Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

16
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONAL POSTED BY EKO BUDI WALUYO ON 9:43 PM2 COMMENTS Indonesia adalah Bangsa yang kaya akan nilai-nilai budaya dan sejarah, yang tentunya budaya dan sejarah tersebut mempengaruhi semua aspek kehidupan dan memberikan serta membantu dalam pembentukan pola fikir dan paradigma masyarakat dalam bernegara dan bertanah air. Di era globalisasi dan jaringan informasi yang dapat di akses oleh siapapun dan kapanpun mengakibatkan terjadinya perkembangan di segala sektor dan pemahaman baru tentang budaya serta penerapan-penerapan akan pola yang diterapkan oleh Negara lain. Salah satu Negara yang menjadi tujuan dan penyebaran jaringan informasi dan budaya global adalah Indonesia, karena Indonesia adalah Negara berkembang dengan tingkat populasi yang selalu meningkat dan ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan untuk mengakses informasi baik itu dalam bentuk informasi data maupun informasi global yang termasuk di dalamnya unsur-unsur budaya asing yang notabene tidaklah sesuai dengan budaya Timur yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia. Indonesia dan masyarakat dunia memiliki visi yang sama akan kemajuan dan peningkatan taraf hidup serta kemajuan dalam system pemerintahan, tetapi apakah kemajuan dan peningkatan taraf hidup tersebut harus mengorbankan nilai-nilai budaya yang begitu berharga. Dan sudah semestinya sebagai generasi

Transcript of Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

Page 1: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONALPOSTED BY EKO BUDI WALUYO ON 9:43 PM2 COMMENTS

Indonesia adalah Bangsa yang kaya akan nilai-nilai budaya dan sejarah, yang tentunya

budaya dan sejarah tersebut mempengaruhi semua aspek kehidupan dan memberikan serta

membantu dalam pembentukan pola fikir dan paradigma masyarakat dalam bernegara dan

bertanah air.

Di era globalisasi dan jaringan informasi yang dapat di akses oleh siapapun dan

kapanpun mengakibatkan terjadinya perkembangan di segala sektor dan pemahaman baru

tentang budaya serta penerapan-penerapan akan pola yang diterapkan oleh Negara lain.

Salah satu Negara yang menjadi tujuan dan penyebaran jaringan informasi dan

budaya global adalah Indonesia, karena Indonesia adalah Negara berkembang dengan tingkat

populasi yang selalu meningkat dan ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan

untuk mengakses informasi baik itu dalam bentuk informasi data maupun informasi global

yang termasuk di dalamnya unsur-unsur budaya asing yang notabene tidaklah sesuai dengan

budaya Timur yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia.

Indonesia dan masyarakat dunia memiliki visi yang sama akan kemajuan dan

peningkatan taraf hidup serta kemajuan dalam system pemerintahan, tetapi apakah kemajuan

dan peningkatan taraf hidup tersebut harus mengorbankan nilai-nilai budaya yang begitu

berharga. Dan sudah semestinya sebagai generasi penerus, kita harus melestarikan budaya-

budaya Indonesia yang mulai terkontaminasi oleh budaya-budaya asing yang negatif dan

tidak membangun karateristik masyarakat Indonesia.

Insya Allah penulis akan memberikan sedikit penjelasan tentang apa itu identitas

nasional lewat semangat nasionalismenya, globalisasi dan perkembangannya serta glokalisasi

yang merupakan gabungan antara globalisasi yang dapat diterima oleh budaya lokal.

Identitas Nasional

Page 2: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

Secara harfiah identitas adalah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada

sesuatu atau seseorang yang membedakannya dengan yang lain. Pengertian Identitas pada

hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam

aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tersebut

maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.

Dengan demikian identitas nasional suatu bangsa adalah ciri khas yang dimiliki suatu

bangsa yang membedakannya dari bangsa lainnya. Namun demikian proses pembetukan

Identitas nasional bukan merupakan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terbuka

dan terus berkembang mengikuti perkembangan jaman. Akan terjadi pergeseran nilai dari

identitas itu sendiri apabila identitas itu tidak dapat dijaga dan dilestarikan, sehingga

mengakibatkan identitas global akan mempengaruhi nilai identitas nasional itu sendiri.

Secara umum terdapat beberapa dimensi yang menjelaskan kekhasan suatu bangsa.

Unsur-unsur identitas itu secara normatif, berbentuk sebagai nilai, bahasa, adat istiadat, dan

letak geografis.

Beberapa dimensi dalam identitas nasional antara lain:

1. Pola Perilaku

adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari,

Misalnya : adat istiadat, budaya, dan kebiasaan, ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan

gotong royong merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan

budaya. Semangat masyarakat tentang pola perilaku ini sudah mulai memudar, seiring

dengan waktu budaya ramah tamah khas Indonesia serta semangat gotong royong sudah

beralih wajah menjadi acuh tak acuh dan individualistis dan materialistis.

2. Lambang-Lambang

adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi Negara. lambang-lambang ini

biasanya dinyatakan dalam undang-undang, Misalnya : Bendera, Bahasa, dan lagu

Kebangsaan.

3. Alat-alat perlengkapan

adalah Sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk

mencapai tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan tekhnologi, misalnya : bangunan

Page 3: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

candi, Masjid, Gereja, Peralatan manusia seperti pakaian Adat, dan teknologi Bercocok

tanam : dan teknologi seperti kapal laut, Pesawat terbang, dan lainnya

4. Tujuan yang Ingin dicapai

Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti :

Budaya Unggul, presentasi dalam bidang tertentu. Sebagai sebuah bangsa yang mendiami

sebuah Negara, tujuan bersama bangsa Indonesia telah tertuang dalam pembukaan UUD 45,

Yakni kecerdasan dan kesejahteraan bersama bangsa Indonesia. Dan dalam usaha tersebut

pemerintah seharusnya lebih memperhatikan dunia pendidikan, peningkatan pendidikan akan

mempengaruhi kesejahteraan rakyat Indonesia secara tidak langsung.

2.2 Unsur-unsur Pembentukan Identitas Nasional

Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah ia dikenal sebagai sebuah bangsa yang

majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari sisi sejarah, kebudayaan, suku bangsa,

agama dan bahasa.

1. Sejarah

Indonesia adalah Negara yang begitu kaya akan nilai sejarah, itu dao=pat dibuktikan

dari berbagai tulisan pakar tentang sejarah perjuangan dan usaha dalam merebut

kemerdekaan. Sejarah juga mencatat, sebelum menjadi sebuah identitas negara bangsa yang

Modern, bangsa Indonesia pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Semangat juang

bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah menurut banyak kalangan telah menjadi ciri khas

tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur pembentuk

identitas nasional Indonesia.

2. Kebudayaan

Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga

unsur yaitu : akal budi, peradaban dan pengetahuan. Akal Budi bangsa Indonesia, misalnya

dapat dilihat pada sikap ramah dan santun bangsa Indonesia . Sedangkan unsur Identitas

peradabannya, salah satunya tercermin dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai

kompromi nilai-nilai bersama ( shared values ) bangsa Indonesia yang majemuk, sebagai

bangsa maritim, kehandalan bangsa Indonesia dalam pembuatan kapal pinisi di masa lalu

Page 4: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia yang tidak memiliki oleh bangsa lain di

dunia.

3. Suku Bangsa

Kemajemukan merupakan Identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian , lebih

dari sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi, tradisi bangsa Indonesia

untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus terus

dikembangkan dan dibudayakan, kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada

keberadaan lebih dari 300 kelompok suku, beragam bahasa, budaya dan keyakinan yang

mendiami kepulauan nusantara.

4. Agama

Keanekaragam Agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah

Indonesia. Menyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah dapat dilakukan dengan salah

satunya, sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik

mayoritas maupun minoritas atas kelompok lainnya.

5. Bahasa

Bahasa adalah salah satu atribut identitas nasional Indonesia.

Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia sebagai

bahasa penghubung ( lingua franca ) berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan

nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Globalisasi

Secara umum globalisasi adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk semakin

bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi akibat

transkulturisasi dan perkembangan teknologi modern. Istilah globalisasi dapat di terapkan

dalam berbagai konteks sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya memahami globalisasi

adalah suatu kebutuhan, mengingat majemuknya fenomena tersebut. Menurut Stiglitz sebagai

mana dikutip sugeng bahagijo dan darmawan triwinowo disatu sisi globalisasi menbawa

potensi dan akselerasi pertumbuhan ekonomi banyak Negara, peningkatan standar hidup serta

perluasan akses atas informasi dan teknologi, disisi lain telah membawa kesenjangan utara-

selatan serta kemiskinan global.

Page 5: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

Globalisasi merupakan fenomena berwajah majemuk, seperti diuraikan scolte(2000),

sebagai mana dikutip Sugeng Bahagijo dan darmawan triwibowo, bahwa globalisasi sering

diidentikkan dengan: 1. internasionalisasi yaitu hubungan antar Negara, meluasnya arus

perdagangan dan penanaman modal; 2.liberalisasi yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan

pemeritah untuk membuka ekonomi tanpa pagar (borderless world) dalam hambatan

perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa dan ijin masuk suatu

Negara (visa); 3. Universalisasi yaitu ragam hidup seoerti makanan Mc Donald, kendaraan,

di seluruh pelosok penjuru dunia; 4. Westernisasi atau Amerikanisasi yaitu ragam hidup dan

budaya barat atau amerika; 5. De-teroterialisasi, yaitu perubahan-perubahan geografi

sehingga ruang sosial dalam perbatasan, tempat dan distance menjadi berubah.

Istilah globalisasi telah menjadi istilah umum yang dibicarakan oleh setiap orang

hingga diskusi ilmiah dalam lingkungan akademik.

Beberapa unsur penting yang terkait dengan globalisasi adalah:

1. Global Space ( Dunia maya)

Globalisasi informasi ditunjukan dengan semakin pesatnya penggunaan media

elektronik dalam mengirim dan menerima informasi, surat kabar, radio dan televisi tidak lagi

merupakan sumber utama informasi; kehadiran internet telah memudahkan informasi dunia

diterima oleh siapapun dipenjuru pelosok dunia. Jika radio dan televisi masih dapat di awasi

dan diatur oleh kekuasan politik sebuah Negara, tidak demikian dengan media internet.

Dengan media internet, memungkinkan pengiriman informasi dalam jumlah yang

tidak terbatas, dalam waktu yang lebih cepat, dan dengan biaya lebih murah. Melalui media

internet siapapun dapat mengirim dan mengakses informasi tanpa persyaratan lisensi atau

bukti kompetensi apapun.

Keadaan tersebut membawa beberapa akibat sosial dan budaya :

Pertama, mengecilnya ruang dan waktu yang mengakibatkan hampir tidak ada

kelompok orang atau bagian dunia yang hidup dalam isolasi. Informasi tentang keadaan di

tempat lain atau situasi orang lain dapat menciptakan suatu pengetahuan umum yang lebih

luas dan aktual dari ada yang ada sebelumnya, informasi ini pada giliranya dapat

menimbulkan suatu solidaritas global yang melintasi kelompok etnis, batas teritorial negara,

Page 6: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

atau kelompok agama. Pada saat yang sama, informasi yang serba canggih ini dapat pula

memberikan kemudahan bagi seseorang atau suatu kelompok untuk bergabung dengan

kelompok kejahatan lintas negara untuk merancang kejahatan internasional yang terorganisir.

jaringan terorisme internasional dapat dimasukan ke dalam kelompok ini.

Kedua, dalam bidang politik, batas-batas teritorial suatu negara menjadi kurang

berfungsi. Batas negara tidak lagi menjadi batas informasi, karena seorang yang berada di

sebuah kampung di Jayapura, misalnya, dapat berhubungan langsung lewat internet dengan

seseorang di New York atu di kota Roma.

Ketiga, semua kategori dalam social space menjadi tidak relavan lagi. Perbedaan

sosial seperti umur, jenis kelamin, agama, status sosial, besarnya pendapatan, pejabat atau

rakyat, tingkat pendidikan menjadi tidak lagi menjadi penting dalam konteks infomasi

melalui jalur internet.

Tantangan Masa Depan Dalam Gelombang Globalisasi

Beberapa yang menjadi tantangan besar dan bersama, mengutip pendapat Tilaar, yang

diakibatkan gelombang globalisasi adalah sebagai berikut:

1. Program melawan kemiskinan. Globalisasi bukan hanya memberikan banyak nilai positf tetapi

juga dapat mengakibatkan semakin miskinnya negara-negara yang sumber daya manusianya

rendah, serta kurangnya sumber daya alam. Masalah kemiskinan bukan hanya milik suatu

masyarakat tetapi merupakan tanggung jawab intenasional. Kesenjangan antara Negara kaya

dan Negara miskin semakin melebar di dalam era globalisasi apabila tidak diambil langkah

untuk membantu yang lemah.

2. Memperjuangkan dan melaksanakan Hak Asasi Manusia. Gelombang globalisasi dapat saja

mengijak-injak hak asasi manusia apabila motif yang mendasari perubahan sosial dan

ekonomi semata-mata berdasarkan frofit. Hak Asasi Manusia perlu dijaga dan dikembangkan

oleh karena itu dengan menghormati Hak Asasi Manusia maka demokrasi akan semakin

berkembang. Oleh sebab itu, hak asasi manusia harus menjadi agenda internasional untuk

menjadi bentang dari arus globalisasi yang dapat bersifat dehomanisasi.

3. Menciptakan dan memelihara tatanan dunia yang aman. Perdangangan bebas, hak asasi tidak

dapat dilakukan di dalam negara yang kacau. Kini manusia berlomba-lomba untuk

Page 7: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

menciptakan dunia yang lebih makmur dan kemakmuran itu hanya dapat diwujudkan di

dalam kerja sama internasional yang aman. Oleh sebab itu, berbagai upaya untuk

meningkatkan kerjasama multilateral haruslah dipacu.

4. Perlu diwujudkan tatanan ekonomi dankeuangan yang baru. Lembaga-lembaga ekonomi dan

keuangan lama yang dilahirkan pada masa perang dingin seta tatanan dunia yang lama,

seperti badan-badan IMF, World bank, WTO, perlu ditata kembali supaya lebih sesuai

dengan tuntutan hidup internasional yang baru.

5. Melindungi dan memelihara planet bumi sebagai satu-satunya tempat kehidupan bersama

manusia.Oleh kerena itu tanggung jawab ekosistem merupakan tanggung jawab bersama

masyarakat dunia.

6. Kerja sama regional perlu di kembangkan di dalam rangka kerja sama internasional. Bahkan

Alan Rugman di dalam bukunya The end of Globalization menyatakan bahwa sebenarnya

kerja sama internasional tertumpu pada kerja sama regional, bahkan kerja sama bilateral atau

kerja sama nasional dalam rangka kerja sama regional tersebut.

Salah satu konsep yang ikut berkembang bersama globalisasi adalah glokalisasi.

Istilah glokalisasi dipopulerkan oleh Roland Robertson pada tahun 1977 dalam konfrensi

“Globalization and Indigenous Culture”. Secara umum glokalisasi adalah penyesuaian

produk global dengan karakter lokal. Ada juga yang berpendapat glokalisasi adalah berfikir

global bertindak lokal. Menurut Eko Budiarjo guru besar Universitas Diponegoro glokalisasi

adalah glokalisasi dengan cita rasa lokal.

Dalam wilayah budaya , glokalisasi dimaknai dengan munculnya interpretasi produk-

produk global dalam konteks lokal yang dilakukan oleh masyarakat didalam berbagai

wilayah budaya. Interpretasi lokal masyarakat tersebut kemudian juga membuka

kemungkinan adanya pergeseran makna atas nilai budaya. Dalam proses glokalisasi medium

bahasa juga di pergunakan.

Hal ini yang mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai yang

dulunya sangat dominan pada kalangan masyarakat dan dijalankan dengan sepenuh hati,

sekarang sudah menjadi barang yang aneh dan langka. Pengaruh globalisasi terhadap

masyarakat yang ditransformasikan ke dalam budaya Indonesia yang akhirnya akan

Page 8: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

mensinergikan budaya-budaya “Timur” Indonesia terhadap budaya “Barat” yang cenderung

kepada Liberalisme dalam usaha pencapaian Glokalisasi yang meminimalisasi bahkan

menghilangkan budaya-budaya Indonesia yang terkenal dengan keramahtamahan dan

kesopanan.

Nasionalisme dan Globalisasi

Salah satu isu penting yang mengiringi gelombang demokrasi adalah munculnya

wacana multikulturisme. Multikulturisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara

sama sebagai kesatuan tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa maupun

agama. Gerakan multicultural muncul pertama kali di Kanada dan Australia sekitar 1950-an.

Multikultural menjadi semacam respon kebijakan baru dalam keragaman.dengan kata

lain, adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena yang terpenting adalah

komunitas tersebut diperlukan sama oleh warga Negara maupan Negara.

Menurut Achmad Fedyani Safiudin menyatakan ada tiga cara pandang atau

pemahaman orang tentang multikulturisme, yaitu; 1. Popular; 2. Akademik; 3. Politis.

Karakter masyarakat multikultur adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat

peacepul co-existace, hidup berdampingan secara damai. Dalam perspektif multikulturisme,

baik individu maupun kelompok hidup dalam societal cohesion tanpa kehilangan identitas

etnik dan kultur mereka.Ini adalah harapan kita semua, bagaimana kita dapat mengadopsi nilai dan budaya dari luar yang baik bagi bangsa ini serta adanya badan pengawasan serta pengembangan budaya asli Indonesia dari Pemerintah, jangan sampai budaya tersebut menjadi terkikis dan hilang dari masyarakatnya sendiri, akibat dari arus globalisasi yang begitu 

Hakikat kemerdekaan suatu negara akan tampak disaat negara itu dapat menghargai

dan menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya sendiri, dan selalu membuka diri terhadap nilai

positif dari luar baik itu yang berbentuk budaya, ekonomi, politik, dan lain-lain.

Keberagaman adalah suatu berkah dari Pengatur Alam Semesta ini, dan sebagai suatu

bangsa yang beragama kita seharusnya dapat menghargai keberagaman global serta dapat

memilih serta memilah yang terbaik untuk diterpakan di Negara tercinta Republik Indonesia.

Karena keberagam merupakan hadiah dari Allah SWT yang harus kita syukuri dan harus

menjadi pembelajaran bagi kita semua, Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan

Page 9: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

berbangsa-bangsa adalah untuk saling kenal-mengenal untuk bersama-sama mendapatkan

gelar taqwa. Taqwa dalam konteks universal dan global adalah terciptanya masyarakat dunia

yang madani dan selaras dengan ajaran dan perintah Allah SWT. Hal ini termaktub dalam

ayat Suci al-Qur’an yang berbunyi :

Artinya : “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu

damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang

melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut,

damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah

mencintai orang-orang yang berlaku adil”.(QS. Al-Hujuraat : 9)

Semangat bersatu dalam mencari Ridha dan Cinta Allah pasti akan dapat menangkal

segala bentuk negative globalisme, karena dengan semangat ridha dan cinta kepada Allah

maka kita dapat mentransformasikan segala kaidah agama kedalam budaya dan kita dapat

menyesuaikan tindakan-tindakan atau aksi yang terstruktur lewat kacamata agama, Allah

pasti menolong dan menyelamatkan Bangsa ini dari pengaruh negative arus globalisasi,

seperti yang sebutkan Allah dalam Al-Qur’anul Karim :Artinya : “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-

sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak,

atau anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang Telah

menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang

daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,

mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan

rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah

golongan yang beruntung”. (QS. Al-Mujaadilah : 22)

Ketidakharmonisan' Antarlembaga Negara ?‘Ketidakharmonisan’ Antarlembaga Negara ?

Publik hari-hari ini menyaksikan ‘ketidakharmonisan’ antarlembaga negara yakni antara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Mahkamah Agung (MA). BPK merasa berwenang untuk memeriksa MA terkait dengan uang perkara tahun 2005-2006, sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pejabat MA menolak pemeriksaan, konon uang tersebut bukan milik negara, tetapi milik pihak ketiga yang berperkara. Kabar terakhir dikatakan seorang pejabat BPK, bahwa tidak ada pertentangan institusional dengan MA.Tulisan ini tidak hendak mengurai ihwal uang perkara atau siapa benar-siapa salah diantara kedua lembaga tersebut yang menjadi pemicu ‘ketidakharmonisan’. Namun

Page 10: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

ingin menggarisbawahi bahwa ‘ketidakharmonisan’ antarlembaga negara sering disebabkan dan juga dibiarkan terkondisi seperti itu oleh beberapa hal. Pertama, ketidakjelasan wilayah kewenangan antarlembaga sehingga tumpang tindih. Ketidakjelasan sering dibiarkan karena terkait kepentingan internal lembaga-lembaga tersebut. Dampaknya terjadi tarik-menarik antarlembaga. Kedua, tidak adanya koordinasi dan kerjasama antarlembaga yang lintassektoral bahkan sampai eksekusi kebijakan bersama. Disini terlihat jelas dengan tidak adanya cara pandang dari sudut pemerintahan dan negara, bahwa semua tidak bisa jalan tanpa kebersamaan antarlembaga. Yang dikedepankan justru ego sektoralnya atau esprit de corps-nya masing-masing.

Ego KelembagaanJauh sebelum BPK dan MA ‘tidak harmonis’, BPK juga ‘kurang harmonis’ dengan Kejaksaan Agung (Kejagung) soal uang pengganti yang belum disetor atau ditagih. Dalam kasus dugaan korupsi BLBI, BPK dan Kejagung secara tidak langsung juga berpotensi ‘tidak harmonis’ dengan Bank Indonesia (BI) sebagai pihak yang mengeluarkan BLBI dulu. Publik awam tidak tahu menahu soal kewenangan dan koordinasi antarlembaga. Mestinya diantara mereka sendiri sudah ada aturan main, masing-masing mempunyai peran, semangat korps diutamakan bukan untuk unjuk gigi terhadap lembaga lain, tetapi untuk menjalankan profesionalisme. Nyatanya seperti ada ego sektoral untuk merasa lebih berwenang dan ‘lebih diatas angin’ diantara sesama lembaga-lembaga tersebut.Dengan dalih untuk kepetingan negara, upaya mengkritisi lembaga lain tentu saja menimbulkan ‘ketidakharmonisan’ yang tidak perlu seperti diatas. Antarlembaga harusnya mempunyai skema dan mekanisme internal yang lintaslembaga untuk selalu meningkatkan harmonisasi diantara ritme kerjanya yang saling kait mengait. Dan bukannya membangun benteng kepentingannya masing-masing. Persoalannya, setiap lembaga itu seperti mempunyai kepentingan masing-masing, sehingga tidak mungkin harmonisasi diantara lembaga negara tanpa mengusik kepentingan itu. Dus hal ini diperberat lagi jika antarlembaga negara merasa lebih diatas dari yang lain.Di mata publik ‘ketidakharmonisan’ antarlembaga diatas sangat tidak produktif dan cenderung bisa dikatakan, apa tidak ada persoalan lain yang lebih penting dan urgen. Bayangkan disatu pihak BPK berhak memeriksa dan dipihak lain MA mempunyai alasan untuk menolak diperiksa. Pertanyaannya, sebetulnya undang-undang menyuruh BPK untuk memeriksa MA, terkait uang perkara tersebut atau tidak. Jika masih abu-abu mengapa pemerintah, lembaga negara, tidak duduk bersama dengan DPR untuk segera membuat kejelasan kewenangan lembaga negara. Atau jangan-jangan sengaja dibikin tidak jelas, abu-abu dan mengambang dengan harapan bisa mengakomodasi kepentingan tertentu karena tidak ada ketetapan hukum yang tetap. Lalu soal BPK dengan Kejagung terkait uang pengganti. Apakah BPK merasa sebagai lembaga superbodi yang ‘diatas angin’, sebagai auditor yang ditakuti misalnya yang bisa memeriksa Kejagung soal uang pengganti. Terkesan BPK mempunyai kartu as untuk memeriksa dengan kecurigaan atas pengelolan uang negara. Disisi lain Kejagung juga perlu membenahi manajemen administrasi pelaporan uang pengganti. Apalagi perannya sebagai lembaga penuntutan perkara hukum bagi negara. Kejagung mestinya sudah mempunyai mekanisme manajemen pelaporan uang penganti yang tidak menimbulkan curiga bagi seorang auditor dari BPK. Bukankah kecurigaan dalam makna positif sudah menjadi kebiasaan jaksa dalam penuntutan terhadap dugaan pelanggaran hukum.

Putuskan Kebijakan BersamaBeberapa waktu lalu kita juga mengetahui penilaian BPK atas aset debitor BLBI yang

Page 11: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

lebih kecil dari yang diakui pemerintah dan BPPN, sehingga ada kemungkinan negara dirugikan. Sejalan dengan Kejagung yang akan mengusut dugaan korupsi kasus BLBI. Kejagung sudah memanggil mantan ketua lembaga bentukan pemerintah BPPN. Usut-mengusut kasus BLBI mau tidak mau menempatkan Kejagung ‘berseberangan’ dengan BI sebagai pihak yang mengeluarkan BLBI. Bagi logika publik terkesan memang ada proyek besar yang sedang dibongkar Kejagung ihwal kasus BLBI, ada ‘pertanyaan’ BPK terhadap nasib uang pengganti di Kejagung dan uang perkara di MA. Semuanya berdalih tidak merugikan atau untuk mengelola dan menyelamatkan uang negara/rakyat. Sayangnya bahwa itu harus dilakukan dengan ‘ketidakharmonisan’ antarlembaga yang hanya menguras ego sektoral dan ego korpsnya.Baiklah kita menelaah dari logika publik soal BLBI. BLBI dikeluarkan oleh BI sebagai lender of the last resort perbankan nasional yang saat krisis kolaps. Terlepas bahwa kolapsnya bank-bank itu disebabkan oleh krisis moneter regional, suksesi Orde Baru – Soeharto dan kroniisme, pertanyaannya mestinya saat BLBI dikucurkan peran Kejagung dilibatkan. Lembaga-lembaga hukum seperti Departemen Kehakiman, MA, Kejagung dll sebagai lembaga yang melek hukum dimintai masukannya oleh pemerintah saat itu, apakah pengucuran BLBI layak hukum atau tidak. Berpotensi dikorupsi atau tidak, dst. Ini berarti lembaga negara yang melek hukum mestinya lebih proaktif didepan, mengawal bahkan diajak menyetujui setiap kebijakan pemerintah (eksekutif). Hal ini sepertinya tumpang tindih kewenangan, yudikatif membawahi eksekutif. Namun tujuannya tidak kesitu, tetapi agar langkah eksekutif tidak tersandung kemungkinan pelanggaran hukum seperti kecurigaan korupsi pada kasus BLBI itu. Benteng hukum diadakan sejak awal dan mengawal kebijakan eksekutif, bukan seperti sekarang yang cenderung mengawasi dan menuntut di belakang kebijakan pemerintah yang sudah lewat. Mestinya sebelum kebijakan pemerintah diambil, lembaga-lembaga yang melek hukum memberi saran bahwa jika kebijakan itu diambil ada resiko hukum yang harus ditanggung.Bahkan tidak menutup kemungkinan Kejagung diminta persetujuannya untuk mengawal sebuah kebijakan agar bebas dari tuntutan hukum dikemudian hari, karena diawasi melekat oleh kejaksaan atau mereka yang melek hukum. Tujuannya agar kebijakan dikemudian hari tidak menjadi bancakan empuk bulan-bulanan hukum seperti kasus BLBI. Jika ini bisa dilakukan hubungan antarlembaga akan lebih harmonis dan tidak saling menuntut dalam berbagai kasus di kemudian hari. Padahal inti dasarnya masing-masing lembaga ingin menyelamatkan negara atau uang rakyat. BI ingin menyelamatkan ekonomi nasional dengan BLBI, tapi Kejagung dalam mengusut BLBI juga ingin menyelamatkan uang rakyat yang diduga korupsi. Jika niat sama baiknya, mengapa tidak sedari awal menyamakan persepsi dan langkah ?Bersama-sama mengawal kebijakan-kebijakan tanpa diboncengi oleh kepentingan dan ego kelembagaan. Demikian juga terhadap BPK, mengapa tidak dilibatkan sejak awal dalam penilaian aset debitor yang dijual yang ternyata menurut BPK nilainya lebih kecil dibandingkan penilaian pihak lain. Akhirnya BPK seolah memberikan penilaian buruk atas kerja BPPN. Demikianlah jika ego kelembagaan eksekutif berhak menjalankan kebijakan-kebijakannya yang diambil tanpa peduli dengan resiko hukum, akuntabilitas keuangan dst pada akhirnya menjadi perkara di kemudian hari. Jika ini terus terjadi jalannya negara dan pemerintahan tidak akan sinergi, karena terjadi saling membenarkan, saling ganjal bahkan saling tuntut dikemudian hari, padahal kasus baru sudah menumpuk untuk diselesaikan

Soal

Tugas individual

Page 12: Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional

Jelaskan nilai kelebihan dari globalisasi dengan ilustrasi singkat realitas kasus terhadap identitas nasional?

UTS

Mengapa dalam Hubungan antar lembaga negara masih terdapat ketidakharmonisan dan bagaimana cara menyelesaikanya

Dkumpulkan tanggal 6