Pengaruh Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Terhadap Tingkat Kesehatan
-
Upload
thrii-adhi-noegraha -
Category
Documents
-
view
76 -
download
38
description
Transcript of Pengaruh Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Terhadap Tingkat Kesehatan
-
PENGARUH INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP
TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA PASURUAN
Tri Adi Nugraha
Geografi - Fakultas Ilmu Sosial
E-mail : [email protected]
ABSTRAK: Kualitas lingkungan hidup di suatu wilayah dapat diketahui dengan
melakukan perhitungan Indeks kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dengan
mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu kualitas air, kualitas udara dan tutupan
lahan. Namun, Nilai IKLH yang telah disusun oleh KemenLH belum
menunjukkan kajian yang mendalam pada setiap parameternya termasuk
relevansinya dengan tingkat kesehatan masyarakat di setiap wilayah. Oleh karena
itu, tujuan penelitian ini adalah mengkaji seberapa besar pengaruh indeks kualitas
lingkungan hidup terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan. Data
yang digunakan dalam peneltian ini data kualitas air sungai, udara dan kerapatan
vegetasi serta data tingkat kesehatan masyarakat yang didapatkan dari instansi di
bidang terkait. Beragam data tesebut kemudian dianalisis menggunakan analisis
regresi linier berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) ada hubungan
kualitas air (X1) kualitas udara (X2) dan kerapatan vegetasi (X3) dengan tingkat
kesehatan masyarakat (Y).
Kata Kunci : IKLH, Kesehatan Masyarakat, Kualitas
Kerusakan lingkungan hidup mengakibatkan dampak kerugian multi
dimensi yang sangat besar seperti pemiskinan lahan (melalui erosi), sumber air
tanah yang menipis, hilangnya habitat alami dan berubahnya pola iklim baik
setempat (iklim mikro) maupun iklim global (iklim makro). Tanpa upaya yang
konsepsional sejumlah dampak negatif tersebut di atas, berbarengan dengan
perubahan waktu, akan berjalan/berproses bersamaan secara sinergis sehingga
menimbulkan bencana alam/lingkungan yang dahsyat dan akan berjalan secara
akseleratif (berlipat ganda semakin cepat).
Dalam rangka mengurangi lajunya perusakan lingkungan yang mengatas-
namakan desakan pemenuhan kebutuhan ataupun bisnis, diperlukan serangkaian
upaya strategis yang melibatkan seluruh komponen masyarakat secara terpadu,
terkoordinasi dan sinergis. Upaya-upaya itu harus merupakan sesuatu gerakan
yang secara konsepsional memungkinkan semua kalangan terlibat semua
komponen bangsa harus punya visi, misi, perhatian/komitmen dan kepedulian
yang sama terhadap pentingnya manfaat pelestarian dan bahaya degradasi
lingkungan hidup. Hal inilah yang pada masa ini sangat perlu tindakan nyatanya.
-
Sebagai pusat pelayanan yang medukung aktivitas penduduknya, kota
akan selalu mengalami perkembangan. Perkembangan kota tidak selamanya
sesuai dengan daya dukungnya. Akibat keterbatasan ini, muncul berbagai
permasalahan seperti tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, terutama akibat
arus urbanisasi, sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat.
Jumlah penduduk perkotaan yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu
tersebut akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap
pemanfaatan ruang kota, sehingga penataan ruang kawasan perkotaan perlu
mendapat perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan
kawasan hunian, fasilitas umum dan sosial, serta ruang-ruang terbuka publik
(open spaces) di perkotaan untuk mengatasi kondisi lingkungan kota.
Permasalahan yang timbul di Kota Pasuruan pada saat ini adalah dalam
upaya pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang. Sebagai contoh
beberapa dampak yang diakibatkannya adalah dengan meningkatnya pencemaran
air, penyumbang terbesar terhadap pencemaran air diantaranya adalah limbah
industri, pertanian dan rumah tangga. Selain kualitas air permukaan yang
menunjukkan kondisi yang memprihatinkan, kondisi air tanah juga
mengkhawatirkan karena terjadinya intrusi air laut. Sementara itu pengamanan
lingkungan hidup yang rusak dan tercemar di Kota Pasuruan telah dilakukan
melalui berbagai upaya, yaitu konservasi dan rehabilitasi yang dimaksudkan untuk
memulihkan kondisi lingkungan hidup, sehingga dapat kembali berfungsi secara
optimal sebagai penyangga sistem kehidupan. Selain itu, menurunnya kualitas
udara juga merupakan gejala yang kian terasa pada akhir-akhir ini. Meskipun
tingkat pencemaran udara di Kota Pasuruan masih berada di bawah ambang batas,
namun diyakini kualitasnya mengalami penurunan. Hal ini didasari oleh semakin
banyaknya populasi polutan oleh kendaraan bermotor,sementara itu, penyerap
karbondioksida relatif tetap bahkan cenderung menurun dari waktu ke waktu.
Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang berasal dari rumah
sakit, industri dan permukiman belum maksimal, dikarenakan rumitnya
pengelolaan B3 serta rendahnya pemahaman masyarakat mengenai dampak dan
bahaya yang akan ditimbulkannya (RKPD Kota Pasuruan, 2014).
-
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan kiat untuk : (1) mencegah
penyakit, (2) memperpanjang harapan hidup, dan (3) meningkatkan kesehatan dan
efisiensi masyarakat, melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk : (1)
sanitasi lingkungan, (2) pengendalian penyakit menular, (3) pendidikan hygiene
perseorangan (personal hygiene), (4) mengorganisir pelayanan medis dan
perawatan agar dapat dilakukan diagnosis dini dan pengobatan pencegahan, dan
(5) membangun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar
kehidupan yang cukup baik untuk dapat memelihara kesehatan (Winslow, 1920)
Menurut Hendrik L.Blum (1974) terdapat empat faktor utama yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu : lingkungan, perilaku
manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut saling
terkait dengan beberapa faktor lain, yaitu sumber daya alam, keseimbangan
ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan.
Lingkungan mempunyai pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan
masyarakat (Gumilar, 2004). Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah
mengkaji seberapa besar pengaruh indeks kualitas lingkungan hidup terhadap
tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan. Variabel pada penelitian ini
adalah kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi .
Karena keterbatasan data, kualitas lingkungan di wilayah pesisir dan laut
serta kondisi keanekaragaman hayati tidak dimasukkan dalam perhitungan IKLH.
Sebagai pembanding atau target untuk setiap indikator adalah standar atau
ketentuan yang berlaku berdasarkan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, seperti ketentuan tentang baku mutu air dan baku mutu udara ambien.
Sedangkan Indeks Tutupan Hutan yang digunakan dalam penentuan IKLH
merupakan kategori hutan primer dan hutan sekunder, keberadaan hutan primer
dan sekunder di area Kota Pasuruan secara eksplisit belum teridentifikasi,
sehingga perhitungan Indeks Tutupan Hutan didekati dengan luasan Ruang
Terbuka Hijau (RTH). Berdasarkan ketersediaan data yang sulit diperoleh untuk
setiap indikator sebagaimana disebutkan di atas, maka indeks yang dihasilkan
meliputi Indeks Pencemaran Udara (IPU), Indeks Pencemaran Air (IPA) dan
-
Indeks Kerapatan Vegetasi (IKV) yang spasialnya meliputi wilayah administratif
Kelurahan di Kota Pasuruan.
Tabel 1.01 Wilayah Administrasi Kelurahan di Kota Pasuruan
NO. KECAMATAN/ KELURAHAN NO. KECAMATAN/ KELURAHAN
KEC. GADINGREJO KEC. BUGULKIDUL
1 KRAPYAKREJO 1 BAKALAN
2 BUKIR 2 KRAMPYANGAN
3 SEBANI 3 BLANDONGAN
4 GENTONG 4 KEPEL
5 GADINGREJO 5 BUGULKIDUL
6 PETAHUNAN 6 TAPAAN
7 RANDUSARI
8 KARANGKETUG KEC. PANGGUNGREJO
1 KARANGANYAR
KEC. PURWOREJO 2 TRAJENG
1 POHJENTREK 3 TAMBAAN
2 WIROGUNAN 4 KEBONSARI
3 TEMBOKREJO 5 BANGILAN
4 PURUTREJO 6 MAYANGAN
5 KEBONAGUNG 7 NGEMPLAKREJO
6 PURWOREJO 8 PETAMANAN
7 SEKARGADUNG 9 PEKUNCEN
10 KANDANGSAPI
11 BUGULLOR
12 MANDARANREJO
13 PANGGUNGREJO
METODE
Berdasarkan sifat dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini,
terdapat dua data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah
berupa angka-angka yang berhubungan dengan parameter indeks kualitas
lingkungan hidup seperti indeks pencemaran udara (NO2 dan SO2) serta angka-
angka yang berhubungan dengan deskripsi sosial masyarakat . Sedangkan data
kualitatif merupakan data berupa deskripsi yang menjelaskan kondisi kesehatan
masyaerakat pada lokasi penelitian.
-
Pengembangan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup dilakukan dengan
menjumlahkan parameter kualitas lingkungan hidup yakni kualitas air, kualitas
udara dan indeks tutupan lahan. Perhitungan IKLH untuk tingkat kota/ kabupaten
dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Ketiga indikator tersebut dianggap mempunyai tingkat kepentingan yang
sama untuk setiap daerah, sehingga bobot untuk setiap indikator ditetapkan
masing-masing 1/3. Perhitungan nilai indeks kualitas air dan udara mengacu pada
baku mutu atau standar yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah (baku mutu air
dan baku mutu udara ambien). Sedangkan untuk indeks tutupan lahan/hutan
menggunakan standar luas kawasan ruang terbuka hijau di setiap kota/ kabupaten
yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari
satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.
Analisa regresi dilakukan setelah mendapatkan data-data parameter indeks
kualitas lingkungan hidup, dimana analisa regresi ini digunakan untuk mengetahui
variabel kualitas lingkungan yang paling berpengaruh terhadap tingkat kesehatan
masyarakat di Kota Pasuruan baik secara parsial dan simultan.
-
HASIL
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kota Pasuruan
Berdasarkan data sekunder yang sebelumnya telah diolah didapatkan
gambaran beberapa nilai indeks kualitas lingkungan hidup seperti nilai kualitas
udara, kualitas air dan nilai kerapatan vegetasi. Ketiga data tersebut kemudian
digabungkan dengan data kualitatif tingkat kesehatan masyarakat di Kota
Pasuruan (terdiri dari 34 Kelurahan) yang secara lebih rinci dijelaskan oleh tabel
dibawah ini :
Tabel 1.02 Display Perolehan Data IKLH dan Tingkat Kesehatan Masyarakat
Kota Pasuruan Per-Kelurahan
No. Nama
Kelurahan
Tingkat Kesehatan
Masyarakat
Kualitas Udara
Kualitas Air
Kerapatan Vegetasi
1 KRAPYAKREJO Rendah 43,6 40,5 29,7
2 BUKIR Sedang 46,3 44,2 33,2
3 SEBANI Tinggi 64,2 62,7 51,1
4 GENTONG Sedang 47,1 45,1 34,2
5 GADINGREJO Rendah 43,3 45,3 34,6
6 PETAHUNAN Sedang 25,7 24,2 13,3
7 RANDUSARI Sedang 47,2 45,6 34,1
8 KARANGKETUG Tinggi 63,6 60,7 49,9
9 POHJENTREK Rendah 41,1 38,5 27,2
10 WIROGUNAN Sedang 48,9 46,4 35,4
11 TEMBOKREJO Tinggi 62,3 59,4 48,5
12 PURUTREJO Sedang 48,5 46,8 35,2
13 KEBONAGUNG Tinggi 73,3 71,1 59,5
14 PURWOREJO Sedang 32,6 29,3 18,7
15 SEKARGADUNG Tinggi 63,8 60,4 51,3
16 BAKALAN Sedang 50,2 48,3 37,7
17 KRAMPYANGAN Rendah 42,2 39,4 28,2
18 BLANDONGAN Tinggi 64,3 61,9 50,6
19 KEPEL Tinggi 67,9 65,2 54,8
20 BUGULKIDUL Tinggi 75,2 73,5 62,3
21 TAPAAN Rendah 45,5 43,5 32,3
22 KARANGANYAR Sedang 49,6 47,7 36,6
23 TRAJENG Rendah 38,3 36,5 25,2
24 TAMBAAN Tinggi 68,5 65,2 54,4
25 KEBONSARI Rendah 46,3 43,8 32,2
26 BANGILAN Rendah 41,6 39,7 28,3
27 MAYANGAN Rendah 46,9 44,3 32,2
28 NGEMPLAKREJO Tinggi 70,3 67,2 56,6
-
29 PETAMANAN Sedang 48,5 46,8 35,6
30 PEKUNCEN Rendah 43,2 40,7 32,3
31 KANDANGSAPI Sedang 49,7 47,3 36,3
32 BUGULLOR Tinggi 28,3 26,6 15,2
33 MANDARANREJO Tinggi 63,3 60,3 52,9
34 PANGGUNGREJO Rendah 53.4 50,7 43,8 Sumber: Olahan Penulis, 2015
Berdasarkan tabel data diatas dapat diketahui bahwa terdapat 12 Kelurahan
yang memiliki derajat kesehatan masyarakat yang tinggi, sedangkan sisanya yaitu
11 Kelurahan memiliki derajat kesehatan rendah sementara sisanya masuk
kedalam keluarahan dengan kategori kesehatan masyarakat sedang. Selanjutnya
data-data diatas dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda.
HIPOTESIS
H0 = Tidak terdapat pengaruh kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi
(indeks kualitas lingkungan hidup) terhadap tingkat kesehatan masyarakat di
Kota Pasuruan.
H1 = Terdapat pengaruh pengaruh kualitas udara, kualitas air dan kerapatan
vegetasi (indeks kualitas lingkungan hidup) terhadap tingkat kesehatan
masyarakat di Kota Pasuruan.
Setelah mengetahui hipotesis diatas maka langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah melakukan uji asumsi dengan menggunakan metode uji smirnov-
kolmogorov untuk mengetahui apakan sebaran data diatas sudah mengikuti sebaran
normal seperti yang telah ditentukan pada penelitian statistik lainnya. Berikut ini
merupakan hipotesis untuk uji asumsi (normalitas) smirnov-kolmogorov:
a. Hipotesis
H0 = Sebaran data tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan
mengikuti sebaran normal
H1 = Sebaran data tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan tidak
mengikuti sebaran normal
b. Nilai kritis dan nilai hitung
Sig 2tailed : 0,952
Taraf nyata : 0,05
-
Error dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
bernilai lebih besar dari nilai T hitung (berkebalikan dengan uji F dan uji T). Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa error data berdistribusi normal sehingga asumsi
normalitas terpenuhi. Artinya bahwa sebaran data tingkat kesehatan masyarakat di
Kota Pasuruan mengikuti sebaran normal. Hal ini juga dapat dibuktikan dari kurva
plot sebaran data tingkat kesehatan yang berada disekitar garis seperti yang dapat
terlihat dibawah ini :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kesehatan
N 34
Normal Parametersa,b
Mean 53,4294
Std. Deviation 1,89569
Most Extreme Differences Absolute ,089
Positive ,079
Negative -,089
Kolmogorov-Smirnov Z ,517
Asymp. Sig. (2-tailed) ,952
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
-
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi
yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model regresi.
Multikolinearitas biasanya terjadi ketika sebagian besar variabel yang digunakan
saling terkait dalam suatu model regresi. Oleh karena itu pada penelitian ini uji
multikolinearitas dianggap perlu karena melibatkan lebih dari satu variabel
independen yaitu kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi.
Uji Multikolinearitas melihat nilai tolerance atau variance inflation factor
(VIF). Jika tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10 maka dikatakan
tidak ada multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada
tabel di atas nilai tolerance variabel bebas kurang dari 10% dan semua nilai VIF
lebih dari 10 yang berarti ada multikolinearitas antar variabel independen.
Selain itu, untuk menunjukkan bahwa terdapat autokorelasi antara variabel
dependent dengan masing-masing variabel independet maka selanjutnya
dilakukan uji homoskedasitas dimana metode ini berkebalikan dengan metode
heteroskedasitas artinya jika nilai yang tertera pada kolom eigenvalue kurang dari
10 maka dapat disimpulkan telah terjadi autokorelasi antar variabel. Pengujian
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 57,234 3,557 16,088 ,000
Kualitas_Udara ,003 ,004 ,150 ,838 ,409 ,619 1,616
Kualitas_Air -,024 ,298 -,156 -,080 ,937 ,005 190,982
Vegetasi -,075 ,297 -,495 -,251 ,803 ,005 195,180
a. Dependent Variable: Kesehatan
-
Homoskesdasitas dapat dilihat pada kolom Eigenvalue pada tabel di atas, masing-
masing variabel independen adalah sebagai berikut.
Kesehatan Masyarakat : 3,441 = ada autokorelasi
Kualitas Udara : 0,50 = ada autokorelasi
Kualitas Air : 0,05 = ada autokorelasi
Kerapatan Vegetasi : 0,00 = ada autokorelasi
Analisis R2 (R Square)
Perhitungan R Square dalam penelitian ini berfungsi mencari besarnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan atau
bersama-sama. Berikut ini merupakan hipotesis untuk mengetahui nilainya:
a. Hipotesis
H0 = Hubungan kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi
dengan tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan tidak
signifikan/tidak bermakna secara statistik
H1 = Hubungan kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi
dengan tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan tidak
signifikan/tidak bermakna secara statistik signifikan/bermakna
secara statistik
b. Nilai Kritis dan Nilai Hitung
t 0,025:63 : 2,00
t hitung = = 1,42
Berdasarkan perhitungan nilai R2 (R Square) diatas dapat diketahui bahwa
hubungan kualitas udara, kualitas air serta kerapatan vegetasi terhadap
tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan signifikan/bermakna secara
statistik. Pada tabel Model Summary di atas, diketahui bahwa nilai Adjusted R
Square yang menunjukkan bahwa kualitas udara, kualitas air serta kerapatan
-
vegetasi dapat menjelaskan tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan
sebesar 34,4 %, sedangkan sisanya diterangkan faktor lain yang tidak diteliti.
Analisis Durbin Watson
Pada penelitian ini juga diperlukan Uji Durbin Watson. Uji Durbin
Watson adalah sebuah test yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya
autokorelasi pada nilai residual (prediction errors) dari sebuah analisis regresi. ang
Autokorelasi adalah "hubungan antara nilai-nilai yang dipisahkan satu sama lain
dengan jeda waktu tertentu". Indikator autokorelasi dapat dilihat pada nilai Durbin
Watson yang terdapat pada tabel Model Summary.
1,65
-
Pengaruh Kualitas Udara terhadap Tingkat Kesehatan Masyarakat di Kota
Pasuruan
Berdasarkan perolehan nilai T hitung diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh kualitas udara terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan
sebesar 0,838. Kualitas udara yang layak harus tersedia untuk mendukung
terciptanya kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan. Berbagai polutan udara dapat
menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia dan makhluk hidup lain.
Pengaruh Kualitas Air terhadap Tingkat Kesehatan Masyarakat di Kota
Pasuruan
Berdasarkan perolehan nilai T hitung diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh kualitas air terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan
sebesar 0,080. Pengaruh air secara langsung terhadap kesehatan sangat tergantung
pada kualitas air dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur/penyebar
penyebab penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit. Kualitas air
berubah karena kapasitas air untuk membersihkan dirinya telah terlampaui. Hal
ini disebabkan bertambahnya jumlah serta intensitas aktivitas penduduk yang
tidak hanya meningkatkan kebutuhan air tetapi juga meningkatkan jumlah air
buangan seperti halnya yang terjadi di Kota Pasuruan.
Pengaruh Kerapatan Vegetasi terhadap Tingkat Kesehatan Masyarakat di
Kota Pasuruan
Berdasarkan perolehan nilai T hitung diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh kerapatan vegetasi terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota
Pasuruan sebesar 0,251. Vegetasi berperan penting dalam menjaga kualitas udara.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 57,234 3,557 16,088 ,000
Kualitas_Udara ,003 ,004 ,150 ,838 ,409
Kualitas_Air -,024 ,298 -,156 -,080 ,937
Vegetasi -,075 ,297 -,495 -,251 ,803
a. Dependent Variable: Kesehatan
-
Uji Simultan
Dalam uji regresi berganda simultan, seluruh variabel prediktor (bebas)
dimasukkan ke dalam perhitungan regresi secara serentak. Jadi, peneliti bisa
menciptakan persamaan regresi guna memprediksi variabel terikat dengan
memasukkan, secara serentak, serangkaian variabel bebas. Persamaan regresi
kemudian menghasilkan konstanta dan koefisien regresi bagi masing-masing
variabel bebas. Berikut ini merupakan proses analisis uji simultan pada penelitian
ini secara lebih rincinya :
Hipotesis
H0 = Tidak terdapat pengaruh secara simultan kualitas udara, kualitas air dan
kerapatan vegetasi terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota
Pasuruan
H1 = Terdapat pengaruh secara simultan kualitas udara, kualitas air dan
kerapatan vegetasi terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota
Pasuruan
Nilai Kritis dan Nilai Hitung
F 0,05:3:63 = 2,756
F tabel = 6,761
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 47,835 3 15,945 6,761 ,001a
Residual 70,755 30 2,359
Total 118,591 33
a. Predictors: (Constant), Vegetasi, Kualitas_Udara, Kualitas_Air
b. Dependent Variable: Kesehatan
Pengaruh kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi terhadap tingkat
kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan
Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai F tabel lebih besar > dari
Nilai F hitung sebesar 6,761. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas udara, kualitas
air dan kerapatan vegetasi secara simultan mempengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat di Kota Pasuruan.
-
KESIMPULAN
Meninjau dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam kajian ini
dapat disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh secara parsial dan simultan
kualitas udara, kualitas air dan kerapatan vegetasi atau indeks kualitas
lingkungan hidup terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kota Pasuruan.
Hal ini juga mendukung teori dari Hendrik L.Blum (1974) yang mengatakan bahwa
terdapat empat faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu : lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan, dan
keturunan. Akan tetapi juga melemahkan satu peryataan yaitu lingkungan
mempunyai pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat (Gumilar,
2004) karena pada dasarnya terdapat faktor eksternal lain yang lebih berpengaruh
besar terhadap kesehatan masyarakat.
Daftar Rujukan
BAPPEDA, 2014. Rencana Kerja Program Pembangunan Daerah Tahun 2014.
Kota Pasuruan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kota Pasuruan.
Blum, Hendrik L. 1974. Planning for Health, Development and Application of
Social Changes Theory. New York: Human Sciences Press
Gumilar, Adam. 2004. Materi Pelatihan Petugas Sanitasi Puskesmas Kabupaten
Bandung. Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bandung.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2012. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indonesia Tahun 2011. Jakarta. Kementrian Negara Lingkungan Hidup
Indonesia.
-
Lampiran
Peta Lokasi Penelitian