Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi...

16
1 Program Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Upaya Tindak Lanjutnya p. 03 Optimalisasi Dana Desa untuk Kesejahteraan Petani p. 09 Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI www.puskajianggaran.dpr.go.id ISSN 2502-8685 Edisi 7 Vol. II. April 2017

Transcript of Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi...

Page 1: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

1

Program Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Upaya Tindak Lanjutnya p. 03

Optimalisasi Dana Desa

untuk Kesejahteraan

Petanip. 09

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RIwww.puskajianggaran.dpr.go.id ISSN 2502-8685

Edisi 7 Vol. II. April 2017

Page 2: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

2

Dewan RedaksiPenanggung Jawab

Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si.

Pemimpin RedaksiRastri Paramita, S.E., M.E.

RedakturJesly Yuriaty Panjaitan, S.E., M.M. Ratna Christianingrum, S.Si., M.Si.

Marihot Nasution, S.E., M.SiAdhi Prasetyo S. W., S.M.

EditorDwi Resti Pratiwi, S.T., MPM.

Ade Nurul Aida, S.E.

Daftar Isi Update APBN...................................................................................................p.02 Program Pengampunan Pajak : Identifikasi Pelaksanaan dan Upaya Tindak Lanjut ......................................................................................p.03 Optimalisasi Dana Desa untuk Kesejahteraan Petani.....................................p.09

Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

Page 3: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

1

Realisasi Pendapatan Negara per Februari 2017 sebesar Rp170,1 triliun atau setara 9,7 persen dari target dalam APBN 2016 yang sebesar Rp1.750,3

triliun. Realisasi ini meningkat dibanding realisasi per Februari 2016 yang hanya mencapai 8,6 persen. Dari total realisasi tersebut, penerimaan Perpajakan menyumbang Rp141,4 triliun atau 9,4 persen dari APBN 2017 dan PNBP sebesar Rp28,7 triliun atau 11,5 persen dari APBN 2017.

Dari sisi Belanja Negara, realisasi per Februari 2017 sebesar Rp225,6 triliun atau setara 10,8 persen dari target APBN 2017 yang sebesar Rp2.080,5 triliun. Realisasi belanja ini menurun dibanding realisasi per Februari 2016 lalu yang mencapai angka 17,41 persen. Dari total realisasi belanja tersebut, realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp102,8 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp12,7 triliun. Persentase masing-masing belanja tersebut secara berurutan jika dibandngkan APBN 2017 adalah 7,8 persen dan 16 persen.

Untuk pembiayaan, realisasi per Februari 2016 telah mencapai Rp55,5 triliun atau setara 36,5 persen dari APBN 2017. Realisasi pembiayaan ini meningkat dari realisasi tahun lalu di bulan yang sama yaitu 27,1 persen.

Update APBNRealisasi APBN per Februari 2017

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan, diolah

Realisasi Pendapatan, Belanja dan, Pembiayaan per Februari 2017(dalam triliun Rupiah)

Page 4: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

2

Program Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Upaya

Tindak Lanjutnyaoleh

Ratna Christianingrum*)

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail:[email protected]

Kebijakan pengampunan pajak dilaksakanan sejak Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak disahkan. Kebijakan pengampunan pajak dianggap sebagai kebijakan yang strategis, karena memiliki dampak yang bersifat makro, menyeluruh, dan fundamental bagi perekonomian Indonesia (Kementerian Keuangan, 2016). Kebijakan pengampunan pajak memiliki tiga tujuan utama, yaitu: mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta, mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan, serta meningkatkan penerimaan pajak. Apabila kebijakan pengampunan pajak diikuti adanya repatriasi sebagian atau seluruh aset Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri, maka akan sangat membantu stabilitas perekonomian makro. Masuknya dana sebagai dampak pengampunan pajak melalui repatriasi modal dan aset dapat mendorong pertumbuhan dan mendukung stabilitas ekonomi (Kementerian Keuangan, 2016). Repatriasi akan bermanfaat terhadap nilai tukar rupiah, cadangan devisa, neraca pembayaran, dan likuiditas perbankan.

Program pengampunan pajak telah berakhir pada tanggal 31 Maret 2017. Program pengampunan pajak dilaksanakan dalam 3 periode. Periode Pertama berlangsung pada 1 Juli 2016 s.d 30 September 2017, periode kedua 1 Oktober 2016 s.d 31 Desember 2016 dan periode ketiga 1 Januari 2017 s.d 31 Maret 2017. Sebanyak 972.528 wajib pajak mengikuti program pengampunan pajak dengan mendeklarasikan harta dan aset serta membayarkan uang tebusan. Jumlah harta yang dideklarasikan selama program pengampunan pajak ini mencapai Rp4.881 triliun. harta ini terbagi menjadi tiga komposisi, yaitu repatriasi sebesar Rp147 triliun,

Gambar 1. Komposisi Harta Berdasarkan SPH yang Disampaikan (dalam Rp triliun)

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, diolah

Page 5: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

3

deklarasi harta di luar negeri sebesar Rp1.036 triliun, dan deklarasi harta dalam negeri sebesar Rp3.698 trilun (Gambar 1). Deklarasi harta di dalam negeri mendominasi deklarasi harta dan aset dalam program pengampunan pajak saat ini. Sedangkan nilai repatriasi hanya sebesar 3 persen dari total deklarasi harta dan aset yang dilakukan oleh wajib Pajak.Nilai repatriasi yang jauh lebih kecil dari nilai harta yang dideklarasikan di luar negeri dapat mengindikasikan keengganan WNI untuk membawa aset atau harta mereka ke Indonesia. Sehingga dalam tulisan ini akan mengidentifikasi tidak optimalnya pencapaian target program pengampunan pajak serta tindak lanjut pemerintah pasca program tersebut.Pencapaian Program Pengampunan PajakJumlah wajib pajak yang mengikuti program pengampunan pajak dirasa belum optimal dibandingkan dengan jumlah WP wajib lapor Surat Pemberitahuan (SPT), dimana jumlah peserta program pengampunan pajak jauh lebih kecil. Jumlah WP wajib lapor SPT mencapai 20,1 juta WP. Apabila dibandingkan dengan jumlah WP yang memiliki NPWP, peserta pengampunan pajak hanya sebesar 2,7 persen. Adanya program pengampunan pajak, diharapkan mampu meningkatkan ketaatan masyarakat untuk membayar pajak. Peningkatan ketaatan masyarakat untuk membayar pajak diharapkan dapat tercermin dari jumlah wajib pajak yang mengikuti program pengampunan pajak. Namun hingga

akhir program pengampunan pajak, jumlah WP yang melakukan pelaporan SPT hanya mencapai 9,01 juta atau hanya bertumbuh 400.000 laporan SPT, sedangkan jumlah wajib pajak baru yang berasal dari program pengampunan pajak hanya sebesar 48.000 (Caturini, 2017). Jumlah ini masih jauh apabila dibandingkan dengan potensi wajib pajak baru yang ada. Jumlah potensi wajib pajak yang seharusnya memiliki NPWP mencapai 60 juta wajib pajak. Jadi program pengampunan pajak hanya mampu menggali 0,08 persen potensi wajib pajak. Apabila dilihat dari realisasi jumlah wajib pajak baru yang mengikuti program pengampunan pajak, maka program pengampunan pajak kurang mampu meningkatkan ketaatan masyarakat untuk membayar pajak.Program pengampunan pajak menghasilkan uang tebusan sebesar Rp114 triliun atau 69 persen dari target uang tebusan. Target uang tebusan yang ditetapkan pemerintah mencapai Rp165 triliun. Uang tebusan yang dihasilkan di periode ketiga program pengampunan pajak hanya sebesar Rp11 triliun rupiah atau sebesar 5 persen terhadap total penerimaan negara di kuartal pertama. Sedangkan kontribusi uang tebusan program pengampunan pajak terhadap penerimaan negara di tahun 2016 hanya sebesar 6,6 persen. Program pengampunan pajak memang mampu meningkatkan penerimaan negara selama program tersebut dilaksanakan, namun kontribusinya terhadap penerimaan negara masih relatif kecil.Apabila dilihat komposisi wajib pajak yang memberikan uang tebusan, uang tebusan didominasi oleh Orang Pribadi Non UMKM (gambar 2). Sedangkan

Page 6: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

4

untuk meningkatkan integritas aparat pajak. Dengan total harta yang dideklarasikan sebesar Rp4.881 triliun. Jenis harta yang diungkapkan terdiri dari harta dalam bentuk kas Rp1.284 triliun, tanah dan bangunan Rp766 triliun, serta investasi dan surat berharga sebesar Rp731 triliun. Besarnya nilai aset dalam negeri yang dideklarasikan, dapat mengindikasikan ketidakmampuan pemerintah dalam hal ini DJP untuk mendeteksi aset-aset yang dimiliki oleh wajib pajak. Ketidakmampuan pemerintah tersebut dapat menggambarkan lemahnya sistem perpajakan pajak penghasilan (PPh) (Hartati, 2017). Namun hal ini juga dapat disebabkan oleh perilaku wajib pajak yang berbondong-bondong memindahkan asetnya ke Indonesia dengan tarif yang murah (Firdaus, 2017). Di lain sisi, hal ini dapat mengindikasikan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Setelah pelaksanaan

kontribusi uang tebusan terendah berasal dari Badan UMKM. Apabila dilihat dari jumlah wajib pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), wajib pajak yang telah mengikuti program baru sebesar 69,5 ribu wajib pajak (Primadhyta, 2016). Padahal jumlah wajib pajak UMKM yang terdaftar mencapai 600 ribu wajib pajak dan diyakini masih banyak pengusaha UMKM yang belum memiliki NPWP. Salah satu penyebab tidak tercapainya target uang tebusan dan sedikitnya wajib pajak yang mengikuti program pengampunan pajak adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Dirjen Pajak menyatakan penyebab rendahnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak disebabkan masyarakat tidak taat pada undang-undang perpajakan, kurang percayanya masyarakat terhadap aparat pajak, masyarakat masih mencoba-coba bayar pajak, Pajak belum menjadi budaya, kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan uang hasil pajak, terdapat beberapa negara yang bebas pajak, dan masih sulitnya melakukan pelaporan pajak (Afrianto, 2016)Dalam meningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, maka usaha yang perlu dilakukan pemerintah antara lain, (a) melakukan sosialisasi tentang perpajakan, baik itu manfaat pajak, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak. Tanpa adanya pengenalan masyarakat terhadap pajak, maka budaya membayar pajak tidak akan pernah terbentuk, (b) Pemerintah harus melakukan penegakan hukum tanpa tebang pilih terhadap setiap pelanggaran pajak, (c) Pemerintah perlu melakukan upaya

Gambar 2. Komposisi Uang Tebusan Berdasarkan SPH yang Disampaikan

(dalam Rp triliun )

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, diolah

Page 7: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

5

program pengampunan pajak, otoritas pajak harus segara memilah harta tambahan yang berpotensi menjadi sumber penghasilan wajib pajak dengan harta tambahan yang tidak berpotensi menjadi sumber penghasilan wajib pajak. Hal ini perlu dilakukan agar otoritas pajak mampu menggali potensi pajak penghasilan yang ada. Selain itu perlu adanya perbaikan sistem perpajakan, sehingga otoritas pajak mampu melakukan deteksi terhadap aset-aset wajib pajak. Perubahan Undang-undang Pajak menjadi salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk memperbaiki sistem perpajakan Indonesia.Total deklarasi harta di luar negeri oleh wajib pajak dan repatriasi hanya mencapai Rp1.183 triliun. Jumlah ini masih jauh dari harapan dan potensi yang ada. Menurut Mckinsey, total harta WNI di luar negeri mencapai USD250 milliar atau Rp3.250 triliun. Harta ini berupa Non-investable asset senilai USD 50 M atau sekitar Rp650 triliun. Non-investable asset ini berupa real estate. Sedangkan harta berupa invenstable asset mencapai USD 150 M. Investable asset ini berupa deposito, surat berharga, dan saham. Artinya pengampunan pajak hanya dapat menjaring 37 persen dari potensi yang ada. Hal ini dapat mengindikasikan adanya keengganan wajib pajak untuk mengikuti pengampunan pajak. Keengganan ini dapat dikarenakan Indonesia dianggap belum menjadi negara prioritas untuk melakukan investasi. Indonesia dianggap belum cukup aman untuk menyimpan harta para wajib pajak. Berkaca dari rendahnya realisasi deklarasi harta wajib pajak

diluar negeri dan repatriasi, maka pemerintah harus melakukan upaya untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Pembangunan infrastruktur yang digalakkan pemerintah merupakan salah satu upaya pemerintah memperbaki iklim investasi di Indonesia. Upaya penegakan hukum dapat pula memperbaiki iklim investasi Indonesia, selain itu dapat pula mencegah perolehan harta secara tidak legal. Kerjasama antara Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan penelusuran dana perbankkan menjadi langkah awal yang baik yang telah diambil oleh pemerintah. Langkah tersebut perlu dilanjutkan dengan penegakan hukum.Rendahnya Repatriasi Dana dari Luar NegeriRepatriasi merupakan pengembalian modal yang disimpan di kantor bank luar negeri atau cabang bank di luar negeri ke bank negara asal. Repatriasi diharapkan terjadi dalam nilai yang relatif besar dengan adanya pengampunan pajak. Repatriasi diharapkan mampu menggiring pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai.Pada akhir periode pengampunan pajak, komitmen repatriasi mencapai Rp 147 triliun. Angka ini jauh dibawah target pemerintah. Konsep awal pengampunan pajak yakni memulangkan dana wajib pajak yang ada di luar negeri melalui repatriasi tidak berhasil. Hal ini diperparah dengan Rp29 triliun komitmen repatriasi yang tidak terealisasi. Hal ini mengindikasikan rendahnya kepatuhan wajib pajak Indonesia yang menyimpan dananya di luar negeri

Page 8: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

6

(Utami, 2017). Tidak terealisasinya komitmen repatriasi oleh wajib pajak harus segera ditindaklanjuti. Namun upaya tidak lanjut yang harus dilakukan oleh pemerintah terkendala dengan tidak adanya aturan atau dasar hukum. Apabila dilihat aturan pelaksana dari UU Pengampunan Pajak, aturan ini belum memuat secara detail pelaksanaan program pengampunan pajak dengan segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Hal ini dapat mengindikaskan ketidaksiapan pemerintah untuk melaksanakan program pengampunan pajak. Langkah yang harus pemerintah ambil bagi wajib pajak yang belum melakukan realisasi komitmen investasi adalah mengidentifikasi penyebab tidak terealisasinya komitmen investasi serta penyesuaian tarif uang tebusan bagi wajib pajak yang bersangkutan.Dana repatriasi terbesar berasal dari Singapura, yaitu sebesar Rp84,52 triliun atau sebesar 57 persen dari komiten repatriasi. Virgin Island menempati urutan kedua yaitu sebesar Rp76,92 triliun. Hongkong, Cayman Island, dan Australia menempati urutan ketiga hingga kelima. Komitmen repatriasi dari Hongkong Sebesar Rp56,27 triliun, Cayman Island sebesar Rp52,86 triliun dan Australia sebesar Rp41,15 triliun. Negara-negara tesebut ditengarai sebagai tax haven country untuk menghidari kewajiban perpajakan. Sehingga momentum pengampunan pajak menjadi sarana wajib pajak untuk mengembalikan harta ke Indonesia dengan tarif yang murah. Rendahnya repatriasi dapat disebabkan adanya upaya penahanan dana wajib pajak di luar negeri. Hal ini mungkin terjadi, karena adanya

upaya perbankan Singapura untuk menakuti-nakuti WNI pemilik aset yang akan mengikuti pengampunan pajak (Supriadi, 2016) pada awal kebijakan pengampunan pajak. Mckinsey mencatat dana WNI yang berada di Singapura mencapai USD200 miliar atau setara Rp2.600 trilliun. Apabila seluruh aset yang berada di Singapura berhasil di repatriasi, maka akan terjadi guncangan ekonomi di negara tersebut. Sehingga sangat dimungkinkan Singapura melakukan berbagai upaya untuk menahan harta WNI di negara tersebut. Oleh karenanya, Pemerintah perlu melakukan evaluasi apakah penahan dana wajib pajak benar-benar dilakukan oleh negara asal dana repatriasi. Upaya diplomasi antar negara perlu dilakukan dalam upaya mengembalikan harta wajib pajak ke Indonesia. Kesepakatan Pertukaran Data Otomatis (AEoL) yang akan dilaksanakan di tahun 2018 dapat digunakan pemerintah untuk melakukan pengejaran atas wajib pajak yang belum melaporkan harta mereka yang disimpan di luar negeri. Namun kesepakatan ini masih memiliki keterbatasan ruang lingkup, sehingga pemerintah perlu mempersiapkan kerjasama lainnya antar negara. Kesepakatan ini hanya memberikan infomasi mengenai nilai simpanan uang di perbankkan, sedangkan informasi harta dalam bentuk emas ataupun rumah tidak diketahui. Penyebab lain yang mungkin adalah tidak menariknya instrumen investasi yang ditawarkan dalam UU pengampunan pajak. Sebagai pemilik harta, para wajib pajak menginginkan adanya penambahan harta mereka melalu investasi.

Page 9: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

7

Rendahnya repatriasi yang dilakukan dimungkinkan kurang kondusifnya iklim investasi di dalam negeri. Sehingga perlu dilakukan perbaikan iklim investasi di dalam negeri. Perbaikan iklim investasi dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan pada faktor utama yang mempengaruhi iklim investasi, yaitu stabilitas keamanan, sosial dan politik. Daftar PustakaAfrianto, D. (21 September 2016). 7 Alasan Rendahnya Kesadaran Masyarakat Bayar Pajak. Diakses dari www.okezone.com Tanggal Akses 17 April 2017Caturini, R. (1 April 2017). Laporan SPT dan jumlah Wajib Pajak tumbuh di 2017. Diakses dari kontan.co.id. Tanggal Akses 17 April 2017Firdaus, A. H. (7 April 2017,). Indef: “Tax Amnesty” Masih Jauh dari Harapan. Diakses dari indef.or.id: http://indef.or.id/. Tanggal Akses 17 April 2017

Hartati, E. S. (7 April 2017). Tax Amnesty Dinilai Tak Capai Tujuan, Indef Beri Rapot Merah. Diakses dari Indef.or.idK, D. R. (3 April 2017). Hingga 31 Maret 2017, Realisaisi Penerimaan Pajak Capai Rp222 Triliu. Diakses dari kumparan.comKementerian Keuangan. (2016). Bukan Semata Persoalan Penerimaan Negara. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.Primadhyta, S. (4 OKtober 2016). Baru 2% Wajib Pajak Ikut, Potensi Tax Amnesty Masih Besar. Diakses dari www.cnnindonesia.comSupriadi, A. (16 September 2016). Apindo: Upaya Singapura Halangi Tax Amnesty Patut Diributkan. Diakses dari www.cnnindonesia.comUtami, S. S. (3 April 2017). Menelisik Penyebab Rendahnya Repatriasi Tax Amnesty. Diakses dari www.metrotvnews.com

Catatan RedaksiBerdasarkan identifikasi masalah yang ada, terlihat bahwa pencapaian target program pengampunan pajak masih belum optimal. Untuk itu perlu upaya dan peran pemerintah pasca diberlakukannya program tersebut, seperti (a) perlu adanya komiten dari pemerintah untuk tidak melaksanakan Program pengampunan pajak di tahun-tahun yang akan datang, (b) perlu melaksanakan penegakan hukum secara adil dan transparan tanpa berpihak, (c) elakukan sosialisasi Pajak, sehingga masyarakat mengerti pajak dan membangun budaya membayar pajak, (d) meningkatkan integritas aparat pajak, sehingga kepercayaan masyarakat meningkat, (e) perbaikan sistem perpajakan. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan melakukan perubahanatas Undang-Undang Perpajakan, (f) meningkatkan diplomasi antar negara dalam upaya mengembalikan harta wajib pajak ke Indonesia, (g) melakukan kerjasama bilateral/multirateral dalam upaya melakukan penelusuran harta wajib pajak di luar negeri, dan (h) pemerintah perlu menjaga stabilitas politik, sosial serta pembangunan infrastruktur agar terjadi perbaikan iklim investasi di Indonesia.

Page 10: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

8

AbstrakDana desa mulai diimpelementasikan dari tahun 2015 sebesar Rp20,77 triliun,

tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi Rp46,98 triliun, dan tahun 2017 juga mengalami kenaikan menjadi Rp60 triliun. Besarnya dana tersebut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di desa yang salah satunya menyejahterakan petani. Namun harapan tersebut belum berbanding lurus, karena nilai tukar petani (NTP) triwulan I tahun 2017 terus mengalami penurunan menjadi 99,95 persen dari tahun sebelumnya sebesar 101,49 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan petani semakin menurun. Pemerintah harus mendorong penggunaan dana desa untuk peningkatan produktivitas pertanian sehinga kesejahteraan petani dapat meningkat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mendorong terbentuknya BUMDes-BUMDes yang fokus pada potensi sektor unggulan masing-masing desa, memprioritaskan jasa masyarakat desa sendiri bukan pihak ketiga dalam pembangunan infrastruktur, dan meningkatkan peran Pemerintah dalam pendampingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan dana desa.

Optimalisasi Dana Desa untuk Kesejahteraan Petani

Dahiri *)

1 Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail:[email protected]

Salah satu agenda pembangunan Pemerintah Republik Indonesia

di bawah kepemimpinan Presiden Ir. Joko Widodo yang telah dirumuskan dalam nawacita yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Desa sendiri merupakan lokomotif pembangunan nasional sehingga pembangunan perekonomian desa menjadi salah satu agenda prioritas Pemerintah dalam pembangunan nasional. Pembangunan ini jelas membutuhkan dukungan baik dana maupun kerjasama antar Kementerian serta dukungan politik dari DPR RI khususnya terkait anggaran dan legalitas hukum. Langkah dukungan pertama yang telah diambil oleh Pemerintah dan DPR RI yaitu dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Undang-undang ini dibuat dengan tujuan bisa meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa

melalui peningkatan pelayanan publik di desa, memajukan perekonomian di desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa, serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan dan dana desa yang bersumber dari APBN adalah wujud rekognisi negara kepada desa (Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarat Desa, 2015). Implementasi undang-undang ini mulai diterapkan pada tahun 2015 dengan anggaran dari APBN sebesar Rp20,77 triliun dan pada tahun 2016 anggaran dana desa meningkat 126,24 persen yaitu sebesar Rp46,98 triliun. Kemudian pada tahun 2017 anggaran dana desa juga mengalami kenaikan menjadi Rp60 triliun. Artinya Pemerintah dan DPR RI sangat serius untuk melakukan pembangunan di desa yang harapannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa khususnya petani.Petani merupakan masyarakat yang

Page 11: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

9

mendominasi elemen masyarakat di perdesaan sehingga jika Pemerintah melakukan pembangunan di desa maka salah satu pembangunan tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Berbicara kesejahteraan yang diharapkan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah masih perlu melakukan pembenahan dalam implementasi dan pelaksanaan dana desa karena kesejahteraan petani yang tercermin dari nilai tukar petani (NTP)1 cenderung mengalami penurunan. NTP merupakan indikator proxy kesejahteraan petani dan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani.

Gambar 1 menunjukkan NTP tahun 2010-2014 sebelum adanya dana desa cukup tinggi, rata-rata mencapai 103,02. Sedangkan NTP tahun 2015-2016 setelah adanya dana desa rata-rata hanya 100. Bahkan pada tahun 2017 terus mengalami penurunan menjadi 99,95. Sedangkan NTP berdasarkan sektor yang mengalami penurunan dibawah atau sama dengan 100 yaitu sektor pangan (NTPT) sebesar 100,37

dan sektor perkebunan rakyat (NTPR) sebesar 97,18. Sektor ternak (NTPT) merupakan nilai tertinggi sebesar 107,69, diikuti sektor perikanan (NTN) sebesar 102,38, dan sektor hortikultura (NTPH) sebesar 101,63. Penurunan NTP ini juga disebabkan oleh produktivitas pertanian cenderung stagnan. Sedangkan harga kebutuhan pokok cenderung naik. Akibatnya angka kemiskinan di desa masih cukup besar yaitu berkisar 14,06 persen. Besarnya angka kemiskinan menyebabkan masyarakat cenderung untuk urbanisasi ke kota untuk mencari pekerjaan, sehingga jumlah penduduk di desa setiap tahun mengalami penurunan.Selain penurunan jumlah penduduk di desa, jumlah tenaga kerja disektor pertanian setiap tahun terus mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan banyak para petani yang beralih profesi baik itu di desa sendiri atau pergi ke kota. Profesi menurut pekerjaan utama yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya adalah sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi. Sedangkan sektor lainnya cenderung meningkat namun berfluktuatif. Kondisi-kondisi tersebut harus menjadi perhatian Pemerintah, karena salah satu agenda pembangunan prioritas nasional yaitu membangun desa dengan dana desa. Dana desa tersebut diharapkan bisa mendorong peningkatan produktivitas pertanian. Oleh karena itu, Pemerintah dengan alokasi dana desa yang setiap tahun mengalami peningkatan perlu melakukan upaya-upaya pembenahan terhadap pelaksanaan dan pengawasan penggunaan dana desa oleh masyarakat.

Gambar 1. Perkembangan NTP Tahun 2010-Maret 2017

Sumber: BPS. Diolah1 NTP>100, berarti petani mengalami surplus (pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya). NTP = 100, berarti petani mengalami impas (pendapatan petani sama dengan pengeluarannya). NTP<100, berarti petani mengalami defisit (pendapatan petani turun, lebih kecil dari pengeluarannya).

Page 12: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

10

Optimalisasi Dana Desa untuk Kesejahteraan PetaniTerbentuknya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang implementasinya berupa dana desa merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa khususnya petani. Selama ini pembangunan lebih cenderung terpusat di perkotaan. Akhirnya perekonomian di perdesaan cenderung tertinggal jauh dari perkotaan. Padahal suplai pangan didominasi dari perdesaan. Selain itu serapan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama tahun 2016 masih didominasi sektor pertanian sebesar 31,90 persen, diikuti sektor perdagangan sebesar 22,54 persen, jasa sebesar 16,43 persen, industri 13,12 persen, dan sektor lainnya dibawah 7 persen. Karena menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, sektor pertanian dapat dikatakan sektor padat karya dibanding sektor lainnya. Dengan digulirkannya dana desa diharapkan dapat menjadi stimulus peningkatan perekonomian desa sehingga dapat menyejahterakan petani. Adapun upaya Pemerintah mendorong penggunaan dana desa untuk kesejahteraan petani yaitu sebagai berikut:a. Meningkatkan Terbentuknya BUMDesBUMDes merupakan mandat dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pendirian BUMDes ini sangatlah penting untuk mendukung pembangunan berkelanjutan perekonomian desa serta meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk membentuk BUMDes ini Pemerintah juga sudah menerbitkan

Permendes Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan, dan Pembubaran BUMDes. Saat ini dana desa sudah berjalan selama dua tahun, namun BUMDes yang terbentuk baru 24,67 persen atau sebanyak 18.446 BUMDes dari 74.754 desa yang menerima dana desa (kompas 2017). Jumlah BUMDes ini masih jauh dari harapan. Dengan adanya dana desa, diharapkan dapat mendorong terbentuknya BUMDes yang lebih banyak lagi, setidaknya mencapai satu desa memiliki satu BUMDes dengan fokus pada potensi sektor unggulan masing-masing desa, yaitu :1. Sektor Pertanian dan Perkebunan. Pemerintah harus dapat mendorong terbentuknya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) penggilingan padi, penggilingan kopi, traktor untuk bajak sawah dan kebun, dan pengolahan karet dan sawit. BUMDes penggilingan padi merupakan solusi untuk dapat mengurangi biaya penggilingan yang berdampak pada murahnya harga beras, dengan catatan biaya penggilingan di BUMDes dapat lebih murah. Selain itu, petani bisa mendapat nilai tambah terhadap penjualan beras dibandingkan dengan menjual gabah secara langsung.BUMDes penggilingan kopi merupakan solusi agar petani kopi bisa mendapatkan hasil kopi yang lebih maksimal. Untuk dapat menjual beras kopinya, biasanya petani harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit salah satunya biaya upah petik. Disamping itu, proses menjemur kopi hingga mengering pun memakan waktu yang cukup lama, terlebih kopi merupakan hasil tahunan. Dengan adanya BUMDes ini, biaya

Page 13: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

11

penggilingan kopi diharapkan dapat menjadi lebih murah sehingga margin yang diperoleh petani kopi dapat lebih besar dari sebelumnya.BUMDes traktor merupakan solusi untuk mendapatkan biaya bajak sawah atau kebun yang lebih murah. Dengan begitu, margin yang diperoleh petani bisa lebih besar. BUMDes Pengolahan karet dan sawit merupakan solusi agar harga jual petani dapat lebih stabil, serta harga lebih tinggi. Karena saat ini petani cenderung menjual tidak secra langsung ke industri pengolahan, melainkan ke tengkulak. Akibatnya harga lebih bergejolak dan lebih murah, karena tengkulak atau pembeli juga mengambil margin atas pembeliannya.2.Sektor Peternakan. BUMDes pembibitan hewan merupakan solusi bagi peternakan agar mendapatkan bibit yang lebih baik dan relatif ekonomis. Para peternak rakyat cenderung mengalami kesulitan dalam mendapatkan bibit. Akibat sulitnya mendapatkan bibit, harga bibit menjadi lebih mahal. BUMDes pembibitan hewan ini diharapkan bisa memberikan solusi untuk bisa mendapatkan bibit ternak dengan harga lebih ekonomis sehingga peternak bisa memperoleh margin optimal. Selain pembibitan, pakan ternak juga menjadi penting. Usaha para petani ternak banyak memakan biaya untuk kebutuhan pakan. Mahalnya pakan merupakan salah satu faktor harga ternak yang tinggi, karena para petani saat ini cenderung memenuhi kebutuhan pakan dari pihak distributor bukan langsung dari produsennya. BUMDes

Pakan diharapkan bisa menjawab permasalahan pemenuhan pakan tersebut. BUMDes ini setidaknya bisa memproduksi pakan untuk kebutuhan masyarakat desa sendiri. Bahkan lebih bagus lagi jika bisa memenuhi kebutuhan industri peternakan dengan harga ekonomis. Selain itu, manfaat dari BUMDes pembibitan maupun pakan, diharapkan mampu menyerap tenaga kerja masyarakat sehingga dapat menambah pendapatan petani itu sendiri. 3. Sektor Perikanan. BUMDes pembenihan ikan, pakan ikan, penangkapan ikan, dan pengolahan ikan merupakan solusi bagi budidaya ikan dan hasil penangkapan ikan. BUMDes bisa menyuplai benih kepada petani budidaya dengan harga yang ekonomis, dengan catatan BUMDes melakukan budidaya pembenihan bukan benih hasil pembelian yang kemudian dijual ke masyarakat ataupun budidaya. Artinya BUMDes ini memproduksi benih ikan sendiri. Benih merupakan persoalan paling utama bagi petani budidaya ikan. Selain benih, pakan ikan juga salah satu faktor mempengaruhi gejolak harga ikan. Sama halnya seperti sektor peternakan, BUMDes harus bisa memproduksi kebutuhan pakan sendiri. Disamping itu, sektor penangkapan ikan pun sangat membutuhkan kapal yang memiliki teknologi penangkapan yang canggih karena saat ini khususnya Indonesia timur masih belum banyak menggunakan kapal motor dalam kegiatan tersebut. Usaha selanjutnya setelah penangkapan ikan adalah penjualan ikan, khususnya pengolahan ikan. Dengan adanya BUMDes, diharapkan pengolahan ikan dapat menjadi solusi agar harga jual ikan bisa ekonomis dan terjangkau masyarakat,

Page 14: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

12

serta masyarakat memiliki nilai jual yang lebih.4.Membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM)Saat ini untuk memenuhi kegiatan pertaniannya, para petani cenderung meminjam dana kepada para pemilik modal, dan bukan kepada perbankan. Hal tersebut disebabkan karena mayoritas petani tidak dapat memenuhi persyaratan terkait peminjaman dana tersebut. Jika petani dapat meminjam dana dari bank, petani diwajibkan membayar cicilannya setiap bulan, sedangkan hasil tani yang didapat hanya musiman. Hal ini lah yang menyebabkan petani mau tidak mau meminjam kepada pemilik modal dengan mengembalikan pinjaman setelah panen disertai dengan bunga atau jasa yang tinggi. Oleh karena itu peran lembaga keuangan mikro (LKM) sangat diperlukan. Dengan terbentuknya LKM, diharapkan dapat membantu para petani untuk melakukan kegiatan pertanian dan memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Karena semua hasil pertanian merupakan musiman, kecuali petani karet dan sawit yang merupakan hasil bulanan bahkan mingguan, maka LKM ini diharapkan bisa menyesuaikan dengan hasil petani tersebut dengan memberikan keringan pembayaran setelah petani panen.b. Pembangunan Infrastruktur Desa Menggunakan Jasa Masyarakat Sendiri dan Pemberian Sanksi Terhadap Oknum yang Memberikan Jasa pada Pihak Ketiga. Pembangunan infrastruktur desa juga menjadi penting. Pada hakekatnya Dana desa ditujukan untuk

dapat mendorong perekonomian masyarakat setempat, dengan cara memperkerjakan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur sebagai upaya membantu negara membangun infrastruktur di desa. Pembangunan jalan yang layak dilalui menjadi penting, karena produk yang dihasilkan dari desa perlu dipasarkan. Jika keadaan infrastruktur jalan tidak baik, maka distribusi pemasaran produk desa akan memakan waktu yang lama sehingga berdampak pada kenaikan harga. Pembangunan infrastruktur ini sepatutnya melibatkan masyarakat setempat untuk dapat memberikan tambahan pendapatan/ peghasilan. Namun pada kenyataannya berdasarkan evaluasi pelaksanaan dana desa pada tahun 2015 dan 2016, kementerian keuangan menjelaskan bahwa pekerjaan konstruksi dilakukan seluruhnya oleh pihak ketiga. Hal ini jelas merugikan masyarakat desa, karena dana desa hakekatnya untuk masyarakat desa bukan pihak ketiga (kontraktor). Dengan terlibatnya masyarakat dalam pembangunan infrastruktur, maka kegiatan tersebut dapat menambah pendapatan masyarakat. Oknum yang memberikan jasa kepada pihak ketiga seharusnya diberikan sanksi sebagai upaya mencegah terulangnya kembali kejadian serupa. Menurut hemat penulis sanksi yang sepatutnya diberikan kepada oknum tersebut, dapat berupa pengembalian kembali dana yang telah diberikan pada pihak ketiga. c. Meningkatkan Peran Pendampingan dan Pengawasan PemerintahImplementasi dana desa telah memasuki tahun ketiga, namun dalam dua tahun terakhir masih

Page 15: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

13

RekomendasiDana desa yang bersumber dari APBN merupakan rekognisi negara kepada desa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa. Berbicara kesejahteraan desa berarti tidak lain juga berbicara kesejahteraan petani. Petani merupakan elemen masyarakat yang mendominasi penduduk di desa. Kesejahteran petani tersebut telah tercermin dalam nilai tukar petani (NTP). NTP setiap tahun terus mengalami penurunan, sedangkan alokasi dana desa terus mengalami peningkatan. Seharusnya kedua hal tersebut berbanding lurus. Oleh karena itu, perlu upaya Pemerintah untuk mendorong penggunaan dana desa agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani, yaitu Pertama, Mendorong terbentuknya BUMDes dengan fokus pada potensi sektor unggulan masing-masing desa. Kedua, memprioritaskan jasa masyarakat desa sendiri bukan pihak ketiga dalam pembangunan infrastruktur. Hal ini juga bertujuan agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat itu sendiri. Ketiga, meningkatkan pendampingan dan pengawasan terhadap pelaksanan dana desa. Hal ini bertujuan agar penggunaan dana desa lebih tepat sasaran dan akuntabel.

terdapat banyak permasalahan dalam pelaksanaanya. Permasalahan tersebut khususnya terkait penggunaan dana desa di luar prioritas penggunaan dan pengeluaran dana desa tidak didukung dengan bukti yang memadai, serta hasil pengadaan tidak dapat digunakan atau dimanfaatkan (Kementerian Keuangan). Permasalahan tersebut tidak semata salah dari masyarakat desa, tapi peran pemerintah yang masih minim. Menurut penulis,

mayoritas masyarakat desa masih belum memahami pengelolaan dari dana desa tersebut. Pada hakekatnya dana desa tersebut digunakan untuk dapat mendukung kegiatan perekonomian desa, namun terdapat desa yang menggunakan dana tersebut untuk membangun pagar makam desa. Dan jelas bahwa hal tersebut bukan untuk kegiatan ekonomi. Untuk itu, permasalahan tersebut sangat penting untuk segera diselesaikan, yaitu dengan peningkatkan peran pendampingan dan pengawasan.

Daftar PustakaDirektorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarat Desa Kementerian Desa. 2015. Pembangunan Daerah Tertinggal dan TransmigrasiKemendesa. 2015. Badan Usaha Milik Desa “Spirit Usaha Kolektif Desa”. Jakarta: KemendesaKemendesa. 2016. Pokok-pokok Kebijakan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016. Jakarta: Kemendesa

Kementerian Keuangan. 2016. Kebijakan Pengalokasian dan Penyaluran Dana Desa Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Keuangan.Kompas.com. 2017. Jumlah BUMDes Mencapai 18.446 Unit. Diakses dari http://bisniskeuangan.kompas.comAdhi dan dahiri. 2016. Analisis Pengaruh Belanja Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Indonesia. Jakarta : Jurnal Budget. Vol,1 No.2

Page 16: Pengampunan Pajak: Identifikasi Pelaksanaan & Optimalisasi ... · pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi. Sehingga salah satu tujuan pengampunan pajak dapat tercapai. Pada akhir

14

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RI

www.puskajianggaran.dpr.go.idTelp. 021-5715635, Fax. 021-5715635

e-mail [email protected]