PENGARUH ARUS KAS, LABA AKRUAL, DAN BOOK TAX...

116
i PENGARUH ARUS KAS, LABA AKRUAL, DAN BOOK TAX DIFFERENCE TERHADAP PERSISTENSI LABA (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh: DENIS KAMAL PUTRA 1110082000067 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Transcript of PENGARUH ARUS KAS, LABA AKRUAL, DAN BOOK TAX...

i

PENGARUH ARUS KAS, LABA AKRUAL, DAN BOOK TAX DIFFERENCE

TERHADAP PERSISTENSI LABA

(Studi Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2011-2015)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

DENIS KAMAL PUTRA

1110082000067

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Denis Kamal Putra

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Mei 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum kawin

Identitas : KTP no. 3174050105920001

Alamat : Jln.Mawar X Blok D2 No.28, Taman Kedaung, Ciputat.

No. Kontak : 085718319090

Email : [email protected]

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

FORMAL

1996-1998 : TK Ketilang UIN Jakarta

1998-2004 : SDN Gunung 01 Pagi Jakarta Selatan

2004-2007 : SLTP Negeri 11 Jakarta

2007-2010 : SMA Negeri 86 Jakarta Selatan

2010-2017 : S1 Akuntansi, FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

INFORMAL

1999-2009 : English Language Program di KCC (Intermediate level)

2009-2010 : English Language Program di IEC (Mid-Intermediate level)

vii

EFFECT OF CASH FLOW, ACCRUAL EARNINGS, AND BOOK-TAX

DIFFERENCES ON EARNING PRESISTENCE

(Case Study On LQ45 Company Listed in Indonesia Stock Exchange Year 2011 to

2015)

ABSTRACT

This study aimed to examine: (1) effect of cash flow consists of operating cash

flow, investment cash flow and financing cash flows, (2) effect of accrual earnings

and (3) effect of tax book difference on earning persistence to either partially or

simultaneously.

This research is quantitative with secondary data sources using the financial

statements with the dependent method (dependence methods), method of multiple

regression statistical analysis using the software SPSS Statistics 24. The sampling

technique using purposive sampling method.

The results shows that: (1) Operating cash flow significantly influence the

persistence of earnings, with the results of the t test of 0.000. (2) The investment cash

flow has no effect on the persistence of earnings, with the results of the t test of 0.200.

(3) financing cash flows significantly influence the persistence of earnings, with the

test results of 0,008 t. (4) income accrual effect on the persistence of earnings, with

the results of the t test of 0.000. (5) The book tax difference does not affect the

persistence of earnings, with the t test of 0.790. (6) and operating cash flows,

investment cash flow, cash flow financing, income accrual, and book tax difference

significant effect on earnings persistence with the statistical test F 0.000.

Keywords: Cash Flow, Accrual, Book Tax Difference, and Persistence of Earnings

viii

PENGARUH ARUS KAS, LABA AKRUAL, DAN BOOK TAX DIFFERENCE

TERHADAP PERSISTENSI LABA

(Studi Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2011-2015)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh arus kas yang terdiri dari dari

arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan, pengaruh laba akrual,

dan pengaruh book tax difference terhadap persistensi laba baik secara parsial

maupun secara simultan.

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan sumber data sekunder menggunakan

laporan keuangan dengan metode dependen (dependence methods), metode analisis

statistik regresi berganda menggunakan perangkat lunak SPSS Statistic 24. Teknik

pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) arus kas operasi berpengaruh

signifikan terhadap persistensi laba, dengan hasil uji t sebesar 0,000. (2) arus kas

investasi tidak berpengaruh terhadap persistensi laba, dengan hasil uji t sebesar 0,200.

(3) arus kas pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, dengan

hasil uji t sebesar 0,008. (4) laba akrual berpengaruh terhadap persistensi laba,

dengan hasil uji t sebesar 0,000. (5) book tax difference tidak berpengaruh terhadap

persistensi laba, dengan hasil uji t sebesar 0,790. (6) dan arus kas operasi, arus kas

investasi, arus kas pembiayaan, laba akrual, dan book tax difference berpengaruh

signifikan terhadap persistensi laba dengan hasil uji statistik F sebesar 0,000.

Kata Kunci: Arus kas, Laba Akrual, Book Tax Difference, dan Persistensi Laba

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang memberikan rahmat dan Karunia-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Analisis Pengaruh Arus Kas, Laba Akrual, dan Book Tax Difference Terhadap

Persistensi Laba Studi Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2011-2015)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi sebagian syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa syukur pada Allah SWT atas

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama

kepada:

1. Kedua orangtua, yang telah merawat dan mencurahkan segenap jiwa dan raga

untuk mencintai Penulis hingga saat ini.

2. Amelia Destiana Sari yang selalu mendukung, mendorong dan mencitai Penulis

untuk terus maju dan kuat selama ini.

3. Kedua adik-adikku Febi Kamalia Putri dan Keisya Kamila Putri yang

senantiasa memberikan semangat.

4. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si Selaku Pembimbing Skripsi yang telah

banyak membantu dan memfasilitasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Yessi Fitri SE.,M.Si.,Ak.,CA Selaku Ketua jurusan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis yang selalu memberikan motivasi bagi mahasiswa terutama penulis.

6. Bapak Dr. Arief Mufraini LC., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis yang selalu memberikan inspirasi bagi mahasiswa terutama penulis.

7. Seluruh dosen dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu dan bantuannya dalam penyelesaian penelitian ini.

8. Teman-teman Akuntansi kelas B dan C yang turut berbagi suka cita, duka dan

kenangan lainnya.

9. Sahabat-sahabat peneliti Umam, Huzaimi, Rifki, Dede, Dhandi, Ridho yang

selalu mendukung peneliti dalam penyelesaian skripsi.

10. Teman-teman dari latihan beladiri Wingchun Martial arts yang turut

memberikan motivasi dan selalu mendoakan Penulis

11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan yang secara langsung maupun

tidak langsung turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dikarenakan

terbatasnnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,

penulis membuka hati untuk menerima saran dan kritik yang bersifat membangun

dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi semua pihak

Jakarta, 28 Februari 2017

Denis Kamal Putra

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................ iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. vi

ABSTRACT ................................................................................................. vii

ABSTRAK .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 13

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 13

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 16

A. Tinjauan Literatur .......................................................................... 16

xii

1. Arus Kas ................................................................................. 16

2. Akrual ..................................................................................... 22

3. Book Tax Difference ............................................................... 23

4. Presistensi Laba ...................................................................... 26

5. Laporan Keuangan .................................................................. 27

6. Agency Theory ....................................................................... 31

B. Keterkaitan Antar Variabel .............................................................. 33

1. Arus Kas dengan Persistensi Laba .......................................... 33

2. Laba Akrual dengan Persistensi Laba ..................................... 35

3. Book Tax Difference dengan Persistensi Laba ........................ 36

C. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 38

D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 43

E. Hipotesis ........................................................................................... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 45

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 45

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 46

C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 46

D. Metode Analisa Dan Pengolahan Data ............................................ 47

1. Statistik Deskriptif ................................................................. 48

2. Uji Asumsi Klasik................................................................... 48

3. Uji Hipotesis ........................................................................... 51

xiii

E. Operasional Variabel ..................................................................... 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................. 59

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 59

B. Analisis dan Pembahasan............................................................... 64

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................. 64

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................... 66

3. Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 71

BAB V KESIMPULAN & SARAN .......................................................... 79

A. Kesimpulan .................................................................................... 79

B. Saran .............................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 86

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................. 39

3.1 Operasional Variabel .......................................................................... 58

4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian .................................................... 62

4.2 Daftar Nama Perusahaan .................................................................... 63

4.3 Tabel Statistik Deskriptif .................................................................... 64

4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................. 68

4.5 Hasil Uji Glejser ................................................................................. 69

4.6 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 70

4.7 Hasil Uji Koefisien Derterminasi ....................................................... 71

4.8 Hasil Uji Statistik F ............................................................................ 72

4.9 Hasil Uji Statistik t ............................................................................. 73

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................. 43

4.1 Uji Normalitas Histogram .................................................... 66

4.2 Uji Normalitas P-Plots.......................................................... 67

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

LAMPIRAN 1 Daftar Nama Perusahaan .................................................... 86

LAMPIRAN 2 Hasil Uji Statistik ............................................................... 88

LAMPIRAN 3 Hasil Perhitungan Variabel ................................................ 95

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan di Indonesia dalam praktiknya berusaha untuk memberikan

informasi-informasi yang baik dalam pengelolaan perusahaannya. Baik itu

informasi yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Informasi tersebut

akan dipergunakan oleh pihak-pihak eksternal dan internal perusahaan yang

berkepentingan dalam mengambil keputusan. Salah satu informasi yang

sangat penting dalam perusahaan adalah pertumbuhan laba. Pada teori

akuntansi hal ini disebut agency theory. Wolk et al. (2004) beranggapan

bahwa pemisahan kepentingan antara manajemen dan pemilik yang berada

diluar perusahaan sering terjadi pada praktik bisnis modern. Pihak pemilik

perusahaan (principal) memberikan kewenangan pada manajer (agent) untuk

mengambil berbagai keputusan yang sejalan tujuan principal yaitu

memaksimalkan utilities atau kekayaan principal.

Pengelolaan usaha yang baik dapat diwujudkan dengan tersedianya

informasi yang dibutuhkan, baik informasi keuangan maupun informasi non

keuangan bagi pihak – pihak yang berkepentingan dan para pengambil

keputusan. Informasi keuangan terbagi menjadi dua yaitu informasi akuntansi

dan informasi non akuntansi. Informasi akuntansi terdiri dari informasi

operasional, informasi akuntansi keuangan, informasi akuntansi manajemen

serta informasi akuntansi pajak. Semua informasi akuntansi dan non akuntansi

dapat diperoleh dari laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan (Saputro,

2

2011). Menurut PSAK No. 1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009) Laporan keuangan

adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan

suatu entitas. Laporan keuangan juga merupakan bentuk tanggung jawab

emiten terhadap investor dan kreditor dalam pengelolaan sumber dana yang

digunakan untuk kegiatan perusahaan.

Laporan keuangan dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomis

berbagai pihak yang berkepentingan atas perusahaan/suatu entitas

(stakeholders). Pentingnya laporan keuangan tersebut, maka di dalam

kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, PSAK

menyebutkan bahwa agar informasi dalam laporan keuangan dapat berguna

bagi pengguna, untuk itu, laporan keuangan harus memenuhi karakteristik

kualitatif, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat

diperbandingkan.

Salah satu bagian dari laporan keuangan perusahaan adalah arus kas

(statement of cash flows) yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang

menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan, mengandung

informasi tentang kegiatan-kegiatan yang menghasilkan dan menggunakan

kas. Kegiatan utama arus kas menurut Steven M Bragg (2011) yaitu:

1. Kegiatan operasional, adalah kegiatan utama organisasi menghasilkan

pendapatan. Contoh dari kegiatan operasional adalah penerimaan kas

dari penjualan barang dagang, royalti dan komisi, dan pembayaran

kepada karyawan dan pemasok .

3

2. Kegiatan investasi, melibatkan perolehan dan penjualan aktiva tetap.

Contoh kegiatan investasi adalah penerimaan kas dari penjualan

properti, penjualan instrumen hutang dan ekuitas organisasi lain,

penerimaan pembayaran hutang dari organisasi lain, kontrak futures,

kontrak swap dan kontrak forward. Contoh pembayaran kas dari

kegiatan investasi adalah biaya pengembangan yang dikapitalisasi,

akuisisi properti, pabrik dan peralatan, pembelian instrumen hutang dan

ekuitas organisasi lain, pembayaran untuk kontrak futures, kontrak

swap dan kontrak forward

3. Kegiatan pembiayaan, yang mengakibatkan perubahan terhadap jumlah

ekuitas dan pinjaman organisasi. Contoh kegiatan pembiayaan adalah

penerimaan kas dari penjualan saham, atau penerbitan surat hutang, dan

pengeluaran kas untuk membeli kembali saham dan pembayaran

hutang.

Kaitan dengan agency theory, sebagaimana telah diuraikan

sebelumnya, jelas bahwa di dalam agency theory terdapat pemisahan fungsi

antara pengelola perusahaan dengan pemilik perusahaan (principal dan agent).

Adanya pemisahan fungsi ini, maka laporan keuangan merupakan suatu alat

bagi principal untuk menilai apakah manajer telah bertindak sesuai

kepentingan principal, dan untuk menilai keberhasilan manajer (agent) dalam

mengelola aset principal. Selain itu adanya dua pengukuran laba suatu

perusahaan yaitu laba akuntansi yang dihitung berdasarkan Standar Akuntansi

4

Keuangan dan laba fiskal yang di hitung sesuai dengan peraturan perpajakan

yang berlaku (Book Tax Differences) menjadi masalah yang akan

mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan.

Usaha pengelolaan perusahaan yang baik, pihak – pihak yang

berkepentingan dalam setiap pengambilan keputusan selalu membutuhkan

informasi – informasi baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan.

Informasi keuangan sendiri masih terbagi menjadi dua yaitu informasi

akuntansi dan informasi non akuntansi. Informasi akuntansi terdiri dari

informasi operasional, informasi akuntansi keuangan, informasi akuntansi

manajemen serta informasi akuntansi pajak. Semua informasi akuntansi dan

non akuntansi dapat diperoleh dari laporan keuangan yang disusun oleh

perusahaan.

Ghozali dan Chariri (2007 :349) menjelaskan bahwa salah satu tujuan

pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat

menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per

share). Disamping itu, laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari

ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam pelbagai konteks

(Belkoui, 2007).

Informasi yang terkandung di dalam laba (earnings) mempunyai peran

sangat penting bagi pihak - pihak yang berkepentingan terhadap suatu

perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan menggunakan laba

sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi dan

5

pembagian bonus kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja manajemen,

dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak (Wijayanti, 2006). Oleh sebab

itu, laba menjadi pusat perhatian sekaligus memberikan sebuah sinyal tentang

nilai perusahaan bagi investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi dan

pemerintah.

Instansi pemerintah yang terkait adalah Direktorat Jenderal Pajak.

Laba yang dilaporkan perusahaan menjadi dasar dalam penetapan pengenaan

pajak. Oleh sebab itu, perusahaan menghitung dua versi laporan keuangan

setiap tahunnya, yaitu laporan keuangan berdasarkan International Financial

Reporting Standards (IFRS) dan laporan keuangan yang dihitung berdasarkan

ketentuan perpajakan yang berlaku (Deviana, 2010). Dari kedua versi laporan

keuangan tersebut dapat menunjukkan adanya perbedaan dalam jumlah

besarnya laba. Hal itu dikarenakan terdapat perbedaan perlakuan pengakuan

dalam perhitungan laba menurut akuntansi (book income) dengan laba /

penghasilan menurut pajak (taxable income) atau sering disebut dengan istilah

book-tax differences.

Book-tax differences timbul dari perbedaan yang sifatnya sementara

(temporary differences) dan sifatnya tetap (permanent differences). Perbedaan

yang bersifat sementara (temporary differences) timbul akibat dari perbedaan

metode akuntansi serta saat pengakuan pendapatan dan biaya. Perbedaan

temporer diproyeksikan akan mempengaruhi laba pada periode yang akan

datang karena perbedaan temporer ini akan menimbulkan aset pajak

tangguhan serta kewajiban pajak tangguhan. Perbedaan yang sifatnya tetap

6

(permanent differences) timbul karena adanya perbedaan tujuan dan fungsinya

serta rugi yang diderita pada tahun – tahun sebelumnya yang dapat

dikompensasikan atas laba tahun berjalan (loss carryforward) (Hutagaol,

2006).

Drake (2013), perbedaan tetap timbul dari perbedaan antara laporan

akuntansi dan pajak ketika pendapatan atau beban item diukur dalam satu

laporan, tetapi tidak yang lain. Sebaliknya, perbedaan temporer hanya

melibatkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan / atau item beban

dalam dua laporan. Dengan demikian, manajemen berkewajiban melakukan

penyesuaian atas laba akuntansinya dengan ketentuan perpajakan yang berlaku

untuk menghitung laba fiskal atau biasa disebut dengan rekonsiliasi fiskal

(Deviana, 2010).

Laporan keuangan komersil yang dijadikan sebagai dasar dalam

rekonsiliasi fiskal guna menghitung laba kena pajak sering kali tidak

mempresentasikan keadaan ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Karena

terkadang manajemen perusahaan akan berusaha menampilkan kinerja

keuangan yang baik melalui kebijakan akuntansi yang diperbolehkan,

sehingga akan mempengaruhi besarnya jumlah pertumbuhan laba yang akan

datang.

Kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor, pembuat

kebijakan akuntansi, dan pemerintah. Laba yang berkualitas adalah laba yang

dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) dimasa depan,

7

yang ditentukan oleh komponen akrual dan arus kasnya (Penman, 20:376),

sehingga laba yang tidak terlalu berfluktuatif merupakan ciri dari laba yang

persisten. Salah satu isu yang berkembang mengenai analisis peraturan

perpajakan yang menarik banyak perhatian adalah book-tax differences yaitu

perbedaan antara laba fiskal menurut peraturan perpajakan dan laba akuntansi

menurut standar akuntansi (Martani dan Persada, 2011).

Pengertian Laba akuntansi yang digunakan dalam riset perpajakan

untuk mendefinisikan laba yang diperoleh berdasarkan standar akuntansi

keuangan. Laba akuntansi dalam laporan keuangan dicerminkan dengan laba

sebelum pajak, yaitu pendapatan dikurangi dengan beban perusahaan (kecuali

beban pajak penghasilan). Penghasilan kena pajak atau laba fiskal merupakan

terminologi pada perpajakan yaitu laba atau rugi selama satu periode yang

dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan menjadi dasar penghitungan

pajak penghasilan. Dalam laporan perpajakan (Surat Pemberitahuan Pajak

Tahunan/SPT) diistilahkan sebagai penghasilan kena pajak, yaitu penghasilan

yang dikenakan pajak dikurangi dengan beban yang boleh dikurangkan.

Manajemen menghitung laba perusahaan untuk dua tujuan setiap

tahunnya, yaitu tujuan untuk pelaporan keuangan berdasarkan prinsip standar

akuntansi keuangan (SAK) dan pelaporan pajak berdasarkan peraturan pajak

untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak (taxable income) atau

laba fiskal. Peraturan pajak di Indonesia tidak mengharuskan perusahaan

untuk menyelenggarakan dua pembukan yang terpisah dalam menghitung laba

kena pajak. Setiap akhir tahun laba fiskal dihitung dengan melakukan

8

koreksi/rekonsiliasi fiskal dari laba akuntansi atau laba sebelum pajak.

Rekonsiliasi dilakukan dengan menyesuaikan pendapatan dan beban yang

tidak diperkenankan atau memiliki perbedaan cara pengakuan dan

pengukuran.

Catatan atas laporan keuangan untuk beban pajak penghasilan

menjelaskan secara rinci rekonsiliasi fiskal tersebut, termasuk identifikasi

apakah perbedaan tersebut merupakan perbedaan permanen atau tem-porer.

Perbedaan yang disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang

berbeda antara standar akuntansi keuangan dan peraturan pajak disebut

perbedaan temporer (temporary differences). Perbedaan temporer

mengandung konsekuensi pajak yang dibayarkan menjadi lebih besar dan

lebih kecil di masa mendatang, sehingga menimbulkan aset atau liabilitas

pajak tangguhan. Perbedaan yang terjadi karena pendapatan dan beban

tersebut bukan obyek pajak, dikenakan pajak final atau beban yang secara

spesifik tidak dibolehkan menurut pajak disebut perbedaan permanen

(permanent differences). Perbedaan ini tidak mengakibatkan pajak yang

dibayarkan di masa mendatang lebih besar atau lebih kecil sehingga tidak

menimbulkan aset atau liabilitas pajak tangguhan.

Definisi persistensi laba akuntansi menurut Penman (2001), dalam

Wijayanti (2006) adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa

mendatang (expected future earnings) yang diimplikasi oleh inovasi laba

tahun berjalan (current earnings). Persistensi laba merupakan salah satu

komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba menurut Jonas

9

dan Blanchet (2000) dalam Wijayanti (2006). Sloan (1996) dalam Wijayanti

(2006) menyatakan bahwa komponen akrual dari current earnings (laba saat

ini/laba tahun berjalan) cenderung kurang persisten untuk menentukan laba

masa depan karena mendasarkan pada akrual, deffered (tangguhan), alokasi

dan penilaian yang mempunyai distorsi subyektif.

Beberapa analis keuangan lebih suka mengkaitkan aliran kas operasi

sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih persisten

dibanding komponen akrual. karakteristik kualitatif informasi akuntansi

menurut IFRS menyatakan bahwa kualitas primer informasi akuntansi adalah

relevansi dan reliabilitas. Untuk informasi akuntansi berupa laba, meskipun

persistensi laba bukan merupakan komponen dari definisi kualitas primer laba,

namun persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba.

Karena dalam karakter relevansi terdapat komponen nilai prediktif laba,

dimana salah satu unsur nilai prediktif laba adalah persistensi laba menurut

Jonas dan Blanchet (2000) dalam Martini dan Persada (2009). Oleh karena

persistensi laba merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi dalam

book-tax differences yang dapat mempengaruhi persistensi laba, dapat

membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan

menurut Martini dan Persada (2009). Definisi persistensi laba secara luas

mencakup stabilitas, prediksi, variabilitas, dan tren laba.

Informasi laba yang relevan bagi para pelaku pasar modal akan

digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai saham

perusahaan yang bersangkutan. Reaksi pasar atas informasi yang disampaikan

10

oleh perusahaan ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham

perusahaan yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan

return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan return tidak

normal (abnormal return). Jika digunakan abnormal return, maka dapat

dikatakan bahwa suatu pengumuman laba yang mempunyai kandungan

informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang

tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada

pasar (Hartono, 2008:411). Lev dan Nissim (2004) membuktikan bahwa rasio

laba akuntansi terhadap laba fiskal dapat memprediksikan pertumbuhan laba

lima tahun kedepan, dan berhubungan kuat (lemah) dengan return saham masa

depan.

Penelitian Jackson (2009) tentang Book Tax Differences and Earning

Growth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Book Tax Differences

berpengaruh terhadap pertumbuhan laba satu periode kedepan. Penelitian lain

yang dilakukan oleh David A. Guenther (2011) berjudul What Do We Learn

From Large Book-Tax Differences? Hasil dari analisis empiris membuktikan

bahwa book-tax differences memang menginformasikan tentang kualitas laba.

Kemudian penelitian yang dilakukan Saputro dan Zulaikha (2011) mengenai

pengaruh Book Tax Differences terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Book Tax Differences berpengaruh signifikan negatif

terhadap pertumbuhan laba satu periode kedepan. Penelitian Persada dan

Martini (2010) mengenai pengaruh Book Tax Gap terhadap persistensi laba.

Hasil menunjukkan bahwa Book Tax Gap berpengaruh signifikan terhadap

11

persistensi laba satu periode kedepan. Hipotesis ini didukung oleh Ginting dan

Bahri (2009) mengenai pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal

terhadap persistensi laba.

Penelitian yang dilakukan Dewirani (2010) mengenai pengaruh

perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba, akrual dan

akrual kas, Asma (2013) juga mendukung hipotesis ini yang meneliti tentang

pengaruh aliran kas dan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal

terhadap persistensi laba.

Berdasarkan perbedaan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten,

penelitian ini menguji dengan menggunakan perusahaan LQ 45 yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena perusahaan LQ 45 tidak dipengaruhi

secara langsung oleh regulasi pemerintah, dimana salah satu komponen

regulasi pemerintah adalah pajak, serta memudahkan mengklasifikasikan

item-item dari variabel yang diungkapkan (Saputro, 2011).

Penelitian ini memperluas peranan book-tax differences sebagai

penentu kualitas laba terhadap reaksi pasar dengan menguji penilaian investor

atas persistensi laba di masa depan. Mills dan Newberry (2001) membuktikan

hubungan negatif antara laba dengan return saham pada perusahaan yang

mempunyai large book-tax differences sebagai bukti adanya manajemen laba.

Penelitian ini mereplikasi penelitian Hanlon (2005) yang didasarkan pada

peraturan pajak yang berlaku di Amerika Serikat, yaitu menguji apakah book-

tax differences berpengaruh secara negatif terhadap persistensi laba.

12

Dengan kata lain, semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan

laba fiskal, persistensi laba semakin rendah. Dan penelitian serupa juga telah

dilakukan oleh Wijayanti (2006), dengan menggunakan sampel perusahaan

manufaktur periode 2000-2004 yang berdasarkan peraturan pajak yang

berlaku di Indonesia.

Penelitian ini juga mengkaji book-tax differences dan komponen

pembentuknya yaitu perbedaan temporer dan perbedaan permanen yang

berpengaruh pada pertumbuhan laba. Alasan book-tax differences dijadikan

sebagai suatu indikator pertumbuhan laba karena (1) mencerminkan jenis

kegiatan manajemen laba (2) menunjukkan sejauh mana laba yang dilaporkan

manajemen menyimpang dari tingkat konsistensi perusahaan, dan (3)

menangkap perbedaan antara IFRS dan peraturan pajak yang mempunyai

implikasi untuk laba di masa yang akan datang, bahkan tanpa adanya

manajemen laba atau manajemen pajak (Lev dan Nissim, 2004).

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan tersebut maka

peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Arus Kas, Laba Akrual dan Book Tax Difference terhadap Presistensi

Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2011-2015).

13

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan yang diangkat penulis di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah pengaruh arus kas aktivitas operasi terhadap presistensi laba?

2. Apakah pengaruh arus kas aktivitas investasi terhadap presistensi laba?

3. Apakah pengaruh arus kas aktivitas pembiayaan terhadap presistensi laba?

4. Apakah pengaruh laba akrual terhadap presistensi laba?

5. Apakah pengaruh Book-Tax Diffrence terhadap presistensi laba?

6. Apakah pengaruh arus kas aktivitas operasi, investasi, pembiayaan, laba

akrual dan Book-Tax Difference terhadap presistensi laba secara simultan

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh antara arus kas aktivitas operasi terhadap presistensi

laba.

2. Mengetahui pengaruh antara arus kas aktivitas investasi terhadap

presistensi laba.

3. Mengetahui pengaruh antara arus kas aktivitas pembiayaan terhadap

presistensi laba.

4. Mengetahui pengaruh laba akrual terhadap presistensi laba.

5. Mengetahui pengaruh Book-Tax Difference terhadap presistensi laba.

6. Mengetahui pengaruh arus kas aktivitas operasi, investasi, pembiayaan,

laba akrual, dan Book-Tax Difference terhadap presistensi laba.

14

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung, diantaranya:

a) Kontribusi Teoritis

1) Dosen dan mahasiswa jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi

tambahan untuk penelitian selanjutnya dan sebagai pembanding untuk

menambah ilmu mengenai pengaruh arus kas da laba akrual terhadap

presistensi laba dengan menggunakan book tax difference sebagai

pemoderasi.

2) Masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman

lebih lanjut dan sebagai sarana informasi yang komprehensif mengenai

pengaruh arus kas da laba akrual terhadap presistensi laba dengan

menggunakan book tax difference sebagai pemoderasi..

3) Peneliti selanjutnya, sebagai sarana untuk memperluas informasi serta

menambah referensi dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh

arus kas da laba akrual terhadap presistensi laba dengan menggunakan

book tax difference sebagai pemoderasi.

b) Kontribusi Praktis

1) Investor, pihak internal dan eksternal perusahaan menggunakan laba

sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, penelitian

tentang pengaruh arus kas da laba akrual terhadap presistensi laba

dengan menggunakan book tax difference sebagai pemoderasi pada

Perusahaan LQ 45 di BEI diharapkan menjadi pusat perhatian

15

sekaligus memberikan sebuah sinyal tentang nilai perusahaan bagi

investor.

2) Pemerintah, penelitian ini juga sangat bermanfaat bagi pemerintah

khususnya mengenai pengaruh arus kas dan laba akrual terhadap

presistensi laba dengan menggunakan book tax difference sebagai

pemoderasi. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada

pemerintah mengenai book tax difference dan pengaruhnya terhadap

presistensi laba.

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Arus Kas

a. Pengertian Arus Kas

Pengertian arus kas pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) Nomor 2 Tahun 2009 adalah arus masuk dan arus keluar kas dan

setara kas (Ikatan Akuntansi Indonesia, (2013). Pengertian arus kas masuk

dan arus kas keluar adalah aliran kas masuk (cash inflow) merupakan

sumber-sumber darimana kas diperoleh sedangkan arus kas keluar (cash

outflow) merupakan kebutuhan kas untuk pembayaran-pembayaran menurut

Martono dan Harjito (2012).

Arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow)

masing- masing terbagi dua bagian, antara lain:

1) Arus Kas Masuk (cash inflow)

a) Bersifat rutin, misalnya: penerimaan dari hasil penjualan secara tunai,

penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan penjualan

kredit yang dilakukan, dan lain-lain.

b) Bersifat tidak rutin, misalnya: penerimaan uang sewa gedung,

penerimaan modal saham, penerimaan utang atau kredit, penerimaan

bunga, dan lain-lain.

17

2) Arus kas keluar (cash outflow)

a) Bersifat rutin, misal: pembelian bahan baku dan bahan pembantu,

membayar upah dan gaji, membeli peralatan kantor dan lain lain.

b) Bersifat tidak rutin, misal: pembelian aset kantor, pembayaran

angsuran utang, pembayaran dividen, dan lain lain.

Definisi mengenai arus kas di atas dapat diketahui bahwa arus kas

merupakan jumlah kas yang mengalir masuk dan keluar dari suatu periode

tertentu. Dengan kata lain, arus kas adalah perubahan yang terjadi dalam pos

kas suatu periode tertentu.

b. Pengertian Laporan Keuangan Arus Kas

Laporan arus kas menurut Kieso et al. (2011) adalah The Statement of

cash is a primary the cash receipt, cash payment and net change resulting

from operating, investing, and financial activities of an enterprise during a

period. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.2 tahun 2014

menyatakan bahwa laporan keuangan arus kas melaporkan arus kas selama

periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivita operasi, investasi, dan

pembiayaan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2016).

c. Tujuan Laporan Arus Kas

Tujuan laporan arus kas menurut SAK No.2 Tahun 2014 menyatakan

bahwa laporan arus kas bertujuan untuk memberikan informasi tentang arus

kas entitas yang berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar

untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas

serta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam

18

proses pengambilan keputusan ekonomi, pengguna perlu melakukan evaluasi

terhadap kemampuan entita dalam menghasilkan kas dan setara kas serta

kapastian perolehannya. Pernyataan ini juga memberikan pengaturan atas

informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas dari suatu

entitas melalui laopran arus kas yang mengklasifikasikan arus kas

berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan selama satu periode

(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2016).

Kieso et al. (2011) menyatakan tujuan laporan arus kas adalah:

“To provide information about cash receipt and cash disbursement

during the period of the entity. Another aim is to provide information

about the operating, investing, and financing entity on the basis of

cash.”

Tujuan dari laporan arus kas dapat disimpulkan bahwa laporan arus

kas dapat menyediakan informasi tentang aktivitas operasi, aktivitas investasi,

dan aktivitas pembiayaan dalam suatu periode akuntansi yang dapat dijadikan

sebagai sumber informasi bagi pihak yang menggunakannya untuk

mengetahu perubahan arus kas yang akan datang.

d. Komponen Laporan Arus Kas

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.2 Tahun 2014

mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran kas dalam tiga kategori

utama yaitu:

1) Aktivitas operasi

Kieso et al. (2011) mendefinisikan arus kas dari aktivitas operasi

19

adalah:

“Operating activities involve the cash effects of transactions thet enter

into determination of net income, such as cash reciepts from sales of

goods and services and cash payments to suppliers and employees to

obtain supplies and to pay expenses.”

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.2 Tahun 2014

mendefinisikan arus kas dari aktivitas operasi diperolah dari aktivitas

penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu arus kas tersebut

pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi

penetapan laba atau rugi. Beberapa arus kas dari aktivitas operasi menurut

SAK No.2 Tahun 2014 antara lain:

a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.

b) Penerimaan kas dan royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain.

c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.

d) Pembayaran kas kepada karyawan.

e) Penerimaan dan pembayaran aks oleh perusahaan asuransi

sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi

lainnya.

f) Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak

penghasilan kecuali jika dapat diindentifikasikan secara khusus

sebagai bagian dari aktivitas pembiayaan dan investasi.

g) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan

untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.

20

Penyajian laporan srus kas menurut PSAK No.2 Tahun 2014, entitas

melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu

dari dua metode berikut:

a) Metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari

penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan.

b) Metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi neto

disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi non kas,

penangguhan atau akrual dari penerimaan pembayaran kas untuk

operasi di masa lalu dan masa depan serta unsur penghasilan.

2) Aktivitas investasi.

Kieso et al. (2011) mendefinisikan arus kas investasi adalah:

“Investing activities include making and collecting loans and

acquiring and disposing of invetsment (both debt and equity) and

property, plant, and equipment.”

Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan

pengungkapan terpisah karena arus kas tersebut mencerminkan penerimaan

dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan

menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas

yang berasal dari aktivitas investasi menurut PSAK No. 2 Tahun 2014 adalah:

a) Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud,

dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan

yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri.

21

b) Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan,

serta set tidak berwujud dan aset jangka panjang lain.

c) Perolehan sahan atau instrumen keuangan perusahaan lain.

d) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta

pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan).

e) Pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward

contracts, option contracts, dan swaps contracts kecuali apabila

kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing

or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan

sebagai aktivitas pembiayaan.

3) aktivitas pembiayaan.

Kieso et al (2011) menyatakan bahwa pengertian arus kas dari

aktivitas pembiayaan yaitu:

“financing activities involve liability and equity items. The include (a)

obtaining resources, from owners and providing them with a return on

their investments and (b) borrowing money from creditors and

repaying the amounts borrowed.”

Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pembiayaan

adalah:

a) Penerimaan kas dari penerbitan saham atau intrumen atau

ekuitas lain.

b) Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus

saham entitas.

22

c) Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel,

hipotek, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.

d) Pelunasan pinjaman, dan

e) Pembayaran kas oleh lesssee untuk mengurangi saldo liabilitas

yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.

2. Akrual

Wijayanti (2006) menyatakan bahwa akrual adalah proksi komponen

laba transitori. Akrual merupakan item laba sebelum pajak yang tidak

mempengaruhi kas pada periode berjalan (pretax accrual). Komponen akrual

kurang persisten dibandingkan dengan komponen kas. Wijayanti (2006)

menyatakan jika large book-tax differences merupakan bukti kenaikan

(penurunan) laba karena pilihan akrual, komponen akrual perusahaan tersebut

akan menunjukkan pembalikan (reversal) masa depan yang besar secara rata-

rata, dan menyebabkan persistensi laba rendah. Hanlon (2005) menyebutkan

bahwa rendahnya persistensi laba perusahaan yang memiliki large book-tax

differences kemungkinan disebabkan oleh banyaknya akrual dalam

perusahaan dan juga membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut

memiliki komponen akrual yang menyebabkan pre-tax income menjadi

kurang persisten di masa mendatang.

Pendapatan akrual akan semakin relevan dalam merefleksikan kinerja

perusahaan jika pendapatan tersebut terrefleksi dalam aliran kas (Dechow

1994). Sloan (1996) menyatakan bahwa bukti komponen laba akrual menjadi

23

kurang persisten menentukan laba di masa yang akan datang dibandingkan

komponen aliran kas, karena discretionary akrual kurang persisten

dibandingkan non-discretionary akrual. Akrual ini kemudian dapat digunakan

perusahaan untuk melakukan manajemen laba,

3. Book-Tax Difference

Peraturan pajak di Indonesia mengharuskan laba fiskal dihitung

berdasarkan metode akuntansi yang menjadi dasar perhitungan laba akuntansi,

yaitu metode akrual, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan

ganda untuk dua tujuan pelaporan laba tersebut, karena setiap akhir tahun

perusahaan diwajibkan melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan

besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaian-penyesuaian

terhadap laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak (Martani dan Persada,

2009). Rekonsiliasi fiskal di akhir periode pembukuan menyebabkan

terjadinya perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan tersebut

disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang berbeda antara

Perinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) dan peraturan pajak. Ghozali

dan Chariri (2003 :349) menjelaskan bahwa salah satu tujuan pelaporan

keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan

prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Disamping

itu, laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang

memiliki berbagai kegunaan dalam pelbagai konteks (Belkoui, 1993).

Informasi yang terkandung di dalam laba (earnings) mempunyai

peran sangat penting bagi pihak - pihak yang berkepentingan terhadap

24

suatu perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan menggunakan

laba sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi

dan pembagian bonus kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja

manajemen, dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak (Wijayanti,

2006). Oleh sebab itu, laba menjadi pusat perhatian sekaligus memberikan

sebuah sinyal tentang nilai perusahaan bagi investor, kreditor, pembuat

kebijakan akuntansi dan pemerintah. Bagi pemerintah, dalam hal ini

instansi pemerintah yang terkait adalah Direktorat Jenderal Pajak. Laba

yang dilaporkan perusahaan menjadi dasar dalam penetapan pengenaan

pajak. Oleh sebab itu, perusahaan menghitung dua versi laporan keuangan

setiap tahunnya, yaitu laporan keuangan berdasarkan International

Financial Reporting Standards (IFRS) dan laporan keuangan yang

dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku (Deviana, 2010).

Dari kedua versi laporan keuangan tersebut dapat menunjukkan adanya

perbedaan dalam jumlah besarnya laba. Hal itu dikarenakan terdapat

perbedaan perlakuan pengakuan dalam perhitungan laba menurut

akuntansi (book income) dengan laba / penghasilan menurut pajak (taxable

income) atau sering disebut dengan istilah book-tax differences.

Book-tax differences timbul dari perbedaan yang sifatnya

sementara (temporary differences) dan sifatnya tetap (permanent

differences). Perbedaan yang bersifat sementara (temporary differences)

timbul akibat dari perbedaan metode akuntansi serta saat pengakuan

pendapatan dan biaya. Perbedaan temporer diproyeksikan akan

25

mempengaruhi laba pada periode yang akan datang karena perbedaan

temporer ini akan menimbulkan aset pajak tangguhan serta kewajiban

pajak tangguhan. Untuk perbedaan yang sifatnya tetap (permanent

differences) timbul karena adanya perbedaan tujuan dan fungsinya serta

rugi yang diderita pada tahun – tahun sebelumnya yang dapat

dikompensasikan atas laba tahun berjalan (loss carryforward) (Hutagaol,

2006). Dengan demikian, manajemen berkewajiban melakukan

penyesuaian atas laba akuntansinya dengan ketentuan perpajakan yang

berlaku untuk menghitung laba fiskal atau biasa disebut dengan

rekonsiliasi fiskal (Deviana, 2010).

Large positive book-tax differences merupakan selisih antara laba

akuntansi dengan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih besar daripada

laba fiskal. Penyebab timbulnya large positive book-tax differences ada

dua, yaitu: adanya pendapatan atau keuntungan tertentu yang telah diakui

dalam laporan keuangan tahun berjalan, tetapi pengenaan pajaknya baru

dilakukan pada tahun berikutnya dan adanya beban atau kerugian tertentu

yang dikurangkan untuk perhitungan pajak tahun berjalan, tetapi baru akan

dikurangkan pada tahun mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan.

Large negative book-tax differences merupakan selisih antara laba

akuntansi dengan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih kecil daripada

laba fiskal. Secara garis besar, large negative book-tax differences timbul

akibat dua hal, yaitu: adanya pendapatan atau keuntungan yang dikenakan

pajak pada tahun berjalan, tetapi ditangguhkan dan diakui pada tahun

26

mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan dan adanya beban atau

kerugian tertentu yang dikurangkan untuk perpajakan pada tahun

mendatang, tetapi dikurangkan pada tahun berjalan untuk tujuan pelaporan

keuangan. Small book-tax differences merupakan perbedaan antara laba

akuntansi dan laba fiskal, dimana nilai perbedaan tersebut cukup kecil.

Small book-tax differences mengindikasikan manajemen tidak melakukan

management discretion sehingga laba yang dilaporkan berkualitas.

4. Presistensi Laba

Definisi persistensi laba akuntansi menurut Penman (1992, dalam

Wijayanti, 2006) adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di

masa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasi oleh inovasi

laba tahun berjalan (current earnings). Persistensi laba merupakan salah

satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba (Jonas

dan Blanchet, 2000; dalam Wijayanti, 2006). Sloan (1996, dalam

Wijayanti, 2006) menyatakan bahwa komponen akrual dari current

earnings (laba saat ini/laba tahun berjalan) cenderung kurang persisten

untuk menentukan laba masa depan karena mendasarkan pada akrual,

deffered (tangguhan), alokasi dan penilaian yang mempunyai distorsi

subyektif.

Definisi persistensi laba secara luas mencakup stabilitas, prediksi,

variabilitas, dan tren laba. Informasi laba yang relevan bagi para pelaku

pasar modal akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan

27

nilai saham perusahaan yang bersangkutan. Reaksi pasar atas informasi

yang disampaikan oleh perusahaan ditunjukkan dengan adanya perubahan

harga saham perusahaan yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur

dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan

menggunakan return tidak normal (abnormal return). Jika digunakan

abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman laba

yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return

kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak akan

memberikan abnormal return kepada pasar (Hartono, 2008:411). Lev dan

Nissim (2004) membuktikan bahwa rasio laba akuntansi terhadap laba

fiskal dapat memprediksikan pertumbuhan laba lima tahun kedepan, dan

berhubungan kuat (lemah) dengan return saham masa depan.

5. Laporan Keuangan

Menurut PSAK no. 1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009) Laporan

keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan juga merupakan bentuk

tanggung jawab emiten terhadap investor dan kreditor dalam pengelolaan

sumber dana yang digunakan untuk kegiatan perusahaan. Laporan tahunan

berisi pengungkapan informasi yang dibuat untuk membantu investor dan

kreditur untuk memahami historis keuangan perusahaan dan

menggunakannya untuk memprediksi jumlah, waktu dan ketidakpastian

arus kas masa depan (future cash flow) dan apresiasi harga (Mautz dan

Angell, 2006).

28

Laporan keuangan dijadikan dasar pengambilan keputusan

ekonomis berbagai pihak yang berkepentingan atas perusahaan/suatu

entitas (stakeholders). Pentingnya laporan keuangan tersebut, maka di

dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, PSAK

menyebutkan bahwa agar informasi dalam laporan keuangan dapat

berguna bagi pengguna, untuk itu, laporan keuangan harus memeuhi

karakteristik kualitatif, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat

diperbandingkan.

Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat menyediakan informasi

yang berguna antara lain (Brigham, 2010):

1. Pengambilan keputusan investasi

2. Keputusan pemberian kredit

3. Penilaian aliran kas

4. Penilaian sumber-sumber ekonomi

5. Melakukan klain terhadap sumber-sumber dana

6. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-

sumber dana

7. Menganalisis penggunaan dana.

Salah satu bagian dari laporan keuangan perusahaan adalah arus kas

(statement of cash flows) yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang

menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan, mengandung

29

informasi tentang kegiatan-kegiatan yang menghasilkan dan menggunakan

kas. Kegiatan utama arus kas yaitu:

1. Kegiatan operasional, adalah kegiatan utama organisasi menghasilkan

pendapatan. Contoh dari kegiatan operasional adalah penerimaan kas

dari penjualan barang dagang, royalti dan komisi, dan pembayaran

kepada karyawan dan pemasok.

2. Kegiatan investasi, melibatkan perolehan dan penjualan aktiva tetap.

Contoh kegiatan investasi adalah penerimaan kas dari penjualan

properti, penjualan instrumen hutang dan ekuitas organisasi lain,

penerimaan pembayaran hutang dari organisasi lain, kontrak futures,

kontrak swap dan kontrak forward. Contoh pembayaran kas dari

kegiatan investasi adalah biaya pengembangan yang dikapitalisasi,

akuisisi properti, pabrik dan peralatan, pembelian instrumen hutang dan

ekuitas organisasi lain, pembayaran untuk kontrak futures, kontrak

swap dan kontrak forward.

3. Kegiatan pembiayaan, yang mengakibatkan perubahan terhadap jumlah

ekuitas dan pinjaman organisasi. Contoh kegiatan pembiayaan adalah

penerimaan kas dari penjualan saham, atau penerbitan surat hutang, dan

pengeluaran kas untuk membeli kembali saham dan pembayaran hutang

(Steven M Bragg, 2011).

30

Kaitan dengan agency theory, sebagaimana telah diuraikan

sebelumnya, jelas bahwa di dalam agency theory terdapat pemisahan

fungsi antara pengelola perusahaan dengan pemilik perusahaan

(principal dan agent). Adanya pemisahan fungsi ini, maka laporan

keuangan merupakan suatu alat bagi principal untuk menilai apakah

manajer telah bertindak sesuai kepentingan principal, dan untuk menilai

keberhasilan manajer (agent) dalam mengelola aset principal. Selain itu

adanya dua pengukuran laba suatu perusahaan yaitu laba akuntansi yang

dihitung berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan laba fiskal yang di

hitung sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku (Book Tax

Differences) menjadi masalah yang akan mempengaruhi pertumbuhan laba

perusahaan.

Dalam usaha pengelolaan perusahaan yang baik, pihak – pihak

yang berkepentingan dalam setiap pengambilan keputusan selalu

membutuhkan informasi – informasi baik yang bersifat keuangan maupun

non keuangan. Informasi keuangan sendiri masih terbagi menjadi dua yaitu

informasi akuntansi dan informasi non akuntansi. Informasi akuntansi

terdiri dari informasi operasional, informasi akuntansi keuangan, informasi

akuntansi manajemen serta informasi akuntansi pajak. Semua informasi

akuntansi dan non akuntansi dapat diperoleh dari laporan keuangan yang

disusun oleh perusahaan.

31

6. Agency Theory

Wolk et al. (2004) beranggapan bahwa pemisahan kepentingan

antara manajemen dan pemilik yang berada diluar perusahaan sering

terjadi pada praktik bisnis modern. Pihak pemilik perusahaan (principal)

memberikan kewenangan pada manajer (agent) untuk mengambil berbagai

keputusan yang sejalan tujuan principal yaitu memaksimalkan utilities atau

kekayaan principal.

Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan

masingmasing mengingikan tujuan mereka tepenuhi. Akibat yang terjadi

adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan

pengembalian yang lebih besar dan secepat-cepatnya atas investasi yang

mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya

diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-

besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. 21 Pemegang

saham menilai kinerja manajer berdasarkan kemampuannya dalam

menghasilkan laba perusahaan. Sebaliknya, manajer berusaha memenuhi

tuntutan pemegang saham untuk menghasilkan laba yang maksimal agar

mendapatkan kompensasi atau insentif yang diinginkan (Agus Sartono,

2008) Teori keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang

mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori

tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan

teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan

kerja antara pihak yang memberi wewenang (principals) yaitu investor

32

dengan pihak yang menerima wewenang (agents) yaitu manajer, dalam

bentuk kontrak kerja sama yang disebut “nexus of contract.” Perspektif

hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami

hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling

(1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak

antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principals).

Hubungan kegenan tersebut terkadang menimbulkan masalah

antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia

adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan

kepentingan diri sendiri. Menurut Eisenhard yang dikemukakan oleh

Wendy (2010), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi yaitu :

a) Asumsi tentang sifat manusia Asumsi tentang sifat manusia

menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri

sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded

rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion)

b) Asumsi tentang keorganisasian 22 Asumsi keorganisasian adalah

adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria

produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI) antara

prinsipal dan agen.

c) Asumsi tentang informasi. Asumsi tentang informasi adalah bahwa

informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjual

belikan.

33

Bila tidak ada pengawasan yang memadai maka sang agen dapat

memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah-olah target tercapai.

Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari principal ataupun inisiatif agen

sendiri. Maka terjadilah creative accounting yang menyalahi aturan, misal:

adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan,

kapitalisasi expense yang tidak semestinya, pengakuan penjualan yang

tidak semestinya, yang kesemuanya berdampak pada besarnya nilai aktiva

dalam neraca yang “mempercantik” laporan keuangan walaupun bukan

nilai yang sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan income

smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun

kelihatan perusahaan meraih keuntungan, padahal kenyataannya merugi

atau laba turun (Diastiti, 2010).

B. Keterkaitan Antar Variabel

1. Arus kas dengan presistensi laba

Persistensi laba digunakan oleh Jonas dan Blanchet (2000, dalam

Hanlon, 2005) untuk menilai kualitas laba karena persistensi laba

mengandung unsur nilai prediktif laba sehingga dapat digunakan pengguna

laporan keuangan untuk mengevaluasi kejadian-kejadian di masa lalu,

sekarang dan masa depan. Besarnya perbedaan laba akuntansi dengan laba

kena pajak (large book-tax differences) dianggap sebagai sinyal kualitas

laba. Semakin besar perbedaan yang terjadi, semakin rendah kualitas laba

yang artinya akan semakin rendah persistensinya.

34

Salah satu bagian dari laporan keuangan perusahaan adalah arus kas

(statement of cash flows) yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang

menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan, mengandung

informasi tentang kegiatan-kegiatan yang menghasilkan dan menggunakan

kas. Kegiatan utama arus kas yaitu:

1. Kegiatan operasional, adalah kegiatan utama organisasi menghasilkan

pendapatan. Contoh dari kegiatan operasional adalah penerimaan kas

dari penjualan barang dagang, royalti dan komisi, dan pembayaran

kepada karyawan dan pemasok.

2. Kegiatan investasi, melibatkan perolehan dan penjualan aktiva tetap.

Contoh kegiatan investasi adalah penerimaan kas dari penjualan

properti, penjualan instrumen hutang dan ekuitas organisasi lain,

penerimaan pembayaran hutang dari organisasi lain, kontrak futures,

kontrak swap dan kontrak forward. Contoh pembayaran kas dari

kegiatan investasi adalah biaya pengembangan yang dikapitalisasi,

akuisisi properti, pabrik dan peralatan, pembelian instrumen hutang dan

ekuitas organisasi lain, pembayaran untuk kontrak futures, kontrak

swap dan kontrak forward.

3. Kegiatan pembiayaan, yang mengakibatkan perubahan terhadap jumlah

ekuitas dan pinjaman organisasi. Contoh kegiatan pembiayaan adalah

penerimaan kas dari penjualan saham, atau penerbitan surat hutang, dan

35

pengeluaran kas untuk membeli kembali saham dan pembayaran hutang

(Steven M Bragg, 2011).

Beberapa analis keuangan lebih suka mengkaitkan aliran kas

operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih

persisten dibanding komponen akrual. Mereka percaya bahwa semakin

tinggi rasio aliran kas operasi terhadap laba bersih, maka akan semakin

tinggi pula kualitas laba tersebut.

maka hipotesis pertama yang akan diuji adalah:

H1a : Arus kas aktivitas operasi mempunyai pengaruh terhadap

presistensi laba.

H1b : Arus kas aktivitas investasi mempunyai pengaruh terhadap

presistensi laba.

H1c : Arus kas aktivitas pembiayaan mempumyai pengaruh

terhadap presistensi laba.

2. Laba akrual dengan presistensi laba

Revsine dkk. (2001:633-634, dalam Wijayanti, 2006) menyatakan

jika large book-tax differences merupakan bukti kenaikan (penurunan)

laba karena pilihan akrual, komponen akrual perusahaan tersebut akan

menunjukkan pembalikan (reversal) masa depan yang besar secara rata-

rata, dan menyebabkan persistensi laba rendah. Hanlon (2005)

menyebutkan bahwa rendahnya persistensi laba perusahaan yang memiliki

36

large book-tax differences kemungkinan disebabkan oleh banyaknya

akrual dalam perusahaan dan juga membuktikan bahwa perusahaan-

perusahaan tersebut memiliki komponen akrual yang menyebabkan pre-

tax income menjadi kurang persisten di masa mendatang.

Pendapatan akrual akan semakin relevan dalam merefleksikan

kinerja perusahaan jika pendapatan tersebut terrefleksi dalam aliran kas

(Dechow 1994). Sloan (1996) menyatakan bahwa bukti komponen laba

akrual menjadi kurang persisten menentukan laba di masa yang akan

datang dibandingkan komponen aliran kas, karena discretionary akrual

kurang persisten dibandingkan non-discretionary akrual. Akrual ini

kemudian dapat digunakan perusahaan untuk melakukan manajemen laba,

maka hipotesis kedua yang akan diuji adalah:

H2 :Laba akrual berpengaruh terhadap presistensi laba

3. Book-tax differences terhadap presistensi laba

karakteristik kualitatif informasi akuntansi menyatakan bahwa

kualitas primer informasi akuntansi adalah relevansi dan reliabilitas. Untuk

informasi akuntansi berupa laba, meskipun persistensi laba bukan

merupakan komponen dari definisi kualitas primer laba, namun persistensi

laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba. Karena dalam

karakter relevansi terdapat komponen nilai prediktif laba, dimana salah

satu unsur nilai prediktif laba adalah persistensi laba (Jonas dan Blanchet,

2000; dalam Martini dan Persada, 2009). Oleh karena persistensi laba

37

merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi dalam book-tax

differences yang dapat mempengaruhi persistensi laba, dapat membantu

investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan (Martini dan

Persada, 2009).

Aulia (2010) menyatakan bahwa book-tax differences juga dapat

digunakan sebagai alat pengukur kualitas laba terutama untuk mengukur

persistensi laba. Persistensi laba adalah kemungkinan laba akuntansi yang

diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang tercermin

pada laba tahun berjalan (current earnings). Semakin tinggi kemungkinan

laba akuntansi di masa depan yang tercermin dari laba tahun berjalan,

maka laba memiliki persistensi yang tinggi.

Hanlon (2005) menyatakan bahwa semakin besar perbedaan antara

laba akuntansi dan fiskal akan menunjukkan ”red flag” bagi pengguna

laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki book tax gap yang besar

baik positif maupun negatif akan cenderung mengalami persistensi laba

yang lebih rendah dibanding perusahaan yang memiliki book tax gap yang

kecil., maka hipotesis ketiga yang akan diuji adalah:

H3 :Book-tax difference berpengaruh terhadap presistensi laba

38

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengenai pengaruh arus kas dan laba akrual terhadap

presistensi laba dengan book-tax difference sebagai pemoderasi, penelitian ini

telah dilakukan oleh penelitian yang sebelumnya dengan variabel dan metode

analisis yang berbeda. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan

masukann dan tambahan bagi para investor dan pihak perusahaan untuk

mengetahui pengaruh arus kas dan laba akrual terhadap presistensi laba

dengan book-tax difference sebagai pemoderasi guna mengetahui pengaruh

book-tax difference terhadap kualitas laba yang menjadi acuan para investor

untuk menentukan keputusan dikemudian hari. Tabel 2.1 menunjukan hasil-

hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh arus kas dan laba akrual

terhadap presistensi laba dengan book-tax difference sebagai pemoderasi

39

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Hasil

Persamaan Perbedaan

1 Fani

Chrisyanti

(2015)

Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Book-Tax

Differences Dan

Pengaruhnya Terhadap

Persistensi Laba

- pengaruh book tax

gap

- presistensi laba

- Populasi penelitian adalah

semua perusahaan

manufaktur yang terdapat

di BEI tahun 2008-2012

Perusahaan dengan large book tax

differences terbukti signifikan

menurunkan persistensi laba.

Small book tax differences tidak

terbukti secara signifikan memiliki

laba yang lebih persisten daripada

perusahaan dengan large book tax

differences.

2 Melita Noviana

Sin (2012)

Pengaruh Large Book-Tax

Differences Terhadap

Persistensi Laba,

Akrual Dan Arus Kas Pada

Perusahaan Manufaktuf Di

Bei

- book-tax difference,

presistensi laba,

akrual, arus kas

pada perusahaan

manufaktur

- Periode penilitian

dilakukan dari tahun 2004

sampai dengan 2010

perusahaan dengan large book-tax

differences tidak menunjukkan

persistensi laba akuntansi yang lebih

rendah dibanding perusahaan dengan

small book tax differences

Bersambung ke halaman selanjutnya

40

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian

Metodologi

Hasil Persamaan Perbedaan

3 Rika Oktafioni,

Ethika, Novia

Rahmawati.

(2013)

Pengaruh Book Tax

Differences Terhadap

Pertumbuhan Laba (Studi

Empiris Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar

Di Bei Tahun 2009-2011)

- Fokus penelitian

pada temporary

differences dan

permanent

differences dari

book tax

differences

- book tax difference

- laba,

- perusahaan manufaktur di

BEI

- Temporary Differences dari

Book Tax Differences tidak

berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba

perusahaan.

- Permanent Differences dari

Book Tax Differences tidak

berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba

4 Ayu Wahyuni

(2014)

PENGARUH BOOK TAX

DIFFERENCES DAN

STRUKTUR

KEPEMILIKAN

TERHADAP

PERINGKAT OBLIGASI

(Studi Emiris Pada

Perusahaan Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia)

Pengaruh book-tax

differences,

menggunakan data

sekunder berupa

laporan keuangan

tahunan.

- Fokus penelitian kepada book

tax differences dan struktur

kepemilikan terhadap

peringkat obligasi.

Large positive book-tax

differences tidak berpengaruh

negatif terhadap peringkat

obligasi. Large negative book-

tax differences tidak

berpengaruh negatif terhadap

peringkat obligasi.

Kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap

peringkat obligasi.

Bersambung ke halaman selanjutnya

41

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian

Metodologi

Hasil Persamaan Perbedaan

5 Dimas

Prasetya

Wardana

(2013)

Pengaruh Book-tax

Differences dan Struktur

Kepemilikan terhadap

Relevansi Laba

- book-tax

dfference

- Penelitian fokus pada

relevansi laba

- ABTD berpengaruh positif

terhadap relevansi laba

6 Tuti Nur Asma

(2012)

Pengaruh Aliran Kas dan

Perbedaan Laba

Akuntansi dengan Laba

Fiskal terhadap

Persistensi Laba

- Pengaruh Aliran

kas

- Perbedaan Laba

Akuntansi dengan

Laba Fiskal

(Book Tax

Difference)

terhadap

Persistensi Laba

- Tidak mencantumkan

variabel Akrual

- Arus kas berpengaruh

positif signifikan terhadap

persistensi laba.

- Book Tax Difference

berpengaruh negatif

signifikan terhadap

persistensi laba.

Bersambung ke halaman selanjutnya

42

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Hasil

Persamaan Perbedaan

7 Budi Lestari

(2012)

Analisis Pengaruh Book

Tax Difference Terhadap

Pertumbuhan Laba

- Book Tax

Difference

- Tidak meneliti arus kas

investasi dan pebiayaan

Book Tax Difference tidak

berpengaruh secara

signifikan terhadap

pertumbuhan laba

8

Nurul Aisyah

Rachmawati

(2016)

Kandungan Informasi

Temporary Book Tax

Difference dan Akrual

dalam Persistensi Laba

- Book Tax

Difference

- Akrual

- persistensi laba

- Tidak meneliti arus kas

Koefisien positif

menunjukan variabel akrual

dapat memperkuat

persistensi laba suatu

perusahaan Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian

43

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, maka gambaran menyeluruh tentang

penelitian ini tergambar dalam alur penelitian seperti berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor,

pembuat kebijakan akuntansi dan pemerintah

Pengaruh Arus Kas, Laba Akrual dan Book-Tax Difference

terhadap Persistensi Laba

Basis Teori: Agency Theory (Teori Keagenan) dan Teori-Teori

Akuntansi

PERSISTENSI LABA (Y)

LABA AKRUAL (X2)

BOOK-TAX DIFFERENCES (X3)

ARUS KAS (X1) Arus Kas Investasi

Arus Kas Pendanaan

Arus Kas Operasional

44

E. Hipotesis

Berdasarkan hasil keterkaitan antar variabel yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis atau jawaban sementara

atas penelitian yang dilakukan ini. Hipotesis tersebut diantaranya adalah

H1a : Arus kas aktivitas operasi mempunyai pengaruh terhadap

presistensi laba.

H1b : Arus kas aktivitas investasi mempunyai pengaruh terhadap

presistensi laba.

H1c : Arus kas aktivitas pembiayaan mempunyai pengaruh terhadap

presistensi laba

H2 :Laba akrual berpengaruh terhadap presistensi laba

H3 :Book-tax difference berpengaruh terhadap presistensi laba

H4 : Arus kas aktivitas operasi, investasi,pembiayaan, laba akrual

dan book-tax difference berpengaruh terhadap presistensi laba secara

simultan

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Tipe hubungan antar variabel yang diteliti adalah hubungan kausal

komparatif atau hubungan sebab akibat antara variabel-variabel independen

yaitu selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal (Large Book-tax

Difference) terhadap variabel dependen yaitu persistensi laba akuntansi,

apakah perusahaan dengan large book-tax differences memiliki persistensi

laba akuntansi lebih rendah dari perusahaan dengan small book-tax

differences. Variabel dependen yang kedua terhadap akrual, apakah

perusahaan dengan large book-tax differences mempunyai komponen akrual

laba yang kurang persisten dibanding perusahaan dengan small book-tax

differences,serta berpengaruh terhadap variabel dependen arus kas, dimana

persistensi akrual pada perusahaan dengan large book-tax differences

mempengaruhi ekspektasi investor.

Objek penelitian penulis adalah laporan keuangan perusahaan yang

terdapat di BEI. Populasi penelitian adalah semua perusahaan LQ 45 yang

terdaftar di BEI tahun 2011-2015 berjumlah 45 perusahaan dengan populasi

data untuk menghitung persistensi laba yaitu dari tahun 2011-2015 sesuai

dengan pendapat dari Subramanyam (2010:327) yaitu penilaian persistensi

laba memerlukan laporan keuangan minimal 5 tahun,sehingga untuk

menghitung persistensi laba memerlukan observasi data laporan keuangan dari

tahun 2011-2015.

45

46

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pemilihan sampel penelitian ini adalah metode purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel bahwa populasi yang akan

dijadikan objek penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria tertentu.

Kriteria yang ditetapkan yaitu:

1. Perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015 dan

mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 Desember secara

konsisten dan lengkap dari tahun 20011-2015,

2. Periode laporan keuangan berakhir setiap 31 Desember, dan perusahaan

tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan umum dan laporan

keuangan pajak selama tahun 2011-2015. Alasannya adalah kerugian dapat

dikompensasi ke masa depan (carry forward) menjadi pengurang biaya

pajak tangguhan dan diakui sebagai aset pajak tangguhan sehingga dapat

mengaburkan arti book-tax differences yang sebenarnya pada akun biaya

pajak tangguhan (Wijayanti, 2006), dan

3. Laporan keuangan perusahaan LQ 45 menggunakan mata uang Indonesia.

Jumlah akhir sampel yang digunakan adalah 45 perusahaan.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan book tax differemce,

presistensi laba, akrual dan arus kas yang di peroleh dari Bursa Efek

Indonesia, dimana data yang di ambil adalah data sekunder yang berupa

laporan keuangan.

47

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2009-2010. Sumber data berasal dari website resmi BEI dan Indonesian

Capital Market Directory. Pemilihan sampel menggunakan purposive

sampling dengan kriteria sampel sebagai berikut:

1. Perusahaan terlikuid LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015.

2. Laporan keuangan perusahaan telah diaudit dan selalu dipublikasikan

selama tahun 2011-2015 di www.idx.co.id

3. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode penelitian yaitu

tahun 2011-2015.

4. Perusahaan menggunakan mata uang rupiah.

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini dirancang untuk memperoleh bukti empiris mengenai

pengaruh perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book­tax

differences) pada persistensi laba, akrual, dan aliran kas. Analisis data

dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS sebagai alat untuk

meregresikan model yang telah dirumuskan di atas. Pengujian hipotesis

dapat dilakukan setelah model regresi bebas dari gejala­gejala asumsi

klasik, pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk memastikan bahwa

hasil penelitian adalah valid dengan data yang digunakan secara teori adalah

tidak bias, konsisten, dan penaksiran regresinya efisien (Gujarati,2003).

48

Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi

klasik dan uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian

dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam

bentuk tabel numerik dan grafik (Indriantoro dan Bambang, 2002). Metode

analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis kuantitatif yang

bersifat deskriptif yang menjabarkan data yang diperoleh dengan

menggunakan analisis regresi berganda untuk menggambarkan fenomena atau

karakteristik dari data, yaitu dengan memberikan gambaran tentang pengaruh

faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan. Metode analisis data akan

dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer program SPSS.

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka

penelitian ini melakukan uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji

multikolinearitas dan uji autokorelasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak

valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini

49

pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode uji non-

parametrik grafik histogram dan p-plots

b. Uji Multikolonieritas

Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah pada model regresi

ditentukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang

valid adalah model regresi yang bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas

terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkolerasi satu

sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi maka sulit

untuk memisahkan masingmasing pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Dalam melakukan pengujian terhadap multikolinearitas.

Dapat dideteksi dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation

factor (VIF), jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi

multikolinearitas (Ghozali, 2016).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika varian dari residual pengamatan ke pengamatan lain

tetap maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas

atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini

pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode Uji

Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut residual

terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2016).

50

d. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

Autokorelasi terjadi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya

(Ghozali, 2016).

Penelitian ini menggunakan uji autokorelasi dengan uji lagrange

multiplier (LM). Uji LM terutama digunakan untuk sampel besar diatas 100

observasi. Uji LM akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey. Pengujian

Breusch-Godfrey (BG test) dilakukan dengan meregres variabel pengganggu

(residual) Ut menggunakan autogresive model dengan orde p dengan

persamaan sebagai berikut (Ghozali, 2016):

Hipotesis nol (H0) adalah ρ1 = ρ2 = … = ρp = 0, dimana koefisien

autogresive secara simultan sama dengan nol menunjukan bahwa tidak

terdapat autokorelasi pada setiap orde. Jika diterapkan dalam penelitian ini

persamaan akhir dari uji LM ini sama saja seperti persamaan berikut:

51

keterangan:

Res 1 = nilai unstandardized residual, hasil regresi model

penelitian

b0 = konstanta

b1,2,3,4,5,6,7 = koefisien regresi

BOD SIZE = ukuran dewan komisaris

BOD IND = dewan komisaris independen

AC SIZE = ukuran komite audit

AC IND = komite audit independen

AQ = kualitas audit

LEV = leverage

LM = lagrange multiplier, hasil transformasi nilai

unstandardized residual kedalam lag 1

Persamaan diatas melihat nilai probabilitas signifikan variabel LM pada

hasil uji t, jika nilai probabilitas signifikan variabel LM ≤ 0,05 maka model

data penelitian terjadi autokorelasi, dan jika nilai probabilitas LM ≥ 0,05

maka model data penelitian tidak terjadi autokorelasi.

1. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Model ini merupakan

pengembangan dari regresi linier sederhana, yaitu dengan menambah jumlah

variabel bebas menjadi dua atau lebih terhadap variabel terikat (variabel

dependen) (Sanusi, 2013). Alat uji yang digunakan dengan teknik analisis uji

52

nilai selisih mutlak yang dikembangkan oleh frucot dan Shearon (1991) dalam

Ghozali (2016). Model ini akan menguji pengaruh modesi dengan selisih

mutlak dari variabel indpenden dengan rumus persamaan regresi sebagai

berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+ b6X6+e

Keterangan:

Y = Persistensi Laba

a = Konstanta

b1-b7 = Koefesien Regresi X1 = Arus Kas Operasional X2 = Arus Kas Investasi X3 = Arus Kas Pembiayaan X4 = Laba Akrual X5 = Book-tax Differrence

X6 = Arus kas operasional, investasi, pembiayaan,

laba akrual dan book tax-difference terhadap

presistensi laba secara simultan e = error term

Pengujian ini dilakukan melalui:

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen (Ghozali, 2016).

53

b. Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel

penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap

variabel dependen yang diuji (Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini

menggunakan tingkat signifikansi 5 % dan 10%.

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 dan/atau 0,10 maka Ho

diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan variabel

independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh individual

terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 atau 0,10 maka Ho

ditolak dan Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa

independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual

terhadap variabel dependen atau terikat

e. Uji Statistik F

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statistif F

digunakan untuk mengetahui semua variabel indepnden yang dimasukkan

dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen

yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2016).

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima dan

54

Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel

independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan

Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel

independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen atau terikat.

E. Operasionalisasi variabel penelitian

Operasionalisasi variabel adalah definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan

kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

mengukur variabel tersebut (Jatmiko, 2009). Menurut Jatmiko (2009), hal-hal

yang perlu dijelaskan dalam operasionalisasi variabel adalah variabel, sub

variabel, indikator, skala ukur dan alat analisis, maka dari penjabaran itulah

suatu variabel dapat diukur.

Dalam penelitian ini, terdapat tiga buah variabel yang diteliti oleh

peneliti yaitu variabel tak bebas, dan variabel bebas. Kedua variabel inilah

yang akan dibuat suatu operasionalisasi variabelnya agar dapat dilakukan

pengukuran dengan mudah.

Menurut Sanusi (2013) variabel independen (variabel bebas) adalah

tipe variabel mempengaruhi variabel yang lain. Sedangkan, variabel dependen

(variabel terikat) adalah tipe variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen.

55

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah persistensi laba.

Persistensi laba adalah revisi laba yang diharapkan di masa depan yang

terkandung dalam laba saat ini (Meythi, 2006). Persistensi laba dapat diukur

dengan menggunakan koefisien regresi antara laba akuntansi sebelum pajak

satu periode masa depan dengan laba akuntansi sebelum pajak periode

sekarang (Hanlon, 2005). Laba akuntansi dianggap semakin persisten apabila

koefisien regresinya semakin kecil. Persitensi laba dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

2. Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian terdiri dari:

a. Arus Kas

Arus kas operasi menunjukkan besarnya aliran masuk yang berasal

dari aktivitas operasi dan aliran keluar yang digunakan untuk aktivitas operasi.

Arus kas operasi sebagai proksi komponen laba permanen merupakan salah

satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan persistensi laba

(Wijayanti, 2006), sehingga diperkirakan arus kas operasi akan berhubungan

positif dengan laba masa depan. Arus kas operasi dalam penelitian ini dihitung

dari total aliran kas operasi dikurangi aliran kas dari pos luar biasa dan

ditambah pajak penghasilan kemudian dibagi dengan total aset.

56

Hery (2013:478) mendefinisikan yang termasuk sebagai arus kas

aktivitas investasi adalah membeli atau menjual tanah, bangunan dan

peralatan.Di samping itu, aktivitas investasi juga meliputi pembelian dan

penjualan instrument keuangan yang bukan untuk tujuan diperdagangkan

(non-trading securities), penjualan segmen bisnis dan pemberian punjaman

kepada entitas lain, termasuk penagihannya.Pelaporan arus kas dari aktivitas

investasi tidak dipengaruhi oleh metode langsung ataupun metode tidak

langsung. Arus kas investasi dalam penelitian ini dihitung dari total aliran kas

investasi dikurangi aliran kas dari pos luar biasa dan ditambah pajak

penghasilan kemudian dibagi dengan total aset.

Hery (2013:480) mendefinisikan arus kas aktivitas pembiayaan

meliputi transaksi-transaksi yang di mana kas diperoleh atau dibayarkan

kembali kepada pemilik dana (investor) dan kreditur. Sebagai contoh, kas

bersih yang diterima dari penerbitan ssaham (sekuritas modal) atau obligasi

(sekuritas utang), pembayaran untuk membeli kembali saham biasa (sebagai

treasury stock), atau untuk menebus kembali utang obligasi dan pembayaran

dividen tunai.Jadi, yang termasuk ke dalam aktivitas Pembiayaan adalah

meliputi transaksi-transaksi yang berkaitan dengan utang jangka panjang

maupun ekuitas (modal) perusahaan. Arus kas pembiayaan dalam penelitian

ini dihitung dari total aliran kas pembiayaan dikurangi aliran kas dari pos luar

biasa dan ditambah pajak penghasilan kemudian dibagi dengan total aset.

57

b. Akrual

Wijayanti (2006) menyatakan bahwa akrual adalah proksi komponen

laba transitori. Akrual merupakan item laba sebelum pajak yang tidak

mempengaruhi kas pada periode berjalan (pretax accrual). Komponen akrual

kurang persisten dibandingkan dengan komponen kas. Logika yang

mendasarinya adalah komponen akrual yang memiliki diskresi tinggi

mengakibatkan banyak error yang akan terkoreksi pada laba mendatang

(Dechow dan Dichev, 2002 dalam Wiryandari dan Yulianti, 2008). Dapat

disimpulkan bahwa akrual berhubungan negatif dengan perubahan laba masa

depan. Akrual dalam penelitian ini dihitung sebagai laba akuntansi sebelum

pajak dikurangi oleh aliran kas operasi sebelum pajak. Hasil perhitungan

tersebut kemudian dibagi dengan total aset.

c. Book-tax difference

Perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal (book-tax difference)

dengan menggunakan proksi beban pajak tangguhan (Han Lon, 2009).

58

Tabel 3.1 Operasional Variabel dan Pengukuran

Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian

No Variabel Definisi

Operasional

Pengukuran Skala Pengukuran

1 Persistensi

Laba

(Hanlon,

2005)

Dependen

Rasio

2 Arus Kas

(Wijayanti,

2006)

(Hery,

2013)

Independen

Rasio

3 Akrual

(wijayanti,

2006)

Independen

Rasio

4 Book-tax

difference

(Han Lon,

2009)

Independen

Rasio

59

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian

1. Definisi Indeks LQ 45

Indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling

likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator

likuidasi. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan

Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap

awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat

dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

Beberapa kriteria - kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten

dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah :

a. Kriteria yang pertama adalah :

1) Berada di TOP 95 % dari total rata – rata tahunan nilai transaksi

saham di pasar reguler.

2) Berada di TOP 90 % dari rata – rata tahunan kapitalisasi pasar.

b. Kriteria yang kedua adalah :

1) Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam

klasifikasi industri BEJ sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya.

2) Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi

(Tjiptono, 2001, p. 95-96).

59

60

Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui

berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan

likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ 45

harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut :

a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar

reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama

12 bulan terakhir)

c. Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan

d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya,

frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Saham-saham yang termasuk didalam LQ 45 terus dipantau dan setiap

enam bulan akan diadakan review (awal Februari, dan Agustus). Apabila ada

saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain

yang memenuhi syarat. Pemilihan saham - saham LQ 45 harus wajar, oleh

karena itu BEJ mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di

BAPEPAM, Universitas, dan Profesional di bidang pasar modal.

2. Faktor –faktor yang berperan dalam pergerakan Indeks LQ 45, yaitu:

a. Tingkat suku bunga SBI sebagai patokan (benchmark)

portofolio investasi di pasar keuangan Indonesia,

b. Tingkat toleransi investor terhadap risiko, dan

61

c. Saham – saham penggerak indeks (index mover stocks) yang notabene

merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEJ.

3. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap naiknya Indeks LQ 45

adalah:

a. Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga

minyak mentah dunia, dan

b. Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ 45 ke

zona positif.

Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya

untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis

keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya

dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif

diperdagangkan.

Perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

periode 2011 hingga 2015 merupakan populasi dalam penelitian ini.

Perusahaan - perusahaan tersebut tidak keluar dari BEI (delisting) dan telah

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Dari

pertimbangan tersebut didapatkan sampel sebanyak 21 perusahaan dengan

total 105 data observasi.

62

Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai

berikut

Tabel 4.1

Tahapan Seleksi Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah

Jumlah perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI 45

Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tidak

dalam rupiah selama tahun 2011- 2015 (6)

Perusahaan yang tidak tetap terdaftar pada LQ45 (13)

Jumlah sampel penelitian terpilih 26

Tahun pengamatan 2011-2015 5

Data outlier (9)

Jumlah sampel total dalam periode penelitian 121

Sumber: Data sekunder diolah

Dari hasil seleksi sampel penelitian di atas, terdapat 26 perusahaan yang

sesuai dengan kriteria. Berikut merupakan daftar perusahaan LQ 45 yang

menjadi sampel dalam penelitian ini:

63

Tabel 4.2

Daftar Nama Perusahaan

No Kode

Perusahaan Nama Perusahaan

1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk.

2 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.

3 ASII PT Astra Internasional Tbk.

4 ASRI PT Alam Sutra Realty Tbk.

5 BBCA PT Bank Central Asia Tbk.

6 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk.

7 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

8 BBTN PT Bank Tabungan Negara Tbk.

9 BMRI PT Bank Mandiri Tbk.

10 BMTR PT Global Mediacom Tbk.

11 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

12 GGRM PT Gudang Garam Tbk.

13 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

14 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

15 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

16 JSMR PT Jasa Marga Tbk.

17 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.

18 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk.

19 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra

20 MNCN PT Media Nusantara Citra Tbk.

21 PTBA PT Bukit Asam Tbk.

22 SMGR PT Semen Indonesia Tbk.

23 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

24 UNTR PT United Tractors Indonesia Tbk.

25 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.

26 WIKA PT Wijaya Karya Tbk

Sumber: Data sekunder diperoleh dari website resmi bursa efek www.idx.co.id

64

B. Analisis dan Pembahasan

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi

berganda. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai pengaruh variabel independen Arus Kas Operasi, Arus Kas

Investasi, Arus Kas Pembiayaan, Akrual,dan Book-Tax Difference terhadap

variable dependen yaitu Persistensi Laba.

Tabel 4.3

Tabel Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PERSLABA 121 ,11 ,63 ,3393 ,13095

ARSKASOP 121 -,13 ,31 ,1025 ,08931

ARSKASIN 121 -,30 ,20 -,0762 ,07781

ARSKASPEMB 121 -,28 ,19 -,0128 ,07427

AKRUAL 121 -,28 ,21 ,0199 ,06981

BTD 121 -,04 ,32 ,1007 ,09073

Valid N (listwise) 121

Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)

Berdasarkan hasil statistik deskriptif di atas, variabel Persistensi

Laba menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar 0,1100 yang berasal

dari PT Lippo Karawaci Tbk. nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,6300

yang berasal dari PT Wijaya Karya Tbk. nilai rata-rata (mean) sebesar

0,3933 yang berasal dari PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra.

Selanjutnya hasil analisis statistik deskriptif Arus Kas Operasi

menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -0,13 yang berasal dari PT

AKR Corporindo Tbk. nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,31 yang

65

berasal dari PT Bukit Asam Tbk. nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1025

yang berasal dari PT Wijaya Karya Tbk, Hasil analisis statistik deskriptif

Arus Kas Investasi menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -0,30

yang berasal dari PT Alam Sutra Realty Tbk. nilai tertinggi (maximum)

sebesar 0,20 yang berasal dari PT AKR Corporindo Tbk. nilai rata-rata

(mean) sebesar -0,0762 yang berasal dari PT Kalbe Farma Tbk. Hasil

analisis statistik deskriptif Arus Kas Pembiayaan menunjukan nilai

terendah (minimum) sebesar -0,28 yang berasal dari PT Bukit Asam Tbk.

nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,19 yang berasal dari PT Astra Agro

Lestari Tbk. nilai rata-rata (mean) sebesar -0,0128 yang berasal PT

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Hasil analisis statistik deskriptif

selanjutnya adalah Akrual menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar

-0,28 yang berasal dari PT Astra Agro Lestari Tbk. nilai tertinggi

(maximum) sebesar 0,21 yang berasal dari PT Charoen Pokphand

Indonesia Tbk. nilai rata-rata (mean) sebesar 0,0199 yang berasal dari PT

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Hasil analisis statistik deskriptif

Book-Tax Differences menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -0,04

yang berasal dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. nilai tertinggi

(maximum) sebesar 0,32 yang berasal PT Bukit Asam Tbk. dari nilai rata-

rata (mean) sebesar 0,1007 yang berasal dari PT Charoen Pokphand

Indonesia Tbk.

66

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji

apakah data memenuhi asumsi klasik atau tidak. Hal ini untuk

menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak semua data

dapat diterapkan menggunakan regresi. Di bawah ini merupakan uji

asumsi klasik yang telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal

(Gujarati, 2011). Model regresi yang baik adalah yang mempunyai

distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini

pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode uji non-

parametrik histogram dan p-plots. Dasar pengambilan keputusan pada uji

normalitas ini adalah dengan melihat grafik histogram dan p-plots

(Ghozali, 2016). Adapun hasil grafik histogram dan p-plots dapat dilihat

dalam tabel berikut:

67

Gambar 4.1

Uji Normalitas Histogram

Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)

Gambar 4.2

Uji Normalitas P-Plot

Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)

68

Berdasarkan gambar 4.1 dan 4.2 diatas, hasil uji Normal P-Plots

menunjukan data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya. Sehingga model penelitian ini

memenuhi uji asumsi klasik normalitas.

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertjuan untuk menguji apakah adanya

korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi. Untuk

mendeteksi adanya masalah multikolonieritas dalam penelitian ini dengan

menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).

Regresi yang terbebas dari masalah multikolonieritas apabila nilai VIF

<10 dan nilai tolerance >0,10 maka data tersebut tidak ada

multikolonieritas. Berikut ini disajikan hasil uji multikolonieritas dengan

menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), yaitu:

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolonieritas

Model

Collinearity Statistics Kesimpulan

Tolerance VIF

1 (Constant)

ARSKASOP 0,295 3,385 Tidak terjadi multikolonieritas

ARSKASINV 0,487 2,054 Tidak terjadi multikolonieritas

ARSKASPEMB 0,456 2,194 Tidak terjadi multikolonieritas

AKRUAL 0,585 1,710 Tidak terjadi multikolonieritas

BTD 0,578 1,729 Tidak terjadi multikolonieritas

Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)

Dalam tabel 4.4 di atas menunjukan hasil uji multikolonieritas

dengan nilai Tolerance berkisar antara 0,295 – 0,578. Sedangkan nilai

69

Variance Inflation Factor (VIF) berkisar antara 1,710 – 3,385. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian ini tidak terjadi

masalah multikolonieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.7 di bawah merupakan hasil Uji Heteroskedastisitas

dengan menggunakan Uji Glejser. Uji glejser mengusulkan untuk

meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen

(Gujarati,2003). Jika variabel independen signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi

heteroskedastisitas (probabilitas signifikansi tingkat kepercayaan 5%)

(Ghozali, 2016).

Tabel 4.5

Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,018 ,002 8,198 ,000

ARSKASOP ,035 ,024 ,235 1,422 ,158

ARSKASINV ,042 ,022 ,248 1,925 ,057

ARSKASPEMB ,026 ,024 ,146 1,094 ,276

AKRUAL ,025 ,022 ,132 1,125 ,263

BTD -,028 ,017 -,192 -1,625 ,107

a. Dependent Variable: ABS_UT

Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)

70

Dari hasil uji glejser tersebut semua variabel independen

menunjukan angka signifikansi di atas 0,05 yang berarti bahwa dalam

persamaan regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji adanya hubungan antara

residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Jika terjadi

autokorelasi, maka dapat dikatakan bahwa model mengalami masalah

autokorelasi. Menurut Winarno (2011) autokorelasi lebih mudah timbul

pada data yang bersifat runtut waktu dikarenakan pada sifatnya bahwa data

sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Pengujian

terhadap autokorelasi dilakukan melalui uji Lagrange Multiplier dan pada

tabel 4.6 berikut menunjukkan hasil mengenai otokorelasi:

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,001 ,004 ,338 ,736

ARSKASOP -,012 ,040 -,049 -,291 ,772

ARSKASINV -,006 ,036 -,023 -,170 ,865

ARSKASPEMB -,009 ,039 -,032 -,234 ,815

AKRUAL -,013 ,038 -,040 -,342 ,733

BTD -,002 ,028 -,009 -,075 ,941

LM_BG ,162 ,094 ,162 1,712 ,090

a. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)

71

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai probabilitas

signifikan variabel independen LM terhadap variabel dependen

unstandardized residual adalah 0,90 jauh diatas nilai probabilitas

signifikan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesalahan

pengganggu (residual) yang saling berkorelasi disetiap periode atau tahun

sampel dalam model penelitian ini atau tidak terjadi autokorelasi.

3. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Koefesien Determinasi

Koefisien determinasi ( ) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerapkan model regresi dalam menerangkan pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini

menggunakan variabel independen arus kas operasional, arus kas investasi,

arus kas pembiayaan, akrual, dan Book-tax differences serta variable

dependen yaitu persistensi laba

Adapun hasil uji koefisien Adjusted R Square disajikan pada tabel

4.9 di bawah ini.

Tabel 4.7

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Adjusted R Square

1 0,974

Sumber: Data Sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)

Tabel 4.7 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,974, hal

ini berarti bahwa 97% variabel persistensi laba dapat dijelaskan oleh arus

72

kas operasi, arus kas investasi, arus kas pembiayaan, akrual dan book-tax

difference. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 3% dijelaskan oleh faktor-

faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

b. Uji F (Model Fit)

Hasil Uji F pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai

signifikansi pada tabel hasil Uji F berikut ini:

Tabel 4.8

Hasil Uji F (ANOVA)

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2,006 5 ,401 885,842 ,000b

Residual ,052 115 ,000

Total 2,058 120

a. Dependent Variable: SQRT_Y

b. Predictors: (Constant), X5, X4, X3, X2, X1

Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)

Pada tabel 4.8 diperoleh nilai F 885,842 dapat dikatakan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi (X1), arus kas

investasi (X1), arus kas pendanaan (X1), laba akrual (X2), dan book tax

difference (X3) secara simultan terhadap persistensi laba (Y).

Signifikansi sebesar 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan layak

untuk menguji data atau dapat dikatakan bahwa hipotesis H4 didukung

oleh penelitian Hadiarrohman (2011) sehingga arus kas operasi, arus kas

73

investasi, arus kas pembiayaan, akrual, dan book-tax difference bersama-

sama secara simultan mempengaruhi persistensi laba.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel

dependen. Tabel 4.9 berikut ini menyajikan hasil uji statistik t dalam

penelitian ini, yaitu:

Tabel 4.9

Hasil Uji Statistik t

Model T Sig.

Kesimpulan

1 (Constant)

ARSKASOP 37,832 0,000 Berpengaruh

ARSKASINV -1,289 0,200 Tidak Berpengaruh

ARSKASPEMB 2,714 0,008 Berpengaruh

AKRUAL 40,468 0,000 Berpengaruh

BTD 1,773 0,790 Tidak Berpengaruh

Sumber: Data sekunder diolah menggunakan SPSS 24.0 (2017)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

tiga variabel independen yaitu Arus Kas operasi, Arus Kas Pembiayaan,

dan Akrual yang berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba dengan

tingkat signifikansi pada 5%. Sedangkan dua variabel independen lainnya

yaitu Arus Kas Investasi dan Book-tax differences tidak berpengaruh pada

persistensi laba dengan proksi Tobin’s q.

Adapun penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai

berikut:

74

a) Pengaruh aliran kas terhadap persistensi laba

Hasil pengujian variabel arus kas operasi mempunyai tingkat

signifikansi 0,000 lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang

dihasilkan 1,514. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1a terdukung

sehingga dapat dikatakan arus kas operasi berpengaruh positif signifikan

terhadap persistensi laba pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Tuti Nur Asma (2012)

yang menyatakan bahwa semakin tinggi aliran kas operasi suatu

perusahaan maka akan meningkatkan persistensi laba perusahaan tersebut.

Hasil pengujian variabel arus kas investasi mempunyai tingkat

signifikansi 0,200 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang

dihasilkan -0,046. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1b tidak

terdukung dan dapat dikatakan arus kas investasi tidak berpengaruh tidak

signifikan terhadap persistensi laba pada tingkat signifikansi 5%.

Hasil pengujian variabel arus kas pembiayaan mempunyai tingkat

signifikansi 0,008 lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang

dihasilkan 0,105. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1c terdukung

sehingga dapat dikatakan arus kas pembiayaan berpengaruh positif

signifikan terhadap persistensi laba pada tingkat signifikansi 5%.

Penelitian ini masih berkaitan dengan variabel arus kas operasi sehingga

secara tidak langsung terdukung oleh penelitian Tuti Nur Asma (2012).

Dengan adanya jumlah aliran kas dari aktivitas operasi yang cukup,

perusahaan tidak perlu mengandalkan pembiayaan dari luar (penerbitan

75

saham atau utang pada pihak eksternal), dengan demikian struktur modal

perusahaan tetap yang berarti dana yang diinvestasikan oleh investor

dikelola secara efektif dan efisien oleh perusahaan. Dana yang dikelola

secara efektif dan efisien tersebut akan menghasilkan laba yang persisten,

sehingga dapat dikatakan bahwa adanya aliran kas yang positif dapat

menyebabkan persistensi laba yang tinggi.

b) Pengaruh Akrual terhadap Persistensi Laba

Hasil pengujian variabel akrual mempunyai tingkat signifikansi

0,000 lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -1,472.

Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H2 terdukung sehingga dapat

dikatakan akrual berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi laba

pada tingkat signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Nurul Aisyah Rachmawati (2016) yang menyatakan bahwa

akrual berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi laba. Hal ini

dapat mengindikasikan bahwa variabel akrual justru dapat memperkuat

persistensi laba suatu perusahaan. Sesuai juga dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Dechow (1994) yang menyatakan bahwa bahwa akrual

lebih relevan dalam merefleksikan kinerja perusahaan dibandingkan

dengan arus kas. Penerapan dasar akrual dalam akuntansi dilakukan agar

kinerja perusahaan dapat disajikan dengan lebih baik dibandingkan dengan

dasar kas. Dechow dan Dichev (2002) menyatakan bahwa kualitas akrual

(terutama modal kerja) merupakan salah satu pengukur kualitas laba yang

76

berhubungan dengan persistensi laba. Kualitas akrual diukur dengan

meregres arus kas tahun sebelumnya, arus kas tahun sekarang, dan arus

kas tahun berikutnya.

c) Pengaruh Book-Tax Differences terhadap Persistensi Laba

Hasil pengujian variabel Book-Tax Differences mempunyai

signifikansi 0,079 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang

dihasilkan 0,050. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H3 tidak terdukung

sehingga dapat dikatakan Book-Tax Differences tidak berpengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap persistensi laba pada tingkat signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Budi Lestari (2012) menyatakan bahwa book tax difference

tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dalam

penelitiannya Budi Lestari membagi book-tax difference menjadi dua,

permanen dan temporer. Perbedaan permanen yang tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap persistensi laba merupakan dampak dari jumlah perbedaan

permanen yang tidak terlalu signifikan besarnya terhadap jumlah laba kena

pajak (penghasilan kena pajak). Perbedaan permanen yang dapat menjadi

pengurang atau penambah laba kena pajak dengan jumlah yang tidak

signifikan tidak akan terlalu berpengaruh terhadap perubahan jumlah beban

pajak kini. Pajak kini merupakan komponen pembentuk beban pajak

penghasilan di samping pajak tangguhan. Jumlah pajak kini tentu memiliki

pengaruh yang besar terhadap jumlah beban pajak penghasilan. Beban pajak

penghasilan merupakan pengurang laba sebelum pajak menjadi laba bersih.

77

Hal tersebut menjelaskan alasan mengapa perbedaan permanen tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap persistensi laba.

Perbedaan temporer tidak berpengaruh pada beban pajak penghasilan.

Untuk perbedaan temporer dengan koreksi positif, jumlah yang dikoreksi

akan menambah penghitungan beban pajak kini. Namun, di sisi lain koreksi

fiskal tersebut menimbulkan penghasilan pajak tangguhan. Hal itu

menyebabkan jumlah perbedaan temporer yang tadinya dapat menambah

pajak penghasilan melalui pajak kini selanjutnya akan dihapus melalui

pengurangan pajak penghasilan dalam bentuk penghasilan pajak tangguhan.

Begitu pula dengan perbedaan temporer dengan koreksi negatif. Untuk

perbedaan temporer dengan koreksi negatif, jumlah yang dikoreksi akan

mengurangi penghitungan beban pajak kini. Namun, di sisi lain koreksi fiskal

tersebut akan menimbulkan beban pajak tangguhan. Hal itu menyebabkan

jumlah perbedaan temporer yang tadinya dapat mengurangi pajak penghasilan

melalui pajak kini selanjutnya akan dihapus melalui penambahan pajak

penghasilan dalam bentuk beban pajak tangguhan.

Perbedaan temporer berpengaruh terhadap beban pajak perusahaan

melalui aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan. Kenaikan neto

aset pajak tangguhan menyebabkan pengurangan beban pajak perusahaan,

sebaliknya kenaikan neto kewajiban pajak tangguhan menyebabkan kenaikan

beban pajak perusahaan. Jumlah kenaikan neto aset pajak tangguhan ataupun

kewajiban pajak tangguhan tidak terlalu signifikan besarnya terhadap beban

pajak penghasilan, sehingga tidak akan mempengaruhi pertumbuhan laba.

78

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Jackson (2009)

yang menyatakan bahwa book tax differences berpengaruh terhadap

pertumbuhan laba. Pernyataan tersebut disimpulkan dari hasil penelitian

Jackson (2009) yang menemukan bukti bahwa perbedaan permanen

berhubungan negatif terhadap perubahan beban pajak sedangkan

perbedaan temporer berhubungan negatif dengan laba sebelum pajak.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Jackson (2009) dikarenakan

setting penelitian yang dilakukan berbeda. Jackson (2009) melakukan

penelitian terhadap perusahaan-perusahaan di Amerika yang memiliki

peraturan perpajakan yang berbeda dengan peraturan perpajakan di

Indonesia.

79

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh Arus Kas (X1),

Laba akrual (X2), dan Book Tax Difference (X3) terhadap persistensi laba (Y)

pada perusahaan yang terdapat pada LQ 45 tahun 2011-2015. Berdasarkan

data dari sampel yang telah dikumpulkan dan telah dilakukan pengujian dan

analisis terhadap permasalahan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh antara arus kas operasi terhadap persistensi laba. Hal

ini menunjukan bahwa semakin tinggi aliran kas operasi suatu perusahaan

maka akan meningkatkan persistensi laba perusahaan tersebut. Hal ini

menunjukan bahwa hipotesis H1a terdukung sehingga dapat dikatakan

Arus Kas Operasi berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi laba

Hal ini menunjukan bahwa bahwa semakin tinggi aliran kas operasi suatu

perusahaan maka akan meningkatkan persistensi laba perusahaan tersebut.

2. Tidak terdapat pengaruh antara arus kas investasi terhadap persistensi laba.

Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1b tidak terdukung jadi dapat

dikatakan arus kas investasi tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap persistensi laba Hal ini menunjukan bahwa bahwa aliran kas

investasi tidak mempunyai pengaruh atas tinggi rendahnya persistensi laba

perusahaan.

3. Terdapat pengaruh antara arus kas pembiayaan terhadap persistensi laba.

Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1c terdukung sehingga dapat

79

80

dikatakan arus kas pembiayaan berpengaruh positif signifikan terhadap

persistensi laba Hal ini menunjukan bahwa bahwa semakin tinggi aliran

kas pembiayaan suatu perusahaan maka akan meningkatkan persistensi

laba perusahaan tersebut.

4. Terdapat pengaruh antara akrual terhadap persistensi laba. Hal ini

menunjukan bahwa hipotesis H2 terdukung sehingga dapat dikatakan

akrual berpengaruh positif signifikan terhadap persistensi Hal ini dapat

mengindikasikan bahwa variabel akrual justru dapat memperkuat

persistensi laba suatu perusahaan.

5. Tidak terdapat pengaruh antara book-tax differences terhadap persistensi

laba. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H3 tidak terdukung sehingga

dapat dikatakan book-tax differences tidak berpengaruh dan tidak

signifikan terhadap persistensi laba Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

book tax difference tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba

suatu perusahaan.

6. Nilai F dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

arus kas operasi (X1), arus kas investasi (X1), arus kas pendanaan (X1),

laba akrual (X2), dan book tax difference (X3) secara simultan terhadap

persistensi laba (Y) sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang

digunakan layak untuk menguji data atau dapat dikatakan bahwa arus kas

operasi, arus kas investasi, arus kas pembiayaan, akrual, dan book-tax

difference bersama-sama secara simultan mempengaruhi persistensi laba

81

B. Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa mengamati variabel

lainnya yang dapat berhubungan dengan persistensi laba.

2. Untuk manajemen perusahaan agar sedapat mungkin mengikuti

aturan pajak dalam membuat laporan keuangannya. Hal ini

tentusaja mempertimbangan pengaruh negatif tidak signifikan dari

variabel book-tax differences terhadap persistensi laba perusahaan.

3. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan untuk

diharapkan dapat menggunakan rentang waktu yang lebih panjang

sehingga hasil penelitian lebih akurat, keumungkinan perbedaan

periode pengamatan ini diperkirakan akan memberikan hasil

berbeda.

82

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Nugroho Saputro. 2011, “Pengaruh Book-Tax Differences terhadap

Pertumbuhan Laba (Studi EMpiris Pada Perusahaan LQ 45 yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010)”, Skripsi Fakultas

Ekonomika dan Bisnis, UNDIP, Semarang.

Anwar, Sanusi. 2013, “Metodologi Penelitian Bisnis”, cetakan ketiga, Salemba

Empat, Jakarta.

Asma, Tuti Nur. 2013. “Pengaruh Aliran Kas dan Perbedaan Antara Laba

Akuntansi dengan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba”, Artikel

Fakultas Ekonomi UNP, Universitas Negeri Padang, Padang.

Belkoui, Ahmed. 2007, “Accounting Theory Teori akuntansi”, edisi ke-2, Salemba

Empat, Jakarta.

Bragg, Steven M. 2011. “Cost Reduction Analysys”, John Wiley and Sons,

NewJersey.

Brigham and Houston. 2010. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Salemba

Empat, Jakarta.

Christiani, Fani. 2015. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Book-Tax

Differences dan Pengaruhnya terhadap Persistensi Laba”,Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya.

Chariri, Anis dan Gozali, Imam. 2007, “Teori Akuntansi”, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang.

Deviana, Brigita, S.P. 2010. “Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban

Pajak Kini Dalam Deteksi Manajemen Laba Pada Saat Seasoned Equity

Offering”, Universitas Diponegoro, Semarang.

Djamaluddin, Subekti dan Wijayanti, Handayani Tri, 2008. “Rahmawati. Analisis

Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap

Persistensi Laba, Akrual, Dan Arus Kas Pada Perusahaan Perbankan

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Ríset Akuntansi Indonesia

Vol. 11.

Drake, K. D. 2013, “Does firm life cycle explain the relation between book-tax

differences and earnings persistence?”, American Taxation Association

Midyear Meeting: Research Forum.

82

83

Ghozali dan Chariri. 2007. “Teori Akuntansi”, Badan Penerbit Undip, Semarang.

Ghozali, I., 2016, Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS Cetakan

V, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Guenther, David A. 2011. “What Do We Learn From Large Book-Tax

Differences”, Lundquist College of Business, University of Oregon,

Eugene, OR 97403 USA.

Gujarati, Damodar. 2003. “Ekonometrika Dasar”, Edisi Keenam, Erlangga,

Jakarta.

Hanlon, M. 2005. “The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash

Flows When Firms Have Large Book-tax Differences”. The Accounting

Review 80 (March). pp 137-166.

Hanlon, Michelle. 2005. “The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and

Cash Flows When Firms Have Large Book-Tax Differences”. The

Accounting Review 80(1), pp. 137-166.

Hartono, Jogiyanto. 2008. “Teori Portofolio Dan Analisis Investasi”, BPFE,

Yogyakarta.

Hery. 2013. “Teori Akuntansi Suatu Pengantar”, Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Hutagaol, John. 2007. “Perpajakan Isu-isu Kontemporer”, Graha Ilmu, Jakarta.

Jackson, Mark. 2009. “Book-Tax Differences and Earnings Growth”, University

of Oregon.

Jatmiko, Rammad Dwi. 2009. “Manajemen Stratejik”, Universitas

Muhammadiyah Malang Press, Malang.

Jogiyanto, Hartono. Teori “Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Kedua,

Yogyakarta, BPFE UGM, 2000.

Lestari, Budi. 2012.” Analisis Pengaruh Book-Tax Differences Terhadap

Pertunbuhan Laba”, UNDIP, Semarang.

Lev, B dan D, Nissim. 2004, “Taxable Income, Future Earnings, and Equity

Value”, The Accounting Review (October): 1039-1074. Working Paper

SSRN, diakses pada tanggal 15 Januari 2016, dari http://www.ssrn.com.

84

Martani, Aulia dan Eka Persada. 2009. “Pengaruh Book Tax Gap terhadap

Persistensi Laba”, diakses pada tanggal 22 Januari 2016, dari

http://www.staff.ui.ac.id/internal/.../publikasi/Paper_AuliaEkaPersada_SN

P2.pdf

Mills, L dan K. Newberry. 2001. “The Influence of Tax and Nontax Costs on

Book-tax Reporting Differences”. The Journal of the American Taxation

Association, 23 (1). pp 1-19.

Okkarisma Dewi,Diastiti, 2010. “Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan dan

Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi, Fakultas Ekonomi,

Universitas Diponegoro, Semarang.

Penman, S. H. 2001. “Financial Statement Analysis and Securities Valuation”,

Edisi Kedua, Mc Graw-Hill, Inc.

Penman. 2007. “Is Fair Value a Plus or a Minus?”, Accounting and Business

Research Vol. 37 Nbr. 3.

Rahmawati, Nurul Aisyah. 2016. “Kandungan Informasi Book-Tax Differences

dan Akrual dalam Persistensi Laba”, Universitas Trilogi, Jakarta.

Rika Oktafioni dan Ethika, Novia Rahmawati. 2013. “Pengaruh Book-Tax

Differences Terhadap Pertumbuhan laba (Studi Empiris Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011)”, Universitas Bung

Hatta,

Sin, Melita Noviana. 2012. “Pengaruh Large Book-Tax Differences terhadap

Persistensi Laba, Akrual dan Arus Kas pada Perusahaan Manaufaktur di

BEI”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 1, No. 4, Juli 2012. Halaman : 88- 95.

Tang, Tanya, dan Michael Firth. 2010. “Can Book-Tax Differences Capture

Earnings Management and Tax Management? Empirical Evidence from

China”. Working Paper SSRN.

Taufik, Mohamad dan Saputro, Armiastho Adi. 2011. “Mata Uang Tunggal Euro

: Implikasinya Terhadap Keuangan dan Bisnis Internasional” Paper Bisnis

Internasional, Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wahyuni, Ayu. 2014. “Pengaruh Book-Tax Differences dan Struktur Kepemilikan

Terhadap Peringkat Obligasi (Studi Empiris pada Perusahaan yang

Terdaftar di BEI)”.

85

Wardana, Dimas Prastya. 2013. “Pengaruh Book-Tax Differences dan Struktur

Kepemilikan terhadap Relevansi LABA”, Universitas Indonesia, Depok,.

Wijayanti, Handayani Tri. 2006, “Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba

Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus

Kas”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Wild, John. J dan K. R. Subramanyam. 2010. “Analisis Laporan Keuangan”,

Salemba Empat, Jakarta.

Wolk, Harry I, et al. 2004. Accounting Theory Conceptual Issues in a Polictical

and Economic Environment Sixth Edition. Ohio: Thomson Learning

86

LAMPIRAN 1

Daftar Nama Perusahaan

86

87

Lampiran 1:Tabel Nama Perusahaan LQ45 yang Tercantum di BEI

Daftar Nama Perusahaan

No Kode

Perusahaan Nama Perusahaan

1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk.

2 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.

3 ASII PT Astra Internasional Tbk.

4 ASRI PT Alam Sutra Realty Tbk.

5 BBCA PT Bank Central Asia Tbk.

6 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk.

7 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

8 BBTN PT Bank Tabungan Negara Tbk.

9 BMRI PT Bank Mandiri Tbk.

10 BMTR PT Global Mediacom Tbk.

11 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

12 GGRM PT Gudang Garam Tbk.

13 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

14 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

15 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

16 JSMR PT Jasa Marga Tbk.

17 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.

18 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk.

19 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra

20 MNCN PT Media Nusantara Citra Tbk.

21 PTBA PT Bukit Asam Tbk.

22 SMGR PT Semen Indonesia Tbk.

23 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

24 UNTR PT United Tractors Indonesia Tbk.

25 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.

26 WIKA PT Wijaya Karya Tbk

88

LAMPIRAN 2

Tabel Hasil Uji Statistik

89

A. Output regresi nilai berganda & uji asumsi klasik

Variables Entered/Removeda

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 X5, X4, X3, X2,

X1b

. Enter

a. Dependent Variable: SQRT_Y

b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,987a ,975 ,974 ,02128

a. Predictors: (Constant), X5, X4, X3, X2, X1

b. Dependent Variable: SQRT_Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,148 ,004 40,439 ,000

X1 1,514 ,040 1,033 37,832 ,000 ,295 3,385

X2 -,046 ,036 -,027 -1,289 ,200 ,487 2,054

X3 ,105 ,039 ,060 2,714 ,008 ,456 2,194

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2,006 5 ,401 885,842 ,000b

Residual ,052 115 ,000

Total 2,058 120

a. Dependent Variable: SQRT_Y

b. Predictors: (Constant), X5, X4, X3, X2, X1

90

X4 1,472 ,036 ,785 40,468 ,000 ,585 1,710

X5 ,050 ,028 ,035 1,773 ,079 ,578 1,729

a. Dependent Variable: SQRT_Y

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value ,1574 ,6714 ,3393 ,12928 121

Std. Predicted Value -1,407 2,569 ,000 1,000 121

Standard Error of Predicted

Value

,002 ,010 ,004 ,002 121

Adjusted Predicted Value ,1588 ,6792 ,3394 ,12982 121

Residual -,05787 ,05407 ,00000 ,02083 121

Std. Residual -2,720 2,541 ,000 ,979 121

Stud. Residual -2,827 2,773 -,004 1,012 121

Deleted Residual -,06267 ,06438 -,00016 ,02228 121

Stud. Deleted Residual -2,918 2,858 -,006 1,023 121

Mahal. Distance ,308 24,740 4,959 5,172 121

Cook's Distance ,000 ,244 ,012 ,031 121

Centered Leverage Value ,003 ,206 ,041 ,043 121

a. Dependent Variable: SQRT_Y

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dime

nsion

Eigenvalu

e

Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) X1 X2 X3 X4 X5

1 1 3,299 1,000 ,02 ,01 ,02 ,00 ,00 ,02

2 1,228 1,639 ,00 ,01 ,00 ,14 ,21 ,00

3 ,954 1,859 ,00 ,00 ,05 ,18 ,21 ,01

4 ,252 3,616 ,72 ,00 ,09 ,00 ,00 ,26

5 ,182 4,259 ,04 ,00 ,48 ,20 ,31 ,61

6 ,084 6,250 ,21 ,98 ,35 ,46 ,27 ,11

a. Dependent Variable: SQRT_Y

91

92

93

Uji Klomogorof-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 121

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,02083155

Most Extreme Differences Absolute ,079

Positive ,063

Negative -,079

Test Statistic ,079

Asymp. Sig. (2-tailed) ,060c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,018 ,002 8,198 ,000

X1 ,035 ,024 ,235 1,422 ,158

X2 ,042 ,022 ,248 1,925 ,057

X3 ,026 ,024 ,146 1,094 ,276

X4 ,025 ,022 ,132 1,125 ,263

X5 -,028 ,017 -,192 -1,625 ,107

a. Dependent Variable: ABS_UT

94

Uji Autokorelasi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,001 ,004 ,338 ,736

X1 -,012 ,040 -,049 -,291 ,772

X2 -,006 ,036 -,023 -,170 ,865

X3 -,009 ,039 -,032 -,234 ,815

X4 -,013 ,038 -,040 -,342 ,733

X5 -,002 ,028 -,009 -,075 ,941

LM_BG ,162 ,094 ,162 1,712 ,090

a. Dependent Variable: Unstandardized Residual

95

LAMPIRAN 3

Tabel Hasil Perhitungan Variabel

96

NO. EMITEN tahun Persistensi Laba

(Y) Arus kas operasi/ total

aset (X1) Arus kas investasi/

total aset (X2) Arus kas pendanaan/

total aset (X3) akrual(X4)

book-tax differences(X5)

1 AALI 2011 0.035052311 0.309909996 -0.198635699 -0.150714759 -0.277283981 -0.003508158

2 AKRA 0.092647957 0.11222792 0.201759318 -0.226166785 -0.023163186 0.001199875

3 ASII 2011 0.193499463 6.07734E-05 -5.652E-05 3.50571E-05 0.167812026 0.007613241

4 ASRI 2011 0.126684167 0.236204044 -0.185008032 -0.032461318 -0.124487383 0.012912344

5 BBCA 2011 0.038562167 -0.097480332 0.008685092 -0.007261789 0.133140086 -0.000487533

6 BBNI 0.027249017 0.051441987 0.001448143 -0.005331073 -0.026492633 -0.000908888

7 BBRI 2011 0.042910557 0.033996804 -0.003806054 -0.018562688 0.005917877 0.000931885

8 BBTN 2011 0.019329427 0.053850611 -0.003832792 0.04971917 -0.036769876 0.000738862

9 BMRI 0.032969135 0.037037411 0.000178644 0.026853131 -0.007118435 0.001285079

10 BMTR 2011 0.028859798 0.023367055 -0.014867223 -0.006701001 0.005306844 -6.95312E-05

11 CPIN 2011 0.387151775 0.121612476 -0.162242869 -0.00901505 0.214566482 0.009173994

12 GGRM 2011 0.189458245 -0.002310309 -0.046403661 0.044843491 0.17154004 0.0474541

13 ICBP 2011 0.180315035 0.142839613 -0.035987134 -0.036023724 0.037475423 -0.037012303

14 INDF 0.125962128 0.092729392 -0.057818794 0.014594614 0.02581644 -0.029163047

15 INTP 2011 0.281105111 0.213907785 -0.027810027 -0.065559931 0.045475728 -0.034377932

16 JSMR 2011 0.085502349 8.33203E-05 -0.000104498 9.62111E-06 0.080472105 0.024265844

17 KLBF 2011 0.259652805 0.178075486 -0.076252278 -0.049183955 0.062089647 0.001285528

18 LPKR 2011 0.057232196 0.020511745 -0.159116865 0.05683419 0.03342336 0.00028152

19 LSIP 2011 0.338454397 0.255651214 -0.061968895 -0.060179106 0.052145664 0.00527746

20 MNCN 2011 0.177763363 0.098681667 -0.062134884 -0.064186319 0.07300332 0.003931797

21 PTBA 0.40129941 0.312906618 -0.043886194 -0.117948095 0.039841041 0.038230921

22 SMGR 2011 0.288999849 0.224587656 -0.218455198 -0.020812473 0.034290135 0.000909197

23 TLKM 2011 0.21643642 0.296475634 -0.140751451 -0.150785025 -0.083499913 0.037413877

24 UNTR 2011 0.204477994 0.224811802 -0.165050835 0.060991908 -0.057185475 0.033861977

25 UNVR 0.581205463 0.521056423 -0.136719647 -0.382620456 0.010772719 0.000739487

26 WIKA 2011 0.086192717 0.100735407 -0.097985158 -0.000754405 -0.025088585 0.001493286

97

NO. EMITEN tahun Persistensi Laba (Y) Arus kas operasi/

total aset (X1) Arus kas investasi/

total aset (X2) Arus kas pendanaan/

total aset (X3) akrual(X4)

book-tax differences(X5)

27 AALI 2012 0.311602186 0.210108601 -0.211802184 -0.047819936 0.073703323 0.311602186

28 AKRA 0.080582373 -0.04838208 -0.068061061 0.159696558 0.11707185 0.080582373

29 ASII 2012 0.166160902 0.048992177 -0.051773703 -0.010571996 0.104063114 0.166160902

30 ASRI 2012 0.158569938 0.185518616 -0.29946311 0.186250766 -0.062720938 0.158569938

31 BBCA 2012 0.035606742 0.062562996 0.00463269 -0.002936549 -0.029411216 0.035606742

32 BBNI 0.000817693 0.028937139 0.020847242 -0.013438794 -0.028161453 0.000817693

33 BBRI 2012 0.046747021 -0.003619735 -0.010364271 -0.010794612 0.046914274 0.046747021

34 BBTN 2012 0.018551317 0.01650972 -0.003433314 0.019470053 0.000163438 0.018551317

35 BMRI 0.034533201 0.014277242 -0.002432875 -0.004626805 0.017981513 0.034533201

36 BMTR 2012 0.154651848 0.085136495 -0.208477236 0.126156421 0.042961711 0.154651848

37 CPIN 2012 0.318585264 0.136806788 -0.143526402 0.011550272 0.136624339 0.318585264

38 GGRM 2012 0.137240228 0.095245442 -0.090454229 0.005701707 0.037993198 0.137240228

39 ICBP 2012 0.184034631 0.171995913 -0.084903242 -0.033379484 -0.001077648 0.184034631

40 INDF 1.118887994 0.125059337 -0.085852256 -0.038917048 0.939715115 1.118887994

41 INTP 2012 0.305064055 0.249386161 -0.042144639 -0.049499147 0.02481758 0.305064055

42 JSMR 2012 0.088999728 0.078038429 -0.113306428 0.01304366 0.004990333 0.088999728

43 KLBF 2012 0.260903282 0.146140399 -0.097105107 -0.097820432 0.098925181 0.260903282

44 LPKR 2012 0.073134447 0.051822676 -0.068536215 0.06179609 0.011592399 0.073134447

45 LSIP 2012 0.191315672 0.187156274 -0.135475852 -0.090284086 -0.005466647 0.191315672

46 MNCN 2012 0.254596104 0.130180845 -0.10784759 -0.056795591 0.122103792 0.254596104

47 PTBA 0.322790335 0.173950531 -0.092895417 -0.148779781 0.133347202 0.322790335

48 SMGR 2012 0.271944662 0.210385912 -0.179625225 -0.006437829 0.026170548 0.271944662

49 TLKM 2012 0.22598322 0.250886692 0.101563272 -0.119548528 -0.033339619 0.22598322

50 UNTR 2012 0.153952894 0.125374844 -0.121710894 -0.068984281 0.022670112 0.153952894

51 UNVR 0.575634791 0.433143258 -0.091943261 -0.350153876 0.106384218 0.575634791

52 WIKA 2012 0.086429789 0.043685973 -0.097993791 7.95839E-05 0.032390487 0.086429789

98

NO. EMITEN tahun Persistensi Laba (Y) Arus kas operasi/

total aset (X1) Arus kas investasi/

total aset (X2) Arus kas pendanaan/

total aset (X3) akrual(X4)

book-tax differences(X5)

53 AALI 2013 0.257439431 0.210935585 -0.191777088 0.011935435 0.024615837 0.257439431

54 AKRA 0.05549087 -0.133409049 -0.061355859 0.112909472 0.183504436 0.05549087

55 ASII 2013 0.13891104 0.09930185 -0.038814172 -0.031145733 0.029313906 0.13891104

56 ASRI 2013 0.0852648 0.161979277 -0.273638667 0.059598826 -0.087002177 0.0852648

57 BBCA 2013 0.037933843 -0.008442048 -0.009293467 0.000169152 0.044338566 0.037933843

58 BBNI 0.03133005 0.025274008 -0.012948619 -0.032507323 0.003894554 0.03133005

59 BBRI 2013 0.047404839 0.007025241 -0.019766091 -0.004118734 0.037546504 0.047404839

60 BBTN 2013 0.017625439 -0.025125279 -0.001974815 0.016664744 0.041445896 0.017625439

61 BMRI 0.035159659 0.017369419 -0.017135001 -0.006344594 0.015452631 0.035159659

62 BMTR 2013 0.073613204 0.074009309 0.003801424 -0.050422339 -0.002272198 0.073613204

63 CPIN 2013 0.245901795 0.131105914 -0.137099033 0.014013372 0.088413852 0.245901795

64 GGRM 2013 0.128656941 0.048709056 -0.110999175 0.073401764 0.068213825 0.128656941

65 ICBP 2013 0.152071644 0.093734516 -0.128784383 0.009770415 0.045773851 0.152071644

66 INDF 0.067924029 0.088725093 -0.184419486 0.086955455 -0.028963391 0.067924029

67 INTP 2013 0.267213663 0.203676435 -0.075367378 -0.064157047 0.04419421 0.267213663

68 JSMR 2013 0.064557925 0.07353191 -0.157335281 0.05601265 -0.013085097 0.064557925

69 KLBF 2013 0.248157091 0.081940668 -0.077962115 -0.054203918 0.145413185 0.248157091

70 LPKR 2013 0.011393821 -0.00664154 -0.001854041 0.003648403 0.012791091 0.011393821

71 LSIP 2013 0.128423013 0.156938114 -0.16933931 -0.057444153 -0.031921625 0.128423013

72 MNCN 2013 0.257698148 0.149762357 0.020690089 -0.16563241 0.099167367 0.257698148

73 PTBA 0.201700261 0.175670358 -0.113404164 -0.282906239 0.035114032 0.201700261

74 SMGR 2013 0.241246726 0.019717136 -8.68768E-05 -7.54587E-05 0.20502309 0.241246726

75 TLKM 2013 0.226884506 0.2858438 -0.177427296 -0.10415706 -0.073661011 0.226884506

76 UNTR 2013 0.127385357 0.213028312 -0.060964683 -0.092548245 -0.093483878 0.127385357

77 UNVR 0.735321676 0.83386391 -1.5085E-07 -0.684243771 0.122524849 0.735321676

78 WIKA 2013 0.086379164 0.02295458 -4.92154E-05 0.014712944 0.057767387 0.086379164

99

NO. EMITEN tahun Persistensi Laba (Y) Arus kas operasi/

total aset (X1) Arus kas investasi/

total aset (X2) Arus kas pendanaan/

total aset (X3) akrual(X4)

book-tax differences(X5)

79 AALI 2014 0.219655209 0.162830021 -0.193269227 0.024187911 0.035551722 0.219655209

80 AKRA 0.087810525 0.210786332 -0.0493551 -0.080638114 -0.123447085 0.087810525

81 ASII 2014 0.120251632 0.063394752 -0.040520445 -0.017137725 0.051243703 0.120251632

82 ASRI 2014 0.079661403 0.038585546 -0.104552757 0.065410174 0.03520097 0.079661403

83 BBCA 2014 0.039554797 0.063604286 -0.045352389 -0.004965947 -0.026058623 0.039554797

84 BBNI 0.033674875 0.025083578 -0.001465215 -0.005775765 0.007382009 0.033674875

85 BBRI 2014 0.043138847 0.094547243 -0.030736903 0.011851848 -0.056135971 0.043138847

86 BBTN 2014 0.011454688 -0.014171916 -0.023049002 0.002085061 0.025095289 0.011454688

87 BMRI 0.032752811 0.0246675 -0.008284998 0.004088969 0.00574982 0.032752811

88 BMTR 2014 0.082486319 0.060918713 -0.20208383 0.139423875 0.014582847 0.082486319

89 CPIN 2014 0.115128766 0.022191796 -0.179096413 0.138815936 0.078753831 0.115128766

90 GGRM 2014 0.099690331 0.028474045 0.087068821 0.059543461 0.064837721 0.099690331

91 ICBP 2014 0.149222738 0.154990377 -0.070248622 -0.011499622 -0.016678422 0.149222738

92 INDF 0.077304399 0.107859417 -0.118253885 0.016322518 -0.034083907 0.077304399

93 INTP 2014 0.245637271 0.185108049 -0.117641377 -0.116499988 0.050844327 0.245637271

94 JSMR 2014 0.061458963 0.104314515 -0.111720545 0.049486048 -0.046223476 0.061458963

95 KLBF 2014 0.232989269 0.186408037 -0.054447013 0.094750037 0.036174365 0.232989269

96 LPKR 2014 0.01895265 0.020827482 -0.009272081 0.034959986 0.067198252 0.01895265

97 LSIP 2014 0.146957352 0.17498896 -0.139299788 -0.040227398 -0.033806824 0.146957352

98 MNCN 2014 0.021885857 0.08069383 -0.201023835 0.161276338 -0.062019322 0.021885857

99 PTBA 0.182259487 0.133413039 -0.137409049 0.049750058 0.029559433 0.182259487

100 SMGR 2014 0.217402621 0.182016687 -0.070112667 -0.086974251 0.024229704 0.217402621

101 TLKM 2014 0.212857919 0.267830654 -0.175648533 -0.071563931 -0.064750346 0.212857919

102 UNTR 2014 0.110607796 0.155312731 -0.057757965 -0.062435681 -0.047392333 0.110607796

103 UNVR 0.728446339 0.452550336 -0.070510767 -0.339865637 0.102581321 0.728446339

104 WIKA 2014 0.079914729 -0.011164873 -0.079686504 0.085459357 0.082743752 0.079914729

100

NO. EMITEN tahun Persistensi Laba (Y) Arus kas operasi/

total aset (X1) Arus kas investasi/

total aset (X2) Arus kas pendanaan/

total aset (X3) akrual(X4)

book-tax differences(X5)

105 AALI 2015 0.058670447 0.047775905 -0.145007865 0.082333835 0.006867676 0.058670447

106 AKRA 0.087815898 0.064554276 -0.018431173 -0.010299117 0.022074004 0.087815898

107 ASII 2015 0.081542961 0.107115937 -0.030725039 -0.054625461 -0.027135494 0.081542961

108 ASRI 2015 0.042597084 0.029504063 -0.002666545 -0.039791406 0.011060478 0.042597084

109 BBCA 2015 0.039513744 0.049563216 0.031858529 -0.007998608 -0.011443847 0.039513744

110 BBNI 0.024787143 0.02771823 0.047889999 -0.006914081 -0.005173491 0.024787143

111 BBRI 2015 0.038674576 0.051848297 -0.064552404 0.002054041 -0.014857126 0.038674576

112 BBTN 2015 0.016068058 0.009938903 0.015387766 0.016452521 0.004856054 0.016068058

113 BMRI 0.047267579 0.05367395 -0.152314026 0.004095054 0.076281343 0.047267579

114 BMTR 2015 0.023704163 0.084515472 -0.081222613 -0.035529241 -0.061315492 0.023704163

115 CPIN 2015 0.100187071 0.069169288 -0.07572953 0.044925008 0.023260765 0.100187071

116 GGRM 2015 0.14188052 0.050402318 -0.045671603 -0.004495837 0.085574674 0.14188052

117 ICBP 2015 0.155802174 0.131229334 -0.077085312 -0.047621359 0.019732255 0.155802174

118 INDF 0.055825758 0.045884166 -0.061698909 -0.001533624 0.00815048 0.055825758

119 INTP 2015 0.199744449 0.182685116 -0.097569393 -0.180666074 0.021564015 0.199744449

120 JSMR 2015 0.060315423 0.046658785 -0.109270438 0.036265485 0.009659942 0.060315423

121 KLBF 2015 0.208325445 0.179389648 -0.058516091 -0.062899523 0.019266777 0.208325445

122 LPKR 2015 0.032491236 -0.06559222 0.004956128 0.018232151 0.096681909 0.032491236

123 LSIP 2015 0.094593799 0.095999544 -0.12544944 0.043039547 -0.002440785 0.094593799

124 MNCN 2015 0.119698229 0.08630088 -0.073481558 -0.063497556 0.029818598 0.119698229

125 PTBA 0.168025386 0.112327089 -0.065898382 -0.106243707 0.045340222 0.168025386

126 SMGR 2015 0.161476537 0.191035143 -0.146574403 -0.069673131 -0.037681403 0.161476537

127 TLKM 2015 0.204137194 0.262792391 -0.165014774 -0.038556203 -0.074181726 0.204137194

128 UNTR 2015 0.068729355 0.195075479 -0.0616801 -0.061398485 -0.12713869 0.068729355

129 UNVR 0.521781376 0.400449652 -0.090861411 -0.32691354 0.097294619 0.521781376

130 WIKA 2015 0.061833161 0.012162047 -0.016584284 0.017646547 0.043855656 0.061833161