kebijakan operasional yang diambil. Penilaian terhadap keinerja bank
diperlukan sebagai koreksi atas kebijakan bahan perencanaan untuk
menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha.5
Kinerja perusahaan disajikan dalam aspek keuangan dan juga aspek
non keuangan. Aspek keuangan dapat dinilai dari laporan keuangan yang
3 Warsidi dan Pramuka. Pemahaman Ekonomi Umum. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2000)
4 Wibowo, Manaejemen Kinerja, cet. 6, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.7
5 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 46
14
menyajikan nilai-nilai variabel rasio keuangan yang menjadi perhatian utama
bagai para pengguna informasi laporan keuangan. Sedangkan aspek non
keuangan bisa dilihat dari kepuasan nasabah ataupun pekerja, dan juga bisa
dilihat dari perkembangan aktivitas bisnis perusahaan dan lain sebagainya.
Menurut Ikatan Akuntasi Indonesia (IAI), laporan keuangan adalah
suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas.6 Kinerja keuangan merupakan sebuah indikator keberhasilan sebuah
perusahaan, karena kinerja keuangan mendeskripsikan kemampuan
perusahaan tersebut, sehingga dapat dilihat tingkat laba yang dimiliki oleh
bank.
Kinerja keuangan yang bagus mengindikasikan bahwa perusahaan
telah berhasil dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang
dimiliki. Analisis kinerja keuangan ini dapat bermanfaat untuk kepentingan
internal sebagai alat evaluasi kinerja pekerja, efesiensi operasi, dan kebijakan
kredit. Sehingga apabila hasil kinerja keuangan berhasil bisa menjadi motivasi
karyawan dalam mencapai tujuan dan target perusahaan. Serta, untuk
kepentingan eksternal dalam mengevaluasi potensi investasi dan keamanan
kredit bagi peminjam ataupun kepentingan lain.
Analisis kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisa
laporan keuangan. Metode yang paling umum digunakan untuk menganalisa
laporan keuangan adalah analisis rasio. Rasio menggambarkan suatu
6 http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=&id=413 diakses pada 18 maret 2015
15
hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain.7 Analisis rasio yang hanya terdiri dari satu
item perbandingan tidak dapat menghasilkan informasi, baik untuk
pengukuran kinerja ataupun informasi untuk pengambilan keputusan.
Informasi yang bisa digunakan diperoleh dari analisis rasio yang berasal dari
kumpulan rasio yang diolah hingga menghasilkan informasi yang dijelaskan
dalam beberapa jenis rasio, yaitu8:
1. rasio likuiditas
adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur likuiditas
perusahaan (Current ratio, Acid test ratio),
2. rasio leverage
adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Debt to
total assets ratio, net worth to debt ratio dan lain sebaginya),
3. rasio aktivitas
adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
berapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-
sumber dananya (inventory turnover, average collection period
dan lain sebagainya),
4. rasio profitabilitas
7 Id.wikipedia.org/wiki/rasio_keuangan diakses pada 12 maret 2015
8 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta:BPFE, 2001), h.331
16
yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on Sales,
return on total assets, return on net worth dan lain sebagainya),
C. Laporan Keuangan Syariah
1. Definisi Laporan Keuangan Syariah
Sesuai dengan ED PSAK 101 definisi dari laporan keuangan
adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas syariah.
2. Komponen Laporan Keuangan Syariah
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen
berikut9:
a. laporan posisi keuangan pada akhir periode,
b. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain,
c. laporan perubahan ekuitas,
d. laporan arus kas,
e. laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
f. laporan sumber dan penyaluran dana zakat,
g. laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan,
h. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijkan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lain,
i. informasi komparatif mengenai periode sebelumnya,
9 http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/download (diakses pada April 2015)
17
j. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif
yang disajikan ketika entitas syariah menerapkan suatu
kebijakan akuntansi secara retrospektif.
3. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan
keuangan dalam membuat keputusan ekonomi.10
Sedangkan manfaat laporan keuangan adalah:11
a. bagi pemilik perusahaan dapat menilai sukses atau
tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan
kesuksesan seorang manajer biasanya diukur dari laba
uang yang diperoleh perusahaan,
b. bagi pihak manajemen berguna untk menyusun rencana
yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan
menentukan kebijakan yang lebih tepat,
c. bagi investor dapat mengetahui prospek keuntungan di
masa mendatang dan pekembangan perusahaan di masa
selanjutnya, mengetahui jaminan investasi dan
10
ED PSAK 101 (2014) 11
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, (Yogyakarta: BPFE, 2002), h.2
18
mengetahui kondisi kinerja atau kondisi keuangan
jangka pendek perusahaan tersebut,
d. bagi kreditur dapat mengetahui prenentuan
kebijaksanaan penanaman modal, apakah perusahaan
mempunyai prospek yang cukup baik dan akan
diperoleh keuntungan (rate of return) yang cukup baik,
e. bagi pemerintah untuk mengetahui besarnya pajak yang
harus ditanggung oleh perusahaan,
4. Pengguna Informasi laporan keuangan
Adapun pihak yang membutuhkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan sesuai kebutuhan masing-masing, meliputi:
a. investor sekarang dan investor potensial, hal ini karena
mereka harus memutuskan apakah akan membeli,
menahan atau menjual investasi atau penerimaan
deviden
b. pemilik dana qardh, untuk mengetahui apakah dan
qardh dapat dibayar pada saat jatuh tempo,
c. pemilik dana syirkah temporer, untuk pengambilan
keputusan pada investasi yang memberikan tingkat
pengembalian yang bersaing dan aman
d. pemilik dana titipan, untuk memastika bahwa titipan
dana dapat diambil setiap saat
19
e. pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan
wakaf, untuk informasi tentang sumber dan penyaluran
dana tersebut
f. pengawas syariah, untuk menilai kepatuhan
pengelolaan lembaga syariah terhadap prinsip syariah
g. karyawan, untuk memperoleh informasi tentang
stabilitas dan profitabilitas entitas syariah
h. pemasok dan mitra usaha lainnya, untuk memperoleh
informasi tentang kemampuan entitas membayar utang
pada saat jatuh tempo
i. pelanggan, untuk memperoleh informasi tentang
kelangsungan hidup entitas syariah
j. pemerintah serta lembaga-lembaganya, untuk
memperoleh informasi tentang aktifitas entitas syariah,
perpajakan serta kepentingan nasional lainnya
k. masyarakat, untuk memperoleh informasi tentang
kontribusi entitas terhadap masyarakat dan negara.
D. Internet banking
Internet banking adalah salah satu pelayanan jasa Bank yang
memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi
dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet, dan merupakan
20
Bank yang hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalu internet,
sehingga pendirian dan kegiatan internet only bank tidak diperbolehkan.12
Jasa internet banking merupakan produk yang memberi sebuah arah
baru dalam perbankan, internet banking bisa menjadi sebuah media saluran
distribusi dan perluasan bisnis. Jasa-jasa ini sudah mengubah kebiasaan
keuangan masyarakat. Orang sudah dapat menerima gaji, membeli makanan,
belanja aksesoris, dan mencicil gadget tanpa memegang uang tunai. Begitu
pula perusahaan-perusahaan dapat membayar rekening dan bertransaksi
dengan pelanggannya tanpa pertukaran uang tunai. 13
Internet menghilangkan batas tempat dan waktu, dua asas yang cukup
esensial di bidang hukum. Terhubungnya sebuah sistem informasi dengan
internet membuka peluang adanya kejahatan melalui jaringan komputer. Hal
ini menimbulkan tantangan bagi penegak hukum. Hukum dari sebagian besar
negara di dunia belum menjangkau daerah cyberspace. Saat ini hampir semua
negara di dunia berlomba-lomba untuk menyiapkan landasan hukum bagi
internet.14
12
Surat Edaran BI No.6/18/DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko Pada Aktifitas Pelayanan Jasa
Bank Melalui Internet (Internet banking) 13
Allem H. Lipis et al., Perbankan Elektronik, Jakarta: Rineka Cipta, 1985, terjemahan Drs. A.
Hasymi Ali, Hal 5. 14
Budi Raharjo. Keamanan Sistem Informasi Berbasis Internet. Jakarta: PT Indocisc, 2005, hal 132
21
Terdapat 3 tingkatan internet banking15
diklasifikasi berdasarkan
kemampuannya, yaitu :
1. Entry / Informational
Merupakan tingkatan atau tahapan yang paling sederhana, yaitu
hanya menyediakan informasi statistik mengenai bank tersebut serta
jasa/produk yang ditawarkan. Tingkatan ini tidak lebih dari sekedar
brosur elektronik dari suatu bank. Tingkatan risikonya sangat rendah
karena tidak terhubung dengan data base bank.
2. Intermediate / Communicative
Pelayanannya lebih luas daripada sekedar memberikan
informasi, karena nasabah bisa melakukan interaksi dengan bank
penyedia jasa internet banking secara terbatas. Misalnya, account inquiry,
online account application, electronic mail, dan sebagainya. Dalam
tahapan ini tidak ada execution of transaction sama sekali. Tingkatan ini
memiliki risiko yang lebih besar dari tingakatan sebelumnya,
informational website.
3. Advance / Transaction
Tingkatan ini adalah yang paling lengkap dan dapat
menampilkan seluruh transaksi yang diperlukan oleh nasabah termasuk
transfer dana pembayaran, tagihan dan lain-lain, seperti layaknya
pelayanan melalui counter atau ATM kecuali penarikan kas.
15
Nasser Atorf, dkk, Internet banking di Indonesia, Jurnal Manajemen VOL I, 2002, hal 2
22
Penelitian ini mengambil sampel bank BSM yang telah menggunakan
fasilitas internet banking dengan tingkatan ketiga, yaitu internet banking
advance / transaction.
Internet banking merupakan sebuah model bisnis elektonik yang
didefinisikan oleh Jean-Michel Sahut sebagai konsep baru dari model bisnis
yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Model bisnis elektronik ini
meliputi 4 bentuk, yaitu:16
1. vertical portal, menawarkan informasi keuangan seperti Yahoo
finance
2. aggregator, berperan sebagai orang ketiga yang dapat menjadi
mediator dalam transaksi online untuk mencegah penipuan,
seperti broker
3. speciality manufacturer, merupakan penyedia jasa keuangan
yang mendistribusikan jasa melalui jaringan mereka sendiri
ataupun pihak yang sudah bekerja sama, model ini berupa jasa
perbankan, visa, dll
4. company sites, merupakan jasa keuangan secara online, baik
itu bank, investasi, ataupun asuransi.
16
Jean Michel Sahut, Business Model of Internet Banks, Switzerland (didownload dari
http://ssrn.com/abstract=1755496
23
Hubungan Internet Banking terhadap Peningkatan Laba
Bank of Scotland telah menggunakan internet banking semenjak lebih
dari 25 tahun yang lalu. Penelitian yang dilakukan oleh Booz et al. pada tahun
1997 menunjukkan bahwa pemanfaatan internet menjadi salah satu alternatif
yang secara efektif mampu menekan beban biaya dalam menjangkau
konsumen jasa keuangan. Survey yang dilakukan di Amerika pada tahun
2000, menunjukkan bahwa penggunaan internet banking memiliki beban
biaya termurah dibanding pemanfaatan kantor cabang, telepon, ATM dan PC
Banking. Internet Banking dianggap sebagai suatu proses inovasi yang
memiliki fungsi utama sebagai subtitusi pengadaan kantor cabang untuk
memperluas jasa perbankan.17
Penelitian yang dilakukan Degado et. al pada 2007 terhadap 72 bank
komersial di spanyol periode 1994-2002 menunjukkan bahwa pengadopsian
internet banking membutuhkan waktu hingga bisa memberikan pengaruh
terhadap kinerja keuangan. Membutuhkan waktu satu tahun setengah untuk
melihat nilai ROA (return on asset) mengalami peningkatan yang signifikan
dan butuh tiga tahun untuk nilai ROE (return on equity). Dalam konteks ini,
internet banking digunakan lebih sebagai pelengkap dari pada sebagai
pengganti pengadaan kantor cabang.18
17
De Young et al., How the Internet affects output and performance…, J. Bank Finance (2006) 18
Ibid., h.7
24
Jadi, pada dasarnya fitur internet banking adalah salah satu inovasi
yang diupayakan pihak bank untuk memberikan pelayanan lebih terhadap
nasabah mereka dengan asumsi mendapatkan feedback berupa peningkatan
laba bank.
E. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari
masyarakat yang terhimpun melalui produk giro wadiah, tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah. DPK yang dimiliki oleh bank akan
disalurkan ke berbagai jenis pembiayaan. Semakin besar keuntungan yang
diraih bank dengan bagi hasil, maka akan menarik nasabah untuk
menempatkan dananya di bank syariah. Nasabah akan membandingkan secara
cermat antara expected rate of return yang ditawarkan oleh bank syariah
dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional. Hal ini
akan menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah nasabah dan dana pihak
ketiga.19
Dana pihak ketiga ini terdiri dari beberapa kategori, yaitu:20
a) Giro
Giro yang pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya tetap
sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak
membayar apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak
19
Nur Kurnaliyah. Pemodelan Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syariah dengan Metode System
Dynamics. (Jakarta: UIN Jakarta, 2011). h.30 20
Zainul Arifin. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah.(Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006). h.41
25
mengenakan biaya layanan (service charge). Dana giro ini boleh
dipakai bank syariah dalam operasional bagi hasil (profit sharing).
Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh
bank dan dilihat sebagai pinjaman depositor kepada bank.
Beberapa ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana
dana diterima bank sebagai simpanan untuk keamanan (wadi’ah
yad al dhamanah).
b) Tabungan
Tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana ada
beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik.
Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada
bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama
kecuali bahwa penabung tidak memperoleh hasil yang pasti.
Menurut para ulama, penabung boleh menerima hasil yang
berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank dan setuju
untuk berbagai resiko dengan bank.
c) Deposito
Deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran
kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga,
deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari
laba/rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya
26
rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu
dapat mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda – beda. Giro
dan tabungan itu dikumpulkan (pooled) menjadi satu dengan
rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama
bagi kegiatan pembiayaan (financing).
Hubungan antara DPK dengan laba bank
Dalam teorinya dana pihak ketiga berpengaruh secara signifikan dan
memiliki hubungan yang positif terhadap perkembangan laba bank syariah.
Semakin tinggi jumlah dana pihak ketiga maka akan semakin besar laba yang
diperoleh oleh bank. Karena dana pihak ketiga merupakan suatu variabel yang
sangat penting dalam mengukur laba pada bank syariah, karena hampir
seluruh dana dari masyarakat (DPK) disalurkan kembali ke masyarakat dalam
bentuk pembiayaan, pendanaan, tabungan maupun deposito yang menjadi
salah satu sumber pendapatan bank.
F. Non Performing Finance (NPF)
Menurut Wiraatmadja pembiayaan bermasalah (NPF) adalah
pembiayaan yang tidak dapat atau berpotensi untuk tidak mampu
mengembalikan pembiayaan bersdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui
dan ditetapkan bersama secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda
terlebih dahulu.21
Sedangkan menurut Veithzal, pembiayaan bermasalah
berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau
21
Dendawijaya Lukman. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009)
27
memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok
atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan
timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk
golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang
berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.22
Analisis ini menggunakan tingkat pembiayaan bermasalah yang
dihadapi oleh perusahaan, semakin besar tingkat NPF ini maka semakin tidak
baik. Non Performing Financing atau Non Performing Loans dalam
perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong tidak lancar / macet
yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Proses pemberian
dan pengelolaan pembiayaan yang baik diharapkan dapat menekan NPF
sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh
kemampuan bank-bank syariah dalam menjalankan proses pemberian kredit
dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan
pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian
bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar.
Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari rasio
pembiayaan bermasalah (NPF) dan pembentukan cadangan (cash provision).
Semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang dihadapi bank, karena akan
22
Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management: Conventional & Sharia System.”
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007)
28
mempengaruhi permodalan bank tersebut karena dengan NPF yang tinggi
akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang terbentuk. Bila hal ini terus terjadi
maka mungkin saja modal bank tersebut akan tersedot untuk membayar
PPAP, karena itulah bank menginginkan NPF yang rendah, nilai NPF yang
rendah akan meningkatkan nilai laba bank syariah.
Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal
5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank
yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh.
Hubungan antara NPF dengan laba bank syariah
Variabel ini berpengaruh secara signifikan serta memiliki hubungan
yang negatif terhadap laba bank syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan
bahwa adanya pembiayaan bermasalah akan memberikan disinsentif terhadap
bank syariah. Semakin tinggi tingkat NPF maka semakin besar dana
penghapusan yang harus dikeluarkan oleh bank.
G. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO merupakan rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank
dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya
tenaga kerja, biaya pemasaran, dan lain-lain). Pendapatan operasional merupakan
pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan
29
dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya.23 Rasio BOPO
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1,
sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1. Dengan kata
lain, BOPO berhubungan negatif dengan kinerja bank sehingga diprediksikan
juga berpengaruh negatif terhadap perubahan laba.
Hubungan antara BOPO dengan laba bank
Semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan24 atau dengan kata lain semakin tinggi rasio
BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya maka laba yang
dapat dicapai bank semakin meningkat.
H. Review Studi Terdahulu
NO Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
1. Impact of Internet
banking on
Bank’s
performance: the
Indian
Experience oleh
Analisis
multivariate.
Dengan sample
sebanyak 85 bank
di India (49
memiliki internet
Bank dengan internet
banking memiliki kinerja
keuangan yang lebih baik
daripada yang tidak
menyediakan.
Penelitian ini
dilakukan di
Indonesia dengan
sampel Bank BSM
dari periode 2005-
2014.
23
Dendawijaya Lukman. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009) 24
Almilia, dkk, “Analisa Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga
Perbankan Periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 7 No 2 (2005): hal.12
30
Pooja Malhotra
The South Asian
Journal of
Management.
Oktober –
Desember 2006
banking dan 36
tidak) dalam
periode 1986-2006
Variabel dependen
meliputi ROA,
ROE, dan NPA.
Variabel
independen
meliputi internet,
size, equity, loans,
opcost, niincome,
npa, demand,
spread, ownpub,
ownpvt, inf
Variabel
independen
meggunakan DPK,
BOPO, NPF dan
dummy internet
banking sedangkan
variabel
dependennya hanya
meliputi nilai laba
2. Adopting Internet
banking Services
in a Small Island
State: Assurance
of Bank Service
Quality oleh Dr
Hattice Jenkins,
Metode kualitatif
dengan wawancara
kepada pihak bank
pelaksana internet
banking
Alasan penyediaan fitur
internet banking bukan
karena profit jangka
pendek. Walaupun pasar
internet banking tidak
terlalu besar, pihak
manajemen tetap
Metode penelitian
ini merupakan jenis
penelitian
kuantitatif dengan
regresi variabel
dummy, dan
penelitian oleh Dr
31
Managing Service
Quality: An
International
Journal, Vol. 17
Iss: 5, pp.523 –
537. 2007
mengadakan fitur internet
banking untuk
mempertahankan kualitas
pelayanan bagi nasabah
dimasa depan.
Hattice Jenkins
berangkat dari
fakta bahwa market
sharenya yang
telihat tidak
potensial
3. E-banking and
Bank
Performance
Evidence from
Nigeria oleh
Oginni Simon
Oyewole,
Mohammed
Abba, El-maude,
Hibreel Gambo,
Arikpo, I. Abam .
International
Journal of
Scientific and
Technology.
Menggunakan data
panel terhadap 8
sampel bank dari
periode 1999-2010.
Variabel dependen
meliputi kinerja
bank, ROA, ROE,
dan NIM.
Variabel
independen
meliputi likuiditas,
risiko kredit, rasio
keverage, biaya
operasional, size,
market power,
Tahun pertama NIM
berdampak negatif karena
biaya pengadaan ebanking
yang tinggi dan tidak ada
pengaruh signifikan
terhadap ROA dan ROE
tapi ditahun kedua
pengadaan ebanking
terdapat pengaruh positif
yang signifikan terhadap
ROA dan NIM
Jumlah sampel
yang digunakan
hanya 1 karena
keterbatasan
kriteria, dan
periode penelitian
dari tahun 2005-
2014. Variabel
dependen yang
digunakan hanya
tingkat laba,
kemudian variabel
independennya
juga berbeda
karena sampel yang
32
Agustus 2013 ebanking.
Variabel control
meliputi Bcon
(variabel dummy),
inflasi, tingkat
pertumbuhan GDP
digunakan hanya 1,
kemudian penulis
juga tidak
memasukkan
variabel makro
ekonomi seperti
inflasi dan tingkat
pertumbuhan GDP
4. Analisis Pengaruh
Penggunaan
Internet banking
terhadap Kinerja
Keuangan
Perbankan oleh
Siti Rahma
Yuliati Skripsi
FISIP UI, 2008
Analisis univariate
Variabel dependen
meliputi ROA dan
ROE
Variabel
independen
meliputi loggaset,
logage,
equity,loans,
niincome, bopo,
fixedcost,
creditrisk,
laborcost,
Ada perbedaan rata-rata
pada ROA, ukuran modal,
pendapatan non-
tradisional, BOPO, beban
pegawai, beban bunga, dan
risiko kredit bank antara
sebelum dan sesudah
menyediakan fasilitas
internet banking, tidak ada
perbedaan rata-rata pada
ROE dan asset tetap antara
sebelum dan sesudah
menyediakan fasilitas
Penelitian ini hanya
menganalisa
sampel perbankan
syariah di
Indonesia,
sedangkan
penelitian yang
dilakukan oleh Siti
Rahma, tidak
memasukkann
bank syariah dalam
populasi
samplenya.
33
financing.
Sampel yang
digunakan ada 8
bank periode
januari – maret
2008
internet banking, terdapat
pengaruh dari ukuran
model dan risiko kredit
terhadap ROA bank, tidak
terdapat pengaruh ukuran
bank, umur bank,
pendapatan non
tradisional, BOPO, asset
tetap, beban pegawai, dan
beban bunga terhadap
ROA bank, terdapat
pengaruh dari beban bunga
dan risiko kredit terhadap
ROE bank, dan tidak
terdapat pengaruh dari
ukuran bank, umur bank,
ukuran modal, pendapatan
tradisional, BOPO, aset
tetap dan beban pegawai
terhadap ROE bank
Variabel dependen
yang digunakan
penulis hanya nilai
laba, variabel
independen yang
meliputi
karakteristik bank-
bank yang jadi
objek penelitian,
sedangkan
penelitian penulis
tidak perlu karena
hanya
menggunakan satu
sampel.
5. Analisis Kinerja Menggunakan Hasil dari analisis Variabel
34
Bank-Bank yang
Menggunakan
Internet banking
di Indonesia oleh
Riza Anantya
Pradhana. Skripsi
Fakultas Ekonomi
Universitas
Indonesia 2008.
analisis univariate
dan multivariate
terhadap 34 bank
yang tidak
memiliki internet
banking dan 12
bank yang
memiliki internet
banking.
Variabel dependen
meliputi ROA.
Variabel
independen
meliputi loggaset,
logage,
equity,loans,
niincome, bopo,
creditrisk,
laborcost,
financing, inflasi,
internet, dan
univariate
memperlihatkan bahwa
bank-bank yang
menggunakan internet
banking memiliki ROA
yang lebih besar dan
menghadapi risiko kredit
yang lebih
rendah dibanding non-
internet banking.
Karakteristik lainnya
menunjukkan bahwa bank
dengan internet banking
memiliki efisiensi pada
beban pegawai dan
pendapatan yang
tinggi pada pemasukan
non-tradisional. Pada
analisis multivariate,
hasilnya memperlihatkan
bahwa penggunaan
independen yang
dianalisa penulis
tidak meliputi
karakteristik bank
yang digunakan di
penelitian Riza
Anantya karena
sample bank yang
diteliti hanya satu,
kemudian penulis
tidak
menambahkan
variabel kontrol
seperti inflasi ke
dalam penelitian.
Selebihnya, hampir
sama, menganalisa
dengan rasio
keuangan, penulis
hanya
menggunakan
35
ownpub internet
banking memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap profitabilitas
bank pada
periode tahun 2003-2006.
DPK, NPF, dan
BOPO
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi
kasus dengan metode deskriptif pada perusahaan, yaitu dengan cara
menganalisis data-data laporan keuangan yang kemudian ditabulasikan untuk
menentukan tingkat profitabilitas bank tersebut. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif karena menggunakan data yang dapat diukur.1
B. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Bank BSM yang telah
menggunakan internet banking sejak akhir tahun 2007 dan merupakan bank
syariah pertama yang menggunakan internet banking.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu adalah data berupa angka-angka. Data yang digunakan dalam penelitian
ini berupa laporan keuangan bank, yang berupa data sekunder. Data sekunder
merupakan sumber data dari penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah data
sekunder, yaitu data rasio keuangan yang diperoleh dari website Bank BSM
dan dari website Bank Indonesia.
1 Suliyanto, Metode Bisnis Riset, (Yogyakarta:Penerbit Andi,2005). h.135
37
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik studi
pustaka dan teknik dokumentasi.
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha guna
memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan
data penelitian yang diperoleh. Data tersebut dapat diperoleh dari
literatur, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan
penelitian.
Dalam hal ini penulis menggunakan buku yang berkaitan
dengan Manajemen Perbankan, Metodologi Penelitian, dan
sebagainya. Selain itu, penulis juga menggunakan media internet
sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data
penelitian yang dilakukan.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik ini hampir sama dengan teknik kepustakaan, tapi
teknik ini lebih ke data yang bersidat historis, bisa berupa foto,
tidak hanya tulisan dan bagan. Dan sumber dalam mengakses data
yang disediakan adalah sumber terpercaya dan valid.
E. Teknik Pengolahan Data
Data yang ada dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan
software microsoft excel 2007 dan SPSS 20
38
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan yang bersifat sementara
dari suatu permasalahan yang diajukan, dimana kebenarannya masih perlu
diuji kebenarannya.
Dalam penelitian ini, hipotesis diterapkan berdasarkan perumusan
masalah yang ada, yaitu untuk menguji apakah variabel internet banking
memiliki pengaruh terhadap laba bank dengan menganalisa rasio-rasio
keuangan Bank BSM. Dengan demikian, rumusan hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari internet banking, NPF, DPK
dan BOPO terhadap laba bank yang dianalisis melalui rasio keuangannya
Ha = Ada pengaruh yang signifikan dari internet banking, NPF, DPK dan
BOPO terhadap laba bank yang dianalisis melalui rasio keuangannya.
G. Metode Analisa Data
1. Model Regresi
Dalam penelitian ini, data akan dianalisa dengan regresi variabel
dummy, dimana salah satu variabel independennya bersifat kualitatif.
Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yt = a + b1 Dt + b2X1t + b3X2t + b4X3t + e
Dimana:
Y = variabel dependen, yaitu laba bank
a = konstanta
39
b1, b2, b3, = koefisien regresi sementara dari variabel independen
D = variabel dummy internet banking
X1 = variabel independen 1 (DPK)
X2 = variabel independen 2 (NPF)
X3 = variabel independen 3 (BOPO)
t = waktu
e = error term
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan,
dimana hasil dari penelitian ini merupakan hasil dari perhitungan
statistik dan pengujian atas hipotesis dengan menggunakan analisis
jalur. Perhitungan dilakukan dengan bantuan software program SPSS
Versi 20.0 dengan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 95% (a =
0,05).
2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba. Laba
adalah pendapatan yang dilihat dari selisih antara pendapatan total
perusahaan dengan biaya totalnya. Besarnya laba dapat dilihat dari
laporan laba rugi perusahaan yang menunjukkan sumber darimana
40
penghasilan diperoleh serta beban yang dikeluarkan sebagai beban
perusahaan.2
𝜋 = TR − TC
Dimana,
𝜋 = laba / profit
TR = total pendapatan (revenue)
TC = total beban (cost)
b. Variabel Independen
Variabel independen dari penelitian ini terdiri dari dummy
internet banking, DPK, NPF, dan BOPO.
1) Variabel Dummy Internet Banking
Dalam penelitian ini, dibutuhkan satu variabel
tambahan, yaitu variable dummy, variabel ini bukan jenis lain
dari variabel dependen-independen, namun menunjukkan
sebuah variabel yang nilainya telah ditentukan oleh peneliti.
Variabel yang dianalisis dengan model regresi dapat
berupa variabel kuantitatif dan dapat pula kualitatif. Variabel
kualitatif ini disebut dengan istilah variabel dummy. Nilai
variabel kualitatif dalam model diberi nilai 0 dan 1 untuk
masing-masing kategori. Nilai 0 biasanya menunjukkan
2 Kusnadi, Marwan dan K Karisman, Pengantar Bisnis dan WIrausaha. (Jakarta: Taroda, 2004), h.12
41
kelompok yang tidak mendapat sebuah perlakuan dan 1
menunjukkan kelompok yang mendapat perlakuan.
Dalam persamaan ini variabel dummy adalah variabel
internet banking, dimana periode sebelum penggunaan
internet banking bernilai 0 dan sesudah penggunaan internet
banking bernilai 1.
2) Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sumber dana dari masyarakat (dana pihak ketiga) ini
merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan
operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank
jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.
Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan relatif
lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya.
3) Non Performing Financing (NPF)
NPF merupakan proksi dari harga input perusahaan.
Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu
risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya
kembali pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang
dilakukan oleh pihak bank.3
3 Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005). h.359
42
Non Performing Financing (NPF) dipaparkan dalam
laporan keuangan, yang berfungi untuk mengukur tingkat
permasalahan pembiayaan.4
NPF =Pembiayaan (KL, D, M)
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
4) Rasio Biaya Operasional
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank melakukan kegiatan operasinya.
BOPO =Biaya Operasional
Pendapatan Operasional 𝑥100%
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan bahwa data yang
digunakan beristribusi normal dan dalam model tidak mengandung
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik
harus dilakukan hanya pada analisis regresi linear berganda sedangkan
pada analisis regresi linear sederhana tidak ada prasyarat uji asumsi
klasik.
Pada analisis regresi linear berganda dimana datanya berupa data
time series (penelitian dilakukan lebih dari satu periode/ berkala/berseri)
maka uji asumsi klasik yang digunakan uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Namun
4 Dwi Nur’aini Ihsan. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013)
h.98
43
jika data penelitian adalah data cross section (penelitian hanya satu
periode) maka uji asumsi klasik yang digunakan hanya uji
multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya masing-masing variabel penelitian. Dalam penelitian
ini uji normalitas dilakukan dengan uji One Sample
Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi
0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi
lebih besar dari 0,05 atau 5%.
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidak adanya hubungan linier diantara variabel independen
dalam model regresi. Syarat berlakunya model regresi ganda
adalah antar variabel bebasnya (variabel independen) tidak
memiliki hubungan sempurna atau mengandung
multikolinieritas. Deteksi terhadap adanya mulkolinieritas
dalam penelitian ini adalah dengan melihat besaran Variance
inflation factor (VIF) pada model regresi. Pada umumnya jika
VIF > 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan
multikolinieritas dengan variabel lainnya. Sedangkan apabila
44
model regresi diperoleh VIF < 5, maka dalam model tersebut
tidak terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui
apakah terjadi ketidaksaman varians dari residual untuk semua
pengamatan dalam model regresi. Prasyarat yang harus
terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala
heteroskedastisitas. Untuk mengetahui gejala
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati
scatterplot model tersebut. Model yang bebas dari
heteroskedastisitas memiliki grafik scatterplot dengan pola titik
yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t sebelumnya pada model
regresi linier yang dipergunakan. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi.
Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi
autokorelasi.5 Terjadinya autokorelasi atau tidak dapat dilihat
dari nilai Durbin-Watson. Bila nilai statistik DW terletak
5 Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 92.
45
diantara du < dw < 4-du maka dapat dikatakan tidak terjadi
autokorelasi positif maupun negatif, atau jika nilai statistik DW
mendekati angka 2. Tabel DW terdiri dari nilai batas bawah
(dL) dan batas atas (dU), nilai-nilai ini dapat digunakan sebagai
pembanding uji DW dengan aturan sebagai berikut:6
- DW < dL; berarti ada korelasi yang positif atau
kecenderungannya ρ = 1.
- dL ≤ DW ≤ dU ; tidak dapat diambil kesimpulan
- dU< DW < 4 –dU ; tidak ada korelasi positif maupun
negatif.
- 4 – dU ≤ DW ≤ 4-dL ; tidak dapat mengambil
kesimpulan.
- DW > 4-dL ; ada korelasi negatif.
Selain dengan menggunakan uji durbin-watson (DW),
uji autokorelasi dalam penelitian ini juga akan menggunakan
uji run jika nilai DW tidak dapat diambil kesimpulan.
Run test digunakan untuk melihat data residual bersifat
random atau tidak, untuk melihat hasilnya maka dilihat dari
6 Nachrowi D Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Popular dan Praktis Ekonometrika untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2006), h.191-192.
46
output SPSS, jika nilai sig > α (0,05) berarti residual bersifat
random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.7
4. Uji Statistik
a. Uji F
Uji f dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikatnya. Jika nilai F-hitung > F-tabel maka secara
bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
b. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui variabel independen
secara individu berpengaruh terhadap variabel dependennya.
Jika nilai t-hitung > t-tabel atau sebaliknya maka variabel
independen secara individu berpengaruh terhadap variabel
dependennya.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan
dengan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam
regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya
model regresi yang terestimasi.
7 Dyah Nirmala Arum Janie. “Statistik Deskriptif & Regresi Linier Berganda Dengan SPSS.”
(Semarang: Semarang University Press, 2012), h. 34.
47
Nilai koefisien determinasi ini mencerminkan seberapa
besar variasi dari variabel dependen Y dapat diterangkan oleh
variabel independen X. Bila nilai koefisien determinasi sama
dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan
oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y
secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah PT Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri didirikan sejak tahun 1999, paska
krisis ekonomi moneter 1997-1998. Kondisi perbankan nasional pada
kala itu yang didominasi bank-bank konevensional mengalami krisis luar
biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi
dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia sebagai upaya
menstabilkan indutri perbankan. Salah satu bank konvensional, PT Bank
Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai
(YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena
dampak krisis. Sedangkan pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut
juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai
49
respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi
peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking
system). Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU. tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420
H atau tanggal 1 November 1999.
2. Visi dan Misi
Adapun visi dan misi PT. Bank Syariah Mandiri adalah sebagai
berikut :
a. Visi
Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia.
b. Misi
1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata
industri yang berkesinambungan,
50
2) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM,
3) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja
yang sehat,
4) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan,
5) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
3. Profil Internet Banking PT Bank Syariah Mandiri
Produk internet banking Bank BSM disebut dengan BSMnet.
Untuk mengakses internet banking, nasabah pengguna masuk melalui
address http://bsmnet.syariahmandiri.co.id. Adapun fasilitas yang
disediakan BSMnet adalah sebagai berikut:
a. rekening, ini adalah menu yang menyajikan link untuk mengakses
informasi posisi keuangan nasabah. Mutasi transaksi disajikan
lengkap dan rinci, berisi tanggal transaksi, nominal transaksi,
keterangan transaksi, diberi pilihan untuk tampilan per bulan atau
pada tanggal tertentu,
b. transfer, menu yang berisi opsi untuk melakukan pemindahan dana
dari rekening nasabah pengguna ke rekening lain dengan beberapa
metode yang terlihat pada gambar menu secara real-time
c. payment, menu yang menyajikan pilihan pembayaran, sesuai
kebutuhan transaksi nasabah pengguna, pembelian pulsa,
51
pembayaran listrik, pembelian tiket pesawat, dan pembayaran lain
yang available
d. inquiry, terdiri dari transfer uang tunai, digunakan untuk
memperoleh informasi no ktp dan pin transaksi uang tunai dari
transaksi yang pernah dilakukan dan cek token, digunakan untuk
memperoleh informasi token pembelian listrik prabayar yang
dilakukan terakhir
e. admin, menu untuk mengatur informasi keamanan akun nasabah
pengguna
B. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis
regresi linear berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian
ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,
multikolinieritas, dan autokorelasi. Adapun masing-masing pengujian
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
52
1. Uji Normalitas
Gambar 4.2
*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)
Berdasarkan hasil Normal P. Plot di atas, dapat disimpulkan
bahwa data daripada variabel dependen (laba) berdistribusi normal.
Variabel laba dapat dikatakan berdistribusi normal karena penyebaran
titik-titik berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal. Itu artinya, data yang digunakan baik karena data yang baik
adalah data yang berdistribusi normal.
2. Uji Autokorelasi
Tabel 4.1
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .883a .780 .754 9.18956 1.828
a. Predictors: (Constant), Dummy_internet, BOPO, NPF, DPK
b. Dependent Variable: LABA
*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)
53
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Durbin-Watsonnya
adalah 1,828. Karena n=39 dan k=4 dengan tingkat signifikasi 95%
dari tabel Durbin-Watson dapat dilihat bahwa nilai Du=1,72 dan
Dl=1,38. Data tidak terjadi autokorelasi apabila Du < DW < 4-Du.
Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak terjadi autokorelasi karena 1,72 < 1,828 <
2,28.
3. Uji Multikoliearitas
Adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance
value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance value
adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value <0,1 atau
VIF > 10 = terjadi multikolienaritas. Apablia tolerance value > 0,1
atau VIF < 10 = tidak terjadi multikoliearitas.
54
*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)
Berdasarkan hasil output data SPSS di atas, dapat dilihat bahwa
nilai tolerance dari dummy internet banking adalah 0,337 ; NPF
sebesar 0,322, BOPO sebesar 0,415 ; dan DPK sebesar 0,393. Dengan
nilai VIF dari dummy internet banking adalah 2,968 ; NPF sebesar
3,110, BOPO sebesar 2,409 dan DPK sebesar 2,545.
Berdasarkan hasil dari nilai tolerance dan VIF tersebut, dapat
disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi multikolinaritas.
Karena hasil dari nilai tolerance yang dihasilkan pada masing-masing
variable > 0,1 dan nilai VIF yang dihasilkan pada masing-masing
variable < 10.
Tabel 4.2
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 154.406 23.154 6.669 .000
DUMMY_I
NTERNET 16.355 4.870 .413 3.358 .002 .337 2.968
NPF -1.149 .723 -.424 3.206 .019 .322 3.110
BOPO -1.475 .330 -.548 -4.464 .000 .415 2.409
DPK 2.382 .423 .207 1.903 .008 .393 2.545
a. Dependent Variable: LABA
55
4. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menguji terjadi perbedaan variance
residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain,
atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan
Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi linier
berganda terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas jika
penyebaran titik-titik pada scatterplot tidak berpola.
Gambar 4.3
*sumber: Hasil Output Data SPSS (2015)
Berdasarkan Scatterplot di atas dapat disimpulkan bahwa
model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik
heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.
56
C. Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.3
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 DUMMY_INTERNET, BOPO, NPF, DPK
a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: LABA
*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)
Tabel di atas menjelaskan variable yang dianalisis, yaitu peningkatan
laba sebagai dependent variable dan untuk independent variablenya adalah
dummy internet banking, BOPO, NPF dan DPK. Dimana tidak ada variable
yang dikeluarkan.
Tabel 4.4
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .883a .780 .754 9.18956 1.828
a. Predictors: (Constant), Dummy internet banking, BOPO, NPF dan
DPK
b. Dependent Variable: LABA
*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)
Dari tabel di atas, dapat dilihat:
Nilai R = 0,895
Koefisien Determinasi R2 (R Square) = 0,780
Nilai ini diperoleh dari penguadratan dari koefisien korelasi (0,780 x
0,780). Hal ini menunjukan Indeks Determinasi, yaitu persentase yang
57
menyumbangkan pengaruh variabel X terhadap variabel Y.R2 = 0,780
mengandung arti bahwa 78% sumbangan variabel-variabel terhadap Y,
sedangkan sisanya sebesar 22% (100-78) dipengaruhi oleh faktor lain.
Koefisien korelasi R = 0,883 menunjukan tingkat hubungan dependent
variable pada tingkat hubungan yang kuat. Hal ini menandakan hubungan
tersebut adalah kuat karena nilai koefisien korelasi > 0,70 dan < 0,90.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diperoleh suatu
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 154,406 + 16,355D + 1,475X1 – 1,149X2 – 2,382X3
Dari hasil persamaan regresi berganda tersebut masing-masing
variabel dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap profitabilitas sebagai
berikut :
Tabel 4.5
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) 154.406 23.154
Dummy_internet 16.355 4.870
BOPO -1.475 .330
NPF -1.149 .723
DPK 2.382 .423
a. Dependent Variable: LABA
*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)
58
1. Laba (Y)
Ketika segala sesuatu pada variabel-variabel independent
dianggap konstan atau nilainya nol maka nilai laba sebesar
154,406 dalam hal ini jika variabel independent bernilai nol
maka laba akan meningkat sebesar 154,406 %.
2. Dummmy Internet Banking (D)
Variabel dummy internet memiliki koefisien regresi
bertanda positif sebesar 16,353. Hal ini berarti apabila nilai
koefisien regresi variabel bebas lainnya tetap, maka setiap
variabel dummy memiliki nilai 1, akan menaikkan (karena
tanda +) besar laba sebesar 16,353.
3. BOPO (X1)
Variabel biaya operasional memiliki koefisien regresi
bertanda negatif sebesar 1,475. Hal ini berarti apabila nilai
koefisien regresi variabel bebas lainnya tetap, maka setiap
penambahan 1% variabel biaya operasional, akan menurunkan
(karena tanda -) nilai laba sebesar 1,475.
4. NPF (X2)
Variabel NPF memiliki koefisien regresi bertanda negatif
sebesar 1,149. Hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi
variabel bebas lainnya tetap, maka setiap penambahan 1%
59
variabel NPF akan menurunkan (karena tanda -) nilai laba
sebesar 1,149
5. DPK (X3)
Variabel DPK memiliki koefisien regresi bertanda positif
sebesar 2,382. Hal ini berarti apabila nilai koefisien regresi
variabel bebas lainnya tetap, maka setiap variabel kenaikan 1%
nilai DPK, akan menaikkan (karena tanda +) besar laba sebesar
2,382.
D. Uji Hipotesis
1. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap
variabel dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah
0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan
maka kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa
suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel
dependen.
Jadi, Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi tiap-tiap
koefisien regresi sehingga diketahui pengaruh variabel internet
banking, BOPO, NPF dan DPK terhadap laba perusahaan adalah
signifikan atau diperoleh secara kebetulan.
60
*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)
a. Variabel dummy internet banking
Internet banking memiliki nilai signifikansi 0,002
dengan derajat signifikansi 0,05 artinya 0,002 < 0,05 atau
variabel dummy internet banking berpengaruh signifikan
terhadap nilai laba.
b. Variabel BOPO
Biaya operasional memiliki nilai signifikansi 0,000
dengan derajat signifikansi 0,05 artinya 0,000 < 0,05 atau
variabel BOPO berpengaruh signifikan terhadap nilai
laba.
Tabel 4.6
Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 154.406 23.154 6.669 .000
DUMMY_INTE
RNET 16.355 4.870 .413 3.358 .002 .337 2.968
BOPO -1.475 .330 -.548 -4.464 .000 .415 2.409
NPF -1.149 .723 -.424 3.206 .019 .322 3.110
DPK 2.382 .423 .207 1.903 .008 .393 2.545
a. Dependent Variable: LABA
61
c. Variabel NPF
NPF memiliki nilai signifikansi 0,019 dengan
derajat signifikansi 0,05 artinya 0,019 < 0,05 atau
variabel NPF berpengaruh signifikan terhadap nilai laba.
d. Variabel DPK
DPK memiliki nilai signifikansi 0,008 dengan
derajat signifikansi 0,05 artinya 0,008 < 0,05 atau
variabel DPK berpengaruh signifikan terhadap nilai laba.
2. Uji f
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah
0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F
menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa
semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen
Jadi, Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel
internet banking, BOPO, NPF, dan DPK berpengaruh terhadap
besar laba perusahaan.
62
Tabel 4.7
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 10187.693 4 2546.923 30.160 .000a
Residual 2871.230 34 84.448
Total 13058.923 38
a. Predictors: (Constant), dummy_internet, BOPO, NPF, DPK,
b. Dependent Variable: laba
*Sumber : Hasil Output Data SPSS (2015)
Berdasarkan hasil output data SPSS di atas, dapat dilihat bahwa nilai F
hitung adalah 30,160 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Dengan
demikian, ini berarti nilai signifikansinya 0.000 < 0,05. Artinya internet
banking, BOPO, NPF, dan DPK, dalam waktu yang bersama-sama
berpengaruh terhadap laba bank.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Analisis regresi yang telah dilakukan bertujuan untuk mencari tahu
hubungan yang dapat diukur dari internet banking, BOPO, NPF, dan DPK
terhadap laba bank. Dari Tabel 4.6 diatas, menunjukkan hasil akhir dari
analisis regresi berganda.
Berikut adalah tabel yang merangkum hubungan variabel independen
terhadap variabel dependennya:
63
Tabel 4.8
Tabel Hubungan Variabel Independen terhadap Laba Bank
Variabel Independen Hubungan yang ditemukan Signifikansi
Internet Banking Ada pengaruh positif Signifikan
Beban Operasional (BOPO) Ada pengaruh negatif Signifikan
Non Performing Finance (NPF) Ada pengaruh negatif Signifikan
Dana Pihak Ketiga (DPK) Ada pengaruh positif Signifikan
Sumber : Hasil olahan penulis dari hasil output SPSS (2015)
1. Variabel Internet Banking
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa ada pengaruh
variabel internet banking terhadap laba bank. Setelah mengadakan fitur
internet banking, laba bank memiliki peningkatan dibanding sebelum
menggunakan fitur internet banking. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
internet banking dapat menjadi sebuah inovasi teknologi yang dibutuhkan
dalam dunia perbankan. Adanya hasil yang signifikan bisa disebabkan karena
efisisiensi dan efektifitas yang diberikan oleh layanan internet banking yang
tidak membutuhkan banyak tempat, akomodasi, sumber daya manusia, dan
sifat layanan yang real-time.
Hal ini juga didukung oleh penelitian terdahulu oleh Pooja Malhotra
(2006), Hattice Jenkins (2007), Siti Rahma Yuliati (2008), dan Riza Anantya
Pradhana (2008) yang menyatakan terdapat pengaruh internet banking
terhadap kinerja keuangan bank yang berarti berpengaruh postif terhadap laba
bank. Sedangkan, Oginni Simon Oyewole, Mohammed Abba, El-maude,
64
Hibreel Gambo, Arikpo, I. Abam (2013) menyatakan adanya pengaruh
negative pada tahun pertama, tapi pengaruh positif terlihat di tahun kedua,
dikarenakan pada tahun pertama biaya pengadaan internet banking menaikkan
biaya operasional bank.
2. Variabel Biaya Operasional (BOPO)
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa ada pengaruh
variabel BOPO terhadap laba bank. Biaya operasional ini memiliki pengaruh
negatif terhadap laba bank. Hal ini sesuai dengan teori dasarnya, semakin
besar biaya operasional yang dibutuhkan akan mengurangi pendapatan
operasional dan berpengaruh mengurangi nilai laba bank.
3. Variabel Non Performing Finance (NPF)
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa ada pengaruh
variabel NPF terhadap laba bank. Variabel NPF memiliki pengaruh negatif
terhadap laba bank. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
semakin besar nilai NPF yang diperoleh bank akan menurunkan nilai laba
bank.
4. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa ada pengaruh
variabel DPK terhadap laba bank. DPK yang dihimpun memiliki pengaruh
positif terhadap laba bank. Hal ini sesuai dengan teorinya yang membahas
semakin besar DPK yang berhasil dihimpun oleh pihak bank berarti akan
memberikan modal yang lebih besar bagi bank untuk menjalankan aktivitas
65
perbankan, mulai dari pembiayaan, pendanaa, tabungan maupun deposito
yang menjadi salah satu sumber pendapatan bagi bank.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang
dikemukakan pada bab 4, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh positif yang signifikan dari internet banking terhadap laba
BSM. Setelah pengadaan fitur internet banking terjadi peningkatan pada
nilai laba.
2. Ada pengaruh signifikan dari BOPO terhadap laba BSM. Pengaruh
tersebut merupakan pengaruh negatif yang menggambarkan hubungan
berbanding terbalik antara BOPO dan laba bank. Semakin tinggi nilai
BOPO akan menurunkan nilai laba BSM.
3. Ada pengaruh positif yang signifikan dari NPF terhadap laba bank.
Pengaruh tersebut menggambarkan hubungan yang berbanding lurus
antara NPF dan laba bank. Semakin tinggi nilai NPF akan menaikkan
nilai laba BSM.
4. Ada pengaruh positif yang signifikan dari DPK terhadap laba bank.
Pengaruh tersebut menggambarkan hubungan yang berbanding lurus
antara DPK dan laba bank. Semakin tinggi nilai DPK akan menaikkan
nilai laba BSM.
67
B. Saran
1. Bagi perbankan Indonesia, penerapan internet banking di PT Bank
Syariah Mandiri terbukti meningkatkan laba, hal ini bisa menjadi
masukan bagi manajemen bank untuk memperhitungkan
perkembangan teknologi internet dalam inovasi produk sebagai
alternatif untuk meningkatkan laba bank. Tentunya dengan didukung
oleh manajemen yang efektif pula.
2. Bagi penyedia laporan keuangan, pengungkapan laporan keuangan
yang lengkap akan mempermudah bagi para peneliti dan investor
untuk mengumpulkan data. Dengan demikian hasil penelitian dan
pengambilan keputusan investor pun dapat dibuat secara lebih akurat
dan meyakinkan.
3. Bagi Bank Indonesia, selaku pengawas dan regulator perbankan
Indonesia harus mampu mendukung dan mempermudah bank-bank
dalam pengadaan internet banking. Salah satunya adalah dengan cara
memberikan jaminan keamanan dan perlindungan transaksi melalui
internet agar dapat mengurangi risiko manajemen.
4. Bagi bank yang diteliti maupun bank lain yang telah dan akan
menawarkan fasilitas internet banking, diharapkan dapat memberikan
akses informasi dan edukasi yang mudah dimengerti oleh konsumen
sehingga dapat meningkatkan akses pemanfaatan internet banking.
68
5. Bagi penelitian selanjutnya, dapat menambahkan analisa dari sisi
manajemen resiko penerapan internet banking, baik risiko hukum,
risiko strategi, maupun risiko kreditnya. Kemudian menambah sampel
penelitian karena sampel penelitian ini masih terbatas pada BSM serta
memperluas periode penelitian agar dapat melihat efek signifikansi
perbedaan yang lebih panjang.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang
dikemukakan pada bab 4, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh positif yang signifikan dari internet banking terhadap laba
BSM. Setelah pengadaan fitur internet banking terjadi peningkatan pada
nilai laba.
2. Ada pengaruh signifikan dari BOPO terhadap laba BSM. Pengaruh
tersebut merupakan pengaruh negatif yang menggambarkan hubungan
berbanding terbalik antara BOPO dan laba bank. Semakin tinggi nilai
BOPO akan menurunkan nilai laba BSM.
3. Ada pengaruh positif yang signifikan dari NPF terhadap laba bank.
Pengaruh tersebut menggambarkan hubungan yang berbanding lurus
antara NPF dan laba bank. Semakin tinggi nilai NPF akan menaikkan
nilai laba BSM.
4. Ada pengaruh positif yang signifikan dari DPK terhadap laba bank.
Pengaruh tersebut menggambarkan hubungan yang berbanding lurus
antara DPK dan laba bank. Semakin tinggi nilai DPK akan menaikkan
nilai laba BSM.
67
B. Saran
1. Bagi perbankan Indonesia, penerapan internet banking di PT Bank
Syariah Mandiri terbukti meningkatkan laba, hal ini bisa menjadi
masukan bagi manajemen bank untuk memperhitungkan
perkembangan teknologi internet dalam inovasi produk sebagai
alternatif untuk meningkatkan laba bank. Tentunya dengan didukung
oleh manajemen yang efektif pula.
2. Bagi penyedia laporan keuangan, pengungkapan laporan keuangan
yang lengkap akan mempermudah bagi para peneliti dan investor
untuk mengumpulkan data. Dengan demikian hasil penelitian dan
pengambilan keputusan investor pun dapat dibuat secara lebih akurat
dan meyakinkan.
3. Bagi Bank Indonesia, selaku pengawas dan regulator perbankan
Indonesia harus mampu mendukung dan mempermudah bank-bank
dalam pengadaan internet banking. Salah satunya adalah dengan cara
memberikan jaminan keamanan dan perlindungan transaksi melalui
internet agar dapat mengurangi risiko manajemen.
4. Bagi bank yang diteliti maupun bank lain yang telah dan akan
menawarkan fasilitas internet banking, diharapkan dapat memberikan
akses informasi dan edukasi yang mudah dimengerti oleh konsumen
sehingga dapat meningkatkan akses pemanfaatan internet banking.
68
5. Bagi penelitian selanjutnya, dapat menambahkan analisa dari sisi
manajemen resiko penerapan internet banking, baik risiko hukum,
risiko strategi, maupun risiko kreditnya. Kemudian menambah sampel
penelitian karena sampel penelitian ini masih terbatas pada BSM serta
memperluas periode penelitian agar dapat melihat efek signifikansi
perbedaan yang lebih panjang.
Lampiran
Data Laporan Keuangan Triwulan (dalam %)
Periode Kuartal I 2005 – Kuartal III 2014
No Periode NPF
Gross BOPO DPK
1 Mar-05 2 77 31
2 Jun-05 5 83 36
3 Sep-05 6 82 32
4 Des-05 3 85 41
5 Mar-06 4 90 37
6 Jun-06 4 89 39
7 Sep-06 6 91 37
8 Des-06 6 90 33
9 Mar-07 7 84 37
10 Jun-07 8 79 30
11 Sep-07 7 80 35
12 Des-07 5 81 31
13 Mar-08 5 78 34
14 Jun-08 5 77 37
15 Sep-08 5 78 32
16 Des-08 5 78 30
17 Mar-09 6 72 30
18 Jun-09 5 73 27
19 Sep-09 6 74 24
20 Des-09 5 74 23
21 Mar-10 4 74 27
22 Jun-10 4 73 27
23 Sep-10 4 72 26
24 Des-10 3 75 28
25 Mar-11 3 73 29
26 Jun-11 3 74 26
27 Sep-11 3 74 24
28 Des-11 2 76 25
29 Mar-12 2 70 20
30 Jun-12 3 70 24
31 Sep-12 3 71 24
32 Des-12 3 73 25
33 Mar-13 3 69 22
34 Jun-13 3 82 25
35 Sep-13 3 87 26
36 Des-13 4 84 26
37 Mar-14 5 82 27
38 Jun-14 6 93 29
39 Sep-14 7 93 31
Curriculum Vitae