PENGARUH IN OVO FEEDING L-GLUTAMIN TERHADAP … filei pengaruh in ovo feeding l-glutamin terhadap...
Transcript of PENGARUH IN OVO FEEDING L-GLUTAMIN TERHADAP … filei pengaruh in ovo feeding l-glutamin terhadap...
i
PENGARUH IN OVO FEEDING L-GLUTAMIN TERHADAP
KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS
AYAM KAMPUNG JANTAN
SKRIPSI
Oleh :
FITRI FADILLA HANDAYANI
I111 13 367
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
PENGARUH IN OVO FEEDING L-GLUTAMIN TERHADAP
KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS
AYAM KAMPUNG JANTAN
SKRIPSI
Oleh :
FITRI FADILLA HANDAYANI
I111 13 367
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh………………………………………
Segala puja dan puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
makalah Hasil Penelitian yang berjudul Pengaruh In Ovo Feeding L-Glutamin
Terhadap Karakteristik Karkas dan Non Karkas Ayam Kampung telah terselesaikan
meskipun dengan segala kekurangan dan keterbatasan kemampuan penulis.
Limpahkan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada tara
kepada Ayahanda Abd. Samad dan Ibunda Sri Handayani yang telah melahirkan,
mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu tulus
kepada penulis sampai saat ini dan senantiasa memanjatkan do’a dalam
kehidupannya untuk keberhasilan penulis. Semoga Allah senantiasa mengumpulkan
kita dalam kebaikan dan ketaatan kepada-Nya. Tak lupa juga ucapan terima kasih
penulis kepada Adinda Muh. Yusril Ainun.
Terima kasih tak terhingga kepada bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira
Rahardja, M.Sc selaku Pembimbing Utama dan kepada bapak Dr. Ir. Wempie
Pakiding, M.Sc selaku Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta waktu
yang telah diluangkan untuk memberikan petunjuk dan menyumbangkan pikirannya
dalam membimbing penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya
makalah ini.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan dengan
segala keikhlasan dan kerendahan hati kepada:
1. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I,II dan III dan
seluruh Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada
vi
penulis, dan Bapak Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin.
2. Bapak Dr. Ir. Wempie Pakiding. M.Sc Kepala Laboratorium Ilmu Ternak
Unggas.
3. Kanda Rachman Hakim S.Pt., MP, Daryatmo, S.Pt, MP, Muhammad
Azhar S.Pt., M.Si, Urfiana Sara S.Pt., M.Si, yang telah banyak membantu
di Laboratorium Ilmu Ternak Unggas hingga penelitian selesai.
4. Teman- teman satu tim penelitian Nurul Mutmainna, Kurnia, Nur Astuti,
Sulkifli, Arisman, Danial, Muslimin, Makmur, Abdan, dan Ikram,
5. Teman angkatan Larfa 013, Solandeven 011, Lion 010, Flock Mentality
012 dan teman Ant 014.
6. Fiqram Iqra Pradana yang selalu mendoakan, memberi semangat dan
dukungan untuk penulis.
Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik serta saran pembaca sangat diharapkan
adanya oleh penulis demi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan nantinya,
terlebih khusus di bidang peternakan. Semoga makalah skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca terutama bagi penulis itu sendiri.
AAMIIN YA ROBBAL AALAMIN.
Akhir Qalam Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, Agustus 2017
Penulis
vii
ABSTRAK
Fitri Fadilla Handayani I111 13 367. Pengaruh In Ovo Feeding L-Glutamin
terhadap Karakteristik Karkas dan Non Karkas Ayam Kampung Jantan.
Dibawah Bimbingan Djoni Prawira Rahardja sebagai Pembimbing Utama dan
Wempie Pakiding sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam amino
Glutamin secara in ovo terhadap karakteristik karkas ayam kampung. Materi yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 ekor ayam kampung jantan. Asam
amino yang digunakan adalah asam amino L-glutamin yang di injeksi pada hari ke-7
inkubasi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 3 ulangan menggunakan 3 ekor ayam kampung setiap unit perlakuan.
Perlakuan ini terdiri dari P0 (tanpa injeksi); P1 injeksi 0,5 ml NaCl 0,9% (kontrol
positif); P2 injeksi 0,5 ml larutan glutamin 0,5% dalam NaCl 0,9%; P3 injeksi 0,5 ml
larutan glutamin 1% dalam NaCl 0,9%; P4 injeksi 0,5 ml larutan glutamin 1,5%
dalam NaCl 0,9%. Parameter yang diukur adalah berat hidup, persentase karkas,
kadar air otot bisep femoris profundus, dan persentase berat organ ((jantung, limpa,
hati, gizzard dan bursa). Penambahan asam amino L-glutamin secara in ovo tidak
berpengaruh (P>0,05) terhadap bobot akhir hidup, persentase karkas, kadar air otot
dan persentase organ (jantung, limpa, hati dan bursa) tetapi berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap persentase gizzard.
Kata Kunci : Ayam Kampung, In Ovo, Glutamin, Persentase Karkas, Kadar Air
Karkas
viii
ABSTRACT
Fitri Fadilla Handayani I111 13 367. Effect of In Ovo Feeding L-Glutamine On
Carcass Characteristic of Male Kampung Chicken. Supervisor by Djoni
Prawira Rahardja and Wempie Pakiding
This study aims to determine the effect of the additions of L-Glutamine in ovo
to the weight of chicken carcass. The material used in this study was 15 male
kampung chickens; Amino acid used were L-glutamine amino acid which was
injected at the 7th day of incubation. This study used a complete randomized design
(CRD) with 5 treatments and 3 animals in each treatments as replication: P0 (without
injection); P1 injection 0.5 ml of NaCl 0.9% (positive control); P2 injection 0.5 ml of
0.5% glutamine solution in 0.9% of NaCl; P3 injection 0.5 ml of 1% glutamine
solution in 0.9% of NaCl; P4 injection 0.5 ml of glutamine solution 1.5% in 0.9% of
NaCl. Parameters measured were live weight, percentage of carcass, water content of
biceps femoris profundus, and percentage of oval weight (heart, spleen, liver, gizzard
and bursa). In ovo feed of L-glutamine had no significant effect (P> 0,05) on live
weight, percentage of carcass, muscle water content and oval weight (heart, spleen,
liver and bursa) but the treatment did significantly affect (P <0,05) the weight of
gizzard.
Keywords: Kampung Chicken, In Ovo, L-Glutamine, Percentage of Carcass, Water
Content
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
Gambaran Umum Ayam Kampung ............................................... 4
Pemberian Nutrisi Secara In Ovo ................................................... 5
Perkembangan Embrio ................................................................... 8
Asam Amino Glutamin .................................................................. 10
Karkas dan Non Karkas ................................................................. 14
METODE PENELITIAN ........................................................................ 17
Waktu dan Tempat ......................................................................... 17
Materi Penelitian ........................................................................... 17
Rancangan Penelitian .................................................................... 17
Prosedur Penelitian......................................................................... 18
Parameter yang Diukur .................................................................. 20
Analisis Data .................................................................................. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 23
Bobot Badan Akhir, Persentase Karkas dan Kadar Air Otot
Bisep Femuris Propundus Ayam Kampung Jantan ....................... 23
Persentase Bobot Organ Ayam Kampung Jantan........................... 27
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 32
Kesimpulan ..................................................................................... 32
........................................................................................................
Saran ............................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 33
LAMPIRAN .............................................................................................. 42
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. 52
x
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Rata-rata Bobot Akhir Hidup, Persentase Berat Karkas dan Kadar
Air Otot Bisep Femuris Propundus Ayam Kampung Jantan Hasil
Injeksi L-glutamin Secara In Ovo .................................................... 23
2. Rata-rata Persentase Berat Organ Ayam Kampung Jantan Hasil
Injeksi L-glutamin Secara In Ovo .................................................... 27
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Ekstra Embrionik Membran Telur Ayam yang Terbentuk Selama
Inkubasi ........................................................................................... 9
2. Metabolisme Glutamin .................................................................... 13
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Analisis Ragam Berat Hidup Ayam Kampung Hasil Pemberian
Asam Amino L-Glutamin Secara In Ovo ........................................ 42
2. Analisis Ragam Persentasi Karkas Ayam Kampung Hasil
Pemberian Asam Amino L-Glutamin Secara In Ovo ..................... 43
3. Analisis Ragam Kadar Air Otot Bisep Femoris Profundus Ayam
Kampung Hasil Pemberian Asam Amino L-Glutamin Secara In
Ovo ................................................................................................... 44
4. Analisis Ragam Persentasi Jantung Ayam Kampung Hasil
Pemberian Asam Amino L-Glutamin Secara In Ovo ..................... 45
5. Analisis Ragam Persentasi Limpa Ayam Kampung Hasil
Pemberian Asam Amino L-Glutamin Secara In Ovo .................... 46
6. Analisis Ragam Persentasi Bursa Ayam Kampung Hasil
Pemberian Asam Amino L-Glutamin Secara In Ovo ..................... 47
7. Analisis Ragam Persentasi Hati Ayam Kampung Hasil Pemberian
Asam Amino L-Glutamin Secara In Ovo ....................................... 48
8. Analisis Ragam Persentasi Gizzard Ayam Kampung Hasil
Pemberian Asam Amino L-Glutamin Secara In Ovo ..................... 49
9. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian .............................................. 51
1
PENDAHULUAN
Usaha peternakan ayam lokal belum berkembang karena belum
tersedianya bibit unggul serta cara pemeliharaan yang tidak efisien. Resnawati dan
Ida (2014) melaporkan bahwa besarnya permintaan akan produk ayam kampung
baik dalam bentuk daging maupun telur belum mampu dipenuhi oleh peternak
ayam kampung terutama bila permintaan dalam jumlah besar dan kontinyu.
Sonaiya (2007) melaporkan bahwa di negara berkembang, usaha ternak ayam
lokal berperan penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat karena usaha
tersebut melibatkan sebagian besar penduduk miskin.
Gunawan et al. (2004), bahwa pengkajian usaha tani ayam kampung yang
menempati populasi terbanyak di antara ayam-ayam lokal lain menunjukkan
bahwa ayam kampung mempunyai beberapa kelebihan yang diapresiasi
masyarakat sehingga eksistensinya dipertahankan. Mansjoer (1981) melaporkan
bahwa semakin besar bobot badan, maka produksi daging akan semakin
bertambah. Gunawan et al. (1999) melaporkan bahwa bobot badan ayam buras
murni yaitu masing-masing 1.014,34 g dan 918,57 g pada umur 12 minggu.
Rasyaf (1992) menambahkan bahwa produksi telur ayam kampung yaitu 57,6%
henday dengan berat telur 41,9 g/butir (Rasyaf, 1992).
Pemberian pakan awal atau teknik in ovo feeding adalah salah satu upaya
untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung. Pemberian pakan awal pada
masa inkubasi memiliki manfaat untuk menyediakan nutrisi bagi perkembangan
embrio di dalam telur. Ketersediaan pakan yang terdapat di dalam telur
ditingkatkan melalui proses in ovo atau penambahan nutrisi dengan teknik injeksi.
Hal tersebut perlu dilakukan karena pada saat inkubasi nutrisi yang diperlukan
2
embrio dalam telur terkadang tidak cukup yang menyebabkan embrio mengalami
kematian sebelum menetas. Penginjeksian yang dilakukan pada hari ke 7 inkubasi
dengan target albumen karena perkembangan otot dimulai pada hari ke 4 inkubasi
sampai hari ke 10. Albumen sebagai target penginjeksian karena penyerapan
nutrisi dilakukan oleh embrio pertama kali pada albumen. Salmanzadeh et al.
(2016) melaporkan bahwa in ovo feeding asam amino L-glutamin pada telur
broiler pada hari ke 7 dengan target penyuntikan albumen dapat meningkatkan
daya tetas, pertumbuhan ayam, perkembangan jejunum dan karakteristik karkas
pada bagian dada, paha dan rempela tapi tidak signifikan pada jantung, hati, lemak
perut, usus, pankreas dan limpa.
Proses injeksi yang dilakukan pada telur saat periode inkubasi (in ovo
feeding) dengan pemberian asam amino, baik itu asam amino esensial maupun
non esensial dapat memberikan energi pada embrio baik itu pada saat
perkembangan sel dalam telur maupun setelah menetas. L-glutamin merupakan
salah satu asam amino yang digunakan pada proses injeksi selain dari asam amino
lain seperti metionin, lisin, arginin dan lain-lain. Menurut Salmanzadeh et al.
(2016) asam amino L-glutamin adalah asam amino non-esensial yang berperan
sebagai sumber energi dalam pembentukan saluran pencernaan, merangsang
proliferasi sel usus, dan berperan dalam sintesis molekul biologis. Shafey et al.
(2013) melaporkan bahwa asam amino L-glutamin (Gln) berperan sebagai sumber
energi bagi pembelahan sel dan beberapa jalur metabolisme.
Selain membantu dalam perkembangan sel pada masa embrio, L-glutamin
juga berfungsi dalam meningkatkan bobot karkas. Penelitian yang dilakukan oleh
Salmanzadeh et al. (2016) menunjukkan bahwa bobot relatif karkas, dada, paha
3
dan rempela meningkat secara signifikan pada ayam broiler yang disuntik dengan
L-glutamin. Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan bahwa karkas ayam
merupakan bagian dari tubuh ayam tanpa darah, bulu, kepala, kaki, leher dan
organ dalam. Proses pemotongan untuk memperoleh karkas terdiri atas
penyembelihan, penuntasan darah, penyeduhan, pencabutan bulu dan dressing
(pemotongan kaki, pengambilan jeroan dan pencucian). Persentase karkas ayam
broiler siap masak sekitar 66-76% (Jull, 1979), sedangkan persentase karkas ayam
kampung umur 12 minggu sekitar 76,95% (Mansjoer dan Martojo, 1977). Dai et
al. (2009) menunjukkan bahwa penambahan L-glutamin dapat meningkatkan
kinerja pertumbuhan dan sifat-sifat karkas broiler.
Proses kerja L-glutamin yang diinjeksikan terhadap karkas dimulai pada
tahap embrio atau fase inkubasi. L-glutamin yang diinjeksikan pada hari ke 7
dilakukan karena pembelahan sel untuk organ paling optimal pada hari tersebut.
Selain untuk organ, L-glutamin juga berfungsi terhadap peningkatan bobot karkas.
L-glutamin mempengaruhi pembelahan sel atau perbanyakan sel (hiperplasi) pada
fase embrio yang terkait dengan pertambahan ukuran sel (hipertropi) untuk jangka
panjang selama memasuki fase pemeliharaan.
Permasalahan yang timbul yaitu masih kurangnya penelitian pemberian
nutrisi asam amino L-glutamin secara in ovo terhadap ayam kampung yang
ditujukan pada peningkatan bobot karkas. Berdasarkan uraian tersebut, maka
dilakukanlah penelitian mengenai pengaruh in ovo feeding L-glutamin terhadap
karakteristik karkas dan non karkas ayam kampung.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Ayam Kampung
Ayam lokal yang ada di Indonesia merupakan hasil domestikasi ayam
hutan merah (Gallus gallus) (Sulandari et al., 2007). Yaman (2010) juga
melaporkan bahwa ayam kampung di indikasikan dari hasil domestikasi ayam
hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau (Gallus
varius). Menurut Nataamijaya (2000) terdapat 31 rumpun ayam lokal yang sudah
teridentifikasi di Indonesia. Moniharapon (1997) melaporkan bahwa warna bulu
ayam kampung jantan yaitu bulu leher dan sayap berwarna lurik kuning, bulu
punggung dan dada berwarna lurik hitam dan bulu ekor berwarna hitam
kehijauan, sedangkan pada betina yaitu bulu leher, punggung dan sayap berwarna
lurik abu-abu, bulu dada berwarna putih dan bulu ekor berwarna hitam keabuan.
Keberadaan ayam lokal umumnya tinggal sedikit bahkan beberapa diantaranya
sudah ada yang mengalami kepunahan (Nataamijaya, 2006).
Ayam kampung telah dikenal masyarakat sebagai potensi kekayaan
genetik asli unggas Indonesia. Ayam ini dikenal juga dengan nama ayam lokal,
ayam sayur atau ayam buras (Yaman, 2010). Ayam lokal berperanan penting
sebagai sumber produksi daging dan telur untuk meningkatkan kualitas gizi
masyarakat, disamping sebagai sumber pendapatan tambahan. Akan tetapi, dalam
memproduksi daging dan telur, produktivitas ayam lokal lebih rendah
dibandingkan dengan produktivitas ayam ras pedaging maupun petelur
(Resnawati dan Ida, 2005).
Ayam Kampung banyak dipelihara karena relatif mudah, tidak
memerlukan modal besar serta berperan dalam memanfaatkan sisa-sisa buangan
5
dapur maupun sisa-sisa hasil pertanian (Sumanto et al., 1990). Kekurangan ayam
kampung adalah perkembangbiakannya relatif lambat, pertumbuhan ayam
kampung juga relatif lambat dan kerangka tubuhnya kecil sehingga
pembesarannya memerlukan waktu yang cukup lama (Iswanto, 2005).
Pemeliharaan oleh masyarakat Indonesia sebagian besar dilakukan secara
ekstensif. Peternak mengembangkan ayam kampung secara tradisional dan turun-
temurun karena sistem pemeliharaan yang sederhana dan modal yang sangat
rendah (Nataamijaya, 2000). Resnawati dan Ida (2005) melaporkan bahwa usaha
pengembangan ayam lokal dengan tujuan meningkatkan produktivitas perlu
ditunjang oleh teknologi yang tepat. Berbagai aspek teknis dapat dilakukan seperti
perbaikan mutu genetik dan cara pemeliharaan dari tradisional ke semi intensif
dan intensif. Produksi telur ayam lokal meningkat menjadi 29% pada
pemeliharaan semi intensif (Soepeno et al., 1996), sedangkan bila dipelihara
secara intensif dapat mencapai minimal 40% henday (HD) (Zainuddin dan
Wahyu, 1995). Produksi telur ayam kampung yaitu 57,6% henday dengan berat
telur 41,9 gram/butir (Rasyaf, 1992). Bobot kerabang ayam kampung 13,08%
(Nataamijaya 2000) dan ayam ras petelur 11% (North 1978).
Pemberian Nutrisi Secara In Ovo
Menurut Rahayu et al. (2005) sistem penetasan buatan dengan
menggunakan mesin tetas modern dapat menghasilkan anak ayam dalam jumlah
besar dan kontinyu. Menurut Suprijatna et al. (2005) keberhasilan penetasan
buatan tergantung banyak faktor antara lain telur tetas, mesin tetas dan tatalaksana
penetasan (manajemen). Pemberian nutrisi atau pakan yang baik dapat
6
meningkatkan performa ayam kampung seperti dengan pemanfaatan teknologi
atau pemberian pakan awal pada saat inkubasi (in ovo).
Azhar (2015) pemberian pakan awal berpengaruh terhadap berat telur
karena pada dasarnya telur yang berat akan menghasilkan DOC (Day Old Chick)
yang lebih berat karena adanya ketersediaan nutrisi yang lebih banyak setelah
menginjeksi telur dengan asam amino arginin. Azhar (2015) juga menambahkan
bahwa pemberian pakan awal yaitu asam amino arginin dapat menghasilkan
embrio yang lebih berat yang diduga berdampak pada meningkatnya massa organ.
Konsentrasi larutan yang diinjeksikan pada telur menjadi salah satu
penentu keberhasilan metode in ovo feeding. Larutan tersebut, harus memiliki
osmolaritas dan pH yang sesuai dengan lingkungan embrio. Keralapurath et al.
(2010) menunjukkan bahwa injeksi larutan dengan osmolaritas 380,3-696,0 pH
7,08-7,15 memberi hasil lebih baik dibandingkan yang lain. Tingkat keberhasilan
target injeksi pada telur dengan metode in ovo feeding yang dilaporkan sangat
bervariasi. Al-Daraji et al. (2012) injeksi pada hari ke-0 inkubasi di kantung
udara. Pawlak et al. (2013) injeksi hari keempat inkubasi di kantung udara.
Salmanzadeh et al. (2011) injeksi hari kedelapan inkubasi di albumin. El-Azeem
et al. (2014) injeksi hari keempat belas inkubasi di amnion. Dong et al. (2013)
injeksi hari kelima belas inkubasi di amnion.
Pemberian suplemen berupa nutrien pada masa kritis pertumbuhan embrio
dengan cara teknologi in ovo feeding dapat meningkatkan kualitas nutrisi embrio,
yaitu diharapkan dapat memberikan keuntungan di lapangan antara lain
peningkatan efisiensi penggunaan pakan, meniadakan pertumbuhan tulang yang
menyimpang, meningkatkan pertumbuhan otot terutama otot dada dan
7
peningkatan respon imun (Tako et al., 2004). Penambahan nutrien pada masa
pertumbuhan kritis dengan teknologi in ovo dapat meningkatkan status nutrisi
pada saat penetasan, sehingga dapat mendatangkan beberapa keuntungan.
Keuntungan yang dimaksud yaitu efisiensi yang tinggi dalam pemanfaatan nutrisi
makanan, menurunkan kematian pada periode post hatch, serta meningkatkan
respon imun pada saluran pencernaan dan meningkatkan pertumbuhan otot
terutama otot daging pada bagian dada (Uni et al., 2003).
Foye et al. (2006) mengamati bahwa injeksi in ovo protein pada albumen
telur pada hari 23 inkubasi meningkat berat tetas. Salmanzadeh et al. (2016)
melaporkan bahwa in ovo feeding asam amino L-glutamin pada telur broiler pada
hari ke 7 dengan target penyuntikan albumen dapat meningkatkan daya tetas,
pertumbuhan ayam, perkembangan jejunum dan karakteristik karkas pada bagian
dada, paha dan rempela tapi tidak signifikan pada jantung, hati, lemak perut, usus,
pankreas dan limpa. DOC yang menerima in ovo feeding memiliki berat badan
yang lebih berat sehingga menghasilkan performa yang lebih baik (Tako et al.,
2004).
In ovo feeding diketahui dapat meningkatkan perkembangan saluran
pencernaan ayam. Menurut Azhar (2015) prinsip kerja in ovo feeding yaitu untuk
meningkatkan massa organ dan meningkatkan performa saluran pencernaan
terutama intestine (duodenum, jejenum dan ileum). Selain itu in ovo feeding juga
diketahui dapat meningkatkan total glikogen hati pada embrio dan pada saat
penetasan. In ovo feeding juga diketahui dapat meningkatkan ukuran relatif otot
dada (% dari berat badan ayam broiler) (Uni dan Ferket, 2004). L-glutamin juga
diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan saluran pencernaan sehingga
8
menghasilkan efesiensi pakan yang lebih tinggi dari ayam dengan perlakuan biasa
(Allee et al., 2005).
Perkembangan Embrio
Perkembangan awal struktural pada unggas berlangsung di dalam tubuh
induk setelah terjadi fertilisasi, saat telur dalam tubuh (Suprijatna et al., 2005).
Perkembangan embrional dimulai setelah terjadi pembuahan atau pembentukan
zigot. Sekitar lima jam setelah ovulasi dan telur berada dalam isthmus, dan terjadi
pembelahan sel pertama. Pembelahan selanjutnya terjadi sekitar 20 menit. Setelah
itu telur meninggalkan isthmus satu jam kemudian dan berlangsung
perkembangan embrional dengan membentuk 16 sel. Setelah sekitar empat jam
berada di uterus, telah terbentuk 256 sel sebagai blastoderm. Proses penetasan
tidak terlepas dari perkembangan embrio yang tumbuh di dalam telur yang telah
mengalami fertilisasi (Asmawati, 2013).
Kekebalan hewan dewasa langsung bergantung pada perkembangan organ
kekebalan selama tahap embrionik. Suhu embrio dianggap sebagai faktor penting
mempengaruhi perkembangan embrio, daya tetas, dan performa setelah menetas
(Lourens et al., 2005). Baggott (2001) menyatakan diawal periode inkubasi
perkembangan embrio membentuk 3 kelompok sel yaitu ektoderm, mesoderm dan
endoderm yang berkembang membentuk sebuah organ disajikan pada Gambar 1.
Fungsi albumen adalah untuk melindungi embrio dari dehidrasi, infeksi
bakteri, dan menyediakan nutrisi tambahan (Board 1966, Sibley 1960). Peran
utama kerabang adalah sebagai pembungkus telur, merendam benturan, sumber
mineral terutama kalsium dan sarana untuk bernafas bagi embrio melalui pori-pori
kerabang.
9
Gambar 1. Ekstra Embrionik Membran Telur Ayam yang Terbentuk Selama
Inkubasi (Baggott, 2001)
Selama inkubasi terdapat membran ekstraembrional saat perkembangan
embrio. Menurut Suprijatna et al. (2005) membran ekstraembrional terdiri atas
cairan amnion dan chorion berfungsi melindungi embrio, yolk sac mensekresikan
enzim untuk memudahkan penyerapan makanan dan allantois untuk proses
respirasi, membantu digesti albumen dan absorpsi kalsium serta proses eskresi
dan sekresi. Perkembangan embrio ayam kampung maupun ayam ras tidak
berbeda, selama 21 hari ayam mengalami perkembangan dan pertumbuhan
didalam telur. Namun, beberapa penilitian menunjukkan walaupun perkembangan
dan pertumbuhan yang relatif sama, bobot tetas yang dihasilkan agak berbeda.
Pada ayam kampung rataan bobot ayam setelah lahir berkisar 25-35 gram dan
ayam broiler berkisar 30-40 gram. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti genetik, dan nutrisi yang terkandung dalam telur (Asmawati et al., 2014).
Kematian embrio yang sangat dini terjadi pada embrio yang keluar dari
telur sebelum dierami dengan mesin tetas selama 21 hari. Temperatur inkubator
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, tidak boleh berselisih 2˚C lebih rendah atau
10
pun lebih tinggi dari standar karena dapat menyebabkan kematian embrio
(Hartono dan Isman, 2012). Temperatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan
kematian embrio ataupun abnormalitas embrio, sedangkan kelembaban
mempengaruhi pertumbuhan normal dari embrio (Wulandari, 2002).
Kematian embrio juga terjadi akibat rusaknya kantung embrio (yolk sac,
amnion dan allantoin) (Lee et al., 2013; Lilburn dan Loeffler, 2015) yang terjadi
karena proses injeksi. Macalintal (2012) dan Chen et al. (2013) lebih lanjut
menjelaskan bahwa kematian embrio dapat disebabkan oleh kontak alat injeksi
dengan embrio dan tidak termanfaatkannya senyawa yang diinjeksikan sehingga
dapat bersifat toksik untuk embrio.
Asam Amino L-glutamin
Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam amino
mempunyai sekurang-kurangnya satu gugusan amino (-NH2) pada posisi alfa dari
rantai karbon dan satu gugusan karboksil (-COOH). Kecuali Glisin, semua asam
amino mempunyai atom karbon yang asimetrik, sehingga dapat terjadi beberapa
isomer. Kebanyakan asam amino dalam alam adalah konfigurasi L, tetapi dalam
bakteria ada konfigurasi D. Sifat asam amino mempunyai gugus nitrogen dasar,
umumnya gugus amino (-NH2) dan sebuah unit karboksil (-COOH) dan
kebanyakan gugus amino terikat pada karbon dengan posisi alfa; prolin
mempunyai suatu pengecualian yaitu mempunyai gugus amino (-NH) dan
bukannya amino (-NH2) (D’Mello et al., 1970).
Asam amino dianggap sebagai elemen penting dari pakan yang diberikan
kepada ayam dengan rasio yang diinginkan untuk mendapatkan kinerja produksi
terbaik (Singh dan Panda, 1996). Asam amino adalah produk dari pencernaan
11
protein dalam sistem pencernaan. Oleh karena itu, setiap kekurangan asam amino
esensial akan mengakibatkan menghasilkan protein biasa-biasa saja dalam tubuh
(Al-Rubaiyee, 2000). Asam amino merupakan komponen utama penyusun
protein, yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non
esensial. Asam amino esensial tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga
didapatkan dari makanan yang dikonsumsi, sedangkan non esensial dapat
disintesa oleh tubuh. Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut
dalam air, akan tetapi tidak mudah larut dalam pelarut organik nonpolar
(Suharsono, 1970).
L-glutamin (Gln) adalah asam amino non-esensial yang memainkan
beberapa peran dalam metabolisme, misalnya dalam pembentukan protein.
Sementara itu, disepakati oleh ahli gizi unggas bahwa suplementasi tambahan
asam amino non-esensial juga dapat memiliki efek positif pada kinerja. Juga, L-
glutamin memiliki peran kunci dalam sintesis nukleotida, asam amino dan banyak
molekul biologis penting lainnya (Souba, 1993). Produksi glukosa dari nutrien
non-karbohidrat diketahui sebagai glukoneogenesis. L-glutamin adalah salah satu
substrat non karbohidrat yang paling efisien karena dapat digunakan sebagai
energi. L-glutamin dapat di metabolisme pada siklus urea, jalur sintesis protein
dan siklus krebs untuk energi serta produksi dari sitrat, laktat dan glukosa
(Antonio dan Street, 1999).
Shafey et al. (2013) melaporkan bahwa asam amino L-glutamin (Gln)
berperan sebagai sumber energi bagi pembelahan sel dan beberapa jalur
metabolisme, mengatur metabolisme nutrisi, ekspresi gen dan sintesis protein dan
merangsang respon imun, sebagai sumber energi untuk pematangan sel mukosa
12
(Maiorka et al., 2000), dan sebagai sistem kekebalan pada usus terhadap serangan
bakteri (Belmonte et al., 2007). Selain itu menurut Newsholme et al. (2003) L-
glutamin berperan penting sebagai prekursor untuk peptida dan sintesis protein,
sintesis asam amino, purin dan primidin, asam nukleat dan sintesis nukleotida
serta menyediakan sumber karbon untuk oksidasi dalam beberapa sel. Namun,
produk langsung dari metabolisme L-glutamin pada sebagian besar sel adalah L-
glutamat yang dihasilkan oleh aksi L-glutaminase (Gambar 2).
L-glutamin (Gln) adalah asam amino yang paling umum dalam aliran
darah, 30-50% dari nitrogen asam amino (N) terdapat dalam (Newsholme et al.,
1985). L-glutamin berisi 2 kelompok amonia, salah satu dari prekursor, glutamat,
dan yang lainnya dari amonia bebas dalam aliran darah, L-glutamin bertindak
sebagai "shuttle nitrogen" yang membantu melindungi tubuh dari tingkat tinggi
amonia (Labow, 2001). L-glutamin dapat bertindak sebagai penyangga, menerima
kelebihan amonia dan kemudian melepaskannya bila diperlukan untuk
membentuk asam amino lainnya, amino gula, glukosa, protein, nukleotida,
glutathione dan urea (Souba 1993; Rennie, 2001).
Kapasitas ini untuk menerima dan menyumbangkan N membuat L-
glutamin sebagai kendaraan utama untuk transfer nitrogen antara jaringan. L-
glutamin merupakan bahan bakar metabolik utama untuk enterosit usus kecil,
limfosit, makrofag, dan fibroblast (Cynober, 1999; Andrews dan Griffiths, 2002)
dan dianggap sebagai asam amino esensial dalam beberapa spesies dalam kondisi
peradangan seperti infeksi dan cedera (Newsholme, 2001). Banyak manfaat telah
diamati dalam suplemen L-glutamin dan juga penelitian telah dilakukan pada
unggas. Yi et al. (2005) melaporkan penelitiannya yang menggunakan kalkun
13
bahwa suplementasi diet dengan 1% L-glutamin meningkatkan berat badan dan
efisiensi pakan (berat badan: asupan pakan) selama minggu pertama.
Gambar 2. Metabolisme L-glutamin (Newsholme et al., 2003)
Beberapa senyawa yang dilengkapi di pra-starter dan diet broiler starter
dengan tujuan untuk merangsang perkembangan mukosa usus. Salah satu zat ini
adalah L-glutamin, yang merupakan agen trofik. L-glutamin memasok enterosit
nutrisi yang optimal dan dikenal untuk menjaga tingkat perkembangan enterosit
dan dalam beberapa kasus, untuk merangsang proliferasi enterosit setelah
kerusakan mukosa usus (Rhoads et al., 1997). Laporan (Lacey dan Wilmore,
1990; Murakami et al., 2007) telah menunjukkan bahwa L-glutamin adalah nutrisi
yang paling penting untuk pengembangan enterosit dan memiliki efek positif pada
regenerasi mukosa usus setelah kerusakan.
14
Karkas dan Non Karkas
Karkas merupakan bagian tubuh yang sangat menentukan dalam produksi
ayam pedaging. Produksi karkas berhubungan erat dengan bobot badan dan
besarnya karkas ayam pedaging cukup bervariasi. Perbedaan ini disebabkan oleh
ukuran tubuh, tingkat kegemukan dan tingkat perdagingan yang melekat pada
dada (Jull, 1979). Besarnya persentase karkas dari bobot hidup sekitar 75%
(Rasyaf, 1999). Persentase karkas dapat digunakan sebagai ukuran untuk menilai
produksi ternak daging (Abubakar dan Nataamijaya, 1999).
Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam yang telah dipotong tanpa bulu,
darah, kepala, leher dan kaki bagian bawah serta bagian non karkas (Siregar et al.,
1992). Card dan Nesheim (1973) menyatakan bahwa karkas ayam adalah ayam
yang telah dipotong dikurangi darah, bulu, kepala, kaki bagian bawah dan isi perut
kecuali hati, jantung serta gizzard. Karkas ayam pedaging dan ayam kampung
tidak berbeda jauh.
Komposisi karkas memegang peranan penting karena berhubungan dengan
jumlah jumlah otot, tulang, dan lemak. Otot memiliki nilai ekonomis yang paling
tinggi. Persentase karkas meningkat seiring dengan peningkatan bobot potong.
Nilai komersial karkas dapat ditentukan dari ukuran struktur dan komposisinya.
Sifat-sifat karkas untuk kepentingan komersial mengikuti bobot, penampilan luar,
komposisi kimia, proporsi jaringan utama karkas (daging, tulang, lemak) dan
ketebalan lemak (Rogers et al., 2001). Komposisi kimiawi daging dipengaruhi
oleh bangsa, pakan, umur dan penggemukan (Lawrie, 1979).
Penelitian yang dilakukan oleh Salmanzadeh et al. (2016) menunjukkan
bahwa bobot relatif karkas, dada, paha dan rempela meningkat secara signifikan
15
pada ayam broiler yang disuntik dengan L-glutamin. Chen et al. (2009)
menunjukkan bahwa in ovo L-glutamin di hari 21 inkubasi terbukti pada berat
dada bebek setelah 7 hari pasca-menetas, sedangkan rempela, proventrikulus dan
berat hati tidak signifikan berubah. Salmanzadeh dan Shahryar (2013)
menunjukkan bahwa dosis L-glutamin yang berbeda yang diberikan pada burung
puyuh secara signifikan meningkatkan bobot relatif karkas dan bagian dada
dibandingkan dengan kontrol sedangkan bobot hati dan ampela tidak signifikan.
Dai et al. (2009) menunjukkan bahwa penambahan L-glutamin dapat
meningkatkan kinerja pertumbuhan dan sifat-sifat karkas broiler. Selanjutnya,
dalam studi lain, ayam broiler yang diberikan L-glutamin dengan dosis 5 g pada
pakan terjadi peningkatan bobot pada bagian dada dan paha (Dai et al., 2011).
Ayazi (2014), pemberian L-glutamin dengan dosis 0,5% dibawah
pengaruh stres menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara berat
karkas bagian dada, paha, hati, jantung yang diamati pada usia 42 hari tetapi
berpengaruh pada peningkatan bobot badan. Penelitian Iskandar (2005) mengenai
sistem pemberian ransum terpisah antara ransum sumber energi yang diberikan di
pagi hari dan ransum sumber protein yang diberikan pada sore hari menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara karkas ayam Arab dan ayam Kedu.
Perkembangan bobot hati merupakan pertumbuhan paling lambat diantara
pertumbuhan potongan karkas lainnya. Perkembangan bobot karkas bersih, daging
dada, dan daging paha ayam Kedu betina cenderung lebih cepat, tidak nyata
dibandingkan dengan pertumbuhan potongan karkas tersebut pada ayam
jantannya. Pola yang sama juga diperlihatkan pada ayam Arab, namun pada ayam
16
silangan Kedu dan Arab polanya terbalik perkembangan potongan karkas ayam
jantan lebih cepat dibandingkan dengan ayam betinanya (Iskandar, 2005).
17
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016 hingga Mei 2017,
bertempat di Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu mesin tetas otomatis,
gunting bedah, teropong telur, timbangan analitik, termometer, hidrometer, hand
spray, stirrer, automatic syringe, gelas ukur, rak telur, jangka sorong, benang,
pensil, kandang, tempat pakan dan tempat air minum, kertas koran, skop, lampu,
kabel, wadah penyimpanan, spoit, dan freeze drying.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain 300 butir telur ayam
kampung fertil, asam amino L-glutamin, cat kuku, NaCl fisiologis, air, alkohol,
formalin, iselotip plastik, tissu, kertas label, pakan komersil, vaksin, vitamin,
antibiotik, air minum, litter (serbuk gergaji).
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan DOC yang merupakan hasil perlakuan
pemberian L-glutamin secara in ovo dengan level sebagai berikut :
P0 : Tanpa injeksi (kontrol negatif)
P1 : Injeksi 0,5 ml NaCl fisiologis
P2 : Injeksi 0,5 ml larutan 0,5% L-glutamin dalam NaCl fisiologis
P3 : Injeksi 0,5 ml larutan 1,0% L-glutamin dalam NaCl fisiologis
P4 : Injeksi 0,5 ml larutan 1,5% L-glutamin dalam NaCl fisiologis
18
Penelitian lanjutan dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan (level injeksi L-glutamin secara in ovo)
dan setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan menggunakan sampel DOC
sebanyak 15 ekor ayam kampung jantan yang dipelihara sampai umur 11 minggu.
Prosedur Penelitian
1. Periode Inkubasi
Telur yang digunakan pada periode inkubasi yaitu telur fertil yang
berjumlah 300 butir yang berasal dari peternakan rakyat. Sebelum dimasukkan ke
dalam mesin tetas, mesin tetas terlebih dahulu dibersihkan dengan larutan
formalin 5% dan dilanjutkan dengan larutan alkohol 70% menggunakan hand
spray. Mesin tetas dinyalakan 24 jam sebelum sampel dimasukkan untuk
menstabilkan temperatur dengan kisaran suhu 36-38˚C dan kelembaban 50-65%.
Telur terlebih dahulu dibersihkan dengan kain halus yang telah dibasahi dengan
air hangat. Telur yang telah dibersihkan selanjutnya ditimbang menggunakan
timbangan analitik. Telur yang dijadikan sampel memiliki berat 35-50 g. Pada
hari ke-6 periode inkubasi dilakukan peneropongan untuk mengetahui telur yang
fertil. Injeksi asam amino L-glutamin dilakukan pada hari ke 7 inkubasi. Pada hari
ke 4 sampai hari ke 18 dilakukan pemutaran telur 3 kali sehari. Adapun waktu
yang dibutuhkan telur untuk menetas yaitu 21-22 hari.
2. Manajemen pemeliharaan
Ayam kampung hasil injeksi in ovo asam amino L-glutamin, ditempatkan
secara acak pada 15 petak bambu (pen) dengan alas serbuk gergaji yang
berukuran panjang x lebar x tinggi (0,6 x 0.6 x 0.5 m). Sebelum digunakan, pen
terlebih dahulu disemprot dengan desinfektan menggunakan body pack sprayer.
19
Setiap pen diisi dengan DOC berjenis kelamin campuran. Masing-masing pen
dilengkapi dengan sebuah lampu pijar (60 watt), tempat pakan, tempat minum,
waring dan kain penutup.
Selama 14 hari pertama pemeliharaan, diberi lampu yang berfungsi
sebagai pemanas, sedangkan dinding bambu berfungsi sebagai chick guard yang
dilapisi kertas untuk menghindari pelepasan panas didalam pen. Setelah 14 hari
lampu dilepas dari tiap-tiap pen kemudian diganti dengan pencahayaan di dalam
kandang ketika malam hari dan lampu dimatikan pada siang hari. Pemeliharaan
berlangsung selama 11 minggu dengan memperhatikan manajemen
pemeliharaannya terlebih pada manajemen pemberian vitamin dan vaksin sesuai
dengan kebutuhan, air minum secara adlibitum dan pakan komersil.
Setiap perlakuan, diambil masing-masing 3 ekor ayam jantan secara acak
untuk dijadikan sampel. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, dilakukan
penimbangan berat badan keseluruhan ayam jantan tiap kandang. Berat badan
keseluruhan dirata-ratakan. Pengambilan sampel berdasarkan berat badan ayam
yang mendekati rata-rata dari keseluruhan berat badan.
Pakan yang diberikan pada fase starter (umur 1 – 8 minggu) berupa butirat
dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan standar komersil yaitu protein 21-
23 % dan kandungan energi 2600 kkal, sedangkan pakan untuk fase grower (9 –
18 minggu) berupa pakan campuran berupa konsentrat, jagung dan dedak dengan
kandungan protein 17 – 18 % dan energi 2400 kkal. Sumber air minum yang
digunakan adalah air sumur yang telah diklorinasi terlebih dahulu yang diberikan
secara ad libitum dan dilakukan pergantian tiap pagi dan sore hari.
20
3. Penimbangan Karkas, Sampel Otot dan Pengambilan Organ
Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam yang telah dipotong tanpa bulu,
darah, kepala, leher dan kaki bagian bawah dan non karkas (Siregar et al., 1992).
Pengukuran karakteristik karkas ayam kampung dan bagian-bagian organ seperti
hati, gizzard, jantung, bursa dan limpa ayam kampung hasil pemberian L-
glutamin dilakukan pada minggu ke 11 pascapenetasan. Sebelum dilakukan
penimbangan karkas, ayam ditimbang terlebih dahulu dalam kondisi hidup
kemudian dilakukan penyembelihan. Setelah itu, dimasukkan ke dalam wadah
yang berisi air hangat dengan suhu 50-65ºC selama waktu tertentu. Perendaman
dilakukan untuk memudahkan pencabutan bulu. Setelah pencabutan bulu
dilakukan pemotongan. Bagian-bagian organ yang diukur dipisahkan terlebih
dahulu dari karkas utuh. Penimbangan kemudian dilakukan pada karkas utuh,
sampel otot pada bagian bisep femoris profundus dan organ (hati, limpa, jantung,
fabricius dan gizzard). Organ yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke
dalam pot sampel yang berisi larutan formalin 10%. Sampel otot yang telah
ditimbang kemudian dikeringkan menggunakan frezee drying untuk mengetahui
kadar air sampel otot tersebut.
Parameter yang diukur
1. Bobot Badan Akhir Ayam Kampung
Penimbangan dilakukan pada minggu ke 11 pemeliharaan
menggunakan timbangan.
2. Persentase Karkas dan Non Karkas (hati, gizzard, jantung, limpa dan bursa)
Bobot karkas (g) dan organ lainnya diukur pada minggu ke 11
pemeliharaan setelah dilakukan pemotongan. Pengukuran dilakukan dengan
21
cara menimbang karkas utuh tanpa kepala, kaki, bulu, darah dan jeroan
menggunakan timbangan analitik. Setelah itu dilakukan lagi penimbangan
organ (hati, jantung, gizzard, bursa dan limpa).
Rumus persentasi karkas yaitu :
% karkas = Bobot karkas
Bobot Badan Akhir Sebelum Pemotongan x 100%
Rumus persentasi berat organ
% Organ = Bobot Organ
Bobot Badan Akhir Sebelum Pemotongan x 100%
3. Kadar Air Otot Bisep Femuris Propundus
Penimbangan bobot sampel otot bisep femoris profundus dilakukan
sebelum dan setelah dikeringkan untuk mengetahui kadar air sampel otot
tersebut. Penimbangan sampel menggunakan timbangan analitik.
Pengeringan sampel menggunakan freeze drying dengan suhu -40oC selama
24 jam. Pengukuran kadar air menggunakan freeze drying dilakukan untuk
menjaga dan tidak mengurangi kualitas sampel otot yang digunakan karena
tidak memecah komponen-komponen yang lain seperti memecah protein
dan lemak.
Analisa Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model matematika sebagai berikut :
Yij = µ + ᴛi + ɛij
i = 1, 2, 3, 4, 5 (jumlah perlakuan)
j = 1, 2, 3 (jumlah ulangan)
Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
22
µ = Rata-rata pengamatan
ᴛi = Pengaruh perlakuan ke-i
ɛij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Apabila perlakuan memperlihatkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan
dengan uji Duncan (Gaspersz, 1991).
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Badan Akhir, Persentase Karkas dan Kadar Air Otot Bisep Femoris
Profundus Ayam Kampung Jantan
Injeksi L-glutamin secara in ovo dengan level yang berbeda terhadap berat
hidup, berat karkas dan kadar air otot ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Bobot Badan Akhir, Persentase Karkas dan Kadar Air Otot
Bisep Femoris Profundus Ayam Kampung Jantan Umur 11 Minggu
Hasil Injeksi L-glutamin Secara In Ovo
Perlakuan Bobot Badan
Akhir
(g)
Karkas
(%)
Kadar Air Otot
Bisep Femoris
Profundus
(%)
P0 1126.7 ± 120.86 71.79 ± 2.12 70.88 ± 0.57
P1 1263.3 ± 97.12 68.41 ± 2.97 67.04 ± 3.95
P2 1175 ± 147.56 68.09 ± 0.64 61.05 ± 9.35
P3 1170 ± 85.29 70.09 ± 1.86 67.30 ± 12.31
P4 1210 ± 131.14 69.03 ± 2.20 59.47 ± 13.50 * P0 (Kontrol , Tanpa injeksi), P1 (Injeksi dengan larutan NaCl fisiologis 0,9% tanpa L-L-
glutamin), P2 (Injeksi L-L-glutamin 0,5 g/100 ml Nacl fisiologis 0,9%), P3 (Injeksi L-glutamin 1,0
g/100 ml Nacl fisiologis 0,9%), P4 (Injeksi L-L-glutamin 1,5 g/100 ml Nacl fisiologis 0,9%).
1. Bobot Badan Akhir
Hasil sidik ragam menunjukan injeksi L-glutamin secara in ovo periode
inkubasi hari ke 7 dengan level yang berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap berat hidup ayam kampung umur 11 minggu. Rata-rata berat hidup ayam
kampung yaitu 1126.7-1263.3 g/ekor. Akan tetapi, berat badan yang dihasilkan
pada umur 11 minggu menunjukkan berat badan yang tinggi dibandingkan berat
badan normal pada umumnya. Gunawan (1999) melaporkan bahwa bobot ayam
buras murni yaitu masing-masing jantan 1.014,34 g dan betina 918,57 g pada
umur 12 minggu. Injeksi asam amino L-glutamin tidak berpengaruh terhadap berat
hidup disebabkan oleh jenis ayam kampung yang tidak memiliki karakteristik
yang khas sehingga sangat bervariasi. Karakteristik yang bervariasi dari ayam
24
kampung diindikasikan adanya variasi genetik meskipun perlakuan yang diberikan
sama tetapi respon setiap ayam akan berbeda seperti nutrisi yang dibutuhkan oleh
ayam untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyu (2004)
bahwa nutrien yang dibutuhkan ternak tergantung pada variasi genetik, umur,
bobot badan, aktivitas, kandungan energi ransum dan temperatur lingkungan.
Selain itu, L-glutamin yang diinjeksikan pada telur tetas ayam kampung
hari ke 7 inkubasi berfungsi untuk membantu pembelahan sel (hiperplasi) pada
periode inkubasi sehingga diindikasikan bahwa L-glutamin tidak berpengaruh
pada pertumbuhan ukuran sel (hipertropi) saat memasuki periode pemeliharaan.
Shafey et al. (2013) melaporkan bahwa asam amino L-glutamin berperan sebagai
sumber energi bagi pembelahan sel dan beberapa jalur metabolisme. Penelitian
yang dilakukan Kiarie et al. (2014) menggunakan partisi nutrisi menyatakan
bahwa partisi nutrisi pada fase pertumbuhan diprioritaskan untuk pertumbuhan
organ terutama otot, tulang, dan pencernaan. Piestun et al. (2008); Chen et al.
(2012) menambahkan bahwa pada fase pertumbuhan, energi metabolisme
difokuskan untuk mendukung aktifitas hipertropi sel. Semakin banyak sel yang
mengalami hipertropi maka jumlah energi yang dibutuhkan juga semakin tinggi
(Foye et al., 2006; Chen et al., 2013).
Pertumbuhan tubuh secara keseluruhan dinyatakan dengan pengukuran
pertambahan berat badan. Peningkatan berat badan dapat diketahui dengan cara
menimbang secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu (Anggorodi,
1990). Semakin banyak nutrisi yang terserap ke dalam tubuh maka organ akan
semakin tinggi sehingga pertambahan berat badan meningkat. Peningkatan berat
badan akhir yang tinggi dipengaruhi oleh pertambahan berat badan (Azhar, 2015).
25
2. Persentase Karkas
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa injeksi L-glutamin secara in ovo
periode inkubasi hari ke 7 dengan level yang berbeda tidak berpengaruh (P>0,05)
terhadap persentase berat karkas ayam kampung jantan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan tidak adanya perbedaan bobot badan ayam kampung yang
dihasilkan. Bobot hidup yang tidak berbeda umumnya persentase karkas tidak
berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1992) yang menyatakan
bahwa berat dan persentase karkas dipengaruhi oleh berat ayam. Hal ini juga
sesuai dengan hasil penelitian Herfiana (2007) bahwa tidak berpengaruhnya
persentase bobot karkas dapat disebabkan tidak berbeda nyatanya bobot badan.
Selain itu, kemungkinan disebabkan karena kurangnya respon ayam
kampung terhadap asam amino yang diberikan. Hal ini terkait dengan jenis
unggas yang digunakan. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Salmanzadeh
et al. (2016) yang menggunakan telur tetas dari ayam broiler bahwa in ovo feeding
asam amino L-glutamin pada telur umur 7 hari inkubasi dengan target
penyuntikan albumen dapat meningkatkan pertumbuhan ayam dan karakteristik
karkas pada bagian dada, paha dan rempela pada umur 42 hari. Dai et al. (2009)
juga menambahkan bahwa penambahan L-glutamin dapat meningkatkan kinerja
pertumbuhan dan sifat-sifat karkas broiler. Hasil penelitian Dai et al. (2011) juga
menunjukkan bahwa ayam broiler yang diberikan L-glutamin dengan dosis 5 g
yang dicampurkan pada pakan terjadi peningkatan bobot pada bagian dada dan
paha.
Selain dari bobot badan dan strain ayam yang bervariasi, teknik in ovo
feeding kemungkinan hanya berpengaruh pada masa embrio sampai umur 1
26
minggu setelah penetasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Asmawati (2014)
bahwa in ovo feeding hanya mampu berpengaruh signifikan pada ayam kampung
umur 1 minggu setelah penetasan. Asmawati (2014) juga menambahkan bahwa
persentase karkas ayam buras dapat ditingkatkan melalui perbaikan nutrisi (in ovo
feeding) sebelum penetasan dan imbangan protein dan energi yang sesuai dengan
kebutuhan setelah penetasan. Energi metabolisme yang digunakan selama
penelitian lebih rendah yaitu 2400 kkal dibandingkan pernyataan Iskandar et al.
(1991 dan 1998) bahwa kebutuhan energi ayam kampung umur 6-12 minggu 2900
kkal/kg pakan dan kebutuhan energi metabolisme selama pertumbuhan 2600
kkal/kg pakan (Resnawati et al., 1998).
3. Kadar Air Otot Bisep Femuris Propundus
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa injeksi L-glutamin secara in ovo
periode inkubasi hari ke 7 dengan level yang berbeda tidak berpengaruh (P>0,05)
terhadap kadar air otot. Injeksi L-glutamin 1,5% menghasilkan kadar air otot yang
paling rendah yaitu 59,47% dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Hal ini
diindikasikan karena belum terjadinya proses perlemakan pada tubuh ayam.
Injeksi 1,5% L-glutamin menunjukkan kadar air yang rendah dibandingkan
dengan yang lain meskipun tidak signifikan diindikasikan bahwa lemak juga
terdapat di dalam sel tubuh ayam. Kadar air bebas yang dilepaskan pada saat
penggunaan freeze drying terkait juga dengan komposisi tubuh. Rendahnya kadar
air menyebabkan kadar lemak yang rendah. Tingginya kadar air di dalam daging
dapat mempercepat proses pembusukan karena kadar air yang ideal yaitu dibawah
10%. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrie (1995) bahwa ada hubungan negatif
antara lemak dan kadar air, bila kadar lemak naik maka kadar air dalam karkas
27
akan turun. Lawrie (1979) juga menambahkan bahwa rendahnya kadar air otot
dipengaruhi penimbunan lemak oleh otot yang banyak melakukan aktifitas seperti
otot paha. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Soeparno (1999) bahwa bila
persentase lemak dalam karkas meningkat maka kandungan air tubuh akan
berkurang.
Kadar air otot diukur untuk mengetahui kualitas otot. Lawrie (1979)
menyatakan bahwa air merupakan komponen daging yang terbesar, diikuti oleh
protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Lawrie (1979) juga menambahkan
bahwa protein otot mempunyai hubungan yang erat dengan kadar air daging.
Protein otot mempunyai sifat hidrofilik, yaitu mengikat molekul-molekul air pada
daging (Rogers 2001).
Persentase Organ Ayam Kampung Jantan
Hasil analisis ragam injeksi L-glutamin secara in ovo dengan level yang
berbeda terhadap persentase organ ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Persentase Organ Ayam Kampung Jantan Hasil Injeksi L-
glutamin Secara In Ovo
Perlakuan Organ (%)
Jantung Limpa Fabrisius Hati Gizzard
P0 0.49 ± 0.06 0.21 ± 0.04 0.05 ± 0.01 1.81 ± 0.03 2.57 ± 0.12a
P1 0.45 ± 0.03 0.21 ± 0.06 0.06 ± 0.01 1.82 ± 0.34 3.00 ± 0.19b
P2 0.46 ± 0.02 0.23 ± 0.02 0.06 ± 0.01 1.97 ± 0.22 3.25 ± 0.36b
P3 0.43 ± 0.03 0.21 ± 0.04 0.07 ± 0.03 2.01 ± 0.32 3.03 ± 0.12b
P4 0.43 ± 0.05 0.17 ± 0.02 0.06 ± 0.01 1.83 ± 0.07 3.16 ± 0.19b
* P0 (Kontrol , Tanpa injeksi), P1 (Injeksi dengan larutan NaCl fisiologis 0,9% tanpa L-L-
glutamin), P2 (Injeksi L-L-glutamin 0,5 g/100 ml Nacl fisiologis 0,9%), P3 (Injeksi L-L-glutamin
1,0 g/100 ml Nacl fisiologis 0,9%), P4 (Injeksi L-L-glutamin 1,5 g/100 ml Nacl fisiologis 0,9
Ket: a,b
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menandakan perbedaan signifikansi (P<0.
05)
28
1. Jantung dan Limpa
Persentase bobot jantung yang diperoleh pada penelitian ini berkisar 0,43-
0,49 % sedangkan bobot limpa 0,17-0,21% dari bobot badan. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa injeksi L-glutamin secara in ovo periode inkubasi hari ke 7
dengan level yang berbeda tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap persentase berat
jantung dan limpa ayam kampung umur 11 minggu. Hal ini diindikasikan bahwa
pemberian L-glutamin sampai level tinggi yaitu 1,5% tidak menyebabkan
kontraksi berlebihan pada jantung dan limpa akibat dari zat asing yang diberikan
pada ayam. Kontraksi yang berlebihan dapat memperbesar ukuran jantung.
Frandson (1992) menyatakan bahwa pembesaran jantung terjadi karena adanya
akumulasi racun pada otot jantung sehingga menyebabkan kontraksi. Ressang
(1984) menyatakan bahwa aktivitas limpa akibat benda asing dapat memperbesar
ukuran limpa. Penelitian ini didukung oleh Salmanzadeh et al. (2016) bahwa in
ovo feeding asam amino L-glutamin pada telur ayam broiler pada hari ke 7 dengan
target penyuntikan albumen tidak berpengaruh pada peningkatan bobot jantung
dan limpa. Ayazi (2014), pemberian L-glutamin dengan dosis 0,5% dibawah
pengaruh stres menunjukkan tidak ada pengaruh antara bobot hati dan jantung
yang diamati pada usia 42 hari.
Selain itu, kemungkinan lain dapat disebabkan karena perkembangan limpa
dan jantung hanya sampai minggu pertama setelah penetasan. Mengenai bobot
limpa dan hati efek glutamat dan L-glutamin tidak berpengaruh pada berat relatif
limpa pada komoditi ayam broiler (Ebadiasl, 2011). Hal ini sesuai dengan
pendapat Sakamato et al. (2006) melaporkan pada broiler bobot limpa yang lebih
29
tinggi selama periode starter (1-14 hari), dan Soltan (2009) melaporkan bobot
limpa relatif tinggi saat ayam broiler divaksinasi.
2. Bursa Fabricius
Persentase bobot bursa yang diperoleh pada penelitian ini berkisar 0,05-
0,07 % dari bobot badan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa injeksi L-
glutamin secara in ovo periode inkubasi hari ke 7 dengan level yang berbeda tidak
berpengaruh (P>0,05) terhadap persentase berat bursa fabricius. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh batas berkembangnya bursa hanya 2 minggu
setelah telur menetas dan mengalami pengecilan atau kembali ke ukuran dan
bentuk normalnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Tizard (1987) bahwa bursa
pada ayam mencapai ukuran maksimal sekitar dua sampai tiga minggu sesudah
menetas dan sesudahnya mengalami inovulasi perlahan-lahan.
Hasil penelitian Herfiana (2007) menggunakan nutrien L-glutamin,
dekstrin, kombinasi dekstrin dan L-glutamin, dan NaCl menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan secara nyata antar perlakuan yang diberikan nutrien secara in
ovo terhadap bobot relatif bursa. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak tergertaknya
sel-sel imun terhadap nutrien yang diberikan secara in ovo, sehingga kurang
berpengaruh terhadap bobot relatif bursa sebagai salah satu organ penghasil sel B
pada ayam. Newsholme dan Calder (2002) serta Bartell dan Batal (2007)
melaporkan bahwa pemberian L-glutamin tidak mempengaruhi berat atau
pertumbuhan bursa, tetapi akan meningkatkan pertumbuhan atau berat timus.
3. Hati
Persentase bobot hati yang diperoleh pada penelitian ini berkisar 1,81-2,01
%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa injeksi L-glutamin secara in ovo
30
periode inkubasi hari ke 7 dengan level yang berbeda tidak berpengaruh (P>0,05)
terhadap berat hati ayam kampung umur 11 minggu. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena L-glutamin mempunyai aturan metabolik yang berbeda-beda
pada tiap-tiap organ yang menggunakannya. Newsholme dan Calder (2002)
menyatakan bahwa pada hati, kerangka karbon L-glutamin merupakan prekursor
untuk sintesis glukosa, sedangkan L-glutamin itu sendiri dapat digunakan untuk
sintesis asam-asam amino dan protein-protein lainnya, dengan mengeluarkan
nitrogen yang tidak digunakan melalui ureagenesis.
Dampak in ovo feeding sebelum penetasan dapat meningkatkan berat
organ hati hanya pada minggu pertama setelah penetasan. Chen et al. (2009)
melaporkan bahwa in ovo L-glutamin di hari 21 inkubasi terbukti pada berat hati
tidak signifikan berubah. Salmanzadeh dan Shahryar (2013) melaporkan bahwa
pada burung puyuh dosis L-glutamin yang berbeda yang tidak dapat
meningkatkan bobot bobot hati dan ampela. Selain itu, berat organ hati juga
disebabkan oleh nutrien yang diserap. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismail et al.
(2013) menyatakan bahwa bobot hati dipengaruhi penyerapan nutrien dan bobot
organ hati juga akan semakin menurun seiring dengan meningkatnya umur.
4. Gizzard
Gizzard merupakan lambung otot yang mempunyai jaringan otot yang
kuat dan tebal, berwarna merah (Asmawati, 2014). Persentase gizzard yang
diperoleh pada penelitian ini berkisar 2,57-3,25%. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa injeksi L-glutamin secara in ovo berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap persentase berat gizzard pada ayam umur 11 minggu. Hasil uji duncan
mengindikasikan bahwa perlakuan kontrol negatif (-) berbeda dengan kontrol
31
positif (+) dan perlakuan yang diinjeksikan asam amino. Hal ini kemungkinan
disebabkan peranan asam amino L-glutamin yang dapat memacu pertumbuhan
otot gizzard. Hal ini sesuai dengan pendapat Asmawati (2004) yang menyatakan
bahwa in ovo feeding umur 7 hari mampu menaikkan bobot gizzard tetapi tidak
menaikkan persentase bobot gizzard secara proporsional.
Selain itu, mengkonsumsi pakan juga mempengaruhi aktifitas kerja otot
gizzard sehingga mengakibatkan berat gizzard juga bertambah. Asmawati (2004)
juga menambahkan bahwa serat kasar yang terkandung dalam pakan
mempengaruhi aktifitas kerja gizzard karena semakin tinggi aktifitas gizzard
maka organ gizzard semakin besar. Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa
gizzard tidak akan bekerja ketika kosong tetapi ketika pakan masuk, otot dinding
gizzard yang tebal akan berkontraksi.
32
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis ragam dapat disimpulkan bahwa injeksi L-
glutamin secara in ovo pada hari ke 7 inkubasi tidak berpengaruh (P>0,05)
terhadap karakteristik karkas dan non karkas (hati, limpa, bursa, jantung) ayam
kampung jantan umur 11 minggu tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
persentase gizzard.
Saran
Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemberian asam
amino L-glutamin melalui metode in ovo dengan level, waktu injeksi, tempat
injeksi, dan waktu pemotongan yang lebih beragam pula agar dapat diketahui
manfaat dari asam amino tersebut untuk ayam kampung.
33
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar dan A. G. Nataamijaya., 1999. Persentase Karkas dan Bagian
Bagiannya Dua Galur Ayam Broiler Dengan Penambahan Tepung Kunyit
(Curcuma domestica Val) Dalam Ransum. Buletin Peternakan, edisi
Tambahan. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Al-Daraji, H.J. and A.M. Salih. 2012. Effect of dietary L-arginine on productive
performance of broiler chicken. Pakistan Journal of Nutriton 11 (3) : 252-
257.
Allee, G. L., G. F. Yi, C. D. Knight and J.J. Dibner. 2005. Impact of L-glutamine
and oasis supplement on growth performance, small Intestine morphology,
and Immune response of broiler vaccinated and challenge with Eimeria
Maxima. Poult Sci. 84 : 183-293.
Al-Rubaiyee, S.H.I. 2000. Effect of additional L-Tryptophan on some productive
and physiological trait of broiler chicks. M.Sc thesis. College of veterinary
medicine. University of Baghdad. Iraq.
Andrews, F.J. and R. Griffths. 2002. L-glutamine : Essential for immune nutrition
in the critically ill. Br. J. Nutr. 51 : 3-8.
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Kemajuan Mutakhir.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Antonio, J. and C. Street. 1999. L-glutamine: a potentially useful supplement for
athletes. Can J Appl Physiol 24(1): 1-14.
Ariesta, A. H., I. G. Mahardika, dan G. A. M. K. Dewi. 2015. Pengaruh level
energi dan protein ransum terhadap penampilan ayam kampung umur 0-10
minggu. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. Denpasar. Majalah
Ilmiah Peternakan. Vol (18) : 3.
Asmawati. 2013. The Effect of In Ovo Feeding on Hatching Weight and Small
Intestinal Tissue Development of Native Chicken. Disertasi. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Asmawati. 2014. Peningkatan Kualitas Embrio Dan Pertumbuhan Ayam Buras
Melalui In Ovo Feeding. Disertasi. Program Studi Ilmu Pertanian Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
Asmawati, H. Sonjaya, A. Natsir, W. Pakiding, and H. Fachruddin. 2014. The
effect of in ovo feeding on hatching weight and small intestinal tissue
development of native chicken. Asian Jr. of Microbiol. Biotech. Env. Sc.
34
Ayazi, M. 2014. The effect of dietary L-glutamine supplementation on
performance and blood parameter, carcass characteristics, quality and
characteristics meat of broiler chickens under continuous heat stress
condition. International Journal of Farming and Allied Sciences. Vol., 3
(12): 1234-1242.
Azhar, M. 2015. Performa Ayam Kampung dengan Pemberian Asam Amino
Arginin menggunakan Teknik In Ovo Feeding (Tesis). Program
Pascasarjana. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Baggott, G. K. 2001. Development Of Extra-Embryonic Membranes And Fluid
Compartments. Lincolnshire, Uk: Ratite Conference Books. pp.23-29.
Bartell S.M., Batal A.B. 2007. The effect of supplemental L-glutamine on growth
performance, development of gastrointestinal tract, and humoral immune
response of broiler. Poult Sci 86: 1940-1947.
Bell, D.D. and W.D.J.R Weafer. 2002. Commercil Chicken Meat and Egg
Production. Departement of Poultry Science Pennsylvania State University.
Fifth Edition.
Belmonte, L., M. Coëffier, F. Le Pessot, O. Miralles-Barrachina, M. Hiron, A.
Leplingard, J. F. Lemeland, B. Hecketsweiler, M. Daveau, P. Ducrotté and
P. Déchelotte. 2007. Effects of L-glutamine supplementation on gut barrier,
glutathione content and acute phase response in malnourished rats during
inflammatory shock. World. J. Gastroenterol. 13:2833-2840.
Board, R. G. 1966. The course of microbial infection of the hen’s egg. J. Appl.
Bact. 29:319-341.
Card , L. E.dan Nasheim, M, C. 1973. Poultry Production 12th Ed. Lea and
Febiger, Philadelphia. New York. Chen, R., W. Wang, S. Liu, J. Pan, T. Li,
and Y. Yin. 2013. Dietary arginine supplementation altered expression of
IGFs and IGF reception in weaning piglets. Academic Journals 7 (4) : 44-
50.
Chen, W., Wang, R., Wan, H. F., Xiong, X. L., Peng, P., and Peng, J. 2009.
Influence of in ovo injection of L-glutamine and carbohydrates on digestive
organs and pectoralis muscle mass in the duck, Br. Poult. Sci. 50, 436–442.
Chen, W., M. Tangara, J. Xu, and J. Peng. 2012. Developmental transition of
pectoralis muscle from atrophy in late-term duck embryos to hypertrophy
inneonates. Exp. Physiol 97 (7) : 861–872.
Cynober, L.A. 1999. L-glutamine metabolism in stressed patiens (Abstract). Page
5 in Proc. Int. Congr. Amino Acids (Germany). Springer-Verlag, Vienna,
Austria.
35
Dai, S. F., L. K. Wang, A. Y. Wen, L. X. Wang and G. M. Jin. 2009. Dietary L-
glutamine supplementation improves growth performance, meat quality and
colour stability of broilers under heat stress. Br. Poult. Sci. 50:333–340.
Dai, S. F., F. Gao, W. H. Zhang, S. X. Song, X. L. Xu and G. H. Zhou. 2011.
Effects of dietary L-glutamine and gamma-aminobutyric acid on
performance, carcass characteristics and serum parameters in broilers under
circular heat stress, Anim. Feed. Sci. Technol., 168, 51–60.
Dong, D.Y., Y.J. Jiang, M.Q. Wang, Y.M. Wang, and X. T. Zou. 2013. Effects of
in ovo feeding of carbohydrates on hatchability, body weight, and energy
status in domestic pigeons (Columba livia). Poultry Science 92 : 2118-
2123.
D’Mello, J.P.F. and D. Lewis. 1970. Amino acid interactions in chick nutrition. 3.
Interdependence in amino acid requirements. Br. Poult. Sci. 11:367–385.
Ebadiasl, G. 2011. Effects of supplemental glutamine and glutamate on growth
performance, gastrointestinal development, jejenum morphology and
clostridium perfringers count in caeum of broilers. UPPSALA, 07 :1-26.
El-Azeem, N.A.A., M. Sh. Abdo, M. Madkour, and I. El-Wardany. 2014.
Physiological and histological responses of broiler chicks to in ovo injection
with folic acid or I-carnitine during embryogonesis. Global Veterinaria 13
(4) : 544-551.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Foye, O.T., Z. Uni, J.P. McMurtry and R.P. Ferket. 2006. The effects of amniotic
nutrients administration, in ovo feeding of arginine and/or β-hydroxy β-
methylbutyrate (HMB) on insulin-like growth factors, energy metabolism
and growth in turkey poults. Int. J. Poult. Sci. 5, 309-317.
Gaspersz. 1991. Teknik analisis dalam penelitian percobaan. Tarsito: Bandung.
Gunawan, B., D. Zainuddin, T. Sartika dan Abubakar. 1999. Persilangan ayam
Pelung jantan dengan ayam buras betina untuk meningkatkan ayam buras
pedaging. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Badan
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Departemen Pertanian. Bogor.
Hal : 340-354.
Gunawan. B., D. Zainuddin, S. Iskandar, Resnawati dan E. Juarini. 2004.
Pembentukan Avam Lokal Petelur Unggul. Kumpulan Hasil-Hasil
Penelitian Tahun Anggaran 2003. Buku II Non Ruminansia. Balai Penelitian
Ternak. hlm. 47 -66.
36
Herfiana, I. M. 2007. Pemberian L-glutamin, dekstrin dan kombinasinya secara in
ovo terhadap respon imun, profil darah dan komposisi karkas ayam broiler
jantan (Tesis). Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hartono, T. dan Isman. 2012. Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Iskandar, S., Juarini, E., Zainuddin, D., Resnawati, H., Wibowo B. dan Sumanto.
1991. Teknologi Tepat Guna Ayam Buras. Balai Penelitian Ternak Bogor.
Iskandar, S., D. Zainuddin, S. Sastrodihardjo, T. Sartika, P. Stiadi dan T. Sutanti.
1998. Respon pertumbuhan ayam kampung dan ayam silangan pelung
terhadap ransum berbeda kandungan protein. JITV. 3:1-4. Puslitbang
Peternakan Bogor.
Iskandar, S. 2005. Pertumbuhan dan perkembangan karkas ayam silangan Kedu x
Arab pada dua sistem pemberian ransum. JITV 10(4): 253-259.
Ismail, E., Suhermiyati, S., dan Roesdjianto. 2013. Penambahan Tepung Kunyit
(curcuma domestica val) dan sambiloto (andrographis paniculata nees)
dalam pakan terhadap Bobot Hati, Pancreas dan Empedu Broiler. Jurnal
Ilmiah Peternakan (1) 3 : 750-758.
Iswanto, H. 2005. Ayam Kampung Pedaging. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Jull, M. A. 1979. Poultry Husbandry. Tata McGraw Hill Publishing Co. Ltd. New
Delhi.
Keralapurath, M.M., R.W. Keirs, A. Corzo, L.W. Benneth, R. Pulikanti and E.D.
Peebles. 2010. Effects of in ovo injection of L-carnitine on subsequent
broiler chick tissue nutrient profiles. Poult. Sci. 89 : 335-341.
Kiarie, E., L.F. Romero, and V. Ravindran. 2014. Growth performance, nutrient
utilization, and digesta characteristics in broiler chickens fedcorn or wheat
diets without or with supplemental xylanase. Poultry Science 93 : 1186–
1196.
Labow, B.L. 2001. Mechanisme govering the expression of the enzymes of L-
glutamine metabolism-L-glutaminase and L-glutamine synthetase. J. Nutr.
131 : 2467-2474..
Lacey, J.M., D.W. Wilmore. 1990. Is L-glutamine a conditionally essential amino
acid. Nutrition Research. 48 : 297-309.
Lawrie, R. A. 1979. Meat Science. Second Edition. Permagon Press, Ltd. Sydney
Lee, S. H., H. S. Lillehoj, S. I. Jang, E. P. Lillehoj, W. Min, and D. M. Bravo.
2013. Dietary supplementation of young broiler chickens with Capsicum
37
and turmeric oleoresins increases resistance to necrotic enteritis. Br. J. Nutr.
110:840–847.
Lilburn, M.S. and S. Loeffler. 2015. Early intestinal growth and development in
poultry. Poult. Sci. 94 (7): 1569-1576.
Lourens, A., H. Van den Brand, R. Meijerhof, and B. Kemp. 2005. Effect of
eggshell temperature during incubation on embryo development,
hatchability, and posthatch development. Poult. Sci. 84:914-920.
Macalintal, L.M. 2012. In ovo selenium (se) injection of incubating chicken eggs:
effects on embryo viability, tissue se concentration, lipid peroxidation,
immune response and post hatch development (Dissertation). The Graduate
School. University of Kentucky. Lexington.
Maiorka, A. A., V. F. Silva, E. Santin, S. A. Borges, I. C. Boleli and M. Macari.
2000. Influência da suplementacao de L-glutamina sobre o desempenho e o
desenvolvimento de vilos e criptas do intestino delgado de frangos. Arq.
Bras. Med. Vet. Zoo. 52:487-490.
Mansjoer, S. S. dan H. Martojo. 1977. Produktivitas ayam Kampung dan ayam
Persilangan F1 (Kampung x RIR) pada pemeliharaan dalam kandang.
Seminar Pertama Ilmu dan Industri Perunggasan. Cisarua, Bogor.
Mansjoer, S. S. 1981. Studi sifat-sifat ekonomis yang menurun pada ayam
Kampung. Laporan Penelitian. No. 15/ Penelitian/ PUT/ IPB/ 1979-1980.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Moniharapon, M. 1997. Studi Sifat-Sifat Biologis Ayam Kampung dan Ayam
Gemba Di Maluku Sampai Dewasa Kelamin. Tesis. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Muchtadi, T. R dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertania Bogor.
Bogor.
Murakami, A.E., M.I. Sakamoto, M.R.M. Natali, L.M.G. Souza, J.R.G. Franco.
2007. Supplementation of L-glutamine and vitamin E on the morphometry
of the intestinal mucosa in broiler chickens. Poult. Sci. 86 : 488-495.
Nataamijaya, A.G. 2000. The native chicken of Indonesian. Buletin Plasma
Nutfah. 6 (1) : 1-6.
Nataamijaya, A.G. 2006. Egg production and quality of kampung chicken fed
rice bran diluted commercial diet and forages supplement. J. Anim. Prod.
8(3): 206 − 210.
38
Newsholme, P., B. Crabtree and M.S. Andrawi, 1985. L-glutamine metabolism in
lymphocytes: Its biochemical physiological and clinical importance. Q. J.
Experimental Physiol., 70 : 473-489.
Newsholme, P. 2001. Why is L-L-glutamine metabolism important to cells of the
immune system in health post-immune, sygery or infection ? J. nutr., 131:
2515-2522.
Newsholme P, Calder CP. 2002. Nutrition and Immune System. Wallingford:
CABI Pub.
Newsholme P., J. Procopio , M. M. R. Lima, T. C. Pithon-Curi and R. Curi. 2003.
L-glutamine and glutamate—their central role in cell metabolism and
function. Cell Biochem Funct. 21(1) : 1–9.
North, M.O. 1978. Commercial Chicken Production Manual. Second Ed. AVI
Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.
Ohta, Y., N. Tsushima,K. Koide, M.T. Kidd and T. Ishibashi. 1999. Effect of
amino acid injection in broiler breeder egg on embryonic growth and
hatchability of chicks. Poult. Sci. 78 : 1493-1498.
Pawlak, K., M. Dzugan, D. Wojtysiak, M. Lis and J. Niedziolka. 2013. Effect of
in ovo injection of cadmium on chicken embryo heart. African Journal of
Agricurtural Research 8 (16) : 1534-1539.
Piestun, Y., M. Harel, M. Barak, S. Yahav, and O. Halevy. 2008. Thermal
manipulations in late-term chick embryos have immediate and longer term
effects on myoblast proliferation and skeletal muscle hypertrophy. J Appl
Physiol 106 : 233–240.
Rahayu, H.S.I., I. Suherlan dan I. Suprijatna. 2005. Kualitas telur tetas ayam
Merawang dengan waktu pengulangan inseminasi yang berbeda. Jurnal
Indonesia Tropic Animal Agriculture 30(3): 142-150.
Rasyaf, M. 1999. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Kampung.
Rennie, M.J. 2001. Interaction between L-glutamine avaibility and metabolism of
glycogen, tricarboxylic acid cycle intermediates and glutathione. J. Nutr.
131: 2488-2490.
Resnawati, H. 1998. The Nutritional Requirements for Native Chicken Bulletin of
Animal Science. Supplement Ed. Faculty of Animal Science, Gadjah Mada
University, Yogyakarta.
39
Resnawati, H. dan A.K.B. Ida. 2005. Produktivitas Ayam Lokal Yang Dipelihara
Secara Intensif. Balai Penelitian Ternak.
Resnawati, H. dan A.K.B. Ida. 2014. Kebutuhan Pakan Ayam Kampung Pada
Reriode Pertumbuhan Balai Penelitian Ternak.
Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rhoads, J.M., R.A Argenzio and W. Chen. L-L-glutamine stimulates intestinal
cell proliferation and activates mitogen-activated protein kinases. American
Journal of Physiology ; 272:G943-G953.
Rogers, R.W., Y.H. Hui, N. Wai-Kit and O.A. Young. 2001. Meat Science and
Applications. Marcel Dekker, Inc: New York.
Sakamoto, M. I., Murakami, A. E., Silveira, T. G. V., Fernandes, J.I.M., Oliveira,
CAL. De. 2006. Influence of L-glutamine and Vitamin E on the
Performance and the Immune Responses of Broiler Chickens. Brazilian
Journal of Poultry Science 8:243-249.
Salmanzadeh, M., Y. Ebrahimnezhad, H.A. Shahryar, and A. Lotfi. 2011. The
effects of in ovo injection of L-threonine in broiler breeder eggs on
characters of hatcing and growth performance broiler chickens. European
Journal of Experimntal Biology 1 (4): 164-168.
Salmanzadeh, M. and H. A. Shahryar. 2013. Effects of dietary supplementation
with L-glutamine on growth performance, small intestinal morphology and
carcass traits in turkey poults under heat stress. Revue. Méd. Vét., 164 :
476–480.
Salmanzadeh M., Y. Ebrahimnezhad, H. A. Shahryar, dan J. G. Ghaleh-Kandi.
2016. The effects of in ovo feeding of L-glutamine in broiler breeder eggs
on hatchability, development of the gastrointestinal tract, growth
performance and carcass characteristics of broiler chickens. Arch. Anim.
Breed. 59: 235–242.
Setioka, A, R. dan S. Iskandar. 2005. Riview Hasil-Hasil Penelitian dan
Dukungan Teknologi dalam Pengembangan Ayam Lokal. Prosing
Lokakarya National Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal.
Semarang, 25 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor. Hal.10-19.
Shafey, T. M., A. S. Sami and M. A. Abouheif. 2013. Effects of in ovo feeding L-
L-glutamine on hatchability performance and hatching time of meat-type
breeder eggs. J. Animal and veterinary advances 12 (1): 135-139.
Sibley, C.G. 1960. The electrophoretic patterns of avian egg-white protein as
taxonomic characters. Ibis 102:215-284.
40
Singh, H.S. and B. Panda. 1996. Poultry Nutrition. Kalyani Publisher, Calcutta,
India.
Siregar, A.P., M. Sabrani dan S. Pramu. 1992. Teknik Beternak Ayam Pedaging
di Indonesia. Cetakan ke dua. Margis Group. Jakarta.
Soeparno. 1992. Laporan Penelitian Daging Dada (Otot Pectoralis Superficialis)
sebagai Standar Penilaian Kualitas Daging. Lembaga Penelitian UGM.
Yogyakarta.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University.
Yogyakarta
Soepeno.A., N. Mulyadi dan P. Sitorus. 1996. Analisa Pulang Poko (―Break
Even‖) Pada Usaha Ternak Ayam Buras Secara Intensif Di Pedesaan Riau.
Temu Ilmiah. Hasil-hasil Penelitian Peternakan 9-11 Januari. Balai
Penelitian Ternak Ciawi. Bogor.
Soltan, M. A. 2009. Influence of Dietary L-glutamine Supplementation on Growth
Performance, Small Intestinal Morphology, Immune Response and Some
Blood Parameters of Broiler Chickens. International Journal of Poultry
Science 8 (1): 60-68.
Sonaiya, E.B. 2007. Family poultry, food security and the impact of HPAI. J.
World’s Poult. Sci. 63: 132−138.
Souba W.W. 1993. L-glutamine and cancer. Ann. Surg. Vol (218) : 715-728.
Suharsono. 1970. Biokimia. Jakarta. Peneribit Erlangga.
Sulandari, S., M.S.A. Zein, S. Paryanti dan T. Sartika. 2007. Taksonomi dan Asal-
Usul Ayam Domestikasi. Dalam: Keanekaragaman Sumber Daya Hayati
Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Diwyanto, K. Dan. Prijono
S.N (Eds.). Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Bogor. Hlm. 5 − 25.
Sumanto, E. Juarini, S. Iskandar, B. Wibowo dan Santoso. 1990. Pengaruh
perbaikan tatalaksana terhadap penampilan usaha ternak ayam buras di Desa
Pangradin. J. Ilmu dan Peternakan. 4 (3) : 322-328.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tako, E., P.R. Ferket and Z. Uni. 2004. Effects of in ovo feeding of
carbohydrates and beta-hydroxy-betamethyl butyrate on the development of
chicken intestine. Poult. Sci. 83 : 2023-2028.
41
Tizard, I.R. 1987. Pengantar Imunologi Veteriner. Edisi Kedua. Partodiredjo M,
penerjemah. Surabaya: Penerbit Universitas Airlangga. Terjemahan dari: An
Introduction to Veterinary Immunology.
Uni, Z., dan P. R. Ferket. 2003. Enhancement of Development of Oviparous
species by In Ovo Feeding. U. S.
Uni, Z., dan P. R. Ferket. 2004. Methods for early nutrition and their potential.
World’s J. Poult. Sci. 60:101-111.
Uni, Z., P.R. Ferket, E. Tako and O. Kedar. 2005. In ovo feeding improves energy
status of late-term chicken embryos. Poult. Sci. 84 : 764-770.
Wahyu. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Wulandari, A. 2002. Pengaruh Indeks dan Bobot Telur Itik Tegal Terhadap Daya
Tetas, Kematian Embrio dan Hasil Tetas. Skripsi Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Yaman, M.A . 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Yi, G.F., G.L. Alle, C.D Knight and J.J. Dibner. 2005. Impact of L-glutamine and
oasis hatching supplement on growth performance, small intestinal
morphology and immune response of broiler vaccinated and challenged with
Eimeia maxima. Poult. Sci., 84 : 283-293.
Zainuddin, D. dan Wahyu. 1995. Suplementasi probiotik starbio dalam pakan
terhadap prestasi ayam buras petelur dan kadar air feses. Pros. Seminar
Nasional Peternakan dan Veteriner. hal: 509-513. Puslitbang Peternakan.
Bogor.
42
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Ragam Berat Hidup Ayam Kampung Hasil Pemberian
Asam Amino L-glutamin Secara In Ovo
Descriptive Statistics
Dependent Variable:BERAT_HIDUP
PERLA
KUAN Mean Std. Deviation N
P0 1.1267E3 120.86494 3
P1 1.2633E3 97.12535 3
P2 1.1750E3 147.56355 3
P3 1.1700E3 85.29361 3
P4 1.2100E3 131.14877 3
Total 1.1890E3 110.77970 15
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:BERAT_HIDUP
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 31226.667a 4 7806.667 .555 .700
Intercept 2.121E7 1 2.121E7 1.508E3 .000
PERLAKUAN 31226.667 4 7806.667 .555 .700
Error 140583.333 10 14058.333
Total 2.138E7 15
Corrected Total 171810.000 14
a. R Squared = ,182 (Adjusted R Squared = -,146)
43
Lampiran 2. Analisis Ragam Persentasi Karkas Ayam Kampung Hasil Pemberian
Asam Amino L-glutamin Secara In Ovo
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PERSENTASI_kARKAS
PERLA
KUAN Mean Std. Deviation N
P0 71.7933 2.12660 3
P1 68.4100 2.97168 3
P2 68.0900 .64374 3
P3 70.1000 1.86365 3
P4 69.0333 2.20509 3
Total 69.4853 2.25584 15
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PERSENTASI_kARKAS
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 27.037a 4 6.759 1.529 .267
Intercept 72423.173 1 72423.173 1.638E4 .000
PERLAKUAN 27.037 4 6.759 1.529 .267
Error 44.207 10 4.421
Total 72494.417 15
Corrected Total 71.244 14
a. R Squared = ,379 (Adjusted R Squared = ,131)
44
Lampiran 3. Analisis Ragam Kadar Air Otot Bisep Femuris Propundus Ayam
Kampung Hasil Pemberian Asam Amino L-glutamin Secara In Ovo
Descriptive Statistics
Dependent
Variable:KADAR_AIR_OTOT_BISEP_FEMURIS_
PROPUNDUS
PERLA
KUAN Mean Std. Deviation N
P0 70.8850 .57276 2
P1 67.0400 3.95675 3
P2 61.0567 9.34791 3
P3 67.3000 12.31395 3
P4 59.4800 13.50934 3
Total 64.7429 9.23803 14
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:KADAR_AIR_OTOT_BISEP_FEMURIS_PROPUNDUS
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 234.756a 4 58.689 .604 .670
Intercept 57883.998 1 57883.998 595.597 .000
PERLAKUAN 234.756 4 58.689 .604 .670
Error 874.678 9 97.186
Total 59792.360 14
Corrected Total 1109.434 13
a. R Squared = ,212 (Adjusted R Squared = -,139)
45
Lampiran 4. Analisis Ragam Persentasi Jantung Ayam Kampung Hasil
Pemberian Asam Amino L-glutamin Secara In Ovo
Descriptive Statistics
Dependent
Variable:PERSENTASI_ORGAN_JANTUNG
PERLA
KUAN Mean Std. Deviation N
P0 .4900 .06928 3
P1 .4567 .03512 3
P2 .4633 .03055 3
P3 .4367 .04041 3
P4 .4367 .05132 3
Total .4567 .04499 15
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PERSENTASI_ORGAN_JANTUNG
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .006a 4 .001 .653 .638
Intercept 3.128 1 3.128 1.392E3 .000
PERLAKUAN .006 4 .001 .653 .638
Error .022 10 .002
Total 3.157 15
Corrected Total .028 14
a. R Squared = ,207 (Adjusted R Squared = -,110)
46
Lampiran 5. Analisis Ragam Persentasi Limpa Ayam Kampung Hasil Pemberian
Asam Amino L-glutamin Secara In Ovo
Descriptive Statistics
Dependent
Variable:PERSENTASI_ORGAN_LIMFA
PERLA
KUAN Mean Std. Deviation N
P0 .2133 .04041 3
P1 .2167 .06429 3
P2 .2300 .02000 3
P3 .2100 .04583 3
P4 .1767 .02309 3
Total .2093 .03990 15
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PERSENTASI_ORGAN_LIMFA
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .005a 4 .001 .667 .630
Intercept .657 1 .657 373.470 .000
PERLAKUAN .005 4 .001 .667 .630
Error .018 10 .002
Total .680 15
Corrected Total .022 14
a. R Squared = ,211 (Adjusted R Squared = -,105)
47
Lampiran 6. Analisis Ragam Persentasi Bursa Ayam Kampung Hasil Pemberian
Asam Amino L-glutamin Secara In Ovo
Descriptive Statistics
Dependent
Variable:PERSENTASI_ORGAN_BURSA
PERLA
KUAN Mean Std. Deviation N
P0 .0567 .01155 3
P1 .0733 .01155 3
P2 .0633 .01528 3
P3 .0700 .03000 3
P4 .0633 .01528 3
Total .0653 .01642 15
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PERSENTASI_ORGAN_BURSA
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .001a 4 .000 .388 .813
Intercept .064 1 .064 196.000 .000
PERLAKUAN .001 4 .000 .388 .813
Error .003 10 .000
Total .068 15
Corrected Total .004 14
a. R Squared = ,134 (Adjusted R Squared = -,212)
48
Lampiran 7. Analisis Ragam Persentasi Hati Ayam Kampung Hasil Pemberian
Asam Amino L-glutamin Secara In Ovo
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PERSENTASI_ORGAN_HATI
PERLA
KUAN Mean Std. Deviation N
P0 1.8167 .03512 3
P1 1.8233 .34646 3
P2 1.9733 .22368 3
P3 2.0133 .32517 3
P4 1.8300 .07810 3
Total 1.8913 .21925 15
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PERSENTASI_ORGAN_HATI
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .107a 4 .027 .471 .756
Intercept 53.657 1 53.657 947.559 .000
PERLAKUAN .107 4 .027 .471 .756
Error .566 10 .057
Total 54.330 15
Corrected Total .673 14
a. R Squared = ,159 (Adjusted R Squared = -,178)
49
Lampiran 8. Analisis Ragam Persentasi Gizzard Ayam Kampung Hasil Pemberian
Asam Amino L-glutamin Secara In Ovo
Descriptive Statistics
Dependent
Variable:PERSENTASI_ORGAN_GIZZARD
PERLA
KUAN Mean Std. Deviation N
P0 2.5700 .12000 3
P1 3.0000 .19672 3
P2 3.2400 .36097 3
P3 3.0333 .12662 3
P4 3.1600 .19157 3
Total 3.0007 .30236 15
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PERSENTASI_ORGAN_GIZZARD
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .808a 4 .202 4.275 .028
Intercept 135.060 1 135.060 2.860E3 .000
PERLAKUAN .808 4 .202 4.275 .028
Error .472 10 .047
Total 136.340 15
Corrected Total 1.280 14
a. R Squared = ,631 (Adjusted R Squared = ,483)
50
PERSENTASI_ORGAN_GIZZARD
Duncan
PERLA
KUAN N
Subset
1 2
P0 3 2.5700
P1 3 3.0000
P3 3 3.0333
P4 3 3.1600
P2 3 3.2400
Sig. 1.000 .236
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,047.
51
Lampiran 9. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
52
RIWAYAT HIDUP
Fitri Fadilla Handayani lahir pada tanggal 31 Desember
1995 di Makassar. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara, dari pasangan Abdul Samad dan Sri Handayani.
Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis yakni:
SD Negeri 1 Mamuju Tahun 2001 - 2007; SMP Negeri 2
Mamuju Tahun 2007 - 2010; SMA Negeri 1 Mamuju Tahun
2010 - 2013 dan pada tahun 2013 - 2017 penulis
melanjutkan pendidikannya di Fakultas Peternakan Program Studi Ilmu
Peternakan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, melalui jalur Undangan
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis aktif
sebagai asisten pada mata kuliah Ternak Unggas (2016-2017).