PENGARUH INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN DI ...repository.utu.ac.id/19/1/BAB I-V.pdfPENGARUH INFLASI...

52
PENGARUH INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN DI KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH YURNALIS 06C20101025 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

Transcript of PENGARUH INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN DI ...repository.utu.ac.id/19/1/BAB I-V.pdfPENGARUH INFLASI...

  • PENGARUH INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN

    DI KABUPATEN NAGAN RAYA

    SKRIPSI

    OLEH

    YURNALIS

    06C20101025

    PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH, ACEH BARAT

    2014

  • 1

    I.PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu Kabupaten yang sedang

    tumbuh dan berkembang di Provinsi Aceh, Kabupaten yang terletak dipesisir

    Pantai Barat Selatan ini merupakan hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Aceh

    Barat dan berbentuk secara definitive berdasarkan UU Nomor 4 tahun 2002 dan

    telah ditetapkan pula Suka Makmue sebagai ibu kota Kabupaten Nagan Raya.

    Inflasi dapat membantu atau menghambat pertumbuhan ekonomi sudah

    dilakukan dari dulu sampai sekarang terutama di negara–negara sedang

    berkembang termasuk Indonesia. Komitmen pemerintah Indonesia

    mempertahankan tingkat inflasi yang kurang dari dua digit ( kurang 10 persen )

    rata – rata per tahun semenjak dari Orde Baru masih dipegang sampai sekarang.

    Hal ini mengisyaratkan bahwa inflasi dapat menghambat laju pertumbuhan

    ekonomi.

    Inflasi dihitung secara statistik dengan mengambil sampel harga – harga di

    pasaran. Karena itu bisa saja perhitungan inflasi dari dua buah pihak berbeda

    antara satu dan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor perbedaan cara

    pengambilan data, metodologi yang berbeda, fokus perhitungan, serta waktu

    pengambilan sampel yang berbeda.

    Pengangguran yang tinggi termasuk kedalam masalah ekonomi dan sosial.

    Pengangguran merupakan masalah ekonomi karena ketika angka pengangguran

    meningkat sebagai dampaknya suatu negara membuang barang dan jasa yang

    sebenarnya dapat diproduksi oleh pengangguran. Pengangguran merupakan

  • 2

    masalah sosial yang besar karena mengakibatkan pederitaan besar untuk pekerja

    yang menganggur yang harus berjuang dengan pendapatan yang berkurang. Biaya

    ekonomi dari pengangguran jelas, namun tidak ada jumlah mata uang yang dapat

    mengurangkan secara tepat tentang korban psikologi dan manusia pada saat

    mereka menganggur.

    Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan

    lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang ( gap ) yang terus

    membesar.Kondisi tersebut semangkin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan

    adanya krisis ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru

    dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah tetapi juga terjadi pemutusan

    hubungan kerja (PHK ).

    Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu penyebab pengangguran adalah

    kurangnya keahlian serta minimnya lapangan pekerjaan, selain itu kurangnya

    sumber daya manusia (SDM) juga dapat memicu meningkatnya pengangguran,

    sehingga tidak mampu untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi khususnya di

    Kabupaten Nagan Raya dimasa yang akan datang.

    Masalah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya masih tetap merupakan

    masalah cukup rawan. Pengangguran terjadi karena faktor jumlah kesempatan

    kerja yang tersedia umumnya lebih kecil dari angka yang ada, padahal jumlah

    penganggur yang ada selama ini sudah cukup besar, kondisi ini berjalan bertahun

    – tahun sehingga terjadi akumulasi pengangguran karena pertumbuhan penduduk

    yang tinggi dan juga karena kelangkaan modal berinvestasi sehingga tidak mampu

    menyerap pertambahan tenaga kerja.

  • 3

    Untuk mengetahui tingkat pengangguran di Kabupaten Nagan Raya dapat

    dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1

    Jumlah Pengangguran di Kabupaten Nagan Raya

    Tahun 2003-2012

    Tahun Jumlah Pengangguran

    ( Jiwa )

    Persentase (%)

    2003

    2004

    2005

    2006

    2007

    2008

    2009

    2010

    2011

    2012

    8.756

    8.061

    5.234

    4.371

    7.251

    8.163

    7.686

    7.651

    7.434

    7.231

    -

    7.93

    35.07

    16.48

    -65.88

    -12.57

    5.84

    0.45

    2.83

    2.73

    Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) 2014

    Jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2003 adalah

    sebesar 8.756 jiwa. Pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 8.061 jiwa,

    dari tahun 2003 – 2012 jumlah pengangguran terus mengalami penurunan. Jumlah

    angkatan kerja dan pencari kerja yang semakin bertambah ikut menjadi masalah

    bagi pemerintahan Nagan Raya dalam menanggulangi tingkat pengangguran

    (BPS, 2006.h.47).

    Pemerintah Kabupaten Nagan Raya telah berupaya dalam

    melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan

    pengangguran namun masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan

    program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal. Masih

    terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan karena

  • 4

    kebijakan dan program penanggulan pengangguran yang terpadu, terintegrasi

    dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Proses

    pembangunan memerlukan pendapatan nasional yang tinggi dan pertumbuhan

    ekonomi yang cepat. Dibanyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan

    pengangguran yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

    memang tidak cukup untuk mengentaskan pengangguran tapi biasanya

    pertumbuhan ekonomi merupakan suatu yang dibutuhkan, walaupun begitu

    pertumbuhan ekonomi yang baikpun menjadi tidak akan berarti bagi penurunan

    pengangguran jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan. Permasalahan

    strategis di Pemerintah Kabupaten Nagan Raya tidak jauh berbeda dengan di

    pemerintah pusat (Poblem Nasional). Oleh karena itu, pengangguran menjadi

    tanggung jawab bersama, terutama pemerintah sebagai penyangga proses

    perbaikan kehidupan masyarakat dalam sebuah pemerintahan, untuk segera

    mencari jalan keluar dengan merumuskan langkah- langkah yang sistematis

    dan stategis sebagai upaya pengentasan pengangguran.

    Pemerintah Kabupaten Nagan Raya melakukan berbagai upaya dalam

    menanggulangi masalah pengangguran, dalam bidang pendidikan pemerintah

    sudah mengupayakan agar mata pelajaran kewirausahaan masuk ke t ingkat

    sekolah menengah, terlebih untuk perguruan tinggi menjadi mata kuliah wajib,

    dengan harapan output dari pendidikan nantinya dapat menciptakan lapangan

    kerja sendiri. Kemudian dalam pengembangan UKM atau dana yang digulirkan

    baik itu dari pihak pemerintah atau dana sosial perusahaan di Kabupaten Nagan

    Raya, sedangkan untuk peningkatan skill masyarakat pemerintah melakukan

    pelatihan – pelatihan kewirausahaan. Namun hal tersebut masih belum bisa

  • 5

    dipandang sukses, karena jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Nagan

    Raya ternyata masih tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten lain.

    Perubahan tingkat pengangguran dari sisi ekonomi baik secara langsung

    ataupun tidak langsung dapat mencerminkan stabil tidaknya kondisi ekonomi

    penduduk di suatu wilayah. Besarnya angka pengangguran mempunyai implikasi

    sosial yang luas, karena mereka tidak bekerja berarti tidak mempunyai

    penghasilan. Hilangnya sumber penghasilan membuka peluang penduduk untuk

    mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokok, yang pada akhirnya mampu

    membawa mereka ke jurang kemiskinan. Persoalan semakin rumit, karena

    semakin tinggi angka pengangguran.

    Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk membuat suatu karya

    ilmiah yang dituangkan dalam bentuk proposal skripsi dengan judul ” Pengaruh

    Inflasi Terhadap Pengangguran di Kabupaten Nagan Raya ”.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah bagaimana pengaruh inflasi terhadap pengangguran di

    Kabupaten Nagan Raya.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

    bagaimana pengaruh inflasi terhadap pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.

  • 6

    1.4. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah di atas, manfaat yang diperoleh dengan

    diadakannya penelitian ini adalah :

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    a. Untuk memberikan masukkan berupa informasi pada kalangan akademi

    sebagai dasar penelitian selanjutnya serta memperoleh pemahaman yang

    mendalam mengenai pengaruh inflasi terhadap tingkat pengangguran di

    Kabupaten Nagan Raya.

    b. Untuk menerapkan teori-teori yang didapat penulis selama mengikuti

    perkuliahan ke dalam praktek sehari-hari sehingga dapat menambah

    pengetahuan dan wawasan penulis mengenai masalah yang akan dibahas

    dalam penulisan ini.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    Bagi pemerintah daerah atau pihak yang lain yakni sebagai bahan

    informasi dan arahan yang baik untuk ke depan dari pemeritnah Kabupaten

    Nagan Raya dan pihak lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini, sehingga

    dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

    1.5. Sistematika Pembahasan

    Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    Bagian pertama pendahuluan yang berisi tentang pokok-pokok pembahasan

    mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis, dan sistematika

    pembahasan.

  • 7

    Bagian kedua tinjauan pustaka yang meliputi teori inflasi, jenis – jenis

    inflasi, pengukuran laju inflasi, teori pengangguran, dampak terjadinya

    pengangguran dan kebijakan pemerintah dalm mengatasi pengangguran.

    Bagian ketiga metode penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel, data

    penelitian diantaranya jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, model

    analisis data, definisi operasional variabel, dan pengujian hipotesa.

    Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari perkembangan

    inflasi di Kabupaten Nagan Raya, perkembangan tingkat pengangguran, statistik

    deskriptif variabel penelitian, hasil penelitian, analisis koefisien korelasi dan

    koefisien determinasi ,uji regresi linear sederhana dan uji signifikan parsial

    ( uji t ).

    Bagian kelima simpulan dan saran yang menguraikan kesimpulan dan

    keterbatasan dari penelitian dan saran – saran.

  • 8

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Inflasi

    Pengertian inflasi menurut Lenher adalah keadaan dimana terjadi

    kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang – barang dalam

    perekonomian secara keseluruhan (Gunawan, 2003.h.1). Kelebihan permintaan ini

    dapat diartikan sebagai berlebihnya tingkat pengeluaran (Level of spending),

    untuk komoditi akhir dibanding dengan tingkat output maksimal yang dapat

    dicapai dalam jangka panjang, dengan sumber – sumber produksi tertentu.

    Sedangkan menurt Nopirin mengemukakan bahwa inflasi merupakan

    proses kenaikan harga barang – barang secara umum yang berlaku terus –

    menerus. Ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu naik dengan

    persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan harga umum barang secara

    terus – menerus selama periode tertentu. Kenaikan yang hanya sekali saja

    (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukan merupakan inflasi

    (Nopirin, 2003.h.25).

    Beberapa definisi di atas yang perlu digaris bawahi adalah :

    a. Tendency yaitu kecenderungan harga – harga untuk meningkat, artinya

    dalam suatu waktu dimungkinkan terjadinya penurunan harga tetap

    meunjukkan kecenderungan untuk meningkat.

    b. Sustained yaitu peningkatan harga tersebutt tidak hanya terjadi pada waktu

    tertentu atau sekali waktu saja, melainkan secara terus – menerus dalam

    jangka waktu yang lama.

  • 9

    c. General level of prices yaitu tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat

    harga barang secara umum sehingga tidak hanya harga dari satu macam

    barang saja (Nopirin, 2003. h. 27).

    2.1.1. Jenis – Jenis Inflasi

    Menurut sukirno (2006, h.333-337) inflasi dapat digolongkan menjadi

    beberapa jenis yaitu :

    a. Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga – harga berlaku,

    inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :

    1. Inflasi Tarikan Permintaan

    Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan

    pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang

    tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan

    ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini

    akan menimbulkan inflasi. Gambar 1 dapat digunakan untuk menerangkan

    wujudnya inflasi tarikan permintaan. Kurva AS adalah penawaran agregat

    dalam ekonomi, sedangkan AD1, AD2, dan AD3 adalah permintaan agregat.

    Misalkan pada mulanya permintaan agregat adalah AD1 maka pendapatan

    nasional adalah Y1 dan tingkat harga adalah P1. Perekonomian yang

    berkembang pesat mendorong kepada kenaikan permintaan agregat, yaitu

    menjadi AD2, akibatnya pendapatan nasional mencapai tingkat kesempatan

    kerja penuh, yaitu YF dan tingkat harga naik dari P1 ke PF, ini berarti inflasi

    telah wujud. Apabila masyarakat masih tetap menambah pengeluarannya

    maka permintaan agregat menjadi AD3. Untuk memenuhi permintaan yang

    semakin bertambah tersebut, perusahaan – perusahaan akan menambah

  • 10

    produksinya dan menyebabkan pendapatan nasional rill meningkat dari YF

    menjadi Y2. Kenaikan produksi nasional melebihi kesempatan kerja penuh

    akan menyebabkan kenaikan harga yang lebih cepat, yaitu dari PF ke P2.

    Disamping dalam masa perekonomian berkembang pesat, infasi tarikan

    permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang

    terus-menurus. Dalam masa seperti ini pemerintah berlanja jauh melebihi pajak

    yang dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah

    yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat akan melebihi

    kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini

    akan mewujudkan inflasi.

    Gambar 1

    Inflasi Tarikan Permintaan

    Gambar 1 Inflasi Tarikan Permintaan

    2. Inflasi Desakan Biaya

    Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian dengan pesat ketika

    tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila perusahaan – perusahaan

    permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan

    cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari

    pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini

    mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan

    kenaikan harga – harga berbagai barang.

  • 11

    Inflasi desakan biaya dapat diterangkan dengan menggunakan gambar 2.

    Kurva AS1, AS2, dan AS3 adalah kurva penawaran agregat, sedangkan kurva AD

    adalah permintaan agregat, andaikan pada mulanya kurva penawaran agregat

    adalah AS1, dengan demikian pada mulanya keseimbangan ekonomi Negara

    tercapai pada pendapatan nasional Y1, yaitu pendapatan nasional pada kesempatan

    kerja penuh dan tingkat harga adalah pada P1. Pada tingkat kesempatan kerja yang

    tinggi perusahaan – perusahaan sangat memerlukan tenaga kerja, keadaan ini

    cenderung akan menyebabkan kenaikan upah dan gaji karena :

    a. Perusahaan – perusahaan akan berusaha mencengah perpindahan tenaga kerja

    dengan menaikkan upah dan gaji.

    b. Usaha untuk memperoleh pekerja tambahan hanya akan berhasil apabila

    perusahaan – perusahaan menawarkan upah dan gaji yang lebih tinggi.

    Kenaikkan upah akan menaikkan biaya dan kenaikkan biaya akan

    memindahkan fungsi penawaran agregat ke atas, yaitu dari AS1 menjadi AS2.

    Sebagai akibatnya tingkat harga naik dari P1 menjadi P2. Harga barang yang tinggi

    ini mendorong para pekerja menuntut kenaikkan upah lagi, maka biaya produksi

    akan semakin tinggi. Pada akhirnya ini akan menyebabkan kurva penawaran

    agregat bergeser dari AS2 menjadi AS3. Perpindahan ini menaikan harga dari P1

    ke P2. Dalam proses kenaikan harga yang disebabkan oleh kenaikan upah dan

    kenaikan penawaran agregat ini pendapatan nasional rill terus mengalami

    penurunan, yaitu dari YF (Y1) menjadi Y2 dan Y3. Berarti akibat dari kenaikan

    upah tersebut kegiatan ekonomi akan menurun dibawah tingkat kesempatan kerja

    penuh.

  • 12

    Dalam analisis diatas diandaikan kenaikan upah tidak menyebabkan

    kenaikan dalam permintaan agregat. Dalam prakteknya, kenaikan upah mungkin

    juga diikuti oleh kenaikan dalam permintaan riil.Apabila keadaan ini berlaku,

    kenaikan harga akan menjadi semakin cepat dan kesempatan kerja tidak

    mengalami penurunan. Andaikan setelah AS1 menjadi AS2 permintaan agregat

    AD beruba menjadi AS2 permintaan agregat AD berubah menjadi AD1. Akibat

    dari perubahan ini kesempatan kerja penuh tetap tercapai, tetapi tingkat harga

    lebih tinggi dari P2. Apabila proses kenaikan upah baru berlaku, penawaran

    agregat akan bergerak dari AS2 ke AS3 . sekiranya ini diikuti pula oleh kenaikan

    permintaan agregat menjadi AD2 maka tingkat kesempatan kerja penuh masih

    tetap tercapai, tetapi harga-harga akan mencapai tingkat yang lebih tinggi dari P3

    yaitu menjadi P4.

    Gambar 2 Inflasi Desakan Biaya

  • 13

    3. Inflasi diimpor

    Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga – harga barang yang

    diimpor, inflasi ini akan terwujud apabila barang – barang impor yang mengalami

    kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran

    perusahaan – perusahaan. Wujud stagflasi sebagai akibat inflasi diimpor dan

    penurunan nilai mata uang seperti yang diterangkan diatas dapat digambarkan

    secara grafik, yaitu seperti ditunjukkan dalam Gambar 3, permintaan agregat

    dalam ekonomi adalah AD sedangkan pada mulanya penawaran agregat adalah

    AS1. Dengan demikian pada mulanya pendapatan nasional adalah Y1. Gambar 3

    menunjukkan pendapatan ini dicapai dibawah pendapatan pada kesempatan kerja

    penuh (YF) maka jumlah pengangguran adalah tinggi. Kenaikan harga barang

    impor yang penting artinya diberbagai industri menyebabkan biaya produksi naik

    dan ini seterusnya akan mengakibatkan perpindahan kurva penawaran agregat dari

    AS1 menjadi AS2 pendapatan menurun dari Y1 kepada Y2 sedangkan tingkat harga

    naik dari P1 menjadi P2 ini berarti secara serentak perekonomian menghadapi

    masalah inflasi dan pengangguran yang lebih buruk. Ahli – ahli ekonomi

    menanamkan masalah seperti ini dengan istilah stagflasi yaitu istilah yang

    bersumber dari kata “inflation”. Dengan demikian stagflasi menggambarkan

    keadaan dimana kegiatan ekonomi semakin menurun, pengangguran semakin

    tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikan harga – harga semakin

    bertambah cepat.

  • 14

    Gambar 3 Inflasi Diimpor dan Stagflasi

    Berdasarkan kepada tingkat kelajuan kenaikan harga-harga yang berlaku,

    inflasi dapat dibedakan kepada tiga golongan yaitu inflasi merayab, hiperinflasi

    dan inflasi sederhana.

    a. Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya.

    Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang

    tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun.

    b. Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga – harga yang sangat cepat, yang

    menyebabkan tingkat harga menjadi duaatau beberapa kali lipat dalam

    masa yang singkat.

    c. Inflasi sederhana adalah proses kenaikan harga – harga yang mencapai

    diantara 5 hingga 10 persen (Nopirin, 2003. h.37).

    2.1.2. Pengukuran Laju Tingkat Inflasi

    Menurut Mantra (2009. h. 35) tinggi rendahnya inflasi pada suatu Negara

    pada waktu tertentu tergantung pada indikator dan tahun dasar yang digunakan.

    Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk mengukur besarnya laju

    perubahan kenaikan inflasi yaitu :

  • 15

    a. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Biaya Hidup (IBH)

    Indeks harga konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum

    digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari

    waktu ke waktu menunjukkan pergerakkan dari paket barang dan jasa

    yang di konsumsi masyarakat.

    b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

    Indeks harga perdagangan besar menitik beratkan pada sejumlah barang

    pada tingkat perdagangan besar, ini berarti harga bahan mentah, bahan

    baku atau setengah jadi termasuk dalam perhitungan indeks harga.

    Biasanya perubahan indeks harga ini sejalan atau searah dengan indeks

    biaya hidup.

    c. Deflator Pendapatan Nasional (GNP Deflator atau GDP Deflator)

    GNP Deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam

    perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan

    dua indeks diatas. GNP Deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal

    (atas dasar harga berlaku) dengan GNP rill (atas dasar harga konstan).

    2.1.3. Pengaruh Inflasi

    Menurut Nanga (2005, h. 241) inflasi yang terjadi di dalam suatu

    perekonomian memiliki pengaruh sebagai berikut :

    a. Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara

    masyarakat. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari

    anggota masyarakat, sebab distribusi pendapatan yang terjadi akan

    menyebabkan pendapatan rill satu orang meningkat, tetapi pendapatan rill

    orang lainnya jatuh.

  • 16

    b. Inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi, hal ini

    dapat terjadi karena inflasi dapat mengalahkan sumber daya investasi yang

    produktif ke investasi yang tidak produktif sehingga mengurangi kapasitas

    ekonomi produktif, ini disebut efisiensi effect of inflations.

    c. Inflasi dapat menyebabkan perubahan – perubahan di dalam output dan

    kesempatan kerja, dengan cara lebih langsung dengan memotivasi

    perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah

    dilakukan dan juga memotivasi orang bekerja lebih atau kurang dari yang

    telah dilakukan selama ini. Ini disebut output and employment effect of

    inflation.

    2.1.4. Faktor – faktor Penyebab Inflasi

    a. Penawaran Uang ( Jumlah Uang Beredar )

    Pengertian uang yang paling sempit adalah uang kertas dan uang logam

    yang ada di tangan masyarakat. Uang tunai ini disebut uang kartal atau dalam

    bahasa inggris dinamakan currency. Para ekonom klasik cenderung untuk

    mengartikan uang beredar sebagai currency,karena uang inilah yang benar – benar

    merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan dan langsung mempengaruhi

    harga barang – barang.

    Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran uang akan

    menyebabkan inflasi. Jika penawaran uang ( jumlah uang yang beredar ) terlalu

    banyak inflasi akan meningkat, dan sebaliknya jika penawaran uang terlalu sedikit

    terjadilah deflasi. Keseimbangan antara permintaan dan penawaran terhadap uang

    dijelaskan dalam teori kuantitas dari Irving Fisher ( Nopirin, 2009.h.205).

  • 17

    MV = PT

    Dimana :

    M (Money) = Jumlah uang yang beredar di masyarakat terdiri dari uang

    karta dan uang giral.

    V (Velocity) = Kecepatan peredaran ( perputaran uang )

    P (Price) = Harga dari output

    T (Trade) = Jumlah output yang diperdagangkan

    b. Pendapatan Nasional

    Pendapatan nasional adalah total nilai barang akhir dan jasa yang

    dihasilkan oleh suatu negara dalam kurun waktu tertentu (1 tahun). Indonesia

    menggunakan GDP untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonominya

    (pendapatan nasional).

    GDP menunjukkan nilai seluruh output atau produk dalam perekonomian

    suatu negara. Dengan kata lain GDP dapat didefinisikan sebagai nilai uang

    berdasarkan harga pasar dari semua barang – barang dan jasa – jasa yang

    diproduksi oleh suatu perekonomian selama suatu periode tertentu.

    c. Tingkat Suku Bunga SBI

    Sertifikat Bank Indonesia (BI) adalah salah satu instrumen yang digunakan

    untuk kebijakan open market operation dari Bank Sentral (BI). Kebijakan open

    market operation (politik pasar terbuka) meliputi tindakan menjual dan membeli

    surat – surat berharga oleh Bank Sentral. Tindakan pembelian atau penjualan surat

    berharga akan akan mempengaruhi harga surat berharga. Akibatnya tingkat bunga

    umum juga akan terpengaruh (Nopirin, 2009. h.45).

  • 18

    Tingkat suku bunga SBI ditetapkan oleh pemerintah melalui Bank Sentral.

    Kenaikan tingkat suku bunga SBI akan menyebabkan kenaikan tingkat suku

    bunga surat berharga pasar uang (SBPU). Selain itu tingkat suku bunga bank

    umum juga mengalami kenaikan. Hal ini mengakibatkan konsumen khususnya

    investor tidak tertarik untuk meminjam modal dari Bank Umum. Kondisi yang

    demikian ini menyebabkan bahan – bahan kebutuhan umum banyak yang diimpor

    sementara jumlah ekspor relative lebih kecil.

    2.2. Pengertian Pengangguran

    Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong

    dalam kategori angkatan kerja ( labor force ) tidak memiliki pekerjaan dan secara

    aktif tidak sedang mencari pekerjaan (Nanga, 2005. h. 249 ). Pengangguran (

    unemployment ) merupakan kenyataan yang dihadapi tidak saja oleh negara-

    negara sedang berkembang (Develoved Contries ), akan tetapi juga dialami oleh

    negara-negara yang sudah maju (Developing Countries).

    Menurut Sukirno (2004, h. 13) menyebutkan pengertian pengangguran

    adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja

    ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Selanjutnya

    International Labor Organization memberikan definisi pengangguran yaitu :

    Penganguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kolompok

    penduduk usia kerja yang selama periode tertentu secara terpaksa kurang

    dari jam kerja normal yang masih mencari pekerjaan lain atau masih

    bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan.

  • 19

    Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35

    jam perminggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia

    menerima pekerjaan yang lain.

    Setengah pengangguran sukarela yaitu orang yang bekerja kurang dari 35

    jam perminggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia

    menerima pekerjaan lainnya.

    2.2.1. Jenis – Jenis Pengangguran

    Menurut Sukirno (2004, h. 328) sebab terjadinya pengangguran dapat

    digolongkan kepada empat jenis yaitu :

    a. Pengangguran friksional adalah pengangguran yang wujud apabila

    ekonomi telah mencapi kesempatan kerja penuh.

    b. Pengangaguran siklikal adalah pengangguran yang disebabkan

    perkembangan ekonomi yang sangat lambat atau kemorosotan kegiatan

    ekonomi.

    c. Pengangguran struktural, terjadi karena adanya perubahan dalam struktur

    atau komposisi perekonomian.

    d. Pangangguran teknologi, ditimbulkan oleh adanya pengantian tenaga

    manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia yang disebabkan

    perkembangan teknologi.

    Teori Pendekatan penggunaan tenaga kerja (Labor Utilitization approach)

    pendekatan ini menitik beratkan pada seseorang apakah cukup dimanfaatkan

    dalam kerja di lihat dari segi jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan

    yang diperoleh. Dengan pendekatan ini dibedakan angkatan kerja dalam tiga

    golongan yaitu :

  • 20

    a. Menganggur, yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha

    mencari pekerjaan.

    b. Setengah menganggur, yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam

    bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan.

    c. Bekerja penuh atau cukup dimanfaatkan.

    Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran tersebut perlu

    diperhatikan dimensi-dimensi yang berkaitan dengan pengangguran itu sendiri

    yaitu :

    Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi makanan).

    Waktu (banyak di antara mereka yang bekerja ingin bekerja lebih lama).

    Produktivitas (kurangnya produktivitas sering kali disebabkan oleh

    kurangnya sumber daya komplementer untuk melakukan pekerjaan).

    Berdasarkan dimensi di atas pengangguran dapat dibedakan atas :

    Pengangguran terbuka, baik terbuka maupun terpaksa secara sukarela,

    mereka tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik

    sedangkan pengangguran terpaksa, mereka mau bekerja tetapi tidak

    memperoleh pekerjaan.

    Setengah pengangguran (Under Unemployment) yaitu mereka yang

    bekerja dimana waktu yang mereka pergunakan kurang dari yang biasa

    mereka kerjakan.

    Tampaknya mereka bekerja, tetapi tidak bekerja, secara penuh. Mereka

    digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah penganggurn.

    Yang termasuk dalam katagori ini adalah :

  • 21

    Pengangguran tak kentara

    Pengangguran tersembunyi

    Pensiunan awal ( BPS, 2004. h. 8)

    Menurut Sukirno (2007, h. 472) Pengangguran adalah seseorang yang

    sudah di golongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari

    pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh

    pekerjaan yang di inginkannya. Pengangguran pada prinsipnya mengandung arti

    hilangnya output (Lost Output) dan kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja

    (Human Misery), dan merupakan suatu bentuk pemborosan sumber daya ekonomi

    di samping memperkecil output, pengangguran juga memacu pengeluaran

    pemerintah lebih tinggi untuk keperluan kompensasi pengangguran dan

    kesejahteraan.

    Menurut Mantra (2009, h.10) pengangguran adalah bagian dari angkatan

    kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep

    ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran terbuka.

    Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya

    orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Masalah

    yang sering dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran

    tidak kentara, yang pengertiannya adalah sebagai berikut :

  • 22

    1. Setengah menganggur

    Keadaan setengah menganggur (underemployment) terletak antara full

    employment dan sama sekali menganggur. Underemployment yaitu

    perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam

    pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan

    ingin dikerjakannya.

    Konsep ini dibagi dalam:

    a. Setengah menganggur yang kentara

    Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika

    seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau

    bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.

    b. Setengah menganggur yang tidak kentara

    Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment)

    adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaannya

    itu dianggap tidak mencukupi karena pendapatannya terlalu rendah atau

    pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh

    keahliannya.

    2. Pengangguran tidak kentara

    Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), dalam angkatan

    kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka

    menganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Jadi di sini mereka sebenarnya

    tidak mempunyai produktivitas dalam pekerjaannya.(http://suara pembaharuan.

    com / news / 2004 / 09/ 0 // editoz. html. diakses 19 Oktober 2013).

  • 23

    Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa

    pengangguran adalah suatu kondisi dimana seseorang atau kelompok orang tidak

    mempunyai pekerjaan dan belum bisa menghasilkan barang dan jasa.

    2.2.2. Cara – Cara Mengatasi Pengangguran

    Menurut Nanga (2005, h.259) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan

    dalam rangka mengatasi pengangguran di Indonesia sebagai berikut :

    a. Bagi penganggur sendiri, dapat mengembangkan kreativitas nya melalui

    berwirausaha mandiri

    b. Pengembangan sekolah-sekolah yang mengarah kepada pemanfaatan

    kecakapan hidup, seperti SMK.

    c. Pengembangan program kerjasama dengan luar negeri dalam pemanfaatan

    tenga kerja indonesia (TKI).

    d. Pengembangan sektor informal seperti home industry.

    e. Pengembangan program transmigrasi, untuk menyerap tenaga kerja di

    sektor agraris dan sektor informal lainnya.

    f. Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industri padat

    karya diwilayah yang banyak mengalami pengangguran.

    g. Peningkatan Investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun investasi

    melalui pendirian usaha-usaha baru yang dapat menyerap tenaga kerja.

    h. Pembukaan proyek-proyek umum, hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah

    seperti pembangunan jalan raya, jembatan dan lain- lain.

  • 24

    i. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga

    seorang tidak harus menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding

    dengan para pencari kerja, melainkan ia sendiri mengembangkan usaha

    sendiri yang menjadikanya bisa memperoleh pekerjaan dan pendapatan

    sendiri.

    2.3. Dampak Pengangguran

    2.3.1. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian

    Setiap negara selalu berusaha agar tingakat kemakmuran masyarakatnya

    dimaksimumkan dan perekonomian selalu mencapai pertumbuhan yang mantap

    dan berkelanjutan. Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan

    masyarakat mencapai tingkat pengguna tenaga kerja penuh, hal ini dapat dilihat

    dengan jelas dari berbagai akibat buruk sifat ekonomi yang ditimbulkan oleh

    masalah pengangguran. Akibat buruk pengangguran terhadap perekonomian

    adalah :

    a. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat meminimumkan

    tingkat kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Pengangguran

    menyebabkan output aktual yang dicapai lebih rendah dari atau dibawah

    output potensial. Keadaan ini berarti tingkat kemakmuaran masyarakat

    yang di capai adalah lebih rendah dari tingkat yang akan dicapainya.

    b. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang,

    pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kegiatan ekonomi,

    pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan pajak yang diperoleh

    pemerintah akan menjadi sedikit. Dengan demikian tingkat pengangguran

  • 25

    yang tinggi akan mengurangi kemampuan pemerintah dalam menjalankan

    berbagai kegiatan pembangunan.

    c. Pengangguran yang tinggi akan menghambat, dalam arti tidak

    menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini jelas bahwa

    penganggurantidak akan mendorong perusahaan untuk melakukan

    investasi di masa yang akan datang (Samuelson, 2004. H.326).

    Dari ketiga penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa dampak dari

    pengangguran tidak mampu untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi baik

    dalam jangka waktu panjang maupun dalam jangka waktu pendek.

    2.3.2. Dampak Pengangguran Terhadap Individu dan Masyarakat

    Selain membawa akibat buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan,

    pengangguran yang terjadi juga akan membawa beberapa akibat buruk terhadap

    individu dan masyarakat, dampaknya adalah sebagai berikut :

    a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan

    pendapatan. Di negara-negara maju, para pengangguranmemperoleh

    tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran dan oleh

    sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai

    kehidupanya dan keluarganya, sedangkan di negara-negara berkembang

    tidak terdapat program asuransi berkembang.

    b. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangya

    ketrampilandalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat

    dipertahankan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek.

  • 26

    c. Pengangguran dapat pula menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

    Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat

    menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah yang

    berkuasa.

    Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa dampak

    pengangguran terhadap individu dan masyarakat dapat meningkatkan kriminalitas

    serta kurangnya keamanan.

    2.3.3. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Pengangguran

    1. Kebijakan Bersifat Ekonomi

    a. Menyediakan lowongan kerja

    b. Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat

    c. Memperbaiki pembagian pendapatan

    2. Kebijakan Bersifat Sosial dan Politik

    a. Meningkat kan kemakmuaran keluarga dan kestabilan keluarga

    b. Menghindari masalah kejahatan

    c. Mewujudkan kestabilan politik

    Selain itu solusi masalah pengangguran di Indonesi dilihat dari 2 (dua)

    kebijakan diantaranya kebijakan mikro (khusus) dan kebijakan makro. Berikut

    merupakan kebijakan mikro ada 10 (sepuluh) solusi yaitu:

  • 27

    1. Pengembangan Mindset dan wawasan penganggur

    Berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memiliki

    potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan

    secara optimal.Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup

    mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat mencip takan kehidupan

    yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sndiri maupun

    masyarakat luas.

    2. Segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan khususnya yang

    tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas

    transfortasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para

    penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan

    berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

    (NKRI) baik potensi Sumber Daya Alam,Sumber Daya Manusia maupun

    keuangan (financial).

    3. Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan

    penganggur. Hal itu dapat dilakukan serentak dengan pendirian Badan

    Jaminan Sosial Nasional dengan mengubah PT Jaminan Sosial Tenaga

    Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan Sosial Nasional yang

    terdiri dari berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan membangun

    lembaga itu,setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan baik dan

    mendapat perhatian khusus. Secara teknis dan rinci, keberadaan lembaga

    itu dapat di susun dengan baik.

  • 28

    4. Segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis

    perizinan yang menghambat investasi baik Penanaman Modal Asing

    (PMA). Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi

    masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Itu semua perlu

    segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan

    investasi untuk menciptakan lapangan kerja baru.

    5. Mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah

    diwilayah perkotaan lainnya seperti sampah, pengendalian banjir dan

    lingkungan yang tidak sehat.

    6. Mengembangkan suatu lembaga antar kerja secara professional. Lembaga

    itu dapat disebutkan sebagai job senter yang dibangun dan dikembangkan

    secara professional sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para

    pencari kerja. Pengembangan lembaga itu mencakup, antara lain sumber

    daya manusianya (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat

    lunak (software), manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat dibawah

    lembaga jaminan sosial penganggur atau bekerjasama tergantung

    kondisinya.

    7. Menyeleksi Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim keluar

    negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman TKI keluar negeri.

    Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled). Hal itu dapat

    dilakukan dan diprakarsai oleh pemerintah pusat dan daerah. Bagi

    pemerintah daerah yang memiliki lahan yang cukup, gedung, perbankan,

    keuangan dan asset lainnya yang memadai dapat membangun Badan

    Usaha Milik Daerah Pengerahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia keluar

  • 29

    negeri (BUMD-PJTKI). Tentunya badan itu dilengkapi dengan lembaga

    pelatihan (training senter) yang kompeten untuk jenis-jenis ketrampilan

    tertentu yang sangat banyak peluang di Negara lain. Disamping itu, perlu

    dibuat peraturan tersendiri tentang pengiriman TKI keluar negeri seperti di

    Filipina.

    8. Segera harus disempurnakan kurikulum dan system pendidikan nasional

    (Sisdiknas). System pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas

    pendidikan. Karena itu, sisdiknas perlu reoriantasi supaya dapat mencapai

    tujuan pendidikan secara optimal.

    9. Upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan

    pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan

    terhadap penutupan perusahaan, penurunan produktifitas, penurunan

    permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan

    hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru, justru sebaliknya

    bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur.

    10. Mengembangkan potensi kelautan Negara Kesatuan Republik Indonesia

    (NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis dimana sebagian besar

    berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai Negara

    maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih baik supaya dapat

    menciptakan lapangan kerja yang produktif dan remunerative

    (http://jurnal.sdm.blogspot.com.diakses.10 juni 2013).

    http://jurnal.sdm.blogspot.com.diakses/

  • 30

    Sedangkan kebijakan makro tentang solusi masalah pengangguran

    mengenai moneter seperti jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan

    nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiscal (Departemen

    Keuangan) dan lainnya.

    2.4. Hubungan Inflasi dan Pengangguran

    Menurut Phillips (1929) dalam Mankiw (2003, h. 56) menjelaskan bahwa

    teori Phillips muncul karena pada saat tahun 1929, terjadi depresi ekonomi

    Amerika Serikat, hal ini berdampak pada kenaikan inflasi yang tinggi dan diikuti

    dengan pengangguran yang tinggi pula. berdasarkan pada fakta itulah Phillips

    mengamati hubungan antara 40 tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran. Dari

    hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara Inflasi dengan

    tingkat pengangguran, jika inflasi tinggi, pengangguran pun akan rendah. Hasil

    pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.

    Tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut

    produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja

    (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output).

    Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-

    harga (inflasi) maka pengangguran berkurang.

    Tiga komponen pembentuk kurva Phillips adalah:

    a. Ekspektasi inflasi (𝜋e)

    b. Pengangguran siklis (U-Un)

    c. Guncangan penawaran (v)

    Persamaan kurva Phillips adalah:

    𝜋 = 𝜋e - β (U-Un) + v ………………………………………………(2.1)

  • 31

    Di mana 𝜋 adalah inflasi, 𝜋 e adalah ekspektasi inflasi, U adalah tingkat

    pengangguran dan Un adalah tingkat pengangguran alamiah (NAIRU – Non-

    Accelerating Inflation Rate of Unemployment). β menunjukkan besarnya respon

    tingkat inflasi terhadap perubahan tingkat pengangguran siklis. dapat menunjukkan

    besarnya rasio pengorbanan (sacrifice ratio) yang terjadi. Tanda negatif sebelum

    parameter β menunjukkan hubungan negatif antara inflasi dengan tingkat

    pengangguran.

    2.4.1. Inflation Targeting Framework

    Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan

    moneter Bank Indonesia yang tercermin pada penetapan dan pengumuman sasaran

    inflasi sebagai tujuan utama kebijakan moneter, penjelasan periodik kepada

    masyarakat mengenai pelaksanaan kebijkan moneter yang ditempuh, maupun

    pemberian independensi kepada Bank Indonesia dalam merumuskan dan

    melaksanakan kebijakan moneter. Secara umum, kerangka kerja ini diyakini dapat

    membantu bank sentral untuk mencapai dan memelihara kestabilan harga dengan

    berdasarkan pada proyeksi dan target inflasi tertentu ke depan.

    Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan sebuah kerangka

    kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai

    target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan. Secara

    eksplisit dinyatakan bahwa inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama

    dari kebijakan moneter. Sesuai definisi di atas, sejak berlakunya UU No. 23/1999

    Indonesia sebenarnya dapat dikategorikan sebagai "Inflation Targeting Lite

    Countries". Kebijakan ini dipilih dengan beberapa alasan yaitu :

  • 32

    1. Pemilihan kerangka kerja kebijakan moneter Inflation Targeting

    didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut :

    a. Memenuhi prinsip-prinsip kebijakan moneter yang sehat.

    b. Sesuai dengan amanat UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia

    sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3/2004.

    c. Hasil riset menunjukkan semakin sulit pengendalian besaran moneter.

    d. Pengalaman empiris negara lain menunjukkan bahwa negara yang

    menerapkan ITF berhasil menurunkan inflasi tanpa meningkatkan

    volatilitas output.

    e. Dapat meningkatkan kredibilitas BI sebagai pengendali inflasi melalui

    komitmen pencapaian target.

    2. Penerapan ITF bukan berarti bahwa bank sentral hanya menaruh perhatian

    pada inflasi saja dan tidak lagi memperhatikan pertumbuhan ekonomi

    maupun kebijakan dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan. ITF

    bukanlah suatu kaidah yang kaku (rule) tetapi sebagai kerangka kerja

    menyeluruh (framework) untuk perumusan dan pelaksanaan kebijakan

    moneter. Fokus terhadap inflasi tidak berarti membawa perekonomian

    kepada kondisi yang sama sekali tanpa inflasi (zero inflation).

    3. Inflasi rendah dan stabil dalam jangka panjang justru akan mendukung

    pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (suistanable growth).

    Penyebabnya karena tingkat inflasi berkorelasi positif dengan

    fluktuasinya. Manakala inflasi tinggi, fluktuasinya juga meningkat,

    sehingga masyarakat merasa tidak pasti dengan laju inflasi yang akan

    terjadi di masa mendatang. Akibatnya suku bunga jangka panjang akan

  • 33

    meningkat karena tingginya premi resiko akibat inflasi. Perencanaan usaha

    menjadi lebih sulit dan minat investasi pun menurun. Ketidakpastian

    inflasi ini cenderung membuat investor lebih memilih investasi aset

    keuangan jangka pendek ketimbang investasi riil jangka panjang. Itulah

    sebabnya otoritas moneter seringkali berargumentasi bahwa kebijakan

    yang anti inflasi sebenarnya adalah justru kebijakan yang pro growth

    (http://WWW.bi.go.id.diakses.10 juli 2013).

    Setiap negara mengharapkan untuk mencapai tahap kegiatan ekonomi

    pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi. Ahli – ahli ekonomi

    telah menyadari bahwa apabila tingkat pengangguran rendah, masalah inflasi akan

    dihadapi, maka tingkat inflasi akan semakin tinggi. Sebaliknya apabila terdapat

    masalah pengangguran yang serius, tingkat harga – harga adalah relative stabil.

    Berarti tidak mudah untuk menciptakan penggunaan tenaga kerja penuh dan

    kestabilan harga secara serentak. Semakin tinggi tingkat pengangguran semakin

    rendah laju kenaikan tingkat upah, dengan kata lain terdapat “trade off” antara

    tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran yang ditunjukkan seperti gambar 4.

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    0 2 4 6 8 10

    Gambar 4

    Kurva Philips

    http://www.bi.go.id.diakses/

  • 34

    Dari Gambar diatas menunjukkan melalui Labor Market Theory yaitu

    bahwa tingkat upah rill dipengaruhi oleh demand dan supply for labor di pasar

    tenaga kerja. Jadi naik turunnya tingkat upah akan dipengaruhi oleh excess

    demand dan supply tenaga kerja yang berhubungan dengan unemployment.

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika demand for labor naik maka

    unemployment akan mengalami penurunan, excess demand for labor akan

    mengalami peningkatan maka tingkat upah rill akan meningkat dan unemployment

    turun jika tingkat upah rill meningkat. Tingkat upah ini berkaitan dengan variabel

    harga, yaitu jika tingkat upah mengalami kenaikan maka akan berpengaruh

    terhadap tingkat harga. Kurva philips merupakan fungsi hubungan unemployment

    dengan inflasi. Kurva philips ini berselop negatif yang berarti bahwa jika laju

    inflasi tinggi maka tingkat pengangguran akan mengalami penurunan. Inflasi yang

    tinggi akan berdampak pada sektor ekonomi yang lain, misalnya tingkat suku

    bunga, investasi dan konsumsi masyarakat. Sedangkan rendahnya tingkat

    pengangguran dapat mencerminkan tingkat distribusi pendapatan yang lebih

    merata, meningkatkan konsumsi total, meningkatkan produksi nasional dan pada

    akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

    Untuk melihat bagaimana persamaan tingkat upah dimana jika W adalah

    upah dalam periode ini, dan W-1 adalah upah periode terakhir, maka tingkat

    inflasi sebesar harga (gW ) dapat didefinisikan sebagai berikut :

    ℊ𝑊 =W−W_ı

    W− ı .............................................................(1)

    Kemudian jika U menunjukkan tingkat pengangguran aktual dan Uo

    menunjukkan tingkat pengangguran alamiah, maka kurva Philips dapat dituliskan

    sebagai berikut :

  • 35

    ℊ𝑊 = −ℰ(𝑈 − 𝑈𝑜) ..............................................................(2)

    ℰ adalah suatu nilai yang mengindikasikan bagaimana berubahnya inflasi pada

    nilai ( U – Uo ).

    Kurva Philips menggambarkan penawaran aggregate karena kurva Philips

    mengindetifikasikan kenaikan output aggregate pada tingkat pengangguran yang

    lebih rendah akan menaikkan inflasi. Kurva Philips secara tidak langsung

    menyatakan bahwa tingkat upah dan harga menyesuaikandiri (adjusted for self)

    secara lambat dibandingkan dengan perubahan permintaan aggregate. Misalnya

    perekonomian dalam keadaan stabil dan berada pada tingkat pengangguran

    natural, kemudian misalnya ada kenaikkan stok uang sebanyak 10 persen sehingga

    harga – harga dan tingkat upah akan naik 10 persen juga, agar terjadi

    keseimbangan baru. Tapi kurva Philips menunjukkan agar terjadi kenaikkan

    tingkat upah 10 persen tersebut tingkat pengangguran harus diturunkan. Hal ini

    menyebabkan kenaikkan tingkat upah dan harga – harga akan mengalami

    kenaikkan juga dan akhirnya perekonomian akan berada pada posisi kesempatan

    kerja penuh pada suatu tingkat utput dan pengangguran, sehingga persamaannya

    menjadi :

    Wt + 1 = Wt [1-E (U – Uo) ] .........................................................(3)

    Supaya tingkat upah naik seperti pada tingkat sebelumnya, maka pengangguran

    harus turun sampai pada tingkat pengangguran alamiah.

  • 36

    Kurva Philips menggambarkan hubungan tingkat kenaikan harga – harga

    (tingkat inflasi) dengan pengangguran. Maka para pengambil kebijakan

    dihadapkan pada dua pilihan yaitui berusaha menekan rendahnya pengangguran

    namun dengan resiko tingkat inflasi yang tinggi atau sebaliknya.

    2.5. Perumusan Hipotesis

    Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini

    adalah inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten

    Nagan Raya.

  • 37

    III. METODE PENELITIAN

    3.1 Ruang Lingkup Penelitian

    Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian mencangkup seluruh

    jumlah tingkat inflasi dan pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.

    Mengingat luasnya populasi yang diteliti dan terbatas data yang

    tersedia maka sampel yang diambil peneliti adalah jumlah inflasi dan tingkat

    pengangguran di Kabupaten Nagan Raya selama kurun waktu 2003-2012.

    3.2 Data Penelitian

    3.2.1. Jenis dan Sumber Data

    Adapun jenis data yang digunakan penulis yaitu data sekunder yang

    diperoleh dari intansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), dan

    instansi- instansi pemerintah, serta dari berbagai sumber dan literatur lain

    yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

    3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data digunakan penulis dalam penelitian ini

    antara lain :

    a. Studi pustaka (library Research)

    Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan

    dengan cara membaca-buku-buku dan Literatur lainnya baik yang

    diwajibkan maupun yang dianjurkan yang berhubungan dan ada

    kaitanya dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

  • 38

    b. Penelitian Lapangan (Field Research)

    Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara

    langsung kepada pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan

    yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

    3.3. Model Analisis Data

    Untuk membahas bagaimana pengaruh inflasi terhadap tingkat

    pengangguran di Kabupaten Nagan Raya dengan menggunakan alat ukur

    Regresi Linear Sederhana. Menurut Ruslan ( 2006 , h. 115 ) rumus regresi

    sederhana adalah :

    Y= a+b x + e

    Dimana :

    Y = Variabel terikat ( pengangguran )

    X = Variabel bebas ( inflasi )

    a = Nilai konstanta ( intercept )

    b = Koefisiensi Regresi

    e = Kesalahan Penganggu

    Analisis Korelasi (r2)

    koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk mengetahui seberapa

    besar hubungan dengan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. koefisien

    korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    Rumus koefisien korelasi sederhana menurut Ruslan ( 2006, h. 200 )

    r =

    2222

    yynxxn

    yxxy

  • 39

    Keterangan :

    r = Koefesien korelasi

    n = Jumlah tahun

    y = Jumlah pengangguran

    x = Inflasi

    Uji t

    uji t digunakan untuk menguji hipotesis suatu parameter bila

    sampel berukuran kecil (n

  • 40

    3.5. Pengujian Hipotesis

    Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    a. H0 ; ß = 0, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama tidak

    berpengaruh secara signifikan dalam inflasi terhadap tingkat

    pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.

    b. H1 ; ß ≠ 0, faktor- faktor yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh

    secara signifisikan dalam inflasi terhadap tingkat pengangguran di

    Kabupaten Nagan Raya.

    Kriteria uji hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

    a. Apabila th > tt maka H0 ditolak H1 diterima, artinya terdapat pengaruh

    yang signifikan antara inflasi terhadap tingkat pengangguran di

    Kabupaten Nagan Raya.

    b. Apabila th < tt maka H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat

    pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap tingkat

    pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.

  • 41

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Perkembangan Inflasi di Kabupaten Nagan Raya

    Inflasi dihitung secara statistic dengan mengambil sampel harga – harga di

    pasaran. Karena itu bisa saja perhitungan inflasi dari kedua belah pihak berbeda

    antara satu dan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor perbedaan cara

    pengambilan data, metodelogi yang berbeda, fokus perhitungan, serta waktu

    pengambilan sampel yang berbeda.

    Perkembangan inflasi di Kabupaten Nagan Raya dari tahun 2003-2012

    sangat berfluktuatif, di mana dari tahun ke tahun inflasi mengalami perubahan.

    Pada tahun 2003 inflasi mencapai 3,50 persen. Kenaikan inflasi yang sangat tinggi

    terjadi pada tahun 2008 sebesar 11,92 persen, di mana pada tahun ini terjadi krisis

    ekonomi yang menyebabkan naiknya harga – harga. Pada tahun 2011 inflasi

    relative masih tinggi mencapai 5,22 persen. Pada tahun 2012 inflasi mengalami

    penurunan sebesar 1,67 persen.

    Untuk melihat perkembangan inflasi di Kabupaten Nagan Raya dari tahun

    2003 – 2012 dapat dilihat pada tabel 2.

  • 42

    Tabel 2

    Perkembangan Inflasi di Kabupaten Nagan Raya

    Tahun 2003 – 2012

    Tahun Tingkat Inflasi Pertumbuhan (%)

    2003 3,50 -65,48

    2004 6,97 -99,14

    2005 41,11 489,8

    2006 9,98 75,72

    2007 9,41 5,71

    2008 11,92 -26,67

    2009 3,72 68,79

    2010 5,86 -57,52

    2011 5,22 10,92

    2012 1,67 212,5

    Sumber : Badan Pusat Statistik (dioalah), 2014

    Tabel di atas memperlihatkan bahwa tingkat inflasi di Kabupaten Nagan

    Raya dari tahun 2003 – 2012 sangat berfluktuatif, pada tahun 2003 inflasi

    mencapai 3,50 persen, pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 41,11

    persen. Tingkat inflasi pada tahun 2005 mengalami penurunan yaitu sebesar 9,98

    persen, tahun 2007 juga mengalami penurunan lagi sebesar 9,41 persen. Inflasi

    paling tinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 41,11 persen, hal ini di

    karenakan saat itu terjadinya krisis ekonomi yang menyebabkan naiknya harga –

    harga di Kabupaten Nagan Raya khususnya di Indonesia umumnya. Seiring

    dengan pulihnya perekonomian maka inflasi mengalami penurunan hingga tahun

    2012 inflasi mencapai 1,67 persen.

  • 43

    4.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran

    Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja dianggap sebagai faktor positif

    dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar

    berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan

    penduduk yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar domestik. Namun

    demikian, patut dipertanyakan apakah cepatnya pertumbuhan penawaran tenaga

    kerja akan memberikan efek positif atau negatif terhadap perkembangan

    ekonomi. Sebenarnya, hal tersebut tergantung pada kemampuan sistem

    perekonomian untuk menyerap dan secara produktif mempekerjakan tambahan

    tenaga kerja tersebut.

    Angkatan kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan menimbulkan

    masalah bagi perekonomian, terutama tidak tersedianya lapangan kerja. Jika

    lapangan kerja baru tidak mampu menampung semua angkatan kerja baru

    ( dengan kata lain, tambahan permintaan akan tenaga kerja lebih sedikit dari pada

    tambahan penawaran angkatan kerja ), maka sebagian angkatan kerja baru itu

    akan memperpanjang barisan penganggur yang sudah ada. Lapangan kerja salah

    satu masalah dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.Hal ini bukan terlihat

    terhadap masalah jumlah tetapi bagaimana meningkatkan jumlah yang

    ditawarkan. Permasalahan lain terletak pada kualitas tenaga kerja, sebagaimana

    terlihat dari produkvitas pekerja yang ada masih relatif rendah.

    Tingkat pengangguran akan menjadi masalah terhadap sosial ekonomi

    masyarakat, hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial antara masyarakat

    yang belum memiliki pekerjaan, untuk mengetahui tingkat pengangguran di

    Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel 3.

  • 44

    Tabel 3

    Jumlah Pengangguran di Kabupaten Nagan Raya

    Tahun 2003-2012

    Tahun Jumlah Pengangguran ( Jiwa )

    Persentase (%)

    2003

    2004

    2005

    2006

    2007

    2008

    2009

    2010

    2011

    2012

    8.756

    8.061

    5.234

    4.371

    7.251

    8.163

    7.686

    7.651

    7.434

    7.231

    -

    7.93

    35.07

    16.48

    -65.88

    -12.57

    5.84

    0.45

    2.83

    2.73

    Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) 2014

    Pada Tabel 2 dapat dilihat jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan

    Raya dari tahun 2003-2012 sebagai berikut, pada tahun 2003 jumlah

    pengangguran di Kabupaten Nagan Raya sebanyak 8.756 jiwa dan pada tahun

    2004 mengalami penurunan sebesar 8.061 jiwa dari tahun sebelumnya dan pada

    tahun 2005 jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya mengalami

    penurunan sebanyak 5.234 jiwa, hal ini disebabkan karena bencana gempa dan

    tsunami yang terjadi pada akhir tahun 2004. Jumlah pengangguran yang terjadi

    hingga tahun 2006 mencapai 4.371 jiwa, penyerapan tenaga kerja terutama

    dikarenakan banyak peluang dan lapangan pekerjaan yang mampu menyerap

    tenaga kerja seperti banyaknya lembaga swadaya masyarakat asing (NGO) yang

    mampu menampung tenaga kerja.Dan pada tahun 2007 tingkat pengangguran

    mengalami kenaikan sebesar 7.251 jiwa, hal ini di akibatkan krisis moneter

    sehingga banyak tenaga kerja yang di berhentikan.

  • 45

    Seiring dengan pulihnya krisis ekonomi maka jumlah pengangguran pun

    mulai mengalami penurunan, jumlah pengangguran yang terjadi hingga tahun

    2012 mencapai 7.231 jiwa. Permasalahan kependudukan di Kabupaten Nagan

    Raya adalah dilihat dari tingginya jumlah pengangguran, namun demikian jumlah

    pengangguran di Kabupaten Nagan Raya saat ini relative mulai berkurang.

    4.3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

    Hasil statistik deskriptif terhadap variabel penelitian disajikan pada

    tabel berikut ini.

    Tabel 4

    Statistik Deskriptif

    Rata - rata Std. Deviasi N

    pengangguran 7.1838 1.35210 10

    inflasi 9.9360 11.41185 10

    Sumber : Hasil Pengolahan Data (2014)

    Pada Tabel diatas terlihat bahwa rata-rata pengangguran selama kurun

    waktu 2003 - 2013 adalah 7,18 % dengan standar deviasi 1,35 %, sementara rata-

    rata inflasi pada tahun yang sama sebesar 9.93 % dengan standar deviasi 11.41 %.

    Sedangkan N menyatakan jumlah observasi yang masing-masing berjumlah 10

    tahun.

    4.4. Hasil Penelitian

    4.4.1. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

    Hal ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

    keeratan serta arah hubungan antara inflasi terhadap pengangguran di

    Kabupaten Nagan Raya.

  • 46

    Tabel 5

    Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

    No Variabel Pengangguran Inflasi

    1 Pearson Correlation

    a. Pengangguran

    b. Inflasi

    1.000

    0.564

    0.564

    1.000

    2 Model

    a. Koefisien Korelasi (R )

    b. Koefisien Determinasi (R2)

    c. Koefisien Determinasi Adjusted

    0.564

    0.318

    0.233

    Sumber : Hasil Pengolahan Data ( 2014)

    Pada tabel 5 terlihat koefisien korelasi (R) antara inflasi (X) dengan

    pengangguran (Y) sebesar 0.564 menggambarkan bahwa variabel inflasi sangat

    erat hubungannya terhadap variabel pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.

    Persentase pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas

    ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi

    (R2) ini menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap

    variabel terikat yang dinyatakan dalam persen (%). Koefisien determinasi dapat

    dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

    KP = r2 x 100 %

    = ( 0.564 )2 x 100 %

    = 0.318

  • 47

    Dari rumus diatas nilai R square (R2) sebesar 0.318 yang berarti

    bahwa pengangguran di Kabupaten Nagan Raya diperoleh sebesar 31.8 % di

    sebabkan oleh variabel inflasi, sedangkan sisanya sebesar 68.2 %

    dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.

    4.4.2. Uji Regresi Linear Sederhana dan Uji Signifikan Parsial ( Uji t )

    Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap pengangguran di

    Kabupaten Nagan Raya akan dianalisis dengan menggunakan model regresi

    linear sederhana. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya sebagai

    berikut :

    Tabel 6

    Uji Signifikan Parsial ( Uji t )

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 7.848 0.508 15.438 0.000

    inflasi 0.067 0.035 0.564 1.932 0.090

    Sumber : Hasil Pengolahan Data ( 2014)

    Dari hasil perhitungan regresi linear sederhana maka persamaannya adalah :

    Y = 7.848 + 0.067 + e

  • 48

    Dari persamaan tersebut mengandung pengertian bahwa :

    1. Konstanta

    Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 7.848.

    Nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila variabel inflasi sama

    dengan nol maka jumlah pengangguran di Nagan Raya meningkat

    sebesar 7.848 jiwa.

    2. Koefisien Regresi X (inflasi)

    Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai X sebesar 0.067. Hal

    ini menyatakan bahwa apabila inflasi mengalami perubahan sebesar 1

    persen maka akan terjadi penurunan pengangguran sebesar 0.067

    persen.

    Koefisien regresi inflasi memperlihatkan hubungan yang positif terhadap

    tingkat pengangguran di Kabupaten Nagan Raya. Hal ini memberikan

    pengertian bahwa kenaikan inflasi akan mengakibatkan penurunan tingkat

    pengangguran, sebaliknya apabila terjadi penurunan inflasi akan

    mengakibatkan terjadinya peningkatan tingkat pengangguran.

    Pembuktian bahwa variabel inflasi berpengaruh terhadap

    pengangguran di Kabupaten Nagan Raya dilakukan pengujian tersendiri

    secara partial dengan uji t pada jumlah kepercayaan ( level of confidence 95 %)

    yaitu :

    Variabel inflasi diperoleh t hitung sebesar 1.932 lebih besar dari t tabel sebesar

    1.860, artinya secara partial inflasi berpengaruh signifikan terhadap

    pengangguran di Kabupaten Nagan Raya.

  • 49

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Nagan Raya maka

    dapat diambil kesimpulan yaitu :

    a. Pengangguran di Kabupaten Nagan Raya tahun 2003 – 2012 rata – rata

    mengalami penurunan sebesar 7,18 persen. Dan rata – rata perkembangan

    inflasi sebesar 9.93 persen.

    b. Persamaan regresi diperoleh Y = 7.848 + 0.067 + e. Konstanta sebesar

    7.848 yaitu menyatakan apabila variabel inflasi sama dengan nol maka

    jumlah pengangguran sebesar 40.298 jiwa.

    c. Apabila inflasi mengalami perubahan sebesar 1 persen maka akan

    terjadi perubahan jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya

    sebesar 0.067 jiwa.

    d. Koefisien determinasi (R2) 0.318 menunjukkan bahwa variabel inflasi

    berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya

    sebesar 31.8 % sedangkan sisanya 68.2 % dipengaruhi oleh variabel

    lainnya diluar model penelitian ini.

    e. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,564 memberikan pengertian bahwa

    56 % jumlah pengangguran di Kabupaten Nagan Raya sangat erat

    hubungannya dengan inflasi di Kabupaten Nagan Raya.

    f. Pembuktian yang dilakukan dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa

    inflasi berpengaruh secara partial terhadap jumlah pengangguran di

    Kabupaten Nagan Raya.

  • 50

    5.2. Saran – saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan

    kepada Pemerintah supaya mampu mengendalikan inflasi di mana nilai inflasinya

    terukur sehingga dengan demikian tingkat pengangguran akan berkurang.

    Pengendalian inflasi dapat dilakukan oleh Pemerintah dengan mengeluarkan

    ketentuan harga terhadap peraturan harga jual berbagai barang.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik, 2004. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Hasil Survei Sosial

    Ekonomi Nasional). Provinsi Aceh.

    2006. Aceh Dalam Angka.Katalog Badan Pusat Statistik 1403.1.1

    Gunawan, 2003. Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia. Gramedia,

    Jakarta.

    Gregory, Mankiw N.2003.Teori Makro Ekonomi.Erlangga Jakarta.

    Mantra,IdaBagoes.2009.DefinisiPengangguran:http//jurnal.sdm.blogspot.com.dia

    kses 10 juni 2013

    Nanga, Muana. 2005. Makroekonomi. Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Kedua. Jakarta. PT. Raja Grafika Persada.

    Nopirin. 2003. Ekonomi Moneter Buku 1. Badan Penelitian Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

    ________2009. Ekonomi Moneter. Badan Penelitian Fakultas Ekonomi. Yogyakarta.

    Ruslan, Rosady.2006.Metodologi Penelitian Public Relayion dan Komunikasi.PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    Samuelson dan Nordhaus W. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. PT. Media Global

    Edukasi, Jakarta.

    Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo

    Persada, Jakarta.

    2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada,

    Jakarta.

    2007.Teori Makro Ekonomi Modern ”Perkembangan Pemikiran dari

    Klasik hingga Keynesian baru. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    http://www.bi.go.id.//diakses tanggal 10 juli 2013 http://jurnal.sdm.blogspot.com.//diakses tanggal 10 juni 2013

    http://suarapembaharuan.com/newa/2004/09/0//editoz.html//diakses tanggal 19

    Oktober 2013

    http://www.bi.go.id./diakseshttp://jurnal.sdm.blogspot.com./diakseshttp://suarapembaharuan.com/newa/2004/09/0/editoz.html/diakses

    -Unlicensed-COVER BARU-Unlicensed-bab 1 baru-Unlicensed-bab 2-Unlicensed-bab 3-Unlicensed-bab 4-Unlicensed-bab 5-Unlicensed-DAFTAR PUSTAKA