PENGARUH AIR KELAPA (Cocos nucifera L.), ASAM …digilib.unila.ac.id/25736/16/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH AIR KELAPA (Cocos nucifera L.), ASAM …digilib.unila.ac.id/25736/16/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH AIR KELAPA (Cocos nucifera L.), ASAM GIBERELAT
(GA3) DAN INTERAKSINYA TERHADAP PROSES SENESCENCE PADA
BUNGA POTONG KRISAN PUTIH (Dendranthema grandiflora L.)
(Skripsi)
Oleh
Ade Silvinia
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
PENGARUH AIR KELAPA (Cocos nucifera L.), ASAM GIBERELAT(GA3) DAN INTERAKSINYA TERHADAP PROSES SENESCENCE PADA
BUNGA POTONG KRISAN PUTIH (Dendranthema grandiflora L.)
OlehAde Silvinia
ABSTRAK
Bunga potong krisan (Dendranthema grandiflora L.) rentan mengalami kerusakanmisalnya perubahan bentuk, warna bunga dan layu pada daun. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui pengaruh air kelapa dan GA3 terhadap senescencepada bunga potong krisan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampaiNovember 2016 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Variabel padapenelitian ini yaitu berat segar bunga, berat kering bunga, kadar air relatif,kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total. Parameter pada penelitian iniadalah nilai tengah (µ) semua variabel. Penelitian ini disusun dalam rancanganfaktorial 2x3, faktor A: air kelapa dengan konsentrasi 0% v/v dan 50% v/v. FaktorB: GA3 dengan konsentrasi 0 ppm, 250 ppm, 500 ppm. Analisis homogenitasragam (uji Levene) dan analisis ragam pada taraf nyata 5%. Hasil penelitianmenunjukan GA3 250 ppm meningkatkan berat segar bunga krisan sebesar 36%.Pada variabel berat kering dan kadar air relatif, air kelapa ataupun GA3 daninterksinya tidak berpengaruh secara nyata terhadap penundaan senescence.Kombinasi antara air kelapa 50% dan GA3 500 ppm dapat meningkatkankandungan klorofil a sebesar 59%, kombinasi air kelapa 50% dan GA3 500 ppmmeningkatkan kandungan klorofil b sebesar 79%, dan kombinasi antara air kelapa50% dan GA3 500 ppm meningkatkan kandungan klorofil total sebesar 64%. Darihasil penelitian dapat disimpulkan kombinasi air kelapa 50% v/v dan GA3 dapatmenunda senescence pada bunga potong krisan, konsentrasi yang efektif untukmeningkatkan kandungan klorofil adalah air kelapa 50% dan GA3 500 ppm.
Kata kunci : D. grandiflora, GA3, Bunga potong, Senescence, air kelapa.
PENGARUH AIR KELAPA (Cocos nucifera L.), ASAM GIBERELAT(GA3) DAN INTERAKSINYA TERHADAP PROSES SENESCENCE PADA
BUNGA POTONG KRISAN PUTIH (Dendranthema grandiflora L.)
Oleh
Ade Silvinia
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
padaJurusanBiologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ade Silvinia, dilahirkan di Bandar
Lampung pada tanggal 26 November 1994 sebagai anak
ketiga dari tiga bersaudara dari Ayahanda Jon Isman dan
Ibunda Gusniar.
Penulis mengawali pendidikan Taman Kanak-Kanak di
TK DharmaWanita Unila Bandar Lampung Pada Tahun
2000 dilanjutkan Sekolah Dasar (SD) di SDN 3 Bukit Kemiling Permai pada
tahun 2001, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 28 Bandar
Lampung pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
Biologi Gulma, dan Genetika di Jurusan Biologi.
iii
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada bulan Januari-Maret 2016 di desa
Mutar Alam, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat. Pada bulan
Juli-September 2016 penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung dengan judul “Analisis
Parameter Umum Mikrobiologis Pada Sampel Makanan di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Bandar Lampung”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT
atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan
selama ini. Seiring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati. Dengan
segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya kecilku ini untuk
orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Ibu Bong dan Bapak Bong ku tercinta, yang sangat menyayangiku,
mendoakan keberhasilanku, dan memberikan segalanya yang terbaik
untukku.
Kakak-kakak dan seluruh keluarga besarku, yang selalu memberikan
doa, semangat, dan dukungan untuk keberhasilanku hingga saat ini.
Para pendidikku, atas bimbingan dan ajarannya, serta limpahan ilmu-
ilmu yang bermanfaat.
Seluruh sahabat-sahabatku dan teman-teman biologi 2013, yang telah
menemaniku saat suka dan duka, memberikan pengalaman serta
kebersamaan
Seluruh guru kehidupan yang pada mereka aku belajar tentang arti
kehidupan.
Almamater tercinta Universitas Lampung.
MOTTO
“Hal yang luar biasa adalah semakin banyak yang kitabagikan semakin banyak yang kita terima”
(Leonard Nimoy)
“Bukan ketidakmampuanmu yang membatasi dirimu, tapibagaimana kamu menghadapi ketidakmampuanmu itu. Kitaberkewajiban menggunakan kemampuan yang kita punyai,
bukan ketidakmampuan kita”
(Jim Abbott)
“Saya adalah yang terhebat. Saya katakan itu bahkansebelum saya mengetahuinya”
(Muhammad Ali)
“Sukses bukanlah sesuatu yang mistik atau misterius.Sukses adalah hasil dari melakukan hal-hal mendasar
secara konsisten”
(Jim Rohn)
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menjelaskan kepada manusia tentang isi kandungan Al-Qur’an sebagai petunjuk
jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Air Kelapa (Cocos nucifera L.), Asam
Giberelat (GA3) dan Interaksinya Terhadap Proses Senescence pada Bunga
Potong Krisan Putih (Dendranthema grandiflora L.)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan oleh semua
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih seluruh
kepada :
1. Ibu Dra. Martha Lulus Lande, M.P, selaku pembimbing I yang telah
memberikan perhatian, pengertian, bimbingan, kesabaran, serta dukungan
selama pembuatan skripsi ini dari proses awal hingga akhir.
2. Ibu Dra. Tundjung Tripeni Handayani, M.S , selaku pembimbing II yang telah
memberikan perhatian, pengertian, bimbingan, kesabaran, serta dukungan
masukan, kritik, dan sarannya agar tulisan ini menjadi lebih baik
3. Bapak Ir, Zulkifli, M.Sc, selaku Dosen Pembahas yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, dan kritik, koreksi dan masukan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. C. N Ekowati, M.Si , selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan saran, pengertian, nasihat, dan bimbingan selama penulis
menyelesaikan studi.
5. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.
6. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung dan selaku Pembimbing Akademik.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima
kasih atas ilmu yang sudah diberikan selama penulis melaksanakan studi di
Jurusan Biologi.
8. Kedua orangtua tercinta, Bapak Jon Isman, dan Ibu Gusniar , abang Irwan,
Ayu Bongju dan seluruh keluarga besarku terimakasih atas doa, dukungan
moril dan materil, kasih sayang, semangat, kepercayaan, dan nasihat-
nasihatnya selama ini.
9. Teman-teman seperjuangan selama penelitian Gia Kerlin, Karlisa A, Rizka
Devi, Herta Maniara, Dini Ambarwati, Sabti Martini yang selalu mendukung
serta menilai tulisan saya, terimakasih atas bantuan kalian semua.
10.
Teman-teman Biologi angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
terimakasih atas kebersamaan, dukungan, motivasi, dan semangat untuk penulis.
11. Kakak tingkat 2011,2012 , adik-adik tingkat 2014, 2015, 2016, dan seluruh
Wadya Balad HIMBIO terimakasih atas dukungan dan kebersaam bagi
penulis.
12. Sahabat-sahabar SMP cuu Fitri Weliya dan Tiara Wahyuni S. Trimakasih atas
kebersamaan dan dukungannya selama ini
13. Almamater tercinta.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan skripsi
ini dan masih dibutuhkan kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan
skripsi ini akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 16 Februari 2017
Penulis
Ade Silvinia
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ............................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. ii
PERSEMBAHAN ................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................... v SANWACANA ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah .................................................. 1
B. Tujuan Penelitian. ................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
D. Kerangka Pemikiran ............................................................... 4
E. Hipotesis. ................................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bunga Krisan Putih ((Dendranthema grndiflora L.) ....... 7
1. Klasifikasi Bunga Krisan Putih (D. grndiflora) ................. 7
2. Sejarah Singkat Bunga Mawar ........................................... 8
3. Morfologi Tanaman Krisan ................................................ 9
B. Pengertian Sensecence ........................................................... 10
1. Pengertian Sensecence........................................................ 10
2. Pengertian Sensecence Bunga ............................................ 11
3. Pengertian Sensecence Daun .............................................. 12
C. Asam Giberelat (GA3) ............................................................ 13
D. Sitokinin Dalam Air Kelapa ................................................... 15
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ................................................................ 17
B. Alat dan Bahan ....................................................................... 17
x
C. Rancangan Percobaan ............................................................. 18
D. Variabel dan Parameter .......................................................... 19
E. Pelaksanaan ............................................................................. 19
F. Pengamatan ............................................................................. 20
G. Analisis Data .......................................................................... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ....................................................................................... 24
1. Berat Segar Bunga Krisan .................................................. 24
2. Berat Kering Bunga Krisan ................................................ 25
3. Kadar Air Relatif ................................................................ 26
4. Kandungan Klorofil a ......................................................... 27
5. Kandungan Klorofil b......................................................... 29
6. Kandungan Klorofil Total .................................................. 30
B. Pembahsan .............................................................................. 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 38
B. Saran. ....................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 39
LAMPIRAN .............................................................................................. 41
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Notasi Faktor, Taraf dan Kombinasi Perlakuan......................... 18
Tabel 2 Pengenceran air kelapa sesuai konsentrasi................................. 20
Tabel 3 Uji BNT Berat Segar Bunga Krisan........................................... 25
Tabel 4 Rata-rata Berat Kering Bunga Krisan ........................................ 26
Tabel 5 Rata-rata Kadar Air Relatif Bunga Krisan................................. 27
Tabel 6 Uji F Kandungan Klorofil a ....................................................... 28
Tabel 7 Uji F Kandungan Klorofil b ....................................................... 29
Tabel 8 Uji F Kandungan Klorofil Total ................................................ 31
Tabel 9 Efek Kombinasi GA3, Air Kelapa dan Interaksi terhadapSenescence bunga ...................................................................... 33
Tabel 10 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien
keragaman (Berat Segar ) ......................................................... 42
Tabel 11 Residual treatment berat segar bunga krisan putih .................... 42
Tabel 12 Uji BNT untuk penentuan Main Effect GA3 ............................. 45
Tabel 13 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien
keragaman (Berat Kering) ........................................................ 46
Tabel 14 Residual treatment berat kering bunga krisan putih................... 46
Tabel 15 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien
keragaman (Kadar Air Relatif) ................................................. 49
Tabel 16 Residual treatment Kadar Air Relatif ........................................ 49
xii
Tabel 17 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien
Keragaman (Klorofil a) ........................................................... 52
Tabel 18 Residual treatment kandungan klorofil a ................................... 52
Tabel 19 Uji F GA3 pada setiap konsentrasi air kelapa klorofil a ............ 54
Tabel 20 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien
keragaman (Klorofil b) ............................................................. 56
Tabel 21 Residual treatment kandungan klorofil b .................................. 56
Tabel 22 Uji F GA3 pada setiap konsentrasi air kelapa klorofil b............ 58
Tabel 23 Rata-rata, Standar deviasi,ragam, standar error, koefisien
keragaman (Klorofil Total)....................................................... 60
Tabel 24 Residual treatment kandungan klorofil total .............................. 60
Tabel 25 Uji F GA3 pada setiap konsentrasi air kelapa klorofil Total ..... 62
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman Krisan Putih (D. grandiflora L.) .......................... 8
Gambar 2. Morfologi Tanaman Krisan.................................................. 10
Gambar 3. Struktur Kimia GA3.............................................................. 14
Gambar 4. Struktur Kimia Zeatin........................................................... 16
Gambar 5. Grafik Main Effect Berat Segar Bunga ................................ 25
Gambar 6. Kurva Simple Effect Klorofil a ............................................. 28
Gambar 7. Kurva Simple Effect Klorofil b............................................. 30
Gambar 8. Kurva Simple Effect Klorofil Total ...................................... 32
Gambar 9. Proses Penimbangan GA3.................................................... 64
Gambar 10. Perendaman bunga krisan selama 4 jam ............................ 64
Gambar 11. Pengamatan hari ke-1 setelah perendaman ........................ 65
Gambar 12. Pengamatan hari ke-2 setelah perendaman ........................ 66
Gambar 13. Pengamatan hari ke-3 setelah perendaman ........................ 67
Gambar 14. Pengamatan hari ke-4 setelah perendaman ........................ 68
Gambar 15. Pengamatan hari ke-5 setelah perendaman ........................ 69
Gambar 16. Pengamatan hari ke-6 setelah perendaman ........................ 70
Gambar 17. Pengamatan hari ke-7 setelah perendaman ........................ 71
xiv
Gambar 18. Proses penimbangan berat kering bunga........................... 72
Gambar 19. Bunga krisan yang telah dikeringkan ................................ 72
Gambar 20. Ekstrak daun krissn ........................................................... 73
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Bunga krisan putih (Dendranthema grandiflora L.) merupakan salah satu
tanaman hias yang memiliki penampilan, keragaman bentuk dan manfaat
yang mampu mengikat banyak orang untuk menyukai dan memanfaatkannya.
Penampilan dan keragaman bentuk yang dimiliki bunga krisan berpotensi
tinggi sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat. Bunga krisan menjadi
kelompok tanaman hias yang banyak diminati oleh konsumen. Tanaman
krisan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hais, tanaman obat, dan sebagai
penghasil racun serangga. Oleh sebab itu bunga krisan banyak dibudidayakan
oleh petani tanaman hias diberbagai sentra produksi tanaman hias.
Permintaan akan bunga krisan yang tinggi menjadikan nilai jual bunga krisan
meningkat.
Bunga potong krisan putih (D. grandiflora L.) dipanen oleh petani dalam
keadaan segar dan harus segera didistribusikan menuju berbagai tempat untuk
memenuhi permintaan konsumen. Dalam proses pendistribusian ini, bunga
potong krisan rentan mengalami kerusakan misalnya perubahan bentuk dan
warna bunga (Gan, 2007).
2
Untuk menghindari kerusakaan bunga krisan saat proses distribusi perlu
penanganan pascapanen yang tepat untuk menjaga kualitas bunga potong
krisan. Hal ini bertujuan agar bunga potong krisan masih dalam kondisi yang
segar dan berkualitas baik ketika sampai di tangan konsumen. Menunda
kelayuan tanaman hias termasuk bunga potong dengan menggunakan bahan-
bahan preservatif (pengawet) merupakan salah satu cara penanganan
pascapanen. Penundaan kelayuan bunga potong dapat dilakukan dengan
menambahkan hormon yang dapat menghambat kelayuan pada bunga potong.
Hormon yang dapat digunakan dalam penundaan kelayuan bunga potong
antara lain sitokinin dan giberelin (Eason, 2002).
Kemampuan hormon giberelin dalam mempertahankan kualitas bunga potong
berkaitan erat dengan peranan hormon giberelin yang dapat meningkatkan
permeabilitas liposom (lipid bilayer) pada membran sel terhadap glukosa
(Wood & Pleg, 1974), meningkatkan tekanan osmotik sel dan penyerapan air
sehingga berat segar bunga terpelihara. Selain itu, hormon giberelin juga
terlibat dalam mobilisasi fotoasimilat dan pertahanan kapasitas air pada
beberapa jaringan tanaman (Srivastava, 2002).
Sitokinin memiliki peran yang bersifat menunda senescence bunga.
Konsentrasi sitokinin pada bunga anyelir dan Cosmos sulfureus yang masih
muda sangat tinggi, dan menurun selama pembukaan corolla dan
perkembangan bunga. (Mayak dkk, 1970). Penambahan sitokinin eksogen
dapat memperlambat proses penuaan. Namun tidak semua bunga potong akan
3
merespon adanya sitokinin eksogen untuk menanggulangi efek etilen yang
dihasilkan oleh bunga tersebut. Respon sitokonin tergantung dari jenis bunga,
tingkat perkembangan bunga dan konsentrasi sitokinin. Air kelapa yang
mengandung sitokinin alami dapat menunda senescence pada tingkat sel dan
jaringan tanaman. Hormon sitokinin pada air kelapa berguna sebagai sumber
energi dan penundaan senescence pada bunga potong (Woodson dkk, 1991).
Penanganan bunga potong menggunakan bahan-bahan preservatif baik
secara alami ataupun kimia diharapkan dapat mempertahankan kesegaran
bunga potong dan kualitas bunga potong. Baik dalam proses distribusi
hingga ke tangan konsumen. Sehingga produksi tanaman hias semakin
bertambah, kualitas semakin meningkat dan pemintaan akan bunga potong
bertambah serta meningkatkan nilai jual dari bunga potong tersebut.
4
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kombinasi sitokinin dari air
kelapa dan GA3 berpengaruh terhadap penundaan senescence daun bunga
potong krisan putih, dan untuk mengetahui konsentrasi dari kombinasi air
kelapa dan GA3 yang optimum untuk mempertahankan kesegaran bunga
potong krisan putih.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh air
kelapa, GA3 dan interaksinya untuk mempertahankan kesegaran bunga
potong krisan putih pasca panen, dan dari sudut pandang budidaya tanaman
hias, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan bahan alami yang dapat menunda senescence daun bunga
potong krisan putih.
D. Kerangka Pemikiran
Bunga krisan termasuk tanaman hias yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Bunga krisan sering digunakan sebagai bunga potong untuk penghias ruangan
dalam bentuk rangkaian bunga dan dekorasi. Namun, ketahanan simpan dan
kualitas bunga krisan putih (D. grandiflora) sebagai bunga potong tidak
sebaik ketahanannya sebagai tanaman hias dalam pot, karena setelah panen
bunga akan mengalami kelayuan lebih cepat dari biasanya. Oleh karena itu,
diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan ketahanan simpan bunga potong
5
krisan putih agar kesegaran (vase life) dan kualitas bunga krisan putih yang
telah di panen ini dapat maksimal.
Menurut penelitian terdahulu menyatakan bahwa hormon sitokinin dan
giberelin dapat menunda penguningan daun pada bunga potong. Penggunaan
hormon giberelin yang dikombinasikan dengan thidiazuron (sitokinin sintetis)
pada konsentrasi 0 mM Gibberellin Acid (GA3), 5,10 µM Thidiazuron
(TDZ), dan 0,5 mM GA3, 5 µM TDZ. Serta penelitian sebelumnya yang
menggunakan air kelapa dengan konsentrasi 0%, 30%, 40%, 50%, dan 60%
untuk menjaga kesegaran bunga potong mawar merah (Rosa hybrida).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut sitokinin yang berasal dari air kelapa
dan GA3 diduga dapat menunda penguningan daun krisan putih. Kombinasi
Air kelapa dan GA3 digunakan sebagai larutan untuk perendaman bunga
potong krisan putih. Pada penelitian ini pengaruh pemberian sitokini dari air
kelapa dan GA3 terhadap penundaan senescence daun bunga potong krisan
putih akan dievaluasi berdasarkan berat segar pada bunga, berat kering pada
bunga, kadar air relatif, klorofil a, klorofil b, klorofil total, dan rasio b/a.
Konsentrasi kombinasi sitokinin dari air kelapa yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 0% v/v dan 50% v/v, dan larutan GA3 dengan
konsentrasi 0 ppm, 250 ppm, dan 500 ppm dengan lama perendaman selama
4 jam.
6
E. Hipotesis
Kombinasi sitokinin dari air kelapa dan GA3 dapat menunda senescence daun
bunga potong krisan putih dan mempertahankan kesegaran bunga potong
krisan putih.
Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1. Kombinasi sitokinin dari air kelapa dan GA3 dapat menunda senescence
daun bunga potong krisan putih.
H0 : µ0 = µ1
H1 : µ0 < µ1
µ0 = nilai tengah seluruh variabel yang digunakan (berat segar pada
bunga, berat kering pada bunga, kadar air relatif, klorofil a, klorofil b,
klorofil total, dan rasio b/a) kontrol.
µ1 = nilai tengah seluruh variabel yang digunakan (berat segar pada
bunga, berat kering pada bunga, kadar air relatif, klorofil a, klorofil b,
klorofil total, dan rasio b/a) perlakuan.
Hipotesis diterima jika H0 ditolak atau H1 diterima.
2. Konsentrasi dari kombinasi sitokinin dari air kelapa dan GA3 berkorelasi
positif sekurang-kurangnya dengan salah satu variabel pada penundaan
penguningan daun bunga krisan putih.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bunga Krisan Putih (Dendranthema grandiflora L.)
1. Klasifikasi Bunga Krisan Putih (D. grandiflora L.)
Klasifikasi tanaman krisan putih menurut Natural Resources
Conservation Service, USDA (2016) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Order : Asterales
Family : Asteraceae / Compositae
Genus ` : Dendranthema
Spesies : Dendranthema grandiflora L.
8
Gambar krisan putih dapat dilihat pada Gambar 1.
l
Gambar 1. Bunga Potong krisan putih (D. grandiflora L.)
(Sumber: Dokumen pribadi, 2016).
2. Sejarah Singkat Bunga Krisan
Tanaman krisan merupakan tanaman hias yang berasal dari dataran Cina.
Tanaman yang memiliki nama lain seruni atau bunga emas (Golden
Flower) berdasarkan morfologinya masuk ke dalam golongan perdu.
Tanaman krisan mulai menyebar ke Jepang pada abad ke-4 dan mulai
dibudidayakan pada tahun 1797. Di jepang bunga krisan dijadikan
symbol kekaisaran. Tahun 1795 krisan menyebar ke benua eropa dan
pada tahun 1808 seorang kebangsaan Inggris bernama Colvil dari
Chelsea mengembangkan 8 varietas krisan. Tanaman krisan baru masuk
ke Indoneesia pada abad ke-17 dan dikembangkan secara komersil pada
tahun 1940. Hingga kini krisan telah menjadi tanaman hias yang
memiliki jenis beragam.
9
3. Morfologi Tanaman Krisan
Menurut Rukmana & Mulyana (1997), morfologi tanaman krisan sebagai
berikit :
a. Akar
Tanaman krisan memiliki akar serabut dan system perakaran yang
dangkal sehingga dibutuhkan tanah yang gembur, subur dan cukup
air.
b. Batang
Tanaman krisan memiliki morfologi batang yang tegak, bewarna
hijau dan berstuktur lunak yang apabila dibiarkan terus-menerus
batang krisan akan menjadi keras (berkayu) dan warnanya menjadi
kecoklat-coklatan.
c. Daun
Tanaman krisan memiliki daun yang berwarna hijau, bagian tepi daun
begerigi, dan tersusun berselang-seling pada cabang atau batang.
d. Bunga
Tanaman krisan mempunyai bunga yang bentuk dan warnanya
beragam. Bunga krisan digolongkan dalam dua tipe :
1. Tipe standar
Dimana hanya kuncup bunga bagian atas yang dipelihara yang
sering disebut bunga terminal, sedagkan kuncup bunga yang lain
(bunga internal) dibuang atau dihilangkan.
10
2. Tipe spray
Tipe spray merupakan kebalikan dari tipe standar dimana bunga
kuncup bagian atas (terminal) dibuang dan memelihara bunga
yang lain (internal).
Morfologi tanaman krisan dapat dihihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Morfologi Tanaman Krisan(Sumber: Rukmana & Mulyana 1997).
B. Pengertian Senescence (Penuaan)
1. Pengertian Senescence
Senescence (penuaan) tanaman ialah proses penurunan kondisi dan
aktivitas metabolisme yang disertai pertambahan umur dan mengarah pada
kematian tanaman. Senescence dapat terjadi secara alami atau karena
pengaruh eksternal seperti lingkungan abiotik (suhu ekstrem, keterbatasan
hara) dan biotik (patogen, naungan). Senescence berkaitan dengan proses
absisi, dimana senescence biasanya akan diikuti oleh proses absisi. Proses
senescence dimulai dengan berkurangnya suplai nutrisi pada suatu organ,
penurunan aktivitas metabolisme dan pertambahan umur. Senescence pada
11
tanaman, baik pada bunga atau daun dipengaruhi dan dikontrol oleh
interaksi beberapa hormon yaitu etilen, asam absisat (ABA), dan sitokinin.
Perubahan yang terjadi akibat adanya interaksi ketiga hormon merupakan
hasil interaksi signaling dalam proses penuaan.
2. Senescence bunga
Senescence bunga merupakan tahap akhir dari perkembangan bunga yang
ditandai dengan kelayuan bunga dan gugurnya perhiasan bunga (corolla).
Proses senescence keseluruhan bunga diatur oleh mekanisme genetik dan
tergantung pada energi. Senescence petal diinduksi oleh peningkatan
aktvitas RNAase, kadar etilen meningkat memacu terjadinya perombakan
komponen sel dan degradasi antosianin sehingga warna bunga menjadi
pudar. Senescence bunga juga terjadi karena adanya polinasi yang
menyebabkan degradasi makromolekul dan remobilisasi nutrisi untuk
proses perkembangan jaringan seperti ovarium (O’Donoghue, 2006).
Produksi etilen meningkat saat senescence dan perlakuan etilen
eksogenous akan mempercepat proses senescence mahkota bunga. Selain
etilen, ABA juga merupakan hormon pengatur utama dalam senescence
bunga, dan penggunaan ABA secara eksogenous akan mempercepat gejala
senescence dan mengatur transkripsi gen-gen senescence (Yang &
Hoffman , 1984). Sehingga dapat disimpulkan bahwa etilen dan ABA
akan memicu adanya senescence bunga. Sedangkan sitokinin memliki
peran yang berkebalikan dengan etilen dan ABA. Sitokinin bersifat
menunda senescence bunga.
12
Konsentrasi sitokinin pada mahkota bunga anyelir menurun sejalan
dengan bertambahnya umur, dan penambahan sitokinin eksogen dapat
memperlambat proses penuaan. Namun tidak semua bunga potong akan
merespon adanya sitokinin eksogen untuk menanggulangi efek etilen
yang dihasilkan oleh bunga tersebut. Respon sitokonin tergantung dari
jenis bunga, tingkat perkembangan bunga dan konsentrasi sitokinin
(Woodson, 1991).
3. Senescence Daun
Sama halnya dengan senescence bunga, senescence pada daun ditandai
dengan menguningnya daun tersebut, hal ini karena daun mulai kehilangan
klorofil yang digantikan oleh pembentukan pigmen lain (xantofil atau
karoten), RNA, protein, dan lipid dari membran plasma serta level HPR
dan rubisco menurun pada daun tua. HPR merupakan enzim-enzim yang
terlibat dalam proses fotosintesis, diantaranya plastidic Fru-1,6-
bisphosphatase, plastidic aldolase, NADP-dependent glyceraldehyde-3-
phosphate dehydrogenase, dan NADP-dependent malate dehydrogenase
(Wingler, 1998).
Penurunan protein dan klorofil pada kondisi senescence dapat diinduksi
oleh meningkatnya gula. Gula berupa glukosa dan fruktosa meningkat
pada daun yang sudah tua dan disertai dengan pati yang rendah pada daun
tua. Level sukrosa lebih tinggi pada daun tua daripada daun dewasa dan
daun muda. Akumulasi heksosa pada daun tua disebabkan oleh
penghambatan gen-gen fotosintesis, dan interaksi antara sitokinin dan gula
13
dalam pengaturan senescence. Selain akumulasi gula pada daun tua yang
menyebabkan senescense, paparan cahaya merah atau merah jauh yang
rendah juga dapat menginduksi senescence. Hal ini berkaitan dengan
penerimaan cahaya merah atau cahaya merah jauh oleh fitokrom. Paparan
cahaya merah atau merah jauh yang rendah akan mengganggu proses
fotosintesis karena fitokrom merupakan penerima cahaya pada proses
fotosintesis. (Skutnik dkk, 2004).
Pada senescence daun, terjadi proses transportasi nutrisi seperti nitrogen
dan fosfor dari daun yang mengalami senescence menuju daun yang
sedang aktif tumbuh dan berkembang. Senescence dapat diperlambat
dengan pengaturan sitokinin, sehingga menyebabkan masa hidup
fotosintesis lebih panjang (Gan & Amasino, 1995). Sitokinin dapat secara
langsung mempengaruhi jumlah enzim oleh berbagai mekanisme yang
mempengaruhi tingkat sintesis atau degradasi protein. Sitokinin dapat
meningkatan aktivitas Rubisco, Fru-1,6-bisphosphatase, NADP-dependent
glyceraldehyde-3-phosphate dehydrogenase, NADP-dependent malate
dehydrogenase dan HPR. Jadi, keterlibatan hormon memang sangat
mempengaruhi senescence bunga dan daun.
C. Asam Giberelat (GA3)
Giberelin (GA3) merupakan senyawa tetrasiklik diterpenoid dengan sistem
cincin ent-giberelan yang ditemukan pada tahun 1926 oleh E. Kurosawa,
ilmuwan Jepang. GA3 ini merupakan salah satu ZPT yang diketahui dapat
mendorong terjadinya pembungaan. Giberelin dapat menggantikan kondisi
14
lingkungan spesifik guna mengendalikan pembentukan bunga. Inisiasi
pembungaan yang disebabkan oleh giberelin merupakan peran pengganti
hari panjang dan menginduksi pembungaan pada tanaman hari pendek
(Sponsel, 1995). Struktur kimia dari GA3 pada Gambar 2.
Gambar 3. Struktur Kimia GA3
(Sumber : Salisbury & Ross, 1995).
Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat
dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu
yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan
posisi gugus hidroksil dapat dibedakan menjadi gugus hidroksil yang
berada di atom C nomor 3 dan nomor 13. Tindakan menambahkan
giberelin mungkin memang mengaktifkan meristem sub apikal dan
karenanya menghasilkan bolting (pelompatan dari batang untuk
membentuk bunga) yang sebaliknya memungkinkan mulai terjadinya
pengeluaran bunga. Sejauh ini pengaruh GA3 yang paling nyata adalah
memperpanjang batang dan tangkai bunga bukan karena jumlah buku
bertambah, melainkan oleh pembesaran dan pembelahan sel (Wilkins,
1992).Ada berbagai macam teknik aplikasi yang digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, salah satunya adalah
15
perendaman. Perendaman yang dilakukan pada tangkai bunga potong
dengan larutan GA3 dapat menggantikan sebagian atau seluruh fungsi
nutrisi dari sintesis yang dilakukan pada tanaman bunga sebelum
dipotong. Hasil percobaan Ferrante dkk, (2009) menyimpulkan bahwa
bunga potong yang diberi perlakuan GA3 memiliki masa simpan lebih
lama.
D. Sitokinin Dalam Air Kelapa
Air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman. Menurut
Dwijoseputro (1994), air kelapa selain mengandung sitokinin, fosfor dan
kinetin yang berfungsi mempergiat pertumbuhan tunas dan akar. Air
kelapa mengandung auksin dan sitokinin. Auksin yang berfungsi dalam
menginduksi pemanjangan sel, mempengaruhi dominansi apikal,
penghambatan pucuk aksilar dan adventif serta inisiasi pengakaran
sedangkan sitokinin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dalam
jaringan dan merangsang pertumbuhan tunas. Air kelapa yang baik adalah
air kelapa muda yang daging buahnya berwarna putih, belum keras
(Haryadi & Pamenang, 1983).
Sitokinin bersama dengan auksin mempunyai peranan penting untuk
kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi
jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar.
Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung
pada adanya fitohormon lain terutama auksin. Air kelapa adalah salah satu
16
bahah alami, di dalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l,
auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat
menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Bey dkk, 2006).
Zeatin merupakan sitokinin yang disintesis oleh tumbuhan dan diketahui
bahwa sitokinin merupakan derivat purin (adenin). Trans-zeatin dan
isopentenyl-adenin merupaka jenis sitokinin yang aktif. Gambar struktur
kimia dari Zeatin dapat diihat pada Gambar 3.
Gambar 4. Struktur Kimia Zeatin
(Sumber : http://goth-id.blogspot.co.id/2012/03/hormon-sitokinin.html).
Menurut Intan (2008), sitokinin mempunyai beberapa fungsi,antara lain :
1) Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik.
2) Merangsang diferensiasi sel -sel yang dihasilkan dalam meristem.
3) Mendorong pertumbuhan tunas samping, dominasi apikal
4) Menunda penuaan daun.
5) Merangsang pembentukan pucuk serta merangsang pertumbuhan
embrio.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung pada bulan Oktober sampai November 2016.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa jenis alat.
Alat gelas yang digunakan adalah Erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur,
tabung reaksi dan rak tabung reaksi, corong, batang pengaduk, pipet tetes,
pipet volume. Alat analisis yang digunakan adalah timbangan digital dan
spektrofotometer. Alat penggerus mortar porselin dan alu. Alat lain yang
digunakan adalah oven, centrifuge, gelas media plastik, pisau karter, pinset,
gunting dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga potong mawar yang
diperoleh dari toko bunga Irene di Bandar Lampung, GA3, alkohol 95%,
kertas saring Whatman no.1, akuades, tissue, kertas label.
18
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini disusun menggunakan metode percobaan faktorial 2x3. Faktor
A adalah air kelapa dengan 2 taraf konsentasi yaitu 0% v/v dan 50% v/v, dan
faktor B adalah GA3 dengan taraf konsentrasi 0 ppm, 250 ppm dan 500 ppm.
Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sehingga jumlah satuan
percobaan adalah 24. Notasi faktor, taraf, dan kombinasi perlakuan disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Notasi faktor, taraf dan kombinasi perlakuan percobaan faktorial 2x3.
Faktor A (Air kelapa)
B
(GA3)
Taraf a1(0% v/v) a2 (50% v/v)
b1 (0 ppm) a1b1 a2b1
b2 (250 ppm) a1b2 a2b2
b3 (500 ppm) a1b3 a2b3
Keterangan :
a1b1 : air kelapa 0% v/v, 0 ppm GA3
a2b1 : air kelapa 50% v/v, 0 ppm GA3
a1b2 : air kelapa 0% v/v, 250 ppm GA3
a2b2 : air kelapa 50% v/v, 250 ppm GA3
a1b3 : air kelapa 0% v/v, 500 ppm GA3
a2b3 : air kelapa 50% v/v, 500 ppm GA3
19
D. Variabel dan parameter
Variabel dalam penelitian ini adalah berat segar, berat kering, kadar air
relatif, klorofil a, klorofil b, klorofil total. Parameter dalam penelitian ini
adalah nilai tengah (µ) semua variabel.
E. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu penyiapan satuan percobaan,
pembuatan larutan air kelapa dan GA3.
1. Penyiapan Satuan Percobaan
Bunga potong krisan dipilih dan diseleksi sebanyak 24 potong dengan
ukuran dan mekar bunga yang seragam. Tangkai bunga krisan dipotong
sepanjang 25 cm, ujung tangkai dipotong miring untuk meningkatkan luas
permukaan bidang penyerapan. masing-masing bunga potong krisan
dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi kombinasi air kelapa dan
GA3. Seluruh satuan percobaan diletakkan pada suhu kamar (27oC).
2. Pembuatan Larutan Air Kelapa dan GA3
Digunakan sebanyak 1200 ml air kelapa yang diperoleh dari buah kelapa
muda, kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman no.1
sehingga diperoleh air kelapa dengan konsentrasi 100% v/v. Agar
memperoleh konsentrasi air kelapa yang dibutuhkan (0% v/v dan 50%
v/v)untuk perlakuan, dilakukan pengenceran seperti pada Tabel 2.
20
Tabel 2. Pengenceran air kelapa sesuai konsentrasi.
Konsentrasi (v/v) Volume air kelapa (ml) Volume akuades(ml)
0% 0 200
50% 100 100
Pada setiap gelas plastik yang berjumlah 24 buah, dimasukkan 200 ml
pengenceran air kelapa sesuai konsentrasinya, kemudian ditambahkan
larutan GA3 0 ppm (kontrol), 250 ppm dan 500 ppm sesuai dengan
rancangan percobaan.
Bunga potong krisan yang telah diseleksi selanjutnya direndam dalam
larutan kombinasi air kelapa dan GA3 tersebut selama 4 jam.
F. Pengamatan
Pada penelitan ini dilakukan pengamatan pada parameter berat segar bunga,
berat kering bunga, kadar air relatif, kandungan klorofil a, kandungan klorofil
b dan kandungan klorofil total. Pengamatan dilakukan setiap hari setelah
dikeluarkan dari perendaman sampai kesegaran (vase life) bunga potong
tersebut berakhir.
1. Berat Segar (Bunga)
Berat segar bunga diukur dengan cara bunga dipisahkan dari batang dan
daun. Kemudian bunga ditimbang dengan neraca digital dan dinyatakan
dalam gram (g).
21
2. Berat Kering (Bunga)
Bunga yang sudah diukur berat segarnya, dikeringkan dalam oven pada
temperature 105-110oC selama 2 jam. Kemudian bunga yang sudah
kering ditimbang dengan neraca digital dan dinyatakan dalam gram (g).
3. Kadar Air Relatif
Kadar air relatif bunga dihitung menggunakan rumus berikut :
Keterangan :
BS = berat segar bunga
BK = berat kering bunga
4. Kandungan Klorofil (klorofil a, klorofil b, klorofil total ).
Penentuan kandungan klorofil menggunakan metode menurut
Wintermans dan De Mots (1965) diakukan dengan cara menggerus 0,5
gram daun bunga krisan dalam mortar, kemudian ditambahkan 50 ml
alkohol 95%. Ekstrak disaring ke dalam Erlenmeyer. Sisa gerusan yang
masih tertinggal di kertas saring digerus kembali, kemudian disaring
kembali ke dalam Erlenmeyer. Volume disesuaikan menjadi 100%
dengan menambahkan alkohol 95%. Ekstrak siap ditentukan kandungan
klorofil a, klorofil b dan klorofil total.
Kadar air relaatif bunga = X 100%
22
Kandungan klorofil ditentukan dengan cara diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 649 dan 665 nm. Kandungan klorofil dinyatakan
dalam miligram/gram jaringan yang diekstrak dan dihitung berdasarkan
persamaan berikut :
Keterangan :
Chla : Klorofil a
Chlb : Klorofil b
Chltotal : Klorofil Total
A665 : Absorbansi pada panjang gelombang 665 nm
A649 : Absorbansi pada panjang gelombang 649 nm
v : Volume alkohol 95 %
w : Berat daun
Chla = 13.7.A665- 5.76.A649 ( )
Chlb = 25,8.A649- 7,6.A665 ( )
Chltotal = 20,0.A649 + 6,10.A665 ( )
23
G. Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh air kelapa dan GA3 beserta interaksinya, maka
homogenitas ragam diuji menggunakan uji Levene. Kemudian data yang
diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf nyata 5%. Jika
interaksi faktor A dan faktor B tidak nyata maka ditentukan main effect
dengan uji BNT pada taraf nyata 5%. Jika interaksi nyata maka ditentukan
simple effect GA3 (faktor B) pada setiap konsentrasi air kelapa
(faktor A) dengan uji F pada taraf nyata 5 %.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kombinasi air kelapa 50% (v/v) dengan GA3 250 ppm dan 500 ppm dapat
menunda senescence pada bunga potong krisan.
2. Kombinasi air kelapa 50% (v/v) dengan GA3 500 ppm memberikan efektif
yang signifikan dalam menunda senescence pada bunga potong krisan.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian tentang efek kombinasi air kelapa dan GA3
terhadap bunga potong lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bey, Y,. W Syafii dan Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin dan AirKelapa Terhadap Pertumbuhan Anggrek Bulan. Universitas Riau. Riau.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi.Djambatan. Jakarta.
Dwidjoseputro. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia.
Eason, J.R. 2002. Sandersonia aurantiaca: An evaluation of postharvest pulsingsolutions to maximise cut flower quality. New Zealand Journal Of Cropand Horticultural Science.
Eason, J.R. 2002. Sandersonia aurantiaca: An evaluation of postharvest pulsing.
Ferrante, A., Sodi, A.M., and Serra, G. 2009. Effect Of Thidiazuron andgibberellin acid on laef yellowing of cut stock flowers. Department ofPlant Production, Universita degli Studi di Milano. Italy.
Gan, S. 2007. Senescence Processes in Plants. USA : Blackwell Publishing Ltd.
Gan, S.,& Amasino, R. M. 1995. Inhibition of leaf senescence by autoregulatedproduction of cytokinin.
Haryadi & Pamenang.1983. Pengaruh sukrosa dan air kelapa pada kulturjaringan anggrek bulan. Agron. UI Press. Jakarta.
Intan, R.D.A. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi PertumbuhanTanaman. Bandung: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.Bandung.
Kartapradja, R. 1997. Perbaikan varietas dan teknologi produksi bunga mawar.Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Hias. Puslitbang Hortikultura, BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian.
Mayak, S., Halevy, A.H., Sagie, A., Baryoseph, A. & Bravdo, B. 1974. The waterbalance of cut rose flower. Physiol Plant.
O’Donoghue, E.M. 2006. Flower petal cell wall: changes associated with floweropening and senescence. New Zealand Journal of Foresty Science. 36(1):130-144.
Rukmana, R. dan A.E. Mulyana. 1997. Krisan (seri bunga potong). PenerbitKanisius. Yogyakarta. 108 hal.
Salisbury, F. B., and Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3(diterjemahkan oleh Diah dan Sumaryono). Penerbit ITB Bandung.Bandung.
Skutnik, E., Rabiza-wider, J., Wachowicz, M., and Łukaszewska, A.J. 2004.Senescence of cut leaves of Zantedeschia aethiopica and Z. elliottiana.Part III. The reducing sugars content. Acta Scientiarum Polonorum,Hortorum Cultus. 3: 219-227.
Sponsel, V.M. 1995. Giberelin Biosynthesis and Metabolism in Davies PJ 9 (Ed).Plant Hormones Physiology, Biochemistry, and Molecular Biologi.Kluwer, Doerdrecht.
Srivastava, L.M. 2002. Plant Growth and Development. Canada : AcademicPress.
USDA. 2016. Klasifikasi Tanaman Krisan Putih. Natural Resources ConservationService.USA.
Wilkins, M.B., 1992. Fisiologi Tanaman. Penerjemah Sutedjo M.M danKartasapoetra A.G. penerbit Bumi Aksara: Jakarta.
Wingler, Astrid, Antje von Schaewen and Richard C. Leegood. 1998. Regulationof Leaf Senescence by Cytokinin, Sugars, and Light. NCBI (PlantPhysiology).
Wintermans, J. F. G. M & De Mots, A. 1965. Spectrophotometric characteristicsof Chlorophylls a and b their pheophytins in etanol. BiochimiaBiophysica Acta, 109: 448-453.
Wood A. & Pleg L.G. 1974. Alteration of liposomal membrane fluidity bygibberellic acid. Plant Physiol.
Woodson, William R. and Amanda S.B . 1991. Role of the Gynoecium inCytokinin-induced Carnation Petal Senescence. J. Amer Soc. Hort. Sci.
Yang, S.F. & Hoffman, N.E. 1984. Ethylene biosynthesis and its regulation inhigher plants. Ann. Review Plant Physiology. 35: 155-189.