PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH,...

161
PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, EFISIENSI KEUANGAN DAERAH DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2010-2014 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: SITI YULIANAH NIM. 1112084000047 PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017/1438H

Transcript of PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH,...

Page 1: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, EFISIENSI

KEUANGAN DAERAH DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAWA BARAT

TAHUN ANGGARAN 2010-2014

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

SITI YULIANAH NIM. 1112084000047

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017/1438H

Page 2: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar
Page 3: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar
Page 4: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar
Page 5: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar
Page 6: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : Siti Yulianah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 10 Juli 1994

3. Alamat

: Jl. Adi Sucipto RT 01/RW 04 No.12

Kecamatan Benda Kelurahan Pajang,

Kota Tangerang- Banten 15124

4. Telepon : 085715616368

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Ekadyasa 01 Tahun 1999 – 2000

2. SD Negeri Pegadungan 01 Pagi Tahun 2000 – 2006

3. SMP Negeri 169 Jakarta Tahun 2006 – 2009

4. SMA Negeri 84 Jakarta Tahun 2009 – 2012

5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 – 2017

III. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Seminar Nasional “Mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro Yang

Berdaya Saing Dalam Menghadapi MEA 2015”, Social Trust Fund

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sosialisasi Portal “Anti Corruption Clearing House” dengan tema

Page 7: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

ii

Langkah Cerdas Cegah Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi

bekerjasama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Seminar Nasional “Tantangan dan Prospek Mahasiswa dalam

Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan Kampus dan

Masyarakat”, Satgas Gan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi, HMJ IESP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1.

Tahun 2013 menjadi anggota HMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta devisi humas.

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Ruslan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Purwokerto, 12 November 1967

3. Ibu : Sutampi

4. Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 25 Juli 1968

5. Alamat

: Jl. Adi Sucipto RT01/RW04 No. 12

Kecamatan Benda, Kelurahan Pajang

Kota Tangerang-Banten, 15124

6. Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Page 8: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

iii

ABSTRACT

The aims of this study to look at the influence of Ratio of Regional

Income Effectivity, Ratio of Regional Income Efficiency and Ratio of

Regional Financial Capability toward Economic Growth which is

representated by Gross Domestic Regional Product in Residence/City

Jawa Barat Province during 2010-2014. This research used Fixed Effect

Panel Data Model.

The result showed of FEM regression showed that 26

Residences/Cities Jawa Barat Province have positive significant influence

at Ratio of Regional Income Effectivity and Ratio of Regional Financial

Capability. However, it has negative significant influence at Ratio of

Regional Income Efficiency toward Economic Growth.

Keywords: Ratio of Regional Income Effectivity, Ratio of Regional

Income Efficiency, Ratio of Regional Financial Capability,

Economic Growth, Regional Income

Page 9: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari Rasio Efektivitas

Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi yang

direpresentasikan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2010-2014. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis data

panel dan model terpilih adalah Fixed Effect Model (FEM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 26 Kabupaten/Kota Provinsi

Jawa Barat memiliki Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah dan Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah pengaruh positif signifikan, sedangkan Rasio

Efisiensi Keuangan Daerah memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

Pertumbuhan Ekonomi.

Kata Kunci: Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi

Keuangan Daerah, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah,

Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah.

Page 10: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah memberikan

kita kesempatan hidup di dunia ini dan memberikan nafas yang dengannya kita

dapat merasakan keindahan untuk bisa menyembah-Mu. Sungguh tidak ada

satupun kejadian yang terjadi secara kebetulan, semua sudah terencana, semua

telah ditentukan oleh qadha dan qodar-Nya. Salawat serta Salam tidak lupa kita

curahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW semoga kelak

kita mendapat syafa’atnya dihari akhir yang pasti terjadi.

Ilmu yang kita miliki pada haikatnya adalah titipan dari Allah, yang sama

sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita. Semoga kita

dimudahkan oleh Allah untuk meraih ilmu yang bisa menjadi penerang dalam

kegelapan dan dapat menjaga ilmu tersebut dengan penuh kerendahan hati. Tidak

ada yang tidak mungkin, selama kita mau berdoa dan berusaha, seperti pepatah

bahasa Arab “Man Jadda Wa Jadda” yang artinya barang siapa yang bersungguh-

sungguh akan mendapatkannya. Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk

mendahului orang lain, tapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan

rekor diri sendiri dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari yang lebih baik.

Itulah sepenggal kalimat yang menjadi penggugah demi terselesaikannya skripsi

yang sederhana ini, yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Pendapatan Asli

Daerah, Efisiensi Keuangan Daerah Dan Kemandirian Keuangan Daerah

Page 11: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

vi

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran

2010-2014”

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa

terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda penulis Ruslan dan Ibunda penulis

Sutampi, terimakasih atas kasih sayang, dukungan, doa serta kesabaran

tanpa batas yang telah diberikan kepada penulis semasa penulis hidup.

2. Terima kasih kepada Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

semoga Bapak selalu diberikan kemudahan oleh Allah SWT untuk

mengembangkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

3. Terima kasih kepada Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Bapak Rizqon Halal

Syah Aji, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan atas segala bimbingan, arahan serta ilmu yang telah

diberikan kepada penulis.

4. Terima kasih kepada Bapak Aizirman Djusan, M.Sc., Econ selaku dosen

pembimbing penulis atas waktu, tenaga, pikiran, arahan serta ilmu yang

telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

5. Terima kasih kepada seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi

penulis selama perkuliahan serta jajaran karyawan dan staff UIN Syarif

Page 12: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

vii

Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu penulis selama

perkuliahan.

6. Sahabat-sahabat di Butiran Debu, dan Ayat-ayat Cinta yang selalu

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi dan selalu memberikan warna dan keceriaan. Semoga kita akan

selalu menjalin hubungan yang baik dan sukses bersama di kemudian hari.

7. Teman-teman IESP 2012 yang sangat luar biasa yang selalu tolong

menolong satu sama lainya dan menerima satu sama lain dengan segala

perbedaan masing-masing.

8. Temen-teman konsentrasi Otonomi dan Keuangan Daerah angkatan

pertama yang selalu hitz dalam setiap momen dan selalu ramai dalam

segala keadaannya. Terima kasih atas kebersamaan dan kebaikannya

selama ini sehingga bisa menghantarkan penulis sampai pada tahap ini.

9. Terima kasih kepada teman-teman terbaik dan seperjuangan penulis, Nurul

Hidayati, Habibatul Mukarramah, Vinnie Aulia, serta teman-teman di grup

Cherybelle yang selalu memberikan semangat, dukungan, serta

perhatiannya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini.

10. Terima kasih kepada sahabat-sahabat kesayangan penulis, Isma Rahayu,

Alviyanti Herlina, Nanda Putri Pratiwi, dan Nana Nur’aini atas segala

perhatian, dukungan serta doa untuk penulis. Semoga persahabatan kita

tetap terjalin selamanya.

Page 13: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

viii

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk

segala do’a dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta

masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Februari 2017

Siti Yulianah

Page 14: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

ix

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... . i

Abstract .... ........................................................................................................ iii

Abstrak .... ....................................................................................................... iv

Kata Pengantar .............................................................................................. v

Daftar Isi . ........................................................................................................ ix

Daftar Tabel .................................................................................................... xiii

Daftar Grafik dan Gambar ........................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 10

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13

A. Otonomi Daerah ................................................................................... 13

B. Keuangan Daerah ................................................................................. 14

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah .................................... 14

2. Penerimaan Daerah ........................................................................ 17

a. Pendapatan Asli Daerah ........................................................... 17

b. Pendapatan Transfer ................................................................. 18

c. Pendapatan Lain Yang Sah ...................................................... 19

3. Pengeluaran Daerah ....................................................................... 19

a. Belanja Langsung ..................................................................... 20

b. Belanja Tidak Langsung .......................................................... 20

Page 15: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

x

C. Kinerja Keuangan Daerah .................................................................... 21

1. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah ..................................... 25

2. Rasio efisiensi keuangan daerah .................................................... 25

3. Rasio Keserasian ............................................................................ 27

4. Rasio Pertumbuhan ........................................................................ 28

5. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ........................................... 30

D. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................... 32

E. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 42

F. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 52

G. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 59

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 59

B. Metode Penentuan Sampel ................................................................... 59

C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 60

D. Metode Analisis Data ........................................................................... 60

1. Metode Data Panel ......................................................................... 61

2. Pemodelan Data Panel.................................................................... 62

3. Pemilihan Model Data Panel .......................................................... 64

a. CEM vs FEM (Uji Chow) ........................................................ 66

b. FEM vs REM (Uji Hausman) .................................................. 67

E. Model Empiris ...................................................................................... 68

F. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 69

1. Uji Multikolinearitas ...................................................................... 70

2. Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 71

3. Uji Autokorelasi ............................................................................. 72

4. Uji Normalitas ................................................................................ 73

G. Uji Hipotesis ........................................................................................ 75

1. Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ........................................... 75

2. Uji-F ............................................................................................... 76

3. Uji-t ................................................................................................ 77

H. Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 78

Page 16: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

xi

1. Variabel Dependen ......................................................................... 78

2. Variabel Independen ...................................................................... 79

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 81

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 81

B. Analisis dan Pembahasan ..................................................................... 84

1. Analisis Deskriptif ......................................................................... 84

a. Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat .................................. 84

b. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat .......................................... 86

C. Analisis Regresi Data Panel ................................................................. 88

1. Estimasi Model Data Panel ............................................................ 88

a. CEM vs FEM (Uji Chow) ........................................................ 88

b. FEM vs REM (Uji Hausman) .................................................. 89

2. Model Empiris ................................................................................ 91

3. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 93

a. Uji Normalitas .......................................................................... 94

b. Uji Multikolinearitas ................................................................ 94

c. Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 95

d. Uji Autokorelasi ...................................................................... 96

4. Uji Hipotesis .................................................................................. 97

a. Uji-t .......................................................................................... 97

b. Uji-F ......................................................................................... 99

c. Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 100

D. Analisis Ekonomi ................................................................................. 101

1. Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat .................................. 101

2. Pengaruh Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Provinsi Jawa Barat ........................................................ 104

3. Pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat .................................. 108

Page 17: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 112

A. Kesimpulan .......................................................................................... 112

B. Saran ..................................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 115

LAMPIRAN 1 ................................................................................................. 118

LAMPIRAN 2 ................................................................................................. 123

LAMPIRAN 3 ................................................................................................. 134

Page 18: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

xiii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa dan Bali 7

1.2 Rincian APBD Provinsi Jawa Barat (Dalam Juta Rupiah) 9

2.1 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan 25

2.2 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan 26

2.3 Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah 31

2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu 47

3.1 Uji Durbin-Watson 73

3.2 Operasional Variabel Penelitian 80

4.1 Rincian Demografi Jawa Barat 2010-2014 83

4.2 Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat (dalam juta rupiah) 85

4.3 Hasil Uji Chow 89

4.4 Hasil Uji Hausman 90

4.5 Fixed Effect Model 91

4.6 Nilai Intercept Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat 92

4.7 Correlation Matrix 95

4.8 Hasil Uji Park 96

4.9 Nilai Uji-t 97

4.10 Uji F-Statistik 99

4.11 Uji Koefisien Determinasi 100

Page 19: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

xiv

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Gambar Kerangka Berfikir Penelitian 55

3.1 Gambar Kurva Distribusi Data 75

4.1 Grafik Laju Pertumbuha Ekonomi Jawa Barat 87

4.2 Grafik Distribusi Persentase PDRB Provinsi Jawa Barat

menurut Lapangan Usaha

88

4.3 Grafik Uji Normalitas 94

4.4 Grafik Laju Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah 103

4.5 Grafik Laju Rasio efisiensi keuangan daerah 106

4.6 Grafik Laju Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 110

Page 20: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah runtuhnya Orde Baru, era reformasi di Indonesia telah membawa

perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga

menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintahan yang

baik. Salah satu perubahan besar dalam aspek ekonomi adalah perihal

pemerintahan daerah atau otonomi daerah. Hal tersebut ditandai dengan

diterbitkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Otonomi daerah adalah wewenang yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat, sesuai dengan peraturan UU yang berlaku.

Lebih lanjut, otonomi daerah menurut Undang-undang Nomor 32 tahun

2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemberian otonomi daerah

diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sektor

publik di Indonesia. Dengan otonomi, daerah dituntut untuk mencari alternatif

sumber pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan masih adanya

bantuan dan bagian dari Pemerintah Pusat dan menggunakan dana publik sesuai

dengan prioritas dan aspirasi masyarakat. Undang-undang tersebut membuka

Page 21: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

2

peluang yang luas bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya

sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya masing-masing.

Otonomi daerah tersebut diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan

peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi, daerah diharapkan

mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,

pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan

keanekaragaman daerah. Tujuan otonomi daerah pada dasarnya diarahkan untuk

memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan

kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta masyarakat, serta

meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara nyata, optimal, terpadu, dan

dinamis, serta bertanggung jawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan

bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan terhadap daerah

dan memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal atau daerah (Bastian,

2001).

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan

otonomi daerah maka otonomi ini dititikberatkan pada daerah kabupaten/kota

karena daerah kabupaten/kota berhubungan langsung dengan masyarakat. Sejak

diberlakukannya tentang pelaksanaan otonomi daerah, maka terjadi perubahan

yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Pemerintah daerah

bekerjasama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai lembaga

legislatif, terlebih dahulu menentukan Arah Kebijakan Umum (AKU) dan

prioritas anggaran dalam pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja

Page 22: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

3

Daerah. AKU dan prioritas anggaran merupakan hasil penjaringan aspirasi

masyarakat sehingga diperoleh kebijakan jangka pendek dan kebijakan jangka

menengah yang berkaitan dengan kebijakan pengelolaan daerah.

Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya

dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan

pelaksanaan tugas pembangunan serta pemerataan dan keadilan dengan

mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk

menjalankan pemerintahan secara efisien dan efektif, mampu mendorong peran

serta masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan pemerataan dan

keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-

masing daerah.

Dalam rangka memenuhi pembiayaan pembangunan dan penyelenggaraan

daerah, sumber penerimaan dapat diperoleh dari penerimaan daerah sendiri atau

dapat pula dari luar daerah. Sumber-sumber pendapatan yang dapat dilaksanakan

oleh pemerintah daerah dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

adalah dengan cara meningkatkan pendapatan dari hasil Pajak Daerah, Retribusi

Daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan serta lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak lepas dari

kemampuan dalam bidang keuangan yang merupakan salah satu indikator penting

dalam menghadapi otonomi daerah. Pemerintah daerah sebagai pihak yang

Page 23: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

4

diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan

daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya

dengan baik atau tidak.

Lebih lanjut, alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam

mengelola keuangan daerahnya adalah dengan menggunakan analisis rasio

keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan, yang

diharapkan akan memberikan informasi yang lebih rinci atas hasil interprestasi

mengenai prestasi yang dicapai dan keadaan keuangan daerah. Analisis rasio

keuangan sebagai sumber informasi keuangan sangat bermanfaat apabila angka-

angka rasio daerah tersebut dibandingkan dari tahun ke tahun, dengan

membandingkan angka rasio untuk beberapa periode akan dapat mengetahui

semakin efisien tidaknya dalam mengelola keuangan daerah. Beberapa analisis

rasio keuangan daerah yang dilakukan adalah sebagai berikut (Halim, 2007):

1. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (RKPAD)

2. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD)

3. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD)

Kemudian, hasil analisis rasio keuangan digunakan sebagai tolak ukur

dalam menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan

Page 24: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

5

pemerintahan, efisiensi dan efektivitas dalam merealisasikan pendapatan daerah,

sejauh mana aktivitas Pemda dalam membelanjakan pendapatan daerahnya,

kontribusi masing-masing sumber pendapaan dalam pembentukan pendapatan

daerah, dan pertumbuhan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan

selama periode waktu tertentu (Halim, 2007). Pendapatan dapat dialokasikan

untuk kegiatan pelayanan kepada publik yang merupakan salah satu harapan

masyarakat kepada pemerintah di dalam era desentralisasi fiskal ini. Peningkatan

pelayanan publik yang dimaksud salah satunya adalah dengan pemberian proporsi

belanja modal yang lebih besar.

Belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga digunakan di

antaranya untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur di dalam sektor

pendidikan, kesehatan dan transportasi sehingga masyarakat pun turut menikmati

manfaat dari pembangunan daerah. Tersedianya infrastruktur yang baik

diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas di berbagai sektor tersebut,

produktivitas masyarakat pun menjadi semakin tinggi dan pada akhirnya terjadi

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tetapi otonomi daerah yang saat ini sudah

berjalan di tiap kabupaten dan kota di Indonesia tetap menimbulkan persoalan

baru, karena ternyata potensi pemerintah daerah yang satu dengan daerah yang

lainnya masih sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh kesiapan dari masing-

masing daerah yang berbeda-beda dalam pelaksanaan otonomi daerah. Perbedaan

yang terjadi ini akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula. Hal

ini disebabkan karena dengan adanya peningkatan PAD, maka dana yang dimiliki

oleh pemerintah daerah tersebut akan lebih tinggi, sehingga pemerintah daerah

Page 25: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

6

akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah dan akhirnya akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Harianto dan Adi, 2007).

Menurut Todaro (2010) secara spesifik menyebutkan ada tiga faktor atau

komponen utama pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan

penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja

yang dianggap secara positif merangsang pertumbuhan ekonomi. Untuk

pertumbuhan ekonomi regional sendiri dapat diukur melalui pendapatan domestik

regional bruto (PDRB) saat ini dikurangi dengan PDRB sebelumnya dibagi

dengan PDRB saat ini. Secara teori dinyatakan bahwa jika pengeluaran

pemerintah yang merupakan komponen permintaan agregat atau Agregat Demand

(AD) meningkat maka secara langsung akan meningkatkan AD itu sendiri.

Agregat Demand adalah jumlah baarang dan jasa yang diminta dalam suatu

perekonomian sebuah Negara, pada tingkat harga tertentu. Peningkatan AD

mengindikasikan terjadi pertumbuhan ekonomi yang dapat diukur dari Produk

Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Saragih (2003:15) menjelaskan bahwa jika pemerintah daerah menetapkan

anggaran belanja modal atau pembangunan lebih besar dari pengaluaran rutin,

maka kebijakan ekspansi anggaran daerah ini akan mendongkrak pertumbuhan

ekonomi daerah. Mardhiasmo (2012:66) menjelaskan bahwa peningkatan

pemerintah daerah dalam investasi modal (belanja modal) diharapkan mampu

meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan

tingkat partisipasi (kontribusi publik) terhadap pembangunan yang tercermin dari

adanya kenaikan PAD dan nilai rasio keuangan daerah yang baik.

Page 26: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

7

Perekonomian Indonesia dari tahun 2010-2014 ditopang oleh provinsi di

regional Pulau Jawa dan Bali dengan menyumbangkan PDRB sebesar 58,20%-

64,17% dari nilai total PDRB seluruh daerah di Indonesia (BPS 2015).

Pertumbuhan ekonomi khususnya di kawasan Jawa dan Bali cukup tinggi

terutama bersumber dari sektor industri manufaktur dan sektor perdagangan,

hotel, dan restoran. Cukup tingginya kinerja sektor industri pengolahan serta

sektor perdagangan, hotel, dan restoran didukung dengan kuatnya permintaan

domestik. Pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia terutama di

regional Jawa dan Bali hingga akhir tahun 2014 masih tercatat bernilai positif,

walaupun ditengah perlambatan perekonomian global.

Tabel 1.1

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa dan Bali

Tahun Banten DKI

Jakarta

Jawa

Barat

Jawa

Tengah

DIY

Yogyakarta

Jawa

Timur

Bali

2010 4,13% 6,11% 6,50% 5,58% 4,22% 5,17% 5,12%

2011 4,92% 5,95% 6,40% 5,80% 4,19% 7,27% 6,09%

2012 5,14% 6,21% 6,55% 6,32% 4,28% 7,22% 5,49%

2013 5,28% 6,53% 6,33% 5,14% 4,32% 6,08% 6,05%

2014 5,47% 6,73% 6,07% 5,42% 5,14% 5,86% 5,97%

Rata-rata 4,99% 6,31% 6,37% 5,65% 4,43% 6,32% 5,74%

Sumber: diolah BPS 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Jawa Barat

adalah salah satu provinsi dengan nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi yang

cukup tinggi dibanding daerah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah

provinsi Jawa Barat memiliki kinerja perekonomian yang cukup bagus. Peranan

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki peranan penting terhadap keberhasilan

pembangunan daerah tersebut. Keberhasilan otonomi daerah merupakan salah satu

Page 27: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

8

faktor kunci keberhasilan masing-masing daerah dalam mengembangkan

kemajuan pemerintahan, pembangunan sektor fisik, sektor ekonomi, dan sektor

lainnya. Apabila berbicara tentang otonomi daerah menurut UU No. 32 Tahun

2004, maka tidak dapat lepas dari kebijakan pemerintah melalui UU No. 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, yang tentu saja

memberikan peluang yang lebih luas kepada daerah untuk meningkatkan

potensinya terutama dalam bidang ekonomi. Sebagai contoh, pemprov Jawa Barat

tidak perlu lagi minta izin kepada Pemerintah Pusat untuk berdagang, bahkan

dalam bursa saham sekalipun. Hal ini terkait pula dengan faktor dominan yang

mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri yaitu kemampuan

keuangan daerah.

Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu daerah otonom yang terdiri dari 18

kabupaten dan 9 kota, memiliki kebijakan belanja daerah dengan pola

pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif (Pemprov Jawa Barat, 2013).

Efisiensi belanja dilakukan dengan mengoptimalkan belanja untuk kepentingan

publik, melaksanakan proper budgeting melalui analisis cost benefit dan tingkat

efektivitas setiap program dan kegiatan serta melaksanakan prudent spending

melalui pemetaan profil resiko atas setiap belanja kegiatan beserta perencanaan

langkah antisipasinya. Lebih lanjut, penyusunan belanja daerah diprioritaskan

untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan

daerah yang menjadi tanggungjawab pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Page 28: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

9

Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya

dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan

pelaksanaan tugas pembangunan serta pemerataan dan keadilan dengan

mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014 memiliki total pendapatan APBD sebesar

Rp 19.907 triliun, sedangkan Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 15.038. triliun

atau 75,54% dari APBD. Hal ini menunjukkan bahwa derajat desentralisasi

keuangannya sangat baik. Artinya kebutuhan biaya pembangunan untuk

percepatan pembangunan di provinsi Jawa Barat ketergantungannya pada dana

pusat/fiskal pusat sebesar Rp 4.883 trilyun atau 24,46%.

Tabel 1.2

Rincian APBD Jawa Barat (Dalam Juta Rupiah)

Tahun PAD DAU DAK DBH Pajak DBH SDA

2010 7.134.812 1.022.136 41.091 971.761 261.191

2011 8.508.566 1.181.553 45.764 999.708 299.051

2012 9.982.917 1.269.960 48.356 1.199.350 315.078

2013 12.360.109 1.471.411. 35.072 1.025.017 371.990

2014 15.038.193 1.667.666 36.255 1.076541 457.706

Sumber: Ringkasan Laporan Realisasi APBD Jawa Barat 2015

Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk

menjalankan pemerintahan secara efisien dan efektif, mampu mendorong peran

serta masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan pemerataan dan

keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-

masing daerah. Oleh karena itu penulis ingin meneliti mengenai ”Pengaruh

Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Efisiensi Keuangan Daerah Dan

Page 29: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

10

Kemandirian Keuangan Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Jawa Barat Tahun Anggaran 2010-2014”

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah dalam

mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun 2010-

2014 ?

2. Bagaimana pengaruh Rasio Efisiensi Keuangan Daerah dalam

mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun 2010-

2014 ?

3. Bagaimana pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dalam

mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun 2010-

2014 ?

4. Bagaimana pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Rasio

Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

dalam mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun

2010-2014 secara simultan ?

C. Tujuan Penelitian

Dari pemaparan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 30: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

11

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli

Daerah dalam mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat

tahun 2010-2014.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

dalam mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun

2010-2014.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan

Daerah dalam mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli

Daerah, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio Kemandirian

Keuangan Daerah dalam mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Jawa Barat tahun 2010-2014 secara simultan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Pemerintah

Diharapkan Pemerintah Daerah mampu mengoptimalkan sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sebagai alternatif masukan untuk

meningkatkan pengelolaan keuangan pemerintah daerah secara ekonomis,

efisien dan efektif demi tercapainya keberhasilan pelaksanaan otonomi

daerah.

2. Manfaat Penelitian

Bagi peneliti, penelitian ini merupakan media untuk belajar memecahkan

masalah secara ilmiah dan pengaruh Penerapan teori Rasio Efektivitas

Page 31: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

12

Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah untuk menganalisis kinerja Perekonomian

Daerah yang ditunjukkan melalui Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Bagi

peneliti selanjutnya dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan sebagai

bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.

Page 32: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian

otonomi derah adalah hak ,wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan

menurut Suparmoko (2012:102) mengartikan otonomi daerah adalah

kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat. Daerah otonomi adalah kesatuan masyarakat yang mempunyai

batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara kesatuan Republik

Indonesia.

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (8), (9), (10) tentang

Pemerintah Daerah, ada 3 dasar sistem hubungan antara pusat dan daerah yaitu

; (i) Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia; (ii) Dekonsentrasi adalah pelimpahan

wewenang pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau

kepada instansi vertikal di wilayah tertentu; (iii) Tugas perbantuan adalah

Page 33: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

14

penugasan dari pemerintah kepada daerah dan atau desa atau sebutan lain

dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya

kepada yang menugaskan.

B. Keuangan Daerah

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 21 tahun 2011 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai

semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya

segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

daerah tersebut. yang dimaksud daerah di sini adalah pemerintah daerah

yang merupakan daerah otonom berdasarkan peraturan perundang-

undangan. Daerah otonom ini terdiri dari pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten dan pemerintah kota. karena pemerintah daerah merupakan

bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian

tak terpisahkan dari keuangan negara.

Menurut Halim (2007: 161), ruang lingkup keuangan daerah terdiri

dari keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola langsung

adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang-

barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliputi

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah berlaku untuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.

Page 34: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

15

Pembentukan dan pengelolaannya disesuaikan dengan tata cara yang

berlaku pada pemerintahan pusat.

APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan

Pemda, dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran

setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek

daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan dilain pihak

menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna

menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud. Sebelumnya, yaitu

pada era orde lama, terdapat pula definisi APBD. APBD adalah rencana

pekerjaan keuangan (financial workplan) yang dibuat untuk suatu jangka

waktu ketika badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan

eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan guna

kebutuhanrumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi

dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua

penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.

APBD adalah suatu anggaran daerah, kedua definisi APBD di atas

menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD, memiliki

unsur-unsur sebagai berikut:

a. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.

b. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal

untuk menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya

yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan

dilaksanakan.

Page 35: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

16

c. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.

d. Periode anggaran, biasanya 1 tahun.

APBD merupakan dokumen anggaran tahunan, maka seluruh

rencana penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Daerah yang akan

dilaksanakan pada satu tahun anggaran dicatat dalam APBD. Dengan

demikian APBD dapat menjadi cerminan kinerja dan kemampuan

Pemerintah Daerah dalam membiayai dan mengelola penyelenggaraan

pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di daerah masing-masing pada

satu tahun anggaran (Kiflimansyah,2011: 167).

Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD) disusun dengan

pendekatan kinerja dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat

1 (satu) bulan setelah APBN ditetapkan, demikian juga halnya dengan

perubahan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-

lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran. Sedangkan

perhitungan APBD ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah

berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan.

Bentuk dan susunan APBD berdasarkan Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 adalah terdiri atas tiga bagian,

yaitu Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan. Anggaran daerah merupakan

salah satu alat yang memegang peranan penting dalam rangka

meningkatkan pelayanan publik dan didalamnya tercermin kebutuhan

masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan

daerah.

Page 36: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

17

2. Penerimaan Daerah

a. Pendapatan Asli Daerah

Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber

keuangan yang digali dari dalam wilayah yang bersangkutan. Sumber-

sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

1) Pajak Daerah

Sesuai dengan UU No.28 Tahun 2009 tentang pajak daerah,

yang dimaksud dengan pajak daerah yang selanjutnya disebut

dengan pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung

yang seimbang yang dapat dilaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah.

2) Retribusi Daerah

Menurut UU No.28 Tahun 2009 tentang retribusi daerah, yang

dimaksud dengan retribusi daerah adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atau jasa atau pemberian ijin tertentu

yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

3) Hasil BUMD

Hasil Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis

Page 37: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

18

penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah

lainnya yang dipisahkan antara lain bagian laba, deviden dan

penjualan saham milik daerah.

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Adalah pendapatan daerah yang bukan berasal dari pokok 3

(tiga) hal sebelumnya, misalnya penjualan aset daerah dan

jasa giro.

b. Pendapatan Transfer

Pendapatan transfer merupakan pendapatan yang berasal dari

entitas pelaporan lain, seperti pemerintah pusat atau daerah otonom lain

dalam rangka perimbangan keuangan. Transfer dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah dalam rangka desentralisasi ini disebut juga

dana perimbangan. Sumber-sumber pendapatan transfer diperinci

sebagai berikut:

1) Dana Bagi Hasil Pajak

Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan,

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan penerimaan

dari Sumber Daya Alam seperti: kehutanan, kelautan,

perikanan, pertambangan, minyak dan gas.

2) Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu

dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus

Page 38: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

19

yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas

nasional.

3) Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

c. Pendapatan Lain-lain yang Sah

Yaitu pendapatan yang tidak termasuk dalam rincian Dana

Perimbangan dan pendapatan Asli Daerah.

3. Pengeluaran Daerah

Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah periode

tahun anggaran yang bersangkutan yang meliputi belanja langsung dan

belanja tidak langsung. Belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi

kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan,

oleh karena itu dalam penyusunan APBD agar Pemerintah Daerah

berupaya menetapkan target capaian baik dalam konteks daerah, satuan

kerja, dan kegiatan sejalan dengan urusan yang menjadi kewenangannya.

Selain itu diupayakan agar Belanja Langsung mendapat porsi alokasi yang

lebih besar dari Belanja Tidak Langsung, dan Belanja Modal mendapat

porsi alokasi yang lebih besar dari Belanja Pegawai atau Belanja Barang

dan Jasa.

Page 39: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

20

a. Belanja Langsung

Belanja Langsung, yaitu belanja yang dipengaruhi secara

langsung oleh adanya program dan kegiatan yang direncanakan.

Jenis Belanja Langsung dapat berupa Belanja Pegawai/

Personalia, Belanja Barang/ Jasa, Belanja Pemeliharaan dan

Belanja Perjalanan Dinas. Keberadaan anggaran Belanja

Langsung merupakan konsekuensi karena adanya program atau

kegiatan. Karakteristik Belanja Langsung adalah bahwa input

(alokasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur dan

diperbandingkan dengan ouput yang dihasilkan. Jumlah

komponen Belanja Langsung sebagian besar dipengaruhi oleh

target kinerja atau tingkat pencapaian program atau kegiatan

yang diharapkan.

b. Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung yaitu belanja yang tidak dipengaruhi

secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Keberadaan

Anggaran Belanja Tidak Langsung bukan merupakan

konsekuensi dan atau tiada suatu program atau kegiatan. Belanja

Tidak Langsung digunakan secara periodic (umumnya bulanan)

dalam rangka koordinasi penyelenggaraan kewenangan

pemerintah Daerah yang bersifat umum.

Belanja Tidak Langsung pada dasarnya merupakan belanja

yang digunakan secara bersama-sama (common cost) untuk

Page 40: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

21

melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja. Program

atau kegiatan yang memperoleh alokasi belanja tidak langsung

adalah program atau kegiatan Non Investasi. Program atau

kegiatan investasi yang menambahkan aset daerah tidak

menerima alokasi anggaran tahunan belanja tidak langsung,

karena ouput program atau kegiatan investasi adalah merupakan

aset daerah yang dimanfaatkan lebih satu tahun anggaran.

Anggaran belanja tidak langsung hanya digunakan untuk satu

tahun anggaran seperti halnya output program atau kegiatan non

investasi.

C. Kinerja Keuangan Daerah

Perkembangan keuangan pemerintah derah tidak terlepas dari batasan

pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam: (1) Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah; (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah; (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun

2006 juncto Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah; dan (4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

Berdasarkan ketentuan tersebut, kinerja keuangan pemerintah daerah

sangat terkait dengan aspek kinerja pelaksanaan APBD dan aspek kondisi

Page 41: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

22

neraca daerah. Kinerja pelaksanaan APBD tidak terlepas dari struktur dan

akurasi belanja (belanja langsung dan belanja tidak langsung) pendapatan

daerah yang meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain

pendapatan yang sah. Sementara itu, neraca daerah akan mencerminkan

perkembangan dari kondisi asset pemerintah daerah, kondisi kewajiban

pemerintah daerah serta kondisi ekuitas dana yang tersedia.

Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, keuangan

daerah sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah

dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan

dikeluarkannya undang-undang tentang Otonomi Daerah, membawa

konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan perbedaan antar daerah yang

satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal kemampuan keuangan daerah,

antara lain (Halim, 2007):

1. Daerah yang mampu melaksanakan otonomi daerah.

2. Daerah yang mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah.

3. Daerah yang sedikit mampu melaksanakan otonomi daerah dan

4. Daerah yang kurang mampu melaksanakan urusan otonomi daerah.

Selain itu ciri utama yang menunjukkan suatu daerah mampu

melaksanakan otonomi daerah adalah sebagai berikut (Halim, 2007:98):

1. Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki

kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber

keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup

memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya.

Page 42: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

23

2. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin agar

Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber

keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan

keuangan pusat dan daerah, sehingga peranan pemerintah daerah

menjadi lebih besar.

Berkaitan dengan hakekat otonomi daerah mengenai pelimpahan

wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik dan

pengaturan kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan

masyarakat, maka peranan data keuangan daerah sangat dibutuhkan untuk

mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar

balanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan

secara efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang memberikan gambaran

statistik perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun

pengeluaran dan analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting

terutama untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk

melihat kemampuan dan kemandirian daerah (Yuliati, 2001: 124).

Menurut Helfert (1982) dalam Mohamad Mahsun (2012:135), Analisis

Laporan Keuangan merupakan alat yang digunakan dalam memahami masalah

dan peluang yang terdapat dalam laporan keuangan. Kriteria penting untuk

mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus

rumah tangganya adalah kemampuan daerah dalam bidang keuangan. Dengan

perkataan lain, faktor keuangan merupakan faktor yang penting dalam

mengatur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.

Page 43: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

24

Penggunaan analisis rasio pada sektor publik khususnya terhadap APBD

belum banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara

bulat mengenai nama dan kiadah pengukurannya. Meskipun demikian, dalam

rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis,

efektif, efisien, dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD perlu

dilaksanakan meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan

laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta (Halim 2007:4).

Analisis rasio keuangan APBD dilakukan dengan membandingkan hasil

yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya

sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu

dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan

yang dimiliki suatu pemerintah daerah tertentu dengan rasio keuangan daerah

lain yang terdekat ataupun yang potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat

bagaimana posisi rasio keuangan pemerintah daerah tersebut terhadap

pemerintah daerah lainnya. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dengan

rasio keuangan pada APBD ini adalah sebagai berikut: DPRD, pihak eksekutif,

pemerintah pusat/provinsi, serta masyarkat dan kreditor (Halim 2007:5).

Ada beberapa cara untuk mengukur Kinerja Keuangan Daerah salah

satunya yaitu dengan menggunakan Rasio Kinerja Keuangan Daerah. Beberapa

rasio yang bisa digunakan adalah : Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi

Keuangan Daerah, Rasio Keserasian, Rasio Pertumbuhan, dan Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah (Halim 2007:11).

Page 44: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

25

1. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (RKPAD)

Rasio Efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah

daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang

ditargetkan (Mahmudi 2010:143). Rasio Efektivitas PAD dihitung

dengan cara membandingkan realisasi penerimaan PAD dengan target

penerimaan PAD atau yang dianggarkan sebelumnya . Rumus rasio ini

sebagai berikut :

Ada beberaapa kriteria untuk menentukan Rasio Efektivitas

menurut Mohammad Mahsun (2012:187), adalah :

Tabel 2.1

Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan

No. Persentase Keterangan

1 < 100 % Tidak Efektif

2 100 % Efektivitas Berimbang

3 > 100% Efektif

2. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD)

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD) menggambarkan

perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.

Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah dalam melakukan

Page 45: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

26

pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang

dicapai kurang dari 1 (satu) atau di bawah 100%. Semakin kecil Rasio

Efisiensi Keuangan Daerah berarti Kinerja Keuangan Pemerintah

Daerah semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung

secara cermat berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk

merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat

diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien

atau tidak.

Hal itu perlu dilakukan karena meskipun pemerintah daerah

berhasil merealisasikan target penerimaan pendapatan sesuai dengan

target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti

apabila ternyata biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan target

penerimaan pendapatannya itu lebih besar daripada realisasi

pendapatan yang diterimanya (Abdul Halim 2007:234). Rumus yang

digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan

No. Persentase Keterangan

1 > 100 % Tidak Efisien

2 100 % Efisien Berimbang

3 < 100% Efisien

Page 46: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

27

3. Rasio Keserasian

Rasio Keserasian menggambarkan bagaimana pemerintah daerah

memprioritaskan alokasi dananya pada Belanja Rutin dan Belanja

Pembangunannya secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang

dialokasikan untuk Belanja Rutin berarti persentase Belanja investasi

(Belanja Pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana

dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil (Abdul

Halim 2007:236). Ada 2 perhitungan dalam Rasio Keserasian ini, yaitu

: Rasio Belanja Operasi dan Rasio Belanja Modal.

Rasio Belanja Operasi merupakan perbandingan antara total

Belanja Operasi dengan Total Belanja Daerah. Rasio ini

menginformasikan kepada pembaca laporan mengenai porsi belanja

daerah yang dialokasikan untuk Belanja Operasi. Belanja Operasi

merupakan belanja yang manfaatnya habis dikonsumsi dalam satu

tahun anggaran, sehingga sifatnya jangka pendek dan dalam hal

tertentu sifatnya rutin atau berulang. Pada umumya proporsi Belanja

Operasi mendominasi total belanja daerah, yaitu antara 60-90%.

Pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan yang tinggi cenderung

memiliki porsi belanja operasi yang lebih tinggi dibandingkan

pemerintah daerah yang tingkat pendapatannya rendah (Mahmudi

2010:164). Rasio belanja operasi dirumuskan sebagai berikut :

Page 47: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

28

Belum ada patokan yang pasti berapa besarnya Rasio Belanja

Operasi maupun Modal terhadap APBD yang ideal, karena sangat

dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya

kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai

pertumbuhanyang ditargetkan. Namun demikian, sebagai daerah di

Negara berkembang peranan pemerintah daerah untuk memacu

pelaksanaan pembangunan masih relatif besar. Oleh karena itu, rasio

belanja modal (pembangunan) yang relatif masih kecil perlu

ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan pembangunan di daerah.

Rasio Belanja Modal merupakan perbandingan antara total realisasi

belanja modal dengan total belanja daerah. Berdasarkan rasio ini,

pembaca laporan dapat mengetahui porsi belanja daerah yang

dialokasikan untuk investasi dengan bentuk belanja modal pada tahun

anggaran bersangkutan. Belanja modal memberikan manfaat jangka

menegah dan panjang juga bersifat rutin. Pada umumnya proporsi

belanja modal degan belanja daerah adalah antara 5-20% (Mahmudi

2010:164). Rasio belanja modal ini dirumuskan sebagai berikut:

4. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan bermanfaat untuk mengatahui apakah

pemerintah daerah dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama

beberapa periode anggaran, kinerja anggarannya mengalami

Page 48: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

29

pertumbuhan pendapatan atau belanja secara positif atau negatif

(Mahmudi 2010:138). Rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan

pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilannya yang telah dicapai dari satu periode ke periode

berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing

komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan

untuk mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapatkan

perhatian (Halim 2007:241). Rumus untuk menghitung Rasio

Pertumbuhan adalah sebagai berikut :

Dimana:

r : Rasio Pertumbuhan.

Pn : Total PAD/Belanja Modal/Belanja Operasi tahun ke-n.

Po : Total PAD/Belanja Modal/Belanja Operasi tahun sebelumnya.

Rasio Pertumbuhan berfungsi untuk mengevaluasi potensi-potensi

daerah yang perlu mendapatkan perhatian. Semakin tinggi nilai Total

Pendapatan Daerah (TPD), PAD, dan Belanja Modal yang diikuti oleh

semakin rendahnya Belanja Operasi, maka pertumbuhannya adalah

positif. Artinya bahwa daerah yang bersangkutan telah mampu

mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode

yang satu ke periode berikutnya. Jika semakin tinggi nilai TPD, PAD,

dan Belanja Operasi yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja

Page 49: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

30

Modal, maka pertumbuhannya adalah negatif. Artinya bahwa daerah

belum mampu meningkatkan pertumbuhan daerahnya.

5. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD)

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) menunjukkan

tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan

pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang

telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang

diperlukan daerah. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ditunjukkan

oleh besarnya Pendapatan Asli Daerah dibandingkan dengan

Pendapatan Daerah yang berasal dari sumber lain (Pendapatan

Transfer) antara lain : Bagi hasil pajak, Bagi hasil bukan pajak sumber

daya alam, Dana alokasi umum dan Alokasi khusus, Dana darurat dan

pinjaman (Halim 2007:5). Rumus yang digunakan untuk menghitung

Rasio Kemandirian adalah :

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menggambarkan

Ketergantungan daerah terhadap Pendapatan Transfer (sumber data

eksternal). Semakin tinggi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap

bantuan pihak ekstern semakin rendah dan demikian pula sebaliknya.

PAD sebagai salah satu penerimaan yang daerah mencerminkan

tingkat kemandirian daerah. Semakin besar PAD maka menunjukan

Page 50: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

31

bahwa daerah mampu melaksanakan desentralisasi fiskal dan

ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat berkurang.

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah juga menggambarkan

tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin

tinggi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, semakin tinggi partisipasi

masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang

merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah. Semakin tinggi

masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah menggambarkan

bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. Sebagai

pedoman dalam melihat pola hubungan dengan kemampuan daerah

(dari sisi keuangan ) dapat dikemukakan tabel sebagai berikut:

Tabel 2.3

Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah

Kemampuan Keuangan

Daerah

Persentase Pola Hubungan

Rendah Sekali 0% - 25% Instruktif

Rendah 26% - 50% Konsultatif

Sedang 51% - 75% Partisipatif

Tinggi 76% - 100% Delegatif

Sumber: Reksohadiprojo dan Thoha dalam Hermi Oppier (2013:82)

Dari table 2.2 di atas, tingkat kemampuan dan pola hubungan

pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dapat diuraikan dalam 4

(empat) hal berikut:

a. Pola hubungan instruktif, di mana peranan pemerintah pusat

lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah

(daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah).

Page 51: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

32

b. Pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah

pusat sudah mulai berkurang karena daerah dianggap sedikit

lebih mampu melaksanakan otonomi daerah.

c. Pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat sudah

mulai berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat

kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan

otonomi daerah.

d. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat

relatif sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu

dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah

D. Pertumbuhan Ekonomi

Sukirno (2015:131) mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi sebagai

perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun. Oleh

karena itu, untuk mengetahuinya harus diadakan perbandingan pendapatan

naional dari tahun ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan ekonomi.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat

kegiatan ekonomi lebih tinggi dari apa yang telah dicapai pada periode waktu

sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi menurut Kuznets adalah kenaikan kapasitas

dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan

barang ekonomi kepada penduduknya, oleh adanya kemajuan atau

penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional dan ideologi terhadap

berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro, 2010: 144). Pertumbuhan

Page 52: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

33

ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah

kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk

atau pun dari adanya perubahan struktur ekonomi (Arsyad 2009:13).

Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dan daerah dapat diukur dengan indikator

utama yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) dan . Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB).

Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan beragam cara

antara lain melalui angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), investasi,

inflasi, pajak dan retribusi, pinjaman, dan pelayanan bidang ekonomi. Khusus

untuk PDRB, perhitungannya merupakan gambaran total output barang dan

jasa dari fungsi input unit-unit produksi yang digunakan pada suatu daerah

dalam periode tertentu. Dalam praktiknya, nilai PDRB seringkali dijadikan

sebagai indikator makro ekonomi dalam mengukur tingkat pertumbuhan

ekonomi dengan cara membandingkan kenaikan/penurunan nilai PDRB tahun

tertentu dengan tahun sebelumnya.

Senada dengan argument sebelumnya, Boediono (2012: 91) menuturkan

bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output

perkapita dalam jangka waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi disini

meliputi 3 aspek yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis)

suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu.

2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output

perkapita, dalam hal ini ada 2 aspek penting yaitu output total dan

Page 53: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

34

jumlah penduduk. Output perkapita adalah output total dibagi

jumlah penduduk.

3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka

panjang. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka panjang waktu yang

cukup lama (5 tahun) mengalami kenaikan output.

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor,

faktor ekonomi dan nonekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara

tergantung pada sumber daya alamnya, sumber daya manusia, modal, usaha,

teknologi, dan sebagainya (Jhingan, 2004:67).

1. Faktor Ekonomi

a. Sumber Daya Alam

Faktor produksi kedua adalah tanah.Tanah yang dapat ditanami

merupakan faktor yang paling berharga. Selain tanah, sumber

daya alam yang penting antara lain minyak-minyak gas, hutan

air dan bahan-bahan mineral lainnya.

b. Akumulasi Modal/Belanja Modal

Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa

pengurangan konsumsi, yang mungkin berlangsung selama

beberapa puluh tahun. Pembentukan modal dan investasi ini

sebenarnya sangat dibutuhkan untuk kemajuan cepat dibidang

ekonomi.

Page 54: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

35

c. Organisasi

Organisasi bersifat melengkapi dan membantu meningkatkan

produktivitasnya. Jika organisasi atau bisa disebut dengan

Pemerintah tidak dapat menjalan tugas pokoknya, maka

pertumbuhan ekonomi dapat terhambat.

d. Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di

dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan

dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan

hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru.

e. Pembagian Kerja

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan

produktivitas. Hal ini dapat membawa ekonomi produksi

menjadi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan

industri.

2. Faktor Non-ekonomi

a. Faktor Sosial dan Budaya

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi. Kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan

pandangan, harapan, struktur dan nilai-nilai sosial. Apabila

suatu Negara dipenuhi oleh struktur budaya dan nilai social

yang baik, maka hal ini dapat menyokong pertumbuhan

ekonomi negara tersebut.

Page 55: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

36

b. Faktor Sumber Daya Manusia

Kualitas input tenaga kerja, atau sumber daya manusia

merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Tidak

dapat dipungkiri bahwa lemahnya kualitas SDM selalu memicu

sebuah negara semakin tertinggal dalam pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi. Tingginya jumlah modal dan teknologi

tidak dapat menolong pertumbuhan ekonomi apabila faktor

SDM-nya rendah.

c. Faktor Politik dan Administratif

Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan

penghambat besar bagi pembangunan ekonomi negara

terbelakang. Administrasi yang kuat, efisien, dan tidak koru

amat penting bagi pertumbuhan ekonomi.

Teori pertumbuhan ekonomi banyak dikembangan oleh para ahli

ekonomi, namun sebagian besar terbagi dalam beberapa mazhab yang antara

lain:

a. Ekonomi Klasik

Ahli-ahli ekonomi klasik, di dalam menganalisis masalah-

masalah pembangunan, terutama ingin mengetahui tentang

sebab-sebab perkembangan ekonomi dalam jangka panjang dan

corak proses pertumbuhannya. Beberapa ahli ekonomi klasik

yang terkemuka untuk dibahas satu demi satu (Sukirno, 2012:

448-450).

Page 56: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

37

1) Adam Smith

Smith mengemukakan beberapa pandangan mengenai

beberapa faktor yang penting peranannya dalam

pertumbuhan ekonomi. Pandangannya yang pertama adalah

peranan sistem pasar bebas, Smith berpendapat bahwa

sistem mekanisme pasar akan mewujudkan kegiatan

ekonomi yang efisien dan pertumbuhan ekonomi yang

teguh. Kedua perluasan pasar. Perusahaan-perusahaan

melakukan kegiatan memproduksi dengan tujuan untuk

menjualnya kepada masyarakat dan mencari untung. Ketiga

spesialisasi dan kemajuan teknologi. Perluasan pasar, dan

perluasan ekonomi yang digalakkannya, akan

memungkinkan dilakukan spesialisasi dalam kegiatan

ekonomi. Seterusnya spesialisasi dan perluasaan kegiatan

ekonomi akan menggalakkan perkembangan teknologi dan

produktivitas meningkat. Kenaikan produktivitas akan

menaikkan pendapatan pekerja dan kenaikan ini akan

memperluas pasaran.

2) Thomas R. Malthus dan David Ricardo

Tidak semua ahli ekonomi Klasik mempunyai pendapat

yang positif mengenai prospek jangka panjang pertumbuhan

ekonomi. Malthus dan Ricardo berpendapat bahwa proses

pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan kembali ke

Page 57: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

38

tingkat subsisten. Jumlah penduduk atau tenaga kerja adalah

berlebihan apabila dibandingkan dengan faktor produksi

yang lain, pertambahan penduduk akan menurunkan

produksi per kapita dan taraf kemakmuran masyarakat.

Maka, pertambahan penduduk yang terus berlaku tanpa

diikuti pertambahan sumber-sumber daya yang lain akan

menyebabkan kemakmuran masyarakat mundur kembali ke

tingkat subsisten.

3) Schumpeter

Pada permulaan abad ini berkembang pula suatu pemikiran

baru mengenai sumber dari pertumbuhan ekonomi dan

sebabnya konjungtur berlaku. Ekonom Schumpeter

menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi

secara terus menerus tetapi mengalami keadaan dimana

adakalanya berkembang dan pada lain mengalami

kemunduran. Konjungtur tersebut disebabkan oleh kegiatan

para pengusaha (enterpreneur) melakukan inovasi atau

pembaruan dalam kegiatan mereka menghasilkan barang dan

jasa. Untuk mewujudkan inovasi yang seperti ini investasi

akan dilakukan, dan pertambahan investasi ini akan

meningkatkan kegiatan ekonomi.

Page 58: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

39

4) Harrod-Domar

Teori ini pada dasarnya melengkapi analisis Keynes

mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi. Untuk

menunjukkan hubungan diantara analisis Keynes dengan

teori harrod-domar. Teori Keynes pada hakikatnya

menerangkan bahwa perbelanjaan agregat akan menentukan

tingkat kegiatan perekonomian. Analisis yang

dikembangkan oleh keynes menunjukkan bagaimana

konsumsi rumah tangga dan investasi perusahaan akan

menentukan tingkat pendapatan nasional. Analisis harrod-

domar bahwa sebagai akibat investasi yang dilakukan

tersebut pada masa berikutnya kapasitas barang-barang

modal dalam perekonomian akan bertambah. Seterusnya

teori harrod-domar dianalisis keadaan yang perlu wujud agar

pada masa berikutnya barang-barang modal yang tersedia

tersebut akan sepenuhnya digunakan. Sebagai jawaban

tersebut menurut Harrod-Domar agar seluruh barang modal

yang tersedia digunakan sepenuhnya, permintaan agregat

haruslah bertambah sebanyak kenaikan kapasitas barang-

barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi di

masa lalu.

Page 59: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

40

b. Teori Keynes

Teori Keynes yang dipaparkan oleh John Maynard

Keynes dalam bukunya yang berjudul “The General Theory of

Employement, Interest, and Money,” adalah merupakan

penolakan total terhadap teori-teori klasik yang telah

berkembang sebelum Keynes. Kaum kalsik percaya bahwa

perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan pasar akan

selalu menuju keseimbangan (equlibrium). Dalam posisi

keseimbangan, kegiatan produksi secara otomotis akan

menciptakan daya beli untuk membeli barang-barang yang

dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas jasa atas

faktor – faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa,

dan balas jasa dari faktor – faktor produksi lainnya. Pendapatan

atas faktor – faktor tersebut seluruhnya akan dibelanjakan untuk

membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. ini yang

dimaksudkan J. Baptis Say bahwa penawaran akan selalu

berhasil menciptakan permintaannya sendiri.

Keynes berpendapat penggunaan tenaga kerja penuh adalah

keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena

kekurangan permintaan agregat yang wujud dalam

perekonomian. Selain itu, Keeynes Juga membantah Teori Say

yang mengatakan bahwa “penawaran akan mencipatakan

permintaannya sendiri” diatas ditentang oleh Keynes sebab

Page 60: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

41

biasanya permintaan lebih kecil daripada penawaran. Alasannya,

sebagian dari pendapatan yang diterima masyarakat akan

ditabung dan tidaka semuanya dikonsumsi. Dengan demikian,

permintaan efektif biasanya lebih kecil dari total produksi.

Karena konsumsi lebih kecil dari pendapatan, tidak semua

produksiakan diserap oleh masyarakat. Memang inilah yang

terjadi pada tahun 1930, saaat perusahaan berlomba-lomba

berproduksi tanpa kendali. Di pihak lain, daya beli masyarakat

terbatas. Akibatnya banyak stok menumpuk, sehingga

perusahaan terpaksa mengurangi produksi dan sebagian bahkan

melakukan rasionalisasi yaitu mengurangi produksi dengan

mengurangi jumlah pekerja.

c. Ekonomi Neo-Klasik

Dalam analisis Neo-Klasik, permintaan masyarakat tidak

menentukan laju pertumbuhan. Dengan demikian menurut teori

Neo-Klasik, sampai dimana perekonmian akan berkembang,

tergantung kepada pertambahan faktor-faktor produksi dan

tingkat kemajuan teknologi (Jhingan, 2004: 265). Ahli ekonomi

yang menjadi perintis mengembangan teori tersebut diantarnya :

1) J.E. Meade

Profesor J.E.Meade dari Universitas Cambridge membangun

suatu model pertumbuhan ekonomi neo-klasik yang

dirancang untuk menjelaskan bagaimana bentuk paling

Page 61: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

42

sederhana dari sistem ekonomi klasik akan berperilaku

selama proses pertumbuhan ekuilibrium. Meade berpendapat

bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh tenaga kerja

dan aliran modal.

2) Solow

Ekonom ingin Solow menunjukkan bagaimana tabungan,

pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi

mempengaruhi tingkat output dan pertumbuhannya

sepanjang waktu. Solow menegaskan bahwa dengan

koefisien teknik yang bersifat variabel, maka rasio model

buruh akan cenderung saling menyesuaikan selama

perjalanan waktu, kearah rasio keseimbangan. Jika

sebelumnya, rasio modal terhadap buruh lebih besar maka

modal dan output akan tumbuh lebih lambat daripada tenaga

buruh dan sebaliknya.

E. Penelitian Terdahulu

Hakim (2013) dalam penelitian mengenai pengaruh belanja modal

terhadap pertumbuhan ekonomi dengan studi kasus kabupaten dan kota di

Pulau Jawa dan Bali. Dengan metode yang digunakan dalam penelitian adalah

metode fixed effect crosssection weight. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

peningkatan belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, serta

belanja modal lainnya memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan

ekonomi. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh variabel belanja infrastruktur,

Page 62: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

43

yaitu belanja modal gedung dan bangunan serta belanja jalan, irigasi, dan

jaringan yang tidak berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini

disebabkan adanya kontrak pembangunan yang bersifat multiyears serta

pencairan belanja infrastruktur yang mendekati akhir tahun sehingga terdapat

kelambanan pengaruh belanja infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi

dengan catatan di dalam peneltian ini tidak memperhitungkan lag. Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis belanja

modal, yaitu (1) belanja modal tanah, (2) belanja modal peralatan dan mesin,

(3) belanja modal gedung dan bangunan, (4) belanja modal jalan, irigasi, dan

jaringan, dan (5) belanja modal lainnya, serta variabel dependen yang

digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai

representasi dari pertumbuhan ekonomi.

Pramita (2013) dalam penelitian tentang analisis rasio untuk menilai

kinerja keuangan daerah kabupaten kebumen tahun 2009-2013,

mengungkapkan bahwa Hasil analisis menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan

Daerah Kabupaten Kebumen dilihat dari (1) Rasio Efektivitas PAD dapat

dikategorikan Efektif, karena rata-rata efektivitasnya sebesar 104,46% (2)

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah tergolong Efisien karena rata-rata besarnya

rasio ini sebesar 99,82% (3) Rasio Keserasian dapat dikatakan bahwa

Pemerintah Kabupaten Kebumen mengalokasikan sebagian besar anggaran

belanjanya untuk belanja operasi daerah yaitu rata-rata sebesar 80,97%

dibandingkan dengan rata-rata belanja modal sebesar 16,68%, (4) Rasio

Pertumbuhan pendapatan, PAD, Belanja Operasi selalu mengalami kenaikan

Page 63: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

44

dari tahun ke tahun dan Pertumbuhan Belanja Modal fluktuatif (5) Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah masih tergolong Rendah Sekali dan dalam

kategori pola hubungan Instruktif karena rata-rata rasionya sebesar 7,80%.

Ronald dan Sarmiyatiningsih (2010) dalam penelitian mengenai analisis

kinerja keuangan dan pertumbuhan ekonomi sebelum dan sesudah

diberlakukan otonomi daerah di Kabupaten Kulon Progo mengungkapkan

bahwa sesudah diberlakukannya Otonomi Daerah, rasio efisiensi belanja

cenderung menurun, artinya Belanja Daerah cenderung efisien sehingga

pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan meskipun dalam angka yang

relatif kecil. Data yang dianalisis adalah data keuangan Pemerintah Kabupaten

Kulon Progo tahun anggaran 1996 sampai dengan 2008, data Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan yang diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS). Alat analisis data menggunakan Deskriptif dan time

series.

Pramono (2014) dalam penelitian mengenai analisis rasio keuangan

untuk menilai kinerja keuangan pemerintah daerah dengan studi kasus pada

pemerintah Kota Surakarta. Dalam penelitiannya, Data yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Pemerintah Kota Surakarta tahun

2011. Selanjutnya data akan di analisis dengan menggunakan enam rasio

keuangan yaitu : rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio

keserasian, rasio pertumbuhan dan rasio kemampuan mengembalikan

pinjaman. Hasil analisis data menyebutkan bahwa kinerja keuangan Pemkot

Surakarta yang masih kurang adalah di aspek kemandirian dan aspek

Page 64: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

45

keserasian, karena rasio kemandiriannya sebesar 15,83% (2010) dan 22,44

(2011) sedangkan rasio belanja terhadap APBD sebesar 90,24% (2010) dan

86,90% (2011), rasio belanja modal terhadap APBD sebesar 9,65% (2010) dan

13,07% (2011). Tingkat efisiensi dan efektivitas Pemkot Surakarta dalam

mengelola dana sudah sangat efisien dan efektif, karena rasio efektivitasnya

94,81% (2010) dan 102,79% (2011) sedangkan rasio efisiensinya 27,95%

(2010) dan 14,15% (2011). Pertumbuhan PAD cukup tinggi yakni sebesar

58,93%, pendapatan naik 19,92%. Belanja operasi naik 14,58% dan belanja

modal naik 61,03%. Kemampuan melunasi pinjaman masih mencukupi karena

rasio DSCR sebesar 15,25% (2010) dan 17,84% (2011).

Hafidh (2013) dalam penelitiannya tentang analisis rasio keuangan

daerah dalam mempengaruhi belanja modal publik bagi pertumbuhan ekonomi

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dengan menggunakan data

APBD dan PDRB Kota dan Kabupaten di DIY periode 2006-2011. Hasilnya

menunjukkan bahwa semua daerah masih mempunyai tingkat kemandirian

daerah (KD) yang sangat rendah. Tingkat efisiensi daerah (EFD) menunjukkan

nilai yang kurang baik. Variabel efektivitas daerah menunjukkan rasio yang

cukup efektif karena semua daerah mampu melampaui target penerimaan yang

telah ditetapkan. Penelitian ini juga menemukan bahwa ketiga rasio keuangan

daerah menunjukkan hasil yang positif dan signifikan, akan tetapi R2 hanya

sebesar 0,38. Artinya kinerja keuangan yang diproksi dari PAD tidak dapat

mempengaruhi belanja modal publik. Belanja modal mempengaruhi PDRB

secara positif dan signifikan. Jadi, model kinerja daerah yang dinyatakan dalam

Page 65: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

46

rasio keuangan daerah tersebut hanya mampu menerangkan perubahan pada

variabel PDRB sebesar 35 persen.

Solikhah (2010) dalam penelitian mengenai analisis kemampuan

kemandirian keuangan daerah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Wonogiri tahun anggaran 2005-2009. Metode analisis data

pada penelitian ini ada 2 macam, yang pertama adalah rasio kemampuan

keuangan daerah dan rasio kemandirian keuangan daerah. Yang kedua, untuk

mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

digunakan alat analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis yang

telah dilakukan diperoleh hasil sebagai bahwa rasio kemampuan keuangan

daerah memiliki ratarata 6,68 % yang tergolong rendah, sedangkan

kemandirian keuangan daerah ditunjukkan dengan angka rasio rata-ratanya

adalah 7,84% masih berada diantara 0% - 25% tergolong mempunyai pola

hubungan instruktif. Kemampuan Keuangan Daerah berpengaruh negatif tetapi

tidak signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi (growth), artinya semakin

tinggi tingkat kemampuan keuangan daearah tidak akan mengurangi tingkat

pertumbuhan ekonomi. Kemandirian Daerah berpengaruh positif dan

signifikan, artinya semakin tinggi rasio kemandirian keuangan daerahnya maka

akan menambah tingkat pertumbuhan ekonomi.

Page 66: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

47

Tabel 2.4

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Metode dan Hasil

1 Hakim

(2013)

Pengaruh

Belanja Modal

Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi

Dengan Studi

Kasus

Kabupaten Dan

Kota Di Pulau

Jawa Dan Bali

Dependen:

Pertumbuhan

Ekoonomi

Independen:

Peningkatan

Belanja Modal

Tanah, Belanja

Modal

Peralatan Dan

Mesin, Serta

Belanja Modal

Data Panel; Fixed

Effect Model.

Hasil penelitian

menunjukkan

bahwa

peningkatan

belanja modal

tanah, belanja

modal peralatan

dan mesin, serta

belanja modal

lainnya

memberikan

dampak positif

terhadap

pertumbuhan

ekonomi. Hasil

yang berbeda

ditunjukkan oleh

variabel belanja

infrastruktur, yaitu

belanja modal

gedung dan

bangunan serta

belanja jalan,

irigasi, dan

jaringan yang

tidak berdampak

terhadap

pertumbuhan

ekonomi.

2 Pramita

(2013)

Analisis Rasio

Untuk Menilai

Kinerja

Keuangan

Daerah

Kabupaten

Kebumen

Tahun 2009-

2013

Dependen:

Pertumbuhan

Ekonomi

Independen:

Rasio efisiensi

keuangan

daerah, Rasio

Efektivitas

PAD, Rasio

kemandirian

keuangan

Deskriptif

Kuantitatif.

Hasil analisis

menunjukkan

bahwa Kinerja

Keuangan Daerah

Kabupaten

Kebumen dilihat

dari (1) Rasio

Efektivitas PAD

dapat

Page 67: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

48

daerah, Rasio

Belanja Modal,

Rasio Belanja

Operasional

dikategorikan

Efektif, karena

rata-rata

efektivitasnya

sebesar 104,46%

(2) Rasio Efisiensi

Keuangan Daerah

tergolong Efisien

karena rata-rata

besarnya rasio ini

sebesar 99,82%

(3) Rasio

Keserasian dapat

dikatakan bahwa

Pemerintah

Kabupaten

Kebumen

mengalokasikan

sebagian besar

anggaran

belanjanya untuk

belanja operasi

daerah yaitu rata-

rata sebesar

80,97%

dibandingkan

dengan rata-rata

belanja modal

sebesar 16,68%,

(4) Rasio

Pertumbuhan

pendapatan, PAD,

Belanja Operasi

selalu mengalami

kenaikan dari

tahun ke tahun

dan Pertumbuhan

Belanja Modal

fluktuatif (5)

Rasio

Kemandirian

Keuangan Daerah

masih tergolong

Rendah Sekali dan

dalam kategori

pola hubungan

Page 68: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

49

Instruktif karena

rata-rata rasionya

sebesar 7,80%.

3 Ronald dan

Sarmiyaningsih

(2010)

Analisis

Kinerja

Keuangan Dan

Pertumbuhan

Ekonomi

Sebelum Dan

Sesudah

Diberlakukan

Otonomi

Daerah Di

Kabupaten

Kulon Progo

Dependen:

Pertumbuhan

Ekonomi

Independen:

Rasio Efisiensi

Belanja Daerah

Regresi Linier.

Rasio efisiensi

belanja cenderung

menurun, artinya

Belanja Daerah

cenderung efisien

sehingga

pertumbuhan

ekonomi

mengalami

peningkatan

meskipun dalam

angka yang relatif

kecil. Data yang

dianalisis adalah

data keuangan

Pemerintah

Kabupaten Kulon

Progo tahun

anggaran 1996

sampai dengan

2008, data Produk

Domestik

Regional Bruto

(PDRB) Atas

Dasar Harga

Konstan yang

diperoleh dari

Badan Pusat

Statistik (BPS).

Alat analisis data

menggunakan

Deskriptif dan

time series.

4 Pramono

(2014)

Analisis Rasio

Keuangan

Untuk Menilai

Kinerja

Keuangan

Pemerintah

Daerah Dengan

Studi Kasus

Pada

Dependen:

Kinerja

Keuangan

Daerah

Independen:

Rasio

Kemandirian,

Rasio

Efektivitas,

Deskriptif

kuantitatif.

Hasil analisis data

menyebutkan

bahwa kinerja

keuangan Pemkot

Surakarta yang

masih kurang

adalah di aspek

Page 69: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

50

Pemerintah

Kota Surakarta

Rasio Efisiensi,

Rasio

Keserasian,

Rasio

Pertumbuhan

Dan Rasio

Kemampuan

Mengembalikan

Pinjaman.

kemandirian dan

aspek keserasian,

karena rasio

kemandiriannya

sebesar 15,83%

(2010) dan 22,44

(2011) sedangkan

rasio belanja

terhadap APBD

sebesar 90,24%

(2010) dan

86,90% (2011),

rasio belanja

modal terhadap

APBD sebesar

9,65% (2010) dan

13,07% (2011).

5 Hafidh

(2013)

Tentang

Analisis Rasio

Keuangan

Daerah Dalam

Mempengaruhi

Belanja Modal

Publik Bagi

Pertumbuhan

Ekonomi

Provinsi

Daerah

Istimewa

Yogyakarta

Dependen:

Pertumbuhan

Ekonomi

Independen:

Rasio efisiensi

keuangan

daerah, Rasio

Belanja Modal,

Rasio

kemandirian

keuangan

daerah, Rasio

Efektivitas

PAD

Regresi Linier

Hasilnya

menunjukkan

bahwa semua

daerah masih

mempunyai

tingkat

kemandirian

daerah (KD) yang

sangat rendah.

Tingkat efisiensi

daerah (EFD)

menunjukkan nilai

yang kurang baik.

Variabel

efektivitas daerah

menunjukkan

rasio yang cukup

efektif karena

semua daerah

mampu

melampaui target

penerimaan yang

telah ditetapkan.

Penelitian ini juga

menemukan

bahwa ketiga rasio

keuangan daerah

menunjukkan

Page 70: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

51

hasil yang positif

dan signifikan,

akan tetapi R2

hanya sebesar

0,38.

6 Solikhah

(2010)

Analisis

Kemampuan

Kemandirian

Keuangan

Daerah Dan

Pengaruhnya

Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi

Kabupaten

Wonogiri

Tahun

Anggaran

2005-2009

Dependen:

Pertumbuhan

Ekonomi

Independen:

Rasio

kemandirian

keuangan

daerah

Regresi Linier

Rasio kemampuan

keuangan daerah

memiliki ratarata

6,68 % yang

tergolong rendah,

sedangkan

kemandirian

keuangan daerah

ditunjukkan

dengan angka

rasio rata-ratanya

adalah 7,84%

masih berada

diantara 0% - 25%

tergolong

mempunyai pola

hubungan

instruktif.

Kemampuan

Keuangan Daerah

berpengaruh

negatif tetapi tidak

signifikan

terhadap

Pertumbuhan

ekonomi (growth),

artinya semakin

tinggi tingkat

kemampuan

keuangan daearah

tidak akan

mengurangi

tingkat

pertumbuhan

ekonomi.

Kemandirian

Daerah

berpengaruh

positif dan

signifikan, artinya

Page 71: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

52

semakin tinggi

rasio kemandirian

keuangan

daerahnya maka

akan menambah

tingkat

pertumbuhan

ekonomi.

Dari hasil pemaparan penelitian terdahulu, posisi penelitian ini adalah

melanjutkan penelitian Sholikhah mengenai analisis kemampuan kemandirian

keuangan daerah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal yang

menjadi perbedaam utama adalah mengenai rasio yang dipakai sebagai variabel

independen dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Jika pada penelitian

sebelumnya hanya menggunakan variabel Rasio Kemandirian Keuangan

Daerah, maka penelitian ini menggunakan 3 rasio, yaitu Rasio Efektivitas

PAD, Rasio efisiensi keuangan daerah dan Rasio Kemandirian Keuangan

Daerah. Selain itu, penelitian Sholikah bertumpu pada Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Wonogiri, sedangkan penelitian ini bertumpu pada Pertumbuhan

Ekonomi Kabupaten/Kota Jawa Barat.

F. Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara

variabel bebas dan variabel terikat. Berdasar pada uraian sebelumnya maka

kerangka pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Jawa Barat (sebagai variabel dependen) yang dipengaruhi oleh Rasio

Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio Kemandirian

Keuangan Daerah (sebagai variabel independen).

Page 72: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

53

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi,

yaitu Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 17

Kabupaten dan 9 Kota. Pertumbuhan di definisikan sebagai semua barang dan

jasa hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik,

tanpa memerhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh

penduduk daerah tersebut.

Pertumbuhan daerah merupakan bagian integral dari pertumbuhan

nasional, maka dalam hal ini sudah tentu memerlukan anggaran untuk

mewujudkan pertumbuhan daerah dalam pembangunan dan mengurus rumah

tangganya sendiri. Pemerintah Daerah diberi kesempatan untuk menggali

sumber-sumber pendapatan yang ada di daerah. Oleh karena itu, variabel

independen pada penelitian ini dipilih semua rasio yang menggunakan

pendapatan daerah sebagai salah satu indikatornya.

Sedangkan, variabel independen atau variabel yang mempengaruhi

variabel dependen ditetapkan menjadi 3 variabel, yaitu Rasio Efektivitas

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah.

Rasio Efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah daerah

dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan. Dengan

adanya peningkatan PAD, maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah

tersebut akan lebih tinggi, sehingga pemerintah daerah akan berinisiatif untuk

lebih menggali potensi-potensi daerah dan akhirnya akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Analisis efektivitas pengelolaan anggaran daerah

Page 73: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

54

adalah dengan menggunakan perbandingan antara realisasi pendapatan daerah

dengan target pendapatan yang ditetapkan dalam APBD, guna mengetahui

berhasil tidaknya pencapaian tujuan anggaran.

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD) menggambarkan

perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Semakin kecil biaya

yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan, maka akan menaikkan

pertumbuhan ekonomi. Untuk mengukur kinerja pemerintah daerah dalam

memobilisasi penerimaan PAD, indikator rasio efisiensi keuangan daerah saja

belum cukup, sebab meskipun rasio efisiensinya sudah baik tetapi bila ternyata

biaya untuk mencapai target tersebut sangat besar, maka berarti pemungutan

PAD tersebut tidak efisien. Oleh karena itu perlu pula dihitung rasio efektivitas

PAD.

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ditunjukkan oleh besarnya

Pendapatan Asli Daerah dibandingkan dengan Pendapatan Daerah yang berasal

dari sumber lain (Pendapatan Transfer). Semakin mandiri suatu daerah otonom,

maka daerah tersebut semakin mampu memaksimalkan potensi pendapatan

daerahnya masing-masing, yang akan menaikkan pertumbuhan ekonomi.

Keberhasilan kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan otonomi

daerah salah satunya dilihat dari kemandirian keuangan daerah tersebut. Suatu

daerah yang sudah mandiri dalam aspek keuangan diharapkan bisa

melaksanakan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat tanpa

mengharapkan transfer dana dari pemerintah pusat.

Page 74: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

55

Berdasarkan pemaparan variabel penelitian di atas, maka penyususan

kerangka berfikir penelitian Pengaruh Efektivitas Pendapatan Asli Daerah,

Efisiensi Keuangan Daerah, dan Kemandirian Keuangan Daerah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2010-2014 dapat

dijabarkan dalam gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir Penelitian

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang

masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan dapat

diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Pertumbuhan

Ekonomi

Provinsi Jawa Barat

Rasio Efektivitas

PAD

Rasio Efisiensi

Keuangan Daerah

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Page 75: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

56

1. H1 : Diduga terdapat pengaruh signifikan antara variabel Rasio

Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014 secara

simultan.

H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel

Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah,

dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014

secara simultan.

2. H1 : Diduga terdapat pengaruh signifikan Rasio Efektivitas PAD

terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun

2010-2014 secara parsial.

H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan Rasio Efektivitas

PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat

tahun 2010-2014 secara parsial.

3. H1 : Diduga terdapat pengaruh signifikan Rasio Efisiensi

Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Jawa Barat tahun 2010-2014 secara parsial.

H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan Rasio Efisiensi

Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Jawa Barat tahun 2010-2014 secara parsial.

Page 76: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

57

4. H1 : Diduga terdapat pengaruh signifikan Rasio Kemandirian

Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Jawa Barat tahun 2010-2014 secara parsial.

H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014 secara parsial

Page 77: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar
Page 78: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

59

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan model regresi untuk analisis regresi untuk

keperluan estimasi. Penelitian ini menggunakan 1 (satu) variabel dependent

yaitu Pertumbuhan Ekonomi dan 3 (tiga) variabel independent (bebas) yaitu

Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah,

dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah. Data yang digunakan adalah data

sekunder. Analisis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Data

Panel, yaitu analisis yang menggabungkan data time series dan cross section.

Adapun data time series yang telah ditentukan adalah tahun 2010-2014, selain

itu telah ditentukan juga data cross section yang akan diteliti meliputi 17 (tujuh

belas) kabupaten, yaitu kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Bogor,

Ciamis, Cianjur, Cirebon, Garut, Indramayu, Karawang, Kuningan,

Majalengka, Pangandaran, Purwakarta, Subang, Sukabumi, Sumedang dan

Tasikmalaya, serta 9 (sembilan) kotamadya, yaitu kota Bandung, Banjar,

Bekasi, Bogor, Cimahi, Cirebon, Depok, Sukabumi, dan Tasikmalaya.

B. Metode Penentuan Sampel

Analisa data dalam penelitian tidak terlepas dari penentuan sampel,

karena sampel merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian dan jika

diabaikan maka hasil interpretasi yang diperoleh nantinya akan keliru terhadap

variabel yang akan diungkap. Menurut Priadana & Muis (2009), “Sampel

merupakan sebagian dari elemen-elemen populasi. Sebuah sampel yang

Page 79: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

60

ditemukan tidak selalu memenuhi persyaratan dalam variabel penelitian

sehingga diperlukan pula besaran peluang representatifnya sebuah kelompok

sampel dalam sebuah populasi penelitian”. Dengan nilai representatif yang

lebih besar maka semakin besar pula ketepatan sampel yang digunakan,

sehingga variabel yang akan diungkap tidak mengalami kekeliruan. Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 26 Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Barat. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan adalah teknik

purposive sampling, yaitu penarikan sampel yang dilakukan karena tujuan

penelitian hanya dimaksudkan untuk mengungkap variabel sebatas dalam

sampel itu saja.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat dan juga BPS Pusat di

Jakarta, Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung

dan telah dipublikasikan. Data yang telah diperoleh meliputi: Rasio Efektivitas

PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah dan Rasio Kemandirian Keuangan

Daerah menurut Kabupaten/Kota dan Pertumbuhan Ekonomi tahun 2010-

2014. Secara keseluruhan data diperoleh dari BPS.

D. Metode Analisis Data

Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang sesuai

dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang

Page 80: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

61

menekankan pada angka-angka dalam penelitiannya. Dari data angka yang

telah diperoleh maka diharap dapat memberikan kesimpulan yang tepat.

1. Metode Data Panel

Menurut Wing Wahyu Winarno (2011), “Data panel atau pooled

data merupakan data yang terdiri atas data seksi silang (beberapa variabel)

dan data runtut waktu (berdasar waktu)”. Analisis regresi data panel adalah

analisis regresi yang didasarkan pada data panel untuk mengamati

hubungan antara variabel terikat (dependen) dan variabel bebas

(independen). Hal ini sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan

mengenai masalah Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Barat

menggunakan studi kasus 26 Kabupaten/Kota dengan tahun yang akan

diteliti dari 2010 sampai dengan 2014.

Model dengan data cross section :

Keterangan :

N = Banyaknya data cross section T = Banyaknya data time series

Melihat data panel merupakan gabungan antara data cross section

dan data time series maka model yang dapat disimpulkan adalah sebagai

berikut:

Yit = α + β Xit + Ɛit ; I = 1,2,…,N; t = 1,2,…,T

Keterangan :

N = Banyaknya data cross section

T = Banyaknya data time series

Page 81: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

62

N X T = Banyaknya data panel

Menurut Hsiao (2003) dan Baltagi (2005) dalam (Adit Agus Prastyo,

2010:87), Keunggulan penggunaan metode data panel dibandingkan

metode time series atau cross section adalah :

a. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas

dalam tiap individu.

b. Dengan data panel, data lebih informasif, lebih bervariasi,

mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat

kebebasan (degree of freedom), dan lebih efisien.

c. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan

dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross section.

d. Data panel lebih mendeteksi dan mengukur efek yang secara

sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross

section.

e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang

lebih kompleks.

f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh

agregasi individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.

2. Pemodelan Data Panel

Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam mengestimasi

data panel, yaitu : 1) pendekatan OLS biasa (Pooled Least Square), 2)

pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model), dan 3) pendekatan efek acak

(Random Effect Model).

Page 82: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

63

a. Pendekatan Pooled Least Square

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling

sederhana karena menggabungkan data cross section dan data

time series sebagai analisisnya, sering disebut pula dengan

Common Effect Model. Dalam pendekatan ini tidak

memperhatikan dimensi antar individu maupun rentang waktu,

sehingga model ini dapat pula dapat pula disebut sebagai model

OLS biasa karena menggunakan kuadrat terkecil.

b. Pendekatan Fixed Effect Model

Metode efek tetap ini dapat menunjukan perbedaan antar

objek meskipun dengan regresor yang sama. Model ini dikenal

dengan model regresi Fixed Effect (efek tetap). Efek tetap ini

dimaksudkan adalah bahwa sutu objek, memiliki konstan yang

tetap besarannya untuk berbagai periode waktu. Demikian juga

dengan koefisien regresinya, tetap besaranya dari waktu ke

waktu (time invariant).

Keuntungan metode efek tetap ini adalah dapat

membedakan efek individual dan efek waktu dan tidak perlu

mengasumsikan bahwa komponen eror tidak berkolerasi dengan

variabel bebas yang mungkin sulit dipenuhi. Dan kelemahan

metode efek tetap ini adalah ketidaksesuaian model dengan

keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling berbeda,

Page 83: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

64

bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan

kondisi objek tersebut pada waktu yang lain.

c. Pendekatan Random Effect Model

Keputusan untuk memasukan variabel boneka (dummy

variabel) dalam model efek tetap (fixed effect) tidak dapat

dipungkiri akan dapat menimbulkan trade off. Penambahan

variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya degree

of freedom yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari

parameter yang diestimasi. Model panel data yang didalamnya

melibatkan kolerasi antar error term karena berubahnya waktu

karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan pendekatan

model komponen eror (eror component model) atau disebut juga

model efek acak (random effect).

Metode ini digunakan untuk mengatasi kelemahan metode

fixed effect yang menggunakan variabel semu, sehingga model

mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu,

metode efek menggunakan residual, yang diduga memiliki

hubungan antar waktu dan antar objek. Syarat untuk

menganalisis efek random yaitu objek data silang harus lebih

besar dari pada banyaknya koefisien (Winarno, 2007).

3. Pemilihan Model Data Panel

Estimasi model regresi linier berganda bertujuan untuk memprediksi

parameter model regresi yaitu nilai konstanta (α) dan koefisien regresi (βi).

Page 84: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

65

Konstanta biasa disebut dengan intersep dan koefisien regresi biasa disebut

dengan slope. Regresi data panel memiliki tujuan yang sama dengan regresi

linier berganda, yaitu memprediksi nilai intersep dan slope. Penggunaan

data panel dalam regresi akan menghasilkan intersep dan slope yang

berbeda pada setiap entitas/ perusahaan dan setiap periode waktu. Model

regresi data panel yang akan diestimasi membutuhkan asumsi terhadap

intersep, slope dan variabel gangguannya. Menurut Widarjono (2007) ada

beberapa kemungkinan yang akan muncul atas adanya asumsi terhadap

intersep, slope dan variabel gangguannya.

a. Diasumsikan intersep dan slope adalah tetap sepanjang periode

waktu dan seluruh entitas/perusahaan. Perbedaan intersep dan

slope dijelaskan oleh variabel gangguan (residual).

b. Diasumsikan slope adalah tetap tetapi intersep berbeda antar

entitas/perusahaan.

c. Diasumsikan slope tetap tetapi intersep berbeda baik antar waktu

maupun antar individu.

d. Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar individu.

e. Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar waktu dan antar

individu.

Dari berbagai kemungkinan yang disebutkan di atas muncullah

berbagai kemungkinan model/teknik yang dapat dilakukan oleh regresi data

panel. Dalam banyak literatur hanya asumsi pertama sampai ketiga saja

yang sering menjadi acuan dalam pembentukan model regresi data panel.

Page 85: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

66

Menurut Widarjono (2007, 251), untuk mengestimasi parameter model

dengan data panel, terdapat tiga teknik (model) yang sering ditawarkan dan

dua tahap untuk memilih data panel.

Tahapan dalam memilih metode dalam data panel. Pertama yang

dilakukan adalah membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu.

Kemudian dilakukan uji F-test Chow. Jika hasil menunjukkan model PLS

yang diterima, maka model PLS lah yang akan dianalisa. Tapi jika model

FEM yang diterima, maka tahap kedua dijalankan, yakni melakukan

perbandingan lagi dengan model REM. Setelah itu dilakukan pengujian

dengan Hausman test untyk menentukan metode mana yang akan dipakai,

apakah FEM atau REM.

a. CEM vs FEM (Uji Chow)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least Square

(PLS) atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi. Relatif terhadap

Fixed Effect Model, Pooled Least Square adalah restricted model

dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu.

Padahal asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang

sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit

tersebut memiliki perilaku yang berbeda. Untuk mengujinya dapat

digunakan restricted F-test, dengan hipotesis sebagai berikut.

H0: Model Common Effect (Restricted)

H1: Model Fixed Effect (Unrestricted)

Dimana restricted F-test dirumuskan sebagai berikut:

Page 86: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

67

Dimana:

Jika nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya model panel

yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan

sebaliknya jika H0 diterima, maka model FEM harus diuji

kembali untuk memilih apakah akan memakai model FEM atau

REM baru dianalisis.

b. FEM vs REM (Uji Hausman)

Ada beberapa pertimbangan teknis empiris yang dapat digunakan

sebagai panduan untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random

Effect Model yaitu:

1) Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah

unit cross section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak

jauh berbeda. Dalam hal ini pilihan umumnya akan

didasarkan pada kenyamanan perhitungan, yaitu FEM.

2) Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua

pendekatan dapat berbeda signifikan. Jadi, apabila yang

diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam

penelitian diambil secara acak (random) maka REM harus

digunakan. Sebaliknya, apabila uang diyakini bahwa unit

cross section yang dipilih dalam penelitian tidak diambil

secara acak maka digunakan estimasi FEM.

Page 87: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

68

3) Apabila cross section error component (€i) berkorelasi

dengan variabel bebas X maka parameter yang diperoleh

dengan REM akan bias sementara parameter yang

diperoleh dengan FEM tidak habis.

4) Apabila N dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari

REM dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien

dibandingkan tidak bias.

Keputusan penggunaan FEM dan REM dapat pula ditentukan

dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan dengan Hausman.

Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-

square statistik sehinggan keputusan pemilihan model akan dapat

ditentukan secara statistik.

Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 = Random Effect Model

H1 = Fixed Effect Model

Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Hausman test

dibandingkan dengan Chi-square statistik dengan df = k, di mana k

adalah jumlah koefesien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari

Hausman test signifikan, maka H0 ditolak , yang FEM digunakan.

E. Model Empiris

Di awal telah dijelaskan mengenai estimasi model persamaan data

panel, yaitu sebagai berikut:

Page 88: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

69

Yit = β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + µit……………….

Berdasarkan model di atas, maka model persamaan yang akan

diestimasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Yit = α +β1RKPADit + β2REKDit + β3RKKD +µit…

Keterangan:

Y : Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat

α : Konstanta

RKPADit : Rasio Efektivitas PAD di daerah i pada periode t

REKDit : Rasio Efisiensi Keuangan Daerah di daerah i pada

periode t

RKDDit : Rasio Kemandirian Keuangan Daerah di daerah i

periode t

Β1,2…..n : Koefisien Regresi

µi : error term

Setelah model penelitian di estimasi maka akan diperoleh nilai dan

besaran dari masing – masing parameter dalam model persamaan diatas.

Nilai dari parameter positif atau negatif selanjutnya akan digunakan untuk

menguji hipotesis penelitian.

F. Uji Asumsi Klasik

Sebelum memulai olah data regresi, ada beberapa uji yang terlebih

dahulu harus dilakukan, yaitu uji asumsi klasik. Hal tersebut dilakukan untuk

melihat apakah data terbebas dari masalah multikolinearitas,

heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik ini penting dilakukan

Page 89: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

70

untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang

minimum (Best Linier Unbiased Estimator – BLUE), yang berarti model

regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu perlu dibuktikan lebih lanjut

apakah model regresi yang digunakan sudah memenuhi asumsi tersebut.

1. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antar variabel

independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka

multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang

terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen) (Wing

Wahyu, 2011: 5.1). Lebih lanjut, menurut Singgih Santoso (2010: 206),

Multikolinearitas mengandung arti bahwa antar variabel independen yang

terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati

sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1).

Indikasi multikolinearitas ditunjukkan dengan beberapa informasi

antara lain:

a. Nilai R2 tinggi, tetapi variable independen banyak yang tidak

signifikan.

b. Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen,

apabila koefisien korelasi diantara masing-masing variabel bebas

lebih besar dari 0,8 maka tidak terdapat multikolinearitas.

c. Dengan melakukan regresi auxiliary, yaitu regresi yang dapat

digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua (atau lebih)

Page 90: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

71

variabel independen yang secara bersama-sama mempengaruhi satu

variabel independen lainnya.

Sedangkan alternatif menghilangkan multikolinearitas antara lain bisa

dengan menambahkan data penelitian bila memungkinkan, karena masalah

multikolinearitas biasanya muncul karena jumlah observasi yang sedikit. Selain

itu juga dapat dengan menghilangkan salah satu variabel independen, terutama

yang memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain. Namun jika

dengan cara tersebut tidak mungkin dihilangkan, maka tetap harus dipakai.

Selanjutnya bisa dengan mentransformasikan salah satu atau beberapa variabel

dengan melakukan differensiasi. (Wing Wahyu, 2011: 5.7 – 5.8)

2. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi dalam model regresi adalah dengan memenuhi (i) residual yang

memiliki nilai rata-rata nol, (ii) residual yang memiliki varian yang konstan,

(iii) dan juga residual yang suatu observasinya tidak saling berhubungan

dengan residual observasi lainnya sehingga menghasilkan estimator yang

BLUE. Heteroskedastisitas merupakan fenomena terjadinya perbedaan varian

antar seri data. Heteroskedastisitas muncul apabila nilai varian dari variabel

tak bebas (Yi) meningkat sebagai meningkatnya varian dari variabel bebas

(Xi), maka varian dari Yi adalah tidak sama.

Apabila asumsi (i) tidak terpenuhi yang terpengaruh hanyalah slope

estimator dan ini tidak membawa konsekuensi serius dalam analisis

ekonometrik. Sedangkan jika asumsi (ii) dan (iii) tidak terpenuhi, maka akan

berdampak pada prediksi dengan model yang dibangun. Dalam kenyataannya,

Page 91: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

72

nilai residual sulit memiliki varian yang konstan. Hal ini sering terjadi pada

data yang bersifat cross section dibanding time series. (Wing Wahyu, 2011:

5.8)

Regresi data panel tidak sama dengan model regresi linier, oleh karena

itu pada model data panel perlu memenuhi syarat BLUE (Best Linear

Unbiased Estimator) atau terbebas dari pelanggaran asumsi-asumsi dasar

(asumsi klasik). Jika dilihat dari ketiga pendekatan yang dipakai, maka hanya

uji heteroskedastisitas saja yang relevan dipakai pada model data panel. Ada

beberapa metode yang dapat digunakan untuk menditeksi heteroskedastisitas

dalam sebuah model yaitu : metode grafik, uji park, uji glejser, uji korelasi

pearman, uji goldfield-quandt, uji bruesch-pagan-godffrey dan uji white.

Tetapi dalam penelitian ini hanya akan dilakukan dengan menggunakan Uji

Park.

Uji ini dikembangkan oleh Park pada tahun 1966, pengujian dilakukan

dengan meregresikan nilai log residual kuadrat sebagai variabel dependen

dengan variabel independennya. Uji Park dilihat dari nilai Probabilitasnya,

jika nilai probabilitas lebih besar dari α = 5% maka dapat disimpulkan tidak

ada masalah Heterokedastisitas pada penelitian tersebut.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara

residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.

Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model

Page 92: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

73

regresi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi bebas dari

autokolerasi. (Gujarati 2007:112). Autokorelasi menurut Wing Wahyu

Winarno (2011: 5.26) dapat berbentuk menjadi autokorelasi positif dan

autokorelasi negatif. Mengidentifikasi adanya autokorelasi dapat dilakukan

dengan melihat hasil uji Durbin-Watson.

Tabel 3.1

Uji Durbin-Watson

Ada

autokorelasi

positif

Tidak dapat

diputuskan

Tidak ada

autokorelasi

Tidak dapat

diputuskan

Ada

autokorelasi

negatif

0 1,10 1,54 2,46 2,90

Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut

tidak terdapat autokolerasi. Sebaliknya, jika DW tidak berada diantara 1,54

hingga 2,46 maka model tersebut terdapat autokolerasi. (Winarno,

2009:5.27)

4. Uji Normalitas

Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data berdistribusi

normal. Untuk menguji data apakah terdistribusi normal dengan menggunakan

histogram dan uji Jarque-Bera. Jarque-Bera adalah uji statistik untuk

mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan

skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat

normal. Dengan hipotesis:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Page 93: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

74

Uji normalitas juga dapat dilihat dari gambar histogram, namun

seringkali kurvanya tidak mengikuti bentuk kurva normal, sehingga sulit

disimpulkan. Lebih mudah bila melihat koefisien Jarque-Bera dan

Probabilitasnya. Kedua angka ini bersifat saling mendukung. Bila nilai J-B

tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data berdistribusi normal. Bila

probabilitas lebih besar dari 5% (bila menggunakan tingkat signifikansi

tersebut), maka data berdistribusi normal.

Teorema Limit Pusat (Central Limit Theorem). Dari suatu populasi yang

memiliki distribusi normal, distribusi mean sampling juga terdistribusi normal

untuk nilai n berapapun (tidak bergantung ukuran sampel). Dengan kata lain

jika dimisalkan X1, X2, X3,….Xn-1, Xn adalah suatu sampel acak dari suatu

populasi yang berdistribusi normal dengam mean µ dan deviasi standard σ

maka untuk sembarang nilai n, x juga terdistriusi normal dengan mean µx = µ

dan standar deviasi σx = σ/√n jika populasinya tidak terhingga atau σx =

(σ/√n)(√(N-n)/(N-1) jika populasinya terhingga berukuran N.

Sementara itu dari populasi yang tidak berdistribusi secara normal, jika

ukuran sampel cukup besar (n>30), distribusi mean sampling akan mendekati

distribusi normal (gaussian) apapun bentuk asli distribusi

populasinya.pernyataan ini dikenal sebagai teorema limit pusat (central limit

theorem). Dengan kata lain, seandainya X1, X2, X3,….Xn-1, Xn adalah suatu

sampel acak dari suatu populasi tidak berdistribusi secara normal dengan mean

dan standar deviasi, maka untuk nilai n yang cukup besar (n>30). X mendekati

suatu distribusi normal denagan mean mean µx = µ dan standar deviasi σx = σ/√n

Page 94: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

75

jika populasinya tidak terhingga atau σx = (σ/√n)(√(N-n)/(N-1) jika populasinya

terhingga berukuran N. (Harinaldi, 2005)

Gambar 3.1

Kurva Distribusi Data

Sumber: Harinaldi, 2005

G. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah prosedur yang didasarkan pada bukti sampel

yang dipakai untuk menentukan apakah hipotesis suatu pernyataan yang wajar

dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesis tersebut tidak wajar dan area

tersebut ditolak. (Reza 2014:79). Uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa

atau menguji. Apakah koefisien regresi yang didapat signifikan atau berbeda

secara nyata. (Nachrowi, 2006:16). Maksudnya dari signifikan ini adalah suatu

nilai koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol. Jika

koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup

bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel

terikat.

1. Uji Koefisien Determinasi (R-square)

Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dalam

regresi, karena dapat menginformasikan baik tidaknya model regresi yang

Page 95: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

76

terestimasi. Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur seberapa

dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai

koefisien determinasi (Goodness of fit) mencerminkan seberapa besar variasi

dari regressand (Y) dapat diterangkan oleh regressor (X). Bila R2 = 0, artinya

variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2 =

1, artinya variasi Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata

lain bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan berbeda pada garis regresi.

Berdasarkan kriteria tersebut, dengan demikian ukuran goodness of fit dari

suatu model ditentukan oleh R2 yang nilainya antara nol dan satu. (Nachrowi

dan Usman, 2008: 21-22).

2. Uji-F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap

variabel dependen. Cara yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai

F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

a. H0 : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel

independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-

sama).

b. H1 : β > 0, berarti ada hubungan yang signifikan dari variabel

independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-

sama)

Page 96: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

77

Dengan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf

signifikan 5% (α = 0,05), maka hipotesis uji-F penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Jika F hitung > F tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak berarti

variabel independen (Rasio Efektivitas PAD, Rasio efisiensi keuangan

daerah, dan Rasio kemandirian keuangan daerah) secara bersama-

sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen (Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat)

b. Jika F hitung < F tabel maka H1 ditolak dan H0 diterima berarti

variabel independen (Rasio Efektivitas PAD, Rasio efisiensi keuangan

daerah, dan Rasio kemandirian keuangan daerah) secara bersama-

sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen (Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat)

3. Uji-t

Uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji-t dilakukan

dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. H0 : β = 0, berarti tidak ada pengaruh positif dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial

(individu).

Page 97: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

78

b. H1 : β > 0, berarti ada pengaruh positif dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial

(individu).

Dengan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau

taraf signifikan 5% (α = 0,05), maka hipotesis uji-t penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Jika t hitung > t tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak berarti ada

pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel

independen (Rasio Efektivitas PAD, Rasio efisiensi keuangan

daerah, dan Rasio kemandirian keuangan daerah) terhadap

variabel dependen secara parsial (individu) yaitu (Pertumbuhan

Ekonomi Jawa Barat).

b. Jika t hitung < t tabel maka H1 ditolak dan H0 diterima berarti

tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel

independen (Rasio Efektivitas PAD, Rasio efisiensi keuangan

daerah, dan Rasio kemandirian keuangan daerah) terhadap

variabel dependen secara parsial (individu) yaitu (Pertumbuhan

Ekonomi Jawa Barat).

H. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel terikat yang mendasari

penelitian variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen.

Variable dependen dapat di tulis dalam Y. Variabel dependen adalah

Page 98: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

79

variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat.

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan analisa kinerja keuangan daerah dan pertumbuhan

ekonomi, maka penelitian ini menspesifikasikan variabel dependen dan

definisi operasional sebagai “Y”. Data yang digunakan adalah data

perhitungan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat.

2. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi

variable lain (Umar, 2003:45). Variabel dapat di tulis dalam X.

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan analisa kinerja keuangan daerah dan pertumbuhan

ekonomi, maka penelitian ini menetapkan spesifikasi variable independen

dan definisi operasional sebagai berikut:

a. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (RKPAD)

menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam

memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan.

Rasio Efektivitas PAD dihitung dengan cara membandingkan

realisasi penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD atau

yang dianggarkan sebelumnya.

b. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD) menggambarkan

perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

Page 99: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

80

memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang

diterima. Semakin kecil Rasio Efisiensi Keuangan Daerah berarti

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah semakin baik.

c. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD)

menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam

membiayai sendiri kegiatan, pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio Kemandirian

Keuangan Daerah ditunjukkan oleh besarnya Pendapatan Asli

Daerah dibandingkan dengan Pendapatan Daerah yang berasal

dari sumber lain.

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

Jenis Variabel

Variabel Definisi Variabel Ukuran

Dependen Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

Persentase

Independen Rasio Efektivitas PAD

Realisasi Efektivitas PAD Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

Persentase

Independen Rasio Efisiensi

Keuangan Daerah

Realisasi Efisiensi Keuangan Daerah menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

Persentase

Independen Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Realisasi Kemandirian Keuangan Daerah menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

Persentase

Page 100: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

81

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang pertama

dibentuk di wilayah Indonesia. Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan

UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa

Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya

Provinsi Banten, yang berada di bagian barat Provinsi Jawa Barat.

Secara administrasi pemerintahan, wilayah Provinsi Jawa Barat

terbagi dalam 27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten dan 9 kota, yaitu

Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Garut,

Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang,

Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, dan Pangandaran serta

Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi,

Tasikmalaya dan Banjar. Sedangkan jumlah kecamatan 626, daerah

perkotaan 2.671 dan 3.291 perdesaan (Pusdalisbang Jawa Barat, 2015:1)

Secara topografis Jawa Barat berupa wilayah pegunungan curam

(9,5%) yang terletak di bagian selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m

diatas permukaan laut, serta wilayah lereng bukit yang landai (36,48%)

yang terletak di bagian tengah dengan ketinggian 10-1.500 m dpl, dan

wilayah daratan landai (54,02%) yang terletak di bagian utara dengan

Page 101: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

82

ketinggian 0-10 m dpl. Wilayah Jawa Barat memiliki iklim tropis, dengan

suhu rata-rata berkisar antara 17,40-30,70C dan kelembaban udara 73-84%.

Secara geografis, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun

2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, Provinsi Jawa Barat memiliki

wilayah daratan seluas 3.709.528,44 hektar dengan garis pantai sepanjang

724,85 km. Provinsi Jawa Barat terletak di antara 5o50'-7

o50' Lintang

Selatan dan 104o48'-108

o48' Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya

(Pusdalisbang Jawa Barat, 2015:2):

Sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta

Sebelah timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah

Sebelah selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia

Sebelah barat, berbatasan dengan Provinsi Banten.

Jawa Barat dialiri oleh 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan luas

wilayah DAS sebesar 32.074,40 km2, memiliki 3.502 buah sungai dan 6

Wilayah Sungai dengan Wilayah Sungai yang menjadi kewenangan

provinsi sebanyak 2 buah, yaitu Wilayah Ciwulan-Cilaki, dan Cisadea-

Cibareno. Jawa Barat juga memiliki 706 waduk, dengan luas sekitar

18.355,43 Ha dan memiliki potensi air sekitar 7.016.450.489,55 m3.

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun

2003, Provinsi Jawa Barat menetapkan tiga suku asli di Jawa Barat yaitu

Suku Betawi yang berbahasa Melayu dialek Betawi, Suku Sunda yang

berbahasa Sunda dan Suku Cirebon yang berbahasa Bahasa Cirebon

(dengan keberagaman dialeknya).

Page 102: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

83

Kondisi demografis Jawa Barat secara umum tercermin melalui

jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, struktur penduduk, sebaran

penduduk serta ketenagakerjaan. Berdasarkan data Tahun 2014, jumlah

penduduk Jawa Barat adalah sebanyak 46.029,6 ribu jiwa. Sementara itu

dilihat dari laju pertumbuhannya, penduduk Jawa Barat mengalami

penurunan dari 1,77% pada Tahun 2013 menjadi 1,52% pada Tahun 2014.

Berdasarkan jenis kelamin, komposisi penduduk Jawa Barat pada Tahun

2014 antara laki laki dengan perempuan adalah 49 % : 51%. (Pusdalisbang

Jawa Barat, 2015:5)

Tabel 4.1

Rincian Demografi Jawa Barat 2010-2014

Demografi Tahun

Indikator Satuan 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Penduduk Ribu Jiwa 43.053 43.850 44.812 45.340 46.029

Laju Pertumbuhan

Penduduk

Persen 1,91 1,85 1,82 1,77 1,52

Kepadatan Penduduk Jiwa per-km2 1104 1175 1201 1.222 1.236

Sumber: BPS Jawa Barat, Jawa Barat Dalam Angka 2015

Penduduk terbanyak pada Tahun 2014 berada di Kabupaten Bogor

yaitu sebanyak 5.331.150 jiwa atau 11,58%, dan yang paling sedikit adalah

Kota Banjar yaitu sebanyak 180.515 jiwa atau 0,39% dari total jumlah

penduduk Jawa Barat. Sedangkan berdasarkan tingkat kepadatan penduduk

yang tertinggi berada di Kota Bandung yaitu 14.687,05 orang/km²,

kemudian Kota Cimahi yaitu 14.053,76 orang/km² dan Kota Bekasi yaitu

12.372,45 orang/km². Jumlah penduduk dan tingkat di kabupaten/kota Jawa

Barat. (BPS Jawa Barat : 2015)

Page 103: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

84

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Desktiptif

a. Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat

Suatu daerah yang otonom, harus mempunyai kemampuan

keuangan dalam menyelenggarakan pemerintahan. Daerah yang telah

mandiri ditandai dengan berkurang ketergantungan keuangan terhadap

pusat. Dengan demikian tujuan otonomi daerah bisa terlaksana sesuai

dengan yang diharapkan. Meningkatkan PAD merupakan salah satu

cara dalam meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah daerah

dalam membiayai belanja rutin dan pembangunan. Semakin besar

kontribusi PAD terhadap APBD maka semakin besar kemampuan

daerah dalam melaksanakan otonomi.

Pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui

rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang

merupakan hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang

tidak perlu dibayar kembali oleh daerah (UU No 33 Tahun 2004).

Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan daerah yang dianggarkan

dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang

dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan daerah

merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai

kekayaan bersih dalam periode yang bersangkutan. Menurut UU No 33

Tahun 2004 , Sumber pendapatan daerah terdiri dari:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Page 104: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

85

b. Dana Perimbangan

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber

dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Lain-lain

pendapatan daerah bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk

memperoleh pendapatan selain dari PAD dan dana perimbangan yang

terdiri dari hibah dan dana darurat.

Tabel 4.2

Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat (dalam juta rupiah)

Rincian 2010 2011 2012 2013 2014

PENDAPATAN DAERAH 9.742.188 11.053.860 16.878.129 19.237.611 22.310.953

Pendapatan Asli Daerah 7.252.243 8.502.643 9.982.917 12.360.110 15.038.153

Pajak Daerah 6.470.866 7.696.485 9.149.214 11.236.146 13.753.760

Retribusi Daerah 32.249 50.738 57.326 63.655 70.081

Hasil BUMD dan Kekayaan

Daerah

226.366 229.147 232.647 261.601 304.380

Lain-lain PAD yang Sah 522.762 526.273 543.729 798.708 909.931

Dana Perimbangan 2.427.857 2.526.078 2.832.747 2.950.533 3.260.506

Dana Bagi Hasil 1.303.163 1.298.760 1.514.430 1.398.007 1.494.604

Dana Alokasi Umum 1.086.124 1.181.553 1.269.961 1.472.453 1.687.686

Dana Alokasi Khusus 38.570 45.765 48.356 80.072 78.215

Lain-lain Pendapatan yang

Sah

62.087 25.138 4.062.465 3.926.969 4.012.294

Sumber: BPS Jawa Barat, Jawa Barat Dalam Angka 2015

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat

mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari pendapatan daerah

tahun 2010 hingga 2014. Pada tahun 2010 pendapatan daerah Jawa

Barat mencapai Rp 9.742.188 juta, namun pada tahun 2014,

Page 105: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

86

pendapatan daerah meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi Rp

22.310.953 juta. Lebih lanjut, peningkatan pendapatan daerah ini

disokong oleh peningkatan PAD yang cukup signifikan. PAD tahun

2010 mencapai Rp 7.252.243 juta, pada tahun 2014 mencapai dua kali

lipat menjadi Rp 15.038.153 juta.

Pada tabel 4.2 juga menunjukkan peningkatan Dana

Perimbangan Pemerintah Pusat, namun jika dilihat peningkatan PAD

jauh lebih besar dibanding dengan peningkatan Dana Perimbangan.

Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat

memaksimalkan potensi pendapatan dan kekayaan daerah yang

tersedia, atau dengan kata lain, Provinsi Jawa Barat cukup mandiri

dalam mengelola keuangan daerahnya.

b. Pertumbuhan Perekonomian Jawa Barat

Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai

peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi

adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan

analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas

perekomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada

suatu periode tertentu (Sukirno, 2012:152). Karena pada dasarnya

aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor

produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya

Page 106: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

87

akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi

yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi

maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor

produksi juga akan meningkat (Sukirno, 2012:153).

Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih

menunjuk kepada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative

change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data Produk

Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total

market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and

services) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu

tertentu (biasanya satu tahun).

Grafik 4.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat

Sumber: BPS Jawa Barat, Jawa Barat Dalam Angka 2015

Dari tahun 2010 hingga tahun 2014, pertumbuhan Provinsi

Jawa Barat cenderung fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi tertinggi Jawa

6.50%

6.40%

6.55%

6.33%

6.07%

5.80%

5.90%

6.00%

6.10%

6.20%

6.30%

6.40%

6.50%

6.60%

2010 2011 2012 2013 2014

Page 107: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

88

Barat terjadi pada tahun 2012 dengan nilai 6,55% dan terendah pada

tahun 2014 dengan nilai 6,07%. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat

disokong oleh industri pengolahan atau manufaktur, dimana industri

ini menyokong hingga 44% pertumbuhan Provinsi Jawa Barat. Pada

grafik 4.2 disebutkan bahwa, dari tahun 2010 hingga 2014, industri

manufaktur merupakan industri utama yang menggerakkan

pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Barat.

Grafik 4.2

Distribusi Persentase PDRB Provinsi Jawa Barat menurut Lapangan Usaha

Sumber: BPS Jawa Barat, Jawa Barat Dalam Angka 2015

C. Analisis Regresi Data Panel

1. Estimasi Model Data Panel

a. CEM dengan FEM (Uji Chow)

Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka

digunakan uji F-Restricted dengan cara melihat nilai probabilitas (P-

17%

10% 8% 9% 8%

13% 16%

13% 15% 16%

38% 41% 41% 42%

44%

32% 33%

38%

34% 32%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

2010 2011 2012 2013 2014

Pertanian Jasa Manufaktur Infustri Lainnya

Page 108: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

89

Value) F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%. Sebelum

melihat nilai probabilitas (P-Value) F-Statistik lebih kecil dari tingkat

signifikansi α = 5%, terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun

hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Common Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Dari hasil berdasarkan metode Fixed Effect Model (FEM) dan

Common Effect Model (CEM) diperoleh nilai probabilitas F-statistik

yakni sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji-Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 6.277765 (25,101) 0.0000

Cross-section Chi-square 121.890922 25 0.0000

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diperoleh F-statistik adalah 6.277765

dengan d.f (25.101) dan nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0.0000,

yang berarti bahwa nilai probabilitas F-Statistik lebih kecil dari tingkat

signifikansi α 5% (0.0000 < 0.05). Maka Ho ditolak, sehingga model

panel yang digunakan adalah Fixed Effect Model.

b. FEM dengan REM (Uji Hausman)

Setelah melakukan pengujian untuk model CEM dan FEM, agar

diketahui model panel yang akan diterapkan, selanjutnya dilakukan uji

Page 109: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

90

Hausman, pengujian ini untuk menentukan model paling tepat yang

akan digunakan diantara FEM dan REM. Uji Hausman memberikan

penilaian dengan menggunakan Chi-Square Statistic sehingga

keputusan pemilihan model dapat ditentukan dengan tepat. Sebelum

membandingkan Chi-square statistic dan Chi-square table terlebih

dahulu dibuat hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Hasil pengolahan dengan uji Hausman dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut:

Tabel 4.4

Hasil Uji Hausman

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f.

Prob.

Cross-section random 15.905460 3 0.0012

Berdasarkan hasil uji Hausman pada tabel 4.4 di atas, didapatkan

Chi-Square statistic sebesar 15.905460 dengan probabilitas 0.0012 dan

d.f. 3. Dikarenakan nilai probabilitas Chi-Square statistic lebih kecil

dari nilai α 5% (0.0012 < 0.05) maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan

bahwa model terbaik yang dapat digunakan untuk model penelitian

adalah Fixed Effect Model. Jadi, berdasarkan uji Chow dan uji

Hausman model yang digunakan adalah Fixed Effect Model.

Page 110: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

91

2. Model Empiris

Berdasarkan hasil dari estimasi yang menggunakan Fixed Effect

Model dapat disimpulkan bahwa hasil regresi yang dihasilkan cukup baik

untuk menjelaskan pengaruh Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi

Keuangan Daerah, dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat. Variabel Rasio Efektivitas

PAD dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat, sedangkan

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat

dari Table 4.5 mengenai hasil estimasi uji di bawah ini:

Tabel 4.5

Fixed Effect Model

Variable Coefficient Prob.

C

RKPAD

REKD

RKKD

12.24812

5.657297

-7.429235

1.965944

0.0074

0.0113

0.0000

0.0086

R-square 0.653494

Adjusted R-squared 0.557433

F-statistic 6.802902

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil olahan data sekunder

Berdasarkan table 4.5 di atas, dapat dijelaskan melalui persamaan

sebagai berikut:

Y = 12.24812 + 5.657297RKPAD - 7.429235REKD + 1.965944RKKD + e

Page 111: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

92

Keterangan:

Y = Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat

RKPAD = Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

REKD = Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

RKKD = Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

e = error term

Tabel 4.6

Nilai Intercept Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Kabupaten/Kota Effect

1 Kota Bandung 2.673738

2 Kota Banjar -0.397051

3 Kota Bekasi 0.590712

4 Kota Bogor 0.639072

5 Kota Cimahi 0.098557

6 Kota Cirebon -0.143553

7 Kota Depok 1.555456

8 Kota Sukabumi 0.241969

9 Kota Tasikmalaya 0.148391

10 Kabupaten Bandung 0.373727

11 Kabupaten Bandung Barat 0.080402

12 Kabupaten Bekasi 0.836149

13 Kabupaten Bogor 0.382589

14 Kabupaten Ciamis -0.609366

15 Kabupaten Cianjur -0.646787

16 Kabupaten Cirebon -0.514603

17 Kabupaten Garut -0.724431

18 Kabupaten Indramayu -1.936005

19 Kabupaten Karawang 1.815304

20 Kabupaten Kuningan 0.082864

21 Kabupaten Majalengka -0.713115

22 Kabupaten Purwakarta 0.883637

23 Kabupaten Subang -2.237161

24 Kabupaten Sukabumi -0.366581

25 Kabupaten Sumedang -0.634416

26 Kabupaten Tasikmalaya -1.479500

Sumber: Hasil olahan data sekunder

Dari hasil estimasi diatas menunjukan bahwa terdapat 12

Kabupaten/Kota yang memiliki intercept negatif. Hal ini menunjukan

bahwa 12 Kabupaten/Kota ini mempunyai Pertumbuhan Ekonomi

Page 112: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

93

terkecil/rendah di Provinsi Jawa Barat dan nilai intercept paling negatif

adalah Kabupaten Subang. Nilai intercept tersebut mempunyai arti bahwa

manakala di Kabupaten/Kota tersebut tidak terdapat variabel Rasio

Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah,

dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, maka Pertumbuhan Ekonomi

akan tetap menurun sebesar nilai intercept-nya. Sementara

Kabupaten/Kota lainnya memiliki intercept positif. Nilai intercept positif

tersebut bermakna bahwa manakala di Kabupaten/Kota tersebut tidak

terdapat variabel Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Rasio

Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah,

maka Pertumbuhan Ekonomi akan meningkat.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi

pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square

(OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan

persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal.

Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis

regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis

regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada

data cross sectional (Nachrowi dan Usman, 2006: 135).

Page 113: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

94

a. Uji Normalitas

Grafik 4.3

Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

28

32

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

Series: Standardized Residuals

Sample 2010 2014

Observations 130

Mean 2.97e-08

Median 0.005346

Maximum 6.225474

Minimum -4.997106

Std. Dev. 1.206945

Skewness 0.657697

Kurtosis 9.522131

Jarque-Bera 239.7875

Probability 0.000000

Berdasarkan grafik 4.3 dari hasil pengujian normalitas

didapatkan nilai Jarque-Bera sebesar 239.7875 lebih dari 2 dan nilai

probabilitas sebesar 0,0000 yang artinya nilai probailitas 0,0000 <

nilai signifikan (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa dalam

penelitian ini data tidak terdistribusi normal. Sehingga peneliti

menggunakan dalil Central Limit Theorem dimana data yang

digunakan lebih dari 30 data (n>30). Dalam penelitian ini

menggunakan 4 variabel dengan 26 objek penelitian dari tahun 2010-

2014 sehingga jumlah data sampelnya ada 130 data sehingga

menurut teorema limit pusat dapat dikatakan data terdistribusi

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar

variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya masalah

multikolinieritas, digunakan nilai correlation matrix dari semua

Page 114: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

95

variabel independen. Nilai correlation matrix harus kurang dari 0,8.

Berikut ini uji multikolinearitas dengan menggunakan correlation

matrix:

Tabel 4.7

Correlation Matrix

RKPAD REKD RKKD

RKPAD 1 0.06964655 0.16930450

REKD 0.06964655 1 0.27443673

RKKD 0.16930450 0.27443673 1

Dari tabel 4.7 diketahui bahwa tidak ada masalah

multikolinieritas. Hal ini dikarenakan nilai korelasi matriks (correlation

matrix) dari semua variabel independen adalah kurang dari 0,8. Nilai

multikolinearitas variabel RKPAD terhadap REKD sebesar

0,06964655, dan terhadap RKKD sebesar 0,16930450. Sedangkan nilai

multikolinearitas variabel REKD terhadap RKKD sebesar 0,27443673.

Multikolinieritas biasanya terjadi pada estimasi yang

menggunakan data runtut waktu. Dengan mengkombinasikan data time

series dengan data cross section mengakibatkan masalah

multikolinieritas secara teknis dapat dikurangi. Penelitian ini

menggunakan data panel, yang mana secara teknis sudah dikatakan

masalah multikolinieritas sudah tidak ada.

c. Uji Heteroskedastisitas

Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dalam penelitian

salah satunya adalah menggunakan cara dalam prosedur statistik

Page 115: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

96

dengan Uji Park. Uji ini dikembangkan oleh Park pada tahun 1966,

pengujian dilakukan dengan meregresikan nilai log residual kuadrat

sebagai variabel dependen dengan variabel independennya. Berikut ini

uji heterokedastisitas dengan uji Park:

Tabel 4.8

Hasil Uji Park

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -18.57226 11.06635 -1.678265 0.0958

RKPAD 1.099558 1.562756 0.703602 0.4830

REKD 0.926388 0.767733 1.206653 0.2298

RKKD 1.365977 0.943193 1.448247 0.1500

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dari hasil tersebut diketahui bahwa

koefisien parameter untuk masing-masing variabel independen tidak

signifikan. Hal ini dilihat dari uji t-statistik dan nilai probabilitas t-

statistik. Pada variabel Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi

Keuangan Daerah, dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, nilai

probabilitas lebih besar dari α = 5%, maka dapat disimpulkan ketiga

variabel independen tersebut terbebas dari masalah heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri,

pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Pada umumnya

autokorelasi lebih sering terjadi pada data time series (Nachrowi dan

Usman, 2006: 135).

Untuk mengidentifikasi adanya autokorelasi dengan

menggunakan nilai Durbin-Watson, apabila dilai dw berada diantara

Page 116: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

97

1,54 - 2,46 maka tidak ada autokorelasi. Dari hasil pengujian regresi

data panel ini diperoleh nilai dw sebesar 1.981311 dimana nilai ini

berada diantara 1,54 - 2,46. Sehingga dapat diketahui bahwa model ini

tidak ada autokorelasi.

4. Uji Hipotesis

a. Uji-t

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel

independen (Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah,

dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah) berpengaruh secara parsial

terhadap variabel dependennya Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat,

yaitu dengan membandingkan masing-masing nilai t-statistik dari

regresi dengan t-tabel dalam menolak atau menerima hipotesis. Pada

tingkat keyakinan α = 5% dengan jumlah observasi sebanyak 130, maka

diperoleh t-tabel sebesar 1,65666.

Tabel 4.9

Nilai Uji t

Variabel t-Statistic t-Tabel Probabilitas

Rasio Efektivitas PAD 8.983415 1,65666 0.0113

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah 6.327572 1,65666 0.0000

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 4.755740 1,65666 0.0086

Tabel 4.9 merupakan hasil pengujian variabel independen yaitu

Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah dan Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi secara

parsial. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Page 117: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

98

1) Terdapat pengaruh Rasio Efektivitas PAD secara parsial

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Barat 2010-

2014.

2) Terdapat pengaruh Rasio Efisiensi Keuangan Daerah secara

parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa

Barat 2010-2014.

3) Terdapat pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

secara parsial terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi

Jawa Barat 2010-2014.

Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada tabel 4.7 maka

pembuktian dari hipotesis yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut:

1) Variabel Rasio Efektivitas PAD memiliki t-statistic > t-tabel

(8.983415 > 1,65666 ) atau nilai probabilitas dari variabel

Rasio Efektivitas PAD lebih kecil dari tingkat keyakinan α =

5% (0,0113 < 0,05) yang berarti variabel Rasio Efektivitas

PAD berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Jawa Barat.

2) Variabel Rasio Efisiensi Keuangan Daerah memiliki t-statistic

> t-tabel (6.327572 > 1,65666 ) atau nilai probabilitas dari

variabel Rasio Efisiensi Keuangan Daerah lebih kecil dari

tingkat keyakinan α = 5% (0,00 < 0,05) yang berarti variabel

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah berpengaruh signifikan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat.

Page 118: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

99

3) Variabel Rasio Kemandirian Keuangan Daerah memiliki t-

statistic > t-tabel (4.755740 > 1,65666 ) atau nilai probabilitas

dari variabel Rasio Kemandirian Keuangan Daerah lebih kecil

dari tingkat keyakinan α = 5% (0,86 < 0,05) yang berarti

variabel Rasio Kemandirian Keuangan Daerah berpengaruh

signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat.

b. Uji –F

Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara

simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependennya, maka

digunakan uji-F dengan cara membandingkan F-statistik dengan F-

tabel. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Ho : Terdapat pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara Rasio

Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014.

Hi : Tidak terdapat pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara

Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014.

Tabel 4.10

Uji F-Statistik

F-Statistic F-Tabel Prob(F-statistic

6.802902 2,67 0,0000

Page 119: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

100

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, hasil regresi data panel

menggunakan Fixed Effect Model diperoleh nilai F-statistik sebesar

6,802902 dengan probabilitas sebesar 0,00000, pada tingkat keyakinan

α = 5%, k = 3, n = 130, sehingga diperoleh F-tabel dengan nilai df yaitu

(2,67). Maka terlihat bahwa F-statistik > F-tabel (6,802902 > 2.67) atau

nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α 5%

(0,0000 < 0,05), artinya bahwa variabel independen (Rasio efisiensi

keuangan daerah, Rasio Efektivitas PAD, dan Rasio Kemandirian

Keuangan Daerah) secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun hitung

2010-2014.

c. Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil regresi data panel menggunakan Fixed Effect

Model didapatkan koefisien determinasi sebesar 0,653494 atau 65,35%.

Hal ini menunjukkan bahwa hanya 65,35% Pertumbuhan Ekonomi di

Provinsi Jawa Barat dapat dijelaskan oleh variabel Rasio efisiensi

keuangan daerah, Rasio Efektivitas PAD, dan Rasio Kemandirian

Keuangan Daerah. Sedangkan sisanya 34,65% dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 4.11

Uji Koefisien Determinasi

R-Square Adjusted R-Square

0.653494 0.557433

Page 120: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

101

Hal ini dikarenakan, sebagian dari faktor produksi yang

digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah

lain atau dari luar negeri, demikian juga sebaliknya faktor produksi

yang dimiliki penduduk daerah tersebut dapat ikut serta dalam proses

produksi di daerah lain atau di luar negeri. Hal ini menyebabkan nilai

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang timbul di suatu daerah

tidak sama dengan pendapatan yang diterima daerah tersebut.

Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan

ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memerhatikan

apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk

daerah tersebut, merupakan “Produk Domestik Regional Bruto” daerah

bersangkutan. Sedangkan pendapatan yang timbul oleh karena adanya

kegiatan produksi tersebut merupakan “Pendapatan Regional”.

D. Analisis Ekonomi

1. Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat

Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam

merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan

dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Pemerintah

daerah dikatakan mampu menjalankan tugasnya dengan baik, apabila rasio

yang dicapai sebesar 100%. Semakin tinggi rasio efektivitas berarti

kemampuan daerah dalam memaksimalkan potensi pendapatan semakin

baik.

Page 121: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

102

Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) harus berdampak pada

perekonomian daerah (Saragih, 2003:16). Oleh karena itu, daerah tidak

akan berhasil bila daerah tidak mengalami pertumbuhan ekonomi yang

berarti meskipun terjadi peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah.

Lebih lanjut, Saragih juga menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan

kondisi perekonomian akan memberikan dampak terhadap perubahan

pendapatan asli daerah. Itu artinya, daerah yang memiliki perekonomian

yang baik akan memiliki pendapatan asli daerah yang tinggi. Jadi, semakin

baik kondisi perekonomian suatu daerah akan menunjang terhadap

peningkatan pendapatan asli daerah. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa perekonomian daerah berpengaruh secara positif terhadap

pendapatan asli daerah.

Bila yang terjadi sebaliknya, maka bisa diindikasikan adanya

eksploitasi PAD terhadap masyarakat secara berlebihan tanpa

memperhatikan peningkatan produktifitas masyarakat itu sendiri. Dengan

adanya penerimaan dari pendapatan asli daerah dapat meningkatkan

Pertumbuhan Ekonomi daerah dan akan berdampak terhadap Pertumbuhan

Ekonomi nasional. Peningkatan pendapatan asli daerah dapat meningkatkan

investasi pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin

baik, atau dengan kata lain pertumbuhan pendapatan asli daerah seharusnya

sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Menurut Lewis dalam Ahyani (2010), tidak efektifnya berbagai

peraturan yang dilakukan pemerintah dapat membuat tidak adanya relasi

Page 122: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

103

positif antara berbagai pungutan pajak atau pendapatan daerah itu dengan

kesungguhan pemerintah daerah dalam meningkatkan mutu layanan publik.

Selain itu pembebanan biaya atas barang maupun jasa yang ditawarkan

yang harus ditanggung oleh perusahaan daerah turut serta mengurangi

output yang dihasilkan. Dengan kurang maksimalnya pendapatan daerah

yang dihasilkan suatu daerah tentu akan mempengaruhi tingkat

Pertumbuhan Ekonomi di daerah tersebut, karena tingkat Pertumbuhan

Ekonomi tidak terlepas dari tingkat kenaikan pendapatan daerah tersebut.

Jadi sangat penting untuk pemerintah daerah memaksimalkan sektor

pendapatannya agar mendapat output yang maksimal di setiap sektornya.

Grafik 4.4

Laju Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan grafik 4.4 menunjukkan bahwa perkembangan rasio

efektivitas PAD (RKPAD) kabupaten/kota Provinsi Jawa barat mengalami

fluktatif. RKPAD tertinggi diraih pada tahun 2012 dengan nilai rasio

116,56%. Sementara itu RKPAD terendah pada tahun 2014. Hal ini senada

114.58%

110.96%

116.56%

111.76%

104.04%

96.00%

98.00%

100.00%

102.00%

104.00%

106.00%

108.00%

110.00%

112.00%

114.00%

116.00%

118.00%

2010 2011 2012 2013 2014

RKPAD Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

Page 123: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

104

dengan laju pertumbuhan Provinsi Jawa Barat pada grafik 4.1, dimana

pertumbuhan tertinggi diraih pada tahun 2012 dan terendah pada tahun

2014. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif antara Rasio

Efektivitas PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat.

Menurut Saragih (2003 : 15) peningkatan PAD sebenarnya merupakan

akses dari pertumbuhan ekonomi daerah yang pertumbuhan ekonominya

positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. PAD

merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah, jika PAD meningkat

maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan lebih tinggi dan

tingkat kemandirian daerah akan meningkat pula, sehingga pemerintah

daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan PAD secara

berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi

daerah itu sendiri.

2. Pengaruh Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Provinsi Jawa Barat

Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemerintah dituntut untuk bisa

melaksanakan setiap kegiatan dengan efisien. Untuk mengetahui suatu

kegiatan pemerintah apakah sudah terlaksana dengan efisien atau tidak,

maka bisa dilihat dari rasio efesiensi. Mardiasmo (2004:133) mengatakan

bahwa efesiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin

besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu

organisasi.

Page 124: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

105

Rasio efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya

yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi

pendapatan yang diterima. Pemda dikatakan efisien jika rasio yang dicapai

kurang dari 100 persen. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja

pemerintah daerah semakin baik. Pemerintah daerah perlu menghitung

secara detail besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh

pendapatan yang diterimanya, sehingga dapat diketahui cara memungut

pendapatannya efisien atau tidak. Hal ini perlu dilakukan, meskipun

pemerintah daerah berhasil merealisasikan penerimaan pendapatannya

sesuai target yang ditetapkan, namun ternyata biaya untuk memperoleh

pendapatan lebih besar dari capaian pendapatannya, maka itu menjadi sia-

sia.

Belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran merupakan komponen

penting yang mengundang perhatian publik. Hal ini disebabkan karena

masyarakat sebagai pemberi dana publik melalui pajak daerah yang mereka

bayarkan berkepentingan untuk mengetahui apakah dana tersebut telah

digunakan dengan semestinya, efisien, efektif dan berorientasi pada

kepentingan publik. Belanja daerah mencerminkan kebijakan pemerintah

daerah dan arah pembangunan daerah, maka itu analisis terhadap belanja

seharusnya dilakukan untuk dijadikan dasar evaluasi dan koreksi. Belanja

yang dilakukan pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah

tersebut.

Page 125: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

106

Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah seperti

pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi

membuat masyarakat menikmati manfaat dari pembangunan daerahnya.

Investasi yang dilakukan pemerintah melalui belanja modal berkontribusi

pada perekonomian regional, setidaknya dalam dua tahap. Dalam jangka

pendek melalui belanja material dan penyerapan tenaga kerja dan dalam

jangka panjang melalui angka pengganda pada sektor swasta yang turut

berperan dalam perekonomian.

Grafik 4.5

Laju Rasio efisiensi keuangan daerah

Berdasarkan Grafik 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata kabupaten/kota

Provinsi Jawa Barat belum bisa dikatakan efisien dalam mengelola

pendapatan dan belanjanya. Hal ini dapat dilihat dari nilai Rasio Efesiensi

Keuangan Daerah (REKD) yang sebagian besar lebih dari 100% (> 100%),

yaitu pada tahun 2010 sebesar 102,93%, tahun 2013 sebesar 102,68% dan

102.93%

97.98% 97.60%

102.68%

100.56%

94.00%

95.00%

96.00%

97.00%

98.00%

99.00%

100.00%

101.00%

102.00%

103.00%

104.00%

2010 2011 2012 2013 2014

REKD Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

Page 126: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

107

tahun 2014 sebesar 100,56%. Namun pada tahun 2011 dan 2012 rasio yang

didapat kurang dari 100% (<100 %), yaitu masing- masing sebesar 97,98%

dan 97,60%. Ini menunjukan, pada tahun 2011 dan tahun 2012 rata-rata

kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat mengalami efisiensi dalam

pengelolaan keuangannya. Hal ini selaras dengan laju pertumbuhan

ekonomi Provinsi Jawa Barat pada grafik 4.1, dimana pada tahun 2011 dan

2012 terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Ini membuktikan bahwa

terdapat pengaruh negatif antara Rasio efisiensi keuangan daerah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat.

Pendapatan asli daerah dalam sebagian besar Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) memiliki nominal yang rendah. Hal ini tidak

sebanding dengan biaya yang harus dialokasikan dalam pos belanja

operasional maupun pos belanja modal. Dengan demikian walaupun PAD

yang dapat direalisasikan oleh pemerintah provinsi telah mencapai target

atau melebihi target yang dianggarkan, sesungguhnya PAD tidak mampu

digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang terdapat dalam pos belanja

operasional. Jika sebagian besar atau seluruh PAD digunakan untuk

memenuhi kebutuhan yang terdapat dalam pos belanja operasional, maka

PAD tidak mampu digunakan untuk memenuhi aktivitas dalam pos belanja

modal. Dimana pos belanja modal tersebut merupakan pos pengeluaran

yang berkaitan dengan pengadaan layanan publik.

Lebih lanjut, pajak merupakan salah satu komponen dari PAD.

Walaupun pajak daerah mampu direalisasikan melebihi anggaran yang

Page 127: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

108

direncanakan namun PAD secara keseluruhan masih terbilang minim dalam

hal memenuhi kebutuhan pemerintah. Sebagian besar atau seluruh PAD

masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang terdapat dalam pos

belanja operasional, bukan pos belanja modal yang berkaitan dengan

pengadaan layanan publik.

Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa pendapatan daerah yang

direalisasikan melebihi anggaran kenyataannya tidak dipergunakan untuk

mendanai aktivitas pada pos belanja modal. Akibatnya, aktivitas pos

belanja modal terutama pengadaan layanan publik tidak mampu

terselenggara dengan baik jika hanya mengandalkan PAD saja. Tidak

tercukupinya biaya belanja modal dapat mengakibatkan turunnya

produktivitas masyarakat serta kualitas layanan publik yang akan

berpengaruh pada penurunan pertumbuhan ekonomi daerah.

3. Pengaruh Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat

Salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah terciptanya

kemandirian daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu menggali

sumber-sumber keuangan lokal, khususnya melalui PAD. Jika PAD

meningkat maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan lebih

tinggi. Keberhasilan kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan

otonomi daerah salah satunya dilihat dari kemandirian keuangan daerah

tersebut. Suatu daerah yang sudah mandiri dalam aspek keuangan

Page 128: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

109

diharapkan bisa melaksanakan pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat tanpa mengharapkan transfer dana dari pemerintah pusat.

Kemandirian keuangan daerah mengindikasikan kemampuan

Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan masyarakat yang telah membayar pajak dan

retribusi sebagai sumber pendapatan daerah. Kemandirian keuangan daerah

ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD)

dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lainnya

misalnya bantuan pemerintah pusat (transfer pusat) maupun dari pinjaman.

Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat

dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin

tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah

yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi

masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah menggambarkan bahwa

timgkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. Semakin tinggi PAD

maka akan menambah dana pemerintah daerah yang kemudian akan

digunakan untuk membangun sarana dan prasarana di daerah tersebut yang

akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Jadi, semakin

mandirinya suatu daerah, maka pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut

dapat mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan daerah tersebut mampu

mengelola sumber daya dan potensi-potensi daerahnya secara ekonomis.

Page 129: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

110

Grafik 4.6

Laju Rasio kemandirian keuangan daerah

Berdasarkan grafik 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata kabupaten/kota

Provinsi Jawa Barat masih memiliki kemandirian daerah yang rendah. Hal

ini terlihat dari nilai RKKD paling besar pada tahun 2013 sebesar 30,38%.

Dengan rata-rata RKKD 2010 hingga 2014 sebesar 19%, maka dapat

dikatakan bahwa pemerintah pusat bersifat instruktif kepada pemerintah

daerah. Ini artinya, salah satu tujuan desentralisasi fiskal yaitu kemandirian

daerah belum tercapai sepenuhnya di kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat.

Ketergantungan yang tinggi dari pemerintah pusat ini diakibatkan

oleh sumber penerimaan daerah belum dapat diandalkan secara optimal.

Rendahnya basis pajak/retribusi yang ada di daerah dan kurangnya

pendapatan asli daerah yang dapat digali oleh pemerintah daerah membuat

dana perimbangan yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten/Kota

cukup besar.

12.18%

15.76% 17.53%

30.38%

21.97%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

2010 2011 2012 2013 2014

RKKD Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

Page 130: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

111

Pendapatan asli daerah yang dimiiliki oleh pemerintah daerah belum

bisa memenuhi kebutuhan pada pos belanja operasional. Apabila

kebutuhan pos belanja operasional belum terpenuhi dengan baik, maka pos

belanja modal yang berkaitan dengan layanan publik juga tidak akan

terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu Pemerintah Pusat memberikan

Dana Perimbangan yang cukup besar kepada pemerintah daerah demi

menunjang peningkatan pelayanan publik di daerah. Sehingga peran

Pemerintah Pusat masih dominan dan tingkat ketergantungan daerah

terhadap pusat masih tinggi.

Page 131: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

112

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil untuk

menjawab dari tujuan penelitian tentang Pengaruh Efektivitas Pendapatan Asli

Daerah, Efisiensi Keuangan Daerah dan Kemandirian Keuangan Daerah

terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2010 -

2014 adalah sebagai berikut:

1. Variabel Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah berpengaruh

positif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

2. Variabel Rasio Efisiensi Keuangan Daerah berpengaruh negatif

signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

3. Variabel Rasio Kemandirian Keuangan Daerah berpengaruh positif

signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

4. Berdasarkan pemilihan model data panel, didapatkan Fixed Effect

Model dan diketahui bahwa secara simultan Rasio Efektivitas

Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah dan

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah berpengaruh signifikan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis paparkan sebelumnya,

maka penulis menyarankan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

Page 132: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

113

1. Secara umum, kemandirian daerah Provinsi Jawa Barat masih

rendah, padahal dalam era pelaksanaan otonomi daerah kontribusi

kemandirian daerah dan kemampuan keuangan daerah sangat

diperlukan, agar tingkat ketergantungan keuangan daerah kepada

pemerintah pusat dapat dikurangi. Oleh karena itu penulis

menyarankan bahwa perlunya optimalisasi sumber daya yang

dimiliki pemerintah Provinsi Jawa Barat. Hal ini harus dilaksanakan

secara berkelanjutan agar tujuan otonomi daerah dan pertumbuhan

ekonomi dapat tercapai.

2. Belanja daerah mencerminkan kebijakan pemerintah daerah dan

arah pembangunan daerah. Sumber dana belanja daerah sendiri

didapatkan dari masyarakat melalui pajak dan retribusi daerah. Oleh

karena itu penulis menyarankan perlunya langkah pengendalian

yang tepat guna menghindari timbulnya penyimpangan terhadap

pelaksanaan peraturan daerah mengenai pengelolaan maupun

penetapan pajak dan retribusi daerah.

3. Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu tulang punggung

pelaksanaan otonomi daerah, oleh sebab itu pemerintah daerah

selain memaksimalkan potensi pendapatan namun juga harus dapat

memaksimalkan penggunaan PAD tersebut. Jika terjadi eksploitasi

PAD terhadap masyarakat secara berlebihan tanpa memperhatikan

peningkatan produktifitas masyarakat itu sendiri dapat menurunkan

kualitas layanan publik yang pada akhirnya dapat menurunkan

pertumbuhan ekonomi daerah.

Page 133: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

114

4. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian

ini hanya menggunakan 26 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

tanpa memasukkan Kabupaten Pangandaran yang berdiri pada tahun

2012. Hal ini dikarenakan rentang waktu yang di pilih oleh penulis

dari tahun 2010 hingga tahun 2014, dan Kabupaten Pangandaran

belum memiliki laporan keuangan pada tahun 2010 hingga 2012.

Oleh karena itu Kabupaten Pangandaran tidak dimasukkan dalam

penelitian ini. Kedua, penelitian ini hanya melihat pengaruh dari

rasio kinerja keuangan pemerintah daerah berbasis pandapatan

dimana hanya terdapat tiga (3) rasio yaitu Rasio Efektivitas

Pendapatan Asli Daerah, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah dan

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, maka penulis menyarankan

untuk penelitian lebih lanjut mengenai rasio keuangan daerah

lainnya bagi akademisi lain.

Page 134: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

115

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. (2004). Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. Yogyakarta:

STIE YKPN.

Badan Pusat Statistik. (2014). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota

di Indonesia 2010-2014. Jakarta: BPS

Badan Pusat Statistik. (2013). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota

di Indonesia 2006-2010. Jakarta: BPS

Bastian, Indra dan Gatot S,. (2006) Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta:

Salemba Empat.

Boediono. (2012). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.

Gujarati, Damodar N. (2007). Dasar-dasar ekonometrika Edisi Ketiga. Jakarta:

Erlangga

Halim, Abdul. (2007). 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi

Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Halim, Abdul. (2014). Manajemen Keuangan Sektor Publik. (Problematika

Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah). Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. (2004). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.

Jakarta: Salemba Empat.

Hermi Oppier. (2013). Analisis Pengaruh Pelaksanaan Otonomi Daerah

Terhadap Perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten

Maluku Tenggara”. Jurnal Benchmark Volume 2 November 2013.

Jhingan, M.L. (2012) Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Page 135: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

116

Mahmudi. (2010). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta:

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Mahmudi (2013). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Sekolah Tinggi

Ilmu Manajemen YKPN.

Mahsun, Muhammad. (2012). Pengukuran Kinerja Sektor Publik Edisi Pertama.

Yogyakarta: BPFE-UGM

Mardiasmo. (2004). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:

Penerbit ANDI.

Nachrowi, Djalal & Hardius Usman. (2008). Penggunaan Teknik Ekonometrik

Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008

Tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Pemerintah Provinsi Jawa Barat. (2015) Ringkasan Laporan Realisasi APBD

Jawa Barat 2015. Bandung: Pusdalisbang Jawa Barat

Pemerintah Pusat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintah Daerah

Pemerintah Pusat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah

Pemerintah Pusat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah

Page 136: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

117

Saragih, Juli P. (2010). Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam

Otonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sukirno, Sadono.(2015). Pengantar Teori Makroekonomi. Depok: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi UI

Suparmoko, M dan Suparmoko Maria R. (2012). Pokok – Pokok Ekonomika.

Yogyakarta: BPFE-UGM

Tarigan, Raja Malem. (2012). Pengaruh Desentralisasi Dan Pendapatan

Perkapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Kota Provinsi

Sumatera Utara. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Todaro, Michael P. (2010). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Jilid ke-3.

Jakarta: Erlangga

Winaryo, Wing Wahyu. (2007). Analisis ekonometrika dan statistika dengan

Eviews Edisi Kelima. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Menejemen YKPN

Yuliati. (2001). Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam menghadapai

Otonomi Daerah, Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP YKPN.

Page 137: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

118

LAMPIRAN 1

Hasil Uji Ekonometrik dengan Eviews

1. Uji Common Effect Model

Dependent Variable: GROWTH

Method: Panel Least Squares

Date: 01/10/17 Time: 18:42

Sample: 2010 2014

Periods included: 5

Cross-sections included: 26

Total panel (balanced) observations: 130 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.512489 7.673467 0.718383 0.4739

RKPAD 0.218630 0.811446 0.269432 0.7880

REKD -0.473646 1.266057 -0.374111 0.7090

RKKD 0.464225 0.123922 3.746107 0.0003 R-squared 0.115058 Mean dependent var 5.603192

Adjusted R-squared 0.093988 S.D. dependent var 1.226221

S.E. of regression 1.167174 Akaike info criterion 3.177335

Sum squared resid 171.6493 Schwarz criterion 3.265566

Log likelihood -202.5267 Hannan-Quinn criter. 3.213186

F-statistic 5.460716 Durbin-Watson stat 1.023079

Prob(F-statistic) 0.001462

2. Uji Fixed Effect Model

Dependent Variable: GROWTH

Method: Panel Least Squares

Date: 01/10/17 Time: 18:43

Sample: 2010 2014

Periods included: 5

Cross-sections included: 26

Total panel (balanced) observations: 130 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.24812 6.898797 1.775400 0.0074

RKPAD 5.657297 0.642164 8.983415 0.0113

REKD -7.429235 1.193863 6.327572 0.0000

RKKD 1.965944 0.134601 4.755740 0.0086 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.653494 Mean dependent var 5.603192

Adjusted R-squared 0.557433 S.D. dependent var 1.226221

S.E. of regression 0.815752 Akaike info criterion 2.624327

Sum squared resid 67.21060 Schwarz criterion 3.264008

Log likelihood -141.5813 Hannan-Quinn criter. 2.884251

F-statistic 6.802902 Durbin-Watson stat 1.981311

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 138: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

119

3. Uji Random Effect Model

Dependent Variable: GROWTH

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 01/10/17 Time: 18:44

Sample: 2010 2014

Periods included: 5

Cross-sections included: 26

Total panel (balanced) observations: 130

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 10.49859 6.486136 1.618619 0.1080

RKPAD 0.336498 0.624953 5.538437 0.0012

REKD -0.748501 1.108726 1.675100 0.0008

RKKD 0.050528 0.119052 0.424424 0.6720 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.745237 0.4549

Idiosyncratic random 0.815752 0.5451 Weighted Statistics R-squared 0.007376 Mean dependent var 2.463580

Adjusted R-squared -0.016258 S.D. dependent var 0.849632

S.E. of regression 0.856510 Sum squared resid 92.43484

F-statistic 0.312096 Durbin-Watson stat 1.503885

Prob(F-statistic) 0.816608 Unweighted Statistics R-squared 0.031193 Mean dependent var 5.603192

Sum squared resid 187.9163 Durbin-Watson stat 0.739751

Page 139: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

120

4. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: FEM

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 6.277765 (25,101) 0.0000

Cross-section Chi-square 121.890922 25 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: GROWTH

Method: Panel Least Squares

Date: 01/10/17 Time: 19:11

Sample: 2010 2014

Periods included: 5

Cross-sections included: 26

Total panel (balanced) observations: 130 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.512489 7.673467 0.718383 0.4739

RKPAD 0.218630 0.811446 0.269432 0.7880

REKD -0.473646 1.266057 -0.374111 0.7090

RKKD 0.464225 0.123922 3.746107 0.0003 R-squared 0.115058 Mean dependent var 5.603192

Adjusted R-squared 0.093988 S.D. dependent var 1.226221

S.E. of regression 1.167174 Akaike info criterion 3.177335

Sum squared resid 171.6493 Schwarz criterion 3.265566

Log likelihood -202.5267 Hannan-Quinn criter. 3.213186

F-statistic 5.460716 Durbin-Watson stat 1.023079

Prob(F-statistic) 0.001462

Page 140: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

121

5. Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: REM

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 15.905460 3 0.0012

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. RKPAD 5.657297 10.49859 0.021808 0.1181

REKD -7.429235 0.336498 0.196037 0.9987

RKKD 1.965944 -0.748501 0.003944 0.0001

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: GROWTH

Method: Panel Least Squares

Date: 01/10/17 Time: 19:12

Sample: 2010 2014

Periods included: 5

Cross-sections included: 26

Total panel (balanced) observations: 130 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.24812 6.898797 1.775400 0.0788

RKPAD -0.567297 0.642164 -0.883415 0.3791

REKD -0.749235 1.193863 -0.627572 0.5317

RKKD -0.195944 0.134601 -1.455740 0.1486 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.653494 Mean dependent var 5.603192

Adjusted R-squared 0.557433 S.D. dependent var 1.226221

S.E. of regression 0.815752 Akaike info criterion 2.624327

Sum squared resid 67.21060 Schwarz criterion 3.264008

Log likelihood -141.5813 Hannan-Quinn criter. 2.884251

F-statistic 6.802902 Durbin-Watson stat 1.981311

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 141: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

122

6. Uji Multikolinearitas

RKPAD RKKD REKD

RKPAD 1 0.06964655 0.16930450

RKKD 0.06964655 1 0.27443673

REKD 0.16930450 0.27443673 1

7. Uji Park

Dependent Variable: LOG(RES2)

Method: Panel Least Squares

Date: 01/10/17 Time: 01:04

Sample: 2010 2014

Periods included: 5

Cross-sections included: 26

Total panel (balanced) observations: 130 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -18.57226 11.06635 -1.678265 0.0958

RKPAD 1.099558 1.562756 0.703602 0.4830

REKD 0.926388 0.767733 1.206653 0.2298

RKKD 1.365977 0.943193 1.448247 0.1500 R-squared 0.023304 Mean dependent var -1.743092

Adjusted R-squared 0.000049 S.D. dependent var 2.292395

S.E. of regression 2.292339 Akaike info criterion 4.527308

Sum squared resid 662.1068 Schwarz criterion 4.615540

Log likelihood -290.2750 Hannan-Quinn criter. 4.563160

F-statistic 1.002104 Durbin-Watson stat 1.298118

Prob(F-statistic) 0.394295

Page 142: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

123

LAMPIRAN 2

Rekapitulasi Data

1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

No Kota/Kabupaten 2010 2011 2012 2013 2014

1 Kab Bandung 5.88% 5.82% 6.28% 5.92% 5.91% 2 Kab Bandung

Barat 5.47% 5.68% 6.04% 5.94% 5.77%

3 Kab Bekasi 6.18% 6.60% 6.53% 6.23% 5.88% 4 Kab Bogor 5.09% 5.86% 6.01% 6.14% 6.01% 5 Kab Ciamis 5.07% 5.23% 5.41% 5.34% 5.07% 6 Kab Cianjur 4.53% 4.89% 5.60% 4.89% 5.06% 7 Kab Cirebon 4.96% 5.23% 5.46% 4.96% 5.07% 8 Kab Garut 5.34% 4.95% 4.07% 4.76% 4.81% 9 Kab Indramayu 4.03% 4.06% 3.18% 2.86% 4.93% 10 Kab Karawang 11.87% 6.56% 4.94% 7.96% 5.37% 11 Kab Kuningan 4.99% 5.62% 5.71% 6.25% 6.32% 12 Kab Majalengka 4.59% 4.71% 6.06% 4.93% 4.91% 13 Kab Purwakarta 5.77% 6.70% 6.83% 7.15% 5.72% 14 Kab Subang 4.34% 3.27% 0.60% 4.09% 5.02% 15 Kab Sukabumi 4.02% 4.42% 6.38% 5.51% 5.98% 16 Kab Sumedang 4.22% 4.79% 6.56% 4.84% 4.70% 17 Kab Tasikmalaya 4.27% 4.25% 4.02% 4.65% 4.78% 18 Kota Bandung 8.45% 7.91% 8.53% 7.84% 7.71% 19 Kota Banjar 5.28% 5.47% 5.32% 5.45% 4.97% 20 Kota Bekasi 5.84% 6.45% 6.74% 6.04% 5.61% 21 Kota Bogor 6.14% 6.22% 6.31% 6.04% 6.01% 22 Kota Cimahi 5.30% 5.50% 6.24% 5.65% 5.49% 23 Kota Cirebon 3.81% 5.78% 5.92% 4.90% 5.71% 24 Kota Depok 6.36% 6.81% 8.06% 6.85% 7.28% 25 Kota Sukabumi 6.11% 6.18% 5.80% 5.41% 5.43% 26 Kota Tasikmalaya 5.73% 5.02% 5.80% 6.17% 6.16%

Page 143: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

124

2. Anggaran dan Realisasi PAD Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

No Wilayah Tahun Realisasi PAD (Rp) Anggaran PAD (Rp)

1 Kota

Bandung

2010 441,871,142,000 377,449,099,688

2011 834,505,864,970 617,255,108,739

2012 1,005,583,425,000 862,201,030,585

2013 1,442,775,238,323 1,407,759,106,133

2014 1,762,952,227,000 1,671,238,199,771

2 Kota Banjar

2010 37,363,752,000 39,624,513,304

2011 45,952,391,990 35,442,773,710

2012 54,684,691,000 46,887,404,630

2013 70,625,136,000 70,726,064,211

2014 63,864,729,000 64,765,467,817

3 Kota Bekasi

2010 296,046,879,000 263,377,728,496

2011 568,344,299,000 454,305,019,518

2012 70,735,134,000 60,649,274,756

2013 969,741,298,000 831,166,337,829

2014 1,042,728,151,000 952,471,041,124

4 Kota Bogor

2010 134,739,596,000 121,803,839,017

2011 230,449,644,620 189,928,229,166

2012 252,280,722,000 216,308,953,685

2013 463,368,420,000 424,283,526,856

2014 413,249,213,000 436,333,019,625

5 Kota Cimahi

2010 87,321,280,000 80,027,780,574

2011 116,677,729,310 98,716,556,372

2012 144,540,602,000 123,931,096,026

2013 191,599,457,000 137,835,395,447

2014 182,394,096,000 190,780,152,053

6 Kota Cirebon

2010 90,795,357,000 73,865,883,818

2011 120,130,531,060 115,714,842,756

2012 149,489,858,000 128,174,656,051

2013 969,741,298,000 831,680,085,838

2014 224,468,022,000 222,465,749,074

7 Kota Depok

2010 142,380,789,000 124,321,132,016

2011 282,747,544,890 278,116,435,629

2012 474,705,361,000 407,018,892,021

2013 581,207,571,000 520,560,692,080

2014 588,606,351,000 591,139,865,654

8 Kota

Sukabumi

2010 91,472,357,000 81,378,265,794

2011 115,351,808,000 115,507,568,621

2012 148,387,666,000 127,229,621,502

2013 174,959,121,000 146,569,228,882

2014 201,242,474,000 197,481,458,236

9 Kota 2010 104,773,656,000 94,714,797,339

Page 144: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

125

Tasikmalaya 2011 110,369,865,910 112,221,294,927

2012 153,027,660,000 131,208,016,043

2013 172,877,461,000 150,568,426,470

2014 182,394,096,000 173,965,419,024

10 Kabupaten

Bandung

2010 199,240,708,310 182,599,152,075

2011 291,079,862,460 299,868,742,125

2012 366,316,690,578 318,947,610,018

2013 502,436,840,000 449,566,689,274

2014 702,845,372,799 569,782,229,947

11

Kabupaten

Bandung

Barat

2010 50,268,420,000 48,788,206,697

2011 94,606,169,070 84,751,696,309

2012 136,291,256,000 116,857,993,540

2013 187,170,467,000 169,748,818,829

2014 251,472,414,000 244,115,895,849

12 Kabupaten

Bekasi

2010 258,671,098,000 222,340,463,057

2011 599,070,130,850 554,126,748,177

2012 801,852,906,000 687,519,687,321

2013 1,154,525,309,000 1,019,976,551,365

2014 1,124,165,441,000 1,040,514,193,845

13 Kabupaten

Bogor

2010 399,263,957,000 353,072,135,953

2011 685,121,399,930 651,092,065,598

2012 1,048,230,704,202 898,767,393,122

2013 1,261,034,564,121 1,162,506,393,000

2014 1,712,937,376,136 1,467,027,789,000

14 Kabupaten

Ciamis

2010 50,512,876,000 46,756,966,380

2011 58,467,315,000 56,852,910,810

2012 87,711,885,000 75,205,374,076

2013 117,475,935,000 90,690,995,854

2014 138,809,504,000 142,618,926,261

15 Kabutaten

Cianjur

2010 114,305,536,000 86,260,266,609

2011 154,209,665,000 129,708,629,144

2012 215,802,560,000 185,032,076,911

2013 266,100,617,000 225,723,198,910

2014 355,346,307,000 365,151,822,695

16 Kabupaten

Cirebon

2010 139,426,725,000 113,462,266,820

2011 193,843,222,000 170,072,857,195

2012 229,992,688,000 197,198,887,423

2013 250,848,893,000 374,652,086,244

2014 368,111,750,000 789,229,425,586

17 Kabupaten

Garut

2010 108,914,764,000 93,999,034,550

2011 122,418,643,670 103,789,000,453

2012 184,269,765,000 157,995,425,679

2013 240,631,630,000 201,113,331,304

2014 255,101,696,000 255,101,695,599

Page 145: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

126

18 Kabupaten

Indramayu

2010 99,439,223,000 95,387,124,820

2011 144,533,804,180 121,520,836,911

2012 164,671,615,000 141,191,702,877

2013 174,713,400,000 184,660,530,059

2014 241,321,575,000 266,418,790,389

19 Kabupaten

Karawang

2010 189,949,235,000 182,787,935,355

2011 378,630,051,820 346,572,061,157

2012 658,597,371,000 564,690,425,378

2013 660,841,120,000 768,881,868,072

2014 909,158,480,944 796,772,404,000

20 Kabupaten

Kuningan

2010 68,158,690,000 56,646,054,286

2011 82,917,043,000 81,558,145,556

2012 97,605,695,930 83,688,463,363

2013 112,517,242,678 92,878,743,602

2014 5,588,268,353 4,387,246,575

21 Kabupaten

Majalengka

2010 76,398,018,000 62,540,794,193

2011 86,579,536,410 90,532,994,822

2012 103,740,972,000 88,948,933,275

2013 142,505,677,000 143,590,695,631

2014 154,484,314,000 142,878,783,993

22 Kabupaten

Purwakarta

2010 74,489,287,000 62,734,704,473

2011 111,271,086,000 88,207,126,705

2012 151,567,978,000 129,956,464,662

2013 173,764,160,000 141,974,241,148

2014 407,987,714,000 357,299,819,421

23 Kabupaten

Subang

2010 130,968,161,000 135,987,801,362

2011 94,181,847,000 70,640,323,929

2012 120,972,035,000 103,723,083,193

2013 144,513,483,000 118,580,958,410

2014 150,997,506,000 137,408,628,238

24 Kabupaten

Sukabumi

2010 98,439,617,000 72,906,720,059

2011 151,825,718,340 126,185,900,657

2012 185,190,546,000 158,784,915,946

2013 273,452,383,000 226,140,714,470

2014 355,346,307,000 319,506,888,200

25 Kabupaten

Sumedang

2010 108,646,804,000 84,129,857,179

2011 139,823,277,570 159,461,651,177

2012 161,995,577,000 138,897,231,167

2013 189,612,072,000 165,506,387,799

2014 212,894,543,000 195,007,122,324

26 Kabupaten

Tasimalaya

2010 48,321,760,000 38,835,141,713

2011 55,771,204,720 67,111,166,607

2012 60,970,811,000 52,277,210,197

2013 70,474,912,000 59,833,269,876

Page 146: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

127

2014 87,479,844,000 74,896,177,199

3. Pendapatan Transfer Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

No Wilayah Tahun Pendapatan Transfer (Rp)

1 Kotamadya Bandung

2010 1,998,297,293,000

2011 2,280,790,658,935

2012 2,529,636,608,661

2013 2,814,192,121,233

2014 3,190,988,402,444

2 Kotamadya Banjar

2010 346,780,539,000

2011 443,483,092,192

2012 490,400,619,000

2013 550,292,200,000

2014 608,843,772,923

3 Kotamadya Bekasi

2010 1,286,394,206,000

2011 1,652,007,258,000

2012 2,608,155,596,000

2013 1,992,867,888,000

2014 2,437,634,976,729

4 Kotamadya Bogor

2010 764,711,355,000

2011 911,188,519,351

2012 1,081,840,889,000

2013 1,111,003,589,000

2014 1,344,448,168,840

5 Kotamadya Cimahi

2010 532,167,803,000

2011 605,068,988,621

2012 728,011,962,000

2013 783,750,740,000

2014 934,727,852,297

6 Kotamadya Cirebon

2010 586,933,753,504

2011 718,487,252,354

2012 722,635,442,000

2013 40,209,101,000

2014 1,009,599,562,543

7 Kotamadya Depok

2010 969,327,271,000

2011 1,046,390,364,575

2012 1,160,187,661,000

2013 1,340,195,208,000

2014 1,619,260,240,868

8 Kotamadya Sukabumi

2010 473,677,512,000

2011 515,842,749,000

2012 584,116,123,000

2013 668,724,856,000

Page 147: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

128

2014 795,672,092,265

9 Kotamadya Tasikmalaya

2010 724,573,747,000

2011 805,327,070,860

2012 908,424,428,000

2013 1,192,710,213,000

2014 1,413,249,930,600

10 Kabupaten Bandung

2010 1,844,318,832,853

2011 2,162,336,352,076

2012 2,536,097,910,605

2013 2,724,549,456,416

2014 3,092,824,175,044

11 Kabupaten Bandung Barat

2010 963,110,269,000

2011 1,184,378,330,840

2012 1,296,569,958,000

2013 1,484,191,873,000

2014 1,660,371,173,000

12 Kabupaten Bekasi

2010 1,476,588,335,000

2011 1,764,180,422,678

2012 1,986,922,459,000

2013 2,208,915,850,000

2014 2,800,151,226,938

13 Kabupaten Bogor

2010 2,112,211,015,000

2011 2,766,633,715,375

2012 2,596,217,546,448

2013 3,027,364,700,154

2014 3,495,272,539,177

14 Kabupaten Ciamis

2010 1,268,110,423,000

2011 1,535,068,026,000

2012 1,779,623,693,000

2013 2,079,018,002,000

2014 1,866,866,142,809

15 Kabutaten Cianjur

2010 1,360,794,564,000

2011 1,623,927,311,000

2012 1,819,728,301,000

2013 1,981,758,631,000

2014 2,272,987,587,106

16 Kabupaten Cirebon

2010 1,343,948,732,000

2011 1,587,399,867,000

2012 1,764,272,625,000

2013 1,488,073,473,884

2014 1,585,728,329,531

17 Kabupaten Garut

2010 1,240,938,016,895

2011 1,586,151,437,000

2012 1,944,439,782,369

Page 148: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

129

2013 1,897,884,433,134

2014 2,043,006,273,353

18 Kabupaten Indramayu

2010 1,273,332,775,000

2011 1,528,103,971,370

2012 1,720,982,327,000

2013 1,946,594,666,000

2014 2,336,933,077,554

19 Kabupaten Karawang

2010 1,409,477,085,000

2011 1,643,746,559,403

2012 1,802,458,164,000

2013 2,030,988,057,000

2014 2,239,682,990,685

20 Kabupaten Kuningan

2010 1,047,839,687,000

2011 1,221,526,193,000

2012 1,226,980,885,941

2013 1,139,711,347,633

2014 1,186,641,183,000

21 Kabupaten Majalengka

2010 1,046,397,892,000

2011 1,191,341,987,515

2012 1,470,611,413,000

2013 1,649,259,308,000

2014 1,902,517,410,000

22 Kabupaten Purwakarta

2010 774,459,852,000

2011 884,004,539,000

2012 1,005,289,562,000

2013 1,197,375,809,000

2014 1,184,279,768,000

23 Kabupaten Subang

2010 1,055,310,128,000

2011 1,311,792,776,000

2012 1,445,165,044,000

2013 1,681,358,765,000

2014 2,080,100,875,864

24 Kabupaten Sukabumi

2010 1,421,292,419,000

2011 1,704,261,536,730

2012 1,848,231,072,000

2013 2,134,902,713,000

2014 2,587,307,026,980

25 Kabupaten Sumedang

2010 977,910,496,000

2011 1,209,375,737,270

2012 1,332,457,215,000

2013 1,525,578,387,000

2014 1,874,265,234,352

26 Kabupaten Tasimalaya 2010 1,301,190,177,000

2011 1,454,325,036,033

Page 149: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

130

2012 1,752,418,939,000

2013 2,143,148,407,000

2014 2,479,039,681,451

4. Realisasi Belanja Daerah dan Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat

No Wilayah Tahun Belanja Daerah (Rp) Realisasi Pendapatan (Rp)

1 Kotamadya

Bandung

2010 2,522,680,818,000 2,440,168,435,000

2011 3,077,888,888,663 3,115,296,523,905

2012 3,490,035,513,000 3,535,220,033,661

2013 4,027,469,180,000 4,256,967,359,556

2014 4,435,597,295,732 4,953,940,629,444

2 Kotamadya

Banjar

2010 361,964,554,000 384,144,291,000

2011 484,464,252,840 489,435,484,182

2012 513,257,046,000 545,085,310,000

2013 646,330,710,000 620,917,336,000

2014 640,072,225,277 672,708,501,923

3 Kotamadya

Bekasi

2010 1,592,422,344,000 1,582,441,085,000

2011 1,981,344,801,775 2,220,351,557,000

2012 2,499,559,814,000 2,678,890,730,000

2013 2,959,889,955,000 2,962,609,186,000

2014 3,107,838,415,647 3,480,363,127,729

4 Kotamadya

Bogor

2010 956,682,804,000 899,450,951,000

2011 1,074,576,515,295 1,141,638,163,971

2012 1,355,492,925,000 1,334,121,611,000

2013 1,422,132,371,000 1,574,372,009,000

2014 1,702,962,476,448 1,757,697,381,840

5 Kotamadya

Cimahi

2010 636,201,145,000 619,489,083,000

2011 738,305,432,000 721,746,717,931

2012 833,552,564,000 872,552,564,000

2013 922,343,622,000 975,350,197,000

2014 1,042,608,970,972 1,117,121,948,297

6 Kotamadya

Cirebon

2010 749,767,900,000 677,729,110,504

2011 818,299,128,015 838,617,783,414

2012 813,671,540,000 872,125,300,000

2013 975,249,677,000 1,009,950,399,000

2014 1,193,110,081,757 1,234,067,584,543

7 Kotamadya

Depok

2010 1,088,629,034,000 1,111,708,060,000

2011 1,350,085,338,873 1,329,137,909,465

2012 1,371,444,185,000 1,634,893,022,000

2013 1,883,372,158,000 1,921,402,779,000

2014 2,011,328,640,125 2,207,866,591,868

8 Kotamadya 2010 568,645,337,000 565,149,869,000

Page 150: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

131

Sukabumi 2011 619,143,878,000 631,194,557,000

2012 674,879,856,000 732,503,789,000

2013 837,454,351,000 843,683,977,000

2014 917,115,741,592 996,914,566,265

9 Kotamadya

Tasikmalaya

2010 880,339,919,000 829,347,403,000

2011 917,531,043,950 915,696,936,770

2012 1,035,009,274,000 1,061,452,088,000

2013 1,311,026,243,000 1,365,587,674,000

2014 1,456,076,332,000 1,595,644,026,600

10 Kabupaten

Bandung

2010 2,104,315,600,000 2,043,559,541,163

2011 2,461,282,122,370 2,453,416,214,536

2012 2,850,023,254,000 2,902,414,601,183

2013 3,242,165,133,000 3,226,986,296,416

2014 3,823,064,504,000 3,795,669,547,843

11

Kabupaten

Bandung

Barat

2010 972,444,848,000 1,013,378,689,000

2011 1,251,596,015,396 1,278,984,499,910

2012 1,501,192,558,000 1,432,861,214,000

2013 1,680,101,452,000 1,671,362,340,000

2014 1,868,257,939,000 1,911,843,587,000

12 Kabupaten

Bekasi

2010 1,700,882,514,000 1,735,259,433,000

2011 2,323,239,730,761 2,363,250,553,528

2012 2,639,023,961,000 2,788,775,365,000

2013 3,276,762,013,000 3,363,441,159,000

2014 3,761,215,938,532 3,924,316,667,938

13 Kabupaten

Bogor

2010 2,628,940,222,000 2,511,474,972,000

2011 3,237,756,698,686 3,451,755,115,305

2012 3,674,001,336,000 3,644,448,250,650

2013 4,614,270,730,000 4,288,399,264,275

2014 4,899,883,275,105 5,208,209,915,313

14 Kabupaten

Ciamis

2010 1,382,077,938,000 1,318,623,299,000

2011 1,363,058,783,000 1,593,535,341,000

2012 1,839,000,682,000 1,867,335,578,000

2013 2,184,752,025,000 2,196,493,937,000

2014 2,007,151,405,720 2,005,675,646,809

15 Kabutaten

Cianjur

2010 1,434,371,875,000 1,475,100,100,000

2011 1,777,604,748,000 1,778,136,976,000

2012 1,973,180,986,000 2,035,530,861,000

2013 2,152,133,853,000 2,247,859,248,000

2014 2,587,215,695,560 2,628,333,894,106

16 Kabupaten

Cirebon

2010 1,488,743,156,000 1,483,375,457,000

2011 1,749,525,593,000 1,781,243,089,000

2012 2,033,136,939,000 1,994,265,313,000

2013 2,324,459,361,000 1,738,922,366,884

2014 2,566,975,327,952 1,953,840,079,531

Page 151: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

132

17 Kabupaten

Garut

2010 1,689,086,149,000 1,349,852,780,895

2011 2,011,183,799,850 1,708,570,080,670

2012 2,131,967,233,000 2,128,709,547,369

2013 2,934,073,591,000 2,138,516,063,134

2014 3,044,084,138,136 2,298,107,969,353

18 Kabupaten

Indramayu

2010 1,302,086,026,000 1,372,771,998,000

2011 1,571,194,686,102 1,672,637,775,550

2012 1,843,450,693,000 1,885,653,942,000

2013 2,120,262,966,000 2,121,308,066,000

2014 2,548,894,651,145 2,578,254,652,554

19 Kabupaten

Karawang

2010 1,548,841,832,000 1,599,426,320,000

2011 1,864,631,417,096 2,022,376,611,223

2012 2,416,221,176,000 2,461,055,535,000

2013 2,762,122,438,000 2,691,829,177,000

2014 3,151,309,949,764 3,148,841,471,629

20 Kabupaten

Kuningan

2010 1,127,654,918,000 1,115,998,377,000

2011 1,280,863,850,000 1,304,443,236,000

2012 1,434,011,695,000 1,324,586,581,871

2013 1,624,727,704,000 1,252,228,590,311

2014 1,804,797,895,000 1,192,229,451,353

21 Kabupaten

Majalengka

2010 1,136,129,535,000 1,122,795,910,000

2011 1,289,008,961,686 1,277,921,523,925

2012 1,525,924,588,000 1,574,352,385,000

2013 1,727,794,211,000 1,791,764,985,000

2014 2,010,112,734,000 2,057,001,724,000

22 Kabupaten

Purwakarta

2010 886,089,291,000 848,949,139,000

2011 986,611,755,000 995,275,625,000

2012 1,138,170,000,000 1,156,857,540,000

2013 1,378,889,639,000 1,371,139,969,000

2014 1,541,016,177,000 1,592,267,482,000

23 Kabupaten

Subang

2010 1,239,355,075,000 1,186,278,289,000

2011 1,351,796,983,000 1,405,974,623,000

2012 1,481,609,293,000 1,566,137,079,000

2013 1,777,946,918,000 1,825,872,248,000

2014 2,169,100,504,872 2,231,098,381,864

24 Kabupaten

Sukabumi

2010 1,621,193,458,000 1,519,732,036,000

2011 1,850,313,979,320 1,856,087,255,070

2012 1,999,104,665,000 2,033,421,618,000

2013 2,442,127,472,000 2,408,355,096,000

2014 2,773,710,011,873 2,942,653,333,980

25 Kabupaten

Sumedang

2010 1,120,286,159,000 1,086,557,300,000

2011 1,279,079,762,210 1,349,199,014,840

2012 1,467,551,208,000 1,494,452,792,000

2013 1,685,174,428,000 1,715,190,459,000

Page 152: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

133

2014 2,050,349,911,787 2,087,159,777,352

26 Kabupaten

Tasimalaya

2010 1,507,964,068,000 1,349,511,937,000

2011 1,508,879,721,149 1,510,096,240,753

2012 1,829,410,194,000 1,813,389,750,000

2013 2,165,004,333,000 2,213,623,319,000

2014 2,416,942,284,557 2,566,519,525,451

Page 153: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

134

LAMPIRAN 3

1. T-Tabel

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001

df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002

1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884

2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712

3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453

4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318

5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343

6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763

7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529

8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079

9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681

10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370

11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470

12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963

13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198

14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739

15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283

16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615

17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577

18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048

19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940

20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181

21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715

22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499

23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496

24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678

25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019

26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500

27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103

28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816

29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624

30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518

31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490

32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531

33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634

34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793

35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005

36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262

37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563

38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903

39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279

40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688

41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127

42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595

43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089

44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607

45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148

46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710

47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291

48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891

Page 154: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

135

49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508

50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141

51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789

52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451

53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127

54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815

55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515

56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226

57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948

58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680

59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421

60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171

61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930

62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696

63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471

64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253

65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041

66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837

67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639

68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446

69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260

70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079

71 0.67796 1.29359 1.66660 1.99394 2.38002 2.64686 3.20903

72 0.67791 1.29342 1.66629 1.99346 2.37926 2.64585 3.20733

73 0.67787 1.29326 1.66600 1.99300 2.37852 2.64487 3.20567

74 0.67782 1.29310 1.66571 1.99254 2.37780 2.64391 3.20406

75 0.67778 1.29294 1.66543 1.99210 2.37710 2.64298 3.20249

76 0.67773 1.29279 1.66515 1.99167 2.37642 2.64208 3.20096

77 0.67769 1.29264 1.66488 1.99125 2.37576 2.64120 3.19948

78 0.67765 1.29250 1.66462 1.99085 2.37511 2.64034 3.19804

79 0.67761 1.29236 1.66437 1.99045 2.37448 2.63950 3.19663

80 0.67757 1.29222 1.66412 1.99006 2.37387 2.63869 3.19526

81 0.67753 1.29209 1.66388 1.98969 2.37327 2.63790 3.19392

82 0.67749 1.29196 1.66365 1.98932 2.37269 2.63712 3.19262

83 0.67746 1.29183 1.66342 1.98896 2.37212 2.63637 3.19135

84 0.67742 1.29171 1.66320 1.98861 2.37156 2.63563 3.19011

85 0.67739 1.29159 1.66298 1.98827 2.37102 2.63491 3.18890

86 0.67735 1.29147 1.66277 1.98793 2.37049 2.63421 3.18772

87 0.67732 1.29136 1.66256 1.98761 2.36998 2.63353 3.18657

88 0.67729 1.29125 1.66235 1.98729 2.36947 2.63286 3.18544

89 0.67726 1.29114 1.66216 1.98698 2.36898 2.63220 3.18434

90 0.67723 1.29103 1.66196 1.98667 2.36850 2.63157 3.18327

91 0.67720 1.29092 1.66177 1.98638 2.36803 2.63094 3.18222

92 0.67717 1.29082 1.66159 1.98609 2.36757 2.63033 3.18119

93 0.67714 1.29072 1.66140 1.98580 2.36712 2.62973 3.18019

94 0.67711 1.29062 1.66123 1.98552 2.36667 2.62915 3.17921

95 0.67708 1.29053 1.66105 1.98525 2.36624 2.62858 3.17825

96 0.67705 1.29043 1.66088 1.98498 2.36582 2.62802 3.17731

97 0.67703 1.29034 1.66071 1.98472 2.36541 2.62747 3.17639

98 0.67700 1.29025 1.66055 1.98447 2.36500 2.62693 3.17549

99 0.67698 1.29016 1.66039 1.98422 2.36461 2.62641 3.17460

100 0.67695 1.29007 1.66023 1.98397 2.36422 2.62589 3.17374

101 0.67693 1.28999 1.66008 1.98373 2.36384 2.62539 3.17289

102 0.67690 1.28991 1.65993 1.98350 2.36346 2.62489 3.17206

103 0.67688 1.28982 1.65978 1.98326 2.36310 2.62441 3.17125

Page 155: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

136

104 0.67686 1.28974 1.65964 1.98304 2.36274 2.62393 3.17045

105 0.67683 1.28967 1.65950 1.98282 2.36239 2.62347 3.16967

106 0.67681 1.28959 1.65936 1.98260 2.36204 2.62301 3.16890

107 0.67679 1.28951 1.65922 1.98238 2.36170 2.62256 3.16815

108 0.67677 1.28944 1.65909 1.98217 2.36137 2.62212 3.16741

109 0.67675 1.28937 1.65895 1.98197 2.36105 2.62169 3.16669

110 0.67673 1.28930 1.65882 1.98177 2.36073 2.62126 3.16598

111 0.67671 1.28922 1.65870 1.98157 2.36041 2.62085 3.16528

112 0.67669 1.28916 1.65857 1.98137 2.36010 2.62044 3.16460

113 0.67667 1.28909 1.65845 1.98118 2.35980 2.62004 3.16392

114 0.67665 1.28902 1.65833 1.98099 2.35950 2.61964 3.16326

115 0.67663 1.28896 1.65821 1.98081 2.35921 2.61926 3.16262

116 0.67661 1.28889 1.65810 1.98063 2.35892 2.61888 3.16198

117 0.67659 1.28883 1.65798 1.98045 2.35864 2.61850 3.16135

118 0.67657 1.28877 1.65787 1.98027 2.35837 2.61814 3.16074

119 0.67656 1.28871 1.65776 1.98010 2.35809 2.61778 3.16013

120 0.67654 1.28865 1.65765 1.97993 2.35782 2.61742 3.15954

121 0.67652 1.28859 1.65754 1.97976 2.35756 2.61707 3.15895

122 0.67651 1.28853 1.65744 1.97960 2.35730 2.61673 3.15838

123 0.67649 1.28847 1.65734 1.97944 2.35705 2.61639 3.15781

124 0.67647 1.28842 1.65723 1.97928 2.35680 2.61606 3.15726

125 0.67646 1.28836 1.65714 1.97912 2.35655 2.61573 3.15671

126 0.67644 1.28831 1.65704 1.97897 2.35631 2.61541 3.15617

127 0.67643 1.28825 1.65694 1.97882 2.35607 2.61510 3.15565

128 0.67641 1.28820 1.65685 1.97867 2.35583 2.61478 3.15512

129 0.67640 1.28815 1.65675 1.97852 2.35560 2.61448 3.15461

130 0.67638 1.28810 1.65666 1.97838 2.35537 2.61418 3.15411

131 0.67637 1.28805 1.65657 1.97824 2.35515 2.61388 3.15361

132 0.67635 1.28800 1.65648 1.97810 2.35493 2.61359 3.15312

133 0.67634 1.28795 1.65639 1.97796 2.35471 2.61330 3.15264

134 0.67633 1.28790 1.65630 1.97783 2.35450 2.61302 3.15217

135 0.67631 1.28785 1.65622 1.97769 2.35429 2.61274 3.15170

136 0.67630 1.28781 1.65613 1.97756 2.35408 2.61246 3.15124

137 0.67628 1.28776 1.65605 1.97743 2.35387 2.61219 3.15079

138 0.67627 1.28772 1.65597 1.97730 2.35367 2.61193 3.15034

139 0.67626 1.28767 1.65589 1.97718 2.35347 2.61166 3.14990

140 0.67625 1.28763 1.65581 1.97705 2.35328 2.61140 3.14947

141 0.67623 1.28758 1.65573 1.97693 2.35309 2.61115 3.14904

142 0.67622 1.28754 1.65566 1.97681 2.35289 2.61090 3.14862

143 0.67621 1.28750 1.65558 1.97669 2.35271 2.61065 3.14820

144 0.67620 1.28746 1.65550 1.97658 2.35252 2.61040 3.14779

145 0.67619 1.28742 1.65543 1.97646 2.35234 2.61016 3.14739

146 0.67617 1.28738 1.65536 1.97635 2.35216 2.60992 3.14699

147 0.67616 1.28734 1.65529 1.97623 2.35198 2.60969 3.14660

148 0.67615 1.28730 1.65521 1.97612 2.35181 2.60946 3.14621

149 0.67614 1.28726 1.65514 1.97601 2.35163 2.60923 3.14583

150 0.67613 1.28722 1.65508 1.97591 2.35146 2.60900 3.14545

151 0.67612 1.28718 1.65501 1.97580 2.35130 2.60878 3.14508

152 0.67611 1.28715 1.65494 1.97569 2.35113 2.60856 3.14471

153 0.67610 1.28711 1.65487 1.97559 2.35097 2.60834 3.14435

154 0.67609 1.28707 1.65481 1.97549 2.35081 2.60813 3.14400

155 0.67608 1.28704 1.65474 1.97539 2.35065 2.60792 3.14364

156 0.67607 1.28700 1.65468 1.97529 2.35049 2.60771 3.14330

157 0.67606 1.28697 1.65462 1.97519 2.35033 2.60751 3.14295

158 0.67605 1.28693 1.65455 1.97509 2.35018 2.60730 3.14261

Page 156: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

137

159 0.67604 1.28690 1.65449 1.97500 2.35003 2.60710 3.14228

160 0.67603 1.28687 1.65443 1.97490 2.34988 2.60691 3.14195

161 0.67602 1.28683 1.65437 1.97481 2.34973 2.60671 3.14162

162 0.67601 1.28680 1.65431 1.97472 2.34959 2.60652 3.14130

163 0.67600 1.28677 1.65426 1.97462 2.34944 2.60633 3.14098

164 0.67599 1.28673 1.65420 1.97453 2.34930 2.60614 3.14067

165 0.67598 1.28670 1.65414 1.97445 2.34916 2.60595 3.14036

166 0.67597 1.28667 1.65408 1.97436 2.34902 2.60577 3.14005

167 0.67596 1.28664 1.65403 1.97427 2.34888 2.60559 3.13975

168 0.67595 1.28661 1.65397 1.97419 2.34875 2.60541 3.13945

169 0.67594 1.28658 1.65392 1.97410 2.34862 2.60523 3.13915

170 0.67594 1.28655 1.65387 1.97402 2.34848 2.60506 3.13886

171 0.67593 1.28652 1.65381 1.97393 2.34835 2.60489 3.13857

172 0.67592 1.28649 1.65376 1.97385 2.34822 2.60471 3.13829

173 0.67591 1.28646 1.65371 1.97377 2.34810 2.60455 3.13801

174 0.67590 1.28644 1.65366 1.97369 2.34797 2.60438 3.13773

175 0.67589 1.28641 1.65361 1.97361 2.34784 2.60421 3.13745

176 0.67589 1.28638 1.65356 1.97353 2.34772 2.60405 3.13718

177 0.67588 1.28635 1.65351 1.97346 2.34760 2.60389 3.13691

178 0.67587 1.28633 1.65346 1.97338 2.34748 2.60373 3.13665

179 0.67586 1.28630 1.65341 1.97331 2.34736 2.60357 3.13638

180 0.67586 1.28627 1.65336 1.97323 2.34724 2.60342 3.13612

181 0.67585 1.28625 1.65332 1.97316 2.34713 2.60326 3.13587

182 0.67584 1.28622 1.65327 1.97308 2.34701 2.60311 3.13561

183 0.67583 1.28619 1.65322 1.97301 2.34690 2.60296 3.13536

184 0.67583 1.28617 1.65318 1.97294 2.34678 2.60281 3.13511

185 0.67582 1.28614 1.65313 1.97287 2.34667 2.60267 3.13487

186 0.67581 1.28612 1.65309 1.97280 2.34656 2.60252 3.13463

187 0.67580 1.28610 1.65304 1.97273 2.34645 2.60238 3.13438

188 0.67580 1.28607 1.65300 1.97266 2.34635 2.60223 3.13415

189 0.67579 1.28605 1.65296 1.97260 2.34624 2.60209 3.13391

190 0.67578 1.28602 1.65291 1.97253 2.34613 2.60195 3.13368

191 0.67578 1.28600 1.65287 1.97246 2.34603 2.60181 3.13345

192 0.67577 1.28598 1.65283 1.97240 2.34593 2.60168 3.13322

193 0.67576 1.28595 1.65279 1.97233 2.34582 2.60154 3.13299

194 0.67576 1.28593 1.65275 1.97227 2.34572 2.60141 3.13277

195 0.67575 1.28591 1.65271 1.97220 2.34562 2.60128 3.13255

196 0.67574 1.28589 1.65267 1.97214 2.34552 2.60115 3.13233

197 0.67574 1.28586 1.65263 1.97208 2.34543 2.60102 3.13212

198 0.67573 1.28584 1.65259 1.97202 2.34533 2.60089 3.13190

199 0.67572 1.28582 1.65255 1.97196 2.34523 2.60076 3.13169

200 0.67572 1.28580 1.65251 1.97190 2.34514 2.60063 3.13148

2. F-Tabel

df (N1) 1 2 3 4 5 6 7 8

df (N2)

1 161 199 216 225 230 234 237 239

2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37

3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85

4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04

5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82

Page 157: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

138

6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15

7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73

8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44

9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23

10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07

11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95

12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85

13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77

14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70

15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64

16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59

17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55

18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51

19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48

20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45

21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42

22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40

23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37

24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36

25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34

26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32

27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31

28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29

29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28

30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27

31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25

32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24

33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23

34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23

35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22

36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21

37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20

38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19

39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19

40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18

41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17

42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17

43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16

44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16

45 4.06 3.20 2.81 2.58 2.42 2.31 2.22 2.15

46 4.05 3.20 2.81 2.57 2.42 2.30 2.22 2.15

47 4.05 3.20 2.80 2.57 2.41 2.30 2.21 2.14

48 4.04 3.19 2.80 2.57 2.41 2.29 2.21 2.14

49 4.04 3.19 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13

Page 158: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

139

50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13

51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13

52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12

53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12

54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12

55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11

56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11

57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11

58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10

59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10

60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10

61 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.16 2.09

62 4.00 3.15 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09

63 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09

64 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.24 2.16 2.09

65 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08

66 3.99 3.14 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08

67 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08

68 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08

69 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.15 2.08

70 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07

71 3.98 3.13 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07

72 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07

73 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07

74 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.22 2.14 2.07

75 3.97 3.12 2.73 2.49 2.34 2.22 2.13 2.06

76 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06

77 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06

78 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06

79 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06

80 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.21 2.13 2.06

81 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05

82 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05

83 3.96 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05

84 3.95 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05

85 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05

86 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05

87 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.20 2.12 2.05

88 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.20 2.12 2.05

89 3.95 3.10 2.71 2.47 2.32 2.20 2.11 2.04

90 3.95 3.10 2.71 2.47 2.32 2.20 2.11 2.04

91 3.95 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04

92 3.94 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04

93 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04

Page 159: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

140

94 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04

95 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04

96 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04

97 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04

98 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03

99 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03

100 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03

101 3.94 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03

102 3.93 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03

103 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03

104 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03

105 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03

106 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03

107 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03

108 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03

109 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02

110 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02

111 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02

112 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02

113 3.93 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02

114 3.92 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02

115 3.92 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02

116 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02

117 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02

118 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02

119 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02

120 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02

121 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02

122 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02

123 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.08 2.01

124 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01

125 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01

126 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01

127 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01

128 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01

129 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01

130 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01

131 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01

132 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01

133 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01

134 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01

135 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01

136 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01

137 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01

Page 160: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

141

138 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01

139 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01

140 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01

141 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.00

142 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.07 2.00

143 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00

144 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00

145 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00

146 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00

147 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00

148 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00

149 3.90 3.06 2.67 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

150 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

151 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

152 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

153 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

154 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

155 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

156 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

157 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

158 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

159 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

160 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

161 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00

162 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00

163 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00

164 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00

165 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99

166 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99

167 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99

168 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99

169 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99

170 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99

171 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99

172 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99

173 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99

174 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99

175 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99

176 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99

177 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99

178 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

179 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

180 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

181 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

Page 161: PENGARUH EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38692/1/SITI... · Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di ... Dialog Jurusan dan Seminar

142

182 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

183 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

184 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

185 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

186 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

187 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

188 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

189 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

190 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

191 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

192 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

193 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

194 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

195 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

196 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99

197 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.99

198 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.99

199 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.99

200 3.89 3.04 2.65 2.42 2.26 2.14 2.06 1.98