Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Nilai Indeks Sektoral ......Pengaruh Harga Minyak Dunia...

73
i Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Nilai Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia Pasca Kebijakan Fluktuasi Harga BBM Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Magister Manajemen Oleh: Christopher Daniel 912014019 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Nilai Indeks Sektoral ......Pengaruh Harga Minyak Dunia...

  • i

    Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Nilai Indeks Sektoral

    di Bursa Efek Indonesia Pasca Kebijakan Fluktuasi Harga BBM

    Tesis

    Diajukan kepada

    Program Pascasarjana Magister Manajemen

    Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan

    untuk Mencapai Gelar Magister Manajemen

    Oleh:

    Christopher Daniel

    912014019

    PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM menyebabkan gejolak

    ekonomi di Indonesia contohnya bagi perusahaan-perusahaan yang

    bergerak dibidang pertambangan dan industri. Kebijakan fluktuasi

    harga BBM juga menyebabkan harga saham pada sektor

    pertambangan dan industri menjadi tidak menentu, dimana investor

    akan mempertimbangkan fluktuasi harga minyak dunia saat

    melakukan proses investasi. Penelitian ini dilakukan untuk

    mengetahui pengaruh harga minyak dunia terhadap nilai indeks

    sektoral pasca kebijakan fluktuasi harga BBM, dimana hal tersebut

    menyebabkan nilai investasi yang tidak menentu.

    Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan thesis ini

    masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Terlepas dari hal

    tersebut, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat

    bagi semua pihak yang berkepentingan.

    Salatiga, Juni 2016

    Christopher Daniel

  • vii

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

    segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan thesis ini.

    Thesis ini berjudul “Pengaruh Harga Minyak Dunia terhadap Nilai

    Indeks Sektoral di Bursa Efek Indonesia Pasca Kebijakan Fluktuasi

    Harga BBM”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran,

    motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan thesis ini. Oleh

    karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih

    kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,

    yaitu kepada:

    1. Orang tua saya, Bapak Tjong Tje dan Ibu Melinda Tjioe, yang

    telah mendukung baik moril maupun materil serta dukungan dan

    doanya dalam penulisan skripsi ini.

    2. Prof. Christantius Dwiatmadja, SE., ME., PhD, selaku Dekan

    Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

    Wacana.

    3. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, PhD, selaku Ketua Program

    Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis

    Universitas Kristen Satya Wacana.

    4. Prof. Supramono, SE, MBA, DBA, selaku Dosen Pembimbing

    penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

    masukan, saran dan bimbingan yang baik mulai dari awal

    penulisan hingga selesainya skripsi ini.

    5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomika

    dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

  • viii

    6. Ibu Ira Yuliani, S.Pd., selaku Staf Sekretariat Pasca Sarjana

    Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

    Wacana.

    7. Teman-teman saya, khususnya Vita Agesi Argentina yang selalu

    mendukung, memberi semangat dan mendoakan saya selama

    penulisan thesis ini.

    Penulis menyadari bahwa thesis ini memiliki keterbatasan dan masih

    jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap kiranya thesis ini dapat

    bermanfaat bagi para pembaca.

    Salatiga, Juni 2016

    Christopher Daniel

  • ix

    DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................ i

    UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................ vii

    DAFTAR ISI ..................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................. xi

    PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    KAJIAN LITERATUR ...................................................................... 4

    Konsep Efficient-market Hypothesis .............................................. 4

    Hubungan fluktuasi harga minyak dan pasar modal ...................... 6

    Hubungan fluktuasi harga minyak dunia di pasar modal negara

    berkembang .................................................................................... 8

    Peran dan Kebijakan Migas di Indonesia ..................................... 10

    PENGEMBANGAN HIPOTESIS ................................................... 11

    METODE PENELITIAN ................................................................ 13

    Populasi dan Sampel .................................................................... 13

    Tahapan Pengujian ....................................................................... 20

    HASIL .............................................................................................. 24

    Analisis Deskriptif ....................................................................... 24

    Pengujian Asumsi......................................................................... 26

    1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) .......................................... 26

    2. Hasil Panjang Lag Optimal ............................................... 28

    3. Uji Kointegrasi .................................................................. 29

    4. Uji Granger Causality ....................................................... 30

    5. Analisis Vector Auto Regression (VAR) .......................... 32

    PEMBAHASAN .............................................................................. 35

    Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap nilai

    indeks di sektor pertambangan ..................................................... 35

  • x

    Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai

    indeks di sektor industri dasar ...................................................... 37

    Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai

    indeks di sektor aneka industri dan sektor industri barang

    konsumsi ...................................................................................... 38

    PENUTUP ....................................................................................... 40

    Simpulan ...................................................................................... 40

    Implikasi Teoritis ......................................................................... 41

    Saran ............................................................................................. 42

    Referensi ......................................................................................... viii

    Lampiran 1: Hasil Uji Akar .............................................................. vi

    Lampiran 2: Hasil Uji Panjang Lag Optimal .................................. viii

    Lampiran 3: Hasil Uji Kointegrasi .................................................... vi

    Lampiran 4: Hasil Uji Granger Causality ......................................... vi

    Lampiran 5: Hasil Uji Vector Auto Regression ................................ vi

  • xi

    DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Rangkaian waktu event study .............................................................. 15

    Gambar 2: Grafik Histogram pergerakan perubahan harga Minyak WTI antara

    Oktober 2013 sampai Oktober 2014 ..................................................................... 16

    Gambar 3: Grafik Histogram pergerakan perubahan harga Minyak WTI antara

    November 2014 sampai November 2015.............................................................. 17

    DAFTAR TABEL Tabel 1: Jumlah data yang diolah sebelum dan sesudah kebijakan ...................... 18

    Tabel 2: Peristiwa yang tidak mempunyai kaitan dengan harga minyak dunia dan

    mempunyai pengaruh langsung pada nilai saham di Bursa Efek Indonesia ......... 19

    Tabel 3: Deskripsi Data Penelitian ....................................................................... 25

    Tabel 4: Output Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test ....................................... 27

    Tabel 5: Panjang Lag Optimal .............................................................................. 28

    Tabel 6: Ranking Kointegrasi dari Variabel Minyak WTI dan Keempat Sektor

    yang Diteliti .......................................................................................................... 29

    Tabel 7: Uji Kausalitas Granger untuk Keempat Sektor yang Diteliti .................. 30

    Tabel 8: Estimasi VAR untuk keempat Sektor yang diteliti ................................. 33

  • 1

    PENDAHULUAN

    Indonesia yang telah menikmati harga BBM yang relatif murah

    selama bertahun-tahun harus menyerah pada kenaikan harga yang

    substansial dalam produk minyak bumi. Hal tersebut diakibatkan

    kenaikan harga minyak mentah dunia yang cukup signifikan. Pada 17

    November 2014, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan

    harga BBM. Premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500,

    sedangkan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter (Nashrillah,

    2014). Selanjutnya, pada 1 Januari 2015, Presiden Joko Widodo

    resmi menghapus subsidi BBM yang telah diterapkan sejak tahun

    1980 untuk jenis premium, dan untuk bahan bakar solar ditetapkan

    subsidi tetap sebesar Rp 1.000. Harga BBM Premium dan Solar akan

    diumumkan oleh pemerintah setiap awal bulan. Perhitungan harga

    akan menggunakan rumus yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan

    mengacu pada harga minyak dunia, kurs Rupiah terhadap Dolar AS,

    serta faktor inflasi (Gumelar, 2015). Kenaikan harga minyak mentah

    telah memaksa pemerintah Indonesia untuk menanggung kenaikan

    biaya kepada konsumen. Harga baru memicu reaksi keras baik dari

    perusahaan maupun konsumen.

    Ketidakpastian harga BBM di Indonesia yang dipengaruhi oleh harga

    minyak dunia akan berimbas pada bisnis dan perusahaan. Para

    pengusaha khawatir bahwa kenaikan harga akan berdampak negatif

    terhadap bisnis mereka dan konsumen pun juga akan terkena

    imbasnya dengan adanya kenaikan umum harga barang dan jasa.

    Setelah berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM, pemerintah sudah

    tidak akan lagi memberikan subsidi BBM terhadap masyarakat

    Indonesia, dimana harga BBM di Indonesia akan mengikuti

    pergerakan harga pasar minyak dunia.

    Pada tahun 2011, Indonesia mengekspor minyak mentah sebanyak

    109.407.580 barrel (Indonesia: Oil for 2011, 2011) dikenal sebagai

  • 2

    negara pengekspor minyak (Humberto, 2010). Kenaikan harga

    minyak dipandang sebagai sinyal awal potensi kenaikan kapasitas

    produksi industri yang kemudian dapat memberi beberapa dampak

    positif terhadap kinerja pasar saham Indonesia. Kondisi seperti ini

    masih sangat baru bagi masyarakat negeri ini, berbeda dengan

    masyarakat luar negeri yang sudah terbiasa dengan fluktuasi harga

    BBM. Kasus semacam ini juga dapat dikatakan baru bagi bidang

    akademis, belum ada penelitian yang dilakukan untuk melihat hal

    tersebut.

    Studi yang meneliti hubungan antara harga minyak dan pasar saham

    masih relatif sedikit. Penelitian yang dilakukan oleh Jones & Kaul

    (1996) merupakan studi pertama untuk menganalisis pengaruh

    pergerakan harga minyak di pasar saham. Gjerde & Sættem (1999)

    dan Papapetrou (2001) memperluas penelitian ke Norwegia dan

    Yunani.

    Lescaroux & Mignon (2008) menemukan kausalitas Granger yang

    kuat dari harga minyak dengan harga saham, terutama untuk negara-

    negara pengekspor minyak. Bhar & Nikolova (2010) menemukan

    kembali bahwa harga minyak dunia memiliki dampak yang signifikan

    terhadap tingkat pengembalian ekuitas di Rusia. Seshaiah & Behera

    (2009) menemukan bahwa indeks harga saham India terintegrasi

    dengan harga minyak mentah.

    Pollet (2002) menemukan bahwa perubahan harga minyak dapat

    memprediksi return pasar saham secara global, sementara

    Hammoudeh & Li (2004) juga menemukan pentingnya faktor minyak

    untuk harga saham di negara-negara pengekspor minyak. Namun,

    Sawyer & Nandha (2006) menggunakan model hirarkis terhadap

    pengembalian saham, studi mereka menghasilkan hubungan negatif

    antara harga minyak dengan return saham secara agregat. Pada

    akhirnya, Gogineni (2007) juga memberikan dukungan statistik untuk

  • 3

    sejumlah hipotesis, jika pergerakan harga minyak mencerminkan

    perubahan dalam permintaan secara agregat, harga minyak

    berhubungan secara positif dengan harga saham, namun akan

    berhubungan secara negatif dengan harga saham, apabila pergerakan

    harga minyak mencerminkan perubahan dalam penawaran.

    Berdasarkan pemaparan tersebut, harga minyak mentah, yang

    merupakan bahan bakar utama kegiatan industri, memainkan peran

    penting dalam membentuk perkembangan ekonomi, tidak hanya

    dengan langsung mempengaruhi indikator agregat, tetapi juga dengan

    mempengaruhi biaya operasional dan pendapatan perusahaan. Ketika

    pasar saham dalam keadaan efisien, pergerakan harga minyak mentah

    akan mempengaruhi arus kas dan nilai pasar perusahaan secara

    negatif, menyebabkan penurunan langsung dalam pengembalian

    pasar saham secara keseluruhan.

    Pertanyaan penelitian yang muncul adalah bagaimana pergerakan

    harga ini akan mempengaruhi return pasar saham untuk sektor

    pertambangan dan sektor industri di Bursa Efek Indonesia.. Banyak

    analis telah memprediksi bahwa berkaitan dengan kondisi

    ketidakstabilan pergerakan harga minyak dalam beberapa tahun

    terakhir, pergerakan return pasar saham juga akan terpengaruh. Hal

    tersebut sesuai apabila dikaitkan dengan yang terjadi di Indonesia

    mengenai kebijakan harga BBM yang fluktuatif mengikuti harga

    minyak dunia. Dengan kebijakan yang tergolong baru bagi kegiatan

    ekonomi Indonesia yang pada sebelumnya harga BBM di dalam

    negeri disubsidi oleh pemerintah, maka dapat diteliti

    perbandingan efek sebelum dan sesudah kebijakan harga BBM

    fluktuatif dilakukan di Indonesia.

    Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah pergerakan harga

    minyak berdampak pada return pasar saham Indonesia dengan

    menggunakan data harian selama 2 periode yaitu Oktober 2013

  • 4

    hingga Oktober 2014 ketika harga BBM masih disubsidi pemerintah

    dan November 2014 sampai November 2015 saat kebijakan fluktuasi

    harga BBM dilakukan. Selain itu, juga ditujukan untuk melihat

    dampak dari pergerakan harga minyak di sektor masing-masing

    industri di Indonesia pasca kebijakan fluktuasi harga BBM. Sektor-

    sektor tersebut mencakup konsumsi, industri dasar, pertambangan,

    dan aneka industri.

    Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi bagi investor

    pasar modal dapat menjadikan penelitian ini sebagai sumber

    informasi bagi pelaku pasar saham dalam mengambil keputusan

    investasi dan menjadi bahan acuan yang diharapkan memberi

    gambaran mengenai hubungan kausalitas antara variabel makro yang

    dalam penelitian ini adalah harga minyak dunia dengan pergerakan

    harga saham.

    KAJIAN LITERATUR

    Konsep Efficient-market Hypothesis

    Konsep efficient-market hypothesis pertama kali dikemukakan dan

    dipopulerkan oleh Fama (1970). Dalam konteks ini yang dimaksud

    dengan pasar adalah pasar modal (capital market) dan pasar uang.

    Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor

    individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return

    tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan risiko,

    dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga-

    harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi

    yang ada atau “stock prices reflect all available information”.

    Ekspresi yang lain menyebutkan bahwa dalam pasar yang efisien

    harga-harga asset atau sekuritas secara cepat dan utuh mencerminkan

    informasi yang tersedia tentang aset atau sekuritas tersebut. Dalam

  • 5

    mempelajari konsep pasar efisien, perhatian kita akan diarahkan pada

    sejauh mana dan seberapa cepat informasi tersebut dapat

    mempengaruhi pasar yang tercermin dalam perubahan harga

    sekuritas. Dalam hal ini Haugen (2001) membagi kelompok informasi

    menjadi tiga, yaitu (1) informasi harga saham masa lalu (information

    in past stock prices), (2) semua informasi publik (all public

    information), dan (3) semua informasi yang ada termasuk informasi

    orang dalam (all available information including inside or private

    information). Masing-masing kelompok informasi tersebut

    mencerminkan sejauh mana tingkat efisiensi suatu pasar.

    Menurut Fama (1970) bentuk efisien pasar dapat dikelompokkan

    menjadi tiga, yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient

    market hypothesis). Ketiga bentuk efisien pasar dimaksud adalah: (1)

    hipotesis pasar efisien bentuk lemah (weak form of the efficient

    market hypothesis), (2) hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat

    (semistrong form of the efficient market hypothesis), dan hipotesis

    pasar efisien bentuk kuat (strong form of the efficient market

    hypothesis). Masing-masing bentuk pasar efisien tersebut terkait erat

    dengan sajauh mana penyerapan informasi terjadi di pasar. Penelitian

    ini digolongkan dalam hipotesis bentuk setengah kuat karena harga

    saham mencerminkan tidak hanya informasi mengenai harga saham

    di masa lalu tetapi juga semua informasi umum yang tersedia yang

    relevan bagi perusahaan. Dengan kata lain harga saham akan secara

    cepat menyesuaikan diri untuk merefleksikan adanya informasi baru

    yang tersedia untuk umum. Jadi seorang investor baru melakukan

    tindakan setelah suatu informasi baru dikeluarkan untuk umum dan

    tidak dapat mengharapkan laba yang abnormal atas tindakannya

    karena harga saham sudah mencerminkan pengaruh dari informasi

    baru tersebut.

  • 6

    Berdasarkan hipotesis ini, akan masuk akal untuk perusahaan di mana

    minyak adalah input atau output, pasar saham akan cepat menyerap

    informasi baru dari perubahan harga minyak.

    Hubungan fluktuasi harga minyak dan pasar modal

    Sriwardani (2009) berpendapat ada beberapa faktor – faktor yang

    menyebabkan pergerakan harga minyak mentah dunia, sebagai

    berikut: 1) Kekhawatiran akan berkurangnya suplai di pasaran akibat

    turunnya kapasitas produksi; minyak merupakan sumber energi yang

    tidak dapat diperbarui, karenanya jumlah cadangan minyak dunia

    akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya penggunaan

    minyak tersebut, 2) penutupan atau perbaikan kilang minyak

    (refineries), 3) faktor cuaca (badai); bencana yang dialami negara

    produsen minyak sangat mempengaruhi stok di pasar; bencana alam

    dapat menyebabkan kerusakan pada instalasi produksi minyak, 4)

    faktor geopolik terutama yang terjadi di wilayah produsen; 5) faktor

    melonjaknya permintaan dari negara emerging market terutama China

    dan India, serta meningkatnya aksi spekulatif di pasar komoditi.

    Cunado & Gracia (2004) mempelajari dampak dari variabel-variabel

    ekonomi makro pada aktivitas ekonomi di negara-negara Asia.

    Mereka berpendapat bahwa setelah Perang Dunia II terjadi

    peningkatan tajam untuk produk-produk energi. Kenaikan harga

    minyak pada saat konsumsi sedang menurun akan menyebabkan

    penurunan permintaan minyak. Ketika permintaan menurun, ekspor

    juga akan menurun dan akan mengakibatkan penurunan kegiatan

    ekonomi. Efek lainnya adalah harga yang lebih tinggi akan

  • 7

    menyebabkan biaya produksi lebih tinggi dan output potensial negara

    pengimpor menurun. Selama tiga dekade terakhir, para peneliti

    menyelidiki secara signifikan terjadinya inflasi harga minyak,

    fluktuasi ekonomi dan produktivitas secara keseluruhan akan

    berdampak pada perusahaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

    ketika harga minyak diukur dalam mata uang domestik dampaknya

    lebih tinggi karena faktor nilai tukar dan variabel ekonomi makro

    lainnya. Dalam jangka pendek, uji Granger menemukan bahwa

    perubahan harga minyak berpengaruh terhadap pertumbuhan

    ekonomi di Jepang, Korea Selatan dan Thailand. Harga minyak

    memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di semua negara

    yang dianalisis. Namun, Malaysia menunjukkan hubungan yang

    kurang signifikan dibandingkan negara-negara Asia lainnya, hal ini

    disebabkan karena Malaysia merupakan negara pengekspor minyak.

    International Monetary Fund (2000) menyatakan bahwa perubahan

    harga minyak dunia akan mempengaruhi kegiatan ekonomi,

    pendapatan perusahaan, inflasi dan kebijakan moneter yang juga

    memiliki implikasi untuk harga saham perusahaan dan dengan

    demikian juga dengan pasar keuangan. Berikut ini akan diberikan

    pengenalan singkat dengan hipotesis pasar yang efisien dan hubungan

    antara pergerakan harga minyak dan pasar saham.

    Ada beberapa perspektif yang berbeda di mana sebuah pergerakan

    harga minyak dapat mempengaruhi harga saham. Dilihat dari

    perspektif ekonomi mikro, yang paling jelas adalah kenyataan bahwa

    banyak perusahaan, minyak merupakan sumber daya penting dan

    input penting dalam produksi barang. Maka dari itu perubahan harga

    minyak tentu akan berdampak pada biaya. Perubahan biaya

    diperkirakan akan berdampak lebih jauh terhadap harga saham.

    Teori ekonomi dan peneliti di masa lalu menemukan bahwa ada

    hubungan antara harga minyak dan pasar saham dimana pergerakan

  • 8

    harga minyak akan mempengaruhi ekonomi makro dan akhirnya

    berimbas pada tingkat return ekuitas. Hal ini dikarenakan, pergerakan

    harga minyak sangat mempengaruhi output riil dan dengan demikian

    memiliki efek buruk pada keuntungan perusahaan dimana minyak

    digunakan sebagai input. Jones (2004) menyatakan: “Ideally, stock

    values reflect the market's best estimate of the future profitability of

    firms, so the effect of oil price shocks on the stock market is a

    meaningful and useful measure of their economic impact. Since asset

    prices are the present discounted value of the future net earnings of

    firms, both the current and expected future impacts of an oil price

    shock should be absorbed fairly quickly into stock prices and returns

    without having to wait for those impacts to actually occur”.

    Seperti barang dan jasa, teori permintaan dan penawaran juga berlaku

    untuk harga minyak dunia. Jika terjadi surplus permintaan untuk

    minyak akan menyebabkan harga minyak menjadi lebih tinggi.

    Dengan demikian akan muncul dua skenario, konsumen pertama

    berusaha untuk menemukan energi alternatif yang lebih murah, dan

    skenario kedua, biaya perusahaan non-minyak akan meningkat dan

    ini meningkatkan resiko dan ketidakpastian yang akan berpengaruh

    negatif terhadap harga saham dan mengurangi modal dan investasi

    perusahaan.

    Hubungan fluktuasi harga minyak dunia di pasar modal negara

    berkembang

    Basher & Sadorsky (2006) melakukan penelitian tentang hubungan

    risiko harga minyak dengan pasar saham di negara berkembang.

    Mereka melakukan penelitian dengan penekanan pada sikap negara

    berkembang yang sedang menuju industrialisasi dengan pesat.

    Pemilihan negara berkembang juga keputusan yang rasional dan

    didasarkan pada kenyataan bahwa ekonomi di negara maju yang

  • 9

    hemat energi dan mereka memiliki konsumsi rendah untuk produk

    minyak. Di sisi lain, negara-negara berkembang cenderung

    menggunakan lebih banyak minyak dan lebih banyak produk minyak

    untuk mendukung industri mereka. Maka dari itulah alasan pasar

    saham mereka menjadi sasaran risiko harga minyak yang tinggi.

    Untuk tujuan penilaian, mereka mengembangkan sebuah model

    regresi berganda. Data yang dikumpulkan didapat dari 2 sumber

    berbeda yaitu Morgan Stanley World Index untuk data yang terkait

    dengan return saham dan untuk data return minyak berjangka didapat

    dari West Texas Intermediate (WTI). Semua data diambil setiap hari

    dan telah dikumpulkan di 21 negara berkembang. Temuan penelitian

    jelas menyebutkan adanya hubungan positif dari dampak risiko harga

    minyak pada tingkat return pasar saham di negara berkembang.

    Nandha & Hammoudeh (2006) mempelajari hubungan risiko beta

    dengan return dari pasar saham dengan harga minyak dunia di 15

    negara Asia Pasifik. Dasar pemikiran di balik studi ini adalah

    permintaan minyak di negara-negara tersebut meningkat secara

    signifikan dan telah dilaporkan bahwa peningkatan permintaan

    minyak dari kawasan Asia Pasifik lebih besar daripada peningkatan

    permintaan dunia pada tahun 2004 dan beberapa dari 15 negara Asia

    tersebut adalah pemain terbaik di pasar saham di tahun 1990-an.

    Mujahid, Ahmed, & Mustafa (2007) melakukan studi untuk

    menyelidiki ketidakstabilan pasar saham karena fluktuasi harga

    minyak. Mereka membatasi ruang lingkup studi mereka hanya untuk

    pasar saham Pakistan. Alasannya adalah bahwa fluktuasi harga

    minyak dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan yang

    signifikan bagi nilai perusahaan-perusahaan minyak yang

    berpengaruh secara langsung terhadap biaya produksi mereka. Salah

    satu perubahan penting dalam model di studi ini adalah penambahan

    volume perdagangan harian di Bursa Efek Karachi sebagai variabel

  • 10

    proxy. Harga minyak diambil sebagai variabel independen sedangkan

    return saham digunakan sebagai variabel dependen. Studi ini

    menyimpulkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara harga

    minyak dan tingkat pengembalian saham. Mereka berpendapat bahwa

    harga Liquefied Petroleum Gas (LPG) lebih mempunyai pengaruh

    terhadap return di bursa saham daripada fluktuasi harga minyak.

    Peran dan Kebijakan Migas di Indonesia

    Di Indonesia, energi minyak dan gas masih menjadi andalan utama

    perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun

    pemasok kebutuhan energi dalam negeri. Pembangunan prasarana

    dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di Indonesia,

    membuat pertumbuhan konsumsi energi rata-rata mencapai 7% dalam

    10 tahun terakhir. Sementara itu, konsumsi minyak bumi (BBM) di

    dalam negeri sudah melebihi kapasitas produksi. Dalam beberapa

    tahun belakangan ini penyediaan BBM dalam negeri tidak dapat

    seluruhnya dipenuhi oleh kilang minyak domestik, hampir 20%-30%

    kebutuhan minyak bumi dalam negeri sudah harus diimpor dari luar

    negeri (Biro Riset LM FE UI, 2010). Kebutuhan impor minyak bumi

    ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan

    jumlah penduduk yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi di

    dalam negeri yang diharapkan semakin membaik ditahun-tahun

    mendatang.

    Pada bulan Oktober 2005, pemerintah Indonesia memutuskan untuk

    menghapus subsidi minyak dalam negeri untuk konsumsi industri.

    Selanjutnya pada Januari 2015, Presiden Joko Widodo resmi

    menghapus subsidi BBM untuk jenis premium, dan untuk bahan

    bakar solar ditetapkan subsidi tetap sebesar Rp 1.000. Perhitungan

    harga akan menggunakan rumus yang telah ditetapkan oleh

    pemerintah dan mengacu pada harga minyak dunia, kurs Rupiah

    terhadap Dolar AS, serta faktor inflasi. (Gumelar, 2015). Akibatnya,

  • 11

    kinerja industri khususnya pada profit perusahaan menjadi lebih

    rentan terhadap kenaikan harga minyak dunia.

    PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    Sebuah studi oleh Nandha & Faff (2008) menganalisis 35 indeks

    industri global untuk periode antara tahun 1983 sampai 2005. Temuan

    mereka menunjukkan bahwa harga minyak memiliki dampak negatif

    pada pengembalian ekuitas untuk semua industri kecuali

    pertambangan, serta industri minyak dan gas. Faff dan Brailsford

    (1999) mendapatkan dampak negatif yang sama dari pergerakan

    harga minyak pada industri seperti kertas dan pengemasan, bank dan

    transportasi. Dibalik itu, sektor keuangan mempunyai kinerja yang

    lebih stabil dan kurang terpengaruh dengan fluktuasi harga minyak

    yang tinggi.

    Meskipun literatur di atas menunjukkan bahwa harga minyak yang

    tinggi umumnya adalah berita buruk bagi nilai indeks di sebagian

    besar sektor, namun hal yang sama tidak berlaku untuk industri

    minyak di mana minyak merupakan output produksi. Oleh karena itu

    yang akan membuat perbedaan besar adalah apakah minyak sebagai

    output atau input dalam sebuah perusahaan. Sebuah studi oleh El-

    Sharif (2005) meneliti hubungan antara harga minyak mentah dengan

    harga saham di industri minyak dan gas di Inggris. Bukti mereka

    menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kedua faktor,

    dan seringkali signifikan dan mencerminkan dampak langsung dari

    gejolak harga minyak pada harga ekuitas. Penelitian lain yang

    dilakukan oleh Huang, Masulis dan Stoll (1996), Faff dan Brailsford

    (1999), Nandha dan Faff (2008), Cong (2008), dan Mohanty, Nandha,

    & Bota (2010) pun mencapai kesimpulan yang sama pada hubungan

    antara harga minyak dan industri minyak dan gas untuk beberapa

    negara yang berbeda. Hal tersebut disebabkan perusahaan

  • 12

    menggunakan minyak sebagai output produksi, pergerakan terhadap

    harga minyak mentah dunia akan berimbas pada meningkatnya

    kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kemampuan

    dalam memberikan dividen. Peningkatan kemampuan menghasilkan

    laba dan membagikan dividen akan membuat minat investor menjadi

    tinggi, dan akan cenderung untuk membeli saham sehingga harga

    saham menjadi naik. Kenaikan harga saham akan meningkatkan

    return yang diperoleh oleh investor. Maka dari itu dirumuskan

    hipotesis pertama yaitu:

    Hipotesis 1: Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh

    positif terhadap nilai indeks di sektor

    pertambangan di Bursa Efek Indonesia.

    Hamilton (1983), Gisser & Goodwin (1986), Sadorsky (1999), Gjerde

    dan Sættem (1999), Ciner (2001), dan Park dan Ratti (2008) meneliti

    dampak dari pergerakan harga minyak terhadap pasar saham di

    berbagai negara. Hasilnya menunjukkan bahwa ketidakstabilan harga

    minyak memiliki dampak signifikan secara statistik pada pasar

    saham, terutama bagi perusahaan yang termasuk golongan industri.

    Hal ini dikarenakan perusahaan menggunakan minyak sebagai input

    energi bahan bakar, pergerakan terhadap harga minyak mentah dunia

    akan membuat harga bahan bakar pendukung produksi menjadi naik

    dan memberikan pengaruh terhadap meningkatnya biaya produksi

    dan berimbas pada menurunnya kemampuan perusahaan untuk

    menghasilkan laba dan kemampuan dalam memberikan dividen.

    Penurunan kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen

    akan membuat minat investor menjadi rendah, dan investor

    perusahaan yang bersangkutan akan cenderung untuk menjual

    sahamnya sehingga harga saham turun. Penurunan harga saham akan

    menurunkan return yang diperoleh oleh investor. Di Bursa Efek

    Indonesia ada tiga sektor yang termasuk sebagai golongan industri,

    yakni sektor Industri Dasar, Aneka Industri, dan Industri Barang

  • 13

    Konsumsi. Maka dari itu dirumuskan hipotesis sebagai berikut,

    pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai

    indeks di golongan sektor industri di Bursa Efek Indonesia. Untuk

    memaparkan lebih jelas dampak pergerakan harga minyak dunia

    terhadap nilai indeks per sektor yang termasuk golongan industri,

    dirumuskan 3 sub-hipotesis sebagai berikut:

    Hipotesis 2a: Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh

    negatif terhadap nilai indeks di sektor Industri

    Dasar di Bursa Efek Indonesia.

    Hipotesis 2b: Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh

    negatif terhadap nilai indeks di sektor Aneka

    Industri di Bursa Efek Indonesia.

    Hipotesis 2c: Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh

    negatif terhadap nilai indeks di sektor Industri

    Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.

    METODE PENELITIAN

    Populasi dan Sampel

    Penelitian ini menggunakan data harga minyak WTI harian dan

    penutupan indeks harian di 4 indeks saham sektoral di Bursa Efek

    Indonesia yaitu Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, dan

    Industri Barang Konsumsi selama 1 tahun sebelum adanya

    penghapusan subsidi untuk harga BBM dari Oktober 2013 sampai

    Oktober 2014 dan 1 tahun pasca berlakunya kebijakan fluktuasi harga

    BBM mengikuti harga pasar dari November 2014 hingga November

    2015. Data sekunder tersebut diperoleh dari informasi yang tersedia

    di website www.financeyahoo.co.id. untuk indeks saham sektoral di

    Bursa Efek Indonesia serta website US Energy Administration

    (www.eia.gov) untuk harga minyak WTI.

  • 14

    Untuk untuk menghindari adanya confounding effect atau

    tercampurnya informasi dari suatu peristiwa dengan peristiwa lain,

    penelitian ini menggunakan metode event study dengan menghapus

    beberapa data saat peristiwa yang tidak mempunyai kaitan dengan

    harga minyak dunia terjadi dan mempunyai pengaruh langsung pada

    nilai saham di Bursa Efek Indonesia.

    Menurut MacKmlay (1997), event study merupakan salah satu

    metodologi penelitian yang menggunakan data-data pasar keuangan

    untuk mengukur dampak dari suatu kejadian yang spesifik terhadap

    nilai perusahaan, biasanya tercermin dari harga saham dan volume

    transaksinya.

    Penerapan event study banyak digunakan dalam penelitian di bidang

    keuangan dengan variasi kejadian yang sangat luas, seperti merger &

    akuisisi, pengumuman earnings, pengumuman variabel ekonomi

    makro seperti defisit perdagangan dan lain-lain.

    Untuk melakukan event study, hampir seluruh literatur yang ada

    menyebutkan kesamaan langkah-langkah yang harus ditempuh,

    menurut MacKinlay (1997) terdiri dari beberapa tahap, yaitu

    mendefinisikan kejadian yang diamati, yaitu berupa informasi baru

    yang tersedia di pasar. Mengidentifikasi kumpulan perusahaan yang

    mengalami kejadian tersebut dan mengidentifikasi tanggal kejadian

    (event dates); dengan perkataan lain pada tahap ini melakukan kriteria

    seleksi untuk memasukkan suatu pemisahan apakah termasuk di

    dalam sampel penelitian. Memilih sebuah event window yang cocok

    dan justifikasi jaraknya, apabila melebihi dua hari.

    Dalam hal ini berarti mengidentifikasi periode dimana harga-harga

    saham perusahaan yang terlibat dengan kejadian tersebut dapat diuji.

    Rangkaian waktu (timeline) untuk sebuah event study dapat dilihat

  • 15

    pada Gambar 1. Tahap selanjutnya adalah mengeliminasi atau

    menyesuaikan perusahaan-perusahaan yang mengalami kejadian lain

    yang relevan selama event window.

    Gambar 1: Rangkaian waktu event study

    Periode data yang digunakan berkisar antara Oktober 2013 hingga

    November 2015, dengan hamparan sebagai berikut: untuk data

    sebelum berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti harga

    pasar berkisar selama 12 bulan setelah Oktober 2013; data untuk

    periode setelah berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti

    harga pasar terhitung selama 12 bulan sebelum November 2015. Data

    yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan melihat grafik

    histogram dari masing-masing kelompok data yang dapat dilihat pada

    gambar 2 dan 3.

  • 16

    Gambar 2: Grafik Histogram pergerakan perubahan harga Minyak WTI antara Oktober 2013 sampai

    Oktober 2014

  • 17

    Gambar 3: Grafik Histogram pergerakan perubahan harga Minyak WTI antara November 2014

    sampai November 2015

    Distribusi normal adalah salah satu distribusi teoretis dari variabel

    random kontinu, merupakan distribusi yang simetris dan berbentuk

    genta atau lonceng. Pada bentuk tersebut ditunjukkan hubungan

    ordinat pada rata-rata dengan berbagai ordinat pada berbagai jarak

    simpangan baku yang diukur dari rata-rata.

    Beberapa bagian luas dibawah kurva untuk distribusi normal umum

    dengan rata-rata 𝜇 dan simpangan baku 𝜎 tertentu, dapat ditentukan.

    Dapat dilihat kedua histogram yang ditunjukan gambar 3 dan 4

    memiliki distribusi normal maka dapat diterjemahkan sebagai

    berikut:

    1) kira-kira 68,27% dari kasus ada dalam daerah satu simpangan

    baku sekitar rata-rata, yaitu antara 𝜇–𝜎 dan 𝜇+𝜎;

    2) kira-kira 95,45% dari kasus ada dalam daerah satu simpangan

    baku sekitar rata-rata, yaitu antara 𝜇–2𝜎 dan 𝜇+2𝜎;

  • 18

    3) kira-kira 99,73% dari kasus ada dalam daerah satu simpangan

    baku sekitar rata-rata, yaitu antara 𝜇–3𝜎 dan 𝜇+3𝜎.

    Selanjutnya, data yang berada di luar batasan gejolak yaitu 𝜇–𝜎 dan

    𝜇+𝜎, dapat digunakan dalam penelitian ini. Pengolahan data

    dikelompokan dari dua kali standar deviasi hingga tiga kali standar

    deviasi, guna membandingkan besarnya pengaruh perubahan

    fluktuasi harga minyak WTI juga memberikan pengaruh yang besar

    terhadap nilai indeks masing-masing sektor.

    Tabel 1: Jumlah data yang diolah sebelum dan sesudah kebijakan

    Jumlah data yang diolah sebelum kebijakan setelah kebijakan

    𝜇–2𝜎 dan

    𝜇+2𝜎

    𝜇–3𝜎

    dan

    𝜇+3𝜎

    𝜇–2𝜎

    dan

    𝜇+2𝜎

    𝜇–3𝜎

    dan

    𝜇+3𝜎

    Jumlah (dalam hari) 22 6 27 14

    Peristiwa diluar fluktuasi harga

    minyak dunia yang

    berpengaruh langsung pada

    nilai saham (dalam hari)

    6 0 4 0

    Jumlah yang diolah (dalam hari) 16 6 23 14

    Sumber: Data Diolah (2015)

    Jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

    295, yang terdiri dari 110 data sebelum berlakunya kebijakan

    fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar setelah beberapa data saat

    peristiwa yang tidak mempunyai kaitan dengan harga minyak dunia

    terjadi dan mempunyai pengaruh langsung pada nilai saham di Bursa

    Efek Indonesia, seperti peristiwa banjir Jakarta dengan membuang 2

    hari, pemilihan umum presiden, serta Kebijakan The Federal Reverse

    melanjutkan program pengurangan stimulus (tappering off) dan

    rencana menaikkan suku bunga acuan (Fed Rate) masing-masing

    dengan membuang 1 hari; dan 185 data pasca berlakunya kebijakan

    fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar dengan membuang

  • 19

    peristiwa isu reshuflle kabinet, rencana buyback saham dengan

    mengeleminasi 2 hari, dan rencana The Federal Reverse akan

    menaikkan suku bunga acuan yang mempunyai dampak langsung

    pada nilai saham di Bursa Efek Indonesia.

    Masing-masing data dari 110 data sebelum berlakunya kebijakan

    fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar terdiri dari 22 data untuk

    harga minyak WTI, 22 Pertambangan, 22 Industri Dasar, Aneka

    Industri, dan 22 Industri Barang Konsumsi. Selanjutnya untuk 185

    data pasca berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM mengikuti

    harga pasar masing-masing terdiri dari 37 data harga minyak WTI, 37

    data Pertambangan, 37 data Industri Dasar, 37 data Aneka Industri,

    dan 37 data untuk Industri Barang Konsumsi. Berikut adalah data

    peristiwa yang tidak mempunyai kaitan dengan harga minyak dunia

    dan mempunyai pengaruh langsung pada nilai saham di Bursa Efek

    Indonesia.

    Tabel 2: Peristiwa yang tidak mempunyai kaitan dengan harga minyak dunia

    dan mempunyai pengaruh langsung pada nilai saham di Bursa Efek Indonesia

    Waktu Peristiwa

    Januari 2014 Banjir Jakarta

    10 Juli 2014 Pemilu Presiden

    11 September

    2014

    Kebijakan The Federal Reverse melanjutkan

    program pengurangan stimulus (tappering

    off) dan rencana menaikkan suku bunga

    acuan (Fed Rate).

    12 Agustus 2015 Isu reshuflle kabinet

    25 Agusuts 2015 Rencana buyback saham

    29 Oktober 2015 The Federal Reverse akan menaikkan suku

    bunga acuan

    Sumber: Data Diolah (2015)

  • 20

    Selanjutnya, pengolahan data pada penelitian ini dibantu oleh

    software EViews 8.

    Tahapan Pengujian

    1. Data saham yang didapat merupakan indeks penutupan harian

    sektoral, untuk mendapatkan perubahan nilai indeks harian

    diperlukan pengolahan terlebih dahulu melalui versi

    sederhana dari rumus lognatural. Hal yang sama pun

    diterapkan pada data variabel independent yaitu harga minyak

    mentah harian, guna memperoleh nilai dari perubahan harga

    minyak harian dilakukan perhitungan melalui rumus yang

    serupa dengan perhitungan return saham.

    2. Setelah mendapatkan perubahan nilai indeks harian dan

    perubahan nilai harga minyak harian dilakukan uji akar unit

    untuk menguji adanya anggapan bahwa sebuah data time

    series stasioner. Stasioneritas merupakan salah satu prasyarat

    penting dalam model ekonometrika untuk data time series.

    Apabila setelah dilakukan pengujian akar unit, data yang

    tersedia memiliki sifat tidak stasioner maka langkah

    selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji ini

    dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapa

    derajat data yang diamati stationer.

    3. Pengujian berikutnya adalah uji kointegrasi berguna untuk

    menyelidiki adanya hubungan antar variabel time series yang

    stabil dalam jangka panjang.

    4. Uji Granger Causality merupakan langkah selanjutnya dalam

    penelitian ini berguna untuk melihat ada tidaknya hubungan

    sebab akibat (causalities) antara variabelnya yang dapat

    dijelaskan oleh nilai-nilai masa lalu.

  • 21

    5. Apabila data yang tersedia lolos dari 3 uji asumsi diatas,

    dilakukan analisis Vector Auto Regression (VAR) untuk

    menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang

    terdapat dalam sistem variabel tersebut.

    Pengukuran Variabel

    Variabel dependent yang dianalisis dalam penelitian ini adalah

    Perubahan nilai indeks sektoral harian, yang dihitung dengan rumus

    sebagai berikut:

    ISit = 𝑃𝑖𝑡−𝑃𝑖𝑡−1

    𝑃𝑖𝑡−1................................................................. (1)

    dimana:

    ISit : Perubahan nilai indeks saham sektor i pada hari ke t

    Pit : Penutupan indeks sektor i pada hari ke t

    Pit-1 : Penutupan indeks sektor i pada hari ke t-1

    Variabel independent di penelitian ini adalah harga minyak dunia

    harian yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    POILt = 𝑊𝑇𝐼𝑡−𝑊𝑇𝐼𝑡−1

    𝑊𝑇𝐼𝑡−1................................................................. (2)

    dimana:

    POILt : Perubahan harga minyak dunia pada hari ke t

    WTIt : Harga minyak dunia pada hari ke t

    WTIt-1 : Harga minyak dunia pada hari ke t-1

    Tujuan dari regresi ini adalah untuk memberikan gambaran

    menyeluruh tentang hubungan antara perubahan harga minyak dan

    return saham indeks sektoral. Regresi awal dinyatakan sebagai

    berikut:

  • 22

    R𝑖𝑡 = 𝑎𝑖 + 𝑏𝑃𝑂𝐼𝐿𝑡−1 + 𝜀𝑖........................................................... (3)

    dimana:

    Rit : Perubahan nilai indeks saham sektor i pada hari ke t

    POILt-1 : Perubahan harga minyak dunia pada hari ke t-1

    Uji akar unit (Unit Root Test)

    Uji akar unit digunakan untuk menguji adanya anggapan bahwa

    sebuah data time series stasioner. Uji yang biasa digunakan adalah uji

    Dickey–Fuller. Uji lain yang serupa yaitu Uji Phillips–Perron.

    Keduanya mengindikasikan keberadaan akar unit sebagai hipotesis

    nol. Perlu diketahui bahwa data yang dikatakan stasioner adalah data

    yang bersifat flat, tidak mengandung komponen trend, dengan

    keragaman yang konstan, serta tidak terdapat fluktuasi periodik.

    Hipotesis yang digunakan pada pengujian augmented dickey fuller

    adalah:

    H0 : ρ = 0 (Terdapat unit roots, data tidak stasioner)

    H1 : ρ ≠ 0 (Tidak terdapat unit roots, data stasioner)

    Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai t-

    hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-Fuller.

    Uji Kointegrasi

    Pendekatan kointegrasi berkaitan erat dengan pengujian terhadap

    kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara

    variabel-variabel ekonomi seperti yang disyaratkan oleh teori

    ekonomi. Pendekatan kointegrasi dapat pula dipandang sebagai uji

    teori dan merupakan bagian yang penting dalam perumusan dan

    estimasi suatu model dinamis.

  • 23

    Dalam konsep kointegrasi, dua atau lebih variabel runtun waktu

    stasioner akan terkointegrasi bila kombinasinya juga linier sejalan

    dengan berjalannya waktu, meskipun bisa terjadi masing-masing

    variabelnya bersifat tidak stasioner. Bila variabel runtun waktu

    tersebut terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam

    jangka panjang. Uji kointegrasi yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah uji kointegrasi yang dikembangkan oleh Johansen. Uji

    Johansen menggunakan analisis trace statistic dan nilai kritis pada

    tingkat kepercayaan α= 5 %. Hipotesis nolnya apabila nilai trace

    statistic lebih besar dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan α= 5 %

    atau nilai probabilitas lebih kecil dari α= 5 % maka terindikasi

    kointegrasi.

    Uji Granger Causality

    Tujuan dari uji kausalitas menggunakan Granger Causality adalah

    mendeteksi ada tidaknya hubungan sebab akibat (causalities) antara

    variabelnya yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai masa lalu. Variabel

    independent dikatakan “granger-causes” variabel dependent, apabila

    variabel independent membantu memprediksi variabel dependent.

    Maka dari itu rumusan hipotesis dari Granger Causality adalah :

    H0 : Variabel dependent tidak memiliki Granger cause terhadap

    variabel independent

    H1 : Variabel dependent memiliki Granger cause terhadap variabel

    independent

    Analisis Vector Auto Regression (VAR)

    Vector Auto Regression (VAR) biasanya digunakan untuk

    memproyeksikan sistem variabel-variabel runtut waktu dan untuk

    menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang terdapat

  • 24

    dalam sistem variabel tersebut. Pada dasarnya Analisis VAR bisa

    dipadankan dengan suatu model persamaan simultan, oleh karena

    dalam Analisis VAR kita mempertimbangkan beberapa variabel

    endogen secara bersama-sama dalam suatu model. Perbedaannya

    dengan model persamaan simultan biasa adalah bahwa dalam Analisis

    VAR masing-masing variabel selain diterangkan oleh nilainya di

    masa lampau, juga dipengaruhi oleh nilai masa lalu dari semua

    variabel endogen lainnya dalam model yang diamati. Analisis VAR

    juga merupakan alat analisis yang sangat berguna, baik di dalam

    memahami adanya hubungan timbal balik (interrelationship) antara

    variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan model

    ekonomi berstruktur. Di samping itu, dalam analisis VAR biasanya

    tidak ada variabel eksogen dalam model tersebut. Salah satu

    karakteristik dari proses VAR adalah stabilitasnya. Artinya bahwa

    prosesnya menghasilkan deret waktu yang stasioner dengan rata-rata

    yang tidak berubah pada fungsi waktu.

    HASIL

    Analisis Deskriptif

    Penelitian ini meliputi data harga minyak WTI harian dan penutupan

    indeks harian di 4 indeks saham sektoral di Bursa Efek Indonesia

    yaitu Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, dan Industri

    Barang Konsumsi selama 1 tahun sebelum adanya penghapusan

    subsidi untuk harga BBM dari Oktober 2013 sampai Oktober 2014

    dan 1 tahun pasca berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM

    mengikuti harga pasar dari November 2014 hingga November 2015.

    Deskripsi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.

  • 25

    Tabel 3: Deskripsi Data Penelitian

    Min Max Mean Std. Deviasi

    Sebelum

    Kebijakan

    harga minyak WTI -5.81% 2.84% -0.08% 0.99

    harga

    saham

    MING -3.39% 2.77% 0.00% 0.11

    BIND -5.55% 4.20% 0.05% 0.13

    MISC -5.53% 5.76% 0.04% 0.15

    CONS -3.09% 2.66% 0.05% 0.10

    Sesudah

    Kebijakan

    harga minyak WTI -10.53% 10.31% -0.21% 0.99

    harga

    saham

    MING -3.58% 3.48% -0.19% 0.11

    BIND -7.68% 6.83% -0.09% 0.17

    MISC -7.24% 8.90% -0.04% 0.19

    CONS -3.79% 5.44% 0.00% 0.13

    Sumber: Data Diolah (2016)

    keterangan:

    MING : Mining Index (sektor Pertambangan)

    BIND : Basic Industry and Chemicals Index (sektor Industri Dasar)

    MISC : Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri)

    CONS : Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi)

  • 26

    Berdasarkan tabel 1, perubahan harga minyak WTI sebelum

    berlakunya kebijakan Fluktuasi Harga BBM mengalami penurunan

    rata-rata sebesar 0.08% dengan nilai maksimum kenaikan sebesar

    2.84% dan penurunan terekstrem sebanyak 5.81%. Sedangkan untuk

    rata-rata data perubahan harga minyak WTI setelah berlakunya

    kebijakan Fluktuasi Harga BBM mengalami depresiasi sebesar 0.21%

    dengan nilai kenaikan terbesar 10.31% dan penurunan 10.53%.

    Pada sektor pertambangan, data perubahan harga saham sebelum

    berlakunya kebijakan Fluktuasi Harga BBM memiliki rata-rata

    kenaikan sebesar 0.003%. Sebaliknya, data perubahan harga saham

    pada sektor pertambangan setelah berlakunya kebijakan Fluktuasi

    Harga BBM mengalami penurunan rata-rata sebesar 0.19%.

    Selanjutnya, pada data perubahan harga saham pada ketiga sektor

    industri yang diteliti sebelum berlakunya kebijakan fluktuasi harga

    BBM mengalami kenaikan dengan nilai mean masing-masing sebesar

    0.05%, 0.04% dan 0.05%. Akan tetapi, rata-rata data perubahan harga

    saham pada sektor industri dasar dan sektor aneka industri setelah

    berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM masing-masing

    mengalami penurunan sebesar 0.09% dan 0.04%. Sedangkan, untuk

    sektor industri barang konsumsi mengalami kenaikan 0.004%.

    Pengujian Asumsi

    1. Uji Akar Unit (Unit Root Test)

    Perlu diketahui bahwa data yang dikatakan stasioner adalah data yang

    bersifat flat, tidak mengandung komponen trend, dengan keragaman

    yang konstan, serta tidak terdapat fluktuasi periodik. Kesimpulan

    hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai t-hitung dengan

    t-tabel pada tabel Dickey-Fuller adalah sebagai berikut:

  • 27

    Tabel 4: Output Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test

    Panel A: sebelum Kebijakan

    Nilai t-statistic dan critical

    values

    Variabel

    MING BIND MISC CONS

    Augmented Dickey-Fuller

    t-Statistic -15.513 -15.499 -16.896 -19.668

    Critical values 5% -2.871

    Panel B: pasca Kebijakan

    Nilai t-statistic dan critical

    values

    Variabel

    MING BIND MISC CONS

    Augmented Dickey-Fuller

    t-Statistic -13.519 -11.956 -13.842 -16.726

    Critical values 5% -2.872

    Sumber: Data Diolah (2016)

    keterangan:

    MING : Mining Index (sektor Pertambangan)

    BIND : Basic Industry and Chemicals Index (sektor Industri Dasar)

    MISC : Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri)

    CONS : Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi)

    Dapat dilihat bahwa nilai statistik t-hitung pada tabel 2 Panel A yaitu

    sebelum kebijakan Fluktuasi Harga BBM mengikuti harga pasar pada

    sektor pertambangan, sektor industri dasar, sektor aneka industri dan

    sektor industri barang konsumsi lebih kecil daripada nilai t-tabel pada

    tingkat kepercayaan 5% (-2.87). Hasil output tersebut menunjukkan

    bahwa data stasioner dan hipotesis null ditolak. Sedangkan

    berdasarkan hasil output ADF Test Pasca berlakunya Kebijakan

    Fluktuasi Harga BBM mengikuti harga pasar, nilai t-hitung pada

    seluruh sektor yang diteliti lebih kecil daripada nilai t-tabel pada

    tingkat kepercayaan 5% yang artinya data stasioner dan hipotesis null

    ditolak.

  • 28

    2. Hasil Panjang Lag Optimal

    Pendekatan VAR sangat sensitif terhadap jumlah lag data yang

    digunakan, maka perlu ditentukan jumlah lag yang optimal.

    Penentuan panjang lag dimanfaatkan untuk mengetahui lamanya

    periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa

    lalunya maupun terhadap variabel endogen lainnya.

    Pemilihan kriteria menggunakan Schwarz Information Criterion

    (SIC) mengikuti Reimers (1992) menemukan bahwa SIC berjalan

    baik dalam pemilihan panjang lag yang optimal. Setelah melakukan

    trial error terhadap panjang lag, berdasarkan tabel panjang lag

    optimal dapat dilihat dari Schwarz Information Criterion (SIC) lag

    yang optimal untuk kedua kelompok data adalah lag pertama. Hal ini

    berarti estimasi dengan panjang lag sebesar 1 hari akan

    menghindarkan dari risiko terjadi kesalahan spesifikasi model akibat

    lag terlalu pendek atau pengurangan derajat kebebasan akibat lag

    terlalu panjang.

    Tabel 5: Panjang Lag Optimal

    Lag sebelum

    Kebijakan

    pasca

    Kebijakan

    0 -28.040 -27.411

    1 -27.712* -26.988*

    2 -27.327 -26.435

    3 -26.906 -25.900

    4 -26.471 -25.342

    5 -26.051 -24.812

    6 -25.661 -24.303

    7 -25.273 -23.768

    8 -24.841 -23.247

  • 29

    Sumber: Data Diolah (2016)

    (*) menunjukan panjang lag optimal dan signifikan

    apabila nilai probability < 0.05

    3. Uji Kointegrasi

    Berdasarkan panjang lag diatas, peneliti melakukan uji kointegrasi

    untuk mengetahui apakah akan terjadi keseimbangan dalam jangka

    panjang, yaitu terdapat kesamaan pergerakan dan stabilitas hubungan

    diantara variabel-variabel di dalam penelitian ini atau tidak. Dalam

    penelitian ini, uji kointegrasi dilakukan dengan menggunakan metode

    Johansen’s Cointegration Test. Berikut ini disajikan tabel hasil uji

    kointegrasi untuk setiap sektor dengan metode Johansen’s

    Cointegration Test.

    Tabel 6: Ranking Kointegrasi dari Variabel Minyak WTI dan Keempat Sektor yang Diteliti

    Variabel Sebelum kebijakan Pasca kebijakan

    Prob Prob

    MING 0.0001 0.0001

    BIND 0.0001 0.0001

    MISC 0.0001 0.0001

    CONS 0.0001 0.0001

    Sumber: Data Diolah (2016) keterangan:

    MING : Mining Index (sektor Pertambangan)

    BIND : Basic Industry and Chemicals Index (sektor Industri Dasar)

    MISC : Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri)

    CONS : Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi)

    (*) signifikan apabila nilai probability < 0.05

    Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dari

    data sebelum dan sesudah berlakunya kebijakan fluktuasi harga BBM

    mengikuti harga pasar lebih kecil dari critical value dengan tingkat

  • 30

    signifikansi 5%. Hal ini berarti menerima hipotesis nol yang

    menyatakan bahwa ada kointegrasi. Berdasarkan analisis

    ekonometrik di atas dapat dilihat bahwa semua variabel dalam

    penelitian ini menunjukkan kointegrasi pada tingkat signifikansi 5%.

    Dengan demikian, dari hasil uji kointegrasi mengindikasikan bahwa

    di antara nilai indeks di sektor industri dasar, aneka industri, industri

    barang konsumsi dan pertambangan dengan perubahan harga minyak

    dunia memiliki hubungan stabilitas atau keseimbangan dan kesamaan

    pergerakan dalam jangka panjang. Dengan kata lain, dalam setiap

    periode jangka pendek, seluruh variabel cenderung saling

    menyesuaikan, untuk mencapai ekuilibrium jangka panjangnya.

    4. Uji Granger Causality

    Hasil Uji Granger Causality untuk menguji arah dan hubungan

    kausalitas antara perubahan harga minyak WTI dan keempat sektor

    yang diteliti disajikan dalam tabel 5 berikut:

    Tabel 7: Uji Kausalitas Granger untuk Keempat Sektor yang Diteliti

    Null Hypothesis: Sebelum

    Kebijakan

    Pasca

    Kebijakan

    POIL→ MING 0.048* 0.028*

    MING → POIL 0.381 0.213

    POIL → BIND 0.758 0.617

    BIND → POIL 0.789 0.108

    POIL → MISC 0.037* 0.038*

    MISC → POIL 0.084 0.256

    POIL → CONS 0.033* 0.049*

    CONS → POIL 0.753 0.961

    Sumber: Data Diolah (2016)

  • 31

    keterangan:

    POIL : harga minyak WTI

    MING : Mining Index (sektor Pertambangan)

    MISC : Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri)

    CONS : Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi) (*) signifikan apabila nilai probability < 0.05

    Perubahan harga Minyak WTI secara statistik signifikan

    mempengaruhi nilai indeks sektor pertambangan (MING) karena

    mempunyai nilai probabilty 0.048 dan 0.028. Namun, nilai indeks

    sektor pertambangan secara statistik tidak signifikan memengaruhi

    perubahan harga Minyak WTI yang dibuktikan dengan nilai

    probabilty lebih besar dari 0.05 yaitu 0.381 dan 0.21. Dengan

    demikian, disimpulkan bahwa terjadi kausalitas searah sebelum dan

    sesudah kebijakan fluktuasi harga BBM antara nilai indeks sektor

    pertambangan dan perubahan harga Minyak WTI yaitu hanya

    perubahan harga Minyak WTI yang secara statistik signifikan

    memengaruhi nilai indeks sektor pertambangan namun tidak berlaku

    sebaliknya.

    Fluktuasi harga Minyak WTI secara statistik tidak signifikan

    mempengaruhi nilai indeks sektor industri dasar (BIND) dan begitu

    pula sebaliknya nilai indeks sektor industri dasar secara statistik tidak

    signifikan memengaruhi perubahan harga Minyak WTI baik sebelum

    dan sesudah kebijakan fluktuasi harga BBM diberlakukan yang

    dibuktikan dengan nilai probabilty masing-masing lebih besar dari

    0.05 yaitu 0.758 dan 0.789 sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi

    kausalitas apapun untuk nilai indeks sektor industri dasar dan

    perubahan harga Minyak WTI. Oleh karena itu, hipotesis pergerakan

    harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap nilai indeks di

    sektor industri dasar di Bursa Efek Indonesia ditolak.

    Berdasarkan tabel diatas, perubahan harga Minyak WTI secara

    statistik signifikan mempengaruhi nilai indeks sektor aneka industri

  • 32

    (MISC) karena mempunyai nilai probabilty 0.037 dan 0.038. Namun,

    nilai indeks sektor aneka industri secara statistik tidak signifikan

    memengaruhi perubahan harga Minyak WTI yang dibuktikan dengan

    nilai probabilty lebih besar dari 0.05 yaitu 0.084 dan 0.256. Dengan

    demikian, disimpulkan bahwa terjadi kausalitas searah sebelum dan

    sesudah kebijakan fluktuasi harga BBM antara nilai indeks sektor

    aneka industri dan perubahan harga Minyak WTI yaitu hanya

    perubahan harga Minyak WTI yang secara statistik signifikan

    memengaruhi nilai indeks sektor aneka industri namun tidak berlaku

    sebaliknya.

    Fluktuasi harga Minyak WTI secara statistik signifikan

    mempengaruhi nilai indeks sektor industri barang konsumsi (CONS)

    karena mempunyai nilai probabilty 0.033 ketika kebijakan fluktuasi

    harga BBM belum diberlakukan dan 0.049 ketika kebijakan telah

    diberlakukan. Namun, nilai indeks sektor industri barang konsumsi

    secara statistik tidak signifikan memengaruhi perubahan harga

    Minyak WTI yang dibuktikan dengan nilai probabilty lebih besar dari

    0.05 masing-masing 0.753 dan 0.961. Dengan demikian, disimpulkan

    bahwa terjadi kausalitas searah antara nilai indeks sektor industri

    barang konsumsi dan perubahan harga Minyak WTI yaitu hanya

    perubahan harga Minyak WTI yang secara statistik signifikan

    memengaruhi nilai indeks sektor industri barang konsumsi dan tidak

    berlaku sebaliknya.

    5. Analisis Vector Auto Regression (VAR)

    Setelah didapati hubungan kointegrasi diantara variabel penelitian,

    maka tahap selanjutnya adalah membentuk model VAR. Menurut

    Enders (2004), jika terdapat hubungan kointegrasi diantara variabel

    penelitian, maka estimasi dilakukan dengan VAR. Tabel 6

    menyajikan hasil estimasi dengan VAR untuk masing-masing sektor

    yang diteliti.

  • 33

    Tabel 8: Estimasi VAR untuk keempat Sektor yang diteliti

    Sektor

    2 kali standar deviasi 3 kali standar deviasi

    𝒂 POILt-1 ISt-1 𝒂 POILt-1 ISt-1

    Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien Koefisien

    (t-statistics ) (t-statistics ) (t-statistics ) (t-statistics ) (t-statistics ) (t-statistics )

    MING Sebelum -0.000 0.061 0.072 0.011 0.668 0.668

    (-1.577) ( 3.060)** (1.236) (0.547) (2.165)* (2.058)*

    Pasca -0.177 1.068 0.006 0.009 0.317 2.496

    (-2.567)* ( 3.468)** (0.098) (0.234) (2.640)** (0.652)

    MISC Sebelum 0.000 -0.013 0.000 0.021 -0.395 0.871

    (0.457) (-2.388)* (1.007) (0.880) (-2.101)* (0.536)

    Pasca 0.000 -1.000 1.004 0.007 -0.266 1.280

    (0.129) (-2.009)* ( 2.058)* (0.162) (-0.522) (0.418)

    CONS Sebelum 0.000 -0.003 0.150 0.021 -0.340 0.311

    (2.123)* (-2.142)* (2.564)* (0.019) (-2.382)* (2.270)*

    Pasca 0.000 -1.001 1.184 0.008 -0.362 1.069

    (0.963) ( -2.067)* (2.574)* (1.148) (-2.117)* (2.208)*

    Sumber: Data Diolah (2016)

  • 34

    keterangan:

    𝑎 : konstanta

    POILt-1 : harga minyak WTI pada lag sehari sebelumnya

    ISt-1 : Indeks Sektor pada lag sehari sebelumnya

    MING : Mining Index (sektor Pertambangan)

    MISC : Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri)

    CONS : Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi)

    (*) wilayah tolak H0 pada tingkat signifikansi 5%: nilai t-statistics > 1.968 atau < -1.968

    (**) wilayah tolak H0 pada tingkat signifikansi 1%: nilai t-statistics > 2.576 atau < -2.576

    Model Persamaan Vector Auto Regression adalah seperti berikut

    (hanya memasukan variabel yang signifikan):

    R𝑖𝑡 = 𝑎 + 𝑏𝑃𝑂𝐼𝐿𝑡−1 + 𝑐𝐼𝑆𝑖−1..................................................... (4)

    keterangan:

    Rit : Perubahan nilai indeks saham sektor i pada hari ke t

    𝑎 : konstanta

    POILt-1 : harga minyak WTI pada lag sehari sebelumnya

    ISt-1 : Indeks Sektor pada lag sehari sebelumnya

    Dari hasil estimasi model VAR dapat disimpulkan bahwa nilai indeks

    sektor pertambangan dalam periode berjalan (MING) sangat

    dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak WTI pada periode

    sebelumnya (POILt-1) dilihat dari nilai t-statistiknya 3.060, 2.165,

    2.058, -2.567, 3.468, dan 2.640 berada di wilayah penerimaan

    hipotesis pergerakan harga minyak dunia berpengaruh positif

    terhadap nilai indeks di sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia.

    Perubahan harga minyak WTI pada periode sebelumnya memberikan

    pengaruh positif dan secara statistik signifikan. Maka dari itu,

    hipotesis pergerakan harga minyak dunia berpengaruh positif

    terhadap nilai indeks di sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia

    dapat diterima.

    Sementara itu, nilai indeks sektor aneka industri dengan pengolahan

    menggunakan standar dua kali deviasi secara signifikan hanya

    dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak WTI pada periode

  • 35

    sebelumnya (POILt-1) yang ditunjukkan oleh nilai statistiknya kurang

    dari -1.968. Selanjutnya dari tabel diatas dapat dilihat dengan

    menggunakan pengolahan data standar tiga kali deviasi menunjukkan

    bahwa untuk nilai indeks sektor aneka industri sebelum kebijakan

    fluktuasi harga BBM secara signifikan hanya dipengaruhi oleh

    fluktuasi harga minyak WTI pada periode sebelumnya (POILt-1) yang

    ditunjukkan oleh nilai statistiknya kurang dari -1.968. Maka dari itu,

    hipotesis pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap

    nilai indeks di sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia dapat

    diterima.

    Pada sektor terakhir, nilai indeks sektor industri barang konsumsi

    hampir dipengaruhi oleh semua variabel, kecuali faktor-faktor lain

    yang ada (a) pada pengolahan menggunakan standar tiga kali deviasi

    dan dua kali deviasi pasca kebijakan fluktuasi harga BBM yang

    ditunjukkan oleh nilai statistiknya > 1.968 atau < -1.968. Maka dari

    itu, hipotesis pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif

    terhadap nilai indeks di sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia

    dapat diterima.

    PEMBAHASAN

    Output pada VAR Model Substituted Coefficients meringkaskan

    kompilasi permodelan secara keseluruhan baik variabel yang

    signifikan maupun yang tidak signifikan. Pada bagian ini akan

    dikupas intepretasi dari permodelan VAR dan juga termasuk hasil

    pengujian hipotesis untuk masing-masing sektor yang diteliti.

    Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap

    nilai indeks di sektor pertambangan

    Pola perubahan harga minyak WTI dengan nilai indeks sektor

    pertambangan adalah positif. Sedangkan untuk faktor-faktor lainnya

    adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat harga minyak

  • 36

    WTI mengalami kenaikan maka nilai indeks sektor pertambangan

    akan ikut mengalami kenaikan.

    Saat penelitian ini ditulis, pasar masih beradaptasi menghadapi tren

    penurunan harga minyak dunia yang diikuti keputusan pemerintah

    memakai skema subsidi tetap untuk bahan bakar minyak (BBM).

    Skema subsidi tetap memang akan mengurangi beban APBN. Namun

    di sisi lain, skema ini membuat perusahaan sulit membuat rencana

    kerja karena harus menyesuaikan pergerakan harga minyak dunia.

    Dari pasar saham, emiten yang bergerak di sektor pertambangan harus

    mewaspadai tren penurunan harga minyak dunia yang terjadi karena

    konsumen berpotensi mengalihkan kebutuhan energi ke minyak

    mentah seiring dengan harga yang kian rendah. Imbasnya, tren

    penurunan harga minyak dunia akan membawa dampak positif bagi

    beberapa sektor seperti konsumer, ritel, dan transportasi.

    Namun sejatinya, perusahaan yang menggunakan minyak sebagai

    output produksi, pergerakan terhadap harga minyak mentah dunia

    akan berimbas pada meningkatnya kemampuan perusahaan untuk

    menghasilkan laba dan kemampuan dalam memberikan dividen.

    Peningkatan kemampuan menghasilkan laba dan membagikan

    dividen akan membuat minat investor menjadi tinggi, dan akan

    cenderung untuk membeli saham sehingga harga saham menjadi naik.

    Kenaikan harga saham akan meningkatkan return yang diperoleh oleh

    investor.

    Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh El-Sharif

    (2005) tentang hubungan antara harga minyak mentah dengan harga

    saham di industri minyak dan gas di Inggris. Bukti mereka

    menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kedua faktor,

    dan seringkali signifikan dan mencerminkan dampak langsung dari

    gejolak harga minyak pada harga ekuitas, serta Nandha & Faff (2008)

  • 37

    yang menyatakan bahwa terdapat 35 indeks industri global untuk

    periode antara tahun 1983 sampai 2005. Temuan mereka

    menunjukkan bahwa harga minyak memiliki dampak negatif pada

    pengembalian ekuitas untuk semua industri kecuali pertambangan,

    serta industri minyak dan gas.

    Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap

    nilai indeks di sektor industri dasar

    Pergerakan nilai indeks sektor industri dasar tidak dipengaruhi oleh

    dinamika perubahan harga minyak WTI, hal ini dapat dibuktikan

    dalam uji Granger yang menyimpulkan tidak terjadi kausalitas apapun

    untuk nilai indeks sektor industri dasar dan perubahan harga Minyak

    WTI. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan

    oleh Agusman & Deriantino (2008) dimana kinerja industri khususnya

    pada profit perusahaan menjadi lebih rentan terhadap kenaikan harga

    minyak dunia.

    Alasan harga miyak dunia tidak secara signifikan berpengaruh pada

    perusahaan yang termasuk sektor industri dasar karena keberadaan

    sektor industri ini secara langsung dirasakan oleh seluruh lapisan

    masyarakat, misalnya dalam sektor semen, porselen kayu, keramik,

    dimana tanpa adanya sektor ini, proses pembangunan yang ada di

    Indonesia tidak bisa berjalan dengan baik. Fluktuasi harga minyak

    dunia merupakan satu dari banyak faktor lainnya yang turut

    mempengaruhi sektor ini. Sehingga peristiwa yang mempunyai kaitan

    dengan harga minyak dunia tidak terlalu berpengaruh pada

    perusahaan yang termasuk sektor industri dasar.

  • 38

    Pergerakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap

    nilai indeks di sektor aneka industri dan sektor industri barang

    konsumsi

    Diantara sektor aneka industri dan minyak WTI, harga minyak WTI

    dan variabel sektor aneka industri memberikan pengaruh yang

    signifikan terhadap pergerakan nilai indeks sektor aneka industri pada

    lag satu hari sebelumnya. Selanjutnya, untuk pola nilai indeks sektor

    aneka industri dengan perubahan harga minyak WTI adalah negatif

    dan dengan dirinya sendiri adalah positif. Diantara hubungan antara

    variabel sektor industri barang konsumsi dan minyak WTI, harga

    minyak WTI pada lag sehari sebelumnya memberikan pengaruh yang

    signifikan. Pada variabel sektor industri barang konsumsi dipengaruhi

    oleh dinamika pergerakan dirinya sendiri pada lag satu hari

    sebelumnya. Pola hubungan nilai indeks sektor industri barang

    konsumsi dengan perubahan harga minyak WTI adalah negatif dan

    pola hubungan nilai indeks sektor industri barang konsumsi dirinya

    sendiri adalah positif.

    Nilai indeks di sektor aneka industri dan sektor industri barang

    konsumsi merespon secara negatif adanya pergerakan harga minyak

    dunia. Hal ini terjadi ketika terjadi perubahan harga minyak akan

    mempengaruhi aktivitas perekonomian. Pergerakan harga minyak

    dunia akan berakibat pada berubahnya pendapatan yang diterima

    perusahaan atau industri yang menggunakan minyak sebagai salah

    satu input dalam proses produksi. Konsekuensinya, perubahan harga

    minyak akan menurunkan pendapatan perusahaan atau industri secara

    agregat. Dengan asumsi pasar saham yang ada merupakan pasar

    saham yang efisien, maka kenaikan harga minyak akan menyebabkan

    penurunan harga saham. Akan tetapi, jika pasar saham tidak efisien,

    maka akan terdapat lag dalam respon return saham.

  • 39

    Di lain sisi, saat terjadi penurunan harga minyak dunia akan

    menunjukkan kondisi negatif pasar komoditas secara keseluruhan.

    Namun, kondisi tersebut juga dapat dilihat dari sisi positif. Menurut

    Manurung (2015), setiap penurunan harga sebesar US$10 per barel

    akan mengurangi biaya antara US$36 juta-US$40 juta dari total biaya

    operasi perseroan, maka dari itu perseroan bisa menekan biaya

    operasionalnya.

    Selanjutnya, Antarikso (2015) berpendapat jika ongkos distribusi

    berkontribusi sekitar 4,5% terhadap biaya operasional perseroan,

    sehingga penurunan harga minyak dapat memberikan dampak positif.

    Tren pelemahan harga minyak dunia telah memicu penurunan harga

    BBM yang menjadi unsur penting dalam proses distribusi. Jika harga

    BBM tetap rendah, hal ini akan menguntungkan emiten yang bergerak

    di sektor industri barang konsumsi. Selain itu, penurunan harga

    minyak mentah dunia juga akan memberikan dampak di biaya

    produksi. Hal ini mengingat beberapa perusahaan di sektor industri

    barang konsumsi juga menggunakan minyak mentah sebagai bahan

    baku.

    Hasil penelitian ini, sesuai dengan pendapat Ciner (2001) dan Park

    dan Ratti (2008) yang menyatakan bahwa ketidakstabilan harga

    minyak memiliki dampak signifikan secara statistik pada pasar

    saham, terutama bagi perusahaan yang termasuk golongan industri.

    Penelitian ini juga mendukung pendapat Mohanty, Nandha, & Bota

    (2010) dimana harga minyak memiliki dampak negatif pada

    pengembalian ekuitas untuk semua industri kecuali pertambangan,

    serta industri minyak dan gas.

    Kedua sub-hipotesis sektor aneka industri dan sektor industri barang

    konsumsi membuktikan pergerakan harga minyak dunia berpengaruh

    negatif terhadap nilai indeks di sektor industri, hal ini dikarenakan

  • 40

    minyak bersama dengan modal, tenaga kerja dan bahan baku

    merupakan komponen paling penting dalam produksi barang dan

    perubahan harga input tersebut akan mempengaruhi arus kas. Naiknya

    harga minyak, yang dibarengi dengan tidak adanya efek substitusi

    lengkap antara faktor-faktor produksi, meningkatkan biaya produksi.

    Meningkatnya biaya produksi dan berimbas pada menurunnya

    kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kemampuan

    dalam memberikan dividen. Penurunan kemampuan menghasilkan

    laba dan membagikan dividen akan membuat minat investor menjadi

    rendah, dan investor perusahaan yang bersangkutan akan cenderung

    untuk menjual sahamnya sehingga harga saham turun. Penurunan

    harga saham akan menurunkan return yang diperoleh oleh investor.

    PENUTUP

    Simpulan

    Setelah melakukan analisis dan pembahasan dari 330 observasi data

    harga minyak WTI harian dan penutupan indeks harian di 4 indeks

    saham sektoral di Bursa Efek Indonesia yaitu Pertambangan, Industri

    Dasar, Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi selama 1 tahun

    sebelum adanya penghapusan subsidi untuk harga BBM dari Oktober

    2013 sampai Oktober 2014 dan 1 tahun pasca berlakunya kebijakan

    fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar dari November 2014

    hingga November 2015, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Pergerakan harga minyak dunia memberikan pengaruh

    positif baik sebelum dan sesudah kebijakan fluktuasi harga

    BBM mengikuti harga pasar terhadap nilai indeks di sektor

    pertambangan.

    2. Tidak terjadi hubungan apapun antara pergerakan nilai indeks

    sektor industri dasar dan harga minyak dunia. Pergerakan

    harga minyak dunia memberikan pengaruh negatif terhadap

  • 41

    pergerakan nilai indeks sektor aneka industri. Selanjutnya,

    perubahan harga minyak dunia memberikan pengaruh negatif

    untuk sektor industri barang konsumsi setelah kebijakan

    fluktuasi harga BBM mengikuti harga pasar diberlakukan.

    Implikasi Teoritis

    Dilihat dari perspektif ekonomi mikro, yang paling jelas adalah

    kenyataan bahwa banyak perusahaan, minyak merupakan sumber

    daya penting dan input penting dalam produksi barang. Maka dari itu

    perubahan harga minyak tentu akan berdampak pada biaya.

    Perubahan biaya diperkirakan akan berdampak lebih jauh terhadap

    harga saham. Hamilton (1983), Jones (2004), dan Cunado & Gracia

    (2004) menemukan bahwa ada hubungan antara harga minyak dan

    pasar saham dimana pergerakan harga minyak akan mempengaruhi

    ekonomi makro dan akhirnya berimbas pada tingkat return ekuitas.

    Hal ini dikarenakan, pergerakan harga minyak sangat mempengaruhi

    output riil dan dengan demikian memiliki efek buruk pada

    keuntungan perusahaan dimana minyak digunakan sebagai input.

    Fluktuasi harga minyak dunia memiliki pengaruh yang cukup

    penting dalam perekonomian. Hal tersebut memperkuat hasil

    penelelitian yang dilakukan Sadorsky (1999), Gjerde dan Sættem

    (1999), Ciner (2001), dan Park dan Ratti (2008).

    Penelitian ini merupakan salah satu kasus dalam hipotesis bentuk

    setengah kuat karena harga saham mencerminkan tidak hanya

    informasi mengenai harga saham di masa lalu tetapi juga semua

    informasi umum yang tersedia yang relevan bagi perusahaan. Dengan

    kata lain harga saham akan secara cepat menyesuaikan diri untuk

    merefleksikan adanya informasi harga minyak yang tersedia untuk

    umum. Meskipun pengaruhnya tidak terlalu besar jika

    dibandingankan dengan fluktuasi harga pertukaran mata uang asing,

    namun hal ini tetap harus diwaspadai sebab perekonomian kita

  • 42

    masih bergantung pada bahan bakar minyak sebagai sumber

    energi. Sebagaimana yang kita ketahui, minyak mentah merupakan

    sumber energi yang membutuhkan waktu sangat lama untuk

    memperbaharuinya. Ini berarti dibutuhkan kebijakan yang mampu

    direspon lebih cepat oleh sektor riil.

    Saran

    Hendaknya harga minyak dunia dapat dijadikan pertimbangan untuk

    investor, khususnya yang berminat membeli saham di sektor

    pertambangan sebagai sumber informasi mengingat fluktuasi harga

    minyak dunia memberikan pengaruh terhadap nilai indeks di sektor

    pertambangan.

    Walaupun tujuannya untuk menentukan dan mengenali hubungan

    antara perubahan harga minyak dan nilai indeks di keempat sektor

    yang diteliti, penelitian ini mempunyai keterbatasan. Penelitian ini

    belum memilah reaksi saat pasar dalam kondisi bearish dan bullish,

    maka untuk agenda penelitian mendatang disarankan untuk melihat

    dan membandingkan pada kedua kondisi pasar tersebut.

  • viii

    Referensi Agusman, A., & Deriantino, E. (2008). Oil Price and Industry Stock Returns:

    Evidence from Indonesia. Submission Cover 21st Australasian Finance

    and Banking Conference.

    Antarikso, S. (2015, January 19). Harga Minyak Dunia Ambrol, Waspadai Aksi

    Banting Saham Pertambangan. (R. A. Pratama, & A. M. Ardhanareswari,

    Editors) Diunduh pada tanggal 17 April 2016 dari Bisnis Indonesia:

    http://market.bisnis.com/read/20150119/191/ 392746/harga-minyak-

    dunia-ambrol-waspadai-aksi-banting-saham-pertambangan

    Basher, S. A., & Sadorsky, P. (2006). Oil price risk and emerging stock markets.

    Global Finance Journal 17, 224–251.

    Bhar, R., & Nikolova, B. (2010, May). Global Oil Prices, Oil Industry and Equity

    Returns: Russian Experience. Scottish Journal of Political Economy 57(2),

    169-186.

    Biro Riset LM FE UI. (2010). Analisis Industri Minyak dan Gas Di Indonesia:

    Masukan bagi Pengelola BUMN.

    Ciner, C. (2001). Energy shocks and financial markets: Nonlinear linkages. Studies

    in Nonlinear Dynamics and Econometrics 5 (3), 203-212.

    Cong, R. C., Wei, Y. M., Jiao, J. L., & Fan, Y. (2008). Relationships between oil

    price shocks and stock market: An empirical analysis from China. Energy

    Policy 36 (9), 3544-3553.

    Cunado, J., & Gracia, P. D. (2004). Oil prices, economic activity and inflation: Oil

    prices, economic activity and inflation:.

    El-Sharif, I., Brown, D., Burton, B., Nixon, B., & Russel, A. (2005). Evidence of

    the nature and extent of the relationship between oil prices and equity

    values in the UK. Energy Economics 27 (6), 819-830.

    Enders, W. (2004). Applied Econometric Time Series. 2nd Edition. John Wiley and

    Sons. New York.

    Faff, R. W., & Brailsford, T. J. (1999). Oil price risk and the Australian stock

    market. Journal of Energy Finance and Development 4, 69-87.

    Fama, E. F. (1970). Efficient capital markets: A review of theory and empirical

    work. The Journal of Finance 2 (25), 383-417.

    Gisser, M., & Goodwin, T. H. (1986). Crude oil and the macroeconomy: Tests of

    some popular nations. Journal of Money, Credit and Banking 18 (1), 95-

    103.

    Gjerde, Ø., & Sættem, F. (1999). Causal relations among stock returns and

    macroeconomic variables in a small, open economy. Journal of

    International Financial Markets 9 (1), 61-74.

  • ix

    Gogineni, S. (2007). The Stock Market Reaction to Oil Price Changes. University

    of Oklahoma.

    Gumelar, G. (2015, January 1). BI Apresiasi Reformasi Kebijakan Subsidi BBM

    Jokowi. Retrieved from CNN Indonesia:

    http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150101093005-78-21766/bi-

    apresiasi-reformasi-kebijakan-subsidi-bbm-jokowi/

    Hamilton, J. D. (1983). Oil and macroeconomy since World War II. The Journal of

    Political Economy 91 (2), 228-248.

    Hammoudeh, S., & Li, H. (2004). Risk-Return Relationships in Oil-Sensitive Stock

    Markets. Finance Letters 2, 10-15.

    Haugen, R. A. (2001). Modern Portfolio Theory. 5th Edition. Prentice Hall. New

    Jersey.

    Huang, R. D., Masulis, R. W., & Stoll, H. R. (1996). Energy shocks and financial

    markets. Journal of Futures Markets 16 (1), 1-27.

    Huang, R. D., Masulis, R. W., & Stoll, H. R. (1996). Energy shocks and financial

    markets. Journal of Futures Markets 16 (1), 1-27.

    Humberto, M. (2010, May 31). Indonesia leaves OPEC, GM downsizes. Diambil

    kembali dari Asia Times:

    http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/JF10Ae03.html

    Indonesia: Oil for 2011. (2011). Diambil kembali dari International Energy

    Agency:

    http://www.iea.org/statistics/statisticssearch/report/?&country=INDONE

    SIA&year=2011&product=Oil

    International Monetary Fund 2000. (2014, January 30). The impact of higher oil

    prices on the global. Diambil kembali dari International Monetary Fund:

    .

    Jimènez-Rodrìguez, R., & Sànchez, M. (2005). Oil price shocks and real GDP

    growth: Empirical evidence for some OECD countries. Applied Economics

    37 (2), 201-228.

    Jones, C. M., & Kaul, G. (1996). Oil and the stock markets. Journal of Finance 51

    (2), 463-491.

    Jones, D. W., Leiby, P. N., & Paik, I. K. (2004). Oil price shocks and the

    macroeconomy: What has been learned since 1996? Energy Journal 25, 1-

    32.

    Lescaroux, F., & Mignon, V. (2008). On the Influence of Oil Prices on Economic

    Activity and other Macroeconomic and Financial Variables. OPEC Energy

    Review 32 (4), 343–380.

    MacKinlay, A. C. (1997). Event Studies in Economics and Finance. Journal of

    Economic Literature 35, 13-39.

  • x

    Manurung, E. (2015, January 19). Harga Minyak Dunia Ambrol, Waspadai Aksi

    Banting Saham Pertambangan. (R. A. Pratama, & A. M. Ardhanareswari

    , Editors) Diunduh pada tanggal 15 April 2016 dari Bisnis Indonesia:

    http://market.bisnis.com/read/20150119/191/392746/harga-minyak-

    dunia-ambrol-waspadai-aksi-banting-saham-pertambangan

    Mohanty, S., Nandha, M., & Bota, G. (2010). Oil shocks and stock returns: The

    case of Central and Eastern European (CEE) oil and gas sector. Emerging Markets

    Review 11 (4), 358-372.

    Mujahid, M., Ahmed, R., & Mustafa, K. (2007). Does Oil Price Transmit to

    Emerging Stock Returns: A case study of Pakistan Economy.

    Nandha, & Hammoudeh. (2006). Systematic Risk, and Oil Price and Exchange Rate

    Sensitivities in Asia-Pacific Stock Markets.

    Nandha, M., & Faff, R. (2008). Does Oil Move Equity Prices? A Global View.

    Energy Economics 30, 986-997.

    Nashrillah, F. (2014, November 18). Umumkan Harga BBM, Jokowi Dinilai Berani.

    Retrieved from tempo.co:

    http://www.tempo.co/read/news/2014/11/18/090622792/Umumkan-

    Harga-BBM-Jokowi-Dinilai-Berani

    Papapetrou, E. (2001). Oil price shocks, stock market, economic activity and

    employment in Greece. Energy Economics 23 (5), 511-532.

    Park, J., & Ratti, R. A. (2008). Oil price shocks and the stock markets in the U.S.

    and 13 European countries. Energy Economics 30 (5), 2587-2608.

    Pollet, J. (2002). Predicting Asset Returns with Expected Oil Price Changes.

    Harvard University.

    Reimers, H.E. (1992). Comparisons of Tests for Multivariate Cointegration.

    Statistical Papers 33, 335-346.

    Sadorsky, P. (1999). Oil price shocks and stock market activity. Energy Economics

    21 (5), 449-469.

    Sawyer, K. R., & Nandha, M. (2006). How Oil Moves Stock Prices. University of

    Melbourne.

    Seshaiah, S., & Behera, C. (2009). Stock Prices and its Relation with Crude Oil

    Prices and Exchange Rates. Applied Econometrics and International

    Development 9 (1), 149-156.

    Sriwardani, F. (2009). Pengaruh Indikator Makro Ekonomi Global terhadap Indeks

    Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII)

    Menggunakan Vector Auto Regressive dan Impulse Response Function.

  • vi

    Lampiran 1: Hasil Uji Akar Null Hypothesis: MING has a unit root

    Exogenous: Constant

    Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=15) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -15.51328 0.0000

    Test critical values: 5% level -2.871402

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Null Hypothesis: BIND has a unit root

    Exogenous: Constant

    Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=15) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -15.49956 0.0000

    Test critical values: 5% level -2.871402

    *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

    Null Hypothesis: MISC has a unit root

    Exogenous: Constant

    Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=15) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -16.89669 0.0000

    Test critical values: 5% level -2.871402

    *MacKinnon (1996) one-sided p-v