anteseden partisipasi anggaran: gaya kepemimpinan, asimetri ...
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE…eprints.ums.ac.id/80208/13/NASKAH...
Transcript of PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE…eprints.ums.ac.id/80208/13/NASKAH...
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI
INFORMASI, LEVERAGE, DAN FREE CASH FLOW
TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2015-2018)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Oleh:
YUMNA RIFDATUL UMMAH
B 200 160 222
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
iv
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI
INFORMASI, LEVERAGE, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP
MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2018)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh dewan komisaris
independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
asimetri informasi, leverage, dan free cash flow terhadap manajemen laba. Populasi
dalam penelitian ini yaitu pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2015-2018. Pengukuran manajemen laba menggunakan
discretionary accrual dengan Modified Jones Model. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling sehingga dapat
diperoleh sebanyak 104 sampel selama 4 tahun pengamatan penelitian. Analisis
dalam penelitian menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis analisis regresi
linier berganda dengan uji F, uji t, dan koefisien determinasi yang diolah
menggunakan program SPSS versi 21. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, asimetri informasi, leverage tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Sedangkan variabel free cash flow berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Kata Kunci: Good corporate governance, Asimetri informasi, Leverage, Free cash
flow, Manajemen Laba.
Abstract
This study aims to examine and analyze the influence of independent boards of
commissioners, audit committee, managerial ownership, institutional ownership,
information asymmetry, leverage, and free cash flow on earnings management. The
population of this study is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock
Exchange (IDX) in period 2015-2018. The measurement of earnings management
uses discretionary accruals with the Modified Jones Model. Sampling using
purposive sampling and obtained by 104 sampels with 4 years observation year.
The analysis in this study used the classical assumption and hypothesis test of
multiple linear regression analysis with F test, t test, and the coefficient of
determination processed using the SPSS version 21. The results of this study
indicate that the variables of the independent commissioner, audit committee,
managerial ownership, institutional ownership, information asymmetry, leverage
has no effect on earnings management. While the free cash flow variable has an
effect to earnings management.
Keywords: Good corporate governance, Information asymmetry, Leverage, Free
cash flow, Earnings Management
1
1. PENDAHULUAN
Pengaruh globalisasi yang semakin canggih pada zaman sekarang
mempengaruhi peningkatan pertumbuhan perekonomian di suatu negara yang akan
didukung dengan berkembangnya dunia bisnis. Setiap perusahaan membutuhkan
tambahan dana dari pihak luar perusahaan untuk kelangsungan hidup perusahaan
tersebut. Oleh karena itu muncul persaingan yang ketat antar perusahaan untuk
tetap bertahan dan mampu bersaing serta dapat menarik investor yang akan
memberikan dana. Dalam hal ini, perusahaan diwajibkan untuk menunjukkan
kinerja yang baik dan sehat dengan memberikan informasi yang terdapat pada
laporan keuangan perusahaan.
Laba merupakan elemen penting dalam laporan keuangan yang digunakan
untuk mengukur kinerja manajemen. Laba suatu perusahaan dapat ditunjukkan
dalam laporan laba rugi. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) dalam Agustia (2013)
informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau prestasi
manajemen. Penilaian atas kinerja perusahaan yang dijalankan tercermin dari
perolehan laba atau rugi yang dihasilkan pada periode tersebut. Selain itu informasi
laba juga digunakan oleh investor atau pihak lain yang berkepentingan sebagai
indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat pengembalian dan indikator untuk kenaikan
kemakmuran.
Laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban
manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan. Informasi laba
digunakan sebagai alat ukur kinerja pada perusahaan. Oleh sebab itu, informasi laba
sering dijadikan sebagai target rekayasa yang dilakukan oleh manajemen untuk
kepentingan pribadi dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu. Pemilihan
kebijakan akuntansi ditujukan agar perusahaan dapat menaikkan atau menurunkan
laba yang diperoleh sesuai kebutuhan dan keinginan manajemen. Tindakan yang
dilakukan manajemen dalam mengatur laba sesuai keinginannya disebut dengan
manajemen laba (earnings management).
Badruzaman (2010) mendefinisikan manajemen laba adalah suatu cara yang
ditempuh manajemen dalam mengelola perusahaan melalui pemilihan kebijakan
2
akuntansi tertentu dengan tujuan meningkatkan laba bersih dan nilai perusahaan
sesuai dengan harapan manajemen. Manajemen laba diduga muncul dan dilakukan
oleh manajer atau para penyusun laporan keuangan dalam proses pelaporan
keuangan suatu perusahaan karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari
tindakan tersebut.
Dalam mencapai keseimbangan antara kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menjamin kelangsungan dan tanggung jawab kepada pemegang
saham, maka diperlukan sistem yang menunjukkan dan mengendalikan perusahaan
yang disebut dengan good corporate governance. Terdapat empat komponen dalam
mengidentifikasi good corporate governance yaitu dewan komisaris independen,
komite audit, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial.
Menurut Fauziyah (2017), dewan komisaris independen merupakan anggota
dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris
lainnya, dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau semata-mata untuk kepentingan pihak tertentu, sehingga status
independen dewan komisaris dapat mengurangi praktik kecurangan yang dapat
merugikan para pemegang saham atau pihak lainnya.
Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 dalam Pratiwi (2016), komite audit adalah
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan
pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan
perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian
perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang
saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah
pengendalian.
Menurut Gideon (2005) dalam Utari (2016), kepemilikan manajerial
merupakan besarnya kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer. Manajemen
laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahan. Motivasi yang berbeda
akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer
yang berbeda yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak
sebagai pemegang saham.
3
Kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan
pengawasan agar terhadap kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan institusi
maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan
tersebut untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan
yang lebih besar bagi manajemen untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan dan
menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham atau stakeholder.
Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi
antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham)
sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan
dengan pemegang saham. Kondisi tersebut memberikan kesempatan kepada pihak
manajemen untuk menggunakan informasi yang diketahui untuk memanipulasi
keuangan perusahaan guna maksimalisasi laba.
Dalam kaitannya dengan leverage, salah satu alternatif sumber dana
perusahaan selain menjual saham di pasar modal yaitu sumber dana eksternal yang
berupa hutang. Perusahaan yang memiliki hutang besar, memiliki kecenderungan
melanggar perjanjian hutang jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki
hutang lebih kecil (Utari, 2016). Perusahaan yang menggunakan leverage memiliki
tujuan agar keuntungan yang didapatkan lebih besar dari biaya tetap. Apabila
perusahaan mengalami masa yang kurang baik dan keuntungan operasinya tidak
cukup untuk menutupi beban bunga, pemegang saham terpaksa menutupi
kekurangan tersebut. Besarnya hutang dalam perusahaan merupakan salah satu
faktor yang memotivasi untuk melakukan manajemen laba.
Free cash flow merupakan kas yang tersedia diperusahaan yang dapat
digunakan untuk berbagai aktivitas atau kegiatan. Semakin besar free cash flow
yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan karena
memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen.
4
2. METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2015-2018.
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan
tahun 2015-2018. Data-data tersebut diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id) tahun 2015-2018. Analisis dalam penelitian menggunakan uji
asumsi klasik dan uji hipotesis analisis regresi linier berganda dengan uji F, uji t,
dan koefisien determinasi yang diolah menggunakan program SPSS versi 21.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi dewan
komisaris independent sebesar 0,297 dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi
alpha 0,05, sehingga membuat H1 ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang
ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak
memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen sehingga tidak dapat
mengurangi manajemen laba.
Jumlah dewan komisaris independen tidak selalu menjadi patokan bahwa
fungsi monitoring pada perusahaan dapat diterapkan secara efektif. Adanya
berbagai kepentingan dalam perusahaan membuat komisaris independen hanya
bekerja sesuai dengan perintah atau aturan dari pihak-pihak yang berkepentingan
sebagai pemegang saham mayoritas. Selama ini yang terjadi di Indonesia terdapat
kecenderungan bahwa kedudukan direksi biasanya sangat kuat, bahkan ada direksi
yang enggan membagi wewenang serta tidak memberikan informasi yang memadai
kepada komisaris independen.
Selain ini terdapat kendala yang cukup menghambat kinerja komisaris
independen yaitu masih lemahnya kompetensi dan integritas mereka. Hal ini terjadi
karena pengangkatan komisaris biasanya harus didasarkan pada penghargaan,
hubungan keluarga, atau hubungan dekat lainnya, padahal integritas dan
5
independensi merupakan hal yang fundamental agar good corporate governance
dalam perusahaan agar terwujud secara efektif. Jadi pada praktiknya meskipun
komposisi dewan komisaris independen pada perusahaan relatif besar, tetapi
mereka tidak bisa benar-benar independen dalam melaksanakan tugas dan
pengawasannya karena terbatas oleh peraturan/kebijakan dari pemegang saham
mayoritas, sehingga tidak bisa medorong pelaksanaan good corporate governance
secara optimal untuk membatasi praktik manajemen laba.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Putra dan
Kusumaningtias (2019), Firnanti (2017), Amelia dan Hernawati (2016), Guna dan
Herawaty (2010), Amalita (2017), dan Agustia (2013) yang menyatakan bahwa
dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun
hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Puspitasari dan Diana
(2019), Fauziyah (2017), Dewi S. dan Khoiruddin (2016), Susilowati dan Triyono
(2011), dan Anggraeni (2013) yang menyatakan bahwa dewan komisaris
independen berpengaruh terhadap manajemen laba.
3.2. Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi komite audit sebesar 0,725
dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi alpha 0,05 sehingga membuat H2
ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Di Indonesia terdapat peraturan Bapepam No IX.I.5 yang bersifat mandatory,
sehingga tujuan perusahaan membentuk komite audit utamanya hanya untuk
memenuhi sehingga terhindar dari sanksi hukuman. Oleh karena itu, kinerja dari
komite audit kurang efektif dan optimal dalam mengembangkan dan menerapkan
proses pengawasan untuk meminimalisir manajemen laba.
Keberadaan komite audit di perusahaan hanya sekedar untuk memenuhi
ketentuan pihak regulator (pemerintah) saja. Selain itu pengangkatan seorang
komite audit juga tidak berlandaskan dari kualitas kompetensi yang dimiliki oleh
seorang komite audit melainkan pengangkatan tersebut hanya berdasarkan dari
hubungannya dengan dewan komisaris perusahaan (Agustia, 2013). Anggota
komite audit semacam ini sulit diharapkan untuk bekerja secara profesional,
6
sehingga besar kecilnya jumlah komite audit di perusahaan tidak dapat membatasi
terjadinya praktik manajemen laba.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Firnanti
(2017), Dewi S. dan Khoiruddin (2016), Darmawan (2015), Guna dan Herawaty
(2010), Kristiani dan Sulindawati (2014), Susilowati dan Triyono (2011), Amalita
(2017), dan Agustia (2013). Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh
penelitian dari Putra dan Kusumaningtias (2019), Puspitasari dan Diana (2019),
Kusumawati (2015), dan Anggraeni (2013).
3.3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi kepemilikan
manajerial 0,946 dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi alpha 0,05 sehingga
membuat H3 ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Besar kecilnya kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang menjadi sampel mempunyai kepemilikan manajerial dengan
persentase yang rendah. Sehingga, hasilnya kurang dapat digunakan untuk
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi manajemen
laba. Manajer sebagai penanggungjawab atas pengelolaan perusahaan hanya akan
berusaha memberikan kinerja terbaik untuk memenuhi permintaan para investor,
contohnya dengan meningkatkan laba yang dilaporkan sehingga membuat banyak
investor yang tertarik untuk menanamkan modal dan kemudian dapat menaikkan
harga saham perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kepercayaan
investor terhadap kinerja manajer. Persentase saham yang dimiliki oleh manajer
relatif kecil dibandingkan dengan keseluruhan modal yang dimiliki investor umum,
sehingga menyebabkan kegagalan pihak manajemen yang juga merupakan pemilik
model perusahaan dalam meningkatkan kualitas dan proses pelaporan keuangan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Kristiani dan
Sulindawati (2014), Guna dan Herawaty (2010), Darmawan (2015), Dewi S. dan
Khoiruddin (2016), Puspitasari dan Diana (2019), Agustia (2013), Putra dan
Kusumaningtias (2019), dan Firnanti (2017). Namun hasil penelitian ini tidak
7
didukung oleh penelitian dari Fauziyah (2017), Hidayanti dan Paramita (2014),
Susilowati dan Triyono (2011), dan Pratiwi (2016).
3.4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi kepemilikan
institusional 0,371 dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi alpha 0,05
sehingga membuat H4 ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Kepemilikan institusional tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan
pihak manajemen sehingga tidak dapat mengurangi manajemen laba. Kepemilikan
saham yang besar harusnya membuat investor institusional mempunyai kekuatan
yang besar dalam mengontrol kegiatan operasional perusahaan. Namun pada
kenyataannya kepemilikan institusional tidak bisa membatasi terjadinya
manajemen laba. Hal ini disebabkan karena pihak investor institusional berperan
sebagai pemilik sementara yang lebih terfokus pada laba perusahaan. Sehingga
investor institusional tidak dapat berperan secara maksimal menjadi shopisticated
investor yang memiliki lebih banyak kemampuan dan kesempatan untuk melakukan
pengawasan dan mendisiplinkan manajer agar lebih terfokus pada nilai perusahaan,
serta membatasi kebijakan manajemen dalam melakukan manipulasi laba.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Firnanti
(2017), Putra dan Kusumaningtias (2019), Guna dan Herawaty (2010), Dewi S. dan
Khoiruddin (2016), Hidayanti dan Paramita (2014), Susilowati dan Triyono (2011),
dan Agustia (2013). Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari
Puspitasari dan Diana (2019), Fauziyah (2017), Darmawan (2015), dan Setiawati
(2016).
3.5. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi asimetri informasi 0,169
dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi alpha 0,05 sehingga membuat H5
ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena
kemungkinan adanya pertumbuhan ekonomi yang baik, dan juga adanya
8
kemungkinan pelaporan keuangan yang telah sesuai dengan kaidah kualitatif.
Kaidah kualitatif yaitu laporan keuangan dapat memenuhi kebutuhan informasi
semua pihak yang membutuhkan, netral dari keinginan pihak-pihak tertentu yang
ingin mengambil keuntungan pribadi dari informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan, dapat mengungkapkan semua informasi mengenai kinerja dan kondisi
perusahaan, mempunyai daya banding serta daya uji sehingga sulit bagi manajer
untuk memanipulasi informasi dalam suatu perusahaan.
Hal lain yang menyebabkan tidak berpengaruhnya asimetri informasi terhadap
manajemen laba yaitu kemungkinan proksi yang digunakan kurang kuat dalam
memperhitungkan asimetri informasi. Menurut Khomsiyah (2003) dalam Firdaus
(2013), pengukuran disperse dan volatilitas forecast analisis merupakan suatu
pengukuran alternatif bagi asimetri informasi dibanding relative bid ask spread.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh
Darmawan (2015), Rahmando dan Lubis (2018), dan Firdaus (2013). Namun hasil
penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Wiyadi dan Trisnawati (2016),
Mahawyahrti dan Budiasih (2016), Veno dan Sasongko (2016), dan Utari (2016).
3.6. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi leverage 0,977 dinyatakan lebih besar
dari nilai signifikansi alpha 0,05 sehingga membuat H6 ditolak karena tidak
memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Variabel leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi rasio hutang, maka akan semakin tinggi resiko yang
dihadapi dan membuat perlindungan terhadap kerugian kreditur semakin rendah,
sehingga manajer cenderung tidak melakukan tindakan manajemen laba. Menurut
Juniarta dan Sujana (2015), perusahaan yang melakukan manajemen laba tidak
bergantung dari besar kecilnya leverage. Adanya kemungkinan bahwa tingginya
tingkat financial leverage membuat pengawasan dari pihak luar atau pemilik modal
seperti bank, akan semakin ketat sehingga manajemen tidak memiliki kesempatan
untuk melakukan manajemen laba.
9
Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang
menjadi sampel tidak membiayai aktiva dengan hutang. Sehingga tidak ada
pengaruh yang kuat terhadap keputusan manajemen perusahaan terhadap jumlah
laba yang nantinya akan dilaporkan apabila terjadi perubahan pada tingkat hutang
perusahaan, hal ini disebabkan karena perusahaan mampu melunasi pokok
pinjaman beserta bunganya.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Wiyadi
dan Trisnawati (2016), Basir dan Muslih (2019), Kodriyah (2017), Rahmando dan
Lubis (2018), Widianingrum dan Sunarto (2018), dan Purnama (2017). Namun
hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Mahawyahrti dan Budiasih
(2016), Utari (2016), Firnanti (2017), Agustia (2013), Puspitasari dan Diana (2019),
Fauziyah (2017), Darmawan (2015), dan Ramadhani (2017).
3.7. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa free cash flow berpengaruh terhadap
manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi free cash flow 0,000 dinyatakan lebih
kecil dari nilai signifikansi alpha 0,05 sehingga membuat H7 diterima karena
memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, membuat
semakin sehat perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki kas
yang tersedia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pembayaran hutang, dan
pembagian deviden. Namun jika semakin kecil nilai free cash flow yang dimiliki
oleh perusahaan, maka akan semakin tidak sehat perusahaan tersebut.
Free cash flow merupakan arus kas aktual yang dapat didistribusikan kepada
investor setelah perusahaan melakukan semua investasi dan modal kerja dalam
operasionalnya. Free cash flow yang tinggi cenderung tidak akan melakukan
manajemen laba, hal ini dikarenakan sebagian besar investor merupakan pemilik
sementara perusahaan yang berfokus pada informasi arus kas bebas untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membagikan deviden. Dengan
adanya arus kas bebas yang tinggi, perusahaan mempunyai kelebihan kasuntuk
membagikan deviden dan juga dapat meningkatkan harga sahamnya tanpa harus
melakukan manajemen laba.
10
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Agustia
(2013), Puspitasari dan Diana (2019), Niryana (2016), Basir dan Muslih (2019),
Kodriyah dan Fitri (2017), Widianingrum dan Sunarto (2018), dan Herlambang
(2017). Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Ramadhani
(2017) dan Almalita (2017).
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate
governance yang terdiri dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, asimetri informasi, leverage, dan free cash
flow terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015 sampai dengan
tahun 2018. Dari hasil pembahasan pada bab empat, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dewan komisaris independen mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,297 lebih
besar dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel dewan
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga
H1 ditolak.
2. Komite audit mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,728 lebih besar dari alpha
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba, sehingga H2 ditolak.
3. Kepemilikan manajerial mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,946 lebih
besar dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H3 ditolak.
4. Kepemilikan institusional mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,371 lebih
besar dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H4 ditolak.
5. Asimetri informasi mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,169 lebih besar dari
alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel asimetri informasi tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H5 ditolak.
11
6. Leverage mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,977 lebih besar dari alpha
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba, sehingga H6 ditolak.
7. Free cash flow mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari
alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel free cash flow tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H7 diterima.
4.2. Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti
dapat memberikan saran bagi peneliti selanjutnya guna meningkatkan kualitas
penelitian selanjutnya. Adapun saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas objek dalam penelitian
sehingga tidak terfokus pada perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi saja. Melainkan dapat menambah objek penelitian lain yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) agar hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yang dapat
dijadikan variabel dalam penelitian, yang mungkin memiliki pengaruh
terhadap manajemen laba seperti ukuran perusahaan, earning power,
profitabilitas, diversifikasi operasi, kebijakan deviden, kualitas audit dan lain
sebagainya.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan rumus manajemen laba
selain yang digunakan dalam penelitian ini. Misalnya seperti model de angelo,
model healy, model industry, model dechow-dichev, model kotari, model
stubben dan lain sebagainya.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang periode tahun
penelitian, agar dapat menjelaskan hubungan pengaruh dan menunjukkan hasil
yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Achyani, Fatchan, Triyono, dkk. 2015. “Pengaruh Praktik Corporate Governance
terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel
Intervening”. University Research Colloquium. ISSN 2407-9189.
Agustia, Dian. 2013. “Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash
Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. ISSN 1411-0288 print / ISSN 2338-8137 online, 15 (1), 27-42.
Amelia, Winda dan Hernawati, Erna. 2016. “Pengaruh Komisaris Independen,
Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Neo-
Bis, Vol.10, No.1.
Basir, Shiera Indira dan Muslih, Muhamad.2019. “Pengaruh Free Cash Flow,
Leverage, Profitabilitas, dan Sales Growth terhadap Manajemen Laba”. Jurnal
AKSARA PUBLIC Volume 3 Nomor 2.
Dahayani, Ni Ketut Sri dan Budiartha, I Ketut. 2017. “Pengaruh Kebijakan Deviden
pada Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai
Moderasi”. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis. ISSN: 2337-3067.
Darmawan, 2015. “Pengaruh Good Corporate Governance (GCG), Asimetri
Informasi, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-
2012”. Jom FEKON Vol.2.
Dewi, Eva Rosa dan Khoiruddin, Moh. 2016. “Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang Masuk Dalam
JII (Jakarta Islamic Index) Tahun 2012-2013”. Management Analysis Journal
5 (3), ISSN 2252-6552.
Fauziyah, Nuriyatun. 2017. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage
terhadap Manajemen Laba melalui Manipulasi Aktivitas Riil pada Perusahaan
yang Terdaftar Di BEI”. Jurnal Profita. Edisi 2.
Firnanti, Friska. 2017. “Pengaruh Corporate Governance dan Faktor-Faktor
Lainnya terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, ISSN 1410-
9875, Vol.19 No.1.
Gautama, Niryana. 2016. “Pengaruh Strategi Diversifikasi dan Free Cash Flow
terhadap Manajemen Laba”. e-Proceeding of Management, ISSN 2355-9357,
Vol.3.
Guna, Welvin I dan Herawaty, Arleen. 2010. “Pengaruh Mekanisme Good
Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor
Lainnya terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12,
No.1.
Herlambang, Akbar Roy. 2017. “Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Financial
Leverage terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance
sebagai Variabel Moderasi”. JOM Fekon, Vol.4 No.1.
Hidayanti, Ery dan Paramita, Ratna, Widjayanti D. 2014. “Pengaruh Good
Corporate Governance terhadap Praktik Manajemen Laba Riil pada
Perusahaan Manufaktur”. Jurnal WIGA Vol. 4 No. 2, ISSN NO 2088-0944.
Kodriyah dan Fitri, Anisah. 2017. “Pengaruh Free Cash Flow dan Leverage
terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Jurnal
Akuntansi, p-ISSN 2339-2436, e-ISSN 2549-5968, Vol. 3 No. 2.
Kristiani, Kadek Emi, Sulindawati, Ni Luh Gede Erni, dkk. 2014. “Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Jurnal
Akuntansi Program S1 Vol.2 No.1.
Kusumawati, Eni, Sari, Shinta Permata, dkk. 2013. “Pengaruh Asimetri Informasi
dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Praktik Earnigs
Management”. Proceeding Seminar Nasional dan Call for Sancall, ISBN: 978-
979-636-147-2.
Mahawyahrti, Putu Tiya dan Budiasih, I Gusti Ayu Nyoman. 2016. “Pengaruh
Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan pada Manajemen
Laba”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 11, No. 2.
Manggau, Anastasia Wenny. 2016. “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdapat di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 13,
(2), ISSN print: 0216-7743 ISSN online: 2528-1135.
Pratiwi, Fernanda Lady. 2016. “Analisis Mekanisme Good Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI”. Journal Riset Mahasiswa Akuntansi.
Purnama, Dendi. 2017. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen
Laba”. JRKA Volume 3 Isue 1.
Puspitasari, Emy Puji dan Diana, Nur. 2019. “Pengaruh Faktor Good Corporate
Governance, Free Cash Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan Baru Bara”. E-JRA Vol.08 No.03.
Putra, Faishal Eka dan Kusumaningtias, Rohmawati. 2018. “Pengaruh Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Dasar dan Kimia
Periode 2013-2016”. Jurnal Akuntansi.
Putra, Putu Adi, Sinarwati, Ni Kadek, dkk. 2014. “Pengaruh Asimetri Informasi
dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktek Manajemen Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 Volume:2 No:1.
Setiawati, Loh Wenny dan Lieany. 2016. “Analisis Pengaruh Perjanjian Utang,
Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba
Riil pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
Jurnal Akuntansi.
Sulistiawan, Dedhy, Januarsi, Yeni, dkk. 2011. Creative Accounting Mengungkap
Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. Jakarta:
Grasindo
Suryani, Putu Putri, Yuniarta, Gede Adi, dkk. 2015. “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2008-2013)”. E-journal Akuntansi
Program S1 Vol.3 No.1.
Trisnawati, Rina, Arum, Nurlita, dkk. 2019. “Pengaruh Free Cash Flow, Leverage,
Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Riil dengan Dewan Komisaris
Independen Sebagai Variabel Moderating”. Seminar Nasional dan The 6th Call
for Syariah Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Trisnawati, Rina. 2009. “Perbedaan Mekanisme Corporate Governance dan Praktik
Manajemen Laba”. UNISIA, Vol.XXXII No.72.
Utari, Ni Putu Linda Ayu dan Sari, Maria M. Ratna. 2016. “Pengaruh Asimetri
Informasi, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional
pada Manajemen Laba”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, ISSN:
2302-8556, Vol.15.3.
Veno, Andri dan Sasongko, Noer. 2017. “Pengaruh Asimetri Informasi terhadap
Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel
Moderasi”. Jurnal manajemen dayasaing.
Wiyadi, Trisnawati, Rina, dkk. 2016. “Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Dan
Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Riil pada Perusahaan Manufaktur di
Indonesia”. The 3rd University Research Colloquium 2016. ISSN 2407-9189.