Pengantar Perpajakan pertemuan I

47
© Made Dudy Satyawan SE.,Ak.,M.Si Made Dudy Satyawan SE.,Ak.,M.Si UNESA – FE AKT 2011 UNESA – FE AKT 2011

description

 

Transcript of Pengantar Perpajakan pertemuan I

Page 1: Pengantar Perpajakan pertemuan I

© Made Dudy Satyawan Made Dudy Satyawan SE.,Ak.,M.SiSE.,Ak.,M.Si

UNESA – FE AKT 2011UNESA – FE AKT 2011

Page 2: Pengantar Perpajakan pertemuan I
Page 3: Pengantar Perpajakan pertemuan I
Page 4: Pengantar Perpajakan pertemuan I

@ Two Way’s Communications@ Participative

Active

Page 5: Pengantar Perpajakan pertemuan I
Page 6: Pengantar Perpajakan pertemuan I
Page 7: Pengantar Perpajakan pertemuan I

“kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

Page 8: Pengantar Perpajakan pertemuan I

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”

Page 9: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan;

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung oleh pemerintah terhadap wajib pajak;

Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah;

Page 10: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Pajak ditujukan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah;

Pajak mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu reguler;

Page 11: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Fungsi Penerimaan (Budgetair)Yaitu sebagai sumber dana yang digunakan untuk pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri

Fungsi Mengatur (Regulerend)Yaitu sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Contoh: terhadap minuman keras dan barang mewah dikenakan pajak yang tinggi. Kebalikannya, tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% diberikan untuk mendorong ekspor produk indonesia di pasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa negara. Bersambung……………….

.

Page 12: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Fungsi Alokasi (Sumber Pembiayaan Pembangunan)Yaitu Pajak yang telah dihimpun negara dialokasikan untuk pembiayaan pembangunan disegala bidang. Contoh: Pembiayaan Infrastruktur Publik (jalan, jembatan, gedung pemerintahan dll) dan pembayaran gaji PNS, TNI/Polri.

Fungsi Distribusi (Alat Pemerataan Pendapatan)Yaitu Pajak yang telah diterima pemerintah digunakan untuk pembagunan disegala bidang sehingga diharapkan pembangunan dapat merata. Contoh: Pajak yang bersumber dari daerah oleh pemerintah pusat dikembalikan peruntukkannya kepada masing-masing daerah untuk dikelola (Pajak Bumi dan Bangunan, sumber PMK No.74 Th.2011).

Page 13: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Hukum PerdataYaitu mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya. Seperti : pendapatan, kekayaan, pemindahan hak warisan dll.

Hukum PublikYaitu mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hukum ini dapat dirinci lagi sbb : Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha (Hukum Administrasi), Hukum Pajak (Materiil & Formil), Hukum Pidana.

Bersambung………………..

Page 14: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Hukum Pajak MateriilMemuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak.Contoh: UU PPh, UU PPN

Hukum Pajak Formilmemuat bentuk / tata cara untuk mewujudkan hukum pajak materiil menjadi kenyataan, hukum pajak formal ini memuat: Tata cara penetapan (prosedur) utang pajak Hak-hak fiskus untuk mengawasi WP mengenai keadaan,

perbuatan dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak

Kewajiban WP, misal penyelenggaraan pembukuan / pencatatan dan hak-hak Wajib Pajak mengajukan keberatan dan banding

Contoh: UU KUP

Page 15: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Official Assessment System Fiskus berwenang untuk menentukan jumlah pajak

terutang Wajib Pajak bersifat pasif Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya SKP oleh fiskus

Self Assessment System Sistem pemungutan pajak dimana WP menghitung,

membayarkan dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar

Withholding System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang oleh WP

Page 16: Pengantar Perpajakan pertemuan I

EQUALITY = Pajak bersifat final adil dan merata

CERTAINTY = Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang

CONVINIENCE = Pajak dikenakan saat tidak menyulitkan WP ( Pay as you earn)

ECONOMY = Biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban minimal

Bersambung………………..

Page 17: Pengantar Perpajakan pertemuan I

EQUALITY, Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima.

Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta

Bersambung………………..

Page 18: Pengantar Perpajakan pertemuan I

CERTAINTY, Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang

Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar serta batas waktu pembayaran

Bersambung………………..

Page 19: Pengantar Perpajakan pertemuan I

CONVINIENCE, Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak.

Sebagai contoh pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn

Bersambung………………..

Page 20: Pengantar Perpajakan pertemuan I

ECONOMY, Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak

Page 21: Pengantar Perpajakan pertemuan I
Page 22: Pengantar Perpajakan pertemuan I

TEORI ASURANSI, Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

Tepatkah Teori Ini ?

Bersambung………………..

Page 23: Pengantar Perpajakan pertemuan I

TEORI KEPENTINGAN, Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (perlindungan jiwa dan harta benda) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

Tepatkah Teori Ini ?

Bersambung………………..

Page 24: Pengantar Perpajakan pertemuan I

TEORI DAYA PIKUL, Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai daya pikul masing-masing orang. Terdapat 2 pendekatan u/ mengukurnya:

Unsur Objektif, yaitu melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yg dimiliki seseorang.

Unsur Subjektif, yaitu dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi.

Contoh :

Simpulan : secara objektif PPh u/ keduanya adalah sama, tapi secara subjektif PPh u/ Tn A lebih kecil dari Tn B, karena kebutuhan materiil yg harus dipenuhi Tn.A lebih besar Bersambung……………….

.

Tuan A Tuan B

Penghasilan per Bulan

Rp. 2 juta Rp. 2 juta

Status Menikah dgn 2 anak

bujangan

Page 25: Pengantar Perpajakan pertemuan I

TEORI BAKTI, Disebut juga teori kewajiban pajak mutlak, pembayaran pajak sebagai bukti bakti rakyat kepada negara. Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pd hub rakyat dgn negaranya.

Tepatkah Teori Ini ?

Bersambung………………..

Page 26: Pengantar Perpajakan pertemuan I

TEORI ASAS DAYA BELI, dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Memungut pajak berarti menarik/memompa daya beli dari rumah tangga masyarakat u/ rumah tangga negara. Dimana negara menyalurkan kembali dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.

Tepatkah Teori Ini ?

Page 27: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Menurut golongan:Pajak langsung ->Pajak tidak langsung ->

No

Pajak Langsung Pajak Tidak Langsung

1 Dipungut setahun sekali Dipungut setiap terjadi transaksi

2 Tidak dilimpahkan kepada orang lain

Bisa dilimpahkan kepada orang lain

3 Contohnya PPh, PBB, dan pajak sejenis.

Contohnya, pajak penjualan, PPN, BBN, dan pajak sejenis.

Bersambung………………..

Page 28: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Menurut sifat:

Pajak subyektif -> berpangkal pada subyeknya, selanjutnya dicari syarat obyektifnya dengan memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: PPh

Pajak obyektif -> berpangkal pada obyeknya tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: PPN

Bersambung………………..

Page 29: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Menurut pemungutannya:

Pajak Pusat

• Pajak Penghasilan• Pajak Pertambahan Nilai & PPn BM• Bea Meterai• Pajak Bumi dan Bangunan• Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan

PAJAK DAERAH

PAJAK PROPINSI

PAJAK KABUPATEN

Bea Balik Nama Pajak Kendaraan

Pajak Hotel & RestoranPajak HiburanPajak Radio

Page 30: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Stelsel Nyata (Riel Stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yg

nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yg sesungguhnya diketahui.

Stelsel Anggapan (fictieve Stelsel) Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk tahun pajak berjalan.

Stelsel Campuran Merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian di akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.

Page 31: Pengantar Perpajakan pertemuan I

©Indonesia menganut stelsel pajak yang mana menurut pengetahuan

saudara ?

Tugas !!!Berikan Resume Saudara (tiap kelompok) beserta pernyataan

perbandingan kebaikan dan kelemahan dari stelsel pajak lainnya

(Presentasi Pertemuan Ke II @ 10 menit masing-masing kelompok)

Page 32: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal) Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh

pengahasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik sumber penghasilan diperoleh dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.Contoh : Tuan Untung WNI, bertempat tinggal di Surabaya-Indonesia yg menurut peraturan perpajakan di Indonesia dikategorikan sebagai WP DN. Pada tahun 2010 Tuan Untung memperoleh penghasilan atas usahanya di negara Singapura sebesar Rp. 2.5 Milyar, dan dari dalam negeri memperoleh penghasilan sebesar Rp. 1,5 Milyar. Hasil investasinya pada tahun 2009 di Hongkong sebesar Rp. 500 juta

Berapakah penghasilan Tuan Untung yang dikenakan pajak di Indonesia pada tahun 2010 ?Bersambung……………….

.

Page 33: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang

bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. Setiap orang yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya .Contoh : Nakamura warga negara jepang yang pada bulan Agustus 2011 memperoleh penghasilan dari perusahaan di Indonesia sebesar Rp. 200.000.000 dan dari Singapura sebesar USD 3,500. Menurut peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia , Nakamura bukan WP DN.

Berapakah penghasilan Tuan Nakamura yang dikenakan pajak di Indonesia pada bulan Agustus

2011 ?Bersambung……………….

.

Page 34: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Asas Kebangsaan Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak

dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia tetapi bertempat tinggal di Indonesia.

Page 35: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Ajaran FormilUtang pajak timbul karena dikeluarkannya

surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official assesment system

Ajaran MateriilUtang pajak timbul karena berlakunya undang-

undang. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assesment system

Page 36: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Pembayaran/Pelunasan, Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pemotongan/pemungutan oleh pihak lain, pengkreditan pajak luar negeri, maupun pembayaran sendiri oleh wajib pajak ke kantor penerima pajak (bank-bank persepsi dan kantor pos).

Bersambung………………..

Page 37: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Kompensasi, Kompensasi yang diakibatkan oleh kerugian

contoh : Pada awal pendirian usaha tahun 2009 wajib pajak PT. XYZ menderita kerugian usaha sebesar Rp. 500 juta. Pada tahun 2010 mulai mendapatkan laba sebesar Rp. 250 juta. Seharusnya pada tahun 2010, WP PT.XYZ terutang pajak penghasilan sebesar persentase tertentu dari laba tahun 2010. tapi utang pajak 2010 terhapus karena jumlah kerugian pada tahun 2009 dapat dikompensasikan atau dikurangkan dari laba tahun 2010.

Kerugian suatu usaha dapat dikompensasikan pd tahun-tahun setelahnya dengan jangka waktu paling lama 5 tahun

Bersambung………………..

Page 38: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Kompensasi, Kompensasi yang diakibatkan oleh kelebihan

pembayaran pajakcontoh : WP PT.ABC pada tahun 2009 membayar pajak sebesar Rp. 8 juta. Setelah dilakukan perhitungan kembali pada akhir tahun 2009 diketahui pajak terutang sebenarnya adalah Rp. 5 juta. Kelebihan pembayaran sebesar Rp. 3 juta di tahun 2009 dpt dikompensasikan atau dikurangkan dari total pajak pada tahun 2010.

Bersambung………………..

Page 39: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Daluwarsa

Daluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Dalam Pasal 22 (1) UU KUP, utang pajak akan daluwarsa setelah melewati waktu 5 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan

Pembebasan dan PenghapusanKewajiban pajak oleh WP tertentu dinyatakan hapus oleh fiskus karena setelah dilakukan penyidikan ternyata WP tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena WP mengalami kebangkrutan maupun mengalami kesulitan likuiditas.

Page 40: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Perlawanan Pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yg disebabkan karena : Perkembangan intelektual dan moral masyarakat, Sistem perpajakan yang sulit dipahami masyarakat, dan Sistem kontrol tdk dpt dilaksanakan dengan baik

Perlawanan Aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kpd fiskus dgn tujuan u/ menghindari pajak. Antara lain : Tax Avoidance (usaha meringankan beban pajak dgn tidak melanggar UU Pajak) ; Tax Evasion (usaha meringankan beban pajak dgn cara melanggar UU Pajak)

Page 41: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Tarif TetapTarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapa pun besarnya dasar pengenaan pajak. Contoh : Bea Materai dikenakan sebesar Rp. 6.000 u/ pembayaran dgn kwitansi, cek atau BG.

No. Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak

1 Rp. 1.000.000 Rp. 6.000

2 Rp. 2.000.000 Rp. 6.000

3 Rp. 5.750.000 Rp. 6.000

4 Rp. 50.000.000 Rp. 6.000

Bersambung………………..

Page 42: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Tarif Proposional (Sebanding)Tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya tetap terhadap berapa pun dasar pengenaan pajaknya. Semakin besar dasar pengenaan pajak maka besar pula jumlah pajak terutangnya. Contoh : Tarif PPN 10%No. Dasar Pengenaan

PajakTarif Pajak Utang Pajak

1 Rp. 1.000 10% Rp. 100

2 Rp. 20.000 10% Rp. 2.000

3 Rp. 500.000 10% Rp. 50.000

4 Rp. 90.000.000 10% Rp. 9.000.000

Bersambung………………..

Page 43: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Tarif ProgresifTarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. Contoh : Tarif PPh WP OP DNLapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Rp. 0 s/d Rp. 25.000.000 5%

Di atas Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 10%

Di atas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15%

Di atas Rp. 100.000.000 s/d Rp. 200.000.000 25%

Di atas Rp. 200.000.000 35%

Bersambung………………..

Page 44: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Tarif ProgresifTarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. Contoh : Tarif PPh WP Bentuk Usaha Tetap (BUT)Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Rp. 0 s/d Rp. 50.000.000 10%

Di atas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15%

Di atas Rp. 100.000.000 30%

Bersambung………………..

Page 45: Pengantar Perpajakan pertemuan I

Tarif DegresifPersentase Tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak

Rp. 50.000.000 30%

Rp. 100.000.000 20%

Rp. 200.000.000 10%

Bersambung………………..

Page 46: Pengantar Perpajakan pertemuan I

* Dasar Reformasi Perpajakan:

Penerimaan negara sudah tdk mungkin lagi hanya mengandalkan penerimaan dari sektor migas.

* Tujuan Reformasi Perpajakan:

Menegakkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional.

Menggali segenap potensi pajak yang ada, karena semakin banyaknya jumlah wajib pajak potensial.

* Hasil Reformasi Perpajakan:

Terjadinya perubahan undang-undang perpajakan.

Terjadinya perubahan sistem perpajakan yang diterapkan dari sistem pemungutan Official Assessment menjadi Self Assessment, didukung dgn Witholding System.

Terjadinya reorganisasi di tubuh direktorat perpajakan.

Page 47: Pengantar Perpajakan pertemuan I