Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis d ...
Transcript of Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis d ...
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6 ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 25 Oktober 2017
37
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit
Jaket
Dona Rahmawati, Gresy Griyanitasari, Prayitno
Besar Kulit, Karet dan Plastik, Kementerian Perindustrian
Jl. Sokonandi No. 9 Yogyakarta 55166, Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Proses buang bulu merupakan salah satu tahapan dalam proses beamhouse yang dapat
menghasilkan banyak limbah. Limbah padat berupa bulu dapat mencapai 20-30% dari berat kulit.
Buang bulu secara tradisional dapat menyebabkan bulu hancur dan terikut ke dalam limbah cair
sehingga memperburuk kualitas limbah cair. Untuk mengurangi pencemaran limbah cair maka
proses buang bulu dilakukan dengan cara painting yaitu mengoleskan bahan buang bulu pada
bagian daging/flesh sehingga bulu yang hilang masih utuh dan dapat dimanfaatkan. Dalam
penelitian ini dilakukan proses buang bulu kulit domba dengan cara painting dan cara tradisional
dengan menggunakan bahan buang bulu yang sama, kemudian kulit domba disamak menjadi kulit
jaket. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh proses buang bulu terhadap sifat fisis kulit
jaket meliputi kekuatan tarik, kekuatan sobek, kemuluran, permeabilitas uap air, dan kelemasan
serta uji morfologi kulit menggunakan SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter fisis
kekuatan tarik, kekuatan sobek, kemuluran, permeabilitas uap air dan kelemasan serta morfologinya
tidak berbeda nyata pada kedua proses buang bulu.
Kata kunci: buang bulu, painting, tradisional, kulit domba, kulit jaket.
ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017
38
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
The Effect of Eco-Friendly Unhairing with Painting System on Physical Properties and Morphology of Jacket Leather
Dona Rahmawati, Gresy Griyanitasari, Prayitno
Center for Leather, Rubber and Plastic, Ministry of Industry
Jl. Sokonandi No. 9 Yogyakarta 55166, Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Unhairing is one of the stages in beamhouse process that produce much wastewater and solid
waste. Wool as the solid waste from unhairing stage reach 20-30% of skin weight. Traditional
unhairing could destruct the wool and could be blended with water that worsen the quality of the
wastewater. To decrease the wastewater, painting method is one of the alternative to unhair the
wool from the skin by smearing the flesh with unhairing chemicals. This method could keep and
utilize the whole wool. In this study, painting method has been compared with traditional method
with the same chemicals and were processed into jacket leather. The aim of this study is to
determine the effect of unhairing method to physical properties, such as tensile strength, tear
strength, elongation at break, water vapor permeability, softness; and morphological properties
using scanning electron microscopy (SEM). The results of the jacket leather showed no significant
differences according to tensile strength, tear strength, elongation at break, water vapor
permeability, and softness between painting and traditional method of unhairing.
Keywords: unhairing, painting, traditional, sheep leather, jacket leather.
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6 ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 25 Oktober 2017
39
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
PENDAHULUAN
Industri kulit merupakan industri hasil samping dari rumah pemotongan hewan, akan tetap
ada selama manusia masih mengkonsumsi daging. Kulit sebagai bahan pembuatan produk
diantaranya sepatu, jok, sarung tangan, garmen dan lain-lain (Fathima, Rao, & Nair, 2012). Selama
proses pengolahan dari kulit mentah menjadi barang jadi kulit, industri kulit menghasilkan banyak
limbah. Proses penyamakan 1 ton kulit mentah menghasilkan 200 kg kulit tersamak, 200 kg limbah
kulit tersamak, 250 kg limbah kulit tidak tersamak, dan 50.000 kg limbah cair (Sundar, et al., 2011).
Proses penyamakan kulit meliputi tiga fase, yaitu beamhouse, tanning dan finishing, dimana
masing-masing terbagi dalam beberapa tahapan proses (Mella, Glanert, & Gutterres, 2015). Proses
buang bulu merupakan salah satu tahapan dalam proses beamhouse setelah sortasi, perontokan
garam, perendaman dan pencucian. Proses beamhouse dengan metode tradisional menghasilkan
limbah sebanyak 70% dari total limbah proses penyamakan kulit (Li, et al., 2010). Limbah padat
berupa bulu dapat mencapai 15-20% dari berat kulit tergantung makanan dan kondisi cuaca
(Fathima et al., 2012)
Proses buang bulu dan pengapuran dimaksudkan untuk menghilangkan lapisan epidermis
kulit, membuat kulit lebih lunak, mengembangkan kulit dan memisahkan jaringan dari fibril untuk
memudahkan reaksi jaringan dengan bahan penyamak, penyabunan lemak alami sehingga dapat
dihilangkan dari kulit dan tidak mempengaruhi proses penyamakan. Dettmer et al., (2013)
menyatakan bahwa glikosaminoglikan adalah karbohidrat dengan bobot molekul tinggi umumnya
menjadi asam hialuronat, dermatan dan chondroitin sulfat. Dermatan sulfat sebagian hilang pada
proses buang bulu dan pengapuran (Valeika, et al, 2009) dan terbukanya struktur serat dan
menghasilkan kulit yang lebih lemas.
Proses buang bulu dan pengapuran merupakan rangkaian proses dengan metoda kimia
maupun fisika untuk melepaskan bulu dari corium dengan pengrusakan protein keratin atau
melepaskan ikatan antara akar rambut dengan corium. Menurut Covington (2009)proses buang bulu
dengan menghancurkan bulu sehingga bulu yang hancur terikut dalam larutan limbah cair ini
disebut hair burning, proses ini merupakan proses dengan teknologi rendah dan disebut metoda
tradisional. Kebanyakan industri penyamakan saat ini masih menggunakan proses buang bulu
dengan cara tradisional yang sangat menimbulkan cemaran pada industri penyamakan karena bulu
akan hancur dan terikut dalam limbah cair serta timbulnya limbah gas yang menyebabkan bau dari
bahan kimia yang digunakan.
Bahan yang biasanya digunakan untuk proses buang bulu adalah sodium sulfide (Na2S) dan
atau sodium hydrosulfide (NaHS) dan kapur (Ca(OH)2). Reaksi gabungan antara ion hidro sulfida
ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017
40
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
(HS-) dan hidroksil (OH
-) dapat menyebabkan berubahnya ikatan disulfida sehingga systin berubah
menjadi sistein dan terjadi hidrolisis keratin/protein bulu. Hidrolisis keratin mempengaruhi
karakteristik limbah cair dari proses buang bulu sehingga meningkatkan nilai chemical oxygen
demand (COD) dan total nitrogen limbah cair (Morera, Bartolí, & Gavilanes, 2016), biological
oxygen demand (BOD) dan total suspended solid (TSS)(Dettmer et al., 2013).
Meskipun sulfida bersifat toksik tetapi bahan ini merupakan bahan pelepas bulu paling baik.
Untuk menghindari hancurnya bulu agar tidak masuk dalam limbah cair dan sulit untuk
penanganannya maka perlu dicari upaya untuk melepaskan bulu dalam keadaan utuh sehingga dapat
digunakan untuk beberapa keperluan. Salah satu cara buang bulu tersebut adalah cara painting,
dimana menurut Covington (2009) proses ini dikategorikan dalam hair saving.
Fathima et al., (2012) menyatakan bahwa sejak bulu menjadi komoditi yang bernilai, kulit
domba diproses buang bulu menggunakan kapur dan sulfida dengan cara dioles di bagian
daging/flesh, dikenal dengan proses hair saving, setelah itu bulu diambil secara manual atau
mekanik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh buang bulu cara painting terhadap sifat
fisis dan morfologi kulit domba tersamak untuk bahan jaket dibandingkan dengan proses buang
bulu cara tradisional.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kulit domba lokal awetan garam, surfaktan, bating agent, sodium
sulfide (Na2S), kapur (Ca(OH)2), deliming agent(ZA),garam, asam sulfat (H2SO4), asam formiat
(HCOOH), krom, retanning agent, bahan peminyakan, bahan dyeing, bahan finishing.
Alat yang digunakan selama penelitian antara lain drum penyamakan, pHmeter, alat uji suhu kerut,
timbangan, alat pementang kulit, seperangkat alat untuk finishing kulit. Alat untuk pengujian fisis
meliputi kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek menggunakan Zwick/Roell 2020. Alat uji
kelemasan dengan softness tester ST 300. Alat untuk pengujian permeabilitas uap air menggunakan
wallace test equipment. Pengujian morfologi kulit menggunakan Scanning Electron Microscope
(SEM) merk SNE 3200M.
Metode
Dalam penelitian ini dilakukan proses buang bulu dengan 2 (dua) cara yaitu tradisional dan painting
(Tabel 1). Buang bulu secara tradisional adalah dengan menggunakan bahan kapur dan natrium
sulfida (Na2S) serta diproses menggunakan drum berputar. Buang bulu secara painting dilakukan
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6 ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 25 Oktober 2017
41
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
dengan cara mengoleskan bahan buang bulu berupa kapur dan natrium sulfida (Na2S) pada bagian
daging/flesh. Kulit yang telah diproses buang bulu kemudian dilanjutkan prosesnya sampai menjadi
kulit tersamak untuk bahan jaket dan dilakukan pengujian terhadap sifat fisisnya meliputi
kelemasan, kekuatan tarik, kemuluran dan kekuatan sobek serta uji morfologi kulit menggunakan
Scanning Electron Microscope (SEM).
Tabel 1. Formulasi proses buang bulu dan pengapuran
Proses Bahan % Lama proses
(menit)
Keterangan
Tradisional Air
Ca(OH)2
Na2S
Ca(OH)2
Air
100
3
3
2
100
10 stop 30
10 stop 30
Diamkan semalam, kulit terendam
larutan
Ditiriskan dan bulu disaring
Painting Air
Ca(OH)2
Na2S
20
10
6
180
Bahan berupa pasta dioleskan pada
bagian daging hingga merata,
Bulu diambil setelah 3 jam
Pengapuran
ulang
Air
Ca(OH)2
200
2
5
Diamkan semalam, buang air
Kulit domba awet garam dilakukan perontokan garam dan pencucian dalam drum berputar
menggunakan air 300% dari berat kulit, dilakukan 2 kali, setiap kali drum diputar 5 menit kemudian
air ditiriskan. Setelah itu dilakukan proses perendaman dalam drum dengan komposisi larutan
perendaman berupa air 300%, soda abu 0,3 %, wetting agent0,2 % drum diputar selama 60 menit,
cairan dibuang. Dilakukan pencucian dengan air 300% dan drum diputar selama 10 menit,
dilakukan 2 kali (Tabel 2).
Pengujian
Pengujian dilakukan terhadap sifat fisis kulit jaket yang dominan meliputi kekuatan tarik, kekuatan
sobek, kemuluran, permeabilitas uap air, kelemasan, dan uji morfologi dengan Scanning Electron
Microscope (SEM)
Analisa data
Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan one way anova single factor.untuk setiap
perlakuan, dengan taraf kepercayaan 95%.
ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017
42
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
Tabel 2. Proses penyamakan kulit
Proses Bahan % Lama proses
(menit)
Keterangan
Penghilangan
daging,
penghilangan
kapur, protein,
lemak
Pencucian
Air
ZA
Bating agent
Degreasing agent
200
2
1
2
90
Permeability test
Indikator penolptalein=putih
Pengasaman
(pikel)
Air
Garam
HCOOH
H2SO4
HCOOH
H2SO4
100
10
0,5
1
0,5
0,5
10
30
Min. 7oBe
Cek pH = 3
Diamkan semalan, pagi putar
60 mnt
Penyamakan
(tanning)
Menaikkan
basisitas
Air
Garam
Krom
Soda kue
100
15
8
1,5
90
3x15
Cek penampang = biru
Cek pH 3,8-4,2
Cek suhu kerut
Buang cairan, bilas, aging
Netralisasi Air
Novaltan PF
Soda kue
200
2
1,5
30
3x15
Cek pH = 5,5 – 6
Cek penampang biru thd.
BCG indicator
Buang cairan
Penyamakan
ulang
Air
White syntan
Resin acrylic
Syntan tanigan BN
Drasil sms
100
2
2
2
2
180
Diamkan semalam
Pewarnaan
dasar
Peminyakan
Air 600C
Syncal MS
Dyestuff(black GP)
Air panas 600C
Pellan
Derminol SPE
Anti jamur
100
1
3
50
7,5
7,5
0,05
10
60
60
Buang air 50%
Fiksasi HCOOH 1 2x20 Cek pH 3,8
Buang air, cuci, aging
Finishing Pengeringan, pelemasan,
pengecatan tutup, embossing
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6 ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 25 Oktober 2017
43
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada proses buang bulu secara tradisional sering dijumpai banyak bulu yang hancur dan tidak
tersaring oleh penyaring pertama pada unit pengolah limbah cair sehingga terikut dengan limbah
cair. Hal ini dapat mengganggu dan meningkatkan kualitas pencemaran air limbah. Jika buang bulu
dilakukan dengan cara painting maka semua bulu masih dalam keadaan utuhsehingga tidak terbawa
oleh limbah cair.
Hasil uji sifat fisis kulit jaket yang disamak dengan proses buang bulu cara painting dan cara
tradisional disajikan pada Gambar 1.
Kekuatan tarik
Hasil uji kekuatan tarik kulit yang diproses buang bulu secara tradisional lebih rendah
dibandingkan dengan kulit yang diproses buang bulu dengan cara painting. Berdasarkan analisa
statistik nilai kekuatan tarik tidak berbeda nyata (p value > 0,05). Nilai kekuatan tarik kulit jaket
dari kedua proses buang bulu memenuhi syarat, minimal 14 N/mm2 (BSN, 2011).
Covington(2009) menyatakan bahwa proses buang bulu dan pengapuran salah satu fungsinya
adalah untuk membelah serat (fibre) menjadi bundel fibril sehingga bahan kimia yang digunakan
pada proses penyamakan lebih mudah terserap. Pembelahan serat menentukan kelemasan dan
kekuatan kulit.
Proses buang bulu dan pengapuran yang tepat dapat membelah serat fiber dengan sempurna
sehingga bahan penyamak dapat terpenetrasi dengan baik. Semakin tinggi jumlah bahan penyamak
yang berikatan maka nilai kekuatan tarik kulit semakin besar.
Kekuatan sobek
Kekuatan sobek kulit dengan proses buang bulu secara tradisional lebih tinggi dibandingkan
dengan cara painting. Berdasarkan analisa statistik nilai kekuatan sobek tidak berbeda nyata (p
value > 0,05).
Proses buang bulu dan pengapuran salah satunya berfungsi untuk menghilangkan protein non
kolagen kulit. Jika protein non kolagen yang terkikis semakin banyak maka dapat mempermudah
bahan penyamak berikatan dengan kolagen. Kekuatan sobek dipengaruhi oleh jumlah bahan
penyamak yang berikatan dengan protein kolagen kulit. Kekuatan sobek juga dipengaruhi oleh
ketebalan kulit. Semakin tipis kulit maka kolagen semakin jarang, sehingga kuat sobeknya rendah.
Kekuatan sobek ekivalen dengan nilai kekuatan tarik (Hidayati, et al., 2015).
ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017
44
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
Kemuluran
Perbedaan proses buang bulu tidak mempengaruhi nilai kemuluran kulit (p value > 0,05).
Nilai kemuluran kulit dipengaruhi oleh jenis dan jumlah minyak yang digunakan dalam proses
penyamakan (Prayitno &Kasmudjiastuti, 2017).
Salah satu penentu kualitas kulit tersamak untuk bahan jaket adalah nilai kemuluran yang tepat.
Kemuluran menunjukkan elastisitas kulit. Kulit yang elastis lebih awet (Hidayati et al., 2015).
Permeabilitas uap air
Perbedaan proses buang bulu tidak berpengaruh terhadap nilai permeabilitas uap air (p value >
0,05). Salah satu hal yang mempengaruhi permeabilitas adalah bahan finishing. Adanya pigmen
untuk melapisi kulit dapat menambah ketebalan kulit sehingga permeabilitasnya
turun(Griyanitasari, 2017).
Permeabilitas uap air berhubungan dengan ketebalan kulit dan kelemasan kulit. Semakin tebal
kulit maka permeabilitasnya semakin rendah dan semakin tinggi kelemasan kulit maka
permeabilitas kulit juga semakin tinggi.(Zarlok, 2015).
Gambar 1. Hasil uji sifat fisis kulit jaket yang diproses buang bulu secara tradisional dan painting.
Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata.
Kelemasan
Kelemasan kulit mempengaruhi kenyamanan kulit jaket. Nilai kelemasan kulit hasil penelitian
memenuhi persyaratan, yaitu 5.0-7.5 mm (BSN, 2011). Kelemasan kulit antara lain dipengaruhi
oleh ketebalan kulit. Semakin tipis kulit maka nilai kelemasan makin tinggi (Zarlok, 2015). Selain
[VALUE] a
[VALUE] a
[VALUE] a
[VALUE] a
[VALUE] a
[VALUE] a [VALUE]
a
[VALUE] a
[VALUE] a [VALUE]
a
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
kekuatan tarik(N/mm2)
kekuatan sobek(N/mm)
kemuluran (%) permeabilitasuap air
(mg/cm2/jam)
kelemasan (mm)
konvensional painting
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6 ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 25 Oktober 2017
45
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
itu juga dipengaruhi oleh proses peminyakan (fatliquoring). Nilai kelemasan kulit jaket tidak
dipengaruhi oleh perbedaan proses buang bulu (p value >0,05).
Morfologi kulit
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2. Hasil uji SEM (a) permukaan kulit yang diproses buang bulu cara painting (b)
permukaan kulit yang diproses buang bulu cara tradisional (c) penampang melintang buang bulu
cara painting (d) penampang melintang buang bulu cara tradisional.
Hasil uji morfologi kulit disajikan pada Gambar 2. Pada gambar terlihat bahwa tidak ada
perbedaan pada permukaan kulit yang diproses buang bulu secara tradisional maupun painting.
Pada gambar permukaan kulit terlihat proses buang bulu sempurna tidak ada bulu yang tertinggal
dan tidak ada cacat kulit akibat proses buang bulu dan pengapuran. Pada gambar penampang
melintang kulit terlihat bahwa serat kolagen (fibre) telah terbelah menjadi bundel fibril.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mutu kulit untuk jaket yang dihasilkan dengan
proses buang bulu cara tradisional dan cara painting tidak berbeda dalam sifat-sifat fisis dan
morfologi. Buang bulu cara painting menghasilkan limbah bulu yang masih utuh tidak terikut dalam
limbah cair sehingga bulu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan produk.
ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-6 Yogyakarta, 25 Oktober 2017
46
Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik yang telah
mengijinkan kami menggunakan fasilitas yang ada serta staf laboratorium riset kulit dan
laboratorium penyamakan yang membantu terlaksananya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
BSN. (2011). Standar Nasional Indonesia SNI 4593:2011 - Kulit jaket domba/kambing.
Covington. (2009). Tanning Chemistry:The Science of Leather. Royal Society of Chemistry,
Cambridge.
Dettmer, A., Cavalli, É., Ayub, M. A. Z., & Gutterres, M. (2013). Environmentally friendly hide
unhairing: Enzymatic hide processing for the replacement of sodium sulfide and delimig.
Journal of Cleaner Production, 47, 11–18. http://doi.org/10.1016/j.jclepro.2012.04.024
Fathima, N., Rao, R., & Nair, B. U. (2012). Tannery Solid Waste to Treat Toxic Liquid Wastes : A
New Holistic Paradigm. Environmental Engineering Science, 29(6).
http://doi.org/10.1089/ees.2010.0445
Griyanitasari, G. (2017). Pengaruh Penambahan Jumlah Pigmen Pada Lapisan Dasar (Base Coat)
Pada Proses Finishing Terhadap Sifat Fisik Kulit Sapi. Buletin Peternakan, 41(3), 307.
http://doi.org/10.21059/buletinpeternak.v41i3.16649
Hidayati, A., Riyadi, P. H., & Rianingsih, L. (2015). Pengaruh Bating Agent dari Ragi Tempe (
Rhizopus oligosphorus ) terhadap Kualitas Kulit Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) Samak
The Effect of Bating Agent from Ragi Tempe ( Rhizopus oligosphorus ) to the Quality of Nila
( Oreochromis niloticus ) Leather. Jurnal Saintek Perikanan, 11(1), 26–33.
Kasmudjiastuti, E. (2017). Peningkatan ketahanan suhu dingin kulit atasan sepatu melalui
pengurangan daya penyerapan air dan pengaruhnya terhadap sifat fisik dan morfologi. Majalah
Kulit Karet Dan Plastik, 33(1), 49–56.
Li, S., Li, J., Yi, J., & Shan, Z. (2010). Cleaner beam house processes trial on cattle sofa leather.
Journal of Cleaner Production, 18(5), 471–477. http://doi.org/10.1016/j.jclepro.2009.11.010
Mella, B., Glanert, A. C., & Gutterres, M. (2015). Removal of chromium from tanning wastewater
and its reuse. Process Safety and Environmental Protection, 95, 195–201.
http://doi.org/10.1016/j.psep.2015.03.007
Morera, J. M., Bartolí, E., & Gavilanes, R. M. (2016). Hide unhairing: Achieving lower pollution
loads, decreased wastewater toxicity and solid waste reduction. Journal of Cleaner Production,
112, 3040–3047. http://doi.org/10.1016/j.jclepro.2015.11.028
Sundar, V. J., Gnanamani, A., Muralidharan, C., Chandrababu, N. K., & Mandal, A. B. (2011).
Recovery and utilization of proteinous wastes of leather making: A review. Reviews in
Environmental Science and Biotechnology, 10(2), 151–163. http://doi.org/10.1007/s11157-
010-9223-6
Valeika, V., Beleška, K., Valeikiene, V., & Kolodzeiskis, V. (2009). An approach to cleaner
production: from hair burning to hair saving using a lime-free unhairing system. Journal of
Cleaner Production, 17(2), 214–221. http://doi.org/10.1016/j.jclepro.2008.04.010
Zarlok, J. (2015). The Relationship Between Water Vapour Permeability and Softness for Leathers
Produced in Poland and Softness for Leathers Produced in Poland, (November 2014).