Pengantar Bisnis Rahmi Amelia
-
Upload
rahmi-amelia-nazar -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
Transcript of Pengantar Bisnis Rahmi Amelia
PENGANTAR BISNIS
“ FUNGSI PRODUKSI DAN FUNGSI
KEUANGAN”
NAMA : RAHMI AMELIA
NPM : C1C011081
KELAS : 1C AKUNTANSI
FUNGSI PRODUKSIFungsi produksi adalah suatu bagian yang ada pada perusahaan yang bertugas untuk
mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi terselenggaranya proses produksi. Dengan
mengatur kegiatan itu maka diharapkan proses produksi akan berjalan lancar dan hasil
produksi pun akan bermutu tinggi sehingga dapat diterima oleh masyarakat pemakainya.
Bagian produksi dalam menjalankan tugasnya tidaklah sendirian akan tetapi bersama-sama
dengan bagian-bagian lain seperti bagian pemasaran, bagian keuangan serta bagian akuntansi.
Oleh karena itu haruslah diadakan koordinasi kerja agar semua bagian dapat berjalan seiring
dan seirama dan dapat dihindarkan benturan – benturan kepentingan antar bagian dalam
perusahaan.
Tanpa adanya perencanaan yang matang, pengaturan yang bagus serta pengawasan
akan mengakibatkan jeleknya hasil produksi. Di samping hasil produksi yang harus bagus
kwalitasnya juga harus di pikirkan pula agar jangan sampai terjadi hasil produksi bagus tapi
ongkos yang diperlukan untuk keperluan itu terlalu besar. Biaya produksi yang terlalu tinggi
akan berakibat harga pokok produksinya menjadi besar dan hal ini akan mengakibatkan
tingginya harga jual produk, sehingga akan tidak terjangkau oleh konsumen. Inilah yang
merupakan tugas dari bagian produksi. Tugas lainnya adalah berusaha mencapai fleksibilitas
untuk membuat beragam barang yang sesuai dengan selera dan spesifikasi pelanggan. Tugas-
tugas tersebut akan dapat terlaksana dengan baik dengan mengacu pada pedoman kerja
tertentu.
Pedoman kerja yang harus menjadi arah kerja bagi bagian produksi dapat dirumuskan
dalam empat hal yaitu :
1. Tepat Jumlah
2. Tepat Mutu
3. Tepat Waktu
4. Tepat Ongkos/Harga
Jumlah produk yang dihasilkan haruslah direncanakan dengan baik agar tidak terlalu
banyak maupun terlalu sedikit. Bila produksi terlalu banyak tentu saja akan mengakibatkan
bertumpuknya hasil produksi di gudang. Hal ini akanmengakibatkan disamping barang
tersebut akan mengalami kerusakan dalam penyimpanannya, maka penumpukan tersebut
berarti banyak modal yang tertanam dalam barang jadi itu berhenti dan menjadi kurang
efektif.
Dengan pedoman pada empat hal tersebut maka bagian produksi akan dapat mencapai
sasarannya dengan baik. Keempat hal tersebut dapat dikenal dengan mudah sebagai “empat
tepat”.
Adapun tugas tersebut secara garis besarnya dapat kita bagi menjadi beberapa macam
yaitu :
1. Perenganaan Produk
2. Perencanaan Luas Produksi
3. Perencanaan Lokasi Pabrik
4. Perencanaan Layout Mesin-mesin Pabrik
5. Perencanaan Bahan Baku
6. Pengaturan Tenaga Kerja
7. Pengawasan Kwalitas
A. PERENCANAAN PRODUK
Proses produksi akan menghasilkan produk. Produk yang dihasilkan dapat berupa
barang yaitu benda yang berwujud akan tetapi dapat pula berupa benda yang tak berujud yang
sering disebut jasa. Barang atau benda yang berujud misalnya meja kursi, alat tulis, sepeda,
sepeda motor, mobil dan sebagainya. Sedangkan produk yang berupa jasa misalnya jasa
kecantikan, jasa kesehatan, jasa keuangan, jasa penanggungan risiko, jasa pendidikan dan
sebagainya. Baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan harus
direncanakan dengan baik agar produk yang diciptakan itu nanti dapat bermutu tinggi.,
ongkos produksi murah, dan cocok dengan selera konsumen pemakainya. Produk yang dapat
memenuhi syarat tersebut di atas akan menjadi andalan pengusaha agar mampu untuk
meningkatkan perkembangan usahanya. Produk yang tidak memenuhi syarat itu justru akan
menjadi beban perusahaan menjadi semakin tinggi sehingga akan menggangu pertumbuhan
usahanya. Oleh karena itu maka pengusaha haruslah memikirkan mengenai MUTU
PRODUK yang akan diproduksinya. Mutu suatu produk akan akan sangat bergantung dari
berbagai aspek terutama desainya. Dengan perencanaan terhadap desain produk yang baik
maka dapat kita harapkan bahwa produk kita akan dapat diterima oleh konsumen dan dengan
demikian akan dapat menopang perkembangannya.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain dan merencanakan
produk. Empat faktor yang perlu diperhatikan tersebut adalah :
a. Globalisasi selera konsumen
b. Segmentasi pasar
c. Kondisi lokal
d. Teknologi
Selain itu, untuk merencanakan disain atau mutu produk kita perlu mengetahui bahwa
produk itu terdiri dari berbagai atribut. Misalnya produk yang berupa “KARPET” misalnya.
Produk karpet terdiri dari tiga atribut utama yaitu :
- Kehalusan setuhannya
- Ketebalan bulunya
- Keserasian warnanya
Dalam merencanakan produk yang akan kita hasilkan itu maka perlu diperhatikan
beberapa hal yaitu :
1. Atribut Produk
2. Posisi Produk
3. Siklus Kehidupan Produk
4. Partofolio Produk
Setiap produk akan selalu memiliki atribut-atribut tertentu yang terkandung di dalam
produk tersebut. Sepeda motor memiliki atribut keawetan pemakainnya, penampilannya,
harga jual kembalinya dan mungkin kepopulerannya. Produsen haruslah memperhatikan
atribut-atribut tersebut dan dengan menyesuaikannya dengan atribut itu akan menjamin
bahwa produk tersebut akan disenagi konsumen. Oleh karena itu maka perlu diteliti lebih
cermat atribut-atribut tersebut. Dalam hal ini pengusaha haruslah memperhatikan bahwa
atribut-atribut tersebut selalu terdiri atas dua aspek yaitu :
a. Aspek Teknis
b. Aspek Nonteknis
1. Atribut Produk
Atribut yang beraspek teknis adalah yang berkaitan dengan kemampuan teknis dari
produk tersebut misalnya keawetannya sepeda motor, tidak blobornya suatu bolpoint,
halusnya karpet, enak didengarnya musik tertentu, nikmatnya rasa masakan, indahnya taman
rekreasi dan sebagainnya. Aspek ini yang merupakan aspek kasat mata atau dapat dilihat
dengan mata, baik mata kepala, mata telinga, mata lidah maupun mata kulit kita. Aspek ini
sering juga disebut sebagai tangible aspect atau aspek yang kasat mata.
Aspek yang nonteknis merupakan aspek yang tidak kasat mata atau intangible aspect.
Aspek ini hanya dapat ditemukan dengan mata hati atau rasa atau feeling. Aspek ini
merupakan aspek perasaan atau persepsi konsumen apabila dia menggunakan produk
tersebut.
2. Posisi Produk
Posisi produk merupakan pandangan konsumen terhadap posisi dari berbagai produk
yang ditawarkan oleh para bisnisman kepadanya. Ada suatu produk tertentu yang berkenan di
hati para konsumen dan ada pula produk lain yang tidak atau kurang berkenan dihatinya. Ada
Bank yang menyenangkannya dan adapula Bank yang menjengkelkannya karena pelayanan
yang sangat lamban dan sangat tidak praktis sehingga menyulitkan nasabahnya padahal dia
justru akan menyetorkan uangnya ke Bank tersebut.
Keadaan ini dapat kita analisis dengan menggunakan suatu alat analisi yang disebut
“Analisa Posisi Produk” atau “Product Positionning”. Analisis ini menggambarkan atribut
utama penentu pemilihan suatu produk dari para konsumen.
3. Siklus Kehidupan Produk
Setiap produk akan selalu memiliki jangkauan masa hidup yang berbeda-beda. Ada
produk yang memiliki masa hidup yang panjang dan ada pula yang memiliki masa hidup
yang sangat pendek. Pada umumnya produk-produk yang bersifat mode akan memiliki masa
hidup yang pendek. Produk semacam ini akan sangat cepat menjadi tidak disenagi konsumen
karena sudak akan digeser oleh mode yang baru.
Siklus kehidupan suatu produk itu dibagi menjadi 4 tahap atau fase. Tahap yang
paling awal dimulai dari diperkenalkanya produk tersebut kepada masyarakat luas di pasar.
Tahap tersebut lalu disebut sebagai Tahap Perkenalan atau Introduction Phase. Dalam tahap
ini karena masih tahap perkenalan maka pertumbuhan hasil penjualan akan sangat lamban.
Hal ini terlihat dari garis pertumbuhan penjualannya dalam grafik tersebut yang landai.
Tahap yang berikutnya adalah suatu tahap yang merupakan perkembangan berikutnya
setelah tahap perkenalan itu berhasil maka produk itu akan mejadi sangat terkenal oleh
masyarakat luas dan mereka mulai menyenangi produk tersebut. Karena produk tersebut
mulai digemari oleh konsumen maka tentu saja penjualannya akan menjadi berkembang
pesat. Hal ini terlihat dari gambr garis siklus menjadi menanjak dengan tajam. Tahap ini
merupakan tahap atau Fase Pertumbuhan/Perkembangan atau Growth Phase.
Tahap terakhir adalah tahap dimana produk tersebut setelah mengalami kondisi jenuh
itu ternyata semakin lama semakin banyak masyarakat yang justru tidak lagi menyenaginya
dan kemudian lalu meninggalkannya serta tidak lagi mau menggunakan produk tersebut.
Kondisi ini akan mengakibatkan turunnya volume penjualan dari produk itu. Dengan
demikian maka terjadilah Tahap Penurunan atau Decline Phase. Tahap persiapan penggantian
produk baru yang akan menggantikan produk yang sudah mengalami penurunan ini sering
disebut Tahap Penciptaan Produk Baru atau New Product Development (NDP).
4. Portofolio Produk
Portofolio produk merupakan keadaan dimana suatu perusahaan memiliki beberapa
macam produk yang dihasilkannya dan dipasarkannya kepada masyarakat luas. Dengan
demikian maka perusahaan itu memiliki sekumpulan produk yang harus bersama-sama
sekaligus untuk dipikirkannya. Oleh karena itulah maka lalu dikenal sebagai pemikiran
tentang sekumpulan produk atau Product Portofolio.
Perusahaan yang memiliki sekumpulan produk tersebut pada umumnya akan berada
pada posisi yang berbeda pada masing-m,asing produk yang dimiliki. Salah satu produknya
mungkin ada yang berada pada posisi Anak Bawang. Posisi ini merupakan produk yang mana
perusahaan belum memiliki kemampuan untuk mengekploitasi secara baik serta kesempatan
pasar atau opportunitynya masih rendah. Dalam kondisi ini pada umumnya merupakan
produk yang belum memperoleh nama dan merupakan pendatang baru. Karena pendatang
baru maka lalu dia disebut sebagai Anak Bawang atau dalam bahasa jawa “Pupuk Bawang”
dan dalam bahasa asing disebut sebagai Under Dog bahkan sering disingkat Dog. Posisi lain
lagi adalah tanda Tanya. Dalam posisi ini terjadi apabila potensi pasar telah menunjukkan
adanya kenaikan yang cukup tinggi, sedangkan perusahaan masih belum meningkatkan
kemampuannya. Dalam kondisi macam ini maka akan menimbulkan kegelisahan atau
pemikiran bagi pengusaha apakah dia akan berani menambah kemampuannya untuk
mengeksploitasi kesempatan pasar yang sudah terlihat meningkat itu apa tidak. Persoalan
yang timbul dalam hal ini adalah masalah investasi untuk meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk mengeksploitasi potensi pasar yang sudah terlihat membaik itu. Karena
masalah itu maka kondisi ini lalu dikenal sebagai posisi Tanda Tanya atau dalam bahasa
asing disebut Question Mark.
Posisi berikutnya adalah posisi bintang atau star. Posisi ini merupakan posisi dimana
pengusaha tersebut telah berhasil untuk mengembangkan kemampuan sehingga dapat
memiliki kemampuan yang tinggi terhadap potensi pasar yang memang sudah tinggi itu.
Posisi yang terakhir yaitu “Sapi Perah” ini sering disebut juga “Cash Cow”. Pada posisi ini
karena potensi pasar sudah mengalami kejenuhan dimana pertumbuhan pasarnya sudah tidak
sepesat pada posisi bintang, maka para pesaing sudah tidak begitu tertarik lagi
menyerangnya. Oleh karena tidak banyak lagi yang menggangunya di pasar maka dalam
posisi inilah pengusaha akan menikmati keuntungan yang maksimal.
B. PERENCANAAN LUAS PRODUKSI
Suad Husnan dan Suwarsono (1994) mengistilahkan luas produksi sebagai jumlah
produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal.
Perencanaan luas produksi merupakan masalah penentuan terhadap berapa banyak
jumlah volume produksi yang harus dihasilkannya dalam periode atau tahun tertentu.
Masalah ini sering disebut sebagai penentuan target produksi. Berapa target produksi untuk
tahun yang akan dating merupakan persoalan yang harus di terapkan oleh manajer produksi.
Dengan target itulah maka rencana ataupun program-program produksi seperti pengadaan
bahan, tenaga kerja, bahan pembantu, peralatan-peralatan yang diperlukan beserta prosesnya
pun akan dapat direncanakan dengan lebih cermat. Untuk keperluan itulah maka luas
produksi perlu ditentukan terlebih dahulu. Untuk menentukan luas atau target produksi itu
maka tentu saja akan banyak factor yang perlu diperhatikan. Factor-faktor tersebut akan
mempengaruhi dan menentukan besar kecilnya target produksi kita.
Adapun faktor – faktor penentu produksi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahan baku yang tersedia
2. Tersedianya tenaga kerja (ahli) yang diperlukan
3. Dana yang diperlukan untuk pembiayaan
4. Besarnya potensi pasar yang terbuka
Faktor-faktor tersebut dikombinasikan untuk mencapai hasil yang
optimum(keuntungan maksimum dan biaya minimum). Untuk mengkombinasikan berbagai
faktor tersebut digunakan beberapa model analisa.
Salah satu model yang dapat kita pergunakan untuk menganalisa ini adalah apa yang
sering disebut sebagai analisa “Titik Pulang Pokok” atau “Titik Impas” atau “Break Even
Point” yang sering disebut “BEP”. Analisa BEP ini akan menggambarkan kondisi
perongkosan produksi serta hasil yang diperoleh dari produksi itu. Dalam hal ini kita harus
membedakan perongkosan produksi itu menjadi ongkos tetap dan ongkos variabel. Ongkos
tetap adalah ongkos yang tidak berubah besarnya meskipun volume produksi bertambah.
Ongkos ini akan tetap saja besarnya meskipun volume produksi diturunkan maupun
dinaikkan. Biaya jenis ini adalah biaya yang pada umumnya ditentukan atas dasar waktu atau
periode.
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya selalu mengikuti dan tergantung dari besar
kecilnya volume produksi. Setiap volume produksi bertambah maka biaya itu pun akan ikut
bertambah pula besarnya. Sebaliknya bila kita mengurangi biaya itupun akan berkurang pula.
Yang akan selalu merupakan biaya variable ini adalah biaya bahan baku. Biaya bahan baku
tentu saja akan selalu mengikuti jumlah yang diproduksi. Hanya saja dalam hal ini
variabilitasnya bisa berbeda-beda. Ada biaya variabel yang progresif, degresif serta
proposional. Biaya variable Progresif berarti kenaikannya cepat, biaya variable degresif
berarti kenaikannya semakin menurun sedangkan biaya variabel proposional berarti
kenaikannya selalu sama. Biaya variabel progresif akan menunjukkan garis melengkung ke
atas, biaya variabel degresif akan lengkung ke bawah sedangkan proposional akan merupakan
garis lurus. Dalam hal ini biaya variabel kita anggap proposional.
Kedua biaya variabel yang dihitung akan membentuk menjadi biaya total yang harus
ditanggung oleh pengusaha. Penjumlahan dari kedua ongkos itu akan menghasilkan biaya
total atau “Total Cost”.
Apabila grafik Total Biaya kita gabungkan secara bersama-sama dengan grafik total
hasil maka akan terlihat keadaan perongkosan serta hasil segara bersama-sama sekaligus.
Dari penggabungan tersebut maka akan dapat diketahui perpotongan antar garis total ongkos
dengan total hasil. Dalam titik itu karena hasil yang diperoleh hanya dapat menutup biaya-
biayanya maka titik itulah yang disebut sebagai titik impas atau titik pulang pokok atau BEP.
Proses berikutnya dalam penentuan luas produksi adalah kita hubungkan dengan besarnya
kapasitas mesin yang tersedia, bahan baku yang tersedia, serta permintaan yang diproyeksi
untuk tahun yang diproduksi kita.
Karena BEP adalah titik potong antara Total Hasil dengan Total Biaya maka kita akan
dapat mencari titik BEP tersebut dengan membuat persamaan garis dari keduanya. Dari
perhitungan itu maka dapat kita lihat BEP dalam unit atau volume produksi pada BEP adalah
sebesar Biaya Tetap dibagi dengan selisih antara harga jual per unitnya dikurangi dengan
Biaya Variabel per unitnya. Jadi apabila kita megetahui besarnya biaya tetap, biaya variabel
per unitnya serta harga jual per unit produknya maka kita akan dapat memperhitungkan
besarnya titik impas kita.
Model analisa berikutnya adalah model Liniear Programming (LP), Linier
Programming merupakan teknik matematik dalam membantu manajemen untuk mengambil
keputusan dalam suatu proses produksi. Walaupun model analisa ini ada, tapi yang lebih
sering digunakan adalah model analisa BEP.
C. PERENCANAAN LOKASI PABRIK
Persoalan berikutnya yang harus dipikirkan oleh manajer produksi adalah tentang
dimana pabrik yang akan memproduksikan barang-barang itu harus didirikan. Persoalan ini
merupakan persoalan posisi pabrik. Dalam praktek kita sering menjumpai bahwa pabrik-
pabrik banyak didirikan orang diluar perkotaan seperti di daerah pinggiran kota Jakarta,
Surabaya atau kota-kota lainnya. Bahkan ada pula yang didirikan jauh dari kota dan bahkan
di puncak gunung atau di tengah hutan, seperti halnya perusahaan pertambangan misalnya.
Persoalan lokasi pabrik ini memang sangat ditentukan oleh beberapa factor penentu utama
yaitu :
1. Bahan Baku
2. Pasar
3. Lahan untuk Ekspansi
4. Pembangkit Tenaga (Power)
5. Tenaga Kerja
6. Fasilitas Transportasi
7. Dampak Lingkungan
Pada umumnya kondisi lahan di daerah pinggiran kota merupakan daerah yang paling
banyak memenuhi syarat dari beberapa factor tersebut di atas. Apabila didirikan di tengah
kota maka akan banyak mencemarkan lingkungan pemukiman yang berada di tengah kota
tersebut. Sebaliknya apabila terlalu jauh dari kota akan mengakibatkan biaya angkutan barang
jadi untuk di bawa ke pasar yaitu di kota menjadi sangat mahal, selain pembangkit tenaga
ataupun permodalannya menjadi kesulitan.
D. PERENCANAAN LAYOUT PABRIK
Layout berhubungan dengan masalah penyusunan mesin dan peralatan produksi
dalam pabrik.Menurut reksohadiprojo (2000: 127), layout fasilitas merupakan keseluruhan
bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan di dalam proses produksi.
Mesin-mesin dan fasilitas pabrik haruslah disusun serta diatur sedemikian rupa
sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi. Pemikiran tentang penyusunan
fasilitas-fasilitas pabrik seperti mesin-mesin, alat-alat kantor, alat-alat pengangkutan tempat
penyimpanan barang jadi maupun bahan baku, tempat makan beserta dapurnya, rest-room
bagi tenaga kerja, termasuk juga show-room merupakan persoalan tetang Layout Pabrik.
Dalam hal ini tentu saja kita harus melaksanakan pembagian tempat atau “Zonning” bagi
tanah atau lyang tersedia. Dengan melakukan Zonning itu dimaksudkan untuk membagi-bagi
lahan yang ada ke dalam zone-zone yang akan diperuntukkan bagi masing-masing keperluan
di atas.
Beberapa pertimbangan penting yang ada dalam mengatur susunan atau layout pabrik
ada beberapa macam yaitu :
1. Kelancaran aliran proses produksi
2. Kebutuhan Administrasi/perkantoran
3. Kebutuhan Penjualan
4. Lalulintas pengangkutan barang serta bahan
5. Penerangan dan ventilasi
6. Bentuk pabrik dan biaya pembangunanya
7. Biaya produksi
E. PERENCANAAN BAHAN BAKU
Bahan baku harus direncanakan sedemikian rupa sehingga menopang tercapainya
tujuan bagian produksi yaitu tepat jumlah., tepat mutu, tepat waktu dan tepat ongkos atau
harganya. Pengaturan bahan baku memiliki 2 aspek utama yaitu :
1. Penyediaan
2. Penggunaan
F. PENYEDIAAN BAHAN
Konsekuensi biaya yang terjadi dalam pengadaan bahan itu ada dua macam yaitu :
a. Biaya Pembelian atau Pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam
melakukan kegiatan pembeliannya atau pemesanan bahan bakunya. Jadi biaya
pembelian adalah biaya untuk melakukan kegiatan pembelian. Hal ini perlu
diingatkan bahwa sering kali terjadi kekeliruan pengertian bahwa biaya pembelian
itu diperhitungkan sebagai biaya atau harga bahan yang kita beli pada saat kita
membeli bahan itu. Hal ini tidak benar. Harga bahan yang kita beli bukan
merupakan biaya pembelian akan tetapi masuk sebagai biaya bahan, sedangkan
biaya pembelian adalah biaya yang harus ditanggung dari kegitan pembeliannya
seperti transportasi, komunikasi, penginapan, dan pelaksanaan pembelian tersebut.
b. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)
Biaya penyimpanan adalah biaya yang harus ditanggung karena kita harus
menyimpan bahan yang sudah dibeli dan belum dipergunakan dalam proses
produksi. Kedua biaya tersebut akan ditanggung bersama-sama oleh pengusaha.
Oleh karena itu maka secara bersama akan membentuk total biaya persediaan
yang merupakan jumlah dari kedua biaya tersebut.
Titik atau jumlah pembelian yang paling ekonomis yang dalam bahasa asing adalah
“Economical Order Quantity” dan disingkat EOQ. Jumlah tersebut di pandang paling
ekonomis karena total biaya yang ditanggungnya adalah yang terendah.
Titik terendah dari total biaya persediaan yang menimbulkan titik EOQ tersebut akan
tercapai bila biaya penyimpanan sama besarnya atau berpotongan dengan biaya pemasaran.
FUNGSI KEUANGANFungsi keuangan bertujuan untuk mengatur pencarian sumber – sumber dana yang
dibutuhkan bagi perusahaan dan kemudian mengatur penggunaan dari dana yang telah
diperolehnya itu. Sumber dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik
sumber dana intern yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri maupun sumber dana
ekstern yang berasal dari luar perusahaan itu sendiri.
Sumber dana intern itu sendiri adalah merupakan dana yang telah dihasilkan oleh
bagian pemasaran sebagai akibat dari transaksi penjualan yang telah dilakukan dalam proses
pemasaran. Sedangkan sumber dana ekstern adalah berasal dari masyarakat umum yang
dalam hal ini berupa pembelian saham oleh masyarakat kepada saham-saham yang telah
dikeluarkan atau diemisi oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang telah mengeluarkan
sahamnya dan menjualnya kepada masyarakat umum sering disebut perusahaan yang “Go
Public”. Sumber dana ekstern yang lain dapat berupa kredit dari bank atau pun kredit atau
utang dari perusahaan lain baik utang dagang yang bersifat jangka pendek maupun utang
obligasi serta hipotek yang berjangka waktu panjang. Dalam hal ini kredit jangka panjang ini
perusahaan mengeluarkan surat pernyataan utang kepada pihak lain baik dari bank maupun
orang atau perusahaan lain atas sejumlah uang tertentu untuk jangka waktu tertentu serta
dengan tingkat bunga tertentu pula.
Sumber dana yang berasal dari kredit memerlukan beban financial tertentu yang
berupa beban yang besar tetap pada tiap bulan atau tahun yaitu yang berupa beban bunga
terhadap kreditnya itu. Dengan ditentukan besarnya bunga terhadap kreditnya maka
perusahaan memiliki beban tetap sebesar persentase bunga kredit tersebut dikalikan dengan
nilai nominal kreditnya. Lain halnya dengan sumber dana yang berasal dari penjualan saham.
Modal saham yang dimiliki oleh perusahaan sebagai hasil emisinya itu akanmembawa
konsekwensi financial yang berupa beban pembayaran deviden kepada para pemegang
sahamnya itu. Oleh karena iti, pada umumnya sumber dana jangka pendek itu juga
dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan-kebutuhan yang bersifat jangka pendek pula.
Selanjutnya sumber dana jangka panjang seperti utang jangka panjang, modal saham serta
sumber dana intern dari laba usaha dapat digunakan untuk membelanjai kebutuhan jangka
panjang.
Setelah sumber dana dapat diperoleh, maka tugas selanjutnya dari bagian keuangan
adalah untuk mengatur penggunaan bagi dana yang telah diperoleh baik dari sumber intern
maupun ekstern tersebut. Dana yang telah diperoleh itu dapat dipergunakan untuk kebutuhan-
kebutuhannya.
Penggunaan sumber dana adalah merupakan persoalan sisi debit dari neraca.
Sedangkan pencarian sumber dana merupakan persoalan mengenai sisi kredit dari neraca. Sisi
debet neraca adalah berupa aktiva sedangkan sisi kredit dari neraca berupa pasiva. Jadi
dengan kata lain kita dapat menyebutkan bahwa aktiva adalah merupakan penggunaan dana
sedangkan pasiva adalah sumber dana kita.
A. KEBUTUHAN FINANSIAL
Kebutuhan finansial sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Kebutuhan Operasional
2. Kebutuhan Sumber Dana
KEBUTUHAN OPERASIONAL
Kebutuhan operasional merupakan kebutuhan terhadap barang – barang modal yang
dipergunakan untuk menjalankan kegiatan operasional sehari – hari. Jadi secara ringkas
kebutuhan operasional perusahaan terdiri dari :
a. Kebutuhan Modal Kerja
b. Kebutuhan Modal Tetap
c. Kebutuhan Nama Baik (Goodwill)
KEBUTUHAN SUMBER DANA
Dalam hal ini kita dapat mengambil atau menarik dana dari sumber dana yang berupa
utang (modal asing) ataupun modal sendiri. Baik modal asing ataupun modal sendiri tersebut
adalah merupakan sumber dana yang akan dipergunakan dalam membelanjai kebutuhan
modal kerja tersebut.
Di tinjau dari segi alasannya maka sumber dana dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Sumber Dana Ekstern
b. Sumber Dana Intern
Kalau ditinjau dari segi pemiliknya maka dapat dikelompokkan menjadi :
a. Modal Asing
b. Modal Sendiri
Pembagian yang lain adalah atas dasar waktu yang tercakup dalam sumber dana
tersebut maka dapat dibagi menjadi :
a. Sumber Dana Jangka Pendek
b. Sumber Dana Jangka Panjang
Sumber dana asing adalah sumber dana yang mana pemilik dari sumber dana tersebut
adalahmerupakan pihak luar dari perusahaan itu. Sumber dana macam ini pada kongkritnya
adalah berupa hutang kepada pihak luar, baik utang jangka pendek maupun utang jangka
panjang. Sebagai contoh dari modal asing ini dapat disebut sebagai berikut :
- Utang Dagang
- Utang Obligasi
- Utang Hipotek
- Kredit dari Bank
- KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen)
- KIK (Kredit Investasi Kecil)
- KI (Kredit Investasi) dan sebagainya
Sumber dana sendiri yaitu sumber dana dimana pemilik dan itu adalah merupakan
pemilik perusahaan itu sendiri. Sumber dana ini sering disebut Modal Sendiri atau Owner’s
Equty, sebagai contihnya sebagai berikut :
- Modal Saham Biasa (Common Stock)
- Modal Saham Preferen (Preffered Stock)
- Modal Statuta
- Modal Sendiri
- Laba Yang Ditahan (Retained Earning)
Sumber dana ekstern adalah sumber dana yang berasal dari luar perusahaan atau
berasal dari masyarakat umum di luar perusahaan. Dalam hal ini maka modal asing maupun
modal saham adalah merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan karena
keduanya adalah berasal berasal dari masyarakat umum di luar perusahaan.
Sumber dana intern adalah sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri. Sumber tersebut muncul dari adanya hasil yang diperoleh dari jalannya usaha yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dari usaha itulah maka perusahaan akan memperoleh
hasil serta laba atau profit.
B. LIKUIDITAS
Likuiditas adalah merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajiban financial yang segera harus dilunasi (yang bersifat jangka pendek).
Kewajiban financial jangka pendek yang harus segera dipenuhinya itu dapat berupa utang
yang sudah akan jatuh tempo dalam jangka dekat, upah tenaga kerja, utang bahan yang
dibelinya, pembayaran rekening listrik, air minum yang deperlukan dalam proses
produksinya dan sebagainya. Kewajiban tersebut dapat ditutup dari alat-alat likuid yang
dimiliki perusahaan. Adapun alat likuidnya yang yang paling likuid adalah uang kas.
CURRENT RATIO
Suatu ukuran likuiditas dapat dinyatakan dalam bentuk ratio atau perbandingan antara
alat-alat likuid yang dimiliki utang-utangnya baik yang berupa utang pajak, utang dagang
serta kewajiban financial yang lain yang segera harus dilunasi. Alat likuid tersebut adalah
berupa aktiva lancer (Current Asset) sedangkan kewajiban financial berupa utang jangka
pendek (Current Liabilities). Oleh karena itu likuiditas dapat dinyatakan dalam bentuk ratio
antara Current Asset dengan Current Liabilitiesnya. Ratio macam ini disebut ratio likuiditas
atau “CURRENT RATIO”.
Aktiva lancar adalah merupakan alat likuid, jadi yang termasuk alat likuid adalah :
1. Uang Kas
2. Piutang (Account Recievable)
3. Persediaan Barang Dagangan (Inventory)
4. Surat-surat berharga yang mudah untuk diperjual belikan (Marketable Securities)
Uang kas adalah merupakan alat likuid yang paling likuid, artinya sangat mudah
untuk digunakan guna membayar kewajiban financial. Kewajiban financial dapat berupa
utang, bunga pinjaman, dividen, upah buruh, rekening listrik, bayar pajak dan sebagainya.
QUICK RATIO (ACID TEST RATIO)
Dalam hal quick ratio ini kita membandingkan antara alat likuid yang mempunyai
tingkat likuiditas tinggi yaitu uang kas dan piutang di satu pihak dengan kewajiban
finansialnya. Jadi dalam hal ini kita membandingkan antara kas dan piutang dibandingkan
dengan utang-utang jangka pendek.
CASH RATIO
Dalam hal cash ratio ini likuiditas diperhitungkan dengan membandingkan alat-alat
likuid yang paling likuid yaitu uang kas dengan utang-utang jangka pendeknya.
C. RENTABILITAS
Rentabilitas adalah merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau
keuntungan dari seluruh modal yang dimiliki. Ratio ini sering juga disebut rentabilitas
ekonomis yang disingkat RE.
Disamping rentabilitas ekonomis kita juga mengenal rentabilitas modal sendiri yang
sering disingkat RMS. Laba yang menjadi bagian dari modal sendiri itu adalah bukan seluruh
laba akan tetapi total laba atau laba bruto dikurangi dengan beban bunga dan pajak
penghasilan. Laba sesudah dikurangi bunga dan pajak ini sering disebut laba neto atau
Earning After Tax yang disingkat EAT. Dalam hal rentabilitas Ekonomis maka laba yang
diperhitungkan adalah laba bruto yang merupakan laba sebelum dikurangi bunga dan pajak
sehingga sering disebut Earning Before Interest and Tax yang disingkat RBIT. Bagian laba
yang dihasilkan oleh modal sendiri tidak termasuk bagian laba yang dihasilkan oleh modal
asing. Adapun bagian laba yang dihasilkan oleh modal asing tidak lain adalah berupa bunga
atau interest.
Pajak penghasilan adalah merupakan bagia laba yang harus disetor kepada Negara cq
Jawatan Pajak sebagai imbalan kepada Negara yang telah memberikan fasilitas bagi
perusahaan untuk mencari keuntungan di Negara yang bersangkutan.
Rentabilitas Ekonomis sering juga disebut sebagai Earning Power, sedangkan Earning
Power ini dapat ditingkatkan dengan meningkatkan factor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya Earning Power itu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai
berikut :
1. Profit Margin
Profit Margin adalah bagian laba yang dihasilkan oleh penjualan yang dapat
direalisasikan oleh perusahaan dalam periode tertentu. Perhitungan profit margin per
unit adalah laba per unit dibandingkan dengan harga jual per unit produk.
2. Asset Turnover atau Tingkat Perputaran Aktiva
Tingkat perputaran aktiva atau asset turnover adalah suatu angka yang
menunjukan tingkat kecepatan perputaran dari aktiva tersebut didalam opersi
perusahaan. Tingkat perputaran aktiva atau asset turnover (A.TO.).
USAHA UNTUK MENINGKATKAN RENTABILITAS EKONOMIS
a. Peningkatan Profit Margin
Peningkatan provit margin ini dapat dilaksanakan dengan beberapa cara yaitu :
1. Meningkatkan harga jual
2. Meningkatkan Efisiensi
b. Peningkatan Asset Turnover
Tingkat perputaran aktiva dapat ditingkatkan dengan berbagai cara yaitu :
1. Meningkatkan volume penjulan
2. Mengurangi aktiva atau kekayaan yang tidak efektif
LIKUIDITAS VERSUS RENTABILITAS
Apabila kita ingin menjaga likuiditas yang tinggi maka kita haruslah meyediakan alat-
alat likuid terutama uang kas yang cukup besar, agar setiap saat kita bisa membayar
kewajiban financial tersebut. Keadaan itu akan membawa konsekuensi bahwa kekayaan kita
akan menjadi menganggur. Sedangkan pengaruh kekayaan ini akan mengakibatkan kurang
efektifnya kekayaan tersebut, sehingga tingkat perputaran aktiva (asset turnover)kita akan
menjadi rendah. Aseet Turnover yang rendah ini akan dapat mengakibatkan turunya
rentabilitas ekonomis. Perusahaan yang mengalami keadaan semacam ini disebut perusahaan
yang likuid tetapi tidak rendabel. Sebaliknya apabila kita mementingkan kepentingan
rentabilitas maka hal ini berarti bahwa semua kekayaan atau aktiva yang kita miliki haruslah
kita putarkan terus dan jangan sampai ada aktiva yang menganggur atau idle.
D. SOLVABILITAS
Solvabilitas merupakan perbandingan antara total kekayaan dengan total utang yang
dimiliki perusahaan. Jadi hal ini akan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mengembalikan seluruh hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan
seluruh kekayaan yang ada padanya.
E. LEVERAGE
Pengertian leverage sebenarnya cukup luas yaitu merupakan usaha untuk
menggunakan sesuatu yang akan membawa konsekuensi beban tetap. Terdapat 2 macam
leverage yaitu :
1. Operating Leverage
Operating leverage adalah penggunaan suatu kekayaan atau aktiva tertentu
yang akanmengakibatkan beban tetap bagi perusahaan seperti mesin-mesin,
gedung dan sebagainya. Dalam hal ini beban tetapnya akan berupa biaya
depresiasi.
2. Financial Leverage
Financial leverage adalah peggunaan sumber dana tertentu yang akan
mengakibatkan beban tetap yang berupa biaya bunga. Sumber dana ini dapat
berupa utang obligasi, kredit dari bank dan sebagainya.
LEVERAGE FAGTOR
Faktor leverage adalah merupakan angka (prosentase) yang menunjukan
perbandingan besarnya kekayaan atau sumber dana yang mengakibatkan beban tetap dengan
seluruh kekayaan atau sumber dana yang dipergunakan oleh perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Pengertian leverage ini pada umumnya selalu dikaitkan denganmasalah financial
leverage dan bukan operating leverage.
F. KESEHATAN FINANCIAL
Kesehatan perusahaan itu dapat diukur dari beberapa ukuran seperti ratio – ratio
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas serta aktivitasnya. Berdasarkan atas criteria atau ukuran –
ukuran kesehatan finangial yang ditentukan oleh pemerintah bagi badan – badan usaha milik
Negara (BUMN) yang ada di Indonesia kita dapat mengetahui sehat tidaknya suatu
perusahaan tertentu.
G. KREDIT MODAL KERJA
Dalam pembelanjaan modal kerja kita sering mendengar istilah – istilah KMKP yaitu
singkatan dari Kredit Modal Kerja Permanen. Modal kerja itu dapat dibedakan menjadi 2
macam yaituModal Kerja Variabel dan Modal Kerja Tetap atau Permanen. Istilak KMKP ini
erat hubungannya dengan kedua jenis modal kerja tersebut, khususnyatentang bagaimana
cara kita untuk membelanjainya apabila kita akan membelanjainya dengan sumber dana
ekstern atau kredit. Sumber dana yang cocok dan yang pada umumnya dipergunakan adalah
berupa kredit baik Kredit Jangka Pendek maupun Kredit Jangka Panjang.
Dalam tinjauan atas beban financial terhadap cara pembelanjaan ini kita akan
berhubungan dengan beberapa konsep seperti :
1. Modal Optimum dan Optimum Modal
Modal optimum adalah merupakan jumlah modal (Modal Kerja) yang
sebaliknya dibelanjai dengan Kredit Jangka Panjang. Pengertian optimum modal
merupakan masalah untuk menentukan atau memperhitungkan seberapa besar
jumlah modal optimum yang sebaiknya harus dibenjai dengan Kredit Jangka
Panjang tersebut. Bgaimana cara menentukan modal optimum atau bagaimana
cara kita memecahkan masalah optimum modal itu, hal ini menyagkut konsep
berikutnya yaitu konep “Jangka Waktu Kritis” atau disingkat “Jangka Kritis”.
2. Jangka Waktu Kritis
Jangka kritis adalah jangka waktu yang menunjukan bahwa jumlah kebutuhan
modal kerja yang dibutuhkan selama jangka waktu tertentu (jangka waktu kritis)
apabila dipenihi dengan Kredit Jangka Panjang (tahunan) akanmemakan biaya
yang sama besarnya dengan apabila kebutuhan tersebut dibelanjai dengan kredit
jangka pendek (bulanan).
Untuk memperhitungkan jangka kritisnya maka kita dapat menggunakan
pedoman pembelanjaan sebagai berikut :
a. Jumlah kebutuhan yang memiliki jangka waktu kebutuhan lebih panjang
dari pada jangka kritis harus dibelanjai dengan kredit jangka panjang, karena
biayanya akan lebih murah.
b. Jumlah kebutuhan yang berjangka waktu kurang dari jangka kritis harus
dibelanjai dengan kredit jangka pendek.
c. Sedangkan jumlah kebutuhan yang jangka waktu dibutuhkannya adalah
sama dengan jangka kritis maka untuk itu dibelanjai dengan kredit jangka panjang
ataupun kredit jangka pendek biayanya akan sama.
H. KRITERIA INVESTASI
Yang dimaksud kriteria investasi adalah alat Bantu manajemen perusahaan untuk
menilai usulan proyek investasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan investasi.
Pada dasarnya criteria investasi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
a. Kriteria investasi yang mendasarkan pada konsep keuntungan / income adalah
Average Rate of Return atau sering juga disebut Accounting Rate of Return.
b. Kriteria investasi yang mendasar pada konsep Cash Flow, dapat dirinci :
1. Konsep Cash Flow yang tidak memperhatikan nilai waktu terhadap uang
atau faktor yang tidak didiskontokan (Undiscounted cash flow) yaitumetode Payback
Periode.
2. Konsep Cash Flow yang memperhatikan nilai waktu terhadap uang atau
factor diskonto (discounted cash flow) antara lain adalah :
- Net Present Value (NPV)
- Profitability Index (PI)
- Internal Rate of Return (IRR)
METODE PAYBACK PERIODE
Payback Periode adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali
pengeluaran investasi denganmenggunakan “proceed” atau aliran kas neto (net Cash Flow).
Metode payback periode ini memiliki beberapa kelemahan seperti :
1. Mengabaikan time of money
2. Lebih mementingkan pada pengembalian investasi dari pada aspek laba dalam
waktu umur investasi sehungga cash flow sesudah umur payback periode tidak diperhatikan
Adapun keunggulan dari metode ini adalah metode ini sangat sederhana sehingga mudah
memperhitungkannya.
METODE NET PRESENT VALUE
Metode ini memperhatikan nilai waktu dari uang, maka proceed atau cash flow
maupun investasi harus didiskontokan atas dasar factor diskonto yang berlaku pada saat itu.
Dalam hal ini kita mendasarkan diri pada present value of money atau nilai waktu terhadap
uang, yaitu suatu pandangan bahwa nilai uang pada saat ini tidak sama dengan nilai uang
dikemudian hari. Nilai uang sekarang akan dinilai lebih tinggi dari pada nilai uang dikemudia
hari. Sebaliknya nilai uang pada tahun yang akan dating dikemudian hari tentu saja akan
dinilai lebih redah dari nilai uang sekarang.
METODE INTERNAL RATE OF RETURN
Internal rate of return ini dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang akan menjadi
nilai sekarang dari proceed yag diharap akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan
jumlah nilai sekarang dari keseluruhan modal (PV of Capital Outlays) atau nilai investasinya.