Pengaruh Cash Holdings dan Corporate Governance Terhadap...
Transcript of Pengaruh Cash Holdings dan Corporate Governance Terhadap...
Pengaruh Cash Holdings dan Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisinis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ivan Heriyanto
1113082000086
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/ 2017 M
Pengaruh Cash Holdings dan Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisinis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ivan Heriyanto
1113082000086
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
Pengaruh Cash Holdings dan Corporate Governance Terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
IVAN HERIYANTO
NIM. 1113082000086
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 8 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Ivan Heriyanto
2. NIM : 1113082000086
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Cash Holdings dan Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015”.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini selasa, 24 Agustus 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Ivan Heriyanto
2. NIM : 1113082000086
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Cash Holdings dan Corporate
Governance Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Property dan
Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015”.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperolehgelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ivan Heriyanto
Nomor Induk Mahasiswa : 1113082000086
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi/Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. NamaLengkap : Ivan Heriyanto
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 November 1995
3. Alamat :Jl. Komplek Sawah Indah 1 RT 03/01 No,
25 Larangan Selatan, Ciledug, Tangerang.
15154
4. Telepon : 0896 2328 4647
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Joglo 01 Pagi Tahun2001-2007
2. SMP Negeri 177 Jakarta Tahun 2007-2010
3. SMK Negeri 15 Jakarta Tahun 2010-2011
4. SMK Negeri 18 Jakarta Tahun 2011-2013
5. S1 Akuntansi UIN SyarifHidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMK Negri 15 Jakarta (2010-
2011)
2. Esktrakulikuler Paskibra SMK Negri 15 Jakarta (2010-2011)
3. Esktrakulikuler Paskibra SMK Negri 18 Jakarta (2011-2013)
vii
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA.
Ayah : Heri Prajitno
Ibu : Jumiasih
Adik : Aditya Verianto
Anak ke : 2
Adik : Nadia Putri Asrianti
Anak ke : 3
viii
Pengaruh Cash Holdings dan Corporate Governance Terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015
ABSTRACT
The purpose of this research was to examine the effect of cash holdings,
the size of the board of directors, independent commissioners, audit quality,
foreign ownership, and family ownership of company value. This research uses
sample of all property and real estate companies listed in Indonesia Stock
Exchange year 2013-2015. This research uses purposive sampling method with
total research population of 147 companies and the sample of this research is 60
companies ..
Company value is measured by the Tobins-Q formula. Hypothesis testing
in this study using multiple regression model.
The results show that cash holdings, board size, foreign ownership, and
family ownership have no significant effect on firm value. Independent
commissioners have a positive and significant impact on company value. Audit
quality has a negative and significant effect on company value.
Keywords : Cash holdings, board size, independent commissioners, audit quality,
foreign ownership, family ownership and corporate value.
ix
Pengaruh Cash Holdings dan Corporate Governance Terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruhcash holdings,
ukuran dewan direksi, komisaris indepedensi, kualitas audit, kepemilikan asing,
dan kepemilikan keluarga terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan
sampel seluruhperusahaan property dan real estateyang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2015. Penelitianinimenggunakan metode purposive
sampling dengan jumlah populasipenelitiansebesar 147 perusahaandan sampel
penelitian ini adalah 60 perusahaan..
Nilai perusahaan diukur berdasarkan rumus Tobins-Q. Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan model regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cash holdings, ukuran dewan direksi,
kepemilikan asing, dan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Komisaris indepedensi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Kualitas audit berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci : cash holdings, ukuran dewan direksi, komisaris indepedensi, kualitas
audit, kepemilikan asing, kepemilikan keluarga dan nilai perusahaan.
x
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Cash Holdings dan
Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sektor
Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2015”. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah
penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya.
Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Heri Prayitno dan Ibu Jumiasih yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, serta doa yang tiada hentinya.
2. Adikku (Aditya Verianto dan Nadia Putri Asrianti) yang telah memberikan
semangat dan doanya dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,Ak., MM.selaku Plt Ketua dan Sekretaris
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Atiqah, SE.,M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing, berdiskusi, dan memberikan
xi
motivasi kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Ibu berikan
selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
7. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
8. Keluarga besar Akuntansi B 2013, terimakasih atas kenangandan semangatnya
selama ini.
9. Sahabat-sahabat (Ivan, Cerdick, Cakra, Taufik, Jibril, Irsan, Deyan,
Yefananda, Iqbal) yang solid yang saling mengingatkan dan memotivasi lulus
tepat waktu.
10. Teman-teman KKN KITA, terimakasih atas perjuangannya untuk
menyelesaikan laporan KKN.
11. Adik-adik Paskibra SMP 110 Jakarta, Paskibra SMP 245 Jakarta dan Paskibra
SMA 86 Jakarta yang selalu menyemangati, memberikan perhatian dan doa.
Terimakasihya, semoga semakin kompak dan semakin menjadi
Ekstrakulikuler yang di banggakan oleh warga sekolah.
12. Keluarga Besar Barisan Adly Tea Manajement (BTJM), terimakasih atas doa
dan semangatnya, semoga semakin erat kekeluargaan diantara sekolah-sekolah
yang tergabung dan semakin mengharumkan nama Paskibra DKI Jakarta baik
didalam dan diluar kota. Aamiin.
13. Erike Setianti, Terima kasih atas doa, semangatnya dan selalu ada disaat susah
maupun senang.
14. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarnakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
xii
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 15 Agustus 2017
(Ivan Heriyanto)
xiii
DAFTAR ISI
Judul ............................................................................................................. i
Lembar Pengesahan Skripsi....................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................ iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................ iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................ v
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ vi
Abstract ......................................................................................................... viii
Abstrak ......................................................................................................... ix
Kata Pengantar ........................................................................................... x
Daftar Isi ...................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ................................................................................................. xvi
Daftar Gambar ............................................................................................ xvii
Daftar Lampiran ......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 13
1. Tujuan Penelitian ............................................................ 13
2. Manfaat Penelitian .......................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 17
A. Tinjauan Literatur.................................................................. 17
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ................................... 17
xiv
2. Nilai Perusahaan.............................................................. 21
3. Cash Holdings ................................................................. 25
4. Corporate Governance.................................................... 28
a. Pengertian Corporate Governance ........................... 28
b. Tujuan Corporate Governance ................................. 31
c. Prinsip-prinsip Corporate Governance ..................... 33
d. Ukuran Dewan Direksi .............................................. 34
e. Komisaris Independen ............................................... 35
f. Kualitas Auditor ........................................................ 43
5. Struktur Kepemilikan ...................................................... 45
a. Kepemilikan Asing ................................................... 45
b. Kepemilikan Keluarga .............................................. 46
B. Hasil-Hasil PenelitianTerdahulu ........................................... 47
C. Kerangka Pemikiran .............................................................. 57
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis.......... 59
BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................... 65
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 65
B. Metode Penentuan Sampel .................................................... 65
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 66
D. Metode Analisis Data ............................................................ 67
1. Statistik Deskriptif .......................................................... 68
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 69
3. Analisis Regresi Berganda .............................................. 74
xv
4. Pengujian Hipotesis ......................................................... 75
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian..................................... 77
1. Variabel Dependen .......................................................... 77
2. Variabel Independen ....................................................... 78
3. Definisi Operasional........................................................ 81
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 83
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 83
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian......................................... 84
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................... 84
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................. 87
a. Hasil Uji Normalitas .................................................. 87
b. Hasil Uji Multikolonieritas ....................................... 90
c. Hasil Uji Heterokedastisitas ...................................... 92
d. Hasil Uji Autokorelasi ............................................. 93
3. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................... 94
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................... 94
b. Hasil Uji Statistik t .................................................... 95
BAB V PENUTUP .................................................................................. 107
A. Kesimpulan ........................................................................... 107
B. Implikasi ................................................................................ 109
C. Saran ...................................................................................... 110
Daftar Pustaka ............................................................................................. 112
Lampiran-lampiran .................................................................................... 115
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu .......................................... 47
3.1 The Big Four Afiliasi di Indonesia ....................................... 80
3.2 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran ........................... 82
4.1 KriteriaPenentuanSampel ...................................................... 84
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................. 85
4.3 Hasil Uji Normalitas ............................................................. 90
4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................... 91
4.5 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson ................................. 93
4.6 HasilUji Koefisien Determinasi (Adjusted R)2 ..................... 94
4.7 Hasil Uji Statistik t ................................................................ 95
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) ................................................ 4
2.1 Alur Corporate Governance ................................................. 31
2.2 Dewan Komisaris dan Direksi One Tier System .................. 35
2.3 Dewan Komisaris dan Direksi Two Tier System .................. 36
2.4 Skema Kerangka Pemikiran .................................................. 57
4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik P-Plots ..................................... 88
4.2 Hasil Uji Normalitas Histogram ........................................... 89
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................ 92
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Daftar Perusahaan Property dan Real Estate di BEI ............ 116
2 Daftar Perusahaan sampel ..................................................... 118
3 Lembar PerhitunganVariabel Uji .......................................... 119
4 Hasil Output SPSS ................................................................ 122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga
saham, maka semakin tinggi juga kemakmuran pemegang saham (Sari, dalam
Sartika dan Fidiana, 2015). Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar
atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Nilai buku merupakan nilai dari
kekayaan, hutang, dan ekuitas perusahaan berdasarkan pencatatan historis.
Sedangkan nilai pasar merupakan persepsi pasar yang berasal dari investor,
kreditur, dan stakeholders lain terhadap kondisi perusahaan dan biasanya
tercermin dari nilai pasar saham perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa
menjadi ukuran nilai perusahaan. Suatu perusahaan memiliki nilai yang baik
jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari nilai
sahamnya.
Kondisi bursa dan pasar keuangan pada tahun 2008 secara global telah
mengalami tekanan yang sangat berat, akibat kerugian yang terjadi di pasar
perumahan (subprime mortgages) yang berimbas ke sektor keuangan Amerika
Serikat. Lembaga-lembaga keuangan raksasa mulai bertumbangan akibat nilai
investasi yang jeblok. Kondisi bursa saham juga sangat memprihatinkan yang
2
ditunjukkan dengan turunnya indeks Dow Jones pada posisi yang sangat
rendah (paling rendah dalam 2 dekade terakhir). Hal ini berimbas ke negara-
negara lain di dunia, baik di Eropa, Asia, Australia maupun Timur Tengah.
Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 berdampak terhadap
pasar modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham
hingga 40-60% dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November 2008),
yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang
membutuhkan likuiditas dan diperparah dengan aksi “ikut-ikutan” dari investor
domestik yang ramai-ramai melepas sahamnya. Kondisi tersebut secara harfiah
mempengaruhi nilai perusahaan, karena nilai perusahaan itu sendiri jika
diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur melalui
harga saham perusahaan di pasar modal. Dampak krisis global pada triwulan
IV tahun 2008 terhadap perekonomian Indonesia antara lain melemahnya
tingkat ekspor, menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga
mencapai level 1.355.405, mencapai Rp 12.150 per dollar AS, suku bunga
acuan (BI Rate) mencapai 9.5 persen dan tingkat Inflasi Indonesia (IHK) yang
mencapai 11,06 persen. Naik turunnya transaksi di pasar modal berpengaruh
pada kondisi makroekonomi seperti tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar dan
mata uang. Tak terkecuali, stabilitas politik suatu negara dapat mempengaruhi
perdagangan saham.
Dampak krisis global tersebut tidak menyurutkan niat para developer
untuk berinvestasi pada property dan real estate bahkan perkembangan bisnis
3
properti semakin menjamur khususnya pada bidang housing (residential),
shopping center, office building, hotel bahkan apartment. Sektor property dan
real estate dapat dijadikan tolak ukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jika
kondisi makroekonomi negara tumbuh pesat maka bisnis property dan real
estate juga mengalami pertumbuhan dan juga sebaliknya.
Dalam masa pemulihan pasca krisis tahun 2008 yakni ditahun 2012 tulisan
Sugianto (Tribune news, Juli 13, 2012) menyebutkan Indonesia memasuk lima
besar emerging market tahun 2012-2017 berdasarkan Global Intelligence
Alliance (GIA), negara-negara tersebut antara lain; Brasil, India, China, Rusia,
dan Indonesia. Negara emerging market merupakan negara berkembang yang
menuju pertumbuhan ditandai dengan industrialisasi yang cepat dan kebutuhan
investasi modal yang sangat besar, sehingga mampu menarik para investor.
Nilai perusahaan diukur menggunakan Tobin’s Q atau rasio Q (Q ratio).
Tobin’s Q dikembangkan oleh Prof. James Tobin (1967). Tobin’s Q ratio
berhipotesis bahwa gabungan nilai pasar perusahaan atau bursa saham
seharusnya sama dengan biaya pengganti mereka, dimana Q ratio merupakan
perbandingan kapitalisasi saham dengan nilai pengganti (replacement cost)
aktiva perusahaan tersebut. Apabila nilai Tobin’s Q lebih dari 1, berarti
perusahaan menghasilkan earning dengan rate of return yang sesuai dengan
harga perolehan aset-asetnya (Ekowati dkk, 2012). Gambar 1.1 berikut ini
merupakan perhitungan nilai perusahaan berdasarkan rasio Tobin’s Q mulai
dari 2013 sampai dengan tahun 2015.
4
Gambar 1.1. Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa nilai perusahaan yang dihitung
dengan Tobin’s Q dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 menunjukkan
perubahan setiap tahun yang sangat bervariasi dan menunjukkan fluktuasi naik
turun di tiap tahun yang berbeda dan menunjukkan gejala yang sama di semua
perusahaan sampel. Terdapat beberapa perusahaan yang mempunyai nilai rasio
tobin’s q dibawah 1, hal ini menjadi dasar penyebab peneliti melakukan
penelitian ini mencari unsur-unsur yang mempengaruhi nilai perusahaan.
Dalam proses mencapai nilai perusahaan yang optimal, perusahaan akan
menghadapi perbedaan kepentingan yang dimiliki oleh pemegang saham,
debtholder, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan
banyak masalah (agency ploblem). Tidak jarang pihak manajemen yaitu
manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang
5
bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan
kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut
agency conflict .
Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh
agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenen
diantara principal dan agen Jensen dan Meckling (1976), Watts & Zimmerman
(1986) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka
akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai
pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan
mengawasi sampai sejauh manaagen tersebut bekerja untuk meningkatkan
kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen.
Salah satu isu yang cukup menjadi perhatiaan para peneliti dalam beberapa
tahun belakangan ini adalah mengenai kebijakan kepemilikan kas (Cash
Holdings Policy). Cash holdings merupakan uang tunai yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas operasional sehari-hari, serta dapat pula
digunakan untuk beberapa hal, yaitu dibagikan kepada para pemegang saham
(shareholders) berupa dividen, kas, membeli kembali saham saat diperlukan,
dan untuk keperluan mendadak lainnya (Christina dan Ekawati, 2014).
Cash holdings yang tinggi memberikan potensi bagi manajer untuk
melakukan tindakan penyalagunaan kas untuk kepentingan pribadi karena hal
6
tersebut akan membuat aset yang berada dalam pengawasan manajer menjadi
lebih besar. Selain itu, cash holdings yang tinggi mencerminkan ketidak
mampuan manajemen dalam mengelola aset perusahaan dengan baik sehingga
perusahaan melewatkan kesempatan untuk memperoleh imbal hasil dari dana
yang idle dalam kas perusahaan.
Penetapan cash holdings pada titik optimal sangat perlu dilakukan karena
kas merupakan elemen modal kerja yang paling diperlukan perusahaan untuk
memenuhi kegiatan operasional perusahaan. Baik penahanan saldo kas yang
terlalu besar (excess cash holdings) maupun penahanan saldo kas yang terlalu
sedikit (cash shortfall) memiliki konsekuensi bagi perusahaan dan pemegang
saham Albertus (2015). Dalam kondisi saldo kas yang terlalu besar (excess
cash holdings) akan menimbulkan nilai uang akan menurun terhadap barang,
jasa, maupun valuta asing dan para pihak pengguna laporan keuangan
(stakeholders) akan bertanya tanya untuk digunakan apa excess cash holdings
tersebut.
Konsekuensi lain nya yang terjadi akibat excess cash holdings adalah
adanya kemungkinan terjadinya konflik agensi antara manajer dan pemegang
saham (shareholders) yang disebabkan karena pada umumnya pemegang
saham menginginkan kelebihan saldo kas didistribusikan pada pemegang
saham dalam bentuk dividen, namun manajemen tidak membagikan kelebihan
tersebut dan melakukan cash holdings untuk keperluan lainnya Albertus
(2015). Konsekuensi yang di tanggung oleh manajemen akibat saldo kas yang
7
terlalu sedikit (cash shortfall) akan membuat para pihak pengguna laporan
keuangan (stakeholders) akan mempertanyakan tentang profitabilitas
perusahaan yang menyebabkan nilai perusahaan menjadi menurun. Selain itu
membuat perusahaan kesulitan untuk melunasi kewajiban jangka pendek nya.
Mekanisme corporate governance seringkali dihubungkan dengan teori
keagenan, yaitu dimana pihak prinsipal dalam hal ini pemilik perusahaan
mendelegasikan tanggung jawab operasional perusahaan kepada agen yang
dalamhal ini manajer. Namun, dalam prakteknya sering terjadi konflik
kepentingan antara agen dan prinsipal. Agen dalam hal ini cenderung bersifat
oportunistik atau mementingkan keuntungannya sendiri. Konflik yang terjadi
disebut dengan konflik agensi (agency conflict). Menurut Herawaty (2008)
mekanisme monitoring untuk menyelaraskan (alignment) perbedaan
kepentingan pemilik dan manajemen antara lain dengan: (1) memperbesar
kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership)
Jensen dan Meckling (1976); (2) kepemilikan saham oleh institusional karena
mereka dianggap sebagai sophisticated investor dengan jumlah kepemilikan
yang cukup signifikan dapat memonitor manajemen yang berdampak
mengurangi motivasi manajer untuk melakukan earnings management (Pranata
dan Mas’ud); (3) Peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris
independen (Barnhart dan Rosenstein, 1998); (4) kualitas audit yang dilihat
dari peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap
independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian
8
terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen
(Mayangsari, 2003).
Kegagalan perusahaan berskala besar, skandal-skandal keuangan, dan
krisis-krisis di berbagai negara, telah memusatkan perhatian pada pentingnya
corporate governance. Buruknya praktik corporate governance sering dituding
menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis. Kurniawan dan Indriantoro
(2000) dalam Suharli (2006) menunjukkan beberapa indikasi buruknya praktik
corporate governance di Indonesia yaitu: (1) Struktur kepemilikan yang masih
didominasi keluarga sehingga perlindungan terhadap investor kecil masih
lemah, (2) Fungsi dewan komisaris dalam membawa inspirasi atau kepentingan
pemegang saham non-mayoritas juga masih lemah, (3) Belum adanya
kewajiban untuk membentuk audit committee sehingga informasi keuangan
yang disampaikan diragukan kualitasnya, (4) Praktek fair business yang masih
lemah, (5) Transparansi dan disclosure yang masih rendah, (6) Praktek
manajemen risiko yang belum baik, dan (7) Perlindungan terhadap kreditur
yang masih lemah.
Menurut Lemmon dan Lins, (2003) dalam Herawaty, (2008) Good
Corporate Governance (GCG) memberikan manfaat di antaranya yaitu: (1)
meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang
mungkin terjadi antara principal dengan agent; (2) meminimalkan cost of
capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; (3)
meningkatkan citra perusahaan; (4) meningkatkan nilai perusahaan yang dapat
9
dilihat dari cost of capital yang rendah, dan (5) peningkatan kinerja keuangan
dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.
Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham (Shleifer dan
Vishny, 1997 dalam Widyaningdyah, 2001). Dengan demikian penerapan good
corporate governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Isshaq, dkk. yang dilakukan pada tahun 2009 dengan menggunakan
sampel perusahaan yang listing di Ghana Stock Exchange (GSE) pada tahun
2001-2007. Namun peneliti dalam penelitian ini mengambil sampel perusahaan
property dan real estate yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2013-2015.
Peneliti dalam memilih sampel perusahaan propery dan real estate di
sebabkan perusahaan pada bidang tersebut sedang mengalami perkembangan
yang cukup signifikan. Hal ini dapat terlihat dari laba perusahaan dari tahun
2013- 2015 mengalama trend peningkatan yang cukup signifikan. Ketika laba
yang meningkat akan meningkatkan juga nilai perusahaan. Peneliti ingin
melihat seberapa besar pengaruh cash holdings dan corporate governance,
terhadap nilai perusahaan tersebut. terdapat beberapa penelitian lain yang
berkaitan dengan cash holdings dan corporate governance dengan
10
menggunakan beberapa variabel-variabel pengukuran untuk menilai suatu
perusahaan, antara lain:
Penelitian mengenai cash holdings dan nilai perusahaan menemukan
beberapa hubungan. Penelitian yang dilakukan oleh Bayu (2015) menemukan
bahwa nilai perusahaan berhubungan negatif dengan cash holdings. Hasil
tersebut menunjukan bahwa kepemilikan cash holdings dalam perusahaan
merupakan nilai sisa dari aktifitas selama satu tahun perusahaan yang
merupakan bagian dari teori packing order dan bukan di tujukan untuk
investasi. Hal ini menyebabkan investor khawatir bahwa manajer lebih
mempunyai kekuasaan untuk menghamburkan sumber daya perusahaan pada
value-destroying projects (proyek yang merusak nilai). Hal ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kin-Wai Lee dan Cheng-Few Lee
(2008) yang menemukan hubungan bahwa nilai perusahaan yang diproksikan
dengan market to book ratio berhubungan negatif dengan cash holdings.
Sementara dalam penelitian Isshaq, dkk. (2009) ditemukan hubungan positif
dan tidak signifikan antara cash holdings dengan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Isshaq, dkk. (2009) menunjukkan
hubungan positif signifikan antara variabel corporate governance yaitu ukuran
dewan direksi dan pertemuan dewan, Penelitian yang dilakukan oleh Kin-Wae
Lee dan Cheng Few Lee (2008) menemukan hubungan negatif antara
mekanisme corporate governance yaitu ukuran dewan direksi dengan nilai
perusahaan. serta terdapat hubungan negatif antara dewan komisaris
11
independen dengan nilai perusahaan hal ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan penelitian oleh Herawaty (2008). Sedangkan dalam penelitian
Rafriny Amyulianthy (2012) menunjukkan bahwa variabel corporate
governance yaitu dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Pada penelitian Herawaty (2008) ditemukan hubungan
signifikan dan berpengaruh positif antara variabel corporate governance yaitu
kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
Penelitian mengenai variabel kepemilikan keluarga ditemukan beberapa
hasil. Menurut penelitian (M. Belén Lozanoa 2016) menyatakan bahwa
perusahaan publik di 16 negara eropa yang dikendalikan keluarga dapat
meminimalisir masalah agensi dibanding dengan perusahaan publik yang tidak
memiliki pengendali utama. Begitu jugadengan Barontini dan Caprio (2005)
dalam penelitiannya yang menggunakan beberapa sampel perusahaan di
beberapa negara Eropa menemukan hubungan positif signifikan antara
kepemilikan keluarga dan nilai perusahaan. Penelitian tersebut tidak sejalan
dengan penelitian Shleifer dan Vishny (1997) perusahaan keluarga cenderung
menempatkan anggota keluarga dalam posisi manajerial sehingga menghalangi
orang-orang yang lebih berpotensi dan mempunyai kemampuan untuk masuk
ke dalam posisi tersebut. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Amit dan
Villalonga (2004), mereka menemukan bahwa kepemilikan keluarga akan
menciptakan nilai ketika pendiri perusahaan menjadi CEO perusahaan tersebut,
atau dengan CEO dari luar keluarga dengan pendiri perusahaan sebagai
chairman. Namun ketika penerus keluarga yang terlibat, maka nilai perusahaan
12
akan rusak (berkurang). Selain itu biaya konflik yang dihasilkan lebih oleh
kepemilikan keluarga (pewaris) lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki kepemilikan non keluarga.
Di Indonesia, penelitian tentang pengaruh kepemilikan asing terhadap nilai
perusahaan pernah dilakukan oleh Suharli (2006). Hasil penelitian
menunjukkan tidak adanya pengaruh kepemilikan asing yang signifikan
terhadap nilai perusahaan. Suharli (2006) juga menyimpulkan, tidak adanya
hubungan yang signifikan antara kepemilikan asing dan nilai perusahaan
ditengarai karena periode penelitian (2002-2003) pada waktu itu terjadi setelah
krisis ekonomi yang baru menimpa Indonesia. Keadaan ekonomi, politik, kurs
dan keamanan di Indonesia masih belum stabil, sehingga penanaman modal di
Indonesia belum sepenuhnya dilakukan kembali oleh investor asing. Hal inilah
yang mendasari peneliti ingin mengangkat variabel kepemilikan asing ke
dalam penelitian ini, sehingga dapat diteliti lebih lanjut dengan periode
penelitian yang lebih panjang dan dalam kondisi yang lebih stabil. Ditambah
lagi dengan semakin menariknya pasar Indonesia dimata para investor asing,
yang juga ditunjukkan dengan pelaksanaan World Economic Forum (WEF) di
Jakarta (Juni, 2011).
Kondisi tersebut di atas menarik untuk diteliti. Untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel cash holdings dan corporate governance terhadap
suatu nilai perusahaan, maka dalam penelitian ini mengambil kasus pada
perusahaan property dan real estate yang go public selama periode tahun 2013
13
sampai dengan tahun 2015. Maka dalam penelitian ini mengambil judul
“Pengaruh Cash Holdings dan Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan sektor Property dan Real estate yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang maka rumusan
masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah cash holdings berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan ?
2. Apakah corporate governance (board size, board independence,
kualitas audit, struktur kepemilikan asing dan struktur kepemilikan
keluarga) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel cash holdings terhadap nilai
perusahaan.
2. Untuk menganalisis pengaruh variabel corporate governance yang
diproksikan melalui board size atau ukuran dewan direksi terhadap nilai
perusahaan.
3. Untuk menganalisis pengaruh variabel corporate governance yang
diproksikan melalui board independence atau jumlah dewan komisaris
independen terhadap nilai perusahaan.
14
4. Untuk menganalisis pengaruh variabel corporate governance yang
diproksikan melalui kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
5. Untuk menganalisis pengaruh variabel corporate governance yang
diproksikan melalui foreign ownership atau struktur kepemilikan asing
terhadap nilai perusahaan.
6. Untuk menganalisis pengaruh variabel corporate governance yang
diproksikan melalui family ownership atau struktur kepemilikan
keluarga terhadap nilai perusahaan.
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat ditemukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti
manajemen perusahaan, pemerintah, investor dan analis pasar modal,
akuntan publik dan akademisi, peneliti serta pembaca. Selain itu,
penelitian ini dapat memperkuat serta memperluas penelitian
sebelumnya terutama mengenai pengaruh cash holdings dan corporate
governance terhadap nilai perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti
empiris dan pedoman yang membantu pihak manajemen perusahaan
dalam menentuan kebijakan dan keputusan bisnis yang akan diambil
untuk meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, membantu pihak
15
manajemen perusahaan dalam pelaksanaan aktifitas operasi
perusahaan yang berlandaskan prinsip corporate governance dan
pengelolaan besaran cash holdings perusahaan dalam upaya untuk
mengevaluasi kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.
3. Bagi Pemerintah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti
empiris mengenai pengaruh cash holdings dan corporate governance
nilai perusahaan sehingga bagi para regulator atau pemerintah dapat
lebih memperhatikan dan memberikan kontribusi yang bermanfaat
demi terciptanya tata kelola yang baik di seluruh sektor perusahaan.
4. Bagi Investor dan Analis Pasar Modal
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti
empiris yang dapat digunakan untuk menambah informasi sebagai
dasar pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Salah satunya
adalah dengan mengamati kebijakan pengunaan cash holdings dan
penerapan corporate governance perusahaan yang terdapat dalam
perusahaan sehingga dapat sebagai alat untuk menilai perusahaan-
perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
5. Bagi Akuntan Publik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti
empiris yang dapat digunakan untuk membantu akuntan publik dalam
upaya mengevaluasi dan meningkatkan kinerjanya dalam
melaksanakan audit dan mendeteksi adanya kecurangan atau fraud
16
yang dilakukan oleh pihak manajemen pada laporan keuangan suatu
perusahaan. Sehingga dapat menghasilkan laporan audit yang
berkualitas. Hal ini, akan memberikan kontribusi bagi perusahaan
dalam rangka menciptakan good corporate governance di seluruh
sektor perusahaan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selain
itu, penelitian ini juga dapat membantu akuntan publik untuk
mengetahui karekteristik perusahaan dalam pemilihan auditor
eksternal sehingga akuntan publik dapat melakukan pekerjaannya
6. Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca
Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan bukti empiris yang membantu dalam pengembangan ilmu
mengenai agency theory sehingga memperoleh permodelan-
permodelan yang secara konseptual berpengaruh dampaknya terhadap
nilai suatu perusahaan. Selain itu diharapkan juga agar dapat
memperluas wawasan serta menjadi referensi bagi para peneliti
selanjutnya yang dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk
penelitian yang akan datang.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Teory)
Untuk Memahami cash holdings, corporate governance dan nilai
perusahaan terlebih dahulu kita harus mengenal teori keagenan. Jensen dan
Meckling, (1976) dalam Herawati, (2008) menyatakan bahwa hubungan
agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan
orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut.
Sebagai agent, manajer bertanggung jawab untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga
memiliki kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.
Terjadi konflik kepentingan / conflict of interest sehingga ada kemungkinan
besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal
(Jensen dan Meckling, 1976).
Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan
masing-masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi
adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan
pengembalian dalam jumlah yang sebesar-besarnya dan dalam waktu yang
secepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer
18
menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi
atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan
perusahaan. Mereka berusaha untuk mengambil keuntungan dari beban yang
ditanggung oleh pemegang saham. Cara yang dilakukan pihak manajemen
adalah dalam bentuk peningkatan kekayaan dan juga dalam bentuk
kesenangan dan fasilitas perusahaan. Konflik dan gesekan antara agen dan
prinsipal disebabkan karena adanya asimetri informasi yaitu ketimpangan
informasi karena agent akan mempunyai informasi yang lebih banyak
dibandingkan principal (Jensen dan Meckling dalam Albertus, 2015).
Cash holdings berhubungan dengan teori agensi karena kepemilikan
saldo cash holdings yang tinggi pada perusahaan dapat menyebabkan
konflik agensi. Menurut (Christina, 2014), cash holdings adalah aset yang
paling likuid untuk disalahgunakan. Manajer adalah pihak yang paling
mudah dalm mempergunakan cash holdings untuk memenuhi
kepentingannya sendiri. Hal tersebut mencerminkan konflik kepentingan
antara tugas/ tujuan utama manajemen yaitu meningkatkan kesejahteraan
pemilik atau pemegang saham dengan kepentingan manajemen untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Eisenhardt dalam Ujiyanto dan Pramuka, (2007) menyatakan bahwa
teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada
umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki
daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded
19
rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Dari
asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang
sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat
dasar tersebut. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung
mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk
meningkatkan nilai perusahaan.
Dari tiga asumsi sifat manusia berdasarkan Eisenhardt dalam Ujiyanto
dan Pramuka, (2007) diatas juga sangat berkaitan dengan cash holdings
yang dilakukan oleh manejemen. Saldo kas yang tinggi dapat dipakai
manajer untuk mencukupi kepentingan pribadinya dengan beban-beban
yang dapat ditanggung perusahaan, manajer juga memegang saldo kas untuk
kepentingan berjaga-jaga. Namun untuk kepentingan berjaga-jaga pun
jumlahnya harus selalu terukur agar dapat mendekati titik optimal. Selain itu
cash holdings yang tinggi menunjukkan bahwa manajer kurang berani
mengambil risiko untuk berinvestasi dan memaksimalkan keuntungan
pemegang saham.
Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami isu corporate governanace. Adanya pemisahan kepemilikan
oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi
cenderung menimbulkan konflik keagenen diantara principal dan agen.
Jensen dan Meckling, (1976). Watts & Zimmerman (1986) dalam herawati,
(2008) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-
20
angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-
pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh
agen sebagai pertanggung jawaban kinerjanya, principal dapat menilai,
mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk
meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi
kepada agen.
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada
teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi
keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana
yang mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan
bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan
bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/ menggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan dana/ kapital yang telah ditanamkan oleh investor dan
berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer
(Sheifer dan Vishny, 1997 dalam herawati, 2008).
Teori keagenan menjelaskan bagaimana menyelesaikan atau
mengurangi konflik kepentingan antara pihak-pihak yang berkepentingan
dalam kegiatan bisnis yang berdampak merugikan. Untuk menghindarkan
konflik diperlukan prinsip-prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik.
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan
21
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan mendapatkan informasi
yang sama dan lengkap dengan yang dimiliki oleh manajemen.
2. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham Sujoko
dan Soebiantoro, (2007). Menurut Weston dan Brigham, (1994) dalam
randy dan juniarty, (2013) harga saham didefinisikan sebagai: ”The price at
which stock sells in the market”. Sedangkan, harga pasar saham adalah nilai
pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila investor menjual atau
membeli saham, yang ditentukan berdasarkan harga penutupan atau closing
price di bursa pada hari yang bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau
closing price merupakan harga saham terakhir kali pada saat berpindah
tangan di akhir perdagangan. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar
percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada
prospek perusahaan di masa depan. Selain itu nilai perusahaan dapat
memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga
saham perusahaan meningkat. Dengan nilai perusahaan yang tinggi maka
diharapkan kesejahteraan pemegang saham terpenuhi.
Menurut Keown, et. al. (2003) terdapat variabel-variabel kuantitatif
yang dapat digunakan untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, antara
lain: nilai buku, nilai pasar saham, nilai appraisal, dan nilai arus kas. Nilai
22
buku merupakan jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban yang ada
atau modal pemilik. Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari suatu
perusahaan secara keseluruhan karena perhitungan nilai buku berdasarkan
pada data historis dari aktiva perusahaan.
Nilai pasar saham adalah suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai
bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas
dan secara luas diperdagangkan, maka pendekatan nilai dapat dibangun
berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai merupakan suatu pendekatan yang
paling sering digunakan dalam menilai perusahaan besar, dan nilai ini dapat
berubah dengan cepat.
Nilai appraisal perusahaan yang berdasarkan appraiser independent
akan mengijinkan pengurangan terhadap goodwill apabila harga aktiva
perusahaan meningkat. Goodwill dihasilkan sewaktu nilai pembelian
perusahaan melebihi nilai buku aktivanya.
Nilai arus kas yang diharapkan adalah nilai yang dipakai dalam
penilaian merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas yang telah
ditentukan akan menjadi maksimum dan harus dibayar oleh perusahaan
yang ditargetkan (target firm), pembayaran awal kemudian dapat dikurangi
untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Nilai sekarang (present
value) adalah arus kas bebas dimasa yang akan datang.
23
Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan
dalam penilaian perusahaan, diantaranya adalah:
a. pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price
earning ratio atau metode kapitalisasi proyeksi laba.
b. pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas.
c. pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen.
d. pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva.
e. pendekatan harga saham.
f. pendekatan economy value added.
Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan
adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh
Profesor James Tobin, (1967). Rasio ini merupakan konsep yang berharga
karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil
pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio-Q diatas
satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba
yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal
ini akan meransang investasi baru. Jika rasio-Q dibawah satu, investasi
dalam aktiva tidaklah menarik.
24
Jadi rasio-Q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif
manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam
kekuasaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Copeland, (2002),
Lindenberg dan Ross, (1981) yang dikutip oleh Darmawati, (2004) dalam
Herawaty,( 2008). Menunjukkan bagaimana rasio-Q dapat diterapkan pada
masing-masing perusahaan. Mereka menemukan bahwa beberapa
perusahaan dapat mempertahankan rasio-Q yang lebih besar dari satu. Teori
ekonomi mengatakan bahwa rasio-Q yang lebih besar dari satu akan
menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio-Q mendekati
satu. Seringkali sukar untuk menentukan apakah rasio-Q yang tinggi
mencerminkan superioritas manajemen atau keuntungan dari dimilikinya
hak paten. Nilai perusahaan merupakan variabel dependen yang diukur
dengan menggunakan Tobin’s Q yang dihitung dengan menggunakan
rumus:
Q = Nilai perusahaan
MVE = Nilai pasar ekuitas (Equity Market Value).
D = Nilai buku dari total hutang.
BVE = Nilai buku dari ekuitas (Equity Book Value).
25
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham
dan penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang
beredar pada akhir tahun. BVE diperoleh dari selisih total aset perusahaan
dengan total kewajibannya (Herawaty, 2008).
3. Cash Holdings
Kas adalah salah satu aset yang siap dikonversikan menjadi aset jenis
lainnya. Kas sangat mudah disembunyikan dan dipindahkan, dan sangat
diinginkan. Oleh karena karakteristik tersebut, maka kas merupakan aset
yang paling mungkin untuk digunakan dan dibelanjakan dengan tidak tepat.
Kas juga merupakan aset yang paling rentan terhadap perilaku ceroboh
manajemen (Isshaq, 2009).
Sedangkan pengertian kas menurut PSAK No.2 Tahun 2009 yaitu:
“Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand
deposits). Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat
likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam
jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang
tidak signifikan.”
Kas (cash) terdiri atas koin, uang kertas, cek, money order (wesel atau
kiriman uang melalui pos yang lazim berbentuk draft bank atau cek bank),
dan uang tunai di tangan atau simpanan di bank atau semacam deposito.
Aturan yang berlaku umum di bank adalah jika bank menerima untuk
disimpan di bank, maka itulah kas. Benda-benda semacam benda pos, dan
26
cek masa depan (utang cek dimasa depan) bukanlah kas . Dari uraian di atas
maka kriteria kas adalah sebagai berikut :
1. Diakui secara hukum menjadi alat pembayaran yang sah.
2. Dapat digunakan setiap saat dibutuhkan.
3. Penggunaan bersifat bebas.
4. Dikirim sesuai nilai nominalnya.
Perusahaan yang tidak dikelola financial dengan tata kelola corporate
governance yang baik cenderung menginvestasikan kas lebih banyak dan
menghabiskan kas yang tersedia lebih cepat. Oleh karena itu, corporate
governance yang lebih lemah, mempunyai konsekuensi terhadap
manajemen kas, untuk memperluas manajer pada corporate governance
yang lemah mempunyai cadangan kas yang lebih kecil (Harford, dkk., 2008
dalam Isshaq, dkk., 2009).
Cash holdings yang optimal merupakan kas yang harus dijaga oleh
perusahaan agar tidak mengalami kelebihan atau kekurangan, dan harus
disediakan dalam batas jumlah yang telah ditentukan. Cash holdings
merupakan uang tunai yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
operasional sehari-hari, serta dapat pula digunakan untuk beberapa hal, yaitu
dibagikan kepada para pemegang saham (shareholders) berupa dividen kas,
27
membeli kembali saham saat diperlukan, dan untuk keperluan mendadak
lainnya (Christina, Ekawati, 2014).
Keynes, (1936) dalam Christina, Ekawati, (2014) menyebutkan bahwa
ada tiga motif perusahaan memegang kas, yaitu:
1. motif transaksi (memegang uang tunai untuk keperluan realisasi
dari berbagai transaksi bisnis),
2. motif berjaga-jaga (memegang uang tunai dimaksudkan untuk
mengantisipasi kebutuhan yang bersifat mendadak),
3. motif spekulasi (motivasi seseorang atau perusahaan untuk
memegang uang tunai karena adanya keinginan memperoleh
keuntungan dari suatu kesempatan investasi yang besar).
Dengan demikian cash holdings adalah jumlah uang yang dimiliki oleh
perusahaan, penting untuk manajemen dalam mengelola tingkat kepemilikan
kas di tahapan yang optimal (tidak kurang ataupun berlebih). Hal ini akan
mengakibatkan investor dan kreditor memiliki kepercayaan bahwa
perusahaan dapat segera membayar hutang-hutangnya karena jumlah kas
yang dimiliki perusahaan tidak berlebihan yang artinya cukup untuk
operasional, investasi di masa depan dan membayar hutang. Sedangkan jika
kepemilikan kas yang rendah maka akan berakibat kurangnya dana yang
akan digunakan untuk operasional perusahaan, investasi di masa depan dan
macetnya pembayaran hutang. Sebaliknya jika kepemilikan kas tinggi
28
investor dan kreditor akan menganggap perusahaan tidak memiliki
perencanaan untuk investasi dan perlindungan saham lemah di akibatkan
merger maupun akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat
menurunkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian Albertus, (2015) yang menyatakan bahwa variabel
cash holdings dapat diukur dengan cara membandingkan atau membagi kas
dan setara kas pada total aset.
4. Corporate Governance
a. Pengertian Corporate Governance
Corporate Governance (CG) merupakan suatu tata kelola
perusahaan yang menjelaskan hubungan antara partisipan dalam
perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan Monks &
Minow, (2011) dalam Edward, (2014). Forum for Corporate Governance
in Indonesia mendefinisikan corporate governance sebagai perangkat
perusahaan yang menetapkan hubungan pemegang kepentingan internal
dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan. Di kalangan pelaku bisnis, secara umum CG
diartikan sebagai tata kelola perusahaan. CG artinya pula sebagai system
29
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai
tambah (value added) untuk semua stakeholders (Edward, 2014).
Istilah Corporate Governance (CG) atau tata kelola perusahaan
pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee tahun 1992 dalam
laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report (Tjager dkk., 2003).
Terdapat banyak definisi tentang CG yang pendefinisiannya dipengaruhi
oleh teori yang melandasinya. Perusahaan atau korporasi dapat
dipandang dari dua teori, yaitu :
1. teori pemegang saham (shareholding theory),
2. teori stakeholder (stakeholding theory).
Shareholding theory mangatakan bahwa perusahaan didirikan dan
dijalankan untuk tujuan memaksimumkan kesejahteraan pemilik atau
pemegang saham sebagai akibat dari investasi yang dilakukannya.
Shareholding theory ini sering disebut sebagai teori korporasi klasik yang
sudah diperkenalkan oleh Adam Smith pada tahun 1776. Definisi
Corporate Governance yang berdasar pada shareholding theory
diberikan oleh Monks dan Minow, (1995) dalm Tjager dkk., (2003) yaitu
hubungan berbagai partisipan (pemilik atau investor dan manajemen)
dalam menentukan arah dan kinerja korporasi. Definisi lain diajukan oleh
Shleifer dan Vishny, (1997) yang menyebutkan bahwa CG sebagai cara
atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam
30
memperoleh hasil (return) yang sesuai dengan investasi yang
ditanamkan.
Stakeholding theory, diperkenalkan oleh Freeman, (1984) dalam
Tjager dkk., (2003), menyatakan bahwa perusahaan adalah organisasi
yang berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan, baik yang ada
di dalam maupun di luar perusahaan. Definisi stakeholder ini termasuk
karyawan, pelanggan, kreditur, suplier, dan masyarakat sekitar dimana
perusahaan tersebut beroperasi. Adapun definisi Good Corporate
Governance dari Cadbury Committee yang berdasar pada teori
stakeholder adalah sebagai berikut :
“A set of rules that define the relationship between shareholders,
managers, creditors, the government, employees and internal and
external stakeholders in respect to their rights and responsibilities”.
(Seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara para pemegang
saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka).
Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini. Pertama, pentingnya
hal pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan
tepat pada waktunya. Kedua kewajiban perusahaan untuk melakukan
pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan
semua informasi kinerja keuangan dan nonkeuangan perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholders.
31
Gambar 2.1
Alur Corporate Governance
b. Tujuan Corporate Governance
Menurut FCGI tujuan dari CG adalah menciptakan nilai tambah
untuk stakeholder. FCGI juga berpendapat, apabila perusahaan
menerapkan CG, maka keuntungan yang bisa didapatkan oleh
perusahaan antara lain perusahaan lebih mudah untuk mendapatkan
tambahan modal; cost of capital menjadi lebih rendah; meningkatkan
kinerja bisnis; dan mempunyai dampak yang baik terhadap harga saham
perusahaan. Komite Nasional Kebijakan Governance menjelaskan bahwa
corporate governance merupakan acuan bagi perusahaan dalam rangka:
1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui
pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi,
32
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan
kesetaraan.
2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-
masing organ perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi, dan
Rapat Umum Pemegang Saham.
3. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris, dan
anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan.
4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan
terutama di sekitar perusahaan. Mengoptimalkan nilai perusahaan
bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku
kepentingan lainnya.
5. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang
dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi
nasional yang berkesinambungan.
33
c. Prinsip-prinsip Corporate Governance
Chen, (2008) dalam Isshaq, dkk., (2009) menyatakan dengan
membangun mekanisme corporate governance yang efektif, juga dapat
memperluas tingkat kebebasan perusahaan untuk membuat pengambilan
keputusan dengan tepat waktu, dan membawa pada peningkatan nilai
perusahaan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang
tertuang dalam Pedoman Umum CG Indonesia (2006), terdapat 5 asas/
prinsip yang menjadi pedoman dalam penerapan CG yaitu antara lain :
1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai
perusahaan.
2. Kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan di mana
perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan
dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
3. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan
dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif.
34
4. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Ukuran Dewan Direksi
1) Definisi Dewan Direksi
Menurut PPPP Pasal 6 dalam Djalil (2000) direksi merupakan
organ perseroan yang menjalankan tugas melaksanakan pengurus
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sebagai amanat
dari pemegang saham yang ditetapkan dalam RUPS. Sebagai amanat
dari pemegang saham, direksi harus bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan (Djalil, 2000).
Dalam penelitian ini, ukuran dewan direksi dilihat dari jumlah
anggota dewan direksi yang dimiliki dalam sebuah perusahaan.
2) Bentuk-bentuk Dewan Direksi
Terdapat dua bentuk dewan yang berbeda menurut sistem
hukumnya, yaitu Anglo Saxon (One Tier System) dan dari Kontinental
35
Eropa (Two Tier System). Dalam One Tier System perusahaan hanya
mempunyai satu dewan direksi yang pada umumnya merupakan
kombinasi antara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif)
dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu
(non direktur eksekutif).
Gambar 2.2
Struktur Dewan Komisaris dan Dewan Direksi dalam One
Tier System
Sistem hukum yang kedua adalah sistem hukum Kontinental
Eropa yang mempunyai sistem dua tingkat (Two Tiers System). Di sini
perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu dewan pengawas
(dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi). Tugas
dewan direksi adalah mengelola dan mewakili perusahaan di bawah
pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Dalam Two Tiers
System, anggota dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat
diganti oleh badan pengawas (dewan komisaris). Dewan direksi juga
harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan menjawab
36
hal-hal yang diajukan oleh dewan komisaris sehingga utamanya
dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi tugas-tugas
manajemen. Dewan komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam
tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam
transaksi-transaksi dengan pihak ketiga. Anggota dewan komisaris
diangkat dan diganti dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
(FCGI, 2002).
Gambar 2.3
Struktur Dewan Komisaris dan Dewan Direksi dalam Two
Tiers System yang diadopsi oleh Indonesia
37
e. Komisaris Independen
1) Definisi Komisaris Independen
Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas Pasal 97 dalam
Djalil (2000), komisaris dibentuk sebagai organ perseroan yang
bertugas melakukan tugas, mengawasi kebijaksanaan direksi dalam
menjalankan perseroan dan memberikan nasihat kepada direksi
dalam menjalankan kegiatan pengurusan perseroan. Namun
demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam
mengambil keputusan operasional.
Dewan komisaris terdiri dari komisaris independen dan
komisaris non independen. Komisaris independen merupakan
komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi, sedangkan
komisaris non-independen merupakan komisaris yang terafiliasi.
Terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan
kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi
dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri.
Keberadaan komisaris independen telah diatur oleh Bursa Efek
Indonesia melalui peraturan BEJ tanggal 1 juli 2000 dikutip dari
(FCGI, 2002). Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di Bursa
harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional
sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemagang saham
38
minoritas. Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal
komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan
komisaris.
Dikarenakan Dewan Komisaris memiliki tanggung jawab dan
kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang
dilakukan direksi dan manajemen atas pengelolaan sumber daya
perusahaan agar dapat berjalan secara efektif, efisien, dan ekonomis
dalam rangka mencapai tujuan organisasi, serta memberikan nasihat
bilamana diperlukan, dan karena posisinya yang sangat penting
dalam perusahaan, kemampuan dan pemahaman komisaris terhadap
bidang usaha dan emiten akan sangat mempengaruhi persetujuan dan
keputusan yang dibuat, sehingga komisaris harus memiliki dan
menguasai latar belakang pendidikan di bidang ekonomi.
Komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan
pengawasan jalan kegiatan usaha dari praktik-praktik kecurangan
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan, dengan
pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat, serta dapat
bertindak secara independen. Sesuai dengan teori sinyal (signal
model), bahwa tingginya Dividen yang dibagikan menunjukkan
tingginya performance perusahaan. Pada kondisi informasi tidak
seimbang (disparity) tinggi antara manajer dan investor, perusahaan
akan memberikan sinyal dengan membayar dividen yang tinggi.
39
2) Peranan Komisaris Independen
Peranan dewan komisaris menurut OECD dalam yang dalam
FCGI (2002) antara lain:
1. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis
besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko,
anggaran tahunan dan rencana usaha; menetapkan sasaran
kerja; mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta
memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi, dan
penjualan aset.
2. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi
kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta
menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi
yang transparan dan adil.
3. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan
pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi, dan
anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset
perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan.
4. Memonitor pelaksanaan governance, dan mengadakan
perubahan dimana perlu.
40
5. Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi
dalam perusahaan.
3) Kriteria Komisaris Independen
Kriteria komisaris independen menurut FCGI (2002) yang
diadopsi dari kriteria otoritas bursa efek Australia tentang Outside
Directors:
1. Komisaris independen bukan merupakan anggota
manajemen.
2. Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham
mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain
yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung
dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan.
3. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai
eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam
satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam
kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi
menempati posisi seperti itu.
41
4. Komisaris independen bukan merupakan penasehat
profesional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu
kelompok dengan perusahaan tersebut.
5. Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok
atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok,
atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau
tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut.
6. Komisaris independen tidak memiliki kontraktual dengan
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok
selain sebagai komisaris perusahaan tersebut.
7. Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan
urusan bisnis ataupun hubungan lainnya yang dapat, atau
secara wajar dapat dianggap sebagai campur tangan
material dengan kemampuannya sebagai seorang komisaris
untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan
perusahaan (Forum for Corporate Governance in Indonesia,
2000 dalam FCGI, 2002).
42
4) Sistem Komisaris Independen
Terdapat dua sistem manajemen yang berbeda yang berasal
dari dua sistem hukum yang berbeda (FCGI,2002) yang
membedakan mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh dewan
komisaris, yaitu :
1. Sistem satu tingkat atau one tier system
Sistem satu tingkat berasal dari sistem hukum aglo
saxon. Dalam sistem ini perusahaan hanya mempunyai satu
dewan direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi
antara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif) dan
direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh
waktu. Negara-negara yang menggunakan sistem satu
tingkat misalnya adalah Amerika Serikat dan Inggris.
2. Sistem dua tingkat atau two tier system
Sistem dua tingkat berasal dari sistem hukum
kontinental Eropa. Dalam sistem ini perusahaan mempunyai
dua badan terpisah, yaitu dewan pengawas (dewan
komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi). Dewan
direksi bertugas mengelola dan mewakili perusahaan
dbawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris.
Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada
43
dewan komisaris dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh
dewan komisaris. Sehingga dewan komisaris terutama
bertanggung jawab untuk mengawasi tugas-tugas
manajemen. Negara-negara yang menggunakan sistem dua
tingkat adalah Denmark, Belanda , Jepang, dan juga
Indonesia.
f. Kualitas Auditor
Laporan keuangan suatu perusahaan yang sudah di audit oleh auditor
yang berkualitas akan menjadi nilai tambah agar para investor dapat
percaya dan yakin untuk memutuskan menginvestasikan uang nya ke
dalam saham suatu perusahaan . Auditing adalah bentuk monitoring yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menurunkan kos keagenan (agency
cost) perusahaan dengan pemegang hutang (bond-holder) dan pemegang
saham jensen dan Meckling, (1976). auditing dapat menjadi tahapan
akhir sebagai pengurang kesalahan sebelum pelaporan keuangan.
DeAngelo, (1981) dalam Evanda, (2015) mendefinisikan kualitas
audit sebagai kemampuan auditor untuk menemukan kesalahan atau
kecurangan dalam sistem akuntansi dan tekanan dari klien untuk
menutup buku secara selektif walaupun kecurangan telah ditemukan.
DeAngelo juga menyatakan kualitas audit berkaitan dengan indepedensi
dan dapat diproksikan dengan ukuran auditor. KAP Big Four memiliki
kualitas mengaudit yang lebih baik dibandingkan KAP non Big Four
44
karena pengalaman mengaudit dan menjaga reputasi dalam proses
pengauditan.
KAP yang besar dan memiliki klien yang banyak lebih cendrung
menjaga reputasi dalam melakukan pengauditan dan mengesampingkan
keuntungan tambahan yang nantinya akan mencederai nama KAP
tersebut. Jika reputasi turun maka akan susah untuk memperbaiki
reputasi dan melakukan banyak kerugian, Watts dan Zinimerman (1986)
dalam Evanda (2015) juga menyatakan bahwa faktor ukuran KAP
berpengaruh terhadap kualitas audit sebab KAP yang besar lebih mampu
dalam mengawasi auditor secara individual dan mendeteksi opportunistic
behaviour.
Kode etik akuntansi tahun 1994 menyebutkan bahwa indepedensi
adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak
mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang
bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektifitas.
Indepedensi auditor akan berpengaruh positif terhadap minat
investor dan harga saham yang nantinya akan memakmurkan para
pemegang saham. indepedensi auditor sangat ditekankan oleh para
investor hal ini dikarenakan pendapat yang diberikan oleh auditor
berkaitan dengan semua pihak. Namun pendapat auditor akan laporan
keuangan suatu perusahaan tidak akan bernilai bila auditor tersebut tidak
memiliki indepedensi. Indepedensi juga sangat erat kaitannya dengan
45
hubungan dengan klien yang mana kali ini telah dinyatakan dalam
keputusan Menteri Keuangan RI no 423/KMK.02/2008 tentang Jasa
Audit umum atas laporan keuangan dan suatu entitas dapat dilakukan
oleh Kantor Akuntan Publik paling lama lima tahun buku berturut-turut
dan oleh akuntan publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut.
g. Struktur Kepemilikan Asing
Menurut UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
penanam modal asing diartikan sebagai perseorangan warga negara
asing, badan usaha asing, dan / atau pemerintah asing yang melakukan
penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Sedangkan
pengertian modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing badan hukum asing,
dan / atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya
dimiliki oleh pihak asing.
Lauz dkk., (2007) dalam Bopkin dan Isshaq (2009)
mendokumentasikan bahwa pihak asing secara signifikan mengurangi
investasi di perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan yang tidak
kondusif untuk mengelola masalah, pihak luar dan pengungkapan.
Menurut Ramaswary dan Li (2001) dalam Bopkin dan pada saat yang
sama di perusahaan yang memiliki proteksi yang lemah terhadap dan
Isshaq (2009) mengindikasikan bahwa partisipasi investor asing dalam
pasar saham telah menambah beberapa perubahan regulasi. Oleh karena
46
asumsi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang dipilih
oleh investor asing untuk ditanamkan saham atau modalnya memiliki
proteksi yang baik dan struktur pengelolaan perusahaan yang baik pula.
Sehingga dengan begitu kepemilikan asing dalam perusahaan dapat
mengindikasikan peningkatan dalam nilai perusahaan.
h. Struktur Kepemilikan Keluarga
Bisnis keluarga adalah bisnis dimana terdapat satu atau beberapa
keluarga terhubung melalui hubungan saling menguntungkan, pertalian
dekat, atau perserikatan kuat yang memegang bagian dari ekuitas yang
mana cukup untuk memastikan pengendalian atas perusahaan atau untuk
membuat keputusan strategis manajemen pokok.
Anderson dkk., (2002) dalam Siregar dan Utama (2005) mengatakan
bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur
yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi antara pemegang saham
dan kreditur, dimana kreditur menganggap kepemilikan keluarga lebih
melindungi kepentingan kreditur.
47
B. Review Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
1. M. Belén Lozanoa,
Beatriz Martínezb,
Julio Pindadoa,c.
(2016)
Corporate
governance,
ownership and firm
value: Drivers of
ownership as a good
corporate governance
mechanism
1. Menggunakan
rumus
perhitungan yang
sama antara lain
variabel
kepemilikan
keluarga, dan
nilai perusahaan.
2. Data yang
digunakan adalah
data sekunder.
1. Variabel lainnya
new and old
company.
2. objek perusahaan
di 16 negara
eropa dari tahun
2000-2009.
3. menggunakan
generalized
method of
moments
(GMM).
4. Data bersifat
longitudinal.
1. Variabel yang
berpengaruh positif
dan signifikan :
struktur kepemilikan
(perusahaan
keluarga), yang
memiliki kekuasaan
pengawasan yang
besar.
2. Variabel yang
berpengaruh negatif
dan signifikan :
struktur kepemilikan
(bukan perusahaan
keluarga, perusahaan
lama), kekuatan
pemegang saham
Bersambung ke halaman selanjutnya.
48
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
2. Zaenal Fanani dan
Yan Hendrick S.
(2016)
Struktur Kepemilikan
dan Nilai perusahaan
1. Menggunakan
rumus
perhitungan yang
sama antara lain
variabel
kepemilikan
asing, cash
holdings dan nilai
perusahaan.
2. Menggunakan
model regresi
linier berganda.
3. Data yang
digunakan adalah
data sekunder.
1. Variabel
lainnya
blockhoders
ownership,
ukuran
perusahaan
dan leverage.
2. objek
perusahaan
manufaktur
dari tahun
2013-2015.
1. Variabel yang
berpengaruh positif
dan signifikan :
blockholder
ownership, cash
holdings, kepemilikan
asing dan leverage.
2. Variabel yang tidak
signifikan : ukuran
perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
49
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
3. Albertus Bayu,
Aditya Septiani
(2015)
Pengaruh Cash
Holdings Terhadap
Nilai Perusahaan
1. Menggunakan
perhitungan
variabel cash
holdings dengan
membagikan total
kas dan setara kas
dengan aktiva
tetap.
1. Penelitian ini
menggunakan
objek manufaktur
pada BEI.
2. Menggunakan
Panel Least
Square (PLS).
Tidak Tedapat Hubungan
Antara Optimal Cash
Holdings dengan Nilai
perusahaan sehingga ho 2
dan 3 tidak bisa di lanjutkan
penelitiannya.
4. Sri Rahayu, Samiaji
Nugroho (2014)
Pengaruh Komposisi
dan Pendidikan
Dewan Perusahaan
Terhadap Nilai
Perusahaan dalam
Pelaksanaan
Good Corporate
Governance pada
Badan Usaha
Milik Negara Yang
Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
1. Menggunakan
rumus
perhitungan yang
sama antara lain
variabel ukuran
dewan direksi,
komisaris
independen dan
nilai perusahaan.
2. Menggunakan
model regresi
linier berganda.
3. Data yang
digunakan adalah
data sekunder.
1. Variabel lainnya
jumlah komisaris
, Latar belakang
pendidikan bisnis
direksi dan
komisaris .
2. objek perusahaan
BUMN dari
tahun 2010-2012.
3. terdapat 2
perhitungan
dalam mencari
nilai perusahaan
yakni dengan
rumus tobinsq
dan ROA.
1. Variabel yang
berpengaruh positif
dan signifikan: latar
belakang pendidikan
bisnis direksi
(Tobinsq),
2. Variabel yang
berpengaruh negatif
dan signifikan :
jumlah direksi
(ROA).
Bersambung ke halaman selanjutnya.
50
NO Peneliti Judul Penelitian
Metode Penelitian dan Variabel Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
3. Variabel yang tidak
signifikan : jumlah
komisaris (Tobinsq),
jumlah komisaris
independen
(Tobinsq), jumlah
direksi (Tobinsq),
latar belakang
pendidikan bisnis
komisaris (Tobinsq).
jumlah komisaris
(ROA), jumlah
komisaris independen
(ROA),latar belakang
pendidikan bisnis
komisaris (ROA)latar
belakang pendidikan
bisnis direksi (ROA).
Bersambung ke halaman selanjutnya.
51
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
5. Rafriny Amyulianthy
(2012)
Pengaruh Struktur
Corporate Governance
terhadap Kinerja
Perusahaan Publik
Indonesia (2012)
1. Menggunakan
rumus
perhitungan yang
sama antara lain
variabel
komisaris
independen ,
kualitas audit dan
kinerja
perusahaan
(Tobinsq).
2. Menggunakan
model regresi
linier berganda.
3. Data yang
digunakan adalah
data sekunder.
1. Variabel
lainnya
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial
dan dewan
direksi
independen .
2. objek
perusahaan
LQ-45 tahun
2010 .
1. Variabel yang
berpengaruh positif
dan signifikan:
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, komisaris
independen, dewan
direksi independen.
2. Variabel yang
berpengaruh negatif
dan signifikan :
kualitas audit.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
52
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
6. Rano, Pratana Puspa
Mediatuty
(2011)
Struktur Kepemilikan,
Good Corporate
Governance, Investasi,
dan Nilai Perusahaan
1. Menggunakan
rumus
perhitungan yang
sama antara lain
variabel
komisaris
independen dan
kinerja
perusahaan
(Tobinsq).
2. Data yang
digunakan adalah
data sekunder.
1. Variabel
lainnya
kepemilikan
manajerial,
investasi,
komite audit,
dan
kepemilikan
institusional
asing.
2. objek
perusahaan
Indonesian
Capital
Market
Directory
(ICMD).
3. jenis
penelitian
empiris.
1. Variabel yang
berpengaruh positif
dan signifikan:
komisaris independen
(ke nilai perusahaan).
2. Variabel yang
berpengaruh negatif
dan signifikan :
komisaris independen
(ke investasi),
kepemilikan
manajerial (ke nilai
perusahaan), nilai
perusahaan (ke
kepemilikan
manajerial).
3. Variabel yang tidak
signifikan : Komite
audit (ke nilai
perusahaan),
komisaris independen,
Kepemilikan
institusional asing
Bersambung ke halaman selanjutnya.
53
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
7. Rizka Kharisma
Putri, Drs. H.
Tarmizi Achmad,
MBA, Ph.D, Akt
(2011)
Analisis Pengaruh
Corporate
Governance, Struktur
Kepemilikan,
dan Cash Holdings
terhadap Nilai
Perusahaan
1. Menggunakan
analisis regresi.
2. beberapa
menggunakan
perhitungan yang
sama dari
menentukan
besaran variabel
(corporate
governance dan
struktur
kepemilikan).
1. Variabel
lainnya
kepemilikan
manajerial.
2. objek
perusahaan
manufaktur
dari tahun
2006-2009.
3. dalam
menentukan
variabel cash
holdings
menggunakan
rumus yang
berbeda.
1. Variabel yang
berpengaruh positif
dan signifikan
:Kualitas audit,
2. Variabel yang
berpengaruh positif
dan tidak signifikan :
Ukuran Dewan
Direksi, Komisaris
Idependen,
3. Variabel yang
berpengaruh negatif
dan signifikan :
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan Keluarga
4. Variabel yang
berpengaruh negatif
dan tidak signifikan :
Kepemilikan Asing,
Cash Holdings.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
54
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
8. Zangina Isshaq, dkk
(2009)
Corporate
Governance,
Ownership Structure,
Cash Holdings, and
Firm Value on the
Ghana Stock
Exchange
1. Menggunakan
rumus
perhitungan yang
sama antara lain
variabel cash
holdings,
corporate
governance,
ownerships
structure, dan
nilai perusahaan .
2. Data yang
digunakan adalah
data sekunder.
1. Variabel
lainnya
leverage,
DPR,
2. objek
perusahaan
non keuangan
dari tahun
2004-2006 .
3. analisis
regresi
multivariate .
1. Variabel yang
berpengaruh positif
signifikan: ukuran
dewan direksi,
pertemuan dewan,
risiko finansial, dan
Dividend Payout
Ratio (DPR).
2. Variabel yang
berpengaruh positif
tidak signifikan:
Investment
opportunity.
3. Variabel yang
berpengaruh negatif
tidak signifikan:
proporsi dewan
komisaris
independen, struktur
kepemilikan saham,
dan cash holding.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
55
NO Peneliti Judul Penelitian
Metode Penelitian dan Variabel Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
9. Vinola Herawaty
(2008) Peran Praktek
Corporate
Governance sebagai
Moderating Variable
dari Pengaruh
Earnings
Management
terhadap Nilai
Perusahaan
1. Menggunakan
rumus
perhitungan yang
sama antara lain
variabel kualitas
audit, komisaris
independen dan
nilai perusahaan.
2. Menggunakan
model regresi
linier berganda.
3. Data yang
digunakan adalah
data sekunder.
1. Variabel
lainnya
kepemilikan
manajerial ,
earnings
management
,kepemilikan
instutisional
dan ukuran
perusahaan.
2. objek
perusahaan
non keuangan
dari tahun
2004-2006 .
1. Variabel yang
berpengaruh positif
dan signifikan:
earnings
management ke nilai
perusahaan (dengan
corporate
governance) ,
variabel corporate
governance
(moderating
variabel, komisaris
independen dan
kepemilikan
institusional,
kualitas audit.
2. Variabel yang
berpengaruh negatif
dan signifikan :
earnings
management ke nilai
perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
56
NO Peneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
10. Michell Suharli
(2006)
Studi Empiris
Terhadap Faktor Yang
Mempengaruhi Nilai
Perusahaan Pada
Perusahaan Go Public
di Indonesia
1. Menggunakan
rumus
perhitungan yang
sama antara lain
variabel
kepemilikan
asing dan nilai
perusahaan.
2. Menggunakan
model regresi
linier berganda.
3. Data yang
digunakan adalah
data sekunder.
1. Variabel
lainnya Umur
Perusahaan,
Skala
Perusahaan,
Profitabilitas.
2. objek
perusahaan
Go Public
dari tahun
2002-2003.
3. Terdapat 2
perhitungan
dalam
mencari nilai
perusahaan
yakni dengan
rumus tobinsq
dan ROA
1. Variabel yang
berpengaruh positif
dan signifikan: umur
perusahaan, skala
perusahaan,
2. Variabel yang tidak
signifikan :
kepemilikan asing
dan profitabilitas.
Sumber: data sekunder yang diolah (2017).
57
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian sebelumnya, gambaran menyeluruh yang merupakan
kerangka konseptual mengenai pengaruh cash holdings dan corporate
governance yang diwakili oleh ukuran dewan direksi, komisaris independen,
kualitas audit, kepemilikan keluarga dan kepemilikan asing terhadap nilai
perusahaan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.4
Gambar 2.4
Skema Kerangka Pemikiran
1.Kerangka Penelitian
Bersambung ke halaman selanjutnya..
GA
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
Teori Dasar : Agency Theory
Mencari faktor yang
menyebabkan
perusahaan tidak
merata mendapatkan
nilai 1 (Tobins Q)
Perusahaan setelah
masa krisi memiliki
nilai perusahaan yang
diukur dengan Tobins
Q di bawah nilai 1
58
Variabel Independen Variabel
Dependen
Komisaris Independen (X3)
Cash Holdings (X1)
Ukuran Dewan Direksi (X2)
Nilai
Perusahaan
(Y)
Kepemilikan Keluarga (X6)
Kualitas Audit (X4)
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
Regresi Berganda
Uji Model Regresi
Kepemilikan Asing (X5)
Teori Dasar : Agency Theory
Metode analisis data
Statistik Deskripstif
Uji Asumsi Klasik:
1.Normalitas
2.Multikolinieritas
3.Heterokedastisitas
4.Autokorelasi
Uji Hipotesis:
1. Uji Adjusted R²
2. Uji t
3. Uji F
59
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pertanyaan tentang konsep yang diperkirakan
sebagai kebenaran atau kesalahan tentang suatu fenomena yang sedang diamati
yang kemudian diformulasikan untuk pengujian yang bersifat empiris. Jadi
hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan adanya hubungan
tertentu antara dua variabel atau lebih.
1. Cash Holdings terhadap Nilai Perusahaan
Banyak penelitian menemukan bahwa pada perusahaan dengan
corporate governance yang lemah lebih cepat menghabiskan kepemilikan
kas (cash holdings) mereka untuk investasi yang tidak efisien. Isshaq, dkk.
(2009) mengatakan bahwa investasi yang tidak efisien yang disebabkan oleh
corporate governance yang lemah, akan memberi konsekuensi pada
profitabilitas perusahaan juga nilai perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan
hasil penelitian Kin-Wae Lee dan Cheng-Few Lee, (2008) yang menemukan
hubungan negatif antara tingkat kepemilikan kas dengan nilai perusahaan.
Oleh karena itu hipotesis yang dapat diambil adalah:
H1: Cash Holdings berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
2. Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
Teori keagenan mengemukakan jika antara pihak prinsipal (pemilik)
dan agen (manajer) memiliki kepentingan yang yang berbeda, muncul
konflik yang dinamakan konflik keagenan (agency conflict). Pemisahan
fungsi antara pemilik dan manajemen ini memiliki dampak negatif yaitu
keleluasaan manajemen (pengelola) perusahaan untuk memaksimalkan laba.
60
Hal ini akan mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan
manajemen sendiri Hastuti, (2005). Konflik keagenan yang mengakibatkan
adanya sifat opportunistic manajemen akan mengakibatkan rendahnya
kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan
pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti para investor dan
kreditor sehingga nilai perusahaan akan berkurang Herawaty, (2008).
Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan
naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen
agar tidak menghamburkan resources perusahaan.
Dalam pembahasan sebelumnya dijelaskan bahwa prinsip-prinsip
corporate governance terdiri dari: (1) keadilan, (2) transparansi, (3)
akuntabilitas, dan (4) pertanggungjawaban. Menurut Utama (2003) dalam
Herawaty (2008) prinsip-prinsip CG yang diterapkan memberikan manfaat
diantaranya yaitu: (1) meminimalkan agency cost dengan mengontrol
konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen, (2)
meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada
para penyedia modal, (3) meningkatkan citra perusahaan, (4) meningkatkan
nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah, dan (5)
peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa
depan perusahaan yang lebih baik. Chen (2008) dalam Isshaq (2009)
mengusulkan bahwa dengan membangun mekanisme corporate governance
yang efektif, dapat mengarahkan pada perluasan derajat kebebasan untuk
perusahaan dalam pengambilan keputusan yang membawa pada perbaikan
61
atau kemajuan nilai perusahaan. Iskandar, dkk. (1999) dalam Hastuti (2005)
menyatakan bahwa corporate governance merujuk pada kerangka aturan
dan peraturan yang memungkinkan stakeholders untuk membuat perusahaan
memaksimalkan nilai dan untuk memperoleh return. Dengan demikian,
dengan adanya penerapan good corporate governance dalam perusahaan
akan meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini variabel corporate governance yang menggunakan
lima proksi yaitu ukuran dewan direksi, dewan komisaris independen,
kualitas audit, struktur kepemilikan asing dan struktur kepemilikan
keluarga.
a. Ukuran Dewan Direksi terhadap Nilai Perusahaan
Ukuran dewan direksi adalah jumlah anggota dewan direksi yang
ada di dalam perusahaan. Bennedsen (2002) dalam Suranta dan
Machfoedz (2003) bahwa suatu perusahaan akan mempunyai dua motif
untuk memiliki dewan direksi yaitu: (1) motif governance (penciptaan
nilai perusahaan) dan (2) motif distributif (membatasi kepentingan
controlling owner). Oleh karena itu semakin banyak jumlah dewan
direksi yang ada di dalam perusahaan, maka akan semakin efektif fungsi
monitoring serta kontrol terhadap kinerja perusahaan. Dengan kinerja
perusahaan yang baik maka nilai perusahaan juga akan meningkat.
Penelitian yang dilakukan Isshaq (2009), Harford (2006), dan
Suranta dan Machfoedz (2003) menghasilkan bahwa terdapat hubungan
62
positif signifikan antara ukuran dewan direksi dan nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H2a: Ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
b. Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan
Komisaris independen merupakan proporsi anggota dewan komisaris
independen yang ada di dalam perusahaan. Proporsi tersebut dapat dilihat
dengan melakukan perbandingan antara jumlah anggota komisaris
independen dengan total jumlah anggota dewan komisaris di dalam
perusahaan.
Jumlah komisaris independen yang semakin banyak menandakan
bahwa dewan komisaris yang melakukan fungsi pengawasan dan
koordinasi dalam perusahaan semakin baik Rafriny Amyulianthy (2012).
Karena semakin banyak anggota komisaris independen maka tingkat
integritas pengawasan terhadap dewan direksi yang dihasilkan semakin
tinggi, dengan begitu maka akan semakin mewakili kepentingan
stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham
mayoritas dan dampaknya akan semakin baik terhadap nilai perusahaan.
Dalam penelitian Rafriny Amyulianthy (2012) komisaris independen
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu dari uraian
tersebut dapat ditarik hipotesis:
H2b: Komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
63
c. Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan
Kualitas audit mencerminkan kredibilitas auditor yang digunakan
dan kesalahan dalam laporan keuangan. Semakin kredibel laporan
keuangan yang diaudit oleh auditor maka semakin baik kualitas laporan
keuangan yang dihasilkan dan disampaikan kepada penggunanya
terutama pemegang saham. Sehingga semakin baik tingkat kepercayaan
dan keputusan yang diambil pemegang saham Dengan begitu nilai
perusahaan akan meningkat.
Dalam penelitian Herawaty (2008) kualitas audit berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu dari uraian tersebut dapat
ditarik hipotesis:
H2c: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
d. Struktur Kepemilikan Asing terhadap Nilai Perusahaan
Salvatore (2005) dalam Zaenal Fanani (2016) menyatakan bahwa
sebuah portofolio yang mengandung saham-saham domestik dan asing
menawarkan risiko yang lebih rendah dan tingkat pengembalian yang
lebih tinggi bagi investornya dibanding portofolio yang hanya
mengandung saham-saham domestik. Hal tersebut bisa menjadi
pertimbangan bagi pemegang saham. Dengan begitu terdapat asumsi
dampak positif terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan akan
meningkat. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah:
64
H2d: Struktur kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
e. Struktur Kepemilikan Keluarga terhadap Nilai Perusahaan
Menurut penelitian (M. Belén Lozanoa 2016) menunjukkan bahwa
perusahaan publik di 16 negara eropa yang dikendalikan keluarga atau
negara atau institusi keuangan masalah agensinya lebih baik jika
dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh publik atau tanpa
pengendali utama. Menurutnya, dalam perusahaan yang dikendalikan
keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik
antara principal dan agent. Dengan berkurangnya konfik tersebut, maka
kinerja perusahaan akan semakin optimal dan dengan begitu berdampak
baik terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu hipotesis yang dapat
diambil adalah:
H2e: Struktur kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan
65
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini termasuk ke dalam kelompok data time series dengan melihat
dari dimensi waktu yang digunakan selama periode penelitian yaitu tiga tahun,
dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kausal komparatif yaitu penelitian yang menggambarkan hubungan
sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Peneliti bermaksud untuk menganalisis pengaruh variabel independen yakni
cash holdings, corporate governance yang di ukur melalui ukuran dewan
direksi, komisaris independen, kualitas audit, kepemilikan asing dan
kepemilikan keluarga terhadap variabel dependen yakni nilai perusahaan secara
parsial.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah data kuantitatif yang
diukur dalam suatu skala numerik, berupa data sekunder yang diambil dari
laporan keuangan tahunan dan laporan tahunan (annual report) yang telah
dipublikasikan. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode
purposive sampling. Objek penelitian yang digunakan adalah berupa
66
perusahaan property dan real estate yang sudah go public dan listing di Bursa
Efek Indonesia (BEI) kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan property dan real estate yang listing di Bursa Efek Indonesia
selama periode tahun 2013-2015.
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan yang dinyatakan
dalam rupiah dan berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode
tahun 2013-2015.
3. Perusahaan yang mempunyai kelengkapan data mengenai cash holdings,
ukuran dewan direksi, komisaris independen, kualitas auditor, kepemilikan
asing dan kepemilikan keluarga
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
merupakan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2002) berupa laporan keuangan tahunan
yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tiga tahun
berturut-turut mulai periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Data
kuantitatif tersebut diukur dalam suatu skala rasio dan skala nominal.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dan didapatkan dengan cara:
67
1. Metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat,
mengkaji data sekunder secara tidak langsung melalui media perantara
yang berupa annual report dari seluruh perusahaan go public sektor
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2013 sampai dengan 2015. Data dalam penelitian ini didapatkan dari
factbook dan download melalui situs www.idx.co.id. Dengan data-data
tersebut bisa digunakan untuk perhitungan variabel dalam penelitian ini,
yaitu cash holdings, ukuran dewan direksi, komisaris independen, kualitas
audit, kepemilikan asing, kepemilikan keluarga, dan nilai perusahaan.
2. Metode studi pustaka, yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi
dan mengkaji berbagai literatur pustaka seperti jurnal, tesis, surat kabar,
dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini
disebabkan kepustakaan adalah bahan utama dalam penelitian data
sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002).
D. Metode Analisis Data
Terdapat beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk
menganalisis data. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi
yang relevan yang terkandung dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya
untuk memecahkan suatu masalah.
Sebelum analisis regresi dilakukan, maka harus diuji dulu dengan uji
asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan tidak
terdapat masalah normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan
autokolerasi. Jika terpenuhi maka model analisis layak untuk digunakan.
68
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dan pengujian asumsi klasik
dilakukan dengan menggunakan alat analisis statistik yaitu berupa output
SPSS. SPSS yang digunakan adalah SPSS versi 22.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan dalam kondisi
sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum dan
generalisasi.
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberi gambaran umum
mengenai demografi responden dalam penelitian dan deskripsi mengenai
variabel-variabel penelitian (cash holdings, ukuran dewan direksi, komisaris
independen, kualitas audit, kepemilikan asing, kepemilikan keluarga, dan
nilai perusahaan).
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum,
minimum. Ghozali, (2013). Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata
data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai
maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang
bersangkutan. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil
data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata.
69
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui, bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara
normal dan independen (Ghozali, 2013). Hal ini menujukkan bahwa
terdapat perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya
atau eror akan terdistribusi secara simetri disekitar nilai mean sama
dengan nol. Jadi, salah satu cara untuk mendeteksi normalitas adalah
lewat pengamatan setiap masing-masing variabel penelitian dan nilai
residual.
Dasar pengambilan keputusan melalui analisis ini, jika data
menyebar disekitar garis diagonal sebagai representasi pola distribusi
normal, berarti model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dalam
penelitian uji normalitas dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1) Analisis Statistik
Uji Statistik Kolmogrov-Smirnov (K-S)
Untuk mendeteksi normalitas data dapat juga dilakukan dengan
uji Kolmogrov-Smirnov. Uji statistik kolmogrov-smirnov adalah salah
70
satu pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi normalitas melalui
pengamatan nilai residual. Kelebihan dari pengujian ini adalah
sederhana dan tidak menimbulkan persepsi di antara satu pengamat
dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas.
Dengan menggunakan grafik. Konsep dasar dari uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data
(yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Jadi
sebenarnya uji Kolmogorov-Smirnov adalah uji beda antara data yang
diuji normalitasnya dengan data normal baku.
Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti
terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05
maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Caranya adalah dengan
menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian yaitu :
Ho : Data residual terdistribusi secara normal
Ha : Data residual tidak terdistribusi secara normal
Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika
signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai
perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data
tersebut tidak normal dan Ho ditolak.
71
Sedangkan, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan
data normal baku, artinya data yang kita uji normal karena tidak
berbeda dengan normal baku dan Ho diterima.
2) Analisis Grafik
Analisis grafik dilakukan dengan melihat hasil ouput SPSS,
berupa grafik normal probability plots dan grafik histogram. Jika titik-
titik pada grafik normal probability plots mendekati garis diagonal
dan tidak terdapat kemencengan maka model regresi tersebut dapat
dikatakan terdistribusi secara normal. Kenormalan tidaknya suatu data
yang dideteksi melalui grafik normal probability plots dan grafik
histogram, kadang-kadang dapat menyesatkan karena kelihatan
distribusinya normal tetapi secara statistik sebenarnya tidak normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen Ghozali, (2013). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:.
Dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor
(VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih
yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
72
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai yang
umum digunakan adalah nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan nilai
VIF < 10 Ghozali, (2013).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak ada heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik scatter plot antara lain prediksi variabel terikat (dependen)
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Jika ada titik pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
73
Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup
signifikan. Oleh karena, jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting.
Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan
hasil grafik plot.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu (problem
autokorelasi) pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi.
Menurut Sunyoto (2011) dan Santoso (2010) salah pengujian
autokorelas dapat digunakan dengan menggunakan uji Durbin-Watson
(DW) dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Terjadi autokorelasi postif, jika nilai DW dibawah -2 (DW<-2)
2. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan + 2
atau -2 DW +2 .
3. Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW diatas +2 atau DW +2 .
3. Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis menggunakan alat analisis regresi berganda.
Penggunaan regresi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara terpisah
74
(parsial) berbagai variabel independen yang ada (dalam hal ini cash
holdings, corporate governance yang diwakili dewan direksi, komisaris
independen, kualitas audit, kepemilikan keluarga dan kepemilikan asing)
tanpa ada pengaruh unsur variabel lain. Sedangkan pengujian hipotesis
menggunakan alat analisis regresi berganda. Selain dapat melihat pengaruh
masing-masing variabel independen, analisis regresi berganda dapat juga
digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh interaksi variabel
independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi berganda yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Y = 0 + 1X1 +2X2 +3X3 +4X4 +5X5 +6X6 +7X7 +
Dimana :
Q = Variabel Nilai Perusahaan
0 = Konstanta
1 = Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y apabila
X1 berubah 1 satuan
X1 = Cash Holdings
2 = Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y apabila X2
berubah 1 satuan
X2 = Board Size
3 = Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y apabila X3
berubah 1 satuan
75
X3 = Kepemilikan Institusional
4 = Koefisien regresi keempat, yaitu besarnya perubahan Y apabila
X4 berubah 1 satuan
X4 = Kualitas Audit
5 = Koefisien regresi kelima, yaitu besarnya perubahan Y apabila X5
berubah 1 satuan
X5 = Kepemilikan Asing
6 = Koefisien regresi kelima, yaitu besarnya perubahan Y apabila X6
berubah 1 satuan
X6 = Kepemilikan Keluarga
e = Error term
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji t untuk uji
parsial.
a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerapkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai koefisien determinasi
yang lebih kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen hampir memberikan semua
76
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2013).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi (R2) adalah
bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam
model. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai adjusted R2
pada saat mengevaluasi mana model
regresi terbaik. Dalam kenyataan nilai adjusted R2
dapat bernilai negatif,
walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif (Ghozali, 2013).
b. Pengujian secara Parsial (Uji t)
Uji hipotesis dilakukan dalam uji t. Pengujian ini pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variabel dependen Ghozali, (2013). Apabila t hitung
yang diperoleh lebih besar dari t tabel berarti t hitung signifikan yang
berarti hipotesis diterima. Sebaliknya apabila t hitung yang diperoleh
lebih kecil dari t tabel maka berarti hipotesis ditolak. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 ( = 5%).
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu
variabel dengan memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan atau
membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut. Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen
77
(bebas). Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian
peneliti Ferdinand, (2006) dalam Rizka (2011). Nilai variabel dependen
tergantung dari variabel lain, dimana variabel dependen akan berubah jika
variabel yang mempengaruhinya tersebut mengalami perubahan.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai
perusahaan merupakan variabel dependen yang diukur dengan
menggunakan Tobin’s Q yang dihitung dengan menggunakan rumus :
Q = Nilai perusahaan
MVE = Nilai pasar ekuitas (Equity Market Value)
D = Nilai buku dari total hutang
BVE = Nilai buku dari ekuitas (Equity Book Value)
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga
saham dan penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham
78
yang beredar pada akhir tahun. BVE diperoleh dari selisih total aset
perusahaan dengan total kewajibannya (Herawaty, 2008).
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif
Ferdinand, (2006) dalam Rizka (2011). Variabel independen dalam
penelitian ini terdiri dari:
a. Cash Holdings
Dalam penelitian Albertus (2015) variabel cash holdings dapat
diukur dengan diformulasikan sebagai berikut:
b. Corporate Governance
Dalam penelitian ini corporate governance diproksikan dengan
menggunakan, antara lain:
1) Board Size atau Ukuran Dewan Direksi
Ukuran dewan direksi dapat dilihat dari jumlah anggota dewan
direksi yang ada di dalam perusahaan. Semakin banyak jumlah
anggota yang terdapat dalam suatu dewan direksi. Dalam penelitian
Isshaq, dkk. (2009) diformulasikan sebagai berikut:
79
2) Board Independence atau Komisaris Independen
Komisaris independen diukur dari proporsi atau jumlah anggota
komisaris dalam dewan komisaris yang ada di dalam perusahaan.
Dalam penelitian Isshaq, dkk. (2009) proporsi dewan komisaris
independen diformulasikan sebagai berikut:
3) Kualitas Audit
Untuk mengukur kualitas audit digunakan ukuran Kantor
Akuntan Publik (KAP). Salah satu elemen penting dari good
corporate governance adalah kualitas laporan keuangan yang baik.
Auditor yang dipilih perusahaan untuk mengaudit laporan
keuangannya mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang
dihasilkan. Dalam penelitian ini, auditor dikelompokkan menjadi dua
yaitu auditor big 4 dan non big 4. Jika perusahaan diaudit oleh KAP
big 4 maka kualitas auditnya tinggi dan jika diaudit oleh KAP non big
4 maka kualitas auditnya rendah. Kategori KAP big 4 di Indonesia,
yaitu:
80
Tabel 3.1 The Big Four - KAP Afiliasi di Indonesia
KAP Big
4
KAP Afiliasi di
Indonesia Alamat
Price
waterhouse
Coopers
KAP Tanudiredja,
Wibisana & Rekan
Plaza 89 Jl. HR Rasuna
Said Kav. X-7 No. 6
Jakarta 12940 - Indonesia
PO Box 2473 JKP 10001
Telepon: +62 21 5212901
Fax: +62 21 52905555 /
52905050
Deloitte KAP Osman Bing
Satrio
The Plaza Office Tower
32 Lantai Jl. MH Thamrin
Kav 28-30 Jakarta
Indonesia. Nomor
telepon: +62 21 2992
3100. BEI Menara 2, 7
KPMG KAP Sidharta Dan
Widjaja
33 Lantai Wisma GKBI
28, Jl Jend. Sudirman
Jakarta 10210 Indonesia
Tel: +62 21 574 2333
Ernest and
Young
KAP Purwantono,
Suherman & Surja
BEI Menara 2, 7 Lantai Jl.
Jend. Sudirman Kav. 52-
53 Jakarta 12190
Indonesia Telepon: +62
21 5289 5000
Sumber: Indonesian Institute of Certified Public Accountants (2015)
4)Struktur Kepemilikan Asing
Struktur kepemilikan asing diproksikan dengan presentase
kepemilikan saham yang dimiliki oleh badan usaha, atau perorangan
uang bertatus luar negeri. persentase kepemilkan asing terhadap total
saham perusahaan. Dan juga bisa kepemilikan asing diperoleh dari
jumlah saham yang dimiliki asing dibagi jumlah saham beredar.
(Rano, 2011).
81
5)Struktur Kepemilikan Keluarga
Definisi keluarga dalam suatu perusahaan yang dipakai dalam
penelitian ini mengikuti definisi keluarga yang digunakan oleh Arifin
(2003) dalam Rizka (2011), semua individu dan perusahaan yang
kepemilikannya tercatat (kepemilikan > 5% wajib dicatat), yang
bukan perusahaan publik, negara, institusi keuangan, dan publik
(individu yang kepemilikannya tidak wajib dicatat), (Siregar dan
Utama, 2005).
3. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada
suatu variabel dengan memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan atau
membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut Sugiyono, (2004) dalam Rizka,(2011).
82
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya
Variabel Definisi Operasional Pengukuran
Independen (X1)
Cash Holdings
(Albertus,2015)
Jumlah Kepemilikan kas
perusahaan
Independen (X2)
Ukuran Dewan
Direksi atau
Board Size
(Isshaq, dkk.
2009)
Diprosikan dengan jumlah
anggota dewan direksi yang
ada di dalam perusahaan
Independen (X3)
Dewan Komisaris
Independen atau
Board
Indepedence
(Isshaq, dkk.
2009)
Diprosikan dengan jumlah
anggota Komisaris Independen
yang ada di dalam Dewan
Komisaris
Independen (X4)
Kualitas Audit
(Rafriny,2012)
Diprosikan dengan
mengkualifikasikan KAP yang
digunakan perusahaan yaitu
KAP Big 4 dan KAP non Big
4
Menggunakan variabel dummy
yaitu 1 untuk KAP Big 4 dan 0
untuk KAP non Big 4
Independen (X5)
Struktur
kepemilikan asing
atau Foreign
Share Ownership
(Rano, 2011)
Diproksikan dengan persentase
jumlah saham yang dimiliki
oleh badan atau perorangan
yang berstatus luar negeri
Jumlah saham yang berasal dari
luar negeri x 100%
Independen (X6)
Struktur
kepemilikan
keluarga atau
Family Ownership
(Arifin 2003)
dalam
(Rizka,2011)
Individu dan perusahaan yang
kepemilkannya tercatat
(kepemilikan > 5% wajib
dicatat), yang bukan
perusahaan publik, negara,
institusi keuangan, dan publik
(individu yang kepemilikannya
tidakwajib dicatat)
Jumlah saham Individu dan
perusahaan independen x 100%
Nilai Perusahaan
(Y) (Herawaty,
2008).
Diproksikan dengan Tobin’s Q
yaitu perbandingan antara
market value to equity
ditambah utang dan book
market valueditambah utang.
83
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
tahun 2013-2015. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dalam
penelitian ini sebanyak 20 perusahaan property dan real estate dengan total
data 60 laporan keuangan perusahaan. Fokus penelitian ini adalah untuk
melihat pengaruh cash holdings, dan corporate governance terhadap nilai
perusahaan.
2. Proses Seleksi Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian dipilih menggunakan metode
purposive sampling. Sehingga sampel dalam penelitian ini dapat
merepresentasikan tujuan penelitian. Berdasarkan kriteria sampel yang telah
ditetapkan didapatkan total 39 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel,
namun hanya 20 perusahaan saja yang dapat diolah. Data diperoleh melalui
website www.idx.co.id dan sahamok.co.id.
Berikut ini adalah perincian perolehan sample kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan dan ditampilkan dalam tabel 4.1.
84
Tabel 4.1
Kriteria Penentuan Sampel
Kriteria Jumlah Perusahaan
Perusahaan property dan real estate yang terdaftar
di BEI pada tahun 2013-2015 (49x3)
147
Perusahaan yang tidak mempunyai kelengkapan data
mengenai cash holdings, ukuran dewan direksi,
komisaris independen, kualitas auditor, kepemilikan
asing dan kepemilikan keluarga (10x3)
(30)
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan per 31 Desember selama periode
pengamatan 2013-2015
-
Perusahaan yang akan dianalisis (39x3) 117
Perusahaan yang teridentifikasi sebagai outlier
(19x3)
(57)
Total perusahaan yang akan dianalisis 60
Sumber : data sekunder yang diolah (2017)
Jumlah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013-2015 berjumlah 39 perusahaan
dengan. Rincian perusahaan yang dikeluarkan dari sampel adalah sebagai
berikut: terdapat 10 perusahaan yang dikeluarkan dari sampel karena
perusahaan tidak mempunyai kelengkapan data mengenai cash holdings,
ukuran dewan direksi, komisaris independen, kualitas auditor, kepemilikan
asing dan kepemilikan keluarga. Terdapat 19 perusahan yang teridentifikasi
sebagai outliers. Sehingga perusahaan yang digunakan sebagai sample
penelitian sebanyak 20 perusahaan. Sedangkan total data yang digunakan
dalam sampel penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel.
85
B. Analisis dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data yang
dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan
minimum. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
nilai perusahaan sebagai variabel dependen, cash holdings, dan corporate
governance sebagai varibel independen.
Tabel 4.2
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TOBINSQ 60 ,19 2,66 1,1065 ,59667
CH 60 ,0092 ,3280 ,109820 ,0812409
BS 60 ,02 ,09 ,0512 ,01878
KI 60 ,30 ,50 ,3687 ,05818
KA 60 ,00 1,00 ,2000 ,40338
KAS 60 ,39 28,48 11,0420 6,76792
KK 60 ,00 1,00 ,4667 ,50310
Valid N (listwise) 60
Sumber: data sekunder yang diolah (2017).
Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif diperoleh data sebanyak 60
data observasi yang berasal dari perkalian periode 3 tahun penelitian dari
2013 sampai 2015 dengan jumlah sampel sebanyak 20 perusahaan. Tabel
4.2 Menggambarkan statistik deskriptif untuk variabel dependen
(TOBINSQ) dan variabel independen (CH,BS,KI,KA,KAS,KK).
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel dependen yaitu nilai
perusahaan yang di proksikan dengan TOBINSQ menunjukan nilai
minimum 0,19 dalam hal ini terdapat dua perusahaan yaitu dari PT.
86
Greenwood sejahtera Tbk dan PT. Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk, Nilai
maksimum 2,66 yaitu PT. Jaya Real Property Tbk, sedangkan nilai rata-rata
sebesar 1,1065 dengan standar deviasi 0,59667
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen cash holdings
yang diproksikan CH menunjukan nilai minimum 0,0092 yaitu PT. Bekasi
Asri Pemula Tbk, Nilai maksimum 0,3280 yaitu PT. Metropolitan Kentjana
Tbk, sedangkan nilai rata-rata sebesar 0,109820 dengan nilai standar deviasi
0,0812409.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen ukuran dewan
direksi yang diproksikan BS menunjukan nilai minimum 0,02 yaitu PT.
Pudjiati Prestige Tbk, Nilai maksimum 0,09 dalam hal ini terdapat dua
perusahaan yaitu PT. Agung Podomoro land Tbk dan PT. Bumi Serpong
Damai Tbk, sedangkan nilai rata-rata sebesar 0,0512 dengan nilai standar
deviasi 0,01878.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen komisaris
independen yang diproksikan KI menunjukan nilai minimum 0,30 yaitu PT.
Goa Makassar Tourism Development Tbk, Nilai maksimum 0,50 dalam hal
ini terdapat empat perusahaan yaitu Bumi Citra Permai Tbk, PT. Ciputra
Development Tbk, PT. Megapolitan Development Tbk dan PT. Greenwood
sejahtera Tbk, sedangkan nilai rata-rata sebesar 0,3687 dengan nilai standar
deviasi 0,05818.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen kualitas audit
yang diproksikan KA menunjukan nilai minimum 0,00 yaitu Kawasan
87
Industri Jababeka Tbk, Nilai maksimum 1 yaitu Lamicitra Nusantara Tbk,
sedangkan nilai rata-rata sebesar 0,2000 dengan nilai standar deviasi
0,40338.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen kepemilikan
asing yang diproksikan BS menunjukan nilai minimum 0,39 yaitu PT. Rista
Bintang Mahkota Sejati Tbk, Nilai maksimum 28,48 yaitu PT. Jaya Real
Property Tbk, sedangkan nilai rata-rata sebesar 11,0420 dengan nilai standar
deviasi 6,76792.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen kepemilikan
keluarga yang diproksikan KK menunjukan nilai minimum 0,00 yaitu, Nilai
maksimum 0,1, sedangkan nilai rata-rata sebesar 0,4667 dengan nilai
standar deviasi 0,50310.
Hasil statistik deskriptif menghasilkan seluruh variabel memiliki nilai
rata-rata yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasinya kecuali
variabel dummy KA dan KK. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas dari data
tersebut cukup baik, karena nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar
deviasinya mengidentifikasikan bahwa standar error dari variabel tersebut
rendah
2. Uji Asumsi Klasik.
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan
atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini uji
asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Uji Normalitas
88
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah dalam model
penelitian seluruh variabel penelitian memiliki data yang terdistribusi
normal. Untuk menguji normalitas data peniliti menggunakan analisis
grafik dan juga analisis statistik. Dalam pengujian ini peneliti
mentranformasikan data ke dalam bentuk SQERT agar data dapat
terdistribusi dengan normal.
1) Uji Normalitas Secara Grafik
Pengujian normalitas melalui analisis grafik dapat dilakukan
dengan cara menganalisis grafik normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, ploting dan
residual yang akan dibandingkan dengan garis diagonal. Data dapat
dikatakan normal jika titik-titik tersebar disekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti garis diagonal.
Gambar 4.1
Uji Normalitas
89
Sumber: data yang diolah (2017)
Dari gambar grafik 4.1 diatas dapat dilihat bahwa titik menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini
menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara
normal.
Gambar 4.2
Uji Normalitas
Pada gambar 4.2 grafik histogram memberikan pola distribusi
yang melenceng ke kanan. Maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal. Terkait
dengan data hasil uji normalitas, maka data tersebut akan digunakan
dalam pengujian asumsi klasik yang lainnya dan uji hipotesis
selanjutnya.
90
2) Uji Normalitas Secara Statistik
Pada uji normalitas secara statistik peneliti menggunakan one
sample Kolmorogov-Smirnov test. Uji ini digunakan untuk
menghasilkan angka yang lebih detail, apakah suatu persamaan regresi
yang akan dipakai lolos normalitas. Apabila uji one sample
Kolmorogov-Smirnov lebih besar dari 0,05 maka suatu persamaan
regresi dapat dikatakan terdistribusi dengan normal (Ghozali, 2013).
Berikut hasil uji one sampel Kolmorogov-Smirnov ditampilkan
dalam tabel 4.3
Tabel 4.3
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,45731799
Most Extreme Differences Absolute ,112
Positive ,112
Negative -,092
Test Statistic ,112
Asymp. Sig. (2-tailed) ,059c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : data yang diolah (2017)
91
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2013). Untuk
menguji ada tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dapat diihat
dari nilai tolerance dan VIF dari tiap-tiap variabel. Jika nilai tolorance
>0,10 dan nilai VIF < 0,10 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
bebas dari multikolinieritas.
Berikut ini merupakan hasil uji multikolinieritas yang terjadi pada
tabel 4.4 yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 CH ,548 1,824
BS ,590 1,694
KI ,888 1,127
KA ,808 1,238
KAS ,720 1,389
KK ,460 2,174
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber : data yang diolah (2017)
Berdasarkan hasil uji one sample Kolmorogov-Smornov
menunjukkan bahwa nilai uji one sample Kolmorogov-Smirnov
menghasilkan nilai signifikasi sebesar 0,059 yang menunjukan angka
>0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang kita uji
berdistribusi normal.
92
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa nilai
tolerence dan VIF variabel dependen cash holdings (CH), Ukuran dewan
direksi (BS), komisaris independen (KI), kualitas audit (KA),
kepemilikan asing (KAS) dan kepemilikan keluarga (KK) tolerance
>0,10 dan nilai VIF < 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadinya multikolinieritas karena nilai tolerence > 0,10 dan VIF < 10 .
c. Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ketidaksamaan varians residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika tidak
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki sifat homokedastisitas (Ghozali, 2013).
Mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplots. Jika terjadi pola tertentu
maka mengindikasikan terlah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak
ada pola yang jelas serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Berikut ini hasil uji heteroskedastisitas yang dapat dilihat dalam
gambar 4.3
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
93
Sumber : data yang diolah (2017)
Dari grafik scatterplots diatas dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0
pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi. Sehingga model regresi layak
dipakai untuk memprediksi hubungan antara cash holdings, dan
corporate governance dengan nilai perusahaan.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalah penggangu pada periode t
dengan kesalahan penggangu pada perode t-1 (sebelumya) (Ghozali,
2013). Satu ukuran yang bisa digunakan untuk menentukkan ada
tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin – Watson (DW).
Adapun hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan Durbin –
Watson (DW) pada tabel 4.5 yaitu sebagai berikut.
94
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,642a ,413 ,346 ,48251 1,154
a. Predictors: (Constant), KK, KA, KI, BS, KAS, CH
b. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber : data sekunder yang diolah (2017)
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil uji Durbin-Watson
sebesar 1,154. Nilai DW berada pada -2 ≤ DW ≤ 2 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi.
3. Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan
model analisis regresi berganda (doubled regression analysis) dan analisis
regresi (regression analysis), yaitu dilakukan melalui uji koefisien
determinasi dan uji statistik t.
a. Pengujian Hipotesis dengan analisis regresi doubled
1) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2 )
Uji kofisien determinasi dilakukkan untuk mengukur
kemampuan varibel independen menjelaskan variabel dependen.
Berikut ini adalah hasil uji koefisien determinasi (Adjusted R2)
untuk variabel cash holdings, ukurang dewan direksi (board size),
komisaris independen, kualitas audit, kepemilikan asing,
kepemilikan keluarga dan nilai perusahaan.
95
Tabel 4.6
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) X1 X2dan Y1
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,642a ,413 ,346 ,48251
a. Predictors: (Constant), KK, KA, KI, BS, KAS, CH
b. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber : data sekunder yang diolah (2017)
Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.6 menunjukkan
bahwa nilai Adjusted R Square adalah 0,346. Hal ini berarti bahwa
sebesar 35% variabel dependen atau nilai perusahaan dapat
dijelaskan oleh cash holdings, dan corporate governance.
sedangkan sisanya dijelaskan yaitu 65% oleh faktor-faktor lain
yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Hal ini dapat diterima
dikarenakan variabel nilai perusahaan banyak dipengaruhi oleh
variabel lain seperti profitabilitas, kebijakan dividen, earning
management, kebijakan utang dan lain lan.
2) Hasil Uji Regresi secara parsial (uji t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh masing-masing variabel indipenden secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi
0,05. Adapun hasil dari uji regresi secara parsial (uji t) dapat
dilihat pada tabel 4.7
96
Tabel 4.7
Hasil Uji Regresi Parsial t variabel X1 X2...X6 DAN Y1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,244 ,502 ,486 ,629
CH -,859 1,044 -,117 -,822 ,415
BS ,523 4,353 ,016 ,120 ,905
KI 2,544 1,146 ,248 2,220 ,031
KA -,529 ,173 -,358 -3,054 ,004
KAS ,017 ,011 ,196 1,584 ,119
KK -,200 ,184 -,169 -1,086 ,282
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber: data yang dioalah (2017)
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil uji statistik t pada tingkat
signifikansi 5 persen (5%). Model regresi yang diperoleh dari
pengujian persamaan regresi diiatas adalah sebagai berikut :
TOBINSQ = 0,244 - 0,859CH + 0,523 BS + 2,544 KI - 0,529 KA +
0,017 KAS - 0,200 KK + ε
Keterangan :
TOBINSQ = Nilai perusahan i pada tahun t
CH = Cash Holdings perusahaan i pada tahun t
BS` = Board Size perusahaan i pada tahun t
KI = Kepemilikan Institusional perusahaan i pada tahun t
KA = Kualitas Audit perusahaan i pada tahun t
KAS = Kepemilikan Asing perusahaan i pada tahun t
KK = Kepemilikan Keluarga perusahaan i pada tahun t
97
ε = error term, yaitu tingkat kesalahan praduga dalam penelitian
Dari tabel 4.10 di atas menujukkan bahwa koefisien model regresi
memiliki nilai konstanta sebesar 0,244 dengan nilai t hitung sebesar
0,486 dan nilai sig. sebesar 0,629. Konstanta sebesar 0,244
menandakan bahwa jika variabel independen maka rata-rata nilai
perusahaan adalah sebesar 0,244.
a) Variabel Cash Holdings
H1: Cash Holdings berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel cash holdings
terhadap nilai perusahaan menunjukkan nilai t hitung sebesar -
0,822 dengan nilai signifikan sebesar 0,415 yang berada di atas
0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa cash holdings belum dapat
mempengaruhi terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian
hipotesis alternatif satu yang menyatakan bahwa cash holdings
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan ditolak.
Dari hubungan tersebut dapat diketahui bahwa semakin kecil
atau besar saldo cash holdings yang dimiliki oleh perusahaan, tidak
akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. hal ini
menunjukan bahwa investor tidak melihat cash holdings
perusahaan dalam melakukan investasi. Karena investor memiliki
kepercayaan bahwa cash holdings perusahaan sangat rentan untuk
disalah gunakan oleh manajer perusahaan. jika dikaitkan dengan
98
teori agensi maka perusahaan (agent) yang diwakili oleh
manajemen mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan
prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan
kreditor). Selain itu, kepemilikan kas dalam perusahaan
menyebabkan banyaknya peluang investasi yang hilang. Hal ini
menyebabkan perusahaan tidak memberikan sinyal positif kepada
pemegang saham dan menyebabkan asimetri informasi. Kurangnya
informasi yang dimiliki oleh pihak luar menyebabkan investor
tidak dapat memberikan penilaian yang akurat dan tepat terhadap
perusahaan.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Albertus,
(2015) ditemukan hubungan negatif dan tidak signifikan antara
cash holdings terhadap nilai perusahaan yang berpendapat bahwa
hasil tersebut menunjukan kepemilikan cash holdings dalam
perusahaan merupakan nilai sisa dari aktifitas selama satu tahun
perusahaan yang merupakan bagian dari teori packing order dan
bukan ditujukan untuk investasi. Hal ini menyebabkan investor
khawatir bahwa manajer lebih mempunyai kekuasaan untuk
menghamburkan sumber daya perusahaan pada value-destroying
projects (proyek yang merusak nilai). Hal ini juga konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kin-Wai Lee dan Cheng-Few Lee,
(2008) yang menemukan hubungan bahwa nilai perusahaan yang
99
diproksikan dengan market to book ratio berhubungan negatif
dengan cash holdings.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Isshaq,
dkk. (2009) ditemukan hubungan positif dan tidak signifikan antara
cash holdings dengan nilai perusahaan yang menyatakan bahwa
semakin banyak tambahan kas yang dimiliki perusahaan akan
semakin meningkatkan nilai perusahaan.
Hasi pengamatan peneliti berdasarkan hasil penelitian bahwa
setelah masa krisis moneter yang terjadi ditahun 2008, banyak
investor yang belum dapat mempercayai besaran saldo kas dan
setara kas ditangan (cash holdings). Penelitian yang dilakukan oleh
Albertus (2015) dilakukan di Indonesia sesuai dengan penelitian ini
dilakukan dengan rentang waktu yang relativ sama dengan
penelitian ini dilakukan, sedangkan penelitian oleh Ishaaq., dkk
(2009) dilakukan di Ghana.
b) Variabel Corporate Governance
H2A: Ukuran Dewan Direksi berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel ukuran dewan
direksi terhadap nilai perusahaan nilai t hitung sebesar 0,120
dengan nilai signifikan sebesar 0,905 yang berada di atas 0,05. Ini
berarti menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi belum dapat
mempengaruhi terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian
100
hipotesis alternatif dua A yang menyatakan bahwa ukuran dewan
direksi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan ditolak.
Dari hubungan tersebut dapat diketahui bahwa semakin banyak
atau kecilnya jumlah dewan direksi yang ada di dalam perusahaan,
tidak akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Sebab,
investor tidak melihat dari komposisi dalam penentuan jumlah
dewan direksi, dalam penentuan jumlah dewan direksi tidak serta
merta akan berdampak langsung oleh peningkatan efektifitas dari
suatu entitas bisnis bahkan jika terlalu banyak jumlah anggota
dewan direksi akan menghamburkan keuangan suatu perusahaan.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sri Rahayu
(2014) ditemukan hubungan negatif dan tidak signifikan antara
ukuran dewan direksi dengan nilai perusahaan. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Machfoedz
(2003) ditemukan hubungan positif dan signifikan antara ukuran
dewan direksi dengan nilai perusahaan. Dimana ukuran dewan
direksi dikatakan dapat menjadi subtitute dari kepemilikan
manajerial dan terlibat secara langsung di dalam mengatur dan
melakukan fungsi kontrol di dalam perusahaan.
H2B: Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel komisaris
independen terhadap nilai perusahaan menunjukkan nilai t hitung
101
sebesar 2,220 dengan nilai signifikan sebesar 0,031 yang berada di
bawah 0,05. Ini berarti menunjukkan komisaris independen
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dengan demikian hipotesis alternatif dua B yang menyatakan
komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan diterima.
Dari hubungan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar
jumlah komisaris independen pada dewan komisaris, maka semakin
baik dalam memonitorkan pelaporan keuangan. Hal ini sesuai
kriteria dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam LK) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang berupaya
memperbaiki corporate governance dengan mengeluarkan
peraturan yang dituangkan dalam code for good corporate
governance dan peraturan yang berkaitan dengan corporate
governance, yaitu Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta
Nomor Kep-315/BEJ/06-2000 yang diperbaharui dengan
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-
339./BEJ/07-2001 butir C mengenai board governance yang terdiri
dari komisaris independen, komite audit dan sekretaris perusahaan.
Sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh direksi Bursa Efek
Jakarta, untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance), jumlah komisaris independen sekurang-
kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. penerapan
102
prinsip-prinsip dasar GCG dengan baik dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Membuat investor dapat mempercayai hasil pelaporan
keuangan perusahaan dan mengecilkan konflik keagenan sehingga
dapat menaikan nilai perusahaan.
Hasil ini didukung oleh penelitian Rafriny Amyulianthy (2012)
ditemukan hubungan positif dan signifikan antara variabel
corporate governance yaitu komisaris independen terhadap nilai
perusahaan.
H2c: Kualitas Audit berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kualitas audit
terhadap nilai perusahaan menunjukkan nilai t hitung sebesar -
3,054 dengan nilai signifikan sebesar 0,004 yang berada di bawah
0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa kualitas audit memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil ini menunjukkan masih kurangnya perhatian investor
terhadap informasi perusahaan terutama terkait laporan auditor
independen. Di indonesia kualitas Akuntan Publik lokal banyak
yang belum memenuhi standar kompetensi Internasional karena
pasar jasa akuntansi dikuasai oleh The Big 4, sehingga mayoritas
KAP lokal tidak mampu menyediakan program untuk
meningkatkan kualitas akuntannya. Sehingga kualitas audit belum
dipercaya oleh investor, pemilihan Akuntan Publik yang berasal
103
dari The Big 4 akan menyebabkan pembayaran jasa audit yang
lebih mahal dibandingkan dengan Akuntan Publik Lokal sehingga
menyebabkan laba perusahaan menjadi menurun. Hal ini
menyebabkan para investor berpikir ulang untuk
memengkhawatirkan pengembalian deviden yang tidak sesuai
harapan para investor Rafriny Amyulianthy (2012) . Dengan
demikian dapat disimpulkan kualitas audit berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan. Hasil ini didukung oleh Rafriny
Amyulianthy (2012) ditemukan hubungan negatif dan signifikan
antara variabel corporate governance yaitu kualitas audit terhadap
nilai perusahaan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Herawati (2008) ditemukan hubungan positif dan signifikan
antara variabel corporate governance yaitu kualitas audit terhadap
nilai perusahaan.
H2d: Struktur kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kepemilikan
asing terhadap nilai perusahaan menunjukkan nilai t hitung sebesar
1,584 dengan nilai signifikan sebesar 0,119 yang berada di atas
0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa kepemilikan asing belum
dapat mempengaruhi terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian
hipotesis alternatif dua d yang menyatakan struktur kepemilikan
asing berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan ditolak.
104
Dari hubungan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar
atau kecilnya jumlah kepemilikan saham yang dibeli oleh investor
asing tidak menyebabkan menaikan nilai perusahaan. Hal ini
dikarenakan investor dalam berinvestasi masih kurang melihat dari
struktural kepemilikan asing dalam suatu perusahaan. Investor
lebih melihat dari unsur keuntungan/potensi laba perusahaan
dimasa yang akan datang.
Hasil ini didukung oleh Suharli (2006) ditemukan hubungan
positif dan tidak signifikan antara variabel struktur kepemimpinan
yaitu kepemilikan asing terhadap nilai perusahaan.
H2e: Struktur kepemilikan keluarga berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel Kepemilikan
Keluarga terhadap nilai perusahaan menunjukkan nilai t hitung
sebesar -1,086 dengan nilai signifikan sebesar 0,282 yang berada di
atas 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa Kepemilikan Keluarga
belum dapat mempengaruhi terhadap nilai perusahaan.. Dengan
demikian hipotesis alternatif dua e yang menyatakan Struktur
kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
ditolak.
Dari hubungan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar
atau kecilnya jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh
struktural kepemilikan keluarga tidak menyebabkan menaikan nilai
105
perusahaan. Hal ini dikarenakan investor dalam berinvestasi masih
kurang melihat dari struktural kepemilikan keluarga dalam suatu
perusahaan. Investor lebih melihat dari unsur keuntungan/potensi
laba perusahaan dimasa yang akan datang.
Hasil ini didukung oleh Rano, Pratana Puspa (2011) ditemukan
hubungan negatif dan tidak signifikan antara variabel struktur
kepemimpinan yaitu kepemilikan keluarga terhadap nilai
perusahaan. Hasil ini juga konsisten oleh penelitian Giovannini
(2009) yang menyebutkan bahwa kinerja saham pada perusahaan
yang mempunyai kepemilikan keluarga mutunya akan menjadi
lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan hanya dengan adanya
keterlibatan keluarga di dalam perusahaan, maka mereka akan
mempunyai power (kekuatan) lebih di dalam perusahaan tersebut.
Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa semakin sedikit
keterlibatan keluarga di dalam perusahaan, baik pemegang saham
maupun keterlibatan lainnya, maka dewan akan semakin banyak
terdiri dari kalangan outsiders. Begitu juga dengan Shleifer dan
Vishny (1997) yang menyatakan bahwa perusahaan keluarga
cenderung menempatkan anggota keluarga dalam posisi manajerial
sehingga menghalangi orang-orang yang lebih berpotensi dan
mempunyai kemampuan untuk masuk ke dalam posisi tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh cash
holdings, corporate governance yang diwakili oleh ukuran dewan
106
direksi, kepemilikan asing dan keluarga tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan. Terdapat variabel corporate governance yang
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
yakni variabel komisaris indepedensi. Terdapat variabel corporate
governance yang memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan yakni variabel kualitas audit.
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cash holdings dan
corporate governance, terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Dari enam hipotesis yang
diajukan, hanya satu hipotesis yang diterima dan lima hipotesis lainnya ditolak.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Cash holdings atau kepemilikan kas yang diukur melalui logaritma
natural nilai kas akhir tahun di bagi total aset menunjukkan pengaruh
negatif namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Bayu
(2015) ditemukan hubungan negatif dan tidak signifikan antara cash
holdings terhadap nilai perusahaan. Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Isshaq, dkk. (2009) ditemukan hubungan positif
dan tidak signifikan antara cash holdings dengan nilai perusahaan.
2. Corporate governance yang diwakili oleh ukuran dewan direksi negatif
dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Sri Rahayu (2014) ditemukan hubungan
negatif dan tidak signifikan antara ukuran dewan direksi dengan nilai
perusahaan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suranta dan Machfoedz (2003) ditemukan hubungan positif dan
signifikan antara ukuran dewan direksi dengan nilai perusahaan.
108
3. Corporate governance yang diwakili oleh komisaris independen
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil ini didukung oleh penelitian Rafriny Amyulianthy (2012)
ditemukan hubungan positif dan signifikan antara variabel corporate
governance yaitu komisaris independen terhadap nilai perusahaan.
4. Corporate governance yang diwakili oleh kualitas audit memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini
didukung oleh Rafriny Amyulianthy (2012) ditemukan hubungan
negatif dan signifikan antara variabel corporate governance yaitu
kualitas audit terhadap nilai perusahaan. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2008) ditemukan hubungan
positif dan signifikan antara variabel corporate governance yaitu
kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
5. Corporate governance yang diwakili oleh kepemilikan asing tidak
memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil ini didukung oleh Suharli (2006) ditemukan
hubungan positif dan tidak signifikan antara variabel struktur
kepemimpinan yaitu kepemilikan asing terhadap nilai perusahaan.
6. Corporate governance yang diwakili oleh kepemilikan keluarga
memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil ini didukung oleh Rano, Pratana Puspa (2011)
ditemukan hubungan negatif dan tidak signifikan antara variabel
109
struktur kepemimpinan yaitu kepemilikan keluarga terhadap nilai
perusahaan.
B. Implikasi
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan implikasi bagi
investor dan emitten
1. Bagi Investor
Penelitian ini membuktkan bahwa perusahaan sektor property dan
real estate yang terdaftar di BEI setelah masa krisis yang terjadi di
tahun 2008 berangsur-angsur pulih namun tidak semua perusahaan
sektor property dan real estate memiliki niali perusahaan dengan angka
Tobins Q 1 ( nilai 1 menunjukan kinerja perusahaan baik).
Hasil penelitian ini menunjukan variabel cash holdings, corporate
governance (ukuran dewan direksi, kepemilikan asing dan kepemilikan
keluarga). Tidak bisa dijadikan bahan langsung untuk mengambil
keputusan dalam menginvestasikan dalam bentuk saham.
Dalam penelitian ini variabel komisaris independensi dapat
dijadikan bahan untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi, karena
dalam penelitian ini semakin besar komisaris independensi yang
dimiliki perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi
investor tidak bisa langsung percaya dengan auditor yang dipilih oleh
perusahaan, dikarenakan dalam penelitian ini ditemukan hubungan
negatif dan signifikat antara kualitas audit dengan nilai perusahaan.
investor harus melihat dari sudut padang yang berbeda.
110
2. Bagi emitten
Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi manajemen perusahaan
dalam membuat kebijakan dan menjadi informasi yang mampu
membantu manajemen dalam mengambil keputusan mengenai
penerepan dalam menaikan nilai perusahaan. Banyak manajer
perusahaan tidak melihat dari sudut pandang besaran nilai perusahaan
pada suatu perusahaan. Hal ini terbukti dari perusahaan yang memiliki
aset dengan nominal yang besar tidak memiliki nilai perusahaan ≥ 1
(diukur dengan Tobins Q).
C. Saran
Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini,
maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang dapat digunakan
untuk semua pihak terutama untuk yang akan melakukan penelitian serupa:
1. Untuk penelitian selanjutnya, indikator penelitian dapat diganti dengan
proxy yang lain ataupun ditambah dengan variabel yang lain seperti
corporate governance yang diukur melalui ukuran dewan direksi,
komisaris indepedensi, kualitas audit, kepemilikan keluarga dan
kepemilikan asing. dapat ditambah atau diganti dengan beberapa faktor
lain seperti kepemilikan manajerial. Selain itu, sebaiknya menambahkan
variabel kontrol yang sesuai dengan penelitiannya.
2. Untuk penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan sampel yang
lebih luas dengan menambah sampel penelitian menjadi minimal enam
tahun. Hal ini dimaksudkan agar kesimpulan yang dihasilkan dari peneliti
111
tersebut memiliki cakupan yang lebih luas, sehingga mungkin akan
didapatkan hasil yang lebih kuat dan akurat, serta sampel yang lebih
banyak.
3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya objek penelitian agar ditambah
menjadi seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indnesia (BEI)
sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi dan lebih menjelaskan
variabilitas data yang sesungguhnya.
112
DAFTAR PUSTAKA
Azmat, Q.-u.-a. “Firm Value And Optimal Cash Level”. International Journal of
Emerging Markets, 488-504. 2014.
Albertus. “Pengaruh Cash Holding Terhadap Nilai Perusahaan (studi empiris
terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-
2013)”. ISSN 2337-3806 Diponegoro Journal of Accounting. Vol 4,
No 4, 2015.
Barontini, Roberto dan Lorenzo Caprio. “The Effect of Family Control on Firm
Value and Performance Evidence from Continental Europe”. Finance
Working Paper, No.88/2005. www.ssrn.com 2005.
Bokpin, Godfred A. dan Zangina Isshaq. “Corporate Governance, Disclosure and
Foreign Share Ownership on the Ghana Stock Exchange”. Managerial
Auditing Journal, Vol. 24, No. 7, pp. 688-703.
www.emeraldinsight.com/ 0286-6902.htm , 2009.
Brigham, Eugene F. dan Joel F, Houston. “Fundamentals of Financial
Management”. 9 ed. Orlando, Florida: Harcourt Inc. 2001.
Christina, Y. T., & Ekawati, E. “Excess Cash Holdings Dan Kepemilikan
Institusional Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”.
Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan Kewirausahaan. Vol.8 No.1,
2014.
Dewi, Sri. . “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Kinerja Keuangan Dan Kebijakan Hutang Sebagai Variabel
Interventing”. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15 No. 1, 2011.
Djalil, Sofyan. Good Corporate Governance.
http://www.linkpdf.com/download/2-dl/bab-i-buku-good
corporategovernance-. pdf, diakses 25 mei 2017 .2000.
Evada DewataL.Vera Riama ,Henny Yulsiati ,Sandrayati. “ Pengaruh Board Size
dan Kualitas Audit Terhadap Nilai Perusahaan Tambang Batubara
yang Terdaftar Di Bei”. Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan. Vol.10 No.1, 2015.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). “Peranan Dewan
Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan)”. Seri Tata Kelola Perusahaan
(CorporateGovernance) Jilid II. www.google.com. 2002.
Giovannini, Renato. “Corporate Governance, Family Ownership and
Performance”. Springer Science and Business Media, LCC. 2009
Ghozali, Imam. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. ed. 1. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
Herawaty, Vinola. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating
Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai
Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 10 (2): 97-108. 2008.
IAI. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2: Kas dan Setara Kas, IAI,
Jakarta, 2009.
Ignatius Edward Riantono. “Pengelolaan Manajemen Modern Dalam
Mewujudkan Good Corporate Governance: Optimalisasi Pencapaian
113
Tujuan Perusahaan”.Binus Business Review Vol. 5 No. 1: 315-322,
2014.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis, Untuk
Akuntansi dan Manajemen”. Edisi 1, BPFE Yogyakarta, 2002.
Isshaq, Zangina., Godfred A. Bopkin, dan Joseph Mensah Omunah. “Corporate
Governance, Ownership Structure, Cash Holdings, and Firm Value on
the Ghana Stock Exchange.” The Journal of Risk Finance, Vol. 10 No.
5,pp. 488-499. www.emeraldinsight.com/1526-5943.htm 2009.
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling.. “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journalof Financial
Economics, Vol. 3, No. 4, pp. 305-360. www.ssrn.com 1976.
Kompas. “Indeks Harga Saham Gabungan Melemah”, Jakarta, 25 November
2008.
Lee, Wai Kin and Few Lee, Cheng. “Cash Holding, Corporate Governance
Structure and Firm Valuation”, Nanyang Business School, Singapore,
2008.
Rafriny Amyulianthy ,“Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap
Kinerja Perusahaan Publik Indonesia”,Jurnal Liquidity, Vol.1 , No.2,
Hlm 92-98, 2012.
Randy dan Juniarty. “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2007-2011”,
Business Accounting Review, Vol. 1, N0. 2, 2013
Rano, Pratana Puspa Mediatuty. “Struktur Kepemilikan, Good Corporate
Governance,v Investasi, Dan Nilai Perusahaan”, Jurnal
Akuntansi,Volume 1 – Nomor 1, ISSN 2303-0356, 2011
Rizka, Tarmizi Achmad. “Analisi Pengaruh Corporate Governance, Struktur
Kepemilikan, dan Cash Holdings Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal
Liquidity,Vol.12 , No.4,Hlm 92-98, 2011
Saddour, K. “The Determinants and the Value of Cash Holdings: Evidence from
French firms “. Cahier de Recherche. 2006.
Sartika, Dewi dan Fidiana, “Moderasi Kepemilikan Institusional terhadap
Hubungan Perencanaan Pajak dan Nilai Perusahaan”, Jurnal Ilmu &
Riset Akuntansi,Vol. 4 ,No. 12,2015.
Shleifer, Andrei dan Robert W. Vishny. “A survey of corporate governance”.
Journal of Finance, 52 (2), 737–777. www.ssrn.com. 1997
Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. “Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium
Nasional Akuntansi IX, Padang. 2006.
Siregar, Sylvia Veronica N. P. dan Siddharta Utama. “Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”. Simposium
Nasional Akuntansi VIII, Solo, 2005.
Sri Rahayu,Samiaji Nugroho. “ Pengaruh Komposisi dan Pendidikan Dewan
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan dalam Pelaksanaan Good
Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara yang
114
terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Bisnis
Sriwijaya Vol.12 No.4, 2014.
Suharli, M. “Studi Empiris Terhadap Faktor Yang Mempengaruhi Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia”. Jurnal
Maksi. Vol. 6, No.1, 2006.
Sujoko & Soebiantoro, U. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,
Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan”, 9 (1), 41-48. 2007.
Sunyoto, Danang, “ Praktik SPSS Untuk Kasus”, Yogyakarta : Nuha Medika,
2011.
Suranta, Eddy dan Mas’ud Machfoedz.. “Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai
Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi”. Simposium
Nasional Akuntansi VI, Surabaya 2003.
Tjager, I.N, Alijoyo, A., Djemat, H. R., dan Soembodo, B. “Mastering Corporate
Governance : Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis
Indonesia”, Jakarta : PT Prenhallindo, 2003
Widyaningdyah, A. U.” Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Earning Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia”.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan 3 (2), 2001.
www.idx.co.id
www.sahamok.com
115
LAMPIRAN-LAMPIRAN
116
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta
No Kode Saham Nama Emiten
1 APLN Agung Podomoro Land Tbk
2 ASRI Alam Sutra Reality Tbk
3 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk
4 BCIP Bumi Citra Permai Tbk
5 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk
6 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk
7 BIPP Bhuawanatala Indah Permai Tbk
8 BKDP Bukit Darmo Property Tbk
9 BIKSL Sentul City Tbk
10 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk
11 COWL Cowell Development Tbk
12 CTRA Ciputra Development Tbk
13 CTRP Ciputra Property Tbk
14 CTRS Ciputra Surya Tbk
15 DART Duta Anggada Reality Tbk
16 DILD Intiland Development Tbk
17 DMAS Puradelta Lestari Tbk
18 DUTI Duta Pertiwi Tbk
19 ELTY Bakrieland Development Tbk
20 EMDE Megapolitan Development Tbk
21 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk
22 GAMA Gading Development Tbk
23 GMTD Goa Makassar Tourism Development Tbk
24 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk
25 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk
26 JRPT Jaya Real Property Tbk
27 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
28 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk
29 LCGP Eureka Prima Jakarta
30 LPCK Lippo Cikarang Tbk Bersambung ke halaman selanjutnya.
117
Lampiran 1 (Lanjutan)
Daftar Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta
No Kode Saham Nama Emiten
31 LPKR Lippo Karawaci Tbk
32 MDLN Modernland Reality Tbk
33 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk
34 MIMLP Mega Manunggal Property Tbk
35 MTLA Metropolitan Land Tbk
36 MTSM Metro Reality Tbk
37 NIRO Nirvana Development Tbk
38 OMRE Indonesia Prima Property
39 PPRO PP Properti Tbk
40 PLIN Plaza Indonesia Reality Tbk
41 PUDP Pudjiati Prestige Tbk
42 PWON Pakuwon Jati Tbk
43 RBMS Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk
44 RDTX Roda Vivatex Tbk
45 RODA Pikko Land Development Tbk
46 SCBD Dadanayasa Arthatama Tbk
47 SMDM Suryamas Dutamakmur
48 SMRA Summarecon Agung Tbk
49 TARA Sitara Propertindo Tbk
118
Lampiran 2
Daftar Perusahaan Property dan Real Estate yang menjadi
bahan penelitian
No Kode Saham Nama Emiten
1 APLN Agung Podomoro Land Tbk
2 ASRI Alam Sutra Reality Tbk
3 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk
4 BCIP Bumi Citra Permai Tbk
5 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk
6 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk
7 CTRA Ciputra Development Tbk
8 DUTI Duta Pertiwi Tbk
9 EMDE Megapolitan Development Tbk
10 GMTD Goa Makassar Tourism Development Tbk
11 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk
12 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk
13 JRPT Jaya Real Property Tbk
14 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
15 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk
16 LPCK Lippo Cikarang Tbk
17 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk
18 PUDP Pudjiati Prestige Tbk
19 RBMS Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk
20 SCBD Dadanayasa Arthatama Tbk
119
Lampiran 3
Lembar Perhitungan Variabel Uji
No Kode
Tobin Q Cash Board Komisaris Kualitas Kepemilikan Kepemilikan
Perusahaan Holdings Size Independen Audit Asing Keluarga
1 APLN 13 0,635 0,161 0,09 0,333 1 10,5 0
2 APLN 14 0,644 0,183 0,08 0,333 1 11,49 0
3 APLN 15 0,63 0,117 0,07 0,333 1 7,2 0
4 ASRI 13 1,216 0,062 0,05 0,4 0 11,3 0
5 ASRI 14 1,21 0,052 0,05 0,4 0 12,4 0
6 ASRI 15 1,01 0,034 0,06 0,4 0 10,5 0
7 BAPA 13 0,722 0,036 0,06 0,333 0 7,8 0
8 BAPA 14 0,623 0,026 0,06 0,333 0 6,2 0
9 BAPA 15 0,613 0,0092 0,06 0,333 0 6,2 0
10 BCIP 13 2,003 0,021 0,04 0,333 0 4,8 0
11 BCIP 14 2,44 0,011 0,04 0,5 0 4,9 0
12 BCIP 15 2,428 0,013 0,04 0,5 0 7,82 0
13 BEST 13 0,955 0,163 0,04 0,333 0 10,34 1
14 BEST 14 2,147 0,087 0,03 0,333 0 15,5 1
15 BEST 15 1,538 0,082 0,05 0,4 0 14,4 1
16 BSDE 13 1,405 0,19 0,09 0,375 0 22,48 0
17 BSDE 14 1,521 0,099 0,09 0,375 0 21,84 0
18 BSDE 15 1,348 0,17 0,08 0,4 0 22,6 0
19 CTRA 13 1,074 0,171 0,08 0,5 1 7,93 0
20 CTRA 14 1,31 0,123 0,08 0,5 1 7,73 0
Bersambung ke halaman selanjutnya
120
. Lampiran 3 (Lanjutan)
Lembar Perhitungan Variabel Uji
No Kode
Tobin Q Cash Board Komisaris Kualitas Kepemilikan Kepemilikan
Perusahaan Holdings Size Independen Audit Asing Keluarga
21 CTRA 15 1,355 0,116 0,05 0,333 1 13,29 0
22 DUTI 13 1,23 0,137 0,07 0,333 0 7,46 1
23 DUTI 14 1,342 0,162 0,07 0,333 0 7,46 1
24 DUTI 15 1,555 0,196 0,07 0,333 0 7,58 1
25 EMDE 13 0,803 0,085 0,04 0,333 0 7,44 1
26 EMDE 14 0,879 0,126 0,04 0,333 0 7,44 1
27 EMDE 15 0,852 0,106 0,04 0,5 0 7,44 1
28 GMTD 13 1,375 0,039 0,05 0,3 0 8,3 0
29 GMTD 14 0,969 0,015 0,05 0,375 0 8,4 0
30 GMTD 15 1,163 0,014 0,04 0,3 0 8,3 0
31 GPRA 13 0,889 0,033 0,03 0,333 0 17,59 0
32 GPRA 14 1,262 0,034 0,03 0,333 0 16,7 0
33 GPRA 15 0,999 0,047 0,04 0,333 0 23,48 0
34 GWSA 13 0,282 0,16 0,04 0,5 1 4,5 1
35 GWSA 14 0,276 0,01 0,04 0,5 1 4,5 1
36 GWSA 15 0,186 0,02 0,04 0,333 1 4,5 1
37 JRPT 13 2,35 0,095 0,05 0,4 0 16,02 0
38 JRPT 14 2,66 0,03 0,05 0,4 0 28,48 0
39 JRPT 15 1,805 0,03 0,05 0,4 0 21,55 0
40 KIJA 13 0,965 0,072 0,05 0,4 0 19,97 0
Bersambung ke halaman selanjutnya.
121
Lampiran 3 (Lanjutan)
Lembar Perhitungan Variabel Uji
No Kode
Tobin Q Cash Board Komisaris Kualitas Kepemilikan Kepemilikan
Perusahaan Holdings Size Independen Audit Asing Keluarga
41 KIJA 14 1,156 0,07 0,05 0,4 0 19,97 0
42 KIJA 15 1,013 0,085 0,05 0,4 0 19,97 1
43 LAMI 13 0,478 0,22 0,07 0,333 0 3,5 1
44 LAMI 14 0,876 0,264 0,07 0,333 0 3,5 1
45 LAMI 15 0,641 0,309 0,07 0,333 0 3,5 1
46 LPCK 13 1,407 0,08 0,07 0,43 0 20,7 0
47 LPCK 14 2,039 0,068 0,06 0,44 0 20,7 0
48 LPCK 15 1,258 0,092 0,05 0,375 0 20,7 0
49 MKPI 13 0,453 0,04 0,06 0,31 1 7,4 1
50 MKPI 14 0,506 0,204 0,06 0,31 1 7,4 1
51 MKPI 15 0,333 0,328 0,06 0,31 1 7,55 1
52 PUDP 13 0,68 0,141 0,02 0,333 0 15,1 1
53 PUDP 14 0,65 0,124 0,02 0,333 0 15,1 1
54 PUDP 15 0,615 0,154 0,02 0,333 0 15,1 1
55 RBMS 13 0,384 0,293 0,03 0,333 0 0,41 1
56 RBMS 14 0,382 0,277 0,03 0,333 0 0,4 1
57 RBMS 15 0,19 0,18 0,03 0,333 0 0,39 1
58 SCBD 13 1,842 0,165 0,02 0,333 0 5,6 1
59 SCBD 14 1,485 0,083 0,03 0,333 0 5,6 1
60 SCBD 15 1,332 0,075 0,02 0,333 0 5,6 1
122
Lampiran 4
Hasil Uji Variabel dengan SPSS Versi 22
123
124
125