PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf ·...

34
PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP TIMBULNYA PREMENSTRUAL SYNDROME PADA WANITA DI KELURAHAN JATI KECAMATAN JATEN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Brigitta Devi Anindita Hapsari G.0007048 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf ·...

Page 1: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP TIMBULNYA

PREMENSTRUAL SYNDROME PADA WANITA

DI KELURAHAN JATI KECAMATAN JATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Brigitta Devi Anindita Hapsari

G.0007048

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena

beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya

pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang telah diobati

tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, juga adanya komplikasi yang

dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas (Yogiantoro, 2007).

Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia

menunjukkan 1,8 – 28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah

penderita hipertensi (Arief, 2008). Prevalensi hipertensi di Provinsi

Kalimantan Selatan 39,6%, di Papua Barat 20,1% (Rahajeng, 2009).

Prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing

provinsi 36,6%. Prevalensi di perkotaan 39,9% dan di pedesaan 44,1%

(Setiawan, 2008).

Kira-kira 90-95 % orang yang menderita hipertensi dikatakan

menderita hipertensi primer yang juga dikenal sebagai hipertensi essensial

(Guyton and Hall, 2008). Sedangkan lima persen adalah penyakit hipertensi

sekunder akibat penyakit lain seperti kerusakan parenkim ginjal atau

aldosteronisme primer (Brown, 2007).

Jumlah penduduk Karanganyar berdasarkan registrasi tahun 2006

sebanyak 840.687 jiwa. Kejadian hipertensi pada perempuan yaitu 29 %. Hasil

analisis di Karanganyar menunjukkan umur semakin tua merupakan faktor

Page 3: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

iii

risiko hipertensi yaitu usia 46-60 tahun dengan OR = 19,91. Riwayat keluarga

juga merupakan factor risiko hipertensi dengan OR = 6,29 (Sugiharto dkk,

2006).

Pada hipertensi primer terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatik

yang menyebabkan peningkatan sekresi katekolamin kemudian berpengaruh

pada kenaikan kadar estrogen (Babyminakshi et al., 2006). Kadar estrogen

tersebut berperan dalam terjadinya stress melalui mekanisme kortisol (Harper,

2003). Pada stress terjadi penurunan kadar serotonin yang menimbulkan

beberapa gejala pada premenstrual syndrome (Steiner, 2000).

Premenstrual syndrome biasanya terjadi saat fase ovulasi pada siklus

menstruasi (Henshaw, 2007). Survey epidemiologik pada wanita di eropa,

Cina, dan Jepang menunjukkan bahwa 80-90 % wanita usia reproduktif pernah

mengalami beberapa gejala premenstrual syndrome (Emilia, 2008). Wanita

usia dekade empat paling sering mengalami premenstrual syndrome (Moreno

et al., 2009).

Wanita usia reproduktif dapat mengalami variasi gejala pada

premenstrual syndrome (Matsumoto et al., 2006). Gejala yang timbul pada

premenstrual syndrome misalnya kecemasan, depresi, sakit kepala, dan perut

sebah (Steriti, 2002). Lebih dari 85 % wanita yang sedang menstruasi

mengalami satu atau lebih gejala premenstrual syndrome (Dickerson et al.,

2003).

Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena

gejala-gejala kuat yang timbul mengisyaratkan permasalahan kesehatan

Page 4: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

iv

setelah menopause. Selain itu premenstrual syndrome cukup berbahaya karena

menandakan suatu ketidakseimbangan yang dapat disebabkan pola makan dan

gaya hidup, ketidakseimbangan kronik bisa menyebabkan kanker, stroke, dan

penyakit jantung. Premenstrual syndrome dapat dicegah dengan perubahan

pola hidup seperti olahraga, tidur cukup, juga dengan pola makan yang sehat

(Ltaminsyah, 2009).

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat dikatakan bahwa

premenstrual syndrome merupakan hal yang cukup berbahaya bila tidak

dicegah dan diberi penatalaksanaan. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui

apakah ada pengaruh hipertensi primer terhadap timbulnya premenstrual

syndrome. Supaya dapat dilakukan pencegahan dan pengontrolan terhadap

hipertensi primer dan premenstrual syndrome.

Page 5: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

v

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh hipertensi primer terhadap timbulnya

premenstrual syndrome.

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh hipertensi primer terhadap timbulnya

premenstrual syndrome.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Membuktikan secara empiris pengaruh hipertensi primer terhadap

timbulnya premenstrual syndrome.

2. Manfaat praktis

Memberikan informasi pada masyarakat mengenai pengaruh hipertensi

primer terhadap timbulnya premenstrual syndrome.

Page 6: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

vi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hipertensi

a. Definisi

Merupakan suatu keadaan di mana tekanan arteri tinggi, berbagai

kriteria sebagai batasannya telah diajukan berkisar dari tekanan sistolik

140 – 200 mmHg dan tekanan diastolik 90-110 mmHg (Dorland, 2007).

Hipertensi primer atau hipertensi essensial merupakan hipertensi yang

tidak diketahui penyebabnya (Anggraini dkk, 2009). Pada beberapa pasien

hipertensi primer terdapat kecenderungan herediter yang kuat (Guyton and

Hall, 2008).

b. Perjalanan penyakit

Perjalanan penyakit hipertensi primer sangat perlahan. Penderita

hipertensi primer biasanya tidak menunjukkan gejala selama bertahun-

tahun sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala

biasanya non spesifik seperti sakit kepala.

Patogenesis terjadinya hipertensi primer sangat kompleks dengan

interaksi dari berbagai variabel. Kemungkinan terdapat predisposisi

genetik (Brown, 2007).

Pada hipertensi primer yang baru mulai biasanya curah jantung normal

atau sedikit meningkat dan resistensi perifer normal. Pada tahap lanjut

Page 7: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

vii

hipertensi primer, curah jantung menurun dan resistensi perifer meningkat

(Gray et al., 2002).

c. Faktor risiko

Faktor risiko yang relevan terhadap mekanisme terjadinya hipertensi

primer adalah :

1) Genetik

Hipertensi primer bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu

dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih

besar untuk menderita hipertensi primer daripada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

2) Jenis kelamin

Hipertensi primer lebih jarang ditemukan pada perempuan pra

menopause dibanding pria karena pengaruh hormon. Wanita yang

belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).

Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya

imunitas wanita pada usia premenopause (Thomas, 2007).

3) Usia

Insidensi hipertensi primer meningkat seiring dengan pertambahan

usia. 50-60 % pasien dengan umur lebih dari 60 tahun memiliki

tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

Page 8: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

viii

4) Obesitas

Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi primer. Hal ini

disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah

sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Anggraini dkk., 2009).

5) Asupan garam

Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan sekresi hormon

natriuretik. Hormon tersebut menghambat aktivitas sel pompa natrium

dan mempunyai efek penekanan pada sistem pengeluaran natrium

sehingga terjadi peningkatan volume plasma yang mengakibatkan

kenaikan tekanan darah.

6) Hiperaktivitas simpatis

Pada hipertensi primer, sekresi katekolamin yang meningkat akan

memacu produksi renin menyebabkan konstriksi arteriol dan vena serta

meningkatkan curah jantung (Gray, et al., 2002).

d. Diagnosis

Diagnosis hipertensi primer dapat dilakukan dengan beberapa cara

meliputi:

1) Anamnesis

2) Pemeriksaan fisik lengkap, terutama pemeriksaan tekanan darah.

3) Pemeriksaan penunjang meliputi tes urinalisis, pemeriksaan kimia

darah (untuk mengetahui kadar potassium, sodium, creatinin, High

Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL),

glukosa).

Page 9: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

ix

4) Pemeriksaan EKG (Carretero, 2000).

e. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi primer bertujuan untuk mencegah

morbiditas dan mortalitas, juga untuk mencapai tekanan darah kurang dari

140/90 mmHg. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perubahan gaya

hidup seperti olahraga dan diet rendah garam. Namun apabila perubahan

gaya hidup kurang memadai untuk mencapai tekanan darah yang

diharapkan maka dapat dilakukan pemberian diuretika, inhibitor ACE

(angiotensin-converting-enzim), penyekat reseptor beta-adrenergik, dan

penyekat saluran kalsium (Brown, 2007).

2. Fisiologi Menstruasi

a. Definisi

Menstruasi adalah perdarahan dari uterus yang disertai pelepasan atau

deskuamasi endometrium yang terjadi secara periodik (Wiknjosastro dkk,

2007). Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan

progesteron, pada akhir siklus ovarium. Hal tersebut menyebabkan

beberapa efek yaitu penurunan rangsang terhadap sel-sel endometrium

(Guyton and Hall, 2008).

b. Perubahan hormonal pada siklus menstruasi

Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium

dan perubahan endometrium. Pusat pengendalian hormon dari sistem

reproduksi adalah hipotalamus. Hipotalamus mengasilkan Follicle

Stimulating Hormon Releasing Hormon (FSHRH) dan Luteinizing

Page 10: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

x

Hormon Releasing Hormon (LHRH) yang merangsang hipofisis anterior

Untuk menyekresi Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing

Hormon (LH). Sekresi FSH dan LH menyebabkan produksi estrogen dan

progesteron oleh ovarium, keadaan tersebut menyebabkan perubahan

fisiologik pada uterus, juga mempengaruhi siklus menstruasi dan siklus

endometrium (Schteingart, 2007).

c. Siklus menstruasi

Siklus menstruasi berlangsung sekitar 15-45 hari, dengan rata-rata 28

hari. Pada siklus menstruasi terdapat siklus ovarium dan siklus

endometrium.

Siklus ovarium terbagi menjadi dua fase, yaitu :

1) Fase folikular

Setelah terjadi pelepasan endometrium, maka FSH merangsang

pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Biasanya

hanya satu folikel yang berkembang menjadi folikel deGraaf,

sedangkan yang lainnya mengalami degenerasi. Folikel tersebut

terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel yang mengelilingi.

Lapisan bagian dalam terdapat sel granulosa yang menyintesis

progesteron untuk disekresikan ke dalam cairan folikular pada

paruh pertema siklus menstruasi. Fungsi progesteron sebagai

prekursor sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna. Dalam

folikel deGraaf oosit primer mengalami proses pematangan. Pada

fase ini disekresikan estrogen dalam jumlah besar. Kadar estrogen

Page 11: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xi

yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui

mekanisme umpan balik positif.

2) Fase luteal

Pada fase ini jumlah LH meningkat yang kemudian merangsang

ovulasi dari oosit yang matang. Kemudian oosit terlepas dari folikel

deGraaf. Lapisan granulosa yang banyak mengandung pembuluh

darah pada folikel deGraaf mengalami luteinisasi menjadi korpus

luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum

menyekresi estrogen dan progesteron yang makin lama makin

meningkat jumlahnya (Hillegas, 2007).

Terdapat perubahan histologik pada endometrium dalam siklus

menstruasi yang dapat dibagi menjadi empat fase endometrium, yaitu :

1) Fase menstruasi atau deskuamasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai

perdarahan, hanya stratum basale endometrium yang tertinggal.

Fase ini berlangsung selama empat hari.

2) Fase pascamenstruasi atau fase regenerasi

Luka pada endometrium yang terjadi akibat deskuamasi berangsur-

angsur sembuh dan ditutp oleh selaput lendir dari sel-sel epitel

endometrium. Tebal endometrium pada fase pascamenstruasi

adalah 0,5 mm. Fase ini sudah dimulai sejak fase menstruasi dan

berlangsung selama empat hari.

Page 12: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xii

3) Fase proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase

ini berlangsung selama sepuluh hari, kira-kira hari ke-5 sampai hari

ke-14 dari siklus menstruasi.

4) Fase sekresi

Fase ini terjadi sesudah ovulasi yaitu pada hari ke-14 sampai hari

ke-28. Pada fase ini ketebalan endometrium hampir sama dengan

fase proliferasi. Bentuk kelenjar menjadi panjang, berkelok-kelok,

dan mengeluarkan getah. Fase sekresi terbagi menjadi dua yaitu :

a) Fase sekresi dini

Dalam fase ini endometrium kehilangan cairan sehingga sedikit

lebih tipis dari fase sebelumnya. Dapat dibedakan menjadi

beberapa lapisan yaitu :

(1) Stratum basale, yaitu lapisan bagian dalam endometrium

yang berbatasan dengan lapisan miometrium.

(2) Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah yang berbentuk

anyaman seperti spons. Pada lapisan tersebut terdapat

banyak kelenjar yang melebar dan berkelok-kelok dengan

sedikit stroma.

(3) Stratum kompaktum, yaitu lapisan bagian atas yang bersifat

padat. Terdapat saluran kelenjar yang sempit, lumen yang

berisi secret, dan stroma yang edema.

Page 13: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xiii

b) Fase sekresi lanjut

Ketebalan endometrium dalam fase ini adalah 5-6 mm.

Endometrium banyak mengandung pembuluh darah yang

berkelok-kelok. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan

perkembangan ovum (Wiknjosastro dkk, 2007).

3. Premenstrual Syndrome

a. Definisi

Merupakan sindrom yang terjadi secara khas pada periode antara

ovulasi dan onset menstruasi (Dorland, 2007). Ditandai dengan timbulnya

gejala fisik dan psikis seperti sakit kepala, nyeri payudara, perut sebah,

pertambahan berat badan, kelelahan, sukar tidur, kecemasan, sulit

konsentrasi, mudah marah, dsb (Storck, 2008).

b. Etiologi

Premenstrual syndrome merupakan kelainan psikologik dan somatik

dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyebab yang paling

memungkinkan adalah interaksi estrogen dengan neurotransmitter pada

sistem saraf pusat seperti serotonin, karena pada wanita yang mengalami

premenstrual syndrome terjadi peningkatan hormon estrogen (Stolberg et

al., 2003). Defisiensi prostaglandin kemungkinan juga dapat menyebabkan

terjadinya premenstrual syndrome (Dickerson, 2003).

Page 14: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xiv

c. Klasifikasi

Premenstrual syndrome dapat dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu:

1) Kelas pertama

Meliputi gejala psikologis dan kepribadian seperti stress, ketegangan,

perubahan mood, kecemasan, dan depresi.

2) Kelas kedua

Meliputi gejala somatic misalnya nyeri payudara, perut sebah, edema

pada ekstremitas, dan palpitasi (Rosenfeld et al., 2008).

Selain itu juga dapat diklasifikasikan menjadi empat meliputi :

1) Tipe A (Anxiety)

Premenstrual syndrome dengan gejala ansietas, insomnia, ketegangan,

perubahan mood.

2) Tipe C (Craving)

Premenstrual syndrome dengan gejala menyukai jenis makanan

tertentu (mengidam), hipoglikemia, malas, lemah, sakit kepala.

3) Tipe D (Depression)

Premenstrual syndrome dengan gejala depresi, pelupa, suka menangis,

dan bingung.

4) Tipe H (Hydration)

Premenstrual syndrome dengan gejala pertambahan berat badan,

edema ekstremitas, perut sebah, dan nyeri payudara.

Page 15: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xv

5) Tipe O (Other)

Premenstrual syndrome dengan gejala nausea, acne, banyak keringat

(Kaslow, 2010).

d. Faktor risiko

1) Usia

Wanita usia dekade empat paling sering mengalami premenstrual

syndrome.

2) Merokok

Wanita yang merokok memiliki risiko dua kali lebih besar dibanding

yang tidak merokok untuk mengalami premenstrual syndrome.

3) Obesitas

Wanita obese memiliki risiko tiga kali lebih besar dibanding wanita

yang tidak obese untuk mengalami premenstrual syndrome (Moreno,

2009).

e. Diagnosis

Tidak ada diagnosis yang objektif untuk premenstrual syndrome.

Untuk menentukan terjadi atau tidaknya premenstrual syndrome dapat

dilakukan pemeriksaan riwayat kesehatan (Steiner, 2000). Namun ada

beberapa metode untuk mendiagnosis premenstrual syndrome seperti :

1) Menstrual diary

Berbentuk tabel terdiri dari tiga komponen perubahan yaitu perubahan

fisik, perubahan emosional, dan perubahan kepribadian yang diamati

dalam selama satu siklus mentruasi. Dihitung sejak hari pertama

Page 16: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xvi

menstruasi terakhir sampai satu hari sebelum menstruasi. Digunakan

untuk mengetahui gejala apa yang paling sering dialami (Emilia,

2008).

2) Shortened Premenstrual Asessment Form

Meliputi gangguan afektif seperti depresi, agitasi, iritabilitas,

kecemasan, kebingungan, gangguan hubungan sosial. Juga meliputi

gangguan somatik misalnya nyeri payudara, perut sebah, sakit kepala,

edema ekstremitas. Wanita didiagnosis premenstrual syndrome bila

mengalami lebih dari lima gejala (Rosenfeld, 2008).

Page 17: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xvii

4. Mekanisme terjadinya premenstrual syndrome akibat hipertensi primer

Pada penderita hipertensi primer terjadi beberapa perubahan, salah

satunya adalah peningkatan aktivitas saraf simpatik, sehingga terjadi

peningkatan produksi katekolamin (Gray et al., 2002).

Hal tersebut dapat yang meningkatkan sekresi hormon hipotalamus yaitu

GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon). Peningkatan sekresi GnRH

menyebabkan sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormon) yang berpengaruh

pada perkembangan folikel sehingga terjadi peningkatan sekresi estrogen,

sedangkan kadar progesterone masih rendah. Estrogen tersebut menyebabkan

peningkatan kortisol dalam darah (Harper, 2003). Rangsangan pada

hipotalamus menyebabkan kelenjar hipofisis memacu sekresi bagian kortikal

kelenjar adrenal yang juga akan menghasilkan kortisol (Durand and Barlow,

2006).

Kadar kortisol yang tinggi dalam darah bisa menyebabkan stress. Pada

stress terjadi penurunan serotonin yang mengakibatkan ketidakstabilan mood

sehingga bisa memudahkan munculnya premenstrual syndrome (Connoly,

2001). Pelepasan adrenalin oleh bagian kortikal kelenjar adrenal akan

menghambat pengikatan progesterone ke reseptornya sehingga terjadi

penurunan kadar progesterone. Ketidakseimbangan antara kadar estrogen dan

progesterone menyebabkan premenstrual syndrome (Alam, 2007).

Page 18: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xviii

B. Kerangka Pemikiran

: merangsang

: menghambat

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Hipertensi primer

Aktivitas saraf simpatik meningkat

Sekresi katekolamin meningkat

Perangsangan pada kelenjar hipotalamus

Perangsangan pada kelenjar hipofisis

Kadar estrogen tinggi

Kadar progesterone rendah

Estrogen meningkatkan kortisol di darah

stress

Kadar serotonin menurun

Premenstrual Syndrome

Perangsangan kelenjar adrenal

Menghasilkan

kortisol

Menghasilkan

adrenalin

Pengikatan progesterone

ke reseptornya

Sekresi FSH meningkat

Sekresi GnRH

Page 19: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xix

C. Hipotesis

Ada pengaruh hipertensi primer terhadap timbulnya premenstrual

syndrome pada wanita di kelurahan Jati Kecamatan Jaten Karanganyar.

Page 20: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xx

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross

sectional.

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Jati kecamatan Jaten Karanganyar.

Dengan pertimbangan terdapat banyak wanita usia reproduktif untuk dijadikan

sampel penelitian.

C. Subjek Penelitian

1. Batasan Populasi

Wanita di Kelurahan Jati Kecamatan Jaten Karanganyar dengan kriteria :

a. Kriteria inklusi

1) Usia 30-55 tahun

2) Memiliki riwayat hipertensi primer

3) Tidak memiliki riwayat hipertensi (kontrol)

4) Belum menopause

b. Kriteria eksklusi

1) Perokok

2) Penderita hipertensi sekunder

3) Penyakit hormonal

Page 21: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxi

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu

yang berkaitan dengan populasi.

Penghitungan besarnya sampel untuk penelitian cross sectional, berdasarkan

rumus: (Arief, 2004).

2

2 ..)(

d

qpZN

Keterangan :

Zα : statistik Z (jika α= 0,05, maka Zα= 1,96)

p : perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen

pada populasi (p= 0,5)

q : (1-p) = 1-0,5 = 0,5

d : delta; presisi absolut atau margin of error yang

diinginkan di kedua proporsi (0,15)

Penghitungan:

68,42)15,0(

)5,0).(5,0.()96,1(2

2

N

N ≈ 44

Menurut perhitungan, jumlah total subjek penelitian minimal sebanyak 44

bila dibulatkan menjadi 45. Dalam penelitian ini digunakan 45 subjek

penelitian untuk satu kelompok. Karena ada dua kelompok maka total subjek

yang digunakan adalah 90 subjek. Yaitu 45 wanita dengan hipertensi primer

dan 45 wanita non hipertensi.

Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tekanan darah dalam dua

waktu dengan interval tiga hari agar dapat dibandingkan hasilnya. Tiap satu

waktu dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali dengan interval lima menit

Page 22: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxii

dalam keadaan istirahat untuk menentukan adanya hipertensi atau tidak

(Williams et al., 2009).

E. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

F. Identifikasi variabel penelitian

1. Variabel bebas

Hipertensi primer

2. Variabel tergantung

Premenstrual Syndrome

Wanita di Kelurahan Jati Kecamatan Jaten

Karanganyar yang memenuhi kriteria inklusi

Pengukuran tekanan darah dengan sphygmomanometer

Kuesioner

Kelompok

hipertensi primer

45 subjek

Tidak terjadi Premenstrual

Syndrome

45

subjek

Kelompok kontrol

(non hipertensi)

Uji chi square

Premenstrual Syndrome

Odds Ratio

Page 23: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxiii

3. Variabel luar

a. Terkendali

1) Usia

2) Merokok

3) Penyakit hormonal

b. Tidak terkendali

Herediter

G. Definisi operasional variabel penelitian

1. Hipertensi

Hipertensi primer atau hipertensi essensial merupakan hipertensi yang

tidak diketahui penyebabnya, dengan tekanan sistolik 140 – 200 mmHg

dan tekanan diastolik 90-110 mmHg (Guyton and Hall, 2008).

Hipertensi primer menggunakan skala nominal karena yang akan diteliti

adalah penderita hipertensi primer dan non hipertensi primer.

2. Premenstrual syndrome

Merupakan sindrom yang terjadi secara khas pada periode antara ovulasi

dan onset menstruasi (Dorland, 2007). Ditandai dengan timbulnya gejala

fisik dan psikis seperti sakit kepala, nyeri payudara, perut sebah,

pertambahan berat badan, kelelahan, sukar tidur, kecemasan, sulit

konsentrasi, mudah marah, dsb (Storck, 2008).

Premenstrual syndrome menggunakan skala nominal karena yang akan

diteliti adalah terjadi atau tidak terjadinya premenstrual syndrome.

Page 24: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxiv

H. Alat dan bahan penelitian

1. Sphygmomanometer

2. Timbangan berat badan

3. Kuesioner Pengaruh Hipertensi Primer terhadap Timbulnya Premenstrual

Syndrome

I. Cara kerja

1. Tahap 1

a. Subjek diukur tekanan darahnya menggunakan sphygmomanometer.

b. Penimbangan berat badan subjek.

2. Tahap 2

a. Subjek diukur tekanan darahnya menggunakan sphygmomanometer.

b. Penimbangan berat badan subjek.

c. Subjek mengisi kuesioner Pengaruh Hipertensi Primer terhadap

Timbulnya Premenstrual Syndrome.

J. Teknik analisis

Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan uji chi

square. Batas kemaknaan yang dipakai adalah taraf signifikansi (α ) = 0,05

atau dalam tabel interval kepercayaan 95%.

Tabel 3.1. Tabel hipertensi dan premenstrual syndrome

Kriteria Premenstrual Non Premenstrual Jumlah

syndrome syndrome

Hipertensi primer a b a+b

Non hipertensi primer c d c+d

Total a+c b+d n

Page 25: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxv

Keterangan:

a. :wanita yang menderita hipertensi primer dengan premenstrual

syndrome

b. :wanita yang menderita hipertensi primer tanpa premenstrual

syndrome

c. :wanita yang tidak menderita hipertensi primer dengan

premenstrual syndrome

d. :wanita yang tidak menderita hipertensi primer tanpa premenstrual

Syndrome

Uji Chi Square (X2)

X2 = n(ad-bc)

2

(a+b) (c+d) (a+c) (b+d)

Dengan: X2 : nilai Chi Square

a,b,c,d : frekuensi kebebasan

Ketentuan:

H0 ditolak dan H1 diterima bila X2

hitung lebih besar daripada X2 tabel

H0 diterima dan H1 ditolak bila X2

hitung lebih kecil daripada X2 tabel

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pengaruh hipertensi terhadap timbulnya

premenstrual syndrome menggunakan metode ukuran asosiasi dengan Odds

Ratio.

OR = bc

ad

Menunjukkan hubungan yang signifikan bila OR > 2.

Page 26: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxvi

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kelurahan Jati Kecamatan Jaten Karanganyar pada

bulan Mei hingga Juni 2010. Penelitian dilakukan dengan cara pengukuran

tekanan darah menggunakan sphygmomanometer, penimbangan berat badan

menggunakan timbangan, dan pengisian kuesioner oleh responden dengan

bantuan peneliti.

Populasi dari penelitian ini adalah wanita yang berusia 30-55 tahun,

memiliki riwayat hipertensi primer, tidak memiliki riwayat hipertensi primer

untuk kelompok kontrol, dan belum menopause.

Setelah dilakukan penelitian Pengaruh Hipertensi Primer terhadap

Timbulnya Premenstrual Syndrome pada Wanita di Kelurahan Jati Kecamatan

Jaten Karanganyar peneliti memperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi ada atau tidaknya premenstrual syndrome pada

kelompok hipertensi primer dan non hipertensi primer

Kriteria Premenstrual Non Premenstrual Jumlah

syndrome syndrome

Hipertensi primer 29 16 45

Non hipertensi primer 13 32 45

Total 42 48 90

Page 27: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxvii

Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 45 subjek kelompok

hipertensi primer ada 29 subjek yang mengalami premenstrual syndrome dan ada

16 subjek yang tidak mengalami premenstrual syndrome.

Sedangkan dari 45 subjek kelompok non hipertensi primer ada 13 subjek

yang mengalami premenstrual syndrome dan ada 32 subjek yang tidak mengalami

premenstrual syndrome.

Hasil perhitungan dengan metode Chi square (X2) hitung = 11,429.

Sedangkan X2 tabel (0,05;1) = 3,841. Jadi X

2 hitung lebih besar daripada X

2 tabel

(0,05;1) atau p < 0,05 dengan nilai probabilitas 0,001 kurang dari 0,05. Dengan

demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan

Odds ratio sebesar 4,5 berarti wanita dengan hipertensi primer berisiko 4,5 kali

lebih besar mengalami premenstrual syndrome dibandingkan dengan wanita non

hipertensi primer.

Dari hasil analisa statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan hipertensi primer terhadap timbulnya premenstrual syndrome

pada wanita di Kelurahan Jati Kecamatan Jaten Karanganyar.

Page 28: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxviii

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di Kelurahan

Jati Kecamatan Jaten Karanganyar serta dari perhitungan statistik didapatkan hasil

yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan hipertensi primer terhadap

timbulnya premenstrual syndrome pada wanita di Kelurahan Jati Kecamatan Jaten

Karanganyar .

Hipertensi primer berhubungan dengan terjadinya premenstrual syndrome

sesuai dengan pendapat Gray et al., 2002, pada hipertensi primer terjadi

perubahan yaitu peningkatan aktivitas saraf simpatis yang mengakibatkan

terjadinya peningkatan sekresi katekolamin.

Sesuai dengan pendapat Harper, 2003, perubahan tersebut mempengaruhi

sekresi hormon yang mengatur menstruasi pada wanita yaitu GnRH

(Gonadotropin Releasing Hormon), hormon hipofisis yaitu FSH (Follicle

Stimulating Hormon. Menurut pendapat Durand dan Barlow, 2006, hormon

tersebut memacu perkembangan folikel kemudian terjadi sekresi estrogen.

Estrogen dapat memacu peningkatan kadar kortisol dalam darah. Selain itu,

peningkatan kadar kortisol juga dapat disebabkan oleh perangsangan kelenjar

hipotalamus yang kemudian merangsang kelenjar hipofisis memacu sekresi

kelenjar adrenal bagian kortikal untuk menyekresikan kortisol. Kadar estrogen

meningkat sedangkan progesteron rendah sesuai dengan pendapat Alam, 2007,

yaitu pelepasan adrenalin oleh bagian kortikal kelenjar adrenal akan menghambat

pengikatan progesterone ke reseptornya sehingga terjadi penurunan kadar

Page 29: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxix

progesterone. Ketidakseimbangan antara kadar estrogen dan progesterone

menyebabkan premenstrual syndrome.

Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, karena

pada saat menjelang menstruasi biasanya terjadi perubahan hormon yang

mengakibatkan ketidakseimbangan kadar hormon dan menimbulkan gejala-gejala

premenstrual syndrome.

Peningkatan kadar kortisol dalam darah dapat memicu terjadinya stress.

Stress dapat menurunkan kadar serotonin yang mengakibatkan ketidakstabilan

mood sehingga dapat menyebabkan terjadinya premenstrual syndrome (Connoly,

2001). Pada penelitian selanjutnya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan

pengukuran kadar kortisol untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kadar

kortisol pada penderita premenstrual syndrome.

Kejadian premenstrual syndrome juga dapat dipengaruhi oleh usia yaitu

paling banyak dialami wanita usia dekade empat (Thomas, 2007). Maka peneliti

telah membatasi usia responden dalam rentang usia 30 sampai 55 tahun dengan

harapan dapat memperoleh responden usia dekade empat lebih banyak.

Kebiasaan merokok juga menyebabkan peningkatan risiko mengalami

premenstrual syndrome sebesar dua kali, dan wanita obesitas memiliki risiko

mengalami risiko tiga kali lebih besar untuk mengalami premenstrual syndrome

(Moreno, 2009). Hal-hal tersebut diabaikan pada penelitian ini, karena hanya

dilakukan penelitian mengenai hipertensi primer dan premenstrual syndrome.

Maka dapat dipertimbangkan pada penelitian berikutnya untuk lebih

memperhatikan faktor-faktor tersebut.

Page 30: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxx

Dari perhitungan besar sampel dengan rumus cross sectional dibutuhkan

90 subjek meliputi 45 wanita hipertensi primer dan 45 wanita non hipertensi

primer.

Pada kelompok hipertensi primer, 29 subjek mengalami premenstrual

syndrome dan 16 subjek tidak mengalami premenstrual syndrome. Sedangkan

pada kelompok non hipertensi primer, 13 subjek mengalami premenstrual

syndrome dan 32 subjek tidak mengalami. Dalam penelitian ini didapatkan hasil

X2 hitung = 11,429, berarti lebih besar daripada X

2 tabel (0,05;1) = 3,841, dengan

nilai probabilitas 0,001 kurang dari 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan H1

diterima. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan Odds ratio sebesar 4,5 berarti

wanita dengan hipertensi primer berisiko 4,5 kali lebih besar mengalami

premenstrual syndrome dibandingkan dengan wanita non hipertensi primer.

Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan hipertensi primer

terhadap timbulnya premenstrual syndrome. Hal ini sesuai hipotesis penelitian ini

bahwa ada pengaruh hipertensi primer terhadap timbulnya premenstrual

syndrome.

Page 31: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxxi

Bab VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Ada pengaruh yang signifikan hipertensi primer terhadap timbulnya

premenstrual syndrome pada wanita di kelurahan Jati Kecamatan Jaten

Karanganyar dengan hubungan positif kuat.

B. Saran

1. Kepada penduduk setempat sebaiknya diberi pengetahuan mengenai

adanya hubungan hipertensi primer dengan timbulnya premenstrual

syndrome sehingga dapat menjaga pola hidup agar bisa mencegah

timbulnya hipertensi.

2. Kepada peneliti berikutnya dapat dilakukan penelitian dengan metode lain

sehingga semakin menguatkan penelitian ini. Selain itu dapat dilakukan

penelitian dengan memperhatikan berat badan atau status gizi, atau kadar

kortisol darah, dan faktor risiko lain yang diabaikan pada penelitian ini.

Page 32: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxxii

DAFTAR PUSTAKA

Alam S., Hadibroto I. 2007. Endometriosis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama, Hal : 28-31.

Anggraini A.D., Waren A., Situmorang E., Asputra H., Siahaan S.S. 2009.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada

Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang

Periode Januari sampai Juni 2008.

http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/02/files-of-drsmed-

faktor-yang-berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf. (27

Februari 2010).

Arief I. 2008. Hipertensi Faktor Risiko dan Penatalaksanaannya.

http://www.pjnhk.go.id/index.php?option=com_content&task=view&i

d=788&Itemid=31 . (27 Februari 2010).

Arief M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan.

Surakarta : Penerbit CSGF, hal : 129-30.

Babyminakshi L.P., Mangala K., Afroz S., Nanda S., Sudhir P. 2006. Effect of

premenstrual stress on cardiovascular system and central nervous

system. J Obstet Gynecol 56:156-8

Brown C.T. 2007. Penyakit Aterosklerotik Koroner dalam Patofisiologi Konsep

Klinis dan Proses-Proses Penyakit Volume 1. 6th

ed. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC, hal : 582-584.

Carretero O .A., Oparil S. 2000. Essential Hypertention. AHA. 101 : 239.

Connoly M. 2001. Premenstrual syndrome : an update of definitions, diagnosis

and management. Advances in Psychitarics Treatment. 7 : 469-77.

Dickerson L.M., Pharm D., Mazyck P.J., Hunter M.H. 2003. Premenstrual

syndrome. AAFP. 67 : 1743-52.

Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. 29th

ed. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC, hal: 1051, 2147.

Durand V.M., Barlow D.H. 2006. Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Penerbit

Pustaka Pelajar, hal 53-65

Page 33: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxxiii

Emilia O. 2008. Premenstrual syndrome (PMS) and premenstrual dysphoric

disorder (PMDD) in Indonesian Women. Berkala Ilmu Kedokteran. 40

: 148-53.

Guyton A.C., Hall J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11st ed. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal :951-76.

Gray H.H., Dawkins K.D., Morgan J.M., Simpson I.A. 2002. Lecture Notes

Cardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga, hal : 58-62.

Murray K.R., Granner D.K., Mayers P.A., Rodwell V. W. 2003. Biokimia

Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, HAL : 547-59.

Henshaw C.A. 2007. PMS: diagnosis, aetiology, assesment, and management.

Advances Psychiatric Treatment. 13 : 139-46.

Hillegas K.B. 2007. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan dalam

Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit Volume 2. 6th

ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 1279-1283.

Idrus H.M.F. 2006. Anxietas dan hipertensi. J Med Nus. 27 : 15-20.

KaslowJ.E. 2010. Premenstrual Syndrome.

http://www.drkaslow.com/html/premenstrual_syndromes.html. (27

Februari 2010).

Ltaminsyah. 2009. Bahayanya Premenstrual Syndrome.

http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=b

ahayanya-premenstrual-syndrome-pmshtml&Itemid=314 (7 Maret

2010).

Matsumoto T., Ushiroyama T., Morimura M., Moritani T., Hayashi T., Suzuki T.,

Tatsum N. 2006. Autonomic nervous system activity in late luteal

phase of eumorrheic women with premenstrual syndrome. Journal of

Psychosomatic Obstetric & Gynecology. 27 : 131-39.

Moreno M.A., Giesel A. E., Roger C.B., Clark L.R. 2009. Premensytual

Syndrome.

http://www.searchmedica.com/resource.html?rurl=http%3A%2F%2Fe

medicine.medscape.com%2Farticle%2F953696-

overview&q=Premenstrual+Syndrome&c=pc&ss=defLink&p=Conver

a&ds=0&srid=7. (27 Februari 2010).

Rahajeng E. 2009. Masalah Hipertensi di Indonesia.

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2009-

ekowatirah-3195&PHPSESSID=xmgwjcghxhek . (27 Februari 2010).

Page 34: PENGARUH HIPERTENSI PRIMER TERHADAP …eprints.uns.ac.id/4668/1/170302311201011291.pdf · Premenstrual syndrome merupakan hal yang tidak normal karena gejala-gejala kuat yang timbul

xxxiv

Rosenfeld R., Livne D., Nevo O., Dayan L., Millour V., Shahar L., Jacob G.

2008. Hormonal and volume dysregulation in women with

premenstrual syndrome. AHA. 51 :1-6.

Setiawan Z. 2004. Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau

JawaTahun2004.http://www.fkm.ui.ac.id/index.php?option=com_cont

ent&task=view&id=56 . (27 Februari 2010).

Schteingart D. E. 2007. Gangguan Kelenjar Hipofisis dalam Patofisiologi Konsep

Klinis dan Proses-Proses Penyakit Volume 2. 6th

ed. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC, hal : 1279-1283.

Steiner Meir. 2000. Premenstrual syndrome and premenstrual dysphoric disorder

: guidelines for management. J Psychiatry Neurosci. 25 :459-68.

Steriti R. 2009. Information of Premenstrual Syndrome.

http://www.naturdoctor.com/Chapters/Diseases/Premenstrual_Syndro

me.html. (27 Februari 2010).

Stolberg M., Greene R., Dalton K. 2003. Tackling premenstrual syndrome.

MeRec Buletin. 13 : 9-12.

Storck S. 2008. Premenstrual Syndrome.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001505 (14 April

2010)

Sugiharto A, Hadisaputro S, Sakundarno S, Chasani S. 2006. Faktor-Faktor

Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus

diKabupatenKaranganyar).

http://eprints.undip.ac.id/5265/1/Aris_Sugiharto.pdf (15 April 2010)

Thomas M. 2007. Hypertension : clinical features and investigations. Hospital

Pharmacist. 14 : 111-14.

Wiknjosastro H., Saifuddin A.B., Rachimhadu T. 2007. Ilmu Kandungan. Edisi 2.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, hal : 103-20.

Williams J.S., Brown S.M., Conlin P.R. 2009. Blood pressure measurement. N

Engl J Med. 360 : e6.

Yogiantoro M. 2007. Hipertensi Essensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam.

1st

ed. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, hal :

599-603.