PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2657/1/SITI...

127
PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR (Studi Kasus di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: SITI RODLIYAH NIM : 21112016 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017 i

Transcript of PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2657/1/SITI...

PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR (Studi Kasus di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali)

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

SITI RODLIYAH NIM : 21112016

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

i

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi,

maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Siti Rodliyah

NIM : 21112016

Judul : PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR

(STUDI KASUS DI DESA BANYUURIP KECAMATAN KLEGO

KABUPATEN BOYOLALI)

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam

sidang munaqasah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 17 Maret 2017

Pembimbing

M. Yusuf Khummaini S.Hi M.H

NIP: 198105082003121003

iii

KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V no.9 Telp (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR (STUDI KASUS DI DESA BANYUURIP KECAMATAN KLEGO

KABUPATEN BOYOLALI)

Oleh: SITI RODLIYAH

NIM: 21112016

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 24 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Hukum Islam.

Dewan Sidang Munaqasah

Ketua Sidang : Dr. H. Muh Irfan Helmy, Lc., M.A :

Sekretaris Sidang : M. Yusuf Khummaini S.Hi M.H :

Penguji I : Drs. Machfudz, M. Ag :

Penguji II : Heni Satar Nurhaida, M.Si :

Salatiga, Maret 2017

Dekan Fakultas Syari’ah

Dra. Siti Zumrotun, M.Ag

NIP:196701151998032002

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Rodliyah

NIM : 21112016

Fakultas : Syari’ah

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Judul Skripsi : PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR

(Studi Kasus di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten

Boyolali)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 17 Maret 2017

Yang menyatakan,

Siti Rodliyah

NIM: 21112016

v

MOTTO

“Setiap ada kemauan, usaha serta do’a pasti keberhasilan itu akan terwujud”

“Hiasi hidup seperti bintang di langit”

vi

PERSEMBAHAN

Atas nama cinta dan kasih dari dalam jiwa, skripsi ini penulis persembahkan

untuk,

Bapak, ibu ku tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan

serta do’a dan semangat sepanjang masa buat saya.

Kakak-kakak ku yang selalu memberikan dorongan, mendampingi

dalam proses, serta memberikan bantuan dalam penyelesaian proses

belajar ku untuk menyelesaikan srata satu.

Semua teman seperjuangan di Ahwal Al-Syakhshiyyah angkatan 2012

Teman-teman yang terlibat dalam proses ku di IAIN Salatiga yang

mendampingi dan menberikan semangat dalam pembuatan skripsi ini,

juga selalu memotivasi, menemani suka dan duka, semoga pertemanan

kita akan abadi.

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji bagi Allah swt dan puji syukur peneliti panjatkan

kepadaNya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang kita nanti syafaatnya di

hari akhir nanti.

Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari keterbatasan

pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah

banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku dekan Fakultas Syari’ah.

3. Bapak Sukron Ma’mun, S.Hi., M.Si. selaku ketua jurusan Ahwal Al

Syakhsiyyah.

4. Bapak M. Yusuf Khummaini S.Hi, M.H Selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya serta memotivasi guna

membimbing terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang mengajar dari semester satu sampai

delapan telah membagi ilmunya yang bermanfaat.

6. Bapak Kepala Desa Banyuurip.

7. Para informan keluarga orang tua karir di Desa Banyuurip.

viii

8. Ayah Ibu, dan keluargaku tercinta terima kasih atas doa dan pengorbanan

selama ini.

9. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu terima kasih

atas kerjasama, semangat, motivasi dan perhatiannya.

Teriring do’a dan harapan semoga amal baik semua pihak tersebut di

atas akan mendapat balasan dari Allah swt.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Penulis

ix

ABSTRAK

Siti Rodliyah, 21112016, Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir (Studi Kasus di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali), Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

Kata kunci: pengasuhan dan orang tua karir

Bekerja merupakan aktivitas serta tuntutan yang harus di lakukan untuk para orang tua. Kesulitan ekonomi, penghasilan yang tidak menentu serta kebutuhan sehari-hari yang makin meningkat memaksa para suami dan para istri untuk bekerja dan berkarir. Karena hal bekerja tersebut orang tua mengalihkan pengasuhan anak dan menitipkan kepada orang lain. Seperti yang terjadi di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali yang mana faktor ekonomi yang melanda mereka menitipkan anaknya dalam pengasuhan orang lain. Permasalahan yang dikaji dalam hal ini adalah: (1) bagaimana pola pengasuhnan anak pada keluarga orang tua karir di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali? (2) apa faktor-faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak kepada orang lain di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali? (3) bagaimana pandangan hukum mengenai pengasuhan anak di Desa Banyuurip Klego Kabupaten Boyolali?

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Dengan jenis penelitiannya adalah kualitatif dengan pendekatan normative yuridis dan sosiologis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan yang digunakan adalah dengan cara menitipkan kepada nenek dan menitipkan kepada tetangga. kemudian faktor penyebab terjadinya pengalihan pengasuhan anak adalah faktor ekonomi, faktor usia, faktor pendidikan, faktor kebosanan. Dalam hal ini memiliki dampak kepada anak yaitu anak kurang kasih sayang dan anak tidak mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tua. Kemudian untuk pembentukan karakter anak akan ditentukan oleh cara pengasuhan yang diterapkan oleh lingkungan dalam ini adalah keluarga yang berperan sangat penting. Sebagai orang tua berkewajiban untuk mengasuh, memelihara serta mendidik anak dengan baik.

x

DAFTAR ISI

Sampul

Lembar berlogo

Judul ................................................................................................................... i

Nota Pembimbing .............................................................................................. ii

Pengesahan Kelulusan ....................................................................................... iii

Pernyataan keaslian ............................................................................................ iv

Motto .................................................................................................................. v

Persembahan ...................................................................................................... vi

Kata Pengantar ................................................................................................... vii

Abstrak ............................................................................................................... ix

Daftar isi ............................................................................................................. x

Daftar lampiran .................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10

D. Penegasan Istilah ..................................................................................... 11

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 11

F. Metode Penelitan ..................................................................................... 14

G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perkawinan, Keluarga dan Orang Tua Karir ...................... 19

xi

1. Perkawinan ........................................................................................ 19

2. Keluarga ..................................................................................................... 20

3. Orang Tua Karir ........................................................................................ 22

B. Tinjauan Terhadap Pola Pengasuhan Anak ...................................................... 24

1. Pengertian Pengasuhan ............................................................................... 24

2. Pola Asuh Anak .......................................................................................... 27

a. Pola Asuh Otoriter ............................................................................... 29

b. Pola Asuh Demokrasi .......................................................................... 30

c. Pola Asuh Permisif .............................................................................. 31

C. Kewajiban Pengasuhan Anak Dalam Pandangan Hukum Islam dan

Undang-undang ................................................................................................. 32

1. Kewajiban Pengasuhan Anak Menurut Hukum Islam ............................... 32

2. Kewajiban Pengasuhan Anak Menurut Undang-undang ............................ 39

BAB III PRATIK PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA

KARIR DI DESA BANYUURIP KECAMATAN KLEGO

A. Gambaran Umum Desa Banyuurip ................................................................... 44

1. Letak Geografis .......................................................................................... 44

2. Keadaan Penduduk ..................................................................................... 45

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Dukuh dan Jenis Kelamin .................. 45

b. Penduduk Berdasarkan Agama yang dianut ........................................ 45

c. Penduduk Menurut Mata Pencaharian ................................................. 46

d. Pendidikan ........................................................................................... 47

e. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Budaya Keagamaan .......................... 48

B. Praktik Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir ................................... 49

1. Profil Keluarga Orang Tua Karir ................................................................ 49

xii

a. Keluarga Bapak AM dan Ibu NK ........................................................ 49

b. Keluarga Bapak BA dan Ibu DF .......................................................... 51

c. Keluarga Bapak MS dan Ibu TR .......................................................... 52

d. Keluarga Bapak KH dan Ibu UM ........................................................ 54

e. Keluarga Bapak MH dan Ibu DM ........................................................ 56

2. Faktor Penyebab Pengalihan Pengasuhan Anak ......................................... 58

a. Faktor ekonomi .................................................................................... 58

b. Faktor Usia ........................................................................................... 60

c. Faktor Pendidikan ................................................................................ 61

d. Faktor Kebosanan ................................................................................ 62

3. Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Orang Tua Karir ........................... 63

a. Pola pengasuhan Anak Ibu NK ............................................................ 63

b. Pola Pengasuhan Anak Ibu DF ............................................................ 64

c. Pola Pengasuhan Anak Ibu TR ............................................................ 65

d. Pola Pengasuhan Anak Ibu UM ........................................................... 67

e. Pola Pengasuhan Anak Ibu DM ........................................................... 68

4. Dampak Pengalihan Pengasuhan Anak ...................................................... 69

a. Dampak Ekonomi ................................................................................ 69

b. Dampak Pendidikan ............................................................................. 70

c. Dampak Keharmonisan ........................................................................ 72

BAB IV ANALISIS

A. Analisis Terhadap Pola dan Landasan Pengasuhan Anak Orang Tua

Karir .................................................................................................................. 73

B. Analisis Terhadap Faktor Penyebab Pengalihan Pengasuhan Anak orang

Tua Karir ........................................................................................................... 76

xiii

C. Menurut Pandangan Hukum Islam dan Undang-undang .................................. 80

1. Menurut Hukum Islam ............................................................................... 80

2. Menurut Undang-undang ........................................................................... 89

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................................. 94

B. SARAN ............................................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup

Lampiran II Foto Akta Nikah Keluarga

Lampiran III Foto KTP Pelaku

Lampiran IV Permohonan Izin Penelitian

Lampiran V Daftar Nilai SKK

Lampiran VI Nota Pembimbing Skripsi

Lampiran VII Lembar Konsultasi Skripsi

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah

tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhan Yang Maha Esa (UU no 1

thn 1974 pasal 1). Perkawinan merupakan salah satu sunntullah yang berlaku

pada semua makhluk tuhan, perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah

sebagai jalan bagi manusia untuk beranak-pinak, berkembang biak, dan

melestarikan hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan

perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan ( Ghazaly Ahmad,

2006:10).

Perkawinan mengandung aspek hukum, melangsungkan perkawinan

ialah saling mendapatkan hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan

hubungan pergaulan yang dilandasi tolong menolong. Dalam Kompilasi Hukum

Islam pengertian perkawinan dan tujuannya dinyatakan dalam pasal 2 dan 3

sebagai berikut:

Pasal 2 : Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu

akad yang sangat kuat atau mutsaqon ghalizhan untuk menaati perintah Allah

dan melaksanakannya merupakan ibadah. Perkawinan itu adalah sunnah Allah

jika dilaksanakan dengan menurut ketentuan tertentu hukum Islam maka akan

mendapatkan pahala karena bernilai ibadah.

1

Pasal 3: Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah

tangga yang sakinah, mawadah, warahmah. Yang artinya keluarga yang selalu

diberikan kedamaian hati, dilapisi dengan kasih sayang antar anggota keluarga,

dan mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Dan tujuan itu akan tercapai jika para

anggota keluarga untuk saling tolong menolong (KHI, pasal 2 dan 3).

Seperti yang dijelaskan diatas, bahagia dalam rumah tangga itu ketika

suami istri saling tolong menolong dan bahu membahu dalam melakukan

pekerjaannya. Serta bekerja sama untuk mendidik anaknya dengan baik. Suami

adalah kepala keluarga dan ibu menggurus rumah tangga. Tugas suami adalah

memberikan nafkah kepada seluruh anggota keluarganya sedangkan tugas ibu

mengurus rumah tangganya. Dalam Al Qur’an surat Annisa ayat 34

menyebutkan:

أنـفقوا من أمواهلم فالصاحلات الرجال قـوامون على النساء مبا فضل الله بـعضهم على بـعض ومبا

ضاجع قانتات حافظات للغيب مبا حفظ الله والاليت ختافون نشوزهن فعظوهن واهجروهن يف الم

غوا عليهن سبيال إن الله كان عليا كبرياواضربوهن فإن أطعنكم فال تـبـ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri,ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.

2

Apabila istri dan suami mampu membina keluarganya dan mereka

mampu untuk melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing, maka keluarga

yang kekal dan bahagiapun akan terwujud, karena semuanya mempunyai peran

yang optimal. Disisi lain ada suatu keluarga yang suami dan istri sama-sama

bekerja. Dalam hal ini istri yang seharusnya mengurus rumah tangga, melayani

dan mengasuh anak, tetapi karena dalam situasi tertentu dan kondisi tertentu

mengaruskan bekerja sama seperti yang dilakukan oleh suami yaitu bekerja.

Kemudian timbul masalah mengenai bagaimana mereka dalam mengurus anak.

Padahal pengasuhan yang baik adalah ketika suami dan istri bekerja sama untuk

mengasuh dan memberikan pendidikan.

Orang tua merupakan orang yang penting dalam proses pengasuhan dan

pendidikan anak. Orang tua dalam ranah ini adalah pengembangan dalam upaya

membentuk kepribadian anak, mengembangkan potensi akademik maupun non

akademik melalui olah potensi, rasio, etika dan moral. Kedekatan orang tua

terhadap anak, sungguh sangat member pengaruh besar dalam proses

pembentukan anak, dibandingkan pengaruh yang diberikan oleh komponon

pendidikan lainya. Pola pengasuhan maupun pendidikan anak di lingkungan

keluarga sangat ditentukan oleh kualitas dan kesiapan keluarga (suami istri)

sendiri untuk melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya melalui peran edukasi

(pendidikan). Dilingkungan keluarga peran ibu atau istri sangat dominan karena

ditangannyalah akan menentukan kehidupan bagi anak dan suaminya.

(Fuaduddin, 1999: 9).

3

Dalam mendidik anak, kedua orang tua merupakan sosok manusia

yang pertama kali dikenal anak. Yang karenanya perilaku keduanya akan sangat

mewarnai tehadap proses perkembangan kepribadian anak selanjutnya, sehingga

faktor keteladanan dari keduanya menjadi sangat diperlukan. Orang tua memiliki

andil yang sangat besar dalam menentukan karakter dan memaksimalkan

kecerdasan yang harus senantiasa dimiliki oleh anak. Apa yang didengar, dilihat

dan dirasakan anak di dalam berinteraksi dengan kedua orang tuanya akan

sangat membekas dalam memori anak. Orang tua janganlah hanya disibukkan

dengan urusan duniawi semata, tetapi urusan lainya pula yaitu mengenai

pendidikan akhlak dan moral itu sangatlah penting. Orang tua yang tidak

memperhatikan kasih sayang terhadap anaknya dan hanya disibukkan dengan

urusan duniawi semata maka akan menyebabkan si anak menyimpang tingkah

lakunya, di samping itu juga dapat menyebabkan si anak kehilangan pegangan.

(Juwairiyah, 2010: 5).

Pengasuhan anak merupakan suatu kewajiban suami istri, karena anak

merupakan darah daging mereka. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan

yang maha Esa, yang senantiasa harus di jaga karena di dalam dirinya melekat

harkat, martabat, dan hak-hak sebagai anak atau manusia, seperti dalam bunyi

Kompilasi Hukum Islam pada pasal 77 poin 3 yaitu; “suami istri memikul

kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai

pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan

agamanya”. Sejatinya seorang anak membutuhkan fikur kedua orang tuanya

(ayah dan ibu) dalam perkembangan kematangan kepribadiannya. Fenomena

4

yang terjadi pada sekarang ini, dan nyaris membudidaya di kalangan masyarakat

adalah adanya pengalihan pengasuhan anak kepada orang lain. Dengan alasan

kesibukan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Mereka menitipkan

mengenai pengasuhan anaknya kepada orang lain. Hal ini disebabkan oleh ayah

dan ibu sama-sama bekerja. Dan orang tua kurang memperhatikan

perkembangan si anak.

Kewajiban orang tua adalah untuk memelihara dan mendidik anak

mereka dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan ini mencakup masalah ekonomi,

pendidikan, dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok dan kebutuhan

sekunder anak. Pengasuhan juga berarti sebuah tanggung jawab orang tua untuk

mengawasi, memberi pelayanan yang senantiasa yang semestinya serta

mencukupi kebutuhan hidup seorang anak oleh orang tuanya. Anak merupakan

amanat bagi orang tua, serta merupakan anugrah dan amanah dari Allah kepada

manusia yang menjadi orang tuanya. Oleh karena itu orang tua bertanggung

jawab penuh agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang

berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya

sesuai dengan tujuan dan kehendak Tuhan.

Dalam surat Al Baqarah ayat 233 telah diterangkan dengan jelas

sebagai berikut :

وعلى المولود ◌ لمن أراد أن يتم الرضاعة ◌ والوالدات يـرضعن أوالدهن حولين كاملين

ال تضار والدة بولدها وال ◌ ال تكلف نـفس إال وسعها ◌ له رزقـهن وكسوتـهن بالمعروف

5

هما وتشاور ◌ لك ◌ وعلى الوارث مثل ذ ◌ مولود له بولده فإن أرادا فصاال عن تـراض منـ

اح وإن أردتم أن تستـرضعوا أوالدكم فال جن ◌ فال جناح عليهما

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. (QS. Al Baqarah : 233).

Dalam ayat tersebut mewajibkan agar kedua orang tua anak menjaga

sikap saling mengerti dan penuh keharmonisan dan kecintaan. Dan pemeliharaan

anak menjadi tanggung jawab ayah tetapi ayah seorang bayi itu wajib

mengeluarkan nafkah untuk ibunya dan memberikan pakaian tanpa disertai

ucapan dan sikap yang menyakitkan, tetapi dengan cara yang ma’ruf , atau

pemberian yang disertai rasa cinta, saling menghormati dan saling memahami

(Al-Shabbagh, 1994:199). Kemudian dalam hadits Rasulullah saw yang artinya:

“Jika salah seorang diantara kamu sekalian mau mendidik anaknya, maka perbuatan itu lebih baik baginya ketimbang bersedekah setengah sha’ setiap hari untuk para fakir miskin”.

Maksud dari hadits tersebut adalah orang tua yang mau mendidik anak nya

dengan baik berdasarkan ajaran agama Islam maka itu lebih baik dari pada

mereka bersedekah yang banyak.

Imam Ali bin AbiThalib berkata: “sebaik-baiknya yang diwariskan oleh

bapak kepada anak adalah pendidikan. “IbnMas’ud berkata: “setiap pendidikan

sangat senang diadili bersama didikannya. Dan sesungguhnya pendidikan Allah

adalah Al-Qur’an. Kebahagian anak tidak dapat dinilai dari banyaknya materi

6

yang diberikan oleh orang tua tetapi pendidikan mengenai moral dan etika yang

baik itulah yang harus diberikan oleh orang tuanya ”(Al Shabbagh, 1994:204-

205).

Dalam Undang-undang perkawinan No 1 tahun 1974 pasal 45

disebutkan bahwa:

Ayat 1: Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak

mereka sebaik-baiknya”. Dengan mengunakan ahklak dan anjuran yang

berdasarkan Al Quran orang tua dianjurkan untuk mendidik dan mengasuh

anaknya. Untuk menjadikan anak tumbuh kembang dengan baik.

Pasal 2: Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini

berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana

berlaku meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Dalam mengasuh

dan mendidik anak itu sampai mereka dapat mengurus dirinya sendiri dan

sehingga dapat membedakan antara hal yang baik dan hal yang buruk.

Kemudian dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 83 ayat 2 yang

berbunyi “Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-

hari dengan sebaik-baiknya. Sebagai seorang istri ia adalah wakil dari suaminya

untuk itu berkewajiban untuk membantu suaminya dengan cara untuk mengatur

rumah tangganya dan merawat anak-anaknya dirumah. Melayani suaminya dan

mendidik anak-anaknya.

Dalam Undang-undang perlindungan anak pasal 2 disebutkan bahwa:

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

7

2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan negara yang baik dan berguna.

3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

4. Anak berhak perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar (UU RI No.23 th 2002).

Pola pengasuhan anak yang ideal adalah apabila dilakukan oleh kedua

orang tuanya. Ayah dan ibu saling bekerja sama untuk mengasuh dan mendidik

anak. Mereka menyaksikan dan memantau tumbuh perkembangan anak secara

langsung dan optimal. Namun dalam kenyataannya kondisi ideal tersebut tidak

dapat diwujudkan karena hal-hal tertentu.

Disisi lain ada beberapa keluarga yang kedua orang tuanya berkarir atau

bekerja dan meninggalkan anak mereka dan menitipkan kepada orang lain.

Sehingga ada suatu peran yang tidak dapat berfungsi lagi. Dalam hal ini istri

yang seharusnya melayani suami, mengasuh anak tidak dilakukan lagi, dan

kewajiban suami istri tersebut adalah mendidik, mengasuh anak-anaknya supaya

tumbuh menjadi anak yang berguna bagi semuanya. Pengasuhan anak sangatlah

berpengaruh kepada kepribadian dan pertumbuhan anak kelak.

Dalam kasus yang terjadi di Desa Banyuurip ini adalah adanya

pengalihan pengasuhan anak kepada orang lain ketika ditinggal bekerja. Bahkan

diantara mereka ada yang menitipkan anaknya dari usia dini sampai ia tumbuh

dewasa itu dalam pengasuhan orang lain, melainkan tidak langsung diasuh kedua

orang tuanya. Fenomena yang terjadi saat ini semakin merabah yaitu dengan

cara pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain. Dan otomatis disini akan

muncul sebuah problem seperti kurangnya pelayanan istri terhadap suaminya

8

karena sibuk bekerja, kurangnya kasih sayang yang dirasakan oleh anak-

anaknya. Karena anak bukan hanya membutuhkan perhatian materiil saja, tetapi

juga membutuhkan kehadiran orang tuanya dalam berbagai hal. Namun, pada

kenyataannya banyak orang tua yang bekerja dan meninggalkan anaknya dan

menitipkan kepada orang lain. Padahal pola pengasuhan yang baik adalah saat

ayah dan ibu bekerja sama, bahu membahu dalam memberikan pengasuhan,

perhatian, kasih sayang dan pendidikannya.

Dengan bekerjanya kedua orang tua otomatis dalam ranah ini akan

timbul kurangnya keharmonisan dan kedekatan keluarga karena kedua orang tua

telah meninggalkan waktu untuk keluarganya dan menyebabkan anak menjadi

kurang kasih sayang, mereka menjadi tidak terurus. Kemudian kurangnya

komunikasi antara suami istri dan anak-anak akan menyebabkan ketidak

harmonisan dalam sebuah keluarga. Dan dari kurannya waktu dan pendidikan

yang diberikan oleh kedua orang tua ini akan mempengaruhi kehidupan anak

dimasa yang akan datang, yaitu ahklak anak yang tidak baik.

Berangkat dari latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk

meneliti kasus yang terjadi di Desa Banyuurip, Kecamatan Klego, Kabupaten

Boyolali dengan judul “Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir”. Studi

kasus pada keluarga yang kedua orang tuanya berkarir dan menitipkan anaknya

kepada orang lain.

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti

merumuskan pokok masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pola dan landasan pengasuhan anak pada keluarga orang tua

karir di Desa Banyuurip, Kecamatan Klego, KabupatenBoyolali?

2. Apa faktor-faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak kepada orang

lain di Desa Banyuurip, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali?

3. Bagaimana pandangan Hukum megenai pengasuhan anak di Desa

Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Berpijak pada masalah diatas maka tujuan penulis melakukan penelitian

ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana pola dan landasan pengasuhan anak yang

dilakukan oleh kedua orangtua yang berkarir di Desa Banyuurip,

Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.

2. Mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak

kepada orang lain di Desa Banyuurip, Kecamatan Klego, Kabupaten

Boyolali.

3. Mengetahui bagaimana pandangan hukum mengenai pengasuhan anak

yang benar.

10

D. Penegasan Istilah

1. Pengalihan adalah pemindahan. Yang dimaksud dalam pengalihan dalam

kasus ini adalah pemindahan pengasuhan anak yang seharusnya dilakukan

oleh kedua orang tua ini dialihkan kepada orang lain.

2. Anak adalah keturunan, keturunan yang memiliki hubungan darah yang

dihasilkan oleh pasangan suami istri yang dapat meneruskan kedua orang

tuanya.

3. Pengasuhan adalah penjagaan anak, dalam kasus ini pengasuh adalah orang

yang menjaga dan merawat anak. Kemudian pengasuhan adalah cara yang

digunakan oleh orang yang mendidik,

4. Karir adalah perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan. Yang dimaksud

dalam karir dalam hal ini adalah kedua orang tua bekerja.

E. Tinjauan Pustaka

Ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara suami dan istri

dimana yang terbentuk dalam kelompok kecil masyarakat yang disebut dengan

keluarga. Keluarga disini memiliki anggota yang berupa ayah sebagai kelapa

rumah tangga, ibu sebagai wakil atau pembantu ayah dan sebagai ibu rumah

tangga, serta terdapat anak-anak yang mereka yang membutuhkan kasih serta

perhatian dari kedua orang tua. Suami dan istri memiliki tanggung jawab yang

harus dikerjakan masing-masing di dalam keluarganya.

Pembahasan mengenai pengasuhan anak orang tua karir belum

dilakukan, yang banyak diteliti yaitu mengenai istri sebagai nafkah utama dalam

11

pemenuhan keluarganya, sedangkan skripsi ini akan merujuk pembahasan

mendalam mengenai pengalihan pengasuhan anaknya ketika kedua orang tuanya

sama-sama berkarir atau bekerja.

Dalam penelitian ilmiah yang berupa skripsi peneliti mememukan

beberapa karya yang terkait dengan masalah pengasuhan anak dan orang tua

karir, karya-karya tersebut adalah skripsi Sholechah yang berjudul “Istri Karier

dalam Perspektif Hukum Islam” (Studi terhadap Istri Pencari Nafkah di Desa

Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang). Skripsi ini memilki tiga rumusan

masalah yaitu: Apa alasan ulama tentang kebolehan istri berkarir; Bagaimana

latar belakang serta peran istri karier di Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab.

Semarang; Bagaimana sosok istri karier dan implikasi terhadap pemberian

nafkah keluarga di Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa istri boleh berkarir tetapi tetap

ada batasan tentang kebolehan tersebut dan selama tidak menentang dengan

syari’at islam, kemudian adanya faktor pendorong tertentu.

faktor tertentu yang mengharuskan mereka untuk berkarir. Menurut mereka

pemenuhan nafkah keluarga merupakan tanggung jawab bersama antara suami

dan istri (Sholechah 2006:9)

Skripsi selanjutnya yaitu skripsi Akmal janan Absor yang berjudul:

“Pola Asuh Orang Tua Karir dalam Mendidik Anak” (Studi Kasus Keluarga

Sunaryadi, Komplek TNI AU Blok K No12 LANUD Adisutjipto Yogjakarta)

skripsi ini memiliki tiga rumusan masalah yaitu bagaimanakah pola asuh orang

tua karir dikeluarga sunaryadi dalam mendidik anak; faktor apa sajakah yang

12

menjadi pendukung dan penghambat pola asuh orang tua karir dikeluarga

Sunaryadi dalam mendidik anak; bagaimanakah hasil pola asuh orang tua karir

di keluarga Sunaryadi dalam mendidik anak. Dalam penelitian ini disimpulkan

bahwa bentuk pola asuh orang tua karir di keluarga Sunaryadi dalam mendidik

anak adalah demokratis. Kemudian faktor pendukungnya adalah keadaan

ekonomi orang tua, pengalaman, pendidikan, keadaan anak, bantuan dari pihak

lain, dan lingkungan yang representatif sedangkan faktor penghambat yaitu

pekerjaan yang menyebabkan keterbatasan waktu, kelelahan, dan juga

keterbatasan agama. Dan hasil yang dicapai dari pola asuh demokratis

terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik (Akmal Janan

Absor 200:57).

Penelitian selanjutnya yaitu Yeni Fauziah yang berjudul“Hak dan

Kewajiban Suami Istri dalam Perspektif Hukum Islam” (Studi Nilai Keadilan

Gender terhadap Kewajiban Mendidik Anak). Skripsi ini memiliki tiga rumusan

masalah yaitu: bagaimana hak dan kewajiban suami istri dalam islam;

bagaimana konsep kesetaraan gender dalam islam; bagaimana pembagian peran

antara suami istri dalam mendidik anak tanpa menafikan konsep kesetaraan

gender. Dalam skripsi ini dapat disimpulkan mengenai pembahasan hak dan

kewajiban suami istri dalam kacamata Islam yakni kesetaraan gender peran

antara laki-laki dan perempuan.

Dalam tinjauan penelitian yang terdahulu penulis memiliki perbedaan

yaitu mengenai pengasuhan anak yang dialihkan kepada orang lain dimana yang

berkewajiban mengasuh anak adalah kedua orang tua dan fenomena itu menjadi

13

sering dilakukan pada sekarang ini. Dalam hal diatas belum ada yang meneliti

secara khusus, untuk itu penulis tertarik untuk meneliti dengan judul

“Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir”.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (suharsimi, 2010:203). Adapun metode

penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

a. Metode dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian

lapangan (Field Research) yang bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menunjukan bahwa pelaksanaannya

terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak

dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekan pada deskripsi secara

alami. guna memperoleh gambaran yang jelas dan dapat memberikan data

yang detail tentang obyek yang diteliti (Suharsimi, 2010 :27)

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih banyak

menggunakan kualitas subyektif, mencakup penelahaan dan pengungkapan

berdasarkan persepsi untuk memperoleh pemahaman terhadap fenomena

sosial dan kemanusiaan yang terjadi (Asep Hermawan, 2004:14).

b. Lokasi penelitian

14

Penelitian ini berlokasi di Desa Banyuurip Kecamatan Klego

Kabupaten Boyolali dirumah masing-masing keluarga yang orang tuanya

berkarir dan untuk pengasuhannya dengan cara mengalihkan atau

menyerahkan anaknya kepada orang lain. Penelitian ini menggunakan dua

sumber data yaitu:

1) Data primer

Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari

sumbernya dan diolah sendiri oleh peneliti ( Rosady Ruslan,

2010:138). Data yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan fakta

lapangan yang diperoleh langsung dari keterangan para pelaku yang

melakukan pengalihan pengasuhan anak.

2) Data sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara dihasilkan dari pihak lain (Rosadi

Ruslan, 2010:138). Merupakan data yang mencangkup dokumen-

dokumen resmi dari buku, artikel, hasil penelitian sebelumnya yang

menunjang sebagai landasan teori.

2. Teknik pengumpulan data

a. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta melakukan

pencatatan data atau informasi yang sesuai dengan konteks penelitian

(mahi, 2011:73). Dalam pengumpulan data peneliti melakukan observasi

15

langsung di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali

dirumah masing-masing pihak yang bersangkutan.

b. Wawancara (interview)

Teknik wawancara (interview) adalah teknik pencarian data atau informasi

mendalam yang diajukan kepada responden dalam bentuk pertanyaan dan

jawaban (Mahi,2011:79). Wawancara yang akan dilakukan peneliti adalah

wawancara langsung kepada pelaku. Dan pihak yang terkait dalam hai ini

adalah kedua orang tua yang sama-sama bekerja di Desa Banyuurip

Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali dan pengasuhan dan perawatan

anak dari orang tua tersebut dilakukan oleh orang lain.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sejumlah fakta dan data yang tersimpan dalam bahan

yang berbentuk dokumentasi. Data yang dimaksud dalam hal ini adalah

mengenai foto dan hal surat menyurat. Sifat utama data ini tak terbatas

pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk

mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Setiap bahan

tertulis ataupun film, dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan

bahan untuk meramal.

Dalam hal ini peneliti melakukan tanya jawab langsung kepada pelaku,

kemudian dalam proses tanya jawab tersebut disertakan dengan

merekamnya dan menulis apa yang telah disampaikan oleh informan serta

peneliti juga meminta surat-surat yang terkait dengan keluarga tersebut

16

seperti KTP, Akta Nikah dan KK. Dan hal tersebut menjadi dapat

dijadikan dokumentasi dalam penelitian ini. (Lexy j. Moleong, 2009).

3. Analisis Data

Data penelitian yang telah dikumpulkan ataupun diperoleh, dianalisis

secara kualitatif dengan cara mengambarkan masalah jelas dan mendalam.

Jenis analisis yang digunakan oleh peneliti adalah metode diskripsi kualitatif,

yaitu peneliti berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang

terjadi sekarang. Metode diskripsi kualitatif dalam penelitian ini yaitu dengan

menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan mengenai pola

pengasuhan anak orang tua karir, faktor-faktor penyebab pengalihan

pengasuhan anak orang tua karir, kemudian bagaimana pandangan hukum

terhadap pengalihan pengasuhan anak orang tua karir yang terjadi di Desa

Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam mencerna masalah yang dibahas, penulis

menggunakan sistematika ini terdiri dari lima bab yang terdiri sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka,

metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini merupakan kajian pustaka yang menjelaskan tinjauan

tentang perkawinan, keluarga, dan Orang Tua Karir, Tinjauan terhadap

17

pola pengasuhan anak, Kewajiban pengasuhan anak dalam pandangan

hukum Islam dan hukum positif atau Undang-undang..

BAB III: Dalam bab ini menjelaskan paparan data dan hasil penelitian yang

berupa gambaran umum Desa Banyuurip, Praktik pengalihan

pengasuhan anak orang tua karir, yang berisi bagaimana pola

pengasuhan anak orang tua berkarir di Desa Banyuurip, faktor-faktor

penyebab pengalihan pengasuhan anak di Desa Banyuurip dan dampak

yang ditimbulkan.

BAB IV: Dalam bab ini berisi analisis data mengenai hasil penelitian, analisis

pola pengasuhan anak, analisis faktor-faktor pengalihan pengasuhan

anak, analisis hukum terhadap pengalihan pengasuhan anak.

BAB V: Dalam bab ini adalah penutup yang berisi dari kesimpulan, saran dan

penutup.

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perkawinan, Keluarga Dan Orang Tua Karir

1. Perkawinan

Perkawinan ialah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan

hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka

mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman

serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah yang dilakukan oleh

pasangan laki-laki dan perempuan yang telah memenuhi syarat. (Departemen

Agama, 1984:49). Dalam Islam, perkawinan merupakan sesuatu yang sakral

dan menjadi salah satu bentuk ibadah kepada Allah. Banyak ayat, hadits

maupun Undang-undang yang mengatur tentang perkawinan. Perkawinan

merupakan sesuatu yang amat penting bagi manusia.

Tujuan dari perkawinan adalah untuk memenuhi petunjuk agama

dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.

Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota, sejahtera artinya

terciptannya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan

hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang

antar anggota keluarga. Setiap anggota keluarga diharapkan untuk dapat

memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing, untuk mencapai

kebahagian sesuai dengan tujuan perkawinan (Ghazaly, 2006:22). Naluri

manusia mempunyai kecenderungan untuk mempunyai keturunan yang diakui

19

oleh dirinya sendiri masyarakat, negara dan kebenaran keyakinan agama

memberi jalan untuk itu. Agama memberi jalan hidup manusia agar hidup

bahagia di dunia dan diakhirat. Kebahagiaan dunia dan akhirat dicapai dengan

hidup berbakti kepada Tuhan secara sendiri-sendiri, berkeluarga, dan

bermasyarakat. Kehidupan keluarga bahagia, umumnya antara lain ditentukan

oleh kehadiran anak-anak. Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa bagi

setiap pasangan yang telah menikah. Kesempurnaan perkawinan, apabila

dalam rumah tangga hadir anak-anak sebagai buah hati pengarang jantung

bagi suami istri (Ghazaly, 2006:24).

2. Keluarga

Dari definisi tentang perkawinan yang ada, keluarga adalah unit

terkecil dari suatu masyarakat, yang terdiri atas suami-istri, suami istri anak-

anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Tidak akan ada

masyarakat bila tidak ada keluarga, masyarakat merupakan kumpulan

keluarga-keluarga. Jadi, baik dan buruknya masyarakat tergantung pada baik

dan buruknya keluarga. Keluarga juga dapat dipahami sebagai sebuah sistem

yang saling berhubungan dan saling ketergantungan, saling mempengaruhi

dan dipengaruhi oleh lingkungannya (Aziz, 2015:16).

Setiap keluarga pada hakikatnya memiliki berbagai macam fungsi,

yaitu salah satunya fungsi sosial adalah keluarga merupakan sarana pertama

dalam proses interaksi sosial dan menjalin hubungan yang erat baik dalam

satu keluarga maupun secara luas. Fungsi sosial ini dapat dimaknai pula

bahwa keluarga adalah sumber inspirasi pertama dalam membangun

20

komunikasi melalui proses bicara secara sopan, dan tepat dan juga keluarga

menjadi tempat pertama seseorang untuk memulai kehidupannya. Keluarga

membentuk suatu hubungan yang sangat erat antara ayah, ibu dan anak.

(Aziz, 2015:18).

Makna dan fungsi keluarga serta pelaksanaannya dipengaruhi oleh

kebudayaan sekitar dan intensitas keluarga dalam turut sertanya dengan

kebudayaan dan lingkungannya, keyakinan, pandangan hidup dan system

nilai yang menggariskan tujuan hidup serta kebijaksanaan keluarga dalam

rangka melaksanakan tata laksana (manajemen keluarga). Keluarga

merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak. Iklim lingkungan

keluarga, sikap dan kebiasaan hidup semua anggota keluarga, keberagamaan

dalam keluarga, akan memberi kontribusi yang besar bagi pembentukan

kepribadian anak kelak. Anak sebagai generasi yang baru lahir dari suatu

keluarga akan sangat dipengaruhi oleh suasana keluarga dimana ia hidup.

Dalam hal ini keluarga merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan

anak karena keluarga sebagai kelompok primer yang di dalamnya terjadi

proses sosialisasi. Selanjutnya dikemukakan makna dari proses sosialisasi

sebagai berikut :

a. Proses belajar yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan,

mengubah, implus-implus dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup

atau kebudayaan masyarakat di sekitar.

21

b. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-

ide, pola-pola nilai dan tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup.

Dalam hal ini lingkungan sangat menentukan.

c. Semua sifat dan kecakapan yang di pelajari dan di dapatkan dalam proses

sosialisasi itu di susun dan di kembangkan sebagai suatu kesatuan system

dalam diri pribadinya.

Terlaksananya fungsi sosialisasi dalam keluarga, diharapkan dapat

menjadi upaya membantu anak mempersiapkan dirinya menjadi anggota

masyarakat yang baik (Ulfatmi, 2011:22).

3. Orang Tua Karir

Menurut Undang-undang Republik Indonesia no. 4 tahun 1979

tentang kesejahteraan anak pasal 1 ayat 3, Orang tua adalah ayah dan atau ibu

kandung. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia karier berarti

pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Jadi, orang tua karir adalah

ayah dan ibunya sama-sama bekerja. Bekerja itu merupakan aktivitas sosial

bagi manusia yang memilki motivasi untuk mendapatkan nilai-nilai ekonomis

tertentu dalam wujud gaji, honorium, premi, bonus dan lain-lain. Dalam hal

ini maksud dan harapan dari orang tua yaitu ayah dan ibu yang sama-sama

bekerja untuk dapat memperbaiki perekonomian keluarganya yang bertujuan

untuk kemajuan dalam hidupnya serta dapat memenuhi kebutuhan hidup

keluarga. (Kartono, 1998:15).

Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam satu

keluarga atau rumah tangga yang biasa disebut ibu dan bapak, orang tua yaitu

22

orang-orang yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak. Untuk

itu orang tua dituntut untuk mencari nafkah untuk anak-anak mereka. Dalam

hal ini kewajiban untuk mencari nafkah adalah laki-laki. Para ulama

menetapkan bahwa pemeliharaan anak itu hukumnya wajib, sebagaimana

wajib memeliharanya selama berada dalam ikatan perkawinan. Adapun dasar

hukumnya mengikuti umum perintah Allah untuk membiayai anak dan istri

dalam firman Allah pada surat al- Baqarah (2) ayat 233:

وعلى المولود له رزقـهن وكسوتـهن بالمعروف

Adalah kewajiban ayah untuk memberi nafkah dan pakaian untuk anak dan istrinya.

Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku

selama ayah dan ibu masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga

berlanjut setelah terjadinya perceraian. Setelah ayah dan ibu bercerai perlu

diadakanya musyawarah untuk menjamin kelangsungan hidup anak, yang

sejahtera, untuk menghindari kehidupan anak menjadi terbengkalai

(Syarifuddin, 2006:328).

Kemudian kewajiban seorang ibu sekaligus istri pada hakikatnya

memiliki hak dan kewajiban yang sama-sama berat dalam membangun

keluarga yang unggulan. Menjadi seorang perempuan istri dan ibu adalah

bentuk penyerahan diri untuk menjadi seorang manager rumah tangga.

Menurut Anna Wilson Smith yang dikutip dalam bukunya Kartono dalam

masyarakat ada kepercayaan bahwa pernikahan yang ideal pernikahan yang

inside the door(ranah private sphere) perempuan menjadi tuan, artinya dia

23

mengatur seluruh kebutuhan rumah tangga, seperti melayani suami,

membereskan rumah dan mengurus anak-anaknya. Mencari nafkah adalah

merupakan kewajiban yang mutlak bagi orang tua. Tetapi, kewajiban orang

tua terhadap anaknya bukan hanya mencari nafkah dan memberikan pakaian,

atau kesenangan-kesenangan yang sifatnya duniawi, tetapi lebih dari itu orang

tua harus mengarahkan anak-anaknya untuk mengerti kebenaran, mendidik

akhlaknya, memberi contoh yang baik-baik, serta mendo’akannya. Menjadi

orang tua karir akan disibukan atas pekerjaanya namun jagan sampai

melalaikan kewajiban-kewajiban lainya (Kartono, 1998).

B. Tinjauan Terhadap Pola Pengasuhan Anak

1. Pengertian pengasuhan

Pengasuhan atau biasa disebut parenting merupakan proses

menumbuhkan dan mendidik anak dari kelahiran anak hingga anak tumbuh

dewasa. Tugas ini dilakukan oleh ibu dan ayah (orang tua biologis anak).

Pengasuhan yang akan diberikan akan menentukan sifat atau karakter anak.

Salah satu tujuan syariat Islam adalah memelihara kelangsungan keturunan

atau hifzh an-nasal melalui perkawinan yang sah menurut agama, diakui oleh

Undang-undang dan diterima sebagai bagian dari budaya masyarakat.

Keluarga adalah lembaga yang sangat penting dalam proses pengasuhan anak.

Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan unsur

yang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian dan kemampuan

anak. Secara teoritis dapat dipastikan bahwa dalam keluarga yang baik, anak

24

memiliki dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan yang cukup kuat untuk

menjadi manusia dewasa. Ibu dan ayah dapat dikatakan sebagai komponen

yang sangat menentukan kehidupan anak, khususnya pada usia dini. Baik

ayah maupun ibu, keduanya adalah pengasuh utama dan pertama bagi sang

anak dalam lingkungan keluarga, baik karena alasan biologis maupun

psikologis (Fuadudin, 1999:5).

Orang tua diwajibkan untuk mengasuh dan mendidik anak dengan

baik sesuai ajaran agama dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat

dan anak diwajibkan untuk memahami dan memperdalam ilmu agama. Orang

tua harus berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan dan

memebentuk karakter anak. Peran orang tua dalam mendidik anak yaitu:

a. Berperilaku sesuai ajaran agama, perilaku tersebut misalkan

adalah melaksanakan kewajiban shalat fardhu setiap harinya,

kemudian ibadah-ibadah yang diwajibkan. Dan orang tua yang

berperilaku yang baik maka akan menjadi teladan bagi anaknya.

b. Memahami karakter dan kemampuan anak, dalam membimbing

ataupun memberikan pemahaman tentang agama selayaknya

dapat memahami tingkat kemampuan setiap anaknya.

c. Berperan aktif dalam memberikan bimbingan dan nasihat,

sehingga anak terkontrol dalam bergaul dengan baik. Anak dapat

memfilter terhadap pengaruh negatif yang akan merusak ahklak

bahkan mengubah pola berfikir anak kedepannya. Yang harus

dilakukan adalah:

25

a) Membekali diri dengan ilmu agama

Dengan cara menjadi teladan yang baik dalam ilmu dan amal.

Memberikan materi pendidikan akidah dan ahklak, sabar

menghadapi berbagai karakter anak, bersikap rendah hati dan

menggunakan kata-kata yang baik.

b) Memahami kepribadian anak

Setiap anak mempunyai kepribadian yang berbeda-beda.

Kepribadian mereka terbentuk oleh lingkungan kepribadian

adalah bagian dari diri yang sangat unik. Kita cenderung untuk

merespon segala sesuatu dengan memahami kepribadian anak,

sebagai pengasuh yang baik harus mampu mencari celah atau

solusi terhadap masaalaah yang terjadi.

c) Memahami anak dalam bertindak

Apa yang dilakukan anak haruslah selalu diperhatikan dengan

baik. Untuk menghindari tindakan anak yang buruk yang dapat

mempengaruhi sikap anak. Serta mengarahkan anak untuk

berahklak mulia (Rif’ani, 2013:114).

Manusia diciptakan dengan tanggung jawab yang cukup banyak demi

kemaslahatan manusia itu sendiri. Semakin bertanggung jawab terhadap

amanah yang diberikan tentu semakin menjadikan manusia menempati derajat

yang tinggi pula. Diantara tanggung jawab tersebut adalah anak. Bagi orang

tua harus mampu menjadikan anak sebagai amal jariyah baginya. Dengan cara

26

pendidikan yang telah diajarkan. Hal utama yang harus dilakukan orang tua

adalah membimbing anaknya supaya berahklak mulia.

Anak hendaknya terbiasa ditanamkan pada ahklak mulia, etika, moral

dan nilai-nilai yang baik. Sehingga akan menjadikan mahluk yang bermanfaat

bagi dirinya. Keluarganya dan semua yang mengasuh. Ahklak mulia dan

agama merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Anak jangan

diajarkan dan jangan dibiarkan untuk melakukan akhlak tercela (Rif’ani,

2013:76).

2. Pola Asuh Anak

Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak dengan

menggunakan tehknik dan metode yang menitik beratkan pada kasih sayang dan

ketulusan cinta yang mendalam dari kedua orang tua. Pola asuh tidak akan terlepas

dari adanya sebuah keluarga dalam hal ini adalah orang tua si anak. Keluarga

merupakan suatu kesatuan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat tinggal

yang di tandai oleh adanya kerja sama orang tua untuk mendidik dan membesarkan

anak. Sebagai orang tua di haruskan untuk mempunyai waktu untuk berkumpul

bersama keluarga , saling menghargai antara sesama dan rasa saling memiliki. Pola

asuh merupakan cara yang di lakukan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam

memberikan kasih sayang dan cara mengasuh yang mempunyai pengaruh yang

besar tentang kehidupan.

Peran orang tua dalam mengasuh sangat berpengaruh untuk perkembangan

jiwa anak mulai dari hal-hal negative dan positif. Untuk membentuk karakter dan

27

kepribadiannya agar interaksi antara orang tua terdapat dua dimensi perilaku orang

tua yaitu:

a. Dimensi pertama adalah hubungan emosional antara kedua orang tua

dan anak. Faktor kasih sayang, kepuasan, emosional, perasaan aman,

dan kehangatan yang diperoleh anak. melalui pemberian perhatian,

pengertian dan kasih sayang dari orang tuanya.

b. Dimensi kedua adalah cara orang tua untuk mengontrol perilaku

anaknya. Kontrol yang dimaksud disini adalah disiplin. Disiplin

mencakup tiga hal yaitu peraturan, hukuman, dan hadiah. Tujuan dari

disiplin ini adalah untuk memberikan pengertian mana yang baik dan

mana yang buruk dan mendorongnya untuk berperilaku sesuai standar

(Ilahi, 2013:133).

Pola asuh anak dalam keluarga yakni usaha orang tua dalam membina anak

dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa. selain

itu yang dimaksud dengan pola asuh adalah kegiatan kompleks yang meliputi

banyak perilaku spesifik yang bekerja sendiri atau bersama yang memiliki dampak

pada anak. Tujuan utama pola asuh yang normal adalah menciptakan kontrol.

Meskipun tiap orang tua berbeda-beda dalam cara pengasuhan anaknya, namun

tujuan utama orang tua adalah sama yaitu untuk menjadi anaknya menjadi anak

yang shaleh. Pola asuh orang tua adalah pola asuh yang diterapkan pada anak yang

bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu.

Anak akan menjadi cikal bakal penerus keturunan bagi orang tuanya

juga akan membuktikan kesempurnaan ikatan cinta dan kasih sayang diantara

28

mereka. Pada umumnya orang tua berharap kelak seorang anak akan mampu

mewujudkan harapan dan cita-citanya yang belum tercapai. Pola asuh ini

dapat dirasakan oleh anak baik negatif maupun positif. Untuk itu pola asuh

akan menentukan karakter anak dan orang tua diperintahkan untuk mendidik

dengan penuh perhatian dan kasih sayang (Witanto, 2012).

Metode asuh yang digunakan oleh orang tua kepada anak menjadi

faktor utama yang menentukan potensi dan karakter seorang anak. Menurut

Baumrind dalam bukunya Muhamad Takdir Ilahi mengatakan ada tiga macam

pola asuh orang tua, jenis-jenis pola asuh tersebut adalah:

a. Pola Asuh Otoriter

Otoriter itu sendiri berarti sewenang-wenang. Pola asuh otoriter adalah

pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras, dan kaku dimana

orang tua membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-

anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Pola asuh ini adalah pola

asuh yang keras. Anak yang menginjak usia remaja maupun dewasa akan

sangat tertekan dengan pola pengasuhan semacam ini. Sisi baik dari pola

asuh ini adalah bahwa sikap orang tua yang otoriter paling tidak

menunjang perkembangan kemandirian dan tanggung jawab sosial. Anak

menjadi patuh, sopan, rajin mengerjakan pekerjaan yang diminta.

Akibatnya yang negatif dari pola asuh ini adalah mudah tersinggung,

penakut, pemurung tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stress, tidak

mempunyai masa depan yang jelas, tidak bersahabat, dan gagap (rendah

diri).

29

b. Pola Asuh Demokratis

Adalah jenis pola asuh dimana anak diberi kesempatan untuk

menyampaikan pendapat, gagasan maupun keinginannya. Jadi, anak dapat

berpartisipasi dalam penentuan keputusan-keputusan dalam keluarga

dengan batas-batas tertentu. Pola asuh demokrasi ini ditandai dengan

adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat aturan

yang di setujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan

pendapat, perasaan, keinginannya. Jadi, dalam pola asuh ini terdapat

komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

Responsif dan memberikan perhatian penuh tanpa mengekang

kebebasannya kemudian perhatian penuh. Orang tua bersikap fleksibel,

responsive dan merawat. Orang tua melakukan pengawasan dan tuntutan

tetapi, dengan hangat, rasional, dan berkomunikasi. Pemberian kebebasan

terhadap anak disertai pengawasan dariorang tua dan yang mempunyai

acuhan. Dan orang tua mempunyai kontrol untuk mendorong anak

kedalam kepribadian yang baik.

Anak yang dibesarkan di keluarga yang mempunyai pola asuh

demokrasi, perkembangan anak akan lebih luwes dan anak dapat

menerima kekuasaan secara rasional. Adapun ciri-ciri pola asuh demokrasi

adalah sebagai berikut:

1) Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan

mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami,

dimengerti oleh anak.

30

2) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang dapat perlu,

dipertahankan dan yang tidak baik agar di tingalkan

3) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian

4) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga

5) Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua dan anak

serta sesama keluarga.

c. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola asuh anak yang cuek terhadap

anak. Jadi, apapun yang akan dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak

sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas

negatif, matrialistis, dan sebagainya. Pola asuh orang tua permitif bersifat

terlalu lunak, tidak berdaya, memberi kebebasan terhadap anak tanpa

adanya norma-norma yang harus diikuti oleh mereka.

Pola asuh ini cenderung membebaskan anak tanpa batas, tidak

mengendalikan anak, lemah dalam keteraturan hidup, dan tidak memberi

hukuman apabila anak melakukan kesalahan, dan tidak memiliki standart

bagi perilaku anak, serta hanya memberikan sedikit perhatian dalam

membina kemandirian dan kepercayaan diri anak. biasanya pola

pengasuhan anak oleh orang tua semacam ini diakibatkan oleh orang tua

yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Kesibukan atau urusan lain yang

akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Anak

hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan

31

berkembang menjadi apa. Pola asuh ini dapat diterapkan dalam

pengasuhan anak-anak.

Akibatnya anak tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku agresif

dan anti sosial, karena sejak awal ia tidak diajari untuk patuh pada

peraturan social. Dalam hal ini anak dianggap mampu berfikir sendiri.

Selain itu ketidak acuhan orang tua mengembangkan emosi anak yang

tidak stabil pada anak memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak

untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya tidak adanya pengawasan,

bahkan cenderung membiarkan anak tanpa nasihat dan arahan (Ilahi,

2013:136)

C. Kewajiban Pengasuhan Anak Dalam Pandangan Hukum Islam Dan

Undang-Undang Di Indonesia

1. Kewajiban Pengasuhan Anak Menurut Hukum Islam

Setiap orang tua berkewajiban mendidik dan mengasuh anak agar

menjadi manusia shalih, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Lebih khusus

lagi membuat kebahagiaan kedua orang tua, baik ketika masih didunia

maupun setelah diakhirat kelak. Bukankah Al-Qur’an telah memerintahkan:

ها مل ظ ئكة غال يــأيـها الذين أمنـوا قـوا أنـفسكم وأهليكم نارا وقـودها الناس واحلجارة عليـ

شداد ال يـعصون اهللا ما أمرهم ويـفعلون ما يـؤمرون

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,

32

yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan( QS. At-Tahrim:6).

Maksud dari ayat tersebut adalah Allah memerintahkan kepada

orang-orang yang beriman, dalam hal ini adalah orang tua agar memelihara

keluarganya dari api neraka dengan mendidik dan memeliharanya agar

menjadi orang yang melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi

larangan-larangannya. Anak termasuk salah satu anggota keluarga. Maka

wajib bagi orang tua untuk mendidik dan memeliharanya. Jadi terpeliharanya

dari api neraka merupakan hak anak yang wajib dilaksanakan oleh orang

tuanya (Ghazaly, 2006:183).

Orang tua bertanggung jawab dihadapan Allah terhadap pendidikan

anak-anaknya. Sebab merekalah generasi yang akan memegang tongkat

estafet perjuangan agama dan khalifah dibumi. Oleh karena itu, bila

pendidikan terhadap anak-anak baik, maka berbahagialah orang tua, baik di

dunia maupun di akhirat kelak. Sebaliknya, kalau orang tua mengabaikan

pendidikan terhadap anak-anaknya, maka akan sengsara sejak di dunia hingga

di akhirat nanti (mahalli, 2007:532).

Pemeliharaan anak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

“hadhanah”. Hadhanah menurut bahasa berarti “meletakkan sesuatu dekat

tulang rusuk atau di pangkuan”, karena ibu waktu menyusukan anaknya

meletakkan anak itu di pangkuannya, seakan-akan ibu di saat itu melindungi

dan memelihara anaknya, sehingga hadhanah dijadikan istilah yang

maksudnya adalah pendidikan dan pemeliharaan anak sejak dari lahir sampai

33

sanggup berdiri sendiri mengurus dirinya yang dilakukan oleh kerabat anak

itu. Dalam hadhanah terkandung pengertian pemeliharaan jasmani dan

rohani, di sampimg itu terkandung pula pengertian pendidikan terhadap anak

(Ghazaly, 2006).

Dalam istilah teknis sehari-hari, kata hadhanah atau al hidhanah

lazim digunakan untuk maksud pengasuhan dan pengerjaan mengasuh anak.

Pada prinsipnya hukum merawat dan mendidik anak adalah kewajiban orang

tua, karena apabila anak yang masih kecil atau belum mumayyiz tidak

dirawat dan di didik dengan baik, maka akan berakibat buruk pada diri dan

masa depan mereka (Summa, 2005:100).

Para ulama sepakat bahwasanya hukum hadhanah, mendidik dan

merawat anak wajib. Tetapi mereka berbeda dalam hal, apakah hadhanah ini

menjadi hak orang tua (terutama ibu) atau hak anak. Ulama mazhab Hanafi

dan Maliki misalnya berpendapat bahwa hak hadhanah itu menjadi hak ibu

sehingga ia dapat saja menggugurkan haknya. Tetapi menurut jumhur ulama,

hadhanah itu menjadi hak bersama antara orang tua dan anak.Bahkan

menurut wahbah al-Zuhaily, hak hadhanah adalah hak bersyarikat antara ibu,

ayah dan anak. Hadhanah yang dimaksud dalam hal ini adalah kewajiban

orang tua untuk memelihara dan mendidik anak mereka dengan sebaik-

baiknya. Pemeliharaan ini mencangkup masalah ekonomi, pendidikan,dan

segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok si anak (Ghazaly, 2006).

Pemeliharaan anak juga mengandung arti sebuah tanggung jawab

orang tua untuk mengawasi, memberikan pelayanan yang semestinya serta

34

mencukupi kebutuhan hidup dari seorang anak oleh orang tua. Selanjutnya,

tanggung jawab pemeliharaan berupa pengawasan dan pelayanan serta

pencukupan nafkah anak tersebut bersifat kontinu sampai anak tersebut

mencapai batas umur yang legal sebagai orang dewasa yang telah mampu

berdiri sendiri. Sedangkan yang dimaksud pendidikan adalah kewajiban orang

tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran yang memungkinkan anak

tersebut menjadi manusia yang mempunyai kemampuan dan kecakapan

sesuai dengan pembawaan bakat anak tersebut yang akan dikembangkan di

tengah-tengah masyarakat Indonesia sebagai landasan hidup dan

penghidupannya setelah ia lepas dari tanggung jawab orang tua (Nuruddin

Tarigan, 2014).

Kedua orang tua anak wajib menjaga sikap saling mengerti dan

penuh keharmonisan dan kecintaan. Dan pemeliharaan anak menjadi

tanggung jawab ayah tetapi ayah seorang bayi itu wajib mengeluarkan nafkah

untuk ibunya dan memberikan pakaian tanpa disertai ucapan dan sikap yang

menyakitkan, tetapi dengan cara yang ma’ruf, atau pemberian yang disertai

rasa cinta, saling menghormati dan saling memahami. Antara ayah dan ibu

diperlukan adanya kerja sama untuk mendidik anak-ananya (Al-Shabbagh,

1994:199).

Keluarga yang kondusif bagi proses pendidikan anak dalam Islam

adalah keluarga sakinah. Keluarga ini dicirikan dengan dua hal pokok yaitu:

a. Adanya kesetiaan dalam kasih sayang antara ayah, ibu dan anak

35

b. Terciptanya sistem pembagian kerja yang adil antara suami dan istri

dengan melihat kebutuhan dan kenyataan yang dihadapi.

Keluarga sakinah dibangun atas dasar prinsip kesetaraan antara

suami dan istri sehingga satu sama lain saling mengisi dan menghargai.

Dalam kondisi ini anak mendapatkan kesempatan berkembang dengan baik

tanpa tekanan dan paksaan. Keluarga sakinah mendorong perkembangan anak

sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik yang bersifat fisik maupun

nonfisik. Dalam banyak hal sang ayah dan ibu bisa mengambil langsung

mendidik anak dalam lingkungan keluarga. Bimbingan akan etika anak dalam

bersikap, bertindak, dan berkomunikasi dapat dilakukan langsung oleh orang

tua, antara lain dengan memberikan contoh secara terus-menerus dalam

kehidupan sehari-hari. Adanya saling pengertian antara ayah dan ibu adalah

penting bagi proses anak, sehingga satu sama lain tidak merasa dibebani tugas

yang berlebihan. Sinergi hubungan kedua orang tua itulah yang menjadi

kekuatan utama dalam keberhasilan anak menjalani pendidikan dilingkungan

keluarga.

Islam menuntut supaya para ibu dan bapak mendidik anak-anaknya

dengan pendidikan keagaman dan keluhuran budi, serta kecerdasan akal otak.

Untuk menjadikan mereka orang yang berbakti dan berharga. Anak itu

amanah Allah yang harus dijaga keselamatan lahir dan batinnya. Pendidikan

yang harus diajarkan oleh para orang tua adalah pendidikan yang berdasarkan

dunia dan akhirat. yaitu pendidikan yang berlandasan ajaran Islam yang

36

mencakup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia. Untuk

membentuk manusia yang berahklak mulia (Ash Shiddieqy, 1952:388).

Salah satu dasar pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak

adalah sabda Rasullulah Saw yang menyatakan bahwa:

سانه كل مولود يـولد على الفطرة فأبـواه يـهودانه أو يـنصرانه أو ميج

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi. (H.R Al Aswad Ibnu sari).

Berdasarkan hadits ini jelas sekali bahwa anak dilahirkan dalam

keadan suci seperti kertas putih yang belum terkena noda. Anak adalah

karunia Allah yang tidak dapat di nilai dengan apapun ia menjadi tempat

curahan kasih sayang orang tua. Ia akan berkembang sesuai dengan

pendidikan yang di peroleh dari kedua orang tuanya dan juga lingkungan

sekitar. Yang akan membentuk karakter anak kelak adalah orang tuanya

sendiri, akankah menjadi baik atau pun menjadi buruk (Leter, 1985:221).

Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak

kecil hingga dewasa sangat menentukan perkembangan kepribadian anak

selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh:

a. pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama yang didapat oleh anak

b. pengaruh yang diterima oleh anak masih terbatas jumlah dan luasnya.

c. intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus menerus

d. umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman dan bersifat untim

dan bernada emosional (Baharudin, 2007:225).

37

Terdapat berbagai cara mendidik anak yang baik, antara lain:

1) Jujur dalam bergaul dengan anak

2) Mendampingi anak dalam melakukan sesuatu hal

3) Melatih anak untuk beribadah

4) Mengajari anak tentang Al qur’an dan hadits

5) Mengajari anak tentang etika dan moral

Seperti pesan Rasullullah saw yaitu “ajarkanlah kebaikan (moral dan

etika) kepada anak-anakmu (laki-laki dan perempuan) dan keluargamu dan

didiklah (memberi kesempatan belajar mereka)”.

Sungguh sangat berat beban yang di tanggung oleh orang tua

terhadap anak-anak mereka yang menjadi buah hati pengarang jantung. Jika

orang tua dapat memenuhi segala yang diperlukan oleh pendidikannya,

berbahagialah mereka (para orang tua). Sebaliknya jika berlaku taksir dalam

persoalan pendidikan dan pengsuhannya, celakalah mereka. Para orang tua

hendaklah mendidik anaknya dengan akhlakul karimah.

Sabda Nabi s.a.w

ترمذى )( رواه ا ما حنل والد ولده افضل من ادب حسن

“Tiada seorang ayah memberi kepada anaknya sesuatu pemberian yang lebih utama dari memberikan adab (didikan) yang baik”. (H.R. At Turmudzi). (Ash-Shiddieqy, 1952:393).

Peran keluarga dalam mengasuh anak pengaruhnya adalah memainkan

peranan yang besar dalam memberikan pengarahan dan membentuk pribadi anak.

Sejauh mana nilai-nilai pendidikan itu diberikan oleh orang tua kepada anak, sejauh

itulah anak terbentuk, tumbuh, berkembang, serta menghadapi masyarakat dengan

38

segala permasalahnya. Sebagai orang tua untuk mengajarkan tentang nilai-nilai

agama, moral, pembentukan keluarga, pendidikan anak, dan hubungan masyarakat.

Diantara nilai-nilai pendidikan yang terpenting dan harus ditanamkan adalah

kejujuran dan amanah. Peran ibu adalah mampu menjadikan anak sebagai anggota

yang berpartisipasi secara positif dan mengajaran mengenai tatanan nilai sosial.

Kemudian peran ayah juga sangat besar dalam menentukan kepribadian anak.

Kenyataan budaya ini sangat fleksibel, karena ajaran Islam memang hanya

menyediakan prinsip-prinsip pengasuhan dan pendidikan anak secara umum.

Prinsip penting dalam kaitan ini adalah pandangan bahwa anak adalah manusia

yang sempurna sehingga ia harus diberikan perhatian secara utuh dan penuh

(Fuadudin, 1999:23-24).

2. Kewajiban Pengasuhan Anak dalam Undang-Undang di Indonesia

Menurut Undang-undang perlindungan anak No. 23 tahun 2002,

keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,

atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya,

atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan

derajat ketiga. Kemudian orang tua adalah ayah dan atau ibu kandung, atau

ayah dan ibu tiri, atau ayah dan ibu angkat. Dan anak adalah seseorang yang

belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam

kandungan.

Untuk mengenai kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap

anaknya dalam Undang-undang perlindungan anak nomor 23 tahun 2002 ini

tercantum dalam bab IV pasal 26 yaitu:

39

1. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak

b. Menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya

c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak

Untuk itu sebagai orang tua dituntut untuk mengasuh dan mendidik

anak dengan sebaik-baiknya untuk membentuk kebribadian yang baik

dan untuk membentuk karakter anak kelak baik pula.

2. Dalam hal orang tua tidak ada (tidak diketahui keberadanya) atau karena

suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajibanya dan tanggung jawab

sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dapat beralih kepada

keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Dalam hal ini hanya berlaku ketika orang tuanya tidak ada, tetapi selama

orang tua itu masih ada maka kewajiban itu harus dilakukan oleh orang tu

tersebut.

Kemudian dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang

perkawinan bab X pasal 45 menyebutkan mengenai hak dan kewajiban antara

orang tua dan anak yaitu:

1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka

sebaik-baiknya

2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku

sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana berlaku

terus menerus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

40

Dalam bab ini menjelaskan bahwasanya kewajiban orang tua terhadap

harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sampai anak itu dapat berdiri

sendiri meskipun kedua orang tuanya ada yang bercerai.

Kemudian dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang

kesejahteraan anak disebutkan pada bab 1 pasal 1 yaitu;

a. Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan

yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembanganya dengan

wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Kesejahteraan itu

harus diciptakan atau diberikan terhadap anak meskipun orang tua

sibuk bekerja.

b. Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang

ditunjukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak

terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak. Misalnya dengan

memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup kepada anak.

Kemudian, memenuhi kebutuhan yang diperlukan untuk anak.

Dalam Undang-undang ini merumuskan hak-hak anak sebagai berikut:

1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan

berdasarkan kasih sayang yang baik dalam keluarganya maupun di

dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

Dengan memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup maka

kesejahteraan dan ketentraman anak akan tercipta.

2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan

kehidupan sosialnya, sesuai dengan kepribadian bangsa dan untuk

41

menjadi warga negara yang baik dan berguna. Orang tua diharapkan

dapat mengerti potensi-potensi yang dimiliki oleh sang anak agar

tidak salah dalam menentukan langkah untuk anak.

3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan dari pihak terkait,

baik sesama dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang

dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan

perkembangan yang wajar. Untuk pemenuhan hak anak ini harus

diberikan dari orang tua dan orang-orang disekitarnya. Sebagai orang

tua untuk mengawasi semua yang dilakukan anak supaya tidak

membahayakan.

Dari penjelasan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kewajiban orang tua

terhadap anaknya telah diatur dengan jelas. Untuk itu orang tua harus menjalankan

kewajiban-kewajiban dalam rangka pemenuhan hak anak dan untuk perkembangan

sang anak yang lebih baik. Dan para pengasuh yang menjadi mengasuh anak

diharapkan juga dapat mengasuh dam membimbing anak dengan sebaik-baiknya.

Apabila anak hanya diberikan pengawasan dan pengetahuan yang kurang maka

akan mempengaruhi kepribadian kehidupan sang anak. Ayah dan ibu berkewajiban

mempersiapkan tubuh, jiwa dan sifat anak-anaknya untuk sanggup menghadapi

pergaulan masyarakat. Memang memberikan ajaran yang sempurna kepada anak

itulah tugas yang terbesar bagi orang tua. Kewajiban itu diberikan di pundaknya

oleh agama dan hukum masyarakat. Untuk itu seseorang yang tidak mau

42

memperhatikan pendidikan anak, dianggap orang yang menghianati amanah Allah

dan etika sosial (Al Ashee, 2004:99).

43

BAB III

PRAKTIK PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR DI

DESA BANYUURIP KECAMATAN KLEGO

A. Gambaran Umum Desa Banyuurip

1. Letak Geografis

Desa Banyuurip terletak di Jl. Karanggede-Gemolong Km 09

Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Secara geografis Desa Banyuurip

letaknya sangat strategis, Desa ini terletak di pingir jalan raya yang sering

dilalui oleh kendaraan umum, sehingga Desa Banyuurip cukup mudah

untuk diakses. Desa Banyuurip memilki luas 4000 000 Ha. Dusun yang

ada di Desa Banyuurip berjumlah 6 Dukuh yaitu Dukuh Ngijo, Dukuh

Pelemrejo, Dukuh Jlegong, Dukuh Banyuurip, Dukuh Tlogosari dan

Dukuh Ngliyangan.

Untuk menjangkau lokasi penelitian ini tidaklah sulit, karena

terdapat transportasi umum jenis bus dan angkutan melewati di jalan ini.

Masyarakat Desa Banyuurip yang sudah memilki sepeda motor dapat

digunakan untuk sarana transportasi dapat mempermudah transportasi

mereka. Secara geografis, Desa Banyuurip memilki batas administrasi

sebagai berikut:

a. Sebelah utara Desa Kendal

b. Sebelah selatan Desa Sangge

c. Sebelah barat Desa Bade

44

d. Sebelah timur Desa Sumber Agung

(Sumber: Monografi Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten

Boyolali)

2. Keadaan Penduduk

Adapun keadaan penduduk Desa Banyuurip Kecamatan Klego

Kabupaten Boyolali dilihat dari rekapitulasi data jumlah penduduk pada

bulan juli 2016 dapat dibagi sebagai berikut:

a. Jumlah penduduk berdasarkan dukuh dan jenis kelamin

Tabel I

Dukuh Laki-Laki Perempuan Jumlah Jumlah KK

Ngijo 455 426 881 253

Pelemrejo 298 281 579 174

Jlegong 478 406 884 235

Banyuurip 498 482 900 293

Tlogosari 303 289 592 165

Ngliyangan 398 371 769 220

Jumlah 2,430 2,255 4,685 1340

(Sumber: Data Monografi Desa Banyuurip)

b. Penduduk berdasarkan agama yang dianut

Tabel 2

Agama Jumlah

Islam 4,484

45

Kristen 41

Khatolik 10

Sumber: Desa Banyuurip

c. Penduduk Menurut Mata Pencahariaan

Adapun masyarakat Desa Banyuurip yang berumur 35-60

tahun bermata pencaharian sebagai petani, hal ini dibuktikan dengan

lingkungan persawahan yang masih luas. Namun demikian

masyarakat yang berumur sekitar 20-35 tahun bermata pencaharian

sebagai karyawan swasta, karena lingkup Desa Banyuurip juga

berdekatan dengan pabrik. Daftar mata pencaharian di Desa

Banyuurip:

Tabel 3

Mata Pencaharian Jumlah

Karyawan PNS 63

Karyawan TNI/POLRI

11

Karyawan Swasta 1231

Pedagang 46

Petani 1547

Pertukangan 7

Buruh Tani 756

Pensiunan 16

Sumber: Desa Banyuurip

46

d. Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang ada di Desa Banyuurip Kecamatan

Klego sudah bisa dikatakan maju karena banyaknya fasilitas

pendidikan yang ada di daerah Desa Banyuurip.

Tabel 4

Fasilitas Jumlah

PAUD 6

TK 6

SD/MI 8

SMP/MTS 3

SMA/SEDERAJAT 2

PERGURUAN TINGGI 1

PONDOK PESANTREN 2

Sumber: Desa Banyuurip

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Banyuurip sudah

sedikit maju hal ini dibuktikan masyarakat yang sudah sampai

perguruan tinggi. Namun, mayoritas masih banyak yang sampai

SMA bahkan SMP sudah putus sekolah. Hal ini berpengaruh

terhadap kondisi sosial ekonomi keluarga yang rendah pula.

e. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Budaya Keagamaan

Kehidupan sosial antar masyarakat di Desa Banyuurip cukup

baik, mereka hidup rukun, saling tolong menolong, dan memiliki

47

rasa sosial yang tinggi terhadap satu sama lain. Contohnya ketika

ada yang meninggal mereka berbondong-bondong datang kerumah

untuk takziah.

Ekonomi memegang peranan yang sangat penting dalam

suatu tatanan kehidupan. Pada faktor pekerjaan untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi mereka melakukan pekerjaan yang bermacam-

macam seperti bertani, karyawan dan sebagainya. Mayoritas

masyarakat Banyuurip pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga yang berusia 40 tahun keatas adalah petani.

Sedangkan, masyarakat Desa Banyuurip yang berumur 40 tahun

kebawah adalah menjadi karyawan swasta.

Dari sisi keagamaan mayoritas agama masyarakat di Desa

Banyuurip adalah agama Islam. Dalam masalah kegiatan sosial

keagamaan di Desa Banyuurip tergolong cukup baik, setiap hari

kamis malam ada pengajian rutin bapak-bapak yang dibentuk dalam

kelompok per RT. Kemudian, pengajian membaca sholawat nabi

atau yang biasa di sebut di Desa Banyuurip adalah Diba’an

dilakukan oleh ibu-ibu pada hari minggu malam yang dibentuk

dalam kelompok satu Desa. Kegiatan mujahadah bareng oleh bapak-

bapak, ibu-ibu serta para santri yang dilakukan di pondok pesantren

Ummul Qurok di Desa Banyuurip setiap satu bulan sekali. Kegiatan

pengajian yang dilakukan setiap satu bulan sekali di masjid Desa

48

Banyuurip yang diikuti oleh seluruh masyarakat. Berikut fasilitas

ibadah yang ada di Desa Banyuurip sebagai adalah:

Tabel 5

Nama tempat ibadah Jumlah

Masjid 6

Musola 20

Gereja 1

Pura 0

Vihara 0

B. Praktik Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir

1. Profil Keluarga Orang Tua Karir

a. Keluarga Bapak AM dan Ibu NK

Bapak AM dan Ibu NK merupakan pasangan muda yang

pengasuhan anaknya diserahkan kepada orang lain. Bapak NK adalah

seorang laki-laki yang berusia 22 tahun. Ia berasal dari Desa

Senggrong Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Bapak AM

bekerja sebagai karyawan swasta di Desa Senggrong. Pendidikan

Bapak AM adalah tamat SMA. Bapak AM menikah dengan Ibu NK.

49

Ibu NK adalah seorang ibu muda. Ia bekerja sebagai karyawan di

salah satu pabrik swasta di Kecamatan. Klego. Saat ini Ibu NK berusia

21 tahun. Ibu NK berasal dari Desa Banyuurip Kecamatan Klego

Kabupaten Boyolali. Pendidikan Ibu NK adalah tamat SMA. Setelah

lulus SMA Ibu NK sudah bekerja sebagai karyawan swasta disalah

satu pabrik di Kecamatan Klego.

Menurut pengakuan Ibu NK, Ibu NK kenal dengan Bapak AM

berawal di saat mereka masih duduk dibangku SMA sampai akhirnya

mereka memutuskan untuk menikah. Pasangan Bapak AM dan Ibu

NK dikaruniani satu anak perempuan yang beri nama NS. NS lahir

pada tahun 2016, saat ini usia NS adalah 11 bulan. Mereka tinggal di

Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali, yaitu tempat

dimana Ibu NK berasal. Setelah menikah dan punya anak, Ibu Nk

memutuskan untuk tetap bekerja menjadi karyawan pabrik. Bapak AM

dan Ibu NK bekerja, mereka memutuskan untuk meninggalkan anak

dan menitipkan kepada orang lain.

Dengan kesibukkan pekerjaan yang dilakukan oleh Bapak AM

dan Ibu NK, Ibu NK memang tidak terlalu memikirkan tentang sosial

keagamaan yang ada di Desa Banyuurip seperti pengajian, tahlilan,

dan lain-lain bahkan untuk kewajiban shalat lima waktu jarang ia

lakukan.

b. Keluarga Bapak BA dan Ibu DF

50

Bapak BA dan Ibu DF adalah pasangan orang tua karir yang

mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain. Bapak BA

adalah seorang laki-laki yang berumur 28 tahun. Bapak BA berasal

dari Kecamatan Simo. Bapak BA bekerja sebagai buruh serabutan

yang tidak menentu. Pendidikan Bapak BA adalah tamat SMA. Bapak

BA menikah dengan Ibu DF.

Ibu DF adalah ibu muda yang bekerja di salah satu pabrik di

Kecamatan Klego. Ibu DF bekerja sebagai karyawan swasta. Saat ini

Ibu DF berusia 25 tahun. Pendidikan Ibu DF adalah tamat SMA.

Setelah lulus SMA ia memutuskan untuk bekerja di sebuah toko

didaerah Kecamatan Simo sampai akhirnya ia bertemu dengan pak BA

yang berasal dari daerah dimana bu DF bekerja, yaitu di Kecamatan

Simo. Mereka menjalin hubungan sampai akhirnya ke jenjang

pernikahan

Setelah menikah Ibu DF sempat berhenti bekerja selama

beberapa waktu, namun selang beberapa waktu ia kembali bekerja.

Dari pernikahannya Bapak BA dan Ibu DF dikaruniai seorang anak

laki-laki yang diberi nama AR. Setelah menikah ia bertempat tinggal

di Desa Banyuurip Kecamatan Klego yaitu tempat berasal dari Ibu DF.

Sebelumnya mereka tinggal bersama orang tua Ibu DF dan akhirnya

sampai sekarang ia dapat membangun sebuah rumah sendiri yang

ditempati oleh keluarga kecilnya tersebut.

51

Dari hasil tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti bersama

Ibu DF, setelah melahirkan Ibu DF memutuskan untuk bekerja sebagai

karyawan swasta di salah satu pabrik di Kecamatan Klego, sampai

sekarang, karena merasa kebutuhan ekonominya yang semakin terus

meningkat serta kurangnya penghasilan suami karena sebagai buruh

serabutan. Ketika Ibu DF dan Pak BA bekerja meraka sepakat untuk

menitipkan anaknya tersebut kepada Ibu YT. Ibu YT tinggal disebelah

rumah Ibu DF, Ibu YT merupakan seorang perempuan yang berumur

55 tahun. Ia adalah pengasuh anak dari ibu DF. Alasan ia mau untuk

mengasuh AR karena melihat keadaan ekonomi dari ibu DF.

Dengan sosial keagamaan Ibu DF mengaku tidak pernah

mengikuti kegiatan agama yang di adakan oleh masyarakat Desa

Banyuurip, karena mengaku tidak adanya waktu untuk mengikutinya

dan sibuk akan pekerjaannya. Serta jika dilakukan setelah selesai

bekerja itu akan terasa capek. Untuk shalat lima waktu yang harus

dikerjakan Ibu DF mengaku jika ia ingat maka dilakukan tetapi jika

tidak ingat maka ia tidak melakukan.

c. Keluarga Bapak MS dan Ibu TR

Bapak MS dan Ibu TR merupakan pasangan orang tua karir

yang mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain. Bapak MS

adalah seorang laki-laki yang berumur 37 tahun. Bapak MS berasal

dari Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Bapak

52

MS bekerja sebagai Wiraswasta. Pendidikan Bapak MS adalah

Diploma pendidikan. Bapak MS menikah dengan Ibu TR.

Ibu TR adalah seorang ibu yang masih dibilang muda. Ibu TR

saat ini berusia 30 tahun. Ibu TR merupakan seorang yang

berpendidikan terbukti dia tamat dibangku kuliah, yaitu Diploma

Pendidikan. Ibu TR berasal dari Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali.

Setelah lulus kuliah, Bapak MS dan Ibu TR sudah mulai

bekerja sampai akhirnya Ibu TR menikah degan Bapak MS. Setelah

menikah mereka tinggal bersama suami serta anaknya di Desa

Banyuurip tempat dimana sang suami berasal. Pak MS merupakan

sosok laki-laki yang disiplin dalam bekerja sampai sebelum menikah

ia sudah bisa membangun rumah sendiri yang rumahnya sekarang

menjadi tempat tinggal bersama istri dan anaknya. Pak MS merupakan

seorang pekerja wiraswasta yang ulet, sehingga dapat menafkahi

keluarganya untuk makan dan keperluannya sehari-hari.

Pasangan ini mempunyai satu anak perempuan yang bernama

QD saat ini usia QD masih balita yaitu umur 2 tahun. Bapak MS dan

Ibu TR merupakan sosok orang tua karir. Karena orang tua disibukkan

dengan pekerjaannya mereka memutuskan untuk meninggalkan dan

menitipkan anaknya kepada neneknya. Pasangan ini mempercayaan

anaknya dalam pengasuhan neneknya. Dari QD bayi sampai sekarang

ketika ditinggal Ibu TR dan Bapak MS bekerja selalu dalam

pengasuhan neneknya. Sang nenek merupakan ibu kandung dari pak

53

MS yang berusia sudah 65 tahun, ia merupakan seorang petani, ia

memiliki sebidang tanah yang harus dikerjakan untuk makan sehari-

hari bersama keluarganya. Ia mengerjakan sebidang tanah bersama

suaminya. dengan memiliki sebidang tanah dan harus mengurus

keluarganya juga ia disibukkan dengan hal itu, meskipun begitu

dengan alasan dari pada ibu TR mengeluarkan uang untuk membayar

orang lain untuk pengasuhan QD lebih baik ia mengasuhnya saja.

Tetapi ketika musim bercocok tanam dan musim panen tiba QD dapat

dititipkan kepada orang lain atau tetangganya.

Untuk masalah keagamaan, jika ada pengajian mereka jarang

untuk mrengikutinya. Tetapi, dalam hal masalah ibadah shalat lima

waktu mereka berusaha untuk melakukannya.

d. Keluarga Bapak KH dan Ibu UM

Bapak KH dan Ibu UM merupakan pasangan suami istri yang

disibukkan oleh pekerjaan. Pasangan Bapak KH dan Ibu UM

merupakan orang tua karir yang mengalihkan pengasuhan anak. Bapak

KH merupakan seorang ayah yang saat ini berumur 70 tahun. Bapak

KH berasal dari Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten

Boyolali. Bapak KH bekerja sebagai petani dan perkebunan di

Sumatra. Bapak KH menikah dengan Ibu UM.

Ibu UM merupakan seorang ibu yang berumur 50 tahun. Ibu

UM berasal dari Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten

54

Boyolali. Ibu UM bekerja sebagai seorang petani dan perkebunan di

Sumatra. Pendidikan Ibu UM adalah tamat SD.

Bapak KH dan Ibu UM mempunyai tiga orang anak. Yaitu 1

anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Anak pertamanya adalah

perempuan yang bernama FN, saat ini FN telah menikah. Pernikahan

anak pertamanya baru saja dilaksanakan pada tahun ini. Kemudian

anak yang ke 2 adalah laki-laki yang bernama AA. Saat ini AA telah

menginjak bangku kuliah di perguruan tinggi di Salatiga. Dan anak ke

3 yang bernama IB. saat ini IB masih duduk di bangku SMA.

Ibu UM dan Bapak KH setelah memilki anak, mereka

memutuskan untuk merantau ke Sumatra untuk bekerja. Dan

menitipkan anak-anaknya kepada orang lain. Orang yang dipercayai

untuk mengawasai anaknya tersebut sudah tua. Pasangan Ibu UM dan

Bapak KH menitipkan anak-anak mereka sejak dari kecil yaitu

sebelum anaknya belum sekolah, kemudian sekolah, masuk kuliah

bahkan sampai sudah ada yang menikah itu hanya dalam pengasuhan

orang lain.

Ketika peneliti datang untuk melakukan wawancara, peneliti

tidak dapat ketemu langsung dengan Bapak KH dan Ibu UM, karena

mereka sedang bekerja merantau dan jarang untuk pulang. Namun,

peneliti bertemu langsung terhadap anak-anak dari Bapak KH dan Ibu

yang sedang berada dirumah. Menurut pengakuannya sebenarnya

anak-anak mereka tidak mau di tinggal orang tuanya untuk bekerja,

55

karena mereka merasa dengan ditinggal kedua orang tuanya selama ini

mereka merasa tidak dapat merasakan kasih sayang, perhatian,

perawatan, pendidikan, dan perlindungan dari orang tuanya, yang

seharusnya dilakukan atau diberikan oleh kedua orang tuanya. Orang

tuanya hanya melakukan pengawasan melalui komunikasi lewat

telephone, itu pun tidak setiap hari. Anak-anaknya mengaku bahwa

terkadang jawaban yamg dikatakan belum tentu sesuai dengan

kenyataanya, karena ia merasa orang tuanya tidak dapat mengetahuai

secara langsung. Itu merupakan bentuk kekecewaan yang dirasakan

oleh anakya terhadap orang tuanya. Anak-anak mereka merasa tidak

diperhatikan sama orang tuanya . akhirnya mereka dalam melakukan

suatu hal-hal sesuai dengan kehendak mereka sendiri secara bebas, hal

ini karena mereka merasa tidak ada yang mengkontrol kelakuannya.

Dan orang tua hanya menberikan materi saja terhadap anak-anaknya.

Dalam hal ibadah anak tidak terlalu memikirkanya dan tak

jarang ia melakukan ibadah shalat wajib dan kegiatan-kegiatan

keagamaan lainya yang ada di Desa Banyuurip. Karena tidak adanya

pendidikan yang diajarkan oleh kedua orang tuanya.

e. Keluarga Bapak MH dan Ibu DM

Bapak MH dan Ibu DM adalah pasangan orang tua karir yang

mengalihkan pengasuhan anak. Bapak MH seorang laki-laki yang saat

ini berumur 40 tahun. Bapak MH berasal dari Desa Bandung

Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Bapak MH bekerja sebagai

56

pedagang di luar kota. Pendidikan Bapak MH adalah tamat SMP.

Bapak MH menikah dengan Ibu DM.

Ibu DM merupakan seorang ibu yang saat ini masih berumur

42 tahun, umur Ibu DM lebih muda dari Bapak MH yaitu selisih 2

tahun. Ibu DM berasal dari Desa Banyuurip Kecamatan Klego

Kabupaten Boyolali. Ibu DM bekerja sebagai seorang pedagang di

luar kota. Pendidikan Ibu DM adalah tamat SMP. Bapak MH dan Ibu

DM memiliki seorang anak perempuan yang bernama IN. anaknya

saat ini telah menginjak dewasa yaitu duduk dibangku SMA.

Ketika peneliti datang kerumahnya peneliti tidak dapat

bertemu langsung oleh Bapak MH dan Ibu DM melainkan hanya

bertemu dengan anaknya yaitu IN. Menurut pengakuannya IN

ditinggal oleh kedua orang tuanya sejak ia masuk bangku SD. Selama

ia ditinggal oleh kedua orang tuanya ia dalam pengasuhan orang lain

dan hanya dalam pengawasan neneknya yang sudah tua. Mengenai hal

makan dan kebutuhan sehari-hari ia beli diluar. Orang tua hanya

memberikan materi yang berupa uang saja untuk dipergunakan

keseharian anak.

Sebenarnya anak tidak mau ditinggal oleh kedua orang tuanya.

Namun pada kenyataanya keadaan lah yang memaksakannya. Ketika

peneliti bertanya bagaimana perasaannya ketika ditinggal orang

tuanya, ia mengaku bahwa ia sudah terbiasa dan justru karena

kepergian orang tuanya IN mengaku lebih bebas untuk melakukan

57

suatu hal yang ia kehendaki, karena tidak adanya pengawasan secara

langsung dari orang tuanya.

Dalam hal kegiatan ibadah seperti pengajian dan tahlilan yang

ada di Desa Banyuurip mereka jarang untuk mengikutinya. Dan untuk

shalat wajib lima waktu menurut pengakuannya mereka sering

melakukan tetapi juga sering meninggalkan juga. Hal ini disebabkan

ketidak adanya pengawasan dari orang tuanya.

2. Faktor Penyebab Pengalihan Pengasuhan Anak

a. Faktor Ekonomi

Masalah ekonomi adalah masalah yang sering terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Semakin tingginya kebutuhan hidup dan

kurangnya penghasilan suami untuk memenuhi kebutuhan hidup

merupakan faktor yang mengharuskan para istri mencari pekerjaan

dengan harapan dapat membantu ekonomi keluarganya. Untuk dapat

memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Pada dasarnya seorang istri

enggan untuk meninggalkan anaknya. Namun kondisilah yang

memaksakan untuk meninggalkan anaknya.

Seperti alasan yang dikemukakan oleh Ibu NK yang

mengatakan bahwa alasan ia bekerja dan mengalihkan pengasuhan

anaknya kepada orang lain adalah masalah ekonomi. Gaji suaminya

yang bekerja sebagai karyawan swasta tidak dapat memenuhi

kebutuhan keluarganya. Untuk itu ia bermaksud untuk membantu

suaminya untuk bekerja.

58

Penghasilan yang didapat oleh suaminya yaitu Bapak AM

perbulan adalah 1.200.000. dengan penghasilannya itu masih di

potong untuk transportasi sehari-hari untuk berangkat kerja dan

sebagainya kurang lebih Rp 150.000. Kemudian cicilan motor yang

belum lunas yaitu sebesar Rp 500.000. masih sisa Rp 600.000 jika

digunakan untuk makan, kebutuhan anak yang masih balita dan

keperluan sehari-hari dirasa kurang, untuk itu Ibu NK berinesiatif

untuk bekerja sebagai karyawan pabrik dengan penghasilan perbulan

yaitu Rp 1.400.000. dari hasil kerjanya Ibu NK dapat membantu

kebutuhan keluarganya tersebut. Kemudian untuk biaya investasi

untuk anak Ibu NK belum bisa menabung karena, uang yang didapat

oleh Bapak AM dan Ibu NK hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-

hari.

Alasan yang dikatakan oleh Ibu DF untuk mengalihkan hak

asuhnya juga masalah ekonomi. Suaminya yang sebagai pekerja buruh

serabutan dan gaji suami yang tidak menentu memaksa ia untuk

bekerja dan mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain.

Penghasilan dari Bapak BA adalah tidak menentu, karena

kadang ada pekerjaan dan kadang juga tidak ada. Jika ia mendapatkan

pekerjaan gaji yang didapat kurang lebihnya adalah Rp 50.000

perharinya. Tetapi itu tidak menentu, untuk makan biaya anak dan

keperluan sehari-hari tidak cukup jika hanya mengandalkan gaji dari

suaminya. maka dari itu Ibu DF memutuskan untuk bekerja sebagai

59

karyawan pabrik dengan jumlah gaji pokok yaitu Rp 1.400.000. jika

ada lemburan maka gaji dari Ibu DF akan bertambah. Akan tetapi

penghasilan yang diperoleh Ibu DF digunakan untuk transportasi

setiap harinya dan juga untuk membayar cicilan motor yang harus

dibayarnya. Sedangkan uang yang digunakan untuk investasi anak

belum ada karena penghasilannya itu dirasa kurang memenuhi

kebutuhannya.

Kemudian alasan yang dikemukakan oleh Ibu UM dan Ibu DM

adalah juga karena faktor ekonomi dan peluang untuk bekerja di luar

kota lebih mudah dibandingkan di dalam kotanya sendiri. Dengan

minimnya peluang yang ada didaerah mereka tinggal, mereka

memutuskan untuk bekerja diluar kota demi memenuhi kebutuhan

keluarganya dan sekolah untuk anak-anak mereka.

b. Faktor usia

Memiliki usia yang masih muda adalah merupakan faktor

pendukung untuk melakukan sebuah pekerjaan. Pada era sekarang ini

yang dibutuhkan adalah tenaga yang berumur masih muda. Selain itu

karena usianya yang masih muda menimbulkan keinginan untuk

bersama teman-temanya masih tinggi.

Seperti alasan yang dikatakan oleh Ibu NK. Ibu NK merupakan

seorang ibu yang masih berumur 21 tahun. Usia yang masih sangat

muda untuk dikatakan sebagai seorang ibu. Untuk itu, alasan ia

mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain adalah ingin

60

bekerja karena usianya yang masih muda dan masih kuat untuk

berkarir. Selain ingin berkarir dan usia ia juga ingin bergaul bersama

teman-teman sebayanya. Tetapi keputusan Ibu NK untuk bekerja

mengharuskan ia untuk menitipkan anaknya kepada orang lain yang

memiliki dampak terhadap anaknya yang masih bayi.

Kemudian alasan dari Ibu DF dan Ibu TR, mereka mengatakan

karena usianya masih bisa dikatakan muda dan masih cukup untuk

melakukan pekerjaan dapat dimanfaatkan untuk berkarir. Meskipun

harus meninggalkan anak-anaknya dalam pengasuhan orang lain.

c. Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

kehidupan. Dengan menpunyai pendidikan yang tinggi akan lebih

mudah untuk mengembangkan kreatifitas, dan potensi. Pendidikan

juga akan menjadikan manusia memiliki pandangan, pengalaman,

serta wawasan yang dapat di praktikan dalam kehidupanya. Manfaat

dari pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak seseorang.

Seperti yang dikatakan oleh ibu TR, alasan ia mengalihkan

pengasuhan anaknya kepada orang lain adalah karena Ibu TR memiliki

pendidikan yang tinggi, yang harus disalurkan ilmu yang telah

didapatkan di masa kuliahnya. Ibu TR juga merasa jika ilmu yang ia

punyai tidak disalurkan akan menjadi sia-sia. Dan juga dengan

pendidikannya yang tinggi ia merasa malu jika tidak bekerja.

61

d. Faktor kebosanan

Kebosanan atau perasaan bosan terhadap suatu hal meskipun

sepele tapi bisa juga berdampak serius. Kebosaanan itu sendiri adalah

keadaan dimana pikiran mengiginkan perubahan, mendambakan

sesuatu yang baru, dan mengiginkan berhentinya rutinitas hidup dan

keadaan yang monoton dari waktu ke waktu. Sebuah cara yang logis

untuk mengatasi perasaan bosan adalah dengan mencari sesuatu yang

mengairahkan untuk dilakukan.

Seperti hal nya yang dilakukan oleh Ibu NK, Ibu DF, dan Ibu

TR. Menurut pengakuannya mengapa mereka melakukan pengalihan

pengasuhan anaknya kepada orang lain adalah karena merasa bosan.

Mereka bosan jika dirumah yang mereka lakukan itu saja. Untuk itu

mereka berusaha mengatasi perasaan bosannya dengan cara mencari

kegiatan dan kesibukan yaitu memutuskan untuk bekerja dan mencari

suasana yang baru bersama teman-teman kerja lainya ditempat mereka

bekerja. Dengan bersama teman-temannya mereka mengaku akan bisa

lebih asyik dari pada diam diri dirumah.

Dengan perasaan bosan yang dirasakan oleh mereka dirumah

menyebabkan suatu hal yang tidak baik. Yaitu mengharuskan

kehilangan waktu yang seharusnya mereka dapatkan dengan

keluarganya. Sebenarnya rasa bosan itu akan hilang dengan cara ia

menikmati setiap apa yang akan ia lakukan.

3. Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Orang Tua Karir

62

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak akan

menentukan karakter anaknya kelak. Pola asuh yang dimaksud adalah

cara yang dilakukan orang tua untuk mendidik anak. Keberhasilan

mendidik anak-anak dengan baik adalah impian semua orang tua. Untuk

itu orang tua dituntut untuk mendidik anak-anaknya dengan sebaik-

baiknya. Dalam hal ini pola pengasuhan yang diterapkan pada keluarga

orang tua karir di Desa Banyuurip adalah sebagai berikut:

a. Pola Pengasuhan Anak Ibu NK

Dalam kasus Ibu NK, anak Ibu NK masih balita yaitu umur 11

bulan, Ibu NK menitipkan NS kepada orang lain untuk merawat dan

mengurusi keperluan NS di saat ia dan suami bekerja. Pengasuhan

tersebut berupa Perawatan. Yang dilakukan oleh pengasuh NS tersebut

menyangkut berbagai hal mengenai kebutuhan keseharian NS, baik

kebutuhan NS jasmani yaitu untuk makan, minum, buang air bahkan

perkembangan pengetahuan NS seperti cara berbicara, belajar dan

sebagainya. Serta kebutuhan rohani si anak, berupa pengetahuan si

anak, yaitu bagaimana caranya berjalan, berbicara dan sebagainya.

Untuk pemenuhan ekonomi seperti uang kebutuhan si anak,

Ibu NK menitipkan uang kepada pengasuh untuk diberikan kepada

anak, yang digunakan untuk keperluan apapun si anak.

Sebagai imbalan pengasuhan NS, Ibu NK memberikan upah

kepada sang pengasuh atas jasanya untuk mengasuh NS. Pengasuhan

yang dilakukan oleh pengasuh NS dilakukan ketika Ibu NK dan Bapak

63

AM bekerja, yaitu sejak pagi hari hingga sore hari, bahkan terkadang

hingga larut malam ketika NS sudah tidur.

NS dititipkan kepada Ibu MT yang merupakan tetangga dari

Ibu NK dan Bapak AF. Ibu MT mengasuh dan merawat anak dari

pasangan Bapak AM dan Ibu NK setiap hari. Menurut Ibu MT dia

hanya bertugas untuk mengasuh NS yang berupa kebutuhan sehari-

hari, kalau untuk masalah pengetahuan agama Ibu MT tidak

mendidiknya secara khusus.

b. Pola Pengasuhan Anak Ibu DF

Menurut pengakuan Ibu DF pada saat wawancara Ibu DF

menerapkan pengasuhan anaknya tidak mempunyai cara-cara yang

khusus dia hanya memberikan uang saku kepada anaknya untuk

digunakan untuk jajan, kemudian ia memberika didikan seperti anak

yang lainnya.

Ibu DF menitipkan atau mengalihkan pengasuhan anaknya

kepada orang lain disaat ia dan suami bekerja. Pengasuhan tersebut

berupa perawatan dan mengurus kebutuhan si anak. Kebutuhan.

Kebutuhan tersebut baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun

rohani. Kebutuhan jasmani berupa memberikan makan, memandikan

dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan rohaninya adalah pendidikan

akhlak dan pembelajaran pengetahuan anak.

Penyerahan pengasuhan anak dari Ibu DF kepada si pengasuh

diserahkan ketika pagi hari sewaktu Ibu DF dan Bapak BA akan

64

berangkat bekerja dan akan mengambilnya kembali pada saat mereka

telah selesai bekerja dan pulang dari tempat pekerjaanya. Sebagai

imbalan untuk pengasuhan akan anaknya Ibu DF memberikan upah

kepada si pengasuh sebagai ganti akan jasa pengasuhannya yang telah

diberikan kepada si anak.

Ibu YT adalah seorang Ibu yang berusia kurang lebih 50 tahun

ia bertugas untuk mengasuh AR anak dari pasangan Bapak BA dan

Ibu DF. Ibu YT merupakan tetangga dari Ibu DF. Dari hasil observasi

yang dilakukan oleh peneliti Ibu YT tidak memberikan pengetahuan

akhlak agama yang mendalam untuk diberikan kepada AR, ia hanya

bertugas untuk menjaga sang anak ketika ditinggal oleh kedua orang

tuanya.

c. Pola Pengasuhan Anak Ibu TR

Ibu TR mengalihkan pengasuhan anaknya kepada sang nenek

di saat ia dan suami bekerja. Pengasuhan tersebut berupa pengawasan

dan didikan yang baik. Untuk kebutuhan jasmani si anak seperti akan

makan pagi, mandi Ibu TR telah menyempatkan waktunya sebelum

berangkat. Jadi, ketika anak diserahkan kepada pengasuhnya si anak

sudah dalam keadaan kenyang dan bersih. Pengasuhnya hanya

bertugas untuk mengawasi dan merawat si anak ketika ditinggal Bapak

MS dan Ibu TR bekerja.

65

Menurut Ibu TR pola yang diterapkan pada anaknya adalah

termasuk dalam kategori pola asuh otoriter. Yaitu pola asuh yang

bersifat keras. Ibu TR sering memaksakan anaknya untuk melakukan

hal-hal yang disuruh dengan alasan jika ia melakukan secara tegas

akan menjadikan anak lebih dapat menghargainya. Kemudian

tujuannya adalah untuk membentuk karakter anak yang kreatif, patuh,

serta disiplin. Namun, pola asuh semacam ini akan mengakibatkan si

anak menjadi tertekan karena aturan yang dibuat orang tuanya. Sering

kali pola pengasuhan semacam ini akan menjadikan anak tidak

bahagia.

Sedangkan pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh QD

adalah pengawasan ketika si anak bermain dan menjaga dari hal-hal

yang dapat membahayakan anak. Kalau untuk masalah pengetahuan

pengasuh QD menyerahkan kepada orang tuanya karena pengasuh

juga memiliki kesibukan sendiri dan umur yang sudah tua.

d. Pola Pengasuhan Anak Ibu UM

Pengasuhan yang dilakukan oleh keluarga Bapak KH dan Ibu

UM ini adalah termasuk dalam kategori pola asuh permisif yaitu

membebaskan anak tanpa adanya pengawasan yang baik. Hal ini

disebabkan oleh orang tua yang bekerja di luar kota dan tidak

memberikan pengawasan terhadap anak-anaknya secara langsung.

Orang tua yang terlalu sibuk dalam pekerjaannya akhirnya tidak dapat

mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Orang tua dalam keluarga

66

ini, hanya memberikan sedikit perhatian terhadap anaknya, dan

memberikan materi atau harta saja terserah anak mau bagaimana.

Orang tua lebih mempercayakan untuk anak berbuat apa yang

dikehendakinya.

Bapak KH dan Ibu UM mengalihkan pengasuhan anaknya

secara total kepada orang lain sejak anak-anaknya masih kecil.

Kebutuhan jasmani dan rohani anaknya diserahkan kepada pengasuh,

karena Bapak KH dan Ibu UM yang bekerja di luar kota dan jarang

sekali untuk pulang. Mereka hanya berkomunikasi tentang bagaimana

keadaan anaknya melalui telephone. Dan menberikan uang untuk

dipergunakan kebutuhan sehari-hari si anak seperti kebutuhan makan,

dan kebutuhan sekolah si anak.

e. Pola Pengasuhan Anak Ibu DM

Bapak MH dan Ibu DM mengalihkan dan menitipkan

pengasuhan anaknya kepada orang lain selama mereka bekerja di luar

kota. Untuk pemenuhan kebutuhan si anak yang berupa kebutuhan

jasmani dan rohani si anak dipercayakan kepada orang lain untuk

mengawasinya. Pengalihan pengasuhan si anak kepada orang lain

diserahkan sejak si anak masuk ke bangku pendidikan sekolah dasar.

Ketika peneliti mewawancarai terhadap anak dari Ibu DM,

anak mengaku bahwa selama ini anak hanya mendapatkan

pengawasan yang kurang dari orang tuanya. Ia mengaku bahwa orang

tuanya membebaskan anaknya untuk berbuat apapun yang

67

dikehendaki, hal ini disebabkan karena orang tua terlalu percaya

terhadap anaknya. Namun, karena kesibukan dari orang tuanya anak

merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh. Sedangkan untuk

pengasuh dari IN merupakan neneknya sendiri sang nenek

memberikan pengasuhan, perawatan yang tidak terlalu intens hanya

sebatas pengawasan mengenai makan dan minum. Kemudian kalau

untuk masalah pendidikan ahklak, etika dan moral nenek tidak dapat

memberikan karena usianya yang sudah tua. Dan nenek hanya

membiarkan dan beranggapan bahwa itu semua akan di dapat di

sekolah.

Dari hasil pemaparan mengenai pola pengasuhan anak di Desa

Banyuurip di atas maka dapat di komparasikan dalam bentuk diagram

dengan hasil di bawah ini:

Pengasuhan anak dialihkan kepada nenek sebesar 60%. Dan

pengasuhan anak yang dialihkan kepada tetangga 40%.

Sales; diasuh oleh

tetangga; 40; 40%

Sales; diasuh oleh

nenek; 60; 60%

diasuh oleh tetangga

diasuh oleh nenek

68

4. Dampak Pengalihan Pengasuhan Anak

Sebagai orang tua yang berkarir dan mengalihkan pengasuhan

anaknya yang seharusnya dilakukan orang tua kepada orang lain

memiliki beberapa dampak negatif dan positif. Seperti yang terjadi di

Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali pengasuhan anak

dialihkan kepada nenek dan kepada orang tua yaitu:

a. Dampak Ekonomi

Perekonomian atau ekonomi akan menjadi masalah yang

sering terjadi dalam kehidupan bagi seseorang yang bekerja, karena

ekonomi menyangkut kepada penghasilan. Konflik keuangan ini

sering menjadi masalah dalam suatu hubungan rumah tangga. Seperti

kasus yang terjadi di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten

Boyolali yang keluarga menjadi orang tua karir. Dengan adanya kedua

orang tua karir yaitu ayah dan ibu sama-sama bekerja maka akan

memberikan dampak perekonomian keluarganya akan menjadi lebih

baik. Mereka akan lebih mudah untuk membiayai kebutuhan sehari-

hari keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari kasus yang terjadi di Desa

Banyuurip, berikut diskripsinya:

1) Pada keluarga Ibu NK dan pada keluarga Ibu NF dengan adanya

seorang istri membantu pekerjaan suami mereka dapat dan

memiliki penghasilan yang dapat digunakan untuk membayar

cicilan motor yang menjadi tanggung jawab mereka. Kemudian

dapat membantu untuk kebutuhan si anak yang masih balita.

69

Namun meskipun ibu ikut bekerja juga di rasa kurang jika untuk

menabung atau investasi di masa depan anak.

2) Pada keluarga Ibu UM dan Ibu DM motif ekonomi merupakan

alasan utama untuk bekerja di luar kota. Hasil bekerja diluar kota

keluarga Ibu UM dapat mensekolahkan atau membiayai

pendidikan anaknya sampai keperguruan tinggi dan dapat

menghidupi keperluan sehari-hari, sedangkan dampak yang

dirasakan oleh Ibu DM yaitu mereka dapat membiayai kebutuhan

sekolah anak dan untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

b. Dampak pendidikan

Pendidikan merupakan suatu aktivitas yang harus diberikan

oleh orang tua terhadap anak untuk mengembangkan seluruh

kepribadian anak. Namun pendidikan anak pada sekarang ini mulai

rentan karena kurangnya perhatian orang tua terhadap anak itu sendiri.

Pendidikan yang penting dalam suatu keluarga dapat meliputi

sikap, perilaku, serta moral. Dampak pendidikan yang terjadi bagi

keluarga orang tua karir terhadap anak-anaknya adalah sebagai

berikut:

1) Dalam kasus keluarga Bapak KH dan Ibu UM. Dengan

kesibukan kedua orang tuanya menjadikan anak yang bebas tanpa

adanya pengawasan. Anak yang kurang kasih sayang dari orang

tua menjadikan karakter anak yang tidak baik. Yaitu sifat yang

bandel, nakal dan sifat negatif lainnya. Perubahan tersebut

70

dikarenakan orang tua yang tidak memperhatikan dan

memberikan pengasuhan mengenai ahklak terhadap anak.

Sedangkan mereka hanya dikasih uang saja. Sedangkan nenek

yang menjadi pengasuh anak-anak mereka sudah tua dan hanya

memperhatikan masalah makan dan minum saja.

2) Dalam kasus keluarga Bapak MH dan Ibu DM. orang tua bekerja

di luar kota dan disibukkan dengan pekerjaan sehingga tidak

dapat mengawasi secara langsung perkembangan anak. Anak

yang ditinggal oleh kedua orang tua akan menjadi pribadi yang

bandel dan rentan terhadap pergaulan remaja yang bebas. Dari

hasil observasi yang peneliti lakukan anak dari pasangan

keluarga ini sering bermain diluar dan sering pulang malam. Dan

tak jarang IN membawa teman-teman sekolahnya untuk

kerumah. Hal itu dilakukan karena tidak adanya pengawasan dari

orang tua.

c. Dampak Keharmonisan

Keluarga yang harmonis dan berkualitas yaitu keluarga yang

rukun berbahagia, keluarga yang penuh ketenangan, serta keluarga

yang penuh kasih sayang. Keluarga yang harmonis hanya akan tercipta

jika kebahagian, ketenangan, dan kasih sayang yang diberikan oleh

antar anggota keluarganya terpenuhi.

71

Keharmonisan pada keluarga yang pengasuhan anaknya

diberikan kepada orang lain tidak terpenuhi. Kasus tersebut terjadi

pada semua keluarga di Desa Banyuurip yang pengasuhan anaknya

diberikan kepada orang lain. Hal tersebut terjadi karena orang tua yang

sibuk bekerja tidak dapat berkomunikasi secara intensif dengan anak-

anaknya dan anak-anak yang diasuh oleh orang lain menjadikan

mereka lebih dekat dengan pengasuhnya dari pada kepada orang tua

kandungnya. Hak ini dibuktikan dengan adanya sifat dan moral anak

yang bebas dan cenderung dekat dengan pengasuhnya dibandingkan

dengan kedua orang tuanya.

72

BAB IV

ANALISIS

A. Analisis Terhadap Pola dan Landasan Pengasuhan Anak Orang Tua

Karir

Dalam pola yang dilakukan oleh orang tua maupun oleh pengasuh itu

diharapkan akan menjadi pembentukan karakter anak yang memiliki akhlak dan

perilaku yang baik. Yaitu dengan cara mengajarinya tentang keagaaman yang lebih

khusus, karena anak itu akan menirukan apa yang akan dilakukan oleh orang-orang

yang ada disekitar mereka.

Mendidik anak dengan baik dan benar, mengajarinya budi pekerti yang luhur

merupakan tugas dan tanggung jawab yang berada dipundak ayah dan ibu (orang

tua). Dilain pihak anak sangat memerlukan pendidikan akhlak yang baik menurut

ajaran Islam dari orang tua dan dari orang-orang disekitarnya seperti mengajari

shalat, sopan santun serta etika yang baik. Hak anak adalah orang tua bertanggung

jawab untuk mengajarkan kepadanya akhlakul karimah, mengenalkan kepada tuhan

dan membantunya untuk patuh kepadanya. Tugas ini merupakan tugas yang berat

yang harus dilakukan oleh orang tua, yang memiliki pahala sangat besar. Tetapi

sebaliknya, jika tugas tidak dilakukan dan melalaikan maka siksaan menunggu.

Berikut pengasuhan yang terjadi di Desa Banyuurip kecamatan Klego Kabupaten

Boyolali:

Pengasuhan anak pada keluraga Bapak AM dan Ibu NK. Anak yang masih

balita dititipkan kepada tetangga dari pagi hingga sore bahkan sampai malam hari.

73

Dan pengasuhnya tidak mengajari mengenai pengetahuan ahklak dan agama yang

baik. Dengan begitu anak akan menjadi kurang pengetahuaan keagamaan. Dan

menjadikan anak kurang kasih sayang dari orang tuanya.

Pengasuhan anak pada keluarga Bapak BA dan Ibu DF. Anak yang masih

balita dititipkan kepada orang lain yang yang rumahnya disamping rumah mereka.

Dari pagi, sore dan malam hari dari perawatan mengenai kebutuhan primer yaitu

makan dan minum semuanya diatur oleh pengasuhnya. Orang tua tidak dapat

mendidik anaknya secara langsung mengenai akhlak yang baik menurut islam dan

sedangkan pengasuhnya pun tidak memberikan pembelajaran terhadap anak

tersebut.

Pengasuhan anak dari Bapak MS dan Ibu TR. Pasangan ini mengalihkan

pengasuhan anaknya kepada neneknya. Pasangan ini sempat memberikan waktu

untuk mendidik anaknya tetapi waktu yang dapat diluangkan hanya terbatas.

Dampak dari pengalihan pengasuhan pada keluarga ini adalah anak menjadi lebih

dekat terhadap neneknya dibandingkan pada orang tuanya sendiri.

Pengasuhan anak Dari Bapak KH dan Ibu UM. Pasangan ini menitipkan

anaknya kepada nenek yang sudah tua. Bapak KH dan Ibu UM bekerja diluar kota

dan meninggalkan anak-anaknya sejak dari kecil. Untuk kebutuhan primer dan

sekundernya dititipkan kepada pengasuhnya tersebut kemudian orang tua hanya

memberikan uangnya saja. Sedangkan untuk pendidikan akhlakul karimah tidak

dapat diberikan dari orang tuanya untuk anak-anakya karena kesibukkan mereka

dan jarang pulang.

74

Pengasuhan anak Bapak MH dan Ibu DM. pengasuhan yang diterapkan oleh

orang tua ini adalah menitipkan anak Dari kecil dan ditinggal untuk bekerja di luar

kota. Sedangkan mereka hanya mengirimkan uang untuk kebutuhan sang anak

sehari-hari. Dan untuk kebutuhan akan pengetahuan akhlak si anak tidak dapat

diberikan oleh orang tuanya kepada anaknya.

Dari pola pengasuhan yang diterapkan oleh para keluarga yang kedua orang

tuanya bekerja mereka mengunakan pola asuh permisif yaitu pola asuh anak yang

cuek. Orang tua membiarkan dan memberikan kebebasan sepenuhnya terhadap

anak. Orang tua tidak memberikan pengarahaan, pengawasan mengenai

perkembangan anak. Dan dari pengasuhan yang didapat oleh anak dari orang

tuanya tersebut menjadikan karaakter dan pembentukan kepribadian anak yang

bebas tanpa adanya pengawasan dari orang tuanya. Dan anak memiliki sifat yang

tidak baik di masa yang akan datang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan bagi anak untuk mengenal dunia

sosialnya adalah dalam keluarga namun yang terjadi di Desa Banyuurip adalah

seperti yang dipaparkan diatas akibatnya menjadikan anak kurang perhatian dari

orang tua. Hal ini mengakibatkan terbatasnya Interaksi orang tua dengan anak dan

mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar. Yaitu anak akan lebih senang

berada di luar rumah dan merasa tidak betah di rumah karena merasa kesepian.

Kemudian, anak menjadi nakal karena kurangnya perhatian dari orang tuanya.

Seperti apa yang ada di kandungan surat At Tahrim ayat 6 yaitu:

75

ها مل ئكة غالظ يــأيـها الذين أمنـوا قـوا أنـفسكم وأهليكم نارا وقـودها الناس واحلجارة عليـ

ما أمرهم ويـفعلون ما يـؤمرون شداد ال يـعصون اهللا

Allah memerintahkan kepada orang tua untuk memelihara keluarga nya dari

api neraka dengan cara mendidik dan memelihara anak menjadi orang yang

melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjahui larangan-laranganya. Namun,

pada hal ini yang terjadi di Desa Banyuurip orang tua tidak dapat menjalankan

peritah Allah yang tergantung pada surat tersebut. Yaitu memelihara keluarganya

dari api neraka dengan cara menjalankan mendidik anak-anaknya. Mereka

membiarkan anak-anak mereka bebas dan tidak mengawasi apa yang dilakukan

oleh anak serta tidak memberikan pendidikan ahklak yang baik karena, kesibukan

yang mereka lakukan.

B. Analisis Terhadap Faktor Penyebab Pengalihan Pengasuhan Anak

Orang Tua Karir

Dalam kasus yang terjadi di Desa Banyuurip adalah terjadinya pengalihan

pengasuhan anak yang seharusnya dilakukan oleh kedua orang tua. Namun orang

tua tersebut mengalihkannya kepada orang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya adalah:

Faktor penyebab pengalihan anak pada keluarga Bapak AM dan Ibu NK

adalah karena tuntutan bekerja dan alasan dari mereka bekerja adalah karena faktor

76

ekonomi, faktor usia dan faktor kebosanan. Untuk faktor ekonomi mereka adalah

pemenuhan kebutuhan hidup yang harus ditanggungnya seperti kebutuhan primer

makan, minum, pakaian, dan kebutuhan sekunder lainnya. Penghasilan dari Bapak

AM kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya jadi Ibu NK ikut bekerja

untuk membantu keuangan keluarganya. Untuk faktor usia mereka beranggapan

bahwa usia masih muda yang mereka alami saat ini, dapat memicu semangat untuk

bekerja. Kemudian, faktor kebosanan yang mereka alami adalah bosan jika hanya

mengurus rumah tangga seperti mengurus rumah, mengurus anak dan itu-itu saja

yang dapat dilakukan maka akan merasa bosan. Padahal menurut ajaran Islam yang

berlaku apapun alasan yang diberikan oleh orang tua, orang tua tetap berkewajiban

untuk mengasuh dan mendidik anak-anak mereka. Orang tua diharapkan dapat

memberikan waktu untuk melaksanakan kewajibannya. Dan orang tua dapat saling

membantu atau bekerja sama untuk keluarganya tanpa harus meninggalkan

kewajibannya untuk mengasuh anak.

Faktor penyebab dari pengalihan pengasuhan anak pada pasangan Bapak BA

dan Ibu DF adalah faktor ekonomi, pendapatan yang didapatkan oleh suaminya

tidak menentu dan tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari untuk itu Ibu DF

bekerja untuk membantu suaminya. kemudian disebabkan oleh faktor usia Ibu DF

adalah Ibu yang masih memilki usia muda dan masih sanggup untuk bekerja, untuk

itu ia memanfaatkan usianya untuk bekerja, kemudian faktor kebosanan yang dapat

dialami oleh Ibu DF karena hanya mengurus rumah dan anaknya tidak ada

pengalaman lain selain itu. Sedangkan didalam ajaran Islam orang yang

bertanggung jawab untuk memenuhi nafkah keluarga adalah seorang suami. Tetapi

77

dalam hal ini Ibu DF juga ikut serta memenuhi kebutuhan hidup mereka dan

mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain meskipun kewajiban orang tua

adalah untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya.

Faktor penyebab dari pengalihan pengasuhan anak pada pasangan orang tua

karir yaitu Bapak MS dan Ibu TR adalah faktor pendidikan, dengan pendidikan

tinggi yang telah ia capai maka mereka sama-sama bekerja. Mereka mengalihkan

pengasuhan anaknya kepada orang lain. Padahal pendidikan anak itu juga penting

untuk diberikan Dari orang tuanya. Faktor kebosanan yang dialami oleh Ibu TR jika

sering dirumah menjadikan ia mencari pengalaman lain diluar rumah yaitu bekerja.

Kemudian faktor usia yang masih muda yang dialaminya saat ini ia manfaatkan

untuk bekerja. Padahal dalam islam kewajiban orang tua terhadap anak adalah

mendidik serta mengasuh anak dengan baik supaya menjadika karakter anak yang

baik pula.

Faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak pada keluarga Bapak KH dan

Ibu UM adalah faktor ekonomi. mereka bekerja untuk memenuhi ekonomi

keluarga. Mereka bekerja di luar kota untuk kebutuhan hidup seperti untuk

membiayai makan dan sekolah anak-anak mereka. Untuk itu mereka mengalihkan

tanggung jawabnya sebagai orang tua yaitu mendidik dan mengasuhnya kepada

orang lain.

Faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak pada keluarga Bapak MH dan

DM adalah faktor ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya mereka

bekerja di luar kota yaitu di lampung. Mereka menitipkan anaknya dari kecil

78

kepada orang lain. Hasil bekerja mereka gunakan untuk kebutuhan hidup seperti

untuk makan dan untuk sekolah anak.

Namun pada kenyataannya landasan yang digunakan oleh para orang tua

yang bekerja di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolai ini yang

berupa karena faktor ekonomi, tidaklah tepat karena dengan adanya ibu ikut bekerja

daan mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain gaji yang di dapat juga

dirasa kurang untuk pemenuhan kebutuhannya karena hanya di gunakan untuk

keperluan yang tidak penting dan untuk investasi anak di masa depan belum

terfikirkan oleh mereka. Kemudian dampak yang ditimbulkan terhadap anak dan

keluarganya juga banyak yang negatif.

Sikap anak dan karakter anak di masa yang akan datang adalah tergantung

kepada pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya hal ini seperti yang

ada di dalam penjelasan hadits

سانه كل مولود يـولد على الفطرة فأبـواه يـهودانه أو يـنصرانه أو ميج

Hadits tersebut telah dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu “ setiap anak

dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang

menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Hal itu seperti yang ada terjadi di Desa

Banyuurip. Dengan kedua orang tua yang bekerja maka akan kurang perhatian dan

kasih sayang yang dapat diterima akibatnya mereka menjadi bebas dan menjadikan

ahlak anak yang tidak baik. Hal itu sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang

tuanya terhadap pengasuhannya. Yaitu orang tua sibuk terhadap pekerjaanya dan

orang tua tidak memberikan pendidikan atau ajaran yang baik.

79

C. Menurut Pandangan Hukum Islam dan Undang-undang

1. Menurut Hukum Islam

Kewajiban orang tua kepada anak adalah untuk mengasuh dan mendidik

anak dengan sebaik-baiknya. Mengasuh berarti orang tua harus memenuhi

kebutuhan keseharian anak, yang dapat diwujudkan dalam bentuk ekonomi dan

pendidikan akhlak. Mendidik anak berimplikasi untuk memenuhi kebutuhan

pengetahuan anak, dalam bentuk pemenuhan pendidikan, sehingga anak mampu

untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Menurut Ash-Shiddieqy (1952) ada

empat tingkatan pendidikan dan pemegang peranannya adalah sebagai berikut:

a. Tingkatan pertama, dari masih dalam kandungan ibu sampai sang

bayi berumur dua tahun. Dalam tingkatan ini, ibu lah yang memegang

peranan yang terpenting karena anak masih membutuhkan air susu ibu

untuk hidupnya.

b. Tingkatan kedua, dari anak berumur dua tahun hingga berumur tujuh

tahun. Dalam tingkatan ini, ibu dan para keluarga rumah tangga yang

memegang peranan. Tingkatan ini seorang ibu butuh bantuan untuk

menjalankan perannya karena anak yang semakin tumbuh dan

berkembang.

c. Tingkatan ketiga, dari anak berumur tujuh tahun hingga dewasa.

Dalam tingkatan ini rumah pendidikan perguruan tinggilah yang

memegang peranan terpenting. Para guru dan pembantu-pembantunya

yang mengendalikan pendidikan anak-anak dibantu di rumah tangga

oleh orang tua dan keluarga. Pada tingkatan ini anak mulai melihat

80

dunia luar, untuk itu untuk semua pihak yang ada disekitarnya

diharapkan untuk dapat terlibat untuk mengawasinya.

d. Tingkatan keempat, dari anak itu keluar dari sekolah hingga

selanjutnya sampai kepada masa ia menghembuskan nafas. Maka

dalam tingkatan yang keempat ini, masyarakatlah yang memegang

peranan pendidikan seseorang manusia. Dalam tingkatan ini anak

telah terjun kedalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu masyarakat

sekitar turut serta dalam membimbing anak tersebut.

Dalam hal ini penulis menggolongkan pengasuhan anak dari orang tua karir di

Desa Banyuurip sesuai dengan tingkatan pendidikan dan pemegang peranannya

sebagai berikut:

1) Pengasuhan anak Ibu NK

Dari pengasuhan anak Ibu NK termasuk dalam kategori

tingkatan pertama, karena NS yang masih berumur 11 bulan.

Sehingga yang harus memegang peranan untuk mengasuh dan

mendidik NS adalah Ibu NK secara langsung. Namun, dalam hal ini

anak yang seharusnya ibu yang memegang peranan penting untuk

mengasuh, merawat, mendidik anak tidak dapat terpenuhi, karena

kedua orang tua yang sibuk bekerja dari pagi sampai sore hari,

bahkan sampai malam.

Anak tersebut tidak mendapatkan apa yang seharusnya di

dapat seperti anak seusianya. Anak juga tidak dapat merasakan kasih

sayang secara langsung dari kedua orang tuanya. Dalam Pengasuhan

81

anak Ibu NK dapat dikatakan bahwa, Ibu NK lalai dalam

menjalankan kewajibannya untuk mengasuh dan mendidik anak

secara langsung.

2) Pengasuhan anak Ibu DF

Dari keluarga Ibu DF termasuk dalam kategori kedua, yaitu

anak itu berumur dua tahun sampai umur tujuh tahun ibu dan para

keluarga rumah tangga. Anak dari Ibu DF masih berumur 4 tahun,

dalam hal ini untuk pengasuhan, pendidikan, perawatan yang

seharusnya dilakukan oleh ibu dan keluarganya tidak dapat terpenuhi

pula. Karena anak mereka dititipkan dan dalam pengasuhan kepada

orang lain yang bukan termasuk keluarga si anak. Sehingga dapat

dikatakan Pengasuhan anak ibu DF tidak terpenuhi atau Ibu DF

beserta keluarga lalai dalam mengasuh dan mendidik anak secara

langsung..

3) Pengasuhan anak Ibu TR

Pengasuhan anak Ibu TR termasuk dalam kategori tingkatan

pertama. Yaitu ibulah yang memegang peranan yang terpenting.

Namun, dalam kenyataan Pengasuhan anak Ibu TR kurang

terpenuhi. Yaitu anak yang masih balita yaitu umur 16 bulan

dititipkan kepada orang lain, ditinggal untuk berkarir atau bekerja.

Meskipun Ibu TR pada kenyataannya masih mengasuh anak

secara langsung ketika ia pulang dari kerja, namun pengasuhan dan

pendidikan yang Ibu TR lakukan kepada anaknya tidak terpenuhi

82

secara sempurna. Hal tersebut penulis katakana karena Ibu TR

mampu untuk mengasuh anak pada jam dimana anak dalam keadaan

nyang tidak produktif.

4) Pengasuhan anak Ibu UM

Pengasuhan anak ibu UM ini termasuk dalam kategori

tingkatan ketiga. Yaitu dalam tingkatan anak yang berumur tujuh

tahun hingga dewasa. Anak Ibu UM dapat dikatakan termasuk

kategori dewasa karena anak-anak Ibu UM sudah masuk dalam

dunia pendidikan pada tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA)

dan ada yang sudah masuk Perguruan Tinggi, dengan hal ini rumah

pendidikan dan perguruaan yang memegang peranan.

Pada kenyataannya mereka tidak dapat terpenuhi karena dari

waktu kecil mereka dititipkan kepada orang lain, sedangkan kedua

orang tuanyan bekerja ke luar kota dan jarang pulang, bahkan

sampai bertahun-tahun. Akibatnaya mereka memilih tindakan dan

pendidikan sesuka hati mereka tanpa memikirkan akibat yang akan

timbul. Karena kedua orang tuanya tidak mengetahui perkembangan

anaknya, yang mereka lakukan hanya memberikan kecukupan dalam

hal materi saja.

Jika dari tingkat pertama kebutuhan anak tidak terpenuhi,

maka sampai anak dewasa juga akan bersikap sesuai dengan apa

83

yang mereka inginkan, tanpa dapat terkontrol dan sesuai dengan

harapan orang tuanya. Maka dalam hal pemenuhan pendidikan pada

anak Ibu UM tidak terpenuhi secara sempurna.

5) Pengasuhan anak Ibu DM

Pengasuhan anak ibu DM ini termasuk dalam tingkatan

ketiga kerena anaknya sudah masuk bangku sma, yaitu berumur

sekitar 16 tahun. Dari Kecil ia telah dititipkan orang tuanya kepada

orang lain dan hanya mendapat pengawasan semata dari orang

tersebut tanpa adanya pendidikan dan pengawasan secara langsung

dari orang tuanya. Sehingga si anak rawan terjerumus dalam

pergaulan bebas anak-anak remaja.

Akan tetapi jika salah satu pendidikan itu berlawan dan bertentangan,

akibatnya anak-anak tersebut akan lebih mudah terombang ambing dipukul badai

dan ombak. Pada dasarnya pendidikan yang akan menentukan perilaku anak

berawal dari rumah tangga atau dalam keluarga. Maka dari itu jika kita biasakan

kebajikan dalam mengajarinya besarlah ia dalam mengaruhi kebajikan,

berbahagialah ia di dunia akhirat. Namun, sebaliknya jika kita biasakan kejahatan

dan melengahkan pendidikannya, maka celaka dan sesatlah akhirnya. Dan

kesalahan itu dipikul oleh kedua orang tuannya.

Kemudian dalam hadist yang disebutkan penulis dalam bab sebelumnya

yaitu:

84

سانه كل مولود يـولد على الفطرة فأبـواه يـهودانه أو يـنصرانه أو ميج

yang menerangkan bahwa setiap anak yang lahir itu dalam keadaan suci,

dan yang menjadikan anak tersebut menjadi baik dan buruk adalah orang tunya

sendiri. Yang membentuk karakter anak setelah dewasa adalah orang tuanya

sendiri. Hadist tersebut benar adanya. Namun, pengasuhan yang dilakukan oleh

keluarga orang tua karir di Desa Banyuurip salah, mereka memberikan pengasuhan,

perawatan anaknya tidak secara langsung. Yaitu melalui dititipkan kepada orang

lain. Sehingga menyebabkan pertumbuh anak menjadi anak yang tidak sesuai

dengan apa yang diharapkan orang tua atau tidak sesuai dengan akhlak islam. Anak

menjadi pribadi yang semaunya sendiri dan bebas.

Kemudian dalam hadist At Turmudzi yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya yaitu:

( رواه اترمذى ) من ادب حسن ما حنل والد ولده افضل

yang berarti tidak ada sesuatu pemberian yang lebuh utama

kecuali untuk pemberian didikan yang baik. Orang tua di wajibkan

untuk memberikan didikan kepada anak dengan ahklak etika sesuai

dengan ajaran Islam dan pendidikan itu harus diberikan dengan penuh

perhatian dan secara utuh. Pada kenyataannya yang terjadi di Desa

Banyuurip tidak demikian. Orang tua hanya sibuk bekerja sedangkan

untuk pengasuhannya di titipkan kepada orang lain. Orang tua kurang

memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap anak. Sehingga

85

menyebabkan tumbuh perkembangan anak menjadi tidak baik

dikemudian hari. Berikut perilaku anak yang kurang perhatian dan

pendidikan dari orang tuanya:

a) Anak cenderung dekat oleh pengasuhnya dibandingkan oleh

kedua orang tuanya. Untuk anak yang masih balita terkadang

bila didekati oleh orang tuanya tidak mau karena anak telah

menemukan figure orang yang sering bersamanya.

b) Perilaku anak yang telah tumbuh dewasa akan menjadi tidak

sopan dan kurang menghargai orang-orang disekitarnya.

c) Sering mengikuti pergaulan diluar rumah bersama teman-

temannya seperti lebih berfoya-foya dengan uang yang

diberikan oleh orang tuanya. Dan yang lebih parah akan di

khawatirkan masuk daan terjerumus kedalam pergaulan

bebas.

d) Bertingkah semaunya sendiri dan bebas melakukan hal

apapun tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

e) Sikap tidak mau patuh atau membangkang.

Dalam kaidah fikih mengenai teori kemaslahatan yaitu untuk menjaga

kemaslahatan dan menolak kemudaratan. Segala bentuk kebaikan dan kemaslahatan

harus terus diusahakan, sedangkan semua bentuk mudarat dan mafsadat wajib

dihindari. Atas dasar

ال ضر ر و ال ضرا ر

86

“ tidak boleh terjadi suatu kemudaratan dan tidak boleh saling

memudaratkan”

Darar artinya perbuatan yang menimbulkan mafsadat atau tindakan yang

merugikan pihak lain. Dalam hal ini orang tua melakukan pekerjaan namun dari

perbuatan yang dilakukan oleh orang tua tersebut menyebabkan anak menjadi

kurang perhatian dan kurang pendidikan dari orang tuanya. Kemudian kaidah lain

yaitu:

ما ا بيح للصر و ر ة ىقد ر بقد ر

“Apa yang dibolehkan karena darurat, hendaknya dilakukan dengan ukuran

sekadarnya”

Kaidah ini menjelaskan bahwa pencegahan terhadap yang menimbulkan

bahaya harus disesuaikan dengan kadar kebutuhanya. Apabila bertemu antara

keburukan dan kebaikan yang ditimbulkan maka wajib untuk mempertimbangkan

mana yang lebih penting diantara keduanya. Dalam bekerja otomatis akan

memberikan dampak ekonomi yang baik bagi keluarganya. Seperti akan dapat lebih

mudah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka untuk kebutuhan anak serta untuk

kebutuhan lainnya. Namun dampak dari kedua orang tua yang bekerja yaitu

kurangnya waktu untuk keluarganya serta anak-anaknya. Komunikasi terhadap

keluarga menjadi kurang baik. Anak kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua

orang tua dan menjadikan anak tumbuh berkembang semaunya sendiri. Kemudian

jika Ibu tidak membantu sang suami maka untuk ekonomi kebutuhan keluarganya

rendah. Tapi manfaatnya orang tua akan lebih dekat dan dapat mendidik anak

dengan baik.

87

Dalam hal yang dilakukan oleh para orang tua karir di Desa Banyuurip

Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali manfaat yang di dapat dan dampak negatif

yang di timbulkan lebih banyak dampak yang negative terutama kepada anak dari

pada manfaatnya. Manfaatnya hanya membantu kebutuhan ekonomi yang sejatinya

untuk perkara ekonomi atau nafkah keluarga hanya dibebankan kepada kepala

keluarga atau menjadi tanggung jawab dan kewajiban kepala keluarga dalam hal ini

adalah ayah. Kemudian dampak negative yang ditimbulkan kepada anak adalaah

masalah kehidupannya yaitu kurangnya pendidikan dan ajaran mengenai etika,

moral dan hal itu sangat mempengaruhi kehidupan dimasa sekarang dan di masa

depan. Anak menjadi pribadi yang nakal karena tidak adanya kontrol dari orang

tuanya. Dan dampak lainya adalah kurangnya kasih sayang yang didapat oleh anak

dari orang tuanya.

2. Menurut Undang-undang

Sebagai orang tua memiliki kewajiban serta tanggung jawab terhadap anak-

anaknya. Sesuai dengan yang tercantum dalam bab IV pasal 26 Undang-undang

anak nomor 23 tahun 2002, yaitu kewajiban orang tua untuk mengasuh, memelihara

serta mendidik dan melindungi anak. Pada kenyataannya yang terjadi pada keluarga

orang tua karir di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali adalah:

a. Keluarga Ibu NK

Pada keluarga Ibu NK dan pak AM sebagai orang tua mereka

tidak dapat menjalankan kewajibanya yang berupa mengasuh,

memelihara, mendidik serta melindungi secara langsung karena anak

mereka masih kecil ketika orang tua pulang kerja ia sudah tertidur dan

88

ketika mau berangkat bekerja sang ank masih tertidur. Dari mulai

memberikan makanan, memandikan serta merawat dan mendidik anak

ia serahkan kepada orang lain. Jadi jarang sekali ia berinteraksi langsung

dengan anaknya kecuali hari libur. Dan juga orang tua tidak dapat

melindungi anak dari bahaya yang mungkin akan mengancam anaknya

karena orang tua tidak disamping dan tidak memberikan pengawasan.

b. Keluarga Ibu DF

Pada keluarga ibu DF dan pak BA. Mereka juga merupakan

orang tua karir yang disibukkan dengan pekerjaanya. Sehingga dalam

mendidik anaknya ia tidak terpenuhi. Untuk pak BA ia masih bisa

mengunakan waktu setelah pulang kerja walaupun hanya sebentar.

Waktu yang Bapak BA dapatkan itu, di manfaatkan untuk bermain

bersama anaknya, tetapi tidak maksimal. Sebaliknya, Ibu DF yang

bekerja sebagai karyawan pabrik yang sering pulang malam ia jarang

mempunyai waktu untuk bersama anaknya. Akibatnya Ibu DF tidak

dapat mengasuh dan mendidik AR secara langsung. Dan Bapak BA

merasa jika iaa adalah seorang laki-laki jadi untuk kedekatan emosional

terhadap anak kurang. Jadi, tidak terlalu intens dalam kebersamaan

anaknya. ia lebih sering membiarkan anaknya main bersama teman-

temanya sendiri.

c. Keluarga Ibu TR

Pada keluarga Ibu TR dan Bapak MS, Ibu TR yang bekerja

sebagai pengajar disekolah ia dapat mendidik anaknya walaupun dengan

89

waktu yang terbatas. Yaitu pada waktu setelah ia pulang dari mengajar.

Namun, pengasuhan dan pendidikan yang diberikan terhadap anak

kurang maksimal. Meskipun ada waktu walaupun sedikit Ibu TR tidak

dapat memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anaknya karena

anak lebih dekat oleh pengasuhnya dari pada ibunya sendiri meskipun

ibu telah berada di rumah.

d. Keluarga Ibu UM

Pada keluarga Ibu UM dan KH. Ibu UM dan pak KH merupakan

pekerja yang sangat sibuk dan mereka bekerja diluar kota. Karena

kesibukannya ia sama sekali tidak bisa mengasuh, merawat, dan

mendidik secara langsung. Mereka jarang sekali pulang kerumah bahkan

sampai bertahun-tahun. Dan membiarkan anaknya bebas dalam

menjalani kehidupannya tanpa adanya pengawasan dan kontrol dari

orang tuannya serta beranggapan anak mampu berfikir sendiri.

e. Keluarga Ibu DM.

Orang tua dari keluarga ini tidak dapat menjalankan kewajibanya

untuk mengasuh serta mendidik anaknya. Anak dari ibu DM tidak dapat

merasakan pendidikan, pengawasan dan pengasuhan secara langsung

dari orang tuanya, karena kesibukan orang tuanya yang bekerja di luar

kota.

Dari data yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa

3 dari 5 keluarga yang kedua orang tuanya berkarir, anaknya dititipkan

90

dalam pengasuhan nenek. Sedangkan 2 diantaranya penitipan dan

pengasuhannya diberikan kepada tetangganya.

Lebih jelas lagi dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1979

pasal 1 tentang kesejahteraan anak, anak berhak atas kesejahteraan,

perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang yang baik

dalam keluarganya, tetapi pada kenyataannya yang terjadi pada keluarga

Ibu NK, Ibu DF, Ibu TR, Ibu UM dan Ibu DM dalam pengasuhan,

perawatan, dan bimbingan anaknya tidak dapat diberikan secara

langsung terhadap anak. Hal ini disebabkan kesibukan bekerja kedua

orang tuanya. Karena waktu yang disempatkan untuk anak-anak mereka

kurang maksimal. Dan untuk perawatan, pengasuhan dan bimbingan

yang diberikan oleh pengasuh dari anak-anak tersebut juga tidak dapat

diberikan secara maksimal karena pengasuh hanya bertugas untuk

mengawasinya saja.

Dengan kesibukan yang orang tua lakukan yaitu menjadikan

anak kurang perhatian dan kasih sayang. Orang tua kurang meluangkan

waktu untuk anak. Hal ini menyebabkan tingkah laku anak menjadi

pribadi yang kurang baik. Menjadikan anak bebas melakukan hal-hal

yang mereka inginkan karena tidak adanya kontrol dan pengawasan

yang diberikan oleh orang tua.

Di dalam Undang-undang yang telah dijelaskan yaitu mengenai

kewajiban untuk mendidik anak dan mengasuh anak memang harus

dilakukan oleh kedua orang tua. Namun, dengan keadaan ekonomi yang

91

ditanggung oleh keluarga orang tua karir di Desa Banyuurip

mengharuskan untuk bekerja untuk meringkankan beban yang

ditanggung. Tetapi seharusnya meskipun disibukkan dengan

pekerjaannya orang tua menjalankan kewajibannya untuk mengasuh

anak itu juga dilakukan dengan cara memberikan waktu luang untuk

sang anak dan menjaga komunikasi yang lebih terhadap anak dan

keluarganya. Supaya anak tetap dalam pengawasan orang tua dan

menjadikan anak tumbuh dengan sesuai yang dikendaki oleh kedua

orang tuanya.

92

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data penelitian yang telah didapat dan dianalisa oleh

peneliti dari bab I sampai dengan bab IV maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pola dan Landasan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir

Pola yang di terapkan oleh orang tua karir untuk anak-anak akan

menentukan tumbuh kembang si anak kelak. Menentukan sifat pribadi

anak di masa yang akan datang. Sebagai orang tua berkewajiban untuk

mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya.

Pada kasus yang terjadi di Desa Banyuurip yaitu keluarga yang

kedua orang tuanya berkarir atau bekerja. Orang tua mengalihkan

pengasuhan anaknya kepada orang lain. Ketika kedua orang tuanya itu

bekerja. Kemudian orang tua hanya memberikan kebutuhan anaknya

saja tanpa memperdulikan kebutuhan pendidikan akhlak anak.

Sedangkan, pengasuh juga hanya sekedar menjaga dan merawat serta

pengawasan yang tidak begitu intens dan maksimal. Pengasuh hanya

memberikan kebutuhan makan dan minum anak. Sebagai gantinya jaga

untuk pengasuhan sang anak, pengasuh diberikan upah. Dengan alasan

kesibukan dari orang tua.

93

Pola pengasuhan anak orang tua karir yang terjadi di Desa

Banyuurip adalah dengan mengalihkan kepada orang lain yaitu:

a. Dititipkan kepada tetangga

b. Dititipkan kepada nenek atau orang tua dari bapak dan ibu anak

Landasan yang digunakan adalah karena untuk memenuhi

kebutuhan pribadi dan untuk memenuhi kebutuhan sosial keluarganya.

Sedangkan untuk tanggung jawab orang tua untuk pendidikan dan

pengasuhannya tidak dapat dilaksanakan dan tidak diberikan kepada

anak-anaknya.

Dengan sebagai ayah serta ibu sama-sama bekerja, mereka

disibukkan dengan pekerjaannya, memilki dampak yaitu anak kurang

figure dari kedua orang tuanya. Serta kurangnya kasih sayang terhadap

anak dan juga kurangnya pendidikan mengenai akhlak yang seharusnya

diberikan orang tua. Hal ini menyebabkan anak tumbuh menjadi sosok

yang kurang baik, dan menjadikan anak bebas tanpa batas, karena tidak

adanya pengawasan yang lebih dari orang tuanya.

2. Faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak

Faktor penyebab pengalihan pengasuhan anak pada keluarga orang

tua karir di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali

adalah sebagai berikut:

a. Faktor Ekonomi

94

Kebutuhan ekonomi yang tinggi terhadap pelaku pengalihan anak

di Desa Banyuurip tersebut dapat memicu untuk melakukan

pekerjaan yang ekstra demi memenuhi kebutuhan kelaurganya

b. Faktor Usia

Dengan memilki usia yang masih muda mereka dapat kesempatan

untuk melakukan pekerjaan yang dapat membantu kebutuhan hidup

keluarganya. Dan rasa ingin bergaul bersama teman-teman

sebayanya juga merupakan factor pendukungnya.

c. Faktor Pendidikan

Pendidikan tinggi yang dimilki oleh orang tuanya menjadi factor

penyebab adanya pengalihan pengasuhan anak kepada orang lain.

Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi malu jika tidak bekerja

dan juga merasa dengan pengalaman kerja dalam pendidikan akan

dijadikan pedoman untuk anaknya.

d. Faktor Kebosanan

Rasa bosan yang dirasakan oleh para orang tua untuk berada di

rumah mengurus anak dan mengurus rumah menjadikan mereka

untuk mencari pengalaman baru di luar.

3. Pandangan Hukum Mengenai Pengasuhan Anak

Setiap orang tua berkewajiban untuk mendidik dan mengasuh anak

agar menjadi manusia yang shalih, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Orang tua bertanggung jawab di hadapan Allah terhadap pendidikan

anak-anaknya. Dalam pandangan hukum Islam pemeliharaan anak di

95

sebut dengan hadhanah yang artinya pendidikan dan pemeliharaan anak

sejak dari lahir sampai anak sanggup berdiri sendiri. Pemeliharaan anak

juga mengandung arti sebuah tanggung jawab orang tua untuk

mengawasi, memberikan pelayanan yang semestinya serta mencukupi

kebutuhann hidup anak.

Kedua orang tua yang sama-sama bekerja dan tidak mengasuh anak

dengan baik maka orang tua akan bertanggung jawab atas perbuatannya

tersebut. Dalam pandangan hukum Islam untuk pengalihan pengasuhan

anak jika itu menimbulkan keburukan bagi anak, dan yang dilakukan

oleh kedua orang tuanya tersebut lebih banyak menimbulkan

kemadharatan maka harus dihindari. Dan jika ingin dilakukan bersama-

sama maka sesibuk apapun orang tua harus tetap mengasuh dan

memberikan pendidikan kepada anak.

Kemudian dalam hukum per Undang-undangan yang berlaku di

Indonesia kewajiban orang tua terhadap anak terdapat dalam UU

perlindungan anak No 23 tahun 2002 yaitu orang tua berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara dan melindungi anak.

Serta mendidik anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya

anak. Namun pada kenyataannya yang terjadi di Desa Banyuurip orang

tua tidak mematuhi peraturan per Undang-undangan yang berlaku di

Indonesia tersebut karena kesibukan yang mereka lakukan.

96

B. SARAN

Dari penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang perlu

sekiranya untuk dipertimbangkan, diantaranya adalah:

1. Bagi orang tua yang bekerja, meskipun disibukkan dengan pekerjaannya

agar selalu memperhatikan setiap perkembangan anak-anaknya.agar anak

tidak lepas kontrol, atau anaknya dititipkan kepada tempat penitipan anak

yang sudah memiliki kualitas bagus yang disitu diberikan pendidikan

sesuai dengan usianya.

2. Diharapkan bagi para orang tua karir untuk bisa menjaga keharmonisan

keluarga dengan saling komunikasi secara inten antar anggota keluarga

terutama kepada anak.

3. Untuk para pengasuh anak diharapkan untuk memberikan pendidikan

akhlak kepada anak. Bukan hanya sekedar mengasuh saja.

97

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an dan Terjemah

Kompilasi Hukum Islam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

Al Ashee, Ibnu Husein. 2004. Pribadi Islam Ideal. Semarang: Pustaka Nuun

Al Shabbaqh. Mahmud. 1994. Tuntutan Keluarga Bahagia Menurut Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ash Shiddieqy. Hasbi. 1952. Al Islam Jilid II. Jakarta: Bulan Bintang

Aziz. Syarifudin. 2015. Pendidikan Keluarga (Konsep dan Strategi). Yogyakarta: Gavo Media

Dedikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Kencana

Departemen Agama Republik Indonesia. 1985. Ilmu Fiqh Jilid 2

Fadal. Moh Kurdi. 2008. Kaidah-Kaidah Fiqih. Jakarta: CV Arta Rivera

Fuaduddin. 1999. Pengasuhan anak Dalam Keluarga Islam. Jakarta: Lembaga Kajian Agama Gender

Ghazaly. Abd Rahman. 2006. Fqih Munakahat. Jakarta: Kencana

Hermawan. Asep. 2004. Kiat Praktis Menulis Skripsi Tesis dan Disertai Untuk konsentrasi Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia

Hikmat. M Mahi. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu

Juwairiyah. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan. Anak Dalam Al Qur’an. Yogyakarta:

Teras

Letter, M Bdg. 1985. Tuntutan Keluarga Muslim dan Keluarga Berencarna.

Padang: Anggota Raya

Mahalli, A Mudjab. 2007. Menikahlah Engkau Menjadi Kaya. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PP Remaja Rosdakarya Offset

Nuruddin, Amiur & Azhari Akmal Tariqan. 2014. Hukum Perdata Islam di Indonesia ( Studi krisis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU N0.1 Tahun 1974 sampai KHI). Jakarta Kencana Prenada Media Group

Rif’ani, Nur Kholish. 2013. Cara Bijak Rasulullah Dalam Mendidik Anak. Yogyakarta: Real Books

Ruslan. Rosady. 2010. Metode penelitian (Public Reation dan Komunikasi). Jakarta: Rajawali Press

Shohih Bukhari

Sholechah. 2006. Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Summa, Muhammad Amin. 2005. Hukum keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo

Suharsimi. Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Syarifuddin. Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh Munakakahat & UU perkawinan. Jakarta: Kencana

Ulfatmi. 2011. Keluarga Sakinah dalam Perspektif Hukum Islam( Studi Terhadap Pasangan yang Berhasil Mempertahankan Keutuhan Perkawinan di Kota Padang). Jakarta: Kementrian Agama RI

Witanto, 2012. Hukum Keluarga Hak dan Kewajiban (pasca keluarnya putusan MK tentang uji materiil UU perkawinan). Jakarta: Prestasi pustakarya

Akmal, Janan Absor. 2008. Pola Asuh Orang Tua Karir dalam Mendidik Anak (Studi Kasus Keluarga Sunaryadi Komplek TNI AU B lio K No.12 LANUD Adisutjipto Yogyakarta)

Ester. Alfiana. 2013. Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak dalam Keluarga Pada Bidang Pendidikan (Studi Kasus di Dusun Pandanan Desa Pandanan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten). Klaten Fakultas Ilmu Sosial UNY

Sholechah. 2006. Istri Karier dalam Perspektif Hukum islam (Studi Terhadap Istri pencari Nafkah Di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang). Jurusan Ahwal Al Syakhshiyyah STAIN Salatiga

Yeni Fuziah. 2008. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Nilai Keadilan Gender Terhadap Kewajiban Mendidik Anak. STAIN Salatiga

Data Monografi Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Siti Rodliyah

Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 14 Juli 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Asal : Jlegong Rt 11/ Rw 03, Banyuurip, Klego, Boyolali

No Hp : 085741514014

Nama Orang Tua

a. Ayah : Sukarmin

b. Ibu : Sumiatun

Riwayat Pendidikan

a. RA Perwanida Wates

b. MI Nahi Munkar Jlegong

c. SMP N 1 Klego

d. MA Al Azhar Andong

e. IAIN Salatiga

DAFTAR SKK

Nama : Siti Rodliyah Fakultas : Syari’ah

NIM : 211-12-016 Jurusan : Ahwal Al Syakhshiyyah

No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai

1. OPAK STAIN Salatiga oleh DEMA STAIN Salatiga

26-27 Agustus 2013 Peserta 3

2. OPAK SYARIAH 2013 oleh HMJ Syariah

29 Agustus 2013 Peserta 3

3. Seminar Entrepreneurship dan Perkoperasian 2012 oleh MAPALA MITAPASA dan KSEI

11 september 2012 Peserta 2

4. Achivement Motivation Traning oleh JQH dan LDK

12 september 2012 Peserta 2

5. Kegiatan Sosialisasi Pancasila, UUD tahun 1945 oleh Pimpinan MPR RI

Tahun 2012 Peserta 6

6. Library User Education oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga

16 September 2013 Peserta 2

7. Semalam Sehati oleh HMJ Syariah STAIN Salatiga

14 Oktober 2012 Peserta 2

8. Orientasi Dasar Keislaman (ODK) oleh ITTAQO dan CEC

10 September 2012 Peserta 3

9. Seminar Nasional “Peran Lembaga Perbankan Syari’ah dengan adanya Otoritas Jasa Keuangan (UU No. 21 tahun 2011 tentang OJK) oleh HMJ Syari’ah

29 November 2012 Peserta 6

10. Tabligh Akbar oleh JQH STAIN Salatiga 1 Desember 2012 Peserta 2

11. Peringatan Maulud Nabi SAW tahun 1434 H

27 Januari 2013 Peserta 2

12. Seminar Pencegahan Bahaya NAPZA, HIV/AIDS, mewaspadai Pergaulan Bebas Untuk Membentuk Remaja yang Tangguh

29 April 2013 Peserta 2

13. Seminar Nasional dan Dialog Publik “Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi

27 Juni 2013 Peserta 6

14. Seminar Nasional “mengawal pengendalian BBM bersubsidi, kebijakan BLSM yang tepat sasaran serta pengendalian inflasi dalam negeri sebagai dampak kenaikan harga BBM bersubsidi”

08 Juli 2013 Peserta 6

15. Kegiatan pekan olahraga mahasiswa STAIN (PORS “V”) oleh SSC STAIN Salatiga

04-05 Mei 2013 Peserta 2

16. Sosialisasi dan Silahturahim Nasional oleh HMJ Tarbiyah dan Syari’ah STAIN Salatiga

13 September 2013 Peserta 6

17. Kegiatan PORS VI oleh SSC STAIN Salatiga

24-25 Maret 2014 Peserta 2

18. Dialog Interaktif & Edukatif “Diaspora Politik Indonesia di tahun 2014 memilih untuk Salatiga hati beriman oleh Sema STAIN Salatiga

1 April 2014 Peserta 2

19. PUBLIC HEARING “STAIN menuju IAIN dari mahasiswa oleh mahasiswa untuk mahasiswa” Oleh SEMA STAIN Salatiga

10 Juni 2014 Peserta 2

20. Kajian Intensif Mahasiswa LDK Darul Amal STAIN Salatiga

27 Juni 2014 Peserta 2

21. Internasional Seminar “ASEAN Economic Community 2015: Prospects and Challenges for Islamic Higher” oleh STAIN Salatiga

28 Februari 2015 Peserta 8

22. Seminar Lalu Lintas dalam rangka operasi simpatik candi 2015 oleh polres Salatiga

20 April 2015 Peserta 2

23. WORKSHOP “pelatihan naib dalam rangka mengawali bahtera mahligrai rumah tangga” oleh HMJ AS

Mei 2015 Peserta 3

24. Seminar Nasional “Kesehatan Islami” 10 Agustus 2015 6

25. Seminar Nasional “Pemuda, peradapan islam dan kemandirian.

2 September 2015 Peserta 6

26. Seminar nasional HMJ komunikasi dan penyiaran islam “peran media massa terhadap kelestarian lingkungan hidup” oleh Fakultas Dakwah

19 November 2015 Peserta 6

27. Workshop Pelatihan Advokasi “Advokasi oleh DEMA Fakultas Syariah

03 November 2015 Peserta 3

28. Seminar / Tabligh Remaja “menanam iman membangun negeri”

27 Desember 2015 Peserta 2

29. Seminar Nasional “Geliat Masyarakat Urban” oleh LPM Dinamika IAIN Salatiga

25 Maret 2016 Peserta 6

30. Workshop Forex Trading For Living oleh 23 April 2016 Peserta 2

31. Seminar nasional “Khilafah; Tinjauan Akidah dan Syariah” oleh fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora

25 Mei 2016 Peserta 6

32. Seminar nasional problematika hakim dan peradilan “rekontruksi ideal system peradilan di Indonesia” oleh HMJ AS

22 September 2016 Peserta 8

33. TALKSHOW “satu jam lebih dekat bersama kandidat walikota dan wakil walikota salatiga” oleh HMI salatiga

5 November 2016 Peserta 2

Jumlah Total Nilai SKK: 123

Mengetahui,

Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

Fakultas Syari’ah

Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si

NIP. 197909302003121001