PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP/Pengar… · ii halaman persetujuan pembimbing skripsi...
Transcript of PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP/Pengar… · ii halaman persetujuan pembimbing skripsi...
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE :
STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
FEBY SUBHAN HANAN
F 0305051
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE :
STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA
Surakarta, Maret 2010
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
(Dra. Falikhatun M.si, ak)
NIP. 196811171994032002
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
iv
MOTTO
“Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?”
(QS Ar Rahman)
“Orang yang mudah tersenyum dalam menjalani hidup ini
bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri;
tetapi juga orang yang mampu berbuat,
orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab,
orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan
persoalan,
serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat
bagi dirinya sendiri dan orang lain”
(La Tahzan)
Perubahan yang kecil, tampak tak berarti berlangsung secara terus-menerus dan tanpa henti (Kaizen’s).
Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis.
Namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain
holistic yang sempurna.
Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil
apa pun yang terjadi karena kebetulan.
Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan.
Diinterpretasikan dari pemikran agung Harun Yahya
Dalam buku Sang Pemimpi-Andrea Hirata
v
PERSEMBAHAN
^I dedicate this research for
”My Family And My Friends” ^
**********************Thank u Alloh,
aku hanyalah seorang umat
yang mencoba untuk memberikan
yang terbaik dalam hidup yang terbang
tak tentu arah bagai debu di sahara, tapi ENGKAULAH
yang memberikan petunjuk dan hidayah kepadaku
untuk menuju satu arah yang terang dan
gemerlap bagai air salju yang bening
dan bagaikan pantulan sinar batu
saphirre yang mengagumkan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDI PADA BANK
KONVENSIONAL DI INDONESIA”, sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat-
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas
Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Makasih banyak pak....
3. Ibu Dra. Falikhatun M.si, Ak. selaku pembimbing skripsi atas semua
kritik, saran, dan perhatianya yang sangat membantu penulis untuk
mencapai hasil yang terbaik. Matur nuwun karena ibu telah percaya pada
saya dan selalu mengajarkan untuk selalu berusaha serta yakin kalau saya
bisa. Maaf juga ya bu kalau saya termasuk anak bimbingan bapak yang
”males” dan sering ”ngeyel”. Dan sukses buat S3 nya bu.
4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen, serta karyawan FE UNS, terimakasih-ku
ucapkan atas semua ilmu yang telah dibagi.....
vii
5. Keluargaku yang selalu memberikan dukungan, kepercayaan, dan doa-doa
yang selalu terpanjatkan di setiap malam. Inilah salah satu wujud
baktiku......
6. Temen2 kos ijo, gulon, selly comunity, jendela nusantara dan kos
dewantoro semua kenangan tidak akan lupa. Yang pernah kesel sama saya
maaf yaa. (ardi, olol, oji, banci, suto, anto, bekti, uyo, welly, yayat, aa, adi)
7. ’cEnGoh coMmuniTy’Akuntansi 2005 beguk, dinar, ardi, indro, arab,
ayoo, moccie, hendy, ferdi, fijri, cino, ahmad, doni, surip, yoga, munawir
dan cewek akuntansi 2005
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu (Thanks a lot)
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan
demi perbaikan yang berkelanjutan.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih.
Alhamdulillahirobbil’alamin.
Surakarta, maret 2010
Feby Subhan Hanan
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ………………………………………………………….
ABSTRACT ………………………………………………………......
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………..................
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………...........
HALAMAN MOTTO …………………………………………….......
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………….......
KATA PENGANTAR ……………………………………………......
DAFTAR ISI ……………………………………………………….....
DAFTAR TABEL …………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………........
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………......
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………........
A. Latar Belakang Masalah ………………………………......
B. Perumusan Masalah ………………………………………
C. Tujuan Penelitian …………………………………………
D. Manfaat Penelitian ………………………………………..
E. Sistematika Laporan …………………………………........
Ii
iii
iv v
vi
vii
viii x
xiii
xiv
xv 1
1 8 8 9
10
ix
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS...............................................................................
A. Landasan Teori………………………….............................
1. Intellectual Capital Disclosure………………………....
2. Coorporate governance………………………………....
3. Ukuran Dewan Komisaris…………...............................
4. Komisaris Independen.....................................................
5. Komite Audit...................................................................
B. Kerangka Teoritis................................................................
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………….....
A. Desain Penelitian..................................................................
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel..................................
C. Pengukuran Variabel.............................................................
D. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data.......................
E. Metode Analisis Data...........................................................
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………...................
A. Deskripsi Data......................................................................
B. Descriptive Statistic...............................................................
C. Uji Normalitas Data...............................................................
D. Analisis Data..........................................................................
1. Uji Multikolineritas...........................................................
2. Uji Autokorelasi.................................................................
12
12
17
20
22
25
29
30
30
30
31
42
42
47
47
48
49
51
51
51
52
x
3. Uji Heterokesdaktisitas......................................................
E. Uji Hipotesis..........................................................................
1. Koefisien Determinasi.......................................................
2. Uji f.................................................................................
3. Uji t.................................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................
A. Kesimpulan.........................................................................
B. implikasi...............................................................................
C. Keterbatasan Dan Saran.......................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................
54
54
54
54
58
58
59
59
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
III.1
IV.1
IV.2
IV.4
IV.5
IV.7
IV.8
Instrument Penelitian......................................................
Hasil Pengambilan Sampel.....................………………
Statistik Deskriptif..........................................…………
Hasil Pengujian Multikolinieritas……………………...
Hasil Pengujian Autokorelasi…………………….........
Hasil Pengujian F regresi...............................................
Hasil Pengujian T...........................................................
36
47
48
51
52
54
55
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II.1
IV. 1
IV.2
Kerangka Teoritis Penelitian…………………………..
Gambar Uji Normalitas Data…………………………..
GambarUji Heteroskedastisitas ..............……………...
29
50
53
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel……………………………..
Lampiran 2 Data Penelitian……………………..……..................…
Lampiran 3 Hasil Statistik Deskriptif……………........…………….
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas Data..................………………….
Lampiran 5 Hasil Pengujian Regresi.....................………………….
xiv
ABSTRAKSI
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE :
STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA
FEBY SUBHAN HANAN F 0305051
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran dewan komisaris, komisaris indenden dan komite audit.
Populasi dalam penelitian ini adalah bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel diambil dengan metoda purposive sampling. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda.
Hasil analisis data menunjukan bahwa : 1). ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Hal ini ditinjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0.049 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. 2). komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Hal ini ditinjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0.128 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.332. 3). komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Hal ini ditinjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0.017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.740.
Kata kunci : corporate governance, intellectual capital disclosure
ABSTRACT
INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE TO INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE :
STUDY OF CONVENTIONAL BANK IN INDONESIA
FEBY SUBHAN HANAN
xv
F 0305051
This research aim to test the influence of corporate governance to Intellectual Capital
Disclosure at conventional bank enlisted in Indonesian Stock Exchange. Corporate Governance in this research is measured by independent board director, size of board director and audit committee.
Population in this research is conventional bank enlisted at Indonesian Stock Exchange. Sample taken with purposive sampling method. Data in this research tested by using multiple regression.
Result of data analysis indicate that : 1). size of board director have an effect on intellectual capital disclosure. This result shown with regression coefficient equal to 0.049 with level significance equal to 0.000. 2). Independent board had no significance influence to intellectual capital disclosure. This shown with regression coefficient equal to 0.128 with level significance equal to 0.332. 3). audit committee had no significance influence on intellectual capital disclosure. This shown with regression coefficient equal to 0.017 with level significance equal to 0.740. Key word : corporate governance, intellectual capital disclosure
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini perekonomian dunia khususnya dalam perbankan telah
berkembang dengan begitu pesatnya yang antara lain ditandai dengan kemajuan
di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat, pertumbuhan inovasi yang
luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan perbankan juga mengubah
cara bisnisnya. Perubahan proses bisnis perbankan, munculnya berbagai
pemahaman baru mengenai proses pelayanan perbankan, peran nasabah dan juga
pandangan perusahaan perbankan terhadap peran penting sumber daya manusia
memiliki dampak pada pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan yang fokusnya
pada kinerja keuangan perusahaan sering dirasa kurang memadai sebagai suatu
pelaporan kinerja perusahaan bank. Ada sesuatu yang lain yang perlu
disampaikan kepada pengguna pelaporan keuangan perbankan yang bisa
menjelaskan nilai lebih yang dimiliki perusahaan perbankan seperti inovasi,
penemuan sistem, pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia, relasi
dengan konsumen dan sebagainya yang sering diistilahkan sebagai knowledge
capital (modal pengetahuan) atau Intellectual capital yang sulit disampaikan
kepada pihak luar perusahaan karena belum adanya standar akuntansi yang
mengaturnya. Akibatnya, nilai lebih yang dimiliki perusahaan ini tidak pernah
diketahui oleh pihak luar bank, bahkan perusahaan bank sendiri seringkali tidak
1
2
menyadari adanya keunggulan yang dimilikinya karena nilai seperti itu tidak
memiliki wujud dan tidak mudah dikelola maupun diukur (Damayanti, 2009).
Intellectual Capital sinonim dengan intellectual property (hak intelektual),
intellectual asset (aset intelektual), dan knowledge asset (asset pengetahuan),
modal ini dapat diartikan sebagai saham atau modal yang berbasis pada
pengetahuan yang dimiliki perusahaan bank. Di Indonesia, menurut (Abidin
2000) intellectual capital masih belum dikenal secara luas didunia perbankan.
Dalam banyak kasus, sampai dengan saat ini perusahaan-perusahaan perbankan di
Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun
bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan
teknologi. Disamping itu perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan
perhatian lebih terhadap human capital, structural capital, dan customer capital.
Padahal semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan.
Karena minimnya informasi mengenai Intellectual Capital bagi
perusahaan perbankan di Indonesia maka Penelitian ini membahas dan
memberikan informasi yang penulis peroleh tentang Intellectual Capital di
beberapa bank konvensional di Indonesia. Selanjutnya (Abidin dalam
Suwarjuwono, 2003) menyatakan bahwa jika perusahaan – perusahaan (termasuk
perbankan) mengacu pada perkembangan yang ada, yaitu manajemen yang
berbasis pengetahuan, maka perusahaan perbankan di Indonesia akan dapat
bersaing dengan menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui
inovasi – inovasi kreatif yang dihasilkan oleh intellectual capital yang dimiliki
3
oleh perusahaan. Hal ini akan mendorong terciptanya produk – produk yang
semakin favourable di mata konsumen atau nasabah.
Sejak tahun 1990-an perhatian terhadap praktik pengelolaan kekayaan (aset) tidak
berwujud (intangible assets) telah mengalami peningkatan secara dramatis (Harrison dan Sullivan,
2000). Petty dan Guthrie (2000) serta Sullivan dan Sullivan (2000) menyebutkan bahwa salah satu
pendekatan yang dapat digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible assets tersebut
adalah intellectual capital. Fokus utama intellectual capital adalah manajemen, teknologi
informasi, sosiologi, dan akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000) dan (Sullivan dan Sullivan, 2000).
Pengetahuan, inovasi, dan keterampilan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan
merupakan komponen intellectual capital (Li, et al.,, 2008). Petty dan Guthrie (2000) telah
melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa knowledge dan intellectual capital
menimbulkan signifikansi yang lebih besar dan menjadi komoditas penting bagi ukuran nilai
bisnis suatu perusahaan dibandingkan ukuran keuangan.
Cerbioni dan Parbonetti (2007) menyatakan bahwa Intellectual Capital Disclosure
merupakan bagian voluntary disclosure. Intellectual Capital Disclosure merupakan informasi
yang bernilai bagi investor, yang dapat membantu mereka mengurangi ketidakpastian mengenai
prospek ke depan dan memfasilitasi ketepatan penilaian terhadap perusahaan (Bukh, 2003).
Salah satu industri yang menggunakan knowledge di dalam upayanya mendapatkan
pendapatan adalah lembaga keuangan perbankan. Bozolan et. al (2003) menyatakan bahwa
lembaga keuangan perbankan memerlukan pelaporan yang berbeda dengan sektor usaha lain.
Brenan (2001) menyatakan bahwa lembaga keuangan memiliki proporsi intangible assets yang
lebih rendah dan memiliki sedikit motivasi untuk melaporkan intellectual capital secara sukarela
dalam laporan tahunannya. Salah satu lembaga keuangan yang dimaksud adalah bank. Firer dan
Willliam (2003) menyatakan bahwa bank merupakan salah satu industri yang paling intensif
4
intellectual capital-nya. Selain itu, secara keseluruhan bank memiliki homogenitas karyawan
(human capital) dibandingkan sektor ekonomi yang lainnya (Kubo dan Saka, 2002).
Sejak adanya interest differential pada tahun 1998 hingga sekarang ini, perbankan telah
menjadi permasalahan yang harus diperhatikan, khususnya di negara-negara asia tenggara. Jensen
and Meckling (1976) memperlihatkan bahwa pengungkapan yang lebih besar dapat mengurangi
ketidakpastian pada investor dan mengurangi cost of capital perusahaan. Oleh karena itu, manajer
sebaiknya dengan rela mengungkapkan informasi intellectual capital dalam rangka meningkatkan
nilai perusahaan dengan menyediakan dugaan yang baik bagi investor mengenai posisi keuangan
perusahaan (Li, et al.,, 2008).
Corporate governance merupakan topik yang telah mulai mendapatkan perhatian dari
para pelaku pasar modal di Indonesia. Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI,
2003) menyatakan bahwa Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan dan para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka. Tujuan Corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak
pemegang kepentingan. Perusahaan yang dikelola dengan baik (Good Corporate Governance)
mempunyai ciri diantaranya menyampaikan informasi dengan lebih cepat, akurat dan lengkap.
Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan
(beliefs) para pengambil keputusan. Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk suatu
kepercayaan yang baru dikalangan para investor. Kepercayaan baru ini akan mengubah harga
melalui perubahan demand dan supply surat-surat berharga. Penerapan Corporate governance
yang baik diharapkan mampu meningkatkan harga saham perusahaan yang akhirnya dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Kirchmaier and Grant (2006) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan
sebuah mekanisme yang dirancang untuk mengurangi konflik keagenan. Tujuannya adalah untuk
5
meningkatkan efeisiensi perusahaan. Mekanisme tersebut dapat berupa mekanisme internal
kontrol dan mekanisme dari ekternal kontrol.
Li et al., (2008) menyatakan pertanggungjawaban dalam perbankan konvensional
merepresentasikan komitmen dalam menyediakan pelayanan dari dan untuk semua lapisan
masyarakat termasuk di dalamnya dalam hal pengungkapan. Suatu bank konvensional yang
diharapkan mampu menyediakan pengungkapan yang dibutuhkan pengguna (user). Hal ini
bertujuan untuk menciptakan laporan yang berguna untuk membuat keputusan ekonomi pada
investor. Disclosure atau pengungkapan merefleksikan implementasi peran perbankan dalam
perkembangan ekonomi, keuntungan dan kekuatan dari potensi yangada di dalam perusahaan
perbankan tersebut. Lembaga keuangan perbankan konvensional harus mengungkapkan berbagai
informasi termasuk intelectual capital yang dimilikinya dalam prospectusnya. Hal ini disebabkan
karena pengungkapan merupakan hal penting untuk mendukung keputusan dalam ekonomi untuk
menerapkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) kepada masyarakat ataupun stakeholder.
Perusahaan harus mengungkapkan intellectual capital sebagai upaya untuk meningkatkan
nilai bagi investor. Informasi tersebut dapat digunakan oleh investor untuk memberikan
pertimbangan yang lebih baik dalam melakukan keputusan keuangan yang dapat mengurangi
volavility harga saham. Abeysekera (2008) menyatakan bahwa corporate governance merupakan
sebuah mekanisme yang diciptakan untuk memastikan bahwa investor akan memperoleh return
dari investasi yang dilakukannya. Transparansi dan efektivitas merupakan salah tujuan yang
diharapkan bisa terwujud dengan penerapan corporate governance. Investor akan memperhatikan
berbagai informasi yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Pengungkapan
informasi seperi halnya pengungkapan intellectual capital akan berpengaruh terhadap keputusan
bisnis yang dibuat oleh investor. Manajer yang berfokus pada aktiva tak berwujud perusahaan
akan memperhatikan aspek pengungkapan intelektual capital karena akan mempengaruhi aktivitas
6
penciptaan nilai bagi perusahaan. Penerapan corporatge governance yang baik diharapkan mampu
meningkatkan kualitas Intellectual Capital Disclosure yang diungkapkan perusahaaan yang akan
digunakan oleh investor dalam melakukan keputusan bisnisnya. Malalui penelitian ini penulis
akan melakukan penelitian tentang pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital
Disclosure. Corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan tiga variabel yaitu
ukuran dewan komisaris, komisaris independen dan keberaadaan komite audit mengacu pada
penelitian Abeysekera (2008).
Dengan demikian, judul penelitian ini adalah ”Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Intellectual Capital Disclosure: Studi Pada Bank Konvensional Di Indonesia”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Intellectual Capital Disclosure
pada bank konvensional di Indonesia ?
2. Apakah terdapat pengaruh komisaris independen terhadap Intellectual Capital Disclosure
pada bank konvensional di Indonesia ?
3. Apakah terdapat pengaruh komite audit terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank
konvensional di Indonesia ?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan pembahasan masalah adalah
sebagai berikut :
7
1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Intellectual Capital
Disclosure pada bank konvensional di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh komisaris independen terhadap Intellectual Capital
Disclosure pada bank konvensional di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap Intellectual Capital Disclosure pada
bank konvensional di Indonesia.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Bagi akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Menjadi referensi dan memberikan kontribusi penelitian tentang Intellectual Capital
Disclosure pada perbankan konvensional di Indonesia,
b. Dari hasil penelitian, keterbatasan, dan rekomendasi peneliti, diharapkan dapat memunculkan
penelitian yang berupaya untuk mengembangkan penelitian ini, karena penelitian dengan
objek bank konvensional di Indonesia dengan topik Intellectual Capital Disclosure masih
jarang ditemui.
2. Bagi Industri Perbankan konvensional di Indonesia
Bagi industri perbankan konvensional dan praktisinya, penelitian ini bermanfaat untuk
a. Memberikan pengetahuan tentang praktik Intellectual Capital Disclosure pada masing-
masing bank konvensional di Indonesia yang dijadikan sampel, sehingga bank dapat
membandingkan praktik Intellectual Capital Disclosure, serta dapat digunakan untuk bahan
pertimbangan manajemen dalam praktik Intellectual Capital Disclosure.
8
b. Departemen Research and Development (R&D) tiap bank konvensional di Indonesia dapat
menggnakan penelitian ini untuk dikembangkan dalam penelitian lembaga masing-masing
bank untuk tujuan kepentingan stakeholder-nya.
3. Bagi Regulator
Bagi regulator yang meliputi bank sentral, menteri keuangan, bursa efek, dan ikatan akuntan
di Indonesia dapat menggunakan penelitian ini untuk:
Menteri keuangan di negara ASEAN (khususnya) bekerja sama dengan bursa efek dan bank
sentral dapat melakukan penelitian lebih lanjut dari hasil penelitian ini untuk mengetahui
praktik Intellectual Capital Disclosure terhadap variabel lain yang dapat digunakan untuk
mengambil kebijakan.
Menetapkan kebijakan dan regulasi ataupun standar pengungkapan untuk baik bank
konvensional di Indonesia maupun sektor lainnya dalam hal praktik Intellectual Capital
Disclosure.
Sistematika Laporan
Adapun sistematika laporan adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini membahas landasan teori yang diantaranya berupa tinjauan pustaka,
kerangka teoritis, dan dilanjutkan dengan penelitian terdahulu yang
dikembangkan (hipotesis).
9
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi desain penelitian; populasi, sample, dan teknik sampling;
pengukuran variable; instrument penelitian; sumber data; metode
pengumpulan data; serta metode analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai data yang digunakan, pengolahan data tersebut
dengan alat analisis yang diperlukan dan hasil dari analisis data.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data yang telah
dilakukan, saran-saran yang diajukan dari hasil penelitian, dan rekomendasi
bagi penelitian selanjutnya.
Pembahasan lebih lanjut mengenai penelitian ini, akan ditunjukkan dalam BAB II yang berisi
tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Intellectual Capital Disclosure (ICD)
10
Intellectual capital bersifat eksklusive, tetapi sekali ditemukan dan dieksploitasi akan
memberikan organisasi basis sumber baru untuk berkompetisi dan menang (Bontis, 1998).
Intellectual capital adalah istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible asset dari
pasar, property intelektual, infrastruktur dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan
dapat berfungsi (abeysekera, 2006). Intellectual capital adalah materi intelektual (pengetahuan,
informasi, property intelektual, pengalaman) yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan.
Ini adalah suatu kekuatan akal kolektif atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna (Stewart,
1997). Intellectual capital adalah pengejaran penggunaan efektif dari pengetahuan (produk jadi)
sebagaimana beroposisi terhadap informasi (bahan mentah) (Bontis, 1998). Intellectual capital
dianggap sebagai suatu elemen nilai pasar perusahaan dan juga market premium (Bontis, 1998).
Abeysekera (2006) menyatakan bahwa pengembangan kerangka teoritis yang mendasari
pengungkapan intellectual capital, sekarang berada dalam masa infancy. Beberapa pakar maupun
lembaga mendefinisikan intellectual capital. Definisi yang dibuat oleh para pakar tidak sama,
namun dapat diambil kesimpulan bahwa intellectual capital merupakan bagian dari intagible
asset. Hal ini sesuai dengan pendapat Mouritsen (1998) yang menyebutkan bahwa intellectual
capital menyangkut kapasitas pengetahuan luas yang dimiliki oleh organisasi. Pengetahuan yang
luas bagi organisasi ini bermanfaat bagi organisasi dalam menyikapi perubahan-perubahan tertentu
dalam dunia bisnisnya. Beberapa pakar maupun lembaga mendefinisikan intellectual capital.
Salah satunya adalah CIMA (2001) menyebutkan bahwa intellectual assets sebagai berikut:
“possession of knowledge and experience, professional knowledge and skill, good relationship, and technological capacities, which when applied will give organization competitive advantage”
Hasil penelitian Barth et. al (2001) menemukan bahwa cakupan analisis adalah lebih
besar bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan riset dan periklanan, sedangkan
studi empiris lain menemukan munculnya dampak postitif terhadap harga saham dari indikator
spesifik atas intellectual capital, meliputi pengeluaran pengembangan riset (R&D) (Amir dan Lev,
12
11
1996), kapitalisasi pengeluaran pengembangan software (Aboody dan Lev, 1998), dan kepuasan
pelanggan (Ittner dan Larker, 1998).
Abeysekera (2006) menyatakan bahwa pengembangan kerangka teoritis yang mendasari
pengungkapan intellectual capital, sekarang berada dalam masa infancy. Beberapa pakar maupun
lembaga mendefinisikan intellectual capital. Definisi yang dibuat oleh para pakar tidak sama,
namun dapat diambil kesimpulan bahwa intellectual capital merupakan bagian dari intagible
asset. Hal ini sesuai dengan pendapat Mouritsen (1998) yang menyebutkan bahwa intellectual
capital menyangkut kapasitas pengetahuan luas yang dimiliki oleh organisasi. Pengetahuan yang
luas bagi organisasi ini bermanfaat bagi organisasi dalam menyikapi perubahan-perubahan
tertentu dalam dunia bisnisnya.
Definisi yang dibuat oleh para pakar tidak sama, namun dapat diambil kesimpulan bahwa
intellectual capital merupakan bagian dari intagible asset. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mouritsen (1998) yang menyebutkan bahwa intellectual capital menyangkut kapasitas
pengetahuan luas yang dimiliki oleh organisasi. Pengetahuan yang luas bagi organisasi ini
bermanfaat bagi organisasi dalam menyikapi perubahan-perubahan tertentu dalam dunia
bisnisnya. Contoh yang paling sederhana adalah kebutuhan untuk berinovasi supaya produk yang
hasilkan tidak mengalami masa penurunan setelah berada di posisi puncak.
Meskipun tidak terdapat definisi yang baku mengenai intellectual capital, secara umum
berbagai pendapat para pakar dan organisasi tersebut dapat disimpulkan bahwa intellectual capital
secara garis besar terdiri dari ( Sveiby, 1997).
a Human capital
Human capital merupakan pengetahuan, skill, dan pengalaman yang dibawa pegawai
ketika meninggalkan perusahaan (Starovic & Marr, 2004) yang meliputi pengetahuan individu
suatu organisasi yang ada pada pegawaiannya (Bontis, 2000) yang dihasilkan melalui kompetensi,
sikap dan kecerdasan intelektual (Roos, Roos, Edvinsson & Dragonetti, 1997). Human Capital
merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan yang berupa inovasi, fleksibilitas, toleransi,
12
motivasi, kepuasan, kapaistas pembelajaran, loyalitas, dan pelatihan serta pendidikan formal
karyawan. Menurut Dharma (2004) human capital merupakan akumulasi kapabilitas, kapasitas
dan peluang yang dimiliki anggota organisasi. Kapabilitas adalah kemampuan anggota organisasi
untuk melakukan sesuatu baik yang bersifat kapasitas maupun peluang guna meraih tujuan yang
diinginkan. Kapasitas lebih tertuju pada apa yang dapat dilakukan oleh anggota organisasi,
sedangkan peluang lebih pada pilihan yang tersedia bagi anggota organisasi untuk mendapatkan
penghargaan-penghargaan personal termasuk gaji, bonus dan sebagainya akibat dari penggunaan
kapasitasnya, sehingga kapabilitas diformulasikan sebagai kapasitas X peluang.
Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual, sumber dari innovation dan
improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur (Steward, 1997). Berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut, pengetahuan
orang-orang di dalam perusahaan akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan
pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya (Ongkorahardjo, et.al, 2008)
Fitz-Enz (2000) mendeskripsikan human capital sebagai kombinasi dari tiga faktor, yaitu: 1)
karakter atau sifat yang dibawa ke pekerjaan, misalnya intelegensi, energi, sikap positif,
keandalan, dan komitmen, 2) kemampuan seseorang untuk belajar, yaitu kecerdasan, imajinasi,
kreatifitas dan bakat dan 3) motivasi untuk berbagi informasi dan pengetahuan, yaitu semangat tim
dan orientasi tujuan.
b Structural capital
Structural capital merupakan pengetahuan yang akan tetap berada dalam perusahaan
terdiri dari rutinitas organisasi, prosedur-prosedur, sistem, budaya dan database. Beberapa
diantara structural capital dilindungi hukum dan menjadi intellectualproperty right, yang secara
legal dimiliki oleh perusahaan (Starovic & Marr, 2004). Structural capital digambarkan sebagai
apa yang tersisa dalam perusahaan pada saat pegawai pulang di malam hari (petras, 1997).
Structural Capital merupakan aset perusahaan yang berupa pemilikan sistem software, jaringan
distribusi, dan supply chain perusahaan. Petras (1996) menyebutkan bahwa structural capital juga
13
meliputi kemampuan perusahaan dalam menjangkau pasar. Dengan kata lain Widyaningrum
(2004) mengatakan bahwa structural capital merupakan saran prasaran yang mendukung kinerja
karyawan.
c Relational Capital atau Customer Capital
Konsep penting customer capital adalah pengetahuan yang dibentuk dalam marketing
channels dan hubungan konsumen bahwa organisasi berkembang dengan menjalankan bisnis.
Sebagai contoh adalah image, loyalitas konsumen, kepuasan konsumen, hubungan dengan suplier,
kekuatan komersial, kapasitas negosiasi dengan entitas keuangan dan lingkungan aktivitas
(Stratovic & Marr, 2004). Customer capital menunjukkan potensi yang dimiliki perusahaan
karena ex-firm intangible (Bontis, 2000). Relational capital atau customer capital merupakan
hubungan baik yang dijalin oleh perusahaan dengan pihak luar (Petras, 1996), dan juga
pengetahuan mengenai rantai alur pasar suati produk, pelanggan, pamsok, dan menjalin hubungan
baik dengan pemerintah (Bontis, 2000).
B. Corporate Governance
Wardhani (2006) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan
tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan
dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan). Isu mengenai
Corporate governance ini mulai mengemuka, khususnya di Indonesia, setelah
Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak
pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh
sangat lemahnya Corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di
Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan
perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance. Corporate
14
governance biasanya mengacu pada sekumpulan mekanisme yang
mempengaruhui keputusan yang akan diambil oleh manajer ketika ada pemisahan
antara kepemilikan dan pengendalian beberapa dari pengendalian ini terletak pada
fungsi dari dewan direksi, pemegang saham institusional, dan pengendalian dari
mekanisme pasar.
Hastuti (2005) Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan
keagenan antara pemilik dan manajer. Corporate governance pada dasarnya berisi prinsip tata
kelola perusahaan yang baik. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1. Keadilan (fairness) yang meliputi : (a) Perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham
(b) Perlakuan yang sama bagi para pemegang saham.
2. Transparansi (transparancy) yang meliputi (a) Pengungkapan informasi yang bersifat
penting (b) Informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan
pembukuan yang berkualitas (c) Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu
dan efisien.
3. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi meliputi pengertian bahwa
(a) Anggota dewan direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para
pemegang saham (b) Penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen (c)
adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.
4. Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi (a) Menjamin dihormatinya segala hak
pihak-pihak yang berkepentingan (b) Para pihak yang berkepentingan harus mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka
(c) Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan pihak yang
berkepentingan (d) Jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai
akses terhadap informasi yang relevan.
15
Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan
konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring
kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan
mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep Corporate governance diajukan demi tercapainya
pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila
konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak
seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya
menguntungkan banyak pihak. Sistem Corporate governance memberikan perlindungan efektif
bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas
investasinya dengan benar.
Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan ada empat mekanisme
Corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai
Corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu
komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial. Sedangkan menurut penelitian Abeysekera (2008) proksi corporate
governance tidak melibatkan pihak manajemen dan pemegang saham namun
terdiri dari pihak yang melakukan pengawasan terhadap manajemen. Corporate
governance dalam penelitian tersebut diproksikan dengan jumlaha anggota dewan
komisaris, prosentase komisasris yang berasal dari ekternal perusahaaan
(independen) dan adanya komite audit dalam perusahaan.
Cerbioni dan Parbonetti (2007) menyatakan bahwa perusahaan akan
berupaya untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkannya dengan cara
melakukan pengawasan secata lebih efektif terutama berkaiatan dengan corporate
16
governance dan pengungkapan sukarela. Pada kenyataannya antara corporate
governance dan pengungkapan sularela adalah dua hal yang mengingkatkan
perlindungan terhadap kepentingan investor yang akan membuat pasar menjadi
semakin efisien. Mekanisme corporate governance yang ada dalam perusahaan
diharapkan mampu meningkatkan kaulitas dan kuantitas terhadap pengungkapan
sukarela dari informasi yang berkaitan dengan intellectual capital.
C. Ukuran Dewan Komisaris dan Intellectual Capital Disclosure (ICD)
Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate governance yang ditugaskan untuk
menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan,
serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Aktifnya peranan dewan komisaris dalam praktek
sangat tergantung pada lingkungan yang diciptakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Di
Indonesia sering terjadi anggota dewan komisaris tidak menjalankan peran pengawasannya
terhadap dewan direksi. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memiliki manfaat. Hal ini
dapat dilihat dalam fakta, bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan
tidak dapat menunjukkan independensinya sehingga gagal untuk mewakili kepentingan
stakeholders lainnya (FCGI, 2001).
Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan secara umum dewan komisaris ditugaskan
dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan
manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya
dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan
komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab
untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris. Selain
17
mensupervisi dan memberi nasihat pada dewan direksi sesuai dengan UU No. 1 tahun 1995,
fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan dalam National Code for Good
Corporate Governance 2001 adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung
jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebaik
memonitor efektifitas pelaksanaan good corporate governance
Kusumawati dan Riyanto (2005) yang meneliti pengaruh transparansi good corporate
governance terhadap nilai perusahaan menyatakan bahwa variabel karakteristik dewan yang
berupa jumlah komisaris terbukti berhubungan dengan nilai perusahaan dengan tingkat
signifikansi 5%. Hal ini mendukung hipotesis bahwa fungsi service dan kontrol yang dilakukan
oleh komisaris dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dari segi perspektif pasar, besarnya dewan
komisaris dapat dipandang sebagai sarana untuk memberikan masukan dan mengontrol perilaku
oportunistik direksi dan manajemen.
Abeysekera (2008) menyatakan bahwa dewan komisaris perusahaan didesain untuk
mengatasi masalah keagenan. Ketika informasi akuntansi menjadi informasi yang sangat relevan
terutama berkaiatan dengan kebangkrutan atau terjadinya kecurangan dalam perusahaan maka
diperlukan sebuah karakteristik corporate governance dalam pengungkapannya. Interpretasi dari
relevenasi nilai dari informasi akuntansi adalah informasi yang tersedia untuk pasar, tidak hanya
berkaiatan dnegan aktiva tetap namun juga berkaitan dengan pengungkapan aktiva tidak berwujud.
Informasi keuangan dan non keuangan perusahaan akan berpengaruh terhadapa sifat investor
dalam menentukan nilai perusahaan. Komposisi dewan komisaris yang optimal dipengaruhi oleh
banyak faktor. Namun demikian jumlah dewan komisaris yang besar lebih efektif jika
dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris yang kecil. Jumlah dewan komisaris yang besar
diharapkan memunculkan perpaduan skill antar anggotanya sehingga akan berpengaruh terhadap
kualitas informasi yang disampaikan perusahaan termasuk juga berkaitan dengan intellectual
capital.
H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure
18
D. Komisaris Independen dan Intellectual Capital Disclosure (ICD)
Siallagan dan Machfoedz (2006) menggunakan proporsi komisaris independen untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian mereka
menunjukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh secara negatif terhadap kulitas
laba, sedangkan terhadap nilai perusahaan, proporsi komisaris independen secara positif
berpengaruh.
Bursa Efek Jakarta mengeluarkan Kep-339/BEJ/07-2001 yang mensyaratkan bagi
perusahaan yang tercatat di BEJ menunjuk komisaris independen. Dalam peraturan ini,
persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan
komisaris. Beberapa kriteria lainnya tentang komisaris independen adalah sebagai berikut.
1. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas
atau pemegang saham pengendali (controlling shareholders) perusahaan tercatat yang
bersangkutan.
2. Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan atau komisaris lainnya
perusahaan tercatat yang bersangkutan.
3. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan
lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.
4. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal.
5. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas
yang bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan controlling
shareholders) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggungjawab atas pengawasan
kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Dewan komisaris juga mewakili
mekanisme internal untuk mengontrol perilaku oportunis manajemen sehingga dapat
19
menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Kusumawati dan Riyanto, 2005).
Menurut Boediono (2005), komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan
yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi
pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan
keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas. Adanya komisaris
independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta corporate
governance di dalam perusahaan.
Abeysekera (2008) menyatakan bahwa menyatakan bahwa keberadaan komisaris
independen dalam dewan komisaris meningkatkan reputasi berkaitan dengan pengendalian yang
lebih efektif. Termasuk juga dalam melakukan pengawan terhadap pengungkapan yang dilakukan
perusahaan. Komisaris independen menjadi faktor penentu utama yang mempengaruhi hubungan
keagenan antara manajer dan pemegang saham. Dalam hal pengungkapan, keberadaan komisaris
independen diharapkan dapat meningkatkan pengungakapan yang ada termasuk berkaitan dengan
Intellectual Capital Disclosure. Li et al., (2008) menyatakan bahwa komisaris independen
berperan dalam mekanisme internal yang melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan
manajemen. Komisaris independen mampu memperluas pengetahuan, reputasi yang lebih baik dan
memiliki peran dalam aspek pengungkapan perusahaan. Berkaiatan dengan pengungkapan
intellectual capital, komisaris independen diharapkan mampu mendorong manajemen untuk
mengungkapkan hal yang realitis, taat pada peraturan yang berlaku dan lebih proaktif terhadap
pemegang saham berkaitan dengan pengungkapan intellectual capital disclosure.
H2 : Komisaris Independen berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure
E. Komite Audit dan Intellectual Capital Disclosure (ICD)
Sesuai Kep-29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit
sangat penting dalam pengelolaan perusahaan, dimana komite audit sebagai penghubung antara
20
pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah
pengendalian. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit
terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk komite audit. Anggota komite ini yang
berasal dari komisaris hanya satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut
merupakan komisaris independen perusahaan dan dia tercatat sebagai ketua komite audit.
Menurut FCGI (2001), komite audit mempunyai tanggungjawab pada tiga bidang.
1. Laporan keuangan (financial reporting)
Tanggung jawab Komite Audit di bidang laporan keuangan adalah untuk
memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan
gambaran yang sebenarnya tentang: kondisi keuangan, hasil usahanya, rencana dan komitmen
jangka panjang. Ruang lingkup pelaksanaannya adalah :
a. Merekomendasikan auditor eksternal.
b. Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan auditor eksternal, yaitu: surat
penunjukkan auditor. perkiraan biaya audit, jadwal kunjungan auditor, koordinasi
dengan internal audit, pengawasan terhadap hasil audit dan menilai pelaksanaan
pekerjaan auditor.
c. Menilai kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang menyangkut
kebijaksanaan.
d. Meneliti laporan keuangan (financial statement), yang meliputi: laporan
paruh tahun (interim financial statements), laporan tahunan (annual financial
statements), opini auditor dan management letters.
2. Tata kelola perusahaan (corporate governance)
Tanggung jawab komite audit dalam bidang ini adalah untuk memastikan, bahwa
perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku,
melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif
21
terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.
Ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah:
a. Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap
undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan penyelidikan
terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan.
b. Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta
yang menyangkut masalah corporate governance dalam hal mana perusahaan
menjadi salah satu pihak yang terkait di dalamnya.
c. Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan kepentingan,
perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan.
d. Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan corporate
governance dan temuan-temuan penting lainnya.
3. Pengawasan perusahaan (corporate control)
Tanggungjawab komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya
pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem
pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor
internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan penilaian tentang
kecukupan dan efektifitas sistem pengawasan intern.
Keberadaan komite audit diharapkan membuat informasi keuangan dan non keuangan
yang dihasilkan mempunyai kualitas informasi yang lebih baik. Li et al., (2008) menyatakan
bahwa peran komite audit telah berkembangan sabagai bagian dari upaya untuk memenuhi
tantangan bisnis, perubahan sosial dan lingkungan ekonomi. Komite audit membantu untuk
memastikan bahwa kepentingan pemegang saham telah terlindungi dalam aspek keuangan dan
pengendalian internal. Intrnal audit membantu perusahaan meningkatkan berbagai informasi yang
disampaikan seperti informasi keuangan, review operasi dan keuangan dan informasi lainnya.
Dengan meningkatnya pentingnya aspek pengungkapan intellectual capital maka keberadaan
22
komite audit menjadi penting karena komite audit dapat mempengaruhi praktik intellectual capital.
Abeysekera (2008) menyatakan bahwa komite audit merupakan mekanisme untuk memastikan
tidak ada tindakan manajemen yang merugikan pemegang saham. Komite audit diharapkan
mampu meningkatkan kualitas pengungkapan yang disampaikan. Komite audit diharapakn mampu
menemukan kesalahan yang terjadi, hal yang melanggar peraturan dan hal lain yang menjadikan
kualitas pengungkapan menjadi rendah. Komite audit diharapkan dapat meningkatkan informasi
non keuangan perusahaan termasuk juga berkaitan dengan Intellectual Capital Disclosure.
H3 : Komite audit berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure
F. Kerangka Teoritis
Gambar II.1
Ukuran dewan Komisaris
Komisaris Independen
Komite audit
Intellectual Capital
Disclosure
H1
H2
H3
23
Kerangka Pemikiran
Variabel independen : Ukuran dewan komisaris, Komisaris Independen, Komite Audit
Variabel dependen : Intellectual Capital Disclosure
Penelitian ini akan menguji pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital
Disclosure pada bank konvensional di Indonesia. Corporate governance dalam penelitian ini
diproksikan dengan ukuran dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hypotesis testing) yaitu
penelitian yang menguji hipotesis yang telah ditentukan diawal penelitian (Hartono, 2005).
Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital
Disclosure pada bank konvensional di Indonesia.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Di dalam penelitian ini digunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive
sampling adalah. pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan
kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Hartono, 2005). Adapun kriteria purposive
sampling dalam penelitian ini adalah
a. Bank Umum konvensional di Indonesia yang terdaftar di bursa efek indonesia
24
b. Bank umum konvensional di Indonesia tersebut yang menerbitkan laporan tahunan
(annual report) dari tahun 2004 sampai dengan 2008 pada website bursa efek indonesia
c. Annual report yang diambil dari yang dapat memberikan informasi lengkap yang sesuai
dengan variabel yang terdapat dalam penelitian ini.
Sampel dipilih dengan metode Yamane (1967), rumus yang digunakan adalah:
Jumlah sampel = 21 Nd
N+
Keterangan :
N = jumlah populasi
d = tingkat kesalahan yang dapat diterima
C. Pengukuran Variabel
1. Variabel Independen
a. Ukuran dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris diproksikan dengan jumlah secara keseluruhan anggota dewan
komisaris yang dimiliki perusahaan baik yang berasal dari dalam maupun luar
perusahaan.
b. Komisaris Independen
Komisaris independen diukur dengan jumlah prosentase komisaris independen yang ada
dalam perusahaan mengacu pada Nasution dan Setiawan (2008). Keberadaan komisaris
indepnden ini dapat kita lihat dalam annual report perusahaan
c. Komite audit
31
25
Keberadaan komite audit diukur dengan membentuk variabel dummy mengacu pada
Nasution dan Setiawan (2007). (1) apabila ditemukan keberadaan komite audit. (0)
apabila tidak ditemukan komite audit. Keberadaan komite audit ini dapat kita lihat dalam
annual report perusahaan
2. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan menggunakan proksi variasi Intellectual Capital
Disclosure (ICDI) yang diungkap oleh bank umum konvensional di Indonesia. Proksi ini
diambil dari pengungkapan annual report masing-masing perusahaan sampel. Annual report
dipilih sebagai data untuk proksi-proksi variabel dependen karena annual report merupakan
satu-satunya dari banyak media komunikasi publik yang dilakukan perusahaan yang dapat
digunakan untuk mentrasfer informasi kepada komunitas yang berinvestasi di dalam
perusahaan untuk mengetahui capital yang dimiliki perusahaan (Frederiksen dan Westphalen,
1998).
Parker (1982) juga berpendapat bahwa annual report merupakan media publik yang
mencakup lingkup yang luas dan mudah disediakan. Selain itu, kelebihan dari annual report
adalah terdapatnya komponen pelaporan selain laporan keuangan yang menjadi media untuk
komunikasi tentang informasi intellectual capital (Johanson et. al, 1999 dan Abeysekera,
2001). Oleh sebab itu, annual report menjadi pilihan untuk mengukur pengungkapan
intellectual capital suatu perusahaan. Pengukuran Intellectual Capital Disclosure dalam
penelitian ini mengadopsi dalam penelitian Li, et.al (2008) yaitu dengan dengan menghitung
jumlah komponen Intellectual Capital Disclosure. Adapun jumlah komponen intellectual
capital di dalam penelitian Li, et. al (2008) adalah sebanyak 61 komponen. Dengan demikian,
dari 61 komponen yang diungkap oleh perusahaan kemudian dibagi dengan jumlah poin-poin
yang penjabaran dari dari 61 komponen tersebut sebanyak 183 poin (Li, et. al, 2008). Adapun
26
j
n
tij
j n
XICDI
j
å== 1
cara menghitung komponen tersebut adalah dengan metode variabel dummy, yaitu
menggunakan teknik skor dikotomi dengan rumus:
nj = jumlah item yang diungkap oleh perusahaan jth , terdiri dari 122 (yaitu 61 item dalam dua
format), Xij = 1 jika perusahaan mengungkap item ith , 0 if jika perusahaan tidak mengungkap,
sehingga 0 ≤ ICDIj ≤ 1. Adapun 61 komponen yang digunakan untuk mengukur pengungkapan
tersebut terdapat di dalam lampiran.
Variabel dependen berupa Intellectual Capital Disclosure di dalam penelitian Li, et
(2008) juga mengukur volume Intellectual Capital Disclosure (ICWC). Cara mengukur volume
tersebut adalah dengan cara menghitung jumlah kata di dalam annual report yang berhubungan
dengan 61 komponen Intellectual Capital Disclosure (Li, et al.,, 2008). Jumlah kata dipilih
sebagai metode penghitungan volume Intellectual Capital Disclosure ini karena kata merupakan
unit terkecil dalam pengukuran untuk analisis kualitatif dalam content analysi dan diharapkan
dapat memaksimalkan ketelitian dalam menghitung volume tersebut secara kuantitatif (Zeghal dan
Ahmed, 1990).
Teknik content analysis di dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membaca laporan
tahunan setiap perusahaan sampel kemudian memberikan kode untuk setiap informasi yang
terkandung di dalamnya menurut kerangka indikator Intellectual Capital yang telah ditentukan.
Adapun indikator Intellectual Capital dalam penelitian menggunakan indikator yang merujuk
pada penelitian Li, et.al (2008). Indikator Intellectual Capital dalam penelitian Li, et.al dipilih
sebagai referensi indikator Intellectual Capital karena indikator-indikator tersebut sesuai dengan
tujuan penelitian dan ketersediaan data untuk melakukan analisis variabel dependen dengan
metode content analysis. Adapun komponen pengungkapan (disclosure) intellectual capital yang
27
digunakan di dalam penelitian ini pada dasarnya terbagi dalam tiga bagian besar, yaitu (Li, et.al,
2008)
a. human capital
b. structural capital
c. relational capital
Di dalam penelitian ini, ketiga bagian besar indikator Intellectual Capital Disclosure ini
dijabarkan menjadi 61 poin indikator yang meliputi 22 poin untuk human capital, 18 poin untuk
structural capital, dan 21 poin untuk relational capital ( Li, et.al, 2008). Instrumen penelitian
yang berupa daftar 61 komponen dan 183 poin-poin yang menjelaskannya dapat dilihat secara
rinci pada tabel berikut ini.
Tabel III.1
Instrument Penelitian
Kode Item Deskripsi
Human Capital
H1 Number of employees Employees count of a firm, employee breakdown by. e. g market (business operation or geographical segments), department and job function, and information about its changes for such changes
H2 Employee age Biological age of employee in the firm, include qualitative description of age-related advantages/strength of a company’s employees and indicators such as average age of company’s employee, and age information
H3 Employee diversity Diversity is defined as the division of classes among a certain population. The item refers to the mix of e. g ethnicity, gender, color, and sexual orientation. Relevant disclosure include employee diversity policy, the mix and breakdown of employee by race, religion, and culture
H4 Employee equality Equal treatment of people irrespective of social and cultural differences. Related disclosure includes employee equality policy and initiative taken enforcement, senior management by gender, and percentage of disabled employees.
H5 Employee Relationship The recognition of importance of employee, employee appreciation, dependence on key employee, employee satisfaction, loyalty, Health and safety and working environment. It is also includes initiatives to build and
37
improve employee relationship e. g. trade union activities, promotion in share ownership and employee contractual relationship
H6 Employee education Education of directors as well as other employees. Employees’ professional recognition is classified under employee work-related competences.
H7 Skills/know-how Disclosures can be description of knowledge, know-how, expertise or skills of directors and other employees. Matrices could also be shown indicating number of employees with such skills, etc.
H8 Employee work-related competences
The knowledge and skills that can be useful to accomplish jobs. It refers to, Competence e.g. current positions held outside the company by directors, professional recognition/qualification, awards won (external), and employee publications.
H9 Employee work-related knowledge
What is acquired during the job in terms of tacit, explicit and implicit knowledge. It mainly relates to knowledge that employees have related to their current job description, including employees’ previous working experience.
H10 Employee attitudes/. Behavior
It reflects how employees are working. Relevant disclosures could be, e. g employee friendliness, welcoming, hard working, optimism, enthusiasm, and identification of individuals with company’s goals.
H11 Employee commitments It refers to employees being bound emotionally/intellectually to the organization. It covers, e.g. description of employee commitments, employee commitment matrix/index, and indicators such as attendance of meetings.
H12 Employee motivation Policies, initiatives and evidence of motivation of directors and other employees. It includes reward (internal) and incentives systems, e.g. employee explicit recognition, performance/ psychometric/ occupational assessment, and indicators of such as employee turnover1 stability, absence, and seniority.
H13 Employee productivity2 It is typically measured as output per employee or output per labor-hour, an output which could be measured in physical terms or in price terms. It shows the value added and efficiency of employees. Indicators include, e.g. employee value added, revenue or customers per employee.
H14 Employee training It includes, e.g. training policies, training programs, training time, attendance, investment in training, number of employees trained per period, and training results/effectiveness/efficiency.
H15 Vocational qualifications It refers to education, managed and monitored by trade and professional organizations (Brooking, 1996), received by an employee for a particular vocation that proves the skill, knowledge and understanding he/she has to do a job well.
1 Information about directors’ retirement is not included as employee turnover. 2 Directors’ achievements based on incentive schemes are classified as employee motivation information rather than employee productivity. It is considered more appropriate to reflect on the motivational effectiveness of incentive schemes
38
H16 Employee development3
Employee career development. Disclosures include employee development policies and programs (e.g. succession planning), recruitment policies (e.g. internal promotion). Indicators include change of employee seniority, and rate of internal promotion.
H17 Employee flexibility Strategies used by employers to adapt the work of employees to their production/business cycles; and a method to enable workers to adjust working life and working hours to their own preferences. For example, temporary/fixed-term contracts, relaxed hiring and firing regulations, adjustable working hours or schedules (e.g. part-time, flexible working hours/shifts, working time accounts, leave, and overtime), outsourcing, job rotation, tele /home-workers, outworkers.
H18 Entrepreneurial spirit It refers to, e.g. employee engagement (e.g. employee suggestion systems/consultations, rate of employee suggestions acceptance), empowerment (responsibility taking), creativity (e.g. valuing creativity, tolerance of creative people), innovativeness, knowledge sharing, and employee proactive/reactive ability.
H19 Employee capabilities Other employee abilities apart from the above discussed, e.g. communication ability, interpersonal ability, sensitivity (e.g. thoughtful), reflexibility, and management quality.
H20 Employee teamwork Teamwork is the concept of people working together cooperatively. It covers information about culture of teamwork (expert teams and networks, teamwork capacity), programs that enhance relationships between employees within/ a cross departments.
H21 Employee involvement with community
Employee social competence can be reflected by their involvement with community It is defined as providing employees opportunities for contact with an often concealed but significant part of the firm’s stakeholders.
H22 Other employee features
It refers to the special display or attraction of, or gives special prominence to, employees of the firm, e.g. photographs of employees, other employee profile information (e.g. positions held).
Structural capital
S1 Intellectual property It is a term that encompasses patents, copyrights,
trademarks, trade secrets, licenses, commercial rights and other related fields. It covers the assets of a company which is protected by law.
S2 Process It normally refers to a company’s management (sales tools, company co-operation forms, corporate specialization, operational or administrative processes). It includes utilization of organization resources, processes/ procedures / routines, and documentations which enables the company or employees to follow. Indicators are, e.g. efficiency, effectiveness, and
3 Not formal qualifications as degrees.
39
productivity.
S3 Management philosophy
‘The way leaders in the firm think about the firm and its employees’ (Brooking, 1996: 62), i.e. the way a firm’s managed.
S4 Corporate culture
The set of key values, beliefs, attitudes and understanding shared by people and groups in an organization, which controls the way members of the organization interact with each other and with other stakeholders. It covers information about, e.g. description of the firm’s corporate culture and value, stories and myths that build up about people, events and history conveying a message about what is valued within a firm.
S5 Organization flexibility A company’s ability to face challenges and changes, such as specific processes firms use to alter their resource base.
S6 Organization structure Reporting lines, hierarchies, and the way that work flows through the business, including management structure and business models.
S7 Organization learning A characteristic of an adaptive organization. It covers what firms learn from experience and incorporate the learning as feedback into their planning process.
S8 Research & development (R&D)
It refers to future-oriented, longer-term activities in business practice, which can achieve higher levels of knowledge and improvement in business practice, allowing the organization to exploit competitive advantages. It includes, e.g. R&D policies, programs, planning, progress, budgets, successful rate, rate of peer-reviewed publications.
S9 Innovation Defined as the successful implementation of creative ideas within a firm by introducing something new and useful (radical or incremental changes to products, processes or services).
S10 Technology A collection of techniques, which is the current state of humanity’s knowledge of how to combine resources to produce desired products, to solve problems, fulfill needs, or satisfy wants. It includes machines, IT (e.g. computer hardware and software), IS (e.g. SAP, PeopleSoft, database), technical methods, and techniques.
S11 Financial dealings Defined as the favorable relationships the firm has with investors, banks and other financiers, financial ratings, financial facilities available, and listings.
S12 Customer support function
Functions for customer support, such as customer support centers (e.g. call centers) and other related activities and programs.
S13 Knowledge-based Infrastructure
It includes, e.g. documented materials (e.g. shared database) that a firm shares amongst employees, facilities or centers (knowledge centers, laboratories) for training & learning, and knowledge management and sharing programs/ policies /facilities.
S14 Quality management & improvement
Practices in maintaining and improving quality standards of products and services. Information
40
considered relevant includes, e.g. policies and objectives, programs, control activities (e.g. TQM), description of quality performance, and existence of quality committee.
S15 Accreditations (certificate)
A process in which certification of competency, authority, or credibility is presented. It has been broadly referred to as quality certificates. ‘Investor in people’ accreditation represents a firm’s commitment to its employees; hence classified under employee relationship.
S16 Overall infrastructure/ Capability
Infrastructure/capabilities of a firm that cannot be classified under the other 17 structural capital items. Where acquisitions are stated to add a firm’s capability of products and services provision, such information is included under this item.
S17 Networking The systems available in a firm that allows interaction of people via a broad array of communication media and devices, e.g. voicemail, e-mail, voice or video conferencing, the internet, groupware and corporate intranets, personal digital assistants, and newsletters.
S18 Distribution network Internal networks of distribution, such as distribution centers. It is what a company owns and forms a very essential part of the business supply chain.
Relational capital
R1 Customers General customer information, e.g. type of customers, customer names, reputation of customers, customer base, knowledge of markets/customers, and customer purchasing histories.
R2 Market presence It covers target markets of a firm, geographically or by market segmentation, percentage of sales represented by each market segment, and market share.
R3 Customer relationships It includes policies and programs for building customer relationships (e.g. customer loyalty schemes, customer satisfaction survey and the initiatives taken for improvement, complaints management), current relationships with customers (e.g. customer satisfaction and loyalty, customer recommendation, recognition of dependence on key customers, customer perception (e.g. expressed by direct quotes), and various activities/ indicators that enhance customer relationships, such as on-time deliveries, convenience of returning goods, value for money).
R4 Customer acquisition It refers to a company’s new customers/contracts (unless identified as favorite contracts). It also includes a company’s effort on acquiring new or more customers, such as investments/costs.
R5 Customer retention It focuses on retaining the existing customers. Relevant information includes e.g. the number of repeated customers/contracts, renewed contracts, backlog orders, and customer repurchase.
R6 CTE Customer training & education (CTE), such as presentation, road shows, exhibitions, etc.
41
R7 Customer involvement It focuses on customer consultation on product or services development, which could also include customer and company connectivity.
R8 Company image/ reputation
It refers to the evaluation/perception of a firm by its stakeholders in terms of their effect, esteem, and knowledge, and what a company stand for.
R9 Company awards It includes awards to a company which is not specifically to other aspects, such as innovation or employees.
R10 Public relation It is the managing of outside communication of an organization to create and maintain a positive image. Public relations involve, e.g. popularizing successes and downplaying failures.
R11 Diffusion & networking It includes taking part in social events, courses, conferences, lectures, or other presentations or seminars.
R12 Brands4 Information about, e.g. brand names, brand images, brand awareness, brand loyalty (e.g. word of mouth advocacy), brand-building strategies and activities, and brand-related sales.
R13 Distribution channels Defined as appropriate mechanisms of getting products and services into the market (Brooking, 1996). It refers to various third party distribution channels, e.g. distributors, agents, dealers.
R14 Relationship with Suppliers
It includes, e.g. knowledge of suppliers, relationships with them (such as reliance on key suppliers, bargaining power against suppliers, support of suppliers, and payment terms).
R15 Business collaboration Collaborations established with other business partners. It covers issues such as strategic alliances, joint venture and partnership for the purpose of working together to improve effectiveness and efficiency by combining each other’s advantages.
R16 Business agreements It includes such as licensing and franchising agreements. However, the transactions are not within a consolidated group of companies.
R17 Favorite contract A contract obtained because of the unique market position held by the firm (Brooking, 1996). It includes description of the contract and the favorable relationships.
R18 Research collaboration Collaborations with scientific associations or institutions (e.g. schools and universities) for research or development purposes for the benefit of the company or the community.
R19 Marketing It includes, e.g. marketing initiatives, investments, strategies, capabilities, and effects (e.g. awareness raised or sales created).
R20 Relationship with Stakeholders
A firm’s relationship with stakeholders, which cannot be covered by relationship with customers, suppliers and shareholders, e.g. community, government, and
4 Brands have been classified under relational capital in various studies (e.g. Bozzolan et al.,., 2003; Brennan, 2001; Guthrie and Petty, 2000). Although authors such as Rodgers (2003) consider brands as a structural capital item, it is considered in this study that brands themselves are not able to create value for firms and it is the attachment of the market and customers, and the positive perception consumers have relating to the brand that lead to purchase decisions and add value to the firm.
42
competitors. R21 Market leadership A firm’s leadership in various markets or top positions.
Market share supplementing market leadership statement is also included.
Sumber: Li, et. al (2008), pp. 15
43
D. Sumber Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Di dalam
penelitian ini, data sekunder yang dimaksud adalah laporan tahunan yang terdaftar di bursa efek
indonesia dan termasuk dalam kriteria purposive sampling. Adapun laporan tahunan yang dipilih
berdasarkan kriteria purposive sampling tersebut adalah laporan tahunan dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2008 yaitu pada bank umum konvensional di Indonesia yang terdaftar di bursa efek
indonesia. Data-data tersebut dihitung dengan pooled data dan dipilih hanya annual report yang
menyedaiakan data sesuai dengan variabel penelitian.
E. Metode Analisis
Di dalam penelitian dilakukan analisis data menggunakan software SPSS V 15. Di
dalam melakukan pengujian, peneliti menguji variabel-varibel dengan tahap-tahap sebagai berikut
:
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi dalam model regresi pada
variabel penggganggu atau variabel residual (Ghazali, 2005). Uji normalitas ini merupakan tahap
pengujian yang harus dilakukan karena ketika asumsi klasik ini dihilangkan uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghazali, 2005). Di dalam penelitian ini, ukuran sampel
yang digunakan juga termasuk ke dalam ukuran sampel kecil.
b. Uji Multikolonieritas
Tujuan dari uji multikolonieritas adalah untuk menguji kolerasi antar
variabel bebas (Ghazali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen, jika terjadi saling korelasi, variabel-
variabel tersebut ortogonal. Ortogonal artinya, variabel independen tersebut
44
memiliki korelasi dengan sesama variabel independen adalah 0 (Ghazali, 2005).
Jadi, apabila di dalam uji multikolonieritas mendapatkan hasil 0 atas uji korelasi
antar variabel independen, variabel-variabel independen tersebut tidak terdapat
korelasi.
Multikokolonieritas antar variabel independen dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan lawannya serta nilai Variances Inflation Factor (VIF) (Ghazali,
2005). Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel independen yang satu
yang dijelaskan oleh variabel independen yang lain.
Tolerance mengukur variablitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang
rendah sama artinya dengan nilai VIF yang tinggi dalam pengujian ini (Ghazali,
2005).
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya hubungan antara kesalahan-kesalahan yang muncul pada
runtun waktu (time series). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini dilakukan dengan uji
Durbin-Watson. Adapun cara melihat kolom Partial Correlation (PAC) pada uji autokorelasi.
Apabila semua data memiliki PAC dibawah 0,5 berarti telah lolos uji autokorelasi (Ghazali, 2005).
d. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak
45
heteroskedastisitas. Heteroskastisitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji
Scatterplot. Ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau
tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang diprediksi dan sumbu X adalah residual. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit)
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang telah dan titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 maka tidak terjadi heteroskastisitas
2. Descriptive Statistic
Descriptive statistic memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Descriptive statistic dimaksudkan
untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi linier berganda.
Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
ICD= α + β1UDK + β2KOMIND + β3KA+ e
Keterangan :
ICD = Intellectual Capital Disclosure
UDK = Ukuran Dewan Komisaris
KOMIND = Komisaris Independen
KA = Komite Audit
α = Konstanta
β1- β3 = Koefisien regresi
a. Koefisien Determinasi (R2)
46
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi (R2)
dilihat pada hasil pengujian regresi linier berganda untuk variabel independen terhadap
variabel dependennya. Koefisien determinasi yang dilihat adalah nilai dari adjusted R2
b. Nilai F
Merupakan pengujian bersama – sama variabel independen yang dilakukan untuk
melihat variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Melalui
nilai F kita akan mengetahui apakah ukuran dean komisaris, komisaris independen dan
komite audit berpengaruh secara simultan terhadap Intellectual Capital Disclosure
c. Nilai t
Merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Nilai t dalam penelitian ini
menggunakan tingkat signifikansi 5%. Variabel independen dikatakan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen apabila nilai sig (p-Value) dibawah 5%..
47
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap
Intellectual Capital Disclosure indeks pada bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2004-2008. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya,
diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :
Tabel IV. 1
Hasil Pengambilan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan perbankan terdaftar 2008 30
Annual report tidak lengkap 8
Perusahaan yang dapat menjadi sampel penelitian 22
Perusahaan perbankan sebagai sampel per tahun 18
Jumlah observasi tahun 2004-2008 90
Sumber : Indonesian Capital Market Directory
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah sampel tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
masing-masing 18 perusahaan per tahun sehingga jumlah observasi selama tahun 2004-2008
sebanyak 90 perusahaan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari annual report. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for
windows yang terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji asumsi klasik.
B. Statistik Deskriptif
47
48
Statistik deskriptif merupakan pengujain statistik secara umum yang bertujuan untuk
melihat distribusi data dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini statistik
deskriptif dari masing-masing variabel penelitian :
Tabel IV.2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation UDK 90 2.00 11.00 5.1556 2.23813 KI 90 .00 .66 .4169 .15248 KA 90 .00 1.00 .8222 .38447 IC 90 .15 .89 .5510 .21100 Valid N (listwise) 90
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Keterangan :
UDK = ukuran dewan komisaris
KI = komisaris independen
KA = komite audit
IC = Intellectual Capital Disclosure
Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai minimum sebesar 2 dengan nilai
maksimum 11. Nilai rata-rata ukuran dewan komisaris sebesar 5.15 dengan standar deviasi sebesar
2.23. Variabel komisaris independen memiliki nilai minimum sebesar 0 dengan nilai maksimum
0.66. Nilai rata-rata komisaris independen sebesar 0.41 dengan standar deviasi sebesar 0.15.
Variabel komite audit memiliki nilai minimum sebesar 1 dengan nilai maksimum 0. Nilai rata-rata
komite audit sebesar 0.82 dengan standar deviasi sebesar 0.38. Variabel Intellectual Capital
Disclosure memiliki nilai minimum sebesar 0.15 dengan nilai maksimum 0.89. Nilai rata-rata
Intellectual Capital Disclosure sebesar 0.55 dengan standar deviasi sebesar 0.21
C. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model penelitian variabel terdistribusi
secara normal. Ghozali (2005) menyatakan bahwa pendekatan grafik Normal P-P of regression
49
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: IC
standardized residual dapat digunakan untuk menguji normalitas data. Jika data menyebar
disekitar garis diagonal pada grafik Normal P-P of regression standardized residual dan
mengikuti arah garis diagonal tersebut, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, tetapi
jika sebaliknya data menyebar jauh berarti tidak memenuhi asumsi normalitas tersebut. Grafik
Normal P-P of regression standardized residual dari persamaan regresi yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar IV. 1
Uji Normalitas Data
Sumber : Hasil pengolahan Data
50
Hasil uji normalitas data dengan menggunakan pendekatan grafik Normal P-P of
regression standardized residual menunjukan bahwa data tersebar mengukuti garis diagonal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan normal.
D. Analisis Data
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel independen.
Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antara variabel independen
atau korelasi antar variabel independennya rendah. Keberadaan multikolinieritas di deteksi dengan
Varians Inflating Factor (VIF) dan Tolerance (Ghozali, 2005). Hasil uji multikolinieritas tersaji
pada tabel berikut ini :
Tabel IV.3
Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
UDK 0.968 1.033 Tidak terdapat multikolinieritas
KI 0.921 1.086 Tidak terdapat multikolinieritas
KA 0.935 1.070 Tidak terdapat multikolinieritas
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil uji VIF dan Tolerance menunjukan bahwa semua variabel dalam penelitian ini
menunjukan bahwa semua nilai tolerance di atas 10% dan semua nilai VIF dibawah 10. Sehingga
dapat kita simpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah didalam model regresi terdapat korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1.
51
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
3
2
1
0
-1
Scatterplot
Dependent Variable: IC
Autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson yaitu dengan
membandingkan nilai Durbin Watson hitung (d) dengan nilai Durbin Watson tabel yaitu batas
lebih tinggi (upper bond atau du) dan batas lebih rendah (lower bond atau d1). Hasil uji
autokorelasi dengan Durbin Watson dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IV. 4
Uji Autokorelasi
D-W Hitung Kriteria Keterangan
1.787 >1.732* Tidak terdapat autokorelasi
Sumber : Hasil Pengolahan Data
* Nilai du 1.732 (k=3, n=90)
Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson menunjukan nilai DW
hitung sebesar 1.787. Hasil tersebut lebih besar dari nilai du 1.732 sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi.
3. Uji Heterokesdaktisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Uji heterokesdaksitas
dalam penelitian ini diuji dengan scaterplots. Hasil uji heteroskedastisitas persamaan regresi
disajikan pada gambar berikut ini :
Gambar IV.2
Uji Heteroskedastisitas
52
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa titik-titik tersebar di atas dan dibawa
angka nol. Titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas
E. Uji Hipotesis
1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variable dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai koefisien
determinasi dapat kita lihat dari nilai adjusted R2 pada model summary pada hasil analisis regresi
linier berganda. Hasil uji regresi menunjukan nilai adjusted R2 sebesar 0.266 atau 26.6 %. Hal ini
menunjukan 26.6% perubahan Intellectual Capital Disclosure dipengaruhi oleh komite audit,
komisaris independen dan ukuran dewan komisaris. Sedangkan 83.4% lainnya dijelaskan oleh
variabel lain di luar model penelitian.
2. Nilai F Regresi
53
Nilai F regresi merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil nilai F dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IV.6
Nilai F Regresi
Nilai F Hitung P-Value Keterangan
11.746 0.000 Signifikan
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil pengujian terhadap nilai F regresi menunjukan nilai F sebesar 11.746 dengan
signifikansi sebesar 0.000. Nilai F memberikan hasil yang signifikan. Sehingga dapat kita
simpulkan bahwa komite audit, komisaris independen dan ukuran dewan komisaris berpengaruh
secara simultan terhadap Intellectual Capital Disclosure.
3. Nilai t
Nilai t digunakan untuk mengatahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial. Hasil nilai t dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IV.7
Hasil Uji Hipotesis
Variabel Koefisien Regresi t-hitung P-Value
Konstanta 0.232 3.090 0.003
UDK 0.049 5.613 0.000
KI 0.128 0.975 0.332
KA 0.017 0.333 0.740
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pengujian Hipotesis ke-1
54
Hipotesis ke-1 menguji pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Intellectual Capital
Disclosure. Hasil nilai t regresi menunjukan koefisien regresi sebesar 0.049 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.000. Pengujian memberikan hasil yang signifikan sehingga dapat
disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap Intellectual Capital
Disclosure. Hipotesis ke-1 diterima. Hasil Penelitian ini mendukung hasil penelitian Abeysekera
(2008) yang menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris yang besar lebih efektif jika
dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris yang kecil. Jumlah dewan komisaris yang besar
diharapkan memunculkan perpaduan skill antar anggotanya sehingga akan berpengaruh terhadap
kualitas informasi yang disampaikan perusahaan termasuk juga berkaitan dengan intellectual
capital.
Pengujian Hipotesis ke-2
Hipotesis ke-2 menguji pengaruh komisaris independen terhadap Intellectual Capital
Disclosure. Hasil nilai t regresi menunjukan koefisien regresi sebesar 0.128 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.332. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat
disimpulkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital
Disclosure. Hipotesis ke-2 ditolak. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Abeysekera
(2008) yang menyatakan bahwa hal pengungkapan, keberadaan komisaris independen diharapkan
dapat meningkatkan pengungkapan yang ada termasuk berkaitan dengan Intellectual Capital
Disclosure. Li et al (2008) menyatakan bahwa komisaris independen berperan dalam mekanisme
internal yang melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen. Manurut
Wardani (2008) pengaujian terhadap komisaris indepeden sebagai bagian dari corporate
governance yang memberikan hasil tidak signifikan disebabkan oleh belum optimalnya penerapan
corporate governance di Indonesia sehingga komisaris independen yang ada dalam perusahan
hanya sebatas untuk memenuhi peraturan Bapepam sehingga kinjernya komisaris independen
belum dapat optimal.
Pengujian Hipotesis ke-3
55
Hipotesis ke-3 menguji pengaruh komite audit terhadap Intellectual Capital Disclosure.
Hasil nilai t regresi menunjukan koefisien regresi sebesar 0.017 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.740. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan
bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hipotesis ke-3 di
tolak. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Li et al (2008) yang menyatakan
bahwa keberadaan komite audit menjadi penting karena komite audit dapat mempengaruhi praktik
intellectual capital. Manurut Wardani (2008) Praktik corporate governance di Indonesia maish
lemah sehingga penulis menduga komite audit dalam perusahaan lebih berfokus pada informasi
keuangan yang lebih berhubungan secara langsung terhadap kepentingan pihak pemegang saham.
Hal tersebut menyebabkan pengungkapan informasi non keuangan lebih menjadi fokus pihak
manajemen dan bukan menjadi fokus komite audit sehingga keberadaan komite audit tidak
berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa corporate governance berpengaruh signifikan
terhadap Intellectual Capital Disclosure untuk proksi ukuran dewan komisaris namun tidak
berpengaruh untuk proksi komisaris independen dan komite audit. Penulis menduga hal tersebut
disebabkan oleh rendahnya perhatian dari perusahaan terhadap intellectual capital sehingga
keberadaan corporate governance hanya berfokus pada kinerja operasional perusahaan dan tidak
memberikan perhatian lebih terhadap intellectual capital perusahaan.
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa :
56
1. Ukuran dewan komisaris sebagai proksi corporate governance berpengaruh signifikan
terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil ini mendukung hasil penelitian Abeysekera
(2008).
2. Komisaris independen sebagai proksi corporate governance tidak berpengaruh signifikan
terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian
Abeysekera (2008).
3. Komite audit sebagai proksi corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap
Intellectual Capital Disclosure. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Li et al., (2008).
B. Impilikasi Penelitian
1. Implikasi teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijasikan referensi bagi penelitian selanjutnya terutama
untuk mengembangkan penelitian berkaitan dengan intellectual capital dan corporate
governance.
2. Implikasi praktik
Hasil ini penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Bapepam untuk membuat
peraturan yang dapat meningkatkan pelaksanaan corporate governance pada industri
perbankan di Indonesia terutama berkaitan dengan ukuran dewan komisaris.
4. Keterbatasan dan Saran
1. Penelitian ini menggunakan ukuran dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit
sebagai proksi corporate governance. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan
proksi lain dari corporate governance seperti dengan menggunakan corporate governance
indeks.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi lain dari komite audit dan
komisaris independen. Komite audit dapat diproksikan dengan prosentase anggota
58
57
independen dari total komite audit sedangkan untuk komisaris indpenden disarankan untuk
menggunakan jumlah rapat komisaris hadiri oleh komisaris independen dalam satu tahun.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode penelitian serta menguji
variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure seperti
struktur kepemilikan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2000. Upaya Mengembangkan Ukuran-ukuran Baru. Media Akuntansi. Edisi 7. Thn. VIII. pp. 4647
Abeysekera, I. 2006.: The Project of Intellectual Capital Disclosure Researching the Reasearch.
Journal of Intellectual Capital, 7 (1): 61-77
58
________. 2008. Role Of Corporate governance on Intellectual Capital Disclosure In Kenya. Available on line at www.ssrn.com Aboody, D., Lev, B. 1998. "The value relevance of intangibles: the case of software capitalization",
Journal of Accounting Research, supplement, Vol. 36 pp.161-91. Amir,E. And Lev, B. 1996. Value-Relevance of nonfinancial information: the wireless
communication industry, Journal of Accounting and Economics, 22, 3-30. Barth. M. E., Kasnik, R., and McNichols, M. 2001. Analyst Coverage and Intangible Asset. Journal
Of Accounting Research, 39 (1): 1-34 Boediono, Gideon. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan
Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo
Bontis, Nick. (1998). Intellectual Capital: An exploratory study that develops measures and models,
Management Decision, 36, 2, 63-76.. Bontis, N. 2000. Assessing knowledge assets: A Review of The Models Used to Measure Intellectual
Capital. Queen’s management Research Centre for Knowledge-Based Enterprises Bozzolan, S., Favotto, F. and Ricceri, F. 2003. Italian Annual Intellectual Capital Disclosure: An
Empirical Analysis. Journal of Intellectual Capital, 4 (4): 543-558 Brennan, N. 2001. Reporting Intellectual Capital in Annual Reports: Evidence from Ireland.
Accounting, Auditing & Accountability Journal, 14 (4): 423-436 Bukh, P. N. 2003. Commentary: The Relevance of Intellectual capital Disclosure: A Paradox?.
Accounting, Auditing & Accountability Journal, 16 (1): 49-56 Cerbioni, F. and Parbonetti, A. 2007. Exploring the Effects of Corporate Governance on Intellectual
Capital Disclosure: An Analysis of European Biotechnology Companies. European Accounting Review, 16 (4): 791-826
CIMA. 2001. Managing the Intellectual Capital within Today’s Knowlegde-Based Organization.
Technical Briefting-September
59
Damayanti, Tri. 2009. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap intellectual capital disclosure,
Studi pada bank syariah di asia. Dharma, S., 2004. Formasi Modal Manusia dan Strategi Inovasi, Usahawan, No. 9, Tahun XXXIII,
September: 25-30 Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001. Seri Tata Kelola (Corporate
Governance) Jilid II. http://fcgi.org.id. Firer, S. and Williams, S. Mitchell. 2003. Association Between the Ownership Structure of Singapore
Publicy Traded Firms and Intellectual Capital Disclosures. www.ssrn.com Fit-enz, J. 2000. The ROI of human capital. New York. Frederiksen, Jens V. and Westphalen, Sven-Åge .1998. Human resource accounting: Interests and
conflicts, CEDEFOP, Thessaloniki. Ghazali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP UNDIP Harrison, S and P.H Sullivan. 2000. Proftting Form Intellectual Capital: Learning from Leading
Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol.1, No.3, pp. 33-46 Hartono, Jogiyanto. 2005. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah and Pengalaman-Pengalaman.
Yogyakarta: BPFE. Hastuti. 2005. Hubungan Antara Good Corporate governance dan Struktur Kepemilikan dengan
Kinerja. Simposium Nasional Akuntan VIII. Ittner, C. and Larcker, D. 1998. Are Non-Financial Measures Leading Indicators of Financial
Performance? An Analyst Satisfaction Survey. Journal of Accounting Research, 36 (Supplement): 1–35
Jensen, M.C dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3: 305-360 Kirchmaier, Thomas and Jeremy Grant. 2006. Corporate Ownership Structure and Performance in
Europe. Avalable on line at www.ssrn.com
60
Kubo, I and A. Saka. 2002. An Inquairy into the Motivations of Japanese Banking Workers in the
Japanese Financial Industry. Journal of Knowledge Management, Vol.6 No.3, pp.262-271 Kusumawati dan Riyanto. 2005. Corporate governance dan Kinerja: Analisis
Pengaruh Complience Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Artikel yang Disampaikan Pada Simposium Nasional Akuntansi VIII. Ikatan Akuntan Indonesia.
Li. Jing, Richard Pike and Roszaini Haniffa. 2008. Intellectual Capital Disclosure and Corporate
Governance Structure in UK Firms. Accounting and Business Research, 38 (2).Pp.137-159
Mouritsen, J. 1998. Driving Growth: Economics Value Added Versus Intellectual Capital.
Management Accounting Research, 9 (4).Pp.461-483 Nasution dan Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate governance Terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan. Artikel yang Disampaikan Pada Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar. Ikatan Akuntan Indonesia.
Ongkorahardjo, Martina Dwi Puji Astri; Antonius Susanto,and Dyna Rachmawati. 2008. Analisis
Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia). Jurnal Akuntansi Keuangan. Vol. 10, No. 1, Mei: 11-21
Parker, L.D. 1982. Corporate Annual Reporting:A Mass Communication Perspective. Accounting
and Business Research, Autumn. Pp. 279-86 Petrash, G. 1996. Dow’s journey to a Knowledge value management culture. European Managenemnt
Research. Vol.14, No.4, pp.365-373 Petry, P and J. Guthrie.2000. Intellectual Capital Literature Review: Measurement, Reporting, and
Management. Journal of Intellectual Capital, Vo.1, No.2, pp.155-175 Rahcmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. SNA 10 : Ikatan Akuntan Indonesia Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoed. 2006. Mekanisme corporate governance, kualitas
laba dan nilai perusahaan. SNA IX : Ikatan Akuntan Indonesia.
61
Stewart, T. A. 1997. Intellectual Capital-The New Wealth of Organization. London: Nicholas Brealey
Sullivan, Jr. P.H and P.H Sullivan Sr. 2000. Valuing Intangible Companies, an Intellectual Capital
Approach. Journal of Intellectual Capital, Vol.1, No. 4, pp. 328-340 Sveiby, K. E. 1997. The New Organizational Wealth: Managing and Measuring Knowledge-based
Asset. San Fransisco, CA: Berret-Koehler Publishers Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme Corporate governance dalam Perusahaan yang Mengalami
Masalah Keuangan. SNA 9 : Ikatan Akuntan Indonesia. Wardani, Kusuma. 2008. Pengaruh Corporate governance Terhadap Kinerja Perusahaan.
Universitas Islam Indonesia. Yogjakarta. www.uii.com. Widyaningrum, Ambar. 2004. Modal Intelektual. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, Vol.1 pp.16-25
Yamane, Taro. 1967, Elementere Sampling Theory, Prentice-Hall Inc. Zeghal, Daniel dan Ahmed, Sadrudin, A. 1990. Comparison of Social Responsibility Information
Disclosure Media Used by Caanadian Firms. AAA Journal, pp 38-53
LAMPIRAN 1
PERUSAHAAN SAMPEL
NO KODE Nama Perusahaan
62
1 BNLI Bank Permata Tbk
2 BCIC Bank Century Tbk
3 BDMN Bank Danamon Tbk
4 BNII Bank International Indonesia Tbk
5 MAYA Bank Mayapada Tbk
6 BBNI Bank BNI Tbk
7 BNGA Bank Niaga Tbk
8 NISP Bank NISP Tbk
9 PNBN Bank Panin Tbk
10 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk
11 BKSW Bank Kesawan
12 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk
13 BBCA Bank Central Asia Tbk
14 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk
15 MEGA Bank Mega Tbk
16 BSWD Bank Swadesi Tbk
17 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk
18 BABP Bank Bumi Putera Tbk
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
TAHUN NO KODE KA KI UDK IC
2004
1 BNLI 0.00 0.30 6.00 0.885246 2 BCIC 1.00 0.25 4.00 0.442623 3 BDMN 1.00 0.30 9.00 0.737705 4 BNII 1.00 0.30 3.00 0.360656 5 MAYA 1.00 0.25 4.00 0.311475
63
6 BBNI 1.00 0.42 7.00 0.639344 7 BNGA 0.00 0.00 3.00 0.770492 8 NISP 1.00 0.40 10.00 0.819672 9 PNBN 1.00 0.66 3.00 0.606557
10 BVIC 0.00 0.00 2.00 0.540984 11 BKSW 1.00 0.33 3.00 0.42623 12 BBRI 1.00 0.57 7.00 0.786885 13 BBCA 0.00 0.40 5.00 0.803279 14 BEKS 1.00 0.33 3.00 0.163934 15 MEGA 0.00 0.11 7.00 0.442623 16 BSWD 0.00 0.50 8.00 0.377049 17 BBNP 0.00 0.33 3.00 0.409836 18 BABP 1.00 0.33 3.00 0.295082
2005
19 BNLI 1.00 0.30 3.00 0.885246 20 BCIC 1.00 0.25 4.00 0.442623 21 BDMN 1.00 0.30 9.00 0.737705 22 BNII 1.00 0.40 11.00 0.360656 23 MAYA 1.00 0.20 5.00 0.311475 24 BBNI 1.00 0.42 7.00 0.639344 25 BNGA 1.00 0.44 9.00 0.770492 26 NISP 1.00 0.40 10.00 0.819672 27 PNBN 1.00 0.66 3.00 0.606557 28 BVIC 1.00 0.50 2.00 0.540984 29 BKSW 1.00 0.50 2.00 0.42623 30 BBRI 1.00 0.57 7.00 0.786885 31 BBCA 1.00 0.40 5.00 0.803279 32 BEKS 1.00 0.50 2.00 0.147541 33 MEGA 1.00 0.10 4.00 0.442623 34 BSWD 0.00 0.33 3.00 0.377049 35 BBNP 1.00 0.33 3.00 0.409836 36 BABP 1.00 0.33 3.00 0.295082
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
TAHUN NO KODE KA KI UDK IC
2006
37 BNLI 1.00 0.50 8.00 0.885246 38 BCIC 1.00 0.25 4.00 0.344262 39 BDMN 0.00 0.50 6.00 0.737705 40 BNII 1.00 0.50 6.00 0.639344 41 MAYA 1.00 0.25 4.00 0.311475
64
42 BBNI 1.00 0.42 7.00 0.639344 43 BNGA 1.00 0.50 8.00 0.770492 44 NISP 0.00 0.50 10.00 0.819672 45 PNBN 1.00 0.50 4.00 0.606557 46 BVIC 1.00 0.33 3.00 0.540984 47 BKSW 1.00 0.30 3.00 0.557377 48 BBRI 1.00 0.57 7.00 0.786885 49 BBCA 1.00 0.60 5.00 0.803279 50 BEKS 0.00 0.50 4.00 0.147541 51 MEGA 1.00 0.66 3.00 0.442623 52 BSWD 0.00 0.33 6.00 0.377049 53 BBNP 1.00 0.33 3.00 0.409836 54 BABP 1.00 0.60 5.00 0.295082
2007
55 BNLI 1.00 0.50 8.00 0.885246 56 BCIC 1.00 0.33 3.00 0.344262 57 BDMN 1.00 0.57 8.00 0.737705 58 BNII 1.00 0.50 6.00 0.639344 59 MAYA 1.00 0.25 4.00 0.311475 60 BBNI 1.00 0.00 7.00 0.639344 61 BNGA 1.00 0.50 6.00 0.770492 62 NISP 0.00 0.50 7.00 0.819672 63 PNBN 1.00 0.33 4.00 0.606557 64 BVIC 1.00 0.33 3.00 0.540984 65 BKSW 1.00 0.50 2.00 0.557377 66 BBRI 1.00 0.57 7.00 0.786885 67 BBCA 1.00 0.60 5.00 0.803279 68 BEKS 1.00 0.66 3.00 0.147541 69 MEGA 1.00 0.22 3.00 0.442623 70 BSWD 0.00 0.33 6.00 0.377049 71 BBNP 0.00 0.50 6.00 0.409836 72 BABP 1.00 0.40 5.00 0.295082
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
TAHUN NO KODE KA KI UDK IC
2008
73 BNLI 1.00 0.50 8.00 0.786885 74 BCIC 1.00 0.33 3.00 0.344262 75 BDMN 1.00 0.50 8.00 0.737705 76 BNII 1.00 0.50 6.00 0.360656 77 MAYA 1.00 0.50 4.00 0.311475 78 BBNI 1.00 0.42 7.00 0.639344
65
79 BNGA 1.00 0.66 6.00 0.770492 80 NISP 1.00 0.42 7.00 0.819672 81 PNBN 1.00 0.50 4.00 0.606557 82 BVIC 1.00 0.66 3.00 0.540984 83 BKSW 1.00 0.50 2.00 0.557377 84 BBRI 1.00 0.57 7.00 0.786885 85 BBCA 1.00 0.6 5.00 0.803279 86 BEKS 1.00 0.66 3.00 0.147541 87 MEGA 1.00 0.33 3.00 0.442623 88 BSWD 1.00 0.50 6.00 0.377049 89 BBNP 0.00 0.33 6.00 0.409836 90 BABP 1.00 0.60 5.00 0.295082
66
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
TAHUN NO KODE H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H16 H17
2004
1 BNLI 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 2 BCIC 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 BDMN 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 4 BNII 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 5 MAYA 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 BBNI 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 7 BNGA 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 8 NISP 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 9 PNBN 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
10 BVIC 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 11 BKSW 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 12 BBRI 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 13 BBCA 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 14 BEKS 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 15 MEGA 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 16 BSWD 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 17 BBNP 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 18 BABP 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
67
(LANJUTAN)
H18 H19 H20 H21 H22 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
68
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 skor total ICI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 54 61 0.89 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 27 61 0.44 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 45 61 0.74 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 22 61 0.36 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 61 0.31 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 39 61 0.64 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 47 61 0.77 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 50 61 0.82 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 37 61 0.61 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 33 61 0.54 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 26 61 0.43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48 61 0.79 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 49 61 0.80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 61 0.16 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 27 61 0.44 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 61 0.38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 25 61 0.41 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 18 61 0.30
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
TAHUN NO KODE H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H16 H17 H18
69
2005
19 BNLI 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 20 BCIC 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 21 BDMN 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 22 BNII 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 23 MAYA 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 24 BBNI 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 25 BNGA 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 26 NISP 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 27 PNBN 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 28 BVIC 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 29 BKSW 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 30 BBRI 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 31 BBCA 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 32 BEKS 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 33 MEGA 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 34 BSWD 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 35 BBNP 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 36 BABP 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
H19 H20 H21 H22 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
70
0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 skor total ICI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 54 61 0.89 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 27 61 0.44
71
0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 45 61 0.74 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 22 61 0.36 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 61 0.31 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 39 61 0.64 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 47 61 0.77 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 50 61 0.82 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 37 61 0.61 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 33 61 0.54 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 26 61 0.43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48 61 0.79 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 49 61 0.80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 61 0.15 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 27 61 0.44 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 61 0.38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 25 61 0.41 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 18 61 0.30
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
TAHUN NO KODE H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H16 H17 H18 H19
200 6
37 BNLI 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 38 BCIC 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 39 BDMN 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
72
40 BNII 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 41 MAYA 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 42 BBNI 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 43 BNGA 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 44 NISP 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 45 PNBN 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 46 BVIC 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 47 BKSW 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 48 BBRI 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 49 BBCA 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 50 BEKS 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 51 MEGA 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 52 BSWD 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 53 BBNP 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 54 BABP 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
H20 H21 H22 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1
73
0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 skor total ICI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 54 61 0.89 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 21 61 0.34 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 45 61 0.74 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 39 61 0.64 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 61 0.31
74
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 39 61 0.64 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 47 61 0.77 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 50 61 0.82 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 37 61 0.61 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 33 61 0.54 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 34 61 0.56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48 61 0.79 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 49 61 0.80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 61 0.15 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 27 61 0.44 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 61 0.38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 25 61 0.41 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 18 61 0.30
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
TAHUN NO KODE H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H16 H17 H18
2007
55 BNLI 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 56 BCIC 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 57 BDMN 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 58 BNII 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 59 MAYA 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 60 BBNI 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0
75
61 BNGA 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 62 NISP 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 63 PNBN 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 64 BVIC 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 65 BKSW 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 66 BBRI 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 67 BBCA 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 68 BEKS 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 69 MEGA 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 70 BSWD 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 71 BBNP 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 72 BABP 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
H19 H20 H21 H22 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
76
0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 skor total ICI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 54 61 0.89 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 21 61 0.34 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 45 61 0.74 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 39 61 0.64 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 61 0.31 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 39 61 0.64 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 47 61 0.77 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 50 61 0.82
77
1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 37 61 0.61 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 33 61 0.54 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 34 61 0.56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48 61 0.79 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 49 61 0.80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 61 0.15 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 27 61 0.44 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 61 0.38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 25 61 0.41 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 18 61 0.30
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
TAHUN NO KODE H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H16 H17 H18
2008
55 BNLI 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 56 BCIC 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 57 BDMN 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 58 BNII 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 59 MAYA 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 60 BBNI 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 61 BNGA 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 62 NISP 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 63 PNBN 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0
78
64 BVIC 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 65 BKSW 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 66 BBRI 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 67 BBCA 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 68 BEKS 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 69 MEGA 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 70 BSWD 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 71 BBNP 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 72 BABP 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
H19 H20 H21 H22 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
79
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
(LANJUTAN)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 skor total ICI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 48 61 0.79 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 21 61 0.34 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 45 61 0.74 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 22 61 0.36 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 61 0.31 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 39 61 0.64 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 47 61 0.77 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 50 61 0.82 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 37 61 0.61 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 33 61 0.54
80
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 34 61 0.56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48 61 0.79 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 49 61 0.80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 61 0.15 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 27 61 0.44 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 61 0.38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 25 61 0.41 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 18 61 0.30
42
Fre
qu
ency
15
10
Histogram
Dependent Variable: IC
LAMPIRAN 3
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KA 90 .00 1.00 .8222 .38447 KI 90 .00 .66 .4169 .15248 UDK 90 2.00 11.00 5.1556 2.23813 IC 90 .15 .89 .5510 .21100 Valid N (listwise) 90
LAMPIRAN 4
UJI NORMALITAS DATA
43
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: IC
LAMPIRAN 5
HASIL UJI REGRESI
44
LAMPIRAN 5
HASIL UJI REGRESI
(LANJUTAN)
45
Regression Standardized Predicted Value3210-1-2
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: IC