analisis pengaruh car, fdr, npf, bopo dan size terhadap profitabilitas ...
PENGARUH FDR, BOPO, NPF, DAN INFLASI TERHADAP …
Transcript of PENGARUH FDR, BOPO, NPF, DAN INFLASI TERHADAP …
PENGARUH FDR, BOPO, NPF, DAN INFLASI TERHADAP
PEMBIAYAAN MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2010-2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
AHMAD MISBAHUL MUNIR
NIM: 1111084000045
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437H
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Ahmad Misbahul Munir
2. Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 12 Februari 1992
3. Alamat : Jl. Damaran RT.01/02 Kel. Mutih
Kulon Kec. Wedung Demak
4. Telepon : 085693161611
5. Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. MI Raudlothul athfal Mutih Kulon Tahun 1998-2004
2. MTs I’anatuth Thullab Mutih Kulon Tahun 2004-2007
3. MAN 2 Kudus Tahun 2007-2010
4. S 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2016
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat.
2. Anggota Kesekretariatan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Periode 2013/2014.
3. Kuliah Kerja Nyata (KKN) SAVE & CARE RANCA BANGO di Desa
Ranca Bango, Kabupaten Tangerang 7 Juli- 7 Agustus 2014.
D. SEMINAR DAN WORKSHOP
ii
1. Forum Riset Keuangan Syariah 2014 dengan Tema: “Mewujudkan Industri
Keuangan Syariah yang Efisien, Berdayasaing, dan Berkontribusi Lebih
Besar dalam Pembangunan Ekonomi Nasional”. Kampus IPB Darmaga,
2014.
2. Seminar Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan. UIN Jakarta, 2013.
3. Seminar Nasional IAEI dengan Tema: “Penyiapan SDM Berbasis
Kompetensi Syariah dalam Pengembangan Perbankan Syariah Era MEA
2015”. Universitas Prof. Moestopo (Beragama), 2014.
4. Seminar Ekonomi dengan Tema: “Solusi Sistem Ekonomi Tahan Krisis”.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
E. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sahri
2. Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 28 November 1964
3. Ibu : Sholekhatun
4. Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 09 April 1968
5. Alamat : Jl. Damaran RT.01/02 Kel. Mutih
Kulon Kec. Wedung Demak
6. Telepon : 085727334130
7. Anak ke dari : 3 dari 7 bersaudara
iii
ABSTRACT
Financing murabaha is financing service in the form of purchase and sale
of goods on credit with the stated cost and benefits previously agreed upon.
Murabaha financing is a financing agreeement of sale in Islamic banking growth
is always higher than the profit-sharing financing (profit and loss sharing). The
purpose of this study was to analyze the effect of Financing to Deposit Rtaio
(FDR), The Ratio Operational Expenses to Operational Revenue (BOPO), Non
Performing Financing (NPF), and Inflation on financing murabaha on 2010-
2015. This research is quantitative desciptive.
The collection of data techniques which used in this study is to collect data
from relevant literature and related to the research. This study uses Ordinary
Least Square Method (OLS) as an analitycal technique. The results showed that
the Financing to Deposit Ratio (FDR) has a significant and positive influence,
while BOPO, NPF, and Inflation has a significant ang Negative effect on
murabaha financing. But simultaneously FDR, BOPO, NPF, and Inflation are
affect to murabaha financing.
Keyword : FDR, BOPO, NPF, Inflation, Financing Murabaha.
iv
ABSTRAK
Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan pelayanan dalam bentuk
pembelian dan penjualan barang secara kredit dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan yang telah disepakati sebelumnya. Pembiayaan
murabahah merupakan akad pembiayaan jual-beli didalam perbankan syariah
yang pertumbuhannya selalu tinggi dibandingkan dengan pembiayaan bagi-hasil
(mudharabah dan musyarakah). Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), dan
inflasi terhadap pembiayaan murabahah tahun 2010-2015. Penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara mengumpulkan data dari literatur-literatur yang relevan dan berkaitan
dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan Metode Ordinary Least Square
(OLS) sebagai teknik analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Financing to
Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh signifikan dan positif, sedangkan BOPO,
NPF, dan Inflasi memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap pembiayaan
murabahah. Tetapi secara simultan FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi berpengaruh
terhadap pembiayaan murabahah.
Kata Kunci : FDR, BOPO, NPF, inflasi, Pembiayaan Murabahah.
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat,
rezeki, karunia, berkah, dan hidayahNya kepada penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh FDR, BOPO, NPF, Dan Inflasi Terhadap
Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah Tahun 2010-2015” dengan baik.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda nabi besar
Muhammad SAW yang telah membimmbing umat manusia dari zaman kegelapan
ke zaman yang terang benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,
bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di
sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, karena dengan kehendak dan segala pertolonganNya tidak
mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala
keberkahan yang Engkau berikan ya Rabb.
2. Keluarga tercinta dan terhebat yang saya miliki, Ayahanda Syahri dan Ibunda
Solehatun yang selalu memberikan motivasi terbaik, selalu mencurahkan cinta,
kasih sayang dan perhatiannya, serta selalu bekerja keras demi anak-anak dan
keluarga. Kakakku Sa’ad Mubarok dan Ahmad Faruq dan juga adikku Citra
Umi Fasihah, Abd. Mudrik Fadhli, Arif Rohman, dan Muhammad Rikza
vi
Muqtada yang selalu menghibur di saat suka maupun duka, dan memberikan
motivasi selama menulis skripsi. Tanpa dukungan dan pengorbanan kalian
penulis tidak akan menjadi pribadi seperti sekarang ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., Msi selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semoga dapat memajukan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis lebih baik lagi.
4. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan kerendahan hatinya selalu bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberikan pengarahan, memberikan ilmu yang bermanfaat
dan motivasi kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah
SWT senantiasa membalas segala kebaikan bapak.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu dan pembelajaran yang sangat berharga dan bermanfaat bagi saya. Serta
jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani
dan membantu penulis selama perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan bapak ibu semua.
7. Ketua dan seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan
pelayanan pustaka selama penulisan skripsi.
8. Sahabat-sahabat laki-laki terbaik angkatan 2011 seperti Muhammad Aditia,
Muhammad Yusuf, Zahir Razan, Riri Ruhiana, Septian Puguh, Geo Fikri,
vii
Barep Prajitno, Dimas Brianto, Kharisma Susetyo, Novanda Dwi Saputra,
Ridwan Choirul, Muhammad Ihsan, Risdiansyah, Rizki Ilhami, Kemal Rizki
Maulidi, dll yang telah menghabiskan waktu bersama untuk berbagi cerita dan
selalu ada dalam suka maupun duka, membantu saya dalam penyelesaian
skripsi maupun perkuliahan, dan mengingatkan saya ketika melakukan
kesalahan demi kebaikan saya selama ini. Sukses untuk kita semua dan semoga
Allah selalu melindungi dan membalas kebaikan-kebaikan kalian.
9. Sahabat-sahabat wanita terbaik IESP angkatan 2011 yang saya miliki, Revi
Kurnia, Ayu Hardiyanti, Mirna Setyawati, Ella Dhanila, Rahma Chairunnisa’,
Feristi Irza Rolis, Fajar Mauliani, dll yang telah membantu saya baik dalam
perkuliahan maupun penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas
kabaikan-kebaikan kalian.
10. Teman-teman IESP angkatan 2011 yang tidak saya bisa sebutkan satu-persatu,
terimakasih atas semua kenangan selama empat tahun kebersamaan dengan
penuh warna dan saling bahu-membahu dalam perkuliahan. Sukses umtuk
kalian semua.
11. Ahmad Nizar, Khoirul Huda, Hadi Putro, Rifki Najib Muzakka, Achidun Nafi’,
dan Hasan Busro sahabat terbaik sejak SMA dan Pondok Pesantren yang selalu
ada dalam suka maupun duka, terimakasih untuk waktu dan motivasi yang
kalian berikan.
12. Kelompok KKN SAVE AND CARE RANCA BANGO Desa Ranca Bango
Tanggerang yang telah menghabiskan waktu selama sebulan penuh dengan
canda dan tawa serta banyak pelajaran yang bisa saya ambil dalam
viii
kebersamaan ini, terimakasih untuk kalian semua semoga Allah SWT
senantiasa memberikan keberkahan kepada kalian semua.
13. Sahabat dari MI dan MTs, Ahmad Sofyan, Abul Fadhol, Ahmad
Khoiruzzaman, Abd. Sa’ad Mubarok, dan Ahmad Sofyan Nasih yang selalu
bersama, memberikan motivasi dan selalu ada dalam suka maupun duka,
semoga kita semua sukses dan bermanfaat bagi masyarakat didesa kita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.
Jakarta, 10 Mei 2016
Ahmad Misbahul Munir
ix
A. Latar Belakang……………………………………………………..... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………….... 9
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………..... 10
1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10
2. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah....................................................................................... 12
1. Definisi Bank Syariah................................................................... 12
2. Landasan Perbankan Syariah......................................................... 15
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
Daftar Riwayat Hidup..................................................................................... i
Abstract.............................................................................................................. iii
Abstrak.............................................................................................................. iv
Kata Pengantar................................................................................................. v
Daftar Isi............................................................................................................ ix
Daftar Tabel………………………………………………………………….. xiii
Daftar Grafik…………………………………………………………………. xiv
Daftar Gambar……………………………………………………………….. xv
Daftar Lampiran…………………………………………………………….... xvi
BAB I PENDAHULUAN
x
3. Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah........................................... 16
B. Pembiayaan Murabahah...................................................................... 18
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah.............................................. 18
2. Rukun Murabahah......................................................................... 21
3. Syarat-syarat Murabahah.............................................................. 22
4. Teknis Pelaksanaan Murabahah.................................................... 22
C. Financing to Deposit Ratio (FDR)..................................................... 24
D. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).......... 26
E. Non Performing Financing (NPF)...................................................... 27
1. Pengertian Non Performing Financing (NPF).............................. 27
F. Inflasi................................................................................................... 31
1. Pengertian Inflasi.......................................................................... 31
2. Teori Inflasi................................................................................... 32
3. Jenis Inflasi.................................................................................... 35
4. Dampak Inflasi.............................................................................. 37
G. Keterkaitan Antar Variabel................................................................. 37
H. Penelitian Terdahulu........................................................................... 41
I. Kerangka Pemikiran........................................................................... 48
J. Hipotesis............................................................................................. 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………... 53
B. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 53
C. Teknik Analisis................................................................................... 54
xi
1. Regresi Linier Berganda............................................................... 54
2. Pengujian Model dengan Asumsi Klasik...................................... 56
a. Uji Normalitas......................................................................... 56
b. Uji Multikolinearitas............................................................... 57
c. Uji Heterokedastisitas............................................................. 58
d. Uji Autokolerasi...................................................................... 60
3. Uji Statistik................................................................................... 62
a. Koefisien Determinasi............................................................. 63
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)…........ 63
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………………………........ 64
D. Operasional Variabel........................................................................... 65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
c. Perkembangan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO).............................................................. 73
d. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)................ 75
e. Perkembangan Inflasi............................................................. 77
B. Hasil Analisis dan Pembahasan......................................................... 78
1. Uji Asumsi Klasik........................................................................ 79
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian....................................... 68
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.................................... 68
2. Gambaran Umum Penelitian......................................................... 71
a. Perkembangan Pembiayaan Murabahah................................. 71
b. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)................. 72
xii
a. Uji Normalitas........................................................................ 79
b. Uji Multikolinearitas.............................................................. 80
c. Uji Heterokedastisitas............................................................ 81
d. Uji Autokolerasi..................................................................... 82
2. Uji Statistik.................................................................................. 83
3. Uji t (Parsial) dan Interpretasi...................................................... 85
4. Uji F (Simultan) dan Interpretasi................................................. 87
5. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Squared)........................ 88
6. Analisis Ekonomi......................................................................... 89
a. Financing to Deposit Ratio Terhadap Pembiayaan
Murabahah.............................................................................. 89
b. BOPO Terhadap Pembiayaan Murabahah............................. 90
c. Non Performing Financing Terhadap Pembiayaan
Murabahah............................................................................. 91
d. Inflasi Terhadap Pembiayaan Murabahah............................. 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 94
B. Saran................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 97
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 101
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pembiayaan Perbankan Syariah (miliar rupiah) .......................... 4
Tabel 1.2 Pembiayaan Murabahah, FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi ............ 7
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 44
Tabel 3.1 Uji Autokolerasi melalui Uji Durbin-Watson .............................. 60
Tabel 4.1 Uji Normalitas .............................................................................. 80
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas .................................................................... 81
Tabel 4.3 Uji White Heterokedastisitas ....................................................... 82
Tabel 4.4 Uji Autokolerasi ........................................................................... 83
Tabel 4.5 Uji t-statistik ................................................................................. 85
Tabel 4.6 Uji F-statistik ................................................................................ 88
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perkembangan Pembiayaan Murabahah ............................... 71
Grafik 4.2 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) ................ 73
Grafik 4.3 Perkembangan BOPO ........................................................... 74
Grafik 4.4 Perkembangan NonPerforming Financing (NPF) ................. 76
Grafik 4.5 Perkembangan Inflasi .......................................................... 77
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembiayaan Murabahah ....................................................... 23
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................. 50
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian ........................................................ 101
Lampiran 2 Regresi Linier Berganda .......................................... 103
Lampiran 3 Uji Normalitas ......................................................... 103
Lampiran 4 Uji Multikolinearitas ................................................ 104
Lampiran 5 Uji Heterokedastisitas .............................................. 104
Lampiran 6 Uji Autokolerasi ...................................................... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh lembaga perbankan.
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2008 tentang perbankan, disebutkan
bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Bank terdiri atas dua jenis, yaitu Bank
Konvensional dan Bank Syariah.
Pada prinsipnya bank konvensional adalah bank yang berdasarkan
bunga (riba), berbeda dengan bank syariah yang berprinsip pada prinsip
syariah, yakni bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Terkait dengan asas
operasional bank syariah, pengambilan keuntungan pada bank syariah adalah
Profit and Loss Sharing (bagi hasil), yakni keuntungan serta kerugian yang
diperoleh ditanggung secara bersama.
Kemunculan pertama bank syariah di Indonesia diawali dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh
MUI dan pemerintah serta mendapat dukungan dari Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) dan mulai beroperasi setahun kemudian. Setelah
keluarnya UU No. 10 Tahun 1998 (perubahan UU No. 7 Tahun 1992) tentang
perbankan, maka mulailah berkembangnya sistem perbankan syariah (dual
2
banking sistem) di Indonesia dengan diperbolehkannya bank-bank umum
mendirikan unit usaha yang berdasarkan prinsip syariah, yakni UUS (Unit
Usaha Syariah). Bank umum dapat memilih untuk melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan sistem umum atau berdasarkan prinsip syariah atau
melakukan kedua kegiatan tersebut. Untuk melengkapi minimnya regulasi
perbankan syariah, oleh sebab itu disusunlah UU No. 21 Tahun 2008.
Dalam UU No. 21 Tahun 2008, telah diatur beberapa ketentuan baru di
bidang perbankan syariah, antara lain otoritas fatwa dan komite perbankan
syariah, pembinaan dan pengawasan syariah, pemilihan Dewan Pengawas
Syariah (DPS), masalah pajak, penyelesaian sengketa perbankan, dan
konversi Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank Umum Syariah (BUS).
Kinerja perbankan syariah mendapatkan momentum akselerasinya pada
tahun 2010 dimana asset perbankan syariah meningkat cukup signifikan
dengan pertumbuhannya mencapai 47,6% (yoy), terutama bila dibandingkan
dengan perbankan nasional yang asetnya hanya tumbuh 18,7% (yoy).
Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh berdirinya sejumlah Bank
Umum Syariah (BUS) baru dan jaringan kantor perbankan syariah.
Sementara itu, kondisi perkonomian secara makro yang cukup kondusif
dan kinerja sektor industri perbankan nasional yang masih positif menjadi
salah satu faktor pendukung tumbuhnya pembiayaan perbankan syariah
selama tahun 2010. Pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan pada tahun
2009 yang hanya tercatat 22,76%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan
yang sangat signifikan hingga mencapai 45,24%. Dengan tingkat
3
pertumbuhan sisi pendanaan dan pembiayaan yang relatif sama, fungsi
intermediasi perbankan syariah yang antara lain direpresentasikan oleh
Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak mengalami banyak perubahan
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 FDR perbankan syariah
tercatat sebesar 89,7%, tidak jauh berbeda dengan tahun 2009 yaitu 89,70%.
Jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha syariah pada tahun 2010
meningkat seiring dengan munculnya bank syariah baru baik dalam bentuk
Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), maupun Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Jumlah BUS yang sebelumnya enam
bertambah menjadi 11, dimana tiga BUS merupakan hasil konversi dari Bank
Umum Konvensional dan dua BUS merupakan bank baru hasil spin off Unit
Usaha Syariah (UUS) dari bank umum konvensional. Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah bertambah sebanyak 12 BPRS, dimana 11 BPRS berasal dari
ijin pendirian usaha baru dan satu BPRS hasil konversi BPR Konvensional.
Dengan demikian jumlah BPRS tahun 2010 meningkat menjadi 150.
Semakin berkurangnya tekanan krisis global, pulihnya daya beli
masyarakat dan mulai membaiknya aktivitas sektor riil, serta baertambahnya
jumlah BUS baru secara bersama-sama memberikan dampak positif bagi
kinerja perbankan syariah. Selama tahun 2010, kinerja perbankan syariah
relatif baik ditandai dengan pertumbuhan yang tinggi pada sejumlah indikator
utama perbankan syariah. Total asset perbankan syariah (BUS dan UUS)
tumbuh 47,56% menjadi Rp.97 triliun, DPK meningkat sebesar Rp. 45,46%
4
menjadi Rp.76 triliun, dan pembiayaan yang diberikan tumbuh sebesar
45,24% menjadi Rp.68 triliun.
Dalam bank syariah terdapat jasa-jasa pembiayaan yang tidak jauh beda
dengan bank konvensional. Jasa-jasa yang diberikan dalam bank syariah
dikemas ke dalam produk-produk pembiayaan bank syariah. Ada tiga produk
dalam perbankan syariah, yakni penyaluran dana, penghimpunan dana, dan
produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada
nasabahnya.
Produk perbankan syariah yang termasuk dalam penyaluran dana, yakni
prinsip jual beli (murabahah, salam, dan istishna), prinsip bagi hasil
(musyarakah dan mudharabah), dan prinsip sewa (ijarah). Akan tetapi,
banyaknya produk pembiayaan yang diberikan bank syariah, ada satu
pembiayaan yang sering digunakan oleh bank syariah yaitu pembiayaan yang
menggunakan akad murabahah. Pembiayaan murabahah merupakan jasa
pembiayaan jual beli dengan menetapkan harga pokok ditambah keuntungan
(margin) yang telah ditentukan sebelumnya dengan sistem cicilan.
Pada tabel 1.1 di bawah ini menunjukkan pembiayaan yang dipakai
pada perbankan syariah dalam rentang waktu 2010- juni 2015.
Tabel 1.1
Pembiayaan Perbankan Syariah (miliar rupiah)
Akad 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Mudharabah 8.631 10.229 12.023 13.625 14.354 14.906
5
Musharakah 14.624 18.960 27.667 39.874 49.387 54.003
Murabahah 37.508 56.365 88.004 110.565 117.371 117.777
Sumber : Statistik Perbankan Syariah
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, menunjukkan bahwa pembiayaan
murabahah lebih besar daripada pembiayaan mudharabah dan musyarakah.
Pembiayaan mudharabah dan musyarakah tidak lebih dari setengah
pembiayaan murabahah, yaitu pada tahun 2010 pembiayaan murabahah
sebesar Rp.37,508 miliar, sedangkan pembiayaan mudharabah sebesar
Rp.8,631 miliar dan pembiayaan musyarakah sebesar Rp.14,624 miliar, dan
pada tahun 2015 jumlah pembiayaan murabahah meningkat menjadi
Rp.117,777 miliar, sedangkan pembiayaan mudharabah dan musyarakah
masing-masing sebesar Rp.14,906 miliar dan Rp.54.003 miliar.
Besarnya pembiayaan murabahah yang ada di bank syariah
dibandingkan dengan pembiayaan lainnya, tidak terlepas dari karakteristik
pembiayaan murabahah yang pasti dalam besaran angsuran dan margin yang
ditetapkan diawal perjanjian melahirkan persepsi bahwa penggunaan akad
murabahah dapat mengurangi tingkat risiko pembiayaan. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi tingkat pembiayaan murabahah pada bank
syariah, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi pembiayaan murabahah pada
bank syariah, yakni Financing to Deposit Ratio (FDR) atau rasio pembiayaan
terhadap dana pihak ketiga. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah
pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu
6
mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR
memberikan gambaran seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka
pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba
juga akan mengalami kenaikan.
Selain mempertimbangkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang
diberikan, bank syariah juga harus memperhatikan biaya operasional bank
yang akan memberikan pembiayaan kepada masyarakat, dengan mengukur
efisiensi dan efektivitas operasional pembiayaan yang diberikan. BOPO juga
merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko operasional. Resiko
operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan
keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan
kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang
ditawarkan.
Kegagalan pembayaran atau kredit macet (NPF) juga termasuk kedalam
faktor internal bank syariah, jika pembiayan yang disalurkan oleh bank
syariah macet akan menyebabkan keuntungan yang dihasilkan oleh bank
syariah menurun dan juga akan memperkecil pembiayaan murabahah. Dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 yang menjelaskan tentang
penerapan manajemen resiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia tersebut,
diharapkan pihak bank dapat menekan resiko yang timbul jenis-jenis
7
pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah. Dengan harapan dapat
menekan laju NPF yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan batas
maksimum sebesar 5%.
Pada faktor eksternal yang mempengaruhi bank syariah yaitu inflasi,
inflasi adalah naiknya harga-harga secara menyeluruh pada periode waktu
tertentu. Kenaikan harga secara terus-menerus atau inflasi
mengakibatkan daya beli masyarakat menurun kemudian menurunkan
nilai mata uang yang mengakibatkan masyarakat enggan manabung di bank.
Dengan menurunnya masyarakat menabung di bank, akan mengakibatkan
pada permodalan bank sehingga akan berdampak pada penyaluran dana yang
diberikan oleh bank.
Tabel 1.2 FDR, BOPO, NPF, Inflasi, dan Pembiayaan Murabahah
Tahun FDR
(%)
BOPO
(%)
NPF
(%)
Inflasi
(%)
Pembiayaan
Murabahah
2010 89,67 80,54 3,02 6,96 37,508
2011 88,94 78,41 2,52 3,79 56,365
2012 100,00 74,97 2,22 4,30 88,004
2013 100,32 78,21 2,62 8,38 110,565
2014 91,50 94,16 4,33 8,36 117,371
2015 96,52 94,22 4,73 7,26 117,777
(dalam miliar Rupiah) Sumber: data diolah, OJK dan Bank Indonesia
Pada tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa FDR, BOPO, NPF, dan
Inflasi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Sedangkan pembiayaan
murabahah terus meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan pembiayaan
murabahah meningkat sangat signifikan dari akhir tahun 2010 sampai dengan
pertengahan tahun 2015 sebesar Rp.117,777 miliar, peningkatan pembiayaan
8
murabahah dibarengi dengan peningkatan Financing to Deposit Ratio (FDR)
sebesar 96,52 persen. FDR yang tinggi menunjukkan semakin meningkat
fungsi intermediasi bank yang tercermin pada peningkatan pembiayaan
murabahah. Akan tetapi semakin tinggi nilai FDR beresiko meningkatkan
nilai NPF yang dapat dilihat pada tabel diatas pada tahun 2015 nilai NPF
sebesar 4,73 persen, hal ini mengakibatkan tingkat pengembalian atau
pembayaran pembiayaan murabahah terjadi kemacetan. Tingkat inflasi terjadi
penurunan pada tahun 2015 sebesar 7,26 persen dari tahun sebelumnya yakni
pada tahun 2014 sebesar 8,36 persen, naiknya inflasi dikarenakan kenaikan
harga bensin, naiknya bawang merah, kenaikan tarif kendaraan umum dan
masal, dan kenaikan gula pasir. Naiknya inflasi akan meningkatkan biaya
produksi sehingga harga barang/ jasa akan naik. Harga-harga barang/jasa naik
akan meningkatkan biaya operasional pada perbankan syariah. Hal ini dapat
dilihat dari kenaikan BOPO tahun 2015 sebesar 94,22 persen, berbeda pada
tahun sebelumnya yang hanya sebesar 94,16 persen. kenaikan biaya
operasional dan inflasi akan mempengaruhi penyaluran pembiayaan
murabahah, hal ini sesuai dengan teori Kenda (2013), menunjukkan bahwa
nilai FDR berpengaruh positif terhadap margin murabahah, semakin tinggi
rasio FDR menunjukkan semakin meningkat fungsi intermediasi bank dan
FDR yang tinggi beresiko diikuti dengan NPL yang tinggi. Nilai BOPO
mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan, yang berarti jika BOPO
meningkat maka akan meningkatkan beban bank kaltim syariah sehingga
menurunkan margin murabahah. Menurut penelitianSatya Kenda (2013),
9
menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan dan dominan
terhadap margin murabahah Bank Kaltim Syariah.
Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperlukan
suatu kajian yang lebih mendalam untuk mengetahui bagaimana pengaruh
pembiayaan murabahah terhadap faktor-faktor yang ada didalam maupun
diluar perbankan syariah. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian
dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul: “PENGARUH FDR, BOPO,
NPF, DAN INFLASI TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH
PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2010-2015”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah digunakan untuk membatasi arah penelitian
terhadap objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti akan
membatasi ruang lingkup objek yang sedang diteliti, pembatasan masalah
tersebut meliputi keadaaan FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi terhadap
Pembiayaan Murabahah dari januari 2010- Juni 2015.
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan masalah akan
dilakukan dalam perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap
pembiayaan murabahah perbankan syariah?
2. Bagaimana pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap pembiayaan murabahah perbankan syariah?
3. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
pembiayaan murabahah perbankan syariah.
10
4. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan murabahah perbankan
syariah?
5. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing
Financing (NPF), dan Inflasi terhadap pembiayaan murabahah perbankan
syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian
ini adalah:
a. Untuk menganalisi bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio
(FDR) terhadap pembiayaan murabahah perbankan syariah.
b. Untuk menganslisi bagaimana pengaruh Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap pembiayaan murabahah
perbankan syariah.
c. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Non Performing Financing
(NPF) terhadap pembiayaan murabahah perbankan syariah.
d. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan
murabahah perbankan syariah.
e. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio
(FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
Non Performing Financing (NPF), dan Inflasi terhadap pembiayaan
murabahah perbankan syariah.
11
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan
tentang pengaruh FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi terhadap pembiayaan
murabahah dan dapat dijadikan informasi mengenai keadaan lembaga
keuangan bank syariah.
b. Bagi Bank Syariah
Diharapkan dapat dijadikan informasi dalam pengambilan
keputusan serta dapat meningkatkan kinerja lembaga keuangan bank
syariah kedepannya.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
masyarakat mengenai pembiayaan yang ada di bank syariah sehingga
dapat menarik masyarakat yang tertarik pada jasa yang diberikan oleh
bank syariah.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah
1. Definisi Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam, yakni bank yang opersionalnya mengikuti
ketentuan syariah khususnya menyangkut tata cara muamalah secara
Islam. Menurut Dahlan Siamat (2004: 183) bank syariah adalah bank
yang menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam yaitu
mengacu pada Al-Qur’an dan Hadits.
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Menurut UU Perbankan Syariah Pasal 4 dan UUD Perbankan pasal
3 menyebutkan bahwa tujuan dari perbankan Indonesia yaitu menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Tujuan penyaluran dana oleh
perbankan syariah adalah menunjang pelaksanaan pembangunan,
13
meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan
rakyat (UU Perbankan Pasal 4).
Heri Sudarsono (2008:43) Bank Syariah mempunyai beberapa
tujuan diantaranya sebagai berikut:
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalah secara
Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan),
dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga
telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi
masyarakat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak
yang membutuhkan.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang usaha yang lebih besar terutamakelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya
kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah didalam mengentaskan kemiskinan
14
ini berupa pembinaan nasabah seperti: program pembinaan
pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program
pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan
program pengembangan usaha bersama.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas
perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi
yang diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha
yang tidak sehat antara lembaga keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
non-syariah.
Dalam UU Perbankan Syariah Pasal 1 angka 25, pembiayaan
adalah salah satu jenis kegiatan usaha bank syariah, maksudnya adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
(A.Wangsawidjaja, 2012 : 78)
1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musharakah;
2) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istisna;
4) Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qard;
5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
15
Dalam menjalankan fungsi dan tugas dari bank syariah, terdapat
risiko-risiko yang dapat terjadi dimana menurut Peraturan Bank
Indonesia No.13/25/PBI/2011 tentang penerapan manajemen resiko bagi
BUS dan UUS. Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu
peristiwa tertentu (Bambang, 2013; 30). Dalam PBI No. 13/23/PBI/2011
terdapat jenis-jenis risiko pada perbankan, yaitu : Resiko Kredit, Resiko
Pasar, Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Likuiditas, Risiko
Operasional, Risiko Strategis, dan Risiko Kepatuhan.
2. Landasan Perbankan Syariah
Landasan perbankan syariah adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits:
a. QS Al- Baqarah: 276
Allah berfirman :“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah”
b. Qs An-Nisa: 161
Allah berfirman: “dan karena menjalankan riba, padahal sungguh
mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta
orang dengan cara yang tidak sah (batil)...”
c. Qs Ar-Rum: 39
Allah berfirman: “dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan
agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam
pandangan Allah.”
16
d. Hadits
Riwayat Al-Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Nabi
saw bersabda: “tinggalkanlah tujuh hal yang membinasakan. Orang-
orang bertanya. Apa itu wahai Rosulullah saw? Beliau menjawab :
Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa orang yang diharamkan
Allah swt kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak
yatim, melarikan diri pada saat datangnya serangan musuh dan
menuduh wanita mukmin yang suci berzina.”
3. Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah
Menurut Dahlan Siamat (2004: 192) dalam menyalurkan dana
kepada nasabah, secara garis besar terdapat 3(tiga) kelompok pada bank
syariah, yaitu dengan prinsip bagi hasil (syirkah), prinsip jual beli (ba’i),
dan sewa beli.
a. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu,
dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian diantara pemilik
dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu
17
usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik
dan/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
b. Pembiayaan Dengan Prinsip Jual-Beli (al-Ba’i)
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan
nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan
margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan
nasabah.
2) Pembiayaan Salam
Pemiayaan Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih
dahulu.
3) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan Istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
c. Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa
1) Pembiayaan Ijarah
18
Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik
Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik adalah perjanjian sewa
menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan
kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada
pihak penyewa.
B. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Salah satu skim fiqih yang paling populer digunakan oleh perbankan
syariah adalah skim jual-beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim
dilakukan oleh Rasulullah Saw. Menurut Adiwarman Karim (2004:113)
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts, karena dalam murabahah ditentukan required rate of profit-nya
(keuntungan yang ingin diperoleh). Karena dalam definisinya disebut
adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik murabahah adalah si
penjual haruas memberi tahu si pembeli tentang harga pembelian barang
dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
tersebut.
19
Menurut Abdullah Saeed (2008: 158) Murabahah adalah kontrak
penjualan melibatkan hubungan antara debitur-kreditur, antara klien dan
bank masing-masing. Pembeli sepakat biaya barang ditambah mark-upn
(keuntungan) dalam angsuran, jumlah dan waktu jatuh tempo yang
dikhusukan pada perjanjian itu. Setelah bank dan klien masuk ke dalam
perjanjian penjualan ini, harga penjualan menjadi kewajiban hutang sisi
klien kepada bank. Hubungan klien dengan bank ini menjadi debitur –
kreditur.
Landasan syar’i pembiayaan murabahah didasarkan pada Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan bahwa:
“Allah swt telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
Selain itu, ada pula hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang
berbunyi sebagai berikut:
“Dari Shuaib Ar Rumi R.A. bahwa Rosulullah saw bersabda , Tiga
hal yang didalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli secara
tabgguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur tepung untuk
keperluam rumah.”
Pendapat para ulama dalam Adiwarman Karim (2004:114) :
a. Ulama mazhab Maliki, membolehkan biaya-biaya yang langsung
terkait dengan transaksi jual-beli itu dan biaya-biaya yang tidak
langsung terkait dengan transaksi tersebut, namun memberikan nilai
tambah pada barang itu.
20
b. Ulama mazhab Syafi’i, membolehkan membebankan biaya-biaya
yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual-beli kecuali
biaya tenaga kerjanya sendiri karena komponen ini termasuk dalam
keuntungannya. Begitu pula biaya-biaya yang tidak menambah nilai
barang tidak boleh dimasukkan sebagai komponen biaya.
c. Ulama mazhab Hanafi, membolehkan membebankan biaya-biaya
yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual-beli, namun
mereka tidak membolehkan biaya-biaya yang semestinya dikerjakan
oleh si penjual.
d. Ulama mazhab Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung
maupun tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual selama
biaya-biaya itu harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan akan
menambah nilai barang yang dijual.
Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa keempat mazhab
membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan kepada
pihak ketiga. Keempat mazhab sepakat tidak membolehkan pembiayaan
langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang memang semestinya
dilakukan penjual maupun biaya langsung berkaitan langsung dengan hal-
hal yang berguna.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan
pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat
21
mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang
dipesannya (bank dapat meminta uang muka pemebelian kepada nasabah).
Sedangkan dalam murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat,
pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.
Dalam murabahah juga diperkenalkan adanya perbedaan dalam harga
barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal
dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran
kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam
bentuk lump sum (sekaligus).
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan Murabahah
secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok.
1) Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan URIA (Unrestricted
Investment Account = investasi tidak terikat).
2) Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted
Investment Account = invetasi terikat).
3) Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan Modal Bank.
2. Rukun Murabahah
Bimb Institute of research and Training SDM 1998:8 (dalam
Firmansyah 2007:11) Adapun rukun jual-beli murabahah adalah:
a. Penjual (ba’i)
22
b. Pembeli (Musytari’)
c. Obyek atau barang yang diperjual-belikan (mabi’)
d. Harga (tsaman)
e. Akad Jual-beli (Ijab qobul)
3. Syarat-syarat Murabahah
Menurut Moh. Rifai 2002:61 (dalam Firmansyah 2007:12)
sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi ini adalah :
a. Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian. Misalnya, pembelian dilakukan secara hutang.
4. Teknis Pelaksanaan Murabahah
Berikut ini merupakan skema pembiayaan murabahah :
23
Gambar 2.1
Pembiayaan Murabahah
1. Negosiasi
& Persyaratan
3.Akad Jual Beli
6. Bayar
5.Terima
2.beli 4. Kirim barang
barang & dokumen
Sumber : Ikatan Bankir Indonesia , 2014: 62
Keterangan:
1. Nasabah mengajukan permohonan untuk membeli barang kepada
Bank. Bank memberikan persyaratan atas pengajuan nasabah, serta
dilakukan negosiasi harga.
2. Bank membeli barang dari supplier sesuai dengan spesifikasi yang
diminta oleh nasabah.
3. Bank dan nasabah melakukan akad jual beli atas barang yang
diminta oleh nasabah.
4. Supplier mengirim barang kepada nasabah.
5. Nasabah menerima barang dan dokumen lengkap.
6. Nasabah melakukan pembayaran kepada Bank secara angsur
(margin dan pokok).
Bank
Syariah
Nasabah
Supplier Penjual
24
C. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan
untk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah
pembiayaan yang diberikan oelhe bank terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).
Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) maka semakin tinggi dana
yang disalurkan ke Dana Pihak Ketiga (DPK). Dengan penyaluran Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang besar maka pendapatan bank akan meningkat.
Pendapatan bank yang meningkat akan meningkatkan modal bank, sehingga
penyaluran pembiayaan yang dilakukan bank akan meningkat khususnya
pembiayaan murabahah.
Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio Financing to
Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%. Jika rasio FDR suatu bank
berada pada angka dibawah 80%, maka dapat disimpulkan bahwa bank
tersebut hanya dapat menyalurkan dana sebesar dana yang berhasil dihimpun
oleh bank. karena fungsi utama bank adalah sebagai intermediasi (perantara)
antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.
Dengan rendahnya rasio FDR pada suatu bank maka dapat dikatakan bahwa
bank tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, begitu juga sebaliknya.
Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan semakin
riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah Financing to
25
Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam
menyalurkan pembiayaan.
Dalam istilah bank konvensional dinamakan Loan to Deposit Ratio
(LDR) adalah tingkat kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana
yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko
apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana
tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Secara lebih rinci LDR
dapat dijelaskan sebagai rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan
bank dengan dana yang diterima bank. Menurut Mulyono (1995) LDR
menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan), namun
pembiayaan (financing). Menurut Buyung (2006), rumus FDR untuk bank
syariah adalah sebagai berikut :
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin
tingginya kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan.
D. Biaya Operasional terhadap Pedapatan Operasional (BOPO)
26
BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang
mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur
membandingkan satu terhadap lainnya. Rasio biaya operasional adalah
perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio
biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.
Menurut Adi Nugroho (2005: 89) biaya operasional adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan bank dalam kegiatan operasionalnya terdiri dari biaya
tenaga kerja, biaya administrasi dan umum, biaya penyusutan, biaya
pencadangan penghapusan aktiva produktif, dan biaya lainnya yang terkait
dengan operasional bank syariah.
Operasional bank pada prinsipnya adalah mengumpulkan dana dan
menyalurkan pembiayaan, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk
mendukung operasionalnya baik langsung maupun tidak langsung dapat
digolongkan sebagai biaya operasional.
Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam
mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Dengan keuntungan
yang diperoleh aset bank menjadi besar, sehingga memberikan dampak pada
bank untuk menyalurkan pembiayaan.
Rumus BOPO adalah sebagai berikut:
27
BOPO juga merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko
operasional. Resiko operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi
penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional
bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-
produk yang ditawarkan.
Semakin rendah rasio BOPO semakin kecil biaya operasional,
rendahnya biaya operasional menyebabkan pendapatan bank mengalami
kenaikan. Kenaikan pendapatan bank tentu berpengaruh terhadap penyaluran
pembiayaan.
E. Non Performing Financing (NPF)
1. Pengertian Non Performing Financing (NPF)
Resiko Kredit adalah risiko kerugian yang terkait dengan
kemungkinan kegagalan pihak peminjaman dana memenuhi kewajibannya
atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya. Tingginya
risiko kredit tercermin dari posisi rasio pembiayaan bermasalah yang
sering dikenal sebagai Non Performing Financing (NPF). Menurut A.
Wangsawidjaja (2012), risiko pembiayaan bagi bank syariah timbul
apabila kualitas pembiayaan dari lancar menjadi kurang lancar (golongan
III), diragukan (golongan IV), dan macet (golongan V), atau dalam praktek
disebut pembiyaan bermasalah.
Non Performing Financing (NPF) dalam perbankan syariah adalah
jumlah kredit yang tergolong tidak lancar/macet yaitu dengan kualitas
28
kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
tentang kualitas aktiva produktif. Menurut Veithzal (2007:467)
pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya
belum mencapai atau memenuhi target yang diingunkan pihak bank
seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan
yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank;
pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan, dan
macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian.
Non Performing Financing dalam perbankan Syariah atau Non
Performing Loans dalam perbankan konvensional adalah jumlah kredit
yang tergolong tidak lancar/macet yaitu dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang
kualitas aktiva produktif. Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada
ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa
bunga maupun pengembalian pokok pinjaman.
Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat
menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat
dipengaruhi oleh kemampuan bank syariah dalam menjalankan proses
pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit,
termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan
tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun
indikasi gagal bayar.
29
Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari rasio
pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) dan pembentukan
cadangan (cash provision) semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang
dihadapi bank, karena akan mempengaruhi permodalan bank tersebut
karena dengan NPF yang tinggi akan membuat bank mempunyai
kewajiban untuk memenuhi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) yang terbentuk. Bila hal ini terus terjadi maka mungkin saja modal
bank tersebut akan tersedot untuk membayar PPAP, karena itulah bank
menginginkan NPF yang rendah, nilai NPF yang rendah akan
meningkatkan nilai profitabilitas bank syariah. (Nur Kurnaliyah 2011:32)
Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal
5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan
bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh.
Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, skor nilai NPF ditentukan
sebagai berikut:
a. Lebih dari 8%, skor nilai = 0
b. Antara 5%-8%, skor nilai = 80
c. Antara 3%-5%, skor nilai = 90
d. Kurang dari 3%, skor nilai = 100
Bila resiko pembiayaan meningkat, margin/bunga kredit akan
meningkat pula. Sementara itu, dalam ekonomi Islam sektor perbankan
tidak mengenal instrumen bunga, sistem keuangan Islam menerapkan
30
sistem pembagian keuntungan dan kerugian, bukan kepada tingkat bunga
yang telah menetapkan tingkat keuntungan di muka.
1) Non Performing Financing Gross (Penyedia Dana Bermasalah)
Non Performing Gross (NPF Gross) adalah perbandingan antara
jumlah pembiayaan yang diberikan dengan tingkat kolektabilitas 3
sampai dengan 5 dibandingkan dengan total pembiayaan yang
diberikan oleh bank. Terdapat 5 kategori tingkat kolektabilitas
pembiayaan yaitu: lancar (current), dalam perhatian khusus (special
mention), kurang lancar (sub-standar), diragukan (doubtful), dan
macet (loss). Septiana Ambarwati, (2008:65)
Berikut ini adalah rumusnya:
NPF Gross =
Keterangan:
a) Penyediaan/penyaluran dana berupa piutang dan ijarah.
b) Pembiayaan merupakan pembiyaan yang diberikan kepada pihak
ketiga (tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain).
c) Penyediaan dan bermasalah adalah penyediaan dana dengan
kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
d) Penyediaan dana bermasalah dihitung secara gross tdak dikurangi
PPAP.
e) Angka dihitung perposisi (tidak disetahunkan).
31
2) Non Performing Financing Net (Penyediaan Dana Bermasalah)
NPF Gross =
Keterangan : PPAP adalah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
sesuai ketentuan tentang PPAP yang berlaku bagi bank
syariah.
Pembiayaan dapat bertujuan untuk kegiatan konsumtif dan
produktif, Muhammad Syafi’i Antonio (2001) membagi pembiayaan
produktif menjadi dua yaitu:
a) Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu
jumlah produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan
kualitas atau mutu hasil produksi; dan (b) untuk keperluan
perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
b) Pembiayaan Modal Investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang
erat kaitannya dengan itu.
F. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar
atau kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut
mengacu pada gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan
32
jumlah uang beredar yang diduga telah menyebabkan adanya kenaikan
harga-harga. Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang dapat
sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Namun pada
dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal
karena akan meningkatkan biaya produksi (Case dan Fair, 2007: 212).
Menurut Sukirno (2004: 333) Inflasi yaitu kenaikan dalam harga
barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar
dibandingkan dengan penawaran barang dipasar. Untuk mengukur tingkat
inflasi, indeks harga yang digunakan adalah indeks harga konsumen.
Indeks harga konsumen adalah indeks harga dan barang–barang yang
selalu digunakan para konsumen.
2. Teori Inflasi
a. Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,
tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan
oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga
dikenal sebagai model kaum moneteris (moneterist model). Teori ini
menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan
(ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya
inflasi.
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:
33
1) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang
beredar, baik uang kartal maupun giral.
2) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan
harag di masa mendatang.
b. Keynesian Model
Dasar pemikiran model inflasi dari keynes ini, bahwa inflasi
terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan
ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat
terhadap barang-barang (permintaan agregat), akibatnya akan terjadi
inflation gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (pernawaran
agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi
tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan (permintaan
agregat). Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist,
Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan
fenomena inflasi dalam jangka pendek.
c. Mark-up Model
Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua
komponen, yaitu cost od production dan profit margin. Relasi antara
perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Price = Cost + Profit Margin
34
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan
sebagai suatu presentase tertentu dari jumlah cost of production, maka
rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi:
Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-
komponen yang menyusun cost of production dan atau kenaikan pada
profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual
komoditi di pasar.
d. Teori Struktural : Model Inflasi di Negara Berkembang
Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang,
menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena
moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push
inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara
berkembang pada umumunya yang masih bercorak agraris. Sehingga,
goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, mislanya gagal
panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat,
bencana alam dan sebagainya) atau hal-hal yang memiliki kaitan
dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade;
utang luar negeri dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi
harga di pasar domestik. Fenomena strukturalyang disebabkan oleh
kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian di negara
berkembang, sering disebut dengan structural bottleneck.
Price = Cost + ( a% xCost )
35
3. Jenis Inflasi
Inflasi dapat digolongkan menurut sifatnya, menurut sebabnya, parah
dan tidaknya inflasi tersebut dan menurut asal terjadinya.
a. Menurut Sifatnya
Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga kategori, yaitu :
1) Inflasi merayap
Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil
dan dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10% per tahun)
2) Inflasi Menengah
Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan
dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.
3) Inflasi Tinggi
Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat
tidak lagi berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan
tajam sehingga ingin ditukar dengan barang. Perputaran uang
semakin cepat, sehingga harga naik secara akselerasi.
b. Menurut Sebabnya
1) Demand Pull Inflation
Demand pull inflation adalah inflasi yang timbul akibat dari
kenaikan permintaan masyarakat.
36
2) Cost Push Inflastion
Cost push inflation adalah inflasi yang timbul akibat biaya produksi
barang dan jasa.
c. Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi Tersebut
1) Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun).
2) Inflasi sedang (antara 10-30% per tahun).Inflasi Berat (antara 30-
100% per tahun).
3) Hiperinflasi (diatas 100% per tahun).
d. Menurut Asalnya
1) Inflasi Domestik
Inflasi domestik adalah inflasi yang terjadi akibat adanya defisit
dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran
belanja negara (APBN).
2) Inflasi diImpor
Inflasi diimpor adalah inflasi yang berasal dari luar negeri yang
timbul karena negara-negara yang menjadi mitra dagang negara
tertentu mengalami inflasi yang tinggi. Kenaikan harga-harga di luar
negeri yang menjadi mitra dagang utama secara langsung ataupun
tidak langsung akan menaikkan biaya produksi dalam negeri.
37
4. Dampak Inflasi
Adiwarman Karim (2008:138) menurut para ekonomi Islam, inflasi
berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena :
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka dan fungsi
dari unit perhitungan.
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (Menurunnya Marginal Propensity to Save).
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-
primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to
Consume).
d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah
produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan, transportasi dan
lainnya.
G. Keterkaitan Antar Variabel
Dalam perbankan syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil (profit
sharing) antara pihak bank dengan nasabah dan keuntungan (margin) yang
ditetapkan oleh perbankan syariah adalah tetap, berbeda dengan bank
konvensional yang menganut prinsip bunga (riba). Pembiayaan yang
38
diberikan oleh bank syariah kepada nasabahnya dapat memberikan
profitablitas pada bank. Namun, profitabilitas bank dapat dipengaruhi
beberapa faktor. Faktor tersebut bisa berasal dari faktor internal dan dari
faktor eksternal. Faktor internal dalam perbankan syariah, yakni Non
Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Faktor eksternal bank
yang dapat mempengaruhi profitabilitas bank, yakni Inflasi.
1. Hubungan Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Pembiayaan
Murabahah
Salah satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan
analisis adalah rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR), akan
tetapi dalam bank syariah lebih dikenal dengan istilah Financing to
Deposit Ratio (FDR).
Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat diartikan sebagai
perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan dana yang
diterima bank. Rasio FDR digunakan sebagai indikator pembiayaan yang
disalurkan bank syariah. Semakin tinggi rasio FDR maka pembiayaan
yang disalurkan juga semakin meningkat, begitu juga sebaliknya. Dalam
penelitian prastanto (2013) dan Ahmad dan Maswar (2015), dijelaskan
bahwa FDR berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah.
39
2. Hubungan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) dengan Pembiayaan Murabahah
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
merupakan besaran rasio dalam perbankan yang digunakan untuk
mengukur dan melihat tingkat efisiensi perbankan, semakin besar rasio
BOPO maka bank semakin tidak efisien. Biaya operasional yang tinggi
tentu akan menyebabkan masalah bagi perbankan syariah. Semakin tinggi
rasio BOPO maka, semakin rendah penyaluran pembiayaan yang
disalurkan bank syariah, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian terdapat
hubungan yang negatif antara rasio BOPO dengan pembiayaan, salah satu
pembiayaan dalam perbankan syariah adalah pembiayaan murabahah.
Dalam penelitian Haidar (2014), menunujukkan bahwa biaya
operasional dan tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan
terhadap margin murabahah pada PT.Bank Mega Syariah Indonesia.
3. Hubungan Non Performing Financing (NPF) dengan Pembiayaan
Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati
oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural
uncertainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa
required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh) (Adiwarman
A. Karim, 2006).
40
Dalam pembiayaan murabahah, bank bertugas sebagai perantara
dengan produsen sehingga bank memiliki resiko yang lebih kecil dalam
menanggung kerugian. Dalam penelitian Lifstin dan Rohmatika (2013),
dijelaskan bahwa NPF mempunyai pengaruh negatif terhadap pembiayaan
murabahah pada Bank Umum Syariah. Pembiayaan yang tinggi akan
menyebabkan adanya resiko pembiayaan bermasalah yang tercermin
dalam rasio NPF maka bank semakin berhati-hati dalam memberikan
pembiayaan karena takut mengalami kerugian sehingga menyebabkan
dana bank mengendap terlalu banyak.
4. Hubungan Inflasi dengan Pembiayaan Murabahah
Inflasi adalah kenaikan harga secara terus-menerus dalam jangka
waktu tertentu. Menurut Sukirno (2004: 333) Inflasi yaitu kenaikan dalam
harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih
besar dibandingkan dengan penawaran barang dipasar. Inflasi dapat
memberikan dampak pada stabilitas ekonomi dengan memunculkan
spekulasi dari masyarakat.
Selain itu, inflasi dapat menyebabkan para nasabah enggan untuk
menabung, hal itu dikarenakan nilai mata uang yang semakin menurun.
Sehingga fungsi bank sebagai lembaga Intermediari (penghimpun dana)
akan menurun dan orang akan lebih menyalurkan dananya ke dalam
bentuk investasi non produktif, seperti tanah, logam mulia, mata uang
asing dengan mengorbankan investasi kearah pertanian, dan lainya. Dalam
kondisi tersebut akan mempengruhi bank dalam menyalurkan pembiayaan.
41
Dalam penelitian Supandi, Rio, dan Mahdalena (2015), dijelaskan bahwa
inflasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap permintaan
pembiayaan murabahah pada bank syariah Indonesia.
H. Penelitian Terdahulu
1. Mustika Rimadhani dan Osni Erza (2011)
Penelitian dengan judul “Analisis Variabel-variabel yang
mempengaruhi Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri
Periode 2008.01-2011.12”. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Pembiayaan Murabahah, Dana Pihak Ketiga (DPK),
Margin Keuntungan, Modal, dan Non Performing Ratio (NPF).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menggunakan
model regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan Dana Pihak Ketiga berpengaruh
signifikan dan mempunyai hubungan positif, Margin Keuntungan
tidak signifikan dan tidak terdapat pengaruh, NPF berpengaruh
signifikan, FDR tidak signifikan terhadap pembiayaan murabahah
pada Bank Syariah Mandiri.
2. Lifstin Wardiantika dan Rohmawati Kusumaningtias (2013)
Penelitian dengan judul “Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan SWBI
Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah Tahun
2008-2012”. Variabel dalam penelitian ini adalah Pembiayaan
42
Murabahah, Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing ratio (NPF), dan sertifikat wadiah bank
Indonesia (SWBI). Motode yang digunakan dalam penelitian ini,
yakni dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, jenis penelitian
yang digunakan adalah hubungan kausal. Teknik analisis data
menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa DPK mempunyai
pengaruh positif, CAR tidak berpengaruh, NPF mempunyai pengaruh
negatif, dan SWBI tidak berpengaruh dan memilik hubungan negatif
terhadap pembiayaan murabahah pad Bank Umum Syariah.
3. Ahmad Samhan Yanis dan Maswar Patuh Priyadi (2015)
Penelitian dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi
Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Di Indonesia”. Variabel
dalam penelitan ini adalah Pembiayaan Murabahah, Debt to Equity
Ratio (DER), Third-Party Funds (DPK), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Current Rtaio (CR), dan Return On Assets (ROA). Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap
pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Linier Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara simultan DER,
DPK, FDR, CR, dan ROA berpengaruh terhadap pembiayaan
murabahah. Dan secara parsial DER, DPK, FDR, CR, dan ROA
43
berpengaruh signifikan dan positif terhadap pembiayaan murabahah
pada perbankan syariah di Indonesia.
4. Kenda Satya (2013)
Judul penelitian ini “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penetapan Margin Murabahah Pembiayaan Konsumtif di Bank Kaltim
Syariah”. Variabel penelitian ini adalah Margin Murabahah, FDR,
BOPO, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga. Penelitian ini menggunakan
Regresi Linier berganda.
Hasil penelitian menjelaskan, Variabel FDR, BOPO, Inflasi, dan
Tingkat Suku Bunga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
margin murabahah. Variabel yang paling dominan dalam penelitian
ini adalah inflasi karena beta inflasi lebih besar dari pada nilai beta
FDR, BOPO, dan tingkat suku bunga. Hal ini karena peningkatan
inflasi akan meningkatkan biaya produksi sehingga harga barang/jasa
akan menjadi mahal dan akan berdampak terhadap menurunnya daya
beli masyarakat sehingga menurunkan permintaan pembiayaan
murabahah dan penurunan permintaan pembiayaan murabahah akan
menurunkan margin murabahah.
5. Salma Fathiya Ma’arifa dan Iwan Budiyono(2015)
Judul penelitian ini “Analisis Pengaruh Dana Pihaka Ketiga,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah, BI Rate, dan Inflasi Terhadap
Pembiayaan Murabahah Perbanakan Syariah di Indonesia Periode
44
2006-2014”. Dalam penelitian ini menggunakan data skunder dengan
model Analisis Linier Berganda. Variabel dalam penelitian adalah
Pembiayaan Murabahah, DPK, SBIS, BI Rate, dan Inflasi.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tingkat DPK dan Inflasi
berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan Bi Rate dan SBIS
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah
perbankan Syariah di Indonesia periode 2006-2014.
6. Mahmoud Khalid Almsafir dan Ayman Abdalmajeed Alsmadi (2013)
Penelitian ini berjudul “Murabahah versus Interest Rate, The
Equilibrium Relationship With Macroecomic variables in Jordanian
Economy: An ARDL Approach”. Hasil dari penelitian ini,
menunjukkan bahwa pengaruh variabel ekonomi makro pada
pembiayaan murabahah diterima dibandingkan dengan dampaknya
terhadap suku bunga dan pembiayaan murabahah dapat membuat
keseimbangan ekonomi lebih cepat dibandingkan tigkat suku bunga.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Penulis dan
tahun
Judul Variabel Metodologi Hasil
1. Mustika
Ramadhani
dan Osni
Erza (2011)
Analisis
Variabel-
Variabel yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Dependen:
Pembiayaan
Murabahah
Independen:
Regresi
Linier
Berganda
DPK, Margin
Keuntungan, NPF, FDR
berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan
Murabahah
45
Murabahah pada
Bank Syariah
Mandiri Periode
2008.01-
2011.12
DPK
Margin
Keuntungan
NPF
FDR
2. Lifstin
Wardiantika
dan
Rohmawati
Kusumanin
gtias (2014)
Pengaruh DPK,
CAR, NPF, dan
SWBI Terhadap
Pembiayaan
Murabahah pada
Bank Umum
Syariah Tahun
2008-2012
Dependen:
Pembiayaan
Murabahah
Independen:
DPK
CAR
NPF
SWBI
Regresi
Linier
Berganda
DPK(berpengaruh
positif), CAR (tidak
berpengaruh dan negatif),
NPF (berpengaruh
Negatif), dan SWBI
(tidak berpengaruh dan
negatif) terhadap
pembiayaan murabahah
di bank umum syariah
3. Ahmad
Samhan
Yanis dan
Maswar
Patuh
Priyadi
(2015)
Faktor yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Murabahah pada
Bank Syariah di
Indonesia
Dependen:
Pembiayaan
Murabahah
Independen:
DER
DPK
CR
ROA
Regresi
Linier
Berganda
Variabel DER, DPK,
FDR, CR, dan ROA
berpengaruh signifikan
dan positif terhadap
pembiayaan murabahah
pada bank Syariah, dan
secara simultan DER,
DPK, FDR, CR, dan
ROA secara bersama-
sama berpengaruh
terhadap pembiayaan
murabahah pada
perbankan Syariah
4. Kenda Faktor-faktor Dependen: Regresi Variabel FDR,
46
Satya yang
mempengaruhi
penetapan
margin
murabahah
pembiayaan
konsumtif di
Bank Kaltim
Syariah
Margin
Murabahah
Independen:
FDR
BOPO
Inflasi
Bi Rate
Linier
Berganda
BOPO, Inflasi, dan
Tingkat Suku Bunga
secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap margin
murabahah. Variabel
yang paling dominan
dalam penelitian ini
adalah inflasi karena beta
inflasi lebih besar dari
pada nilai beta FDR,
BOPO, dan tingkat suku
bunga. Hal ini karena
peningkatan inflasi akan
meningkatkan biaya
produksi sehingga harga
barang/jasa akan menjadi
mahal dan akan
berdampak terhadap
menurunnya daya beli
masyarakat sehingga
menurunkan permintaan
pembiayaan murabahah
dan penurunan
permintaan pembiayaan
murabahah akan
menurunkan margin
murabahah
5. Salma
Fathiya
Ma’arifa dan
Analisis
Pengaruh Dana
Pihaka Ketiga,
Dependen:
Pembiayaan
Regresi
Linier
Berganda
tingkat DPK dan Inflasi
berpengaruh positif dan
signifikan, sedangkan Bi
47
Iwan
Budiyono
(2015)
Sertifikat Bank
Indonesia
Syariah, BI
Rate, dan Inflasi
Terhadap
Pembiayaan
Murabahah
Perbanakan
Syariah di
Indonesia
Periode 2006-
2014
Murabahah
Independen:
DPK
SBIS
Bi Rate
Inflasi
Rate dan SBIS
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
pembiayaan murabahah
perbankan Syariah di
Indonesia periode 2006-
2014
6. Mahmoud
Khalid
Almsafir
dan Ayman
Abdalmajee
d Alsmadi
(2013)
Murabahah
versus Interest
Rate, The
Equilibrium
Relationship
With
Macroecomic
variables in
Jordanian
Economy: An
ARDL
Approach
Dependen:
Pembiayaan
Murabahah
Independen:
Tingkat Suku
Bunga
Inflasi
Tingkat
Pengangguran
Nilai Tukar
dan PDB
Pendekatan
ARDL
pengaruh variabel
ekonomi makro pada
pembiayaan murabahah
diterima dibandingkan
dengan dampaknya
terhadap suku bunga dan
pembiayaan murabahah
dapat membuat
kesimbangan ekonomi
lebih cepat dibandingkan
tigkat suku bunga
48
I. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menganlisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan murabahah Bank Syariah di Indonesia. Salah satu
fungsi perbankan syariah adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada
masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah ke masyarakat ke
dalam bentuk pembiayaan. Dalam pembiayaan yang dilakukan bank syariah
banyak bentuknya, salah satunya pembiayaan murabahah. Pembiayaan
murabahah di bank syariah paling sering digunakan oleh nasabah dan bank
syariah dikarenakan sedikit sekali mengandung resiko. Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah yang dapat
mengurangi aset bank syariah sehingga bank syariah lebih berhati-hati dalam
menyalurkan pembiayaan murabahah ke masyarakat.
Dalam penelitian Prastanto (2013) dan Ahmad Samhan Yanis dan
Maswar Patuh Priyadi (2015), pembiayaan murabahah berpengaruh positif
signifikan terhadap FDR perbankan syariah, karena nilai rasio FDR
menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio FDR
mencerminkan semakin tingginya jumlah pembiayaan murabahah suatu bank.
Sedangkan tingkat prosentase pembiayaan bermasalah (NPF) terhadap
pembiayaan murabahah berpengaruh negatif signifikan, semakin tinggi nilai
NPF akan menyebabkan pembiayaan menjadi turun. Begitu juga penelitian
Lifstin dan Kusumaningtias (2013), menunjukkan bahwa NPF berpengaruh
49
negatif terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah. Dalam
penelitian Kenda (2013), menunjukkan bahwa nilai FDR berpengaruh positif
terhadap margin murabahah, semakin tinggi rasio FDR menunjukkan semakin
meningkat fungsi intermediasi bank dan FDR yang tinggi beresiko diikuti
dengan NPL yang tinggi. Nilai BOPO mempunyai pengaruh negatif, yang
berarti jika BOPO meningkat maka akan meningkatkan beban bank kaltim
syariah sehingga menurunkan margin murabahah dan inflasi berpengaruh
negatif signifikan dan dominan terhadap margin murabahah.
Berikut kerangka berpikir yang dapat dibuat dari teori-teori dan
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengaruh NPF, FDR, BOPO,
dan Inflasi terhadap Pembiayaan Murabahah perbankan syariah yang
dijelaskan secara parsial maupun simultan:
50
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Pengaruh FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi Terhadap
Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah
Tahun 2010-2015
FDR (XI)
BOPO (X2)
NPF (X3)
Pembiayaan
Murabahah
Uji Asumsi Klasik:
1. Normalitas
2. Multikolinieritas
3. Heterokedastisitas
4. Autokorelasi
Analisis
Kesimpulan
Inflasi (X4)
Uji Regresi Berganda
Uji Statistik:
1. Uji t
2. Uji F
3. Uji Koefisien Determinasi
51
J. Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2009:96) merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban
yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang
telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel FDR terhadap
pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel FDR terhadap
pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.
2. H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel BOPO
terhadap pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.
H1:Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel BOPO terhadap
pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.
3. H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel NPF terhadap
pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel NPF terhadap
pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.
52
4. H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Inflasi
terhadap pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Inflasi terhadap
pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.
5. H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pembiayaan
FDR, BOPO, NPF dan Inflasi terhadap pembiayaan murabahah Perbankan
Syariah secara simultan.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pembiayaan FDR,
BOPO, NPF dan Inflasi terhadap pembiayaan murabahah Perbankan
Syariah secara simultan.
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan data
runtun waktu (time series) yaitu : NPF, FDR, BOPO, Inflasi, dan Pembiayaan
Murabahah mulai Januari tahun 2010 sampai dengan juni tahun 2015.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian Analisi Regresi Linear
Berganda.
Pada tahap awal penelitian ini penulis mempelajari teori-teori yang
berhubungan dengan NPF, FDR, BOPO, Inflasi, dan Pembiayaan
Murabahah. Kemudian menganalisis perbandingan antar variabel dari teori-
teori tersebut dengan permasalahan yang ada saat ini. Kemudian tahap
selanjutnya pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari Perbankan
Syariah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan. Setelah data diperoleh
maka selanjutnya tahap pengujian dengan menggunakan uji ekonometrika.
B. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id) dan Otoritas
Jasa Keuangan (www.ojk.go.id). Sedangkan metode yang digunakan dalam
pengumpulan data untuk penelitian adalah sebagai berikut :
54
1. Library Research
Data yang diperoleh melalui berbagai sumber literatur seperti buku,
jurnal, koran, internet dan sebagainya yang berhubungan dengan
penelitian untuk mendapatkan data yang valid.
2. Internet Reasearch
Kemajuan teknologi dapat memberikan kemudahan bagi penelitian
dalam mengumpulkan data. Data dapat diperoleh melalui situs-situs
resmi terkait penelitian dimana data lebih up to date dibanding berbagai
literatur yang ada.
C. Teknik Analisis
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu dengan
menggunakan regresi berganda dengan menggunakan software Eviews 8
setelah semua data-data ini terkumpul maka selanjutnya data-data tersebut
dianalisis yaitu dengan uji asumsi klasik dan uji statistik.
1. Regresi Linier Berganda
Alat analisa yang dipakai untuk mengetahui pengaruh variabel
NPF, FDR, BOPO, Inflasi, dan Pembiayaan Murabahah adalah dengan
menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi pada dasarnya
adalah studi ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau
lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk
mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata
55
variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui
(Gujarati,2003).
Teknik estimasi variabel dependen yang digunakan adalah
Ordinary Least Square (OLS) yaitu mengestimasi garis regresi dengan
jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi
terhadap garis tersebut (Imam Ghozali, 2005). Data runtut waktu
dikatakan terintegrasi pada orde d atau dinotasikan I (d) jika runtut waktu
tersebut dapat di-differencing sebanyak d kali dan hasil differencing
adalah stasioner (Gujarati, 2003). Dengan kata lain derajat integrasi
adalah dimana pada derajat tersebut data runtut waktu bersifat stasioner.
Tujuan derajat integrasi adalah untuk melihat apakah runtut waktu
terintegrasi atau tidak.
Model persamaan secara umum yang akan diestimasi pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
DMurabahah = β0 + β1 DFDR + β2 BOPO + β3 DNPF + β4 INF + et
Dimana:
Murabahah : Pembiayaan Murabahah
FDR : Financing to Deposit Ratio
BOPO : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
NPF : Non Performing Financing
INF : Inflasi
56
β0..., βn : koefisien regresi (kosntanta)
et : error term
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dan nilai statistik t, nilai statistik F dan koefisien determinasinya.
Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0
ditolak).Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya
beradadalam daerah di mana H0 diterima.
2. Pengujian Model dengan Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa
autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas tidak terdapat
dalam penelitian ini atau data yang dihasilkan berdistribusi normal
(Ghozali, 2001). Pengujian Model asumsi klasik terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel dependen dan variabel independen maupun keduanya
berdistribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah yang
memiliki distribusi data yang normal.
Untuk menguji, apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak dapat
diketahui dengan membandingkan nilai Jarque-Bera dengan nilai Chi-
57
tabel. Jika nilai Jarque Bera < dari nilai Chi tabel, data dalam
penelitian berdistribusi normal. (Winarno, 2007:5.37).
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Data tidak berdistribusi normal
H1 : Data berdistribusi normal
Jika nilai probabilitas uji Jarque-Bera memiliki nilai lebih dari
0.05 maka dapat dikatakan bahwa data telah terdistribusi normal.
Maka artinya kita menerima H1 dan menolak H0.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
bebas. Menurut Ajija R. dkk (2011:35), ada atau tidaknya
multikolinieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi
masing-masing variable bebas. Jika koefisien korelasi di antara
masing-masing variable bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi
multikolinieritas.
Indikasi multikolinearitas ditunjukkan dengan beberapa
informasi antara lain:
1) Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang tidak
signifikan.
58
2) Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen.
Apabila korelasi antar variebel independen diatas 0,85 atau 85 %
maka mengandung multikolinearitas.
3) Dengan menggunakan regresi auxiliary. Regresi jenis ini dapat
digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel
independen atau lebih yang secara bersama- sama mempengaruhi
satu variabel independen lainnya.
Ada beberapa cara menghilangkan masalah multikolinearitas.
Antara lain dengan : (Winarno, 2011: 5.8)
1) Biarkan saja model mengandung multikolinearitas, karena
estimatornya masih bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak terpengaruh
oleh ada tidaknya korelasi antar varibel independen.
2) Tambahkan datanya bila memungkinkan, karena masalah
multikolinearitas muncul karena jumlah observasinya sedikit.
3) Hilangkan salah satu variabel independen, terutama yang
memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain.
4) Transformasikan salah satu variabel, termasuk misalnya dengan
melakukan diferensi.
c. Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasitas merupakan fenomena terjadinya perbedaan
varian antar seri data. Heteroskedasitas muncul apabila nilai varian
dari variabel tak bebas (Y) meningkat sebagai meningkatnya varian
59
dari variabel bebas (X), maka varian dari Y adalah tidak sama. Gejala
heteroskedasitas lebih sering dalam data cross section dari pada time
series. Selain itu juga sering muncul dalam analisis yang
menggunakan data rata-rata. Untuk mendektesi keberadaan
heteroskedasitas digunakan metode uji White, dimana apabila nilai
probabilitas (p value) observasi R2 lebih besar dibandingkan tingkat
resiko kesalahan yang diambil (digunakan α = 5 %), maka residual
digolongkan homoskedasitas.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
ada tidaknya masalah heterokedastisitas. Beberapa metode tersebut
adalah:
1) Metode grafik.
2) Uji Park.
3) Uji Glejser.
4) Uji Korelasi Spearman.
5) Uji Goldfield-Quandt.
6) Uji Bruesch-Pagan-Godfrey.
7) Uji White.
Dalam penelitian ini saya menggunakan Uji White. Untuk
menghilangkan heterokedastisitas, ada beberapa alternatif yang dapat
dilakukan. Namun alternatif tersebut sangat tergantung pada
ketersediaan informasi tentang varian dan residual. Jika varian dan
residual diketahui, maka heterokedastis dapat diatasi dengan metode
60
WLS. Seandainya varian tidak diketahui, kita harus mengetahui pola
varian residual terlebih dahulu sebelum dapat mengatasi masalah
heterokedastisitas. Langkah-langkah tersebut adalah: (Winarno:2011)
1. Metode WLS (Weighted Least Square).
2. Metode Glejser.
3. Metode Transformasi.
d. Uji Autokorelasi
Dalam mendeteksi adanya gejala autokorelasi dalam penelitian
ini, digunakan pengujian Durbin-Watson. Uji Durbin-Watson
merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada
tidaknya autokorelasi (Winarno, 2009;5.27). Autokorelasi menurut
Winarno (2011) dapat berbentuk aukorelasi positif dan autokorelasi
negatif. Mengidentifikasi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan
melakukan dua cara, yaitu:
1. Uji Durbin-Watson
2. Uji Breusch-Godfre
Dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi pada pengujian
Durbin-Watson, dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3.1 Uji Autokorelasi melalui Uji Durbin-Watson
Tolak H0,
berarti ada
Autokorelasi
positif
Tidak dapat
diputuskan
Terima H0,
berarti tidak ada
autokorelasi
Tidak
dapat
diputusk
an
Tolak H0,
berarti ada
Auotokorelas
i negatif
0 dL du 2 4-du 4-dL 4
1,10 1,54 2,46 2,90
61
Apabila D-W berada di antara 1,54 hingga 2,46 maka model
tersebut tidak terdapat autokorelasi. Sebaliknya, jika D-W tidak
berada di antara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut terdapat
autokorelasi (Winarno:2011).
Ariefianto (2012) juga menjelaskan jika pada model regresi
yang diperoleh ternyata terdeteksi adanya autokorelasi, maka
dilakukan prosedur koreksi. Prosedur koreksi dilakukan berdasarkan
kasus yang relevan (bentuk dan asumsi autokorelasi) yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Autokorelasi yang disebabkan oleh fenomena cobweb. Jika kita
yakin bahwa autokorelasi disebabkan karena adanya mekanisme
cobweb (lagged response) maka prosedur koreksi dapat dilakukan
dengan menambahkan term lag variabel terikat (yt-1) pada model
regresi awal.
2. Autokorelasi berbentuk AR(1) dan ρ diketahui. Jika kita dapat
memperoleh estimasi tidak bias atas koefisien autokorelasi, maka
prosedur koreksi yang dilakukan adalah suatu varian dari GLS.
Teknik koreksi seperti ini dikenal sebagai prosedur Cochrane-
Orcutt. Eviews telah membuat buildt in routine melaksanakan
teknik koreksi ini. Prosedur yang dilakukan sangat sederhana
dengan hanya menambahkan ar(t) dibelakang syntax regresi (Startz
dalam Ariefianto, 2012), di mana t adalah derajat autoregresi yang
diduga terjadi (terdeteksi).
62
3. Serial Correlation Robust Standard Error. Seperti yang telah
diuraikan dia atas dampak adanya autokorelasi adalah standar error
parameter menjadi bias. Dengan demikian salah satu cara untuk
mengoreksi kondisi ini adalah dengan membuat formulasi standar
error parameter yang tidak bias (disebut dengan serial correlation
robust standard error). Pada eviews prosedur koreksi standar error
Newey-West (1987) telah menjadi suatu rutinitas yang dapat
diakses pada sub menu option pada window estimasi.
Ada beberapa cara untuk menghilangkan masalah autokorelasi
antara lain dengan: (Winarno:2011)
1. Bila struktur autokorelasi diketahui dapat diatasi dengan
melakukan transformasi terhadap persamaan.
2. Bila struktur autokorelasi tidak diketahui. Maka dengan cara
metode diferensiasi tingkat pertama, metode OLS, dan metode
Cochrane-Orcutt.
3. Uji Statistik
Selain Uji Asumsi Klasik, juga dilakukan uji statistik yang
dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai
aktualnya. Pengujian statistik melibatkan ukuran kesesuaian model yang
digunakan (goodness of fit) dan uji signifikansi, baik pengujian secara
parsial (uji t) maupun pengujian secara simultan (uji F). Secara spesifik,
dapat dijelaskan sebagai berikut :
63
a. Koefisien Determinasi
Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien
determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar persentase variasi
variabel independen dapat menjelaskan variasi variabel dependennya
(goodness of fit test). Nilai R2
dapat diperoleh dengan formula sebagai
berikut:
R2 = Nilai berkisar antara nol dan satu (0< R
2 <1). Nilai R
2 yang
kecil atau mendekati nol berarti kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Sebaliknya, jika nilai R2 mendekati satu berarti variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Gujarati, 2009:19).
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikan
5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
Adapun hipotesis dalam uji model ini adalah:
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen
secara simultan terhadap variabel dependen.
H1 = ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara
64
simultan terhadap variabel dependen.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat (Ghozali, 2011:98).
Adapun hipotesis dalam uji model ini adalah:
H0= tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen.
H1 = ada pengaruh signifikan dari variabel independen secarasimultan
terhadap variabel dependen.
Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
65
D. Operasional Variabel
Variabel dependen (variabel terikat) yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah. Sedangkan variabel-
variabel independen (variabel bebas) yang digunakan adalah Financing to
Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO), NonPerforming Financing (NPF), dan Inflasi.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pembiayaan
Murabahah. Pembiayaan adalah kontrak penjualan melibatkan hubungan
antara debitur-kreditur, antara klien dan bank masing-masing(Abdullah
Saeed:2008). Pembeli sepakat biaya barang ditambah mark-up
(keuntungan)dalam angsuran, jumlah dan waktu jatuh tempo yang
dikhusukan pada perjanjian itu. Setelah bank dan klien masuk ke dalam
perjanjian penjualan ini, harga penjualan menjadi kewajiban hutang sisi
klien kepada bank. Hubungan klien dengan bank ini menjadi debitur –
kreditur.
2. Variabel Independen
Variabel Independen dari penelitian ini terdiri dari:
a. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio likuiditas merupakan salah satu rasio yang dapat digunakan
sebagai sumber informasi dan juga untuk menganalisis kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, membayar
66
kembali semua depositornya serta dapat memenuhi permintaan kredit
yang diajukan tanpa terjadi penangguhan (Fauzan, 2011). Loan to
Deposit Ratio (LDR) atau dalam bank syariah rasio ini dikenal sebagai
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio likuiditas yang
digunakan dalam penelitian ini.
b. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan bank dalam
kegiatan operasionalnya terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya administrasi
dan umum, biaya penyusutan, biaya pencadangan penghapusan aktiva
produktif, dan biaya lainnya yang terkait dengan operasional bank syariah
(Adi Nugroho : 2005). Operasional bank pada prinsipnya adalah
mengumpulkan dana dan menyalurkan pembiayaan, maka semua biaya
yang dikeluarkan untuk mendukung operasionalnya baik langsung maupun
tidak langsung dapat digolongkan sebagai biaya operasional.
c. Non Performing Financing (NPF)
Resiko Kredit adalah risiko kerugian yang terkait dengan
kemungkinan kegagalan pihak peminjaman dana memenuhi kewajibannya
atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya. Tingginya
risiko kredit tercermin dari posisi rasio pembiayaan bermasalah yang
sering dikenal sebagai Non Performing Financing (NPF).
67
d. Inflasi
Inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi
karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran
barang dipasar (Sukirno (2004: 333)). Untuk mengukur tingkat inflasi,
indeks harga yang digunakan adalah indeks harga konsumen. Indeks harga
konsumen adalah indeks harga dan barang–barang yang selalu digunakan
para konsumen.
Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus
menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Namun pada dasarnya
inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan
meningkatkan biaya produksi (Case dan Fair, 2007: 212).
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Perkembangan bank syariah di Indonesia diilhami perkembangan
bank syariah atau bank Islam diluar negeri yang diawali dengan berdirinya
Bank Mit Gamr pada 1963 di Mesir. Bank tersebut tidak berumur panjang
dan terpaksa ditutup pada 1967 karena alasan politik. Namun, demikian
semangatnya melahirkan Nasser Social Bank pada 1972 di Mesir yang
lebih berorientasi sosial daripada komersial. Selanjutnya, muncul Dubai
Islamic Bank pada 1975 di Jeddah, Saudi Arabia; Faysal Islamic Bank
pada 1977 di Mesir dan Sudan; Kuwait Finance House pada 1997 di
Kuwait; dan Bank Islam Malaysian Berhad (BIMB) pada 1983 di
Malaysia.
Awal pendirian bank syariah di Indonesia berawal dari lokakarya
“Bunga Bank dan Perbankan” pada 18-20 Agustus 1990, yang kemudian
dilanjutkan dengan Musyawarah Nasional (MUNAS) IV Majelis Ulama
Indonesia (MUI) di Hotel Sahid, Jakarta, pada 22-25 Agustus tahun yang
sama. Berdasarkan hasil MUNAS tersebut, MUI membentuk Tim Steering
Committee. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, terbentuk bank
syariah pertama dengan nama PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada 1
November 1991 di Jakarta.
69
Dilatarbelakangi krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1998 dan
keluarnya Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang isinya
mengatur tentang peluang usaha syariah bagi bank konvensional,
perbankan syariah mulai mengalami perkembangan dengan berdirinya
Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 dan Unit Usaha Syariah (UUS)
Bank BNI pada tahun 2000, serta bank-bank syariah dan UUS lain pada
tahun-tahun berikutnya. Sepuluh tahun setelah UU Nomor 10 tersebut,
pemerintahbersama Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia mengeluarkan
UU Nomor 20 tentang Sukuk dan UU Nomor 21 tentang Perbankan
Syariah pada tahun 2008.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu
perwujudan dan permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem
perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan/ keuangan
yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Perkembangan sistem
keuangan syariah sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah
meletakkan dasar-dasar hukum operasional secara formal.
Setelah diterbitkannya ketentuan perundang-undangan tersebut,
sejak tahun 1998 sistem perbankan syariah telah menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat, yaitu lebih 50 persen pertumbuhan aset
rata-rata per tahun. Sampai akhir Juni 2015, terdapat 12 Bank Umum
Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 161 Bank Pembiayaan
Rakyat Sayriah (BPRS) yang berkembang dengan baik.
70
Kinerja perbankan syariah mendapatkan momentum akselerasinya
pada tahun 2010 dimana asset perbankan syariah meningkat cukup
signifikan dengan pertumbuhannya mencapai 47,6% (yoy), terutama bila
dibandingkan dengan perbankan nasional yang asetnya hanya tumbuh
18,7% (yoy). Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh berdirinya
sejumlah Bank Umum Syariah (BUS) baru dan jaringan kantor perbankan
syariah.
Sementara itu, kondisi perkonomian secara makro yang cukup
kondusif dan kinerja sektor industri perbankan nasional yang masih positif
menjadi salah satu faktor pendukung tumbuhnya pembiayaan perbankan
syariah selama tahun 2010. Pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan
pada tahun 2009 yang hanya tercatat 22,76%, pada tahun 2010 mengalami
peningkatan yang sangat signifikan hingga mencapai 45,24%. Dengan
tingkat pertumbuhan sisi pendanaan dan pembiayaan yang relatif sama,
fungsi intermediasi perbankan syariah yang antara lain direpresentasikan
oleh Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak mengalami banyak
perubahan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 FDR
perbankan syariah tercatat sebesar 89,7%, tidak jauh berbeda dengan tahun
2009 yaitu 89,70%.
Besarnya pembiayaan murabahah yang ada di bank syariah
dibandingkan dengan pembiayaan lainnya, tidak terlepas dari karakteristik
pembiayaan murabahah yang pasti dalam besaran angsuran dan
marginyang ditetapkan diawal perjanjian melahirkan persepsi bahwa
71
penggunaan akad murabahah dapat mengurangi tingkat risiko
pembiayaan.
2. Gambaran Umum Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pembiayaan
murabahah bank syariah, Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya
Operasional terhadap Penadapatan Operational (BOPO), Non Performing
Financing (NPF), dan Inflasi dari periode januari 2010 hingga juni 2015.
a. Perkembangan Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menentukan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang dilakukan
terlebih dahulu oleh penjual dan pembeli. Dalam perbankan syariah
pembiayaan murabahah merupakan akad pembiayaan yang jumlah
pembiayaannya selalu meningkat setiap tahunnya.
Grafik 4.1
Perkembangan Pembiayaan Murabahah
Sumber : data diolah
0
20
40
60
80
100
120
140
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Mili
ar
Pembiayaan Murabahah
PembiayaanMurabahah
72
Grafik 4.1 diatas menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Terlihat pada grafik,
pembiayaan murabahah bulan januari tahun 2010 sebesar Rp. 26,532
triliun dan bergerak meningkat secara lambat hingga Februari tahun
2013 sebesar Rp. 4,623 triliun yang merupakan peningkatan tertinggi
dari pembiayaan murabahah dari tahun 2010-2015. Pembiayaan
murabahah juga mengalami penurunan yaitu Rp 762 milyar pada
Desember tahun 2013. Pergerakan lambat pada peningkatan
pembiayaan akan membawa dampak pada pembagi tingkat risiko
pembiayaan bermasalah. Pembiayaan murabahah terus mengalami
peningkatan secara signifikan, pertengahan tahun bulan juni tahun
2015 sebesar Rp. 117,777 triliun.
b. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)
Salah satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan
analisis adalah rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR), akan
tetapi dalam bank syariah lebih dikenal dengan istilah Financing to
Deposit Ratio (FDR). Perkiraan kebutuhan likuiditas sangat
dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat, dan jenis sumber
dana yang dikelola bank. Rasio ini memberikan gambaran mengenai
jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk
kredit/pembiayaan.
Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat diartikan sebagai
perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan dana yang
73
diterima bank. Rasio FDR digunakan sebagai indikator pembiayaan
yang disalurkan bank syariah. Semakin tinggi rasio FDR maka
pembiayaan yang disalurkan juga semakin meningkat, begitu juga
sebaliknya.
Grafik 4.2
Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)
Sumber : data diolah
Berdasarkan grafik 4.2 diatas menunjukkan bahwa Financing to
Deposit Ratio (FDR) dari tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami
fluktuatif. Pada pertengahan tahun 2013 pertumbuhan nilai FDR yang
paling tinggi yakni sebesar 104,83 persen, dan yang paling rendah
terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 88,67 persen.
c. Perkembangan Biaya Operasional terhadap Penadapatan Operasional
(BOPO)
Bopo adalah rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas
operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
102
2010 2011 2012 2013 2014 2015
per
sen
tase
%
Perkembangan FDR
PerkembanganFDR
74
terhadap lainnya. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasi. Semakin rendah rasio BOPO berarti semakin efisien bank
tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya. BOPO merupakan
variabel mikro dalam bank.
Grafik 4.3Perkembangan BOPO
Sumber : data diolah
Perkembangan BOPO pada grafik 4.3 diatas menjelaskan bahwa
dari tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami fluktuatif. Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pertumbuhan
tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu 94,22 persen. Sepanjang tahun
2013, biaya operasional mencatatkan pertumbuhan yang cukup
signifikan yaitu sebesar 53,5% (yoy), atau melebihi laju pertumbuhan
pendapatan operasional. Kenaikan biaya operasional tersebut
dipengaruhi olehh kanikan biaya pencadangan kerugian aset produktif
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Per
sen
tase
%
Perkembangan BOPO
PerkembanganBOPO
75
yang meningkat 118,7% (yoy) sebagai antisipasi bank atas
meningkatnya risiko kredit. Sedangkan biaya overhead seperti biaya
tenaga kerja, sewa dan promosi, tumbuh sebesar 30,5% (yoy), atau lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan pendapatan.
d. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)
Resiko Kredit adalah risiko kerugian yang terkait dengan
kemungkinan kegagalan pihak peminjaman dana memenuhi
kewajibannya atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali
utangnya. Tingginya risiko kredit tercermin dari posisi rasio
pembiayaan bermasalah yang sering dikenal sebagai Non Performing
Financing (NPF).
Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang tidak
dapat atau berpotensi untuk tidak mampu mengembalikan pembiayaan
berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama
secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu.
Pembiayaan bermasalah berari pembiayaan yang dalam pelaksanaannya
belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank
seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah,
pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko dikemudian
hari bagi bank, pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus,
diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi
penunggakan dalam pengembalian.
76
Non Performing Financing dalam perbankan Syariah atau Non
Performing Loans dalam perbankan konvensional adalah jumlah kredit
yang tergolong tidak lancar/macet yaitu dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang
kualitas aktiva produktif.Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank
Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi
penilaian tingkat kesehatan bank.
Grafik 4.4
Perkembangan Non Performing Financing (NPF)
Sumber: data diolah
Pada grafik 4.4 diatas menjelaskan perkembangan NPF yang
terjadi pada tahun 2010 hingga tahun 2015. Pada perkembangan nilai
NPF tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami fluktuatif. Pada tahun
awal tahun 2015 merupakan nilai NPF yang paling tinggi dalam rentang
waktu tersebut yakni sebesar 5,1 persen, dan nilai NPF yang paling
rendah terjadi pada akhir tahun 2012 yaitu sebesar 2,22 persen.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Per
sen
tase
%
Perkembangan NPF
Perkembangan NPF
77
e. Perkembangan Inflasi
Inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi
karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan
penawaran barang dipasar (Sukirno 2004: 333).
Grafik 4.5
Perkembangan Inflasi
Sumber : data diolah
Pada grafik 4.5 diatas menjelaskan bahwa variabel inflasi
cenderung mengalami peningkatan dan penurunan (fluktuatif). Hal
tersebut disebabkan kondisi perekonomian yang sedang naik turun
(fluktuatif). Pada tahun 2010 krisis terjadi di eropa dan berpengaruh
pada perekonomian global, kondisi ini sangat berdampak terhadap
negara-negara berkembang salah satunya Indonesia yang sangat
bergantung pada lembaga bank dunia dan IMF. Pada tahun 2010 laju
inflasi sebesar 6,96% dan pada tahun 2011 laju inflasi menurun drastis
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pe
rse
nta
se %
Perkembangan Inflasi
PerkembanganInflasi
78
sebesar 3,79%, penurunan tekanan inflasi tersebut berasal dari
kelompok volatile food dan administered prices seiring dengan
membaiknya pasokan, turunnya harga komoditas pangan internasional
dan minimalnya kebijakan pemerintah terkait harga komoditas strategis.
Pada tahun 2013 inflasi kembali naik sebesar 8,38%, angka ini
ternyata tertinggi sejak krisis tahun 2008. Inflasi di tahun 2013
diakibatkan kenaikan harga BBM bersubsidi.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
Data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder
runtun waktu (time series) yang berbentuk bulanan mulai tahun 2010-2015.
Variabel yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan data variable
dependen yaitu pembiayaan murabahah dan variabel independen yaitu:
Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Perfoming Financing (NPF), dan Inflasi . Semua
data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan bulanan
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Model yang digunakan sebagai
alat analisis penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda.
Penggunaan model analisis regresi linier berganda dalam penelitian adalah
untuk mengetahui hubungan antara dua atau beberapa variaebel independen
terhadap variable dependen.
Pengolahan data menggunakan software Eviews 8 untuk mempermudah
menganalisis variabel-variabel yang akan diteliti. Pada tahap awal dalam
penyajian penelitian ini akan dilakukan beberapa pengujian untuk lebih
79
menguatkan asumsi-asumsi melalui beberapa pengujian dengan
menggunakan pengujian asumsi klasik dan uji statistik. Pengujian asumsi
klasik berupa: Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heterokedastisitas,
Uji Autokorelasi sedangkan uji statistik menggunakan : uji t, uji F, Adjusted
R Square.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Terdapat beberapa cara dalam
mendeteksi normalitas, yaitu dengan histogram dan uji Jarque-Bera.
Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan
kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat
normal. (Winarno, 2011) Asumsi untuk melihat data terdistribusi
normal dapat dilihat bila nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil
dari 2) dan bila probabilitas lebih besar 5%, maka data berdistribusi
normal. Hasil data yang sudah diolah menggunakan Eviews 8 adalah
sebagai berikut:
80
Tabel 4.1
Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02
Series: ResidualsSample 2010M02 2015M06Observations 65
Mean -1.04e-17Median -0.000180Maximum 0.023956Minimum -0.020844Std. Dev. 0.009974Skewness -0.009589Kurtosis 2.302377
Jarque-Bera 1.319083Probability 0.517088
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan nilai J-B sebesar 1,319083
lebih kecil dari 2 dan nilai probability sebesar 0,517088 lebih besar
dari tingkat signifikansi α = 5%, maka dapat diketahui data dalam
penelitian ini terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar
variabel independen. Apabila nilai koefisien variabel bebas lebih besar
dari 0,85 maka dapat disimpulkan ada multikolinearitas dalam model.
Menurut Widarjono (2010: 77) perlu kehati-hatian terutama
pada data time series karena jenis data time series seringkali
menunjukkan korelasi antar variabel independen cukup tinggi.
Korelasi tinggi ini terjadi karena data time series seringkali
menunjukkan unsur tren yaitu data bergerak naik turun secara
bersamaan. Berikut ini adalah uji multikolinieritas dengan
menggunakan correlation matrix:
81
Tabel 4.2
Uji Multikolinearitas
Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien
variabel bebas antar variabel dibawah dari 0,85. Maka dapat dikatakan
bahwa data penelitian tersebut terbebas dari multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika Variance dari residual satu
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika
variance tidak konstan atau berubaha-ubah disebut dengan
Heterokedastisitas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya
heterokedastisitas pada penelitian ini adalah dengan melakukan Uji
White. Masalah heterokedastisitas pada data dapat dilihat dari nilai
Obs*R- Squared pada output. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil
dari α = 5% maka data yang digunakan bersifat heterokedastisitas.
(winarno, 2011 : 5.16)
D(FDR) BOPO D(NPF) INFLASI
D(FDR) 1.000000 -0.141258 0.278990 -0.123076
BOPO -0.141258 1.000000 0.052453 0.178254
D(NPF) 0.278990 0.052453 1.000000 0.069051
INFLASI -0.123076 0.178254 0.069051 1.000000
82
Tabel 4.3
Uji White
Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai probabilitas Obs*R-
Squared sebesar 0.2252 lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5%.
Maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut terbebas dari
heterokedastisitas.
d. Uji Autokolerasi
Autokolerasi merupakan suatu kejadian di mana error term pada
suatu periode waktu secara sistematik tergantung pada error termpada
periode-periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah
autokolerasi digunkaan uji Lagrange Multiplier (LM-test). Uji ini
sangat berguna untuk mengindentifikasi masalah autokolerasi tidak
hanya pada derajat pertama (first order) tetapi juga digunakan pada
tingkat derajat.
Uji autokolerasi dapat dilihat dari nilai probabilitas Obs*R-
Squared. Jika probabilitas Obs*R- Squared lebih besar dari tingkat
signifikansi α = 5% maka tidak terdapat autokolerasi dan sebaliknya
jika probablitas Obs*R- Squared lebih kecil dari 5% maka terdapat
autokolerasi.
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.326908 Prob. F(14,50) 0.2258
Obs*R-squared 17.60782 Prob. Chi-Square(14) 0.2252
Scaled explained SS 9.769852 Prob. Chi-Square(14) 0.7788
83
Tabel 4.4
Uji Autokolerasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.014468 Prob. F(2,58) 0.3689
Obs*R-squared 2.196955 Prob. Chi-Square(2) 0.3334
Dari hasil uji Langrange Multiplier (LM -test) diatas didapatkan
bahwa nilai Obs*R- Squared sebesar 0.3334 yang lebih besar dari
nilai α sebesar 5% (0,05). Karena nilai probabilitas Obs*R- Squared
lebih besar dari α = 5% maka dapat disimpulkan data tidak
mengandung masalah autokolerasi.
2. Uji Statistik
Pengujian signifikansi digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis
yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Adapun rincian
uji siginifikansi terdiri dari uji t (parsial), uji F (simultan), dan uji koefisien
determinasi (Adjusted R-Square). Model penelitian yang menggunakan
analisis linier berganda ini dapat dijelaskan melalui persamaan regresi
sebagai berikut:
D(MURABAHAH) = 0.140003 + 0.001385 D(FDR) - 0.001210 (BOPO) -
0.026042 D(NPF) - 0.003223 (INF)
Dimana:
D(Murabahah) : Pembiayaan Murabahah
D(FDR) : Financing to Deposit Ratio
84
BOPO : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
D(NPF) :Non Performing Financing
INF : Inflasi
Dari persamaan regresi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Jika variabel-variael independen dianggap konstan atau bernilai nol,
artinya variabel independen tidak terjadi peningkatan atau penurunan
maka besarnya pertumbuhan pembiayaan murabahah adalah sebesar
14%.
2. Nilai koefisien regresi variabel Financing to DepositRatio (FDR)
adalah sebesar 0,001385 yang berarti setiap peningkatan FDR
perbankan syariah sebesar 1% akan meningkatkan pembiayaan
murabahah sebesar 0,01 rupiah
3. Nilai koefisien regresi variabel BOPO adalah sebesar - 0,001210
yang berarti setiap peningkatan BOPO perbankan syariah sebesar 1%
akan menurunkan pembiayaan murabahah sebesar 0,001 rupiah.
4. Nilai koefisien regresi variabel NPF adalah sebesar -0,026042 yang
berarti setiap peningkatan NPF perbankan Syariah sebesar 1% akan
menurunkan pembiayaan murabahah sebesar 0,02 rupiah.
5. Nilai koefisien regresi variabel inflasi adalah sebesar -0,003223 yang
berarti setiap peningkatan inflasi sebesar 1% akan menurunkan
pembiayaan murabahah sebesar 0,003 rupiah.
85
3. Uji t (Parsial) dan Interpretasi
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel independen yaitu
Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), dan
Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap vaiabel dependen yaitu
Pembiayaan Murabahah rbankan Syariah. Untuk membuktikan hipotesis
yang telah dibuat, kita dapat melihat masing-masing nilai t-statistik yang
dibandingkan dengan t-tabel pada tingkat signifikansi α = 5%. Jika nilai t-
statistik < t-tabel atau nilai probabilitas >α = 5% maka H0 diterima
H1ditolak. Namun jika nilai t-statistik > t-tabel atau nilai probabilitas < α =
5% maka H0 ditolak H1 diterima.
Tabel 4.5
Uji t-statistik
Dari hasil tabel 4.5 diatas merupakan hasil pengujian variabel independen
yaitu FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi terhadap Pembiayaan Murabahah
secara parsial. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
1) H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara FDR
terhadap Pembiayaan Murabahah.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara FDR terhadap
Variabel dependen: Pembiayaan Murabahah
Variabel
Independen t-statistik Probability Keterangan Hipotesis
FDR 2.529635 0.0141 Signifikan Diterima
BOPO -6.586082 0.0000 Signifikan Diterima
NPF -5.696571 0.0000 Signifikan Diterima
INFLASI -3.700280 0.0005 Signifikan Diterima
86
Pembiayaan Murabahah.
2) H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara BOPO
terhadap Pembiayaan Murabahah.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara BOPO Pembiayaan
Murabahah.
3) H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara NPF terhadap
Pembiayaan Murabahah.
H1 : Terdapat yang signifikan antara NPF terhadap Pembiayaan
Murabahah.
4) H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Inflasi
terhadap Pembiayaan Murabahah.
H1 : Terdapat Pengaruh yang signifikan antara Inflasi terhadap
Pembiayaan Murabahah.
Berdasarkan hasil uji t diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Variabel FDR memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0141 lebih
kecil dari tingkat signifikansi α = 5%(0,0141 < 0,05) yang berarti
H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara parsial FDR
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan
murabahah.
2) Variabel BOPO memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0000 yang
berarti lebih besar dari tingkat sinfikansi α = 5% (0,0000 < 0,05)
H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara parsial BOPO
87
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan
murabahah.
3) Variabel NPF memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0000 yang
berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0,0000 < 0,05)
H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara parsial NPF
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan
murabahah.
4) Variabel Inflasi memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0005 yang
berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0,0005 < 0,05)
H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara parsial Inflasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan
murabahah.
4. Uji F (Simultan) dan Interprestasi
Untuk melihat apakah variabel independen berpengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel independen, maka digunakan
uju F dengan melihat nilai F-statistik yang dibandingkan dengan nilai F-
tabel pada tingkat signifikansi α = 5%. Jika nilai F-statistik < F-tabel atau
nilai probabilitas > α = 5% maka H0 diterima H1 ditolak. Namun jika nilai
F-statistik > F-tabel atau nilai probabilitas < α = 5% maka H0 ditolak H1
diterima.
88
Tabel 4.6
Uji F-statistik
F-Satistic Prob (F-Statistic)
29.62082 0.000000
Dari tabel 4.6 diatas, diperoleh nilai probabilitas F-statistik sebesar
0.000000 yang artinya nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat
signifikansi α = 5% (0.000000 < 0,05) yang berarti H0 ditolak dan H1
diterima. Maka secara bersama-sama variabel independen yaitu Financing
to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), dan Inflasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pembiayaan Murabahah
perbankan syariah.
5. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Squared)
Berdasarkan hasil regresi didapatkan Adjusted R Squared sebesar
0.641423. Dari nilai koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa
64,14% pembiayaan murabahah perbankan syariah dapat dijelaskan oleh
Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing(NPF), dan
Inflasi. Sedangkan 35,86% dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
89
6. Analisis Ekonomi
Berdasarkan dari pengujian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk menjelaskan
hubungan antara FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi terhadap pembiayaan
murabahah perbankan syariah tahun 2010-2015. Hasil regresi
menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti, yaitu FDR mempunyai
pengaruh yang signifikan dan mempunyai hubungan positif, BOPO, NPF
dan Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan mempunyai
hubungan yang negatif terhadap pembiayaan murabahah perbankan
syariah.
a. Financing to Deposit Ratio Terhadap Pembiayaan Murabahah
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah tingkat kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dan dapat
membayar kembali semua deposannya serta dapat memenuhi
permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Oleh
karena itu, bank harus memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan
likuiditas untuk jangka waktu tertentu. Perkiraan kebutuhan likuiditas
tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat, dan
jenis sumber dana yang dikelola bank.
90
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Financing to
Deposit Ratio (FDR) mempunyai pengaruh yang signifikan dan
mempunyai hubungan positif terhadap pembiayaan murabahah. Pada
hasil regresi diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,0141 dimana lebih
kecil dari nilai α = 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh prastanto (2013) dan Samhan dan
Maswar (2015) yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah
di Indonesia.
b. Pengaruh BOPO Terhadap Pembiayaan Murabahah
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
merupakan besaran rasio dalam perbankan yang digunakan untuk
mengukur dan melihat tingkat efisiensi perbankan, semakin besar
rasio BOPO maka bank semakin tidak efisien. Biaya operasional yang
tinggi tentu akan menyebabkan masalah bagi perbankan syariah.
Semakin tinggi rasio BOPO maka, semakin rendah penyaluran
pembiayaan yang disalurkan bank syariah, begitu juga sebaliknya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BOPO mempunyai
hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap pembiayaan
murabahah perbankan syariah, karena memiliki nilai probabilitas
sebesar 0.0000 dimana lebih besar dari nilai α = 0,05. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian Haidar (2014) yang menyatakan bahwa
91
biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap margin murabahah
PT. Bank Mega Syariah Indonesia.
c. Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan
Murabahah
Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang tidak
dapat atau berpotensi untuk tidak mampu mengembalikan pembiayaan
berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama
secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu. Status
NPF pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah
untuk membayarkan kewajiban, baik berupa bunga maupun
pengembalian pokok pinjaman. Besarnya NPF yang diperbolehkan
Bank Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% akan
mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan
yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPF mempunyai
hubungan negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah
perbankan syariah, karena memiliki probabilitas sebesar 0.0000
dimana dibawah α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
pembiayaan murabahah yang disalurkan dapat menyebabkan adanya
resiko pembiayaan bermasalah dilihat dari tinggi rendahnya rasio
NPF, maka bank semakin berhati-hati dalam memberikan pembiayaan
karena takut mengalami kerugian yang akan menyebabkan
berkurangnya dana bank.
92
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Lifstin dan Rohmatika (2013) yang menyatakan bahwa
NPF mempunyai pengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah
pada Bank Umum Syariah.
d. Inflasi Terhadap Pembiayaan Murabahah
Inflasi adalah kenaikan harga secara terus-menerus dalam jagka
waktutertentu. Menurut Sukirno (2004: 333) Inflasi yaitu kenaikan
dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan
bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang
dipasar. Inflasi dapat memberikan dampak pada stabilitas ekonomi
dengan memunculkan spekulasi dari masyarakat.
Selain itu, inflasi dapat menyebabkan para nasabah enggan
untuk menabung, hal itu dikarenakan nilai mata uang yang semakin
menurun. Sehingga fungsi bank sebagai lembaga Intermediasi
(penghimpun dana) akan menurun dan orang akan lebih menyalurkan
dananya ke dalam bentuk investasi non produktif, seperti tanah, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah
pertanian, dan lainya. Dalam kondisi tersebut akan mempengruhi bank
dalam menyalurkan pembiayaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Inflasi mempunyai
hubungan negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah
perbankan syariah, dengan nilai probabilitas lebih kecil α = 0,05 yaitu
93
sebesar 0.0005. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Fika
Azmi (2015) dan Kenda Satya (2013).
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial yaitu:
a. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan
dan berkorelasi positif terhadap pembiayaan murabahah perbankan
Syariah. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien
FDR sebesar 0,001385 menunjukkan apabila Financing to Deposit
ratio (FDR) meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan
pembiayaan murabahah sebesar 0,001 rupiah.
b. Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap pembiayaan
murabahah perbankan Syariah. Pada hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai koefisien BOPO sebesar -0,001210 yang berarti apabila
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
meningkat sebesar 1% maka akan menurunkan pembiayaan
murabahah sebesar 0,001 rupiah.
c. Variabel Non performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan
dan berkorelasi negatif terhadap pembiayaan murabahah perbankan
Syariah. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien
95
NPF sebesar -0,026042 yang berarti apabila Non Perfomance
Financing (NPF) meningkat sebesar 1% maka akan menurunkan
pembiayaan murabahah sebesar 0,02 rupiah.
d. Variabel Inflasi berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif
terhadap pembiayaan murabahah murabahah perbankan Syariah. Pada
hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi inflasi
sebesar -0,003223 yang berarti apabila Inflasi meningkat sebesar 1%
maka akan menurunkan pembiayaan murabahah sebesar 0,003 rupiah.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara simultan atau bersama-sama
Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), dan
Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pembiayaan
Murabahah tahun 2010-2015.
3. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi melalui estimasi dengan
eviews 8 didapatkan nilai adjusted R squared sebesar 0.641423 yang
menandakan bahwa variasi dari perubahan pembiayaan murabahah (Y)
daoat dijelaskan secara bersama-sama oleh Financing to Deposit Ratio
(FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non
Performing Financing (NPF), dan Inflasi sebesar 64%. Sedangkan sisanya
36% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak
dimasukkan dalam model.
96
B. Saran
Berdasarkan hasil dari analisis data, penulis ingin memberi masukan
atau saran kepada pihak-pihak yang mungkin terkait dengan variabel-variabel
dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dan peraturan yang
dapat meningkatkan kinerja perbankan syariah.
2. Bagi Bank Syariah
Untuk meningkatkan kinerja keuangannya sehingga dapat
memaksimalkan tingkat pembiayaan yang disalurkan, dan bank syariah
juga harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pembiayaan murabahah yang disalurkan kepada nasabah khususnya pada
faktor BOPO yang paling berpengaruh karena beban operasional yang
tinggi akan menurunkan pendapatan yang berdampak pada penyaluran
pembiayaan murabahah dan menjaga tingkat NPF dibawah 5% sesuai
ketetapan Bank Indonesia.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel Pembiayaan
Murabahah, FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi dlaam periode 2010-2015.
Maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menggunakan
variabel-variabel yang lebih banyak dan menambah periode waktu
penelitian agar didapatkan hasil yang lebih maksimal.
97
DAFTAR PUSTAKA
A.Wangsawidjaja Z. 2012. “Pembiyaan Bank Syariah”. PT.Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
. 2013. “Pembiyaan Bank Syariah”. PT.Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Almsafir, Mahmoud Khalid dan Ayman Abdalmajeed Alsmadi. 2014.
“Murabahah versus Interest Rate, the Equilibrium Relationship With
Macroeconomic variables in Jordanian Economy: An ARDL Approach”.
Procedia- Social and Behavioral Science. Vol. 129 No. 349-357.
Al-Fawwaz, Torki M, Ateyah M.Alawneh dan George N. Shawaqfeh. 2015. “The
Impact of Islamic Finance on Some Macro Economic Variables (A case
study of Jordan Islamic Bank). Interdisciplinary Journal of Contemporary
Research In Business. Volume 7, No 1.
. “Ekonomi Makro Islam”. Raja Grafindo Jakarta. 2008.
Case and Fair. 2007. “ Prinsip-Prinsip Ekonomi”. Edisi Delapan. PT.Erlangga.
Jakarta.
Chorida, Luluk. ”Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga, Inflasi, dan Tingkat
Margin Terhadap Alokasi Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah
(Studi pada Bank-Bank Syariah di Indonesia)”, FE UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2010.
Dahlan Siamat. 2004. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Edisi Keempat.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
98
Fatwa – Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI. 2002.
Heri Sudarsono. 2008. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Deskripsi dan
Ilustrasi. Ekonosia. Yogyakarta.
Huda, Nurul dan Mustafa, E Nasution. 2008. “Investasi Pada Pasar Modal
Syariah”, Kencana, Jakarta.
Karim, Adiwarman. 2004. “Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan”. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
. 2006. “Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan”. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Perkasa.
Kenda Satya. 2013. ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Margin
Murabahah Pembiayaan Konsumtif di Bank Kaltim Syariah”. Jurnal
Ekonomika-Bisnis. Vol.4 No.2.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002)
Rodoni, Ahmad. 2009. “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN, Jakarta.
Ramadhani, Mustika dan Osni Erza. 2011. “Analisis Variabel-Variabel yang
Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri
Periode 2008.01-2011.12”. Media Ekonomi. Vol. 19 No. 1.
Nafik, Muhamad. 2009. “Bursa Efek dan Investasi Syariah”. PT Serambi Ilmu
Semesta. Jakarta.
Otoritas Jasa Keuangan. 2011. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2010”.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan. 2012. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2011”.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
99
Otoritas Jasa Keuangan 2013. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2012”.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan 2014. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2013”.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan 2015. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2014”.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
Saiful Azhar Rosly. 2011. “ Risk-based Pricing in al-bai-bithamana ajil (BBA)/
murabaha sales: Fiscal liability with business and credit risks exposure.
14th
International Business Research Conference.
Pinaringin, Saras. “Analisis Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah dengan
Metode System Dynamics”, UIN Jakarta, 2011.
Saeed, Abdullah. 2008. “Bank Islam dan Bunga”. Pustaka Pelajar.
Sukirno, Sadono. 2004. “Makro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Perkasa.
Syafi’i, Muhammad A. 2001. “Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum”. Tazkia
Institute. Jakarta.
Veithzal, Rivai. 2007.“Bank dan Financial Institution Management (Conventional
and Sharia System)”. PT Grafindo Persada, Jakarta.
Yanis, Ahmad Samhan dan Maswar Patuh Priyadi. 2015. “Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di
Indonesia”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. Vol. 4 No. 8.
Wardiantika, Lifstin dan Rohmawati Kusumaningtias. 2013. “Pengaruh DPK,
CAR, NPF, dan SWBI terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank
100
Umum Syariah tahun 2008-2012”. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume 1
Nomor 6.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews”. Yogyakarta: STIM YKPN.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
101
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Penelitian
Tahun/Bulan Pembiayaan Murabahah FDR Bopo NPF Inflasi
Jan-2010 24,00161739 88,67 84,87 4,36 3,72
Feb-2010 24,02971288 90,96 79,73 4,75 3,81
Mar-2010 24,06503163 95,07 76,27 4,53 3,43
Apr-2010 24,08786839 95,57 77,15 4,47 3,91
Mei-2010 24,11589327 96,65 85,79 4,77 4,16
Jun-2010 24,16073086 96,08 79,99 3,89 5,05
Jul-2010 24,18984513 95,32 79,77 4,14 6,22
Aug-2010 24,22912349 98,86 80,36 4,10 6,44
Sep-2010 24,2486553 95,40 79,10 3,95 5,80
Okt-2010 24,27377363 94,76 78,94 3,95 5,67
Nov-2010 24,31271162 95,45 77,70 3,99 6,33
Des-2010 24,34782008 89,67 80,54 3,02 6,96
Jan-2011 24,35702891 91,97 75,75 3,28 7,02
Feb-2011 24,38639149 95,16 79,56 3,66 6,84
Mar-2011 24,43383339 93,22 77,63 3,6 6,65
Apr-2011 24,47166342 95,17 78,78 3,79 6,16
Mei-2011 24,5101337 94,88 79,05 3,76 5,98
Jun-2011 24,55540112 94,93 78,13 3,55 5,54
Jul-2011 24,58300558 94,18 77,13 3,75 4,61
Aug-2011 24,624329 98,39 77,65 3,53 4,79
Sep-2011 24,6329461 94,97 77,54 3,50 4,61
Okt-2011 24,67735167 95,24 78,03 3,11 4,42
Nov-2011 24,71212025 94,40 77,92 2,74 4,15
Des-2011 24,75511424 88,94 78,41 2,52 3,79
Jan-2012 24,75702848 87,27 86,22 2,68 3,65
Feb-2012 24,7893138 90,49 78,39 2,82 3,56
Mar-2012 24,80359599 87,13 77,77 2,76 3,97
Apr-2012 24,84870524 95,39 77,77 2,85 4,50
Mei-2012 24,890613 97,95 76,24 2,93 4,45
Jun-2012 24,93911982 98,59 75,74 2,88 4,53
Jul-2012 24,98213565 99,91 75,87 2,92 4,56
Aug-2012 25,02497681 101,03 75,89 2,78 4,58
Sept-2012 25,0690563 102,10 75,44 2,74 4,31
102
Okt-2012 25,11713458 100,84 75,04 2,58 4,61
Nov-2012 25,15200906 101,19 75,29 2,50 4,32
Des-2012 25,2006481 100 74,97 2,22 4,30
Jan-2013 25,21934634 100,63 70,43 2,49 4,57
Feb-2013 25,25362627 102,17 72,06 2,72 5,31
Mar-2013 25,30224604 102,62 72,95 2,75 5,90
Apr-2013 25,31198138 103,08 73,95 2,85 5,57
Mei-2013 25,33027433 102,08 76,87 2,92 5,47
Jun-2013 25,3539868 104,43 76,18 2,64 5,90
Jul-2013 25,37453686 104,83 76,13 2,75 8,61
Aug-2013 25,37780697 102,53 77,87 3,01 8,79
Sep-2013 25,39402711 103,27 77,98 2,80 8,40
Okt-2013 25,40060784 103,03 79,06 2,96 8,32
Nov-2013 25,40658155 102,58 78,59 3,08 8,37
Des-2013 25,42886942 100,32 78,21 2,62 8,38
Jan-2014 25,42195369 100,07 80,05 3,01 8,22
Feb-2014 25,42417338 102,03 83,77 3,53 7,75
Mar-2014 25,43932423 102,22 91,90 3,22 7,32
Apr-2014 25,44433284 95,50 84,50 3,48 7,25
Mei-2014 25,44905947 99,43 76,49 4,02 7,32
Jun-2014 25,46228487 100,80 91,50 3,90 6,70
Jul-2014 25,46058646 99,89 91,61 4,31 4,53
Aug-2014 25,45948183 98,99 92,70 4,58 3,99
Sep-2014 25,46724969 99,71 99,55 4,67 4,53
Okt-2014 25,46896289 98,99 99,55 4,58 4,83
Nov-2014 25,47341909 94,62 93,44 4,86 6,23
Des-2014 25,4886057 91,50 94,16 4,33 8,36
Jan-2015 25,47667498 93,60 92,54 4,87 6,96
Feb-2015 25,47916371 93,94 91,65 5,10 6,29
Mar-2015 25,48849493 94,24 92,78 4,81 6,38
Apr-2015 25,48723303 94,18 93,79 4,62 6,79
Mei-2015 25,49205884 94,69 93,53 4,76 7,15
Juni-2015 25,4991235 96,52 94,22 4,73 7,26
*Dalam Juta Rupiah. Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia.
103
Lampiran 2
Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: D(MURABAHAH)
Method: Least Squares
Date: 05/01/16 Time: 17:50
Sample (adjusted): 2010M02 2015M06
Included observations: 65 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.140003 0.015068 9.291201 0.0000
D(FDR) 0.001385 0.000548 2.529635 0.0141
BOPO -0.001210 0.000184 -6.586082 0.0000
D(NPF) -0.026042 0.004572 -5.696571 0.0000
INF -0.003223 0.000871 -3.700280 0.0005
R-squared 0.663834 Mean dependent var 0.023039
Adjusted R-squared 0.641423 S.D. dependent var 0.017202
S.E. of regression 0.010301 Akaike info criterion -6.239420
Sum squared resid 0.006366 Schwarz criterion -6.072159
Log likelihood 207.7811 Hannan-Quinn criter. -6.173424
F-statistic 29.62082 Durbin-Watson stat 1.733305
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 3
Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02
Series: ResidualsSample 2010M02 2015M06Observations 65
Mean -1.04e-17Median -0.000180Maximum 0.023956Minimum -0.020844Std. Dev. 0.009974Skewness -0.009589Kurtosis 2.302377
Jarque-Bera 1.319083Probability 0.517088
104
Lampiran 4
Uji Multikolinearitas
D(FDR) BOPO D(NPF) INF
D(FDR) 1.000000 -0.141258 0.278990 -0.123076
BOPO -0.141258 1.000000 0.052453 0.178254
D(NPF) 0.278990 0.052453 1.000000 0.069051
INF -0.123076 0.178254 0.069051 1.000000
Lampiran 5
Uji Heterokedastisitas
Lampiran 6
Uji Autokolerasi
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.326908 Prob. F(14,50) 0.2258
Obs*R-squared 17.60782 Prob. Chi-Square(14) 0.2252
Scaled explained SS 9.769852 Prob. Chi-Square(14) 0.7788
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.014468 Prob. F(2,58) 0.3689
Obs*R-squared 2.196955 Prob. Chi-Square(2) 0.3334