Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan...

140
Inovasi Teknologi 2012 1 Pengantar Pengantar T antangan pembangunan pertanian ke depan semakin berat mengingat makin beragamnya masalah dan kendala yang dihadapi petani dalam berproduksi dan melepaskan diri dari jeratan kemiskinan. Perubahan iklim global, isu lingkungan, perdagangan bebas, degradasi lahan, konversi lahan produktif untuk keperluan nonpertanian, fragmentasi lahan, perkembangan hama dan penyakit tanaman, lemahnya modal petani, dan menurunnya minat generasi muda berusaha di bidang pertanian adalah masalah aktual yang perlu segera dipecahkan. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi menuntut penyediaan produk pertanian dalam jumlah yang cukup secara berkelanjutan. Pengalaman selama ini menunjukkan sebagian besar masalah yang dihadapi petani di lapangan dapat diatasi dengan penerapan teknologi. Mengacu kepada target empat sukses Kementerian Pertanian 2010-2014, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian terus bekerja keras untuk menghasilkan inovasi teknologi yang mampu mengatasi masalah usaha tani. Pada tahun 2012 telah dihasilkan berbagai inovasi teknologi, antara lain pengelolaan lahan, varietas unggul baru, teknologi budi daya dan pascapanen berbagai komoditas pertanian, mekanisasi, inovasi kelembagaan, dan alternatif kebijakan pembangunan pertanian. Laporan ini memuat sebagian informasi inovasi teknologi dan kelembagaan yang dihasilkan melalui penelitian dalam tahun 2012 yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam pembangunan pertanian. Laporan tahunan ini juga sekaligus sebagai pertanggungjawaban Badan Litbang Pertanian dalam pengelolaan sumber daya penelitian yang didanai dari APBN 2012. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan pertanian serta penyusunan Laporan Tahunan 2012 Badan Litbang Pertanian disampaikan penghargaan dan terima kasih. Jakarta, Februari 2013 Kepala Badan, Dr. Haryono

Transcript of Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan...

Page 1: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Inovasi Teknologi 2012 1

Pengantar

Pengantar

Tantangan pembangunan pertanian ke depan semakin berat

mengingat makin beragamnya masalah dan kendala yang dihadapi

petani dalam berproduksi dan melepaskan diri dari jeratan kemiskinan.

Perubahan iklim global, isu lingkungan, perdagangan bebas, degradasi

lahan, konversi lahan produktif untuk keperluan nonpertanian,

fragmentasi lahan, perkembangan hama dan penyakit tanaman,

lemahnya modal petani, dan menurunnya minat generasi muda

berusaha di bidang pertanian adalah masalah aktual yang perlu segera

dipecahkan. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi menuntut penyediaan

produk pertanian dalam jumlah yang cukup secara berkelanjutan.

Pengalaman selama ini menunjukkan sebagian besar masalah yang dihadapi petani di

lapangan dapat diatasi dengan penerapan teknologi. Mengacu kepada target empat sukses

Kementerian Pertanian 2010-2014, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian terus bekerja

keras untuk menghasilkan inovasi teknologi yang mampu mengatasi masalah usaha tani. Pada

tahun 2012 telah dihasilkan berbagai inovasi teknologi, antara lain pengelolaan lahan, varietas

unggul baru, teknologi budi daya dan pascapanen berbagai komoditas pertanian, mekanisasi,

inovasi kelembagaan, dan alternatif kebijakan pembangunan pertanian.

Laporan ini memuat sebagian informasi inovasi teknologi dan kelembagaan yang dihasilkan

melalui penelitian dalam tahun 2012 yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam pembangunan

pertanian. Laporan tahunan ini juga sekaligus sebagai pertanggungjawaban Badan Litbang

Pertanian dalam pengelolaan sumber daya penelitian yang didanai dari APBN 2012.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan

pertanian serta penyusunan Laporan Tahunan 2012 Badan Litbang Pertanian disampaikan

penghargaan dan terima kasih.

Jakarta, Februari 2013

Kepala Badan,

Dr. Haryono

Page 2: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan2

Inovasi Teknologi 2012

Perubahan iklim yang ditandai oleh terjadinya iklim ekstrem dengan frekuensi yang

berlebihan telah dirasakan dampaknya di berbagai belahan dunia. Curah hujan tinggi

yang menyebabkan banjir dan tanah longsor, misalnya, telah menerjang sebagian

area pertanian dan permukiman di beberapa daerah. Di kawasan pesisir, naiknya

permukaan laut sebagai dampak dari perubahan iklim telah merendam area

pertanaman yang kemudian meninggalkan unsur garam (salinitas) di lahan pertanian

yang berpotensi meracuni tanaman. Dalam periode tertentu, kemarau panjang yang

kering dan panas menyebabkan sebagian pertanaman menderita kekeringan dan

bahkan menjadi pemicu kebakaran lahan dan hutan.

Tudingan terhadap sektor pertanian sebagai salah satu sumber emisi gas rumah

kaca (GRK) yang berdampak pada pemanasan global sebagai pemicu perubahan

iklim datang dari berbagai kalangan, terutama pakar dan pengamat lingkungan

internasional. Sementara itu, pasar bebas tidak dapat dibendung, yang

mengisyaratkan pentingnya upaya peningkatan daya saing produk pertanian untuk

dapat berkompetisi di pasar. Efisiensi sistem produksi dan produk yang bebas dari

cemaran bahan kimia berbahaya menjadi tuntutan yang harus dipenuhi agar produk

pertanian yang dihasilkan diminati oleh banyak konsumen sehingga mendatangkan

keuntungan bagi petani.

Di Indonesia, tantangan pembangunan pertanian terasa makin berat. Degradasi

lahan, konversi lahan produktif untuk keperluan nonpertanian, fragmentasi lahan,

Lahan persawahan di daerah Cianjur, Jawa Barat.

Page 3: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Inovasi Teknologi 2012 3

perkembangan hama dan penyakit tanaman, lemahnya modal petani, dan makin

memudarnya minat generasi muda untuk terjun ke dunia usaha tani adalah sederetan

masalah yang juga perlu dicarikan upaya pemecahannya. Di sisi lain, jumlah penduduk

yang terus bertambah memerlukan produk pertanian, terutama pangan, dalam jumlah

yang cukup secara berkelanjutan karena berdampak pada stabilitas sosial, ekonomi,

dan bahkan politik.

Badan Litbang Pertanian sebagai lembaga penelitian publik dituntut untuk terus

bekerja keras guna mengatasi permasalahan yang ada. Mengacu kepada target

empat sukses Kementerian Pertanian 2010-2014, Badan Litbang Pertanian beserta

jajarannya terus berupaya mengatasi masalah dan kendala yang dihadapi petani

dalam berproduksi melalui penelitian dan pengembangan inovasi teknologi.

Perluasan area melalui pembukaan lahan baru tampaknya menjadi suatu

keharusan bagi upaya peningkatan produksi pertanian untuk menggantikan lahan

produktif yang telah beralih fungsi menjadi area nonpertanian, terutama di Jawa.

Lahan yang masih tersedia untuk pertanian umumnya terdapat di luar Jawa dengan

status suboptimal seperti lahan rawa, lahan kering, dan lahan tadah hujan. Hasil

penelitian menunjukkan sebagian lahan rawa pasang surut dan gambut dapat

dikembangkan untuk pertanian melalui penerapan teknologi pengelolaan lahan dan

tanaman yang tepat dengan memerhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan

Persemaian padi di lahan rawapasang surut Talangrejo, Banyuasin,

Sumatera Selatan.

Page 4: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan4

setempat. Emisi GRK, terutama metana dan karbondioksida, dari lahan sawah dapat

diminimalkan melalui rekayasa teknologi budi daya, termasuk penataan pola tanam

dan penggunaan varietas padi yang toleran.

Pengembangan sejumlah varietas unggul padi dan palawija yang dihasilkan

melalui penelitian diharapkan dapat pula mendukung upaya keberlanjutan

swasembada pangan, sebagaimana yang diamanatkan dalam target empat sukses

Kementerian Pertanian. Potensi hasil tinggi, toleran terhadap genangan, kekeringan,

salinitas, dan kemasaman tanah, umur genjah, dan tahan terhadap hama penyakit

utama adalah sifat penting yang dimiliki oleh umumnya varietas unggul padi dan

palawija yang dilepas pada tahun 2012.

Varietas unggul yang dirakit melalui pemuliaan konvensional memiliki beberapa

kelemahan, antara lain menurunnya tingkat ketahanan terhadap hama dan penyakit

setelah dikembangkan dalam periode tertentu. Beberapa varietas padi yang awalnya

tahan terhadap hama wereng batang coklat, misalnya, menjadi tidak tahan setelah

beberapa tahun kemudian. Melalui penelitian bioteknologi telah dirakit galur padi

yang diharapkan memiliki tingkat ketahanan yang tinggi terhadap hawar daun bakteri

(HDB) dan blas yang merupakan penyakit penting tanaman padi yang di beberapa

daerah mulai mengancam keselamatan produksi. Teknologi produksi yang efisien,

efektif, dan ramah lingkungan telah pula dihasilkan untuk mendukung upaya

peningkatan daya saing dan keberlanjutan sistem produksi.

Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan beberapa varietas unggul

baru sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan beberapa komoditas perkebunan

untuk memperkuat usaha agribisnis yang akan memperbaiki tingkat kesejahteraan

Pertanaman kubis di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, Jawa Barat.

Page 5: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Inovasi Teknologi 2012 5

pelaku usaha, terutama petani. Hal ini tentu tidak terlepas dari penyediaan benih

bermutu tinggi dari varietas unggul yang telah dihasilkan. Bagi Badan Litbang

Pertanian, penyediaan benih sumber merupakan keniscayaan karena keberhasilan

usaha tani sebagian terletak dari benih yang digunakan. Melalui teknik konvensional

dan kultur antera, telah dihasilkan benih bermutu berbagai komoditas untuk

dikembangkan lebih lanjut oleh penangkar guna memenuhi permintaan benih unggul

yang terus meningkat.

Beberapa komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit dan kakao, menjadi

primadona dan unggulan nasional karena memiliki pasar yang luas di dalam dan

luar negeri. Selain sebagai penghasil minyak goreng, kelapa sawit juga menjadi

salah satu sumber biodiesel yang merupakan bahan bakar minyak terbarukan.

Varietas unggul dan teknologi proses yang telah dihasilkan diharapkan dapat

mempercepat pengembangan usaha agribisnis dan meningkatkan kontribusi

komoditas perkebunan terhadap peningkatan kesejahteraan petani dan devisa negara.

Di tengah kompleksnya tantangan yang dihadapi dalam berproduksi, Kementerian

Pertanian tetap berkeinginan mewujudkan swasembada dan swasembada

berkelanjutan. Swasembada daging sapi yang diharapkan terealisasi dalam waktu

yang tidak terlalu lama menuntut komitmen yang tinggi dari berbagai pihak. Melalui

penelitian dari berbagai aspek, Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan inovasi

Integrasi kelapa sawit-sapidi perkebunan PT Sabut Mas Abadi

di Pangkalan Bun, KalimantanTengah.

Page 6: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan6

teknologi dan kelembagaan yang dapat menginisiasi percepatan pengembangan

populasi sapi untuk memenuhi permintaan daging di dalam negeri dengan harga

yang sesuai dengan daya beli masyarakat.

Swasembada pangan berkelanjutan tidak hanya dapat diraih melalui peningkatan

produksi, tetapi juga melalui diversifikasi pangan lokal yang menjadi bagian penting

dalam sistem ketahanan pangan nasional. Selain berdampak terhadap pemenuhan

konsumsi, diversifikasi pangan juga diperlukan dalam meningkatkan gizi masyarakat.

Beberapa teknologi pengolahan produk pangan yang telah dihasilkan seyogianya

dapat mendorong percepatan diversifikasi pangan dan pengembangan usaha

agribisnis produk pangan, baik di pedesaan maupun perkotaan.

Ketahanan pangan nasional ditentukan oleh ketahanan pangan keluarga.

Paradigma ini menginisiasi Badan Litbang Pertanian mengembangkan Kawasaan

Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang menyediakan berbagai sumber pangan di tingkat

rumah tangga. Berawal dari pengembangan Rumah Pangan Lestari di Pacitan, Jawa

Timur, sejak beberapa tahun yang lalu, kini inovasi KRPL telah berkembang di

beberapa daerah di Indonesia. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga,

pengembangan KRPL juga memberikan peluang bagi anggota rumah tangga untuk

meningkatkan pendapatan dari penjualan produk yang diusahakan sendiri di halaman

sekitar rumah.

Terkait dengan upaya pemecahan masalah kekurangan tenaga kerja di pedesaan

karena memudarnya minat generasi muda untuk terjun ke dunia usaha tani,

pengembangan mekanisasi pertanian merupakan cara yang dapat ditempuh. Beberapa

Kolam terpal dengan teknologi akuakultur yang memadukan tanaman, ikan, dan sayuran verikultur di sekitar rumah betang(rumah tradisional Kalimantan Tengah), sebagai model RPL.

Page 7: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Inovasi Teknologi 2012 7

prototipe alat dan mesin pertanian rakitan Badan Litbang Pertanian potensial

dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi, mengatasi kelangkaan tenaga kerja,

mengurangi tingkat kelelahan kerja, mempercepat proses produksi, dan mendorong

modernisasi pertanian.

Agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pertanian secara luas, inovasi

teknologi yang dihasilkan tentu perlu disosialisasikan dan didukung oleh kebijakan

yang mengakomodasi berbagai kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dari segi penyuluhan pertanian, misalnya, diperlukan koordinasi dan komitmen yang

kuat dan serius agar program yang telah dicanangkan secara nasional dapat berjalan

dengan baik di daerah, sehingga inovasi teknologi yang dikembangkan dapat

memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kesejahteraan petani yang

berbasis di pedesaan. Untuk mempercepat pengembangan inovasi teknologi telah

dirancang beberapa alternatif kebijakan dengan memerhatikan berbagai aspek, baik

sosial dan ekonomi maupun politis.

Pameran Gelar Teknologi XIVdi Batam, Riau , 10-14

Oktober 2012.

Page 8: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan8

Sumberdaya Lahan

Pembangunan pertanian dewasa ini dihadapkan kepada berbagai

kendala, antara lain keterbatasan lahan produktif karena telah berubah

fungsi menjadi lahan nonpertanian. Dengan demikian, pengembangan

pertanian ke depan lebih mengarah kepada pemanfaatan lahan sub-

optimal yang umumnya terdapat di luar Jawa. Selain itu, perubahan

iklim juga perlu diantisipasi agar tidak mengganggu ketahanan pangan.

Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional dan

antisipasi dampak perubahan iklim, Badan Litbang Pertanian melalui

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

melaksanakan berbagai kegiatan yang terkait dengan evaluasi potensi

sumberdaya lahan, inovasi teknologi arang aktif untuk lahan padi dan

sayuran, emisi gas rumah kaca, NPK lepas lambat, pupuk silika, pupuk

hayati M-Star untuk tanaman jagung dan kelapa sawit, PUTS digital,

serta pertanian berbasis efisiensi karbon dan ramah lingkungan.

Hamparan sawah di Ambarawa, Jawa Tengah.

Page 9: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sumberdaya Lahan 9

Sumberdaya Lahan untuk

Pengembangan Komoditas Pangan

dan Kakao di Sulawesi

Dalam rangka mengembangkan komoditas pangan

dan kakao di Sulawesi dilakukan kegiatan untuk

mendapatkan data dan informasi spasial potensi

sumberdaya lahan melalui (1) identifikasi,

karakterisasi, dan evaluasi potensi sumber daya

lahan, (2) penyusunan peta sumberdaya lahan/tanah

skala 1:50.000, (3) evaluasi kesesuaian lahan untuk

komoditas tanaman pangan dan kakao, dan (4)

penyusunan peta arahan/rekomendasi penggunaan

lahan untuk pengembangan tanaman pangan dan

kakao skala 1:50.000 di Sulawesi. Luas wilayah

kabupaten yang diteliti/dipetakan adalah 2,58 juta ha,

yang terdiri atas 737.522 ha di Kabupaten Luwu Utara,

319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

792.324 ha di Kabupaten Mamuju, dan 727.877 ha di

Kabupaten Poso.

Pemetaan menggunakan pendekatan landscape

mapping dengan satuan lahan sebagai dasar untuk

menyusun satuan peta tanah. Satuan lahan dianalisis

dan didelineasi dari data digital elevation model (DEM)

yang diturunkan dari data shuttle radar topographic

mission (SRTM) dan di-overlay dengan data citra

landsat, peta dasar digital, peta geologi, dan peta

rupabumi dengan teknik GIS, yang menghasilkan peta

analisis satuan lahan. Survei lapangan menggunakan

peta analisis satuan lahan bertujuan untuk meng-

identifikasi dan mengkarakterisasi sifat tanah dan fisik

lingkungannya serta mengambil contoh tanah untuk

analisis laboratorium. Pengamatan sifat-sifat tanah

di lapangan dilakukan dengan cara pemboran tanah,

pembuatan minipit dan profil tanah, yang hasil

deskripsinya dicatat dalam form isian basisdata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah

penelitian mempunyai iklim relatif basah, yang

dicirikan oleh jumlah bulan basah lebih dari 3 bulan

dan bulan kering kurang dari 4 bulan, serta jumlah

curah hujan rata-rata tahunan relatif tinggi. Curah

hujan tahunan terendah adalah 1.362 mm di Ponrang,

Sulawesi Selatan dan tertinggi 3.995 mm di Pendolo,

Sulawesi Tengah. Zona agroklimat cukup bervariasi,

mulai yang terbasah sampai yang agak kering, yaitu

zona A, B1, C1, C2, D1, dan D2. Analisis neraca air

menunjukkan terjadi periode defisit antara 3-4 bulan

di wilayah Belopa Ponrang. Sebaliknya, di wilayah

Masamba, Mamuju, dan Poso terjadi periode surplus

hampir sepanjang tahun. Oleh karena itu, pe-

rencanaan pola dan masa tanam perlu memerhatikan

kondisi iklim/sebaran curah hujan tersebut.

Bahan induk tanah bervariasi, terdiri atas

endapan aluvium (sungai, lakustrin, marin), batuan

sedimen tersier (batu pasir, serpih, napal, batu liat,

batu gamping), batuan intrusi (granit, granodiorit),

batuan metamorfik (skis, gneis, filit, slate), batuan

ultrabasik (serpentinit), dan batuan volkan tua (tuf,

lava, breksi), bersifat intermedier sampai basis, dan

masam sampai intermedier.

Menurut grup landform, daerah penelitian di-

bedakan atas grup aluvial, marin, fluvio-marin, karst,

tektonik, volkan tua, dan intrusi volkan. Menurut

sebaran bentuk wilayahnya, daerah penelitian dibe-

dakan atas wilayah datar (lereng kurang dari 1%),

agak datar (1-3%), berombak (3-8%), bergelombang

(8-15%), berbukit kecil (15-25%), berbukit (25-40%),

dan bergunung (lebih dari 40%). Rincian luasan bentuk

wilayah per kabupaten disajikan pada Tabel 1.

Sebagian besar lahan potensial, yaitu wilayah-

wilayah datar hingga bergelombang, umumnya telah

dimanfaatkan untuk pertanian tanaman pangan dan

tahunan serta buah-buahan, seperti persawahan,

tegalan/tanaman palawija dan sayuran, tanaman

kakao, kelapa, cengkih, kopi, pala, lada, dan buah-

buahan (durian, rambutan, langsat). Di wilayah pantai,

seperti Kabupaten Luwu Utara dan Kota Luwu,

sebagian lahan telah dimanfaatkan untuk tambak.

Tanah di kelima kabupaten/kota diklasifikasikan

ke dalam ordo Histosols, Entisols, Inceptisols,

Mollisols, Spodosols, Alfisols, Ultisols, dan Oxisols.

Histosols dijumpai pada depresi aluvial dan rawa-

belakang. Mollisols dan Alfisols terbentuk dari bahan

induk batu gamping atau sedimen berkapur. Spodosols

terbentuk dari endapan pasir di daerah peralihan ke

daerah rawa, sementara Ultisols terbentuk dari

batuan volkan tua, sedimen, dan metamorfik. Oxisols

merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan

Page 10: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan10

paling lanjut, yang terbentuk dari batuan volkan tua,

ultrabasik, dan sedimen dengan penyebaran cukup

luas. Inceptisols dan Entisols terbentuk dari berbagai

macam bahan induk tersebut dan mempunyai

penyebaran paling luas. Penyusunan peta tanah

tingkat semidetail untuk Kabupaten Luwu Utara

menghasilkan 66 satuan peta tanah (SPT), Kabupaten

Luwu dan Kota Palopo 45 SPT, Kabupaten Mamuju

61 SPT, dan Kabupaten Poso 69 SPT, atau ke-

seluruhannya 65 peta skala 1:50.000.

Hasil evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan di

Kabupaten Luwu Utara terdapat lahan yang tergolong

cukup sesuai (kelas S2) untuk padi sawah seluas

120.338 ha dan sesuai marginal (kelas S3) 18.145

ha. Apabila dinilai hanya untuk tanaman pangan lahan

kering, maka lahan yang cukup sesuai seluas 42.214

ha dan sesuai marginal 132.345 ha. Apabila dinilai

untuk tanaman tahunan/kakao, lahan yang sesuai

seluas 67.825 ha dan sesuai marginal 177.390 ha.

Di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo, lahan yang

cukup sesuai untuk padi sawah adalah 84.444 ha dan

sesuai marginal 19.460 ha. Apabila dinilai untuk

tanaman pangan lahan kering saja, maka lahan yang

cukup sesuai seluas 87.922 ha dan sesuai marginal

23.228 ha. Untuk tanaman kakao, lahan yang cukup

sesuai adalah 94.243 ha dan sesuai marginal 36.224

ha.

Di Kabupaten Mamuju terdapat lahan cukup

sesuai untuk padi sawah seluas 115.250 ha dan sesuai

marginal 54.883 ha. Untuk tanaman pangan lahan

kering terdapat lahan cukup sesuai seluas 106.978

ha dan sesuai marginal 82.592 ha. Untuk tanaman

kakao, lahan yang cukup sesuai 106.978 ha dan sesuai

marginal 164.324 ha.

Di Kabupaten Poso, lahan yang termasuk cukup

sesuai untuk padi sawah seluas 154.512 ha dan sesuai

marginal 259.557 ha. Untuk tanaman pangan lahan

kering, lahan yang cukup sesuai 347.894 ha dan sesuai

marginal 211.027 ha. Untuk tanaman kakao, terdapat

lahan cukup sesuai 153.397 ha dan sesuai marginal

485.743 ha. Faktor penghambat biofisik penggunaan

lahan di kelima daerah tersebut adalah erosi/lereng

curam, drainase, banjir musiman, toksisitas, dan

retensi hara.

Arahan penggunaan lahan untuk pengembangan

tanaman pangan dan kakao di masing-masing wilayah

kabupaten/kota disajikan pada Tabel 2. Informasi dari

peta tanah semidetail skala 1:50.000 dan peta-peta

turunannya, antara lain peta kesesuaian lahan dan

peta arahan, dapat dimanfaatkan untuk perencanaan

operasional pengembangan kawasan komoditas

pertanian tanaman pangan dan kakao pada tingkat

kabupaten atau kecamatan.

Tabel 1. Sebaran bentuk wilayah di lima kabupaten/kota di Sulawesi.

LerengLuas (ha)

Bentuk wilayah(%)

Luwu Utara Luwu dan Kota Palopo Mamuju Poso

Datar 0-1 57.305 45.359 22.726 75.008

Agak datar 1-3 62.944 43.721 48.159 -1)

Berombak 3-8 18.475 11.858 48.726 35.699

Bergelombang 8-15 19.759 3.053 51.338 58.972

Berbukit kecil 15-25 16.791 7.159 20.989 145.523

Berbukit 25-40 84.416 24.953 187.923 259.379

Bergunung >40 471.452 179.081 407.001 115.892

Lain-lain - 6.380 4.716 5.462 37.404

Jumlah 737.522 319.900 792.324 727.877

1)Bergabung dengan wilayah datar

Page 11: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sumberdaya Lahan 11

Peta bentuk wilayah/lereng di lima kabupaten/kota di Sulawesi.

Page 12: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan12

Peta arahan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan kakao di limakabupaten/kota di Sulawesi.

Page 13: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sumberdaya Lahan 13

Teknologi Arang Aktif Diperkaya

Mikroba Pendegradasi Senyawa

POPs untuk Lahan Padi dan Sayuran

Pemberian arang aktif pada lahan sawah dapat

meningkatkan jumlah bakteri di dalam tanah,

terutama di sekitar akar tanaman. Arang aktif dapat

diberikan sebagai selaput (coating) pupuk nitrogen

seperti urea untuk meningkatkan efisiensi pupuk.

Penggunaan pupuk nitrogen di lahan pertanian

umumnya kurang efisien karena hanya 20-30% pupuk

yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman padi sawah.

Arang aktif dari tempurung kelapa dan tongkol jagung

memenuhi persyaratan standar kualitas arang (daya

serap I2 > 750 mg/g), sehingga berpotensi menyerap

residu pestisida, khususnya yang terdapat di dalam

tanah. Arang aktif yang diperkaya dengan mikroba

tertentu, seperti mikroba pendegradasi pestisida,

diharapkan dapat mempercepat laju degradasi residu

insektisida yang mengandung senyawa persistent

organic pollutants (POPs).

Percobaan mikroplot dengan menggunakanlisimeter di lapangan.

Tabel 2. Arahan penggunaan lahan untuk pengembangan tanaman pangan dan kakao di lima kabupaten/kota di Sulawesi.

Sistem pertanian, pola tanam, dan alternatifLuas (ha)

Simbolkomoditas

Luwu Utara Luwu dan Kota Palopo Mamuju Poso

Sistem Pertanian Lahan Basah Padi Sawah

PS Padi sawah - padi sawah/jagung/kedelai/sayuran 66.780 22.912 49.345 47.692

PS/TP Padi sawah - jagung/kedelai/sayuran - 966 10.680 8.174

Sistem Pertanian Lahan Kering Tanaman Pangan

TP/PS Jagung/kedelai/ubi jalar - padi sawah 10.877 6.015 - 38.476

TP Jagung/kedelai - ubi jalar/sayuran 52.226 57.760 101.785 78.399

TP/TT Jagung/kedelai - kakao, kelapa, kopi 13.047 2.595 - -

Sistem Pertanian Lahan Kering Tanaman Tahunan

TT Kakao, kelapa, kopi, cengkih, lada, rambután,

durian 71.043 7.817 90.488 145.521

TT/H Kakao, kopi, cengkih, dan hutan 29.690 26.051 - -

Sistem Pertanian Lahan Basah

Tb/Hm Tambak/perikanan air payau (udang, bandeng) 11.740 7.874 - -

Kawasan Konservasi/hutan

H Kawasan hutan konservasi/lindung 475.739 183.194 532.616 372.211

Penggunaan Lain

X Tubuh air, pemukiman, gawir, dan lain-lain 6.380 4.716 7.781 37.404

Jumlah 737.522 319.900 792.695 727.877

Page 14: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan14

Penelitian memperoleh empat spesies (lima

strain) mikroba yang mampu mendegradasi aldrin,

dieldrin, heptaklor, dan DDT, yaitu strain Ralstonia

pickettii dengan homologi 97% (strain 1), Burkholderia

cepacia 100% (strain 2), Bacillus thuringiensis 99%

(strain 3) Stenotrophomonas maltophilia 1899 bits,

1028 bp 100% (strain 4), dan Stenotrophomonas

maltophilia 1746 bits, 945 bp, 100% (strain 5).

Urea berlapis arang aktif tongkol jagung yang

diperkaya mikroba mampu menurunkan residu POPs

(aldrin, dieldrin, heptaklor, dan DDT) dalam tanah pada

pertanaman padi, masing-masing dengan indeks

penurunan 82%, 83%, 78%, dan 73%, serta indeks

penurunan residu dalam air masing-masing 36%,

33%, 34%, 22% dibandingkan dengan kontrol.

Efisiensi pupuk N sebesar 44% diperoleh dari

penggunaan urea arang aktif tongkol jagung (UAATJ)

+ mikroba.

Urea berlapis arang aktif tempurung kelapa

mampu menurunkan residu POPs (aldrin, dieldrin,

heptaklor, dan DDT) dalam tanah pada pertanaman

padi dengan indeks penurunan masing-masing 76%,

73%, 79%, dan 74%, dan indeks penurunan residu

dalam air masing-masing 49%, 56%, 34%, dan 24%

dibandingkan dengan kontrol. Penggunaan urea

berlapis arang aktif tempurung kelapa + mikroba

memberikan efisiensi pupuk N sebesar 40,6%.

Pemberian urea berlapis arang aktif umumnya

meningkatkan ketersediaan N-NH4+ dalam tanah pada

pertanaman padi pada 22 hari setelah tanam (berkisar

antara 0,9-2,4 ppm), sedangkan ketersediaan N-NO3-

tertinggi (4,5 ppm) hanya terjadi dengan pemberian

urea berlapis arang aktif tempurung kelapa + mikroba.

Ketersediaan N-NH4+ dalam tanah mencerminkan

peningkatan efisiensi pupuk urea di lahan sawah

karena NO3- lebih mobile dibandingkan NH

4+, sehingga

NO3- potensial hilang tercuci.

Residu insektisida POPs (aldrin, heptaklor,

dieldrin, dan DDT) pada tanaman sawi pada saat

panen masih terdeteksi, hasil terendah pada

perlakuan urea berlapis arang aktif tempurung kelapa

+ mikroba, diikuti urea berlapis arang aktif tongkol

jagung + mikroba, masing-masing 0,003-0,005 ppm

untuk DDT dan 0,002-0,003 ppm untuk dieldrin.

Efisiensi pupuk N pada tanaman sawi adalah 40,6%

dengan pemberian urea berlapis arang aktif tongkol

jagung + mikroba, dan 35,6% dengan urea berlapis

arang aktif tongkol jagung.

Efektivitas Bahan Organik Menekan

Emisi GRK dan Meningkatkan

Produktivitas Padi di Lahan Rawa

Lahan rawa pasang surut di luar Jawa merupakan

lahan suboptimal yang sangat penting untuk produksi

padi, karena menyusutnya luas lahan subur di Jawa

dan Bali. Lahan sulfat masam yang merupakan bagian

dari lahan rawa pasang surut luasnya mencapai 6

Pertumbuhan tanaman padi pada tanah sulfat

masam alami (atas) dan tanah sulfat masamyang intensif dibudidayakan (bawah).

Page 15: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sumberdaya Lahan 15

juta ha atau sekitar 33,3% dari total luas lahan

pasang surut di Indonesia.

Permasalahan lahan sulfat masam bermula dari

adanya pirit (FeS2) di dalam lapisan tanah. Lapisan

pirit jika mengalami oksidasi, maka Fe akan

dibebaskan menjadi Fe3+ dan S akan teroksidasi

menjadi sulfat yang mendorong penurunan pH tanah

menjadi sangat masam (pH < 3,5), sehingga

tanaman tidak mampu tumbuh. Penurunan hasil padi

akibat keracunan besi berkisar antara 30-100%,

bergantung pada toleransi varietas terhadap besi,

intensitas keracunan, dan kesuburan tanah.

Pemanfaatan bahan organik merupakan salah

satu kunci dalam memperbaiki produktivitas lahan

rawa. Penggunaan bahan organik berupa jerami padi

dan gulma yang tumbuh pada lahan pertanian

setempat (misalnya purun tikus) sebagai bahan

amelioran telah dilakukan oleh petani di lahan sulfat

masam. Pemberiannya dilakukan bersamaan dengan

kegiatan penyiapan lahan dengan cara ditebas,

dipuntal, dibalik, dan disebar pada persawahan dan

merupakan indigenous technology yang ramah

lingkungan.

Pola budi daya padi dengan memberikan bahan

organik pada kondisi tergenang cukup intensif

dilakukan oleh petani dan diduga dapat memacu emisi

gas rumah kaca (GRK) dari lahan rawa. Sumber

bahan organik yang ditambahkan sangat menentukan

pembentukan gas metana (CH4) dan karbondioksida

(CO2) di lahan sawah. Pengomposan merupakan cara

paling umum untuk mematangkan bahan organik dan

terbukti dapat mengurangi emisi GRK.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian

bahan organik yang dikomposkan paling efektif

menekan emisi CH4 dan CO

2 di lahan rawa pasang

surut dan meningkatkan pertumbuhan tanaman padi.

Pemberian kompos (kombinasi jerami 30% + purun

30% + kotoran sapi 40%) pada lahan rawa pasang

surut alami dapat meningkatkan produktivitas

tanaman padi menjadi 3,7 t/ha, sedangkan pada

lahan rawa pasang surut yang intensif dibudidayakan,

pemberian kompos dapat meningkatkan produktivitas

tanaman padi menjadi 5,8 t/ha.

Teknologi Konservasi Karbon

Sampai saat ini belum ada praktik konservasi karbon

dalam tanah yang dapat dianjurkan secara universal.

Oleh karena itu, setiap sistem pertanian yang diterap-

kan petani secara individu perlu dievaluasi dinamika

karbonnya. Lamanya karbon berada dalam tanah

(carbon turn-over) bervariasi, bergantung pada jenis

dan manajemen usaha tani yang diaplikasikan.

Hasil evaluasi di KP Tamanbogo, Lampung pada

delapan jenis/pola usaha tani menunjukkan bahwa

lamanya karbon berada di dalam tanah bervariasi

antara 22-55 tahun (Tabel 3). Karbon yang paling

lama berada di dalam tanah dijumpai pada usaha

tani surjan (padi + jeruk), yaitu 55 tahun, sedangkan

karbon yang paling cepat hilang dari tanah dijumpai

pada usaha tani jagung, yaitu 22 tahun. Hal ini karena

pada usaha tani jagung, pengolahan tanah cukup

intensif sehingga kondisi aerasi tanah yang baik

(oksigen banyak dalam tanah) mendorong proses

dekomposisi bahan organik lebih cepat. Selain itu,

penggunaan pupuk kimia seperti NPK yang cukup

banyak mendorong terjadinya proses dekomposisi

bahan organik yang lebih cepat.

Hasil analisis dinamika dan neraca karbon antara

yang diaplikasikan di KP Tamanbogo dan yang

diterapkan oleh petani disajikan dalam Tabel 4. Pada

usaha tani ubi kayu, manajemen pengelolaan

biomassa tanaman di KP Tamanbogo sama dengan

yang diterapkan oleh petani di sekitarnya. Hampir

semua (± 100%) karbon yang diserap dalam bentuk

biomassa tanaman hilang atau terbawa keluar lahan

yaitu dalam bentuk umbi, batang, dan daun ubi kayu

setelah panen (Tabel 4). Hal ini menunjukkan sistem

usaha tani ubi kayu sangat menguras karbon dari

lahan atau tidak efisien karbon.

Pada pola tanam jagung-jagung di sekitar KP

Tamanbogo, petani menggunakan pupuk kandang 5

t/ha/musim. Pada pola petani ini, karbon yang diserap

dalam bentuk biomassa tanaman dan yang tetap

tinggal di lahan sekitar 49,54% dan yang keluar dari

lahan 50,46%. Pada usaha tani jagung di KP

Tamanbogo, 65,90% hasil serapan karbon dalam

Page 16: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan16

Tabel 4. Dinamika dan neraca karbon yang diserap tanaman dalam bentuk biomassa di KP Tamanbogo, Lampung,

dan di sekitarnya pada jenis usaha tani yang sama.

KP Tamanbogo Luar KP Tamanbogo

Sistem usaha tani Karbon kembali Karbon keluar Karbon kembali Karbon keluar

ke lahan dari lahan ke lahan dari lahan

(t/ha/tahun) (t/ha/tahun) (t/ha/tahun) (t/ha/tahun)

Jagung

Biji - 1,19 - 2,75

Batang + daun 2,30 - 2,70 -

Total serapan 2,30 1,19 2,70 2,75

Ubi kayu

Umbi - 2,81 - 1,88

Batang - 1,32 - 1,20

Daun - 0,41 - 1,20

Total serapan - 4,54 - 4,28

Sawah (padi-padi)

Gabah MT I - 1,07 - 0,78

Jerami MT I 1,21 1,81 0,80 1,59

Akar MT I 0,51 - 0,44

Gabah MT II - 1,07 - 0,78

Jerami MT II 1,21 1,81 0,80 1,59

Akar MT II 0,51 - 0,44

Total serapan 3,44 5,76 2,47 4,74

Tabel 3. Kandungan karbon (C) dalam tanah (lapisan 0-30 cm), total karbon masuk ke tanah per tahun, dan nilai carbon

turn-over pada berbagai sistem usaha tani di KP Tamanbogo, Lampung dan sekitarnya.

KP Tamanbogo Luar KP Tamanbogo

Sistem usaha taniC dalam tanah C masuk ke lahan C-turn over C dalam tanah C masuk ke lahan C Turn over

(t/ha) (t/ha/tahun) (tahun) (t/ha) (t/ha/tahun) (tahun)

Jagung 102,83 4,59 22 69,17 3,01 23

Ubi Kayu 142,09 3,61 39 83,00 3,24 26

Sawah 141,32 3,43 41 84,86 2,56 33

Alley cropping 105,42 2,23 47 - - -

Surjan 105,01 1,91 55 - - -

Agroforestry 95,10 2,02 47 - - -

Jagung + ubi kayu 123,34 4,10 30 - - -

+ pukan

Jagung + ubi kayu 114,87 2,24 51 - - -

(tanpa pukan)

Page 17: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sumberdaya Lahan 17

bentuk biomassa tetap berada atau dikembalikan ke

tanah, sisanya (34,10%) dalam bentuk tongkol (yang

terdiri atas biji, kelobot, dan janggel) terangkut atau

keluar dari lahan. Hal ini menunjukkan manajemen

usaha tani di KP Tamanbogo lebih efisien karbon

dibandingkan dengan manajemen petani jagung di

sekitar Tamanbogo.

Emisi dan Potensi Penyerapan Gas

Rumah Kaca

Salah satu masalah utama yang dihadapi petani pada

ekosistem sawah beririgrasi adalah efisiensi

pemupukan yang rendah, terutama nitrogen.

Pengelolaan tanaman yang tepat melalui penggunaan

varietas genjah, pengairan terputus, dan pupuk

anorganik diharapkan dapat meningkatkan atau mem-

pertahankan produksi padi tetap tinggi, sekaligus

mengurangi emisi GRK dari lahan sawah.

Penelitian untuk mendapatkan informasi emisi

dan potensi absorbsi GRK pada sistem pengelolaan

tanaman telah dilaksanakan pada ekosistem sawah

tadah hujan di Jakenan, Pati, Jawa Tengah. Hasil

penelitian menunjukkan pemberian pupuk nitrogen

pada sistem pengairan tergenang umumnya

menghasilkan emisi GRK tinggi. Pada sistem

pengairan tergenang, emisi GRK tertinggi dihasilkan

dari penggunaan urea berlapis arang aktif (UAA),

yakni 11,0 t CO2-eq/ha/musim, dan terendah pada

perlakuan tanpa pupuk atau kontrol (8,7 t CO2-eq/

ha/musim) (Tabel 5). Penggunaan urea dan bahan

amelioran nyata meningkatkan emisi CH4, yakni 254,

218, 272, 270, dan 289 kg/ha/musim, masing-masing

pada penggunaan urea prill, urea + NI, UAA, NPK,

dan urea + kitosan.

Pada sistem pengairan terputus, emisi GRK

tertinggi terdapat pada perlakuan urea + kitosan (7,0

t CO2-eq/ha/musim) dan terendah pada perlakuan

NPK plus (4,9 t CO2-eq/ha/musim) dan urea + NI (5,0

t CO2-eq/ha/musim). Emisi CH

4 tertinggi dihasilkan

dari perlakuan urea + kitosan (145 kg/ha/musim) dan

terendah pada perlakuan urea + NI (75 kg/ha/musim).

Penggunaan urea dan bahan amelioran tidak

berpengaruh nyata terhadap emisi GRK, baik pada

pengairan tergenang maupun pengairan terputus,

Tabel 5. Total emisi GRK dan global warming potential (GWP) pada perlakuan pengairan

tergenang dan terputus dengan pemberian urea dan bahan amelioran pada

lahan sawah, Jakenan, Pati, Jawa Tengah, 2012.

Emisi GRK (kg/ha/musim)GWP

Perlakuan(t CO

2-eq/ha/musim

CH4

N2O CO

2

Pengairan terus-menerus

Kontrol 179 2,25 1793 8,7

Urea prill 254 2,47 1605 10,2

Urea + NI 218 2,56 1547 9,1

Urea + AA 272 3,03 1616 11,0

NPK 270 2,31 1741 10,8

Urea + kitosan 289 2,06 1430 9,6

Pengairan terputus

Kontrol 99 3,31 1600 5,7

Urea prill 111 2,84 1738 6,1

Urea + NI 75 2,84 1816 5,0

Urea + AA 111 3,93 2107 6,8

NPK 77 3,30 1517 4,9

Urea + kitosan 145 3,47 1467 7,0

Page 18: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan18

kecuali pada perlakuan urea + AA dan NPK (pengair-

an tergenang) dan perlakuan urea + NI dan NPK

(pengairan terputus).

Emisi CH4 terendah pada sistem pengairan

terputus terdapat pada perlakuan urea + NI (75 kg/

ha/musim). Pada pengairan tergenang, emisi CO2 dan

N2O terendah terdapat pada perlakuan urea + kitosan

masing-masing 1.430 kg CO2/ha/musim dan 1,73 kg

N2O/ha/musim.

Berdasarkan nilai GWP, pengairan terputus

mampu mengurangi emisi GRK 40% dibandingkan

dengan pengairan tergenang. Berdasarkan nilai

indeks GWP dan hasil, maka penggunaan urea + NI

pada pengairan tergenang berpotensi menekan emisi

GRK karena menghasilkan emisi yang rendah dan hasil

yang cukup tinggi.

Neraca Karbon dan Teknologi

Pengurangan GRK Lebih dari 20%

di Lahan Gambut

Ameliorasi tanah gambut merupakan salah satu upaya

untuk meningkatkan produktivitas lahan. Pemberian

bahan amelioran pada tanah gambut mampu me-

nurunkan emisi CH4 dan meningkatkan produktivitas

tanaman padi. Bahan amelioran yang kaya oksidan

dapat menunda atau menghambat pembentukan gas

CH4.

Penelitian untuk memperoleh informasi neraca

karbon dan teknologi pengurangan emisi GRK (CO2,

N2O dan CH

4) lebih dari 20% pada pengelolaan

tanaman pangan di lahan gambut telah dilaksanakan

dengan menggunakan mikroplot berukuran 1,5 x 1,5

x 1 m. Contoh gambut terusik diambil dari Kalimantan

Selatan.

Hasil penelitian menunjukkan pemberian biochar

sebagai bahan amelioran mampu meningkatkan

cadangan karbon dalam tanah gambut. Neraca

karbon pada tanah gambut yang ditanami padi dengan

pemberian abu vulkan adalah -1.087 kg-C/ha, diikuti

oleh biochar purun tikus, abu vulkan + biochar sekam

padi, kontrol, abu vulkan + biochar purun tikus dan

biochar sekam padi berturut-turut -1.631, -2.168,

-2.210, -2.799, dan -3,571 kg-C/ha (Tabel 6).

Emisi GRK tertinggi dari tanah gambut yang

disawahkan terdapat pada perlakuan abu vulkan

(5.723 kg CO2-eq/ha). Namun, perlakuan kombinasi

abu vulkan dengan biochar purun tikus menghasilkan

emisi GRK terendah (3.571 kg CO2-eq/ha), diikuti oleh

perlakuan biochar sekam padi (3.597 kg CO2-eq/ha).

Teknologi ameliorasi tanah gambut yang disawahkan

yang mampu menurunkan emisi GRK lebih dari 20%

dan memberikan hasil gabah tinggi adalah perlakuan

biochar sekam padi dan kombinasi abu vulkan +

biochar purun tikus. Perlakuan tersebut mampu

menurunkan emisi GRK dari tanah gambut yang

disawahkan masing-masing 22,9% dan 23,5%.

Tabel 6. Kandungan C-organik, global warming potential (GWP), net karbon, dan indeks GWP dari enam perlakuan amelioran

di tanah gambut yang disawahkan.

Kandungan C-organik (kg-C/ha) GWP Net Indeks GWP

Perlakuan (kg CO2-

karbon (t gabah/

Biomassa Gabah Gulma Total C/ha) (kg-C/ha) CO‚ -eq)

Kontrol 5.126 1.734 18 6.878 4.667 -2.210 0,38

Biochar sekam padi 4.904 2.209 55 7.167 3.597 -3.571 0,41

Biochar purun tikus 4.502 1.839 57 6.397 4.766 -1.631 0,27

Abu vulkan 4.874 1.918 18 6.809 5.723 -1.087 0,30

Abu vulkan+ biochar sekam padi 4.959 1.685 37 6.680 4.512 -2.168 0,30

Abu vulkan+ biochar purun tikus 4.261 2.061 48 6.370 3.571 -2.799 0,42

Page 19: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sumberdaya Lahan 19

Formulasi Pupuk Hayati M-Star

untuk Tanaman Jagung dan

Kelapa Sawit

Lahan rawa pasang surut memerlukan upaya

perbaikan kondisi lahan untuk meningkatkan

produktivitas tanaman yang diusahakan. Masalah

utama lahan ini adalah kemasaman tanah yang tinggi

yang menyebabkan kekahatan unsur-unsur hara,

terutama N, P, K, Ca dan Mg. Ketergantungan yang

besar pada pupuk kimia sebagai sumber hara

berpotensi menurunkan produktivitas lahan, sehingga

penggunaan pupuk perlu dikurangi dengan meman-

faatkan pupuk hayati yang unggul dan adaptif pada

lahan pasang surut.

Untuk mengatasi masalah ini telah diteliti

pemanfaatan mikroba yang dapat berfungsi sebagai

perombak bahan organik dan pemacu pertumbuhan

tanaman. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan

formula pupuk hayati M-Star sebagai dekomposer,

penambat N, pelarut P, dan meningkatkan efisiensi

pemupukan dan produksi tanaman jagung dan kelapa

sawit di lahan rawa pasang surut sulfat masam.

Penelitian dilakukan di laboratorium, rumah kaca, dan

lapangan.Pada tahun 2012, penelitian difokuskan

pada seleksi jamur biodekomposer bahan organik,

mikroba penambat N, dan mikroba pelarut P untuk

memacu pertumbuhan tanaman, formulasi bahan

pembawa, serta cara aplikasi untuk tanaman jagung

dan kelapa sawit.

Hasil penelitian di lahan rawa pasang surut sulfat

masam Kabupaten Batola, Kalimantan Selatan,

menunjukkan bahwa formula pupuk hayati M-Star

yang terdiri atas mikroba perombak bahan organik

(Trichoderma sp.), penambat N (Azospirillium sp.),

dan pelarut P (Bacillus sp.) dengan dosis 120 g/

tanaman untuk tanaman kelapa sawit dan 15 kg/ha

untuk tanaman jagung dapat meningkatkan

kandungan hara tanah dan pertumbuhan tanaman.

Pupuk mikroba tersebut juga dapat mengefisienkan

penggunaan pupuk NPK anorganik sampai 50%.

Tanaman jagung dan ubi jalar pada tanah gambut ketebalan sedang (100-200 cm) di Kabupaten KubuRaya, Provinsi Kalimantan Barat.

Page 20: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan20

Tabel 7. Hasil gabah kering panen dan kering giling

dengan pemberian pupuk NPK slow release,

Desa Jambu Luwuk, Bogor.

Hasil gabah (t/ha)

Perlakuan RAE (%)1)

GKP GKG

Kontrol 6,18 4,71 -

Perlakuan petani 7,04 5,41 -

NPK Phonska 7,68 5,95 100

NPK tunggal 7,25 5,57 69

NPK SR setara dosis 7,47 6,14 116

rekomendasi

75% NPK Phonska 7,58 5,95 100

75% NPK tunggal 6,76 5,36 53

75% NPK SR 7,30 6,08 111

1)RAE dihitung berdasarkan GKG

Formula NPK Lepas Lambat dan

Pupuk Silika

Pada tahun 2012 telah dihasilkan dua formula pupuk

anorganik, yaitu NPK lepas lambat (slow release) dan

pupuk silika. Formula pupuk NPK lepas lambat

15:10:10 (NPK SR) memiliki kemampuan setara

dengan pupuk NPK majemuk (Phonska) dan NPK

tunggal dalam meningkatkan pertumbuhan padi.

Dalam hal ini, nilai RAE yang lebih tinggi menunjukkan

pupuk NPK slow release efektif meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Dengan

demikian, pupuk NPK slow release dapat direkomen-

dasikan untuk tanaman padi (Tabel 7).

Pupuk silika yang dikombinasikan dengan NPK

maupun NP tanpa K rata-rata memberikan hasil yang

tinggi (Tabel 8). Pupuk silika dengan dosis 200-300

kg/ha yang dikombinasi dengan NP tanpa K

mempunyai efektivitas yang sama dengan perlakuan

75% NPK yang dikombinasikan dengan silika pada

dosis 100-300 kg/ha. Ini berarti pemberian silika

Pengujian penggunaan pupuk hayati M-Star pada tanaman jagung dan kelapa sawit di lahan rawapasang surut Kabupaten Batola, Kalimantan Selatan.

dapat menggantikan sebagian peran K. Pupuk silika

nyata meningkatkan bobot 1.000 butir gabah sehingga

meningkatkan kualitas padi. Pemberian pupuk silika

Page 21: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sumberdaya Lahan 21

Tabel 8. Hasil gabah kering panen dan kering giling

dengan pemberian pupuk NPK dan silika, Desa

Jambu Luwuk, Bogor.

Hasil gabah (t/ha)

PerlakuanGKP GKG

(t/ha) (t/ha)

Kontrol lengkap 5,91 4,83

Perlakuan Petani 7,92 6,47

NPK Tunggal dosis rek. 8,63 6,85

NPK + Si 100 8,33 6,86

NPK + Si 200 8,40 6,84

NPK + Si 300 7,93 6,46

NP + Si 100 8,02 6,48

NP + Si 200 8,88 7,28

NP + Si 300 8,34 6,83

75% NPK + Si 100 8,94 7,22

75% NPK + Si 200 8,65 6,94

75% NPK + Si 300 8,73 7,08

Prototipe perangkat uji tanah sawah (PUTS)digital yang memiliki tingkat keakuratan 80%.

juga meningkatkan ketahanan tanaman padi terhadap

serangan OPT. Penularan virus tungro yang paling

rendah terdapat pada petak tanaman yang diberi

pupuk silika dengan dosis paling tinggi.

PUTS Digital

Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan perangkat

uji tanah sawah (PUTS) sejak 5 tahun yang lalu.

Mengikuti tuntutan teknologi dan kemudahan bagi

pengguna, dan tetap mempertahankan validitas data,

maka pada tahun 2012 disusun dan diformulasikan

PUTS digital. Sampai saat ini, tingkat akurasi produk

sudah mencapai 80% dan masih akan terus di-

sempurnakan hingga mencapai keakuratan 95%.

Page 22: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan22

Tanaman Pangan

Di tengah makin beratnya tantangan yang dihadapi dalam usaha tani,

Kementerian Pertanian tetap optimistis swasembada pangan dapat diraih

dan dipertahankan karena pengalaman membuktikan implementasi

teknologi yang tepat dapat mengatasi masalah teknis yang dihadapi

petani dalam berproduksi. Sejalan dengan komitmen Kementerian

Pertanian untuk mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan, Badan

Litbang Pertanian terus berupaya menghasilkan teknologi yang

diharapkan mampu meningkatkan produksi padi dan palawija yang

selain sebagai pangan penting juga merupakan sumber perekonomian

yang menopang kehidupan sebagian besar petani di pedesaan. Melalui

penelitian yang mengacu kepada target empat sukses Kementerian

Pertanian 2010-2014, Badan Litbang Pertanian dalam tahun 2012 telah

menghasilkan sejumlah varietas unggul, teknologi produksi, dan benih

sumber varietas unggul padi dan palawija untuk dikembangkan lebih

lanjut oleh penangkar dan produsen benih guna mendukung upaya

peningkatan produksi nasional.

Varietas unggul baru padi sawah Inpari 23.

Page 23: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Tanaman Pangan 23

Varietas Unggul Baru

Memanfaatkan sumber daya genetik yang ada, baik

di dalam maupun introduksi dari luar negeri, Badan

Litbang Pertanian melalui unit kerja penelitiannya

telah menghasilkan 21 varietas unggul baru tanaman

pangan, yang terdiri atas 12 varietas unggul padi,

tiga varietas unggul jagung, satu varietas unggul

kedelai, empat varietas unggul kacang tanah, dan

satu varietas unggul ubi kayu. Varietas unggul baru

tersebut telah dilepas oleh Menteri Pertanian dalam

tahun 2012.

Padi

Sepuluh varietas unggul padi yang dihasilkan cocok

dikembangkan pada lahan sawah, satu varietas pada

lahan rawa, dan satu varietas lagi pada lahan kering

(gogo). Varietas unggul baru padi sawah tersebut

masing-masing dilepas dengan nama Inpari 21

Batipuah, Inpari 22, Inpari 23 Bantul, Inpari 24

Gabusan, Inpari 25 Opak Jaya, Inpari 26, Inpari 27,

Inpari 28 Kerinci, Inpari 29 Rendaman, dan Inpari 30

Ciherang-Sub1 dengan potensi hasil 7,7-9,6 t/ha.

Varietas unggul padi lahan rawa dan lahan kering

masing-masing dilepas dengan nama Inpara 7 dan

Inpago 9. Varietas Inpara 7 berdaya hasil 5,1 t/ha

dan varietas Inpago 9 mampu berproduksi 8,4 t/ha

pada lahan kering subur dengan lingkungan yang

mendukung (Tabel 1).

Jagung Hibrida

Di Indonesia, jagung termasuk pangan utama setelah

padi. Di beberapa daerah, jagung putih telah menjadi

makanan pokok masyarakat setempat secara turun-

temurun. Dewasa ini pertanaman jagung putih dapat

dijumpai di Nusa Tenggara Timur (Pulau Timor, Sumba,

dan Flores), Nusa Tenggara Barat (Sandubaya), Jawa

Tengah (Blora, Temanggung), Jawa Timur (Madura),

Sulawesi Selatan (Jeneponto, Bulukumba, Bantaeng,

dan Selayar), Sulawesi Tenggara, DI Yogyakarta, dan

Gorontalo.

Jagung hibrida yang berkembang di petani hingga

saat ini berbiji kuning dan umumnya digunakan untuk

pakan. Dua dari tiga varietas unggul jagung hibrida

yang dilepas memiliki biji putih, masing-masing diberi

nama Bima Putih 1 dan Bima Putih 2 dengan potensi

hasil di atas 10 t/ha. Bima Putih 1 memiliki perakaran

kuat sehingga tahan rebah. Bima Putih 1 tergolong

genjah (108 hari), batang dan daun di atas tongkol

masih hijau (stay green) pada saat panen sehingga

dapat digunakan untuk pakan ternak. Kelebihan

lainnya dari Bima Putih 1 adalah kandungan asam

Varietas unggulpadi sawah yang

dilepas padatahun 2012berpotensi hasil

7,7-9,6 t/hadengan beberapakeunggulan

lainnya.

Page 24: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan24

amino esensial yang tinggi, 0,23% untuk lisin dan

0,06% untuk triptofan, atau satu setengah kali lebih

tinggi dari kadar asam amino jagung putih lokal. Bima

Putih 2 juga memiliki perakaran yang kuat, umur lebih

genjah (107 hari), dan stay green. Kandungan asam

amino esensial Bima Putih 2 lebih tinggi dari Bima

Putih 1, yaitu lisin 0,29% dan triprofan 0,07%. Kedua

jagung hibrida berbiji putih ini dapat dijadikan sebagai

bahan substitusi beras, khususnya pada wilayah yang

penduduknya mengonsumsi jagung sebagai makanan

pokok.

Tabel 1. Varietas unggul baru padi yang dilepas pada tahun 2012.

NamaUmur Potensi hasil

Keterangan(hari) (t/ha)

Inpari 21 Batipuah 120 8,2 Padi sawah, agak rentan wereng batang coklat biotipe 1, 2 dan

rentan biotipe 3, tahan terhadap HDB strain III, tahan penyakit

blas ras 003, rentan virus tungro, mutu beras pera, cocok pada

ekosistem sawah dataran rendah hingga ketinggian lokasi

600 m dpl

Inpari 22 118 7,9 Padi sawah, agak tahan wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3, tahan

hawar daun bakteri strain III, tahan blas ras 033 dan 133, agak

tahan ras 073 dan 137, rentan tungro

Inpari 23 Bantul 113 9,2 Padi sawah, tahan wereng batang coklat biotipe 1, agak tahan

biotipe 2 dan 3, tahan hawar daun bakteri strain III, namun rentan

strain VIII, rasa nasi pulen, aromatik (aroma wangi pandan)

Inpari 24 Gabusan 111 7,7 Padi sawah, warna beras merah, tahan hawar daun bakteri

strain III dan agak tahan strain IV

Inpari 25 Opak Jaya 115 9,4 Padi sawah, ketan, warna beras merah, agak tahan wereng batang

coklat biotipe 2 dan 3, tahan hawar daun bakteri strain III dan

agak tahan strain IV dan VIII

Inpari 26 124 7,9 Padi sawah, tahan hawar daun bakteri strain III, tahan blas

ras 033, sesuai ditanam di lahan sawah dataran tinggi sampai

900 m dpl

Inpari 27 125 7,6 Padi sawah, tahan hawar daun bakteri strain III, tahan blas

ras 073, rentan tungro, rasa nasi pulen

Inpari 28 Kerinci 128 9,5 Padi sawah, tahan hawar daun bakteri strain III, agak tahan

blas ras 033 dan 073, rentan tungro, rasa nasi pulen

Inpari 29 Rendaman 110 9,5 Padi sawah, agak rentan wereng batang coklat biotipe 1 dan 2,

serta hawar daun bakteri strain III, toleran rendaman pada fase

vegetatif selama lebih dari 14 hari, rasa nasi pulen

Inpari 30 Ciherang-Sub 1 111 9,6 Padi sawah, agak rentan wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3, hawar

daun bakteri patotipe III, toleran rendaman pada fase vegetatif

selama 15 hari, rasa nasi pulen

Inpara 7 114 5,1 Padi rawa, agak tahan tungro isolat Subang, tahan blas ras 033

dan 173, agak toleran keracunan Fe dan Al, rasa nasi pulen

Inpago 9 109 8,4 Padi gogo, agak tahan wereng batang coklat biotipe 1, agak tahan

blas ras 133, agak toleran kekeringan dan keracunan Al, rasa nasi

sedang

Page 25: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Tanaman Pangan 25

Varietas Bima16 merupakan jagung hibrida

berbiji kuning dan berumur 119 hari. Dalam pengujian

multilokasi, jagung hibrida ini mampu berproduksi

12,4 t/ha pipilan kering pada kadar air 15%. Bima 16

tahan terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora

maydis ), karat daun (Puccinia sorgi), dan bercak daun

(Helminthosporium maydis). Dari aspek nutrisi,

varietas unggul ini memiliki karbohidrat yang cukup

tinggi, mencapai 63,1%, protein 12,1%, dan

lemak 9,2% (Tabel 2).

Kedelai

Varietas unggul baru kedelai dilepas dengan nama

Dering 1. Varietas unggul ini toleran terhadap

kekeringan selama fase reproduktif, umur genjah (81

hari) dengan potensi hasil 2,8 t/ha (rata-rata hasil

2,0 t/ha), ukuran biji sedang (10,7 g/100 biji), tahan

hama penggerek polong dan penyakit karat daun.

Jagung hibrida berbiji putih varietas Bima Putih 1 dan Bima Putih 2 berpotensi hasil di atas 10 t/ha,lebih tinggi dari jagung putih lokal yang hanya mampu berproduksi 3 t/ha, dan jagung hibrida Bima 16

berbiji kuning yang memiliki potensi hasil 12,4 t/ha.

Tabel 2. Varietas unggul jagung hibrida yang dilepas pada tahun 2012.

VarietasUmur panen Hasil

Sifat penting lainnya(hari) (t/ha)

Bima Putih 1 108 10,3 Biji putih, perakaran kuat, stay green, lisin 0,23%, triptofan 0,06%

Bima Putih 2 107 10,4 Biji putih, perakaran kuat, stay green, lisin 0,29%, triptofan 0,07%

Bima 16 119 12,4 Biji kuning oranye, tahan bulai, karat, dan bercak daun, kokoh, pertumbuhan

seragam, hasil stabil di lahan suboptimal

Kedelai unggul varietas Dering 1, berumurgenjah dengan potensi hasil 2,8 t/ha.

Page 26: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan26

nasional ubi kayu yang saat ini baru mencapai 15-20

t/ha. Varietas Litbang UK 2 juga memiliki potensi

bioetanol 96% atau 14.472 liter/ha. Keunggulan lain

dari varietas unggul ubi kayu ini adalah agak tahan

terhadap tungau dan agak tahan penyakit busuk akar/

umbi.

Teknologi Produksi

Teknologi Produksi Padi Hibrida pada LahanSawah Irigasi

Peningkatan produksi padi hibrida di lahan sawah

irigasi dapat diupayakan melalui penerapan teknologi

pemupukan dan sistem tanam. Penggunaan bahan

organik 2 t/ha yang dikombinasikan dengan sistem

tanam legowo 2:1 dan pemupukan berdasarkan hasil

Kacang Tanah

Empat varietas unggul kacang tanah yang dilepas

masing-masing diberi nama Hipoma 1, Hipoma 2,

Takar 1, dan Takar 2. Selain tahan penyakit bercak

dan karat daun, Hipoma 2 juga toleran kekeringan.

Varietas Takar 1 dan 2 tahan penyakit karat daun

dan kutu kebul yang kini sudah menjadi hama penting

kacang tanah di beberapa sentra produksi, dan

toleran kemasaman tanah. Umur panen keempat

varietas berkisar antara 85-95 hari dengan potensi

hasil 3,5-4,25 t/ha (Tabel 3).

Ubi Kayu

Varietas unggul baru ubi kayu dilepas dengan nama

Litbang UK 2. Umur panennya 9-10 bulan dan potensi

hasil 60,4 t/ha, jauh lebih tinggi dari rata-rata hasil

Tabel 3. Varietas unggul kacang tanah yang dilepas pada tahun 2012.

VarietasUmur panen Hasil

Sifat penting lainnya(hari) (t/ha)

Hipoma 1 91 3,7 Tahan bercak dan karat daun

Hipoma 2 90 3,5 Tahan bercak dan karat daun, toleran kekeringan

Takar 1 95 4,25 Tahan karat daun, kutu kebul, toleran tanah masam (pH 4,5-5,6), kejenuhan Al sedang

Takar 2 85-95 3,9 Tahan karat daun, agak tahan bercak daun, tahan kutu kebul, toleran tanah

masam (pH 4,5-5,6), kejenuhan Al sedang

Kacang tanah varietas Takar 1, potensi hasil4,25 t/ha.

Ubi kayu varietas Litbang UK-2, potensi hasil60,2 t/ha.

Page 27: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Tanaman Pangan 27

analisis tanah atau PUTS dapat meningkatkan hasil

padi hibrida. Dengan cara ini, hasil padi mencapai

8,87 t GKP/ha di Subang, 10,25 t/ha di Cianjur, dan

7,87 t/ha di Bogor. Hasil tertinggi dicapai oleh varietas

Hipa 8, yaitu 8,97 t/ha di Subang, 10,53 t/ha di Cianjur,

dan 8,25 t/ha di Bogor.

Teknologi Produksi Padi Lahan Pasang Surut

Hasil penelitian di Sumatera Selatan dan Jambi

menunjukkan bahwa pencucian lahan dan pemberian

kapur pertanian 3 t/ha meningkatkan hasil padi pada

lahan pasang surut masing-masing 21% dan 15%.

Untuk lebih meningkatkan produksi padi di lahan

pasang surut disarankan menggunakan varietas

unggul Inpara 1, Inpara 2, dan Inpara 3.

Selain di lahan pasang surut, teknologi ini juga

dapat diterapkan di lahan yang tercekam salinitas

yang umumnya terdapat di daerah pesisir. Pada lahan

yang mengalami salinitas, electrical conductivity

(konduktivitas listrik) dalam tanah cenderung

meningkat sejak tanam hingga panen. Dalam kondisi

demikian, peningkatan dosis pemupukan NPK sampai

125% dari dosis rekomendasi tidak berpengaruh

terhadap hasil padi. Masalah ini juga dapat diatasi

melalui penerapan teknologi pencucian lahan dan

pemberian kapur. Penggunaan kapur pertanian

sebulan setelah tanam bertujuan untuk menekan

salinitas dan meningkatkan efektivitas pemupukan.

Teknologi Produksi dan SLPTT Padi Gogo

Produksi padi gogo masih berpotensi ditingkatkan,

baik melalui peningkatan hasil maupun perluasan

area. Tanaman padi gogo membutuhkan curah hujan

>200 mm/bulan, minimal empat bulan secara

berurutan. Pada daerah yang mempunyai bulan

basah >7 bulan, petani dapat menanam dua kali padi

gogo pada MH I dan II. Dalam pola padi gogo IP 200,

penggunaan varietas unggul berumur genjah sampai

sangat genjah sangat menentukan, terutama pada

MH II.

Sistem tanam joged perlu pula dipertimbangkan

dalam budi daya padi gogo IP 200, terutama pada

musim kemarau. Sistem tanam ini mengacu pada

persemaian culik padi sawah. Pada padi gogo,

persemaian dilakukan secara kering di luar area

pertanaman untuk mempercepat waktu tanam karena

pertimbangan intensitas curah hujan yang sudah

menurun.

Melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SLPTT), beberapa varietas unggul padi gogo

yang diintroduksikan di Cianjur Selatan, Jawa Barat,

Penerapan teknologi pemupukan pada sistem

tanam legowo 2:1 meningkatkan hasil padihibrida di lahan sawah.

Melalui SLPTT, beberapa varietas unggul padi

gogo mampu berproduksi 5,12-6,24 t/ha,setara dengan hasil padi sawah irigasi.

Page 28: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan28

tani spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi sumber daya

setempat. Komponen teknologi yang dirakit di lahan

sawah mencakup varietas unggul jagung hibrida, daya

kecambah benih >90%, penanaman dengan sistem

legowo, dan pemupukan spesifik lokasi dengan

takaran pupuk urea 300 kg/ha.

Pada MK I, penerapan teknologi spesifik lokasi

pada jagung varietas Bima 3 memberikan hasil 10,5

t/ha, pada varietas Bisi 2 mencapai 12,1 t/ha, dan

pada varietas P21 sebesar 12,2 t/ha. Pada MK II,

hasil semua varietas relatif rendah, berkisar antara

8,0-9,0 t/ha.

Biopestisida Hayati untuk PengendalianHama Jagung

Hasil penelitian menunjukkan pestisida hayati for-

mulasi virus HaNPV efektif menekan perkembangan

hama utama tanaman jagung, seperti penggerek

tongkol jagung (Helicoverpa armígera), penggerek

batang (Ostrinia furnacalis), dan ulat grayak

(Spodoptera litura). Selain efektif, penggunaan

biopestisida hayati juga ramah lingkungan karena

tidak membunuh serangga predator.

Pengelolaan Bahan Organik Tanahpada Kedelai

Pengembangan kedelai di Indonesia tidak hanya

diarahkan pada lahan optimal, tetapi juga lahan sub-

optimal. Hal ini tentu memerlukan teknologi produksi

yang sesuai, salah satunya adalah pengelolaan bahan

organik yang akan meningkatkan daya dukung lahan

terhadap penyediaan hara dan air bagi tanaman.

Di Probolinggo, Ngawi, dan Banyuwangi, peng-

ujian dilakukan dengan pengaturan populasi tanaman,

aplikasi pupuk organik untuk meningkatkan daya

dukung lahan, dan mengombinasikannya dengan

pupuk anorganik untuk keseimbangan hara bagi

tanaman kedelai. Hasil kedelai 3 t/ha cukup mudah

dicapai dengan menggunakan varietas atau calon

varietas unggul hasil persilangan varietas lokal Jateng/

Sinabung-1036 dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm

atau 40 cm x 15 cm (Tabel 5). Penggunaan pupuk

Tabel 4. Hasil beberapa varietas padi gogo dalam

pengujian melalui SLPTT di Cianjur Selatan,

Jawa Barat.

Hasil gabah

VarietasUbinan Konversi

(kg/6,25 m2) ke t/ha

Situ Bagendit (LL) 3,2 5,12

Limboto (LL) 3,9 6,24

Way Rarem (LL) 3,6 5,76

Jatiluhur (LL) 3,7 5,92

Situ Patenggang (SL) 3,8 6,08

LL = laboratorium lapang; SL = sekolah lapang

mampu berproduksi 5,12-6,24 t/ha (Tabel 4), setara

dengan produktivitas padi sawah irigasi.

Pengendalian Penyakit HDB pada TanamanPadi dengan Pestisida Nabati

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan

oleh Xanthomonas oryzae merusak tanaman padi

pada kondisi kelembapan yang tinggi atau dosis

pemupukan N yang berlebihan. Selama ini penyakit

HDB dikendalikan dengan aplikasi bakterisida sintetis

sehingga mencemari lingkungan.

Dalam upaya pengendalian HDB, Badan Litbang

Pertanian telah menghasilkan formula pestisida nabati

dari ekstrak daun mimba (Azadirachta indica) dan

rimpang lengkuas (Alpinia galanga). Cairan perasan

dari kedua bahan dengan konsentrasi 10% disemprot-

kan pada tanaman padi yang terinfeksi HDB, baik pada

stadia vegetatif maupun generatif. Teknologi ini

mampu menghambat perkembangan penyakit HDB

pada tanaman padi, lebih baik dibandingkan dengan

aplikasi bakterisida sintetis berbahan aktif tembaga

oksida 56% tanpa menurunkan hasil panen.

Peningkatan Hasil Jagung HibridaMelalui Pendekatan PTT

Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan suatu

pendekatan dalam penyusunan paket teknologi usaha

Page 29: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Tanaman Pangan 29

Penambahan pupuk anorganik (ZA, SP36, dan

KCl) di tanah Entisol Probolinggo dan Vertisol Ngawi

tampaknya belum diperlukan (Tabel 5). Hal serupa

juga terjadi pada penggunaan pupuk organik yang

dikombinasikan dengan pupuk anorganik (Tabel 6).

kandang tidak meningkatkan hasil di Probolinggo dan

Banyuwangi. Di Ngawi pada jenis tanah Vertisol,

pemberian pupuk kandang 2,5 t/ha memberikan hasil

yang setara dengan 2,0 t/ha pupuk organik kaya hara

NM2 dengan peningkatan hasil 4-7%.

Tabel 5. Pengaruh jarak tanam, pupuk organik, dan pupuk anorganik terhadap hasil kedelai di Probolinggo,

Banyuwangi, dan Ngawi, Jawa Timur, MT 2012.

Hasil biji kering kadar air 12% (t/ha)

Perlakuan

Probolinggo Banyuwangi Probolinggo Ngawi

Jarak tanam

40 x 10 cm, 2 biji/lubang 3,25 3,42

40 x 15 cm, 2 biji/lubang 3,50 3,24

40 x 20 cm, 1 biji/lubang 2,74 2,80

40 x 20 cm, 2 biji/lubang 3,34 2,95

Pupuk organik

Tanpa pupuk kandang 3,14 3,13 3,42 3,37

Pupuk kandang 2,5 t/ha 3,35 3,07 3,24 3,51

Pupuk kandang 5,0 t/ha 3,12 3,08 2,80 3,39

Pupuk organik NM2 2,0 t/ha 3,22 3,12 2,95 3,62

Pupuk ZA, SP36, KCl

0 + 0 + 0 3,13 3,47

50 + 50 + 100 3,07 3,45

50 + 150 + 50 3,08 3,36

50 + 150 + 100 3,12 3,62

Tabel 6. Pengaruh interaksi pupuk organik dan anorganik terhadap hasil biji kedelai lokal Jateng/Sinabung-1036 pada tanah

Vertisol Ngawi, MK 2012.

Hasil biji kedelai kadar air 12% (t/ha)

Perlakuan ZA + SP36 + KCl (kg/ha)

0 + 0 + 0 50 + 50+100 50 + 150 + 50 50+150+100 Rata-rata

Tanpa pupuk kandang 3,38 3,25 3,47 3,39 3,37

Pupuk kandang 2,5 t/ha 3,81 3,37 3,23 3,62 3,51

Pupuk kandang 5,0 t/ha 3,05 3,75 3,11 3,63 3,39

Pupuk organik NM2 2,0 t/ha 3,63 3,41 3,61 3,83 3,62

Rata-rata 3,47 3,45 3,36 3,62

Pukan = pupuk kandang

Page 30: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan30

memperpanjang daya simpan benih kedelai telah

dihasilkan teknologi penyimpanan benih. Teknologi

pelleted soybean seeds (benih kedelai tersalut)

dirancang untuk mempertahankan mutu benih kedelai

selama penyimpanan. Bahan salut yang terdiri atas

dolomit, lempung, dan SP36 dengan perbandingan

3:2:1 dan 2:2:0,5 dengan kadar air awal benih 12%

pada saat disimpan mampu mempertahankan kualitas

benih kedelai yang disalut hingga 1 tahun. Pengem-

bangan teknologi ini berperan penting dalam penye-

diaan benih kedelai tepat waktu.

Teknologi Produksi Kacang Tanahpada Tanah Sawah Alfisol

Pengembangan kacang tanah pada lahan Alfisol di

Jepara Jawa Tengah memerlukan komponen teknologi

pemupukan dan populasi tanaman. Perlakuan jarak

tanam lebih efisien dalam penggunaan benih, tetapi

secara umum tidak memengaruhi hasil kacang tanah.

Hasil yang diperoleh masih setara dengan teknologi

petani di sekitar lokasi pengujian.

Aplikasi pupuk anorganik N, P, dan K memberikan

hasil 2,35 t/ha polong kering, tetapi lebih rendah

daripada yang hanya dipupuk urea, yakni 2,67 t/ha.

Residu pupuk urea dan Phonska yang diaplikasikan

pada tanaman padi tampaknya memengaruhi

respons tanaman kacang tanah terhadap pemupukan

N, P, dan K.

Jarak tanam baris ganda 60 cm x (30 cm x 10

cm) meningkatkan hasil polong 7,7% lebih tinggi dari

hasil yang dicapai dengan jarak tanam tunggal (40

cm x 50 cm), masing-masing 2,60 t dan 2,42 t/ha

polong kering (Tabel 7).

Pengendalian Kutu Kebul pada Kedelai

Kutu kebul (Bemisia tabaci) dapat merusak tanaman

kedelai dan menjadi salah satu vektor virus. Aplikasi

pestisida yang dikombinasikan dengan pengairan

sprinkle mampu menekan intensitas serangan kutu

kebul. Percikan air dari sprinkler menyebabkan kutu

kebul tidak dapat bertahan lama pada daun. Rata-

rata kerusakan daun tanaman kedelai pada perlakuan

pengairan sprinkler 45% lebih rendah dengan hasil

biji 35% lebih tinggi dibanding pengairan irigasi, yakni

1,9 t/ha pada pengairan sprinker dan 1,4 t/ha pada

pengairan irigasi.

Pengendalian kutu kebul secara hayati dengan

memanfaatkan suspensi cendawan entomopatogen

Lecanicillium lecanii dapat menurunkan populasi kutu

kebul, baik pada kedelai berbiji besar (Argomulyo)

maupun berbiji kecil (Wilis). Semakin sering aplikasi

cendawan L. lecanii semakin sedikit populasi kutu

kebul yang ditemukan pada tanaman kedelai.

Pada varietas kedelai berbiji besar, tingkat

kerusakan daun lebih berat dibandingkan dengan

varietas berbiji kecil, baik pada umur 42 HST maupun

60 HST. Aplikasi cendawan L. lecanii tiga kali dalam

satu minggu memperlihatkan tingkat serangan B.

tabaci lebih rendah dibandingkan dengan aplikasi

satu kali. Aplikasi suspensi cendawan entomopatogen

L. lecanii untuk mengendalikan hama kutu kebul tidak

memengaruhi kelangsungan hidup serangga berguna,

khususnya predator Coccinella sp.

Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai

Benih kedelai perlu disimpan dengan baik sebelum

digunakan pada musim tanam berikutnya. Untuk

Tabel 7. Populasi tanaman dan hasil kacang tanah pada tanah Alfisol Jepara, Jawa Tengah,

Agustus-November 2012.

Populasi/hasil Jarak tanam tunggal Jarak tanam ganda

Populasi tanaman dipanen (ha) 135.611 155.602

Hasil polong segar (t/ha) 5,54 4,70

Hasil polong kering ka 12% (t/ha) 2,42 2,60

Page 31: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Tanaman Pangan 31

Teknologi Produksi Ubi Kayu pada LahanKering Masam

Tingkat kesuburan lahan masam umumnya rendah

dan jika akan ditanami dengan tanaman semusim

memerlukan perlakuan khusus. Melalui pendekatan

PTT dengan pengolahan tanah dibajak dua kali

sebelum tanam, tanam di guludan, jarak tanam 100

cm x 60 cm, pemupukan 300 kg urea, 200 kg SP36,

200 kg KCl, pupuk kandang 5 t/ha, dan dolomit 500

kg/ha, pengendalian gulma menggunakan herbisida

pratanam 4 l/ha, penyiangan dan pembumbunan dua

kali dan disemprot akarisida dua kali setelah tanaman

berumur 5 bulan menghasilkan 34-43 t/ha umbi segar

(Gambar 1). Hasil yang kurang optimal ini disebabkan

tanaman ubi kayu mengalami kekeringan sejak

berumur 3 bulan sampai 6 bulan. Pada kondisi

demikian, ubi kayu varietas Litbang UK2 menghasilkan

umbi segar yang setara dengan varietas UJ-5 yang

sudah beradaptasi di Lampung, masing-masing 42,7

t dan 43,6t/ha.

Benih Sumber

Badan Litbang Pertanian menekankan perlunya

ketersediaan benih sumber untuk diperbanyak oleh

penangkar atau pihak terkait lainnya. Ketersediaan

benih bermutu dalam jumlah yang cukup merupakan

faktor yang menentukan keberhasilan usaha tani

tanaman pangan. Dalam tahun 2012, Badan Litbang

Pertanian melalui unit kerja penelitian tanaman

pangan telah menyediakan sejumlah benih sumber

(BS dan FS) varietas unggul padi dan palawija untuk

dikembangkan oleh penangkar dan produsen benih.

Padi

Penyediaan benih sumber varietas unggul baru padi

terutama bertujuan untuk mendukung upaya pening-

katan produksi. Pada tahun 2012 telah diproduksi

231,6 ton benih sumber padi yang terdiri atas 27,0

ton benih BS dan 204,6 ton benih FS untuk men-

dukung kegiatan SLPTT di 18 provinsi di Indonesia.

Jagung

Badan Litbang Pertanian juga telah memperbanyak

benih sumber jagung bersari bebas kelas penjenis

(BS) untuk varietas Lamuru, Sukmaraga, Bisma,

Srikandi Kuning 1, Srikandi Putih 1, dan Anoman

sebanyak 5.340 kg, yang terdiri atas 890 kg Lamuru,

730 kg Sukamaraga, 1.125 kg Bisma, 865 kg Srikandi

Kuning, 1.830 kg Srikandi Putih 1, dan 900 kg Anoman.

Perbanyakan benih sumber kelas BD untuk

varietas Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning

1, Srikandi Putih 1, dan Anoman dilakukan pada lahan

seluas 1,0 ha. Benih empat varietas telah diproses

dengan total hasil 8,7 ton.

Kacang-kacangan

Perbanyakan benih 11 varietas kedelai (Grobogan,

Burangrang, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argo-

mulyo, Wilis, Ijen, Panderman, Detam 1, dan Detam

2) menghasilkan 6,26 ton benih BS. Perbanyakan

benih kedelai varietas Grobogan, Burangrang, Kaba,

Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Sinabung, Wilis,

dan Panderman menghasilkan benih FS 14,3 ton.

Telah dihasilkan pula calon benih sumber kacang

tanah varietas Tuban, Bima, Domba, Jerapah, Gajah,

Kelinci, Kancil, dan Bison sebanyak 3,29 ton.

Perbanyakan benih BS kacang hijau dari varietas

Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima

1, dan Walet menghasilkan calon benih 4,14 ton.

Umbi segar(t/ha)

45

40

35

30UJ5 Litbang UK2 Adira4 MLG6 Butoijo

Varietas

Gambar 1. Rata-rata hasil ubi kayu varietasUJ-5, Litbang UK2, Adira4, MLG6,dan Butoijo. Lampung, 2012.

Page 32: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan32

Penelitian berperan penting dalam mengembangkan komoditas

hortikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan. Badan Litbang

Pertanian melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura pada

tahun 2012 telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi, antara lain

varietas unggul baru, teknologi produksi dan peningkatan kualitas

produk, serta benih sumber beberapa komoditas hortikultura untuk

memenuhi permintan yang terus meningkat. Inovasi teknologi tersebut

diharapkan dapat mendukung upaya pengembangan agribisnis

hortikultura yang berdaya saing serta peningkatan pendapatan petani.

Hortikultura

Pertanaman kentang di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran,Lembang, Jawa Barat.

Page 33: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Hortikultura 33

Varietas Unggul Baru

Badan Litbang Pertanian pada tahun 2012 telah

melepas tiga varietas unggul kentang, lima varietas

anggrek, tujuh varietas krisan mutan, dua varietas

krisan pot, dua varietas krisan potong, dan tiga

varietas gladiol. Varietas unggul ini diharapkan

memperkuat agribisnis kentang dan tanaman hias.

Kentang

Tiga verietas unggul kentang yang dihasilkan pada

tahun 2012 cocok untuk kentang olahan. Varietas

Amabile berdaya hasil tinggi (24-27 t/ha) dengan

rendemen hasil keripik melebihi varietas pembanding

Atlantik. Kandungan air umbi tergolong rendah

sehingga menghemat penggunaan minyak goreng.

Kentang varietas Medians juga berdaya hasil

tinggi (24-27 t/ha) dengan rendemen hasil keripik

juga tinggi. Kandungan air umbi rendah sehingga

efisien dalam penggunaan minyak goreng. Varietas

Maglia memiliki potensi hasil paling tinggi, mencapai

29,2 t/ha. Rendemen keripik melebihi varietas

Atlantik, dan kandungan air umbinya lebih rendah

dibandingkan Amabile dan Medians.

Tanaman Hias

Anggrek Phalaenopsis Bunga Standar

Empat anggrek Phalaenopsis yang dihasilkan pada

tahun 2012 yaitu Ayu Lestari, Ayu Suciati, Udapa Pink,

dan Indu Pramesi. Anggrek Ayu Lestari mempunyai

panjang tangkai bunga 17,2-40,8 cm, lebar bunga

7,8-8,2 cm dengan jumlah kuntum bunga tiap tangkai

12-21 kuntum. Kuntum bunga menghadap ke tiga

arah, dengan warna bibir bunga red purple 61 A,

pangkal sedikit kuning, dan kumis sedang. Tiap

tanaman dapat menghasilkan bunga 12-21 kuntum/

tahun dengan lama kesegaran bunga 3-4 bulan.

Anggrek ini beradaptasi dengan baik di daerah dengan

ketinggian 600-1.400 m dpl.

Anggrek Ayu Suciati mempunyai warna bibir

bunga red purple group dengan kumis sedang.

Panjang tangkai bunga 23,0-32,5 cm, lebar bunga

7,9-8,8 cm, dan jumlah kuntum bunga tiap tangkai

12-25 kuntum. Bunga menghadap ke segala arah.

Tiap tanaman dapat menghasilkan 12-25 kuntum/

tahun. Lama kesegaran bunga 3-4 bulan. Anggrek

ini beradapatasi baik pada ketinggian tempat 600-

1.400 m dpl.

Anggrek Udapa Pink mempunyai bunga tipe

standar dengan warna bibir bunga red purple 66A,

Varietas unggul baru kentang Amabile (kiri), Medians (tengah), dan Maglia (kanan), potensi hasil

berkisar antara 24-29 t/ha.

Page 34: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan34

dan bunga menghadap ke segala arah. Panjang

tangkai bunga 60-65 cm, lebar bunga 7,0-7,4 cm,

jumlah kuntum bunga 9-10 kuntum/tangkai, dan hasil

bunga 2-4 tangkai/tanaman/tahun. Lama kesegaran

bunga 3 bulan. Anggrek ini beradaptasi dengan baik

pada ketinggian 600-1.200 m dpl,

Anggrek Indu Pramesi memiliki bunga tipe

standar, dengan warna bibir bunga putih NN 155B.

Panjang tangkai bunga 50,0-55,7 cm, lebar bunga

9,2-9,8 cm, jumlah kuntum tiap tangkai bunga 8-12

kuntum, dan hasil bunga 2-4 tangkai/tanaman/tahun.

Bunga menghadap ke dua arah. Lama kesegaran

bunga 2,5-3 bulan. Anggrek ini beradaptasi dengan

baik pada ketinggian tempat 600-1.200 m dpl.

Anggrek Dendrobium Mutan

Anggrek Dendrobium baru diberi nama Lintang Ayu.

Anggrek pot ini memiliki warna bibir bunga ungu

bergaris ungu tua dengan panjang tangkai bunga

16,5-17,8 cm, lebar bunga 5,2-5,3 cm, dan jumlah

kuntum bunga tiap tangkai 7-9 kuntum. Tiap tanaman

dapat menghasilkan bunga 2 tangkai/tahun. Bunganya

menghadap ke dua arah. Lama kesegaran bunga 1-

2 bulan. Anggrek ini beradaptasi dengan baik pada

ketinggian tempat 600-1.400 m dpl.

Krisan Mutan

Tujuh krisan mutan yang dihasilkan pada tahun 2012

diberi nama Marimar, Yulimar, Violetana,

Merahayandi, Merahayani, Salemar, dan Limeron.

Krisan Marimar mempunyai tinggi tanaman 110-120

cm, tipe bunga standar, bentuk bunga dekoratif dengan

bunga pita berwarna kuning. Diameter kuntum bunga

12-14 cm, satu kuntum tiap tangkai. Waktu respons

7-9 minggu setelah periode hari panjang dan lama

kesegaran bunga 10-14 hari.

Krisan Yulimar mempunyai tinggi tanaman 110-

120 cm, tipe bunga standar, bentuk bunga dekoratif

dengan bunga pita berwarna putih. Diameter kuntum

bunga berkisar antara 12-14 cm, satu kuntum per

tangkai. Waktu respons 8-10 minggu setelah periode

hari panjang dan lama kesegaran bunga 10-14 hari.

Krisan Violetana mempunyai tinggi tanaman 110-

120 cm dan tipe bunga spray. Bentuk bunganya

semiganda dengan bunga pita berwarna violet.

Anggrek Dendrobium mutan Lintang Ayu.

Anggrek Phalaenopsis bunga standar: (a) Ayu

Lestari, (b) Ayu Suciati, (c) Udapa Pink, dan

(d) Indu Pramesi.

Page 35: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Hortikultura 35

Diameter kuntum 7,0-7,2 cm dan tiap tangkai terdapat

14-16 kuntum. Waktu respons 7-9 minggu setelah

perlakuan hari pendek dan lama kesegaran bunga

10-15 hari.

Krisan Merahayandi mempunyai tinggi tanaman

110-120 cm. Bunganya bertipe spray dengan bentuk

bunga semiganda dan bunga pita berwarna merah

terakota. Diameter kuntum 7,0-7,5 cm dengan 35

kuntum per tangkai. Waktu respons 8-10 minggu

setelah perlakuan hari pendek dan lama kesegaran

bunga 10-15 hari.

Krisan Merahayani mempunyai tinggi tanaman

110-120 cm. Bunga tipe spray, berbentuk semi-

ganda, dengan bunga pita berwarna merah. Diameter

kuntum bunga berkisar antara 5,5-6,5 cm dengan

14-16 kuntum per tangkai. Waktu respons 9-10

minggu setelah hari pendek dan lama kesegaran

bunga 10-15 hari.

Krisan Salemar mempunyai tinggi tanaman 110-

120 cm. Bunganya tipe spray dengan bentuk bunga

semiganda dan bunga pita berwarna salem. Diameter

kuntum bunga 7,5-8,5 cm dengan 14-16 kuntum per

tangkai. Waktu respons 7-9 minggu setelah hari

pendek dan lama kesegaran bunga 10-15 hari.

Krisan Limeron mempunyai tinggi tanaman 110-

120 cm. Tipe bunga spray, bentuk bunga semiganda,

dengan bunga pita berwarna oranye. Diameter

kuntum bunga 7-8 cm dan tiap tangkai terdapat 15-

17 kuntum. Waktu respons 7-9 minggu setelah hari

pendek dan lama kesegaran bunga 12-16 hari.

Krisan Pot

Dua krisan pot yang dihasilkan pada tahun 2012 diberi

nama Chandrasmurti dan Anindita. Chandrasmurti

mempunyai tinggi tanaman 21,5-33,0 cm, tipe bunga

spray, bentuk bunga dekoratif dengan bunga pita

berwarna kuning oranye. Diameter kuntum 5,11-5,54

cm dengan 4-5 kuntum per tangkai. Waktu respons

56-63 hari setelah periode hari panjang, dan ber-

adaptasi dengan baik pada ketinggian 700-1.200 m

dpl.

Marimar Yulimar Violetana Merahayandi

Merahayani Salemar Limeron

Tampilan tujuh bunga varietas baru krisan yang dilepas Badan Litbang Pertanian pada tahun 2012.

Page 36: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan36

Krisan Anindita mempunyai tinggi tanaman 17,8-

26,0 cm. Tipe bunga spray, bentuk bunga dekoratif,

dan bunga pita berwarna ungu muda. Diameter

kuntum bunga 4,8-5,1 cm, dengan 4-5 kuntum bunga

per tangkai. Waktu respons 56-65 hari, dan

beradaptasi dengan baik pada ketinggian tempat 700-

1.200 m dpl.

Krisan Bunga Potong Tipe Spray

Enam varietas baru krisan potong tipe spray diberi

nama Elora, Velma, Azzura, Kineta, Selena, dan

Salzieta. Elora mempunyai tinggi tanaman 88,5-92,5

cm. Bunga berbentuk anemon dengan warna bunga

pita white group 155 A. Diameter kuntum bunga 3,1-

3,5 cm, dan jumlah kuntum tiap tangkai 16-20. Waktu

respons 49-56 hari dan lama kesegaran bunga 16-

20 hari.

Krisan Velma mempunyai tinggi tanaman 125-

135 cm. Bunga tipe spray, berbentuk ganda dengan

warna bunga pita yellow orange group 22. Diameter

kuntum bunga 6,2-6,5 cm dan 12-15 kuntum per

tangkai. Waktu respons 57-63 hari dan lama

kesegaran bunga 17-21 hari.

Krisan Azzura mempunyai tinggi tanaman 99-

106 cm. Bunga tipe spray dengan bentuk bunga ganda

dan warna bunga pita greyed red group 179 A.

Diameter kuntum bunga 3,8-4,5 cm dan tiap tangkai

memiliki 14-23 kuntum. Waktu respons 52-56 hari

dan lama kesegaran bunga 14-18 hari.

Krisan Kineta mempunyai tinggi tanaman 95-97

cm. Bunga tipe spray, berbentuk dekoratif, dengan

warna bunga pita purple group 75 B dan red purple

group 74 B pada bagian tengah. Diameter kuntum

bunga 5,6-6,3 cm dan tiap tangkai terdapat 19-27

kuntum. Waktu respons 52-56 hari dan lama

kesegaran bunga 14-17 hari.

Krisan Selena mempunyai tinggi tanaman 92,0-

98,5 cm. Tipe bunga standar, bentuk bunga dekoratif,

dengan warna bunga pita greyed orange group 179

B. Diameter kuntum bunga 8,9-10,5 cm, satu kuntum

bunga tiap tangkai. Waktu respons 52-57 hari dan

lama kesegaran bunga 15-18 hari.

Krisan Salzieta mempunyai tinggi tanaman 104-

110 cm. Bunga tipe spray, bentuk bunga ganda,

dengan warna bunga pita yellow group 12 A dan

greyed red group 178 D pada bagian tengah. Diameter

Krisan pot Chandrasmurti dan Anindita.

Chandrasmurti

Anindita

Elora Velma Azzura

Kineta Selena Salzieta

Tampilan bunga enam krisan potong dengan

tipe bunga spray.

Page 37: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Hortikultura 37

kuntum bunga 5,4-6,0 cm dan 20-31 kuntum per

tangkai. Waktu respons 50-57 hari dan lama

kesegaran bunga 17-21 hari.

Gladiol

Dua varietas gladiol yang dihasilkan pada tahun 2012

diberi nama Devi dan Firda. Gladiol Devi memiliki

tinggi tanaman 83,0-135,0 cm dan mulai berbunga

pada umur 45-60 hari. Diameter bunga 10,7-12,0 cm,

hasil bunga 1-3 tangkai/tanaman/musim tanam, dan

lama kesegaran bunga 3-4 hari setelah dipotong dan

10-15 hari di lapangan.

Gladiol Firda memiliki tinggi tanaman 86,1-107,2

cm. Mulai berbunga pada umur 45-60 hari dengan

diameter bunga 8,5-12,5 cm, hasil bunga 1-3 tangkai/

tanaman/musim tanam, lama kesegaran bunga 5-6

hari setelah dipotong dan 10-15 hari di lapangan.

Calon Varietas Unggul Jeruk

Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan dua calon

varietas unggul baru jeruk keprok SoE dan jeruk

pamelo dengan sifat tanpa biji (seedless), daya hasil

tinggi, rasa manis, dan warna kulit menarik.

Teknologi Produksi

Selain varietas unggul, pengembangan komoditas

hortikultura memerlukan teknologi yang mampu

meningkatkan produksi dan kualitas agar dapat

bersaing di pasar dalam dan luar negeri.

Pengendalian Hama dan Penyakit padaKentang Toleran Suhu Panas

Pengembangan kentang di dataran medium meng-

alami berbagai kendala, di antaranya serangan hama

dan penyakit yang dapat menurunkan kualitas dan

kuantitas hasil panen. Badan Litbang Pertanian telah

menghasilkan beberapa klon kentang yang toleran

suhu panas dan untuk mengembangkannya diperlu-

kan dukungan teknologi.

Calon varietas unggul baru pamelo (kiri) dan

jeruk keprok SoE tanpa biji (kanan).

Gladiol Devi (kiri) dan Firda

(kanan).

Page 38: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan38

Penelitian menunjukkan bahwa pengendalian

hama terpadu (PHT) mampu menekan populasi dan

intensitas serangan hama dan penyakit, kecuali

penyakit layu bakteri. Oleh karena itu perlu dilakukan

perbaikan teknologi pengendalian yang tepat. Selain

itu diperlukan teknologi untuk menurunkan suhu tanah

agar tanaman kentang dapat tumbuh dan berproduksi

optimal. Dari dua klon toleran suhu panas yang diuji,

klon CIP 392781.1 mempunyai harapan untuk

dikembangkan lebih lanjut.

Teknologi Produksi Cabai MerahMenggunakan Naungan

Penggunaan naungan (netting house) berukuran 11,0

x 13,5 m dan tinggi 2,5 m dengan spesifikasi R12-

C225TrM2-70 mesh 66, lubang 127/cm2, dapat

meningkatkan hasil cabai merah 238% dibandingkan

dengan di lahan terbuka (22,9 t vs. 9,6 t/ha).

Penggunaan naungan meningkatkan pertumbuhan

tanaman yang secara langsung memengaruhi hasil

cabai merah.

Dosis pupuk NPK 500 kg/ha dapat digunakan

untuk tanaman cabai merah yang ditanam di bawah

naungan. Untuk meningkatkan adopsi oleh petani,

teknologi produksi cabai merah di bawah naungan

dapat diuji coba pada skala yang lebih luas untuk

memperoleh perhitungan (analisis) finansial yang

sesungguhnya sebagai patokan petani untuk me-

nerapkan teknologi.

Perbanyakan Varietas dan Klon-klon TerpilihPhalaenopsis secara Meriklon

Perbanyakan dilakukan di laboratorium kultur jaringan

Balai Penelitian Tanaman Hias untuk mendapatkan

media dasar sumber karbon, posisi dan ukuran

eksplan, dan media proliferasi yang optimal untuk

perbanyakan varietas dan klon-klon Phalaenopsis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tangkai bunga

tanpa tangkai kuncup merupakan sumber tunas yang

paling baik untuk kultur meristem Phalaenopsis. Tunas

hasil regenerasi tangkai bunga dikultur pada media

dasar 1/2 MS yang ditambah TDZ 3 mg/l, BAP 0,5

mg/l, dan sukrosa 20 g/l sebagai sumber karbon.

Ukuran tunas pucuk 2,0 mm potensial untuk induksi

embriogenesis pada medium 1/2 MS yang direduksi

konsentrasi hormonnya menjadi TDZ 1,5 mg/l dan

BA 0,25 mg/l.

Cabai merah yang ditanam dengan sistem

naungan (netting house).

Isolasi meristem dan eksplan untuk

pengembangan kultur meristem Phalaenopsis.

Page 39: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Hortikultura 39

dengan bahan pembawanya, yaitu media formulasi

dari bahan alami yang mengandung karbohidrat dan

protein minimal. Perlakuan bakteri antagonis B26 dan

B37 yang disuspensikan dalam air steril dan media

formulasi dari bahan alami yang mengandung karbo-

hidrat dan protein minimal dan diaplikasikan setiap

minggu dan 14 hari sekali, konsisten menekan penyakit

layu fusarium pada anggrek Phalaenopsis.

Peningkatan Kualitas Buah Manggis

Manggis adalah salah satu komoditas buah unggulan

dan merupakan buah eksotik Indonesia yang belum

dimiliki oleh sebagian besar negara lain. Namun, ada

beberapa kendala dalam menghasilkan buah manggis

berkualitas, antara lain munculnya getah kuning pada

kulit buah, daging buah bening, burik pada kulit buah,

dan serangan semut. Untuk mengatasi kendala

tersebut telah diuji beberapa komponen teknologi

pengendalian getah kuning pada kulit buah dan daging

buah bening.

Teknologi yang diuji adalah aplikasi pupuk

lengkap, yaitu P2O

5 (SP36), K

2O (KCl), CaCO

3 (dolomit),

MgO (kiserit), dan N (urea) dengan dosis berturut-

turut 0,67 kg, 0,53 kg, 0,59 kg, 1.15 kg, 1 kg/pohon

untuk mengendalikan getah kuning dan daging bening

serta aplikasi serai wangi tiap minggu sekali dengan

dosis 2 cc/l untuk mengendalikan burik dan semut

Empulur 1 yang dikultur pada medium 1/2 MS

yang ditambah TDZ 0,75 mg/l dan BAP 0,25 mg/l

potensial untuk embriogenesis Phalaenopsis. Produksi

embrio dapat ditingkatkan dengan mensubkultur kalus

embriogenik pada medium 1/2 MS dengan vitamin

penuh.

Pengendalian Hayati Penyakit Fusariumoxysporum pada Anggrek Phalaenopsis

Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium

oxysporum pada anggrek dapat menimbulkan ke-

rusakan hingga 40%. Biofungisida cair berbahan aktif

bakteri antagonis B37 dan B26 efektif mengendalikan

penyakit layu fusarium pada anggrek masing-masing

65,3% dan 48,9%. Namun, isolat bahan aktif tersebut

belum diidentifikasi dan diuji kompatibilitasnya, dan

masih diaplikasikan dalam bentuk biakan murni.

Hasil penelitian menunjukkan bahan aktif bio-

pestisida B26 dan B37 adalah bakteri dari genus

Bacillus sp. Semua bahan aktif biopestisida kompatibel

Respons kultur pucuk pada perbanyakan

tahap awal anggrek Phalaenopsis.

Koloni bakteri antagonis B26 (kiri) dan B37

(kanan) pada media Kings B.

Page 40: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan40

menurunkan populasi hama Thrips penyebab burik

serta semut pada buah manggis.

Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Buahpada Mangga di Tempat Penyimpanan

Gejala penyakit busuk pangkal buah pada mangga

mulai muncul setelah 7 hari disimpan pada suhu 26,8

± 0,4°C dan kelembapan relatif 70,0% ± 2,4% dengan

persentase penularan 1,7-11,2% dan intensitas 0,4-

3,2%. Perkembangan penyakit ini terjadi sangat cepat

setelah 10-11 hari. Aplikasi kombinasi fungisida

berbahan aktif propineb dan minyak serai wangi atau

propineb dan mancozeb secara selang-seling satu

minggu sekali sebelum panen mampu mengendalikan

penyakit busuk pangkal buah di tempat penyimpanan.

Pemupukan dan aplikasi minyak serai wangi dapat meningkatkan kualitas buah manggis.

Gejala burik, getah kuning, dan daging bening yang menjadi kendala dalam pengembangan agribisnis

manggis.

pada buah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

pemberian pupuk lengkap SP36, KCl, dolomit, kiserit,

dan urea dapat menurunkan getah kuning dan daging

bening pada buah manggis. Dengan demikian, untuk

meningkatkan kualitas buah manggis direkomendasi-

kan dengan memberikan pupuk lengkap (NPK)

ditambah dengan pupuk Ca dan Mg dua kali per

musim, yaitu sebelum dan 2 bulan setelah tanaman

berbunga. Dosis pupuk untuk dua kali pemberian

adalah 0,67 kg, 0,53 kg, 0,59 kg, 1.15 kg, 1 kg/pohon

berturut-turut untuk SP36, KCl, dolomit, kiserit, dan

urea. Minyak serai wangi yang diaplikasikan secara

rutin seminggu sekali dengan dosis 1-2 cc/l air mampu

mengurangi persentase buah burik dan populasi

semut. Minyak serai wangi memiliki sifat penolak

serangga dan mampu membunuh serangga sehingga

Page 41: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Hortikultura 41

l. Pada semua genotipe jeruk, sumber karbon dalam

bentuk sukrosa diperlukan untuk perbanyakan sel

dengan konsentrasi yang bervariasi, yaitu 146 mM

untuk mandarin dan 88 mM untuk JC, nipis, dan purut.

Pada beberapa genotipe jeruk, induksi embrio

terjadi tanpa ZPT dan dipengaruhi oleh jenis dan

konsentrasi sumber karbon. Sebagai contoh, pada

JC, induksi embrio terjadi pada media yang

mengandung 88 mM sorbitol dan galaktosa dengan

rasio yang sama, sedangkan untuk nipis pada media

yang mengandung 146 mM maltosa dan purut pada

146 mM laktosa. Induksi embrio JC tercepat terjadi

pada media 146 mM maltose, namun setelah 60 hari,

jumlah embrio yang terbentuk lebih sedikit

dibandingkan dengan media yang mengandung 88

mM sorbitol dan galaktosa. Pada nipis, komposisi

media yang mampu menginduksi embrio adalah

media dengan 88 mM maltosa, 146 mM maltosa, dan

146 mM laktosa dengan proses induksi tercepat terjadi

pada media 146 mM laktosa. Pada purut, komposisi

media yang mampu menginduksi embrio adalah

media dengan 146 mM maltosa, 88 mM gliserol, dan

88 mM sorbitol dan galaktosa pada rasio 1:3 dengan

proses induksi tercepat pada media dengan 88 mM

sorbitol dan galaktosa. Pada mandarin, kombinasi

sorbitol dan galaktosa pada rasio 3:1 menunjukkan

hasil lebih baik dibanding sumber karbon yang lain.

Embriogenesis Jeruk

Keberhasilan embriogenesis pada jeruk dipengaruhi

oleh tipe eksplan, zat pengatur tumbuh, sumber

karbon, dan kondisi kultur. Pada awal proses inisiasi

sel, pemilihan tipe eksplan diperlukan untuk men-

dapatkan sel-sel embriogenik pada periode waktu

yang pendek. Pada jeruk, sel-sel nuselus merupakan

eksplan yang tepat. Eksplan ini mudah membentuk

kalus embriogenik yang remah (friable) pada

berbagai genotipe jeruk, seperti jeruk manis pacitan,

siam pontianak, keprok garut, Batu 55, JC, nipis, dan

purut, baik pada media dengan maupun tanpa zat

pengatur tumbuh.

Pada tahap perbanyakan sel friable dan embrio-

genik pada media padat, pertumbuhannya dipengaruhi

oleh keseimbangan ZPT dan konsentrasi karbon. Pada

perbanyakan sel friable dan embriogenik secara

massal pada media cair, pertumbuhannya dipengaruhi

oleh kepadatan inokulum dan aerasi udara. Per-

bedaan genotipe jeruk diekspresikan oleh variasi

kebutuhan sitokinin untuk pertumbuhan sel yang

massif. Sel embriogenik JC, nipis, dan purut tumbuh

optimal pada dosis sitokinin rendah (0,5-1 mg/l),

sedangkan jeruk mandarin, keprok Borneo Prima,

Batu 55, garut, selayar, siam pontianak, dan kintamani

lebih baik dengan perlakuan sitokinin dosis 1,5-3 mg/

Serangan penyakit antraknose dan busuk pangkal buah pada mangga Arumanis dan Gedong Gincu di

tempat penyimpanan.

Page 42: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan42

(121,3 kg), Bima (188,6 kg), Kuning (139,1 kg),

Pikatan (173,2 kg), Trisula (209,2 kg), Pancasona

(219,4 kg), Mentes (340,8 kg), Kramat-1 (18 kg), dan

Kramat-2 (4,5 kg). Benih sayuran lainnya yang

didistribusikan meliputi cabai varietas Lembang-1 (4,7

kg), Tanjung-2 (49 g), dan Kencana (4,9 kg), tomat

varietas Mutiara (51 g), Opal (0,4 kg), Ratna (21 g),

Zamrut (45 g), Intan (23 g), Berlian (0,6 kg), dan

CLN 6046 (117 g), bayam varietas Giti Merah (7,6

kg) dan Giti Hijau (5,1 kg), mentimun varietas

Saturnus (255 g), Mars (11,1 kg), Pluto (1,9 kg),

Hibrida-1 (5 g), dan Hibrida-7 (5 g), kacang panjang

varietas KP-1 (69,8 kg), Pras-1 (5,1 kg), dan Pras-3

(100 g), caisim LV-145 (9,8 kg), buncis rambat Horti-

1 (41,7 kg), Horti-2 (16,9 kg), dan Horti-3 (750 g),

kangkung varietas Sutera (60,7 kg), buncis tegak Le

02 (75 g), Le 44 (75 g), dan Balitsa-1 (0,5 kg), serta

kentang Granola (9136), Merbabu-17 (2695),

Margahayu (2552), GM-05 (1881), Cipanas (1823),

Kikondo (1770), GM-08 (2422), dan Tenggo (2119).

Untuk buah tropika telah didistribusikan 377 bibit

durian varietas Otong dan 209 bibit durian Kani ke

Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,

Riau, Bengkulu, Fakfak, Aceh, Jambi, dan Batam; serta

Bibit manggis (kiri) dan durian (kanan) yang siap didistribusikan kepada pengguna.

Perbanyakan sel yang optimum terjadi pada

media dengan konsentrasi sumber karbon 88 mM,

sedangkan induksi embrio dan perkecambahan

memerlukan konsentrasi karbon yang lebih tinggi,

yaitu 146 mM. Ini menunjukkan bahwa embriogenesis

somatik dipengaruhi oleh sumber karbon sebagai

energi dan pengatur osmotikum media untuk

menciptakan metabolisme yang optimal. Hasil

observasi pada media padat tersebut akan digunakan

untuk mendapatkan embriogenesis massal pada

kondisi cair di dalam bioreaktor.

Distribusi Benih Sumber

Benih sumber yang dihasilkan melalui Unit Pengelola

Benih Sumber (UPBS) diupayakan dapat memenuhi

permintaan konsumen. Pada tahun 2012, UPBS

hortikulltura telah mendistribusikan sejumlah benih

kepada pengguna, baik perusahaan swasta maupun

masyarakat umum.

Untuk memenuhi permintaan pengguna telah

didistribusikan 2,3 ton benih sumber bawang merah

varietas Sembrani (437,3 kg), Katumi (539,1 kg), Maja

Page 43: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Hortikultura 43

Bibit jeruk kelas BF dan BPMT di Kebun Percobaan Punten, Batu, Jawa Timur, untuk didistribusikan ke

beberapa sentra produksi di Indonesia.

tiga bibit durian varietas Sunan, 59 bibit durian

varietas Matahari, dan 11 bibit durian varietas Lae

ke Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Utara, Riau, Bengkulu, Fakfak, Aceh, Jambi, Lubuk

Minturum, Papua Barat, Cipaku Bogor, dan Sumatera.

Bibit manggis varietas Ratu Kamang sebanyak 637

bibit dan Ratu Tembilahan 4.315 bibit telah didistri-

busikan ke Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Utara, Riau, Aceh, Jambi, Papua Barat,

Cipaku Bogor, dan Berastagi. Lima puluh enam bibit

alpokat varietas Mega Paninggahan, 59 bibit alpokat

Mega Murapi dan Mega Gagauan didistribusikan ke

Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi

Utara, Bengkulu, Riau, Aceh, Cipaku Bogor, Muaro

Jambi, Sumatera, dan Berastagi. Sebanyak 108 bibit

sirsak varietas Ratu didistribusikan ke Kalimantan

Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Bengkulu,

Riau, Aceh, Pakan Baru, Sumatera (swasta), dan

Berastagi, dan 136 bibit mangga didistribusikan ke

Sumatera.

Benih tanaman hias yang telah didistribusikan

selama tahun 2012 meliputi 108.765 setek dan 2.080

planlet krisan, yang terdiri atas Swarna Kencana

(28.610 setek dan 320 planlet), Wastu Kania (11.280

setek dan 280 planlet), Pasopati (32.930 setek dan

700 planlet), dan Kusuma Sakti (35.945 setek dan

780 planlet). Benih didistribusikan ke Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Palembang,

Lampung, Medan, dan Tomohon.

Bibit varietas jeruk keprok dataran tinggi dan

dataran rendah telah didistribusikan kepada pemesan,

di antaranya Dinas Pertanian, Direktorat Perbenihan,

dan beberapa sentra jeruk di Indonesia. Bibit BF telah

tersebar di 17 provinsi dan BPMT di 19 provinsi,

meliputi 6.851 pohon yang terdiri atas jeruk keprok

varietas Berasitepu, Batu 55, Borneo Prima, Garut,

Grabag, Kacang, Madu Terigas, Madura, Pulau

Tengah, Pulung, Selayar, SoE, dan Tejakula; jeruk

manis Pacitan; pamelo Magetan, dan Srinyonya,

serta jeruk siam varietas Banjar, Madum, dan Siompu.

Page 44: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan44

Perkebunan

Komoditas perkebunan sebagai penghasil devisa memerlukan penelitian

dan pengembangan dengan memerhatikan berbagai aspek, terutama

lingkungan dan daya saing. Badan Litbang Pertanian melalui Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) senantiasa

berupaya menghasilkan inovasi teknologi perkebunan yang mudah

diterapkan, efektif, efisien, ramah lingkungan, dan berdaya saing.

Kegiatan penelitian dan pengembangan pada tahun 2012 telah

menghasilkan inovasi teknologi yang terkait dengan upaya peningkatan

keragaman dan jumlah bahan tanaman, produktivitas, mutu, dan sintesis

kebijakan dalam upaya menuju usaha perkebunan yang berkelanjutan.

Kebun induk kelapa Dalam Kima Atas, Sulawesi Utara.

Page 45: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Perkebunan 45

Varietas Unggul

Varietas unggul merupakan komponen teknologi yang

andal untuk meningkatkan produksi. Daya hasil yang

tinggi, tahan terhadap hama penyakit, dan toleran

terhadap kondisi lingkungan tertentu merupakan sifat

penting yang dimiliki oleh varietas unggul.

Untuk mendukung pengembangan komoditas

perkebunan, pada tahun 2012 Badan Litbang

Pertanian telah menghasilkan sejumlah varietas

unggul tanaman perkebunan. Varietas-varietas

tersebut dapat menambah keragaman pilihan bagi

petani maupun pelaku usaha sehingga akan

meningkatkan hasil dan pendapatan mereka.

Varietas Wijen Unggul Winas 1 dan Winas 2

Wijen merupakan bahan baku industri makanan kecil

dan minyak. Sentra pengembangan wijen di Indonesia

adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara

Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan,

Gorontalo, dan Lampung. Di daerah tersebut, wijen

umumnya dibudidayakan di lahan kering pada musim

hujan. Namun, seiring dengan meningkatnya

permintaan di dalam negeri, pengembangan wijen

mulai merambah ke lahan sawah. Di lahan sawah,

wijen ditanam sesudah padi pada musim kemarau

pertama maupun kedua, seperti di Kabupaten

Sampang, Nganjuk, dan Sukoharjo.

Pengembangan wijen di lahan sawah sesudah

padi memerlukan varietas unggul yang berproduksi

tinggi. Varietas unggul wijen yang direkomendasikan

untuk lahan sawah sesudah padi adalah Sumberrejo

4 (Sbr-4) yang dilepas pada tahun 2007, serta Wijen

Nasional 1 (Winas 1) dan Winas 2 yang dilepas pada

tahun 2012. Potensi hasil, umur panen, warna biji,

dan daya adaptasi ketiga varietas tersebut disajikan

pada Tabel 1.

Potensi hasil varietas Winas 1 mencapai 2.222

kg/ha, dengan rata-rata 1.471 kg. Varietas ini memiliki

daya adaptasi yang luas dan produktivitasnya lebih

tinggi 16,6% dibanding Sbr-4. Pada pengujian di

Nganjuk dalam kondisi tercekam kekeringan, hasilnya

27,5% lebih tinggi dibanding Sbr-4.

Varietas Winas 2 mampu menghasilkan biji 1.874

kg/ha, dengan rata-rata 1.413 kg/ha, 12% lebih tinggi

dibanding Sbr-4. Varietas ini beradaptasi pada lokasi

spesifik, yaitu daerah yang memiliki agroekosistem

seperti di Nganjuk dan Sampang. Pada kondisi

tercekam kekeringan, hasilnya 899 kg/ha atau 82,8%

lebih tinggi dibanding Sbr-4. Demikian juga di

Sampang pada tahun 2009 dan tahun 2011, hasilnya

masing-masing 1.211 kg dan 1.493 kg/ha atau lebih

tinggi 32,9% dan 45,8% lebih tinggi dibanding Sbr-

4.

Waktu yang tersedia untuk menanam wijen di

lahan sawah sesudah padi II berbeda di masing-

masing daerah. Di Sukoharjo, waktu yang tersedia

yakni 4 bulan (Juli-Oktober), di Nganjuk 3,5 bulan

(Juni-pertengahan September), sedangkan di

Sampang 5 bulan (Juni-Oktober). Dengan demikian,

ketiga varietas tersebut dapat mendukung

pengembangan wijen di lahan sawah sesudah padi

karena umur panennya kurang dari 3,5 bulan. Di

Nganjuk yang waktu tanam wijen setelah padi II paling

singkat, varietas Winas 2 sangat tepat dikembangkan

Tabel 1. Potensi hasil, umur panen, warna biji, dan daya adaptasi varietas unggul wijen (Sbr-4), Winas 1 dan Winas 2.

Hasil biji (kg/ha) Umur panen (hari)Daya adaptasi/

Varietas Warna bijistabilitas

Rata-rata Potensi Kisaran Rata-rata

Sbr 4 1.262 1.952 89-103 98 Putih Luas/stabil

Winas 1 1.471 2.222 95-106 101 Putih Luas/stabil

Winas 2 1.413 1.874 93-103 98 Putih Sempit/spesifik

Page 46: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan46

karena umur panennya kurang dari 100 hari sehingga

tidak mengganggu pola tanam dalam setahun.

Kelapa Dalam Panua

Kelapa Dalam Panua berasal dari Desa Tehele

Kecamatan Popayato Timur, Kabupaten Pohuwato

Provinsi Gorontalo, merupakan hasil seleksi massa

dari populasi kelapa Dalam di Perkebunan PT Tombito.

Tipe tanaman tumbuh tegak dengan tinggi mencapai

18-20 m.

Kelapa Dalam Panua mulai berbunga pada umur

48 bulan dan panen pada umur 60 bulan. Jumlah

tandan bunga yang dihasilkan per tahun mencapai

14 buah, dengan jumlah buah tiap tandan rata-rata

10 butir, jumlah buah tiap pohon 149 butir, dan jumlah

buah per hektar per tahun 14.876 butir. Buahnya

berwarna hijau kekuningan, hijau, atau merah

kecoklatan dengan sabut tipis. Bobot buah utuh 1.750

g, bobot kopra per butir 232 g, dan kadar minyak

66,3%.

Kelapa Dalam Panua cocok dikembangkan di

lahan kering beriklim basah dengan tinggi tempat

kurang dari 500 m dpl. Curah hujan berkisar antara

1.000-1.500 mm/tahun dan bulan kering kurang dari

6 bulan dalam setahun.

Pinang Betara

Pinang Betara telah lama dibudidayakan petani di

Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,

Jambi, merupakan hasil seleksi dari populasi pinang

di kecamatan tersebut. Pinang unggul ini mulai

berbunga pada umur 4-5 tahun dan buah dapat

Pertanaman wijen varietas Sbr-4 (kiri), Winas 1 (tengah), dan Winas 2 (kanan).

Tampilan biji tiga varietas unggul wijen (Sbr-4), Winas 1, dan Winas 2.

Page 47: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Perkebunan 47

kering 5,7 kg/pohon/tahun, dan potensi hasilnya 7,8

t/ha.

Pinang ungul Batara sesuai dikembangkan di

lahan gambut atau pasang surut dengan bulan kering

maksimal 3 bulan dan curah hujan lebih dari 1.250

mm/tahun. Saat ini jumlah pohon induk pinang terpilih

mencapai 250 pohon. Pohon induk ini mampu

memproduksi benih 165.588 butir/tahun, yang dapat

digunakan untuk pengembangan pinang seluas

120,87 ha per tahun.

Cengkih Zanzibar Gorontalo

Cengkih Zanzibar Gorontalo berasal dari Desa

Taludaa, Gorontalo, merupakan hasil penyerbukan

terbuka cengkih Zanzibar Cibinong, Bogor. Tinggi

tanaman cengkih ini 13,7 + 2,0 m dengan lingkar

batang 116,1 + 15,2 cm. Batang utama membagi 2-

3 dengan bentuk tajuk silindris. Daunnya lonjong

langsing, agak membulat dengan warna daun tua

hijau tua dan warna pucuk merah kekuningan.

Rangkaian bunganya bertangkai panjang dengan

jumlah bunga tiap rangkaian 24 + 4 dan bentuk

bunga langsing agak corong. Bunga yang masih muda

berwarna hijau kemerahan dan setelah masak petik

Kelapa Dalam Panua mampu menghasilkan buah 14.876 butir/ha/tahun.

Pohon pinang Betara dan buah pinang yang

telah masak.

dipanen mulai umur 6-7 tahun. Jumlah buah tiap

tandan rata-rata 131 buah dan bobot biji kering 8,7

g/butir. Kadar tanin biji 9,8%, produktivitas kernel

Page 48: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan48

berwarna merah. Panjang bunga 18,3 + 1,5 mm

dengan warna mahkota krem berbercak merah.

Bobot kering tiap 100 bunga 11,5 + 0,2 g, bobot

buah 2,8 ± 0,4 g, dan bobot biji 1,0 + 0,2 g. Potensi

hasil bunga basah berkisar antara 102,2-150,8 kg/

pohon/tahun dengan kadar minyak atsiri 19,9-23,0%

dan kadar eugenol 87,4-93,0%.

Teknologi Budi Daya

Penyediaan Bahan Tanaman dengan TeknikKultur Jaringan

Keberhasilan pengembangan komoditas perkebunan

sangat bergantung pada ketersediaan bahan

tanaman yang berkualitas. Namun, penyediaan bahan

tanaman yang bebas hama penyakit dalam jumlah

banyak dalam waktu cepat bukan hal yang mudah.

Terbatasnya pohon induk sebagai sumber benih,

lamanya waktu untuk perbanyakan, dan luasnya area

yang dibutuhkan untuk perbanyakan merupakan

masalah dalam penyediaan bahan tanaman yang perlu

segera diatasi.

Teknologi kultur jaringan dapat menjadi alternatif

dalam perbanyakan bahan tanaman karena tidak

Cengkih Zanzibar Gorontalo.

bergantung pada musim, daya multiplikasi tinggi,

tanaman yang dihasilkan seragam dan bebas dari

penyakit seperti bakteri dan jamur, dan identik dengan

induknya (true to type). Teknologi ini juga dapat

dimanfaatkan dalam program pemuliaan tanaman

untuk menghasilkan genotipe-genotipe baru melalui

mutasi yang dilanjutkan dengan seleksi in vitro atau

in vivo.

Pada beberapa komoditas perkebunan, teknologi

perbanyakan bahan tanaman dengan teknik kultur

jaringan melalui organogenesis dan/atau embrio-

genesis telah dikuasai. Namun beberapa masalah

masih perlu ditindaklanjuti, antara lain keragaman

pada tanaman yang dihasilkan, seperti pada kopi dan

kakao, atau perubahan karakter morfologi tanaman

seperti pada jahe. Pada sebagian besar komoditas

perkebunan lainnya, teknologi kultur jaringan belum

dikuasai sepenuhnya.

Untuk mendukung program pengembangan

komoditas perkebunan, berbagai penelitian telah

dilakukan untuk mendapatkan metode perbanyakan

bahan tanaman maupun menghasilkan bahan

tanaman unggul melalui teknik kultur jaringan. Pada

tahun 2012, penelitian dilakukan pada kopi, kakao,

lada, jahe, jambu mete, dan tebu. Penggunaan

sumber eksplan yang tepat sebagai bahan per-

Page 49: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Perkebunan 49

banyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan

dapat menghasilkan kalus embriogenik yang

selanjutnya berkembang menjadi embrio somatik.

Pada tanaman kopi arabika varietas Sigarar

Utang dan Andung Sari 2 K, penggunaan daun sebagai

sumber eksplan dan media induksi kalus 2,4-D 2 mg/

l + 2-IP 4 mgl/l menghasilkan kalus terberat. Media

induksi kalus 2,4-D 2 mg/l + 2-IP 3 mg/l dan 2,4-D 2

mg/l + 2-IP 4 mg/l dengan media regenerasi kinetin

2 mg/l paling baik untuk menghasilkan embrio somatik

kopi. Benih hasil embrio somatik tumbuh normal

dengan tahapan perkembangan melalui fase globular,

torpedo, dan kecambah.

Pada tanaman kakao varietas ICS 13, Sca 6, dan

UIT 1, penggunaan staminoid sebagai sumber

eksplan menghasilkan kalus embriogenik dan embrio

Tahapan perkembangan embriosomatik kopi arabika varietas Sigarar Utang; (a) embrio somatik kopi

dengan berbagai tahapan, (b) fase torpedo, (c) embrio somatik kopi yang berkecambah.

Sumber eksplan dan tahap perkembangan

embrio somatik kakao: (a) eksplan staminoid,

(b) eksplan petal, (c) kalus primer dari

eksplan staminoid, (d) kalus sekunder dari

eksplan staminoid, (e) embrio somatik fase

kotiledon.

Kalus embriogenik kopi arabika varietas

Sigarar Utang di bawah mikroskop elektron.

Page 50: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan50

somatik terbanyak. Dengan menggunakan media

induksi kalus primer yang diberi kinetin 0,5 mg/l dan

media induksi kalus sekunder WPM + 2,4-D 2 mg/l +

kinetin 0,25 mg/l, varietas Sca 6 menghasilkan embrio

somatik yang lebih banyak dibanding dua varietas

lainnya. Untuk menguji keragaman genetik pada

tanaman kakao hasil embriogenesis somatik (SE),

metode CTAB dapat diaplikasikan untuk isolasi DNA

genom dengan menggunakan daun fase flush.

Sembilan pasang primer SSR telah teramplifikasi dan

siap digunakan untuk menguji keragaman kakao asal

SE.

Pada tanaman lada, penggunaan daun sebagai

sumber eksplan dengan media induksi kalus Gamborg

+ 2,4 D 0,1 mg/l menghasilkan kalus dengan waktu

tercepat, yakni 33 hari, tetapi kalus mengalami

pencoklatan dan akhirnya mati. Media induksi tunas

terbaik adalah MS + BAP 2,5 mg/l dengan waktu

tumbuh 32 hari, jumlah tunas rata-rata 5,3 buah,

dan jumlah daun 5,8 buah.

Pada tanaman jahe putih besar, penggunaan

meristem sebagai sumber eksplan dengan media

induksi MS ditambah sukrosa 2%, glutamin 100 mg/

l, 2,4-D 1,0 mg/l, BA 3,0 mg/l, dan bakto-agar 8%

menghasilkan kalus embriogenik pada umur 8 minggu

dengan struktur kalus remah dan warna putih

kekuningan. Induksi embrio globular dan torpedo

menggunakan media cair yang dikombinasikan

Tahapan perkembangan embrio somatik kakao klon Sca 6 (kiri), embrio somatik fase kotiledon dewasa

klon Sca 6 (tengah), dan embriosomatik fase kotiledon dewasa klon ICS 13 (kanan).

Eksplan daun dan tunas lada pada media

regenerasi.

dengan metode TIS mempercepat perkembangan

embrio somatik dan menghasilkan embrio yang lebih

banyak dibandingkan dengan metode standar (media

padat).

Pada tanaman jambu mete, penggunaan

jaringan nuselus yang diambil dari biji muda sebagai

sumber eksplan lebih baik dibanding eksplan daun,

karena lebih cepat membentuk kalus embriogenik.

Page 51: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Perkebunan 51

Bululawang adalah MS + NAA 0,5 mg/l + BAP 0,1

mg/l, sedangkan untuk varietas Kidang Kencana

dan PSJT 941 adalah MS + IBA 0,5 mg/l + BAP 0,3

mg/l.

Agen seleksi PEG 10% dapat digunakan sebagai

metode seleksi in vitro untuk toleransi kekeringan

pada kalus tebu. Kalus tebu yang berasal dari

perlakuan iradiasi sinar gama 10-20 gy mempunyai

pertumbuhan dan toleransi kekeringan yang lebih

baik dibanding tanpa iradiasi. Seleksi in vitro

menggunakan PEG 10% menghasilkan mutan-mutan

baru dari varietas Bululawang, Kidang Kencana, dan

PSJT 941 untuk diperbanyak dan diseleksi di rumah

kaca.

Media MS + 2,4-D 8 mg/l + BA 1 mg/l + arang aktif

menginduksi kalus paling banyak, yakni 86,1%. Media

MS + 2,4-D 11 mg/l + BA 1 mg/l + arang aktif dan

MS + 2,4-D 12 mg/l + BA 1 mg/l + arang aktif

menghasilkan kalus yang cukup baik dengan diameter

dan berat kalus berturut-turut 0,79 cm dan 0,54 g,

dan 0,76 cm dan 0,58 g.

Pada tanaman tebu varietas BL, KK, dan PSJT

941, media MS + auksin 2,4 D 3 mg/l mampu

menginduksi pembentukan kalus hingga 100%.

Induksi kalus embriogenik varietas Kidang Kencana

dan PSJT 941 membutuhkan tambahan kasein

hidrolisat 1 g/l, namun sebaliknya pada varietas

Bululawang. Media regenerasi terbaik untuk varietas

Pertumbuhan eksplan jahe putih besar umur 2 minggu (a), induksi kalus umur 4 minggu (b), kalus

umur 8 minggu (c), dan kalus embriogenik umur 10 minggu (d).

Nuselus jambu mete yang mengarah ke pembentukan embrio somatik: (a) kalus embriogenik yang

masih melekat pada kulit biji, (b) kalus embriogenik yang telah terlepas, (c) embrio globular terbentuk,

(d) menuju fase hati.

Page 52: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan52

produksi buah kakao per pohon sampai umur 9 bulan

setelah perlakuan. Pemangkasan kakao sampai

tingkat pencahayaan yang masuk ke pertanaman 15%

meningkatkan jumlah buah kakao per pohon sampai

156% dibanding cara petani.

Klon Sulawesi-1 sebagai materi sambung

samping menghasilkan jumlah buah per pohon paling

banyak dibanding klon Sulawesi-2 maupun klon lokal

sampai umur 18 bulan. Fermentasi kakao lindak milik

petani sampai 6 hari meningkatkan jumlah biji per

100 g dan nilai buah kakao. Keuntungan sambung

samping adalah peluang keberhasilan lebih tinggi,

Pengembangan Teknologi Pengelolaan Kakaosecara Terpadu

Penelitian dan pengembangan kakao terintegrasi

dengan ternak sapi telah dilakukan di Sulawesi

Tenggara dan Sulawesi Selatan. Kegiatan yang

dilakukan meliputi teknik produksi kakao, pemanfaatan

limbah kulit kakao sebagai pakan ternak, dan

diseminasi teknologi usaha tani kakao secara terpadu.

Hasil penelitian menunjukkan pemupukan N, P,

dan K pada tanaman kakao dengan takaran 25-100%

dari rekomendasi tidak memengaruhi jumlah dan

Visual kalus tebu varietas PSJT 941 umur 4 minggu setelah kultur pada beberapa media

regenerasi: (a) IAA 2 mg/l + BAP 0,1 mg/l, (b) IAA 2 mg/l + BAP 0,3 mg/l, (c) IAA 2 mg/l +

BAP 0,5 mg/l, (d) IBA 0,5 mg/l + BAP 0,1 mg/l, (e). IBA 0,5 mg/l + BAP 0,3 mg/l, (f) IBA 0,5

mg/l + BAP 0,5 mg/l, (g) NAA 2 mg/l + BAP 0,1 mg/l, (h) NAA 2 mg/l + BAP 0,3 mg/l, (i)

NAA 2 mg/l + BAP 0,5 mg/l.

Page 53: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Perkebunan 53

Soppeng. Hasil pengkajian menunjukkan perangkap

feromon seks dapat menarik ngengat jantan peng-

gerek buah kakao (PBK), tetapi perlu dikombinasikan

dengan komponen pengendalian lainnya. Pemanfaat-

an Beauveria bassiana kurang efektif mengurangi

serangan PBK. Penerapan paket teknologi budi daya

dapat meningkatkan produktivitas. Komponen

teknologi yang paling nyata meningkatkan hasil buah

adalah pemupukan dan pembuatan rorak, terutama

setelah tanaman disambung dengan klon unggul.

Penataan Sistem Produksi

Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat

Menghadapi Penerapan ISPO 2015

Usaha tani kelapa sawit merupakan sumber

pendapatan bagi lebih dari 3,5 juta kepala keluarga

dan menjadi tumpuan pengembangan wilayah

maupun program pengentasan kemiskinan di

berbagai daerah. Produksi minyak sawit (crude palm

oil/CPO) Indonesia pada tahun 2011 mencapai 23,9

juta ton atau meningkat 8,1% dibanding produksi 2010.

Produksi ini setara dengan 49% produksi dunia yang

pada tahun 2011 mencapai 50,13 juta ton. Volume

ekspor minyak sawit Indonesia juga meningkat 5,7%

menjadi 16,5 juta ton pada tahun 2011.

Meskipun produksi dan ekspor meningkat,

pengembangan kelapa sawit di Indonesia dihadapkan

dapat memperbaiki sifat yang kurang baik dari

tanaman (tahan hama penyakit), dan tanaman lebih

cepat menghasilkan.

Pemberian dedak kulit kakao 1 kg/ekor/hari

sebagai pakan tambahan pada sapi bali meng-

hasilkan pertambahan bobot badan tertinggi di-

banding pemberian rumput dan probiotik sampai

umur 4 bulan.

Di Sulawesi Selatan, kegiatan pengkajian

dilaksanakan di Kabupaten Luwu, Bantaeng, dan

Tanaman kakao hasil sambung samping yang

mulai berbuah.

Sambung samping pada tanaman kakao.

Page 54: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan54

kelapa sawit demi tercapainya usaha kelapa sawit

yang berkelanjutan.

Dalam Panduan ISPO disebutkan bahwa praktik

pengusahaan perkebunan berkelanjutan harus

memenuhi tujuh prinsip dan 39 kriteria yang

diturunkan dari lebih dari 120 peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Panduan ISPO sebenarnya

ditujukan kepada perusahaan perkebunan kelapa

sawit, sedangkan pedoman ISPO untuk perkebunan

rakyat masih berupa draf. Draft pedoman ISPO untuk

perkebunan sawit rakyat tidak mengatur prinsip

“tanggung jawab sosial dan pemberdayaan ekonomi

masyarakat”. Prinsip yang lain tetap diatur dengan

memodifikasi kriteria yang relevan. Pedoman ISPO

ini perlu segera disosialisasikan karena dalam

Permentan No. 19/2011, seluruh perkebunan kelapa

sawit sudah harus mendaftarkan untuk proses

sertifikasi ISPO pada 1 Januari 2015.

Perkebunan kelapa sawit di PTPN VIII, Ciampea, Bogor, Jawa Barat.

pada isu lingkungan dan keamanan pangan yang

berpotensi menghambat perkembangan usaha. Oleh

karena itu, sosialisasi untuk menunjukkan dampak

lingkungan dan tingkat keamanan minyak sawit

Indonesia dilakukan ke khalayak luas. Sebagian

khalayak menyatakan minyak sawit Indonesia belum

bisa disebut sebagai produk yang ramah lingkungan,

namun sebagian besar menyatakan produksi sawit

Indonesia berjalan baik.

Meskipun ada perbedaan persepsi, pengem-

bangan kelapa sawit dapat dilanjutkan dengan

memerhatikan azas keberlanjutan. Berkaitan dengan

hal tersebut, Menteri Pertanian RI menerbitkan

peraturan No. 19/2011 tentang Pedoman Perkebunan

Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia atau

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Kebijakan

ini harus diacu oleh setiap pelaku usaha perkebunan

Page 55: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Perkebunan 55

Berkenaan dengan hal tersebut telah dilakukan

survei di Lampung untuk merekam ragam kegiatan

yang telah dilakukan terkait persiapan penerapan

ISPO. Hasil survei adalah sebagai berikut:

1. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung telah

melakukan sosialisasi ISPO bagi petugas Disbun

Kabupaten dan stakeholder sawit yang lain,

namun belum melibatkan perkebunan rakyat.

Salah satu perusahaan perkebunan kelapa

sawit di Lampung Tengah pernah mencoba

menerapkan RSPO pada tahun 2010, namun

kegiatan tersebut tidak berlanjut.

2. PTPN VII menyambut baik rencana penerapan

ISPO. Pada tahun 2010, PTPN VII pernah

mencoba menerapkan RSPO di kebun Rejosari.

Terkait ISPO, PTPN VII menyertakan staf bagian

pengolahan pada sosialisasi ISPO di Ditjen

Perkebunan, kemudian melakukan sosialiasi ISPO

di lingkup bagian pengolahan dan direncanakan

mencakup seluruh staf. PTPN VII memandang

perlunya satuan (gugus) khusus untuk imple-

mentasi ISPO.

3. Untuk mengetahui kesiapan petani telah dilakukan

diskusi dengan pengurus dan anggota kelompok

tani kelapa sawit di Desa Batuliman Kecamatan

Kalianda, Lampung Selatan. Desa ini telah

ditetapkan sebagai desa unggulan kelapa sawit

tingkat kabupaten dengan area kelapa sawit

pada 2011 mencapai 421 ha. Petani di desa ini

merupakan petani sawit mandiri. Terkait rencana

penerapan ISPO, petani belum mengetahui,

bahkan istilah ISPO masih asing bagi mereka.

Setelah memperoleh informasi tentang ISPO,

petani menilai ISPO dapat diterapkan oleh

kelompok tani, namun perlu pencermatan dan

kerja keras untuk memperolehnya. Persoalan

akan muncul terkait perizinan dan sertifikat,

mengingat 40% lahan sawit yang ada belum

bersertifikat.

Sebagai produsen minyak sawit terbesar di

dunia, kebijakan Indonesia dalam pengembangan

kelapa sawit tentu mendapat perhatian dari berbagai

pihak. Kebijakan penerapan ISPO juga tidak luput dari

perhatian tersebut. Untuk itu, penerapan ISPO perlu

dipersiapkan dengan penataan sistem produksi kelapa

sawit yang tepat, baik dari sisi pemilihan dan

penerapan teknologi maupun manajemen usaha tani.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangan terkait

penataan sistem produksi sawit adalah: (1) penetapan

lahan produksi (terkait Rencana Tata Ruang Wilayah),

(2) legalitas usaha tani (terutama dari aspek sertifikat

lahan), (3) peningkatan penguasaan teknologi

produksi berkelanjutan (inovasi dan pendampingan),

(4) penerapan Good Agriculture Practices (sebagai

jaminan mutu produksi), dan (5) pemantauan

dampak produksi (terhadap kesejahteraan petani dan

lingkungan). Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan

beberapa kebijakan pendukung yang mencakup: (1)

program sertifikasi lahan secara massal, (2) program

penguatan manajemen kelembagaan petani, (3)

program pendampingan penataan sistem produksi

sesuai persyaratan ISPO, (4) program peningkatan

kemampuan audit internal di kelompok tani, dan (5)

penjaminan sistem pasar dan harga.

Page 56: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan56

Peternakan

Dalam upaya mewujudkan swasembada daging sapi, Badan Litbang

Pertanian melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan terus

berupaya menghasilkan inovasi pengembangan sapi. Usaha peng-

gemukan sapi potong di kandang kelompok model Litbangtan dan

integrasi sapi-sawit di PTPN merupakan salah satu cara yang ditempuh

untuk mempercepat pengembangan populasi sapi di beberapa provinsi.

Beberapa kajian kebijakan di bidang peternakan dan veteriner pada

tahun 2012 di antaranya adalah status virus HPAI pada unggas dan

kejadian flu burung pada manusia, kinerja investasi dan aspek perbibitan

unggas lokal di Indonesia, dan isu technical barrier terkait pembatasan

impor peternakan untuk mengamankan produksi di dalam negeri. Ayam

kampung unggul Badan Litbang Pertanian “KUB” telah disebarkan ke

10 provinsi di Indonesia. Teknologi lain yang telah dihasilkan adalah

teknik uji imunohistokimia untuk rabies, teknik kriopreservasi primordial

germ cells (PGCs), dan teknologi silase ampas sagu sebagai campuran

pakan komplit pada kambing Boerka.

Integrasi sapi-sawit di perkebunan PT Sabut Mas Abadi di Pangkalan Bun, KalimantanTengah.

Page 57: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Peternakan 57

Penggemukan Sapi Potong

Menggunakan Kandang Kelompok

Model Litbangtan

Untuk meningkatkan efisiensi pemeliharaan sapi

potong, Badan Litbang Pertanian mengembangkan

perkandangan kelompok model Litbangtan yang

dilengkapi dengan bank pakan. Kandang kelompok

merupakan model kandang yang dalam suatu ruangan

kandang ditempatkan beberapa ekor ternak tanpa

diikat. Kandang berfungsi sebagai tempat perkawinan

dan pembesaran anak sampai disapih, atau untuk

pembesaran dan penggemukan. Setiap ternak

dewasa membutuhkan luas kandang minimal 3,0 m2.

Sistem perkandangan ini dapat menghemat tenaga

kerja dan air dan mempermudah proses pembuatan

kompos, selain meningkatkan kesehatan dan

reproduksi ternak.

Peternak yang memiliki sapi lebih dari dua ekor

dapat menerapkan model kandang ini. Kandang

kelompok model Litbangtan telah diadopsi oleh

stakeholder di beberapa provinsi, antara lain di Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur,

Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa

Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Riau, dan

Sumatera Utara.

Efektivitas kandang kelompok model Litbangtan

telah diuji di Kandang Belajar Sapi Rakyat (KBSR)

Bojonegoro pada bulan April-Juni 2012 dengan

menggunakan 20 ekor sapi jantan silangan dengan

bobot badan awal sekitar 400 kg. Pada pengujian

tersebut, 10 ekor sapi jantan silangan SIMPO

(Simmental-PO) dan LIMPO (Limousin-PO) ditempat-

kan pada kandang individu dan 10 ekor sapi ditempat-

kan dalam kandang kelompok. Pakan hijauan dan

konsentrat diberikan ad libitum (tanpa batas), terdiri

atas campuran dedak padi, gamblong, bungkil sawit,

bungkil kopra, tumpi jagung, garam, kapur, dan urea.

Hijauan berupa 7 kg rumput gajah diberikan pada

pagi hari dan jerami padi pada sore hari (ad libitum).

Penggunaan kandang kelompok dalam usaha

penggemukan sapi menghasilkan pertambahan bobot

badan harian (PBBH) yang tidak berbeda nyata dengan

kandang individu. Namun, penggunaan kandang

kelompok menghemat biaya tenaga kerja untuk

perawatan sapi dan air untuk membersihkan kandang

dan ternak.

Integrasi Sapi-Sawit di PTPN VI

Badan Litbang Pertanian bekerja sama dengan

Kementerian BUMN mengembangkan integrasi sapi-

sawit dalam hal pengawalan teknologi. Pembibitan

dan penggemukan sapi potong diterapkan di Unit

Usaha Integrasi Sawit-Sapi PTPN VI, di Kabupaten

Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Pemeliharaan sapi dalam kandang kelompok (kiri) dan kandang individu (kanan).

Page 58: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan58

Inovasi yang dikembangkan adalah kandang

kelompok model Litbangtan dan pakan utama yang

terdiri atas 85% hasil samping perkebunan sawit.

Kandang sapi untuk penggemukan merupakan bekas

pabrik karet. Jumlah sapi saat ini mencapai 2.000

ekor dan yang ditargetkan sebanyak 10.000 ekor.

Proporsi sapi untuk pembibitan adalah 30% dan untuk

penggemukan 70%. Sistem perkawinan menerapkan

kombinasi kawin alam dan inseminasi buatan (IB).

Unit Usaha Integrasi Sawit-Sapi di PTPN VI Jambi

menerapkan dua pola yaitu:

1. Penggemukan sapi pada kandang kelompok yang

masing-masing kandang diisi 30 ekor sapi dengan

kepadatan 3 m2/ekor. Pakan yang diberikan terdiri

atas 60% pelepah, 25% bungkil inti sawit, 5%

onggok, 8% dedak, 1% molases, dan1% garam.

Pakan diberikan dua kali sehari. Kotoran dan urine

dibiarkan selama tiga bulan untuk kompos.

2. Pembiakan sapi lokal (Bali dan PO) pada kandang

kelompok dengan proporsi pejantan dan betina

1:30 dan kepadatan 3 m2/ekor. Pakan terdiri atas

70% pelepah, 15% bungkil inti sawit, 5% onggok,

8% dedak, 1% molases, dan 1% garam. Pakan

diberikan dua kali sehari. Kotoran dan urine

dibiarkan tiga bulan untuk kompos.

Kedua model ini mendekati konsep zero cost

(pakan sapi sebagian besar berasal dari limbah sawit

dan kotoran sapi digunakan untuk kompos) dan LEISA

(Low External Input Sustainable Agriculture). Unit

Usaha Integrasi Sawit-Sapi di PTPN VI dapat menjadi

tempat pembelajaran bagi PTPN-PTPN lain maupun

masyarakat peternakan dalam menerapkan pola

integrasi tersebut.

Pencacahan pelepah dan daun sawit untuk

bahan pakan sapi di PTPN VI, Jambi.

Sistem penggemukan sapi PO pada kandang kelompok model Litbangtan.

Page 59: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Peternakan 59

Kebijakan Peternakan dan

Veteriner

Status Virus HPAI pada Unggas danKaitannya dengan Kejadian Flu Burungpada Manusia

Wabah avian influenza (AI) pada ayam ras di

Indonesia pertama kali diidentifikasi pada akhir

2003 di Kabupaten Tangerang dan Blitar, dan

mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan

pada industri perunggasan. Sampai 30 April 2012

terdapat 189 konfirmasi kasus infeksi virus flu burung

pada manusia dan 157 orang di antaranya meninggal

dunia.

Vaksinasi sebagai salah satu cara pengendalian

virus AI telah dilakukan pemerintah sejak Agustus

2004. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

Hewan (Ditjen PKH) menyatakan hingga saat ini telah

beredar sekitar 20 jenis vaksin AI, yang berasal dari

master seed virus HPAI subtipe H5N1, H5N2, dan

H5N9, serta virus dengan reverse genetic technology.

Seiring dengan sifat virus yang mudah bermutasi,

karakter antigenik dan molekuler virus AI pun

mengalami perubahan yang cukup dinamis sejak

diidentifikasi pada tahun 2003.

Pemantuan terhadap dinamika virus HPAI secara

periodik telah dilaksanakan oleh Ditjen PKH bekerja

sama dengan FAO. Berdasarkan hasil pemantauan

dan rekomendasi Komisi Ahli Kesehatan Hewan,

vaksin AI yang digunakan untuk pengendalian infeksi

virus di lapang berasal dari master seed virus AI lokal

H5N1, yaitu strain Nagrak, Pekalongan, Garut, dan

Purwakarta dengan isolat tantang strain Subang dan

Sukabumi.

Hasil penelitian Balai Besar Penelitian Veteriner

menunjukkan bahwa evolusi virus H5N1 di Indonesia

dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) virus

yang karakter genetiknya serupa dengan virus asal

tahun 2003; (2) virus yang mengalami antigenic drift,

yakni virus yang diisolasi dari unggas yang divaksinasi

dan kelompoknya; dan (3) virus yang mengalami

mutasi spesifik, yakni virus yang diisolasi di sekitar

kasus manusia yang terinfeksi H5N1 dan virus H5N1

manusia.

Hasil analisis molekuler di Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Udayana menunjukkan bahwa

virus-virus baru masih mempunyai ciri receptor

binding bermotif virus avian dengan variasi yang tinggi

pada tiga situs antigenik dan situs-situs penting di

sekitar receptor binding. Variasi situs di sekitar

receptor binding dapat menyebabkan perubahan

keganasan virus dan kemungkinan adaptasinya pada

manusia. Hasil analisis genetik pada kasus cluster

Bali tahun 2011 dan cluster Jakarta tahun 2012

menunjukkan virus flu burung pada manusia masih

merupakan reseptor unggas. Tidak ada mutasi pada

reseptor binding site (RBS) dan sampai saat ini tidak

ditemukan adanya resistensi terhadap antiviral

oseltamivir.

Hasil penelitian dari Erasmus Medical Center,

Roterdam, Belanda dan Universitas Wisconsin-

Madison, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa virus

AI mutan bersifat sangat mematikan dan mudah me-

nyebar pada mamalia dengan cara kontak melalui

udara. Diperkirakan penggabungan virus AI mutan

masih dapat terjadi.

Implikasi kebijakan dan rekomendasi tindak

lanjutnya adalah:

1. Perlu pemantauan dinamika virus AI pada unggas

dengan teknologi biologi molekuler dan antigenic

cartography sehingga program vaksinasi dapat

Virus flu burung merupakan ancaman bagi

pengembangan ternak unggas.

Page 60: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan60

berjalan efektif. Pengusaha/peternak pada

kelompok 1, 2, dan 3 agar lebih aktif mengirimkan

virus HPAI untuk dianalisis lebih lanjut. Proses

registrasi obat hewan, terutama vaksin HPAI untuk

unggas, dapat lebih dipercepat sehingga vaksin

yang tersedia sesuai dengan virus yang ber-

kembang di lapang. Registrasi vaksin HPAI

sebaiknya diberikan kepada vaksin yang

mengandung beberapa strain (cocktail) yang

sesuai dengan virus yang sedang bersirkulasi di

Indonesia. Pengawasan peredaran vaksin HPAI

untuk unggas perlu ditingkatkan oleh institusi yang

memiliki otoritas atau lembaga hukum yang

berwenang.

2. Perlu penerapan public awareness secara luas

dan pemberian oseltamivir secara dini pada orang

yang menderita flu yang di sekitarnya terdapat

unggas sakit/mati.

3. Perlu surveilans terpadu secara terus-menerus

dan intensif dengan mengikutsertakan pemerin-

tah daerah. Jaringan kerja sama antardaerah dan

antarinstitusi perlu dibentuk dalam penanganan

virus AI yang didukung oleh penelitian dari

beberapa aspek, antara lain ekologi dan transmisi

penyakit, spektrum klinis dan manajemen pe-

nyakit, serta gambaran genetik molekuler dan

antigenik virus.

Kinerja Investasi dan Aspek PerbibitanUnggas Lokal

Teknologi untuk meningkatkan produksi unggas lokal

telah tersedia di institusi penelitian, perguruan tinggi

maupun masyarakat penggemar unggas lokal.

Sebagai contoh, Balai Penelitian Ternak telah meng-

hasilkan ayam Kampung Unggul Balitnak/Kampung

Unggul Badan Litbang Pertanian (KUB) yang produksi

telurnya lebih tinggi dibandingkan dengan ayam lokal

lainnya. Namun, penyebarluasan ayam kampung

unggul ini masih terkendala oleh penyediaan bibit.

Demikian pula halnya dengan itik pedaging maupun

itik petelur.

Pembibitan ternak merupakan usaha jangka

panjang sehingga membutuhkan investasi yang

cukup besar. Nilai investasi subsektor peternakan

untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan besar

(berdasarkan harga konstan tahun 2000) pada tahun

2009 mencapai Rp1,08 triliun atau menurun Rp110

miliar dibanding tahun 2008. Subsektor peternakan

juga memiliki kontribusi investasi yang paling rendah

dibandingkan dengan subsektor perkebunan,

perikanan, tanaman pangan, dan kehutanan. Investasi

pada subsektor peternakan didominasi oleh usaha

perunggasan (ayam ras), yakni 69%, di mana 54%

bersumber dari modal dalam negeri (PMDN) dan

sisanya modal asing (PMA).

Rendahnya kinerja investasi pada subsektor

peternakan dapat diatasi melalui: (1) penciptaan

iklim usaha kondusif, (2) reformasi kebijakan dan

administrasi perpajakan, dan (3) penyediaan

motivator dan fasilitator di daerah. Rendahnya jumlah

investor skala menengah pada pembibitan unggas

lokal telah menyebabkan populasi stagnan, sehingga

memengaruhi produksi ayam umur sehari/day old

chick (DOC) dan itik umur sehari/day old duck (DOD).

Program pemerintah untuk meningkatkan usaha

unggas lokal (terutama ayam) terus berkembang

dan pada umumnya berbasis kelompok untuk

pemberdayaan peternak. Peran aktif pemerintah

diperlukan dalam pembinaan dan pendampingan

kelompok pembibitan sehingga mereka dapat menjadi

produsen bibit unggas lokal.

Investasi peternakan didominasi oleh usaha

ternak ayam ras yang mencapai 69%.

Page 61: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Peternakan 61

Pengusaha pembibitan unggas lokal skala

menengah juga perlu didorong untuk menjamin

ketersediaan pasokan DOC/DOD. Data terakhir

menunjukkan hanya ada tiga perusahaan skala

menengah penghasil DOC ayam lokal, dan lebih

sedikit lagi untuk pembibit itik lokal. Kontribusi tiga

perusahaan pembibitan ini terhadap produksi DOD

baru mencapai 1% dari target 400-450 juta ekor pada

tahun 2019.

Untuk mempercepat pengembangan unggas

lokal (ayam dan itik), beberapa opsi kebijakan yang

dapat ditempuh meliputi: (1) dukungan pemerintah

dalam pemanfaatan dan pelestarian SDG unggas

lokal, seleksi dan peningkatan mutu genetik,

kelembagaan, akses terhadap pembiayaan, insentif

bagi masyarakat penangkar SDG unggas lokal untuk

melindungi dan memberdayakan peternak guna

mempercepat peningkatan populasi, dan penerapan

good breeding practices dan good farming practices

untuk menjamin keberlangsungan usaha pembibitan

ayam lokal, dimulai pada kelompok yang meng-

usahakan 3.000 ekor/kelompok dengan mesin tetas

bersama serta budi daya dan pemasarannya baik,

(2) memenuhi kebutuhan bibit itik lokal dan me-

wujudkan kelembagaan tata niaga yang menjamin

pemasaran itik dengan kualitas standar pada tingkat

harga yang menguntungkan, serta (3) dukungan

teknologi dalam pengembangan unggas lokal dan

peningkatan peran swasta sebagai penangkar skala

besar untuk mempercepat pengembangannya.

Isu Technical Barrier Terkait PembatasanImpor Peternakan

Undang-undang No. 18/ 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan pada dasarnya bertujuan untuk

memperketat tata cara pemasukan dan pengeluaran

hewan/ternak dan produk hewan dalam upaya

melindungi usaha peternakan di dalam negeri.

Misalnya, pemasukan benih dan/atau bibit dari luar

negeri diatur pada Pasal 15, dan pemasukan hewan

atau ternak dan produk hewan dari luar negeri diatur

dalam Pasal 36 ayat (4). Kedua pasal tersebut

bertujuan untuk menciptakan iklim usaha yang sehat

untuk hewan atau ternak dan produk hewan. Setelah

dilakukan amandemen, pemasukan produk hewan

terkait dengan aspek kesehatan masyarakat veteriner

dalam hal negara asal kembali berbasis negara

(country base). Aturan yang tercantum dalam pasal-

pasal tersebut dapat digunakan sebagai landasan

pengaturan impor hewan/ternak atau produk hewan

melalui tarif dan hambatan bukan nontarif, seperti

Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan Technical

Barrier to Trade (TBT).

Technical Barrier (TB) merupakan salah satu

instrumen dalam perdagangan internasional yang

telah diakui oleh World Trade Organization (WTO),

baik dalam kaitannya dengan pengaturan (regulasi)

maupun pembukaan dan pembatasan ekspor-impor

komoditas yang diperdagangkan. Namun masih

terbuka peluang untuk menyusun peraturan teknis,

standar, dan prosedur penilaian kesesuaian tanpa

melanggar prinsip-prinsip perjanjian WTO. Untuk itu,

perlu dibentuk tim khusus di Kementerian Pertanian

yang bertugas menggali, menyusun, dan menyiapkan

peraturan-peraturan tersebut. Tim khusus ini harus

memahami berbagai peraturan, seperti: (1)

Terrestrial Animal Health Code dan international

guidelines lainnya, (2) peraturan WTO, (3) berbagai

hal yang terkait dengan ISO, OIE, dan CAC, (4)

perundang-undangan dan persyaratan teknis

kesehatan hewan, (5) penerapan TB dan SPS negara

Bungkil inti sawit, bahan pakan dari limbah

sawit yang menjadi komoditas ekspor.

Page 62: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan62

lain, dan (f) teknik dan prosedur negosiasi

antarnegara.

Peluang penerapan TB pada bahan baku pakan

dan produk peternakan harus dilakukan sesuai

dengan prinsip TBT yang mencakup: (1) harmonisasi

kebijakan penerapan TB; (2) pemetaan kebutuhan

pengamanan produksi dalam negeri terkait importasi

bahan baku pakan dan produk peternakan; (3)

pemetaan volume dan nilai impor; (4) analisis risiko

setiap peraturan teknis yang akan diberlakukan; (5)

uji coba pada produk tertentu, meliputi tujuan regulasi,

peraturan terkait, standar yang digunakan, dan

keterkaitan dengan standar internasional; dan (6)

pengembangan prosedur penilaian kesesuaian yang

baku dan dapat diimplementasikan di Indonesia.

Permasalahan dalam penerapan TBT untuk bahan

baku pakan dan produk peternakan adalah: (1)

lamanya waktu yang diperlukan untuk pengembangan

regulasi teknis; (2) perlu strategi jitu untuk me-

mastikan kebijakan penerapan TB tidak akan meng-

hambat perdagangan; (3) koordinasi kelembagaan

masih menjadi hambatan; dan (4) kesiapan pe-

mangku kepentingan (regulator, pengusaha, lembaga

independen dan konsumen) perlu ditingkatkan.

Beberapa saran untuk memperkuat posisi

Indonesia dalam memanfaatkan TB dan SPS terkait

produk peternakan dalam perdagangan internasional

adalah:

1. Membentuk tim atau memperkuat task force yang

sudah ada di Kementerian Pertanian untuk meng-

antisipasi usulan maupun gugatan negara lain,

serta mempersiapkan justifikasi teknis bagi

kebijakan nasional mengenai komoditas pertani-

an yang diperdagangkan di pasar internasional

maupun pemasukan komoditas pertanian dari

negara lain.

2. Sosialisasi TBT dan SPS kepada instansi

pemerintah terkait dan pelaku usaha serta me-

ningkatkan pengetahuan sumber daya manusia

dalam analisis risiko (impor), pengujian,

akreditasi, dan sertifikasi.

3. Harmonisasi antara sistem akreditasi dan serti-

fikasi, standar tingkat regional dan internasional,

pengembangan jejaring elektronis untuk distribusi

incoming notification kepada pihak terkait oleh

BSN, penguatan institusi otoritas veteriner untuk

penerapan kebijakan dan peraturan, implemen-

tasi kesehatan hewan, dan peningkatan peran

institusi penelitian dan perguruan tinggi dalam

penyusunan regulasi teknis, standar, dan pe-

nilaian risiko.

4. Pengembangan inspeksi berbasis risiko dan

komunikasi risiko, penguatan laboratorium uji

melalui akreditasi, sertifikasi personel, dan kali-

brasi alat, dan penguatan kompetensi inspektor

(pengawas) terkait dengan sertifikasi.

5. Pembinaan dan peningkatan daya saing produk

lokal, meliputi efisiensi rantai pasok, pembinaan

petani/peternak/pelaku usaha, serta pendekatan

ekonomi dan sosial budaya.

Silase Ampas Sagu sebagai

Campuran Pakan Komplit Kambing

Pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal

merupakan langkah jitu untuk mengefisienkan usaha

ternak ruminansia termasuk kambing. Pakan akan

menentukan produktivitas ternak dan biaya produksi,

Penjemuran ampas sagu untuk menurunkan

kadar air menjadi 50-55%.

Page 63: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Peternakan 63

sehingga pemanfaatan pakan lokal dapat menekan

biaya produksi dan usaha peternakan menjadi efisien

Industri pengolahan sagu menjadi tepung sagu

menghasilkan limbah ampas sagu yang memiliki

potensi sebagai bahan pakan ternak ruminansia

termasuk kambing. Ampas sagu dapat diawetkan

dengan teknologi silase.

Tahap awal pembuatan silase ampas sagu

adalah mengurangi kadar air ampas sagu dengan

dijemur 3-5 hari sehingga kadar air ampas sagu

menjadi 50-55%. Ampas sagu lalu dicampur dengan

molases (gula tetes), dedak jagung 12%, dan tepung

tapioka. Bahan-bahan tersebut berguna untuk

memacu aktivitas mikroba dalam proses fermentasi,

serta untuk meningkatkan kandungan energi dan

protein silase. Campuran lalu dimasukkan ke dalam

drum plastik berkapasitas 100 kg, dipadatkan untuk

meminimalkan udara (fermentasi anaerob), dan

disimpan di tempat teduh sekitar 3 minggu.

Bahan penyusun konsentrat adalah dedak halus,

jagung giling, bungkil kelapa, bungkil inti sawit, urea,

tepung ikan, tepung tulang, ultra mineral, dan garam.

Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan

bahan kering pakan untuk kambing. Kebutuhan pakan

diasumsikan 3,8% dari bobot badan berdasarkan

bahan kering.

Berdasarkan rata-rata konsumsi, kecernaan

bahan kering, bahan organik, NDF dan ADF, per-

tambahan bobot hidup dan efisiensi penggunaan

pakan, silase ampas sagu yang ditambah molases,

dedak jagung, dan tepung tapioka potensial diguna-

kan sebagai pakan ternak kambing. Bahan pakan ini

juga dapat menggantikan sebagian komponen sumber

serat pada pakan.

Pengembangan Ayam KUB sebagai

Sumber Bibit Ayam Lokal

Ayam KUB merupakan ayam kampung hasil seleksi

Balai Penelitian Ternak selama enam generasi, sejak

tahun 1997, dengan kriteria seleksi produksi telur

tinggi dan sifat mengeram rendah. Ayam KUB-1 telah

dilisensi oleh PT Ayam Kampung Indonesia (AKI)

dengan manajemen mengikuti ayam Cobb dari

Amerika, sehingga ayam KUB diharapkan dapat

menjadi maskot ayam kampung Indonesia.

Penampilan luar ayam KUB-1 mirip dengan ayam

kampung biasa, namun pola dan corak bulu, bentuk

jengger dan warna shank-nya bervariasi. Ayam KUB

diperoleh dengan menyeleksi ayam kampung dari

beberapa daerah di Jawa Barat, yaitu Cianjur,

Jatiwangi, Depok, Ciawi, dan Cigudeg (Jasinga), yang

berawal dari seleksi 350 ekor induk dan 50 ekor

pejantan.

Pengembangan ayam KUB didasari beberapa

pertimbangan, yaitu (1) bibit ayam lokal masih sulit

Pembuatan silase ampas sagu; ampas sagu dicampur dengan molases, dedak jagung, dan tapioka lalu

dimasukkan ke dalam drum, dipadatkan, dan difermentasi sekitar 3 minggu.

Page 64: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan64

diperoleh, terutama dalam jumlah banyak, (2)

penyediaan DOC baru terbatas pada usaha penetasan

untuk usaha budi daya, sedangkan penyediaan bibit

berkualitas belum banyak dilakukan, dan (3) adanya

target yang dicanangkan Himpunan Pengusaha

Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) dan Ditjen PKH,

untuk meningkatkan pangsa pasar ayam lokal dari

16% menjadi 25%. Dengan demikian, diperlukan

usaha pembibitan ayam lokal, baik oleh kelompok

peternak maupun swasta.

Untuk menyebarluaskan ayam KUB-1, Badan

Litbang Pertanian melakukan kerja sama dan

pendampingan kepada mitra-mitra di daerah (pemda)

dalam perbanyakan bibit ayam KUB-1 dan membentuk

Corak bulu, bentuk jengger, dan warna shank ayam KUB.

Corak bulu hitam Tipe liar Tipe columbian Corak bulu polos

Corak bulu lurik Corak bulu emas Corak bulu perak Bentuk jengger tunggal

Bentuk jengger kapri/pea Warna shank putih Warna shank hitam Warna shank abu-abu

pembibitan (breeding center) di setiap provinsi untuk

menyediakan DOC ayam lokal potong. Sepuluh

provinsi yang ditetapkan sebagai lokasi pengembang-

an ayam KUB-1 adalah Banten (300 ekor Parent

Stock/PS dan 500 ekor Final Stock/FS ), Jawa Tengah

(450 ekor PS dan 2.800 FS), Jawa Timur (1.200 ekor

PS dan 1.500 FS), Nusa Tenggara Barat (500 ekor

PS), Sumatera Selatan (200 ekor PS), Sumatera Barat

(1.000 ekor PS), Kalimantan Barat (400 ekor PS),

Kalimantan Timur (300 ekor PS), Sulawesi Selatan

(1.000 ekor PS), dan Gorontalo (2.000 ekor PS).

Pemilihan lokasi didahului dengan evaluasi calon

penerima calon lokasi (CPCL). Persyaratan lokasi

pembibitan ayam KUB-1 adalah tersedia lahan dan

Page 65: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Peternakan 65

sudah punah atau hampir punah. Oleh karena itu,

konservasi plasma nutfah ayam lokal perlu segera

dilakukan. Sedikitnya ada empat jenis ayam lokal yang

tergolong langka, delapan jenis ayam lokal yang

belum banyak informasinya, dan beberapa jenis ayam

yang mempunyai suara kokok merdu yang perlu

dikonservasi agar tidak punah dan dapat di-

manfaatkan di kemudian hari.

Pembibitan ayam KUB di Boalemo (kiri) dan di Bonebolango (kanan), Sulawesi Selatan.

PGCs dapat dibedakan dari sel darah merah

karena ukurannya lebih besar dan menyebar.

bangunan kandang, peternak telah berpengalaman

dalam memelihara ayam, mudah mendapatkan pakan

komersial dan bahan pakan tersedia untuk

membesarkan ayam DOC sampai umur potong, dan

pemasaran mudah.

Perkembangan ayam KUB saat ini cukup baik dan

di beberapa lokasi kelompok pembibitan sudah mulai

menjual DOC. Masalah yang dihadapi adalah

terjadinya feather pecking, yang diduga karena

kandang terlalu padat, ketersediaan pakan terbatas,

dan suhu lingkungan cukup panas. Kondisi ini

menyebabkan konsumsi protein rendah, kesalahan

menentukan kelamin DOC, produksi telur rendah, dan

terjadinya wabah AI. Diperlukan pembinaan

kelembagaan, terutama dalam proses penjualan,

agar usaha pembibitan dapat berkelanjutan.

Kriopreservasi Primordial Germ

Cells untuk Konservasi Sumberdaya

Genetik Unggas

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang

berlimpah, termasuk ayam, baik ayam asli Indonesia

maupun ayam lokal introduksi. Indonesia mempunyai

31 rumpun ayam lokal dan saat ini sebagian mungkin

Page 66: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan66

Strategi konservasi ex situ berupa koleksi hewan

hidup perlu dilakukan untuk semua bangsa ternak

untuk mengumpulkan sebanyak mungkin keragaman

genetik. Namun, strategi ini memerlukan dana yang

besar untuk memelihara unggas agar tetap hidup dan

sehat. Selain mahal, cara ini juga sulit, apalagi dengan

merebaknya penyakit flu burung. Oleh karena itu,

berbagai upaya telah dilakukan untuk mencari metode

pelestarian yang efisien.

Salah satu teknik konservasi yang berpeluang

diterapkan adalah kriopreservasi, yakni penyimpanan

plasma nutfah dalam bentuk sperma, ovum, maupun

embrio beku. Pada unggas, penyimpanan sperma

sudah banyak dilakukan meski tingkat keberhasilan-

nya masih bervariasi, sedangkan penyimpanan ovum

dan embrio unggas belum dapat dilakukan karena

struktur dan ukuran kuning telur yang besar. Teknik

manipulasi embrio memungkinkan untuk mendapat-

kan keturunan yang sehat dari sel germline yang

dibekukan dan di-thawing melalui ayam kimera.

Kriopreservasi primordial germ cells (PGCs)

selain dapat digunakan untuk konservasi materi

genetik, juga bermanfaat untuk preservasi unggas

dengan biaya murah. PGCs adalah sel-sel asli (original

cells) dari spermatogonia pada testes atau oogonia

pada ovarium. PGCs dapat dibedakan dari sel lain

karena memiliki ukuran yang lebih besar dan ber-

bentuk sperikal (bundar).

PGCs dapat dipanen dari embrio ayam dan

menghasilkan ayam kimera dengan mentransfer

PGCs. Oleh karena itu, kriopreservasi PGCs merupa-

kan alternatif konservasi materi genetik pada unggas

jantan maupun betina. PGCs yang telah disimpan

dapat menghasilkan keturunan yang sehat melalui

ayam kimera.

Pemurnian PGCs dimulai dari pengumpulan

darah embrio ayam umur 56 jam. Setelah melalui

pengenceran menggunakan berbagai konsentrasi

larutan Nycodenz dan sentrifusi, akan diperoleh PGCs.

PGCs dapat disimpan dalam nitrogen cair seperti

halnya sperma, ovum atau embrio pada hewan

mamalia.

PGCs yang disimpan harus dapat dihidupkan

kembali untuk mendapatkan plasma nutfah unggas

yang dikonservasi. Caranya adalah dengan me-

nyuntikkan PGCs yang dipreservasi ke dalam embrio

ayam untuk mendapatkan ayam kimera. Ayam kimera

adalah ayam yang memiliki lebih dari satu populasi

genetik, atau ayam yang memiliki dua atau lebih

populasi sel yang secara genetik berbeda dan berasal

dari zigot yang berbeda. Perkawinan antara ayam

kimera dapat menghasikan turunan yang sama

dengan donor PGCs asli.

Tingkat keberhasilan pembuatan ayam kimera

mencapai 56,2%. PGC dari ayam donor dapat

direkonstitusi dengan perkawinan interse, yakni

perkawinan jantan dan betina kimera. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa strategi ini dapat

merekonstitusi sumberdaya genetik dari PGCs yang

disimpan dalam nitrogen cair melalui perantara ayam

kimera.

Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan

teknologi pemurnian PGCs dari embrio ayam lokal

dan penyimpanan PGCs dengan menggunakan

krioprotektan DMSO, dan teknologi pembekuan PGCs

dengan tingkat viabilitas dan recovery rate yang tinggi.

PGCs ayam lokal yang telah disimpan dalam nitrogen

cair yaitu ayam KUB, Merawang, Sentul, Kedu Hitam,

Ayam kimera yang berasal dari embrio ayam

White Leghorn yang disuntik dengan PGCs

ayam Barret Plymouth Rock.

Page 67: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Peternakan 67

dan Gaok. Masih banyak ayam lokal yang perlu

dilestarikan melalui kriopreservasi PGCs. Melalui

teknik ini telah dihasilkan ayam kimera yang berasal

dari PGC ayam KUB yang diinjeksikan ke dalam embrio

ayam ras White Leghorn. Diharapkan pada tahun 2013

akan dihasilkan ayam kimera yang lebih banyak dan

lebih baik dibanding tahun 2012.

Deteksi Virus Rabies dengan

Imunohistokimia

Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis yang

merusak susunan syaraf pusat. Rabies merupakan

penyakit penting di Indonesia karena bersifat fatal

dan dapat menimbulkan kematian serta berdampak

psikologis bagi orang yang terpapar. Selain bersifat

fatal, penyebaran rabies di Indonesia makin lama

makin meluas; pulau yang sebelumnya bebas menjadi

tertular.

Data menunjukkan bahwa rabies masih bersifat

endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Sampai

tahun 2005, daerah bebas rabies meliputi Jawa, Bali,

NTB, dan Papua, namun pada tahun 2005 terjadi

wabah rabies di beberapa kota di Jawa Barat.

Berdasarkan Kepmentan No. 1637.1/2008, Bali

dinyatakan terjangkit wabah rabies dan Kepmentan

No. 1696/2008 menetapkan Provinsi Bali sebagai

kawasan karantina penyakit rabies.

Penyakit rabies menjangkiti hewan berdarah

panas termasuk manusia, dan sebagai vektor atau

reservoir adalah anjing, kucing, dan kera. Virus rabies

ditularkan melalui gigitan hewan positif rabies melalui

salivanya dan diteruskan ke ujung saraf melalui luka

gigitan atau jilatan pada kulit yang luka, dan melalui

akson hingga ke susunan syaraf pusat, sehingga

menimbulkan ensefalomielitis akut (radang otak).

Badan Litbang Pertanian telah mengembangkan

metode diagnosis cepat untuk mendeteksi virus rabies

pada organ otak dengan metode imunohistokimia,

yang disebut dengan direct rapid immunohisto-

chemical test (dRIT) pada preparat ulas/sentuh.

Sebanyak 119 organ otak diperoleh dari Balai

Penyidikan Penyakit Veteriner (BPPV) Regional II

Bukittinggi, Sumatera Barat, dan dipakai dalam

standardisasi dan validasi metode dRIT. Hasil yang

dicapai sangat memuaskan. Pewarnaan dapat

dilakukan dalam dua jam dan hasilnya dapat dibaca

tanpa menggunakan mikroskop fluorescent. Dari 119

sampel yang diuji dengan Fluorescent Antibody Test

(FAT), 80 sampel (67,2%) positif rabies dan 39 sampel

(32,8%) negatif rabies. Hasil dRIT menunjukkan

bahwa 78 sampel (65,5%) positif rabies dan 41

sampel (34,5%) negatif rabies.

Hasil pemeriksaan dengan dRIT divalidasi dan

dibandingkan dengan hasil menggunakan golden

standard untuk diagnosis rabies, yaitu FAT, sehingga

sensitivitas dan spesivisitas untuk FAT masing-masing

dianggap bernilai 100%. Hasilnya menunjukkan

bahwa sensitivitas relatif dRIT terhadap FAT mencapai

97,5% dan spesivisitas relatifnya terhadap FAT

mencapai 100%. Hal ini menandakan bahwa dRIT

dapat direkomendasikan dalam diagnosis cepat rabies

dengan biaya lebih murah, karena tidak memerlukan

mikroskop fluorescent.

Hasil pewarnaan dRIT: (a) kontrol negatif,

dRIT, (b) dRIT positif, preparat ulas tipis, (c)

dRIT preparat ulas tebal.

Page 68: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan68

Bioteknologi dan

Sumberdaya Genetik

Sumberdaya genetik (SDG) pertanian mempunyai nilai strategis bagi

ketahanan pangan, kesehatan, energi, lingkungan, dan keamanan

negara. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang biologi

molekuler telah membuka khasanah baru dalam pemanfaatan SDG.

Bioteknologi dapat memberikan alternatif dan terobosan baru dalam

pengelolaan dan pemanfaatan SDG secara lestari untuk perakitan varietas

unggul baru melalui bioprospekting, identifikasi dan aplikasi marka

molekuler untuk sifat-sifat penting pada tanaman, identifikasi, isolasi

dan karakterisasi gen, rekayasa genetik tanaman dan mikroba, serta

kultur in vitro. Teknologi sekuensing telah memacu sekuensing genom

berbagai organisme dengan percepatan hampir 300.000 kali. Dengan

teknologi sekuensing terkini, genom SDG padi dan kakao lokal telah

berhasil diresekuensing, dan diidentifikasi potensi gen-gen yang terkait

dengan sifat-sifat unggul untuk program pemuliaan.

Populasi mutan padi penanda aktivasi di rumah kaca.

Page 69: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik 69

Penelitian Genom Padi

Penelitian genom tanaman padi diakukan untuk

mengidentifikasi gen-gen penting yang berkontribusi

dalam pembentukan karakter hasil tinggi dan umur

genjah pada ratusan nomor aksesi plasma nutfah

yang disimpan pada Bank Gen. Teknologi genom padi

ditujukan untuk ‘memotret’ potensi genetik, terutama

untuk karakter produksi tinggi dan umur genjah,

sehingga plasma nutfah dapat dimanfaatkan secara

optimal untuk mendukung ketahanan pangan.

Inisiasi teknologi genom padi di Indonesia dimulai

pada tahun 2010/2011 dengan menggunakan mesin

Genetic Analyzer, IScan-Illumina, dan SNP chip

sebagai alat ‘pemotret’ potensi genetik dari 467 aksesi

plasma nutfah padi, yang sebagian besar merupakan

varietas lokal Indonesia. Berdasarkan analisis

genotiping aksesi-aksesi plasma nutfah padi yang

dikoleksi di Bank Gen telah diperoleh keragaman

genetik dan struktur populasi tanaman padi seperti

pada Gambar 1.

Pada kelompok pertama, terdapat kedekatan

genetik antara aksesi Japonica dan Tropical Japonica.

Hal ini mengindikasikan adanya kesamaan alel yang

terdomestikasi secara bersamaan, terutama untuk

alel yang terkait dengan karakter komponen hasil dan

umur tanaman. Kelompok kedua didominasi oleh

aksesi yang memiliki latar belakang genetik Indica.

Sebagian besar varietas elit padi di Indonesia dirakit

menggunakan tetua berlatar belakang genetik Indica.

Dengan demikian, genom Indica telah terintrogresi

dengan berbagai genom padi yang berbeda, yaitu

Japonica, Tropical Japonica, dan juga dengan kelom-

pok genom padi liar, di antaranya Oryza glaberrima

dan Oryza rufipogon. Spesies O. glaberrima adalah

jenis padi Afrika yang terdomestikasi dari padi liar

O. barthii (disebut juga sebagai O. breviligulata),

sedangkan O. rufipogon adalah tetua dari O. sativa.

Berdasarkan hasil analisis ’potret’ genom pada

Gambar 2, terlihat adanya pengelompokan genom

pada kelompok yang sama, karena keduanya ter-

domestikasi pada sifat yang sama, seperti komponen

hasil, umur awal generatif, serta toleransi terhadap

kendala biotik dan abiotik.

Hasil analisis struktur populasi dari 284 aksesi

sejalan dengan hasil analisis keragaman genetik, yaitu

terdapat tiga kelompok utama aksesi plasma nutfah

padi, yakni Indica, Japonica, dan Tropical Japonica.

Kelompok genom Indica memiliki introgresi yang luas

dengan kelompok genom yang lain. Analisis tersebut

menunjukkan bahwa alat potret potensi genom yang

berupa 1536 marka SNP chip dapat digunakan untuk

mengidentifikasi koleksi plasma nutfah padi, termasuk

aksesi yang memiliki potensi hasil tinggi dan umur

genjah.

Gambar 1. Mesin IScan-Illumina dan 1536 SNP chip yang digunakan sebagai alat ‘pemotret’ genom

aksesi-aksesi plasma nutfah padi.

Page 70: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan70

Padi Tahan HDB dan Blas Hasil

Kultur Antera dan Seleksi Berbasis

Marka

Pelandaian produksi padi yang sudah berlangsung

lama sulit ditingkatkan melalui pengembangan

varietas yang hanya berorientasi pada peningkatan

produktivitas. Pendekatan melalui pengembangan

varietas tahan yang mampu menekan kehilangan hasil

yang diakibatkan oleh faktor biotik yang mencapai

20-30% tiap tahunnya, merupakan salah satu strategi

untuk memacu pencapaian target swasembada beras

pada tahun 2014.

Pengembangan varietas tahan dihadapkan pada

variabilitas hama dan patogen yang dapat berevolusi

secara cepat ketika mendapat tekanan seleksi yang

kuat oleh varietas yang memiliki gen ketahanan

tunggal. Masalah ini dapat diatasi dengan mengem-

bangkan sifat ketahanan kuantitatif yang memiliki

beberapa gen ketahanan sekaligus dalam satu

varietas sehingga mampu melindungi tanaman dalam

jangka waktu lama dan dalam skala geografis yang

luas.

Hama dan penyakit utama padi sawah antara

lain adalah wereng batang coklat, hawar daun bakteri

(HDB), dan tungro. Penyakit blas umumnya merusak

padi gogo, namun pada tahun-tahun terakhir mulai

terjadi pergeseran ras patogen blas yang mampu

merusak padi sawah. Ketiga organisme pengganggu

tanaman (OPT) tersebut perlu diwaspadai karena

virulensinya berkembang secara cepat mengikuti pola

sebaran varietas di lapangan.

Gambar 2. ‘Potret’ genom keragaman genetik aksesi plasma

nutfah padi menggunakan 1536 marka SNP chip.

Page 71: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik 71

Badan Litbang Pertanian telah mengembangkan

varietas tahan, yaitu Inpari HDB dan Inpari Blas yang

masing-masing tahan HDB dan blas melalui pen-

dekatan kultur antera untuk galur harapan BIO5-AC-

Blas/BLB-03 dan metode silang balik untuk galur

harapan BIO111-BC-Pir7. Salah satu tetua dari galur

BIO5-AC-Blas/BLB-03 dan BIO111-BC-Pir7 adalah

spesies padi liar O. rufipogon, sehingga gen-gen

ketahanan yang ada pada kedua varietas tersebut

berbeda dengan gen ketahanan pada varietas unggul

terdahulu. Di samping itu, seleksi kedua galur

dilakukan melalui bantuan marka molekuler.

Alur persilangan galur BIO5-AC-Blas/BLB-03

(BIO5) ditampilkan pada Gambar 3. Galur BIO5 adalah

hasil silangan IR64/O. rufipogon (Acc.IRGC105491).

F1 hasil silangan tersebut dikultur antera sehingga

didapatkan sejumlah galur dihaploid (haploid ganda/

DH0). Setelah melalui tahapan perbanyakan benih

dan seleksi diperoleh populasi DH1 sampai DH4.

Populasi ini diseleksi karakter fenotipe dan genotipe-

nya menggunakan marka molekuler untuk ketahanan

Gambar 3. Diagram alur persilangan galur

BIO5-AC-Blas/BLB-03.

terhadap penyakit HDB dan hama wereng batang

coklat, sehingga diperoleh galur-galur yang terseleksi.

BIO5 merupakan salah satu galur dihaploid yang

terseleksi tahan HDB, wereng batang coklat, dan

penyakit tungro.

Galur BIO111-BC-Pir7 (BIO111) adalah hasil

silangan antara IR64/O. rufipogon (Acc.IRGC105491)

yang kemudian disilang balik lima kali ke IR64 (BC5)

(Gambar 4). Seleksi tingkat ketahanan (fenotipe) dan

seleksi menggunakan marka molekuler (genotipe)

untuk gen ketahanan terhadap penyakit blas Pir7

dilakukan pada setiap generasi.

Produktivitas

Rata-rata hasil Inpari HDB dan Inpari Blas di 16 lokasi

masing-masing 6,62 t dan 6,76 t/ha atau lebih tinggi

dibandingkan dengan Ciherang dan Inpari 1 yang

masing-masing hanya mampu berpoduksi 6,50 t dan

6,39 t/ha. Hasil tertinggi dari galur-galur tersebut

diperoleh di Pasuruan, yaitu 9,30 t/ha untuk Inpari

Gambar 4. Diagram alur persilangan galur

BIO111-BC-Pir7.

IR64/Oryza rufipogon

(Acc.IRGC105491)

F1/IR64

BC1/IR64

BC2/IR64: seleksi fenotipe dan genotipe

BC3/IR64: seleksi fenotipe dan genotipe

BC4/IR64: seleksi fenotipe dan genotipe

BC5: seleksi agronomis dan ketahanan hama

dan penyakit

BC = back cross

IR64/Oryza rufipogon

(Acc.IRGC105491)

F1

Kultur antera

Galur haploid ganda (dihaploid): DH0

DH1-DH4: Uji hama dan penyakit

dan seleksi genotipe

BIO5

DH = dihaploid

Page 72: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan72

HDB dan 9,30 t/ha untuk Inpari Blas, sedangkan

varietas Ciherang hanya memberi hasil 8,77 t/ha. Di

semua lokasi pengujian, hasil varietas Inpari HDB

berkisar antara 4,52-9,30 t/ha, Inpari Blas 4,45-9,03

t/ha, Ciherang 4,62-8,76 t/ha, dan Inpari 1 3,37-10,23

t/ha.

Karakter Agronomis

Inpari HDB memiliki tinggi tanaman 120 cm, sedang-

kan Inpari Blas 102 cm atau setara dengan Ciherang

(105 cm). Umur berbunga kedua galur sama dengan

Ciherang (83 hari) dan Inpari 1 (80 hari). Demikian

pula jumlah anakan produktif dan gabah isi per malai.

Jumlah gabah hampa per malai Inpari HDB 23% dan

Inpari Blas 20% lebih sedikit dibandingkan dengan

Ciherang (29%). Bobot 1.000 butir gabah kedua galur

sama dengan Ciherang dan Inpari 1.

Ketahanan terhadap Wereng Batang Coklat,HDB, Blas, dan Tungro

Inpari HDB dan Inpari Blas telah diuji ketahanannya

terhadap wereng batang coklat koloni Jawa Tengah

dan Jawa Barat dengan skor ketahanan 3 untuk sistem

skoring 1-9. Hal ini menunjukkan kedua galur jauh

lebih tahan dibandingkan dengan Ciherang dan Inpari

1 yang memiliki skor 7 atau masuk kategori rentan.

Varietas kontrol yang tidak memiliki gen ketahanan

seperti Pelita menunjukkan reaksi sangat rentan

dengan skor 9.

Pengujian sifat ketahanan Inpari HDB dan Inpari

Blas terhadap HDB dilakukan dengan menggunakan

tiga patotipe HDB yang dominan di lapang, yaitu

patotipe III, IV, dan VIII. Inpari HDB tahan terhadap

ketiga patotipe tersebut, sedangkan Inpari Blas agak

tahan terhadap patotipe III dan IV tetapi agak rentan

terhadap patotipe VIII. Hal ini yang menjadi alasan

pemberian nama Inpari HDB untuk galur BIO5-AC-

Blas/BLB-03. Sebaliknya untuk sifat ketahanan

terhadap patogen blas, varietas Inpari Blas sangat

tahan terhadap patogen blas Ras101 (ID21) dan

Ras173 (ID24), sedangkan Inpari HDB bersifat rentan.

Sifat penting lain dari Inpari HDB dan Inpari Blas yang

tidak dimiliki oleh varietas unggul baru sebelumnya

adalah ketahanan terhadap tungro. Inpari HDB dan

Inpari Blas lebih tahan terhadap tungro strain

Sumedang, Bogor, dan Bali dibandingkan dengan

Ciherang dan Inpari 1. Skor ketahanannya sama

dengan Utri Merah dan Utri Rajapan, yaitu 1 untuk

sistem skoring 1-9.

Penampilan Inpari HDB (kiri) dan Inpari Blas (kanan) pada uji multilokasi di Taman Bogo, Lampung, MK

2010.

Page 73: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik 73

Karakteristik Gabah, Beras, dan Nasi

Rendemen beras putih Inpari HDB dan Inpari Blas

lebih rendah dibandingkan dengan Ciherang dan

Inpari 1, tetapi persentase beras kepalanya sama

dengan Ciherang (89%). Dari morfologinya, beras

Inpari HDB dan Inpari Blas berukuran panjang, bentuk

sedang, dan pengapuran kecil sampai sedang.

Varietas Ciherang dan Inpari 1 mempunyai ukuran

beras panjang, bentuk sedang, dan pengapuran

sedang. Beras Inpari HDB dan Inpari Blas mempunyai

kadar amilosa sedang sehingga masih masuk dalam

kategori cukup pulen. Keung-gulan Inpari HDB dan

Inpari Blas disajikan dalam Tabel 1.

Kedua galur cocok ditanam di lahan sawah irigasi

dan tadah hujan pada dataran rendah sampai

ketinggian 500 m dpl. Pengembangan dengan

pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

lebih dianjurkan karena tahan terhadap wereng

batang coklat, HDB, dan blas. Kedua galur juga tahan

terhadap penyakit tungro, sehingga dapat dikem-

bangankan juga ke daerah/lokasi endemis penyakit

tungro, antara lain Bali, Sulawesi Selatan, dan

sebagian Jawa Barat (Subang dan Sumedang).

Analisis Genom Kakao

Menggunakan Teknologi Next

Generation Sequencing

Penelitian genom kakao bertujuan untuk menginven-

tarisasi dan mempelajari variasi DNA yang ada dalam

klon-klon unggul kakao Indonesia. Data variasi DNA

tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendesain marka

DNA yang dapat digunakan untuk memetakan sifat-

sifat unggul tanaman, mengembangkan sistem

seleksi yang lebih cepat dan efisien untuk sifat unggul

yang telah dipetakan, dan sidik jari DNA untuk

identifikasi tanaman maupun perlindungan varietas.

Data variasi DNA juga merupakan landasan awal

dalam penelitian fungsi gen dalam kromosom untuk

memahami mekanisme munculnya sifat-sifat unggul

Beras kepala, beras pecah

kulit, dan gabah galur BIO5-

AC-Blas/BLB-03 (Inpari HDB)

dan BIO111-BC-Pir7 (Inpari

Blas) dibandingkan dengan

Inpari 1 dan Ciherang.

Page 74: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan74

pada tanaman. Dengan diketahuinya mekanisme

terbentuknya sifat-sifat unggul tersebut, pemuliaan

di masa depan tidak terlalu bergantung pada

ketersediaan sifat unggul yang diinginkan dalam

sumberdaya genetik yang ada di alam, karena dapat

langsung direkayasa pada tingkat DNA maupun

biokimia.

Komposisi basa DNA dalam genom kakao dapat

diketahui dengan menggunakan alat Next Generation

Sequencing, yang dapat membaca urutan basa DNA

total suatu organisme hanya dalam waktu dua

minggu. Hasil bacaan DNA tersebut selanjutnya

dibandingkan dengan data sekuen rujukan yang

berasal dari kakao varietas Belizean Criollo untuk

mendata kesamaan dan perbedaan urutan basa DNA.

Klon-klon kakao yang dipelajari dalam penelitian ini

adalah ICCRI 02, ICCRI 03, ICCRI 04, ICS 13, dan

Sulawesi 2. Klon ICCRI 02, seperti halnya Belizean

Tabel 1. Keunggulan varietas padi Inpari HDB dan Inpari Blas terhadap varietas pembanding Ciherang dan Inpari 1.

Karakter Inpari HDB Inpari Blas Ciherang Inpari 1

Hasil rata-rata (t/ha GKG) 6,14 6,28 6,31 6,17

Potensi hasil (t/ha GKG) 9,3 9,03 8,76 10,23

Umur tanaman (50% berbunga, hari) 85 81 83 80

Tinggi tanaman (cm) 119 102 105 96

Anakan produktif per rumpun 29 34 30 34

Gabah total per malai 134 118 132 116

Gabah isi per malai 111 98 103 93

Gabah hampa per malai 23 20 29 23

Persentase gabah isi 82,84 83,05 78,03 80,17

Bobot 1.000 butir gabah (g) 25 27 27 27

Batang Sedang-lentur Sedang Sedang Sedang

Daun Sedang, sedikit Sedang, tegak Sedang, tegak, Sedang, tegak,

terkulai, hijau hujau hijau hijau

Ketahanan terhadap wereng batang coklat

Koleksi Jawa Tengah Agak tahan Agak tahan Sangat rentan Rentan

Koleksi Jawa Barat Agak tahan Agak tahan Sangat rentan Agak rentan

Biotipe 1 Agak tahan Agak tahan Agak rentan Rentan

Biotipe 2 Agak tahan Agak tahan Agak rentan Rentan

Biotipe 3 Agak rentan Agak rentan Rentan Sangat rentan

Ketahanan terhadap hawar daun bakteri

Patotipe III Tahan Agak tahan Agak tahan Tahan

Patotipe IV Agak tahan Agak tahan Agak tahan Agak tahan

Patotipe VIII Agak tahan Agak rentan Agak rentan Agak rentan

Ketahanan terhadap blas

Ras 173 Rentan Tahan Rentan Rentan

Ras 101 Rentan Tahan Rentan Rentan

Ketahanan terhadap tungro, strain Cipeles,

Tomo, Sumedang Tahan Tahan Agak rentan Rentan

Rendemen beras pecah kulit (%) 76 76 77 76

Rendemen beras putih (%) 67 68 68 68

Bentuk beras (rasio P : L) Sedang Sedang Sedang Sedang

Pengapuran Kecil Sedang Sedang Sedang

Kadar amilosa (%) 22,9 21,5 21,9 21,8

Tekstur nasi Sedang Sedang Pulen Pulen

Rasa nasi Hambar Gurih Gurih Gurih

Aroma Nonaromatik Nonaromatik Nonaromatik Nonaromatik

Page 75: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik 75

fenotipe), 10 fragmen menghasilkan protein yang

fungsinya belum diketahui, empat fragmen mengkode

protein yang berfungsi sebagai ‘saklar’ ekspresi gen-

gen lain, dan dua fragmen mengkode sinyal ketahanan

penyakit. Variasi-variasi ini perlu dipelajari lebih lanjut

untuk memperbaiki mutu kakao lindak agar mendekati

kakao mulia.

Berdasarkan data variasi DNA, telah pula diteliti

kekerabatan antarklon (Gambar 5). Hasilnya me-

nunjukkan bahwa klon-klon ICCRI memiliki kekera-

batan yang dekat, sedangkan klon Sulawesi 2 dan

ICS 13 memiliki kekerabatan yang lebih dekat dengan

Belizean Criollo.

Criollo, merupakan kakao mulia, sedangkan lima klon

lainnya adalah kakao lindak.

Total genom kakao berukuran sekitar 430 juta

basa, hampir sama dengan genom padi, sehingga

relatif mudah menduplikasi data hasil sekuensing

dengan pendekatan satu atau dua lajur flow cell dari

mesin HiSeq2000. Hasil analisis data resekuen lima

genotipe kakao menunjukkan bahwa rata-rata setiap

bagian genom tersekuensing 77 kali. Berdasarkan

hasil analisis perbandingan antara DNA klon-klon

kakao lokal dengan sekuen DNA kakao rujukan

Belizean Criollo, diketahui perbedaan dan kesamaan

komposisi DNA dari genotipe kakao lokal. Variasi DNA

didominasi oleh perubahan pada sekuen DNA di luar

gen (non-coding region) yang mencapai lebih dari

75%. Dari 75% variasi DNA yang ditemukan, 37% di

antaranya terletak pada non-coding region pada posisi

upstream dari gen dan 38,6% pada posisi

downstream dari gen. Variasi sekuen yang tinggi juga

terjadi pada non-coding region lainnya, seperti intron

dan intergenic.

Hanya 6,3% variasi DNA ditemukan dalam exon,

yaitu bagian DNA yang mengkode protein dan

kemungkinan besar memengaruhi sifat tanaman.

Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa dari sekitar

6.000 variasi yang terdapat dalam exon, beberapa

variasi DNA secara spesifik ditemukan pada satu klon,

sehingga dapat digunakan sebagai penciri untuk

identifikasi klon tersebut. Klon ICCRI 02 memiliki 234

penciri unik, sedangkan ICCRI 03 memiliki 315, ICCRI

04 memiliki 202, ICS 13 memiliki 394, dan Sulawesi

2 memiliki 452 penciri unik. Analisis juga menemukan

54 variasi spesifik pada klon kakao mulia (ICCRI 02

dan Belizean Criollo), yang terdiri atas 38 fragmen

yang mengubah protein (lebih berpeluang mengubah

ICCRI 03

ICCRI 04

ICCRI 02 CRIOLLO

SULAWESI 2

ICS 13100

100

80

0 0,1

Gambar 5. Pola kekerabatan genetik lima klon

unggul kakao dibandingkan

dengan klon kakao rujukan

(Belizean Criollo).

Page 76: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan76

Pascapanen

Melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

(BB Pascapanen), Badan Litbang Pertanian terus berupaya menghasilkan

inovasi teknologi pascapanen pertanian, khususnya untuk meningkatkan

diversifikasi pangan, nilai tambah, daya saing, dan ekspor. Inovasi

teknologi pascapanen yang telah dihasilkan meliputi teknologi

penanganan segar produk pertanian untuk memperpanjang kesegaran

dan daya simpan, termasuk distribusi dan transportasi dalam pemasaran,

teknologi dan produk untuk meningkatkan diversifikasi pangan dan

substitusi pangan impor, serta teknologi dan produk baru untuk

meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Inovasi teknologi

penanganan dan pengolahan komoditas tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan, dan peternakan sebagian sudah diadopsi oleh masyarakat

pengguna dan sebagian masih perlu disosialisasikan.

Aneka tepung dari bahan pangan lokal.

Page 77: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Pascapanen 77

alkohol dan karbondioksida. Produksi vinegar dari air

kelapa dengan kandungan asam asetat 4% dapat

dilakukan dalam tiga minggu. Peningkatan kadar asam

asetat akan diikuti oleh penurunan pH. Konsentrasi

alkohol pada vinegar air kelapa berkisar antara 3,9-

7,19% dengan waktu fermentasi 24-48 jam. Kadar

asam asetat tertinggi diperoleh pada fermentasi

dengan S. cerevisiae 15% dan Acetobacter aceti 10%.

Hasil pengujian daya hambat bakteri pada karkas

ayam menunjukkan bahan konsentrasi minimal

vinegar air kelapa dan kulit pisang adalah 1% dengan

hasil negatif untuk semua jenis bakteri uji. Aplikasi

vinegar air kelapa dan kulit pisang mampu meng-

hambat pertumbuhan E. coli dan Listeria monocyto-

genes pada penyimpanan suhu ruang maupun suhu

dingin. Vinegar air kelapa mampu menghambat

pertumbuhan S. thyphimurium yang lebih baik

dibandingkan dengan vinegar kulit pisang.

Pemberian pengawet vinegar pada karkas ayam

menurunkan nilai pH, kecerahan karkas, serta tingkat

kekerasan dan susut masak. Aplikasi vinegar mampu

memperpanjang masa simpan karkas ayam sampai

9 hari pada suhu dingin dan 12 jam pada suhu ruang.

Vinegar sebagai Pengawet Alami

Daging Ayam

Kontaminasi mikroba pada daging ayam dapat

menyebabkan daging rusak atau busuk. Kontaminasi

mikroba dapat berasal dari kotoran, isi perut, dan

kulit ayam, peralatan yang digunakan pada saat

pemotongan, maupun personel yang menangani

pemotongan/penanganan karkas. Permasalahan

kontaminasi mikroba ini telah menjadi perhatian

banyak kalangan, baik pemerintah, pelaku usaha,

konsumen, maupun pemerhati kesehatan.

Untuk memperpanjang masa simpan, karkas

perlu diawetkan dengan pengawet yang aman

dikonsumsi. Asam asetat yang dikenal sebagai vinegar

dapat menjadi pengawet alternatif yang aman, murah,

dan mudah digunakan. Asam asetat berperan sebagai

antimikroba karena dapat menurunkan pH dan

menyebabkan instabilitas membran sel pada bakteri.

BB Pascapanen telah menghasilkan teknologi

pengawetan karkas ayam dengan menggunakan

vinegar. Bahan baku vinegar adalah kulit pisang

nangka dengan tingkat kematangan 70-75% dan air

kelapa. Proses pembuatan vinegar dari kulit pisang

diawali dengan pemeraman untuk mengubah karbo-

hidrat pada kulit pisang menjadi gula sederhana.

Selanjutnya ditambahkan enzim alfa-amilase dan

gluko-amilase masing-masing 1 ml/liter untuk mem-

bantu hidrolisis kulit pisang menjadi glukosa pada

saat perebusan sebelum penambahan Saccharo-

myces cerevisiae. Fermentasi kulit pisang mengguna-

kan proses fermentasi simultan.

Pemeraman dan penambahan enzim alfa-

amilase dan gluko-amilase mampu mempercepat

peningkatan konsentrasi asam asetat dan proses

fermentasi dibanding tanpa pemeraman dan

penambahan enzim. Kadar asam asetat pada vinegar

kulit pisang kurang dari 4% dengan pH 3,5-4,5, kadar

alkohol 0,1-0,6%, dan kadar gula total 5-7%.

Proses produksi vinegar dari air kelapa melalui

fermentasi bertahap membutuhkan waktu yang lebih

cepat untuk menghasilkan asam asetat 4% diban-

dingkan dengan fermentasi simultan. Fermentasi

bertahap dapat memecah senyawa gula menjadi

Vinegar dari kulit pisang dan air kelapa (atas)

untuk mengawetkan karkas ayam (bawah).

Page 78: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan78

Vinegar kulit pisang dan air kelapa mempunyai

beberapa keunggulan untuk mengawetkan karkas

ayam, yaitu: (1) menghambat pertumbuhan beberapa

bakteri patogen, (2) mempertahankan mutu karkas

ayam, dan (3) bersifat alami, aman, dan ekonomis.

Meski penelitian masih dalam skala laboratorium,

teknologi ini memiliki prospek untuk dikembangkan

karena: (1) memanfaatkan limbah kulit pisang dan

air kelapa sehingga meningkatkan nilai tambah, (2)

vinegar bersifat alami dan tidak menimbulkan dampak

toksisitas dalam jangka pendek maupun jangka

panjang, dan (3) sederhana dan mudah diaplikasikan.

Teknologi Pengolahan Gambir,

Minyak Nilam, dan Kopi di Tingkat

UKM/Gapoktan

Gambir, nilam, dan kopi merupakan komoditas

unggulan perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat,

Sumatera Utara, namun belum tergarap secara

optimal, baik di hulu maupun di hilir. Pengolahannya

masih bersifat tradisional dengan menggunakan

peralatan yang sederhana, baik yang dilakukan oleh

petani secara perorangan maupun berkelompok,

sehingga produk yang dihasilkan belum memenuhi

persyaratan SNI.

Pada gambir, rendahnya rendemen dan kualitas

produk disebabkan petani kurang memahami proses

ekstraksi atau pengepresan daun gambir, pencetakan,

dan pengeringan produk. Pada nilam, rendemen dan

kualitas minyak nilam yang rendah disebabkan petani

kurang memahami cara penanganan bahan baku dan

penyulingan minyak, sementara pada kopi karena

petani kurang memahami proses pengolahan dan

pengemasan.

BB Pascapanen telah menghasilkan teknologi

pengolahan gambir, nilam, dan kopi. Teknologi

tersebut selanjutnya disosialisasikan kepada petani

bekerja sama dengan Dinas Perindustrian, Per-

dagangan, dan Koperasi serta UMKM Kabupaten

Pakpak Bharat. Melalui sosialisasi, pelatihan, dan

pendampingan dalam menerapkan teknologi, petani

diharapkan dapat menghasilkan produk yang

berkulitas sehingga nilai jualnya meningkat.

Pada gambir, perbaikan proses pengolahan

dilakukan pada tahap ekstraksi atau pengepresan

daun gambir, pencetakan, dan pengeringan serta

mengintroduksikan alat pencetak gambir. Pelatihan

Pengolahan gambir dan produk

gambir yang dihasilkan petani

sebelum (a) dan sesudah (b)

menerapkan teknologi

pengepresan, pencetakan, dan

pengeringan.

Page 79: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Pascapanen 79

dan pendampingan kepada petani dalam menerapkan

teknologi pengolahan gambir dapat meningkatkan

kualitas produk. Warna gambir menjadi lebih cerah,

bentuknya lebih padat dengan kadar air rendah, dan

kadar katekinnya meningkat.

Pada nilam, perbaikan teknologi pengolahan

meliputi cara penanganan bahan baku sebelum

penyulingan, metode penyulingan, peralatan

penyulingan, dan pemurnian untuk memperbaiki

warna minyak nilam. Pelatihan dan pendampingan

kepada petani dalam menerapkan teknologi

pengolahan minyak nilam meningkatkan kualitas

minyak, yang ditandai oleh meningkatnya kadar

patchouli alkohol. Kadar patchouli alkohol merupakan

salah satu parameter penentu kualitas minyak nilam;

semakin tinggi kadar patchouli alkohol, semakin baik

kualitas minyak nilam. Pemurnian minyak nilam dapat

meningkatkan kejernihan (% transmisi) dari rata-rata

45,1% menjadi 50,0%, dan menurunkan kadar besi

(Fe) dari 268,8 ppm menjadi 101,7 ppm.

Pada kopi, perbaikan teknologi meliputi proses

pemanenan, sortasi, pengkelasan (grading), pen-

jemuran, penyangraian, pengemasan, pengolahan

cara basah, dan peralatannya. Melalui pelatihan dan

pendampingan, petani kopi dapat memperbaiki cara

penyangraian dan pengemasan. Cita rasa kopi yang

dihasilkan petani, baik jenis robusta maupun arabika,

tergolong sangat baik sesuai standar SNI.

Pengembangan Edible Film sebagai

Kemasan Bahan Pangan Segar

Kebutuhan kemasan pangan yang mencapai 50% dari

total kemasan yang beredar di pasaran merupakan

tantangan sekaligus peluang bagi pengembangan

kemasan edible atau biodegradable yang bersifat

ramah lingkungan. Salah satu kemasan bahan pangan

segar yang potensial dikembangkan adalah edible film

dari puree buah. Namun, nilai komersial kemasan

edible masih rendah karena memiliki kekuatan

mekanis dan sifat pelindung atau penghalang

(barrier) yang lebih rendah dibandingkan dengan

kemasan berbahan polimer sintetis.

BB Pascapanen telah menghasilkan teknologi

pembuatan komposit edible film dengan nanoserat

selulosa untuk meningkatkan kekuatan mekanis dan

sifat barrier kemasan edible. Serat selulosa yang

berukuran nano memiliki luas interfasial yang besar

sehingga akan mengubah mobilitas molekuler dan

sifat relaksasi untuk menghasilkan komposit dengan

kekuatan mekanis, fleksibilitas, kekakuan, serta

ketahanan panas dan listrik yang baik. Pada

pengembangan lebih lanjut (jangka panjang), bahan

antimikroba berupa minyak atsiri yang telah

dienkapsulasi dapat ditambahkan ke dalam komposit

edible film.

Ekstraksi dan sintesis nanoserat selulosa dari

tongkol jagung dan jerami padi; (a) tepung

tongkol jagung dan tepung jerami padi, (b)

larutan hasil hidrolisis serat selulosa, dan (c)

serat selulosa hasil pemucatan dengan

metode Abe dan (d) metode Takahashi.

Page 80: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan80

Penggunaan edible film dari komposit puree buah

dan nanoserat selulosa dan bahan antimikroba

terenkapsulasi sebagai bahan kemasan pangan segar

dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing

komoditas pertanian. Puree mangga menghasilkan

edible film yang berwarna cerah, elastis, dan tidak

mudah sobek. Penambahan gliserol 1,5% dapat

memperbaiki elastisitas edible film, sedangkan

penambahan pektin 1% meningkatkan kekakuan

kemasan.

Ekstraksi dan sintesis nanoserat selulosa dari

tongkol jagung dan jerami padi dilakukan melalui

proses delignifikasi, pemucatan, dan defibrilasi serat

selulosa secara mekanis menggunakan ultrasonik dan

high shear homogenizer (ultraturrax). Proses

delignifikasi dan pemucatan secara kimia dengan

menggunakan metode Abe menghasilkan serat

selulosa yang memiliki kristalinitas tinggi, baik serat

dari tongkol jagung maupun jerami padi. Defibrilasi

secara mekanis dengan ultrasonik menghasilkan fibril

selulosa berukuran kecil yang lebih banyak daripada

dengan ultraturrax. Setelah diberi perlakuan

ultrasonik selama satu jam, selulosa yang berukuran

kecil (12-34 nm, rata-rata 21 nm) lebih banyak

dibandingkan selulosa berukuran besar (68-223 nm,

rata-rata 121 nm).

Serat jerami memiliki selulosa berukuran kecil

yang lebih halus daripada selulosa tongkol jagung.

Namun, serat selulosa berukuran besar lebih banyak

ditemukan pada serat jerami. Penguatan edible film

dari puree buah dengan nanoserat selulosa me-

ningkatkan kekuatan mekanis, baik kekuatan tarik,

elongasi maupun fleksibilitasnya.

Pembuatan edible film dari puree buah dengan

nanoserat selulosa dapat memanfaatkan buah yang

kurang memenuhi persyaratan (off-grade) atau

kelebihan pasokan pada saat panen raya, sehingga

meningkatkan nilai tambah. Penggunaan tongkol

jagung dan jerami padi sebagai bahan pembuatan

nanoserat selulosa merupakan salah satu upaya

pemanfaatan limbah pertanian.

TEM nanoserat selulosa yang diperoleh dengan metode Abe, dan fibrilasi dengan ultrasonik selama

satu jam, perbesaran 8.000 kali, (a) jerami padi, (b) tongkol jagung.

Page 81: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Pascapanen 81

Penanganan Susut Pascapanen Padi

Mendukung Peningkatan Produksi

Beras Nasional

Angka susut pascapanen padi dapat digunakan untuk

menentukan atau meramal produksi regional maupun

nasional pada tahun berjalan sesuai dengan luas

pertanaman padi dan stok beras pada saat itu,

maupun untuk membuat neraca ekspor dan impor

beras. Penggunaan metode pengukuran yang tidak

tepat akan menyebabkan terjadinya bias data susut

pascapanen padi, yang selanjutnya akan menye-

babkan kesalahan dalam menentukan ketersediaan

stok pangan maupun prioritas ekspor dan impor beras.

Masalah dalam pengukuran susut pascapanen

padi adalah beragamnya angka susut hasil antarlokasi

maupun antardaerah dan metode pengukuran yang

digunakan. Oleh karena itu, diperlukan pedoman

umum pengukuran susut pascapanen padi yang dapat

disepakati dan digunakan oleh semua pihak.

Pada tahun 2011, BB Pascapanen telah mem-

perbaiki metode pengukuran susut pascapanen padi

dan menghasilkan metode pengukuran dan tabel

konversi susut saat panen. Namun seiring dengan

dihasilkannya varietas baru dan inovasi teknologi

pascapanen padi, perlu dilakukan pengukuran ulang

untuk mengetahui tingkat kehilangan hasil pasca-

panen padi. Kondisi iklim yang tidak menentu akhir-

akhir ini juga menjadi pertimbangan perlunya metode

pengukuran yang lebih tepat. Melalui proses

pengukuran ini diharapkan dapat diperoleh data

terbaru susut hasil pascapanen padi untuk mem-

perbaiki data susut hasil yang sudah tidak relevan

lagi. Data susut hasil akan menentukan ketepatan

pengambilan kebijakan stok pangan nasional.

Adanya pedoman umum pengukuran susut

pascapanen diharapkan dapat menghilangkan

perbedaan persepsi dalam penggunaan metode dan

cara pengukuran susut panen dan perhitungannya,

sehingga dapat menekan variasi data susut panen.

Pengukuran susut panen yang digunakan sebagai

Proses pembuatan

edible film dari puree

buah mangga dan

nanoserat selulosa.

Page 82: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan82

acuan dalam pedoman umum menggunakan metode

sembilan papan pengamatan (tray) berukuran

panjang 40 cm dan lebar 14 cm. Metode tray merupa-

kan metode pengukuran terbaik dan terbukti tidak

menimbulkan perbedaan yang nyata dengan metode

pengukuran langsung (gabah dipungut langsung) di

lahan petani setelah panen padi.

Pedoman metode pengukuran susut pascapanen

padi telah disosialisasikan kepada pengguna di DI

Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan. Sosialisasi

dilakukan melalui diskusi dalam seminar serta praktik

langsung di lahan petani bekerja sama dengan BPTP

dan Dinas terkait di masing-masing provinsi. Sosiali-

sasi juga dilakukan melalui Pelatihan Widyaiswara

Tingkat Nasional lingkup Kementerian Pertanian

maupun Pelatihan Petugas Gudang dari Kementerian

Perdagangan. Berdasarkan hasil evaluasi yang

dilakukan sebelum dan sesudah sosialisasi di DI

Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah,

sosialisasi dapat meningkatkan pemahaman peserta

yang ditunjukkan oleh menurunnya tingkat kesalahan

dalam pengukuran susut pascapanen padi.

Berdasarkan pengukuran, susut panen tertinggi

ditemukan di Jawa Barat, yaitu 3,2% pada musim

hujan dan 1,6% pada musim kemarau dengan susut

perontokan 1,3% pada musim hujan dan 1,3% pada

musim kemarau. Rendemen giling tertinggi pada

musim hujan dicapai penggilingan padi kecil (PPK)

dua fase di Sumatera Selatan, yaitu 64,7%, sedang-

kan pada musim kemarau dicapai PPK dua fase di

Jawa Barat, yaitu 67,1%.

Pengukuran susut pascapanen padi secara akurat diperlukan dalam menentukan ketersediaan stok dan

ekspor/impor beras.

Page 83: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Pascapanen 83

Untuk varietas padi yang gabahnya mudah

rontok, perontokan dianjurkan menggunakan mesin

dengan kecepatan putaran sedang (700 rpm) dan

kapasitas perontokan 595 kg/jam dengan susut hasil

2,3%. Untuk varietas padi yang tahan rontok,

direkomendasikan menggunakan mesin perontok

berkecepatan tinggi (800 rpm) dan kapasitas 522,9

kg/jam dengan susut hasil 2,8%.

Untuk mengurangi susut pascapanen padi pada

proses penggilingan, konfigurasi mesin penggilingan

satu kali husker – satu kali separator – dua kali

polisher layak dikembangkan karena menghasilkan

beras giling yang berkualitas baik, yaitu beras pecah

16,0-21,5%, beras kepala 76,7-82,4%, dan rende-

men giling 68,0% pada varietas murni Ciherang, serta

69,3% pada varietas campuran Ciherang dan

Mekongga dengan nilai jual rata-rata Rp4.978/kg

gabah giling. Peningkatan rendemen giling 2,5% untuk

varietas Ciherang dan 1,2% untuk varietas campuran

Ciherang dan Mekongga meningkatkan nilai jual beras

rata-rata Rp277/kg untuk varietas Ciherang dan

Rp146/kg untuk varietas campuran.

Sudut kemiringan separator yang optimal untuk

memisahkan beras pecah kulit adalah 61º. Pada

tingkat kemiringan tersebut, mesin dapat memisahkan

beras pecah kulit dengan persentase yang cukup

tinggi, namun sebaran gabah dalam beras pecah kulit

tidak terlalu besar.

Sosialisasi pedoman umum metode pengukuran

susut pascapanen padi dapat meningkatkan

pemahaman tentang pengukuran susut pascapanen.

Teknologi penanganan susut pascapanen padi berupa

kecepatan mesin perontok, konfigurasi penggilingan,

dan sudut kemiringan separator menurunkan susut

penggilingan dari rata-rata 1,2% menjadi 0,3% serta

meningkatkan rendemen giling 2,5% untuk varietas

Ciherang dan 1,2% untuk varietas campuran Ciherang

dan Mekongga.

Sosialisasi pedoman umum pengukuran susut pascapanen padi kepada pengguna.

Page 84: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan84

Mekanisasi Pertanian

Mekanisasi pertanian berperan penting dalam pembangunan pertanian,

apalagi dikaitkan dengan makin menurunnya minat generasi muda untuk

berkecimpung dalam usaha tani konvensional. Mekanisasi pertanian

juga diperlukan dalam pengembangan agribisnis. Penerapan mekanisasi

pertanian dalam kegiatan poduksi di lapangan dapat meningkatkan

produktivitas dan efisiensi kerja, sedangkan dalam kegiatan pascapanen

dapat memperbaiki kualitas dan efisiensi produksi. Badan Litbang

Pertanian melalui Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP

Mektan) pada tahun 2012 telah menghasilkan 24 teknologi yang terkait

dengan mekanisasi pertanian, baik berupa prototipe alat mesin (alsin),

model maupun sistem mekanisasi. Sepuluh dari 24 teknologi tersebut

merupakan teknologi unggulan yang berpeluang untuk dikembangkan

dalam upaya meningkatkan pendapatan pelaku usaha pertanian.

Mesin pemanen padi dengan kapasitas kerja meisn rata-rata 17,6 jam/ha.

Page 85: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Mekanisasi 85

Mesin Penanam Padi Jajar Legowo

Empat Alur

Petani umumnya menanam padi secara manual

dengan sistem tanam pindah sehingga membutuhkan

banyak tenaga kerja. Di beberapa sentra produksi

padi, tenaga tanam ini makin sulit diperoleh sehingga

waktu tanam sering terlambat, luas cakupan garapan

rendah, dan indeks pertanaman padi menurun.

Keterlambatan tanam dapat mengakibatkan gagal

panen karena tanaman kekurangan air atau terserang

hama dan penyakit. Oleh karena itu, diperlukan

dukungan mesin penanam padi.

Mesin penanam padi yang ada di Indonesia

umumnya diimpor dan harganya relatif mahal. Mesin

tersebut memiliki jarak tanam antarbaris 30 cm

dengan jumlah baris tanam empat baris. Untuk men-

dukung pengembangan sistem tanam jajar legowo

2:1 atau 4:1 diperlukan mesin penanam yang sesuai.

Sistem tanam ini dapat meningkatkan populasi

tanaman 30% dibanding sistem tanam tegel, sehingga

produktivitas meningkat.

Pembuatan desain dan modifikasi mesin

penanam padi diawali dengan pengujian dan evaluasi

teknis terhadap mesin tanam padi yang ada di

pasaran. Hasil pengujian dan evaluasi ini dijadikan

acuan dalam analisis desain dan modifikasi mesin.

Selain itu, dilakukan juga pengkajian sistem pem-

bibitan padi yang sesuai untuk pengembangan mesin

tanam padi secara mekanis (rice transplanter).

Mesin penanam padi yang dikembangkan dapat

digunakan untuk mendukung sistem tanam jajar

legowo 2:1, dengan jumlah baris tanam empat baris.

Jarak antarbaris tanam 20 cm dan 40 cm, yaitu jarak

antara baris satu dan dua 20 cm, jarak antara baris

dua dan tiga 40 cm (jarak legowo), dan jarak antara

baris tiga dan empat 20 cm.

Rancangan mesin penanam padi terdiri atas lima

komponen utama, yaitu unit penanam, pengumpan

bibit, transmisi dan penggerak, kendali dan rangka

utama, dan pelampung. Modifikasi mesin difokuskan

pada sistem penanam dan pengumpan bibit. Bagian

tersebut disesuaikan dengan jarak tanam jajar legowo

2:1. Jarak antarlengan penanam bagian kanan dan

kiri masing-masing 20 cm, sedangkan jarak lengan

penanam bagian tengah 40 cm (jarak legowo).

Hasil desain ini selanjutnya akan dipabrikasi

prototipenya pada tahun 2013. Mesin penanam

tersebut diharapkan dapat dibuat dan dikembangkan

oleh pabrikan lokal sehingga harga mesin menjadi

lebih murah. Mesin penanam ini prospektif di-

kembangkan seiring dengan makin langka dan

mahalnya tenaga kerja untuk penanaman padi.

Desain prototipe mesin penanam bibit padi tipe jajar legowo dan lengan penanamnya.

Page 86: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan86

Prototipe Mesin Pemanen Padi

Mini Combine Harvester

Panen merupakan salah satu kegiatan kritis dalam

budi daya padi karena akan menentukan kualitas dan

kuantitas gabah. Panen membutuhkan tenaga kerja

yang banyak, sementara di beberapa daerah, tenaga

panen makin langka dan cukup mahal sehingga panen

perlu menggunakan alat mesin pemanen.

Permasalah dalam panen padi di Indonesia

adalah gabah mudah rontok, petakan sawah ber-

ukuran sempit (0,1-0,5 ha), dan kondisi lahan sawah

lembek pada saat panen, sehingga memerlukan mesin

pemanen yang sesuai dengan kondisi tersebut.

Penggunaan mesin pemanen mampu menekan

kehilangan hasil, mudah diterapkan pada petakan

yang sempit, dan tidak selip pada saat dioperasikan

di lahan yang lembek.

Mesin pemanen padi combine harvester yang

diintroduksikan di Indonesia umumnya berukuran

besar, baik untuk tipe whole feeding maupun half

feeding. Kelemahan dan keunggulan kedua tipe mesin

tersebut menjadi acuan dalam mendesain dan

memodifikasi mesin mini combine harvester.

BBP Mektan telah menghasilkan desain prototipe

mesin pemanen padi mini combine harvester

berkapasitas 14 jam/ha. Desain mesin pemanen padi

tipe mini combine dihasilkan melalui tahapan

pembuatan desain konseptual, perwujudan, analisis

desain, dan pabrikasi untuk menghasilkan prototipe

mini combine harvester dengan lebar kerja 120 cm,

kapasitas kerja 14 jam/hari, dan kehilangan hasil

panen 0,8-1,0%. Hasil desain ini selanjutnya akan

dipabrikasi prototipenya pada tahun 2013.

Alsin Pemroses Benih Padi

untuk UPBS

Target surplus beras 10 juta ton pada akhir tahun

2014 dapat dicapai antara lain dengan meningkat-

kan produktivitas melalui penggunaan benih unggul

dan bermutu. Namun, penggunaan benih unggul

bersertifikat oleh petani masih rendah, baru sekitar

Prototipe mesin pemanen padi mini combine harvester yang dimodifikasi.

Page 87: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Mekanisasi 87

62%, karena terbatasnya jumlah benih bermutu di

pasaran. Volume produksi benih padi bersertifikat

baru separuh dari total kebutuhan benih padi nasional

yang mencapai 360.000 ton per tahun untuk lahan

seluas 12,7 juta hektare.

Untuk memenuhi kebutuhan benih bermutu,

pemerintah mendorong pembentukan Unit Pengelola

Benih Sumber (UPBS) di tingkat penangkar benih

maupun di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP) di sentra produksi padi. Pemrosesan benih di

tingkat penangkar skala kecil dan menengah

memerlukan mesin yang tepat guna agar dapat

menghasilkan benih bermutu dengan kapasitas

produksi yang sesuai dengan kemampuan penangkar.

BBP Mektan telah menghasilkan paket mesin

pemroses benih padi untuk UPBS, yang terdiri atas

mesin pembersih (sortasi), penimbang, dan

pengemas. Untuk penangkar benih yang belum

memiliki lantai jemur, sudah tersedia mesin pengering

padi tipe sirkulasi. Ketiga paket mesin pemroses benih

padi tersebut telah diintroduksikan kepada kelompok

penangkar benih di Singkawang Kalimantan Barat,

Sukoharjo Jawa Tengah, dan Ngawi Jawa Timur.

Hasil pengujian menunjukkan paket mesin

pemroses benih dapat berfungsi dan beroperasi

dengan baik. Mesin pembersih memiliki kapasitas

400-500 kg/jam, bergantung pada laju pengumpanan

gabah dan kebersihan gabah. Mesin penimbang

berkapasitas 540 kg/jam atau 108 kemasan/jam

dengan tingkat akurasi hasil timbangan 99,6%.

Kapasitas alat pengemas benih padi 613 kg/jam atau

122 kemasan/jam, bergantung pada keterampilan

operator. Mesin pengering tipe sirkulasi memiliki

kapasitas muat 3,0-3,5 ton per proses dengan lama

pengeringan 16,5 jam pada suhu udara pengering

51,7°C. Sistem pemanasan menggunakan gas LPG

dengan konsumsi rata-rata 1,2 kg/jam, bergantung

pada kondisi udara luar.

Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa

biaya operasional mesin pembersih, penimbang,

pengemas, dan pengering berturut-turut adalah Rp59,

Rp29, Rp14, dan Rp108/kg gabah. Penggunaan mesin

pemroses benih padi menguntungkan dengan nilai

B/C ratio 1,4-1,5 dan nilai BEP 0,5-0,6 tahun. Nilai B/

C ratio dan BEP mesin pengering masing-masing 1,2

dan 2,0 tahun atau cukup layak.

Tingkat kemurnian benih rata-rata 98,5% dan

kotoran benih 1,5%. Daya kecambah benih 87%,

benih mati 13%, dan kandungan benih tanaman lain

0%. Secara umum mutu benih yang dihasilkan

Mesin pemroses benih padi untuk penangkar benih sumber.

Page 88: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan88

memenuhi standar minimum mutu benih padi untuk

kelas benih sebar.

Alsin Pengepras Tebu

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas

tebu adalah penanaman sistem kepras (ratun), yaitu

memelihara sisa batang tebu setelah panen

(ditebang) hingga tumbuh tunas dan menjadi

tanaman produktif. Cara ini dapat memperpendek

waktu budi daya, karena tidak perlu pengolahan tanah

dan tanam. Meskipun mudah dan murah, hasil tebu

sistem ratun kurang optimal apabila pemotongan tebu

pada saat panen tidak beraturan atau ada sisa batang

yang pecah. Oleh karena itu, diperlukan alsin

pengepras tebu yang dapat memotong batang secara

teratur, batang tidak pecah, dan sisa batang rata

dengan permukaan tanah.

Pada tahun 2011 BBP Mektan telah merancang

alsin pengepras tebu. Alsin pengepras tebu yang

digandeng dengan penggerak traktor roda empat

dengan tenaga di atas 45 HP dapat berfungsi dengan

baik dan dapat melakukan kerja pedhot oyot

(memutus akar) dan pembumbunan tanaman. Pada

tahun 2012, mesin tersebut dimodifikasi pada

beberapa komponennya. Dibandingkan dengan mesin

pengepras tebu tahun 2011, prototipe hasil modifikasi

ini memiliki sistem transmisi yang lebih baik. Jumlah

pisau ditambah dari 8 menjadi 12 bilah dan meng-

gunakan gear box percepatan dan pembalik arah

putaran dari sebelumnya gearbox pembalik arah saja.

Desain piringan berbentuk “coak” untuk pedhot oyot

dari sebelumnya berbentuk piringan utuh, dan

diameter piringan diperbesar dari 500 mm menjadi

660 mm. Prototipe mesin juga ditambah komponen

pembumbun tanaman berbentuk ridger satu sisi.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa prototipe

ini mampu melakukan tiga fungsi sekaligus, yaitu

mengepras tebu secara rata sampai 5 cm di bawah

permukaan tanah, melakukan pedhot oyot hingga

kedalaman 20 cm, dan membumbun tanah di

sepanjang baris tanaman. Pengeprasan dengan

kecepatan maju 2,5 km/jam dan kecepatan putar

pisau 700-800 rpm menghasilkan kapasitas kerja

lapang 4,4 jam/ha dengan efisiensi kerja 70%. Hasil

keprasan juga baik, yaitu batang tebu tidak pecah.

Dengan demikian, target kapasitas kerja prototipe

mesin telah terlampaui dan menghemat tenaga kerja

pedhot oyot dan pembumbunan tanaman.

Model Mekanisasi Pengolahan

Sayuran Kering

Permintaan sayuran tropis semakin meningkat, tetapi

harus memenuhi persyaratan mutu tertentu. Namun,

petani sering kali tidak dapat memanfaatkan peluang

Mesin pengepras tebu saat dioperasikan (kiri) dan prototipe alat pengepras tebu ratun/pedhot oyot

(kanan).

a b

Page 89: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Mekanisasi 89

ini karena keterbatasan pengetahuan dan teknologi,

terutama dalam pengolahan sayuran kering. Teknologi

ini dapat memperpanjang daya simpan sayuran

sehingga dapat mengatasi kelebihan produksi dan

memperluas pasar, termasuk ekspor, dan

meningkatkan nilai tambah.

Pada tahun 2012, BBP Mektan telah mengem-

bangkan paket alsin pengolah sayuran kering

berkapasitas 500 kg/hari, yang terdiri atas satu unit

mesin perajang (kapasitas 100 kg/jam), dua unit

mesin pengering (kapasitas 100 kg/5 jam), satu unit

mesin penepung (kapasitas 100 kg/jam), dan satu

unit mesin pengemas (kapasitas 450 kg/jam untuk

kemasan 1 kg). Paket alsin pengolahan sayuran ini

sudah diadopsi oleh Kelompok Tani Jaya Alam Lestari

di Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Jawa

Barat.

Hasil pengujian menunjukkan kapasitas aktual

paket alsin (proses pengolahan) berkisar antara 372-

400 kg/hari, bergantung pada jenis sayuran yang

diolah. Biaya operasional mesin perajang Rp164,47/

kg, mesin pengering Rp230,92/kg, mesin penepung

Rp342,94/kg, dan mesin pengemas Rp218,07/kg.

Nilai B/C ratio 1,73, net present value (NPV)

Rp45.148.814, dan IRR 28%, artinya cukup layak

hingga bunga modal 28%.

Pengembangan alsin pengolahan sayuran kering

diharapkan menjadi pemicu bagi sentra produksi

sayuran untuk mengembangkan sayuran olahan

berorientasi ekspor. Sayuran kering seperti cabai

kering, cabai bubuk, dan wortel kering mampu

meningkatkan nilai tambah produk, memperpanjang

daya simpan, dan mengatasi kelebihan produksi.

Pengembangannya juga dapat mendorong per-

tumbuhan agroindustri di pedesaan dan variansi pasar

baru produk hortikultura.

Pemetaan Sebaran dan Jumlah Alsin

Budi Daya Tanaman Pangan

Dalam mewujudkan swasembada pangan, peme-

rintah memberikan bantuan alsin pertanian kepada

kelompok tani padi. Namun, bantuan alsin tersebut

belum tepat sasaran karena kurang akuratnya data

sebaran maupun jumlah alsin per kabupaten. Di satu

daerah, jumlah alsin berlebihan dan di daerah lain

kekurangan. Pemanfaatan alsin juga belum optimal

sehingga bantuan menjadi tidak efektif.

Untuk menyiapkan data sebaran maupun jumlah

alsin yang akurat dan mudah diakses pengguna

(Direktorat Jenderal terkait), BBP Mektan telah

Paket alat mesin pengolahan sayuran kering yang dikelola kelompok tani Jaya Alam Lestari, Kabupaten

Bandung, Jawa Barat.

Page 90: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan90

memetakan sebaran dan jumlah alsin pertanian,

khususnya alsin budi daya, di beberapa sentra

produksi padi. Pada tahun 2012, kegiatan dilaksanakan

di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI

Yogyakarta, dan Jawa Timur. Jenis alsin yang

dipetakan meliputi traktor tangan, mesin perontok

(power thresher), pompa air, mesin pengering, dan

mesin penggilingan padi (rice milling unit), sedangkan

jenis alsin yang dipetakan status keberadaannya

adalah traktor tangan dan mesin perontok. Peng-

ambilan data dilakukan secara berjenjang dari tingkat

provinsi, kabupaten terpilih, dan kecamatan terpilih.

Kebutuhan alsin ditentukan oleh luas tanam, indeks

penggunaan alsin, break even point (BEP), dan jumlah

alsin yang ada.

Dengan kriteria luas garapan/kapasitas kerja

alsin, seperti traktor tangan (15 jam/ha), mesin

perontok (500 kg/jam), dan perontok pedal (200 kg/

jam), telah dibuat rekomendasi status alsin sebagai

berikut: < 50% (sangat kurang sekali), 50-70%

(sangat kurang), 70-90% (kurang), 90-100% (cukup),

dan > 100% (jenuh/lebih). Melalui kegiatan ini telah

dihasilkan peta sebaran dan jumlah alsin budi daya

per kabupaten di tiap provinsi sentra produksi padi.

Peta tersebut diharapkan dapat diintegrasikan dengan

kalender tanam (KATAM) terpadu.

Optimalisasi alsin dengan memindahkan alsin

dalam suatu kawasan (kabupaten) sesuai dengan

kebutuhan diharapkan dapat memudahkan peme-

rintah dalam membuat kebijakan bantuan alsin

kepada petani, sekaligus rekomendasi mobilisasi alsin

dari daerah yang kelebihan ke daerah yang kekurang-

an. Hal ini penting untuk menghindari keterlambatan

tanam dan menghemat anggaran pengadaan alsin

pertanian.

Penyebaran mesin perontok pedal di Indonesia.

Page 91: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Mekanisasi 91

Sebaran dan jumlah traktor tangan dan mesin perontok di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah

dan Kabupaten Lamongan Jawa Timur.

Page 92: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan92

Model Mekanisasi Sistem Integrasi

Kakao-Ternak

Kakao merupakan komoditas perkebunan sumber

devisa. Oleh karena itu, pemerintah melalui Gerakan

Nasional Kakao (Gernas Kakao) bertekad meningkat-

kan produksi kakao nasional sehingga Indonesia dapat

menjadi salah satu penghasil utama kakao dunia.

Panen buah kakao menghasilkan produk samping

berupa kulit buah segar. Limbah ini dapat digunakan

sebagai sumber pakan sapi/kambing, sedangkan

kotoran sapi dapat dimanfaatkan menjadi biogas

sebagai sumber energi. Penggabungan pengolahan

kakao dan limbahnya secara terintegrasi dengan budi

daya ternak dikenal dengan sistem integrasi tanaman-

ternak (SITT).

Untuk mendukung SITT, BBP Mektan mengem-

bangkan Model Pengembangan Pertanian Pedesaan

melalui Inovasi (MP3MI) berbasis kakao-ternak.

Inovasi yang diterapkan meliputi kotak fermentasi dan

mesin pengering kakao serta mesin pencacah kulit

kakao dan instalasi biogas. Jenis dan jumlah alsin

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokasi agar

pemanfaatannya optimal.

Kotak fermentasi berfungsi untuk mengolah biji

kakao setelah panen agar aromanya berkualitas.

Mesin pengering kakao dirancang dengan sistem

tenaga hybrid tipe rak, yang berfungsi mengeringkan

Mesin pengering (a) dan kotak fermentasi biji kakao (b).

Mesin pencacah kulit

buah kakao (a) dan

reaktor biogas (b).

Page 93: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Mekanisasi 93

telah digunakan oleh Kelompok Tani Sulebu Makmur,

Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Pengujian dengan menggunakan kacang tanah

varietas Cidaun menunjukkan, mesin pembersih

memiliki kapasitas input rata-rata 214,20 kg/jam,

kapasitas output 131,76 kg/jam, efisiensi pem-

bersihan 90,8%, dan tingkat kebersihan biji 97,8%.

Mesin sortasi memiliki kapasitas input rata-rata 93,4

kg/jam, kapasitas output 78,2 kg/jam, efisiensi

sortasi 83,6%, persentase biji utuh di outlet utama

100%, biji rusak/pecah 0%, kotoran 5,9%, dan tingkat

kebersihan biji 97,7%.

Pengembangan Alsin Pengolah

Biofarmaka

Petani di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan,

khususnya di Kecamatan Kandis, umumnya menjual

hasil panen tanaman biofarmaka (kunyit) dalam

bentuk segar. Untuk meningkatkan nilai tambah, kunyit

dapat dijual dalam bentuk bahan setengah jadi

sebagai bahan dasar obat/makanan dan minuman.

Untuk itu diperlukan peralatan pengolahan biofarmaka

mentah menjadi bahan setengah jadi.

BBP Mektan telah menempatkan dua unit mesin

pengolah biofarmaka, yakni mesin pencuci rimpang

Mesin pembersih kacang tanah (a) dan mesin sortasi kacang tanah (b) yang dikelola kelompok tani

Sulebu Makmur, Jepara, Jawa Tengah.

a b

biji kakao basah hasil fermentasi hingga kadar air

7%. Mesin pencacah kulit kakao berkapasitas 800 kg/

jam. Reaktor biogas berfungsi mengolah kotoran

ternak menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan

petani untuk memasak, penerangan, atau bahan

bakar enjin.

Model mekanisasi sistem integrasi kakao-ternak

telah diadopsi oleh empat kelompok tani di lokasi

pengembangan Gernas Kakao di Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, dan Jawa Timur, yang

diharapkan dapat meningkatkan produksi dan kualitas

kakao nasional.

Pengembangan Mesin Pembersih

dan Sortasi Kacang Tanah

Salah satu sentra kacang tanah adalah Kabupaten

Jepara, Jawa Tengah. Petani di daerah ini biasanya

menjual kacang tanah yang telah dirontok kepada

pengepul/pabrik tanpa melakukan pembersihan dan

penyortiran dari kotoran atau kacang tanah kosong

(ukuran kecil). Akibatnya, petani belum memperoleh

pendapatan yang optimal.

BBP Mektan telah merekayasa mesin pembersih

dan sortasi kacang tanah polong untuk meningkatkan

mutu, nilai tambah, dan pendapatan petani. Mesin

Page 94: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan94

Mesin pencuci rimpang kunyit dan

pengeringan simplisia untuk

meningkatkan kualitas produk.

Mesin pengering cabai (atas) dan cabai kering

yang dihasilkan (bawah).

dengan kapasitas 50-100 kg/proses (satu kali proses

±15 menit), dan mesin pengering hemat energi tipe

ERH-hybrid dengan kapasitas 150-200 kg/proses.

Alsin ini untuk melengkapi alsin yang sudah ada di

lokasi, seperti mesin perajang dan penepung. Dengan

penambahan dua alsin ini maka pengolahan kunyit

menjadi simplisia kering dan tepung dapat dilakukan

dengan paket teknologi yang ada.

Introduksi Mesin Pengolah Tepung

Cabai

Permasalahan utama dan kerap terjadi dalam

pemasaran cabai segar adalah fluktuasi harga yang

tajam. Pada saat panen raya, harga rendah sehingga

petani mengalami kerugian. Teknologi penyimpanan

cabai merah dalam bentuk kering (cabai utuh maupun

tepung) dapat meningkatkan nilai ekonomi cabai

merah pada saat panen raya maupun cabai afkir.

Untuk itu diperlukan teknologi berupa mesin

pengering, penepung, dan pengemas.

BBP Mektan telah mengintroduksikan mesin

pengolahan cabai, yang meliputi mesin pengering

dan penepung. Mesin pengering dapat mengeringkan

Page 95: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Mekanisasi 95

cabai merah hingga kadar air yang aman untuk

disimpan (7,48%) dalam waktu 11 jam, dengan

konsumsi gas 0,98 kg/jam. Cabai kering yang

dihasilkan berwarna merah cerah dan bersih dari

kotoran. Mesin dapat dioperasikan menggunakan

bahan bakar tempurung kelapa, sekam, dan limbah

pertanian lainnya. Mesin ini juga dapat digunakan

untuk mengeringkan sayuran lain, seperti wortel dan

bawang daun, atau benih tanaman hortikultura

karena suhu pengeringan dapat diatur sesuai

kebutuhan dan dikontrol secara otomatis.

Alsin penepung cabai dan produk

cabai bubuk.

Mesin penepung cabai merah dikembangkan

dengan teknologi cyclone sehingga tepung saat keluar

dari mesin tidak beterbangan karena dorongan angin

perputaran gigi-gigi dari piringan penepung (disk mill).

Kapasitas input mesin penepung berkisar antara 35-

50 kg/jam dengan tepung cabai merah yang lolos

ayakan < 30 mesh 0,33%, 30 mesh 57,31%, 60 mesh

39,86%, dan 80 mesh 2,34%. Konsumsi bahan

bakarnya 0,96 l/jam. Tepung cabai merah yang

dihasilkan berwarna merah cerah, lebih cerah

dibanding tepung cabai merah yang ada di pasaran.

Page 96: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan96

Sosial-Ekonomi dan

Kebijakan

Keinginan pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan

berkelanjutan sudah bulat. Untuk itu, pemerintah telah menetapkan

sejumlah instrumen kebijakan dan mengesahkan berbagai peraturan

perundang-undangan. Namun, dalam implementasinya sering kali terjadi

ketidaksinkronan dan inkonsistensi di antara peraturan/perundangan

tersebut, terutama ditinjau dari perspektif lintas sektoral. Oleh karena

itu, pengkajian tentang legislasi diperlukan untuk mengurai tuntas

permasalahan dan memberikan solusi untuk ditindaklanjuti oleh

stakeholder terkait. Tantangan swasembada pangan berkelanjutan juga

semakin berat dengan makin masifnya konversi lahan pertanian,

terutama di Jawa, dan terjadinya fenomena perubahan iklim. Oleh

karena itu, perlu dicari upaya terobosan, di antaranya dengan kebijakan

akselerasi peningkatan produksi padi di luar Jawa dan peningkatan

pemahaman petani terhadap dampak perubahan iklim bagi

keberlanjutan produksi pangan.

Wawancara dalam rangka memperoleh informasi kondisi sosial ekonomi petani.

Page 97: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sosial-Ekonomi dan Kebijakan 97

Pengkajian Legislasi di Bidang

Pertanian Mendukung Swasembada

Pangan

Pencapaian swasembada pangan menjadi prioritas

dalam pembangunan nasional, sehingga pemerintah

mengeluarkan berbagai kebijakan dan memberikan

fasilitasi dalam bentuk peraturan perundangan.

Mengingat pentingnya kebijakan dan peraturan

tersebut dalam mendukung pencapaian swasembada

pangan, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian (PSE-KP) melakukan pengkajian legislasi

yang terkait dengan lahan dan air, sarana produksi

(benih dan pupuk), perdagangan, dan penyuluhan

pertanian.

Legislasi Lahan dan Air

Salah satu sumberdaya penting untuk mencapai

swasembada pangan adalah lahan. Namun,

ketersediaan lahan sawah sebagai tulang punggung

produksi padi makin menyusut akibat konversi ke

penggunaan nonpertanian, sehingga lahan sawah

yang ada perlu dilindungi dan diimbangi dengan

perluasan atau pencetakan sawah baru. Berkaitan

dengan itu, pemerintah telah mengesahkan UU No.

41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan (PLP2B).

Konflik kepentingan dalam penggunaan lahan

telah menimbulkan ketidakharmonisan di antara

peraturan hukum yang ada, seperti penggunaan lahan

untuk pangan (UU No. 41/2009), lahan bagi

kepentingan umum (UU No. 2/2012), lahan untuk

perumahan dan kawasan permukiman (UU No. 1/

2011), lahan untuk produksi perkebunan (UU No. 18/

2004), lahan untuk hortikultura (UU No. 13/2010),

dan lahan untuk peternakan (UU No. 28/2009).

Ketidaksinkronan juga terjadi antara UU No. 41/2009

dengan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi dan kabupaten/

kota terkait dengan cakupan dan luas lahan yang akan

dilindungi.

Dalam UU No. 41/2009, lahan yang dilindungi

adalah lahan sawah beririgasi, lahan reklamasi rawa

Untuk mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan, pemerintah melindungi eksistensi lahan sawah

beririgasi sebagai tulang punggung produksi padi nasional.

Page 98: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan98

pasang surut dan lebak, dan atau lahan kering,

termasuk lahan yang dicadangkan untuk tanaman

pangan yang berada di dalam atau di luar kawasan

pertanian tanaman pangan. Lahan tersebut berada

di kawasan perdesaan dan atau perkotaan di wilayah

kabupaten/kota. Sementara dalam Perda RTRW

provinsi dan kabupaten/kota, cakupannya hanya

mengarah ke lahan sawah beririgasi.

Ketidaksinkronan tersebut bermula dari amanat

yang tertuang dalam UU No. 41/2009 yang terlalu

longgar memberikan kewenangan pengaturan dan

penetapan lahan yang akan dilindungi kepada RTRW

wilayah. Karena banyaknya kepentingan, lahan

pertanian tanaman pangan yang dilindungi hanya

“sisa lahan” setelah dikurangi kebutuhan untuk

nonpertanian. Pada kondisi demikian, UU No. 41/2009

yang selanjutnya dituangkan dalam Perda RTRW

menjadi landasan yang kuat untuk mengonversi lahan

pertanian sesuai yang ditetapkan perda. Seharusnya

UU No. 41/2009 lebih tegas, bukan lagi melindungi

tetapi juga mengonservasi lahan pertanian tanaman

pangan, dengan menetapkan lahan yang harus

dikonservasi. Berkaitan dengan hal itu diperlukan

pemantauan, pendampingan, dan advokasi kepada

pemerintah daerah dalam penyusunan Perda RTRW.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah

implementasi UU No. 41/2009 membutuhkan waktu

panjang, karena memerlukan syarat sebagai berikut:

(1) seluruh produk hukum turunan UU No. 41/2009

yang berupa Peraturan Pemerintah (PP) dan

Permentan harus telah terbit, (2) harus terlebih dahulu

disusun Perda RTRW provinsi dan kabupaten/kota

yang memuat arahan tentang kawasan lahan

pertanian yang dilindungi, dan (3) telah disesuaikan

dengan peraturan/perda/perbup tentang rencana

detail RTRW setiap desa/blok. Langkah mendesak

lainnya adalah sosialisasi secara terus-menerus

kepada masyarakat untuk menghindari konflik dalam

implementasinya.

Legislasi Benih dan Pupuk

Benih unggul bermutu dan pupuk berperan penting

dalam peningkatan produktivitas, sehingga

pemerintah berupaya menyediakan benih bermutu

dan pupuk sesuai dengan asas enam tepat (jenis,

jumlah, mutu, lokasi, waktu, dan harga). Peraturan

perundangan yang terkait dengan benih dan pupuk

sudah tersedia, namun belum sepenuhnya mampu

meningkatkan produktivitas tanaman pangan (padi,

jagung, dan kedelai).

Peraturan benih dan pupuk dikeluarkan oleh

pemerintah pusat dan hanya sebagian yang ditemui

di daerah. Peraturan tersebut umumnya hanya

Penyaluran benih dan pupuk bersubsidi perlu ditata sedemikian rupa agar sampai ke petani yang

berhak.

Page 99: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sosial-Ekonomi dan Kebijakan 99

mengatur penyediaan benih dan pupuk, dan untuk

pupuk bersubsidi terkait dengan penyediaan sampai

lini IV di tingkat desa. Peraturan perbenihan umumnya

mengatur kelembagaan, mekanisme produksi,

pengawasan mutu benih, mekanisme pemasukan

dan pengeluaran benih, dan program untuk mencapai

swasembada padi, jagung, dan kedelai. Peraturan

tentang varietas mengatur perlindungan sumberdaya

genetik, proses pelepasan varietas, dan penggunaan

varietas awal.

Undang-undang dan peraturan pemerintah

tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri

Pertanian (Permentan), namun tidak ada peraturan

turunan di daerah. Perencanaan kebutuhan pupuk

didasarkan pada Rencana Definitif Kebutuhan

Kelompok (RDKK). Namun, RDKK umumnya dibuat

berdasarkan alokasi pupuk, dan lebih merupakan

kebutuhan penyaluran pupuk.

Penyaluran pupuk bersubsidi diatur dengan

Permendag No. 17/2011. Penyaluran pupuk dari

produsen ke distributor dan pengecer diatur melalui

surat perjanjian jual beli (SPJB). Karena sifat

hubungannya bisnis, maka tingkat ketaatannya relatif

tinggi. Namun, hasil evaluasi menunjukkan masih

ditemui berbagai permasalahan, seperti penyim-

pangan penyaluran pupuk bersubsidi, peredaran

pupuk ilegal atau palsu, belum berjalannya pola

tertutup, penjualan pupuk bersubsidi secara paket,

harga pupuk di atas harga eceran tertinggi, munculnya

pupuk nonsubsidi dengan harga rendah, dan

perangkat pengawasan pupuk di setiap lini belum

optimal.

Berkaitan dengan masih adanya amanat UU/PP

yang belum ditindaklanjuti dan belum sinkronnya

beberapa peraturan perundangan benih, maka

pemerintah perlu membuat peraturan turunan dalam

bentuk PP dan/atau peraturan menteri dan pengaturan

genetically modified organism (GMO) pada industri

perbenihan multinasional. Selain itu, masih

rendahnya penggunaan benih unggul dan benih

bersertifikat diperlukan: (1) sosialisasi dan demplot

benih bersertifikat, (2) peningkatan peran BPSB dan

dukungan sarana prasarananya, (3) pengaturan

penangkaran benih dari penangkar lokal, (4)

peninjauan ulang hak paten karena hanya perusahaan

besar yang mempunyai akses memperoleh hak paten,

dan (5) melanjutkan sistem jabalsim (jaringan benih

antarlapang dan antarmusim).

Untuk menyinkronkan UU No. 12/1992 dan PP

No. 08/2001, maka PP No. 08/2001 perlu disem-

purnakan dengan memasukkan status pupuk organik,

pupuk hayati, dan bahan pembenah tanah. Peraturan

pupuk organik melalui Permentan perlu ditingkatkan

menjadi PP agar dapat ditindaklanjuti dengan

peraturan tingkat menteri.

Legislasi Perdagangan Bidang Pertanian

Peraturan mengenai perdagangan pangan belum

tersedia di beberapa provinsi, seperti di Sumatera

Utara, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Jawa Timur.

Selama ini pemerintah daerah hanya menggunakan

regulasi yang dibuat oleh pemerintah pusat, misalnya

UU No. 7/1996 tentang Pangan.

Perdagangan pangan diatur dalam UU No. 7/

1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi

Perdagangan Dunia, UU No. 7/1996 tentang Pangan,

Inpres No. 3/2012 tentang Kebijakan Pengadaan

Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah,

dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 13/2009

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Per-

dagangan No. 12/2008 tentang Ketentuan Impor dan

Pengaturan di bidang perdagangan pangan

diperlukan untuk mencapai swasembada.

Page 100: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan100

Ekspor Beras. Peraturan ini sangat bermasalah dan

tidak konsisten dengan UUD 1945 Pasal 33 dan UU

No. 11/2005.

Saat ini pemenuhan kebutuhan pangan di be-

berapa provinsi, seperti di Sumatera Utara, Sulawesi

Selatan, Lampung, dan Jawa Timur mulai bergantung

pada impor. Keberadaan komoditas pangan impor

menyebabkan harga beras, jagung, dan kedelai di

tingkat petani merosot, sementara pemerintah daerah

tidak memiliki kemampuan untuk memproteksi

pertanian tanaman pangan dari liberalisasi per-

dagangan. Oleh karena itu, perlu adanya peraturan

perundang-undangan di bidang perdagangan pangan.

Implikasi kebijakan dari penelitian ini adalah

liberalisasi perdagangan berdampak negatif terhadap

upaya pencapaian swasembada beras, jagung, dan

kedelai. Oleh karena itu, pemerintah perlu segera

menegosiasi ulang pemberlakuan perdagangan

bebas di Indonesia ke negara-negara anggota WTO

dan mengagendakan pencabutan atau pengubahan

beberapa ketentuan WTO, khususnya tentang

pencapaian swasembada pangan.

Pemerintah juga perlu merumuskan landasan

hukum reorientasi kebijakan perdagangan bebas

dalam kerangka pencapaian swasembada pangan.

Penerapan undang-undang pangan harus menjamin

pemenuhan pangan yang merata bagi seluruh lapisan

masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang

jelas tentang pembagian peran dan tanggung jawab

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

dalam mencapai swasembada pangan secara

berkelanjutan. Di beberapa sentra produksi pangan

diperlukan pula peraturan daerah tentang

pencapaian swasembada pangan dan perdagangan

pangan untuk meningkatkan efisiensi, produksi,

produktivitas, dan mutu produk pangan.

Legislasi Bidang Peternakan

Program swasembada daging sapi dan kerbau

(PSDSK) 2014 diharapkan tidak hanya meningkatkan

ketersediaan daging, tetapi juga pendapatan

peternak. Agar program berjalan dan didukung

stakeholder, telah dirancang berbagai peraturan

perundang-undangan (PPU), namun masih sulit

diimplementasikan di lapangan.

Tiga belas kegiatan PSDSK 2014 telah dilengkapi

pedoman implementasinya di daerah, namun belum

semuanya dilengkapi juklak di tingkat provinsi dan

juknis di tingkat kabupaten. Di pihak lain, perlu

dicermati azas pengundangan, yaitu bila suatu PPU

telah diundangkan, maka UU tersebut telah berlaku

dan bersifat mengikat dan semua orang dianggap

sudah mengetahuinya. Asas itu diduga menyebabkan

sosialisasi UU, termasuk UU No. 18/2009 tentang

Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) dianggap

kurang perlu, sehingga tidak tersedia dana yang

memadai untuk sosialisasi. Sosialisasi Permentan

terkait PSDSK 2014 sudah dilakukan oleh Ditjen PKH

dan Dinas PKH Provinsi, meskipun terkendala dana.

Kelompok peternak peserta program PSDSK 2014

tidak menghadapi masalah terkait dengan prosedur

dan aturan yang ada. Namun yang menjadi per-

masalahan justru terkait aspek teknis dan manajemen

budi daya ternak. Para peternak merasakan kurang-

nya pembinaan akibat terbatasnya dana pada instansi

terkait.

Penegakan hukum untuk mencegah pemo-

tongan sapi betina produktif yang diamanahkan UU

No. 18/2009 masih sangat lemah, antara lain karena

belum ada perda provinsi dan kabupaten/kota terkait

larangan pemotongan sapi betina produktif. Dinas PKH

sulit melarang pemotongan sapi betina produktif

karena tidak adanya kewenangan untuk memberikan

sanksi, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang

terkait dalam penerapan PPU belum menjalankan

fungsinya dengan baik. Selain itu, penerbitan PPU

melalui tahapan yang panjang dan melibatkan banyak

pihak sehingga sering terlambat.

Implikasi kebijakan dari penelitian tersebut

adalah: (1) perlu pencermatan lebih dalam terhadap

PPU di dalam maupun di luar lingkungan pertanian

yang terkait dengan program swasembada daging

sapi dengan melibatkan instansi terkait, (2) perlu

harmonisasi dan sinkronisasi PPU yang terkait dengan

program swasembada daging sapi, (3) untuk

mengurangi muatan PPU yang tidak konsisten dengan

program swasembada daging sapi, maka tiap PPU

Page 101: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sosial-Ekonomi dan Kebijakan 101

harus jelas dan tegas dalam implementasinya,

sehingga perlu ada dengar pendapat pihak terkait

sebelum PPU diterbitkan, (4) sosialisasi UU No. 18/

2009 dan produk hukum turunannya perlu ditingkatkan

untuk mewujudkan swasembada daging sapi,

terutama di sentra-sentra produksi, (5) perlu

penertiban dalam penerbitan pedoman dan petunjuk

teknis dikaitkan dengan substansi dan kelembagaan

tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, serta

penegakan hukum, dan (6) perlu penguatan

organisasi yang membidangi hukum pada setiap unit

kerja di pusat dan daerah.

Legislasi Penyuluhan Pertanian

UU No. 16/2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) serta

PPU di bawahnya belum memberikan ruang bagi

penyuluh untuk bekerja sesuai kebutuhan petani dan

membuat penyuluh lebih progresif untuk menyuk-

seskan swasembada pangan. UU No. 16/2006 dan

peraturan turunannya (PP, perpres, permentan,

perda, pergub, dan perbup) telah konsisten dan

merujuk pada peraturan di atasnya. Namun, PPU

yang diinisiasi oleh kementerian yang berbeda

cenderung kurang sinkron, seperti UU No. 7/1996

tentang Pangan dan UU No. 16/2006 tentang SP3K

(Kementerian Pertanian) yang bertentangan dengan

PP No. 38/2007 yang mengatur pembagian urusan

pemerintahan pusat dan daerah dan PP 41/2007

tentang organisasi perangkat daerah (dalam koridor

UU No. 32/2004, Kementerian Dalam Negeri). Muatan

PPU tidak mencerminkan kepentingan publik maupun

meningkatkan efektivitas penyelenggaraan peme-

rintahan, dan lebih mementingkan sektoral.

Implementasi PPU (seperti Permentan No. 45/

2011) yang mendukung swasembada pangan hanya

fokus pada P2BN, dan tidak memerhatikan kebijakan

lain, seperti insentif bagi petani dan penyuluh sebagai

fasilitator. Program masih berorientasi pada pen-

capaian target produksi. Implikasinya, perlu dibuat

perpres di bawah UU No. 16/2006 yang mengatur

kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan, ke-

bijakan, dan strategi penyuluhan yang diperkuat

dengan peraturan menteri maupun perda agar

implementasinya di lapangan lebih jelas.

Perlu ada program advokasi kepada pemda

terkait dengan UU No. 16/2006 dan peraturan

turunannya mengingat peran pemda yang lebih besar

dalam penyuluhan, termasuk alokasi APBD dan

penerbitan perda berikut pergub/perbup. UU No. 16/

2006 tentang SP3K dan peraturan turunannya masih

bersifat parsial, belum terintegrasi, masih bergantung

pada kepentingan pemerintah, dan belum mengarah

pada pemangku kepentingan. Namun, antarperaturan

telah konsisten dan merujuk aturan di atasnya.

Instrumen UU No. 16/2006 dan peraturan

turunannya dapat mendukung upaya pencapaian

Dalam mewujudkan swasembada daging

perlu dukungan peraturan daerah, termasuk

larangan pemotongan sapi betina produktif.

Page 102: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan102

swasembada daging sapi tahun 2014, bila program-

program yang telah dicanangkan pemerintah dapat

dijalankan secara sinergis dan terintegrasi, termasuk

penyuluhan dan pendampingan dalam implementasi

program tersebut. Penerbitan Permentan No. 61/2008

tentang pedoman pembinaan penyuluh pertanian

swadaya dan penyuluh pertanian swasta mem-

buktikan pemerintah serius mengembangkan pe-

nyuluh swadaya dan penyuluh swasta sebagai

pendamping penyuluh pemerintah (PNS). Dalam

operasionalnya, diperlukan petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis agar penyuluh swadya dan swasta

didukung oleh sarana/prasarana yang memadai.

Pendampingan petani peserta program (SL-PTT, kaji

terap, dan demfarm) memberikan kontribusi terhadap

peningkatan produktivitas padi 29-33% dibandingkan

dengan petani bukan peserta program.

Penelitian ini memberikan implikasi kebijakan

sebagai berikut. Pertama, perlu pengkajian ulang

terhadap beberapa ketentuan dalam PP No. 41/2007

(dalam koridor UU No. 32/2004), khususnya yang

terkait dengan kebijakan, seperti penentuan jumlah

satuan kerja perangkat daerah (SKPD), bukan hanya

didasarkan pada perhitungan kuantitatif (jumlah

penduduk, luas wilayah, dan APBD), tetapi juga aspek

historis sosiologis suatu kelembagaan yang telah lama

dibangun (seperti kelembagaan penyuluhan). PP No.

38/2007 juga perlu ditinjau kembali, terutama Pasal

7 yang tidak konsisten dalam menempatkan ketahan-

an pangan sebagai unsur wajib, sedangkan pertanian

sebagai unsur pilihan.

Kedua, perlu dibuat perpres di bawah UU No.

16/2006 yang mengatur kelembagaan, ketenagaan,

penyelenggaraan, kebijakan, dan strategi penyuluhan

yang diperkuat dengan Peraturan Menteri maupun

perda, sehingga implementasinya di lapangan lebih

jelas.

Ketiga, bentuk kelembagaan, penyelenggaraan,

kebijakan dan strategi penyuluhan pertanian

dipengaruhi oleh persepsi pembuat kebijakan tentang

pembangunan pertanian (termasuk penerapan

otonomi daerah dikaitkan dengan pertanian sebagai

unsur pilihan) dan penyuluhan pertanian. Untuk itu

perlu ada program advokasi kepada pemda terkait

dengan UU No. 16/2006 dan peraturan turunannya.

Keempat, penyusunan strategi operasionalisasi

programa penyuluhan agar lebih mencerminkan

kegiatan penyuluhan spesifik lokasi yang strategis dan

mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan

Penyuluhan pertanian perlu

lebih progresif guna

mewujudkan swasembada

pangan.

Page 103: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sosial-Ekonomi dan Kebijakan 103

produktivitas komoditas unggulan daerah dan pen-

dapatan petani. Strategi baru juga dibutuhkan guna

merespons kebutuhan petani dalam melaksanakan

kegiatan produktif sehingga dapat memberi dukungan

terhadap swasembada pangan.

Kebijakan Akselerasi Pertumbuhan

Produksi Padi di Luar Jawa

Secara historis, Jawa merupakan sentra produksi padi

nasional. Dalam periode 1985-2005, sekitar 55-62%

produksi padi nasional dihasilkan di Jawa dan 95% di

antaranya dihasilkan dari lahan sawah dan sisanya

dari lahan kering. Namun, laju pertumbuhan produksi

padi sawah di Jawa cenderung menurun. Selama

tahun 1985-1995 produksi padi sawah di Jawa rata-

rata meningkat 1,60%/tahun, tetapi pada tahun 1995-

2005 laju peningkatan produksi hanya 0,59%/tahun.

Dalam jangka panjang, laju pertumbuhan

produksi padi di Jawa diperkirakan akan terus

menurun, terutama karena konversi lahan sawah ke

penggunaan nonpertanian sejalan dengan laju

pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Untuk

mendorong peningkatan produksi padi nasional, perlu

terobosan peningkatan produksi padi di luar Jawa

melalui peningkatan produktivitas, luas tanam, dan

intensitas tanam, khususnya pada daerah yang sesuai

untuk pengembangan padi.

Sebagian besar kecamatan (74,7%) di Sulawesi

memiliki sumberdaya lahan kering. Sebagian besar

kecamatan bukan sentra produksi padi, dan hanya

214 kecamatan (27,5%) yang tergolong sentra

tanaman padi. Kecamatan sentra padi memiliki

kontribusi penting terhadap total luas tanam padi di

Sulawesi. Sekitar 75% tanaman padi di Sulawesi

berada di kecamatan sentra padi dan sisanya pada

kecamatan nonsentra padi. Namun 62% tanaman

kedelai juga dikembangkan pada kecamatan sentra

padi dan sisanya pada kecamatan nonsentra padi.

Luas lahan sawah cenderung lebih besar di

kecamatan sentra padi (3.601 ha/kecamatan)

dibanding di kecamatan bukan sentra padi (784 ha/

kecamatan). Luas kepemilikan lahan sawah per

keluarga juga lebih luas di kecamatan sentra padi

(0,56 ha/keluarga) dibanding di kecamatan bukan

sentra padi (0,18 ha/keluarga). Jumlah desa yang

tersedia jaringan irigasi cenderung lebih banyak di

Untuk meningkatkan produksi beras nasional, perlu terobosan peningkatan produksi padi di luar Jawa,

antara lain melalui perluasan area tanam.

Page 104: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan104

kecamatan sentra padi (71,8% desa) dibanding di

kecamatan bukan sentra padi (36,1% desa).

Jumlah tenaga kerja atau buruh tani lebih banyak

di kecamatan sentra padi (2.888 orang/kecamatan)

dibanding di kecamatan bukan sentra padi (1.274

orang/kecamatan). Peran sektor pertanian sebagai

sumber pendapatan penduduk juga lebih besar di

kecamatan sentra padi (97,0%) dibanding di

kecamatan bukan sentra padi (81,7%).

Luas tanam padi cenderung lebih besar di

kecamatan sentra padi (5.210 ha/kecamatan)

dibanding di kecamatan bukan sentra padi (654 ha/

kecamatan). Dari segi IP, 60,8% luas sawah di

kecamatan sentra padi memiliki IP padi 100-200,

sedangkan 70,5% luas sawah di kecamatan bukan

sentra padi memiliki IP padi kurang dari 100.

Faktor penentu pengembangan padi dari yang

terbesar hingga terkecil adalah: (1) kondisi iklim dan

tanah (31,0%), (2) karakteristik sumberdaya lahan

(18,6%), (3) infrastruktur pendukung (14,7%), (4)

lembaga pendukung (9,7%), (5) lingkungan sosial-

ekonomi (10,3%), (6) karakteristik petani (7,5%), dan

(7) ketersediaan teknologi (8,1%).

Di Sulawesi, Sumatera, dan Papua, ketersediaan

air masih melebihi kebutuhan atau surplus, baik pada

musim hujan maupun musim kemarau. Di Sulawesi,

89% surplus air terjadi pada musim hujan dan 37%

pada musim kemarau. Hal ini menunjukkan peluang

peningkatan luas area tanaman semusim di pulau

tersebut masih cukup besar. Untuk perluasan area

tanaman, peluang keberhasilan peningkatan IP padi

masih cukup besar.

Potensi perluasan lahan sawah di Sulawesi

sekitar 423.000 ha dari lahan bukan rawa. Di

Sulawesi, kendala sosial pengembangan lahan sawah

lebih kecil dibanding di Maluku, Papua, dan

Kalimantan, karena sebagian besar petani di Sulawesi

telah terbiasa menanam padi. Berdasarkan hal ter-

sebut, secara sosial peluang keberhasilan perluasan

lahan sawah untuk meningkatkan produksi padi di

luar Jawa lebih besar di Sulawesi dibanding di pulau

lainnya.

Di Sulawesi Selatan, terdapat 146 kecamatan

(52%) yang berpotensi untuk pengembangan padi

dengan total luas sawah 479.900 ha atau 81% dari

luas sawah yang tersedia. Kecamatan tersebut

umumnya merupakan sentra tanaman padi. Sekitar

53% lahan sawah terdapat di Kabupaten Wajo, Bone,

Pinrang, dan Sidrap. Di Sulawesi Tengah, terdapat

31 kecamatan (27,2%) yang berpotensi untuk

pengembangan padi dengan total luas sawah 94.200

ha atau 63% dari luas sawah yang tersedia.

Kecamatan tersebut pada umumnya merupakan

sentra tanaman padi. Sekitar 59,5% lahan sawah

tersebut terdapat di Kabupaten Sigi, Parigi Moutong,

dan Banggai.

Implikasi kebijakan penelitian ini adalah ancaman

konversi lahan sawah pada kecamatan sentra padi

relatif tinggi sehingga area lahan sawah cenderung

berkurang. Untuk mengatasi masalah ini perlu

diterapkan kebijakan insentif pada kecamatan sentra

padi. Selain untuk mencegah konversi lahan, kebi-

jakan tersebut juga dapat mengurangi kemiskinan.

Peluang peningkatan IP padi di Sulawesi masih

terbuka mengingat surplus air pada musim hujan dan

musim kemarau masih cukup besar. Pemanfaatan air

sungai untuk irigasi melalui pompanisasi dapat

ditempuh mengingat cukup banyak desa yang dilalui

sungai tetapi hanya sebagian kecil yang telah

memanfaatkannya untuk irigasi. Penataan jadwal

pengairan dan pasokan air untuk usaha tani padi juga

diperlukan berkoordinasi dengan institusi yang

menangani pengairan.

Kapasitas Petani dalam Beradaptasi

terhadap Perubahan Iklim

Sektor pertanian paling rentan terhadap perubahan

iklim sehingga perubahan iklim merupakan ancaman

paling nyata terhadap ketahanan pangan. Oleh karena

itu, keberlanjutan ketahanan pangan sangat

ditentukan oleh keberhasilan sektor pertanian,

khususnya subsektor tanaman pangan, dalam

beradaptasi terhadap perubahan iklim.

Page 105: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Sosial-Ekonomi dan Kebijakan 105

Perubahan iklim diwarnai oleh variabilitas iklim

yang tajam dan kadang-kadang dengan pola yang

menyimpang. Amplitudo temperatur dan curah hujan

kadang-kadang menjadi sangat lebar sehingga banjir

dan kekeringan meningkat, baik frekuensi maupun

besarannya. Pada saat yang sama, potensi serangan

organisme pengganggu tanaman (OPT) juga me-

ningkat sehingga risiko usaha tani menjadi lebih

tinggi. Mengingat iklim sulit dikendalikan maka

dampak perubahan iklim terhadap produktivitas,

produksi, dan pendapatan petani serta implikasinya

terhadap ketahanan pangan nasional akan ditentukan

oleh kapasitas petani dalam beradaptasi terhadap

perubahan iklim.

Secara empiris, petani telah mengembangkan

cara-cara beradaptasi terhadap kondisi iklim yang

ekstrem. Namun, dalam menghadapi variabilitas iklim

yang cenderung makin tajam dan sulit diprediksi, cara-

cara adaptasi yang dikembangkan petani harus

ditingkatkan. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh petani

sendiri, tetapi perlu dukungan pemerintah, baik dalam

penguatan kapasitas adaptasi melalui inovasi teknologi

dan kemampuan manajerial, maupun penyediaan

infrastruktur, kebijakan harga, dan kelembagaan

pendukungnya.

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kapasitas

petani dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim

beragam antarwilayah. Pada sejumlah wilayah,

kapasitas adaptasi yang dikembangkan petani secara

mandiri cukup memadai, namun tidak cukup untuk

menghadapi perubahan iklim. Oleh karena itu,

diperlukan adaptasi yang terencana (planned

adaptation). Peran kelembagaan kelompok tani

sangat penting untuk memperkuat kapasitas adaptasi

petani.

Determinan kapasitas adaptasi yang bersifat

positif ditunjukkan oleh variabel pendapatan rumah

tangga, peran usaha tani, kemampuan manajerial

dalam usaha tani, pengalaman diversifikasi, peng-

alaman berganti varietas, aktivitas kelompok tani,

cara mengatasi banjir, cara mengatasi kekeringan,

dan cara pengendalian OPT. Sebaliknya, variabel umur

petani merupakan determinan kapasitas adaptasi

yang bersifat negatif. Hal ini menunjukkan bahwa

kapasitas petani dalam beradaptasi terhadap

perubahan iklim akan lebih mudah ditingkatkan jika

petani memiliki kemampuan finansial dan berusia

muda. Petani yang memiliki kemampuan manajerial

dalam berusaha tani dapat menjadi penghela petani

yang lain. Peningkatan kapasitas adaptasi terhadap

perubahan iklim pada kelompok tani kecil mempunyai

prospek yang baik.

Pengarusutamaan (mainstreaming) adaptasi

terhadap perubahan iklim perlu dilakukan secara

konsisten, komprehensif, dan sistematis. Implikasi

kebijakannya adalah: (1) diperlukan akselerasi dan

peningkatan muatan teknologi usaha tani yang adaptif

terhadap perubahan iklim, (2) rehabilitasi dan

pengembangan irigasi, dan (3) percepatan dan

perluasan program diversifikasi pertanian.

Page 106: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

106 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

Inovasi Spesifik Lokasi

Salah satu peran Badan Litbang Pertanian melalui Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) yang tersebar di 33 provinsi adalah

menghasilkan teknologi unggul yang dapat diterapkan pada kondisi

spesifik lokasi. Sebagai ujung tombak pengembangan inovasi teknologi

spesifik lokasi, BPTP terus berupaya memecahkan masalah pertanian

di daerah setempat melalui pemilihan dan penerapan teknologi yang

tepat. Berbagai program telah dirancang dan dilaksanakan untuk

meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan petani

melalui pemberdayaan dalam mengakses informasi, teknologi, dan

modal untuk mengembangkan usaha agribisnis dan kemitraan dengan

pihak swasta. Berbagai aktivitas mulai dari perakitan teknologi spesifik

lokasi hingga percepatan diseminasi teknologi telah dilakukan, antara

lain melalui pendampingan dalam penerapan teknologi.

Penerapan inovasi teknologi sesuai kondisi spesifik lokasi dapat meningkatkanproduksi pangan.

Page 107: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Inovasi Spesifik Lokasi 107

Pengembangan Model Kawasan

Rumah Pangan Lestari (M-KPRL)

Ketahanan pangan nasional yang merupakan tujuan

strategis pembangunan pertanian berawal dari

kecukupan pangan di tingkat keluarga. Hal ini

menginisiasi pengembangan M-KPRL yang bertujuan

untuk meningkatkan ketahanan pangan di tingkat

rumah tangga. Data terakhir menunjukkan M-KRPL

telah berkembang di beberapa daerah di 21 provinsi

di Indonesia.

Sejak Februari 2011 sampai awal Desember

2012, pengembangan M-KRPL mencapai 423 unit,

meliputi 44 unit pada tahun 2011 dan 379 unit pada

tahun 2012, dengan melibatkan lebih dari 20.000 KK.

Berbagai pihak telah mereplikasi M-KRPL, antara lain

pemerintah daerah, Solidaritas Istri Kabinet Indonesia

Bersatu (SIKIB) beserta tujuh organisasi wanita, SIKIB

dan Badan Narkotika Nasional (BNN), PP Salimah, TNI-

AD, Badan Ketahanan Pangan, Haryono Suyono

Center melalui program Pos Daya, dan beberapa

sekolah (SD dan SMP) di berbagai daerah. Untuk

mempercepat pemassalan M-KRPL, Badan Ketahanan

Pangan (BKP) melalui program Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) akan

mengembangkannya di 5.000 desa.

Dampak Pengembangan

Hasil evaluasi secara nasional menunjukkan M-KRPL

mampu menghemat pengeluaran keluarga

Rp120.000-750.000/KK/bulan (rata-rata per akhir

November 2012). Untuk daerah-daerah yang

kebutuhan sayurannya dipenuhi dari provinsi lain,

seperti Ternate-Maluku Utara, pengeluaran keluarga

bisa dihemat Rp1-1,5 juta/KK/bulan. Skor pola

pangan harapan (PPH) rata-rata meningkat dari 63,8

pada Oktober 2011 menjadi 72,5 pada November

2012.

Pengembangan KRPL di berbagai provinsi

memunculkan varian-varian model pengembangan

kawasan yang perlu dimantapkan, antara lain: (1)

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL), (2)

Model Kawasan Pangan Lestari (M-KPL), dan (3)

Model Rumah Pangan Lestari (M-RPL). M-KRPL paling

luas penyebaran dan replikasinya. Di beberapa daerah

dijumpai kelompok yang mengembangkan M-KRPL

secara bersama dalam satu atau beberapa hamparan

lahan, yang disebut dengan M-KPL. Namun ada pula

model yang hanya melibatkan beberapa rumah

tangga yang disebut dengan M-RPL.

Implementasi KRPL meningkatkan skor PPH

sekitar 5,17 (Tabel 1), dari 75,8 sebelum penerapan

Lingkungan yang asri dengan aneka tanaman sayuran merupakan ciri KRPL.

Page 108: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

108 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

KRPL (2011) menjadi 81,0 setelah menerapkan KRPL

(2012). Peningkatan nilai PPH 5,17 dari 22 provinsi

tersebut sangat berarti. Melalui berbagai program

yang dikembangkan oleh Badan Ketahanan Pangan,

seperti P2KP, nilai PPH diharapkan mencapai 93,3 pada

tahun 2014.

Integrasi M-KRPL dengan program Pemda, Badan

Ketahanan Pangan, SIKIB, Salimah, Haryono Suyono

Center atau Yayasan Damandiri, Lembaga Pema-

syarakatan, sekolah/pondok pesantren, BNN, TNI,

dan lainnya berlangsung cepat dan menyebar luas.

Pembelajaran dari kerja sama tersebut adalah

pengembangan KRPL dapat mengubah budaya

masyarakat, yang awalnya budaya membeli menjadi

budaya menanam sayuran, selain menumbuhkan

model-model KRPL khusus maupun media pendidikan

seperti KRPL desa nelayan, KRPL pesantren, agro-

wisata, pendidikan anak, edukasi dan dakwah melalui

pertanian, bagian dari terapi pascarehabilitasi

narkoba, atau terapi penyakit masyarakat.

Apresiasi

Pada peringatan Hari Pangan se-Dunia ke-32 di

Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 18-21 Oktober

2012, Badan Litbang Pertanian menggelar berbagai

Partisipasi masyarakat,

khususnya ibu rumah

tangga, dalam

pengembangan KRPL.

Tabel 1. Pola Pangan Harapan (PPH) sebelum dan

setelah pengembangan KRPL di setiap provinsi,

2012.

ProvinsiPPH PPH

sebelum setelah

Aceh 73.11 75,67

Sumatra Barat 85,00 -

Lampung 71,49 89,98

DKI Jakarta 94,10 -

Jawa Barat 71,01 82,64

Jawa Tengah 77,96 81,22

Jawa Timur 76,00 80,80

Sumatra Selatan 82,10 91,50

DI Yogyakarta 62.16 81,50

Sulawesi Tengah 72,05 80,06

Sulawesi Selatan 64,79 77,24

Sulawesi Utara 73,05 76,35

Sulawesi Barat 65,31 66,30

Papua 80,78 83,89

Papua Barat 82,92 86,55

Maluku Utara 73,75 81,08

Kalimantan Barat 72,82 78,40

Kalimantan Tengah 85,00 85,29

Kalimantan Selatan 82,96 82,13

Bali 63.37 71,09

Gorontalo 82,60 87,27

Rata-rata 75,83 81,00

Keterangan: Standar deviasi sebelum: + 8,3 dan

Standar deviasi sesudah: + 6,14

Page 109: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Inovasi Spesifik Lokasi 109

inovasi teknologi, termasuk M-KRPL perkotaan dan

perdesaan (Tabel 2). Acara berskala nasional ini

dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk kelompuk tani

dari semua provinsi di Indonesia.

Dalam rangkaian agenda HPS ke-32, Badan

Litbang Pertanian memberikan apresiasi terhadap

kelompok wanita tani (KWT) yang telah berkontribusi

Wakil Presiden RI,

Menteri Pertanian,

Menko Kesra, dan

Gubernur Kalteng

mengunjungi blok

tanaman kedelai pada

area gelar teknologi

dalam peringatan Hari

Pangan se-Dunia 2012 di

Palangkaraya yang

dipandu oleh Kepala

Badan Litbang Pertanian.

Tabel 2. Model budi daya dan basis komoditas dalam M-KRPL perkotaan dan perdesaan.

Model budi daya Komoditas

Vertikultur (model gantung, tempel, Sayuran: sawi, kucai, pakcoi, caisim, bayam, kangkung, kemangi, seledri,

tegak, rak) selada bokor

Toga: kencur, antanan, gempur batu, jinten, sambiloto, jahe merah,

binahong, sirih

Pot/polibag/tanam langsung Sayuran: cabai, terung, tomat, kecipir, kacang panjang, mentimun, kenikir,

bayam, kangkung, kelor, labu

Benih/bibit Toga: jahe, kencur, kunyit, kumis kucing, sirih hijau/merah, pegagan,

lidah buaya, sambiloto, temulawak, gempur batu

Tanaman buah: pepaya, jeruk nipis, limau

Tanaman pangan: talas, ubi jalar, ubi kelapa, garut, ganyong

Kolam Pemeliharaan ikan lele

Bedengan, surjan, multistrata Intensifikasi pekarangan: sayuran, buah-buahan, umbi, kacang-kacangan

nyata dalam pengembangan M-KRPL. Mereka berasal

dari 11 provinsi, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi

Selatan, Maluku Utara, dan Papua. Apresiasi diberikan

dalam bentuk penghargaan dan bantuan kepada KWT

yang telah berprestasi sebagai penggerak M-KPRL di

daerahnya.

Page 110: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

110 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

Pengembangan Inovasi Pertanian

melalui Kegiatan Usaha Bersama

Gapoktan

Pengembangan inovasi teknologi melalui pen-

dampingan antara lain dilaksanakan melalui

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP),

Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN),

dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SLPTT). PUAP dimulai pada tahun 2008 sampai 2011

dengan menyalurkan bantuan langsung kepada

38.1233 gabungan kelompok tani (gapoktan).

Gapoktan melaksanakan usaha ekonomi produktif

melalui tahapan penyusunan Rencana Usaha Anggota

(RUA) yang selanjutnya dirangkum dalam Rencana

Usaha Kelompok (RUK) dan dikompilasi menjadi

Rencana Usaha Bersama (RUB). Materi RUB yang

disusun gapoktan sangat beragam, bergantung pada

potensi ekonomi wilayah. Petani memanfaatkan dana

dari PUAP, sementara BPTP menyediakan teknologi

untuk mendukung usaha tani yang ada di RUB.

Teknologi usaha tani padi yang akan diterapkan

gapoktan diarahkan melalui pendekatan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT).

Pendampingan terhadap gapoktan PUAP ber-

tujuan agar inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian

dapat diterapkan secara optimal sehingga meningkat-

kan produktivitas. Pendampingan dilaksanakan

bekerja sama dengan penyuluh. Ketersediaan input

produksi, inovasi teknologi, dan pasar diperlukan

Konsep dasar usaha produktif usaha tani padi gapoktan PUAP.

gapoktan PUAP untuk menunjang keberhasilan usaha

tani.

Di Kalimantan Timur, dana RUB gapoktan PUAP

Rp22,07 miliar digunakan untuk pengembangan usaha

tani padi, Rp6,08 miliar untuk hortikultura (bunga

potong, sayuran hijau, sayuran buah), Rp10,18 miliar

untuk peternakan (ayam, kambing, babi, dan

penggemukan sapi), dan Rp 19,60 juta untuk usaha

perkebunan (pembibitan kelapa sawit, pemeliharaan

karet). Pengembangan varietas unggul baru (VUB)

dilaksanakan dengan membuat displai gapoktan PUAP

di 11 kabupaten/kota. Selama tahun 2008-2011 telah

disalurkan bantuan ke 649 desa untuk gapoktan di

12 kabupaten/kota, dan 38% dimanfaatkan untuk

usaha budi daya padi sawah.

Gapoktan PUAP di 11 kabupaten/kota telah

mengadosi varietas unggul padi sawah Inpari 6, Inpari

7, Inpari 8, Inpari 9, Inpari 10, dan Inpari 13 dengan

rata-rata hasil 6,4-7,23 t/ha GKP. PUAP dapat

mempercepat penyebaran VUB karena adanya

penambahan modal usaha pada gapoktan. Introduksi

VUB padi sawah dapat meningkatkan hasil 38-55%

dan pendapatan petani Rp6.545.000.

Di Jawa Barat, dana BLM-PUAP tahun 2008

digunakan oleh anggota gapoktan untuk usaha

tanaman pangan seperti padi, kedelai, jagung,

kacang tanah (60,6%), usaha komoditas hortikultura

seperti cabai, tomat, dan buah-buahan (17,5%),

perkebunan kakao, karet, lada (3,9%), peternakan

domba, ayam, itik dan sapi (24%), dan usaha

Inovasi, teknologi Peningkatan

Gapoktan Usaha tani PASAR

Penguatan Peningkatan

Gapoktan PUAP

• Modal kuat,

• Mandiri, LKM-A,

• Fungsi kelembagaan

kuat

• Perilaku agribisnis

meningkat

Page 111: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Inovasi Spesifik Lokasi 111

pemasaran, kerajinan, industri rumah tangga (47%).

Pada tahun 2009, BLM PUAP digunakan untuk usaha

tanaman pangan 35%, hortikultura 8%, perkebunan

6,5%, dan peternakan 7,4%, sedangkan kegiatan di

luar budi daya (off-farm) 42%. Pada tahun 2010,

penggunaan dana didominasi oleh tanaman pangan

30,8%, hortikultura 10%, perkebunan 2,1%,

peternakan 15,7%, dan off-farm 41%. Jawa Barat

yang merupakan provinsi lumbung padi di Indonesia,

mendapat alokasi dana BLM PUAP 30% untuk

peningkatan produksi beras 10 juta ton pada tahun

2014. Secara umum, porsi kegiatan usaha tani budi

daya tanaman lebih tinggi (62,1%) dibanding usaha

lainnya, khususnya untuk tanaman pangan (62%),

seperti padi dan palawija, disusul hortikultura (29%),

peternakan (12%), dan perkebunan (11%). Porsi

kegiatan usaha nonpertanian 38,9%, meliputi

pengolahan hasil (11,6%), pemasaran hasil (17,7%),

dan usaha lain berbasis pertanian (7,7%).

Di Jawa Timur, inovasi teknologi VUB (Ciherang,

Cibogo, Inpari), benih bermutu dan berlabel untuk

setiap dua musim tanam, dan rekomendasi

pemupukan belum digunakan, sementara pupuk

organik (pupuk kandang dan kompos Petro-organik),

dan sistem tanam jajar legowo baru diterapkan 15%

petani PUAP. Kendala yang dihadapi petani dalam

mengadopsi teknologi adalah kurangnya pemahaman

petani terhadap inovasi teknologi dan benih VUB tidak

tersedia di tingkat petani. VUB yang disukai petani

antara lain adalah Inpari 4, Inpari 6, dan Inpari 13.

Program PUAP dapat meningkatkan pendapatan lebih

besar dibandingkan sebelum PUAP, yaitu produksi

meningkat 2,7% dan pendapatan meningkat 4,1%

per hektare per tahun.

Model Pembangunan Pertanian

Pedesaan melalui Inovasi (MP3MI)

Pendekatan MP3MI dikembangkan Badan Litbang

Pertanian sejak tahun 2011 sebagai terobosan untuk

mempercepat diseminasi teknologi pertanian. MP3MI

merupakan suatu modus diseminasi inovasi melalui

percontohan berskala ekonomis dan berwawasan

agribisnis yang konkret di lapangan. Fokusnya tidak

hanya untuk mempercepat penyebaran inovasi

pertanian, tetapi juga memperluas dan memperbesar

spektrum diseminasi dengan memanfaatkan berbagai

media/saluran komunikasi yang disebut Spektrum

Diseminasi Multichannel (SDMC). Implementasinya

menggunakan engineering approach melalui

pengembangan kreativitas.

Pada tahun 2012, kegiatan difokuskan pada

perbaikan teknologi komoditas unggulan, optimalisasi

sumberdaya pertanian melalui peningkatan

produktivitas komoditas unggulan, integrasi dengan

komoditas nonunggulan, dan pemberdayaan kelem-

bagaan kelompok tani, kelembagaan pemasaran input

dan hasil, serta kelembagaan agribisnis lainnya.

Implementasi MP3MI di Bali, Banten, dan Jawa Barat

menunjukkan hasil yang signifikan. Di Banten,

Kampung Ternak Domba (KTD) di Desa Jukut

Pandeglang yang dibangun mulai tahun 2007 terus

berkembang. Didukung oleh pemerintah daerah

setempat, KTD berubah menjadi sentra domba

sehingga menjadi model kluster dan MP3MI. Usaha

ternak domba telah membawa perubahan ekonomi

bagi penduduk. Total pendapatan rumah tangga

petani per tahun mencapai Rp13,3 juta atau lebih

Rp1 juta per bulan. Dengan jumlah anggota keluarga

rata-rata 4,8 jiwa, maka pendapatan per kapita

mencapai Rp2,8 juta/tahun. Kontribusi pendapatan

dari usaha ternak mencapai 86,9%.

Di Bali, kegiatan MP3MI dilaksanakan di Desa

Buahan Kaja. Desa ini memiliki potensi yang sangat

baik untuk menumbuhkembangkan pembangunan

pertanian perdesaan dengan introduksi teknologi

spesifik lokasi. Tiap dusun memiliki sumberdaya air.

Dari total wilayah 1.075 ha, luas lahan pertanian

mencapai 900 ha dan 80% penduduknya adalah

petani. Lahan berpotensi untuk pengembangan

integrasi ternak dan tanaman, baik tanaman semusim

maupun tanaman perkebunan. Kendala utamanya

adalah wilayahnya berlereng, jenis tanah lempung

berpasir (Regosol) dengan tingkat kesuburan sedang

hingga cukup baik, dan pemanfaatan lahan belum

optimal. Rata-rata pemilikan lahan 0,5 ha/petani, dan

rata-rata kepemilikan sapi bali 2-3 ekor/KK.

Page 112: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

112 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

Di Jawa Barat, keberhasilan MP3MI tidak hanya

didukung oleh penerapan inovasi teknologi, tetapi juga

kelembagaan pendukung usaha tani. Penerapan

teknologi percepatan tanam memerlukan penguatan

kelembagaan tani seperti: (1) peningkatan kemam-

puan penyerapan teknologi, (2) pembinaan kelem-

bagaan pendukung usaha tani, seperti jasa alsintan,

jasa tanam, pengairan, dan pengadaan sarana

produksi, (3) pemupukan modal kelompok, dan (4)

penumbuhan kelompok penangkar benih.

Inovasi teknologi yang diintroduksikan meliputi

pola tanam spesifik lokasi, penangkaran benih,

pemanfaatan limbah padi, serta peningkatan kinerja

kelompok tani dan mengikutsertakan kelompok tani

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penyebaran

teknologi ke wilayah lain. Pembinaan kelompok

dilakukan melalui pertemuan rutin.

Untuk menyebarkan teknologi kepada petani di

luar kelompok tani dilakukan melalui SDMC, antara

lain lembaga sosial masyarakat desa (kepala desa,

bewara desa, dewan masjid, PKK, dan taruna tani),

media cetak dan media elektronis, temu lapang, dan

penumbuhan klinik agribisnis. Pembinaan atau

penyuluhan dilakukan setiap dua minggu. Klinik

agribisnis berfungsi sebagai lembaga pelayanan jasa

konsultasi, diseminasi/penyuluhan, dan informasi.

Pengembangan kemitraan antara lain dilakukan

dengan Pemerintah Kabupaten Kuningan dengan

membangun jalan usaha tani sepanjang 520 m, unit

pengolahan pupuk organik UPPO (sapi 34 ekor dan

sarana pengolahan limbah), lumbung pangan, lantai

jemur, dan pembinaan penangkaran benih. Balai

Benih Induk membantu memasarkan benih.

Kajian Sifat Inovasi Teknologi PTT

Padi untuk Diseminasi Inovasi

Spesifik Lokasi

Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah irigasi di Jawa

Barat dan Jawa Tengah untuk mengetahui keragaan

kuantitatif sifat inovasi teknologi PTT padi dan

menentukan pola diseminasi teknologi padi yang

efisien dan efektif pada kondisi spesifik lokasi.

Evaluasi dilakukan terhadap petani yang menerapkan

PTT padi dengan menggunakan parameter tingkat

kesesuaian (bobot 25), kerumitan (bobot 20),

kemudahan diuji coba (bobot 10), kemudahan

diamati (bobot 20), dan keuntungan nisbi (bobot 25).

Pengkajian dilakukan terhadap 80 petani di Jawa

Barat dan 100 petani di Jawa Timur.

Hasil evaluasi terhadap 12 komponen teknologi

PTT padi menunjukkan bahwa:

1. Enam komponen teknologi PTT tergolong kategori

2 (rendah), yaitu: (a) pemberian bahan organik,

(b) pengaturan populasi tanaman, (c) pemupukan

berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara

tanah, (d) pengendalian OPT dengan pendekatan

PHT, (e) pengairan dengan irigasi berselang, dan

(f) penyiangan dengan landak/gasrok. Dengan

demikian, komponen teknologi tersebut akan sulit

diterapkan dan kecil peluangnya untuk diadopsi

petani. Namun, teknologi tersebut sangat poten-

sial meningkatkan produksi padi secara nasional,

sehingga upaya-upaya diseminasi secara intensif

sangat diperlukan agar komponen teknologi

tersebut dapat diterapkan dan diadopsi di

lapangan.

2. Dua komponen teknologi PTT tergolong kategori

3 (tinggi), yaitu penggunaan bibit muda (<21

hari) dan tanam bibit 1-3 batang per rumpun.

Komponen teknologi tersebut akan mudah

diterapkan dan berpeluang tinggi untuk diadopsi

petani. Upaya-upaya diseminasi inovasi teknologi

tersebut jauh lebih mudah daripada teknologi

dalam kategori 2.

3. Empat komponen teknologi PTT tergolong kategori

4 (sangat tinggi), yaitu (a) penggunaan VUB, (b)

benih bermutu dan berlabel, (c) pengolahan

tanah sesuai musim dan pola tanam, dan (d)

panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.

Teknologi tersebut mudah diterapkan dan

berpeluang sangat tinggi untuk diadopsi petani

sehingga upaya-upaya diseminasinya mudah dan

sederhana.

Page 113: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Inovasi Spesifik Lokasi 113

Diseminasi inovasi komponen teknologi PTT padi

yang termasuk dalam kategori 4 dapat menggunakan

media komunikasi konvensional, seperti media

interpersonal dan media massa. Untuk komponen

teknologi PTT padi yang termasuk dalam kategori 3,

diseminasinya dapat menggunakan media inter-

personal seperti gelar teknologi maupun komunikasi

tatap muka, seperti temu aplikasi teknologi. Untuk

komponen teknologi PTT padi yang termasuk dalam

kategori 2, diseminasi secara konvensional dari

sumber teknologi – penyuluh – petani, tidak efektif.

Pendekatan diseminasi teknologi dalam bentuk pilot

project maupun sekolah lapang mampu memberikan

pengetahuan kepada petani untuk mengaktifkan

mereka memantau keragaan inovasi teknologi dan

membuat penyesuaian yang diperlukan.

Persepsi peneliti/penyuluh BPTP Jawa Barat

terhadap pelaksanaan SL-PTT padi di Jawa Barat

menunjukkan hampir semuanya menilai intensitas

pertemuan, materi pertemuan, dan proses pem-

belajaran di laboratorium lapang (LL) sudah me-

madai, dengan tingkat kehadiran petani 60-80%.

Persepsi yang berbeda muncul dalam menanggapi

bantuan benih dan pupuk dari pemerintah. Bantuan

benih dan pupuk disediakan untuk LL seluas satu

hektare, sedangkan bantuan benih disediakan untuk

LL dan luar LL (24 ha per kelompok SL-PTT) sehingga

bantuan benih belum sesuai dengan RDKK. Bantuan

benih juga tidak tepat waktu, tidak tepat varietas,

dengan kualitas tumbuh benih sedang (70-85%).

Pupuk majemuk (NPK) yang seharusnya sebagai pupuk

dasar (0-7 HST), juga diberikan sebagai pupuk

susulan pada umur 35 HST. Takaran dan jenis pupuk

juga tidak sesuai dengan Permentan karena pupuk

urea sering tidak tersedia pada saat diperlukan.

Di Jawa Tengah, intensitas pertemuan di LL SL-

PTT belum memadai, dengan tingkat kehadiran petani

50-60%. Tidak tepatnya varietas karena terbatasnya

jumlah benih varietas tahan wereng seperti Inpari-

13. Benih varietas Ciherang yang dibagikan kepada

petani memiliki daya tumbuh yang baik (80-90%).

Dari aspek kelembagaan, terdapat dualisme

kepemimpinan di tingkat kabupaten karena penyuluh

(PPL) berada di bawah Bakorluh, sedangkan

program SLPTT berada di bawah Dinas Pertanian

kabupaten. Kegiatan di area LL seharusnya merupa-

kan uji verifikasi komponen teknologi spesifik lokasi

yang masih diragukan petani, disesuaikan dengan

keadaan biofisik lahan serta sosial-ekonomi masya-

rakat petani, seperti verifikasi varietas unggul baru,

sistem tanam jajar legowo, dan teknologi hemat air.

Pengambilan Keputusan

Pengendalian OPT dalam PTT Padi

Pengkajian dilakukan di Kabupaten Indramayu dan

Purwakarta Jawa Barat serta di Kabupaten Deli

Serdang dan Serdang Bedagai Sumatra Utara.

Lokasi kegiatan memiliki area persawahan yang

termasuk dalam program sekolah lapang dan di-

kelompokan menjadi: (1) SLPTT, (2) SLPTT + SLPHT,

(3) non-SLPTT-SLPHT, dan (4) SLPHT. Responden

berjumlah 136 orang di Jawa Barat dan 62 orang di

Sumatra Utara. Ruang lingkup kegiatan meliputi: (1)

pemantauan populasi OPT, (2) teknik analisis

ekosistem tanaman, dan (3) teknik pengambilan ke-

putusan pengendalian OPT. Data dikumpulkan melalui

focus group discussion (FGD) dan wawancara

mendalam (in-depth interview).

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa teknologi

pengendalian OPT yang dominan diterapkan petani

adalah cara bercocok tanam dan penggunaan pesti-

sida kimia. Petani mengendalikan OPT dengan

pestisida bila ada serangan dan cenderung menurun

menjadi berdasarkan jadwal, dan beberapa petani

telah menggunakan ambang ekonomi (AE) empiris

(berdasarkan pengalaman). Belum ada petani yang

mengendalikan OPT berdasarkan AE sistematis

karena sulit diterapkan.

Saran kebijakan dalam pengendalian OPT

utama dalam upaya diseminasi teknologi adalah: (1)

diperlukan kesinambungan dalam pengawalan

teknologi di tingkat petani sampai petani menguasai

teknologi, terutama pengendalian hayati, (2) pengen-

dalian OPT dengan agens hayati/biopestisida dan

pestisida nabati perlu dilengkapi dengan sarana dan

prasarana pendukung, termasuk pengendalian

Page 114: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

114 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

dengan lampu perangkap untuk memantau populasi

hama; (3) bantuan benih dan pestisida kimia perlu

dilakukan secara selektif untuk mengurangi dampak

negatif penggunaan pestisida terhadap lingkungan,

dan seharusnya bantuan tersebut berupa varietas

tahan dan pengendalian OPT dengan pestisida nabati

dan agens hayati; dan (4) pengembangan musuh

alami karena relatif rumit, sedangkan penggunaan

pestisida kimia cukup mudah. Oleh karena itu, perlu

pestisida nabati yang mudah diaplikasikan petani.

Diseminasi Teknologi Pengelolaan

Pertanian Produktif di Lahan

Gambut

Inovasi teknologi pengelolaan lahan gambut yang

ramah lingkungan dapat meningkatkan penyerapan

karbon dan menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).

Untuk itu telah dilakukan identifikasi teknologi

pengelolaan lahan gambut yang dikaitkan dengan

tingkat adopsinya oleh petani.

Data identifikasi dan teknik pengambilan keputus-

an dalam pengelolaan lahan gambut diperoleh melalui

kuesioner dan FGD. Kegiatan dilakukan di Kalimantan

Selatan, Kalimantan Tengah, Riau, dan Jambi yang

merupakan lokasi kegiatan Indonesia Climate Change

Trust Fund (ICCTF) pada kelompok tani binaan ICCTF

dan non-ICCTF. Jumlah responden dalam FGD

disesuaikan dengan jumlah petani kooperator ICCTF.

Salah satu kegiatan ICCTF adalah demplot untuk

menilai berbagai perlakuan bahan amelioran dan

penggunaan pupuk N, P, K terhadap pertumbuhan dan

hasil jagung dan kacang tanah sebagai tanaman sela

kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pertumbuhan kelapa sawit pada lahan gambut cukup

baik karena tanaman ini memliliki daya adaptasi yang

Pemantauan OPT secara berkala berperan penting dalam mencegah ledakan hama pada pertanaman

padi.

Page 115: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Inovasi Spesifik Lokasi 115

Integrasi ternak sapi dengan

pertanaman kelapa sawit milik

petani pada lahan gambut di

Riau.

Pengembangan nenas di

antara tanaman karet di lahan

gambut Kalimantan Tengah.

baik terhadap kondisi lingkungan ekstrem. Namun,

petani belum berminat menerapkan teknologi

tersebut, baik tanaman pangan sebagai tanaman sela

maupun penggunaan bahan amelioran karena

tanaman pangan yang dipilih sebagai tanaman sela

kelapa sawit kurang tepat. Menurut petani, komoditas

yang cocok di lahan gambut adalah tanaman buah-

buahan dan sayuran. Petani di Jambi pernah me-

nanam nenas di antara kelapa sawit yang berumur

kurang dari 3 tahun. Namun, tanaman nenas ber-

pengaruh kurang baik terhadap jumlah tandan buah,

jumlah bakal buah, dan bobot buah yang dipanen.

Kondisi ini menyebabkan mereka tidak lagi menanam

nenas di perkebunan kelapa sawit, baik sebagai

tanaman sela maupun dalam barisan (piringan)

kelapa sawit.

Di Kalimantan Tengah, pengusahaan nenas

sebagai tanaman sela karet sudah berkembang dan

Page 116: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

116 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

merupakan kearifan lokal petani di lahan gambut.

Tanaman karet dengan tanaman sela nenas tumbuh

lebih baik dibandingkan tanpa nenas.

Inovasi teknologi pengelolaan tata air dan lahan

belum diterapkan secara optimal. Pemberian bahan

amelioran (dolomit dan pupuk kandang) sudah di-

terapkan petani untuk mengurangi kemasaman tanah.

Agar dapat digunakan petani, bahan amelioran

hendaknya mudah didapat, murah, dan secara

ekonomi menguntungkan. Pengetahuan dan pe-

mahaman petani terhadap bahan amelioran dan

tanaman sela masih rendah, sehingga diperlukan

berbagai upaya untuk mempercepat penerapannya.

Pemilihan komoditas menjadi sangat penting, karena

lahan gambut yang masam memerlukan komoditas

yang adaptif pada kondisi tersebut. Pemilihan

komoditas perlu mempertimbangkan pengetahuan,

keterampilan, dan minat petani. Peningkatan

pengetahuan dan keterampilan pengelolaan lahan

gambut perlu diikuti oleh pembuatan demplot/

demfarm pada lokasi yang strategis sehingga hasilnya

dapat dilihat langsung oleh petani. Petugas pertanian

di lapangan juga perlu dibekali pengetahuan dan

keterampilan tentang pengelolaan lahan gambut.

Kinerja Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi

Pada tahun 2015 mendatang pemerintah menarget-

kan Indonesia surplus beras 10 juta ton. Salah satu

upaya untuk mendukung pencapaian target tersebut

adalah melalui pengembangan inovasi Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT) padi melalui Sekolah Lapang

(SLPTT). Pada tahun 2012, program ini sudah berjalan

lebih dari empat tahun.

Hasil kajian pendampingan SLPTT di Riau,

Kalimantan Barat, Jawa Barat, Banten, dan Bali

menunjukkan bahwa secara umum pendampingan

SLPTT padi cukup baik. SLPTT mampu meningkatkan

produktivitas padi sampai 46,7% (dari 3,87 t menjadi

5,68 t/ha) dibanding teknologi petani, bahkan sudah

0,09% di atas tingkat produktivitas yang ditargetkan

pemda setempat. Kinerja SLPTT padi pada lahan

sawah irigasi dan lahan pasang surut juga cukup

baik. Hal ini ditunjukkan oleh produktivitas padi petani

yang menerapkan SLPTT lebih tinggi 18,4% pada

lahan sawah irigasi dan 2,7% pada lahan pasang surut

dibanding teknologi petani pada agoekosistem yang

sama.

Lahan gambut

memerlukan

teknologi yang

spesifik untuk

pengembangan

pertanian.

Page 117: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Inovasi Spesifik Lokasi 117

Perbedaan produktivitas lebih banyak disebabkan

oleh perbedaaan teknologi yang diterapkan daripada

perbedaan penggunaan input produksi. Benih yang

diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata,

justru memengaruhi produktivitas, karena kualitas

benih kurang baik dan varietas yang diterima petani

tidak sesuai dengan yang diinginkan. Produktivitas

dan pendapatan petani SLPTT masing-masing lebih

tinggi 1.408 kg dan Rp5,09 juta per hektare per musim

pada lahan sawah irigasi, dan 1.334 kg dan Rp4,80

juta pada lahan pasang surut dibandingkan dengan

petani non-SLPTT. Peningkatan pendapatan terutama

karena meningkatnya produktivitas. Sementara itu,

harga produk memberikan kontribusi negatif.

Fenomena ini menunjukkan bahwa pengembangan

SLPTT belum menyentuh aspek kualitas gabah yang

dihasilkan. Oleh karena itu, dalam pengembangan

SLPTT ke depan, aspek kualitas dan kuantitas gabah

perlu mendapat perhatian yang seimbang, mengingat

penerimaan petani tidak hanya ditentukan oleh

produktivitas, tetapi juga tingkat harga yang diterima

petani.

Perbedaan kondisi lahan dan ketersediaan

infrastruktur menyebabkan kinerja SLPTT padi pada

lahan sawah irigasi lebih baik dibanding pada lahan

pasang surut. Produktivitas, produksi, dan pendapatan

petani di lahan sawah irigasi masing-masing 18,4%,

332 kg, dan Rp6,79 juta lebih tinggi dibanding petani

padi di lahan pasang surut.

Peningkatan produktivitas menjadi pertimbangan

dan pendorong utama bagi petani untuk mengadopsi

PTT. Oleh karena itu, upaya penyempurnaan program

ini perlu terus dilakukan. Peluang petani untuk

mengadopsi PTT akan semakin besar jika dibarengi

dengan upaya peningkatan kualitas dan efisiensi

penggunaan input produksi.

Dalam upaya perbaikan kinerja SLPTT padi ke

depan, beberapa langkah yang diperlukan meliputi:

(1) mengganti pola BLBU dengan pola yang lebih

menjamin petani memperoleh benih yang sesuai; (2)

pembinaan dan pemberdayaan penangkar-penangkar

lokal untuk memperbanyak dan mempercepat

penyediaan benih yang berkualitas, (3) sinkronisasi

program-program lain di Kementerian Pertanian pada

lokasi-lokasi pengembangan SLPTT padi, seperti

program pengembangan mekanisasi, pengembangan

irigasi, dan subsidi permodalan, sehingga tambahan

produktivitas dan pendapatan lebih nyata; (4)

perbaikan dan penyediaan infrastruktur dan fasilitas

yang memadai; dan (5) koordinasi dan kerja sama

dengan pemda setempat.

Pendampingan SLPTT dan penerapan teknologi yang tepat meningkatkan produktivitas tanaman padi.

Page 118: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan118

Diseminasi Inovasi

Teknologi

Badan Litbang Pertanian memberi perhatian besar terhadap diseminasi

hasil penelitian, sama pentingnya dengan penelitian itu sendiri. Inovasi

teknologi yang dihasilkan dari penelitian perlu didiseminasikan untuk

meningkatkan produktivitas dan pengembangan agribisnis dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam hal ini Badan Litbang

Pertanian mengadopsi sistem diseminasi multichanel melalui pendekatan

kepada berbagai pihak, mulai dari penentu kebijakan di pusat dan daerah

hingga penyuluh pertanian di pedesaan dengan memanfaatkan berbagai

media. Pameran, gelar teknologi, media massa, konferensi dan seminar

penelitian, temu lapang, temu wicara, publikasi hasil penelitian, dan

perpustakaan termasuk media yang digunakan dalam diseminasi hasil

penelitian pertanian.

Stan Badan Litbang Pertanian pada pameran Ritech di Bandung, 8-11 Agustus 2012.

Page 119: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Diseminasi Inovasi Teknologi 119

Pameran dan Gelar Teknologi

Pameran Inovasi Teknologi

Pameran diperlukan untuk mempromosikan inovasi

teknologi kepada khalayak luas. Oleh karena itu, Badan

Litbang Pertanian berupaya menyelenggarakan dan

mengikuti pameran yang diinisiasi oleh berbagai

institusi, baik di pusat maupun daerah. Materi yang

disajikan mengikuti tema pameran dan sesuai dengan

kebutuhan pengunjung pada umumnya.

Pada tahun 2012, Badan Litbang Pertanian

menginisiasi penyelenggaran pameran inovasi

teknologi dan berpartisipasi aktif dalam beberapa

pameran, seperti Agrinex, Agro & Food Expo, Gelar

Teknologi Tepat Guna, Hari Kebangkitan Teknologi

Nasional, Pekan Flori dan Flora Nasional, serta

pameran yang menyertai beberapa kegiatan

diseminasi Badan Litbang Pertanian. Pameran

adakalanya disertai dengan penandatanganan

perjanjian kerja sama antara Badan Litbang Pertanian

dengan pihak swasta yang berminat mengembangkan

teknologi yang dipromosikan. Hal ini menjadi salah

satu tolok ukur efektivitas pameran dalam promosi

teknologi. Umpan balik dari pengunjung pameran

menjadi acuan untuk memperbaiki dan menyem-

purnakan teknologi yang dipromosikan melalui

penelitian lebih lanjut.

Peringatan Hari Pangan se-Dunia

Di beberapa belahan dunia masih terjadi bencana

kelaparan karena kekurangan pasokan pangan.

Mengingat pentingnya pangan untuk menopang

kehidupan, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia

(FAO) dan semua negara di dunia memperingati Hari

Pangan se-Dunia (HPS) setiap tahun.

Di Indonesia pada tahun 2012, peringatan HPS

ke-32 diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian,

Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Haryono, menjelaskan keunggulan inovasi teknologi kedelai yang

digelar di lapangan kepada Wakil Presiden RI, Mensesneg, Menteri Pertanian, dan rombongan dalam

peringatan Hari Pangan se-Dunia ke-32 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 18-21 Oktober 2012.

Page 120: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan120

Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Perikanan

dan Kelautan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah,

pada 18-21 Oktober 2012. Badan Litbang Pertanian

berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan, termasuk

dalam gelar teknologi yang diperlukan untuk

meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan

petani.

Dibuka oleh Wakil Presiden RI, Boediono, HPS

ke-32 dengan tema “Agroindustri Berbasis Kemitraan

Petani Menuju Kemandirian Pangan” dihadiri oleh

berbagai kalangan, termasuk Menko Ekuin, Menteri

Pertanian, dan Menteri Kehutanan, Perwakilan FAO

di Indonesia, beberapa Duta Besar, Gubernur Kali-

mantan Tengah, dan pejabat lainnya dari pusat dan

daerah. Kegiatan utama acara ini meliputi seminar,

pengabdian masyarakat, gelar teknologi, tur industri,

lomba cipta menu, pameran, dan bazar.

Dalam sambutannya, Menteri Pertanian Suswono

mengingatkan pentingnya penanganan pangan di

tingkat lokal, nasional, dan global sesuai tema FAO

“Cooperatives Key to Feed the World” dengan

mengangkat agroindustri sebagai ujung tombak

pertanian. Oleh karena itu perlu dikembangkan etos

kerja pertanian berbudaya industri melalui pengem-

bangan agroindustri untuk meningkatkan produksi,

produk pangan, kesejahteraan, dan ekonomi regional.

Terkait dengan HPS, Wakil Presiden RI Boediono

menyerahkan bantuan benih dan bibit kepada

beberapa kelompok tani serta memberikan

penghargaan kepada kelompok wanita tani dari

beberapa provinsi, yang telah berpartisipasi dalam

program peningkatan penyediaan pangan di tingkat

rumah tangga. Menurut Wapres, peringatan HPS

mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa

ketahanan pangan merupakan masalah mendasar

dalam kehidupan. Hingga saat ini masih terjadi

kelaparan di beberapa negara di dunia. Penyebabnya

antara lain kondisi politik yang bergejolak, kebijakan

pembangunan pertanian yang salah arah dan tidak

mendapat dukungan dari pemerintah, bencana alam,

dan perubahan iklim. Indonesia harus berkomitmen

mewujudkan swasembada pangan dan diharapkan

menjadi pelopor dalam pengadaan pangan sehat dan

bergizi bagi masyarakat dunia.

Pekan Pertanian Lahan Kering

Lahan kering yang potensial dan tersedia untuk

perluasan area pertanian, terutama tanaman pangan,

diperkirakan mencapai 7,08 juta ha, yang terdiri atas

lahan kering beriklim basah 6,83 juta ha dan lahan

kering beriklim kering 0,26 juta ha. Peluang perluasan

area pertanian lahan kering terdapat di Kalimantan,

Nusa Tenggara, dan Sulawesi, serta di Papua dan

Sumatera.

Lahan kering yang tersedia umumnya berstatus

suboptimal sehingga pemanfaatannya memerlukan

pengelolaan yang tepat. Badan Litbang Pertanian telah

menghasilkan teknologi pengelolaan lahan kering,

baik untuk daerah beriklim kering maupun beriklim

basah.

Dalam upaya mendayagunakan inovasi teknologi

pengelolaan lahan kering untuk pertanian, Badan

Litbang Pertanian menyelenggarakan Pekan Pertanian

Lahan Kering di Nusa Tenggara Timur pada 10-14

September 2012. Kegiatan utama acara ini meliputi

gelar teknologi, seminar nasional, rapat koordinasi

konsorsium lahan suboptimal, pameran, dan pasar

tani. Pada kesempatan tersebut, Menteri Pertanian,

Dr. Suswono, melakukan panen benih varietas unggul

kacang hijau dan memberikan bantuan benih unggul

padi, jagung, dan kacang hijau dari Badan Litbang

Pertanian kepada beberapa kelompok tani.

Panen benih unggul kacang hijau pada acara

Pekan Pertanian Lahan Kering di Nusa

Tenggara Timur, 10-14 September 2012.

Page 121: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Diseminasi Inovasi Teknologi 121

Lokakarya Internasional Pengelolaan LahanRawa Berkelanjutan

Di Indonesia, pembukaan lahan rawa secara luas

dimulai pada tahun 1969 melalui Proyek Pembukaan

Persawahan Pasang Surut (P4S) untuk mendukung

program transmigrasi di lahan rawa. Namun, secara

terbatas dan konvensional, petani tradisional suku

Banjar di Kalimantan dan suku Bugis di pesisir

Sumatera sudah melakukannya jauh sebelumnya.

Keberhasilan suku Banjar dan Bugis dalam

pengelolaan rawa menginisiasi pemerintah untuk

mengembangkan lahan rawa untuk pertanian.

Lahan rawa merupakan lumbung pangan masa

depan seiring dengan semakin sulitnya mendapatkan

lahan subur (optimal) di tengah kebutuhan pangan

yang terus meningkat. Potensi pengembangan lahan

rawa sangat besar, baik dari segi luas maupun

potensinya dalam peningkatan produksi pangan,

terutama melalui peningkatan indeks pertanaman (IP).

Namun, pengembangan lahan rawa sempat meng-

alami kemandegan dalam beberapa tahun terakhir,

selain karena kejenuhan adopsi teknologi dan aspek

sosial, juga terkait dengan isu perubahan iklim.

Dalam upaya menghimpun informasi, penga-

laman, pengetahuan, dan teknologi pengelolaan rawa

untuk produksi padi secara berkelanjutan, serta

mendiseminasikan keberhasilan model pengelolaan

dan pengembangan lahan rawa dan meyakinkan

pembuat kebijakan tentang potensi pemanfaatan

lahan rawa sebagai lumbung pangan masa depan,

Badan Litbang Pertanian melaksanakan lokakarya

internasional pengelolaan lahan rawa berkelanjutan

pada 27-28 September 2012 di Banjarmasin,

Kalimantan Selatan. Dibuka oleh Wakil Menteri

Pertanian, Dr. Rusman Heriawan, lokakarya dihadiri

oleh Gubernur Kalimantan Selatan yang diwakili oleh

Plh Sekda Provinsi Kalsel, Deputi Bidang Kerjasama

Kemenristek, Bupati Barito Kuala dan Bupati Banyu-

asin, pejabat dari pusat dan daerah, para pemangku

kepentingan (stakeholder), peneliti, penyuluh, sivitas

akademika, dan pemerhati lingkungan.

Pembicara utama dalam lokakarya ini adalah

Wakil Menteri Pertanian, Deputi Kemenristek Bidang

Kerjasama, UNESCO - the Netherland, Hokkaido

University, Universitas Sriwijaya, dan Badan Litbang

Pertanian. Juga disampaikan kisah sukses pengelola-

an lahan rawa oleh Bupati Barito Kuala dan Bupati

Banyuasin serta lembaga luar negeri antara lain dari

Vietnam dan Afrika Barat. Kegiatan lain yang di-

selenggarakan adalah pameran dan kunjungan

lapangan ke Desa Terantang, Kapubaten Barito Kuala,

Kalimantan Selatan, untuk melihat langsung kesuk-

sesan petani dalam mengelola lahan rawa melalui

pengaturan pola tanam dan penataan lahan dengan

sistem surjan.

Pengembangan Teknologi Produksi KedelaiMenuju Swasembada

Badan Litbang Pertanian terus mendorong upaya

pencapaian swasembada kedelai melalui pengem-

bangan inovasi teknologi hasil penelitian. Di beberapa

kawasan hutan jati berumur 1-5 tahun di Ngawi, Jawa

Timur, pengembangan teknologi budi daya dan varie-

tas unggul kedelai, antara lain Anjasmoro, Grobogan,

dan Argomulyo (berbiji besar) serta Wilis dan Kaba

(berbiji sedang) memberi hasil 1,9-2,0 t/ha.

Menteri Pertanian, Dr. Suswono, dalam kunjung-

an kerjanya ke Ngawi, Jawa Timur, pada 9 Januari

2012, melakukan panen perdana kedelai di kawasan

hutan jati. Acara ini dilanjutkan dengan temu wicara

Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Haryono

(kiri) dan Wakil Menteri Pertanian, Dr. Rusman

Heriawan (kanan) pada pembukaan Lokakarya

Internasional Pengelolaan Lahan Rawa di

Banjarmasin, 27-28 September 2012.

Page 122: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan122

yang dihadiri oleh petani, penyuluh pertanian, dan

petugas kehutanan. Kepala Badan Litbang Pertanian,

Dr. Haryono, yang mendampingi Menteri Pertanian

mengajak semua pihak terkait untuk mengembangkan

inovasi teknologi kedelai menuju swasembada,

termasuk di kawasan hutan. Pada kesempatan ini,

Menteri Pertanian menyerahkan bantuan benih

sumber kedelai dari Badan Litbang Pertanian sebanyak

3 ton untuk dikembangkan lebih lanjut. Di Boyolali,

Jawa Tengah, kedelai yang dikembangkan di kawasan

hutan jati muda mampu berproduksi 2,4 t/ha.

Sebagai bagian dari upaya peningkatan produksi

kedelai, Menteri Pertanian mencanangkan Gerakan

Tanam Nasional Kedelai di Peunaron, Kabupaten Aceh

Timur, NAD, pada 15 Desember 2012. Kegiatan ini

juga merupakan bagian dari pengembangan produksi

benih kedelai di kawasan lahan kering dan kawasan

perkebunan kelapa sawit/karet di Provinsi NAD,

Sumatera Utara, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa

Timur, Nusa Tengggara Barat, dan Sulawesi Selatan

dalam upaya membangun kemandirian benih kedelai

melalui jalur benih antarlapang dan antarmusim

(jabalsim).

Petani dan jajaran pemerintah daerah setempat

menyambut baik inovasi yang dikembangkan. Dalam

arahannya, Menteri Pertanian menekankan beberapa

aspek penting yang mendukung upaya peningkatan

produksi kedelai, antara lain: (1) harga kedelai yang

menguntungkan petani, (2) kesejahteraan dan

Menteri Pertanian, Dr. Suswono (ketiga dari

kiri), didampingi oleh Kepala Badan Litbang

Pertanian, Dr. Haryono (kedua dari kiri),

mengawali gerakan nasional tanam kedelai di

Peunaron, Kabupaten Aceh Timur, NAD.

Menteri Pertanian, Dr. Suswono, didampingi oleh Kepala Badan Litbang

Pertanian, Dr. Haryono, melakukan panen perdana kedelai varietas Grobogan

pada kawasan hutan jati muda di Ngawi Jawa Timur, 9 Januari 2012.

Page 123: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Diseminasi Inovasi Teknologi 123

kepastian tenaga penyuluhan, (3) perbaikan infra-

struktur pertanian, dan (4) pendampingan teknologi

dalam upaya meningkatkan produksi benih kedelai di

tingkat petani/penangkar.

Konferensi Internasional Jagung

Dalam target empat sukses Kementerian Pertanian

2010-2014, jagung termasuk komoditas pangan yang

mendapat prioritas utama dalam program peningkatan

produksi selain beras, kedelai, daging, dan gula.

Mengacu kepada pengalaman selama ini, upaya

peningkatan produksi pertanian tidak dapat dilepaskan

dari penerapan teknologi. Untuk menghimpun infor-

masi teknologi jagung dalam dekade terakhir, Badan

Litbang Pertanian menyelenggarakan Konferensi

Internasional Jagung bekerja sama dengan Pemerin-

tah Provinsi Gorontalo yang dikenal sebagai salah satu

daerah penghasil jagung di Indonesia. Dihadiri oleh

600-an peserta dari beberapa negara, konferensi

internasional ini diselenggarakan di Gorontalo pada

22-24 November 2012 dengan tema “Jagung untuk

Pangan, Pakan, dan Energi”. Empat agenda utama

konferensi adalah seminar internasional agribisnis

jagung, pameran, temu bisnis, dan kunjungan lapang.

Dalam sambutannya pada pembukaan konfe-

rensi, Wakil Menteri Pertanian, Dr. Rusman Heriawan,

menggarisbawahi pentingnya jagung sebagai bahan

Koferensi Internasional Jagung

pada 22-24 November 2012 di

Gorontalo yang dihadiri oleh

600-an peserta dari dalam dan

luar negeri menghimpun

berbagai ilmu pengetahuan

dan teknologi jagung sebagai

bahan pangan, pakan, dan

energi.

pangan, pakan, dan sumber energi alternatif. Untuk

menjawab tantangan produksi jagung ke depan,

Wamentan menekankan perlunya kerja sama antar-

negara, mengingat makin kompleksnya kendala yang

dihadapi, antara lain perubahan iklim.

Seminar jagung internasional membahas potensi

dan kendala peningkatan produksi jagung ke depan.

Dr. Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian, meng-

ungkap tantangan dan peluang peningkatan produksi

yang dikaitkan dengan jagung untuk pangan, pakan,

dan sumber energi. Menurut Dr. Haryono, setidaknya

ada tiga tantangan utama dalam mempertahankan

swasembada jagung di Indonesia, yaitu peningkatan

konsumsi jagung, terbatasnya sumber daya alam, dan

perubahan iklim. Untuk memecahkan masalah

tersebut diperlukan terobosan melalui penerapan

inovasi teknologi dan kolaborasi berbagai pihak,

antara lain petani, penyuluh, peneliti, ilmuwan,

pemangku kebijakan, dan pengusaha pertanian.

Pembicara utama dalam seminar internasional

ini (CIMMYT Meksiko, CIMMYT Kenya, Quensland

University, ILRI India, dan beberapa negara lain)

menyajikan makalah yang berkaitan dengan pengem-

bangan jagung dari berbagai perspektif. Sementara

para akademisi dan peneliti memaparkan kemajuan

penelitian jagung dewasa ini. Seminar menghasilkan

beberapa kesepakatan dalam pengembangan iptek

dan peningkatan produksi jagung sebagai bahan

Page 124: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan124

pangan, pakan, dan sumber energi terbarukan,

antara lain:

1. Jagung berperan penting sebagai bahan pangan,

pakan, sumber energi, dan bahan baku berbagai

industri.

2. Produksi jagung harus ditingkatkan untuk me-

menuhi permintaan yang juga terus meningkat.

3. Semua pihak sepakat bekerja sama dalam pe-

nelitian dan pengembangan, termasuk mewujud-

kan keseimbangan pasar jagung di pasar nasional

dan internasional.

4. Pengembangan inovasi teknologi jagung harus

dibarengi dengan kebijakan yang mendukung.

Pemanfaatan jagung diprioritaskan untuk pangan,

kemudian pakan, sumber energi, dan bahan baku

industri, untuk meminimalkan gejolak harga.

5. CIMMYT sebagai lembaga penelitian jagung dunia

secara bertahap akan membuka cabang di Indo-

nesia untuk mendukung upaya peningkatan

capacity building dan pengembangan pemuliaan

jagung yang akan menghasilkan varietas unggul

yang mampu beradaptasi pada perubahan iklim.

Pemanfaatan Media Massa

Badan Litbang Pertanian mendayagunakan media

massa cetak dan elektronis, seperti televisi, surat

kabar maupun tabloid untuk menyebarluaskan

informasi yang dihasilkan. VCD/CD interaktif yang

memuat informasi hasil litbang juga diproduksi untuk

melengkapi media diseminasi yang telah ada. Media

ini terutama bermanfaat bagi penyuluh untuk

menunjang kegiatan penyuluhan di lapangan.

Badan Litbang Pertanian memanfaatkan stasiun

televisi pemerintah maupun swasta untuk menyebar-

luaskan informasi kepada khalayak luas. Sejak tahun

2007, Badan Litbang Pertanian mengelola rubrik Agro

Inovasi pada tabloid Sinar Tani untuk menyampaikan

informasi praktis hasil litbang kepada masyarakat,

terutama penyuluh. Konferensi pers dan kunjungan

wartawan juga penting untuk menyampaikan

informasi kepada masyarakat luas.

Majalah Hasil Penelitian

Di lembaga penelitian pada umumnya, majalah hasil

penelitian merupakan barometer kinerja institusi dan

sebagai media pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Sejalan dengan makin tingginya tuntutan

terhadap majalah ilmiah yang bertaraf nasional dan

internasional, Badan Litbang Pertanian terus men-

dorong peneliti untuk mengaktualisasikan hasil pe-

nelitian dalam bentuk tertulis atau digital agar dapat

diakses oleh khalayak ilmiah di dalam dan luar negeri.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dewasa ini mengisyaratkan pentingnya

peningkatan kualitas majalah ilmiah sebagaimana

tercermin dari makin ketatnya persyaratan akreditasi.

Untuk mengakomodasi karya tulis ilmiah para peneliti,

Badan Litbang Pertanian menerbitkan majalah ilmiah

berbasis disiplin ilmu dan komoditas (Tabel 2).

Sebagian besar majalah ilmiah sudah terakreditasi

dan sebagian lainnya sedang dipersiapkan untuk

mendapat pengakuan sebagai majalah ilmiah nasional

maupun internasional. Sebagian besar profesor riset

Badan Litbang Pertanian berpartisipasi aktif dalam

pengelolaan majalah ilmiah tersebut.

Selain majalah ilmiah, Badan Litbang Pertanian

juga menerbitkan buku, prosiding seminar nasional

dan internasional, dan beberapa publikasi lainnya.

Persyaratan penting yang perlu dipenuhi oleh publikasi

adalah diterbitkan oleh publishing house yang telah

diakui sebagai penerbit profesional. Pada tahun 2012,

Badan Litbang Pertanian telah menginisiasi pem-

bentukan publishing house dengan nama IAARD

Press. Penerbit ini dapat didayagunakan oleh lembaga

penelitian dan institusi lainnya dalam menerbitkan

publikasi hasil penelitian pertanian, terutama buku

dan prosiding seminar.

Pengembangan Perpustakaan

Perkembangan teknologi informasi telah membawa

perubahan dalam manajemen perpustakaan,

terutama dalam pengelolaan dan pelayanan informasi

kepada pengguna. Berkaitan dengan hal tersebut,

Page 125: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Diseminasi Inovasi Teknologi 125

Tabel 2. Majalah ilmiah dan ilmiah populer yang diterbitkan unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian.

Unit kerja Judul majalah

Sekretariat Badan Informatika Pertanian

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Indonesian Journal of Agricultural Science

(PUSTAKA) Indonesian Journal of Agriculture

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Pengembangan Inovasi Pertanian

Jurnal Perpustakaan Pertanian

Buletin Teknik Pertanian

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan

(Puslitbangtan) Buletin Iptek Tanaman Pangan

Buletin Palawija

Berita Puslitbangtan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Jurnal Hortikultura

(Puslitbanghorti)

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Jurnal Penelitian Tanaman Industri

(Puslitbangbun) Perspektif

Warta Puslitbang Tanaman Industri

Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah

dan Obat

Infotek Perkebunan

Majalah Semi Populer Tree Tanaman Rempah

dan Industri

Buletin Rempah dan Industri

Buletin Palma

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner

(Puslitbangnak) Wartazoa

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jurnal Agro Ekonomi

(PSE-KP) Forum Penelitian Agroekonomi

Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian

Buletin Agro Ekonomi

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Jurnal Tanah dan Iklim

Pertanian (BBSDLP) Jurnal Sumberdaya Lahan

Warta Sumberdaya Lahan

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Jurnal AgroBiogen

Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) Buletin Plasma Nutfah

Warta Biogen

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) Jurnal Enjiniring Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian

(BB Pascapanen) Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jurnal Pengkajian dan Pengembangan

(BB Pengkajian) Teknologi Pertanian

Page 126: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan126

Badan Litbang Pertanian melalui Pusat Perpustakaan

dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA)

mengembangkan perpustakaan berbasis teknologi

informasi di setiap unit kerja/unit pelaksana teknis

(UK/UPT). Selain itu, sesuai dengan tupoksi PUSTAKA

untuk membina perpustakaan lingkup Kementerian

Pertanian, perpustakaan berbasis TI juga

dikembangkan di unit eselon I lingkup Kementerian

Pertanian.

Perpustakaan digital yang telah dibangun terus

dikembangkan dan disempurnakan agar mampu

memberikan layanan yang prima kepada pengguna.

Kapasitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan

perpustakaan dan pemanfaatan TI terus ditingkatkan

melalui pelatihan, magang, lokakarya maupun

seminar. PUSTAKA juga melakukan pendampingan

dan menyiapkan berbagai pedoman pengelolaan

perpustakaan dalam upaya memberikan pelayanan

prima kepada pengguna.

Perkembangan TI juga mengharuskan perpus-

takaan tidak hanya menyediakan sumber informasi

dalam bentuk tercetak, tetapi juga dalam bentuk

elektronis. Koleksi dalam bentuk elektronis dapat

berupa pangkalan data on-line. Untuk meningkatkan

koleksi perpustakaan, Badan Litbang Pertanian

melanggan jurnal internasional tercetak, pangkalan

data on-line Pro-Quest dan ScienceDirect, serta

pangkalan data off-line (CD-ROM) TEEAL. Pengadaan

bahan referensi dan bahan pustaka lain terbitan dalam

dan luar negeri dilakukan melalui pembelian maupun

pertukaran. Untuk memanfaatkan secara optimal

informasi dalam pangkalan data, PUSTAKA membuka

akses bagi perpustakaan UK/UPT lingkup Badan

Litbang Pertanian untuk memanfaatkan jurnal ilmiah

teks lengkap yang dimuat dalam Pro-Quest dan

ScienceDirect. Untuk membantu pengguna dalam

memperoleh informasi yang dibutuhkan, berbagai

majalah bibliografis juga diterbitkan, seperti majalah

abstrak, indeks maupun bibliografi komoditas.

Pengelolaan Hak Kekayaan

Intelektual Pertanian

Pengelolaan kekayaan intelektual pertanian tidak

hanya diperlukan untuk mendapatkan sertifikasi HKI

tepat waktu, tetapi juga merangsang inventor untuk

mendaftarkan invensinya. Invensi Badan Litbang

Pertanian yang unggul dan komersial menjadi target

utama untuk mendapatkan perlindungan HKI.

Sampai tahun 2012, jumlah permohonan HKI

mencapai 688, meliputi 172 paten, 46 ciptaan, 40

merek, 38 perlindungan varietas tanaman (PVT), dan

392 varietas. Jumlah invensi yang dilindungi meliputi

10 paten, empat ciptaan, tiga PVT, dan tiga varietas

(Tabel 3).

Tabel 3. Permohonan paten, ciptaan, merk, dan hak perlindungan varietas tanaman (PVT) Badan Litbang Pertanian sampai

dengan 2012.

Pendaftaran/permohonan Sertifikat

Tahun

Paten Ciptaan Merek PVT Var Jumlah Paten Ciptaan Merek PVT Var Jumlah

< 2007 75 13 23 3 14 128 9 9 3 0 11 32

2007 2 - - 2 18 22 7 - - 1 18 26

2008 15 5 7 6 64 97 5 - - 2 57 64

2009 13 10 4 4 104 135 2 1 - 2 100 105

2010 28 5 2 5 80 120 5 9 8 - 80 102

2011 16 6 4 7 86 119 6 1 2 - 86 95

2012 23 7 - 11 26 67 10 4 3 3 - 20

Jumlah 172 46 40 38 392 688 44 24 16 8 352 444

Page 127: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Diseminasi Inovasi Teknologi 127

Tabel 4. Perjanjian lisensi yang disetujui dan ditandatangani pada tahun 2012.

Invensi UK/UPT Mitra kerja sama

Pugam A Balittanah PT Polowijo Glosari

Gliocompost Balithi PT Berdikari

Insektisida Cair Biotris Balittri PT Berdikari

Ayam Kampung Unggul “KUB” Balitnak PT Ayam Kampung Indonesia

Proses Produksi Kopi Luwak Probiotik BPTP Bali PT Zeoprima Indsutri

Proses Produksi Kopi Luwak Probiotik BPTP Bali Koperasi Satmakura

Perangkat Uji Tanah Kering Balittanah Koperasi Puspita

Perangkat Uji Pupuk Balittanah Koperasi Puspita

Perangkat Uji Tanah Sawah Balittanah Koperasi Puspita

Kangkung Varietas Sutera Balitsa PT Agrindo Hartha Mekar

Cabai Keriting Varietas Kencana Balitsa PT Agrindo Hartha Mekar

Bayam Varietas Giti Hijau Balitsa PT Agrindo Hartha Mekar

Mentimun Mars Balitsa Fajar Seed

Cabai Keriting Varietas Kencana Balitsa Fajar Seed

Static Light Trap So-Cell BB Padi PT Sainindo Kurniasejati

Moving Light Trap So-Cell BB Padi PT Sainindo Kurniasejati

Green 200 EC Puslitbangbun PT Sainindo Kurniasejati

Padi hibrida Hipa Jatim1 BB Padi Pemprov Jatim

Padi hibrida Hipa Jatim2 BB Padi Pemprov Jatim

Padi hibrida Hipa Jatim3 BB Padi Pemprov Jatim

Decomposer Orligno Puslitbangbun PT Sainindo Kurniasejati

Pupuk Hayati Biotara Balittra PT Pupuk Kalimantan Timur

Pupuk Urea Berlapis Arang Aktif Balingtan PT Nutrimas Agro Indonesia

Jagung Hibrida Bima 3 Bantimurung Balitsereal PT Golden Indonesia Seed

Feromon Cyl BB Biogen PT Tektonindo Henida Jaya

Feromon Ostri BB Biogen PT Tektonindo Henida Jaya

Feromon Litura BB Biogen PT Tektonindo Henida Jaya

Feromon PBPK BB Biogen PT Tektonindo Henida Jaya

Untuk mempromosikan teknologi hasil penelitian

pertanian kepada pengguna (industri, pemerintah,

dan masyarakat), Badan Litbang Pertanian melakukan

round table meeting (RTM). Pada tahun 2012 telah

dilakukan lima kali RTM untuk komoditas hortikultura,

peternakan, tanaman perkebunan, pascapanen,

tanaman pangan, dan satu kali promosi dan ekspose.

Industri yang berminat mengembangkan teknologi

tersebut diarahkan untuk membuat kesepakatan

(MoU) perjanjian lisensi, yaitu pemberian izin kepada

lisensor untuk mengembangkan, memproduksi, dan

memasarkan produk hasil penelitian dan Badan

Litbang Pertanian sebagai pemberi lisensi akan

mendapat royalti.

Pada tahun 2012 telah ditandatangani 28 per-

janjian lisensi (Tabel 4). Angka ini meningkat

dibandingkan dengan lisensi pada tahun sebelumnya

yang baru mencapai 20 lisensi.

Untuk mengukur kinerja perjanjian lisensi, pada

tahun 2012 telah dilakukan verifikasi invensi yang

dilisensi swasta. Potensi royalti HKI yang telah

dilisensikan kepada swasta mencapai Rp470.523.000.

Usulan pendaftaran HKI pada tahun 2012 me-

ningkat dibanding tahun sebelumnya, namun masih

banyak usulan yang belum memenuhi persyaratan.

Untuk keperluan tersebut diterbitkan tiga panduan

umum, yaitu kriteria penilaian invensi (paten dan

PVT), panduan umum evaluasi invensi, dan panduan

umum verifikasi.

Page 128: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

128 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

Pengembangan Organisasi

Keberhasilan penelitian dalam menghasilkan teknologi ditentukan oleh

sumberdaya yang dimiliki, meliputi sumberdaya manusia, sarana dan

prasarana penelitian dan pengembangan, dana, dan kerja sama dengan

pihak yang kompeten. Tenaga peneliti merupakan penggerak utama

dalam menghasilkan teknologi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan peneliti, antara lain melalui program

pendidikan dan pelatihan. Pada tahun 2008-2012, Badan Litbang

Pertanian telah mengirimkan 204 petugas belajar ke program S3 dan

214 orang ke program S2 di dalam dan luar negeri. Kebun percobaan

dan laboratorium penelitian terus dibenahi dari berbagai aspek. Kerja

sama dengan berbagai pihak di dalam dan luar negeri terus pula

ditingkatkan, baik dalam hal penelitian maupun pengembangan

sumberdaya manusia, sarana, dan program penelitian.

Kantor Pusat Badan Litbang Pertanian di Jalan Ragunan No. 29, Jakarta.

Page 129: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Pengembangan Organisasi 129

Pengembangan Organisasi dan

Kelembagaan

Badan Litbang Pertanian memiliki peran penting dalam

menghasilkan teknologi pertanian yang memiliki nilai

tambah (impact recognition) ekonomi dan nilai ilmiah

(scientific recognition) yang tinggi dalam era yang

kian kompetitif. Perubahan lingkungan strategis, baik

internal maupun eksternal, harus dijawab dengan

meningkatkan prioritas dan kualitas hasil litbang yang

berorientasi pasar baik domestik maupun inter-

nasional, dan berdaya saing tinggi. Guna menjawab

semua itu, Badan Litbang Pertanian perlu didukung

oleh struktur kelembagaan yang kokoh, SDM

kompeten, penajaman program dan pengelolaan

anggaran; sarana dan prasarana yang memadai, dan

pengembangan kerja sama dalam dan luar negeri.

Pengembangan organisasi Badan Litbang

Pertanian secara berkelanjutan dan disesuaikan

dengan dinamika tuntutan perubahan lingkungan

strategis litbang pertanian berperan penting dalam

mendukung pencapaian visi dan misi Badan Litbang

Pertanian. Kebijakan yang bertujuan untuk me-

wujudkan organisasi pemerintah yang efektif dan

efisien telah dilakukan melalui penerbitan dua

peraturan perundangan, yaitu Peraturan Presiden RI

No. 47/2009 tentang Pembentukan dan Organisasi

Kementerian Negara dan Peraturan Presiden No. 24/

2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Eselon I

Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,

Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

Dalam pelaksanaan Permentan No. 61/2010,

Badan Litbang Pertanian terus melakukan penataan

organisasi secara mendasar, dengan mengusulkan

50 unit kerja dan unit pelaksana teknis (UK dan UPT)

lingkup Badan Litbang Pertanian untuk perubahan

nomenklatur dari “Departemen Pertanian” menjadi

“Kementerian Pertanian”. Beberapa kondisi lingkungan

strategis di antaranya adalah penyempurnaan tugas

dan fungsi UK dan UPT lingkup Badan Litbang

Pertanian, juga memaksimalkan fungsi kebun

percobaan (KP), di antaranya: sebagai pendukung

kegiatan penelitian (koleksi plasma nutfah dan

pelaksanaan penelitian), sebagai sumber pendapatan

negara bukan pajak (PNBP) (kebun produksi benih/

buah, penyewaan lahan/alsintan, kerja sama

lainnya), dan sebagai sarana publisitas/diseminasi

(showroom, visitor plot, outlet).

Struktur organisasi Badan Litbang Pertanian pada

tahun 2012 terdiri atas Sekretariat Badan, empat

Puslitbang, dua Pusat, tujuh Balai Besar, 15 Balai

Penelitian, satu Balai Pengelola Alih Teknologi

Pertanian, 31 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

dua Loka Pengkajian Teknologi Pertanian, dan tiga

Loka Penelitian. Struktur organisasinya disajikan pada

Gambar 1.

Sumberdaya Manusia

Pada tahun 2012 Badan Litbang Pertanian didukung

oleh 7.780 pegawai. Dari jumlah tersebut, 3.344

orang (42,98%) adalah tenaga fungsional, yang terdiri

atas Pengawas Bibit Ternak, Perekayasa, Peneliti,

Arsiparis, Pustakawan, Pranata Komputer, Perencana,

Teknisi Litkayasa, Medik Veteriner, Pranata Kehu-

masan, Analis Kepegawaian, Penyuluh, dan Statistisi

(Gambar 2).

Berdasarkan tingkat pendidikan, pegawai Badan

Litbang Pertanian yang berpendidikan S3 sebanyak

397 orang (5,10%), S2 ada 1.100 orang (14,14%),

S1 sebanyak 2.010 orang (25,84%), dan < S1

berjumlah 4.273 orang (54,92%). Komposisi pegawai

menurut tingkat pendidikan pada tahun 2012

disajikan pada Tabel 1. Program pengembangan SDM

melalui pendidikan jangka panjang terus dilakukan

untuk meningkatkan kapasitas sebagai penggerak

penelitian. Selama lima tahun terakhir (2008-2012),

Badan Litbang Pertanian telah mengirimkan 431

petugas belajar ke berbagai perguruan tinggi di luar

dan dalam negeri, yaitu 204 orang untuk program

S3, 214 orang untuk S2, 6 orang untuk S1, 6 orang

untuk D3, dan 1 orang untuk D4.

Berdasarkan sebaran usia, sebagian besar

pegawai berusia 46-55 tahun. Dalam lima tahun ke

depan cukup banyak pegawai yang akan memasuki

usia pensiun. Upaya mengganti pegawai yang pensiun

dilakukan melalui rekruitmen pegawai baru.

Page 130: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

130 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

Tenaga peneliti merupakan penggerak utama

dalam menghasilkan inovasi teknologi. Pada tahun

2012 Badan Litbang Pertanian didukung oleh 1.628

orang peneliti, dan 420 peneliti nonkelas/calon

peneliti (Tabel 2). Jumlah peneliti pada tahun 2012

menurun 0,98% dibanding tahun 2011, karena

sebagian memasuki masa purnatugas. Jumlah peneliti

Badan Litbang Pertanian dirasakan masih kurang

mengingat masih banyaknya tugas penelitian yang

perlu dilakukan. Penambahan jumlah peneliti diupaya-

kan melalui rekruitmen tenaga baru serta melalui

program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang

diselenggarakan LIPI. Pada tahun 2012, Badan Litbang

Pertanian mengirim 100 orang untuk mengikuti diklat

di LIPI. Hingga saat ini Badan Litbang Pertanian

mempunyai 106 Profesor Riset dari berbagai disiplin

ilmu dan 15 di antaranya telah pensiun.

Gambar 1. Struktur organisasi Badan Litbang Pertanian, 2012.

Gambar 2. Komposisi tenaga fungsional

Badan Litbang Pertanian, 2012.

Pengawas Bibit Ternak Teknisi Litkayasa

Perekayasa Medik Veteriner

Peneliti Pranata Kehumasan

Arsiparis Analis Kepegawaian

Pustakawan Label Penyuluh

Pranata Komputer Stastitisi

Perencana

26,35%

0,41%

1,22%

0,19%

10,10%

0,03%0,14%

0,06%0,51%

0,01%

0,03%

0,03% 3,89%

Puslitbangtan Puslitbanghorti Puslitbangbun Puslitbangnak

BB Padi Bbalitvet BBSDLPBB

Pengkajian BB BiogenBB

PascapanenBBPMP

Badan LitbangPertanian

Sekretariat

LolitTungro

Balitkabi

BalitSereal

Balitsa

BalitbuTropika

Balithi

Balitjestro

Balittro

Balittas

Balitka

Balittri

Balitnak

Lolit Sapi

LolitKambing

Balittra

Balittanah

Balingtan

Balitklimat

31 BPTP

PSE-KP PUSTAKA

2 LPTP

Balai PATP

Page 131: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Pengembangan Organisasi 131

Anggaran

Pada tahun 2012, Badan Litbang Pertanian mengelola

anggaran Rp1,28 triliun, dan hibah luar negeri

Rp10,81 miliar. Anggaran tersebut sekitar 7,4% dari

total pagu anggaran Kementerian Pertanian (Rp17,17

triliun), dan naik Rp154,05 miliar (13,7%) dibanding

tahun 2011.

Pengelolaan dan pemanfaatan anggaran

diklasifikasikan dalam tiga jenis belanja, yaitu belanja

pegawai, barang, dan modal. Belanja pegawai

Rp443,92 miliar (34,7%) digunakan untuk gaji,

tunjangan, uang makan, honor, lembur, dan tunjang-

an kompensasi kerja. Belanja barang Rp627,75 miliar

(49,11%) untuk membiayai program dan kegiatan

utama litbang pertanian. Belanja modal Rp206,57

miliar (16,16%) dimanfaatkan untuk pemeliharaan

Tabel 2. Peneliti Badan Litbang Pertanian menurut jenjang peneliti dan usia, 2012.

Usia (tahun)

Jenjang peneliti

25-35 36-45 46-55 >55 Jumlah

Peneliti Utama 2 0 81 178 261

Peneliti Madya 1 42 323 152 518

Peneliti Muda 17 204 231 0 452

Peneliti Pertama 141 179 77 0 397

Peneliti Non Klas 296 68 54 2 420

Jumlah 457 493 766 332 2.048

aset dan pemupukan modal, seperti pembangunan/

renovasi gedung kantor, laboratorium, dan revitalisasi

kebun percobaan; pengadaan perlengkapan sarana

gedung kantor, alat laboratorium, sarana kebun

percobaan, jurnal dan buku ilmiah, serta pemupukan

modal nonfisik lainnya untuk mendukung peningkatan

kapasitas litbang pertanian.

Sarana dan Prasarana

Laboratorium penelitian merupakan sumberdaya

penelitian yang penting dalam menghasilkan inovasi

teknologi. Pada tahun 2012 Badan Litbang Pertanian

memiliki 165 laboratorium penelitian yang tersebar

pada UK/UPT di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis

dan kemampuan laboratorium beragam sehingga

Tabel 1. Perkembangan pegawai Badan Litbang Pertanian menurut pendidikan, 2008-2012.

Jenjang pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

< S1 4.964 4.864 4.818 4.558 4.273

Sarjana (S1) 1.797 1.789 1.910 2.076 2.010

Master (S2) 1.093 1.099 1.098 1.133 1.100

Doktor (S3) 375 372 376 384 397

Jumlah 8.229 8.124 8.202 8.151 7.780

Page 132: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

132 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

upaya meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya

terus dilakukan.

Sebanyak 29 dari 165 laboratorium Badan Litbang

Pertanian sudah mendapat sertifikat ISO-17025-2000

dari Komite Akreditasi Nasional (KAN), yang berarti

telah mendapat pengakuan formal di tingkat nasional,

regional, dan internasional untuk melaksanakan

pengujian, 16 laboratorium dalam proses akreditasi,

dan 120 laboratorium belum terakreditasi. Dalam

jangka panjang, laboratorium Badan Litbang

Pertanian diharapkan dapat menjadi laboratorium

rujukan yang andal dan absah, tempat pelatihan dan

magang, serta sebagai pusat penelitian.

Pengelolaan laboratorium mengacu pada

Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-17025-2000

yang merupakan adopsi dari ISO/IEC 17025:1999 dan

SNI 19-9001:2001 untuk penerapan sistem

manajemen mutu. Pengelolaan laboratorium yang

sesuai dengan standar tersebut diharapkan meng-

hasilkan kinerja yang memiliki daya saing ilmiah dan

komersial.

Akreditasi Laboratorium

Akreditasi laboratorium penelitian Badan Litbang

Pertanian telah dilaksanakan sejak 2002. Labora-

torium pada 16 UK/UPT telah diakreditasi Komite

Akreditasi Nasional berdasarkan SNI 19-17025-2000,

yaitu laboratorium yang terdapat pada Balai Besar

Penelitian Veteriner, Balai Besar Pengembangan

Mekanisasi Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman

Padi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian, Balai Penelitian Kacang-kacangan dan

Umbi-umbian, Balai Penelitian Tanaman Hias, Balai

Penelitian Tanaman Buah Tropika, Balai Penelitian

Tanaman Jeruk dan Buah Sub-Tropika, Balai Peneliti-

an Tanaman Obat dan Aromatik, Balai Penelitian

Ternak, Balai Penelitian Tanah, Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara, BPTP

Sulawesi Selatan, BPTP Yogyakarta, dan BPTP Nusa

Tenggara Barat (Tabel 3).

Kebun Percobaan

Kebun percobaan (KP) mempunyai fungsi utama

mendukung kegiatan litbang di lapangan, selain

sebagai tempat konservasi ex situ sumberdaya

genetik (SDG), produksi benih sumber, show window

inovasi teknologi, kebun produksi, pendukung

ketahanan pangan, media pendidikan, dan wahana

agrowidyawisata. Badan Litbang Pertanian memiliki

119 KP dengan luas total 4.614 ha, tersebar di 43

UPT. Kondisi KP bervariasi, baik luas, status lahan,

pemanfaatan maupun keragaannya, dapat pada

kondisi agroklimat yang berbeda pada dataran rendah

sampai dataran tinggi. Kapasitas KP secara kontinu

ditingkatkan melalui peningkatan anggaran, SDM,

serta sarana dan prasarana. Peningkatan kapasitas

SDM dilakukan melalui pelatihan dan lokakarya

pengelolaan KP. Sementara itu, peningkatan sarana

prasarana dilakukan melalui revitalisasi KP yang

dimulai pada tahun 2011.

Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS)

Keberhasilan diseminasi dan adopsi teknologi varietas

unggul ditentukan antara lain oleh kemampuan

produsen dan industri benih untuk memasok dan

menyediakan benih secara enam tepat hingga ke

petani. Oleh karena itu, sistem perbenihan yang

tangguh (produktif, efisien, berdaya saing, dan

berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung

upaya peningkatan produksi dan mutu produk

pertanian.

Dalam upaya mendukung percepatan penyebar-

an dan adopsi varietas-varietas unggul baru yang telah

dihasilkan, Badan Litbang Pertanian beserta jajaran-

nya, terutama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

berperan penting dalam penyediaan benih sumber

(benih dasar/benih pokok). Hingga tahun 2012, telah

ada 46 satuan kerja pelaksana UPBS lingkup Badan

Litbang Pertanian yang berperan dalam pengelolaan

benih sumber tanaman pangan, tanaman hortikultura,

tanaman perkebunan, serta galur ternak.

Page 133: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Pengembangan Organisasi 133

Pemasukan dan Pengeluaran Benih/

Bibit/Sumberdaya Genetik untuk

Penelitian

Badan Litbang Pertanian mendapat wewenang

memberi izin pemasukan dan pengeluaran sumber-

daya genetik (SDG) untuk penelitian berdasarkan

Permentan No. 37/2011 tentang Pelestarian dan

Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Tanaman.

Kewenangan tersebut meliputi:

1. Izin eksplorasi SDG (pencarian dan pengumpulan,

yang diikuti dengan identifikasi, karakterisasi,

dokumentasi, dan evaluasi) 15 hari kerja.

2. Pemberian tanda daftar kebun koleksi (pengum-

pulan yang diikuti dengan penyimpanan dan

pemeliharaan SDG hasil ekplorasi dalam bentuk

materi maupun informasi SDG) 15 hari kerja.

3. Pemasukan SDG dari luar negeri ke dalam wilayah

RI untuk kepentingan penelitian dan/atau

pemuliaan, 10 hari kerja.

4. Pengeluaran SDG ke luar wilayah RI dalam bentuk

tukar-menukar untuk kepentingan penelitian dan/

atau pemuliaan, 10 hari kerja.

Pada tahun 2012 telah diterbitkan 92 izin, yang

terdiri atas 71 izin pemasukan dan 22 izin pengeluar-

an benih.

Tabel 3. Laboratorium UK/UPT Badan Litbang Pertanian yang sudah memperoleh akreditasi SNI 19-

17025 - 2000.

Satker Jenis laboratorium

BB Padi Laboratorium Proksimat

Balitkabi Laboratorium Tanah

Laboratorium Pemuliaan/Mutu Benih

Laboratorium Servis/Kimia

Balithi Laboratorium Virologi

Balitbu Laboratorium Uji Mutu Benih

Balitjestro Laboratorium Fitopatologi

Laboratorium Pemuliaan

Balitro Laboratorium Servis/Kimia

Bbalitvet Laboratorium Hama/Parasitologi

Laboratorium Bakteriologi

Laboratorium Patologi

Laboratorium Toksikologi/Mikologi

Laboratorium Virologi

Balitnak Laboratorium Servis/Kimia

Laboratorium Fisiologi

Balittanah Laboratorium Servis/Kimia

BB Biogen Laboratorium Biologi Molekuler

Fasilitas Bank Gen

BB Pascapanen Laboratorium Biokimia

Laboratorium Uji Mutu Hasil

BBP Mektan Laboratorium Pengujian Traktor Roda 4

Laboratorium Pengujian Traktor Roda 2

Laboratorium Pengujian Pompa Air Irigasi

Laboratorium Pengujian Pascapanen Biji-bijian

BPTP Sumatera Utara Laboratorium Servis/Kimia

BPTP Yogyakarta Laboratorium Tanah

BPTP Nusa Tenggara Barat Laboratorium Servis/Kimia

BPTP Sulawesi Selatan Laboratorium Tanah dan Tanaman

Page 134: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

134 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

Kerja Sama

Saat ini Badan Litbang Pertanian memiliki kerja sama

penelitian dan pengembangan pertanian yang cukup

luas, baik nasional maupun internasional. Secara

nasional telah terjalin kerja sama penelitian untuk

beberapa komoditas dan bidang masalah yang

melibatkan beberapa lembaga penelitian di bawah

koordinasi Kementerian Ristek, LIPI, BATAN, BPPT, dan

beberapa perguruan tinggi. Untuk mengefektifkan

diseminasi telah dibentuk pula kerja sama dengan

pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat,

pihak swasta, dan instansi pengambil kebijakan di

lingkup maupun di luar Kementerian Pertanian.

Secara internasional, Badan Litbang Pertanian juga

terlibat dalam jejaring kerja sama, baik bilateral,

multilateral maupun regional.

Dalam Negeri

Kerja sama dalam negeri adalah kesepakatan untuk

melakukan penelitian dan pengembangan antara UK/

UPT Badan Litbang Pertanian dengan mitra kerja

sama dalam negeri seperti pemerintah daerah,

perusahaan swasta, BUMN, lembaga swadaya

masyarakat, perguruan tinggi, dan lembaga lainnya.

Kegiatan penelitian dan pengembangan meliputi

penelitian, pengembangan, pengkajiaan, pereka-

yasaan, pemetaan, bimbingan teknologi, evaluasi/

karakterisasi sumberdaya pertanian, serta pertukaran

dan pemanfaatan informasi. Kerja sama dalam negeri

dilakukan secara formal institusional dan bersifat

kontraktual yang dituangkan ke dalam nota ke-

sepakatan (memorandum of understanding), atau

bersifat nonkontraktual yang dituangkan ke dalam

surat kesepakatan para pihak.

Pada tahun 2012 Badan Litbang Pertanian

mengelola 537 kerja sama dalam dan luar negeri,

terdiri atas kerja sama dengan Kementerian Ristek

melalui program insentif dengan 214 judul kegiatan,

diikuti kerja sama kemitraan 91 unit, kerja sama

penelitian dengan pemerintah provinsi dan kabupaten

91 unit, hibah 74 unit, program KKP3T 37 unit, dan

swasta 30 unit.

Luar Negeri

Kerja sama luar negeri meliputi kerja sama dengan

lembaga penelitian asing, organisasi internasional,

perguruan tinggi asing, swasta asing, dan lembaga

swadaya masyarakat asing. Badan Litbang Pertanian

telah melakukan kerja sama penelitian di bidang

pertanian dengan berbagai mitra internasional,

seperti ACIAR (Australian Centre for International

Agricultural Research), CSIRO (Commonwealth

Scientific and Industrial Research Organisation), JICA

(Japan International Cooperation Agency), JIRCAS

(Japan International Research Center for Agricultural

Sciences), Amarta, Ansoft, RDA (Rural Development

Administration, AFACI (Asian Food and Agriculture

Cooperation Initiative), US Department of State,

CIMMYT (International Maize and Wheat Improve-

ment Center), CIRAD (Centre de Cooporation

International en Recherche Agronomicque le Develop-

ment), IRRI (International Rice Research Institute),

FAO (Food and Agriculture Organization), Yuan

Longping Ltd, HORTIN II, Gent University, MAFF

(Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries) Japan,

AMNET, ICRAF (The World Agroforestry Centre),

ICCTF (Indonesia Climate Change Trust Fund), IDRC

(International Development Research Centre), IAEA

(International Atomic Energy Agency), CIP (Inter-

national Potato Centre), Biodiversity International,

IPNI (International Plant Names Index), IOM,

Malaysian Rubber Research Institute, UNDP (United

Nations Development Programme), IRRI, GIZ,

Murdoch University, IFPRI (International Food Policy

Research Institute), University of Queensland, IPI

(International Potash Institute), REDD ALERT, dan

World Bank.

Kerja sama luar negeri diarahkan untuk lebih

meningkatkan akses terhadap inovasi di bidang

pertanian yang dihasilkan oleh Pusat-Pusat Penelitian

Internasional untuk mendukung kegiatan penelitian

di lingkup Badan Litbang Pertanian. Kerja sama luar

negeri juga bertujuan untuk meningkatkan kompe-

tensi peneliti/perekayasa Badan Litbang Pertanian di

dunia internasional. Kerja sama dilakukan secara

formal kelembagaan dengan didasarkan atas

persamaan kedudukan yang saling menguntungkan

Page 135: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

Pengembangan Organisasi 135

dan dilaksanakan dengan sistem pengendalian yang

ketat.

Kerja sama luar negeri dilaksanakan melalui

skema kerja sama bilateral, regional, dan multi-

lateral. Kerja sama bilateral merupakan kerja sama

yang dilaksanakan oleh dua negara melalui

government to government (G to G) maupun private

to private (P to P). Kerja sama regional dilakukan

dengan beberapa negara yang berada dalam satu

kawasan dan kepentingan tertentu seperti ASEAN

(Association of Southeast Asia Nations), dan APEC

(Asia Pacific Economic Cooperation). Kerja sama

multilateral dilaksanakan dengan banyak negara,

misalnya FAO (Food and Agriculture Organization),

WHO (World Health Organization), dan CGIAR

(Consultative Group on International Agricultural

Organization).

Pada tahun 2012 Badan Litbang Pertanian

mengelola 27 kerja sama luar negeri, terdiri atas

kerja sama bilateral dan kerja sama multilateral.

Perkembangan jumlah kerja sama penelitian dalam

dan luar negeri selama 5 tahun terakhir (2008-2012)

disajikan terdapat pada Tabel 4.

Kerja Sama Kemitraan Penelitian Pertaniandengan Perguruan Tinggi (KKP3T)

Tahun 2012 merupakan tahap akhir pelaksanaan

program KKP3T yang didanai Badan Litbang Pertanian.

Oleh karena itu, program KKP3T pada tahun 2012

hanya mendanai proposal lanjutan tahun kedua dan

ketiga yang berpotensi HKI (Hak Kekayaan

Intelektual). Melalui proses seleksi, terdapat 37

proposal dari 10 perguruan tinggi yang layak didanai

dengan total dana Rp3,76 miliar dengan rata-rata

biaya per proposal Rp101,32 juta. Penelitian aplikasi

teknologi informasi dan tanaman pangan mendapat

pendanaan lebih besar dibandingkan dengan

penelitian lainnya, masing-masing Rp883,07 juta dan

Rp781,90 juta. Penelitian hortikultura memiliki rata-

rata biaya per proposal terbesar, yakni Rp147,23 juta.

Dari perguruan tinggi, IPB mempunyai 18 proposal

(48,7%), diikuti BINUS 8 proposal (21,6%), dan UGM

3 proposal (8,1%).

Program Insentif Peningkatan KemampuanPeneliti dan Perekayasa

Program ini merupakan kerja sama dengan

Kementerian Riset dan Teknologi yang telah

berlangsung sejak tahun anggaran 2009, yang pada

awalnya bernama SINTA (Sinergi Penelitian dan

Pengembangan Pertanian) yang didanai oleh

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian

Pendidikan Nasional. Mulai tahun anggaran 2010 dan

seterusnya, program ini didanai oleh Kementerian

Riset dan Teknologi. Pada tahun anggaran 2012,

terdapat 229 usulan proposal dengan usulan biaya

Rp46,1 miliar. Proposal yang disetujui adalah 214

proposal dengan dana Rp42,3 miliar. Pengkajian

teknologi pertanian mendapat biaya terbesar (Rp19,45

miliar) dan penelitian sosial-ekonomi pertanian

mendapat biaya rata-rata per proposal tertinggi

(Rp250 juta).

Tabel 4. Jumlah kerja sama penelitian dalam dan luar

negeri, 2008-2012.

Jumlah kerja sama

Tahun

Dalam negeri Luar negeri

2008 2051) 77

2009 8881) 45

2010 5822) 41

2011 5982) 65

2012 362) 27

1)termasuk KKP3T2)termasuk KKP3T dan SINTA/ Insentif

Page 136: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

137Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Unit Kerja Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sekretariat Badan Penelitian danPengembangan Pertanian (Sekretariat Badan)Jalan Ragunan No. 29, PasarmingguJakarta 12540Telp. (021) 7505395, 7806202Faks. (021) 7800644E-mail : [email protected] : http://litbang.deptan.go.id

Pusat Penelitian dan Pengembangan TanamanPangan (Puslitbangtan)Jalan Merdeka No. 147, Bogor 16111Telp. (0251) 8334089, 8331718Faks. (0251) 8312755E-mail : [email protected]

[email protected] : http://puslittan.bogor.net

Pusat Penelitian dan PengembanganHortikultura (Puslitbanghorti)Jalan Ragunan No. 29A, PasarmingguJakarta 12540Telp. (021) 7805768, 7892205Faks. (021) 7805135E-mail : [email protected] : http://litbang.hortikultura.go.id

Pusat Penelitian dan PengembanganPerkebunan (Puslitbangbun)Jalan Tentara Pelajar No. 1, Bogor 16111Telp. (0251) 8313083, 836194, 8329305Faks. (0251) 8336194E-mail : [email protected] : http://perkebunan.litbang.deptan.go.id

Pusat Penelitian dan PengembanganPeternakan (Puslitbangnak)Jalan Raya Pajajaran Kav. E-59, Bogor 16143Telp. (0251) 8322185, 8328383, 8322138Faks. (0251) 8328382E-mail : [email protected] : http://peternakan.litbang.deptan.go.id

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian(PSE-KP)Jalan Ahmad Yani No. 70, Bogor 16161Telp. (0251) 8333964Faks. (0251) 8314496E-mail : [email protected] : http://pse.litbang.deptan.go.id

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran TeknologiPertanian (PUSTAKA)Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122Telp. (0251) 8321746Faks. (0251) 8326561E-mail : [email protected] : http://pustaka.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Pengembangan MekanisasiPertanian (BBPMP)Situgadung, Legok, Tangerang, Kotak Pos 2,Serpong 15310Telp. (021) 5376787, 70936787Faks. (021) 71695497E-mail : [email protected] : http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Penelitian dan PengembanganBioteknologi dan Sumberdaya GenetikPertanian (BB Biogen)Jalan Tentara Pelajar No. 3 A, Bogor 16111Telp. (0251) 8337975, 8339793Faks. (0251) 8338820E-mail : [email protected] : http://biogen.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Penelitian dan PengembanganPascapanen Pertanian (BB Pascapanen)Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114Telp. (0251) 8321762, 8350920Faks. (0251) 8321762E-mail : [email protected] : http://pascapanen.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Penelitian dan PengembanganSumberdaya Lahan Pertanian(BB SDLP)Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114Telp. (0251) 8323012, 8327215Faks. (0251) 8311256E-mail : [email protected] : http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Jalan Raya No. 9, Sukamandi, Subang 41172Telp. (0260) 520157Faks. (0260) 520158E-mail : [email protected] : http://bbpadi.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet)Jalan R.E. Martadinata No. 30, Kotak Pos 52Bogor 16114Telp. (0251) 8331048, 8334456Faks. (0251) 8336425E-mail : [email protected] : http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian (BB Pengkajian)Jalan Tentara Pelajar No. 10, Bogor 16114Telp. (0251) 8351277Faks. (0251) 8350928E-mail : [email protected] : http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id

Page 137: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

138 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian(Balai PATP)Jalan Salak No. 22, Bogor 16151Telp. (0251) 8382563, 8382567Faks. (025) 8382567E-mail : [email protected] : http://bpatp.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan danUmbi-umbian (Balitkabi)Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66Malang 65101Telp. (0341) 801468Faks. (0341) 801496E-mail : [email protected]

[email protected] : http://balitkabi.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal)Jalan Dr. Ratulangi, Kotak Pos 173 Maros 90514Telp. (0411) 371529Faks. (0411) 371961E-mail : [email protected] : http://balitsereal.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)Jalan Tangkuban Perahu 517 LembangBandung 40391Telp. (022) 2786245Faks. (022) 2786416E-mail : [email protected] : http://balitsa.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi)Jalan Raya Ciherang, Kotak Pos 8 SDLSegunung Pacet, Cianjur 43252Telp. (0263) 517056, 514138Faks. (0263) 514138E-mail : [email protected] : http://balithi.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika(Balitbu Tropika)Jalan Raya Solok Aripan km 8, Kotak Pos 5Solok 27301Telp. (0755) 20137Faks. (0755) 20592E-mail : [email protected] : http://balitbu.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan BuahSubtropika (Balitjestro)Jalan Raya Tlekung No. 1, Junrejo, Kota Batu 65301Telp. (0341) 592683Faks. (0341) 593047E-mail : [email protected] : http://balitjestro.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat(Balittro)Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111Telp. (0251) 8321879Faks. (0251) 8327010E-mail : [email protected] : http://balittro.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar(Balittri)Jalan Raya Pakuwon km 2, ParungkudaSukabumi 43357Telp. (0266) 7070941Faks. (0266) 6542087E-mail : [email protected]

[email protected] : http://balittri.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Palma (Balitka)Jalan Bethesda II, Mapanget, Kotak Pos 1004Manado 95001Telp. (0431) 812430Faks. (0431) 812017E-mail : [email protected] : http://balitka.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat(Balittas)Jalan Raya Karangploso km 4, Kotak Pos 199Malang 65152Telp. (0341) 491447Faks. (0341) 485121E-mail : [email protected] : http://balittas.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Ternak (Balitnak)Jalan Banjarwaru, CiawiKotak Pos 221Bogor 16002Telp. (0251) 8240752Faks. (0251) 8240754E-mail : [email protected]

[email protected] : http://balitnak.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanah (Balittanah)Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114Telp. (0251) 8336757Faks. (0251) 8321608E-mail : [email protected] : http://balittanah.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi(Balitklimat)Jalan Tentara Pelajar No.1 A, Bogor 16111Telp. (0251) 8312760Faks. (0251) 8312760E-mail : [email protected] : http://balitklimat.litbang.deptan.go.id

Page 138: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

139Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra)Jalan Kebun Karet Lok Tabat Utara, Kotak Pos 31Banjarbaru 70712Telp. (0511) 4772534Faks. (0511) 4773034E-mail : [email protected] : http://balittra.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian(Balingtan)Jalan Raya Jakenan, Jaken km 5, Kotak Pos 5, JakenPati 59182Telp. (0295) 883927Faks. (0295) 883927E-mail : [email protected] : http://balingtan.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Nanggroe Aceh DarussalamJalan P. Nyak Makam No. 27, Kotak Pos 41,Lampineung, Banda Aceh 23125Telp. (0651) 7551811Faks. (0651) 7552077E-mail : [email protected]

[email protected] : http://nad.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sumatera UtaraJalan Jend. A.H. Nasution No.1B, Kotak Pos 7 MDGJMedan 20143Telp. (061) 7870710Faks. (061) 7861020E-mail : [email protected] : http://sumut.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sumatera BaratJalan Raya Padang-Solok, km 40, SukaramiSolok 27366Telp. (0755) 31122, 31564Faks. (0755) 731138E-mail : [email protected] : http://sumbar.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)RiauJalan Kaharudin Nasution km 40Padang Marpoyan, Kotak Pos 1020Pekanbaru 10210Telp. (0761) 674206Faks. (0761) 674206E-mail : [email protected]

[email protected] : http://riau.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)JambiJalan Samarinda KotabaruKotak Pos 118, Kotabaru 36128Jalan Jambi-Palembang km 16, Desa Pondok Meja,Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro JambiTelp. (0741) 7053525, 40174Faks. (0741) 40413E-mail : [email protected]

[email protected] : http://jambi.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sumatera SelatanJalan Kolonel H. Barlian km 6Kotak Pos 1265, Palembang 30153Telp. (0711) 410155Faks. (0711) 411845E-mail : [email protected] : http://sumsel.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Bangka BelitungJalan Mentok km 4, Pangkalpinang 33134Telp. (0717) 421797, 422858Faks. (0717) 421797E-mail : [email protected] : http://babel.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)BengkuluJalan Irian km 6,5Kotak Pos 1010, Bengkulu 38119Telp. (0736) 23030Faks. (0736) 23030E-mail : [email protected] : http://bengkulu.litbang.dptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)LampungJalan Z.A. Pagar Alam No. 1A RajabasaBandar Lampung 35145Telp. (0721) 781776, 701328Faks. (0721) 705273E-mail : [email protected] : http://lampung.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)BantenJalan Raya Ciptayasa km 01, CiruasSerang 42182Telp. (0254) 280093, 281055Faks. (0254) 282507E-mail : [email protected]

[email protected] : http://banten.litbang.deptan.go.id

Page 139: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

140 Laporan Tahunan 2012: Inovasi Teknologi Menuju Pertanian Berkelanjutan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Jawa BaratJalan Kayuambon No. 80, Kotak Pos 8495, LembangBandung 40391Telp. (022) 2786238Faks. (022) 2789846E-mail : [email protected]

[email protected] : http://jabar.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)DKI JakartaJalan Ragunan No.30, PasarmingguKotak Pos 7321/JKSPM, Jakarta 12540Telp. (021) 78839949, 7815020Faks. (021) 7815020E-mail : [email protected]

[email protected] : http://jakarta.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Jawa TengahBukit Tegalepek, Sidomulyo,Kotak Pos 101 Ungaran 50501Telp. (024) 6924965, 6924967Faks. (024) 6924966E-mail : [email protected] : http://jateng.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)YogyakartaRingroad Utara Jalan Karangsari Wedomartani,Ngemplak, Sleman, Kotak Pos 1013Yogyakarta 55010Telp. (0274) 884662Faks. (0274) 562935E-mail : [email protected]

[email protected] : http://yogya.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Jawa TimurJalan Raya Karangploso km 4, Kotak Pos 188Malang 65101Telp. (0341) 494052Faks. (0341) 471255E-mail : [email protected]

[email protected] : http://jatim.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)BaliJalan By Pass Ngurah Rai, PasanggaranKotak Pos 3480, Denpasar 80222Telp. (0361) 720498Faks. (0361) 720498Email : [email protected]

[email protected] : http://bali.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Nusa Tenggara BaratJalan Raya Paninjauan NarmadaKotak Pos 1017, Mataram 83010Telp. (0370) 671312Faks. (0370) 671620E-mail : [email protected] : http://ntb.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Nusa Tenggara TimurJalan Timor Raya km 32, Kotak Pos 1022 Naibonat,Kupang 85362Telp. (0380) 833766Faks. (0380) 829537E-mail : [email protected] : http://ntt.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Kalimantan BaratJalan Budi Utomo No. 45 Siantan Hulu,Kotak Pos 6150, Pontianak 78061Telp. (0561) 882069Faks. (0561) 883883E-mail : [email protected]

[email protected] : http://kalbar.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Kalimantan TengahJalan G. Obos km 5, Kotak Pos 122Palangkaraya 73111Telp. (0536) 3329662Faks. (0536) 3331416E-mail : [email protected]

[email protected] : http://[email protected]

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Kalimantan TimurJalan P.M. Noor, Sempaja,Kotak Pos 1237, Samarinda 75119Telp. (0541) 220857Faks. (0541) 220857E-mail : [email protected] : http://kaltim.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Kalimantan SelatanJalan Panglima Batur Barat No. 4Kotak Pos 1018 & 1032, Banjarbaru 70711Telp. (0511) 4772346Faks. (0511) 4781810E-mail : [email protected]

[email protected]@yahoo.com

Website : http://kalsel.litbang.deptan.go.id

Page 140: Pengantar T - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan 2012.pdf · di Batam, Riau , 10-14 ... 319.900 ha di Kabupaten Luwu dan Kota Palopo.

141Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sulawesi UtaraJalan Kampus Pertanian Kalasey, Kotak Pos 1345Manado 95013Telp. (0431) 836637Faks. (0431) 838808E-mail : [email protected]

[email protected] : http://sulut.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sulawesi TengahJalan Lasoso No. 62, BiromaruKotak Pos 51 PaluTelp. (0451) 482546Faks. (0451) 482549E-mail : [email protected]

[email protected] : http://sulteng.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sulawesi SelatanJalan Perintis Kemerdekaan km 17,5Kotak Pos 1234, Makassar 90242Telp. (0411) 556449Faks. (0411) 554522E-mail : [email protected] : http://sulsel.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Sulawesi TenggaraJalan Prof. Muh. Yamin No. 89, Kotak Pos 55Kendari 93114Telp. (0401) 312571Faks. (0401) 313180E-mail : [email protected] : http://sultra.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)GorontaloJalan Kopi No. 270, Desa Iloheluma, KecamatanTilongkabila, Kabupaten Bone BolangoGorontalo 96183Telp. (0435) 827627Faks. (0435) 827627E-mail : [email protected] : http://gorontalo.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)MalukuJalan Laksdya Leo Wattimena-WaiheruKotak Pos 204 Passo, Ambon 97232Telp. (0911) 3303865Faks. (0911) 322542E-mail : bptp-maluku@litbang. deptan.go.idWebsite : http://maluku.litbang. deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Maluku UtaraKomplek Pertanian Kusu, Kecamatan Oba UtaraKota Tidore Kepulauan 97000Telp. (0921) 326350Faks. (0921) 326350E-mail : [email protected]

[email protected] : http://malut.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)PapuaJalan Yahim No. 49, Sentani, Kotak Pos 256, SentaniJayapura 99352Telp. (0967) 592179Faks. (0967) 591235E-mail : [email protected] : http://papua.litbang.deptan.go.id

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Papua BaratJalan Amban Pantai WaidemaKotak Pos 254, Manokwari 98314Telp. (0986) 213182, 211377Faks. (0986) 212052E-mail : [email protected] : http://papuabarat.litbang.deptan.go.id

Loka Pengkajian Teknologi PertanianKepulauan RiauJalan Pelabuhan Sungai Jang No. 38Tanjung PinangTelp. (0771) 22153Faks. (0771) 313299E-mail : [email protected]

Loka Pengkajian Teknologi Pertanian SulawesiBaratJalan Martadinata No. 16Mamuju, Sulawesi BaratTelp. (0426) 22547Faks. (0426) 22547E-mail : [email protected] : http://sulbar.litbang.deptan.go.id