Pengaruh Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Terhadap Tingkat Kesehatan

15
PENGARUH INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA PASURUAN Tri Adi Nugraha Geografi - Fakultas Ilmu Sosial E-mail : [email protected] ABSTRAK: Kualitas lingkungan hidup di suatu wilayah dapat diketahui dengan melakukan perhitungan Indeks kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dengan mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu kualitas air, kualitas udara dan tutupan lahan. Namun, Nilai IKLH yang telah disusun oleh KemenLH belum menunjukkan kajian yang mendalam pada setiap parameternya termasuk relevansinya dengan tingkat kesehatan masyarakat di setiap wilayah. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengkaji seberapa besar pengaruh indeks kualitas lingkungan hidup terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan. Data yang digunakan dalam peneltian ini data kualitas air sungai, udara dan kerapatan vegetasi serta data tingkat kesehatan masyarakat yang didapatkan dari instansi di bidang terkait. Beragam data tesebut kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) ada hubungan kualitas air (X1) kualitas udara (X2) dan kerapatan vegetasi (X3) dengan tingkat kesehatan masyarakat (Y). Kata Kunci : IKLH, Kesehatan Masyarakat, Kualitas Kerusakan lingkungan hidup mengakibatkan dampak kerugian multi dimensi yang sangat besar seperti pemiskinan lahan (melalui erosi), sumber air tanah yang menipis, hilangnya habitat alami dan berubahnya pola iklim baik setempat (iklim mikro) maupun iklim global (iklim makro). Tanpa upaya yang konsepsional sejumlah dampak negatif tersebut di atas, berbarengan dengan perubahan waktu, akan berjalan/berproses bersamaan secara sinergis sehingga menimbulkan bencana alam/lingkungan yang dahsyat dan akan berjalan secara akseleratif (berlipat ganda semakin cepat). Dalam rangka mengurangi lajunya perusakan lingkungan yang mengatas- namakan desakan pemenuhan kebutuhan ataupun bisnis, diperlukan serangkaian upaya strategis yang melibatkan seluruh komponen masyarakat secara terpadu, terkoordinasi dan sinergis. Upaya-upaya itu harus merupakan sesuatu gerakan yang secara konsepsional memungkinkan semua kalangan terlibat semua komponen bangsa harus punya visi, misi, perhatian/komitmen dan kepedulian yang sama terhadap pentingnya manfaat pelestarian dan bahaya degradasi lingkungan hidup. Hal inilah yang pada masa ini sangat perlu tindakan nyatanya.

description

Jurnal ini merupakan hasil tulisan mahasiswa prodi geografi fis um yang sedang menempuh matakuliah statistika terapan.

Transcript of Pengaruh Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Terhadap Tingkat Kesehatan

  • PENGARUH INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP

    TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA PASURUAN

    Tri Adi Nugraha

    Geografi - Fakultas Ilmu Sosial

    E-mail : [email protected]

    ABSTRAK: Kualitas lingkungan hidup di suatu wilayah dapat diketahui dengan

    melakukan perhitungan Indeks kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dengan

    mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu kualitas air, kualitas udara dan tutupan

    lahan. Namun, Nilai IKLH yang telah disusun oleh KemenLH belum

    menunjukkan kajian yang mendalam pada setiap parameternya termasuk

    relevansinya dengan tingkat kesehatan masyarakat di setiap wilayah. Oleh karena

    itu, tujuan penelitian ini adalah mengkaji seberapa besar pengaruh indeks kualitas

    lingkungan hidup terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan. Data

    yang digunakan dalam peneltian ini data kualitas air sungai, udara dan kerapatan

    vegetasi serta data tingkat kesehatan masyarakat yang didapatkan dari instansi di

    bidang terkait. Beragam data tesebut kemudian dianalisis menggunakan analisis

    regresi linier berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) ada hubungan

    kualitas air (X1) kualitas udara (X2) dan kerapatan vegetasi (X3) dengan tingkat

    kesehatan masyarakat (Y).

    Kata Kunci : IKLH, Kesehatan Masyarakat, Kualitas

    Kerusakan lingkungan hidup mengakibatkan dampak kerugian multi

    dimensi yang sangat besar seperti pemiskinan lahan (melalui erosi), sumber air

    tanah yang menipis, hilangnya habitat alami dan berubahnya pola iklim baik

    setempat (iklim mikro) maupun iklim global (iklim makro). Tanpa upaya yang

    konsepsional sejumlah dampak negatif tersebut di atas, berbarengan dengan

    perubahan waktu, akan berjalan/berproses bersamaan secara sinergis sehingga

    menimbulkan bencana alam/lingkungan yang dahsyat dan akan berjalan secara

    akseleratif (berlipat ganda semakin cepat).

    Dalam rangka mengurangi lajunya perusakan lingkungan yang mengatas-

    namakan desakan pemenuhan kebutuhan ataupun bisnis, diperlukan serangkaian

    upaya strategis yang melibatkan seluruh komponen masyarakat secara terpadu,

    terkoordinasi dan sinergis. Upaya-upaya itu harus merupakan sesuatu gerakan

    yang secara konsepsional memungkinkan semua kalangan terlibat semua

    komponen bangsa harus punya visi, misi, perhatian/komitmen dan kepedulian

    yang sama terhadap pentingnya manfaat pelestarian dan bahaya degradasi

    lingkungan hidup. Hal inilah yang pada masa ini sangat perlu tindakan nyatanya.

  • Sebagai pusat pelayanan yang medukung aktivitas penduduknya, kota

    akan selalu mengalami perkembangan. Perkembangan kota tidak selamanya

    sesuai dengan daya dukungnya. Akibat keterbatasan ini, muncul berbagai

    permasalahan seperti tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, terutama akibat

    arus urbanisasi, sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat.

    Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu

    tersebut akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap

    pemanfaatan ruang kota, sehingga penataan ruang kawasan perkotaan perlu

    mendapat perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan

    kawasan hunian, fasilitas umum dan sosial, serta ruang-ruang terbuka publik

    (open spaces) di perkotaan untuk mengatasi kondisi lingkungan kota.

    Permasalahan yang timbul di Kota Pasuruan pada saat ini adalah dalam

    upaya pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang. Sebagai contoh

    beberapa dampak yang diakibatkannya adalah dengan meningkatnya pencemaran

    air, penyumbang terbesar terhadap pencemaran air diantaranya adalah limbah

    industri, pertanian dan rumah tangga. Selain kualitas air permukaan yang

    menunjukkan kondisi yang memprihatinkan, kondisi air tanah juga

    mengkhawatirkan karena terjadinya intrusi air laut. Sementara itu pengamanan

    lingkungan hidup yang rusak dan tercemar di Kota Pasuruan telah dilakukan

    melalui berbagai upaya, yaitu konservasi dan rehabilitasi yang dimaksudkan untuk

    memulihkan kondisi lingkungan hidup, sehingga dapat kembali berfungsi secara

    optimal sebagai penyangga sistem kehidupan. Selain itu, menurunnya kualitas

    udara juga merupakan gejala yang kian terasa pada akhir-akhir ini. Meskipun

    tingkat pencemaran udara di Kota Pasuruan masih berada di bawah ambang batas,

    namun diyakini kualitasnya mengalami penurunan. Hal ini didasari oleh semakin

    banyaknya populasi polutan oleh kendaraan bermotor,sementara itu, penyerap

    karbondioksida relatif tetap bahkan cenderung menurun dari waktu ke waktu.

    Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berasal dari rumah

    sakit, industri dan permukiman belum maksimal, dikarenakan rumitnya

    pengelolaan B3 serta rendahnya pemahaman masyarakat mengenai dampak dan

    bahaya yang akan ditimbulkannya (RKPD Kota Pasuruan, 2014).

  • Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan kiat untuk : (1) mencegah

    penyakit, (2) memperpanjang harapan hidup, dan (3) meningkatkan kesehatan dan

    efisiensi masyarakat, melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk : (1)

    sanitasi lingkungan, (2) pengendalian penyakit menular, (3) pendidikan hygiene

    perseorangan (personal hygiene), (4) mengorganisir pelayanan medis dan

    perawatan agar dapat dilakukan diagnosis dini dan pengobatan pencegahan, dan

    (5) membangun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar

    kehidupan yang cukup baik untuk dapat memelihara kesehatan (Winslow, 1920)

    Menurut Hendrik L.Blum (1974) terdapat empat faktor utama yang dapat

    mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu : lingkungan, perilaku

    manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut saling

    terkait dengan beberapa faktor lain, yaitu sumber daya alam, keseimbangan

    ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan.

    Lingkungan mempunyai pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan

    masyarakat (Gumilar, 2004). Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah

    mengkaji seberapa besar pengaruh indeks kualitas lingkungan hidup terhadap

    tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan. Variabel pada penelitian ini

    adalah kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi .

    Karena keterbatasan data, kualitas lingkungan di wilayah pesisir dan laut

    serta kondisi keanekaragaman hayati tidak dimasukkan dalam perhitungan IKLH.

    Sebagai pembanding atau target untuk setiap indikator adalah standar atau

    ketentuan yang berlaku berdasarkan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh

    pemerintah, seperti ketentuan tentang baku mutu air dan baku mutu udara ambien.

    Sedangkan Indeks Tutupan Hutan yang digunakan dalam penentuan IKLH

    merupakan kategori hutan primer dan hutan sekunder, keberadaan hutan primer

    dan sekunder di area Kota Pasuruan secara eksplisit belum teridentifikasi,

    sehingga perhitungan Indeks Tutupan Hutan didekati dengan luasan Ruang

    Terbuka Hijau (RTH). Berdasarkan ketersediaan data yang sulit diperoleh untuk

    setiap indikator sebagaimana disebutkan di atas, maka indeks yang dihasilkan

    meliputi Indeks Pencemaran Udara (IPU), Indeks Pencemaran Air (IPA) dan

  • Indeks Kerapatan Vegetasi (IKV) yang spasialnya meliputi wilayah administratif

    Kelurahan di Kota Pasuruan.

    Tabel 1.01 Wilayah Administrasi Kelurahan di Kota Pasuruan

    NO. KECAMATAN/ KELURAHAN NO. KECAMATAN/ KELURAHAN

    KEC. GADINGREJO KEC. BUGULKIDUL

    1 KRAPYAKREJO 1 BAKALAN

    2 BUKIR 2 KRAMPYANGAN

    3 SEBANI 3 BLANDONGAN

    4 GENTONG 4 KEPEL

    5 GADINGREJO 5 BUGULKIDUL

    6 PETAHUNAN 6 TAPAAN

    7 RANDUSARI

    8 KARANGKETUG KEC. PANGGUNGREJO

    1 KARANGANYAR

    KEC. PURWOREJO 2 TRAJENG

    1 POHJENTREK 3 TAMBAAN

    2 WIROGUNAN 4 KEBONSARI

    3 TEMBOKREJO 5 BANGILAN

    4 PURUTREJO 6 MAYANGAN

    5 KEBONAGUNG 7 NGEMPLAKREJO

    6 PURWOREJO 8 PETAMANAN

    7 SEKARGADUNG 9 PEKUNCEN

    10 KANDANGSAPI

    11 BUGULLOR

    12 MANDARANREJO

    13 PANGGUNGREJO

    METODE

    Berdasarkan sifat dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini,

    terdapat dua data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah

    berupa angka-angka yang berhubungan dengan parameter indeks kualitas

    lingkungan hidup seperti indeks pencemaran udara (NO2 dan SO2) serta angka-

    angka yang berhubungan dengan deskripsi sosial masyarakat . Sedangkan data

    kualitatif merupakan data berupa deskripsi yang menjelaskan kondisi kesehatan

    masyaerakat pada lokasi penelitian.

  • Pengembangan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup dilakukan dengan

    menjumlahkan parameter kualitas lingkungan hidup yakni kualitas air, kualitas

    udara dan indeks tutupan lahan. Perhitungan IKLH untuk tingkat kota/ kabupaten

    dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:

    Ketiga indikator tersebut dianggap mempunyai tingkat kepentingan yang

    sama untuk setiap daerah, sehingga bobot untuk setiap indikator ditetapkan

    masing-masing 1/3. Perhitungan nilai indeks kualitas air dan udara mengacu pada

    baku mutu atau standar yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah (baku mutu air

    dan baku mutu udara ambien). Sedangkan untuk indeks tutupan lahan/hutan

    menggunakan standar luas kawasan ruang terbuka hijau di setiap kota/ kabupaten

    yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.

    Analisis Regresi Berganda

    Analisis Regresi Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari

    satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.

    Analisa regresi dilakukan setelah mendapatkan data-data parameter indeks

    kualitas lingkungan hidup, dimana analisa regresi ini digunakan untuk mengetahui

    variabel kualitas lingkungan yang paling berpengaruh terhadap tingkat kesehatan

    masyarakat di Kota Pasuruan baik secara parsial dan simultan.

  • HASIL

    Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kota Pasuruan

    Berdasarkan data sekunder yang sebelumnya telah diolah didapatkan

    gambaran beberapa nilai indeks kualitas lingkungan hidup seperti nilai kualitas

    udara, kualitas air dan nilai kerapatan vegetasi. Ketiga data tersebut kemudian

    digabungkan dengan data kualitatif tingkat kesehatan masyarakat di Kota

    Pasuruan (terdiri dari 34 Kelurahan) yang secara lebih rinci dijelaskan oleh tabel

    dibawah ini :

    Tabel 1.02 Display Perolehan Data IKLH dan Tingkat Kesehatan Masyarakat

    Kota Pasuruan Per-Kelurahan

    No. Nama

    Kelurahan

    Tingkat Kesehatan

    Masyarakat

    Kualitas Udara

    Kualitas Air

    Kerapatan Vegetasi

    1 KRAPYAKREJO Rendah 43,6 40,5 29,7

    2 BUKIR Sedang 46,3 44,2 33,2

    3 SEBANI Tinggi 64,2 62,7 51,1

    4 GENTONG Sedang 47,1 45,1 34,2

    5 GADINGREJO Rendah 43,3 45,3 34,6

    6 PETAHUNAN Sedang 25,7 24,2 13,3

    7 RANDUSARI Sedang 47,2 45,6 34,1

    8 KARANGKETUG Tinggi 63,6 60,7 49,9

    9 POHJENTREK Rendah 41,1 38,5 27,2

    10 WIROGUNAN Sedang 48,9 46,4 35,4

    11 TEMBOKREJO Tinggi 62,3 59,4 48,5

    12 PURUTREJO Sedang 48,5 46,8 35,2

    13 KEBONAGUNG Tinggi 73,3 71,1 59,5

    14 PURWOREJO Sedang 32,6 29,3 18,7

    15 SEKARGADUNG Tinggi 63,8 60,4 51,3

    16 BAKALAN Sedang 50,2 48,3 37,7

    17 KRAMPYANGAN Rendah 42,2 39,4 28,2

    18 BLANDONGAN Tinggi 64,3 61,9 50,6

    19 KEPEL Tinggi 67,9 65,2 54,8

    20 BUGULKIDUL Tinggi 75,2 73,5 62,3

    21 TAPAAN Rendah 45,5 43,5 32,3

    22 KARANGANYAR Sedang 49,6 47,7 36,6

    23 TRAJENG Rendah 38,3 36,5 25,2

    24 TAMBAAN Tinggi 68,5 65,2 54,4

    25 KEBONSARI Rendah 46,3 43,8 32,2

    26 BANGILAN Rendah 41,6 39,7 28,3

    27 MAYANGAN Rendah 46,9 44,3 32,2

    28 NGEMPLAKREJO Tinggi 70,3 67,2 56,6

  • 29 PETAMANAN Sedang 48,5 46,8 35,6

    30 PEKUNCEN Rendah 43,2 40,7 32,3

    31 KANDANGSAPI Sedang 49,7 47,3 36,3

    32 BUGULLOR Tinggi 28,3 26,6 15,2

    33 MANDARANREJO Tinggi 63,3 60,3 52,9

    34 PANGGUNGREJO Rendah 53.4 50,7 43,8 Sumber: Olahan Penulis, 2015

    Berdasarkan tabel data diatas dapat diketahui bahwa terdapat 12 Kelurahan

    yang memiliki derajat kesehatan masyarakat yang tinggi, sedangkan sisanya yaitu

    11 Kelurahan memiliki derajat kesehatan rendah sementara sisanya masuk

    kedalam keluarahan dengan kategori kesehatan masyarakat sedang. Selanjutnya

    data-data diatas dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda.

    HIPOTESIS

    H0 = Tidak terdapat pengaruh kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi

    (indeks kualitas lingkungan hidup) terhadap tingkat kesehatan masyarakat di

    Kota Pasuruan.

    H1 = Terdapat pengaruh pengaruh kualitas udara, kualitas air dan kerapatan

    vegetasi (indeks kualitas lingkungan hidup) terhadap tingkat kesehatan

    masyarakat di Kota Pasuruan.

    Setelah mengetahui hipotesis diatas maka langkah selanjutnya yang

    dilakukan adalah melakukan uji asumsi dengan menggunakan metode uji smirnov-

    kolmogorov untuk mengetahui apakan sebaran data diatas sudah mengikuti sebaran

    normal seperti yang telah ditentukan pada penelitian statistik lainnya. Berikut ini

    merupakan hipotesis untuk uji asumsi (normalitas) smirnov-kolmogorov:

    a. Hipotesis

    H0 = Sebaran data tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan

    mengikuti sebaran normal

    H1 = Sebaran data tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan tidak

    mengikuti sebaran normal

    b. Nilai kritis dan nilai hitung

    Sig 2tailed : 0,952

    Taraf nyata : 0,05

  • Error dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

    bernilai lebih besar dari nilai T hitung (berkebalikan dengan uji F dan uji T). Dari

    tabel tersebut dapat dilihat bahwa error data berdistribusi normal sehingga asumsi

    normalitas terpenuhi. Artinya bahwa sebaran data tingkat kesehatan masyarakat di

    Kota Pasuruan mengikuti sebaran normal. Hal ini juga dapat dibuktikan dari kurva

    plot sebaran data tingkat kesehatan yang berada disekitar garis seperti yang dapat

    terlihat dibawah ini :

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Kesehatan

    N 34

    Normal Parametersa,b

    Mean 53,4294

    Std. Deviation 1,89569

    Most Extreme Differences Absolute ,089

    Positive ,079

    Negative -,089

    Kolmogorov-Smirnov Z ,517

    Asymp. Sig. (2-tailed) ,952

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data.

  • Uji Multikolinearitas

    Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi

    yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model regresi.

    Multikolinearitas biasanya terjadi ketika sebagian besar variabel yang digunakan

    saling terkait dalam suatu model regresi. Oleh karena itu pada penelitian ini uji

    multikolinearitas dianggap perlu karena melibatkan lebih dari satu variabel

    independen yaitu kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi.

    Uji Multikolinearitas melihat nilai tolerance atau variance inflation factor

    (VIF). Jika tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10 maka dikatakan

    tidak ada multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada

    tabel di atas nilai tolerance variabel bebas kurang dari 10% dan semua nilai VIF

    lebih dari 10 yang berarti ada multikolinearitas antar variabel independen.

    Selain itu, untuk menunjukkan bahwa terdapat autokorelasi antara variabel

    dependent dengan masing-masing variabel independet maka selanjutnya

    dilakukan uji homoskedasitas dimana metode ini berkebalikan dengan metode

    heteroskedasitas artinya jika nilai yang tertera pada kolom eigenvalue kurang dari

    10 maka dapat disimpulkan telah terjadi autokorelasi antar variabel. Pengujian

    Coefficientsa

    Model Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig.

    Collinearity Statistics

    B Std. Error Beta Tolerance VIF

    1 (Constant) 57,234 3,557 16,088 ,000

    Kualitas_Udara ,003 ,004 ,150 ,838 ,409 ,619 1,616

    Kualitas_Air -,024 ,298 -,156 -,080 ,937 ,005 190,982

    Vegetasi -,075 ,297 -,495 -,251 ,803 ,005 195,180

    a. Dependent Variable: Kesehatan

  • Homoskesdasitas dapat dilihat pada kolom Eigenvalue pada tabel di atas, masing-

    masing variabel independen adalah sebagai berikut.

    Kesehatan Masyarakat : 3,441 = ada autokorelasi

    Kualitas Udara : 0,50 = ada autokorelasi

    Kualitas Air : 0,05 = ada autokorelasi

    Kerapatan Vegetasi : 0,00 = ada autokorelasi

    Analisis R2 (R Square)

    Perhitungan R Square dalam penelitian ini berfungsi mencari besarnya

    pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan atau

    bersama-sama. Berikut ini merupakan hipotesis untuk mengetahui nilainya:

    a. Hipotesis

    H0 = Hubungan kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi

    dengan tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan tidak

    signifikan/tidak bermakna secara statistik

    H1 = Hubungan kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi

    dengan tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan tidak

    signifikan/tidak bermakna secara statistik signifikan/bermakna

    secara statistik

    b. Nilai Kritis dan Nilai Hitung

    t 0,025:63 : 2,00

    t hitung = = 1,42

    Berdasarkan perhitungan nilai R2 (R Square) diatas dapat diketahui bahwa

    hubungan kualitas udara, kualitas air serta kerapatan vegetasi terhadap

    tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan signifikan/bermakna secara

    statistik. Pada tabel Model Summary di atas, diketahui bahwa nilai Adjusted R

    Square yang menunjukkan bahwa kualitas udara, kualitas air serta kerapatan

  • vegetasi dapat menjelaskan tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan

    sebesar 34,4 %, sedangkan sisanya diterangkan faktor lain yang tidak diteliti.

    Analisis Durbin Watson

    Pada penelitian ini juga diperlukan Uji Durbin Watson. Uji Durbin

    Watson adalah sebuah test yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya

    autokorelasi pada nilai residual (prediction errors) dari sebuah analisis regresi. ang

    Autokorelasi adalah "hubungan antara nilai-nilai yang dipisahkan satu sama lain

    dengan jeda waktu tertentu". Indikator autokorelasi dapat dilihat pada nilai Durbin

    Watson yang terdapat pada tabel Model Summary.

    1,65

  • Pengaruh Kualitas Udara terhadap Tingkat Kesehatan Masyarakat di Kota

    Pasuruan

    Berdasarkan perolehan nilai T hitung diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

    pengaruh kualitas udara terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan

    sebesar 0,838. Kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung

    terciptanya kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan. Berbagai polutan udara dapat

    menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia dan makhluk hidup lain.

    Pengaruh Kualitas Air terhadap Tingkat Kesehatan Masyarakat di Kota

    Pasuruan

    Berdasarkan perolehan nilai T hitung diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

    pengaruh kualitas air terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan

    sebesar 0,080. Pengaruh air secara langsung terhadap kesehatan sangat tergantung

    pada kualitas air dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur/penyebar

    penyebab penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit. Kualitas air

    berubah karena kapasitas air untuk membersihkan dirinya telah terlampaui. Hal

    ini disebabkan bertambahnya jumlah serta intensitas aktivitas penduduk yang

    tidak hanya meningkatkan kebutuhan air tetapi juga meningkatkan jumlah air

    buangan seperti halnya yang terjadi di Kota Pasuruan.

    Pengaruh Kerapatan Vegetasi terhadap Tingkat Kesehatan Masyarakat di

    Kota Pasuruan

    Berdasarkan perolehan nilai T hitung diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

    pengaruh kerapatan vegetasi terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota

    Pasuruan sebesar 0,251. Vegetasi berperan penting dalam menjaga kualitas udara.

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 57,234 3,557 16,088 ,000

    Kualitas_Udara ,003 ,004 ,150 ,838 ,409

    Kualitas_Air -,024 ,298 -,156 -,080 ,937

    Vegetasi -,075 ,297 -,495 -,251 ,803

    a. Dependent Variable: Kesehatan

  • Uji Simultan

    Dalam uji regresi berganda simultan, seluruh variabel prediktor (bebas)

    dimasukkan ke dalam perhitungan regresi secara serentak. Jadi, peneliti bisa

    menciptakan persamaan regresi guna memprediksi variabel terikat dengan

    memasukkan, secara serentak, serangkaian variabel bebas. Persamaan regresi

    kemudian menghasilkan konstanta dan koefisien regresi bagi masing-masing

    variabel bebas. Berikut ini merupakan proses analisis uji simultan pada penelitian

    ini secara lebih rincinya :

    Hipotesis

    H0 = Tidak terdapat pengaruh secara simultan kualitas udara, kualitas air dan

    kerapatan vegetasi terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota

    Pasuruan

    H1 = Terdapat pengaruh secara simultan kualitas udara, kualitas air dan

    kerapatan vegetasi terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota

    Pasuruan

    Nilai Kritis dan Nilai Hitung

    F 0,05:3:63 = 2,756

    F tabel = 6,761

    ANOVAb

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 47,835 3 15,945 6,761 ,001a

    Residual 70,755 30 2,359

    Total 118,591 33

    a. Predictors: (Constant), Vegetasi, Kualitas_Udara, Kualitas_Air

    b. Dependent Variable: Kesehatan

    Pengaruh kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi terhadap tingkat

    kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan

    Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai F tabel lebih besar > dari

    Nilai F hitung sebesar 6,761. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas udara, kualitas

    air dan kerapatan vegetasi secara simultan mempengaruhi tingkat kesehatan

    masyarakat di Kota Pasuruan.

  • KESIMPULAN

    Meninjau dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam kajian ini

    dapat disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh secara parsial dan simultan

    kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi atau indeks kualitas

    lingkungan hidup terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan.

    Hal ini juga mendukung teori dari Hendrik L.Blum (1974) yang mengatakan bahwa

    terdapat empat faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan

    masyarakat, yaitu : lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan, dan

    keturunan. Akan tetapi juga melemahkan satu peryataan yaitu lingkungan

    mempunyai pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat (Gumilar,

    2004) karena pada dasarnya terdapat faktor eksternal lain yang lebih berpengaruh

    besar terhadap kesehatan masyarakat.

    Daftar Rujukan

    BAPPEDA, 2014. Rencana Kerja Program Pembangunan Daerah Tahun 2014.

    Kota Pasuruan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

    Kota Pasuruan.

    Blum, Hendrik L. 1974. Planning for Health, Development and Application of

    Social Changes Theory. New York: Human Sciences Press

    Gumilar, Adam. 2004. Materi Pelatihan Petugas Sanitasi Puskesmas Kabupaten

    Bandung. Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bandung.

    Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2012. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

    Indonesia Tahun 2011. Jakarta. Kementrian Negara Lingkungan Hidup

    Indonesia.

  • Lampiran

    Peta Lokasi Penelitian