PENGARUH EXCHANGE RATE, TUNNELING INCENTIVE, DAN...
Transcript of PENGARUH EXCHANGE RATE, TUNNELING INCENTIVE, DAN...
PENGARUH EXCHANGE RATE, TUNNELING INCENTIVE, DAN
MEKANISME BONUS TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN
MELAKUKAN TRANSFER PRICING
Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat
Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
Syarah Sefty Andraeni
NIM : 1113082000071
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
PENGARUH EXCHANGE RATE, TUNNELING INCENTIVE, DAN
MEKANISME BONUS TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN
MELAKUKAN TRANSFER PRICING
Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat Meraih
Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
Syarah Sefty Andraeni
NIM : 1113082000071
Di bawah Bimbingan :
Pembimbing
Fitri Damayanti, SE., M.Si.
NIP : 198107312006042003
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 12 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa/i :
1. Nama : Syarah Sefty Andraeni
2. NIM : 1113082000071
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Exchange Rate, Tunneling Incentive, dan
Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Perusahaan
Melakukan Transfer Pricing (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015)
Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa/i tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 April 2016
1. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak.
NIP. 198004162009012006 ( )
Penguji 1
2. Yulianti, SE., M.Si.
NIP. 198203182011012011
( )
Penguji 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 13 Juni 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i :
1. Nama : Syarah Sefty Andraeni
2. NIM : 1113082000071
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Exchange Rate, Tunneling Incentive, dan
Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Perusahaan
Melakukan Transfer Pricing (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015)
Setelah mencermati dan mengamati penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Juni 2017
1. Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA
NIP. 197609242006042002 ( )
Ketua
2. Dr. Amilin, S.E., M.Si., Ak., CA., QIA., BKP
NIP. 197306152005011009 ( )
Penguji Ahli
3. Fitri Damayanti, SE., M.Si.
NIP. 198107312006042003 ( )
Pembimbing
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Syarah Sefty Andraeni
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 2 September 1995
3. Alamat : Bumi Sawangan Indah II Blok D3
No. 47 Sawangan-Depok
4. Telepon : 081319915828
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Al-Muawanah Tahun 2000
2. MI. Miftahul Huda Tahun 2001
3. SMPN 14 Depok Tahun 2007
4. SMAN 5 Depok Tahun 2010
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Bimbingan Belajar Salemba Group Tahun 2012
2. Lembaga Indonesia-Amerika (LBPP-LIA) Tahun 2011
vii
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua Divisi Komunikasi MPK SMAN 5 Depok
2. Panitia Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ
Akuntansi
3. Anggota BEM FEB
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Workshop “Mengenal Dunia Komunikasi” Program Vokasi
Universitas Indonesia 2011
2. Research Training oleh Fatahillah Researchers for Science and
Humanity UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016
3. Workshop Aplikasi Akuntansi Zahir oleh HMJ Akuntansi 2016
4. Pelatihan “Working With Financial Statement” PT. Pelabuhan
Indonesia III (Persero) 2016
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Rahmat Gunawan
2. Ibu : Syamsari
3. Anak ke- : 1 (satu)
viii
THE INFLUENCE OF EXCHANGE RATE, TUNNELING INCENTIVE,
AND BONUS SCHEME ON THE COMPANY DECISION TO TRANSFER
PRICING
By : Syarah Sefty Andraeni
ABSTRACT
This research is aimed to analyze the effect of exchange rate, tunneling incentive,
and bonus scheme toward the firm decision for transfer pricing. Dependent
variabel in this reasearch was transfer pricing proxied by the value of related party
transaction (RPT) sales. Independent variabel in this research were exchange rate,
tunneling incentive, and bonus scheme.
This research use secondary data analysis of financial statement or annual report
of firms in Indonesai Stock Exchange. The population in this research was
manufactured firms that listed in Indonesia Stock Exchange in 2013 until 2015. By
using purposive sampling method, the total amount of samples obtained in this
research were 22 sampels. This research use logistic regression analysis as
analysis method.
The result of analysis in this result showed that exchange rate and tunneling
incentive effected toward the firm decision for transfer pricing. While bonus
scheme did not effected on the firm decision for transfer pricing.
Keyword : Exchange Rate, Tunneling Incentive, Bonus Scheme, Transfer Pricing.
ix
PENGARUH EXCHANGE RATE, TUNNELING INCENTIVE, DAN
MEKANISME BONUS TERHADAP KEPUTUSAN PERUSAHAAN
MELAKUKAN TRANSFER PRICING
Oleh : Syarah Sefty Andraeni
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh exchange rate, tunneling
incentive, dan mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan melakukan
transfer pricing. Dependen variabel dalam penelitian ini adalah transfer pricing
yang diproxikan dengan adanya penjualan dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa. Independen variabel dalam penelitian ini adalah exchange rate,
tunneling incentive, dan mekanisme bonus.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dianalisis dan diperoleh dari
laporan keuangan atau laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015. Menggunakan purposive
sampling method, sampel yang terkumpul dalam penelitian ini adalah sebanyak 22
sampel perusahaan pada tahun 2013-2015 serta dalam penelitian ini menggunakan
regresi logistik sebagai metode analisinya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel exchange rate dan tunneling
incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing
namun mekanisme bonus menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing.
Kata Kunci : Exchange Rate, Tunneling Incentive, Mekanisme Bonus, Transfer
Pricing
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan berkat, rahmat, dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir
zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga segala macam
kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda serta kedua adik kembarku yang telah memberikan kasih
sayang, perhatian, semangat serta doa yang tiada hentinya. Terima kasih atas
segalanya Mama dan Papa.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak.,C A selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Program Studi
Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan tak pernah lelah memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmu
yang insha allah dapat bermanfaat.
7. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk
kesuksesan penulis. Terima kasih atas seluruh kasih sayangnya.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmu
yang insha allah dapat bermanfaat.
9. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk
kesuksesan penulis. Terima kasih atas seluruh kasih sayangnya.
10. Sahabat perjuangan dari SMA Adizti Novitri, Andiani Dwi Astuti, Tika Amelia
Rahmadani terima kasih atas segala bantuannya dan waktunya yang selalu ada
untuk membantu dan memberikan semangatnya.
11. Ivan Ramadhan yang dengan sabar mengajari metodologi penelitian.
12. Sahabat muslimah tercinta Adinda Vindri Andriana, Syarifah, dan Hanum Az-
zahra terima kasih atas segala canda tawa dan kesenangannya.
xii
13. Sahabat terbaik Nur Hanifah, Heafsy Nur Ikhsan, dan Muhammad Zaki Yusuf
terima kasih atas segala cerita, inspirasi, dan semangatnya selama menjalani
perkuliahan hingga sekarang.
14. Terima kasih juga kepada Meliana Utami, Fatimah At-thohiroh, dan seluruh
teman-teman akuntansi angkatan 2013 atas bantuannya.
15. Teman-teman KKN PEMANAH terutama untuk Fitri Listianingrum yang selalu
dengan sabar mendengarkan keluh kesah penulis, Nida Asiah, Cici Afela, Lisa
Septiani, Dyah Ayu, Nizar Aristya, Arsy Nuril, Muhammad Dzaki, Jihad Adias.
Terima kasih atas perjuangannya menjalani KKN serta rasa kekeluargaannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
kerjasamanya sehinnga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan
atau kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis dengan
adanya tugas akhir ini dapat guna menambah wawasan dan pengetahuan penulis
khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 18 Juni 2017
Syarah Sefty Andraeni
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
ABSTRAK..............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 10
1. Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
2. Manfaat Penelitian ................................................................................. 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 12
A. Landasan Teori .......................................................................................... 12
1. Teori Agensi…...................................................................................... 12
2. Transfer Pricing .................................................................................... 15
3. Exchange Rate ....................................................................................... 18
4. Tunneling Incentive ............................................................................... 20
5. Mekanisme Bonus ................................................................................ 21
xiv
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 23
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis............................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 37
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 37
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 37
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 38
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 38
1. Uji Deskriptif ......................................................................................... 39
2. Uji Frekuensi.........................................................................................39
3. Analisis Regresi Logistik....................................................................... 40
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 48
A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian ............................................................ 48
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ................................................................ 50
1. Hasil Uji Deskriptif ............................................................................... 50
2. Hasil Uji Frekuensi ................................................................................ 52
3. Hasil Analisis Regresi Logistik ............................................................. 53
4. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ........... 53
5. Hasil Uji Kofisien Determinasi ............................................................. 54
6. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ...................................................... 55
7. Hasil Matriks Klasifikasi ....................................................................... 56
8. Hasil Hipotesis dan Model Regresi Terbentuk ...................................... 57
C. Pembahasan .................................................................................................. 58
1. Pengaruh Exchange Rate Terhadap Transfer Pricing ....................... 58
2. Pengaruh Tunneling Incentive Terhadap Transfer Pricing ................... 60
3. Pengaruh Mekanisme Bonus Terhadap Transfer Pricing ..................... 61
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 63
A. Kesimpulan ................................................................................................ 64
B. Saran ........................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 66
LAMPIRAN ... ....................................................................................... ............69
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis-jenis Pengukuran Kinerja.................................................................1
Tabel 1.2 Kasus Besar Mengenai Transfer Pricing..................................................4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu..............................................................................24
Tabel 3.1 Operasional Variabel..............................................................................47
Tabel 4.1 Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria.........................................49
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif.................................................................................51
Tabel 4.3 Hasil Uji Frekuensi.................................................................................52
Tabel 4.4 Hasil Kesesuaian Keselurahan Model....................................................54
Tabel 4.5 Hasil Koefisien Determinasi...................................................................55
Tabel 4.6 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi.......................................................55
Tabel 4.7 Hasil Uji Matriks Klasifikasi..................................................................56
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik......................................................57
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 35
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian ........... 70
Lampiran 2 Hasil Perhitungan Variabel Exchange Rate......................................71
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Variabel Tunneling Incentive..............................74
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Variabel Mekanisme Bonus................................77
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Transfer Pricing...................................80
Lampiran 6 Output Hasil Perhitungan Data Penelitian........................................81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan industri pengolahan yang
aktivitas utamanya adalah mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi
atau bahkan menjadi barang jadi dengan melibatkan tenaga manusia dan mesin
dalam pengelolaannya. Sebuah perusahaan manufaktur umumnya terdiri dari
berbagai macam departemen untuk membantu aktivitas operasi perusahaan
secara menyeluruh, manajer departemen akan selalu melaporkan informasi
terkini terkait kinerja operasi departemennya kepada pihak controller dan
general manager sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan direksi
dalam aktivitas perusahaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Anthony dan Govindarajan (2005:249)
mengatakan bahwa kinerja suatu departemen dapat diukur oleh perusahaan
dengan beberapa metode yaitu :
Tabel 1.1
Jenis-jenis Ukuran Kinerja
No. Metode Keterangan
1. Margin Kontribusi
Menunjukkan rentang antara
pendapatan dengan beban
variabel.
Bersambung pada halaman berikutnya
2
No. Metode Keterangan
2. Laba yang Dapat Dikendalikan
Mengurangi laba yang dihasilkan
dengan biaya-biaya yang dapat
dikendalikan oleh manajer.
3. Laba Sebelum Pajak
Dalam ukuran ini, seluruh
overhead corporate dialokasikan
ke departemen berdasarkan
jumlah relatif dari beban yang
dikeluarkan oleh departemen.
4. Laba Bersih
Metode ini mengukur kinerja
departemen domestik berdasarkan
laba bersih setelah pajak.
5. Laba Langsung
Mencerminkan kontribusi
departemen terhadap overhead
umum dan laba perusahaan.
Sumber : Anthony dan Govindarajan (2005)
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa laba merupakan
kriteria utama dalam pengukuran kinerja departemen, hal ini tentu mendorong
manajer departemen untuk melakukan berbagai cara agar laba yang dihasilkan
departemennya dapat diraih secara maksimal. Terdapat beberapa skema yang
kerap kali digunakan seorang manajer departemen untuk memaksimalkan laba
departemannya, salah satu skema yang dapat digunakan manajer untuk
meningkatkan laba adalah transfer pricing.
Awalnya transfer pricing dikenal dalam akuntansi manajemen sebagai
kebijakan harga yang diterapkan atas penyerahan barang atau jasa antar
departemen didalam suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengukur kinerja
dari masing-masing divisi atau departemen tersebut (Indah Dewi Nurhayati
2013:32). Selain itu, mengejar keuntungan, arus kas, tujuan pemasaran,
merupakan sederet alasan yang menjadikan perusahaan perlu mengembangkan
3
proses untuk mengalokasikan biaya overhead dan strategi desain untuk
memperkirakan harga transfer bagi barang dan jasa yang diproduksi (Prem
Sikka dan Hugh Willmott, 2010:342 ).
Menurut Mark Checini dkk. (2013:18) bagi perusahaan multinasional
yang telah mempunyai jaringan operasi diberbagai negara, skema transfer
pricing merupakan alternatif terbaik untuk mencapai keunggulan kompetitif
perusahaan dalam bidang mengelola resiko dan biaya yang ditimbulkan dari
ketidaksempurnaan struktur pasar di negara-negara mitra kerjasama.
Indah Dewi Nurhayati (2013:32) mengatakan peraturan mengenai
transfer pricing telah dibuat oleh pemerintah dengan mengeluarkan Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak No.04/PJ.7/1993 tanggal 9 Maret 1993
mengenai metode yang dapat digunakan untuk menguji kewajaran transfer
pricing, serta Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010
tanggal 6 September 2010 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tanggal 11 Nopember 2011
tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi
Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Namun bagai dua sisi mata uang yang berbeda, keberadaan skema transfer
pricing juga menimbulkan permasalahan serta kerugian bagi sejumlah pihak.
Berbagai kasus mengenai transfer pricing telah banyak terjadi baik didalam
maupun diluar negeri, diantaranya :
4
Tabel 1.2
3 (tiga) Kasus Besar Mengenai Transfer Pricing di Luar Negeri
Nomor Nama Perusahaan Kasus Tuduhan
1. Starbucks Inggris
Pada tahun 2011 sama sekali tidak
membayar pajak korporasi padahal
berhasil mencetak penjualan sebesar £398
juta namun pada tahun2008 mereka
mengaku rugi £112 juta atau sekitar Rp1,7
triliun. Padahal dalam laporan kepada
investornya di Amerika Serikat, Starbucks
mengatakan bahwa mereka memperoleh
keuntungan yang besar di Inggris, bahkan
penjualannya selama 3 tahun (2008-2010)
mencapai £1,2 miliar atau sekitar Rp18
triliun. Dengan kerugian ini, Starbucks
Inggris tidak pernah membayar pajak
korporasi. Bahkan selama 14 tahun
beroperasi di Inggris, Starbucks hanya
membayar pajak sebesar £8,6 juta.
2. Google Inggris
Pada tahun 2011 juga berhasil mencatat
pendapatan sebesar £398juta tetapi hanya
membayar pajak
sebesar £6 juta.
3. Amazon Inggris
Amazon Inggris, di mana mereka berhasil
melakukan penjualan di Inggris sebesar
£3,35 miliar
selama tahun 2011 tetapi hanya
membayar pajak sebesar £1,5 juta.
Sumber : http://www.kemenkeu.go.id
Selain diluar negeri kasus transfer pricing juga terjadi di Indonesia,
diantaranya adalah pada pertengahan 2007 Direktorat Jenderan Pajak
membongkar kasus dugaan penggelapan pajak yang dilakukan PT. Asian Agri,
anak perusahaan Raja Garuda Mas Group. Direktorat Jenderal Pajak memeriksa
bahwa perusahaan itu diduga telah menggelapkan pajak senilai 1,34 trilliun.
Manipulasi tersebut secara garis besar menggunakan modus dengan skema
transfer pricing, transaksi lindung nila (hedging) fiktif, dan pembuatan biaya
fiktif (Lukluk Fuadah, 2008:114).
5
Adapun kasus lain yang dilansir independen nasional.kontan.co.id, Selasa
19/06/2017 adalah perusahaan raja otomotif di Indonesia yakni sidang sengketa
pajak antara PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dengan
Direktor Jenderal (Ditjen) Pajak.. Sengketa pajak dengan perusahaan otomotif
asal Jepang itu melibatkan nilai pajak yang besar dan prosesnya cukup alot.
Dalam sidang terakhir yang sebenarnya dimaksudkan forum penutup bagi
kedua pihak, malah terjadi debat sengit kedua belah pihak untuk menarik
perhatian majelis hakim. Sengketa dengan TMMIN ini terjadi karena koreksi
yang dilakukan oleh Ditjen Pajak terhadap nilai penjualan dan pembayaran
royalti TMMIN. Sengketa ini seputar laporan pajak tahun 2008. Saat itu,
pemegang saham TMMIN ialah Toyota Motor Corporation sebesar 95% dan
sisanya 5% dimiliki PT. Astra International Tbk. Dalam laporan pajaknya,
TMMIN menyatakan nilai penjualan mencapai Rp 32,9 triliun, namun Ditjen
Pajak mengoreksi nilainya menjadi Rp 34,5 triliun atau ada koreksi sebesar Rp
1,5 triliun. Dengan nilai koreksi sebesar Rp 1,5 triliun, TMMIN harus
menambah pembayaran pajak sebesar Rp 500 miliar. Mengapa Ditjen Pajak
mencurigai laporan pajak TMMIN? Menurut Muhammad Amin, aparat pajak
yang mewakili Ditjen Pajak di pengadilan pajak, Ditjen Pajak mengoreksi
hitungan bisnis TMMIN setelah membandingkan bisnis TMMIN sebelum 2003
dengan sesudah 2003. Aparat pajak menduga, laba sebelum pajak TMMIN
berkurang setelah 2003 karena pembayaran royalti dan pembelian bahan baku
yang tidak wajar. Penyebab lainnya penjualan mobil kepada pihak terafiliasi
seperti TAM (Indonesia) dan TMAP (Singapura) di bawah harga pokok
6
produksi sehingga mengurangi peredaran usaha. Sebagai jurus pamungkas, di
sidang kemarin, parat pajak menyerahkan satu perusahaan pembanding yang
sama persis dengan TMMIN. Pada tahun yang sama, perusahaan yang namanya
dirahasiakan itu mengalami laba 7,14% pada 2008 atau 10 kali lebih besar dari
laba TMMIN. Setelah sidang ini ditutup kemarin, keputusan atas sengketa ini
kini berada di tangan majelis hakim pengadilan pajak. Selain Sukma Alam, dua
anggota majelis hakim lainnya ialah Seno SB Hendra dan Krosbin Siahaan.
Ironisnya, meski sidang telah usai, namun kasus ini belum ada kejelasan kapan
akan diputus. Sekadar informasi, sengketa pajak antara Ditjen Pajak dengan
produsen mobil asal Jepang ini juga terjadi untuk tahun pajak 2005 dan 2007
hingga kini belum juga diputus, walaupun sidangnya telah lama berakhir (Umar
Idris, 2013)
Berdasarkan uraian kasus diatas memperlihatkan bahwa transfer pricing
merupakan salah satu skema yang sangat rawan untuk dijadikan jalan pintas
dalam memperoleh laba. Hal ini diperparah dengan data yang dikeluarkan oleh
Organization for Economic and Development (OECD) bahwa 60% dari total
perdagangan dunia terindikasi melakukan praktik transfer pricing (Indah Dewi
Nurhayati, 2013:32).
Hal tersebut tentu menjadikan transfer pricing sebagai hal yang sangat
krusial untuk diteliti serta perlu untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhinya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Christian
Plesner Rossing (2013) mengenai Tax strategy control: The case of transfer
pricing tax risk management yang mencoba menguji bagaimana fungsi tax
7
strategy mempengaruhi management control system dalam perusahaan
menghadapi resiko perpajakkan dalam transfer pricing, hasilnya menunjukkan
bahwa perusahaan multinasional khususnya manajemen cenderung melakukan
pengendalian terhadap pembayaran pajak melalui pengendalian harga dengan
mekanisme transfer pricing dan dalam penerapan “levers of control” ditemukan
bahwa fungsi tax strategy mempengaruhi 4 elemen dalam levers of control yang
mengsugesti manajemen untuk melakukan pengaturan kebergantungan
perusahaan terhadap respon dari lingkungan perpajakkan.
Marfuah dan Andi Puren Noor Azizah (2013) juga meneliti bagaimana
pengaruh pajak, tunneling incentive, dan exchange rate pada keputusan
perusahaan melakukan transfer pricing, hasilnya mengungkapkan bahwa pajak
dan tunneling incentive berpengaruh positif signifikan terhadap transfer pricing
dan exchange rate pada penelitian ini menunjukkan pengaruh positif namun
tidak signifikan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Winda Hartati. dkk
(2015) mengenai tax minimation, tunneling incentive, dan mekanisme bonus
terhadap keputusan transfer pricing seluruh perusahaan yang listing di BEI,
hasilnya menunjukkan bahwa tax minimation, tunneling incentive, dan
mekanisme bonus berpengaruh signifikan terhadap transfer pricing.
Menurut Pricewaterhouse (2009) dalam Yuniasih. dkk (2012:2), para ahli
mengakui bahwa transfer pricing memungkinkan perusahaan untuk
menghindari pajak berganda dan juga terbuka untuk penyalahgunaan. Karena
hal ini dapat digunakan untuk mengalihkan keuntungan ke negara yang tarif
pajaknya rendah dengan memaksimalkan beban, dan pada akhirnya pendapatan.
8
Fatmariani (2008:2) mengatakan bahwa informasi laba atau pendapatan adalah
fokus utama dalam pelaporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai
kinerja keuangan suatu perusahaan selama satu periode tertentu. Hal tersebut
tentu membuat manajer melakukan penyeleksian pemilihan prosedur akuntansi
yang optimal agar laba terlihat maksimal, pilihan akuntansi tergantung pada
variabel-variabel yang mencerminkan insentif yang menguntungkan pihak
manajemen dalam memilih metode akuntansi berdasarkan rencana bonus,
kontrak utang, dan proses politik (Belkaoui Riahi, 2007:187).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena dalam perkembangan penggunaan skema transfer pricing
terdapat motivasi lain selain pajak yang mempengaruhi pihak manajemen untuk
melakukan skema transfer pricing dalam rangka menaikkan laba pada periode
berjalan, dan hal tersebut disinggung dalam teori positif akuntansi dimana
terdapat tiga hipotesis yang menjadi perilaku oportunistis dari para manajer
dalam meningkatkan laba pada periode berjalan yakni rencana bonus, kontrak
utang (debt covenant), dan biaya proses politik. Adapun fokus hipotesis yang
hendak diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis rencana bonus yang
sebagaimana juga disarankan oleh penelitian terdahulu yakni Elsa Kisari (2016)
yang menyarankan penelitian selanjutnya untuk menguji pengaruh variabel
tersebut berdasarkan hipotesis yang ada terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Exchange Rate, Tunneling Incentive,
9
dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan
Transfer Pricing.”
Penelitian ini berusaha untuk mengembangkan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Marfuah dan Andi Puren Noor Azizah serta megikuti saran
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Elsa Kisari (2016) dengan
perbedaan sebagai berikut :
1. Variabel yang digunakan pada penelitian sebelumnya terdiri dari pajak,
tunneling incentive serta exchange rate yang diduga mempengaruhi
keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Pada penelitian ini
peneliti menambahkan satu variabel tambahan yakni mekanisme yang
mana disarankan pada penelitian terdahulu sebagai salah satu faktor yang
diduga mempengaruhi pihak manajemen melakukan skema transfer
pricing. Peneliti juga menghilangkan variabel pajak pada penelitian ini
karena sudah terdapat banyak literatur serta penelitian yang mengungkap
dan membahas hal tersebut.
2. Objek penelitian dalam penelitian sebelumnya adalah perusahaan
manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya pada tahun
2013. Sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan objek penelitian
pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2013, 2014, 2015.
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh exchange rate terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing?
2. Bagaimana pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan transfer pricing?
3. Bagaimana pengaruh mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan transfer pricing?
C. Tujuan Peneltian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh exchange rate terhadap transfer pricing
2. Untuk menganalisis pengaruh tunneling incentive berpengaruh terhadap
transfer pricing
3. Untuk menganalisis pengaruh mekanisme bonus berpengaruh terhadap
transfer pricing
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini mempunyai manfaat bagi
pihak-pihak yang bersangkutan diantaranya :
11
1. Manfaat Praktis
Memberikan gambaran kepada pemerintah, analis laporan keuangan,
manajemen perusahaan, dan investor/kreditor bagaimana exchange rate,
tunneling incentive, mekanisme bonus mempengaruhi perusahaan untuk
mengambil keputusan melakukan transfer pricing.
2. Manfaat Teoritis dan Akademis
Menambah pengetahuan bagi perkembangan studi akuntansi dengan
memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi perusahaan
mengambil keputusan untuk melakukan transfer pricing, khususnya
perusahaan manufaktur multinasional di Indonesia serta menambah
referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Landasan teori merupakan teori-teori yang relevan dan dapat digunakan
untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian serta dapat dijadikan dasar
dalam memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan dapat
membantu dalam penyusunan instrument penelitian. Grand theory dari
peneltian ini adalah Theory Agency
1. Agensi Teori
Teori agensi terfokus pada dua individu yaitu prinsipal dan agen.
Prinsipal mendelegasikan responsibility desicion making kepada agen.
Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang-orang ekonomi
yang rasional yang semata termotivasi oleh kepentingan pribadi, tapi
mereka kesulitan membedakan penghargaan atas preferensi, kepercayaan
dan informasi. Hak dan kewajiban dari prinsipal dan agen dijelaskan
dalam sebuah perjanjian kerja yang saling menguntungkan. Dalam
penelitian akuntansi manajemen, teori agensi digunakan untuk
mengidentifikasi kombinasi kontrak kerja dan sistem informasi yang akan
memaksimalkan fungsi manfaat prinsipal, dan kendala-kendala perilaku
yang muncul dari kepentingan agen (Eka Raharjo 2007:38).
Ahmed Riahi dan Belakaoui (2007:186) mengatakan bahwa
hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara
13
seorang prinsipal dan seorang agen untuk memberikan jasa demi
kepentingan prinsipal termasuk melibatkan adanya pemberian delegasi
kekuasaan pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun
agen diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya
sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kegunaan subjektif mereka, dan juga
menyadari kepentingan bersama mereka. Agen berjuang untuk
memaksimalkan pembayaran kontraknya yang bergantung pada suatu
tingkat usaha tertentu yang dibutuhkan. Prinsipal berjuang untuk
memaksimalkan pengembalian atas penggunaan sumber dayanya pada
pembayaran yang terutang kepada agen. Konflik kepentingan ini
diasumsikan akan dibawa ke dalam keadaan ekuilibrium oleh kontrak
kesepakatan. Kontrak mengikat pihak-pihak yang terlibat untuk setuju
atas serangkaian perilaku yang kooperatif mengingat adanya motif-motif
yang mendahulukan kepentingan diri sendiri. Ada dua alasan yang dapat
mengarah pada terjadinya divergensi antara kepentingan diri sendiri
dengan perilaku yang kooperatif yaitu :
a. Seleksi yang Merugikan (Adverse Selection)
Seleksi yang merugikan sebagai suatu masalah informasi, timbul
ketika agen menggunakan informasi khusus yang tidak dapat
diverifikasi oleh prinsipal untuk mengimplementasikan dengan
sukses suatu aturan input-tindakan yang berbeda dengan yang
diinginkan oleh prinsipal, dan karenanya menyebabkan prinsipal
14
tidak mampu menentukan apakah si agen telah membuat pilihan
yang tepat.
b. Risiko Moral (Moral Hazard)
Risiko moral sebagai suatu masalah informasi ex-post, timbul ketika
terdapat masalah motivasional dan konflik sebagai akibat dari
mendasarkan kontrak kesepakatan pada perilaku pengganti yang
tidak sempurna, dalam hal ini agen tidak tidak melaksanakan hal-hal
yang telah disepakati dalam kontrak kerja.
Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini
menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik oleh
principal maupun agent. Jensen & Meckling (1976) membagi biaya
keagenan ini menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss.
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal
untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan
mengontrol perilaku agent. Bonding cost merupakan biaya yang ditanggung
oleh agentuntuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin
bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal. Selanjutnya
residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya
kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agentdan
keputusan principal (Godfrey:1994).
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dsimpulkan bahwa teori
keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang
saling terkait antara pihak agen (manajemen) dan prinsipal (investor)
15
dimana pihak agen (manajemen) merupakan pihak yang menjalankan
perusahaan dengan mengharapkan gaji, bonus, serta tunjangan lain yang
bersumber dari laba serta aktivitas operasi perusahaan, sementara pihak
prinsipal (investor) merupakan pihak yang menannamkan uang atau
modalnya kedalam perusahaan dengan pengharapan mendapatkan imbalan
berupa laba baik dalam bentuk dividen atau bentuk natura (kenikmatan)
yang lain.
2. Transfer Pricing
a. Definisi
Menurut Organization for Economic Co–operation and
Development (OECD) dalam Nisa Septarini (2012:6) mendefinisikan
transfer pricing sebagai harga yang ditentukan dalam transaksi antar
anggota group dalam sebuah perusahaan multinasional, dimana harga
transfer yang ditentukan tersebut dapat menyimpang dari harga pasar
wajar sepanjang sesuai bagi groupnya.
Sedangkan menurut Suandy (2006) dalam Tri Marta
Chandraningrum (2009:4) mendefinisikan bahwa transfer pricing
adalah tindakan pengalokasian laba dari entitas perusahaan di satu
negara ke entitas perusahaan negara lain, dalam grup perusahaan dengan
tujuan untuk meminimalisir bukan menghindari pajak.
Sementara menurut Jerry M. Rosenburg (183:55) dalam Iman
Santoso (2004:126) mengatakan bahwa transfer pricing adalah: “the
16
price charged by one segment of an organization for a product or
service it supplies to another part of the same firm” . Rosenburg, dalam
hal ini mendefinisikan transfer pricing sebagai harga yang ditentukan
oleh satu bagian dari sebuah organisasi atas penyerahan barang atau jasa
yang dilakukannya kepada bagian lain dari organisasi yang sama.
Memperhatikan deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa transfer
pricing adalah suatu skema atau metode yang dapat dijadikan pilihan
oleh suatu pihak organisasi untuk menentukan serta mengalokasikan
laba antar organisasi yang bersangkutan.
a. Metode Transfer Pricing
Menurut Fadjar Harimurti (2007:54) Beberapa metode transfer
pricing yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan
konglomerasi dan departementasi yaitu:
1) Harga Transfer Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing)
Perusahaan yang menggunakan metode transfer atas dasar biaya
menetapkan harga transfer atas biaya variabel dan tetap yang
bisa dalam tiga pemilihan bentuk yaitu : biaya penuh (full cost),
biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan
gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus
fixed fee).
2) Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer
Pricing)
17
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing
atas dasar harga pasar inilah merupakan ukuran yang paling
memadai karena sifatnya yang independen. Namun keterbatasan
informasi pasar yang terkadang menjadi kendala dalam
mengunakan transfer pricing yang berdasarkan harga pasar.
3) Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan
divisi-divisi dalam perusahaan yang berkepentingan dengan
transfer pricing untuk menegosiasikan harga transfer yang
diinginkan. Harga transfer negosiasiasi mencerminkan
prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat
pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan
tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga
transfer yang dinegosiasikan.
b. Tujuan Transfer Pricing
Menurut Tri Marta Chandraningrum (2009:4) Ada tiga tujuan
penting dari penentuan harga transfer internasional yaitu :
1) Mengelola beban pajak mendominasi tujuan lainnya, tetapi
penggunaan operasional penentuan harga transfer seperti
mempertahankan posisi daya saing perusahaan.
2) Mempromosikan evaluasi kinerja yang setara.
3) Memberikan motivasi kepada karyawan.
18
3. Exchange Rate
a. Definisi
Menurut (Hanafi : 2010 dalam Mulyani : 2014) mengatakan bahwa
harga suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya (kurs) sangat
tergantung dari kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand)
mata uang tersebut. Sartono (2001) dalam Suciati dan Machfoedz
(2002:349) mengatakan bahwa pengertian nilai tukar mata uang
menurut FASB adalah rasio antara suatu unit mata uang dengan
sejumlah mata uang lain yang bisa ditukar pada waktu tertentu.
Perbedaan nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal penting untuk
dipahami karena keduanya mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
risiko nilai tukar. Perubahan nilai tukar nominal akan diikuti oleh
perubahan harga yang sama yang menjadikan perubahan tersebut tidak
berpengaruh terhadap posisi persaingan relatif antara perusahaan
domestik dengan pesaing luar negerinya dan tidak ada pengaruh
terhadap aliran kas. Sedangkan perubahan nilai tukar riil akan
menyebabkan perubahan harga relatif (yaitu perubahan perbandingan
antara harga barang domestik dengan harga barang luar negeri). Dengan
demikian perubahan tersebut mempengaruhi daya saing barang
domestik.
b. Fungsi Nilai Tukar
Menurut Goeltom dan Zulverdi (1998:73) penentuan sistem nilai tukar
merupakan suatu hal penting bagi perekonomian suatu negara karena
19
hal tersebut merupakan satu alat yang dapat digunakan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengisolasi perekonomian
suatu negara dari gejolak perekonomian global. Pada dasarnya
kebijakan nilai tukar yang ditetapkan suatu negara mempunyai
beberapa fungsi utama yaitu :
1) Mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran, dengan
sasaran akhir menjaga kecukupan cadangan devisa.
2) Menjaga kestabilan pasar domestik.
3) Sebagai instrumen moneter khususnya bagi negara yang
menerapkan suku bunga dan nilai tukar sebagai sasaran operasional
kebijakan moneter.
Selain itu, menurut Kewal (2012:58) mengatakan bahwa nilai tukar atau
disebut juga kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli
valuta asing, dikenal ada empat jenis, yaitu:
1. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2. Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs
beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh
Bank Central pada suatu saat tertentu.
3. Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
20
4. Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual
beli bank notes dan traveler chaque, di mana dalam kurs tersebut
telah diperhitungkan promosi dan biaya lain-lain.
4. Tunneling Incentive
Tunneling merupakan aktivitas pengalihan aset dan keuntungan
keluar perusahaan untuk kepentingan pemegang saham pengendali
perusahaan (Johnson, 2000 dalam Wafiroh dan Hapsari, 2015:161).
Struktur kepemilikan di Indonesia terkonsentrasi pada sedikit pemilik
sehingga terjadi konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas
dengan pemegang saham minoritas, kepemilikan saham di Indonesia
cenderung terkonsentrasi menyebabkan munculnya pemegang saham
pengendali dan minoritas (La Porta dkk., 2000 dalam Hartati dkk., 2015:3).
Yuniasih dkk. (2012:4) mengatakan bahwa munculnya masalah keagenan
antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas ini
disebabkan oleh lemahnya perlindungan hak-hak pemegang saham
minoritas, mendorong pemegang saham mayoritas untuk melakukan
tunneling yang merugikan pemegang saham minoritas (Claessens dkk.,
2002 dalam Yuniasih dkk., 2012:4).
Wafiroh dan Hapsari (2015:161) mengatakan bahwa tunneling dapat
dilakukan dengan cara menjual produk perusahaan kepada perusahaan yang
memiliki hubungan dengan manajer dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan harga pasar, mempertahankan posisi atau jabatan
21
pekerjaannya meskipun mereka sudah tidak kompeten atau berkualitas lagi
dalam menjalankan usahanya atau menjual asset perusahaan kepada
perusahaan yang memiliki hubungan dengan manajer (pihak terafiliasi).
Selain itu Marfuah dan Pooren (2013) mengidentifikasi dua
kemungkinan cara yang dapat dilakukan pemegang saham pengendali untuk
mendapatkan manfaat privat atas kontrol dari kebijakan perusahaan yaitu
melalui kebijakan operasi perusahaan dan kebijakan kontraktual dengan
pihak lain. Bentuk-bentuk manfaat privat yang dapat diperoleh melalui
kebijakan operasi perusahaan antara lain gaji dan tunjangan tinggi, bonus
dan kompensasi besar, serta dividen. Sedangkan cara untuk memperoleh
manfaat privat melalui kebijakan kontraktual antara lain dilakukan melalui
tunneling.
5. Mekanisme Bonus
Menurut Suryatiningsih et al., 2009 dalam Winda Hartati dkk,
2015), mekanisme bonus adalah komponen penghitungan besarnya jumlah
bonus yang diberikan oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham
melalui RUPS kepada anggota direksi yang dianggap mempunyai kinerja
baik. Purwanti (2008:434) menegaskan bahwa skema bonus berdasarkan
laba merupakan cara yang paling populer dalam memberikan penghargaan
kepada eksekutif perusahaan, maka adalah logis bila manajer yang
remunerasinya didasarkan pada tingkat laba akan memanipulasi laba untuk
memaksimalkan remunerasinya serta hal tersebut menyangkut pula
22
kesejahteraan para eksekutif di internal perusahaan. Ada dua jenis dasar
rencana kompensasi untuk memberikan reward pada kinerja manajer yang
diukur oleh angka-angka akuntansi, yaitu rencana bonus dan rencana
kinerja. Pemisahan kinerja merupakan faktor yang memotivasi rencana
kompensasi berbasis laba akuntansi. Perencanaan bonus memberikan
insentif pada manajer untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Indek kinerja
dalam kalkulasi bonus harus dikorelasi dengan efek tindakan manajer
terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar korelasi antara
laba dan efek tindakan manajer tertentu terhadap nilai perusahan, semakin
cenderung rencana bonus berbasis laba digunakan untuk memberikan
reward pada manajer (Gayatrie, 2014:204).
Menggunakan mekanisme bonus dalam teori keagenan,
menjelaskan bahwa kepemilikan manajemen di bawah 5% terdapat
keinginan dari manajer untuk melakukan manajemen laba agar
mendapatkan bonus yang besar. Kepemilikan manajemen 25%, karena
manajemen mempunyai kepemilikan yang cukup besar dengan hak
pengendalian perusahaan, maka asimetris informasi menjadi berkurang.
Jika manajemen melakukan pengelolaan laba secara oportunis, maka
informasi laba tersebut dapat menyebabkan pengambilan keputusan
investasi yang salah bagi investor (Kane dkk., 2005 dalam Wafiroh dan
Hapsari, 2015:161).
23
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian terdahulu mengenai
topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
24
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1.
Kenneth J.
Klassen, Petro
Lisowsky,
Devan Mescall
(2017)
Transfer Pricing :
Strategies, Practice,
and Tax Minimization
Terdapat variabel
transfer pricing.
Tidak terdapat variabel
exchange rate, mekanisme
bonus, dan tunneling
incentive.
Menunjukkan bahwa perusahaan
yang berfokus dalam
meminimalisasi pajak mempunyai
effective tax rate 6.6% lebih
rendah dan mempunyai $43
million dalam penghematan
pajak. Penelitian ini juga
menemukan bahwa apabila ketika
tingginya pendapatan luar negeri,
penggunaan tax haven, dan
pengendalian research and
development activity diatur
sedemikian rupa dengan tax
minimization strategi maka akan
akan menghasilkan hasil yang
memuaskan bagi perusahaan.
25
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. Winda Hartati,
Desmiyawati,
dan Julita
(2015)
Tax Minimization,
Tunneling Incentive,
dan Mekanisme
Bonus Terhadap
Keputusan Transfer
Pricing Seluruh
Perusahaan Listing di
Bursa Efek
Indonesia.
Terdapat variabel
transfer pricing,
tunneling incentive, dan
mekanisme bonus.
Tidak terdapat variabel
exchange rate serta sample
penelitian yakni seluruh
perusahaan yang listing di
BEI pada tahun 2012.
Tax minimization, tunneling
incentive, dan mekanisme bonus
berpengaruh signifikan terhadap
keputusan transfer pricing.
3. Christian
Plesner Rossing
(2013)
Mengenai Tax
strategy control: The
case of transfer
pricing tax risk
management
Terdapat variabel
transfer pricing.
.
Tidak terdapat variabel
exchange rate, mekanisme
bonus, dan tunneling
incentive serta penelitian ini
menguji bagaimana fungsi
tax strategy mempengaruhi
management control system
dalam perusahaan
menghadapi resiko
perpajakkan dalam transfer
pricing.
Menunjukkan bahwa perusahaan
multinasional cenderung
melakukan pengendalian terhadap
pembayaran pajak melalui
pengendalian harga dengan
mekanisme transfer pricing dan
fungsi tax strategy mempengaruhi
4 elemen dalam levers of control
yang mensugesti manajemen
untuk melakukan pengaturan
terhadap perpajakkan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
26
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4. Mark Cecchini,
Robert Leitch,
Caroline Strobel
(2013)
Multinational
Transfer Pricing : A
Transaction Cost and
Resource Based View
Variabel Transfer
Pricing
Tidak terdapat variabel
exchange rate, mekanisme
bonus, dan tunneling incentive
serta penelitian ini berusaha
untuk memberikan gambaran
mengenai pengambilan
keputusan transfer pricing
melalui sudut pandang
transaction cost economic
(TCE) dan resource by view
(RBV) dalam kerangka rantai
nilai, serta sample dalam
penelitian ini adalah berbagai
literature teoritis yang
berhubungan dengan
pandangan dan kerangka
peneliti.
Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa dalam framework TCE
dan RBV mengsugesti untuk
mengatur kebijakan mengenai
transfer pricing lebih mendalam
untuk dapat menghadapi
permasalahan yang lebih
kompleks serta terkait satu sama
lain atau bahkan permasalahan
yang bersifat ganjil/aneh.
27
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman berikutnya
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5.
Marfuah dan
Andi Puren
Noor Azizah
(2013)
Pengaruh pajak,
tunneling incentive,
dan exchange rate
pada keputusan
perusahaan
melakukan transfer
pricing.
Terdapat varibel
tunneling incentive,
exchange rate, dan
transfer pricing serta
menggunakan
perusahaan
manufaktur sebagai
objek penelitian.
Tidak terdapat variabel
mekanisme bonus serta tahun
penelitian pada penelitian
tersebut hanya pada tahun
2012 pada perusahaan
manufkatur yang listed di
BEI.
Pajak dan tunneling incentive
berpengaruh positif signifikan
terhadap transfer pricing dan
exchange rate pada penelitian ini
menunjukkan pengaruh positif
namun tidak signifikan.
6.
Grant
Richardson
(2013)
Determinants of
transfer pricing
aggressiveness:
Empirical evidence
from Australian
firms.
Terdapat variabel
transfer pricing
Tidak terdapat variabel
exchange rate, mekanisme
bonus , dan tunneling
incentive
Menunjukkan bahwa firm size,
profitability, leverage, intangible
assets berpengaruh positif
siginifikan terhadap keputusan
transfer pricing perusahaan
publik Australia serta
perusahaan melakukan
penggabungan efek dari aset tak
berwujud dan multinasionalitas
sebagai langkah untuk
meningkatkan harga transfer.
28
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7.
Ni Wayan
Yuniasih : dkk
(2012)
Pengaruh pajak dan
tunneling incentive
terhadap keputusan
transfer pricing.
Terdapat variabel
tunneling incentive
dan transfer pricing
serta menggunakan
rasio yang sama dalam
pengukuran kedua
variabel tersebut dan
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang
listing di BEI sebagai
sample dalam
penelitiannya.
Objek penelitian tidak
terdapat variabel exchange
rate, dan mekanisme bonus,
serta tahun pengambilan
sample penelitian yang
berbeda yakni 2008-2010.
Menunjukkan hasil bahwa pajak
dan tunneling incentive
berpengaruh positif terhadap
keputusan perusahaan melakukan
skema transfer pricing.
Bersambung pada halaman berikutnya
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8.
Tri Marta
Chandraningrum
(2011)
Mengenai pengaruh
transfer pricing
terhadap
perencanaan pajak
di perusahaan
multinasional.
Terdapat variabel
transfer pricing.
Memiliki objek penelitian
yang sama yakni transfer
pricing namun dengan posisi
variabel yang berbanding
terbalik yakni transfer pricing
sebagai variabel dependent
sedangkan perencanaan pajak
sebagai varibel
independennya.
Menunjukkan bahwa transfer
pricing dapat mempengaruhi
perencanaan pajak atau menekan
beban pajak di perusahaan
multinasional di Indonesia.
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
30
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh exchange rate terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing
Berkembangnya dunia bisnis membuat berkembang pula
motif perusahaan dalam menerapkan transfer pricing di
perusahaannya. Seperti yang disebutkan oleh Prem Sikka dan Hugh
Willmott (2010:342), salah satu motif perusahaan menggunakan
skema trasnfer pricing adalah mengejar arus kas. Saat ini
perusahaan multinasional telah berlomba-lomba untuk dapat
meluaskan jaringan pemasarannya ke luar negeri, Marfuah dkk.
(2013:157) mengatakan karena perbedaan mata uang sebagian besar
perusahaan multinasional meminta pertukaran satu valuta dengan
valuta yang lain untuk melakukan pembayaran, karena nilai tukar
valuta yang terus-menerus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan
untuk melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya
adalah jumlah unit valuta negara asal yang dibutuhkan untuk
membayar bahan baku dari luar negeri bisa berubah-ubah walaupun
pemasoknya tidak merubah harga. Sedangkan, arus kas perusahaan
multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang dimana
nilai setiap mata uang relatif kepada nilai dolar akan berbeda seiring
dengan perbedaan waktu. Exchange rate yang berbeda-beda inilah
yang nantinya akan mempengaruhi praktik transfer pricing pada
perusahaan multinasional.
31
Penelitian yang dilakukan oleh Canri Chan, Landry dan
Terrace (2003), yang menunjukkan bahwa exchange rate
berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan transfer pricing
dan hal tersebut sejalan dengan perumusan hipotesis. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Marfuah dan Andi Pooren Nur
Azizah (2013) menunjukkan bahwa exchange rate memiliki
pengaruh postif namun tidak signifikan terhadap keputusan transfer
pricing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Canri Chan,
Landry, dan Terrace (2003) serta Marfuah dan Andi Pooren Nur
Azizah (2013) terdapat perbedaan signifikansi mengenai pengaruh
exchange rate sehingga perlu diuji kembali. Oleh karena itu,
hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
H1: exchange rate berpengaruh terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing.
2. Pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing
Ni Wayan Yuniasih dkk. (2012:4) mengatakan bahwa salah
satu munculnya masalah keagenan antara pemegang saham
mayoritas dan pemegang saham minoritas salah satunya adalah
lemahnya perlindungan hak-hak pemegang saham minoritas,
mendorong pemegang saham mayoritas untuk melakukan tunneling
yang merugikan pemegang saham minoritas.
32
Mispiyanti (2016:66) mengatakan bahwa transaksi pihak
berelasi dapat dimanfaatkan sebagai tujuan oportunis oleh
pemegang saham pengendali untuk melakukan tunneling. Adapun
transaksi pihak berelasi tersebut dapat berupa penjualan atau
pembelian yang digunakan untuk mentransfer kas atau aset lancar
lain keluar dari perusahaan melalui penentuan harga yang tidak
wajar untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Kemudian
pemegang saham pengendali akan memperoleh kekuasaan dan
insentif dalam suatu perusahaan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Yuniasih dkk.
(2012), Hartati dkk. (2015), dan Mispiyanti (2015) menunjukkan
bahwa tunneling incentive berpengaruh signifikan terhadap
keputusan transfer pricing. Oleh karena itu, hipotesis dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
H2 : tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan melakukan transfer pricing
3. Pengaruh mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing
Saat ini lebih dari 60% perusahaan di dunia merupakan
perusahaan yang berskala multinasional dan menggunakan transfer
pricing dalam kegiatannya (Indah Dewi Nurhayati, 2013:32).
Berbanding lurus dengan hal tersebut, berlalunya peristiwa
Sarbanas Oxley telah menyebabkan meningkatnya kewaspadaan
33
serta pengawasan terhadap potensi manipulasi manajemen atas
laporan keuangan. Hal tersebut seakan memberikan gambaran
bahwa pihak manajemen memiliki potensi untuk memanipulasi
pilihan metode yang digunakan oleh suatu organisasi untuk
menghasilkan laporan keuangan yang dapat memaksimalkan jumlah
keuntungan yang mereka dapat (Canri Chan., dkk 2003:35), dan
transfer pricing merupakan metode yang dapat digunakan bagi
pihak manajemen untuk melakukan hal tersebut.
Keputusan mengenai harga transfer (transfer pricing) dalam
organisasi yang terintegrasi secara vertikal memiliki dampak yang
signifikan terhadap kompensasi insentif yang diterima pihak
manajemen khususnya perdivisi. Tentu saja hal ini akan
menimbulkan konflik antar divisi apabila penentuan harga transfer
tidak dikonsolidasikan dengan baik (Yoon dan Theodore,
1998:139).
Penelitian yang dilakukan oleh Ika Nurjanah dkk. (2015) dan
Winda Hartati dkk. (2015) menunjukkan bahwa mekanisme bonus
memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Wafiroh dan Hapsari (2015)
serta Mispiyanti (2015) menunjukkan bahwa mekanisme bonus
tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut terdapat inconsistency
mekanisme bonus terhadap transfer pricing sehingga perlu diuji
34
kembali. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
H3 : mekanisme bonus berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan melakukan transfer pricing
35
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian diatas terbentuk kerangka pemikiran sebagai berikut :
Bersambung pada halaman selanjutnya
Perusahaan X Perusahaan Y
Terdapat transfer pricing baik berupa barang atau
jasa
Adanya kemungkinan penyelewengan dalam penggunaan kebijakan
transfer pricing karena adanya perbedaan kepentingan perusahaan
dengan peraturan OECD Guidlines dan UU PPh No. 36 tahun 2008
Pengaruh exchange rate, tunneling incentive , dan
mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing
Landasan Teori:Agensi Teori
Hubungan
Istimewa
36
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Variabel Independen:
Exchange Rate
(X1)
Tunneling Incentive
(X2)
Mekanisme Bonus
(X3)
Variabel
Dependen:
Keputusan
Perusahaan
Melakukan
Transfer Pricing
Model Analisis :
Regresi Logistik
Pembahasan dan Hasil
Pengujian
Kesimpulan dan Saran
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu
exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus terhadap variabel
dependen yaitu trasnfer pricing. Populasi penelitian ini sektor manufaktur
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
B. Metode Penetuan Sampel
Sampel penelitian ini adalah sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive
sampling) dengan teknik berdasarkan pertimbangan tertentu (judgment
sampling) yang melibatkan pemilihan subjek yang berada di tempat yang
paling menguntungkan atau dalam posisi terbaik untuk memberikan
informasi yang diperlukan (Uma Sekaran 2015:137), adapun peneliti
menentukan samel penelitian dengan keriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesai (BEI)
pada periode 2013, 2014, hingga 2015.
2. Perusahaan sampel dikendalikan oleh perusahaan asing dengan
persentase kepemilikan 20% atau lebih. Hal ini sesuai dengan PSAK
No. 15 yang menyatakan bahwa pemegang saham pengendali adalah
38
pihak yang memiliki saham atau efek yang bersifat ekuitas sebesar 20%
atau lebih.
3. Perusahaan sampel tidak mengalami kerugian selama periode
pengamatan.
4. Perusahaan sampel mempunyai data laba/rugi selisih kurs.
5. Data laporan keuangan perusahaan sampel selalu tersedia untuk tahun
pelaporan 2013 hingga 2015.
6. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan tahunan dalam satu
jenis mata uang yaitu rupiah.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah jenis data
sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh
melalui metode dokumentasi yang merupakan salah satu metode dengan
mengumpulkan catatan peristiwa yang telah lalu. Metode dokumentasi ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan laporan keuangan. Data pendukung
lainnya diperoleh dengan metode studi pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah,
literatur yang memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian ini. Data
diperoleh dari www.idx.co.id yang berupa laporan tahunan (annual report).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis
kuantitatif yang diukur dalam suatu skala numerik atau angka (Mudrajad
Kuncoro 2003:124). Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan
dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan
39
informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis model logit atau regresi logistik (logistic
regression) dengan bantuan program IBM Statistical Package for Social
Sciences (SPSS) versi 22. Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik
(logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dikotomi atau
dummy, sehingga dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic
regression) karena tidak perlu uji asumsi normalitas data pada variabel
dependennya (Imam Ghozali 2013:333).
1. Uji Statistik Deskriptif
a. Uji Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Uji
deskriptif yang digunakan, antara lain rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum dan minimum. Statistik deskriptif menyajikan
ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel,
sehingga secara konstektual dapat lebih mudah dimengerti oleh
pembaca.
b. Uji Frekuensi
Frekuensi deskriptif adalah susunan data menurut kelas-kelas
tertentu atau pengelompokkan data ke dalam kategori yang
menunjukkan banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data
tidak dapat dimasukkan ke dalam dua atau lebih kategori.
40
2. Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik merupakan alat analisis yang digunakan untuk
mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen, dalam hal ini variabel dependennya dalam bentuk
variabel dummy (diantara 0 dan 1). Dalam analisis regresi logistik tidak
memerlukan uji asumsi klasik karena didalam analisis regresi logistik
dihasilkan suatu analisis model fit yang menggambarkan apakah data
dari penelitian ini baik untuk digunakan dalam penelitian. Uji yang
dilakukan dalam uji regresi logistik adalah sebagai berikut:
a. Menilai Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data.
Beberapa tes
statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai
model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesakan fit dengan data
HA : Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesa nol
agar supaya model fit dengan data. Statistik yang digunakan
berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan data
input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L
ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-2LL)
41
menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model
yang dihipotesikan fit dengan data.
b. Uji Koefisien Determinasi
Cox dan Snell’s R square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran R² pada multiple regression yang didasarkan pada teknik
estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu)
sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan
modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa
nilainya bervariasi dari 0 (nol) samapai 1 (satu). Hal ini dilakukan
dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R² dengan nilai
maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R² dapat diintrepretasikan seperti
nilai R² pada multiple regression. Nilai nagelkerke’s R² yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan
variabel-variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1
berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
c. Uji Kelayakan Model Regresi
Uji Hosmer dan Lemeshow digunakan untuk menguji hipotesis nol
bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada
perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit test
statistics sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol
ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan
42
nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena
model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai
statistik Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit lebih besar dari
0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model
dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
d. Uji Matriks Klasifikasi
Uji matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksidari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan dalam
membuat keputusan transfer pricing. Kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat
dinyatakan dalan persen.
e. Pengujian Hipotesis Penelitian
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likelihood Estimation
(MLE).
Ho = b1 = b2 = b3 = ...= bi = 0
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ...≠ bi ≠ 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (X) tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan
(dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan
menggunakan α = 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:
1) Jika nilai probabilitas (sig) < α maka hipotesis alternatif
didukung
43
2) Jika nilai probabilitas (sig) > α maka hipotesis alternatif tidak
didukung
f. Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik
dengan melihat pengaruh exchange rate, tunneling incentive, dan
mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan
transfer pricing. Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah:
Keterangan :
TP : Transfer Pricing, 1 untuk perusahaan yang melakukan
Penjualan ke pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan
penjualan ke pihak yang mempunyai hubungan
istimewa
𝛼 : Konstanta
𝛽1 − 𝛽3 : Keofisien variabel independen
ER : Exchange Rate
TNC : Tunneling Incenive
BONUS : Mekanisme Bonus
𝐥𝐧(𝐩
𝟏 − 𝐩) = 𝐓𝐏 = 𝛂 + 𝛃𝟏𝐄𝐑 + 𝛃𝟐𝐓𝐍𝐂 + 𝛃𝟑𝐁𝐎𝐍𝐔𝐒 + 𝛆
44
E. Operasionalisasi Variabel
Pada bagian ini akan diuraikan definisi masing-masing variabel yang
digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Exchange Rate
Exchange rate adalah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar
mata uang terhadap pembayaran saat ini atau dikemudian hari antara dua
mata uang masing-masing negara atau wilayah. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah exchange rate. Dimana variabel exchange
rate dihitung berdasarkan skala rasio dari laba atau rugi selisih kurs
dibagi dengan laba atau rugi penjualan, dengan rumus sebagai berikut
(Marfuah dan Andri Puren N.A. 2013) :
2. Tunneling Incentive
Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham
mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk
kepentingan mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang
saham minoritas.Variabel independen dalam penelitian ini adalah
tunneling incentive (TNC). Dimana variabel tunneling incentive
diproksikan dengan persentase kepemilikan saham oleh pihak asing atau
perusahaan asing 20% atau lebih. Karena kepemilikan saham 20% atau
lebih,atau yang biasa disebut equity method, bisa mempengaruhi atau
𝐄𝐱𝐜𝐡𝐚𝐧𝐠𝐞 𝐑𝐚𝐭𝐞 =𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐑𝐮𝐠𝐢 𝐒𝐞𝐥𝐢𝐬𝐢𝐡 𝐊𝐮𝐫𝐬
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐑𝐮𝐠𝐢 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
45
mengontrol kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran variabel ini
dilakukan dengan menggunakan skala rasio, dengan rumus sebagai
berikut (Yuniasih dkk, 2012) :
3. Mekanisme Bonus
Mekanisme bonus adalah pemberian imbalan diluar gaji kepada
direksi perusahaan atas hasil kerja yang dilakukan dengan melihat
prestasi kerja direki itu sendiri. Prestasi kerja yang dilakukan dapat
dinilai dan diukur berdasarkan suatu penilaian yang telah ditentukan
perusahaan secara objektif. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah adalah mekanisme bonus. Dimana variabel mekanisme bonus
diproksikan dengan indeks trend laba bersih (ITRENDLB). Pengukuran
variabel ini menggunakan skala rasio dengan rumus sebagai berikut (
Winda Hartati dkk, 2014):
4. Transfer Pricing
Transfer pricing dalam penelitian ini diproksikan melalui
keberadaan penjualan kepada pihak-pihak yang memliki hubungan
istimewa. Hal tersebut dianggap mampu memberikan kemungkinan
bahwa perusahaan tersebut melakukan transfer pricing kepada pihak
𝐓𝐍𝐂 = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫
𝐈𝐓𝐑𝐄𝐍𝐃𝐋𝐁 =𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭 − 𝟏
46
afiliasinya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah transfer
pricing. Transfer pricing merupakan dummy variable dimana sampel
akan bernilai 1 jika perusahaan manufaktur melakukan penjualan
kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa, sedangkan sampel
akan bernilai 0 jika perusahaan manufaktur tidak melakukan penjualan
kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa (Yuniasih dkk, 2012)
47
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Jenis
Variabel Indikator Skala
1.
Excha-
nge Rate
(Marfuah
dan
Andri P.
: 2013)
Indepen-
den
Exchange Rate
= Laba Rugi Selisih Kurs
Laba Rugi Sebelum Pajak
Rasio
2.
Tunne-
ling
Incentive
(Ni
Yawan
Yuniasih
dkk,
2012)
Indepen-
den
TNC
=Jumlah Kepemilikan Saham Terbesar
Jumlah Saham Beredar
Rasio
3.
Mekanis-
me
Bonus
(Winda
Hartati
dkk
,2014)
Indepen-
den
ITRENDBL
=Laba Bersih Tahun t
Laba Bersih Tahun t − 1
Rasio
4.
Transfer
Pricing
(Ni
Wayan
Yuniasih
dkk,
2012)
Depen-
den
1 = adanya transaksi penjualan dengan
pihak istimewa
0 = tidak ada transaksi penjualan dengan
pihak istimewa
Nominal
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan sektor manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013-2015.
Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh exchange rate, tunneling
incentive, dan mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan melakukan
transfer pricing.
Perusahaan sektor manufaktur termasuk ke dalam secondary
sectors, yang mana satu dari tiga sektor yang di Bursa Efek Indonesia yakni
(1) primary sectors yang terdiri dari sub sektor agrikultur dan
pertambangan, (2) secondary sectors yang terdiri dari sub sector basic
industry kimia, sektor industri aneka macam, serta sektor barang konsumsi,
dan (3) tertiary sectors terdiri dari sub sektor properti dan real estate, sektor
infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan serta sektor
perdagangan, jasa dan investasi. Perusahaan sektor manufaktur adalah suatu
perusahaan yang menghasilkan atau memproduksi barang yang akan
didistribusikan kepada distributor atau konsumen akhir untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menentukan
sampel adalah metode purposive sampling. Penelitian ini mengambil
sampel selama tiga tahun yakni tahun 2013-2015. Penelitian secara
49
purposive sampling mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai
dengan tujuan penelitian. Data yang digunakan yakni diambil dari laporan
keuangan dan annual report pada 2013, 2014, dan 2015 yang diakses
melalui website www.idx.co.id.
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan tampak pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Tahap Penyeleksian Sampel dengan Kriteria
No. Kriteria Jumlah Tahun
1
Jumlah tahun perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2013-2015
424
2 Jumlah tahun perusahaan sektor
manufaktur yang tidak konsisten
terdaftar di BEI periode 2013-2015
(37)
3
Jumlah tahun perusahaan sektor
manufaktur yang mengalami
kerugian dan tidak menggunakan
rupiah dalam laporannya
(204)
4
Jumlah tahun perusahaan manufaktur
yang tidak memiliki persentase
kepemilikan asing minimal 20% dan
tidak memiliki laba rugi selisih kurs
(117)
5
Jumlah tahun perusahaan yang
dijadikan sampel selama periode
pengamatan
66
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah tahun perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2013-2015 berjumlah 424. Dari 424 perusahaan dalam tahun perusahaan
tersebut terdapat 37 yang tidak konsisten terdaftar di BEI pada periode
50
2013-2015, selain itu terdapat 204 yang mengalami kerugian dan tidak
menggunakan rupiah dalam laporannya, serta terdapat 117 yang tidak
memiliki kepemilikan asing minimal 20% dan tidak memiliki laba rugi
selisih kurs. Sehingga perusahaan sektor manufaktur dalam tahun
perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebanyak 66 atau dengan kata lain
terdapat 22 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Adapun daftar
perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat pada lampiran.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi logistik (logistic regression). Tujuannya untuk memperoleh
gambaran menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (exchange
rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus) terhadap variabel
dependen yakni transfer pricing.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
a. Hasil Uji Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi varibel
independen (Y) yaitu transfer pricing serta variabel dependen (X)
yaitu exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus.
Hasil pengujian variabel-variabel tersebut secara deskriptif dapat
dilihat dalam tabel 4.2
51
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskriptif
N Min. Max. Sum Mean
Std.
Deviation
ER 66 -68.66 142.66 -79.11 -1.1987 26.12229
BNS 66 .25567 992.2859 1054.609 15.97892 122.024653
TIN 66 .16944 .979750 37.44184 .5673006 .239630948
Valid
N
listwis
66
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif adalah untuk melihat kualitas
data penelitian yang ditunjukkan dengan angka atau nilai yang
terdapat pada mean dan standar deviasi. Dapat dikatakan apabila
mean lebih besar daripada standar deviasinya maka kualitas data
adalah lebih baik.
Berdasarkan tabel 4.2 hasil analisis menggunakan statistik deskriptif
exchange rate menunjukkan nilai rata-rata -1.198. Hal ini
menunjukkan bahwa exchange rate pada perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015 rata-rata sebesar -
119.8%. Hal ini dikarenakan rentang variasi exchange rate yang
cukup tinggi yang ditunjukkan dengan besarnya selisih nilai
maksimum 142.66 dengan nilai minimum -68.66 serta standar
deviasi dalam variabel ini adalah 26.122.
Variabel tunneling incentive memiliki nilai rata-rata sebesar 0.567.
Hal ini menunjukkan bahwa tunneling incentive yang diproksikan
dengan kepemilikan saham oleh pihak asing pada perusahaan yang
52
terdaftar di BEI periode 2013-2015 rata-rata sebesar 56.7%. Ini
menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan cenderung
terkonsentrasi pada sebagian kecil pihak. Selanjutnya untuk nilai
maksimum, minimum, dan standar deviasi pada variabel ini adalah
sebesar 0.979, 0.169, dan 0.239.
Adapun variabel mekanisme bonus memperlihatkan nilai rata-rata
15.978. Hal ini dikarenakan rentang variasi bonus yang cukup tinggi
yang ditunjukkan dengan besarnya selisih nilai maksimum 992.285
dengan nilai minimum 0.255, adapun nilai standar deviasi pada
variabel ini adalah 122.024.
b. Hasil Uji Frekuensi
Tabel 4.3
Hasil Uji Frekuensi Transfer Pricing
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi untuk
variabel transfer pricing. Dari total 66 sampel perusahaan, ada 5
perusahaan yang tidak melakukan praktik transfer pricing atau
sekitar 7.6% dan sisanya sebesar 61 perusahaan melakukan praktik
transfer pricing yang ditunjukkan dengan adanya penjualan dengan
Valid
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
0 5 7,6 7,6 7,6
1 61 92,4 92,4 100,0
66 100,0 100,0
53
pihak yang mempunyai hubungan istimewa atau sekitar 92.4%.
Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
perusahaan manufakur yang terdafatr di BEI menggunakan skema
transfer pricing.
2. Hasil Analisis Regresi Logistik
Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh variabel
exchange rate, tunneling incentive, dan mekanisme bonus terhadap
variabel transfer pricing yang bersifat dummy (adanya transaksi
penjualan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa).
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan uji regresi logistik dengan
tingkat signifikansi (𝛼) sebesar 5 persen. Kelayakan model regresi
dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness Fit
Test. Uji yang dilakukan dalam regresi logisik adalah sebagai berikut
(Imam Ghozali, 2103) :
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan
data baik sebelum atau sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam
model. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2
Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai
-2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya
pengurangan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan pada -2 Log
Likelihood akhir menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit
54
dengan data. Berikut ini disajikan data hasil uji kesesuaian
keseluruhan model :
Tabel 4.4
Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh informasi bahwa dimana nilai awal
(Block Number = 0) model yang hanya memasukkan konstanta
mempunyai nilai -2LL sebesar 35.413. Sedangkan pada nilai akhir
(Block Number = 1) mengalami penurunan setelah masuknya
beberapa variabel independen dalam penelitian, nilai -2LL seebsar
18.097. Penurunan ini menunjukkan model regresi yang baik dengan
kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data, artinya
penambahan variabel bebas yaitu exchange rate, tunneling
incentive, dan mekanisme bonus akan memperbaiki model fit
penelitian ini.
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas variabel-variabel independen mampu menperjelas
variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi
logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Berikut hasil
pengujian koefisien determinasi :
Keterangan -2 Log Likelihood
Block Number = 0 35.413
Block Number = 1 18.097
55
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 18.097a .231 .556
Sumber : Output SPSS
Tabel 4.5 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square 0.556 yang
berarti variabilias variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen adalah sebesar 55.6% sisanya sebesar 44.4%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain seperti debt covenant, tax
minimization, ukuran perusahaan, profitabilitas serta variabel-
variabel lain yang berada diluar model penelitian atau secara
bersama-sama variasi variabel exchange rate, tunneling incentive,
dan mekanisme bonus dapat menjelaskan keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing sebesar 55,6%.
c. Hasil Uji Kelayakan Model regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Berikut ini disajikan data hasil
pengujian kelayakan model regresi :
Tabel 4.6
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
Step Chi-square Df Sig.
1 1.087 7 .993
Sumber : Output SPSS
56
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan nilai Chi-square sebesar 1,087
dengan signifikansi sebesar 0,993. Berdasarkan hasil tersebut
karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat
disimpulkan mampu memprediksi model observasinya.
d. Hasil Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan membuat
keputusan transfer pricing. Hasil uji mariks klasifikasi ditunjukkan
pada tabel 4.7 :
Tabel 4.7
Hasil Uji Matriks Klasifikasi
Sumber : Output SPSS
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa kekuatan model regresi dalam
memprediksi keputusan perusahaan melakukan transfer pricing
adalah sebesar 98,4% yaitu dari total 61 sampel yang akan diprediksi
melakukan transfer pricing sedangkan kekuatan prediksi model
untuk sampel yang tidak melakukan transfer pricing adalah 20%
Observasi
Predicted
TP Percentage
Correct 0 1
Step 1 TP 0
1
Overall Percentage
1 4 20.0
1 60 98.4
92.4
57
yang berarti bahwa pada model regresi yang digunakan terdapat
20% perusahaan yang diprediksi melakukan transfer pricing dari
total 5 perusahaan yang melakukan transfer pricing.
e. Hasil Hipotesis dan Model Regresi Terbentuk
Model regresi yang terbentuk disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Regresi Logisik
Sumber : Output SPSS
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilkan
model berikut ini :
Ln (p/1-p) = TP = -2,757+0,90ER+16,133TNC+0,002BONUS+𝜀
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel exchange rate
sebagai variabel independen memiliki koefisien regresi positif
sebesar 0,90 dengan tingkat signifikansi 0,028 yang berada dibawah
0,05 (5%). Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 𝛼 = 5%
maka hipotesis kesatu (Ha1) diterima artinya exchange rate
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing.
Variabel B. Sig.
Step 1a
Exchange Rate 0,90 0,028
Tunneling Incentive 16,133 0,035
Mekanisme Bonus 0,002 0,958
Constant -2,757 0,187
58
Variabel tunneling incentive sebagai variabel independen memiliki
koefisiensi regresi positif sebesar 16,133 dengan tingkat signifikansi
0,035 yang berada dibawah 0,05 (5%). Karena tingkat signifikansi
lebih kecil dari 𝛼 = 5% maka hipotesis kedua (Ha2) diterima
artinya tunneling incentive berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan perusahaan melakukan transfer pricing.
Variabel mekanisme bonus memiliki koefisiensi regresi positif
sebesar 0,002 dengan tingkat signifikansi 0,958 yang berada diatas
0,05% (5%). Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 𝛼 = 5%
maka hipotesis ketiga (Ha3) tidak diterima artinya mekanisme bonus
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Exchange Rate terhadap Keputusan Perusahaan
Melakukan Transfer Pricing
Hasil uji koefisien regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi yang dimiliki oleh variabel exchange rate sebesar
0,028<0,05 dan koefisien regresi positif sebesar 0,90. Hal ini
menandakan bahwa exchange rate berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan melakukan transfer pricing.
Sartono (2001) dalam Suciati dan Machfoedz (2002:349)
mengatakan bahwa pengertian nilai tukar mata uang menurut FASB
adalah rasio antara suatu unit mata uang dengan sejumlah mata uang lain
59
yang bisa ditukar pada waktu tertentu. Arus kas perusahaan
multinasional didenominasikan dalam beberapa mata uang dimana nilai
setiap mata uang relatif kepada nilai dolar akan berbeda seiring dengan
perbedaan waktu. Exchange rate yang berbeda-beda inilah yang
nantinya akan mempengaruhi praktik transfer pricing pada perusahaan
multinasional (Marfuah dan Pooren : 2013).
Penelitian ini membuktikan bahwa exchange rate berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing yang
didukung oleh penelitian Canri Chan dkk, 2003 yang dalam
penelitiannya menyatakan bahwa exchange rate berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Hal ini sejalan
dengan hipotesis bahwa exchange rate berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan melakukan transfer pricing dikarenakan pada pihak agen
(manajemen) cenderung menggunakan perbedaan nilai tukar mata uang
untuk meluruskan tujuannya dalam menggunakan transfer pricing yang
terlihat pada laporan keuangan dalam akun laba rugi selisih kurs dari
aktivitas operasi dan laba rugi sebelum pajak dimana hal tersebut dapat
mewakili bagaimana tingkat kecenderungan pihak manajemen dalam
memanfaatkan perbedaan nilai tukar mata uang yang dihadapi
perusahaan dalam penggunaanya dengan transfer pricing. Oleh karena
itu diharapkan adanya pengawasan yang lebih ketat baik dari pihak
internal perusahaan dan ekternal perusahaan khususnya pemerintah
dalam menjaga stabilisasi perekonomian dan mengawasi jalannya
60
kinerja perusahaan khususnya pada perusahaan yang melakukan praktek
transfer pricing..
2. Pengaruh Tunneling Incentive terhadap Keputusan Perusahaan
Melakukan Transfer Pricing
Hasil uji koefisien regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi yang dimiliki oleh variabel tunneling incentive sebesar
0,035<0,05 dan koefisien regresi positif sebesar 16,133. Hal ini
menandakan bahwa tunneling incentive berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan melakukan transfer pricing yang didukung oleh
penelitian Ni Wayan Yuniasih dkk. (2012), Hartati dkk. (2015), dan
Mispiyanti (2016) menunjukkan bahwa tunneling incentive berpengaruh
signifikan terhadap keputusan transfer pricing.
Hal ini sejalan dengan hipotesis bahwa tunneling incentive
berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing
dikarenakan tunneling merupakan salah satu perilaku manajemen atau
pemegang saham mayoritas yang melakukan transfer kekayaan
perusahaan yang berhubungan dengan kepentingan mereka pribadi
namun biaya transfer tersebut dibebankan kepada pemegang saham
minoritas. Mispiyanti (2015) mengatakan bahwa transaksi pihak
berelasi dapat dimanfaatkan sebagai tujuan oportunis oleh pemegang
saham pengendali untuk melakukan tunneling. Adapun transaksi pihak
berelasi tersebut dapat berupa penjualan atau pembelian yang digunakan
untuk mentransfer kas atau aset lancar lain keluar dari perusahaan
61
melalui penentuan harga yang tidak wajar untuk kepentingan pemegang
saham pengendali. Kemudian pemegang saham pengendali akan
memperoleh kekuasaan dan insentif dalam suatu perusahaan tersebut.
Adapun contoh lain kegiatan tunneling adalah tidak membagikan
deviden, menjual aset atau sekuritas dari perusahaan yang mereka
kontrol ke perusahaan lain yang mereka miliki dengan harga di bawah
harga pasar, dan memilih anggota keluarganya yang tidak memenuhi
kualifikasi untuk menduduki posisi penting di perusahaan (La porta,et
al., 2000 dalam Wafiroh dan Hapsari, 2015). Oleh karena itu diharapkan
adanya pengawasan yang lebih ketat terutama pada internal perusahaan
dalam mengawasi penggunaan transfer pricing untuk menciptakan
keadilan bagi stakeholder perusahaan.
3. Pengaruh Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Perusahaan
Melakukan Transfer Pricing
Hasil uji koefisien regresi logisik menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi variabel mekanisme bonus sebesar 0,958>0,05 dan
koefisien regresi logistik sebesar 0,002. Hal ini menandakan bahwa
mekanisme bonus tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan
melakukan transfer pricing. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
mekanisme bonus bukanlah alasan kuat yang dapat dipakai oleh
manajemen dalam pertimbangan melakukan praktik transfer pricing.
Hal ini berlawanan dengan penyusunan hipotesis yang
menunjukkan bahwa mekanisme bonus berpengaruh terhadap
62
keputusan perusahaan melakukan transfer pricing sekaligus tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika Nurjanah dkk. (2015)
dan Winda Hartati dkk. (2015) menunjukkan bahwa mekanisme bonus
memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing.
Namun penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Wafiroh dan Hapsari (2015) serta Mispiyanti (2015) menunjukkan
bahwa mekanisme bonus tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan transfer pricing. Wafiroh dan Hapsari (2015) mengatakan
bahwa hal ini dikarenakan jika hanya karena motif ingin mendapatkan
bonus direksi berani melakukan transaksi transfer pricing guna
memberikan kenaikan laba sementara untuk perusahaan maka hal ini
sangat tidak etis mengingat terdapat kepentingan yang jauh lebih besar
lagi yaitu menjaga nilai perusahaan dimata masyarakat dan pemerintah
dengan menyajikan laporan keuangan yang lebih mendekati kenyataan
dan dapat digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan yang lebih
penting bagi perusahaan kedepannya.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015 dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa exchange rate berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing. Hal yang
sama juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Canri Chan
dkk, 2003 yang menyatakan bahwa exchange rate berpengaruh terhadap
transfer pricing.
2. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa tunneling incentive
berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Ika
Nurjanah dkk. (2015) dan Winda Hartati dkk. (2015) menunjukkan
bahwa mekanisme bonus memiliki pengaruh terhadap keputusan transfer
pricing.
3. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa mekanisme bonus tidak
berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing.
Hal ini bertentangan dengan penyusunan hipotesis bahwa manajemen
cenderung menaikkan laba divisi atau perusahannya agar kinerjanya
terlihat baik yang tentu saja hal tersebut berbanding lurus dengan
64
kompensasi bonus yang akan diterima oleh manajemen dan salah satu
skema yang dapat digunakan adalah transfer pricing. Penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika Nurjanah dkk.
(2015) dan Winda Hartati dkk. (2015) menunjukkan bahwa mekanisme
bonus memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing
namun penelitian ini didukung oleh Wafiroh dan Hapsari (2015)
mengatakan bahwa sangat tidak etis jika manajemen mengorbankan
kepentingan dan nama baik perusahaan di mata masyarakat maupun
pemerintah dengan menaikkan sementara laba perusahaan yang tentu
saja akan memanipulasi laporan keuangan yang dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada ilmu akuntansi serta manajemen khususnya
mengenai praktik transfer pricing. Selain itu diharapkan dapat menambah
informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan
melakukan transfer pricing dan dalam penelitian ini faktornya adalah
exchange rate dan tunneling incentive.
Penelitian lain dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan
hasil penelitian lain yang lebih berkualitas dengan beberapa masukkan
diantaranya :
1. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menambah faktor lain yang
mungkin berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan
65
transfer pricing. Seperti debt covenant yang disarankan oleh Ika
Nurjanah dkk, 2015 bahwa sesuai dengan debt hypothesis dimana
perusahaan yang memiliki rasio utang tinggi cenderung menggunakan
metode akuntansi yang dapat menaikkan laba perusahaannya.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rentang waktu yang
lebih lama karena periode yang lebih lama diharapkan dapat
memberikan hasil yang lebih baik.
3. Proksi yang digunakan dalam pengukuran transfer pricing pada
penelitian ini terbatas dengan ada atau tidaknya penjualan dengan pihak
yang mempunyai hubungan istimewa. Penelitian kedepannya
diharapkan dapat menggunkan proksi lain jika datanya dimungkinkan
untuk tersedia
66
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R, N, "Management Control System", Dalam V, Govindarajan, "Sistem
Pengendalian Manajemen" (hal. 249), Jakarta: Salemba Empat, 2005.
Cecchini, Mark, Robert Leitch, Caroline Strobel, "Multinational Transfer Pricing:
A Transaction Cost and Resource Based View", Journal of Accounting
Literature, 1, 2013.
Chan, Canri,Steven P. Landry, Terrance Jalbert, "On International Transfer Pricing
Decisions", International Business & Economics Research Journal Volume
3, Number 3, 1, 2003.
Chandraningrum, Tri, Marta, "Pengaruh Transfer Pricing terhadap Perencanaan
Pajak Bagi Perusahaan Multinasional", Universitas Negeri Suarabaya,
2009.
Choi, K, Yoon, Theodore, Day, “Transfer Pricing, Incentive Compensation, and
Tax Avoidance in a Multi-Divisoin Firm”, Kluwer Academic Publisher,
1998.
Fatmariani, "Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant, dan Growth
Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan
Manufaktur yang Tedaftar di Bursa Efek Indonesia", Universitas Negeri
Padang, 2, 2008.
Fuadah, Lukluk, "Analisa Transaksi-Transaksi yang Terjadi dalam Masalah
Transfer Pricing pada Kasus PT. Asian Agri di Indonesia", Jurnal
Keuangan dan Bisnis Volume 6 No.2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi
Palembang , 114, 2008.
Gayatrie, Christina, Retno, "Skema Bonus dalam Keputusan Akuntansi Manajer",
JABPI Vol.22 No.2 Politeknik Negeri Semarang, 2014.
Ghazali, Imam, "Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21",
Edisi 7, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.
Godfrey, J., Hodgson, Allan, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes,
"Accounting Theory 7 Edition", John Willey and Sons, Sydney, 1994
Goeltom, Miranda, Doddy Zulverdi, "Manajemen Nilai Tukar di Indonesia dan
Permsalahannya", Journalbankingindoensia.org, 1998.
67
Harimurti, Fajar, "Aspek Perpajakkan dalam Praktik Transfer Pricing", Jurnal
Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.7 No.1 Universitas Slamet Riyadi
Surakarta, 2007.
Hartati, Winda, Desmiyanti, Azlina, "Pengaruh Pajak dan Mekanisme Bonus
terhadap Keputusan Transfer Pricing", Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi 17 Lombok, 10, 2014.
Hartati, Winda, Desmiyawati, Julita, "Tax Minimization, Tunneling Incentive, dan
Mekanisme Bonus terhadap Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer
Pricing", Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 18 Medan, 2015.
Idris, Umar, 2013, "Sengketa Pajak Toyota Motor Menanti Palu Hakim", http:/ /
nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menanti-palu-
hakim, Diakses tanggal 19 Juni 2017.
Kewal, Suramaya, Suci, "Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan
PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan", Jurnal Economia Vol.8
No.1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang, 2012.
Klassen, J, Kenneth, Petro Lisowsky, Devan Mescall, "Transfer Pricing; Strategies,
Practice, and Tax Minimization", Contemporary Accounting Research,
2016.
Marfuah, Andi Pooren Nur Azizah, "Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive,dan
Exchange Rate pada Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing",
Accounting Department, Faculty Economics Universitas Islam Indonesia,
157, JAAI Volume 18 No.2, 2014.
Mispiyanti. "Pengaruh Pajak,Tunneling Incentive, dan Mekanisme Bonus terhadap
Keputusan Perusahaan Melakukan Transfer Pricing", STIE Putra Bangsa
Vol. 16 No. 1, 2015.
Mulyani, Neny, "Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan
Produk Domestik Bruto terhadap Jakarta Islamic Index", Jurnal Bisnis dan
Manajemen Eksekutif Vol.1 No.1 Universitas Terbuka, 2014.
Nurhayati, Indah, Dewi, "Evaluasi Perlakuan Perpajakan Terhadap Transaksi
Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional Di Indoensia", Jurnal
Manajemen dan Akuntansi Volume 2 No.1 FE Universitas Widyagama
Malang, 32, 2013.
Nurjanah, Ika, Isnawati, Antonius G. Sondakh, "Faktor Determinan Keputusan
Perusahaan Melakukan Transfer Pricing", Universitas Lambung
Mangkurat, 2015.
68
Purwanti, Lilik, "Kecakapan Managerial, Skema Bonus, Manajemen Laba, dan
Kinerja Perusahaan". Jurnal Aplikasi Manajemen Vol.8 No.2 Universitas
Brawijaya Malang, 2008.
Riahi, Ahmed, Belkaoui, Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat, 2007.
Richardson, Grant, Grantley Taylor, Roman Lanis, "Determinants of Transfer
Pricing Aggressiveness: Empirical Evidence from Australian Firms",
Journal of Contemporary Accounting and Economics, 2013.
Rossing, Christian Plesner, "Tax Strategy Control : The Case of Transfer Pricing
Tax Risk Management", Management Accounting Research 24, 2013.
Santoso, I. (2004). Advance Pricing Agreement dan Problematika Transfer Pricing
dari Perspektif Perpajakkan Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol.6 No.2 Universitas Indonesia.
Septarini, Nisa, "Regulasi dan Praktik Transfer Pricing di Indonesia dan Negara
Maju", Universitas Negeri Surabaya, 2012.
Setiawan, Hadi, "Transfer Pricing dan Resikonya Terhadap Penerimaaan Negara",
www.kemenkeu.go.id, diakses tanggal 20 Maret 2017.
Sikka, Premm, Hugg Willmott, "The Dark Side of Transfer Pricing : Its Role in Tax
Avoidance and Wealth", Critical Perspectives on Accounting 21 , 342,
2010.
Suciwati, Desak Putu, Mas'ud Machfoedz, "Pengaruh Resiko Nilai Tukar Rupiah
terhadap Return Saham : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di
BEJ", Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.17 No.4 Universitas
Gadjah Mada, 2002.
Wafiroh, Novi Lailiyul, Niken Nindya Hapsari, "Pajak, Tunneling Incentive,dan
Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer Pricing", El-Muhasaba
Vol.6 No.2 Univerisitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015.
Yuniasih, Ni Wayan, Ni Ketut Rasmini, Made Gede Wirakusuma, "Pengaruh Pajak
dan Tunneling Incentive pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan
Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia", Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi Unikal XV, 2012.
70
Lampiran 1
Daftar Nama Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian
Tahun 2013-2015
Kode Nama Perusahaan
AMFG Asahimas Flat Glass Tbk.
ARNA Arwana Citra Mulia Tbk.
ASII Astra International Tbk.
AUTO Astra Auto Part Tbk.
BTON Beton Jaya Manunggal Tbk.
CEKA Cahaya Kalbar Tbk.
CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
DLTA Delta Djakarta Tbk.
DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk.
ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
LION Lion Metal Works Tbk.
LMSH Lionmesh Prima Tbk.
MERK Merck Tbk.
SMCB Holcim Indonesia Tbk.
SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
SRSN Indo Acitama Tbk.
TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.
UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk.
UNVR Unilever Indonesia Tbk.
WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk.
71
Exchange Rate 2013 (Lampiran 2)
No. Kode Nama Perusahaan Laba/Rugi Selisih
Kurs
Laba/Rugi Sebelum
Pajak Exchange Rate 2013
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. - 450.753.000.000 -
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. (24.999.245.384) 316.349.602.459 -0,079024109
3 ASII Astra International Tbk. (751.000.000.000) 27.523.000.000.000 -0,02728627
4 AUTO Astra Auto Part Tbk. (64.374.000.000) 1.268.604.000.000 -0,050743967
5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 19.815.742.721 33.272.073.649 0,595566809
6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. (56.170.376.561) 86.553.141.929 -0,648969816
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (437.331.000.000) 3.451.333.000.000 -0,126713649
8 DLTA Delta Djakarta Tbk. (4.689.583.000) 358.395.988.000 -0,01308492
9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 12.036.668.000 175.756.777.000 0,068484802
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 11.710.000.000 2.966.990.000.000 0,003946761
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 458.358.000.000 4.666.958.000.000 0,09821344
12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (316.545.000.000) 895.947.000.000 -0,353307729
13 LION Lion Metal Works Tbk. 12.854.813.616 85.027.065.076 0,151184962
14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 53.993.989 19.437.691.207 0,002777798
15 MERK Merck Tbk. (581.305.000) 234.707.739.000 -0,002476719
16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. (184.782.000.000) 1.336.548.000.000 -0,138253172
17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 9.053.087.000 199.482.401.000 0,045382886
18 SRSN Indo Acitama Tbk. (124.984.000) 32.666.954.000 -0,003826007
19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. (12.009.948.503) 323.204.864.975 -0,037158935
20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. ( 694.785.116) 4.368.738.552 -0,159035636
21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. (7.855.000.000) 7.158.808.000.000 -0,00109725
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. (3.789.402.533) 175.119.289.578 -0,021638978
Bersambung pada halaman selanjutnya
72
Exchange Rate 2014 (Lanjutan)
No. Kode Nama Perusahaan Laba/Rugi Selisih
Kurs
Laba/Rugi Sebelum
Pajak Exchange Rate 2014
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 12.950.000.000 605.163.000.000 0,02
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. (799.281.381) 348.379.437.541 0,00
3 ASII Astra International Tbk. (126.000.000.000) 27.352.000.000.000 0,00
4 AUTO Astra Auto Part Tbk. (8.577.000.000) 1.108.055.000.000 -0,01
5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 2.298.915.886 9.579.686.472 0,24
6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. (17.703.192.197) 56.866.547.178 -0,31
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (271.372.000.000) 2.106.892.000.000 -0,13
8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 61.024.000 379.518.812.000 0,00
9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 37.117.000 105.866.443.000 0,00
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 29.646.000.000 3.388.725.000.000 0,01
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 80.453.000.000 6.229.297.000.000 0,01
12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (77.579.000.000) 542.549.000.000 -0,14
13 LION Lion Metal Works Tbk. 1.682.130.780 62.857.739.316 0,03
14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 393.824.523 11.006.796.283 0,04
15 MERK Merck Tbk. (919.113.000) 205.958.418.000 0,00
16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. (15.850.000.000) 1.007.397.000.000 -0,02
17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 6.186.985.000 220.106.578.000 0,03
18 SRSN Indo Acitama Tbk. 1.652.451.000 29.857.990.000 0,06
19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. (652.148.144) 381.882.728.642 0,00
20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. (1.538.041.267) 5.647.861.282 -0,27
21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. (198.000.000) 7.676.722.000.000 0,00
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. (535.984.684) 149.541.532.719 0,00
Bersambung pada halaman selanjutnya
73
Exchange Rate 2015 (Lanjutan)
No. Kode Nama Perusahaan Laba/Rugi Selisih
Kurs
Laba/Rugi Sebelum
Pajak Exchange Rate 2015
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 47.558.000.000 464.263.000.000 0,10
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. (9.237.283.423) 95.514.316.424 -0,10
3 ASII Astra International Tbk. (291.000.000.000) 19.630.000.000.000 -0,01
4 AUTO Astra Auto Part Tbk. (20.548.000.000) 433.596.000.000 -0,05
5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 11.133.484.182 7.804.262.097 1,43
6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. (28.941.733.819) 142.271.353.890 -0,20
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (586.777.000.000) 2.281.628.000.000 -0,26
8 DLTA Delta Djakarta Tbk. (387.183.000) 250.197.742.000 0,00
9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 4.714.241.000 144.437.708.000 0,03
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 28.428.000.000 4.009.634.000.000 0,01
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 243.507.000.000 4.962.084.000.000 0,05
12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (479.028.000.000) 697.677.000.000 -0,69
13 LION Lion Metal Works Tbk. 10.552.069.199 58.451.801.513 0,18
14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 900.768.932 3.807.172.880 0,24
15 MERK Merck Tbk. (1.183.322.000) 193.940.841.000 -0,01
16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 3.658.000.000 350.418.000.000 0,01
17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 4.855.622.000 198.629.905.000 0,02
18 SRSN Indo Acitama Tbk. 5.230.397.000 20.714.663.000 0,25
19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. (8.083.372.670) 381.573.896.617 -0,02
20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. (1.006.062.780) 1.661.391.489 -0,61
21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 3.188.000.000 7.829.490.000.000 0,00
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. (1.827.527.803) 177.962.941.779 -0,01
74
Tunneling 2013 (Lampiran 3)
No. Kode Nama Perusahaan Jumlah Kepemilikan
Saham Jumlah Saham Beredar Tunneling 2013
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 190.359.000 434.000.000 0,438615207
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 1.244.000.000 7.341.430.976 0,169449254
3 ASII Astra International Tbk. 20.288.255.040 40.483.553.140 0,501148083
4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 3.855.786.337 4.819.733.000 0,799999987
5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 82.000.000 180.000.000 0,455555556
6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 258.885.500 297.500.000 0,870203361
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 9.106.385.410 16.398.000.000 0,555335127
8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 9.341.223 16.013.181 0,58334587
9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 1.037.800.912 1.120.000.000 0,926607957
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 4.695.839.000 5.830.954.000 0,805329454
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 4.396.103.450 8.780.426.500 0,500670833
12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 6.130.699.735 10.660.522.910 0,575084336
13 LION Lion Metal Works Tbk. 15.006.000 52.016.000 0,288488157
14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 2.452.700 9.600.000 0,255489583
15 MERK Merck Tbk. 16.574.150 22.400.000 0,739917411
16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 6.179.612.820 7.662.900.000 0,806432659
17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 10.032.640 10.240.000 0,97975
18 SRSN Indo Acitama Tbk. 2.119.652.045 6.020.000.000 0,352101669
19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 195.577.340 495.360.000 0,394818597
20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 27.073.425 75.422.200 0,358958304
21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 6.484.877.500 7.630.000.000 0,849918414
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. 472.018.070 2.099.873.760 0,224784022
Bersambung pada halaman berikutnya
75
Tunneling 2014 (Lanjutan)
No. Kode Nama Perusahaan Jumlah Kepemilikan
Saham Jumlah Saham Beredar Tunneling 2014
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 190.359.000 434.000.000 0,438615207
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 1.800.000.000 7.341.430.976 0,245183808
3 ASII Astra International Tbk. 20.288.255.040 40.483.553.140 0,501148083
4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 3.855.786.337 4.819.733.000 0,799999987
5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 82.000.000 180.000.000 0,455555556
6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 258.885.500 297.500.000 0,870203361
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 9.106.385.410 16.398.000.000 0,555335127
8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 9.341.223 16.013.181 0,58334587
9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 1.037.800.912 1.115.925.300 0,929991382
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 4.695.839.000 5.830.954.000 0,805329454
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 4.396.103.450 8.780.426.500 0,500670833
12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 6.130.699.735 10.660.522.910 0,575084336
13 LION Lion Metal Works Tbk. 15.006.000 52.016.000 0,288488157
14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 2.452.700 9.600.000 0,255489583
15 MERK Merck Tbk. 16.574.150 22.400.000 0,739917411
16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 6.179.612.820 7.662.900.000 0,806432659
17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 10.032.640 10.240.000 0,97975
18 SRSN Indo Acitama Tbk. 2.119.652.045 6.020.000.000 0,352101669
19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 391.154.680 990.720.000 0,394818597
20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 27.073.425 75.422.200 0,358958304
21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 6.484.877.500 7.630.000.000 0,849918414
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. 472.018.070 2.099.873.760 0,224784022
Bersambung pada halaman berikutnya
76
Tunneling 2015 (Lanjutan)
No. Kode Nama Perusahaan Jumlah Kepemilikan
Saham Jumlah Saham Beredar Tunneling 2015
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 190.359.000 434.000.000 0,438615207
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 1.800.000.000 7.341.430.976 0,245183808
3 ASII Astra International Tbk. 20.288.255.040 40.483.553.140 0,501148083
4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 3.855.786.337 4.819.733.000 0,799999987
5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 82.000.000 180.000.000 0,455555556
6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 517.771.000 595.000.000 0,870203361
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 9.106.385.410 16.398.000.000 0,555335127
8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 467.061.150 800.659.050 0,58334587
9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 1.037.800.912 1.115.925.300 0,929991382
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 4.695.839.000 5.830.954.000 0,805329454
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 4.396.103.450 8.780.426.500 0,500670833
12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 6.165.985.835 10.660.522.910 0,578394314
13 LION Lion Metal Works Tbk. 150.060.000 520.016.000 0,288568044
14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 24.527.000 96.000.000 0,255489583
15 MERK Merck Tbk. 16.574.150 22.400.000 0,739917411
16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 6.179.612.820 7.662.900.000 0,806432659
17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 10.032.640 10.240.000 0,97975
18 SRSN Indo Acitama Tbk. 2.119.652.045 6.020.000.000 0,352101669
19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 391.154.680 1.032.000.000 0,379025853
20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 27.073.425 75.422.200 0,358958304
21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 6.484.877.500 7.630.000.000 0,849918414
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. 472.018.070 2.099.873.760 0,224784022
Bersambung pada halaman berikutnya
77
Bonus 2013 (Lampiran 4)
No. Kode Nama Perusahaan Laba Bersih Tahun t Laba Bersih Thaun t-1 Bonus 2013
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 338.358.000.000 346.609.000.000 0,976195079
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 237.697.913.883 158.684.349.130 1,497929161
3 ASII Astra International Tbk. 22.297.000.000.000 22.742.000.000.000 0,98043268
4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 1.058.015.000.000 1.135.914.000.000 0,931421745
5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 25.882.922.986 24.761.627.150 1,045283609
6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 65.068.958.558 58.344.237.476 1,115259388
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 2.528.690.000.000 2.680.872.000.000 0,943234142
8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 270.498.062.000 213.421.077.000 1,26743837
9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 125.796.473.000 148.909.089.000 0,84478707
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 2.235.040.000.000 2.282.371.000.000 0,979262355
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 3.416.635.000.000 4.799.446.000.000 0,711881121
12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 640.637.000.000 1.074.577.000.000 0,596175984
13 LION Lion Metal Works Tbk. 64.761.350.816 85.373.721.654 0,758563052
14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 14.382.899.194 41.282.515.026 0,348401719
15 MERK Merck Tbk. 175.444.757.000 107.808.155.000 1,627379274
16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 952.305.000.000 1.350.791.000.000 0,704998034
17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 149.521.096.000 135.248.606.000 1,105527816
18 SRSN Indo Acitama Tbk. 15.994.295.000 16.956.040.000 0,943280094
19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 236.557.513.162 236.695.643.357 0,999416423
20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 831.855.726 352.726.678 2,358357839
21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 5.352.625.000.000 4.839.145.000.000 1,106109654
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. 132.322.207.861 77.301.783.553 1,711761382
Bersambung pada halaman selanjutnya
78
Bonus 2014 (Lanjutan)
No. Kode Nama Perusahaan Laba Bersih Tahun t Laba Bersih Thaun t-1 Bonus 2014
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 458.635.000.000 338.358.000.000 1,355472606
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 261.651.053.219 237.697.913.883 1,100771349
3 ASII Astra International Tbk. 22.125.000.000.000 22.297.000.000 992,2859578
4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 956.409.000.000 999.766.000.000 0,956632852
5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 7.630.330.090 25.882.922.986 0,294801715
6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 41.001.414.954 65.068.958.558 0,630122502
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 1.746.644.000.000 2.528.690.000.000 0,690730774
8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 288.073.432.000 270.498.062.000 1,064974107
9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 80.929.476.000 125.796.473.000 0,643336606
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 2.531.681.000.000 2.235.040.000.000 1,132722904
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 5.146.323.000.000 3.416.635.000.000 1,506254838
12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 384.846.000.000 640.637.000.000 0,600723967
13 LION Lion Metal Works Tbk. 49.001.630.102 64.761.350.816 0,75664929
14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 7.403.115.436 14.382.899.194 0,514716493
15 MERK Merck Tbk. 181.472.234.000 175.444.757.000 1,034355413
16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 668.869.000.000 952.305.000.000 0,702368464
17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 164.808.009.000 149.521.096.000 1,102239172
18 SRSN Indo Acitama Tbk. 14.456.260.000 15.994.295.000 0,903838525
19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 293.803.908.949 236.557.513.162 1,241997792
20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 396.296.296 831.855.726 0,476400274
21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 5.738.523.000.000 5.352.625.000.000 1,072095094
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. 112.304.822.060 132.322.207.861 0,848722402
Bersambung pada halaman selanjutnya
79
Bonus 2015 (Lanjutan)
No. Kode Nama Perusahaan Laba Bersih Tahun t Laba Bersih Thaun t-1 Bonus 2015
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 341.346.000.000 464.152.000.000 0,73541857
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 71.209.943.348 261.879.784.046 0,271918444
3 ASII Astra International Tbk. 15.613.000.000.000 22.131.000.000.000 0,705481
4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 322.701.000.000 954.086.000.000 0,338230516
5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 6.323.778.025 7.536.835.958 0,839049445
6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 106.549.446.980 41.001.414.954 2,598677316
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 1.832.598.000.000 1.745.724.000.000 1,04976388
8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 192.045.199.000 288.499.375.000 0,665669376
9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 107.894.430.000 81.597.761.000 1,322271943
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 2.923.148.000.000 2.574.172.000.000 1,135568253
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 3.709.501.000.000 5.229.489.000.000 0,709342921
12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 524.484.000.000 391.866.000.000 1,338426911
13 LION Lion Metal Works Tbk. 46.018.637.487 48.712.977.670 0,944689479
14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 1.944.443.395 7.605.091.176 0,25567654
15 MERK Merck Tbk. 142.545.462.000 182.147.224.000 0,782583774
16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 175.127.000.000 659.867.000.000 0,265397421
17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 150.207.262.000 164.808.009.000 0,91140754
18 SRSN Indo Acitama Tbk. 15.504.788.000 14.600.316.000 1,061948796
19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 285.236.780.659 295.861.032.723 0,964090398
20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 385.953.128 352.883.734 1,093711868
21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 5.851.805.000.000 5.926.720.000.000 0,987359788
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. 131.081.111.587 112.673.763.260 1,163368541
80
Transfer Pricing (Lampiran 5)
No. Kode Nama Perusahaan TP 2013 TP 2014 TP 2015
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 1 1 1
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 1 1 1
3 ASII Astra International Tbk. 1 1 1
4 AUTO Astra Auto Part Tbk. 1 1 1
5 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. 0 1 1
6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. 1 1 1
7 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 1 1 1
8 DLTA Delta Djakarta Tbk. 1 1 1
9 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk. 1 1 1
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 1 1 1
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 1 1 1
12 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 1 1 1
13 LION Lion Metal Works Tbk. 1 1 1
14 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 1 1 1
15 MERK Merck Tbk. 1 1 1
16 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 1 1 1
17 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 1 1 1
18 SRSN Indo Acitama Tbk. 1 1 1
19 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 1 1 1
20 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 0 0 0
21 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 1 1 1
22 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. 0 0 0
81
Output Hasil Penelitian Data (Lampiran 6)
1. Hasil Uji Deskriptif
Sumber: Data sekunder yang diolah
2. Hasil Uji Frekuensi Transfer Pricing
Sumber : Output SPSS
3. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model
Keterangan -2 Log Likelihood
Block Number = 0 35.413
Block Number = 1 18.097
Sumber : Output SPSS
Bersambung pada halaman selanjutnya
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
ER 66 -68.66 142.66 -79.11 -1.1987 26.12229
BONUS 66 .255677 992.285958 1054.60903 15.9789247 122.02465310
TIN 66 .169449 .979750 37.441842 .56730064 .239630948
Valid N
(listwis) 66
Valid
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
0 5 7,6 7,6 7,6
1 61 92,4 92,4 100,0
66 100,0 100,0
82
Output Hasil Data Penelitian (Lanjutan)
4. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R
Square
1 18.097a .231 .556
Sumber : Output SPSS
5. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Step Chi-square Df Sig.
1 1.087 7 .993
Sumber : Output SPSS
6. Hasil Uji Matriks Klasifikasi
Sumber : Output SPSS
Bersambung pada halaman selanjutnya
Observasi
Predicted
TP Percentage
Correct 0 1
Step 1 TP 0
1
Overall Percentage
1 4 20.0
1 60 98.4
92.4