PENGARUH ARUS KAS, LABA AKRUAL, DAN BOOK TAX...
Transcript of PENGARUH ARUS KAS, LABA AKRUAL, DAN BOOK TAX...
i
PENGARUH ARUS KAS, LABA AKRUAL, DAN BOOK TAX DIFFERENCE
TERHADAP PERSISTENSI LABA
(Studi Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2015)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
DENIS KAMAL PUTRA
1110082000067
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Denis Kamal Putra
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Mei 1992
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum kawin
Identitas : KTP no. 3174050105920001
Alamat : Jln.Mawar X Blok D2 No.28, Taman Kedaung, Ciputat.
No. Kontak : 085718319090
Email : [email protected]
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
FORMAL
1996-1998 : TK Ketilang UIN Jakarta
1998-2004 : SDN Gunung 01 Pagi Jakarta Selatan
2004-2007 : SLTP Negeri 11 Jakarta
2007-2010 : SMA Negeri 86 Jakarta Selatan
2010-2017 : S1 Akuntansi, FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
INFORMAL
1999-2009 : English Language Program di KCC (Intermediate level)
2009-2010 : English Language Program di IEC (Mid-Intermediate level)
vii
EFFECT OF CASH FLOW, ACCRUAL EARNINGS, AND BOOK-TAX
DIFFERENCES ON EARNING PRESISTENCE
(Case Study On LQ45 Company Listed in Indonesia Stock Exchange Year 2011 to
2015)
ABSTRACT
This study aimed to examine: (1) effect of cash flow consists of operating cash
flow, investment cash flow and financing cash flows, (2) effect of accrual earnings
and (3) effect of tax book difference on earning persistence to either partially or
simultaneously.
This research is quantitative with secondary data sources using the financial
statements with the dependent method (dependence methods), method of multiple
regression statistical analysis using the software SPSS Statistics 24. The sampling
technique using purposive sampling method.
The results shows that: (1) Operating cash flow significantly influence the
persistence of earnings, with the results of the t test of 0.000. (2) The investment cash
flow has no effect on the persistence of earnings, with the results of the t test of 0.200.
(3) financing cash flows significantly influence the persistence of earnings, with the
test results of 0,008 t. (4) income accrual effect on the persistence of earnings, with
the results of the t test of 0.000. (5) The book tax difference does not affect the
persistence of earnings, with the t test of 0.790. (6) and operating cash flows,
investment cash flow, cash flow financing, income accrual, and book tax difference
significant effect on earnings persistence with the statistical test F 0.000.
Keywords: Cash Flow, Accrual, Book Tax Difference, and Persistence of Earnings
viii
PENGARUH ARUS KAS, LABA AKRUAL, DAN BOOK TAX DIFFERENCE
TERHADAP PERSISTENSI LABA
(Studi Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh arus kas yang terdiri dari dari
arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan, pengaruh laba akrual,
dan pengaruh book tax difference terhadap persistensi laba baik secara parsial
maupun secara simultan.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan sumber data sekunder menggunakan
laporan keuangan dengan metode dependen (dependence methods), metode analisis
statistik regresi berganda menggunakan perangkat lunak SPSS Statistic 24. Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) arus kas operasi berpengaruh
signifikan terhadap persistensi laba, dengan hasil uji t sebesar 0,000. (2) arus kas
investasi tidak berpengaruh terhadap persistensi laba, dengan hasil uji t sebesar 0,200.
(3) arus kas pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, dengan
hasil uji t sebesar 0,008. (4) laba akrual berpengaruh terhadap persistensi laba,
dengan hasil uji t sebesar 0,000. (5) book tax difference tidak berpengaruh terhadap
persistensi laba, dengan hasil uji t sebesar 0,790. (6) dan arus kas operasi, arus kas
investasi, arus kas pembiayaan, laba akrual, dan book tax difference berpengaruh
signifikan terhadap persistensi laba dengan hasil uji statistik F sebesar 0,000.
Kata Kunci: Arus kas, Laba Akrual, Book Tax Difference, dan Persistensi Laba
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang memberikan rahmat dan Karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Pengaruh Arus Kas, Laba Akrual, dan Book Tax Difference Terhadap
Persistensi Laba Studi Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2011-2015)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi sebagian syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa syukur pada Allah SWT atas
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama
kepada:
1. Kedua orangtua, yang telah merawat dan mencurahkan segenap jiwa dan raga
untuk mencintai Penulis hingga saat ini.
2. Amelia Destiana Sari yang selalu mendukung, mendorong dan mencitai Penulis
untuk terus maju dan kuat selama ini.
3. Kedua adik-adikku Febi Kamalia Putri dan Keisya Kamila Putri yang
senantiasa memberikan semangat.
4. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si Selaku Pembimbing Skripsi yang telah
banyak membantu dan memfasilitasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Yessi Fitri SE.,M.Si.,Ak.,CA Selaku Ketua jurusan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang selalu memberikan motivasi bagi mahasiswa terutama penulis.
6. Bapak Dr. Arief Mufraini LC., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang selalu memberikan inspirasi bagi mahasiswa terutama penulis.
7. Seluruh dosen dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan bantuannya dalam penyelesaian penelitian ini.
8. Teman-teman Akuntansi kelas B dan C yang turut berbagi suka cita, duka dan
kenangan lainnya.
9. Sahabat-sahabat peneliti Umam, Huzaimi, Rifki, Dede, Dhandi, Ridho yang
selalu mendukung peneliti dalam penyelesaian skripsi.
10. Teman-teman dari latihan beladiri Wingchun Martial arts yang turut
memberikan motivasi dan selalu mendoakan Penulis
11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan yang secara langsung maupun
tidak langsung turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dikarenakan
terbatasnnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis membuka hati untuk menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi semua pihak
Jakarta, 28 Februari 2017
Denis Kamal Putra
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 16
A. Tinjauan Literatur .......................................................................... 16
xii
1. Arus Kas ................................................................................. 16
2. Akrual ..................................................................................... 22
3. Book Tax Difference ............................................................... 23
4. Presistensi Laba ...................................................................... 26
5. Laporan Keuangan .................................................................. 27
6. Agency Theory ....................................................................... 31
B. Keterkaitan Antar Variabel .............................................................. 33
1. Arus Kas dengan Persistensi Laba .......................................... 33
2. Laba Akrual dengan Persistensi Laba ..................................... 35
3. Book Tax Difference dengan Persistensi Laba ........................ 36
C. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 38
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 43
E. Hipotesis ........................................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 45
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 46
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 46
D. Metode Analisa Dan Pengolahan Data ............................................ 47
1. Statistik Deskriptif ................................................................. 48
2. Uji Asumsi Klasik................................................................... 48
3. Uji Hipotesis ........................................................................... 51
xiii
E. Operasional Variabel ..................................................................... 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................. 59
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 59
B. Analisis dan Pembahasan............................................................... 64
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................. 64
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................... 66
3. Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 71
BAB V KESIMPULAN & SARAN .......................................................... 79
A. Kesimpulan .................................................................................... 79
B. Saran .............................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 86
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................. 39
3.1 Operasional Variabel .......................................................................... 58
4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian .................................................... 62
4.2 Daftar Nama Perusahaan .................................................................... 63
4.3 Tabel Statistik Deskriptif .................................................................... 64
4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................. 68
4.5 Hasil Uji Glejser ................................................................................. 69
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 70
4.7 Hasil Uji Koefisien Derterminasi ....................................................... 71
4.8 Hasil Uji Statistik F ............................................................................ 72
4.9 Hasil Uji Statistik t ............................................................................. 73
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................. 43
4.1 Uji Normalitas Histogram .................................................... 66
4.2 Uji Normalitas P-Plots.......................................................... 67
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Halaman
LAMPIRAN 1 Daftar Nama Perusahaan .................................................... 86
LAMPIRAN 2 Hasil Uji Statistik ............................................................... 88
LAMPIRAN 3 Hasil Perhitungan Variabel ................................................ 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan di Indonesia dalam praktiknya berusaha untuk memberikan
informasi-informasi yang baik dalam pengelolaan perusahaannya. Baik itu
informasi yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Informasi tersebut
akan dipergunakan oleh pihak-pihak eksternal dan internal perusahaan yang
berkepentingan dalam mengambil keputusan. Salah satu informasi yang
sangat penting dalam perusahaan adalah pertumbuhan laba. Pada teori
akuntansi hal ini disebut agency theory. Wolk et al. (2004) beranggapan
bahwa pemisahan kepentingan antara manajemen dan pemilik yang berada
diluar perusahaan sering terjadi pada praktik bisnis modern. Pihak pemilik
perusahaan (principal) memberikan kewenangan pada manajer (agent) untuk
mengambil berbagai keputusan yang sejalan tujuan principal yaitu
memaksimalkan utilities atau kekayaan principal.
Pengelolaan usaha yang baik dapat diwujudkan dengan tersedianya
informasi yang dibutuhkan, baik informasi keuangan maupun informasi non
keuangan bagi pihak – pihak yang berkepentingan dan para pengambil
keputusan. Informasi keuangan terbagi menjadi dua yaitu informasi akuntansi
dan informasi non akuntansi. Informasi akuntansi terdiri dari informasi
operasional, informasi akuntansi keuangan, informasi akuntansi manajemen
serta informasi akuntansi pajak. Semua informasi akuntansi dan non akuntansi
dapat diperoleh dari laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan (Saputro,
2
2011). Menurut PSAK No. 1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009) Laporan keuangan
adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas. Laporan keuangan juga merupakan bentuk tanggung jawab
emiten terhadap investor dan kreditor dalam pengelolaan sumber dana yang
digunakan untuk kegiatan perusahaan.
Laporan keuangan dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomis
berbagai pihak yang berkepentingan atas perusahaan/suatu entitas
(stakeholders). Pentingnya laporan keuangan tersebut, maka di dalam
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, PSAK
menyebutkan bahwa agar informasi dalam laporan keuangan dapat berguna
bagi pengguna, untuk itu, laporan keuangan harus memenuhi karakteristik
kualitatif, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat
diperbandingkan.
Salah satu bagian dari laporan keuangan perusahaan adalah arus kas
(statement of cash flows) yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang
menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan, mengandung
informasi tentang kegiatan-kegiatan yang menghasilkan dan menggunakan
kas. Kegiatan utama arus kas menurut Steven M Bragg (2011) yaitu:
1. Kegiatan operasional, adalah kegiatan utama organisasi menghasilkan
pendapatan. Contoh dari kegiatan operasional adalah penerimaan kas
dari penjualan barang dagang, royalti dan komisi, dan pembayaran
kepada karyawan dan pemasok .
3
2. Kegiatan investasi, melibatkan perolehan dan penjualan aktiva tetap.
Contoh kegiatan investasi adalah penerimaan kas dari penjualan
properti, penjualan instrumen hutang dan ekuitas organisasi lain,
penerimaan pembayaran hutang dari organisasi lain, kontrak futures,
kontrak swap dan kontrak forward. Contoh pembayaran kas dari
kegiatan investasi adalah biaya pengembangan yang dikapitalisasi,
akuisisi properti, pabrik dan peralatan, pembelian instrumen hutang dan
ekuitas organisasi lain, pembayaran untuk kontrak futures, kontrak
swap dan kontrak forward
3. Kegiatan pembiayaan, yang mengakibatkan perubahan terhadap jumlah
ekuitas dan pinjaman organisasi. Contoh kegiatan pembiayaan adalah
penerimaan kas dari penjualan saham, atau penerbitan surat hutang, dan
pengeluaran kas untuk membeli kembali saham dan pembayaran
hutang.
Kaitan dengan agency theory, sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, jelas bahwa di dalam agency theory terdapat pemisahan fungsi
antara pengelola perusahaan dengan pemilik perusahaan (principal dan agent).
Adanya pemisahan fungsi ini, maka laporan keuangan merupakan suatu alat
bagi principal untuk menilai apakah manajer telah bertindak sesuai
kepentingan principal, dan untuk menilai keberhasilan manajer (agent) dalam
mengelola aset principal. Selain itu adanya dua pengukuran laba suatu
perusahaan yaitu laba akuntansi yang dihitung berdasarkan Standar Akuntansi
4
Keuangan dan laba fiskal yang di hitung sesuai dengan peraturan perpajakan
yang berlaku (Book Tax Differences) menjadi masalah yang akan
mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan.
Usaha pengelolaan perusahaan yang baik, pihak – pihak yang
berkepentingan dalam setiap pengambilan keputusan selalu membutuhkan
informasi – informasi baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan.
Informasi keuangan sendiri masih terbagi menjadi dua yaitu informasi
akuntansi dan informasi non akuntansi. Informasi akuntansi terdiri dari
informasi operasional, informasi akuntansi keuangan, informasi akuntansi
manajemen serta informasi akuntansi pajak. Semua informasi akuntansi dan
non akuntansi dapat diperoleh dari laporan keuangan yang disusun oleh
perusahaan.
Ghozali dan Chariri (2007 :349) menjelaskan bahwa salah satu tujuan
pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat
menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per
share). Disamping itu, laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari
ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam pelbagai konteks
(Belkoui, 2007).
Informasi yang terkandung di dalam laba (earnings) mempunyai peran
sangat penting bagi pihak - pihak yang berkepentingan terhadap suatu
perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan menggunakan laba
sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi dan
5
pembagian bonus kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja manajemen,
dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak (Wijayanti, 2006). Oleh sebab
itu, laba menjadi pusat perhatian sekaligus memberikan sebuah sinyal tentang
nilai perusahaan bagi investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi dan
pemerintah.
Instansi pemerintah yang terkait adalah Direktorat Jenderal Pajak.
Laba yang dilaporkan perusahaan menjadi dasar dalam penetapan pengenaan
pajak. Oleh sebab itu, perusahaan menghitung dua versi laporan keuangan
setiap tahunnya, yaitu laporan keuangan berdasarkan International Financial
Reporting Standards (IFRS) dan laporan keuangan yang dihitung berdasarkan
ketentuan perpajakan yang berlaku (Deviana, 2010). Dari kedua versi laporan
keuangan tersebut dapat menunjukkan adanya perbedaan dalam jumlah
besarnya laba. Hal itu dikarenakan terdapat perbedaan perlakuan pengakuan
dalam perhitungan laba menurut akuntansi (book income) dengan laba /
penghasilan menurut pajak (taxable income) atau sering disebut dengan istilah
book-tax differences.
Book-tax differences timbul dari perbedaan yang sifatnya sementara
(temporary differences) dan sifatnya tetap (permanent differences). Perbedaan
yang bersifat sementara (temporary differences) timbul akibat dari perbedaan
metode akuntansi serta saat pengakuan pendapatan dan biaya. Perbedaan
temporer diproyeksikan akan mempengaruhi laba pada periode yang akan
datang karena perbedaan temporer ini akan menimbulkan aset pajak
tangguhan serta kewajiban pajak tangguhan. Perbedaan yang sifatnya tetap
6
(permanent differences) timbul karena adanya perbedaan tujuan dan fungsinya
serta rugi yang diderita pada tahun – tahun sebelumnya yang dapat
dikompensasikan atas laba tahun berjalan (loss carryforward) (Hutagaol,
2006).
Drake (2013), perbedaan tetap timbul dari perbedaan antara laporan
akuntansi dan pajak ketika pendapatan atau beban item diukur dalam satu
laporan, tetapi tidak yang lain. Sebaliknya, perbedaan temporer hanya
melibatkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan / atau item beban
dalam dua laporan. Dengan demikian, manajemen berkewajiban melakukan
penyesuaian atas laba akuntansinya dengan ketentuan perpajakan yang berlaku
untuk menghitung laba fiskal atau biasa disebut dengan rekonsiliasi fiskal
(Deviana, 2010).
Laporan keuangan komersil yang dijadikan sebagai dasar dalam
rekonsiliasi fiskal guna menghitung laba kena pajak sering kali tidak
mempresentasikan keadaan ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Karena
terkadang manajemen perusahaan akan berusaha menampilkan kinerja
keuangan yang baik melalui kebijakan akuntansi yang diperbolehkan,
sehingga akan mempengaruhi besarnya jumlah pertumbuhan laba yang akan
datang.
Kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor, pembuat
kebijakan akuntansi, dan pemerintah. Laba yang berkualitas adalah laba yang
dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) dimasa depan,
7
yang ditentukan oleh komponen akrual dan arus kasnya (Penman, 20:376),
sehingga laba yang tidak terlalu berfluktuatif merupakan ciri dari laba yang
persisten. Salah satu isu yang berkembang mengenai analisis peraturan
perpajakan yang menarik banyak perhatian adalah book-tax differences yaitu
perbedaan antara laba fiskal menurut peraturan perpajakan dan laba akuntansi
menurut standar akuntansi (Martani dan Persada, 2011).
Pengertian Laba akuntansi yang digunakan dalam riset perpajakan
untuk mendefinisikan laba yang diperoleh berdasarkan standar akuntansi
keuangan. Laba akuntansi dalam laporan keuangan dicerminkan dengan laba
sebelum pajak, yaitu pendapatan dikurangi dengan beban perusahaan (kecuali
beban pajak penghasilan). Penghasilan kena pajak atau laba fiskal merupakan
terminologi pada perpajakan yaitu laba atau rugi selama satu periode yang
dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan menjadi dasar penghitungan
pajak penghasilan. Dalam laporan perpajakan (Surat Pemberitahuan Pajak
Tahunan/SPT) diistilahkan sebagai penghasilan kena pajak, yaitu penghasilan
yang dikenakan pajak dikurangi dengan beban yang boleh dikurangkan.
Manajemen menghitung laba perusahaan untuk dua tujuan setiap
tahunnya, yaitu tujuan untuk pelaporan keuangan berdasarkan prinsip standar
akuntansi keuangan (SAK) dan pelaporan pajak berdasarkan peraturan pajak
untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak (taxable income) atau
laba fiskal. Peraturan pajak di Indonesia tidak mengharuskan perusahaan
untuk menyelenggarakan dua pembukan yang terpisah dalam menghitung laba
kena pajak. Setiap akhir tahun laba fiskal dihitung dengan melakukan
8
koreksi/rekonsiliasi fiskal dari laba akuntansi atau laba sebelum pajak.
Rekonsiliasi dilakukan dengan menyesuaikan pendapatan dan beban yang
tidak diperkenankan atau memiliki perbedaan cara pengakuan dan
pengukuran.
Catatan atas laporan keuangan untuk beban pajak penghasilan
menjelaskan secara rinci rekonsiliasi fiskal tersebut, termasuk identifikasi
apakah perbedaan tersebut merupakan perbedaan permanen atau tem-porer.
Perbedaan yang disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang
berbeda antara standar akuntansi keuangan dan peraturan pajak disebut
perbedaan temporer (temporary differences). Perbedaan temporer
mengandung konsekuensi pajak yang dibayarkan menjadi lebih besar dan
lebih kecil di masa mendatang, sehingga menimbulkan aset atau liabilitas
pajak tangguhan. Perbedaan yang terjadi karena pendapatan dan beban
tersebut bukan obyek pajak, dikenakan pajak final atau beban yang secara
spesifik tidak dibolehkan menurut pajak disebut perbedaan permanen
(permanent differences). Perbedaan ini tidak mengakibatkan pajak yang
dibayarkan di masa mendatang lebih besar atau lebih kecil sehingga tidak
menimbulkan aset atau liabilitas pajak tangguhan.
Definisi persistensi laba akuntansi menurut Penman (2001), dalam
Wijayanti (2006) adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa
mendatang (expected future earnings) yang diimplikasi oleh inovasi laba
tahun berjalan (current earnings). Persistensi laba merupakan salah satu
komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba menurut Jonas
9
dan Blanchet (2000) dalam Wijayanti (2006). Sloan (1996) dalam Wijayanti
(2006) menyatakan bahwa komponen akrual dari current earnings (laba saat
ini/laba tahun berjalan) cenderung kurang persisten untuk menentukan laba
masa depan karena mendasarkan pada akrual, deffered (tangguhan), alokasi
dan penilaian yang mempunyai distorsi subyektif.
Beberapa analis keuangan lebih suka mengkaitkan aliran kas operasi
sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih persisten
dibanding komponen akrual. karakteristik kualitatif informasi akuntansi
menurut IFRS menyatakan bahwa kualitas primer informasi akuntansi adalah
relevansi dan reliabilitas. Untuk informasi akuntansi berupa laba, meskipun
persistensi laba bukan merupakan komponen dari definisi kualitas primer laba,
namun persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba.
Karena dalam karakter relevansi terdapat komponen nilai prediktif laba,
dimana salah satu unsur nilai prediktif laba adalah persistensi laba menurut
Jonas dan Blanchet (2000) dalam Martini dan Persada (2009). Oleh karena
persistensi laba merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi dalam
book-tax differences yang dapat mempengaruhi persistensi laba, dapat
membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan
menurut Martini dan Persada (2009). Definisi persistensi laba secara luas
mencakup stabilitas, prediksi, variabilitas, dan tren laba.
Informasi laba yang relevan bagi para pelaku pasar modal akan
digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai saham
perusahaan yang bersangkutan. Reaksi pasar atas informasi yang disampaikan
10
oleh perusahaan ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham
perusahaan yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan
return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan return tidak
normal (abnormal return). Jika digunakan abnormal return, maka dapat
dikatakan bahwa suatu pengumuman laba yang mempunyai kandungan
informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang
tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada
pasar (Hartono, 2008:411). Lev dan Nissim (2004) membuktikan bahwa rasio
laba akuntansi terhadap laba fiskal dapat memprediksikan pertumbuhan laba
lima tahun kedepan, dan berhubungan kuat (lemah) dengan return saham masa
depan.
Penelitian Jackson (2009) tentang Book Tax Differences and Earning
Growth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Book Tax Differences
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba satu periode kedepan. Penelitian lain
yang dilakukan oleh David A. Guenther (2011) berjudul What Do We Learn
From Large Book-Tax Differences? Hasil dari analisis empiris membuktikan
bahwa book-tax differences memang menginformasikan tentang kualitas laba.
Kemudian penelitian yang dilakukan Saputro dan Zulaikha (2011) mengenai
pengaruh Book Tax Differences terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Book Tax Differences berpengaruh signifikan negatif
terhadap pertumbuhan laba satu periode kedepan. Penelitian Persada dan
Martini (2010) mengenai pengaruh Book Tax Gap terhadap persistensi laba.
Hasil menunjukkan bahwa Book Tax Gap berpengaruh signifikan terhadap
11
persistensi laba satu periode kedepan. Hipotesis ini didukung oleh Ginting dan
Bahri (2009) mengenai pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal
terhadap persistensi laba.
Penelitian yang dilakukan Dewirani (2010) mengenai pengaruh
perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba, akrual dan
akrual kas, Asma (2013) juga mendukung hipotesis ini yang meneliti tentang
pengaruh aliran kas dan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal
terhadap persistensi laba.
Berdasarkan perbedaan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten,
penelitian ini menguji dengan menggunakan perusahaan LQ 45 yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena perusahaan LQ 45 tidak dipengaruhi
secara langsung oleh regulasi pemerintah, dimana salah satu komponen
regulasi pemerintah adalah pajak, serta memudahkan mengklasifikasikan
item-item dari variabel yang diungkapkan (Saputro, 2011).
Penelitian ini memperluas peranan book-tax differences sebagai
penentu kualitas laba terhadap reaksi pasar dengan menguji penilaian investor
atas persistensi laba di masa depan. Mills dan Newberry (2001) membuktikan
hubungan negatif antara laba dengan return saham pada perusahaan yang
mempunyai large book-tax differences sebagai bukti adanya manajemen laba.
Penelitian ini mereplikasi penelitian Hanlon (2005) yang didasarkan pada
peraturan pajak yang berlaku di Amerika Serikat, yaitu menguji apakah book-
tax differences berpengaruh secara negatif terhadap persistensi laba.
12
Dengan kata lain, semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan
laba fiskal, persistensi laba semakin rendah. Dan penelitian serupa juga telah
dilakukan oleh Wijayanti (2006), dengan menggunakan sampel perusahaan
manufaktur periode 2000-2004 yang berdasarkan peraturan pajak yang
berlaku di Indonesia.
Penelitian ini juga mengkaji book-tax differences dan komponen
pembentuknya yaitu perbedaan temporer dan perbedaan permanen yang
berpengaruh pada pertumbuhan laba. Alasan book-tax differences dijadikan
sebagai suatu indikator pertumbuhan laba karena (1) mencerminkan jenis
kegiatan manajemen laba (2) menunjukkan sejauh mana laba yang dilaporkan
manajemen menyimpang dari tingkat konsistensi perusahaan, dan (3)
menangkap perbedaan antara IFRS dan peraturan pajak yang mempunyai
implikasi untuk laba di masa yang akan datang, bahkan tanpa adanya
manajemen laba atau manajemen pajak (Lev dan Nissim, 2004).
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan tersebut maka
peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Arus Kas, Laba Akrual dan Book Tax Difference terhadap Presistensi
Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2015).
13
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan yang diangkat penulis di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah pengaruh arus kas aktivitas operasi terhadap presistensi laba?
2. Apakah pengaruh arus kas aktivitas investasi terhadap presistensi laba?
3. Apakah pengaruh arus kas aktivitas pembiayaan terhadap presistensi laba?
4. Apakah pengaruh laba akrual terhadap presistensi laba?
5. Apakah pengaruh Book-Tax Diffrence terhadap presistensi laba?
6. Apakah pengaruh arus kas aktivitas operasi, investasi, pembiayaan, laba
akrual dan Book-Tax Difference terhadap presistensi laba secara simultan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh antara arus kas aktivitas operasi terhadap presistensi
laba.
2. Mengetahui pengaruh antara arus kas aktivitas investasi terhadap
presistensi laba.
3. Mengetahui pengaruh antara arus kas aktivitas pembiayaan terhadap
presistensi laba.
4. Mengetahui pengaruh laba akrual terhadap presistensi laba.
5. Mengetahui pengaruh Book-Tax Difference terhadap presistensi laba.
6. Mengetahui pengaruh arus kas aktivitas operasi, investasi, pembiayaan,
laba akrual, dan Book-Tax Difference terhadap presistensi laba.
14
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, diantaranya:
a) Kontribusi Teoritis
1) Dosen dan mahasiswa jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi
tambahan untuk penelitian selanjutnya dan sebagai pembanding untuk
menambah ilmu mengenai pengaruh arus kas da laba akrual terhadap
presistensi laba dengan menggunakan book tax difference sebagai
pemoderasi.
2) Masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman
lebih lanjut dan sebagai sarana informasi yang komprehensif mengenai
pengaruh arus kas da laba akrual terhadap presistensi laba dengan
menggunakan book tax difference sebagai pemoderasi..
3) Peneliti selanjutnya, sebagai sarana untuk memperluas informasi serta
menambah referensi dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh
arus kas da laba akrual terhadap presistensi laba dengan menggunakan
book tax difference sebagai pemoderasi.
b) Kontribusi Praktis
1) Investor, pihak internal dan eksternal perusahaan menggunakan laba
sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, penelitian
tentang pengaruh arus kas da laba akrual terhadap presistensi laba
dengan menggunakan book tax difference sebagai pemoderasi pada
Perusahaan LQ 45 di BEI diharapkan menjadi pusat perhatian
15
sekaligus memberikan sebuah sinyal tentang nilai perusahaan bagi
investor.
2) Pemerintah, penelitian ini juga sangat bermanfaat bagi pemerintah
khususnya mengenai pengaruh arus kas dan laba akrual terhadap
presistensi laba dengan menggunakan book tax difference sebagai
pemoderasi. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada
pemerintah mengenai book tax difference dan pengaruhnya terhadap
presistensi laba.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Arus Kas
a. Pengertian Arus Kas
Pengertian arus kas pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) Nomor 2 Tahun 2009 adalah arus masuk dan arus keluar kas dan
setara kas (Ikatan Akuntansi Indonesia, (2013). Pengertian arus kas masuk
dan arus kas keluar adalah aliran kas masuk (cash inflow) merupakan
sumber-sumber darimana kas diperoleh sedangkan arus kas keluar (cash
outflow) merupakan kebutuhan kas untuk pembayaran-pembayaran menurut
Martono dan Harjito (2012).
Arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow)
masing- masing terbagi dua bagian, antara lain:
1) Arus Kas Masuk (cash inflow)
a) Bersifat rutin, misalnya: penerimaan dari hasil penjualan secara tunai,
penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan penjualan
kredit yang dilakukan, dan lain-lain.
b) Bersifat tidak rutin, misalnya: penerimaan uang sewa gedung,
penerimaan modal saham, penerimaan utang atau kredit, penerimaan
bunga, dan lain-lain.
17
2) Arus kas keluar (cash outflow)
a) Bersifat rutin, misal: pembelian bahan baku dan bahan pembantu,
membayar upah dan gaji, membeli peralatan kantor dan lain lain.
b) Bersifat tidak rutin, misal: pembelian aset kantor, pembayaran
angsuran utang, pembayaran dividen, dan lain lain.
Definisi mengenai arus kas di atas dapat diketahui bahwa arus kas
merupakan jumlah kas yang mengalir masuk dan keluar dari suatu periode
tertentu. Dengan kata lain, arus kas adalah perubahan yang terjadi dalam pos
kas suatu periode tertentu.
b. Pengertian Laporan Keuangan Arus Kas
Laporan arus kas menurut Kieso et al. (2011) adalah The Statement of
cash is a primary the cash receipt, cash payment and net change resulting
from operating, investing, and financial activities of an enterprise during a
period. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.2 tahun 2014
menyatakan bahwa laporan keuangan arus kas melaporkan arus kas selama
periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivita operasi, investasi, dan
pembiayaan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2016).
c. Tujuan Laporan Arus Kas
Tujuan laporan arus kas menurut SAK No.2 Tahun 2014 menyatakan
bahwa laporan arus kas bertujuan untuk memberikan informasi tentang arus
kas entitas yang berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar
untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas
serta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam
18
proses pengambilan keputusan ekonomi, pengguna perlu melakukan evaluasi
terhadap kemampuan entita dalam menghasilkan kas dan setara kas serta
kapastian perolehannya. Pernyataan ini juga memberikan pengaturan atas
informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas dari suatu
entitas melalui laopran arus kas yang mengklasifikasikan arus kas
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan selama satu periode
(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2016).
Kieso et al. (2011) menyatakan tujuan laporan arus kas adalah:
“To provide information about cash receipt and cash disbursement
during the period of the entity. Another aim is to provide information
about the operating, investing, and financing entity on the basis of
cash.”
Tujuan dari laporan arus kas dapat disimpulkan bahwa laporan arus
kas dapat menyediakan informasi tentang aktivitas operasi, aktivitas investasi,
dan aktivitas pembiayaan dalam suatu periode akuntansi yang dapat dijadikan
sebagai sumber informasi bagi pihak yang menggunakannya untuk
mengetahu perubahan arus kas yang akan datang.
d. Komponen Laporan Arus Kas
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.2 Tahun 2014
mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran kas dalam tiga kategori
utama yaitu:
1) Aktivitas operasi
Kieso et al. (2011) mendefinisikan arus kas dari aktivitas operasi
19
adalah:
“Operating activities involve the cash effects of transactions thet enter
into determination of net income, such as cash reciepts from sales of
goods and services and cash payments to suppliers and employees to
obtain supplies and to pay expenses.”
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.2 Tahun 2014
mendefinisikan arus kas dari aktivitas operasi diperolah dari aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu arus kas tersebut
pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi
penetapan laba atau rugi. Beberapa arus kas dari aktivitas operasi menurut
SAK No.2 Tahun 2014 antara lain:
a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.
b) Penerimaan kas dan royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain.
c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
d) Pembayaran kas kepada karyawan.
e) Penerimaan dan pembayaran aks oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi
lainnya.
f) Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak
penghasilan kecuali jika dapat diindentifikasikan secara khusus
sebagai bagian dari aktivitas pembiayaan dan investasi.
g) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan
untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
20
Penyajian laporan srus kas menurut PSAK No.2 Tahun 2014, entitas
melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu
dari dua metode berikut:
a) Metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan.
b) Metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi neto
disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi non kas,
penangguhan atau akrual dari penerimaan pembayaran kas untuk
operasi di masa lalu dan masa depan serta unsur penghasilan.
2) Aktivitas investasi.
Kieso et al. (2011) mendefinisikan arus kas investasi adalah:
“Investing activities include making and collecting loans and
acquiring and disposing of invetsment (both debt and equity) and
property, plant, and equipment.”
Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan
pengungkapan terpisah karena arus kas tersebut mencerminkan penerimaan
dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan
menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas
yang berasal dari aktivitas investasi menurut PSAK No. 2 Tahun 2014 adalah:
a) Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud,
dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan
yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri.
21
b) Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan,
serta set tidak berwujud dan aset jangka panjang lain.
c) Perolehan sahan atau instrumen keuangan perusahaan lain.
d) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta
pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan).
e) Pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward
contracts, option contracts, dan swaps contracts kecuali apabila
kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing
or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan
sebagai aktivitas pembiayaan.
3) aktivitas pembiayaan.
Kieso et al (2011) menyatakan bahwa pengertian arus kas dari
aktivitas pembiayaan yaitu:
“financing activities involve liability and equity items. The include (a)
obtaining resources, from owners and providing them with a return on
their investments and (b) borrowing money from creditors and
repaying the amounts borrowed.”
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pembiayaan
adalah:
a) Penerimaan kas dari penerbitan saham atau intrumen atau
ekuitas lain.
b) Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus
saham entitas.
22
c) Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel,
hipotek, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.
d) Pelunasan pinjaman, dan
e) Pembayaran kas oleh lesssee untuk mengurangi saldo liabilitas
yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.
2. Akrual
Wijayanti (2006) menyatakan bahwa akrual adalah proksi komponen
laba transitori. Akrual merupakan item laba sebelum pajak yang tidak
mempengaruhi kas pada periode berjalan (pretax accrual). Komponen akrual
kurang persisten dibandingkan dengan komponen kas. Wijayanti (2006)
menyatakan jika large book-tax differences merupakan bukti kenaikan
(penurunan) laba karena pilihan akrual, komponen akrual perusahaan tersebut
akan menunjukkan pembalikan (reversal) masa depan yang besar secara rata-
rata, dan menyebabkan persistensi laba rendah. Hanlon (2005) menyebutkan
bahwa rendahnya persistensi laba perusahaan yang memiliki large book-tax
differences kemungkinan disebabkan oleh banyaknya akrual dalam
perusahaan dan juga membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut
memiliki komponen akrual yang menyebabkan pre-tax income menjadi
kurang persisten di masa mendatang.
Pendapatan akrual akan semakin relevan dalam merefleksikan kinerja
perusahaan jika pendapatan tersebut terrefleksi dalam aliran kas (Dechow
1994). Sloan (1996) menyatakan bahwa bukti komponen laba akrual menjadi
23
kurang persisten menentukan laba di masa yang akan datang dibandingkan
komponen aliran kas, karena discretionary akrual kurang persisten
dibandingkan non-discretionary akrual. Akrual ini kemudian dapat digunakan
perusahaan untuk melakukan manajemen laba,
3. Book-Tax Difference
Peraturan pajak di Indonesia mengharuskan laba fiskal dihitung
berdasarkan metode akuntansi yang menjadi dasar perhitungan laba akuntansi,
yaitu metode akrual, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan
ganda untuk dua tujuan pelaporan laba tersebut, karena setiap akhir tahun
perusahaan diwajibkan melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan
besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaian-penyesuaian
terhadap laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak (Martani dan Persada,
2009). Rekonsiliasi fiskal di akhir periode pembukuan menyebabkan
terjadinya perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang berbeda antara
Perinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) dan peraturan pajak. Ghozali
dan Chariri (2003 :349) menjelaskan bahwa salah satu tujuan pelaporan
keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan
prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Disamping
itu, laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang
memiliki berbagai kegunaan dalam pelbagai konteks (Belkoui, 1993).
Informasi yang terkandung di dalam laba (earnings) mempunyai
peran sangat penting bagi pihak - pihak yang berkepentingan terhadap
24
suatu perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan menggunakan
laba sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi
dan pembagian bonus kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja
manajemen, dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak (Wijayanti,
2006). Oleh sebab itu, laba menjadi pusat perhatian sekaligus memberikan
sebuah sinyal tentang nilai perusahaan bagi investor, kreditor, pembuat
kebijakan akuntansi dan pemerintah. Bagi pemerintah, dalam hal ini
instansi pemerintah yang terkait adalah Direktorat Jenderal Pajak. Laba
yang dilaporkan perusahaan menjadi dasar dalam penetapan pengenaan
pajak. Oleh sebab itu, perusahaan menghitung dua versi laporan keuangan
setiap tahunnya, yaitu laporan keuangan berdasarkan International
Financial Reporting Standards (IFRS) dan laporan keuangan yang
dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku (Deviana, 2010).
Dari kedua versi laporan keuangan tersebut dapat menunjukkan adanya
perbedaan dalam jumlah besarnya laba. Hal itu dikarenakan terdapat
perbedaan perlakuan pengakuan dalam perhitungan laba menurut
akuntansi (book income) dengan laba / penghasilan menurut pajak (taxable
income) atau sering disebut dengan istilah book-tax differences.
Book-tax differences timbul dari perbedaan yang sifatnya
sementara (temporary differences) dan sifatnya tetap (permanent
differences). Perbedaan yang bersifat sementara (temporary differences)
timbul akibat dari perbedaan metode akuntansi serta saat pengakuan
pendapatan dan biaya. Perbedaan temporer diproyeksikan akan
25
mempengaruhi laba pada periode yang akan datang karena perbedaan
temporer ini akan menimbulkan aset pajak tangguhan serta kewajiban
pajak tangguhan. Untuk perbedaan yang sifatnya tetap (permanent
differences) timbul karena adanya perbedaan tujuan dan fungsinya serta
rugi yang diderita pada tahun – tahun sebelumnya yang dapat
dikompensasikan atas laba tahun berjalan (loss carryforward) (Hutagaol,
2006). Dengan demikian, manajemen berkewajiban melakukan
penyesuaian atas laba akuntansinya dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku untuk menghitung laba fiskal atau biasa disebut dengan
rekonsiliasi fiskal (Deviana, 2010).
Large positive book-tax differences merupakan selisih antara laba
akuntansi dengan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih besar daripada
laba fiskal. Penyebab timbulnya large positive book-tax differences ada
dua, yaitu: adanya pendapatan atau keuntungan tertentu yang telah diakui
dalam laporan keuangan tahun berjalan, tetapi pengenaan pajaknya baru
dilakukan pada tahun berikutnya dan adanya beban atau kerugian tertentu
yang dikurangkan untuk perhitungan pajak tahun berjalan, tetapi baru akan
dikurangkan pada tahun mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan.
Large negative book-tax differences merupakan selisih antara laba
akuntansi dengan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih kecil daripada
laba fiskal. Secara garis besar, large negative book-tax differences timbul
akibat dua hal, yaitu: adanya pendapatan atau keuntungan yang dikenakan
pajak pada tahun berjalan, tetapi ditangguhkan dan diakui pada tahun
26
mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan dan adanya beban atau
kerugian tertentu yang dikurangkan untuk perpajakan pada tahun
mendatang, tetapi dikurangkan pada tahun berjalan untuk tujuan pelaporan
keuangan. Small book-tax differences merupakan perbedaan antara laba
akuntansi dan laba fiskal, dimana nilai perbedaan tersebut cukup kecil.
Small book-tax differences mengindikasikan manajemen tidak melakukan
management discretion sehingga laba yang dilaporkan berkualitas.
4. Presistensi Laba
Definisi persistensi laba akuntansi menurut Penman (1992, dalam
Wijayanti, 2006) adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di
masa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasi oleh inovasi
laba tahun berjalan (current earnings). Persistensi laba merupakan salah
satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba (Jonas
dan Blanchet, 2000; dalam Wijayanti, 2006). Sloan (1996, dalam
Wijayanti, 2006) menyatakan bahwa komponen akrual dari current
earnings (laba saat ini/laba tahun berjalan) cenderung kurang persisten
untuk menentukan laba masa depan karena mendasarkan pada akrual,
deffered (tangguhan), alokasi dan penilaian yang mempunyai distorsi
subyektif.
Definisi persistensi laba secara luas mencakup stabilitas, prediksi,
variabilitas, dan tren laba. Informasi laba yang relevan bagi para pelaku
pasar modal akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan
27
nilai saham perusahaan yang bersangkutan. Reaksi pasar atas informasi
yang disampaikan oleh perusahaan ditunjukkan dengan adanya perubahan
harga saham perusahaan yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur
dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan
menggunakan return tidak normal (abnormal return). Jika digunakan
abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman laba
yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return
kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak akan
memberikan abnormal return kepada pasar (Hartono, 2008:411). Lev dan
Nissim (2004) membuktikan bahwa rasio laba akuntansi terhadap laba
fiskal dapat memprediksikan pertumbuhan laba lima tahun kedepan, dan
berhubungan kuat (lemah) dengan return saham masa depan.
5. Laporan Keuangan
Menurut PSAK no. 1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009) Laporan
keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan juga merupakan bentuk
tanggung jawab emiten terhadap investor dan kreditor dalam pengelolaan
sumber dana yang digunakan untuk kegiatan perusahaan. Laporan tahunan
berisi pengungkapan informasi yang dibuat untuk membantu investor dan
kreditur untuk memahami historis keuangan perusahaan dan
menggunakannya untuk memprediksi jumlah, waktu dan ketidakpastian
arus kas masa depan (future cash flow) dan apresiasi harga (Mautz dan
Angell, 2006).
28
Laporan keuangan dijadikan dasar pengambilan keputusan
ekonomis berbagai pihak yang berkepentingan atas perusahaan/suatu
entitas (stakeholders). Pentingnya laporan keuangan tersebut, maka di
dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, PSAK
menyebutkan bahwa agar informasi dalam laporan keuangan dapat
berguna bagi pengguna, untuk itu, laporan keuangan harus memeuhi
karakteristik kualitatif, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat
diperbandingkan.
Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat menyediakan informasi
yang berguna antara lain (Brigham, 2010):
1. Pengambilan keputusan investasi
2. Keputusan pemberian kredit
3. Penilaian aliran kas
4. Penilaian sumber-sumber ekonomi
5. Melakukan klain terhadap sumber-sumber dana
6. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-
sumber dana
7. Menganalisis penggunaan dana.
Salah satu bagian dari laporan keuangan perusahaan adalah arus kas
(statement of cash flows) yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang
menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan, mengandung
29
informasi tentang kegiatan-kegiatan yang menghasilkan dan menggunakan
kas. Kegiatan utama arus kas yaitu:
1. Kegiatan operasional, adalah kegiatan utama organisasi menghasilkan
pendapatan. Contoh dari kegiatan operasional adalah penerimaan kas
dari penjualan barang dagang, royalti dan komisi, dan pembayaran
kepada karyawan dan pemasok.
2. Kegiatan investasi, melibatkan perolehan dan penjualan aktiva tetap.
Contoh kegiatan investasi adalah penerimaan kas dari penjualan
properti, penjualan instrumen hutang dan ekuitas organisasi lain,
penerimaan pembayaran hutang dari organisasi lain, kontrak futures,
kontrak swap dan kontrak forward. Contoh pembayaran kas dari
kegiatan investasi adalah biaya pengembangan yang dikapitalisasi,
akuisisi properti, pabrik dan peralatan, pembelian instrumen hutang dan
ekuitas organisasi lain, pembayaran untuk kontrak futures, kontrak
swap dan kontrak forward.
3. Kegiatan pembiayaan, yang mengakibatkan perubahan terhadap jumlah
ekuitas dan pinjaman organisasi. Contoh kegiatan pembiayaan adalah
penerimaan kas dari penjualan saham, atau penerbitan surat hutang, dan
pengeluaran kas untuk membeli kembali saham dan pembayaran hutang
(Steven M Bragg, 2011).
30
Kaitan dengan agency theory, sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, jelas bahwa di dalam agency theory terdapat pemisahan
fungsi antara pengelola perusahaan dengan pemilik perusahaan
(principal dan agent). Adanya pemisahan fungsi ini, maka laporan
keuangan merupakan suatu alat bagi principal untuk menilai apakah
manajer telah bertindak sesuai kepentingan principal, dan untuk menilai
keberhasilan manajer (agent) dalam mengelola aset principal. Selain itu
adanya dua pengukuran laba suatu perusahaan yaitu laba akuntansi yang
dihitung berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan laba fiskal yang di
hitung sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku (Book Tax
Differences) menjadi masalah yang akan mempengaruhi pertumbuhan laba
perusahaan.
Dalam usaha pengelolaan perusahaan yang baik, pihak – pihak
yang berkepentingan dalam setiap pengambilan keputusan selalu
membutuhkan informasi – informasi baik yang bersifat keuangan maupun
non keuangan. Informasi keuangan sendiri masih terbagi menjadi dua yaitu
informasi akuntansi dan informasi non akuntansi. Informasi akuntansi
terdiri dari informasi operasional, informasi akuntansi keuangan, informasi
akuntansi manajemen serta informasi akuntansi pajak. Semua informasi
akuntansi dan non akuntansi dapat diperoleh dari laporan keuangan yang
disusun oleh perusahaan.
31
6. Agency Theory
Wolk et al. (2004) beranggapan bahwa pemisahan kepentingan
antara manajemen dan pemilik yang berada diluar perusahaan sering
terjadi pada praktik bisnis modern. Pihak pemilik perusahaan (principal)
memberikan kewenangan pada manajer (agent) untuk mengambil berbagai
keputusan yang sejalan tujuan principal yaitu memaksimalkan utilities atau
kekayaan principal.
Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan
masingmasing mengingikan tujuan mereka tepenuhi. Akibat yang terjadi
adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan
pengembalian yang lebih besar dan secepat-cepatnya atas investasi yang
mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya
diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-
besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. 21 Pemegang
saham menilai kinerja manajer berdasarkan kemampuannya dalam
menghasilkan laba perusahaan. Sebaliknya, manajer berusaha memenuhi
tuntutan pemegang saham untuk menghasilkan laba yang maksimal agar
mendapatkan kompensasi atau insentif yang diinginkan (Agus Sartono,
2008) Teori keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang
mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori
tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan
teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan
kerja antara pihak yang memberi wewenang (principals) yaitu investor
32
dengan pihak yang menerima wewenang (agents) yaitu manajer, dalam
bentuk kontrak kerja sama yang disebut “nexus of contract.” Perspektif
hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami
hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak
antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principals).
Hubungan kegenan tersebut terkadang menimbulkan masalah
antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia
adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan
kepentingan diri sendiri. Menurut Eisenhard yang dikemukakan oleh
Wendy (2010), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi yaitu :
a) Asumsi tentang sifat manusia Asumsi tentang sifat manusia
menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri
sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion)
b) Asumsi tentang keorganisasian 22 Asumsi keorganisasian adalah
adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria
produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI) antara
prinsipal dan agen.
c) Asumsi tentang informasi. Asumsi tentang informasi adalah bahwa
informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjual
belikan.
33
Bila tidak ada pengawasan yang memadai maka sang agen dapat
memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah-olah target tercapai.
Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari principal ataupun inisiatif agen
sendiri. Maka terjadilah creative accounting yang menyalahi aturan, misal:
adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan,
kapitalisasi expense yang tidak semestinya, pengakuan penjualan yang
tidak semestinya, yang kesemuanya berdampak pada besarnya nilai aktiva
dalam neraca yang “mempercantik” laporan keuangan walaupun bukan
nilai yang sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan income
smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun
kelihatan perusahaan meraih keuntungan, padahal kenyataannya merugi
atau laba turun (Diastiti, 2010).
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Arus kas dengan presistensi laba
Persistensi laba digunakan oleh Jonas dan Blanchet (2000, dalam
Hanlon, 2005) untuk menilai kualitas laba karena persistensi laba
mengandung unsur nilai prediktif laba sehingga dapat digunakan pengguna
laporan keuangan untuk mengevaluasi kejadian-kejadian di masa lalu,
sekarang dan masa depan. Besarnya perbedaan laba akuntansi dengan laba
kena pajak (large book-tax differences) dianggap sebagai sinyal kualitas
laba. Semakin besar perbedaan yang terjadi, semakin rendah kualitas laba
yang artinya akan semakin rendah persistensinya.
34
Salah satu bagian dari laporan keuangan perusahaan adalah arus kas
(statement of cash flows) yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang
menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan, mengandung
informasi tentang kegiatan-kegiatan yang menghasilkan dan menggunakan
kas. Kegiatan utama arus kas yaitu:
1. Kegiatan operasional, adalah kegiatan utama organisasi menghasilkan
pendapatan. Contoh dari kegiatan operasional adalah penerimaan kas
dari penjualan barang dagang, royalti dan komisi, dan pembayaran
kepada karyawan dan pemasok.
2. Kegiatan investasi, melibatkan perolehan dan penjualan aktiva tetap.
Contoh kegiatan investasi adalah penerimaan kas dari penjualan
properti, penjualan instrumen hutang dan ekuitas organisasi lain,
penerimaan pembayaran hutang dari organisasi lain, kontrak futures,
kontrak swap dan kontrak forward. Contoh pembayaran kas dari
kegiatan investasi adalah biaya pengembangan yang dikapitalisasi,
akuisisi properti, pabrik dan peralatan, pembelian instrumen hutang dan
ekuitas organisasi lain, pembayaran untuk kontrak futures, kontrak
swap dan kontrak forward.
3. Kegiatan pembiayaan, yang mengakibatkan perubahan terhadap jumlah
ekuitas dan pinjaman organisasi. Contoh kegiatan pembiayaan adalah
penerimaan kas dari penjualan saham, atau penerbitan surat hutang, dan
35
pengeluaran kas untuk membeli kembali saham dan pembayaran hutang
(Steven M Bragg, 2011).
Beberapa analis keuangan lebih suka mengkaitkan aliran kas
operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih
persisten dibanding komponen akrual. Mereka percaya bahwa semakin
tinggi rasio aliran kas operasi terhadap laba bersih, maka akan semakin
tinggi pula kualitas laba tersebut.
maka hipotesis pertama yang akan diuji adalah:
H1a : Arus kas aktivitas operasi mempunyai pengaruh terhadap
presistensi laba.
H1b : Arus kas aktivitas investasi mempunyai pengaruh terhadap
presistensi laba.
H1c : Arus kas aktivitas pembiayaan mempumyai pengaruh
terhadap presistensi laba.
2. Laba akrual dengan presistensi laba
Revsine dkk. (2001:633-634, dalam Wijayanti, 2006) menyatakan
jika large book-tax differences merupakan bukti kenaikan (penurunan)
laba karena pilihan akrual, komponen akrual perusahaan tersebut akan
menunjukkan pembalikan (reversal) masa depan yang besar secara rata-
rata, dan menyebabkan persistensi laba rendah. Hanlon (2005)
menyebutkan bahwa rendahnya persistensi laba perusahaan yang memiliki
36
large book-tax differences kemungkinan disebabkan oleh banyaknya
akrual dalam perusahaan dan juga membuktikan bahwa perusahaan-
perusahaan tersebut memiliki komponen akrual yang menyebabkan pre-
tax income menjadi kurang persisten di masa mendatang.
Pendapatan akrual akan semakin relevan dalam merefleksikan
kinerja perusahaan jika pendapatan tersebut terrefleksi dalam aliran kas
(Dechow 1994). Sloan (1996) menyatakan bahwa bukti komponen laba
akrual menjadi kurang persisten menentukan laba di masa yang akan
datang dibandingkan komponen aliran kas, karena discretionary akrual
kurang persisten dibandingkan non-discretionary akrual. Akrual ini
kemudian dapat digunakan perusahaan untuk melakukan manajemen laba,
maka hipotesis kedua yang akan diuji adalah:
H2 :Laba akrual berpengaruh terhadap presistensi laba
3. Book-tax differences terhadap presistensi laba
karakteristik kualitatif informasi akuntansi menyatakan bahwa
kualitas primer informasi akuntansi adalah relevansi dan reliabilitas. Untuk
informasi akuntansi berupa laba, meskipun persistensi laba bukan
merupakan komponen dari definisi kualitas primer laba, namun persistensi
laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba. Karena dalam
karakter relevansi terdapat komponen nilai prediktif laba, dimana salah
satu unsur nilai prediktif laba adalah persistensi laba (Jonas dan Blanchet,
2000; dalam Martini dan Persada, 2009). Oleh karena persistensi laba
37
merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi dalam book-tax
differences yang dapat mempengaruhi persistensi laba, dapat membantu
investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan (Martini dan
Persada, 2009).
Aulia (2010) menyatakan bahwa book-tax differences juga dapat
digunakan sebagai alat pengukur kualitas laba terutama untuk mengukur
persistensi laba. Persistensi laba adalah kemungkinan laba akuntansi yang
diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang tercermin
pada laba tahun berjalan (current earnings). Semakin tinggi kemungkinan
laba akuntansi di masa depan yang tercermin dari laba tahun berjalan,
maka laba memiliki persistensi yang tinggi.
Hanlon (2005) menyatakan bahwa semakin besar perbedaan antara
laba akuntansi dan fiskal akan menunjukkan ”red flag” bagi pengguna
laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki book tax gap yang besar
baik positif maupun negatif akan cenderung mengalami persistensi laba
yang lebih rendah dibanding perusahaan yang memiliki book tax gap yang
kecil., maka hipotesis ketiga yang akan diuji adalah:
H3 :Book-tax difference berpengaruh terhadap presistensi laba
38
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengenai pengaruh arus kas dan laba akrual terhadap
presistensi laba dengan book-tax difference sebagai pemoderasi, penelitian ini
telah dilakukan oleh penelitian yang sebelumnya dengan variabel dan metode
analisis yang berbeda. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan
masukann dan tambahan bagi para investor dan pihak perusahaan untuk
mengetahui pengaruh arus kas dan laba akrual terhadap presistensi laba
dengan book-tax difference sebagai pemoderasi guna mengetahui pengaruh
book-tax difference terhadap kualitas laba yang menjadi acuan para investor
untuk menentukan keputusan dikemudian hari. Tabel 2.1 menunjukan hasil-
hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh arus kas dan laba akrual
terhadap presistensi laba dengan book-tax difference sebagai pemoderasi
39
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Hasil
Persamaan Perbedaan
1 Fani
Chrisyanti
(2015)
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Book-Tax
Differences Dan
Pengaruhnya Terhadap
Persistensi Laba
- pengaruh book tax
gap
- presistensi laba
- Populasi penelitian adalah
semua perusahaan
manufaktur yang terdapat
di BEI tahun 2008-2012
Perusahaan dengan large book tax
differences terbukti signifikan
menurunkan persistensi laba.
Small book tax differences tidak
terbukti secara signifikan memiliki
laba yang lebih persisten daripada
perusahaan dengan large book tax
differences.
2 Melita Noviana
Sin (2012)
Pengaruh Large Book-Tax
Differences Terhadap
Persistensi Laba,
Akrual Dan Arus Kas Pada
Perusahaan Manufaktuf Di
Bei
- book-tax difference,
presistensi laba,
akrual, arus kas
pada perusahaan
manufaktur
- Periode penilitian
dilakukan dari tahun 2004
sampai dengan 2010
perusahaan dengan large book-tax
differences tidak menunjukkan
persistensi laba akuntansi yang lebih
rendah dibanding perusahaan dengan
small book tax differences
Bersambung ke halaman selanjutnya
40
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian
Metodologi
Hasil Persamaan Perbedaan
3 Rika Oktafioni,
Ethika, Novia
Rahmawati.
(2013)
Pengaruh Book Tax
Differences Terhadap
Pertumbuhan Laba (Studi
Empiris Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bei Tahun 2009-2011)
- Fokus penelitian
pada temporary
differences dan
permanent
differences dari
book tax
differences
- book tax difference
- laba,
- perusahaan manufaktur di
BEI
- Temporary Differences dari
Book Tax Differences tidak
berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba
perusahaan.
- Permanent Differences dari
Book Tax Differences tidak
berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba
4 Ayu Wahyuni
(2014)
PENGARUH BOOK TAX
DIFFERENCES DAN
STRUKTUR
KEPEMILIKAN
TERHADAP
PERINGKAT OBLIGASI
(Studi Emiris Pada
Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia)
Pengaruh book-tax
differences,
menggunakan data
sekunder berupa
laporan keuangan
tahunan.
- Fokus penelitian kepada book
tax differences dan struktur
kepemilikan terhadap
peringkat obligasi.
Large positive book-tax
differences tidak berpengaruh
negatif terhadap peringkat
obligasi. Large negative book-
tax differences tidak
berpengaruh negatif terhadap
peringkat obligasi.
Kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap
peringkat obligasi.
Bersambung ke halaman selanjutnya
41
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian
Metodologi
Hasil Persamaan Perbedaan
5 Dimas
Prasetya
Wardana
(2013)
Pengaruh Book-tax
Differences dan Struktur
Kepemilikan terhadap
Relevansi Laba
- book-tax
dfference
- Penelitian fokus pada
relevansi laba
- ABTD berpengaruh positif
terhadap relevansi laba
6 Tuti Nur Asma
(2012)
Pengaruh Aliran Kas dan
Perbedaan Laba
Akuntansi dengan Laba
Fiskal terhadap
Persistensi Laba
- Pengaruh Aliran
kas
- Perbedaan Laba
Akuntansi dengan
Laba Fiskal
(Book Tax
Difference)
terhadap
Persistensi Laba
- Tidak mencantumkan
variabel Akrual
- Arus kas berpengaruh
positif signifikan terhadap
persistensi laba.
- Book Tax Difference
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
persistensi laba.
Bersambung ke halaman selanjutnya
42
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Hasil
Persamaan Perbedaan
7 Budi Lestari
(2012)
Analisis Pengaruh Book
Tax Difference Terhadap
Pertumbuhan Laba
- Book Tax
Difference
- Tidak meneliti arus kas
investasi dan pebiayaan
Book Tax Difference tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
pertumbuhan laba
8
Nurul Aisyah
Rachmawati
(2016)
Kandungan Informasi
Temporary Book Tax
Difference dan Akrual
dalam Persistensi Laba
- Book Tax
Difference
- Akrual
- persistensi laba
- Tidak meneliti arus kas
Koefisien positif
menunjukan variabel akrual
dapat memperkuat
persistensi laba suatu
perusahaan Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian
43
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, maka gambaran menyeluruh tentang
penelitian ini tergambar dalam alur penelitian seperti berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor,
pembuat kebijakan akuntansi dan pemerintah
Pengaruh Arus Kas, Laba Akrual dan Book-Tax Difference
terhadap Persistensi Laba
Basis Teori: Agency Theory (Teori Keagenan) dan Teori-Teori
Akuntansi
PERSISTENSI LABA (Y)
LABA AKRUAL (X2)
BOOK-TAX DIFFERENCES (X3)
ARUS KAS (X1) Arus Kas Investasi
Arus Kas Pendanaan
Arus Kas Operasional
44
E. Hipotesis
Berdasarkan hasil keterkaitan antar variabel yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis atau jawaban sementara
atas penelitian yang dilakukan ini. Hipotesis tersebut diantaranya adalah
H1a : Arus kas aktivitas operasi mempunyai pengaruh terhadap
presistensi laba.
H1b : Arus kas aktivitas investasi mempunyai pengaruh terhadap
presistensi laba.
H1c : Arus kas aktivitas pembiayaan mempunyai pengaruh terhadap
presistensi laba
H2 :Laba akrual berpengaruh terhadap presistensi laba
H3 :Book-tax difference berpengaruh terhadap presistensi laba
H4 : Arus kas aktivitas operasi, investasi,pembiayaan, laba akrual
dan book-tax difference berpengaruh terhadap presistensi laba secara
simultan
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tipe hubungan antar variabel yang diteliti adalah hubungan kausal
komparatif atau hubungan sebab akibat antara variabel-variabel independen
yaitu selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal (Large Book-tax
Difference) terhadap variabel dependen yaitu persistensi laba akuntansi,
apakah perusahaan dengan large book-tax differences memiliki persistensi
laba akuntansi lebih rendah dari perusahaan dengan small book-tax
differences. Variabel dependen yang kedua terhadap akrual, apakah
perusahaan dengan large book-tax differences mempunyai komponen akrual
laba yang kurang persisten dibanding perusahaan dengan small book-tax
differences,serta berpengaruh terhadap variabel dependen arus kas, dimana
persistensi akrual pada perusahaan dengan large book-tax differences
mempengaruhi ekspektasi investor.
Objek penelitian penulis adalah laporan keuangan perusahaan yang
terdapat di BEI. Populasi penelitian adalah semua perusahaan LQ 45 yang
terdaftar di BEI tahun 2011-2015 berjumlah 45 perusahaan dengan populasi
data untuk menghitung persistensi laba yaitu dari tahun 2011-2015 sesuai
dengan pendapat dari Subramanyam (2010:327) yaitu penilaian persistensi
laba memerlukan laporan keuangan minimal 5 tahun,sehingga untuk
menghitung persistensi laba memerlukan observasi data laporan keuangan dari
tahun 2011-2015.
45
46
B. Metode Penentuan Sampel
Metode pemilihan sampel penelitian ini adalah metode purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel bahwa populasi yang akan
dijadikan objek penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria tertentu.
Kriteria yang ditetapkan yaitu:
1. Perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015 dan
mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 Desember secara
konsisten dan lengkap dari tahun 20011-2015,
2. Periode laporan keuangan berakhir setiap 31 Desember, dan perusahaan
tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan umum dan laporan
keuangan pajak selama tahun 2011-2015. Alasannya adalah kerugian dapat
dikompensasi ke masa depan (carry forward) menjadi pengurang biaya
pajak tangguhan dan diakui sebagai aset pajak tangguhan sehingga dapat
mengaburkan arti book-tax differences yang sebenarnya pada akun biaya
pajak tangguhan (Wijayanti, 2006), dan
3. Laporan keuangan perusahaan LQ 45 menggunakan mata uang Indonesia.
Jumlah akhir sampel yang digunakan adalah 45 perusahaan.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan book tax differemce,
presistensi laba, akrual dan arus kas yang di peroleh dari Bursa Efek
Indonesia, dimana data yang di ambil adalah data sekunder yang berupa
laporan keuangan.
47
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2009-2010. Sumber data berasal dari website resmi BEI dan Indonesian
Capital Market Directory. Pemilihan sampel menggunakan purposive
sampling dengan kriteria sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan terlikuid LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015.
2. Laporan keuangan perusahaan telah diaudit dan selalu dipublikasikan
selama tahun 2011-2015 di www.idx.co.id
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode penelitian yaitu
tahun 2011-2015.
4. Perusahaan menggunakan mata uang rupiah.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini dirancang untuk memperoleh bukti empiris mengenai
pengaruh perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (booktax
differences) pada persistensi laba, akrual, dan aliran kas. Analisis data
dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS sebagai alat untuk
meregresikan model yang telah dirumuskan di atas. Pengujian hipotesis
dapat dilakukan setelah model regresi bebas dari gejalagejala asumsi
klasik, pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk memastikan bahwa
hasil penelitian adalah valid dengan data yang digunakan secara teori adalah
tidak bias, konsisten, dan penaksiran regresinya efisien (Gujarati,2003).
48
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi
klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian
dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam
bentuk tabel numerik dan grafik (Indriantoro dan Bambang, 2002). Metode
analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis kuantitatif yang
bersifat deskriptif yang menjabarkan data yang diperoleh dengan
menggunakan analisis regresi berganda untuk menggambarkan fenomena atau
karakteristik dari data, yaitu dengan memberikan gambaran tentang pengaruh
faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan. Metode analisis data akan
dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer program SPSS.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
penelitian ini melakukan uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji
multikolinearitas dan uji autokorelasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini
49
pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode uji non-
parametrik grafik histogram dan p-plots
b. Uji Multikolonieritas
Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah pada model regresi
ditentukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang
valid adalah model regresi yang bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas
terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkolerasi satu
sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi maka sulit
untuk memisahkan masingmasing pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Dalam melakukan pengujian terhadap multikolinearitas.
Dapat dideteksi dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation
factor (VIF), jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi
multikolinearitas (Ghozali, 2016).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varian dari residual pengamatan ke pengamatan lain
tetap maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini
pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode Uji
Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut residual
terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2016).
50
d. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi terjadi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya
(Ghozali, 2016).
Penelitian ini menggunakan uji autokorelasi dengan uji lagrange
multiplier (LM). Uji LM terutama digunakan untuk sampel besar diatas 100
observasi. Uji LM akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey. Pengujian
Breusch-Godfrey (BG test) dilakukan dengan meregres variabel pengganggu
(residual) Ut menggunakan autogresive model dengan orde p dengan
persamaan sebagai berikut (Ghozali, 2016):
Hipotesis nol (H0) adalah ρ1 = ρ2 = … = ρp = 0, dimana koefisien
autogresive secara simultan sama dengan nol menunjukan bahwa tidak
terdapat autokorelasi pada setiap orde. Jika diterapkan dalam penelitian ini
persamaan akhir dari uji LM ini sama saja seperti persamaan berikut:
51
keterangan:
Res 1 = nilai unstandardized residual, hasil regresi model
penelitian
b0 = konstanta
b1,2,3,4,5,6,7 = koefisien regresi
BOD SIZE = ukuran dewan komisaris
BOD IND = dewan komisaris independen
AC SIZE = ukuran komite audit
AC IND = komite audit independen
AQ = kualitas audit
LEV = leverage
LM = lagrange multiplier, hasil transformasi nilai
unstandardized residual kedalam lag 1
Persamaan diatas melihat nilai probabilitas signifikan variabel LM pada
hasil uji t, jika nilai probabilitas signifikan variabel LM ≤ 0,05 maka model
data penelitian terjadi autokorelasi, dan jika nilai probabilitas LM ≥ 0,05
maka model data penelitian tidak terjadi autokorelasi.
1. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Model ini merupakan
pengembangan dari regresi linier sederhana, yaitu dengan menambah jumlah
variabel bebas menjadi dua atau lebih terhadap variabel terikat (variabel
dependen) (Sanusi, 2013). Alat uji yang digunakan dengan teknik analisis uji
52
nilai selisih mutlak yang dikembangkan oleh frucot dan Shearon (1991) dalam
Ghozali (2016). Model ini akan menguji pengaruh modesi dengan selisih
mutlak dari variabel indpenden dengan rumus persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+ b6X6+e
Keterangan:
Y = Persistensi Laba
a = Konstanta
b1-b7 = Koefesien Regresi X1 = Arus Kas Operasional X2 = Arus Kas Investasi X3 = Arus Kas Pembiayaan X4 = Laba Akrual X5 = Book-tax Differrence
X6 = Arus kas operasional, investasi, pembiayaan,
laba akrual dan book tax-difference terhadap
presistensi laba secara simultan e = error term
Pengujian ini dilakukan melalui:
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen (Ghozali, 2016).
53
b. Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen yang diuji (Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini
menggunakan tingkat signifikansi 5 % dan 10%.
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 dan/atau 0,10 maka Ho
diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh individual
terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 atau 0,10 maka Ho
ditolak dan Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual
terhadap variabel dependen atau terikat
e. Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistif F
digunakan untuk mengetahui semua variabel indepnden yang dimasukkan
dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen
yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2016).
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima dan
54
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi variabel penelitian
Operasionalisasi variabel adalah definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut (Jatmiko, 2009). Menurut Jatmiko (2009), hal-hal
yang perlu dijelaskan dalam operasionalisasi variabel adalah variabel, sub
variabel, indikator, skala ukur dan alat analisis, maka dari penjabaran itulah
suatu variabel dapat diukur.
Dalam penelitian ini, terdapat tiga buah variabel yang diteliti oleh
peneliti yaitu variabel tak bebas, dan variabel bebas. Kedua variabel inilah
yang akan dibuat suatu operasionalisasi variabelnya agar dapat dilakukan
pengukuran dengan mudah.
Menurut Sanusi (2013) variabel independen (variabel bebas) adalah
tipe variabel mempengaruhi variabel yang lain. Sedangkan, variabel dependen
(variabel terikat) adalah tipe variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen.
55
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah persistensi laba.
Persistensi laba adalah revisi laba yang diharapkan di masa depan yang
terkandung dalam laba saat ini (Meythi, 2006). Persistensi laba dapat diukur
dengan menggunakan koefisien regresi antara laba akuntansi sebelum pajak
satu periode masa depan dengan laba akuntansi sebelum pajak periode
sekarang (Hanlon, 2005). Laba akuntansi dianggap semakin persisten apabila
koefisien regresinya semakin kecil. Persitensi laba dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen dalam penelitian terdiri dari:
a. Arus Kas
Arus kas operasi menunjukkan besarnya aliran masuk yang berasal
dari aktivitas operasi dan aliran keluar yang digunakan untuk aktivitas operasi.
Arus kas operasi sebagai proksi komponen laba permanen merupakan salah
satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan persistensi laba
(Wijayanti, 2006), sehingga diperkirakan arus kas operasi akan berhubungan
positif dengan laba masa depan. Arus kas operasi dalam penelitian ini dihitung
dari total aliran kas operasi dikurangi aliran kas dari pos luar biasa dan
ditambah pajak penghasilan kemudian dibagi dengan total aset.
56
Hery (2013:478) mendefinisikan yang termasuk sebagai arus kas
aktivitas investasi adalah membeli atau menjual tanah, bangunan dan
peralatan.Di samping itu, aktivitas investasi juga meliputi pembelian dan
penjualan instrument keuangan yang bukan untuk tujuan diperdagangkan
(non-trading securities), penjualan segmen bisnis dan pemberian punjaman
kepada entitas lain, termasuk penagihannya.Pelaporan arus kas dari aktivitas
investasi tidak dipengaruhi oleh metode langsung ataupun metode tidak
langsung. Arus kas investasi dalam penelitian ini dihitung dari total aliran kas
investasi dikurangi aliran kas dari pos luar biasa dan ditambah pajak
penghasilan kemudian dibagi dengan total aset.
Hery (2013:480) mendefinisikan arus kas aktivitas pembiayaan
meliputi transaksi-transaksi yang di mana kas diperoleh atau dibayarkan
kembali kepada pemilik dana (investor) dan kreditur. Sebagai contoh, kas
bersih yang diterima dari penerbitan ssaham (sekuritas modal) atau obligasi
(sekuritas utang), pembayaran untuk membeli kembali saham biasa (sebagai
treasury stock), atau untuk menebus kembali utang obligasi dan pembayaran
dividen tunai.Jadi, yang termasuk ke dalam aktivitas Pembiayaan adalah
meliputi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan utang jangka panjang
maupun ekuitas (modal) perusahaan. Arus kas pembiayaan dalam penelitian
ini dihitung dari total aliran kas pembiayaan dikurangi aliran kas dari pos luar
biasa dan ditambah pajak penghasilan kemudian dibagi dengan total aset.
57
b. Akrual
Wijayanti (2006) menyatakan bahwa akrual adalah proksi komponen
laba transitori. Akrual merupakan item laba sebelum pajak yang tidak
mempengaruhi kas pada periode berjalan (pretax accrual). Komponen akrual
kurang persisten dibandingkan dengan komponen kas. Logika yang
mendasarinya adalah komponen akrual yang memiliki diskresi tinggi
mengakibatkan banyak error yang akan terkoreksi pada laba mendatang
(Dechow dan Dichev, 2002 dalam Wiryandari dan Yulianti, 2008). Dapat
disimpulkan bahwa akrual berhubungan negatif dengan perubahan laba masa
depan. Akrual dalam penelitian ini dihitung sebagai laba akuntansi sebelum
pajak dikurangi oleh aliran kas operasi sebelum pajak. Hasil perhitungan
tersebut kemudian dibagi dengan total aset.
c. Book-tax difference
Perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal (book-tax difference)
dengan menggunakan proksi beban pajak tangguhan (Han Lon, 2009).
58
Tabel 3.1 Operasional Variabel dan Pengukuran
Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian
No Variabel Definisi
Operasional
Pengukuran Skala Pengukuran
1 Persistensi
Laba
(Hanlon,
2005)
Dependen
Rasio
2 Arus Kas
(Wijayanti,
2006)
(Hery,
2013)
Independen
Rasio
3 Akrual
(wijayanti,
2006)
Independen
Rasio
4 Book-tax
difference
(Han Lon,
2009)
Independen
Rasio
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian
1. Definisi Indeks LQ 45
Indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling
likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator
likuidasi. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan
Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap
awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat
dalam indeks tersebut akan selalu berubah.
Beberapa kriteria - kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten
dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah :
a. Kriteria yang pertama adalah :
1) Berada di TOP 95 % dari total rata – rata tahunan nilai transaksi
saham di pasar reguler.
2) Berada di TOP 90 % dari rata – rata tahunan kapitalisasi pasar.
b. Kriteria yang kedua adalah :
1) Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam
klasifikasi industri BEJ sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya.
2) Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi
(Tjiptono, 2001, p. 95-96).
59
60
Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui
berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan
likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ 45
harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut :
a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar
reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama
12 bulan terakhir)
c. Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan
d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya,
frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
Saham-saham yang termasuk didalam LQ 45 terus dipantau dan setiap
enam bulan akan diadakan review (awal Februari, dan Agustus). Apabila ada
saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain
yang memenuhi syarat. Pemilihan saham - saham LQ 45 harus wajar, oleh
karena itu BEJ mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di
BAPEPAM, Universitas, dan Profesional di bidang pasar modal.
2. Faktor –faktor yang berperan dalam pergerakan Indeks LQ 45, yaitu:
a. Tingkat suku bunga SBI sebagai patokan (benchmark)
portofolio investasi di pasar keuangan Indonesia,
b. Tingkat toleransi investor terhadap risiko, dan
61
c. Saham – saham penggerak indeks (index mover stocks) yang notabene
merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEJ.
3. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap naiknya Indeks LQ 45
adalah:
a. Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga
minyak mentah dunia, dan
b. Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ 45 ke
zona positif.
Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya
untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis
keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya
dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif
diperdagangkan.
Perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2011 hingga 2015 merupakan populasi dalam penelitian ini.
Perusahaan - perusahaan tersebut tidak keluar dari BEI (delisting) dan telah
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Dari
pertimbangan tersebut didapatkan sampel sebanyak 21 perusahaan dengan
total 105 data observasi.
62
Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai
berikut
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI 45
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tidak
dalam rupiah selama tahun 2011- 2015 (6)
Perusahaan yang tidak tetap terdaftar pada LQ45 (13)
Jumlah sampel penelitian terpilih 26
Tahun pengamatan 2011-2015 5
Data outlier (9)
Jumlah sampel total dalam periode penelitian 121
Sumber: Data sekunder diolah
Dari hasil seleksi sampel penelitian di atas, terdapat 26 perusahaan yang
sesuai dengan kriteria. Berikut merupakan daftar perusahaan LQ 45 yang
menjadi sampel dalam penelitian ini:
63
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
No Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk.
2 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.
3 ASII PT Astra Internasional Tbk.
4 ASRI PT Alam Sutra Realty Tbk.
5 BBCA PT Bank Central Asia Tbk.
6 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk.
7 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
8 BBTN PT Bank Tabungan Negara Tbk.
9 BMRI PT Bank Mandiri Tbk.
10 BMTR PT Global Mediacom Tbk.
11 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
12 GGRM PT Gudang Garam Tbk.
13 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
14 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
15 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
16 JSMR PT Jasa Marga Tbk.
17 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
18 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk.
19 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra
20 MNCN PT Media Nusantara Citra Tbk.
21 PTBA PT Bukit Asam Tbk.
22 SMGR PT Semen Indonesia Tbk.
23 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
24 UNTR PT United Tractors Indonesia Tbk.
25 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.
26 WIKA PT Wijaya Karya Tbk
Sumber: Data sekunder diperoleh dari website resmi bursa efek www.idx.co.id
64
B. Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi
berganda. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai pengaruh variabel independen Arus Kas Operasi, Arus Kas
Investasi, Arus Kas Pembiayaan, Akrual,dan Book-Tax Difference terhadap
variable dependen yaitu Persistensi Laba.
Tabel 4.3
Tabel Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PERSLABA 121 ,11 ,63 ,3393 ,13095
ARSKASOP 121 -,13 ,31 ,1025 ,08931
ARSKASIN 121 -,30 ,20 -,0762 ,07781
ARSKASPEMB 121 -,28 ,19 -,0128 ,07427
AKRUAL 121 -,28 ,21 ,0199 ,06981
BTD 121 -,04 ,32 ,1007 ,09073
Valid N (listwise) 121
Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)
Berdasarkan hasil statistik deskriptif di atas, variabel Persistensi
Laba menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar 0,1100 yang berasal
dari PT Lippo Karawaci Tbk. nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,6300
yang berasal dari PT Wijaya Karya Tbk. nilai rata-rata (mean) sebesar
0,3933 yang berasal dari PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra.
Selanjutnya hasil analisis statistik deskriptif Arus Kas Operasi
menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -0,13 yang berasal dari PT
AKR Corporindo Tbk. nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,31 yang
65
berasal dari PT Bukit Asam Tbk. nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1025
yang berasal dari PT Wijaya Karya Tbk, Hasil analisis statistik deskriptif
Arus Kas Investasi menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -0,30
yang berasal dari PT Alam Sutra Realty Tbk. nilai tertinggi (maximum)
sebesar 0,20 yang berasal dari PT AKR Corporindo Tbk. nilai rata-rata
(mean) sebesar -0,0762 yang berasal dari PT Kalbe Farma Tbk. Hasil
analisis statistik deskriptif Arus Kas Pembiayaan menunjukan nilai
terendah (minimum) sebesar -0,28 yang berasal dari PT Bukit Asam Tbk.
nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,19 yang berasal dari PT Astra Agro
Lestari Tbk. nilai rata-rata (mean) sebesar -0,0128 yang berasal PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Hasil analisis statistik deskriptif
selanjutnya adalah Akrual menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar
-0,28 yang berasal dari PT Astra Agro Lestari Tbk. nilai tertinggi
(maximum) sebesar 0,21 yang berasal dari PT Charoen Pokphand
Indonesia Tbk. nilai rata-rata (mean) sebesar 0,0199 yang berasal dari PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Hasil analisis statistik deskriptif
Book-Tax Differences menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -0,04
yang berasal dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. nilai tertinggi
(maximum) sebesar 0,32 yang berasal PT Bukit Asam Tbk. dari nilai rata-
rata (mean) sebesar 0,1007 yang berasal dari PT Charoen Pokphand
Indonesia Tbk.
66
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji
apakah data memenuhi asumsi klasik atau tidak. Hal ini untuk
menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak semua data
dapat diterapkan menggunakan regresi. Di bawah ini merupakan uji
asumsi klasik yang telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal
(Gujarati, 2011). Model regresi yang baik adalah yang mempunyai
distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini
pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode uji non-
parametrik histogram dan p-plots. Dasar pengambilan keputusan pada uji
normalitas ini adalah dengan melihat grafik histogram dan p-plots
(Ghozali, 2016). Adapun hasil grafik histogram dan p-plots dapat dilihat
dalam tabel berikut:
67
Gambar 4.1
Uji Normalitas Histogram
Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)
Gambar 4.2
Uji Normalitas P-Plot
Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)
68
Berdasarkan gambar 4.1 dan 4.2 diatas, hasil uji Normal P-Plots
menunjukan data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya. Sehingga model penelitian ini
memenuhi uji asumsi klasik normalitas.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertjuan untuk menguji apakah adanya
korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi. Untuk
mendeteksi adanya masalah multikolonieritas dalam penelitian ini dengan
menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).
Regresi yang terbebas dari masalah multikolonieritas apabila nilai VIF
<10 dan nilai tolerance >0,10 maka data tersebut tidak ada
multikolonieritas. Berikut ini disajikan hasil uji multikolonieritas dengan
menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), yaitu:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Model
Collinearity Statistics Kesimpulan
Tolerance VIF
1 (Constant)
ARSKASOP 0,295 3,385 Tidak terjadi multikolonieritas
ARSKASINV 0,487 2,054 Tidak terjadi multikolonieritas
ARSKASPEMB 0,456 2,194 Tidak terjadi multikolonieritas
AKRUAL 0,585 1,710 Tidak terjadi multikolonieritas
BTD 0,578 1,729 Tidak terjadi multikolonieritas
Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)
Dalam tabel 4.4 di atas menunjukan hasil uji multikolonieritas
dengan nilai Tolerance berkisar antara 0,295 – 0,578. Sedangkan nilai
69
Variance Inflation Factor (VIF) berkisar antara 1,710 – 3,385. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian ini tidak terjadi
masalah multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.7 di bawah merupakan hasil Uji Heteroskedastisitas
dengan menggunakan Uji Glejser. Uji glejser mengusulkan untuk
meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen
(Gujarati,2003). Jika variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas (probabilitas signifikansi tingkat kepercayaan 5%)
(Ghozali, 2016).
Tabel 4.5
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,018 ,002 8,198 ,000
ARSKASOP ,035 ,024 ,235 1,422 ,158
ARSKASINV ,042 ,022 ,248 1,925 ,057
ARSKASPEMB ,026 ,024 ,146 1,094 ,276
AKRUAL ,025 ,022 ,132 1,125 ,263
BTD -,028 ,017 -,192 -1,625 ,107
a. Dependent Variable: ABS_UT
Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)
70
Dari hasil uji glejser tersebut semua variabel independen
menunjukan angka signifikansi di atas 0,05 yang berarti bahwa dalam
persamaan regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji adanya hubungan antara
residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Jika terjadi
autokorelasi, maka dapat dikatakan bahwa model mengalami masalah
autokorelasi. Menurut Winarno (2011) autokorelasi lebih mudah timbul
pada data yang bersifat runtut waktu dikarenakan pada sifatnya bahwa data
sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Pengujian
terhadap autokorelasi dilakukan melalui uji Lagrange Multiplier dan pada
tabel 4.6 berikut menunjukkan hasil mengenai otokorelasi:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,001 ,004 ,338 ,736
ARSKASOP -,012 ,040 -,049 -,291 ,772
ARSKASINV -,006 ,036 -,023 -,170 ,865
ARSKASPEMB -,009 ,039 -,032 -,234 ,815
AKRUAL -,013 ,038 -,040 -,342 ,733
BTD -,002 ,028 -,009 -,075 ,941
LM_BG ,162 ,094 ,162 1,712 ,090
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)
71
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai probabilitas
signifikan variabel independen LM terhadap variabel dependen
unstandardized residual adalah 0,90 jauh diatas nilai probabilitas
signifikan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesalahan
pengganggu (residual) yang saling berkorelasi disetiap periode atau tahun
sampel dalam model penelitian ini atau tidak terjadi autokorelasi.
3. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Koefesien Determinasi
Koefisien determinasi ( ) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerapkan model regresi dalam menerangkan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini
menggunakan variabel independen arus kas operasional, arus kas investasi,
arus kas pembiayaan, akrual, dan Book-tax differences serta variable
dependen yaitu persistensi laba
Adapun hasil uji koefisien Adjusted R Square disajikan pada tabel
4.9 di bawah ini.
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Adjusted R Square
1 0,974
Sumber: Data Sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)
Tabel 4.7 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,974, hal
ini berarti bahwa 97% variabel persistensi laba dapat dijelaskan oleh arus
72
kas operasi, arus kas investasi, arus kas pembiayaan, akrual dan book-tax
difference. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 3% dijelaskan oleh faktor-
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
b. Uji F (Model Fit)
Hasil Uji F pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi pada tabel hasil Uji F berikut ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji F (ANOVA)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,006 5 ,401 885,842 ,000b
Residual ,052 115 ,000
Total 2,058 120
a. Dependent Variable: SQRT_Y
b. Predictors: (Constant), X5, X4, X3, X2, X1
Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)
Pada tabel 4.8 diperoleh nilai F 885,842 dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi (X1), arus kas
investasi (X1), arus kas pendanaan (X1), laba akrual (X2), dan book tax
difference (X3) secara simultan terhadap persistensi laba (Y).
Signifikansi sebesar 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan layak
untuk menguji data atau dapat dikatakan bahwa hipotesis H4 didukung
oleh penelitian Hadiarrohman (2011) sehingga arus kas operasi, arus kas
73
investasi, arus kas pembiayaan, akrual, dan book-tax difference bersama-
sama secara simultan mempengaruhi persistensi laba.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen. Tabel 4.9 berikut ini menyajikan hasil uji statistik t dalam
penelitian ini, yaitu:
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik t
Model T Sig.
Kesimpulan
1 (Constant)
ARSKASOP 37,832 0,000 Berpengaruh
ARSKASINV -1,289 0,200 Tidak Berpengaruh
ARSKASPEMB 2,714 0,008 Berpengaruh
AKRUAL 40,468 0,000 Berpengaruh
BTD 1,773 0,790 Tidak Berpengaruh
Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga variabel independen yaitu Arus Kas operasi, Arus Kas Pembiayaan,
dan Akrual yang berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba dengan
tingkat signifikansi pada 5%. Sedangkan dua variabel independen lainnya
yaitu Arus Kas Investasi dan Book-tax differences tidak berpengaruh pada
persistensi laba dengan proksi Tobin’s q.
Adapun penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
74
a) Pengaruh aliran kas terhadap persistensi laba
Hasil pengujian variabel arus kas operasi mempunyai tingkat
signifikansi 0,000 lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang
dihasilkan 1,514. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1a terdukung
sehingga dapat dikatakan arus kas operasi berpengaruh positif signifikan
terhadap persistensi laba pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Tuti Nur Asma (2012)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi aliran kas operasi suatu
perusahaan maka akan meningkatkan persistensi laba perusahaan tersebut.
Hasil pengujian variabel arus kas investasi mempunyai tingkat
signifikansi 0,200 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang
dihasilkan -0,046. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1b tidak
terdukung dan dapat dikatakan arus kas investasi tidak berpengaruh tidak
signifikan terhadap persistensi laba pada tingkat signifikansi 5%.
Hasil pengujian variabel arus kas pembiayaan mempunyai tingkat
signifikansi 0,008 lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang
dihasilkan 0,105. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1c terdukung
sehingga dapat dikatakan arus kas pembiayaan berpengaruh positif
signifikan terhadap persistensi laba pada tingkat signifikansi 5%.
Penelitian ini masih berkaitan dengan variabel arus kas operasi sehingga
secara tidak langsung terdukung oleh penelitian Tuti Nur Asma (2012).
Dengan adanya jumlah aliran kas dari aktivitas operasi yang cukup,
perusahaan tidak perlu mengandalkan pembiayaan dari luar (penerbitan
75
saham atau utang pada pihak eksternal), dengan demikian struktur modal
perusahaan tetap yang berarti dana yang diinvestasikan oleh investor
dikelola secara efektif dan efisien oleh perusahaan. Dana yang dikelola
secara efektif dan efisien tersebut akan menghasilkan laba yang persisten,
sehingga dapat dikatakan bahwa adanya aliran kas yang positif dapat
menyebabkan persistensi laba yang tinggi.
b) Pengaruh Akrual terhadap Persistensi Laba
Hasil pengujian variabel akrual mempunyai tingkat signifikansi
0,000 lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -1,472.
Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H2 terdukung sehingga dapat
dikatakan akrual berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi laba
pada tingkat signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Nurul Aisyah Rachmawati (2016) yang menyatakan bahwa
akrual berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi laba. Hal ini
dapat mengindikasikan bahwa variabel akrual justru dapat memperkuat
persistensi laba suatu perusahaan. Sesuai juga dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dechow (1994) yang menyatakan bahwa bahwa akrual
lebih relevan dalam merefleksikan kinerja perusahaan dibandingkan
dengan arus kas. Penerapan dasar akrual dalam akuntansi dilakukan agar
kinerja perusahaan dapat disajikan dengan lebih baik dibandingkan dengan
dasar kas. Dechow dan Dichev (2002) menyatakan bahwa kualitas akrual
(terutama modal kerja) merupakan salah satu pengukur kualitas laba yang
76
berhubungan dengan persistensi laba. Kualitas akrual diukur dengan
meregres arus kas tahun sebelumnya, arus kas tahun sekarang, dan arus
kas tahun berikutnya.
c) Pengaruh Book-Tax Differences terhadap Persistensi Laba
Hasil pengujian variabel Book-Tax Differences mempunyai
signifikansi 0,079 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang
dihasilkan 0,050. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H3 tidak terdukung
sehingga dapat dikatakan Book-Tax Differences tidak berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap persistensi laba pada tingkat signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Budi Lestari (2012) menyatakan bahwa book tax difference
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dalam
penelitiannya Budi Lestari membagi book-tax difference menjadi dua,
permanen dan temporer. Perbedaan permanen yang tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap persistensi laba merupakan dampak dari jumlah perbedaan
permanen yang tidak terlalu signifikan besarnya terhadap jumlah laba kena
pajak (penghasilan kena pajak). Perbedaan permanen yang dapat menjadi
pengurang atau penambah laba kena pajak dengan jumlah yang tidak
signifikan tidak akan terlalu berpengaruh terhadap perubahan jumlah beban
pajak kini. Pajak kini merupakan komponen pembentuk beban pajak
penghasilan di samping pajak tangguhan. Jumlah pajak kini tentu memiliki
pengaruh yang besar terhadap jumlah beban pajak penghasilan. Beban pajak
penghasilan merupakan pengurang laba sebelum pajak menjadi laba bersih.
77
Hal tersebut menjelaskan alasan mengapa perbedaan permanen tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap persistensi laba.
Perbedaan temporer tidak berpengaruh pada beban pajak penghasilan.
Untuk perbedaan temporer dengan koreksi positif, jumlah yang dikoreksi
akan menambah penghitungan beban pajak kini. Namun, di sisi lain koreksi
fiskal tersebut menimbulkan penghasilan pajak tangguhan. Hal itu
menyebabkan jumlah perbedaan temporer yang tadinya dapat menambah
pajak penghasilan melalui pajak kini selanjutnya akan dihapus melalui
pengurangan pajak penghasilan dalam bentuk penghasilan pajak tangguhan.
Begitu pula dengan perbedaan temporer dengan koreksi negatif. Untuk
perbedaan temporer dengan koreksi negatif, jumlah yang dikoreksi akan
mengurangi penghitungan beban pajak kini. Namun, di sisi lain koreksi fiskal
tersebut akan menimbulkan beban pajak tangguhan. Hal itu menyebabkan
jumlah perbedaan temporer yang tadinya dapat mengurangi pajak penghasilan
melalui pajak kini selanjutnya akan dihapus melalui penambahan pajak
penghasilan dalam bentuk beban pajak tangguhan.
Perbedaan temporer berpengaruh terhadap beban pajak perusahaan
melalui aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan. Kenaikan neto
aset pajak tangguhan menyebabkan pengurangan beban pajak perusahaan,
sebaliknya kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan menyebabkan kenaikan
beban pajak perusahaan. Jumlah kenaikan neto aset pajak tangguhan ataupun
kewajiban pajak tangguhan tidak terlalu signifikan besarnya terhadap beban
pajak penghasilan, sehingga tidak akan mempengaruhi pertumbuhan laba.
78
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Jackson (2009)
yang menyatakan bahwa book tax differences berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba. Pernyataan tersebut disimpulkan dari hasil penelitian
Jackson (2009) yang menemukan bukti bahwa perbedaan permanen
berhubungan negatif terhadap perubahan beban pajak sedangkan
perbedaan temporer berhubungan negatif dengan laba sebelum pajak.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Jackson (2009) dikarenakan
setting penelitian yang dilakukan berbeda. Jackson (2009) melakukan
penelitian terhadap perusahaan-perusahaan di Amerika yang memiliki
peraturan perpajakan yang berbeda dengan peraturan perpajakan di
Indonesia.
79
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh Arus Kas (X1),
Laba akrual (X2), dan Book Tax Difference (X3) terhadap persistensi laba (Y)
pada perusahaan yang terdapat pada LQ 45 tahun 2011-2015. Berdasarkan
data dari sampel yang telah dikumpulkan dan telah dilakukan pengujian dan
analisis terhadap permasalahan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara arus kas operasi terhadap persistensi laba. Hal
ini menunjukan bahwa semakin tinggi aliran kas operasi suatu perusahaan
maka akan meningkatkan persistensi laba perusahaan tersebut. Hal ini
menunjukan bahwa hipotesis H1a terdukung sehingga dapat dikatakan
Arus Kas Operasi berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi laba
Hal ini menunjukan bahwa bahwa semakin tinggi aliran kas operasi suatu
perusahaan maka akan meningkatkan persistensi laba perusahaan tersebut.
2. Tidak terdapat pengaruh antara arus kas investasi terhadap persistensi laba.
Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1b tidak terdukung jadi dapat
dikatakan arus kas investasi tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap persistensi laba Hal ini menunjukan bahwa bahwa aliran kas
investasi tidak mempunyai pengaruh atas tinggi rendahnya persistensi laba
perusahaan.
3. Terdapat pengaruh antara arus kas pembiayaan terhadap persistensi laba.
Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1c terdukung sehingga dapat
79
80
dikatakan arus kas pembiayaan berpengaruh positif signifikan terhadap
persistensi laba Hal ini menunjukan bahwa bahwa semakin tinggi aliran
kas pembiayaan suatu perusahaan maka akan meningkatkan persistensi
laba perusahaan tersebut.
4. Terdapat pengaruh antara akrual terhadap persistensi laba. Hal ini
menunjukan bahwa hipotesis H2 terdukung sehingga dapat dikatakan
akrual berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi Hal ini dapat
mengindikasikan bahwa variabel akrual justru dapat memperkuat
persistensi laba suatu perusahaan.
5. Tidak terdapat pengaruh antara book-tax differences terhadap persistensi
laba. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H3 tidak terdukung sehingga
dapat dikatakan book-tax differences tidak berpengaruh dan tidak
signifikan terhadap persistensi laba Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
book tax difference tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba
suatu perusahaan.
6. Nilai F dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
arus kas operasi (X1), arus kas investasi (X1), arus kas pendanaan (X1),
laba akrual (X2), dan book tax difference (X3) secara simultan terhadap
persistensi laba (Y) sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang
digunakan layak untuk menguji data atau dapat dikatakan bahwa arus kas
operasi, arus kas investasi, arus kas pembiayaan, akrual, dan book-tax
difference bersama-sama secara simultan mempengaruhi persistensi laba
81
B. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa mengamati variabel
lainnya yang dapat berhubungan dengan persistensi laba.
2. Untuk manajemen perusahaan agar sedapat mungkin mengikuti
aturan pajak dalam membuat laporan keuangannya. Hal ini
tentusaja mempertimbangan pengaruh negatif tidak signifikan dari
variabel book-tax differences terhadap persistensi laba perusahaan.
3. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan untuk
diharapkan dapat menggunakan rentang waktu yang lebih panjang
sehingga hasil penelitian lebih akurat, keumungkinan perbedaan
periode pengamatan ini diperkirakan akan memberikan hasil
berbeda.
82
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Nugroho Saputro. 2011, “Pengaruh Book-Tax Differences terhadap
Pertumbuhan Laba (Studi EMpiris Pada Perusahaan LQ 45 yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010)”, Skripsi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis, UNDIP, Semarang.
Anwar, Sanusi. 2013, “Metodologi Penelitian Bisnis”, cetakan ketiga, Salemba
Empat, Jakarta.
Asma, Tuti Nur. 2013. “Pengaruh Aliran Kas dan Perbedaan Antara Laba
Akuntansi dengan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba”, Artikel
Fakultas Ekonomi UNP, Universitas Negeri Padang, Padang.
Belkoui, Ahmed. 2007, “Accounting Theory Teori akuntansi”, edisi ke-2, Salemba
Empat, Jakarta.
Bragg, Steven M. 2011. “Cost Reduction Analysys”, John Wiley and Sons,
NewJersey.
Brigham and Houston. 2010. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Salemba
Empat, Jakarta.
Christiani, Fani. 2015. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Book-Tax
Differences dan Pengaruhnya terhadap Persistensi Laba”,Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya.
Chariri, Anis dan Gozali, Imam. 2007, “Teori Akuntansi”, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Deviana, Brigita, S.P. 2010. “Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban
Pajak Kini Dalam Deteksi Manajemen Laba Pada Saat Seasoned Equity
Offering”, Universitas Diponegoro, Semarang.
Djamaluddin, Subekti dan Wijayanti, Handayani Tri, 2008. “Rahmawati. Analisis
Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap
Persistensi Laba, Akrual, Dan Arus Kas Pada Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Ríset Akuntansi Indonesia
Vol. 11.
Drake, K. D. 2013, “Does firm life cycle explain the relation between book-tax
differences and earnings persistence?”, American Taxation Association
Midyear Meeting: Research Forum.
82
83
Ghozali dan Chariri. 2007. “Teori Akuntansi”, Badan Penerbit Undip, Semarang.
Ghozali, I., 2016, Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS Cetakan
V, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Guenther, David A. 2011. “What Do We Learn From Large Book-Tax
Differences”, Lundquist College of Business, University of Oregon,
Eugene, OR 97403 USA.
Gujarati, Damodar. 2003. “Ekonometrika Dasar”, Edisi Keenam, Erlangga,
Jakarta.
Hanlon, M. 2005. “The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash
Flows When Firms Have Large Book-tax Differences”. The Accounting
Review 80 (March). pp 137-166.
Hanlon, Michelle. 2005. “The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and
Cash Flows When Firms Have Large Book-Tax Differences”. The
Accounting Review 80(1), pp. 137-166.
Hartono, Jogiyanto. 2008. “Teori Portofolio Dan Analisis Investasi”, BPFE,
Yogyakarta.
Hery. 2013. “Teori Akuntansi Suatu Pengantar”, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Hutagaol, John. 2007. “Perpajakan Isu-isu Kontemporer”, Graha Ilmu, Jakarta.
Jackson, Mark. 2009. “Book-Tax Differences and Earnings Growth”, University
of Oregon.
Jatmiko, Rammad Dwi. 2009. “Manajemen Stratejik”, Universitas
Muhammadiyah Malang Press, Malang.
Jogiyanto, Hartono. Teori “Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Kedua,
Yogyakarta, BPFE UGM, 2000.
Lestari, Budi. 2012.” Analisis Pengaruh Book-Tax Differences Terhadap
Pertunbuhan Laba”, UNDIP, Semarang.
Lev, B dan D, Nissim. 2004, “Taxable Income, Future Earnings, and Equity
Value”, The Accounting Review (October): 1039-1074. Working Paper
SSRN, diakses pada tanggal 15 Januari 2016, dari http://www.ssrn.com.
84
Martani, Aulia dan Eka Persada. 2009. “Pengaruh Book Tax Gap terhadap
Persistensi Laba”, diakses pada tanggal 22 Januari 2016, dari
http://www.staff.ui.ac.id/internal/.../publikasi/Paper_AuliaEkaPersada_SN
P2.pdf
Mills, L dan K. Newberry. 2001. “The Influence of Tax and Nontax Costs on
Book-tax Reporting Differences”. The Journal of the American Taxation
Association, 23 (1). pp 1-19.
Okkarisma Dewi,Diastiti, 2010. “Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan dan
Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Penman, S. H. 2001. “Financial Statement Analysis and Securities Valuation”,
Edisi Kedua, Mc Graw-Hill, Inc.
Penman. 2007. “Is Fair Value a Plus or a Minus?”, Accounting and Business
Research Vol. 37 Nbr. 3.
Rahmawati, Nurul Aisyah. 2016. “Kandungan Informasi Book-Tax Differences
dan Akrual dalam Persistensi Laba”, Universitas Trilogi, Jakarta.
Rika Oktafioni dan Ethika, Novia Rahmawati. 2013. “Pengaruh Book-Tax
Differences Terhadap Pertumbuhan laba (Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011)”, Universitas Bung
Hatta,
Sin, Melita Noviana. 2012. “Pengaruh Large Book-Tax Differences terhadap
Persistensi Laba, Akrual dan Arus Kas pada Perusahaan Manaufaktur di
BEI”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 1, No. 4, Juli 2012. Halaman : 88- 95.
Tang, Tanya, dan Michael Firth. 2010. “Can Book-Tax Differences Capture
Earnings Management and Tax Management? Empirical Evidence from
China”. Working Paper SSRN.
Taufik, Mohamad dan Saputro, Armiastho Adi. 2011. “Mata Uang Tunggal Euro
: Implikasinya Terhadap Keuangan dan Bisnis Internasional” Paper Bisnis
Internasional, Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wahyuni, Ayu. 2014. “Pengaruh Book-Tax Differences dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Peringkat Obligasi (Studi Empiris pada Perusahaan yang
Terdaftar di BEI)”.
85
Wardana, Dimas Prastya. 2013. “Pengaruh Book-Tax Differences dan Struktur
Kepemilikan terhadap Relevansi LABA”, Universitas Indonesia, Depok,.
Wijayanti, Handayani Tri. 2006, “Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba
Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus
Kas”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Wild, John. J dan K. R. Subramanyam. 2010. “Analisis Laporan Keuangan”,
Salemba Empat, Jakarta.
Wolk, Harry I, et al. 2004. Accounting Theory Conceptual Issues in a Polictical
and Economic Environment Sixth Edition. Ohio: Thomson Learning
87
Lampiran 1:Tabel Nama Perusahaan LQ45 yang Tercantum di BEI
Daftar Nama Perusahaan
No Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk.
2 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.
3 ASII PT Astra Internasional Tbk.
4 ASRI PT Alam Sutra Realty Tbk.
5 BBCA PT Bank Central Asia Tbk.
6 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk.
7 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
8 BBTN PT Bank Tabungan Negara Tbk.
9 BMRI PT Bank Mandiri Tbk.
10 BMTR PT Global Mediacom Tbk.
11 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
12 GGRM PT Gudang Garam Tbk.
13 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
14 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
15 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
16 JSMR PT Jasa Marga Tbk.
17 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
18 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk.
19 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra
20 MNCN PT Media Nusantara Citra Tbk.
21 PTBA PT Bukit Asam Tbk.
22 SMGR PT Semen Indonesia Tbk.
23 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
24 UNTR PT United Tractors Indonesia Tbk.
25 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.
26 WIKA PT Wijaya Karya Tbk
89
A. Output regresi nilai berganda & uji asumsi klasik
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 X5, X4, X3, X2,
X1b
. Enter
a. Dependent Variable: SQRT_Y
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,987a ,975 ,974 ,02128
a. Predictors: (Constant), X5, X4, X3, X2, X1
b. Dependent Variable: SQRT_Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,148 ,004 40,439 ,000
X1 1,514 ,040 1,033 37,832 ,000 ,295 3,385
X2 -,046 ,036 -,027 -1,289 ,200 ,487 2,054
X3 ,105 ,039 ,060 2,714 ,008 ,456 2,194
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,006 5 ,401 885,842 ,000b
Residual ,052 115 ,000
Total 2,058 120
a. Dependent Variable: SQRT_Y
b. Predictors: (Constant), X5, X4, X3, X2, X1
90
X4 1,472 ,036 ,785 40,468 ,000 ,585 1,710
X5 ,050 ,028 ,035 1,773 ,079 ,578 1,729
a. Dependent Variable: SQRT_Y
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value ,1574 ,6714 ,3393 ,12928 121
Std. Predicted Value -1,407 2,569 ,000 1,000 121
Standard Error of Predicted
Value
,002 ,010 ,004 ,002 121
Adjusted Predicted Value ,1588 ,6792 ,3394 ,12982 121
Residual -,05787 ,05407 ,00000 ,02083 121
Std. Residual -2,720 2,541 ,000 ,979 121
Stud. Residual -2,827 2,773 -,004 1,012 121
Deleted Residual -,06267 ,06438 -,00016 ,02228 121
Stud. Deleted Residual -2,918 2,858 -,006 1,023 121
Mahal. Distance ,308 24,740 4,959 5,172 121
Cook's Distance ,000 ,244 ,012 ,031 121
Centered Leverage Value ,003 ,206 ,041 ,043 121
a. Dependent Variable: SQRT_Y
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dime
nsion
Eigenvalu
e
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) X1 X2 X3 X4 X5
1 1 3,299 1,000 ,02 ,01 ,02 ,00 ,00 ,02
2 1,228 1,639 ,00 ,01 ,00 ,14 ,21 ,00
3 ,954 1,859 ,00 ,00 ,05 ,18 ,21 ,01
4 ,252 3,616 ,72 ,00 ,09 ,00 ,00 ,26
5 ,182 4,259 ,04 ,00 ,48 ,20 ,31 ,61
6 ,084 6,250 ,21 ,98 ,35 ,46 ,27 ,11
a. Dependent Variable: SQRT_Y
93
Uji Klomogorof-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 121
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,02083155
Most Extreme Differences Absolute ,079
Positive ,063
Negative -,079
Test Statistic ,079
Asymp. Sig. (2-tailed) ,060c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,018 ,002 8,198 ,000
X1 ,035 ,024 ,235 1,422 ,158
X2 ,042 ,022 ,248 1,925 ,057
X3 ,026 ,024 ,146 1,094 ,276
X4 ,025 ,022 ,132 1,125 ,263
X5 -,028 ,017 -,192 -1,625 ,107
a. Dependent Variable: ABS_UT
94
Uji Autokorelasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,001 ,004 ,338 ,736
X1 -,012 ,040 -,049 -,291 ,772
X2 -,006 ,036 -,023 -,170 ,865
X3 -,009 ,039 -,032 -,234 ,815
X4 -,013 ,038 -,040 -,342 ,733
X5 -,002 ,028 -,009 -,075 ,941
LM_BG ,162 ,094 ,162 1,712 ,090
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
96
NO. EMITEN tahun Persistensi Laba
(Y) Arus kas operasi/ total
aset (X1) Arus kas investasi/
total aset (X2) Arus kas pendanaan/
total aset (X3) akrual(X4)
book-tax differences(X5)
1 AALI 2011 0.035052311 0.309909996 -0.198635699 -0.150714759 -0.277283981 -0.003508158
2 AKRA 0.092647957 0.11222792 0.201759318 -0.226166785 -0.023163186 0.001199875
3 ASII 2011 0.193499463 6.07734E-05 -5.652E-05 3.50571E-05 0.167812026 0.007613241
4 ASRI 2011 0.126684167 0.236204044 -0.185008032 -0.032461318 -0.124487383 0.012912344
5 BBCA 2011 0.038562167 -0.097480332 0.008685092 -0.007261789 0.133140086 -0.000487533
6 BBNI 0.027249017 0.051441987 0.001448143 -0.005331073 -0.026492633 -0.000908888
7 BBRI 2011 0.042910557 0.033996804 -0.003806054 -0.018562688 0.005917877 0.000931885
8 BBTN 2011 0.019329427 0.053850611 -0.003832792 0.04971917 -0.036769876 0.000738862
9 BMRI 0.032969135 0.037037411 0.000178644 0.026853131 -0.007118435 0.001285079
10 BMTR 2011 0.028859798 0.023367055 -0.014867223 -0.006701001 0.005306844 -6.95312E-05
11 CPIN 2011 0.387151775 0.121612476 -0.162242869 -0.00901505 0.214566482 0.009173994
12 GGRM 2011 0.189458245 -0.002310309 -0.046403661 0.044843491 0.17154004 0.0474541
13 ICBP 2011 0.180315035 0.142839613 -0.035987134 -0.036023724 0.037475423 -0.037012303
14 INDF 0.125962128 0.092729392 -0.057818794 0.014594614 0.02581644 -0.029163047
15 INTP 2011 0.281105111 0.213907785 -0.027810027 -0.065559931 0.045475728 -0.034377932
16 JSMR 2011 0.085502349 8.33203E-05 -0.000104498 9.62111E-06 0.080472105 0.024265844
17 KLBF 2011 0.259652805 0.178075486 -0.076252278 -0.049183955 0.062089647 0.001285528
18 LPKR 2011 0.057232196 0.020511745 -0.159116865 0.05683419 0.03342336 0.00028152
19 LSIP 2011 0.338454397 0.255651214 -0.061968895 -0.060179106 0.052145664 0.00527746
20 MNCN 2011 0.177763363 0.098681667 -0.062134884 -0.064186319 0.07300332 0.003931797
21 PTBA 0.40129941 0.312906618 -0.043886194 -0.117948095 0.039841041 0.038230921
22 SMGR 2011 0.288999849 0.224587656 -0.218455198 -0.020812473 0.034290135 0.000909197
23 TLKM 2011 0.21643642 0.296475634 -0.140751451 -0.150785025 -0.083499913 0.037413877
24 UNTR 2011 0.204477994 0.224811802 -0.165050835 0.060991908 -0.057185475 0.033861977
25 UNVR 0.581205463 0.521056423 -0.136719647 -0.382620456 0.010772719 0.000739487
26 WIKA 2011 0.086192717 0.100735407 -0.097985158 -0.000754405 -0.025088585 0.001493286
97
NO. EMITEN tahun Persistensi Laba (Y) Arus kas operasi/
total aset (X1) Arus kas investasi/
total aset (X2) Arus kas pendanaan/
total aset (X3) akrual(X4)
book-tax differences(X5)
27 AALI 2012 0.311602186 0.210108601 -0.211802184 -0.047819936 0.073703323 0.311602186
28 AKRA 0.080582373 -0.04838208 -0.068061061 0.159696558 0.11707185 0.080582373
29 ASII 2012 0.166160902 0.048992177 -0.051773703 -0.010571996 0.104063114 0.166160902
30 ASRI 2012 0.158569938 0.185518616 -0.29946311 0.186250766 -0.062720938 0.158569938
31 BBCA 2012 0.035606742 0.062562996 0.00463269 -0.002936549 -0.029411216 0.035606742
32 BBNI 0.000817693 0.028937139 0.020847242 -0.013438794 -0.028161453 0.000817693
33 BBRI 2012 0.046747021 -0.003619735 -0.010364271 -0.010794612 0.046914274 0.046747021
34 BBTN 2012 0.018551317 0.01650972 -0.003433314 0.019470053 0.000163438 0.018551317
35 BMRI 0.034533201 0.014277242 -0.002432875 -0.004626805 0.017981513 0.034533201
36 BMTR 2012 0.154651848 0.085136495 -0.208477236 0.126156421 0.042961711 0.154651848
37 CPIN 2012 0.318585264 0.136806788 -0.143526402 0.011550272 0.136624339 0.318585264
38 GGRM 2012 0.137240228 0.095245442 -0.090454229 0.005701707 0.037993198 0.137240228
39 ICBP 2012 0.184034631 0.171995913 -0.084903242 -0.033379484 -0.001077648 0.184034631
40 INDF 1.118887994 0.125059337 -0.085852256 -0.038917048 0.939715115 1.118887994
41 INTP 2012 0.305064055 0.249386161 -0.042144639 -0.049499147 0.02481758 0.305064055
42 JSMR 2012 0.088999728 0.078038429 -0.113306428 0.01304366 0.004990333 0.088999728
43 KLBF 2012 0.260903282 0.146140399 -0.097105107 -0.097820432 0.098925181 0.260903282
44 LPKR 2012 0.073134447 0.051822676 -0.068536215 0.06179609 0.011592399 0.073134447
45 LSIP 2012 0.191315672 0.187156274 -0.135475852 -0.090284086 -0.005466647 0.191315672
46 MNCN 2012 0.254596104 0.130180845 -0.10784759 -0.056795591 0.122103792 0.254596104
47 PTBA 0.322790335 0.173950531 -0.092895417 -0.148779781 0.133347202 0.322790335
48 SMGR 2012 0.271944662 0.210385912 -0.179625225 -0.006437829 0.026170548 0.271944662
49 TLKM 2012 0.22598322 0.250886692 0.101563272 -0.119548528 -0.033339619 0.22598322
50 UNTR 2012 0.153952894 0.125374844 -0.121710894 -0.068984281 0.022670112 0.153952894
51 UNVR 0.575634791 0.433143258 -0.091943261 -0.350153876 0.106384218 0.575634791
52 WIKA 2012 0.086429789 0.043685973 -0.097993791 7.95839E-05 0.032390487 0.086429789
98
NO. EMITEN tahun Persistensi Laba (Y) Arus kas operasi/
total aset (X1) Arus kas investasi/
total aset (X2) Arus kas pendanaan/
total aset (X3) akrual(X4)
book-tax differences(X5)
53 AALI 2013 0.257439431 0.210935585 -0.191777088 0.011935435 0.024615837 0.257439431
54 AKRA 0.05549087 -0.133409049 -0.061355859 0.112909472 0.183504436 0.05549087
55 ASII 2013 0.13891104 0.09930185 -0.038814172 -0.031145733 0.029313906 0.13891104
56 ASRI 2013 0.0852648 0.161979277 -0.273638667 0.059598826 -0.087002177 0.0852648
57 BBCA 2013 0.037933843 -0.008442048 -0.009293467 0.000169152 0.044338566 0.037933843
58 BBNI 0.03133005 0.025274008 -0.012948619 -0.032507323 0.003894554 0.03133005
59 BBRI 2013 0.047404839 0.007025241 -0.019766091 -0.004118734 0.037546504 0.047404839
60 BBTN 2013 0.017625439 -0.025125279 -0.001974815 0.016664744 0.041445896 0.017625439
61 BMRI 0.035159659 0.017369419 -0.017135001 -0.006344594 0.015452631 0.035159659
62 BMTR 2013 0.073613204 0.074009309 0.003801424 -0.050422339 -0.002272198 0.073613204
63 CPIN 2013 0.245901795 0.131105914 -0.137099033 0.014013372 0.088413852 0.245901795
64 GGRM 2013 0.128656941 0.048709056 -0.110999175 0.073401764 0.068213825 0.128656941
65 ICBP 2013 0.152071644 0.093734516 -0.128784383 0.009770415 0.045773851 0.152071644
66 INDF 0.067924029 0.088725093 -0.184419486 0.086955455 -0.028963391 0.067924029
67 INTP 2013 0.267213663 0.203676435 -0.075367378 -0.064157047 0.04419421 0.267213663
68 JSMR 2013 0.064557925 0.07353191 -0.157335281 0.05601265 -0.013085097 0.064557925
69 KLBF 2013 0.248157091 0.081940668 -0.077962115 -0.054203918 0.145413185 0.248157091
70 LPKR 2013 0.011393821 -0.00664154 -0.001854041 0.003648403 0.012791091 0.011393821
71 LSIP 2013 0.128423013 0.156938114 -0.16933931 -0.057444153 -0.031921625 0.128423013
72 MNCN 2013 0.257698148 0.149762357 0.020690089 -0.16563241 0.099167367 0.257698148
73 PTBA 0.201700261 0.175670358 -0.113404164 -0.282906239 0.035114032 0.201700261
74 SMGR 2013 0.241246726 0.019717136 -8.68768E-05 -7.54587E-05 0.20502309 0.241246726
75 TLKM 2013 0.226884506 0.2858438 -0.177427296 -0.10415706 -0.073661011 0.226884506
76 UNTR 2013 0.127385357 0.213028312 -0.060964683 -0.092548245 -0.093483878 0.127385357
77 UNVR 0.735321676 0.83386391 -1.5085E-07 -0.684243771 0.122524849 0.735321676
78 WIKA 2013 0.086379164 0.02295458 -4.92154E-05 0.014712944 0.057767387 0.086379164
99
NO. EMITEN tahun Persistensi Laba (Y) Arus kas operasi/
total aset (X1) Arus kas investasi/
total aset (X2) Arus kas pendanaan/
total aset (X3) akrual(X4)
book-tax differences(X5)
79 AALI 2014 0.219655209 0.162830021 -0.193269227 0.024187911 0.035551722 0.219655209
80 AKRA 0.087810525 0.210786332 -0.0493551 -0.080638114 -0.123447085 0.087810525
81 ASII 2014 0.120251632 0.063394752 -0.040520445 -0.017137725 0.051243703 0.120251632
82 ASRI 2014 0.079661403 0.038585546 -0.104552757 0.065410174 0.03520097 0.079661403
83 BBCA 2014 0.039554797 0.063604286 -0.045352389 -0.004965947 -0.026058623 0.039554797
84 BBNI 0.033674875 0.025083578 -0.001465215 -0.005775765 0.007382009 0.033674875
85 BBRI 2014 0.043138847 0.094547243 -0.030736903 0.011851848 -0.056135971 0.043138847
86 BBTN 2014 0.011454688 -0.014171916 -0.023049002 0.002085061 0.025095289 0.011454688
87 BMRI 0.032752811 0.0246675 -0.008284998 0.004088969 0.00574982 0.032752811
88 BMTR 2014 0.082486319 0.060918713 -0.20208383 0.139423875 0.014582847 0.082486319
89 CPIN 2014 0.115128766 0.022191796 -0.179096413 0.138815936 0.078753831 0.115128766
90 GGRM 2014 0.099690331 0.028474045 0.087068821 0.059543461 0.064837721 0.099690331
91 ICBP 2014 0.149222738 0.154990377 -0.070248622 -0.011499622 -0.016678422 0.149222738
92 INDF 0.077304399 0.107859417 -0.118253885 0.016322518 -0.034083907 0.077304399
93 INTP 2014 0.245637271 0.185108049 -0.117641377 -0.116499988 0.050844327 0.245637271
94 JSMR 2014 0.061458963 0.104314515 -0.111720545 0.049486048 -0.046223476 0.061458963
95 KLBF 2014 0.232989269 0.186408037 -0.054447013 0.094750037 0.036174365 0.232989269
96 LPKR 2014 0.01895265 0.020827482 -0.009272081 0.034959986 0.067198252 0.01895265
97 LSIP 2014 0.146957352 0.17498896 -0.139299788 -0.040227398 -0.033806824 0.146957352
98 MNCN 2014 0.021885857 0.08069383 -0.201023835 0.161276338 -0.062019322 0.021885857
99 PTBA 0.182259487 0.133413039 -0.137409049 0.049750058 0.029559433 0.182259487
100 SMGR 2014 0.217402621 0.182016687 -0.070112667 -0.086974251 0.024229704 0.217402621
101 TLKM 2014 0.212857919 0.267830654 -0.175648533 -0.071563931 -0.064750346 0.212857919
102 UNTR 2014 0.110607796 0.155312731 -0.057757965 -0.062435681 -0.047392333 0.110607796
103 UNVR 0.728446339 0.452550336 -0.070510767 -0.339865637 0.102581321 0.728446339
104 WIKA 2014 0.079914729 -0.011164873 -0.079686504 0.085459357 0.082743752 0.079914729
100
NO. EMITEN tahun Persistensi Laba (Y) Arus kas operasi/
total aset (X1) Arus kas investasi/
total aset (X2) Arus kas pendanaan/
total aset (X3) akrual(X4)
book-tax differences(X5)
105 AALI 2015 0.058670447 0.047775905 -0.145007865 0.082333835 0.006867676 0.058670447
106 AKRA 0.087815898 0.064554276 -0.018431173 -0.010299117 0.022074004 0.087815898
107 ASII 2015 0.081542961 0.107115937 -0.030725039 -0.054625461 -0.027135494 0.081542961
108 ASRI 2015 0.042597084 0.029504063 -0.002666545 -0.039791406 0.011060478 0.042597084
109 BBCA 2015 0.039513744 0.049563216 0.031858529 -0.007998608 -0.011443847 0.039513744
110 BBNI 0.024787143 0.02771823 0.047889999 -0.006914081 -0.005173491 0.024787143
111 BBRI 2015 0.038674576 0.051848297 -0.064552404 0.002054041 -0.014857126 0.038674576
112 BBTN 2015 0.016068058 0.009938903 0.015387766 0.016452521 0.004856054 0.016068058
113 BMRI 0.047267579 0.05367395 -0.152314026 0.004095054 0.076281343 0.047267579
114 BMTR 2015 0.023704163 0.084515472 -0.081222613 -0.035529241 -0.061315492 0.023704163
115 CPIN 2015 0.100187071 0.069169288 -0.07572953 0.044925008 0.023260765 0.100187071
116 GGRM 2015 0.14188052 0.050402318 -0.045671603 -0.004495837 0.085574674 0.14188052
117 ICBP 2015 0.155802174 0.131229334 -0.077085312 -0.047621359 0.019732255 0.155802174
118 INDF 0.055825758 0.045884166 -0.061698909 -0.001533624 0.00815048 0.055825758
119 INTP 2015 0.199744449 0.182685116 -0.097569393 -0.180666074 0.021564015 0.199744449
120 JSMR 2015 0.060315423 0.046658785 -0.109270438 0.036265485 0.009659942 0.060315423
121 KLBF 2015 0.208325445 0.179389648 -0.058516091 -0.062899523 0.019266777 0.208325445
122 LPKR 2015 0.032491236 -0.06559222 0.004956128 0.018232151 0.096681909 0.032491236
123 LSIP 2015 0.094593799 0.095999544 -0.12544944 0.043039547 -0.002440785 0.094593799
124 MNCN 2015 0.119698229 0.08630088 -0.073481558 -0.063497556 0.029818598 0.119698229
125 PTBA 0.168025386 0.112327089 -0.065898382 -0.106243707 0.045340222 0.168025386
126 SMGR 2015 0.161476537 0.191035143 -0.146574403 -0.069673131 -0.037681403 0.161476537
127 TLKM 2015 0.204137194 0.262792391 -0.165014774 -0.038556203 -0.074181726 0.204137194
128 UNTR 2015 0.068729355 0.195075479 -0.0616801 -0.061398485 -0.12713869 0.068729355
129 UNVR 0.521781376 0.400449652 -0.090861411 -0.32691354 0.097294619 0.521781376
130 WIKA 2015 0.061833161 0.012162047 -0.016584284 0.017646547 0.043855656 0.061833161