Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

23
LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN LINGKUNGAN Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa) Oleh Kelompok VI : RIZA UMMUL KHUSNIAH 053234021 NURI ANDRI SUSANTI 053234034 ARTIKA DHIYA NAVITRI 053234249 M. RIDUWAN 043234012 NOVRYNDA EKO S 043234016

Transcript of Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

Page 1: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar

Bawang Merah (Allium Cepa)

Oleh Kelompok VI :

RIZA UMMUL KHUSNIAH 053234021

NURI ANDRI SUSANTI 053234034

ARTIKA DHIYA NAVITRI 053234249

M. RIDUWAN 043234012

NOVRYNDA EKO S 043234016

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Page 2: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2009

Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar

Bawang Merah (Allium Cepa)

I. TUJUAN PERCOBAAN

Mengamati pengaruh deterjen terhadap pertumbuhan akar bawang merah

II. DASAR TEORI

Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan

Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk

hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau

berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses

alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi

lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak

langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung

berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan

tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun

tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air

maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran. 

Dampak dari pencemaran langsung misalnya, berupa gangguan

kesehatan langsung (penyakit akut) maupun yang akan dirasakan setelah

jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki

kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun

alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar

akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian

berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan yang

disebakan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka

diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan

Page 3: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas

kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di

lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup,

tumbuhan atau benda lainnya. Salah satu contoh pencemaran lingkungan

adalah pencemaran air.

Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup,

zat, energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan

air oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas air turun

sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air kurang atau tidak dapat lagi

berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

Pelaksanakan penilaian terhadap kualitas air, yaitu

membandingkan beberapa ukuran/parameter kunci dengan bakumutu yang

ditetapkan.

Jenis ukuran pencemaran air antara lain :

1. Kebutuhan oksigen untuk proses biologi (BOD)

Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur

karbon, hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti

nitrogen, belerang, dll dimana unsur-unsur tersebut cenderung menyerap

oksigen. Oksigen itu dibutuhkan bagi mikroba untuk kehidupannya dan

untuk menguraikan senyawaan organik tersebut sehingga kadar oksigen

akan menurun yang menyebabkan air menjadi keruh dan berbau.

2. Kebutuhan Oksigen Kimiawi

Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen adalah ukuran

COD atau kebutuhan oksigen kimiawi. Nilai COD ini akan menunjukan

kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk menguraikan kandungan

bahan organik dalam air secara kimiawi khususnya bagi senyawaan

organik yang tidak dapat teruraikan karena proses biologis, sehingga

dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator sebagai sumber oksigen.

3. Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan

air meskipun sebagian terdapat dibawah permukaan air. Lemak dan

minyak merupakan senyawa ester dari turunan alkohol yang tersusun

Page 4: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

dari atom karbon, hidrogen dan oksigen. Lemak sukar diuraikan oleh

bakteri tetapi dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa

sabun yang mudah larut. Adanya minyak dan lemak dipermukaan air

akan menghambat proses biologis dalam air sehingga tidak terjadi proses

fotosintesa.

4. Nitrogen

Gas yang tidak berwarna dan tidak beracun, dalam air pada

umumnya terdapat dalam bentuk organik dan bakteri merubahnya

menjadi ammonia. Dalam kondisi aeribik dan dalam waktu tertentu

bakteri dapat mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nirtat.

5. Suspended Solids (SS)

Padatan tersuspensi (SS) dalam air atau padatan tidak terlarut

dalam air adalah senyawa kimia yang terdapat dalam air baik dalam

keadaan melayang, terapung maupun mengendap. Senyawa ini dijumpai

dalam bentuk organik maupun anorganik. Padatan tidak terlarut ini

menyebabkan air berwarna keruh.

6. Total Disolved Solid (TDS)

Padatan terlarut dalam air (TDS) banyak ditemukan dalam air

adalah golongan senyawa alkali seperti karbonat, bikarbonat, dan

hidroksida.

Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia.

Besar kecilnya pencemaran akan tergantung dari jumlah dan kualitas limbah

yang dibuang kesungai, baik limbah padat maupun cair.

Berdasarkan jenis kegiatannya maka sumber pencemaran air dibedakan

menjadi:

a.Effluent industri pengolahan

Effluent adalah pencurahan limbah cair yang masuk kedalam air

bersumber dari pembuangan sisa produksi, lahan pertanian, peternakan

dan kegiatan domestik. Dari hasil statistik industri di DKI Jakarta,

sumber industri pengolahan yang menjadi sumber pencemaran air yaitu

agro industri (peternakan sapi, babi dan kambing), industri pengolahan

makanan, industri miniman, industri tekstil, industri kulit, industri kimia

Page 5: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

dasar, industri mineral non logam, industri logam dasar, industri hasil

olahan logam dan industri listrik dan gas.

b. Sumber domestik/buangan rumah tangga

Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksud dengan buangan

rumah tangga adalah buangan yang berasal bukan dari industri

melainkan berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat

ibadah, tempat hiburan, pasar, pertokoan dan rumah sakit. Limbah

domestik sering kali mengandung deterjen.

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk

membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.

Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain

mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh

kesadahan air.

Pada umumnya deterjen mengandung surfaktan, builder, filler dan

aditif. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang

mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka

lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air

sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.

Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari

surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai

kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh

Sodium sulfat. Dan aditif merupakan bahan suplemen / tambahan untuk

membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih,

pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.

Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh :

Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

Deterjen mempunyai sifat fisis antara lain polar dan non polar..

Bila terhadap jasad renik rantai C yang lurus bersifat biogradable dan rantai

C yang bercabang bersifat unbiogradable. Sifat kimianya dapat melarutkan

lemak dan tidak dipengaruhi oleh kesadahan air.

Page 6: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan

pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan

maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni

surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan

tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.

Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya

kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan

permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit

manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia

dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada

kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan

surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam

deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan

air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat

racun dan berbahaya bagi kesehatan.

Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri

deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai

risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan

dengan bahan lain yaitu LAS.

Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana

produk kimia aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai

(biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable

sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-

biodegradable’. Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat

terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk

dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan

pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai karakteristik

lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS

mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat

diurai oleh mikroorganisme.

Page 7: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat

merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi

ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi

menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah satu

penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen

terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan

oksigen dan dapat menyebabkan kematian.

Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam

deterjen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam

produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan

kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat

aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate

yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate

(STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya

merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi

dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan

pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga

badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae

(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi

bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air

sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya

justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa

negara, penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai

alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai

builder dalam deterjen.

Bawang merah termasuk sayuran umbi yang multiguna paling

utama kegunaannya adalah sebagai bumbu penyedap masakkan.

Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang

merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dari

senyawa alliin atau allisin yang oleh enzim alliin liase diubah menjadi asam

piruvat, ammonia dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida.

Page 8: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

Dalam dunia industri makanan bawang merah sering diawetkan dalam

kaleng (canning), sous, sop kalengan, tepung bawang dan lain-lain.

Tanaman bawang merah mengalami beberapa fase pertumbuhan

yang penting.  Pertumbuhan bawang merah dimulai dengan fase awal

pertumbuhan, fase pertumbuhan vegetatif, fase pertumbuhan umbi dan fase

pematangan umbi. Fase awal pertumbuan dimulai sejak umbi ditanam

sampai semua umbi tumbuh seragam.  Pada fase ini bawang merah relatif

banyak memerlukan air, yang  berguna untuk mempercepat pertumbuhan

yang serempak. Fase pertumbuhan vegetatif  berlangsung selama tanaman

membentuk tunas dan daun, energi/unsur hara yang tersedia digunakan

untuk membentuk tunas dan daun.  Pada fase pembentukan dan pematangan

umbi, pola pertumbuhannya berupa energi/unsur hara yang tersedia

dialihkan untuk pembentukan umbi.

Tanaman bawang merah dalam taksonominya digolongkan ke

dalam famili Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman sayuran semusim

yang berumbi lapis (bulb), berakar serabut dan berdaun bentuk silindris.

Pangkal daun bersatu membentuk batang semu yang berubah bentuk dan

fungsinya, membengkak membentuk seperti umbi, sehingga menghasilkan

umbi bawang merah. Daun bawang merah hanya memiliki satu permukaan

berbentuk bulat memanjang yang di dalamnya terdapat rongga

udara/ruangan seperti pipa dimana semakin jauh dari akar, semakin runcing.

Gambar 1. bawang merah

(http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah)

Page 9: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

III.ALAT DAN BAHAN

Alat

a. Neraca analitik 1 buah

b. Gelas plastik air mineral 14 buah

c. Botol air mineral 7 buah

d. Mistar skala 1 mm 1 buah

e. Kertas untuk label secukupnya

f. Air PDAM secukupnya

Bahan

a.Bawang merah 14 siung

b. Detergen RINSO Anti noda sebanyak 1 gram

IV. CARA/ALUR KERJA

1. Menyiapkan larutan deterjen dengan berbagai konsentrasi 100%, 50%,

25%, 12.5%, 6.25%, 3.1%.

a. Menyediakan bawang merah berukuran dan berdiameter hampir

sama berjumlah 12 buah. Kulit epidermis dikupas untuk menghindari

sisa ahan kimia yang tertinggal di kulit epidermis. Bagian akar

primordial yang berwarna kecoklatan dikupas.

b. Larutan deterjen yang sudah disediakan dimasukkan dalam gelas air

mineral. Setiap konsentrasi yang sama diisikan ke dalam gelas air

mineral.

c. Bawang merah diletakkan dengan posisi calon akar primordial

berada di bawah larutan deterjen.

d. Pertumbuhan akar diamati setiap 24 jam.

e. Setelah 72 jam bawang merah diangkat lalu dihitung panjang

akarnya. Panjang akar dirata-rata pada setiap perlakuan.

Page 10: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

f. Hambatan pertumbuhan dihitung untuk setiap konsentrasi larutan

dengan menggunakan rumus:

g. Buatlah grafik IG 50/hambatan pertumbuhannya.

2. Menyiapkan air PDAM sebagai kontrol.

a. Menyediakan bawang merah berukuran dan berdiameter hampir

sama berjumlah 2 buah. Kulit epidermis dikupas untuk menghindari

sisa ahan kimia yang tertinggal di kulit epidermis. Bagian akar

primordial yang berwarna kecoklatan dikupas.

b. Air PDAM yang sudah disediakan dimasukkan dalam gelas air

mineral. Setiap konsentrasi yang sama diisikan ke dalam gelas air

mineral.

c. Bawang merah diletakkan dengan posisi calon akar primordial

berada di bawah air PDAM.

d. Pertumbuhan akar diamati setiap 24 jam.

e. Setelah 72 jam bawang merah diangkat lalu dihitung panjang

akarnya. Panjang akar dirata-rata pada setiap perlakuan.

f. Hambatan pertumbuhan dihitung untuk air PDAM sebagai kontrol.

Page 11: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

Cara menyediakan Larutan deterjen dengan berbagai konsentrasi 100%,

50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.1%.

1 gramdetergen bubuk

-diencerkan hingga 1 L

100 %500 mL

1 L

diambil

-diencerkan hingga 1 L

50 %500 mL

1 L

diambil

-diencerkan hingga 1 L

25 %500 mL

1 L

diambil

-diencerkan hingga 1 L

12,50 %500 mL

1 L

diambil

-diencerkan hingga 1 L

6,25 %500 mL

1 L

diambil

-diencerkan hingga 1 L

3,10 %500 mL

1 L

diambil

Page 12: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

V. DATA PENGAMATAN

Larutan Rata-rata panjang akar primordial

24 jam 48 jam 72 jam

Kontrol

1.

2.

3,40

0

2,40

0

2,45

0

Deterjen 100%

1.

2.

Busuk

Busuk

Busuk

Busuk

Busuk

Busuk

Deterjen 50%

1.

2.

0

0

0

0

0

0

Deterjen 25%

1.

2.

0

0

0

0

0

0

Deterjen 12.5%

1.

2.

0,04

0

0,05

0

0,05

0

Deterjen 6.25%

1.

2.

0,85

-

0,09

-

0,09

-

Deterjen 3.1%

1.

2.

2,40

0

2,40

0

2,45

0

Page 13: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

VI. PEMBAHASAN

Limbah domestik yang selama ini sering kali digunakan dalam

kehidupan sehari-hari adalah deterjen. Deterjen mengandung surfaktan,

builder, filler dan aditif. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen

yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung

dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya. Percobaan ini

menggunakan tanaman bawang merah karena bawang merupakan salah satu

tanaman yang sangat mudah diamati tahapan mitosisnya karena bisa

langsung diamati dengan bantuan mikroskop dan tahapan pembelahan

selnya bisa terlihat jelas. Bagian yang digunakan adalah akar karena pada

akar primordial merupakan meristem yang masih berkembang dengan baik

sehingga masih mudah untuk diamati.

Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa makin tinggi konsentrasi

deterjen menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar primordial bawang

merah. Hal ini dapat dilihat dari nilai IG untuk setiap konsentrasi larutan

deterjen:

1. 100% memiliki IG = 1

2. 50% memiliki IG =1

3. 25% memiliki IG =1

4. 12.5% memiliki IG = 98,65%

5. 6.25% memiliki IG = 90,04%

6. 3.1% memiliki IG = 29,95%

Grafik IG Vs Konsentrasi Deterjen

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Konsentrasi

IG

Gambar 2. Grafik antara IG dengan konsentrasi deterjen

Page 14: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

Terhambatnya pertumbuhan akar primordial bawang merah

dikarenakan adanya surfaktan dan builders. Adanya surfaktan menyebabkan

busa-busa di permukaan air sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan

demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat

menyebabkan kematian. Builders, salah satu yang paling banyak

dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate. Tetapi dalam jumlah yang

terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara

(eutrofikasi) dalam air menurun.

Pada hasil pengamatan terlihat beberapa akar primordial tumbuh

tidak optimal pada konsentrasi 12,5%. 6,25% dan 3,10%. Hal ini

dikarenakan kelebihan dalam penambahan larutan. Kekurangan dan

kelebihan air mengakibatkan tanaman mengalami stress. Perkembangan

tanaman bawang merah akan menurun dengan penurunan derajad stress air

dan tanaman ini sangat peka terhadap stress air.

VII. KESIMPULAN

Semakin tinggi konsentrasi deterjen menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan akar primordial bawang merah. Pada konsentrasi larutan

deterjen 100 %, 50 %, dan 25 % memiliki IG adalah 1 Pada konsentrasi

larutan deterjen 12,5 % memiliki IG adalah 98,65%. Pada konsentrasi

larutan deterjen 6,25 % memiliki IG adalah 90,04%. Pada konsentrasi

larutan deterjen 3,10 % memiliki IG adalah 29,95%.

VIII.PERTANYAAN

Berapa konsentrasi larutan deterjen minimum yang menghentikan proses

pertumbuhan akarnya?

25 %. Deterjen yang lebih pekat dapat menyebabkan permukaan air tertutup

sehingga sinar matahari dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan

akar bawang merah ini tidak dapat menembus permukaan air yang masuk

dalam air. Sehingga pada konsentrasi larutan deterjen 100%, 50%, dan

25 % menghentikan proses pertumbuhan akarnya.

Page 15: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

IX. PERHITUNGAN

Tabel 1

Konsentrasi 24 jam 48 jam 72 jamRata-rata

panjang akar

100% 0 0 0 0

50% 0 0 0 0

25% 0 0 0 0

12,5% 0,04 0,05 0,05 0,046667

6,25% 0,85 0,09 0,09 0,343333

3,10% 2,4 2,4 2,45 2,416667

Kontrol (air PDAM) 3,4 3,45 3,5 3,45

Konsentrasi larutan deterjen 100 %, 50%, dan 25%

Konsentrasi larutan deterjen 12,5 %

Konsentrasi larutan deterjen 6,25 %

Konsentrasi larutan deterjen 3,10 %

Page 16: Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah (Allium Cepa)

X. DAFTAR PUSTAKA

http://organisasi.org/penyebab_sebab_dan_akibat_pencemaran_lingkungan_pada_air_dan_tanah_kesehatan_lingkungan_ilmu_sains_biologihttp://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/ilmu-kalaman-dasar/dampak-pencemaran-lingkungan-terhadap-kesehatan-0http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_airhttp://www.petaniwahid.blogspot.com/http://72.14.235.132/search?q=cache:kF-fgPeMACcJ:ditlin.hortikultura.deptan.go.id/slpht/sl_sayuran_02.htm+pertumbuhan+bawang+merah&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-ahttp://id.wikipedia.org/wiki/Deterjenhttp://www.tanindo.com/abdi14/hal3401.htm