PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP...

99
PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH SISWA KELAS VIII MTs WALISONGO KEC. KAYEN KAB. PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh : MEGA IRIANI LESTANTI NIM: 073111132 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP...

Page 1: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI

TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH SISWA

KELAS VIII MTs WALISONGO KEC. KAYEN KAB. PATI

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat

Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh :

MEGA IRIANI LESTANTI

NIM: 073111132

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mega Iriani Lestanti

NIM : 073111132

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya

sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 3 Desember 2011

Saya yang menyatakan,

Mega Iriani Lestanti

NIM. 073111132

Page 3: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH

Jl Prof.Dr.Hamka Kampus II Ngaliyan Telp.7601295 Fax.7615387

Semarang 50185

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan:

Judul : Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap

Kedisiplinan Belajar di Rumah Siswa Kelas VIII MTs

Walisongo Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun

Pelajaran 2010/2011

Nama : Mega Iriani Lestanti

NIM : 073111132

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

Semarang, 8 Desember 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris,

Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. Hj. Nur Asiyah, S.Ag. M.S.I

NIP. 19780930 200312 1001 NIP. 19710926 199803 2002

Penguji I, Penguji II

Ismail SM, M.Ag. Drs. Wahyudi, M.Pd.

NIP. 19711021 199703 1002 NIP. 19680314 199503 1001

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Jasuri, M.S.I Drs. H. Shodiq, M.Ag.

NIP: 19671014 199403 1005 NIP: 19681205 199403 1003

Page 4: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 19 Oktober 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan :

Judul :PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI

TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH

SISWA KELAS VIII MTs WALISONGO KEC.

KAYEN KAB. PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Nama : Mega Iriani Lestanti

NIM :073111132

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I,

Drs. H. Jasuri M. Si

NIP. 196710141994031005

Page 5: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, 19 Oktober 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan :

Judul :PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI

TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH

SISWA KELAS VIII MTs WALISONGO KEC.

KAYEN KAB. PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Nama : Mega Iriani Lestanti

NIM :073111132

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing II,

Drs. H. Shodiq, M.Ag NIP. 19681205 199403 1 003

Page 6: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

vi

ABSTRAK

Judul : Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan

Belajar di Rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kec.

Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran 2010/2011

Penulis : Mega Iriani Lestanti

NIM : 073111132

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa tinggi dan seringnya

anak menonton televisi dapat mengurangi kedisiplinan belajar, salah

satunya belajar di rumah. Bahwa seringnya anak menonton televisi dapat

menyita waktu dalam belajar, khususnya belajar di rumah. Kedisiplinan

belajar di rumah salah satunya mengerjakan tugas (PR). Berdasarkan

pemikiran di atas jelaslah bahwa intensitas menonton televisi mempunyai

pengaruh yang kuat dengan kedisiplinan belajar di rumah. Kedisiplinan

adalah merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Walisongo Kayen Pati pada

Siswa kelas VIII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Adakah

pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di

rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun

pelajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner,

metode dokumentasi yang mana untuk memperoleh data- data intensitas

menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII

MTs Walisongo Kayen Pati. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh

Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati yang berjumlah 266 siswa.

Kemudian Sampel yang diambil menggunakan probability sampling

dengan proporsionate random sampling dari populasi sehingga berjumlah

30 siswa.

Dari hasil penyebaran angket intensitas menonton televisi (X),

sehingga dapat di ketahui rata-ratanya adalah 59,7. Dan rata-ratanya

kedisiplinan belajar di rumah siswa (Y) adalah 49. Dilihat dari hasil

analisis data pada penelitian ini diketahui bahwa intensitas menonton

televisi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kedisiplinan belajar

di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun

Pelajaran 2010/2011 Freg = 6,189 > Ftabel = 4,18 pada taraf 5% dengan

nilai rata- rata 59,7.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini

diketahui: pertama, intensitas menonton televisi sebesar 59,7 dalam

kategori tinggi. Kedua, kedisiplinan belajar di rumah sebesar 49 dalam

kategori cukup. Ketiga, diketahui bahwa intensitas menonton televisi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kedisiplinan belajar di

rumah. Maka dari itu guru dan orang tua memberikan bimbingan belajar

serta perhatian khusus terhadap siswa dalam mengurangi intensitas

menonton televisi.

Page 7: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

vii

TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada

SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor:

158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang

(al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.

a t}

b z}

t ‘

s| gh

j f

h} q

kh k

d l

z| m

r n

z w

s h

sy ’

s} y

d}

Bacaan madd: Bacaan diftong:

a> = a panjang = au

i> = I panjang = a

u> = u panjang

Page 8: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

menjadikan lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad

SAW, yang telah membawa cahaya ilahi kepada umat manusia sehingga dapat

mengambil manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan

bimbingan , saran – saran serta motivasi dari berbagai pihak sehingga penyusunan

skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu keharusan bagi pribadi penulis untuk

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Suja’i, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

yang telah merestui pembahasan skripsi ini.

2. Drs. Abdul Rahman, M. Ag, selaku Dosen Wali Studi yang telah banyak

berjasa kepada penulis untuk membimbing selama masa studi.

3. Drs. H. Jasuri M.SI, dan Drs. Shodiq, M. Ag, selaku pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,

pengarahan, petunjuk dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah membekali berbagai

ilmu pengetahuan selama menempuh studi di Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang

5. Bapak / Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan IAIN

Walisongo Semarang atas pelayanan buku selama penyusunan skripsi.

6. Keluarga Besar MTs Walisongo Kayen Pati. yang telah memberikan tempat

kepada penulis dalam melakukan penelitian sehingga terciptanya kelancaran

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

ix

7. Orang tuaku (ayahanda Siswanto dan ibu Puji Lestari) yang selalu mendukung

untuk menyelesaikan studi ini.

8. Saudara – saudaraku (Sandi&Dayat)dan semua yang senantiasa memberikan

semangat dan memperjuangkan segalanya demi suksesnya penulis menuntut

ilmu.

9. Teman-teman penulis yang senasib dan seperjuangan (vi2, sava, lely, rina, dan

semua anak PAI Paket D 2007) yang ikut memberikan motivasi selama

menempuh studi, khususnya dalam proses pembuatan skripsi ini.

10. Teman-teman kos 24 Shafira (Shofi, Widy, Umu, dan semuanya) yang

senantiasa member dukungan dan do’a.

11. Untuk seseorang yang Spesial yang jauh disana (Dhu_Mey) yang

senantiasa mendo’akan saya Syukron Katsiron.

Harapan dan do’a penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak

dapat menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam makna yang

sesungguhnya, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat , baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 03 Desember 2011

Penulis,

Mega Iriani Lestanti

NIM. 073111132

Page 10: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... ii

PENGESAHAN ......................................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING .............................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................. vi

TRANSLITERASI ..................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Penegasan Istilah .................................................................... 4

C. Rumusan Masalah ................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian .................................................................... 7

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka ........................................................................ 8

B. Kerangka Teoritik .................................................................. 9

1. Intensitas Menonton Televisi ............................................. 9

a. Pengertian Intensitas Menonton Televisi ....................... 9

b. Fungsi Media Massa Televisi ........................................ 10

c. Kelebihan dan Kelemahan Televisi ............................... 15

d. Peranan Televisi .............................................................. 17

e. Dampak Menonton Televisi ........................................... 20

2. Kedisiplinan Belajar Di rumah ........................................... 24

a. Pengertian Kedisiplinan ................................................. 24

b. Fungsi Kedisiplinan ....................................................... 26

c. Macam-macam Disiplin .................................................. 28

d. Pengertian Belajar Di rumah ......................................... 29

Page 11: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

xi

e. Ciri-ciri Belajar .............................................................. 31

f. Aktivitas Belajar ............................................................ 32

g. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar Di rumah ............. 36

h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Di rumah .. 41

C. Kerangka Berpikir .................................................................. 42

D. Hipotesis ................................................................................. 44

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 45

C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 45

D. Variabel dan Indikator Penelitian ........................................... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 49

F. Teknik Analisis Data .............................................................. 50

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MTs Walisongo Kayen Pati ..................... 55

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................... 59

C. Analisis Uji Hipotesis ............................................................ 67

D. Analisis Lanjut ....................................................................... 72

E. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 72

BAB V : KESIMPULAN

A. Kesimpulan ............................................................................. 74

B. Saran-Saran ............................................................................ 75

C. Penutup .................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 12: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media informasi, khususnya televisi, membuat dunia semakin

hari semakin dekat saja meskipun arus informasi yang mengalir tersebut akan dan

mempunyai dampak, baik dampak positif maupun negative. Perkembangan di bidang

pertelevisian tersebut memungkinkan timbulnya persaingan yang cukup ketat di

antara stasiun-stasiun televisi untuk menarik perhatian pemirsa. Sebagai akibatnya,

dapat kita lihat dari banyaknya jenis acara yang menarik, mulai dari film, sinetron,

kuis, acara musik dan sebagainya. Dengan adanya program-program yang menarik

tersebut, pemirsa seperti dimanjakan, karena pemirsa tinggal memilih acara apa yang

ingin ditontonnya, dan pada saluran televisi yang aman. Dengan banyaknya pilihan

acara tersebut tidaklah mengherankan apabila hampir setiap saat anak-anak berada di

depan pesawat televisi. Mulai dari bangun tidur, pulang sekolah bahkan menjelang

tidur kembali.

Di era globalisasi ini dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi

informasi salah satunya televisi sebagai audio visual yang memanjakan pemirsa

dengan berbagai tayangannya. Televisi adalah salah satu bagian teknologi

komunikasi (massa), dengan telah mempresentasikan diri sebagai simbol legenda

baru, bahkan media televisi bisa dianggap sebagai salah satu media yang paling

dominan dalam arus informasi global. Karena televisi sebagai audio visual

menjadikan pemirsa mampu menyaksikan beragam peristiwa yang terjadi. Karena

mudahnya media massa (televisi) diterima oleh masyarakat, oleh para pakar media

massa (televisi) dinilai power full (perkasa), sehingga senantiasa mendapatkan

perhatian yang seksama untuk diteliti.

Televisi secara harafiah artinya “ melihat dari jauh”. Namun demikian, dalam

pengertian sederhana ini sebenarnya meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar

televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (View)

bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima

oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua televisi penerima

Page 13: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

2

yang menangkap sinyal-sinyal tersebut dan mengubahnya kembali sehingga apa yang

dipancarkan oleh transmisi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pesawat

televisi adalah alat yang dapat digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat

yang jauh.1

Teknologi komunikasi yang merajalela dan mudah didapat ialah media

elektronik yang berupa televisi. Televisi sangat mudah didapat oleh masyarakat baik

dari kalangan atas maupun bawah, dari anak-anak maupun orang tua. Setiap individu

ingin menyaksikan acara-acara televisi, tidak harus dengan membeli, tetapi mereka

bisa saja melihat di rumah tetangga, apalagi sekarang ini banyak sekali stasiun-

stasiun televisi swasta yang mudah dijangkau dimana-mana. Itulah sebabnya televisi

swasta berlomba-lomba menggelar acara-acara yang menarik peminat penonton

mereka (stasiun televisi) bersaing untuk mementingkan bisnis tidak memikirkan

akibatnya. Televisi merupakan temuan international karena banyak ilmuwan-

ilmuwan yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan teknologi ini.2

Dalam perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini.

Awalnya, kita hanya punya satu stasiun televisi, itu pun dimiliki oleh pemerintah,

namanya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirnya stasiun

televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Stasiun tersebut menjadi televisi

swasta pertama di Indonesia. Stasiun televisi swasta yang kemudian berturut-turut

lahir adalah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI),

Indosiar, dan Andalas Televisi (Antv). Sejak era reformasi bergulir, televisi swasta

pun semakin ramai bermunculan. Ada Metro TV, Transformasi Televisi (Trans TV),

TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang belakangan memjadi TVOne, serta

Global TV. 3

Secara umum, stasiun televisi terdiri atas televisi generalis dan televisi

spesialis. Televisi generalis menyajikan program atau acara yang beragam, mulai

sinetron, musik, film, acara anak-anak, hingga berita. Untuk televisi nasional yang

1 Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2005), hlm. 2.

2 Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, hlm. 2.

3 Usman, Television News Reporting dan Writing, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009),

hlm. 1.

Page 14: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

3

termasuk dalam kategori televisi generalis adalah RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, Antv,

Trans 7, termasuk TVRI. Televisi spesialis menitikberatkan pada program tertentu.

Metro TV dan TVOne adalah TV khusus yang cenderung atau menspesialiskan diri

pada program berita. Akan tetapi, sebagaimana kita saksikan selama ini, televisi

generalis maupun televisi berita, semuanya menyajikan program berita, semuanya

menyajikan program berita. Televisi yang sebelumnya cenderung dipandang sebagai

media hiburan, kini juga harus dipandang sebagai media informasi. Berita televisi

sekarang bisa disebut telah menjadi kebutuhan utama masyarakat.4

Azhar Arsyad mengatakan bahwa, salah satu fungsi media pembelajaran juga

dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik

dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi dengan

cara sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim kondisi dan

lingkungan belajar yang ditata yang diciptakan oleh guru.5

Dalam fenomena ini, bisa saja terjadi lantaran banyak tersedianya televisi

yang mudah dijangkau oleh kalayak terutama kepada anak-anak. Jadi tidaklah

mengherankan apabila di dunia media massa zaman sekarang, kasus menyibukkan

anak-anak dengan media khususnya (televisi). Media televisi pada anak-anak

terutama di MTs Walisongo khususnya kelas VIII memang mengalami peningkatan,

apalagi dengan semakin menambahnya program-program televisi untuk anak-anak,

hal itu memicu mereka menjadi semakin senang menonton televisi. Media yang

sering dikonsumsi adalah televisi, yang dapat mereka konsumsi dengan bebas

kapanpun mereka mau, mereka akan lebih sering duduk di depan televisi saat jam-

jam acara anak-anak, bahkan acara lain.

Belajar sendiri atau mandiri di rumah adalah tugas paling pokok dari setiap

siswa. Syarat utama belajar sendiri di rumah adalah ketentuan belajar seperti

memiliki jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya

belajar yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar di

rumah. Adapun terbentuknya sikap disiplin belajar dari seorang anak tidaklah bisa

terwujud begitu saja melainkan dari sebuah proses yang salah satunya melalui

4 Usman, Television News Reporting dan Writing, hlm. 2-3.

5 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 15.

Page 15: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

4

kebiasaan atau aktifitas sehari-hari yaitu mengerjakan apa yang ditugaskan Bapak

dan Ibu guru (PR), membaca buku lain yang ada hubungannya dengan pelajaran di

sekolah, mempersiapkan atau mempelajari kembali pelajaran yang akan diajarkan

besok, melengkapi dan meringkas kembali catatan pelajaran, mengadakan belajar

kelompok dengan teman.

Dari keseluruhan permasalahan yang ada sebagaimana tersebut diatas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh intensitas

menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah.

B. Penegasan Istilah

1. Pengaruh

Daya yang ada atau yang timbul dari suatu (orang, benda dan sebagainya)

yang berkuasa (ghaib dan sebagainya).6 Dalam penelitian ini yang dimaksud

dengan pengaruh adalah akibat atau dampak yang disebabkan oleh daya yang

timbul dari suatu perbuatan. Perbuatan yang dimaksud dalam penelitian ini

berkaitan dengan kedisiplinan belajar di Rumah.

2. Intensitas Menonton Televisi.

Intensitas adalah keadaan atau tingkatan atau ukuran tingkatan.7Ukuran

tingkatan disini menggambarkan seberapa seringnya anak menonton televisi.

Menonton adalah sasaran setiap program siaran dan sifatnya heterogen, karena

itu agar lebih efektif dalam penerimaan pesan. Sehingga menonton diharapkan

memberikan umpan balik, setelah mengikuti program siaran yang disiarkan, agar

dapat digunakan sebagai bahan upaya penyempurnaan.8

Televisi sesungguhnya adalah sistem elektronik yang mengirimkan

gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem

ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam

gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat

6 WJS Poerwadimanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),

hlm.865.

7 WJS Poerwadimanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 384.

8 Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm.

236.

Page 16: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

5

dilihat dan suara yang dapat didengar.9 Jadi intensitas menonton televisi yang

dimaksud peneliti ini adalah frekuensi anak dalam menonton televisi, durasi anak

menonton televisi, tingkat minat anak terhadap menonton televisi, dan tingkat

perhatian anak terhadap acara televisi.

3. Kedisiplinan Belajar di rumah

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang artinya ketaatan

(kepatuhan).10

Mendapat awalan ke dan akhiran an menunjukkan adanya suatu

sikap yang ada. Tujuan dari sebuah pembelajaran adalah untuk merubah tingkah

laku atau pola pikir seseorang dari yang kurang baik menjadi lebih baik dan dari

belum tahu menjadi tahu.

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan

hasil dari pengalaman yang lalu.11

Sedangkan belajar di rumah bisa dikenal

belajar sendiri atau mandiri adalah adanya ketentuan belajar seperti memiliki

jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar

yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar.12

Jadi

kedisiplinan belajar di rumah yang dimaksud peneliti ini adalah tepat waktu

dalam belajar, ketepatan waktu dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR),

belajar secara teratur.

4. Siswa MTs Walisongo

Siswa yang disebut dengan peserta didik yaitu pihak yang menjadi obyek

pokok dari pendidikan. Dalam penelitian ini yang dimaksud siswa adalah pelajar

atau peserta didik yaitu kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati.

MTs adalah sekolahan atau perguruan biasanya berdasarkan agama Islam,

tingkat menengah pertama. Dalam penelitian ini yang dimaksud MTs adalah

sekolah atau perguruan yang berdasarkan agama Islam tingkat menengah.

9 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 50.

10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1995), hlm. 257.

11 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: IAIN Walisongo, 2001), hlm. 23.

12 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2008), hlm. 117.

Page 17: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

6

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dirumuskan

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana intensitas menonton televisi siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec.

Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011?

2. Bagaimana Kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec.

Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011?

3. Adakah pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di

rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran

2010/2011?

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih disiplin lagi

dalam belajar khususnya di rumah.

2. Bagi Guru

Ini diharapkan dapat meningkatkan anak dalam disiplin belajar khususnya

di rumah.

3. Bagi Orang Tua

Penelitian ini diharapkan agar para orang tua dapat lebih aktif dan

mendukung dan memotivasi anaknya untuk belajar khususnya belajar di rumah.

4. Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada peneliti tentang

kedisiplinan belajar khususnya di rumah.

5. Bagi Sekolah

Memberi sumbangan pemikiran sebagai alternatif untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran di madrasah.

Page 18: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

7

E. Tujuan Penelitian

Berpijak pada masalah di atas, maka penelitian ini dimaksudkan dengan

tujuan yaitu:

1. Untuk mengetahui intensitas menonton televisi siswa kelas VIII MTs Walisongo

Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011.

2. Untuk mengetahui kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs

Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh intensitas menonton televisi terhadap

kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab.

Pati tahun pelajaran 2010/2011.

Page 19: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Sejauh pengetahuan peneliti dari beberapa literatur yang dibaca, terdapat

beberapa skripsi yang membahas tentang Intensitas menonton Televisi dan

Kedisiplinan belajar di rumah diantaranya adalah:

Adi Priyo Hermawan, mahasiswa IAIN Walisongo Semarang (3100003)

dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi

Belajar PAI siswa kelas 11 SLTP HASANUDDIN 6 SEMARANG. Dalam penelitian

ini penulis mengadakan penelitian tentang kedisiplinan belajar siswa di sekolah

tersebut (SLTP) hubungannya dengan prestasi PAI. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kedisiplinan belajar di sekolah berpengaruh positif. 1

Netty Herawati, mahasiswi IAIN Walisongo Semarang (073111608) dalam

skripsi ini yang berjudul Pengaruh Intensitas Menonton tayangan film Kekerasan di

Televisi terhadap Perubahan Perilaku Peserta Didik di MA AL-HIDAYAH

PLELEN BATANG. Dalam penelitian ini penulis mengadakan penelitian tentang

intensitas menonton tayangan film kekerasan di televisi hubungannya terhadap

perubahan perilaku peserta didik di MA Al-Hidayah Plelen Batang. Hasil penelitian

menunjukkan peserta didik MI Al-Hidayah Plelen setiap hari menonton tayangan

film kekerasan di televisi, atau dengan kata lain intensitasnya dalam menonton

tayangan film kekerasan berada pada kategori tinggi.2

Elin Nurwanti, mahasiswi IAIN Walisongo Semarang (3102298) dalam

skripsi ini yang berjudul Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar

Hubungannya dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMP N 1

1 Adi Priyo Hermawan, Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi Belajar PAI, Siswa

Kelas 11 SLTP Hasanuddin 6 Semarang, (Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005)

2 Netty Herawati, Pengaruh Intensitas Menonton Tayangan Film Kekerasan Di Televisi

Terhadap Perubahan Perilaku Peserta Didik, (Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007)

Page 20: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

9

BELIK KABUPATEN PEMALANG. Terdapat hubungan positif pola didik orang

tua terhadap prestasi belajar PAI siswa.3

Dipertegas bahwa penelitian ini berbeda dengan terdahulu yaitu: Pengaruh

Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Belajar di Rumah Siswa Kelas

VIII MTs Walisongo Kec. Kayen kab. Pati tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Kerangka Teoritik

1. Intensitas Menonton Televisi

a. Pengertian Intensitas Menonton Televisi

Intensitas adalah keadaan atau tingkatan atau ukuran tingkatan.4Ukuran

tingkatan disini menggambarkan seberapa seringnya anak menonton televisi.

Menonton adalah sasaran setiap program siaran dan sifatnya heterogen,

karena itu agar lebih efektif dalam penerimaan pesan. Sehingga menonton

diharapkan memberikan umpan balik, setelah mengikuti program siaran yang

disiarkan, agar dapat digunakan sebagai bahan upaya penyempurnaan.5

Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan

gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.6

Televisi sesungguhnya adalah sistem elektronik yang mengirimkan

gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem

ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam

gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat

dilihat dan suara yang dapat didengar.7

3 Elin Nurwanti, Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar Hubungannya dengan

Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam. (Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2003)

4 WJS Poerwadimanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm.

865.

5 Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm.

236.

6 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2010), hlm. 50.

7 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, hlm. 50.

Page 21: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

10

Dari beberapa pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa yang

dimaksud intensitas menonton televisi adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari

secara terus menerus tanpa disadari oleh seorang anak kegiatan baku di

kebanyakan rumah. Hal yang paling mudah dilakukan di rumah adalah memencet

tombol pesawat televisi, menelusuri saluran-saluran, mencicipi komedi ruang

tamu di saluran X atau acara permainan di saluran Z, dan tanpa disadari tahu-tahu

malam sudah larut. Pesawat televisi telah menjadi perapian elektronik yang

menentramkan untuk dimiliki, tetapi tidak memberikan banyak kehangatan.

b. Fungsi Media Massa Televisi

1) Televisi Sebagai Media Pendidikan

Televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang

direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa

yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak hanya menghibur, tetapi lebih

penting adalah mendidik.8

Menurut Azhar arsyad televisi pendidikan adalah penggunaan

program video yang dirancangkan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu

tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekedar

menghibur tetapi lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu, memiliki

cirri-ciri tersendiri, antara lain:

a) Dituntut oleh instruktur seorang guru atau instruktur menuntun siswa

melalui pengalaman-pengalaman visual.

b) Sistematis siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan

tujuan dan pengalaman belajar yang terencana

c) Teratur dan berurutan siaran disajikan dengan selang waktu yang

beraturan secara berurutan di mana satu siaran dibangun atau mendasari

siaran lainnya.

8 Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm.139.

Page 22: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

11

d) Terpadu siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya seperti

latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan

pemecahan masalah.9

Acara pendidikan yang disiarkan melalui media massa televisi, kalau

dilihat prosesnya merupakan proses komunikasi, dan komunikasinya tidak

mempunyai kebebasan karena bersifat institusional. Di sini komunikator yang

biasanya dalam dunia pendidikan disebut sebagai pendidik atau lebih dikenal

sebagai guru/dosen, sedangkan pesan yang disampaikan disebut sebagai mata

pelajaran/kuliah yang tentu saja mengandung nilai-nilai pendidikan,

sedangkan sebagai komunikasinya adalah anak didik yang lazim disebut

sebagai murid/anak didik/mahasiswa.

Semula dinilai bahwa televisi siaran kurang bermanfaat dalam dunia

pendidikan, hal ini mengingat biaya operasionalnya cukup mahal, tetap

kemudian muncul pendapat-pendapat yang berlawanan, yang menyatakan

bahwa televisi sebagai media massa sangat bermanfaat dalam memajukan

pendidikan suatu bangsa. Dari pendapat itu dalam perkembangannya

membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimiliki televisi,

menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi

penonton dalam hal: sikap, tingkah laku dan pola berpikirannya, maka tidak

pantaslah kalau dalam waktu relatif singkat televisi telah menempati jajaran

teratas dari jajaran media massa.

Bahwa televisi adalah sebagai “jendela dunia”, apa yang dilihat

melalui jendela ini, sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi, hal

ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman beberapa tahun yang lalu,

bahwa dalam pikiran seseorang ada semacam ilustrasi gambar dan gambar-

gambar ini proses belajar, terutama sekali yang berkenan dengan orang,

tempat dan situasi yang tidak setiap orang pernah ketemu mengunjungi atau

telah mempunyai pengalaman..

9 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, hlm. 51

Page 23: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

12

Hal itu menyebabkan apabila seseorang melihat susunan gambar di

layar televisi merasakan ada sesuatu yang baru, disebabkan penonton tadi

hampir tidak dapat membedakan pengalaman yang telah dimiliki. Hal ini

berarti bahwa audio visual dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang

baru sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, atau dapat

memberikan “ pengalaman semu” atau Simulated Experience. Simulated

Experience ini misalnya:

a) Melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.

b) Berjumpa dengan seseorang yang sebelumnya belum pernah dijumpai.

c) Datang ke suatu tempat yang belum pernah dijumpai.

Dengan hal-hal seperti tersebut di atas, menyebabkan khalayak

penonton perasaannya terlibat ke dalam pengalaman yang aktual. Dalam

kehidupan sehari-hari sering mendapat berbagai pengalaman, hal ini

disebabkan terintegrasinya kelima indra yang dimiliki, tetapi dengan

menonton media audio visual, akan mendapatkan informasi sebesar 10% Dari

informasi yang pernah diperoleh sebelumnya, ini sebagai akibat timbulnya

pengalaman tiruan (Simulated Experience) dari media audio visual tadi.

Pengalaman tiruan yang didapat justru akan memberikan kesan yang

mendalam bagi penonton, dan inilah salah satu karakteristik media televisi

yang sangat baik dimanfaatkan untuk merencanakan program siaran,

khususnya program siaran pendidikan, sebab akan membuat khalayak

penonton tertarik pada hal-hal yang baru serta mempunyai keinginan untuk

mengetahui hal-hal yang lebih banyak, dampak yang demikian ini merupakan

gejala kejiwaan, di mana khalayak merasakan adanya perubahan emosinya,

termasuk di dalamnya berkenaan dengan kesenangan, kesedihan,

kegembiraan, kesusahan, kegusaran, percintaan dan sebagainya. Karena

media televisi benar-benar sebagai pekerja seni yang hasil karyanya dapat

mendapatkan atau membangkitkan emosi khalayaknya, atau dengan kata lain,

program siaran yang disajikan melalui media ini memungkinkan untuk

mempengaruhi sikap, tingkah laku, pola pikir, di mana prosesnya berjalan

dibawah sadar mereka.

Page 24: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

13

Perubahan-perubahan itu, baik yang positif maupun negatif, sangat

dirasakan sekali bagi kaum muda apalagi kalau penyajiannya sangat vulgar.

Hal-hal tersebut di atas mengharuskan kepada mereka yang berkecimpung di

media massa televisi, harus selalu mengingat besarnya pengaruh terhadap

khalayak, sehingga dalam merencanakan program siaran harus selalu

diusahakan kemungkinan timbulnya pengaruh-pengaruh yang tidak

diinginkan, sebaliknya, justru mampu memberikan hal-hal yang positif bagi

perkembangan jiwa serta mampu menunjang kesejahteraan kehidupan.

Karena itulah komisi penyiaran indonesia telah menyusun berbagai petunjuk

arah dan tujuan setiap kategori program siaran.10

2) Televisi Sebagai Media Hiburan

Meskipun secara konseptual fungsi televisi sama dengan media massa

lainnya, yaitu informatif, edukatif, dan menghibur, namun fungsi terbesar dari

media televisi adalah menghibur. Berbagai hasil studi menunjukkan bahwa

motif utama orang menonton televisi adalah mencari hiburan, setelah itu

mencari informasi, dan paling akhir adalah mencari pengetahuan/pendidikan.

Media televisi adalah hiburan sehingga ia memperolok khalayak dengan

sindiran “ menghibur diri sampai mati “. Oleh karena itu dalam memproduksi

program apa pun untuk televisi senantiasa mempertimbangkan aspek

menghibur. Potensi menghibur ini pada satu sisi dapat dipahami sebagai

ancaman bagi dunia pendidikan, tetapi pada sisi lain justru menjadi

keunggulan terutama jika dikaitkan dengan teknologi pembelajaran yang

mengembangkan konsep belajar secara menyenangkan (joyful Learning).11

Di dunia hiburan sering dipandang negatif atau sebagai kurang

bermakna. Kegiatan sekolah umumnya dipisahkan dari hiburan. Tetapi dalam

budaya lisan sebelum ada tulisan hiburan dan pendidikan menjadi satu.

Demikian juga dalam kebudayaan audiovisual segala-segalanya paling sedikit

mempunyai unsur hiburan. Kalau tidak menghibur umumnya sebuah

10

Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, hlm. 117-120.

11 Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, Cetakan Pertama, 2010), hlm.

16.

Page 25: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

14

tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai

kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak dapat wajar. Hiburan itu

merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk

kegiatan-kegiatan yang lain. Dalam hal ini, hiburan juga dapat diberi nilai

yang di Amerika Serikat sering disebut recreational success, yaitu

keberhasilan sebagai rekreasi. Tentu orang yang setiap hari menghabiskan

beberapa jam di depan layar televisi umumnya ingin dihibur. Namun, ini

tidak berarti, mereka tidak mau belajar juga. Di dalam penelitian di antara

ibu-ibu rumah tangga penggemar tayangan sereal telenovela di Amerika latin

ditemukan, telenovela itu dipilih karena ibu-ibu itu merasa, dengan menonton

serial itu, mereka dapat berbicara lebih baik dan berani sehingga tidak mudah

dikuasai oleh suami yang macho. Sering juga mereka kemudian meniru para

wanita di layar televisi dengan cara berpakaian, berias dan berdandan. Kalau

tidak ada apa-apa yang dapat dipelajari, suatu hiburan umumnya kurang

menarik. Hal ini tidak berarti, seorang pendidik (dari kebudayaan tulis)

dengan mudah dapat memasukkan suatu pesan pendidikan. Kalau itu terjadi,

tayangan tersebut akan dijauhi oleh para pemirsa. Namun, pembuat program

televise yang baik memperhatikan dengan jeli sekiranya apa yang ingin

dipelajari oleh para penonton. Kalau kemudian yang diinginkan ternyata

dapat mereka temukan dalam suatu tayangan yang menghibur, ada

kemungkinan program itu sukses. Hiburan melalui ibarat kue tart yang terlalu

manis, lama-kelamaan menjemukan juga.12

Bila melihat apa saja tayangan televisi yang banyak ditayangkan di

Indonesia, bila kita saksikan secara seksama bisa ditarik garis besarnya

sebagai berikut:

a) Infotainment, tentu saja tayangan berbau gosip dan membahas mengenai

problematika para artis dan gaya hidupnya yang cenderung mewah dan ala

socialite adalah suatu hal yang menarik. Rakyat biasa bisa memiliki “

mimpi “ gaya hidup para artis tersebut.

12

Ruedi Hofmann, Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi Menjadikan Televisi Budaya

Rakyat.(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999) hlm. 57.

Page 26: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

15

b) Games, tentu saja ini cenderung ditayangkan pada malam hari. Dengan

berbagai konsep dan format. Dari sekedar adu fisik, hingga tebak kata dan

bahkan registrasi sms yang tentunya memakan waktu dan biaya.

c) Sinetron, acara televisi saat ini tentunya didominasi oleh tayangan sinetron

yang ditayangkan hampir seluruh stasiun televisi swasta. Selain dibumbui

dengan banyaknya kehidupan mewah yang wah, juga berbagai adegan

kekerasan dan berurai air mata. Namun masih juga “ merajai” rating

televisi hingga sinetron masih menjadi acara favorit tontonan pemirsa.

d) Reality show, saat ini reality show juga telah menjadi primadona tayangan

televisi. Dimulai dari playboy kabel, minta tolong, termehek-mehek dan

lain sebagainya. Mengungkapkan banyak realiti yang terjadi di masyarakat

dan menggugah kepedulian dan kesadaran sosial para penontonnya. Acara

dan tayangan yang berbau mistis, goyang dangdut dan lainnya.13

c. Kelebihan dan Kelemahan Televisi

Harus diakui bahwa televisi telah memberikan “warna” yang begitu kuat

pada dunia ini. Kita bisa saja mematikan televisi, tetapi kita tidak dapat dengan

mudah untuk mematikan pengaruh acara televisi itu, khususnya bagi anak-anak

kita. Kita perlu tahu bahwa anak-anak yang masih kecil, belum bisa membedakan

antara kenyataan dan fantasi acara di televisi. Bagi anak yang masih kecil, setiap

informasi yang di sampaikan secara berulang-ulang akan dianggap sebagai

kebenaran.14

Selain film, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan

pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak. Dilihat dari sudut

penyampaian pesannya televisi tergolong kedalam media massa. Sebagai media

pendidikan televisi memiliki televisi memiliki kelebihan-kelebihan dan

kekurangan-kekurangannya.

1) Kelebihan Televisi

a) Televisi dapat memancarkan sebagai jenis bahan audio-visual termasuk

gambar diam, film, obyek, spesimen dan drama.

13

Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, hlm. 13.

14 Gunawan Ardiyanto, Cara Mendidik Anak, hlm. 93.

Page 27: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

16

b) Televisi dapat menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa.

c) Televisi dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas- kelas, seperti

orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa melalui penyiaran langsung

atau rekaman.

d) Televisi dapat memberikan kepada peluang untuk melihat dan mendengar

diri sendiri.

e) Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh

siswa-siswa dengan usia dan tingkatan yang berbeda-beda.

f) Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada

dunia nyata, misalnya ekspresi wajah, detail operation, dan lain-lain.

g) Televisi dapat menghemat waktu guru dan siswa, misalnya dengan

merekam siaran pelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika

diperlukan tanpa harus melakukan hal itu lagi. Disamping itu televisi

merupakan cara yang ekonomis untuk menjangkau sejumlah besar siswa

pada lokasi yang berbeda-beda untuk penyajian yang bersamaan.

h) Televisi dapat menambah pengetahuan guru dalam hal mengajar.

2) Kelemahan televisi

a) Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.

b) Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan

untuk memahami pesan-pesan sesuai dengan kemampuan individual

siswa.

c) Guru tidak memiliki kesempatan untuk memahami pesan-pesannya sesuai

dengan kemampuan individu siswa.

d) Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit

bagi siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.

e) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi

dengan guru dan siswa, bisa jadi bersikap pasif selama penayangan.15

15

Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, hlm. 144-146.

Page 28: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

17

d. Peranan Televisi

Ada kado istimewa untuk anak-anak Indonesia pada Hari Anak Nasional

23 Juli dengan dipublikasikannya semboyan Hari Tanpa Televisi (HTTV). Sebut

saja kado istimewa karena HTTV diluncurkan untuk menolong anak dan remaja

di tanah air dari bahaya televisi. Isi televisi, sebagaimana diketahui, banyak

sekali menampilkan tontonan yang mengkhawatirkan bagi anak dan remaja,

seperti berita kriminalitas yang berdarah-darah, video klip yang beraroma dewasa

dan kental dengan nuansa seks. Bahkan acara yang dikatakan sebagai acara anak

pun tak aman-aman amat bagi anak. Banyak film kartun atau sinetron anak yang

menampilkan adegan yang tidak pantas ditonton anak. Inilah sebabnya, mau

tidak mau individu sendiri yang harus membentengi dirinya sendiri dan

keluarganya untuk menahan laju dampak buruk.16

Dari pengalaman sendiri dalam usaha menentukan batas waktu menonton

televisi. Ada dua hal penting. Pertama: kejelasan mengenai peraturan amat

penting. Agar peraturan bisa dijalankan, kejelasan ini harus ada pada semua

anggota keluarga. Kedua: sekali anak-anak tahu batasnya, mereka akan bereaksi.

Sebagaimana dengan bidang-bidang lain dalam kehidupan mereka, dengan

televisi pun anak-anak lebih suka mempunyai harapan-harapan yang jelas.

Beberapa kritikus televisi pernah menyatakan bahwa kita harus

memboikot televisi dan membuangnya sama sekali. Saya yakin reaksi ekstrem ini

akan melenyapkan televisi berikut semua kebaikan maupun keburukannya.

Pemecahan ekstrem ini mungkin berhasil untuk sementara, tetapi dalam jangka

panjang kita sering kembali pada kebiasaan lama program “ diet darurat” ini juga

tidak praktis bagi banyak keluarga modern.

Walaupun demikian, agar keluarga-keluarga mengadakan eksperimen

dengan mengubah kebiasaan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan jadwal

mereka sendiri. Bagi beberapa keluarga, program “ Pekan Tanpa Televisi “ (atau

“Bulan Tanpa Televisi”) mungkin merupakan gagasan bagus. Keluarga lain

mungkin akan mengurangi kegiatan menonton televisi secara bertahap dengan

16

Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak

Dini,(Yogyakarta: DIVA Press, 2009), hlm. 57.

Page 29: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

18

satu dua jam setiap minggu. Bahkan ada alat-alat tertentu yang memungkinkan

anda mengunci pesawat televisi selama jam penayangan program-program yang

anda, atau mengeluarkan semacam “ kartu kredit” bagi para anggota keluarga,

yang bisa ditukar dengan jam menonton.17

Kelemahan media televisi itu, komunikasinya hanya satu arah, sehingga

khalayak penonton menjadi pasif, artinya penonton tidak bisa memberikan

tanggapan-tanggapan secara langsung. Karena itu tidak mengherankan kalau ada

beberapa pendapat yang mengatakan, televisi sebagai media massa yang

mendorong orang untuk bermalas-malasan. Bahkan cenderung berpengaruh

negatif terhadap tingkah laku dan sikap seseorang.

Sebetulnya sebagai pembawa pesan bersifat “netral” artinya dapat

berpengaruh positif ataupun negatif. Terjadinya pengaruh positif maupun negatif

terhadap khalayak penonton, khususnya anak-anak, bukan bersumber kepada

medianya, melainkan bagaimana memanfaatkan media tersebut. Dengan

demikian, peran orang tua sangat dominan terhadap adanya pengaruh positif

maupun negatif terhadap anak-anak itu. Peran orang tua dalam memberikan

arahan kepada anak-anak, agar anak-anak tidak terjerat di depan layar kaca, tanpa

mengerti acara yang dilihatnya. Orang tua harus tekun memilihkan acara yang

layak ditonton oleh anaknya. Dengan kebijaksanaan demikian itu, potensi yang

dimiliki media televisi menjadi positif karenanya, dalam arti mampu memberikan

tambah-tambahan pengetahuannya serta ketrampilan, bukan saja kepada anak-

anak tetapi juga kepada khalayak penonton pada umumnya, bahkan mereka yang

buta huruf pun dapat memanfaatkannya.

Harus diakui bahwa dengan karakteristik yang dimiliki, media massa

televisi mempunyai nilai lebih, bila dibandingkan dengan media-media

pendahuluannya. Pengaruh media televisi dalam pendidikan, asalkan melibatkan

orang tua untuk memberikan pengarahan. Sebab belajar pada hakikatnya tidak

mungkin dapat dilakukan tanpa adanya usaha dari anak sendiri dan melibatkan

pihak lain untuk aktif dalam proses belajar. Di lingkungan keluarga misalnya

17

Milton Chen, Mendampingi Anak Menonton Televisi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005), hlm. 114.

Page 30: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

19

orang tua harus aktif memantau acara-acara televisi dan mengarahkan anak-

anaknya, acara mana yang ditonton oleh anaknya, sedangkan di sekolah,

misalnya, guru-guru memberikan tugas tertentu kepada anak-anak untuk

memantau acara siaran televisi. Misalnya Acara Cerdas Cermat, Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Acara pedesaan dan bahkan masalah

komposisi warna. Setelah anak memberikan laporan dari hasil pengamatannya.

Masalahnya sekarang, stasiun televisi harus menyebarkan susunan acaranya jauh

sebelumnya dan tidak melakukan perubahan-perubahan yang berarti, sehingga

dapat mengganggu rencana sekolah yang telah disusunnya. Karena itu perlu

adanya kerja sama antara sekolah dengan stasiun televisi. Di hampir setiap

rumah, terdapat perangkat televisi yang kadang-kadang menciptakan masalah

baru bagi anak-anak. Terjadi pertengkaran karena rebutan program televisi apa

yang akan ditonton. Orang tua mulai cemas mengenai kesan yang diterima dari

acara televisi. Orang tua khawatir dengan hiburan yang pasif dari televisi dan

banyaknya waktu yang terbuang di depan televisi.

Seperti halnya banyak acara anak-anak atau kegiatan keluarga yang

tergeser oleh acara televisi seperti kegiatan.

1) Pekerjaan rumah (PR) terabaikan karena anak asyik nonton televisi.

2) Jam tidur diulur-ulur, mundur karena menunggu acara favorit di televisi

berakhir.

3) Jam makan diatur oleh atau berdasarkan acara televisi.

4) Diskusi keluarga menjadi tidak fokus karena “ disambi” nonton televisi.18

Pemberian tugas kepada anak-anak tersebut kiranya dapat dimasukkan

dalam kegiatan intra maupun ekstra kurikuler. Dengan jalan demikian berarti

guru telah mengarahkan anak didiknya bagaimana cara menonton televisi dan

apa yang harus ditontonnya. Hal ini karena sekolah merupakan suatu lembaga

yang paling efektif untuk mempengaruhi anak-anak. Oleh karena itu, hal tersebut

perlu mendapatkan perhatian kita semua, mengingat bahwa anak-anak dalam

menonton televisi cenderung hanya sekedar menonton. Mereka pasif dan hampir-

18

Gunawan Ardiyanto, Cara Mendidik Anak, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010),

hlm. 91.

Page 31: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

20

hampir tidak berpikir. Hal ini akan sangat merugikan bagi perkembangan si anak

dan kalau gejala yang demikian dibiarkan berlarut-larut, akhirnya si anak akan

menjauh kegemaran membaca media cetak, di mana membaca masih harus

dibarengi dengan kemampuan mencerna.

Siaran pendidikan melalui televisi bagaimanapun tetap menarik bagi

anak-anak dan dapat membantu anak-anak belajar yang lebih baik. Sebab televisi

mampu menyajikan bahan yang bergerak dinamis, sehingga merangsang

perhatian anak-anak. Dengan demikian anak-anak lebih tertarik dan

mencernakannya. Memang pengalaman penulis menunjukkan, pada awal tahun

1966 setelah TVRI stasiun Yogyakarta diresmikan, ada satu program siaran cerita

bergambar yang diasuh oleh orang yang cukup pengalaman dibidang radio. Pada

awalnya memang digemari oleh anak-anak, karena secara auditif dan visual

mampu menyentuh perasaan anak-anak. Tetapi, setelah kondisi stasiun mulai

berkembang, muncullah acara Kuncung dan Bawuk karya rekan Habib Bari,

yang berupa sandiwara boneka, meskipun boneka yang digunakan masih

sederhana. Cerita yang disuguhkan acara ini cukup menarik dan bertemakan

pendidikan. Meskipun demikian, toh akhirnya Kuncung dan Bawuk mampu

menggeser acara cerita bergambar, yang disajikan dengan gambar-gambar statis.

Hal itu karena sandiwara boneka tadi lebih dinamis.19

e. Dampak Menonton Televisi

Televisi merupakan media massa yang mengalami perkembangan paling

fenomenal di dunia. Meski lahir paling belakangan dibanding media massa cetak,

dan radio namun pada akhirnya media televisilah yang paling banyak diakses

oleh masyarakat di mana pun di dunia ini.

Dalam hal penggunaannya pun juga sangat fantastis. Banyaknya waktu

yang dihabiskan untuk menonton televisi oleh seorang tamatan SMTA mencapai

16,000 jam. Sedangkan waktu yang dihabiskan untuk sekolah hanya 11.000 jam,

menonton film, mendengarkan radio dan kaset hanya 5.000 jam. Memperlihatkan

kecenderungan masyarakat dalam hal mendengarkan radio, menonton televisi,

19

Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, hlm. 121-128.

Page 32: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

21

dan membaca surat kabar. Rata-rata secara nasional, waktu mendengarkan radio

ada penurunan dari 62,7% (1998) menjadi 43,3%, menonton televisi dari 79,8%

turun menjadi 78,9%, dan membaca surat kabar dari 25,8% pada tahun 1998

turun, tinggal 17% pada tahun 2000. Kemudian dari sejumlah survei yang

dilakukan secara terpisah oleh lembaga yang berbeda selama 2005-2006

diketahui bahwa kecenderungan menonton televise telah meningkat rata-rata

80%, sedangkan kegiatan membaca Koran semakin rendah, demikian pula

kegiatan mendengarkan radio.

Paparan data diatas menunjukkan betapa besar pengaruh media televisi

bagi kehidupan manusia modern. Banyak aspek kehidupan manusia dari

mengenai jadwal tidur, menu makan, jenis minuman, memilih sabun mandi,

sampo, minyak rambut, parfum, fashion, mode tata rambut, tempat tamasya,

topik perbincangan, humor, pilihan lagu, dan lain-lain; semuanya dipengaruhi

oleh tayangan televisi. Oleh karena besarnya pengaruh televisi bagi kehidupan

manusia modern maka kemudian muncul keinginan untuk memanfaatkan televisi

sebagai media pendidikan. Kalau saja media yang sangat berpengaruh itu

dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan tentu akan memiliki

pengaruh positif terhadap perkembangan peradaban manusia. Harapan demikian

itulah yang mendorong munculnya upaya-upaya di berbagai negara untuk

mewujudkan televisi sebagai media pendidikan, lalu muncullah istilah televisi

pendidikan atau TV-E (Educational Television).20

Dampak yang timbul bagi anak-anak akibat menonton televisi bisa dilihat

dari:

1) Perilaku

Peniruan perbuatan kekerasan, kekhawatiran para psikologis,

pemimpin agama, bila anak-anak secara rutinitas melahap aneka ragam acara

dalam berbagai bentuk format, terutama film kekerasan, maka punya

kemungkinan besar akan meniru dalam keseharian mereka.

20

Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, hlm. 12.

Page 33: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

22

2) Sikap

Tidak dapat membedakan mana kenyataan dan khayalan. Dapat

dimaklumi anak-anak berpandangan mereka yang tampil di layar televisi

merupakan hal yang nyata. Hal ini disebabkan berpikirnya anak masih

sederhana.

Ingin mendapatkan semata secepat mungkin. Karena segalanya serba

seketika, sesuatu yang berlangsung serba cepat berlaku bagi penayangan

televisi adalah detik.

3) Pendidikan

Menghabiskan waktu, Banyak waktu yang dihabiskan anak hanya

untuk menonton televisi, sehingga mengurangi aktivitas yang lain seperti

bermain dengan sesamanya, membantu kedua orang tua, mengerjakan tugas

belajar dan tugas rumah.

4) Mengurangi minat belajar

5) Budaya dan agama

Dapat mengurangi identitas nasional dan kekaguman yang berlebihan

kepada budaya barat. Segala sesuatu yang menjadi jati diri bangsa menjadi

berkurang, namun jika timbul kekaguman apa saja yang tampil di layar

televisi, hal-hal yang buruk maka perlu mencegahnya.

Mengaburkan nilai-nilai agama. Banyak sajian televisi yang tidak

mengindahkan norma-norma keagamaan, bahkan bertentangan dengan nilai

sosial budaya ketimuran yang ada ditengah masyarakat kita.21

Banyak anak menghabiskan lebih banyak waktu di depan televisi

ketimbang bersama orang tuanya. Pada 1990-an, anak-anak rata-rata

menghabiskan 26 jam seminggu untuk menonton televisi. Terlalu lama menonton

televisi mengurangi kebugaran fisik anak. Menonton terlalu lama juga

mengurangi waktu yang digunakan untuk mengerjakan PR dan aktivitas yang

berhubungan dengan sekolah lainnya. Yang mengejutkan, menjelang anak lulus

21

Milton Chen, Mendampingi Anak Menonton Televisi, hlm. 103.

Page 34: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

23

SMA, mereka telah menghabiskan waktu 20.000 jam menonton televisi, dan

jumlah ini lebih lama ketimbang yang dihabiskan di ruang kelas.22

Banyak anak menghabiskan lebih banyak waktu di depan televisi

ketimbang bersama orang tuanya. Pada 1990-an, anak-anak rata-rata

menghabiskan 26 jam seminggu untuk menonton televisi. Terlalu lama menonton

televisi mengurangi kebugaran fisik anak. Menonton terlalu lama juga

mengurangi waktu yang digunakan untuk mengerjakan PR dan aktivitas yang

berhubungan dengan sekolah lainnya. Yang mengejutkan, menjelang anak lulus

SMA, mereka telah menghabiskan waktu 20.000 jam menonton televisi, dan

jumlah ini lebih lama ketimbang yang dihabiskan di ruang kelas.

Berikut ini beberapa rekomendasi yang dapat anda bicarakan dengan

orang tua untuk mengurangi dampak negatif televisi dan meningkatkan dampak

positifnya terhadap perkembangan anak.

1) Bantu anak mengembangkan kebiasaan yang baik sejak dini

2) Pantau kebiasaan menonton si anak dan atur apa yang harus mereka lihat,

jangan biarkan anak menonton secara acak. Bicarakan dengan anak secara

aktif.

3) Cari acara anak yang menampilkan anak-anak seusia anak anda.

4) Jangan sampai televisi menjadi ganti bagi aktivitas lainnya.

5) Lakukan diskusi dengan anak tentang tema-tema televisi yang sensitif. Beri

mereka kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang acara televisi.

6) Seimbangkan kegiatan membaca dan menonton anak dapat “ menindaklanjuti

“acara televisi yang menarik dengan mengeceknya melalui buku yang

menjadi sumber dari acara televisi itu. Anak bisa mencari cerita lain yang

ditulis oleh penulis buku.

7) Bantu anak-anak menyusun jadwal yang seimbang, yakni acara pendidikan,

aksi, komedi, seni, fantasi, olahraga, dan sebagainya. Pastikan anak-anak

tidak mengutamakan tontonan yang berisi kekerasan dan seks.

22

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet II. hlm. 97.

Page 35: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

24

8) Tunjukkan contoh pasif yang memperlihatkan bagaimana beragam kelompok

dan kultural bisa memberi sumbangan untuk membuat masyarakat menjadi

lebih baik.

9) Tunjukkan contoh wanita yang melakukan kegiatan yang kompeten baik

dalam profesi maupun rumah.23

2. Kedisiplinan Belajar di rumah

a. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin (dalam bahasa Inggris: Disciplined:

mendisiplinkan) yang mendapat awalan dan akhiran ke-an yang mempunyai arti

ketaatan (kepatuhan) pada peraturan, tata tertib.24

Sedangkan menurut istilah:

Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa latin “ disebel ” yang berarti

pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami

perubahan menjadi “ discipline “ yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut

tata tertib. Sekarang ini kata disiplin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu

pengetahuan, sehingga banyak pengertian disiplin yang berbeda antara ahli yang

satu dengan yang lain.

Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “ disciple “ yakni seorang

yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua

dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari

mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin

merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui

kelompok.25

Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock menyatakan ; ”Discipline is

thus society‟s way of teaching the child the moral behaviour approved by the

23

John W. Santrock, Psikologis Pendidikan,Cet. II, hlm. 97.

24 Tim Penyusunu Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indoneisa, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.268 .

25 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak jilid 2, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978), hlm. 82.

Page 36: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

25

group”26

. (Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak perilaku moral

yang disetujui kelompok).

Dari beberapa penjelasan tersebut kita mengetahui bahwa disiplin adalah

sikap patuh atau taat terhadap peraturan yang merupakan cerminan kualitas moral

seseorang, Sesuai beberapa teori diatas, jadi kedisiplinan adalah suatu sikap yang

patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku, dan apabila melanggarnya maka

akan dikenai sanksi. Peraturan tersebut dapat berupa peraturan formal seperti

peraturan yang ada di sekolah, maupun peraturan non formal yang berada di

lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Dalam Islam banyak mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan. Seperti Firman

Allah dalam QS. Al-„Ashr ayat 1-3 yang berbunyi:

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan

merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih,

saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam

kesabaran.” (Al „Ashr: 1-3)27

Dalam ayat lain dijelaskan pula:

....

" Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah

kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu....(An Nisa

59)28

Tata tertib (khususnya di rumah) ditujukan untuk membentuk sikap dan

tingkah laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan sifat-sifat

pribadi siswa yang tegang, cemas, dan antagonistik. Disiplin yang permisif,

cenderung membentuk sifat siswa yang kurang bertanggung jawab, kurang

menghargai otoritas, dan egosentris. Sementara disiplin yang demokratis,

26

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan anak jili 2, hlm. 393.

27 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur‟an, Al Qur‟an dan Terjemahnya Juz 1-15,

(Kudus: Mubarokatan Thoyyibah, 2003), hlm. 87.

28 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur‟an, Al Qur‟an dan Terjemahnya Juz 4, hlm. 601.

Page 37: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

26

cenderung mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan

tenang, dan sikap bekerja sama.29

b. Fungsi Kedisiplinan

Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin

menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan

berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak

ketika bekerja. Berikut ini akan dibahas beberapa fungsi disiplin yaitu:30

1) Menata kehidupan bersama

Manusia adalah sebagai mahluk sosial yang selalu terkait dan

berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut, diperlukan norma,

nilai, peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat

berjalan baik dan lancar. Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang

bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan

mematuhi peraturan yang berlaku. Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata

kehidupan manusia dan kelompok tertentu atau dalam masyarakat.

2) Membangun kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku, dan pola hidup

seseorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan dan perbuatan sehari-

hari. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut

memberi dampak bagi pertumbuhan dan kepribadian yang baik. Oleh karena

itu, dengan disiplin seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati

aturan-aturan yang berlaku. Kebiasaan ini lama-kelamaan masuk ke dalam

kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya. Jadi

lingkungan yang berdisiplin baik, akan berpengaruh terhadap kepribadian

seseorang. Apalagi seseorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya,

tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat

berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

29

H. Syamsul Yusuf, dkk, Toeri Kepribadian, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),

hlm.32.

30Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004),

hlm. 38.

Page 38: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

27

3) Pemaksaan

Faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu dorongan

dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran, dan kemauan untuk berbuat

disiplin) dan dorongan dari luar (perintah, larangan, pengawasan, ujian,

ancaman, ganjaran). Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan

tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk

ke suatu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus menaati dan mematuhi

tata tertib yang ada di sekolah tersebut. Dikatakan terpaksa karena

melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut

dan ancaman sanksi disiplin. Jadi, disiplin sangat berfungsi sebagai

pemaksaan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan

itu.

4) Hukuman

Hukuman berasal dari kata kerja latin, punire dan berarti menjatuhkan

hukuman pada seseorang karena melakukan suatu kesalahan, perlawanan atau

pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.31

Tata tertib sekolah biasanya

berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lain berisi sanksi

atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/

hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi

siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi,

dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.

Jadi disiplin sangat diperlukan demi terbentuknya manusia yang

berakhlak mulia. Dan dengan disiplin pula seseorang dapat belajar

berperilaku dengan cara yang diterima di masyarakat. Maka orang yang

berdisiplin akan mempunyai budi pekerti yang baik, dimana budi pekerti itu

sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial.

31

Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, hlm. 86.

Page 39: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

28

c. Macam-macam Disiplin

Disiplin dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1) Disiplin otoritarian32

Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci.

Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan

menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku ditempat itu. Apabila gagal

menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi dan

hukuman berat. Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku

berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang.

Hukuman dan ancaman kerap kali dipakai untuk memaksa, menekan,

mendorong seseorang mematuhi dan menaati peraturan.

2) Disiplin permisif

Dalam disiplin ini seseorang dibiarkan bertindak menurut

keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri

dan bertindak sesuai keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat

sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma dan aturan yang

berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak tehnik permisif ini berupa

kebingungan dan kebimbangan.

3) Disiplin demokratis

Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi

penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa

diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik disiplin

demokratis berusaha mengembangkan disiplin yang muncul atas kesadaran

diri sehingga siswa memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap.

Dalam disiplin demokratis, kemandirian dan tanggung jawab dapat

berkembang. Siswa patuh dan taat karena didasari kesadaran dirinya.

Mengikuti peraturan-peraturan yang ada bukan karena terpaksa, melainkan

atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.

32

Tulus Tu‟u , Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, hlm. 44.

Page 40: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

29

Disiplin demokratis menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial

yang baik, dan menghasilkan kemandirian dalam berfikir, inisiatif dalam

tindakan dan konsep diri yang sehat, positif, dan penuh rasa percaya diri yang

direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan.33

Dari ketiga macam disiplin tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

disiplin yang paling tinggi tingkatannya adalah disiplin otoritarian, karena

dalam disiplin ini seseorang diberi sanksi yang berat apabila melanggar

peraturan. Selanjutnya adalah disiplin permisif dimana tidak dikenai sanksi

bagi yang melanggar, namun akan terjadi kebingungan. Tingkat disiplin yang

terakhir adalah disiplin demokratis. Disiplin demokratis adalah disiplin yang

tumbuh atas kesadaran dari diri sendiri, bukan karena paksaan.

d. Pengertian Belajar di rumah

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan

tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat

didefinisikan sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.34

Menurut Lyle E Bourne, JR, Bruce R. Ekstrand: “Learning is a reatively

permanent change in behavior traceable to experience and practice” Belajar

adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh

pengalaman dan latihan.

Teaching and learning are not two sides of the same coin, but essentially

different activites, although they both take place in public arena of the

classroom.35

33

Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, hlm.96.

34Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),

hlm. 2.

Page 41: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

30

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan

hasil dari pengalaman yang lalu.36

Sedangkan belajar di rumah bisa dikenal

belajar sendiri atau mandiri adalah adanya ketentuan belajar seperti memiliki

jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar

yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar.37

Jadi

kedisiplinan belajar di rumah yang dimaksud peneliti ini adalah tepat waktu

dalam belajar, ketepatan waktu dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR),

belajar secara teratur.

Sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui

kegiatan belajar. Belajar yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks,

belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau dari media

elektronika, belajar di sekolah di rumah, di lingkungan kerja atau di masyarakat.

Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang

yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang

baik, direncanakan atau tidak. Hal ini yang juga selalu terkait dalam belajar

adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau

lingkungannya.

Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam

rumusan atau definisi tentang belajar, yang dikemukakan para ahli dalam buku

Nana Syaodih Sukmadinata, menurut Witherington “belajar merupakan

perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons

yang baru yng berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan

kecakapan”. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow and

Hilgard. Menurut crow and Crow “belajar adalah diperolehnya kebiasaan-

kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”, sedang menurut Hilgard “belajar adalah

suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons

terhadap sesuatu situasi”.

35

Lynne Cameron, Teaching Language To YLS, ( New York: Cambride University Press,

2001), hlm. 10.

36 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: IAIN Walisongo, 2001), hlm. 23.

37 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2008), hlm. 117.

Page 42: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

31

Mengenai peranan unsur pengalaman dalam belajar beberapa ahli

menekankan hal tersebut dalam definisi mereka. Di Vesta and Thompson dalam

menyatakan “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative menetap

sebagai hasil dari pengalaman”. senada dengan rumusan tersebut Gage and

Berliner belajar adalah “… suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul

karena pengalaman”. sedangkan Hilgard menegaskan bahwa “belajar dapat

dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relative permanen, yang terjadi

karena pengalaman.38

e. Ciri-ciri Belajar

Dari beberapa pengertian belajar diatas, kita menemukan ciri-ciri umum

masalah belajar sebagai berikut:39

1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau

disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah

bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan

oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini

menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu,

baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan

terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa

suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan

jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskipun

seseorang dikatakan belajar, namun bilamana keaktifan jasmaniah dan mental

rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak dilakukan secara intensif.

2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan

dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang

memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau

pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang

pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan

perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya

38

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung, Remaja

Rosdakarya, 2009), hlm.155-156.

39Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 36-37.

Page 43: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

32

interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungannya ini mendorong

seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun

mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.

3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua

perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar

umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada

kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati

(observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang

dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan-

perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan

aspek-aspek motorik.

Jadi ciri-ciri belajar adalah apabila seseorang dengan disengaja

melakukan sesuatu disertai dengan bisa berinteraksi baik dengan orang sekitar

maupun lingkungannya dan ditandai dengan hasil yaitu perubahan tingkah laku

yang lebih baik.

f. Aktivitas Belajar

Meskipun orang telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah

memilih yang tepat untuk merealisasikan tujuan itu, namun tindakan-tindakan

untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi di manapun

dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut

menentukan set belajar yang dipilih. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh

aktivitas belajar dalam belajar situasi.

Dan tugas guru hanya memberikan bimbingan dan memberikan instruksi

sebagaimana dalam Al-Qur‟an banyak menunjukkan aktivitas belajar,

diantaranya Surat An-Nahl ayat 78.

Page 44: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

33

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan

dan af‟idah (daya nalar), agar kamu bersyukur.40

Kata “Af‟idah” dalam ayat ini menurut pakar tafsir Al-Qur‟an Dr. Quraisy

Shihab (1992) berarti “daya nalar” yaitu potensi/kemampuan berpikir logis

dengan kata lain “Akal.41

1) Mendengar

Dalam kehidupan sehari-hari bergaul dengan orang lain dalam pergaulan

itu terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan

situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat tetapi secara tidak langsung

mendengar informasi.

2) Memandang

Setiap stimuli visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi

tidak semua pandangan atau penglihatan kita adalah belajar. Meskipun

pandangan tertuju kepada suatu objek visual, apabila dalam diri kita tidak

terdapat kebutuhan, motivasi, serta set tertentu untuk mencapai suatu tujuan,

maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar. Alam sekitar kita,

termasuk juga sekolah dengan segenap kesibukannya, merupakan objek-

objek yang memberi kesempatan untuk belajar.

3) Meraba, Membau, dan mencicipi/Mengecap

Meraba, membau, dan mengecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya

pada mendengar dan memandang. Segenap stimuli yang dapat diraba dicium,

dan dicecap merupakan situasi yang memberi kesempatan bagi seseorang

untuk belajar. Hal aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas

mengecap dapat dikatakan belajar, apabila aktivitas-aktivitas itu didorong

oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan set

tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku

40

Departement Agama RI, Al-Qur‟an al-karim dan Terjemah Bahasa Indonesia, (Kudus:

Menara Kudus, 2006), hlm.275.

41 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.102.

Page 45: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

34

4) Menulis dan Mencatat

Setiap aktivitas pengindraan kita yang bertujuan, akan memberikan

kesan-kesan itu merupakan material untuk maksud-maksud belajar

selanjutnya. Material atau objek yang ingin kita pelajari lebih lanjut harus

memberi kemungkinan untuk dipraktekkan. Beberapa material di antarannya

terdapat di dalam buku-buku, di kelas, ataupun dibuat catatan kita sendiri.

5) Membaca

Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran sambil berbaring

santai di tempat tidur. Membaca semacam ini adalah bukan aktivitas belajar.

Ada pula orang yang membaca sambil berbaring dengan tujuan belajar

menurut ilmu jiwa, membaca yang demikian belum dapat dikatakan sebagai

belajar.

6) Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggaris bawahi

Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena

menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan

ini memang dapat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari kembali

materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan

belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah

belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis

bawah (underlining). Hal ini sangat membantu kita dalam usaha menemukan

kembali materi itu kemudian hari.

7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram, dan Bagan-Bagan

Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering kita jumpai tabel-tabel,

diagram ataupun bagan-bagan dalam mempelajari materi yang relevan itu.

Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan

ilustratif yang membantu pemahaman kita tentang sesuatu hal.

8) Menyusun Paper atau Kertas Kerja

Dalam membuat paper, pertama yang perlu mendap perhatian ialah

rumusan topik paper itu. Dari rumusan topik-topik itu kita akan dapat

menentukan materi yang relevan. Kemudian kita perlu mengumpulkan materi

yang akan ditulis ke dalam paper dengan mencatatkan pada buku notes atau

Page 46: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

35

kartu-kartu catatan. Paper yang baik memerlukan perencanaan yang masak

dengan terlebih dulu mengumpulkan ide-ide yang menunjang serta

penyediaan sumber-sumber yang relevan.

9) Mengingat

Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk

sebagai aktivitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta

kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk

aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-

aktivitas belajar lainnya.

10) Berpikir

Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir, orang

memperoleh penemuan baru, setidak-setidaknya orang menjadi tahu tentang

hubungan antar sesuatu.

11) Latihan atau Praktek

Latihan atau praktek adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang

melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk

mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada

dirinya. Orang yang berlatih atau berpraktek sesuatu tentunya menggunakan

tertentu sehingga setiap gerakan atau tindakannya terarah kepada sesuatu

tujuan. Dalam berlatih atau berpraktek terjadi interaksi yang interaktif antara

subjek dengan lingkungan. Dalam kegiatan berlatih atau praktek, segenap

tindakan subjek terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasil

latihan atau praktek itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat

mengubah diri subjek serta mengubah lingkungannya. Lingkungan berubah

dalam diri anak.42

Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar kedisiplinan belajar di

rumah dapat dibina dan dilaksanakan dalam proses pendidikan sebagai mutu

pendidikan:

42 Shaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Hlm.

38-45.

Page 47: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

36

1) Tepat waktu dalam belajar

Belajar merupakan kewajiban seorang siswa karena untuk mengetahui

dan mendapatkan berbagai kecakapan disiplin dalam belajar akan membuat

siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik. Dengan disiplin,

siswa dapat menghargai waktunya dengan sebaik-baiknya. Untuk membagi

waktu belajar siswa harus membuat jadwal yang tepat untuk membatasi

kegiatan yang lain yang tidak berguna yang bisa mengganggu kegiatan

belajar. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam

menegakkan kedisiplinan belajar di rumah, karena sebagian besar waktu yang

dimiliki siswa yaitu berada di rumah.

2) Disiplin dalam mengerjakan tugas di rumah (PR).

Pemanfaatan waktu sangat efisien dan efektif merupakan salah satu

cara terbaik untuk melatih sikap kedisiplinan, terutama kedisiplinan di rumah.

Pekerjaan rumah misalnya bila dikerjakan secara mendadak tidak banyak

menguntungkan karena pelatihan diri tercapai. Kalau anak di biasakan

memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya khususnya waktu belajar maka

anak tersebut akan mampu melaksanakan tanpa merasa berat dan tertekan.

3) Belajar secara teratur.

Keteraturan dalam belajar merupakan usaha untuk menghasilkan atau

untuk memperoleh suatu prestasi yang maksimal, karena dengan keteraturan

kita akan lebih disiplin dengan belajar.

g. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar di rumah

Ada beberapa bentuk kedisiplinan belajar yang harus dilaksanakan oleh

seorang siswa di rumah, diantaranya yaitu:

1) Mengerjakan tugas

Selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, baik pelajar

atau mahasiswa, tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan

mengerjakan tugas-tugas studi. Bagi pelajar tentu saja untuk bidang studi

Page 48: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

37

tertentu, harus mengerjakan PRnya sesuai dengan penugasan dan dalam

jangka waktu tertentu.43

Semua penugasan yang guru berikan itu harus pelajar kerjakan tepat

waktu dan apabila mengabaikannya boleh jadi pelajar itu akan mendapat

sanksi dari guru. Tentu saja sanksinya bersifat mendidik, bukan memukulnya

hingga luka atau menyuruhnya tidak boleh turun ke sekolah.

2) Membentuk kelompok belajar

Cara yang baik untuk menunjang keberhasilan studi di sekolah adalah

membentuk kelompok belajar. Anggotanya tidak perlu terlalu banyak, tetapi

cukup lima orang. Carilah kawan-kawan yang mempunyai kesamaan

pandangan untuk meraih studi. 44

Sekiranya kelompok belajar sudah terbentuk, rencanakanlah

pembagian waktunya, tentunya tempat berkumpul belajar bersama, dengan

adanya kerja kelompok bidang studi mana saja yang tidak dapat dipecahkan

seorang diri, kita kerjakan dengan kelompok.

3) Menghafal bahan pelajaran

Selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, baik pelajar atau

mahasiswa, tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan mengerjakan

tugas-tugas studi. Bagi pelajar tentu saja untuk bidang studi tertentu, harus

mengerjakan PRnya sesuai dengan penugasan dan dalam jangka waktu

tertentu.45

Semua penugasan yang guru berikan itu harus pelajar kerjakan tepat

waktu dan apabila mengabaikannya boleh jadi pelajar itu akan mendapat

sanksi dari guru. Tentu saja sanksinya bersifat mendidik, bukan memukulnya

hingga luka atau menyuruhnya tidak boleh turun ke sekolah.

4) Mengulang bahan pelajaran

Apa yang guru jelaskan tidak mesti semuanya terkesan dengan baik,

tentu ada kesan-kesan yang masih samar-samar dalam ingatan. Pengulangan

43

Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 90.

44 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm 105.

45Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm. 90.

Page 49: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

38

sangat membantu untuk memperbaiki semua kesan yang masih samar-samar

itu untuk menjadi kesan-kesan yang sesungguhnya, yang tergambar jelas

dalam ingatan.46

Belajar dengan cara mengulang bahan yang baru diserap bias dibantu

dengan membandingkannya dengan buku paket bagi pelajar dan literatur

wajib atau menunjang bagi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

tingkat pemahaman.

Bentuk-bentuk kedisiplinan belajar yang telah tersebut diatas adalah

bentuk-bentuk kedisiplinan belajar di rumah, dimana disetiap rumah pasti

memiliki aturan masing-masing yang menuntut seorang anak untuk aktif dan

disiplin dalam belajar, khususnya belajar di rumah.

Belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh

sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam belajar, kita tidak bisa melepaskan diri dari

beberapa hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar. Banyak orang

yang belajar dengan susah payah, tetapi tidak mendapat hasil apa-apa, hanya

kegagalan yang ditemui. Penyebabnya tidak lain karena belajar tidak teratur,

tidak disiplin, dan kurang bersemangat, mengabaikan masalah pengaturan waktu

dalam belajar.

1) Belajar dengan Teratur

Belajar dengan teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa

diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu di sekolah atau di perguruan

tinggi (universitas). Betapa tidak, karena banyaknya bahan pelajaran yang

harus dikuasai, menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan kedalaman

dan keluasan bahan pelajaran. Penguasaan atas semua bahan pelajaran

dituntut secara dini, tidak harus menunggunya sampai menjelang ulangan,

ujian atau tentamen. Hal ini merupakan sikap yang kurang menguntungkan

dalam belajar. Maka penting membiasakan diri dengan sikap teratur dalam

segala, yang menyangkut masalah keberhasilan belajar, sikap yang terbiasa

teratur sebagai salah satu barometer dari kejernihan berpikir.

46

Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm. 42.

Page 50: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

39

2) Disiplin dan Bersemangat

Kata disiplin adalah sebuah kata yang tidak asing dalam kehidupan

sehari-hari. Kata ini sudah memasyarakat entah itu sekolah, di kantor, di

rumah, atau dalam berpergian dan sebagainya. Disiplin adalah suatu tata

tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok.

Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk

mentaati peraturan.

3) Pengaturan Waktu

Seluruh kehidupan manusia pada hakikatnya bergelut dalam dimensi

waktu. Manusia tidak hanya bergerak dalam lingkaran waktu, tetapi juga

bernapas dalam ruang lingkup waktu, karena manusia berada dalam siklus

waktu, maka setiap aktivitasnya bermula dan berkesudahan dalam waktu.47

Cara belajar sendiri di rumah, sebenarnya bisa di terapkan untuk

belajar di rumah. Belajar sendiri atau mandiri di rumah adalah tugas paling

pokok dari setiap siswa atau mahasiswa. Syarat utama belajar di rumah

adalah adanya ketentuan belajar seperti memiliki jadwal belajar sendiri

meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar yang diutamakan, tetapi

kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar. Untuk belajar di rumah adalah

sebagai berikut:

Pertama, berdoalah terlebih dahulu, lalu buka pelajari kembali catatan

singkat hasil pelajaran atau kuliah di sekolah.

Kedua, pada akhir catatan yang anda buat, rumuskan pertanyaan-

pertanyaan dari bahan yang telah anda baca atau pelajari.

Ketiga, setiap pertanyaan yang anda buat, tulis pula pokok-pokok

jawaban di balik halaman tersebut (supaya tidak terlihat pada saat anda

membaca pertanyaan tersebut).

Keempat, cara belajar berikutnya anda tinggal melatih pertanyaannya

tersebut sampai anda menguasainya.

47

Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm. 18.

Page 51: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

40

Kelima, apabila anda masih ragu akan jawabannya, sebaiknya ajukan

pertanyaan tersebut kepada guru pada saat pelajaran.

Keenam, belajarlah pada saat tertentu yang paling memungkinkan bagi

anda.

Ketujuh, jangan sekali-kali anda memforsir belajar terus-menerus

dalam waktu lama.

Kedelapan, sebelum anda tidur, bacalah pertanyaan yang anda buat

lalu jawab pertanyaan anda dalam hati.48

Artinya:

Dalam adab belajar pada diri sendiri dan didalamnya ada 5 macam:

a) Mensucikan hati dari sifat khianat, jelek, dengki, khasud aqidah yang jelek

dan akhlak yang buruk dengan memperbaiki hal-hal tersebut maka bisa

48

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hlm. 118.

49 Hasyim Asy‟ari, Adabul „Alim wal Muta‟allim, (Jombang: Maktabah Turas Islamiyah,

t.th), hlm. 24-27.

Page 52: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

41

menerima ilmu dan menjaganya, mengetahui maknanya secara detail dan

memahami yang sulit.

b) Memperbaiki niat mencari ilmu dengan maksud menghadap allah Aza

Wajalla dan beramal dan menjalankan syariat dan menerangi hatinya, dan

menghiasi batinnya serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

c) Membagi waktunya siang dan malam dan mempergunakan sisa umurnya,

sesungguhnya tidak ada nilainya dan waktu yang paling bagus untuk

menghafal itu waktu sahur, dan untuk mencari ilmu itu waktu pagi dan untuk

menulis itu pada siang hari dan untuk membaca dan belajar untuk malam

hari.

d) Menyedikitkan makan dan minum karena kekenyangan itu menyusahkan diri

untuk beribadah dan memberatkan badan.

e) Membersihkan dirinya dari dosa, dan memperbaiki diri dalam segala hal dan

menggunakan yang halal dalam makanan minuman, pakaian dan hartanya,

serta segala hal yang dibutuhkannya untuk menyinari hatinya dan

memperbaiki dirinya dalam menerima ilmu, cahayanya dan manfaat baginya.

h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar di rumah

Setiap orang tua dan guru ingin membina anak-anaknya agar menjadi

orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, sikap mental yang kuat dan

etika yang mulia serta terpuji. Semua itu dapat di usahakan melalui pendidikan,

sebagai jalan yang dapat membawa anak didik kepada kehidupan etika, sehingga

mampu dan mau berprilaku sesuai dengan nilai-nilai moral.

Agar nilai-nilai moral dapat dipatuhi oleh anak dengan kesadaran tanpa

adanya paksaan, supaya datang dari dirinya sendiri, maka pendidikan agama

harus diberikan secara terus menerus baik di lingkungan keluarga, masyarakat

dan lingkungan sekolah.

Lingkungan pendidikan adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan,

khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan

masyarakat seperti diketahui lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah

keluarga. Makin bertambah usia.

1) Lingkungan Keluarga

Dalam lingkungan inilah pertama kali anak dikenalkan pada masalah

pendidikan. Oleh sebab itu keluarga atau orang tua dikatakan sebagai

pendidik selama yang pertama. Mau dibentuk menjadi apakah anak tersebut

adalah bergantung pada kehendak orang tua karena dari fakta keturunan atau

Page 53: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

42

sifat darah anak maka kebiasaan yang terjadi adalah anak itu selalu meniru

atau membentuk pada sikap dan prilaku orang tuanya.

Disiplin merupakan hasil suatu proses dari perilaku yang berulang-

ulang dan kebiasaan dan orang tua adalah keluarga mempunyai peran yang

besar dalam melatih, mendidik anak-anaknya dalam prilaku disiplin lebih

dikenal dengan pola asuh atau semakin dan tepat orang tua memperlakukan

anak maka akan semakin baik pada sikap serta kepribadian anak dalam

perbuatannya sehari-hari.

2) Lingkungan Sekolah

Guru yang masuk dalam kelas, membawa seluruh watak

kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikirannya, sikapnya dan ilmu

pengetahuaannya yang dimilikinya. Penampilan guru, pakaiannya, cara

bicara, bergaul bahkan emosi dan jiwanya bahkan ideologi dan paham yang

dianut akan terbawa tanpa sengaja ketika berhadapan dengan siswa

seluruhnya itu akan terserap oleh siswa tanpa disadari oleh guru dan orang

tua. Alangkah indahnya guru-guru50

3) Lingkungan Masyarakat

Penataan lingkungan masyarakat telah menunjukkan adanya upaya

membantu anak untuk berdekatan dan berakraban anak-anak dengan nilai

moral sosial masyarakat direalisasikan melalui hubungan dengan orang lain

pada saat anaknya di rumah, dengan menggunakan kaidah-kaidah nilai moral

sosial.51

C. Kerangka Berfikir

Islam mengandung berbagai ajaran, baik ritual ataupun non ritual yang amat

memerlukan kedisiplinan, sebab dari situ bangunan jiwa akan membentuk

keteraturannya. Disiplin bisa membentuk kejiwaan pada anak untuk memahami

peraturan sehingga ia pun mengerti kapan saat yang tepat untuk melaksanakan

peraturan, dan kapan pula harus mengesampingkan. Sedangkan peraturan itu sendiri

50

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, hlm. 60.

51 Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV Yrama Widya, 2010), hlm. 37

Page 54: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

43

ada dalam keseharian hidup anak. Kondisi kejiwaannya memang masih butuh untuk

diatur sehingga seorang anak akan merasa tenteram bila hidup teratur. Sebagai

contoh adalah peraturan tentang makan, shalat, puasa, masuk sekolah, sampai waktu

bermainnya. Melatih dan mendidik anak dalam keteraturan hidup kesehariannya

akan memunculkan watak disiplin. Melatih anak untuk mentaati peraturan akan sama

hanya dengan melatih mereka untuk bersikap disiplin.52

Sebagian besar perilaku dalam membesarkan anak cenderung bersifat tak

sadar, sebagaimana diakui banyak orang tua, kita memperbaiki sambil berjalan. Atau

kita mengendalikan model yang paling akrab, yaitu orang tua kita sendiri. Kita

membesarkan anak sebagai mana kita sendiri dulu dibesarkan.

Kebanyakan kegiatan menonton televisi cenderung tidak terencana dan

bersifat tak sadar. Tiap kali mempunyai waktu luang, kita langsung merebahkan diri

di sofa dan menekan tombol televisi. Dalam banyak keluarga, televisi dinyalakan

begitu salah satu anggota bangun tidur atau memasuki rumah, tak peduli ada yang

menonton atau tidak. Televisi jadi nyaris seperti radio, peralatan yang memainkan

video musik sementara para anggota keluarga keluar masuk ruangan, hilir mudik dari

dan ke lemari es, dan mengobrol ditelepon. Televisi hidup dari hari ke hari tanpa

disadari.53

Belajar merupakan salah satu kewajiban bagi setiap siswa dimana setiap

siswa dituntut untuk selalu belajar teratur. Dibutuhkan adanya kesungguhan dan

disiplin di dalam kegiatan belajar. Disiplin merupakan suatu kondisi yang harus

dijalankan apabila seorang siswa mengharapkan kelancaran dalam belajarnya.

Kedisiplinan belajar di rumah suatu tingkat konsistensi dan konsekuensi serta

keteraturan dalam kegiatan belajar untuk memperoleh tingkah laku yang timbul dari

kesadaran dirinya untuk mentaati dan melaksanakan tugasnya sebagai siswa di

rumah dengan dukungan orang tua yang mengawasi, mengarahkan, serta berupaya

untuk membuat anak menyadari kesadaran untuk berdisiplin diri. Serta memberikan

fasilitas belajar kepada anak agar dapat belajar di rumah dengan baik.

52

Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini, hlm. 22.

53 Milton Chen, Mendampingi Anak Menonton Televisi, hlm. 95.

Page 55: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

44

Problem yang terjadi adanya intensitas menonton televisi terhadap

kedisiplinan belajar di rumah, karena kegiatan menonton televisi sendiri sangatlah

cenderung tak sadar yang dilakukan oleh siswa, televisi itu sendiri merupakan media

satu arah, sehingga penonton menjadi pasif, penonton tidak bisa memberikan

tanggapan-tanggapan secara langsung. Penonton sendiri merupakan sasaran setiap

acara yang disiarkan dan mereka merupakan faktor yang ikut menentukan berhasil

tidaknya acara yang telah dibuat, di samping sangat diharapkan bahwa khalayak

penonton memberikan umpan balik setelah mengikuti acara tadi, dari adanya umpan

balik sudah menunjukkan suatu pertanda keberhasilan suatu acara, di samping itu

merupakan suatu masukan yang sangat berharga, karena dapat digunakan sebagai

bahan pengkajian dalam rangka penyempurnaan. 54

Dalam kedisiplinan belajar di

rumah sangat penting bagi siswa karena kedisiplinan itu sendiri merupakan teratur

dalam belajar di rumah keteraturan dalam kegiatan belajar untuk memperoleh

tingkah laku yang timbul dari kesadaran dirinya untuk mentaati dan melaksanakan

tugasnya sebagai siswa di rumah dengan dukungan orang tua yang mengawasi,

mengarahkan, serta berupaya untuk membuat anak menyadari kesadaran untuk

berdisiplin diri. Serta memberikan fasilitas belajar kepada anak agar dapat belajar di

rumah dengan baik.

D. Hipotesis

Dalam penelitian ini yang menjadi hipotesis peneliti adalah ada pengaruh

negatif yang signifikan intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di

rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran

2010/2011. Bahwa semakin tinggi intensitas menonton televisi maka semakin rendah

kedisiplinan belajar di rumah siswa.

54

Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana University

Press, 1994), hlm. 52.

Page 56: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif lapangan. Penelitian kuantitatif

adalah suatu proses penelitian untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan

data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang

ingin diketahui.1 Sedangkan penelitian lapangan (field research) yaitu research yang

dilakukan ditempat terjadinya gejala-gejala.2

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Regresi. Teknik analisis

Regresi ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang

terjadi antara variabel (ubahan) kriterium dan prediktor.3 Yaitu intensitas menonton

televisi dan kedisiplinan belajar di rumah, dengan menggunakan angket sebagai

instrument penelitian. Sedangkan teknik analisis Regresi yang digunakan adalah

teknik analisis Regresi satu prediktor.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 3 April sampai 2 (30 hari) Mei

2011.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Walisongo Kecamatan Kayen kabupaten Pati.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/ obyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peniliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 12.

2 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, 2002. 3 Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm.1.

Page 57: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

46

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda- benda

alam tang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau

subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karekteristik/ sifat yang dimiliki

oleh subyek atau obyek itu4

2. Sampel

Sample is a subset of individuals from a given population.5 Apabila

populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari

dari sampel, kesimpulanya dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu

sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili).6

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan

proporsionate random sampling. Probability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap anggota

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. 7 Teknik ini digunakan karena

populasi berstrata secara proporsional.

Cara yang digunakan dalam proporsionate random sampling ini adalah

dengan cara undian terhadap kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F,

yang terdiri dari 6 kelas. Adapun cara pengambilan sampel dengan undian,

langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Tulis nama siswa pada kertas yang sudah digunting dari kelas VIII A sampai

kelas VIII F.

b) Kertas tersebut digulung dan dimasukkan dalam kotak.

c) Kemudian diundi dan di dapatkan perkelas di ambil 5 siswa.

4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet ke 11, hlm. 117

5 Nunan David, Research Methods In Language Learning, (New York: Cambridge University Press, 1992), hlm. 27.

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm.118. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 120.

Page 58: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

47

Adapun populasi dalam penelitian ini, hanya Siswa kelas VIII MTs

Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati yang berjumlah 266 terdiri dari 44 siswa kelas

VIII A, 44 siswa kelas VIII B, 45 siswa kelas VIII C, 44 siswa kelas VIII D, 45

siswa VIII E, 44 siswa kelas VIII F. Penentuan jumlah sampel menggunakan

metode alokasi ala Neyman dengan rumus:

n = �∑��.���

��∑��.��

Keterangan:

N = besar populasi

n = besar sampel

� = besar sub populasi stratum ke-i

� �= variance sub populasi stratum i. 8

Strata � � � � . � � . � �

VIII A

VIII B

VIII C

VIII D

VIII E

VIII F

42

44

45

45

45

44

2

2

2

2

2

2

59,3

62,2

63,6

63,6

63,6

63,6

84

88

90

90

90

90

� 266 375,9 532

n = ������,��

�����.�,������ = ������,������,�� = 29,6

Alokasi besar sampel untuk tiap strata adalah:

� = ��.��∑��.��

. n

A = ��,����,�. 29,6 = 4,7� 5

B = ��,����,� . 29,6 = 4,9� 5

8 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 302.

Page 59: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

48

C = ��,����,� . 29,6 = 5,1� 5

D = ��,����,� . 29,6 = 51 � 5

E = ��,����,� . 29,6 = 5,1� 5

F= ��,����,� . 29,6 = 5,1� 5

Dalam pembulatanya, besarnya sampel n = 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 30.

Jadi besar sampel keseluruhan adalah 30 dengan pembagian sebagai berikut:

Kelas VIII A : 5 siswa

Kelas VIII B : 5 siswa

Kelas VIII C : 5 siswa

Kelas VIII D : 5 siswa

Kelas VIII E : 5 siswa

Kelas VIII F : 5 siswa

D. Variabel Dan Indikator Penelitian

1. Variable dan Indikator

a. Variabel

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian.9Merujuk pengertian di atas maka yang menjadi

variabel dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X)

dan variabel terikat (Y).

1) Variabel bebas atau independen variabel X adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat).10 Pada penelitian ini sebagai variabel bebas

adalah Intensitas menonton televisi

2) Variabel terikat atau dependen variabel Y adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.11

9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,hlm. 118. 10 Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2008), Cet: 13. hlm.4. 11 Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan, Cet: 13. hlm.4.

Page 60: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

49

Yang merupakan hasil dari perlakuan variabel bebas, yaitu: kedisiplinan

belajar di rumah. Adapun sub variabel dan indikator dari Intensitas

menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah diklasifikasikan

sebagai berikut:

b. Indikator

1) Indikator Intensitas Menonton Televisi

a) Frekuensi menonton televisi.

b) Durasi menonton televisi.

c) Perhatian terhadap acara atau tayangan televisi.

2) Indikator Kedisiplinan Belajar di Rumah

a) Tepat waktu dalam belajar.

(1) Pagi (05.00 – 06.00)

(2) Siang (14.00 – 15.00)

(3) Sore (17.00 – 18.00)

(4) Malam (19.00 – 20.00)

b) Disiplin dalam mengerjakan tugas di rumah (PR).

c) Belajar secara teratur.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuosioner atau Angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti

tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari

responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup

besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau

pernyataan tertutup dan terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau

dikirim melalui pos atau internet.12. Kuosioner dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui tingkat intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar

12Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & D), (Bandung, Alfabeta, 2010), hlm. 199

Page 61: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

50

dirumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran

2010/2011.

Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur,

yakni daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden

cukup memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan sesuai dengan keadaaan

dirinya. Metode kuesioner ini untuk mengetahui tingkat intensitas menonton

televisi terhadap kedisiplinan belajar dirumah siswa kelas VIII MTs Walisongo

Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yangberupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,

legger, agenda dan sebagainya.13 Metode dokumentasi ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai struktur organisasi, data-data guru dan identitas

siswa.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisa Awal

Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan metode

statistik. Karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Untuk

menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan.14 Cara mendeskripsikan data kuantitatif dapat digunakan dengan

menggunakan tehnik statistik deskriptif. Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan

menggunakan tehnik ststistika adalah untuk meringkas data menjadi lebih mudah

dilihat dan dimengerti.15

Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan metode

statistik, karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Tujuan

analisis ini adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebiih mudah dibaca

dan dinterpretasi.

13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek , hlm. 231. 14 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 263. 15 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 86.

Page 62: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

51

Adapun yang dilakukan penulis dalam menganalisis data ini meliputi tiga

tahap:

a. Analisis Pendahuluan

Analisis pendahuluan meliputi beberapa kegiatan yang saling berkaitan.

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Menghitung nilai hasil angket Intensitas Menonton Televisi dan Kedisiplinan Belajar

di rumah MTs Walisongo.

Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa dalam bentuk angka-

angka. Pada analisis pendahuluan ini diperoleh angka-angka dari hasil angket

yang diajukan kepada responden, kemudian memberikan penilaian dengan

memberikan skor Variabel (X) Intensitas Menonton Televisi sebagai berikut :

- Menjawab a mendapat nilai 4 dengan kriteria sangat tinggi.

- Menjawab b mendapat nilai 3 dengan kriteria tinggi.

- Menjawab c mendapat nilai 2 dengan kriteria rendah.

- Menjawab d mendapat nilai 1 dengan kriteria sangat rendah.16

Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa dalam bentuk angka-

angka. Pada analisis pendahuluan ini diperoleh angka-angka dari hasil angket

yang diajukan kepada responden, kemudian memberikan penilaian dengan

memberikan skor Variabel (Y) kedisiplinan belajar di rumah sebagai berikut :

- Menjawab a mendapat nilai 4 dengan kriteria baik sekali.

- Menjawab b mendapat nilai 3 dengan kriteria baik.

- Menjawab c mendapat nilai 2 dengan kriteria cukup.

- Menjawab d mendapat nilai 1 dengan kriteria kurang.17

2) Mencari jumlah interval kelas dengan rumus:

K= 1+3,3 log n

Dimana :

K= Jumlah Kelas Interval

n= Jumlah data Observasi

log= Logaritma.18

16 Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek, hlm. 242. 17 Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek, hlm. 242.

Page 63: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

52

3) Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara menentukan Range dengan

rumus:

R = H – L + 1

Dimana : R = Total Range

H = Nilai Tertinggi (Highest Score)

L = Nilai Terendah (Lowest Score)

1 = Bilangan Konstan19

4) Menentukan Interval dengan rumus:

K

Ri =

Dimana : i = Nilai Interval

R = Range (batas nilai tertinggi – nilai terendah)

K = Jumlah kelas yang dikehendaki 20

5) Menentukan rata-rata (Mean) Dari Variabel X dan Y dengan rumus:

N

fXM

∑=

Keterangan : M = Mean

f = frekuensi

X = nilai tengah kelas interval

N = Jumlah responden21

b. Analisis Uji Hipotesis

Analisis ini sifatnya adalah melanjutkan dari analisis pendahuluan.

Analisis ini dimaksudkan untuk menguji data tentang pengaruh antara variabel

bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Dalam hal ini menggunakan rumus

Regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Adapun untuk menganalisis data

dengan tahapan sebagai berikut :

18 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Cet 13. hlm. 35. 19Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),

hlm 52. 20 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm 53 21 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm 87

Page 64: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

1) Mencari hubungan antara prediktor dan kriterium melalui teknik

product moment

��� = Keterangan:

�!"

∑!"

!2

"2

2) Uji signifikan hubungan dapat berkonsultasi dengan tabel

3) Mencari persamaan regresi:

= a + bx

Keterangan:

: subyek dalam variabel dependen yang

a : harga Y ketika X = 0

b : koefisien regresi

x : subyek pada variabel independen yang mempunyai

4) Analisis varian garis regresi

=

Keterangan:

22 Sutrisno Hadi, 23 Sugiyono

Mencari hubungan antara prediktor dan kriterium melalui teknik

product moment, dengan rumus:

∑�� ∑ �$ %.&∑ �' (

Keterangan:

: indeks korelasi yang dicari

: jumlah nilai deviasi X kali Y dikuadratkan

: deviasi variabel X kuadrat

: deviasi variabel Y kuadrat22

Uji signifikan hubungan dapat berkonsultasi dengan tabel

Mencari persamaan regresi:

= a + bx

Keterangan:

: subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

: harga Y ketika X = 0

: koefisien regresi

subyek pada variabel independen yang mempunyai

Analisis varian garis regresi

=

Keterangan:

: harga bilangan F untuk garis regresi

: rerata kuadrat garis regresi

: rerata kuadrat residu

utrisno Hadi, Analisis Regresi, hlm.4

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Cet: 13. hlm. 261

53

Mencari hubungan antara prediktor dan kriterium melalui teknik korelasi

nilai deviasi X kali Y dikuadratkan

Uji signifikan hubungan dapat berkonsultasi dengan tabel r

diprediksikan

subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu 23

untuk garis regresi

hlm. 261.

Page 65: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

Adapun ringkasan langkah

skor deviasi:

2. Analisis Lanjut

Setelah memperoleh

harga dengan

kemungkinan:

a. Jika

diterima)

b. Jika

ditolak).

Adapun ringkasan langkah-langkahnya dibawah ini dengan menggunakan

skor deviasi:

Sumber

variabel DB JK

Regresi 1

Residu N-2

Total N-1

Analisis Lanjut

Setelah memperoleh maka langkah selanjutnya adalah membandingkan

dengan F pada tabel baik taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan

kemungkinan:

lebih besar daripada 1% atau 5% maka signifikan (hipotesis

lebih kecil daripada 1% atau 5% maka non signifikan (hipotesis

54

langkahnya dibawah ini dengan menggunakan

RK )�*+

,-�*+./�*+

maka langkah selanjutnya adalah membandingkan

pada tabel baik taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan

1% atau 5% maka signifikan (hipotesis

1% atau 5% maka non signifikan (hipotesis

Page 66: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MTs Walisongo Kayen Pati

1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen

MTs Walisongo Kayen Pati adalah sebuah lembaga pendidikan tingkat

menengah kebawah yang di selenggarakan oleh yayasan YPPI Walisongo yang

berdiri tahun 1968. Lembaga ini didirikan sebagai tindak lanjut jenjang pendidikan

yang telah ada, yakni Madrasah Aliyah Walisongo disamping sebagai jembatan bagi

masyarakat Kayen yang ingin menempuh jenjang pendidikan yang lebih atas dengan

tambahan pelajaran agama.

Pada tahun 1969 MTs Walisongo beroperasi, yang dibangun diatas tanah

milik yayasan. Dengan kepala sekolah bapak Drs. Juri M.Ag, MTs Walisongo Kayen

Pati menyelenggarakan pendidikan mempunyai siswa sebanyak 26 siswa, yang

terdiri dari 17 laki-laki dan 9 perempuan, dengan tenaga pendidik sebanyak 16 Guru.

2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Kayen

Visi merupakan tujuan universal sebuah institusi/lembaga untuk

mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang ingin dicapai.

Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen menetapkan visi, “Terwujudnya insan yang

beriman, bertaqwa, berpengetahuan, berprestasi, dan berakhlaqul karimah” Maka

untuk memperjelas visi tersebut, kemudian dijabarkan dalam sebuah misi, yakni :

a. Melaksanakan pendidikan berbasis iman dan taqwa sesuai ajaran agama islam.

b. Melaksanakan pendidikan berstandar nasional.

c. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan aktif, kreatif dan

menyenangkan sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai

potensi yang dimiliki.

d. Menanamkan akhlaqul karimah dan menghindari akhlak tercela dalam setiap

pembelajaran.

e. Melaksanakan pendidikan yang mampu berprestasi dan berkompetensi.

Page 67: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

56

f. Menyelenggarakan pembinaan keagamaan dan menciptakan suasana religius

dalam peningkatan iman dan taqwa.

g. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam mencapai prestasi

akademik dan non akademik.

h. Melaksanakan pembinaan ekstrakurikuler secara intensif dan efektif sesuai

dengan bakat dan minat, sehingga setiap siswa mempunyai ketrampilan dalam

berbagai lomba mapel, kerohanian, olahraga, dan seni.

i. Menumbuhkan sikap gemar membaca dan selalu haus akan pengetahuan.

j. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga madrasah,

orangtua, kelompok kepentingan yang terkait dengan pendidikan.

k. Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien, transparan dan

akuntabilitas.

3. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Kayen.

Secara geografis MTs Walisongo, berada di pinggiran kota, sehingga

terlepas dari hiruk pikuk kehidupan pusat kota. Walaupun letaknya di pinggir kota,

akan tetapi mudah dijangkau sebab posisinya cukup strategis, sehingga orang mudah

menemukannya dengan mudah dan tidak perlu susah-susah karena berada tidak jauh

dari pinggir jalan.

Sebelah timur : Berbatasan dengan kebun buah milik warga

Sebelah utara : Berbatasan dengan MA Walisongo

Sebelah barat : Berbatasan dengan Rumah Penduduk

Sebelah selatan : Berbatasan dengan kebun buah

Kemudian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan sekitarnya, maka MTs

Walisongo Kayen mempunyai beberapa keuntungan. Diantaranya adalah berada di

daerah dan jauh dari keramaian kota, sehingga sangat menguntungkan dalam proses

belajar-mengajar.

4. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah Tsanawiyah Kayen

a. Guru

Guru merupakan salah satu faktor penentu dalam Proses Belajar

Mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik dalam suatu lembaga pendidikan

yang berkualitas dan mempunyai dedikasi yang tinggi sangat penting adanya. Di

Page 68: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

57

Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen, memiliki tenaga pendidik dan

karyawan sebanyak 60 orang, terdiri dari guru sebanyak 48 orang dan karyawan

sebanyak 12.

b. Siswa

Berkenaan dengan kondisi siswa di Madrasah Tsanawiyah Walisongo

Kayen sangat variatif, ada yang pintar secara akademis, ada yang mempunyai

kelebihan yang lain seperti kemampuan menjalin hubungan sosial, ada yang

aktif ada yang pendiam, dan masih banyak karakter siswa yang tidak bisa

teridentifikasi secara lengkap, sebab butuh waktu yang lebih panjang untuk

mempelajari mereka. Keragaman tersebut ada karena mereka berasal dari latar

belakang atau background keluarga yang tidak sama.

Tabel 1

Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah

Walisongo Kayen Pati Tahun Ajaran 2010/2011

NO. Kelas Jumlah

Kelas

Jumlah Murid Jumlah

Seluruhnya Putra Putri

1. VII 7 132 118 250

2. VIII 6 121 145 266

4. XI 6 120 116 236

JUMLAH 19 373 379 756

5. Sarana Prasarana Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen

Bangunan fisik menjadi salah satu bagian penting untuk dalam suatu sekolah.

Kondisi yang nyaman tentunya akan menambah semangat peserta didik dalam proses

belajar-mengajar. Beberapa tahun ini sekolah MTs Walisongo terus berbenah, hal ini

dapat terlihat ketika memasuki lingkungan MTs Walisongo. Diantara bangunan yang

sudah ada yaitu, ruang kepala sekolah, ruangan bagian tata usaha (TU), ruangan

guru, aula, ruang kelas, perpustakaan, lapangan olah raga (volly, futsal, ruang

pramuka, OSIS, UKS, ruang BK, masjid, dan lain sebagainya.

Page 69: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

58

Dari kesekian banyak fasilitas fisik tersebut, hanya beberapa saja yang sedikit

akan kami uraikan, untuk mendapatkan gambaran tentang sarana, prasarana dan

media pembelajaran di MTs Walisongo Kayen.

a. Ruang Kelas

Ada 19 ruang kelas yang setiap hari digunakan untuk proses pembelajaran.

Ruang tersebut terdiri dari kelas VII, VIII dan IX yang masing-masing tingkat

kelas paralel yang berbeda. Untuk kelas VII terdiri dari 7 kelas, yaitu kelas VII.A

s/d VII.F. Kemudian kelas VIII terdiri dari 6 lokal, yaitu kelas VIII.A s/d VIII.F.

Dan untuk kelas IX.A s/d IX.F.

Setiap kelasnya rata-rata terdapat kurang lebih 30 s/d 40 peserta didik.

Menurut aturan tata ruang, di setiap kelas terlihat cukup sehat, karena ada

ventilasi udara dan pencahayaan yang cukup.

Seperti lazimnya sebuah kelas, di dalamnya terdapat perlengkapan dan

aksesoris ruang kelas, misalnya bangku, papan tulis, papan informasi peserta

didik, meja guru, lampu penerangan, stop kontak, gambar Presiden dan Wakil

Presiden, serta lambang negara burung garuda. Ada beberapa variasi kelas yang

lain seperti regu piket maupun gambar-gambar yang mengandung pesan edukatif

juga terlihat di sana, hanya saja aksesoris itu beragam/tidak sama antara kelas satu

dengan kelas lainnya, sebab selera warga kelas berbeda. Dari beberapa gambaran

itu setidaknya menunjukkan bahwa pada masing-masing kelas cukup representatif

untuk proses pembelajaran di kelas.

b. Ruang Guru dan Ruang kepala sekolah

Ketika memasuki gerbang sekolah akan langsung dihadapkan pada ruang

Guru. Sedangkan ruang Kepala Sekolah berada disamping ruang tata usaha dan

administrasi.

c. Kantor Tata Usaha dan Administrasi

Lokasi ruang tata usaha terdapat di samping ruang guru. Seluruh

administrasi sekolah dikerjakan oleh staf tata usaha dalam ruang tersebut.

d. Laboratorium

Ruang laboratorium yang dan satu ruang laboratorium komputer/internet.

Dalam setiap laboratorium memiliki kepengurusan yang terdiri dari koordinator

Page 70: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

59

laborat dan beberapa anggota laboratorium yang bertanggung jawab penuh atas

terselenggaranya kegiatan praktikum di ruang laboratorium tersebut.

e. Masjid

Tempat ibadah di madrasah merupakan bangunan sentral untuk

menanamkan nilai-nilai agama pada peserta didik. Jadi keberadaan dan

eksistensinya sebagai tempat ibadah juga mutlak diperlukan. Masjid di MTs

Walisongo Kayen cukup representatif untuk melaksanakan kegiatan keagamaan,

maupun kegiatan pembelajaran. Misalnya shalat jama’ah, praktik shalat,

ekstrakulikuler qira’ah dan kaligrafi.

f. Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan adalah mata air ilmu pengetahuan. Kualitas dan mutu sekolah

bisa tercermin dari kondisi dan keadaan perpustakaan. Artinya pengelolaan dan

penyediaan media belajar/sumber belajar berupa perpustakaan akan sangat

menentukan proses belajar peserta didik. Sebab penanaman kebiasaan membaca

harus dimulai sejak dini, termasuk peserta didik MTs Walisongo haruslah mulai

dikenalkan dan dipahamkan bahwa buku adalah gerbang ilmu pengetahuan.

Peserta didik harus disadarkan bahwa cara mendapatkan ilmu bukan hanya

ketika proses pengajaran di dalam kelas. Dalam ruang yang cukup luas tersebut,

terdapat banyak sekali pajangan di dinding diantaranya papan tata tertib di

perpustakaan, visi dan misi perpustakaan dan semboyan perpustakaan MTs

Walisongo.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Data tentang intensitas menonton televisi MTs Walisongo Kec. Kayen Kab.

Pati (X)

Untuk mengukur intensitas menonton televisi MTs Walisongo Kec. Kayen

Kab. Pati, peneliti telah membuat beberapa angket yang didasarkan pada indikator

variabel yang telah diajukan dalam bab sebelumnya. Angket dibuat sebanyak 20 soal

dengan lima alternatif jawaban a, b, c, d. Lalu angket tersebut disebarkan kepada 30

siswa kelas VIII secara acak dari jumlah siswa 266, dengan hal ini dapat dikatakan

Page 71: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

60

penelitian ini adalah penelitian sampel. Untuk selengkapnya hasil jawaban angket

dari para responden disajikan dalam tabel berikut dibawah ini:

Tabel 2

Hasil Angket Intensitas Menonton Televisi MTs Walisongo Kayen Pati Variabel

X (Intensitas Menonton Televisi)

No.

Resp.

Jawaban Nilai Jumlah

SL SR KK TP 4 3 2 1

1 8 6 2 4 32 18 4 4 58

2 9 5 4 2 36 15 8 2 61

3 6 7 6 1 24 21 12 1 58

4 6 6 5 3 24 18 10 3 55

5 7 5 7 1 28 15 14 1 58

6 6 6 4 4 24 18 8 4 54

7 9 5 3 3 36 15 6 3 60

8 10 4 3 3 40 12 6 3 61

9 7 8 4 1 28 24 8 1 61

10 8 4 6 2 32 12 12 2 58

11 9 7 4 0 36 21 8 0 65

12 9 5 4 2 36 15 8 2 61

13 8 5 2 5 32 15 4 5 56

14 9 4 4 3 36 12 8 3 59

15 7 9 2 2 28 27 4 2 61

16 8 5 4 3 32 15 8 3 58

17 6 9 3 2 24 27 6 2 59

18 7 7 4 2 28 21 8 2 59

19 8 6 5 1 32 18 10 1 61

20 11 3 3 3 44 9 6 3 62

21 10 6 2 2 40 18 4 2 64

22 8 5 4 3 32 15 8 3 58

23 9 5 3 3 36 15 6 3 60

24 9 4 4 3 36 12 8 3 59

25 8 6 3 3 32 18 6 3 59

26 7 7 3 3 28 21 6 3 58

27 9 6 2 3 36 18 4 3 61

28 8 6 3 3 32 18 6 3 59

29 10 5 3 2 40 15 6 2 63

30 9 8 2 1 36 24 4 1 65

Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dan kualitas variabel Intensitas

Menonton Televisi sebagai berikut:

Page 72: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

61

a. Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara :

1) Menentukan Range

R = H – L + 1

Dimana : R = Total Range

H = Nilai Tertinggi (Highest Score)

L = Nilai Terendah (Lowest Score)

1 = Bilangan Konstan

Maka total range sebagai berikut :

R = H- L + 1

= 65 – 54 + 1

= 12

K= 1+3,3 log n

Dimana :

K= Jumlah Kelas Interval

n= Jumlah data Observasi

log= Logaritma

K = 1 + 3,3 Log N

= 1 + 3,3 Log 30

= 1 + 3,3 (1,477)

= 1 + 5,8741

= 6

2) Menentukan Interval

K

Ri

Dimana : i = Nilai Interval

R = Range (batas nilai tertinggi – nilai terendah)

K = Jumlah kelas yang dikehendaki

Maka diperoleh nilai interval sebagai berikut :

K

Ri

6

12i

i = 2

Page 73: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

62

Sehingga dapat diketahui Interval kelas

26

12

k

Ri dibulatkan menjadi 2

Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti

pada tabel berikut :

Menentukan rata-rata (mean) dari variabel X dengan rumus :

N

fXM

Keterangan : M = Mean

f = frekuensi

X = nilai tengah kelas interval

N = Jumlah responden

Maka diperoleh nilai mean sebagai berikut :

Tabel 3

Interval F X fX

64 – 65

62 – 63

60 – 61

58 – 59

56 – 57

54 – 55

3

2

9

13

2

1

64,5

62,5

60,5

58,5

56,5

54,5

193,5

125

544,5

760,5

113

54,5

N

fXM

30

1791M

7,59M

N = 30 ΣfX = 1791

b. Tabel distribusi frekuensi

Tabel 4

Daftar Distribusi Frekuensi Intensitas Menonton Televisi MTs

Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati

Interval F Fr %

64 – 65

62 – 63

60 – 61

58 – 59

56 – 57

54 – 55

3

2

9

13

2

1

10%

6,67%

30%

43,33%

6,67%

3,33%

N = 30 100 %

Page 74: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

63

c. Menentukan kualitas variabel Intensitas Menonton Televisi MTs Siswa Kelas

VIII Walisongo Kayen Pati

Untuk menentukan jumlah interval dalam menyusun kualitas dengan

menentukan kelas yang dikategorikan menjadi 4, dengan melihat buku acuan

“Laporan Penilaian Hasil Belajar SMA A. Wahid Hasyim”, yaitu : sangat tinggi,

tinggi, rendah, sangat rendah .

Tabel 5

Kategori Kualitas Intensitas Menonton Televisi.

Rata- rata Interval Kualitas kriteria

65- 80

Sangat Tinggi

59,7 50-64

Tinggi Tinggi

35-49

Rendah

20-34

Sangat Rendah

Dari uraian diatas diketahui bahwa Intensitas Menonton Televisi Siswa

MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati termasuk dalam kategori Tinggi, yaitu

berada pada interval 50-64 dengan nilai rata- rata 59,7.

2. Data Tentang Kedisiplinan Belajar di Rumah MTs Walisongo Kec. Kayen

Kab. Pati

Untuk mengukur Kedisiplinan Belajar di rumah siswa kelas VIII MTs. MTs

Walisongo Kec. Kayen Kab. pati, peneliti telah membuat beberapa angket yang

didasarkan pada indikator variabel yang telah diajukan dalam bab sebelumnya.

Angket dibuat sebanyak 20 soal dengan lima alternatif jawaban a, b, c, d. Lalu

angket tersebut disebarkan kepada 30 siswa kelas VIII secara acak dari jumlah siswa

266, dengan hal ini dapat dikatakan penelitian ini adalah penelitian sampel.

Untuk selengkapnya hasil jawaban angket dari para responden disajikan

dalam tabel berikut dibawah ini:

Page 75: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

64

Tabel 6

Hasil Angket tentang Kedisiplinan Belajar di Rumah

MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Variabel (Y)

No.

Resp.

Jawaban Nilai Jumlah

SL SR KK TP 4 3 2 1

1 4 3 11 2 16 9 22 2 49

2 3 4 12 1 12 12 24 1 49

3 5 3 10 2 20 9 20 2 51

4 4 3 10 3 16 9 20 3 48

5 6 3 8 3 24 9 16 3 52

6 7 4 9 0 28 12 18 0 58

7 6 3 10 1 24 9 20 1 54

8 4 4 8 4 16 12 16 4 48

9 4 3 12 1 16 9 24 1 50

10 3 5 9 3 12 15 18 3 48

11 5 1 11 3 20 3 22 3 48

12 2 4 11 3 8 12 22 3 45

13 3 4 9 4 12 12 18 4 46

14 5 2 10 3 20 6 20 3 49

15 4 3 10 3 16 9 20 3 48

16 4 3 11 2 16 9 22 2 49

17 3 4 13 0 12 12 26 0 50

18 4 5 10 1 16 15 20 1 52

19 2 5 11 2 8 15 22 2 47

20 4 2 10 4 16 6 20 4 46

21 5 1 9 5 20 3 18 5 46

22 5 3 9 3 20 9 18 3 50

23 6 2 10 2 24 6 20 2 52

24 3 3 9 5 12 9 18 5 44

25 2 4 9 5 8 12 18 5 43

26 6 2 9 3 24 6 18 3 51

27 5 3 8 4 20 9 16 4 49

28 6 2 10 2 24 6 20 2 52

29 3 4 8 5 12 12 16 5 45

30 3 4 10 3 12 12 20 3 47

Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dan kualitas variabel

Kedisiplinan Belajar Di rumah sebagai berikut:

Page 76: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

65

a. Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara :

1) Menentukan Range

R = H – L + 1

Dimana : R = Total Range

H = Nilai Tertinggi (Highest Score)

L = Nilai Terendah (Lowest Score)

1 = Bilangan Konstan

Maka total range sebagai berikut :

R = H- L + 1

= 58 – 43 + 1

= 16

K = 1 + 3,3 Log N

= 1 + 3,3 Log 30

= 1 + 3,3 (1,477)

= 1 + 5,8741

= 6

2) Menentukan Interval

K

Ri

Dimana : i = Nilai Interval

R = Range (batas nilai tertinggi – nilai terendah)

K = Jumlah kelas yang dikehendaki

Maka diperoleh nilai interval sebagai berikut :

K

Ri

6

16i

i = 2,6667

Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti

pada tabel berikut :

Menentukan rata-rata (mean) dari variabel Y dengan rumus :

Page 77: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

66

N

fXM

Keterangan : M = Mean

f = frekuensi

X = nilai tengah kelas interval

N = Jumlah responden

Maka diperoleh nilai mean sebagai berikut :

Tabel 7

Interval F X fX

58 – 60

55 – 57

52 – 54

49 – 51

46 – 48

43 – 45

1

0

5

10

10

4

59

56

53

50

47

44

59

0

265

500

470

176

N

fXM

30

1470M

49M

N = 30 ΣfX = 1470

b. Tabel distribusi frekuensi

Tabel 8

Daftar Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar di Rumah

MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati

Interval F Fr %

58 – 60

55 – 57

52 – 54

49 – 51

46 – 48

43 – 45

1

0

5

10

10

4

3,33%

0%

16,67%

33,33%

33.33%

13,33%

N = 30 100 %

c. Menentukan kualitas variabel Kedisiplinan Belajar di rumah MTs Siswa Kelas

VIII Walisongo Kayen Pati

Untuk menentukan jumlah interval dalam menyusun kualitas dengan

menentukan kelas yang dikategorikan menjadi 4, dengan melihat buku acuan

Page 78: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

67

“Laporan Penilaian Hasil Belajar SMA A. Wahid Hasyim”, yaitu : sangat baik,

baik, cukup, kurang.

Tabel 9

Kategori Kualitas Kedisiplinan Belajar Di rumah.

Rata- rata Interval Kualitas Kriteria

65-80 Sangat Baik

49 50-64 Baik Cukup

35-49 Cukup

20-34 Kurang

Dari analisis diatas diketahui bahwa Kedisiplinan belajar di rumah siswa

kelas VIII MTs. Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati termasuk dalam kategori

cukup, yaitu berada pada interval 35-49 dengan nilai rata- rata 49.

C. Analisis Uji Hipotesis

Untuk membuktikan kuat lemahnya pengaruh dan diterima tidaknya hipotesa

yang diajukan peneliti dalam penelitian ini, maka dibuktikan dengan mencari nilai

koefisien korelasi antara variabel x (intensitas menonton televisi) dengan variabel y

(kedisiplinan belajar di rumah). Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus regresi

sederhana (1 prediktor). Tetapi sebelumnya akan disajikan terlebih dahulu tabel

koefisien korelasi untuk menghitung regresi linier sederhana (1 prediktor).

Tabel 10

Tabel Kerja Regresi Intensitas Menonton Televisi terhadap Kedisiplinan

Belajar di Rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati

Tahun Pelajaran 2010/2011

No. Res X x = X- X x2 Y y = Y-Y y

2 Xy

1 58 -1,700 2,890 49 0,133 0,018 -0,226

2 61 1,300 1,690 49 0,133 0,018 0,173

3 58 -1,700 2,890 51 2,133 4,550 -3,626

4 55 -4,700 22,090 48 -0,867 0,752 4,075

5 58 -1,700 2,890 52 3,133 9,816 -5,326

6 54 -5,700 32,490 58 9,133 83,412 -52,058

7 60 0,300 0,090 54 5,133 26,348 1,540

8 61 1,300 1,690 48 -0,867 0,752 -1,127

9 61 1,300 1,690 50 1,133 1,284 1,473

Page 79: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

68

10 58 -1,700 2,890 48 -0,867 0,752 1,474

11 65 5,300 28,090 48 -0,867 0,752 -4,595

12 61 1,300 1,690 45 -3,867 14,954 -5,027

13 56 -3,700 13,690 46 -2,867 8,220 10,608

14 59 -0,700 0,490 49 0,133 0,018 -0,093

15 61 1,300 1,690 48 -0,867 0,752 -1,127

16 58 -1,700 2,890 49 0,133 0,018 -0,226

17 59 -0,700 0,490 50 1,133 1,284 -0,793

18 59 -0,700 0,490 52 3,133 9,816 -2,193

19 61 1,300 1,690 47 -1,867 3,486 -2,427

20 62 2,300 5,290 46 -2,867 8,220 -6,594

21 64 4,300 18,490 46 -2,867 8,220 -12,328

22 58 -1,700 2,890 50 1,133 1,284 -1,926

23 60 0,300 0,090 52 3,133 9,816 0,940

24 59 -0,700 0,490 44 -4,867 23,688 3,407

25 59 -0,700 0,490 43 -5,867 34,422 4,107

26 58 -1,700 2,890 51 2,133 4,550 -3,626

27 61 1,300 1,690 49 0,133 0,018 0,173

28 59 -0,700 0,490 52 3,133 9,816 -2,193

29 63 3,300 10,890 45 -3,867 14,954 -12,761

30 65 5,300 28,090 47 -1,867 3,486 -9,895

1791 194,300 1466 285,467 -100,200

Mean X ( X ) = N

X Mean Y (Y ) =

N

Y

= 30

1791 =

30

1466

= 59,700 = 48,867

Untuk melakukan uji hipotesis dapat dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Mencari nilai korelasi antara variabel x, yaitu Intensitas Menonton Televisi dan

variabel y, yaitu kedisiplinan Belajar Di rumah MTs Walisongo, dengan

menggunakan rumus:

22 yx

xyrxy

467,285300,194

200,100

Page 80: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

69

238,55466

200,100

513,235

200,100

= - 0,425

b. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak, dengan mengkonsultasikan

hasil rxy pada tabel r.

Untuk mengetahui apakah hasil rxy = - 0,425 itu signifikan atau tidak, kita

dapat berkonsultasi dengan tabel r-teoritik dengan N = 30.

Berdasarkan tabel r-teoritik, diketahui nilai rtabel pada taraf 5% = 0,349 dan

pada taraf 1% = 0,449. Dengan demikian diketahui bahwa hasil rxy = - 0,425

lebih besar daripada nilai rtabel baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dan

dinyatakan signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada korelasi

atau hubungan antara variabel x, yaitu intensitas menonton televisi dan variabel

y, yaitu kedisiplinan belajar di rumah MTs Walisongo.

c. Mencari persamaan garis regresi linier sederhana

kaXY ˆ

Keterangan:

Y = kriterium

X = prediktor

a = bilangan koefisien prediktor

k = bilangan konstan

Untuk mencari nilai a dan k, kita dapat menggunakan metode skor deviasi

dari persamaan y = ax yang mana YYy , XXx dan

2x

xya .

Data yang diketahui adalah:

xy = - 100,200

x2 = 194,300

y2 = 285,467

Page 81: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

70

2x

xya

300,194

200,100

= - 0,516

y = - 0,516x

Dari data yang dikumpulkan dapat dicari

867,4830

1467

N

YY

700,5930

1791

N

XX

Karena itu untuk persamaan garis regresi

y = ax atau XXaYY

dapat diselesaikan sebagai berikut:

700,59516,0867,48 XY

787,30516,0867,48 XY

867,48787,30516,0 XY

654,79516,0 XY

Dari perhitungan di atas, maka persamaan garis regresi adalah

654,79516,0 XY

d. Analisis varian garis regresi

Analisis ini digunakan untuk mencari hubungan antara kriterium dan

prediktor menggunakan rumus regresi satu prediktor dengan skor deviasi.

2

2

x

xyJKreg

300,194

200,1002

300,194

040,10040

= 51,673

Page 82: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

71

2

2

2

x

xyyJKres

= 285,467 – 51,673

= 233,794

1regdb

2 Ndbres

= 30 – 2

= 28

reg

reg

regdb

JKRK

1

673,51

= 51,673

res

resres

db

JKRK

28

233,794

= 8,350

JKtotal = y2

= 285,467

res

reg

regRK

RKF

350,8

673,51

= 6,189

Untuk mengetahui hasil perhitungan analisis regresi tersebut, dapat dilihat

dalam tabel ringkasan hasil analisis regresi satu prediktor dengan metode skor

deviasi.

Page 83: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

72

Tabel 11

Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi dengan Metode Skor Deviasi

D. Analisis Lanjut

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi satu prediktor

dengan metode skor deviasi diperoleh nilai Freg = 6,189. Kemudian dikonsultasikan

pada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan kemungkinan:

1. Jika Freg lebih besar daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya signifikan

dan hipotesis yang diajukan diterima.

2. Jika Freg lebih kecil daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya non

signifikan dan hipotesis yang diajukan ditolak.

Diketahui bahwa Ftabel pada taraf signifikansi 5% = 4,18. Maka nilai

Freg sebesar 6,189 lebih besar daripada Ftabel, pada taraf signifikansi 5%.

Dengan demikian, hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang

diajukan diterima. Artinya ada pengaruh negatif antara intensitas menonton

televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa MTs Walisongo Kec.

Kayen Kab. Pati.

E. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini telah dilakukan secara optimal, namun disadari adanya beberapa

keterbatasan. Walaupun demikian hasil penelitian yang diperoleh ini dapat dijadikan acuan

awal bagi penelitian selanjutnya. Keterbatasan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

keterbatasan waktu, tenaga dan dana yang dimiliki, sehingga penelitian ini hanya dibatasi

pada siswa MTs Walisongo Kayen Pati.

Sumber

Varian Db JK RK Freg

Ftabel Kesimpulan

5% Signifikan

Regresi 1 51,673 51,673 6,189

Residu 28 233,794 8,350 4,18

Total 29 285,467 9,844

Page 84: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

73

Meskipun banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam melakukan

penelitian ini, peneliti bersyukur bahwa penelitian ini telah berhasil dengan sukses dan

lancar.

Page 85: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari bab ke bab dalam skripsi yang berjudul

"Pengaruh Intensitas Menonton Televisi terhadap Kedisiplinan Belajar di rumah

Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran

2010/2011", maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Intensitas menonton televisi siswa MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati,

termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata

(Mean) hasil angket tentang intensitas menonton televisi sebesar 59,7. Nilai

Mean tersebut termasuk dalam kategori tinggi karena berada pada interval 50

– 64.

2. Kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen

Kab. Pati, termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai

rata-rata (Mean) hasil angket tentang kedisiplinan belajar di rumah sebesar 49.

Nilai Mean tersebut termasuk dalam kategori cukup karena berada pada

interval 35 – 49.

3. Diketahui bahwa ketidakdisiplinnya belajar siswa di rumah dipengaruhi oleh

intensitas menonton televisi yang signifikan. Hal itu terbukti dengan hasil

perhitungan analisis regresi satu prediktor dengan metode skor deviasi sebesar

6,189 dan derajat kebebasan (db) = 29. Diketahui bahwa Ftabel pada taraf

signifikansi 5% = 4,18 dan 1% = 7,60. Maka nilai Freg sebesar 6,189 lebih

besar daripada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Oleh karena

itu, hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang diajukan peneliti

diterima. Dengan demikian, ada pengaruh negatif yang signifikan antara

intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar siswa kelas VIII

MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati. Hasil penelitian tersebut diharapkan

dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi semua pihak terutama

guru/tenaga pengajar, orang tua dan siswa.

Page 86: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

75

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang berjudul :Pengaruh Intensitas Menonton

Televisi Terhadap Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa Kelas VIII MTs

Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran 2010/2011", maka peneliti

menyarankan hal-hal sebagai berikut untuk ditindaklanjuti, yaitu:

1. Menyadari akan pentingnya pemanfaatan media massa, khususnya media

massa elektronik, dengan berkembangnya teknologi komunikasi, dunia kini

dirasakan semakin sempit karena dalam berbagai saat saja kita dapat

berhubungan dengan yang lain. Akibat dari berkembangnya teknologi

komunikasi ini mengakibatkan berkembangnya media massa, salah satunya

adalah media televisi, televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan

gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang.

Dalam menonton televisi anak diharapkan tidak sering menonton televisi

setiap hari karena televisi dapat menyita waktu anak dalam belajar, anak-anak

pun menghabiskan waktunya di depan televisi. Dalam menonton televisi harus

ada pendampingan khusus bagi orang tua terhadap anak.

2. Kedisiplinan belajar di rumah terbentuk dari adanya kesadaran diri atas

perilaku menetapi dan menepati peraturan dan tata tertib yang ada. Dengan

demikian ada baiknya jika kita lebih tepat dalam melakukan aktifitas-aktifitas

kehidupan. Orangtua, guru, maupun anggota masyarakat hendaknya juga tepat

dalam melakukan aktifitas, Sehingga menjadi teladan yang baik bagi individu

lainya (anak didik).

3. Hendaknya orang tua memberikan perhatian terhadap anaknya dalam upaya

menanggulangi keseringan anak terhadap menonton televisi, dan melatih

perilaku disiplin dalam semua aktifitas kehidupan. Selain itu juga harus

diperhatikan dalam menonton televisi setiap keseharian.

C. Penutup

Alhamdulillah, puji syukur selalu terpanjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Dengan disertai

Page 87: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

76

do’a, semoga skripsi yang cukup sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya.

Sebagaimana pada umumnya karya setiap manusia, tentulah tidak ada

yang sempurna secara total. Oleh karena itu penulis sangat menyadari hal tersebut,

dengan mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca,

mengingat skripsi yang penulis susun ini masih jauh dari kesempurnaan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho-Nya kepada kita semua

dan memberikan kemanfaatan yang besar pada skripsi yang penulis susun dengan

segenap kemampuan ini. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Page 88: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ardiyanto, Gunawan, Cara Mendidik Anak, Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

2010.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

_______, Media Pengajaran, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009.

Asy’ari, Hasyim, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, Jombang: Maktabah Turas

Islamiyah, t.th.

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009.

Badjuri, Adi, Jurnalistik Televisi, Yogyakarta: Graha Ilmu, Cetakan Pertama, 2010.

Chen, Milton, Mendampingi Anak Menonton Televisi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005.

Cameron, Lynne, Teaching Language To YLS, ( New York: Cambride University

Press, 2001)

Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Daryanto, Belajar dan Mengajar, Bandung: CV Yrama Widya, 2010.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 1995.

Departement Agama RI, Al-Qur’an al-karim dan Terjemah Bahasa Indonesia,

Kudus: Menara Kudus, 2006.

Djamarah, Shaiful Bahri, Psikolgi Belajar.Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002.

Djamarah, Syaiful Bahri, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

David ,Nunan David, Research Methods In Language Learning, (New York:

Cambridge University Press, 1992)

Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi Offset, 2004.

_______, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, 2002.

Page 89: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

Hofmann, Ruedi, Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi Menjadikan Televisi

Budaya Rakyat, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999.

Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978.

Hermawan, Adi. Priyo, Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi

Belajar PAI Siswa Kelas 11 SLTP Hasanuddin 6 Semarang, Skripsi

tarbiyah: IAIN Walisongo Semarang, 2005.

Herawati, Netty, Pengaruh Intensitas Menonton Tayangan Film Kekerasan Di

Televisi Terhadap Perubahan Perilaku Peserta Didik, Skripsi tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, 2007.

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Semarang: IAIN Walisongo, 2001.

Nazir, Moh., Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.

Nizar, Imam Ahmad Ibnu, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak

Dini,Yogyakarta: DIVA Press, 2009.

Nurwanti, Elin, Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar Hubungannya

dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam, Skripsi tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, 2003.

Poerwadimanto, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Santrock, John W., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008.

Setyobudi, Ciptono, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2005.

Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta,

2010.

Sogiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, Cet: 13. 2008.

Subroto, Darwanto Sastro, Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta Wacana

University Press, 1994.

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2010, Cet ke 11.

_______, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &

D), Bandung, Alfabeta, 2010.

Page 90: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung,

Remaja Rosdakarya, 2009.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

Syukur, Fatah, Teknologi Pendidikan, Semarang: Rasail Media Group, 2008.

Tim Penyusunu Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar

Bahasa Indoneisa, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2008.

Tu’u, Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo,

2004.

Usman, Television News Reporting dan Writing, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,

2009.

Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-

15, Kudus: Mubarokatan Thoyyibah, 2003.

Yusuf, H. Syamsul, dkk, Toeri Kepribadian, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Page 91: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Keadaan Siswa MTs Walisongo ......................................... 57

Tabel 4.2 Tabel Hasil Angket Tentang Intensitas Menonton Televisi Siswa

Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ........................................ 60

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Mean Tentang Intensitas Menonton

Televisi Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ................ 62

Tabel 4.4 Nilai Distribusi Frekuensi Intensitas Menonton Televisi Siswa

Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ........................................ 62

Tabel 4.5 Kualitas Intensitas Menonton Televisi Siswa Kelas VIII MTs

Walisongo Kayen Pati ................................................................... 63

Tabel 4.6 Tabel Hasil Angket Tentang Kedisiplinan Belajar Di rumah

Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati .............................. 64

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Mean Tentang Kedisiplinan Belajar

Di rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati.............. 66

Tabel 4.8 Nilai Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa

Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ........................................ 66

Tabel 4.9 Kualitas Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa Kelas VIII MTs

Walisongo Kayen Pati .................................................................. 67

Tabel 4.10 Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Variabel Intensitas

Menonton Televisi (X) dan Kedisiplinan Belajar Di rumah (Y) .. 67

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Satu Prediktor ........................................... 72

Page 92: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Intensitas Menonton Televisi dan Kedisiplinan Belajar Di rumah

Lampiran 2 Daftar Responden Siswa MTs Walisongo Kayen Pati

Lampiran 3 Surat Keterangan dari Lab Matematika

Lampiran 4 Piagam PASSKA

Lampiran 5 Piagam KKN

Lampiran 6 Surat Keterangan Ko Kurikuler

Lampiran 7 Nilai Ko Kurikuler

Lampiran 8 Surat Penunjukan Pembimbing

Lampiran 9 Surat Izin Riset

Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 11 Riwayat Pendidikan

Page 93: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

ANGKET PENELITIAN

A. IDENTITAS

Nama Lengkap : ..................................................................................................

Kelas : ..................................................................................................

Jenis Kelamin : ..................................................................................................

B. PETUNJUK PENGISIAN

1. Isilah biodata anda di atas terlebih dahulu.

2. Kejujuran anda dalam menjawab pertanyaan tidak akan mempengaruhi nilai

raport dan jawaban serta identitas responden akan dirahasiakan.

3. Baca dengan teliti, kemudian jawablah pertanyaan tersebut dengan tanda (X)

pada jawaban (a, b, c atau d) yang anda anggap sesuai.

4. Jawaban dari angket ini merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi

kami, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih.

C. DAFTAR PERTANYAAN

I. Variabel Tentang Intensitas menonton televisi.

a. Frekuensi anak memonton televisi.

1. Berapakah dalam sehari anda menonton televisi?

a. lebih dari 4 kali c. 1-2 kali

b. 3-4 kali d. Tidak pernah

2. Berapakah dalam sehari anda menonton acara televisi yang anda sukai?

a. lebih dari 5 kali c. 1-2 kali

b. 4-5 kali d. Tidak pernah

3. Berapakah anda menonton acara yang anda sukai pada siang hari?

a. lebih dari 4 kali c. 1-2 kali

b. 3-4 kali d. Tidak pernah

4. Berapakah anda menonton televisi pada sore hari?

a. Lebih dari 4 kali c. 1-2 kali

b. 3-4 kali d. Tidak pernah

5. Berapakah anda menonton acara yang anda sukai pada sore hari?

a. lebih dari 5 kali c. 1-2 kali

b. 4-5 kali d. Tidak pernah

Page 94: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

6. Berapakah anda menonton acara yang anda sukai pada malam hari?

a. lebih dari 5 kali c. 1-2 kali

b. 4-5 kali d. Tidak pernah

7. Berapakah anda menonton televisi pada malam hari?

a. Lebih dari 4 kali c. 1-2 kali

b. 3-4 kali d. Tidak pernah

b. Durasi anak menonton televisi.

8. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada pagi hari?

a. 1-10 Menit c. 21-30 Menit

b. 11-20 Menit d. lebih dari 30 Menit.

9. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada siang hari?

a. 1-40 Menit c. 71-90 Menit

b. 41-70 Menit d. lebih dari 90 Menit.

10. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada sore hari?

a. 1-30 Menit c. 51-70 Menit

b. 31-50 Menit d. lebih dari 70 Menit.

11. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada malam hari?

c. 1-50 Menit c. 81-100 Menit

d. 51-80 Menit d. lebih dari 100 Menit

12. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton acara yang anda sukai dalam

sehari?

a. 1-60 Menit. c. 81-120 Menit

b. 61-80 Menit d. lebih dari 120 Menit

13. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton acara yang anda sukai setiap

pulang sekolah?

a. 1-20 Menit c. 61-90 Menit

b. 31-60 Menit d. lebih dari 60 Menit

14. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton acara yang anda sukai pada

malam hari?

a. 1-30 Menit c. 61-90 Menit

b. 31-60 Menit d. lebih dari 90 Menit

c. Perhatian anak terhadap acara atau tayangan televisi.

15. Ketika anda menonton televisi apakah anda memperhatikan tayangannya?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d.Tidak pernah

16. Apakah anda memperhatikan acara-acara televisi yang anda sukai dengan

seksama?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. sering d. Tidak pernah.

Page 95: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

17. Apakah anda menonton acara televisi sampai acara selesai?

a. Selalu. c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

18. Apakah anda pernah ketinggalan saat menonton acara yang anda sukai

ditayangkan?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

19. Apakah anda menonton acara yang anda sukai sampai selesai?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

20. Apakah anda pernah ketinggalan saat menonton acara televisi yang

ditayangkan?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

II. Variabel Tentang Kedisiplinan Belajar di Rumah

a. Tepat waktu dalam belajar.

1. Apakah anda pada pagi hari (05.00 – 06.00) sebelum berangkat sekolah anda

meluangkan waktu untuk belajar?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

2. Apakah anda meluangkan waktu untuk belajar pada siang hari (14.00 –

15.00)?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

3. Apakah anda meluangkan waktu untuk belajar pada sore hari (17.00 –

18.00)?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

4. Apakah anda belajar dengan tepat waktu pada malam hari (19.00 – 20.00)?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

5. Apakah anda mengatur waktu dalam belajar dirumah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

6. Apakah anda meluangkan waktu untuk belajar pada pulang sekolah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. sering d. Tidak pernah

Page 96: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

7. Apakah anda dalam belajar anda tidak menunda-nundanya?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

b. Disiplin dalam mengerjakan tugas PR.

8. Apakah dalam belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah anda tidak

menunda-nundanya?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

9. Apakah pada waktu pulang sekolah anda langsung mengerjakan tugas / PR

yang diberikan oleh guru?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

10. Apakah anda tidak pernah terlambat dalam mengumpulkan tugas / PR yang

diberikan oleh guru?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

11. Apakah anda mengoreksi kembali dalam mengerjakan tugas /PR?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah sesuai

12. Apakah anda dalam mengerjakan tugas /PR melakukan dengan sungguh-

sungguh?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

13. Apakah anda dalam mengerjakan tugas /PR dengan meneliti kembali?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

14. Apakah anda dalam mengerjakan tugas /PR dengan tergesa-gesa?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

c. Belajar secara teratur.

15. Apakah anda pada pagi hari sebelum berangkat sekolah anda belajar?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

16. Apakah pada waktu sore hari anda belajar dengan teratur?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

Page 97: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

17. Apakah pada waktu malam hari anda belajar pada jam yang telah anda

tentukan?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

18. Apakah anda mempersiapkan pelajaran yang akan diajarkan besok?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

19. Apakah dalam belajar anda menggunakan waktu sebaik-baiknya?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

20. Apakah pada waktu pulang sekolah anda mengulang pelajaran yang telah

diajarkan disekolah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

Page 98: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

DAFTAR RESPONDEN

NO. NAMA Kelas Jenis Kelamin

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

Septi Lestari

Saiful Setia Aji

Siti Patimah

Agung Aji Putra

Dwi Irfan Ismail

Anisa Mei Astuti

Mila Sholekhatun

Muhammad Ubaidillah

Mujib Bhuridho

Bambang

Susilowati

Lina Afifahis Sholihah

Dwi Hartanti

Muhammad Ade Rif’ aha

Ramadhan Syuefullah

Muhammad Syaifuddin

Ainun Elsa Istafi

M. Zaenal Abidin

Catur Suci Novianti

Noviya Puji Lestari

Siti Alim Rahayu

Serli Ervianti

Amelia Sukma Dewi

Anip Putri Yulia Sari

Ahmad Puji Widodo

Anisa Purwanti

Alifah Ilham Lifia

Siti Kaswati

Emna Ainun Najib

Eko Prastiyo

VIII A

VIII A

VIII A

VIII A

VIII A

VIII B

VIII B

VIII B

VIII B

VIII B

VIII C

VIII C

VIII C

VIII C

VIII C

VIII D

VIII D

VIII D

VIII D

VIII D

VIII E

VIII E

VIII E

VIII E

VIII E

VIII F

VIII F

VIII F

VIII F

VIII F

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Laki-laki

Laki-laki

Perempuan

Perempuan

Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Laki-laki

Perempuan

Perempuan

Perempuan

Laki-laki

Laki-laki

Page 99: PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/116/jtptiain-gdl... · Berdasarkan pemikiran di atas ... kuis, acara musik dan sebagainya.

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Mega Iriani Lestanti

2. Tempat & Tgl. Lahir : Pacitan, 28 Maret 1989

3. NIM : 073111132

4. Alamat Rumah : Desa Slungkep Rt. 04 Rw. 04, Kec. Kayen Kab. Pati

Kode Pos 59171

HP : 085741808306

E-mail : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SDN 02 Slungkep Kayen Pati, Lulus Tahun 2001

b. MTs Futuhiyyah 2 Mranggen Demak, Lulus Tahun 2004

c. MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak, Lulus Tahun 2007

2. Pendidikan Non-Formal

a. Pondok Pesantren Putra Putri Al-Anwar Suburan Mranggen Demak

Semarang, 03 Desember 2011

Mega Iriani Lestanti

NIM.073111132