PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE…eprints.ums.ac.id/80208/13/NASKAH...

19
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2015-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Oleh: YUMNA RIFDATUL UMMAH B 200 160 222 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

Transcript of PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE…eprints.ums.ac.id/80208/13/NASKAH...

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI

INFORMASI, LEVERAGE, DAN FREE CASH FLOW

TERHADAP MANAJEMEN LABA

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang

Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2015-2018)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Oleh:

YUMNA RIFDATUL UMMAH

B 200 160 222

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

i

HALAMAN PENGESAHAN

ii

iii

iv

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, ASIMETRI

INFORMASI, LEVERAGE, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP

MANAJEMEN LABA

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang

Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2018)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh dewan komisaris

independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,

asimetri informasi, leverage, dan free cash flow terhadap manajemen laba. Populasi

dalam penelitian ini yaitu pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2015-2018. Pengukuran manajemen laba menggunakan

discretionary accrual dengan Modified Jones Model. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling sehingga dapat

diperoleh sebanyak 104 sampel selama 4 tahun pengamatan penelitian. Analisis

dalam penelitian menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis analisis regresi

linier berganda dengan uji F, uji t, dan koefisien determinasi yang diolah

menggunakan program SPSS versi 21. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, asimetri informasi, leverage tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba. Sedangkan variabel free cash flow berpengaruh terhadap

manajemen laba.

Kata Kunci: Good corporate governance, Asimetri informasi, Leverage, Free cash

flow, Manajemen Laba.

Abstract

This study aims to examine and analyze the influence of independent boards of

commissioners, audit committee, managerial ownership, institutional ownership,

information asymmetry, leverage, and free cash flow on earnings management. The

population of this study is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock

Exchange (IDX) in period 2015-2018. The measurement of earnings management

uses discretionary accruals with the Modified Jones Model. Sampling using

purposive sampling and obtained by 104 sampels with 4 years observation year.

The analysis in this study used the classical assumption and hypothesis test of

multiple linear regression analysis with F test, t test, and the coefficient of

determination processed using the SPSS version 21. The results of this study

indicate that the variables of the independent commissioner, audit committee,

managerial ownership, institutional ownership, information asymmetry, leverage

has no effect on earnings management. While the free cash flow variable has an

effect to earnings management.

Keywords: Good corporate governance, Information asymmetry, Leverage, Free

cash flow, Earnings Management

1

1. PENDAHULUAN

Pengaruh globalisasi yang semakin canggih pada zaman sekarang

mempengaruhi peningkatan pertumbuhan perekonomian di suatu negara yang akan

didukung dengan berkembangnya dunia bisnis. Setiap perusahaan membutuhkan

tambahan dana dari pihak luar perusahaan untuk kelangsungan hidup perusahaan

tersebut. Oleh karena itu muncul persaingan yang ketat antar perusahaan untuk

tetap bertahan dan mampu bersaing serta dapat menarik investor yang akan

memberikan dana. Dalam hal ini, perusahaan diwajibkan untuk menunjukkan

kinerja yang baik dan sehat dengan memberikan informasi yang terdapat pada

laporan keuangan perusahaan.

Laba merupakan elemen penting dalam laporan keuangan yang digunakan

untuk mengukur kinerja manajemen. Laba suatu perusahaan dapat ditunjukkan

dalam laporan laba rugi. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) dalam Agustia (2013)

informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau prestasi

manajemen. Penilaian atas kinerja perusahaan yang dijalankan tercermin dari

perolehan laba atau rugi yang dihasilkan pada periode tersebut. Selain itu informasi

laba juga digunakan oleh investor atau pihak lain yang berkepentingan sebagai

indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang

diwujudkan dalam tingkat pengembalian dan indikator untuk kenaikan

kemakmuran.

Laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban

manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan. Informasi laba

digunakan sebagai alat ukur kinerja pada perusahaan. Oleh sebab itu, informasi laba

sering dijadikan sebagai target rekayasa yang dilakukan oleh manajemen untuk

kepentingan pribadi dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu. Pemilihan

kebijakan akuntansi ditujukan agar perusahaan dapat menaikkan atau menurunkan

laba yang diperoleh sesuai kebutuhan dan keinginan manajemen. Tindakan yang

dilakukan manajemen dalam mengatur laba sesuai keinginannya disebut dengan

manajemen laba (earnings management).

Badruzaman (2010) mendefinisikan manajemen laba adalah suatu cara yang

ditempuh manajemen dalam mengelola perusahaan melalui pemilihan kebijakan

2

akuntansi tertentu dengan tujuan meningkatkan laba bersih dan nilai perusahaan

sesuai dengan harapan manajemen. Manajemen laba diduga muncul dan dilakukan

oleh manajer atau para penyusun laporan keuangan dalam proses pelaporan

keuangan suatu perusahaan karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari

tindakan tersebut.

Dalam mencapai keseimbangan antara kewenangan yang diperlukan oleh

perusahaan untuk menjamin kelangsungan dan tanggung jawab kepada pemegang

saham, maka diperlukan sistem yang menunjukkan dan mengendalikan perusahaan

yang disebut dengan good corporate governance. Terdapat empat komponen dalam

mengidentifikasi good corporate governance yaitu dewan komisaris independen,

komite audit, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial.

Menurut Fauziyah (2017), dewan komisaris independen merupakan anggota

dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris

lainnya, dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau

hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak

independen atau semata-mata untuk kepentingan pihak tertentu, sehingga status

independen dewan komisaris dapat mengurangi praktik kecurangan yang dapat

merugikan para pemegang saham atau pihak lainnya.

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 dalam Pratiwi (2016), komite audit adalah

komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan

pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan

perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian

perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang

saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah

pengendalian.

Menurut Gideon (2005) dalam Utari (2016), kepemilikan manajerial

merupakan besarnya kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer. Manajemen

laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahan. Motivasi yang berbeda

akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer

yang berbeda yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak

sebagai pemegang saham.

3

Kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan

pengawasan agar terhadap kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan institusi

maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan

tersebut untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan

yang lebih besar bagi manajemen untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan dan

menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham atau stakeholder.

Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi

antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham)

sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui

informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan

dengan pemegang saham. Kondisi tersebut memberikan kesempatan kepada pihak

manajemen untuk menggunakan informasi yang diketahui untuk memanipulasi

keuangan perusahaan guna maksimalisasi laba.

Dalam kaitannya dengan leverage, salah satu alternatif sumber dana

perusahaan selain menjual saham di pasar modal yaitu sumber dana eksternal yang

berupa hutang. Perusahaan yang memiliki hutang besar, memiliki kecenderungan

melanggar perjanjian hutang jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki

hutang lebih kecil (Utari, 2016). Perusahaan yang menggunakan leverage memiliki

tujuan agar keuntungan yang didapatkan lebih besar dari biaya tetap. Apabila

perusahaan mengalami masa yang kurang baik dan keuntungan operasinya tidak

cukup untuk menutupi beban bunga, pemegang saham terpaksa menutupi

kekurangan tersebut. Besarnya hutang dalam perusahaan merupakan salah satu

faktor yang memotivasi untuk melakukan manajemen laba.

Free cash flow merupakan kas yang tersedia diperusahaan yang dapat

digunakan untuk berbagai aktivitas atau kegiatan. Semakin besar free cash flow

yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan karena

memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen.

4

2. METODE

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2015-2018.

Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan

tahun 2015-2018. Data-data tersebut diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia

(www.idx.co.id) tahun 2015-2018. Analisis dalam penelitian menggunakan uji

asumsi klasik dan uji hipotesis analisis regresi linier berganda dengan uji F, uji t,

dan koefisien determinasi yang diolah menggunakan program SPSS versi 21.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa dewan komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi dewan

komisaris independent sebesar 0,297 dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi

alpha 0,05, sehingga membuat H1 ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang

ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak

memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen sehingga tidak dapat

mengurangi manajemen laba.

Jumlah dewan komisaris independen tidak selalu menjadi patokan bahwa

fungsi monitoring pada perusahaan dapat diterapkan secara efektif. Adanya

berbagai kepentingan dalam perusahaan membuat komisaris independen hanya

bekerja sesuai dengan perintah atau aturan dari pihak-pihak yang berkepentingan

sebagai pemegang saham mayoritas. Selama ini yang terjadi di Indonesia terdapat

kecenderungan bahwa kedudukan direksi biasanya sangat kuat, bahkan ada direksi

yang enggan membagi wewenang serta tidak memberikan informasi yang memadai

kepada komisaris independen.

Selain ini terdapat kendala yang cukup menghambat kinerja komisaris

independen yaitu masih lemahnya kompetensi dan integritas mereka. Hal ini terjadi

karena pengangkatan komisaris biasanya harus didasarkan pada penghargaan,

hubungan keluarga, atau hubungan dekat lainnya, padahal integritas dan

5

independensi merupakan hal yang fundamental agar good corporate governance

dalam perusahaan agar terwujud secara efektif. Jadi pada praktiknya meskipun

komposisi dewan komisaris independen pada perusahaan relatif besar, tetapi

mereka tidak bisa benar-benar independen dalam melaksanakan tugas dan

pengawasannya karena terbatas oleh peraturan/kebijakan dari pemegang saham

mayoritas, sehingga tidak bisa medorong pelaksanaan good corporate governance

secara optimal untuk membatasi praktik manajemen laba.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Putra dan

Kusumaningtias (2019), Firnanti (2017), Amelia dan Hernawati (2016), Guna dan

Herawaty (2010), Amalita (2017), dan Agustia (2013) yang menyatakan bahwa

dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun

hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Puspitasari dan Diana

(2019), Fauziyah (2017), Dewi S. dan Khoiruddin (2016), Susilowati dan Triyono

(2011), dan Anggraeni (2013) yang menyatakan bahwa dewan komisaris

independen berpengaruh terhadap manajemen laba.

3.2. Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi komite audit sebesar 0,725

dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi alpha 0,05 sehingga membuat H2

ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Di Indonesia terdapat peraturan Bapepam No IX.I.5 yang bersifat mandatory,

sehingga tujuan perusahaan membentuk komite audit utamanya hanya untuk

memenuhi sehingga terhindar dari sanksi hukuman. Oleh karena itu, kinerja dari

komite audit kurang efektif dan optimal dalam mengembangkan dan menerapkan

proses pengawasan untuk meminimalisir manajemen laba.

Keberadaan komite audit di perusahaan hanya sekedar untuk memenuhi

ketentuan pihak regulator (pemerintah) saja. Selain itu pengangkatan seorang

komite audit juga tidak berlandaskan dari kualitas kompetensi yang dimiliki oleh

seorang komite audit melainkan pengangkatan tersebut hanya berdasarkan dari

hubungannya dengan dewan komisaris perusahaan (Agustia, 2013). Anggota

komite audit semacam ini sulit diharapkan untuk bekerja secara profesional,

6

sehingga besar kecilnya jumlah komite audit di perusahaan tidak dapat membatasi

terjadinya praktik manajemen laba.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Firnanti

(2017), Dewi S. dan Khoiruddin (2016), Darmawan (2015), Guna dan Herawaty

(2010), Kristiani dan Sulindawati (2014), Susilowati dan Triyono (2011), Amalita

(2017), dan Agustia (2013). Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh

penelitian dari Putra dan Kusumaningtias (2019), Puspitasari dan Diana (2019),

Kusumawati (2015), dan Anggraeni (2013).

3.3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi kepemilikan

manajerial 0,946 dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi alpha 0,05 sehingga

membuat H3 ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Besar kecilnya kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen

laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan manufaktur sektor industri barang

konsumsi yang menjadi sampel mempunyai kepemilikan manajerial dengan

persentase yang rendah. Sehingga, hasilnya kurang dapat digunakan untuk

menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi manajemen

laba. Manajer sebagai penanggungjawab atas pengelolaan perusahaan hanya akan

berusaha memberikan kinerja terbaik untuk memenuhi permintaan para investor,

contohnya dengan meningkatkan laba yang dilaporkan sehingga membuat banyak

investor yang tertarik untuk menanamkan modal dan kemudian dapat menaikkan

harga saham perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kepercayaan

investor terhadap kinerja manajer. Persentase saham yang dimiliki oleh manajer

relatif kecil dibandingkan dengan keseluruhan modal yang dimiliki investor umum,

sehingga menyebabkan kegagalan pihak manajemen yang juga merupakan pemilik

model perusahaan dalam meningkatkan kualitas dan proses pelaporan keuangan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Kristiani dan

Sulindawati (2014), Guna dan Herawaty (2010), Darmawan (2015), Dewi S. dan

Khoiruddin (2016), Puspitasari dan Diana (2019), Agustia (2013), Putra dan

Kusumaningtias (2019), dan Firnanti (2017). Namun hasil penelitian ini tidak

7

didukung oleh penelitian dari Fauziyah (2017), Hidayanti dan Paramita (2014),

Susilowati dan Triyono (2011), dan Pratiwi (2016).

3.4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi kepemilikan

institusional 0,371 dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi alpha 0,05

sehingga membuat H4 ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Kepemilikan institusional tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan

pihak manajemen sehingga tidak dapat mengurangi manajemen laba. Kepemilikan

saham yang besar harusnya membuat investor institusional mempunyai kekuatan

yang besar dalam mengontrol kegiatan operasional perusahaan. Namun pada

kenyataannya kepemilikan institusional tidak bisa membatasi terjadinya

manajemen laba. Hal ini disebabkan karena pihak investor institusional berperan

sebagai pemilik sementara yang lebih terfokus pada laba perusahaan. Sehingga

investor institusional tidak dapat berperan secara maksimal menjadi shopisticated

investor yang memiliki lebih banyak kemampuan dan kesempatan untuk melakukan

pengawasan dan mendisiplinkan manajer agar lebih terfokus pada nilai perusahaan,

serta membatasi kebijakan manajemen dalam melakukan manipulasi laba.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Firnanti

(2017), Putra dan Kusumaningtias (2019), Guna dan Herawaty (2010), Dewi S. dan

Khoiruddin (2016), Hidayanti dan Paramita (2014), Susilowati dan Triyono (2011),

dan Agustia (2013). Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari

Puspitasari dan Diana (2019), Fauziyah (2017), Darmawan (2015), dan Setiawati

(2016).

3.5. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi asimetri informasi 0,169

dinyatakan lebih besar dari nilai signifikansi alpha 0,05 sehingga membuat H5

ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena

kemungkinan adanya pertumbuhan ekonomi yang baik, dan juga adanya

8

kemungkinan pelaporan keuangan yang telah sesuai dengan kaidah kualitatif.

Kaidah kualitatif yaitu laporan keuangan dapat memenuhi kebutuhan informasi

semua pihak yang membutuhkan, netral dari keinginan pihak-pihak tertentu yang

ingin mengambil keuntungan pribadi dari informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan, dapat mengungkapkan semua informasi mengenai kinerja dan kondisi

perusahaan, mempunyai daya banding serta daya uji sehingga sulit bagi manajer

untuk memanipulasi informasi dalam suatu perusahaan.

Hal lain yang menyebabkan tidak berpengaruhnya asimetri informasi terhadap

manajemen laba yaitu kemungkinan proksi yang digunakan kurang kuat dalam

memperhitungkan asimetri informasi. Menurut Khomsiyah (2003) dalam Firdaus

(2013), pengukuran disperse dan volatilitas forecast analisis merupakan suatu

pengukuran alternatif bagi asimetri informasi dibanding relative bid ask spread.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh

Darmawan (2015), Rahmando dan Lubis (2018), dan Firdaus (2013). Namun hasil

penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Wiyadi dan Trisnawati (2016),

Mahawyahrti dan Budiasih (2016), Veno dan Sasongko (2016), dan Utari (2016).

3.6. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi leverage 0,977 dinyatakan lebih besar

dari nilai signifikansi alpha 0,05 sehingga membuat H6 ditolak karena tidak

memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Variabel leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini

dikarenakan semakin tinggi rasio hutang, maka akan semakin tinggi resiko yang

dihadapi dan membuat perlindungan terhadap kerugian kreditur semakin rendah,

sehingga manajer cenderung tidak melakukan tindakan manajemen laba. Menurut

Juniarta dan Sujana (2015), perusahaan yang melakukan manajemen laba tidak

bergantung dari besar kecilnya leverage. Adanya kemungkinan bahwa tingginya

tingkat financial leverage membuat pengawasan dari pihak luar atau pemilik modal

seperti bank, akan semakin ketat sehingga manajemen tidak memiliki kesempatan

untuk melakukan manajemen laba.

9

Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang

menjadi sampel tidak membiayai aktiva dengan hutang. Sehingga tidak ada

pengaruh yang kuat terhadap keputusan manajemen perusahaan terhadap jumlah

laba yang nantinya akan dilaporkan apabila terjadi perubahan pada tingkat hutang

perusahaan, hal ini disebabkan karena perusahaan mampu melunasi pokok

pinjaman beserta bunganya.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Wiyadi

dan Trisnawati (2016), Basir dan Muslih (2019), Kodriyah (2017), Rahmando dan

Lubis (2018), Widianingrum dan Sunarto (2018), dan Purnama (2017). Namun

hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Mahawyahrti dan Budiasih

(2016), Utari (2016), Firnanti (2017), Agustia (2013), Puspitasari dan Diana (2019),

Fauziyah (2017), Darmawan (2015), dan Ramadhani (2017).

3.7. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa free cash flow berpengaruh terhadap

manajemen laba. Dengan tingkat signifikansi free cash flow 0,000 dinyatakan lebih

kecil dari nilai signifikansi alpha 0,05 sehingga membuat H7 diterima karena

memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, membuat

semakin sehat perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki kas

yang tersedia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pembayaran hutang, dan

pembagian deviden. Namun jika semakin kecil nilai free cash flow yang dimiliki

oleh perusahaan, maka akan semakin tidak sehat perusahaan tersebut.

Free cash flow merupakan arus kas aktual yang dapat didistribusikan kepada

investor setelah perusahaan melakukan semua investasi dan modal kerja dalam

operasionalnya. Free cash flow yang tinggi cenderung tidak akan melakukan

manajemen laba, hal ini dikarenakan sebagian besar investor merupakan pemilik

sementara perusahaan yang berfokus pada informasi arus kas bebas untuk

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membagikan deviden. Dengan

adanya arus kas bebas yang tinggi, perusahaan mempunyai kelebihan kasuntuk

membagikan deviden dan juga dapat meningkatkan harga sahamnya tanpa harus

melakukan manajemen laba.

10

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Agustia

(2013), Puspitasari dan Diana (2019), Niryana (2016), Basir dan Muslih (2019),

Kodriyah dan Fitri (2017), Widianingrum dan Sunarto (2018), dan Herlambang

(2017). Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian dari Ramadhani

(2017) dan Almalita (2017).

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate

governance yang terdiri dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, asimetri informasi, leverage, dan free cash

flow terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang

konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015 sampai dengan

tahun 2018. Dari hasil pembahasan pada bab empat, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dewan komisaris independen mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,297 lebih

besar dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel dewan

komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga

H1 ditolak.

2. Komite audit mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,728 lebih besar dari alpha

0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba, sehingga H2 ditolak.

3. Kepemilikan manajerial mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,946 lebih

besar dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H3 ditolak.

4. Kepemilikan institusional mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,371 lebih

besar dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H4 ditolak.

5. Asimetri informasi mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,169 lebih besar dari

alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel asimetri informasi tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H5 ditolak.

11

6. Leverage mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,977 lebih besar dari alpha

0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba, sehingga H6 ditolak.

7. Free cash flow mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari

alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel free cash flow tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H7 diterima.

4.2. Saran

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti

dapat memberikan saran bagi peneliti selanjutnya guna meningkatkan kualitas

penelitian selanjutnya. Adapun saran yang dapat diberikan yaitu:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas objek dalam penelitian

sehingga tidak terfokus pada perusahaan manufaktur sektor industri barang

konsumsi saja. Melainkan dapat menambah objek penelitian lain yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) agar hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yang dapat

dijadikan variabel dalam penelitian, yang mungkin memiliki pengaruh

terhadap manajemen laba seperti ukuran perusahaan, earning power,

profitabilitas, diversifikasi operasi, kebijakan deviden, kualitas audit dan lain

sebagainya.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan rumus manajemen laba

selain yang digunakan dalam penelitian ini. Misalnya seperti model de angelo,

model healy, model industry, model dechow-dichev, model kotari, model

stubben dan lain sebagainya.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang periode tahun

penelitian, agar dapat menjelaskan hubungan pengaruh dan menunjukkan hasil

yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Achyani, Fatchan, Triyono, dkk. 2015. “Pengaruh Praktik Corporate Governance

terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel

Intervening”. University Research Colloquium. ISSN 2407-9189.

Agustia, Dian. 2013. “Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash

Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan. ISSN 1411-0288 print / ISSN 2338-8137 online, 15 (1), 27-42.

Amelia, Winda dan Hernawati, Erna. 2016. “Pengaruh Komisaris Independen,

Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Neo-

Bis, Vol.10, No.1.

Basir, Shiera Indira dan Muslih, Muhamad.2019. “Pengaruh Free Cash Flow,

Leverage, Profitabilitas, dan Sales Growth terhadap Manajemen Laba”. Jurnal

AKSARA PUBLIC Volume 3 Nomor 2.

Dahayani, Ni Ketut Sri dan Budiartha, I Ketut. 2017. “Pengaruh Kebijakan Deviden

pada Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai

Moderasi”. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis. ISSN: 2337-3067.

Darmawan, 2015. “Pengaruh Good Corporate Governance (GCG), Asimetri

Informasi, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-

2012”. Jom FEKON Vol.2.

Dewi, Eva Rosa dan Khoiruddin, Moh. 2016. “Pengaruh Good Corporate

Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang Masuk Dalam

JII (Jakarta Islamic Index) Tahun 2012-2013”. Management Analysis Journal

5 (3), ISSN 2252-6552.

Fauziyah, Nuriyatun. 2017. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage

terhadap Manajemen Laba melalui Manipulasi Aktivitas Riil pada Perusahaan

yang Terdaftar Di BEI”. Jurnal Profita. Edisi 2.

Firnanti, Friska. 2017. “Pengaruh Corporate Governance dan Faktor-Faktor

Lainnya terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, ISSN 1410-

9875, Vol.19 No.1.

Gautama, Niryana. 2016. “Pengaruh Strategi Diversifikasi dan Free Cash Flow

terhadap Manajemen Laba”. e-Proceeding of Management, ISSN 2355-9357,

Vol.3.

Guna, Welvin I dan Herawaty, Arleen. 2010. “Pengaruh Mekanisme Good

Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor

Lainnya terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12,

No.1.

Herlambang, Akbar Roy. 2017. “Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Financial

Leverage terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance

sebagai Variabel Moderasi”. JOM Fekon, Vol.4 No.1.

Hidayanti, Ery dan Paramita, Ratna, Widjayanti D. 2014. “Pengaruh Good

Corporate Governance terhadap Praktik Manajemen Laba Riil pada

Perusahaan Manufaktur”. Jurnal WIGA Vol. 4 No. 2, ISSN NO 2088-0944.

Kodriyah dan Fitri, Anisah. 2017. “Pengaruh Free Cash Flow dan Leverage

terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Jurnal

Akuntansi, p-ISSN 2339-2436, e-ISSN 2549-5968, Vol. 3 No. 2.

Kristiani, Kadek Emi, Sulindawati, Ni Luh Gede Erni, dkk. 2014. “Pengaruh

Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap

Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Jurnal

Akuntansi Program S1 Vol.2 No.1.

Kusumawati, Eni, Sari, Shinta Permata, dkk. 2013. “Pengaruh Asimetri Informasi

dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Praktik Earnigs

Management”. Proceeding Seminar Nasional dan Call for Sancall, ISBN: 978-

979-636-147-2.

Mahawyahrti, Putu Tiya dan Budiasih, I Gusti Ayu Nyoman. 2016. “Pengaruh

Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran Perusahaan pada Manajemen

Laba”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 11, No. 2.

Manggau, Anastasia Wenny. 2016. “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran

Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Pertambangan yang

Terdapat di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 13,

(2), ISSN print: 0216-7743 ISSN online: 2528-1135.

Pratiwi, Fernanda Lady. 2016. “Analisis Mekanisme Good Corporate Governance

terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

BEI”. Journal Riset Mahasiswa Akuntansi.

Purnama, Dendi. 2017. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan,

Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen

Laba”. JRKA Volume 3 Isue 1.

Puspitasari, Emy Puji dan Diana, Nur. 2019. “Pengaruh Faktor Good Corporate

Governance, Free Cash Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada

Perusahaan Baru Bara”. E-JRA Vol.08 No.03.

Putra, Faishal Eka dan Kusumaningtias, Rohmawati. 2018. “Pengaruh Corporate

Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Dasar dan Kimia

Periode 2013-2016”. Jurnal Akuntansi.

Putra, Putu Adi, Sinarwati, Ni Kadek, dkk. 2014. “Pengaruh Asimetri Informasi

dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktek Manajemen Laba pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. E-Journal S1 Ak

Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi S1 Volume:2 No:1.

Setiawati, Loh Wenny dan Lieany. 2016. “Analisis Pengaruh Perjanjian Utang,

Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

Riil pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”

Jurnal Akuntansi.

Sulistiawan, Dedhy, Januarsi, Yeni, dkk. 2011. Creative Accounting Mengungkap

Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. Jakarta:

Grasindo

Suryani, Putu Putri, Yuniarta, Gede Adi, dkk. 2015. “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2008-2013)”. E-journal Akuntansi

Program S1 Vol.3 No.1.

Trisnawati, Rina, Arum, Nurlita, dkk. 2019. “Pengaruh Free Cash Flow, Leverage,

Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Riil dengan Dewan Komisaris

Independen Sebagai Variabel Moderating”. Seminar Nasional dan The 6th Call

for Syariah Paper Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Trisnawati, Rina. 2009. “Perbedaan Mekanisme Corporate Governance dan Praktik

Manajemen Laba”. UNISIA, Vol.XXXII No.72.

Utari, Ni Putu Linda Ayu dan Sari, Maria M. Ratna. 2016. “Pengaruh Asimetri

Informasi, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional

pada Manajemen Laba”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, ISSN:

2302-8556, Vol.15.3.

Veno, Andri dan Sasongko, Noer. 2017. “Pengaruh Asimetri Informasi terhadap

Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel

Moderasi”. Jurnal manajemen dayasaing.

Wiyadi, Trisnawati, Rina, dkk. 2016. “Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage Dan

Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Riil pada Perusahaan Manufaktur di

Indonesia”. The 3rd University Research Colloquium 2016. ISSN 2407-9189.